Penulis mengucapkan syukur kepada Allah SWT atas limpahan nikmat sehat-Nya, baik itu
berupa sehat fisik maupun akal pikiran, sehingga penulis mampu untuk menyelesaikan
pembuatan laporan tugas sebagai tugas akhir dari semester 1
Penulis tentu menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari kata sempurna dan masih banyak
terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya. Untuk itu, penulis mengharapkan kritik
serta saran dari pembaca untuk laporan ini, supaya laporan ini nantinya dapat menjadi laporan
yang lebih baik lagi. Kemudian apabila terdapat banyak kesalahan pada laporan ini penulis
mohon maaf yang sebesar-besarnya.
Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak khususnya kepada guru Sejarah
Indonesia Wajib, Bapak Wayan Sumendra kami yang telah memberikan materi dan arahan
terhadap isi laporan ini.
Penulis
I
DAFTAR ISI
D. Peranan Indonesia pada Organisasi Kerjasama Islam Error! Bookmark not defined.
II
A. Latar Belakang Berdirinya OKI
Kemunculan OKI tidak dapat dilepaskan dari adanya semangat Pan-Islamisme. Pan-
Islamisme sendiri merupakan teori politik yang dikembangkan oleh Jamaluddin al-
Afghani dan murid-muridnya.Teori ini menekankan solidaritas antar umat Islam, dalam
menghadapi dominasi ekonomi dan politik Barat.
Pada tahun 1940-an sampai 1950-an, Arab Saudi dan wilayah muslim di Anak Benua India
memimpin upaya-upaya untuk mendirikan badan Islam internasional. Upaya ini digalakkan
untuk menghadapi oposisi dari rezim-rezim sekuler di Mesir, Turki, dan Iran.
Konferensi Ekonomi Islam Internasional pertama berlangsung di Karachi pada 1949,
dan yang kedua di Teheran pada 1950. Sementara Konferensi Ulama Muslim
diselenggarakan pada 1952 di Karachi atas inisiatif mufti besar Palestina, Amin al-Husaini.
Di dalam konferensi itu, ia menyerukan kesatuan Islam.
Meskipun seruan-seruan kesatuan Islam atau Pan-Islamisme telah dikumandangkan di
tahun-tahun tersebut, tetapi kaum sekularis, sosialis, dan nasionalis regional belum siap
mengatasi perbedaan dan menempa kesatuan atas dasar iman yang sama.
Baru pada tahun 1960-an, muncul upaya-upaya baru dalam membangun ikatan antar
negara-negara muslim. Pangeran mahkota Saudi, yang nantinya menjadi Raja Faishal
memimpin upaya baru ini. Ia berambisi membendung nasionalisme Arab.
Situasi berubah drastis pasca-Perang Arab-Israel atau sering disebut Perang Enam Hari.
Dalam perang tersebut, Israel mengalahkan aliansi negara Arab yang terdiri dari Mesir,
Yordania, dan Suriah. Kekalahan aliansi Arab berbuntut pada pendudukan di beberapa
wilayah Arab dan tempat-tempat suci di Yerusalem, salah satunya adalah Masjid al-Aqsha.
Di tengah kondisi yang semakin mendesak, Amin al-Husaini dan Raja Faishal segera
menyerukan konferensi tingkat tinggi Islam. Seruan itu mendapat sambutan hangat dari
beberapa pemimpin muslim lain, salah satunya adalah Tunku Abdul Rahman dari malaysia.
Pada 21 Agustus 1969, Israel secara brutal membakar Masjid al-Aqsha. Tentu saja
tindakan tersebut memicu protes keras dari negara-negara muslim lain, desakan untuk
segera diselenggarakannya Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) pun semakin menguat.
Nasser dan golongan nasionalis lain pun tidak dapat lagi mengabaikan seruan pan-
Islamisme.
KTT Islam pertama akhirnya terselenggara pada tanggal 22-25 September 1969 di
Rabat, Maroko. Para pemimpin di Rabat yakin bahwa rakyat mereka dapat membentuk
suatu umat yang tidak dapat dipecah dan bertekad mengerahkan upaya bersama untuk
membela kepentingan antar negara muslim. Tekad ini melahirkan Organisasi Konferensi
Islam (OKI) atau Organization of the Islamic Conference (OIC), yang secara resmi
diproklamasikan pada bulan Mei 1971.
B. Faktor Pendorong
-1-
C. Sejarah Singkat
Keputusan yang dihasilkan dalam KTT tersebut adalah kutukan terhadap tindakan
Israel menduduki Yerusalem dan rencana konferensi tingkat menteri luar negeri negra
Islam di Jeddah, Saudi Arabia. Berdasarkan keputusan konferensi di Jeddah iniah dibentuk
Organisasi Konferensi Islam di Karachi, Pakistan pada Desember 1970.
Tujuan dibentuknya Organisasi Konferensi Islam (OKI), antara lain:
1. Meningkatkan solidaritas Islam antaranggotanya
2. Berusaha menghapuskan perbedaan rasial, kolonialisme dalam segala bentuk dan
manifestasinya, serta masalah diskriminasi.
3. Mengkoordinasi usaha-usaha untuk melindungi tempat-tempat suci Islam
4. Membendung dan membantu perjuangan rakyat Palestina untuk memperoleh hak-hak
serta tanah airnya
5. Memperteguh perjuangan Islam dengan maksud melindungi kehormatan,
kemerdekaan, dan hak-hak nasional mereka.
Ada dua badan dalam Organisasi Konferensi Islam, yaitu Badan-Badan Utama dan
Komite-Komite Khusus
Badan-badan utama. Badan-badan utama dalam Organisasi Konferensi Islam (OKI) ada
empat macam, yaitu KTT OKI, Konferensi Menteri Luar Negeri, Sekretariat Jendral, dan
Mahkamah Islam Internasional. (
1. Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) KTT OKI merupakan pertemuan yang dihadairi
oleh kepala negara dan pemerintahan negara anggota OKI. KTT ini biasanya
diselenggarakan tiap tiga tahun sekali. KTT OKI merupakan otoritas tertinggi dalam
OKI.
2. Konferensi Menteri Luar Negeri. Konferensi Menteri Luar Negeri biasanya
diselenggarakan tiap tahun. Konferensi ini biasanya membahas tentang pelaksanaan
kebijakan OKI.
3. Sekretariat jendral. Sekretariat jendral merupakan badan eksekutif yang dipimpin
oleh seseorang sekretaris jendral dengan empat orang asisten. Sekretariat jendral OKI
berkedudukan di Jeddah, Saudi Arabia.
-2-
4. Mahkamah Islam Internasional. Mahkamah islam internasional merupakan badan
pengadilan yang bertugas menyelesaikan persengketaan antaranggota secara damai.
Mahkamah ini berkedudukan di Kuwait.
Organisasi Konferensi Islam (OKI) mempunyai tiga komite khusus, yaitu Komite Al Quds
Yerusalem, Komite tetap keuangan, dan komite ekonomi, sosial dan budaya.
1. Komite Al Quds Yerusalem. Komite Al Quds Yerusalem beranggotakan lima belas
orang yang diketahui oleh Raja Hasan dari Maroko. Komite ini dibentuk tahun 1975
dengan tujuan mengadakan pengkajian dari resolusi-resolusi yang diambil OKI atau
organisasi Internasional yang menyangkut masalah Yerusalem.
2. Komite tetap keuangan. Komite tetap keuangan beranggotakan semua negara anggota
OKI. Komite ini bertugas mempersiapkan, melakukan, dan melaksanakan
pengawasan atau penggunaan anggaran sekretariat jendral.
3. Komite ekonomi, sosial dan budaya. Komite ekonomi, sosial da budaya
beranggotakan semua negara anggota OKI. Komite ini bersidang dua kali dalam
setahun di salah satu negara anggota.
-3-