Anda di halaman 1dari 9

NATRIUM ALKIL BENZEN SULFONAT

SODIUM ALKYL BENZENE SULFONATE

1. IDENTIFIKASI BAHAN KIMIA


1.1. Golongan
Surfaktan; Linear alkylbenzene sulfonate (11)
1.2. Sinonim/Nama Dagang (1,2,4,5,7)
Linear alkylbenzene sodium sulfonate; Benzenesulfonic acid, linear alkyl-,
sodium salt; Linear alkylbenzenesulfonate, sodium salt; LAS-Na; LAS,
sodium salt; Straight-chain alkyl benzene sulfonate; Sodium alkylbenzene
sulfonate; Linear alkylbenzene sulfonic acid sodium salt;
Alkylbenzenesulfonic acid, sodium salt; Benzenesulfonic acid, C10-13-alkyl
derivatives, sodium salt; Linear dodecyl-benzenesulfonic acid sodium salt.
1.3. Nomor Identifikasi
1.3.1. Nomor CAS : 68411-30-3 (1,3,4,7,8,10)
1.3.2. Nomor EC : 270-115-0 (8,10)
1.3.3. Nomor RTECS : DB4550000 (4)
1.3.4. Nomor UN : 2585 (13)

2. PENGGUNAAN
(2,3,5,7)
Digunakan sebagai surfaktan pada deterjen dan pembersih ; digunakan
(2)
dalam proses produksi di industri kimia, polimer, fotografi, dan tekstil ; sebagai
(2)
material fotokimia dan konstruksi ; sebagai bahan tambahan pemutih pakaian
(12) (12)
; sebagai cairan pencuci piring ; sebagai pembersih serbaguna, baik dalam
bentuk serbuk, cair, semprot, maupun tablet (12).

3. BAHAYA TERHADAP KESEHATAN


3.1. Organ Sasaran

1
Tidak diklasifikasikan sebagai toksikan bagi organ tertentu setelah paparan
tunggal atau berulang (8).
3.2. Rute Paparan
3.2.1. Paparan Jangka Pendek
3.2.1.1. Terhirup
(1)
Batuk, nyeri tenggorokan . Pada konsentrasi tinggi dapat
(6)
menyebabkan iritasi hidung dan tenggorokan . Paparan
bahan ini di tempat kerja, dilaporkan dapat memicu asma
(3,13)
. Aspirasi dapat menimbulkan edema jalan napas bagian
atas dan kesulitan napas (3,13).
3.2.1.2. Kontak dengan Kulit
(1)
Kulit kemerahan dan nyeri . Kulit kering, iritasi, dermatitis
kontak (13).
3.2.1.3. Kontak dengan Mata
(1)
Mata kemerahan, nyeri, luka bakar . Paparan deterjen dan
sabun anionik dan nonionik pada mata, umumnya
menimbulkan iritasi sementara dan tidak menimbulkan
kerusakan permanen (3).
3.2.1.4. Tertelan
(1,3)
Umumnya menimbulkan mual, muntah, dan diare .
Setelah menelan deterjen yang mengandung fosfat dalam
kadar rendah yang umumnya bersifat alkali, dapat timbul
(3)
luka bakar pada mulut, faring, dan esofagus . Dapat pula
timbul kolitis, penyempitan esofagus, serta iritasi membran
mukosa (3), iritasi mulut, kerongkongan, dan lambung (6)
.
3.2.2. Paparan Jangka panjang
3.2.2.1. Terhirup
Pada konsentrasi tinggi dapat menimbulkan iritasi sistem
pernapasan (6).
3.2.2.2. Kontak dengan Kulit
Iritasi kulit (8).
3.2.2.3. Kontak dengan Mata
Iritasi mata dan membran mukosa (8).
3.2.2.4. Tertelan

2
(8)
Menimbulkan rasa tidak nyaman, nyeri perut, muntah .

4. TOKSIKOLOGI
4.1. Toksisitas
4.1.1. Data pada Hewan (4,10)
LD50 oral-tikus 404 mg/kg; LD50 subkutan-tikus 810 mg/kg; LD50
intravena-tikus 119 mg/kg; LD50 oral-mencit 1575 mg/kg; LD50
subkutan-mencit 1250 mg/kg; LD50 intravena-mencit 207 mg/kg; LD50
oral-tikus 1080 mg/kg; LD50 dermal-tikus 2000 mg/kg.
4.1.2. Data pada Manusia
Berdasarkan patch tests diperoleh hasil bahwa kulit manusia yang
terpapar larutan LAS 1% selama 24 jam hanya mengalami iritasi
(7)
ringan . LAS dapat mengiritasi kulit setelah adanya kontak kulit
jangka panjang atau berulang pada konsentrasi yang menyerupai
produk yang tidak diencerkan (7).
4.2. Data Karsinogenik
(5)
Tidak bersifat karsinogenik . Tidak terdaftar secara spesifik dalam IARC,
NTP, OSHA (6).
4.3. Data Teratogenik
Tidak berbahaya terhadap janin (6).
4.4. Data Mutagenik
(5,10)
Tidak bersifat mutagenik berdasarkan berbagai uji in vitro dan studi in
vivo (10).

5. PERTOLONGAN PERTAMA PADA KORBAN KERACUNAN


5.1. Terhirup
(3,6)
Pindahkan korban ke tempat berudara segar . Korban yang mengalami
iritasi saluran napas harus diberikan oksigen. Segera bawa ke rumah sakit
atau fasilitas kesehatan terdekat (3).
5.2. Kontak dengan Kulit
Segera tanggalkan pakaian, perhiasan, dan sepatu yang terkontaminasi.
Cuci kulit, kuku, dan rambut menggunakan sabun dan air yang banyak
sampai dipastikan tidak ada bahan kimia yang tertinggal, sekurangnya

3
(3,8)
selama 15-20 menit . Bila iritasi atau nyeri menetap, segera bawa ke
(6)
rumah sakit atau fasilitas kesehatan terdekat .
5.3. Kontak dengan Mata
(8)
Pastikan lensa kontak telah dilepaskan sebelum melakukan irigasi mata .
Segera cuci mata dengan air yang banyak, sekurangnya selama 15-20
menit dengan sesekali membuka kelopak mata bagian atas dan bawah
sampai dipastikan tidak ada lagi bahan kimia yang tertinggal hingga pH
konjungtiva kembali normal. Korban yang mengalami gejala (iritasi, nyeri,
pembengkakan, lakrimasi, atau fotofobia) menetap atau terbukti mengalami
luka pada kornea harus dibawa ke rumah sakit untuk mendapatkan
pemeriksaan mata (3).
5.4. Tertelan
Jangan melakukan rangsang muntah dan jangan berikan apapun melalui
(8)
mulut pada korban yang tidak sadarkan diri . Bersihkan mulut
(3,6)
menggunakan air bersih . Jika korban mengalami muntah yang
berkelanjutan, maka perlu segera dibawa ke rumah sakit atau fasilitas
(3)
kesehatan terdekat untuk mendapatkan cairan intravena . Jangan berikan
apapun melalui mulut pada korban yang mengalami luka pada saluran cerna
(misalnya muntah terus menerus, nyeri perut, atau tidak dapat menelan),
(3)
segera bawa ke rumah sakit untuk dilakukan endoskopi .

6. PENATALAKSANAAN PADA KORBAN KERACUNAN


6.1. Resusitasi dan Stabilisasi
a. Penatalaksanaan jalan napas, yaitu membebaskan jalan napas untuk
menjamin pertukaran udara.
b. Penatalaksanaan fungsi pernapasan untuk memperbaiki fungsi
ventilasi dengan cara memberikan pernapasan buatan untuk menjamin
cukupnya kebutuhan oksigen dan pengeluaran karbon dioksida
c. Penatalaksanaan sirkulasi, bertujuan mengembalikan fungsi sirkulasi
darah.
6.2. Dekontaminasi
6.2.1. Dekontaminasi Mata
a. Posisi pasien duduk atau berbaring dengan kepala tengadah
dan miring ke sisi mata yang terkena atau terburuk kondisinya.

4
b. Secara perlahan bukalah kelopak mata yang terkena dan cuci
dengan sejumlah air bersih dingin atau larutan NaCl 0,9%
diguyur perlahan selama 15-20 menit atau sekurangnya satu
liter untuk setiap mata.
c. Hindarkan bekas air cucian mengenai wajah atau mata
lainnya.
d. Jika masih belum yakin bersih, cuci kembali selama 10 menit.
e. Jangan biarkan pasien menggosok matanya.
f. Tutuplah mata dengan kain kassa steril dan segera bawa ke
rumah sakit atau fasilitas kesehatan terdekat dan konsul ke
dokter mata.
6.2.2. Dekontaminasi Kulit (termasuk rambut dan kuku)
a. Bawa segera pasien ke pancuran terdekat.
b. Cuci segera bagian kulit yang terkena dengan air mengalir
yang dingin atau hangat serta sabun minimal 10 menit.
c. Jika tidak ada air, sekalah kulit dan rambut pasien dengan kain
atau kertas secara lembut. Jangan digosok.
d. Lepaskan pakaian, arloji, dan sepatu yang terkontaminasi atau
muntahannya dan buanglah dalam wadah/plastik tertutup.
e. Penolong perlu dilindungi dari percikan, misalnya dengan
menggunakan sarung tangan, masker hidung, dan apron. Hati-
hati untuk tidak menghirupnya.
f. Keringkan dengan handuk yang kering dan lembut.
6.2.3. Dekontaminasi Gastrointestinal
Bersihkan mulut menggunakan air bersih (3).
6.3. Antidotum
(10)
Obati sesuai gejala. Tidak terdapat antidotum spesifik .

7. SIFAT FISIKA KIMIA


7.1. Nama Bahan
Natrium alkil benzen sulfonat.
7.2. Deskripsi (1,9)

5
Bentuk padat berupa serbuk berwarna putih; Berat molekul 342,4; Titik didih
637oC; Titik lebur 277oC; Kerapatan relatif (air=1) 1,06; Kelarutan dalam air
@ 20oC 25 gram/100 mL.
7.3. Tingkat Bahaya, Frasa Risiko dan Frasa Keamanan
7.3.1. Peringkat NFPA (Skala 0-4) (6)
Kesehatan 1 = Tingkat keparahan rendah
Kebakaran 0 = Tidak akan terbakar
Reaktivitas 0 = Tidak reaktif
7.3.2. Klasifikasi EC (Frasa Risiko dan Frasa Keamanan) (8,10)
Xn = Berbahaya
Xi = Iritan
R22 = Berbahaya jika tertelan
R38 = Mengiritasi kulit
R41 = Risiko kerusakan serius pada mata
S2 = Jauhkan dari jangkauan anak-anak
S25 = Hindari kontak dengan mata
S26 = Jika kontak dengan mata, bilas segera dengan
banyak air dan hubungi dokter
S39 = Kenakan pelindung mata/wajah yang cocok
S46 = Jika tertelan, segera hubungi dokter dan
perlihatkan wadah ini atau label
S64 = Jika tertelan, cuci mulut dengan air (hanya bila
pasien dalam kondisi sadar)

7.3.3. Klasifikasi GHS (5,8,10)


Tanda = Berbahaya
Pernyataan bahaya
H302 = Berbahaya bila tertelan
H315 = Menyebabkan iritasi kulit
H318 = Menyebabkan kerusakan mata serius
H412 = Berbahaya terhadap kehidupan perairan,
dengan efek jangka panjang

6
Pernyataan kehati-hatian
P264 = Bilas sempurna setelah penanganan
P280 = Kenakan sarung tangan pelindung/ pakaian
pelindung/ pelindung mata atau wajah
P270 = Jangan makan, minum, atau merokok saat
menggunakan bahan ini
P302+P352 = Jika terkena kulit: Cuci dengan air yang
banyak
P332+P313 = Jika terjadi iritasi kulit: Segera dapatkan
pemeriksaan medis
P362 = Bersihkan dan cuci pakaian yang
terkontaminasi sebelum digunakan kembali
P305+P351+P338 = Jika terkena mata: Bilas dengan air yang
banyak selama beberapa menit. Lepaskan
lensa kontak jika ada. Lanjutkan irigasi mata
P301+P312 = Jika tertelan: Hubungi Sentra Informasi
keracunan atau dokter jika anda merasa
tidak sehat
P330 = Bersihkan mulut
P501 = Buang isi/ wadah ke ....

8. STABILISASI DAN REAKTIVITAS


8.1. Reaktivitas
Stabil pada kondisi suhu normal (8).
8.2. Kondisi yang Harus Dihindari
Hindarkan panas berlebih untuk jangka waktu lama; hindarkan
(8)
pembekuan .
8.3. Bahan Tak Tercampurkan
Asam kuat, misal asam hidroklorida (6).
8.4. Dekomposisi
Tidak terdekomposisi pada suhu normal (8).
8.5. Polimerisasi
Tidak terpolimerisasi (14).

7
9. BATAS PAPARAN DAN ALAT PELINDUNG DIRI
9.1. Ventilasi
(1)
Sediakan sistem ventilasi penghisap udara setempat .
9.2. Perlindungan Mata
Kenakan kacamata pengaman atau penutup wajah jika ada risiko mata
terpercik bahan (1,8).
9.3. Pakaian
Kenakan pakaian pelindung yang tahan bahan kimia untuk mencegah
terjadinya kontak kulit (8).
9.4. Sarung Tangan
Kenakan sarung tangan pelindung yang tahan bahan kimia jika ada risiko
kontak kulit (1,8).
9.5. Respirator
Tidak diperlukan penggunaan respirator pada penggunaan normal. Pada
tempat dengan kondisi ventilasi tidak memadai, konsentrasi bahan di
udara melewati ambang batas, timbul aroma yang tidak sedap, adanya
penggunaan aerosol atau timbulnya asap dan kabut bahan, maka
disarankan digunakannya perlengkapan pernapasan serba lengkap atau
perlalatan pernapasan yang dilengkapi filter (misal A-P2 atau ABEK-P2),
sesuai dengan EN 141 (5).

10. DAFTAR PUSTAKA


1. http://www.cdc.gov/niosh/ipcsneng/neng1602.html (diunduh Juli 2013)
2. http://hazmap.nlm.nih.gov/category-details?id=7066&table=copytblagents
(diunduh Juli 2013)
3. http://toxnet.nlm.nih.gov/cgi-bin/sis/search/a?dbs+hsdb:@term+@DOCNO+
1980 (diunduh Juli 2013)
4. http://www.chemcas.com/msds/cas/msds22/68411-30-3.asp (diunduh Juli
2013)
5. http://www.pgproductsafety.com/productsafety/pdf/4.pdf (diunduh Juli 2013)
6. http://www.walter.com/WalterDocuments/documents/msds/walter_ca/en/L-
138.PDF (diunduh Juli 2013)
7. http://www.inchem.org/documents/ehc/ehc/ehc169.htm (diunduh Juli 2013)
8. http://www.greenham.com/datasheets/508014.pdf (diunduh Juli 2013)

8
9. www.miele.it/ (diunduh Juli 2013)
10. http://www.wibarco.de/downloads/products/safetysheet/EN-10107-SDB.pdf
(diunduh Juli 2013)
11. http://www.chem.unep.ch/irptc/sids/OECDSIDS/LAS.pdf (diunduh Juli 2013)
12. http://wko.at/up/enet/stellung/qualitaetszielstellbeilage2.pdf (diunduh Juli
2013)
13. http://www.chemicaldictionary.org/dic/S/Sodium-alkylbenzene-sulfonate_
1439.html (diunduh Juli 2013)
14. http://www.riccachemical.com/Technical-Support/MSDS/4350 (diunduh Juli
2013)

Anda mungkin juga menyukai