Anda di halaman 1dari 11

Gangguan pada Tulang Punggung dan

Sendi Lutut Disebabkan Osteoporosis


Blok 5

Kelompok E4

Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana


Jl. Terusan Arjuna, No. 6, Kebon Jeruk, Jakarta Barat, Indonesia
ABSTRAK

Kajian ini dijalankan dalam rangka untuk membahaskan gangguan yang berlaku pada
tulang punggung atau kolumna vertebralis serta lutut yang disebabkan oleh berlakunya
osteoporosis terutamanya pada individu lanjut usia. Signifikannya tinjauan pustaka ini dilakukan
mengkaji dan memahami secara anatomi, histologi, fisiologi serta biokimia mengenai gangguan
fungsi yang berlaku pada kolumna vertebralis dan sendi lutut pada individu lanjut usia
berbanding yang normal. Metode yang digunakan dalam penghasilan tinjauan pustaka ini adalah
dengan melakukan penelitian terhadap buku-buku dan jurnal-jurnal terkait struktur anatomi,
histologi fisiologi dan biokimia mengenai tulang dan jaringannya. Kesimpulan akhir yang dapat
dicapai melalui penelitian ini adalah gangguan pada kolumna vertebralis dan lutut dapat
disebabkan oleh faktor-faktor seperti perubahan metabolisme tulang dan sebagainya.

Kata kunci: Kolumna vertebralis, lutut, osteoporosis, anatomi, fisiologi, histologi, biokimia,
metabolisme tulang

ABSTRACT

This research had been done to discuss on disturbance that happen on backbone or in
other name called columnar vertebralis and knee joint that caused by osteoporosis especially on
old individual. The significance of this review is to study and understand by anatomy, histology,
physiology and biochemistry about the situation compared to the normal people. The methods
that been used is review on books and journals related to the cases given. Final conclusion that
can be made is disturbance on columnar vertebralis and knee bone can happen due to factors
such as bone’s metabolism changes and others.

Keywords: Columnar vertebralis, knee, osteoporosis, anatomy, physiology, histology,


biochemistry, bone metabolism

PENDAHULUAN
Manusia merupakan makhluk Tuhan yang telah diciptakan dengan amat sempurna.
Tubuh badan manusia terdiri daripada otot, tulang dan saraf yang membentuk seseorang
individu. Tulang manusia amat kuat sehingga dapat menampung berat badan sendiri dan

2
menahan beban yang berat. Namun, selari dengan pertambahan usia, tulang manusia juga akan
semakin melemah. Kebanyakan manusia yang telah mencapai had umur selepas dari 40 tahun,
akan mengalami kerapuhan tulang sehingga menyebabkan terbatasnya aktiviti sehari-harian.
Kejadian di mana terjadinya kerapuhan pada otot dipanggil osteoporosis. Terdapat beberapa
faktor dan mekanisme kejaadian yang menjurus ke arah terjadinya osteoporosis ini. Dalam
makalah kali ini, kita akan membahaskan mengenai penyakit osteoporosis ini dari segi anatomi,
fisiologi dan histologinya.

ISTILAH TIDAK DIKETAHUI


Dalam eksperimen kali ini, kami telah berhasil menemukan hanya satu istilah yang tidak
diketahui, iaitu osteoporosis. Osteoporosis ini merupakan penyakit di mana tulang seseorang itu
menjadi amat rapuh dan mudah untuk patah.1 Pada kebiasaannya, tulang tersebut akan
mengalami kekurangan densiti, dan juga kekurangan mineral yang ada dalam tulang.
Osteoporosis ini biasanya terjadi di bahagian panggul, pergelangan tangan dan tulang belakang. 1
Selalunya, osteoporosis akan dideritai oleh lelaki dan wanita dari mana-mana ras dan bangsa.
Namun, berdasarkan kajian yang dilakukan mayoclinic.org, wanita kulit putih dan Asia yang
berada di tahap post-menopouse berada pada tahap risiko tertinggi untuk menghidapi penyakit
ini.1 Ada terdapat beberapa cara pengobatan, antaranya ialah medikasi, diet seimbang dan
olahraga yang tidak terlampau membebankan tulang.

RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan kasus yang telah diterima kami, rumusan masalah yang dapat ditarik ialah,
seorang ibu yang terasa lemah dan ngilu pada tulang punggung dan lututnya sehingga
menyukarkan baginya untuk melakukan kerja-kerja seharian.

ISI PEMBAHASAN
Dalam problem-based learning pada kali ini, saya telah menerima kasus berkaitan dengan
masalah seorang ibu yang menderita rasa lemah dan ngilu pada tulang panggul dan lutut sewaktu
mahu mengendong anaknya yang berusia 3 tahun. Kasus ini akan dibahaskan berdasarkan sifat
makro dan mikro tulang tersebut. Dari segi makronya, tulang yang terlibat ialah columnar
vertebrae dan patellae.

3
i) Columnar vertebrae
Columnar vertebralis terdiri daripada 7 buah cervical, 12 buah thoracal, 5 buah lumbal, 5
gabungan sacral dan 4 atau 5 gabungan coccyx. Selain itu, terdapat juga 4 buah kurvatura yang
fungsinya untuk menopang tubuh, iaitu lordosis pada cervical, kiphosis pada thoracal, lordosis
pada lumbal dan kiphosis pada sacral. Bahagian pada cervical dan lumbal lebih mobile dan lebih
mudah bergerak manakala pada bahagian thoracal dan pelvis pula lebih kaku.

Figure 1-Struktur columna vertebrae

4
Vertebra servikalis merupakan ruas tulang yang terkecil berbanding vertebra yang
lainnya. Pada umumnya, vertebra servikalis mempunyai ciri khas seperti mempunyai badan yang
kecil bersegi panjang, serta terdapat foramina pada processus tranversusnya. Vertebra servikalis
yang ketujuh adalah ruas pertama yang mempunyai processus spinosus yang bukan bifidus.
Vertebra ini mempunyai benjolan pada processus spinosusnya yang disebut sebagai tuberkel.
Karena ciri khasnya, maka ruas tulang tersebut dinamakan vertebra prominens. Dua vertebra
servikales yang pertama mempunyai bentuk yang berbeda dengan yang lainnya. Vertebra
servikalis yang pertama disebut sebagai atlas dan yang kedua merupakan os axis.

Vertebra torakalis pada umumnya lebih besar daripada vertebra servikalis dan dibagian
bawah nya menjadi lebih besar. Ciri khas bagi vertebra torakalis adalah corpus vertebranya
berbentuk hati dan mempunyai facet atau lekukan kecil yang merupakan tempat penyambungan
tulang iga. Selain itu, vertebra torakalis turut mempunyai processes spinosus yang panjang dan
mengarah ke inferior, sedangkan processus tranversus yang kuat dan tebal. Dalam pada itu, ruas-
ruas vertebra torakalis juga mempunyai vertebra foramen yang berbentuk bulat.

Vertebra seterusnya adalah vertebra lumbalis yang merupakan vertebra terbesar dalam
kolumna vertebralis. Corpus vertebra bagi ruas-ruas tulang ini berbetuk seperti ginjal atau pun
lonjong. Processus spinosusnya pula lebar dan berbentuk seperti kapak kecil. Processus
tranversus bagi ruas tulang ini adalah berbentuk runcing. Ruas kelima bagi vertebra lumbalis
membentuk sendi dengan sacrum pada lumbo-sakral. Ciri khas yang terakhir adalah bentuk
foramen vertebranya yang berbentuk segitiga. Gambar 2 menunjukkan perbezaan vertebrae
servikalis, torakalis dan lumbalis.

Vertebra sakralis adalah tulang kelangkang. Vertebra ini berbentuk segitiga dan terletak
pada bagian bawah kolumna vertebralis dan terjepit di antara kedua os coxae serta membentuk
bagian belakang rongga pelvis. Ciri khasnya adalah di bagian tepi anterior dari corpus
vertebranya yang membentuk promontorium sakralis. Vertebra ini juga mempunya kanalis
sakralis yang berada di posisi bawak kanalis vertebralis. Dinding kanalis sakralis terdapat
lubang-lubang yang disebut foramina. Foramina kiri dan kanan dipisahkan oleh garis yang
dinamakan linea sakralis. Apex dari linea sakralis bersendi dengan os koksigues manakala kiri
dan kanan nya bersendi denga os illium dan membentuk sendi sakro-illiaka kiri dan kanan. Yang

5
terakhir adalah os koksues yang bersendi dengan sacrum. Ianya merupakan tulang tungging yang
terdiri dari empat atau lima vertebra yang rudimenter dan bergabung menjadi satu.2

Kecederaan lebih mudah terjadi di lumbosacral junction kerana ianya mampu untuk
bergerak dengan lebih mudah. Antara setiap bahgaian tulang belakang yang berbeda, terdapat
discus invertebralis, yang terdiri daripada nucleus polposus dan annulus fibrosus. Discus
invertebralis ini terdiri daripada 25% panjang keseluruhan columnar vertebralis dan berfungsi
sebagai bantalan tulang belakang dan peredam tekanan. Gerak yang dapat dilakukan pada
bahagian ini ialah fleksi, ekstensi dan rotasi.

ii) Tulang pada sendi lutut


Pada sendi lutut, terdapatnya patellae, yang
turut dikenali sebagai “knee cap” yang berfungsi
sebagai penutup dan pelindung bahagian distal
femur. Os patellae ini berbentuk segi tiga dan
terletak di tendon pada otot quadriceps. Terdapat
bonjolan di tulang pada tungkai atas yang
membenarkan patellae tersebut untuk menggelongsor
ke atas dan ke bawah serta pada masa yang sama,
menghambat daripada pergerakan ke kiri dan ke
Gambar 1 - Patellae
kanan. Secara anatominya tulang lutut dipanggil os patella. Secara umumnya, bagian os patella
yang utama adalah basis patella yang terletak di bagian superior patella dan di bagian inferiornya
pula ada bagian yang dinamakan sebagai apex patella. Di bagian depan os patella terdapat fascies
anterior yang merupakan permukaan os patella. Selain itu, terdapat juga fascies articularis
medialis dan fascies articularis lateralis yang bisa dilihat melalui tampak posterior os patella.
Pada bahagian sendi lutut tersebut, terdapatnya sendi synovial yang berfungsi untuk
mengurangkan geseran antara artikuler cartilage sewaktu pergerakan. Di dalamnya terdapat
cairan synovial, yang akan meminimakan geseran. Kebiasaannya, pada golongan yang berumur,
cairan synovial mereka akan berkurangan, lalu menyebabkan geseran terjadi antara artikuler
cartilage sewaktu pergerakan. Hal ini akan menyebabkan si penderita akan terasa nyeri pada
sendi lutut. Cairan synovial ini dapat dihasilkan dengan pengambilan glukosamin yang terdapat
pada kulit udang dan kepiting.4

6
iii) Sendi

Setiap pergerakan yang terjadi memerlukan sendi selain otot dan tulang. Sendi
merupakan pertemuan antara dua atau lebih tulang atau tulang rawan. Sendi dapat
diklasfikasikan kepada dua bagia yaitu synarthrosis dan diarthrosis. Synarthrosis merupakan
persendian diantara kedua hujung tulang yang bersendi terdapat jaringan. Sendi ini
mennyebabkan tidak ada atau sedikit sekali pergerakan yang mampu dilakukan. Diarthrosis pula
adalah persendian yang diantara kedua unjung tulang yang bersendi terdapat suatu rongga atau
cavum articulare. Sendi ini membolehkan pergerakan yang bebas dilakukan.

Synarthrosis terbagi kepada tiga bagian yaitu sindesmosis (jaringan ikat), synchondrosis
(jaringan rawan) dan synostosis (jaringan tulang). Sindemosis merupakan juntura fibrosa yang
boleh didapati dirostrum sphenoidale, vomer, arcus vertebra, ulna dan radius. Synchondrosis
pula merupakan sendi antara epiphysis dan diaphysis sebelum penulangan selesai. Ianya juga
bisa diketemukan di symphisis pubis pada orang dewasa. Synostosis pula adalah persendian yang
terdapat diantara os ilium, os pubis, dan os ischium.

Terdapat 6 macam sendi diarthrosis. Sendi yang pertama adalah sendi engsel. Sendi ini
mempertemukan ujung tulang berbentuk konveks silindris dengan cekungan yang sesuai.
Gerakan yang boleh boleh dilakukan oleh sendi ini adalah gerakan angular pada satu bidang dan
gerakan uniaxial yaitu hanya pada satu sumbu. Sendi ini dapat ditemukan pada sendi siku dan
sendi pergelangan kaki. Selanjutnya adalah sendi kisar yang ujung tulang berbentuk processus
dapat berputar dalam satu cincin. Sendi ini juga memperbolehkan gerakan uniaxial seperti yang
terdapat pada articulation radioulnaris proximalis dan articulation atlantoaxialis mediana. Sendi
ketiga adala sendi telur yang menyatukan ujung tulang berbentuk konkaf dan konveks berbentuk
oval. Sendi ini mampu melakukan gerakan biaxial seperti gerakan flexi-ekstensi serta abduksi-
adduksi.

Selanjutnya adalah sendi pelana. Ujung tulang yang satu berbentuk konkaf dan ujung
tulang kedua berbentuk konveks dengan tegak lurus tulang pertama. Sendi ini juga membenarkan
pergerakan biaxial. Seterusnya adalah sendi peluru yang menyambungkan tulang berbentuk
caput bola dengan tulang yang berbentuk mangkok. Sendi ini boleh melakukan pergerakan
multiaxial. Sendi yang terakhir adalah sendi buah pala yang terbentuk apabila mankok sendi

7
lebih dari setengah lingkaran seperti yang terdapat pada articulation humeri dan articulatio
coxae.5

Gambar 2 - Sendi synovial

Dari segi mikronya pula, kita akan membahaskan dari segi mekanisme metabolisme
tulang. Secara umumnya, tulang terbagi kepada 2 tipe, iaitu tulang kompak dan tulang sponge.
Tulang sponga terdiri daripada balok tulang dan susunannya tidak teratur. Ianya bercabangan dan
membentuk anyaman. Di celah-celah ‘anyaman’ tersebut terdapatnya sumsum tulang di mana
tempat terhasilnya plasma sel, sel darah merah dan sel darah putih. Manakala bagi tulang
kompakta pula, kelihatannya tulang ini tampak padat.

8
Gambar 3 - Struktur tulang kompak dan tulang spongiasa

Komponen tulang terdiri daripada sel, serat dan zat antar sel/matriks yang terdiri daripada
zat organic dan zat anorganik. Sel-sel tulang itu sendiri terdiri daripada sel osteogenik, osteoblas,
osteosit dan juga osteoklas. Zat intersel di dalam tulang pula terdiri daripada kira-kira 35%
kolagen tipe 1, kondroitin sulfat, kristal kalsium fosfat. Sel osteogenik merupakan sel induk dan
terdapat di dalam perikondrium. Terdapat 2 jenis osteoprogenitor yang berbeda, iaitu osteoblas
dan osteoklas.

Osteoblas merupakan sitoplasma basofil yang berfungsi untuk menghasilkan protein dan
proteoglikans yang tinggi. Osteosit merupsksn osteoblas ysng terpendam dalam matriks.
Fungsinya mirip dengan osteoblas.3

Osteoklas merupakan sel raksasa yang berinti besar dengan banyak anak inti yang
jumlahnya bervariasi. Ianya selalu terdapat di permukaan tulang, di dalam lekukan dangkal yang
disebut lacuna howship. Kadangkala, osteoklas ini akan memakan permukaan tulang tersebut,
sehingga menyebabkan tulang menjadi rapuh. Ini turut menjadi penyebab kepada terjadinya
penyakit osteoporosis.3

9
Gambar 4 - Osteoklas

Proses pembentukan tulang disebut sebagai osifikasi. Osifikasi terjadi pada 4 situasi,
pembentukan tulang pada saat embrio, sampai dewasa, remodeling tulang dan juga perbaikan
struktur tulang.

Untuk menghidarkan diri dari terkena penyakit osteoporosis ini, seseorang itu perlulah
mengamalkan diet yang seimbang. Susu perlu banyak diminum untuk memastikan cukup
kalsium yang dapat disalurkan ke dalam tubuh untuk menguatkan tulang dalam badan. Seseorang
itu juga tidak seharusnya melakukan aktivitas yang terlalu berat sehingga bisa menimbulkan
trauma pada tulang dalam badan.

KESIMPULAN

Berdasarkan kasus yang telah dibahaskan ini, berkemungkina besar ibu tersebut telah
menderita penyakit osteoporosis pada os patellae dan columnar invertebralis. Berkemungkinan
besar juga dia telah mengalami kekurangan cairan sendi synovial sehingga menyebabkan kepada
sukarnya untuk dia mengendong anaknya tersebut. Oleh itu, tindakan sewajarnya haruslah
diambil, seperti pengambilan medikasi dengan saranan dokter untuk memastikan penyakitnya itu
tidak melarat.

10
DAFTAR PUSAKA

1. http://www.mayoclinic.org/diseases-conditions/osteoporosis/basics/definition/con-
20019924
2. Evelyn CP. Anatomi dan Fisiologi untuk paramedis. Jakarta: PT Gramedia; 2008. Hal.
56-8
3. Elizabeth JC. Buku saku Patofisiologi. Ed. 3. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC;
2009. Hal. 342
4. Robert KC. Anatomy and Physiology. London: Jones and Bartleu Publishers; 2005. Hal.
88-98
5. Margareta N, Victor HF. Basics biomechanics of the musculoskeletal system. Ed. 3.
Pennsylvania: Lippincott Williams & Wilkins; 2001. Hal. 109-10

11

Anda mungkin juga menyukai