Anda di halaman 1dari 14

Demam yang disebabkan Infeksi Virus Dengue

Fakhrurrozi Pratama/102014129
Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana
Alamat Korespondensi : Jalan Tanjung Duren Raya Lama No.2,Jakarta Barat
fakhrurrozi.2014fk129@civitas.ukrida.ac.id
Jln. Arjuna Utara No. 6 Jakarta 11510.

Abstract

Dengue hemorrhagic fever is one of the trophic diseases in Indonesia. DBD is transmitted by its
vector, Aedes Aegypti mosquito. Mosquitoes have special characteristics that are black and white
stripes, then active at certain hours, and lay eggs in clean water. Viruses are transmitted by
mosquitoes that have bitten people who have been infected previously. Bleeding is caused by damage
and leaking of blood cells. The dengue virus is a family of Flaviridae and the genus Falvivirus. It has
4 serotypes and the most dominant and deadly dengue serotype DEN-3. Many checks can detect
someone infected with dengue virus. IGM and IGG checks detect whether this is the first or second
invasion. No special morning treatment of DHF patients is only supportive and keep the patient fluid.
The most common prevention is 3M (Depletion, Bury, Closing) to prevent mosquito breeding
expanding. Coupled with mosquito repellent to avoid being bitten by dengue mosquitoes.

Keywords: dengue virus, dengue fever, dengue fever, mosquito, Aedes Aegypti.

Abstrak

Demam berdarah dengue adalah salah satu penyakit trofis yang ada di Indonesia. DBD di tularkan
oleh vektornya yaitu nyamuk Aedes Aegypti. Nyamuk mempunyai ciri-ciri khusus yaitu berwarna
belang putih hitam, lalu aktif pada jam-jam tertentu, dan bertelur di air yang bersih. Virus ditularkan
oleh nyamuk yang sudah menggigit orang yang sudah terinfeksi sebelumnya. Perdarahan disebabkan
oleh rusak dan bocornya sel-sel darah. Virus dengue merupakan famili dari Flaviridae dan genus
Falvivirus. Mempunya 4 serotype dan yang paling dominan dan mematikan yaitu serotype dengue
DEN-3. Banyak pemeriksaan yang bisa mendeteksi seseorang terinveksi virus dengue. Pemeriksaan
IGM dan IGG mendeteksi apakah ini inveksi pertama atau kedua. Tidak ada pengobatan khusus pagi
penderita DBD hanya suportif dan menjaga cairan pasien. Pencegahan yang paling umum yaitu 3M
(Menguras, Mengubur, Menutup) untuk mencegah perkembang biakan nyamuk meluas. Ditambah
dengan memakai obat nyamuk agar tidak digigit nyamuk DBD.

Kata kunci : Virus dengue, Demam dengue, Demam berdarah, Nyamuk, Aedes Aegypti.

1
Pendahuluan

Sebagaimana diketahui bahwa sampai saat ini obat untuk membasmi virus dan vaksin
untuk mencegah penyakit Demam Berdarah Dengue belum tersedia. Cara yang tepat guna
untuk menanggulangi penyakit ini secara tuntas adalah memberantas vektor/nyamuk penular.
Vektor Demam Berdarah Dengue mempunyai tempat perkembangbiakan yakni di lingkungan
tempat tinggal manusia terutama di dalam stan diluar rumah. Nyamuk Aedes aegypti
berkembangbiak di tempat penampungan air seperti bak mandi, drum, tempayan dan barang-
barang yang memungkinkan air tergenang seperti kaleng bekas, tempurung kelapa , dan lain-
lain yang dibuang sembarangan. Pemberantasan vektor Demam Berdarah Dengue
dilaksanakan dengan memberantas sarang nyamuk untuk membasmi jentik nyamuk Aedes
aegypti. Mengingat nyamuk Aedes aegypti tersebar luas diseluruh tanah air baik dirumah
maupun tempat-tempat umum, maka untuk memberantasnya diperlukan peran serta seluruh
masyarakat.

Penyakit Demam Berdarah Dengue merupakan salah satu penyakit menular yang
berbahaya dapat menimbulkan kematian dalam waktu singkat dan sering menimbulkan
wabah. Penyakit ini pertama kali ditemukan di Filipina pada tahun 1953 dan selanjutnya
menyebar ke berbagai negara. Di Indonesia penyakit ini pertama kali dilaporkan pada tahun
1968 di Surabaya dengan jumlah penderita 58 orang dengan kematian 24 orang (41,3%).
Selanjutnya sejak saat itu penyakit Demam Berdarah Dengue cenderung menyebar ke seluruh
tanah air Indonesia dan mencapai puncaknya pada tahun 1988 dengan insidens rate mencapai
13,45 % per 100.000 penduduk. Keadaan ini erat kaitannya dengan meningkatnya mobilitas
penduduk dan sejalan dengan semakin lancarnya hubungan transpotasi.
A. Patofisologis DBD

Nyamuk menjadi vektor penyakit DBD adalah nyamuk yang menjadi terinfeksi saat
menggigit manusia yang sedang sakit dan viremia (terdapat virus dalam darahnya). 1

Virus berkembang dalam tubuh nyamuk selama 8 – 10 hari terutama dalam kelenjar
air liurnya, dan jika nyamuk ini menggigit orang lain maka virus dengue akan berpindah
bersama air liur nyamuk. Dalam tubuh manusia, virus ini akan berkembang selama 4-6 hari
dan orang tersebut akan mengalami sakit demam berdarah dengue. Virus dengue akan
memperbanyak diri dalam tubuh manusia dan berada dalam darah selama satu minggu.1

2
Sebagai perlawanan, tubuh akan membentuk antibodi spesifik yang kemudian
membentuk ikatan (kompleks) dengan virus. Ikatan ini akan mengaktifkan komplemen yang
mempengaruhi sel endotel vaskuler dan menimbulkan perembesan plasma. Pelekatan
komples antigen – antibodi pada membran trombosit merangsang pengeluaran adenosin
diphosphat (ADP) yang menyebabkan sel – sel trombosit saling melekat. Oleh sistem
retikuloendotel kelompok trombosit dihancurkan, sehingga mengakibatkan terjadi
trombositopeni.1,2

Proses rusaknya sel – sel pembuluh darah menyebabkan permeabilitas kapiler


meningkat yang salah satunya ditunjukkan dengan melebarnya pori – pori pembuluh darah
kapiler. Hal tersebut akan mengakibatkan bocornya sel – sel darah, antara lain trombosit dan
eritrosit. Akibatnya, tubuh akan mengalami pendarahan mulai dari bercak sampai pendarahan
hebat pada kulit, saluran pencernaan (muntah darah, berak darah), saluran pernapasan
(mimisan, batuk darah), dan organ vital (jantung, hati, ginjal) yang sering mengakibatkan
kematian.1,2

B. Vektor dan Daur Ulang Vektor

Vektor utama DBD adalah nyamuk kebun yang disebut Aedes aegypti, vektor
potensialnya adalah Aedes albopictus, Ae. Polynesiensis. Aedes aegypti dewasa
berukuran lebih kecil daripada Culex quinquefasciatus. Ae. Aegypti mempunyai
penyebaran tersendiri yang bisa menimbulkan endemik. Nyamuk ini hidup di derah
tropis dan subtropics dengan suhu 28-320 C dan kelembapan yang tinggi serta tidak dapat
hidup di ketinggian 1000 m.3

3
Ciri-ciri Nyamuk Aedes Aegepty :
a) Warna dasar hitam
b) Bintik-bintik putih terutama pada kakinya
c) Mempunyai gambaran lira (lyre-form) yang putih pada punggungnya (mesonotum)
d) Telur Ae. Aegypti mempunyai dinding yang bergaris-garis dan menyerupai gambaran
kain kasa
e) Larva Ae. Aegypti mempunyai pelana yang terbuka dan gigi sisir yang berduri lateral
f) Berkembang biak di air jernih yang tidak beralaskan tanah seperti bak mandi,
wc,tempayan, drum, dan barang yang menampung air seperti kaleng, ban bekas, pot
tanaman air, tempat minum burung, atau air jernih yang tak terusik (di air dalam
wadah), dll.
g) Tahan dalam suhu panas dan kelembaban tinggi, nyamuk ini sangat suka tinggal di
daerah ruangan rumah yang sejuk, lembab, dan gelap.
h) Barang-barang yang bergelantungan di kamar. (kecuali aedes albopictus lebih
menyukai berada di semak kebun sekitar rumah)
i) Jarak terbang biasanya pendek mencapai rata-rata 40m.
j) Aktif pada dua puncak waktu, yaitu setelah matahari terbit (08:00-10:00) dan sebelum
tenggelam (15:00-17:00)

Virus dengue ini dapat hidup di alam melalui 2 mekanisme :4

a. Virus dapat ditularkan oleh nyamuk betina pada telurnya yang nantinya akan menjadi
nyamuk. Virus dapat ditularkan dari nyamuk jantan ke nyamuk betina melalui kontak
seksual.
b. Virus dari nyamuk dapat masuk ke dalam tubuh vertebrata, termasuk manusia dan
kelompok kera tertentu.
Nyamuk betina meletakkan telurnya di dinding tempat perindukkannya 1-2 cm di atas
permukaan air. Seekor nyamuk betina dapat meletakkan rata-rata 100 butir telur tiap kali
bertelur. Setelah kira-kira 2 hari telur menetas menjadi larva lalu mengadakan pengelupasan
kulit sebanyak 4 kali, tumbuh menjadi pupa dan akhirnya menjadi dewasa. Pertumbuhan dari
telur sampai dewasa memerlukan waktu kira-kira 9 hari. Umur nyamuk dewasa betina di
alam bebas kira-kira 10 hari.3
C. Etiologi Demam Berdarah Dengue

DHF ( Dengue Haimorrhagic Fever) disebut juga demam berdarah. DHF merupakan
penyakit demam yang disebabkan oleh virus dengue yang disertai demam akut, pendarahan,
dan tendensi syok..5

Virus dengue berukuran sangat kecil, yaitu 34-45 nm. Virus dengue termasuk
arbovirus (arthropod-borne virus). Arbovirus adalah segolongan virus yang mempunyai 2
karakteristik utama, yaitu penularan oleh arthopoda dan genomnya RNA. Lebih dari jenis

4
arbovirus diketahui dapat menginfeksi manusia. Arbovirus memiliki 4 famili, salah satunya
adalah famili Flaviviridae dan genus Flavivirus yang merupakan family dari virus dengue.
Virus ini mengandung RNA yang berantai tunggal dan tidak bersegmen. Virionnya
mengandung nukleokapsid berbentuk kubus, berdiameter 30 nm yang terdiri atas protein C
dan RNA. Selain itu, nukleokapsidnya juga terbungkus oleh selubung lipoprotein, dengan
kata lain, selubungnya terdiri atas lipid dan glikoprotein (protein E dan protein M).6,7
Terdapat 4 serotipe virus tipe yaitu DEN-1, DEN-2, DEN-3, dan DEN-4 yang
semuanya dapat menyebabkan demam dengue atau demam berdarah dengue dan keempat
serotype ditemukan di Indonesia. Infeksi salah satu serotipe akan menimbulkan antibodi
seumur hidup terhadap serotipe yang bersangkutan tetapi tidak ada perlindungan terhadap
serotipe yang lain. Misalnya, jika seseorang terserang virus dengue serotype tipe 1, maka ia
akan kebal seumur hidup terhadap serotype tipe 1. Namun kekebalan hanya berlangsung
sekitar 6 bulan terhadap serotype 2,3, dan 4. Aturan yang sama terjadi jika seseorang
terserang serotype lain. Data epidemiologi di Indonesia menunjukkan bahwa serotipe dengue
DEN-3 merupakan serotipe yang dominan dan sering berhubungan dengan kasus berat
hingga meninggal.7,8
Gejala Klinis

Pada umumnya, pasien mengalami fase demam selama 2-7 hari, yang diikuti oleh fase
kritis selama 2-3 hari. Pada waktu fase ini pasien sudah tidak demam, akan tetapi mempunyai
resiko untuk terjadi rejatan (syok) jika tidak mendapatkan pengobatan yang tidak adekuat.
Ditandai dengan dua atau lebih manifestasi klinis, sebagai berikut: nyeri kepala, nyeri retro-
orbital, mialgia, artralgia, ruam kulit, menifestasi pendarahan (petekie atau uji bendung),
leukopenia (leuko < 5.000), trombosit < 150.000, dan hematokrit naik 5-10%.1,9

Manifestasi pendarahan dengan tes Rumpel Leede (+), mulai dari petekie (+) sampai
pendarahan spontan seperti mimisan, muntah darah, atau berak darah-hitam. Hasil
pemeriksaan trombosit menurun dan hematokrit meningkat.1,9

Pada pemeriksaan imunoserologi dilakukan pemeriksaan IgM dan IgG terhadap


dengue. Pada IgM terdeteksi mulai hari 3-5, meningkat sampai minggu ke – 3, menghilang
setelah 60-90 hari. IgG pada infeksi primer, mulai terdeteksi pada hari ke – 14, pada infeksi
sekunder IgG mulai terdeteksi hari ke – 2.9

DBD umumnya menunjukkan demam tinggi yang mendadak (39°C) berlangsung 2-7
hari, muka merah, anoreksia, muntah, sakit kepala, nyeri otot, tulang serta nyeri sendi.

5
Beberapa orang penderita mengeluh sakit tenggorokan, tetapi tidak disertai batuk dan pilek.
Sakit pada epigastrium, dan nyeri perut umum terjadi.2

Seorang pasien dinyatakan menderita penyakit DBD bila terdapat minimal 2 gejala
klinis yang positif dan 1 hasil laboratorium yang positif. Bila gejala dan tanda tersebut kurang
dari ketentuan di atas maka pasien dinyatakan menderita demam dengue.1

Berdasarkan gejalanya DHF dikelompokkan menjadi 4 tingkatan:


1. Derajat I: demam tinggi disertai gejala tidak khas. Satu-satunya tanda perdarahan adalah
tes torniquet positif atau mudah memar.
2. Derajat II: gejala derajat 1 ditambah dengan perdarahan spontan di kulit atau di tempat
lain.
3. Derajat III: Ditemukan tanda-tanda kegagalan sirkulasi (nadi cepat, lemah, hipotensi,
kaki/tangan dingin, lembab, sianosis, anak menjadi gelisah)
4. Derajat IV: terjadi syok berat dengan nadi yang tidak teraba dan tekanan darah yang
tidak dapat diperiksa.
D. Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan penunjang atau pemeriksaan laboratorium dapat dilakukan pada hari


ketiga, kelima, dan selanjutnya untuk mengetahui keadaan penderita secara lebih pasti.
Dengan pemeriksaan darah, maka dapat dilakukan pmeriksaan kadar hemoglobin, hematokrit,
jumlah trombosit, dan sediaan hapusan darah tepi (SADT) untuk melihat adanya limfositosis
relative disertai gambaran limfosit plasma biru. Pemeriksaan darah yang mungkin dilakukan
pada penderita DBD:11

a) Pemeriksaan darah tepi


Pemeriksaan ini untuk mengetahui jumlah leukosit (sel darah putih) yang berfungsi
untuk mengatasi infeksi. Pemeriksaan ini digunakan untuk mengantisipasi terjadinya
leucopenia, yaitu jumlah leukosit kurang dari 5000 sel/m3. Pada penderita DBD,
leukosit dapat normal atau menurun. Mulai hari ke-4 dapat ditemui limfositosis relative
(>45 % dari total leukosit) disertai adanya limfosit plasma biru (LPB) lebih dari 15%
dari jumlah total leukosit yang pada fase syok akan meningkat.11
b) Pemeriksaan limfosit atipikal (sel darah putih yang muncul pada infeksi virus). Jika
terjadi peningkatan, mengindikasikan dalam waktu kurang lebih 24 jam penderita akan
bebas demam dan memasuki fase kritis.
c) Pemeriksaan trombositopenia dan trombosit. Jika terjadi penurunan jumlah keduanya,
mengindikasikan bahwa penderita DBD memasuki fase kritis dan memerlukan

6
perawatan ketat di rumah sakit. Trombositopenia terdapat pada hari ke 3-8 akibat
depresi sumsum tulang.11
d) Pemeriksaan hematokrit
Peningkatan nilai hematokrit/Ht (perbandingan antara komponen butir sel darah merah
dengan cairan darah/plasma) 10-20 % mengindikasikan penderita memasuki fase kritis
dan memerlukan pengobatan cairan intravena. Jika penderita tidak bisa minum atau
makan melalui mulut, cairan diberikan melalui infus di pembuluh darah vena. Namun,
penurunan Ht pada fase kritis menunjukkan tanda-tanda pendarahan dan penderita
harus dirawat untuk mendapatkan tambahan cairan atau darah tergantung kebutuhan.
Pada penderita DBD, kebocoran plasma yang dibuktikan dengan ditemukannya
peningkatan hematokrit ≥ 20% dari hematokrit awal. Sering ditemukan mulai hari ke-3.
Normal pria : 40-48%, pada wanita: 37-43%.11
Imunoserologi dilakukan pemeriksaan anti dengue IgG dan IgM (protein yang diproduksi
tubuh dan berperan sebagai antibodi). Uji ini dilakukan untuk membantu dalam
mendiagnosis akhir penyakit DBD.
- Pada infeksi primer (infeksi virus dengue pertama kalinya), IgM muncul dalam darah
pada hari ke-3 dan mencapai puncak pada hari ke-5, kemudian menurun dan
menghilang setelah 60-90 hari. Setelah itu, pada minggu kedua atau hari ke-14, IgG
baru muncul dan terus ada di dalam darah.5
- Pada infeksi sekunder (infeksi virus dengue kedua kalinya), IgG (90%) mulai terdeteksi
pada hari ke-2. Sedangkan IgM pada masa akut terdeteksi pada 70 % kasus. Jika
ditemukan hasil IgM dan IgG negative, tetapi gejala menunjukkn kecurigaan DBD,
maka dianjurkan untuk mengambil sampel kedua dengan jarak 3-4 hari bagi infeksi
primer dan 2-3 hari bagi infeksi sekunder.12
Tabel 1. Uji IgM dan IgG

IgM IgG Interpretasi

+ - infeksi primer

+ + infeksi sekunder

- + tersangka infeksi sekunder

tidak ada infeksi atau infeksi belum


- - terdeteksi

7
a) Uji Mac Elisa
Metode deteksi antibosi antidengue (IgM dan IgG antidengue) jauh lebih banyak
igunakan sehari-hari. Uji ini berdasarkan adanya antibody IgM antidengue pada serum
penderita yang ditangkap oleh goat antihuman IgM yang sebelumnya dilekatkan pada
suatu permukaan kasar, misalnya plastik atau plate dari plastik. IgM dan IgG antidengue
dapat terdeteksi kira-kira pada hari kelima timbulnya demam.12
b) Salah satu metode pemeriksaan terbaru yang sedang berkembang antigen spesifik virus
Dengue, yaitu antigen nonstructural protein 1 (NS1). Antigen NS1 diekspresikan di
permukaan sel yang terinfeksi virus Dengue. Sebuah kepustakaan mencatat dengan
metode ELISA, antigen NS1 dapat mendeteksi kadar tinggi sejak hari pertama sampai
hari ke-12 demam pada infeksi primer Dengue atau sampai hari ke 5 pada infeksi
sekunder infeksi sekunder Dengue. Pemeriksaan antigen NS1 dengan metode ELISA
juga dikatakan memiliki sensitivitas dan spesifitas yang tinggi (88,7% dan 100%). Oleh
karena keunggulan tersebut, WHO menyebutkan pemeriksaan deteksi antigen NS1
sebagai uji dini terbaik untuk pelayanan primer.12
E. Uji tourniquet, merupakan manisfestasi pendarahan kulit paling ringan dan dapat dinilai
sebagai uji presumtif oleh karena uji ini positif pada hari-hari pertama demam. Di daerah
endemis DBD, uji tourniquet dilakukan kepada yang menderita demam lebih dari 2 hari
tanpa alasan yang jelas. Pemeriksaan ini harus dilakukan sesuai standar yang ditetapkan
oleh WHO. Pemeriksaan dilakukan dengan terlebih dahulu menetapkan tekanan darah
pasien. Selanjutnya diberikan tekanan antara sistolik dan diastolic pada alat pengukur
yang diletakan dilengan atas siku, tekanan ini diusahakan menetap selama percobaan.
Setelah dilakukan tekanan selama 5 menit, perhatikan timbulmya petekie di bagain volar
lengan bawah. Uji dinyatakan positif apabila pada satu inci persegi didapatkan 10 atau
lebih 10 petekie. Pada DBD uji ini biasanya menunjukan hasil positif. Namun dapat
berhasil negative atau positif lemah pada keadaan syok.
F. Diagnosis
Berdasarkan kriteria WHO pada tahun 1997, diagnosis demam berdarah dengue (DBD) dapat
ditegakkan bila kriteria dibawah ini dipenuhi, yaitu :
1. Demam atau riwayat demam akut, yang berlangsung antara 2-7 hari yang biasanya
bersifak bifasik.
2. Terdapat minimal satu dari manifestasi pendarahan berikut : uji bendung positif,
petekie, ekimosis, pendarahan mukosa (biasanya gusi) maupun hematemesis.
3. Trombositopenia dengan jumlah trombosit dibawah 100.000/µl.
4. Terdapat tanda-tanda kebocoran plasma, yaitu :
8
a) Peningkatan hematokrit >20% standar sesuai dengan umur dan jenis kelamin.
Angka ini akan menurun >20% setelah diberi terapi cairan dibanding dengan nilai
hematokrit sebelumnya.
b) Terjadi efusi pleura, asites atau hipoproteinemia.
Tanda berupa kebocoran plasma yang terjadi inilah yang dapat membedakan demam
berdarah dari diagnosis deferensial lainnya.13-15
G. Diagnosis Banding
Kemungkinan diagnosis banding dari penyakit demam berdarah ialah terdapatnya
kemiripan gejala klinis dengan demam tifoid, dan malaria.14
Pada demam tifoid terdapat gejala yang mirip dengan demam berdarah yaitu adanya
gejala demam, nyeri otot, mual, muntah, dan batuk. Selain itu juga dapat ditemukan
hepatomegali dan gangguan kesadaran berupa berupa somnolen hingga koma. Namun ciri
khas dari demam tifoid ialah ditemukan lidah tifoid yaitu lidah yang kotor di tengah, tepi dan
ujung merah. Selain itu pada demam tifoid tidak ditemukan adanya bercak-bercak merah
seperti pada demam berdarah. Pada demam tifoid tidak dapat ditemukan gejala panas yang
naik turun yang sangat khas pada demam berdarah. Untuk lebih spesifiknya pada demam
tifoid ditemukan biakan tinja positif Salmonella typhi.14
Malaria adalah penyakit menular yang dapat bersifat akut maupun kronik disebabkan
oleh protozoa intraselular obligat, yaitu Plasmodium falciporum, P. vivax, P. ovale, dan P.
malariae yang ditularkan oleh gigitan nyamuk Anopheles betina. Nyamuk ini terdapat di
daerah-daerah endemis. Penularan juga dapat terjadi melalui tranfusi darah, transplantasi
organ, dan transplasenta. Masa inkubasi 1-2 minggu, tetapi kadang-kadang lebih dari setahun.
Peningkatan suhu dapat mencapai 40 derajat, bersifat intermitten yaitu demam dengan suhu
badan yang mengalami penurunan ke tingkat normal selama beberapa jam dalam satu hari
diantara periode kenaikan demam. Periode timbulnya demam tergantung pada jenis
plasmodium yang menginfeksi. Gejala malaria yaitu demam, menggigil, malaise, anoreksia,
mual, muntah, diare ringan, sakit kepala, pusing, mialgia, nyeri tulang. Pada malaria juga
dapat ditemui hepatomegali, splenomegali, anemia, ikterus, dan dehidrasi. Pada pemeriksaan
laboratorium umumnya ditemukan anemia, leukopenia, dan trombositopenia.14
Infeksi saluran kemih (ISK) adalah kondisi ketika organ yang termasuk ke dalam
sistem kemih, yaitu ginjal, ureter, kandung kemih, dan uretra, mengalami infeksi. Infeksi
saluran kemih dapat terjadi pada siapa saja. Akan tetapi, karena tubuh wanita memiliki
saluran uretra yang lebih pendek, maka wanita lebih rentan mengalami infeksi saluran kemih.

9
Berdasarkan gejalanya, ISK yang terdapat demam dan menjadi diagnosis banding
adalah ISK bagian atas merupakan infeksi yang terjadi pada ureter dan ginjal. Gejala dari
kondisi ini meliputi nyeri pada bagian selangkangan, mual, dan demam.20
Sebagian besar kasus ISK disebabkan oleh bakteri Escherichia coli atau E. coli yang
umumnya hidup di dalam saluran cerna. Diperkirakan bakteri ini masuk ke dalam saluran
uretra seseorang karena masalah hegiene. Dalam kasus seperti ini wanita lebih rentan terkena
ISK karena jarak uretra dengan anus pada tubuh mereka lebih dekat dan pintu uretra yang
dekat dengan kandung kemih.20
ISK yang tergolong ringan biasanya sembuh setelah beberapa hari dilakukan
pengobatan. Namun jika tergolong parah, penderita akan membutuhkan rawat inap beberapa
hari di rumah sakit. Penyembuhan ISK dapat dilakukan dengan menggunakan obat-obatan
antibiotik yang diresepkan oleh dokter. Selain antibiotik, obat pereda nyeri seperti
parasetamol juga mungkin diperlukan untuk meredakan demam atau rasa sakit yang ada.20
Otitis media adalah infeksi yang terjadi pada telinga bagian tengah. Semua orang bisa
mengalami otitis media, namun kondisi ini lebih umum terjadi pada anak-anak berusia di
bawah 10 tahun dan pada bayi berusia 6-15 bulan. Menurut perkiraan, sekitar 25 persen anak-
anak mengalami otitis media sebelum berumur 10 tahun.21
Otitis media merupakan salah satu penyebab yang paling umum dari sakit telinga.
Berikut ini adalah tanda dan gejala yang bisa terjadi pada anak-anak:
• Sering menarik, menggenggam, dan menggaruk telinga.
• Mengalami demam.
• Tidak mau makan.
• Mudah marah atau rewel.
• Tidak bereaksi dengan suara lirih atau pelan.
• Susah tidur di malam hari.
Sebagian besar kasus otitis media muncul karena terjadinya infeksi akibat virus atau
bakteri. Kondisi ini akan menyebabkan terjadinya penimbunan mukosa atau lendir di telinga
tengah dan mengganggu fungsi penyampaian suara ke telinga bagian dalam.21
Tuba Eustachius adalah saluran yang berfungsi untuk menyalurkan udara ke dalam
telinga bagian tengah. Pada anak-anak, saluran ini ukurannya lebih sempit dibandingkan
dengan yang ada pada orang dewasa. Karena itulah anak-anak lebih rentan terkena otitis
media.21
Pengobatan yang akan diberikan berguna untuk meredakan rasa sakit dan demam
yang mungkin dialami. Contoh obat yang biasanya diberikan adalah paracetamol dan
10
ibuprofen. Untuk mengatasi otitis media akibat bakteri, dokter akan memberikan antibiotik.
Obat ini akan diberikan jika gejala yang muncul berkelanjutan atau cukup parah.21
H. Penatalaksanaan

Demam berdarah Dengue merupakan penyakit infeksi yang disebabkan oleh virus
dengue dan ditularkan melalui nyamuk Aedes aeygpti betina. Penyakit ini pada awalnya tidak
menujukkan gejala yang spesifik, sehingga sulit dikenali. Bila tanpa penanganan yang cepat
dan tepat maka penderita bisa jatuh ke dalam keadaan yang lebih fatal.17

Tidak ada terapi fisik untuk demam dengue, prinsip utama adalah terapi suportif.
Dengan terapi suportif yang adekuat, angka kematian dapat diturunkan hingga kurang dari
1%.2 Terapi dasar pada pasien DBD adalah terapi cairan yang baik, pemberian antipiretik,
pemeriksaan tanda-tanda vital, nilai trombosit serta hematokrit tiap enam jam. Pemberian
koloid jika hematokrit naik dan sudah ada tanda shock serta pemberian trombosit jika
trombosit sudah kurang dari 10000 dan ada tanda-tanda shock terapi hematokrit menurun.3
Pemeliharaan volume cairan pasien merupaan tindakan yang paling penting dalam
penanganan kasus DBD. Asupan cairan pasien harus tetap dijaga terutama oral. Jika asupan
cairan oral pasien tidak mampu dipertahankan, maka dibutuhkan suplemen cairan melalui
intravena untuk mencegah dehidrasi dan hemokonsentrasi secara bermakna.16

I. Komplikasi

Komplikasi yang terjadi pada penderita dengue terutama terjadi pada waktu dilakukan
tindakan pengobatan terhadap demam berdarah dengue dan dengue shock syndrome.2

1. Komplikasi susunan saraf pusat. Komplikasi pada SSP dapat berbentuk konvulsi,
kaku kuduk, perubahan kesadaran dan paresis. Kejang – kejang kadang – kadang
terlihat pada waktu fase demam, karena pada pemeriksaan cairan serebrospinal tidak
terjadi kelainan.2
2. Ensefalopati. Komplikasi neurologik ini terjadi akibat pemberian cairan hipotonik
yang berlebihan pada waktu dilakukan pengobatan terhadap demam berdarah dengue
atau dengue shock syndrome, penderita mengalami hiponatremia. Selain itu
ensefalopati juga dapat disebabkan oleh terjadinya koagulasi intravaskuler. Kematian
akibat komplikasi neurologik ini dilaporkan dari India, Indonesia, Malaysia,
Myanmar, Thailand, dan Puerto Rico.2
3. Infeksi. Pneumonia, sepsis atau flebitis akibat pencemaran bakteri gram negatif pada
alat – alat yang digunakan pada waktu pengobatan, misalnya pada waktu transfusi
atau pemberian infus cairan.2

11
4. Overhidrasi. Pemberian cairan yang berlebihan dapat menyebabkan terjadinya gagal
pernapasan atau gagal jantung.2
5. Gagal Hati. Komplikasi yang terjadi DBD/DSS dilaporkan dari Indonesia dan
Thailand pada waktu terjadinya epidemi oleh DEN – 1, DEN – 2, dan DEN – 3.
Biasanya gagal hati dijumpai bersama terjadinya ensefalopati.2
6. Gagal Ginjal. Gagal ginjal akut dan sindrom uremia hemolitik dapat terjadi pada
penderita yang sebelumnya telah menderita defisiensi glucose-6-phosphate
dehydrogenase (G6PD) dan hemoglobinopati.2
J. Epidemiologi
Demam berdarah dengue tersebar di wilayah Asia tenggara, Pasifik barat dan Karibia.
Indonesia merupakan wilayah endemis dengan sebaran diseluruh wilayah tanah air. Insiden
DBD di Indonesia antara 6 hingga 15 per 100.000 penduduk (1989 hingga 1995); dan pernah
meningkat tajam saat kejaidian luar biasa hingga 35 per 100.000 penduduk pada tahun 1998,
sedangkan mortilitas DBD cenderung menurun hingga mencapai 2% pada tahun 1999.17

Penularan infeksi virus dengue terjadi melalui vektor nyamuk genus Aedes (terutama
A. aegepty dan A. albopictus). Peningkatan kasus setiap tahunnya berkaitan dengan sanitasi
lingkungan dengan tersedianya tempat perindukan bagi nyamuk betina yaitu bejana yang
berisi air jernih (bak mandi, kaleng bekas, dan tempat penampungan air lainnya).17

Beberapa faktor diketahui berkaitan dengan peningkatan transmisi biakan virus


dengue yaitu: 1). Vektor: perkembanganbiakan vektor, kebiasaan menggigit, kepadatan
vektor dari satu tempat ke tempat lain; 2). Pejamu: terdapatnya penderita
dilingkungan/keluarga, mobilisasi dan paparan terhadap nyamuk, usia dan jenis kelami; 3).
Lingkungan: curah hujan, suhu, sanitasi dan kepadatan penduduk.17

Wabah dengue pada daerah perkotaan yang terinsfestasi dengan Aedes Aegypti dapat
menyebar dengan cepat sampai di atas 70-80% populasi mungkin dapat terkena. Kebanyakan
pengakit ini menyerang anak yang lebih tua dan orang dewasa. Penyebaran epidemi terjadi
terutama melalui manusia dengan viremia.3
Pola siklus peningkatan laju penularan bersamaan dengan musim hujan telah diamati
di beberapa negara. Korelasi antara prnurunan suhu dan turunnya hujan menjadi faktor
penting dalam peningkatan laju penularan penyakit DBD. Penurunan suhu meningkatkan
ketahanan hidup nyamuk Aedes dewasa bahkan dapat memengaruhi pola makan dan
reproduksi nyamuk, serta kepadatan populasinya. Di jakarta, kasus pertama dilaporkan pada
1969. Sedangkan pada tahun 1994 DBD telah menyebar ke seluruh provinsi di Indonesia.18

12
Ditahun 2016 menurut Data dan Informasi Kesehatan Profil Kesehatan Indonesia
2016 yang di keluarkan oleh Depkes. Isi dari data tersebut adalah jumlah kabupaten atau kota
dari tiap provinsi di Indonesia yang terjangkit virus DBD. Hasilnya dari total keseluruhan 514
kabupaten dan kota di tiap Provinsi di Indonesia 463 diantaranya terjangkit virus DBD
dengan persentase 90.08% dimana di tahun sebelumnya tercatat 86.67%.19

Pencegahan

Pencegahan dilakukan guna mencegah berkembang biaknya nyamuk pembawa virus


dengue yaitu nyamuk Aedes Aegypti. Cara yang paling efektif menghindari penyakit ini
adalah melakukan pencegahan sedini mungkin dengan memberantas keberadaan nyamuk
Aedes aegpty dengan cara 3M yang sudah disosialisasikan ke Masyarakat yaitu mengubur,
menguras dan menutup tempat penampungan air yang merupakan tempat bertelurnya
nyamuk. Sedangkan fogging untuk membunuh nyamuk dewasa tidak mematikan telur
nyamuk, untuk mematikan telur nyamuk gunakan bubuk abate, bubuk abate disebar di bak-
bak penampungan air. Ditambah mengindari gigitan nyamuk denga cara tidur dengan
menggunakan kelambu dan memakai obat nyamuk.

Kesimpulan

Demam Berdarah Dengue (DBD) atau Dengue Hemorrhagic Fever (DHF) ialah
penyakit yang disebabkan oleh virus dengue yang ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes
aegypti dan Aedes albopictus, dan menyerang anak atau remaja dan dewasa. Penyakit ini
ditunjukkan melalui munculnya demam secara tiba-tiba, disertai sakit kepala berat, sakit pada
sendi dan otot (myalgia dan arthralgia) dan ruam, rasa mual, muntah-muntah, mimisan
disebabkan perdarahan spontan atau, pilek ringan disertai batuk-batuk, bahkan bisa
menyebabkan syok hebat yang dapat berakibat fatal jika tidak ditanggulangi segera. Cara
yang paling efektif menghindari penyakit ini adalah melakukan pencegahan sedini mungkin
dengan memberantas keberadaan nyamuk Aedes aegpty dengan cara 3M yang sudah
disosialisasikan ke Masyarakat yaitu mengubur, menguras dan menutup tempat penampungan
air yang merupakan tempat bertelurnya nyamuk.

13
Daftar Pustaka
1. Widoyono, Penyakit tropik epidemiologi, penularan, pencegahan, dan pemberantasan. Jakarta:
Erlangga; 2008. h. 34-65
2. Soedarto. Demam berdarah dengue. Jakarta: Sagung seto; 2012.
3. Sutanto I, Ismid IS, Sjarifuddin PK,dkk. Parasitologi kedokteran. Edisi 4. Jakarta: Balai Penerbit
FKUI. 2010.h.265-7.
4. Hastuti Oktri. Demam berdarah dengue. Yogyakarta: Kanisius. 2008. h.29-30.
5. Yatim F. Macam-macam penyakit menular & cara pencegahan. Jakarta: Yayasan Pustaka Obor;
2004. h. 101.
6. Nawangsih EN. Diagnosis demam berdarah dengue. Majalah ilmiah kedokteran medika kartika;
vol 3(2), h.101-10, 2005.
7. WHO. Pencegahan dan pengendalian dengue dan demam dengue. Jakarta: EGC; 2005. h.4, 26.
8. Setiati S, Alwi I, Sudoyo WA, dkk, editor. Ilmu penyakit dalam. Edisi 6 (1). Jakarta: Interna
Publishing; 2014.h.539,540.
9. Setiawi S, Alwi I, Sudoyo AW, K MS, Setiyohadi B, Syam AF. Buku ajar penyakit dalam. Ed
ke- 6. Jakarta: InternaPublising; 2014. h. 533-
10. Mansjoer A. Kapita selekta kedokteran. Jilid I. Jakarta: Media Aesculapius Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia; 2002. h.422-33.
11. Satari, Meiliasari M, Hindra I. Demam berdarah: perawatan di rumah dan di rumah sakit. Jakarta:
Puspa Swara; 2004.h.30.
12. Chen K, Pohan HT, Sinto R. Diagnosis dan terapi cairan pada demam berdarah dengue.
Medicinus: Scientific journal of pharmaceutical development and medical application vol 22(1),
hal 3-7, 2009
13. Tumbelaka AR, Darwis D, Gatot D, dkk. Demam berdarah dengue. Jakarta: Balai Penerbit
FKUI; 2005.
14. Davey P, editors. At a glance medicine. Jakarta: EMS; 2002.h.298-300.
15. Perhimpunan Dokter Spesialis Penyakit Dalam Indonesia. Buku Ajar ilmu penyakit dalam. edisi
5 jilid III. Jakarta: Interna Publishing; 2009.h.2773-79.
16. Evan, Ndraha S, Santoso M. Model perawatan pasien demam berdarah dengue di RSUD Koja.
Meditek Sep 2006; 14(38) : 5-11.
17. Suhendro, Nainggolan L, Chen K, Pohan H. Demam berdarah dengue. Dalam: Setiati S, Alwi I,
Sudoyo A, dkk, penyunting. Buku ajar ilmu penyakit dalam. Edisi ke-6. Jakarta: Interna
Publishing; 2014.h.539-48.
18. Behrman RE, Kliegman RM, Arvin AM. Ilmu kesehatan anak Nelson. Volume 2. Edisi 15.
Jakarta: EGC; 2011.h.1134-7.
19. Data dan Informasi Kesehatan Profil Kesehatan Indonesia 2016. Depkes.
www.depkes.go.id/.../Data%20dan%20Informasi%20Kesehatan%20Profil%20Kesehatan
(diunduh pada 25 November 2017)
20. Anonym. Pengertian Infeksi Saluran Kemih. http://www.alodokter.com/infeksi-saluran-
kemih. (diunduh pada 27 November 2017)
21. Anonym. Otitis Media. http://www.alodokter.com/otitis-media. (diunduh pada 27
November 2017)

14

Anda mungkin juga menyukai