OLEH :
OLEH :
LYLA MALINDA SIRINGO RINGO
190204054
SKRIPSI
Dengan ini peneliti menyatakan bahwa skripsi ini adalah hasil karya sendiri dan
belum pernah diajukan oleh orang lain untuk memperoleh gelar kesarjanaan di
suatu perguruan tinggi dan sepanjang pengetahuan peneliti, tidak terdapat karya
atau pendapat yang pernah ditulis dan diterbitkan oleh orang lain dalam naskah
ini, kecuali tertulis dan tercantum dalam daftar pustaka.
Peneliti
ii
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
I. Identitas Diri
Nama : Lyla Malinda Siringo Ringo
NIM : 190204054
Tempat/Tanggal Lahir : Medan, 07 April 1999
Agama : Kristen Protestan
Anak ke : 1 (Pertama) dari 2 (Dua) bersaudara
Status Perkawinan : Belum Menikah
Nomor HP : 081263106779
Email : lylamalindasiringoringo@gmail.com
III.Riwayat Pendidikan
Tahun 2004 - 2010 : SD Negeri 065854 Medan Helvetia
Tahun 2010 - 2013 : SMP N 40 Medan
Tahun 2013 - 2016 : SMK Farmasi YPFSU Medan
Tahun 2016 - 2019 : Akademi Keperawatan Kesdam I/BB
Medan
Tahun 2019 – Sekarang : Sedang Menyelesaikan S1 Keperawatan di
Program Studi Keperawatan Fakultas
Farmasi Dan Ilmu Kesehatan Universitas
Sari Mutiara Indonesia.
iii
PROGRAM STUDI KEPERAWATAN
FAKULTAS FARMASI DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS SARI MUTIARA INDONESIA
ABSTRAK
Rheumathoid Arthritis merupakan gangguan peradangan kronis autoimun dimana imun seseorang
terganggu dan turun akibat hancurnya organ sendi pada lapisan sinovial, sehingga menyebabkan
nyeri sendi disertai pembengkakan dan perubahan struktur sendi. Salah satu intervensi
keperawatan pada pasien rheumathoid arthritis yaitu pemberian minyak jahe merah. Jahe merah
mempunyai kandungan minyak atsiri yang digunakan berbagai macam pengobatan, seperti
rematik. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui “Efektifitas pemberian minyak jahe merah
terhadap perubahan intensitas nyeri sendi pada lansia dengan rheumathoid arthritis di UPT
Puskesmas Glugur Darat Kecamatan Medan Timur tahun 2021”. Jenis penelitian ini adalah
penelitian kuantitatif menggunakan metode quasy eksperiment dengan rancangan one- group pre-
post test design, Jumlah sampel dalam penelitian sebanyak 23 responden dengan teknik
pengambilan sampel simple random sampling. Analisa data menggunakan uji statistik Paired T-
Test. Hasil menunjukkan dari hasil uji berdasarkan hasil uji statistik menggunakan uji Paired t-test
diperoleh nilai p=0.000 hal ini menunjukkan pemberian minyak jahe merah efektif terhadap
perubahan intensitas nyeri sendi pada lansia di UPT Puskesmas Glugur Darat Kecamatan Timur.
Kesimpulan pemberian minyak jahe merah pada lansia dengan intensitas nyeri sendi pada adalah
salah satu terapi yang efektif untuk menurunkan intensitas nyeri sendi. Penelitian ini
merekomendasikan perlunya intervensi pemberian minyak jahe merah terhadap perubahan
intensitas nyeri sendi pada lansia dengan rheumathoid arthritis.
Kata Kunci : Rheumathoid Arthritis, Intesnitas Nyeri Sendi, Minyak Jahe Merah
iv
NURSING STUDY PROGRAM
PHARMACEUTICAL AND HEALTH SCIENCE FACULTY
SARI MUTIARA INDONESIA UNIVERSITY
ABSTRACT
v
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur peneliti ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang
telah memberikan kesehatan kepada peneliti, dan atas berkat rahmat dan
karuniaNya sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul
“Efektifitas Pemberian Minyak Jahe Merah Terhadap Perubahan Intensitas
Nyeri Sendi Pada Lansia Dengan Rheumathoid Arthritis Di UPT Puskesmas
Glugur Darat Kecamatan Medan Timur Tahun 2021”. Penyelesaian skripsi
ini merupakan salah satu persyaratan dalam menyelesaikan pendidikan pada
Program Studi Keperawatan Fakultas Farmasi Dan Ilmu Kesehatan Universitas
Sari Mutiara Indonesia Tahun 2021. Selama proses penyusunan skripsi ini, begitu
banyak bantuan, nasehat dan bimbingan yang peneliti terima demi kelancaran
skripsi ini. Dengan segala kerendahan hati, pada kesempatan ini peneliti ingin
menyampaikan terima kasih kepada Bapak / Ibu :
1. Dr. Parlindungan Purba, SH, MM, selaku Ketua Yayasan Sari Mutiara
Indonesia Medan.
2. Dr. Ivan Elisabeth Purba, M.Kes, selaku Rektor Universitas Sari Mutiara
Indonesia.
3. Taruli Rohana, SP, MKM, selaku Dekan Fakultas Farmasi Dan Ilmu
Kesehatan Universitas Sari Mutiara Indonesia.
4. Ns. Marthalena Simamora, S.Kep, M.Kep, selaku Ketua Program Studi
sekaligus Ketua Penguji Program Studi Keperawatan Fakultas Farmasi dan
Ilmu Kesehatan Sari Mutiara Indonesia .
5. Dr. Karnirius Harefa, S.Kp., SPd., M.Biomed selaku Penguji I yang telah
meluangkan waktu serta pikiran untuk memberikan bimbingan, arahan dan
saran kepada peneliti dalam menyelesaikan skripsi ini.
6. Ns. Johansen Hutajulu, AP, S.Kep, M.Kep, selaku Penguji II yang telah
meluangkan waktu serta pikiran untuk memberikan bimbingan, arahan dan
saran kepada peneliti dalam menyelesaikan skripsi ini.
7. Seluruh staff pengajar yang telah banyak memberikan dukungan di
Universitas Sari Mutiara Indonesia.
vi
8. Kepada Bapak R.Siringo Ringo dan Ibu F. Tambunan selaku orangtua
peneliti yang menjadi motivasi paling baik dalam hidup peneliti. Kepada
Diana E Siringo Ringo selaku adik kandung peneliti yang telah memberikan
dukungan doa, semangat.
9. Kepada Mahasiswa/I Sarjana Keperawatan Medan khususnya Jalur B yang
selama ini bersama saling membantu dan saling memberi motivasi, selama
penulis menjalani pendidikan di Universitas Sari Mutiara Indonesia.
Peneliti
vii
DAFTAR ISI
Halaman
COVER
COVER DALAM
HALAMAN PENGESAHAN ....................................................................... i
PERNYATAAN KEASLIAN ....................................................................... ii
DAFTAR RIWAYAT HIDUP....................................................................... iii
ABSTRAK....................................................................................................... iv
ABSTRACT..................................................................................................... v
KATA PENGANTAR ................................................................................... vi
DAFTAR ISI .................................................................................................. viii
DAFTAR GAMBAR .................................................................................... x
DAFTAR TABEL .......................................................................................... xi
DAFTAR SKEMA.......................................................................................... xii
DAFTAR LAMPIRAN................................................................................... xiii
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang...................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah................................................................................. 5
1.3 Tujuan Peneliti ..................................................................................... 5
1.4 Manfaat Peneliti.................................................................................... 5
1.4.1 Bagi Penderita Rheumatoid Artritis............................................. 5
1.4.2 Bagi Pengembangan Ilmu Keperawatan...................................... 6
1.4.3 Bagi Peneliti Selanjutnya............................................................. 6
viii
2.4.7 Manajemen Nyeri...................................................................... 23
2.4.8 Pengkajian Nyeri....................................................................... 24
2.4.9 Pelaksanaan Keperawatan......................................................... 25
2.4.10 Tindakan dilakukan .................................................................. 25
2.4.11 Minyak Jahe.............................................................................. 25
2.4.12 Deproposal Tanaman Jahe Merah............................................. 27
2.4.13 Minyak Atsiri Jahe Merah......................................................... 27
2.5 Kerangka Konsep.................................................................................. 28
2.6 Hipotesis .............................................................................................. 29
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
ix
DAFTAR TABEL
HALAMAN
Halaman
Gambar 2.1 Skala Nyeri ............................................................................ 22
Gambar 2.2 Tanaman Jahe Merah ............................................................. 27
Gambar 2.3 Minyak Jahe Merah ............................................................... 28
Gambar 3.1 Kala Identitas Nyeri Numeric................................................. 32
xi
DAFTAR SKEMA
Halaman
Skema 2.2 Proses nyeri .................................................................................... 20
Skema 3.1 Desain Penelitian............................................................................ 30
xii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 : Surat Ijin Memperoleh Data Dasar Dari Universitas Sari Mutiara
Lampiran 8 : Surat Balasan Ijin Penelitian dari UPT Puskesmas Glugur Darat
xiii
BAB 1
PENDAHULUAN
1
2
Jumlah penduduk Sumatera Utara tahun 2011 yaitu 13.248.386 jiwa dan
29,17% adalah lansia. Dari beberapa Kabupaten dan Kota di Sumatera
Utara, jumlah penduduk terbanyak terdapat di Kota Medan yaitu 2.121.053
jiwa dan 35,07% adalah lansia dengan angka kejadian arthritis rheumatoid
30% di kota Medan (Torich, 2011).
Nyeri sendi salah satu keluhan yang paling sering dialami oleh lansia
sekarang ini (Dewi Prawesti, 2013). Nyeri sendi yang sering terjadi pada
lansia yang berdampak pada penurunan aktivitas (immobilisasi), isolasi
sosial akibat dari lansia tidak pernah berinteraksi dengan teman sebaya,
gangguan tidur dan jatuh (Stanley, 2011).
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Ricky Andy Setyawan (2013) dengan
judul “Efektivitas Krim Ekstrak Zingiber officinale Linn. var. rubrum
sebagai Penurun Nyeri Sendi pada Lansia”. Penurunan intensitas nyeri sendi
diukur dengan metode Visual Analogue Scale (VAS) selama 30 menit. Hasil
penelitian menunjukkan penurunan nilai VAS pada ketiga kelompok. Pada
kelompok ekstrak krim Z. officinale 10% rata-rata terjadi penurunan sebesar
4.75, kelompok ekstrak krim Z. officinale 20% sebesar 3.08 dan 1 pada
kelompok basis krim. Hasil perbandingan analisis data pada kelompok Z.
officinale 10% dan 20% menunjukkan perbedaan yang bermakna (p < 0.05)
dengan Paired T test dan Z.officinale 10% lebih efektif daripada Z.
officinale 20% dengan Kruskal-Wallis test yang masing-masing kelompok
berbeda bermakna (p < 0.05) pada Mann-Whitney test. Disimpulkan bahwa
krim ekstrak jahe merah (Z. officinale. Linn. var. rubrum) dengan
konsentrasi 10% dan 20% terbukti bermakna dapat menurunkan intensitas
nyeri sendi pada lansia. Konsentrasi krim ekstrak Z. officinale. Linn. var.
rubrum 10% pada penelitian ini lebih efektif dari pada konsentrasi 20%.
7
8
kaku. Kerutan di wajah dan pola refleks leher seumur hidup pada
aktivitas otot dan ekspresi wajah, penarikan gravitasi dan hilangnya
elastisitas. Noda dan lesi juga mungkin muncul pada kulit. Noda halus,
coklat berbentuk tidak beraturan (senile lentigo) awalnya muncul pada
punggung tangan dan pada lengan bawah. Angioma merah coklat yang
kecil, bulat ditemukan pada tubuh. Lesi seborea/ keratosis dapat muncul
sebagai lesi yang tak teratur, bulat atau oval, coklat dan berair.
b. Sistem reproduksi
Perubahan pada struktur dan fungsi sistem reproduksi terjadi sebagai akibat
perubahan hormonal. Menopause pada wanita berkaitan dengan penurunan
respons ovarium terhadap hipofisis dan mengakibatkan penurunan kadar
esterogen dan progesteron. Pada pria, tidak ada penghentian fertilitas
tertentu dikaitkan dengan penuaan. Spermatogenesis mulai menurun selama
dekade keempat tetapi kontinu sampai dekade kesembilan. Bagaimanapun,
perubahan struktur dan fungsi reproduktif tidak mempengaruhi libido.
Kurangnya frekuensi aktivitas seksual dapat diaklibatkan oleh penyakit,
kematian pasangan seksual, penurunan sosialisasi, atau hilangnya minat
seksual.
2) Kartilago
Jaringan kartilago persendian melunak dan bergranulasi sehingga
permukaan sendi menjadi rata. Kemampuan kartilago untuk
melakukan regenerasi berkurang hingga lebih cenderung pada
degenerasi yang progresif. Kartilago mengalami kalsifikasi dibeberapa
tempat seperti tulang rusuk dan tiroid. Komponen dasar matriks
kartilago (proteoglikan) berkurang atau hilang secara bertahap. Fungsi
kartilago menjadi kurang efektif baik sebagai peredam kejut maupun
permukaan sendi yang berpelumas. Kartilago pada persendian menjadi
rentan untuk terjadi pergesekan.
3) Tulang
Berkurangnya kepadatan tulang menjadi salah satu bagian dari penuaan
fisiologis. Perubahan terjadi pada trabekula longitudinal yang menjadi
tipis dan trabekula transversal terabsorbsi kembali. Perubahan tersebut
memngakibatkan jumlah tulang spongiosa yang berkurang dan tulang
kompakta menjadi tipis. Penurunan jumlah hormon esterogen
menyebabkan produksi osteoklas tidak terkendali. Jaringan dan ukuran
tulang yang berkurang kepadatannya secara menyeluruh menyebabkan
penurunan kekuatan dan kekakuan tulang.
4) Otot
Efek negatif dari penuaan pada otot adalah penurunan jumlah dan
ukuran serabut otot, peningkatan jaringan penghubung dan jaringan
lemak pada otot.
5) Sendi
Jaringan ikat sekitar sendi yakni tendon, ligament dan fasia
mengalami penurunan elatisitas. Degenerasi, erosi dan kalsifikasi
terjadi pada kartilago dan kapsuls sendi sehingga sendi kehilangan
fleksibilitasnya. Hal ini menyebabkan lansia mengalami penurunan
luas gerak sendi.
11
Artritis reumatoid adalah atritis yang dirasa paling nyeri dan bentuk artritis
yang paling melemahkan. Teoretiks menjelaskan bahwa mekanisme
pencetus, mungkin serius menyebabkan sistem imun menjadi terlalu aktif.
Presdiposisi genetik terhadap gangguan tampak turut berperan beberapa
anggota dari satu keluarga dapat mengalami gangguan ini. (Roshdal, 2017).
Pada rheumatoid arthritis kekakuan yang paling buruk sering terjadi pada
pagi hari. Kekakuan ini dapat berlangsung satu sampai dua jam (bahkan
sepanjang hari). Kekakuan pada pagi hari dalam waktu yang lama tersebut
merupakan petunjuk bahwa seseorang mungkin mengidap rheumatoid
arthritis, karena beberapa penyakit rematik lainnya berperilaku seperti ini.
Misalnya osteoarthritis paling sering tidak menyebabkan kekakuan pagi
yang berkepanjangan (Ruderman et al, 2012).
2.2.2 Etiologi
Penyebab rheumatoid arthritis tidak diketahui. Faktor genetik diyakini
memainkan peran dalam perkembangannya, kemungkinan kombinasi
dengan faktor lingkungan . Diperkirakan bahwa agen infeksius, seperti
mikroplasma, virus Epstein-Barr, atau virus lain dapat memainkan peran
dalam memulai respon imun abnormal yang tampak di rheumatoid arthritis
( LeMone, dkk 2015)
2.2.3 Patofisiologi
Pada awalnya, proses inflamasi akan membuat sendi sinovial menjadi
edema, kongesti vaskular dengan pembentukan pembuluh darah baru,
eksudat fibrin, dan infiltrasi selular. Peradangan yang berkelanjutan akan
membuat sinovial menjadi tebal, terutama pada kartilago. Persendian yang
meradang akan membentuk jaringan granulasi yang disebut dengan pannus.
Pannus akan meluas hingga masuk ke tulang subkondrial. Jaringan granulasi
akan menguat karena radang menimbulkan gangguam pada nutrisi kartilago.
Kondisi ini akan membuat kartilago menjadi nekrosis (Asikin,2016).
Cairan sinovial ini berfungsi sebagai peredam kejut (shock absorber) dan
pelumas yang memungkinkan sendi untuk bergerak secara bebas dalam arah
yang tepat. Sendi merupakan bagian tubuh yang sering terkena inflamasi
dan degenerasi yang terlihat pada penyakit nyeri sendi. Meskipun memiliki
keaneka ragaman mulai dari kelainan yang terbatas pada satu sendi hingga
kelainan multi sistem yang sistemik, semua penyakit reumatik meliputi
inflamasi dan degenerasi dalam derajat tertentu yang biasa terjadi sekaligus.
Inflamasi akan terlihat pada persendian yang mengalami pembengkakan.
Pada penyakit reumatik inflamatori, inflamasi merupakan proses primer dan
degenerasi yang merupakan proses sekunder yang timbul akibat
pembentukan pannus (proliferasi jaringan sinovial). Inflamasi merupakan
akibat dari respon imun (Brunner & Sudarth, 2012).
13
b. Tes faktor reuma biasanya positif pada lebih dari 75% pasien artritis
reumatoid terutama bila masih aktif. Sisanya dapat dijumpai pada pasien
lepra, TB paru, sirosis hepatis, penyakit kolagen dan sarkoidosis.
c. Leukosit normal atau meningkat sedikit
d. Trombosit meningat
e. Kadar albumin serum trurun dan globulin
f. Jumlah sel darah merah dsn komplremen C4 menurun
g. Protein C-reaktif dan antibodi antiukleus (ANA) biasanya positif
h. Pemerikasaan sinar-X dilakukan untuk membantu penegakkan diganosa
dan memantau perjalanan penyakit. Foto rontgen men unjukan erosi
tulang yang khas terjadi kemudian dalam perjala nan penyakit tersebut
(Rosyidi, 2013).
Sendi adalah tempat pertemuan dua atau lebih tulang. tulang tulang ini
dipadukan dengan berbagi cara, misalnya dengan kapsul sendi, pita fibrosa,
ligamen, tendon, fasia, atau otot. Sendi persambungan tulang, baik yang
memungkinakan tulang tersebaut dapat bergerak satu sama lain maupun
tidak dapat bergerak satu sama lain.
15
2) Sendi engsel
Mirip engsel pintu sehingga memungkinkan gerakan fleksi dan
ekstensi. Suatu permukaan bundar diterima oleh yang lain sehingga
gerakan hanya dalam satu bidang dan dua arah. misalnya, sendi siku
dan sendi lutut
3) Sendi kondiloid
Permukaan sendi berbentuk konveks yang nyata dan bersendi dengan
permukaam yang konkaf seperti sendi engesel tapi bergerak dengan
dua bidang dan empat arah (Fleksi, Ekstensi, Abdukasi, dan
Addukaasi) disertai sedikit gerakan rotasi misalnya
Metakarpofalangeal dan interfalangeal.
4) Sendi elipsoid
Permukaan sendi berbentuk konveks elips dengan permukaan sendi
konveks elips, pergerakan (Flekso, Ekstensi, Abduksi, Dan Addukasi)
dapat dilakukan tetapi rotasi tidak mungkin, Misalnya sendi ibu jari.
5) Sendi peluru
Kepala sendi berbentuk bola, apada salah satu tulang cocok dengan
lekuk sendi yang berbentuk seperti soket. Bongkol sendi tepat
16
6) Sendi pasak
Pada sendi ini terdapat pasak dikelilingi cincin ligamentum bertulang.
Hanya satu gerakan yang dapat dilakukan yaitu rotasi misalnya atlas.
Bentuk cincin berputar di atas prosesus odontoid dan gerakan radius di
sekitar ulna. Pronasi dan supinasi disebut juga sendi berporos atau
sendi putar.
b. Amfiartrosis
Suatu sendi pergerakan nya sedikit sekali karena komponen sendi
tidak cukup dan permukaan dilapisi oleh bahan yang memungkinkan
sendi sednikit. Misalnya sendi antara manubrium sterni dan korpus
sterni serta sendi antara tulang vertebrae.
Nyeri merupakan perasaan tidak nyaman, baik ringan maupun berat yang
hanya dapat dirasakan oleh individu tersebut tanpa dapat dirasakan oleh orang
lain, mencakup pola pikir, aktivitas seseorang secara langsung, dan perubahan
hidup seseorang. Nyeri merupakan tanda dan gejala penting yang dapat
menunjukkan telah terjadinya gangguan fisiologis (Priyoto, 2015).
19
b. Manajemen Farmakologi
Manajemen nyeri farmakologi merupakan metode yang menggunakan
obat-obatan dalam praktik penanganannya. Cara dan metode ini
memerlukan instruksi dari medis. Jenis analgesiknya adalah narkotik dan
bukan narkotik. Jenis narkotik digunakan untuk menurunkan tekanan
darah dan menimbulkan depresi pada fungsi vital, seperti respirasi. Jenis
bukan narkotik yang paling banyak dikenal dimasyarakat adalah aspirin,
asetaminofen, dan bahan antiimflamasi nonsteroid.
Q (Quality), dari nyeri seperti apakah rasa tajam, tumpul, atau tersayat.
R (Region), yaitu daerah perjalanan nyeri
S (Serverity), yaitu keparahan atau intensitas nyeri.
T (Time), yaitu lama atau waktu serangan atau frekuensi nyeri.
Perencanaan Keperawatan :
a. Mengurangi dan membatasi faktor-faktor yang menambah nyeri,
menggunakan berbagai teknik inovasi untuk memodifikasi nyeri yang
alami.
b. Menggunakan cara-cara untuk mengurangi nyeri yang optimal, seperti
memberikan sesuai dengan program yang ditentukan.
India adalah produsen utama jahe, dengan luas panen sekitar 50% dari luas
panen Jahe dunia. Jahe dikebunkan secara luas di beberapa kawasan di
Indonesia, termasuk dalam perkebunan sebagai tanaman tumpang sari dan
tanaman sela dalam program Pengelolaan Hutan Berbasis Masyarakat. Di
beberapa tempat lainnya, jahe ditanam terbatas untuk mencukupi kebutuhan
rumah tangga. Jahe bahkan tumbuh di kebun-kebun secara liar (De Guzman
& Siemonsma. 2011 ; Duke et al., 2012).
Rimpang jahe sudah digunakan oleh manusia sejak lama sebagai anti-
inflamantori, mempunyai daya anti-mikrobial. Total kekuatan antioksidan
sebagaimana diukur dalam oxygen radical absorbance capacity (ORAC)
dari rimpang jahe adalah sebesar 14840 μmol TE/100 g.
Hal ini menjadikan jahe sebagai herba penting dalam kesehatan. Jahe merah
mempunyai kandungan minyak atsiri tertinggi dan digunakan untuk
berbagai macam pengobatan, antara lain adalah rematik, influenza, asma,
masuk angin, dan radang tenggorokan. Gingerol yang terdapat dalam
rimpang jahe dapat membantu meningkatkan motilitas intestinal dan
diketahui berperan sebagai agen anti-inflammatory, meredakan nyeri
(analgesic), anti-piretik dan anti-bakterial. Berbagai studi melaporkan
bahwa gingerol dapat meredakan rasa mual dan dapat menyembuhkan sakit
kepala dan migraine (Shukla & Singh, 2011).
Jahe putih memiliki akar rimpan yang beruas kecil dan hanya sedikit
menggembung. Jahe putih dipanen setelah umurnya sudah tua. Minyak
atsiri yang terdapat di jahe putih lebih banyak dibanding dengan jahe
kuning, sehingga rasanya lebih tajam dan pedas. Jahe jenis ini digunakan
sebagai ramuan obat herbal.
c. Jahe Merah
Jahe merah memiliki akar rimpang berwarna merah. Ukurannya lebih
kecil dibandingkan dengan jahe kuning dan jahe putih. Seperti halnya
jahe putih, jahe merah baik dipanen setelah umumnya sudah tua. Jahe
merah juga memiliki kandungan minyak atsiri dalam umlah banyak
sehingga banyak dimanfaatkan sebagai ramuan obat herbal.
metode persiapan ekstrak (Ali et al. 2008; Bartels et al. 2015). Materia
medica melaporkan minyak atsiri yang terkandung adalah sebanyak 1-3%
pada tiap rimpang jahe merah.
Keterangan:
T1 : Pengukuran pertama (Pre-test)
X : Perlakuan
T2 : Pegukuran kedua (Post-test)
28
29
3.2.2 Sampel
Sampel adalah sebagian atau wakil dari populasi yang di teliti (Arikunto,
2011). Sampel dalam penelitian ini adalah lansia dengan rheumathoid
arthritis pada bulan Januari 2021 yang dirawat jalan di UPT puskesmas
glugur darat kecamatan medan timur tahun 2021.
Sampel dalam penelitian ini adalah lansia di UPT puskesmas glugur darat
kecamatan medan timur yang berjumlah 23 orang.
Sampel diambil mengunakan rumus :
n = 30/100 x jumlah populasi
n = 30 x 75 = 23 orang
100
c. Kebaikan (Benefience)
Benefience merupakan prinsip etik yang mementingkan keuntungan, baik
bagi peneliti maupun responden sendiri. Peneliti ini menjelaskan kepada
responden tentang manfaat peneliti.
b. Analisis Data
a. Analisis Univariat
Analisa univariat digunakan untuk melihat distribusi frekuensi dari
variabel independet (variabel bebas) dan variabel dependen (variabel
terikat). Analisa univariat pada penulisan ini merupakan distribusi
dari responden berdasarkan demografi.
b. Analisis Bivariat
Analisis bivariat merupakan analisis yang dilakukan terhadap dua
variabel yang diduga berhubungan atau berkolerasi (Notoatmodjo,
2010). Analisis bivariat dilakukan untuk mengetahui apakah ada
pengaruh yang signifikan antara dua variabel yaitu variabel bebas
dengan variabel terikat dengan menggunakan Paired T-Test pada taraf
signifikansi 0,05.
35
BAB 4
HASIL DAN PEMBAHASAN
Fasilitas fisik puskesmas glugur darat medan puskesmas glugur darat dalam
menjalankan kegiatannya didukung oleh fasilitas yang meliputi Fasilitas
gedung Puskesmas Permanen, Fasilitas Sumber Daya Manusia, Fasilitas
alat-alat, Fasilitas Obat-obatan, Fasilitas Administrasi, Fasilitas Imunisasi.
Tabel 4.1
Persentase Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden di UPT Puskesmas Glugur
Darat Kecamatan Medan Timur Tahun 2021
( n=23)
Variabel Jumlah (n) Persentase (%)
Usia (tahun)
50-60 9 39,1
61-70 10 43,5
71-80 4 17,4
Jenis Kelamin
Laki – Laki 7 30,4
Perempuan 16 69,6
Pekerjaan
Karyawan 3 13,10
Pegawai 5 21, 7
Petani 5 21,7
IRT 10 43,5
Tabel 4.2
Hasil skala nyeri sebelum diberikan intervensi diberikan Minyak Jahe Merah terhadap
Perubahan Intensitas Nyeri Sendi Pada Lansia (n=23)
Berdasarkan tabel 4.2 dapat dilihat bahwa skala nyeri sendi lansi sebelum
diberikan intervensi minyak jahe merah rata rata 4,9 atau skala nyeri
sedang.
38
Tabel 4.3
Hasil skala nyeri sesudah diberikan intervensi diberikan Minyak Jahe
Merah terhadap Perubahan Intensitas Nyeri Sendi Pada Lansia (n=23)
Berdasarkan tabel 4.3 dapat dilihat bahwa Intensitas nyeri sendi pasien
rhematoid artritis di UPT Puskesmas Glugur Darat sesudah diberikan
intervensi minyak jahe adalah rata rata 3,8
Berdasarkan tabel 4.4 dapat dilihat hasil uji normalitas data nyeri sendi
lansia sebelum intervensi adalah 0.226 dan nyeri sendi setelah
intervensi adalah 0.058 (p>0.05). Hal ini menunjukkan data
berdistribusi normal.
Tabel 4.5
Perbedaan Intensitas Nyeri Lansia Sebelum dan Susudah Intervensi Minyak Jahe Merah di
UPT Puskesmas Glugur Darat
Paired Samples Test
Paired Differences
95% Confidence Interval of the
Std. Std. Error Difference
Mean
Deviation Mean
Lower Upper
Pair Skala Nyeri Pre Test - Skala 1.1304
.81488 .16991 .77805 1.48282
1 Nyeri Post Test 3
39
Berdasarkan hasil uji statistik menggunakan uji paired t-test, diperoleh nilai
p= 0.000 < 0.05, maka disimpulkan minyak jahe merah efektif terhadap
perubahan intensitas nyeri sendi pada lansia di UPT puskesmas glugur darat.
4.2 Pembahasan
4.2.1 Intensitas Nyeri Sebelum Intervensi (Pre Test) Terhadap Pemberian
Minyak Jahe Merah
Minyak atsiri bermanifestasi pada bau jahe yang berkarakteristik tajam dan
pedas. Pada minyak atsiri terkandung sesquiterpenoid (seperti zingiberene,
α-curcumene, β-bisabolene, α-farnesene), monoterpenoid (seperti β-
sesquiphellandrene dan camphene), konsep fenolik dari aroma jahe merah
yang tajam (gingerol dan shogaol sebanyak 5-8 %), lechitin, protein, zat
tepung (60%), vitamin, mineral dan lain-lain (Ali Hasan 2012; Ali et al.
2008; Young et al. 2006).
4.2.3 Perbedaan Intensitas Nyeri Sebelum (Pre Test) dan Sesudah ( Post Test)
terhadap pemberian minyak jahe merah
Berdasarkan hasil uji statistik menggunakan uji Paired t-test diperoleh nilai
p=0.000 hal ini menunjukkan pemberian minyak jahe merah efektif
terhadap perubahan intensitas nyeri sendi pada lansia di UPT Puskesmas
Glugur Darat Kecamatan Timur. Hasil yang signifikan pada penelitian ini
disebabkan karenakan jahe merah memiliki kandungan gingerol yang
terdapat dalam rimpang jahe dapat membantu meningkatkan motilitas
intestinal dan diketahui berperan sebagai agen anti-inflammatory,
meredakan nyeri (analgesic), anti-piretik dan anti-bakterial. (Shukla &
Singh, 2011).
Hasil penelitian lain yang mendukung penelitin ini adalah yang dilakukan
oleh Setyawan (2013) dengan judul “Efektivitas Krim Ekstrak Zingiber
officinale Linn. var. rubrum sebagai Penurun Nyeri Sendi pada Lansia”.
Penurunan intensitas nyeri sendi diukur dengan metode Visual Analogue
Scale (VAS) selama 30 menit. Hasil penelitian menunjukkan penurunan
nilai VAS pada ketiga kelompok. Pada kelompok ekstrak krim Z. officinale
10% rata-rata terjadi penurunan sebesar 4.75, kelompok ekstrak krim Z.
officinale 20% sebesar 3.08 dan 1 pada kelompok basis krim. Hasil
perbandingan analisis data pada kelompok Z. officinale 10% dan 20%
menunjukkan perbedaan yang bermakna (p < 0.05) dengan Paired T test dan
Z.officinale 10% lebih efektif daripada Z. officinale 20% dengan Kruskal-
Wallis test yang masing-masing kelompok berbeda bermakna (p < 0.05)
pada Mann-Whitney test. Disimpulkan bahwa krim ekstrak jahe merah (Z.
officinale. Linn. var. rubrum) dengan konsentrasi 10% dan 20% terbukti
bermakna dapat menurunkan intensitas nyeri sendi pada lansia. Konsentrasi
krim ekstrak Z. officinale. Linn. var. rubrum 10% pada penelitian ini lebih
efektif dari pada konsentrasi 20%.
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian maka dapat disimpulkan:
1. Terdapat Perbedaan yang signifikan intensitas nyeri sebelum dan sesudah
diberikan intervensi pemberian minyak jahe merah.
2. Efektif dapat merubah Intensitas Nyeri Sendi Pada Lansia Dengan
Rheumatoid Artritis.
5.2 Saran
1. Bagi lansia penderita Rheumatoid Artritis
Dari penelitian ini disarankan bagi lansia khususnya penderita
Rheumatoid Artritis tentang terapi non farmakologi agar lansia rutin
melakukan intervensi yang dapat dilakukan secara mandiri dalam
penanganan nyeri sendi.
44
DAFTAR PUSTAKA
Lampiran 5
Sertifikat Uji Kelayakan Etik
Lampiran 6
Surat Ijin Penelitian Dari Universitas Sari Mutiara Indonesia
Lampiran 7
Informed
Consent
Mendapatkan Persetujuan Setelah Penjelasan:
Informasi esensial untuk calon peserta
penelitian (WHO-CIOMS 2016)
1. Tujuan penelitian, metode, prosedur yang harus dilakukan oleh peneliti dan
peserta, dan penjelasan tentang bagaimana penelitian berbeda dengan
perawatan medis rutin.
2. Bahwa individu diundang untuk berpartisipasi dalam penelitian, alasan untuk
mempertimbangkan individu yang sesuai untuk penelitian, dan partisipasi
tersebut bersifat sukarela.
3. Bahwa individu bebas untuk menolak untuk berpartisipasi dan bebas untuk
menarik diri dari penelitian kapan saja tanpa penalti atau kehilangan imbalan
yang berhak ia dapatkan.
4. Lama waktu yang diharapkan dari partisipasi individu (termasuk jumlah dan
lama kunjungan ke pusat penelitian dan jumlah waktu yang diperlukan) dan
kemungkinan penghentian penelitian atau partisipasi individu di dalamnya;
5. Apakah uang atau bentuk barang material lainnya akan diberikan sebagai
imbalan atas partisipasi individu. Jika demikian, jenis dan jumlahnya, dan
bahwa waktu yang dihabiskan untuk penelitian dan ketidaknyamanan lainnya
yang dihasilkan dari partisipasi belajar akan diberi kompensasi yang tepat,
Moneter atau non-moneter.
6. Bahwa, setelah selesainya penelitian ini, peserta akan diberitahu tentang hasil
penelitian secara umum, jika mereka menginginkannya.
7. Bahwa setiap peserta selama atau setelah studi atau pengumpulan data
biologis dan data terkait kesehatan mereka akan mendapat informasi dan data
yang menyelamatkan jiwa dan data klinis penting lainnya tentang masalah
kesehatan penting yang relevan.
8. Temuan yang tidak diminta/diharapkan akan diungkapkan jika terjadi.
9. Bahwa peserta memiliki hak untuk mengakses data klinis mereka yang
relevan yang diperoleh selama studi mengenai permintaan (kecuali komite
etik riset telah menyetujui sementara atau permanen, data tidak boleh
diungkapkan. Dalam hal mana peserta harus diberitahu, dan diberikan,
alasannya).
10. Rasa sakit dan ketidaknyamanan akibat intervensi eksperimental, risiko dan
bahaya yang diketahui, terhadap individu (atau orang lain) yang terkait
dengan partisipasi dalam penelitian ini. Termasuk risiko terhadap kesehatan
atau kesejahteraan kerabat langsung peserta.
11. Manfaat klinis potensial, jika ada, karena berpartisipasi dalam penelitian ini.
12. Manfaat yang diharapkan dari penelitian kepada masyarakat atau masyarakat
luas, atau kontribusi terhadap pengetahuan ilmiah.
13. Bagaimana transisi ke perawatan setelah penelitian disusun dan sampai
sejauh mana mereka akan dapat menerima intervensi studi pasca uji coba
yang bermanfaat dan apakah mereka akan diharapkan untuk membayarnya.
14. Risiko menerima intervensi yang tidak terdaftar jika mereka menerima akses
lanjutan terhadap intervensi studi sebelum persetujuan peraturan.
KUESIONER PENELITIAN
A. Identitas Responden
1. Nama :...................................
2. Usia :...................................
3. Jenis Kelamin :...................................
4. Alamat :...................................
5. Pendidikan :...................................
7. Pekerjaan :...................................
PETUNJUK
Lingkarilah nomor/skala yang sesuai dengan nyeri yang dirasakan dengan
patokan untuk tidak nyeri 0, nyeri ringan (1-3), Nyeri sedang (4-6), nyeri berat
(7-10).
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Tidak Nyeri Nyeri Ringan Nyeri Sedang Nyeri Berat
PETUNJUK
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Tidak Nyeri Nyeri Ringan Nyeri Sedang Nyeri Berat
Lampiran 12
A. Pengertian
Rimpang jahe merupakan tanaman yang tidak asing lagi dan sudah digunakan
oleh manusia sejak lama sebagai anti-inflamantori, mempunyai daya anti-
mikrobial. Total kekuatan antioksidan sebagaimana diukur dalam oxygen
radical absorbance capacity (ORAC) dari rimpang jahe adalah sebesar 14840
μmol TE/100 g.
Hal ini menjadikan jahe sebagai herba penting dalam kesehatan. Jahe merah
mempunyai kandungan minyak atsiri tertinggi dan digunakan untuk berbagai
macam pengobatan, antara lain adalah rematik, influenza, asma, masuk angin,
dan radang tenggorokan. Gingerol yang terdapat dalam rimpang jahe dapat
membantu meningkatkan motilitas intestinal dan diketahui berperan sebagai
agen anti-inflammatory, meredakan nyeri (analgesic), anti-piretik dan anti-
bakterial. Berbagai studi melaporkan bahwa gingerol dapat meredakan rasa
mual dan dapat menyembuhkan sakit kepala dan migraine (Shukla & Singh,
2011).
B. Tujuan :
1. Melancarkan peredaran darah
2. Menyembuhkan rasa capek dan pegal
3. Meningkatkan kualitas tidur
4. untuk mengurangi intensitas nyeri rematik pada lansia
( Rita,2019)
C. Petugas : Peneliti
D. Sasaran :
Lansia yang ada di UPT puskesmas glugur darat dengan nyeri rheumathoid
arthritis
1. Fase persiapan
NO PROSEDUR DILAKUKAN
YA TIDAK
1. Minyak jahe merah masih dalam keadaan segel dan aman
untuk digunakan pada responden
2. Fase Pelaksanaan
DILAKUKAN
NO PROSEDUR YA TIDAK
1. Berikan salam, perkenalkan diri perawat, dan identifikasi
klien dengan memeriksa identitas klien secara cermat.
2. Identifikasi pasien (sesuai dengan SPO identifikasi pasien)
3. Jelaskan kepada pasien/keluarga tentang tindakan yang akan
dilakukan
4. Atur posisi klien sehingga merasakan aman dan nyaman
saat tindakan berlangsung
5. Beritahu klien bahwa tindakan akan segera dimulai
6. Meminta responden dengan mengambil posisi duduk
sehingga kaki membentuk sudut 90 derajat (lutut
menghadap atas/depan, kaki menapak lantai seutuhnya).
Satukan kedua tangan hingga membentuk kepalan
7. Minta klien untuk menggunakan busana yang nyaman dan
longgar sehingga lebih mudah untuk mengakses daerah
yang dirasakan nyeri terutama pada lutut dan calcenus
(mata kaki)
8. Peneliti memulai dengan mengoleskan minyak jahe merah
pada daerah lutut dan calcenus (mata kaki) dengan takaran
minyak memakai pipet tetes sebanyak 15-20 tetes dengan
durasi 10 menit.
9. Intervensi ini dilakukan 1 minggu sebanyak 2-3 kali
MASTER DATA
Univariat
Jenis Kelamin
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Laki-Laki 7 30.4 30.4 30.4
Perempuan 16 69.6 69.6 100.0
Total 23 100.0 100.0
Usia
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid 50-60 Tahun 9 39.1 39.1 39.1
61-70 Tahun 10 43.5 43.5 82.6
71-80 Tahun 4 17.4 17.4 100.0
Total 23 100.0 100.0
Pekerjaan
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Karyawan 3 13.0 13.0 13.0
Pegawai 5 21.7 21.7 34.8
Petani 5 21.7 21.7 56.5
IRT 10 43.5 43.5 100.0
Total 23 100.0 100.0
Skala Nyeri Pre Test
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid 1-3 2 8.7 8.7 8.7
4-6 18 78.3 78.3 87.0
7-9 3 13.0 13.0 100.0
Total 23 100.0 100.0
Bivariat
Paired Differences
95% Confidence
Interval of the
Std. Std. Difference
Deviatio Error Sig. (2-
Mean n Mean Lower Upper t df tailed)
Pair Skala Nyeri Pre 1.1304 .81488 .16991 .77805 1.48282 6.653 22 .000
1 Test - Skala 3
Nyeri Post Test
Lampiran 15