Anda di halaman 1dari 181

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN

KEKAMBUHAN PADA RESIDEN PENYALAHGUNAAN


NARKOTIKA DI BALAI REHABILITASI BADAN NARKOTIKA
NASIONAL TANAH MERAH KOTA SAMARINDA

Oleh :

TENDRY SALENUSSA
NIM : 12.1101.5091

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS


MULAWARMAN SAMARINDA
2018
FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN
KEKAMBUHAN PADA RESIDEN PENYALAHGUNAAN
NARKOTIKA DI BALAI REHABILITASI BADAN NARKOTIKA
NASIONAL TANAH MERAH KOTA SAMARINDA

SKRIPSI
Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh
Gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat
Pada
Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Mulawarman

OLEH :

TENDRY SALENUSSA
NIM : 12.1101.5091

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT


UNIVERSITAS MULAWARMAN
SAMARINDA
2018

i
HALAMAN PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan :

1. Karya tulis atau skripsi saya ini adalah asli dan belum pernah ditujukan
untuk mendapat gelar akademik (sarjana), baik di Universitas
Mulawarman maupun di perguruan tinggi lainnya.
2. Karya tulis atau skripsi saya ini adalah murni gagasan, rumusan masalah
dan penelitian saya sendiri tanpa ada dari pihak-pihak lain, kecuali
arahan tim pembimbing.
3. Dalam karya tulis atau skripsi saya ini tidak terdapat karya atau pendapat
yang telah ditulis atau dipublikasikan orang lain, kecuali secara tertulis
dengan jelas dicantumkan sebagai acuan dalam naskah dengan
disebutkan nama pengarang dan dicantumkan dalam daftar pustaka.
4. Pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya dan apabila dikemudian
hari terdapat penyimpangan atau ketidakberesan dalam pernyataan ini,
maka saya bersedia menerima sanksi akademik berupa pencabutan
gelar yang telah diperoleh karena karya tulis atau skripsi ini serta sanksi
lainnya sesuai dengan norma yang berlaku di perguruan tinggi ini.

Samarinda, April 2018


Yang Membuat Pernyataan,

Tendry Salenussa
NIM. 1211015091

ii
FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS MULAWARMAN
SAMARINDA
2018
ABSTRAK

Tendry Salenussa
Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kekambuhan Pada Residen
Penyalahgunaan Narkotika Di Balai Rehabilitasi Badan Narkotika
Nasional Tanah Merah Kota Samarinda (Pembimbing 1: Siswanto, S.Pd,
M.Kes dan Pembimbing 2: Andi Anwar, SKM, M.Kes)

Penyalahgunaan dan kekambuhan narkoba akan berdampak kepada


kesehatan seperti kerusakan sistem saraf, kerusakan organ dan fungsi
tubuh. merusak generasi masa depan, menurunkan tingkat produktivitas,
menimbulkan masalah ekonomi, merusak moral dan mental yang berdampak
pada kriminalitas dan berakhir pada kematian. Masalah ini sangatlah
kompleks sehingga perlu di ketahui faktor resiko untuk menurunkan angka
penyalahguna dan kekambuhan.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Faktor-Faktor Yang
Berhubungan Dengan Kekambuhan Pada Residen Penyalahgunaan
Narkotika Di Balai Rehabilitasi Badan Narkotika Nasional Tanah Merah Kota
Samarinda. Desain penelitian yang digunakan adalah cross sectional study.
Berdasarkan teknik sampling jenuh besar sampel adalah 46. Analisis data
digunakan dengan uji statistik Chi-Square pada taraf signifikansi 0.05.
Hasil penelitian menunjukkan ada hubungan antara harapan
(p=0,044), dengan kekambuhan residen penyalahguna narkoba. Namun
tidak ada hubungan antara strategi koping (p=0,080), atribusi (p=0,373),
dengan kekambuhan residen penyalahguna narkoba.
Disarankan kepada balai rehabilitasi dan residen setelah selesai
tahap pascarehabilitasi dan kembali ke masyarakat, dapat bekerja sama
untuk memfasilitasi melanjutkan program ketrampilan diri guna
meningkatkan strategi koping yang adaptif, sehingga dapat beradaptasi
dengan baik di lingkungan social serta meminimalisir adanya peluang untuk
kembali menyalahgunakan. Kepada residen untuk mendapatkan pelayanan
konsultasi melalui posbindu di wilayah masing-masing yang di mulai dengan
pendekatan keluarga melalui program indonesia sehat, agar residen bisa
mengungkapkan perasaaan, pikiran, issue, yang ada dalam dirinya dengan
orang terdekatnya guna meningkatkan harapan residen untuk menjalani
kehidupan seperti semula, mendeteksi dini dan mengetahui faktor resiko
kekambuhan.

Kata Kunci : Penyalahgunaan Narkoba, Kekambuhan, Rehabilitasi

Kepustakaan : 69 (1958-2016)
iii
FACULTY OF PUBLIC HEALTH
MULAWARMAN UNIVERSITY
SAMARINDA
2018

ABSTRACT

Tendry Salenussa
Factors Associated With Relapse In The Abuse Of Narcotics Residents
Of The National Narcotics Rehabilitation Center Tanah Merah
Samarinda City Advisor 1: Siswanto, S.Pd, M.Kes and Advisor 2: Andi
Anwar, SKM, M.Kes)

Drug abuse and relapse will have health effects such as damage to
the nervous system, organ damage and body function. damaging future
generations, lowering productivity levels, causing economic problems, moral
and mental damage that affects crime and ends with death. This problem is
very complex, so it is necessary to know the risk factors to reduce the
number of abusers and recurrence.
The objective of this study is to determine the factors associated
with recurrence in the abuse of narcotics residents of the Central
Rehabilitation Agency National Narcotics Agency Tanah Merah Samarinda
City. The research design used was a cross-sectional study. According to the
sampling technique, the large saturated sample is 46. The analysis of the
data was used with the Chi-Square statistical test at a significance level of
0.05.
The results showed that there was a relationship between
expectations (p = 0.044), with the recurrence of the residence of drug
addicts. However, there is no relationship between coping strategies (p =
0.080), attribution (p = 0.373), and the recurrence of drug addicts.
It is recommended that rehabilitation centers and residents complete
the post-rehabilitation phase and return together to the community to
facilitate the continuation of self-capacity programs to improve adaptive
adaptation strategies so that they can adapt well in the social environment
and minimize opportunity to abuse again. For the resident to obtain the
consultation service through posbindu in their respective areas, which begins
with the family approach through the healthy Indonesian program, so that the
resident can express the feelings, thoughts, problems he has with his closest
people to increase the resident's expectations of living as before, detect early
and know the risk factors of recurrence.

Keywords : Drug Abuse, Relapse, Rehabilitation

Literature : 69 (1958-2016)
iv
RIWAYAT HIDUP
1. Nama : Tendry Salenussa

2. NIM : 12.1101.5091
3. Tempat/Tanggal Lahir : Piru, 19 Maret 1994
4. Jenis Kelamin : Perempuan
5. Agama : Kristen Protestan
6. Status Perkawinan : Belum Menikah
7. Alamat Asal : Jl. Telkom RT.04 Kel. Pulau Atas Kec.
Sambutan
Kota Samarinda-Kalimantan Timur
8. Alamat Email : Tendrysale@gmail.com
9. No HP : 0821-5131-6213
10. Asal Pendidikan :

1) SD Inpres 1 Piru
2) SMP Negeri 1 Seram Barat
3) SMA Negeri 11 Samarinda
12. Pengalaman Kegiatan :
1) PBL 1 dan PBL 2 di Dusun Bangun Rejo 2 Desa Bangun Rejo
Kecamatan Tenggarong Sebrang
2) KKN Reguler di Kelurahan Karang Rejo Kecamatan Balikpapan
Tengah Kota Balikpapan
3) Magang Di Puskesmas Air Putih Kota Samarinda

v
KATA PENGANTAR

Segala Puji, Hormat dan Syukur Ke Hadirat ALLAH Yang Maha Kuasa atas
Berkat dan Kasih Karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan dengan baik. Penulisan
skripsi ini merupakan salah satu persyaratan untuk mencapai gelar Sarjana
Kesehatan Masyarakat, Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Mulawarman

Dalam kesempatan ini dengan penuh kerendahan hati dan permohonan maaf
penulis menyampaikan terima kasih yang tak terhingga kepada:

1. Ibu Risva SKM.,M.Kes selaku Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat


Universitas Mulawarman beserta para staf.
2. Bapak Siswanto.,S.Pd.,M.Kes dan Bapak Andi Anwar.,SKM.,M.Kes selaku
pembimbing yang telah banyak membantu memberikan arahan bimbingan, dan
motivasi kepada penulis hingga skripsi ini dapat terselesaikan.
3. Bapak subirman SKM.,M.Kes dan Ibu Hj.Nur Rohmah SKM.,M.Kes selaku
penguji yang telah memberikan kritik saran dan masukan berharga dalam
penyusunan skripsi ini.
4. Ibu Risva SKM.,M.Kes dan Ibu Riza Hayati Ifroh SKM., MKM selaku dosen
penguji yang telah memberikan kritik saran dan masukan berharga dalam
penyusunan skripsi ini.
5. Bapak dr. Eka pambudi selaku Plh Balai Rehabilitasi BNN Tanah Merah Kota
Samarinda
6. Bapak dan Ibu Dosen Fakultas Kesehatan Masyarakat beserta seluruh staf
yang telah membimbing dan mendidik dengan baik selama menuntut ilmu di
Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Mulawarman
7. Balai Rehabilitasi BNN Tanah Merah (KASI sosial dan medis) yang telah
membantu pada saat melakukan penelitian pak Beny, pak Fadly, ibu Christy, ibu
Dewi, pak Indra
8. Keluarga besar penulis, kepada kedua orang tua, adik dan kakak saya serta
sanak saudara yang selalu membantu, dan mendukung dalam segala hal
selama menempuh pandidikan di Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas
Mulawarman hingga saat ini.
9. Sahabat saya yang tidak mengenal waktu untuk berjuang bersama-sama ( Ani,
Hikmah, Risaldi, Irma, Rini, Hesty, Erin, Zunu, Jefry, Fano).
10. Saudara-saudara saya KBMK UNMUL, PMK KES-FAR UNMUL, PPGT JES,
dan KTB yang selalu mendukung dan mendoakan( Raphita, Ayu, Mey, Lia, Kak
Resma)

vi
11. Teman-teman saya yang selalu membantu dan mengajari selama penyusunan
skripsi berlangsung, ( Gumilang, Yati, Lina, Fidia, Yuli, Rina, Fitri, Vina, Dita,
Selmi, Winda, Ersa, Obi, Ojan, Anang, Andry, Tiwi, Randi, Hardianti, Tria)
12. Teman-teman seperjuangan angkatan 2012 khususnya kelas A, terima kasih
untuk pertemanan, motivasi, saran dan kerja samanya selama ini.
13. Semua pihak baik secara langsung maupun tidak langsung yang telah
membantu dalam penulisan skripsi.
Penulis menyadari keterbatasan dan kekurangan dalam penulisan skripsi ini,
sehingga kritik dan saran yang membangun sangat diharapkan demi
penyempurnaan di masa yang akan datang dan dapat bermanfaat bagi
pengembangan ilmu pengetahuan.

Samarinda, April 2018


Penulis

Tendry Salenussa

vii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL
COVER DALAM...........................................................................................................................i
HALAMAN PENGESAHAN....................................................................................................ii
HALAMAN PERNYATAAN......................................................................................................iii
ABSTRAK.......................................................................................................................................iv
ABSTRACT....................................................................................................................................v
RIWAYAT HIDUP PENULIS...................................................................................................vi
KATA PENGANTAR...................................................................................................................vii
DAFTAR ISI...................................................................................................................................ix
DAFTAR TABEL...........................................................................................................................xi
DAFTAR GAMBAR.....................................................................................................................xii
DAFTAR LAMPIRAN.................................................................................................................xiii

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang......................................................................................................................1
B. Rumusan Masalah..............................................................................................................6
C. Tujuan Penelitian...................................................................................................................6
D. Manfaat Penelitian................................................................................................................7
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Penelitian-Penelitian Terdahulu....................................................................................8
B. Narkotika..................................................................................................................................13
C. Kekambuhan Narkoba........................................................................................................27
D. Rehabilitasi...............................................................................................................................39
E. Strategi Koping.....................................................................................................................44
F. Harapan.....................................................................................................................................48
G. Atribusi.......................................................................................................................................56
H. Kerangka Teori.......................................................................................................................61
BAB III METODE PENELITIAN
A. Desain Penelitian................................................................................................................64
B. Waktu dan Tempat..............................................................................................................64
C. Populasi dan Sampel........................................................................................................64
D. Kerangka Konsep Penelitian.........................................................................................65
viii
E. Hipotesis Penelitian............................................................................ 66
F. Variabel Penelitian ............................................................................. 66
G. Definisi Operasional ........................................................................... 66
H. Sumber Data Penelitian ..................................................................... 68
I. Instrumen Penelitian .......................................................................... 69
J. Teknik Pengumpulan Data ................................................................. 70
K. Uji Validitas dan Reliabilitas ............................................................... 70
L. Teknik Analisis Data........................................................................... 72
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian ................................................................................... 75
1. Karakteristik Tempat Penelitian ...................................................... 75
2. Karakteristik Responden ................................................................. 77
3. Analisis Univariat ............................................................................ 82
4. Analisis Bivariat .............................................................................. 91
B. Pembahasan ....................................................................................... 95
1. Karakteristik Responden ................................................................. 95
2. Hubungan Antara Strategi Koping Dengan Kekambuhan Pada
Residen Penyalahguna Narkoba Di Balai Rehabilitasi Badan
Narkotika Nasional Tanah Merah Kota Samarinda ......................... 99

3. Hubungan Antara Harapan Dengan Kekambuhan Pada


Residen Penyalahguna Narkoba Di Balai Rehabilitasi Badan
Narkotika Nasional Tanah Merah Kota Samarinda.......................................107
4. Hubungan Antara Atribusi Dengan Kekambuhan Pada Residen
Penyalahguna Narkoba Di Balai Rehabilitasi Badan Narkotika
Nasional Tanah Merah Kota Samarinda.............................................................111
C. Keterbatasan Penelitian....................................................................................................116
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan...................................................................................................................117
B. Saran...............................................................................................................................118

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

ix
DAFTAR TABEL
No. Judul Halaman

Tabel 3.1 Definisi Operasional ........................................................... 67

Tabel 3.2 Uji Validitas Instrumen Penelitian ....................................... 71


Tabel 4.1 Distribusi Residen Menurut Usia ........................................ 77
Tabel 4.2 Distribusi Residen Menurut Pendidikan .............................. 78
Tabel 4.3 Distribusi Residen Menurut Perkawinan ............................. 78
Tabel 4.4 Distribusi Residen Menurut Pekerjaan ............................... 79
Tabel 4.5 Distribusi Residen Menurut Lama Penyalahgunaan 80
Narkotika ............................................................................
Tabel 4.6 Distribusi Residen Menurut Riwayat Rehabilitasi ............... 80
Tabel 4.7 Distribusi Residen Menurut Jenis Narkotika Yang Di 81
Salahgunakan ...................................................................
Tabel 4.8 Distribusi Residen Menurut Penyalahgunaan Narkotika..... 82
Tabel 4.9 Distribusi Kekambuhan Residen Di Balai Rehabilitasi
Badan Narkotika Nasional Tanah Merah Kota Samarinda
........................................................................................... 83
Tabel 4.10 Distribusi Strategi Koping Residen Di Balai Rehabilitasi
Badan Narkotika Nasional Tanah Merah Kota Samarinda . 83
Tabel 4.11 Distribusi Jawaban Menurut Strategi Koping Dengan
Kekambuhan Residen Di Balai Rehabilitasi Badan
Narkotika Nasional Tanah Merah Kota Samarinda ............ 84
Tabel 4.12 Distribusi Harapan Residen Di Balai Rehabilitasi Badan
Narkotika Nasional Tanah Merah Kota Samarinda ............ 86
Tabel 4.13 Distribusi Jawaban Menurut Harapan Dengan
Kekambuhan Residen Di Balai Rehabilitasi Badan
Narkotika Nasional Tanah Merah Kota Samarinda ............ 87
Tabel 4.14 Distribusi Atribusi Residen Di Balai Rehabilitasi Badan
Narkotika Nasional Tanah Merah Kota Samarinda ............ 89
Tabel 4.15 DistribusiJawabanMenurutAtribusiDengan
Kekambuhan Residen Di Balai Rehabilitasi Badan
Narkotika Nasional Tanah Merah Kota Samarinda ............ 89
Tabel 4.16 Hubungan Antara Strategi Koping Dengan Kekambuhan
Pada Residen Di Balai Rehabilitasi Badan Narkotika
Nasional Tanah Merah Kota Samarinda ............................ 92
Tabel 4.17 Hubungan Antara Harapan Dengan Kekambuhan Pada
Residen Di Balai Rehabilitasi Badan Narkotika Nasional
Tanah Merah Kota Samarinda ........................................... 93
Tabel 4.18 Hubungan Antara Atribusi Dengan Kekambuhan Pada
Residen Di Balai Rehabilitasi Badan Narkotika Nasional
Tanah Merah Kota Samarinda ........................................... 94

x
DAFTAR GAMBAR

No Judul Halaman

Gambar 2.1 Kerangka Teori.......................................................................................38

Gambar 3.1 Kerangka Konsep.................................................................................41

xi
DAFTAR LAMPIRAN

1. Lampiran 1Informed Consent (Surat Persetujuan Responden)


2. Lampiran 2Kuesioner Penelitian
3. Lampiran 3Output Validitas dan Reliabilitas Kuesioner
4. Lampiran 4Output Karakteristik Responden dan Uji Normalitas Data
5. Lampiran 5Output Analisis Univariat dan Distribusi Jawaban
6. Lampiran 6Output Analisis Bivariat
7. Lampiran 7 Master Tabel
8. Lampiran 8 Dokumentasi Penelilitian

xii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Narkotika menurut Undang-Undang NO 35 tahun 2009 adalah zat atau

obat yang berasal dari tanaman atau bukan tanaman, baik sintetis maupun

semisintetis, yang dapat menyebabkan penurunan atau perubahan kesadaran,

hilangnya rasa, mengurangi sampai menghilangkan rasa nyeri, dan dapat

menimbulkan ketergantungan. Seseorang yang menyalahgunakan narkoba

akan berdampak kepada kesehatannya seperti kerusakan sistem saraf,

kerusakan organ dan fungsi tubuh. Permasalahan ini sangatlah kompleks,

narkoba merusak generasi masa depan, menurunkan tingkat produktivitas,

menimbulkan masalah ekonomi karena pemakai narkoba akan menghabiskan

biaya hidupnya untuk mendapatkan barang tersebut. Merusak moral dan

mental yang berdampak pada kriminalitas dan berakhir pada kematian bahkan

kematian di sebabkan oleh putus obat kemudian bunuh diri atau karena

penyakit (SIRS Bina Upaya Kesehatan, 2010).

Prevalensi penyalahgunaan narkoba di dunia sejak tahun 2006 hingga

2013 mengalami peningkatan , Walaupun kurva terlihat landai namun secara

jumlah totalnya cukup tinggi. Besaran prevalensi penyalahgunaan di dunia

diestimasi sebesar 4,9% atau 208 juta pengguna di tahun 2006 kemudian

mengalami sedikit penurunan pada tahun 2008 dan 2009 menjadi 4,6% dan

4,8%. Namun kemudian meningkat kembali menjadi 5,2% di tahun 2011 dan

tetap stabil hingga 2013. Secara absolut, diperkirakan ada sekitar 167 hingga

315 juta orang penyalahguna dari populasi penduduk dunia yang berumur 15-

64 tahun yang menggunakan narkoba minimal sekali dalam setahun di tahun

2013 (UNODC, 2015). Angka permasalahan kekambuhan (relapse) juga masih

1
2

Tinggi di beberapa negara, 33% di Nepal, 55,8% di Cina, 60% di Swiss, dan 60-

90% di Bangladesh. pengguna NAPZA mengalami kekambuhan antara satu

bulan dan satu tahun setelah keluar dari program pengobatan (Maehira et al,

2013).

Berdasarkan hasil penelitian Badan Narkotika Nasional (BNN) dengan

Puslitkes-UI tahun 2015, menunjukkan bahwa prevalensi penyalahguna

narkoba di Indonesia terus mengalami peningkatan. Prevalensi

penyalahgunaan narkoba tahun 2011, 2012, 2013 secara berturut-turut sebesar

2,32% (4 juta orang), 2,44% (4,3 juta orang), dan 2,56% (4,5 juta orang), pada

tahun 2014, prevalensi menurun menjadi 2,18% (4 juta orang) dan tahun 2015

meningkat lagi menjadi 2,20%.

Permasalahan kekambuhan juga terjadi sebagian besar di Rumah Sakit

Ketergantungan Obat (65,17%) pasien rawat jalan dan rawat inap penyalah

guna narkoba di RSKO adalah pasien penyalah guna narkoba dengan status

pengguna lama( mengalami kekambuhan) Sedangkan pengguna baru hanya

berkisar sebesar (34,83%). Sebagian dari penyalah guna lama ini adalah

penyalah guna narkoba yang kambuh yang tak terpisahkan dari proses panjang

menuju kesembuhan penuh. Kendati mantan penyalah guna sudah dapat lepas

dari ketergantungan narkoba untuk jangka waktu tertentu, tetapi kecendrungan

untuk menggunakan zat-zat tersebut masih akan terasa (RSKO, 2014).

Di Kalimantan Timur Pada tahun 2011 tingkat prevalensi

penyalahgunaan narkoba sebesar 3,1% dari jumlah penduduk usia 10-59 tahun

atau 86.717 jiwa. Angka ini membuat provinsi Kalimantan Timur menduduki

ranking ke-3 terbesar di Indonesia setelah Jakarta dan Kepulauan Riau

(Laporan Kinerja BNN Tahun 2011). Pada tahun 2014, prevalensi

penyalahgunaan narkoba menurun menjadi 3,07% atau sebanyak 59.195 jiwa.


3

Dengan menurunnya angka prevalensi tersebut tidak menurunkan peringkat

Kaltim dalam penyalahgunaan narkoba di Indonesia. Karena pada tahun 2014,

Kalimantan Timur menduduki ranking ke-2 terbesar di Indonesia setelah

Jakarta (Laporan Kinerja BNN Tahun 2014). Dan tahun 2015, prevalensi

meningkat menjadi 3,23% atau sebanyak 66.873 jiwa. Tetapi untuk peringkat,

Kaltim menurun menjadi ranking ke-3 setelah DKI dan Sumatera Utara

(Laporan Kinerja BNN Tahun 2015).

Penyalahgunaan narkotika juga merupakan ancaman bagi Kota

Samarinda yang menduduki peringkat pertama jumlah pengguna narkotika dan

obat terlarang dengan presentase 60%, disusul Balikpapan 20%, kemudian

Tenggarong dan sisanya daerah-daerah lain di provinsi tersebut (BNN Kota

Samarinda). Masalah kekambuhan di kota Samarinda, pada dasarnya masih

sulit untuk di temukan karena pecandu narkoba yang tidak mudah di jangkau

(hiden population) ini di sebabkan karena masyarakat yang kurang mengetahui

mengenai sistem pelaporan dan rehabilitasi narkoba. Permasalahan lainnya

seperti pecandu narkoba yang tidak di rehabilitasi dan mengalami relapse

karena sempat berhenti atas dasar kemauan diri sendiri, sehingga balai

rehabilitasi dapat menjangkau masalah kekambuhan berdasarkan residen yang

hanya mengikuti rehabilitasi.

Berdasarkan data dari Badan Narkotika Nasional (BNN) Kota Samarinda,

setiap tahunnya, jumlah para pengguna yang direhabilitasi, selalu meningkat

dari tahun ke tahun. Tercatat, tahun 2011 terdapat 13 pengguna yang

direhabilitasi, pada tahun 2012 turun menjadi 12 pengguna yang direhabiltasi.

Lalu, terdapat 26 pengguna yang direhabilitasi pada tahun 2013, tahun 2014

terdapat 59 pengguna dan tahun 2015 sebanyak 62 pengguna yang

direhabilitasi.
4

Dalam Undang-Undang No 35 tahun 2009, pecandu Narkotika dan

korban penyalahgunaan Narkotika wajib menjalani rehabilitasi medis dan

rehabilitasi sosial. Rehabilitasi bagi pecandu Narkotika dilakukan dengan

maksud untuk memulihkan atau mengembangkan kemampuan fisik, mental,

dan sosial penderita yang bersangkutan. Ketentuan ini menegaskan bahwa

untuk rehabilitasi medis bagi Pecandu Narkotika pengguna jarum suntik dapat

diberikan serangkaian terapi untuk mencegah penularan antara lain penularan

HIV/AIDS melalui jarum suntik dengan pengawasan ketat Departemen

Kesehatan. Sedangkan rehabilitasi sosial dalam ketentuan ini termasuk melalui

pendekatan keagamaan, tradisional, dan pendekatan alternatif lainnya

Balai rehabilitasi BNN Tanah Merah Samarinda, merupakan salah satu

fasilitas layanan rehabilitasi medis dan sosial bagi korban penyalahgunaan

narkotika, di mana merupakan satu-satunya balai rehab yang berada di

Kalimantan selain balai rehabilitasi BNN Lido, Balai Rehabilitasi Baddoka

Makasar, dan Balai Rehabilitasi di Batam. Tahap rehabilitasi yang di jalani yaitu

detoksifikasi, stabilisasi, primary, dan re-entry. Sedangkan tahap pasca

rehabilitasi yang di jalankan di luar balai rehabilitasi yaitu orientasi programs,

pelatihan dan praktek, evaluasi hasil dan penyiapan PKL, serta rumah damping,

dan rumah mandiri. Pada bulan September 2016 terdapat 56 residen yang

sedang menjalani rehabilitasi baik medis maupun sosial (data perawatan Balai

Rehabilitasi BNN samarinda).

Penelitian yang dilakukan oleh Marlatt & Gordon (2010) yang

mengembangkan model tentang kekambuhan, menyatakan bahwa ketika

individu dihadapkan pada situasi berisiko tinggi pemicu kekambuhan tersebut,

jika individu dapat memunculkan mekanisme coping yang tepat, maka

kesempatan untuk lapse dan relapse akan menurun. Sebaliknya, jika individu
5

mengembangkan strategi coping yang tidak efektif dan disertai dengan harapan

yang positif mengenai efek zat-zat penyebab kecanduan maka akan

menguatkan persepsi individu mengenai kenikmatan zat-zat tersebut, dan

kemungkinan untuk lapse dan relapse akan meningkat.

Teori atribusi menyatakan bahwa setelah mengalami peristiwa yang

negatif atau menyakitkan, orang-orang membuat atribusi untuk memudahkan

penyesuaian, karena atribusi membantu mereka merasa bahwa mereka dapat

mengontrol lingkungan (Kelley, dalam Tennen dkk, 1986) dan reaksi mereka

sendiri. Atribusi terhadap peristiwa-peristiwa negatif tersebut dipercaya memiliki

arti penting dalam memprediksi strategi (coping) menghadapi masalah yang

digunakan individu (Major dkk, 1985). Menurut Follette dan Jacobson (1987),

orang yang mengatribusikan peristiwa yang dialaminya pada sesuatu yang ada

di luar dirinya akan memiliki cara yang berbeda untuk menghadapi peristiwa

tersebut dibandingkan dengan orang yang mengatribusikan peristiwa yang

dialaminya pada sesuatu yang ada di dalam dirinya.

Melihat perkembangan penyalahgunaan narkotika dan tingginya angka

kekambuhan, maka peneliti tertarik untuk meneliti hubungan antara strategi

koping, harapan, dan atribusi dengan kekambuhan pada residen

penyalahgunaan narkotika di Balai Rehabilitasi Badan Narkotika Nasional

Tanah Merah Kota Samarinda.


6

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang dijelaskan di atas dapat ditarik

rumusan masalahnya yaitu:

1. Apakah ada hubungan antara strategi koping, harapan, atribusi, dengan

kekambuhan pada residen penyalahgunaan narkotika di Balai Rehabilitasi

Badan Narkotika Nasional Tanah Merah Kota Samarinda.

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor-faktor

yang berhubungan dengan kekambuhan pada residen penyalahgunaan

narkotika di Balai Rehabilitasi Badan Narkotika Nasional Tanah Merah Kota

Samarinda

2. Tujuan Khusus

a. Mengetahui hubungan antara strategi koping residen dengan kekambuhan

pada residen penyalahgunaan narkoba di Balai Rehabilitasi Tanah Merah

Kota Samarinda

b. Mengetahui hubungan antara harapan residen dengan kekambuhan pada

residen penyalahgunaan narkoba di Balai Rehabilitasi Badan Narkotika

Nasional Tanah Merah Kota Samarinda

c. Mengetahui hubungan antara atribusi residen dengan kekambuhan pada

residen penyalahgunaan narkoba di Balai Rehabilitasi Badan Narkotika

Nasional Tanah Merah Kota Samarinda


7

D. Manfaat Penelitian

1. Bagi Mahasiswa

Penelitian ini di harapkan mampu menambah wawasan dan

pemahaman bagi peneliti mengenai permasalahan penyalahgunaan narkoba

terkhususnya tentang masalah kekambuhan bagi residen yang sudah di

rehabilitasi. sebagai sarana penambah pengalaman sebagai wujud aplikasi

dari mata kuliah yang di peroleh, mengembangkan daya pikir penalaran,

serta dapat menjadi bekal untuk penelitian selanjutnya.

2. Bagi Instansi

Sebagai bahan masukan kepada Balai Rehabilitasi Tanah Merah

dalam mengambil kebijakan dalam mencegah terjadinya kekambuhan pada

para residen yang telah menjalani rehabilitasi dan kembali lagi

menggunakannya.

3. Bagi Fakultas Kesehatan Masyarakat

Sebagai bahan informasi dan pengembangan ilmu kesehatan

masyarakat dalam manajemen penanggulangan bahaya narkoba yang

mengacu pada upaya preventif, promotif, kuratif, dan rehabilitatif.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Penelitian-Penelitian Terdahulu

Penelitian Evi Afifah (2010) yang berjudul mengapa pengguna narkoba

pada remaja akhir relapse ini bertujuan mengetahui faktor penyebab mengapa

pengguna narkoba pada remaja akhir, yang sudah mendapatkan program

penyembuhan narkoba di lembaga rehabilitasi narkoba, mengalami relapse

(kekambuhan) pada saat kembali ke lingkungan subjek. Penelitian ini

dilatarbelakangi oleh kenyataan penderita ketergantungan narkoba di Indonesia

mengalami peningkatan, khususnya pada remaja. Penelitian menggunakan

pendekatan kualitatif dengan studi kasus dan sampel adalah remaja berusia

pada tahap remaja akhir (usia 17-21 tahun), mengalami ketergantungan

narkoba dan sedang mengikuti program penyembuhan di rumah rehabilitasi,

berada di pesantren rehabilitasi untuk mengikuti program penyembuhan

minimal sudah 3 bulan (dengan asumsi dalam jangka waktu 3 bulan diharapkan

subjek sudah dapat beradaptasi dengan kondisi pesantren). Hasil penelitian

menunjukkan pada situasi yang tidak kondusif, seperti adanya konflik dengan

orangtua (ayah) ketika mereka kembali ke lingkungan rumah, menyebabkan

mereka melakukan coping maladaptif yaitu relapse. Konflik dengan ayah

menyebabkan remaja mempunyai persepsi yang negatif terhadap adanya

dukungan sosial dari ayah, mempengaruhi orientasi religiusitas dan locus of

control remaja.

Penelitian Sherly Aztri dan Mirra Noor Milla Fakultas Psikologi UIN Sultan

Syarif Kasim Riau tahun 2011 yang berjudul Rasa Berharga Dan Pelajaran

Hidup Mencegah Kekambuhan Kembali Pada Pecandu Narkoba.

8
9

bagi proses penyembuhan kecanduan narkoba kembali. Aspek rasa

berharga dan pelajaran hidup memiliki peranan yang penting dalam

keberhasilan proses penyembuhan kecanduan narkoba. Penelitian ini

menggunakan pendekatan kualitatif fenomenologis. Sebanyak tiga orang dipilih

sebagai informan utama berdasarkan variasi informan yang diperoleh pada saat

eksplorasi awal., yaitu para mantan pecandu narkoba yang benar-benar

bertekad untuk tidak menggunakan narkoba lagi para mantan pecandu narkoba

labil yang tidak dapat memastikan secara tegas dikemudian harinya mereka

mampu menghindari narkoba, dan pengguna narkoba aktif sampai dengan

sekarang dan pernah mengalami relapse beberapa kali hingga akhirnya

menjadi pengguna narkoba kembali. Analisis fenomenologis dilakukan terhadap

data hasil wawancara, catatan lapangan dan observasi. Lokasi dari penelitian

ini meliputi tempat tinggal serta lingkungan sekitar tempat tinggal informan

utama. Ditemukan bahwa pertama, kelompok teman sebaya yang negatif dapat

memperkenalkan dan mengantarkan seseorang pada perilaku kecanduan.

Kedua, dukungan sosial memiliki peranan yang penting dalam proses

penyembuhan kecanduan narkoba. Dukungan sosial dapat berasal dari orang-

orang terdekat pecandu, seperti orangtua dan teman terdekat pecandu.

Dukungan dari orang-orang terdekat pecandu membuat pecandu merasa

berharga Ketiga, harapan akan masa depan yang diperoleh dari pelajaran hidup

dan keinginan untuk melakukan perubahan yang terdapat dalam diri pecandu

juga berperan dalam proses penyembuhan kecanduan narkoba. Adanya

harapan akan masa depan dalam diri pecandu dapat menjadi motivasi bagi

pecandu untuk memperbaiki kualitas hidup mereka dan terbebas dari narkoba.
10

Penelitian yang di lakukan oleh Stephani Destrianita pada tahun 2009

dengan judul Faktor-faktor Psikologi yang Berperan Pada Kekambuhan

(relapse) Pecandu Narkoba (Studi Kasus Pada Pecandu Narkoba di Pusat

Rehabilitasi Narkoba Rumah Damai Semarang), Universitas Negeri Semarang.

Penelitian dilaksanakan di pusat rehabilitasi narkoba Rumah Damai Semarang

mulai bulan Maret 2008 sampai April 2009. Penelitian ini merupakan penelitian

kualitatif dengan wawancara, observasi, studi dokumen, dan tes grafis sebagai

metode pengumpulan data. Analisis data dilakukan dengan reduksi data,

penyajian data, dan penarikan kesimpulan. Subjek dalam penelitian ini

berjumlah dua orang, keduanya merupakan pecandu narkoba jenis opioid.

Informan yang digunakan sebanyak dua orang yang terdiri atas

mentor/pendamping dan ketua yayasan Rumah Damai. Hasil penelitian

menunjukkan bahwa faktor-faktor psikologis yang berperan pada kekambuhan

pecandu narkoba meliputi faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal

terdiri atas efek ketergantungan sangat tinggi yang dihasilkan oleh opioid

membuat pecandu cenderung ingin mengulang pengalaman yg menyenangkan

saat mengkonsumsi opioid, adanya motif untuk kembali berhubungan dengan

pecandu lain, pandangan bahwa narkoba merupakan tempat pelarian masalah,

kepribadian ekstrovert maupun introvert yang tidak dapat menyesuaikan diri

dengan lingkungan bebas narkoba, kesadaran untuk kembali menggunakan

narkoba, perasaan gagal dan minder, ketidaktahuan mengenai dampak negatif

narkoba, serta kecenderungan pecandu untuk menghindari masalah. Faktor

eksternal terdiri atas keluarga yang tidak memiliki kedekatan hubungan,

tersedianya fasilitas untuk kembali pada narkoba, serta tidak adanya dukungan

keluarga, mentor pendamping, dan teman sebaya dalam menghindari narkoba

Adapun penelitian ini berimplikasi pada mantan pecandu narkoba untuk


11

mengembangkan keterampilan penyelesaian masalah secara sehat dengan

mengetahui faktor-faktor psikologis yang berperan pada kekambuhan pecandu

narkoba, pada pusat rehabilitasi narkoba Rumah Damai Semarang dalam

menyusun program penanganan bagi pecandu narkoba, pada Dinas Sosial dan

Kepolisian sehingga tercipta rangkaian program rehabilitasi yang holistik dan

menyeluruh, pada bidang psikologi klinis mengenai faktor-faktor psikologis yang

berperan pada kekambuhan pecandu narkoba, dan pada peneliti selanjutnya

supaya meneliti faktor faktor psikologis kekambuhan pecandu narkoba jenis

opioid tidak hanya pada subjek laki-laki namun juga pada subjek wanita, baik

remaja maupun dewasa, yang menjalani program rehabilitasi di panti maupun

di luar panti rehabilitasi.

Penelitian pasca sarjana yang di lakukan oleh Adang Danial Magister

Promosi Kesehatan Masyarakat Universitas Diponegoro tahun 2005 yang

berjudul tentang Faktor Penyebab Terjadinya Kambuh Kembali (Relapse)

Pasca Pengobatan Medis Penyalahguna NAPZA Di Pondok Pesantren

Suryalaya Tasikmalaya, tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor-

faktor yang berpengaruh terhadap proses terjadinya kekambuhan pada

pengguna NAPZA pasca pengobatan medis. Hasil penelitian menunjukan

bahwa hasil bivariat adalah variabel pendidikan, pengetahuan, jenis NAPZA,

hubungan dalam keluarga, status ekonomi (uang saku), dan aktivitas tidak ada

hubungan dengan proses kekambuhan. Sedangkan untuk variabel motivasi,

ketaatan beribadah, dan teman sebaya, terdapat hubungan yang signifikan

dengan proses kekambuhan. Pembahasan menjelaskan bahwa variabel umum

responden 17-24 tahun (51,85%), tingkat pendidikan adalah tingkat menengah

(59,26%), pengetahuan (66,67%) kategori cukup, motivasi untuk sembuh

(74,07%) kategori baik, jenis NAPZA lambat kambuh (51,85), hubungan


12

keluarga (75,93%) kelompok sedang, status ekonomi/uang saku (75,93)

termasuk kurang mampu, ketaatan beribadah (74,07%) termasuk kurang taat,

aktivitas di lingkungan (64,81%) termasuk kurang baik, teman sebaya kurang

baik ( 59,26%).

Penelitian Fitri Ramadhani yang berjudul faktor-faktor yang berhubungan

dengan kekambuhan pengguna narkoba pada pasien rehabilitasi di balai

rehabilitasi Badan Narkotika Nasional Baddoka Makasar tahun 2015,

Universitas Islam Negeri Alauddin Makasar. Penelitian ini bertujuan untuk

mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan kekambuhan narkoba

pada pasien rehabilitasi. Merupakan penelitian survey analitik dengan

pendekatan cross sectional dimana penarikan sampelnya menggunakan tehnik

simple random sampling. Jumlah populasi 115 dan jumlah sampel yaitu 89

pasien pengguna narkoba. Hasil uji chi-square menunjukkan bahwa terdapat

hubungan yang bermakna antara status ekonomi (nilai p=0.02 dan RP=1.96),

jenis napza (p=0.01 dan RP=1.69), faktor keluarga (nilai p=0.03 dan RP=1.78)

dan faktor teman (nilai p=0.00 dan RP=1.34) dengan kekambuhan kembali.

Disarankan kepada pihak rehabilitasi agar dapat memperkuat program yang

ada di balai rehabilitasi, yang mampu membekali pasien untuk mengatasi

trigger factor setelah mereka selesai mengikuti kegiatan rehabilitasi. Bagi

residen yang menjalani rehabilitasi manfaatkanlah harta dengan

membelanjakan barang yang halal, dan bergaul dengan teman yang lebih baik

serta jauhilah ajakan teman yang bersifat negatif yang dapat berpengaruh

buruk.

Perbedaan penelitian ini dengan penelitian-penelitian sebelumnya adalah

penelitian ini menggunakan desain deskriptif kuantitatif studi analitik melalui

pendekatan cross sectional. Lokasi penelitian yang berbeda yaitu di Balai


13

Rehabilitasi Badan Narkotika Nasional Tanah Merah Kota Samarinda

Kalimantan Timur. Variabel yang di teliti ialah Startegi Coping, harapan dan

atribusi. Analisis dalam penelitian ini menggunakan uji korelasi pearson jika

data berdistribusi normal. jika tidak, menggunakan uji chi square dengan derajat

kepercayaan (CI) 95% dan α = 5%.

B. Narkotika

1. Pengertian Narkotika

Narkotika menurut Undang-Undang no 35 tahun 2009 adalah zat atau

obat yang berasal dari tanaman atau bukan tanaman, baik sintetis maupun

semisintetis, yang dapat menyebabkan penurunan atau perubahan kesadaran,

hilangnya rasa, mengurangi sampai menghilangkan rasa nyeri, dan dapat

menimbulkan ketergantungan

Berdasarkan Undang-Undang No.35 Tahun 2009, jenis narkotika dibagi

ke dalam 3 kelompok, yaitu narkotika golongan I, golongan II, dan golongan III.

a. Narkotika golongan I adalah : narkotika yang paling berbahaya. Daya

adiktifnya sangat tinggi. Golongan ini tidak boleh digunakan untuk

kepentingan apapun, kecuali untuk penelitian atau ilmu pengetahuan.

Contohnya ganja, heroin, kokain, morfin, opium, dan lain-lain.

b. Narkotika golongan II adalah : narkotika yang memiliki daya adiktif kuat,

tetapi bermanfaat untuk pengobatan dan penelitian. Contohnya adalah

petidin dan turunannya, benzetidin, betametadol, dan lain-lain.

c. Narkotika golongan III adalah : narkotika yang memiliki daya adiktif ringan,

tetapi bermanfaat untuk pengobatan dan penelitian. Contohnya adalah

kodein dan turunannya.


14

2. Patofisiologi Ketergantungan Narkoba

a. Anatomi Otak

Manusia cenderung mengulangi pengalaman atau sensasi yang

menyenangkan dan menghindari pengalaman yang tidak menyenangkan.

Bagian otak yang mencatat pengalaman atau sensasi yang

menyenangkan disebut brain reward system, yang meliputi Nucleus

Accumbens (Nac), Ventral Tegmental Area (VTA), Locus Coeruleus (LC),

Periaqueductal Grey (PAG), amygdala, medial fore-brain bundle yang

berisi serabut dopaminergik dari Nac dan VTA ke korteks pra-frontal

(Partodiharjo,2000).

b. Fisiologi neurotransmiter dan reseptor

Stimulus pada otak dijalarkan secara elektrik di dalam sel otak

(neuron) dan secara kemikal dari satu neuron ke neuron lain pada celah

sinaps dengan perantaraan neurotransmiter. Ada banyak jenis

neurotransmiter, antara lain dopamin, serototin, epinefrin, norepinefrin,

asetilkolin, endorfin dan enkefalin. Dalam hal adiksi neurotransmiter yang

paling penting berperan adalah dopamin (neurotransmitter kenikmatan).

Neurotransmiter, narkotika dan zat psikoaktif lain berpengaruh pada

kerja otak melalui reseptor yang terdapat pada sinaps dan dinding sel

saraf. Di dalam otak terdapat senyawa endogen yang berkaitan dengan

rasa nyaman termasuk menghilangkan rasa nyeri dan kecemasan seperti

endorfin (= morfin), anandamida (= marihuana/ THC), dopamin (= kokain,

amfetamin), asetilkolin (= nikotin).


15

3. Cara Pemakaian Dan Mekanisme Kerja Narkoba Dalam Tubuh

Cara kerja narkoba berbeda beda, tergantung cara pemakaiannya

(Partodiharjo, 2000). Cara pemakaian narkoba dapat di bedakan atas:

a. Melalui saluran pernapasan, di hirup melalui hidung (shabu), di hisap

sebagai rokok (ganja)

b. Melalui saluran pencernaan, di makan atau di minum (ekstasi,


psikotropika)

c. Melalui aliran darah, di suntikan melalui pembuluh darah (putaw) di

taburkan ke sayatan di kulit (putaw, morfin).

1) Melalui saluran pernapasan ( Partodiharjo, 2000)

Narkoba yang masuk ke saluran pernapasan setelah melalui

hidung atau mulut, sampai ke tenggorokan terus ke bronkus, kemudian

masuk ke paru-paru melalui bronkiolus dan berakhir di alveolus. Di

dalam alveolus butiran debu narkoba itu di serap oleh pembuluh darah

kapiler, kemudian di bawa melalui pembuluh darah vena ke jantung.

Dari jantung narkoba di sebar ke seluruh tubuh. Narkoba masuk dan

merusak organ tubuh ( hati, ginjal, paru, usus, limpa, otak, dan lain-

lain). Narkoba yang masuk ke dalam otak merusak sel otak. Kerusakan

pada sel otak menyebabkan kelainan pada tubuh (fisik) dan jiwa

(mental dan moral). Kerusakan sel otak menyebabkan terjadinya

perubahan sifat, sikap, dan perilaku.

2) Melalui saluran pencernaan

Narkoba masuk ke saluran pencernaan setelah melalui mulut, di

teruskan ke kerongkongan kemudian masuk ke lambung dan di

teruskan ke usus. Di dalam usus halus narkoba di hisap oleh junjut

usus, kemudian di teruskan ke dalam pembuluh darah kapiler. Narkoba


16

lalu masuk ke pembuluh darah balik, selanjutnya masuk ke hati. Dari

hati narkoba di teruskan melalui pembuluh darah ke jantung, kemudian

menyebar ke seluruh tubuh. Narkoba masuk dan merusak organ-organ

tubuh (hati, ginjal, paru-paru, usus, limpa, otak, dll). Setelah diotak,

narkoba merusak sel-sel otak karena fungsi dan peranan sel otak,

narkoba tersebut menyebabkan kelainan tubuh (fisik) dan jiwa (mental

dan moral). Cara pemakaian seperti ini mendatangkan reaksi setelah

relatif lebih lama karena jalurnya panjang.

3) Melalui aliran darah

Berbeda dengan dua jalan sebelumnya, jalan ini adalah jalan

yang tercepat. Narkoba langsung masuk ke pembuluh darah vena terus

ke jantung dan selanjutnya sama dengan mekanisme melalui saluran

pencernaan dan pernapasan

4. Tahapan Pemakaian Narkoba

Pengguna narkoba terdiri dari empat tahap, yaitu: pemakai coba-coba,

pemakai pemula, pemakai berkala, dan pemakai setia atau tetap

(Partodiharjo, 2006). Penjelasan dari keempat tahapan diatas adalah sebagai

berikut:

a. Tahap coba-coba (experimentation), mulanya pemakai hanya mencoba,

main-main atau iseng.

b. Tahap pemula, setelah tahap eksperimen atau coba-coba lalu meningkat

menjadi terbiasa. Seseorang menggunakan narkoba secara insidentil. Ia

memakai narkoba karena sudah merasakan kenikmatannya. Pada saat-

saat yang dianggapnya perlu, misalnya saat pergi ke pesta, pemakaian

menjadi lebih sering.


17

c. Tahap berkala, Setelah beberapa kali memakai lagi. selain merasa nikmat,

ia juga mulai merasakan sakaw kalau terlambat atau berhenti

mengonsumsi narkoba. Pengguna mulai memakai narkoba secara rutin.

Pemakaian sudah menjadi lebih sering dan teratur, misalnya setiap malam

minggu, sebelum pesta, atau sebelum belajar agar tidak mengantuk.

d. Tahap ketergantungan, Setelah menjadi pemakai narkoba secara berkala,

pemakai narkoba akan dituntut oleh tubuhnya sendiri untuk semakin

sering memakai narkoba dengan dosis yang semakin tinggi pula. Bila

tidak, pengguna akan mengalami penderitaan (sakaw). Pada tahap ini,

pemakai tidak dapat lagi lepas dari narkoba sama sekali. Ia harus selalu

memakai narkoba. Tanpa narkoba, ia tidak dapat berbuat apa-apa.

Hidupnya 100% tergantung pada narkoba. Ia disebut pemakai setia,

pecandu, pemadat, atau junkies.

5. Dampak Buruk Penyalahgunaan Narkoba

Dari dampaknya, narkotika bisa di bedakan menjadi tiga yaitu:

a. depresan yaitu menekan sistem syaraf pusat dan mengurangi aktivitas

fungsional tubuh sehingga pemakai merasa tenang, bahkan bisa membuat

pemakai tidur dan tak sadarkan diri bila kelebihan dosis bisa

mengakibatkan kematian. Jenis narkoba depresan antara lain opioda, dan

berbagai turunannya seperti morphin dan heroin. Contoh yang populer

sekarang adalah Putaw.

b. Stimulan, merangsang fungsi tubuh dan meningkatkan kegairahan serta

kesadaran. Jenis stimulan: Kafein, Kokain, Amphetamin. Contoh yang

sekarang sering dipakai adalah Shabu dan Ekstasi.

c. Halusinogen, dampak utamanya adalah mengubah daya persepsi atau

mengakibatkan halusinasi. Halusinogen kebanyakan berasal dari tanaman


18

seperti mescaline dari kaktus dan psilocybin dari jamur-jamuran. Selain itu

ada juga yang diramu di laboratorium seperti LSD. Yang paling banyak

dipakai adalah marijuana atau ganja. Kebanyakan zat dalam narkotika

sebenarnya digunakan untuk pengobatan dan penelitian. Tetapi karena

berbagai alasan - mulai dari keinginan untuk coba-coba, ikut trend/ gaya,

lambang status sosial, ingin melupakan persoalan, dll. maka narkotika

kemudian disalahgunakan. Penggunaan terus menerus dan berlanjut akan

menyebabkan ketergantungan atau dependensi atau kecanduan.

Badan Narkotika Nasional Republik Indonesia dalam bukunya

Mahasiswa Dan Bahaya Narkotika tahun 2012 menjelaskan bahwa Bila

narkotika digunakan secara terus menerus atau melebihi takaran yang

telah ditentukan akan mengakibatkan ketergantungan. Ketergantungan

atau kecanduan inilah yang akan mengakibatkan gangguan fisik dan

psikologis, karena terjadinya kerusakan pada sistem syaraf pusat (SSP)

dan organ-organ tubuh seperti jantung, paru-paru, hati dan ginjal. Dampak

penyalahgunaan narkotika pada seseorang sangat tergantung pada jenis

narkotika yang dipakai, kepribadian pemakai dan situasi atau kondisi

pemakai. Secara umum, dampak kecanduan narkotika dapat terlihat pada

fisik, psikis maupun sosial seseorang.

1) Dampak fisik, gangguan pada system syaraf (neurologis) seperti:

a) Kejang-kejang, halusinasi, gangguan kesadaran, kerusakan syaraf

tepi

b) Gangguan pada jantung dan pembuluh darah (kardiovaskuler)

seperti: infeksi akut otot jantung, gangguan peredaran darah

c) Gangguan pada kulit (dermatologis) seperti: penanahan (abses),

alergi, eksim
19

d) Gangguan pada paru-paru (pulmoner) seperti: penekanan fungsi

pernapasan, kesukaran bernafas, pengerasan jaringan paru-paru .

e) Sering sakit kepala, mual-mual dan muntah, murus-murus, suhu

tubuh meningkat, pengecilan hati dan sulit tidur.

f) Dampak terhadap kesehatan reproduksi adalah gangguan pada

endokrin, seperti: penurunan fungsi hormon reproduksi (estrogen,

progesteron, testosteron), serta gangguan fungsi seksual

g) Dampak terhadap kesehatan reproduksi pada remaja perempuan

antara lain perubahan periode menstruasi, ketidakteraturan

menstruasi, dan amenorhoe (tidak haid).

h) Bagi pengguna narkoba melalui jarum suntik, khususnya pemakaian

jarum suntik secara bergantian, resikonya adalah tertular penyakit

seperti hepatitis B, C, dan HIV yang hingga saat ini belum ada

obatnya.

i) Penyalahgunaan narkoba bisa berakibat fatal ketika terjadi Over

Dosis yaitu konsumsi narkotika melebihi kemampuan tubuh untuk

menerimanya. Over dosis bisa menyebabkan kematian

2) Dampak psikis yaitu:

a) Malas belajar, ceroboh, sering tegang dan gelisah

b) Hilang kepercayaan diri, apatis, pengkhayal, penuh curiga

c) Agitatif, menjadi ganas dan tingkah laku yang brutal

d) Sulit berkonsentrasi, perasaan kesal dan tertekan

e) Cenderung menyakiti diri, perasaan tidak aman, bahkan bunuh diri

3) Dampak Sosial

a) Gangguan mental, anti-sosial dan asusila, dikucilkan oleh lingkungan

b) Merepotkan dan menjadi beban keluarga


20

c) Pendidikan menjadi terganggu, masa depan suram Dampak fisik,

psikis dan sosial berhubungan erat. Ketergantungan fisik akan

mengakibatkan rasa sakit yang luar biasa (sakaw) bila terjadi putus

obat (tidak mengkonsumsi obat pada waktunya) dan dorongan

psikologis berupa keinginan sangat kuat untuk mengkonsumsi

(bahasa gaulnya sugest). Gejala fisik dan psikologis ini juga

berkaitan dengan gejala sosial seperti dorongan untuk membohongi

orang tua/teman, mencuri, pemarah, manipulatif, dll .

6. Penyakit Akibat Pemakaian Narkoba

Penyakit berbahaya sebagai akibat dari penyalahguna narkoba di

bedakan atas tiga kelompok, yaitu penyakit langsung karena narkoba,

penyakit akibat infeksi, karena cara pemakaian narkoba, penyakit sebagai

akibat tidak langsung dari pemakaian narkoba ( Partodiharjo, 2000) a.

Penyakit langsung karena narkoba

Penyakit ini adalah penyakit sebagai akibat kerusakan organ tubuh

karena sel-selnya di rusak oleh narkoba.

1) Kerusakan pada otak

Kerusakan pada otak akan mengganggu fungsi otak. Bentuknya

tergantung dari sel dan bagian otak yang rusak. Penyakit akibat

gangguan fungsi otak dapat berupa stroke atau cacat mental maupun

moral

2) Kerusakan pada hati

Narkoba dapat merusak sel hati sehingga mengganggu fungsi

hati. Akibatnya dapat menurunkan daya tahan tubuh karena gangguan

netralisasi racun (fungsi detoksifikasi) dan gangguan fungsi kekebalan


21

(imunitas). Kerusakan pada hati juga menyebabkan gangguan

metabolisme.

3) Kerusakan pada ginjal

Narkoba dapat merusak fungsi ginjal sebagai penyaring zat-zat

yang tidak berguna di dalam darah untuk di buang melalui air seni.

Penderita tak jarang meninggal kerena infeksi ginjal atau gagal ginjal.

4) Kerusakan pada jantung

Narkoba dapat merusak se-sel pada jantung atau pembuluh

darah jantung, dampak yang sering terjadi adalah serangan jantung

koroner. Penyempitan pembuluh darah jantung dapat menyebabkan

rusaknya otot jantung karena kekurangan darah (iskemia) atau infark.

Kerusakan pada limpa, sumsum tulang, paru-paru, dan lain-lain.

b. Penyakit infeksi kerena cara pemakaian narkoba

Penyakit akibat penyalahgunaan narkoba yang lain adalah penyakit

infeksi berbahaya, seperti HIV/AIDS, hepatitis dan sifilis.

1) HIV/AIDS

HIV/AIDS menular di kalangan pemakai narkoba melalui

pemakaian jar mengum suntik bersama, seks beresiko, dll. Kelompok

pemakai narkoba lebih senang menggunakan alat suntik bersama-

sama sebab mereka menganggap lebih terasa nikmat karena terkesan

setia kawan dan lebih menghemat narkoba karena tertinggal sedikit di

satu jarum.

2) Hepatitis
Ada 8 jenis hepatitis atau radang hati yang di sebabkan oleh

virus. Dari 8 jenis tersebut, yang paling menular di lingkungan

penyalahguna narkoba adalah hepatitis B dan hepatitis C. hepatitis B


22

sangat berbahaya dan mudah menular. Di Indonesia sumber

penularannya banyak dan belum ada obatnya. Jumlah penderita

hepaptitis B di Indonesia sangat banyak di antaranya sudah banyak

yang meninggal dunia. Pada tahun 1996 Menteri Kesehatan

menyatakan bahwa di Indonesia hepatitis B seratus kali lebih

berbahaya dari pada AIDS. Hepatitis C biasanya terjadi pada orang

yang telah lebih dahulu mengidap hepatitis B Penularan penyakit

hepatitis B sangat mudah yaitu melalui kontak langsung dan tidak

langsung. Contoh kontak langsung adalah seks beresiko, berciuman

dan berpelukan. Contoh kontak tidak langsung adalah pinjaman sisir,

alat suntik bekas, kerokan, transfusi darah, akupuntur, tindik, tato,

cukur.

3) Sifilis

Sifilis sering menular di antara pemakai narkoba karena

kedekatan hubungan pribadi satu pemakai dengan yang lain sehingga

kemungkinan untuk melakukan ciuman dan hubungan intim terbuka

lebar. Sifilis di sebabkan oleh kuman berbentuk spiral yang bernama

triponema palidium.

c. Penyakit sebagai akibat ikutan (tidak langsung) pemakaian narkoba

Karena kondisi yang memburuk, tubuh lemah dan kehilangan

kemampuan untuk menangkal penyakit,pemakai narkoba akan menjadi

orang yang mudah terkena penyakit (sering jatuh sakit).

7. Upaya Penanggulangan Penyalahgunaan Narkoba

Ada 5 bentuk penanggulangan masalah narkoba, yaitu promotif,

preventif, kuratif, rehabilitatif, dan represif ( Partodiharjo, 2000).


23

a. Promotif

Di sebut program pembinaan, program ini di tujukan kepada

masyarakat yang belum memakai narkoba, atau bahkan belum mengenal

narkoba. Prinsipnya adalah dengan meningkatkan peranan atau kegiatan

agar kelompok ini secara nyata lebih sejahtera sehingga tidak pernah

berpikir untuk memperoleh kebahagiaan semu dengan memakai narkoba.

Adapun bentuk programnya yaitu pelatihan, dialog interaktif, dan lainnya

pada kelompok belajar, kelompok olahraga, seni budaya, atau kelompok

usaha (tani, dagang, bengkel, koperasi, kerajinan dan lain-lain).

Penekanan dalam program adalah peningkatan kualitas kinerja agar lebih

bahagia dan sejahtera. Pengenalan terhadap masalah narkoba. Pelaku

program promotif yang paling tepat adalah lembaga-lembaga

kemasyarakatan yang di fasilitasi dan di awasi oleh pemerintah.

b. Preventif

Di sebut juga program pencegahan. Program ini di tujukan kepada

masyarakat sehat yang belum mengenal narkoba agar mengetahui seluk

beluk narkoba sehingga tidak tertarik untuk menyalahgunakanya. Selain di

lakukan oleh pemerintah (instansi terkait) program ini juga sangat efektif

jika di bantu oleh instansi dan institusi lain. Termasuk lembaga

professional terkait, lembaga swadaya masyarakat, perkumpulan ormas,

dan lain-lain. Bentuk kegiatan ini dapat berupa:

c. Kampanye anti penyalahgunaan narkoba

Program pemberian informasi satu arah (monolog) dari pembicara

kepada pendengar tentang bahaya pemakaian narkoba. Kampanye

bersifat memberi informasi satu arah tanpa tanya jawab. Biasanya hanya

memberikan garis besar, dangkal, dan umum. Informasi di sampaikan


24

oleh tokoh masyarakat, bukan oleh tenaga profesional. Tokoh tersebut

bisa ulama, pejabat, seniman, dan sebagainya. Kampanye anti

penyalahgunaan narkoba dapat juga di lakukan melalui media promosi

seperti spanduk, poster, brosur, dan baliho. Misi yang di sampaikan

adalah pesan untuk melawan penyalahguna narkoba, tanpa penjelasan

yang mendalam atau ilmiah tentang narkoba.

d. Penyuluhan seluk-beluk narkoba

Berbeda dengan kampanye yang monolog, penyuluhan bersifat

dialog dengan tanya jawab. Bentuk penyuluhan dapat berupa seminar,

ceramah, dan lain-lain. Tujuannya adalah untuk mendalami pelbagai

masalah tentang narkoba sehingga masyarakat benar-benar tahu dan

karenanya tidak tertarik untuk menyalahgunakan narkoba. Pada

penyuluhan ada dialog atau Tanya –jawab tentang narkoba lebih

mendalam Materi yang di sampaikan oleh tenaga professional, dokter,

psikologi, polisi, ahli hukum, sosiolog, sesuai dengan tema penyuluhan.

Penyuluhan tentang narkoba di tinjau lebih mendalam dari masing-masing

aspek sehingga lebih menarik daripada kampanye.

e. Pelatihan dan pendidikan kelompok sebaya (peer group)

Untuk dapat menanggulangi masalah narkoba secara efektif di

dalam kelompok masyarakat terbatas tertentu. Di lakukan pelatihan dan

pendidikan dengan mengambil peserta dari kelompok itu sendiri. Pada

program ini pengenalan materi narkoba lebih mendalam lagi di sertai

simulasi penanganan, termasuk latihan pidato, latihan diskusi, latihan

menolong penderita dan lain-lain. Program ini di lakukan di sekolah,

kampus, atau kantor dala waktu beberapa hari. Program ini melibatkan
25

beberapa orang narasumber dan pelatih yaitu tenaga yang professional

sesuai dengan programnya.

f. Upaya mengawasi dan mengendalikan produksi dan distribusi narkoba di

masyarakat.

Pengawasan dan pengendalian adalah program preventif yang

menjadi tugas aparat terkait seperti polisi, Departemen Kesehatan, Balai

Pengawasan Obat Dan Makanan (BPOM), Imigrasi, Bea Cukai,

Kejaksaan, Pengadilan, dan sebagainya. Tujuannya agar narkoba dan

bahan baku pembuatannya (precursor) tidak beredar sembarangan.

Karena keterbatasan jumlah dan kemampuan petugas, program ini belum

berjalan optimal.Masyarakat harus ikut serta membantu secara proaktif,

sayangnya petunjuk dan pedomanperan serta masyarakat ini sangat

kurang. Seharusnya instansi terkait membuat petunjuk praktis yang dapat

di gunakan oleh masyarakat untuk berpartisipasi dalam mengawasi

peredaran narkoba.

g. Kuratif

Disebut juga program pengobatan. Program kuratif di tujukan

kepada pemakai narkoba, tujuannya adalah mengobati ketergantungan

dan menyembuhkan penyakit sebagai akibat dari pemakaian narkoba

sekaligus menghentikan pemakaian narkoba. Tidak sembarang orang

boleh mengobati pemakai narkoba. Pemakaian narkoba sering di ikuti

oleh masuknya penyakit-penyakit berbahaya serta gangguan mental dan

moral. Pengobatannya harus di lakukan oleh dokter yang mempelajari

narkoba secara khusus.

Pengobatan terhadap pemakai narkoba sangat rumit dan

membutuhkan kesabaran luar biasa dari dokter, keluarga, dan penderita.


26

Inilah sebabnya mengapa pengobatan pemakai narkoba memerlukan

biaya besar tetapi hasilnya banyak yang gagal. kunci sukses pengobatan

adalah kerja sama yang baik antara dokter, keluarga, dan penderita.

Bentuk kegiatan adalah pengobatan penderita atau pemakai meliputi:

1) Penghentian pemakaian narkoba

2) Pengobatan gangguan kesehatan akibat penghentian dan pemakaian

narkoba (detoksifikasi)

3) Pengobatan terhadap kerusakan organ tubuh akibat narkoba

4) Pengobatan terhadap penyakit lain yang masuk bersam narkoba

(penyakit yang tidak langsung di sebabkan oleh narkoba) seperti

HIV/AIDS, hepatitis B/C, sifilis, pneumonia, da lain-lain.

Pengobatan terhadap pamakai narkoba tidak sederhana, tetapi

sangat kompleks dan berbiaya mahal. Selain itu, kesembuhannya pun

merupakan tanda tanya besar. Keberhasilan penghentian

penyalahgunaan narkoba tergantung pada:

a) Jenis narkoba yang di salahgunakan

b) Kurun waktu penyalahgunaan

c) Besar dosis narkoba yang di salahgunakan

d) Sikap atau kesadaran penderita

e) Sikap keluarga penderita

f) Hubungan penderita dengan sindikat pengedar

Tidak semua penyalahguna narkoba berhasil di hentikan.

Pemakaian narkoba tertentu dapat di hentikan. Namun penyembuhan

penyakit HIV/AIDS, hepatitis B/C, tidak mungkin. Oleh karena itu, jangan

sampai mencoba atau mulai menggunakannya. Pencegahan lebih penting

daripada pengobatan. Pengobatan medis untuk melawan sakaw dapat di


27

bedakan atas tiga yaitu, pengobatan subtitusi, detoksifikasi cara cepat

(rapid detox), dan detoksifikasi alami.

h. Represif

Program represif adalah program penindakan terhadap produsen,

Bandar, pengedar, dan pemakai berdasarkan hukum. Program ini

merupakan program instansi pemerintah yang berkewajiban mengawasi

dan mengendalikan produksi maupun distribusi semua zat yang tergolong

narkoba. Selain mengendalikan produksi dan distribusi, program represif

berupa penindakan juga di lakukan terhadap pemakai sebagai pelanggar

undang-undang tentang narkoba. Instansi yang bertanggung jawab

terhadap distribusi, produksi, penyimpanan, dan penyalahguna narkoba

adalah:

1) Badan Pengawas Obat Dan Makanan

2) Departemen Kesehatan

3) Direktorat Jenderal Bea dan Cukai

4) Direktorat Jenderal Imigrasi

5) Kepolisian Republik Indonesia

6) Kejaksaan Agung/Kejaksaan Tinggi/Kejaksaan Negeri

7) Mahkamah Agung/Pengadilan Tinggi/Pengadilan Negeri

C. Kekambuhan Narkoba

1. Pengertian Kambuh

Menurut KEPMENKES RI NO 421/MENKES/SK/III/2010 kekambuhan

atau relapse adalah kondisi kembali menggunakan NAPZA setelah sebuah

periode abstinensia. Beberapa ahli menganggap kambuh harus mencakup

hanya orang-orang yang menyelesaikan atau melengkapi episode terapi dan


28

rehabilitasi, serta mereka yang sempat berhenti karena tekad dan motivasi

dari diri sendiri yang kemudian kambuh menggunakan NAPZA dengan pola

yang serupa atau lebih buruk dari penggunaan sebelum abstinensia.

Relapse atau kekambuhan yaitu individu secara utuh kembali pada

pola adiksinya atau kembali pada penyimpangan perilakunya, terjadi secara

bertahap, dalam waktu mingguan, dan terkadang bulanan sebelum individu

tersebut kembali menggunakan narkoba. sedangkan lapse mengarah pada

satu episode, suatu hari, dan mengarah pada konsekuensi akibat kembalinya

perilaku menggunakan narkoba (Jiloha, 2011). a. Faktor – Faktor Penyebab

Adapun yang menjadi faktor penyebab kambuh kembali pada

penyalahguna narkoba adalah sebagai berikut (Nasution, 2004).

1) Mantan penyalahguna narkoba yang sudah pulih seringkali mengalami

euforia. Mereka cenderung mabuk dengan keberhasilannya, lalu

menjadi sombong dan serakah. Ia melupakan unsur-unsur penopang

keberhasilannya. Mabuk keberhasilan, ditambah dengan keserakahan

itulah yang membuatnya lengah dan kembali memakai narkoba.

2) Stress.

Mungkin mantan penyalahguna narkoba banyak beban atau juga

sering menyalahkan dirinya sendiri. Semua itu membuatnya stress.

Seperti yang pernah dulu ia alami dan lakukan, setiap kali mengalami

masalah, ia lari ke narkoba. Ia ingin lari dari kenyataan.

3) Kepribadian yang tidak tahan perubahan.

Mantan penyalahguna narkoba yang tidak tahan perubahan

potensial kambuh. Mereka ini termasuk yang tidak disiplin. Hal-hal yang
29

sebelumnya sudah berusaha keras ia lakukan atau hindarkan, kembali

lagi ia langgar.

4) Mereka yang demam obat.

Yaitu mereka yang sering mengkonsumsi obat. Setiap kali sakit,

ia akan mengkonsumsi obat. Suatu saat nanti ia pasti akan menjadikan

narkoba sebagai obatnya.

5) Kepribadian tanpa perlindungan

Maksudnya mereka yang sudah sembuh tidak mendapat

pengawasan dari keluarganya ataupun dari teman sebaya. Mereka bisa

dengan bebas kembali ke habitatnya.

6) Tidak adanya dukungan atau bimbingan dari keluarga.

Hingga saat ini ada kesalahan yang tak disadari yaitu mereka

yang berobat lebih banyak berorientasi pada pengobatan fisik,

sementara kurang dukungan penyembuhan yang berasal dari keluarga.

2. Tahapan Kekambuhan

Berikut ini adalah tahapan kekambuhan menurut Melemis (2015) yaitu

sebagai berikut:

a. Emotional relapse

Selama mengalami emotional relapse, individu tidak berpikir untuk

menggunakan kembali karena mereka mengingat saat-saat treatmen

sehingga mereka tidak ingin menggunakan. Tanda- tanda emotional

relapse antara lain seperti mengisolasi diri, pergi ke pertemuan tetapi tidak

ingin berbagi pengalaman. Fokus pada orang lain ( fokus pada bagaimana

orang lain memengaruhi mereka) dan kebiasaaan makan dan tidur yang

buruk.
30

Pada tahapan ini, kepedulian diri sendiri menjadi aspek yang paling

penting. Bagi sebagian besar individu, kepedulian diri adalah mengenai

kepedulian emosi yang terjadi pada diri. adanya kepedulian emosi

membantu individu untuk mengidentifikasi penyangkalan pada dirinya.

Kepedulian terhadap emosi yang di alami individu dapat di atasi dengan

memiliki waktu untuk diri sendiri, memperlakukan diri dengan baik, dan

mengijinkan relaksasi bagi diri sendiri.

b. Mental relapse

Pada tahapan ini individu sedang berperang dengan pikirannya

sendiri. Pikiran individu mengalami pertentangan antara adanya

pengurangan perlawanan untuk relapse dengan keinginan untuk

menghindari. Tanda-tanda dari Mental relapse antara lain mengidam

narkoba, berpikir tentang sesuatu (orang, tempat, dan benda) yang

berkaitan dengan penggunaan narkoba di masa lampau, meminimalkan

konsekuensi dari pemakakian di masa lalu, self bargaining, berbohong,

memikirkan rencana untuk menggunakan di bawah kontrol diri, melihat

kesempatan untuk relapse, dan merencanakan untuk relapse.

Adanya self bargaining membuat individu berpikir untuk

menggunakan secara berkala dan mungkin merasa dapat mengontrol

( sebagai contoh menggunakan sekali atau dua kali selama satu tahun).

Adanya self bargaining dapat membuat individu kembali ke pola adiksinya

walaupun tidak menggunakan zat yang sama.

a. Physical relapse

Pada tahapan ini individu mulai menggunakan kembali narkoba

setelah sekian lama mengalami abstinen. Beberapa peneliti membedakan


31

antara lapse dan relapse. lapse berarti awal mula mengkonsumsi narkoba,

seangkan relapse adalah mengalami penggunaaan yang tidak terkendali.

3. Proses Kambuh Kembali

Menurut Groski dan Miller (1986), proses kambuh penyalahgunaan

narkoba kembali terjadi dalam sebelas tahap yaitu sebagai berikut: a.

Perubahan Dalam Diri

Terlihat baik di luar, tetapi mulai menggunakan pemikiran yang

tidak sehat dan adiktif untuk mengelola perasaan negatif mengenai

citra diri. Beberapa gejala sebagai berikut:

1) Stres meningkat - dapat disebabkan oleh keadaan besar atau hal-

hal kecil

2) Berubah dalam berpikir - program pemulihan tidak penting lagi.

3) Perubahan perasaan - perubahan suasana hati dan perasaan

positif atau negatif yang berlebihan.

4) Perubahan perilaku - tidak ikut serta pada program seperti

sebelumnya, mengetahui sesuatu yang salah.

b. Menyangkal

Mulai mengabaikan apa yang di pikirkan dan di rasakan, dan

berhenti berkata jujur kepada orang lain mengenai apa yang di pikirkan

dan di rasakan, gejala yang di rasakan yaitu, mengkhawatirkan tentang

diri sendiri, merasa takut menggunakan NAPZA, dan memberhentikan

ketakutan karena pikiran yang terlalu tidak nyaman, menyangkal diri

dalam keadaan khawatir meyakinkan diri bahwa semuanya baik,

padahal sebenarnya tidak.


32

c. Menghindar dan Mempertahankan Diri

Menghindari orang atau situasi yang akan memaksa evaluasi akan

kejujuran dari pemikiran, perasaan dan perubahan perilaku: dan jika

dihadapkan, menjadi defensif dan tidak mendengarkan. Beberapa gejala

sebagai berikut:

1) Yakin bahwa alkohol atau obat-obatan tidak akan digunakan lagi -

meyakinkan diri sendiri bahwa energi tidak banyak yang dibutuhkan

untuk menjaga ketenangan hati, dan menjaga ini meskipun rahasia.

2) Khawatir tentang orang lain - lebih berfokus pada ketenangan orang

lain dari pada diri sendiri, menilai program lainnya, dan membuat

segala sesuatunya menjadi rahasia.

3) Defensif - menghindari diskusi tentang masalah pribadi karena takut

dikritik.

4) Perilaku kompulsif - kembali ke cara lama, kaku dan merugikan diri

sendiri dalam hal berpikir dan bertindak.

5) Perilaku impulsif - menggunakan penilaian buruk dan menyebabkan

masalah karena perilaku impulsif tanpa memikirkan dengan tuntas.

6) Menghindari orang - merasa tidak nyaman di sekitar orang lain dan

mengubah perilaku untuk menyendiri, mencari-cari alasan untuk tidak

bersosialisasi, dan merasa kesepian.

d. Terbangunnya Krisis Bekerja keras untuk memecahkan masalah tetapi

menyebabkan timbulnya permasalahan yang baru. Beberapa gejala

sebagai berikut:

1) Perubahan visi - berfokus pada satu bagian kecil dari kehidupan

dengan mengesampingkan segala sesuatunya.

2) Depresi - merasa sedih, tidur terlalu banyak dan kurang energi.


33

3) Hilangnya perencanaan konstruktif - bukan melihat ke depan atau

berpikir tentang apa yang harus dilakukan selanjutnya.

4) Kegagalan rencana - rencana mulai gagal dan setiap kegagalan

menyebabkan reaksi yang berlebihan menciptakan masalah baru dan

perasaan bersalah dan penyesalan.

e. Immobilisasi

Merasa terjebak dalam masalah yang berkelanjutan, tidak

terkendali dan merasa tidak termotivasi untuk mengambil tindakan.

Beberapa gejala sebagai berikut:

1) Berangan-angan - memiliki fantasi untuk melarikan diri jika seseorang

akan membantu atau suatu peristiwa akan terjadi.

2) Kekalahan - perasaan seperti kegagalan, seseorang yang tidak bisa

mendapatkan sesuatu dengan benar.

3) Kebahagiaan - keinginan untuk bahagia tapi tidak tahu bagaimana

mewujudkannya.

f. Kebingungan dan Reaksi Berlebihan Bermasalah dalam hal berpikir jernih

dan mengelola pikiran, perasaan dan tindakan. Beberapa gejala sebagai

berikut :

1) Kesulitan berpikir jernih - masalah biasanya sederhana namun

membingungkan karena mental yang jatuh dan pemikiran yang tidak

terkendali.

2) Kesulitan mengelola perasaan dan emosi - bereaksi berlebihan atau

menjadi mati rasa, pikiran gila.

3) Kesulitan mengingat – kesulitan mengingat sesuatu dari masa lalu dan

belajar hal baru yang menjadi suatu tantangan.


34

4) Kebingungan - tidak tahu apa yang benar atau salah, sehat atau tidak

sehat, dan tidak tahu bagaimana memecahkan masalah.

5) Ketidakmampuan mengelola stress - perasaan mati rasa dan tidak

mengakui itu, merasa kewalahan tanpa alasan, tidak bisa terlepas dari

situasi atau lingkungan.

g. Depresi

Merasakan bahwa hidup ini tidak layak atau berpikir untuk

mengobati diri sendiri dengan obat-obatan atau alkohol untuk menghindari

depresi. Beberapa gejala sebagai berikut :

1) Makan tidak teratur – makan berlebihan atau kehilangan nafsu makan

2) Mengganti makanan sehat dengan siap saji

3) Tidak termotivasi - tidak bisa memulai dan menyelesaikan apapun dan

merasa terjebak.

4) Susah tidur - tidak bisa tidur, mimpi buruk dan tidak nyenyak tidur.

5) Hilangnya kegiatan harian - rutinitas sehari-hari menjadi berantakan.

6) Depresi mendalam - depresi diperhatikan oleh orang lain dan tidak

dapat dengan mudah disangkal, merasa tidak ada yang peduli atau

memahami.

h. Tingkah Laku Hilang Kontrol

Ketidakmampuan untuk mengendalikan pemikiran, perasaan, dan

tingkah laku. Beberapa gejala sebagai berikut :

1) Tidak teratur menghadiri pertemuan - mencari alasan untuk tidak pergi

pertemuan dan bertemu dengan sponsor, membuat hal-hal lain menjadi

lebih penting.

2) Sikap tidak peduli - tidak peduli tentang masalah untuk

menyembunyikan perasaan putus asa.


35

3) Ketidakpuasan dengan kehidupan - perasaan ingin kembali ke alkohol

dan obat-obatan karena segala sesuatu tidak akan menjadi lebih buruk.

4) Ketidakberdayaan - perasaan seolah-olah tidak ada yang bisa

dilakukan dan tidak ada jalan keluar.

i. Pengakuan Atas Hilangnya Kontrol

Penolakan atas gangguan dan realisasi atas kehidupan yang tidak

terkendali, masalah semakin parah, dan ada sedikit kontrol atas keadaan,

ketakutan dan kecemasan akibat hasil isolasi dan merasa bahwa tidak

seorangpun yang membantu. Beberapa gejala sebagai berikut:

1) Kesulitan dengan koordinasi fisik - pusing, kehilangan keseimbangan,

koordinasi tangan-mata dan refleks lambat menyebabkan

kecanggungan dan kecelakaan.

2) Mengasihani diri sendiri - percaya bahwa tidak ada harapan dan

merasa bersalah pada diri sendiri.

3) Pengalaman penggunaan sosial - berharap kembali ke alkohol dan

penggunaan narkoba dapat dikontrol dan mungkin satu-satunya

alternatif untuk merasa lebih baik.

4) Sadar berbohong - hal-hal yang dikatakan adalah kebohongan, dan

tidak bisa berhenti berbohong.

5) Hilangnya kepercayaan diri – percaya pada diri sendiri hal yang tidak

berguna, tidak kompeten dan tidak akan pernah mampu mengelola

kehidupan.

j. Isolasi Diri

Percaya hanya ada tiga jalan keluar gila, bunuh diri, atau

pengobatan sendiri dengan zat alkohol dan atau kimia. Beberapa gejala

sebagai berikut :
36

1) Kebencian yang tidak masuk akal - kemarahan akibat ketidakmampuan

untuk berperilaku dengan cara yang tidak sehat.

2) Penghentian pengobatan - berhenti menghadiri semua pertemuan

dengan konselor dan kelompok, dan menghentikan semua pengobatan

farmakoterapi.

3) Kesepian, frustasi, kemarahan dan ketegangan - merasa tak berdaya,

putus asa dan hampir gila.

4) Kehilangan kontrol perilaku - ketidakmampuan untuk mengendalikan

pemikiran, emosi, dan penilaian.

k. Penggunaan Alkohol dan Obat-obatan

Kembali ke penggunaan alkohol atau obat-obatan dan cepat

kehilangan kontrol. Beberapa gejala sebagai berikut :

1) Mencoba mengendalikan penggunaannya - berencana untuk

menggunakan karena sosial atau jangka pendek.

2) Kecewa, malu dan rasa bersalah - penggunaan alkohol dan obat tidak

menghasilkan hasil yang diinginkan dan kekecewaan diikuti dengan

rasa malu dan rasa bersalah karena kambuh.

3) Hilangnya kontrol - alkohol dan kimia, penggunaan narkoba di luar

kendali.

4) Hidup dan masalah kesehatan - kualitas hidup merosot sebagai

masalah berat dengan hubungan, pekerjaan, keuangan, kesehatan

mental dan fisik sehingga memerlukan perawatan profesional.

4. Pencegahan Kekambuhan Kembali

Pencegahan kekambuhan kembali adalah suatu metode yang

sistematik bagi penyalahguna yang sedang pulih, untuk mengenal dan

mengelola munculnya kembali perilaku adiktif. Tujuan program pencegahan


37

kekambuhan kembali, yaitu mengembangkan keterampilan untuk mengatasi

situasi risiko tinggi, seperti: mengidentifikasi tanda-tanda peringatan

munculnya kekambuhan, mengubah gaya hidup penyalahguna narkoba

menjadi gaya hidup sehat, dan meningkatkan kegiatan-kegiatan yang

produktif.

Pencegahan kekambuhan harus menjadi bagian dari upaya

pemulihan. Penyalahguna narkoba yang telah pulih harus diajarkan

keterampilan untuk mengatasi masalah. Adapun kegiatan pencegahan

kekambuhan antara lain :

a. Pemulihan fisik antara lain, perawatan aspek medik dan kesehatan,

kebiasaan makan yang sehat, latihan relaksasi, tidur teratur, kegiatan

rekreasi, pemulihan psikologis dan perilaku, membangun citra diri,

mengembangkan nilai-nilai, seperti kejujuran, mengikuti kegiatan yang

teratur dan terencana, bekerja tepat waktu, mengambil tanggung jawab

dan mengelolanya.

b. Pemulihan sosial antara lain, menyediakan waktu dengan keluarga dan

teman-teman, pergi bersama anggota keluarga, makan bersama anggota

keluarga, mengambil peran tertentu.

c. Pemulihan rohani yaitu meningkatkan nilai-nilai moral dan spiritual.

Penyalahguna narkoba yang telah selesai mengikuti terapi atau

rehabilitasi harus tetap mengikuti program pemulihan dan mengerjakan

latihan atau tugas yang diberikan setiap hari selama sisa hidupnya. Jika

tidak, dapat terjadi kekambuhan. Ada perjanjian antara penyalahguna

narkoba dan tempat terapi atau rehabilitasi setelah selesai terapi, agar ia

mengikuti program rawat lanjut. Ia harus secara teratur menghadiri


38

pertemuan kelompok pendukung, beroleh dukungan dan berpartisipasi

aktif. Ia harus dilatih cara mengatasi rasa rindu dan mencegah

kekambuhan. Orang tua pun harus memahami masalah itu dan turut

membantu anak mengidentifikasi gejala kekambuhan.

Ada beberapa hal yang perlu dilakukan penyalahguna narkoba

yang sedang pulih agar tidak kambuh.

1) Mengelola perasaannya secara sehat

membiarkan perasaan itu muncul, menarik napas panjang

beberapa kali, mencurahkan perasaan, mengecek perasaannya

dengan kenyataan, tidak mempersalahkan orang lain atau keadaan,

menuliskan perasaannya, tidak mengasihani diri sendiri, mengubah

cara pandang, melakukan sesuatu yang positif dan menyenangkan.

2) Menghadapi persoalan secara konstruktif

Tidak lari dari masalah, meletakkan masalah secara

proporsional, membicarakannya, mendahulukan pemulihannya,

menerima tanggung jawab dan tidak menyalahkan orang lain, membagi

persoalan ke dalam beberapa langkah kecil, menunggu, dan meminta

dukungan.

3) Menghindari situasi berisiko tinggi

Ia harus menghindari situasi berisiko tinggi, yaitu orang, tempat,

benda, dan suasana yang berkaitan dengan pemakaian narkoba di

masa lalu.
39

4) Mengatasi situasi risiko tinggi

Jika tidak dapat menghindarkan diri dari situasi berisiko tinggi,

penyalahguna terpaksa menghadapinya dengan pendampingan,

menghubugi kelompok pendukung sebelum pergi ke tempat itu, dan

meninggalkan segera tempat itu.

5) Mengenal tanda-tanda peringatan munculnya kekambuhan

Keluarga perlu terlatih mengenal tanda-tanda peringatan

munculnya kekambuhan. Mereka harus menolong penyalahguna

dengan memperingatkannya ketika tanda-tanda itu muncul.

D. Rehabilitasi

1. Pengertian Rehabilitasi

Menurut KEPMENKES RI NO 421/MENKES/SK/III/2010, rehabilitasi

adalah suatu proses pemulihan klien gangguan penggunaan NAPZA baik

dalam jangka waktu pendek maupun panjang yang bertujuan mengubah

perilaku untuk mengembalikan fungsi individu tersebut di masyarakat. Balai

Rehabilitasi Badan Narkotika Nasional Tanah Merah mempunyai tujuan

strategis yang ingin dicapai yang tertuang dalam misi diantaranya ialah

terwujudnya pelayanan rehabilitasi secara terpadu meliputi rehabilitasi medis

dan sosial bagi penyalah guna dan / atau pecandu narkoba, terwujudnya

fasilitas pengkajian dan pengembangan rehabilitasi, terlaksananya

pelayanan administrasi yang cepat dan tepat dan terlaksananya dukungan

informasi dalam rangka Pelaksanaan Pencegahan, Pemberantasan

Penyalahgunaan dan Peredaran Gelap Narkoba (P4GN) di bidang

rehabilitasi.
40

2. Tahap-Tahap Rehabilitasi

Berikut ini Tahap-tahap rehabilitasi yang di lakukan di Balai

Rehabilitasi Badan Narkotika Nasional adalah

a. Intake process yang berlangsung selama satu hari

Pada proses ini residen akan melakukan pengisian formulir,

pemeriksaan kesehatan (psikis, fisik, penunjang), wawancara awal, dan

rujukan

b. Detoksifikasi

Proses ini berlangsung selama 2 minggu, ialah penyalahguna

dan/pecandu narkoba berdasarkan hasil asesmen di haruskan mengikuti

proses detoksifikasi untuk membersihkan pengaruh dari zat-zat adiktif.

Proses ini di lakukan melalui berbagai metode seperti: symptomatic

pharmacotherapy dan UROD ( ultra rapid opiod detoxification).

c. Entry (orientasi/induction) berlangsung selama 2 minggu

Ialah pengenalan dan adaptasi lingkungan dan berbagai aturan

yang ada di tempat rehabilitasi

d. Primary stage

1) Young member (2 bulan)

a) Penanaman nilai disiplin dalam diri residen

b) Pengenalan diri sendiri dan sesame

c) Pengenalan konsep dan pembelajaran pola hidup sehat

d) Pemberian peran dan tugas dalam ikatan kelompok untuk

menumbuhkan rasa tanggung jawab diri

2) Middle peer (1 bulan)

a) Pemantapan kedisiplinan diri


41

b) Peningkatan rasa percaya diri dalam anggota kelompok dan

kemampuan berkomunikasi dengan sesama anggota kelompok

c) Pemantapan pola hidup sehat

d) Pemberian peran dan tugas dalam ikatan kelompok untuk

menumbuhkan rasa tanggung jawab bersama (teamwork building)

e) Pemantapan pengendalian diri

3) Older member (1 bulan)

a) Penguatan kedisiplinan diri menjadi suatu kebutuhan bukan sebagai

pemaksaan

b) Pengenalan residen yunior

c) Penguatan pola hidup sehat menjadi bagian dari kepribadian

d) Penguatan kerja sama dalam kelompok dan kehidupan sosial

internal tempat rehabilitasi sebagai tahap awal dalam kehidupan

bermasyarakat

e) Pemberian peran dan tugas dalam pelaksanaan operasional tertentu

tempat rehabilitasi dan pembinaan kepada residen yunior.

e. Re-entry stage

1) Tahap A (1 minggu)

a) Pelaksanaan tes bakat dan minat

b) Workshop atau outbound untuk penyiapan mental percaya diri

c) Pelatihan penyusunan rencana

2) Tahap B (2 minggu)

a) Di titikberatkan pada pelaksanaan rencana kegiatan yang telah di

susun

b) Residen di damping oleh konselor atau pekerja social

c) Evaluasi di laksanakan setiap hari setelah selesai kegiatan


42

d) Kunjungan keluarga dapat di lakukan sewaktu-waktu

e) Pulang menginap bersama keluarga paling banyak 4 kali

f) Di berikan buku saku untuk menulis berbagai kegiatan salama

menjalani ijin, di ketahui oleh salah satu anggota keluarga

3) Tahap C (1 minggu)

a) Di titikberatkan pada pelaksanaan evaluasi secara menyeluruh

b) Pelaksanaan evaluasi

c) Sosialisasi program pascarehabilitasi

d) Kunjungan keluarga dapat di lakukan sewaktu-waktu

e) Pulang menginap bersama keluarga

3. Tahap-Tahap Pasca Rehabilitasi

Berikut ini Tahap-tahap pasca rehabilitasi yang di lakukan di Balai

Rehabilitasi Badan Narkotika Nasional Tanah Merah Kota Samarinda adalah

a. Tahap orientasi program

Ini berlangsung selama 2 minggu yaitu tahap persiapan residen Re-

entry menuju program pasca rehabilitasi. Tahap orientasi program di

tujukan untuk memberikan pembekalan dan pengenalan program sesuai

jenis program yang ada serta menjadikan residen terbiasa dengan kondisi

lingkungan. Kegiatan pada tahap ini di arahkan kepada

1) Penyiapan mental percaya diri

2) Pemantapan disiplin diri yang sudah di bentuk dalam tempat rehabilitasi

3) Pengenalan kondisi lingkungan termasuk tata tertib yang

berlaku b. Tahap pelatihan dan praktek (4 minggu)

Tahap ini di tujukan untuk memberikan berbagai ketrampilan

residen dan di lanjutkan denga praktek sampai memperoleh hasil yang di

harapkan. Kegiatan pada tahap ini di arahkan pada


43

1) Pemberian ketrampilan sesuai bakat dan minat

2) Praktek sesuai dengan ketrampilan yang telah di berikan

3) Integrasi sosial dengan masyarakat sekitar

c. Tahap evaluasi hasil dan penyiapan praktek kerja lapangan (2 minggu)

Tahap ini di tujukan untuk melakukan evaluasi secara menyeluruh

dan penyiapan residen memasuki kehidupan yang sesungguhnya dengan

berbekal ketrampilan yang telah di miliki selama mengikuti program

pascarehabilitasi. Tahap persiapan residen tahap akhir pascarehabilitasi

menuju rumah dampingan.

d. Rumah damping (2 bulan)

1) Residen tinggal di rumah dampingan ini dengan sesama residen paling

banyak berjumlah 10 orang di dampingi konselor atau pekerja sosial

atau tenaga medis

2) Residen secara berkala mengikuti tes urine. Beberapa kegiatan yang di

ikuti residen:

a) Bekerja di perusahaan

b) Usaha mandiri produktif

c) Usaha jasa

e. Rumah mandiri (2 bulan)

1) Residen tinggal di rumah mandiri ini dengan sesama residen paling

banyak 10 orang

2) Konselor atau pekerja sosial atau tenaga medis hadir secara periodik

dua kali seminggu

3) Residen secara berkala mengikuti tes urine. Beberapa kegiatan yang

diikuti residen:

a) Bekerja di perusahaan
44

b) Usaha mandiri produktif

c) Usaha jasa

E. Strategi Koping

1. Pengertian Strategi Koping

Coping berasal dari kata cope (Chaplin, 2006) yang dapat diartikan

menghadang, melawan ataupun mengatasi. Perilaku coping merupakan

suatu tingkah laku dimana individu melakukan interaksi dengan lingkungan

sekitarnya dengan tujuan menyelesaikan tugas atau masalah.Taylor (2012),

mendefinisikan coping sebagai pikiran dan perilaku yang digunakan untuk

mengelola tuntutan internal dan eksternal dari situasi yang menekan.

Menurut Lazarus dan Launier (dalam Martina, 2010) coping sebagai

usaha individu yang berorientasi pada tindakan dan intrapsikis untuk

mengendalikan, menguasai, mengurangi dan memperkecil pengaruh

lingkungan, tuntutan internal dan konflik-konflik yang telah melampaui

kemampuan individu tersebut. Kemampuan menurut Lazarus mengacu

kepada kemampuan individual, pengetahuan, latar belakang serta keyakinan

atau harapan positif terhadap takdir. Ia juga mengungkapkan bahwa

lingkungan Juga berperan sama pentingnya seperti kemampuan individu..

Dari definisi diatas maka strategi coping dapat diartikan sebagai usaha,

proses atau respon individu untuk mengubah kognisi, intrapsikis dan juga

tingkah laku dalam tingkatan tertentu, agar dapat mengendalikan,

menguasai, mengurangi, atau memperkecil pengaruh lingkungan, tuntutan

internal, konflik-konflik atau situasi yang dianggap menimbulkan stres atau

mengatasi sesuatu terutama yang diperkirakan akan menyita dan melampaui

kemampuan seseorang.
45

2. Klasifikasi dan Bentuk Coping

Flokman & Lazarus (dalam Neale, 2010) secara umum

membedakan bentuk dan fungsi coping dalam dua klasifikasi yaitu :

a. Problem Focused Coping (PFC) adalah merupakan bentuk coping yang

lebih diarahkan kepada upaya untuk mengurangi tuntutan dari situasi yang

penuh tekanan. artinya coping yang muncul terfokus pada masalah

individu yang akan mengatasi stres dengan mempelajari cara-cara

keterampilan yang baru. Individu cenderung menggunakan strategi ini

ketika mereka percaya bahwa tuntutan dari situasi dapat diubah Strategi

ini melibatkan usaha untuk melakukan sesuatu hal terhadap kondisi stres

yang mengancam individu. Contohnya adalah menyusun jadwal belajar

untuk menyelesaikan berbagai tugas dalam satu semester sehingga

mengurangi tekanan pada akhir semester.

b. Emotion Focused Coping (EFC) merupakan bentuk coping yang diarahkan

untuk mengatur respon emosional terhadap situasi yang menekan.

Individu dapat mengatur respon emosionalnya dengan pendekatan

behavioral dan kognitif. Contoh dari pendekatan behavioral adalah

penggunaan alkohol, narkoba, mencari dukungan emosional dari teman –

teman dan mengikuti berbagai aktivitas seperti berolahraga atau

menonton televisi yang dapat mengalihkan perhatian individu dari

masalahnya. Sementara pendekatan kognitif melibatkan bagaimana

individu berfikir tentang situasi yang menekan. Dalam pendekatan kognitif,

individu melakukan redefine terhadap situasi yang menekan seperti

membuat perbandingan dengan individu lain yang mengalami situasi lebih

buruk, dan melihat sesuatu yang baik diluar dari masalah. Individu
46

cenderung untuk menggunakan strategi ini ketika mereka percaya mereka

dapat melakukan perubahan untuk mengubah kondisi yang menekan.

3. Penggolongan Mekanisme Koping

Mekanisme koping berdasarkan penggolongannya dibagi menjadi dua

(Wong et all, 2006) yaitu:

a. Mekanisme koping adaptif adalah mekanisme koping yang mendukung

fungsi integrasi, pertumbuhan, belajar dan mencapai tujuan. Kategorinya

adalah berbicara dengan orang lain, memecakan masalah secara efektif,

teknik relaksasi, latihan seimbang dan aktivitas konstruktif.

b. Mekanisme koping maladaptif adalah mekanisme koping yang

menghambat fungsi integrasi, memecah pertumbuhan, menurunkan

otonomi dan cenderung menguasai lingkungan. Kategorinya adalah

makan berlebihan/ tidak makan, bekerja berlebihan, menghindar.

4. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Strategi Coping

Menurut Mutadin (2002) cara individu menangani situasi yang

mengandung tekanan ditentukan oleh sumber daya individu yang meliputi a.

Kesehatan Fisik

Kesehatan merupakan hal yang penting, karena selama dalam

usaha mengatasi stres individu dituntut untuk mengerahkan tenaga yang

cukup besar.

b. keyakinan atau pandangan positif

Keyakinan menjadi sumber daya psikologis yang sangat penting,

seperti keyakinan akan nasib (external locus of control) yang

mengerahkan individu pada penilaian ketidakberdayaan (helplessness)

yang akan menurunkan kemampuan strategi coping.

c. Keterampilan memecahkan masalah


47

Keterampilan ini meliputi kemampuan untuk mencari informasi,

menganalisa situasi, mengidentifikasi masalah dengan tujuan untuk

menghasilkan alternatif tindakan, kemudian mempertimbangkan alternatif

tersebut sehubungan dengan hasil yang ingin dicapai, dan pada akhirnya

melaksanakan rencana dengan melakukan suatu tindakan yang tepat.

d. Keterampilan social

Keterampilan ini meliputi kemampuan untuk berkomunikasi dan

bertingkah laku dengan cara-cara yang sesuai dengan nilai-nilai sosial

yang berlaku dimasyarakat.

5. Proses Strategi Coping

Lazarus (dalam Safaria, 2009) mengatakan bahwa ketika individu

berhadapan dengan lingkungan yang baru atau perubahan lingkungan

(situasi yang penuh tekanan), maka akan melakukan penilaian awal (primary

appraisal) untuk menentukan arti dari kejadian tersebut. Kejadian tersebut

dapat diartikan sebagai hal yang positif, netral, atau negatif. Setelah

penilaian awal terhadap hal-hal yang mempunyai potensi untuk terjadinya

tekanan, maka penilaian sekunder (secondary appraisal) akan muncul.

Penilaian sekunder adalah pengukuran terhadap kemampuan individu dalam

mengatasi tekanan yang ada. Penilaian sekunder mengandung makna

pertanyaan, seperti apakah saya dapat menghadapi ancaman dan sanggup

menghadapi tantangan terhadap kejadian. Setelah memberikan penilaian

primer dan sekunder, individu akan melakukan penilaian ulang (re-appraisal)

yang akhirnya mengarah pada pemilihan strategi coping untuk penyelesaian

masalah yang sesuai dengan situasi yang dihadapi. Keputusan pemilihan

strategi coping dan respon yang dipakai individu untuk menghadapi situasi

yang penuh tekanan tergantung dari dua faktor. Pertama, faktor eksternal
48

dan kedua faktor internal. Faktor eksternal termasuk di dalamnya adalah

ingatan pengalaman dari berbagai situasi dan dukungan sosial, serta seluruh

tekanan dari berbagai situasi yang penting dalam kehidupan. Faktor internal,

termasuk didalamnya adalah gaya coping yang biasa dipakai seseorang

dalam kehidupan sehari-hari dan kepribadian seseorang tersebut. Setelah

keputusan dibuat untuk menentukan strategi coping yang dipakai, dengan

mempertimbangkan dari faktor eksternal dan internal, individu akan

melakukan pemilihan strategi coping yang sesuai dengan situasi tekanan

yang dihadapinya untuk penyelesaian masalah.

F. Harapan

1. Pengertian Harapan

Harapan adalah suatu kesempatan yang di berikan terjadi karena

perilaku. Harapan yang mempunyai nilai yang berkisar dari nol yang

menunjukan tidak ada kemungkinan bahwa suatu hasil akan muncul

sesudah perilaku atau tindakan tertentu, sampai angka positif satu yang

menunujukan kepastian bahwa hasil tertentu akan mengkuti suatu tindakan

atau perilaku ( hasibuan, 2008).

Dalam psikologi, harapan di defenisikan pertama kali oleh Lynch

(Raleigh dalam Rice, 2000). Lynch mendefenisikan harapan sebagai

pengetahuan mendasar bahwa situasi sulit dapat di atasi sehingga tujuan

dapat di capai. Kemudian Stotland (Raleigh dalam Rice, 2000) membuat

revolusi dalam pemahaman tentang konsep harapan dalam psikologi dengan

mengembangkan suatu kerangka konseptual tentang harapan dan

mengoperasionalkan konsep harapan. Stotland mendefenisikan bahwa

harapan adalah suatu ekspektansi terhadap pencapaian tujuan di masa


49

depan yang di tentukan oleh pentingnya tujuan tersebut bagi seseorang dan

motivasi dalam bertindak untuk meraih tujuan.

2. Faktor Yang Mempengaruhi Harapan

Berdasarkan pemahaman akan konsep Snyder tentang harapan ,

emosi positif atau negatif merupakan hasil dari pemikiran yang penuh

harapan terkait dengan pencapaian tujuan. Dalam berbagai situasi ketika

tujuan yang di harapkan di usahakan terwujud, perilaku seseorang untuk

mewujudkannya di tentukan oleh interaksi tiga hal (Snyder dalam Carr,,

2011), yaitu:

a. Derajat keberhargaan (valued) dari hasil tujuan yang di kembangkan dan

b. Pemikiran tentang cara atau jalur yang mungkin di lakukan menuju

pencapaian tujuan dan ekspektasi mengenai efektifitas dari cara atau jalur

tersebut dalam mencapai hasil atau tujuan yang di kembangkan dan

c. Pemikiran tentang agency pribadi dan seberapa efektif seseorang dalam

mengikuti jalur atau menjalankan cara menuju pencapaian tujuan

Sedangkan faktor-faktor yang mempengaruhi harapan menurut weil

2000, (dalam pramita 2008) mengemukakan bahwa terdapat beberapa

faktor yang dapat mempengaruhi harapan antara lain:

1) Dukungan sosial

Menurut Raleigh, harapan memiliki kaitan erat dengan dukungan

sosial. Dalam penelitiannya mengenai pasien yang menderita penyakit

kronis, mengatakan bahwa keluarga dan teman pada umumnya

diidentifikasikan sebagai sumber harapan untuk penderita penyakit

kronis dalam beberapa aktivitas seperti mengunjungi suatu tempat,

mendengarkan, dan berbicara, akan memberikan bantuan secara fisik.

Herth mengatakan bahwa mengidentifikasikan pertahanan hubungan


50

peran keluarga sebagai sesuatu yang penting bagi tingkat harapan dan

koping. Sebaliknya, kurangnya ikatan sosial di atribusikan sebagai hasil

kesehatan yang lebih buruk seperti peningkatan kesakitan dan

kematian awal. Individu mengekspresikan perasaan tidak berdaya

ketika mereka tidak mampu berkomunikasi dengan orang lain (Weil,

2000).

2) Kepercayaan religius

Kepercayaan religius dan spiritual telah di identifikasikan sebagai

sumber utama haraapan dalam beberapa penelitian. Kepercayaan

religius di jelaskan sebagai kepercayaan dan keyakinan seseorang

pada hal positif atau menyadarkan individu pada kenyataan bahwa

terdapat sesuatu atau tujuan yang telah di tetapkan sebelumnya untuk

situasi individu saat ini. Menurut Reed, spiritual merupakan konsep

yang lebih luas dan terfokus pada tujuan dan makna hidup serta

keterkaitan dengan orang lain, alam, ataupun dengan Tuhan. Raleigh

menyatakan bahwa kegiatan religius merupakan strategi kedua yang

paling umum untuk mempertahankan harapan dan juga sebagai

sumber dalam mendukung harapan pada pasien dengan penyakit

kronis.

3) Kontrol

Mempertahankan kontrol merupakan salah satu bagian dari

konsep harapan. Venning,dkk menyatakan mempertahankan kontrol

dapat di lakukan dengan cara mencari informasi, menentukan nasib

sendiri, dan kemandirian yang menimbulkan perasaan kuat pada

harapan individu. Kemampuan akan kontrol juga di pengaruhi self

efficacy (Weil, 2000) yang dapat meningkatkan persepsi individu


51

terhadap kemampuannya akan kontrol. Harapan dapat di korelasikan

dengan keinginan dalam kontrol, kemampuan untuk menentukan,

menyiapkan diri untuk melakukan antisipasi terhadap stres,

kepemimpinan, dan menghindari ketergantungan. Penelitian

menunjukan bahwa harapan memiliki hubungan yang positif dengan

persepsi seseorang mengenai kontrol. Penelitian lainnya menunjukan

bahwa individu yang memiliki sumber internal dalam kontrol memiliki

harapan bahwa mereka dapat mengontrol nasib mereka sendiri.

Sebaliknya, individu yang memiliki sumber kontrol eksternal berharap

untuk di kontrol oleh kekuatan atau paksaan yang berasal dari luar

dirinya.

3. Aspek-aspek harapan

Harapan yang di tanamkan dalam suatu kehidupan individu memiliki

beberapa aspek. Menurut snyder (2000), komponen-komponen yang

terkandung dalam teori harapan yaitu:

a. Goal

Goal atau tujuan adalah sasaran dari tahapan tindakan mental yang

menghasilkan komponen kognitif. Menurut Averill dkk ( dalam Snyder,

2000), tujuan menyediakan titik akhir dari tahapan perilaku mental individu.

Tujuan harus cukup bernilai agar dapat mencapai pemikiran sadar. Tujuan

dapat berupa tujuan jangka pendek maupun jangka panjang, namun

tujuan harus cukup bernilai untuk mengaktifkan pemikiran yang di sadari.

Dengan kata lain, tujuan harus memiliki kemungkinan untuk di capai tetapi

juga mengandung beberapa ketidakpastian. Pada suatu akhir dari

kontinum kepastian, kepastian yang absolut adalah tujuan dengan tingkat

kemungkina pencapaian 100 %. Tujuan seperti ini tidak


52

memerlukan harapan. Harapan berkembang dengan baik pada kondisi

tujuan yang memilki tingkat kemungkinan pencapaian sedang. Lopez dkk,

2003 menyatakan bahwa tujuan dapat berupa approach oriented in nature

( misalnya sesuatu yang positif yang di harapkan untuk terjadi) atau

preventative in nature ( misalnya sesuatu yang negatif yang ingin di

hentikan agar tidak terjadi lagi). Tujuan yang sangat beragam di lihat dari

tingkat kemungkinan untuk mencapainya. Bahkan suatu tujuan yang

tampaknya tidak mungkin untuk di capai pada waktunya akan dapat di

capai denga perencanaan dan usaha yang lebih keras.

b. Pathway thinking

Penjelasan mengenai ini menurut Snyder dkk ( dalam Lopez dkk,

2003) seseorang untuk dapat mencapai tujuan maka ia harus memandang

dirinya sebagai individu yang memiliki kemampuan untuk

mengembangkan suatu jalur untuk mencapai tujuan. Proses ini yang

dinamakan pathway thinking, yang menandakan kemampuan seseorang

untuk mengembangkan suatu jalur untuk mencapai tujuan yang di

inginkan. Hal ini di tandai dengan pernyataan pesan internal yang

meyakinkan diri sendiri seperti dirinya akan menemukan cara untuk

menyelesaikan suatu masalah.

Menurut Irving dkk (dalam Snyder, dkk 2002), pathway thinking

mencakup pemikiran mengenai kemampuan untuk menghasilkan suatu

atau lebih cara yang berguna untuk mencapai tujuan yang di inginkan.

Beberapa jalur yang di hasilkan akan berguna ketika individu menghadapi

hambatan, dan orang yang memiliki harapan yang tinggi merasa dirinya

mampu menemukan beberapa jalur alternatif dan umumnya mereka

sangat efektif dalam menghasilkan jalur alternatif.


53

c. Agency thinking

Menurut Irving dkk (dalam Snyder, dkk 2002), komponen

motivasional dalam teori harapan adalah agency, yaitu kapasitas untuk

menggunakan suatu jalur untuk mencapai tujuan yang di inginkan. Agency

mencerminkan persepsi individu bahwa ia mampu mencapai tujuannya

melalui jalur-jalur yang di pikirkannya, agency juga dapat mencerminkan

penilaian individu mengenai kemampuannya bertahan ketika menghadapi

hambatan dalam mencapai tujuannya. Orang yang memiliki harapan tinggi

menggunakan self talk seperti “saya dapat melakukan ini ”dan “saya tidak

akan berhenti sampai di sini”. Agency thinking penting dalam semua

pemikiran yang berorientasi pada tujuan, namun akan lebih berguna pada

saat individu menghadapi hambatan. Ketika individu menghadapi

hambatan, agency membantu individu menerapkan motivasi pada jalur

alternatif terbaik. Komponen agency dan pathway saling memperkuat satu

sama lain sehingga satu sama lain saling mempengaruhi dan di pengaruhi

secara berkelanjutan dalam proses pencapaian tujuan.

d. Kombinasi pathway thinking dan agency thinking

Menurut teori harapan, komponen pathway thinking dan agency

thinking merupakan komponen yang saling melengkapi, bersifat timbal

balik, dan berkorelasi positif, tetapi bukan meruoakan komponen yang

sama. Keadaan tersebut menjadikan teori harapan tersebut spesifik pada

kemampuan untuk menghasilkan rencana untuk mencapai tujuan dan

kepercayaan pada kemampuan untuk mengimplementasikan tujuan

tersebut. Individu yang memiliki kemampuan dalam agency thinking

seharusnya di sertakan juga dengan pathway thinking. Namun, beberapa

individu tidak mengalami hal tersebut.


54

Penelitian menunjukan bahwa tidak semua individu yang memilki

agency thinking dan pathway thinking. Jika individu memiliki keduanya,

dapat di katakan bahwa ketika individu tersebut memiliki harapan tinggi.

Hal tersebut di sebabkan karena salah satunya tidak cukup untuk

membentuk harapan yang tinggi. Individu yang memiliki pathway thinking

dan agency thinking rendah, hanya memiliki sedikit keyakinan bahwa

mereka akan meraih kesuksesan dalam mewujudkan tujuannya. Individu

dengan karakteristik seperti ini terkadang juga memiliki masalah, yaitu

tidak memiliki tujuan sama sekali.

Harapan yang rendah memiliki dampak bagi keseluruhan kehidupan

individu. Tanpa keinginan untuk bertindak dan perencanaan, individu dapat

mengalami depresi. Perasaan depresi tersebut muncul karena individu

berpikir bahwa mereka tidak mempunyai kemampuan untuk mendapatkan

tujuan mereka. Selain itu, emosi negatif dapat semakin meningkat jika

individu tidak memiliki kemampuan untuk mendefenisikan tujuan secara

jelas. Individu yang memiliki kemampuan dalam agency thinking

seharusnya di sertakan juga dengan pathway thinking. Namun, beberapa

individu tidak mengalami hal tersebut. Individu dengan agency thinking

tinggi dan pathway thinking rendah memiliki keyakinan untuk meraih

tujuan yang di inginkan. Namun, individu dengan karakteristik seperti ini

memilki masalah dalam berpikir mengenai cara yang paling berhasil untuk

mencapai tujuannya. Jika individu terlalu lama berada dalam keadaan ini,

maka individu tersebut dapat mengalami kemarahan atau frustasi.

Selanjutnya individu tersebut akan kehilangan agency thinking-nya.


55

Individu dengan agency thinking rendah dan pathway thinking

tinggi, merupakan individu yang memiliki energi mental yang cukup untuk

mewujudkan rencana yang di miliki. Individu yang berada dalam keadaan

ini akan mengalami burnout. Banyak individu yang memiliki agency

thinking rendah terlihat seperti mengerjakan sesuatu yang dapat membuat

orang lain terkesan. Namun, individu tersebut sebenarnya tetap berada

dalam tahap yang sama. Individu yang memiliki agency thinking dan

pathway thinking tinggi, adalah individu yang menyimpan tujuan yang jelas

dan memikirkan cara untuk meraih tujuan tersebut di dalam pikiran

mereka. Mereka mudah berinteraksi dengan orang lain dan memanfaatkan

kesempatan untuk mendapatkan hal-hal yang mereka inginkan. Mereka

merupakan individu yang fokus terhadap tujuan serta bebas bergerak dari

ide yang satu menuju yang lain untuk mendapatkan hal-hal yang mereka

inginkan. Individu yang memiliki harapan tinggi memiliki pikiran yang

sangat aktif dan memiliki keyakinan bahwa terdapat berbagai pilihan yang

tersedia untuk mencapai tujuan mereka.

Individu yang memiliki keduanya merupakan contoh individu yang

memiliki harapan tinggi. Harapan yang tinggi menyebabkan individu

memperoeh berbagai keuntungan ketika menghadapi hal yang sulit.

Dalam beberapa situasi kehidupan langkah individu sering kali di rintangi

oleh seseorang atau sesuatu. Namun individu yang memiliki harapan

tinggi dapat memikirkan jalan alternatif menuju tujuan dan langsung di

terapkan pada jalan yang terlihat efektif.


56

G. Atribusi

1. Pengertian Atribusi

Menurut Fritz Heider sebagai pencetus teori atribusi, teori atribusi

merupakan teori yang menjelaskan tentang perilaku seseorang. Teori atribusi

menjelaskan mengenai proses bagaimana kita menentukan penyebab dan

motif tentang perilaku seseorang. Teori ini mengacu tentang bagaimana

seseorang menjelaskan penyebab perilaku orang lain atau dirinya sendiri

yang akan di tentukan apakah dari internal misalnya sifat, karakter, sikap,

dan lain-lain ataupun eksternal misalnya tekanan situasi atau keadaan

tertentu yang akan memberikan pengaruh terhadap perilaku individu

(Luthans, 2005).

Menurut Dayakisni (2005) atribusi merupakan proses yang di lakukan

untuk mencari sebuah jawaban atau pertanyaan mengapa atau apa

sebabnya atas perilaku orang lain ataupun diri sendiri. Proses atribusi ini

sangat berguna untuk membantu pemahaman kita akan penyebab perilaku

dan merupakan mediator penting bagi reaksi kita terhadap dunia sosial.

Menurut Sarwono (2009), atribusi merupakan analisis kausal, yaitu

penafsiran terhadap sebab-sebab dari mengapa sebuah fenomena

menampilkan gejala-gejala tertentu. Baron (2004), atribusi berarti upaya kita

untuk memahami penyebab di balik perilaku orang lain, dan dalam beberapa

kasus, juga penyebab di balik perilkau kita sendiri. Atribusi merupakan suatu

proses penilaian tentang penyebab, yang di lakukan individu setiap hari

terhadap berbagai peristiwa dengan atau tanpa di sadari.

Atribusi merupakan salah satu proses pembentukan kesan. Atribusi

mengacu pada bagaimana orang menjelaskan penyebab perilaku orang lain

atau dirinya sendiri. Atribusi adalah proses di mana orang menarik


57

kesimpulan mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku orang lain.

Teori atribusi memandang individu sebagai psikologi amatir yang mencoba

memahami sebab-sebab yang terjadi pada berbagai peristiwa yang di

hadapinya. Teori atribusi mencoba menemukan apa yang menyebabkan apa,

atau apa yang mendorong siapa melakukan apa. Respon yang kita berikan

pada suatu peristiwa bergantung pada interpretasi kita tentang peristiwa itu

(Harold Kelley, 2010). Pada dasarnya teori atribusi menyatakan bahwa bila

individu-individu mengamati perilaku seseorang, mereka mencoba untuk

menentukan apakah itu di timbulkan secara internal atau eksternal (Robbins,

1996). Perilaku yang di sebabkan secara internal adalah perilaku yang di

yakini berada di bawah kendali pribadi individu itu sendiri atau berasal dari

faktor internal seperti ciri kepribadian, kesadaran, dan kemampuan. Hal ini

merupakan atribusi internal. Sedangkan perilaku yang di sebabkan secara

eksternal adalah perilaku yang di pengaruhi dari luar atau dari faktor

eksternal seperti pengaruh sosial dari orang lain, artinya individu akan

terpaksa berperilaku karena situasi. Ini merupakan atribusi eksternal.

Penentuan internal atau eksternal tergantung pada tiga faktor antara

lain sebagai berikut:

a. Kekhususan, artinya seseorang akan mempersepsikan perilaku individu

lain secara berbeda dalam situasi yang berlainan. Apabila perilaku

seseorang di anggap suatu hal yang luar biasa maka individu lain yang

bertindak sebagai pengamat akan memberikan atribusi eksternal terhadap

perilaku tersebut. sebaliknya jika hal itu di anggap hal yang biasa, maka

akan di nilai sebagai atribusi internal.

b. Konsensus, artinya jika semua orang mempunyai kesamaan pandangan

dalam merespon perilaku seseorang dalam situasi yang sama. Apabila


58

konsensusnya tinggi, maka termasuk atribusi internal. Sebaliknya jika

konsensusnya rendah, maka termasuk atribusi eksternal.

c. Konsestensi, yaitu jika seorang menilai perilaku-perilaku orang lain dengan

respon sama dari waktu ke waktu. Semakin konsisten perilaku itu, orang

akan menghubungkan hal tersebut dengan sebab-sebab internal

(Robbins, 1996).

2. Dimensi Atribusi

Atribusi terdiri dari tiga dimensi yaitu:

a. Lokasi penyebab, masalah pokok yang paling umum dalam persepsi

sebab akibat adalah apakah suatu peristiwa atau tindakan tertentu di

sebabkan oleh keadaan internal (hal ini di sebut sebagai atribusi internal)

atau kekuatan eksternal (atribusi eksternal).

b. Stabilitas, dimensi sebab akibat yang kedua adalah berkaitan dengan

pertanyaan apakah penyebab dari suatu peristiwa atau perilaku tertentu

itu stabil atau tidak stabil. Dengan kata lain stabilitas mengandung makna

seberapa permanen atau berubah-ubahnya suatu sebab.

c. Pengendalian, dimensi ini berkaitan dengan pernyataan apakah suatu

penyebab dapat di kendalikan atau tidak dapat di kendalikan oleh seorang

individu.

3. Tujuan Melakukan Proses Atribusi

Ada dua macam asumsi tentang tujuan proses atribusi

a. Proses atribusi mempunyai tujuan untuk memperoleh pemahaman

terhadap dunia. Kesimpulan-kesimpulan di buat untuk memahami

lingkungan dan memprediksi kejadian-kejadian di masa yang akan

datang.
59

b. Proses atribusi yang di pelajari secara alami dan mempunyai tujuan untuk

menjelaskan tindakan-tindakanya sendiri serta berusaha untuk

mengendalikan tindakan-tindakan orang lain yang mempunyai hubungan

interpersonal dekat dengan dirinya.

4. Model-Model Proses Atribusi

a. Model Heider

Analisa secara sistematik tentang bagaimana orang

menginterprestasikan sebab perilaku orang lain pada awalnya di lakukan

oleh Heider (dalam Hudaniah, 2006). Heider mengemukakan bahwa

masing-masing dari kita dalam interaksi sehari-hari dengan orang lain

akan bertingkah laku mirip seorang ilmuwan. Dalam menginterprestasi

perilkau orang lain, orang menggunakan prinsip-prinsip kausal yang

naluriah dan commonsense psikologi dalam memutuskan apakah perilaku

orang lain di atribusikan pada faktor disposisi internal atau tidak. Menurut

model Heider, perilaku seseorang dapat di simpulkan disebabkan oleh

kekuatan-kekuatan internal (termasuk disposisi). Kekuatan-kekuatan

lingkungan terdiri dari faktor situasi yang menekan, sehingga

memunculkan perilaku tertentu. Kekuatan-kekuatan internal di lihat

sebagai hasil dari kemampuan, power dan usaha yang di tunjukan

seseorang.

b. Teori inferensi korespondensi

Edward Jones dan koleganya (dalam Hudaniah 2006), mempelajari

pengaruh kekuatan disposisional dan lingkungan pada atribusi kausal.

Mereka menganalisa kondisi-kondisi yang memunculkan atribusi

disposisional, atau apa yang mereka sebut dengan istilah inferensi

korespondensi yaitu kasus di mana pengamat memutuskan bahwa


60

disposisi khusus dari actor (persin stimuli) adalah penjelasan yang cukup

masuk akal bagi perilaku atau tindakan.

c. Teori Kelley atribusi kausal

Atribusi kausal memfokuskan diri pada pertanyaan apakah perilaku

seseorang berasal dari faktor internal atau eksternal. Untuk menjawab

pertanyaan ini ada beberapa aspek yang harus di pertimbangkan yaitu

consensus, konsistensi, dan distingsi. Ketika terdapat dua atau lebih

kemungkinan faktor penyebab suatu perilaku, kita cenderung untuk

mengabaikan peran. salah satu dari antaranya hal ini di kenal sebagai

suatu efek discounting. Ketika suatu penyebab yang memfasilitasi

munculnya suatu perilaku dan penyebab yang mengeliminasi terjadinya

suatu perilaku, keduanya sama-sama hadir namun perilkau tersebut tetap

muncul.

Teori ini dapat menyimpulkan bahwa:

1) Atribusi di arahkan ke faktor internal jika konsensus dan keunikan

rendah, tetapi konsistensinya tinggi

2) Atribusi di arahkan ke faktor eksternal jika konsensus, konsistensi dan

keunikan tinggi.

3) Atribusi di arahkan ke kombinasi faktor internal dan eksternal jika

konsensus rendah, konsistensi dan keunikan tinggi.


61

H. Kerangka Teori

The Stage of Substance Use merupakan sebuah teori pengembangan

dari (teori perubahan perilaku) yang menjelaskan tentang tahapan penggunaan

bahan adiktif yaitu alkohol, rokok, narkoba. Teori ini dikembangkan oleh

Prochaska & Diclemente (Ogden, 2004). The Stage of Substance Use terdiri

atas beberapa tahap pengembangan perubahan perilaku yang di dalamnya

memuat lima tahap proses berhentinya seseorang menggunakan zat adiktif,

lima tahapan ini di sebut Transtheoretical Model of Behaviour Change. Pada

tahap proses untuk berhenti terdapat lima tahap yaitu:

1. Precontemplation, yaitu seseorang belum mengakui bahwa ada masalah

perilaku yang di ubah dan tidak berniat untuk mengambil tindakan di masa

mendatang, biasanya diukur sebagai 6 bulan berikutnya.

2. Contemplation, yaitu sesorang orang mulai mengakui bahwa ada masalah

dan merencanakan untuk melakukan perubahan dalam 6 bulan mendatang

3. Preparation, persiapan atau penentuan seseorang untuk berubah

4. Action, yaitu seseorang mulai mengubah perilaku dan telah membuat

modifikasi terbuka tertentu dalam gaya hidup mereka dalam 6 bulan terakhir.

5. Maintenance, seseorang yang bekerja untuk mencegah kambuh, tahap yang

diperkirakan terakhir dari 6 bulan sampai sekitar 5 tahun.

Faktor yang mempengaruhi dalam tahap ini adalah proses

pengenalan, pemeliharaan, Pada kedua tahap ini terdapat faktor-faktor lain

seperti kepercayaan, faktor sosial, intervensi kesehatan masyarakat. Proses

untuk berhenti di pengaruhi oleh intervensi klinik, self help. Kemudian pada

tahap relapse yaitu tahap di mana seseorang kembali ke perilaku awal yang

lebih tua dan meninggalkan perubahan baru, tahap relapse prevention


62

(strategi koping, harapan dan atribusi) sangat berperan penting dalam

mengatasi masalah relapse.


63

Clinical intervention
Beliefs
 Disease perspective
 Susceptibility (e.g.nicotinereplacement)
 Seriousness  Social learning perspective
 Costs (e.g. aversion therapy, contracts, cue
 Benefits exposure, self-management)
 Expectancies

Cessation As A
Process
Initiation Maintenance Relapse
 Precontemplation
 Contemplation
 Action
 Maintenance
Social Factors Public Health
Interventions
 Parental Behaviour
 Parental Beliefs  Doctor’s Advice
 Peer Group Pressure  Worksite Interventions Self Help Relapse
 Community Approaches prevention
 Government Policy  coping

 expectancies
 attributions

Kerangka Teori : The Stage Of Subtance Use


BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Desain penelitian ini adalah deskriptif kuantitatif, yaitu menjelaskan

hubungan antar variabel dengan menganalisis data numerik (angka)

menggunakan metode statistik melalui pengujian hipotesa (Notoatmodjo, 2010).

Desain penelitian yang di gunakan adalah menggunakan studi analitik melalui

pendekatan cross sectional.

Desain penelitian cross sectional di lakukan satu kali pada saat itu juga

untuk melihat pengaruh faktor yang berpengaruh terhadap kekambuhan residen

penyalahguna narkoba di Balai Rehabilitasi Tanah Merah Kota Samarinda

B. Waktu dan Tempat Penelitian

1. Waktu

Penelitian di lakukan pada tanggal 20-23 Agustus tahun 2017

2. Tempat

Penelitian dilaksanakan di Balai Rehabilitasi Badan Narkotika Nasional

Tanah Merah Kota Samarinda

C. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Menurut Sugiyono (2015), populasi adalah wilayah generalisasi yang

terdiri atas objek atau subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik

tertentu yang di tetapkan oleh peneliti untuk di pelajari dan kemudian di tarik

kesimpulannya. Populasi dalam penelitian ini ialah seluruh residen yang

sedang di rehabilitasi di tahap primary dan Re-entry yang berjumlah 46 orang

64
65

di Balai Rehabilitasi Badan Narkotika Nasional Tanah Merah Kota

Samarinda.

2. Sampel

Menurut Sastroasmoro dan Ismael (2008), sampel adalah bagian dari

populasi yang di pilih dengan cara tertentu hingga di anggap dapat mewakili

populasinya. Teknik penentuan sampel pada penelitian ini dinamakan teknik

sampling jenuh di mana semua anggota populasi dijadikan sebagai sampel

karena masih di bawah 100 (Sugiyono, 2015). Sampel pada penelitian ini

adalah seluruh residen yang berada di tahap primary dan Re-entry yang

berjumlah 46 orang

D. Kerangka konsep penelitian

Suatu konsep penelitian merupakan sebuah kerangka hubungan antara

konsep-konsep yang akan di lakukan penelitian. Konsep-konsep yang mana di

jabarkan dalam bentuk variabel-variabel. Konsep penelitian itu sendiri adalah

merupakan pengejawantahan dari pada sebuah hipotesis penelitian, yang

penjabarannya di lakukan melalui kegiatan koleksi dan analisis data kemudian

di simpulkan dalam rangka untuk bahan pembuktian dari hipotesis tersebut

(Imron dan Munif, 2010).

Berikut ini adalah kerangka konsep yang di buat dalam bentuk bagan

adalah sebagai berikut:

Strategi Koping Kekambuhan Pada


Residen Penyalahgunaan
Narkotika Di Balai
Harapan Rehabilitasi Badan
Narkotika Nasional Tanah
Merah Kota Samarinda
Atribusi
66

E. Hipotesis Penelitian

Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap masalah yang

di hadapi, sebagai alternatif tindakan yang di pandang paling tepat untuk

memecahkan masalah yang telah di pilih untuk di teliti (Mulyasa, 2011).

Adapun hipotesis dalam penelitian ini adalah :

1. Ada hubungan antara Strategi koping residen dengan kekambuhan pada

residen penyalahgunaan narkotika di Balai Rehabilitasi Badan Narkotika

Nasional Tanah Merah Kota Samarinda

2. Ada hubungan antara Harapan residen dengan kekambuhan pada residen

penyalahgunaan narkotika di Balai Rehabilitasi Badan Narkotika Nasional

Tanah Merah Kota Samarinda

3. Ada hubungan antara Atribusi residen dengan kekambuhan pada residen

penyalahgunaan narkotika di Balai Rehabilitasi Badan Narkotika Nasional

Tanah Merah Kota Samarinda.

F. Variabel Penelitian

Variabel dalam penelitian ini terdiri dari variabel Independen atau bebas

dan variabel` dependen atau terikat sebagai berikut :

1. Variabel Dependen dalam penelitian ini adalah kekambuhan pada residen

penyalahgunaan narkotika

2. Variabel Independen dalam penelitian ini adalah strategi koping, harapan,

dan atribusi.

G. Defenisi Operasional

Menurut Suryabrata (dalam Siswanto, 2014) defenisi operasional adalah

defenisi yang dapat di amati. Pada konsep yang dapat di amati, terbuka

kemungkinan bagi orang lain selain peneliti untuk melakukan hal yang serupa
67

sehingga apa yang di lakukan oleh peneliti terbuka untuk di uji kembali lagi oleh

orang lain. Dengan kata lain defenisi opersional adalah pernyataan yang sangat

jelas sehingga tidak menimbulkan kesalahpahaman penafsiran karena dapat di

observasi dan di buktikan perilakunya.

Membuat defenisi operasional adalah menetapkan bagaimana mengukur

variabel. Peneliti yang berbeda dapat menggunakan defenisi operasional yang

berbeda untuk pengukurannya.

Tabel 3.1 Defenisi Operasional

No Variabel Defenisi Operasional Alat Kategori Skala


Ukur Ukur
1. Strategi Suatu respon individu untuk Lembar Data berdistribusi Nominal
koping mengatasi stressor yang kuisioner tidak normal
dipengaruhi oleh kondisi maka:
pasca penyalahguna Coping maladaptif
narkoba sehingga individu ≤ median (96)
dapat beradaptasi dengan Coping adaptif
lingkungan meliputi koping median > (96)
individu yang berorientasi
pada situasi, keagamaan,
pencegahan, eksistensi
dan restrukturisasi diri.
2. Harapan Kemampuan untuk Lembar Data berdistribusi Ordinal
merencanakan suatu cara kuisioner tidak normal
atau jalur menuju tujuan maka:
yang di harapkan yaitu Harapan rendah
tidak menyalahgunakan ≤ median (50)
narkoba dan dapat Harapan tinggi
menjalankan kehidupan median > (50)
sosial sesuai dengan
norma-norma yang berlaku
di masyarakat meskipun
menjumpai hambatan dan
motivasi untuk
menggunakan cara atau
jalur tersebut.
3. Atribusi Bagaimana seseorang Lembar Data berdistribusi Ordinal
menjelaskan penyebab kuisioner tidak normal
perilaku orang lain atau maka:
dirinya sendiri (faktor Atribusi rendah ≤
internal seperti sifat, median (51)
karakter, sikap, dan lain- Atribusi tinggi >
lain ataupun eksternal median (51)
seperti tekanan situasi atau
keadaan tertentu yang
akan memberikan
pengaruh terhadap perilaku
seorang penyalahguna
narkoba untuk kembali
68

menyalahgunakan
narkoba)

4. Kekambuh Mantan penyalahguna Lembar 0. Kambuh Nominal


an residen narkoba yang sudah kuisioner (apabila
penyalahgu sempat bersih, namun responden
na narkoba kembali menggunakan pernah
narkoba berhenti
menggunakan
narkoba, dan
kembali lagi
menggunakan
> 6 bulan
1. Tidak kambuh
(apabila
responden
belum pernah
berhenti
menggunakan
narkoba atau
pernah
berhenti
menggunakan
narkoba, dan
kembali lagi
menggunakan
< 6 bulan
(McKenzie dan
Smeltzer, 2000)

H. Sumber Data Penelitian

1. Data Primer

Data primer dalam penelitian ini di lakukan dengan wawancara dan

observasi langsung kepada residen dengan menggunakan kuisioner yang

meliputi, riwayat rehabilitasi (berapa kali menjalani rehabilitasi, berhenti

menggunakan narkoba dari kemauan diri sendiri atau setelah mengikuti

rehabilitasi), pekerjaan sebelum menjalani rehabilitasi dan berapa lama

telah menyalahgunakan narkoba.

2. Data Sekunder

Data sekunder dalam penelitian ini berasal dari hasil penelitian dan

terbitan buku Badan Narkotika Nasional, laporan kinerja Badan Narkotika

Nasional Provinsi Kalimantan Timur, Badan Narkotika Nasional Kota


69

Samarinda, serta data bulanan dari Balai Rehabilitasi Badan Narkotika

Nasional Tanah Merah.

I. Instrumen Penelitian

Pada prinsipnya meneliti adalah melakukan pengukuran terhadap

fenomena sosial maupun alam. Meneliti adalah melakukan pengukuran, maka

harus ada alat ukur yang baik. Alat ukur dalam penelitian ini biasanya di

namakan instrument penelitian. Jadi instrumen penelitian adalah suatu alat

yang di gunakan untuk mengukur fenomena alam maupun sosial yang di amati

(Sugiyono, 2015).

Pengukuran variabel strategi koping, harapan, dan atribusi menggunakan

skala likert. Skala likert digunakan untuk mengukur sikap, pendapat, dan

persepsi seseorang atau sekelompok orang tentang fenomena sosial. Skala ini

meminta responden menunjukan tingkat persetujuan atau ketidaksetujuannya

terhadap serangkaian pertanyaan tentang suatu objek. Di dalam setiap bagian

kuesioner, setiap responden mempunyai 5 alternatif jawaban. Tiap prioritas dari

keempat poin tersebut disesuaikan dengan jenis pernyataan. Jenis pernyataan

yang menekankan perasaan favorable memiliki skala prioritas dari alternatif

jawaban yaitu:

SS = Sangat Setuju diberi skor

5 ST =Setuju diberi skor 4

RG =Ragu-ragu diberi skor 3 TS =Tidak

Setuju diberi skor 2 STS=Sangat Tidak

Setuju diberi skor 1

Jenis pertanyaan yang tidak menekankan perasaan unfavorable

memiliki skala prioritas dari alternatif jawaban sebagai berikut


70

SS= Sangat Setuju diberi skor 1

ST=Setuju diberi skor 2

RG=Ragu-ragu diberi skor 3

TS=Tidak Setuju diberi skor 4

STS=Sangat Tidak Setuju diberi skor 5

J. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah

teknik wawancara yang merupakan teknik pengumpulan data untuk

memperoleh informasi langsung dari sumbernya guna menemukan jawaban

terhadap permaslahan yang diteliti (Arifin, 2011). Adapun wawancara ini

dilengkapi dengan kuesioner tertutup yang kemudian digunakan sebagai

pedoman peneliti untuk mewawancarai responden.

K. Uji Validitas dan Reliabilitas

1. Uji validitas

Validitas berasal dari kata validity yang memiliki arti yaitu sejauh mana

ketepatan suatu alat ukur dalam mengukur suatu data (Sugiyono, 2015).

Untuk mengetahui validitas suatu instrumen (kuesioner) dilakukan dengan

cara mengukur korelasi setiap pertanyaan pada kuesioner dengan skor total

variabel dari nilai corrected item total correlation pada hasil reability. Nilai r

tabel untuk responden yang berjumlah 20 orang dengan nilai α = 5% adalah

0,444.

Keputusan uji pada uji validitas adalah sebagai berikut :

a. Jika nilai r hitung > nilai r tabel (>0,444), maka pertanyaan tersebut

dinyatakan valid.
71

b. Jika nilai r hitung < nilai r tabel (<0,444), maka pertanyaan tersebut

dinyatakan tidak valid.

Adapun hasil uji validitas pada keseluruhan item pertanyaan pada

masing-masing variabel yang digunakan dalam instrument penelitian

dapat dilihat pada tabel sebagai berikut :

Tabel 3.2 Uji Validitas Instrumen Penelitian


No. B. Strategi Koping No. Item Pertanyaan/Pernyataan
n1, n2, n3, n4, n5, n6, n7, n8, n11,
n12, n13, n14, n15, n16, n17, n18,
Valid ( r hitung> 0,444) n21, n22, n23, n24, n25, n26, n27,
n28, n31, n32, n33, n34, n35, n36,
1 n37, n38
2 Tidak Valid ( r hitung< 0,444) n9, n10, n19, n20, n29, n30, n39

No. C. Harapan No. Item Pertanyaan/Pernyataan


n1, n2, n3, n4, n5, n6, n7, n9, n10,
Valid ( r hitung> 0,444) n11, n12, n13, n15, n16, n17, n18,
1 n19, n20, n22, n23, n24, n28, n29
2 Tidak Valid ( r hitung< 0,444) n8, n14, n21, n25, n26, n27, n30

No. D. Atribusi No. Item Pertanyaan/Pernyataan


n1, n2, n3, n4, n5, n6, n7, n9, n11,
Valid ( r hitung> 0,444) n12, n14, n15, n18, n19, n20, n22,
1 n24, n25, n26, n27, n29
Tidak Valid ( r hitung< 0,444) n8, n10, n13, n16, n17, n21, n23,
2 n28, n30

2. Uji reliabilitas

Reliabilitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan sejauh mana

suatu pengukuran dapat memperoleh hasil yang konsisten apabila dilakukan

pengukuran sebanyak dua kali atau lebih terhadap gejala yang sama dan

dengan alat ukur yang sama (Sugiyono, 2015). Uji reliabilitas dilakukan

dengan menggunakan nilai alpha dan di konsultasikan dengan nilai r tabel

product moment. Uji signifikan dilakukan pada taraf alpha = 0,05 atau 5%.
72

Kaidah keputusannya adalah instrument dikatakan reliable jika nilai alpha

lebih dari nilai r tabel. Dan sebaliknya jika nilai alpha kurang dari nilai r tabel

maka instrument tidak reliable.

Adapun hasil uji reabilitas dalam penelitian ini di dapatkan bahwa

semua pertanyaan pada angket yang digunakan merupakan pertanyaan

yang reliable karena nilai Alpha ≥ r tabel (0,444). Adapun nilai tersebut yaitu

untuk variabel Startegi Koping sebesar 0,756, variabel Harapan sebesar

0,752, dan variabel Atribusi sebesar 0,760.

L. Teknik Analisis Data

1. Pengolahan Data

Adapun langkah-langkah dalam pengolahan data dalam penelitian ini

adalah sebagai berikut :

a. Editing

Editing adalah pengecekan atau pengoreksian data yang telah di

kumpulkan karena kemungkinan data yang masuk (raw data) atau data

yang terkumpul tidak logis dan meragukan (Hasan, 2004). Tujuan editing

adalah untuk menghilangkan kesalahan-kesalahan yang terdapat pada

pencatatan di lapangan dan bersifat koreksi. Pada kesempatan ini,

kekurangan data atau kesalahan data dapat di lengkapi atau di perbaiki

baik dengan pengumpulan data ulang ataupun dengan interpolasi

( penyisipan)

b. Coding

Coding adalah pemberian atau pembuatan kode-kode pada tiap-

tiap data yang termasuk dalam kategori yang sama. Kode adalah isyarat

yang di buat dalam bentuk angka atau huruf yang memberikan petunjuk
73

atau identitas pada suatu informasi atau data yang akan di analisis

(Hasan, 2004).

c. Tabulasi

Tabulasi adalah membuat tabel-tabel yang berisikan data yang

telah di beri kode sesuai dengan analisis data yang di butuhkan.

2. Analisis Data

Analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara sistemais

data yang di peroleh dari hasil kuisioner atau angket, wawancara, catatan

lapangan, dan dokumentasi dengan cara mengorganisasikan data ke dalam

kategori, menjabarkan ke dalam unit-unit, menyusun ke dalam pola, memilih

mana yang penting dan yang akan di pelajari, dan membuat kesimpulan

sehingga mudah di pahami oleh diri sendiri maupun orang lain (siswanto,

2014).

Tahap analisis yang di lakukan dalam penelitian ini adalah:

a. Analisis univariat

Analisis data secara univariat di lakukan untuk mendapatkan

gambaran distribusi frekuensi responden. Analisa ini di gunakan untuk

memperoleh gambaran pada masing-masing variabel

b. Analisis bivariat

Analisis bivariat merupakan analisis hasil dari variabel yang diteliti

(variabel bebas), yang diduga mempunyai hubungan dengan variabel

terikat. Sebelum melakukan uji bivariat, maka dilakukan uji normalitas data

terlebih dahulu. Karena sampel penelitian berjumlah kurang dari 50 maka

menggunakan uji shapiro wilk. Dalam hal ini data berdistribusi tidak

normal maka menggunakan uji non parametrik yaitu uji chi square.
74

Menggunakan derajat kepercayaan (CI) 95 % dan α = 5 %. Jika p<0,05

maka Hipotesis nol (Ho) ditolak, begitu pula sebaliknya jika p > 0,05 maka

Ho diterima.
75

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil

1. Karakteristik Tempat Penelitian

Balai Rehabilitasi Badan Narkotika Nasional (BNN) Tanah Merah Kota

Samarinda adalah unit pelaksana teknis di lingkungan Badan Narkotika

Nasional. Balai Rehabilitasi ini terletak di Jl. Ruas Samarinda Bontang KM.6,

Kelurahan Tanah Merah, Kecamatan Samarinda Utara. Operasional di mulai

pada bulan november tahun 2013 dan di resmikan pada tanggal 11 oktober

2014 oleh kepala BNN saat itu, Dr. H. Anang Iskandar dan Gubernur

Kalimantan Timur Dr. H.Awang Faroek Ishak. Visi Balai Rehabilitasi BNN

Tanah Merah yaitu “Menjadi pusat rujukan pelayanan rehabilitasi medis dan

sosial se-Indonesia bagian tengah bagi penyalahguna dan atau pecandu

narkoba secara professional. Misi dari Balai Rehabilitasi BNN Tanah merah

itu sendiri antara lain:

a. Melaksanakan pelayanan secara terpadu rehabilitasi medis dan sosial

bagi penyalahguna dan atau pecandu narkoba.

b. Memfasilitasi pengkajian dan pengembangan rehabilitasi.

c. Melaksanakan administrasi yang cepat dan tepat.

d. Memberikan dukungan informasi dalam rangka pelayanan pencegahan,

pemberantasan-pembarantasan penyalahgunaan dan pembebasan

pelaksanaan pencegahan dan peredaran gelap narkoba.

Terdapat dua jenis alur pelayanan rehabilitasi yang di jalankan di

Balai Rehabilitasi BNN Tanah Merah Kota Samarinda yaitu rehabilitasi

sosial dan rehabilitasi medis. Tahap awal yang di lakukan pada saat

residen akan menjalani rehabilitasi ialah Initial Intake yang di dalamnya di


76

lakukan pemeriksaan urin, wawancara, pemeriksaan fisik, pemberian

terapi simptomatik dan rencana terapi. Tahap berikutnya ialah rehabilitasi

medis berupa detoksifikasi yang di lakukan selama 2 minggu. Detoksifikasi

ialah suatu rangkaian intervensi yang bertujuan untuk menatalaksanakan

kondisi akut dari intoksikasi maupun putus zat, yang diikuti dengan

pembersihan zat dari tubuh penyalahguna atau ketergantungan narkoba.

Setelah detoks akan berlanjut ke tahap entry unit/stabilisasi selama 2

minggu residen akan menjalani kegiatan komunitas pada tahap orientasi

berfokus pada penyesuaian diri melalui beberapa strategi spesifik yaitu

isolasi relatif, intervensi krisis, orientasi fokus, dan konseling.

Berikut rehabilitasi sosial yaitu pada fase primary (2 bulan) residen

mulai bersosialisasi dan bergabung dalam komunitas terstruktur yang

memiliki hirarki, jadwal harian, terapi kelompok, seminar, konseling dan

departemen kerja sebagai media pendukung perilaku. Tahap ini di lakukan

dalam tiga tahap yaitu younger member, middle member, older member.

Setelah selesai residen berlanjut ke fase re-entry yang berlangsung

selama 1 bulan dan fase ini merupakan tahap akhir dalam program TC di

mana residen berada dalam tahap adaptasi dan kembali bersosialisasi

dengan masyarakat luas di luar komunitas. Berikut ialah tahap

pascarehabilitasi yang wajib di jalankan residen setelah mengakhiri proses

rehabilitasi di balai yaitu program rumah damping di Rumah Damping

Borneo dengan tujuan agar residen di bekali ketrampilan-ketrampilan

untuk kembali melanjutkan kehidupan bermasyarakat.


77

2. Karakteritik Responden

Berdasarkan hasil penelitian yang di lakukan di Balai Rehabilitasi

Badan Narkotika Nasional Tanah Merah Kota Samarinda maka di peroleh

karakteristik responden yaitu sebagai berikut: a. Usia

Usia adalah indikator yang menunjukkan besaran waktu dari suatu

benda ataupun makhluk hidup mulai dari lahir (makhluk hidup) ataupun

dibuat (benda) hingga saat dilakukan suatu pengukuran terhadap usia di

masa yang ditentukan. Berdasarkan distribusi residen menurut usia di

Balai Rehabilitasi Badan Narkotika Nasional Tanah merah Kota Samarinda

didapatkan usia termuda residen 19 tahun dan usia tertua residen 38

tahun. Berikut adalah tabel yang menunjukan distribusi usia residen

menurut pengelompokan usia Depkes RI 2006.

Tabel 4.1 Distribusi residen menurut usia di Balai Rehabilitasi Badan


Narkotika Nasional Tanah Merah Kota Samarinda Tahun 2018
Usia (Tahun) Frekuensi (n) Persentase (%)
17-25 Tahun 14 30,4
26-35 Tahun 26 56,5
36-45 Tahun 6 13,0
Total 46 100

Berdasarkan tabel 4.1 menunjukan bahwa dari 46 residen di Balai

Rehabilitasi Badan Narkotika Nasional Tanah Merah Kota Samarinda,

kelompok usia residen dengan distribusi terbanyak berada pada usia 26-

35 tahun yaitu sebanyak 26 residen (56,5%) sedangkan untuk kelompok

usia dengan distribusi terendah berada pada usia 36-45 tahun yaitu

sebanyak 6 residen (13,0%).

b. Pendidikan

Tingkat pendidikan merupakan indikator yang menunjukkan

perubahan sikap dan perilaku hidup sehat. Tingkat pendidikan yang lebih
78

tinggi akan memudahkan seseorang atau masyarakat untuk menyerap

informasi dan mengimplementasikannya dalam perilaku dan gaya hidup

sehari-hari khususnya dalam masalah kesehatan. Berikut adalah tabel

yang menunjukan distribusi residen berdasarkan pendidikan.

Tabel 4.2 Distribusi residen menurut tingkat pendidikan di Balai


Rehabilitasi Badan Narkotika Nasional Tanah Merah Kota
Samarinda Tahun 2018
Tingkat pendidikan Frekuensi (n) Persentase (%)
SD 5 10,9
SMP 5 10,9
SMA 30 65,2
Diploma 2 4,3
Sarjana 4 8,7
Total 46 100

Berdasarkan tabel 4.2 menunjukan bahwa dari 46 residen di Balai

Rehabilitasi Badan Narkotika Nasional Tanah Merah Kota Samarinda,

kelompok pendidikan residen dengan distribusi terbanyak berada pada

tingkat pendidikan SMA yaitu sebanyak 30 residen (65,2%) sedangkan

kelompok tingkat pendidikan dengan distribusi terendah berada pada

tingkat pendidikan Diploma (D3) yaitu sebanyak 2 residen (4,3%).

c. Status perkawinan

Status perkawinan merupakan hubungan seseorang dengan orang

lain atau lawan jenis yang di bedakan menjadi menikah, belum menikah,

dan bercerai. Berikut adalah tabel yang menunjukan distribusi residen

berdasarkan status perkawinan.

Tabel 4.3 Distribusi residen menurut status perkawinan di Balai


Rehabilitasi Badan Narkotika Nasional Tanah Merah Kota
Samarinda Tahun 2018
Status Perkawinan Frekuensi (n) Persentase (%)
Menikah 15 32,6
Belum Menikah 23 50,0
Cerai 8 17,4
Total 46 100
79

Berdasarkan tabel 4.3 menunjukan bahwa dari 46 residen di Balai

Rehabilitasi Badan Narkotika Nasional Tanah Merah Kota Samarinda,

kelompok status perkawinan residen dengan distribusi terbanyak berada

pada status belum menikah yaitu sebanyak 23 residen (50,0%)

sedangkan kelompok status perkawinan dengan distribusi terendah

berada pada status cerai yaitu sebanyak 8 residen (17,4%).

d. Pekerjaan

Pekerjaan adalah kegiatan aktif yang di lakukan oleh residen

sebelum menjalani rehabilitasi. Berikut adalah tabel yang menunjukan

distribusi residen berdasarkan pekerjaan.

Tabel 4.4 Distribusi residen menurut pekerjaan di Balai Rehabilitasi


Badan Narkotika Nasional Tanah Merah Kota Samarinda Tahun
2018
Pekerjaan Frekuensi (n) Persentase (%)
PNS 1 2,2
Swasta 25 54,3
Wirausaha 6 13,0
Buruh 6 13,0
Tidak Bekerja 8 17,4
Total 46 100

Berdasarkan tabel 4.4 menunjukan bahwa dari 46 residen di Balai

Rehabilitasi Badan Narkotika Nasional Tanah Merah Kota Samarinda,

kelompok pekerjaan residen dengan distribusi terbanyak berada pada

pekerja sebagai swasta yaitu sebanyak 25 residen (54,3%). sedangkan

kelompok pekerjaan dengan distribusi terendah berada pada pekerja

sebagai PNS yaitu sebanyak 1 residen (2,2%).

e. Lama Penyalahgunaan Narkotika

Lama penyalahgunaan narkotika merupakan selisih dari tanggal

residen masuk ke balai rehabilitasi dan tanggal residen pertama kali


80

menyalahgunakan narkotika. Berikut adalah tabel yang menunjukan

distribusi residen berdasarkan lama penyalahgunaan narkotika.

Tabel 4.5 Distribusi residen menurut lama penyalahgunaan narkotika di


Balai Rehabilitasi Badan Narkotika Nasional Tanah Merah Kota
Samarinda Tahun 2018
Lama Penyalahgunaan Frekuensi (n) Persentase (%)
Narkotika
>6 tahun 17 37,0
4-6 tahun 13 28,3
1-3 tahun 11 23,9
1-12 bulan 5 10,9
Total 46 100

Berdasarkan tabel 4.5 menunjukan bahwa dari 46 residen di Balai

Rehabilitasi Badan Narkotika Nasional Tanah Merah Kota Samarinda,

kelompok lama penyalahgunaan narkotika dengan distribusi terbanyak

berada pada kelompok >6 tahun yaitu sebanyak 17 residen (37,0%).

sedangkan kelompok lama penyalahgunaan narkotika dengan distribusi

terendah berada pada kelompok 1-12 bulan yaitu sebanyak 5 residen

(10,9%).

f. Riwayat Rehabilitasi

Riwayat rehabilitasi yaitu berapa kali residen telah menjalani

rehabilitasi, sebelum di rehabilitasi saat ini seperti satu kali, atau lebih dari

satu kali. Berikut adalah tabel yang menunjukan distribusi residen

berdasarkan riwayat rehabilitasi

Tabel 4.6 Distribusi residen menurut riwayat rehabilitasi di Balai


Rehabilitasi Badan Narkotika Nasional Tanah Merah Kota
Samarinda Tahun 2018
Riwayat Rehabilitasi Frekuensi (n) Persentase (%)
3 Kali 1 2,2
2 Kali 11 23,9
3 Kali 34 73,9
Total 46 100
81

Berdasarkan tabel 4.6 menunjukan bahwa dari 46 residen di Balai

Rehabilitasi Badan Narkotika Nasional Tanah Merah Kota Samarinda,

kelompok riwayat rehabilitasi dengan distribusi terbanyak berada pada

kelompok 1 kali yaitu sebanyak 34 residen (73,9%). sedangkan kelompok

riwayat rehabilitasi dengan distribusi terendah berada pada kelompok 3

kali yaitu sebanyak 1 residen (2,2%).

g. Jenis Narkotika Yang Di Salahgunakan

Jenis narkotika yang di salahgunakan merupakan jumlah dari

narkotika yang di salahgunakan oleh residen yang terdiri dari 1sampai 4

jenis narkotika. Berikut adalah tabel yang menunjukan distribusi residen

berdasarkan jenis narkotika yang di salahgunakan.

Tabel 4.7 Distribusi residen menurut Jenis Narkotika Yang Di


Salahgunakan di Balai Rehabilitasi Badan Narkotika Nasional
Tanah Merah Kota Samarinda Tahun 2018
Jenis Narkotika Yang Frekuensi (n) Persentase (%)
Di Salahgunakan
Multiple 10 23,9
nonmultiple 36 76,1
Total 46 100
Berdasarkan tabel 4.7 menunjukan bahwa dari 46 residen di Balai

Rehabilitasi Badan Narkotika Nasional Tanah Merah Kota Samarinda,

jenis narkotika yang di salahgunakan dengan distribusi terbanyak berada

pada kelompok nonmultiple atau satu jenis yaitu sebanyak 35 residen

(76,1%). sedangkan kelompok dengan distribusi terendah berada pada

kelompok multiple atau lebih dari satu jenis yaitu sebanyak 11 residen

(23,9%).

h. Penyalahguna Narkotika

Penyalahguna narkotika merupakan residen yang menyalah

gunakan narkotika. Berikut adalah tabel yang menunjukan distribusi

residen berdasarkan penyalahguna narkotika.


82

Tabel 4.8 Distribusi residen menurut penyalahgunaan narkotika di Balai


Rehabilitasi Badan Narkotika Nasional Tanah Merah Kota
Samarinda Tahun 2018
Penyalahguna Penyalahgunaan Narkotika Frekuensi Persentase
Narkotika (n) (%)
Ya (%) Tidak (%)

Ganja 11 23,9 35 76,1 46 100


Shabu 39 84,8 7 15,2 46 100
Ekstasi 11 23,9 35 76,1 46 100
Putaw 3 6,5 43 93,5 46 100
Heroin 1 2,2 45 97,8 46 100

Berdasarkan tabel 4.8 menunjukan bahwa dari 46 residen di Balai

Rehabilitasi Badan Narkotika Nasional Tanah Merah Kota Samarinda,

kelompok yang paling banyak menyalahgunakan narkotika yaitu

penyalahguna shabu sebanyak 39 residen (84,8%). Dan yang paling

sedikit menyalahgunakan narkotika yaitu penyalahguna heroin sebanyak 1

residen (2,2).

3. Analisis Univariat

Analisis univariat di gunakan untuk memperoleh gambaran tentang

masing-masing variabel strategi koping, harapan, dan atribusi residen

penyalahgunaan narkotika di Balai Rehabilitasi Badan Narkotika Nasional

Tanah Merah Kota Samarinda dengan mendeskripsikan nilai dari tiap

variabel yang di gunakan dalam penelitian. Berikut ini adalah hasil penelitian

yang di sajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi, persentase yang di

sertai dengan penjelasan berupa deskriptif terhadap hasil penelitian sebagai

berikut:

a. Kekambuhan

Tabel 4.9 merupakan hasil analisis univariat berdasarkan

kekambuhan residen yang dapat dikelompokan menjadi dua kategori,

yaitu kambuh dan tidak kambuh. Kelompok kekambuhan yang menjadi


83

responden pada penelitian ini adalah sebagai berikut:

Tabel 4.9 Distribusi kekambuhan residen di Balai Rehabilitasi Badan


Narkotika Nasional Tanah Merah Kota Samarinda Tahun 2018

Kekambuhan Frekuensi (n) Persentase (%)


Kambuh 33 71,7
Tidak Kambuh 13 28,3
Total 46 100

Berdasarkan hasil yang diperoleh pada tabel 4.9 diketahui dari 46

residen yang menjadi responden dalam penelitian ini, sebanyak 33

residen (71,7%) mengalami kekambuhan. Sedangkan, 13 residen (28,3%)

tidak mengalami kekambuhan.

b. Strategi Koping

Tabel 4.10 merupakan hasil analisis univariat berdasarkan strategi

koping residen yang dapat dikelompokan menjadi dua kategori, yaitu

maladaptif dan adaptif. Kelompok strategi koping yang menjadi responden

pada penelitian ini adalah sebagai berikut:

Tabel 4.10 Distribusi strategi koping residen di Balai Rehabilitasi Badan


Narkotika Nasional Tanah Merah Kota Samarinda Tahun 2018

Strategi Koping Frekuensi (n) Persentase (%)


Maladaptif 26 56,5
Adaptif 20 43,5
Total 46 100

Berdasarkan hasil yang diperoleh pada tabel 4.10 diketahui dari 46

residen yang menjadi responden dalam penelitian ini, sebanyak 26

residen (56,5%) memiliki strategi koping maladaptif. Sedangkan, 20

residen (43,5%) memiliki strategi koping adaptif .

Tabel 4.11 Distribusi Jawaban Menurut Strategi Koping Dengan Kekambuhan Residen
Penyalahgunaan Narkotika Di Balai Rehabilitasi Badan Narkotika Nasional Tanah
Merah Kota Samarinda 2018
No Pernyataan SS S R TS STS
N % n % n % n % N %
1. Saya tergantung pada 7 15,2 23 50,0 2 4,3 13 28,3 1 2,2
orang lain untuk
84

melakukan apa yang tidak


bisa saya lakukan sendiri
Saya mengungkapkan
2. apa yang saya rasakan 0 0 4 8,7 2 4,3 26 56,5 14 30,4
dan pikirkan kepada
orang lain
Saya menghadapi
3. masalah dengan 0 0 4 8,7 2 4,3 22 47,8 18 39,1
melakukan tindakan yang
baik
Saya melakukan hal yang
baik untuk
4. mempertahankan 34 79,3 12 26,1 0 0 0 0 0 0
hubungan personal
dengan Tuhan.
Saya melakukan apa
5. yang dibutuhkan untuk 2 4,3 27 58,7 5 10,9 11 23,9 1 2,2
memenuhi kebutuhan dari
suatu keadaan.
Saya menerima segala
sesuatu yang terjadi
6. karena pada dasarnya 10 21,7 21 45,7 1 2,2 12 26,1 2 4,3
semua akan berjalan
seperti yang diharapkan.
Saya berbicara pada diri
7. sendiri untuk mengurangi 11 23,9 22 48,7 3 6,5 6 13,0 4 8,7
ketegangan.
Saya merubah kebiasaan
8. saya dalam melihat 8 17,4 11 23,9 4 8,7 20 43,5 3 6,5
masalah.
9. Saya berusaha menekan
atau menghindari emosi 4 8,7 28 60,9 4 8,7 7 15,2 3 6,5
saya.
10. Saya menjauhi sifat 20 43,5 16 34,8 3 6,5 6 13,0 1 2,2
mengeluh dan frustasi.
11. Saya menjaga hubungan
yang baik dengan orang
lain, keluarga atau 0 0 7 15,2 4 8,7 30 65,2 5 10,9
siapapun untuk
menghindari konflik
12. Saya merasa berdosa
terhadap masalah yang 12 26,1 18 39,1 1 2,2 11 23,9 4 8,7
sudah terjadi.
13. Saya akan merubah
perilaku negatif menjadi 5 10,9 12 26,1 1 2,2 19 41,3 9 19,6
perilaku positif dalam
menghadapi masalah.
14. Saya belajar mengatasi
masalah dari orang lain
yang sudah berhasil 8 17,4 8 17,4 3 6,5 18 39,1 9 19,6
menghadapi masalah
yang sama.
15. Saya melakukan latihan
mental (seperti latihan
imajinasi pikiran dan lain- 0 0 3 6,5 1 2,2 29 63,0 13 28,3
lain) untuk menutunkan
ketegangan/ stress
16. Saya memohon petunjuk
Tuhan (Allah) dalam 32 69,6 14 30,4 0 0 0 0 0 0
menghadapi masalah.
85

17. Saya membuat rencana


penyelesaian masalah 1 2,2 13 28,3 17 37,0 13 28,3 2 4,3
dan menjalankan rencana
tersebut
18. Saya melihat atau
membandingkan dengan
orang lain juga punya 0 0 10 21,7 16 34,8 16 34,8 4 8,7
masalah yang sama
bahkan lebih berat, untuk
menguatkan saya.
19. Saya mengabaikan
masalah saya dan 10 21,7 29 63,0 2 4,3 4 8,7 1 2,2
menganggap masalah itu
tidak pernah ada
20. Saya melakukan latihan
fisik tertentu untuk 0 0 2 4,3 3 6,5 33 71,7 8 17,4
menghilangkan rasa
marah.
21. Saya mencari dukungan
emosional orang lain 0 0 1 2,2 1 2,2 31 67,4 13 28,3
dalam menyelesaikan
masalah.
22. Saya menerima bantuan
teman-teman dalam 10 21,7 17 37,0 3 6,5 16 34,8 0 0
menyelesaikan masalah.
23. Saya berdoa kepada 30 65,2 16 34,8 0 0 0 0 0 0
Tuhan (Allah)
24. Saya bergantung pada
para ahli dan mengikuti 0 0 5 10,9 4 8,7 27 58,7 10 21,7
saran mereka dalam
menyelesaikan masalah.
25. Saya merubah waktu
aktivitas atau pekerjaan
saya untuk mengatasi 0 0 5 10,9 0 0 31 67,4 10 21,7
masalah yang saya
hadapi.
26. Saya mengerti saya
memiliki keterbatasan,
oleh karena itu saya tidak 2 4,3 7 15,2 5 10,9 20 43,5 12 26,1
mau terlibat dalam hal-hal
sulit nantinya.
27. Saya tidak khawatir,
dengan apa yang terjadi
saat ini dan yang akan 9 19,6 14 30,4 5 10,9 15 32,6 3 6,5
datang, saya siap
menerima keadaan
apapun yang terjadi.
28. Saya mencoba mengelola
waktu dengan baik, oleh
karena itu waktu saya 12 26,1 20 43,5 5 10,9 9 19,6 0 0
lebih efisien dimasa yang
akan datang.
29. Saya memelihara
hubungan baik dengan 4 8,7 30 65,2 1 2,2 9 19,6 2 4,3
siapapun untuk mencapai
tujuan pribadi saya.
30. Saya percaya dengan 15 32,6 31 67,4 0 0 0 0 0 0
kekuasaan Tuhan (Allah).
31. Saya melatih cara dalam 0 0 4 8,7 2 4,3 33 71,7 7 15,2
menghadapi masalah
86

sesuai dengan pikiran


saya atau keinginan saya.
32. Saya melakukan teknik
meditasi untuk 0 0 2 4,3 5 10,9 28 60,9 11 23,9
menurunkan ketegangan
atau stress.

Berdasarkan tabel 4.11 terlihat bahwa dari 46 responden dengan

jumlah tertinggi sebesar 34 responden atau 79,3% sangat setuju

mengatakan bahwa saya melakukan hal yang baik untuk

mempertahankan hubungan personal dengan Tuhan. 31 responden atau

67,4% menjawab setuju yang mengatakan saya percaya dengan

kekuasaan Allah. Selain itu terdapat 30 responden atau 65,2% tidak setuju

yang mengatakan saya menjaga hubungan yang baik dengan orang lain,

keluarga atau siapapun untuk menghindari konflik. dan 27 responden atau

58,7% setuju mengatakan bahwa saya bergantung pada para ahli dan

mengikuti saran mereka dalam menyelesaikan masalah.

c. Harapan

Tabel 4.12 merupakan hasil analisis univariat berdasarkan harapan

residen yang dapat dikelompokan menjadi dua kategori, yaitu rendah dan

tinggi. Kelompok harapan yang menjadi responden pada penelitian ini

adalah sebagai berikut:

Tabel 4.12 Distribusi harapan residen di Balai Rehabilitasi Badan


Narkotika Nasional Tanah Merah Kota Samarinda Tahun 2018
Harapan Frekuensi (n) Persentase (%)
Rendah 25 54,3
Tinggi 21 45,7
Total 46 100

Berdasarkan hasil yang diperoleh pada tabel 4.12 diketahui dari 46 residen yang menjadi

responden dalam penelitian ini, sebanyak 25 residen (54,3%) memiliki harapan rendah.

Sedangkan, 21 residen (45,7%) memiliki harapan tinggi.


87
Tabel 4.13 Distribusi Jawaban Menurut Harapan Dengan

Kekambuhan Residen Penyalahgunaan Narkotika Di


Balai Rehabilitasi Badan Narkotika Nasional Tanah Merah
Kota Samarinda 2018
No Pernyataan SS S R TS STS
N % N % N % n % n %
Saya ingin pulih dari
1. kecanduan pada 0 0 1 2,2 1 2,2 15 32,6 29 63,0
narkoba
Saya yakin akan
2. berhasil dalam 0 0 1 2,2 4 8,7 21 45,7 20 43,5
menjalani proses
rehabilitasi
Saya mampu
3. mengatasi masalah 0 0 2 4,3 6 13,0 15 32,6 23 50,0
tanpa narkoba
Saya memiliki sedikit
4. cara dalam mengatasi 12 26,1 14 30,4 4 8,7 10 21,7 6 13,0
relapse
Saya tidak yakin
bahwa cara saya
5. melakukan sesuatu 3 6,5 8 17,4 7 15,2 19 41,3 9 19,6
akan memberikan
hasil terbaik
Menunggu masa
6. depan saya di tempat 0 0 6 13,0 2 4,3 23 50,0 15 32,6
ini adalah hal yang
baik
Saya dapat
mengandalkan
7. kemampuan saya 1 2,2 7 15,2 3 6,5 20 43,5 15 32,6
untuk mengatasi
kesulitan dalam masa
pemulihan
Saya tidak mampu
8. beradaptasi dengan 5 10,9 6 13,0 6 13,0 21 45,7 8 17,4
lingkungan baru
9. Saya mudah
menyerah ketika
menghadapi 5 10,9 3 6,5 8 17,4 22 47,8 8 17,4
permasalahan yang
sulit
10. Saya tidak dapat
melewati tantangan 6 13,0 10 21,7 8 17,4 12 26,1 10 21,7
untuk menuju masa
depan yang baik
11. Saya yakin dapat
menerapkan cara-cara 2 4,3 5 10,9 2 4,3 26 56,5 11 23,9
untuk mengatasi
relapse
12. Saya tidak dapat
mengandalkan
kemampuan saya 7 15,2 7 15,2 6 13,0 16 34,8 10 21,7
untuk mengatasi
kesulitan dalam
pemulihan
88

13. Saya yakin dapat


menjalani rutinitas 2 4,3 1 2,2 0 0 28 60,9 15 32,6
selama rehabilitasi
14. Saya tidak yakin dapat
menjalani pemulihan 4 8,7 3 6,5 7 15,2 21 45,7 11 23,9
dengan baik
15. Sulit bagi saya untuk
dapat mengubah 5 10,9 13 28,3 9 19,6 13 28,3 6 13,0
kebiasaan yang dulu
16. Saya tidak memiliki
rencana yang jelas 5 10,9 2 4,3 1 2,2 24 52,2 14 30,4
untuk hidup ke depan
17. Saya merasa tidak
mempunyai kekuatan
yang cukup untuk 3 6,5 7 15,2 6 13,0 20 43,5 10 21,7
menyelesaikan
masalah
18. Jika saya mempunyai
permasalahan selama
rehabilitasi, saya 1 2,2 4 8,7 4 8,7 24 52,2 13 28,3
mempunyai banyak
cara untuk
mengatasinya
19. Saya tidak siap
menjalani kehidupan 2 4,3 7 15,2 3 6,5 23 50,0 11 23,9
setelah keluar dari
rehabilitasi
20. Saya tidak dapat
beraktifitas tanpa 4 8,7 5 10,9 2 4,3 20 43,5 15 32,6
narkoba
21. Saya tidak siap
dengan tantangan 3 6,5 6 13,0 2 4,3 16 34,8 19 41,3
baru
22. Saya tidak memiliki
cara untuk mengatasi 4 8,7 4 8,7 7 15,2 25 54,3 6 13,0
rasa bosan
23. Saya merasa takut
tentang masa depan 6 13,0 6 13,0 6 13,0 20 43,5 8 17,4
saya

Berdasarkan tabel 4.13 terlihat bahwa dari 46 responden dengan

jumlah tertinggi sebesar 28 responden atau 60,9% tidak setuju yang

mengatakan bahwa Saya yakin dapat menjalani rutinitas selama

rehabilitasi. 29 responden atau 63,0% menjawab sangat tidak setuju yang

mengatakan saya ingin pulih dari kecanduan pada narkoba. Selain itu

terdapat 14 responden atau 30,4% setuju yang mengatakan bahwa saya

memiliki sedikit cara dalam mengatasi relapse dan 12 responden atau

26,1% sangat setuju mengatakan bahwa saya memiliki sedikit cara dalam
89

mengatasi relapse. dan sebesar 9 responden atau 19,6% ragu yang

mengatakan sulit bagi saya untuk dapat mengubah kebiasaan yang dulu.

d. Atribusi

Tabel 4.14 merupakan hasil analisis univariat berdasarkan atribusi

residen yang dapat dikelompokan menjadi dua kategori, yaitu rendah dan

tinggi. Kelompok atribusi yang menjadi responden pada penelitian ini

adalah sebagai berikut:

Tabel 4.14 Distribusi atribusi residen di Balai Rehabilitasi Badan Narkotika


Nasional Tanah Merah Kota Samarinda Tahun 2018
Atribusi Frekuensi (n) Persentase (%)
Rendah 26 56,5
Tinggi 20 43,5
Total 46 100

Berdasarkan hasil yang diperoleh pada tabel 4.14 diketahui dari 46 residen yang menjadi

responden dalam penelitian ini, sebanyak 26 residen (56,5%) memiliki atribusi rendah.

Sedangkan, 20 residen (43,5%) memiliki atribusi tinggi.

Tabel 4.15 Distribusi Jawaban Menurut Atribusi Dengan


Kekambuhan Residen Penyalahgunaan Narkotika Di
Balai Rehabilitasi Badan Narkotika Nasional Tanah Merah
Kota Samarinda 2018
No Pernyataan SS S R TS STS
N % n % n % n % N %
Saya sadar bahwa saya
1. menggunakan narkoba 1 2,2 4 8,7 6 13,0 17 37,0 18 39,1

atas keinginan sendiri


Saya berusaha tidak
menggunakan narkoba,
2. tetapi keinginan diri untuk 2 4,3 7 15,2 9 19,6 17 37,0 11 23,9
memakai tidak dapat di
kendalikan
Masalah yang saya
3. hadapi saat ini terjadi 5 10,9 12 26,1 9 19,6 9 19,6 11 23,1

karena perilaku yang tidak 1


baik
Saya tidak memiliki
4. motivasi yang baik untuk 2 4,3 9 19,6 14 30,4 19 41,3 2 4,3
mengubah perilaku buruk
90

Saya menggunakan
5. narkoba karena masalah 5 10,9 10 21,7 11 23,9 15 32,6 5 10,9
bisa di atasi
Apabila berada pada
6. situasi menekan saya 2 4,3 9 19,6 10 21,7 19 41,3 6 13,0
memilih untuk
menggunakan narkoba
Efek narkoba membuat
7. saya terus 7 15,2 13 28,3 11 23,9 14 30,4 1 2,2
menggunakannya
Saya berusaha tidak
8. memakai narkoba, namun 2 4,3 17 37,0 2 4,3 14 30,4 11 23,9
usaha itu gagal
9. Saya merasa malu jika
ada yang tahu saya 13 28,3 9 19,6 7 15,2 13 28,3 4 8,7
memakai narkoba lagi
10. Saya tahu menggunakan
narkoba berbahaya bagi 1 2,2 1 2,2 11 23,9 16 34,8 17 37,0
saya dan orang lain
11. Saya memakai narkoba
untuk meringankan beban 3 6,5 8 17,4 8 17,4 18 39,1 9 19,6
hidup
12. Saya terjerumus narkoba
karena menurut saya itu 3 6,5 5 10,9 7 15,2 29 63,0 2 4,3
merupakan hukuman dari
Tuhan
13. Saya akan kehilangan
teman jika tidak 7 15,2 0 0 7 15,2 26 56,5 6 13,0
menggunakan narkoba
14. Saya menggunakan
narkoba agar menjadi 7 15,2 5 10,9 4 8,7 20 43,5 10 21,7
terkenal di lingkungan
15. Saya dapat
mengendalikan diri tidak
menggunakan narkoba 3 6,5 6 13,0 9 19,6 20 43,5 8 17,4
ketika berkumpul dengan
keluarga
16. Saya terkadang berhenti
menggunakan narkoba,
tetapi situasi lingkungan 4 8,7 9 19,6 8 17,4 12 26,1 13 28,3
membuat saya memakai
kembali
17. Saya tidak memakai
narkoba walaupun teman 2 4,3 10 21,7 10 21,7 18 39,1 6 13,0
menawarkan cuma-cuma
18. Walaupun hidup di
lingkungan pemakai 4 8,7 2 4,3 11 23,9 22 47,8 7 15,2
narkoba, kadang saya
menolak untuk memakai
19. Saya kembali
menggunakan narkoba 4 8,7 8 17,4 4 8,7 22 47,8 8 17,4
karena orang tua tidak
peduli
20. Saya tidak bertekad untuk
kembali ke lingkungan 7 15,2 8 17,4 10 21,7 20 43,5 1 2,2
karena di kucilkan
21. Saya menggunakan
narkoba karena mampu 7 15,2 10 21,7 7 15,2 20 43,5 2 4,3
membeli ketika butuh
91

Berdasarkan tabel 4.15 terlihat bahwa dari 46 responden dengan

jumlah tertinggi sebesar 29 responden atau 63,0% tidak setuju yang

mengatakan bahwa saya terjerumus narkoba karena menurut saya itu

merupakan hukuman dari Tuhan. 18 responden atau 39,1% menjawab

sangat tidak setuju yang mengatakan saya sadar bahwa saya

menggunakan narkoba atas keinginan sendiri. Selain itu terdapat 17

responden atau 37,0% setuju yang mengatakan bahwa saya berusaha

tidak memakai narkoba namun usaha itu gagal. dan 13 responden atau

28,3% sangat setuju mengatakan bahwa saya merasa malu jika ada yang

tahu sayaa memakai narkoba lagi. dan sebesar 14 responden atau 30,4%

ragu yang mengatakan saya tidak memiliki motivasi yang baik untuk

mengubah perilaku buruk.

4. Analisis Bivariat

Analisis bivariat merupakan analisis yang dilakukan terhadap dua

variabel yang diduga berhubungan atau berkolerasi (Notoatmodjo, 2010).

Analisis bivariat dalam penelitian ini menggunakan uji chi square. Penelitian

ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara variabel independen

(strategi koping, harapan, dan atribusi) dengan variabel dependen

(kekambuhan pada residen) di Balai Rehabilitasi Badan Narkotika Nasional

Tanah Merah Kota Samarinda. Hasil hubungan variabel independen dengan

variabel dependen pada penelitian ini adalah sebagai berikut:


92

a. Hubungan strategi koping dengan kekambuhan pada residen

penyalahguna narkoba di Balai Rehabilitasi Badan Narkotika

Nasional Tanah Merah Kota Samarinda Tahun 2018

Analisis hubungan antara strategi koping dengan kekambuhan pada

residen penyalahguna narkoba di Balai Rehabilitasi Badan Narkotika

Nasional Tanah Merah Kota Samarinda terlihat pada tabel berikut:

Tabel 4.16 Hubungan antara strategi koping dengan kekambuhan pada


residen di Balai Rehabilitasi Badan Narkotika Nasional Tanah
Merah Kota Samarinda Tahun 2018
Kekambuhan
No. Strategi koping Kambuh Tidak Total p
Kambuh value
N % n % N %
1. Maladaptif 10 38,5 16 61,5 26 100

2. Adaptif 3 15,0 17 85,0 20 100 0,080


Total 13 28,3 33 71,7 46 100

Berdasarkan hasil analisis hubungan antara strategi koping dengan

kekambuhan yang diperoleh pada tabel 4.16, diketahui dari 46 residen

yang menjadi responden menunjukan bahwa di antara residen yang

mengalami kekambuhan dan memiliki strategi koping maladaptif terdapat

10 responden (38,5%) lebih besar daripada residen yang memiliki strategi

koping adaptif sebesar 3 responden (15,0%).

Hasil uji statistik yang dilakukan dengan mengunakan chi- square

untuk menguji hubungan antara strategi koping dengan kekambuhan di

Balai Rehabilitasi Badan Narkotika Nasional didapatkan bahwa P value

0,080 yang berarti nilai tersebut lebih besar dari alpha (0,05) sehingga

tidak ada hubungan antara strategi koping dengan kekambuhan pada

residen penyalahguna narkoba di Balai Rehabilitasi Badan Narkotika

Nasional Tanah Merah Kota Samarinda.


93

b. Hubungan harapan dengan kekambuhan pada residen penyalahguna

narkoba di Balai Rehabilitasi Badan Narkotika Nasional Tanah Merah

Kota Samarinda Tahun 2018

Analisis hubungan antara harapan dengan kekambuhan pada

residen penyalahguna narkoba di Balai Rehabilitasi Badan Narkotika

Nasional Tanah Merah Kota Samarinda terlihat pada tabel berikut:

Tabel 4.17 Hubungan antara harapan dengan kekambuhan pada residen di


Balai Rehabilitasi Badan Narkotika Nasional Tanah Merah Kota
Samarinda Tahun 2018
Kekambuhan
No. Harapan Kambuh Tidak Total p
Kambuh value
n % n % n %
3. Rendah 21 84,0 4 16,0 25 100

4. Tinggi 12 57,1 9 42,9 21 100 0,044


Total 33 71,7 13 28,3 46 100

Berdasarkan hasil analisis hubungan antara harapan dengan

kekambuhan yang diperoleh pada tabel 4.17, diketahui dari 46 residen

yang menjadi responden menunjukan bahwa di antara residen yang

mengalami kekambuhan dan memiliki harapan rendah terdapat 21

responden (84,0%) lebih banyak daripada residen yang memiliki harapan

tinggi sebesar 12 responden (57,1%).

Hasil uji statistik yang dilakukan dengan mengunakan chi- square

untuk menguji hubungan antara harapan dengan kekambuhan di Balai

Rehabilitasi Badan Narkotika Nasional didapatkan bahwa P value 0,044

yang berarti nilai tersebut lebih kecil dari alpha (0,05) sehingga ada

hubungan antara harapan dengan kekambuhan pada residen

penyalahguna narkoba di Balai Rehabilitasi Badan Narkotika Nasional

Tanah Merah Kota Samarinda.


94

c. Hubungan atribusi dengan kekambuhan pada residen penyalahguna

narkoba di Balai Rehabilitasi Badan Narkotika Nasional Tanah Merah

Kota Samarinda Tahun 2018

Analisis hubungan antara atribusi dengan kekambuhan pada

residen penyalahguna narkoba di Balai Rehabilitasi Badan Narkotika

Nasional Tanah Merah Kota Samarinda terlihat pada tabel berikut:

Tabel 4.18 Hubungan antara atribusi dengan kekambuhan pada residen di


Balai Rehabilitasi Badan Narkotika Nasional Tanah Merah Kota
Samarinda Tahun 2017
Kekambuhan
No. Atribusi Kambuh Tidak Total p
Kambuh value
N % N % N %
5. Rendah 20 76,9 6 23,1 26 100

6. Tinggi 13 65,0 7 35,0 20 100 0,373


Total 33 71,7 13 28,3 46 100

Berdasarkan hasil analisis hubungan antara atribusi dengan

kekambuhan yang diperoleh pada tabel 4.18, diketahui dari 46 residen

yang menjadi responden menunjukan bahwa di antara residen yang

mengalami kekambuhan dan memiliki atribusi rendah terdapat 20

responden (76,9%) lebih banyak daripada residen yang memiliki atribusi

tinggi sebesar 13 responden (65,0%).

Hasil uji statistik yang dilakukan dengan mengunakan chi- square

untuk menguji hubungan antara atribusi dengan kekambuhan di Balai

Rehabilitasi Badan Narkotika Nasional didapatkan bahwa P value 0,373

yang berarti nilai tersebut lebih besar dari alpha (0,05) sehingga tidak ada

hubungan antara atribusi dengan relapse pada residen penyalahguna

narkoba di Balai Rehabilitasi Badan Narkotika Nasional Tanah Merah Kota

Samarinda.
95

B. Pembahasan

1. Karakteristik Responden

Berdasarkan hasil penelitian yang telah di peroleh, diketahui usia

residen tertinggi adalah residen yang berusia 26-35 tahun yaitu sebesar

56,5% sedangkan kelompok usia terendah berada pada usia 36-45 tahun

yaitu sebesar 13,0%. Hasil penelitian Lubis (2012) tentang variabel usia

ditemukan bahwa 96,04% responden berada pada umur 10-40 tahun dengan

persentase tertinggi yang mengalami kekambuhan sebanyak 64,95%. Uji

statistik menunjukkan bahwa ada hubungan yang bermakna antara umur

dengan kekambuhan kembali pasien penyalahguna narkoba di Kabupaten

Deli Serdang. Sebagian besar responden berada pada usia remaja dan

dewasa.

Kecenderungan makin dewasa usia lebih sulit untuk terpengaruhi dari

narkoba namun tidak tertutup kemungkinan bahwa usia dewasa juga dapat

terpengaruh dengan alasan menghindari permasalahan hidup. Menurut

Somar (2001), pada saat pecandu dalam kondisi stres atau apabila

menghadapi tekanan baik dari dalam dirinya maupun dari luar maka pada

saat itulah sering terjadi kekambuhan, yaitu peristiwa mantan pecandu yang

telah beberapa lama tidak memakai narkoba kembali memakai dan terus

mengkonsumsinya. Berdasarkan hasil penelitian kualitatif yang dilakukan

Husin (2008) diperoleh faktor yang paling dominan memengaruhi mantan

penyalahguna narkoba untuk menggunakan narkoba kembali salah satunya

faktor emotional states (keadaan emosi). Penelitian Hawari (2006)

menunjukkan bahwa ada pengaruh faktor stress terhadap kekambuhan

kembali pasien penyalahguna narkoba.


96

Berdasarkan tingkat pendidikan residen dengan distribusi terbanyak

berada pada tingkat pendidikan SMA yaitu sebesar 65,2% sedangkan

kelompok tingkat pendidikan dengan distribusi terendah berada pada tingkat

pendidikan diploma yaitu sebesar 4,3%. Asumsi umum bahwa semakin tinggi

pendidikan, semakin mempunyai wawasan atau pengalaman yang luas dan

cara berpikir serta bertindak yang lebih baik. Pendidikan yang rendah

memengaruhi tingkat pemahaman terhadap informasi yang sangat penting

tentang penyalahgunaan narkoba dan segala dampak negatif yang dapat

ditimbulkannya, karena pendidikan rendah berakibat sulit untuk berkembang

menerima informasi baru serta mempunyai pola pikir yang sempit serta tidak

dapat mencegah penyalahguna narkoba untuk kambuh kembali.

Berdasarkan status perkawinan, residen dengan distribusi terbanyak

berada pada status belum menikah yaitu sebesar 50,0% sedangkan

distribusi terendah berada pada status cerai yaitu sebesar 17,4%. Hal ini

membuktikan bahwa residen yang belum menikah atau usia yang masih

terbilang muda rentan untuk menyalahgunakan narkoba. Berdasarkan

pekerjaan kelompok residen dengan distribusi terbanyak berada pada

kelompok swasta yaitu sebanyak 54,3% dan distribusi terendah berada pada

kelompok PNS yaitu sebesar 2,2%. Seorang penyalahguna narkoba yang

bekerja maka akan memiliki pendapatan.

Hal ini dapat dilihat dari hasil penelitian Lubis (2012) bahwa 44,55%

responden merupakan wiraswasta. Artinya mereka memiliki usaha sendiri

walaupun merupakan usaha kecil-kecilan. Ini dapat mengindikasikan bahwa

mereka memiliki keuangan yang cukup dan memperoleh pendapatan secara

langsung tanpa harus menunggu dibayarkan oleh orang lain. Jika suatu saat

mereka ingin menyalahgunakan narkoba kembali, mereka tidak akan merasa


97

kesulitan untuk mengeluarkan uang. Selain itu, mudahnya zat tersebut

didapatkan oleh penyalahguna juga turut memberikan kontribusi terhadap

kekambuhan kembali. Jika narkoba sulit untuk didapatkan, meskipun

memiliki uang maka diharapkan daya beli masyarakat terhadap narkoba

akan semakin kecil.

Berdasarkan lama penyalahgunaan narkotika, residen dengan

distribusi terbanyak berada pada waktu > 6 tahun yaitu sebesar 37,0%.

Sedangkan residen dengan distribusi terendah berada pada waktu 1-12

bulan yaitu sebesar 10,9%. Wikler dalam Hawari (2006) mengemukakan

tentang conditioning theory. Menurut teori ini seseorang akan menjadi

ketergantungan terhadap narkoba apabila ia terus menerus

menyalahgunakan. Hal ini sesuai dengan teori adaptasi seluler (neuro-

adaptation), tubuh beradaptasi dengan menambah jumlah reseptor dan sel-

sel saraf bekerja keras. Jika narkoba dihentikan, sel yang masih bekerja

keras tadi mengalami kehausan, yang dari luar nampak sebagai gejala-gejala

putus zat. Gejala ini memaksa seseorang untuk mengulangi pemakaian.

Oleh karena itu, pemakaian narkoba yang relatif lama, rutin, dan menetap

menjadi potensi yang tinggi untuk mengalami ketergantungan. Sehingga

pada saat berhenti menggunakan maka keinginan mereka untuk

menggunakan kembali juga akan sangat tinggi .

Berdasarkan riwayat rehabilitasi residen dengan distribusi terbanyak

berada pada residen yang melakukan rehabilitasi sebanyak 1 kali yaitu

sebesar 73,3% dan distribusi terendah berada pada residen yang melakukan

rehabilitasi sebanyak 3 kali yaitu sebesar 2,2%. Sebelum residen di

rehabilitasi, mereka telah berulang kali mengalami kekambuhan yaitu

kekambuhan karena berhenti menggunakan narkoba dengan keinginan


98

sendiri dan kembali menggunakan dalam jangka waktu lebih dari enam

bulan. Hal ini berbeda dengan residen yang mengalami kekambuhan karena

lebih dari satu kali menjalani rehabilitasi.

Berdasarkan jenis narkotika yang di salahgunakan, residen dengan

distribusi terbanyak berada pada penyalahgunaan nonmultiple yaitu

penyalahguna shabu sebanyak 35 residen yaitu sebesar 76,1% dan distribusi

terendah berada pada penyalahgunaan multiple sebanyak 11 residen yaitu

sebesar 23,9%. Ketika seseorang sudah terbiasa menggunakan narkoba

maka secara fisik dan psikologis orang tersebut tidak dapat lagi hidup normal

tanpa ada zat-zat narkoba di dalam tubuhnya. Secara fisik penyalahguna

narkoba akan merasa kesakitan, sangat tidak nyaman bila tidak ada zat yang

biasanya ada dalam tubuhnya.

Kesakitan dan penderitaannya hanya akan terhenti ketika zat-zat

tersebut kembali berada dalam tubuhnya. Secara psikologis penyalahguna

narkoba membutuhkan rasa nikmat yang biasa ia rasakan ketika zat-zat

tersebut bereaksi dalam tubuhnya dalam bentuk perubahan perasaan dan

pikiran. Pikiran dan perasaannya kembali tenang ketika zat tersebut kembali

ke dalam tubuhnya. Zat-zat yang memberikan “kenikmatan” bagi pemakainya

inilah yang mendorong kekambuhan kembali.

2. Hubungan strategi koping dengan kekambuhan pada residen

penyalahguna narkoba di Balai Rehabilitasi Badan Narkotika Nasional

Tanah Merah Kota Samarinda

Masuknya pecandu narkoba ke balai rehabilitasi atau mereka yang

menyalahgunakan narkoba membuat seorang pencandu perlu melakukan

penyesuaian diri. Dalam menghadapi kecemasan, setiap individu akan


99

melakukan mekanisme atau strategi koping untuk pertahanan dirinya.

Strategi koping merupakan suatu proses dimana individu mencoba untuk

mengelola jarak yang ada antara tuntutan-tuntutan (baik tuntutan yang

berasal dari individu maupun tuntutan yang berasal dari lingkungan) dengan

sumber daya yang mereka gunakan dalam menghadapi situasi yang

membuat mereka tertekan, Lazarus & Folkman 1984, (dalam Wade dan

Tavris, 2007). Pada saat pecandu menjalani rehabilitasi masing-masing

individu harus berkomitmen pada diri sendiri dan sesama anggota untuk

memperbaiki dan meningkatkan mutu kehidupan di segala bidang yaitu

mental, spiritual, sosial dan jasmani, dengan demikian, hidup bersama,

semangat persaudaraan, dan komitmen timbal balik antara mereka dengan

sendirinya menjadi model sekaligus metode penyembuhan bagi mereka

masing-masing. Hal tersebut akan meningkatkan koping stress yang baik

pada setiap pecandu agar tidak kembali kambuh.

Berdasarkan penelitian, hasil dari uji statistik dengan menggunakan uji

Chi-square menunjukkan bahwa tidak ada hubungan antara strategi koping

dengan kekambuhan pada residen penyalahguna narkoba di Balai

Rehabilitasi Badan Narkotika Nasional Tanah Merah Kota Samarinda (p

value = 0.080). Hasil penelitian Seprina (2013), menunjukkan bahwa tidak

ada hubungan yang signifikansi (P>0,05) antara strategi coping dan

expressive suppression dengan tahap relapse pada mantan penyalahguna

yang mengikuti rehabilitasi. Hal ini di dukung dengan Penelitian yang di

lakukan oleh Agnesia (2014) tentang mekanisme koping narapidana kasus

narkoba yang menjalani vonis masa hukuman Di Lembaga Pemasyarakatan,

hasil uji statistik menunjukan tidak ada hubungan yang bermakna antara
100

mekanisme koping yang digunakan dengan vonis menjalani masa hukuman

dengan p-value 0,083.

Sebesar 10 responden atau 38,5% responden yang memiliki strategi

koping maladaptif mengalami kekambuhan. Hal ini terlihat sebanyak 28

responden atau 60,9% menjawab tidak setuju bahwa mereka melakukan

teknik meditasi untuk menurunkan ketegangan stres, terdapat 33 responden

atau 71,7% menjawab tidak setuju bahwa mereka melakukan latihan fisik

tertentu untuk menghilangkan rasa marah serta terdapat 29 responden atau

63,0% menjawab tidak setuju saya melakukan latihan mental (seperti latihan

imajinasi pikiran dan lain-lain) untuk menutunkan ketegangan atau stress.

Lazarus dan folkman 1984 ( dalam Neale 2010 ) secara umum membedakan

bentuk dan fungsi koping dalam dua klasifikasi yaitu koping yang berfokus

pada masalah (problem focused coping) dan koping yang berfokus pada

emosi (emotional focused coping) Kedua strategi koping tersebut dapat

digunakan individu secara bersamaan, atau tidak bersamaan untuk

menghasilkan koping yang adaptif maupun maladaptif (Taylor, 2003).

Penelitian Safaria (2006) menunjukan adanya korelasi positif antara koping

negatif dengan stres menunjukkan bahwa coping negatif merupakan strategi

coping yang maladaptif, sehingga individu tidak dapat melakukan pertahanan

diri dalam menghadapi masalah.

Hal ini karena strategi coping negatif menyebabkan terjadinya

akumulasi persoalan pada individu. individu tidak berusaha untuk

menyelesaikan masalahnya, tetapi justru menyalahkan dirinya sendiri secara

destruktif. Penyalahan pada diri sendiri secara berlebihan dan irasional ini

menyebabkan munculnya perasaan tidak berdaya pada diri individu.

Perasaan tidak berdaya ini menyebabkan individu bersikap pesimistis dalam


101

menghadapi masalahnya, dan merasa kehilangan harapan. Akibat lanjutan

dari kehilangan harapan ini. Stres yang ditinjau dari active coping adalah

munculnya depresi pada individu.

Sebaliknya jika individu menyalahkan orang lain, maka individu akan

cenderung mengabaikan masalah yang sedang dihadapinya terjadi tidak

lepas dari kemungkinan kesalahannya sendiri. Artinya individu tidak mampu

menyadari bahwa masalah yang terjadi muncul akibat kecerobohannya

sendiri, sehingga dia tidak mampu mengevaluasi dirinya secara objektif dan

memperbaiki perilakunya yang salah secara konstruktif. Hal ini menyebabkan

individu cenderung akan mengulangi kesalahan yang sama, sehingga

memunculkan masalah baru di masa depan. Akibatnya individu akan selalu

menghadapi berbagai masalah yang datang menghadangnya silih berganti,

sehingga terjebak dalam situasi stres yang berkepanjangan. Penggunaan

kompensasi negatif menyebabkan seseorang menggunakan penyelesaian

destruktif untuk mengatasi masalahnya. Diantaranya adalah perilaku

beresiko tinggi seperti kembali menggunakan obat obat terlarang, melarikan

diri pada minuman keras, perilaku seks bebas, clubing, dan kegiatan negatif

lainnya.

Selama menjalani rehabilitasi residen merasa tertekan karena harus

melakukan adaptasi secara menyeluruh dengan segala aturan yang di

berlakukan di balai rehabilitasi. Mereka mengaku bahwa awal masuk sangat

sulit untuk menghadapi ini, tidak mudah dan benar- benar harus mereka

lakukan. Dari tahap awal residen harus melakukan putus zat yaitu mereka

akan di detoksifikasi di bagian medis untuk tahap ini mereka benar benar

merasa sangat sulit dan tertekan di tambah lagi waktu enam bulan lebih

melakukan rehabilitasi dengan mengikuti aturan aturan yang memaksa


102

mereka harus melakukannya. hal ini yang menyebabkan tidak semua residen

bisa untuk beradaptasi dan memiliki koping maladaptif sehingga mereka

akan melakukan cara cara untuk kembali lagi menyalahgunakan narkoba.

Mereka juga mengaku bahwa selama menyalahgunakan narkoba tidak ada

dukungan kepada mereka dari orang orang terdekat mereka dan merasa

putus harapan untuk kembali menjadi pribadi yang semula. Hal ini dapat di

lihat bahwa sebanyak 26 responden atau 56,5% mengatakan tidak setuju

mereka mengungkapkan apa yang mereka rasakan dan pikirkan kepada

orang lain, serta sebanyak 30 responden atau 65,2% tidak setuju

mengatakan bahwa mereka menjaga hubungan yang baik dengan orang lain,

keluarga atau siapapun untuk menghindari konflik.

Sebesar 61,5% residen tidak mengalami kekambuhan ketika memiliki

strategi coping maladaptif. Hal ini dapat di lihat bahwa sebanyak 29

responden atau 63,0% menjawab setuju dengan pernyataan bahwa mereka

mengabaikan masalah dan menganggap masalah itu tidak pernah ada.

Penelitian Hurriyati (2010) menunjukan bahwa residen selalu memiliki konflik

dengan keluarga dan lingkungan pada saat mereka menyalahgunakan

narkoba. Kondisi ini membuat mereka rentan untuk mengalami relapse ketika

menghadapi situasi yang dianggap menekan. Namun, ketika mereka tidak

mampu mengembangkan kemampuan strategi koping stress-nya, mereka

selalu mencari jalan keluar yaitu dengan bersosialisasi dengan orang yang

mereka anggap bisa memberikan solusi dan jalan terbaik, berusaha untuk

tidak membiarkan stress atau kondisi yang menurun terus berlangsung. Hal

ini di sebabkan residen selalu mengalihkan stresnya dengan melakukan

aktivitas-aktivitas selama berada di balai rehabilitasi. Vocational and survival,

di sinilah residen benar benar di fokuskan untuk bisa mengatasi stres dengan
103

melakukan ketrampilan kerja dan ketrampilan bersosialisasi untuk bertahan

hidup dan beradaptasi dengan situasi yang terjadi.

Suatu konsep pembelajaran dalam lingkungan sosial dengan

berlandaskan kepada ketrampilan diri, di mana seorang residen akan di nilai

dan di sesuaikan dengan peranannya. Kegiatan dapat berupa pembibitan

tanaman, peternakan lele, service mesin, mengembangkan tanaman

hidroponik, pembuatan batu akik, dan ternak ayam. Dengan adanya kegiatan

tersebut membantu residen untuk bisa mengatur emosi dan stres yang

mereka hadapi.

Berdasarkan penelitian, sebesar 15,0% residen yang memiliki strategi

koping adaptif mengalami kekambuhan (relapse). Walaupun residen memiliki

koping yang baik, namun ada faktor yang mempengaruhi seperti terlihat

bahwa sebanyak 18 responden atau 39,1% menjawab setuju bahwa mereka

merasa berdosa terhadap masalah yang sudah terjadi. Menurut Taylor, 2009

Emotion Focused Coping (EFC) merupakan bentuk koping yang diarahkan

untuk mengatur respon emosional terhadap situasi yang menekan. Individu

dapat mengatur respon emosionalnya dengan pendekatan behavioral dan

kognitif. Contoh dari pendekatan behavioral adalah penggunaan alkohol,

narkoba, yaitu mencari dukungan emosional dari teman – teman dan

mengikuti berbagai aktivitas seperti berolahraga atau menonton televisi yang

dapat mengalihkan perhatian individu dari masalahnya. Menurut penelitian

Shafiei, (2016) sebuah studi di Iran, mengenai penggunaan coping strategi

dalam mengatasi kekambuhan pada pecandu dewasa muda di pusat

pengobatan penyalahgunaan zat terlarang di Iran, hasil penelitian

menunjukan bahwa sebanyak 71,2% mengalami kekambuhan total dengan

menggunakan strategi coping yang adaptif.


104

Therapeutic commmunity (TC) adalah salah satu program yang di ikuti

residen selama menjalani rehabilitasi di balai rehabilitasi Tanah Merah. di

mana sekelompok orang yang mempunyai masalah yang sama, mereka

berkumpul untuk saling membantu dalam mengatasi masalah yang di hadapi.

Dengan kata lain, man to helping man to help himself, yaitu seseorang

menolong orang lain untuk menolong dirinya sendiri. Oleh sebab itu residen

mampu untuk bisa menghadapi masalah atau stress yang mereka hadapi.

Konsep dari TC ini meyakinkan residen untuk memiliki strategi coping yang

adaptif, yaitu setiap orang bisa berubah, kelompok bisa mendukung untuk

berubah, setiap individu harus bertanggung jawab, menyediakan lingkungan

yang aman dan kondusif serta adanya partisipasi yang aktif. Walaupun pada

akhirnya banyak hal yang bisa membuat residen mengalami banyak tekanan

seperti banyaknya aturan yang bisa atau tidak bisa harus di patuhi oleh

residen selama di rehabilitasi. Agnesia (2014) mengatakan bahwa penyebab

mereka memiliki koping adaptif karena responden adalah orang yang sudah

dewasa sehingga sudah mampu mengendalikan diri, emosi, serta

permasalahan yang ada.

Adapun beberapa program struktur atau kegiatan yang di lakukan rutin

oleh residen guna mengatasi stressor yang di timbulkan ialah behaviour

management shaping yaitu pembentukan atau pemangkasan tingkah laku di

sini residen mempelajari teknik dan sistem yang ada dengan menggunakan

tools of the house secara benar. Emotional dan psychological atau

pengendalian emosi dan psikologi, hal ini di lakukan melalui kelompok-

kelompok statik group, teguran rekan sebaya apabila emosional. Intelectual

dan spiritual, residen di berikan seminar tentang pendidikan bahaya

narkotika, memberi contoh, rekreasi dan penerapan nilai-nilai agama. Namun


105

penyebab mereka kambuh kembali kerena pada saat kembali ke lingkungan

mereka tidak mampu untuk mengatasi masalah. Hal ini juga dapat di lihat

sebanyak 16 responden atau 34,8% menjawab ragu dan tidak setuju bahwa

mereka melihat atau membandingkan dengan orang lain yang juga punya

masalah yang sama bahkan lebih berat, untuk menguatkan mereka.

Penelitian kualitatif yang di lakukan oleh Gabriella (2015) menunjukan

bahwa partisipan yang awalnya memiliki coping adaptif cenderung

melakukan tindakan avoidance (pelarian terhadap masalah) sehingga

menyebabkan mereka kembali kambuh. Partisipan selalu menghindar dari

masalah ketika bersama dengan lingkungan keluarga dan masyarakat.

Mereka berusaha mendapatkan uang dengan tindakan kriminal agar bisa

membeli minuman keras dan narkoba, selain itu partisipan mengaku bahwa

mereka melakukan avoidance dengan mencari suasana baru di tempat lain

sehingga di sana mereka tidak di pantau oleh keluarga dan bebas

melakukan segala sesuatu.

Sebanyak 85,0% residen yang memiliki koping adaptif tidak

mengalami kekambuhan. Menurut clausen (dalam santrock, 2002) bahwa

faktor religiusitas juga memainkan peranan yang tidak kalah pentingnya.

Ketika subjek merasa bahwa dengan adanya aktivitas dan pengalaman

religius menyebabkan mereka mapu mengatasi berbagai permasalahn hidup,

mereka lebih berkompeten di banding mereka yang tidak religius. Hal ini

dapat di lihat bahwa sebanyak 32 responden atau sebesar 69,6% menjawab

sangat setuju mereka memohon petunjuk Tuhan dalam menghadapi

masalah. Dan sebanyak 30 responden atau sebesar 65,2% menjawab

sangat setuju mereka selalu berdoa kepada Tuhan.


106

Lazarus, & Folkman, 1984, dalam model teori ini, penilaian pribadi

individu dan sumber daya lingkungan mempengaruhi strategi koping apa

yang akan digunakan. Individu yang menilai sumber daya yang dimilikinya

memadai untuk menghadapi semua situasi yang menekan cenderung akan

mengunakan pendekatan coping yang lebih aktif. Hal ini karena mereka

percaya bahwa mereka dapat berhasil mengendalikan situasi menekan

tersebut. Sebaliknya, individu yang menilai sumber daya yang dimilikinya

tidak memadai cenderung akan mengunakan pendekatan yang lebih pasif

atau mengunakan strategi avoidance coping. Sumber daya yang umumnya

diidentifikasi oleh para ahli adalah persepsi individu terhadap

ketersediaannya dukungan sosial dan persepsi individu akan ketersediaanya

sumber daya personal yang memadai atau tidak, seperti harga diri,

keterampilan yang dimiliki atau pengetahuan untuk memecahkan

masalahnya. Hasil penelitian yang ada menunjukkan bahwa penilaian

ketersediaan dukungan sosial dan harga-diri yang tinggi berhubungan

dengan penggunaan strategi koping yang lebih aktif. Sehingga individu bisa

mengatasi segala tantangan yang datang.

Residen yang menggunakan mekanisme koping adaptif merasa

bahwa mereka selalu menjadikan masa lalu sebagai pelajaran hidup, ketika

di hadapkan pada situasi sulit yang memberikan mereka peluang untuk

kembali menggunakan narkoba, residen selalu mendapat dukungan dari

keluarga dan orang-orang terdekat mereka. Penelitian Gabriella (2015) juga

menunjukan bahwa partisipan yang memiliki coping adaptif mampu

menyadari bahwa hal terpenting untuk bisa melangkah menuju masa depan

adalah melepaskan masa lalu dengan cara memafkan dirinya sendiri. Ia

tidak
107

ingin di masa yang akan datang dirinya hanya merasa bersalah atas

kesalahan yang di perbuatnya.

3. Hubungan harapan dengan kekambuhan pada residen penyalahguna

narkoba di Balai Rehabilitasi Badan Narkotika Nasional Tanah Merah

Kota Samarinda

Rotter dkk, (2009) menyatakan bahwa perilaku seseorang ditentukan

oleh interaksi antara harapan, nila-nilai yang ada pada seseorang serta

lingkungan dimana ia berada. Hal ini sejalan dengan penelitian Marlatt &

Gordon (2010), pada perilaku relapse. efficacy expectancies dan outcomes

expectancies pada perilaku proses relapse mengemukakan model mengenai

perilaku proses relapse. Mereka mengasumsikan bahwa resiko relapse

ditentukan oleh interaksi antara individu, situasi dan fisiologis.

Berdasarkan penelitian, hasil dari uji statistik dengan menggunakan uji

Chi-square menunjukkan bahwa ada hubungan antara harapan untuk pulih

dari narkoba dengan kekambuhan pada residen penyalahguna narkoba di

Balai Rehabilitasi Badan Narkotika Nasional Tanah Merah Kota Samarinda (p

value = 0.044). hal ini di buktikan dengan penelitian Garnasih (2010)

mengatakan bahwa adanya hubungan yang positif antara harapan dengan

pulih dari narkoba, di mana jika semakin tinggi harapan maka semakin besar

keinginan seseorang untuk pulih dari narkoba tanpa terlepas dari dukungan

berbagai pihak.

Penelitian yang dilakukan oleh Marlatt & Gordon (2010) yang

mengembangkan model tentang relapse, menyatakan bahwa ketika individu

dihadapkan pada situasi berisiko tinggi pemicu relapse, jika individu dapat

memunculkan mekanisme coping yang tepat dan juga mengembangkan


108

outcome expectancies (harapan tentang hasil) yang negatif tentang narkoba

dan positif untuk pulih, maka kesempatan untuk lapse dan relapse akan

menurun. Sebaliknya, jika individu mengembangkan strategi coping yang

tidak efektif dan disertai dengan harapan yang positif mengenai efek zat-zat

penyebab kecanduan dan negatif untuk pulih, maka akan menguatkan

persepsi individu mengenai kenikmatan zat-zat tersebut, dan kemungkinan

untuk lapse dan relapse akan meningkat.

Berdasarkan hasil penelitian, di dapatkan bahwa sebanyak 21 residen

yang memiliki harapan rendah untuk pulih dari narkoba mengalami

kekambuhan sebesar 84,0%. Hal tersebut terlihat bahwa sebanyak 29

responden atau 63,0% sangat tidak setuju mengatakan mereka ingin pulih

dari kecanduan pada narkoba, serta sebanyak 28 responden 60,9% tidak

setuju bahwa mereka yakin dapat menjalani rutinitas selama di rehabilitasi.

Dimsdale (1995), para pecandu narkoba harus memiliki harapan yang

tinggi untuk sembuh agar mereka tidak merasa putus asa dengan keadaan.

Menurut Bluvol dan Marilyn (dalam Primardi, 2010) seseorang dengan

harapan yang tinggi akan memiliki energi lebih untuk memotivasi diri

berperan aktif dalam penyelesaian masalah dan terus berkembang, sehingga

memiliki kualitas hidup yang baik. Selain itu, berdasarkan penelitian kualitatif

yang yang di lakukan oleh Riskiyani, 2016 tentang Perlakuan di Lapas,

Interaksi Sosial dan Harapan Pengguna Narkoba Mantan Narapidana. Hasil

penelitian mengatakan bahwa para penyalahguna narkoba memiliki harapan

yang tinggi untuk bisa pulih, tidak kambuh kembali dan menyalahgunakan

narkoba.

Residen mengaku bahwa selama berada di sana mereka selalu

memikirkan masa depan yang positif namun kadang kadang timbul harapan
109

negatif karena kembali mengingat masa lalu mereka, tantangan ini yang

membuat pikiran menjadi kacau dan mengganggu rutinitas selama

melakukan rehabilitasi, hal ini dapat di lihat bahwa sebanyak 28 responden

atau 60,9% mengatakan tidak setuju dapat menjalani rutinitas dengan baik

selama di rehabilitasi.

Sebanyak 12 residen yang memiliki harapan tinggi untuk pulih dari

narkoba mengalami kekambuhan sebesar 57,1%. Penelitian Garnasih (2010)

mengatakan residen memiliki harapan yang tinggi tentang kemampuannya

dalam menghadapi masalah kemampuan seseorang dalam pemecahan

masalah berkaitan dengan pemikiran seseorang terkait dengan cara

pencapaian tujuan. Orang dengan tingkat harapan tinggi memiliki profil

tertentu. Mereka telah mengalami berbagai kemunduran atau pukulan sama

seperti orang lain dalam kehidupan mereka namun mereka telah

mengembangkan keyakinan bahwa mereka dapat melakukan penyesuaian

terhadap tantangan yang ada dan mengatasi kesulitan yang terjadi. mereka

fokus pada keberhasilan bukan pada kegagalan.

Pada saat menghadapi rintangan dalam pencapaiaan tujuan yang di

dambakan, mereka mengalami emosi negatif yang sedikit dan kurang intens.

Hal ini terjadi karena mereka secara kreatif mampu mengembangkan jalur

untuk meraih tujuan atau memilih tujuan lainnya yang dapat di capai. Ketika

menghadapi permasalahan dalam hidupnya seseorang dengan tingkat

harapan tinggi cenderung mampu memecahkan masalah yang tampak besar

dan tidak jelas menjadi masalah-masalah yang lebih kecil dan dapat di

defenisikan secara lebih jelas sehingga dapat dikelola. Orang dengan tingkat

harapan tinggi mendambakan beberapa tujuan sekaligus dalam berbagai

area kehidupan. Meskipun cenderung sulit mereka mempertahankan tujuan


110

tersebut dan memandangnya sebagai tantangan yang di terima dengan

tangan terbuka sebagai bagian yang normal dari kehidupan. Mereka

cenderung menggunakan tujuan mereka sebagai suatu langkah menuju

kesuksesan. Mereka menemukan tujuan dalam hidup mereka dan berpikir

bahwa mereka akan mendapatkannya.

Pada saat mengalami situasi sulit, dalam melaksanakan cara yang

yang biasanya di lakukan untuk mencapai tujuan, mereka menjadi sangat

berorientasi pada tugas dan menjalankan cara alternatif untuk mencapai

tujuan. Menurut snyder et all, (2006) harapan individu merupakan sebuah

kekuatan pikiran yang mendorong motivasi agar tujuan yang di inginkan

tercapai. Semakin tinggi harapan, ia akan menunjukan fungsi mental dan fisik

yang lebih baik dari pada yang lainnya. namun apabila dalam proses tersebut

ia mengalami hambatan karena pengaruh lain seperti karakteristik emosi dan

mental yang tidak di imbangi mengakibatkan individu menjadi pesimis

kehilangan harapan dan gagal untuk bangkit kembali, dalam kondisi ini

mereka membutuhkan dukungan dari individu yang lain.

4. Hubungan atribusi dengan kekambuhan pada residen penyalahguna

narkoba di Balai Rehabilitasi Badan Narkotika Nasional Tanah Merah

Kota Samarinda

Atribusi merupakan elemen persepsi sosial, yaitu suatu proses

bagaimana seseorang mencari kejelasan sebab-akibat dari perilaku orang

lain. Ditambahkan oleh Jalil (2004) atribusi dapat dimanfaatkan individu untuk

menjelaskan, memahami serta menerangkan sesuatu situasi berdasarkan

kepada persepsi kognitif. Atribusi akan mempengaruhi sikap, perlakuan,

keyakinan serta motivasi individu. Atribusi yang buruk


111

memungkinkan individu sulit menyesuaikan diri dalam berbagai situasi.

Mereka kurang mampu mengontrol dan mengelola faktor-faktor perilaku

sesuai dengan situasi dan kondisi ketika menampilkan diri dalam proses

sosialisasi. demikian pula ketika seseorang dihadapkan pada situasi yang

menekan, ia akan secara spontan mencari atribusi terhadap situasi tersebut

(Taylor, dkk, 1984). Kesimpulan yang didapatkan dari proses atribusi akan

menentukan perasaan, sikap dan perilaku individu (Sears, dkk, 1994).

Berdasarkan penelitian, hasil dari uji statistik dengan menggunakan uji

Chi-square menunjukkan bahwa tidak ada hubungan antara atribusi dengan

kekambuhan pada residen penyalahguna narkoba di Balai Rehabilitasi

Badan Narkotika Nasional Tanah Merah Kota Samarinda (p value = 0.373).

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Hartanti 2016, tentang pengaruh

atribusi terhadap motivasi belajar anak dan kesulitan belajar anak

menunjukan bahwa tidak terdapat hubungan yang bermakana antara atribusi

pada kesulitan belajar anak dan motivasi belajar anak.

Diketahui dari 46 residen yang menjadi responden menunjukan bahwa

di antara residen yang mengalami kekambuhan dan memiliki atribusi rendah

terdapat 20 responden (76,9%). Hal ini dapat di lihat bahwa terdapat 18

responden atau sebesar 39,1% mengatakan mereka tidak setuju

menyalahgunakan narkoba atas keinginan diri sendiri, residen memiliki

atribusi yang buruk karena menyangkal bahwa perilaku menyalahgunakan di

sebabkan oleh individu sendiri dan bahkan menyalahkan orang lain. Mereka

merasa malu untuk mengakui perilaku mereka kepada orang lain. Ini dapaat

di lihat bahwa sebanyak 13 residen atau sebesar 28,3% mengatakan sangat

setuju merasa malu jika ada yang tahu saya menyalahgunakan narkoba.

Masalah ini membentuk pola pikir residen menjadi pesimis dan tidak memiliki
112

atribusi yg tinggi. Ia tidak berbagi masalah dengan orang lain, untuk

mendapatkan solusi terbaik sehingga hanya terus menerus terjebak di situasi

yang buruk.

Menurut Jalil 2004, Individu yang melakukan atribusi tinggi di

sebabkan karena adanya keyakinan bahwa tindakannya adalah karena

kemampuan untuk melakukan dengan keyakinan sendiri bukan karena

keberuntungan atau pengaruh orang lain. Salah satu contoh dalam

kehidupan misalnya, individu dengan sopan dan sabar individu tegas dan

berani menolak ajakan teman berbuat negatif, individu menyatakan

ketidaksetujuan atau ketidaksukaan pada perkataan orang lain yang

menyinggung perasaan, individu secara terus terang meminta maaf atas

perbuatan yang menyinggung perasaan orang lain.

Hal terjadi sebaliknya pada orang yang melakukan atribusi rendah

cenderung memberikan umpan balik yang tidak baik. Contoh dalam

kehidupan misalnya terpengaruh melakukan kegiatan atau perilaku negatif

karena ajakan orang lain, tidak berani menolak keinginan orang lain, sulit

menyatakan pendapat kepada orang lain ataupun merasa tidak mampu

menjalin komunikasi dengan orang lain. Individu yang mempunyai atribusi diri

tinggi akan lebih mudah memahami realitas yang ada pada dirinya,

menerima fakta-fakta yang dirasakan pada setiap keadaan berarti individu

memberikan kesempatan pada dirinya sendiri untuk menjadi dasar

sepenuhnya akan hakekat dari pilihan dan tindakan-tindakannya, dengan

demikian perkembangan diri individu tidak mengalami hambatan atau

kendala yang berarti.

Berdasarkan penelitian, residen yang memiliki atribusi tinggi

mengalami kekambuhan sebanyak 13 responden, (65,0%). Motivasi


113

memberi pengaruh besar terhadap atribusi seseorang, hal ini dapat di lihat

bahwa sebanyak 14 responden atau sebesar 30,4% mengatakan ragu tidak

memiliki motivasi yang baik untuk mengubah perilaku buruk. Residen

memiliki atribusi yang baik namun motivasi rendah membuat residen gagal

untuk mengubah perilaku kekambuhan.

Menurut Jalil (2004), individu yang mempunyai atribusi diri tinggi akan

lebih mudah memahami realitas yang ada pada dirinya, menerima fakta-fakta

yang dirasakan pada setiap keadaan berarti individu memberikan

kesempatan pada dirinya sendiri untuk menjadi dasar sepenuhnya akan

hakekat dari pilihan dan tindakannya, dengan demikian perkembangan diri

individu tidak mengalami hambatan atau kendala yang berarti. Sebagaimana

dikemukakan oleh Weiner bahwa atribusi memiliki implikasi pada motivasi

dan berkaitan erat dengan harga diri dan emosi serta harapannya di masa

yang akan dating.

Berdasarkan teori Weiner tentang atribusi penyebab–akibat, stabilitas,

dan kemampuan mengendalikan, Weiner memiliki keyakinan bahwa lokus,

stability dan controllability mempunyai implikasi yang penting untuk motivasi.

Sebagaimana dikemukakan oleh Weiner, dalam situasi meraih keberhasilan,

individu seringkali membuat atribusi terkait dengan kesuksesan dan

kegagalan. Terkait dengan atribusi kesuksesan dan kegagalan ini, Weiner

mengemukakan ada nya tiga dimensi atribusi. Pertama, lokus atau tempat

pernyebab. Artinya apakah kesuksesan dan kegagalan itu disebabkan oleh

faktor eksternal atau faktor internal. Kedua, stability artinya apakah

penyebab itu bersifat stabil dan stabil. Ketiga, controllability. artinya apakah

penyebab itu dapat dikendalikan atau tidak dapat dikendalikan. Dalam kasus

ini, ada beberapa kemungkinan atribusi residen terkait dengan kesuksesan

dalam
114

mengatasi kekambuhan. Pertama, residen mengatribusikan kesuksesan dan

kegagalannya pada faktor internal yang stabil dan tidak dapat dikendalikan.

Kedua, residen mengatribusikan kesuksesan dan kegagalan pada faktor

internal, tidak stabil dan dapat dikendalikan. Ketiga, residen mengatribusikan

kesuksesan dan kegagalan pada faktor eksternal, tidak stabil dan dapat

dikendalikan. Keempat, residen mengatribusikan kesuksesan dan kegagalan

pada faktor eksternal, stabil dan tidak dapat dikendalikan. Kekambuhan

terjadi jika kemungkinan pertama dan keempat terjadi. Lebih lanjut Weiner

mengemukakan bahwa kecenderungan atribusi memiliki pengaruh terhadap

motivasi.

Menurut Weiner, lokus, stability dan controllabily berkaitan erat dengan

harga diri. Jika kesuksesan dan kegagalan diatribusikan sebagai hal yang

disebabkan faktor internal yang stabil, akan meningkatkan harga diri dan

apabila gagal, akan mengurangi harga diri. Sebaliknya bila ia

mengatribusikan kegagalannya pada faktor eksternal yang tidak stabil dan

dapat dikendalikan. Apabila fakta pertama yang terjadi pada residen, maka

sangat mungkin residen tersebut untuk tidak mau berusaha lagi karena ia

malu, didiskriminasi, dan yakin tidak bisa mengubah kesalahan, tidak bisa

mengatasi kekambuhan di masa yang akan datang. Kecenderungan atribusi

juga berkaitan erat dengan emosi seperti; marah, iba, dan malu, serta

harapannya di masa mendatang. Jika seseorang mengalami kesuksesan dan

ia mengatribusikannya sebagai disebabkan oleh faktor internal yang stabil,

akan menimbulkan rasa bangga, dan ia memiliki harapan untuk menunjukkan

performance-nya itu di masa yang akan datang. Jika gagal, ia akan malu dan

ia yakin bahwa ia akan gagal lagi di masa mendatang. Lebih dari itu

Abramson dkk sebagaimana dikutip Tri Daya Kisni, orang yang


115

mengalami kegagalan berulangkali akan mengalami ketidakberdayaan yang

dipelajari (learn helplessness). Ketidakberdayaan inilah yang menyebabkan

residen semakin terpuruk, dan terjebak pada keputusasaan. Residen

tersebut hanya akan terus berada pada situasi tersebut. Dan tidak ada

harapan baginya untuk bangkit dari masalah ini.


116

C. Keterbatasan penelitian

Adapun keterbatasan penelitian yang terkandung di penelitian ini adalah

sebagai berikut:

1. Penggunaan kerangka teori dalam penelitian ini hanya mengacu pada faktor

tahapan relapse prevention, yaitu akhir dari proses kekambuhan. Sehingga

hanya melihat hasil akhir proses dan tidak melihat faktor penyebab dari

kekambuhan itu sendiri.

2. Pada kerangka teori, peneliti tidak menggunakan variabel independen dari

faktor eksternal seperti social factor, public health interventions, sehingga

hanya melihat penyebab kekambuhan dari faktor internal.


BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

1. Tidak ada hubungan antara strategi koping residen dengan kekambuhan

pada residen penyalahgunaan narkoba di Balai Rehabilitasi Badan Narkotika

Nasional Tanah Merah Kota Samarinda dengan nilai p value (0,080) > 0,05.

2. Ada hubungan antara harapan residen dengan kekambuhan pada residen

penyalahgunaan narkoba di Balai Rehabilitasi Badan Narkotika Nasional

Tanah Merah Kota Samarinda dengan nilai p value (0,044) < 0,05.

3. Tidak ada hubungan antara atribusi residen dengan kekambuhan pada

residen penyalahgunaan narkoba di Balai Rehabilitasi Badan Narkotika

Nasional Tanah Merah Kota Samarinda dengan nilai p value (0,373) > 0,05.

117
118

B. Saran

1. Kepada balai rehabilitasi, setelah residen menyelesaikan tahap

pascarehabilitasi dan kembali ke masyarakat, sebaiknya di fasilitasi untuk

melanjutkan program ketrampilan diri sesuai minat dan bakat (Vocational and

survival) yang telah mereka jalani selama di rehabilitasi guna meningkatkan

koping yang adaptif seperti membuka usaha kecil atau industri rumah

tangga, pembibitan dan perkebunan, peternakan, bengkel mesin, dan

sebagainya agar dapat beradaptasi dengan baik di lingkungan sosial serta

meminimalisir adanya peluang untuk kembali menyalahgunakan.

2. Kepada keluarga residen, sebaiknya residen mendapatkan pelayanan

konsultasi melalui posbindu di wilayah kerja puskesmas masing-masing yang

di mulai dengan pendekatan keluarga melalui program indonesia sehat, agar

residen bisa mengungkapkan perasaaan, pikiran, issue, yang ada dalam

dirinya dengan orang terdekatnya guna meningkatkan harapan residen untuk

menjalani kehidupan seperti semula, mendeteksi dini dan mengetahui faktor

resiko kekambuhan.

3. Untuk penelitian selanjutnya perlu di teliti lebih mendalam dengan

metode kualitatif tentang bagaimana penyalahguna narkoba bisa kembali

menyalahgunakan di lihat dari faktor eksternal


Daftar Pustaka

Abdul Jalil, 2004. Spiritual Enterpreneurship.Yogyakarta : LIKIS Yogyakarta.

Abramson, L.Y. Metalsky. G.I. Alloy. L.B. 1989. Hopelessness Depression: A

Theory-Based Subtype Of Depression. Psychological Review, 96, 358-372.

Abramson, J.L. & Vaccarino, V. (2002). Relationship Between Physical Activity

And Inflammation Among Apparently Healthy Middle-Aged And Older Usa:

Adults.Arch Intern Med Vol. 162 No. 11, June 10, 2002. P:1286-1292

Adientya, Gabriella, Jurnal Nursing Studies Vol. 1 Stress Pada Kejadian Stroke.

Semarang : Universitas Diponegoro, 2012

Ade Agnesia, 2014. Mekanismen Koping Narapidana Kasus Narkoba Yang

Menjalani Vonis Masa Hukuman Di Lembaga Pemasyarakatan. Volume X,

No. 1, Oktober 2014 Issn 1907 – 0357

Albrecht, S.L. Chadwick, B.A. & Jacobson, C.K. 1987. Sosial Psychology (Second

Edition). New Jersey: Prentice Hall. Inc.

Arifin, Zainal. 2011. Penelitian Pendidikan Metode Dan Paradigma Baru, Bandung:

Remaja Rosdakarya.

BadanNarkotika Nasional (Bnn). 2010. Mahasiswa Dan Bahaya Narkotika.

Diakses 2 September 2016; Http://Bnn.Go.Id

Badan Narkotika Nasional, 2011. Laporan Kinerja Bnn. Jakarta Timur: Bnn.

Badan Narkotika Nasional, 2015. Laporan Kinerja Bnn. Jakarta Timur: Bnn.

Bansal H.S., Irving P.G., And Taylor Sf., 2004, A Three-Component Model Of

Customer Commitment To Service Providers. Journal Of The Academy

Of Marketing Science. Vol.32 Pp. 109-250.

Baron, Robert A. & Byrne, Donn. (2004). Psikologi Sosial. Jakarta: Erlangga
Bluvol, A., & Marilyn, F. G. (2004). Hope, Health Work And Quality Of Life In

Families Of Strokesurvivors. Journal Of Advanced Nursing, 48(4), 322–

332. Nursing Studies, Vol. 1. No. 1 (2012)

Carr, A. (2004). Positive Psychology: The Science Of Happines And Human

Strengths. New York: Brunner-Routhlage.

Chaplin J.P. 2006. Kamus Lengkap Psikologi (Terjemahan Kartono, K). Jakarta:

Pt.Raja Grafindo Persada.

Davison, G. C., Neale, J. M., Kring, A. M., 2010. Psikologi Abnormal. Jakarta: Pt.

Raja Grafindo Persada.

Dayakisni, Tri Dan Hudaniah (2006). Psikologi Sosial. Malang: Umm Press.

Departemen Kesehatan Ri Kementerian Kesehatan Republik Indonesia Direktorat

Jenderal Bina Upaya Kesehatan. Juknis Sirs 2011. Revisi Vi. Sistem

Informasi Rumah Sakit, Jakarta: Depkes Ri, 2011

Dimsdale, J. E., Dan Andrew B. (1995). Quality Of Life In Behavioral Medicine

Research. New Jersey: Lawrence Erlbaum Associates Publishers Hal 11.

Evi Afifah, ( 2010). Mengapa Pengguna Narkoba Pada Remaja Akhir Menjadi

Relapse. Pesantren Rehabilitasi. Jakarta: Universitas Bina Nusantara. Vol.1

No.2 Oktober 2010: 303-314

Groski T., And Miller M., 1986. Counseling For Relapse Prevention,

Independence, Mo : Herald House/Independence Press.

Gloria Hartanti Simanjuntak, (2016). Hubungan Atribusi Orang Tua Pada Kesulitan

Belajar Anak Dan Motivasi Belajar Anak,. Universitas Sanata Dharma

Yogjakarta.

Hasibuan, Malayu S.P. 2016. Manajemen Sumber Daya Manusia. Edisi Revisi.

Jakarta: Penerbit Pt Bumi Aksara


Hasan Iqbal, (2006). Analisis Data Penelitian Dengan Statistik, Jakarta: Pt. Bumi

Aksara,

Hawari, D, 2006. Penyalahgunaan & Ketergantungan Napza, Jakarta : Fakultas

Kedokteran Universitas Indonesia.

Heider, F. (1958). The Psychology Of Interpersonal Relations. New York : John

Wiley And Sons.

Husin N. 2008. Faktor Yang Mempengaruhi Mantan Pecandu Untuk Kembali

Menyalahgunakan Narkoba (Relapse). Depok: Universitas Indonesia.

Imron, Moch Dan Munif, Amrul. (2010). Metodologi Penelitian Bidang Kesehatan.

Jakarta: Sagung Seto

Indah Seprina, (2013). Hubungan Antara Strategi Regulasi Emosi Dengan Tahap

Relapse Resilience Pada Dewasa Muda Mantan Penyalahguna Narkoba

Psikologi, Fakultas Humaniora, Universitas Bina Nusantara.

Jiloha, R. C. (2011). Management Of Lapse And Relapse In Drug Dependence,

Delhi Psychiatry Journal, 14 (2).

Kelley, Harold H. (1967). Attribution Theory In Social Psychology. Nebraska

Symposium On Motivation, Vol 15, 1967, 192-238.

Laporan Kinerja Bnn Tahun 2015 Hasil Penelitian Dengan Puslitkes-Ui Tahun

2015,Http://Www.Bnn.Go.Id/_Multimedia/.../Laporan_Kinerja_Bnn_2015201

60311155058.Pdf, Diakses 17 Desember 2016.

Lazarus, R.S & Folkman, S. 1984. Stress Appraisal And Coping. New York :

Springer Publishing Company Inc.

Lopez, & Snyder, C.R. 2003. Positive Psychological Assessment A Handbook Of

Models & Measures.Washington. Dc: Apa.

Th
Luthans, F. (2005), Organizational Behavior (10 Ed).(Terjemahan). The Mcgraw-

Hill Companies, Inc.


Major, B., Mueller, P., & Hildebrandt. 1985. Attributions, Expectations, And Coping

With Abortion. Journal Of Personality And Social Psychology. 48, 585-599.

Marlatt, G.A., And Gordon, J.R. (2010). Determinants Of Relapse : Implications

For The Maintenance Of Behavior Change. New York : Behavior Medicine :

Changing Lifestyle.

Melemis, S. M. 2015. Relapse Prevention And The Five Rules Of Recovery. Yale

Journal Of Biology And Medicine, 88, 325-332.

Mulyasa. 2011. Praktik Penelitian Tindakan Kelas. Bandung: Rosdakarya.

Nasution, Z., 2004. Menyelamatkan Keluarga Indonesia Dari Bahaya Narkoba,

Bandung : Citapustaka Media.

NiningHardiyana Garnasih, 2010 Hubungan Antara Persepsi Tentang Therapeutic

Community Dengan Harapan Untuk Pulih Dari Napza Pada Residen Di Unit

Pelaksana Teknis (Upt) Terapi Dan Rehabilitasi Bnn Lido. Fakultas

Psikologi. Universitas Islam Negri Syarif Hidayatullah: Jakarta.

Notoatmodjo, 2010. Promosi Kesehatan Teori Dan Aplikasi, Jakarta : Rineka Cipta

Ogden, J. (2004). Health Psychology. New York: Open University Press.

Partodiharjo, Subagyo., 2006. Kenali Narkoba Dan Musuhi Penyalahgunaannya,

Jakarta : Penerbit Erlangga.

Pramita, A. (2008). Harapan (Hope) Pada Remaja Penyandang Thalassaemia

Mayor. Skripsi: Universitas Indonesia.

Primardi, Azka. 2010. Optimisme, Harapan, Dukungan Sosial Keluarga, Dan

Kualitas Hidup Orang Dengan Epilepsi. Jurnal Psikologi. Vol 3, No 2, Juni

2010.

Prochaska, J. O., & Diclemente, C. C.,1983. Stages And Processes Of Selfchange

Of Smoking: Toward An Integrative Model Of Change. Journal Of

Consulting And Clinical Psychology, 51, 390-395.


Rice, P.L. 1998. Stress And Health. Usa : Brooks Cole Publishing Company.

Rice, V.H (Ed). (2000). Handbook Of Stress, Coping And Health: Implications For

Nursing Research, Theory & Practice. London New Delhi: Sage

Publication,Inc.

Robbin P. Stephen, 2003. Organisation Behavior. Edisi 9 New Jersey Prentice Hall

International Inc.

Rotter, J. B., Dkk (1972). Applications Of A Social Learning Theory Of Personality.

Usa: Holt, Rinehart And Winston, Inc.

Safaria, T. Dan Saputra, N. E. (2009). Manajemen Emosi: Sebuah Panduan

Cerdas Bagaimana Mengelola Emosi Positif Dalam Hidup Anda. Jakarta:

Bumi Aksara.

Sarwono, Dkk. (2009) Psikologi Sosial. Jakarta Salemba Humanika.

Santrock, J. (2002). Life Span Development. Edisi Ke-7. Mc Graw Hill.

Sears, Dkk. (1994). Psikologi Sosial. Edisi Kelima. Jakarta: Erlangga

Snyder, Cr. (1994). The Psychologyof Hope: You Can Get From There From Here.

New York: The Free Press.

Shanti Riskiyani, 2016. Interaksi Sosial Dan Harapan Pengguna Narkoba Mantan

Narapidana. Yogyakarta: Pascasarjana Fakultas Psikologi Universitas

Gajah Mada Vol. 1 No.1 Juni 2016.

Siswanto, Dkk. 2014. Metodologi Penelitian Kesehatan Dan Kedokteran,

Jogjakarta : Bursa Ilmu.

Somar, Lambertus. 2001. Rehabilitasi Pecandu Narkoba. Jakarta: Grasindo.

Sri Lubis. 2012. Hubungan Faktor Internal Dan Faktor Eksternal Dengan

Kekambuhan Kembali Pasien Penyalahgunaan Napza. Deli Serdang:

Pascaserjana Fakultas Ilmu Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera

Utara.
Sugiyono. 2015. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif,

Dan R&D. Bandung: Alfabeta

Taylor E, Shelley, Dkk, Psikologi Sosial . Edisi Kedua Belas, Jakarta: Kencana,

2009

Taylor, S.E. 2003. Health Psychology. Fifth Edition. United States Of America: Mc

Graw-Hill, Inc.

Tennen, H., Affleck, G., & Gershman, K. 1986. Self-Blame Among Parents Of

Infants With Perinatal Complications: The Role Of Self-Protective Motives.

Journal Of Personality And Social Psychology, 50, 690-696

Triantoro Safaria. 2006, Stres Ditinjau Dari Active Coping, Avoidance Coping Dan

Negative Coping. Fakultas Psikologi Universitas Ahmad Dahlan Vol. 3 No. 2

UNODC, (2015). World Drug Report 2015. Vienna: United Nation Publication.

Wade, Carole, Dan Carol Tavris. (2007). Psychology,9th Edition, Bahasa

Indonesia Language Edition. Jakarta : Penerbit Erlangga.

Weil, C.M. (2000). Exploring Hope In Patients With End Stage Renal Disease On

Chronic Hemodialysis. Anna Journal, 27, 219-223.

Weiner, I. 2003. Handbook Of Psychology. Vol 7, Education Psychology. New

Jersey: John William & Son.

Wong, Et All. 2006. The Resources-Congruence Model Of Coping And The

Development Of The Coping Schemas Inventory. Handbook Of

Multicultural Perspectives On Stress And Coping. New York: Springer.


LEMBAR PERSETUJUAN RESPONDEN

Saya yang bernama Tendry Salenussa adalah mahasiswa Fakultas


Kesehatan Masyarakat Universitas Mulawarman. Saat ini saya sedang melakukan
penelitian tentang “Faktor - Faktor Yang Berhubungan Dengan Kekambuhan Pada
Residen Penyalahgunaan Narkotika Di Balai Rehabilitasi Badan Narkotika
Nasional Tanah Merah Kota Samarinda.” Penelitian ini merupakan salah satu
kegiatan dalam menyelesaikan tugas akhir di Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Mulawarman.

Untuk keperluan tersebut, saya memohon kesediaan


Bapak/Ibu/Saudara/Saudari untuk menjadi responden dalam penelitian ini.
Selanjutnya saya mohon kesediaan Bapak/Ibu/Saudara/Saudari untuk mengisi
kuesioner dengan jujur dan apa adanya. Jika Bapak/Ibu/Saudara/Saudari
bersedia dapat menandatangani lembar persetujuan ini sebagai bukti
kesukarelaan.

Partisipasi Bapak/Ibu/Saudara/Saudari dalam penelitian ini bersifat


sukarela, sehingga Bapak/Ibu/Saudara/Saudari bebas untuk mengundurkan diri
setiap saat tanpa ada sanksi apapun. Identitas pribadi Bapak/Ibu/Saudara/Saudari
dan semua informasi yang diberikan akan dirahasiakan dan hanya akan
digunakan untuk keperluan penelitian ini.

Saya mengucapkan terima kasih atas partisipasi


bapak/ibu/saudara/saudari/dalam penelitian ini.

Samarinda, Agustus 2017

Responden

(................................)
KUESIONER PENELITIAN
FAKTOR - FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN RELAPSE PADA
RESIDEN PENYALAHGUNAAN NARKOTIKA DI BALAI REHABILITASI
BADAN NARKOTIKA NASIONAL TANAH MERAH KOTA SAMARINDA

Petunjuk Pengisian Kuesioner


1. Jawablah pertanyaan di bawah ini dengan benar dan sejujur-jujurnya
2. Identitas dan jawaban Saudara saya jamin kerahasiaanya
3. Selamat mengisi dan terimakasih

A. Karakteristik Responden
1. Nama :
2. Umur :
3. Pendidikan terakhir :
4. Status perkawinan :
5. Pekerjaan sebelum menjalani rehabilitasi :
6. Sudah berapa lama menggunakan narkoba :

7. Apakah anda pernah menjalani rehabilitasi narkoba sebelum


di rehabilitasi saat ini?
a. Ya
b. Tidak
Jika Ya, berapa kali pernah menjalani rehabilitasi?.........kali
8. Apakah anda pernah berhenti menggunakan narkoba dengan
keinginan diri sendiri?
a. Ya, selama………..bulan/tahun
b. Tidak pernah
9. Apakah saudara pernah berpikir untuk
10. Apakah jenis narkotika yang anda pakai sebelum menjalani rehabilitasi?
a. Ganja
b. Shabu-shabu
c. Ekstasi
d. Putaw
e. Heroin
f. Kokain
g. Dan lain-lain (sebutkan………)
B. Strategi Coping
Checklist (√) salah satu jawaban pada kotak yang disediakan!
SS=Sangat Setuju ST=Setuju RG=Ragu-ragu TS=Tidak Setuju STS=Sangat
Tidak Setuju
NO. PERNYATAAN SS ST RG TS STS
1. Saya tergantung pada orang lain untuk
melakukan apa yang tidak bisa saya
lakukan sendiri.
2. Saya mengungkapkan apa yang saya
rasakan dan pikirkan kepada orang lain
3. Saya menghadapi masalah dengan
melakukan tindakan yang baik
4. Saya melakukan hal yang baik untuk
mempertahankan hubungan personal
dengan Tuhan.
5. Saya melakukan apa yang dibutuhkan
untuk memenuhi kebutuhan dari suatu
keadaan.
6. Saya menerima segala sesuatu yang
terjadi karena pada dasarnya semua akan
berjalan seperti yang diharapkan.
7. Saya berbicara pada diri sendiri untuk
mengurangi ketegangan.
8. Saya merubah kebiasaan saya dalam
melihat masalah.
9. Saya berusaha menekan atau menghindari
emosi saya.
10. Saya menjauhi sifat mengeluh dan frustasi.
11. Saya menjaga hubungan yang baik
dengan orang lain, keluarga atau siapapun
untuk menghindari konflik.
12. Saya merasa berdosa terhadap masalah
yang sudah terjadi.
13. Saya akan merubah perilaku negatif
menjadi perilaku positif dalam menghadapi
masalah.
14. Saya belajar mengatasi masalah dari
oranglainyangsudahberhasil
menghadapi masalah yang sama.
15. Saya melakukan latihan mental (seperti
latihan imajinasi pikiran dan lain-lain) untuk
menutunkan ketegangan/ stress.
16. Saya memohon petunjuk Tuhan (Allah)
dalam menghadapi masalah.
17. Saya membuat rencana penyelesaian
masalah dan menjalankan rencana
tersebut.
18. Saya melihat atau membandingkan
dengan orang lain juga punya masalah
yang sama bahkan lebih berat, untuk
menguatkan saya.
19. Saya mengabaikan masalah saya dan
menganggap masalah itu tidak pernah ada.
20. Saya melakukan latihan fisik tertentu untuk
menghilangkan rasa marah.
21. Saya mencari dukungan emosional orang
lain dalam menyelesaikan masalah.
22. Saya menerima bantuan teman-teman
dalam menyelesaikan masalah.
23. Saya berdoa kepada Tuhan (Allah)
24. Saya bergantung pada para ahli dan
mengikuti saran mereka dalam
menyelesaikan masalah.
25. Saya merubah waktu aktivitas atau
pekerjaan saya untuk mengatasi masalah
yang saya hadapi.
26. Saya mengerti saya memiliki keterbatasan,
oleh karena itu saya tidak mau terlibat
dalam hal-hal sulit nantinya.
27. Saya tidak khawatir, dengan apa yang
terjadi saat ini dan yang akan datang, saya
siap menerima keadaan apapun yang
terjadi.
28. Saya mencoba mengelola waktu dengan
baik, oleh karena itu waktu saya lebih
efisien dimasa yang akan datang.
29. Saya memelihara hubungan baik dengan
siapapun untuk mencapai tujuan pribadi
saya.
30. Saya percaya dengan kekuasaan Tuhan
(Allah).
31. Saya melatih cara dalam menghadapi
masalah sesuai dengan pikiran saya atau
keinginan saya.
32. Saya melakukan teknik meditasi untuk
menurunkan ketegangan atau stress.
C. Harapan
Checklist (√) salah satu jawaban pada kotak yang disediakan!
SS=Sangat Setuju ST=Setuju RG=Ragu-ragu TS=Tidak Setuju STS=Sangat Tidak Setuju
NO. PERNYATAAN SS ST RG TS STS
1. Saya ingin pulih dari kecanduan pada
narkoba
2. Saya yakin akan berhasil dalam menjalani
proses rehabilitasi
3. Saya mampu mengatasi masalah tanpa
narkoba
4. Saya memiliki sedikit cara dalam
mengatasi relapse
5. Saya tidak yakin bahwa cara saya
melakukan sesuatu akan memberikan
hasil terbaik
6. Menunggu masa depan saya di tempat ini
adalah hal yang baik
7. Saya dapat mengandalkan kemampuan
saya untuk mengatasi kesulitan dalam
masa pemulihan
8. Saya tidak mampu beradaptasi dengan
lingkungan baru
9. Saya mudah menyerah ketika menghadapi
permasalahan yang sulit
10. Saya tidak dapat melewati tantangan
untuk menuju masa depan yang baik
11. Saya yakin dapat menerapkan cara-cara
untuk mengatasi relapse
12. Saya tidak dapat mengandalkan
kemampuan saya untuk mengatasi
kesulitan dalam pemulihan
13. Saya yakin dapat menjalani rutinitas
selama rehabilitasi
14. Saya tidak yakin dapat menjalani
pemulihan dengan baik
15. Sulit bagi saya untuk dapat mengubah
kebiasaan yang dulu
16. Saya tidak memiliki rencana yang jelas
untuk hidup ke depan
17. Saya merasa tidak mempunyai kekuatan
yang cukup untuk menyelesaikan masalah
18. Jika saya mempunyai permasalahan
selama rehabilitasi, saya mempunyai
banyak cara untuk mengatasinya
19. Saya tidak siap menjalani kehidupan
setelah keluar dari rehabilitasi
20. Saya tidak dapat beraktifitas tanpa
narkoba
21. Saya tidak siap dengan tantangan baru
22. Saya tidak memiliki cara untuk mengatasi
rasa bosan
23. Saya merasa takut tentang masa depan
saya

D. Atribusi
Checklist (√) salah satu jawaban pada kotak yang disediakan!
SS=Sangat Setuju ST=Setuju RG=Ragu-ragu TS=Tidak Setuju STS=Sangat Tidak Setuju
NO. PERNYATAAN SS ST RG TS STS
1. Saya sadar bahwa saya menggunakan
narkoba atas keinginan sendiri
2. Saya berusaha tidak menggunakan
narkoba, tetapi keinginan diri untuk
memakai tidak dapat di kendalikan
3. Masalah yang saya hadapi saat ini terjadi
karena perilaku yang tidak baik
4. Saya tidak memiliki motivasi yang baik
untuk mengubah perilaku buruk
5. Saya menggunakan narkoba karena
masalah bisa di atasi
6. Apabila berada pada situasi menekan
saya memilih untuk menggunakan
narkoba
7. Efek narkoba membuat saya terus
menggunakannya
8. Saya berusaha tidak memakai narkoba,
namun usaha itu gagal
9. Saya merasa malu jika ada yang tahu
saya memakai narkoba lagi
10. Saya tahu menggunakan narkoba
berbahaya bagi saya dan orang lain
11. Saya memakai narkoba untuk
meringankan beban hidup
12. Saya terjerumus narkoba karena menurut
saya itu merupakan hukuman dari Tuhan
13. Saya akan kehilangan teman jika tidak
menggunakan narkoba
14. Saya menggunakan narkoba agar menjadi
terkenal di lingkungan
15. Saya dapat mengendalikan diri tidak
menggunakan narkoba ketika berkumpul
dengan keluarga
16. Saya terkadang berhenti menggunakan
narkoba,tetapi situasi lingkungan
membuat saya memakai kembali
17. Saya tidak memakai narkoba walaupun
teman menawarkan cuma-cuma
18. Walaupun hidup di lingkungan pemakai
narkoba, kadang saya menolak untuk
memakai
19. Saya kembali menggunakan narkoba
karena orang tua tidak peduli
20. Saya tidak bertekad untuk kembali ke
lingkungan karena di kucilkan
21. Saya menggunakan narkoba karena
mampu membeli ketika butuh
LAMPIRAN 3. Validitas Dan Reliabilitas Kuesioner

3. Strategi Koping

Reliability Statistics
Cronbach's Alpha N of Items

.758 33

Item-Total Statistics

Scale Mean if Scale Variance if Corrected Item- Cronbach's

Item Deleted Item Deleted Total Alpha if Item

Correlation Deleted

n1 234.40 2182.568 .632 .747

n2 234.35 2184.976 .701 .747

n3 234.50 2168.474 .841 .745

n4 234.00 2168.737 .772 .745

n5 234.15 2194.555 .699 .748

n6 234.25 2168.303 .849 .745

n7 234.50 2184.263 .542 .747

n8 234.30 2176.537 .693 .746

n9 233.90 2215.674 .390 .751

n10 234.20 2241.642 .031 .754

n11 234.40 2182.568 .632 .747

n12 234.35 2184.976 .701 .747

n13 234.50 2168.474 .841 .745

n14 234.05 2169.839 .769 .745

n15 234.15 2194.555 .699 .748

n16 234.25 2168.303 .849 .745

n17 234.50 2184.263 .542 .747

n18 234.30 2176.537 .693 .746

n19 233.90 2215.674 .390 .751

n20 234.20 2241.642 .031 .754

n21 234.40 2182.568 .632 .747

n22 234.35 2184.976 .701 .747

n23 234.50 2168.474 .841 .745

n24 234.00 2168.737 .772 .745

n25 234.15 2194.555 .699 .748

n26 234.25 2168.303 .849 .745

n27 234.50 2184.263 .542 .747

n28 234.30 2176.537 .693 .746

n29 233.90 2215.674 .390 .751

n30 234.20 2241.642 .031 .754

n31 234.40 2182.568 .632 .747


n32 234.35 2184.976 .701 .747

n33 234.50 2168.474 .841 .745

n34 234.00 2168.737 .772 .745

n35 234.15 2194.555 .699 .748

n36 234.25 2168.303 .849 .745

n37 234.50 2184.263 .542 .747

n38 234.30 2176.537 .693 .746

n39 233.90 2215.674 .390 .751

Tot

118.65 560.976 1.000 .964


al

4. Harapan

Reliability Statistics
Cronbach's Alpha N of Items

.752 24

Item-Total Statistics
Scale Mean if Scale Variance if Corrected Item- Cronbach's

Item Deleted Item Deleted Total Alpha if Item

Correlation Deleted

n1 230.60 815.095 .523 .735

n2 230.70 809.274 .651 .733

n3 230.55 813.103 .557 .735

n4 231.15 794.661 .605 .729

n5 230.75 814.092 .501 .735

n6 230.65 800.239 .668 .730

n7 230.60 798.674 .684 .730

n8 230.55 833.418 .052 .742

n9 230.95 797.313 .616 .729

n10 230.85 811.503 .514 .734

n11 231.95 800.471 .563 .731

n12 230.60 815.305 .696 .735

n13 230.90 796.726 .539 .730

n14 230.60 829.095 .151 .740

n15 230.75 798.092 .661 .730

n16 231.15 810.766 .539 .734

n17 232.05 800.366 .470 .731

n18 230.55 796.997 .750 .729

n19 231.00 793.158 .790 .727

n20 230.60 811.937 .500 .734

n21 230.90 816.200 .371 .736

n22 230.90 802.411 .602 .731


n23 230.90 798.411 .556 .730

n24 230.60 799.411 .633 .730

n25 230.50 824.263 .249 .739

n26 230.75 848.513 -.315 .747

n27 231.20 823.432 .143 .740

n28 231.20 799.958 .668 .730

n29 231.75 802.303 .484 .732

n30 230.40 826.989 .185 .740

total 117.40 209.095 1.000 .900

3. Atribusi

Reliability Statistics

Cronbach's Alpha N of Items

.760 22

Item-Total Statistics

Scale Mean if Scale Variance if Corrected Item- Cronbach's

Item Deleted Item Deleted Total Alpha if Item

Correlation Deleted

n1 208.200 702.063 .800 .735

n2 208.600 710.779 .570 .739

n3 209.000 685.895 .851 .729

n4 209.000 720.000 .484 .742

n5 208.600 710.989 .687 .739

n6 208.700 714.958 .771 .740

n7 208.700 718.326 .647 .741

n8 208.600 719.621 .365 .743

n9 209.300 711.589 .462 .740

n10 208.900 727.042 .360 .745

n11 209.100 685.989 .803 .729

n12 208.600 717.305 .511 .741

n13 209.200 731.116 .076 .748

n14 208.500 694.158 .850 .732

n15 208.600 710.989 .687 .739

n16 208.200 731.958 .170 .747

n17 208.100 722.621 .343 .744

n18 208.800 702.484 .662 .736

n19 209.100 681.779 .758 .728

n20 208.900 691.884 .728 .732

n21 208.300 728.432 .134 .746

n22 208.300 700.221 .938 .734

n23 209.100 743.253 -.189 .752


n24 208.600 709.726 .722 .738

n25 208.400 713.095 .697 .739

n26 208.500 701.105 .816 .735

n27 208.800 719.326 .454 .742

n28 208.400 729.095 .208 .746

n29 208.700 714.326 .587 .740

n30 208.100 724.516 .389 .744

Tot

106.100 184.095 1.000 .924


al
LAMPIRAN 4. Output Karakteristik Responden Dan Uji Normalitas Data

A. Karakteristik Responden

1. Usia Pekerja

Cumulative

Frequency Percent Valid Percent Percent

17-25 tahun 14 30,4 30,4 30,4


26-35 tahun 26 56,5 56,5 87,0

Valid
36-45 tahun 6 13,0 13,0 100,0

Total 46 100,0 100,0

2. Pendidikan

Frequency Percent Valid Percent Cumulative

Percent

SD 5 10,9 10,9 10,9

SMP 5 10,9 10,9 21,7

SMA/SMK/

30 65,2 65,2 87,0


Valid MA
Diploma 2 4,3 4,3 91,3

Sarjana 4 8,7 8,7 100,0

Total 46 100,0 100,0

3. Status Perkawinan

Frequency Percent Valid Percent Cumulative

Percent

Menikah 15 32,6 32,6 32,6

Belum

23 50,0 50,0 82,6


Valid menikah
Cerai 8 17,4 17,4 100,0

Total 46 100,0 100,0


4. Pekerjaan Sebelum Di Rehabilitasi

Frequency Percent Valid Percent Cumulative

Percent

PNS 1 2,2 2,2 2,2

Swasta 25 54,3 54,3 56,5

wirausaha 6 13,0 13,0 69,6

Valid Buruh 6 13,0 13,0 82,6

tidak

8 17,4 17,4 100,0


bekerja
Total 46 100,0 100,0

5. Lama Penyalahgunaan Narkotika

Frequency Percent Valid Percent Cumulative

Percent

1-12 bulan 5 10,9 10,9 10,9

1-3 tahun 11 23,9 23,9 34,8

Valid 4-6 tahun 13 28,3 28,3 63,0

>6 tahun 17 37,0 37,0 100,0

Total 46 100,0 100,0

6. Riwayat Rehabilitasi

Frequency Percent Valid Percent Cumulative

Percent

1 kali 34 73,9 73,9 73,9

2 kali 11 23,9 23,9 97,8

Valid
3 kali 1 2,2 2,2 100,0
Total 46 100,0 100,0
7. Kekambuhan/Relapse

Frequency Percent Valid Percent Cumulative

Percent

ya > 6 bulan 36 78,3 78,3 78,3

tidak < 6

Valid 10 21,7 21,7 100,0


bulan
Total 46 100,0 100,0

8. Jenis Narkotika Yang Di Salahgunakan

Frequency Percent Valid Percent Cumulative

Percent

1 jenis 35 76,1 76,1 76,1

2 jenis 2 4,3 4,3 80,4

Valid 3 jenis 7 15,2 15,2 95,7

4 jenis 2 4,3 4,3 100,0

Total 46 100,0 100,0

9. Penyalahguna Ganja

Frequency Percent Valid Percent Cumulative

Percent

Ya 35 76,1 76,1 76,1

Valid Tidak 11 23,9 23,9 100,0

Total 46 100,0 100,0

10. Penyalahguna Shabu

Frequency Percent Valid Percent Cumulative

Percent

Ya 7 15,2 15,2 15,2

Valid Tidak 39 84,8 84,8 100,0

Total 46 100,0 100,0


11. Penyalahguna Ekstasi

Frequency Percent Valid Percent Cumulative

Percent

Ya 34 73,9 73,9 73,9

Valid Tidak 12 26,1 26,1 100,0

Total 46 100,0 100,0

12. Penyalahguna Putaw

Frequency Percent Valid Percent Cumulative

Percent

Ya 44 95,7 95,7 95,7

Valid Tidak 2 4,3 4,3 100,0

Total 46 100,0 100,0

13. Penyalahguna Heroin

Frequency Percent Valid Percent Cumulative

Percent

Ya 44 95,7 95,7 95,7

Valid Tidak 2 4,3 4,3 100,0

Total 46 100,0 100,0


B. Uji Normalitas

1. Strategi Koping

Tests of Normality
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk

Statistic df Sig. Statistic Df Sig.

SCOPING ,102 46 ,200* ,980 46 ,603

RLPSE ,144 46 ,019 ,911 46 ,002

Statistics
SCOPING RLPSE

Valid 46 46

N
Missing 0 0
Mean 95,65 9,41

Median 96,00 8,00

2. Harapan
Tests of Normality
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk

Statistic Df Sig. Statistic Df Sig.

HARAPAN ,066 46 ,200* ,968 46 ,227

RELAPSE ,144 46 ,019 ,911 46 ,002

Statistics

HARAPAN

Valid 46

N
Missing 0
Mean 49,91

Median 50,00

3. Atribusi
Tests of Normality
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk

Statistic Df Sig. Statistic Df Sig.

ATRIBUSI ,133 46 ,042 ,955 46 ,072

RELAPSE ,144 46 ,019 ,911 46 ,002

ATRIBUSI
Valid 46

N
Missing 0
Mean 50,20

Median 51,00
Lampiran 5. Output Analisis Univariat Dan Distribusi Jawaban

A. Analisis Univariat

1. Strategi Koping

STRATEGIKOPING
Frequency Percent Valid Percent Cumulative

Percent

MALADAPTIF 26 56,5 56,5 56,5

Valid ADAPTIF 20 43,5 43,5 100,0

Total 46 100,0 100,0

2. Harapan
HARAPAN
Frequency Percent Valid Percent Cumulative

Percent

RENDAH 25 54,3 54,3 54,3

Valid TINGGI 21 45,7 45,7 100,0

Total 46 100,0 100,0

3. Atribusi
ATRIBUSI

Frequency Percent Valid Percent Cumulative

Percent

RENDAH 26 56,5 56,5 56,5

Valid TINGGI 20 43,5 43,5 100,0

Total 46 100,0 100,0

4. Kekambuhan
KEKAMBUHAN
Frequency Percent Valid Percent Cumulative

Percent

KAMBUH 33 71,7 71,7 71,7

TIDAK

Valid 13 28,3 28,3 100,0


KAMBUH
Total 46 100,0 100,0
B. Distribusi Jawaban

1. Strategi Koping

Saya tergantung pada orang lain untuk melakukan apa yang tidak bisa saya lakukan sendiri
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

sangat tidak setuju 1 2,2 2,2 2,2

tidak setuju 13 28,3 28,3 30,4

Ragu 2 4,3 4,3 34,8

Valid
Setuju 23 50,0 50,0 84,8
sangat setuju 7 15,2 15,2 100,0

Total 46 100,0 100,0

Saya mengungkapkan apa yang saya rasakan dan pikirkan kepada orang lain

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

sangat tidak setuju 14 30,4 30,4 30,4

tidak setuju 26 56,5 56,5 87,0

Valid Ragu 2 4,3 4,3 91,3

Setuju 4 8,7 8,7 100,0

Total 46 100,0 100,0

Saya menghadapi masalah dengan melakukan tindakan yang baik

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

sangat tidak setuju 18 39,1 39,1 39,1

tidak setuju 22 47,8 47,8 87,0

Valid Ragu 2 4,3 4,3 91,3

Setuju 4 8,7 8,7 100,0

Total 46 100,0 100,0

Saya melakukan hal yang baik untuk mempertahankan hubungan personal dengan Tuhan

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Setuju 12 26,1 26,1 26,1

Valid sangat setuju 34 73,9 73,9 100,0

Total 46 100,0 100,0


Saya melakukan apa yang dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhan dari suatu keadaan.
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

sangat tidak setuju 1 2,2 2,2 2,2

tidak setuju 11 23,9 23,9 26,1

Ragu 5 10,9 10,9 37,0

Valid
Setuju 27 58,7 58,7 95,7
sangat setuju 2 4,3 4,3 100,0

Total 46 100,0 100,0

Saya menerima segala sesuatu yang terjadi karena pada dasarnya semua akan berjalan seperti

yang diharapkan.
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

sangat tidak setuju 2 4,3 4,3 4,3

tidak setuju 12 26,1 26,1 30,4

Ragu 1 2,2 2,2 32,6

Valid
Setuju 21 45,7 45,7 78,3
sangat setuju 10 21,7 21,7 100,0

Total 46 100,0 100,0

Saya berbicara pada diri sendiri untuk mengurangi ketegangan

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

sangat tidak setuju 4 8,7 8,7 8,7

tidak setuju 6 13,0 13,0 21,7

Ragu 3 6,5 6,5 28,3

Valid
setuju 22 47,8 47,8 76,1
sangat setuju 11 23,9 23,9 100,0

Total 46 100,0 100,0

Saya merubah kebiasaan saya dalam melihat masalah

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

sangat tidak setuju 3 6,5 6,5 6,5

tidak setuju 20 43,5 43,5 50,0

Ragu 4 8,7 8,7 58,7

Valid
setuju 11 23,9 23,9 82,6
sangat setuju 8 17,4 17,4 100,0

Total 46 100,0 100,0


Saya berusaha menekan atau menghindari emosi saya.
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

sangat tidak setuju 3 6,5 6,5 6,5

tidak setuju 7 15,2 15,2 21,7

Ragu 4 8,7 8,7 30,4

Valid
setuju 28 60,9 60,9 91,3
sangat setuju 4 8,7 8,7 100,0

Total 46 100,0 100,0

Saya menjauhi sifat mengeluh dan frustasi

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

sangat tidak setuju 1 2,2 2,2 2,2

tidak setuju 6 13,0 13,0 15,2

Ragu 3 6,5 6,5 21,7

Valid
setuju 16 34,8 34,8 56,5
sangat setuju 20 43,5 43,5 100,0

Total 46 100,0 100,0

Saya menjaga hubungan yang baik dengan orang lain, keluarga atau siapapun untuk menghindari

konflik.
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

sangat tidak setuju 5 10,9 10,9 10,9

tidak setuju 30 65,2 65,2 76,1

Valid ragu 4 8,7 8,7 84,8

setuju 7 15,2 15,2 100,0

Total 46 100,0 100,0

Saya merasa berdosa terhadap masalah yang sudah terjadi

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

sangat setuju 12 26,1 26,1 26,1

Setuju 18 39,1 39,1 65,2

ragu-ragu 1 2,2 2,2 67,4

Valid
tidak setuju 11 23,9 23,9 91,3
sangat tidak setuju 4 8,7 8,7 100,0

Total 46 100,0 100,0


Saya akan merubah perilaku negatif menjadi perilaku positif dalam menghadapi masalah
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

sangat tidak setuju 9 19,6 19,6 19,6

tidak setuju 19 41,3 41,3 60,9

Ragu 1 2,2 2,2 63,0

Valid
setuju 12 26,1 26,1 89,1
sangat setuju 5 10,9 10,9 100,0

Total 46 100,0 100,0

Saya belajar mengatasi masalah dari orang lain yang sudah berhasil menghadapi masalah yang

sama.
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

sangat tidak setuju 9 19,6 19,6 19,6

tidak setuju 18 39,1 39,1 58,7

ragu 3 6,5 6,5 65,2

Valid
setuju 8 17,4 17,4 82,6
sangat setuju 8 17,4 17,4 100,0

Total 46 100,0 100,0

Saya melakukan latihan mental (seperti latihan imajinasi pikiran dan lain-lain) untuk menutunkan

ketegangan/ stress
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

sangat tidak setuju 13 28,3 28,3 28,3

tidak setuju 29 63,0 63,0 91,3

Valid ragu 1 2,2 2,2 93,5

setuju 3 6,5 6,5 100,0

Total 46 100,0 100,0

Saya memohon petunjuk Tuhan (Allah) dalam menghadapi masalah

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

setuju 14 30,4 30,4 30,4

Valid sangat setuju 32 69,6 69,6 100,0

Total 46 100,0 100,0


Saya membuat rencana penyelesaian masalah dan menjalankan rencana tersebut.
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

sangat tidak setuju 2 4,3 4,3 4,3

tidak setuju 13 28,3 28,3 32,6

ragu 17 37,0 37,0 69,6

Valid
setuju 13 28,3 28,3 97,8
sangat setuju 1 2,2 2,2 100,0

Total 46 100,0 100,0

Saya melihat atau membandingkan dengan orang lain juga punya masalah yang sama bahkan lebih

berat, untuk menguatkan saya.


Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

sangat tidak setuju 4 8,7 8,7 8,7

tidak setuju 16 34,8 34,8 43,5

Valid ragu 16 34,8 34,8 78,3

setuju 10 21,7 21,7 100,0

Total 46 100,0 100,0

Saya mengabaikan masalah saya dan menganggap masalah itu tidak pernah ada

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

sangat setuju 10 21,7 21,7 21,7

setuju 29 63,0 63,0 84,8

ragu-ragu 2 4,3 4,3 89,1

Valid
tidak setuju 4 8,7 8,7 97,8
sangat tidak setuju 1 2,2 2,2 100,0

Total 46 100,0 100,0

Saya melakukan latihan fisik tertentu untuk menghilangkan rasa marah

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

sangat tidak setuju 8 17,4 17,4 17,4

tidak setuju 33 71,7 71,7 89,1

Valid ragu 3 6,5 6,5 95,7

setuju 2 4,3 4,3 100,0

Total 46 100,0 100,0


Saya mencari dukungan emosional orang lain dalam menyelesaikan masalah
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

sangat tidak setuju 13 28,3 28,3 28,3

tidak setuju 31 67,4 67,4 95,7

Valid Ragu 1 2,2 2,2 97,8

Setuju 1 2,2 2,2 100,0

Total 46 100,0 100,0

Saya menerima bantuan teman-teman dalam menyelesaikan masalah

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

tidak setuju 16 34,8 34,8 34,8

ragu 3 6,5 6,5 41,3

Valid setuju 17 37,0 37,0 78,3

sangat setuju 10 21,7 21,7 100,0

Total 46 100,0 100,0

Saya berdoa kepada Tuhan (Allah)

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

setuju 16 34,8 34,8 34,8

Valid sangat setuju 30 65,2 65,2 100,0

Total 46 100,0 100,0

Saya bergantung pada para ahli dan mengikuti saran mereka dalam menyelesaikan masalah

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

sangat tidak setuju 10 21,7 21,7 21,7

tidak setuju 27 58,7 58,7 80,4

Valid ragu 4 8,7 8,7 89,1

setuju 5 10,9 10,9 100,0

Total 46 100,0 100,0

Saya merubah waktu aktivitas atau pekerjaan saya untuk mengatasi masalah yang saya hadapi
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

sangat tidak setuju 10 21,7 21,7 21,7

tidak setuju 31 67,4 67,4 89,1

Valid
setuju 5 10,9 10,9 100,0
Total 46 100,0 100,0
Saya mengerti saya memiliki keterbatasan, oleh karena itu saya tidak mau terlibat dalam hal-hal sulit

nantinya.
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

sangat setuju 2 4,3 4,3 4,3

setuju 7 15,2 15,2 19,6

ragu-ragu 5 10,9 10,9 30,4

Valid
tidak setuju 20 43,5 43,5 73,9
sangat tidak setuju 12 26,1 26,1 100,0

Total 46 100,0 100,0

Saya tidak khawatir, dengan apa yang terjadi saat ini dan yang akan datang, saya siap menerima

keadaan apapun yang terjadi.


Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

sangat tidak setuju 3 6,5 6,5 6,5

tidak setuju 15 32,6 32,6 39,1

ragu 5 10,9 10,9 50,0

Valid
setuju 14 30,4 30,4 80,4
sangat setuju 9 19,6 19,6 100,0

Total 46 100,0 100,0

Saya mencoba mengelola waktu dengan baik, oleh karena itu waktu saya lebih efisien dimasa yang

akan dating
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

tidak setuju 9 19,6 19,6 19,6

ragu 5 10,9 10,9 30,4

Valid setuju 20 43,5 43,5 73,9

sangat setuju 12 26,1 26,1 100,0

Total 46 100,0 100,0

Saya memelihara hubungan baik dengan siapapun untuk mencapai tujuan pribadi saya.
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

sangat tidak setuju 2 4,3 4,3 4,3

tidak setuju 9 19,6 19,6 23,9

ragu 1 2,2 2,2 26,1

Valid
setuju 30 65,2 65,2 91,3
sangat setuju 4 8,7 8,7 100,0

Total 46 100,0 100,0


Saya percaya dengan kekuasaan Tuhan (Allah).
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

setuju 15 32,6 32,6 32,6

Valid sangat setuju 31 67,4 67,4 100,0

Total 46 100,0 100,0

Saya melatih cara dalam menghadapi masalah sesuai dengan pikiran saya atau keinginan saya.
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

sangat tidak setuju 7 15,2 15,2 15,2

tidak setuju 33 71,7 71,7 87,0

Valid Ragu 2 4,3 4,3 91,3

Setuju 4 8,7 8,7 100,0

Total 46 100,0 100,0

Saya melakukan teknik meditasi untuk menurunkan ketegangan atau stress.


Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

sangat tidak setuju 11 23,9 23,9 23,9

tidak setuju 28 60,9 60,9 84,8

Valid Ragu 5 10,9 10,9 95,7

Setuju 2 4,3 4,3 100,0

Total 46 100,0 100,0

2. Harapan

Saya ingin pulih dari kecanduan pada narkoba


Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Setuju 1 2,2 2,2 2,2

ragu-ragu 1 2,2 2,2 4,3

Valid tidak setuju 15 32,6 32,6 37,0

sangat tidak setuju 29 63,0 63,0 100,0

Total 46 100,0 100,0

Saya yakin akan berhasil dalam menjalani proses rehabilitasi

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Setuju 1 2,2 2,2 2,2

ragu-ragu 4 8,7 8,7 10,9

Valid tidak setuju 21 45,7 45,7 56,5

sangat tidak setuju 20 43,5 43,5 100,0

Total 46 100,0 100,0


Saya mampu mengatasi masalah tanpa narkoba
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Setuju 2 4,3 4,3 4,3

ragu-ragu 6 13,0 13,0 17,4

Valid tidak setuju 15 32,6 32,6 50,0

sangat tidak setuju 23 50,0 50,0 100,0

Total 46 100,0 100,0

Saya memiliki sedikit cara dalam mengatasi relapse

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

sangat setuju 12 26,1 26,1 26,1

Setuju 14 30,4 30,4 56,5

ragu-ragu 4 8,7 8,7 65,2

Valid
tidak setuju 10 21,7 21,7 87,0
sangat tidak setuju 6 13,0 13,0 100,0

Total 46 100,0 100,0

Saya tidak yakin bahwa cara saya melakukan sesuatu akan memberikan hasil terbaik

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

sangat setuju 3 6,5 6,5 6,5

setuju 8 17,4 17,4 23,9

ragu-ragu 7 15,2 15,2 39,1

Valid
tidak setuju 19 41,3 41,3 80,4
sangat tidak setuju 9 19,6 19,6 100,0

Total 46 100,0 100,0

Menunggu masa depan saya di tempat ini adalah hal yang baik

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

setuju 6 13,0 13,0 13,0

ragu-ragu 2 4,3 4,3 17,4

Valid tidak setuju 23 50,0 50,0 67,4

sangat tidak setuju 15 32,6 32,6 100,0

Total 46 100,0 100,0


Saya dapat mengandalkan kemampuan saya untuk mengatasi kesulitan dalam masa pemulihan
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

sangat setuju 1 2,2 2,2 2,2

setuju 7 15,2 15,2 17,4

ragu-ragu 3 6,5 6,5 23,9

Valid
tidak setuju 20 43,5 43,5 67,4
sangat tidak setuju 15 32,6 32,6 100,0

Total 46 100,0 100,0

Saya tidak mampu beradaptasi dengan lingkungan baru

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

sangat setuju 5 10,9 10,9 10,9

Setuju 6 13,0 13,0 23,9

ragu-ragu 6 13,0 13,0 37,0

Valid
tidak setuju 21 45,7 45,7 82,6
sangat tidak setuju 8 17,4 17,4 100,0

Total 46 100,0 100,0

Saya mudah menyerah ketika menghadapi permasalahan yang sulit

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

sangat setuju 5 10,9 10,9 10,9

Setuju 3 6,5 6,5 17,4

ragu-ragu 8 17,4 17,4 34,8

Valid
tidak setuju 22 47,8 47,8 82,6
sangat tidak setuju 8 17,4 17,4 100,0

Total 46 100,0 100,0

Saya tidak dapat melewati tantangan untuk menuju masa depan yang baik

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

sangat setuju 6 13,0 13,0 13,0

Setuju 10 21,7 21,7 34,8

ragu-ragu 8 17,4 17,4 52,2

Valid
tidak setuju 12 26,1 26,1 78,3
sangat tidak setuju 10 21,7 21,7 100,0

Total 46 100,0 100,0


Saya yakin dapat menerapkan cara-cara untuk mengatasi relapse
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

sangat setuju 2 4,3 4,3 4,3

Setuju 5 10,9 10,9 15,2

ragu-ragu 2 4,3 4,3 19,6

Valid
tidak setuju 26 56,5 56,5 76,1
sangat tidak setuju 11 23,9 23,9 100,0

Total 46 100,0 100,0

Saya tidak dapat mengandalkan kemampuan saya untuk mengatasi kesulitan dalam pemulihan

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

sangat setuju 7 15,2 15,2 15,2

Setuju 7 15,2 15,2 30,4

ragu-ragu 6 13,0 13,0 43,5

Valid
tidak setuju 16 34,8 34,8 78,3
sangat tidak setuju 10 21,7 21,7 100,0

Total 46 100,0 100,0

Saya yakin dapat menjalani rutinitas selama rehabilitasi

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

sangat setuju 2 4,3 4,3 4,3

setuju 1 2,2 2,2 6,5

Valid tidak setuju 28 60,9 60,9 67,4

sangat tidak setuju 15 32,6 32,6 100,0

Total 46 100,0 100,0

Saya tidak yakin dapat menjalani pemulihan dengan baik

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

sangat setuju 4 8,7 8,7 8,7

setuju 3 6,5 6,5 15,2

ragu-ragu 7 15,2 15,2 30,4

Valid
tidak setuju 21 45,7 45,7 76,1
sangat tidak setuju 11 23,9 23,9 100,0

Total 46 100,0 100,0


Sulit bagi saya untuk dapat mengubah kebiasaan yang dulu
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

sangat setuju 5 10,9 10,9 10,9

Setuju 13 28,3 28,3 39,1

ragu-ragu 9 19,6 19,6 58,7

Valid
tidak setuju 13 28,3 28,3 87,0
sangat tidak setuju 6 13,0 13,0 100,0

Total 46 100,0 100,0

Saya tidak memiliki rencana yang jelas untuk hidup ke depan

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

sangat setuju 5 10,9 10,9 10,9

setuju 2 4,3 4,3 15,2

ragu-ragu 1 2,2 2,2 17,4

Valid
tidak setuju 24 52,2 52,2 69,6
sangat tidak setuju 14 30,4 30,4 100,0

Total 46 100,0 100,0

Saya merasa tidak mempunyai kekuatan yang cukup untuk menyelesaikan masalah

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

sangat setuju 3 6,5 6,5 6,5

Setuju 7 15,2 15,2 21,7

ragu-ragu 6 13,0 13,0 34,8

Valid
tidak setuju 20 43,5 43,5 78,3
sangat tidak setuju 10 21,7 21,7 100,0

Total 46 100,0 100,0

Jika saya mempunyai permasalahan selama rehabilitasi, saya mempunyai banyak cara untuk

mengatasinya

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

sangat setuju 1 2,2 2,2 2,2

Setuju 4 8,7 8,7 10,9

ragu-ragu 4 8,7 8,7 19,6

Valid
tidak setuju 24 52,2 52,2 71,7
sangat tidak setuju 13 28,3 28,3 100,0

Total 46 100,0 100,0


Saya tidak siap menjalani kehidupan setelah keluar dari rehabilitasi
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

sangat setuju 2 4,3 4,3 4,3

Setuju 7 15,2 15,2 19,6

ragu-ragu 3 6,5 6,5 26,1

Valid
tidak setuju 23 50,0 50,0 76,1
sangat tidak setuju 11 23,9 23,9 100,0

Total 46 100,0 100,0

Saya tidak dapat beraktifitas tanpa narkoba

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

sangat setuju 4 8,7 8,7 8,7

Setuju 5 10,9 10,9 19,6

ragu-ragu 2 4,3 4,3 23,9

Valid
tidak setuju 20 43,5 43,5 67,4
sangat tidak setuju 15 32,6 32,6 100,0

Total 46 100,0 100,0

Saya tidak siap dengan tantangan baru

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

sangat setuju 3 6,5 6,5 6,5

setuju 6 13,0 13,0 19,6

ragu-ragu 2 4,3 4,3 23,9

Valid
tidak setuju 16 34,8 34,8 58,7
sangat tidak setuju 19 41,3 41,3 100,0

Total 46 100,0 100,0

Saya tidak memiliki cara untuk mengatasi rasa bosan

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

sangat setuju 4 8,7 8,7 8,7

setuju 4 8,7 8,7 17,4

ragu-ragu 7 15,2 15,2 32,6

Valid
tidak setuju 25 54,3 54,3 87,0
sangat tidak setuju 6 13,0 13,0 100,0

Total 46 100,0 100,0


Saya merasa takut tentang masa depan saya
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

sangat setuju 6 13,0 13,0 13,0

setuju 6 13,0 13,0 26,1

ragu-ragu 6 13,0 13,0 39,1

Valid
tidak setuju 20 43,5 43,5 82,6
sangat tidak setuju 8 17,4 17,4 100,0

Total 46 100,0 100,0

3. Atribusi
Saya sadar bahwa saya menggunakan narkoba atas keinginan sendiri

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

sangat setuju 1 2,2 2,2 2,2

Setuju 4 8,7 8,7 10,9

ragu-ragu 6 13,0 13,0 23,9

Valid
tidak setuju 17 37,0 37,0 60,9
sangat tidak setuju 18 39,1 39,1 100,0

Total 46 100,0 100,0

Saya berusaha tidak menggunakan narkoba, tetapi keinginan diri untuk memakai tidak dapat di

kendalikan
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

sangat setuju 2 4,3 4,3 4,3

Setuju 7 15,2 15,2 19,6

ragu-ragu 9 19,6 19,6 39,1

Valid
tidak setuju 17 37,0 37,0 76,1
sangat tidak setuju 11 23,9 23,9 100,0

Total 46 100,0 100,0

Masalah yang saya hadapi saat ini terjadi karena perilaku yang tidak baik

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

sangat setuju 5 10,9 10,9 10,9

Setuju 12 26,1 26,1 37,0

ragu-ragu 9 19,6 19,6 56,5

Valid
tidak setuju 9 19,6 19,6 76,1
sangat tidak setuju 11 23,9 23,9 100,0

Total 46 100,0 100,0


Saya tidak memiliki motivasi yang baik untuk mengubah perilaku buruk
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

sangat setuju 2 4,3 4,3 4,3

setuju 9 19,6 19,6 23,9

ragu-ragu 14 30,4 30,4 54,3

Valid
tidak setuju 19 41,3 41,3 95,7
sangat tidak setuju 2 4,3 4,3 100,0

Total 46 100,0 100,0

Saya menggunakan narkoba karena masalah bisa di atasi

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

sangat setuju 5 10,9 10,9 10,9

setuju 10 21,7 21,7 32,6

ragu-ragu 11 23,9 23,9 56,5

Valid
tidak setuju 15 32,6 32,6 89,1
sangat tidak setuju 5 10,9 10,9 100,0

Total 46 100,0 100,0

Apabila berada pada situasi menekan saya memilih untuk menggunakan narkoba

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

sangat setuju 2 4,3 4,3 4,3

setuju 9 19,6 19,6 23,9

ragu-ragu 10 21,7 21,7 45,7

Valid
tidak setuju 19 41,3 41,3 87,0
sangat tidak setuju 6 13,0 13,0 100,0

Total 46 100,0 100,0

Efek narkoba membuat saya terus menggunakannya

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

sangat setuju 7 15,2 15,2 15,2

setuju 13 28,3 28,3 43,5

ragu-ragu 11 23,9 23,9 67,4

Valid
tidak setuju 14 30,4 30,4 97,8
sangat tidak setuju 1 2,2 2,2 100,0

Total 46 100,0 100,0


Saya berusaha tidak memakai narkoba, namun usaha itu gagal
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

sangat setuju 2 4,3 4,3 4,3

Setuju 17 37,0 37,0 41,3

ragu-ragu 2 4,3 4,3 45,7

Valid
tidak setuju 14 30,4 30,4 76,1
sangat tidak setuju 11 23,9 23,9 100,0

Total 46 100,0 100,0

Saya merasa malu jika ada yang tahu saya memakai narkoba lagi

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

sangat setuju 13 28,3 28,3 28,3

Setuju 9 19,6 19,6 47,8

ragu-ragu 7 15,2 15,2 63,0

Valid
tidak setuju 13 28,3 28,3 91,3
sangat tidak setuju 4 8,7 8,7 100,0

Total 46 100,0 100,0

Saya tahu menggunakan narkoba berbahaya bagi saya dan orang lain

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

sangat setuju 1 2,2 2,2 2,2

Setuju 1 2,2 2,2 4,3

ragu-ragu 11 23,9 23,9 28,3

Valid
tidak setuju 16 34,8 34,8 63,0
sangat tidak setuju 17 37,0 37,0 100,0

Total 46 100,0 100,0

Saya memakai narkoba untuk meringankan beban hidup

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

sangat setuju 3 6,5 6,5 6,5

Setuju 8 17,4 17,4 23,9

ragu-ragu 8 17,4 17,4 41,3

Valid
tidak setuju 18 39,1 39,1 80,4
sangat tidak setuju 9 19,6 19,6 100,0

Total 46 100,0 100,0


Saya terjerumus narkoba karena menurut saya itu merupakan hukuman dari Tuhan
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

sangat setuju 3 6,5 6,5 6,5

setuju 5 10,9 10,9 17,4

ragu-ragu 7 15,2 15,2 32,6

Valid
tidak setuju 29 63,0 63,0 95,7
sangat tidak setuju 2 4,3 4,3 100,0

Total 46 100,0 100,0

Saya akan kehilangan teman jika tidak menggunakan narkoba

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

sangat setuju 7 15,2 15,2 15,2

ragu-ragu 7 15,2 15,2 30,4

Valid tidak setuju 26 56,5 56,5 87,0

sangat tidak setuju 6 13,0 13,0 100,0

Total 46 100,0 100,0

Saya menggunakan narkoba agar menjadi terkenal di lingkungan

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

sangat setuju 7 15,2 15,2 15,2

setuju 5 10,9 10,9 26,1

ragu-ragu 4 8,7 8,7 34,8

Valid
tidak setuju 20 43,5 43,5 78,3
sangat tidak setuju 10 21,7 21,7 100,0

Total 46 100,0 100,0

Saya dapat mengendalikan diri tidak menggunakan narkoba ketika berkumpul dengan keluarga
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

sangat setuju 3 6,5 6,5 6,5

setuju 6 13,0 13,0 19,6

ragu-ragu 9 19,6 19,6 39,1

Valid
tidak setuju 20 43,5 43,5 82,6
sangat tidak setuju 8 17,4 17,4 100,0

Total 46 100,0 100,0


Saya terkadang berhenti menggunakan narkoba, tetapi situasi lingkungan membuat saya memakai

kembali
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

sangat setuju 4 8,7 8,7 8,7

Setuju 9 19,6 19,6 28,3

ragu-ragu 8 17,4 17,4 45,7

Valid
tidak setuju 12 26,1 26,1 71,7
sangat tidak setuju 13 28,3 28,3 100,0

Total 46 100,0 100,0

Saya tidak memakai narkoba walaupun teman menawarkan cuma-Cuma

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

sangat setuju 2 4,3 4,3 4,3

Setuju 10 21,7 21,7 26,1

ragu-ragu 10 21,7 21,7 47,8

Valid
tidak setuju 18 39,1 39,1 87,0
sangat tidak setuju 6 13,0 13,0 100,0

Total 46 100,0 100,0

Walaupun hidup di lingkungan pemakai narkoba, kadang saya menolak untuk memakai

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

sangat setuju 4 8,7 8,7 8,7

Setuju 2 4,3 4,3 13,0

ragu-ragu 11 23,9 23,9 37,0

Valid
tidak setuju 22 47,8 47,8 84,8
sangat tidak setuju 7 15,2 15,2 100,0

Total 46 100,0 100,0

Saya kembali menggunakan narkoba karena orang tua tidak peduli

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

sangat setuju 4 8,7 8,7 8,7

setuju 8 17,4 17,4 26,1

ragu-ragu 4 8,7 8,7 34,8

Valid
tidak setuju 22 47,8 47,8 82,6
sangat tidak setuju 8 17,4 17,4 100,0

Total 46 100,0 100,0


Saya tidak bertekad untuk kembali ke lingkungan karena di kucilkan
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

sangat setuju 7 15,2 15,2 15,2

setuju 8 17,4 17,4 32,6

ragu-ragu 10 21,7 21,7 54,3

Valid
tidak setuju 20 43,5 43,5 97,8
sangat tidak setuju 1 2,2 2,2 100,0

Total 46 100,0 100,0

Saya menggunakan narkoba karena mampu membeli ketika butuh

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

sangat setuju 7 15,2 15,2 15,2

setuju 10 21,7 21,7 37,0

ragu-ragu 7 15,2 15,2 52,2

Valid
tidak setuju 20 43,5 43,5 95,7
sangat tidak setuju 2 4,3 4,3 100,0

Total 46 100,0 100,0


Lampiran 6. Output Analisis Bivariat

1. Hubungan Antara Strategi Koping Dengan Kekambuhan Residen

KEKAMBUHAN Total

KAMBUH TIDAK

KAMBUH

Count 10 16 26

Expected Count 7,3 18,7 26,0

MALADAPTIF
% within STRATEGIKOPING 38,5% 61,5% 100,0%
% within KEKAMBUHAN 76,9% 48,5% 56,5%

STRATEGIKOPING
Count 3 17 20
Expected Count 5,7 14,3 20,0

ADAPTIF
% within STRATEGIKOPING 15,0% 85,0% 100,0%
% within KEKAMBUHAN 23,1% 51,5% 43,5%

Count 13 33 46

Expected Count 13,0 33,0 46,0

Total
% within STRATEGIKOPING 28,3% 71,7% 100,0%
% within KEKAMBUHAN 100,0% 100,0% 100,0%

Chi-Square Tests

Value Df Asymp. Sig. (2-sided) Exact Sig. (2-sided) Exact Sig. (1-sided)

Pearson Chi-Square 3,069a 1 ,080

Continuity Correctionb 2,021 1 ,155

Likelihood Ratio 3,222 1 ,073


Fisher's Exact Test ,106 ,076

3,002 1 ,083

Linear-by-Linear Association
N of Valid Cases 46
2. Hubungan Antara Harapan Dengan Kekambuhan Residen

KEKAMBUHAN Total

KAMBUH TIDAK KAMBUH

Count 21 4 25

RENDAH Expected Count 17,9 7,1 25,0

% within HARAPAN 84,0% 16,0% 100,0%

HARAPAN
Count 12 9 21
TINGGI Expected Count 15,1 5,9 21,0

% within HARAPAN 57,1% 42,9% 100,0%

Count 33 13 46

Total Expected Count 33,0 13,0 46,0

% within HARAPAN 71,7% 28,3% 100,0%

Chi-Square Tests

Value Df Asymp. Sig. (2- Exact Sig. (2- Exact Sig. (1-

sided) sided) sided)

Pearson Chi-Square 4,060a 1 ,044

Continuity Correctionb 2,844 1 ,092

Likelihood Ratio 4,111 1 ,043


Fisher's Exact Test ,056 ,046

Linear-by-Linear Association 3,972 1 ,046

N of Valid Cases 46
3. Hubungan Atribusi Dengan Kekambuhan Residen

KEKAMBUHAN Total

KAMBUH TIDAK KAMBUH

Count 20 6 26

RENDAH Expected Count 18,7 7,3 26,0

% within ATRIBUSI 76,9% 23,1% 100,0%

ATRIBUSI
Count 13 7 20
TINGGI Expected Count 14,3 5,7 20,0

% within ATRIBUSI 65,0% 35,0% 100,0%

Count 33 13 46

Total Expected Count 33,0 13,0 46,0

% within ATRIBUSI 71,7% 28,3% 100,0%

Chi-Square Tests

Value Df Asymp. Sig. (2- Exact Sig. (2- Exact Sig. (1-sided)

sided) sided)

Pearson Chi-Square ,793a 1 ,373

Continuity Correctionb ,314 1 ,575

Likelihood Ratio ,788 1 ,375


Fisher's Exact Test ,511 ,287

Linear-by-Linear Association ,775 1 ,379

N of Valid Cases 46
Lampiran 7. Master Tabel
Status Lama Riwayat Jmlah
pendi Pekrjaa kekamb di shab heroi
No Nama Umur prkwna mnylhg rehbltas Ganja ekstsi putaw C1 C2 C3 C4 C5 C6 C7 C8 C9 C10 C11 C12 C13 C14
dikan n uhan salahgu u n
n unakan i
nkan
1 R1 35 5 1 2 4 2 1 2 0 1 0 0 0 4 3 2 4 2 4 4 4 2 4 2 1 1 4
2 R2 28 3 2 2 4 1 1 1 1 1 1 0 0 2 2 4 5 4 4 4 2 2 5 1 2 4 3
3 R3 27 3 3 2 2 1 2 1 1 1 0 1 0 4 1 2 5 4 3 4 4 3 3 2 4 4 2
4 R4 23 3 1 5 4 1 1 2 0 1 0 0 0 4 2 2 5 4 4 4 3 4 5 4 2 4 1
5 R5 21 3 2 2 1 2 2 2 0 1 0 0 0 4 1 1 4 3 4 3 2 4 4 2 1 2 2
6 R6 37 2 1 2 4 1 1 2 0 1 0 0 0 2 1 2 5 4 4 4 2 4 5 2 4 1 2
7 R7 30 2 3 5 4 2 1 2 0 1 0 0 0 3 2 1 5 5 4 5 2 4 5 4 2 4 5
8 R8 30 3 1 2 4 1 1 1 1 1 1 0 1 2 1 2 4 5 2 4 4 4 2 3 2 2 1
9 R9 21 3 2 5 3 1 1 1 1 1 1 0 1 5 2 1 5 4 2 4 2 4 4 2 2 2 1
10 R10 32 3 1 4 3 1 1 2 0 1 0 0 0 5 3 2 5 4 4 5 2 5 4 1 2 4 1
11 R11 34 3 1 2 3 1 1 2 0 1 0 0 0 5 2 2 5 2 4 3 4 4 2 2 4 2 4
12 R12 28 3 1 1 4 1 1 2 0 1 0 0 0 2 1 2 5 4 2 4 4 4 4 2 4 2 3
13 R13 23 1 2 2 4 1 1 1 1 1 1 0 0 3 2 2 4 4 1 5 2 5 4 2 2 4 2
14 R14 33 5 3 2 2 1 1 2 0 1 0 0 0 2 2 2 5 4 4 2 2 5 4 2 1 2 5
15 R15 19 2 2 5 4 1 1 2 0 1 0 0 0 4 2 2 5 4 2 2 2 2 5 2 4 2 1
16 R16 38 1 2 5 2 1 1 1 1 1 1 0 0 4 2 1 5 2 4 3 2 4 4 2 2 4 2
17 R17 27 1 2 4 3 1 1 2 0 1 0 0 0 4 4 2 4 2 4 4 4 1 4 2 2 4 5
18 R18 26 3 2 5 2 1 1 2 0 1 0 0 0 2 2 1 4 2 4 1 2 2 5 2 2 2 2
19 R19 22 1 3 4 2 1 1 2 0 1 0 0 0 5 2 1 5 4 2 4 2 4 5 2 4 2 2
20 R20 28 3 2 3 4 3 2 2 0 1 0 0 0 2 2 2 5 4 4 4 1 4 1 2 1 4 4
21 R21 33 3 1 2 4 1 1 2 0 1 0 0 0 4 1 2 4 4 5 4 4 1 4 2 2 2 3
22 R22 35 3 3 2 4 1 1 2 0 1 0 0 0 2 2 1 5 4 4 4 2 4 4 2 2 2 5
23 R23 28 3 2 2 2 1 1 2 0 0 1 0 0 4 2 1 5 4 5 1 2 4 5 3 2 4 2
24 R24 29 5 2 2 4 1 1 1 0 1 1 0 0 2 2 2 5 2 4 2 5 4 5 4 4 2 2
25 R25 37 3 1 2 2 1 1 2 1 0 0 0 0 4 4 4 4 4 2 5 5 4 3 2 2 1 2
26 R26 23 3 2 2 3 1 2 2 0 0 1 0 0 4 2 1 5 4 5 4 2 2 5 2 4 2 4
27 R27 30 3 1 2 4 2 1 2 0 1 0 0 0 4 2 1 5 4 2 5 2 4 4 4 4 5 2
28 R28 23 3 2 2 1 1 2 2 0 1 0 0 0 5 2 1 4 4 2 4 5 4 2 2 2 2 5
29 R29 32 4 1 3 3 1 2 2 0 1 0 0 0 2 1 1 4 4 5 1 3 4 3 2 4 1 1
30 R30 36 3 1 2 1 1 2 2 0 1 0 0 0 4 2 1 5 4 5 4 1 4 4 4 3 5 2
31 R31 33 3 1 3 3 2 1 2 0 1 0 0 0 4 1 3 4 4 4 5 2 4 5 1 4 2 4
32 R32 23 3 2 2 3 1 1 2 0 0 1 0 0 4 2 3 5 2 4 2 4 4 5 2 1 2 1
33 R33 21 3 2 5 2 1 1 2 0 1 0 0 0 2 1 2 5 4 4 4 1 2 4 4 5 2 2
34 R34 31 3 1 2 2 2 1 1 1 1 1 0 0 4 2 2 5 4 2 5 5 4 5 2 1 1 5
35 R35 24 4 2 2 3 2 1 2 1 0 0 0 0 2 1 2 5 1 4 5 3 4 2 2 5 5 4
36 R36 26 3 3 2 2 1 1 2 0 1 0 0 0 4 1 1 5 4 1 4 5 4 2 2 1 2 1
37 R37 31 3 2 3 4 1 1 2 0 1 0 0 0 4 2 2 5 4 4 4 5 4 4 1 2 1 2
38 R38 34 1 3 4 1 1 1 2 1 0 0 0 0 1 4 2 5 2 4 1 2 3 5 2 1 5 1
39 R39 23 5 2 3 3 2 1 1 0 1 1 0 0 4 1 1 5 2 5 4 5 1 4 3 1 2 5
40 R40 22 3 2 2 2 1 2 2 0 1 0 0 0 2 4 1 5 3 2 5 3 4 2 1 5 1 2
41 R41 32 3 3 4 3 2 1 2 0 1 0 0 0 4 2 2 4 2 5 4 5 5 5 2 1 4 2
42 R42 23 2 2 4 4 1 1 2 0 1 0 0 0 4 2 1 5 3 2 5 4 4 5 3 2 1 4
43 R43 29 3 1 3 4 1 1 1 1 0 1 1 0 5 2 2 5 3 5 5 4 4 5 2 1 4 2
44 R44 31 3 2 2 3 2 2 2 0 1 0 0 0 4 2 1 5 2 5 2 2 3 5 2 2 3 2
45 R45 20 2 2 5 1 1 2 2 0 1 0 0 0 4 1 4 5 4 5 2 2 3 5 2 1 5 5
46 R46 22 3 2 2 3 2 1 2 0 1 0 0 0 5 1 4 5 3 2 4 4 2 5 4 5 1 4
NO C15 C16 C17 C18 C19 C20 C21 C22 C23 C24 C25 C26 C27 C28 C29 C30 C31 C32 Total H1 H2 H3 H4 H5 H6 H7 H8 H9 H10 H11 H12 H13 H14
score

1 2 4 3 1 2 2 2 4 4 2 1 4 4 4 4 4 2 1 91 2 3 2 2 1 2 1 2 1 2 2 2 4 1
2 2 4 2 3 2 2 1 2 5 1 2 1 5 5 5 5 2 3 96 2 1 2 2 4 1 4 3 2 2 2 2 2 4
3 2 5 4 1 4 2 2 4 4 2 2 4 1 4 2 4 2 1 95 1 3 2 2 3 2 2 2 2 1 2 2 4 2
4 1 4 1 4 2 2 2 2 4 4 4 2 5 5 4 5 2 2 103 4 2 2 2 2 2 2 2 2 2 1 2 2 2
5 4 4 3 3 2 4 1 2 4 3 2 4 4 4 4 5 2 2 94 2 1 2 4 2 1 2 3 2 2 3 2 2 2
6 2 5 2 2 2 3 2 4 4 2 4 4 5 4 5 4 3 2 101 2 2 2 1 2 2 2 2 1 2 2 1 2 2
7 4 5 3 3 4 1 1 2 4 2 2 4 3 4 4 4 1 2 104 3 2 5 5 1 2 2 2 2 2 2 2 4 2
8 2 5 2 2 3 2 2 4 4 2 2 4 4 4 2 5 2 2 91 2 2 1 1 1 1 2 2 1 1 2 2 2 2
9 2 4 3 1 1 2 2 4 4 4 4 2 4 4 4 4 2 2 93 3 2 1 2 2 2 3 2 2 2 4 4 2 2
10 2 4 3 2 1 2 1 2 4 2 2 4 5 3 4 4 2 1 95 2 2 2 1 2 2 1 2 1 2 1 2 2 1
11 2 4 3 4 2 2 2 5 4 3 2 2 5 3 2 5 2 1 98 3 1 4 2 1 1 2 1 2 1 2 2 3 2
12 2 5 3 2 2 2 2 2 4 4 2 5 5 3 2 4 2 2 96 2 1 5 2 2 1 2 2 2 1 2 1 4 1
13 1 5 2 2 2 2 2 5 5 1 2 4 5 4 4 4 2 3 97 2 2 5 2 1 1 2 2 2 2 1 2 2 3
14 2 5 5 2 4 4 2 5 4 2 4 5 4 3 1 4 2 2 102 2 2 2 2 4 2 2 2 2 2 2 2 1 2
15 2 5 2 2 2 2 2 2 5 4 2 5 5 4 4 5 4 2 98 2 2 2 2 2 1 1 1 2 2 3 2 4 5
16 1 5 3 3 2 2 1 5 5 3 1 5 5 2 4 5 4 1 98 1 2 2 2 2 4 4 2 3 2 4 3 2 3
17 4 5 3 1 2 2 2 5 5 2 2 5 4 4 4 4 4 2 106 1 2 2 2 4 1 4 1 2 2 2 2 2 4
18 2 5 4 4 3 2 2 2 4 2 4 5 4 3 4 5 2 2 92 3 2 2 2 2 2 3 2 1 2 2 2 2 2
19 1 5 2 2 4 2 2 5 5 2 2 2 3 4 3 5 4 4 101 2 2 2 2 2 2 2 1 1 2 2 2 2 4
20 2 5 3 2 1 1 1 5 5 1 2 3 3 4 1 4 1 2 86 3 1 2 2 2 2 2 3 4 1 2 4 4 2
21 2 5 4 3 2 2 2 5 5 2 2 3 2 2 4 5 2 3 97 2 1 2 1 2 2 2 1 2 2 1 2 1 2
22 2 5 2 3 2 1 4 5 5 4 2 2 2 2 4 4 2 2 96 2 2 1 5 1 1 2 1 2 1 2 2 1 2
23 2 5 4 2 2 2 2 5 5 1 2 4 2 4 2 4 3 1 96 2 2 1 1 1 2 2 2 2 2 1 4 4 1
24 1 5 3 3 5 3 2 3 5 2 1 4 2 4 4 4 2 2 100 2 1 1 2 2 2 2 1 2 2 4 1 2 2
25 1 5 4 3 2 2 1 2 5 3 2 4 2 4 4 5 2 2 99 2 2 2 1 2 1 3 4 2 4 2 1 2 2
26 2 5 4 2 1 2 2 3 5 2 2 3 4 2 5 5 2 2 99 2 2 1 2 2 1 2 5 2 2 2 1 2 2
27 1 5 3 3 2 1 2 4 4 2 2 3 4 2 4 5 2 2 99 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 1 4 2 2
28 1 4 4 4 1 2 1 4 5 2 2 2 4 4 4 5 2 2 97 2 2 2 2 1 2 4 2 1 2 2 1 1 5
29 2 4 3 4 2 3 2 4 4 2 2 3 2 4 4 5 2 1 89 2 3 2 2 2 2 2 2 2 4 1 1 4 2
30 1 4 2 4 2 2 2 4 5 2 2 4 1 4 4 5 2 4 102 2 2 2 2 2 1 1 2 2 2 2 1 2 2
31 1 4 2 2 2 2 1 4 5 1 2 4 4 5 2 5 2 1 96 2 2 2 2 2 1 1 2 2 2 2 4 2 2
32 2 5 3 4 1 1 2 4 5 1 1 4 4 4 4 5 1 2 94 2 2 1 4 2 2 2 2 2 1 2 2 2 4
33 2 5 2 4 2 2 2 4 4 2 1 4 2 5 4 5 2 2 96 1 2 1 2 2 2 2 2 2 2 2 1 1 2
34 2 5 3 3 2 1 1 4 5 1 2 4 4 5 4 5 2 3 103 1 1 1 1 2 4 1 2 1 2 2 2 4 2
35 2 5 3 4 1 2 3 4 5 2 2 1 2 5 5 5 2 2 100 2 1 2 1 2 2 2 2 2 2 2 4 1 2
36 3 4 2 3 2 1 2 4 5 2 2 5 2 2 4 5 1 2 88 1 1 1 1 2 2 2 4 2 2 2 2 1 2
37 2 5 4 2 1 2 2 4 5 1 1 4 2 2 4 5 2 2 94 2 2 1 2 2 1 1 2 2 1 2 2 4 2
38 1 4 2 3 2 2 1 4 5 2 2 5 4 5 4 4 2 2 92 2 2 2 1 2 2 2 4 2 1 2 1 3 1
39 2 5 2 2 2 2 2 2 5 1 2 4 2 2 2 5 2 2 89 2 1 2 1 1 3 3 2 2 2 3 2 2 1
40 2 5 3 2 2 2 2 2 5 2 1 2 1 5 2 5 1 1 85 2 4 2 1 2 2 2 4 2 2 2 2 2 1
41 1 4 1 4 2 2 2 3 5 1 2 5 2 2 4 5 2 3 97 2 1 2 2 1 2 2 2 2 2 2 1 1 1
42 2 5 4 3 2 1 1 2 5 2 1 4 2 5 4 5 1 2 96 2 2 2 1 2 2 1 2 2 2 1 2 4 2
43 2 5 4 3 1 2 2 2 5 2 2 5 2 5 4 5 2 2 104 2 2 2 2 2 2 2 4 2 2 4 4 4 2
44 2 5 4 2 1 2 2 2 5 2 1 4 3 5 4 5 2 1 92 1 2 1 1 1 3 2 2 2 2 1 2 1 2
45 2 5 4 3 2 2 2 2 5 2 1 5 2 5 4 5 1 1 101 1 2 1 2 1 3 2 2 3 2 4 4 4 2
46 1 5 4 3 2 2 1 2 5 2 2 5 3 4 2 5 2 2 101 2 2 2 2 2 2 2 2 2 1 4 4 2 2
NO H15 H16 H17 H18 H19 H20 H21 H22 H23 Total A1 A2 A3 A4 A5 A6 A7 A8 A9 A10 A11 A12 A13 A14 A15 A16 A17 A18 A19 A20 A21 Total
score score

1 2 2 3 1 2 2 1 1 2 43 2 2 2 2 2 1 4 2 2 1 2 2 2 1 2 2 4 4 2 2 4 47
2 2 1 2 2 5 2 4 4 1 56 2 2 4 2 2 2 2 4 2 5 1 2 4 2 2 2 2 3 4 2 2 53
3 2 2 2 2 2 1 2 1 2 46 4 4 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 1 2 1 1 2 2 1 4 44
4 2 2 2 2 1 4 3 3 4 52 1 2 2 2 4 2 1 2 2 2 1 4 1 4 1 2 1 2 1 4 2 43
5 2 4 2 3 2 1 5 4 2 55 4 3 1 2 2 2 1 5 2 5 3 2 4 1 5 2 3 1 1 2 5 56
6 2 1 4 2 2 2 2 2 4 46 1 4 2 1 4 1 2 2 1 2 2 4 2 4 2 2 1 2 5 1 4 49
7 3 2 2 2 2 2 1 5 1 56 4 1 2 2 1 2 4 2 2 4 2 1 2 1 1 2 4 2 1 4 2 46
8 4 1 2 4 2 1 5 3 4 48 2 5 5 4 1 2 1 2 5 1 1 3 1 5 2 2 2 1 1 2 5 53
9 4 2 2 2 1 4 4 5 2 59 4 4 4 2 2 1 2 2 2 5 2 1 1 1 1 2 2 2 2 4 2 48
10 1 2 4 1 2 1 2 5 2 43 2 3 2 4 2 2 5 5 1 2 1 2 1 1 2 2 2 2 4 4 2 51
11 2 5 1 5 2 1 2 4 2 51 5 5 1 2 1 2 1 5 2 5 1 2 2 5 2 1 4 5 5 4 1 61
12 4 1 2 2 4 2 2 5 2 52 1 5 4 4 2 2 2 1 2 2 2 4 2 2 2 2 2 2 4 2 2 51
13 1 2 2 2 2 2 2 5 2 49 2 4 2 2 2 2 3 1 2 3 1 2 2 4 2 4 3 2 2 4 2 51
14 4 2 4 4 1 4 2 2 2 54 4 4 2 4 2 2 2 2 4 3 2 2 2 1 2 2 2 5 2 2 2 53
15 2 2 2 2 2 2 2 5 2 52 2 5 1 5 2 2 2 2 1 2 2 2 2 2 2 5 5 2 2 2 5 55
16 1 2 2 3 2 2 2 4 2 56 1 5 1 4 2 2 1 1 2 2 4 4 4 2 1 2 2 5 4 2 2 53
17 2 2 2 2 2 2 2 2 2 49 2 2 5 4 2 2 2 2 4 2 2 2 2 2 4 2 2 2 2 2 4 53
18 2 2 2 2 4 4 2 2 2 51 1 2 2 4 5 5 2 2 4 1 2 2 5 2 2 2 2 2 2 2 2 53
19 2 1 2 1 2 1 1 2 4 44 2 4 2 1 1 2 4 1 4 5 2 1 2 2 4 2 2 5 2 2 2 52
20 5 5 2 2 1 4 1 2 2 58 1 5 4 2 2 2 4 2 4 3 4 1 3 3 2 3 2 2 2 1 1 53
21 1 2 5 2 1 1 2 2 2 41 5 4 2 5 2 2 4 1 4 2 2 2 2 2 2 2 2 4 2 4 2 57
22 2 2 4 1 4 2 1 2 2 45 4 5 1 2 4 1 4 1 1 5 1 2 2 2 5 2 2 1 1 1 4 51
23 2 5 1 2 3 2 2 5 1 50 2 2 2 2 4 2 2 2 1 2 2 4 2 2 2 1 2 2 2 4 2 46
24 2 2 2 2 2 2 2 2 2 44 5 4 3 2 4 1 2 2 2 2 5 2 2 1 2 2 4 2 1 4 2 54
25 2 2 2 5 5 3 2 2 4 57 1 5 2 2 5 5 1 4 3 2 1 2 2 4 2 2 3 4 2 1 2 55
26 4 2 2 2 2 2 2 2 2 48 2 2 2 2 2 2 2 4 1 5 4 2 2 1 2 2 1 2 2 1 5 48
27 2 2 2 2 4 4 2 5 1 53 2 4 4 2 4 2 1 2 1 2 1 2 1 2 2 2 2 2 1 2 4 45
28 2 4 2 2 2 2 4 2 1 50 3 2 2 2 2 2 2 2 1 2 2 2 4 2 2 2 2 2 2 1 2 43
29 1 2 1 5 1 2 1 5 4 53 2 4 2 2 1 4 2 4 4 4 1 2 1 5 2 2 2 4 2 2 4 56
30 1 2 2 2 2 2 2 2 2 42 4 2 2 2 4 2 2 2 2 1 4 4 2 2 2 2 2 2 4 2 1 50
31 2 2 4 2 2 2 2 2 2 48 3 2 2 1 2 2 2 4 2 1 2 2 2 1 1 2 2 2 1 2 1 39
32 1 2 2 4 2 4 2 2 2 51 2 2 2 4 5 2 1 1 2 1 5 2 1 1 2 2 2 2 4 2 4 49
33 2 2 2 2 2 2 2 2 1 41 2 4 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 4 1 1 2 2 4 2 4 4 50
34 2 2 1 2 4 2 2 4 2 47 4 2 2 3 2 2 2 2 1 2 2 1 1 2 2 2 2 3 2 2 2 43
35 1 2 2 2 2 4 2 4 2 48 2 4 2 2 2 1 1 2 3 2 2 2 4 2 4 2 2 2 1 4 3 49
36 2 4 2 4 2 2 2 5 2 50 3 2 2 4 2 2 4 2 2 2 4 1 2 4 1 4 2 4 2 2 1 52
37 1 2 1 2 4 2 2 2 4 46 3 4 2 2 3 1 2 1 2 2 3 3 1 2 2 2 2 4 2 2 4 49
38 4 2 3 4 2 2 1 4 2 51 1 2 2 2 1 2 2 2 1 2 1 2 2 2 2 3 2 1 1 1 2 36
39 2 2 2 4 2 2 2 5 1 49 5 4 1 1 1 4 1 2 4 2 1 2 2 2 2 2 4 2 4 2 4 52
40 2 4 1 4 2 2 4 2 2 53 2 2 3 2 4 2 1 4 1 4 1 2 4 4 1 4 1 2 2 3 4 53
41 1 2 2 2 2 2 2 4 2 42 3 2 1 1 2 2 1 1 3 2 1 2 3 1 1 1 3 2 3 2 1 38
42 2 2 2 2 2 2 1 2 2 44 1 4 1 4 5 2 2 4 2 5 5 4 2 4 4 2 2 5 1 3 4 66
43 2 2 4 2 4 4 4 5 4 67 4 4 1 2 2 2 2 2 2 2 2 3 2 1 2 3 4 1 4 4 2 51
44 2 4 2 2 1 2 2 5 2 45 2 3 2 2 2 3 3 3 3 2 4 2 2 2 4 4 1 3 2 1 3 53
45 1 2 4 2 2 2 2 4 2 54 1 4 2 2 2 2 4 1 3 2 2 1 1 4 2 2 4 2 4 2 2 49
46 3 2 2 2 4 2 4 5 2 57 2 5 1 2 2 2 3 2 4 2 2 2 2 2 2 4 2 2 2 3 2 50
Lampiran 8. Dokumentasi Penelitian

Anda mungkin juga menyukai