Anda di halaman 1dari 57

SKRIPSI

JUNI 2014

GAMBARAN PENGETAHUAN DAN SIKAP SISWA SMP ISLAM


ATHIRAH TENTANG BAHAYA MEROKOK

OLEH:
Putri Putra R.
(C111 07 088)

PEMBIMBING :
Dr.dr. Sri Ramadhany, M.Kes

PENGUJI :
Dr. dr. A. Armyn Nurdin, M. Sc
Dr. Muh. Rum Rahim, M. Kes

DIBAWAKAN DALAM RANGKA TUGAS KEPANITERAAN KLINIK


BAGIAN ILMU KEDOKTERAN KESEHATAN MASYARAKAT
DAN ILMU KEDOKTERAN KOMUNITAS
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2014
BAGIAN ILMU KESEHATAN MASYARAKAT DAN ILMU
KEDOKTERAN KOMUNITAS FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR 2014

Telah disetujui Untuk Dicetak dan Diperbanyak

Judul Skripsi:
“ TINGKAT PENGETAHUAN DAN SIKAP SISWA-SISWI SMP ISLAM
ATHIRAH TENTANG BAHAYA MEROKOK”

Makassar, 7 Februari 2013


Pembimbing

(Dr. dr. Sri Ramadhany, M. Kes)


LEMBAR PERSETUJUAN

Skripsi dengan judul “ TINGKAT PENGETAHUAN DAN SIKAP SISWA-


SISWI SMP ISLAM ATHIRAH TENTANG BAHAYA MEROKOK”

Oleh: Nama: Putri Putra R. Stambuk: C 111 07 088

Telah disetujui untuk dibacakan pada Seminar Hasil di Bagian Ilmu Kesehatan

Masyarakat dan Ilmu Kedokteran Komunitas Fakultas Kedokteran Universitas

Hasanuddin Makassar pada :

Hari/Tanggal :

Pukul : 10.00 WITA

Tempat : Ruang Seminar PB. 622 IKM & IKK FK Unhas.

Makassar, Mei 2014

Mengetahui,

Pembimbing

(Dr. dr. Sri Ramadhany, M. Kes )


ABSTRAK
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
Januari, 2013
Putri Putra R., C 111 07 088
Dr. dr. Sri Ramadhany, M.Kes

TINGKAT PENGETAHUAN DAN SIKAP SISWA-SISWI SMP ISLAM


ATHIRAH TENTANG BAHAYA MEROKOK (xiv + halaman + lampiran)

Latar belakang: Rokok sudah menjadi suatu kebiasaan di kalangan


penduduk Indonesia, termasuk anak SMP. Berdasarkan hasil survey dari Global
Youth Tobacco Survey (GYTS), menunjukkan bahwa prevalensi remaja perokok di
Jakarta tahun 2006 adalah 12,6% (laki-laki 24,5%; perempuan 2,3%). Tiga dari
sepuluh pelajar (30,9%) ditemukan merokok pertama kali sebelum mereka
mencapai usia 10 tahun. Di antara pelajar yang merokok, sebesar 3,2% telah
kecanduan dengan indikator hal pertama yang diinginkan pada pagi hari adalah
rokok. Sedangkan survey menurut Depkes tentang Proporsi penduduk umur ≥10
tahun menurut kebiasaan merokok dan provinsi, Indonesia 2013, didapatkan
sebanyak 22,8% perokok aktif di Sulawesi Selatan.
Tujuan: Untuk mengetahui tingkat pengetahuan siswa-siswi SMP kelas
VIII tentang bahaya merokok di SMP Islam Athirah Makassar.
Metode penelitian: Dalam penelitian ini peneliti menggunakan rancangan penelitian
deskriptif kuantitatif. Dilakukan untuk melihat gambaran tingkat pengetahuan dan sikap siswa-
siswi SMP Islam Athirah tentang bahaya merokok dan diolah menggunakan Microsoft Excel
Hasil: Dari penelitian yang dilakukan pada siswa/i SMP Islam Athirah Makassar
tangal 16 Januari 2013 - 26 Januari 2013. Maka didapatkan hasil siswa/i sudah
memiliki pengetahuan yang cukup baik, sebanyak 46 orang dari 55 responden
yang diambil menjadi sampel sedangkan siswa-siswi yang memiliki pengetahuan
yang cukup baik yaitu sebanyak 9 orang dari 55 responden. Dan sebanyak 19
orang, siswa/i memiliki sikap negatif terhadap bahaya merokok , dan sebanyak
36 orang memiliki sikap positif terhadap bahaya merokok.
Kesimpulan: Tingkat pengetahuan siswa-siswi tentang bahaya merokok di SMP
Islam Athirah didapatkan data bahwa sebagian besar siswa dan sudah memiliki
pengetahuan yang baik tentang bahaya merokok, yaitu sebanyak 46 orang.
Siswa/i SMP Islam Athirah memiliki sifat yang positif dalam menanggapi bahaya
merokok, sebanyak 36 orang, dibandingkan siswa/i yang memiliki sikap negatif
dalam menanggapi bahaya merokok, yaitu sebanyak 19 orang.

Kata Kunci : Bahaya Merokok, Pengetahuan, sikap


Daftar Pustaka: 10 (1999-2009)
ABSTRACT
MEDICAL FACULTY
HASANUDDIN UNIVERSITY
January 2013
Putri Putra R., C 111 07 088
Dr. dr. Sri Ramadhany, M.Kes

LEVEL OF KNOWLEDGE AND ATTITUDE OF STUDENTS SMP ISLAM


ATHIRAH IN DANGERS IN SMOKING

Background: Smoking has become a habit among the population of Indonesia,


including junior high school children. Based on survey results from the Global
Youth Tobacco Survey (GYTS), showed that the prevalence of adult smokers in
Jakarta in 2006 was 12.6% (males 24.5%; women 2.3%). Three out of ten
students (30.9%) were found to smoke for the first time before they reach the age
of 10 years. Among students who smoked, 3.2% have addictions with the desired
for smoking first thing in the morning as an indicator. Meanwhile, a survey by the
Ministry of Health about the proportion of the population aged ≥ 10 years
according to smoking habits and province, Indonesia in 2013, gained as much as
22.8% of active smokers in South Sulawesi.
Objective: To determine the level of knowledge and attitudes of junior high
school students in Athirah Islamic Shool, about the danger of smoking.
Research methods: In this study, researchers used a quantitative descriptive
research design. Done to see the picture of the level of knowledge and attitudes of
junior high school students of Athirah Islamic School about the dangers of
smoking, which the data result processed using Microsoft Excel
Results: From the research conducted on students of Athirah Islamic School,
dated in January 16, 2013 - January 26, 2013. it showed that students is already
have a fairly good knowledge, as many as 46 people out of 55 respondents were
taken into the sample while students who has a good knowledge as many as 9 of
55 respondents. And as many as 19 people, students have a negative attitude
towards the dangers of smoking, and as many as 36 people have a positive attitude
towards the dangers of smoking.
Conclusion: The level of knowledge of the students about the dangers of smoking
in junior high school students in Athirah Islamic School, that most of the data
obtained and the students already have a good knowledge about the dangers of
smoking, as many as 46 people.
Junior high students in Athirah Islamic School have a positive trait in response to
the dangers of smoking, as many as 36 people, compared to students who have a
negative attitude in response to the dangers of smoking, as many as 19 people.
Keywords : Dangers of Smoking, Knowledge, attitude
Refrences: 10 (1999-2009)
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan atas kehadirat Allah SWT karena atas berkat
dan karunia-Nya, sehingga saya dapat menyelesaikan skripsi ini yang
merupakan salah satu tugas kepaniteraan klinik di bagian Ilmu Kesehatan
Masyarakat dan Ilmu Kedokteran Komunitas Fakultas Kedokteran
Universitas Hasanuddin.
Atas berkat dan karunia-Nya pulalah disertai usaha yang sungguh-
sungguh, doa, dan ilmu pengetahuan yang diperoleh selama perkuliahan dan
pengalaman selama masa Kepaniteraan Klinik serta dengan arahan dan
bimbingan dokter pebimbing, maka skripsi yang berjudul “TINGKAT
PENGETAHUAN DAN SIKAP SISWA-SISWI SMP ISLAM ATHIRAH

MAKASSAR TENTANG BAHAYA MEROKOK” dapat terselesaikan dengan

baik.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa dalam menyelesaikan skripsi ini
masih banyak kekurangan dan kelemahannya, hal ini disebabkan karena
terbatasnya kemampuan dan pengetahuan yang dimiliki, namun penulis tetap
berusaha semaksimal mungkin untuk menyelesaikan yang terbaik dan
berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi kita semua.
Dengan kerendahan hati penulis menyadari bahwa skripsi ini tidak
mungkin terwujud tanpa bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu,
perkenankan penulis menghaturkan terima kasih kepada:
1. Dr. dr. Sri Ramadhany, M.Kes, selaku dosen pembimbing yang telah
meluangkan waktu, tenaga, dan pikirannya untuk mengarahkan saya
dalam penyusunan skripsi ini;
2. Pihak SMP Islam Athirah Makassar yang telah membantu dalam usaha
memperoleh data yang saya perlukan;
3. Orang tua saya Putra Rimba dan Kalsum Patonangi, serta kedua kakak
saya Anandha Mardhia Prefitri, Ramadhani, dan adik saya Abdul Malik
4. Sahabat saya Ivonne, Tiqa, Yasni, Dyan, Icah, dan Aisyah, Terima kasih
atas semua dukungan dan gagasan-gagasan yang telah kalian berikan yang
sangat membantu dalam menyelesaikan skripsi ini.
5. Bapak Ketua Bagian serta seluruh staf Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat
dan Ilmu Kedokteran Komunitas Fakultas Kedokteran Universitas
Hasanuddin.
6. Bapak Pimpinan Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin
7. Yayasan Perguruan Islam Athirah yang telah membantu dalam
pengambilan data.
8. Rekan-rekan sesama dokter muda di bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat
dan Ilmu Kedokteran Komunitas, yang telah membantu dalam
menyelesaikan skripsi ini.
9. Semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian skripsi ini yang
tidak dapat saya sebutkan satu - persatu.
Saya menyadari sepenuhnya bahwa masih banyak kekurangan dan kelemahan
skripsi ini sehingga saya mengharapkan saran dan kritik dari semua pihak demi
penyempurnaan skripsi ini.
Harapan saya semoga penelitian ini dapat memberikan kontribusi yang besar
untuk penelitian - penelitian selanjutnya dan semoga Allah SWT senantiasa
melimpahkan Rahmat dan Karunia-Nya kepada kita semua. Amin.
DAFTAR ISI

Halaman
HALAMAN PERSETUJUAN 1 ii
HALAMAN PERSETUJUAN 2 iii
ABSTRAK v
KATA PENGANTAR ix
DAFTAR ISI xi
DAFTAR GAMBAR xiv
DAFTAR TABEL xv
DAFTAR SKEMA xvi
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang 1
1.2 Identifikasi Masalah 3
1.3 Tujuan Penelitian 3
1.4 Manfaat Penelitian 3
1.5 Kerangka Pemikiran 4

1.6 Metode Penelitian 4

1.7 Lokasi dan Waktu 4


BAB II TINJAUAN PUSTAKA
1. Pengetahuan 5

a. Defenisi 5

b. Pengetahuan 5

c. Tingkat Pengetahuan Kognitif 6

d. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan 8

e. Pengetahuan Remaja Tentang Rokok 9

2. Konsep Dasar Sikap 10

2.1. Tingkatan Sikap 10


2.2 Faktor - faktor yang Mempengaruhi Sikap 11

2.3. Sikap Remaja Terhadap Rokok 12

3. Rokok 12

3.1. Jenis Rokok 13


3.2. Kandungan Rokok 14
3.3 Dampak Merokok 15
3.4. Bahaya Merokok 19

3.5. Faktor Yang Mempengaruhi Rokok 20

3.6. Tipe Merokok 22

3.7. Cara Menghindari Kebiasaan Merokok 23

BAB III METODE PENELITIAN

3.1 Desain Penelitian 25


3.2 Populasi dan Sampel Penelitian 25

3.3 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional 26


3.4 Instrumen dan Cara Pengumpulan Data 28

3.5 Teknik Skoring Data 28

3.6 Masalah Etika Penelitian 30

3.7. Tempat Penelitian dan Jadwal Penelitian 31

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN


A. Hasil Penelitian 32
B. Pembahasan 33
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan 36
B. Saran 37
DAFTAR PUSTAKA 38
LAMPIRAN 39
DAFTAR TABEL

Tabel Halaman
3.1 Variabel, Definisi Operasional, Skala Pengukuran dan Alat 27
Ukur
3.2 Kriteria untuk penilaian variabel pengetahuan masyarakat 29
4.4 Distribusi Frekuensi Pengetahuan Siswa-Siswi Kelas VII 32
dan VII SMP Islam Athirah Tentang Bahaya Merokok
4.5 Distirbusi Frekuensi Sikap Siswa-Siswi SMP Islam Athirah 33
Terhadap Bahaya Merokok
DAFTAR SKEMA

Skema Halaman
4.1 Kerangka Konsep 24
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pada perkembangan remaja sangat rentan terhadap pengaruh lingkungan.
Lingkungan sosial budaya yang tidak positif merupakan faktor risiko bagi remaja
untuk terjebak dalam perilaku yang tidak sehat, misalnya: merokok, minum-
minuman keras, penggunaan narkoba, sex pranikah, tawuran, tindakan kriminal,
dan kebut-kebutan dijalan. Semua perilaku remaja yang dianggap menyimpang ini
sangat berisiko terhadap kesehatan dan keselamatan mereka. Masa remaja,
menurut Stanley Hall, seorang bapak pelopor psikologi perkembangan remaja
(dalam Santrock, 1999), dianggap sebagai masa topan badai dan stress (storm and
stress) karena mereka telah memiliki keinginan bebas untuk menentukan nasib
diri sendiri. Kalau terarah dengan baik, maka ia akan menjadi seorang individu
yang memiliki rasa tanggung jawab, tetapi kalau tidak terbimbing, maka bisa
menjadi seorang yang tidak memiliki masa depan yang baik (Dariyo, 2004).

Kebiasaan remaja yang paling sulit dihindari adalah merokok, yang dapat
dipengaruhi oleh banyak faktor. Remaja merupakan masa yang paling rawan akan
pengaruh dari lingkungan. Pergaulan amat mempengaruhi seseorang begitupula
halnya dengan kebiasaan merokok. Pengaruh teman dan kelompok akan sangat
kuat bagi seorang remaja untuk memutuskan merokok atau tidak. Untuk dapat
diterima oleh kelompok atau teman seseorang akan berusaha mengikuti kebiasaan
dari kelompok atau teman tersebut. Remaja akan berusaha untuk diterima
dilingkungannya. Hal ini juga dapat disebabkan rasa percaya diri yang rendah
sehingga cenderung mengadopsi kebiasaan yang berlaku seperti kebiasaan
merokok. Tanpa mereka sadari bahwa sebetulnya menular untuk merokok
merupakan pintu masuk dari jenis adiksi. (infopom.com) Oleh karena itu,keluarga
dan teman sebaya adalah orang-orang yang sangat mempenggaruhi kebiasaan
remaja. jika orang tua dan teman sebaya merokok, maka sangat memungkinkan
untuk diikuti oleh remaja, selain itu tayangan yang menayangkan tokoh idola

1
remaja yang menghisap rokok akan mendorong remaja untuk mengikutinya.
Kebiasaan merokok antara lain berhubungan dengan media. (Peterson, 2003).

Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2010 menyebutkan bahwa


34,7% penduduk di Indonesia berusia 10 tahun ke atas adalah perokok. Bahkan,
Indonesia menduduki peringkat ke-3 dengan jumlah perokok terbesar di dunia
setelah China dan India(WHO, 2008) dan tetap menduduki posisi peringkat ke-5
konsumen rokok terbesar setelah China, Amerika Serikat, Rusia dan Jepang tahun
2007. (promkes depkes)
Hal ini berdampak pada tingkat Usia Harapan Hidup (UHH) di Indonesia
yang hanya mencapai rata-rata 68 tahun, sedangkan penyakit pembunuh utama
adalah penyakit tidak menular yang didominasi oleh stroke, hipertensi, penyakit
jantung dan pembuluh darah, oenyakit pernapasan, kanker (termasuk kanker
paru), serta Diabetes. Kematian akibat penyakit tidak menular ini
terus meningkat, dari penyebab 41% kematian penduduk tahun 1995 (Susenas)
menjadi 59,5% kematian penduduk (Riskesdas, 2007)
Hasil di Australia menunjukkan bahwa 70.000 orang mulai merokok
setiap tahunnya pada usia 12-17 tahun (Zhu dkk, 1999). Sedangkan menurut sani
(2005), dari hasil kajiannya di Lombok dan Jakarta, remaja mulai merokok sejak
usia 15 tahun. Penggunaan berbagai jenis Napza tidak akan terlepas dari
penggunaan rokok; karena menurut Thoha (2006), jika mempunyai masalah yang
tidak terselesaikan, maka remaja yang merokok pada akhirnya akan menggunakan
narkoba.

Sebanyak 89% perokok remaja terdorong oleh iklan rokok untuk merokok,
ungkap Sekjen Komnas Perlindungan Anak, Arist Merdeka Sirait kepada
wartawan usai menjadi pembicara dalam acara “Deklarasi Perlindungan Anak
Terhadap Bahaya Rokok” beberapa waktu lalu. Arist menyebutkan, dari survey
Sosial Ekonomi Nasional tahun 2004, usia mulai merokok di Tanah air yang
tertinggi ada di kelompok usia remaja yaitu : 10 - 18 tahun. Jumlahnya mencapai
63,7% (tahun 2004). Ironisnya, bahkan ada anak yang mulai merokok di
kelompok usia 5-9 tahun yang jumlahnya mencapai 1,8% (Jaya , 2009).

2
Berdasarkan uraian diatas, maka penulis merasa tertarik untuk
melaksanakan penelitian tentang “Gambaran pengetahuan dan sikap siswa SMP
Islam Athirah tentang bahaya merokok”

1.2. Identifikasi Masalah

1. Seberapa tingkat pengetahuan Siswa-Siswi SMP Islam Athirah di


Makassar, Sulawesi Selatan terhadap bahaya merokok.
2. Bagaimana sikap serta perilaku siswa-siswi SMP Islam Athirah terhadap
bahaya merokok.

1.3. Tujuan penelitian

1.3.1 Umum
Memperoleh gambaran pengetahuan, sikap dan perilaku
siswa-siswi SMP Islam Athirah tentang penyakit kusta.
1.3.2 Khusus
Mengetahui tingkat pengetahuan dan sikap Siswa-siswi
SMP Islam Athirah terhadap penyakit kusta.

1.4. Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian ini diharapkan dapat menjadi :

1. Menambah pengetahuan dan wawasan penulis dalam melakukan


penelitian tentang bahaya merokok .
2. Sebagai bahan masukan dan evaluasi dalam menyikapi masalah-masalah
yang dihadapi remaja terutama tentang bahaya merokok.
3. Sebagai bahan masukan bagi petugas kesehatan untuk melaksanakan
program-program khususnya untuk menangani masalah rokok bagi
remaja.
4. Diharapkan dapat memberikan informasi kepada Mahasiswa/i dan dapat
dijadikan sebagai dokumentasi ilmiah untuk perbandingan peneliti
selanjutnya.

3
1.5. Kerangka Pemikiran

Adapun yang menjadi acuan kerangka pikir dari penulisan karya


tulis ini adalah adanya peningkatan jumlah perokok aktif dalam
masyarakat, dengan rata-rata jumlah rokok yang dihisap penduduk
dengan usia diatas 10 tahun di Indonesia mencapai 12,3 batang rokok
per harinya dimana itu setara dengan satu bungkus rokok.

1.6. Metode Penelitian

o Metode penelitian yang digunakan oleh penulis adalah sebagai


berikut:
 Jenis penelitian: Deskriptif
 Rancangan penelitian : Cross sectional
 Instrumen : Kuesioner Teknik
 Pengambilan data : Kuisioner
 Teknik penarikan sampel : Proporsional random sampling

1.7. Lokasi dan Waktu

 Lokasi penelitian
Lokasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah di SMP
Islam Athirah Kota Makassar, Sulawesi Selatan.
 Waktu Penelitian
Penelitian dilakukan pada tanggal 31 Desember 2012 - 12
Januari 2013.

4
BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

1. Pengetahuan

1.1 Defenisi

Pengetahuan adalah hasil tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan
penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui
pancaindera manusia, yakni indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa
dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga
(Notoatmodjo, 2007).

1.2 Pengetahuan

Merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan


seseorang (overt behavior). Karena dari pengalaman dan penelitian ternyata
perilaku yang didasarkan oleh pengetahuan akan lebih langgeng daripada perilaku
yang tidak didasari oleh pengetahuan. Penelitian Rogers (1974) mengungkapkan
bahwa sebelum orang mengadopsi perilaku baru (berperilaku baru), dalam hal ini
orang tersebut terjadi proses yang berurutan, yakni:

a. Awareness (kesadaran), dimana orang tersebut menyadari dalam arti


mengetahui terlebih dahulu terhadap stimulus (objek)

b. Interest (merasa tertarik) terhadap stimulus atau objek tersebut. Disini sikap
subjek sudah mulai timbul.

c. Evaluation (menimbang-nimbang) terhadap baik atau tidaknya stimulus


tersebut bagi dirinya. Hal ini berarti sikap responden sudah baik lagi.

d. Trial, di mana subjek sudah mulai mencoba melakukan sesuatu sesuai dengan
apa yang dikehendaki oleh stimulus.

e. Adoption, di mana subjek telah berprilaku baru sesuai dengan pengetahuan,

5
kesadaran, dan sikapnya terhadap stimulus. Namun demikian, dari penelitian
selanjutnya Rogers menyimpulkan bahwa perubahan perilaku tidak selalu
melewati tahap-tahap tersebut.

1.3 Tingkatan Pengetahuan kognitif

Pengetahuan yang dicakup dalam domain kognitif mempunyai 6 tingkat, yakni :

1. Tahu (Know)

Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari


sebelumnya. Termasuk ke dalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat
kembali (recall) terhadap suatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari
atau rangsangan yang telah diterima. Oleh sebab itu, “tahu” ini merupakan tingkat
pengetahuan yang paling rendah. Kata kerja untuk mengukur bahwa orang tahu
tentang apa yang dipelajari antara lain, menyebutkan, menguraikan,
mendefenisikan, menyatakan, dan sebagainya. Contoh : dapat menyebutkan
tanda-tanda kekurangan kalori dan protein pada anak balita.

2. Memahami (Comprehension)

Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan menjelaskan secara


“benar” tentang objek yang diketahui, dan dapat menginterpretasi materi tersebut
secara “benar”. Orang yang telah paham terhadap objek atau materi harus dapat
menjelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan, meramalkan, dan sebagainya
terhadap suatu objek yang dipelajari. Misalnya dapat menjelaskan mengapa harus
makan makanan yang bergizi.

3. Aplikasi (Application)

Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang


telah dipelajari pada situasi atau kondisi rill (se”benar”nya). Aplikasi di sini dapat
diartikan aplikasi atau penggunaan hukum-hukum, rumus, metode, prinsip, dan

6
sebagainya dalam konteks atau situasi yang lain. Misalnya dapat menggunakan
rumus statistik dalam perhitungan-perhitungan hasil penelitian, dapat
menggunakan prinsip-prinsip siklus pemecahan masalah (problem solving cycle)
dalam pemecahan masalah kesehatan dari kasus yang diberikan.

4. Analsis (Analysis)

Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu


objek ke dalam komponen-komponen, tetapi masih dalam suatu struktur
organisasi tersebut, dan masih ada kaitannya satu lain. Kemampuan analisis ini
dapat di lihat dari penggunaan kata-kata kerja : dapat menggambarkan (membuat
bagan), membedakan, memisahkan, mengelompokkan, dan sebagainya.

5. Sintesis (Synthesis)

Sintesis menunjuk pada suatu kemampuan untuk meletakkan atau


menghubungkan bagian-bagian dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru.
Dengan kata lain sintesis itu suatu kemampuan untuk menyusun
formulasiformulasi yang ada. Misalnya : dapat menyusun, dapat
merencanakan, dapat meringkaskan, dapat menyesuaikan, dan sebagainya,
terhadap suatu teori atau rumusan-rumusan yang telah ada.

6. Evaluasi (Evaluation)

Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi


atau penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penelitian-penelitian itu
berdasarkan suatu kriteria yang ditentukan sendiri, atau menggunakan
kriteriakriteria yang telah ada.

Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau angket


yang menanyakan tentang isi materi yang ingin di ukur dari subjek penelitian atau
responden. Kedalaman pengetahuan yang ingin kita ketahui atau kita ukur dapat
kita sesuaikan dengan tingkatan-tingkatan tersebut diatas (Notoatmodjo,2003).

7
1.4. Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan

Menurut Notoatmodjo (2003), faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan :

a) Pendidikan

Pendidikan adalah suatu proses penyampaian suatu bahan atau materi


pendidikan oleh pendidik kepada sasaran pendidikan guna mencapai perubahan
tingkah laku. Pada umumnya pendidikan mempertinggi intelegensi seseorang.

b) Usia

Usia sangat mempengaruhi perkembangan seseorang dalam memahami


sesuatu. Menurut beberapa peneliti pengetahuan seseorang bertambah sesuai
dengan pertambahan usia.

c) Pengalaman

Pengalaman adalah sesuatu yang pernah dialami, dilihat atau didengar


seseorang yang menjadi acuan. Semakin banyak pengalaman seseorang, maka
semakin banyak usaha seseoarang untuk mengatasi suatu masalah. Pengetahuan
dapat diperoleh dari pengalaman sendiri atau pengalaman sendiri atau pengalaman
orang lain.

d) Sumber informasi

Sumber informasi adalah data yang diperoses kedalam suatu bentuk dan
mempunyai nilai nyata.

e) Lingkungan

Lingkungan adalah segala sesuatu yang berada disekitar manusia serta


pengaruh-pengaruh luas yang mempengaruhi perkembangan manusia. Menurut
berbagai penelitian lingkungan akan membentuk pribadi seseorang. Lingkungan
yang memyediakan banyak sumber informasi akan menambah pengetahuan
seseorang.

8
f) Kriteria tingkat pengetahuan

Menurut Arikunto (2006) pengetahuan seseorang dapat di ketahui dan


di interprestasikan dengan skala yang bersifat kualitatif, yaitu :
1) Baik : Hasil presentase 76 % - 100 %
2) Cukup : Hasil presentase 56 % - 75 %
3) Kurang : Hasil presentase < 55%

1.5 Pengetahuan Remaja Tentang Rokok

Perilaku merokok pada remaja tidak terlepas dari pengetahuan, persepsi


atau nilai atau norma yang diyakini oleh suatu individu atau suatu kelompok yang
akan mempengaruhi kepribadian seseorang. Dari pengamatan tentang kebiasaan
merokok remaja lebih karena faktor ingin mencoba-coba atau mengikuti tren pada
kelompoknya, juga karena persepsi atau kepercayaan, seperti pada laki-laki
merokok dapat meningkatkan keperkasaan laki-laki, dengan merokok akan
kelihatan lebih gaul, atau merokok dapat menambah semangat belajar/bekerja,
merokok dapat menghilangkan stres, ada juga sudah sampai ketergantungan
seperti, lebih baik tidak makan daripada tidak merokok. Kalau hal ini dibiarkan
tanpa membekali pengetahuan pada remaja tentang bahayanya rokok bagi
kesehatan, maka abad ke -21 akan ada satu miliar orang yang meninggal akibat
rokok. Untuk itu remaja sedini mungkin perlu diberi pengetahuan tentang bahaya
(Ekawati, 2009).

Dari hasil analisis pre test dan post test oleh Ekawati (2009), diperoleh
data bahwa dari 74 responden sebanyak 6,7% responden memperoleh peningkatan
pengetahuan tentang bahaya rokok setelah dilakukan penyuluhan. Kegiatan
penyuluhan ini dilakukan untuk mencegah bertambahnya jumlah perokok
dikalangan remaja, karena diharapkan setelah mengikuti kegiatan ini responden
sudah mempunyai bekal pengetahuan tentang bahaya merokok sejak usia dini.

9
2. Konsep Dasar Sikap

a. Pengertian
Menurut Notoatmodjo (2007), sikap merupakan reaksi atau respon
yang masih tertutup dari seseorang terhadap suatu stimulus atau objek. Sikap
secara nyata menunjukkan konotasi adanya kesesuaian reaksi terhadap
stimulus tertentu yang dalam kehidupan sehari - hari merupakan reaksi yang
bersifat emosional terhadap stimulasi sosial. Sikap belum merupakan suatu
tindakan atau aktifitas, akan tetapi merupakan predisposisi tindakan suatu
perilaku. Sikap itu masih merupakan reaksi tertutup, bukan merupakan reaksi
terbuka atau tingkah laku yang terbuka. Sikap merupakan kesiapan untuk
bereaksi terhadap objek di lingkungan tertentu sebagai suatu penghayatan
terhadap objek.

2.1 Tingkatan Sikap

Menurut Notoatmodjo (2007), Seperti halnya dengan pengetahuan, sikap


ini terdiri dari berbagai tingkatan.
1) Menerima (receiving)
Menerima di artikan bahwa orang (subjek) mau dan memperhatikan
stimulus yang di berikan (objek). Misalnya sikap orang terhadap gizi dapat
dilihat dari kesediaan dan perhatian orang itu terhadap ceramah - ceramah.
2) Merespon (responding)
Memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan dan menyelesaikan
tugas yang di berikan adalah suatu indikasi dari sikap.
3) Menghargai (valuing)
Mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan suatu
masalah adalah suatu indikasi sikap tingkat tiga.
4) Bertanggung Jawab
Bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah di pilihnya dengan
segala resiko merupakan sikap yang paling tinggi Akses.

10
2.2 Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Sikap

Menurut Azwar (2005), ada beberapa faktor yang mempengaruhi sikap


terhadap obyek sikap antara lain :

1. Pengalaman pribadi, untuk dapat terjadi dasar pembentukan sikap,


pengalaman pribadi haruslah meninggalkan kesan yang kuat. Karena itu,
sikap akan lebih mudah terbentuk apabila pengalaman pribadi tersebut
terjadi dalam situasi yang melibatkan faktor emosional.

2. Pengaruh orang lain yang dianggap penting, pada umumnya cenderung


untuk memiliki sikap yang searah dengan sikap orang yang dianggap
penting. Kecenderungan ini antara lain dimotivasi oleh keinginan untuk
menghindari konflik dengan orang yang dianggap penting tersebut.

3. Pengaruh kebudayaan, tanda didasari kebudayaan telah menanamkan garis


yang mengarahkan sikap kita terhadap berbagai masalah. Kebudayaan
telah mewarnai sikap anggota masyarakatnya, karena kebudayaanlah yang
memberi corak pengalaman individu-individu masyarakat asuhannya.

4. Media massa, dalam pemberitaan surat kabar maupun radio atau media
komunikasi lainnya, berita yang seharusnya faktual disampaikan secara
obyektif cenderung dipengaruhi oleh sikap penulisnya, akibatnya
berpengaruh terhadap sikap konsumennya.

5. Lembaga pendidikan dan lembaga agama, konsep moral dan ajaran dari
lembaga pendidikan dan lembaga agama sangat dipengaruhi oleh sistem
kepercayaan, tidak mengherankan jika pada gilirannya konsep tersebut
mempengaruhi sikap.

6. Faktor emosional, terkadang suatu bentuk sikap merupakan pernyataan


yang didasari emosi yang berfungsi sebagai macam penyaluran frustasi
atau pengalihan bentuk mekanisme pertahanan ego.

11
2.3 Sikap Remaja Terhadap Rokok

Sikap remaja terhadap rokok tidak begitu saja muncul pada para remaja,
mungkin sikap yang dimiliki oleh para remaja itu disebabkan oleh hasil
evaluasinya terhadap orang yang merokok yang akhirnya membentuk sebuah
pengalaman baru yang mewarnai perasaanya yang akhirnya ikut menentukan
kecenderungan berprilaku bahwa remaja itu ikut merokok atau menghindari dari
aktivitas merokok (Soamole, 2004).

Merokok diawali dari adanya suatu sikap, yaitu kecenderungan seseorang


untuk menerima atau menolak, setuju atau tidak setuju terhadap respon yang
datang dari luar dalam hal ini adalah rokok. Orang melihat rokok atau melihat
orang lain merokok, lalu respon apa yang muncul di dalam pikiran atau
perasaanya. Bisa saja orang tertarik atau tidak (setuju atau tidak setuju)

3. Rokok

Rokok adalah cacahan tembakau yang dibungkus dengan kertas yang


panjangnya berukuran 7-20 cm. Rokok biasanya di jual dalam bungkusan
berbentuk kotak atau kemasan kertas yang dapat dimasukkan dengan mudah ke
dalam kantong. Bungkusan-bungkusan juga umumnya disertai pesan kesehatan
yang memperingatkan perokok akan bahaya kesehatan yang dapat ditimbulkan
dari merokok, misalnya kanker paru-paru atau serangan jantung. Walaupun
kenyataanya itu hanya tinggal hiasan, jarang sekali dipatuhi (Jaya muhamad,
2009).

Conrad and Miller dalam Sitepoe (2000 : 17) menyatakan bahwa seorang
akan menjadi perokok melalui dorongan psikologis dan dorongan fisiologis.
Dorongan psikologis biasanya pada anak remaja adalah untuk kejantanan (bangga
diri), mengalihkan kecemasan dan menunjukkan kedewasaan. Dorongan fisiologis
adalah nikotin yang dapat menyebabkan ketagihan sehingga seseorang ingin terus
merokok (Soamole, 2004).

12
3.1 Jenis Rokok

Rokok dibedakan menjadi beberapa jenis. Perbedaan ini didasarkan atas


bahan pembungkus rokok, bahan baku atau isi rokok, proses pembuatan rokok,
dan penggunana filter pada rokok.

a) Rokok berdasarkan bahan pembungkus

Terdiri dari klobot yaitu rokok yang bahan pembungkusnya berupa daun
jagung, kawung yaitu rokok yang bahan pembungkusnya berupa daun aren,
sigaret yaitu rokok yang bahan pembungkusnya berupa kertas, cerutu yaitu rokok
yang bahan pembungkusnya berupa daun tembakau.

b) Rokok berdasarkan bahan baku

Terdiri dari rokok putih yaitu rokok yang bahan baku atau isinya hanya
tembakau yang diberi saus untuk mendapatkan efek rasa atau aroma tertentu,
rokok kretek yaitu bahan baku atau isinya berupa daun tembakau dan cengkeh
yang diberi saus untuk mendapatkan efek rasa dan aroma tertentu, rokok klembak
yaitu rokok yang bahan baku atau isinya berupa daun tembakau, cengkeh, dan
kemenyan yang diberi saus untuk mendapatkan efek rasa dan aroma tertentu.

c) Rokok berdasakan proses pembuatannya

Terdiri dari sigaret kretek tangan (SKT) yaitu rokok yang proses
pembuatannya dengan cara digiling atau dilinting dengan menggunakan tangan
atau alat bantu sederhana, sigaret kretek mesin (SKM) yaitu rokok yang proses
pembuatannya menggunakan mesin. Sederhananya, material rokok dimasukkan
kedalam mesin rokok. Keluaran yang dihasilkan mesin pembuat rokok berupa
rokok batangan. Saat ini mesin pembuat rokok telah mampu menghasilkan
keluaran sekitar enam ribu sampai delapan ribu batang rokok per menit. Mesin
pembuat rokok, biasanya dihubungkan dengan mesin pembungkus rokok sehingga
keluaran yang dihasilkan bukan lagi berupa rokok batangan namun telah dalam
bentuk pak. Ada pula mesin pembungkus rokok yang mampu menghasilkan

13
keluaran berupa rokok dalam pres, satu pres berisi 10 pak. Sayangnya, belum
ditemukan mesin yang mampu menghasilkan SKT karena terdapat perbedaan
diameter pangkal dengan diameter ujung SKT. Pada SKM, lingkar pangkal rokok
dan lingkar ujung rokok sama besar.

d) Rokok berdasarkan penggunana filter

Terdiri dari rokok filter (RF) yaitu rokok yang pada bagian pangkalnya
terdapat gabus, rokok non filter (RNF) yaitu rokok yang pada bagian panggalnya
tidak terdapat gabus.

3.2 Kandungan Rokok

Menurut Gondodiputro tahun 2007, Rokok mengandung kurang lebih


4000 elemen, 200 diantaranya berbahaya bagi kesehatan. Racun utama pada rokok
adalah tar, nikotin, dan karbon monoksida (CO), selain itu dalam sebatang rokok
juga mengandung zat-zat kimia lain yang sangat beracun. Zat-zat tersebut antara
lain :

1. Tar adalah substansi hidrokarbon, yang bersifat lengket dan menempel


pada paru-paru

2. Nikotin adalah zat adiktif yang mempengaruhi syaraf dan peredaran darah.
Zat ini bersifat karsinogen, dan mampu memicu kanker paru-paru yang
mematikan

3. Karbon monoksida (CO) adalah zat yang memikat hemoglobin dalam


darah, membuat darah tidak mampu mengikat oksigen

4. Formaldehid yaitu jenis gas yang sangat beracun terhadap semua


organisme hidup

5. Naftalene yaitu bahan kapur barus

14
6. Metanol yaitu cairan yang mudah menguap, di gunakan sebagai pelarut
dan pembunuh hama

7. Aceton yaitu bahan pembuat cat

8. Fenol Butance yaitu bahan bakar korek api, zat ini beracun dan
membahayakan karena fenol ini terikat ke protein sehingga menghalangi
aktivitas enzim.

9. Potassium nitrat yaitu bahan baku pembuatan bom dan pupuk.

10. H2S (Asam Sulfida) yaitu sejenis gas beracun yang mudah terbakar
dengan bau yang keras, zat ini menghalangi oksidasi enzim.

11. HCN (Asam Sianida) yaitu sejenis gas yang tidak berwarna, tidak berbau,
tidak memiliki rasa. Zat ini merupakan zat paling ringan, mudah terbakar
dan sangat efisien untuk menghalangi pernafasan dan merusak saluran
pernafasan.

12. Amonia yaitu bahan untuk pencuci lantai.

13. Cadmium yaitu asap dari knalpot kendaraan yang dapat meracuni jaringan
tubuh terutama ginjal.

14. Nitrous Oxide yaitu sejenis gas yang tidak berwarna, dan bila di hisap
dapat menghilangkan rasa sakit. Nitrous Oxide ini pada mulanya
digunakan dokter sebagai pembius saat melakukan operasi.
15. Volatik nitrosamine yaitu jenis asap tembakau yang diklasifiksikan
sebagai karsinogen yang potensial (Christinawaty, 2009. Jaya, 2009).

3.3. Dampak Merokok

Bahaya merokok bagi kesehatan menurut Tandra (2003) adalah dapat


menimbulkan berbagai penyakit. Banyak penyakit telah terbukti menjadi akibat

15
dari merokok, baik secara langsung maupun tidak langsung. Kebiasaan merokok
bukan saja merugikan si perokok, tetapi juga bagi orang di sekitarnya. Adapun
dampak rokok terhadap kesehatan sebagai berikut :

1. Dampak pada paru-paru

Merokok dapat menyebabkan perubahan struktur dan fungsi saluran napas


dan jaringan paru-paru. Pada saluran napas besar, sel mukosa membesar
(hipertrofi) dan kelenjar mucus bertambah banyak (hiperplasia). Pada saluran
napas kecil, terjadi radangan ringan hingga penyempitan akibat bertambahnya sel
dan penumpukan lender. Pada jaringan paru-paru, terjadi peningkatan jumlah sel
radang dan kerusakan alveoli.

Akibat perubahan anatomi saluran napas, akan timbul perubahan pada


fungsi paru-paru dengan segala macam gejala klinisnya. Hal ini menjadi dasar
utama terjadinya penyakit obstruksi paru menahun (PPOM). Dikatakan baha
merokok merupakan penyebab utama timbulnya PPOM, termasuk emfisema
paruparu, bronchitis kronis, dan asma.

Hubungan antara merokok dan kanker paru-paru telah diteliti dalam 4-5
dekade terakhir ini. Didapatkan hubungan yang erat antara kebiasaan merokok
dengan timbulnya kanker paru-paru. Bahkan ada yang secara tegas menyatakan
bahwa rokok sebagai penyebab utama terjadinya kanker paru-paru. Menurut
Yusuf (2004), asap rokok merupakan penyebab utama timbulnya kanker paru-
paru. Berhenti merokok dan tidak mulai merokok merupakan cara utama untuk
pencegahan penyakit ini.

Partikel asap rokok, seperti benzopiren, dibenzopiren, dan uretan, dikenal


sebagai bahan karsinogen. Zat Tar berhubugnan dengan risiko terjadinya kanker,
dibandingkan dengan bukan perokok, kemungkinan timbul kanker paru-paru pada
perokok mencapai 10-30 kali lebih sering.

16
2. Dampak terhadap jantung

Merokok menjadi faktor utama penyebab penyakit pembuluh darah dan


jantung. Bukan hanya menyebabkan penyakit jantung koroner tetapi juga
berakibat buruk bagi pembuluh darah otak dan ferifer. Nikotin yang terkandung
pada rokok, selain menyebabkan ketagihan, juga merangsang pelepasan
adrenalain, meningkatkan frekuensi denyut jantung, tekanan darah, kebutuhan
oksigen jantung, serta menyebabkan gangguan irama jantung. Nikotin juga
menganggu kerja system saraf, otak dan banyak bagian tubuh lainnya, nikotin
mengatikan trombosit yang mengakibatkan timbulnya adhesi trombosit
(pengumpalan) ke dinding pembuluh darah (Tandra, 2003). Menurut Slamet
(1996), mereka yang suka merokok ternyata melahirkan bayi-bayi dengan berat
badan rendah, karena nikotin mempersempit pembuluh darah, dan mengurangi
status nutr2. Dampak terhadap jantung
Merokok menjadi faktor utama penyebab penyakit pembuluh darah dan
jantung. Bukan hanya menyebabkan penyakit jantung koroner tetapi juga
berakibat buruk bagi pembuluh darah otak dan ferifer. Nikotin yang terkandung
pada rokok, selain menyebabkan ketagihan, juga menganggu kerja system saraf,
otak dan banyak bagian tubuh lainnya, nikotin mengatikan trombosit yang
mengakibatkan timbulnya adhesi trombosit (pengumpalan) ke dinding pembuluh
darah
Menurut Slamet (1996), mereka yang suka merokok ternyata melahirkan
bayi-bayi dengan berat badan rendah, karena nikotin mempersempit pembuluh
darah, dan mengurangi status nutrisi ibu.
Merokok terbukti menjadi faktor resiko terbesar untuk mati mendadak.
Resiko terjadinya penyakit jantung koroner meningkat 2-4 kali pada perokok
dibandingkan dengan bukan perokok. Resiko ini meningkat dengan bertambahnya
usia dan jumlah rokok yang dihisap. Penelitian menunjukkan bahwa faktor risiko
bekerja secar sinergis dengan faktor-faktor lain, seperti hipertensi dan kadar
lemak atau gula darah yang tinggi terhadap tercetusnya PJK. Perlu diketahui
bahwa resiko kematian akibat penyakit jantung koroner berkurang hingga 50%

17
pada tahun pertama sesudah rokok dihentikan.

Akibat pengumpalan (trombosis) dan pengapuran dinding pembuluh darah


(aterosklerosis), perokok jelas akan merusak pembuluh darah perifer. Penyakit
pembuluh darah perifer (PPDP) yang mengakibatkan pembuluh darah arteri dan
vena di tungkai bawah atau tangan sering ditemukan pada dewasa muda perokok
berat, biasanya berakhir dengan amputasi.

3. Tukak lambung dan tukak usus dua belas jari

Di dalam perut usus dua belas jari terjadi keseimbangan antar pengeluaran
asam yang dapat menganggu lambung dengan daya perlindungan. Tembakau
meningkatkan asam lambung dan usua dua belas jari. Perokok menderita dua kali
lebih tinggi dari bukan perokok.

4. Efek terhadap bayi

Ibu hamil yang merokok mengakibatkan kemungkinan melahirkan


prematur. Jika kedua orang tuanya merokok mengakibatkan daya tahan bayi
menurun pada tahun pertama, sehingga akan menderita radang paru-paru
bronchitis dua kali lipat dibandingkan yang tidak merokok, sedangkan terhadap
infeksi lain meningkat 30 persen. Terdapat bukti bahwa anak yang orang tuanya
merokok menunjukkan perkembangan mentalnya terbelakang.

5. Impotensi

Pada laki-laki berusia 30-40 tahun merokok daat meningkatkan


disfungsieraksi sekitar 50%. Ereksi tidak dapat terjadi bila darah tidak dapat
mengalir ke penis. Oleh karena itu pembuluh darah harus dalam keadaan baik.
Merokok dapat merusak pembuluh darah, nikotin penyempitan arteri yang menuju
penis, mengurangi aliran darah dan tekanan darah menuju penis. Efek ini
meningkat bersamaan dengan waktu. Masalah ereksi ini merupakan peringatan
awal bahwa tembakau telah merusak area lain dari tubuh.

18
6. Penyakit pada perokok pasif

Perokok pasif dapat terkena penyakit kanker paru-paru dan jantung


koroner. Menghisap asap tembakau orang lain dapat memperburuk kondisi
pengidap penyakit angina, asma, alergi, gangguan pada wanita hamil.

3.4. Bahaya Merokok

Bahaya merokok terhadap remaja yang terutama adalah fisiknya, seperti


yang dijelaskan oleh Depkes RI (2004) yaitu : ”Rokok pada dasarnya merupakan
pabrik bahan kimia berbahaya. Saat batang rokok terbakar, maka asapnya
menguraikan sekitar 4000 bahan kimia dengan 3 komponen utama, yaitu nikotin
yang menyebabkan ketergantungan/adiksi. Tar yang bersifat karsinogen, karbon
monoksida yang aktivitasnya sangat kuat terhadap hemoglobin sehingga kadar
oksigen dalam darah berkurang, dan bahan-bahan kimia lain yang beracun.”

Efek merokok tidak hanya mempengaruhi kesehatan perokok saja, tetapi


juga mempengaruhi kesehatan orang sekitarnya yang tidak merokok, karena
terpapar asap rokok tersebut yang disebut perokok pasif (Depkes, 2010).

Adapun bahaya merokok adalah sebagai berikut :

1. Bagi perokok aktif


a. Meningkatkan resiko dua kali lebih besar untuk mengalami serangan
jantung.
b. Meningkatkan risiko dua kali lebih besar untuk mengalami stroke.
c. Meningkatkan risiko mengalami serangan jantung dua kali lebih
besar pada mereka yang mengalami tekanan darah tinggi atau kadar
kolesterol tinggi.
d. Meningkatkan resiko 10 kali lebih besar untuk mengalami serangan
jantung bagi wanita pengguna pil KB.
e. Meningkatkan resiko lima kali lebih besar menderita kerusakan
jaringan anggota yang rentan.

19
2. Bagi perokok pasif
a. Bahaya kerusakan paru-paru. Kadar nikotin, karbon monoksida,
serta zat- zat lain yang lebih tinggi dalam darah mereka akan
memperparah penyakit yang sedang diderita, dan kemungkinan
mendapat serangan jantung yang lebih tinggi bagi mereka yang
berpenyakit jantung. Anak-anak yang orang tuanya merokok akan
mengalami batuk, pilek, dan radang tenggorokan serta penyakit
paru-paru lebih tinggi. Wanita hamil yang merokok beresiko
mendapatkan bayi mereka lahir, kurus, cacat, dan kematian.
b. Jika suami perokok, maka asap rokok yang dihirup oleh istrinya
akan mempengaruhi bayi dalam kandungan.

3.5. Faktor yang Mempengaruhi Merokok

Ada berbagai alasan yang dikemukakan oleh beberapa ahli untuk


menjawab mengapa seseorang merokok. Menurut Levy (1984) setiap individu
mempunyai kebiasaan merokok yang berbeda dan biasanya disesuaikan dengan
tujuan mereka merokok. Pendapat tersebut di dukung oleh Smet (1994) yang
menyatakan bahwa seseorang merokok karena faktor-faktor sosial kultural seperti
kebiasaan budaya, kelas sosial, gengsi, dan tingkat pendidikan (Kemala, 2007).

Menurut Juniarti (1991) dalam Mu’tadin (2000), faktor yang mempengaruhi


kebiasaan merokok adalah sebagai berikut.

1. Pengaruh orang tua

Salah satu temuan tentang remaja perokok adalah bahwa anak-anak muda
yang berasal dari rumah tangga yang tidak bahagia, di mana orang tua tidak begitu
memperhatikan anak-anaknya dalam memberikan hukuman fisik yang keras, lebih
mudah untuk menjadi perokok di banding anak-anak muda yang berasal dari
lingkungan rumah tangga yang bahagia. Remaja yang berasal dari keluarga
konservatif yang menekankan nilai-nilai sosial dan agama dengan baik dengan

20
tujuan jangka panjang lebih sulit untuk terlibat dengan rokok/tembakau/obat-
obatan, dibandingkan dengan keluarga yang permisif dengan penekanan yang
falsafah “kerjakan urusanmu sendiri-sendiri”. Yang paling kuat pengaruhnya
adalah bila orang tua sendiri menjadi figur contoh, yaitu sebagai perokok berat,
maka anak-anaknya sangat mungkin sekali untuk mencontohnya. Prilaku merokok
lebih banyak ditemui pada mereka yagn tinggal dengan satu orang tua (single
parent). Daripada ayah yang perokok, remaja akan lebih cepat berprilaku sebagai
perokok justru bila ibu mereka yang merokok. Hal ini terlihat pada remaja putri.

2. Pengaruh teman

Berbagai fakta mengungkapkan bahwa bila semakin banyak remaja yang


merokok, maka semakin besar kemungkinan teman-temannya adalah perokok dan
demikian sebaliknya. Dari fakta tersebut ada dua kemungkinan yang terjadi.
Pertama, remaja tadi terpengaurh oleh teman-temannya atau bahkan teman-teman
remaja tersebut dipengaruhi oleh remaja tersebut, hingga akhirnya mereka semua
perokok. Di antara remaja perokok, 87% mempunyai sekurang-kurangnya satu
atau lebih sahabat yang perokok, begitu pula dengan remaja bukan perokok.

3. Faktor Kepribadian

Orang mencoba untuk merokok karena alasan ingin tahu atau ingin
melepaskan diri dari rasa sakit fisik atau jiwa, dan membebaskan diri dari
kebosanan.

4. Pengaruh Iklan

Melihat iklan di media massa dan elektronik yang menampilkan gambaran


bahwa perokok adalah lambang kejantanan atau glamor, membuat remaja sering
kali terpicu untuk mengikuti prilaku seperti yang ada di dalam iklan tersebut.
(Depkes, 2010).

21
3.6. Tipe Merokok

Menurut Silvan Tomkins Al Bachri (1991), berdasarkan management Of


Affect Theory, ada empat tipe perilaku merokok

1. Perokok yang dipengaruhi oleh perasaan positif.

Mereka berpendapat bahwa dengan merokok seseorang dapat merasakan


penambahan rasa yang positif. Green dalam psychologikal Factor in Smoking
(1978) menambahkan 3 subtipe berikut ini:

a. Pleasure relaxation, yaitu perilaku merokok hanya untuk menambah


atau meningkatkan kenikmatan yang sudah didapati, misalnya merokok
setelah minum kopi dan makan.
b. Stimulation to pick them up, yaitu perilaku merokok hanya dilakukan
sekedarnya untuk menyenangkan perasaan.
c. Pleasure of handling the cigarette, yaitu kenikmatan yang diperoleh
dengan memegang rokok. Sangat spesifik pada perokok pipa. Perokok
pipa akan menghabiskan waktu untuk mengisi pipa dengan tembakau
sedangkan untuk menghisapnya hanya dibutuhkan waktu beberapa
menit saja. Ada juga perokok yang lebih senang berlama-lama untuk
memainkan rokoknya dengan jari-jarinya lama sebelum ia nyalakan
dengan api.

2. Perilaku merokok yang dipengaruhi oleh perasaan negative. Banyak orang


yang menggunakan rokok untuk mengurangi perasaan negatif, misalnya bila
ia marah, cemas, atau gelisah. Rokok dianggap sebagai penyelamat. Mereka
menggunakan rokok bila perasaan tidak enak terjadi, sehingga terhindar dari
perasaan yang lebih tidak enak.

3. Perilaku merokok yang adiktif. Green menyebutnya sebagai kerancuan


secara psikologis (psychological addiction). Mereka yang sudah kecanduan
cendrung akan menambah dosis rokok yang digunakan setiap saat setelah

22
efek dari rokok yang dihisapnya berkurang. Mereka umumnya akan pergi
keluar rumah membeli rokok, walau tengah malam sekalipun, karena
khawatir rokok tidak tersedia saat ia menginginkannya.

4. Perilaku merokok yang sudah menjadi kebiasaan. Mereka menggunakan


rokok sama sekali bukan karena untuk mengendalikan perasaan mereka,
tetapi sudah “benar”-”benar” menjadi kebiasaan rutin. Dapat dikatakan pada
orang-orang tipe ini, merokok sudah menjadi prilaku yang bersifat otomatis,
sering kali tanpa dipikirkan dan tanpa disadari. Ia menghidupkan lagi api
rokoknya bila rokok yang terdahulu telah “benar”- ”benar” habis.

3.7. Cara Menghindari Kebiasaan Merokok

Menurut Monique (2000) ada beberapa cara mengindari kebiasaan merokok


yaitu :

1. Tumbuhkan kemauan yang tinggi untuk berhenti merokok, dalam hal ini
kita harus mengingat penyakit yang dapat diakibatkan oleh rokok dan
merupakan penderitaan.

2. Mintalah bantuan orang terdekat untuk membantu mengingatkan agar


tidak lagi menghisap rokok. Yang pertama dilakukan adalah dengan
memberitahukan niat untuk tidak merokok pada orang terdekat sehingga
mereka akan membantu dan mengingatkan agar tidak merokok, sehingga
berlahan-lahan anda akan merasa risih dan sungkan karena terus menerus
diingatkan.

3. Tanamkan pada diri sendiri bahwa pasti mampu untuk berhenti sama
sekali dari kebiasana merokok, hal ini dapat dilakukan dengan memulai
menurunkan jumlah batang rokok yang diisap perhari, sehingga semakin
lama semakin sedikit sampai tidak sama sekali.

4. Jauhi semua kemungkinan yang dapat membuat kembali menjadi perokok.

23
Cara ini dilakukan dengan menghindari berkumpul dengan teman-teman
atau orang lain yang merokok sehingga anda tidak ingin kembali merokok.

5. Mencari pengganti yang lebih positif daripada rokok. Untuk mengganti


waktu yang digunakan untuk merokok dapat melakukan olah raga, makan
permen, atau melakukan aktivitas lain.

Kategori
Pengetahuan

Pengetahuan Bahaya :
Merokok  Baik
Siswa-Siswi  Cukup
SMP Islam  Kurang
Athirah

Kategori
Sikap Bahaya Sikap :
Merokok  Positif
Negatif

24
BAB III

METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian
Dalam penelitian ini peneliti menggunakan rancangan penelitian
deskriptif kuantitatif yang bertujuan untuk menerangkan atau
menggambarkan masalah penelitian yang terjadi berdasarkan karakteristik
tempat, waktu, umur, jenis kelamin, sosial, ekonomi, pekerjaan, cara hidup
(pola hidup), dan lain - lain (Hidayat, 2008: 47). Dilakukan untuk melihat
gambaran tingkat pengetahuan dan sikap siswa-siswi SMP Islam Athirah
terhadap penyakit kusta.

B. Populasi dan Sampel Penelitian

1. Populasi
Pada penelitian ini populasinya adalah siswa-siswi SMP Islam
Athirah di Makassar.

2. Sampel

Cara penghitungan besar sampel dalam penelitian ini adalah


dengan menggunakan rumus yang ditetapkan oleh Notoatmodjo
(2005:92), karena populasi yang ada lebih kecil dari 10.000, maka
dapat digunakan rumus sederhana sebagai berikut :
n = N
1 + N (d²)
Keterangan :
N : Besar Populasi
n : Besar Sampel

25
d : Tingkat ketepatan yang diinginkan (90% = 0,1)
maka :
n = 120
1 + 120 (0,1²)

n = 120
1 + 120 (0,01)

n = 120
1 + 1,2

n = 120
2,2

n = 54,54 di bulatkan menjadi 55 orang


Berdasarkan kriteria di atas, maka jumlah sampel yang di ambil
sebanyak 55 orang. Teknik pengambilan sampel dilakukan dengan
cara convenience sampling yaitu teknik pengambilan sampel dimana
sampel yang diambil adalah orang yang kebetulan berada di tempat
penelitian atau kebetulan peneliti mengenal orang tersebut.

C. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional


1. Variabel Penelitian
Variabel Independent (bebas)
Merupakan variabel yang menjadi sebab perubahan atau
timbulnya variabel dependen (terikat). Variabel ini juga dikenal
dengan nama variabel bebas artinya bebas dalam mempengaruhi
variabel lain (Hidayat, 2008:78). Variabel independen dalam
penelitian ini adalah pengetahuan dan sikap masyarakat.

26
2. Definisi Operasional
Adapun definisi operasional yang digunakan dalam penelitian
ini dapat dilihat pada tabel dibawah ini :
Tabel 3.1
Variabel, Definisi Operasional, Skala Pengukuran dan Alat Ukur
No Variabel Definisi Parameter Alat Ukur Skala Skor
Operasional
1. Pengetahuan Segala sesuatu Aspek - aspek Kuesioner Ordinal Baik :
yang diketahui yang terdapat tertutup 76%-100%
masyarakat dalam Cukup :
tentang bahaya pengetahuan 56%-75%
merokok meliputi : Kurang :
Pengertian, < 55%
kandungan
rokok, efek
yang
ditimbulkan
oleh rokok
2. Sikap Respon/ Respon/ Kuesioner Ordinal Positif :
tanggapan tanggapan Skor T > 50
masyarakat masyarakat Negatif :
terhadap terhadap rokok Skor T < 50
bahaya
merokok

27
D. Instrumen dan Cara Pengumpulan Data
1. Instrumen
Instrumen yang di gunakan dalam penelitian ini menggali variabel
independen dengan kuesioner
2. Cara Pengumpulan Data
Pengumpulan data di lakukan di SMP disalah satu wilayah di
Makassar, Sulawesi Selatan dengan memberikan penjelasan tujuan
penelitian dan di mohon bantuannya menjadi responden. Selanjutnya
membagi kuesioner dengan di dampingi peneliti untuk memberikan
penjelasan, responden diingatkan untuk mengisi secara keseluruhan
kuesioner yang di bagikan.

E. Teknik Skoring Data


Penelitian ini menggunakan statistik non parametrik karena
menganalisa data secara ordinal, sedangkan jenis data adalah data
kuantitatif (data yang berwujud angka/scoring). Pada pemberian scoring
data tentang pengetahuan masyarakat setiap pertanyaan diberikan pilihan
jawaban, untuk jawaban yang benar di beri skor 1 dan untuk jawaban yang
salah di beri skor 0. Untuk mendapatkan presentase jawaban yang benar
dilakukan dengan rumus (Arikunto, 2006):
P = F x 100 %
N
Keterangan :
P = Presentase
F = Jumlah jawaban yang benar
N = Jumlah soal

28
Tabel 3.2
Kriteria untuk penilaian variabel pengetahuan masyarakat
No Klasifikasi Nilai Kategori Penilaian
1. 76 % - 100 % Baik
2. 56 % - 75 % Cukup
3. < 55 % Kurang

Kriteria untuk penilaian variabel sikap siswa-siswi SMP Islam


Athirah
Sedangkan pada pemberian scoring data tentang sikap masyarakat
setiap item pertanyaan juga di berikan pilihan jawaban yang di kriteriakan
menjadi : Sangat setuju, setuju, tidak setuju, dan sangat tidak setuju. Untuk
pertanyaan yang bernilai positif jawaban sangat Setuju (SS) diberi skor 4,
Setuju (S) diberi skor 3, Tidak Setuju (TS) diberi skor 2, Sangat Tidak
Setuju (STS) diberi skor 1. Sedangkan untuk pertanyaan yang bernilai
negatif diberi skor 1 untuk jawaban sangat setuju, setuju diberi skor 2,
tidak setuju diberi skor 3, dan sangat tidak setuju diberi skor 4. Penilaian
sikap dilakukan dengan menggunakan rumus standard skala likert skor-T
(Azwar, 2008) yaitu :
T = 50 + 10 x-x
s
Keterangan :
x = Skor responden yang hendak diubah menjadi Skor T x
= Skor Mean
s = Standard Deviasi

Sikap bersifat positif apabila hasil Skor T > 50, dan apabila hasil
Skor T < 50 maka sikap dikatakan bersifat negatif.

29
Tabel 3.3
No Klasifikasi Nilai Kategori Penilaian
1. Skor T > 50 Positif
2. Skor T < 50 Negatif

F. Masalah Etika Penelitian


Penelitian di dahului dengan memohon izin dari instansi tempat
penelitian di laksanakan.
1. Informent Consent
Merupakan bentuk persetujuan antara peneliti dengan responden
penelitian dengan memberikan lembar persetujuan. Informent consent
tersebut di berikan sebelum penelitian di lakukan dengan memberikan
lembar persetujuan untuk menjadi responden. Tujuannya adalah agar
responden mengerti maksud dan tujuan penelitian, mengetahui
dampaknya. Jika responden bersedia, maka mereka harus
menandatangani lembar persetujuan. Jika responden tidak bersedia,
maka peneliti harus menghormati hak responden.
2. Anonimity
Masalah etika keperawatan merupakan masalah yang memberikan
jaminan dalam penggunaan subjek penelitian dengan cara tidak
memberikan atau mencantumkan nama responden pada lembar alat
ukur dan hanya menuliskan kode pada lembar pengumpulan data atau
hasil penelitian yang akan di sajikan.
3. Kerahasiaan (Confidentiality)
Masalah ini merupakan masalah etika dengan memberikan jaminan
kerahasiaan hasil penelitian, baik informasi maupun masalah -
masalah lainnya. Semua informasi yang telah di kumpulkan di jamin
kerahasiaannya oleh peneliti, hanya kelompok data tertentu yang akan
di laporkan pada hasil riset.

30
G. Tempat Penelitian dan Jadwal Penelitian
1. Tempat Penelitian
SMP Islam Athirah Makassar, Jln. Kajaolaliddo no. 22 Makassar,
Sulawesi Selatan.
2. Jadwal Penelitian
Penelitian dilakukan pada tanggal 31 Desember 2012 - 12 Januari
2013.

31
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

Dari penelitian yang dilakukan mulai dari tanggal 16 Januari- 26 Januari


2013. Subjek Penelitian ini adalah siswa-siswi kelas VIII SMP Islam Athirah.
Maka peneliti mendapatkan hasil sebagai berikut.

a. Tingkat pengetahuan siswa-siswi kelas VII dan VIII SMP Islam


Athirah tentang bahaya merokok. Dapat dilihat pada tabel dibawah ini.

Tabel 4.4

Distribusi Frekuensi Pengetahuan Siswa-Siswi Kelas VII dan VIII SMP


Islam Athirah Tentang Bahaya Merokok

Kategori Penilaian Jumlah Persentase (%)


Baik 46 83,63%
Cukup 9 16,36%
Total 55 100%

Dari tabel 4.4 diatas dapat dilihat bahwa sebagian besar siswa dan siswi
sudah memiliki pengetahuan yang baik tentang bahaya merokok sebanyak 46
orang (83.63%) dan siswa-siswi yang pengetahuannya cukup sebanyak 9
(16,36%) orang.

b. Sikap Siswa-Siswi SMP Islam Athirah Terhadap Bahaya Merokok


Untuk mengetahui gambaran sikap siswa-siswi SMP Islam Athirah
terhadap bahaya merokok, dapat dilihat dari tabel berikut :

32
Tabel. 4.5
Distribusi Frekuensi Sikap Siswa-Siswi SMP Islam Athirah Terhadap
Bahaya Merokok

Kategori Penilaian Jumlah Persentase (%)


Positif 36 65,45%
Negatif 19 35,54%
Total 55 100%
Sumber Data Primer

Dari tabel 4.5 dapat dilihat bahwa sebagian besar siswa SMP Islam
Athirah memiliki respon positif tentang bahaya merokok, yaitu sebanyak
36 orang (65,45%), bila dibandingkan dengan siswa yang memiliki respon
negatif terhadap bahaya merokok sebanyak 19 orang 35,54%).

B. Pembahasan

Dari hasil penelitian yang ada maka peneliti membagi pembahasan


hasil menjadi dua yaitu pembahasan tentang hasil penelitian dan keterbatasan
penelitian yang didaptak peneliti selama melakukan penelitian.

1. Pembahasan Penelitian
a. Tingkat Pengetahuan Siswa-Siswi SMP Islam Athirah Tentang Bahaya
Penyakit
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan pada siswa/i SMP
Islam Athirah Makassar. Siswa/i sudah memiliki pengetahuan yang cukup
baik sebanyak 46 orang (83,63%) dari 55 responden yang diambil menjadi

33
sampel sedangkan siswa-siswi yang memiliki pengetahuan yang cukup
baik yaitu sebanyak 9 orang dari 55 responden. Menurut Notoatmodjo
(2007) Pengetahuan adalah merupakan hasil “ tahu “ dan ini terjadi setelah
orang mengadakan penginderaan terhadap suatu objek tertentu.

Pengetahuan merupakan faktor predisposisi terjadinya perilaku,


Penginderaan terhadap objek yang terjadi melalui panca indra manusia
yakni penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba dengan sendiri.
Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga.
Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk
terbentuknya tindakan seseorang (ovent behavior). Dari pengalaman dan
penelitian ternyata perilaku yang di dasari oleh pengetahuan akan lebih
langgeng daripada perilaku yang tidak di dasari oleh pengetahuan. Dapat
dilihat dari hasil diatas bahwa sebagian besar responden sudah mengetahui
bahaya merokok. Terlihat dari 10 pertanyaan yang terdapat pada kuesioner
tentang pengetahuan bahaya merokok, sebagian besar responden
menjawab benar. Seperti pertanyaan tentang didalam rokok terkandung
lebih dari 4000 bahan kimia, sebanyak 53 (96,36%) responden menjawab
pertanyaan dengan benar. Dari 10 pertanyaan ada 1 pertanyaan yang
frekuensi jawaban salahnya lebih besar dibandingkan dengan frekuensi
jawaban benar yaitu pertanyaan tentang, kanker mulut bukan penyakit
yang disebabkan oleh rokok. Sebanyak 18 responden menjawab salah
(32,72%). Dari hasil penelitian ini menunjukkan bahwa responden
telah mengetahui bahwa merokok tidak saja dapat merugikan diri
sendiri tetapi juga orang lain yang tidak merokok. Hal ini ditunjukkan
dengan hasil dari 2 pertanyaan Asap rokok dapat menyebabkan orang
lain yang menghirupnya terkena penyakit sebanyak 52 responden
(94,54%) menjawab benar. Dan rokok tidak menyebabkan polusi
udara sebanyak 51 responden (92,72%) menjawab dengan benar.

34
b. Sikap siswa-siswi SMP. Islam Athirah tentang bahaya merokok.

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di SMP Islam Athirah,


didapatkan bahwa siswa-siswi yang memiliki sikap negatif terhadap bahaya
merokok yaitu 19 orang (34,89%), dan siswa-siswi yang memiliki sikap positif
terhadap bahaya merokok yaitu sebanyak 36 orang (65,45%).

2. Keterbatasan Penelitian

Dalam pelaksanaan penelitian ada beberapa keterbatasan yang dirasakan


peneliti antara lain :
a. Keterbatasan Sampel yang diambil peneliti hanya 55 orang.
b. Kualitas data
Pengumpulan data dengan menggunakan kuesioner yang bersifat
sangat subyektif, sehingga kebenaran data sangat tergantung pada
keterusterangan dan kejujuran responden.
c. Penelitian hanya dilakukan dengan menggunakan kuisioner sebagai
tolak ukur dalam penilaian sikap.

35
V. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan pada siswa siswi kelas

VIII SMP Islam Athirah Makassar dapat disimpulkan sebagai berikut :

a. Tingkat pengetahuan siswa-siswi tentang bahaya merokok di SMP

Isam Athirah hasil penelitian didapatkan data bahwa sebagian besar

siswa dan sudah memiliki pengetahuan yang baik tentang bahaya

merokok sebanyak 46 orang (83.63%) dari 55 responden yang diambil

menjadi sampel, hal ini lebih besar bila dibandingkan dengan siswa

yang memiliki pengetahuan yang cukup terhadap bahaya merokok,

yaitu sebanyak 9 (16,36%) orang dari 55 responden yang menjadi

sampel.

b. Sikap siswa-siswi SMP Islam Athirah tentang bahayan merokok.

Berdasarkan hasil penelitian, didapatkan bahwa siswa-siswi yang memiliki

sikap negatif terhadap bahaya merokok yaitu 19 orang (34,89%), dan

siswa-siswi yang memiliki sikap positif terhadap bahaya merokok yaitu

sebanyak 36 orang (65,45%)

36
B. Saran

Adapun saran-saran yang dapat disampaikan peneliti setelah melakukan


penelitian adalah sebagai berikut :
1. Bagi Peneliti

Perlunya dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai sikap dan

perilaku siswa dalam menanggapi kebiasaan merokok di

Indonesia, dengan menggunakan metode wawancara yang

dilakukan secara individual.

2. Bagi SMP Islam Athirah

Disarankan kepada Kepala Sekolah dan Pihak Yayasan

Perguruan Islam Athirah untuk memberikan dukungan yang

baik dan bekerja sama dengan lembaga kesehatan ataupun

berinisiatif untuk menambah pengetahuan murid mengenai

bahaya merokok, dan sikap yang seharusnya diambil bila

dihadapkan dengan tawaran merokok dari lingkungan

sekitarnya.

3. Bagi Instansi Kesehatan

Diharapkan Dinas Kesehatan Kota Makassar dan Puskesmas

disekitar wilayah pendidikan lebih meningkatkan penyuluhan

kesehatan kepada pelajar tentang bahaya merokok agar para

pelajar lebih mengetahui rokok dan bahayanya bagi kesehatan

diri sendiri dan orang disekitarnya.

37
DAFTAR PUSTAKA

Aditama Tjandra Yoga. (2011). Rokok dan Kesehatan, Jakarta: UI-Press

Christinawaty, Yuni. (2009). Hubungan Karakteristik, Pengetahuan. Dan Sikap


Remaja Laki-laki Terhadap Merokok Di SMU Parulian 1 Medan.

http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/1/09E02607.pdf

Depkes Poltekkes. (2010). Kesehatan Remaja Problem dan Masalahnya, Jakarta:


Salemba Medika

Dario Agoes. (2004). Psikologi Perkembangan Remaja, Bojongkerta: Ghalia


Indonesia.

Ekawati. (2009). Peningkatan Pengetahuan, Sikap dan Prilaku Terhadap Rokok


Pada Siswa SMU di Kelurahan Penatih.

http://journal.unud.ac.id/abstrak Ekawati/080102009.pdf. Hidayat,A. Aziz


Alimul. (2009). Metode Penelitian Keperawatan Dan Tehnik

Riz’ma. Kemala, Indri. (2007). Prilaku Merokok Pada Remaja. Jurnal Psikologi

http://dokternasir.web.id/2010/03/dampak-kesehatan-perokok-pasif.html
Notoatmodjo, Soekidjo. (2005). Metodologi Penelitian Kesehatan , Edisi Revisi,

http://digilib.unnes.ac.id/gsdl/collect/index/assoc/HASHO1F5.dir/doc.pdf.
Soetjiningsih, Prof. Dr. Tumbuh Kembang Remaja dan Permasalahannya,

Jakarata: CV SAGUNG SETO. Suheni Yuliana, (2007),Hubungan Antara


Kebiasaan Merokok Dengan Kejadian

Hipertensi Pada Laki-laki Usia 40 Tahun Keatas Di Rumah Sakit

4.dir/doc.pdf. Wahyuni, Dwi. (2010). Faktor-faktor Berhubungan Dengan Sikap


Merokok Pada

http://www.promkes.depkes.go.id/index.php/program/pengendalian-rokok/25-
masalah-merokok-di-indonesia

http://www.promkes.depkes.go.id/index.php/program/pengendalian-rokok/28-15-
masalah-kesehatan-karena-rokok-yang-jarang-dipublikasikan

http://www.mediaindonesia.com/mediahidupsehat/index.php/read/2012/08/28/553
3/4/Rokok-dalam-Kehidupan-Remaja

http://permathic.blogspot.com/2012/06/bahaya-rokok-bagi-kesehatan-dan-
cara.html

38
Kuesioner Tingkat Pengetahuan Dan Sikap Siswa SMP Islam Athirah
Terhadap Bahaya Merokok

1. Karakteristik Responden
No. Responden :
Nama :
Umur :
Jenis Kelamin : 1. Laki-laki 2. Perempuan
Alamat :
Hp:

2. Pengetahuan
Petunjuk pengisian: Pilih dan berikan tanda  untuk menjawab benar atau salah
pada kolom yang tersedia
No. Pertanyaan Benar Salah
1. Didalam rokok terkandung kurang lebih 4000 bahan
kimia
2. Nikotin merupakan zat yang dapat menyebabkan
penyakit tetapi tidak terkandung didalam rokok
3 Rokok bisa menyebabkan kecanduan
4 Merokok tidak menyebabkan gangguan pada wanita
hamil
5 Merokok bisa menyebabkan penyakit yang berakhir
dengan kematian
6 Kanker mulut bukan merupakan penyakit yang
disebabkan oleh rokok
7 Merokok tidak menyebabkan kerugian ekonomi
(kerugian finansial/ keuangan)
8 Perokok pasif adalah orang-orang yang menghirup asap

39
rokok karena berada di sekitar orang yang sedang
merokok
9 Asap rokok dapat menyebabkan orang lain yang
menghirupnya terkena penyakit
10 Rokok tidak menyebabkan polusi udara

3. Sikap
Petunjuk pengisian: Pilih dan berikan tanda  pada kolom yang tersedia
No Pertanyaan Sangat Setuju Tidak Sangat
Setuju Setuju Tidak
Setuju
1. Kandungan zat dalam
rokok sangat berbahaya
bagi tubuh
2 Pihak sekolah sebaiknya
melarang penjualan rokok
secara bebas di lingkungan
sekolah
3 Asap rokok menghambat
aktivitas belajar mengajar
di sekolah
4 Lingkungan sekolah
dijadikan kawasan bebas
merokok
5 Saya akan memberi tahu
tentang bahaya rokok jika
teman disekitar saya
merokok
6 Merokok bukanlah hal

40
yang membuat remaja
menjadi “tambah gaul”
7 Merokok dapat membuat
remaja menjadi tambah
“percaya diri”
8 Kebiasaan merokok dapat
menurunkan prestasi
belajar
9 Saya akan menolak rokok
bila ditawarkan
10 Kebiasaan merokok tidak
bisa dihentikan

41
DAFTAR PUSTAKA

Aditama Tjandra Yoga. (2011). Rokok dan Kesehatan, Jakarta: UI-Press

Christinawaty, Yuni. (2009). Hubungan Karakteristik, Pengetahuan. Dan Sikap Remaja


Laki-laki Terhadap Merokok Di SMU Parulian 1 Medan.

http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/1/09E02607.pdf

Depkes Poltekkes. (2010). Kesehatan Remaja Problem dan Masalahnya, Jakarta: Salemba
Medika

Dario Agoes. (2004). Psikologi Perkembangan Remaja, Bojongkerta: Ghalia Indonesia.

Ekawati. (2009). Peningkatan Pengetahuan, Sikap dan Prilaku Terhadap Rokok Pada Siswa
SMU di Kelurahan Penatih.

http://journal.unud.ac.id/abstrak Ekawati/080102009.pdf. Hidayat,A. Aziz Alimul. (2009).


Metode Penelitian Keperawatan Dan Tehnik

Riz’ma. Kemala, Indri. (2007). Prilaku Merokok Pada Remaja. Jurnal Psikologi

http://dokternasir.web.id/2010/03/dampak-kesehatan-perokok-pasif.html Notoatmodjo,
Soekidjo. (2005). Metodologi Penelitian Kesehatan , Edisi Revisi,

http://digilib.unnes.ac.id/gsdl/collect/index/assoc/HASHO1F5.dir/doc.pdf. Soetjiningsih,
Prof. Dr. Tumbuh Kembang Remaja dan Permasalahannya,

Jakarata: CV SAGUNG SETO. Suheni Yuliana, (2007),Hubungan Antara Kebiasaan


Merokok Dengan Kejadian

Hipertensi Pada Laki-laki Usia 40 Tahun Keatas Di Rumah Sakit

4.dir/doc.pdf. Wahyuni, Dwi. (2010). Faktor-faktor Berhubungan Dengan Sikap Merokok


Pada

http://www.promkes.depkes.go.id/index.php/program/pengendalian-rokok/25-masalah-
merokok-di-indonesia

http://www.promkes.depkes.go.id/index.php/program/pengendalian-rokok/28-15-masalah-
kesehatan-karena-rokok-yang-jarang-dipublikasikan

http://www.mediaindonesia.com/mediahidupsehat/index.php/read/2012/08/28/5533/4/Rokok-
dalam-Kehidupan-Remaja

http://permathic.blogspot.com/2012/06/bahaya-rokok-bagi-kesehatan-dan-cara.html
Kuesioner Tingkat Pengetahuan Dan Sikap Siswa SMP Islam Athirah Terhadap
Bahaya Merokok

1. Karakteristik Responden
No. Responden :
Nama :
Umur :
Jenis Kelamin : 1. Laki-laki 2. Perempuan
Alamat :
Hp:

2. Pengetahuan
Petunjuk pengisian: Pilih dan berikan tanda  untuk menjawab benar atau salah pada kolom
yang tersedia

No. Pertanyaan Benar Salah


1. Didalam rokok terkandung kurang lebih 4000 bahan kimia
2. Nikotin merupakan zat yang dapat menyebabkan penyakit
tetapi tidak terkandung didalam rokok
3 Rokok bisa menyebabkan kecanduan
4 Merokok tidak menyebabkan gangguan pada wanita hamil
5 Merokok bisa menyebabkan penyakit yang berakhir
dengan kematian
6 Kanker mulut bukan merupakan penyakit yang disebabkan
oleh rokok
7 Merokok tidak menyebabkan kerugian ekonomi (kerugian
finansial/ keuangan)
8 Perokok pasif adalah orang-orang yang menghirup asap
rokok karena berada di sekitar orang yang sedang
merokok
9 Asap rokok dapat menyebabkan orang lain yang
menghirupnya terkena penyakit
10 Rokok tidak menyebabkan polusi udara
3. Sikap
Petunjuk pengisian: Pilih dan berikan tanda  pada kolom yang tersedia

No Pertanyaan Setuju Tidak


Setuju
1. Saya sependapat bahwa kandungan zat dalam rokok
sangat berbahaya bagi tubuh
2 Pihak sekolah sebaiknya melarang penjualan rokok
secara bebas di lingkungan sekolah
3 Asap rokok menghambat aktivitas belajar mengajar di
sekolah
4 Saya mendukung jika lingkungan sekolah dijadikan
kawasan bebas rokok
5 Saya akan memberi tahu tentang bahaya rokok jika
teman disekitar saya merokok
6 Merokok bukanlah hal yang membuat remaja menjadi
“tambah gaul”
7 Merokok bukanlah hal yang membuat remaja menjadi
tambah “percaya diri”
8 Kebiasaan merokok dapat menurunkan prestasi belajar
9 Saya akan menolah rokok bila ditawarkan
10 Kebiasaan merokok bukanlah sesuatu hal yang tidak bisa
dihentikan

Anda mungkin juga menyukai