OLEH:
DIAN SAPUTRA
NIM .09.1101.5119
SKRIPSI
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh
Gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat
Pada
Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Mulawarman
OLEH :
DIAN SAPUTRA
NIM. 09.1101.5119
Dewan Penguji
Pembimbing I Pembimbing II
Penguji I Penguji II
Mengetahui
Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Mulawarman
DIAN SAPUTRA
Hubungan Personal Hygiene dan Perilaku Sehat Terhadap Kejadian
Skabies di Asrama Putra Pondok Pesantren Al-Mujahidin Balikpapan
(Pembimbing : Siswanto, S.Pd.,M.Kes dan Blego Sedionoto,SKM,,M.Kes)
ABSTRAK
DIAN SAPUTRA
The Relationship of Personal Hygiene and Healthy Behavior Against
Genesis Scabies in Dormitory Son of Pondok Pesantren Al-Mujahidin
Balikpapan
(Supervisor: Siswanto, S.Pd.,M.Kes and Blego Sedionoto.,SKM.,M.Kes)
ABSTRACT
1. Karya tulis atau skripsi ini adalah asli dan belum pernah diajukan untuk
2. Karya tulis atau skripsi ini adalah murni gagasan, rumusan dan penelitian
saya sendiri tanpa dari pihak-pihak lain, kecuali arahan tim pembimbing
3. Dalam karya tulis atau skripsi saya ini tidak terdapat karya atau pendapat
yang telah ditulis atau dipublikasikan orang lain, kecuali secara tertulis
4. Pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya dan apabila dikemudian hari
telah diperoleh karena karya tulis atau skripsi ini serta sanksi lainnya sesuai
Dian Saputra
NIM. 09.1101.5049
RIWAYAT HIDUP
Agama : Islam
Kelua, Samarinda
Email : d14ns91@ymail.com
KATA PENGANTAR
Puji syukur kita panjatkan kepada Allah SWT karena atas limpahan
Seiring dalam pembuatan skripsi ini telah banyak pihak yang turut
mendukung, baik dukungan dalam bentuk spiritual, moril dan materil. Dan
dalam skripsi ini secara tulus saya ucapkan terima kasih tak terhingga kepada :
Masyarakat.
4. Bapak Andi Anwar, SKM.,M.Kes dan Ibu Risva SKM.,M.Kes., selaku dosen
penguji yang telah memberikan kritik dan saran serta nasehat selama
keberhasilan penulis.
9. Arqol Abid, Rezza Fahmie, Julfian Bala, Nur Winarto, Sinta Bella, serta
dan Alfin Setiadi yang selalu memberikan dukungan dan motivasi selama
skripsi ini, semoga ada saran dan kritik untuk dapat menyempurnakannya dan
Dian Saputra
NIM.0911015119
DAFTAR ISI
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Kulit adalah organ tubuh penting terletak paling luar, yang membatasi
lingkungan dalam dan luar tubuh manusia. Kulit merupakan lapisan utama
untuk melindungi tubuh dari penyakit. Salah satu fungsi kulit adalah melindungi
jaringan dari kerusakan fisik, pengatur panas, alat indera peraba, dan
dapat disebabkan berbagai hal seperti jamur, virus, kuman, parasit hewani dll.
Penyakit kulit yang disebabkan oleh parasit hewani, yaitu pedikulosis, skabies
kurang tepat karena zoonosis berarti penyakit pada hewan yang dapat
penyakit pada hewan, akan lebih tepat disebut sebagai penyakit parasit hewani
melalui handuk dan pakaian. Disamping itu skabies dapat berkembang pada
masyarakat yang hidup dalam lingkungan atau keadaan hygiene sanitasi dan
kuku hal ini dapat dengan mudah menjadi tempat berkumpulnya jamur, virus,
kuman, parasit hewani yang dapat menyebabkan penyakit kulit seperti skabies.
skabies, hal ini dilihat dari pengetahuan santri tentang penyakit skabies dan
sikap santri terhadap pencegahaan penyakit skabies itu sendiri. Sikap santri
Sikap yang dimiliki oleh santri diharapkan dapat berpengaruh terhadap perilaku
mereka tinggal.
terutama pada malam hari, gatal yang terjadi terutama di bagian sela-sela jari
tangan, di bawah ketiak, pinggang, alat kelamin, sekeliling siku, areola (area
timbul perasaan malu karena pada usia remaja timbulnya skabies sangat
salah satu tempat yang berpenghuni padat. "Tidak ada santri yang tidak
mungkin terkena penyakit skabies (gatal), kalau belum terkena skabies belum
syah menjadi santri dan jika sudah pernah tekena penyakit tersebut maka tidak
akan terkena lagi " merupakan salah satu fenomena tersendiri di kalangan
santri.
diakibatkan tungau Sarcoptes scabiei dan ditularkan dengan kontak jarak dekat
antara manusia dengan manusia (Anderson, 2006: 1466). Kutu dapat hidup di
luar kulit hanya 2-3 hari dan pada suhu kamar 210C dengan kelembaban relatif
40-80%. Kutu betina berukuran 0,4-0,3 mm. Kutu jantan membuahi kutu betina,
dan kemudian mati. Kutu betina, setelah impregnasi, akan menggali lobang ke
Penelitian lain juga telah dilakukan oleh Isa Ma’rufi, Soedjajadi Keman,
dan Hari Basuki Notobroto pada tahun 2004 di Pondok Pesantren Kabupaten
213 orang dari total sampel sebanyak 338 orang santri. Dengan prevalensi
penularan penyakit skabies (Chi Kuadrat, p < 0.01) pada pondok pesantren di
sebesar 151 kasus di tahun 2013 yang sebelumnya hanya 102 kasus pada
tahun 2012.
ilmu, para santri yang tinggal dipondok inilah yang memiliki resiko terkena
skabies lebih besar karena tingkat paparan determinan yang juga cukup tinggi.
tahun 2012 meningkat ditahun 2013 menjadi 81 kasus dan pada tahun 2014
terdapat 73 kasus. Kejadian skabies untuk santri putra SMP terdapat 36 kasus
pada 2012 menjadi 25 kasus pada 2013 dan terdapat 33 kasus di tahun 2014.
Berdasarkan uraian tersebut maka peneliti tertarik untuk mengambil
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
2. Tujuan Khusus
penyakit skabies.
penyakit skabies.
D. Manfaat Penelitian
1. Untuk Peneliti
berkaitan dengan penyakit skabies yang ditinjau dari personal hygiene dan
perilaku sehat.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1. Pengertian Skabies
berukuran sangat kecil dan hanya bisa dilihat dengan mikroskop atau
ini juga mudah menular dari manusia ke manusia, dari hewan ke manusia
melalui baju, seprai, handuk, bantal, air, atau sisir yang pernah
yang buruk, dan kondisi ruangan terlalu lembab dan kurang mendapat sinar
a. Klasifikasi
b. Kebiasaan Hidup
Tempat yang paling disukai oleh kutu betina adalah bagian kulit yang
tipis dan lembab, yaitu daerah sekitar sela jari tangan, siku, pergelangan
tangan, bahu dan daerah kemaluan. Pada bayi yang memeliki kulit
serba tipis, telapak tangan, kaki, muka dan kulit kepala sering diserang
kutu tersebut.
c. Siklus Hidup
Telur akan menetas, biasanya dalam waktu 3-5 hari dan menjadi larva
terowongan dan dapat juga diluar. Setelah 2-3 larva akan menjadi nimfa
bentuk betina berkisar antara 330-450 mikron. Ukuran jantan lebih kecil
200-240 mikro kali 150-200 mikro. Seluruh siklusnya mulai dari telur
lebih 10% telur yang dapat menjadi bentuk dewasa, yang dapat
menularkan penyakitnya.
3. Etiologi
var. hominis. Kecuali itu terdapat S. scabiei yang lainnya pada kambing dan
babi (Handoko, 2008 dan Stone et al, 2003). Secara morfologik merupakan
rata. Tungau ini berwarna putih kotor, dan tidak bermata. Ukurannya yang
betina berkisar antara 330 – 450 mikron x 250 – 350 mikron, sedangkan
yang jantan lebih kecil, yakni 200 – 240 mikron x 150 – 200 mikron. Bentuk
alat untuk melekat dan 2 pasang kaki kedua pada betina berakhir dengan
(perkawinan) yang terjadi di atas kulit, yang jantan akan mati, kadang-
kadang masih dapat hidup dalam terowongan yang digali oleh yang betina.
Tungau betina yang telah dibuahi menggali terowongan dalam stratum
telurnya 2 atau 4 butir sehari sampai mencapai jumlah 40 atau 50. Bentuk
betina yang telah dibuahi ini dapat hidup sebulan lamanya. Telurnya akan
menetas, biasanya dalam waktu 3-5 hari, dan menjadi larva yang
mempunyai 3 pasang kaki. Larva ini dapat tinggal dalam terowongan, tetapi
dapat juga keluar. Setelah 2-3 hari larva akan menjadi nimf yang
siklus hidupnya mulai dari telur sampai bentuk dewasa memerlukan waktu
Telur menetas menjadi larva dalam waktu 3–4 hari, kemudian larva
larva berubah menjadi nimfa yang akan menjadi parasit dewasa. Tungau
4. Patogenesis
tetapi juga oleh penderita sendiri akibat garukan. Penularan dapat terjadi
urtikaria dan lain-lain. Dengan garukan dapat timbul erosi, ekskoriasi, krusta
dan infeksi sekunder. Kelainan kulit dan gatal yang terjadi dapat lebih luas
5. Cara Penularan
kontak tidak langsung. Yang paling sering adalah kontak langsung dan erat
atau dapat pula melalui alat-alat seperti tempat tidur, handuk, dan pakaian.
Bahkan penyakit ini dapat pula ditularkan melalui hubungan seksual antara
langsung seperti tidur bersama. Faktor lainnya adalah fasilitas umum yang
Bentuk ini ditandai dengan lesi berupa papul dan terowongan yang
2. Skabies incognito.
sehing ga gejala dan tanda klinis membaik, tetapi tungau tetap ada dan
menunjukkan gejala klinis yang tidak biasa, distribusi atipik, lesi luas
3. Skabies nodular
Pada bentuk ini lesi berupa nodus coklat kemerahan yang gatal. Nodus
terhadap tungau skabies. Pada nodus yang berumur lebih dari satu
5. Skabies Norwegia.
Skabies Norwegia atau skabies krustosa ditandai oleh lesi yang luas
siku, lutut, telapak tangan dan kaki yang dapat disertai distrofi kuku.
dengan mudah.
seluruh kepala, leher, telapak tangan, telapak kaki, dan sering terjadi
7. Gejala Klinis
Ada 4 tanda cardinal untuk gejala klinis pada penyakit scabies yaitu :
karena aktivitas tungau ini lebih tinggi pada suhu yang lebih lembab
dan panas.
papul atau vesikel. Jika timbul infeksi sekunder ruam kulitnya menjadi
bokong, genitalia eksterna (pria) dan perut bagian bawah. Pada bayi
cardinal tersebut. Terdapat dua tipe utama lesi kulit pada skabies, yaitu
samping jari tangan dan jari kaki, sela-sela jari, pergelangan tangan
8. Diagnosa
infeksi jamur dan infeksi bakteri. Adanya rasa gatal disertai timbulnya lesi
dan keropeng yang sulit untuk membedakan penyakit kulit satu dengan
9. Pencegahan
2) Cuci semua handuk, pakaian, sprei dalam air sabun hangat, dan
dicuci kering.
2007).
rumah sakit pun harus diisolasi sampai dengan 24 jam setelah dilakukan
desinfeksi serentak, yaitu pakaian dalam dan sprei yang digunakan oleh
10. Pengobatan
seluruh tubuh dari leher ke bawah, selama semalam lalu basuh hingga
dari leher ke bawah, dan dibersihkan setelah 8 jam. Kedua obat tersebut
efektif, tetapi lindane cenderung mengiritasi kulit, lebih toksik dan tidak
boleh diberikan kepada anak-anak dan ibu hamil. Selain itu, dapat diberikan
per kilogram berat badan, dosis tunggal. Pengobatan ini diulang setelah 2
2. Malation.
dipakai.
4. Sulfur
Dalam bentuk parafin lunak, sulfur 10 % secara umum aman dan efektif
5. Monosulfiran.
ditambah 2–3 bagian dari air dan digunakan selama 2–3 hari (Harahap,
2000).
1. Pengertian Pesantren
diartikan sebagai tempat atau komplek para santri untuk belajar atau
mengaji ilmu pengetahuan agama kepada kiai atau guru ngaji, biasanya
yang tumbuh serta diakui oleh masyarakat sekitar, dengan sistem asrama
(Arifin, 2005)
ilmu agama dengan penekanan pada pembentukan moral santri agar bisa
yang merupakan ciri khas dari pesantren itu sendiri, elemen itu adalah:
secara tahap demi tahap, seiring dengan jumlah santri yang masuk dan
tersebut.
b. Santri
yang berasal dari mistisisme Hindu dan Budha (Raharjo, 1999). Kedua;
rasa solidaritas dan kekeluargaan yang kuat baik antara santri dengan
hal ini sangat dimungkinkan karena mereka hidup dan tinggal di dalam
satu komplek.
d. Masjid
artinya perorangan dan hygiene berarti sehat, dengan kata lain yaitu
untuk kesejahteraan fisik dan psikis. Perawatan diri atau kebersihan diri
b. Perawatan mata
c. Perawatan hidung
d. Perawatan telinga
f. Perawatan genetalia
berhubungan dengan kebersihan diri yang tidak baik. Praktik kebersihan diri
seperti penyakit kulit, penyakit infeksi, penyakit mulut, dan penyakit saluran
a. Baik (>75%);
b. Sedang (40-75%);
Upaya yang bisa dilakukan untuk memelihara kebersihan diri, antara lain:
Dampak fisik yang sering dialami seseorang tidak terjaga dengan baik
tertentu. Kulit juga penting bagi produksi vitamin D oleh tubuh yang
parasit hewan. Salah satu penyakit kulit yang disebabkan oleh parasit
adalah skabies (Rianti et al., 2010). Sabun dan air adalah hal yang
Bagi yang terlibat dalam kegiatan olah raga atau pekerjaan lain yang
anus dan genitalia dengan baik karena pada kondisi tidak bersih,
sekresi normal dari anus dan genitalia akan menyebabkan iritasi dan
wilayah tubuh yang lain. Oleh karena itu, butuh perhatian ekstra untuk
jaringan.
d. Mencegah penyakit
e. Menciptakan keindahan
1. Body image
2. Praktik social
gigi, sikat gigi, sampo, alat mandi yang semuanya memerlukan uang
untuk menyediakannya
4. Pengetahuan
5. Budaya
dimandikan.
6. Kebiasaan
7. Kondisi fisik
Pada keadaan sakit tertentu kemampuan untuk merawat diri berkurang
1. Dampak Fisik
membrane mukosa mulut, infeksi pada mata dan telinga, dan gangguan
2. Dampak Psikososial
pasien.
eliminasi (buang air besar dan keeil), mencuci tangan dan muka,
1. Memelihara kebersihan
2. Makanan yang sehat : bersih, bebas dari bibit penyakit, cukup kualitas
dan kuantitasnya
terhadap stimulus objek yang berkaitan dengan sakit dan penyakit, sistem
usaha seseorang untuk memelihara atau menjaga kesehatan agar tidak sakit
dan usaha untuk penyembuhan bilamana sakit. oleh sebab itu perilaku
perlu dijelaskan di sini, bahwa kesehatan itu sangat dinamis dan relatif,
maka dari itu orang yang sehat pun perlu diupayakan supaya mencapai
Skinner, cit. Notoatmojo 1993). Perilaku tersebut dibagi lagi dalam 3 domain
yaitu kognitif, afektif dan psikomotor. Kognitif diukur dari pengetahuan, afektif
a. Pengetahuan
1) Pengertian Pengetahuan
2) Tingkat Pengetahuan
a. Tahu (know)
dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. Oleh sebab itu tahu
b. Memahami (comprehension)
c. Aplikasi (Apllication)
e. Sintesis (Synthesis).
yang ada.
f. Evaluasi (Evaluation).
a. Pengalaman
pengetahuan seseorang.
b. Tingkat Pendidikan
c. Keyakinan
d. Fasilitas
e. Penghasilan
f. Sosial Budaya
terhadap sesuatu.
g. Umur
h. Sumber Informasi
4) Pengukuran Pengetahuan
atau angket yang menyatakan tentang isi materi yang ingin diukur
5) Tujuan Pengetahuan
menghilangkan prasangka.
6) Tipe-tipe Pengetahuan
yang bervariasi.
(Notoatmodjo, 2003).
a. Cara tradisional
memperoleh pengetahuannya.
pada dewasa ini lebih sistematis, logis dan ilmiah. Cara ini disebut
b. Sikap
yang masih tertutup dari seseorang terhadap suatu stimulus atau objek.
Manifestasi sikap itu tidak dapat langsung dilihat , tetapi hanya dapat
penting.
berikut:
a. Menerima (receiving)
b. Merespon (responding)
tugas yang diberikan adalah suatu indikasi dari sikap. Karena dengan
diberikan, terlepas dari pekerjaan itu benar atau salah, adalah berarti
c. Menghargai (valuing)
Sikap yang paling tinggi adalah bertanggung jawab atas segala sesuatu
tingkat tiga.
Kebersihan Kulit
Penyakit
Penggunaan alat-alat yang dapat
Skabies
beresiko menularkan penyakit
skabies sepertii tempat tidur,
handuk
METODOLOGI PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
kelompok kasus dan kelompok kontrol, yang faktor risikonya akan diteliti.
penyakit.
1. Waktu Penelitian
februari 2016
2. Tempat Penelitian
1. Populasi
2. Sampel
santri terdiri dari 33 santri pada kelompok kasus dan 33 santri pada
perbandingan 1:1.
D. Kerangka Konsep
sebagai berikut:
Personal Hygiene
1.Kebersihan Kulit
2.Kebersihan tangan dan kuku
3.Kebersihan handuk
4. Kebersihan tempat tidur dan sprei
Kejadian skabies di
asrama putra ponpes
al mujahidin (Y)
Perilaku Sehat
1.Pengetahuan tentang skabies
2. Sikap Pencegahan
Mujahidin Balikpapan.
F. Variabel Penelitian
a. Variabel Terikat
b. Variabel bebas
(Median)
Dependen
1 Penyakit Santri pondok Melihat dari 1= kasus, jika Nominal
scabies pesantren yang data menderita skabies (pengkategoria
menderita penyakit poskestren 2=control, jika tidak n ada dan tidak
scabies almujahidin menderita skabies ada)
H. Teknik Pengumpulan dan Pengolahan Data
1. Pengumpulan Data
a. Data Primer
untuk data kuantitatif. Angket adalah suatu alat pengumpul data yang
Rumus umum,
sehingga
yaitu Benar (B) dan Salah (S), penentuan kriteria objektifnya akan
b. Data Sekunder
a. Editing
b. Coding
fasilitas komputer.
d. Tabulating
a. Analisis Univariat
b. Analisis Bivariat
Kelompok Studi
Faktor Risiko Total
Kasus (+) Kontrol (-)
T = total keseluruhan
Interpretasi nilai OR :
terjadinya efek.
OR=1 : berarti faktor risiko dengan efek tidak mempunyai
hubungan.
hubungan.
Dikatakan bermakna jika nilai 1(satu) tidak di antara batas atas dan
batas bawah CI dan nilai batas bawah harus lebih dari 1 atau
A. Hasil Penelitian
asrama utsman bin affan, asrama umar bin khatab, asrama ali bin
Kondisi kamar asrama santri terlihat kurang baik, hal ini terlihat dari
keadaan kamar yang kotor dan tidak terawat, alas kaki diletakkan di
dalam kamar, lantai yang kurang bersih dan pakaian berserakan dimana
mana.
Untuk fasilitas kamar mandi terdiri dari 2 kamar mandi umum yaitu
kmarmandi ustman dan kamar mandi umar. dan untuk asrama ali bin
toilet yang ada di satu area kamar mandi tersebut. Sumber air yang
digunakan adalah air bor yang telah disaring dan di kapur sesuai dengan
ilmu biologi dan kimia. Keadaan kamar mandi ustman dan kamar mandi
umar Keadaan kamar mandi dan toilet ini masih kurang baik, terlihat dari
terdapat banyak sampah yang menjadi satu dengan air limbah yang
2. Karakteristik Responden
Kejadian Skabies
Umur Total %
Kasus % Kontrol %
12 1 3.0 0 0 1 1.5
13 13 39.4 13 39.4 26 39.4
14 18 54.5 20 30.3 38 57.6
15 1 3.0 0 0 1 1.5
Total 33 100 33 100 66 100
Total 66 100%
Berdasarkan tabel 4.2 tersebut diatas diketahui bahwa persentase
18.2 % dan jumlah santri terendah di kelas VIII B yaitu sebesar 9.1%.
3. Analisis Univariat
a. Kejadian Skabies
table berikut.
responden.
b. Personal Hygiene
tabel berikut:
c. Perilaku Sehat
kurang tahu sebanyak 54.5% bahwa tidak hanya handuk dan pakaian
sering disebut kudis dan dalam bahasa Jawa sering disebut gudig dan
masih kurang tahu sebanyak 72.7% bahwa tidak hanya pakaian dan
4. Analisis Bivariat
probabilitas untuk tidak terjadinya penyakit tersebut . Dalam hal ini untuk
mengetahui ada tidaknya hubungan dan nilai odds ratio antara personal
Kejadian Skabies
Perilaku ρ Odds Ratio
Total %
Sehat Value (95% CI)
Kasus % Control %
Kurang
11 33.3 4 12.1 15 22.7 3.625 (CI
baik
95% low
Baik 22 66.7 29 77.3 51 77.3 0.04
1.017 up
Total 33 50 33 50 66 100 12.927)
B. Pembahasan
satu dengan handuk teman yang lainnya. kesadaran para santri ini
menjadikan satu dengan milik teman yang lain, karena apabila handuk
jika saat proses pencucian tidak menggunakan sabun. Hasil ini sesuai
nilai ρ value 0.009 < α (0.05). Hasil ini didukung dengan penelitian yang
kuku saat mandi dan hanya 5 (31.2%) responden yang menyikat kuku
saat mandi dan dari 33 responden kasus terdapat 17 (51.5%)
selama seminggu atau yang tidak memotong kuku. Kuku yang panjang
tangan dengan sabun setelah buang air kecil dan terdapat 4 (23.5%)
responden yang mencuci tangan dengan sabun setelah buang air kecil.
tangan dengan sabun setelah buang air besar. Kebersihan tangan dan
jika kuku pada tangan tersebut panjang maka kuman atau bakteri bisa
tidak terlihat dengan kasat mata tetapi jika tangan ini nantinya
kulit pada manusia, skabies ini semakin parah bila digaruk karena
kuman di kuku tangan yang panjang dan kotor menginfeksi kulit dan
Kebersihan tangan tidak terlepas dari cuci tangan pakai sabun, mencuci
tangan dengan air apalagi jika sebelum makan masih belum cukup
yang dilakukan oleh Rifki Muslih pada tahun 2012 yang meneliti
penelitian Rifki Muslih, dkk adalah masih adanya santri yang memiliki
sprei secara bersama sama dengan teman yang lainnya dan terdapat
dengan teman yang lainnya. Hal ini karena perilaku santri yang dengan
membersihkan sprei terlebih dahulu sebelum tidur. Hal ini penting untuk
seminggu sekali. Hal ini sudah cukup baik dilakukan santri dalam
menyebabkan skabies.
sama juga menjadi kebiasaan santri selain itu tempat tidur tidak
kebiasaan mencuci kaki juga tidak dilakukan, sehingga sprei dan kasur
lebih cepat kotor oleh debu dan kotoran kotoran yang terbawa oleh kaki
penelitian ini sejalan oleh penelitian yang dilakukan oleh Suci Chairiya
Personal hygiene yang tidak baik merupakan salah satu faktor yang
kejadian skabies dengan ρ-value 0.04 < 0.05 dengan OR 3.625 atau 3
sehat. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor yaitu faktor pengetahuan
di lingkungan yang padat dan tertutup, hal ini sesuai dengan kondisi
kurang baik, maka dalam menentukan sikap juga akan kurang baik.
scabiei, dan cara penularan penyakit skabies. Peran aktif santri juga
Al-Mujahidin Balikpapan.
BAB V
A. Kesimpulan
menggunakan uji chi – square test diperoleh nilai ρ-value < α yaitu 0,007
menggunakan uji chi – square test diperoleh nilai ρ-value < α yaitu 0,04
B. Saran
bergantian, menjaga kebersihan tangan dan kuku, serta sprei dan kasur.
pembuangan limbah.
DAFTAR PUSTAKA
Ma’rufi, Isa., Soedjajadi., dan Hari B.N. Faktor Sanitasi Lingkungan Yang
Berperan Terhadap Prevelensi Penyakit Scabies Studi Pada Santri Di
Pondok Pesantren Kabupaten Lamongan. Jurnal Kesehatan
Lingkungan, vol.2, No.1, Juli 2005: 11-18.Http://digilib.litbang. Diakses
pada tanggal 28 maret 2015
Siregar. 2005. Atlas Berwarna Saripati Penyakit Kulit. Jakarta : Penerbit Buku
Kedokteran EGC
Siregar, A.S. 2004, Instalansi Pengolahan Air Limbah. Kanisius. Yogyakarta.
Suci Chairiya Akmal, dkk. 2013. Hubungan Personal Hygiene Dengan Kejadian
Skabies Di Pondok Pendidikan Islam Darul Ulum, Palarik Air Pacah,
Kecamatan Koto Tangah Padang. Jurnal Hasil Penelitian Fakultas
Kedokteran Universitas Andalas. Diakses pada tanggal 25 Januari
2016.
ANGKET PENELITIAN
HUBUNGAN PERSONAL HYGIENE DAN PERILAKU SEHAT DENGAN
KEJADIAN SKABIES DI ASRAMA PUTRA PONDOK PESANTREN
AL-MUJAHIDIN BALIKPAPAN
No. Responden
1. Identitas Responden
a. Kelas : ……….
b. Umur : …….Tahun
2. Petunjuk Pengisian
Berilah tanda silang (x) untuk mengisi pertanyaan dibawah ini sesuai kemampuan
anda.
a. Ya
b. Tidak
a. Ya
b. Tidak
a. Ya
b. Tidak
A5. Apakah anda mencuci tangan pakai sabun sesudah buang air kecil ?
a. Ya
b. Tidak
A6. Apakah anda mencuci tangan pakai sabun sesudah buang air besar ?
a. Ya
b. Tidak
A7. Apakah anda mencuci tangan setelah menggaruk badan anda?
a. Ya
b. Tidak
A8. Apakah anda menaruh sembarangan handuk anda setelah di gunakan mandi?
a. Ya
b. Tidak
A9. Apakah anda mencuci handuk dijadikan satu dengan teman anda?
a. Ya
b. Tidak
a. Ya
b. Tidak
a. Ya
b. Tidak
A12. Apakah anda menggunakan handuk dalam keadaan kering tiap hari?
a. Ya
b. Tidak
A13. Apakah sprei yang anda gunakan untuk tidur digunakan untuk bersama-
sama?
a. Ya
b. Tidak
A14. Apakah anda menjemur kasur tempat tidur anda sekali seminggu?
a. Ya
b. Tidak
A15. Apakah anda mengganti sprei tempat tidur anda sekali seminggu?
a. Ya
b. Tidak
A16. Apakah anda mencuci sprei tempat tidur anda dijadikan satu dengan teman
anda?
a. Ya
b. Tidak
A17. Apakah sprei yang anda gunakan sebelum tidur sudah dibersihakan terlebih
dahulu ?
a. Ya
b. Tidak
B. Perilaku Sehat (Pengetahuan dan Sikap pencegahan skabies)
a. Ya
b. Tidak
B2. Apakah di Indonesia skabies sering disebut dengan kudis dan orang Jawa
sering menyebutnya gudik?
a. Ya
b. Tidak
B3. Apakah Skabies hanya dapat ditularkan melalui kutu Sarcoptes scabiei betina
saja?
a. Ya
b. Tidak
B4. Apakah Skabies hanya dapat ditularkan melalui pemakaian pakaian atau
handuk bergantian?
a. Ya
b. Tidak
a. Ya
b. Tidak
a. Ya
b. Tidak
B7. Apakah orang yang menjaga kebersihan tubuhnya dapat terkena skabies?
a. Ya
b. Tidak
B8. Apakah skabies dapat sembuh dengan mandi menggunakan sabun secara
teratur?
a. Ya
b. Tidak
B9. Apakah kutu sarcoptes scabiei penyebab skabies tidak dapat hidup di tempat
yang lembab?
a. Ya
b. Tidak
B10. Apakah penyakit skabies tidak ada kaitannya dengan kebersihan lingkungan?
a. Ya
b. Tidak
a. Ya
b. Tidak
a. Ya
b. Tidak
B13. Apakah anda bersedia untuk ikut secara aktif melaksanakannya apabila
diadakan upaya pencegahan penyakit skabies di pondok pesantren al
mujahidin?
a. Ya
b. Tidak
Lampiran 3 : Output Responden dan Analisis
Karakteristik Responden
Umur * kejadian skabies Crosstabulation
kejadian skabies
Umur 12 Count 1 0 1
13 Count 13 13 26
14 Count 18 20 38
15 Count 1 0 1
Total Count 33 33 66
kejadian skabies
Kelas IX A Count 4 4 8
IX B Count 6 6 12
IX C Count 4 4 8
IX D Count 5 5 10
VIII A Count 6 6 12
VIII B Count 3 3 6
VIII C Count 5 5 10
Total Count 33 33 66
Personal Hygien
PH * kejadian skabies Crosstabulation
kejadian skabies
PH tidak Count 21 10 31
ya Count 12 23 35
Total Count 33 33 66
Perilaku Sehat
kejadian skabies
PS tidak Count 11 4 15
ya Count 22 29 51
Total Count 33 33 66
Personal Hygiene
kejadian skabies
PH tidak Count 21 10 31
ya Count 12 23 35
Total Count 33 33 66
Chi-Square Tests
a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 15.50.
N of Valid Cases 66
Perilaku Sehat
kejadian skabies
PS tidak Count 11 4 15
ya Count 22 29 51
Total Count 33 33 66
a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 7.50.
Risk Estimate
N of Valid Cases 66
Lampiran 4 : Dokumentasi