Anda di halaman 1dari 15

LAPORAN PENDAHULUAN

MORBILI (CAMPAK)

DI SUSUN OLEH

MUHAMMAD AFIF

ZAINUDIN BAHRIN

POLTEKKES KEMENKES PALU

PRODI DIII KEPERAWATAN POSO

T.A 2021/2022
ASKEP MORBILI
Bab I
A. Konsep Penyakit

1. Definisi
Morbili adalah penyakit infeksi virus akut yang ditandai oleh tiga stadium yaitu
stadium kataral, stadium erupsi, dan stadium konvalensi (Suriadi, 2001: 211).
Morbili adalah penyakit infeksi virus akut, menular yang ditandai dengan 3
stadium, yaitu stadium kataral, stadium erupsi, dan stadium konvalesensi. (Mansjoer,
2000 : 47).
Campak adalah organisme yang sangat menular ditularkan melalui rute udara dari
seseorang yang terinfeksi pada orang lain yang rentan (Smeltzer, 2001: 2443)

2. Etiologi
Penyebabnya adalah virus morbili yang terdapat dalam sekret nasofaring dan
darah sealma masa prodormal sampai 24 jam setelah timbul bercak-bercak. Virus ini
berupa virus RNA yang termasuk famili Paramiksoviridae, genus Morbilivirus, Cara
penularan dengan droplet infeksi.
Biasanya penyakit ini timbul pada masa anak dan kemudian menyebabkan
kekebalan seumur hidup. Bayi yang dilahirkan oleh ibu yang pernah menderita morbili
akan mendapat kekebalan secara pasif (melalui plasenta) sampai umur 4-6 bulan dan
setelah umur tersebut kekebalan akan mengurang sehingga si bayi dapat menderita
morbili. Bila seseorang wanita menderita morbili ketika ia hamil 1 atau 2 bulan, maka
50% kemungkinan akan mengalami abortus, bila ia menderita morbili pada trimester I,
II, atau III maka ia akan mungkin melahirkan seorang anak dengan kelainan bawaan atau
seorang anak dengan BBLR, atau lahir mati atau anak yang kemudian meninggal
sebelum usia 1 tahun.

3. Patofisiologi
Penularannya sangat efektif, dengan sedikit virus yang infeksius sudah dapat
menimbulkan infeksi pada seseorang. Penularan campak terjadi melalui droplet melalui
udara, terjadi antara 1-2 hari sebelum timbul gejala klinis sampai 4 hari setelah timbul
ruam. Di tempat awal infeksi, penggadaan virus sangat minimal dan jarang dapat
ditemukan virusnya. Virus masuk kedalam limfatik lokal, bebas maupun berhubungan
dengan sel mononuklear mencapai kelenjar getah bening lokal. Di tempat ini virus
memperbanyak diri dengan sangat perlahan dan dari tempat ini mulailah penyebaran ke
sel jaringan limforetikular seperti limpa.
Sel mononuklear yang terinfeksi menyebabkan terbentuknya sel raksasa berinti
banyak Sedangkan limfosit T meliputi klas penekanan dan penolong yang rentan
terhadap infeksi, aktif membelah. Gambaran kejadian awal di jaringan limfoid masih
belum diketahui secara lengkap, tetapi 5-6 hari setelah infeksi awal, fokus infeksi
terwujud yaitu ketika virus masuk kedalam pembuluh darah dan menyebar ke permukaan
epitel orofaring, konjungtiva, saluran napas, kulit, kandung kemih, usus. Pada hari ke 9-
10 fokus infeksi yang berada di epitel aluran nafas dan konjungtiva, 1-2 lapisan
mengalami nekrosis. Pada saat itu virus dalam jumlah banyak masuk kembali ke
pembuluh darah dan menimbulkan manifestasi klinik dari sistem saluran napas diawali
dengan keluhan batuk pilek disertai selaput konjungtiva yang tampak merah.
Respon imun yang terjadi adalah proses peradangan epitel pada sistem saluran
pernapasan diikuti dengan manifestasi klinis berupa demam tinggi, anak tampak sakit
berat dan ruam yang menyebar ke seluruh tubuh, tanpa suatu ulsera kecil pada mukosa
pipi yang disebut bercak koplik. Muncul ruam makulopapular pada hari ke-14 sesudah
awal infeksi dan pada saat itu antibody humoral dapat dideteksi. 
Selanjutnya daya tahan tubuh menurun, sebagai akibat respon delayed hypersensitivity
terhadap antigen virus terjadilah ruam pada kulit, kejadian ini tidak tampak pada kasus
yang mengalami defisit sel-T. Fokus infeksi tidak menyebar jauh ke pembuluh darah.
Vesikel tampak secara mikroskopik di epidermis tetapi virus tidak berhasil tumbuh di
kulit.
Daerah epitel yang nekrotik di nasofaring dan saluran pernapasan memberikan
kesempatan serangan infeksi bakteri sekunder berupa bronkopneumonia, otitis media dan
lain-lain. Dalam keadaan tertentu adenovirus dan herpes virus pneumonia dapat terjadi
pada kasus campak.
4. Pathway Morbili
5. Manifestasi Klinik
Masa tunas/inkubasi penyakit berlangsung kurang lebih dari 10-20 hari dan kemidian
timbul gejala-gejala yang dibagi dalam 3 stadium :
1. Stadium Kataral (Prodormal)
Berlangsung selama 4-5 hari dengan tanda gejala sebagai berikut:
a. Panas
b. Malaise
c. Batuk
d. Fotofobia
e. Konjungtivitis
f. Koriza
Menjelang akhir stadium kataral dan 24 jam sebelum timbul enantema, timbul bercak
koplik berwarna putih kelabu, sebesar ujung jarum dan dikelilingi oleh eritema tapi itu
sangat jarang dijumpai. Diagnosa perkiraan yang besar dapat dibuat bila ada bercak
koplik dan penderita pernah kotak dengan penderita morbili dalam waktu 2 minggu
terakhir.
2. Stadium Erupsi
Gejala klinik yang muncul pada stadium ini adalah:
a. Koriza dan Batuk bertambah
b. Timbul enantema dipalatum durum dan palatum mole
c. Kadang terlehat bercak koplik
d. Adanya eritema, makula, papula yang disertai kenaikan suhu badan
e. Terdapat pembesaran kelenjar getah bening
f. Splenomegali
g. Diare dan muntah
Variasi dari morbili disebut “Black Measles” yaitu morbili yang disertai pendarahan
pada kulit, mulut, hidung dan traktus digestivus.
3. Stadium konvalensensi
a. Erupsi mulai berkurang dengan meninggalkan bekas (hiperpigmentasi)
b. Suhu menurun sampai normal kecuali ada komplikasi (IKA,FKUI Volume
2,1985).
Menurut ahli lain manifestasi yang timbul adalah:
1. Stadium Kataral (prodromal)
Biasanya stadium ini berlangsung selama 4-5 hari disertai panas, malaise, batuk,
fotofobia, konjungtivis, dan koriza. Menjelang akhir stadium kataral dan 24 jam
sebelum timbul enantema, timbul bercak koplik yang patognomonik bagi morbili,
tetapi sangat jarang dijumpai. Bercak koplik berwarna putih kelabu sebesar ujung
jarum dan dikelilingi oleh eritema, lokasinya di mukosa bukalis berhadapan dengan
molar bawah.
2. Stadium erupsi
Koriza dan batuk-batuk bertambah. Timbul enantema atau titik merah di palatum
durum dan palatum mole. Kadang-kadang terlihat pula bercak koplik. Terjadinya
eritema yang berbentuk makula-popula disertai menaiknya suhu badan diantara
macula terdapat kulit yang normal. Mula-mula eritema timbul di belakang telinga,
dibagian atas lateral tengkuk, sepanjang rambut dan bagian belakang bawah, kadang-
kadang terdapat perdarahan ringan pada kulit, rasa gatal, muka bengkak.
3. Stadium Konvalesensi
Erupsi berkurang meninggalkan bekas yang berwarna lebih tua (hiperpigmentasi)
yang lama kelamaan akan hilang sendiri. Suhu menurun sampai menjadi normal,
kecuali bila ada komplikasi (Rusepno, 2002 : 625)
Gejala awal ditunjukkan dengan adanya kemerahan yang mulai timbul pada bagian
belakang telinga, dahi, dan menjalar ke wajah dan anggota badan. Selain itu, timbul
gejala seperti flu disertai mata berair dan kemerahan (konjungtivis). Setelah 3-4 hari,
kemerahan mulai hilang dan berubah menjadi kehitaman yang akan tampak bertambah
dalam 1-2 minggu dan apabila sembuh, kulit akan tampak seperti bersisik. (Supartini,
2002 : 179)

6. Komplikasi                                                                                                                
a. Pneumoni
Oleh karena perluasan infeksi virus disertai dengan infeksi sekunder. Bakteri yang
menimbulkan pneumoni pada mobili adalah streptokok, pneumokok, stafilokok,
hemofilus influensae dan kadang-kadang dapat disebabkan oleh pseudomonas dan
klebsiela.
b. Gastroenteritis
Komplikasi yang cukup banyak ditemukan dengan insiden berkisar 19,1 – 30,4%
c. Ensefalitis
Akibat invasi langsung virus morbili ke otak, aktivasi virus yang laten, atau
ensefalomielitis tipe alergi.
d. Otitis media
Komplikasi yang sering ditemukan
e. Mastoiditis
Komplikasi dari otitis media
f. Gangguan gizi
Terjadi sebagai akibat intake yang kurang (Anorexia, muntah), menderita komplikasi.
(Rampengan, 1997 : 95)

7. Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan laboratorium : sel darah putih cenderung turun.
2. Dalam sputum, sekresi nasal, sedimen urin dapat ditemukan adanya multinucleated
giant cells yang khas.
3. Pada pemeriksaan serologis dengan cara hemagglutination inhibition test dan
complemen fixation test akan ditemukan adanya antibodi Ig M yang spesifik dalam 1-
3 hari setelah timbulnya rash dan mencapai puncaknya pada 2-4 minggu kemudian.
4. Punksi lumbal pada penderita dengan encephalitis campak biasanya menunjukkan
kenaikan protein dan sedikit kenaikan limfosit.
5. Pemerisaan darah tepi hanya ditemukan adanya leukopenia.

8. Penatalaksanaan
Terdapat indikasi pemberian obat sedatif, antipiretik untuk mengatasi demam tinggi.
Istirahat ditempat tidur dan pemasukan cairan yang adekuat. Mungkin diperlukan
humidikasi ruangan bagi penderita laringitis atau batuk mengganggu dan lebih baik
mempertahanakan suhu ruangan yang hangat.
Penatalaksanaan Teraupetik :
1. Pemberian vitamin A
2. Istirahat baring selama suhu meningkat, pemberian antipiretik
3. Pemberian antibiotik pada anak-anak yang beresiko tinggi
4. Pemberian obat batuk dan sedativum
BAB II
ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pemeriksaan Fisik :
1) Fp
2) Hidung : Banyak terdapat secret, influenza, rhinitis/koriza, perdarahan hidung
(pada stadium erupsi ).
3) Mulut & bibir : Mukosa bibir kering, stomatitis, batuk, mulut terasa pahit.
4) Kulit : Permukaan kulit ( kering ), turgor kulit, rasa gatal, ruam makuler pada
leher, muka, lengan dan kaki (pada stad. Konvalensi), evitema, panas (demam).
5) Pernafasan : Pola nafas, RR, batuk, sesak nafas, wheezing, ronchi, sputum.
6) Tumbuh Kembang : BB, TB, BB Lahir, Tumbuh kembang R/ imunisasi.
7) Pola Defekasi : BAK, BAB, Diare.
8) Keadaan Umum : Kesadaran, TTV.
B. Analisa Data

Data Etiologi Masalah


DS : Proses penyakit (infeksi) Hipertermia
DO :
 Suhu tubuh di atas
normal
 Kulit
 Takikardi
 Takipnea
 Kulit terasa hangat

DS : Sindrom hipoventilasi Pola nafas tidak efektif


 Dipsnea

DO :
 Penggunaan otot
bantu pernafasan
 fase ekspirasi
memanjang
 pola nafas abnormal
DS : Neuropati perifer Gangguan integritas kulit

DO :
 kerusakan
jaringan/lapisan kulit
 nyeri
 kemerahan

C. Diagnosa keperawatan
1. Hipertermia b/d proses penyakit (infeksi) (284)
2. Pola nafas tidak efektif b/d Sindrom hipoventilasi (26)
3. Gangguan integritas kulit b/d Neuropati perifer (282)
D. Intervensi keperawatan
Diagnosa Tujuan intervensi
Hipertermia b/d proses Setelah dilakukan tindakan  Manajemen
penyakit (infeksi) keperawatan selama selama hipertermia( hal181)
3x24 jam di harapkan masalah O:
hipertermi dapat membaik  Identifikasi
dengan kriteria hasil: (129) penyebab
1. Kulit merah menurun hipertermia
2. Takikardia menurun  Monitor suhu tubuh
3. Takipnea menurun  Monitor kompikasi
4. Suhu tubuh membaik T:
5. Suhu kulit membaik  Longgarkan atau
lepaskan pakaian
 Basahi da kipasi
permukaan tubuh
 Berikan cairan oral
E:
 Anjurkan tirah
baring
 Manajemen cairan
(hal 159)
O:
 Monitor status
hidrasi
 Monitor hasil
pemeriksaan lab
T:
 Catat intake/output
dan hitung balance
cairan 24 jam
 Berikan asupan
cairan
 Berikan cairan
intravena
K:
 Kola borasi
pemberian diuretik
 Pemberian obat
intravena
Pola nafas tidak efektif Setelah di lakukan tindakan Manajemen jalan
b/d Sindrom hipoventilasi keperawatan selama 3x24 jam napas (186)
di harapkan masalah pola nafas O
membaik dengan kriteria hasil Monitor pola
(hal 95) napas
1. dipsnea menurun T
2. pemanjangan fase Pertahankan
ekspirasi menurun kepatenan jalan
3. penggunaan otot bantu napas dengan head
napernafasan menurun tealt cin lift
4. frekuensi napas Posisikan semi
membaik fouler
Berikan oksigen
E
Anjurkan asupan
cairan 2000ml/hari

 Pengaturan
posisi(293)
O
Monitor status
oksigenasisebelum
dan sesudah
pengaturan posisi
T
Atur posisis untuk
mengurangi sesak
Posisikan pada
kesejajaran tubuh
yang tepat
Minimalkan
gesekan dan tarikan
saat merubah posisi
E
Ajaarkan cara
menggunakan postur
yg baikdan
mekanika tubuh yg
baikselama
melakukan
perubahan posisi

Gangguan integritas Setelah di lakukan tindakan  Perawaran integritas


kulit b/d Neuropati keperawatan selama 3x24 jam kulit (316)
perifer di harapkan gangguan integritas O
kulit dan jaringan dapat  Identifikasi
membaik dengan kriteria hasil penyebab gangguan
(hal 33) integritas kulit
1. kerusakan T
jaringan/lapisan kulit
Gunakan produk
menurun
2. nyeri menurun berbahan kimia atau
3. kemerahan menurun alami dan hipo alami
Ubah posisi tiap
dua jam
E
Anjurkan minum
air yg cukup
Anjurkan
meningkatkan
asupan nutrisi
Anjurkan
meningkatkan
asupan buah dan
sayur

 Pewatan luka(hal328)
O
Monitor
karakteristik luka
Monitor tanda
tanda infeksi
T
Lepaskan
balutan / plester
secara perlahan
Berikan salep
yang sesuai ke
kulit/lesi
Pasang balutan
sesuai jenis luka
Pertahankan
tehnik steril saat
melakukanperawatan
luka
Jadwalkan
perubabahaposisi
setiap 2 jam atau
kondisi pasien

E
Jelaskan tanda
dan gejala infeksi
Ajarjan prosedur
perawatan luka
secara mandiri
K
Kolaborasi
pemberian antibiotik

A. Evaluasi
Evaluasi adalah tahap akhir dari proses keperawatan yang merupakan
perbandingan yang sistematis dan terencana antara hasil akhir yang teramati dan
tujuan atau kriteria hasil yang dibuat pada tahap perencanaan.
Evaluasi dilakukan secara berkesinambungan dengan melibatkan klien dan
tenaga Kesehatan lainnya. Jika hasil evaluasi menunjukkan tercapainya tujuan dan
kriteria hasil,klien bisa keluar dari siklus proses keperawatan. Jika sebaliknya, klien
akan masuk Kembali kedalam siklus tersebut mulai dari pengkajian ulang
(reassessment). Secara umum, evaluasi ditunjukan untuk:
1. Melihat dan menilai kemampuan klien dalam mencapai tujuan
2. Menentukan apakah tujuan keperawatan telah tercapai atau belum
3. Mengkaji penyebab jika tujuan asuhan keperawatan belum

Evaluasi keperawatan terdiri dari 2 jenis yaitu:

1. Evaluasi formatif, evaluasi ini biasa disebut juga dengan evaluasi berjalan
dimana, evaluasi ini dilakukan sampai tujuan tercapai.
2. Evaluasi somatif, merupakan evaluasi akhir diman dalam metode evaluasi ini
menggunakan SOAP.

Hasil akhir yang diharapkan untuk pasien pneumonia pada anak:


S:

1. Keluhan panas menurun


2. Keluhan sesak menurun
3. Nyeri menurun

O:

1. Suhu tubuh membaik.


2. respirasi membaik
3. Kulit memerah menurun
4. kerusakan jaringan/lapisan kulit menurun

A:

Simpulan yang didapat setelah dilakukan intervensi yaitu masalah dapat


teratasi atau masalah dapat teratasi Sebagian.

P:

Simpulan yang didapat yaitu intervensi dihentikan atau intervensi


dilanjutkan.

Anda mungkin juga menyukai