Anda di halaman 1dari 82

SKRIPSI

EFEKTIFITAS PEMBERIAN MINYAK JAHE MERAH TERHADAP


PERUBAHAN INTENSITAS NYERI SENDI PADA LANSIA DENGAN
RHEUMATHOID ARTHRITIS DI UPT PUSKESMAS GLUGUR
DARAT KECAMATAN MEDAN TIMUR TAHUN 2021

OLEH :

LYLA MALINDA SIRINGO RINGO


190204054

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN


FAKULTAS FARMASI DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS SARI MUTIARA INDONESIA
TAHUN 2021
SKRIPSI

EFEKTIFITAS PEMBERIAN MINYAK JAHE MERAH TERHADAP


PERUBAHAN INTENSITAS NYERI SENDI PADA LANSIA DENGAN
RHEUMATHOID ARTHRITIS DI UPT PUSKESMAS GLUGUR
DARAT KECAMATAN MEDAN TIMUR TAHUN 2021

Skripsi ini diajukan sebagai syarat memperoleh gelar Sarjana Keperawatan


(S.Kep) di Program Studi Keperawatan Fakultas Farmasi dan Ilmu Kesehatan
Universitas Sari Mutiara Indonesia

OLEH :
LYLA MALINDA SIRINGO RINGO
190204054

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN


FAKULTAS FARMASI DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS SARI MUTIARA INDONESIA
TAHUN 2021
i
PERNYATAAN KEASLIAN

EFEKTIFITAS PEMBERIAN MINYAK JAHE MERAH TERHADAP


PERUBAHAN INTENSITAS NYERI SENDI PADA LANSIA DENGAN
RHEUMATHOID ARTHRITIS DI UPT PUSKESMAS GLUGUR
DARAT KECAMATAN MEDAN TIMUR TAHUN 2021

SKRIPSI

Dengan ini peneliti menyatakan bahwa skripsi ini adalah hasil karya sendiri dan
belum pernah diajukan oleh orang lain untuk memperoleh gelar kesarjanaan di
suatu perguruan tinggi dan sepanjang pengetahuan peneliti, tidak terdapat karya
atau pendapat yang pernah ditulis dan diterbitkan oleh orang lain dalam naskah
ini, kecuali tertulis dan tercantum dalam daftar pustaka.

Medan, 19 Maret 2021

Peneliti

Lyla Malinda Siringo Ringo

ii
DAFTAR RIWAYAT HIDUP

I. Identitas Diri
Nama : Lyla Malinda Siringo Ringo
NIM : 190204054
Tempat/Tanggal Lahir : Medan, 07 April 1999
Agama : Kristen Protestan
Anak ke : 1 (Pertama) dari 2 (Dua) bersaudara
Status Perkawinan : Belum Menikah
Nomor HP : 081263106779
Email : lylamalindasiringoringo@gmail.com

II. Identitas Orang Tua


Nama Ayah : Ramli Siringo Ringo
Pekerjaan : Wiraswasta
Nama Ibu : Flora Tambunan
Pekerjaan : Pegawai Negeri Sipil
Alamat Rumah : Jl. Gaperta Ujung Gg Beringin No. 6

III.Riwayat Pendidikan
Tahun 2004 - 2010 : SD Negeri 065854 Medan Helvetia
Tahun 2010 - 2013 : SMP N 40 Medan
Tahun 2013 - 2016 : SMK Farmasi YPFSU Medan
Tahun 2016 - 2019 : Akademi Keperawatan Kesdam I/BB
Medan
Tahun 2019 – Sekarang : Sedang Menyelesaikan S1 Keperawatan di
Program Studi Keperawatan Fakultas
Farmasi Dan Ilmu Kesehatan Universitas
Sari Mutiara Indonesia.

iii
PROGRAM STUDI KEPERAWATAN
FAKULTAS FARMASI DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS SARI MUTIARA INDONESIA

Skripsi, Maret 2021


Lyla Malinda Siringo Ringo
Efektifitas Pemberian Minyak Jahe Merah Terhadap Perubahan Intensitas Nyeri Sendi Pada
Lansia Dengan Rheumathoid Arthritis di UPT Puskesmas Glugur Darat Kecamatan Medan Timur
Tahun 2021.
xiii + 44 Halaman + 1 Tabel + 2 Skema + 4 Gambar + 12 Lampiran

ABSTRAK

Rheumathoid Arthritis merupakan gangguan peradangan kronis autoimun dimana imun seseorang
terganggu dan turun akibat hancurnya organ sendi pada lapisan sinovial, sehingga menyebabkan
nyeri sendi disertai pembengkakan dan perubahan struktur sendi. Salah satu intervensi
keperawatan pada pasien rheumathoid arthritis yaitu pemberian minyak jahe merah. Jahe merah
mempunyai kandungan minyak atsiri yang digunakan berbagai macam pengobatan, seperti
rematik. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui “Efektifitas pemberian minyak jahe merah
terhadap perubahan intensitas nyeri sendi pada lansia dengan rheumathoid arthritis di UPT
Puskesmas Glugur Darat Kecamatan Medan Timur tahun 2021”. Jenis penelitian ini adalah
penelitian kuantitatif menggunakan metode quasy eksperiment dengan rancangan one- group pre-
post test design, Jumlah sampel dalam penelitian sebanyak 23 responden dengan teknik
pengambilan sampel simple random sampling. Analisa data menggunakan uji statistik Paired T-
Test. Hasil menunjukkan dari hasil uji berdasarkan hasil uji statistik menggunakan uji Paired t-test
diperoleh nilai p=0.000 hal ini menunjukkan pemberian minyak jahe merah efektif terhadap
perubahan intensitas nyeri sendi pada lansia di UPT Puskesmas Glugur Darat Kecamatan Timur.
Kesimpulan pemberian minyak jahe merah pada lansia dengan intensitas nyeri sendi pada adalah
salah satu terapi yang efektif untuk menurunkan intensitas nyeri sendi. Penelitian ini
merekomendasikan perlunya intervensi pemberian minyak jahe merah terhadap perubahan
intensitas nyeri sendi pada lansia dengan rheumathoid arthritis.

Kata Kunci : Rheumathoid Arthritis, Intesnitas Nyeri Sendi, Minyak Jahe Merah

Daftar Pustaka : 31 (2011-2019)

iv
NURSING STUDY PROGRAM
PHARMACEUTICAL AND HEALTH SCIENCE FACULTY
SARI MUTIARA INDONESIA UNIVERSITY

Scription, March, 2021


Lyla Malinda Siringo Ringo
The Effectiveness of Giving Red Ginger Oil on Changes in the Intensity of Joint Pain in the
Elderly with Rheumathoid Arthritis at Public Health Center Glugur Darat, Medan Timur
District in 2021.
xiii + 44 Pages + 1 Table + 2 Schemes + 4 Pictures + 12 Attachments

ABSTRACT

Rheumathoid Arthritis is a chronic autoimmune inflammatory disorder when a person's immune


system is impaired and decreased due to the destruction of the joint organs in the synovial layer,
causing joint pain accompanied by swelling and changes in joint structure. One of the nursing
interventions in patients with rheumathoid arthritis is giving red ginger oil. Red ginger contains
essential oils that are used in various treatments, such as rheumatism. The purpose of this study is
to determine "The effectiveness of giving red ginger oil to changes in the intensity of joint pain in
the elderly with rheumathoid arthritis at Public Health Center Glugur Darat, Medan Timur
District in 2021". This type of research is a quantitative study using a quasy experimental method
with a one-group pre-post test design. The number of samples in the study are 23 respondents with
simple random sampling technique. The paired T-Test statistical test is used in data analysis. The
results show that the results of the test based on the results of statistical tests using the Paired T-
Test obtained a value of p = 0.000, this indicates that the administration of red ginger oil is
effective against changes in the intensity of joint pain in the elderly at Public Health Center
Glugur Darat, East District. The conclusion is that giving red ginger oil to the elderly with the
intensity of joint pain is an effective therapy to reduce the intensity of joint pain. This study
recommends the need for intervention in giving red ginger oil to changes in the intensity of joint
pain in the elderly with rheumathoid arthritis.

Keywords : Rheumathoid Arthritis, Intensity of Joint Pain, Red Ginger Oil


Bibliography : 31 (2011-2019)

v
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur peneliti ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang
telah memberikan kesehatan kepada peneliti, dan atas berkat rahmat dan
karuniaNya sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul
“Efektifitas Pemberian Minyak Jahe Merah Terhadap Perubahan Intensitas
Nyeri Sendi Pada Lansia Dengan Rheumathoid Arthritis Di UPT Puskesmas
Glugur Darat Kecamatan Medan Timur Tahun 2021”. Penyelesaian skripsi
ini merupakan salah satu persyaratan dalam menyelesaikan pendidikan pada
Program Studi Keperawatan Fakultas Farmasi Dan Ilmu Kesehatan Universitas
Sari Mutiara Indonesia Tahun 2021. Selama proses penyusunan skripsi ini, begitu
banyak bantuan, nasehat dan bimbingan yang peneliti terima demi kelancaran
skripsi ini. Dengan segala kerendahan hati, pada kesempatan ini peneliti ingin
menyampaikan terima kasih kepada Bapak / Ibu :
1. Dr. Parlindungan Purba, SH, MM, selaku Ketua Yayasan Sari Mutiara
Indonesia Medan.
2. Dr. Ivan Elisabeth Purba, M.Kes, selaku Rektor Universitas Sari Mutiara
Indonesia.
3. Taruli Rohana, SP, MKM, selaku Dekan Fakultas Farmasi Dan Ilmu
Kesehatan Universitas Sari Mutiara Indonesia.
4. Ns. Marthalena Simamora, S.Kep, M.Kep, selaku Ketua Program Studi
sekaligus Ketua Penguji Program Studi Keperawatan Fakultas Farmasi dan
Ilmu Kesehatan Sari Mutiara Indonesia .
5. Dr. Karnirius Harefa, S.Kp., SPd., M.Biomed selaku Penguji I yang telah
meluangkan waktu serta pikiran untuk memberikan bimbingan, arahan dan
saran kepada peneliti dalam menyelesaikan skripsi ini.
6. Ns. Johansen Hutajulu, AP, S.Kep, M.Kep, selaku Penguji II yang telah
meluangkan waktu serta pikiran untuk memberikan bimbingan, arahan dan
saran kepada peneliti dalam menyelesaikan skripsi ini.
7. Seluruh staff pengajar yang telah banyak memberikan dukungan di
Universitas Sari Mutiara Indonesia.

vi
8. Kepada Bapak R.Siringo Ringo dan Ibu F. Tambunan selaku orangtua
peneliti yang menjadi motivasi paling baik dalam hidup peneliti. Kepada
Diana E Siringo Ringo selaku adik kandung peneliti yang telah memberikan
dukungan doa, semangat.
9. Kepada Mahasiswa/I Sarjana Keperawatan Medan khususnya Jalur B yang
selama ini bersama saling membantu dan saling memberi motivasi, selama
penulis menjalani pendidikan di Universitas Sari Mutiara Indonesia.

Dengan segala kerendahan hati peneliti mengucapkan terimakasih. Semoga skripsi


ini dapat bermanfaat bagi pembaca sekalian. Terima kasih untuk semua
bimbingan, arahan, kritikan dan saran yang telah diberikan oleh semua pihak.

Medan, 25 Januari 2021

Peneliti

Lyla Malinda Siringo Ringo

vii
DAFTAR ISI
Halaman

COVER
COVER DALAM
HALAMAN PENGESAHAN ....................................................................... i
PERNYATAAN KEASLIAN ....................................................................... ii
DAFTAR RIWAYAT HIDUP....................................................................... iii
ABSTRAK....................................................................................................... iv
ABSTRACT..................................................................................................... v
KATA PENGANTAR ................................................................................... vi
DAFTAR ISI .................................................................................................. viii
DAFTAR GAMBAR .................................................................................... x
DAFTAR TABEL .......................................................................................... xi
DAFTAR SKEMA.......................................................................................... xii
DAFTAR LAMPIRAN................................................................................... xiii

BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang...................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah................................................................................. 5
1.3 Tujuan Peneliti ..................................................................................... 5
1.4 Manfaat Peneliti.................................................................................... 5
1.4.1 Bagi Penderita Rheumatoid Artritis............................................. 5
1.4.2 Bagi Pengembangan Ilmu Keperawatan...................................... 6
1.4.3 Bagi Peneliti Selanjutnya............................................................. 6

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS


2.1 Konsep Lansia...................................................................................... 7
2.1.1 Pengertian ................................................................................... 7
2.1.2 Batasan Lansia ............................................................................ 8
2.1.3 Klasifikasi Lansia........................................................................ 8
2.1.4 Perubahan pada lansia................................................................. 8
2.2 Konsep Rheumatoid Arthritis............................................................... 11
2.2.1 Pengertian ................................................................................... 11
2.2.2 Etiologi ....................................................................................... 11
2.2.3 Patofisiologi ................................................................................ 12
2.2.4 Manifestasi Klinis ....................................................................... 13
2.2.5 Pemeriksaan Diagnostik.............................................................. 13
2.3 Konsep Sendi........................................................................................ 14
2.3.1 Pengertian ................................................................................... 14
2.3.2 Klasifikasi sendi ......................................................................... 15
2.4 Konsep Nyeri........................................................................................ 18
2.4.1 Pengertian.................................................................................... 18
2.4.2 Penyebab Nyeri........................................................................... 19
2.4.3 Transmisi Nyeri .......................................................................... 20
2.4.4 Jenis Nyeri .................................................................................. 20
2.4.5 Faktor yang Mempengaruhi Persepsi Nyeri................................ 21
2.4.6 Pengukuran Intensitas Nyeri........................................................ 22

viii
2.4.7 Manajemen Nyeri...................................................................... 23
2.4.8 Pengkajian Nyeri....................................................................... 24
2.4.9 Pelaksanaan Keperawatan......................................................... 25
2.4.10 Tindakan dilakukan .................................................................. 25
2.4.11 Minyak Jahe.............................................................................. 25
2.4.12 Deproposal Tanaman Jahe Merah............................................. 27
2.4.13 Minyak Atsiri Jahe Merah......................................................... 27
2.5 Kerangka Konsep.................................................................................. 28
2.6 Hipotesis .............................................................................................. 29

BAB 3 METODE PENELITIAN


3.1 Jenis Penulisan...................................................................................... 30
3.2 Populasi Dan Sampel............................................................................ 30
3.2.1 Populasi....................................................................................... 30
3.2.2 Sampel......................................................................................... 30
3.3 Lokasi Penelitian.................................................................................. 31
3.4 Waktu Penelitian................................................................................... 31
3.5 Defenisi Operasional............................................................................ 31
3.6 Aspek Pengukuran................................................................................ 32
3.7 Alat Dan Prosedur Pengumpulan Data................................................. 32
3.7.1 Alat pengumpulan data................................................................ 32
3.7.2 Prosedur pengumpulan data........................................................ 32
3.8 Etika Penelitian..................................................................................... 33
3.9 Pengolahan Data Dan Analisa Data ..................................................... 34
1. Pengolahan data.............................................................................. 34
2. Analisis Data................................................................................... 35

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN


4.1 Hasil Penelitian................................................................................... 36
4.1.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian.......................................... 36
4.1.2 Analisa Univariat....................................................................... 37
4.1.3 Analisis Bivariat........................................................................ 39
4.2 Pembahasan........................................................................................ 40
4.2.1 Intensitas Nyeri Sebelum Intervensi (Pre Test) Terhadap
Pemberian Minyak Jahe Merah................................................ 40
4.2.2 Intensitas Nyeri Sendi Setelah Intervensi Pemberian Minyak
Jahe Merah................................................................................ 42
4.3 Keterbatasan Penelitian...................................................................... 43

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN


5.1 Kesimpulan......................................................................................... 45
5.2 Saran .................................................................................................. 45

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

ix
DAFTAR TABEL
HALAMAN

Tabel 3.1 Defenisi Operasional..................................................................... 31


..........................................................................................................................
..........................................................................................................................
Tabel 4.1 Persentase Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden di UPT
Puskesmas Glugur Darat Kecamatan Medan Timur pemberian
Jahe Merah....................................................................................... 38
Tabel 4.2 Hasil Skala Nyeri Sebelum Diberikan Intervensi Minyak Jahe..... 38
Tabel 4.3 Hasil Skala Nyeri Sesudah Diberikan Intervensi Minyak Jahe...... 39
Tabel 4.4 Uji Normalitas Data ........................................................................ 39
Tabel 4.5 Perbedaan Intensitas Nyeri Lansia Sebelum dan Sesudah Intervensi
Minyak Jahe Merah di UPT Puskesmas Glugur Darat Kecamatan
Medan Timur ................................................................................... 39
DAFTAR GAMBAR

Halaman
Gambar 2.1 Skala Nyeri ............................................................................ 22
Gambar 2.2 Tanaman Jahe Merah ............................................................. 27
Gambar 2.3 Minyak Jahe Merah ............................................................... 28
Gambar 3.1 Kala Identitas Nyeri Numeric................................................. 32

xi
DAFTAR SKEMA

Halaman
Skema 2.2 Proses nyeri .................................................................................... 20
Skema 3.1 Desain Penelitian............................................................................ 30

xii
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 : Surat Ijin Memperoleh Data Dasar Dari Universitas Sari Mutiara

Lampiran 2 : Surat Balasan Pengambilan Data Dasar Dari Dinas Kesehatan


Kota Medan
Lampiran 3 : Surat Balasan Pengambilan Data Dasar Dari UPT Puskesmas
Glugur Darat
Lampiran 4 : Surat Pengajuan Uji Etik Penelitian
Lampiran 5 : Sertifikat Uji Kelayakan Etik
Lampiran 6 : Surat Ijin Penelitian Dari Universitas Sari Mutiara Indonesia
Lampiran 7 : Surat Balasan Ijin Penelitian dari Dinas Kesehatan Kota Medan

Lampiran 8 : Surat Balasan Ijin Penelitian dari UPT Puskesmas Glugur Darat

Lampiran 9 : Formulir Persetujuan Untuk Berpartisipasi Dalam Penelitian


Lampiran 10 : Informed Consent
Lampiran 11 : Kuesioner Penelitian
Lampiran 12 : Standar Operasional Prosedur (SOP)
Lampiran 13 : Master Data
Lampiran 14 : Output SPSS
Lampiran 15 : Lembar Bimbingan Skripsi

xiii
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Proses menua merupakan suatu proses menghilangnya secara perlahan-lahan
kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri atau mengganti diri dan
mempertahankan struktur dan fungsi normalnya, sehingga tidak dapat
bertahan terhadap lesion atau luka (infeksi) dan memperbaiki kerusakan yang
diderita. Hal ini dikarenakan fisik lansia dapat menghambat atau
memperlambat kemunduran fungsi alat tubuh yang disebabkan bertambahnya
umur. Kemunduran fungsi tubuh tersebut dapat menyebabkan kehilangan
daya tahan tubuh terhadap infeksi salah satunya adalah penurunan masa otot
dan susunan syaraf dimana salah satunya adalah munculnya masalah rematik
(Alpin, 2016).

Prevalensi lansia di dunia semakin meningkat menurut World Health


Organization (WHO). Di kawasan Asia Tenggara populasi lansia sebesar 8%
atau sekitar 142 juta jiwa. Populasi lansia di Indonesia diprediksi meningkat
lebih tinggi dari pada populasi lansia di wilayah Asia dan global.
Diperkirakan pada tahun 2020 jumlah lansia sekitar 80.000.000 juta jiwa
(Kemenkes, 2013).

Rheumathoid Arthritis (RA) merupakan gangguan peradangan kronis


autoimun atau respon autoimun, dimana imun seseorang bisa terganggu dan
turun yang menyebabkan hancurnya organ sendi dan lapisan pada sinovial,
terutama padatangan, kaki dan lutut penyakit ini terjadi antara umur 20 – 50
tahun. Penyakit inflamasi ini menyerang beberapa sendi, sinovium, yang
terjadi pada proses peradangan yang menyebabkan kerusakan pada tulang
sendi (Sakti, Muhlisin, 2019; Masruroh, Muhlisin, 2020).

Prevalensi rheumatoid arthritis berdasarkan diagnosis nakes di Indonesia


(2013) berjumlah 11.9% dan berdasarkan diagnosis atau gejalanya 24.7%.

1
2

Sedangkan prevalensi tertinggi pada provinsi di Indonesia tahun 2013 terdapat


di Nusa Tenggara Timur (33.1%), Jawa Barat (32.1%) dan Bali (30%).
Selanjutnya prevalensi yang terjadi di Jawa Tengah berjumlah 26.9% dan
berdasarkan diagnosis atau gejalanya 11.2% (Kementrian Kesehatan RI, 2013).

Menurut Riskesdas (2018) jumlah penderita rheumatoid arthritis di


Indonesia mencapai 7,30%. Seiring bertambahnya jumlah penderita
rheumatoid arthritis di Indonesia justru tingkat kesadaran dan salah
pengertian tentang penyakit ini cukup tinggi. Selanjutnya prevalensi yang
terjadi di Jawa Tengah berjumlah (6.78%). Prevalensi yang didiagnosa
dokter lebih tinggi perempuan (8,5%).

Jumlah penduduk Sumatera Utara tahun 2011 yaitu 13.248.386 jiwa dan
29,17% adalah lansia. Dari beberapa Kabupaten dan Kota di Sumatera
Utara, jumlah penduduk terbanyak terdapat di Kota Medan yaitu 2.121.053
jiwa dan 35,07% adalah lansia dengan angka kejadian arthritis rheumatoid
30% di kota Medan (Torich, 2011).

Nyeri sendi salah satu keluhan yang paling sering dialami oleh lansia
sekarang ini (Dewi Prawesti, 2013). Nyeri sendi yang sering terjadi pada
lansia yang berdampak pada penurunan aktivitas (immobilisasi), isolasi
sosial akibat dari lansia tidak pernah berinteraksi dengan teman sebaya,
gangguan tidur dan jatuh (Stanley, 2011).

Mengingat obat rematik hanya bertujuan sebagai pengurang nyeri


(analgesic), serta adanya efek samping yang mucul sangat berbahaya bagi
pencernaan, maka penggunaan obat tradisional dapat menjadi pilihan bagi
para lansia yang mengalami keluhan nyeri sendi. Pengobatan nyeri sendi
secara tradisional banyak digunakan oleh masyarakat Indonesia dengan
alasan obat tradisional merupakan obat jaman kuno, selain itu obat
tradisional juga dianggap lebih aman, murah dan mudah di dapatkan. Salah
satu obat tradisional yang sering digunakan adalah jahe merah.
3

Jahe merah (Zingiber officinale Linn. var. rubrum) memiliki banyak


manfaat, baik dalam skala rumah tangga maupun skala industri, antara lain
dapat digunakan sebagai obat tradisional maupun obat modern
(Paramitasari, 2011). Menurut Usada Bali, rimpang jahe digunakan sebagai
ramuan obat luar (boreh) untuk mengobati penyakit rematik (tuju).
Beberapa senyawa kimia aktif dalam rimpang jahe yang berefek
farmakologis terhadap kesehatan, antara lain: minyak atsiri dengan
kandungan zat aktif zingiberin, kamfena, lemonin, borneol, shogaol, sineol,
fellandren, zingiberol, gingerol, dan zingeron (Aryanta Deri, 2019).

Jahe merah memiliki kandungan gingerol dan rasa hangat yang


ditimbulkannya membuat pembuluh darah terbuka dan memperlancar
sirkulasi darah, sehingga suplai makanan dan oxygen lebih baik dan nyeri
sendi berkurang (Utami & Puspaningtyas, 2013). Minyak atsiri yang
dioleskan memiliki mekanisme kerja yang melibatkan integrasi dari minyak
atsiri menjadi sinyal biologis dari sel reseptor di hidung saat di inhalasi dan
pengaplikasian secara topikal pada kulit (Dallmeier 2014).

Proses penyerapan minyak esensial melalui kulit akan membuat minyak


terserap pada peredaran darah sehingga mempengaruhi organ target seperti
otak dan organ lain (Dallmeier 2014). Hal ini bekerja bersamaan dengan
masuknya sinyal ditransmisikan pada limbik dan bagian hipotalamus otak
melalui syaraf olfaktori (Miller 2015). Sinyal ini menyebabkan otak
melepaskan pesan saraf seperti β- endorfin untuk menghubungkan
persyarafan kita dan system tubuh yang lain memastikan perubahan yang
diinginkan dan memberikan perasaan nyaman (Miller 2015). Komposisi yg
terkandung dalam minyak jahe merah adalah 100% Oleum Zingiberis
(Ginger Oil).

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Wahyuni (2016), dengan judul


penulisan “Pengaruh Kompres Jahe Terhadap Intensitas Nyeri Pada
Penderita rheumatoid arthritis di Wilayah Kerja Puskesmas Balam Medan
4

Sunggal” yang dilakukan selama 14 hari. Hasil penelitian yang diperoleh


terdapat perbedaan rata-rata skala nyeri rheumatoid arthritis sebelum
kompres jahe dan setelah kompres jahe terhadap perubahan intensitas nyeri
yang dirasakan oleh klien pada usia di atas 40 tahun di wilayah kerja
Puskesmas Balam Medan Sunggal.

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Ricky Andy Setyawan (2013) dengan
judul “Efektivitas Krim Ekstrak Zingiber officinale Linn. var. rubrum
sebagai Penurun Nyeri Sendi pada Lansia”. Penurunan intensitas nyeri sendi
diukur dengan metode Visual Analogue Scale (VAS) selama 30 menit. Hasil
penelitian menunjukkan penurunan nilai VAS pada ketiga kelompok. Pada
kelompok ekstrak krim Z. officinale 10% rata-rata terjadi penurunan sebesar
4.75, kelompok ekstrak krim Z. officinale 20% sebesar 3.08 dan 1 pada
kelompok basis krim. Hasil perbandingan analisis data pada kelompok Z.
officinale 10% dan 20% menunjukkan perbedaan yang bermakna (p < 0.05)
dengan Paired T test dan Z.officinale 10% lebih efektif daripada Z.
officinale 20% dengan Kruskal-Wallis test yang masing-masing kelompok
berbeda bermakna (p < 0.05) pada Mann-Whitney test. Disimpulkan bahwa
krim ekstrak jahe merah (Z. officinale. Linn. var. rubrum) dengan
konsentrasi 10% dan 20% terbukti bermakna dapat menurunkan intensitas
nyeri sendi pada lansia. Konsentrasi krim ekstrak Z. officinale. Linn. var.
rubrum 10% pada penelitian ini lebih efektif dari pada konsentrasi 20%.

Berdasarkan survei pendahuluan yang dilakukan peneliti pada Febuari 2021


di UPT Puskesmas Glugur Darat didapatkan hasil 71 % dari 7 lansia
mengalami nyeri sendi. 32% lansia mengalami nyeri ringan (skala 1-3) dan
39% lansia mengalami nyeri sedang (skala 4-6). Peneliti melakukan dengan
mewawancarai pasien rheumathoid arthritis yang berkunjung ke UPT.
Puskesmas glugur darat diketahui bahwa penanganan nyeri yang dilakukan
adalah menggunakan terapi farmakologi. Namun penggunaan minyak jahe
untuk mengatasi seri sendi yang muncul belum pernah dilakukan. Mengingat
tanaman jahe merupakan salah satu jenis tanaman rempah yang banyak
tumbuh di lingkungan sekitar kita dan sangat mudah didapatkan maka peneliti
5

tertarik melakukan penelitian dengan judul ” Efektifitas Minyak Jahe Merah


Terhadap Perubahan Intensitas Nyeri Sendi Pada Lansia dengan rheumatoid
atrhritis UPT Puskesmas Glugur Darat Kecamatan Medan Timur Tahun
2021”

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan uraian latar belakang diatas dapat rumuskan masalah penelitian
ini adalah “Efektifitas Minyak Jahe Merah Terhadap Perubahan Intensitas
Nyeri Sendi Pada Lansia dengan rheumatoid Atrhritis UPT Puskesmas
Glugur Darat Kecamatan Medan Timur Tahun 2021?”

1.3 Tujuan Penulisan


1.3.1 Tujuan Umum
Mengetahui Efektifitas Minyak Jahe Merah Terhadap Perubahan Intensitas
Nyeri Sendi Pada Lansia dengan rheumatoid atrhritis di UPT Puskesmas
Glugur Darat Kecamatan Medan Timur Tahun 20211.
1.3.2 Tujuan Khusus
a. Mengetahui intensitas nyeri lansia sebelum diberikan minyak jahe merah
di UPT Puskesmas Glugur Darat Kecamatan Medan Timur
b. Mengukur intensitas nyeri lansia setelah diberikan minyak jahe merah di
UPT Puskesmas Glugur Darat Kecamatan Medan Timur
c. Menganalisis perbedaan Intensitas Nyeri Sendi pada lansia sebelum dan
sesudah diberikan Minyak Jahe merah.

1.4 Manfaat Penulisan


1.4.1 Bagi penderita rheumatoid artritis
Sebagai sumber informai baru bagi lansia khususnya penderita rheumatoid
artritis pada tentang terapi non farmakologi yang dapat dilakukan secara
mandiri oleh lansia dalam penanganan nyeri sendi.
6

1.4.2 Bagi pengembangan ilmu keperawatan


Menambah keluasan ilmu dan teknologi terapan bidang keperawatan
khususnya pada sistem musculoskeletal tentang penggunaan minyak jahe
merah terhadap penurunan nyeri sendi pada lansia.

1.4.3 Bagi Penulis Selanjutnya


Hasil penulisan ini dapat digunakan sebagai informasi tambahan maupun
data awal untuk pengembangan penulisan selanjutnya yang berkaitan
dengan efektifitas minyak jahe merah terhadap perubahan nyeri sendi pada
lansia.
BAB 2
TINJAUAN TEORITIS

2.1 Konsep Lansia


2.1.1 Pengertian
Lansia atau menua merupakan suatu keadaan yang terjadi didalam
kehidupan manusia. Menua merupakan proses sepanjang hidup, tidak hanya
dimulai dari suatu waktu tertentu, tetapi dimulai sejak permulaan kehidupan.
Menjadi tua merupakan proses alamiah, yang berarti seseorang telah melalui
tiga tahap kehidupannya yaitu: anak, dewasa dan tua. Tiga tahap ini berbeda
baik secara biologis, maupun psikologis. Memasuki usia tua berarti
mengalami kemunduran, misalnya kemunduran fisik yang ditandai dengan
kulit yang mengendur, rambut memutih, gigi mulai ompong, pendengaran
kurang jelas, penglihatan semakin memburuk, gerakan lambat dan figur
tubuh yang tidak proporsional

Menua (menjadi tua) adalah suatu proses menghilangnya secara perlahan-


lahan kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri atau mengganti dan
mempertahankan fungsi normalnya sehingga tidak dapat bertahan terhadap
infeksi dan memperbaiki kerusakan yang diderita. Menua bukanlah suatu
penyakit tetapi merupakan proses berkurangnya daya tahan tubuh dalam
menghadapi rangsangan dari dalam maupun luar tubuh. Walaupun demikian,
memang harus diakui bahwa ada berbagai penyakit yang sering
menghinggapi kaum lanjut usia. Sebenarnya, tidak ada batas yang tegas, pada
usia berapa penampilan seseorang mulai menurun. Pada setiap orang, fungsi
fisiologis alat tubuhnya sangat berbeda, baik dalam hal pencapaian puncak
maupun saat menurunnya. Namun umumnya, fungsi fisiologis tubuh
mencapai puncaknya pada umur antara 20-30 tahun. Setelah mencapai
puncak, fungsi alat tubuh akan berada dalam kondisi tetap utuh beberapa saat
kemudian menurun sedikit demi sedikit sesuai bertambahnya umur (Nugroho,
2015).

7
8

2.1.2 Batasan Lansia


Di Indonesia lanjut usia adalah usia 60 tahun keatas. Hal ini dipertegas
dalam Undang-Undang Nomor 13 Tahun 1998 tentang kesejahteraan lanjut
usia pada Bab 1 Pasal 1 Ayat 2 (Nugroho, 2015).
Beberapa pendapat para ahli tentang batasan usia adalah sebagai berikut
a. Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), ada empat tahapan yaitu:
1) Usia pertengahan (middle age) usia 45-59 tahun
2) Lanjut usia (elderly) usia 60-74 tahun
3) Lanjut usia tua (old) usia 75-90 tahun
4) Usia sangat tua (very old) usia > 90 tahun

b. Menurut Kementerian Kesehatan RI (2015) lanjut usia dikelompokan


menjadi usia lanjut (60-69 tahun) dan usia lanjut dengan risiko tinggi
(lebih dari 70 tahun atau lebih dengan masalah kesehatan).

2.1.3 Klasifikasi Lansia


Menurut Depkes RI (2013) klasifikasi lansia terdiri dari :
a. Pra lansia yaitu seorang yang berusia antara 45-59 tahun
b. Lansia ialah seorang yang berusia 60 tahun atau lebih
c. Lansia risiko tinggi ialah seorang yang berusia 60 tahun atau lebih
dengan masalah kesehatan.
d. Lansia potensial adalah lansia yang masih mampu melakukan pekerjaan
dan kegiatan yang dapat menghasilkan barang atau jasa
e. Lansia tidak potensial ialah lansia yang tidak berdaya mencari nafkah
f. sehingga hidupnya bergantung pada bantuan orang lain.

2.1.4 Perubahan pada lansia


Berbagai perubahan yang terjadi pada lansia mengarah pada penurunan
fungsi tubuh, antara lain :
a. Perubahan pada kulit
Kulit kehilangan kelenturan dan kelembabannya pada masa lansia.
Lapisan epitel menipis dan serat kolagen elastik menyusut dan menjadi
9

kaku. Kerutan di wajah dan pola refleks leher seumur hidup pada
aktivitas otot dan ekspresi wajah, penarikan gravitasi dan hilangnya
elastisitas. Noda dan lesi juga mungkin muncul pada kulit. Noda halus,
coklat berbentuk tidak beraturan (senile lentigo) awalnya muncul pada
punggung tangan dan pada lengan bawah. Angioma merah coklat yang
kecil, bulat ditemukan pada tubuh. Lesi seborea/ keratosis dapat muncul
sebagai lesi yang tak teratur, bulat atau oval, coklat dan berair.

b. Sistem reproduksi
Perubahan pada struktur dan fungsi sistem reproduksi terjadi sebagai akibat
perubahan hormonal. Menopause pada wanita berkaitan dengan penurunan
respons ovarium terhadap hipofisis dan mengakibatkan penurunan kadar
esterogen dan progesteron. Pada pria, tidak ada penghentian fertilitas
tertentu dikaitkan dengan penuaan. Spermatogenesis mulai menurun selama
dekade keempat tetapi kontinu sampai dekade kesembilan. Bagaimanapun,
perubahan struktur dan fungsi reproduktif tidak mempengaruhi libido.
Kurangnya frekuensi aktivitas seksual dapat diaklibatkan oleh penyakit,
kematian pasangan seksual, penurunan sosialisasi, atau hilangnya minat
seksual.

c. Perubahan Sistem Muskuloskeletal


1) Jaringan penghubung
Kolagen dan elastin yang adalah jaringan ikat mengalami perubahan
kualitatif dan kuantitatif sesuai dengan penuaan yang dialami.
Kolagen merupakan pendukung utama pada kulit, tendon, tulang,
kartilago dan jaringan pengikat yang menjadi batangan cross linking
yang tidak teratur. Hal ini yang menyebabkan lansia mengalami
penurunan mobilitas pada jaringan tubuh. Penurunan fleksibilitas pada
lansia menyebabkan nyeri, penurunan kemampuan meningkatkan
kekuatan otot, kesulitan bergerak dari duduk ke berdiri, jongkok dan
berjalan serta hambatan untuk melakukan kegiatan sehari-hari.
10

2) Kartilago
Jaringan kartilago persendian melunak dan bergranulasi sehingga
permukaan sendi menjadi rata. Kemampuan kartilago untuk
melakukan regenerasi berkurang hingga lebih cenderung pada
degenerasi yang progresif. Kartilago mengalami kalsifikasi dibeberapa
tempat seperti tulang rusuk dan tiroid. Komponen dasar matriks
kartilago (proteoglikan) berkurang atau hilang secara bertahap. Fungsi
kartilago menjadi kurang efektif baik sebagai peredam kejut maupun
permukaan sendi yang berpelumas. Kartilago pada persendian menjadi
rentan untuk terjadi pergesekan.

3) Tulang
Berkurangnya kepadatan tulang menjadi salah satu bagian dari penuaan
fisiologis. Perubahan terjadi pada trabekula longitudinal yang menjadi
tipis dan trabekula transversal terabsorbsi kembali. Perubahan tersebut
memngakibatkan jumlah tulang spongiosa yang berkurang dan tulang
kompakta menjadi tipis. Penurunan jumlah hormon esterogen
menyebabkan produksi osteoklas tidak terkendali. Jaringan dan ukuran
tulang yang berkurang kepadatannya secara menyeluruh menyebabkan
penurunan kekuatan dan kekakuan tulang.

4) Otot
Efek negatif dari penuaan pada otot adalah penurunan jumlah dan
ukuran serabut otot, peningkatan jaringan penghubung dan jaringan
lemak pada otot.

5) Sendi
Jaringan ikat sekitar sendi yakni tendon, ligament dan fasia
mengalami penurunan elatisitas. Degenerasi, erosi dan kalsifikasi
terjadi pada kartilago dan kapsuls sendi sehingga sendi kehilangan
fleksibilitasnya. Hal ini menyebabkan lansia mengalami penurunan
luas gerak sendi.
11

2.2 Konsep Rheumatoid Arthritis


2.2.1 Pengertian
Rheumatoid arthritis Merupakan penyakit yang menyebabkan nyeri pada
sendi yang biasanya disertai pembengkakan dan kadang kadang perubahan
struktur sendi. Meskipun artritis biasanya menyerang lutut, pergelangan
kaki, dan pergelangan tangan, namun artritis juga bisa menyerang punggung
dan sendi panggul sehingga menyebabkan nyeri punggung kronik (Febi,
2018)

Artritis reumatoid adalah atritis yang dirasa paling nyeri dan bentuk artritis
yang paling melemahkan. Teoretiks menjelaskan bahwa mekanisme
pencetus, mungkin serius menyebabkan sistem imun menjadi terlalu aktif.
Presdiposisi genetik terhadap gangguan tampak turut berperan beberapa
anggota dari satu keluarga dapat mengalami gangguan ini. (Roshdal, 2017).
Pada rheumatoid arthritis kekakuan yang paling buruk sering terjadi pada
pagi hari. Kekakuan ini dapat berlangsung satu sampai dua jam (bahkan
sepanjang hari). Kekakuan pada pagi hari dalam waktu yang lama tersebut
merupakan petunjuk bahwa seseorang mungkin mengidap rheumatoid
arthritis, karena beberapa penyakit rematik lainnya berperilaku seperti ini.
Misalnya osteoarthritis paling sering tidak menyebabkan kekakuan pagi
yang berkepanjangan (Ruderman et al, 2012).

2.2.2 Etiologi
Penyebab rheumatoid arthritis tidak diketahui. Faktor genetik diyakini
memainkan peran dalam perkembangannya, kemungkinan kombinasi
dengan faktor lingkungan . Diperkirakan bahwa agen infeksius, seperti
mikroplasma, virus Epstein-Barr, atau virus lain dapat memainkan peran
dalam memulai respon imun abnormal yang tampak di rheumatoid arthritis
( LeMone, dkk 2015)

Antibodi dari aliran darah bergerak ke selaput sendi sinovial, menyebabkan


sendi- sendi bengkak. Bengkak mempengaruhi kemampuan tendon tulang,
12

dan ikatan sendi (ligamen) yang mengggerakan sendi, menimbulkan sakit


ketika bergerak. Umumnya terjadi radang dan nodule
( bongkol kecil) di sekitar sendi, biasanya yang sering terkena adalah
pergelangan tangan, lutut dan kaki (Digiulio, 2014).

Akibat dari pembengkakan yang timbul, seseorang akan merasakan nyeri


dan kaku sendi yang membuat seseorang malas untuk beregerak dan
beraktivitas.

2.2.3 Patofisiologi
Pada awalnya, proses inflamasi akan membuat sendi sinovial menjadi
edema, kongesti vaskular dengan pembentukan pembuluh darah baru,
eksudat fibrin, dan infiltrasi selular. Peradangan yang berkelanjutan akan
membuat sinovial menjadi tebal, terutama pada kartilago. Persendian yang
meradang akan membentuk jaringan granulasi yang disebut dengan pannus.
Pannus akan meluas hingga masuk ke tulang subkondrial. Jaringan granulasi
akan menguat karena radang menimbulkan gangguam pada nutrisi kartilago.
Kondisi ini akan membuat kartilago menjadi nekrosis (Asikin,2016).

Cairan sinovial ini berfungsi sebagai peredam kejut (shock absorber) dan
pelumas yang memungkinkan sendi untuk bergerak secara bebas dalam arah
yang tepat. Sendi merupakan bagian tubuh yang sering terkena inflamasi
dan degenerasi yang terlihat pada penyakit nyeri sendi. Meskipun memiliki
keaneka ragaman mulai dari kelainan yang terbatas pada satu sendi hingga
kelainan multi sistem yang sistemik, semua penyakit reumatik meliputi
inflamasi dan degenerasi dalam derajat tertentu yang biasa terjadi sekaligus.
Inflamasi akan terlihat pada persendian yang mengalami pembengkakan.
Pada penyakit reumatik inflamatori, inflamasi merupakan proses primer dan
degenerasi yang merupakan proses sekunder yang timbul akibat
pembentukan pannus (proliferasi jaringan sinovial). Inflamasi merupakan
akibat dari respon imun (Brunner & Sudarth, 2012).
13

2.2.4 Manifestasi Klinis


Gejala awal rheumatoid arthritis meliputi kelelahan, nyeri sendi dan
kekauan. Gejala lainnnya yang mungkin dirasakan seperti flu, dengan
perasaaan sakit, nyeri otot, dan kehilangan nafsu makan (Suiraoka, 2012).
Gejala – gejala rheumatoid arthritis hilang timbul, tergantung pada tingkat
peradangan jaringan. Peradangan bersifat simetris, muncul di kedua sisi
tubuh secara berkelanjutan, seperti pergelangan tangan, lutut atau tangan,
ketika peradangan jaringan surut atau mereda, penyakitnya tidak aktif
(Akmal, dkk, 2011).

Gejala rheumatoid arthritis bervariasi pada setiap orang. Rheumatoid


arthritis umumnya ditandai dengan adanya beberapa gejala yang
berlangsung selama minimal 6 minggu, yaitu:
a. Kekauan pada dan sekitar sendi yang berlangsung sekitar 30-60 menit di
pagi hari
b. Bengkak pada 3 hari atau lebih sendi pada saat yang bersamaan
c. Bengkak dan nyeri umumnya terjadi pada sendi - sendi tangan. Sendi
yang mengalami pembengkakan dan nyeri biasanya terasa hangat dan
lembek bila disentuh.
d. Bengkak dan nyeri umumnya terjadi dengan pola yang simetris (nyeri
pada sendi yang sama di kedua sisi tubuh) dan umumnya menyerang
sendi pergelanga tangan.
e. Penumpukan cairan. Cairan dapat terakumulasi terutama di pergelangan
kaki. Pada beberapa kasus, kantung sendi belakang lutut kaki
mengakumulasi cairan dan membentuk apa yang dikenal sebagai kista
baker (Suiraoka, 2012).

2.2.5 Pemeriksaan Diagnostik


Pemeriksaan penjungan ini tidak banyak berperan dalam diagnosis artritis
rheumatoid , pemeriksaan laboratorium mungkin dapat sedikit membantu
untuk melihat prognosis pasien , seperti :
a. Pemeriksaan Laju Endap Darah (LED) akan meningkat.
14

b. Tes faktor reuma biasanya positif pada lebih dari 75% pasien artritis
reumatoid terutama bila masih aktif. Sisanya dapat dijumpai pada pasien
lepra, TB paru, sirosis hepatis, penyakit kolagen dan sarkoidosis.
c. Leukosit normal atau meningkat sedikit
d. Trombosit meningat
e. Kadar albumin serum trurun dan globulin
f. Jumlah sel darah merah dsn komplremen C4 menurun
g. Protein C-reaktif dan antibodi antiukleus (ANA) biasanya positif
h. Pemerikasaan sinar-X dilakukan untuk membantu penegakkan diganosa
dan memantau perjalanan penyakit. Foto rontgen men unjukan erosi
tulang yang khas terjadi kemudian dalam perjala nan penyakit tersebut
(Rosyidi, 2013).

2.3 Konsep Sendi


2.3.1 Pengertian
Tulang dan kerangka merupakan bagian yang sangat penting di dalam bidang
ortopedi.Banyak sekali penyakit berkaitan dengan kelainan bentuk atau salah
gerak yang disebabkan adanya kelainan kelainan tulang. Tulang tidak hanya
kerangka penguat tubuh,tetapi juga merupakan bagaian susunan sendi, sebagai
pelindung tubuh serta tempat melekatnya origo dan insertio dari otot otot yang
menggerakan tubuh.Tulang terbentuk dari jaringan jaringan mensenkim. Pada
pembentukan tulang zat zat anorganik seperti kalsium, fosfor, dedan CO2
sangat diperlukan, selain zat zat protein dan lemak. Komponen utama dari
jaringan tulang adalah mineral dan jaringan organik (kolagen serta
proteoglikan). Kalsium dan fosfat membentuk suatu kristal garam
(hidroksiapatit), kemudian ltertimbun pada matriks kolagen dan proteoglikan
(Zairin, 2012).

Sendi adalah tempat pertemuan dua atau lebih tulang. tulang tulang ini
dipadukan dengan berbagi cara, misalnya dengan kapsul sendi, pita fibrosa,
ligamen, tendon, fasia, atau otot. Sendi persambungan tulang, baik yang
memungkinakan tulang tersebaut dapat bergerak satu sama lain maupun
tidak dapat bergerak satu sama lain.
15

Pergerakan tidak memungkinkan terjadi jika kelenturan dalam rangka tulang


tidak ada. Kelenturan dimungkinkan oleh adanya persendian. Sendi adalah
suatu ruangan, tempat satu atau dua tulang berada saling berdekatan (Asikin,
2016).

2.3.2 Klasifikasi sendi


a. Sendi menurut Permukaannya :
1) Sendi Pelana
Sendi ini permukaannya hampir datar yang memungkinkan tulang
saling bergeser. misalnya sendi pelana, art.Strenoklavikular dan art.
Akromioklavikular, persendian yang terdapat pada bahu.

2) Sendi engsel
Mirip engsel pintu sehingga memungkinkan gerakan fleksi dan
ekstensi. Suatu permukaan bundar diterima oleh yang lain sehingga
gerakan hanya dalam satu bidang dan dua arah. misalnya, sendi siku
dan sendi lutut

3) Sendi kondiloid
Permukaan sendi berbentuk konveks yang nyata dan bersendi dengan
permukaam yang konkaf seperti sendi engesel tapi bergerak dengan
dua bidang dan empat arah (Fleksi, Ekstensi, Abdukasi, dan
Addukaasi) disertai sedikit gerakan rotasi misalnya
Metakarpofalangeal dan interfalangeal.

4) Sendi elipsoid
Permukaan sendi berbentuk konveks elips dengan permukaan sendi
konveks elips, pergerakan (Flekso, Ekstensi, Abduksi, Dan Addukasi)
dapat dilakukan tetapi rotasi tidak mungkin, Misalnya sendi ibu jari.

5) Sendi peluru
Kepala sendi berbentuk bola, apada salah satu tulang cocok dengan
lekuk sendi yang berbentuk seperti soket. Bongkol sendi tepat
16

masuknya pada mangkok sendi. Gerakan dapat diberikan ke seluruh


arah dengan pergerakan yang sangat bebas Misalnya sendi bahu dan
sendi panggul.

6) Sendi pasak
Pada sendi ini terdapat pasak dikelilingi cincin ligamentum bertulang.
Hanya satu gerakan yang dapat dilakukan yaitu rotasi misalnya atlas.
Bentuk cincin berputar di atas prosesus odontoid dan gerakan radius di
sekitar ulna. Pronasi dan supinasi disebut juga sendi berporos atau
sendi putar.

7) Sendi pelanan (sendi timbal balik)


Berbentuk pelanan kuda, dapat melakukan gerakan (fleksi, ekstensi,
abduksi dan rotasi) yang dapat memberi banyak kebebasan untuk
bergerak Misalnya ibu jari dapat berhdapan dengan jari yang lain
karpometakarpal ibu jari.

b. Pembagian sendi menurut pergerakannya


a. Sendi fibrus (sinartrosis), sendi yang tidak bergerak sama sekali
1) Sutura : Persambungan tulang bergerigi, tepi tulang
dihubungkan oleh jaringan ikat yang tipis di antara
tulang tengkorak
2) Skindilosis : Suatu lempeng tulang yang terjepit dalam celah tulang
yang lain. Misalnya persambungan antara os maksilaris,
kedua os palatum, dan os etmoidalis dengan os femuris.
3) Komposis : Tulang yang satu bentuk kerucut, masuk ke dalam
lekuk yang sesuai dengan betuk dari tulang yang lain.
Misalnya antara gigi dan alveoli dari os maksilaris
dan os mandibularis
4) Skindrosis : Tempat jaringan penghubung sendi, terdiri dari tulang
rawan. Misalnya antara epifise dengan diafase pada
orang dewasa antara kedua osssa pubika.
17

b. Amfiartrosis
Suatu sendi pergerakan nya sedikit sekali karena komponen sendi
tidak cukup dan permukaan dilapisi oleh bahan yang memungkinkan
sendi sednikit. Misalnya sendi antara manubrium sterni dan korpus
sterni serta sendi antara tulang vertebrae.

c. Diartrosis (sendi sinovial)


Sendi dengan pergerakan bebas. Permukaan sendi diliputi oleh lapisan
tipis rawan hialin dipisahkan rongga sendi. Susunan ini memungkinkan
sendi bergerak bebas. Rongga sendi dibatasi oleh membran sinovial
yang berjalan dari tepi permukaan sendi ke permukaan sendi yang lain.

Kebanyakan ligamentum terleta diluar kapsula sndi dan pada lutut.


Beberapa ligamentum yang penting trletak dalam kapsula. Alat alat
khusus yang mliputi sendi :
1) Labium artikulare (bibir sendi)
2) Disci dan mesei artikularis:alat untuk menjaga dan mengurangi
liskongruensi di antara ujung-ujung yang bersendi.
3) Bursa mukosa di sekitar sendi yang berhubungan dengan ronggga
sendi untuk memudahkan gerakan sendi.
4) Ligamentum: Alat dari simpai sendi tetapi kemudian terpisah dari
sampai sendi.

c. Persendian menurut tempatnya


Sendi anggota gerak atas
1) Sendi pergelangan bahu
a) Art. Sternoklavikular : Hubungan antara gelang bahu dan batang
badan, antara pars sternalis klavikula dan manubrium streni rawan iga
I, sebelah atas berhubungan dengan klavikula dan sebelah bawah
dengan strenum.
b) Art. Akromioklavikular sendi ini merupakan hubungan antara
ekstremitas akrominalis dan klavikula.
c) Art. Humeri merupakan sendi peeluru karena kaput humeri
18

merupakan sebuah bola yang melekat pada bagian dalam bidang


skapula dengan kaput humeri.
2) Sendi siku (artikulasio kubiti) merupakan artikulosiokimposita. Pada
sumbu ini bertemu humerus, ula, dan radius. Sedangkan menurut
faalnya sendi ini merupakan suatu sendi engsel dengan tiga bagian
(art. Humeroulnaris, art. Humeroradialis, art. Radioulnaris
proksimal)

2.4 Konsep Nyeri


2.4.1 Pengertian
Nyeri merupakan kondisi berupa perasaan tidak menyenangkan bersifat
sangat subjektif karena perasaan nyeri berbeda pada setiap orang dalam hal
skala atau tingkatannya, dan hanya orang tersebutlah yang dapat
menjelaskan atau mengevaluasi rasa nyeri yang dialaminya. Munculnya
nyeri berkaitan erat dengan reseptor dan adanya rangsangan. Reseptor nyeri
yang dimaksud adalah nociceptor merupakan ujung-ujung saraf sangat
bebas yang memiliki sedikit atau bahkan tidak memiliki myelin yang
tersebar pada kulit dan mukosa khususnya pada visera, persendian, dinding
arteri, hati dan kandung empedu. Reseptor nyeri dapat memberikan respons
akibat adanya stimulasi atau rangsangan. Stimulasi tersebut dapat berupa zat
kimiawi seperti histamine, bradikinin, prostaglandin dan macam-macam
asam yang dilepas apabila terdapat kerusakan pada jaringan akibat
kekurangan oksigenasi. Stimulasi yang lain dapat berupa termal, listrik, atau
mekanis (Resmi, 2018).

Nyeri merupakan perasaan tidak nyaman, baik ringan maupun berat yang
hanya dapat dirasakan oleh individu tersebut tanpa dapat dirasakan oleh orang
lain, mencakup pola pikir, aktivitas seseorang secara langsung, dan perubahan
hidup seseorang. Nyeri merupakan tanda dan gejala penting yang dapat
menunjukkan telah terjadinya gangguan fisiologis (Priyoto, 2015).
19

2.4.2 Penyebab Nyeri


Individu yang merasa nyeri akan mencari obat meredakan ke tidak
nyamanan. Menentukan penyebab nyeri adalah kunci utama, sehingga terpi
yang efektif dapat dimulai dengan segera. Penyebab nyeri beragam, dan
kadang kala pasti penyebab nyeri mungkin sulit atau tidak mungkin
ditentukan. Tanpa memperhatikan penyebab, asuhan keperawatan diarahkan
pada upaya meredakan nyeri dan memberikan kenyamanan melalui
pemberian obat.

Beberapa faktor dapat memulai respon nyeri. Penyebab fisik mencakup


stress mekanis dan trauma ,insisi bedah atau pertumbuhan tumor. Tubuh
berespon dengan nyeri dan ketidaknyamanan terhadap kelebihan tekanan,
panas dan dingin dan zat kimia tertentu yang dilepaskan ketika jaringan
mengalami kerusakan atau kehancuran. Kekurangan oksigen pada jaringan
juga menyebabkan nyeri dan ketidaknyamanan. Saat ketidaknyamanan
meningkatkan, respon alami tubuh adalah mengencangkan otot lebih lanjut,
yang menekan adanya masalah. Keletihan, kekuatan terhadap sesuatu yang
tidak diketahui, dan kurangnya pengetahuan tentang penatalaksanaan nyeri
dapat menyebabkan pengencangan otot lebih lanjut (Rosdhal, 2017).

Terjadi cedera atau serangan lain


yang menyebabkan nyeri

Ketakutan, stress, konflik,


ambang batas nyeri
yang rendah

Kurangnya pengetahuan Nyeri Ketegangan otot


memicu munculnya nyeri
yang lebih hebat.

Keletihan membuatnya sulit


untuk mengatasi nyeri
Skema 2.2 Proses nyeri
2.4.3 Transmisi Nyeri
20

Istilah yang digunakan untuk mendeproposalkan transmisis nyeri normal


dan interprestasinya adalah nosisepsi. Nosisepsi memiliki 4 fase :
a. Transduksi : Sistem saraf mengubah stimulus nyeri dalam ujung saraf
menjadi implus
b. Transmisi : Implus berjalan dari tempat awalnya ke otak
c. Persepsi : Otak mengenali, mendefinisikan, dan berespons terhadap
nyeri
d. Modulasi : Tubuh mengaktivasi respons inhibator terhadap efek nyeri.

2.4.4 Jenis nyeri


Diantara kategori ini adalah nyeri akut, nyeri ahli, nyeri kanker, dan nyeri
kronis :
a. Nyeri akut biasanya merupakan sensasi yang terjadi secara mendadak,
b. paling sering terjadi sebagai respons terhadap beberapa jenis trauma
Penyebab umum nyeri akut adalah taruma akibat kecelakaan , infeksi,
dan pembedahan.
c. Nyeri ahli adalah nyeri berasal dari satu bagian tubuh, tetapi
dipersepsikan di bagian tubuh lain,Nyeri alih paling sering berasal dari
dalam visera(organ internal )
d. Nyeri kanker adalah hasil beberapa jenis keganasan .Sering kali, nyeri
e. kanker sangat hebat dan dapat hdianggap intractable(tidak dapat
diatasi)dan kronis
f. Nyeri kronis (juga disebut nyeri neuropatik) didefiniskan sebagai
ketidaknyamanan yang berlangsung dalam periode waktu lama (6 bulan
atau lebih) dan dapat terjadi seumur hidup klien. Efek nyeri kronis dapat
mengganggu gaya hidup dan tampilan seseorang, terutama jika penyebab
nyeri tidak diketahui (Rosdhal, 2017).

2.4.5 Faktor yang mempengaruhi persepsi nyeri :


Pengalaman nyeri pada seseorang dapat dipengaruhi oleh bebrapa
hal,diantaranya sebagai berikut :
a. Arti nyeri bagi seseorang memiliki banyak perbedaan dan hampir
sebagian arti nyeri merupakan arti yang negatif seperti: membahayakan,
21

merusak dan lain-lain. Keadaan ini dipengaruhi oleh berbagai faktor


seperti: usia, jenis kelamin, latar belakang sosial budaya, lingkungan, dan
pengalaman.
b. Persepsi nyeri merupakan penilaian yang sangat subjektif tempatnya
pada korteks (pada fungsi evaluatif kognitif). Persepsi ini dipengaruhi
oleh faktor yang dapat memicu stimulasi nociceptor.
c. Toleransi nyeri, ini erat hubungannya dengan intensitas nyeri yang dapat
memengaruhi kemampuan seseorang menahan nyeri. Faktor yang dapat
memengaruhi peningkatan toleransi nyeri antara lain alkohol, obat-
obatan, hipnotis, gesekan atau garukan, pengalihan perhatian,
kepercayaan yang kuat, dan sebagainya. Sementara itu, faktor yang
menurunkan toleransi antara lain: kelelahan, rasa marah, bosan, cemas,
nyeri yang tidak kunjung hilang dan lain-lain.
d. Reaksi terhadap nyeri merupakan bentuk respons seseorang terhadap
nyeri, seperti ketakutan, gelisah, cemas, menangis, dan menjerit. Semua
ini merupakan bentuk respons nyeri yang dapat dipengaruhi oleh
beberapa faktor seperti arti nyeri, tingkat persepsi nyeri, pengalaman
masa lalu, nilai budaya, harapan sosial, kesehatan fisik dan mental, rasa
takut, cemas, usia dan lain-lain (Resmi, 2018).

2.4.6 Pengukuran Intensitas Nyeri


Intensitas nyeri adalah gambaran tentang seberapa parah nyeri dirasakan
oleh individu. Pengukuran intensitas nyeri bersifat sangat subjektif dan
nyeri dalam intensitas yang sama dirasakan berbeda oleh dua orang yang
berbeda. Pengukuran nyeri dengan pendekatan objektif yang paling
mungkin adalah menggunakan respon fisiologik tubuh terhadap nyeri itu
sendiri, namun pengukuran dengan pendekatan objektif juga tidak dapat
memberikan gambaran pasti tentang nyeri itu sendiri.
22

Gambar 2.1 Skala Nyeri

0 : Tidak ada rasa sakit. Merasa normal.


1 : Nyeri hampir tidak terasa (sangat ringan) seperti gigitan nyamuk.
2 : Tidak menyenangkan (nyeri ringan) seperti dicubit.
3 : Bisa ditoleransi (nyeri sangat terasa) seperti ditonjok bagian wajah atau
disuntik.
4 : Menyedihkan (kuat, nyeri yang dalam) seperti sakit gigi dan nyeri
disengat tawon.
5 : Sangat menyedihkan (kuat, dalam, nyeri yang menusuk) seperti terkilir,
keseleo.
6 : Intens (kuat, dalam, nyeri yang menusuk begitu kuat sehingga
tampaknya mempengaruhi salah satu dari panca indra menyebabkan
tidak fokus dan komunikasi terganggu.
7 : Sangat intens (kuat, dalam, nyeri yang menusuk begitu kuat) dan
merasakan rasa nyeri yang sangat mendominasi indra sipenderita yang
menyebabkan tidak bisa berkomunikasi dengan baik dan tidak mampu
melakukan perawatan sendiri.
8 : Benar-benar mengerikan (nyeri yang begitu kuat) sehingga
menyebabkan sipenderita tidak dapat berfikir jernih, dan sering
mengalami perubahan kepribadian yang parah jika nyeri datang dan
berlangsung lama.
9 : Menyiksa tak tertahankan (nyeri yang begitu kuat) sehingga sipenderita
tidak bisa mentoleransinya dan ingin segera menghilangkan nyerinya
bagaimanapun caranya tanpa peduli dengan efek samping atau resikonya.
10 : Sakit yang tidak terbayangkan tidak dapat diungkapkan (nyeri begitu
kuat, tidak sadarkan diri) biasanya pada skala ini penderita tidak lagi
merasakan nyeri karena sudah tidak sadarkan diri akibat rasa nyeri yang
sangat luar biasa seperti pada kasus kecelakaan parah, multifraktur
(Resmi, 2018).

2.4.7 Manajemen Nyeri


a. Manajemen Non Farmakologi
23

Manajemen nyeri nonfarmakologi merupakan tindakan menurunkan


respon nyeri tanpa menggunakan agen farmakologi. Memodifikasi
stimulus nyeri dengan menggunakan teknik-teknik seperti:
1) Teknik latihan pengalihan
Yaitu menonton televisi, berbincang-bincang dengan orang lain,
mendengarkan musik.
2) Teknik relaksasi
Menganjurkan pasien untuk menarik nafas dalam dan mengisi paru-
paru dengan udara, menghembuskannya secara perlahan, melemaskan
otot-otot tangan, kaki, perut, dan punggung serta mengulangi hal yang
sama sambal terus berkonsentrasi hingga didapat rasa nyaman, tenang,
dan rileks.
3) Stimulasi kulit
Yaitu menggosok dengan halus pada daerah nyeri, menggosok
punggung menggunakan air hangat dan dingin, memijat dengan air
mengalir. Manajemen nyeri nonfarmakologi merupakan tindakan
menurunkan respon nyeri tanpa menggunakan agen farmakologi.

b. Manajemen Farmakologi
Manajemen nyeri farmakologi merupakan metode yang menggunakan
obat-obatan dalam praktik penanganannya. Cara dan metode ini
memerlukan instruksi dari medis. Jenis analgesiknya adalah narkotik dan
bukan narkotik. Jenis narkotik digunakan untuk menurunkan tekanan
darah dan menimbulkan depresi pada fungsi vital, seperti respirasi. Jenis
bukan narkotik yang paling banyak dikenal dimasyarakat adalah aspirin,
asetaminofen, dan bahan antiimflamasi nonsteroid.

2.4.8 Pengkajian Nyeri


Pengkajian pada masalah nyeri yang dapat dilakukan adalah adanya riwayat
nyeri: keluhan nyeri seperti lokasi nyeri, intensitas nyeri, kualitas dan waktu
serangan. Pengkajian dapat dilakukan dengan cara PQRST:
P (Paliatif), yaitu faktor yang mempengaruhi gawat atau ringannya nyeri.
24

Q (Quality), dari nyeri seperti apakah rasa tajam, tumpul, atau tersayat.
R (Region), yaitu daerah perjalanan nyeri
S (Serverity), yaitu keparahan atau intensitas nyeri.
T (Time), yaitu lama atau waktu serangan atau frekuensi nyeri.
Perencanaan Keperawatan :
a. Mengurangi dan membatasi faktor-faktor yang menambah nyeri,
menggunakan berbagai teknik inovasi untuk memodifikasi nyeri yang
alami.
b. Menggunakan cara-cara untuk mengurangi nyeri yang optimal, seperti
memberikan sesuai dengan program yang ditentukan.

2.4.9 Pelaksanaan Keperawatan


a. Mengurangi faktor yang dapat menambah nyeri misalnya
ketidakpercayaan, kesalahpahaman, ketakutan, kelelahan, dan kebosanan.
b. Memodifikasi stimulasi nyeri dengan menggunakan teknik-teknik
seperti:
1. Latihan penglihatan seperti: menonton televisi, berbincang dengan
orang lain, mendengarkan musik.
2. Teknik relaksasi seperti: menganjurkan pasien untuk menarik nafas
dalam dan mengisi paru-paru dengan udara, menghembuskannya
secara perlahan, melemaskan otot-otot tangan, kaki, perut, dan
punggung serta mengulangi hal yang sama sambil terus berkonsentrasi
hingga didapat rasa nyaman, tenang dan rileks.
3. Stimulasi kulit seperti:
a. Menggosok dengan halus pada daerah nyeri
b. Menggosok punggung
c. Menggunakan air hangat dan dingin dan Memijat dengan air
mengalir.
2.5 Tindakan dilakukan (Minyak Jahe)
2.5.1 Pengertian
Jahe (Zingiber officinale), telah dikenal secara luas oleh masyarakat
Indonesia. Jahe diduga berasal dari daerah Cina selatan, dan saat ini
dibudidayakan secara luas di daerah tropik dan sub tropik. Sampai saat ini
25

India adalah produsen utama jahe, dengan luas panen sekitar 50% dari luas
panen Jahe dunia. Jahe dikebunkan secara luas di beberapa kawasan di
Indonesia, termasuk dalam perkebunan sebagai tanaman tumpang sari dan
tanaman sela dalam program Pengelolaan Hutan Berbasis Masyarakat. Di
beberapa tempat lainnya, jahe ditanam terbatas untuk mencukupi kebutuhan
rumah tangga. Jahe bahkan tumbuh di kebun-kebun secara liar (De Guzman
& Siemonsma. 2011 ; Duke et al., 2012).

Rimpang jahe sudah digunakan oleh manusia sejak lama sebagai anti-
inflamantori, mempunyai daya anti-mikrobial. Total kekuatan antioksidan
sebagaimana diukur dalam oxygen radical absorbance capacity (ORAC)
dari rimpang jahe adalah sebesar 14840 μmol TE/100 g.

Hal ini menjadikan jahe sebagai herba penting dalam kesehatan. Jahe merah
mempunyai kandungan minyak atsiri tertinggi dan digunakan untuk
berbagai macam pengobatan, antara lain adalah rematik, influenza, asma,
masuk angin, dan radang tenggorokan. Gingerol yang terdapat dalam
rimpang jahe dapat membantu meningkatkan motilitas intestinal dan
diketahui berperan sebagai agen anti-inflammatory, meredakan nyeri
(analgesic), anti-piretik dan anti-bakterial. Berbagai studi melaporkan
bahwa gingerol dapat meredakan rasa mual dan dapat menyembuhkan sakit
kepala dan migraine (Shukla & Singh, 2011).

2.5.2 Jenis Jahe


a. Jahe Kuning
Jahe kuning mempunyai ciri rimpang yang berwarna kuning emas.
Berukuran lebih besar dan gemuk, terlihat menggembung dibandingkan
dengan jahe putih dan jahe merah. Jahe kuning bisa dipanen saat berumur
muda ataupun tua, dan baik dikonsumsi dalam bentuk segar maupun
olahan.
b. Jahe Putih
26

Jahe putih memiliki akar rimpan yang beruas kecil dan hanya sedikit
menggembung. Jahe putih dipanen setelah umurnya sudah tua. Minyak
atsiri yang terdapat di jahe putih lebih banyak dibanding dengan jahe
kuning, sehingga rasanya lebih tajam dan pedas. Jahe jenis ini digunakan
sebagai ramuan obat herbal.
c. Jahe Merah
Jahe merah memiliki akar rimpang berwarna merah. Ukurannya lebih
kecil dibandingkan dengan jahe kuning dan jahe putih. Seperti halnya
jahe putih, jahe merah baik dipanen setelah umumnya sudah tua. Jahe
merah juga memiliki kandungan minyak atsiri dalam umlah banyak
sehingga banyak dimanfaatkan sebagai ramuan obat herbal.

2.5.3 Deproposal Tanaman Jahe Merah


Jahe merah (Zingiber officinale Rosc. var. rubrum) adalah tumbuhan
tahunan yang memiliki tinggi 50-100 cm. Rimpang jahe merah tebal
berwarna coklat kemerahan. Daunnya sempit berbentuk lanset dengan
panjang 5-25 cm dan lebar 8- 20 mm. Ujung daunnya runcing, pangkal
tumpul dan bertepi rata. Tumbuhan ini berbunga majemuk dengan bentuk
bulat telur, muncul dari rimpang, dengan panjang tangkai 10-25 cm,
terdapat daun kecil pada dasar bunga. Mahkota bunga dari jahe merah
berbentuk corong dengan panjang 2-2,5 cm berwarna ungu tua dengan
bercak krem-kuning. Kelopak bunganya kecil berbentuk tabung dan
bergerigi tiga (Ross, 2013).

Gambar 2.2 Tanaman Jahe Merah


2.5.4 Minyak Atsiri Jahe Merah
Kandungan dari jahe merah sangat banyak dan bervariasi tergantung pada
tempat asal penanaman jahe merah, iklim saat panen, spesies jahe,
kematangan rimpang, dan tergantung rimpangnya segar atau kering dan
27

metode persiapan ekstrak (Ali et al. 2008; Bartels et al. 2015). Materia
medica melaporkan minyak atsiri yang terkandung adalah sebanyak 1-3%
pada tiap rimpang jahe merah.

Minyak atsiri tersebut bermanifestasi pada bau jahe yang berkarakteristik


tajam dan pedas. Pada minyak atsiri terkandung sesquiterpenoid (seperti
zingiberene, α-curcumene, β-bisabolene, α-farnesene), monoterpenoid
(seperti β-sesquiphellandrene dan camphene), konsep fenolik dari aroma
jahe merah yang tajam (gingerol dan shogaol sebanyak 5-8 %), lechitin,
protein, zat tepung (60%), vitamin, mineral dan lain-lain (Ali Hasan 2012;
Ali et al. 2008; Young et al. 2006).

Gambar 2.3 Minyak Jahe Merah

2.6 Kerangka Konsep


Variabel Independen Variabel Dependen

Minyak Jahe Merah Intensitas Nyeri


Sendi

Skema 2.1 Kerangka Konsep Penulisan


Keterangan :
: Variabel yang diteliti
: Hubungan yang diteliti
2.7 Hipotesis
Ha : Minyak Jahe Merah Efektif Terhadap Perubahan Intensitas Nyeri
Sendi Pada Lansia dengan Rheumathoid Arthritis di UPT
Puskesmas Glugur Darat
BAB 3
METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian


Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif yang menggunakan metode
quasy eksperiment dengan rancangan one- group pre-post test design
adalah mengungkapkan hubungan sebab akibat dengan melibatkan satu
kelompok subjek. Kelompok subjek diobservasi dua kali yang pertama
sebelum di intervensi, kemudian di observasi lagi setelah dilakukan
intervensi (Nursalam, 2017). Penelitian ini menganalisis efektifitas
pemberian minyak jahe merah terhadap perubahan intensitas nyeri sendi
pada lansia dengan rheumathoid arthritis di UPT puskesmas glugur darat
kecamatan medan timur rancangan penelitian dalam penelitian dapat dilihat
pada
Skema 3.1
Desain Penelitian
Pre tes Perlakuan Post test
T1 X T2

Keterangan:
T1 : Pengukuran pertama (Pre-test)
X : Perlakuan
T2 : Pegukuran kedua (Post-test)

3.2 Populasi Dan Sampel


3.2.1 Populasi
Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian (Machfoedz, 2018). Populasi
dalam penelitian ini adalah seluruh lansia dengan rheumathoid arthritis
pada bulan Januari 2021 yang dirawat jalan di UPT puskesmas glugur darat
kecamatan medan timur, sebanyak 75 orang.

28
29

3.2.2 Sampel
Sampel adalah sebagian atau wakil dari populasi yang di teliti (Arikunto,
2011). Sampel dalam penelitian ini adalah lansia dengan rheumathoid
arthritis pada bulan Januari 2021 yang dirawat jalan di UPT puskesmas
glugur darat kecamatan medan timur tahun 2021.

3.3 Teknik Pengumpulan data


Teknik pengambilan sampel pada penelitian ini dengan menggunakan
metode simple random sampling (pengambilan sampel dengan cara acak
atau yang lebih menonjol dari semua populasi untuk dijadikan sampel)

Sampel dalam penelitian ini adalah lansia di UPT puskesmas glugur darat
kecamatan medan timur yang berjumlah 23 orang.
Sampel diambil mengunakan rumus :
n = 30/100 x jumlah populasi
n = 30 x 75 = 23 orang
100

3.4 Waktu dan Tempat Penelitian


3.4.1 Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di UPT Puskesmas Glugur Darat Kecamatan
Medan Timur

3.4.2 Waktu Penelitian


Penelitian ini dilakukan pada bulan September 2020 sampai Maret 2021
30

3.5 Definisi Operasional


Tabel 3.2 Definisi Operasional
Variabel Definisi Operasional Alat ukur Hasil Ukur Skala
Ukur
Variabel Tindakan mengoles kan SOP - -
Independen minyak jahe merah yang
Pemberian mengalami nyeri. Minyak
Minyak jahe jahe merah tersebut sudah
merah terdaftar dengan Nomor
BPOM TR 205600581
Terapi ini dilakukan selama
1 minggu 2-3 x dengan
durasi 10 menit sebanyak 2-
3 cc
Variabel Gambaran seberapa nyeri Kuisioner 1-3= nyeri ringan
Dependen sendi yang dirasakan dan juga 4-6=nyeri ringan Ordinal
Intensitas responden pada saat sebelum lembar 7-9=nyeri berat
Nyeri sendi & sesudah melakukan Numeric 10= nyeri sangat
Baluran minyak jahe merah Rating berat
Scale (NRS)

3.6 Aspek pengukuran


Alat ukur harus di uji validitas dan realibilitasnya, dalam penulis ini alat
ukur yang digunakan adalah ukur yang sudah baku bedasarkan literature
sehingga tidak perlu lagi diuji validitas dan realibilitasnya. Alat ukur kala
nyeri yang digunakan adalah numerical rating scales (NRS) yaitu alat
pendeskripsi dengan kala 0-10 (Bare, B.G., dan Smeltzer,S.C.,2002).

Gambar 3. 1 Kala identitas nyeri numeric

3.7 Alat Dan Prosedur Pengumpulan Data


3.7.1 Alat pengumpulan data
Penelitian ini menggunakan data primer. Data primer adalah sumber data
yang langsung memberikan data kepada pengumpul data (Sugiyono, 2013).
Penelitian ini menggunakan data mengenai Pemberian Minyak jahe merah
terhadap penurunan nyeri sendi pada lansia dengan rheumathoid arthritis
di upt puskesmas glugur darat kecamatan medan timur dengan skala
intensitas nyeri ( 0 – 10 ) dan observasi.
31

3.7.2 Prosedur pengumpulan data


a. Tahap persiapan pengumpulan data, peneliti mengajukan surat uji etik ke
KEP USM Indonesia selanjutnya lulus uji etik penelitian dari KEPK
USM Indonesia dengan nomor sertifikat No.734/F/KEP/USM/IV/2021,
serta telah mengurus surat izin permohonan penelitian dari ketua prodi
S1 Keperawatan Universitas Sari Mutiara Indonesia selanjutnya peneliti
meminta izin penelitian ke Dinas kesehatan, setelah itu dari Dinas
Kesehatan dituju kepada KTU UPT puskesmas glugur darat kecamatan
medan timur

b. Tahap pengumpulan data


1) Izin penelitian dari KTU UPT puskesmas glugur darat kecamatan
medan timur
2) Selanjutnya peneliti mendapatkan izin dari KTU UPT puskesmas
glugur darat, penelitian pergi ke ruangan menemui kepala pimpinan
puskesmas untuk menjelaskan tujuan penelitian serta meminta izin
untuk bertemu kepada calon responden dan memilih responden.
3) Setelah itu penelitian memberikan penjelasan kepada calon responden
tentang tujuan penelitian serta meminta persetujuan menjadi
responden. Apabila calon responden setuju akan diberikan informed
consent untuk ditanda tangani.
4) Setelah responden bersedia, penelitian kemudian mengisi lembar
kuisioner data demografi yaitu nama (inisial), umur, paritas, dan
pendidikan responden memulai wawancara.
5) Lalu penelitian menjelaskan prosedur pemberian minyak jahe
dengan metode Massage dilakukan selama durasi kontraksi dengan
hitungan kontraksi selama 10 menit. Pada kelompok intervensi,
penelitian mengkaji kala nyeri responden sebelum dilakukan olesan
minyak jahe merah. Setelah itu peniliti mengukur kembali ketika
responden sudah dilakukan olesan minyak jahe merah dengan
memberi tanda kala nyeri berupa angka 0-10.
6) Setelah itu penelitian melakukan pengolahan data untuk tahap
32

selanjutnya, kala nyeri yang lansia rasakan sebelum dan sesudah.


3.8 Etika Penelitian
Penelitian ini berhubungan langsung dengan responden sebagai sampel
penelitian dan telah lulus uji etik dari KEPK USM Indonesia dengan nomor
sertifikat No.734/F/KEP/USM/IV/2021, serta telah menerapkan prinsip-
prinsip etika dalam penelitian dengan memperhatikan etika penelitian
sebagai berikut :

Penelitian ini dilakukan setelah mendapatkan persetujuan dengan


menekankan masalah etika sebagai berikut :
a. Tekad Individu (Self determination)
Prinsip self determination dijelaskan bahwa responden diberi kebebasan
oleh peneliti untuk menentukan keputusan sendiri, apakah bersedia ikut
dalam penelitian atau tidak tanpa paksaan (sukarela). Setelah responden
bersedia, maka langkah selanjutnya peneliti menjeaskan maksud dan
tujuan serta manfaat penellitian, kemudian peneliti menanyakan kesediaan
responden, setelah setuju respon di minta untuk menandatangani lembar
persetujuan menjadi subjek penelitian atau informed consent yang
disediakan.

b. Kerahasiaan (Privacy andanonmymity)


Prinsip etik privacy anonmymity yaitu prinsip menjaga kerahasiaan
informasi responden dengan tidak mencantumkan nama,tetapi hanya
menuliskan kode inisial dan hanya digunakan untuk kepentingan peneliti.

c. Kebaikan (Benefience)
Benefience merupakan prinsip etik yang mementingkan keuntungan, baik
bagi peneliti maupun responden sendiri. Peneliti ini menjelaskan kepada
responden tentang manfaat peneliti.

d. Tidak Merugikan (Non Malefience)


Peneliti ini menggunakan prosedur yang tidak menimbulkan bahaya
bagi responden dan terbebas dari rasa tidak nyaman, dalam hal ini
33

peneliti meyakinkan responden bahwa ini tidak merugikan respondendan


peneliti.

e. Persetujuan (Informend Consent) Informend Consent


merupakan persetujuan atau izin yang di berikan oleh responden untuk
memperbolehkan dilakukannya suatu tindakan atau perlakuan.

3.9 Pengolahan Data Dan Analisa Data


a. Pengolahan data
Dalam penulisan ini data yang telah dikumpulkan diolah melalui
beberapa tahap (Hidayat, 2007) sebagai berikut:
1) Editing (memeriksa): yaitu mengelompokan data sesuai dengan
kategori permasalahan masing-masing, mengkaji dan menilai kembali
data yang telah dikumpulkan.
2) Coding (Memberi kode) yaitu mengklasifikasikan jawab dari
responden menurut macamnya dengan memberi kode masing-masing
jawaban. Untuk jenis kelamin laki – laki diberi kode “1”, dan untuk
jenis kelamin perempuan diberi kode “2”, untuk usia 50-60 diberi
kode “1”, usia 61-70 diberi kode “2”, usia 71- 80 diberi kode “3”,
pada pekerjaan karyawan diberi kode “1”, pegawai diberi kode “2”,
petani diberi kode “3”, dan ibu rumah tangga diberi kode “4”,
sedangkan untuk skala nyeri 3-6 (ringan) diberi kode “1”, skala nyeri
4-6 (sedang) diberi kode “2”, skala nyeri 7-9 (berat) diberi kode “3”,
3) Tabulating Mentah ( raw data ) akan dilakukan pemetaan data (array
data), kemudian menyusun dalam bentuk tabel distribusi dan hasil
pengkodean dimasukkan ke dalam tabel dilakukan secara manual
4) Entri data Proses pemasukkan data kedalam paket dengan program
komputer untuk selanjutnya dianalisis. Penelitian melakukan entry
data jika sudah yakin data yang sudah benar, baik dari kelengkapan
maupun dari pengkodean
5) Cleaning untuk data yang sudah tidak dipakai lagi maka akan
dilakukan pembersihan data.
34

b. Analisis Data
a. Analisis Univariat
Analisa univariat digunakan untuk melihat distribusi frekuensi dari
variabel independet (variabel bebas) dan variabel dependen (variabel
terikat). Analisa univariat pada penulisan ini merupakan distribusi
dari responden berdasarkan demografi.

b. Analisis Bivariat
Analisis bivariat merupakan analisis yang dilakukan terhadap dua
variabel yang diduga berhubungan atau berkolerasi (Notoatmodjo,
2010). Analisis bivariat dilakukan untuk mengetahui apakah ada
pengaruh yang signifikan antara dua variabel yaitu variabel bebas
dengan variabel terikat dengan menggunakan Paired T-Test pada taraf
signifikansi 0,05.
35

BAB 4
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Penelitian


4.1.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian
UPT Puskesmas Glugur Darat merupakan salah satu unit pelayanan
kesehatan milik pemerintah Kecamatan Medan Timur yang terletak di Jalan
Pendidikan No. 8 Kecamatan Medan Timur Kota Medan. Puskesmas Glugur
Darat melakukan pelayanan kesehatan terhadap 11 kelurahan yang ada di
wilayah kerja Kecamatan Medan Timur, yaitu : Kelurahan Pulo Brayan
Bengkel Baru, Kelurahan Pulo Brayan Bengkel , Kelurahan Pulo Brayan
Darat I, Kelurahan Pulo Brayan Darat II, Kelurahan Glugur Darat I ,
Kelurahan Glugur Darat II, Kelurahan Sidodadi, Kelurahan Gang Buntu,
Kelurahan Perintis , Kelurahan Gaharu, Kelurahan Durian. Pada wiliyah
kerja Puskesmas Glugur Darat terdapat 1 buah Puskesmas Pembantu (Pustu)
yaitu Pustu Pulo Brayan Bengkel yang terletak di Kelurahan Pulo Brayan
Bengkel.

Puskesmas ini beroperasi 24 jam, untuk pelayanan konsultasi dokter


spesialis THT dilakukan pada hari Rabu Minggu pertama dan minggu
ketiga. Ada pun jadwalnya adalah pukul 08.00 wib sampai dengan pukul
10.00 wib. Untuk pelayanan pasien dilakukan jam 07.30 wib (Pelayanan di
Poli Rawat Jalan) dan untuk Pelayanan Gawat Darurat di Rawat Inap
dilakukan pada pukul 15.00 sampai dengan pukul 07.30

Di wilayah kerja Puskesmas terdapat berbagai organisasi pelayanan


kesehatan strata pertama yang dikelola oleh lembaga masyarakat dan swasta
seperti : praktek dokter, praktek dokter gigi, praktek bidan, poliklinik dan
balai kesehatan masyarakat. Kedudukan Puskesmas diantara berbagai sarana
pelayanan kesehatan strata adalah sebagai mitra. Di wilayah kerja
Puskesmas terdapat pula berbagai bentuk upaya-upaya kesehatan berbasis
dan sumber daya masyarakat seperti : Posyandu, Polindes, Pos Obat Desa
36

dan Pos UKK. Kedudukan Puskesmas diantara berbagai sarana pelayanan


kesehatan berbasis dan bersumber daya masyarakat adalah sebagai pembina.

Fasilitas fisik puskesmas glugur darat medan puskesmas glugur darat dalam
menjalankan kegiatannya didukung oleh fasilitas yang meliputi Fasilitas
gedung Puskesmas Permanen, Fasilitas Sumber Daya Manusia, Fasilitas
alat-alat, Fasilitas Obat-obatan, Fasilitas Administrasi, Fasilitas Imunisasi.

Peneliti memberikan intervensi kepada pasien lansia yang menderita


rheumathoid arthritis dengan memberikan pemberian minyak jahe merah.
Jenis penelitian quasy eksperiment dengan rancangan one- group pre post
test design dimana pengukuran variabel tindakan mengoles kan minyak jahe
pada sendi yang mengalami nyeri yang diikuti dengan melakukan olesan.
Terapi dilakukan selama 1 minggu 2-3 x dengan durasi 10 menit sebanyak
2-3 cc. Pemeriksaaan dilakukan dengan menggunkan kuesioner di hari
pertama sebelum intervensi dan hari ke tujuh sesudah dilakukannya
intervensi dengan menggunakan kuesioner sebagai alat untuk mengetahui
apakah adanya efek dari minyak jahe terhadap penurunan Nyeri sendi.

4.1.2 Analisa Univariat


Analisa Univariat pada penelitian ini menjelaskan jenis kelamin responden
dan usia responden
a. Karakteristik Responden Penelitian
Dari hasil penelitian yang dilakukan pada 23 responden didapat bahwa
karateristik lansia di UPT Puskesmas Glugur Darat bervariasi, untuk
lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel distribusi responden berdasarkan
karakteristik demografi berikut ini :
37

Tabel 4.1
Persentase Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden di UPT Puskesmas Glugur
Darat Kecamatan Medan Timur Tahun 2021
( n=23)
Variabel Jumlah (n) Persentase (%)
Usia (tahun)
50-60 9 39,1
61-70 10 43,5
71-80 4 17,4
Jenis Kelamin
Laki – Laki 7 30,4
Perempuan 16 69,6
Pekerjaan
Karyawan 3 13,10
Pegawai 5 21, 7
Petani 5 21,7
IRT 10 43,5

Berdasarkan tabel 4.1 dapat dilihat karakteristik responden dalam


penelitian ini mayoritas berusia 61-70 tahun sebesar 43,5%, jenis
kelamin mayoritas perempuan sebanyak 69,6% dan karateristik
pekerjaan mayoritas ibu rumah tangga sebanyak 43,5%.

b. Skala Nyeri Sendi sebelum diberikan Intervensi Minyak Jahe


Merah di UPT Puskesmas Glugur Darat Kecamatan Medan Timur

Tabel 4.2
Hasil skala nyeri sebelum diberikan intervensi diberikan Minyak Jahe Merah terhadap
Perubahan Intensitas Nyeri Sendi Pada Lansia (n=23)

Skala Nyeri ( Pre Test) M SD N

Sebelum dilakukan intervensi 4,9565 1,2239 23

Berdasarkan tabel 4.2 dapat dilihat bahwa skala nyeri sendi lansi sebelum
diberikan intervensi minyak jahe merah rata rata 4,9 atau skala nyeri
sedang.
38

c. Skala Nyeri Sendi sesudah diberikan Intervensi Minyak Jahe


Merah di UPT Puskesmas Glugur Darat Kecamatan Medan Timur

Tabel 4.3
Hasil skala nyeri sesudah diberikan intervensi diberikan Minyak Jahe
Merah terhadap Perubahan Intensitas Nyeri Sendi Pada Lansia (n=23)

Skala Nyeri ( Post Test) M SD N

Setelah dilakukan intervensi 3,8261 98406 23

Berdasarkan tabel 4.3 dapat dilihat bahwa Intensitas nyeri sendi pasien
rhematoid artritis di UPT Puskesmas Glugur Darat sesudah diberikan
intervensi minyak jahe adalah rata rata 3,8

d. Hasil Uji Normalitas Data


Tabel 4.4
Uji normalitas data
Data Penelitian Sig
Intensitas nyeri Sendi Pre Intervensi 0.226
Intensitas Nyeri Sendi Post Intervensi 0.058

Berdasarkan tabel 4.4 dapat dilihat hasil uji normalitas data nyeri sendi
lansia sebelum intervensi adalah 0.226 dan nyeri sendi setelah
intervensi adalah 0.058 (p>0.05). Hal ini menunjukkan data
berdistribusi normal.

4.1.3 Analisis Bivariat

Tabel 4.5
Perbedaan Intensitas Nyeri Lansia Sebelum dan Susudah Intervensi Minyak Jahe Merah di
UPT Puskesmas Glugur Darat
Paired Samples Test

Paired Differences
95% Confidence Interval of the
Std. Std. Error Difference
Mean
Deviation Mean
Lower Upper
Pair Skala Nyeri Pre Test - Skala 1.1304
.81488 .16991 .77805 1.48282
1 Nyeri Post Test 3
39

Berdasarkan hasil uji statistik menggunakan uji paired t-test, diperoleh nilai
p= 0.000 < 0.05, maka disimpulkan minyak jahe merah efektif terhadap
perubahan intensitas nyeri sendi pada lansia di UPT puskesmas glugur darat.

4.2 Pembahasan
4.2.1 Intensitas Nyeri Sebelum Intervensi (Pre Test) Terhadap Pemberian
Minyak Jahe Merah

Hasil penelitian Intensitas nyeri pada lansia sebelum pemberian intervensi


minyak jahe merah rata-rata skala nyeri 4,9 (nyeri sedang). Nyeri sendi
pada pasien rematoid artritis disebabkan adanya proses inflamasi membuat
sendi sinovial menjadi edema, kongesti vaskular dengan pembentukan
pembuluh darah baru, eksudat fibrin, dan infiltrasi selular. Peradangan yang
berkelanjutan akan membuat sinovial menjadi tebal, terutama pada
kartilago. Persendian yang meradang akan membentuk jaringan granulasi
yang disebut dengan pannus. Pannus akan meluas hingga masuk ke tulang
subkondrial. Jaringan granulasi akan menguat karena radang menimbulkan
gangguam pada nutrisi kartilago. Kondisi ini akan membuat kartilago
menjadi nekrosis. (Asikin,2016)

Cairan sinovial berfungsi sebagai peredam kejut (shock absorber) dan


pelumas yang memungkinkan sendi untuk bergerak secara bebas dalam arah
yang tepat. Sendi merupakan bagian tubuh yang sering terkena inflamasi
dan degenerasi yang terlihat pada penyakit nyeri sendi. Meskipun memiliki
keaneka ragaman mulai dari kelainan yang terbatas pada satu sendi hingga
kelainan multi sistem yang sistemik, semua penyakit reumatik meliputi
inflamasi dan degenerasi dalam derajat tertentu yang biasa terjadi sekaligus.
Inflamasi akan terlihat pada persendian yang mengalami pembengkakan.
Pada penyakit reumatik inflamatori, inflamasi merupakan proses primer dan
degenerasi yang merupakan proses sekunder yang timbul akibat
pembentukan pannus (proliferasi jaringan sinovial). Inflamasi merupakan
akibat dari respon imun. (Brunner & Sudarth, 2012).
40

Gejala – gejala rheumatoid arthritis bersifat hilang timbul, tergantung pada


tingkat peradangan jaringan. Peradangan bersifat simetris, muncul di kedua
sisi tubuh secara berkelanjutan, seperti pergelangan tangan, lutut atau
tangan, ketika peradangan jaringan surut atau mereda, penyakitnya tidak
aktif. ( Akmal, dkk, 2011). Nyeri sendi salah satu keluhan yang paling
sering dialami oleh lansia sekarang ini (Dewi Prawesti, 2013). Nyeri sendi
yang sering terjadi pada lansia yang berdampak pada penurunan aktivitas
(immobilisasi), isolasi sosial akibat dari lansia tidak pernah berinteraksi
dengan teman sebaya, gangguan tidur dan jatuh. (Stanley, 2011).

4.2.2 Intensitas Nyeri Sendi Setelah Intervensi Pemberian Minyak Jahe


Merah

Hasil penelitian intensitas nyeri pada setelah intervensi pemberian minyak


jahe merah rata-rata adalah 3,8 (nyeri sedang). Hal ini dikarenakan minyak
jahe merah yang dioleskan memiliki mekanisme kerja yang melibatkan
integrasi dari minyak jahe merah menjadi sinyal biologis dari sel reseptor
saat di inhalasi dan pengaplikasian secara topikal pada kulit (Dallmeier
2014). Proses penyerapan minyak esensial melalui kulit akan membuat
minyak terserap pada peredaran darah sehingga mempengaruhi organ target
seperti otak dan organ lain (Dallmeier 2014).

Jahe merah mempunyai kandungan minyak atsiri tertinggi dan digunakan


untuk berbagai macam pengobatan, antara lain adalah rematik, influenza,
asma, masuk angin, dan radang tenggorokan. Gingerol yang terdapat dalam
rimpang jahe dapat membantu meningkatkan motilitas intestinal dan
diketahui berperan sebagai agen anti-inflammatory, meredakan nyeri
(analgesic), anti-piretik dan anti-bakterial. Berbagai studi melaporkan
bahwa gingerol dapat meredakan rasa mual dan dapat menyembuhkan sakit
kepala dan migraine (Shukla & Singh, 2011). Hal ini bekerja bersamaan
dengan masuknya sinyal ditransmisikan pada limbik dan bagian
hipotalamus otak melalui syaraf olfaktori (Miller 2015). Sinyal ini
menyebabkan otak melepaskan pesan saraf seperti β- endorfin untuk
41

menghubungkan persyarafan kita dan system tubuh yang lain memastikan


perubahan yang diinginkan dan memberikan perasaan nyaman. (Miller
2015).

Minyak atsiri bermanifestasi pada bau jahe yang berkarakteristik tajam dan
pedas. Pada minyak atsiri terkandung sesquiterpenoid (seperti zingiberene,
α-curcumene, β-bisabolene, α-farnesene), monoterpenoid (seperti β-
sesquiphellandrene dan camphene), konsep fenolik dari aroma jahe merah
yang tajam (gingerol dan shogaol sebanyak 5-8 %), lechitin, protein, zat
tepung (60%), vitamin, mineral dan lain-lain (Ali Hasan 2012; Ali et al.
2008; Young et al. 2006).

4.2.3 Perbedaan Intensitas Nyeri Sebelum (Pre Test) dan Sesudah ( Post Test)
terhadap pemberian minyak jahe merah

Berdasarkan hasil uji statistik menggunakan uji Paired t-test diperoleh nilai
p=0.000 hal ini menunjukkan pemberian minyak jahe merah efektif
terhadap perubahan intensitas nyeri sendi pada lansia di UPT Puskesmas
Glugur Darat Kecamatan Timur. Hasil yang signifikan pada penelitian ini
disebabkan karenakan jahe merah memiliki kandungan gingerol yang
terdapat dalam rimpang jahe dapat membantu meningkatkan motilitas
intestinal dan diketahui berperan sebagai agen anti-inflammatory,
meredakan nyeri (analgesic), anti-piretik dan anti-bakterial. (Shukla &
Singh, 2011).

Minyak atsiri tersebut bermanifestasi pada bau jahe yang berkarakteristik


tajam dan pedas. Pada minyak atsiri terkandung sesquiterpenoid (seperti
zingiberene, α-curcumene, β-bisabolene, α-farnesene), monoterpenoid
(seperti β-sesquiphellandrene dan camphene), konsep fenolik dari aroma
jahe merah yang tajam (gingerol dan shogaol sebanyak 5-8 %), lechitin,
protein, zat tepung (60%), vitamin, mineral dan lain-lain (Ali Hasan 2012;
Ali et al. 2008; Young et al. 2006).
42

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Wahyuni (2016), dengan judul


penulisan “Pengaruh Kompres Jahe Terhadap Intensitas Nyeri Pada
Penderita Rheumatoid Arthritis di Wilayah Kerja Puskesmas Balam Medan
Sunggal” yang dilakukan selama 14 hari. Hasil penelitian yang diperoleh
terdapat perbedaan rata-rata skala nyeri Rheumatoid Arthritis sebelum
kompres jahe dan setelah kompres jahe terhadap perubahan intensitas nyeri
yang dirasakan oleh klien pada usia di atas 40 tahun di wilayah kerja
Puskesmas Balam Medan Sunggal.

Hasil penelitian lain yang mendukung penelitin ini adalah yang dilakukan
oleh Setyawan (2013) dengan judul “Efektivitas Krim Ekstrak Zingiber
officinale Linn. var. rubrum sebagai Penurun Nyeri Sendi pada Lansia”.
Penurunan intensitas nyeri sendi diukur dengan metode Visual Analogue
Scale (VAS) selama 30 menit. Hasil penelitian menunjukkan penurunan
nilai VAS pada ketiga kelompok. Pada kelompok ekstrak krim Z. officinale
10% rata-rata terjadi penurunan sebesar 4.75, kelompok ekstrak krim Z.
officinale 20% sebesar 3.08 dan 1 pada kelompok basis krim. Hasil
perbandingan analisis data pada kelompok Z. officinale 10% dan 20%
menunjukkan perbedaan yang bermakna (p < 0.05) dengan Paired T test dan
Z.officinale 10% lebih efektif daripada Z. officinale 20% dengan Kruskal-
Wallis test yang masing-masing kelompok berbeda bermakna (p < 0.05)
pada Mann-Whitney test. Disimpulkan bahwa krim ekstrak jahe merah (Z.
officinale. Linn. var. rubrum) dengan konsentrasi 10% dan 20% terbukti
bermakna dapat menurunkan intensitas nyeri sendi pada lansia. Konsentrasi
krim ekstrak Z. officinale. Linn. var. rubrum 10% pada penelitian ini lebih
efektif dari pada konsentrasi 20%.

4.3 Keterbatasan Penelitian


Keterbatasan dalam penelitian ini diantaranya :
1. Penelitian ini hanya melibatkan satu kelompok intervensi tanpa adalanya
kelompok pembanding.
43

2. Pada penelitian ini, Intervensi diberikan terhadap pasien lansia


rheumatoid arthritis terhadap skala nyeri dilakukan secara door to door
karena situasi pandemik yang tidak memungkinkan mengumpulkan
pasien dalam satu tempat.
BAB 5
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian maka dapat disimpulkan:
1. Terdapat Perbedaan yang signifikan intensitas nyeri sebelum dan sesudah
diberikan intervensi pemberian minyak jahe merah.
2. Efektif dapat merubah Intensitas Nyeri Sendi Pada Lansia Dengan
Rheumatoid Artritis.

5.2 Saran
1. Bagi lansia penderita Rheumatoid Artritis
Dari penelitian ini disarankan bagi lansia khususnya penderita
Rheumatoid Artritis tentang terapi non farmakologi agar lansia rutin
melakukan intervensi yang dapat dilakukan secara mandiri dalam
penanganan nyeri sendi.

2. Bagi pengembangan ilmu keperawatan


Dari penelitian ini disarankan bagi terapan bidang keperawatan
khususnya pada sistem musculoskeletal dapat dijadikan sebagai
penatalaksanaan penggunaan Minyak Jahe Merah Terhadap Penurunan
Nyeri Sendi Pada Lansia.

3. Bagi Penulis Selanjutnya


Dari penelitian ini disarankan bagi, dapat digunakan sebagai acuan untuk
peneliti yang berkaitan dengan Efektifitas Minyak Jahe Merah Terhadap
Perubahan Nyeri Sendi Pada Lansia

44
DAFTAR PUSTAKA

Alpin, haikan. (2016). Hubungan Fungsi Gerak Sendi Dengan Tingkat


Kemandirian Lansia Di Panti Sosial Tresna Werdha Gau Mabaji Kabupaten
Gowa. 1. Jurnal JKSHSK. 897–903.
Asikin, M., Podding, T., & Susaldi. (2016). Keperawatan Medikal Bedah
Akmal Mutaroh, dkk. (2011). Ensiklopedia Kesehatan untuk Umum. Jogjakarta:
ArRuzz Media
Brunner & Suddarth. (2013). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Edisi 8
volume 2. Jakarta EGC
De Guzman CC and J.S Siemonsma. (2011). PROSEA-Plant Resources of South-
East Asia No. 13. Spices. Backhuys Publisher, The Leiden
DiGiulio, Mary. (2014). Keperawatan Medical Bedah. Ed.1. Yogyakarta : Rapha
publishing
Hidayat, S. (2015). Pengaruh terapi kompres jahe terhadap tingkat nyeri
osteoartritis pada lansia di upt. puskesmas guluk-guluk. Jurnal
Kesehatan “Wirajaya Medika.”
Hartati, L. (2015). Pengaruh Kompres Jahe Terhadap Intensitas Nyeri Pada
Penderita Rheumathoid Arthritis Usia 40 Tahun Keatas Di Lingkungan
Kerja Puskesmas Tiga Balata. Fakultas Keperawatan Dan Kebidanan
Universitas Sari Mutiara Indonesia.
Febriana. (2015). Penatalaksanaan Pada Kasus Rheumatoid Arthritis Ankle
Billateral Di RSUD Saras Husada Purworejo. Fakultas Ilmu Kesehatan
Universitas Muhammadiyah Surakarta.
Fatimah. (2010). Merawat manusia lanjut usia suatu pendekatan proses
keperawatan gerontik. Jakarta: Cv. Trans Info Media.
Gio, P. U., & Caraka, R. E. (2018, June 28). Pedoman Dasar Mengolah Data
Dengan Program Aplikasi Statistika Statcal.
https://doi.org/10.31227/osf.io/796th
Ghozali, Imam. (2013). Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program IBM
SPSS19, Semarang: Penerbit Universitas Diponegoro
Kemenkes RI. (2016). Situasi Lanjut Usia (LANSIA) di Indonesia. Edisi 1.
Infodatin, Jakarta.
LeMone., Burke., & Bauldoff. (2016). Keperawatan Medikal Bedah, Alih
bahasa.Jakarta: EGC
Machfoedz, Ircham. (2018). Metodologi Penelitian: Kuantitatif & Kualitatif.
Yogyakarta: Fitramaya
Nugroho, W. (2015). Keperawatan Gerontik & Geriatrik Edisi 3. Jakarta: EGC.
Noor Helmi, Zairin. (2012). Buku Ajar Gangguan Muskuloskeletal; jilid 1,
Salemba Medika. Jakarta. Hal. 226-231, 534-535
Priyoto. (2015). Perubahan dalam perilaku kesehatan konsep dan aplikasi.
Yogyakarta: Graha Ilmu
Redi Aryanta, I. W. (2019). Manfaat Jahe Untuk Kesehatan. Widya Kesehatan,
1(2), 39-43. https://doi.org/10.32795/widyakesehatan.v1i2.463
Resmi. (2018). Kebutuhan Dasar Manusia aplikasi konsep dan kompetensi
keperawatan. Perdana Medika.
Riskesdas. (2018). Hasil Utama Riset Kesehata Dasar (Riskesdas)(Vol. 44,
Issue 8). https://doi.org/10.1088/1751-8113/44/8/085201
Rosdhal, dkk. (2017). Buku Ajar Keperawatan Dasar. Jakarta: EGC.
Rosyidi, K. (2013). Muskuloskeletal. Jakarta: Trans Info Media.
Rose, J. (2013). The aromatherapy book: applications and inhalations. North
Atlantic Books. Dudareva, N., & Pichersky, E. (Eds.). (2010). Biology of
floral scent. CRC Press.
Ruderman, E., & Tambar, S. (2012). Rheumatoid Arthritis. Atlanta : American
College of Rheumatology.
Sakti, N. P. R., & Muhlisin, A. (2019). Pengaruh Terapi Komplementer Meditasi
terhadap Respon Nyeri pada Penderita Rheumathoid Arthtritis. The
9thUniversity Research Colloqium (Urecol), 9(1)
Setyawan Andy Ricky. (2013). Efektivitas Krim Ekstrak Zingiber officinale Linn.
var. rubrum sebagai Penurun Nyeri Sendi pada Lansia. Mutiara Medika
Shukla, Y., & Singh, M. (2007). Cancer preventive properties of ginger: a brief
review. Food and chemical toxicology, 45(5), 683- 690
Sinaga, Manotar. (2017). Riset Kesehatan Panduan Praktis Menyusun Tugas
Akhir Bagi Mahasiswa Kesehatan. Yogyakarta: Deepublish.
Stanley, M., (2011). Buku Ajar keperawatan gerontik, edisi 2, EGC, Jakarta.
Suiraoka dan Supariasa, N. (2012). Media Pendidikan Kesehatan. Yogyakarta:
Graha Ilmu
Utami, P.& Tim Lentera. (2014). Khasiat dan Manfaat jahe Merah si rimpang
ajaib, Agromedia Pustaka, Jakarta.
Wahyuni, N. (2016). Pengaruh Kompres Jahe Terhadap Intensitas Nyeri Pada
Penderita Rheumathoid Arthritis Universitas Muhammadiyah Magelang
Di Wilayah Kerja Puskesmas Balam Medan Sunggal. Jurnal
Keperawatan Flora, IX(1).
Lampi
ran 1

Surat Ijin Memperoleh Data Dasar dari Universitas Sari Mutiara


Medan
Lampiran 2

Surat Balasan Pengambilan Data Dasar Dari Dinas Kesehatan Kota


Medan
Lampiran 3

Surat Balasan Pengambilan Data Dasar Dari UPT Puskesmas Glugur


Darat Kecamatan Medan Timur Tahun 2021
Lampiran 4

Surat Pengajuan Uji Etik Penelitian

Lampiran 5
Sertifikat Uji Kelayakan Etik

Lampiran 6
Surat Ijin Penelitian Dari Universitas Sari Mutiara Indonesia
Lampiran 7

Surat Balasan Ijin Penelitian dari Dinas Kesehatan Kota Medan


Lampiran 8

Surat Balasan Ijin Penelitian dari UPT Puskesmas Glugur Darat


Lampiran 9

Formulir Persetujuan Untuk Berpartisipasi Dalam Penelitian


Lampiran 10

Informed
Consent
Mendapatkan Persetujuan Setelah Penjelasan:
Informasi esensial untuk calon peserta
penelitian (WHO-CIOMS 2016)

Sebelum meminta persetujuan individu untuk berpartisipasi dalam penelitian, peneliti


harus memberikan informasi berikut, dalam bahasa atau bentuk komunikasi lain yang
dapat dipahami individu :

1. Tujuan penelitian, metode, prosedur yang harus dilakukan oleh peneliti dan
peserta, dan penjelasan tentang bagaimana penelitian berbeda dengan
perawatan medis rutin.
2. Bahwa individu diundang untuk berpartisipasi dalam penelitian, alasan untuk
mempertimbangkan individu yang sesuai untuk penelitian, dan partisipasi
tersebut bersifat sukarela.
3. Bahwa individu bebas untuk menolak untuk berpartisipasi dan bebas untuk
menarik diri dari penelitian kapan saja tanpa penalti atau kehilangan imbalan
yang berhak ia dapatkan.
4. Lama waktu yang diharapkan dari partisipasi individu (termasuk jumlah dan
lama kunjungan ke pusat penelitian dan jumlah waktu yang diperlukan) dan
kemungkinan penghentian penelitian atau partisipasi individu di dalamnya;
5. Apakah uang atau bentuk barang material lainnya akan diberikan sebagai
imbalan atas partisipasi individu. Jika demikian, jenis dan jumlahnya, dan
bahwa waktu yang dihabiskan untuk penelitian dan ketidaknyamanan lainnya
yang dihasilkan dari partisipasi belajar akan diberi kompensasi yang tepat,
Moneter atau non-moneter.
6. Bahwa, setelah selesainya penelitian ini, peserta akan diberitahu tentang hasil
penelitian secara umum, jika mereka menginginkannya.
7. Bahwa setiap peserta selama atau setelah studi atau pengumpulan data
biologis dan data terkait kesehatan mereka akan mendapat informasi dan data
yang menyelamatkan jiwa dan data klinis penting lainnya tentang masalah
kesehatan penting yang relevan.
8. Temuan yang tidak diminta/diharapkan akan diungkapkan jika terjadi.
9. Bahwa peserta memiliki hak untuk mengakses data klinis mereka yang
relevan yang diperoleh selama studi mengenai permintaan (kecuali komite
etik riset telah menyetujui sementara atau permanen, data tidak boleh
diungkapkan. Dalam hal mana peserta harus diberitahu, dan diberikan,
alasannya).
10. Rasa sakit dan ketidaknyamanan akibat intervensi eksperimental, risiko dan
bahaya yang diketahui, terhadap individu (atau orang lain) yang terkait
dengan partisipasi dalam penelitian ini. Termasuk risiko terhadap kesehatan
atau kesejahteraan kerabat langsung peserta.
11. Manfaat klinis potensial, jika ada, karena berpartisipasi dalam penelitian ini.
12. Manfaat yang diharapkan dari penelitian kepada masyarakat atau masyarakat
luas, atau kontribusi terhadap pengetahuan ilmiah.
13. Bagaimana transisi ke perawatan setelah penelitian disusun dan sampai
sejauh mana mereka akan dapat menerima intervensi studi pasca uji coba
yang bermanfaat dan apakah mereka akan diharapkan untuk membayarnya.
14. Risiko menerima intervensi yang tidak terdaftar jika mereka menerima akses
lanjutan terhadap intervensi studi sebelum persetujuan peraturan.

15. Intervensi atau pengobatan alternatif yang tersedia saat ini.


16. Informasi baru yang mungkin terungkap, baik dari penelitian itu sendiri atau
sumber lainnya.
17. Ketentuan yang akan dibuat untuk memastikan penghormatan terhadap
privasi peserta, dan untuk kerahasiaan catatan yang mungkin dapat
mengidentifikasi peserta.
18. Batasan, legal atau lainnya, terhadap kemampuan peneliti untuk menjaga
kerahasiaan aman, dan kemungkinan konsekuensi dari pelanggaran
kerahasiaan.
19. Sponsor penelitian, afiliasi institusional para peneliti, dan sifat dan sumber
pendanaan untuk penelitian, dan, jika ada, konflik kepentingan peneliti,
lembaga penelitian dan komite etika penelitian dan bagaimana konflik ini
akan terjadi. Dikelola.
20. Apakah peneliti hanya sebagai peneliti atau selain peneliti juga dokter
peserta.
21. Kejelasan tingkat tanggung jawab peneliti untuk memberikan perawatan bagi
kebutuhan kesehatan peserta selama dan setelah penelitian.
22. Bahwa pengobatan dan rehabilitasi akan diberikan secara gratis untuk jenis
cedera terkait penelitian tertentu atau untuk komplikasi yang terkait dengan
penelitian, sifat dan durasi perawatan tersebut, nama layanan medis atau
organisasi yang akan memberikan perawatan. Selain itu, apakah ada
ketidakpastian mengenai pendanaan perawatan tersebut.
23. Dengan cara apa, dan oleh organisasi apa, peserta atau keluarga peserta atau
orang-orang yang menjadi tanggungan akan diberi kompensasi atas kecacatan
atau kematian akibat luka tersebut (atau perlu jelas bahwa tidak ada rencana
untuk memberikan kompensasi semacam itu).
24. Bahwa komite etika penelitian telah menyetujui protokol penelitian.
25. Bahwa mereka akan diinformasikan dalam kasus pelanggaran protokol dan
bagaimana keselamatan dan kesejahteraan mereka akan terlindungi dalam
kasus seperti itu.

Dalam kasus tertentu, sebelum meminta persetujuan individu untuk berpartisipasi


dalam penelitian, peneliti harus memberikan informasi berikut, dalam bahasa atau
bentuk komunikasi lain yang dapat dipahami individu:

1. Untuk percobaan acak terkontrol, penjelasan tentang pola/rancangan penelitian


(misalnya randomisasi, atau tersamar ganda), bahwa peserta tidak akan diberi
tahu tentang perlakuan yang ditugaskan sampai penelitian selesai kemudian
kesamaran kelak akan dibuka;
2. Apakah semua informasi penting diungkapkan dan, jika tidak, mereka
menyetujui menerima informasi yang tidak lengkap, namun informasi lengkap
akan diberikan sebelum hasil studi dianalisis dan peserta diberi kemungkinan
untuk menarik data/informasi mereka yang dikumpulkan selama
penelitian berlangsung.
3. Kebijakan sehubungan dengan penggunaan hasil tes genetik dan informasi
genetik keluarga, dan tindakan pencegahan untuk mencegah pengungkapan.
Lampiran 11

KUESIONER PENELITIAN

Efektifitas Pemberian Minyak Jahe Merah Sebelum (Pre Test) Terhadap


Perubahan Intensitas Nyeri Sendi Pada Lansia dengan Rheumathoid arthritis
Di Upt Puskesmas Glugur Darat Kecamatan Medan Timur Tahun 2021

A. Identitas Responden
1. Nama :...................................
2. Usia :...................................
3. Jenis Kelamin :...................................
4. Alamat :...................................
5. Pendidikan :...................................
7. Pekerjaan :...................................

PETUNJUK
Lingkarilah nomor/skala yang sesuai dengan nyeri yang dirasakan dengan
patokan untuk tidak nyeri 0, nyeri ringan (1-3), Nyeri sedang (4-6), nyeri berat
(7-10).

Skala intensitas nyeri numeric (0-10) ( McCaffery et al, 1989)

0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Tidak Nyeri Nyeri Ringan Nyeri Sedang Nyeri Berat

DIMANA LOKASI NYERI ?


Lingkari/ beri tanda pada gambar dibawah, daerah nyeri yang Bapak/ibu
rasakan
KUESIONER PENELITIAN

Efektifitas Pemberian Minyak Jahe Merah Sesudah (Post Test)


Terhadap Perubahan Intensitas Nyeri Sendi Pada Lansia dengan
Rheumathoid Arthritis Di Upt Puskesmas Glugur Darat Kecamatan
Medan Timur Tahun 2021

PETUNJUK

Lingkarilah nomor/skala yang sesuai dengan nyeri yang dirasakan


dengan patokan untuk tidak nyeri 0, nyeri ringan (1-3), Nyeri sedang
(4-6), nyeri berat (7-10).

Skala intensitas nyeri numeric (0-10) ( McCaffery et al, 1989)

0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Tidak Nyeri Nyeri Ringan Nyeri Sedang Nyeri Berat
Lampiran 12

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP) OLESAN MINYAK JAHE


MERAH PADA PASIEN RHEUMATHOID ARTHRITIS PADA LASNIA DI
UPT PUSKESMAS GLUGUR DARAT KECAMATAN MEDAN TIMUR
TAHUN 2021

A. Pengertian

Rimpang jahe merupakan tanaman yang tidak asing lagi dan sudah digunakan
oleh manusia sejak lama sebagai anti-inflamantori, mempunyai daya anti-
mikrobial. Total kekuatan antioksidan sebagaimana diukur dalam oxygen
radical absorbance capacity (ORAC) dari rimpang jahe adalah sebesar 14840
μmol TE/100 g.

Hal ini menjadikan jahe sebagai herba penting dalam kesehatan. Jahe merah
mempunyai kandungan minyak atsiri tertinggi dan digunakan untuk berbagai
macam pengobatan, antara lain adalah rematik, influenza, asma, masuk angin,
dan radang tenggorokan. Gingerol yang terdapat dalam rimpang jahe dapat
membantu meningkatkan motilitas intestinal dan diketahui berperan sebagai
agen anti-inflammatory, meredakan nyeri (analgesic), anti-piretik dan anti-
bakterial. Berbagai studi melaporkan bahwa gingerol dapat meredakan rasa
mual dan dapat menyembuhkan sakit kepala dan migraine (Shukla & Singh,
2011).

B. Tujuan :
1. Melancarkan peredaran darah
2. Menyembuhkan rasa capek dan pegal
3. Meningkatkan kualitas tidur
4. untuk mengurangi intensitas nyeri rematik pada lansia
( Rita,2019)
C. Petugas : Peneliti

D. Sasaran :
Lansia yang ada di UPT puskesmas glugur darat dengan nyeri rheumathoid
arthritis

E. Persiapan Pasien : Menjelaskan prosedur dan tujuan tindakan yang akan


dilakukan

1. Fase persiapan

NO PROSEDUR DILAKUKAN
YA TIDAK
1. Minyak jahe merah masih dalam keadaan segel dan aman
untuk digunakan pada responden

2. Fase Pelaksanaan

DILAKUKAN
NO PROSEDUR YA TIDAK
1. Berikan salam, perkenalkan diri perawat, dan identifikasi
klien dengan memeriksa identitas klien secara cermat.
2. Identifikasi pasien (sesuai dengan SPO identifikasi pasien)
3. Jelaskan kepada pasien/keluarga tentang tindakan yang akan
dilakukan
4. Atur posisi klien sehingga merasakan aman dan nyaman
saat tindakan berlangsung
5. Beritahu klien bahwa tindakan akan segera dimulai
6. Meminta responden dengan mengambil posisi duduk
sehingga kaki membentuk sudut 90 derajat (lutut
menghadap atas/depan, kaki menapak lantai seutuhnya).
Satukan kedua tangan hingga membentuk kepalan
7. Minta klien untuk menggunakan busana yang nyaman dan
longgar sehingga lebih mudah untuk mengakses daerah
yang dirasakan nyeri terutama pada lutut dan calcenus
(mata kaki)
8. Peneliti memulai dengan mengoleskan minyak jahe merah
pada daerah lutut dan calcenus (mata kaki) dengan takaran
minyak memakai pipet tetes sebanyak 15-20 tetes dengan
durasi 10 menit.
9. Intervensi ini dilakukan 1 minggu sebanyak 2-3 kali

13. Peneliti memberikan kouesioner untuk di isi oleh responden,


bagaimana tingkat rasa nyeri yang di alami, pengisian
kuesioner ini dilakukan sebelum diberikan intervensi dan
sesudah intervensi
14. Akhiri kegiatan dengan cara yang baik

Peneliti Memberikan Olesan Minyak Jahe Merah kepada


responden pada derah calcenus (mata kaki)

Peneliti Memberikan Olesan Minyak Jahe Merah Kepada


responden pada daerah lutut kaki.

Peneliti Memberikan Kuesioner pada responden


Lampiran 13

MASTER DATA

EFEKTIFITAS PEMBERIAN MINYAK JAHE MERAH TERHADAP


PERUBAHAN INTENSITAS NYERI SENDI PADA LANSIA DENGAN
RHEUMATHOID ARTHRITIS DI UPT PUSKESMAS GLUGUR
DARAT KECAMATAN MEDAN TIMUR TAHUN 2021

Responde Skala Nyeri


Jenis Kelamin Usia Pekerjaan
n Pre Post
1 Perempuan 61-70 Tahun IRT 5 3
2 Perempuan 50-60 Tahun IRT 4 4
3 Laki-Laki 61-70 Tahun Karyawan 5 4
4 Perempuan 71-80 Tahun IRT 6 3
5 Perempuan 61-70 Tahun IRT 4 3
6 Perempuan 50-60 Tahun Petani 4 3
7 Perempuan 50-60 Tahun Pegawai 3 3
8 Perempuan 50-60 Tahun IRT 7 6
9 Laki-Laki 50-60 Tahun Petani 5 3
10 Perempuan 61-70 Tahun Petani 7 5
11 Laki-Laki 50-60 Tahun Karyawan 4 4
12 Perempuan 71-80 Tahun Pegawai 5 3
13 Perempuan 61-70 Tahun IRT 6 5
14 Laki-Laki 50-60 Tahun Pegawai 6 4
15 Laki-Laki 61-70 Tahun Pegawai 7 6
16 Perempuan 61-70 Tahun IRT 4 3
17 Perempuan 61-70 Tahun Petani 4 3
18 Perempuan 71-80 Tahun Petani 5 4
19 Laki-Laki 61-70 Tahun IRT 3 3
20 Perempuan 50-60 Tahun IRT 4 4
21 Perempuan 61-70 Tahun IRT 6 5
22 Perempuan 50-60 Tahun Pegawai 6 4
23 Laki-Laki 71-80 Tahun Karyawan 4 3
Lampiran14

OUTPUT HASIL PENGOLAHAN DATA SPSS

EFEKTIFITAS PEMBERIAN MINYAK JAHE MERAH TERHADAP


PERUBAHAN INTENSITAS NYERI SENDI PADA LANSIA DENGAN
RHEUMATHOID ARTHRITIS DI UPT PUSKESMAS GLUGUR
DARAT KECAMATAN MEDAN TIMUR TAHUN 2021

Univariat

Jenis Kelamin
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Laki-Laki 7 30.4 30.4 30.4
Perempuan 16 69.6 69.6 100.0
Total 23 100.0 100.0

Usia
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid 50-60 Tahun 9 39.1 39.1 39.1
61-70 Tahun 10 43.5 43.5 82.6
71-80 Tahun 4 17.4 17.4 100.0
Total 23 100.0 100.0

Pekerjaan
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Karyawan 3 13.0 13.0 13.0
Pegawai 5 21.7 21.7 34.8
Petani 5 21.7 21.7 56.5
IRT 10 43.5 43.5 100.0
Total 23 100.0 100.0
Skala Nyeri Pre Test
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid 1-3 2 8.7 8.7 8.7
4-6 18 78.3 78.3 87.0
7-9 3 13.0 13.0 100.0
Total 23 100.0 100.0

Skala Nyeri Post Test


Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid 1 -3 11 47.8 47.8 47.8
4-6 12 52.2 52.2 100.0
Total 23 100.0 100.0

Bivariat

Paired Samples Statistics

Mean N Std. Deviation Std. Error Mean


Pair Skala Nyeri Pre Test 4.9565 23 1.22394 .25521
1
Skala Nyeri Post Test 3.8261 23 .98406 .20519

Paired Samples Test

Paired Differences
95% Confidence
Interval of the
Std. Std. Difference
Deviatio Error Sig. (2-
Mean n Mean Lower Upper t df tailed)
Pair Skala Nyeri Pre 1.1304 .81488 .16991 .77805 1.48282 6.653 22 .000
1 Test - Skala 3
Nyeri Post Test

Lampiran 15

Anda mungkin juga menyukai