TESIS
Oleh
IHSAN MURDANI
147032145/IKM
THESIS
By
IHSAN MURDANI
147032145/IKM
TESIS
Oleh
IHSAN MURDANI
147032145/IKM
TESIS
Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam tesis ini tidak terdapat karya yang
dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang
pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu
Peneliti
Ihsan Murdani
147032145
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
Tahun 2016”.
dan bimbingan dari berbagai pihak secara langsung maupun tidak langsung, untuk
Sumatera Utara.
2. Prof. Dr. Dra. Ida Yustina, M. Si, selaku Dekan dan Ketua Program Studi
3. Prof. Dr. Ir. Evawani Y Aritonang, M.Si, selaku Sekretaris Program Studi
5. dr. Surya Dharma, M.P.H, selaku Anggota Komisi pembimbing yang telah
6. Dr. dr. Wirsal Hasan M.P.H dan Ir. Evi Naria, M.Kes, selaku penguji tesis
tesis ini.
8. Kedua orang tua, adik dan keluarga yang penuh pengertian dan kesabaran
pendidikan
tidak dapat disebutkan satu perstu yang telah membantu penulis dalam
kelemahan, untuk itu kritikan dan saran yang bersifat membangun sangat penulis
harapkan demi kesempurnaan tesis ini. Hanya Tuhan Yang Maha Pengasih dan
Penyayang yang dapat memberikan balasan atas kebaikan yang telah diperbuat.
Penulis
Ihsan Murdani
147032145/IKM
dan merupakan anak dari Ayahnda Mansir dan Ibunda Nurli, anak kesatu dari
empat bersaudara. Pada saat ini bertempat tinggal di, Desa Blang Bladeh
Bladeh pada tahun 2001, Sekolah SMP Negeri I Meukek pada tahun 2004,
Lingkungan, serta memperoleh gelar sarjana pada tahun 2012. Pada tahun 2014
Halaman
ABSTRAK ...................................................................................................... i
ABSTRACT ..................................................................................................... ii
KATA PENGANTAR .................................................................................... iii
RIWAYAT HIDUP ........................................................................................ iv
DAFTAR ISI ................................................................................................... v
DAFTAR TABEL .......................................................................................... x
DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... xi
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. xii
DAFTAR ISTILAH ....................................................................................... xiii
LAMPIRAN
4.1. Wilayah Kerja Puskesmas Rawat Inap dan Jumlah Penduduk dalam
Kecamatan Meukek Kabupaten Aceh Selatan Tahun 2016 ................. 69
4.2. Wilayah Kerja Puskesmas Rawat Jalan dan Jumlah Penduduk dalam
Kecamatan Meukek Kabupaten Aceh Selatan Tahun 2016 ................. 70
4.21. Hasil Uji Regresi Logistik Lingkungan Fisik Rumah dan Personal
Hygiene terhadap Kejadian Dermatofitosis Pada Masyarakat
Nelayan di Kecamatan Meukek Kabupaten Aceh Selatan Tahun
2016 ...................................................................................................... 86
xv
xvi
xvii
xviii
PENDAHULUAN
beda pada tiap negara (Abbas, 2012). Penelitian World Health Organization
(WHO) terhadap insiden dari infeksi dermatofit menyatakan 20% orang dari
merupakan tipe yang paling dominan dan diikuti dengan tinea cruris, pedis,
penyakit jamur yang disebabkan oleh jamur golongan dermatofita yaitu (Spesies
rambut, kulit, dan kuku, Epidermophyton menyerang kulit dan jarang kuku.
Menurut Putra (2008) Penyakit kulit yang disebabkan infeksi jamur atau
jamur
kulit superfisial akibat infeksi dermatofita (jamur yang hidup dengan mencerna
1
Universitas Sumatera Utara
keratin). Jamur itu menghasilkan enzim keratinase yang menyebabkan komponen
disesuaikan dengan lokasi kelainan, yang bila terjadi di badan disebut sebagai
tinea korporis. Tinea korporis disebut juga ringworm, suatu penamaan yang
bukan disebabkan oleh worm tetapi oleh dermatofita, yang tersering ialah
10) di rumah sakit di Indonesia tahun 2008 dengan golongan sebab sakit
“Penyakit Kulit dan Jaringan Subkutan” terdapat sebanyak 64.557 pasien baru
(Depkes, 2009). Penyakit kulit semakin berkembang, hal ini dibuktikan dari data
oleh iklim di Indonesia itu sendiri yang beriklim tropis, sehingga penyebarannya
tahun 1999 serta peringkat ketiga pada tahun 2003. Hasil penelitian Mulyani
Kabupaten Pekalongan pada bulan Juli – September 2010 dengan pasien sebanyak
140 orang serta kunjungan rata-rata pasien perhari 40% dari penyakit lainnya.
penyakit jamur yang mengenai lapisan permukaan kulit, yaitu stratum koneum,
rambut dan kuku sedangkan mikosis profunda yaitu penyakit jamur yang
mengenai alat dalam, penyakit ini dapat terjadi karena jamur langsung masuk
kealat dalam (misalnya paru), melalui luka atau menyebar dari permukaan kulit
atau alat dalam lain. Klasifikasi lain menurut Jain (2012), infeksi jamur
dan tulang), dan infeksi jamur systemic (menyerang jaringan organ didalam
tubuh).
semua lapisan masyarakat yang terjadi pada kulit, rambut, kuku, dan selaput
kesatuan ruang dengan semua benda, daya, keadaan, dan makhluk hidup,
lain. Bila ditinjau lebih jauh mengenai Undang-Undang tersebut, maka manusia
kesehatan itu sendiri tapi harus dari seluruh segi yang ada pengaruhnya
mendapatkan prevalensi tinea kuris pada pekerja usaha makanan seafood kaki
Walaupun pada penelitian ini tidak dijumpai hubungan yang bermakna antara
berbagai faktor risiko yang dieliti dengan kejadian tinea kruris, namun
penyakit secara langsung dari orang ke orang, seperti halnya penularan penyakit
perumahan yang tidak cukup dan terlalu sempit mengakibatkan tingginya kejadian
penyakit dari manusia yang satu kemanusia yang lain akan lebih mudah terjadi
(Entjang, 2000).
menjaga kebersihan diri, dapat menimbulkan berbagai penyakit kulit dan mata.
Hal ini terjadi karena bakteri yang selalu ada pada kulit dan mata
Penyakit akibat kurangnya air bersih adalah penyakit trachoma dan segala macam
dari pengaruh lingkungan. Salah satu bagian tubuh manusia yang sangat
yang sehat dan bersih akan membawa efek bagi kulit. Demikian pula
ada hubungan yang bermakna antara personal hygiene yaitu kebersihan kulit,
kebersihan handuk, kebesihan tempat tidur dan sprei dengan kejadian penyakit
kulit. Menurut hasil penelitian Tri Martiana dan Lestari Kanti Wilujeng pada
nelayan Kabupaten Lombok Timur (2004) terdapat gangguan kelainan pada kulit,
penyakit kulit & subkutan di rumah sakit umum rawat jalan sebanyak 3.502
pasien , di puskesmas rawat inap penyakit kulit alergi 81.356 dan dipuskesmas
rawat jalan penyakit kulit alergi 45.461 dari jumlah penduduk 4.726.001 jiwa.
sebanyak 960 pasien penyakit akibat jamur dan penyakit akibat alergi sebanyak
6.692 kasus . Kecamatam Meukek terdiri dari dua puskesmas yaitu Puskesmas
Kuta Baro dan Puskesmas Drin Jalo, Kedua Puskesmas tersebut terdiri dari
penyakit kulit yang ada hanya dokter umum, perawat dan bidan. Berdasarkan data
tahun 2015 yang peneliti peroleh dari buku poli umum di kedua Puskesmas
Kecamatan Meukek yaitu penyakit jamur kulit , infeksi kulit, alergi kulit. kedua
puskesmas rawat jalan terdapat 63 kasus penyakit jamur kulit , 105 kasus infeksi
kulit dan 143 kasus alergi kulit dan di puskesmas rawat inap terdapat 92 kasus
akibat jamur, 120 kasus infeksi kulit dan 176 penyakit alergi kulit. Dari data
tersebut ada sebagian masyarakat malu berobat lebih memilih membeli obat oles
sendiri diapotik terdekat bahkan ada yang memakai obat tradisional seperti buah
Dari hasil survei awal yang peneliti peroleh dilapangan dari tanggal 05–
Selatan masih ada masyarakat yang sulit mendapatkan air bersih diakibatkan air
sumur yang kuning, perumahan yang yang padat dan rapat juga kurangnya
personal hygiene para nelayan. Banyak nelayan yang bekerja dengan pakaian
yang basah dan lembab sampai kering waktu mencari ikan dilaut, dari mulai
pengangkutan es, bahan bakar minyak dan perlengkapan lain kekapal tanpa
dermatofitosis.
lingkungan fisik rumah yang tidak memenuhi syarat kesehatan. Hal inilah
perumusan masalah dalam penelitian ini yaitu untuk mengetahui " Bagaimana
kesehatan nelayan.
tinggalnya.
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Rumah
adalah rumah sebagai tempat tinggal yang memenuhi ketetapan atau ketentuan
teknis kesehatan yang baik dipenuhi dalam rangka melindungi penghuni rumah
kebutuhan sandang dan pangan. Rumah berfungsi pula sebagai tempat tinggal
serta digunakan untuk berlindung dari gangguan iklim dan makhluk hidup
lainnya. Selain itu rumah juga merupakan pengembangan kehidupan dan tempat
yang layak huni, sarana pembinaan keluarga, cerminan harkat dan martabat
penghuninya, serta aset bagi pemiliknya (UU RI No 1 Tahun 2011). Rumah bagi
10
dengan keluarga, sebagai tempat untuk melindungi diri dari bahaya, sebagai
Secara garis besar, rumah memiliki empat fungsi pokok sebagai tempat
yang memberi perasaan aman dan tentram bagi seluruh keluarga sehingga mereka
dapat berkumpul dan hidup bersama-sama, serta dapat mengembangkan sifat dan
pengaruh lingkungan luar adalah rumah yang dapat menjauhkan segala gangguan
kesehatan bagi penghuninya. Karena itu, rumah harus kuat dan stabil sehingga
untuk menetapkan kondisi perumahan yang sesuai dengan kriteria sehat, The
fungsi pokok rumah sebagai tempat tinggal yang sehat bagi setiap manusia dan
mengancam.
saat ini.
Keluarga bertempat tinggal dalam rumah untuk melindungi diri dari panas,
hujan dan gangguan lainnya sehingga dapat tinggal dengan rasa aman dan
tenteram.
melakukan kegiatan dan kebiasaan dengan baik. Rumah yang sehat dan
keluarga itu.
menulis.
3. Dapat digunakan sebagai tempat istirahat yang tenang sewaktu lelah atau
Menurut Winslow dan Alpha dalam Suyono (2010) rumah yang sehat
umur dan jenis kelaminnya. Orang tua dan anak dibawah 2 tahun
membersihkan lantai.
m3, dan umurnya >5 tahun adalah 9 m3. Artinya dalam satu
dekat kontak.
gelap.
(couple).
mudah patah.
25cm,
3 golongan, yaitu:
dan setengah bambu, atapnya terbuat dari genteng maupun seng atau
dan tidak berlantai (lantai tanah), atap rumahnya dari seng maupun asbes.
jendela kamar tidur, jendela ruang keluarga dan ruang tamu, ventilasi,
sampah.
tempat sampah.
1. Pencahayaan
berikut:
4) Pertukaran udara (air exchange rate)= 5 kaki kubik per menit per
penghuni
sosial. Lingkungan rumah menurut WHO adalah suatu struktur fisik dimana
tersebut juga semua fasilitas dan pelayanan yang diperlukan, perlengkapan yang
berguna untuk kesehatan jasmani dan rohani serta keadaan sosial yang baik untuk
Kriteria rumah yang sehat dan aman dari segi lingkungan menurut
2) Memiliki tempat pembuangan kotoran, sampah dan air limbah yang baik
buruk atau kumuh dapat mendukung terjadinya penularan penyakit dan gangguan
kesehatan, seperti:
3. Anthropoda
4. Kecelakaan
5. mental
dermatofitos adalah keadaan lingkungan yang basah dan bekeringat yang banyak,
lingkungan yang kotor dengan udara lembab dan panas, dan lingkungan rawa-
rawa yang selalu basah. Selain itu daerah yang beriklim tropis dan beriklim panas
Letak rumah adalah salah satu faktor yang penting artinya bagi kesehatan
lalat, serangga maupun tikus yang akan membawa kuman penyakit kedalam
lubang bukaan maksimal pada arah utara, arah selatan, dan arah timur, serta
seminimal mungkin pada arah barat. Lubang bukaan pada arah utara-selatan
Sementara lubang pada arah timur untuk memasukan sinar matahari pagi
Personal hygiene berasal dari bahasa Yunani yaitu personal yang artinya
(Petrus, 2005).
pada masa tersebut akan dapat mengganggu perkembangan kualitas sumber daya
manusia. Untuk menjaga kesehatan pribadi atau perorangan tentu saja tidak
1. Kebersihan kulit
2. Kebersihan rambut
dengan subur dan indah sehingga akan menimbulkan kesan cantik dan
sekurangkurangnya 2x seminggu.
lainnya.
3. Kebersihan gigi
makan
tangan)
5. Kebersihan telinga
Seperti halnya kulit, tangan,kaki dan kuku harus dipelihara dan ini tidak
hari. Selain indah dipandang mata, tangan, kaki, dan kuku yang bersih juga
menghindarkan kita dari berbagai penyakit. Kuku dan tangan yang kotor
sebagai berikut :
hygiene adalah:
b. Praktik Sosial
Personal hygiene memerlukan alat dan bahan seperti sabun, pasta gigi,
sikat gigi, shampo, alat mandi yang semuanya memerlukan uang untuk
menyediakannya.
d. Pengetahuan
dimandikan.
f. Kebiasaan seseorang
kontak dengan binatang seperti anjing atau kucing, kebersiahan yang kurang dan
2.3. Nelayan
yaitu orang yang secara aktif melakukan kegiatan menangkap ikan, baik secara
2002).
mempunyai ciri–ciri sebagai berikut yaitu sederhana, skala usaha relative kecil,
nelayan. Tetapi ahli mesin, juru masak yang bekerja diatas kapal penangkapan
ikan dimasukkan sebagai nelayan. Dari pengertian itu nelayan dipandang tidak
lebih sebagai kelompok kerja yang tempat bekerjanya di air, yaitu sungai, danau
bunyinya adalah sebagai berikut : ” Nelayan adalah orang yang secara aktif
juru masak yang bekerja diatas kapal penangkap dimasukkan sebagai nelayan”.
Menurutnya, memang dapat dibagi menjadi dua kelompok yaitu kelompok kaya
dan kaya sekali disatu pihak, dan kelompok ekonomi sedang, miskin, miskin
sekali dan tukang dilain pihak. Pemakaian kata “Desa Nelayan” telah
yang mempunyai ciri-ciri sendiri dan bertempat tinggal berada ditepi pantai,
sehingga dapat juga disebut sebagai masyarakat yang berdiam di “Desa Pantai
miskin, ironisnya mereka hidup diwilayah pesisir dan lautan indonesia yang kaya
akan keaneka ragaman sumberdaya alamnya, baik yang dapat pulih seperti
perikanan, hutan mangrove dan terumbu karang, maupun sumberdaya yang tidak
dapat pulih seperti minyak bumi, gas dan barang tambang lainnya.
ciri-ciri yang terdapat pada masyarakat baik ciri individu seperti umur, dan jenis
1. Pendidikan
bahwa pendidikan formal yang ada di Indonesia adalah tingkat sekolah dasar,
sekolah lanjutan tingkat pertama, sekolah lanjutan tingkat atas, dan tingkat
dapat berpikir secara rasional dalam menanggapi informasi atau setiap masalah
yang dihadapi.
berlangsung seumur hidup, baik di dalam maupun di luat sekolah dalam rangka
2. Pekerjaan
Pekerjaan lebih banyak dilihat dari kemungkinan keterpaparan khusus dan derajat
berpengaruh pada lingkungan kerja dan sifat sosial ekonomi karyawan pada
pekerjaan tertentu.
3. Pendapatan
barang, makanan, juga semakin tinggi penghasilan keluarga semakin baik pula
dengan tingkat penghasilan dan lingkungan kerja, dimana bila penghasilan tinggi
kesehatan
pengetahuan, sikap dan tindakan. Dengan kata lain, perilaku merupakan respon
atau reaksi individu terhadap stimulus yang berasal dari luar maupun dari dalam
dirinya. Respon ini dapat bersifat pasif (tanpa tindakan) maupun aktif (disertai
tindakan).
pengaruh air laut yang karena kepekatannya menarik air dari kulit, dalam hal ini
air laut merupakan penyebab penyakit kulit dengan sifat rangsangan primer. Tapi
laut. Beberapa jenis ikan dapat menyebabkan kelainan kulit, biasanya nelayan-
beda mengikuti latar belakang daerah atau kebudayaan setempat. Perahu yang
baik adalah stabil, tidak mudah terbalik oleh pukulan-pukulan ombak atau angin
sangat kurang, perlunya pendidikan kesehatan dan cara hidup hygienis dan lain-
lain.
kontak dengan binatang seperti anjing atau kucing, kebersiahan yang kurang dan
perlu dilihat dalam perbedaan tersebut adalah faktor umur, tingkat pendidikan
dan kebiasaan hidup (gaya hidup). Gaya hidup menarik sebagai masalah
2.4. Dermatofitosis
Dermatofita disebut juga sebagai tinea, ringworm, kurap, teigne, herpes, sirsinata.
keratinase sehingga mampu mencerna keratin pada kuku, rambut dan stratum
dermatofita (jamur yang hidup dengan mencerna keratin). Jamur itu menghasilkan
bila terjadi di badan disebut sebagai tinea korporis. Tinea korporis disebut juga
ringworm, suatu penamaan yang diberikan karena bentuk kelainannya dan bukan
berikut:
1) Tinea kapitis
Berdasarkan bentuk khas, tinea kapitis dibagi dalam empat bentuk, yaitu:
c. Kerion
d. Tinea favosa
2) Tinea korporis
3) Tinea imbrikata
4) Tinea kruris
6) Tinea unguium
7) Non Dermatofitosis
1) Pitiriasis versikolor
3) Otomikosis
5) Tinea pedis
disebabkan oleh jamur golongan dermatofita yang teridiri dari tiga genus, yaitu
rambut, kulit, dan kuku, Epidermophyton menyerang kulit dan jarang kuku.
Menurut Rippon (1974) selain sifat keratofilik masih banyak sifat yang
Microsporum gypseum.
beda pada tiap negara (Abbas, 2012). Penelitian World Health Organization
(WHO) terhadap insiden dari infeksi dermatofit menyatakan 20% orang dari
merupakan tipe yang paling dominan dan diikuti dengan tinea kruris, pedis,
1) Tinea kapitis
Tinea kapitis adalah kelainan kulit pada daerah kepala, rambut yang
bercak pada kulit kepala, sering gatal disertai rambut rontok ditempat lesi.
Berdasarkan bentuk khas, tinea kapitis dibagi dalam empat bentuk, yaitu:
Penyakit ini dimulai dengan papul merah kecil yang melebar ke sekitarnya
dan membentuk bercak yang berwarna pucat dan bersisik. Warna rambut
jadi abu-abu dan tidak mengkilat lagi, mudah patah, dan terlepas dari
kulit kepala. Ujung rambut tampak seperti titik-titik hitam diatas permukaan kulit
Biasanya bentuk ini terdapat pada orang dewasa dan lebih sering pada wanita.
Rambut sekitar lesi juga tidak bercahaya lagi karena kemungkinan sudah
c. Kerion
Bentuk ini adalah bentuk serius karena disertai dengan radang yang hebat
bersifat lokal sehingga pada kulit kepala tampak bisul-bisul kecil yang
meninggalkan suatu daerah yang botak permanen karena terjadi sikatriks. Bentuk
violaceum.
d. Tinea favosa
Rambut di atas skutula putus-putus dan mudah lepas serta tidak mengkilat lagi.
Bila penyakit itu sembuh akan meninggalkan jaringan parut dan alopesia
dan T. gypseum. Karena tinea kapitis ini sering menyerupai penyakit kulit
yang menyerang daeerah kepala, penyakit ini harus dibedakan dengan penyakit-
2) Tinea korporis
berupa lesi terdiri atas bermacam macam efloresensi kulit, berbatas tegas
dengan konfigurasi anular, arsinar, atau polisiklik, bagian tepi lebih aktif dengan
tanda peradangan yang lebih jelas. Daerah sentral biasanya menipis dan terjadi
bagian tengahnya tidak menyembuh, tetapi tetap meninggi dan tertutup skuama
3) Tinea imbrikata
4) Tinea kruris
genitalia dan sekitar anus, yang dapat meluas kebokong dan perut bagian bawah.
Gambaran klinik lesi simetris dilipat paha kanan dan kiri mula-mula lesi
berupa bercak eritematosa, gatal lama kelamaan meluas sehingga dapat meliputi
infeksi jamur dermatofita didaerah kulit telapak tangan dan kaki, punggung
tangan dan kaki, jari-jari tangan dan kaki serta daerah interdigital. Penyebab
6) Tinea unguium
klinik biasanya menyertai Tinea pedis atau manus penderita berupa kuku
7) Non Dermatofitosis
1. Pitiriasis versikolor
biasanya tidak memberikan keluhan subjektif berupa bercak skuama halus warna
putih sampai coklat hitam, meliputi badan kadang-kadang menyerang ketiak, lipat
paha, lengan, tungkai atas, leher, muka, kulit kepala yang berambut.
sampai tidak teratur batas jelas sampai difus kadang penderita merasa gatal
ringan. Umumya keluhan yang muncul adalah timbul bercak putih ataupun
kecoklatan yang kadang gatal bila berkeringat. Pada orang dengan kulit berwarna,
lesi yang terjadi biasanya tampak sebagai bercak hipopigmentasi, tetapi pada
orang dengan kulit pucat lesi bisa berwarna coklat kemerahan. Di atas lesi
terdapat sisik halus. Ada 2 bentuk yang sering didapat, yaitu makular dan
2. Piedra
Piedra adalah infeksi jamur pada rambut ditandai dengan benjolan (nodus)
1) Piedra Putih
2) Piedra Hitam
Penyakit ini disebabkan oleh piedra hortae dan lebih sering ditemukan
pada daerah rambut kepala serta jarang pada rambut dada dan dagu. Piedra
hitam merupakan infeksi asimtomatik. Pada batang rambut dada dan dagu.
hitam dan bisa tunggal atau multipel. Nodul melekat erat pada batang
rambut, sukar dilepas, bila disisir dengan logam maka akan terdengar
3. Otomikosis
Liang telinga akan tampak berwarna merah, ditutupi skuama dan dapat meluas ke
bagian luar sampai muara liang telinga dan daun telinga sebelah dalam.
Bila meluas sampai ke membran timpani daerah ini akan menjadi merah,
menyerang kulit telapak tangan dan kaki dengan memberikan warna hitam sampai
werneckii. Makula yang terjadi tidak menonjol dari permukaan kulit, tidak terasa
sakit dan tidak ada tanda-tanda radang. Kadang-kadang dapat meluas sampai di
punggung kaki bahkan sampai menyebar ke leher, dada dan muka. (Siregar,
2004).
5. Tinea pedis
dermatofita di daerah kulit telapak kaki, punggung kaki, jari-jari kaki, serta daerah
interdigital. Tinea pedis atau yang disebut juga dengan Athlete’s foot, atau orang
awam sering menyebutnya dengan kutu air. Biasanya sering ditemukan pada
penggunaan sepatu dan kaus kaki. Dan pada orang yang bekerja di tempat yang
melalui penggunan pancuran dan ruang ganti pakaian umum, di mana kulit
yang terinfeksi dan terkelupas berperan sebagai sumber infeksi. Tidak ada
tindakan pengendalian yang benar-benar efektif selain hygiene yang tepat dan
penggunaan bedak untuk mempertahankan agar ruang antar jari-jari kaki tetap
kering. Pada banyak orang, tinea pedis menahun bersifat asimtomatis dan hanya
menjadi aktif pada keadaan panas atau basah yang berlebihan atau pemakaian
dermatofita. Persiapan KOH di kulit atau kerokan kuku atau sampel rambut dapat
obatobat anti fungal topikal, tetapi untuk infeksi yang menyebar luas pada kulit
kepala atau kulit demikian juga pada infeksi kuku harus diobati dengan anti
fungal oral. Terbinafine, diberikan secara oral selama 6-12 minggu, sangat
efektif pada sebagian besar kasus. Kasus kronik atau kasus yang menetap
2.4.6 Pencegahan
katun yang menyerap dan jangan memakai bahan wool atau bahan
sintetis.
4) Pakaian dan handuk agar sering diganti dan dicuci bersih-bersih dalam air
panas.
2.4.7. Pengobatan
Pada umumnya cukup topikal saja dengan obat-obat anti jamur untuk
bentuk interdigital dan vesikular. Lama pengobatan 4-6 minggu. Bentuk moccasin
foot yang kronik memerlukan pengobatan yang lebih lama, apalagi bila
disertai dengan tinea unguium, pengobatan diberikan paling sedikit 6 minggu dan
3) Terapi lokal
dan siklopiroksolamin
4) Terapi sistemik
dermatofita pada kulit, rambut, dan kuku yang disebabkan oleh spesies
Pengobatan terdiri atas pembuangan tuntas struktur epitel yang terinfeksi dan
yang mati serta pemberian bahan kimia antijamur secara topikal. Pengobatan
secara oral selama 1-4 minggu terbukti efektif. Infeksi kuku memerlukan
lingkungan dan pribadi, pemakaian baju ketat, Keringat, baju mandi yang lembab
tidak ada perbedaan antara umur, ras, atau etnis. (Djuanda, 2013)
infeksi bakteri, jamur, parasit, dan penyakit dasar alergi. Hal ini berbeda dengan
negara Barat yang lebih banyak dipengaruhi oleh faktor degeneratif. Disamping
perbedaan penyebab, faktor lain seperti iklim, kebiasaan dan lingkungan juga ikut
posisi dan pancaran sinar matahari ke bumi. Sehingga suhu dan kelembaban udara
rata-rata suhu harian dan bulanan merupakan angka yang tidak selalu sama.
Perbedaan suhu dan kelembaban tidak semata-mata dipengaruhi oleh waktu, tetapi
tidak dipengaruhi pula oleh kondisi geografis setempat. Misalnya untuk daerah
pantai mempunyai suhu dan kelembaban udara yang berbeda bila dibandingkan
berkembang pada suhu 25- 28°C, dari timbulnya infeksi pada kulit manusia
didukung oleh kondisi yang panas dan lembab. Karena alasan ini, infeksi jamur
superfisial relatif sering pada negara tropis, pada populasi dengan status sosioal
(Havlickova,2008).
terkendali.
Landasan teori dalam penelitian ini mengacu dari beberapa konsep teori
yang dikemukakan oleh para ahli tentang konsep dasar timbulnya suatu penyakit,
antara lain:
masyarakat. Faktor lingkungan yaitu karakter fisik alamiah dari lingkungan dan
faktor individu berupa perilaku, yaitu perilaku perorangan dan kebiasaan yang
sifat alami didalam diri seseorang yang dianggap mempunyai pengaruh primer
dan juga sebagai penyebab penyakit, dan faktor pelayanan kesehatan termasuk
Menurut chandra (2007) Salah satu faktor yang bersumber dari individu
(health and well being paradigm dari H.L Blum) menjelaskan empat faktor utama
ekonomi, dan politik) faktor perilaku atau gaya hidup (life style) individu atau
kelompok masyarakat, dan faktor pelayan kesehatan dan faktor genetik. Keempat
faktor tersebut faktor perilaaku manusia merupakan faktor determinan yang paling
besar dan paling sukar ditanggulangi, disusul dengan faktor lingkungan. Alasan
lain mengapa faktor perilaku yang lebih dominan dibandingkan dengan faktor lain
yaitu karena lingkunagn hidup manusia juga sangat dipengaruhi oleh ulah/perilaku
Faktor Penduduk:
- Heriditas
Faktor Perilaku:
a. Sikap
b. Gaya Hidup
menentukan pada titik atau simpul mana dapat dilakukan pencegahan (Achmadi,
2011).
gangguan penyakit melalui kontak secara langsung atau melalui media perantara
biologi (virus, bakteri, fungi, riketsia, protozoa dan metazoa), kimia (oli, zat
pewarna, ter dan lain-lain), mekanis (gesekan, benturan, atau pukulan yang dapat
yang dikenal sebgai media transmisi penyakit, yakni “ udara, air, tanah/pangan,
potensi penyakit jika didalamnya tidak mengandung bibit penyakit atau agent
nelayan adalah kondisi kebersihan lingkungan yang buruk dengan udara lembab
padat, lingkungan yang basah dan bekeringat yang banyak, dan kebiasaan
pengendalian proses pajanan pada komunitas. Upaya yang dapat dilakukan dapat
mengukur besaran agen penyakit, maka diukur dengan cara tidak langsung yang
disebut sebagai biomaker. Agen penyakit dapat masuk kedalam tubuh manusia
yang mengandung bahaya penyakit (agen penyakit) atau disebut dengan perilaku
pemajanan (behavioral exposure). Jumlah kontak pada setiap orang berbeda satu
sama lain karena ditentukan oleh perilakunya. Perilaku orang akan dipengaruhi
menjaga kelembaban, suhu dan pencahayan dalam rumah agar udara dan sirkulasi
udara dalam rumah dapat terpelihara dengan baik, serta menjaga perilaku
dengan udara lembab dan panas dan lingkungan rawa-rawa yang selalu basah,
daerah pedesaan yang padat, lingkungan yang basah dan bekeringat yang banyak,
dan kebiasaan menggunakan pakaian yang ketat atau lembab Sehingga, metode
yang baik.
yakni variabel iklim, cuaca, topografi dan lainnya. Variabel ini harus
kelembaban, suhu dan pencahayaan. Faktor dari masyarakat nelayan yang kurang
Manajemen
Simpul 1.
Keluhan Gangguan
Kulit
Lingkungan fisik
rumah
a. Kelembaban
b. Suhu
c. Pencahayaan
Kejadian
Dermatofitosis
Personal hygiene
a. Kebersihan Kulit
b. Kebersihan pakaian
c. Kebersihan tangan
d. Kebersihan Rambut
menjadi akibat karena variabel bebas. Variabel ini tergantung dari variabel bebas
METODE PENELITIAN
desain sekat silang (cross sectional study) yaitu penelusuran sesaat, subyek
diamati hanya sesaat atau satu sekali. Untuk memperoleh informasi tentang
dokter umum yang peneliti pilih untuk mendianosa penyakit dermatofitosis pada
pertimbangan:
Selatan
57
Penelitian ini dimulai dari Bulan desember 2015 dan selesai pada juli
3.3.1. Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh masyarakat nelayan yang
berada didaerah pesisir berjenis kelamin laki-laki pada wilayah kerja Puskesmas
Kecamatan Meukek Kabupaten Aceh Selatan sebanyak 425 orang. (BPS, 2014)
3.3.2. Sampel
Sampel dalam penelitian ini adalah sebagian dari populasi, penghitungan
besar sampel dalam penelitian ini di hitung dengan menggunakan rumus besar
1997)
n=
(z 1−α / 2 p0 (1 − p0 ) + z1− β p a (1 − p a ) )
2
( p1 − p 2 ) 2
dimana:
Maka :n =
(1,96 0,33(1 − 0,33) + 0,842 0,53(1 − 0,53) )
2
(0.53 − 0,33) 2
n = 43,56, dibulatkan menjadi 44
Jadi besar sampel yang diambil dalam penelitian ini adalah 50 orang.
Data primer adalah data yang diperoleh dari responden (sampel) secara
pada responden dilakukan bersama dokter. Data primer yang dikumpulkan adalah
semua data yang termasuk dalam variable independen dan variabel dependen,
penelitian, baik berupa laporan bulanan, triwulan, dan tahunan yang berhubungan
Metode pengukuran variabel pada penelitian ini dapat dilihat pada tabel
berikut ini :
thermometer.
jawaban yang tegas, pada skala Guttman hanya dua interval jawaban.
berikut :
Data dalam penelitaian ini meliputi data primer dan data skunder yang
untuk diberi kode oleh peneliti secara manual diolah dengan memakai
untuk diolah.
mengunakan software komputer dan hasilnya akan disajikan dalam bentuk tabel
distribusi frekwensi dan narasi. Analisis data dilakukan secara statistik meliputi
1. Analisis Univariat
distribusi frekwensi
2. Analisis Bivariat
3. Multivariat
(Sumantri, 2013)
Berdasarkan hasil dari uji bivariat antara variable indevenden dan devenden,
1
p( X ) = − β1 X 1+ β 2 X 2 + β 3 X 3.+.......
1+ e .
Keterangan:
β = Koefesien regresi
X = Variabel indevenden
HASIL PENELITIAN
Kabupaten Aceh Selatan yang terdiri dari wilayah pantai dan pegunungan.
Hampir semua desa dialiri oleh sungai besar maupun kecil dengan areal
dan Puskesmas rawat jalan. Wilayah kerja Puskesmas Rawat Inap terdiri dari 13
Desa yaitu :
68
terbanyak ada di desa Labuhan Tarok I yaitu sebesar 18,28% dan penduduk paling
Tabel 4.2 Wilayah Kerja Puskesmas Rawat Jalan dan Jumlah Penduduk
dalam Kecamatan Meukek Kabupaten Aceh Selatan Tahun 2016
terbanyak terdapat di Desa Jambo Papeun yaitu 17,91% dan yang paling sedikit
adalah Desa Drien Jalo yaitu sebesar 2,67%. Jumlah penduduk Kecamatan
Meukek Maret 2016 yang dari 23 desa sebesar 21,434 jiwa, terdiri atas laki-laki
Usia, jenis kelamin, dan ras merupakan faktor epidemiologi yang penting,
dimana prevalensi infeksi dermatofitosis pada laki-laki lima kali lebih banyak
dari wanita. Hal ini terjadi karena adanya pengaruh kebersihan perorangan,
lingkungan yang kumuh dan padat serta status sosial ekonomi dalam penyebaran
infeksi.
4.2.1. Umur
Aceh selatan Tahun 2016 sedikit lebih besar pada umur 26-45 tahun yaitu 40%.
banyak berpendidikan tinggi SMA dan PT dimana yang berpendidikan SMA dan
PT mencakup 60%
lingkungan fisik rumah meliputi kelembaban, suhu dan pencahayaan dan variabel
4.3.1.1 Kelembaban
Meukek Kabupaten Aceh Selatan dapat dilihat pada tabel berikut ini:
Pada tabel 4.5 di atas diperoleh bahwa kelembaban rumah yang tidak
memenuhi syarat lebih besar dari pada rumah yang memenuhi syaat yaitu 70%
4.3.1.2 Suhu
Pada tabel 4.6 di atas diperoleh bahwa sebagian besar suhu rumah yang
Meukek Kabupaten Aceh Selatan dapat dilihat pada tabel berikut ini:
Pada tabel 4.7 di atas diperoleh bahwa sebagian besar pencahayaan rumah
Pada tabel 4.8 di atas diperoleh bahwa sebagian besar kebersihan kulit
Kecamatan Meukek Kabupaten Aceh Selatan dapat dilihat pada tabel berikut ini:
Pada tabel 4.9 di atas diperoleh bahwa sebagian besar kebersihan tangan
Meukek Kabupaten Aceh Selatan dapat dilihat pada tabel berikut ini:
Pada tabel 4.10 di atas diperoleh bahwa kebersihan pakaian kurang baik
Meukek Kabupaten Aceh Selatan dapat dilihat pada tabel berikut ini:
Pada tabel 4.11 di atas diperoleh bahwa sebagian besar kebersihan rambut
Meukek Kabupaten Aceh Selatan tahun 2016 dari pemeriksaan dokter pada 50
sebesar 56%.
dapat digunakan uji kai kuadrat atau chi square. Analisis bivariat menggunakan
uji chi square pada taraf signifikan p <0,05. Untuk menentukan kemaknaan hasil
≥0,05
maka hasil perhitungan secara statistik bermakna (ada hubungan) dan p
nelayan di Kecamatan Meukek Kabupaten Aceh Selatan dapat dilihat pada tabel
berikut ini:
Kejadian Dermatofitosis
Tidak Total
Kelembaban Dermatofitosis p
Dermatofitosis
n % n % n %
Tidak Memenuhi Syarat 19 54,3 16 45,7 35 100
0,950
Memenuhi syarat 9 60,0 6 40,0 15 100
Jumlah 28 56.0 22 44.0 50 100
Berdasarkan Tabel 4.13 diatas dapat dilihat bahwa kelembaban yang tidak
dermatofitosis yaitu sebesar 54,3%, pada kelembaban yang memenuhi syarat juga
sebagian besar tidak dermatofitosis yaitu sebesar 40,0%. Namun secara hasil uji
statistik diperoleh nilai p=0,950 maka dapat disimpulkan bahwa tidak ada
Kecamatan Meukek Kabupaten Aceh Selatan dapat dilihat pada tabel berikut ini:
Kejadian Dermatofitosis
Tidak Total
Suhu Dermatofitosis p
Dermatofitosis
n % n % n %
Tidak Memenuhi Syarat 18 62,1 11 37,9 29 100
0,467
Memenuhi syarat 10 47,6 11 52,4 21 100
Jumlah 28 56.0 22 44.0 50 100
Berdasarkan Tabel 4.14 diatas dapat dilihat bahwa suhu yang tidak
dermatofitosis yaitu sebesar 62,1%, sedangkan pada suhu yang memenuhi syarat
sebagian besar tidak dermatofitosis yaitu sebesar 52,4%. Namun secara hasil uji
statistik diperoleh nilai p=0,467 maka dapat disimpulkan bahwa tidak ada
nelayan di Kecamatan Meukek Kabupaten Aceh Selatan dapat dilihat pada tabel
berikut ini:
Kejadian Dermatofitosis
Tidak Total
Pencahayaan Dermatofitosis p
Dermatofitosis
n % n % n %
Tidak Memenuhi Syarat 21 72,4 8 27,6 29 100
0,014
Memenuhi syarat 7 33.3 14 66,7 21 100
Jumlah 28 56.0 22 44.0 50 100
syarat sebagian besar tidak dermatofitosis yaitu sebesar 52,4%. Namun secara
hasil uji statistik diperoleh nilai p=0,014 maka dapat disimpulkan bahwa ada
nelayan di Kecamatan Meukek Kabupaten Aceh Selatan dapat dilihat pada tabel
berikut ini:
Kejadian Dermatofitosis
Tidak Total
Kebersihan Kulit Dermatofitosis p
Dermatofitosis
n % n % n %
Kurang baik 20 76,9 6 23,1 26 100
0,005
Baik 8 33,3 16 66,7 24 100
Jumlah 28 56.0 22 44.0 50 100
Berdasarkan Tabel 4.16 dapat dilihat bahwa kebersihan kulit yang kurang
sebesar 76,9%, sedangkan pada kebersihan kulit yang baik juga lebih banyak tidak
dermatofitosis yaitu 66,7%. Namun secara hasil uji statistik diperoleh nilai
p=0,005 maka dapat disimpulkan bahwa ada hubungan kebersihan kulit dengan
kejadian dermatofitosis.
Kejadian Dermatofitosis
Kebersihan tangan Tidak Total
Dermatofitosis p
dan kuku Dermatofitosis
n % n % n %
kurang baik 20 69.0 9 31.0 29 100
0,060
Baik 8 38,.1 13 61.9 21 100
Jumlah 28 56.0 22 44.0 50 100
Berdasarkan Tabel 4.17 diatas dapat dilihat bahwa kebersihan tangan dan
dermatofitosis yaitu 69,0%, sedangkan pada kebersihan tangan dan kuku yang
baik lebih banyak tidak dermatofitosis yaitu 61,9%. Namun secara hasil uji
statistik diperoleh nilai p=0,060 maka dapat disimpulkan bahwa tidak ada
Kejadian Dermatofitosis
Kebersihan Tidak Total
Dermatofitosis p
Pakaian Dermatofitosis
n % N % n %
kurang baik 23 71,9 9 28.1 32 100
0,007
Baik 5 27,8 13 72,2 18 100
Jumlah 28 56.0 22 44.0 50 100
yaitu sebesar 71,9%, sedangkan pada kebersihan pakaian yang baik lebih besar
tidak dermatofitosis yaitu 72,2 Namun secara hasil uji statistik diperoleh nilai
p=0,007 maka dapat disimpulkan bahwa ada hubungan kebersihan kulit dengan
kejadian dermatofitosis.
Kejadian Dermatofitosis
Tidak Total
Kebersihan Rambut Dermatofitosis p
Dermatofitosis
n % N % n %
kurang baik 20 74.1 7 25.9 27 100
0,012
Baik 8 34.8 15 62.2 223 100
Jumlah 28 56.0 22 44.0 50 100
74,1%, sedangkan pada kebersihan kulit yang baik juga lebih besar tidak
dermatofitosis yaitu sebesar 62,2%. Namun secara hasil uji statistik diperoleh nilai
p=0,012 maka dapat disimpulkan bahwa ada hubungan kebersihan kulit dengan
kejadian dermatofitosis.
disebut memenuhi syarat untuk dimasukkan pada analisis multivariat, jika nilai
Tabel 4.20 Rekap Hasil Bivariat Lingkungan Fisik Rumah dan Personal
Hygiene yang berhubungan dengan Kejadian Dermatofitosis
Variabel p
Pencahayaan 0,014
Kebersihan Kulit 0,005
Kebersihan tangan dan kuku 0,060
Kebersihan Pakaian 0,007
Kebersihan Rambut 0,012
Berdasarkan Tabel 4.20 hasil bivariat lingkungan fisik rumah dan personal
Tabel 4.21 Hasil Uji Regresi Logistik Lingkungan Fisik Rumah dan Personal
Hygiene terhadap Kejadian Dermatofitosis Pada Masyarakat Nelayan di
Kecamatan Meukek Kabupaten Aceh Selatan Tahun 2016
Dari hasil tabel 4.21 di atas analisis regresi logistik berganda dapat
mempunyai nilai koefisien paling besar yaitu 3,179 artinya responden yang
Keterangan:
Z = Kejadiaan dermatofitosis
X = Variabel indevenden
PEMBAHASAN
sebagai nelayan tersebut banyak menderita kelainan kulit seperti tinea cruris,
tinea corvoris (kurap), tinia vityriasis visicolor (panu), dan tinea pedis (kutu air).
perumahan yang padat dan rapat, juga kurangnya personal hygiene. Banyak
nelayan yang bekerja dengan pakaian yang basah dan lembab sampai kering
waktu mencari ikan dilaut, dari mulai dari pengangkutan es, bahan bakar minyak
Kecamatan Meukek sedikit lebih banyak pada umur 26-45 tahun yaitu sebesar
40%, hal ini dikarenakan umur diatas 26 tahun masyarakat nelayan sudah
sedangkan jumlah paling sedikit pada umur 12-25 yaitu sebesar 26%, pada umur
12 tahun keatas mereka hanya membantu orang tuanya mencari uang untuk
kebutuhan sehari-hari dengan bekerja mencuci kapal pencari ikan dan membantu
88
mulai memikirkan pendidikan yang lebih baik agar hidup berubah, terlepas dari
itu keluhan penyakit kulit tetap ada, masyarakat nelayan yang keluhan penyakit
terdapat pada golongan umur 25-44 tahun, yakni sebesar 31,6%, pasien laki-laki
hubungan yang bermakna antara kejadian tinea kruris dengan frekuensi ganti
pakaian; persentase tinea kruris pada subyek yang berganti pakaian 1x sehari
0,14%, sedangkan pada subyek yang berganti pakaian 2x sehari hanya 0,01%.
rumah tangga berperilaku hidup bersih dan sehat (Ber-PHBS) sebesar 26,9%,
sedangkan rumah tangga yang memenuhi syarat hanya 15,22%. Hal ini
dan memiliki banyak rumah yang tidak memenuhi syarat kesehatan. Berdasarkan
sebesar 40%.
54,3%, pada kelembaban yang memenuhi syarat juga sebagian besar tidak terjadi
dermatofitosis yaitu sebesar 40,0%. Sehingga diperoleh hasil tidak ada hubungan
kesehatan dalam rumah adalah 40-70% dan kelembaban udara yang tidak
penghuninya. Rumah yang lembab merupakan media yang baik bagi pertumbuhan
jamur. Udara yang lembab dan panas sepanjang tahun sangat cocok bagi
daerah tropis.
dermatofitosis adalah udara yang lembab, lingkungan yang padat, sosial ekonomi
penggunaan obat antibiotic, steroid, sitotatika yang tidak terkendali. Tinea kruris
sering terdapat di daerah dengan iklim hangat, lembab, dan faktor predisposisi
62,1%, sedangkan pada suhu yang memenuhi syarat hanya sebagian besar tidak
dermatofitosis yaitu sebesar 52,4%. Sehingga didapat tidak ada hubungan antara
memenuhi syarat yaitu berkisar antara 30,20C - 31,60C. Menurut Suyono (2010)
yang memenuhi syarat kesehatan adalah antara 220C-30ºC dan yang tidak
memenuhi syarat adalah < 220C atau >300C. Suhu dalam rumah akan membawa
posisi dan pancaran sinar matahari ke bumi. Sehingga suhu dan kelembaban udara
rata-rata suhu harian dan bulanan merupakan angka yang tidak selalu sama.
Perbedaan suhu dan kelembaban tidak semata-mata dipengaruhi oleh waktu, tetapi
tidak dipengaruhi pula oleh kondisi geografis setempat. Misalnya untuk daerah
pantai mempunyai suhu dan kelembaban udara yang berbeda bila dibandingkan
penyakit pada jaringan yang mengandung zat tanduk, misalnya stratum korneum
pada epidermis, rambut, dan kuku, yang disebabkan golongan jamur dermatofita.
udara yang tinggi, pH kulit setempat, trauma, kegemukan, lama kontak, genetik,
tanduk, misalnya stratum korneum pada epidermis, rambut, dan kuku, yang
infeksi yang terjadi bervariasi pada daerah geografis, lingkungan dan budaya yang
berbeda. Dermatofita berkembang pada suhu 25- 28°C, dari timbulnya infeksi
pada kulit manusia didukung oleh kondisi yang panas dan lembab. Karena alasan
ini, infeksi jamur superfisial relatif sering pada negara tropis, pada populasi
dengan status sosioekonomi rendah yang tinggal di lingkungan yang sesak dan
Indonesia merupakan salah satu negara beriklim tropis yang memiliki suhu dan
obatan antibiotic, steroid san sitostatika yang meningkat, adanya penyakit kronis
dan penyakit sistemik lainnya. Penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian yang
Sudiran MS Wonogiri.
Meukek Kabupaten Aceh Selatan tahun 2016 ada hubungan antara pencahayaan
penelitian sangat rapat dan berjajaran sehingga rumah tidak ada ventilasinya
akibatnya pencahayaan dalam rumah kurang terang dan tidak memenuhi syarat
kesehatan.
responden <60 lux. Salah satu syarat rumah sehat adalah tersedianya cahaya yang
cukup, karena suatu rumah yang tidak mempunyai cahaya selain dapat
sebesar 60 –120 lux, perlu diperhatikan didalam membuat jendela diusahakan agar
sinar matahari dapat langsung masuk kedalam ruangan, tidak terhalang oleh
bangunan lain rumah yang sehat harus mempunyai jalan masuk cahaya yang
cukup, jalan cahaya (jendela) luasnya sekurang-kurangnya 10% sampai 20% dari
penelitian ini dari kebersihan kulit, kebersihan tangan dan kuku, kebersihan
pakaian dan kebersihan rambut dapat dilihat pada ulasan berikut ini:
Meukek Kabupaten Aceh Selatan tahun 2016 ada hubungan antara kebersihan
memberikan kesan seorang itu bersih. Pemeliharaan kesehatan kulit tidak dapat
sehari-hari milik sendiri, mandi minimal 2 kali sehari, mandi memakai sabun,
Hal ini sejalan dengan penelitian Agsa Sajida (2012) ada hubungan yang
Menurut Djuanda, (2013) tingkat kebesihan diri berperan dalam penularan jamur
karena dapat melalui kontak langsung dengan kulit penderita ataupun melalui
Menurut Isro’in, (2012) Infeksi penyakit yang disebabkan oleh air dapat
timbul karena kurangnya penyediaan air bersih untuk hygiene perorangan (mandi,
cuci dan sebagainya), selain harus mencukupi dalam arti kuantitas untuk kebutuhan
sehari-hari juga harus memenuhi persyaratan kualitas yang ditetapkan baik dari segi
Menurut Sagita (2015) ada hubungan yang bermakna secara statistik antara
Palembang, pemulung dengan personal hygiene tidak baik lebih beresiko untuk
yang baik.
kebersihan, hygiene yang kurang, kebersihan yang buruk, dan keadaan yang basah
merupakan predisposisi infeksi. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan
kesehatan. personal hygiene yang tidak baik akan mempermudah tubuh terserang
misalnya stratum korneum pada epidermis, rambut, dan kuku yang disebabkan
ditemukan pada kulit lipat paha,genitalia, daerah pubis, perineum, dan perianal.
Faktor penting yang berperan dalam penyebaran dermatofta ini adalah kondisi
kebersihan lingkungan yang buruk, daerah pedesaan yang padat dan kebiasaan
dapat menimbulkan suatu masalah pada kulit, terutama bila kebersihan badan
yang buruk dan terlalu lembab. Dengan keadaan kulit yang lembab dapat
cuaca yang panas, yang tidak diimbangi dengan proses menjaga kebersihan
tubuh yang baik. Dilihat dari letak geografis, Kecamatan Meukek yang berada
sewaktu-waktu.
Meukek Kabupaten Aceh Selatan tahun 2016 tidak ada hubungan antara
tangan yang buruk dan kuku yang panjang dapat menyebabkan perkembangan
kuman penyakit kulit akibat garukan pada kulit yang infeksi, dermatofitosis dapat
menular secara langsung melalui kontak langsung dengan penderita atau secara
tidak langsung melalui barang atau benda yang telah terinfeksi (Laksmipathy,
2013).
Seperti halnya kulit, tangan kaki, dan kuku harus dipelihara dan ini tidak
Tangan, kaki, kuku, yang bersih menghindarkan kita dari berbagai penyakit. Kuku
dan tangan yang kotor dapat menyebabkan bahaya kontaminasi dan menimbulkan
penyebaran dermatofitosis, bau, dan cedera pada jaringan. Tetapi sering kali orang
karena berbagai kuman dapat masuk kedalam tubuh melalui kuku. Oleh sebab itu,
kuku seharusnya tetap dalam keadaan sehat dan bersih. Perawatan dapat
penyakit kulit bisa tejadi akibat kebersihan tangan dan kuku yang kurang baik.
Meukek Kabupaten Aceh Selatan tahun 2016 ada hubungan antara kebersihan
kadang-kadang jarang memakai baju saat melaut diakibatkan suhu air laut panas.
hygiene namun dalam penerapannya masih kurang baik seperti mandi setiap hari,
mandi 2x sehari, mandi memakai sabun, mencuci rambut pakai sampo memakai
pakaian, menjaga kebersihan pakaian dan berganti pakaian sehabis mandi, memakai
peralatan mandi dan lain-lain. hal ini dikarenakan mereka bekerja melaut dari pagi
jauh lagi tempatnya akan menyita waktu, maka dibuatlah batasan-batasan yaitu untuk
5 (lima) hari melaut yang dilakukan pada jam 12.00 siang mereka menamakan laut
tengah, untuk 1 (satu) bulan melaut dinamakan jalur tengah, sedangkan untuk tiap
hari melaut yang berangkat dari pagi (jam 05.00) sampai sore hari (jam 18.00)
dinamakan jaring ikan, dan untuk 9 (sembilan) hari melaut dinamakan jalur tepi.
mencuci dan membersihkan perahu atau sampan dengan menggunakan air laut.
nelayan berhubungan langsung dengan air yaitu mulai dari memilah-milah ikan
Penduduk yang bekerja sebagai nelayan tersebut dari hasil wawancara sering
karena lingkungan kerja yang selalu berhubungan dengan air laut dan belum
kebersihan pakaian dengan kejadian tinea kruris. Penelitian ini juga sejalan
dengan penelitian Agsa Sajida (2012) ada hubungan yang bermakna antara
langsung dengan kulit sehingga apabila pakaian yang yang basah karena
keringat dan kotor akan menjadi tempat berkembangnya bakteri di kulit. Pakaian
Meukek Kabupaten Aceh Selatan tahun 2016 ada hubungan antara kebersihan
hari bahkan sampai sebulan lamanya. Mereka mandi saat melaut hanya
adalah ketombe, Pediculosis capitis (kutu kepala), Pediculosis corporis (kutu badan),
Pediculosis pubis, dan kehilangan rambut (alopesia) (Potter dan Perry, 2005).
Penelitian ini sejalan dengan penelitian Isro’in dan Andarmoyo (2012) kurangnya
kebersihan rambut seseorang akan membuat penampilan tampat kusut, kusam, dan
tidak rapi selain itu dapat menimbulkan permasalahan atau gangguan kesehatan.
kepala serta jarang pada rambut dada dan dagu adalah Piedra. Piedra adalah
infeksi jamur pada rambut ditandai dengan benjolan (nodus) yang keras sepanjang
batang rambut.
Rambut.
koefisien paling besar yaitu 3,179 artinya responden yang memiliki kebersihan
6.1. Kesimpulan
dermatofitosis.
103
Dari hasil penelitian yang telah diuraikan di atas, maka saran-saran yang
rumah dengan baik yaitu dengan membuat ventilasi atau jendela agar
dermatofitosis.
Abbas KA, Mohammed AZ, Mahmoud SI. 2012. Superficial Fungal infections.
Mustansiriya Medical Journal
Barakbah. J., Poh.S.S,.Sukanto. H., Martodihardjo. S., Agusni. I., Limintang. H.,
Suyoso. S., Hoetomo. M. (2008). Atlas Kulit Dan Kelamin. Bag./RSU
Dr. Soetomo Surabaya.Airlangga University Press. Surabaya
Buku Pedoman Penulisan Proposal Penelitain dan Tesis Program Studi S2 Ilmu
Kesehatan Masyarakat, Fakultas Kesehatan Masyarakat Universiatas
Sumatra Utara tahun 2014
Clayton YM, Moore MK. 2002. Superficial Fungal Infections. Dalam textbook of
Pediatric Dermatolog. Harper. J, oranje A, Prose N 2nd . ED. Oxford;
Blackwell Publishing
Depkes. RI.2002. Pedoman Teknis Penilaian Rumah Sehat. Ditjend PPM dan PL,
Jakarta.
105
Djuanda, A., Hamzah, M., Aisah, S.,2013. Imu penyakit Kulit dan Kelamin.
Fakultas KedoktoranUniversitas Indonesia, Jakarta
Dinkes Propinsi Aceh, 2011. Profil Kesehatan Propinsi Aceh Tahun 2012, Banda
Aceh.
Dorland WA, Newman. 2010. Kamus Kedokteran Dorland edisi 31. Jakarta:
Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Frenki. 2011. Hubungan Personal Hygiene Santri dengan Kejadian Penyakit Kulit
Infeksi Skabies dan Tinjauan Sanitasi Lingkungan Pesantren Darel
Hikmah Kota Pekanbaru Tahun 2011. Skripsi , FKM USU, Medan
Isro’in, L dan Andarmoyo, S., 2012. Personal Hygiene; Konsep, Proses dan
Aplikasi Praktik Keperawatan, Edisi Pertama. Yogyakarta: Graha
Ilmu.
Mansjoer, N., Suprohaita, Wardhani, W.I., Setiowulan, W., 2005. Kapita Selekta
Kedokteran. Media Aeculapius. FKUI. Jakarta
Siregar, R.S. 1992. Atlas Berwarna Saripati Penyakit Kulit. Buku Kedoktoran.
EGC. Jakarata
_______. 2007. Kesehatan Masyarakat Ilmu dan Seni. PT. Rineka Cipta. Jakarta.
Swasono, S.E. Hutagalung, A.S. 2013. Ikan Untuk Nelayan. Fakultas Hukum
Universitas Indonesia. Depok
Sutanto, I.; Ismit, I.S.; Sjarifuddin, P.K.; Sungkar, S., 2008. Buku Ajar
Parasitologi Kedoktoran, Fakultas Kedoktoran Universitas Indonesia,
Jakarta
WHO, 1995. Deteksi Dini Penyakit Akibat Kerja, Buku Kedokteran EGC,
Jakarta.
IDENTITAS RESPONDEN
PENGARUH LINGKUNGAN FISIK RUMAH DAN PERSONAL
HYGIENE TERHADAP KEJADIAN DERMATOFITOSIS
PADA MASYARAKAT NELAYAN DI KECAMATAN
MEUKEK KABUPATEN ACEH SELATAN
TAHUN 2015
No. Responden :
1 Nama
2 Umur
1. Laki-laki
3 Jenis kelamin
2. Perempuan
4 Pendidikan 1. SD
2. SLTP
3. SLTA
4. PT
No Pertanyaan Ya Tidak
1 Apakah anda pernah mengalami gatal-gatal 0. Ya
1. Tidak
2 Apakah saat berkeringat anda pernah mengalami 0. Ya
gatal-gatal 1. Tidak
3 Apakah pada kulit permukaan tubuh saudara 0. Ya
muncul bintik-bintik merah/ bentol-bentol/ 1. Tidak
Nanah
4 Apakah saudara mengetahui penyebab penyakit 0. Ya
kulit? 1. Tidak
5 Apakah keluarga anda pernah mengalami 0. Ya
penyakit kulit? 1. Tidak
Keterangan:
Baik : Apabila ≥ 75% pertanyaan dapat dijawab dengan benar.
Kurang : Apabila < 75% pertanyaan dapat dijawab dengan benar.
HASIL
NO JENIS ALAT KETERANGAN
UKUR
1 Kelembaban Higrometer
2 Suhu Termometer
3 Pencahayaan Lux Meter
Personal Hygiene
Hasil
Pertanyaan ya Tidak
No Ukur
1. Kebersihan Kulit
1 Apakah anda mandi 2 kali dalam sehari? 1. Ya
0. Tidak
2 Apakah setelah bekerja atau beraktifitas anda 1. Ya
mandi mengunakan sabun? 0. Tidak
3 Apakah pada saat mandi anda menggosok 1. Ya
badan? 0. Tidak
4 Apakah anda menggunakan handuk setelah 1. Ya
mandi? 0. Tidak
5 Apakah anda menggunakan handuk sendiri? 1. Ya
0. Tidak
2. Kebersihan Tangan dan Kuku
1 Apakah kuku anda selalu dalam keadaan bersih? 1. Ya
0. Tidak
2 Apakah tangan dan kuku anda selalu dalam 1. Ya
keadaan pendek ? 0. Tidak
3 Apakah saat makan anda ada mencucu tangan 1. Ya
pakek sabun? 0. Tidak
4 Apakah setelah bekerja anda ada mencuci 1. Ya
tangan? 0. Tidak
5 Apakah tangan anda dan kuku anda sering 1. Ya
terkena air laut? 0. Tidak
3. Kebersiahan pakaian
1 Apakah anda pernah menggunakan pakaian 1. Ya
orang lain? 0. Tidak
2 Apakah anda mengganti pakaian setelah 1. Ya
berkeringat saat bekerja ? 0. Tidak
3 Apakah setelah mandi anda menggantikan 1. Ya
pakaian ? 0. Tidak
Keterangan:
Baik : Apabila ≥ 75% pertanyaan dapat dijawab dengan benar.
Kurang : Apabila < 75% pertanyaan dapat dijawab dengan benar.
c. Kerion
d. Tinea favosa
2 Tinea korporis
3 Tinea imbrikata
4 Tinea kruris
5 Tinea manus et pedis
6 Tinea unguium
7 Non Dermatofitosis
1. Piedra
2. Otomikosis
3. Tinea nigra palmaris
4. Tinea pedis
5. Pitiriasis versikolor
Frequencies
Frequency Table
Umur
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid 12-25 remaja 13 26,0 26,0 26,0
26-45 dewasa 20 40,0 40,0 66,0
46-55 lansia 17 34,0 34,0 100,0
Total 50 100,0 100,0
Pendidikan
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid SD 3 6,0 6,0 6,0
SLTP 17 34,0 34,0 40,0
SMA 26 52,0 52,0 92,0
PT 4 8,0 8,0 100,0
Total 50 100,0 100,0
Kelembaban
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Tidak Memenuhi Syarat 35 70,0 70,0 70,0
Memenuhi syararat 15 30,0 30,0 100,0
Total 50 100,0 100,0
Suhu
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Tidak Memenuhi Syarat 29 58,0 58,0 58,0
Memenuhi syararat 21 42,0 42,0 100,0
Total 50 100,0 100,0
Pencahayaan
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Tidak Memenuhi Syarat 29 58,0 58,0 58,0
Memenuhi syararat 21 42,0 42,0 100,0
Total 50 100,0 100,0
Kebersihankulit
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid kurang baik 26 52,0 52,0 52,0
Baik 24 48,0 48,0 100,0
Total 50 100,0 100,0
Kebersihantangandankuku
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid kurang baik 29 58,0 58,0 58,0
Baik 21 42,0 42,0 100,0
Total 50 100,0 100,0
Kebersihanrambut
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid kurang baik 27 54,0 54,0 54,0
Baik 23 46,0 46,0 100,0
Total 50 100,0 100,0
kejadian dermatofitosis
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Dermatofitosis 28 56,0 56,0 56,0
tidak Dermatofitosis 22 44,0 44,0 100,0
Total 50 100,0 100,0
Crosstab
kejadian dermatofitosis
tidak
Dermatofitosis Dermatofitosis Total
Kelembaban Tidak Memenuhi Syarat Count 19 16 35
% within Kelembaban 54,3% 45,7% 100,0%
Memenuhi syararat Count 9 6 15
% within Kelembaban 60,0% 40,0% 100,0%
Total Count 28 22 50
% within Kelembaban 56,0% 44,0% 100,0%
Risk Estimate
95% Confidence Interval
Value Lower Upper
Odds Ratio for Kelembaban ,792 ,232 2,705
(Tidak Memenuhi Syarat /
Memenuhi syararat)
For cohort kejadian ,905 ,542 1,511
dermatofitosis =
Dermatofitosis
For cohort kejadian 1,143 ,558 2,342
dermatofitosis = tidak
Dermatofitosis
N of Valid Cases 50
Crosstab
kejadian dermatofitosis
tidak
Dermatofitosis Dermatofitosis Total
Pencahayaan Tidak Memenuhi Syarat Count 21 8 29
% within pencahayaan 72,4% 27,6% 100,0%
Memenuhi syararat Count 7 14 21
% within pencahayaan 33,3% 66,7% 100,0%
Total Count 28 22 50
% within pencahayaan 56,0% 44,0% 100,0%
Chi-Square Tests
Asymp. Sig. (2- Exact Sig. (2- Exact Sig. (1-
Value df sided) sided) sided)
Pearson Chi-Square 7,550a 1 ,006
Continuity Correctionb 6,047 1 ,014
Likelihood Ratio 7,697 1 ,006
Fisher's Exact Test ,009 ,007
Linear-by-Linear 7,399 1 ,007
Association
N of Valid Cases 50
a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 9,24.
b. Computed only for a 2x2 table
Crosstab
kejadian dermatofitosis
tidak
Dermatofitosis Dermatofitosis Total
Kebersihankulit kurang baik Count 20 6 26
% within Kebersihankulit 76,9% 23,1% 100,0%
Baik Count 8 16 24
% within Kebersihankulit 33,3% 66,7% 100,0%
Total Count 28 22 50
% within Kebersihankulit 56,0% 44,0% 100,0%
Chi-Square Tests
Asymp. Sig. (2- Exact Sig. (2- Exact Sig. (1-
Value df sided) sided) sided)
Pearson Chi-Square 9,624a 1 ,002
Continuity Correctionb 7,936 1 ,005
Likelihood Ratio 9,950 1 ,002
Fisher's Exact Test ,004 ,002
Linear-by-Linear 9,431 1 ,002
Association
N of Valid Cases 50
a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 10,56.
b. Computed only for a 2x2 table
Crosstab
kejadian dermatofitosis
tidak
Dermatofitosis Dermatofitosis Total
Kebersihan tangan dan kurang baik Count 20 9 29
kuku % within 69,0% 31,0% 100,0%
kebersihantangandankuku
baik Count 8 13 21
% within 38,1% 61,9% 100,0%
kebersihantangandankuku
Total Count 28 22 50
% within 56,0% 44,0% 100,0%
kebersihantangandankuku
Chi-Square Tests
Asymp. Sig. (2- Exact Sig. (2- Exact Sig. (1-
Value df sided) sided) sided)
Pearson Chi-Square 4,711a 1 ,030
Continuity Correctionb 3,541 1 ,060
Likelihood Ratio 4,759 1 ,029
Fisher's Exact Test ,044 ,030
Linear-by-Linear 4,617 1 ,032
Association
N of Valid Cases 50
a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 9,24.
b. Computed only for a 2x2 table
Chi-Square Tests
Asymp. Sig. (2- Exact Sig. (2- Exact Sig. (1-
Value df sided) sided) sided)
Pearson Chi-Square 9,091a 1 ,003
Continuity Correctionb 7,390 1 ,007
Likelihood Ratio 9,298 1 ,002
Fisher's Exact Test ,004 ,003
Linear-by-Linear 8,910 1 ,003
Association
N of Valid Cases 50
a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 7,92.
b. Computed only for a 2x2 table
Crosstab
kejadian dermatofitosis
tidak
Dermatofitosis Dermatofitosis Total
Kebersihan kurang baik Count 20 7 27
rambut % within kebersihanrambut 74,1% 25,9% 100,0%
Baik Count 8 15 23
% within kebersihanrambut 34,8% 65,2% 100,0%
Total Count 28 22 50
% within kebersihanrambut 56,0% 44,0% 100,0%
Chi-Square Tests
Asymp. Sig. (2- Exact Sig. (2- Exact Sig.
Value df sided) sided) (1-sided)
a
Pearson Chi-Square 7,782 1 ,005
Continuity Correctionb 6,269 1 ,012
Likelihood Ratio 7,970 1 ,005
Fisher's Exact Test ,010 ,006
Linear-by-Linear 7,626 1 ,006
Association
N of Valid Cases 50
a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 10,12.
b. Computed only for a 2x2 table
Logistic Regression
Classification Table
Observed Predicted
kejadian dermatofitosis
tidak Percentage
Dermatofitosis Dermatofitosis Correct
Step kejadian dermatofitosis Dermatofitosis 28 0 100,0
0 tidak Dermatofitosis 22 0 ,0
Overall Percentage 56,0
a. Constant is included in the model.
b. The cut value is ,500
Model Summary
Step -2 Log Cox & Snell R Nagelkerke R
likelihood Square Square
1 55,686a ,228 ,305
a. Estimation terminated at iteration number 4 because
parameter estimates changed by less than ,001.
Classification Tablea
Observed Predicted
kejadian dermatofitosis
tidak Percentage
Dermatofitosis Dermatofitosis Correct
Step 1 kejadian dermatofitosis Dermatofitosis 22 6 78,6
tidak Dermatofitosis 9 13 59,1
Overall Percentage 70,0
a. The cut value is ,500
Correlation Matrix
Kebersihan
pencahaya Kebersiha tangan dan Kebersiha Kebersiha
Constant an nkulit kuku n pakaian n rambut
Step Constant 1,000 -,202 -,408 -,220 ,294 -,285
1 pencahayaan -,202 1,000 -,061 -,087 -,021 -,341
Kebersihankulit -,408 -,061 1,000 -,137 -,581 ,126
kebersihantangandankuku -,220 -,087 -,137 1,000 -,269 -,069
kebersihanpakaian ,294 -,021 -,581 -,269 1,000 -,487
kebersihanrambut -,285 -,341 ,126 -,069 -,487 1,000
DOKUMENTASI PENELITIAN