DEWAN REDAKSI
Mitra Bestari
Prof. Asnawi Abdullah, S.K.M., M.H.S.M., M.Sc. H.P.P.F., D.L.S.H.T.M., Ph.D., Universitas
Muhammadiyah Aceh, Indonesia
Dr. Irwan Budiono, S.K.M., M.Kes., Universitas Negeri Semarang, Indonesia
Ir. Etti Sudaryati, M.K.M., Ph.D., Universitas Sumatera Utara, Indonesia
dr. Fazidah Aguslina Siregar, M.Kes., Ph.D., Universitas Sumatera Utara, Indonesia
Dra. Nurmaini, M.K.M., Ph.D., Universitas Sumatera Utara, Indonesia
Dr. Yuliani Setyaningsih, S.K.M., M.Kes., Universitas Diponegoro, Indonesia
Penerbit
Talenta Publisher Universitas Sumatera Utara
Alamat Redaksi
Sekretariat Redaksi Tropical Public Health Journal
Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Sumatera Utara
Jalan Universitas No. 21 Kampus USU Medan 20155
Telp./ Fax. : 061-8213221
Email: trophico@usu.ac.id
TROPHICO: Tropical Public Health Journal
Faculty of Public Health, USU
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
Abstrak
Proses panen kelapa sawit masih dilakukan secara manual dengan mengandalkan tenaga manusia dan dilakukan
secara berulang-ulang berpotensi menimbulkan keluhan Musculoskeletal Disorders (MSDs). Penelitian ini
bertujuan mendeskripsikan keluhan MSDs yang dirasakan pemanen sawit karena postur kerja yang tidak
ergonomis. Pengumpulan data dilakukan pada bulan Juni-Juli 2021 di PT. Inti Energi Kaltim dengan jumlah
sampel 35 pemanen sawit. Instrumen yang dipergunakan dalam pengumpulan data keluhan pemanen sawit
adalah kuesioner Nordic Body Map (NBM) dan penilaian postur kerja dengan metode Rappid Entire Body
Assestment (REBA). Data selanjutnya dianalisis secara deskriptif dan disajikan dalam bentuk tabel distribusi
frekuensi disertai narasi. Hasil penelitian diketahui bahwa postur kerja pemanen sawit yang berisiko rendah
mengalami MSDs sebanyak 5,7%, berisiko sedang 65,7%, dan berisiko tinggi sebanyak 28,6%. Praktik postur
kerja yang berisiko mengakibatkan 35 orang pemanen (100%) mengalami keluhan MSDs terbanyak pada bahu
kanan 22,9% dan keluhan sangat sakit pada bagian kaki kiri dan kanan 11,4%. Oleh karena itu, disarankan
kepada pemanen sawit sebaiknya memperhatikan posisi postur tubuh saat bekerja hingga menemukan postur
kerja yang ergonomis agar tidak menimbulkan keluhan yang berkepanjangan.
Abstract
The process of harvesting oil palm is still done manually by relying on human labor and is done repeatedly and
has the potential to cause complaints of Musculoskeletal Disorders (MSDs). This study aims to describe the
complaints of MSDs felt by oil palm harvesters due to non-ergonomic work postures. Data collection was
carried out in June-July 2021 at PT. Inti Energi Kaltim with a sample size of 35 oil palm harvesters. The
instrument used in collecting data on complaints of oil palm harvesters is the Nordic Body Map (NBM)
questionnaire and the assessment of work posture using the Rappid Entire Body Assessment (REBA) method.
The data were then analyzed descriptively and presented in the form of a frequency distribution table
accompanied by a narration. The results showed that the working posture of oil palm harvesters had a low risk
of experiencing MSDs as much as 5.7%, a moderate risk of 65.7%, and a high risk of 28.6%. The practice of
risky work postures resulted in 35 harvesters (100%) experiencing the most complaints of MSDs on the right
shoulder 22.9% and complaints of extreme pain in the left and right legs 11.4%. Therefore, it is suggested to oil
palm harvesters to pay attention to the position of the body posture while working to find an ergonomic work
posture so as not to cause prolonged complaints.
54
TROPHICO: Tropical Public Health Journal
Faculty of Public Health, USU
menimbulkan penyakit maupun cedera tulang menimbulkan keluhan MSDs jika tidak
belakang. Jenis akivitas yang demikian dapat dilakukan dengan postur kerja yang
dikategorikan sebagai pekerjaan yang berat ergonomis, sehingga dibutuhkan tindakan
karena memerlukan tenaga ekstra. Rangkaian untuk memperbaiki postur kerja terutama saat
kegiatan dalam panen sawit meningkatkan menggunakan egrek (Andriani & Erfani,
risiko MSDs atau gangguan otot rangka pada 2017). Hasil wawancara terhadap 10 pekerja
pemanen sawit (Fadli, 2020). diperoleh informasi bahwa pemanen kelapa
Berdasarkan Riset Kesehatan Dasar sawit diketahui bahwa pekerja merasakan
(Riskesdas) pada tahun 2018 diketahui bahwa keluhan MSDs di beberapa anggota tubuh
prevalensi penyakit MSDs di Indonesia setelah bekerja seperti kesakitan pada lengan,
melalui diagnosis dokter sebesar 7,3% dan bahu, pinggang, pergelangan tangan, paha,
berdasarkan gejala sebesar 24,7%. Prevalensi betis, lutut, leher dan bagian tubuh lainnya.
berdasarkan diagnosis dokter mengenai data Salah satu penyebab munculnya
MSDs Indonesia tertinggi berada di wilayah keluhan MSDs pada pemanen sawit karena
Aceh diikuti Bengkulu, Bali dan Papua dengan posisi kerja yang tidak alamiah. Posisi tubuh
prevalensi penderita laki-laki 6,13%. Menurut pekerja saat memanen sawit seringkali tidak
jenis pekerjaan penderita MSDs terjadi pada dilakukan secara alamiah sehingga semakin
pekerja petani/ buruh tani sebesar 9,86%, PNS meningkatkan risiko MSDs (Auliya et al.,
7,46%, dan nelayan 7,36% (Kemenkes RI, 2016). Pemanen sawit seringkali memaksakan
2018). postur kerja yang tidak alamiah untuk
Jika keluhan MSDs tidak segera menurunkan TBS dari pohon sawit.
ditangani dengan baik, maka akan menurunkan Berdasarkan uraian permasalahan sebelumnya,
produktivitas kerja karena menurunnya maka diperlukan suatu riset yang bertujuan
konsentrasi saat bekerja akibat kelelahan yang untuk mendeskripsikan praktik postur kerja
dialami (Ramadani & Sunaryo, 2022). Selain dan keluhan MSDs yang dirasakan pemanen
itu, MSDs berisiko menimbulkan kecelakaan sawit di PT. Inti Energi Kaltim.
kerja berupa kecacatan (Fahmiawati et al.,
2021). Oleh karena itu, perlunya dilakukan
upaya pencegahan agar pemanen sawit dapat Metode
terhindar dari keluhan MSDs baik yang
dirasakan saat bekerja maupun setelah bekerja. Penelitian ini merupakan jenis
Berdasarkan pengamatan awal yang observasional deskriptif. Penelitian
dilakukan peneliti di PT. Inti Energi Kaltim, dilaksanakan di bulan Juni-Juli 2021 di PT.
pekerja panen kelapa sawit bekerja dengan Inti Energi Kaltim, Kabupaten Berau. Teknik
postur kerja yang beragam dan masih manual. pemilihan sampel secara total sampling
Dalam pekerjaannya, seorang pemanen sebanyak 35 pemanen sawit. Pengumpulan
melakukan serangkaian aktivitas seperti data menggunakan kuesioner Nordic Body
memotong pelepah dan buah kelapa sawit, lalu Map (NBM) dan penilaian postur kerja melalui
memasukkannya ke dalam artco dan observasi terhadap aktivitas pemanen sawit
mendorong artco yang berisi buah kelapa sawit dengan metode Rappid Entire Body
ke tempat pengumpulan tandan buah segar Assestment (REBA). Analisis data yang
(TBS). digunakan adalah deskriptif dan ditampilkan
Selama bekerja pekerja panen kelapa bentuk tabel distribusi disertai penjelasan
sawit melakukan dengan postur tubuh yang secara narasi.
membungkuk, hal ini mengindikasikan bahwa
pekerja tidak bekerja secara ergonomi. Jika
pekerja bekerja dengan tidak ergonomis, maka Hasil
peluang mengalami keluhan MSDs pun
semakin tinggi. Pada aktivitas memanen, leher PT. Inti Energi Kaltim terletak di
pekerja selalu melihat ke atas untuk melihat Kabupaten Berau dan tercatat sebagai industri
sawit yang akan dipanen, begitu pula tangan yang bergerak di sektor perkebunan kelapa
yang harus membawa dan menggenggam alat sawit dengan produk berupa TBS (Tandan
pemotong TBS seperti dodos dan egrek, dan Buah Segar) yang siap diolah menjadi Crude
terlebih posisi kaki senantiasa berdiri cukup Palm Oil (CPO). Perusahaan ini memiliki
lama. lahan seluas ± 2.476,8 Ha terdiri dari dua
Serangkaian aktivitas pemanen sawit afdeling. Selain mengelola perkebunan milik
tersebut dilakukan secara terus-menerus akan perusahaan, PT. Inti Energi Kaltim juga
55
TROPHICO: Tropical Public Health Journal
Faculty of Public Health, USU
mengelola perkebunan milik warga setempat Pada tabel 1 tampak bahwa pemanen
dengan sistem plasma. Saat ini PT. Inti Energi kelapa sawit PT. Inti Energi Kaltim bekerja
Kaltim hanya memproduksi buah sawit dan pada postur kerja rendah sebanyak 2 responden
belum memiliki pabrik pengolahan sawit. (5,7%), sedang 23 responden (65,7%), dan
Buah kelapa sawit yang telah siap tinggi 10 responden (28,6%).
panen menggunakan dodos dan apabila pohon Postur kerja para pemanen sawit
sudah mencapai tinggi > 2 meter digunakan dengan kategori demikian akan memudahkan
egrek. Adapun serangkaian kegiatan pada timbulnya berbagai keluhan MSDs di beberapa
panen sawit terdiri dari pemotongan pelepah titik otot skeletal seperti rasa sakit, pegal dan
dan TBS, lalu mengumpulkannya di satu bahkan kram. Adapun jenis keluhan MSDs
tempat tertentu menggunakan kereta angkut. pada bagian tubuh tertentu yang dirasakan oleh
Postur kerja pemanen sawit pada saat pemanen sawit terlihat pada tabel 2 berikut :
menurunkan TBS dilakukan pada posisi berdiri
dengan sikap leher menengok ke arah atas Tabel 2
pohon, bagian punggung condong ke depan Bagian Tubuh Pemanen Sawit PT. Inti Energi
atau membungkuk, sikap tubuh yang Kaltim yang Mengeluhkan MSDs
dimiringkan mengikuti arah jatuhnya TBS, dan
BaBagian Tubuh TS S SS
kaki yang seringkali tidak pada posisi stabil
Leher bagian atas 30 1 0
dan ditekuk.
Leher bagian bawah 25 3 0
Pada gambar 1 di bawah ini Bahu sebelah kiri 29 3 0
menunjukkan postur kerja pemanen sawit di Bahu sebelah kanan 24 8 0
PT. Inti Energi Kaltim saat menurunkan TBS. Lengan atas bagian kiri 30 2 0
Bagian punggung 31 3 0
Lengan atas bagian kanan 30 2 0
Bagian pinggang 30 2 0
Bokong 35 0 0
Bagian pantat 35 0 0
Siku tangan kiri 33 2 0
Siku tangan kanan 33 2 0
Lengan bawah t. Kiri 29 3 0
Lengan bawah t. Kanan 29 3 0
Pergelangan t. kiri 32 2 0
Pergelangan t. kanan 31 3 0
Tangan kanan 32 3 0
Tangan kiri 32 3 0
Paha sebelah kiri 34 1 0
Paha sebelah kanan 34 1 0
Gambar 1. Pemanen Sawit Saat Menurunkan TBS Lutut sebelah kiri 35 0 0
Lutut sebelah kanan 35 0 0
Hasil pengukuran postur kerja Betis kaki kiri 29 6 0
Betis kaki kanan 31 4 0
pemanen sawit melalui perhitungan REBA.
Pergelangan kaki kiri 35 0 0
Setelah dilakukan penentuan skoring, Pergelangan kaki kanan 35 0 0
selanjutnya dikelompokkan menjadi tiga Kaki sebelah kiri 28 4 2
kategori yaitu rendah, sedang dan tinggi. Kaki sebelah kanan 28 4 2
Adapun jumlah pemanen sawit berdasarkan
kategori tersebut dapat dilihat pada tabel 1 di Keluhan sakit terbanyak pada bahu
bawah ini : sebelah kanan sebanyak 8 responden dan
diikuti betis kaki kiri 6 responden. Sedangkan
Tabel 1 keluhan sangat sakit dialami pemanen sawit
Distribusi Frekuensi Kategori Pengukuran Postur pada bagian kaki kiri dan kaki kanan masing-
Kerja dengan Metode REBA pada Pemanen Sawit
masing sebanyak 2 responden.
PT. Inti Energi Kaltim
Postur Kerja Frekuensi % Adapun keluhan MSDs berdasarkan
Sedang 23 65,7 tingkat keluhan pada pemanen sawit PT. Inti
Tinggi 10 28,6 Energi Kaltim dikelompokkan menjadi
Rendah 2 5,7 keluhan rendah, sedang, tinggi, dan sangat
Total 35 100 tinggi. Jenis keluhan MSDs yang dialami
pemanen kelapa sawit PT. Inti Energi kaltim
56
TROPHICO: Tropical Public Health Journal
Faculty of Public Health, USU
akan disajikan pada tabel 3 berikut : lama berdampak buruk seperti cedera. Posisi
kerja yang salah atau tidak ergonomis yang
Tabel 3 dipraktikkan pekerja dalam bekerja akan
Keluhan MSDs yang Dialami Pemanen Sawit PT. mempercepat pekerja mengalami kelelahan
Inti Energi Kaltim dan bahkan berisiko 2,5 kali lebih
Tingkat Keluhan Frekuensi % besar mengalami gangguan tulang belakang
Rendah 34 97,2 pekerja dibandingkan bekerja dengan postur
Sedang 1 2,8
kerja yang ergonomis (Rizeki Dwi Fibriansari,
Total 35 100
Arista Maisyaroh, 2018).
Selain gangguan pada tulang belakang,
Tabel 3 menunjukkan bahwa sebagian
pemanen sawit juga berpotensi mengalami
besar pemanen sawit mengeluhkan MSDs
kecelakaan kerja. Bahkan kejadian kecelakaan
dengan kriteria rendah sebanyak 34 responden
kerja selalu dialami oleh pemanen TBS dan hal
(97,2%) dan hanya 1 pemanen (2,8%) yang
ini tentu menimbulkan sejumlah kerugian bagi
mengeluhkan MSDs sedang.
perusahaan (Nur, 2020). Berbagai upaya telah
dilakukan perusahaan termasuk upaya
perlindungan berupa penyediaan alat
Pembahasan pelindung keamanan akan tetapi kejadian
kecelakaan masih tetap terjadi (Rahmi, 2022).
Umumnya keluhan MSDs yang Upaya pencegahan kecelakaan kerja
dirasakan oleh pekerja disebabkan karena termasuk mencegah timbulnya keluhan MSDs
kontraksi otot yang berlebihan akibat pada pemanen sawit merupakan hal penting
pemberian beban kerja yang diberikan untuk diterapkan oleh pekerja. Upaya
melebihi dari kemampuan pekerjanya (Utami pencegahan dapat dilakukan secara optimal
et al., 2017). Pekerjaan panen sawit merupakan disesuaikan dengan penyebab timbulnya
jenis pekerjaan berat karena membutuhkan keluhan MSDs yang dialami pemnen sawit.
tenaga dalam melakukan aktivitasnya sehingga Berbagai faktor penyebab timbulnya keluhan
semua pemanen sawit di PT. Inti Energi MSDs pada pemen sawit seperti postur kerja
Kaltim mengalami keluhan MSDs. (Sang et al., 2013). Postur kerja yang tidak
Aktivitas seorang pemanen sawit yang dipraktikkan dengan benar akan menimbulkan
begitu beragam mulai dari menurunkan TBS keluhan MSDs pada pemanen sawit (Prabawati
hingga pengangkutan ke tempat pengumpulan & Lidiana, 2021).
TBS dan dilakukan secara manual dan terus- Postur kerja pemanen sawit pada
menerus berisiko tinggi mengalami keluhan umumnya dilakukan dengan posisi yang sama.
MSDs. Dalam melakukan aktivitas panen Pemanen sawit antara satu dengan yang
sawit, seluruh anggota tubuh pemanen sawit lainnya memiliki kemiripan postur kerja pada
bergerak dan memperoleh tekanan sehingga saat aktivitas panen. Umumnya seorang
keluhan yang dirasakan oleh pemanen sawit pemanen sawit melakukan proses panen posisi
terjadi di seluruh bagian tubuh mulai dari punggung membungkuk, leher yang
bagian kaki hingga leher pemanen sawit. mendongak secara terus-menerus, dan posisi
Keluhan di bagian tubuh seorang lutut menekuk.
pemanen sawit disebabkan dari proses kerja Postur kerja yang dpraktikkan oleh
pemanen dengan menggunakan enggrek saat pemanen sawit menyebabkan sejumlah
memotong pelepah sawit dan TBS. Selain itu, anggota tubuh seperti bagian bahu, leher, dan
pemanen sawit mengangkat TBS yang cukup punggung semakin berisiko mengalami MSDs
berat dengan posisi leher rata-rata melakukan (Arsi et al., 2020). Pemanen sawit rata-rata
pergerakan > 20⁰. Pada proses pengambilan mengeluhkan MSDs pada bagian bagian
TBS di pohon sawit yang tinggi, seorang punggung, bahu kanan, pinggang, dan bagian
pemanen mengangat lengan bagian atas yang betis (Fiatno & Aliza, 2021). Keluhan-keluhan
cukup tinggi rata-rata 45°-90°. Postur kerja tersebut juga dirasakan oleh pemanen di PT.
pemanen sawit yang demikian meningkatkan Inti Energi Kaltim seperti keluhan kesakitan
risiko mengalami keluhan MSDs baik pada bagian bahu hingga kaki saat bekerja.
langsung dirasakan saat bekerja maupun sesaat Postur kerja yang dilakukan secara
tidak ergonomis tidak hanya berdampak pada
setelah bekerja.
keluhan MSDs pemanen sawit, tetapi juga
Aktivitas pemanen sawit dengan akan berdampak buruk pada produktivitas
postur kerja yang dilakukan secara tidak pekerja. Oleh karena itu, perlunya dilakukan
alamiah (Surya, 2017), dan berlangsung cukup upaya pencegahan terutama pada perbaikan
57
TROPHICO: Tropical Public Health Journal
Faculty of Public Health, USU
postur kerja pemanen sawit agar tidak Arsi, F., Raimona, H., & Afrinaldi, F. (2020).
mengalami keluhan MSDs yang Perbaikan Postur Kerja Proses Muat
berkepanjangan. Kelapa Sawit Berdasarkan Metode
Selang Alami Gerak (SAG).
Kesimpulan INVOTEK; Jurnal Inovasi Vokasional
Dan Teknologi, 20(1), 1–12.
Hasil penelitian yang dilakukan di PT. https://doi.org/10.24036/invotek.v20i1
Inti Energi Kaltim dapat disimpulkan bahwa .710
hasil pengukuran postur kerja berdasarkan Auliya, A., Raharjo, W., & Irsan, A. (2016).
perhitungan REBA dapat dikategorikan postur Gambaran Posisi Kerja yang
kerja yang berisiko rendah mengakibatkan Menyebabkan Risiko Kejadian
keluhan MSDs sebanyak 5,7%, sedang 65,7%, Musculoskeletal Disorders Pada
dan postur kerja dengan kategori berisiko Pekerja Panen Kelapa Sawit PT.
tinggi sebanyak 28,6%. Postur kerja yang Perkebunan Nusantara XIII
dinilai tidak ergonomis pada saat proses panen Kabupaten Sanggau Kalimantan
sawit menimbulkan keluhan MSDs pada Barat.
semua pemanen sawit baik tingkat keluhan Fadli, A. (2020). Analisis Ergonomi Proses
rendah 97,2% dan tingkat keluhan sedang Muat Kelapa Sawit Manual Untuk
2,8%. Keluhan yang paling banyak dialami Mengurangi Risiko Muskuloskeletal
oleh pemanen sawit pada bahu kanan. Keluhan Disorders (MSDs) Pada Pekerja. In
sakit lainnya yang dialami pekerja panen http://scholar.unand.ac.id (Issue 1).
kelapa sawit yaitu pada bagian leher atas, leher http://repository.usu.ac.id/bitstream/12
bawah, bahu kiri, lengan atas kiri, punggung, 3456789/23790/4/Chapter I.pdf
lengan atas kanan, pinggang, siku kiri dan Fahmiawati, N. A., Fatimah, A., &
kanan, lengan bawah kiri dan kanan, Listyandini, R. (2021). Faktor-Faktor
pergelangan tangan kiri dan kanan, tangan yang Berhubungan Dengan Keluhan
kanan dan kiri, paha kiri dan kanan, betis kiri MSDs Pada Petani Padi di Desa
dan kanan. Oleh karena itu, pemanen sawit Neglasasi Kecamatan Purabaya
sebaiknya memperhatikan posisi postur tubuh Kabupaten Sukabumi. Jurnal
saat bekerja agar dapat mengurangi waktu Mahasiswa Kesehatan Masyarakat,
mempertahankan sikap kerja yang tidak 4(5), 412–422. http://ejournal.uika-
alamiah. Selain itu, pemanen sawit sebaiknya bogor.ac.id/index.php/PROMOTOR
melakukan peregangan disela-sela pekerjaan Fiatno, A., & Aliza, N. (2021). Pernerapan
yang dilakukan untuk mengurangi kelelahan Ergonomi di Industri Kelapa Sawit
otot berlebihan. Menggunakan Metode Ovako
Working Analysis System Pada
Stasiun Pernyortiran TBS (Studi Kasus
Ucapan Terima Kasih di PT. XYY). Jurnal Teknik Industri
Terintegrasi, 3(2), 1–5.
Terima kasih kepada pihak manajemen https://doi.org/10.31004/jutin.v3i2.134
PT. Inti Energi Kaltim di Kabupaten Berau 5
yang telah mengizinkan dilakukan penelitian di Kemenkes RI. (2018). Hasil Riset Kesehatan
area perkebunan sawit untuk wawancara dan Dasar Tahun 2018. In Kementrian
observasi langsung aktivitas para pemanen Kesehatan RI (Vol. 53, Issue 9).
sawit. Nur, M. (2020). Analisis Sistem Kesehatan dan
Keselamatan Kerja Dengan Metode
Ecfa di PT. XYZ. Industrial
Daftar Pustaka
Engineering Journal, 9(2), 1–7.
https://doi.org/10.53912/iejm.v9i2.565
Andriani, M., & Erfani, E. (2017).
Prabawati, R. K., & Lidiana, E. (2021). Profil
Perancangan Ulang Egrek yang
Pekerja Pemanen Kelapa Sawit Bagian
Ergonomis Untuk Meningkatkan
Cutting Egrek. Herb-Medicine
Produktivitas Pekerja Pada Saat
Journal, 4(2), 23.
Memanen Sawit. JISI : JJurnal
https://doi.org/10.30595/hmj.v4i2.993
Integrasi Sistem Industri, 4(2), 119–
1
128.
Rahmi, F. M. (2022). Perlindungan Hukum
https://doi.org/10.24853/jisi.4.1.pp-pp
Bagi Pekerja Yang Mengalami
58
TROPHICO: Tropical Public Health Journal
Faculty of Public Health, USU
59
TROPHICO: Tropical Public Health Journal
Faculty of Public Health, USU
Abstrak
Salah satu jenis program Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) adalah peserta Penerima Bantuan Iuran (PBI), yang
iurannya dibiayai oleh pemerintah, untuk memudahkan masyarakat dalam mengakses pengobatan. Namun dari
data kunjungan peserta PBI tahun 2020, lebih dari 95 persen Puskesmas Kabupaten Deli Serdang mengalami
tren penurunan selama Tahun 2020. Penelitian bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang memengaruhi
pemanfaatan puskesmas melalui variabel karakteristik (pendidikan, pekerjaan dan penghasilan), faktor
sosiopsikologis (persepsi kesehatan, persepsi pelayanan kesehatan dan persepsi tentang JKN) dan
keterjangkauan (informasi dan biaya transportasi). Jenis penelitian ini adalah cross-sectional dengan sampel
berjumlah 107 dari 7.317 populasi. Penelitian ini dilakukan di Puskesmas Sei Semayang dan Puskesmas
Kenangan. Teknik pengambilan sampel dilakukan dengan simple random sampling. Analisis data dilakukan
dengan menggunakan uji bivariat (chi-square) dan multivariat (regresi logistik berganda). Hasil penelitian
menunjukkan peserta PBI JKN yang memanfaatkan puskesmas sebesar 57,9%. Faktor yang memengaruhi
pemanfaatan puskesmas adalah variabel pendidikan, persepsi pelayanan kesehatan, persepsi tentang JKN,
keterjangkauan informasi dan biaya transportasi.di Kabupaten Deli Serdang tahun 2020. Variabel yang paling
dominan yaitu persepsi tentang JKN dengan nilai Exp (B) 11,095 (95% CI 3,199 – 38,484) artinya peserta PBI
yang persepsi tentang JKN baik kemungkinan 11.095 kali lebih besar untuk memanfaatkan puskesmas
dibandingkan peserta PBI yang persepsi tentang JKN buruk. Penelitian ini menyimpulkan bahwa pemanfaatan
puskesmas oleh peserta PBI di Kabupaten Deli Serdang sangat rendah, hal ini dikarenakan kurangnya
pemahaman dari peserta PBI, tentang hak dalam pemanfaatan pelayanan Kesehatan. Karena itu diharapkan agar
semua bidang terkait memberikan informasi kepada peserta PBI, agar tingkat kunjungan dapat meningkat.
Abstract
One of the National Health Insurance (JKN) programs is the recipient is Contribution Assistance Recipient
(PBI) participants, is financed by the government, to ease the community in accessing medication. However,
based on the PBI participant’s visit data for 2020 more than 95 percent of Puskesmas (community health center)
of Deli Serdang Regency have a declining trend during 2020. The research aims to find out the affecting factors
of Puskesmas utilization through characteristic variables (education, job and income), socio-psychological
(health perception, health services and perception and perception concerning JKN) and coverage (information
and transportation fee). This is a cross-sectional research type with samples of 107 from the population of 7.317
taken with a simple random sampling method. The research shows that PBI JKN participants who utilized
puskesmas are 57.9%. Affecting factors of puskesmas utilization in Deli Serdang Regency of 2020 are education,
health services perception concerning JKN, information coverage and transportation fee. The most dominant
variable is perception concerning JKN with Exp value (B) is 11.095 (95%CI 3199 – 38,484), which means PBI
participants with good perception concerning JKN have the possibility of 11.095 times greater to utilize
Puskesmas compare to those with poor perception concerning JKN. The study concludes that Puskesmas
utilization by PBI participants in Deli Serdang is very low due to a lack of understanding from the PBI
participants concerning the rights of health service utilization. Therefore all related elements are expected to
provide information for PBI participants so that the visit rate improves.
60
TROPHICO: Tropical Public Health Journal
Faculty of Public Health, USU
Pendahuluan miskin. Sementara para peserta bukan
penerima bantuan merupakan peserta yang
Kesehatan mempunyai peran yang berkewajiban melakukan pembayaran
penting dalam kehidupan sehari-hari sehingga sendirian berupa iuran yakni Pekerja Penerima
dengan meningkatnya standar kesehatan yang Upah (PPU) termasuk anggota keluarga yang
sangat berperan tersebut suatu negara tergolong para pekerja di perusahaan baik
diperlukan adanya pelayanan kesehatan yang perusahaan swasta maupun perusahaan
lebih baik. Arti dari pelayanan kesehatan pemerintah (Perpres No 64 tahun 2020).
merupakan upaya yang dilakukan oleh Sementara para pekerja yang bukan penerima
individu maupun suatu kelompok organisasi upah atau dikenal dengan PBU merupakan
dalam upaya memelihara serta meningkatkan para pekerja yang mandiri dan diluar hubungan
kesehatan dan pemulihan yang terjadi pada kerja dan terakhir peserta Bukan Pekerja (BP)
kesehatan masing-masing individu maupun berikut anggota keluarga.
kelompok dalam upaya melakukan pencegahan Puskesmas merupakan penyedia
dan mengobati dari adanya penyakit sarana prasarana pada pelayanan kesehatan
(Kemenkes, 2012). dalam upaya pelaksanaan kesehatan bagi
Berdasarkan aturan dari UU No 40 individu maupun kelompok dengan
Tahun 2004 yang membahas mengenai sistem mementingkan upaya preventif dan promotive
jaminan nasional serta pada UU No 24 Tahun yang berguna dalam mengupayakan derajat
2011 yang membahas mengenai badan kesehatan suatu individu maupun kelompok
penyelenggaraan jaminan sosial dimana telah masyarakat. Bagi masyarakat yang telah
dilaksanakan sejak pada tanggal 1 Januari melakukan pendaftaran di BPJS akan
2014 dimana dimaksudkan sebagai upaya mendapatkan sponsor yang dilakukan oleh
dalam memenuhi berbagai kebutuhan yang APBN maupun APBD yang telah melakukan
dilakukan masyarakat untuk melaksanakan pengobatan pada kesehatan yang telah
pembayaran yang telah dibahas (Undang- ditentukan. Hal ini dimaksudkan puskesmas
Undang No. 40 Tahun 2004). Pada menjadi salah satu jalur bagi peserta PBI
penyelenggaraan dan pelaksanaan program dalam mendapatkan fasilitas pengobatan
yang telah dilakukan oleh SJSN program (Permenkes RI Nomor 75 Tahun 2014).
jaminan sosial dimana setiap individu dapat Sebanyak jumlah penduduk 1.878.399
mendapatkan jaminan sosial yang berbentuk di Kabupaten Deli Serdang memiliki 122
berupa perlindungan sosial. Terutama pada kecamatan pada tahun Desember 2020.
Jaminan Kesehatan Masyarakat Menurut data dari BPJS peserta yang telah
(JAMKESMAS) serta Jaminan Kesehatan terdaftar pada JKN dan KIS berjumlah
Daerah (JAMKESDA) dimana program ini 1.086.182 penduduk atau sebanyak 57,8% dari
berkaitan dengan kebutuhan pada masyarakat jumlah penduduk Deli. Sementara untuk
yang kurang mampu. Sementara pada para penduduk yang tidak mendaftarkan diri ke
karyawan yang bekerja pada negeri sipil, dalam JKN-KIS sebanyak 545.163 penduduk
jaminan sosial, veteran serta mendapatkan atau setara dengan 50,1% dari total jumlah
penerimaan dana pensiun serta para pekerja penduduk hal ini juga termasuk pada PBI
pada jaminan sosial swasta melalui PT APBD dengan total sebanyak 160.522 atau
Jamsostek (Persero) serta PT Askes (Persero) setara dengan 29,7% dan yang telah terdaftar
(Undang-Undang No. 40 Tahun 2004). di PBI sebanyak 19.130 penduduk atau setara
Program Jaminan Kesehatan ialah dengan 3,5% Provinsi Sumatera Utara (BPJS
pelaksanakan pada setiap individu yang telah Kesehatan Deli Serdang, 2018).
melakukan pekerjaan minimal 6 bulan Fasilitas kesehatan yang berada di
sehingga dapat memiliki program BPJS atau Kabupaten Deli terdapat 34 puskesmas yang
biasa disebut dengan program jaminan terdiri dari 6 non rawat inap dan 28 puskesmas
kesehatan nasional dimana setiap karyawan terdiri dari rawat inap. Berdasarkan sebaran
melaksanakan pembayaran iuran. Para peserta dari setiap wilayah yang berada di Provinsi
yang dapat menerima program jaminan Kabupaten Deli tersebar diseluruh sub bagian
kesehatan terbagi menjadi dua yakni peserta yang harus dimaksimalkan sebagai upaya
penerima bantuan iuran dan peserta yang dalam melayani pengobatan bagi masyarakat
bukan penerima bantuan. Para peserta yang yang telah terdaftar di PBI. Akan tetapi
telah mendapatkan penerimaan bantuan sebagian besar pengunjung mengalami
merupakan peserta yang tidak mampu dalam penurunan pada tahun 2020 bagi peserta PBI di
menunjang kehidupannya serta para fakir Kabupaten Deli.
61
TROPHICO: Tropical Public Health Journal
Faculty of Public Health, USU
Sementara hasil temuan pada data Berdasarkan survei awal masyarakat
kunjungan PBI yang telah dilakukan oleh memiliki rasa yang kurang aman dalam
BPJS Kesehatan di tahun 2021. Puskesmas melakukan pengobatan di puskesmas yang
yang memiliki cakupan terendah pada diakibatkan oleh adanya pandemic Covid-19
kunjungan PBI kurang dari 5% dimana sebaran yang sesuai dengan lokasi dari penelitian
puskesmas pada puskesmas Sei Semayang berlangsung, dimana masyarakat belum
sebanyak 3,20%, puskesmas Petumbukan memahami manfaat PBI JKN yang mereka
sebanyak 4,9%, Puskesmas Tanjung Rejo dapatkan ketika menerima pelayanan medis
sebanyak 3,68% serta puskesmas Kenangan yang sesuai dengan fasilitas medis baik
sebanyak 2,60% (BPJS Kesehatan Deli pertama maupun lanjutan. Saat ditanya tentang
Serdang, 2018). Pada penelitian ini, peneliti manfaat kartu JKN, mereka baru paham
menggunakan 2 fokus sorotan yang mewakili bahwasanya sakit bisa berobat ke Rumah sakit.
tingkat cakupan pemeriksaan yang memiliki Tetapi untuk manfaat .lebih dalam kartu JKN
karakteristik yang sama serta PBI yang rendah seperti pemanfaatan puskesmas baik dalam
yakni puskesmas Sei Semayang dan kunjungan sehat maupun kunjungan sakit
puskesmas Kenangan yang memiliki tingkat mereka tidak tahu. Peserta juga mengaku
kunjungan pada puskesmas sebanyak kurang belum pernah mendapatkan informasi
dari 5%, juga karena menuju lokasinya di langsung tentang manfaat menjadi peserta.PBI
daerah pedesaan yang menyebabkan menjadi JKN, baik dari Dinas Sosial, Dinas Kesehatan
faktor pemungkin rendahnya pemanfaatan maupun dari BPJS Kesehatan. Karena jumlah
puskesmas oleh peserta PBI. peserta PBI JKN sangat.besar maka tidak
Berdasarkan dari data mengenai mungkin untuk memberikan informasi secara
pemanfaatan fasilitas pelayanan kesehatan langsung karena jumlah peserta yang sangat
terdapat penyebab dari adanya beberapa faktor besar, maka tidak mungkin untuk memberikan
yakni (1) biaya yang relatif mahal; (2) informasi secara langsung karena jumlah
memiliki jarak yang jauh; (3) tidak peserta yang banyak dan kebutuhan akan
diketahuinya fasilitas yang sesuai dengan forum yang besar.
kapasitas; serta (4) terdapat tradisi yang dapat Penelitian ini mencoba memahami
menyusahkan penggunaan fasilitas (Kemenkes secara detail mengenai berbagai faktor yang
Kesehatan RI, 2009). Berdasarkan pendapat menjadi latar belakang dari penyebab
dari Becker (1974) dalam dalam rendahnya pemanfaatan dari penggunaan
(Notoatmodjo, 2005), menyatakan bahwa puskesmas yang dilakukan oleh peserta PBI di
terdapat beberapa komponen yang dapat Kabupaten Deli Serdang yang berhubungan
memberikan pengaruh pada pelayanan dengan Pendapatan, Pendidikan serta
kesehatan yakni faktor pendukung, komponen pekerjaan dari masing-masing karakteristik
tingkat keparahan dan faktor predisposisi, peserta PBI, serta faktor dari psikososial yang
faktor pendukung meliputi sumber daya berhubungan dengan latar belakang sehat,
keluarga serta komunitas, faktor predisposisi aksesibilitas pelayanan kesehatan serta dari
meliputi struktur kepercayaan, sosial dan faktor keterjangkauan informasi. Sehingga
demografi. Sementara pada komponen peneliti ingin mengetahui mengenai ―faktor-
tingkatan meliputi keparahan dari penyakit faktor yang memengaruhi pemanfaatan
yang dialami pasien. Menurut pendapat dari puskesmas.oleh peserta PBI JKN di Kabupaten
(Anderson, 1975) menyatakan bahwa terdapat Deli Serdang tahun 2020‖.
tiga faktor yang dapat memberikan pengaruh
pada penggunaan dari pelayanan kesehatan Metode
yaitu karakteristik kapasitas, kebutuhan, dan
karakteristik predisposisi. Karakteristik Metode penelitian yang digunakan
predisposisi memiliki makna yang sama dalam penelitian ini adalah metode penelitian
dengan (Becker, 2010), karakteristik kuantitatif. Peneliti menggunakan sampel dan
kebutuhan memiliki makna dimana penilaian populasi dari jumlah keseluruhan peserta yang
diri dalam menghadapi tantangan dari penyakit telah melakukan kunjungan PBI dari 34
yang dialaminya, sementara karakteristik puskesmas dimana sebanyak 541,151
kapasitas meliputi sumber daya keluarga penduduk yang telah terdaftar di (BPJS
misalkan mempunyai hasil pendapatan yang Kesehatan Deli Serdang, 2018). Sedangkan
cukup dalam upaya menjangkau fasilitas jumlah populasi untuk sampel wilayah yaitu di
pelayanan kesehatan (Notoatmodjo, 2005) puskesmas Kenangan terdapat 4530 (62% dari
populasi) peserta PBI dan pada puskesmas Sei
62
TROPHICO: Tropical Public Health Journal
Faculty of Public Health, USU
Semayang terdapat 2787 (38% dari populasi) Kesehatan Nasional .(JKN) di Kabupaten
peserta PBI, jadi total jumlah populasi adalah Deli Serdang
7.317 orang. Peneliti menggunakan teknik
pengambilan data dengan simple random Tabel 2
sampling. Pelaksanaan analisis data dapat Tabulasi Silang Hubungan Karakteristik
dilakukan dengan menggunakan multivariat Peserta PBI dengan Pemanfaatan Puskesmas di
Kabupaten Deli Serdang Tahun 2020
(regresi logistik berganda) serta uji bivariat
Pemanfa
(chi-square). Vari
atan Puskesmas T
abel P
T Y otal
Hasil Karakteristik -Value
idak a
Peserta PBI
n % n % n %
Deskripsi Karakteristik Peserta Penerima Pend
Bantuan Iuran (PBI) idikan
Re 2 9 7 2 1
Tabel 1 2
ndah 5 2,6 ,4 7 00 0
Deskripsi Karakteristik Peserta PBI di Kabupaten M 3 5 3 4 6 ,0001
1
Deli Serdang Tahun 2020 enengah 5 2,2 2 7,8 7 00
Karakteristik responden Jumlah Persent Ti 1 1 8 1 1
(orang) ase 2
nggi 5,4 1 4,6 3 00
Pendidikan Peke
Rendah (Tidak tamat 27 25,2 rjaan
SD, tamat SD)
Menengah (Tamat 67 62,6 1 6 1 3 2 1 0
Tidak
SMP, tamat SMA) 6 1,5 0 8,5 6 00 ,843
bekerja
Tinggi 13 12,1 4 5 3 4 8 1
(Akademi/sarjana) Bekerja 6 6,8 5 3,2 1 00
Pekerjaan 26 24,3 Peng
Tidak bekerja 81 75,7 hasilan
Bekerja 2 6 1 4 3 1
Penghasilan 35 32,7 Rp <1 juta 1 0,0 4 0,0 5 00 0
RP <1 juta 46 43,0 R 2 6 1 3 4 ,362
1
Rp ≥1-2 juta 26 24,3 p ≥1-2 juta 9 3,0 7 7,0 6 00
Rp ≥2-3 juta 0 0 R 1 4 1 5 2 1
Rp ≥3 juta p ≥2-3 juta 2 6,2 4 3,8 6 00
70
TROPHICO: Tropical Public Health Journal
Faculty of Public Health, USU
Riwayat asi eksklusif dengan kejadian stunting pada anak berusia 2 sampai
5 tahun: Studi literatur
History of exclusive breastfeeding with stunting by children aged 2 to 5 years
old: A literature review
Natasha Puteri Trisira1*, Widya Anisa2, Retno Danthi Shafira3, Sri Malemna Br Barus4
1,2,3,4
Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat, Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Sumatera
Utara, Medan, Indonesia
1*
ntrisira@gmail.com, 2 niniswidya863@gmail.com, 3shafiragalaxy@gmail.com,4srimalemna78@gmail.com
Abstrak
Terganggunya pertumbuhan anak dimana tinggi badannya tidak sesuai dengan usia disebut stunting. Indonesia
menjadi negara peringkat tiga dengan prevalensi stunting yang tinggi di Asia Tenggara pada tahun 2017,
berdasarkan Studi Status Gizi Indonesia (SSGI) prevalensi balita di Indonesia dengan kasus stunting adalah
27,7% pada 2019 dan 24,4% pada 2021. Pada dasarnya kasus stunting bisa dicegah dengan terpenuhinya gizi
pada 1.000 HPK dan asupan ASI eksklusif secara optimal sejak berusia 0 sampai 24 bulan. Penelitian bertujuan
menganalisis riwayat diberikannya ASI secara eksklusif dengan terjadinya stunting oleh anak berusia 2 sampai 5
tahun yang ditemukan dalam berbagai literatur, dengan disain penelitian menggunakan metode literature review
dimana sumber artikel publikasi dalam penelitian diperoleh dari Google Schoolar dan Garuda menggunakan kata
kunci: stunting, ASI, dan balita. Kriteria inklusi dalam studi literatur ini adalah penelitian tentang keterkaitan
diberikannya ASI secara eksklusif dengan terjadinya stunting oleh anak berusia 2 sampai 5 tahun dan artikel
penelitian yang dipublikasi antara tahun 2018 – 2021. Hasil yang didapat dalam pencarian jurnal, sebanyak 22
jurnal yang sesuai dengan judul penelitian namun hanya 6 jurnal diantaranya yang sesuai dengan tujuan dan
kriteria inklusi. Berdasarkan analisis dari beberapa jurnal, hasil yang didapat dari penelitian bahwa ada
keterkaitan diberikannya ASI secara eksklusif dengan terjadinya stunting pada anak berusia 2 sampai 5 tahun.
Abstract
Disruption of children's growth where their height and weight do not match their age is called stunting.
Indonesia became the third country with a high prevalence of stunting in Southeast Asia in 2017, based on the
Indonesian Nutrition Status Study (SSGI), the prevalence of stunting by 27.7% in 2019 and 24.4% in 2021 in
Indonesia. Basically stunting cases can prevented by fulfilling nutrition at nutrition in 1,000 HPK and optimal
intake of exclusive breastfeeding since the age of 0 to 24 months. This study aims to analyze the history of
exclusive breastfeeding with the occurrence of stunting by children aged 2 to 5 years found in various
literatures, with the research design using the literature review method where the source of the published
articles in the study was obtained from Google Schoolar and Garuda using the keywords: stunting, breast milk,
and toddlers. The inclusion criteria this literature study was research related to the relationship betweens
exclusive breastfeeding and the occurrence of stunting by children aged 2 to 5 years and research articles
published between 2018-2021. The results obtained a search for journals, as many as 22 journals were
accordance with a title of study, but 6 of them matched the objectives and inclusion criteria. Based on analysis
from several journals, the results obtained from the study showed that there was a link between exclusive
breastfeeding and the occurrence of stuntiing in children aged 2 to 5 years.
71
TROPHICO: Tropical Public Health Journal
Faculty of Public Health, USU
peningkatan. Menurunnya ekonomi keluarga mendasar serta masalah umum bagi kesehatan
dan kasus Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) masyarakat khususnya penanganan penurunan
berhubungan dengan sulitnya ketersediaan kejadian stunting (Badan Pusat Statistik,
makanan serta pelayanan kesehatan (Unicef 2021).
dan SUN Factsheet, 2020). Balita di dunia ada Anak usia 2-5 tahun adalah kelompok
sekitar 150,8 juta yang mengalami stunting, masyarakat yang sangat rentan untuk terkena
kelainan-kelainan gizi, sedangkan di usia
83,6 juta (55%) diantaranya berasal dari Asia.
tersebut masih terjadi proses yang pesat dalam
Penyebaran terbesar yaitu 58,7% di Asia pertumbuhan (Azriful et al., 2018). Tumbuh
bagian Selatan dan terkecil yaitu 0,9% di Asia kembang balita dapat terpenuhi secara
bagian Tengah. Negara Indonesia adalah sempurna apabila sejak enam bulan pertama
negara yang menduduki peringkat 3 tertinggi kehidupannya diberikan ASI secara eksklusif
di regional se-Asia Tenggara pada tahun 2017 (Purnamasari & Rahmawati, 2021). Saat ini
(Izwardy, 2020). telah banyak publikasi yang menghubungkan
Berdasarkan Studi Status Gizi riwayat diberikannya ASI secara eksklusif
Indonesia (SSGI), prevalensi balita di dengan terjadinya penyakit stunting, namun
Indonesia dengan kasus stunting adalah 27,7% masih sedikit publikasi dengan metode studi
pada tahun 2019 dan 24,4% tahun 2021. literatur yang memfokuskan riwayat
Penyebab kejadian stunting terdiri dari faktor diberikannya ASI secara eksklusif dengan
langsung maupun tidak langsung. Faktor terjadinya penyakit stunting oleh anak berumur
2 hingga 5 tahun. Dengan demikian, penelitian
makanan, diare, dan imunisasi lengkap adalah
ini memiliki tujuan untuk menganalisis
penyebab secara langsung. Sedangkan keterkaitan riwayat diberikannya ASI secara
keluarga tidak memiliki sanitasi layak, eksklusif terhadap terjadinya penyakit stunting
kerawanan pangan, dan tidak dipantaunya oleh anak berusia 2 sampai 5 tahun yang
pertumbuhan balita secara rutin adalah ditemukan dalam berbagai literatur.
penyebab secara tidak langsung (Izwardy,
2020). Metode
Kementrian Desa PDTT Tahun 2017
mengatakan kejadian stunting dapat Metode literature review adalah disain
berdampak buruk dalam kurun waktu pendek yang digunakan dalam penelitian. Secara
dan panjang. Kurun waktu pendek dapat sistematis, tahapan studi literature berpedoman
meningkatkan kesakitan, kematian, biaya pada PRISMA dimana sumber artikel publikasi
kesehatan, serta tidak optimalnya ilmiah diperoleh melalui Google Schoolar dan
perkembangan motorik, kognitif, dan verbal Garuda menggunakan beberapa kata kunci,
anak. Sedangkan jangka panjang menyebabkan seperti: ASI eksklusif, stunting, dan balita.
tinggi badan tidak sesuai usianya, obesitas, Adapun kriteria inklusi yang peneliti
kesehatan reproduksi menurun, kurangnya tetapkan pada kajian literatur ini, yaitu: 1)
konsentrasi belajar dan produktivitas kerja. Penelitian menjelaskan adanya keterkaitan
Oleh karena itu, stunting menjadi bagian dalam riwayat diberikannya ASI secara eksklusif
fokus utama SDGs untuk menghilangkan terhadap terjadinya penyakit stunting oleh anak
kasus kelaparan, malnutrisi, dan mencapai berusia 2 sampai 5 tahun, 2) Peneliti
ketahanan pangan pada tahun 2030 sehingga membatasi pencarian artikel penelitian antara
pada tahun 2025 angka stunting dapat tahun 2018 sampai 2021. Kriteria ekslusi,
mencapai target penurunan hingga 40% yaitu: artikel - artikel yang tidak
(Kemenkes RI, 2017). menggambarkan hasil dan topik secara jelas.
Stunting dicegah dengan asupan gizi Melalui pencarian publikasi
selama 1.000 HPK dan asupan ASI eksklusif menggunakan kata kunci, didapatkan 6
secara optimal sejak berusia 0-24 bulan publikasi yang memenuhi kriteria inklusi,
(Larasati et al., 2018). Pemberian ASI secara kriteria eksklusi, dan tujuan penelitian yang
eksklusif dilakukan sejak 6 bulan pertama bayi sesuai dengan studi literatur ini. Pencarian
dilahirkan, tanpa menambah makanan atau publikasi dapat dilihat dalam diagram
minuman selain obat dan vitamin (Kemenkes PRISMA berikut ini.
RI, 2019). Cakupan bayi dalam pemberian ASI
eksklusif telah terjadi peningkatan dari 69,62%
di tahun 2020 dan 71,58% di tahun 2021.
Peningkatan tersebut menunjukkan persentase
yang bagus karena telah mencapai target
nasional yaitu 60%, namun pemberian ASI
eksklusif pada bayi masih menjadi tantangan
72
TROPHICO: Tropical Public Health Journal
Faculty of Public Health, USU
Pembahasan
Tabel 1
Studi Karakteristik
Literatur Latar Belakang Penelitian Desain Penelitian Hasil
Masalah Tujuan Metode Sampel/Variabel
Sutarto et al., Kurang baiknya seribu hari Mengetahui Dilakukan observasional Penentuan sampel dengan Anak di bawah lima tahun yang
(2021) pertama asupan gizi dalam hubungannya riwayat analitik melalui kasus perbandingan 1 banding 1 (kasus tidak mempunyai riwayat dengan
kehidupan anak adalah ASI eksklusif dalam kontrol yang kemudian dan control) tanpa matching. diberikannya ASI secara eksklusif
akibat tidak diberi ASI terjadinya stunting pada dianalisis dengan uji Chi Kriteria untuk pengambilan secara berisiko 8,2 menderita penyakit
eksklusif. Oleh karena itu, balita stunting di Square. Balita yang inklusi yaitu anak di bawah lima stunting dari pada anak di bawah
perlu dilakukan penelitian Puskesmasnya Way mempunyai riwayat stunting tahun yang berat badan dan usia lima tahun yang mempunyai
terkait hubungannya Urang, Lampung diambil dari catatan kehamilannya normal. Sedangkan riwayat dengan diberikannya ASI
riwayat ASI dengan Selatan. Puskesmas dan data tinggi kriteria eksklusi adalah anak di secara eksklusif.
stunting. badan diperoleh dari bawah lima tahun yang
pengukuran ulang mengalami penyakit kronis,
menggunakan antropometri kongenital, kelainan kromosom,
dan microtoise. serta lokasi yang sulit dijangkau.
Ra‘bung et al., Terpilihnya menjadi Melihat keterkaitan Menggunakan penelitian Populasi dari peneliatan yaitu Adanya keterkaitan memberikan
(2021) puskesmas dengan antara diberikannya ASI analitik melalui case control anak umur 24 sampai 59 bulan ASI secara eksklusif dalam
kejadian stunting tertinggi secara eksklusif dengan dan digunakan uji Chi yang mengalami stunting dan terjadinya penyakit stunting di
nomor 3 yaitu 24,6% di terjadinya penyakit Square untuk analisa data. tidak. Sampel stunting berjumlah umur 24 sampai 59 bulan pada
Sulawesi Tengah dan stunting oleh balita 24 Kemudian sampel diambil 39 dan sampel tidak stunting 39 wilayah kerjanya Puskesmas
belum ada penelitian sampai 59 bulan pada dengan teknik proporsional jadi terdapat 78 balita yang Marawola.
terkait riwayat sekitar wilayah kerjanya random sampling. menjadi sampel.
diberikaanya ASI secara Puskesmas Marawola.
eksklusif dengan
terjadinya penyakit
stunting pada Puskesmas
Marawola.
SJMJ et al., Terdapatnya tiga anak di Mengetahui keterkaitan Untuk pemberian ASI secara Melalui quota sampling terdapat Adanya keterkaitan memberikan
(2020) bwah lima tahun yang ASI eksklusif yang eksklusif digunaka sebanyak 92 anak di bawah lima ASI secara eksklusif dalam
memiliki tinggi badan diberikan dengan instrumen yaitu kuesioner tahun yang diambil. terjadinya penyakit stunting pada
pendek tidak diberikan terjadinya penyakit dan untuk melihat status gizi wilayah kerjanya Puskesmas
ASI secara eksklusif. stunting pada wilayah pada balita digunakan Selopampang, Kabupaten
kerjanya Puskesmas lembar obeservasional. Temanggung.
Selopampang. Kemudian dilanjutkan
dengan uji chi square.
74
TROPHICO: Tropical Public Health Journal
Faculty of Public Health, USU
Nova & Terjadi stunting sebesar Penelitian di puskesmas Digunakan desain cross Total sampel adalah 94 balita Terdapat tiga variabel (berat
Afriyanti, 60% pada anak usia 24 ini bertujuan melihat sectional melalui beberapa dengan usia 24 smapai 59 bulan. badan saat lahir, makanan
(2018) sampai 59 bulan dan adanya keterkaitan berat data seperti: berat bayi saat pendamping, dan asupan energy)
17,4% diantaranya bayi saat lahir, lahir, diberikannya ASI mempunyai keterkaitan yang
mengalami berat badan diberikannya ASI secara secara eksklusif serta signifikan untuk terjadinya
dengan lahir rendah karena eksklusif, diberikannya diberikkanya makanan stunting dan satu variabel
tidak diberikan ASI secara makanan pendamping pendamping selama ASI. (diberikannya ASI secara
eksklusif. selama ASI serta energy Kemudian digunakan Food eksklusif) tidak mempunyai
yang dikonsumsi dengan Frequensi Quantitatif untuk keterkaitan yang signifikansi
terjadinya penyakit mendapatkan data terkait terhadap terjadinya penyakit
stunting. asupan energi melalui stunting.
wawancara.
Louisa A. Riskesdas tahun 2018 Mengetahui keterkaitan Menggunakan desain cross Total sampel adalah 47 anak umur Hasil menunjukkan p = 0,021
Langi, (2020) menyebutkan bahwa ASI yang diberikan sectional. Awalnya 2 sampai 5 tahun dan 47 ibu. yang berarti adanya keterkaitan
stunting pada peringkat dengan terjadinya dilakukan pendistribusian signifikan. Nilai dari koefisien
empat belas adalah penyakit stunting di frekuensi dari seluruh korelasi adalah 0,340 artinya
Kalimantan Timur dengan Puskesmasnya Manggar variabel melalui analisis pemberian ASI dengan terjadinya
prevalensi sebesar 24 Baru, Balikpapan, oleh univariate. Dilanjutkan penyakit stunting adalah cukup
persen. anak berumur 2 hingga 5 melihat korelasinya melalui dan menunjukkan bahwa
tahun. uji kendall-tau b. hubungan searah karena bernilai
positif.
Fitri, L. & Berdasarkan data tahun Mengetahui keterkaitan Menggunakan desain Para ibu yang mempunyai balita Melalui hasil statistic didapatkan
Ernita, E. 2017, Puskesmas ASI dan makanan penelitian kasus kontrol berumur 2 hingga 5 tahun adalah p sebesar 0,000. Berarti ada
(2019) Sidomulyo berada di pendamping yang bersifat retrospektif yang populasi. Kemudian didapatkan keterkaitan antara diberikannya
peringkat 5 kasus stunting diberikan selama ASI berlangsung pada bulan sampel sebesar 30 anak balita ASI secara eksklusif dengan
dan memiliki cakupan ASI tahun 2018 dengan januari sampai mei tahun dimana 15 stunting untuk kasus terjadinya penyakit stunting oleh
eksklusif terendah yaitu terjadinya penyakit 2018. dan 15 tidak stunting untuk anak di bawah lima tahun.
sebesar 30,56%. stunting di Puskemasnya kontrol.
Sidomulyo, Pekanbaru,
oleh anak berumur 2
hingga 5 tahun.
75
TROPHICO: Tropical Public Health Journal
Faculty of Public Health, USU
Hasil penelitian di Kota Padang terjadinya stunting pada balita. Kemudian dari
(Puskesmas Lubuk Buaya), ditemukan bahwa hasil OR diperoleh nilai 2,857 yang dapat
ada 51,1% balita umur 24-59 bulan diberikan disimpulkan tidak diberikannya ASI secara
ASI secara eksklusif. Persentase di lokasi eksklusif akan lebih berisiko menderita
tersebut membuktikan prevalensi dalam stunting (Ra‘bung et al., 2021).
pemberian ASI secara eksklusif masih dibawah
target prevalensi nasional, yaitu 68,9%. Nilai p Kesimpulan
dari hasil pengujian statistik chi-square sebesar
0,327. Berarti dari hasil tersebut Melalui identifikasi dari penelitian -
memperlihatkan tidak ada keterkaitan secara penelitian yang dilakukan, peneliti dapat
signifikansi dalam diberikannya ASI secara mengetahui bahwa diberikannya ASI secara
eksklusif terhadap terjadinya stunting pada eksklusif mempunyai keterkaitan yang
balita yang berusia 24 hingga 59 bulan karena signifikan terhadap terjadinya stunting pada
hasil tersebut memperlihatkan bahwa p lebih anak berusia 2 hingga 5 tahun. Namun tidak
besar dari 0,05. (Nova & Afriyanti, 2018). menutup kemungkinan hasil tersebut selalu
Hasil penelitian Louisa dengan sampel sejalan dengan penelitian lainnya, salah satu
sebanyak 47 anak dan 47 ibu di wilayah kerja contohnya dapat dilihat dari hasil penelitian
Puskesmas Manggar Baru, Balikpapan, Nova dan Afriyanti (2018). Dimana, hasil
menemukan ada keterkaitan antara pemberian penelitian tersebut mengatakan bahwa tidak
ASI sampai anak berusia 2 tahun dengan ada keterkaitan antara diberikannya ASI secara
kejadian stunting balita 2-5 tahun, dengan eksklusif terhadap terjadinya stunting.
nilai uji statistik p=0,021. (Louisa A. Langi,
2020). Daftar Pustaka
Berdasarkan penelitian yang dilakukan
tahun 2018 di Puskemas Sidomulyo Azriful, A., Bujawati, E., Habibi, H., Aeni, S.,
Pekanbaru, persentase dari 15 balita kelompok & Yusdarif, Y. (2018). Determinan
kasus terdapat 13 balita (86,7%) yang tidak Kejadian Stunting Pada Balita Usia
melakukan pemberian ASI secara eksklusif 24-59 Bulan di Kelurahan Rangas
mengalami stunting. Sedangkan dari 15 balita Kecamatan Banggae Kabupaten
kelompok kontrol terdapat 13 balita (86,7%) Majene. Al-Sihah: The Public Health
yang melakukan ASI secara eksklusif tidak Science Journal, 10(2), 192–203.
mengalami stunting. Hasil wawancara yang https://doi.org/10.24252/as.v10i2.6874
dilakukan pada ibu, terdapat alasan dari ibu Badan Pusat Statistik, (2021). Data dan
kelompok kasus terkait tidak diberikannya ASI Informasi Tahun 2021.
secara eksklusif adalah ASI tidak keluar https://www.bps.go.id/indicator/30/13
dengan lancar sebanyak 10 orang (66%) dan 40/1/persentase-bayi-usia-kurang-dari-
mengatakan anak sering rewel dan sakit jika 6-bulan-yang-mendapatkan-asi-
diberikan ASI sebanyak 3 orang (20%). Nilai eksklusif-menurut-provinsi.html
dari hasil statistik menyebutkan p=0,0001, Fitri, L., & Ernita, E. (2019). Hubungan
berarti ada keterkaitan saat diberikan ASI pemberian ASI eksklusif dan MP-ASI
secara eksklusif terhadap terjadinya stunting dini dengan kejadian stunting pada
pada anak balita di Puskesmas Sidomulyo, balita. Jurnal Ilmu Kebidanan
Pekanbaru (Fitri & Ernita, 2019). (Journal of Midwifery Sciences), 8(1),
Hasil dari pelaksanaan penelitian di p-ISSN: 2338-2139, e-ISSN: 2622-
wilayah kerja Puskesmas Marawola telah 345.
memperoleh lebih banyak kasus stunting yang Izwardy, D. (2020). Studi Status Gizi Balita
menyerang para balita akibat tidak mempunyai terintegrasi Susenas 2019.
riwayat diberikannya ASI secara ekslusif Balitbangkes Kemenkes RI, 40.
dibandingkan para balita yang mempunyai Kemenkes RI. (2017). Buku Saku Pemantauan
riwayat diberikannya ASI secara eksklusif. Status Gizi. Buku Saku, 1–150.
Terjadinya stunting pada balita berusia 24 Kementerian Kesehatan RI. (2016). Infodatin
hingga 59 bulan yang tidak memperoleh ASI Pusat Data Dan Informasi
secara eksklusif ada sebesar 66,7%. Nilai p Kementerian Kesehatan RI Situasi
dari hasil pengujian statistik chi-square lebih Balita Pendek.
kecil dari 0,05 yang artinya tidak ada Kementerian Kesehatan RI. (2018). Buku Saku
keterkaitan secara signifikansi dalam Pemantauan Status Gizi Tahun 2017.
diberikannya ASI secara eksklusif terhadap Kementerian Kesehatan RI. (2019). Studi
76
TROPHICO: Tropical Public Health Journal
Faculty of Public Health, USU
77
TROPHICO: Tropical Public Health Journal
Faculty of Public Health, USU
Abstrak
Masa nifas atau masa postpartum adalah masa sejak bayi dilahirkan hingga plasenta lepas dari rahim, dan ini
berlanjut sampai enam minggu berikutnya. Beberapa budaya dan suku di Indonesia menunjukkan bahwa
terdapat beberapa tradisi yang sudah dilakukan secara turun temurun dalam penanganan ibu sebelum dan setelah
melahirkan. Namun, masih belum banyak penelitian yang dilakukan terkait persepsi budaya perawatan ibu nifas
pada suku suku di Indonesia termasuk suku Simalungun. Penelitian ini bertujuan untuk mengeksplorasi
perawatan ibu nifas menurut suku Simalungun di Indonesia. Desain penelitian yang digunakan adalah studi
fenomenologi dengan teknik in-depth interview. Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah purposive
sampling terhadap sepuluh partisipan yang dilaksanakan pada bulan April – Juni 2018. Setiap partisipan
diwawancarai dengan pertanyaan terstruktur sekitar 45-60 menit. Transkrip hasil wawancara dibaca berulang
ulang untuk menganalisis tema dan sub tema. Analisa data dilakukan dengan thematic analysis. Hasil penelitian
menunjukkan enam tema perawatan ibu nifas menurut suku Simalungun, yaitu (1) Pengaturan Fisik Ibu Post
Partum, (2) Pantangan Makanan Tertentu (3) Pembatasan Aktivitas (4) Dukungan Keluarga (5) Tradisi Sebelum
Kelahiran Bayi (6) Perawatan Setelah Kelahiran Bayi. Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai
sumber pengetahuan dan strategi dalam melakukan pelayanan kesehatan terhadap ibu nifas berbasis budaya.
Sehingga kearifan lokal budaya tertentu bisa menjadi salah satu pendekatan kesehatan berbasis komunitas. Hasil
penelitian ini dapat digunakan sebagai informasi awal dan dapat menjadi sumber pengetahuan pada penelitian
berikutnya tentang perawatan ibu nifas dengan berbagai suku di Indonesia.
Abstract
The postpartum period occured when the baby delivered and the placenta is separated from the uterus, and this
condition is continuing for six weeks. Some cultures in Indonesia showed that there are several traditions related
to the mother care that have been carried out from generation to generation. However, there were minimum
research related to cultural perception of postpartum maternal care among ethnic groups in Indonesia,
including the Simalungun tribe. This study aims to explore postpartum maternal care according to the
Simalungun tribe in Indonesia. The research design used is a phenomenological study with in-depth interview
techniques. The sampling technique used was purposive sampling of ten participants which was conducted in
April – June 2018. Each participant was interviewed with structured questions for about 45-60 minutes. The
interview transcript was read over and over again to analyze the themes and sub-themes. Data analysis was
carried out by thematic analysis. The results showed that there were six themes of postpartum maternal care
according to the Simalungun tribe, namely (1) Post Partum Mother Physical Arrangements, (2) Certain Food
Restrictions (3) Activity Restrictions (4) Family Support (5) Prenatal Traditions (6) Postpartum Care Baby
Birth. The study results are expected as a source of knowledge in providing postpartum health services based on
culture. Therefore, a certain cultural local wisdom might contribute to community-based health approaches.
And, as initial information for subsequent research on postpartum maternal care with various ethnic groups in
Indonesia.
78
TROPHICO: Tropical Public Health Journal
Faculty of Public Health, USU
Menurut Reid & Taylor (2015), dan bayi. Namun, belum banyak penelitian
kebanyakan ibu mempraktikkan nilai nilai yang dilakukan terkait praktik kesehatan
budaya yang dianut kelularga selama proses berbasis budaya di Indonesia. Padahal,
persalinan dan pengasuhan bayi. Sebagai sebagai salah satu bidang kesehatan, keilmuan
contoh, pantangan diet selama fase postpartum keperawatan merupakan keilmuan yang
dan metode tertentu untuk beristirahat selama mempelajari manusia dan respon yang
mengasuh bayi merupakan upaya untuk ditunjukkan (Müller-Staub et al., 2006). Pada
meningkatkan kesejahteraan kesehatan ibu dan kasus Indonesia sendiri, terdapat ratusan suku
bayi pada banyak praktik berbasis budaya di dengan kekayaan budaya bernilai tinggi. Oleh
Asia (Withers et al., 2018). Dalam hal ini, sebab itu, penting dilakukan penelitian untuk
praktik budaya adalah hal yang bersifat positif mengeksplorasi keyakinan dan nilai nilai
karena nilai nilai budaya disini juga budaya individu. Sebab, hal ini akan
mendukung program kesehatan sesuai fakta. berkontribusi pada pengembangan intervensi
Namun, beberapa praktik budaya justru keperawatan berbasis komunitas dengan
berdampak negative pada ibu karena pendekatan budaya.
mengancam kesehatan ibu dan bayi yang baru
dilahirkan (Köhler et al., 2019). Seperti Metode
praktik larangan makanan pada ibu hamil dan
menyusui yang justru mengkaitkan hal tersebut Studi ini adalah penelitian
dengan hal hal yang bersifat supranatural fenomenologi yang bertujuan untuk
(Withers et al., 2018). Walaupun begitu, peran mendalami kebiasaan suku Simalungun dalam
orang yang dianggap lebih berpengalaman perawatan ibu baru melahirkan. Tempat
seperti orangtua didalam keluarga berdampak penelitian berada di desa Bangun Pane,
baik pada kondisi kesehatan ibu dan bayi kecamatan Dolog Masagal, Sumatera Utara,
(Chen & Chen, 2007). Sebab, para ibu yang Indonesia. Partisipan dalam penelitian ini
berpengalaman biasanya membantu para ibu adalah para perempuan yang berlatar belakang
baru dengan pengaturan makanan (Ade et al., suku Simalungun dan pernah terlibat dalam
2016), memberikan dukungan emosional (Tani perawatan ibu yang baru melahirkan
& Castagna, 2017), dan berperan dalam proses berdasarkan tradisi turun temurun. Selain itu,
pengasuhan bayi (Lee & Brann, 2015). Hal ini para partisipan menyatakan persetujuan untuk
menjadi bukti bahwa budaya bisa menjadi hal ikut penelitian dengan penandatanganan
yang menguntungkan maupun merugikan inform consent. Berdasarkan hal ini maka
kesehatan ibu dan bayi. didapatkan jumlah partisipan 10 orang yang
Menurut Garneau & Pepin (2015), diberikan instrumen yang dibagi menjadi dua
nilai nilai budaya mempengaruhi perilaku dan bagian. Pertama merupakan Kuesioner Data
pemahaman individu akan kondisi sehat dan Demografi (KDD) dan instrumen kedua
sakit. Sebab budaya adalah nilai nilai sosial merupakan panduan wawancara.
yang dipahami secara bersama didalam Pengumpulan data dilakukan
komunitas tertentu. Pada kasus kesehatan setelah mendapat izin dan memperoleh
perempuan, banyak budaya di Asia masih ethical clearance dari Komite Etik
meminggirkan kebutuhan kesehatan yang Penelitian Kesehatan Fakultas
optimal bagi perempuan (Tumanggor et al., Keperawatan Universitas Sumatera Utara,
2020). Sebagai contoh, banyak praktik budaya
dengan nomor surat 1415/IV/SP/2018,
yang justru berisiko mengancam kesehatan
perempuan pada saat menstruasi dan pada tanggal 25 April 2018. Pilot study
melahirkan (Ranabhat et al., 2015). Sehingga dilakukan sebelum pengumpulan data pada
studi terkait budaya dan kesehatan perempuan satu partisipan yang tidak dijadikan sampel
terutama kondisi perempuan paska melahirkan penelitian. Setelah pilot study, peneliti
merupakan hal yang sangat menarik untuk memberikan pilihan kepada partisipan
diteliti. penelitian apakah bersedia jadi partisipan
Berdasarkan survei lapangan yang penelitian atau tidak. Untuk
sudah dilakukan peneliti sebelumnya di Nagori mengumpulkan data kualitatif, peneliti
Bangun Pane, Kecamatan Dolog Masagal, melakukan interview berdasarkan panduan
didapatkan data bahwa masyarakat masih wawancara secara mendalam pada
memegang erat tradisi terkait perawatan ibu
partisipan dengan durasi 45-60 menit.
postpartum, seperti pantangan akan makanan
tertentu, maupun perlakuan tertentu pada ibu Wawancara yang dilakukan dengan teknik
79
TROPHICO: Tropical Public Health Journal
Faculty of Public Health, USU
mantra gitu dari orang tua dulu” (Partisipan badannya, gak kecapekan lagi. Tapi enggak
10). boleh mandi cuma pakai air aja, harus ada
Upaya memberikan rasa nyaman. daun-daun itu.”(Partisipan 1).
Pemberian rasa nyaman pada ibu postpartum Partisipan lain juga menekankan
biasanya diberikan untuk meningkatkan pentingnya penggunaan rempah rempah yang
kwalitas istirahat ibu dan menjaga kesehatan dicampur kedalam air mandi ibu nifas.
ibu dengan pemberian abu, uap panas dan “Setelah melahirkan dimandikanlah pake air
pemijatan. Hal ini dilakukan dengan rebusan sangge-sangge (sereh), lengkuas,
serangkaian aktivitas sesuai tradisi dengan daun pisang siminak, daun kunyit, jahe, itulah
cara, (1) Duduk menggunakan Sirabun1, dimandikan dua kali sehari.”(Partisipan 3).
seperti pernyataan dua partisipan berikut. (4) Penggunaan penutup kepala.
Kalau rajin suaminya membuat sirabun, bisa Untuk penggunaan penutup kepala ibu nifas
juga sampai seminggu dipakai gak apa-apa, dianjurkan selama melahirkan bayi dengan
lebih bagus, karna enaknya kalau kita duduk alasan untuk menjaga tubuh ibu nifas tetap
diatas sirabun itu.” (Partisipan 1). “Kalau sehat, sebagaimana pengakuan partisipan
habis mandi, itulah yang ku bilang tadi itu, berikut. “di orang kita Simalungun harus
sirabun tadi. Kan setelah berpakaiannya diikat kepalanya pake tudung-tudung. Kepala
dibuat sirabun itu, jadi enaklah kita ini gak boleh terbuka-terbuka, harus
tidur.”(Partisipan 8). ditutupilah terus, gak boleh terpapar angin”
(2) Mandadang, atau tidur didekat (Partisipan 4). “kepala mesti dibungkuslah
perapian untuk menghangatkan ibu dan bayi karena kalau baru melahirkan badan kita itu
sehingga kebutuhan istirahat ibu terpenuhi, kembali muda mesti dirawat lagi, ...
sebagaimana komentar partisipan berikut. dibungkuslah biar pulih” (Partisipan 6).
“kalau mau tidur harus ada perapiannya. Itu “habis melahirkan kepala kita gak boleh
sudah dipersiapkan jauh-jauh hari kayu bakar terbuka-terbuka. Harus diikat pakai tudung-
untuk dibakar. Nah kalau mau tidur tudung” (Partisipan 8).
dibakarlah kayu itu, biar hangat si ibu dan (5) Martup/Mandi Uap. Partisipan
bayinya” (Partisipan 1). juga menyebutkan pentingnya melakukan
Partisipan lain menyatakan bahwa Martup bagi ibu nifas diwaktu pagi dan sore
mandadang dilakukan agar tubuh ibu fit dan hari sebagaimana komentar partisipan berikut.
sehat. “mandadang, biar badan fit. Badanpun “setelah seminggu melahirkan itu harus
bisa sehat kalau mandadang” (Partisipan 2). martup pagi dan sore. tambah segar badan
Salah seorang partisipan mengatakan bahwa dibuatnya itu” (Partisipan 10).
mandadang juga penting dilakukan pada ibu (6) Marhuning sambil menggunakan
karena kondisi cuaca di desa yang sangat stagen. Selain itu, ibu nifas juga dianjurkan
dingin. “Kalau setelah melahirkan di kita untuk Marhuning atau luluran dengan
Simalungun ini biasanya mandadang. Apalagi menggunakan param dan gurita. Sebagaimana
kayak kita disinikan hawa dingin yah, kalau pengakuan partisipan berikut. “kalau aku
enggak mandadang yah maulah kita dibawa ke biasanya pakai param sebelum menggunakan
rumah sakit. Karnakan menggigil, meskipun gurita. Param itu dioles duluanlah, baru
pake kaos kaki, pake jaket, kalau enggak dipasanglah gurita itu” (Partisipan 6). Dua
mandadang gak tahan” (Partisipan 4). partisipan lain menambahkan. “kalau mau
“mandadanglah biar hangat badan, pake stagen itu harus dibuatlah dulu huning
mengeluarkan angin dari dalam tubuh, itu, baru dililitlah stagen itu biar lebih sehat.
menguatkan kekebalan tubuh juga Terkadang maunya aku pake gurita, kadang
“(Partisipan 7). pake kain gendong yang panjang ku buat
(3) Mandi dengan rebusan rempah- bergulung-gulung” (Partisipan 8).
rempah. Beberapa partisipan juga “Marhuning. Kalau itu dibaluri ke seluruh
menyebutkan tentang pentingnya mandi tubuh. Itu terbuat dari rempah-rempah juga.
dengan rebusan rempah rempah bagi ibu nifas ...., biar hangat badan, udah itu membuat kulit
untuk kenyamanan ibu, seperti pengakuan cantik” (Partisipan 10).
beberapa partisipan berikut. “kan kalau baru (7) Pemijatan. Untuk menambah
melahirkan, badannya itukan udah kenyamanan ibu nifas, partisipan juga
kecapekanlah gitu, jadi mandilah biar segar menambahkan pentingnya memberikan pijatan
kepada ibu sebagaimana pernyataan berikut.
1
Abu yang diperoleh dari sisa pembakaran “Kalau aku setelah melahirkan langsung
arang/kayu
81
TROPHICO: Tropical Public Health Journal
Faculty of Public Health, USU
dikusut. Enaknya dah habis melahirkan gitu 1). ―minum bir hitam setengah gelas sama
langsung dikusut” (Partisipan 8). kuning telur ayam kampung, digabungkan
Upaya pemenuhan gizi dan ASI. baru dikocok terus diminum, supaya darah
Untuk memenuhi kebutuhan gizi Ibu nifas dan kotor itu semua keluar” (Partisipan 2).
memperlancar ASI, kebiasaan yang biasanya “diminumlah anggur yang dicampur dengan
dilakukan suku Simalungun adalah dengan telur atau kalau tidak ada anggur bisa diganti
pemberian makanan bersumber daging, susu, pigor. .... bisa keluar semua darah-darah kotor
telur, sayuran, bumbu rempah dan minuman sisa melahirkan yang masih tertinggal di
beralkohol. Hal ini dipercaya bisa dalam perut” (Partisipan 3). ―paling lah
memberikan energi pada ibu nifas dan minum bir hitam untuk mengeluarkan darah-
memperlancar ASI yang biasanya dilakukan darah kotor itu. trus keluarnya nanti
dengan cara: a) mengkonsumsi panratai bergumpal-gumpal. Mengeluarkan itu sakit,
(daging ayam yang diberi bumbu holat2), b) tapi kalau dah keluar itu enak perasaan”
mengkonsumsi tinuktuk3, c) mengkonsumsi bir (Partisipan 6). “kalau aku palinglah minum
hitam/anggur hitam dengan campuran telur bir sama susu. Bir sama susunya diaduk dalam
ayam kampung atau susu), d) mengkonsumsi satu cangkir. Itulah, satu gelas birnya, dua
bangun-bangun dan daun katuk, e) sendok susunya. ..., menguatkan kekebalan
mengkonsumsi tulang sup, f) mengkonsumsi tubuh. Terus untuk menghilangkan rasa sakit,
ikan bakar, g) minum susu. melancarkan pengeluaran darah kotor”
Partisipan mengatakan bahwa (Partisipan 7).
pentingnya mengkonsumsi Panratai untuk Lima dari partisipan menyatakan
memperlancar ASI. Sebagaimana pernyataan mengkonsumsi sayur Bangun Bangun sejenis
dua partisipan berikut. ―kalau yang terutama daun katuk. Hal ini sesuai dengan pernyataan
di Simalungun itu adalah panratai. Itulah yang menyatakan seperti komentar berikut.
dimakan untuk pertama kalinya. Kalau itu “makan bangun-bangunlah, ditumbuk kayak
mantaplah, segala yang kotor dari dalam menumbuk daun ubi. Diperaslah sekali trus
tubuh keluarlah itu, ASI pun terjaminlah” dibuang airnya, baru digiling lagi”
(Partisipan 3). “kalau baru melahirkan (Partisipan 3).“kalau disini sayurnya biasa
gitukan ditangkaplah ayam biar dipotong. dibuat. Itulah dicampurkan ke daging itu.
Dibuatlah panratainya dibuat juga holatnya. Terbangun itukan fungsinya untuk
itulah dimakan biar banyak ASI melancarkan air susu, itu yang banyak
nya.”(Partisipan 9). Selain itu, partisipan juga manfaatnya, baru sayur nasi-nasi itulah. ...
menyebutkan tentang pentingnya iyah daun katuk, itupun bagus untuk ASI”
mengkonsumsi tinuktuk untuk mendukung Beberapa partisipan juga
kesehatan bayi dan memperlancar ASI. menambahkan untuk pemberian tulang sup
“Kalau ibunya dikasih tinuktuk. Tinuktuk itu pada menu ibu nifas.” Dikasihlah minum kuah
makanan yang dibuat orang Simalungun untuk sup, bumbunya itulah tinuktuk itu aja”
ibunya agar si ibu dan bayinya sehat, juga (Partisipan 1). “dikasih makan tulang suplah.
bisa memperlancar ASI” (Partisipan 1). Didalam sup itu dicampurkanlah Bangun-
Partisipan lain menyatakan Tinuktuk sebagai Bangun” (Partisipan 3). Partisipan lain juga
bumbu dalam menu makanan dan bermanfaat menambahkan tentang pentingnya
untuk menghangatkan badan. “Jadikan kalau mengkonsumsi sup tulang untuk memperlancar
ada yang mau melahirkan gitu, ASI. “Tulang sup harus. Karna tulang sup ini
martinuktuklah. .... kayak sambalnya sangat berguna untuk memperlancar ASI. Jadi
bentuknya itu”(Partisipan 9). “terus tinuktuk kalau baru melahirkan gitukan, kalau bisa
untuk menghangatkan badan kita” (Partisipan kuatlah maunya makan, trus diminumlah kuah
6). Sembilan dari partisipan menyatakan sup itu satu gelas setiap makan” (Partisipan
mengkonsumsi bir hitam. Hal ini sejalan 9). Selain kuah sup tulang, partisipan juga
dengan pernyataan beberapa partisipan. ―kalau menyatakan tentang pentingnya
bir hitamnya, tadinyakan si ibu yang baru mengkonsumsi susu bagi ibu nifas untuk
melahirkan itu kehabisan tenaga gitu, jadi memperlancar proses menyusui sebagaimana
itulah dikasih. Biar stamina si ibu yang baru pengakuan dua partisipan berikut. “bisa juga
melahirkan itu kembali pulih gitu” (Partisipan minum susu”(Partisipan 1). “minum susulah,
kalau aku minum susu untuk ibu menyusui”
2
Bumbu rempah yang dicampur dengan serutan (Partisipan 2). Namun begitu, ternyata
kayu Balakka
3
Sejenis sambal khas Simalungun
82
TROPHICO: Tropical Public Health Journal
Faculty of Public Health, USU
mengkonsumsi tuak4 bermanfaat untuk ibu dan mengurangi nyeri pinggang seperti
mendukung proses menyusui seperti yang diungkapkan oleh partisipan berikut.
pengakuan partisipan berikut, “kalau ada tuak, “gak boleh makan sayur jipang karna bisa
diminumlah itu satu gelas. Segelas satu hari. membuat sakit perut, terus gak boleh makan
Besoknya lagi segelas, besok lagi segelas. nangka juga bisa buat sakit pinggang itu”
Berarti tiga harilah diminum itu. terus (Partisipan 5).
banjirnya ASI nya itu” (Partisipan 9). Selain
mengkonsumsi makanan dan minuman Tema 3. Pembatasan Aktivitas
tertentu, partisipan juga menyatakan Selain pantangan terhadap makanan
pentingnya melakukan pemijatan pada tertentu, suku Simalungun juga membatasi
payudara ibu nifas untuk memperlancar ASI kegiatan dan aktivitas tertentu yang dianggap
sebagaimana pengakuan partisipan berikut bisa mengganggu kesehatan ibu dan bayi,
“iyah, tapi payudaranya harus dipijat dan seperti 1) Mengangkang saat duduk dan Tidak
dibersihkan putingnya, cepatlah berair nanti” Mengangkat Barang, 2) Tidak Sisiran, Tidak
(Partisipan 7). Menjahit dan Tidak Cuci Rambut, 3) Tidak
Melakukan Banyak Gerakan dan Pekerjaan, 4)
Tema 2. Pantangan Makanan Tertentu Jemuran Pakaian Tidak Boleh Bermalam, dan
Walaupun ada banyak anjuran 5) Dilarang Menggigit Daging dari Tulang.
makanan dan minuman yang diberikan pada Mengangkang saat duduk dan tidak
ibu nifas suku Simalungun, namun terdapat mengangkat barang. Mengangkang saat
juga pantangan makanan paska persalinan. duduk dianggap sebagai tindakan yang salah
Beberapa jenis makanan yang harus dihindari bagi ibu nifas suku Simalungun. Oleh sebab
berupa 1) makanan pedas dan minuman dingin, itu ibu nifas dianjurkan untuk merapatkan kaki
2) pete dan jengkol, 3) sayur jipang dan setiap kali duduk seperti yang diungkapkan
nangka. oleh partisipan berikut. ―terus kakinya harus
Makanan pedas dan minuman dirapatkan begini (menyilang), gak boleh
dingin. Pantangan untuk memakan makanan begini (mengangkang)” (Partisipan 1). “kalau
pedas terungkap dari dua pernyataan berikut. misalnya duduk, janganlah mengangkang.
“pantangannya cuma gak boleh makan yang Harus rapatnya terus kaki itu. pantang.
pedas-pedas ajanya karena bisa sakit perut Biarpun sakit dirasa, tetapnya harus
(Partisipan 3). “pantangannya makanan yang dirapatkan kaki itu. pertama-tama ajanya sakit
pedas-pedaslah” (Partisipan 6). Sedangkan dirasa, kalau udah terbiasa gak sakit lagi itu”
partisipan lain mengatakan larangan dalam (Partisipan 9). Partisipan juga mengatakan
mengkonsumsi petai dan jengkol. “tidak boleh bahwa ibu nifas dianjurkan untuk tidak
makan pete sama jengkol” (Partisipan 1). mengangkat benda benda berat. “tidak boleh
Partisipan juga mengakui bahwa ibu nifas mengangkat yang berat-berat” (Partisipan 1).
dilarang meminum minuman dingin agar Tidak sisiran, tidak menjahit dan
kesehatan bayi tidak terganggu. “tidak boleh tidak cuci rambut. Partisipan juga
minum minuman yang dingin karena nanti si mengatakan bahwa terdapat larangan bagi ibu
bayinya bisa mencret, sakit pinggang” nifas untuk sisiran karena dipercaya bisa
(Partisipan 1). “kalau bidang makanan ya itu menyebabkan bayinya sakit. “sisiran gak
tadi gak bisa minum minuman yang dingin- boleh dulu,... kan pada umumnya rambut
dingin. ASI mamaknya nanti gak bagus kan, mamak-mamak baru melahirkan memang pada
bisa gembunglah anaknya nanti” (Partisipan rontoknya semua rambutnya. Trus nanti anak
4). kitapun jadi kayak capek gitu” (Partisipan 4).
Pete dan jengkol. Partisipan lain Selain itu, partisipan juga mengakui larangan
menambahkan tentang pantangan memakan untuk menjahit secara manual ataupun dengan
makanan yang menimbulkan bau menyengat menggunakan mesin selama melahirkan
seperti pete dan jengkol, seperti pernyataan berdasarkan penuturan partisipan berikut.
berikut. “gak boleh makan jengkol karna bisa “mamaknya itu gak boleh menjahit. Katanya
menyebabkan sakit pinggang” (Partisipan 5). nanti perasaan anaknya kayak di tusuk-tusuk.
Sayur jipang dan nangka. Partisipan Terutamalah kalau anak belum lepas tali
lain juga menginstruksikan larangan dalam pusat, gak boleh menjahit” (Partisipan 4). Ibu
mengkonsumsi sayur jipang dan buah nangka nifas suku Simalungun juga dilarang untuk
untuk mencegah gangguan pencernaan bagi mencuci rambut selama masa nifas seperti
pernyataan partisipan berikut. “kayak aku
4
Produk minuman yang berasal dari pohon nira pribadi yah, gak boleh cuci rambut selama
83
TROPHICO: Tropical Public Health Journal
Faculty of Public Health, USU
satu minggu. Sampai putus tali pusar bayinya” ada tulang-tulangnya itu kan, kalau dari suku
(Partisipan 2). “gak boleh keramas selama Simalungun itu gak boleh dimakan langsung
satu minggu” (Partisipan 8). “krekk” gitu. Harus dicabik-cabik dulu, gak
boleh diangkat sekali semua ikut tulangnya,
Tidak melakukan banyak gerakan kayak makan kita biasa kan langsung kita
dan pekerjaan. Para partisipan mengatakan angkatnya biar bisa kita gigit dagingnya, nahh
bahwa Ibu nifas suku Simalungun dilarang gak boleh kayak gitu, nanti sakit-sakit si
untuk melakukan pekerjaan dan melakukan bayinya. Apalagi bayinya ini belum putus tali
banyak gerakan. “gak boleh banyak pusat, itu gak boleh” (Partisipan 4).
bergerak, gak boleh capek dulu, karna kalau
kita capek, si bayi juga ikutan capek. Nangis- Tema 4. Dukungan Keluarga
nangis nanti bayinya, kek gitunya kalau baru Sub-tema yang diperoleh berdasarkan
melahirkan. Ada kontak batinnya ibu sama analisa data yang terkait dengan tema keempat
anaknya” (Partisipan 6). “pantangannya yah adalah, 1) dukungan suami, dan 2) dukungan
gak boleh bekerja kalau habis melahirkan gitu. ibu mertua.
Pokoknya kerjaannya itu hanya tidur ajalah” Dukungan suami. Semua partisipan
(Partisipan 10). Bahkan untuk pekerjaan mengatakan bahwa peran anggota keluarga
ringan seperti memeras pakaian ibu nifas juga terutama peran seorang suami sangat penting
dilarang seperti penuturan partisipan berikut. dalam membantu ibu nifas dalam pengerjaan
“kalau mencuci kain gak boleh dipukul-pukul pekerjaan rumah serta membantu proses
bajunya, katanya nanti bisa sakit badan perawatan ibu nifas seperti yang dikemukakan
bayinya, kayak pegal-pegal” (Partisipan 1). oleh partisipan berikut. “kan kalau baru
“kalau mau menjemur diperas sedikit aja baru melahirkan susah bergerak, jadi semua
langsung dijemur, jangan kuat kali diperas. pekerjaan rumah suamilah yang
Kata orang tua nanti perasaan anaknya gak mengerjakannya. Memasak, menyuci,
enak nanti loh, pegal-pegal badannya, kayak menyapu, semualah, dia yang mengerjakan”
capek” (Partisipan 4). “jangan peras kali (Partisipan 1). “pekerjaan kita sehari-hari
kalau mencuci baju mamaknya sama anaknya. yang biasa kita lakukan, yah suami kitalah
Gak boleh dikibaskan bajunya itu kalau mau yang gantikan.... pas waktu mendadang itu
menjemur. Makanya kalau nyuci diambillah ditemanilah sama suami” (Partisipan 4).
kursi, terus diatasnya itulah ditiriskan. “suamiku lah, dia yang mengerjakan semua
Disikatpun gak boleh kuat-kuat. Cuma pekerjaan rumah” (Partisipan 5).
dikucek-kucek aja” (Partisipan 8). Dukungan ibu mertua. Selain suami,
Jemuran pakaian tidak boleh mertua juga berperan dalam meringankan
bermalam. Ibu nifas juga dilarang beban pekerjaan rumah tangga dan membantu
membiarkan jemuran cucian hingga bermalam perawatan ibu dan bayinya seperti penuturan
di luar rumah karena terkait dengan keyakinan partisipan berikut. Trus mertua ku dialah yang
mistis bahwa noda darah pada pakaian bisa marmasak, mencuci juga”(Partisipan 2). “
mengundang makhluk halus, dan ini terus gantianlah ngasi makan anakku
membahayakan kondisi bayi, seperti karenakan aku belum bisa bergerak, yah
pengakuan dua partisipan berikut. “trus kalau mertuakulah yang ngasi makan anakku ini”
jemuran ibu yang baru melahirkan itukan (Partisipan 6). Ibu mertua juga berperan
masih adanya bau-bau darah gitu, kainnya itu dalam melanjutkan perawatan ibu dengan
gak boleh kelamaan diluar. Kata orang sini ramuan, menyiapkan makanan dan minuman
mau nanti tercium mahkluk halus gitu, nanti sebagaimana tradisi suku Simalungun seperti
mau bayinya nangis” (Partisipan 1).“kainnya penuturan partisipan berikut. “mertua
kalau sudah malam gak boleh di luar. Kan palinglah bantuin masak tinuktuk untuk ku
maunya kita menjemur kalau belum kering kita makan” (Partisipan 6).
biarkan saja diluar, nah kalau ada pakaian
anak bayi gak boleh begitu, mesti di bawa ke Tema 5. Tradisi Sebelum Kelahiran Bayi
rumah, pantang katanya” (Partisipan 6). Terdapat empat sub-tema terkait
Dilarang menggigit daging dari tradisi suku Simalungun sebelum kelahiran
tulang. Ibu nifas juga dilarang untuk bayi yakni berupa 1) mangalop parhorasan, 2)
menggigit daging langsung dari tulang agar membuat ratraton, 3) membakar siratusan, dan
bayi tidak mengalami sakit, seperti pengakuan 4) tarhapur.
partisipan berikut. ―kan kalau habis Mangalop Parhorasan. Mangalop
melahirkan gitu sering dikasih sup, nah itukan Parhorasan merupakan tradisi dimana ibu yang
84
TROPHICO: Tropical Public Health Journal
Faculty of Public Health, USU
akan melahirkan diberikan acara selamatan. menjenguk bayi yang baru lahir, sebelum
Calon ibu mendatangi rumah ibu kandungnya menggendong bayi itukan, di pegangnya kayu
untuk diberikan serangkaian tradisi sebagai itu, kayu pandadangannya itu. “Buat ratrat”
bagian dari harapan akan keselamatan ibu dan katanyalah. kan misalnya sepanjang inilah
bayi sebagaimana penuturan partisipan berikut. kayu itu, nah yang dibakar kan yang ujungnya,
―trus di orang kita Simalungun kan, sebelum satu lagilah yang jauh dari api. “Buat ratrat,
kita lahiran, kan ada itu istilah 7 bulanan. buat ratrat” sambil memegang kayu tadi. Baru
Kalau 7 bulanan ada itu istilah kayak gini, kita boleh kita menyentuh bayi ini. katanya, kalau
datang ke rumah orang tua si perempuan, langsung kita pegang bayi itukan, capeknya
kayak saya dulu, saya datang ke rumah mamak badan kita jadi pindah ke anak-anak itu. Jadi
saya, trus nanti kan disitu nanti kan ada kalau kita pegang kayu api itu jadi lari capek
adatnya, dikasi Bulang5, tempat pupus6 kita ke api itu, jadi hanguslah terbakar ikut api
anaknya. Setelah lahiran nanti itulah dipake, itu. Begitulah kalau di Simalungun. Kan
alat pupusnya itu loh. Jadi pada saat lahiran, bisanya kita terima itu.”(Partisipan 8).
itu Bulang yang tadi itu, itulah yang harus Membakar Siratusan9. Selama proses
diikatkan ke kepala kita. Hatirongga, tapi nifas, ibu dan keluarga juga dianjurkan untuk
bukan dipasang seperti yang ke pesta itu... menjaga ibu dan anak dari pengaruh buruk.
Nah itulah namanya Mangalop Parhorasan. Seperti penuturan partisipan berikut. “kalau
Mangalop Parhorasan ke rumah mamak kita” misalnya gelap langit kayak mendung gitu, itu
(Partisipan 4). Partisipan lain menambahkan. harus ada dibakar sesuatu yang menimbulkan
“kalau misalnya sebelum melahirkan gitu, kan bau asap. Biasanya yang dibakar itu tanaman
adanya dibuat acara Mambere Parhorasan. siratusan. Atau kalau gak ada itukan, bisa juga
Jadi disitu ada dikasi Suri-Suri7 sebagai kain lap yang dibakar. Pokoknya yang bisa
simbol untuk bisa mengiringi si ibu yang akan menimbulkan asap tapi bau.” (Partisipan 10)
melahirkan. Trus, dikasih daging ayam. Itu Tarhapur 10. Ibu nifas didalam suku
semua dikasi sebelum melahirkan dengan Simalungun juga dianjurkan untuk membaca
tujuan biar sehat-sehat si ibu sama calon mantra tertentu agar tidak terkena penyakit.
bayinya. Trus ada juga di kasi Bahul-Bahul8. Seperti penuturan partisipan berikut
Didalamnya berisi lada sama jerango. Baru ini.“Bisanya makan itu sebenarnya, tapi harus
ada pesannya gini “kalau kau nanti mau langsung dibuat kapur. Itu namanya harus
melahirkan, udah sakit-sakit kau rasa, gigit- tarhapur. “Apapun yang dimakan, semoga
gigitlah ini”. lada sama jerango itu digigiti. tidak meracuni tubuh.. (sambil mempraktekkan
Itu untuk mengusir setan sama mengurangi pengucapan mantra).... biar gak kenak dia
rasa sakit katanya” (Partisipan 10.) kalau pengen makan yang berpantang. Itulah
Membuat Ratraton. Membuat mantranya.....gini, ―Jangan menyimpang ke
Ratraton adalah kepercayaan suku kiri dan ke kanan, teruslah di jalan yang benar,
Simalungung dimana ada anggapan untuk musnahlah racunnya‖ (Partisipan 7)
menghilangkan rasa lelah pada orang dewasa
dengan memindahkan pada benda lain agar Tema 6. Perawatan Setelah Kelahiran Bayi
tidak berpindah ke bayi. Orang Simalungun Terdapat beberapa perlakuan yang
percaya bahwa orang dewasa yang ingin diberikan kepada ibu dan bayi setelah
menjenguk bayi baru lahir haruslah memegang kelahiran bayi, yakni: 1) Ipupus, 2) Ipoholi, 3)
kayu dekat pembakaran sebelum memegang Menghanyutkan plasenta ke sungai, 4)
bayi dengan alasan agar si bayi tidak merasa Menyimpan benda tajam di bawah tempat
kelelahan dan sakit. “yaitulah khasnya di tidur, 5) penggunaan kaca atau Alkitab di atas
Simalungun, ratraton. Kalau bahasa tempat tidur, 6) Meletakkan daun hijau di jidat
Indonesianya itu, capek-capek katanya Ipupus11. Semua partisipan
anaknya itu. Makanya kalau ada anak bayi di menyatakan bahwa bayi yang baru lahir harus
Simalungun, datanglah kau misalnya dipupus. Hal ini sesuai dengan pernyataan
partisipan. “kalau adat simalungun itu bayinya
5
Salah satu simbol khas Batak Simalungun yang
9
digunakan sebagai riasan atau penutup kepala Tumbuhan hijau yang jika dibakar menimbulkan
6
Tempat untuk meletakkan bahan-bahan yang akan aroma khas
10
digunakan untuk membalurkan ramuan ke tubuh Tindakan yang dilakukan untuk mencegah
bayi timbulnya penyakit pada ibu nifas
7 11
Kain ulos khas Simalungun Memberikan ramuan khas simalungun pada
8
Sejenis anyaman atau bakul tubuh bayi
85
TROPHICO: Tropical Public Health Journal
Faculty of Public Health, USU
dipupus, lamanya dipupus tergantung si ibu meletakkan Kitab Suci diatas tempat tidur
mau berapa lama si bayi dipupus. Kalau aku seperti pernyataan berikut. “paling ku buat
biasanya sebulan”. (Partisipan 1). “dari mulai Bibel ajanya di atas kepalanya” (Partisipan
lahir di pupus”. (Partisipan 5). Partisipan lain 6). Partisipan lain menambahkan. “Terus kalau
menjelaskan tambahan Ipupus pada bayi. mau tidur, harus ada kaca di atas kepala biar
“Dibuatlah kemiri, jerango, kencur, hosaya12, kalau lewat katanya begu, biar nampak”
sama bumbu lain. Itulah dibuat setiap sore (Partisipan 8).
selama sebulan. Ipupus dibadannya mulai dari Meletakkan daun hijau di jidat bayi.
kepala sampai ujung kaki”. (Partisipan). Untuk menjaga agar bayi tidak mudah terkejut,
“kalau dikita orang Simalungun palinglah maka partisipan mengatakan perlu meletakkan
ipupus”. (Partisipan 9). Partisipan lain daun hijau di jidat bayi seperti pengakuan
menambahkan bahwa sebelum dipupus si bayi partisipan berikut. “kalau ada petir
dibersihkan dengan dilap keseluruhan digendonglah bayinya trus dibuat daun hijau
badannya. “dilaplah sama anaknyapun dilap di jidatnya biar gak terkejut” (Partisipan 5).
biar bersih. Siap itu dipupuslah anaknya, trus
dibungkuslah anaknya pakai lampin”. Diskusi
(Partisipan 10)
Ipoholi (menghangatkan bayi).
Ipoholi atau disebut dengan cara Hasil penelitian ini menunjukkan
menghangatkan bayi pada suku Simalungun bahwa tradisi merawat ibu sebelum dan setelah
dianggap penting sehingga kegiatan ini segera kelahiran bayi merupakan kemampuan yang
dilakukan begitu kelahiran anak seperti diturunkan dari generasi ke generasi dalam
penyataan partisipan berikut. “Terus dipoholi sebuah kelompok budaya, termasuk suku
dekat api...dibuatlah tangan kita di atas Simalungun. Pada kebanyakan etnis di dunia,
apikan, baru dikusuk-kusuklah bayinya budaya sering menjadi bagian penting dalam
menggunakan tangan kita yang sudah proses kehamilan dan melahirkan (Fogel,
dipanaskan tadi. Biar hangat badannya semua. 2017). Hal ini biasanya terkait makanan,
Terus dibalutlah bayinya, ditidurkan” pantangan dan peran tetua dalam memberikan
(Partisipan 9). keputusan atas kondisi sehat dan sakit ibu nifas
Menghanyutkan plasenta ke sungai. (Fadzil et al., 2016).
Partisipan mengakui bahwa plasenta yang baru Para ibu hamil dan ibu postpartum
dilahirkan diberi perlakukan dengan Suku Simalungun senantiasa mendapatkan
menghanyutkan ke sungai seperti pernyataan perhatian dari anggota keluarga selama proses
partisipan berikut. ―itu ari-ari kalau sudah siap kehamilan dan melahirkan. Dukungan dari
melahirkan kan dibuat di dalam plastik, baru keluarga dan komunitas merupakan salah satu
dikasih sirih ke dalam, lalu dihanyutkan ke poin penting dalam pemberian asuhan yang
sungai. Kalau ditanam di tanah, katanya kalau menunjang kesehatan mental perempuan
ada semut, digigit nanti itu, si bayi nanti (Nuraini et al., 2020; Tumanggor, Roxsana
menangis”. (Partisipan 1). Devi, Elfira, Eqlima., Aizar, 2020). Perawatan
Menyimpan benda tajam di bawah dilakukan untuk menjaga kesehatan ibu dan
tempat tidur. Ibu yang baru melahirkan juga janin dengan balutan budaya yang dipercaya
dianjurkan untuk menyimpan benda tajam efektif, yang didominasi oleh hal hal terkait
dibawah tempat tidur untuk mencegah rekomendasi makanan, aktivitas, dukungan
makhluk halus mengganggu ibu dan bayi, keluarga dan beberapa kepercayaan mistis
seperti pernyataan partisipan berikut. tempat terkait perawatan ibu dan bayi. Poin penting
tidurnya itukan disamping kitanya, maunya dari hasil penelitian ini adalah kehadiran para
dibuat pisau dibawah tempat tidurnya bayi itu, orangtua sebagai pemberi rawatan sesuai
pokoknya barang-barang kayak besi gitu. tradisi. Dalam hal ini, para orangtua terutama
katanya supaya kalau ada hantu yang lewat- mertua perempuan adalah orang yang paling
lewat gitu biar gak mau diapain dia, takut dia berperan dalam pelaksanaan ritual. Pada
karena ada penjaganya gitu”. (Partisipan 6). umumnya orang orang yang dituakan dalam
Penggunaan kaca dan Alkitab di kelompok adat adalah orang yang paling
atas tempat tidur. Partisipan mengatakan banyak didengar pendapatnya, termasuk untuk
bahwa untuk menjaga bayi dan ibunya dari urusan kehamilan dan kelahiran bayi (Lee &
gangguan roh jahat, partisipan mengakui Brann, 2015; Son, 2016). Atau, bahkan
kepercayaan terhadap kekuatan supranatural
12
Bawang batak
sebagai bagian dari perawatan ibu post partum
86
TROPHICO: Tropical Public Health Journal
Faculty of Public Health, USU
dan bayi baru lahir (Zeyneloğlu & Kısa, 2018). layanan postpartum tradisional adalah satu
Beberapa hal yang diyakini suku satunya pilihan bagi ibu postpartum dalam
Simalungun adalah sesuatu yang penting bagi penanganan kehamilan dan kelahiran
kesehatan ibu, namun yang lain hanya berupa (Probandari et al., 2017).
keyakinan dan kepercayaan yang tidak Kesimpulan
berdasar sama sekali, bahkan cenderung
membahayakan kesehatan ibu dan bayi pada Fakta fakta terkait perawatan bayi dan
kebanyakan tradisi dan budaya (Karahan, ibu postpartum berbasis budaya dan kearifan
2017). Seperti konsumsi makanan tertentu lokal cukup banyak dipraktikkan masyarakat di
pada ibu yang justru membahayakan kesehatan Indonesia. Hal ini juga terkait keinginan untuk
ibu (Lee & Brann, 2015), keterlibatan dukun mempertahankan nilai nilai yang ada dalam
bayi yang tidak kompeten (Mahiti et al., 2015), budaya tersebut, juga karena Indonesia adalah
serta praktik praktik yang membahayakan negara kepulauan dimana secara geografis sulit
kesehatan ibu dan bayi (Polat et al., 2015). untuk mendapatkan layanan kesehatan dari
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa rumah sakit maupun puskesmas. Jumlah
adanya keterlibatan hal supranatural dalam partisipan pada penelitian ini masih terbilang
keyakinan suku Simalungun dalam perawatan sedikit untuk menggambarkan luasnya nilai
ibu nifas seperti pembacaan mantra mantra nilai budaya Suku Simalungun, namun hasil
serta keyakinan akan adanya hantu yang penelitian ini sudah bisa memberikan
dianggap mengganggu kesehatan ibu dan bayi. gambaran di masa depan untuk pendekatan
Walaupun begitu, banyak hal yang paling tepat dalam memberikan evidence based
sangat berdasar dan memberikan kontribusi practice, dimana pendekatan budaya adalah
penting pada perawatan ibu nifas dalam komponen yang bisa dipertimbangkan dalam
penelitian ini seperti penggunaan obat obatan implementasi rawatan asuhan terutama asuhan
herbal (Oatsawaphonthanaphat et al., 2015), berbasis komunitas pada ibu nifas dengan
mandi uap (Rosnani et al., 2019), pemijatan melibatkan para pengguna, caregiver keluarga
(Jahdi et al., 2016; Sari et al., 2017), serta dan para professional kesehatan.
dukungan suami dan anggota keluarga lain
yang terbukti meningkatkan pemulihan ibu Ucapan Terimakasih
secara cepat dan memberikan kontribusi
terhadap kesehatan mental ibu (Mahiti et al., Penulis mengucapkan terimakasih
2017). Selain itu, hasil penelitian juga yang sebesar besarnya kepada para partisipan
menunjukkan bahwa untuk merawat fisik ibu yang bersedia meluangkan waktunya untuk
nifas dilakukan upaya upaya pencegahan menjadi sampel penelitian ini. Data yang
infeksi berupa penggunaan air cebokan garam dikumpulkan sangat berharga dan semoga
yang ditemukan efektif dalam meningkatkan memberikan kontribusi pada perkembangan
penyembuhan akibat perlukaan pada ibu ilmu pengetahuan kedepan.
postpartum (Jameela, 2018).
Jadi, sangat penting melibatkan peran Daftar Pustaka
budaya yang terintegrasi dalam intervensi
intervensi untuk ibu nifas dan bayi baru lahir. Abdollahpour, S., Ramezani, S., & Khosravi,
Para professional kesehatan perlu memikirkan A. (2015). Perceived Social Support
strategi pendekatan untuk memahami situasi among Family in Pregrant Women.
budaya yang sudah mengakar dalam kehidupan International Journal of Pediatry,
komunitas dan sering dipraktikkan walaupun 3(21), 879–888.
belum terbukti efektifitasnya dalam layanan https://ijp.mums.ac.ir/article_4703_9fc
kesehatan. Namun hal ini perlu dicermati 40d3fb14a35c0ab5d7da79671c613.pdf
karena sekitar 80% ibu postpartum di daerah Ade, L., Wiradnyani, A., Khusun, H., Achadi,
pedesaan adalah pengguna ritual budaya dalam E. L., Ocviyanti, D., & Shankar, A. H.
proses melahirkan baik secara sukarela (2016). Role of family support and
ataupun karena anjuran orangtua (Altuntuğ et women ’ s knowledge on pregnancy-
al., 2018). Selain itu, gagap budaya para related risks in adherence to maternal
professional kesehatan ternyata terbukti iron – folic acid supplementation in
mengurangi efektifitas layanan kesehatan bagi Indonesia. 19(15), 2818–2828.
ibu dan bayi (Fogel, 2017). Apalagi, akses https://doi.org/10.1017/S13689800160
layanan kesehatan yang terbatas karena 01002
geografis yang sulit ditempuh menjadikan Altuntuğ, K., Anık, Y., & Ege, E. (2018).
87
TROPHICO: Tropical Public Health Journal
Faculty of Public Health, USU
89
TROPHICO: Tropical Public Health Journal
Faculty of Public Health, USU
The relationship between religiosity and the students’ anxiety during Covid-19
pandemic: A relationship study
Roxsana Devi Tumanggor 1*, Nikmal Hasanah Nasution 2
1,2
Fakultas Keperawatan, Universitas Sumatera Utara, Medan , Indonesia
1*
roxsana.tumanggor@usu.ac.id, 2nikmalnasution@gmail.com
Abstrak
Mahasiswa menunjukkan beberapa gejala psikologis selama Pandemi COVID-19, seperti rasa takut terinfeksi
COVID-19 dan kecemasan. Riset menunjukkan bahwa religiusitas adalah faktor penting yang harus di
integrasikan ke dalam intervensi intervensi keperawatan untuk mengurangi risiko faktor kecemasan maupun
dampak psikologis lainnya. Penelitian ini adalah penelitian cross-sectional yang bertujuan untuk menganalisis
hubungan antara tingkat religiusitas dan tingkat kecemasan mahasiswa selama Pandemi. Berdasarkan teknik
proportional stratified random sampling didapatkan 87 orang mahasiswa keperawatan sebagai sampel
penelitian. Instrumen yang diujikan dalam penelitian ini adalah The Centrality of Religiosity Scale (CRS) dan
kuisioner kecemasan terhadap COVID-19 yang sudah melalui uji validitas dan reliabilitas. Data dianalisis
dengan uji korelasi Pearson untuk analisis hubungan kedua variabel dan menentukan distribusi frekwensi
karakteristik sampel yang diteliti. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa lebih dari 90% sampel adalah
perempuan, dan tiga diantaranya pernah terinfeksi dengan COVID-19. Berdasarkan hasil uji statistik untuk
mencari hubungan dengan uji Korelasi Pearson menunjukkan hubungan kuat antara religiusitas dan kecemasan
terhadap COVID-19. Hasil analisis statistik diperoleh koefisien korelasi -0,404 dengan P 0,00<0,05. Nilai
koefisien korelasi menunjukkan terdapat hubungan negatif yang signifikan, artinya semakin tinggi religiusitas
maka semakin rendah kecemasan terhadap COVID-19.
Abstract
Students showed some psychological symptoms as the COVID-19 Pandemic occurred. It can be seen from fear
of COVID-19 as well as anxiety. Research revealed that religiosity is an important factor that must be
integrated into nursing interventions to minimize the risk of anxiety factors and other psychological effects. This
is a descriptive study which aims to analyse the relationship between the level of religiosity and anxiety levels of
students during the COVID-19 pandemic. Data collection was carried out online in April-June 2021, using the
proportional stratified random sampling technique and obtained 87 nursing students as research samples. The
instruments tested in this study were The Centrality of Religiosity Scale (CRS) and the COVID-19 anxiety
questionnaire. The data were analyzed using the Pearson correlation test to analyze the relationship between
the two variables and determine the frequency distribution of the sample’s characteristics. According to the
research result, it showed that the majority of the samples were women (90.8%), and infected with COVID-19
(3.4%). The Pearson Correlation Test result yielded that there is a significant relationship between religiosity
and anxiety. Based on the results of statistical analysis, the correlation coefficient is -0.404 with P 0.00 <0.05.
The correlation coefficient value shows that there is a significant negative relationship, meaning that the higher
the religiosity, the lower the anxiety about COVID-19.
90
TROPHICO: Tropical Public Health Journal
Faculty of Public Health, USU
COVID-19 (Tumanggor et al., 2021). Studi hubungan antara tingkat religiusitas dengan
juga menunjukkan bahwa paparan informasi tingkat kecemasan yang dialami mahasiswa
dari media terkait COVID-19 juga selama Pandemi COVID-19 di Fakultas
menimbulkan dampak positif maupun negatif Keperawatan Universitas Sumatera Utara.
sehingga berdampak pada kesehatan mental,
yang memicu timbulnya stres, cemas, panik, Metode
dan rasa takut (Roestriyani, 2020).
Berdasarkan skrining yang dilakukan Penelitian ini adalah penelitian
oleh Perhimpunan Dokter Spesialis korelasi dengan desain cross-sectional yang
Kedokteran Jiwa Indonesia (PDSKJI, 2020) dilakukan secara online pada bulan April
ditemukan beberapa kondisi psikologis yang sampai Juni 2021. Tujuan penelitian adalah
terjadi pada masyarakat Indonesia secara untuk mengetahui hubungan antara tingkat
keseluruhan. Sebanyak 64.3% sampel religiusitas dan tingkat kecemasan mahasiswa
mengidap depresi yang diantaranya keperawatan selama pandemic COVID-19.
kebanyakan adalah perempuan sebanyak Pengambilan sampel dilakukan dengan metode
76.1%. Penelitian yang dilakukan oleh proportional stratified random sampling pada
Rajkumar (2020) menemukan bahwa depresi 665 mahasiswa keperawatan Universitas
merupakan gejala yang umum terjadi pada Sumatera Utara sebagai populasi penelitian,
kasus klinis psikiatri. Hal ini kemudian dan didapatkan 87 mahasiswa sebagai sampel.
ditambahkan oleh penelitian yang dilakukan Pengumpulan data dilakukan dengan
(Huang & Zhao, 2020) yang menemukan menggunakan dua instrumen yakni The
bahwa mayoritas masyarakat di China Centrality of Religiosity Scale (CRS) yang
mengalami kecemasan dan gangguan tidur. terdiri dari dimensi praktik ibadah,
Selain itu, para professional kesehatan seperti pengalaman religiusitas, kemampuan
perawat juga mengalami masalah psikologis intelektual dengan nilai validitas 1.00 dan nilai
selama pandemi (Wang et al., 2020). Untuk uji reliabilitas 0.938. Oleh sebab itu,
kasus mahasiswa keperawatan, penelitian yang pengukuran religiusitas seseorang memang
dilakukan oleh Savitsky, 2020 menyimpulkan sebaiknya diukur dengan cara observasi, yang
bahwa terdapat hubungan era antara tingkat tidak dilakukan pada penelitian ini karena
kecemasan dan ketakutan, terinfeksi COVID- pembatasan sosial yang diberlakukan selama
19. pandemic COVID-19.
Menurut Wulandari (2015), gangguan Instrumen kedua adalah kuisioner kecemasan
pada kondisi psikologis tertentu bisa terhadap COVID-19 versi berbahasa Indonesia
diturunkan dengan integrasi religiusitas pada dan sudah melalui uji validitas dan uji
beberapa aspek intervensi. Hal ini disebabkan reliabilitas dengan nilai 0.918. Sebelum
individu dengan tingkat religiusitas tinggi pada pengumpulan data, peneliti sudah memberikan
umumnya nampak lebih bahagia dengan penjelasan terkait penelitian kepada sampel
kehidupan sehingga memunculkan perasaaan yang meliputi tujuan penelitian dan kebebasan
ketenangan batin (Sapuan, 2014). Sehingga sampel untuk menarik diri dari penelitian
dalam hal ini perlu dilakukan upaya upaya kapan saja responden menghendaki. Jika
preventif untuk menurunkan risiko kecemasan responden setuju dengan persyaratan
pada mahasiswa, disebabkan kecemasan penelitian, maka link google form tentang
merupakan gejala awal untuk diagnosis klinis pengisian instrument dibagikan via Whattsapp.
gangguan jiwa tertentu. Data yang sudah terkumpul, dianalisis untuk
Studi korelasi yang dilakukan oleh menentukan distribusi frekwensi dan uji
Abdel et al (2019) menunjukkan bahwa hubungan dengan Uji Korelasi Pearson.
terdapat hubungan yang signifikan antara
religiusitas dengan kecemasan di kalangan Hasil
muslim Arab. Menurut Ahmad et al (2020),
hal ini bisa terkait keyakinan yang Berdasarkan hasil penelitian,
dipraktikkan seseorang sehari hari. Sebab, didapatkan data karakteristik responden bahwa
praktik beragama yang dilakukan sebagai 90.8% adalah perempuan yang berusia 19
aktivitas rutin berpotensi menurunkan tahun (28.7%) dan terdapat 3.4% yang pernah
kecemasan terutama pada masa Pandemi terinfeksi COVID-19. Oleh sebab pandemi
COVID-19 (Lucchetti et al., 2020). menyebabkan mahasiswa harus belajar dari
Oleh sebab itu penting kiranya untuk rumah dengan sistem online, maka sebanyak
melakukan penelitian untuk menganalisis 81.6% memilih untuk tinggal bersama
91
TROPHICO: Tropical Public Health Journal
Faculty of Public Health, USU
92
TROPHICO: Tropical Public Health Journal
Faculty of Public Health, USU
94
TROPHICO: Tropical Public Health Journal
Faculty of Public Health, USU
95
TROPHICO: Tropical Public Health Journal
Faculty of Public Health, USU
Abstrak
Salah satu permasalahan lingkungan yang menjadi isu nasional adalah permasalahan sampah. Upaya penurunan
volume sampah ditingkat rumah tangga dapat dilakukan dengan penerapan prinsip 3R (Reduce, Reduce dan
Recycle) dengan melibatkan partisipasi ibu rumah tangga. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui
pengelolaan sampah dengan prinsip 3R sebagai upaya penurunan volume sampah pada ibu rumah tangga di
Kelurahan Labuhan Deli. Metode dalam penelitian ini merupakan survei yang bersifat deskriptif untuk melihat
gambaran pengelolaan sampah dengan prinsip 3R pada ibu rumah Hasil penelitian menunjukkan ibu rumah
tangga berumur 55-56 tahun (37,8%), pendidikan terakhir SD (51%), pendapatan keluarga di bawah Rp.
3.000.000 (63,3%), suku melayu (72,4%) dan memiliki jumlah anggota keluarga <5 orang (77,6%) dengan
timbulan sampah rumah tangga yang dihasilkan dalam 6 hari adalah 397,5 Kg atau setiap harinya dihasilkan
sampah rumah tangga 0,676 Kg/hari dan 0,166 Kg/orang/hari dengan jenis sampah organik sebanyak 90% dan
sampah anorganik 10%. Komposisi sampah terbanyak adalah sampah makanan sebanyak 83,3%. Pengelolaan
sampah dengan prinsip reduce pada sebagian besar ibu rumah tangga masuk kategori rendah yaitu 75 ibu rumah
tangga (76,5%), pengelolaan sampah dengan prinsip reduce pada sebagian ibu rumah tangga masuk kategori
sedang yaitu 46 ibu rumah tangga (46,9%), pengelolaan sampah dengan prinsip recycle pada sebagian besar ibu
rumah tangga masuk kategori rendah yaitu 96 ibu rumah tangga (98%), dan pengelolaan sampah dengan prinsip
3R pada sebagian besar ibu rumah tangga masuk kategori rendah yaitu 88 ibu rumah tangga (89,8%). Kemudian
hampir semua ibu rumah tangga tidak mengetahui adanya Peraturan Daerah dan Peraturan Wali Kota Medan
berkaitan dengan pengelolaan Sampah Rumah serta adanya denda sebesar 10.000.000 atau kurungan penjara
selama 3 bulan bagi setiap orang yang membuang sampah sembarangan.
Abstract
The environmental problem that has become a national issue is the waste problem. Efforts to reduce the volume
of waste at the household level can be done by applying the 3R principle (Reduce, Reduce and Recycle) by
involving the participation of housewives. This study was conducted to determine the implementation of waste
management with the 3R principle as an effort to reduce the volume of waste for housewives in Labuhan Deli
Village.. The method in this study is a descriptive survey to see an overview of waste management with 3R
principles on housewives in Labuhan Deli Village. The results showed that the respondents were housewives
aged 55-56 years (37.8%), the last education was elementary school (51%), family income below Rp. 3,000,000
(63.3%), Malay ethnicity (72.4%) and having <5 family members (77.6%) with household waste generated in 6
days is 397.5 Kg or every day household waste produced is 0.676 Kg/day and 0.166 Kg/person/day with 90%
organic waste and 10% inorganic waste. The composition of the most waste is food waste as much as 83.3%.
Waste management with the principle of reduce for most housewives is in the low category, namely 75
housewives (76.5%), waste management with the principle of reduce for some housewives is in the medium
category, namely 46 housewives (46.9%) , waste management with the recycle principle in most housewives is in
the low category, namely 96 housewives (98%), and waste management with the 3R principle in most
housewives is in the low category, namely 88 housewives (89.8%). Then almost all housewives are not aware of
the Regional Regulation and the Medan Mayor Regulation relating to the management of household waste as
well as a fine of 10,000,000 or imprisonment for 3 months for anyone who litters.
96
TROPHICO: Tropical Public Health Journal
Faculty of Public Health, USU
99
TROPHICO: Tropical Public Health Journal
Faculty of Public Health, USU
Labuhan Deli terdapat himbauan tentang merupakan salah satu kelurahan yang di Kota
larangan membuang sampah sembarangan. Medan tidak berbeda dengan timbulan sampah
rumah tangga yang ada di Kota lainnya seperti
Pembahasan Kota Binjai.
Pada penelitian ini diketahui pula jenis
Karakteristik Sampah Rumah Tangga sampah organik lebih banyak dari sampah
Hasil observasi menunjukan bahwa anorganik sebagaimana penelitian Lya (2009)
total timbulan sampah rumah tangga pada dua dalam Widiarti (2012) yang menyebutkan
kali pengukuran (6 hari) adalah 397,5 Kg. bahwa jenis sampah rumah tangga yang paling
Kemudian hasil observasi juga menunjukkan banyak dihasilkan adalah sampah organik
bahwa jenis sampah terbanyak yang dihasilkan sebanyak 70% dan sampah anorganik 28% dan
oleh setiap rumah tangga di Kelurahan sisanya limbah B3 sebanyk 2%. Pada
Labuhan Deli merupakan Sampah Organik umumnya kegiatan yang dilakukan manusia
dengan berat harian sampah organik yang dihasilkan sampah organik yang lebih banyak
dihasilkan setiap rumah tangga sebesar 0,609 dari pada sampah anorganik yaitu sampah
Kg (90%) dan sisanya merupakan sampah organik sekitar 60-70% dan sampah anorganik
jenis sampah anorganik dengan berat harian 30-40% (Purwaningrum, 2016).
yang dihasilkan sebesar 0,067 Kg (10%). Berdasarkan penelitian ini diketahui
Selanjutnya hasil observasi juga menunjukkan bahwa komposisi sampah rumah tangga yang
bahwa komposisi sampah terbanyak yang paling banyak dihasilkan yaitu sampah
dihasilkan dari seluruh rumah tangga sebesar makanan yang terdiri dari sisa-sisa makanan,
83,3% adalah sampah makanan seperti sisa potongan sayuran dan potongan buah-buahan.
makanan, sisa potongan sayur maupun Banyaknya timbulan sampah makanan ini
bungkusan makanan dari dedaunan. dikarenakan banyak ibu rumah tangga di
Zuriyani dkk (2020) dalam Kelurahan Labuhan Deli yang tidak
penelitiannya menyatakan bahwa satu keluarga melakukkan pengelolaan sampah rumah
di Kelurahan Pasir Nan Tigo menghasilkan tangga dengan prinsip recycle dengan cara
sampah rumah tangga sebanyak 0,01 Kg/hari mengelola sampah makanan tersebut menjadi
maka dapat diartikan bahwa timbulan sampah pupuk kompos. Ratya & Herumurti (2017)
di Kelurahan Labuhan Deli lebih besar dari dalam penelitiannya menyatakan bahwa
penelitian tersebut. Adanya perbedaan jumlah komposisi timbulan sampah rumah tangga di
timbulan sampah rumah tangga yang Kecamatan Rungkut yang paling banyak
dihasilkan ini dipengaruhi oleh beberapa faktor dihasilkan setiap hari adalah sampah yang
seperti letak geografis, iklim, tingkat sosial dapat dikomposkan seperti sampah dapur dan
ekonomi, kepadatan penduduk dan kemajuan sisa makanan yaitu sebanyak 58,4% dari total
teknologi. Kelurahan Deli memiliki jumlah keseluruhan timbulan sampah rumah tangga
penduduk yang begitu besar sehingga yang dihasilkan. Penelitian ini juga sejalan
menghasilkan sampah yang banyak pula. dengan hasil penelitian sebelumnya oleh
Sebagai salah satu wilayah yang berada di Dewilda dkk (2014) yang menyatakan bahwa
Kota Medan, Kelurahan Labuhan Deli komposisi sampah domestik Kabupaten Tanah
tergolong sebagai wilayah strategis yang dapat Datar didominasi oleh sampah basah 75,5%,
diakses dari berbagai wilayah lainnya yang sampah plastik 16,6% dan sampah kertas
tentunya dapat memudahkan masuknya 5,3%.
berbagai macam produk yang banyak Data mengenai jumlah timbulan, jenis
menghasilkan sampah seperti produk dengan dan komposisi sampah rumah tangga sangat
kemasan plastik. penting untuk diketahui dikarenakan data
Berdasarkan hasil observasi yang tersebut dapat menjadi acuan dalam menyusun
dilakukkan dalam 2 kali pengukuran berbagai kebijakan dan program pengelolaan
menunjukkan bahwa rata-rata sampah rumah sampah, penyediaan fasilitas pengelolaan
tangga yang dihasilkan setiap orang per sampah, penyediaan wadah pemilahan sampah,
harinya adalah 0,166 Kg. Hasil penelitian ini angkutan pengangkut sampah serta
sejalan dengan penelitian Hadameon (2019) penyusunan rute pengangkutan sampah
yang menyatakan bahwa rata-rata berat khususnya di Kelurahan Labuhan Deli.
sampah rumah tangga di Kota Binjai yang
dihasilkan adalah 0,17 kg/orang. Hal ini Pengelolaan Sampah Rumah Tangga
menunjukkan bahwa timbulan sampah yang
berada di Kelurahan Labuhan Deli yang Berdasarkan hasil penelitian yang
102
TROPHICO: Tropical Public Health Journal
Faculty of Public Health, USU
106
TROPHICO: Tropical Public Health Journal
Faculty of Public Health, USU
Abstrak
Sesuai Perpres Nomor 1, pengenalan vaksinasi Covid-19 sebagai upaya pemerintah mencegah penyebaran virus
Covid-19 dengan mewajibkan warganya untuk divaksinasi14 tahun 2021.Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi Kabupaten Labuhanbatu Selatan implementasi kebijakan
vaksinasi Covid-19. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah cross sectional, yang
menggunakan pendekatan kuantitatif. Penelitian ini menggunakan stratified random sampling dengan 142
responden sebagai sampel., Analisis yang digunakan , bivariat dengan chi-square, dan multivariat dengan regresi
logistik. Hasil penelitian menunjukan ada hubungan antara komunikasi (p=0,02), ketersediaan sumber daya
(p=0,001), disposisi (p=0,004), cara pelaksanaan program (p= 0,034) dengan implementasi program vaksinasi
covid-19), variabel komunikasi yang paling berpengaruh terhadap implementasi program vaksinasi covid-19
dengan OR sebesar 15,79 dan nilai p = 0,001 artinya 15,7 kali lebih besar terhadap pelaksanaan program
vaksinasi Covid-19 di Kabupaten Labuhanbatu Selatan. Saran dalam penelitian ini adalah pemerintah
Kabupaten Labuhanbatu Selatan diharapkan memperhatikan pekerjaan petugas, misalnya memberikan
penghargaan atau apresiasi kepada petugas, dalam rangka meningkatkan kemampuan aparatur dan memastikan
keberhasilan pelaksanaan program vaksin Covid-19 di Kabupaten Labuhanbatu Selatan.
Abstract
In accordance with Presidential Decree Number 1, the introduction of Covid-19 vaccination as an effort by the government
to prevent the spread of the Covid-19 virus by requiring its citizens to be vaccinated14 in 2021. This study aims to determine
the factors that influence the South Labuhanbatu Regency implementation of the Covid-19 vaccination policy. . The research
method used in this study is cross sectional, which uses a quantitative approach. This study used stratified random sampling
with 142 respondents as a sample, Analysis used, bivariate with chi-square, and multivariate with logistic regression. The
results showed that there was a relationship between communication (p = 0.02), availability of resources (p = 0.001),
disposition (p = 0.004), how to implement the program (p = 0.034) with the implementation of the covid-19 vaccination
program), Communication variables that most influenced the implementation of the covid-19 vaccination program with an
OR of 15.79 and p value = 0.001 meaning 15.7 times greater than the implementation of the Covid-19 vaccination program
in South Labuhanbatu Regency. The suggestion in this study is that the South Labuhanbatu Regency government is expected
to pay attention to the work of officers, for example giving awards or appreciations to officers, in order to improve the
capabilities of the apparatus and ensure the successful implementation of the Covid-19 vaccine program in South
Labuhanbatu Regency.
menyatakan bahwa program sudah berjalan. dilakukan uji analisis multivariat dengan
pelaksanaan program program dilaksanakan regresi logistik memiliki pengaruh 15,7 kali
dengan sikap negatif, 24 responden lebih besar terhadap pelaksanaan program
(16,9%)menyatakan program tidak vaksinasi Covid-19 di Kabupaten Labuhanbatu
dilaksanakan dan 9 responden (6,3%) Selatan. (95 persen CI = 4,756 - 90,498).
menyatakan program dilaksanakan.
Ada hubungan anatara disposisi Pembahasan
dengan pelaksanaan program vaksinasi Covid-
19 Diperoleh hasil uji statistik p=0,004. Penerapan kebijakan berbasis energi
masyarakat Dinas Kesehatan Kabupaten
Tabel 5 Yahukimo dipengaruhi secara signifikan oleh
Hubungan Struktur Birokrasi terhadap
Implementasi Program Vaksinasi Covid-19 di
variabel sumber energi, menurut penelitian
Kabupaten Labuhanbatu Selatan Penius Wanimbo (2020). Hal ini karena
Implementasi penerapan kebijaksanaan mengalami
S Program Vaksinasi Covid- J p kekurangan basis energi, yang memiliki efek
truktur 19 umlah
Birokrasi T B value samping dari mencegah beberapa
idak erjalan kebijaksanaan terwujud. Kesimpulannya,
Berjalan perumusan kebijakan hanya akan
n % n % n %
0 menghasilkan teks atau artikel yang tidak
B 1 7 1 8 1 8
uruk 13 9,6 2 ,5 25 8,0 ,034 pernah sampai pada kesimpulan apa pun.
B 1 8 5 3 1 1 Karyawan, otoritas, data, dan fasilitas
aik 2 ,5 ,5 7 2,0 merupakan basis energi yang diperlukan untuk
T 1 8 1 1 1 1
otal 25 8,0 7 2,0 42 00 penerapan kebijaksanaan (Wanimbo et al.,
2020).
Hasil analisis pada Tabel 5 Pengaruh Komunikasi terhadap
menunjukkan bahwa dari 142 responden, 125 Implementasi Program Vaksinasi Covid-19
responden menyatakan struktur birokrasi Berdasarkan hasil uji statistik yang
buruk, dimana 113 responden (79,6) diperoleh dari responden bahwasanya Tanya
menyatakan program tidak berjalan, dan 12 jawab langsung kepada aparatur vaksinasi
responden (8,5%) menyatakan program tidak Covid-19 menunjukkan bahwa variabel
berjalan. Dari 17 responden yang melaporkan komunikasi belum berfungsi secara maksimal.
bentuk birokrasi yang baik, 5 persen Dikarenakan kurangnya koreksi dan data dari
melaporkan bahwa program telah Dinas Kesehatan Kabupaten Labuhanbatu
dilaksanakan, sedangkan 12 responden (8,5 Selatan kepada petugas vaksinasi Covid-19
persen) melaporkan bahwa aplikasi program dan warga, komunikasi mengenai kejelasan
tidak dilaksanakan, dan 5 responden (3,5 data dan stabilitas belum sepenuhnya efektif.
persen) .Terdapat hubungan yang signifikan Rendahnya partisipasi warga dalam program
antara cara pelaksanaan program vaksinasi vaksinasi Covid-19 juga berdampak pada
Covid-19 dengan p= 0,034. keberhasilan program. Hal ini dapat dilihat
dengan membandingkan nilai pencapaian dosis
Tabel 6 I dan dosis II, dimana nilai pencapaian dosis II
Analisis Multivariat belum mampu menandingi pencapaian dosis I.
Varia P O E 9
bel -Value R xp (B) 5%CI Kurangnya kemauan dan semangat warga
Komu 0 7 1 2 untuk mengunjungi fasilitas pelayanan
nikasi ,002 ,97 6,288 ,728- kesehatan dimana mereka dapat menerima
97,236
Sumb 0 1 2 4 vaksin Covid-19 adalah tanda lain dari
er daya ,001 5,79 0,476 ,756- rendahnya partisipasi; Akibatnya, keberhasilan
90,498
Dispo 0 6 8 1
program vaksin Covid-19 di Kabupaten
sisi ,005 ,276 ,128 ,877- Labuhanbatu Selatan terhambat.
35,191 Pengaruh Sumber Daya terhadap
Strukt 0 3 4 0
ur birokrasi ,107 ,294 ,426 ,725- Implementasi Program Vaksinasi Covid-19
27,029 Ditemukan dalam variabel sumber
Const 0 1 energi bahwa petugas vaksinasi Covid-19
ant ,002 47,681
memiliki sumber energi yang buruk. Hal ini
menunjukkan bahwa kualitas petugas yang
Tabel tersebut menunjukkan bahwa
tinggi, jumlah yang banyak, dan penempatan
variabel sumber daya memiliki nilai OR (Odds
petugas yang tidak tepat bisa jadi
Ratio) sebesar 15,79 (p = 0,001) setelah
110
TROPHICO: Tropical Public Health Journal
Faculty of Public Health, USU
111
TROPHICO: Tropical Public Health Journal
Faculty of Public Health, USU
referensi yang up-to-date (referensi dibuat selama sepuluh tahun terakhir). Penulis
menggunakan pengelola referensi seperti Mendeley, Zotero, EndNote, dll.
Contoh:
1. Buku (cetak)
Soemirat, J. (2015). Epidemiologi lingkungan (Edisi ke-3). Gadjah Mada University Press
2. Buku (online)
Irawan, D. W. P. (2016). Prinsip hygiene sanitasi makanan dan minuman.
https://kesling.poltekkesdepkes-sby.ac.id/wp-content/uploads/2020/03/BUKU-ISBN-
PRINSIP-2-HS-MAKANAN-DI-RS.pdf
3. Artikel Jurnal
Cronk, R., Slaymaker, T., & Bartram, J. (2015). Monitoring drinking water, sanitation, and
hygiene in non-household settings: Priorities for policy and practice. International
Journal of Hygiene and Environmental Health, 218(8), 694–703.
https://doi.org/10.1016/j.ijheh.2015.03.003
4. Prodising Seminar
Maulidyah, R., Labellapansa, A., & Efendi, A. (2018). Penalaran berbasis aturan untuk
deteksi dini penyakit kulit akibat infeksi jamur. Prosiding Sisfotek, 9(1), 131–138
6. Laporan Pemerintah
Kementerian Kesehatan RI. (2018). Hasil Utama Riset Kesehatan Dasar 2018.
http://www.depkes.go.id/resources/download/info-terkini/hasil-riskesdas-2018.pdf
7. Peraturan/ Undang-undang
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1096 Tahun 2011 tentang Higiene
Sanitasi Jasaboga.
Artikel yang dikirim adalah karya individual yang tidak/ sedang dalam proses publikasi
untuk penerbit lain. Setiap artikel akan diperiksa untuk plagiarisme menggunakan Turnitin
dengan batas toleransi maksimal 20%. Penulis harus melampirkan surat pernyataan bahwa
artikel yang dikirim tidak/ sedang dalam proses untuk publikasi di penerbit lain dan tidak
mengandung unsur plagiarisme.
Penyerahan makalah
Makalah harus diserahkan secara kontinu dan artikel yang dikirim harus memenuhi
semua persyaratan. Jumlah halaman maksimal (termasuk tabel, gambar atau grafik dan
referensi) sebanyak 10 halaman. Semua artikel melalui proses peer-review sebelum
dipublikasikan. Rekomendasi keseluruhan reviewer dapat berupa sebagai berikut:
Accepted tanpa revisi. Makalah tersebut diteruskan ke editor untuk diterima atau
dipublikasikan di jurnal
Accepted dengan revisi. Saran dan komentar reviewer dikirim melalui email
pemberitahuan ke alamat email penulis. Penulis harus memperbaiki artikel sesuai dengan
komentar dan mengirimkan kembali makalahnya.
Rejected. Makalah tidak akan dipublikasikan di jurnal. Alasan reviewer untuk
TROPHICO: Tropical Public Health Journal
Faculty of Public Health, USU
Abstrak
(Latar Belakang).......................................................................................................................................................
............................................................................................................................................................................
............................................................................................................................................................................
.............................................................(Tujuan).................................................................................................
............................................................................................................................................(Metode).........................
.............................................................................................................................................................................
...................................................................................(Hasil)..............................................................................
............................................................................................................................................................................
............................................................................................................................................................................
.....................(Kesimpulan).................................................................................................................................
..........................................................................................................................................................................
Abstract
(Background)..............................................................................................................................................................
............................................................................................................................................................................
...........................................................................................................................................................................
.......................................................(Objective)...................................................................................................
..........................................................................................................................................(Methods)..........................
.............................................................................................................................................................................
...................................................................................(Results)...........................................................................
............................................................................................................................................................................
............................................................................................................................................................................
........................(Conclusion)...............................................................................................................................
...........................................................................................................................................................................