Anda di halaman 1dari 48

TINGKAT PENGETAHUAN PENGGUNAAN OBAT BEBAS DAN OBAT

BEBAS TERBATAS UNTUK SWAMEDIKASI PADA MASYARAKAT DI


WILAYAH TITIWUNGEN SELATAN KECAMATAN SARIO KOTA
MANADO TAHUN 2021

SKRIPSI
Disusun Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi
Dalam Program Studi Farmasi Fakultas Ilmu Kesehatan
Universitas Trinita Mnanado

Oleh:
Pratiwi Benawan
NPM : 170391025

PROGRAM STUDI FARMASI

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS TRINITA

MANADO

2021
PERSETUJUAN PEMBIMBING

Skripsi berjudul : Tingkat Pengetahuan Penggunaan Obat Bebas


dan Obat Bebas Terbatas Untuk Swamedikasi
Pada Masyarakat Titiwungen Selatan Kecamatan
Sario Kota Manado Tahun 2021
Yang ditulis oleh,
Nama : Pratiwi Benawan
NPM : 170391025
Terdaftar T.A : 2017/2018

Disetujui untuk dipertahankan dalam ujian skripsi di hadapan Tim Penguji


Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Trinita Program Studi Farmasi. Pada hari
senin, ............
Demikian untuk proses selanjutnya.

Manado, 2021

Pembimbing I Pembimbing II

Febrindah E. Tambalean, S. Farm, M.Si Rolef Rumondor, S.Si, M.Si


HALAMAN PENGESAHAN

Skripsi berjudul : Tingkat Pengetahuan Penggunaan Obat Bebas


dan Obat Bebas Terbatas Untuk Swamedikasi
Pada Masyarakat Titiwungen Selatan Kecamatan
Sario Kota Manado Tahun 2021
Yang ditulis oleh,
Nama : Pratiwi Benawan
NPM : 170391025
Terdaftar T.A : 2017/2018

Telah diperiksa dan disahkan oleh Tim Penguji Ujian Akhir Fakultas Ilmu
Kesehatan Universitas Trinita Program Studi Farmasi ......
Tim Penguji
1. ..................................................... (.............................................)

Mengetahui,
Dekan Universitas Trinita

Rolef Rumondor, S.Si, M.Si


PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN

Saya yang bertanda tangan dibawah ini :


Nama : Pratiwi Benawan
NPM : 170391025
Jurusan : Farmasi
Fakultas : Ilmu Kesehatan
Judul Penelitian : Tingkat Pengetahuan Penggunaan Obat Bebas dan Obat Bebas
Terbatas Untuk Swamedikasi Pada Masyarakat Titiwungen
Selatan Kecamatan Sario Kota Manado Tahun 2021

Menyatakan bahwa skripsi yang saya buat ini benar-benar merupakan hasil karya
saya sendiri dan bukan merupakan pengambilan data, tulisan atau pikiran orang
lain yang saya akui sebagai hasil tulisan atau pikiran saya kecuali dengan
mencantumkan sumber cuplikan pada daftar pustaka. Apabila di kemudian hari
terbukti bahwa skripsi ini hasil jiplakan, maka saya bersedia menerima sanksi atas
perbuatan tersebut.

Manado, 2021
Yang Membuat Pernyataan

Pratiwi Benawan
170391025
HALAMAN PEMBAHASAN

Skripsi ini saya persembahkan untuk :

Ibu, Ayah, Kakek dan Asik-adik saya

Adewia Samad, Pramita benawan, Popi benawan. Terima Kasih atas support dalam
segala bentuk dan selalu menjadi alasan utama untuk cepat pulang

Dan untuk semua pihak yang telah bertanya :

Kapan Sidang?, Kapan Wisudah?, Kapan Nyusul?, dan lain sejenisnya Terima
Kasih, karna kalian adalah alasan saya segera menyelesaikan skripsi ini
KATA PENGANTAR

Segala puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas

rahmat dan karunia-Nya sehingga penyusunan skripsi dengan judul “Tingkat

Pengetahuan Penggunaan Obat Bebas dan Obat Bebas Terbatas Untuk

Swamedikasi Pada Masyarakat Di Wialayah Titiwungen Selatan Kota Manado

Tahun 2021” dapat terselesaikan.

Penyusunan skripsi ini diajukan sebagai tugas akhir guna memenuhi salah

satu syarat untuk meraih gelar Sarjana pada program studi farmasi, Fakultas Ilmu

Kesehatan Universitas Trinita Manado.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah

memberikan bantuan, baik moril maupun materil dari awal sampai akhir

penyelesaian skripsi ini. Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih

dan memohon doa kepada Tuhan agar diberikan balasan pahala yang sebesar-

besarnya kepada :

1. Demsi R. Sasewa, S.Sos, SE, M.Si selaku Rektor Universitas Trinita

2. Rolef Rumondor, S.Si, M.Si selaku Dekan Universitas Trinita

3. Febrindah E. Tambalean, S.Farm, M.Si selaku Dosen Pembimbing 1 yang telah

sabar membimbing penulis selama proses penyusunan, serta selalu memberikan

motivasi, saran dan dukungan selama proses penyusunan skripsi ini.

4. Rolef Rumondor, S.Si, M.Si selaku Dosen Pembimbing 2 yang telah

meluangkan waktunya membimbing dan memberikan kritik dan saran bagi

penulis selama proses penyusunan skripsi ini.


5. Seluruh Dosen dan Staf yang ada di Fakultas Ilmu Kesehatan, Universitas

Trinita Manado yang dengan tulus hati, ikhlas, dan berupaya memberikan yang

terbaik dalam mendidik, dan mengajar, bahkan memberikan motivasi dan

membantu penulis dalam penyelesaian penulisan Skripsi ini.

6. Teman-teman seperjuangan di Program Studi Farmasi (Melisa, Lisa, Ririn, dan

Rahmi) yang telah memberikandukungan, serta perjuangan dalam kebersamaan

yang membuat penulis tetap semangat dalam suka maupun duka untuk

penyelesaian penyusunan Skripsi ini.

7. Kepada ibu saya Adewia Hi Samad yang telah memberikan kasih sayang yang

tulus, motivasi, nasihat, doa dan dukungan baik moril maupun materil.

8. Teruntuk Kakak saya Sandi Terima kasih buat doa, motivasi, saran yang selama

ini telah diberikan kepada penulis selama menempuh pendidikan.

9. Teruntuk adik-adik saya Pramita benawan, Popi benawan dan Sandora Benawan

Terima kasih untuk dukungan, doa, dan semangat yang selalu diberikan kepada

penulis.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna.

Untuk itu kritik dan saran dari semua pihak demi perbaikan skripsi ini sangat

diharapkan. Penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi pembaca,

sekian dan terima kasih.


MOTTO

“Sesungguhnya Sesudah Kesulitan itu ada kemudahan. Maka Apabila Kamu Telah
Selesai (Dari Sesuatu) Kerjakanlah Dengan Sungguh-Sungguh (Urusan)
yang lain. Dan Hanya Kepada Tuhanmulah Hendaknnya Kamu Berharap”

(QS. Al Insyirah 6-8)

Allah Tidak Membebani Seseorang Melainkan Sesuai Dengan Kesanggupannya. Ia


Mendapat Pahala (Dari Kebijakan) Yang Diusahakannya. Dan Ia Mendapat Siksa
(Dari Kejahatan) Yang Dikerjakannya.

(Qs. Al Baqorah 286)


ABSTRAK

Perkembangan dan Pengetahuan Penyakit saat ini yang mendorong manusia untuk
melakukan pengobatan sendiri (Swamedikasi). Diperkirakan 92% masyarakat
didunia memilih pengobatan alternatif yaitu pengobatan sendiri, dengan
menggunakan obat bebas dan obat bebas terbatas, namun tingkat pengetahuan
dalam menggunakan obat ini masih rendah, maka dimungkinkan membuat
kesalahan. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Tingkat
Pengetahuan Penggunaan Obat Bebas Dan Obat Bebas Terbatas dan termasuk
pengobatan sendiri yang terbatas pada masyarakat Titiwungen Selatan Kecamatan
Sario Kota Manado. Jenis penelitian yang dipakai adalah deskriptif observasional
untuk mengetahui karakteristik subjek tingkat pengetahuan dan jenis obat yang
digunakan oleh masyarakat Titiwungen Selatan Kecamatan Sario Kota Manado.
Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah masyarakat yang tinggal di
Titiwungen Selatan Kecamatan Sario Kota Manado. Data yang di ambil dari
wawancara dengan responden dengan menggunakan kuesioner. Hasil yang
diperoleh pada penelitian ini menunjukan bahwa Tingkat Pengetahuan Penggunaan
Obat Bebas Dan Obat Bebas Terbatas Pada Masyarakat Titiwungen Selatan
Kecamatan Sario Kota Manado sebagian tergolong cukup, sebab dari 38 responden
terdapat 23 orang (60,5%), 9 orang (23,7%) yang berpengetahuan kurang dan 6
orang (15,8%) yang berpengetahuan baik.

Kata Kunci: Pengobatan Sendiri, Tingkat Pengetahuan, Kecamatan Sario


BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Swamedikasi merupakan metode pengobatan yang banyak dilakukan
dan tersedia bermacam pilihan obat sehingga diperlukan pertimbangan yang
cermat dalam memilih obat. Swamedikasi merupakan bagian dari “self – care”
yang merupakan usaha untuk mempertahankan kesehatan ataupun mencegah
dan mengatasi penyakit (Dinkes RI, 2015).Swamedikasi biasanya dilakukan
untuk mengatasi keluhan dan penyakit ringan yang banyak dialami
masyarakat, seperti demam, nyeri, pusing, batuk, influenza, sakit maag,
cacingan, diare, penyakit kulit dan lain-lain. Swamedikasi juga dilakukan
karena faktorkebiasaan yang sudah turun menurun dari keluarga. Serta
dipengaruhi oleh biaya yang ringan karena hanya terbebani pembelian obat
tanpa mengeluarkan biaya tambahan lain seperti biaya konsultasi (Hidayati,
2018).
Tindakan swamedikasi menggunakan obat bebas dan bebas terbatas
yang dilakukan biasanya didasari atas beberapa pertimbangan antara lain
praktis dilakukan, obat yang mudah diperoleh, tidak mahal, tidak ada biaya
tambahan lain sehingga dapat dijadikan alternatif pengobatan. Obat yang
dikonsumsi harus selalu digunakan secara benar dan tepat agar memberikan
manfaat klinis yang optimal pada tubuh (Hidayati, 2018).World Health
Organisasi (WHO) telah menyatakan bahwa swamedikasi yang bertanggung
jawab dapat membantu mencegah dan mengobati penyakit yang tidak
memerlukan kunsultasi medis dan memberikan alternatif yang lebih murah
untuk mengobati (Word Health Organisasi, 2015).
Penelitian sebelumnya menyatakan bahwa Swamedikasi hendaknya
dilaksanakan berdasarkan tingkatpengetahuan yang cukup untuk menghindari
penyalahgunaan obat, serta kegagalan terapi akibat penggunaan obat yang
tidak sesuai (Hidayati,2018). Swamedikasi dapat beresiko apabila dilakukan
secara terus menerus untuk mengobati penyakit yang tidak kunjung
sembuh.Responden terkadang tidak menyadari bahwa obat bebas dan bebas
terbatas yang dikonsumsi dapat menimbulkan efek kontraindikasi yang
merugikan bagi tubuh. Dosis dari beberapa obat yang dapat digunakan secara
bebas terkadang tidak aman dibandingkan dengan resep dokter, sehingga
ketika seseorang menggunakan obat bebas dan bebas terbatas lebih dari dosis
yang direkomendasikan dapat menimbulkan reaksi yang merugikan. Hal ini
memberikan kemudahantetapi tetap rentan kekeliruan dalam diagnosa
sehingga dapat menyebabkan reaksi yang merugikan (Chacko et al, 2020).
Hasil Survei Sosial Ekonomi Nasional Tahun 2011 mencatat bahwa
terdapat 66,82% orang sakit di indonesia yang melakukan swamedikasi, angka
ini relatif lebih tinggi dibandingkan persentasi penduduk yang berobat jalan ke
dokter 45,8% (Badan Pusat Statistik 2011). Laporan kementerian kesehatan
Republik Indonesia tahun 2012 menyatakan 44,14% masyarakat indonesia
berusaha untuk melakukan pengobatan sendiri. Hasil riset kesehatan dasar
tahun 2013 juga mencatat sejumlah 103.860 (35,2%) rumah tangga
diindonesia menyimpan obat untuk swamedikasi.Khusus masyarakat dikota
manado melakukan swamedikasi menggunakan obat konvensinal atau sintetik
sebesar 90,54% (Dinkes, 2015).Swamedikasi yang dilakukan dengan tepat dan
benar dapat memberikan sumbangan yang besar bagi pemerintah terutama
dalam pemeliharaan kesehatan secara nasional. Penelitian yang dilakukan oleh
(Hendra Tandjung, 2019) tentang tingkat pengetahuan penggunaan obat bebas
dan obat bebas terbatas untuk swamedikasi pada masyarakat di kota manado
penelitian ini menunjukan bahwa tingkat pengetahuan responden yaitu yang
berpengetahuan baik 25% cukup 24% dan kurang 51%. Penelitian lain yang
dilakukan di jakarta juga menunjukan bahwa pravelensi swamedikasi di
kalangan masyarakat cukup tinggi yaitu 64,8% (Fitria Nugrahaeni, 2019)
Berdasarkan uraian diatas, mendorong penulis melakukan penelitian
untuk mengetahui tingkat pengetahuan penggunaan Obat Bebas dan Obat
Bebas Terbatas Untuk Swamedikasi pada masyarakat Khususnya di
Titiwungen Masyarakat Sario Kota Manado.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang permasalahan, penulis merumuskan masalah
penelitian yaitu apakah masyarakat di Wilayah Titiwungen Selatan Kecamatan
Sario Kota Manado telah memenuhi persyaratan yang relatif baik terhadap
penggunaan untuk swamedikasi?
1.3 Tujuan Penelitian
Untuk mengetahui tingkat pengetahuan masyarakat tentang penggunaan
obat bebas dan obat bebas terbatas untuk swamedikasi masyarakat di Wilayah
Titiwungen Selatan Kecamatan Sario Kota Manado
1.4 Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan di Wilayah
Titiwungen Selatan Kecamatan Sario Kota Manado tentang penggunaan
obat bebas dan obat bebas terbatas yang benar
2. Manfaat Praktis
a. Bagi peneliti, penelitian ini dilakukan untuk memenuhi salah satu
syarat menyelesaikan program studi sarjana dan sebagai bahan
referensi diperpustakaan untuk mahasiswa farmasi
b. Bagi Responden sebagai pengembangan pengetahuan tentang
penggunaan obat bebas dan bebas terbatas untuk swamedikasi
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengetahuan
2.1.1 Pengertian Pengetahuan
Pengetahuan adalah suatu hasil dari rasa keiingintahuan melalui
proses sensoris, terutamapada mata dan telinga terhadap objek tertentu.
Pengetahuan merupakan domain yang penting dalam terbentuknya
perilaku terbuka (Donsu, 2017).Pengetahuan adalah hasil pengindraan
manusia atau hasil tahu seseorang terhadap objek melalui indera yang
dimilikinya (mata, hidung, telinga, dan sebagainnya). Pengindraan
sampai menghasilkan pengetahuan tersebut sangat dipengaruhi oleh
intensitas perhatian dan persepsi terhadap objek. Dan sebesar
pengetahuan seseorang diperoleh melalui indra pendengaran maupun
indra penglihatan (Notoadmojo, 2015.)
Pengetahuan dipengaruhi oleh faktor pendidikan formal
diharapkan memberikan pengetahuan yang luas, walaupun orang yang
berpendidikan rendah tidak mutlak berpengetahuan renda pula.
Peningkatan pengetahuan tidak mutlak diperoleh dari pendidikan formal
saja, dapat diperoleh dari pendidikan non formal. Pengetahuan akan
suatu objek mengandung dua aspek yaitu aspek positif dan aspek
negatif. Kedua aspek ini menentukan sikap seseorang, sehingga semakin
banyak aspek positif dan objek yang diketahui, maka akan menimbulkan
sikap semakin positif terhadap objek tertentu (Notoadmojo, 2014).
2.1.2 Tingkat Pengetahuan
Pengetahuan yang cukup didalam domain kognitif mempunyai 6
tingkatan (Kholid, 2012):
1. Tahu (Know)
Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari
sebelumnnya termasuk yang mengingat kembali (recall) terhadap
sesuatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau
rangsang yang telah diterima. Tahu merupakan tingkatan
pengetahuan yang paling rendah.
2. Memahami (Comprehention)
Memahami artinya sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan
secara benar tentang objek yang diketahui dan dapat
menginterprestasikan materi secara benar. Orang telah paham
terhadap objek atau materi yang yang harus dapat dijelaskan,
menyebutkan contoh, menyimpulkan, meramalkan dan sebagainnya
terhadap suatu objek yang dipelajari.
3. Aplikasi (Application)
Diartikan sebagai kemapuan untuk menggunakan materi yang telah
dipelajari pada situasi atau kondisi real (sebenarnya) ialah dapat
menggunakan rumus-rumus, metode, prinsip, dan sebagainnya dalam
situasi yang lain, misalnya dapat menggunakan prinsip-prinsip siklus
pemecahan masalah kesehatan dari kasus yang telah diberikan.
4. Analisis (Analysis)
Adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek
didalam struktur organisasi tersebut dan masih ada kaitannya satu
dengan yang lain. Kemampuan analisis dapat dilihat dari penggunaan
kata kerja seperti dapat menggunakan dan menggambarkan,
membedakan, memisahkan, mengelompokkan, dan sebagainya.
5. Sintesis (Syntesis)
Menunjukan pada suatu kemampuan untuk meletakan atau
menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan
yang baru. Dengan kata lain sintesis adalah kemampuan untuk
menyusun suatu formasi-formasi yang ada.
6. Evaluasi (Evaluation)
Evaluasi ini berkaitan dengan pengetahuan untuk melakukan
penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penelitian-penelitian itu
berdasarkan suatu kriteria yang telah ada.
2.1.3 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pengetahuan
Menurut (Notoatmodjo, 2015), pengetahuan dapat di pengaruhi oleh
beberapa faktor, yaitu:
1. Faktor internal
a. Umur
Umur merupakan rentang waktu seseorang yang dimulai sejak
dia dilahirkan sehingga berulang tahun. Jika seseorang itu
memiliki umur yang cukup maka akan memiliki pola pikir dan
pengalaman yang matang pula. Umur akan sangat berpengaruh
terhadap daya tangkap sehingga pengetahuan diperolehnnya akan
semakin baik (Notoatmodjo, 2015).
Klasifikasi umur (Depkes RI, 2009) adalah:
1. Masa remaja akhir (17-25 Tahun)
2. Masa dewasa awal (26-35 Tahun)
3. Masa lansia akhir (36-45 Tahun)
4. Masa lansia akhir (56-65 Tahun)
5. Masa lansia akhir (56-65 Tahun)
6. Masa manula (>65 Tahun)
b. Pendidikan
Pendidikan berarti bimbingan yang diberikan oleh seseorang
kepada perkembangan orang lain menuju kearah cita-cita tertentu
untuk mengisi kehidupan untuk mencapai keselamatan dan
kebahagiaan. Semakin tinggi pendidikan seseorang maka makin
mudah orang tersebut menerima informasi. Dengan pendidikan
yang tinggi maka seseorang akan cenderung untuk mendapatkan
informasi baik dari orang lain maupun medis massa. Pengetahuan
erat hubungan dengan pendidikan, seseorang dengan pendidikan
yang tinggi maka semakin luas pula pengetahuan yang dimiliki
(Notoadmojo, 2010)
Klasifikasi berdasarkan pendidikan adalah:
1. Tidak Sekolah
2. Sekolah Dasar
3. Sekolah menengah Pertama (SMP)
4. Sekolah Menengah Atas (SMA)
5. Akademik/Perguruan
c. Pekerjaan
Pekerjaan merupakan suatu aktivitas yang dilakukan seseorang
untuk memperoleh penghasilan guna memenuhi kebutuhan setiap
hari. Pekerjaan merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi
pengetahuan. Seseorang yang bekerja akan sering berinteraksi
dengan orang lain sehingga akan memiliki pengetahuan dan
keterampilan serta pengalaman belajar dalam bekerja akan dapat
mengembangkan kemampuan dalam mengambil keputusan yang
merupakan keterpaduan menalar secara ilmiah (Notoadmojo,
2015).
1. Pegawai Negeri Sipil, Guru, Tenaga Kesehatan, Tenaga
penyuluh dan Tenaga Teknis.
2. Wiraswasta (Pedagang, Penjahit dan sebagainnya)
3. Buruh (tukang sapu, buruh tani, asisten ibu rumah tangga dan
sebagainnya
4. Tidak Bekerja
2. Faktor Eksternal
a. Faktor Lingkungan
Lingkungan adalah segala sesuatu yang ada disekitar
individu, baik lingkungan fisik, biologis, maupun sosial.
Lingkungan berpengaruh terhadap proses masuknya pengetahuan
ke dalam individu yang berada dalam lingkungan tersebut. Hal
ini terjadi kerena adanya interaksi timbal balik ataupun tidak
akan direspon sebagai pengetahuan oleh setiap individu
(Notoatmodjo, 2015).
b. Sosial Budaya
Sosial budaya merupakan suatu kebiasaan atau tradisi yang
dilakukan seseorang tanpa melalui penalaran apakah yang
dilakukan baik atau buruk. Dengan demikian seseorang akan
bertambah pengetahuannya walaupun tidak melakukan
(Notoatmodjo, 2015).
2.1.4 Kriteria Tingkat Pengetahuan
Pengetahuan seseorang dapat diketahui dan diinterprestasikan dengan
skala yang bersifat kualitatif (Wawan, 2010) yaitu:
1. Baik : hasil presentase 76% - 100%
2. Cukup : hasil presentase 56% - 75%
3. Kurang : hasil presentase <56%
2.2 Swamedikasi
Pengobatan sendiri atau swamedikasi adalah tindakan yang dilakukan
untuk mengatasi masalah kesehatan dengan menggunakan obat–obatan yang
dapat dikonsumsi tanpa pengawasan dokter. Swamedikasi atau pengobatan
mandiri adalah kegiatan atau tindakan mengobati diri sendiri dengan obat
tanpa resep secara tepat dan bertanggung jawab (rasional). Makna
swamedikasi adalah bahwa penderita sendiri yang memilih obat tanpa resep
untuk mengatasi penyakit yang dideritanya (Djnuarko & Hendrawati, 2011).
Swamedikasi memberikan solusi lebih murah, cepat, dan nyaman dalam
mengatasi penyakit ringan jika dilakukan berdasarkan penggunaan obat
rasional. Swamedikasi akan menghemat waktu dan biaya dalam mencari
fasilitas kesehtan. Tidak dipungkiri swamedikasi juga memiliki beberapa
resiko terutama dinegara berkembang dengan populasi yang memiliki tingkat
pengetahuan kesehatan yang rendah memperbesar resiko penggunaan obat
yang tidak tepat (Ahmad Sundby, Aragaw, & Abebe, 2020). Swamedikasi
yang tidak tepat juga dapat menyebabkan reaksi obat yang merugikan,
overdosis dan bahkan konsekuensi fatal.
Masalah yang sering muncul di masyarakat dalam penggunaan obat
ialah kurangnya pengetahuan tentang kegunaan obat yang tepat dan rasional,
penggunaan obat bebas secara berlebihan serta kurangnya pemahaman tentang
cara penyimpanan dan pembuangan obat dengan benar sedangkan perilaku
swamedikasi di indonesia terbilang cukup tinggi dan tenaga kesehatan masih
kurang memberikan informasih yang lengkap tentang penggunaan obat
(Kemenkes, 2015).
Penyakit yang jangka waktunya tidak lama dan dipercaya tidak
mengancam jiwa pasien seperti demam, nyeri, batuk, flu, mual, sakit kepala,
serta berbagai penyakit lain (Harahap and Khairunnisa, 2017). Obat yang
dapat digunakan untuk Swamedikasi adalah obat obat yang dapat dibeli tanpa
resep dokter termasuk obat herbal atau tradisional (Widayati, 2013).]
2.2.1 Keutungan Pengobatan Sendiri (Tjay & Kirana, 2015)
Pengobatan sendiri yang dilakukan oleh masyarakat untuk dapat
memilih tindakan dengan menggunakan obat atau tanpa obat.
Penggunaan obat sebagai upaya pengobatan sendiri dapat memberikan
keuntungan antara lain (Tjay & Kirana, 2015) :
a. Pengobatan sendiri dapat digunakan sebagai pengganti perawatan
kesehatan forma 1 yaitu : rumah sakit, klinik, balai pengobatan,
puskesmas, dokter dan praktek sendiri.
b. Pengobatan sendiri dapat mengurangi ketergantungan masyarakat
terhadap pelayanan kesehatan formal.
c. Pengobatan sendiri membantu mengurangi biaya kesehatan yang
dikeluarkan pemerintah.
d. Bagi orang yang tinggal di desa terpencil dimana belum ada praktek
dokter, pengobatan sendiri akan menghemat banyak waktu dan biaya
yang diperlukan.
2.2.2 Kerugian dari Pengobatan Sendiri (Tjay & Kirana, 2015)
Pengobatan sendiri (swamedikasi) disamping memberi keuntungan
juga dapat menimbulkan kerugian :
a. Pengobatan sendiri berkaitan dengan keterbatasan pengetahuan
pemakai obat terhadap obat-obatan yang diminum. Hal ini akan
menimbulkan masalah yang serius jika terjadi keselahan pemilihan
obat, kesalahan dosis dan timbulnya efek samping yang berbahaya
(Tjay & Kirana, 2015)
b. Persepsi tentang sakit yang salah. Apabila gejala tersebut tidak
dikenali, dan sehingga menimbulkan dampak pengobatan sendiri
biasannya dilakukan terlalu lama. Keluhan tersebut dapat menjadi
lebih berat sehingga bila penderita tersebut kemudian datang kedokter
mungkin perlu menggunakan obat yang lebih keras (Tjay & Kirana,
2015).
c. Terjadi penutupan (masking) gejala-gejala yang dibutuhkan untuk ke
dokter dalam menentukan diagnosa.
2.3 OTC
Obat-obatan yang digunakan untuk swamedikasi biasa disebut dengan
obat tanpa resep atau obat bebas atau obat OTC (over the counter). OTC
merupakan obat-obatan yang biasannya digunakan untuk penyakit ringan
seperti sakit kepala, radang tenggorokan, flu dan demam, serta dismenore
(kram) namum masih memerlukan beberapa perhatian dari apoteker atau
pegawai apotek seperti cara penggunaan obat, kemungkinan terjadinnya efek
samping, bagaimana efek obat harus dipantau, kemungkinan terjadinya
interaksi obat, tindakan pencegahan dan peringatan, dan warung-warung dekat
rumah. Sedangkan, obat-obat yang diperoleh dengan resep dokter biasa
disebut obat resep (Manan,2014).
a. Obat Bebas
Obat bebas adalah obat yang dijual bebas dipasaran dan dibeli tanpa
resep dokter. Tanda khusus pada kemasan dan etiket obat bebas adalah
lingkaran hijau dengan garis tepi berwarna itam (Djunarko & Hendrawati,
2011). Obat bebas yakni obat yang dapat dibeli secara bebas dan tidak
membahayakan si pemakai dalam batas dosis yang dianjurkan,
kemudiandiberitanda lingkaran bulat berwarna hijau dengan garis tepi
hitam (Widodo, 2013).
Gambar 2.2.1 Logo Obat Bebas
Ada beberapa contoh obat bebas antara lain sebagai berikut Panadol,
Oralit, Antasida Doen, Asetosal, Vitamin C, Vitamin B komplek,
Attapulgit dll (Ardian, 2019). Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam
menggunkan dalam menggunkan obat bebas adalah apakah obatnya masih
baik atau tidak, lihat tanggal kadaluarsa obatnya, bacalah dengan baik
keterangan tentang obat tadi pada brosurnya, lihat indikasi penggunaan,
yang merupakan petunjuk kegunaan obat untuk penyakit. Perhatikan
dengan baik dosis yang digunakan, untuk dewasa atau anak-anak, lihat pula
dengan baik komposisi zat berkhasiat dalam kemasan obat. Dalam
mengatasi keluhan ringan, obat bebas cukup aman digunakan.
Akan tetapi ada beberapa risiko penggunaan obat bebas tanpa konsultasi
kedokter (Adrian, 2019).
Tabel 2.2. Contoh Obat bebas untuk Sampel (Ardian, 2019)
Keterangan Panadol Oralit Antasida Doen
Kandungan Paracetamol Natrium Aluminium
Klorida, Kalium hidroksida,
Klorida,Trisodiu Magnesium
m sitrat hidrat hidroksida
Glukosa
anhidrat.
Indikasi Meredahkan Mencegah dan Mengurangi
rasa sakit pada mengobati gejala gejala yang
sakit dehidrasi berhubungan
kepala,sakit muntaber akibat dengan asam
gigi,serta penyakit lambung, tukak
menurunkan diare/mencret, lambung, dengan
demam. muntah BAB. gejala mual
Kontraindikasi Penderita - Hipersensitifitas
gangguan terhadap
fungsi hati, Aluminium dan
Penyakit Magnesium
ginjal,
meningkatkan
risiko difungsi
hati pada
pasien yang
mengonsumsi
alkohol
Efek Samping Kerusakan hati - Umumnya adalah
jika digunakan konstipasi,
dalam jangka diare,mual,munta
panjang dan h dan gejala-
dalam dosis gejala tersebut
besar, sakit akan hilang bila
kepala, mual, pemakaian obat
muntah, dihentikan.
sembelit atau
diare.
Dosis Dws: 1 tablet Anak dibawah 1 Dewasa: 1-2
3x4 thn, 3 jam tablet
sehari,Anak- pertama 1 3-4xsehari;Anak-
anak 6-12 thn: ½
gelas, anak 6-12 tahun
selanjutnya sehari 3-4x 1/2-1
½
gelas. Anak 1- tablet. Diminum
≤ tahun: 3 jam 1-2 jam sebelum
pertama 3 gelas, makan atau
selanjutnya 1 sesudah makan
gelas Anak 5-12 dan menjelang
thn: 3 jam tidur malam,
pertama 6 gelas, sebaiknya tablet
selanjtnya 1 1/2 dikunyah dahulu.
gelas.
Diatas 12 tahun:
3 jam
Pertama 12
gelas,
selanjutnya 2
gelas

b. Obat Bebas Terbatas


Pengertian Obat Bebas Terbatas (daftar W = warschuwing =
peringatan). Obat bebas terbatas yakni obat keras yang dapat diserahkan
tanpa resep dokter dalam bungkus aslinya dari produsen atau pabrik obat
tersebut, kemudian diberitanda lingkaran bulat berwarna biru dengan garis
tepi hitam serta diberi tanda peringatan sebagai berikut (Widodo, 2013):
1. P. No.1 : Awas! Obat Keras. Bacalah aturan pemakainnya.
2. P.No.2 : Awas! Obat Keras. Hanya untuk bagian luar dari badan.
3. P. No.3 : Awas! Obat Keras. Tidak Boleh ditelan.
4. P. No.3 : Awas! Hanya untuk dibakar.
5. P. No.4 : Awas! Obat wasir, jangan ditelah.
Obat Bebas Terbatas adalah obat yang sebenarnya termasuk obat keras,
tetapi masih dapat dijual atau dibeli bebas tanpa resep dokter dan disertai
dengan tanda peringantan (Djunarko & Hendrawati, 2011).

Gambar 2.2. Logo Obat Bebas Terbatas


Ada beberapa contoh obat bebas terbatas antara lain sebagai berikut
CTM, Ibuprofen, Propifenazon, Pirantel Pamoat, Efadrin HCL,
Bromheksin, Dextrometrofan Hbr, Difinhidramin dll (Ardian, 2019).
Semua obat yang termasuk dalam golongan obat bebas dan obat bebas
terbatas wajib mencatumkan keterangan pada setiap kemasannya tentang
kandungan zat berkhasiat, kegunaan, aturan pakai dan pernyataan lain
yang diperlukan. Semua kemasan obat bebas terbatas wajib mencatumkan
tanda peringatan apabila sakit berlanjut segera hubungan dokter (Supardi,
2005).

Tabel 2.2 Contoh obat bebas terbatas untuk Sampel(Ardian, 2019)


Keterangan CTM Ibuprofen Paramex
Kandungan Klorfeniramin Ibuprofen Propifenazon,
maleat.
Paracetamol,d
eksklorfenira
minmaleat,
kafien
anhidrat
Indikasi Meringankan Meringankan Meringankan
gejala alergi, nyeri ringan
sakit kepala
seperti sampai sedang
urticaria dan antara lain dan sakit gigi
hay Fever. nyeri pada
nyeri haid,
sakit gigi dan
sakit kepala
Kontraindikasi Hipersensitif Hipersensitif Pasien yang
ibuprofen,
memiliki
penderita ulkus
peptikum, alergi
kehamilan
terhadap
trisemester
pertama. kandungan ini
obat ini dan
penderita
dengan
gangguan
fungsi hati
Efek samping Mulut, kering, Mual, muntah, Muntah,
mengantuk dan gangguan
Mual, Sakit
pemandangan Saluran cerna.
kabur. Perut,
penurun nafsu
makan,
kerusakan hati
jika
digunakan
dalam jangka
panjang dan
dosis besar,
warna urin
menjadi lebih
gelab,
perubahan
irama detak
jantung yaitu
menjadi lebih
kencang atau
lambat.
Dosis Dws: sehari 3- Dws: 3-4x Dws dan anak
4x 1 tab. 200mg, Anak:
diatas 12
Anak-anak 6- 1-2thn: 3-4x
12 tahun: 50mg, 3-7thn tahun: 2-3 x 1
Sehari 3x 1/2 :3-4 100mg; 8-
tab
tab; 2-6 tahun : 12 thn: 3-
Sehari 2x 1/2 4x200mg.Untu
tab. kdemam
dosisterbagi.
Tidakdirekome
ndasikan untuk
anak ≤ 1 thn

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian


Penelitian ini menggunakan metode observasi yang dilakukan dengan
menggunakan kuesioner untuk memperoleh data tingkat pengetahuan
penggunaan obat bebas dan obat bebas terbatas untuk swamedikasi pada
masyarakat.
3.2 Variabel Penelitian
Variabel adalah seseuatu yang digunakan sebagai ciri, sifat atau ukuran
yang dimiliki atau didapatkan oleh satuan penelitian tentang sesuatu konsep
pengertian tertentu (Notoatmodjo, 2015)
3.2.1 Variabel Independen
Variabel bebas adalah variabel yang mempengaruhi atau yang
menjadi sebab perubahannya atau timbulnnya variabel dependen terikat.
Variabel bebas dalam penelitian ini adalah umur, pendidikan dan
pekerjaan (Notoadmojo, 2015). Variabel bebas pada penelitian ini untuk
mengetahui pengetahuan masyarakat tentang penggunaan obat bebas dan
obat bebas terbatas.
3.2.2 Variabel Dependen
Variabel Terikat adalah yang dipengaruhi atau menjadi akibat karena
adanya variabel bebas. Variabel terikat dalam penelitian ini yaitu tingkat
pengetahuan penggunaan obat bebas dan obat bebas terbatas untuk
swamedikasi (Notoadmojo, 2015)
3.3 Definisi Operasional
Definisi operasional adalah mendefinisikan variabel secara operasional,
memudahkan pengumpulan data dan menghindarkan perbedaan interpretasi
serta membatasi ruang lingkup variabel (Setiawan & Saryono, 2015)
1. Pengetahuan adalah kemapuan masyarakat menjawab dengan benar
kuesioner tentang pengetahuan penggunaan obat bebas dan obat bebas
terbatas untuk swamedikasi.
2. Umur adalah rentang waktu seseorang yang dimulai sejak dia dilahirkan
hingga berulang tahun
3. Pendidikan adalah bimbingan yang diberikan oleh seseorang kepada
perkembangan orang lain menuju kearah cita-cita tertentu untuk mengisih
kehidupan sehingga mencapai kebahagiaan.
4. Pekerjaan adalah suatu aktivitas yang dilakukan seseorang memperoleh
penghasilan guna memenuhi kebutuhan sehari-hari.
3.4 Lokasi dan waktu penelitian
3.4.1 Lokasi
Pengetahuan ini dilakukan di Wilayah Titiwungen Selatan Kecamatan
Sario Kota Manado
3.4.2 Waktu
Penelitian ini akan dilakukan di wilayah Titiwungen Selatan Kecamatan
Sario Kota Manado Pada Bulan Desember 2021
3.5 Populasi dan Sampel Penelitian
3.5.1 Populasi
Populasi adalah merupakan wilayah generalisasi yang terdiri dari
obyek/subyek yang memiliki kuantitas dan karakteristik tertentu yang
ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik
kesimpulannya (Setiawan & Saryono, 2015). Semua Masyarakat
wilayah Titiwungen Selatan Kecamatan Sario Kota Manado dengan
jumlah penduduk penduduk sebanyak 300 jiwa dan memiliki pekerjaan
yang beragam seperti petani, pegawai negeri, wiraswasta, dan
sebagainnya.
3.5.2 Sampel
Sampel adalah bagian dari jumlah karakteristik yang dimiliki oleh
populasi (Setiawan & Saryono, 2016). Besarnya sampel dalam penelitian
ini dihitung menggunakan rumus solvin, yaitu sebagai berikut (Nursalam
2014) :
N
Rumus Solvin : n = 2
1+ Ne
Keterangan :
n = Jumlah Sampel
N = Jumlah Populasi (300)
e = Standar error (15%)
N 300
n = =
1+ Ne 1+(300 x 0152)
2

300
n =
7.75
n = 38 Sampel
a. Kriteria Inklus
Kriteria Inklus adalah kriteria atau ciri-ciri yang perlu dipenuhi
oleh setiap anggota populasi yang dapat diambil sebagai sampel
(Notoadmodjo, 2012).
Kriteria Inklus dalam penelitian ini adalah:
1. Masyarakat yang tinggal di Wilayah Titiwungen Selatan
Kecamatan Sario Kota Manado
2. Masyarakat yang berusia 20 sampai 60 tahun
3. Bisa membaca dan menulis
4. Bersedia menjadi responden
b. Kriteria Eksklusi
Kriteria Eksklusi adalah ciri-ciri anggota populasi yang tidak
dapat diambil oleh sampel (Notoatmodjo, 2012). Kriteria Eksklusi
dalam penelitian ini adalah : Masyarakat yang tidak ada di tempat
atau ada kepentingan keluarga diluar kota pada saat penelitian.
3.6 Instrument Pengumpulan data
Instrument Pengumpulan data menggunakan metode observasi yaitu
dengan cara membagikan kuesioner, wawancara dan pencatatan dokumen.
Dalam penelitian ini menggunakan teknik pengumpulan berupa data primer
atau betatap muka secara langsung.
3.7 Metode Pengolahan Data
Menurut (Notoatmodjo, 2014) setelah data terkumpul, langka yang
dilakukan berikutnya adalah pengolahan data. Sebelum melaksanakan analisa
data tahapan harus dilakukan terlebih dahulu guna mendapatkan data yang
valid sehingga saat menganalisa data tidak mendapatkan kendala.
Langka-langka pengolahan :
1. Pengecekan data (Editing)
Editing merupakan kegiatan untuk pengecekan data dan perbaikan
isian formulir atau kuesioner.
2. Pemberian kode data (Coding)
Setelah kuesioner diedit atau disuting, selanjutnya dilakukan
pengkodean atau (coding), yakni mengubah data berbentuk kalimat atau
huruf menjadi data angka atau bilangan.
3. Scoring
Kegiatan ini dilakukan dengan menentukan jumlah skor. Penentuan
jumlah skor dalam penelitian ini menggunakan skala ordinal. Oleh karna
itu hasil kuisioner yang telah diisi bila benar diberi skor 1 dan bila salah
diberi skor 0. Kemudian di presentase dengan cara menjumlahkan jawaban
benar dibagi jumlah soal dan dikalikan dengan 100%
4. Pemrosesan data (Data Entry)
Data yakni jawaban-jawaban dari masing-masing responden yang
dalam bentuk “kode” (angka atau huruf) dimasukan ke dalam program
atau “sofware” komputer.
5. Pembersihan data (Cleaning)
Apabila data dari setiap sumber data atau responden selesai
dimasukan,perlu dicek kembali untuk melihat kemungkinan-kemungkinan
kode, ketidak lengkapan, dan sebaiknnya, kemudian dilakukan pembetulan
atau koreksi.
6. Tabulating
Yakni membuat tabel-tabel data, sesuai dengan tujuan penelitian atau
yang diinginkan oleh peneliti.

3.8 Etika penelitian


1. Informed Consent (Lembar persetujuan)
Lembar persetujuan diberikan sejak diteliti, peneliti menjelaskan
maksud dan tujuan peneliti, jika responden setuju untuk diteliti, maka
mereka harus menandatanganni lembar persetujuan tersebut. Jika
responden menolak, maka peneliti tidak akan memaksakan akan tetap
menghormati hak-haknya.
2. Anonimity (Tanpa nama)
Untuk menjaga kerahasiaan, peneliti tidak mencantumkan nama
responden pada lembar pengumpulan data.
3. Cofindentiality (Kerahasiaan)
Kerahasiaan informasi dijamin oleh peneliti. Hanya kelompok data
tertentu saja yang akan disajikan sebagai hasil riset. Cara untuk menjaga
kerahasiaan adalah dengan menyimpan lembar kuesioner sampai dengan
menyimpan lembar kuesioner sampai dengan menyimpan lembar
kuesioner dengan jumpa waktu yang lama. Setelah tidak digunakan, maka
lembar kuesioner itu dibakar.
3.9 Analisa Data
Data yang diperoleh dari kuesioner dan diolah secara statistika dengan
menggunakan SPSS versi 25, kemudian disajikan dalam bentuk tabel
distribusikan frekuensi. Penilaian Tingkat Pengetahuan Masyarakat di
Wilayah Titiwungen Selatan Kecamatan Sario Kota Manado Tentang Tingkat
Pengetahuan Penggunaan Obat Bebas dan Obat Bebas Terbatas Untuk
Swamedikasi pada Masyarakat diukur dengan menggunakan 20 pertanyaan
menggunakan kuesioner dengan skala Guttman dengan ktiteria jawaban yang
benar diberi nilai 1 dan jawaban salah diberi nilai 0 dan kuesioner mengikuti
jurnal dari (Hidayati, 2017).
Data yang telah dikumpulkan dari hasil kuesioner tingkat pengetahuan tersebut
dapat dikategorikan dalam kategori baik, cukup dan kurang.

1. Pengetahuan dikatakan baik jika responden menjawab benar 16-10


pertanyaan dengan nilai 56% - 75%
2. Pengetahuan dikatakan cukup jika responden menjawab benar 12-15
pertanyaan dengan nilai kurang 56% - 75%
3. Pengetahuan dikatakan kurang jika responden menjawab benar 11
pertanyaan dengan nilai kurang 56%
Adapun jawaban responden dihitung dengan menggunakan rumus :
f
p= × 100%
n
Dimana :
p : Presentase Tingkat Pengetahuan
f : Jumlah jawaban yang dijawab benar
n : Jumlah Seluruh Pertanyaan

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN


4.1 Karakteristik Masyarakat
Responden dalam penelitian ini adalah masyarakat dengan umur 20-
60 tahun di Titiwungen Selatan Kecamatan Sario yang berada di Kota Manado
Provinsi Sulawesi Utara dan memenuhi kriteria yang telah ditentukan dalam
penelitian ini. Setelah dilakukan indentifikasi data didapatkan jumlah
responden 38 responden.
4.2 Tingkat Pengetahuan Responden
Adapun tingkat pengetahuan responden berdasarkan karakteristik
yaitu usia, jenis kelamin, tingkat pendidikan dan pekerjaan. Berdasarkan data-
data yang telah dikumpulkan hasil penelitian disajikan dalam beberapa data
dalam bentuk tabel dibawah ini.
1. Usia
Tabel 1. Tingkat Pengetahuan Responden Berdasarkan Usia

Usia Jumlah (Orang) %

20-35 tahun 16 42,1

36-40 tahun 9 23,7

41-60 tahun 13 34,2

Total 38 100

Pada Tabel 1. Menunjukan bahwa dari 38 responden yang berusia


20-35 tahun sebanyak 16 orang (42,1%), dimana responden yang memiliki
tingkat pengetahuan baik 4 orang (25,0%), pengetahuan cukup 10 orang
(62,5%) dan pengetahuan kurang 2 orang (12,5%). Responden yang berusia
36-40 tahun sebanyak 9 orang (23,7%), responden yang memiliki
pengetahuan baik tidak ada, pengetahuan cukup 7 orang (77,8%) orang dan
yang berpengetahuan kurang 2 orang (22,0%). Responden yang berusia 41-
60 tahun sebanyak (34,2%), Responden yang memiliki pengetahuan baik 2
orang (15,4%),pengetahuan cukup 6 orang (46,2%) dan pengetahuan
kurang 5 orang (38,5%).Hasil ini menyatakan bahwa usia 20-35 tahun
memiliki rasa keingintahuan yang besar dibandingkan dengan usia 36-40
dan 41-60 tahun. Hal ini dapat diketahui bahwa umur 20-35 tahun dapat
dikatakan cukup umur sehingga pola pikir mereka lebih matang, sedangkan
36-40 dan 41-60 tahun mereka lebih sedikit untuk memilih swamedikasi
karena khawatir apabila adanya koplikasi penyakit lain. Hasil penelitian ini
didapatkan jumlah responden terbanyak yang melakukan swamedikasi
terdapat pada umur 20-35 tahun yaitu sebanyak 16 orang. Dalam hal ini
usia tersebut termasuk dalam golongan usia produktif. Pada usia produktif
seseorang sudah memiliki pemikiran yang lebih luas dan kemampuan untuk
mengambil prilaku untuk mengobati dirinya. Masyarakat di Wilayah
Titiwungen Selatan Kecamatan Sario Kota Manado yang berusia 20-35
tahun lebih memilih melakukan swamedikasi karena mereka sudah dapat
mengambil prilaku atau tindakan karena sudah mempunyai pengalaman
mengenai swamedikasi dan memiliki pola yang baik (Marisa Mandala Att
all, 2022).

Menurut (Wawan, 2010) semakin cukup umur maka tingkat


kematangan dan kekuatan seseorang akan lebih matang dalam berfikir dan
bekerja. Dari segi kepercayaan masyarakat, seseorang yang lebih dewasa
akan lebih dipercayakan dibandingkan orang yang belum tinggi
kedewasaannya.Oleh karena itu, obat-obat bebas lebih dipilih sebagai
pengobatan untuk mengatasi penyakit ringan yang di alami di sela-sela
aktivitasnnya karena obat bebas mudah diperoleh (Hermawati, 2012)

2. Tingkat Responden Berdasarkan Jenis Kelamin


Tabel 2. Tingkat Pengetahuan Responden Berdasarkan Jenis Kelamin

Jenis Kelamin Jumlah (Orang) %


LAKI-LAKI 15 39,5

PEREMPUAN 23 60,5

Total 38 100

Pada Tabel 2. Menunjukan bahwa dari 38 responden. Laki-Laki


sebanyak 15 orang (39,5%) dimana responden yang memiliki pengetahuan
baik 1 orang (6,7%) pengetahuan cukup 11 (73,3%) dan pengetahuan kurang
6 orang (20,0%). Responden Perempuan sebanyak 23 orang (60,5%)
responden yang memiliki pengetahuan baik 5 orang (21,7%) pengetahuan
cukup 12 orang (52,2%) dan pengetahuan kurang 6 orang
(26,1%).Perempuan lebih banyak mempunyai pengetahuan tentang obat
dibandingkan dengan laki-laki, dan perempuan lebih cenderung berhati-hati
dalam melakukan pengobatan(Panero and Persico, 2016).Perempuan juga
cenderung melakukan swamedikasi karena alasan status kesehatan umum
dan kondisi kesehatan reproduksi seperti nyeri haid (Purnamayanti dan
Artini, 2020).

Hal ini sejalan dengan salah satu keuntungan swamedikasi yaitu biaya
yang dikeluarkan lebih murah. Perempuan juga lebih memperhatikan gejala
penyakit yg muncul debandingkan laki-laki sehingga perempuan lebih
cenderung untuk melakukan Swamedikasi (Dwicandra dan Wintariani,
2018). Perempuan lebih banyak melakukan swamedikasi juga dikarenakan
terbatasnya mobillitas diluar rumah dan status sebagai ibu rumah tangga
(Zulkarni,Azyenla dan Penny, 2019).

Menurut hasil penelitan yang telah ada menyatakan bahwa yang


banyak melakukan pengobatan sendiri dan lebih memperdulikan
kesehatannya sendiri maupun kesehatan keluargannya yaitu kaum
perempuan dibandingkan dengan kaum pria (Noviana, 2011).

3. Tingkat Pendidikan
Tabel 3. Tingkat PengetahuanResponden Berdasarkan Tingkat Pendidikan

Tingkat Pendidikan Jumlah (Orang) %

SMP 7 18,4

SMA/SMK 13 34,2

PERGURUAN TINGGI 18 47,4

Total 38 100

Pada Tabel 3. Menunjukan bahwa responden SMP sebanyak 7 orang


(18,4%) tidak ada berpengetahuan baik, 6 orang (85,7%) memiliki
pengetahuan cukup, dan yang memiliki pengetahuan kurang 1 orang
(14,3%). Responden SMA/SMK sebanyak 13 orang (34,2%) 4 orang
(30,8%) memiliki pengetahuan baik, 7 orang (53,8%) memiliki
pengetahuan cukup, 2 orang (15,4%) memiliki pengetahuan kurang.
Responden Pergguruan tinggi sebanyak 18 orang (47,4%), 2 orang (11,1%)
memiliki pengetahuan baik, 10 orang (55,6%) memiliki pengetahuan
cukup, 6 orang (33,3%) memiliki pengetahuan kurang.

Hasil Penelitian ini sebagian besar responden memiliki pendidikan


terakhir perguruan tinggi sehingga menunjukan bahwa masyarakat
mempunyai pengetahuan yang baik mengenai swamedikasi. Perbedaan
tingkat pendidikan masyarakat dapat menimbulkan perbedaan tingkat
pengetahuan masyarakat. Dengan tingkat pendidikan yang tinggi,
diharapkan akan mudah menerima informasi dan memiliki pengetahuan
yang luas (Nilamsari and Handayani, 2014). Semakin tinggi pendidikan
seseorang maka semakin mudah menerima informasi dan banyak
pengetahuan yang dimiliki (Marisa Mandala Att all, 2022).Data ini
menunjukan bahwa semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang, maka
akan semakin mudah menerima informasi sehingga semakin banyak pula
menerima pengetahuan yang dimilikinya (Nursalam, 2011).Menurut teori
(Wawan, 2010), pendidikan berarti bimbingan yang diberikan seseorang
terhadap perkembangan orang lain menuju ke arah cita-cita tertentu yang
menentukan manusia untuk berbuat dan mengisi kehidupan untuk mencapai
keselamatan dan kebahagiaan. Pendidikan diperlukan untuk mendapat
informasi atau pengetahuan misalnnya hal-hal yang menunjang kesehatan
sehingga dapat meningkatkan kualitas hidup. Hal ini menunjukan bahwa
semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang maka semakin baik tingkat
pengetahuan yang dimilikinya. Namun, pengetahuan tidak hanya didapat
dari pendidikan secara informal, tetapi pengetahuan seseorang juga dapat
diperoleh secara informal seperti pengetahuan yang berasal dari
pengalaman pribadi yang dimiliki dan dari lingkungan sekitar.

4. Pekerjaan

Pekerjaan Jumlah (Orang) %

PNS 15 39,5

WIRASWASTA 11 28,9

BURUH 4 10,5
TIDAK BEKERJA 8 21,1

Total 38 100
Tabel 4.Tingkat PengetahuanResponden Berdasarkan Pekerjaan
Pada Tabel 4. Menunjukan bahwa dari 38 responden menunjukan
PNS sebanyak 15 orang (39,5%) terdapat 1 orang (6,7%) memiliki
pengetahuan baik, 8 orang (53,3%) memiliki pengetahuan cukup, 6 orang
(40,0%) me5miliki pengetahuan kurang. Responden Wirassawasta sebanyak
11 orang (28,9%) 2 orang (18,2%) memiliki pengetahuan baik, 7 orang
(63,6%) memiliki pengetahuan cukup, 2 orang (18,2%) memiliki
pengetahuan kurang.Responden buruh sebanyak 4 orang (10,5%) yang
memiliki pengetahuan baik tidak ada, 4 orang (100%) memiliki pengetahuan
cukup dan yang berpengetahuan kurang tidak ada. Responden tidak bekerja
sebanyak 8 orang (21,1%) 3 orang (37,5%) memilik pengetahuan baik, 4
orang (50,0%) memiliki pengetahuan cukup, 1 orang (12,5%) memiliki
pengetahuan kurang.
Masyarakat dengan status ekonomi yang lebih tinggi serta
lingkungan pekerjaan yang baik dapat menjadikan seseorang memperoleh
pengalaman dan pengetahuan yang baik tentang penggunaan obat yang
rasional baik secara langsung maupun tidak langsung (Widyastuti, 2005).
Jika dilihat pada definisi pengetahuan menurut (Rohmawati, 2016)
sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui pendidikan,
pengalaman diri sendiri maupun pengalaman orang lain, media massa
maupun lingkungan, kebanyakan PNS memiliki pendidikan yang lebih
tinggi maka dari itu memiliki tingkat pengetahuan yang baik.
Menurut (Pratiwi ddk, 2018) mengatakan bahwa orang yang bekerja
cenderung lebih banyak membeli obat tanpa resep, terutama untuk
mengatasi gejala penyakit ringan agar tidak menggangu pekerjaan mereka.
BAB V

PENUTUP

2.2 Kesimpulan
Dari hasil penelitian yang dilakukan dapat disimpulkan bahwa Tingkat
Pengetahuan Masyarakat Di Wilayah Titiwungen Selatan Kecamatan Sario
Penggunaan Obat Bebas dan Obat Bebas Terbata Untuk Swamedikasi Tahun
2021 adalah jumlah responden yang berpengetahuan baik = 15,8.
berpengetahuan cukup 60,5% dan yang berpengetahuan kurang 23,7%.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa dari 38 masyarakat Titiwungen Selatan
Kecamatan Sario secara keseluruhan masuk dalam kategori berpengetahuan
cukup.
2.3 Saran
1. Diharapkan Masyarakat Titiwungen Selatan Kecamatan Sario lebih
meningkatkan pengetahuan cara pengobatan diri sendiri (Swamedikasi)
dan diharapkan agar pemerintah setempat khususnya dibidang pelayanan
kesehatan untuk lebih aktif dalam meberikan informasi mengenai obat,
baik obat bebas ,aupun obat bebas terbatas kepada masyarakat.
2. Untuk peneliti selanjutnya diharapkan bagi peneliti yang melakukan
penelitian yang berkaitan dengan variabel lain selain pengetahuan agar
bisa memberikan pengetahuan tambahan tentang pengetahuan penggunaan
obat bebas dan obat bebas terbatas untuk swamedikasi pada masyarakat.

DAFTAR PUSTAKA

Ahmed, S. M., Sundby, J., Aragaw,Y. A., & Abebe, F. (2020). Self-medication and
safety profile of medicines used among pregnant women in a tertiary
teaching hospital in jimma,ethiopia: A cross-sectional study. International
journal of enfironmental research and public health, 17(11).

Adrian, K. 2019. Agar Obat Bebas Tanpa Resep Dokter Tidak Menjadi
Berbahaya.Retrieved Mei 20, 2021, from
alodokter:https://www.alodokter.com/agar-obat-tanpa-resep-dokter-tidak-
menjadi-berbahayaBadan Pusat Statistik. (2011). Indikator Kesehatan
1995-2011.

Chacko, C. T., Prakash, D., Hafsa, P., Lallu, J., & Sarabaya, A. R. (2020). A
review on the attitude and practice on self-medication, storage and disposal
of drugs in a community. Int J Res Rev [Internet],7(8), 122-9.
Fitria Nugrahaeni. 2019. Tingkat Pengetahuan Terhadap Swamedikasi Batuk Pada
Masyarakat Jakarta. Jakarta
Dinkes RI. 2015. Materi Pelatihan Peningkatan Pengetahuan Dan Keterampilan
Memilih Obat Bagi Tenaga Kesehatan. Jakarta: Departemen Kesehatan
Republik Indonesia. Halaman 9-10, 85 – 90.
Dania, H., Hidayati, A., & Puspitasari, M. D. (2018). Tingkat Pengetahuan
Penggunaan Obat Bebas dan Obat Bebas Terbatas untuk Swamedikasi
Pada Masyarakat Rw 8 Morobangun Jogotirto Berbah Sleman Yogyakarta,
11.
Depkes RI, D. K. R. I. (2009). Sistem Kesehatan Nasional. Jakarta: Depkes RI.
Djunarko, I., & Hendrawati, D. (2011). Swamedikasi yang Baik dan Benar.
Yogyakarta.

Depkes RI. 2007. Materi Pelatihan Peningkatan Pengetahuan Dan Keterampilan


Memilih Obat Bagi Tenaga Kesehatan. Jakarta: Departemen Kesehatan
Republik Indonesia.

Djunarko, Idan Hendrawati. Y. (2011). Swamedikasi Yang Baik dan Benar. PT.
Intan Sejati, Klaten. PP. 6-9
Dwicandra, N.M.O., Wintariani, N.P 2018. Prevalensi dan faktor-faktor yang
berkaitan dengan pelayanan swamedikasi di Apotik. Medicamento. 4(2):
83-93.
Hidayati, A., Dania, H., & Puspitasari, M. D. (2018). Tingkat Pengetahuan
Penggunaan Obat Bebas Dan Obat Bebas Terbatas Untuk Swamedikasi
Pada Masyarakat Rw 8 Morobangun Jogotirto Berbah Sleman Yogyakarta.
Jurnal Ilmiah Manuntung, 3(2), 139-149.
Hermawati, D. (2012). Pengaruh Edukasi Terhadap Tingkat Pengetahuan dan
Rasionalitas Penggunaan Obat Swamedikasi Pengunjung Obat
Swamedikasi Pengunjung di Dua Apotek Kecamatan Cimanggis, Depok.
Hendra Tndjung. (2019). Pengetahuan dan penggunaan obat bebas dan bebas
terbatas secara swamedikasi pada masyarakat kota manado. Kota Manado
IAI. (2015). ISO: Informasi Spesialite Obat Indonesia (Vol. 50). Jakarta: PT.
ISFI.
Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. 2015. ModulPenggunaan Obat
Rasional. Manado : Kementrian Kesehatan Republik Indonesia
Kholid, A. (2012). Promosi Kesehatan: Dengan Pendekatan Teori Perilaku,
Media, dan Aplikasinya. Jakarta: PT Grafindo Persada.
Manan, E. (2014). Swamedikasi Tips Penanganan Dini Masalah-Masalah
Kesehatan. Jogjakarta: Saufa.
Notoatmodjo, S. (2015). Promosi Kesehatan Teori & Aplikasi. Jakarta: PT Rineka

Cipta.
Nilamsari.,,Handayani, Nanik., 2014. Tingkat Pengetahuan akan Mempengarahui
Tingkat Depresi Penderita Kanker. Jurnal Iimiah Kesehatan. Vol 7(2), 107-
111.
Notoatmodjo, S. (2014).Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.
Nursalam. (2014). Metodologi Penelitian ILmu Keperawatan: Pendekatan Praktis
(3 ed.). Jakarta: Salemba Medika.
Nursalam. 2011. Konsep danPenerapan MetodologiPenelitian Ilmu Keperawatan.
Salemba Medika,Jakarta.
Noviana, D., Paramitha, D., & Wulansari, R. (2011). Motion mode and two
dimensional echocardiographic measurements of cardiac dimensions of
Indonesian Mongrel Dogs. HAYATI Journal of Biosciences, 18(1), 1-5.

Panero, Cinzia.,, Persico, Luca., 2016. Attitudes Toward and Use of Over The
Counter Medications among Teenagers: Evidence from an Italian Study.
International Journal of Marketing Studies. Vol 8(3).

Purnamayanti, N.P.D., Artini, I.G.A. 2020. Pengaruh karakteristik sosiodemografi


terhadap tingkat pengetahuan tentang swamdikasi OAINS pada mahasiswa
Universitas udayana. Jurnal medika udayana. 9(1):12-17.

Pratiwi, Arlinia. 2018. Hubungan pengetahuan dan sikap terhadap resionalitas


perilaku penggunaan antibiotik pada masyarakat sekampung kabupaten
lampung timur, skripsi. Universitas lampung.
Rohmawati, A., 2016. Swamedikasi Di Kalangan Mahasiswa Kesehatan dan Non
Kesehatan Di Universitas Jamber

Saghafi, F., Bahrami, M. A., & Abdarzadeh, N.(2014). Self-Medication and


Contributing Factors: A Questionnaire Survey Among Iranian Households
Mohammad Ranjbar Ezzatabadi1, Sima Rafiei2, Milad Shafiei3, Arefeh
Dehghani Tafti4.
Setiawan, A., & Saryono. (2010). Metodologi Penelitian Kebidanan. Yogyakarta:
Nuha Medika.
Tjay, Tan Hoan dan Rahardja, Kirana. (2007). Obat-obat Penting Edisi VI. Elex
Media Komputindo : Jakarta.
WHO (2015) WHO guidelines for the regulatory assessment of medicinal products
for use in self medication.
Widodo, H. (2013). Ilmu Meracik Obat Untuk Apoteker. Jogjakarta: D-medika.
Wawan, A. (2010). Teori dan pengukuran pengetahuan, Sikap dan Perilaku
Manusia. Yogyakarta: Nuna Medika.
Widayati, A., 2013. Swamedikasi di kalangan masyarakat Perkotaan di kota
Yogyakarta. Jurnal Farmasi Klinis Indoneia. 2(4),145-151.
Zulkarni, R.,Azyenela, L., Penny, D.Y. 2019. Perilaku Keluarga dalam
swamedikasi obat herbal. Jurnal kesehatan.10(2):84-88.
Lampiran 1. Kunci jawaban Kuesioner Penelitian

Jawaban Nomor Pertayaan Total

Benar 1, 3, 5, 6, 7, 8, 9 , 10, 11, 12, 13, 14, 15, 17


16,17,19,20

Salah 2, 4, 18, 3

Jumlah 20

Lampiran 5. Distribusi Frekuensi


Berdasarkan Karakteristik Responden(SPSS)
USIA

Valid Cumulative
Frequency Percent Percent Percent
Valid 20 - 35 Tahun 16 42.1 42.1 42.1

36 - 40 Tahun 9 23.7 23.7 65.8

41 - 60 Tahun 13 34.2 34.2 100.0

Total 38 100.0 100.0

JENIS KELAMIN
Valid Cumulative
Frequency Percent Percent Percent
Valid Laki – Laki 15 39.5 39.5 39.5

Perempuan 23 60.5 60.5 100.0

Total 38 100.0 100.0


TINGKAT PENDIDIKAN

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid SMP
7 18.4 18.4 18.4

SMK/SMA
13 34.2 34.2 52.6

Perguruan Tinggi
18 47.4 47.4 100.0

Total 38 100.0 100.0

PEKERJAAN

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid PNS 15 39.5 39.5 39.5

SWASTA 11 28.9 28.9 68.4

BURUH 4 10.5 10.5 78.9

TIDAK BEKERJA 8 21.1 21.1 100.0

Total 38 100.0 100.0

TINGKAT PENGETAHUAN

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid BAIK 6 15.8 15.8 15.8

CUKUP 23 60.5 60.5 76.3

KURANG 9 23.7 23.7 100.0

Total 38 100.0 100.0


Lampiran 2. Distribusi Frekuensi
Berdasarkan Tingkat Pengetahuan (SPSS)
USIA * TINGKAT PENGETAHUAN Crosstabulation

TINGKAT PENGETAHUAN

BAIK CUKUP KURANG Total

USIA 20 - 35 Tahun Count 4 10 2 16

% within USIA 25.0% 62.5% 12.5% 100.0%

36 - 40 Tahun Count 0 7 2 9

% within USIA .0% 77.8% 22.2% 100.0%

41 - 60 Tahun Count 2 6 5 13

% within USIA 15.4% 46.2% 38.5% 100.0%

Total Count 6 23 9 38

% within USIA 15.8% 60.5% 23.7% 100.0%

JENIS KELAMIN * TINGKAT PENGETAHUAN Crosstabulation

TINGKAT PENGETAHUAN

BAIK CUKUP KURANG Total

JENIS Laki-laki Count 1 11 3 15


KELAMIN
% within JENIS KELAMIN 6.7% 73.3% 20.0% 100.0%

Perempuan Count 5 12 6 23

% within JENIS KELAMIN 21.7% 52.2% 26.1% 100.0%

Total Count 6 19 9 38

% within JENIS KELAMIN 15.8% 60.5% 23.7% 100.0%


TINGKAT PENDIDIKAN * TINGKAT PENGETAHUAN Crosstabulation

TINGKAT PENGETAHUAN

BAIK CUKUP KURANG Total


TINGKAT SMP Count 0 6 1 7
PENDIDIKAN
% within TINGKAT
.0% 85.7% 14.3% 100.0%
PENDIDIKAN

SMK/SMA Count 4 7 2 13

% within TINGKAT
30.8% 53.8% 15.4% 100.0%
PENDIDIKAN

Perguruan Tingkat Count 2 10 6 18

% within TINGKAT
11.1% 55.6% 33.3% 100.0%
PENDIDIKAN

Total Count 6 23 9 38

% within TINGKAT
15.8% 60.5% 23.7% 100.0%
PENDIDIKAN

PEKERJAAN * TINGKAT PENGETAHUAN Crosstabulation

TINGKAT PENGETAHUAN

BAIK CUKUP KURANG Total

PEKERJAAN TIDAK BEKERJA Count 0 7 1 8

% within PEKERJAAN .0% 87.5% 12.5% 100.0%

WIRASWASTA Count 4 9 2 15

% within PEKERJAAN 26.7% 60.0% 13.3% 100.0%

PNS Count 2 3 2 7

% within PEKERJAAN 28.6% 42.9% 28.6% 100.0%

Total Count 6 19 5 30

% within PEKERJAAN 20.0% 63.3% 16.7% 100.0%


Lampiran 3. Dokumentasi

Anda mungkin juga menyukai