Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

Tentang

ANCAMAN BANGSA INDONESIA TERHADAP


DISINTEGRASI NASIONAL

Oleh :

NAMA : IMANUEL ATAKARI


KELAS : XII IPS 2
MAPEL : SEJARAH INDONESIA

SMA NEGERI 01 ABAD


2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur Penulis ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena telah
memberikan kekuatan dan kemampuan sehingga makalah ini bisa selesai tepat pada
waktunya.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dan
mendukung dalam penyusunan makalah ini.
Penulis sadar makalah ini belum sempurna dan memerlukan berbagai perbaikan, oleh
karena itu kritik dan saran yang membangun sangat dibutuhkan.
Akhir kata, semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi para pembaca dan semua
pihak.

Kalabahi, 29 Agustus 2020

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Tujuan
C. Rumusan Masalah
BAB II PEMBAHASAN
A. Disintegrasi
B. Ancaman Disintegrasi di Indonesia
C. Cara Menanggulangi Disintegrasi Bangsa
D. Contoh Kasus
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Indonesia sebagai negara kesatuan pada dasarnya dapat mengandung potensi
kerawanan akibat keanekaragaman suku bangsa, bahasa, agama, ras dan etnis golongan.
Hal tersebut merupakan faktor yang berpengaruh terhadap potensi timbulnya konflik
sosial. Dengan semakin marak dan meluasnya konflik akhir-akhir ini, merupakan suatu
pertanda menurunnya rasa nasionalisme di dalam masyarakat.
Seperti halnya GAM (Gerakan Aceh Merdeka), yang kini hampir sudah tidak
terngiang lagi di telinga kita. Dulu kelompok ini benar-benar membuat repot bangsa
Indonesia, seandainya GAM berhasil berdisintegrasi dari Indonesia maka tidak ada lagi
lagu “Dari Sabang Sampai Merauke”, lagu pemersatu bangsa kita. Namun rakyat dan
bangsa ini tidak rela jika Aceh lepas dari pangkuan bunda pertiwi, maka dengan segala
upaya dilakukan bangsa ini untuk menghentikan gerakan ini, baik secara militer maupun
diplomatik. Kemudian apakah peristiwa itu akan terulang lagi untuk yang kesekian
kalinya di Negara kita? Bukankah kita sudah cukup kehilangan ditinggal oleh saudara-
saudara kita di Timor Timur.
Dan apakah konflik di Irian juga tidak akan terselesaikan? Gerakan Papua Merdeka
yang diam-diam menyusun strategi untuk berdisintegrasi dari Indonesia kita biarkan
begitu saja? Dimanakah rasa nasionalisme kita? Dimana rasa persatuan dan kesatuan kita?
Lalu apakah konflik-konflik kecil antar suku, agama, dan kelompok kita biarkan saja?
Ada apa dengan bangsa ini? Masalah disintegrasi bangsa merupakan masalah yang sangat
mengkhawatirkan kelangsungan hidup bangsa ini. Dimanakah nilai-nilai Pancasila yang
dulu dicita-citakan oleh bapak pendiri bangsa? Sudahkah nilai-nilai Pancasila luntur dari
bangsa ini? Untuk itu inilah PR bagi bangsa ini, bukan hanya pemerintah, bukan hanya
TNI dan POLRI tetapi juga kita seluruh warga Indonesia. Perlunya ditegakkan kembali
nilai-nilai Pancasila tidak bisa ditunda-tunda lagi, bangsa ini sudah krisis dalam segala
aspek kehidupan khususnya krisis moral. Nilai-nilai Pancasila harus dihidupkan kembali
dalam setiap aspek kehidupan, bukan hanya terkristalisasi sebagi ideologi Negara.
Permasalahan disintegrasi ini sangat kompleks sebagai akibat akumulasi
permasalahan Ideologi, politik, ekonomi, sosial budaya dan keamanan yang saling
tumpang tindih, apabila tidak cepat dilakukan tindakan-tindakan bijaksana untuk
menanggulangi sampai pada akar permasalahannya maka akan menjadi problem yang
berkepanjangan. Untuk itulah, makalah ini disusun dalam rangka menyadarkan kembali
akan pentingnya nilai-nilai Pancasila ditegakkan kembali.
B. Tujuan
Makalah ini disusun dengan tujuan sebagai berikut ini:
1. Memahami apa arti dari disintegrasi
2. Memahami tentang rasa nasionalisme
3. Memahami arti penting nilai-nilai Pancasila
4. Menumbuhkan rasa nasionalisme yang kini sudah hilang dari hati kita
5. Sebagai tugas individu yang wajib diselesaikan dalam mata kuliah pendidikan
kewarganegaraan.
C. Rumusan Masalah
Sesuai dengan latar belakang, maka penulis merumuskan masalah sebagai berikut:
1. Mengapa pada bangsa ini sangat mudah terjadi konflik SARA yang merupakan
akar dari disintegrasi bangsa?
2. Bagaimanakah solusi dini untuk mencegah disintegrasi bangsa ini?
BAB II
PEMBAHASAN

A. Disintegrasi
Disintegrasi secara harfiah dipahami sebagai perpecahan suatu bangsa menjadi
bagian-bagian yang saling terpisah (Webster’s New Encyclopedic Dictionary 1996). Bila
dicermati adanya gerakan pemisahan diri sebenarnya sering tidak berangkat dari idealisme
untuk berdiri sendiri akibat dari ketidak puasan yang mendasar dari perlakuan pemerintah
terhadap wilayah atau kelompok minoritas seperti masalah otonomi daerah, keadilan
sosial, keseimbangan pembangunan, pemerataan dan hal-hal yang sejenis.
Kekhawatiran tentang perpecahan (disintegrasi) bangsa di tanah air dewasa ini yang
dapat digambarkan sebagai penuh konflik dan pertikaian, gelombang reformasi yang
tengah berjalan menimbulkan berbagai kecenderungan dan realitas baru. Segala hal yang
terkait dengan Orde Baru termasuk format politik dan paradigmanya dihujat dan
dibongkar. Bermunculan pula aliansi ideologi dan politik yang ditandai dengan
menjamurnya partai-partai politik baru. Seiring dengan itu lahir sejumlah tuntutan daerah-
daerah diluar Jawa agar mendapatkan otonomi yang lebih luas atau merdeka yang dengan
sendirinya makin menambah problem, manakala diwarnai terjadinya konflik dan benturan
antar etnik dengan segala permasalahannya.
Penyebab timbulnya disintegrasi bangsa juga dapat terjadi karena perlakuan yang
tidak adil dari pemerintah pusat kepada pemerintah daerah khususnya pada daerah-daerah
yang memiliki potensi sumber daya/kekayaan alamnya berlimpah/ berlebih, sehingga
daerah tersebut mampu menyelenggarakan pemerintahan sendiri dengan tingkat
kesejahteraan masyarakat yang tinggi. Selain itu disintegrasi bangsa juga dipengaruhi oleh
perkembangan politik dewasa ini. Dalam kehidupan politik sangat terasa adanya
pengaruh dari statemen politik para elit maupun pimpinan nasional, yang sering
mempengaruhi sendi-sendi kehidupan bangsa, sebagai akibat masih kentalnya bentuk-
bentuk primodialisme sempit dari kelompok, golongan, kedaerahan bahkan agama. Hal
ini menunjukkan bahwa para elit politik secara sadar maupun tidak sadar telah
memprovokasi masyarakat. Keterbatasan tingkat intelektual sebagian besar masyarakat
Indonesia sangat mudah terpengaruh oleh ucapan-ucapan para elitnya sehingga dengan
mudah terpicu untuk bertindak yang menjurus kearah terjadinya kerusuhan maupun
konflik antar kelompok atau golongan.
B. Ancaman Disintegrasi di Indonesia
Berdasarkan faktor penyebab terjadinya isu dan gerakan disintegrasi yang
diterangkan di atas, jelas sekali bahwa bangsa ini sangat rawan adanya gerakan maupun
konflik daerah yang menjurus ke arah disintegrasi. Setelah lepasnya Timor Leste dari
pangkuan ibu pertiwi, bangsa ini masih ada ancaman disintegrasi kembali. Setelah GAM
mereda, ada Gerakan Papua Merdeka, yang notabene juga sama seperti GAM yaitu ingin
memerdekakan daerahnya dan lepas dari Indonesia. Akhir-akhir ini juga sering terjadi
konflik-konflik kecil di daerah, seperti di Tarakan, Kalimantan Timur, dan juga yang
masih sering terjadi kerusuhan di Ambon. Konflik-konflik terjadi karena perbedaan suku
maupun agama.
Bangsa ini rasanya tidak akan pernah lepas dari masalah disintegrasi, karena
manusia-manusianya tidak segera sadar. Bangsa ini masih terlalu lemah untuk mengikat
tali persatuan dan kesatuan dari Sabang sampai Merauke. Apalagi sekarang ini memasuki
era globalisasi, dimana jalinan informasi dan komunikasi sudah saling terbuka di seluruh
dunia. Kehadiran globalisasi memang membawa dampak yang baik juga terhadap
kehidupan kita, karena kita sekarang lebih bisa berinteraksi dan mendapat lebih banyak
ilmu pengetahuan dari bangsa lain sehingga kita tidak terpuruk dalam keterbelakangan.
Namun dampak negatif yang ditimbulkan juga besar sekali untuk memicu terjadinya
disintegrasi suatu bangsa.
Beberapa dampak negative dari globalisasi:
1. Globalisasi mampu meyakinkan masyarakat Indonesia bahwa liberalisme dapat
membawa kemajuan dan kemakmuran. Sehingga tidak menutup kemungkinan
berubah arah dari ideologi Pancasila ke ideologi liberalisme. Jika hal tesebut
terjadi akibatnya rasa nasionalisme bangsa akan hilang
2. Dari globalisasi aspek ekonomi, hilangnya rasa cinta terhadap produk dalam negeri
karena banyaknya produk luar negeri (seperti Mc Donald, Coca Cola, Pizza
Hut,dll.) membanjiri di Indonesia. Dengan hilangnya rasa cinta terhadap produk
dalam negeri menunjukan gejala berkurangnya rasa nasionalisme masyarakat kita
terhadap bangsa Indonesia.
3. Mayarakat kita khususnya anak muda banyak yang lupa akan identitas diri sebagai
bangsa Indonesia, karena gaya hidupnya cenderung meniru budaya barat yang oleh
masyarakat dunia dianggap sebagai kiblat.
4. Mengakibatkan adanya kesenjangan sosial yang tajam antara yang kaya dan
miskin, karena adanya persaingan bebas dalam globalisasi ekonomi. Hal tersebut
dapat menimbulkan pertentangan antara yang kaya dan miskin yang dapat
mengganggu kehidupan nasional bangsa.
Arus globalisasi begitu cepat merasuk ke dalam masyarakat terutama di kalangan
muda. Pengaruh globalisasi terhadap anak muda juga begitu kuat. Pengaruh globalisasi
tersebut telah membuat banyak anak muda kita kehilangan kepribadian diri sebagai
bangsa Indonesia. Hal ini ditunjukkan dengan gejala- gejala yang muncul dalam
kehidupan sehari- hari anak muda sekarang. Dari cara berpakaian banyak remaja- remaja
kita yang berdandan seperti selebritis yang cenderung ke budaya Barat. Mereka
menggunakan pakaian yang minim bahan yang memperlihatkan bagian tubuh yang
seharusnya tidak kelihatan. Padahal cara berpakaian tersebut jelas- jelas tidak sesuai
dengan kebudayaan kita. Tak ketinggalan gaya rambut mereka dicat beraneka warna.
Pendek kata orang lebih suka jika menjadi orang lain dengan cara menutupi identitasnya.
Tidak banyak remaja yang mau melestarikan budaya bangsa dengan mengenakan pakaian
yang sopan sesuai dengan kepribadian bangsa.
Teknologi internet merupakan teknologi yang memberikan informasi tanpa batas
dan dapat diakses oleh siapa saja. Apa lagi bagi anak muda internet sudah menjadi
santapan mereka sehari- hari. Jika digunakan secara semestinya tentu kita memperoleh
manfaat yang berguna. Tetapi jika tidak, kita akan mendapat kerugian. Dan sekarang ini,
banyak pelajar dan mahasiswa yang menggunakan tidak semestinya. Misalnya untuk
membuka situs-situs porno. Bukan hanya internet saja, ada lagi pegangan wajib mereka
yaitu handphone. Rasa sosial terhadap masyarakat menjadi tidak ada karena mereka lebih
memilih sibuk dengan menggunakan handphone.
C. Cara Menanggulangi Disintegrasi Bangsa
Dari hasil analisis diperlukan suatu upaya pembinaan yang efektif dan berhasil,
diperlukan pula tatanan, perangkat dan kebijakan yang tepat guna memperkukuh integrasi
nasional antara lain :
1. Membangun dan menghidupkan terus komitmen, kesadaran dan kehendak untuk
bersatu.
2. Menciptakan kondisi dan membiasakan diri untuk selalu membangun konsensus.
3. Membangun kelembagaan (pranata) yang berakarkan nilai dan norma (nilai-nilai
Pancasila) yang menyuburkan persatuan dan kesatuan bangsa.
4. Merumuskan kebijakan dan regulasi yang konkret, tegas dan tepat dalam aspek
kehidupan dan pembangunan bangsa yang mencerminkan keadilan bagi semua
pihak, semua wilayah.
5. Upaya bersama dan pembinaan integrasi nasional memerlukan kepemimpinan
yang arif dan bijaksana, serta efektif.
D. Contoh Kasus
1. Pria yang Dibakar Massa Terduga Keras Pencuri Ampli
MA (25) tewas dikeroyok dan dibakar warga Kecamatan Babelan, Kabupaten Bekasi,
karena dituduh sebagai pencuri amplifier di Musala Al-Hidayah. Dari hasil
pemeriksaan terhadap saksi-saksi dan barang bukti, polisi menyimpulkan MA sebagai
terduga pelaku pencurian ampli tersebut. "Kita sudah memeriksa 17 saksi berkaitan
kasus pencurian dan pengeroyokan ini. Untuk kasus pencurian amplifier, kita
memeriksa 8 saksi dan kemudian untuk kasus pengeroyokan kita memeriksa 9 orang,
2 (di antaranya) kita tetapkan sebagai tersangka (pengeroyokan)," terang Kapolrestro
Bekasi Kombes Asep Adi Saputra kepada wartawan. Berdasarkan keterangan 8 saksi
terkait dengan kasus pencurian ampli, polisi menyimpulkan MA sebagai terduga
pencurian ampli tersebut. "Berdasarkan keterangan saksi dan beberapa hari kita dalami
dengan keterangan saksi-saksi yang terus bertambah, kemudian juga bukti-bukti yang
ada di TKP dan penyelidikan yang ada, untuk kasus pencurian yang dilaporkan terkait
ampliflier ini penyidik sudah menyusun kesimpulan bahwa Saudara MA terduga keras
melakukan aksi pencurian tersebut," papar Asep. Polisi juga telah memeriksa saksi
kunci Rojali terkait dengan pencurian amplifier tersebut. Rojali adalah marbut musala
yang pertama kali mengetahui ampli tersebut hilang. "Saudara Rojali sebagai marbut
dari Musala Al-Hidayah itu berkali-kali menegaskan dialah yang menangkap tangan
terduga pelaku Saudara MA ketika membawa amplifier tersebut," tuturnya. Saat itu
Rojali bahkan mengejar MA hingga ke Pasar Muara, Babelan, yang berjarak 3-4 km
dari musala. MA saat itu melarikan diri dengan menggunakan motor sehingga
akhirnya terjatuh dan tertangkap massa. "Jadi penyidik sudah sampai pada kesimpulan
bahwa Saudara MA diduga keras sebagai pelaku pencurian tersebut," ujar Asep.
"Mengapa kita menggunakan kata 'terduga', tentunya kita dalam penyidikan
menggunakan asas praduga tak bersalah," ungkapnya. Di samping itu, tidak ada
pengakuan yang bisa didengar polisi dari MA karena sudah meninggal. Meski
demikian, kata Asep, tindakan main hakim sendiri tidak bisa dibenarkan. "Meskipun
yang bersangkutan benar pelakunya, tindakan main hakim sendiri tentu tidak bisa
dibenarkan," tandasnya.
2. Tawuran Antar Pelajar, Penyebab dan Solusinya
Tawuran yang sering dilakukan pada sekelompok remaja terutama oleh para pelajar
seolah sudah tidak lagi menjadi pemberitaan dan pembicaraan yang asing lagi
ditelinga kita. Inilah beberapa contoh yang bisa kita kemukakan sebagai bukti
terjadinya tawuran yang dilakukan oleh para remaja beberapa tahun lalu. Dalam hal
tawuran, di kota-kota besar seperti Jakarta, Surabaya, dan Medan, tingkat tawuran
antar pelajar sudah mencapai ambang yang cukup memprihatinkan. Data di Jakarta
misalnya (Bimmas Polri Metro Jaya), tahun 1992 tercatat 157 kasus perkelahian
pelajar. Tahun 1994 meningkat menjadi 183 kasus dengan menewaskan 10 pelajar,
tahun 1995 terdapat 194 kasus dengan korban meninggal 13 pelajar dan 2 anggota
masyarakat lain. Tahun 1998 ada 230 kasus yang menewaskan 15 pelajar serta 2
anggota Polri, dan tahun berikutnya korban meningkat dengan 37 korban tewas.
Terlihat dari tahun ke tahun jumlah perkelahian dan korban cenderung meningkat.
Bahkan sering tercatat, dalam satu hari di Jakarta terdapat sampai tiga kasus
perkelahian di tiga tempat sekaligus (www.smu-net.com). Kalau kita baca uraian
diatas jelas sangat tidak sinkron antara tujuan UU no.20 tahun 2003 tetang system
pendidikan dengan kenyataan yang ada dilapangan, bahkan jauh sebelum UU no. 20
tahun 2003 lahir, tauran pelajar sudah terjadi,, pertanyaannya adalah apakah dengan
lahirnya UU no. 20 tahun 2003 bisa mengatasi tauran pelajar ? atau mungkin ada
masalah lain ?. Bagaimana mengatasi tauran yang hampir tiap hari terjadi di Jakarta ?
langkah-langkah apa saja yang bisa dilakukan agar tauran bisa diatasi
 Faktor- faktor yang menyebabkan tawuran pelajar
Berikut ini adalah faktor-faktor yang menyebabkan tawuran pelajar, diantaranya :
a. Faktor Internal
Faktor internal ini terjadi didalam diri individu itu sendiri yang berlangsung
melalui proses internalisasi diri yang keliru dalam menyelesaikan
permasalahan disekitarnya dan semua pengaruh yang datang dari luar. Remaja
yang melakukan perkelahian biasanya tidak mampu melakukan adaptasi
dengan lingkungan yang kompleks. Maksudnya, ia tidak dapat menyesuaikan
diri dengan keanekaragaman pandangan, ekonomi, budaya dan berbagai
keberagaman lainnya yang semakin lama semakin bermacam-macam. Para
remaja yang mengalami hal ini akan lebih tergesa-gesa dalam memecahkan
segala masalahnya tanpa berpikir terlebih dahulu apakah akibat yang akan
ditimbulkan. Selain itu, ketidakstabilan emosi para remaja juga memiliki andil
dalam terjadinya perkelahian. Mereka biasanya mudah friustasi, tidak mudah
mengendalikan diri, tidak peka terhadap orang-orang disekitarnya. Seorang
remaja biasanya membutuhkan pengakuan kehadiran dirinya ditengah-tengah
orang-orang sekelilingnya. Di antara pelajar laki-laki, tawuran seperti sudah
menjadi tradisi yang harus dilakukan. Kalau enggak tawuran, enggak jantan,
enggak keren, enggak mengikutiperkembangan zaman, atau banyak lagi
anggapan lain. Dalam studinya tentang kekerasan, Foucault, seorang psikolog
sosial, menyatakan bahwa kekerasan adalah buah dari simbolisasi perlawanan
akan bentukan emosi yang menekan manusia secara eksistensial. Disisi yang
lain, Eric Fromm menyatakan bahwa kekerasan adalah wujud dari ketakutan
dan keterancaman. Dari dua teori diatas, kita tentu memahami mengapa pelajar
melakukan kekerasan. Sebagai manusia remaja, pelajar, dalam pengalaman
keseharian mereka, merasakan bentukan hegemoni dari orang yang lebih
dewasa (orang tua, guru dan sekolah itu sendiri) melalui aturan normative yang
membelit kebebasan mereka. Mereka lebih sering dituntut untuk memahami
segala bentuk tatanan yang sifatnya baru bagi mereka daripada diberikan
kebebasan untuk berpikir kritis atas tatanan-tatanan tersebut. Mereka
merasakan sebuah keterancaman eksistensial dimana keberadaan mereka tidak
terlalu diakui sebagai selayaknya manusia yang setara. Mereka adalah gudang
kesalahan yang setiap hari selalu diposisikan sebagai sosok yang tidak pernah
benar di mata orang dewasa.
b. Faktor Eksternal
Faktor eksternal adalah faktor yang datang dari luar individu, yaitu :
 Faktor Keluarga
Keluarga adalah tempat dimana pendidikan pertama dari orangtua
diterapkan. Jika seorang anak terbiasa melihat kekerasan yang dilakukan
didalam keluarganya maka setelah ia tumbuh menjadi remaja maka ia akan
terbiasa melakukan kekerasan karena inilah kebiasaan yang datang dari
keluarganya. Selain itu ketidak harmonisan keluarga juga bisa menjadi
penyebab kekerasan yang dilakukan oleh pelajar. Suasana keluarga yang
menimbulkan rasa tidak aman dan tidak menyenangkan serta hubungan
keluarga yang kurang baik dapat menimbulkan bahaya psikologis bagi
setiap usia terutama pada masa remaja. Menurut Hirschi (dalam Mussen
dkk, 1994). Berdasarkan hasil penelitian ditemukan bahwa salah satu
penyebab kenakalan remaja dikarenakan tidak berfungsinya orang tua
sebagai figure teladan yang baik bagi anak (hawari, 1997). Berdasarkan
hasil penelitian ditemukan bahwa salah satu penyebab kenakalan remaja
dikarenakan tidak berfungsinya orang tua sebagai figure teladan yang baik
bagi anak (hawari, 1997). Jadi disinilah peran orangtua sebagai penunjuk
jalan anaknya untuk selalu berprilaku baik.
 Faktor Sekolah
Dalam beberapa diskusi atau tulisan yang dimuat di media masa, beberapa
ahli atau penggiat pendidikan sering mengopinikan adanya kebutuhan akan
kegiatan-kegiatan positif yang mampu mewadahi kreativitas dan
dinamisasi kehidupan remaja dalam rangka mengurangi angka terjadinya
tawuran antar siswa baik di tingkat SMP atau SMU. Kegiatan-kegiatan
positif bisa dibentukan dalam aktivitas persahabatan antar sekolah yang
lebih menitikberatkan kepada persoalan-persoalan ilmiah. Dari kegiatan
tersebut akan muncul sebuah keakraban universal diantara mereka para
pelajar. Sekolah tidak hanya untuk menjadikan para siswa pandai secara
akademik namun juga pandai secara akhlaknya . Sekolah merupakan
wadah untuk para siswa mengembangkan diri menjadi lebih baik. Namun
sekolah juga bisa menjadi wadah untuk siswa menjadi tidak baik, hal ini
dikarenakan hilangnya kualitas pengajaran yang bermutu. Contohnya
disekolah tidak jarang ditemukan ada seorang guru yang tidak memiliki
cukup kesabaran dalam mendidik anak muruidnya akhirnya guru tersebut
menunjukkan kemarahannya melalui kekerasan. Hal ini bisa saja ditiru
oleh para siswanya. Lalu disinilah peran guru dituntut untuk menjadi
seorang pendidik yang memiliki kepribadian yang baik.
 Faktor Lingkungan
Lingkungan rumah dan lingkungan sekolah dapat mempengaruhi perilaku
remaja. Seorang remaja yang tinggal dilingkungan rumah yang tidak baik
akan menjadikan remaja tersebut ikut menjadi tidak baik. Kekerasan yang
sering remaja lihat akan membentuk pola kekerasan dipikiran para remaja.
Hal ini membuat remaja bereaksi anarkis. Tidak adanya kegiatan yang
dilakukan untuk mengisi waktu senggang oleh para pelajar disekitar
rumahnya juga bisa mengakibatkan tawuran. Dosen Psikologi Universitas
Indonesia, Winarini Wilman, dalam diskusi bersama Litbang Kompas,
bulan lalu, mengatakan, fenomena tawuran pelajar di Jakarta sudah terjadi
selama puluhan tahun. Dari kacamata psikologis, ujar Winarini, tawuran
merupakan perilaku kelompok. Ada sejarah, tradisi, dan cap yang lama
melekat pada satu sekolah yang lalu terindoktrinasi dari siswa senior
kepada yuniornya.
 Solusi Untuk Mengatasi Tawuran di Sekolah
a. Memberikan pendidikan moral untuk para pelajar
b. Menghadirkan seorang figur yang baik untuk dicontoh oleh para pelajar.
Seperti hadirnya seorang guru, orangtua, dan teman sebaya yang dapat
mengarahkan para pelajar untuk selalu bersikap baik
c. Memberikan perhatian yang lebih untuk para remaja yang sejatinya sedang
mencari jati diri
d. Memfasilitasi para pelajar untuk baik dilingkungan rumah atau dilingkungan
sekolah untuk melakukan kegiatan-kegiatan yang bermanfaat diwaktu
luangnya. Contohnya : membentuk ikatan remaja masjid atau karangtaruna
dan membuat acara-acara yang bermanfaat, mewajibkan setiap siswa
mengikuti organisasi atau ekstrakulikuler disekolahnya.
e. Bahkan antara tahun 2002 sampai tahun 2005 tauran mulai berkurang karena
pada saat itu Dinas Pendidikan DKI Jakarta memberikan instruksi kepada
seluruh sekolah khususnya SLTA agar tiap-tiap sekolah siswanya mengikuti
kegiatan kesiswaan dengan system mentoring.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Dari hasil analisis tersebut diatas dapatlah diambil kesimpulan sebagai berikut :
 Disintegrasi bangsa, separatisme merupakan permasalahan kompleks, akibat
akumulasi permasalahan politik, ekonomi dan keamanan yang saling tumpang
tindih sehingga perlu penanganan khusus dengan pendekatan yang arif serta
mengutamakan aspek hukum, keadilan, sosial budaya.
 Pemberlakuan Otonomi Daerah merupakan implikasi positif bagi masa depan
daerah di Indonesia namun juga berpotensi untuk menciptakan mengentalnya
heterogental dibidang SARA.
 Pertarungan elit politik yang diimplementasikan kepada penggalangan massa yang
dapat menciptakan konflik horizintal maupun vertical harus dapat diantisipasi.
 Kepemimpinan dari elit politik nasional hingga kepemimpinan daerah sangat
menentukan meredamnya konflik pada skala dini. Namun pada skala kejadian
diperlukan profesionalisme aparat kemanan secara terpadu.
 Efek global, regional dengan faham demokrasi yang bergulir saat ini perlu
diantisipasi dengan penghayatan wawasan kebangsaan melalui edukasi dan
sosialisasi.
B. Saran
Untuk mendukung terciptanya keberhasil mencegah terjadinya disintegrasi:
 Penyelesaian konflik yang bernuansa separatisme bersenjata harus diselesaikan
dengan pendekatan militer terbatas dan professional guna menghindari korban
dikalangan masyarakat dengan memperhatikan aspek ekonomi dan sosial budaya
serta keadilan yang bersandar pada penegakan hukum.
 Penyelesaian konflik yang bernuansa SARA diatasi melalui pendekatan hukum
dan HAM.
 Penyelesaian konflik akibat peranan otonomi daerah yang menguatkan faktor
perbedaan, disarankan kepemimpinan daerah harus mampu meredam dan
memberlakukan reward and punishment dari strata pimpinan diatasnya.
 Guna mengantisipasi segala kegiatan separatisme ataupun kegiatan yang
berdampak disintegrasi bangsa perlu dibangun dan ditingkatkan institusi inteligen
yang handal.
DAFTAR PUSTAKA

Surjanto, Brigadir Jenderal TNI, Mengatasi Gerakan Sparatis di Irian Jaya dengan Pendekatan
Ketahanan Nasional, Jakarta, Lemhannas, 2001.

HB. Amiruddin Maulana, Drs, SH, Msi. Menjaga Kepantingan Nasional Melalui Pelaksanaan
Otonomi Daerah Guna Mencegah Terjadinya Disintegrasi Bangsa, Jakarta, Lemhannas, 2001.

Amirul Isnaini, Mayor Jenderal TNI, Mencegah Keinginan beberapa Daerah Untuk
Memisahkan Diri dari Tegak Utuhnya NKRI, Jakarta, Lemhannas, 2001.

Krsna @Yahoo.com. Pengaruh Globalisasi Terhadap Pluralisme Kebudayaan Manusia di


Negara Berkembang.2005.internet:Public Jurnal

Situs Web:

http://id.wikipedia.org/wiki/Nasionalisme

http://pormadi.wordpress.com/2007/10/01/nilai-nilai-pancasila-dan-uud-1945/

http://ideologipancasila.wordpress.com/2007/08/14/perda-syariat-mengancam-integrasi-
bangsa/

http://klubhausbuku.wordpress.com/2008/05/16/ancaman-bahaya-disintegrasi/

http://id.shvoong.com/social-sciences/1696931-disintegrasi-nasional/

http://ayobukasaja.blogspot.co.id/2011/08/makalah-pendidikan-kewarganegaraan.html

http://vanela-fantasy.blogspot.co.id/2014/10/tawuran-antar-pelajar-penyebab-dan_25.html

https://news.detik.com/berita/d-3592856/polisi-pria-yang-dibakar-massa-terduga-keras-
pencuri-ampli

Anda mungkin juga menyukai