SKRIPSI
Disusun Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi
Dalam Program Studi Farmasi Fakultas Ilmu Kesehatan
Universitas Trinita Mnanado
Oleh:
Pratiwi Benawan
NPM : 170391025
UNIVERSITAS TRINITA
MANADO
2021
PERSETUJUAN PEMBIMBING
Manado, 2021
Pembimbing I Pembimbing II
Telah diperiksa dan disahkan oleh Tim Penguji Ujian Akhir Fakultas Ilmu
Kesehatan Universitas Trinita Program Studi Farmasi ......
Tim Penguji
1. ..................................................... (.............................................)
Mengetahui,
Dekan Universitas Trinita
Menyatakan bahwa skripsi yang saya buat ini benar-benar merupakan hasil karya
saya sendiri dan bukan merupakan pengambilan data, tulisan atau pikiran orang
lain yang saya akui sebagai hasil tulisan atau pikiran saya kecuali dengan
mencantumkan sumber cuplikan pada daftar pustaka. Apabila di kemudian hari
terbukti bahwa skripsi ini hasil jiplakan, maka saya bersedia menerima sanksi atas
perbuatan tersebut.
Manado, 2021
Yang Membuat Pernyataan
Pratiwi Benawan
170391025
HALAMAN PEMBAHASAN
Adewia Samad, Pramita benawan, Popi benawan. Terima Kasih atas support dalam
segala bentuk dan selalu menjadi alasan utama untuk cepat pulang
Kapan Sidang?, Kapan Wisudah?, Kapan Nyusul?, dan lain sejenisnya Terima
Kasih, karna kalian adalah alasan saya segera menyelesaikan skripsi ini
KATA PENGANTAR
Segala puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas
Penyusunan skripsi ini diajukan sebagai tugas akhir guna memenuhi salah
satu syarat untuk meraih gelar Sarjana pada program studi farmasi, Fakultas Ilmu
memberikan bantuan, baik moril maupun materil dari awal sampai akhir
penyelesaian skripsi ini. Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih
dan memohon doa kepada Tuhan agar diberikan balasan pahala yang sebesar-
besarnya kepada :
Trinita Manado yang dengan tulus hati, ikhlas, dan berupaya memberikan yang
yang membuat penulis tetap semangat dalam suka maupun duka untuk
7. Kepada ibu saya Adewia Hi Samad yang telah memberikan kasih sayang yang
tulus, motivasi, nasihat, doa dan dukungan baik moril maupun materil.
8. Teruntuk Kakak saya Sandi Terima kasih buat doa, motivasi, saran yang selama
9. Teruntuk adik-adik saya Pramita benawan, Popi benawan dan Sandora Benawan
Terima kasih untuk dukungan, doa, dan semangat yang selalu diberikan kepada
penulis.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna.
Untuk itu kritik dan saran dari semua pihak demi perbaikan skripsi ini sangat
“Sesungguhnya Sesudah Kesulitan itu ada kemudahan. Maka Apabila Kamu Telah
Selesai (Dari Sesuatu) Kerjakanlah Dengan Sungguh-Sungguh (Urusan)
yang lain. Dan Hanya Kepada Tuhanmulah Hendaknnya Kamu Berharap”
Perkembangan dan Pengetahuan Penyakit saat ini yang mendorong manusia untuk
melakukan pengobatan sendiri (Swamedikasi). Diperkirakan 92% masyarakat
didunia memilih pengobatan alternatif yaitu pengobatan sendiri, dengan
menggunakan obat bebas dan obat bebas terbatas, namun tingkat pengetahuan
dalam menggunakan obat ini masih rendah, maka dimungkinkan membuat
kesalahan. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Tingkat
Pengetahuan Penggunaan Obat Bebas Dan Obat Bebas Terbatas dan termasuk
pengobatan sendiri yang terbatas pada masyarakat Titiwungen Selatan Kecamatan
Sario Kota Manado. Jenis penelitian yang dipakai adalah deskriptif observasional
untuk mengetahui karakteristik subjek tingkat pengetahuan dan jenis obat yang
digunakan oleh masyarakat Titiwungen Selatan Kecamatan Sario Kota Manado.
Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah masyarakat yang tinggal di
Titiwungen Selatan Kecamatan Sario Kota Manado. Data yang di ambil dari
wawancara dengan responden dengan menggunakan kuesioner. Hasil yang
diperoleh pada penelitian ini menunjukan bahwa Tingkat Pengetahuan Penggunaan
Obat Bebas Dan Obat Bebas Terbatas Pada Masyarakat Titiwungen Selatan
Kecamatan Sario Kota Manado sebagian tergolong cukup, sebab dari 38 responden
terdapat 23 orang (60,5%), 9 orang (23,7%) yang berpengetahuan kurang dan 6
orang (15,8%) yang berpengetahuan baik.
PENDAHULUAN
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengetahuan
2.1.1 Pengertian Pengetahuan
Pengetahuan adalah suatu hasil dari rasa keiingintahuan melalui
proses sensoris, terutamapada mata dan telinga terhadap objek tertentu.
Pengetahuan merupakan domain yang penting dalam terbentuknya
perilaku terbuka (Donsu, 2017).Pengetahuan adalah hasil pengindraan
manusia atau hasil tahu seseorang terhadap objek melalui indera yang
dimilikinya (mata, hidung, telinga, dan sebagainnya). Pengindraan
sampai menghasilkan pengetahuan tersebut sangat dipengaruhi oleh
intensitas perhatian dan persepsi terhadap objek. Dan sebesar
pengetahuan seseorang diperoleh melalui indra pendengaran maupun
indra penglihatan (Notoadmojo, 2015.)
Pengetahuan dipengaruhi oleh faktor pendidikan formal
diharapkan memberikan pengetahuan yang luas, walaupun orang yang
berpendidikan rendah tidak mutlak berpengetahuan renda pula.
Peningkatan pengetahuan tidak mutlak diperoleh dari pendidikan formal
saja, dapat diperoleh dari pendidikan non formal. Pengetahuan akan
suatu objek mengandung dua aspek yaitu aspek positif dan aspek
negatif. Kedua aspek ini menentukan sikap seseorang, sehingga semakin
banyak aspek positif dan objek yang diketahui, maka akan menimbulkan
sikap semakin positif terhadap objek tertentu (Notoadmojo, 2014).
2.1.2 Tingkat Pengetahuan
Pengetahuan yang cukup didalam domain kognitif mempunyai 6
tingkatan (Kholid, 2012):
1. Tahu (Know)
Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari
sebelumnnya termasuk yang mengingat kembali (recall) terhadap
sesuatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau
rangsang yang telah diterima. Tahu merupakan tingkatan
pengetahuan yang paling rendah.
2. Memahami (Comprehention)
Memahami artinya sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan
secara benar tentang objek yang diketahui dan dapat
menginterprestasikan materi secara benar. Orang telah paham
terhadap objek atau materi yang yang harus dapat dijelaskan,
menyebutkan contoh, menyimpulkan, meramalkan dan sebagainnya
terhadap suatu objek yang dipelajari.
3. Aplikasi (Application)
Diartikan sebagai kemapuan untuk menggunakan materi yang telah
dipelajari pada situasi atau kondisi real (sebenarnya) ialah dapat
menggunakan rumus-rumus, metode, prinsip, dan sebagainnya dalam
situasi yang lain, misalnya dapat menggunakan prinsip-prinsip siklus
pemecahan masalah kesehatan dari kasus yang telah diberikan.
4. Analisis (Analysis)
Adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek
didalam struktur organisasi tersebut dan masih ada kaitannya satu
dengan yang lain. Kemampuan analisis dapat dilihat dari penggunaan
kata kerja seperti dapat menggunakan dan menggambarkan,
membedakan, memisahkan, mengelompokkan, dan sebagainya.
5. Sintesis (Syntesis)
Menunjukan pada suatu kemampuan untuk meletakan atau
menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan
yang baru. Dengan kata lain sintesis adalah kemampuan untuk
menyusun suatu formasi-formasi yang ada.
6. Evaluasi (Evaluation)
Evaluasi ini berkaitan dengan pengetahuan untuk melakukan
penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penelitian-penelitian itu
berdasarkan suatu kriteria yang telah ada.
2.1.3 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pengetahuan
Menurut (Notoatmodjo, 2015), pengetahuan dapat di pengaruhi oleh
beberapa faktor, yaitu:
1. Faktor internal
a. Umur
Umur merupakan rentang waktu seseorang yang dimulai sejak
dia dilahirkan sehingga berulang tahun. Jika seseorang itu
memiliki umur yang cukup maka akan memiliki pola pikir dan
pengalaman yang matang pula. Umur akan sangat berpengaruh
terhadap daya tangkap sehingga pengetahuan diperolehnnya akan
semakin baik (Notoatmodjo, 2015).
Klasifikasi umur (Depkes RI, 2009) adalah:
1. Masa remaja akhir (17-25 Tahun)
2. Masa dewasa awal (26-35 Tahun)
3. Masa lansia akhir (36-45 Tahun)
4. Masa lansia akhir (56-65 Tahun)
5. Masa lansia akhir (56-65 Tahun)
6. Masa manula (>65 Tahun)
b. Pendidikan
Pendidikan berarti bimbingan yang diberikan oleh seseorang
kepada perkembangan orang lain menuju kearah cita-cita tertentu
untuk mengisi kehidupan untuk mencapai keselamatan dan
kebahagiaan. Semakin tinggi pendidikan seseorang maka makin
mudah orang tersebut menerima informasi. Dengan pendidikan
yang tinggi maka seseorang akan cenderung untuk mendapatkan
informasi baik dari orang lain maupun medis massa. Pengetahuan
erat hubungan dengan pendidikan, seseorang dengan pendidikan
yang tinggi maka semakin luas pula pengetahuan yang dimiliki
(Notoadmojo, 2010)
Klasifikasi berdasarkan pendidikan adalah:
1. Tidak Sekolah
2. Sekolah Dasar
3. Sekolah menengah Pertama (SMP)
4. Sekolah Menengah Atas (SMA)
5. Akademik/Perguruan
c. Pekerjaan
Pekerjaan merupakan suatu aktivitas yang dilakukan seseorang
untuk memperoleh penghasilan guna memenuhi kebutuhan setiap
hari. Pekerjaan merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi
pengetahuan. Seseorang yang bekerja akan sering berinteraksi
dengan orang lain sehingga akan memiliki pengetahuan dan
keterampilan serta pengalaman belajar dalam bekerja akan dapat
mengembangkan kemampuan dalam mengambil keputusan yang
merupakan keterpaduan menalar secara ilmiah (Notoadmojo,
2015).
1. Pegawai Negeri Sipil, Guru, Tenaga Kesehatan, Tenaga
penyuluh dan Tenaga Teknis.
2. Wiraswasta (Pedagang, Penjahit dan sebagainnya)
3. Buruh (tukang sapu, buruh tani, asisten ibu rumah tangga dan
sebagainnya
4. Tidak Bekerja
2. Faktor Eksternal
a. Faktor Lingkungan
Lingkungan adalah segala sesuatu yang ada disekitar
individu, baik lingkungan fisik, biologis, maupun sosial.
Lingkungan berpengaruh terhadap proses masuknya pengetahuan
ke dalam individu yang berada dalam lingkungan tersebut. Hal
ini terjadi kerena adanya interaksi timbal balik ataupun tidak
akan direspon sebagai pengetahuan oleh setiap individu
(Notoatmodjo, 2015).
b. Sosial Budaya
Sosial budaya merupakan suatu kebiasaan atau tradisi yang
dilakukan seseorang tanpa melalui penalaran apakah yang
dilakukan baik atau buruk. Dengan demikian seseorang akan
bertambah pengetahuannya walaupun tidak melakukan
(Notoatmodjo, 2015).
2.1.4 Kriteria Tingkat Pengetahuan
Pengetahuan seseorang dapat diketahui dan diinterprestasikan dengan
skala yang bersifat kualitatif (Wawan, 2010) yaitu:
1. Baik : hasil presentase 76% - 100%
2. Cukup : hasil presentase 56% - 75%
3. Kurang : hasil presentase <56%
2.2 Swamedikasi
Pengobatan sendiri atau swamedikasi adalah tindakan yang dilakukan
untuk mengatasi masalah kesehatan dengan menggunakan obat–obatan yang
dapat dikonsumsi tanpa pengawasan dokter. Swamedikasi atau pengobatan
mandiri adalah kegiatan atau tindakan mengobati diri sendiri dengan obat
tanpa resep secara tepat dan bertanggung jawab (rasional). Makna
swamedikasi adalah bahwa penderita sendiri yang memilih obat tanpa resep
untuk mengatasi penyakit yang dideritanya (Djnuarko & Hendrawati, 2011).
Swamedikasi memberikan solusi lebih murah, cepat, dan nyaman dalam
mengatasi penyakit ringan jika dilakukan berdasarkan penggunaan obat
rasional. Swamedikasi akan menghemat waktu dan biaya dalam mencari
fasilitas kesehtan. Tidak dipungkiri swamedikasi juga memiliki beberapa
resiko terutama dinegara berkembang dengan populasi yang memiliki tingkat
pengetahuan kesehatan yang rendah memperbesar resiko penggunaan obat
yang tidak tepat (Ahmad Sundby, Aragaw, & Abebe, 2020). Swamedikasi
yang tidak tepat juga dapat menyebabkan reaksi obat yang merugikan,
overdosis dan bahkan konsekuensi fatal.
Masalah yang sering muncul di masyarakat dalam penggunaan obat
ialah kurangnya pengetahuan tentang kegunaan obat yang tepat dan rasional,
penggunaan obat bebas secara berlebihan serta kurangnya pemahaman tentang
cara penyimpanan dan pembuangan obat dengan benar sedangkan perilaku
swamedikasi di indonesia terbilang cukup tinggi dan tenaga kesehatan masih
kurang memberikan informasih yang lengkap tentang penggunaan obat
(Kemenkes, 2015).
Penyakit yang jangka waktunya tidak lama dan dipercaya tidak
mengancam jiwa pasien seperti demam, nyeri, batuk, flu, mual, sakit kepala,
serta berbagai penyakit lain (Harahap and Khairunnisa, 2017). Obat yang
dapat digunakan untuk Swamedikasi adalah obat obat yang dapat dibeli tanpa
resep dokter termasuk obat herbal atau tradisional (Widayati, 2013).]
2.2.1 Keutungan Pengobatan Sendiri (Tjay & Kirana, 2015)
Pengobatan sendiri yang dilakukan oleh masyarakat untuk dapat
memilih tindakan dengan menggunakan obat atau tanpa obat.
Penggunaan obat sebagai upaya pengobatan sendiri dapat memberikan
keuntungan antara lain (Tjay & Kirana, 2015) :
a. Pengobatan sendiri dapat digunakan sebagai pengganti perawatan
kesehatan forma 1 yaitu : rumah sakit, klinik, balai pengobatan,
puskesmas, dokter dan praktek sendiri.
b. Pengobatan sendiri dapat mengurangi ketergantungan masyarakat
terhadap pelayanan kesehatan formal.
c. Pengobatan sendiri membantu mengurangi biaya kesehatan yang
dikeluarkan pemerintah.
d. Bagi orang yang tinggal di desa terpencil dimana belum ada praktek
dokter, pengobatan sendiri akan menghemat banyak waktu dan biaya
yang diperlukan.
2.2.2 Kerugian dari Pengobatan Sendiri (Tjay & Kirana, 2015)
Pengobatan sendiri (swamedikasi) disamping memberi keuntungan
juga dapat menimbulkan kerugian :
a. Pengobatan sendiri berkaitan dengan keterbatasan pengetahuan
pemakai obat terhadap obat-obatan yang diminum. Hal ini akan
menimbulkan masalah yang serius jika terjadi keselahan pemilihan
obat, kesalahan dosis dan timbulnya efek samping yang berbahaya
(Tjay & Kirana, 2015)
b. Persepsi tentang sakit yang salah. Apabila gejala tersebut tidak
dikenali, dan sehingga menimbulkan dampak pengobatan sendiri
biasannya dilakukan terlalu lama. Keluhan tersebut dapat menjadi
lebih berat sehingga bila penderita tersebut kemudian datang kedokter
mungkin perlu menggunakan obat yang lebih keras (Tjay & Kirana,
2015).
c. Terjadi penutupan (masking) gejala-gejala yang dibutuhkan untuk ke
dokter dalam menentukan diagnosa.
2.3 OTC
Obat-obatan yang digunakan untuk swamedikasi biasa disebut dengan
obat tanpa resep atau obat bebas atau obat OTC (over the counter). OTC
merupakan obat-obatan yang biasannya digunakan untuk penyakit ringan
seperti sakit kepala, radang tenggorokan, flu dan demam, serta dismenore
(kram) namum masih memerlukan beberapa perhatian dari apoteker atau
pegawai apotek seperti cara penggunaan obat, kemungkinan terjadinnya efek
samping, bagaimana efek obat harus dipantau, kemungkinan terjadinya
interaksi obat, tindakan pencegahan dan peringatan, dan warung-warung dekat
rumah. Sedangkan, obat-obat yang diperoleh dengan resep dokter biasa
disebut obat resep (Manan,2014).
a. Obat Bebas
Obat bebas adalah obat yang dijual bebas dipasaran dan dibeli tanpa
resep dokter. Tanda khusus pada kemasan dan etiket obat bebas adalah
lingkaran hijau dengan garis tepi berwarna itam (Djunarko & Hendrawati,
2011). Obat bebas yakni obat yang dapat dibeli secara bebas dan tidak
membahayakan si pemakai dalam batas dosis yang dianjurkan,
kemudiandiberitanda lingkaran bulat berwarna hijau dengan garis tepi
hitam (Widodo, 2013).
Gambar 2.2.1 Logo Obat Bebas
Ada beberapa contoh obat bebas antara lain sebagai berikut Panadol,
Oralit, Antasida Doen, Asetosal, Vitamin C, Vitamin B komplek,
Attapulgit dll (Ardian, 2019). Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam
menggunkan dalam menggunkan obat bebas adalah apakah obatnya masih
baik atau tidak, lihat tanggal kadaluarsa obatnya, bacalah dengan baik
keterangan tentang obat tadi pada brosurnya, lihat indikasi penggunaan,
yang merupakan petunjuk kegunaan obat untuk penyakit. Perhatikan
dengan baik dosis yang digunakan, untuk dewasa atau anak-anak, lihat pula
dengan baik komposisi zat berkhasiat dalam kemasan obat. Dalam
mengatasi keluhan ringan, obat bebas cukup aman digunakan.
Akan tetapi ada beberapa risiko penggunaan obat bebas tanpa konsultasi
kedokter (Adrian, 2019).
Tabel 2.2. Contoh Obat bebas untuk Sampel (Ardian, 2019)
Keterangan Panadol Oralit Antasida Doen
Kandungan Paracetamol Natrium Aluminium
Klorida, Kalium hidroksida,
Klorida,Trisodiu Magnesium
m sitrat hidrat hidroksida
Glukosa
anhidrat.
Indikasi Meredahkan Mencegah dan Mengurangi
rasa sakit pada mengobati gejala gejala yang
sakit dehidrasi berhubungan
kepala,sakit muntaber akibat dengan asam
gigi,serta penyakit lambung, tukak
menurunkan diare/mencret, lambung, dengan
demam. muntah BAB. gejala mual
Kontraindikasi Penderita - Hipersensitifitas
gangguan terhadap
fungsi hati, Aluminium dan
Penyakit Magnesium
ginjal,
meningkatkan
risiko difungsi
hati pada
pasien yang
mengonsumsi
alkohol
Efek Samping Kerusakan hati - Umumnya adalah
jika digunakan konstipasi,
dalam jangka diare,mual,munta
panjang dan h dan gejala-
dalam dosis gejala tersebut
besar, sakit akan hilang bila
kepala, mual, pemakaian obat
muntah, dihentikan.
sembelit atau
diare.
Dosis Dws: 1 tablet Anak dibawah 1 Dewasa: 1-2
3x4 thn, 3 jam tablet
sehari,Anak- pertama 1 3-4xsehari;Anak-
anak 6-12 thn: ½
gelas, anak 6-12 tahun
selanjutnya sehari 3-4x 1/2-1
½
gelas. Anak 1- tablet. Diminum
≤ tahun: 3 jam 1-2 jam sebelum
pertama 3 gelas, makan atau
selanjutnya 1 sesudah makan
gelas Anak 5-12 dan menjelang
thn: 3 jam tidur malam,
pertama 6 gelas, sebaiknya tablet
selanjtnya 1 1/2 dikunyah dahulu.
gelas.
Diatas 12 tahun:
3 jam
Pertama 12
gelas,
selanjutnya 2
gelas
BAB III
METODE PENELITIAN
300
n =
7.75
n = 38 Sampel
a. Kriteria Inklus
Kriteria Inklus adalah kriteria atau ciri-ciri yang perlu dipenuhi
oleh setiap anggota populasi yang dapat diambil sebagai sampel
(Notoadmodjo, 2012).
Kriteria Inklus dalam penelitian ini adalah:
1. Masyarakat yang tinggal di Wilayah Titiwungen Selatan
Kecamatan Sario Kota Manado
2. Masyarakat yang berusia 20 sampai 60 tahun
3. Bisa membaca dan menulis
4. Bersedia menjadi responden
b. Kriteria Eksklusi
Kriteria Eksklusi adalah ciri-ciri anggota populasi yang tidak
dapat diambil oleh sampel (Notoatmodjo, 2012). Kriteria Eksklusi
dalam penelitian ini adalah : Masyarakat yang tidak ada di tempat
atau ada kepentingan keluarga diluar kota pada saat penelitian.
3.6 Instrument Pengumpulan data
Instrument Pengumpulan data menggunakan metode observasi yaitu
dengan cara membagikan kuesioner, wawancara dan pencatatan dokumen.
Dalam penelitian ini menggunakan teknik pengumpulan berupa data primer
atau betatap muka secara langsung.
3.7 Metode Pengolahan Data
Menurut (Notoatmodjo, 2014) setelah data terkumpul, langka yang
dilakukan berikutnya adalah pengolahan data. Sebelum melaksanakan analisa
data tahapan harus dilakukan terlebih dahulu guna mendapatkan data yang
valid sehingga saat menganalisa data tidak mendapatkan kendala.
Langka-langka pengolahan :
1. Pengecekan data (Editing)
Editing merupakan kegiatan untuk pengecekan data dan perbaikan
isian formulir atau kuesioner.
2. Pemberian kode data (Coding)
Setelah kuesioner diedit atau disuting, selanjutnya dilakukan
pengkodean atau (coding), yakni mengubah data berbentuk kalimat atau
huruf menjadi data angka atau bilangan.
3. Scoring
Kegiatan ini dilakukan dengan menentukan jumlah skor. Penentuan
jumlah skor dalam penelitian ini menggunakan skala ordinal. Oleh karna
itu hasil kuisioner yang telah diisi bila benar diberi skor 1 dan bila salah
diberi skor 0. Kemudian di presentase dengan cara menjumlahkan jawaban
benar dibagi jumlah soal dan dikalikan dengan 100%
4. Pemrosesan data (Data Entry)
Data yakni jawaban-jawaban dari masing-masing responden yang
dalam bentuk “kode” (angka atau huruf) dimasukan ke dalam program
atau “sofware” komputer.
5. Pembersihan data (Cleaning)
Apabila data dari setiap sumber data atau responden selesai
dimasukan,perlu dicek kembali untuk melihat kemungkinan-kemungkinan
kode, ketidak lengkapan, dan sebaiknnya, kemudian dilakukan pembetulan
atau koreksi.
6. Tabulating
Yakni membuat tabel-tabel data, sesuai dengan tujuan penelitian atau
yang diinginkan oleh peneliti.
BAB IV
Total 38 100
PEREMPUAN 23 60,5
Total 38 100
Hal ini sejalan dengan salah satu keuntungan swamedikasi yaitu biaya
yang dikeluarkan lebih murah. Perempuan juga lebih memperhatikan gejala
penyakit yg muncul debandingkan laki-laki sehingga perempuan lebih
cenderung untuk melakukan Swamedikasi (Dwicandra dan Wintariani,
2018). Perempuan lebih banyak melakukan swamedikasi juga dikarenakan
terbatasnya mobillitas diluar rumah dan status sebagai ibu rumah tangga
(Zulkarni,Azyenla dan Penny, 2019).
3. Tingkat Pendidikan
Tabel 3. Tingkat PengetahuanResponden Berdasarkan Tingkat Pendidikan
SMP 7 18,4
SMA/SMK 13 34,2
Total 38 100
4. Pekerjaan
PNS 15 39,5
WIRASWASTA 11 28,9
BURUH 4 10,5
TIDAK BEKERJA 8 21,1
Total 38 100
Tabel 4.Tingkat PengetahuanResponden Berdasarkan Pekerjaan
Pada Tabel 4. Menunjukan bahwa dari 38 responden menunjukan
PNS sebanyak 15 orang (39,5%) terdapat 1 orang (6,7%) memiliki
pengetahuan baik, 8 orang (53,3%) memiliki pengetahuan cukup, 6 orang
(40,0%) me5miliki pengetahuan kurang. Responden Wirassawasta sebanyak
11 orang (28,9%) 2 orang (18,2%) memiliki pengetahuan baik, 7 orang
(63,6%) memiliki pengetahuan cukup, 2 orang (18,2%) memiliki
pengetahuan kurang.Responden buruh sebanyak 4 orang (10,5%) yang
memiliki pengetahuan baik tidak ada, 4 orang (100%) memiliki pengetahuan
cukup dan yang berpengetahuan kurang tidak ada. Responden tidak bekerja
sebanyak 8 orang (21,1%) 3 orang (37,5%) memilik pengetahuan baik, 4
orang (50,0%) memiliki pengetahuan cukup, 1 orang (12,5%) memiliki
pengetahuan kurang.
Masyarakat dengan status ekonomi yang lebih tinggi serta
lingkungan pekerjaan yang baik dapat menjadikan seseorang memperoleh
pengalaman dan pengetahuan yang baik tentang penggunaan obat yang
rasional baik secara langsung maupun tidak langsung (Widyastuti, 2005).
Jika dilihat pada definisi pengetahuan menurut (Rohmawati, 2016)
sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui pendidikan,
pengalaman diri sendiri maupun pengalaman orang lain, media massa
maupun lingkungan, kebanyakan PNS memiliki pendidikan yang lebih
tinggi maka dari itu memiliki tingkat pengetahuan yang baik.
Menurut (Pratiwi ddk, 2018) mengatakan bahwa orang yang bekerja
cenderung lebih banyak membeli obat tanpa resep, terutama untuk
mengatasi gejala penyakit ringan agar tidak menggangu pekerjaan mereka.
BAB V
PENUTUP
2.2 Kesimpulan
Dari hasil penelitian yang dilakukan dapat disimpulkan bahwa Tingkat
Pengetahuan Masyarakat Di Wilayah Titiwungen Selatan Kecamatan Sario
Penggunaan Obat Bebas dan Obat Bebas Terbata Untuk Swamedikasi Tahun
2021 adalah jumlah responden yang berpengetahuan baik = 15,8.
berpengetahuan cukup 60,5% dan yang berpengetahuan kurang 23,7%.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa dari 38 masyarakat Titiwungen Selatan
Kecamatan Sario secara keseluruhan masuk dalam kategori berpengetahuan
cukup.
2.3 Saran
1. Diharapkan Masyarakat Titiwungen Selatan Kecamatan Sario lebih
meningkatkan pengetahuan cara pengobatan diri sendiri (Swamedikasi)
dan diharapkan agar pemerintah setempat khususnya dibidang pelayanan
kesehatan untuk lebih aktif dalam meberikan informasi mengenai obat,
baik obat bebas ,aupun obat bebas terbatas kepada masyarakat.
2. Untuk peneliti selanjutnya diharapkan bagi peneliti yang melakukan
penelitian yang berkaitan dengan variabel lain selain pengetahuan agar
bisa memberikan pengetahuan tambahan tentang pengetahuan penggunaan
obat bebas dan obat bebas terbatas untuk swamedikasi pada masyarakat.
DAFTAR PUSTAKA
Ahmed, S. M., Sundby, J., Aragaw,Y. A., & Abebe, F. (2020). Self-medication and
safety profile of medicines used among pregnant women in a tertiary
teaching hospital in jimma,ethiopia: A cross-sectional study. International
journal of enfironmental research and public health, 17(11).
Adrian, K. 2019. Agar Obat Bebas Tanpa Resep Dokter Tidak Menjadi
Berbahaya.Retrieved Mei 20, 2021, from
alodokter:https://www.alodokter.com/agar-obat-tanpa-resep-dokter-tidak-
menjadi-berbahayaBadan Pusat Statistik. (2011). Indikator Kesehatan
1995-2011.
Chacko, C. T., Prakash, D., Hafsa, P., Lallu, J., & Sarabaya, A. R. (2020). A
review on the attitude and practice on self-medication, storage and disposal
of drugs in a community. Int J Res Rev [Internet],7(8), 122-9.
Fitria Nugrahaeni. 2019. Tingkat Pengetahuan Terhadap Swamedikasi Batuk Pada
Masyarakat Jakarta. Jakarta
Dinkes RI. 2015. Materi Pelatihan Peningkatan Pengetahuan Dan Keterampilan
Memilih Obat Bagi Tenaga Kesehatan. Jakarta: Departemen Kesehatan
Republik Indonesia. Halaman 9-10, 85 – 90.
Dania, H., Hidayati, A., & Puspitasari, M. D. (2018). Tingkat Pengetahuan
Penggunaan Obat Bebas dan Obat Bebas Terbatas untuk Swamedikasi
Pada Masyarakat Rw 8 Morobangun Jogotirto Berbah Sleman Yogyakarta,
11.
Depkes RI, D. K. R. I. (2009). Sistem Kesehatan Nasional. Jakarta: Depkes RI.
Djunarko, I., & Hendrawati, D. (2011). Swamedikasi yang Baik dan Benar.
Yogyakarta.
Djunarko, Idan Hendrawati. Y. (2011). Swamedikasi Yang Baik dan Benar. PT.
Intan Sejati, Klaten. PP. 6-9
Dwicandra, N.M.O., Wintariani, N.P 2018. Prevalensi dan faktor-faktor yang
berkaitan dengan pelayanan swamedikasi di Apotik. Medicamento. 4(2):
83-93.
Hidayati, A., Dania, H., & Puspitasari, M. D. (2018). Tingkat Pengetahuan
Penggunaan Obat Bebas Dan Obat Bebas Terbatas Untuk Swamedikasi
Pada Masyarakat Rw 8 Morobangun Jogotirto Berbah Sleman Yogyakarta.
Jurnal Ilmiah Manuntung, 3(2), 139-149.
Hermawati, D. (2012). Pengaruh Edukasi Terhadap Tingkat Pengetahuan dan
Rasionalitas Penggunaan Obat Swamedikasi Pengunjung Obat
Swamedikasi Pengunjung di Dua Apotek Kecamatan Cimanggis, Depok.
Hendra Tndjung. (2019). Pengetahuan dan penggunaan obat bebas dan bebas
terbatas secara swamedikasi pada masyarakat kota manado. Kota Manado
IAI. (2015). ISO: Informasi Spesialite Obat Indonesia (Vol. 50). Jakarta: PT.
ISFI.
Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. 2015. ModulPenggunaan Obat
Rasional. Manado : Kementrian Kesehatan Republik Indonesia
Kholid, A. (2012). Promosi Kesehatan: Dengan Pendekatan Teori Perilaku,
Media, dan Aplikasinya. Jakarta: PT Grafindo Persada.
Manan, E. (2014). Swamedikasi Tips Penanganan Dini Masalah-Masalah
Kesehatan. Jogjakarta: Saufa.
Notoatmodjo, S. (2015). Promosi Kesehatan Teori & Aplikasi. Jakarta: PT Rineka
Cipta.
Nilamsari.,,Handayani, Nanik., 2014. Tingkat Pengetahuan akan Mempengarahui
Tingkat Depresi Penderita Kanker. Jurnal Iimiah Kesehatan. Vol 7(2), 107-
111.
Notoatmodjo, S. (2014).Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.
Nursalam. (2014). Metodologi Penelitian ILmu Keperawatan: Pendekatan Praktis
(3 ed.). Jakarta: Salemba Medika.
Nursalam. 2011. Konsep danPenerapan MetodologiPenelitian Ilmu Keperawatan.
Salemba Medika,Jakarta.
Noviana, D., Paramitha, D., & Wulansari, R. (2011). Motion mode and two
dimensional echocardiographic measurements of cardiac dimensions of
Indonesian Mongrel Dogs. HAYATI Journal of Biosciences, 18(1), 1-5.
Panero, Cinzia.,, Persico, Luca., 2016. Attitudes Toward and Use of Over The
Counter Medications among Teenagers: Evidence from an Italian Study.
International Journal of Marketing Studies. Vol 8(3).
Salah 2, 4, 18, 3
Jumlah 20
Valid Cumulative
Frequency Percent Percent Percent
Valid 20 - 35 Tahun 16 42.1 42.1 42.1
JENIS KELAMIN
Valid Cumulative
Frequency Percent Percent Percent
Valid Laki – Laki 15 39.5 39.5 39.5
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid SMP
7 18.4 18.4 18.4
SMK/SMA
13 34.2 34.2 52.6
Perguruan Tinggi
18 47.4 47.4 100.0
PEKERJAAN
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid PNS 15 39.5 39.5 39.5
TINGKAT PENGETAHUAN
TINGKAT PENGETAHUAN
36 - 40 Tahun Count 0 7 2 9
41 - 60 Tahun Count 2 6 5 13
Total Count 6 23 9 38
TINGKAT PENGETAHUAN
Perempuan Count 5 12 6 23
Total Count 6 19 9 38
TINGKAT PENGETAHUAN
SMK/SMA Count 4 7 2 13
% within TINGKAT
30.8% 53.8% 15.4% 100.0%
PENDIDIKAN
% within TINGKAT
11.1% 55.6% 33.3% 100.0%
PENDIDIKAN
Total Count 6 23 9 38
% within TINGKAT
15.8% 60.5% 23.7% 100.0%
PENDIDIKAN
TINGKAT PENGETAHUAN
WIRASWASTA Count 4 9 2 15
PNS Count 2 3 2 7
Total Count 6 19 5 30