DI SUSUN OLEH:
AFIZAH NURZA
(2301072002)
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas limpahanrahmat dan
kasih Nya,atas anugerah hidup dan kesehatan yang telah kami terima,‐serta petunjuk Nya
sehingga memberikan kemampuan dan kemudahan bagi kami‐dalam penyusunan
makalah ini.
Didalam makalah ini kami selaku penyusun hanya sebatas ilmu yang bisakami
sajika n dengan topik “BPUPKI dan PPKI”. Dimana didalam topik tersebut ada beberapa hal
yang bisa kita pelajari khususnya Sejarah bangsa ini menjelang masa-masa kemerdekaan
Akhir kata, kami sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang
telahmembantu dalam proses pembuatan ini
.Penyusun
Afizah nurza
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam perjuangan yang bersifat nasional itu, peranan organisasi sangat menentukan.
Organisasi pergerakan nasional pertama telah dirintis oleh Budi Utomo, namun Budi Utomo
pada awalnya menempuh perjuangan melalui bidang sosial-budaya. Organisasi Budi Utomo
tersebut telah modern, karena telah tersusun secara baik dan jelas arah tujuannya yang
dituangkan ke dalam anggaran dasar dan anggaran rumah tangga dan disusul dengan
organisasi lain.
Sejak tahun 1941 Jepang mengobarkan perang Asia Timur Raya. Perang ini ditandai
dengan pengeboman pangkalan Angkatan Laut Amerika Serikat di Pearl Harbour (Hawaii)
pada 7 Desember 1941 oleh Angkatan Perang Jepang. Pada awalnya pasukan Jepang banyak
mendapatkan kemenangan dalam pertempuran-pertempuran selanjutnya. Namun, di tahun
1942 perang Jepang mulai terdesak. Untuk mendapatkan dukungan dari negara-negara
jajahan Jepang, pemerintah Jepang kemudian menjanjikan akan memberikan kemerdekaan
kepada negara-negara jajahannya.
Ternyata situasi pasukan Jepang semakin memburuk pada bulan Juli – Agustus 1944.
Hal itu menyebabkan jatuhnya Kabinet Tojo. Sebagai gantinya kemudian diangkat Jenderal
Kuniaki Koiso sebagai Perdana Menteri yang memimpin Kabinet Baru (Kabinet Koiso). Salah
satu langkah kebijakan yang diambil oleh Koiso di daerah-daerah pendudukan adalah
mengeluarkan pernyataan tentang “janji kemerdekaan di kemudian hari”. Pada tanggal 7
September 1944Perdana Menteri Jepang Kuniaki Koiso dalam Sidang Parlemen Jepang
(Teikoku Gikei) ke-85 di Tokyo mengumumkan bahwa, daerah Hindia Timur (Indonesia)
diperkenankan merdeka kelak di kemudian hari. Janji ini kemudian direalisasi Jepang dengan
membentuk badan-badan untuk mempelajari, mempersiapkan, dan melengkapi Indonesia
yang akan menjadi negara merdeka.
B. Rumusan Masalah
Pada tanggal 28 Mei 1945 dimulailah upacara pembukaan sidang pertama Badan
Usaha Persiapan Kemerdekaan, bertempat di gedung Cuo Sangi In. Jenderal Itagaki
(Panglima Tentara Wilayah Ketujuh yang bermarkas besar di Singapura) dan Letnal
Jenderal Nagano (Panglima Tentara Keenambelas di Jawa) menghadiri sidang
tersebut. Pada kesempatan itu pula dilakukan upacara pengibaran bendera
Hinomaru oleh Mr.A.G. Pringgodigdo yang kemudian disusul dengan pengibaran
Sang Merah Putih oleh Toyohiko Masuda. Peristiwa tersebut telah membangkitkan
semangat para anggota dalam usahanya memperjuangkan kemerdekaan Indonesia.
2. Sidang BPUPKI
Sebagai realisasi pelaksanaan tugas, BPUPKI kemudian mengadakan sidang-sidang.
Secara garis besar sidang-sidang BPUPKI tersebut dibagi menjadi dua kali sidang.
Sidang BPUPKI I diadakan pada tanggal 29 Mei – 1 Juni 1945. Kemudian Sidang
BPUPKI II dilangsungkan pada tanggal 10 – 17 Juli 1945. Sidang-sidang BPUPKI itu
untuk merumuskan Undang-Undang Dasar.
A. Sidang I
Sidang berlangsung pada tanggal 29 Mei 1945 sampai tanggal 1 Juni 1945. Mr. Moh.
Yamin dan Ir. Soekarno terdapat diantara para pembicara, yang telah mengucapkan
pidato penting, yang dianggap telah mengusulkan kelima dasar filsafat negara yang
kemudian dikenal sebagai Pancasila. Yang dianggap pertama kali merumuskan
materi Pancasila, ialah Mr. Moh. Yamin, yang pada tanggal 29 Mei 1945 di dalam
pidatonya mengemukakan lima Azas dan Dasar Negara Kebangsaan Republik
Indonesia sebagai berikut:
1. Peri Kebangsaan.
2. Peri Kemanusiaan.
3. Peri Ketuhanan.
4. Peri Kerakyatan.
5. Kesejahteraan Rakyat).
Mr. Supomo dalam pidatonya tanggal 31 Mei 1945 juga menyampaikan dasar-dasar
negara yang diajukan sebagai berikut:
1. Persatuan.
2. Kekeluargaan.
3. Keseimbangan lahir dan batin.
4. Musyawarah.
5. Keadilan rakyat.
Tiga hari kemudian, yakni pada tanggal 1 Juni 1945 Ir. Soekarno, mengucapkan
pidatonya yang kemudian dikenal dengan nama Lahirnya Pancasila, dimana materi
dan nama Pancasila sekaligus dicetuskan didalam. Materi Pancasila yang
dikemukakannya adalah sebagai berikut:
1. Kebangsaan Indonesia.
2. Internasionalisme atau peri kemanusiaan.
3. Mufakat atau demokrasi.
4. Kesejahteraan sosial.
5. Ketuhanan Yang Maha Esa.
Kelima dasar itu atas “petunjuk seorang teman ahli bahasa” oleh Ir. Soekarno
dinamakan Pancasila.
Untuk menindaklanjuti usulan-usulan dari sidang, BPUPKI membentuk panitia kecil
yang diketuai oleh Ir. Soekarno. Panitia ini dikenal sebagai Panitia Sembilan. Sebagai
ketuanya Ir. Soekarno. Anggota-anggotanya adalah Drs. Moh. Hatta, Mr. Moh.
Yamin, Mr. Ahmad Subarjo, Mr. A.A. Maramis, Abdulkadir Muzakir, Wakhidd Hasyim,
H. Agus Salim, dan Abikusno Cokrosuyoso. Pada tanggal 22 Juni 1945 Panitia
Sembilan melahirkan rumusan yang terkenal dengan nama Piagam Jakarta (Jakarta
Charter). Rumusan tersebut sebagai berikut:
Tetapi, sebagaimana yang diberitahukan oleh pers resmi, ternyata kongres pun
menyatakan dukungan sepenuhnya dan kerjasama erat dengan Jepang seperti
usaha mencapai kemenangan terakhir. Pernyataan tersebut tidak memuaskan
beberapa tokoh pemuda yang hadir, seperti urusan dari Jakarta yang dipimpin oleh
Sukarni, Harsono Tjokroaminoto dan Chairul Saleh. Mereka bertekad untuk tidak
mengambil bagian dalam gerakan Angkatan Moeda Indonesia dan bermaksud untuk
menyiapkan suatu gerakan pemuda yang lebih radikal.
Sebagai imbangannya, pada tanggal 3 Juli 1945 diadakan suatu pertemuan rahasia di
Jakarta diantaranya sejumlah 100 pemuda yang membentuk suatu panitia khusus
yang diketuai oleh B.M. Diah, dengan para anggotanya Sukarni, Sudiro, Sjarif
Thayeb, Harsono Tjokroaminoto, Wikana, Chairul Saleh, F. Gultom, Supeno dan
Asmara Hadi. Pertemuan rahasia diadakan Gerakan Angkatan Baroe Indonesia, yang
kegiatannya sebagian besar digerakkan oleh para pemuda dari Asrama Menteng 31.
Tujuan daripada gerakan tersebut tercantum didalam surat kabar Asia Raya
pertengahan bulan Juni 1945, yang menunjukkan sifat daripada gerakan tersebut
yang lebih radikal sebagai berikut: pertama mencapai persatuan kompak diantara
seluruh golongan masyarakat Indonesia, kedua menamkan semangat revolusioner
massa atas dasar kesadaran mereka sebagai rakyat yang berdaulat; ketiga,
membentuk negara kesatuan Republik Indonesia, dan keempat mempersatukan
Indonesia bahu membahu dengan Jepang, tetapi jika perlu gerakan itu bermaksud
untuk “mencapai kemerdekaan dengan kekuatannya sendiri”
Golongan pemuda yang tergabung dalam Angkatan Baroe Indonesia didalam
perkembangan selanjutnya dapat mengemukakan pendapat-pendapatnya yang
mempengaruhi usaha pembentukan negara Indonesia. Para pemuda seperti Chairul
Saleh, Sukarni, B.M. Diah, Asmara Hadi, Harsono Tjokroaminoto, Wikana, Sudiro,
Supeno, Adam Malik, S.K. Trimurti, Sutomo dan Pandu Kartawiguna telah
diikutsertakan didalam suatu gerakan yang disebut Gerakan Rakyat Baroe. Gerakan
tersebut diperkenankan pembentukannya oleh Saiko Syikikan yang baru, Letnan
Jenderal Y. Nagano didalam suatu pertemuan pada tanggal 2 Juli 1945. Gerakan
Rakyat Baroe disusun berdasarkan hasil sidang Cuo Sangi In ke 8 yang mengusulkan
pendirian suatu gerakan untuk mengobar-ngobarkan semangat cinta kepada tanah
air dan semangat perang. Susunan pengurus pusat gerakan tersebut terdiri dari 80
orang. Disamping anggotanya terdiri atas penduduk asli Indonesia dan bangsa
Jepang, juga terdapat golongan Cina, golongan Arab dan golongan Peranakan Eropa.
Sedangkan pengangkatan wakil-wakil golongan pemuda didalamnya dimaksudkan
oleh pemerintah Jepang untuk menguasai kegiatan-kegiatan mereka. Somubuco
Mayor Jenderal Nisyimura menegaskan bahwa setiap organisasi pemuda yang
tergabung didalamnya harus tunduk sepenuhnya kepada Gunseibu (Pemerintah
Militer Jepang) dan merekapun harus pula bekerja di bawah kekuasaan petugas-
petugas pemerintah yang berhubungan erat dengan ahli-ahli Jepang. Dengan
demikian berarti kebebasan bergerak para pemuda dibatasi, hingga timbullah rasa
tidak puas. Akhirnya tatkala Geraka Rakyat Baroe diresmikan pembentukannya pada
tanggal 28 Juli 1945, dimana dua organisasi besar, yaitu Jawa Hokokai dan Masjumi
digabungkan menjadi satu didalamnya, tidak seorangpun tokoh golongan pemuda
yang radikal, seperti Chairul Saleh, Sukarni, Harsono Tjokroaminoto dan Asmara
Hadi yang bersedia menduduki kursi yang telah disediakan untuk mereka. Maka
nampaklah bahwa perselisihan paham antara golongan tua dan golongan muda
tentang cara melaksanakan berdirinya negara Indonesia Merdeka, semakin tajam.
Sidang menyetujui tiga hal yang dilaporkan oleh Ir. Soekarno tersebut. Setelah tugas
BPUPKI dipandang selesai, maka BPUPKI dibubarkan. Sebagai gantinya pada tanggal
7 Agustus 1945 dibentuk Dokuritsu Junbi Inkai atau Panitia Persiapan Kemerdekaan
Indonesia.
C. PPKI
1. Terbentuknya PPKI
Jepang semakin mengalami kemuduran dalam Perang Asia Timur Raya. Komando
Tentara Jepang wilayah Selatan mengadakan rapat. Dalam rapat itu disepakati
bahwa Indonesia akan diberi kemerdekaan pada tanggal 7 September 1945.
Keadaan Jepang semakin kritis. Pada 6 Agustus 1945, kota Hiroshima dibom atom
oleh Amerika Serikat. Menghadapi situasi ini, Jenderal Terauci menyetujui
pembentukan Dokuritsu Junbi Inkai atau Panitia Kemerdekaan Indonesia (PPKI).
Persetujuan ini terjadi pada tanggal 7 Agustus 1945. Tugas PPKI adalah melanjutkan
tugas BPUPKI dan untuk mempersiapkan Kemerdekaan Indonesia.
Duapuluh-satu anggota telah dipilih, tidak hanya terbatas pada wakil-wakil di Jawa,
tetapi juga dari berbagai pulau dan suku seperti berikut: 12 wakil dari Jawa, 3 wakil
dari Sumatra, 2 wakil dari Sulawesi, seorang wakil dari Maluku, seorang wakil dari
Sunda Kecil dan seorang wakil golongan penduduk Cina.
Yang ditunjuk sebagai ketua dalam PPKI ialah Ir. Sukarno, sedangkan Drs. Moh. Hatta
ditunjuk sebagai wakil ketua. Sebagai penasehatnya ditunjuk Mr. Ahmad Subardjo.
Kemudian PPKI ditambah dengan enam anggota lagi tanpa seizing pihak Jepang;
anggota-anggota itu adalah Wiranatakusumah, Ki Hadjar Dewantara, Mr. Kasman
Singodimedjo, Sajuti Melik, Iwa Kusumasumantri dan Ahmad Subardjo.
Para anggota didalam Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI) itu
digerakkan oleh pemerintah sedangkan mereka diizinkan melakukan segala
sesuatunya menurut pendapat dan kesanggupan bangsa Indonesia sendiri; tetapi di
dalam melakukan kewajibannya itu mereka diwajibkan memperhatikan hal-hal
sebagai berikut:
1. Syarat pertama untuk mencapai kemerdekaan ialah menyelesaikan perang
yang sekarang sedang dihadapi oleh bangsa Indonesia, karena itu harus
mengerahkan tenaga sebesar-besarnya, dan bersama-sama dengan pemerintah
Jepang meneruskan perjuangan untuk memperoleh kemenangan akhir dalam
perang Asia Timur Raya.
2. Kemerdekaan negara Indonesia itu merupakan anggota Lingkungan
Kemakmuran Bersama di Asia Timur Raya, maka cita-cita bangsa Indonesia itu harus
disesuaikan dengan cita-cita pemerintah Jepang yang bersemangat Hakko-Iciu.
Pada tanggal 9 Agustus 1945 mereka berangkat menuju ke markas besar Terauci di
Vietnam Selatan. Dalam suatu pertemuan di Dalath (Vietnam Selatan) pada tanggal
12 Agustus 1945 Marsekal Terauci menyampaikan kepada ketiga pemimpin tersebut
bahwa Pemerintah Kemaharajaan telah memutuskan untuk memberikan
kemerdekaan kepada Indonesia. Untuk melaksanakannya telah dibentuk Panitia
Persiapan Kemerdekaan Indonesia. Pelaksanaannya dapat dilaksanakan segera
setelah persiapannya selesai. Wilayah Indonesia akan meliputi seluruh bekas
wilayah Hindia Belanda. Mungkin pelaksanaannya tidak dapat sekaligus untuk
seluruh Indonesia, melainkan bagian demi bagian sesuai kondisi setempat.
Selama masa tugasnya, PPKI mengadakan sidang sebanyak tiga kali pada tanggal 18
Agustus 1945, 19 Agustus 1945, dan 22 Agustus 1945. Berikut ini hasil-hasil sidang
PPKI.
1. Sidang PPKI I tanggal 18 Agustus 1945
a. Mengesahkan UUD sebagai UUD negara RI.
b. Memilih Ir. Soekarno sebagai presiden dan Drs. Moh. Hatta sebagai wakil
presiden.
c. Untuk sementara waktu presiden dibantu oleh sebuah Komite Nasional
Indonesia.
2. Sidang PPKI II tanggal 19 Agustus 1945
a. Menetapkan wilayah Indonesia menjadi 8 provinsi dan menunjuk
gubernurnya.
b. Menetapkan 12 departemen beserta menteri-menterinya.
c. Mengusulkan dibentuknya tentara kebangsaan.
d. Pembentukan komite nasional di setiap provinsinya.
3. Sidang PPKI III tanggal 22 Agustus 1945
a. Dibentuknya Komite Nasional.
b. Dibentuknya Partai Nasional Indonesia.
c. Dibentuknya tentara kebangsaan.
Piagam Jakarta bertujuan untuk memperkuat prinsip persatuan dalam keragaman, yang
diwujudkan dalam moto nasional Indonesia “Bhinneka Tunggal Ika” yang berarti “Berbeda-
beda tetapi tetap satu”. Dengan mempromosikan toleransi dan kerukunan antarumat
beragama, piagam ini ingin memastikan bahwa warga Indonesia dapat hidup bersama secara
harmonis meskipun memiliki perbedaan agama dan kepercayaan.
Piagam Jakarta menekankan pentingnya menghormati dan melindungi hak asasi manusia,
termasuk kebebasan beragama, berkeyakinan, dan beribadah. Tujuannya adalah untuk
memastikan bahwa setiap individu memiliki kebebasan untuk menjalankan keyakinan dan
beribadah sesuai dengan agamanya, tanpa adanya diskriminasi atau tekanan dari pihak
manapun.
Piagam Jakarta mendorong dialog dan kerjasama antarumat beragama. Dengan mengadakan
diskusi dan pertemuan antara pemimpin agama dan masyarakat dari berbagai latar belakang
keagamaan, piagam ini berusaha untuk membangun pemahaman, menghormati perbedaan,
dan mencari kesamaan dalam nilai-nilai kemanusiaan yang mendasar.
Salah satu tujuan utama Piagam Jakarta adalah menolak segala bentuk diskriminasi dan
kekerasan yang dilakukan berdasarkan agama atau keyakinan. Piagam ini ingin menciptakan
masyarakat yang adil, di mana semua individu diperlakukan dengan kesetaraan dan
dihormati tanpa memandang latar belakang agama atau keyakinan mereka.