Anda di halaman 1dari 17

BAB II

KAJIAN TEORI

2.1 Tinjauan Tentang Demam Berdarah Dengue (DBD)

2.1.1 Pengertian Demam Berdarah Dengue

Penyakit Demam Berdarah Dengue adalah penyakit menular

yang disebabkan oleh virus dengue dan ditularkan melalui gigitan

nyamuk Aedes aegypti dan Aedes albopictus yang hidup di dalam

dan di sekitar rumah. Nyamuk Aedes betina biasanya terinfeksi

virusdengue pada saat dia menghisap darah dari seseorang yang

sedang dalam fase demam akut yaitu 2 hari sebelum panas sampai 5

hari setelah demam timbul. Nyamuk menjadi infektif8-12 hari

sesudah menghisap darah penderita yang sedang dalam fase demam

akut. Penyakit ini ditandai dengan panas (demam) dan disertai

dengan pendarahan (Kemenkes RI, 2012). Penyakit ini dapat

menyerang semua umur baik anak-anak maupun orang dewasa.

DBD tidak menular melalui kontak manusia secara langsung, tetapi

dapat ditularkan melalui nyamuk Aedes aegypti betina (Hastuti, O.,

2008).

2.1.2 Penyebab Demam Berdarah Dengue

Demam berdarah disebabkan oleh virus dengue dari genus

Flavivirus dan terdiri dari 4 serotipe, yaitu serotipe 1,2,3 dan 4

(dengue 1,2,3 dan 4) yang disebarkan dengan perantaraan nyamuk

Aedes aegypti dan Aedes albopictus. Nyamuk ini berkeliaran di

1
2

mana-mana secara bebas dan gigih untuk mencari mangsanya demi

kelangsungan hidupnya. Biasanya nyamuk Aedes yang menggigit

tubuh manusia adalah nyamuk betina, sedangkan nyamuk jantan

suka dengan aroma yang manis pada tumbuh-tumbuhan (Warsidi, E.,

2009).

Nyamuk Aedes aegypti mempunyai kebiasaan mencari

mangsanya pada pukul 09.00-10.00 dan petang hari 16.00-17.00

(Faziah, 2004). Nyamuk Aedes ini menggigit atau menghisap darah

secara berganti-ganti sehingga dalam waktu yang tidak begitu lama

banyak penderita yang terinfeksi virus dengue. Nyamuk Aedes

berkembang biak di tempat-tempat yang bersih dan sejuk, seperti di

bak mandi, tempayan, vas bunga yang ada airnya, tempat minuman

burung dan di barangbarang bekas yang dapat menampung air hujan

(Warsidi, E., 2009).

2.1.3 Cara Penularan Demam Berdarah Dengue

Nyamuk Aedes betina biasanya terinfeksi virus dengue pada

saat dia menghisap darah dari seseorang yang sedang dalam fase

demam akut (viraemia) yaitu 2 hari sebelum panas sampai 5 hari

setelah demam timbul.Nyamuk menjadi Infektif 8-12 hari sesudah

menghisap darah penderita yang sedang viremia (periode inkubasi

ekstrinsik) dan tetap infektif selama hidupnya. Setelah melalui

periode inkubasi ekstrinsik tersebut, kelenjar ludah nyamuk

bersangkutan akan terinfeksi dan virusnya akan ditularkan ketika


3

nyamuk tersebut menggigit dan mengeluarkan cairan ludahnya ke

dalam luka gigitan ke tubuh orang lain. Setelah masa inkubasi di

tubuh manusia selama 3-4 hari (rata-rata selama 4-6 hari) timbul

gejala awal penyakit secara mendadak, yang ditandai demam,

pusing, myalgia (nyeri otot), hilangnya nafsu makan dan berbagai

tanda atau gejala lainnya (Rita Kusriastuti, 2011).

2.1.4 Pencegahan Demam Berdarah Dengue

Hingga kini, belum ada vaksin atau obat anti virus bagi

penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD).Tindakan paling efektif

untuk menekan epidemi demam berdarah adalah dengan mengontrol

keberadaan vektor 13 nyamuk pembawa virus dengue. Pencegahan

yang efektif dan efisien untuk terhadap nyamuk Aedes adalah

dengan cara 3M, yaitu menguras,mendaur ulang menutup tempat-

tempat penampungan air bersih, bak mandi, vas bunga dan

sebagainya, paling tidak seminggu sekali, karena nyamuk tersebut

berkembang biak dari telur sampai menjadi dewasa dalam kurun

waktu 7-10 hari. Halaman atau kebun di sekitar rumah harus bersih

dari benda-benda yang dapat menampung air bersih, terutama pada

musim hujan. Pintu dan jendela rumah sebaiknya dibuka setiap hari,

mulai pagi hari sampai sore, agar udara segar dan sinar matahari

dapat masuk, sehingga terjadi pertukaran udara dan masuknya

cahaya. Dengan demikian, tercipta lingkungan yang tidak kondusif

bagi nyamuk tersebut.Pengendalian nyamuk Aedes dapat dilakukan


4

dengan memperhatikan aspek lingkungan, biologi dan kimiawi.

Ketiga aspek ini dapat dijelaskan secara ringkas sebagai berikut :

2.1.4.1 Lingkungan Pencegahan DBD dapat

dilakukan dengan mengendalikan vektor nyamuk, antara lain dengan

menguras bak mandi/penampungan air sekurang-kurangnya

sekaliseminggu; mengganti/menguras vas bunga dan tempat minum

burung seminggu sekali; menutup dengan rapat tempat

penampungan air; (A. Arsunan Arsin, 2013).

2.1.4.2 Biologis Secara khusus, rumah yang memiliki

kolam dan terdapat genangan air yang tetap, disarankan memelihara

ikan kepala timah (panchx). Hal ini dimaksudkan agar ikan tersebut

dapat memakan jentik nyamuk Aedes yang terdapat dalam genangan

air.Secara umum pencegahan dapat pula dilakukan dengan menanam

tumbuhan bunga lavender (lavendula agustifolia).Hal ini

dimaksudkan untuk mengusir nyamuk, nyamuk tidak menyukai

aroma bunga tersebut, karena mengandung zat linalool (A. Arsunan

Arsin, 2013).

2.1.4.3 Kimiawi Pengasapan (fogging) dapat

membunuh vektor DBD sedangkan pemberian bubuk abate pada

tempat-tempat penampungan air dapat membunuh jentik nyamuk.

Selain itu, dapat juga digunakan larvaside.senyawa anti nyamuk

yang mengandung DEET, pikaridin, atau minyak lemon eucalyptus.

Pada umumnya penyakit DBD meningkat pada musim penghujan,


5

maka beberapa cara yang dapat dilakukandalampencegahan penyakit

DBD. Yang paling penting dalam pencegahan demamberdarah ini

adalah dengan menjaga kebersihan lingkungan sekitar. Terdapat pula

cara mencegah penyakit DBD dengan metode pengontrolan atau

pengendalian vektor, dengan cara sebagai berikut :

2.1.4.3.1. Pemberantasan Sarang Nyamuk

(PSN) yang digalakkan pemerintah. Hal lainnya adalah dengan

pengelolaan sampah padat dengan baik, dan perbaikan desain rumah.

2.1.4.3.2 Pemeliharaan ikan pemakan jentik

nyamuk misalnya ikan adu/ikan cupang pada tempat air kolam.

2.1.4.3.3 Memberikan bubuk abate

(temephos) pada tempat tempat hidup dan berkembang biaknya

jentik nyamuk misalnya pada penampungan air seperti, gentong air,

vas bunga, kolam, dan sebagainya.

2.1.4.3.4 Melakukan pengasapan / fogging. Dan

biasanya dilaksanakan dengan petugas kesehatan dari dinas

kesehatan atau puskesmas terdekat (A. Arsunan Arsin, 2013)

2.2 Nyamuk Aedes Aegypti

2.2.1 Pengertian Nyamuk Aedes Aegypti

Nyamuk Aedes sp adalah nyamuk yang berasal dari genus

aedes yang menyebabkan demam berdarah pada manusia. Nyamuk

ini biasanya disebut black white mosquito atau tiger mosquito karena
6

memiliki ciri khas pada tubuhnya dengan garis dan bercak putih

keperakan diatas dasar warna hitam (Soegijanto, 2006).

Aedes aegypti merupakan jenis nyamuk yang dapat

membawa virus dengue penyebab penyakit demam berdarah. Selain

dengue, Aedes aegypti juga merupakan pembawa virus demam

kuning atau chikungunya. Penyebaran jenis ini sangat luas, meliputi

hampir semua daerah tropis diseluruh dunia. Aedes aegypti bersifat

aktif pada pagi hari hingga siang hari. Penularan penyakit dilakukan

oleh nyamuk betina karena hanya nyamuk betina yang menghisap

darah. Hal itu dilakukannya untukmemperoleh asupan protein yang

diperlukannya untuk memproduksi telur. Nyamuk jantan tidak

membutuhkan darah untuk memperoleh energi dari nektar bunga

ataupun tumbuhan. Jenis ini menyenangi area yang gelap dan benda-

benda berwarna hitam atau merah. Penyebaran nyamuk Aedes

aegypti di Indonesia sangat luas, nyamuk ini memiliki tempat

perindukan pada air jernih seperti di bak mandi, pot bunga, tempat

minum hewan peliharaan serta pada barang- barang bekas yang

didalamnya tergenang air. Akan tetapi kondisi lingkungan yang terus

berubah karena maraknya pencemaran membuat nyamuk Ae. aegypti

terus beradaptasi terhadap lingkungan perindukannya.

2.2.2 Proses Pembentukan Nyamuk Aedes Aegypti

Telur Aedes berukuran kecil (± 50 mikron), berwarna hitam,

sepintas lalu, tampak bulat panjang dan berbentuk jorong (oval)


7

menyerupai torpedo dibawah mikroskop, pada dinding luar

(exochorion) telur nyamuk ini, tampak adanya garis-garis yang

membentuk gambaran menyerupai sarang lebah. Di alam bebas telur

nyamuk ini diletakan satu per satu menempel pada dinding

wadah/tempat perindukan terlihat sedikit diatas permukaan air. Di

dalam laboratorium, terlihat jelas telur telur ini diletakan menempel

pada kertas saring yang tidak terendam air sampai batas setinggi 2-4

cm diatas permukaan air. Telur yang diletakkan dalam air menetas

dalam waktu 1-3 hari pada suhu 300 C tetapi membutuhkan 7 hari

pada suhu 160 C, telur Aedes aegypti tidak menetas sebelum

digenangi air (Borror, 1996).

Larva nyamuk Aedes aegypti tubuhnya memanjang tanpa

kaki dengan bulu-bulu sederhana yang tersusun secara bilateral

simetris. Larva ini dalam pertumbuhan dan perkembangannya

mengalami 4 kali pergantian kulit, dan larva yang terbentuk berturut-

turut disebut larva instar I, II, III, IV.

2.2.2.1. Instar I : berukuran paling kecil. Yaitu 1-2

mm

2.2.2.2. Instar II : 2.5-3.8 mm

2.2.2.3. Instar III : lebih besar sedikit dari larva instar

ke II

2.2.2.4. Instar IV : berukuran paling besar, yaitu 5m

Perkembangan dari instar I sampai IV memerlukan


8

waktu sekitar 5 hari. Setelah mencapaI instar IV, larva

berubah menjadi pupa dimana larva memasuki masa

dorman (inaktif/tidur), (Ginanjar, 2008)

Pada bagian kepala terdapat sepasang mata majemuk, Larva ini

tubuhnya langsing dan bergerak sangat lincah, bersifat fototaksis

negatif, dan waktu istirahat membentuk sudut hampir tegak lurus

dengan bidang permukaan air. Pada kondisi optimum, larva

berkembang menjadi pupa dalam waktu 4-9 hari (Soegeng, 2006).

Pupa Pada kondisi optimum, larva akan berkembang

menjadi pupa dalam waktu 4 hari Pupa nyamuk Aedes aegypti L

bentuk tubuhnya bengkok dengan bagian kepala-dada

(cephalothorax) lebih besar bila dihandingkan dengan bagian

perutnya, sehingga tampak sepeti tanda baca "koma". Pada bagian

punggung (dorsal) dada terdapat alat bernafas seperti terompet. Pada

ruas perut ke-8 terdapat sepasang alat pengayuh yang berguna untuk

berenang. Alat pengayuh tersebut berjumbai panjang dan bulu di

nomer 7 pada ruas perut ke-8 tidak bercabang. Pupa adalah bentuk

tidak makan, tampak gerakannya lebih lincah. Bila dibandingkan

dengan larva. waktu istirahat posisi pupa sejajar dengan bidang

permukaan air.

Pupa menjadi nyamuk dewasa dalam waktu 2-3 hari.

Nyamuk Aedes aegypti L tubuhnya tersusun dari tiga bagian, yaitu

kepala, dada dan perut. Nyamuk dewasa Aedes aegypti keluar dari
9

pupa melalui celah antara kepala dan dada. Nyamuk dewasa betina

yang menghisap darah manusia untuk keperluan pematangan

telurnya. Nyamuk ini menyerang manusia dari bagian bawah atau

belakang tubuh mangsanya. Umur Aedes aegypti di alam bebas

sekitar 10 hari. Umur ini telah cukup bagi nyamuk ini

mengembangkan Virus Dengue menjadi jumlah yang lebih banyak

dalam tubuhnya (Soegeng, 2006).

2.3 Anak Usia Dini

2.3.1 Definisi Anak Usia Dini

Mulyasa (Mulyasa, 2012:26) mengatakan tentang definisi

anak usia dini adalah individu yang sedang mengalami proses

pertumbuhan dan perkembangan yang sangat pesat, bahkan

dikatakan sebagai lompatan perkembangan. Sujiono (Sujiono.

2012:6) menambahkan bahwa anak usia dini adalah sosok individu

yang sedang menjalani proses perkembangan yang pesat dan

fundamental untuk kehidupan selanjutnya. (Mulyasa:23) ikut

menambahkan bahwa usia 4-6 tahun anak memiliki karakter berikut:

2.3.1.1 Berkaitan dengan perkembangan fisik, anak

sangat aktif berbagai kegiatan. Hal tersebut berguna bagi

perkembangan otot-otot kecil maupun besar,

2.3.1.2 Perkembangan bahasanya semakin meningkat,

anak sudah mampu untuk memahami pembicaraan orang lain


10

dan mampu mengungkapkan pikirannya dalam batasan

tertentu,

2.3.1.3. Perkembangan kognitif berkembang sangat

pesat seperti rasa ingin tahu anak yang luar biasa terhadap

lingkungan sekitar. Banyak aspek perkembangan yang

meningkat pada tahapan usia 4-6 tahun, 8 lingkungan sangat

berperan penting dalam menstimulasi perkembangan anak.

Menjelaskan bahwa yang disebut anak usia dini adalah yang

sedang memasuki masa golden age, dikatakan dengan masa

keemasan karena berdasarkan penelitian dijelaskan bahwa pada

masa usia dini anak memiliki kecerdasan hingga 80%, sedangkan

sisanya 20% akan didapatkan setelah usia 8 tahun. Masa keemasan

anak diperoleh ketika anak berada pada usia 0-8 tahun lebih besar

dibandingkan dengan usia setelah 8 tahun (Akmal, 2013:3).

Menjelaskan karakteristik yang khas pada anak usia dini

antara lain dorongan rasa ingin tahu yang besar terhadap sesuatu

disekitarnya, mobilitas yang tinggi, dan bermain tak kenal waktu.

Anak usia dini pada dasarnya memiliki karakter yang unik, karakter

tersebut tidak bisa dipisahkan dari peran lingkungan di sekitar anak.

Dukungan dan stimulasi yang tepat sangat diperlukan pada tahapan

usia ini, karena berpengaruh untuk tahapan usia selanjutnya

(Masnipal, 2013:82).
11

Anak usia dini berdasarkan keunikan dan perkembangannya

dikelompokkan dalam tahapan: masa bayi lahir sampai 12 bulan,

masa balita atau toddler 1 sampai 3 tahun, masa prasekolah usia 3-6

tahun, dan masa kelas awal usia 6 sampai 8 tahun (Mansur,

2009:88). Anak usia dini sebagaimana diungkapkan oleh Pieget

berada pada tahapan pra operasional yaitu tahapan ketika anak

belum menguasai operasi mental logis. Periode ini ditandai dengan

berkembangnya kemampuan menggunakan simbol-simbol. Melalui

kemampuan tersebut anak mampu 9 berimajinasi atau berfantasi

dengan berbagai hal (Barwani & Novan Ardy Wiyani, 2012:85).

Kesimpulannya bahwa anak usia dini adalah individu yang

berada pada rentang usia 0-8 tahun dimana bermuaranya seluruh

aspek perkembangan kognitif, fisik, dan sosial emosional yang

berpengaruh terhadap perkembangannya kedepan. Selain itu anak

usia 5-6 tahun tengah berada pada masa ingin tahu yang tinggi akan

lingkungan sekitarnya, anak sudah siap menerima rangsangan-

rangsangan yang diberikan dari lingkungan dan sangat mudah

diserap oleh anak. Teman sebaya adalah keluarga baru dalam usia 5-

6 tahun, anak sudah senang bermain imajinasi, memainkan benda-

benda seperti penghapus yang seakan menjadi pesawat dan

sebagainya. Orang tua dan lingkungan sekitar bertugas memberi

dukungan dan pengarahan akan rasa ingin tahu anak, karena pada

usia ini anak sudah mampu menerima isyarat atau perintah dari

orang lain.
12

2.4 Faktor Penyebab Terdampaknya Penyakit DBD terhadap Anak

Usia Dini

Faktor yang berperan dalam timbulnya penyakit berdasarkan

segitiga epidemiologi dipengaruhi oleh faktor manusia sebagai host

dan nyamuk Aedes aegypti sebagai vektor penular DBD.

Lingkungan secara signifikan mempengaruhi kesakitan bagi setiap

individu termasuk sosial, ekonomi dan lebih utamanya perilaku

masyarakat, meningkatnya mobilitas penduduk, kepadatan hunian,

semakin baiknya sarana transportasi dan masih terdapat tempat

perindukan nyamuk penular DBD.

Faktor perilaku pencegahan yang seharusnya secara rutin

dilakukan tetapi masih kurang diperhatikan dan diabaikan meliputi

kebiasaan memakai pakaian panjang, kebiasaan memakai obat anti

nyamuk, kebiasaan menggantung pakaian di dalam rumah dan

kurangnya partisipasi masyarakat dengan lingkungan juga

merupakan faktor yang dapat meningkatnya kejadian penyakit DBD.

selain itu faktor imunitas seseorang, strain virus yang menginfeksi,

riwayat dan usia juga berpengaruh. Sebagai berikut :

2.4.1 Pendidikan ibu rendah

Ada pengaruh faktor pendidikan ibu rendah terhadap

kejadian DBD pada anak usia 6- 12 tahun. Sebab faktor

pendidikan merupakan unsur yang sangat penting karena

dengan pendidikan seseorang dapat menerima lebih banyak


13

informasi, memperluas cakrawala berpikir dapat

mempengaruhi pola pikir dan daya cerna seseorang terhadap

informasi yang diterima. Semakin tinggi tingkat pendidikan

seseorang, semakin tinggi pula informasi yang dapat diserap,

sehingga dapat berpengaruh terhadap pengetahuan seseorang.

Kurangnya pengetahuan penduduk dalam kaitannya dengan

penyakit demam berdarah dapat disebabkan oleh banyak

faktor, sebagaimana telah dikemukakan salah satu di

antaranya adalah rendahnya tingkat pendidikan. Di samping

itu, mungkin sikap masa bodoh dan kurangnya penyuluhan

yang efektif menyebabkan pengetahuan masyarakat tentang

penyakit menjadi rendah. Pendidikan yang relatif rendah

melatarbelakangi sulitnya penduduk untuk mengetahui

konsep kejadian penyakit DBD.

2.4.2 Kebiasaan tidak memakai pakaian panjang

Pemakaian pakaian panjang merupakan salah satu

upaya mencegah gigitan nyamuk. dan meminimalkan potensi

gigitan nyamuk Aedes aegypti, karena pakaian panjang

menutupi anggota badan, seperti tangan dan kaki.

Pemahaman bahwa penyakit DBD dapat dicegah dengan

pemakaian pakaian panjang, maka orang tua dengan penuh

kesadaran akan membiasakan anak-anak mereka untuk selalu

memakai pakaian panjang baik di rumah maupun di sekolah.

2.4.3 Kebiasaan memakai obat anti nyamuk


14

Penggunaan obat anti nyamuk merupakan faktor

risiko tinggi untuk menghindari gigitan nyamuk. Sebagian

orang tidak pernah menggunakan anti nyamuk pada siang

hari, tetapi sebaliknya menggunakan anti nyamuk seperti

menyemprot atau menggunakan kelambu hanya pada malam

hari saja, anggapan mereka bahwa pada siang hari lebih

banyak beraktivitas sehingga perlindungan terhadap gigitan

nyamuk tidak perlu dilakukan. Menurut WHO penolak

serangga merupakan sarana perlindungan diri terhadap

nyamuk dan serangga yang umum digunakan. Benda ini

secara garis besarnya dibagi menjadi dua kategori, penolak

alami dan kimiawi. Hal ini sesuai dengan teori Handrawan

Nadesul bahwa cara lain untuk menghindari gigitan nyamuk

adalah dengan membaluri kulit badan dengan obat anti

nyamuk (repellent).

2.5 Upaya Pencegahan Penyakit DBD Bagi Anak Usia Dini

Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan salah satu

penyakit yang perlu diwaspadai karena dapat menyebabkan

kematian dan dapat terjadi karena lingkungan yang kurang bersih.

Berbagai upaya dilakukan untuk mencegah merebaknya wabah

DBD. Salah satu caranya adalah dengan melakukan PSN 3M Plus.

Sebagai Berikut :
15

2.5.1 Menguras, merupakan kegiatan

membersihkan/menguras tempat yang sering menjadi

penampungan air seperti bak mandi, kendi, toren air, drum

dan tempat penampungan air lainnya. Dinding bak maupun

penampungan air juga harus digosok untuk membersihkan

dan membuang telur nyamuk yang menempel erat pada

dinding tersebut. Saat musim hujan maupun pancaroba,

kegiatan ini harus dilakukan setiap hari untuk memutus

siklus hidup nyamuk yang dapat bertahan di tempat kering

selama 6 bulan.

2.5.2 Menutup, merupakan kegiatan menutup rapat

tempat-tempat penampungan air seperti bak mandi maupun

drum. Menutup juga dapat diartikan sebagai kegiatan

mengubur barang bekas di dalam tanah agar tidak membuat

lingkungan semakin kotor dan dapat berpotensi menjadi

sarang nyamuk.

2.5.3 Memanfaatkan kembali limbah barang bekas

yang bernilai ekonomis (daur ulang), kita juga disarankan

untuk memanfaatkan kembali atau mendaur ulang barang-

barang bekas yang berpotensi menjadi tempat

perkembangbiakan nyamuk demam berdarah.


16

2.6 Yang Harus Dilakukan untuk Menanggulangi Penyakit DBD

Menghadapi musim penghujan, banyak persiapan yang harus

dilakukan oleh seseorang. Selain peralatan fisik yang digunakan

untuk melindungi diri dari hujan seperti payung dan jas hujan,

namun juga persiapan kondisi tubuh agar terhindar dari penyakit

yang biasa datang bersamaan dengan tingginya curah hujan.

Terbentuknya genangan pada penampungan ataupun lubang-

lubang akibat air hujan, merupakan salah satu hal yang dapat

mengundang penyakit di musim penghujan seperti saat ini, salah

satunya adalah demam berdarah dengue. Demam berdarah dengue

(DBD) merupakan penyakit yang terbentuk akibat dari adanya

infeksi virus dengue yang masuk kedalam tubuh melalui gigitan

nyamuk Aedes aegypti. Berikut ini adalah beberapa langkah

pencegahan sederhana yang dapat dilakukan agar terhindar dari

penyakit Demam Berdarah Dengue :

2.6.1 Memasang kelambu pada tempat tidur maupun jendela

2.6.2 Menerapkan program 3M, yaitu menguras, menutup,

serta mendaur ulang

2.6.3. Memperbanyak konsumsi vitamin C

2.6.4. Memperoleh vaksin dengue setelah berkonsultasi

dengan dokter.
17

Penerapan yang baik beberapa langkah diatas, merupakan

kunci penting dalam meminimalisir kemungkinan seseorang terpapar

demam berdarah dengue selama musim penghujan.

2.7 Pengertian Puskemas Teja Kabupaten Pamekasan

Puskesmas Teja Kabupaten Pamekasan merupakan salah satu

sarana pelayanan kesehatan masyarakat yang memiliki akreditasi

baik di kabupaten Pamekasan. Puskesmas Teja juga termasuk

puskesmas yang lumayan cukup lama yang selama ini menangani

masyarakat di kabupaten pamekasan. Secara umum UPT Puskesmas

Teja memiliki kondisi wilayah yang strategis dan berada di daerah

perkotaan. UPT Puskesmas Teja memiliki 5 desa dan 5 kelurahan

yang termasuk wilayah kerja UPT Puskesmas Teja yaitu desa Laden,

Teja timur, Teja barat, Kelurahan Kangenan, patemon, Barurambat

kota, Partaker dan Jungcangcang.

Anda mungkin juga menyukai