Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

PERISTIWA SEKITAR PROKLAMASI KEMERDEKAAN INDONESIA

SMA NEGERI 2 MAJENE


TAHUN 2022
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..............................................................................................i

DAFTAR ISI............................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN………………………………………………………………………

A. Latar Belakang.............................................................................................1

B. Rumusan Masalah…………………………………………………………1

C. Tujuan Pembahasan......................................................................................1

BAB II PEMBAHASAN ………………………………………………………………….

A. Peristiwa Rengasdengklok…………………………………………………………..

B. Pembentukan Bpupki Dan Ppki……………………………………………………

BAB V PENUTUP…………………………………………………………………………….

A. Kesimpulan……………………………………………………………….17

B. Saran...........................................................................................................18

DAFTAR PUSTAKA............................................................................................19
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas limpahan rahmat
dan kasih‐Nya,atas anugerah hidup dan kesehatan yang telah kami terima, serta petunjuk‐Nya
sehingga memberikan kemampuan dan kemudahan bagi kami dalam penyusunan makalah
ini.
Didalam makalah ini kami selaku penyusun hanya sebatas ilmu yang bisa kami
sajikan dengan topik “BPUPKI dan PPKI”. Dimana didalam topik tersebut ada beberapa hal
yang bisa kita pelajari khususnya Sejarah bangsa ini menjelang masa-masa kemerdekaan.
Kami menyadari bahwa keterbatasan pengetahuan dan pemahaman kami tentang
BPUPKI dan PPKI, menjadikan keterbatasan kami pula untuk memberikan penjabaran yang
lebih dalam tentang masalah ini,oleh karena itu kritik dan saran dari semua pihak yang
bersifat membangun selalu kami harapkan demi kesempurnaan makalah ini.
Harapan kami, semuga makalah ini membawa manfaat bagi kita, setidaknya untuk
sekedar membuka cakrawala berpikir kita tentang bagaimana sejarah bangsa Indonesia
sebelum dan saat menjelang kemerdekaan.
Akhir kata, kami sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu
dalam proses pembuatan ini.

Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN

Di Indonesia bergolaklah kebangkitan akan kesadaran berbangsa yaitu Kebangkitan


Nasional (1908) dipelopori oleh dr. Wahidin Sodirohusodo dengan Budi Utomonya. Gerakan
inilah yang merupakan awal gerakan nasional untuk mewujudkan suatu bangsa yang
memiliki kehormatan akan kemerdekaan dan kekuatannya sendiri.
Budi Utomo yang didirikan pada 20 Mei 1908 inilah yang merupakan pelopor
pergerakan nasional, sehingga setelah itu munculah organisasi-organisasi pergerakan lainnya,
sepert Sarekat Dagang Islam (SDI) (1909), yang kemudian dengan cepat mengubah
bentuknya menjadi gerakan politik dengan mengganti namanya menjadi Sarekat Islam (SI)
tahun (1911) dibawah H.O.S Cokroaminoto, Indische Partij (1913), yang dipimpin oleh Tiga
Serangkai yaitu : Douwes Dakker, Cipto Mangunkusumo, Suwardi Surya diningrat ( yang
kemudian lebih dikenal dengan nama Ki Hajar dewantoro). Sejak semula partai ini
menunjukkan keradikalannya, sehingga tidak berumur panjang karena pimpinannya dibuang
ke luar negeri (1913).
Dalam situasi yang menggoncangkan itu munculah Partai Nasional Indonesia (PNI)
(1927) yang dipelopori oleh Soekarno, Ciptomangunkusumo, Sartono dan tokoh lainnya.
Mulailah kini perjuangan Indonesia dititikberatkan pada kesatuan nasional dengan tujuan
yang jelas yaitu Indonesia merdeka. Tujuan itu diekspesikannya dengan tujuan yang jelas,
kemudian diikuti dengan tampilnya golongan pemuda yang tokoh-tokohnya antara lain : M.
Yamin, Wongsonegoro, Kuncoro Purbapranoto, serta tokoh-tokoh pemuda lainnya.
Perjuangan rintisan Kesatuan Nasional kemudian Sumpah Pemuda tanggal 28 Oktober 1928, 
yang isinya satu bahasa, satu bangsa dan satu tanah air Indonesia. Lagu Indonesia Raya pada
saat ini pertama kali dikumandangkan dan sekaligus sebagai penggerak kebangkitan
kesadaran berbangsa.
Pada masa ini perjuangan juga dilakukun secara kooperasi, antara lain munculnya
patindo dan parinda. Pada saat ini muncul pula fraksi baru dalam Volksraad yang diketuai olh
M. Husni Thamrin, yaitu Fraksi Nasional yang menurut jaminan kemerdekaan nasional,
selain itu jugaa menurut adanya pelarangan sekolah swasta. Untuk nanti muncul Petisi
Sutarjo yang menuntut perbaikan Indonesia serta wakil Indonesia di volksraad. Tetapi
tuntutan ini ditolak oleh pemerintah Belanda sehingga melahirkan GAPI yang tidak mendapat
tanggapan dari Belanda sehingga Jepang datang di Indonesia.
BAB II
PEMBAHASAN

A. PEMBENTUKAN BPUPKI
Badan Penyelidik Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia atau
(Jepang: Dokuritsu Junbi Cosakai atau dilafalkanDokuritsu Zyunbi Tyoosakai) adalah
sebuah badan yang dibentuk oleh pemerintah pendudukan balatentara Jepangpada
tanggal 29 April 1945 bertepatan dengan hari ulang tahun Kaisar Hirohito. Badan ini
dibentuk sebagai upaya mendapatkan dukungan bangsa Indonesia dengan menjanjikan
bahwa Jepang akan membantu proses kemerdekaanIndonesia. BPUPKI beranggotakan 63
orang yang diketuai oleh Radjiman Wedyodiningrat dengan wakil ketua Hibangase Yosio
(orang Jepang) dan R.P. Suroso.
Adapun latar belakang pembentukan BPUPKI secara formil, termuat dalam
Maklumat Gunseikan nomor 23 tanggal 29 Mei 1945, dilihat dari latar belakang
dikeluarnya Maklumat No. 23 itu adalah karena kedudukan Facisme (kekuasaan) Jepang
yang sudah sangat terancam. Maka sebenarnya, kebijaksanaan Pemerintah Jepang dengan
membentuk BPUPKI bukan merupakan kebaikan hati yang murni tetapi Jepang hanya
ingin mementingkan dirinya sendiri, yaitu pertama; Jepang ingin mempertahankan sisa-
sisa kekuatannya dengan cara memikat hati rakyat Indonesia, dan yang kedua; untuk
melaksanakan politik kolonialnya.
Di luar anggota BPUPKI, dibentuk sebuah Badan Tata Usaha (semacam
sekretariat) yang beranggotakan 60 orang. Badan Tata Usaha ini dipimpin oleh
R.P.Suroso, dengan wakil Abdul Gafar Pringgodigdo dan Masuda (orang Jepang).
Pada tanggal 7 Agustus 1945, Jepang membubarkan BPUPKI dan
membentuk Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia atau (Jepang: Dokuritsu Junbi
Inkai) dengan anggota berjumlah 21 orang sebagai upaya pencerminan perwakilan
etnis [1]terdiri berasal dari 12 orang dari Jawa, 3 orang dari Sumatra, 2 orang dari
Sulawesi, 1 orang dari Kalimantan, 1 orang dari Nusa Tenggara, 1 orang dari maluku, 1
orang dari Tionghoa.
Pada tahun 1944 saipan jatuh ke tangan sekutu.dengan pasukan jepang di Papua
Nugini Kepulauan Solomon,dan Kepulauan Marshall yang berhasil di pukul mundur oleh
pasukan sekutu.Dalam situasi kritis tersebut,pada tanggal 1 maret 1945 Letnan Jendral
Kumakici Harada , pimpinan pemerintah pendudukan jepang di jawa , mengumumkan
pembentukan badan penyelidik Usaha-usaha persiapan kemerdekan INDONESIA
(Dokuritsu Junbi Cosakai) . pengangkatan pengurus ini di umumkan pada tanggal 29 april
1945 .
dr.Radjiman Wediodiningrat diangkat sebagai (Kaico), sedangkan yang duduk
sebagai ketua muda (fuku kico) pertama di jabat oleh seorang jepang , Shucokai cirebon
yang bernama Icibangase . R .P .Suroso diangkat sebagai kepala sekertariat dengan di
bantu oleh Toyohiti Masuda dan Mr. A. G . Pringodigdo pada tanggal 28 mei 1945
dilangsungkan upacara peresmian badan penyelidik Usaha-Usaha persiapan kemerdekaan
bertempat di gedung Cuo sangi in, jalan pejambon (Sekarang GedungDepartemen Luar
negri) ,jakarta.upacara peresmian itu dihadiri pula oleh dua pejabat jepang yaitu jendral
Itagaki (panglima tentara ke tujuh yang bermarkas di singapura) dan letnan jendral
nagano (panglima tentara Keenam belas yang baru ). Pada kesempatan itu di kibarkan
bendera jepang ,Hinomaru oleh Mr.A.G. pringgodigdo yang disusul dengan pengibaran
bendera merah putih oleh toyohiko Masuda.
Rapat Pertama
Rapat pertama diadakan di gedung Chuo Sangi In di Jalan Pejambon 6 Jakarta
yang kini dikenal dengan sebutan Gedung Pancasila. Pada zaman Belanda, gedung
tersebut merupakan gedung Volksraad, lembaga DPR pada jaman kolonial Belanda.
Rapat dibuka pada tanggal 28 Mei 1945 dan pembahasan dimulai keesokan
harinya 29 Mei 1945 dengan tema dasar negara. Pada rapat pertama ini terdapat 3 orang
yang mengajukan pendapatnya tentang dasar negara.
Pada tanggal 29 Mei 1945, Mr. Muhammad Yamin dalam pidato singkatnya
mengemukakan lima asas yaitu:
1. peri kebangsaan
2. peri ke Tuhanan
3. kesejahteraan rakyat
4. peri kemanusiaan
5. peri kerakyatan
Pada tanggal 31 Mei 1945, Prof. Dr. Mr. Supomo mengusulkan lima asas yaitu
1. persatuan
2. mufakat dan demokrasi
3. keadilan sosial
4. kekeluargaan
5. musyawarah
Pada tanggal 1 Juni 1945, Soekarno mengusulkan lima asas pula yang disebut Pancasila
yaitu:
a. kebangsaan Indonesia
b. internasionalisme dan peri kemanusiaan
c. mufakat atau demokrasi
d. kesejahteraan social
e. Ketuhanan yang Maha Esa
Kelima asas dari Soekarno disebut Pancasila yang menurut beliau bilamana diperlukan
dapat diperas menjadi Trisila atau Tiga Sila yaitu:
a. Sosionasionalisme
b. Sosiodemokrasi
c. Ketuhanan yang berkebudayaan
Bahkan masih menurut Soekarno, Trisila tersebut di atas bila diperas kembali
disebutnya sebagai Ekasila yaitu merupakan sila gotong royong merupakan
upaya Soekarno dalam menjelaskan bahwa konsep tersebut adalah dalam satu-kesatuan.
Selanjutnya lima asas tersebut kini dikenal dengan istilah Pancasila, namun konsep
bersikaf kesatuan tersebut pada akhirnya disetujui dengan urutan serta redaksi yang
sedikit berbeda.
Sementara itu, perdebatan terus berlanjut di antara peserta sidang BPUPKI
mengenai penerapan aturan Islam dalam Indonesia yang baru.

Masa antara Rapat Pertama dan Kedua


Sampai akhir rapat pertama, masih belum ditemukan kesepakatan untuk
perumusan dasar negara, sehingga akhirnya dibentuklah panitia kecil untuk menggodok
berbagai masukan. Panitia kecil beranggotakan 9 orang dan dikenal pula sebagai Panitia
Sembilan dengan susunan sebagai berikut:
1. Ir. Soekarno (ketua)
2. Drs. Moh. Hatta (wakil ketua)
3. Mr. Achmad Subardjo (anggota)
4. Mr. Muhammad Yamin (anggota)
5. KH. Wachid Hasyim (anggota)
6. Abdul Kahar Muzakir (anggota)
7. Abikusno Tjokrosujoso (anggota)
8. H. Agus Salim (anggota)
9. Mr. A.A. Maramis (anggota)
Setelah melakukan kompromi antara 4 orang dari kaum kebangsaan (nasionalis)
dan 4 orang dari pihak Islam, tanggal 22 Juni 1945 Panitia Sembilan kembali bertemu dan
menghasilkan rumusan dasar negara yang dikenal dengan Piagam Jakarta (Jakarta
Charter) yang berisikan:
a. Ketuhanan dengan kewajiban menjalankan syariat Islam bagi pemeluk-pemeluknya
b. Kemanusiaan yang adil dan beradab
c. Persatuan Indonesia
d. Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan
perwakilan
e. Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia

Rapat Kedua
Rapat kedua berlangsung 10-17 Juli 1945 dengan tema bahasan bentuk negara,
wilayah negara, kewarganegaraan, rancangan Undang-Undang Dasar, ekonomi dan
keuangan, pembelaan negara, pendidikan dan pengajaran. Dalam rapat ini dibentuk
Panitia Perancang Undang-Undang Dasar beranggotakan 19 orang dengan ketua Ir.
Soekarno, Panitia Pembelaan Tanah Air dengan ketua Abikusno Tjokrosujoso dan Panitia
Ekonomi dan Keuangan diketuai Mohamad Hatta.
Dengan pemungutan suara, akhirnya ditentukan wilayah Indonesia merdeka yakni
wilayah Hindia Belanda dahulu, ditambah dengan Malaya, Borneo Utara, Papua, Timor-
Portugis, dan pulau-pulau sekitarnya.
Pada tanggal 11 Juli 1945 Panitia Perancang UUD membentuk lagi panitia kecil
beranggotakan 7 orang yaitu:
1. Prof. Dr. Mr. Supomo (ketua merangkap anggota)
2. Mr. Wongsonegoro
3. Mr. Achmad Subardjo
4. Mr. A.A. Maramis
5. Mr. R.P. Singgih
6. H. Agus Salim
7. Dr. Sukiman
Pada tanggal 13 Juli 1945 Panitia Perancang UUD mengadakan sidang untuk
membahas hasil kerja panitia kecil perancang UUD tersebut.
Pada tanggal 14 Juli 1945, rapat pleno BPUPKI menerima laporan Panitia
Perancang UUD yang dibacakan oleh Ir. Soekarno. Dalam laporan tersebut tercantum tiga
masalah pokok yaitu: a. pernyataan Indonesia merdeka b. pembukaan UUD c. batang
tubuh UUD
Konsep proklamasi kemerdekaan rencananya akan disusun dengan mengambil
tiga alenia pertama Piagam Jakarta. Sedangkan konsep Undang-Undang Dasar hampir
seluruhnya diambil dari alinea keempat Piagam Jakarta.
a. Perumusan Dasar Negara Indonesia 
untuk merumuskan UUD diawali dengan pembahasan mengenai dasar negara
Indonesia Merdeka .
1) Rumusan Mr. Muh. Yamin
Tokoh yang pertama kali mendapatkan kesempatan untuk penyampaian rumusan
Dasar Negara Indonesia Merdeka adalah Mr Muh . Yamin mengemukakan lima”
Ajas Dasar Negara Republik Indonesia ”sebagai berikut :
a) peri kebangsaan
b) peri kemusiaan
c) peri ke-tuhanan
d) periKerakyataan
e) Kesejahteraan rakyat
2) Rumusan prof. Dr .Mr. Supomo
Pada tanggal 31 mei 1945 prof. Dr.Mr Supomo mengajukan Dasar Negara
Indonesia Merdeka yaitu sebagai berikut :
a) Persatuan
b) Kekeluargaan
c) Keseimbangan
d) Musyawarah
e) Keadilan sosial
3) Rumusan Ir. Soekarno
Pada tanggal 1juni 1945 berlangsunglah rapat terakhir dalam persidangan pertama
, itu .pada kesempatan itulah Ir Soekarno mengemukakan pidatonya yang
kemudian dikenal sebagai ”Lahirnya pancasila ”.selain berisi pandangan
mengenai dasar negara Indonesia Merdeka ,keistimewaan pidato Ir Soekarno juga
berisi usulan mengenai nama bagi dasar negara ,yaitu pancasila ,Trisiia ,atau
Ekasila .
Selanjutnya ,sidang memilih nama pancasila sebagai nama dasar negara .Lima
dasar negara yang diusulkan oleh Ir Soekarno adalah sebagai berikut :
a) Kebangsaan Indonesia
b) Internasionalisme atau Perikemanusiaan
c) Mufakat atau demokrasi
d) Kesejahteraan sosial
e) Ketuhanan Yang Maha Esa
b. Piagam Jakarta
Pada tanggal 22 jini 1945 BPUPKI membentuk panitia kecil yang
beranggotakan dengan 9orang . oleh karna itu, panitia ini di sebut juga sebagai panitia
sembilan. Anggotanya berjumlah 9orang , yaitu sebagai berikut:
1) Ir.Soekarno
2) Drs.Moh. Hatta
3) Mr. Muh. Yamin
4) Mr. Ahmad subardjo
5) Mr. A.A . Maramis
6) Abdul kadir Muzakir
7) K. H. Wachid Hasjim
8) H. Agus Salim
9) Abikusno Tjokrosjos
Mr. Muh. Yamin menamakan rumusan tersebut piagam Jakarta atau Jakarta
Charter. rumusan rancangan dasar negara Indonesia Merdeka itu adalah sebagai
berikut :
1) Ke-Tuhanan, dengan kewajiban menjalankan Syari’at islam sebagai pemeluk –
pemeluknya ,
2) (menurut) dasar kemanusiaan yang adil dan beradab
3) Kesatuan Indonesia
4) (dan) Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
pemusyawaratan perwakilan
5) (serta dengan mewujudkan suatu) keadilan sosial bagi kerakyatan indonesia

b. Pembentukaan Pemerintahan Indonesia 


1. Pembentukaan Pelengkapan Negara
1. sidang PPKI tanggal 18 agustus 1945
1) pembahasan dan pengesahaan UUD
2) perubahan UUD dalam rapat PPKI tanggal 18agustus 1945
3) masa lah penmgangkatan presiden dan wakil presiden
4) pembentukan komite nasional
2. Sidang PPKI tgl 19 agustus 1945
1)pembagia wilayah Indonesia menjadi 8 propinsi beserta Gubernur
2)pembentukan komite Nasionol
3)menetapkan 12 kementrian
3. siding PPKI tgl 22 agustus 1945
1)pembentukan komite nasionol
2)pembentukan partai nasional Indonesia
3)pembentukan bsdan keamanan Rakyat (bkr)
d)rapat raksasa di lapangan ikada
2. Perubahan otoritas knip dan lembaga kepresidenan pada awal kemerdekaan
a)kebinet presidensil pertama
b)maklumat pemerintah no.x tgl 16 oktobor 1945
3. maklumat pemerintah tanggal 3 november 1945
4. maklumat pemerintah tgl 14 november 1945

c. Penyusunan kekuatan pertahanan keamanan


1) pembentukan bkr
2) pembentukan tentara nasional

B. PANITIA PERSIAPAN KEMERDEKAAN INDONESIA


Karena BPUPKI dianggap terlalu cepat ingin melaksanakan proklamasi
kemerdekaan, maka Jepang membubarkannya dan membentuk Panitia Persiapan
Kemerdekaan Indonesia (PPKI) ( 独立準備委員会 ) Dokuritsu Junbi Iinkai, lit. Komite
Persiapan Kemerdekaan) pada tanggal 7 Agustus 1945 yang diketuai oleh Ir. Soekarno.
1. Keanggotaan
Pada awalnya PPKI beranggotakan 21 orang (12 orang dari Jawa, 3 orang
dari Sumatra, 2 orang dari Sulawesi, 1 orang dari Kalimantan, 1 orang dari Nusa
Tenggara, 1 orang dari Maluku, 1 orang dari golongan Tionghoa). Susunan awal
anggota PPKI adalah sebagai berikut:
1. Ir. Soekarno (Ketua)
2. Drs. Moh. Hatta (Wakil Ketua)
3. Prof. Mr. Dr. Supomo (Anggota)
4. KRT Radjiman Wedyodiningrat (Anggota)
5. R. P. Suroso (Anggota)
6. Sutardjo Kartohadikusumo (Anggota)
7. Kiai Abdul Wachid Hasjim (Anggota)
8. Ki Bagus Hadikusumo (Anggota)
9. Otto Iskandardinata (Anggota)
10. Abdul Kadir (Anggota)
11. Pangeran Surjohamidjojo (Anggota)
12. Pangeran Purbojo (Anggota)
13. Dr. Mohammad Amir (Anggota)
14. Mr. Abdul Abbas (Anggota)
15. Mr. Mohammad Hasan (Anggota)
16. Dr. GSSJ Ratulangi (Anggota)
17. Andi Pangerang (Anggota)
18. A.H. Hamidan (Anggota)
19. I Gusti Ketut Pudja (Anggota)
20. Mr. Johannes Latuharhary (Anggota)
21. Drs. Yap Tjwan Bing (Anggota)
Selanjutnya tanpa sepengetahuan Jepang, keanggotaan bertambah 6 yaitu :
1. Achmad Subardjo (Anggota)
2. Sajuti Melik (Anggota)
3. Ki Hadjar Dewantara (Anggota)
4. R.A.A. Wiranatakusuma (Anggota)
5. Kasman Singodimedjo (Anggota)
6. Iwa Kusumasumantri (Anggota)

2. Persidangan
Tanggal 9 Agustus 1945, sebagai pimpinan PPKI yang
baru, Soekarno, Hatta dan Radjiman Wedyodiningrat diundang ke Dalat untuk
bertemu Marsekal Terauchi. Setelah pertemuan tersebut, PPKI tidak dapat bertugas
karena para pemuda mendesak agar proklamasi kemerdekaan tidak dilakukan atas
nama PPKI, yang dianggap merupakan alat buatan Jepang. Bahkan rencana rapat 16
Agustus 1945 tidak dapat terlaksana karena terjadi peristiwa Rengasdengklok.
Setelah proklamasi, pada tanggal 18 Agustus 1945, PPKI memutuskan antara lain:
a. mengesahkan Undang-Undang Dasar,
b. memilih dan mengangkat Ir. Soekarno sebagai presiden dan Drs. M. Hatta sebagai
wakil presiden RI,
c. membentuk Komite Nasional untuk membantu tugas presiden sebelum DPR/MPR
terbentuk.
Berkaitan dengan UUD, terdapat perubahan dari bahan yang dihasilkan oleh BPUPKI,
antara lain:
a. Kata Muqaddimah diganti dengan kata Pembukaan.
b. Kalimat Ketuhanan, dengan menjalankan syariat Islam bagi pemeluk-
pemeluknya di dalam Piagam Jakartadiganti dengan Ketuhanan yang Mahaesa.
c. Mencoret kata-kata … dan beragama Islam pada pasal 6:1 yang
berbunyi Presiden ialah orang Indonesia Asli dan beragama Islam.
d. Sejalan dengan usulan kedua, maka pasal 29 pun berubah.
B. PERISTIWA RENGASDENGKLOK
A. KRONOLOGIS PERISTIWA
Jepang menyatakan menyerah tanpa syarat kepada sekutu pada tanggal 14 Agustus
1945. Berita tentang kekalahan Jepang ini masih dirahasiakan oleh Jepang. Namun berita
tersebut diterima melalui siaran radio di Jakarta oleh para pemuda yang termasuk orang-
orang Menteng Raya 31 seperti Chaerul Saleh, Abubakar Lubis, Wikana.1
Pada Rabu, 15 Agustus 1945 sekitar jam 20.00, para pemuda mengadakan pertemuan
di sebuah ruangan di belakang Laboratorium Biologi Pegangsaan Timur 17 (sekarang FKM
UI). Pertemuan dihadiri oleh Chaerul Saleh, Darwis, Djohar Nur, Kusnandar, Subadio,
Subianto, Margono, Aidit Sunyoto, Abubakar, E. Sudewo, Wikana, dan Armansyah. 2 Dari
rapat tersebut memutuskan bahwa golongan muda menginginkan kemerdekaan Indonesia
diajukan pada tanggal 16 Agustus 1945 dari tanggal yang telah dijanjikan oleh Jepang, karena
tidak ingin dicap sebagai negara bentukan Jepang. Kemudian para tokoh pemuda tersebut
mendatangi kediaman Soekarno untuk membahas hal tersebut, namun pendapat para pemuda
itu ditolak oleh Soekarno. Terjadilah perbedaan pendapat antara golongan tua dan golongan
muda.
Sekitar pukul 24.00, tanggal 15 Agustus 1945, setelah meninggalkan kediaman
Soekarno, mengadakan pertemuan di Jl. Cikini 71 Jakarta, yang memutuskan untuk
mengamankan Soekarno dan Hatta ke Rengasdengklok. Dengan tujuan agar selamat dari
tangan Jepang dan dapat melaksanakan Proklamasi kemerdekaan tanggal 16 Agustus 1945.
Rencana itu pun disepakati dan Shodanco Singgih ditunjuk untuk memimpin pelaksanaan
rencana tersebut.
Pada dini hari sekitar pukul 03.00 tanggal 16 Agustus 1945, sekelompok pemuda
mengamankan Soekarno dan Hatta di masing-masing kediamannya untuk menuju
Rengasdengklok. Menjelang subuh (sekitar 04.00) tanggal 16 Agustus 1945 mereka segera
menuju Rengasdengklok. Perjalanan ke Rengasdengklok dengan pengawalan tentara Peta
dilakukan sesudah makan sahur, sebab waktu itu memang bulan Puasa.3 Sesampainya di
Rengasdengklok, Soekarno dan Rombongan ditempatkan di rumah seorang keturunan
Tionghoa Djiaw Kie Siong yang berlokasi di RT 001/09 Nomor 41 Desa Rengasdengklok
Utara, Kecamatan Rengasdengklok, Kabupaten Karawang, Jawa Barat.4
Pada 16 Agustus 1945 yang semestinya diadakan pertemuan PPKI pukul 10.00 di
Jakarta, tetapi Soekarno dan Moh. Hatta tidak ada di tempat. Maka Ahmad Subarjo segera
mencari kedua tokoh tersebut. Setelah bertemu Yusuf Kunto dan Weikana, kemudian
terjadilah kesepakatan, sehingga Ahmad Subarjo diantara ke Rengasdengklok oleh Yusuf
Kunto. Mereka tiba di Rengasdengklok pukul 17.30 WIB. Kemudian Ahmad Subarjo
berbicara kepada para pemuda dan memberikan jaminan, bahwa proklamasi akan
dilaksanakan tanggal 17 Agustus sebelum pukul 12.00. Akhirnya Shodanco Subeno mewakili

1
2

3
4
para pemuda melepas Ir. Soekarno, Drs. Moh. Hatta, dan rombongan kembali ke Jakarta. 5
Namun, para pemuda belum percaya sepenuhnya untuk melepaskan Soekarno-Hatta. Sampai
akhirnya Ahmad Subardjo menjadikan dirinya sendiri sebagai jaminan, ia siap ditembak mati
oleh tentara PETA jika kemerdekaan Indonesia tidak diproklamirkan selambat-lambatnya
hari berikutnya pukul 12.00 WIB. Alhasil, Sukarni mempersilakan Soekarno-Hatta beserta
Subardjo untuk kembali ke Jakarta.
Sesampainya di Jakarta, tanpa membuang banyak waktu, rombongan tersebut segera
berkumpul di rumah Laksamana Maeda. Setelah beberapa waktu, Maeda mengajak mereka
untuk bertemu Letnan Jendral Otoshi Nishimura (Direktur Departemen Umum Pemerintahan
Militer). Dalam pertemuan itu Letnan Jenderal Nishimura menyampaikan bahwa pemerintah
Jepang keberatan akan kemauan pemimpin dan pemuda Indonesia untuk mempercepat
proklamasi kemerdekaan dengan alasan karena Jepang sudah menyerah kepada Sekutu dan
diminta untuk menjaga status quo di wilayah Indonesia. Namun karena tekad bangsa
Indonesia sudah kuat dan bersatu, maka rencana mempercepat proklamasi kemerdekaan tetap
dilaksanakan.6 Golongan tua dan pemuda Indonesia bersatu melanjutkan rapat untuk
membahas teks proklamasi. Hasil rapat tersebut adalah lahir dan ditandatanganinya teks
proklamasi atas nama bangsa Indonesia Soekarno-Hatta dan pengumuman bahwa hari itu,
Jumat, 17 Agustus 1945 pukul 10.00 WIB proklamasi kemerdekaan akan dibacakan di
halaman rumahnya di Jl. Pegangsaan Timur No.56.

B. GOLONGAN TUA VERSUS GOLONGAN MUDA


Golongan tua merupakan para tokoh pergerakan nasional tahun 1930-an, yang saat itu
telah tergabung dalam kepengurusan PPKI (Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia)
bentukan Jepang, antara lain Ir. Soekarno dan Moh. Hatta. Golongan tua yang banyak
menuangkan gagasan mereka dalam PPKI, berpemikiran matang dan bijaksana. Mereka
berpendapat bahwa kemerdekaan Indonesia, baik berstatus dari pemerintah Jepang maupun
hasil perjuangan bangsa Indonesia, tidak perlu dipermasalahkan karena pada kenyataannya
Jepang sudah kalah dalam Perang Pasifik. Justru hal utama yang perlu mendapat sorotan dan
tanggapan adalah pasukan Sekutu yang berusaha untuk mengembalikan kekuasaan Belanda
atas wilayah Indonesia. Maka dari itu, untuk memproklamirkan kemerdekaan harus
dilakasanakan melalui revolusi yang terorganisasi. Golongan tua percaya pada janji Jepang
yang telah merestui kemerdekaan Indonesia dan pada tanggal 16 Agustus 1945 PPKI akan
bersidang, untuk selanjutnya melaksanakan kemerdekaan itu.
Golongan pemuda, dengan rentang usia 17 sampai 30 tahun, yang satu suara
menyerukan, agar selama masa kekosongan kekuasaan (status quo) Indonesia, keadaan ini
dapat dimanfaatkan untuk sesegera mungkin memproklamirkan kemerdekaan Indonesia.
Dengan demikian, Indonesia dapat segera bebas oleh belenggu penjajahan dari bangsa
manapun dan dapat berdiri sebagai sebuah bangsa yang berdaulat penuh tanpa embel-embel
“pemberian kemerdekaan”. Pemuda menilai jika kemerdekaan Indonesia menunggu
dilaksanakan oleh panitia bentukan Jepang (PPKI) maka sama artinya kemerdekaan yang
nantinya lahir hanyalah kemerdekaan buatan Jepang yang sewaktu-waktu bisa dijajah lagi. 7
Disamping itu, para pemuda juga ingin membangun image bahwa kemerdekaan yang diraih
oleh bangsa Indonesia bukan semata-mata karena pemberian dari bangsa penjajah, namun
merupakan usaha perjuangan seluruh rakyat Indonesia. Golongan pemuda menginginkan agar
proklamasi kemerdekaan Indonesia cepat dilaksanakan karena hal ini merupakan hak dan
masalah rakyat Indonesia sendiri tanpa bergantung pada negara atau bangsa yang lain.8

5
St. Sularto dan D Rini Yunarti, Konflik di Balik Proklamasi, (Jakarta : Kompas Media Nusantara, 2010)
6
Saifulloh Ramdani, Op.cit
7
Dikarenakan upaya dialog untuk menciptakan proklamasi kemerdekaan bagi
Indonesia, antara golongan pemuda dan golongan tua pada 15 Agustus 1945 di Jakarta telah
gagal, maka para pemuda membawa Ir. Soekarno dan Moh. Hatta ke Rengasdengklok.
Tujuan para pemuda membawa Soekarno dan Hatta ke Rengasdengklok selain untuk
menghindari pengaruh dan tekanan Jepang terhadap Soekarno – Hatta, juga untuk
mengamankan keduanya dari hal-hal yang tidak diinginkan.9
Dalam suasana perdebatan panjang antara golongan pemuda dan Soekarno-Hatta yang
saling meyakinkan gagasan masing-masing, Ahmad Subardjo datang ke Rengasdengklok
untuk menjemput Soekarno – Hatta kembali ke Jakarta dan segera melaksanakan proklamasi
kemerdekaan. Subardjo terus berupaya menyakinkan Sukarni bahwa semua persediaan untuk
persiapkan proklamasi sudah diatur di Jakarta. Soekarno-Hatta pun berjanji akan
menandatangani proklamasi kemerdekaan itu dengan syarat harus ditanda-tangani di
Jakarta.10
Pendapat Hatta yang menyatakan bahwa pengamanan yang dilakukan golongan
pemuda atas dirinya dan Soekarno ke Rengasdengklok hanya sia-sia tidak sepenuhnya benar.
Memang terbukti tidak terjadi apa-apa di Jakarta, tetapi dalam masa pengamanan tersebut
perundingan panjang antara golongan pemuda dan golongan tua telah membentuk suatu tekad
yang kuat untuk segera memproklamirkan kemerdekaan Indonesia, sehingga apa yang telah
dicita-citakan bangsa Indonesia sebagai bangsa yang merdeka dan berdaulat dapat menjadi
kenyataan. Inilah potret konkret kontribusi semangat dan perjuangan golongan pemuda untuk
bangsa Indonesia.

C. TOKOH YANG BERPERAN PENTING


Berdasarkan kronologis Peristiwa Rengasdengklok, dapat dilihat bahwa pemuda
memiliki peran yang sangat besar dan penting. Berikut adalah tokoh-tokoh yang berperan
penting.

Sukarni

Nama lengkapnya adalah Sukarni Kartodiwirjo, lahir di Blitar, Jawa Timur 14 Juli
1916 dan meninggal di Jakarta 7 Mei 1971 pada umur 54 tahun. Dalam peristiwa
Rengasdengklok ia berperan mendesak Soekarno untuk segera memproklamasikan
kemerdekaan RI. Serta beliau juga mengidekan untuk menulis ‘atas nama Bangsa Indonesia’
di akhir teks proklamasi.

Chaerul Saleh

8
Edy Mulyawan, Peristiwa Rengasdengklok : Peran Pemuda yang Terselip Dalam Sejarah Kemerdekaan
Indonesia, terdapat dalam https://tautankata.wordpress.com/2010/08/16/peristiwa-rengasdengklok-peran-
pemuda-yang-terselip-dalam-sejarah-kemerdekaan-indonesia/, diakses pada Kamis, 17 September 2015 pukul
04:47 WIB di Surakarta
9
Muh. Ridhwan Indra dan Sophian Marthabaya, Peristiwa-Peristiwa di Sekitar Proklamasi 17-8-1945,
Jakarta: Sinar Grafika, 1989, hlm. 124-125
10
Ibid, hlm. 126
Ia adalah seorang pejuang dan tokoh politik Indonesia yang pernah menjabat sebagai
menteri, wakil perdana menteri, dan ketua MPRS antara tahun 1957 sampai 1966. Ia bersama
Wikana, Sukarni dan pemuda lainnya Soekarno dan Hatta dalam Peristiwa Rengasdengklok
agar kedua tokoh ini segera menyiarkan Proklamasi Kemerdekaan Indonesia setelah
kekalahan Jepang dari Sekutu  pada tahun 1945.

Wikana

Ia lahir di Sumedang, Jawa barat pada 18 Oktober 1914. Setelah Kemerdekaan


Wikana ditunjuk menjadi Ketua Angkatan Pemuda Indonesia (API) yang mempunyai  tujuan
memperteguh negara Kesatuan Republik Indonesia dengan memperjuangkan kemakmuran
yang merata pada masyarakat

Raden Achmad Soebardjo Djojoadisoerjo

Ia adalah Menteri Luar Negeri Indonesia yang pertama. Mr. Achmad Soebardjo
merupakan salah seorang tokoh dari golongan tua yang berperan dalam mempersiapkan
Proklamasi Kemerdekaan Indonesia. Mr. Achmad Soebardjo menyusun konsep teks
proklamasi di rumah Laksamana Tadashi Maeda bersama Bung Karno dan Bung Hatta

Adam Malik Batubara


Ia lahir di Pematangsiantar, Sumatera Utara, 22 Juli 1917. Ia adalah mantan Menteri
Indonesia pada beberapa Departemen, antara lain beliau pernah menjabat menjadi Menteri
Luar Negeri. Ia juga pernah menjadi  Wakil Presiden Indonesia yang ketiga. Menjelang 17
Agustus 1945, bersama Sukarni, Chaerul Saleh, dan Wikana, beliau pernah membawa Bung
Karno dan Bung Hatta ke Rengasdengklok untuk memproklamasikan kemerdekaan
Indonesia. Demi mendukung kepemimpinan Soekarno-Hatta, ia menggerakkan rakyat
berkumpul di lapangan Ikada, Jakarta.

Sayuti Melik

Nama aslinya adalah Mohamad Ibnu Sayuti, tokoh pemuda yang juga sangat berperan
dalam Proklamasi Kemerdekaan Indonesia. Peran Sayuti Melik adalah mengetik naskah
Proklamasi Kemerdekaan setelah ia sempurnakan dari tulisan tangan Bung Karno

Latif Hendraningrat

Abdul Latief Hendraningrat, lahir di Jakarta, 15 Februari 1911 – meninggal di Jakarta,


14 Maret 1983 pada umur 72 tahun, adalah seorang prajurit PETA berpangkat Sudanco
pengerek bendera Sang Saka Merah Putih tanggal 17 Agustus 1945 di Jalan Pegangsaan
Timur 56.
BAB III
PENUTUP
Peristiwa Rengasdengklok memiliki makna penting mengenai peran pemuda dalam
menyongsong kemerdekaan, kontribusi pemuda untuk mempersiapkan kemerdekaan bagi
Indonesia. Peristiwa Rengasdengklok merupakan suatu bentuk upaya pemuda agar
proklamasi kemerdekaan Indonesia segera dilaksanakan. Pada dasarnya, peristiwa ini terjadi
oleh munculnya suatu perbedaan gagasan antara golongan tua dan golongan pemuda. Baik
para pemimpin “angkatan tua” maupun para pemuda dari “generasi muda” sama-sama
berkeingan baik dan bertujuan sama: memproklamasikan kemerdekaan Indonesia. Hanya saja
cara yang mereka tempuh “berlainan langgamnya”.
Semasa proses transisi kemerdekaan Indonesia, terdapat perbedaan pandangan antara
golongan tua dan golongan muda. Baik golongan tua maupun golongan muda sama-sama
berpendapat bahwa kemerdekaan Indonesia harus segera diproklamasikan, hanya mengenai
caranya melaksanakan Proklamasi itu terdapat beda pendapat. Golongan tua sesuai dengan
perhitungan politiknya berpendapat bahwa Indonesia dapat merdeka tanpa pertumpahan
darah hanya jika tetap bekerjasama dengan Jepang. Mereka menggantungkan Proklamasi
Kemerdekaan Indonesia pada rapat Panitia Kesiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI).
B. SARAN

Berilah saya seribu orang tua, saya bersama mereka kiranya dapat memindah gunung, tetapi apabila
saya diberi sepuluh pemuda yang bersemangat dan berapi-api, kecintaannya pada bangsa dan tanah air
tumpah darahnya, saya akan menggemparkan dunia” (Bung Karno, Presiden RI pertama)
Kutipan salah satu founding fathers kita di atas agaknya benar adanya. Karena peran
pemuda dalam lintas sejarah membuktikan perkataannya. Baiknya kisah kejayaan pemuda ini
dapat dijadikan refleksi bagi pemuda masa kini untuk terus menyalakan spirit kecintaannya
pada bangsa dan tanah air, sesuai dengan kutipan di atas. Tanpa keberanian Sukarni, Wikana
dan kawan-kawan, mungkin sejarah akan berubah. Mungkin kita masih dijajah. Ataukah
kemerdekaan itu hanyalah status saja? Karena kesejahteraan belum merata, kemandirian
belum terasa.

Anda mungkin juga menyukai