Anda di halaman 1dari 72

Hubungan Pengetahuan dan Dukungan Keluarga Dengan Kepatuhan Kontrol Berobat

Pasien Skizofrenia di Poli Jiwa RSJD Provinsi Jambi Tahun 2018


Netha Damayantie, Rusmimpong, Elly. A

Uji Daya Hambat Ekstrak Kelopak Bunga Rosella (Hibiscus Sabdariffa L.)
Sebagai Antibakteri Staphylococcus Aureus
Tedy Febriyanto, Resva Meinisasti, Jon Farizal, Diajeng Dea Resya Mawardi

Populasi Aedes sp. yang Dominan Sebagai Vektor Potensial Dengue di Kota Jambi
Suhermanto, Susy Ariyani A

Hubungan Pengetahuan dan Sikap Masyarakat Dengan Pewarnaan Gigi (Stain)


di Desa Peuniti Kota Banda Aceh
Reca, Ainun Mardiah

Pengaruh Penggunaan Sikat Gigi Khusus Ortodontik terhadap Status Kebersihan Gigi dan Mulut
Pemakai Ortodontik Cekat pada Siswa SMK Negeri 3 Banda Aceh
Wirza, Ratna Wilis

Hubungan Tindakan Menggosok Gigi Dengan Status Kebersihan Gigi dan Mulut
pada Murid Kelas V dan VI Sekolah Dasar di Peudada Kabupaten Bireuen
Intan Liana, Anwar Arbi

Hubungan Perilaku Tuna Netra Dengan Status Kebersihan Gigi dan Mulut
pada Komunitas Pertuni di Kota Banda Aceh
Elfi Zahara, Andriani

Pengembangan Booklet dan Video Edukasi Kesehatan Gigi


dalam Meningkatkan Derajat Kebersihan Gigi dan Mulut Pada Anak Kelas V SD
Linda Marlia, Rusmiati

Hubungan Kejadian Demam Berdarah Dengue dengan Iklim di Kota Prabumulih Tahun 2014-2017
Ritawati, Yanelza Supranelfy

Situasi Pra Eliminasi Malaria di Kabupaten OKUS


Maya Arisanti, Rizki Nurmaliani

Hubungan Rasio Kolesterol Total - HDL dan Rasio Lingkar Pinggang - Panggul dengan Stroke
di RSUD Raden Mattaher Jambi Tahun 2016
Junita, Ernawati

Volume 3 No. 1 Hal: 1-66 Edisi Mei Tahun 2019


JURNAL BAHANA KESEHATAN MASYARAKAT (JBKM)
Bahana of Journal Public Health

p-ISSN: 2085-1677 Vol 3 Nomor 1 Edisi Mei 2019


e-ISSN: 2621-380X

Editorial

Jurnal Bahana Kesehatan Masyarakat merupakan nama baru dari Jurnal


Poltekkes Jambi yang telah terbit secara rutin setiap 6 bulan sejak tahun 2009 dengan
beberapa perbaikan dalam cover, isi serta lay out-nya. Jurnal ini diterbitkan oleh
Politeknik Kesehatan Kemenkes Jambi yang memuat hasil penelitian dan artikel
ilmiah di bidang kesehatan. Saat ini telah terbit dalam bentuk Open Journal System
(OJS) dengan alamat http://journal.poltekkesjambi.ac.id.
Jurnal Bahana Kesehatan Masyarakat memberikan wadah bagi dosen
maupun praktisi kesehatan yang akan mempublikasikan hasil penelitiannya,
sehingga diharapkan dapat memberikan kontribusi dalam pembangunan kesehatan.
Terimakasih kepada penulis yang sudah mengirimkan naskah ke redaksi.

Dewan Redaksi

Penanggung jawab : Direktur Poltekkes Kemenkes Jambi (Rusmimpong, S.Pd., M.Kes)


Pimpinan Redaksi : drg Naning Nur Handayatun, MKes,
Penyunting : Amirul Mukminin, S.Pd., M.Sc.Ed., PhD
Dr. Solha Elrifda M.Kes.
Dr. Sukmal Fahri, S.Pd., M.Kes
Nurmisih, S.Pd., M.Kes
Reviewer/Mitra Bestari: Dr. Drg. Quroti A’yun (Poltekkes Yogyakarta)
Dr. Atik Hodikoh, Mkep. Sp. Mat. (Poltekkes Bandung)
Dr. Tedjo Sukmono, SSi, Msi. (Universitas Jambi)
Dr. Heru Subaris Kasjono, SKM, M.Kes (Poltekkes Yogyakarta)
Dr. Sumihardi, SKM, MKes (Poltekkes Padang)
Dr. rar. nat. Muhaimin, SPd., M.Si
Dr. Suparman, SKM, MSc
Redaksi Pelaksana
Ketua : drg. Karin Tika Fitria, M.Biomed
Wakil Ketua : Slamet Riyadi, SKM, M.Pd
Sekretaris : Vevi Erika, SKM, M.Si,
Anggota : Warsono, S.Kom
Pahrur Razi, SKM, MKM

Alamat Redaksi:
Poltekkes Jambi, JL H Agus Salim No 09 Kota Baru Jambi, 0741-445450
http://journal.poltekkesjambi.ac.id
jbkm@poltekkesjambi.ac.id

i
JURNAL BAHANA KESEHATAN MASYARAKAT (JBKM)
Bahana of Journal Public Health

p-ISSN: 2085-1677 Vol 3 Nomor 1 Edisi Mei 2019


e-ISSN: 2621-380X

DAFTAR ISI

Editorial ............................................................................................................................................ i
Daftar Isi ........................................................................................................................................... ii
Ketentuan Penulisan Jurnal Ilmiah ................................................................................................... iv

1. Hubungan Pengetahuan dan Dukungan Keluarga Dengan Kepatuhan Kontrol Berobat............. 1


Pasien Skizofrenia di Poli Jiwa RSJD Provinsi Jambi Tahun 2018.
Netha Damayantie, Rusmimpong, Elly. A

2. Uji Daya Hambat Ekstrak Kelopak Bunga Rosella (Hibiscus Sabdariffa L.) ............................. 6
Sebagai Antibakteri Staphylococcus Aureus
Tedy Febriyanto, Resva Meinisasti, Jon Farizal, Diajeng Dea Resya Mawardi

3. Populasi Aedes sp. yang Dominan Sebagai Vektor Potensial Dengue di Kota Jambi ................ 9
Suhermanto, Susy Ariyani A

4. Hubungan Pengetahuan dan Sikap Masyarakat Dengan Pewarnaan Gigi (Stain) ...................... 15
di Desa Peuniti Kota Banda Aceh
Reca, Ainun Mardiah

5. Pengaruh Penggunaan Sikat Gigi Khusus Ortodontik ................................................................. 20


terhadap Status Kebersihan Gigi dan Mulut Pemakai Ortodontik Cekat
pada Siswa SMK Negeri 3 Banda Aceh
Wirza, Ratna Wilis

6. Hubungan Tindakan Menggosok Gigi dengan Status Kebersihan Gigi dan Mulut.................... 26
pada Murid Kelas V dan VI Sekolah Dasar di Peudada Kabupaten Bireuen
Intan Liana, Anwar Arbi

7. Hubungan Perilaku Tuna Netra dengan Status Kebersihan Gigi dan Mulut ............................... 30
pada Komunitas Pertuni di Kota Banda Aceh
Elfi Zahara, Andriani

8. Pengembangan Booklet dan Video Edukasi Kesehatan Gigi ...................................................... 35


dalam Meningkatkan Derajat Kebersihan Gigi dan Mulut Pada Anak Kelas V SD
Linda Marlia, Rusmiati

9. Hubungan Kejadian Demam Berdarah Dengue dengan Iklim di Kota Prabumulih .................... 43
Tahun 2014-2017
Ritawati, Yanelza Supranelfy

10. Situasi Pra Eliminasi Malaria di Kabupaten OKUS .................................................................... 51


Maya Arisanti, Rizki Nurmaliani

11. Hubungan Rasio Kolesterol Total - HDL dan Rasio Lingkar Pinggang - Panggul .................... 59
dengan Stroke di RSUD Raden Mattaher Jambi Tahun 2016
Junita, Ernawati

ii
JURNAL BAHANA KESEHATAN MASYARAKAT (JBKM)
Bahana of Journal Public Health

p-ISSN: 2085-1677 Vol 3 Nomor 1 Edisi Mei 2019


e-ISSN: 2621-380X
KETENTUAN PENULISAN NASKAH
JURNAL BAHANA KESEHATAN MASYARAKAT

PERSYARATAN UMUM

Naskah diketik dalam bahasa Indonesia atau bahasa Inggris dengan lay out kertas A4, batas tepi 3
cm, jarak 1 spasi, menggunakan huruf Times New Roman. Abstrak dan naskah ditulis dengan ukuran 12,
daftar pustaka dengan ukuran 11. Naskah tidak menggunakan catatan kaki di dalam teks, panjang naskah
5-15 halaman termasuk tabel dan gambar. File diketik menggunakan aplikasi Microsoft Word (versi 2010
atau 2013). Naskah harus sudah sampai di sekretariat redaksi selambat-lambatnya tanggal 31 April untuk
edisi Mei dan 31 Oktober untuk edisi November.
Pengiriman naskah dilakukan melalui website www.journal.poltekkesjambi.ac.id (Jurnal Bahana
Kesehatan Masyarakat) dengan registrasi terlebih dahulu.
Peneliti utama harus melampirkan lembar pernyataan (1 lembar per penelitian) bahwa penelitian
yang dilakukan bukan plagiat dan belum pernah dipublikasikan di media manapun yang ditandatangani di
atas materai Rp. 6000,-. Setiap peneliti juga melampirkan lembar validasi penelitian (1 lembar per-peneliti)
yang ditandatangani oleh pimpinan institusi serta melampirkan Ethical Clearence.

PERSYARATAN KHUSUS
ARTIKEL KUPASAN (REVIEW)

Artikel harus mengupas secara kritis dan komprehesif perkembangan suatu topik berdasarkan
temuan-temuan baru yang didukung oleh kepustakaan yang cukup dan terbaru, sistematika penulisan
artikel kupasan terdiri dari: Judul Artikel, Nama Penulis (ditulis di bawah Judul dan tanpa gelar), Abstrak,
Pendahuluan (berisi latar balakang dan Tujuan Penulisan), Metode (berisi tentang jenis penelitian, populasi
dan sampel atau subjek penelitian, bahan penelitian, tehnik pengumpulan dan tehnik analisa data), Hasil
dan pembahasan yang berisikan tabel atau grafik dan hasil uji statistik kemudian dibahas. Kesimpulan berisi
tentang kesimpulan atas isi bahasan yang disajikan pada bagian inti dan saran yang sejalan dengan
kesimpulan), ucapan terima kasih (bila diperlukan) serta rujukan

ARTIKEL RISET (RESEARCH PAPER)

Naskah terdiri atas judul dan nama penulis lengkap dengan nama institusi dan alamat korespodensi
diikuti oleh abstrak (dengan kata kunci), Pendahuluan, metode, Hasil dan Pembahasan, Kesimpulan,
Ucapan Terima Kasih bila diperlukan serta Daftar Pustaka.

JUDUL (TITLE)

Judul harus informatif dan deskriptif (maksimum 20 kata). Judul dibuat memakai huruf kapital dan
diusahakan tidak mengandung singkatan. Nama lengkap penulis ditulis tanpa gelar dan nama institusi
tempat afiliasi masing-masing penulis yang disertai dengan alamat korespodensi.

ABSTRAK (ABSTRACT)

Abstrak merupakan sari tulisan yang meliputi latar belakang riset secara ringkas, tujuan, metode,
hasil dan simpulan riset panjang abstrak maksimum 250 kata dan disetai kata kunci. Abstrak daan kata kunci
dibuat dalam bahasa Indonesia dan bahasa Inggris

iii
PENDAHULUAN (INTRODUCTION)

Justifikasi tentang subjek yang dipilih didukung dengan pustaka yang ada. Harus diakhiri dengan
menyatakan apa tujuan tulisan tersebut

METODE (METHOD)

Harus detil dan jelas sehingga orang yang berkompeten dapat melakukan riset yang sama
(repeatable dan reproduceable). Jika metode yang digunakan telah diketahui sebelumnya pustaka yang
diacu harus dicantumkan. Spesifikasi bahan harus detil agar orang lain mendapat informasi tentang cara
memperoleh bahan tersebut

HASIL DAN PEMBAHASAN (RESULTS AND DISCUSSION)

Hasil dan pembahasan dirangkai menjadi satu pada bab ini dan tidak dipisahkan dalam sub bab lagi.
Melaporkan apa yang diperoleh dalam eksperimen/percobaan diikuti dengan analisis atau penjelasannya.
Tidak menampilkan data yang sama sekaligus dalam bentuk tabel dan grafik. Tabel ditulis dengan huruf
Times New Roman ukuruan 8 atau 9 tanpa garis tegak. Gambar tanpa warna/hitam putih. Bila
mencantumkan diagram, gunakan diagram lingkaran atau batang dengan arsir/gradasi hitam putih. Tidak
mengulang data yang disajikan dalam tabel atau grafik satu persatu, kecuali untuk hal-hal yang menonjol.
Membandingkan hasil yang diperoleh dengan data pengetahuan (hasil riset orang lain) yang sudah
dipublikasikan. Menjelaskan implikasi dari data ataupun informasi yang diperoleh bagi ilmu pengetahuan
ataupun pemanfaatannya (aspek pragmatisnya).

KESIMPULAN (CONCLUSION)

Berisi kesimpulan atas isi bahasan yang disajikan pada bagian inti dan saran yang sejalan dengan
kesimpulan

UCAPAN TERIMA KASIH (ACKNOWLEDGEMENT)

Dibuat ringkas sebagai ungkapan terima kasih kepada pihak yang membantu riset, penelaahan
naskah, atau penyedia dana riset.

DAFTAR PUSTAKA (REFERENCES)

Pustaka yang disitir dalam teks naskah jurnal harus dicantumkan semua di daftar pustaka dengan
mengacu gaya Vancouver. Rujukan ditampilkan dalam bentuk angka yang diurutkan sesuai kemunculannya
di dalam naskah. Minimal menggunakan 10 referensi ilmiah dan diharapkan menggunakan referensi terkini.

iv
Jurnal Bahana Kesehatan Masyarakat (Bahana of Journal Public Health) Vol 3 No 1
p-ISSN: 2085-1677 / e-ISSN: 2621-380X 2019

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN DUKUNGAN KELUARGA


DENGAN KEPATUHAN KONTROL BEROBAT PASIEN SKIZOFRENIA
DI POLI JIWA RSJD PROVINSI JAMBI TAHUN 2018

Netha Damayantie*, Rusmimpong, Elly A

Jurusan Keperawatan Poltekkes Kemenkes Jambi

* Korespondensi penulis: nethafauzi1996@gmail.com

ABSTRAK

Latar Belakang: Skizofrenia seperti penyakit kejiwaan lainnya memerlukaan waktu yang lama untuk pulih. Masalah
utama pada pasien paska rawat inap adalah kepatuhan kontrol atau kepatuhan dalam minum obat. Kepatuhan pasien
untuk melakukan kontrol terhadap kesehatan dipengaruhi oleh pasien sendiri, dukungan keluarga, dukungan sosial dan
juga dukungan petugas kesehatan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan pengetahuan dan dukungan
keluarga dengan kepatuhan kontrol pasien skizofrenia di Poli Jiwa RSJD Provinsi Jambi.
Metode: Penelitian ini menggunakan metode cross sectional design. Populasi pada penelitian ini adalah seluruh
keluarga pasien skizofrenia di Poli Jiwa tahun 2017 yang berjumlah 11877 orang dan diambil sampel sebanyak 96
orang keluarga pasien yang melakukan kontrol yang dipilih secara accidental sampling. Instrumen penelitian berupa
lembar check list kontrol ulang dan kuesioner tentang pengetahuan dan dukungan keluarga. Penelitian dilaksanakan
pada bulan Juli 2018. Analisis data dilakukan secara univariat dan bivariat (Chi-square)
Hasil: Lebih dari sebagian responden tidak patuh melakukan kontrol (58,3%), mempunyai pengetahuan kurang baik
(50%) dan memiliki dukungan keluarga positif (52,1%) tentang kontrol ulang pasien skizofrenia. Ada hubungan antara
pengetahuan keluarga dengan kepatuhan kontrol pasien skizofrenia (p-value = 0.00). Ada hubungan antara dukungan
keluarga dengan kepatuhan kontrol pasien skizofrenia (p-value = 0.00)
Kesimpulan: Ada hubungan antara pengetahuan dan dukungan keluarga dengan kepatuhan kontrol berobat pasien
skizofrenia

Kata Kunci : kepatuhan kontrol; pengetahuan; dukungan keluarga

THE RELATIONSHIP OF KNOWLEDGE AND FAMILIY SUPPORT


WITH MEDICATION CONTROL COMPLIANCE OF SCHIZOPHRENIC PATIENT
IN RSJD JAMBI PROVINCE 2018.

ABSTRACT

Background: Other psychiatric illnesses such as schizophrenia need a long time to recover. The main problem in
patients post hospitalization is the compliance control or compliance in taking the medication. Patient compliance to
control the patient's own health is influenced by family support, social support, and also support from health workers.
The aim of this study was to define the relationship of knowledge and families support with schizophrenic patient
compliance control in RSJD Province Jambi.
Methods: This research used a cross sectional design to a Population of all schizophrenic patients’ family in Polyclinic
in 2017 totaled 11877 people, with a sample of 96 people who do control the patient's family selected by accidental
sampling. Research instrument in the form of sheets of ceklist control and a questionnaire about the knowledge and
support of the family. The research was carried out in July 2018. The data analysis done in a univariate and bivariat
(Chi-square)
Results: The research results obtained over most respondents do not comply do control (58.3%), has a less good
knowledge (50%) and has a positive family support (52.1%) about the repeated control patients of schizophrenia. There
is a connection between the knowledge of families with schizophrenia patient compliance control (p-value = 0.00).
There is a relationship between family support with compliance control patients of schizophrenia (p-value = 0.00)
Conclusion: There were significant relationship between the knowledge of families and family support with medication
control compliance of schizophrenic patient in RSJD Jambi Province

Keyword: control compliance; knowledge; family support

1
Jurnal Bahana Kesehatan Masyarakat (Bahana of Journal Public Health) Vol 3 No 1

PENDAHULUAN Kesembuhan pasien skizofrenia


memerlukaan waktu yang lama untuk pulih, hal
Skizofrenia adalah gangguan psikotik ini sangat dipengaruhi oleh keterlibatan terapi
yang bersifat kronis atau kambuh ditandai medis dan terapi psikologis yang sebagian besar
dengan terdapatnya perpecahan (schism) antara dilakukan oleh anggota keluarga pada saat pasien
pikiran, emosi dan perilaku pasien yang terkena.1 di rumah. Dukungan keluarga dalam penanganan
Skizofrenia tidak disebabkan oleh penyebab pasien skizofrenia memerlukan obat-obat
tunggal, tetapi dari berbagai faktor. Sebagian antipsikotik yang efektif mengobati “gejala
besar ilmuan meyakini bahwa skizofrenia adalah positif” pada episode akut dan mencegah
penyakit biologis yang disebabkan oleh faktor- kekambuhan.8
faktor genetik, ketidak seimbangan kimiawi di Kejadian skizofrenia di Provinsi Jambi
otak, abnormalitas struktur otak, atau mengalami peningkatan setiap tahun, diketahui
abnormalitas dalam lingkungan prenatal. bahwa skizofrenia merupakan penyakit
Berbagai peristiwa stress dalam hidup dapat terbanyak di unit rawat jalan rumah sakit jiwa,
memberikan kontribusi pada perkembangan pada tahun 2015 sebanyak 4326 orang dan tahun
skizofrenia pada mereka yang telah memiliki 2016 menjadi 9565 orang atau meningkat 45% .
predisposisi pada penyakit ini.2 Tahun 2017 sebanyak 11877 orang atau
Menurut WHO dalam Kemenkes RI, pada meningkat 80% dibandingkan tahun
2016 terdapat sekitar 35 juta orang terkena sebelumnya.9 Hasil survey awal pada tanggal 6
depresi, 60 juta orang terkena bipolar, 21 juta Januari 2018 pada 6 orang keluarga pasien
orang terkena skizofrenia, serta 47,5 juta terkena skizofrenia didapatkan hasil 4 orang keluarga
dimensia.3 Data Riskesdas 2013 juga pasien mengatakan rutin mengantarkan pasien
memunjukkan prevalensi gangguan jiwa berat, untuk kontrol sesuai jadwal dan 2 orang
seperti skizofrenia mencapai sekitar 400.000 diantaranya tidak selalu rutin
orang atau sebanyak 1,7 per 1.000 penduduk.4 Menjaga kesehatan jiwa seluruh
Skizofrenia seperti penyakit kejiwaan masyarakat Indonesia merupakan tugas semua
lainnya memerlukaan waktu yang lama untuk pihak. Keluarga sebagai unit terkecil masyarakat
pulih. Masalah utama pada pasien paska rawat harus mampu menjadi garda terdepan berperan
inap adalah kepatuhan kontrol atau kepatuhan dalam menjaga kesehatan jiwa anggota
dalam minum obat. Faktor-faktor yang keluarganya dan menjadi pihak yang
mempengaruhi ketidakpatuhan dapat memberikan pertolongan pertama psikologis
digolongkan menjadi empat bagian yaitu apabila tampak gejala-gejala yang mengarah
individu atau pasien sendiri, dukungan dari pada masalah kesehatan jiwa.3
keluarga, dukungan sosial dan juga dukungan
dari petugas kesehatan, kepatuhan pasien dalam
melakukan kontrol juga berpengaruh terhadap METODE
kejadian relaps.5 Hal yang dapat dilakukan untuk
meningkatkan kepatuhan pasien antara lain Penelitian ini adalah penelitian kuantitatif
menyederhanakan regimen, meningkatkan dengan pendekatan cross setional untuk
pengetahuan, memodifikasi keyakinan pasien, mengetahui hubungan pengetahuan dan
meningkatkan komunikasi dengan pasien, dukungan keluarga dengan kepatuhan kontrol
menghindari informasi yang bias, dan pasien skizofrenia di Poli Jiwa RSJD Provinsi
mengevaluasi kepatuhan.6 Jambi tahun 2018. Populasi dalam penelitian ini
Pengetahuan merupakan faktor yang adalah seluruh keluarga pasien skizofrenia di
sangat penting untuk terbentuknya tindakan Poli Jiwa RSJD Provinsi Jambi tahun 2017
seseorang. Pengetahuan yang didasari dengan sebanyak 11877 orang, dengan jumlah sampel 96
pemahaman yang tepat akan menumbuhkan orang keluarga dari pasien yang melakukan
perilaku baru yang diharapkan, khususnya kontrol yang dipilih secara accidental sampling.
kemandirian dalam melakukan perawatan Instrumen penelitian yang digunakan berupa
gangguan jiwa terutama terkait dengan lembar ceklist kontrol ulang dan kuesioner
kepatuhan dalam pengobatan klien skizofrenia. tentang pengetahuan dan dukungan keluarga.
Pengetahuan keluarga tentang kapan kontrol, Penelitian dilaksanakan pada bulan Juli 2018 di
dimana tempat kontrol, cara mendapatkan obat, Poliklinik rawat jalan. Kepada responden
memberikan obat sesuai dengan dosis dan dilakukan informed consent. Responden diminta
mengikuti anjuran perawat dan petugas mengisi kuisioner selama ± 30 menit, dengan
kesehatan lain.7 didampingi peneliti atau enumerator. Analisis
data dilakukan secara univariat dan bivariat (Chi-
Square).

2
Hubungan Pengetahuan dan Dukungan Keluarga dengan Kepatuhan…
Netha Damayantie, Rusmimpong, Elly A
2019

HASIL DAN PEMBAHASAN = 0.00 < 0,05 , hasil ini menunjukkan ada
hubungan antara pengetahuan keluarga dengan
Analisis hasil penelitian dilakukan kepatuhan kontrol pasien skizofrenia di Poli Jiwa
secara univariat, untuk melihat distribusi RSJD Provinsi Jambi tahun 2018.
frekuensi masing-masing variabel dan bivariat
untuk mengetahui derajat kemaknaan dari Tabel 4. Distribusi Hubungan Pengetahuan
masing-masing variabel. Adapun hasil Keluarga Dengan Kepatuhan Kontrol Pasien
Skizofrenia Di Poli Jiwa RSJD Provinsi Jambi
penelitian dapat disampaikan pada tabel 1.
Tahun 2018
Kepatuhan
Tabel 1. Distribusi Frekuensi Kepatuhan Kontrol
kontrol
Pasien Skizofrenia Di Poli Jiwa RSJD Provinsi
Jambi Tahun 2018 Pengeta Jumlah
Tidak p-value
Kepatuhan Frekuensi Persentase huan Patuh
No Patuh
Kontrol (n) (%)
1 Tidak Patuh 56 58.3 n % n % N %
Kurang 44 91,7 4 8,3 48 100 0.00
2 Patuh 40 41.7 Baik
Baik 12 25.0 36 75.0 48 100
Total 96 100.0
Total 56 58,3 40 41,7 96 100
Berdasarkan tabel 1 diketahui bahwa
Tabel 5. Distribusi Hubungan Dukungan Keluarga
lebih dari sebagian yaitu 56 orang (58,3%) tidak
Dengan Kepatuhan Kontrol Pasien Skizofrenia Di
patuh melakukan kontrol. Poli Jiwa RSJD Provinsi Jambi Tahun 2018
Kepatuhan
Tabel 2. Distribusi Frekuensi Pengetahuan Pasien kontrol
Skizofrenia Di Poli Jiwa RSJD Provinsi Jambi
Tahun 2018 Dukungan Jumlah
Tidak p-value
Frekuensi Persentase Keluarga Patuh
No Pengetahuan Patuh
(n) (%)
Kurang Baik n % n % N %
1 48 50.0
Negatif 39 84,8 7 15,2 46 100 0.00
2 Baik 48 50.0 Positif 17 34,0 33 66,0 50 100
Total 96 100 Total 56 58,3 40 41,7 69 100

Berdasarkan tabel 5 diketahui dari 46


Berdasarkan tabel 2 diketahui bahwa
responden dengan dukungan keluarga negatif,
pengetahuan responden jumlahnya seimbang.
sebanyak 39 orang tidak patuh melakukan
kontrol sedangkan 50 responden dengan
Tabel 3. Distribusi Frekuensi Dukungan Keluarga
Pasien Skizofrenia Di Poli Jiwa RSJD Provinsi dukungan keluarga positif sebanyak 36 orang
Jambi Tahun 2018 patuh melakukan kontrol. Hasil uji statistik
Dukungan Frekuensi Persentase diperoleh nilai p-value = 0.00 < 0,05 , hasil ini
No menunjukkan ada hubungan antara pengetahuan
Keluarga (n) (%)
1 Negatif 46 47.9 keluarga dengan kepatuhan kontrol pasien
skizofrenia di Poli Jiwa RSJD Provinsi Jambi
2 Positif 50 52.1 tahun 2018.
Total 96 100 Kepatuhan adalah sejauh mana perilaku
pasien sesuai dengan ketentuan yang diberikan
Berdasarkan tabel 3 diketahui bahwa oleh profesional kesehatan.5 Kepatuhan yang
sebagian besar keluarga memberi dukungan dimaksud pada pasien, yaitu ketaatan dan
positif yaitu sebanyak 50 orang (52,1%). kemauan yang baik dari pasien maupun keluarga
Hasil hubungan pengetahuan keluarga pasien untuk selalu melakukan kontrol di
dengan kepatuhan kontrol pasien skizofrenia di poliklinik rumah sakit jiwa setiap bulan setelah
Poli Jiwa RSJD Provinsi Jambi tahun 2018 dapat pasien menjalani rawat inap. Kontrol rutin /
dilihat pada tabel 4. perawatan jalan kesehatan perlu dilakukan oleh
Berdasarkan tabel 4 diketahui dari 48 pasien agar tidak terjadi putus obat, dan para
responden dengan pengetahuan kurang sebanyak tenaga kesehatan juga dapat mengetahui
44 orang tidak patuh melakukan kontrol perkembangan kesehatan pasien.
sedangkan 48 responden dengan pengetahuan Hasil penelitian diketahui bahwa
baik sebanyak 36 orang patuh melakukan sebagian besar responden (58,3%) tidak patuh
kontrol. Hasil uji statistik diperoleh nilai p-value melakukan kontrol dan 41,7% responden patuh

3
Jurnal Bahana Kesehatan Masyarakat (Bahana of Journal Public Health) Vol 3 No 1

dalam melakukan control. Pasien yang patuh semakin tinggi tingkat pendidikan yang
berobat adalah yang menyelesaikan pengobatan ditempuh maka diharapkan pengetahuannya juga
secara teratur dan lengkap tanpa terputus selama tinggi, dalam hal ini adalah pengetahuan
minimal 6 bulan sampai dengan 9 bulan. Pasien keluarga tentang skizofrenia. Hal ini disebabkan
lalai jika lebih dari 3 hari sampai 2 bulan dari karena kurangnya pemahaman responden dalam
tanggal perjanjian dan dikatakan dropout jika melakukan kontrol pada penderita skizofrenia.
lebih dari 2 bulan berturut-turut tidak datang Norma subjektif kurang dan persepsi keluarga
berobat setelah dikunjungi petugas kesehatan.10 kurang baik juga menjadi pemicu kurangnya
Kepatuhan kontrol pasien skizofreania kepatuhan dalam melakukan kontrol pada
memerlukan adanya tingkat pengetahuan penderita skizofrenia.1
keluarga sehingga pasien mendapatkan terapi Informasi yang masih dibutuhkan pasien
lebih dari keluarga yang mengakibatkan faktor adalah bahaya yang akan ditimbulkan jika tidak
kesembuhan pasien skizofrenia lebih cepat patuh melakukan kontrol. Untuk itu perlu
sembuh.11 Hasil uji statistik diperoleh nilai p- diberikan penyuluhan yang lebih terinci pada
value = 0.00< 0,05 , hasil ini menunjukkan ada saat kunjungan ulang, dan pada keluarga
hubungan antara pengetahuan keluarga dengan sebaiknya diberi buku khusus terkait penanganan
kepatuhan kontrol pasien skizofrenia di Poli Jiwa pasien dirumah, tanda kambuh, waktu untuk
RSJD Provinsi Jambi tahun 2018. Hal ini juga melakukan kontrol ulang dan nomor yang bisa
sejalan dengan penelitian yang dilakukan dihubungi jika keluarga mengalami hambatan
Kosnandri, bahwa ada hubungan tingkat dalam menangani pasien dirumah, dengan
pengetahuan keluarga dengan kepatuhan demikian interaksi antara petugas kesehatan dan
pengobatan pada klien skizofrenia di Unit Rawat keluarga dapat terjalin tanpa tatap mata dan
Jalan Rumah Sakit Jiwa Provinsi Jawa Barat diharapkan penanganan yang dilakukan
tahun 2017 dengan p value : 0,000 < α (0,05). 12 merupakan hal yang tepat.
Pengetahuan merupakan faktor yang Hasil uji statistik diperoleh nilai p-value =
sangat penting untuk terbentuknya tindakan 0.00 < 0,05 hasil uji ini menunjukkan ada
seseorang. Pengetahuan yang didasari dengan hubungan antara dukungan keluarga dengan
pemahaman yang tepat akan menumbuhkan kepatuhan kontrol pasien skizofrenia di Poli Jiwa
perilaku baru yang diharapkan, khususnya RSJD Provinsi Jambi tahun 2018. Penelitian ini
kemandirian dalam melakukan perawatan sejalan dengan penelitian yang menunjukkan
gangguan jiwa terutama terkait dengan bahwa ada hubungan dukungan keluarga dengan
kepatuhan dalam pengobatan klien skizofrenia. kepatuhan kontrol berobat di Poliklinik Rumah
Pengetahuan keluarga tentang kapan kontrol, Sakit Jiwa Daerah Dr. Amino Gondohutomo
dimana tempat kontrol, cara mendapatkan obat, Semarang (p value = 0,004).13
memberikan obat sesuai dengan dosis dan Berdasarkan hasil penelitian dukungan
mengikuti anjuran perawat dan petugas keluarga yang paling rendah dalam bentuk
kesehatan lain.7 dukungan emosional, sementara dukungan
Hasil penelitian menunjukan sebagian emosional merupakan salah satu faktor yang
responden mempunyai pengetahuan yang kurang menyebabkan kepatuhan. Hasil penelitian juga
tentang pengobatan dan kontrol pasien menggambarkan rata – rata pasien telah lebih
skizofrenia menurut peneliti disebabkan oleh dari 3 kali dirawat sehingga secara emosional
beberapa faktor di lapangan seperti minimnya keluarga sudah terbiasa dengan hal itu sehingga
pendidikan kesehatan dan informasi tentang tidak menimbulkan kesedihan mendalam atau
perawatan skizofrenia oleh perawat sehingga cemas untuk keluarga. Keluarga sudah
keluarga tidak mendapatkan pengetahuan yang mengetahui kalau tidak teratur dalam pengobatan
cukup sebagai bekal dalam merawat klien dapat menimbulkan efek kekambuhan.14
skizofrenia dirumah. Kebanyakan penyuluhan Dukungan sosial keluarga yang buruk
kesehatan dilakukan oleh mahasiswa praktikan. memberikan kontribusi untuk kambuh pada
Faktor kedua yaitu kurangnya peran perawat pasien skizofrenia. Seorang individu yang tidak
dalam memaksimalkan keberadaan ruangan memiliki dukungan keluarga atau sosial mungkin
konseling untuk melakukan pendidikan lebih cenderung kepada kegagalan pengobatan
kesehatan secara individual pada pasien dan jika tidak diawasi, dukungan sosial yang baik
keluarga. juga memiliki efek perlindungan dalam
Berdasarkan karakteristik diketahui membantu pasien untuk mengatasi stres situasi.
bahwa sebagian responden memiliki pendidikan Oleh karena itu penting bagi individu tersebut
terakhir SD dan SMP yaitu sebanyak 45 orang yang memiliki dukungan sosial yang kurang
(47%). Salah satu faktor yang mempengaruhi untuk memperoleh intervensi sosial, seperti
pengetahuan adalah tingkat pendidikan. Maka partisipasi dalam kegiatan sosial Ketika pasien

4
Hubungan Pengetahuan dan Dukungan Keluarga dengan Kepatuhan…
Netha Damayantie, Rusmimpong, Elly A
2019

memiliki dukungan sosial yang buruk, tanda- yang telah memberikan izin menggunakan
tanda kambuh tidak terdeteksi secara dini tempat dan pasien sehingga penelitian ini dapat
sehingga mengarah ke kambuh yang parah.15 terlaksana. Selanjutnya ucapan terimakasih juga
Pada penderita skizofrenia didapati penulis haturkan kepada Direktur Poltekkes
adanya penurunan fungsi kognitif. Salah satu Kemenkes Jambi.
penurunan fungsi kognitif yang sering ditemukan
adalah gangguan memori dan fungsi eksekutif
lainnya. Fungsi eksekutif yang terganggu adalah DAFTAR PUSTAKA
kemampuan berbahasa, memecahkan masalah,
mengambil keputusan, atensi dan perencanaan. 1. Kaplan & Sadock . Buku Ajar Psikiatri Klinis.
Sedangkan gangguan memori yang sering Edisi 2. Jakarta: EGC. 2018
dialami adalah gangguan memori segera dan 2. Yosep, I. Keperawatan Jiwa. Refika Aditama.
memori jangka pendek yang dikenal sebagai Bandung. 2009
3. Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. Peran
memori kerja.16 Sehingga keluarga diharapkan keluarga dukung kesehatan jiwa masyarakat. 2016
memiliki kesabaran yang tinggi untuk [diakses tanggal 24 Mei 2018].
mengingatkan dan mendorong pasien untuk terus www.depkes.go.id.
melakukan perawatan di rumah dan melakukan 4. Riskesdas. Angka Prevalensi Kesehatan Jiwa di
kontrol ulang. Indonesia. Kemenkes. 2013
5. Niven. Psikologi Kesehatan : Pengantar Untuk
Perawat Dan Tenaga Kesehatan Profesional Lain.
KESIMPULAN DAN SARAN Jakarta: EGC. 2012
6. Suharjo. Membangun Budaya Keselamatan Pasien
dalam Praktek Kedokteran. Yogyakarta: Kanisius.
Berdasarkan hasil penelitian dapat 2008
disimpulkan bahwa sebanyak 48 (50%) 7. Videbeck, Sheila L. Buku Ajar Keperawatan Jiwa,
responden mempunyai pengetahuan kurang baik Jakarta: EGC. 2008
dan 50 responden (52,1%) memiliki dukungan 8. Katona, et al. At a Glance Psikiatri Edisi Keempat.
keluarga positif tentang kontrol ulang pasien Jakarta: Erlangga
skizofrenia di Poli Jiwa RSJD Provinsi Jambi. 9. Rekam Medis RSJD Provinsi Jambi, (2015-2017).
Ada hubungan antara pengetahuan keluarga Data Pasien Skizofrenia RSJD Provinsi Jambi.
2017
dengan kepatuhan kontrol pasien skizofrenia di
10. Kemenkes RI. Panduan Hari Kesehatan Jiwa
Poli Jiwa RSJD Provinsi Jambi tahun 2018 (p- Sedunia tahun 2011 The Great Push : Investing in
value = 0.00). Ada hubungan antara dukungan Mental Health. Dirjen Bina Kesehatan Jiwa.
keluarga dengan kepatuhan kontrol pasien Jakarta, 2011
skizofrenia di Poli Jiwa RSJD Provinsi Jambi 11. Keliat, dkk. Model Praktik Kepera watan
tahun 2018 (p-value = 0.00). Profesional Jiwa. Jakarta: EGC. Poltekkes Jambi.
Adapun saran yang diberikan adalah agar 2010
pihak rumah sakit khususnya perawat di Poli 12. Kosnandri. Hubungan Tingkat Pengetahuan
Jiwa dapat megoptimalkan pendidikan kesehatan Keluarga Dengan Kepatuhan Pengobatan Pada
Klien Skizofrenia di Unit Rawat Jalan Rumah
pada saat pasien melakukan kunjungan ulang
Sakit Jiwa Provinsi Jawa Barat Tahun 2017.
(kontrol) berupa penyuluhan rutin minimal sekali Bandung. 2018. [diakses tanggal 3 Juni 2018]
sebulan, sehingga pasien dapat mengidentifikasi http://ejournal. stikesbhaktikencana.ac.id
tanda pasien akan kambuh atau cara menangani 13. Indirawati. R. Hubungan Antara Dukungan
pasien saat pulang kerumah. Disamping itu Keluarga dengan Kepatuhan Kontrol Berobat Pada
sebaiknya pasien diberikan (leaflet) yang berisi Klien Skizofrenia di Rumah Sakit Jiwa Daerah Dr.
informasi mengenai tanda dan cara Amino Gondohutomo Semarang. 2013. [diakses
penanganannya serta nomor yang bisa dihubungi diakses tanggal 3 Juni 2018] http://ejournal.
jika pasien mengalami perburukan kondisi pada stikestelogorejo.ac.id.
14. Setiadi. Konsep dan Proses Keperawatan
saat dirumah. Selanjutnya diharapkan agar
Keluarga. Yogyakarta: Graha Ilmu. 2008
penelitian ini dapat dikembangkan dalam 15. Rao. Management Of Relapse In Schizophrenia.
pengabdian masyarakat dan juga menjadi dasar Consultant Psychiatrist, Early Psychosis
untuk penelitian lebih lanjut dengan desain dan Intervention Programme (EPIP), Institute of
variabel yang berbeda. Mental Health, Singapore. 2013
16. Rudyanto. Skizofrenia & Diagnosa Banding.
Jakarta: FKUI. 2017
UCAPAN TERIMAKASIH

Ucapan terimakasih penulis sampaikan


kepada Direktur dan Staf RSJD Propinsi Jambi

5
Jurnal Bahana Kesehatan Masyarakat (Bahana of Journal Public Health) Vol 3 No 1
2019 p-ISSN: 2085-1677 / e-ISSN: 2621-380X

UJI DAYA HAMBAT EKSTRAK


KELOPAK BUNGA ROSELLA (HIBISCUS SABDARIFFA L.)
SEBAGAI ANTIBAKTERI STAPHYLOCOCCUS AUREUS

Tedy Febriyanto*, Resva Meinisasti, Jon Farizal, Diajeng Dea Resya Mawardi

Prodi DIII Analis Kesehatan Poltekkes Kemenkes Bengkulu


Jalan Indragiri Nomor 03 Padang Harapan Kota Bengkulu 38225
*
Alamat Korespondensi: tedyfoo@yahoo.co.id

ABSTRAK

Latar Belakang : Penyakit infeksi merupakan salah satu masalah kesehatan terbesar di dunia. Menurut
WHO 2015 berdasarkan data YLL (Years Of Life Lost) di negara berkembang penyakit infeksi masih
merupakan penyebab kematian utama. Staphylococcus adalah penyebab utama infeksi bernanah pada
manusia yang terdapat di rongga hidung dan kulit sebagian besar populasi manusia. Salah satu Penyakit
kulit yang disebabkan oleh bakteri Staphylococcus aureus adalah bisul. Staphylococcus aureus telah
mengalami resistensi terhadap antibiotik. Maka dari itu alternatif yang dapat dilakukan adalah dengan cara
menggunakan bahan alam atau tradisional yaitu dengan memanfaatkan kelopak bunga rosella (Hibiscus
Sabdariffa L.). Tujuan penelitian ini adalah mengetahui daya hambat ekstrak bunga rosella (Hibiscus
Sabdariffa L.) terhadap pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus.
Metode : Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan empat perlakuan dengan variasi kosentrasi
70%, 75%, 80% dan 85% dengan menggunakan analisa data uji statistik Univariat.
Hasil : Diameter zona hambat yang terbentukpada konsentrasi 70% sebesar 14.4 mm,konsentrasi 75%
sebesar 15.7 mm, konsentrasi 80% sebesar 16.4 mm, konsentrasi 85% sebesar 19.6 mm.
Kesimpulan :Ekstrak etanol kelopak bunga rosella (Hibiscus Sabdariffa L.) memiliki zat antimikroba yang
dapat menghambat pertumbuhan bakteri staphylococcus aureus paling baik pada kosentrasi 85% dengan
rerata zona hambat 19,6 mm dan di kategorikan kuat.

Kata kunci: infeksi; Staphylococcus Aureus; kelopak bunga rosella (Hibiscus Sabdariffa L.)

ABSTRACT

Background: Infection is one of the biggest health problems in the world. According to WHO 2015 based
on YLL (Years Of Life Lost) data in developing countries infectious diseases are still the main cause of
death. Staphylococcus is the main cause of purulent infections in humans found in the nasal cavity and skin
of most human populations. One skin disease caused by the bacterium Staphylococcus aureus is a boil.
Staphylococcus aureus has experienced antibiotic resistance. So from that the alternative that can be done
is by using natural or traditional ingredients, namely by utilizing rosella flower petals (Hibiscus Sabdariffa
L.). The purpose of this study was to determine the inhibitory power of rosella (Hibiscus Sabdariffa L.)
flower extract on the growth of Staphylococcus aureus bacteria.
Method: This study is a descriptive study with four treatments with 70%, 75%, 80% and 85% concentration
variations using Univariate statistical test data analysis.
Results: Diameter of inhibition zone formed at 70% concentration of 14.4 mm, concentration of 75% 15.7
mm, 80% concentration of 16.4 mm, 85% concentration of 19.6 mm.
Conclusion: Ethanol extract of rosella flower petals (Hibiscus Sabdariffa L.) has antimicrobial substances
which can inhibit the growth of staphylococcus aureus bacteria at a concentration of 85% with a mean
inhibitory zone 19.6 mm and categorized as strong.

Key words: infection; Staphylococcus Aureus; rosella petals (Hibiscus Sabdariffa L.)

6
Uji Daya Hambat Ekstrak Kelopak Bunga Rosella …
Tedy Febriyanto, Resva Meinisasti, Jon Farizal, Diajeng Dea Resya Mawardi
2019

PENDAHULUAN rosella (Hibiscus sabdariffa Linn). Sampel yang


digunakan dalam penelitian ini adalah kelopak
Penyakit infeksi merupakan salah satu bunga rosella (Hibiscus sabdariffa Linn) dengan
masalah kesehatan terbesar di dunia. Menurut memperhatikan kondisi fisik kelopak bunga yang
WHO 2015 berdasarkan data YLL (Years Of Life baik dan masih segar.
Lost) di negara berkembang. Penyakit infeksi masih Analisis data yang digunakan menggunakan
merupakan penyebab kematian utama.1 Infeksi Uji Statistik satu variabel untuk melihat rata-rata
disebabkan oleh bakteri, virus, jamur, dan parasit. diameter zona hambat yang terbentuk. Dimana
Staphylococcu aureus merupakan penyebab utama konsentrasi 70% didapatkan rata-rata zona hambat
infeksi bernanah pada manusia yang terdapat di sebesar 14,4 mm sedangkan pada konsentrasi 85%
rongga hidung dan kulit sebagian besar populasi didapatkan rata-rata zona hambat sebesar 19,6 mm.
manusia.2 Salah satu Penyakit kulit yang
disebabkan oleh bakteri Staphylococcus aureus HASIL DAN PEMBAHASAN
adalah bisul.
Kelompok Staphylococcus aureus tersebut Hasil dari analisa dengan uji diameter rata zona
dikenal dengan Methicillin Resistant hambat disajikan pada tabel 1:
Staphylococcus aureus (MRSA). Resistensi yang
dialami Staphylococcus aureus terhadap antibiotik Tabel 1 Hasil diameter zona hambat uji daya hambat
menyebabkan sulitnya proses penyembuhan. ekstrak kelopak bunga rosella (Hibiscus Sabdariffa L.)
Diperlukan antibiotik dan terapi khusus dengan sebagai antibakteri Staphylococcus Aureus
biaya yang lebih mahal, dan memiliki resiko Konsen Diameter Zona Hambat
Rata-
Klasifikasi
keracunan saat pengobatan.3 rata
trasi Davis Stout
(mm)
Penggunaan obat tradisional sampai
sekarang semakin luas di kalangan masyarakat 70% 20,5 11,25 13,5 12,5 14,4 Kuat
75% 23,75 13,5 12 13,75 15,7 Kuat
karena merupakan bagian dari kebudayaan bangsa
80% 22,75 14,25 13,5 15,25 16,4 Kuat
Indonesia. Sampai sejauh ini kandungan kimia, 85% 26,25 16 14,5 22 19,6 Kuat
khasiat kegunaan maupun efek sampingnya belum Kontrol 31,25 30,25 28,5 28,5 29,6 Sangat Kuat
banyak diteliti secara ilmiah. Obat tradisional yang Positif
Kontrol 0 0 0 0 0 Tidak ada
sekarang banyak dikonsumsi di masyarakat salah Negatif
satunya adalah bunga Rosella (Hibiscus sabdariffa
L.).4
Bunga rosella mengandung senyawa fenol Tabel hasil diameter zona hambat ekstrak
atau polifenol, saponin dan tannin, yang termasuk kelopak bunga rosella (Hibiscus Sabdariffa L.)
golongan flavonoid.5 Sejauh ini telah banyak sebagai antibakteri Staphylococcus aureus.
penelitian yang dilakukan tentang manfaat Hibiscus Berdasarkan tabel 1 dari hasil pengukuran
sabdariffa L. sebagai tanaman obat. Penelitian yang
diameter zona hambat daya hambat ekstrak kelopak
dilakukan oleh Anggar beni pada 2015.4 Air
bunga rosella (Hibiscus Sabdariffa L.) sebagai
rebusan bunga rosella mampu menghambat antibakteri Staphylococcus aureus konsentrasi yang
pertumbuhan bakteri E.coli karena kandungan mempunyai daya hambat paling kuat adalah pada
senyawa fenolik yang terdiri dari flavonoid, tannin, konsentrasi 85% dengan rata-rata diameter zona
antosianin dan saponin. Senyawa flavonoid 19,6 mm dengan kategori kuat.
merupakan senyawa-senyawa fenol yang terbesar
Dari hasil penelitian diatas dapat diketahui
yang terkandung didalam bunga rosella. Senyawa bahwa ekstrak etanol kelopak bunga rosella
ini menghasilkan zat berwarna merah, ungu, biru, (Hibiscus Sabdariffa L.) dapat menghambat
dan zat warna kuning alam tumbuhan. pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus dan
hasil zona hambat yang di dapatkan dengan kategori
kuat untuk kosentrasi 70%, kuat untuk kosentrasi
METODE 75%, kuat untuk kosentrasi 80% dan kuat untuk
konsentrasi 85%, berdasarkan metode Davis Stout.
Jenis penelitian ini adalah eksprimen Penelitian ini menunjukan semakin besar kosentrasi
laboratorium yaitu pada penelitian ini dilakukan ekstrak kelopak bunga rosella maka semakin besar
pengujian kemampuan antimikroba ekstrak kelopak kosentrasi zona hambat yang terbentuk pada
bunga rosella (Hibiscus sabdariffa Linn) terhadap
pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus.
pertumbuhan Staphylococcus aureus. Dengan
Terbentuknya daerah bening atau yang
variasi kosentrasi 70% 75%, 80 %, 85 %. Penelitian disebut dengan zona hambat disekitar kertas cakram
ini dilaksanakan pada April sampai Mei 2018. menunjukkan terjadinya penghambatan
Populasi dalam penelitian ini adalah kelopak bunga pertumbuhan koloni bakteri akibat pengaruh

7
Jurnal Bahana Kesehatan Masyarakat (Bahana of Journal Public Health) Vol 3 No 1

senyawa yang terdapat pada ekstrak etanol kelopak DAFTAR PUSTAKA


bunga rosella (Hibiscus Sabdariffa L.). Kelopak
bunga rosella diketahui memiliki kandungan 1. Brabb T, Newsome D, Burich A, Hanes M. Infectious
antibakteri. Kandungan yang terdapat dalam Diseases. Lab Rabbit Guinea Pig, Hamster, Other
kelopak bunga rosella adalah senyawa fenol atau Rodents. 2015: 637–83.
polifenol, saponin dan tannin, yang termasuk 2. Jawetz E, Me lnick JL, Adelberg EA, Brooks GF,
Carroll KC, Butel J, et al. Medical Microbiology. 26
golongan flavonoid.5 interna. Jawetz, Melnick, Adelberg’s. New York: Mc
Kemampuan suatu bahan antimikroba dalam Graw Hill Lange. 2013.
menghambat pertumbuhan mikroorganisme 3. Shuhatrini. Keefektifan Ekstrak Eleutherine
tergantung pada konsentrasi antimikroba. Artinya Palmifolia L Terhadap Daya Hambat Pertumbuhan
jumlah bahan antimikroba dalam suatu media Bakteri S . aureus dan E . coli, Mahakam Med
pertumbuhan bakteri sangat menentukan kehidupan Labotaroty Technol J. 2017;II(1):10–7.
bakteri yang terpapar. Selain faktor konsentrasi, 4. W Mmre, Anggarbeni Sr. Uji Daya Hambat Air
jenis bahan antimikroba juga menentukan Rebusan Bunga Rosella (Hibiscus Sabdariffa L.)
kemampuan menghambat pertumbuhan bakteri.6 Terhadap Pertumbuhan Bakteri Esherichia Coli The
Inhibition The Cooking Water Flower Rosella
Polifenol mempunyai mekanisme kerja (Hibiscus Sabdariffa L.) On Esherichia Coli Bacteria
terhadap mikroorganisme sebagai inhibitor enzim Growth. 2015: 9–13.
oleh senyawa yang teroksidasi. Fenol juga 5. Viaturrohmah N. Pengaruh Seduhan Bunga Rosella
mendenaturasikan protein dan membrane sel (Hibiscus Sabdariffa L.) Terhadap Daya Hambat
bakteri. Ketidak stabilan pada dinding sel dan Bakteri Streptococcus Mutans. 2015.
membran sitoplasma bakteri menyebabkan fungsi 6. Soleha TU. Uji Kepekaan terhadap Antibiotik
permeabilitas selektif, fungsi pengangkutan aktif, Susceptibility Test of Antimicroba. Mikrobiologi.
pengendalian susunan protein dari sel bakteri 2015: 3–7.
menjadi terganggu.7 7. Rosidah, A. N., Lestari, P. E., & Astuti, P. Daya
Antibakteri Ekstrak Daun Kendali (Hippobroma
Saponin juga mampu menurunkan tegangan Longiflora [ L ] G. Don) Terhadap Pertumbuhan
permukaan sehingga mengakibatkan naiknya Streptococcus Mutans (Antibacterial Activity Of
permeabilitas atau kebocoran sel dan Kendali Leaves (Hippobroma Longiflora [L] G. Don)
mengakibatkan senyawa intraseluler akan keluar.8 Extract Against Streptococcus Mutans). Fakultas
Senyawa fenol memiliki mekanisme kerja dalam Kedokteran Gigi Universitas Jember. 2014.
menghambat pertumbuhan bakteri dengan cara 8. Rahmi, A., Cahyanto, T., Sujarwo, T., & Lestari, R.
inaktivitas protein (enzim) pada membran sel Indri. Uji Aktivitas Antibakteri Ekstrak Daun
sehingga mengakibatkan struktur protein menjadi Beluntas (Pluchea Indica (L.) Less.) Terhadap
rusak.9 Propionibacterium Acnes Penyebab Jerawat.
Fakultas Sains Dan Teknologi Uin Sunan Gunung
Ketidak stabilan pada dinding sel dan Djati Bandung. 2015; IX(1): 141–161.
membran sitoplasma bakteri menyebabkan fungsi 9. Rinanda, T. Uji Aktivitas Antibakteri Ekstrak Etanol
permeabilitas selektif, fungsi pengangkutan aktif, Kelopak Bunga Rosella (Hibiscus Sabdariffa L.)
pengendalian susunan protein dari sel bakteri Terhadap Streptococcus Pyogenes Secara In Vitro.
menjadi terganggu, yang akan berakibat hilangnya 2012: 31–36.
makromolekul dan ion dari sel, sehingga sel bakteri 10. Nuraina. Uji Aktivitas Antimikroba Ekstrak Daun
menjadi kehilangan bentuk dan menjadi lisis.10 Garcinia Benthami Pierre Dengan Metode Dilusi
Garcinia Benthami Pierre Dengan Metode Dilusi.
2015.
KESIMPULAN

Besar daya hambat ekstrak kelopak bunga


rosella (Hibiscus Sabdariffa L.) dalam menghambat
pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus pada
konsentrasi 70%dengan rata-rata14.4 mm dengan
kategori kuat, konsentrasi 75% dengan rata-rata
15.7 mm dengan kategori kuat,konsentrasi 80%
dengan rata-rata 16.4 mm dengan kategori kuat dan
konsentrasi 85% dengan rata-rata 19.6 mm dengan
kategori kuat. Kosentrasi ekstrak kelopak bunga
rosella (Hibiscus Sabdariffa L.) yang mempunya
daya hambat paling besar terhadap pertumbuhan
bakteri Saphylococcus aureus yaitu pada kosentrasi
85% .

8
Jurnal Bahana Kesehatan Masyarakat (Bahana of Journal Public Health) Vol 3 No 1
p-ISSN: 2085-1677 / e-ISSN: 2621-380X
2019

POPULASI AEDES SP YANG DOMINAN SEBAGAI VEKTOR POTENSIAL DENGUE


DI KOTA JAMBI

Suhermanto*, Susy Ariyani A

Jurusan Kesehatan Lingkungan Poltekkes Kemenkes Jambi


*
Alamat Korespondensi: herman.ok99@gmail.com

ABSTRAK

Latar Belakang: Kota Jambi masih menjadi kontributor penderita DBD tertinggi dari 11 Kabupaten/Kota yang ada di
Propinsi Jambi. Sasaran pengendalian terhadap nyamuk Aedes sp belum selektif dilakukan karena belum ada informasi
terkait keragaman populasi serta karakteristik perindukan Aedes sp pada daerah endemis DBD di Kota Jambi.
Permasalahan yang diteliti tentang vektor potensial dengue yang lebih dominan, dan jenis perindukannya. Tujuan dari
penelitian ini adalah diketahuinya populasi dominan antara Ae. aegypti dan Ae. albopictus yang tertangkap dengan
Backpack Aspirator serta karakteristik perindukannya.
Metode: Penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan pendekatan studi eksplorasi nyamuk Aedes sp di 5 kelurahan
tertinggi DBD. Sebanyak 100 rumah dipilih secara random sampling dari masing-masing kelurahan.
Hasil: Hasil penelitian menunjukkan bahwa Aedes albopictus lebih dominan ditemukan, dengan rasio nyamuk Aedes
albopictus tertinggi pada Kelurahan Lingkar Selatan yaitu (11 : 1), kemudian Kelurahan Kenali Besar (9 : 1). Begitu
juga dengan rasio larva Aedes albopictus, terdapat 3 kelurahan yang berada di pinggiran kota (Kenali Bessar, Talang
Bakung dan Lingkar Selatan) memiliki rasio larva Aedes albopictus 6 kali lebih besar di bandingkan kelurahan yang
tidak berada dipinggiran kota. Penelitian ini juga menemukan bak mandi (47%) dan drum (28,5%) sebagai tempat
perindukan Aedes sp terbanyak.
Kesimpulan: Populasi Aedes sp merupakan dominan vektor potensial dengue di Kota Jambi. Perlu dilakukan penelitan
lanjutan mengenai persentase Aedes sp yang terinfeksi virus dengue, sehingga dapat membuktikan bahwa Aedes
albopictus sebagai vektor utama DBD di Kota Jambi

Kata Kunci: DBD; Aedes sp; tempat perindukan

AEDES SP POPULATION IS DOMINANT AS DENGUE POTENTIAL VECTOR


IN JAMBI CITY

ABSTRACT

Background: Jambi City is still the highest contributor of dengue sufferers from 11 regencies/cities in Jambi Province.
The target of controlling the Aedes sp mosquitoes has not been selectively carried out yet because there is no
information regarding the diversity of populations and the characteristics of breeding place for Aedes sp in endemic
areas of dengue in Jambi City. The problems examined about the dominant dengue potential vector and the type of
breeding place. So the purpose of this study was to know the dominant population between Ae. aegypti and Ae.
albopictus which was caught with an Aspirator Backpack and its characteristic of breeding place.
Methods: The research method was descriptive with the approach of exploration studies for Aedes sp mosquitoes in
the 5 highest sub-districts of DHF rate. The amount of samples were 100 houses every village which selected by
random sampling.
Results: The results of the study stated that Aedes albopictus was found more dominantly, the highest ratio of Aedes
albopictus mosquitoes were in the Lingkar Selatan Village with a ratio of (11: 1), and The Kenali Besar Village with a
ratio of 9: 1. The same thing with the ratio of Aedes albopictus larvae, there were 3 sub-districts located on the
suburbans of Jambi City, they were Kenali Besar Village, Talang Bakung Village and Lingkar Selatan Village. The
villages had a ratio of Aedes albopictus larvae six times greater than the ratio of aedes albopictus in villages where
not in the suburban of Jambi City. This study also found that the baths (47%) and drums (28.5%) were the largest
breeding sites for Aedes sp larvae.
Conclusion: Aedes sp. Population was dominant as dengue potential vector in Jambi City. The researcher expected
that there will be a further research about the percentage of Aedes sp which are infected with the dengue virus so it
can prove that Aedes albopictus is the main vector of DHF in Jambi City.

Keywords: DHF, Aedes sp, Place for Breeding

9
Jurnal Bahana Kesehatan Masyarakat (Bahana of Journal Public Health) Vol 3 No 1

PENDAHULUAN penyakit demam berdarah di Indonesia adalah


Aedes aegypti dan Aedes albopictus, yang
Ditjen P2P pada tahun 2016 mengungkap memiliki bionomik dan perilaku hidup yang
bahwa selama periode tahun 2011 hingga tahun berbeda.10 Setiap daerah belum tentu memiliki
2015 insiden rate (IR) DBD di Indonesia kesamaan nyamuk Aades sp sebagai vektor
cenderung meningkat dari 27,67 pada tahun 2011 utama, karena terdapat 3 jenis nyamuk Aedes yang
menjadi 50,75 per 100.000 penduduk pada tahun dapat menularkan virus dengue yaitu Aedes
2015 atau selama tahun 2015 terdapat 129.650 aegypti, Aedes albopictus dan Aedes scutellaris.11
kasus dengan jumlah kematian sebanyak 1.071 Penelitian di kota Menado melaporkan sebelum
orang (CFR, 0,83%) akibat DBD di 33 Provinsi.1 tahun 2000 hanya ditemukan Aedes aegypti dan
Sepanjang tahun 2011 juga tercatat 4 Provinsi sejak tahun 2000 Aedes albopictus juga menjadi
menetapkan status Kejadian Luar Biasa (KLB) vektor utama penyebaran dengue di Sulawesi
DBD yakni Sumatra Utara, Riau, Jambi, dan Utara.12 Sedangkan di kota Jambi sendiri sejauh
Maluku.2 Namun pada tahun 2017 berdasarkan ini belum diketahui Aedes sp yang dominan
Aplikasi Komunikasi Data Dinas Kesehatan sebagai vektor penyebaran dengue.
Online 2017, Insiden Rate DBD Kota Jambi Perlu adanya data yang dapat memberikan
hanya 16,25 per 100.000 penduduk walau informasi mengenai sebaran populasi dan habitat
demikian Provinsi Jambi tetap waspada karena Ae. aegypty dan Ae. albopictus, pada daerah
setiap tahun kasus DBD di Kota Jambi selalu endemis di Kota Jambi. Data ini dapat menjadi
tersebar dibeberapa kelurahan dengan kelurahan masukan penting bagi masyarakat dan pemerintah
endemis diantaranya Kelurahan Mayang dalam memilih strategi yang tepat untuk
Mengurai, Kenali Besar dan Rawasari.3 pengendalian nyamuk Aedes sp sebagai vektor
Penyakit DBD menimbulkan momok bagi dengue. Untuk memperoleh data tersebut perlu
masyarakat. Pertama, obat dan vaksin antivirus kiranya dilakukan study tentang Populasi Aedes
masih dalam penelitian dan belum ada yang sp yang dominan sebagai vektor potensial dengue
direkomendasikan.4 Kedua, penyembuhan di Kota Jambi. Sehingga tujuan dari penelitian ini
penderita hingga tuntas tidak dapat menghentikan dapat menjawab mana yang lebih dominan
penularan selama virus dengue masih beredar kepadatan Ae. aegypti atau Ae. albopictus di
pada nyamuk vektor di lingkungan pemukiman. kelurahan endemis DBD Kota Jambi.
Sekitar 2,64% nyamuk Ae. aegypti mengandung
virus dengue dalam tubuhnya, terutama DEN-3
genotip-3 dan DEN-4 genotip-1.5 Tingginya METODE
keberadaan nyamuk Aedes sp sebagai vektor di
lingkungan pemukiman mengakibatkan tingginya Penelitian ini merupakan penelitian
kejadian DBD didaearah terebut.6 Oleh karena itu, deskriptif untuk melihat gambaran populasi
informasi mengenai sebaran populasi dan habitat dominan antara Aedes aegypti dengan Aedes
Aedes sp sebagai vektor dengue merupakan data albopictus di 5 kelurahan endemis dengan kasus
yang cukup penting dalam pengembangan strategi DBD tertinggi. Pendekatan yang dilakukan adalah
pencegahan dengue. Strategi ini mengandalkan studi eksplorasi untuk memperoleh fakta-fakta
program pengendalian vektor yang difokuskan yang sifatnya terbuka sehingga data populasi
pada upaya reduksi sumber larva Aedes sp. Aedes aegypti dan populasi Aedes albopictus
Pengendalian vektor bertujuan untuk menurunkan sebagai subyek penelitian dapat diamati dan
indeks densitas populasi nyamuk Aedes sp sampai dianalisa tidak bertujuan menguji hipotesis atau
batas tertentu sehingga tidak memungkinkan membuat suatu generalisasi.13
untuk menularkan virus.7 Hasil penelitian Data populasi Aedes sp diperoleh melalui
menunjukkan bahwa 34,8% warga masyarakat survey observasional secara random sampling
masih berpengetahuan rendah dan 46,7% pada 100 rumah tiap kelurahan dengan kasus
memiliki sikap yang tidak mendukung terhadap DBD tertinggi baik di dalam maupun di luar
upaya pemberantasan sarang nyamuk.8 Tindakan rumah menggunakan Backpack Aspirator selama
pengendalian vektor yang favorit dan diminati 20 menit per rumah. Sedangkan tempat
oleh masyarakat di daerah endemis DBD adalah perkembang biakan Aedes sp yang diamati adalah
metode kimiawi, terutama pengabutan atau genangan air pada suatu tempat atau bejana yang
fogging.9 Namun cara ini membutuhkan biaya dan dalam air tersebut secara single larva terdapat
berdampak jika tidak dilakukan secara benar dan larva nyamuk Aedes aegypti atau larva Aedes
tepat target sasaran. albopictus, yang dibedakan berdasarkan jenis
Upaya pengendalian yang dilakukan tempat perindukan menurut Ditjen PP & PL.14
umumnya memiliki target sasaran adalah nyamuk Untuk identifikasi nyamuk dewasa dan jentik
Aedes sp secara keseluruhan padahal vektor utama

10
Populasi Aedes sp.yang Dominan Sebagai Vektor Potensial Dengue…
Suhermanto, Susi Ariyani A
2019

menggunakan panduan menurut Stojanovich CJ Tabel 1. Spesies nyamuk dominan di kelurahan


& Scot HG serta Lee KW & Egan PJ.15,16 dengan kasus DBD tertinggi
Kelurahan dengan Kasus DBD
Spesies tertinggi
N %
HASIL DAN PEMBAHASAN Nyamuk Sipng
Kenali Talang Mayang Lingkar
III
Besar Bakung Megurai Selatan
Sipin
Hasil pendataan di setiap kecamatan
Aedes
mengenai sebaran DBD menunjukan bahwa aegypti
137 123 5 20 69 354 8,7
setiap kecamatan terdapat penderita DBD yang
Aedes
tersebar di 52 kelurahan dari 62 kelurahan yang albopictus
1239 214 11 227 92 1783 43,6
ada dengan incidence rate yang berbeda-beda.
Lainnya 556 751 21 353 272 1953 47,7
Jika kejadian DBD dibedakan berdasarkan kasus
kejadian DBD, maka kasus tertinggi terjadi di Total 1932 1088 37 600 433 4090 100
Kelurahan Kenali Besar sebanyak 40 kasus DBD, Rasio Ae.
Talang Bakung 31 kasus, Mayang Mengurai 27 aegipti &
9:1 2:1 2:1 11 : 1 1:1 - -
kasus, Lingkar Selatan 24 kasus dan Simpang III Ae.albopi
ctus
Sipin 22 kasus DBD.3
Kondisi wilayah di 5 kelurahan tersebut
berdasarkan peta landuse Kota Jambi (Bapeda
Kota Jambi), umumnya masih banyak dijumpai Larva Aedes sp
vegetasi (ladang, kebun, belukar dan hutan) Data larva nyamuk di 5 kelurahan dengan
seperti terlihat pada gambar 1. kasus DBD tertinggi diperoleh dari hasil
observasi single larva dengan menggunakan pipet
selang, selanjutnya hasil identifikasi
dikelompokan sesuai spesies yang dominan,
seperti terliihat pada Tabel 2.

Tabel 2 Spesies larva nyamuk dominan di kelurahan


dengan kasus DBD tertinggi
Kelurahan dengan Kasus DBD
Spesies tertinggi
N %
Nyamuk Kenali Talang Mayang Lingkar Sipng
III
Besar Bakung Megurai Selatan
Sipin
Aedes
236 19 35 30 51 371 17
aegypti
Aedes
1297 231 41 227 69 1865 83
Gambar 1. Kondisi wilayah penelitian berdasarkan albopictus
penggunaan lahan pemukiman dan vegetasi Lainnya 0 0 0 0 0 0 0
Total 1533 250 76 257 120 2236 100

Nyamuk Dewasa Aedes sp Rasio Ae.


Data nyamuk dewasa di 5 kelurahan aegipti &
6:1 12 : 1 1:1 8:1 1:1 - -
Ae.albopi
dengan kasus DBD tertinggi diperoleh dari hasil ctus
penangkapan dan selanjutnya diidentifikasi
sehingga diketahui spesies yang dominan di
lokasi penelitian, seperti terlihat pada Tabel 1. Tabel 2 menunjukan bahwa larva Aedes sp
Tabel 1. menunjukan bahwa nyamuk yang dominan di 5 kelurahan dengan kasus DBD
Aedes sp yang dominan tertangkap dengan Back tertinggi adalah Aedes albopictus (83 %). Akan
Pack Aspirator di 5 kelurahan dengan kasus DBD tetapi jika melihat rasio antara Aedes albopictus
tertinggi adalah Aedes albopictus (43,6%), dari dan Aedes aegypti pada tabel 1.2 dapat diketahui
tabel 1.1 diatas juga dapat diketahui bahwa rasio bahwa tidak ada berbedaan yang besar antara
Aedes albopiictus rata-rata 2 kali lebih banyak Aedes albopictus dan Aedes aegypti di Kelurahan
dibandingkan Aedes aegypti. Hanya di Kelurahan Mayang Mengurai dan Simpang III Sipin rata-rata
Kenali Besar dan Lingkar Selatan rata-rata rasio memiliki rasio 1 : 1. Berbeda dengan Kelurahan
Aedes albopictus 10 kali lebih banyak di Kenali Besar, Talang Bakung dan Lingkar Selatan
bandingkan Aedes aegypti. rasio Aedes albopictus lebih dari 6 kali
dibandingkan Aedes aegypti.

11
Jurnal Bahana Kesehatan Masyarakat (Bahana of Journal Public Health) Vol 3 No 1

Hasil ini menunjukan bahwa vektor DBD khususnya di 3 kelurahan yang berada di
di 5 kelurahan dengan kejadian DBD tertinggi pinggiran Kota Jambi. Dominannya nyamuk
adalah Ae. aegypti dan Ae. albopictus, hal ini Aedes albopictus dapat berperan sebagai vektor
sesuai dengan pendapat Djunaedi yang utama di 5 kelurahan tersebut, karena dalam
menyatakan bahwa di Indonesia vektor utama tulisan Boesri Hasan, Ae. albopictus sering
penyakit demam berdarah adalah Ae aegypti dan dianggap sebagai vektor sekunder sesudah Ae.
Ae albopictus.10 Berdasarkan hasil penelitian aegypti.7 Tetapi pada beberapa kasus ledakan
diketahui bahwa populasi nyamuk Ae albopictus DBD, Ae albopictus dapat berperan sebagai
lebih dominan dibandingkan Ae aegypti, begitu vektor utama, seperti yang pernah terjadi di
juga dengan hasil identifikasi larva hampir Burma pada tahun 1975, di Singapura pada tahun
sebagian besar teridentifikasi sebagai larva Ae 1969 dan di Indonesia pada waktu terjadi wabah
albopictus (83 %). Padahal jika merujuk pendapat di Bantul, Yogyakarta tahun 1977. Namun hasil
Soegijanto, et al nyamuk Aedes sp sebagai vektor yang didapat di 5 kelurahan tersebut belum dapat
dengue di Indonesia adalah Ae. aegypti, Ae. dijadikan dasar yang kuat bahwa Ae. albopictus
albopictus dan Ae. scutellaris, tetapi yang merupakan vektor utama DBD di Kota Jambi,
menjadi vektor utama adalah Ae aegypty, maka perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai
berbeda dengan hasil penelitian ini yang menduga persentase Ae. aegypti dan Ae.albopictus yang
Ae. albopictus sebagai vektor utama berdasarkan terinfeksi Virus dengue.
jumlah populasi yang lebih dominan
dibandingkan Ae aegypty.11 Banyaknya Aedes Karakteristik tempat perindukan Aedes sp
albopictus yang tertangkap dengan Back Pack Tempat atau kontainer yang di jadikan
aspirator memungkinkan karena pemukiman di 5 nyamuk Aedes sp sebagai tempat perindukan, di 5
kelurahan yang tinggi kejadian DBD secara kelurahan dengan kasus DBD tertinggi terdiri dari
umum masih banyak terdapat vegetasi atau 10 jenis, seperti yang tertera pada tabel 3 berikut
persentase luas lahan pemukiman lebih kecil
dibandingkan luas wilayah non pemukiman Tabel 3. Jenis Kontainer tempat perindukan Aedes
(kebun, semak/belukar, ladang dan hutan) seperti sp di kelurahan dengan kasus DBD tertinggi dalam
terlihat pada gambar 1, sehingga dominasi Kota Jambi
Jenis Kelurahan dengan Kasus DBD
nyamuk Aedes albopictus terkait dengan lahan kontainer tertinggi N %
pemukiman yang dikelilingi kebun, ladang, Kenali Talang Mayang Lingkar Sipang
semak atau belukar. Hal ini sesuai dengan Besar Bakung Megurai Selatan IIISipin
Bak mandi 35 17 14 0 21 87 47
penelitian leinnya bahwa Ae.albopictus lebih
Ember 13 4 3 2 4 26 14
cenderung menyukai daerah dengan vegetasi plastik
lebih banyak dan terletak di luar rumah.17 Selain Drum 9 16 6 7 15 53 28,5
itu, karena keberadaan vegetasi, kepadatan Ae. Pot Bunga 1 0 0 0 0 1 0,5
albopictus biasanya tinggi di daerah perdesaan Ban Bekas 1 0 1 2 0 4 2
dan pinggiran kota.18 Kolam 5 0 1 1 0 7 4
Jika dilihat berdasarkan peta administrasi tanpa ikan
Kota Jambi, terlihat bahwa Kelurahan Kenali Dispenser 3 0 0 0 0 3 1,5
Besar, Lingkar Selatan dan Talang Bakung Baskom 0 1 0 1 1 3 1,5
merupakan kelurahan yang terletak di pinggiran Tempayan 0 0 1 0 0 1 0,5
kota, pada daerah tersebut cukup banyak di Wadah 0 0 1 0 0 1 0,5
jumpai Aedes albopictus rata-rata sebesar 560 minuman
ekor nyamuk. Sedikit berbeda dengan kelurahan burung
Total 18
Mayang Mengurai dan Simpang III Sipin yang Jumlah
67 38 27 13 41
6
100
tidak berada di pinggiran Kota Jambi Aedes
albopictus yang dijumpai rata-rata 63 ekor Tabel 3 menunjukan bahwa dari 10 jenis
nyamuk. Jika melihat berdasarkan rasio larva kontainer tempat perindukan Aedes sp, Bak mandi
Aedes albopictus dan Aedes aegypti juga dapat dan Drum merupakan kontainer yang paling
menjelaskan bahwa kelurahan yang terletak di banyak dijadikan tempat perindukan dengan
pinggiran kota seperti Kenali Besar, Talang persentase sebesar 47 % untuk bak mandi dan
Bakung dan Lingkar Selatan, memiliki rasio 28,5 % untuk drum. Namun dalam penelitian ini
Aedes albopictus cukup besar dibandingkan tidak dilakukan secara detail tempat perindukan
kelurahan yang tidak berada di pinggiran kota yang dominan di sukai Aedes aegypti dan Aedes
seperti Mayang Mengurai dan Simpang III Sipin. albopictus. Akan tetapi hasil ini dapat
Fakta ini menjelaskan bahwa nyamuk Aedes memberikan gambaran bahwa bak mandi yang
albopictus lebih dominan di bandingkan Aedes terdapat di dalam rumah dan drum yang sebagian
aegypti di 5 kelurahan tertinggi kasus DBD besar terdapat di luar rumah merupakan tempat

12
Populasi Aedes sp.yang Dominan Sebagai Vektor Potensial Dengue…
Suhermanto, Susi Ariyani A
2019

perindukan Aedes sp yang potensial di 5 DAFTAR PUSTAKA


kelurahan tertinggi DBD. Peneliti juga
membandingkan dengan hasil penelitian yang 1. Ditjen P2P. Profil Kesehatan Indonesia. Jakarta.
dilakukan di Kota Dumai, dimana juga ditemukan Kemenkes RI. 2016.
drum sebagai tempat perindukan Aedes sp dengan 2. Brahim R, Sitohang V and Zulkarnaen I. Profil
persentase sebesar 61,76 %.19 Penelitian di Desa Kesehatan Indonesia 2010. Jakarta. Kemenkes RI.
2011.
Sukaraya dan Martapura Kabupaten OKU- 3. Aplikasi Komunikasi Data Dinas Kesehatan Online
Palembang menemukan kontainer yang paling 2017. www.dinkes.jambikota.go.id.
dominan positif jentik adalah bak mandi sebesar 4. Bhattacharya MK, et al. Dengue: A Growing
70,5%.20 Pada penelitian di daerah Aceh diperoleh Menace –A Snapshot of Recent Facts, Figures &
informasi bahwa terjadi perubahan prilaku Remedies. International journal of Biomedical
perkembangbiakan nyamuk Aedes albopictus science. 2013; 9(2): 61-67
yang biasanya lebih menyukai habitat di luar 5. Paingankar MS, et al. Monitoring of dengue and
rumah dan kini mampu beradaptasi untuk chikungunya viruses in field-caught Aedes aegypti
berkembangbiak di dalam rumah.21 Dengan (Diptera: Culicidae) in Surat city, India. Current
Science. 2014; 106(11): 1559-1567
demikian bak mandi dan drum yang ada di 5 6. Yudhastuti, R., Vidiyani, A., Hubungan Kondisi
kelurahan tertinggi DBD dalam Kota Jambi patut Lingkungan, Kontainer dan Perilaku Masyarakat
diwaspadai karena dapat dijadikan Aedes dengan Keberadaan Jentik Nyamuk Aedes aegypti
albopictus sebagai tempat berkembangbiakan. di Daerah Endemis Demam Berdarah Dengue
Untuk menghindari hal tersebut perlu partisipasi Surabaya. Jurnal Kesehatan Lingkungan. 2005;
dari masyarakat dalam melakukan pengendalian 1(2).
jentik secara mandiri. Meningkatkan partisipasi 7. Boesri Hasan. Biologi dan Peranan Aedes
secara mandiri oleh masyarakat bukan hal mudah, albopictus (Skuse) 1894 sebagai Penular Penyakit.
perlu strategi yang tepat, oleh karena itu peran Aspirator. 2011; 3(2): 117-125
8. Nuryanti E. Perilaku pemberantasan sarang
sanitarian puskesmas sebagai penggiat dan nyamuk di masyarakat. Kesmas. 2013; 9(1): 15-23.
motifator atau tenaga pendidik (dosen) melalui 9. Krianto T. Masyarakat Depok memilih Fogging
kegiatan tridarma perguruan tinggi sangat yang tidak dimengerti. Kesmas. 2009. 49(1): 29-35
dibutuhkan dalam memberdayakan masyarakat di 10. Djunaedi, D. Demam Berdarah (dengue DBD).
5 kelurahan tersebut, sehingga angka kejadian UMM Press, Malang. 2006.
DBD di Kota Jambi dapat berkurang secara 11. Soegijanto Soegeng. Patogenesis dan Perubahan
signifikan. Patofisiologi pada Infeksi Virus Dengue. Airlangga
University Press, Surabaya. 2008: 61 – 79.
12. Sembel, D.T dan J.M. Wantania. Survey
KESIMPULAN DAN SARAN
Penyebaran dan Tempat-Tempat Pembiakan Aedes
aegypti, Vektor Penyakit Demam Berdarah di Kota
Berdasarkan hasil penilitian dan Manado. Laporan Penelitian. Fakultas Pertanian.
pembahasan dapat disimpulkan bahwa terdapat Universitas Sam Ratulangi. Manado. 2001.
dua spesies nyamuk vektor potensial DBD yaitu 13. Bungin Burhan. Penelitian Kualitatif.
Aedes aegypti dan Aedes albopictus, Nyamuk Kencana.Prenada. Jakarta. 2010.
Aedes albopictus lebih dominan di 3 kelurahan 14. Dirjen PP dan PL. Modul Pelatihan Bagi Pelatih
dari 5 kelurahan tertinggi kasus DBD yang secara Pemberantasan Sarang Nyamuk Demam Berdarah
administrasi 3 kelurahan tersebut terletak Dengue (PSN-DBD) dengan Pendekatan
dipinggiran Kota Jambi. Selain itu tempat Komunikasi Perubahan Perilaku (Comunication for
Behavioral Impact). Depkes RI. Jakarta. 2008: 46 –
perindukan nyamuk Aedes aegypti dan Aedes 55.
albopictus di 5 kelurahan tersebut terdiri dari 10 15. Stojanovich CJ dan Scott HG. Illustrated Key To
jenis, diantaranya adalah bak mandi, drum, ember, Mosquitoes Of Vietnam. Departemen Of Health,
kolam tanpa ikan dan ban bekas. Bak mandi dan Education and Welfare. Public Health Service.
drum merupakan wadah/kontainer yang paling Atlanta, Georgia. 1966: 40.
banyak positif ditemukan larva. 16. Lee KW & Egan PJ. Ilustrated Taxonomic Keys To
Perlu dilakukan penelitian lanjutan, untuk Genera And Species Of Female Mosquitoes Of
memastikan adanya infeksi virus dengue pada Korea. Department of The Army 5TH Preventive
nyamuk Aedes sp. sehingga dapat membuktikan Medicine Unit 18TH Medical Command. San
Francisco. 1985.
Aedes albopictus sebagai vektor utama DBD di
Kota Jambi.

13
Jurnal Bahana Kesehatan Masyarakat (Bahana of Journal Public Health) Vol 3 No 1

17. Takagi M, Tsuda Y, and Wada Y. Temporal and


Spatial Distribution of Released Aedes albopictus
(Diptera: Culicidae) in Nagasaki, Japan. Japanese
Journal of Sanitary Zoology. 1995; 46: 223–8.
18. Higa Y. Dengue Vectors and their Spatial
Distribution. Tropical Medicine and Health. 2011;
39(4): 17-27.
19. Zulkarnain, Siregar, YI, Dameria. Hubungan
kondisi sanitasi lingkungan rumah Tangga dengan
keberadaan jentik vektor Dengue di daerah rawan
demam berdarah Dengue kota dumai tahun 2008.
Jurnal Kesehatan Lingkungan. 2009.
20. Sitorus Hotnida, Lasbudi, Ambarita., Pengamatan
Larva Aedes di Desa Sukaraya Kabupaten OKU
dan di Dusun Martapura Kabupaten OKU-Timur
Tahun 2004. Media Litbang Kesehatan. 2007; XVII
(2).
21. Sari, W, T.M, Zanaria dan E. Agustina. Kajian
Tempat Perindukan Nyamuk Aedes di Kawasan
Kampus Darussalam Banda Aceh. Jurnal Biologi
Edukasi. 2010; 2(3): 24-25.

14
Jurnal Bahana Kesehatan Masyarakat (Bahana of Journal Public Health) Vol 3 No 1
p-ISSN: 2085-1677 / e-ISSN: 2621-380X
2019

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP MASYARAKAT


DENGAN PEWARNAAN GIGI (STAIN) DI DESA PEUNITI KOTA BANDA ACEH

Reca*, Ainun Mardiah

Jurusan Keperawatan Gigi Politeknik Kesehatan Kementerian Kesehatan Aceh


Jl. Soekarno Hatta Desa Lagang Kecamatan Darul Imarah Kabupaten Aceh Besar
*
Alamat Korespondensi: reca.zulkarnain@yahoo.com

ABSTRAK

Latar Belakang: Pewarnaan gigi (stain) merupakan warna yang menempel diatas permukaan gigi biasanya terjadi
karena perlekatan warna makanan, minuman atau kandungan nikotin. Perilaku masyarakat merupakan salah satu faktor
yang dapat mempengaruhi stastus kebersihan gigi dan mulut, salah satunya pewarnaan gigi (stain). Tujuan penelitian
ini adalah mengetahui hubungan pengetahuan dan sikap masyarakat dengan pewarnaan gigi (stain) di desa Peuniti kota
Banda Aceh.
Metode: Penelitian ini bersifat analitik dengan pendekatan cross sectional. Populasi pada penelitian ini yaitu seluruh
masyarakat di desa Peuniti dan sampel berjumlah 30 orang yang diambil berdasarkan teknik purposive sampling. Data
diperoleh dengan wawancara menggunakan kuesioner.
Hasil: Hasil penelitian menunjukkan ada hubungan antara pengetahuan dan sikap masyarakat dengan pewarnaan gigi
(stain) di desa Peuniti kota Banda Aceh (p<0,05).
Kesimpulan: Ada hubungan antara pengetahuan dan sikap masyarakat dengan pewarnaan gigi (stain) dan disarankan
kepada seluruh masyarakat untuk dapat mengurangi mengonsumsi rokok, kopi dan teh dan mengurangi kebiasaan
buruk yang dapat berpengaruh terhadap perubahan warna gigi (stain).

Kata Kunci: pengetahuan; sikap; pewarnaan gigi (stain)

THE RELATIONSHIP BETWEEN COMMUNITY KNOWLEDGE AND ATTITUDE WITH


DENTAL COLORING (STAIN) IN PEUNITI VILLAGE BANDA ACEH CITY

ABSTRACT

Background: Tooth staining (stain) is the color that sticks to the surface of the tooth usually occurs because of the
attachment of the color of food, drinks or nicotine content. Community behavior is one of the factors that can affect
dental and oral hygiene standards, one of which is staining. The purpose of this study was to determine the relationship
between knowledge and attitudes of the community with staining in the Peuniti village of Banda Aceh city.
Methods: This was an analytical research with cross sectional approach. The population in this study is that the entire
community in Peuniti village and the sample amounted to 30 people and were taken based on purposive sampling
technique. Data obtained by interviews using questionnaires.
Results: The results showed that there was a relationship between knowledge and attitudes of the community with
staining in the Peuniti village of Banda Aceh city (p <0.05).
Conclusion: It can be concluded that there is a relationship between people's knowledge and attitudes with staining
and it is recommended that all people reduce smoking, coffee and tea and reduce bad habits that can affect stain.

Keywords: knowledge; attitude; staining

15
Jurnal Bahana Kesehatan Masyarakat (Bahana of Journal Public Health) Vol 3 No 1

PENDAHULUAN dan teh maka semakin besar peluang untuk


perubahan warna giginya.6
Kesehatan adalah keadaan sejahtera dari Berdasarkan hasil Riset kesehatan dasar
badan, jiwa, dan sosial yang memungkinkan tahun 2013, prevalensi penduduk yang
setiap orang hidup produktif secara sosial dan mempunyai masalah kesehatan gigi dan mulut
ekonomis. Pemeliharaan kesehatan adalah upaya adalah (25,9%), secara keseluruhan kemampuan
penanggulangan dan pencegahan gangguan untuk mendapatkan pelayan dari tenaga medis
kesehatan yang memerlukan pemeriksaan, gigi sebesar (8,1%). Dalam hal menyikat gigi
pengobatan dan perawatan.1 Upaya kesehatan presentase penduduk Indonesia yang berusia 10
diselenggarakan dalam bentuk kegiatan dengan tahun keatas yang menyikat gigi pada waktu
pendekatan promotif, preventif, kuratif, dan mandi pagi dan sore (79,7%), sebagian besar
rehabilitatif yang dilaksanakan secara terpadu penduduk menyikat gigi setiap hari saat mandi
dan menyeluruh serta berkesinambungan. Upaya pagi atau mandi sore. Kebiasaan benar menyikat
ditujukan untuk mewujudkan kualitas gigi penduduk Indonesia hanya (2,3%) untuk
lingkungan yang sehat, baik fisik, maupun sosial daerah NAD, presentase masyarakat menyikat
yang memungkinkan setiap orang mencapai gigi 10 tahun keatas yang menyikat gigi pada
derajat kesehatan yang setinggi-tingginya.2 waktu mandi pagi dan sore sebanyak (71,7%),
Kesehatan gigi dan mulut merupakan sesudah makan pagi (4,1%) sesudah bangun pagi
bagian dari kesehatan tubuh yang tidak dapat (10,1%) sebelum tidur malam (29,7%) dan
dipisahkan satu dengan yang lainnya, sebab sesudah makan siang (5,8%). Hasil ini
kesehatan gigi akan mempengaruhi kesehatan memberikan gambaran bahwa sebagian besar
tubuh. Peranan rongga mulut sangat besar bagi penduduk masih belum memiliki kebiasaan yang
kesehatan dan kesejahteraan manusia. Secara benar dalam hal menyikat gigi pada waktu yang
umum, seseorang dikatakan sehat bukan hanya tepat. Hal ini bisa berdampak pada kesehatan gigi
karena tubuhnya yang sehat melainkan juga sehat dan mulut yang kurang baik.7
rongga mulut dan giginya. Oleh karena itu, Berdasarkan pengamatan pada
kesehatan gigi dan mulut sangat berperan dalam masyarakat yang dilakukan di desa Peuniti kota
menunjang kesehatan tubuh seseorang.3 Banda Aceh setiap harinya mengonsumsi
Penyebab timbulnya masalah kesehatan gigi dan minuman kopi, teh, dan merokok sehingga rata-
mulut salah satunya adalah faktor perilaku atau rata masyarakat di desa Peuniti kota Banda Aceh
sikap mengabaikan kebersihan gigi dan mulut, memiliki oral hygiene yang kurang baik
hal tersebut dilandasi oleh kurangnya khususnya pewarnaan pada gigi (stain).
pengetahuan akan pentingnya pemeliharan gigi Berdasarkan hasil pemeriksaan gigi pada 10
dan mulut.4 orang masyarakat di desa Peuniti kota Banda
Perilaku masyarakat merupakan salah Aceh didapatkan 70% masyarakat memiliki
satu faktor yang dapat mempengaruhi status stain pada giginya, berdasarkan hasil wawancara
kesehatan, termasuk kesehatan gigi dan mulut. pada masyarakat tersebut, mereka memiliki
Masyarakat tidak menyadari, bahwa giginya kebiasaan minum kopi, teh dan merokok serta
mengalami perubahan warna pada bagian dalam, memiliki kebiasaan yang kurag baik karena tidak
berwarna kekuningan, kecoklatan dan kehitaman menyikat gigi setelah mengonsumsi kopi, teh dan
diakibatkan karena masyarakat mengonsumsi merokok.
rokok, kopi, teh dan tidak rutinnya menyikat gigi. Berdasarkan latar belakang di atas, maka
pewarnaan gigi tidak dapat dibersihkan apabila penulis tertarik ingin mengetahui hubungan
hanya menggunakan sikat gigi saja. Kebersihan pengetahuan dan sikap masyarakat dengan
gigi dan mulut juga biasa disebabkan adanya pewarnaan gigi (stain) di Desa Peuniti Kota
pewarnaan gigi (stain) pada mukosa rongga Banda Aceh.
mulut serta bau mulut merupakan masalah yang
paling umum dialami oleh masyarakat.5
Stain gigi ialah warna yang menempel METODE
diatas permukaan gigi biasanya terjadi karena
pelekatan warna makanan, minuman ataupun Penelitian ini bersifat analitik dengan
kandungan nikotin yang merupakan substansi pendekatan cross sectional. Populasi dalam
penghasil stain gigi. Stain mempunyai dampak penelitian ini adalah seluruh masyarakat di
yang terhadap kesehatan gigi. Stain juga dapat Gampong Peuniti kota Banda Aceh sedangkan
menyebabkan gigi berwarna coklat sampai hitam sampel pada penelitian ini berjumlah 30 orang
pada bagian leher gigi. Distribusi dan perubahan dan diambil berdasarkan teknik purposive
warna yang ditentukan oleh tipe, jumlah, dan sampling. Variabel independen (pengaruh)
lamanya kebiasaan mengonsumsi rokok, kopi, padapenelitian ini adalah pengetahuan dan sikap

16
Hubungan Pengetahuan dan Sikap Masyarakat dengan Pewarnaan Gigi (stain)…
Reca, Ainun Mardiah
2019

masyarakat, sedangkan variabel dependen dapat mengakibatkan gigi berubah warna


(terpengaruh) yaitu pewarnaan gigi (stain). menjadi coklat sampai kehitaman, beberapa
Instrumen yang digunakan dalam orang dari mereka tidak sadar akan menjaga
penelitian ini adalah kuesioner, kartu status kebersihan gigi dan mulut terutama dampak
pasien dan diagnosa set. Analisis data pada buruk dari pewarnaan gigi (stain), namun
penelitian ini menggunakan uji statistik dengan sebagian dari lainnya mengabaikan efek dampak
uji chi square. Analisis data menggunakan buruk dari pewarnaan gigi (stain), walaupun
Statistik Program for Social Scince (SPSS), demikian pengetahuan tentang efek buruk
dengan pengujian hipotesis berdasarkan taraf merokok mengonsumsi kopi dan teh terhadap
signifikan p<0,05. stain gigi tidak menjadi alasan beberapa orang
dari mereka untuk berhenti merokok
mengonsumsi kopi dan teh.
HASIL DAN PEMBAHASAN Stain merupakan masalah estetik yang
gejala awalnya tidak menyebabkan peradangan
Penelitian dilaksanakan pada masyarakat pada gingival. Apabila tidak dibersihkan, plak
di Desa Peuniti Kota Banda Aceh, yang akan mengeras dan membentuk kalkulus (karang
dilaksanakan bulan Juni 2018. Analisis bivariat gigi) yang dapat merambat ke akar gigi,
bertujuan untuk mengetahui hubungan antara akibatnya gusi akan mudah berdarah, gigi akan
variabel independen yaitu pengetahuan dan sikap mudah goyah, dan mudah tanggal.8
masyarakat dengan variabel dependen yaitu Pembentukan stain pada gigi dapat dipengaruhi
pewarnaan gigi (stain). Berikut disajikan hasil- oleh beberapa faktor lain seperti penggunaan
hasil analisis statistik tersebut. obat kumur, mengkonsumsi makanan dan
Hubungan Pengetahuan Masyarakat minuman berwarna, kopi, teh, soft drink,
Dengan Pewarnaan Gigi (Stain) di desa Peuniti makanan yang banyak mengandung asam,
kota Banda Aceh dapat dilihat pada tabel 1. glukosa dan ditambah lagi dengan oral hygiene
yang buruk dapat menyebabkan pembentukan
Tabel 1. Distribusi Frekuensi Berdasarkan stain, plak dan kalkulus pada gigi, akibatnya gusi
Hubungan Pengetahuan Masyarakat Dengan mudah infeksi. Jika dibiarkan, akan mengarah
Pewarnaan Gigi (Stain) di Desa Peuniti Kota pada komplikasi lain, misalnya karies gigi,
Banda Aceh penyakit periodontal, bau mulut (halitosis), bibir
Stain Gigi pecah-pecah (keilosis), sariawan (stomatitis),
Tidak peradangan lidah (glosisitis), dan gingivitis.8,9
Pengetahuan Ada p
Ada Total % Pengetahuan (knowledge) merupakan
Masyarakat value
f % f % domain yang sangat penting dalam membentuk
tindakan seseorang. Pengetahuan adalah hasil
Baik 7 23,3 10 33,3 17 56,7 0,013
dari tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan
Kurang baik 12 40,0 1 3,3 13 43,3 penginderaan terhadap suatu objek tertentu.
Total 19 63,3 11 36,7 30 100 Penginderaan terjadi melalui panca indera
manusia, yakni indera penglihatan, pendengaran,
penciuman, rasa dan raba. Pengalaman dan
Berdasarkan tabel 1 menunjukkan bahwa
penelitian terbukti bahwa, perilaku yang didasari
dari dari 30 responden yang memiliki
oleh pengetahuan akan lebih langgeng daripada
pengetahuan baik dengan tidak ada stain gigi
perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan.10
yaitu sebanyak 10 orang (33,3%), dan responden
Sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh
yang memiliki pengetahuan kurang baik dengan
Notoatmodjo bahwa peningkatan suatu
ada stain gigi yaitu sebanyak 12 orang (40,0%).
pengetahuan menyebabkan perubahan perilaku.
Berdasarkan hasil uji chi-square terdapat nilai p
Pengetahuan merupakan hasil tahu dan terjadi
value 0,013< α 0,05 artinya ada hubungan antara
setelah seseorang melakukan penginderaan
pengetahuan masyarakat dengan stain gigi.
terhadap suatu objek tertentu. Sebagian besar
Berdasarkan tabel 1 menunjukkan bahwa
pengetahuan seseorang diperoleh melalui mata
ada hubungan antara pengetahuan masyarakat
dan telinga. Pengetahuan tertentu tentang
dengan pewarnaan gigi (stain) di desa Peuniti
kesehatan mungkin penting sebelum tindakan
kota Banda Aceh (p=0,013). Hal ini dikarenakan
kesehatan pribadi terjadi, tetapi tindakan
pengetahuan seseorang tidak hanya didapatkan
kesehatan yang diharapkan mungkin tidak akan
melalui pendidikan saja melainkan terjadi pada
terjadi kecuali apabila seseorang mendapatkan
pengaplikasian apa yang diketahui dalam
isyarat yang cukup kuat yang memotivasinya
kehidupan sehari-hari. Kurangnya pengetahuan
masyarakat tentang pewarnaan gigi (stain) yang

17
Jurnal Bahana Kesehatan Masyarakat (Bahana of Journal Public Health) Vol 3 No 1

untuk bertindak atas dasar pengetahuan yang melakukan hal tersebut sesuai dengan apa yang
dimilikinya.10 diketahui karena sikap yang baik apabila tidak
Penelitian ini sejalan dengan hasil disertai oleh kesadaran maka tidak akan bertahan
penelitian yang dilakukan oleh Basumi dkk. lama.10
tahun 2014 pada masyarakat desa Guntung Stain gigi dapat memberikan kesan
Ujung yang menyatakan bahwa tingkat negatif dalam hal penampilan yang merupakan
pengetahuan berpengaruh terhadap status persepsi dan penilaian seseorang mengenai
kebersihan gigi dan mulut.11 Pengetahuan yang penampilan fisiknya, dan bagaimana sebenarnya
baik mengenai kesehatan gigi, apabila disertai mereka tanpak di depan orang lain. Upaya yang
dengan kesadaran dalam merawat kesehatan gigi dapat dilakukan untuk mencegah stain gigi
maka akan mendapatkan hasil yang sempurna. adalah dengan menghindari faktor resiko.
Begitu juga sebaliknya, pengetahuan yang Menjaga kesehatan gigi dan mulut dengan cara
kurang baik, apabila disertai dengan kesadaran menggosok gigi 2 kali sehari, mengkonsumsi
dalam merawat kesehatan gigi dan mulut maka banyak air putih karena bermanfaat melarutkan
akan mendapatkan hasil yang tidak sempurna. zat-zat yang tertinggal pada permukaan gigi,
Hubungan Sikap Masyarakat Dengan menggunakan obat kumur yang aman,
Pewarnaan Gigi (Stain) di desa Peuniti kota menggunakan pasta gigi khusus, mengganti
Banda Aceh dapt dilihat pada tabel 2. minuman berwarna dengan susu, mengkonsumsi
minuman berkarbonasi sesuai dengan ketentuan
Tabel 2. Distribusi Frekuensi Berdasarkan pabrik, dan jangan mengkonsumsi makanan
Hubungan Sikap Masyarakat Dengan Pewarnaan dalam keadaan terlalu panas atau dingin. Stain
Gigi (Stain) di desa Peuniti kota Banda Aceh yang sulit dihilangkan sebaiknya lakukan
Stain Gigi konsultasi dengan dokter gigi untuk dilakukan
Tidak pembersihan, pemutihan gigi atau bleaching.8
Sikap Ada p
Ada Total % Hasil penelitian ini sesuai dengan
Masyarakat value
f % f % pendapat Budiharto yang menyatakan bahwa
sikap dipandang sebagai hasil belajar bukan hasil
Baik 5 16,7 10 3,33 15 50 0,002
perkembangan atau sesuatu yang diturunkan.
Kurang baik 14 46,7 1 3,3 15 50 Keyakinan ini muncul setelah peserta
Total 19 63,3 11 36,7 30 100 mendapatkan pengetahuan tentang kesehatan
gigi dan mulut.4 Hasil penelitian ini juga sesuai
dengan pendapat Newcomb, salah seorang ahli
Berdasarkan tabel 2 menunjukkan bahwa
psikologis sosial yang menyatakan bahwa
dari dari 30 responden yang memiliki sikap baik
sikap itu merupakan kesiapan atau kesediaan
dengan tidak ada stain gigi yaitu sebanyak 10
untuk bertindak dan bukan merupakan
orang (33,3%), dan responden yang memiliki
pelaksanaan motif tertentu. Sikap belum
sikap kurang baik dengan ada stain gigi yaitu
merupakan suatu tindakan atau aktivitas, akan
sebanyak 14 orang (46,7%). Berdasarkan hasil
tetapi merupakan predisposisi tindakan suatu
uji chi-square terdapat nilai p value 0,002< α
perilaku.12 Selain itu hasil penelitian ini juga
0,05 artinya ada hubungan antara pengetahuan
mendukung teori menurut Allport yang
masyarakat dengan stain gigi.
mengatakan bahwa dalam membentuk sikap
Berdasarkan tabel 2 menunjukkan bahwa
yang utuh, pengetahuan, berfikir, keyakinan dan
ada hubungan antara sikap masyarakat dengan
emosi memegang peranan penting.4
stain gigi (p=0,002). Hal ini dikarenakan sikap
merupakan kesiapan atau ketersediaan seseorang
untuk bertingkah laku, memiliki wawasan
KESIMPULAN DAN SARAN
tentang sikap yang kurang baik terhadap dampak
buruk akibat merokok, mengonsumsi kopi dan
Setelah dilakukan penelitian dapat
teh, sikap adalah respon atau tanggapan
disimpulkan bahwa ada hubungan antara
seseorang terhadap suatu objek. Walaupun
pengetahuan masyarakat dengan pewarnaan gigi
mereka sangat sadar efek negatif dari merokok,
(stain) di Gampong Peuniti kota Banda Aceh
mengonsumsi kopi dan teh namun mereka tidak
(nilai p=0,013<α 0,05), hipotesis dapat diterima.
terlepas dari kebiasaan buruk tersebut. Manusia
Ada hubungan antara sikap masyarakat dengan
selalu berfikir dan mencoba mengaitkan antara
pewarnaan gigi (stain) di Gampong Peuniti Kota
fenomena dengan teori yang diketahui. Makin
Banda Aceh (nilai p=0,002<α 0,05), hipotesis
banyak teori yang dimiliki manusia dengan
dapat diterima.
banyaknya membaca dan makin banyak fakta
Berdasarkan hasil penelitian, pembahasan
yang diperoleh, oleh karena itu cenderung untuk
dan kesimpulan, dapat disarankan kepada

18
Hubungan Pengetahuan dan Sikap Masyarakat dengan Pewarnaan Gigi (stain)…
Reca, Ainun Mardiah
2019

seluruh masyarakat untuk dapat mengurangi


mengonsumsi rokok, kopi dan teh dan 6. Nasution, IK Perilaku Merokok Pada Remaja,
mengurangi kebiasaan buruk yang dapat Jurnal medan: Program studi psikologi falkultas
berpengaruh terhadap perubahan warna gigi kedokteran USU. 2008. http://library.usu.ac.id
7. Depkes Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) Tahun
(stain). 2013. Jakarta: Departemen Kesehatan. 2013.
http://www.depkes.go.id
8. Mumpuni Yekti Erlita Pratiwi. 45 Masalah dan
DAFTAR PUSTAKA Solusi Penyakit Gigi dan Mulut. Yogyakarta:
Rapha Publishing. 2013
1. Kemenkes RI. Profil Kesehatan Indonesia tahun 9. Winarti, S. Minuman Kesehatan. Tribus
2014. Jakarta : Kemenkes RI; 2015. Agrisarana, Surabaya. 2006
2. Depkes RI. Sistem Kesehatan Nasional. Jakarta. 10. Notoatmodjo, S. Promosi Kesehatan, Teori dan
2009. Aplikasinya. Rineka Cipta. Jakarta. 2010: 43-310
3. Riyanti, E. Pengenalan dan Perawatan Kesehatan 11. Basumi, Cholil, Putri DK. Gambaran indeks
Gigi Anak Sejak Dini. Jakarta. Seminar Sehari kebersihan mulut berdasarkan tingkat pendidikan
Kesehatan-Psikologi Anak. Mei 2005 masyarakat di desa Guntung Ujung Kabupaten
http://resources.unpad.ac.id/. Banjar. Dentino Jurnal Kedokteran Gigi. 2014;
4. Budiharto. Pengantar Ilmu Perilaku Kesehatan 11(1)Maret
dan Pendidikan Kesehatan Gigi. EGC. Jakarta. 12. Notoatmodjo. Kesehatan Masyarakat Imu & Seni,
2009: 1-73 PT Rineka Cipta, Jakarta. 2011
5. Kusuma, A.R.P, Pengaruh Merokok Terhadap
Kesehatan Gigi Dan Rongga Mulut, Majalah
Sultan Agung. 2011. http://www.unissula.ac.id

19
Jurnal Bahana Kesehatan Masyarakat (Bahana of Journal Public Health) Vol 3 No 1
2019 p-ISSN: 2085-1677 / e-ISSN: 2621-380X

PENGARUH PENGGUNAAN SIKAT GIGI KHUSUS ORTODONTIK TERHADAP


STATUS KEBERSIHAN GIGI DAN MULUT PEMAKAI ORTODONTIK CEKAT
PADA SISWA SMK NEGERI 3 BANDA ACEH

Wirza*, Ratna Wilis

Jurusan Keperawatan Gigi Politeknik Kesehatan Kementrian Kesehatan Aceh


Jl. Soekarno Hatta Desa Lagang Kecamatan Darul Imarah Kabupaten Aceh Besar
*
Alamat korespondensi: wirza81@gmail.com

ABSTRAK

Latar Belakang: Kebersihan mulut yang baik merupakan tantangan bagi pasien ortodontik karena makanan mudah
terperangkap di sekitar bracket dan archwires. Pembersihan gigi secara mekanis yang salah satunya adalah dengan
menyikat gigi merupakan upaya paling efektif untuk mencegah terjadinya timbunan plak. Efektivitas menyikat gigi
juga bergantung pada bentuk sikat gigi, frekuensi menyikat gigi dan metode yang baik untuk digunakan setiap orang.
Penelitian ini bertujuan mengetahui pengaruh penggunaan sikat gigi khusus ortodontik terhadap status kebersihan gigi
dan mulut pada pemakai ortodontik cekat pada siswa SMK Negeri 3 Banda Aceh.
Metode: Jenis penelitian ini adalah quasi experimental dengan subyek penelitian seluruh mahasiswa yang memakai
ortodontik cekat sebanyak 30 orang. Subyek dibagi menjadi dua kelompok, kelompok intervensi (15 orang) yang
menyikat gigi menggunakan sikat gigi khusus ortodontik dan kelompok kontrol (15 orang) yang menyikat gigi
menggunakan sikat gigi konvensional. Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah purposive sampling
Analisis hasil data (kuantitatif) dalam penelitian ini menggunakan statistik non parametrik uji t (wilcoxon) dan Mann
Whitney.
Hasil: Ada perbedaan bermakna rerata nilai status kebersihan gigi dan mulut (indeks PHP-M) pada kelompok intervensi
dan kelompok kontrol (p<0,05) sebelum dan sesudah menyikat gigi menggunakan sikat gigi khusus ortodontik dan
sikat gigi konvensional pada pemakai ortodontik cekat pada siswa SMK Negeri 3 Banda Aceh. Ada perbedaan
signifikan Indeks PHP-M sesudah intervensi (post-test) antara kelompok perlakuan (menyikat gigi menggunakan sikat
gigi khusus ortodontik) dengan kelompok kontrol (menyikat gigi menggunakan sikat gigi konvensional), hal ini
ditunjukkan secara statistik p<0,05).
Kesimpulan: Terdapat perbedaan bermakna pada status kebersihan gigi mulut antara pemakai sikat gigi khusus
ortodontik dan sikat gigi konvensional.

Kata Kunci: sikat gigi khusus ortodontik; status kebersihan gigi dan mulut

THE EFFECT OF USING ORTODONTIC TOOTHBRUSH


TOWARDS DENTAL AND ORAL HYGIENE STATUS OF FIXED ORTHODONTIC USERS
IN STUDENTS OF SMK NEGERI 3 BANDA ACEH

ABSTRACT

Background: Good oral hygiene is a challenge for orthodontic patients since food easily get trapped around brackets
and archwires. Mechanical tooth cleaning is the most effective effort to prevent plaque build up, one of which is by
brushing teeth. The effectiveness of brushing teeth also depends on the shape of the toothbrush, the frequency of
brushing teeth and a good method for everyone to use. This study aims to determine the effect of using orthodontic
toothbrushes on the oral and dental hygiene status of fixed orthodontic users in students of SMK Negeri 3 Banda Aceh.
Methods: This was a quasi experiment research. The subjects in this study were all students who used fixed orthodontics
30 people, then divided into two groups, the intervention group (15 people) which brushing using orthodontic
toothbrushes and the control group (15 people) which brushing teeth using a conventional toothbrush. The sampling
technique used was purposive sampling. A quantitative analysis in this study used the non parametric t test (Wilcoxon)
and Mann Whitney.
Results: There were significant differences in the mean values of dental and oral hygiene status (PHP-M index) in the
intervention group and the control group (p <0.05) before and after brushing using conventional orthodontic and
toothbrush toothbrushes on fixed orthodontic users. There was a significant difference in the post-test PHP-M Index
score between the intervention groups and the control group (p <0.05).
Conclusion: Significant difference of oral and dental hygiene status were found between brushing using orthodontic
toothbrush and conventional toothbrush.

Keywords: orthodontic special toothbrush, hygiene status of teeth and mouth

20
Pengaruh Penggunaan Sikat Gigi Khusus Ortodontik…
Wirza, Ratna Wilis
2019

PENDAHULUAN perawatan.3 Salah satu indikator untuk melihat


kebersihan gigi dan mulut adalah plak gigi.5 Plak
Kesehatan gigi dan mulut merupakan dapat diartikan sebagai deposit lunak yang
salah satu bagian yang tidak dapat dipisahkan membentuk biofilm, melekat pada permukaan
dari kesehatan tubuh secara keseluruhan. gigi atau permukaan kasar lain di dalam rongga
Perawatan gigi dan mulut secara keseluruhan mulut termasuk pada restorasi lepasan atau cekat.
diawali dari kebersihan gigi dan mulut pada Pembersihan gigi secara mekanis
setiap individu. Selain itu gigi geligi merupakan merupakan upaya paling efektif untuk mencegah
salah satu organ pencernaan yang berperan terjadinya timbunan plak, salah satunya adalah
penting dalam proses pengunyahan makanan, dengan menyikat gigi. Meskipun sikat gigi
sehingga pemeliharaan kesehatan gigi penting merupakan alat mekanis yang paling efektif
dilakukan.1 untuk membersihkan plak, akan tetapi efektivitas
Menurut hasil survey SKRT tahun 2001, menyikat gigi juga bergantung pada bentuk sikat
prevalensi karies dan penyakit periodontal masih gigi, frekuensi lamanya menyikat gigi dan
tinggi yaitu berkisar 80%, bahkan penyakit gigi metode yang baik untuk digunakan setiap orang.
dan mulut menempati peringkat ketiga dari 10 Pembersihan gigi yang kurang baik dapat
penyakit terbanyak yang dikeluhkan masyarakat. menyebabkan plak semakin melekat.6 Pemakai
Penyebab utama kedua penyakit ini adalah plak. alat ortodonsi cekat memiliki tingkat kebersihan
Pencegahan karies gigi dan penyakit periodontal, mulut yang kurang baik sehingga mempermudah
dilakukan dengan menghilangkan plak.2 melekatnya debris karena adanya bracket yang
Alat ortodonsi cekat saat ini sudah banyak menempel pada gigi menyulitkan pemakai alat
digunakan di masyarakat luas. Masyarakat sering ortodonsi untuk melakukan pembersihan dengan
tidak menyadari risiko dari penggunaan alat baik sehingga cenderung terjadinya penumpukan
ortodonsi cekat, seperti masalah kebersihan plak pada gigi-geliginya. Adanya akumulasi plak
mulut. Alat ortodonsi cekat merupakan alat cekat akan mengakibatkan kebersihan mulut kurang
yang dicekatkan langsung pada gigi. Alat baik sehingga menyebabkan terjadinya kalkulus,
ortodonsi cekat ini tidak dapat di buka oleh mengakibatkan terjadinya peradangan pada
pasien dan pada akhir perawatan pembukaannya gingiva, mengakitbatkan terjadinya karies dan
dilakukan oleh ahli ortodontis. Pemakai alat dapat menimbulkan respon inflamasi pada
ortodonsi cekat lebih sulit untuk memelihara jaringan periodontal. Oleh karena hal tersebut
kebersihan mulut selama perawatan. Perawatan keberadaan plak di dalam rongga mulut harus
ortodontik dengan komponen alat ortodonsi selalu dikontrol sehingga kesehatan dalam
cekat seperti penggunaan bracket dan band rongga mulut dapat terpelihara dengan baik.7
ortodonsi dapat menjadi tempat plak Pemeliharaan kebersihan gigi dan mulut
berakumulasi akibat meningkatnya pembentukan merupakan faktor yang penting pada perawatan
biofilm setelah insersi.3 ortodonsi cekat, karena itu salah satu tindakan
Kebersihan mulut yang baik merupakan yang dilakukan yaitu melalui kontrol plak,
tantangan bagi pasien orthodontic karena diantara macam-macam metode kontrol plak
makanan mudah menjadi terperangkap di sekitar yang diutamakan melaksanakan kontrol plak
bracket dan dibawah archwires sehingga secara mekanis, paling sederhana, aman dan
merupakan penghalang pada waktu menyikat efektif adalah menyikat gigi. Sikat gigi
gigi. Menghilangkan plak yang cukup efektif merupakan salah satu pemilihan yang paling
adalah dengan pemakaian sikat gigi secara umum digunakan untuk menjaga kebersihan gigi
teratur yang bertujuan dengan untuk memelihara dan mulut. Kontrol plak dapat dilakukan secara
kebersihan serta kesehatan gigi dan mulut.4 mekanis dan kimiawi. Sikat gigi merupakan alat
Perawatan ortodontik khususnya utama dalam melaksanakan kontrol plak secara
penggunaan alat ortodontik cekat dengan mekanis.8
komponen brackets, arch wires dan komponen Pengguna alat ortodontik cekat
lainnya memiliki bentuk yang rumit sehingga dianjurkan untuk memakai sikat gigi desain
mempermudah melekatnya plak lebih lama dan khusus yaitu baris-baris tengah bulu sikat lebih
dapat meningkatkan resiko karies, gingivitis, dan pendek dibandingkan bulu sikat pada kedua
kemungkinan terjadi penyakit periodontal. pinggirnya untuk membantu pembersihan plak di
Ortodontik cekat memiliki desain yang sekitar bracket.9 Kebiasaan menyikat gigi yang
lebih sulit untuk dibersihkan dibandingkan baik harus dibentuk pada pemakai ortodontik
dengan alat ortodontik lepasan, sehingga pasien cekat karena kontrol plak sangat penting untuk
pengguna alat ortodontik cekat lebih sulit untuk pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut.
memelihara kebersihan mulut selama Kebiasaan menjaga kesehatan gigi dan mulut

21
Jurnal Bahana Kesehatan Masyarakat (Bahana of Journal Public Health) Vol 3 No 1

dipengaruhi oleh pengetahuan yang dimiliki mengetahui perbedaan selisih perubahan indek
(sikat gigi yang tidak benar masih dilakukan oleh PHP-M dan sebelum dan sesudah (menyikat gigi
kebanyakan orang). Teknik menyikat gigi yang menggunakan sikat gigi khusus ortodontik) pada
tepat sangat penting dalam mencapai kebersihan kelompok perlakuan dan perbedaan selisih
gigi dan mulut. Keberhasilannya juga masih perubahan indek PHP-M dan sebelum dan
tergantung pada pasta gigi, jenis sikat, waktu sesudah (menyikat gigi menggunakan sikat gigi
menyikat, dan metode menyikat gigi yang konvensional) pada kelompok kontrol 2). Uji
digunakan.10 Mann whitney yaitu untuk mengetahui perbedaan
Pada survei awal yang dilakukan 10 perubahan indeks PHP-M pada siswa antara
mahasiswa Jurusan Kesehatan Lingkungan kelompok perlakuan dan kelompok kontrol.
Poltekkes Kemenkes Aceh, peneliti menemukan Analisis data menggunakan Statistik Program
60% mahasiswa yang memakai alat orthodonti for Social Scince (SPSS), dengan pengujian
cekat mempunyai kriteria PHP-M (Personal hipotesis berdasarkan taraf signifikan p<0,05.
Hygiene Performance – Modified dengan
kategori sangat buruk. Adapun kegiatan
penelitian ini dilakukan pada siswa SMK Negeri HASIL DAN PEMBAHASAN
3 Banda Aceh karena rata-rata siswa berumur
antara 16-18 tahun yang secara umum usia Hasil analisis Indeks PHP-M antara
tersebut siswa lebih kooperatif sehingga dalam kelompok perlakuan dan kelompok kontrol
pengambilan data lebih mudah, akurat dan ditampilkan pada tabel 1.
diharapkan hasil yang diperoleh lebih optimal
Selain itu banyak siswa yang memakai behel Tabel 1. Analisis Indeks PHP-M Antara
selain untuk merapikan gigi mereka yang tidak Kelompok Perlakuan dan Kelompok Kontrol
beraturan, mereka juga ingin tampak cantik dan
Debris
lebih percaya diri. Penelitian ini bertujuan untuk Kelompok Rerata ± SD p
Indeks
pengaruh penggunaan sikat gigi khusus
ortodontik terhadap status kebersihan gigi dan Perlakuan 39,6 ±5,62
0,902*
mulut pemakai ortodontik cekat pada siswa SMK Pre-test Kontrol 39 ± 6,1
Negeri 3 Banda Aceh Tahun 2018.
Perlakuan 18,2± 2,21
Post-test 0,000**
Kontrol 35,4 ± 5,28
METODE
Tabel 1 menunjukkan bahwa tidak ada
Jenis penelitian ini adalah Quasi
perbedaan Indeks PHP-M yang signifikan
Experimental Design dengan rancangan
sebelum intervensi (pre-test) antara kelompok
penelitian equivalent control group design with
perlakuan dengan kelompok kontrol, hal ini
pre test and post test.10 Subyek dalam penelitian
ditunjukkan secara statistik p>0,05. Ada
ini yaitu seluruh siswa yang memakai ortodontik
perbedaan yang signifikan Indeks PHP-M
cekat 30 orang, kemudian dibagi menjadi dua
sesudah perlakuan (post-test) antara kelompok
kelompok, kelompok intervensi terdiri dari 15
perlakuan (menyikat gigi menggunakan sikat
orang diberikan intervensi (menyikat gigi
gigi khusus ortodontik) dengan kelompok
menggunakan sikat gigi khusus ortodontik) dan
kontrol (menyikat gigi menggunakan sikat gigi
kelompok kontrol terdiri dari 15 orang yang tidak
konvensional), hal ini ditunjukkan secara
diberikan intervensi (menyikat gigi
statistik p<0,05.
menggunakan sikat gigi konvensional). Teknik
Berdasarkan hasil analisis antar
pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah
kelompok (independent t-test) menunjukkan
purposive sampling yaitu teknik pengambilan
bahwa tidak ada perbedaan Indeks PHP-M yang
sampel sumber data dengan pertimbangan
signifikan sebelum intervensi (pre-test) antara
tertentu. Variabel intervensi dalam penelitian ini
kelompok perlakuan dengan kelompok kontrol,
yaitu Menyikat gigi menggunakan sikat gigi
hal ini ditunjukkan secara statistik p>0,05. Ada
khusus ortodontik. Variabel independen
perbedaan yang signifikan Indeks PHP-M
(pengaruh) yaitu indeks plak sebelum
sesudah intervensi (post-test) antara kelompok
diintervensi, sedangkan variabel dependen
perlakuan (menyikat gigi menggunakan sikat
(terpengaruh) yaitu indeks plak sesudah
gigi khusus ortodontik) dengan kelompok
diintervensi. Alat ukur yang digunakan adalah
kontrol (menyikat gigi menggunakan sikat gigi
indeks plak. Analisis hasil data kuantitatif dalam
konvensional), hal ini ditunjukkan secara
penelitian ini menggunakan uji statistik non
statistik p<0,05).
parametrik 1) Uji t (wilcoxon), yaitu untuk

22
Pengaruh Penggunaan Sikat Gigi Khusus Ortodontik…
Wirza, Ratna Wilis
2019

Berdasarkan hasil analisis dengan penelitian yang diperoleh, terdapat penurunan


melakukan analisis perbedaan selisih (paired indeks plak pada pengunaan sikat gigi
sample t-test) pada siswa SMK Negeri 3 Banda konvensional dan sikat khusus orthodontic pada
Aceh menunjukkan status kebersihan gigi pemakai fixed orthodontic.
(Indeks PHP-M) pada kelompok kontrol Fixed orthodontic merupakan perawatan
(menyikat gigi menggunakan sikat gigi yang membutuhkan waktu yang cukup lama oleh
konvensional) dengan nilai rerata pre-test 39 karena itu setiap siswa yang menjalani perawatan
dalam kategori buruk dan setelah menyikat gigi ortodontic harus mendapat perhatian yang
menggunakan sikat gigi konvensional (post-test) penting dalam menjaga kebersihan giginya.21
nilai rerata 35,4 dalam kategori buruk (tabel 1). Fixed orthodontic akan mengakibatkan
Hal ini menunjukkan bahwa pada kelompok akumulasi plak yang dapat meningkatkan jumlah
kontrol Indeks PHP-M tersebut terjadi dari mikroba dan perubahan komposisi dari
penurunan yang signifikan secara statistik mikrobial. Retensi plak ini akan beresiko untuk
(p<0,05) walaupun penurunan indeks PHP-M terjadinya lesi white spot maka meningkatkan
hanya sedikit yaitu penurunan sebesar 3,6. Sikat kerentanan terhadap karies dan infeksi
gigi konvensional merupakan sikat gigi yang periodontal. Bakteri plak pada gigi merupakan
dipakai dalam kehidupan sehari-hari. etiologi utama yang menyebabkan gingivitis
Penggunaan sikat gigi ini lebih mudah yang merupakan tahap awal terjadinya kerusakan
didapatkan dan dari segi harga jauh lebih pada jaringan periodontal.22
terjangkau.19 Menurut penelitian yang dilakukan Pemakai orthodontic yang mengalami
oleh Sukmawati terdapat penurunan indeks plak iritasi oral dan ulser di sekitar bracket, clasp, dan
sebesar 2,07 untuk sikat gigi konvensional. band akan berkurangnya keinginan pasien untuk
Kemungkinan faktor yang mempengaruhi membersihkan daerah tersebut, karena rasa sakit
penurunan indeks plak pada pengguna fixed yang ditimbulkan sehingga akan terjadi
orthodontic pada pengguna sikat gigi akumulasi plak. Metode oral hygiene yang tepat
konvensional adalah dimana sikat gigi seharusnya diajarkan dan ditekankan pada pasien
konvensional memiliki bulu sikat yang lurus saat pemasangan fixed orthodontic. Selama
sehingga memungkinkan terhalangnya bulu sikat perawatan pasien juga dianjurkan untuk
oleh bracket pada saat menyikat gigi. Oleh memeriksa kondisi periodontalnya agar gejala
karena itu dianjurkan untuk menggunakan sikat penyakit periodontal dapat dilihat sedini
gigi pendamping karena sikat gigi konvensional mungkin.23
kurang bersih dalam membersihkan gigi dari Selama perawatan fixed orthodontic perlu
plak.20 dilakukan tindakan pencegahan penumpukan
Sedangkan pada kelompok perlakuan plak sehingga akan didapatkan oral hygiene yang
(menyikat gigi menggunakan sikat gigi khusus baik. Program oral hygiene ini menjadi tanggung
ortodontik) status kebersihan gigi dan mulut jawab pasien, orang tua, dan dokter gigi. Setiap
(Indeks PHP-M) nilai rerata pre-test 39,6 dalam ahli ortodonti harus memotivasi, memberikan
kategori buruk, setelah menyikat gigi instruksi dan bila perlu mengintruksikan kembali
menggunakan sikat gigi khusus ortodontik (post- pasien untuk melakukan perawatan di rumah,
test) terjadi penurunan status kebersihan gigi dan yaitu sebelum, selama, dan sesudah perawatan
mulut (Indeks PHP-M) dengan nilai rerata pre- ortodonti.24
test 18,2 dalam kategori baik (tabel 1). Hal ini Sikat gigi merupakan alat utama dalam
menunjukkan bahwa pada kelompok perlakuan melaksanakan kontrol plak secara mekanis. Sikat
Indeks PHP-M tersebut terjadi penurunan yang gigi yang digunakan untuk program kontrol plak
signifikan secara statistik (p<0,05) yaitu biasanya berupa sikat gigi manual yang
penurunan sebesar 21,4. Sikat gigi khusus konvensional. Namun, untuk pemakai fixed
untuk orthodontic alat bantu tambahan yang orthodontic dianjurkan untuk memakai sikat gigi
dipakai yakni sikat gigi kecil khusus untuk khusus. Sikat gigi khusus ini dipakai karena
interdental. Hal ini digunakan untuk mampu membersihkan kotoran yang menempel
membersihkan daerah yang sulit dijangkau oleh disela-sela gigi dan kawat, yang tidak bisa
sikat gigi biasa. Sikat gigi khusus orthodontic dijangkau oleh sikat gigi biasa.20
memiliki bentuk yang khusus yaitu bulunya Penelitian yang dilakukan oleh
halus dan berbentuk v-shaped atau baris tengah Sukmawati penurunan indeks plak rata-rata pada
bulu sukat lebih pendek dibandingkan bulu sikat penggunaan sikat gigi khusus orthodontic
pada kedua pinggirnya, sehingga bentuk ini sebesar 2,96. Hal ini menunjukkan terdapat
mampu membersihkan kotoran yang penurunan indeks plak pada penggunaan sikat
menempel sekitar bracket. Berdasarkan hasil gigi khusus orthodontic. Dilihat dari skor

23
Jurnal Bahana Kesehatan Masyarakat (Bahana of Journal Public Health) Vol 3 No 1

penurunan rerata indeks plak, kelompok Berdasarkan hasil penelitian, pembahasan


perlakuan yang menggunakan sikat gigi khusus dan kesimpulan, dapat disarankan untuk
orthodontic lebih besar dibandingkan yang penelitian lebih lanjut tentang efektifitas
menggunakan sikat gigi konvensional, artinya penggunaan sikat gigi khusus orthodontic
penurunan indeks plak pada pengguna sikat gigi terhadap pengguna fixed orthodontic. Pengguna
khusus orthodontic lebih efektif.19 Namun, hasil fixed orthodontic disarankan agar selalu
penelitian ini berbeda dengan hasil penelitian menjaga kebersihan mulut supaya jaringan gigi
Shih-Chieh-Hsu dkk yang mengatakan bahwa dan gusi tetap sehat dengan cara menyikat gigi,
tidak ada perbedaan yang signifikan antara paling sedikit dua kali sehari yaitu setelah
penurunan skor indeks plak pemakai sikat gigi makan pagi, dan malam sebelum tidur.
konvensional dan khusus pada pemakai fixed Usahakan agar memilih makanan yang tepat agar
orthodontic. Perbedaan ini disebabkan karena bracket tetap ditempatnya. Kontrol teratur ke
bervariasinya keterampilan menyikat gigi tiap dokter gigi, dan konsultasi bila ada yang kurang
individu, kemauan, motivasi, dan juga perbedaan jelas.
metode menyikat gigi yang digunakan. Hasil
penelitian ini menunjukkan bahwa sikat gigi
berpengaruh terhadap penurunan plak pada DAFTAR PUSTAKA
pemakaian fixed orthodontic.19 Oleh karena itu,
pemakai fixed orthodontic harus lebih 1. Kemenkes. R.I. Pedoman Usaha Kesehatan Gigi
memperhatikan pemilihan sikat gigi yang Sekolah (UKGS). Jakarta. 2012: 11-46
digunakan untuk membersihkan giginya. 2. Dewi, O. Perbandingan penurunan skor plak
antara sikat gigi manual dengan sikat gigi elektrik
pada murid-murid SMP, Dentika Dental Journal.
2007; 12(2): 145-148.
KESIMPULAN DAN SARAN 3. Singh G. Fixed orthodontic appliances. In: Singh
G,editors. Text Book of Orthodontics. 2nd ed. New
Setelah dilakukan penelitian tentang Delhi: Jaypee Publishers. 2007: .449
pengaruh penggunaan sikat gigi khusus 4. Forgas LPengendalian plak. In: Fedi PF, Vernino
ortodontik terhadap status kebersihan gigi dan AR, Gray JL,editors. Silabus periodonti. Edisi 4.
mulut pada pemakai ortodontik cekat pada siswa Jakarta: EGC. 2004: 73, 81-2.
SMK Negeri 3 Banda Aceh dapat disimpulkan 5. Carranza FA, Newman MG. Clinical
bahwa pada kelompok perlakuan (menyikat gigi periodontology. 9th Ed. Philadelphia: W.B.
Saunders. 2006: 76.
menggunakan sikat gigi khusus ortodontik), 6. Haake SK. Etiology of periodontal diseases. In:
Indeks PHP-M sebelum intervensi dengan nilai Newman MG, Takei HH, Carranza FA,editor.
rerata 39,6 dan sesudah intervensi dengan nilai Carranza’s clinical periodontology. 11th ed. St
rerata 18,26. Indeks PHP-M tersebut terjadi Louis: Saunders Elsevier. 2011: 95-98.
penurunan sebesar 21,4. 7. Marinia I, Bortolottib F, Parentic SI, Gattod MR,
Pada kelompok kontrol (menyikat gigi Bonettid GA. Combined effects of repeated oral
menggunakan sikat gigi konvensional), Indeks hygiene motivation and type of tooth brush on
PHP-M sebelum intervensi dengan nilai rerata 39 orthodontic patients [online]. Angle Orthodontist.
dan sesudah intervensi dengan nilai rerata 35,4. 2014: 84(5) available from:
http://www.angle.org/doi/pdf/10.2319/101806-
Indeks PHP-M tersebut terjadi penurunan 428.1
sebesar 3,6. 8. Rose, L. F., Mealey B. L., Genco, R. J., and
Ada perbedaan rerata nilai status Cohen, D. W.. Periodontics Medicine, Surgery,
kebersihan gigi dan mulut (indeks PHP-M) pada and Implants, Elsevier Mosby, St. Louis, Missouri.
kelompok perlakuan dan kelompok kontrol yang 2004.
bermakna secara statistik (p<0,05) sebelum dan 9. Yohana, W. TheImportance Oral Health For The
sesudah menyikat gigi menggunakan sikat gigi Patient With Fixed Orthodontic
khusus ortodontik dan sikat gigi konvensional Appliance(Pentingnya Kesehatan Mulut Pada
pada pemakai ortodontik cekat pada siswa SMK Pemakai Alat Orthodontic Cekat), Tesis,
Universitas Padjajaran. 2009.
Negeri 3 Banda Aceh. 10. Sriyono, N.W. ‘Perbedaan efektivitas sikat gigi
Ada perbedaan yang signifikan Indeks manual dengan sikat gigi listrik dan lamanya
PHP-M sesudah intervensi (post-test) antara menyikat gigi dalam pembersihan plak’, Dentika
kelompok perlakuan (menyikat gigi Dental Journal. 2006; vol.11(1): 20-25
menggunakan sikat gigi khusus ortodontik) 11. Sriyono, N.W. ‘Perbedaan efektivitas sikat gigi
dengan kelompok kontrol (menyikat gigi manual dengan sikat gigi listrik dan lamanya
menggunakan sikat gigi konvensional), hal ini menyikat gigi dalam pembersihan plak’, Dentika
ditunjukkan secara statistik p<0,05). Dental Journal. 2006; vol.11(1): 20-25.

24
Pengaruh Penggunaan Sikat Gigi Khusus Ortodontik…
Wirza, Ratna Wilis
2019

12. Yanti GN, Natamiharja L. Pemilihan dan


pemakaian sikat gigi pada murid-murid SMA di 19. Sarwono, S. Sosiologi Kesehatan, Beberapa
Kota Medan. Dentika Dental Journal. 2005; vol Konsep dan Aplikasinya. Gadjah Mada University
1(10): 28-32 Press. Yogyakarta. 2007: 1-9
13. Pratiwi, D. Gigi Sehat Dan Cantik, Perawatan 20. Ariningrum, R. Beberapa Cara Menjaga
Praktis Sehari-hari, Kompas, Jakarta. 2009. Kebersihan Gigi dan Mulut, Cermin Dunia
14. Ariningrum, R. Beberapa Cara Menjaga Kedokteran, Jakarta. 2000.
Kebersihan Gigi dan Mulut, Cermin Dunia 21. Sukmawaty, W. Efektifitas Sikat Gigi
Kedokteran, Jakarta. 2000. Konvensional dan Sikat Gigi Khusus Orthodonti
15. Sukmawaty, W. Efektifitas Sikat Gigi Terhadap Penurunan Indeks Plak Pemakai Fixed
Konvensional dan Sikat Gigi Khusus Orthodonti Orthodontic Pada Mahasiswa FKG USU, Skripsi,
Terhadap Penurunan Indeks Plak Pemakai Fixed Universitas Sumatera utara, Medan. 2010.
Orthodontic Pada Mahasiswa FKG USU, Skripsi, 22. Mahoney, E.K., N. Kumar, S. R. Porter. Effect
Universitas Sumatera utara, Medan. 2010. of visual impairment upon oral health care: a
16. Anggareni, S. Plak Gigi Sumber Penyakit Gigi review British Dental Journal. 2008; 204(2): 63-67
dan Mulut. 2007. [online]. 23. Reimer AM, Cox RF, Boonstra FN.
http://anggareni83.wordpress.com/2007/12/22/pla Measurement of fine-motor skills in young
k-gigi/. children with visual impaitment. New York:
17. Bambang Priyono, Sumber Buku Ajar Springer. J. Dev Phys Disabil. 2015.
Epidemiologi untuk Kesehatan gigi. Bagian 24. Jaccarino J. Helping the special needs patient
Kedókteran Gigi Pencegahan dan Késehatan Gigi maintain oral health. Crest Oral-B at
Masyarakat Fakultas Kedokteran Gigi Universitas dentalcare.com Continuing Education Course. Jun
Gadjah Mada Yogyakarta. 2001 2015: 1-12
18. Nazir, M. Metode Penelitian. Ghalia Indonesia. 25. Pring L, Tadic Valerie. Cognitive and behavioral
Jakarta. 2009: 84-91 of blindness in children. New York: Oxofrd
University Press. 2010.

25
Jurnal Bahana Kesehatan Masyarakat (Bahana of Journal Public Health) Vol 3 No 1
2019 p-ISSN: 2085-1677 / e-ISSN: 2621-380X

HUBUNGAN TINDAKAN MENGGOSOK GIGI DENGAN STATUS KEBERSIHAN


GIGI DAN MULUT PADA MURID KELAS V DAN VI SEKOLAH DASAR
DI PEUDADA KABUPATEN BIREUEN

Intan Liana*1, Anwar Arbi2


1 Jurusan Keperawatan Gigi Politehnik Kesehatan Kementerian Kesehatan Aceh
Jl. Soekarno Hatta Desa Lagang Kecamatan Darul Imarah Aceh Besar
2 Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Muhamadiyah Aceh

Jl. Kampus Unmuha No.9 Lueng Bata Banda Aceh


*
Alamat korespondensi: intan_liana62@yahoo.com

ABSTRAK

Latar Belakang: Tindakan merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi status kesehatan gigi. Berdasarkan
survey awal, 10 anak yang diperiksa 4 diantaranya memiliki kebersihan gigi dan mulut berkriteria sedang, 6 anak
memiliki kebersihan gigi dan mulut berkriteria buruk. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan
tindakan dengan status kebersihan gigi dan mulut murid kelas V dan VI Sekolah Dasar di Peudada Kabupaten Bireuen.
Metode: Penelitian ini bersifat analitik dengan desain cross sectional. Populasi seluruh siswa kelas V dan VI Sekolah
Dasar di Peudada Kabupaten Bireuen yaitu 50 responden. Sampel dari penelitian ini adalah total populasi, Pengambilan
data dengan melakukan wawancara dan pemeriksaan menggunakan uji statistic Chi-Square (α =0,05).
Hasil: Penelitian menunjukkan tindakan responden yang berkategori baik, memiliki status kebersihan gigi dan mulut
yang sedang (p<0,05).
Kesimpulan: Dapat disimpulkan bahwa ada hubungan antara tindakan dengan kebersihan gigi dan mulut. Diharapkan
kepada guru dan tenaga kesehatan gigi dapat bekerjasama dalam bimbingan dan memberikan penyuluhan tentang
pemeliharaan kebersihan gigi dan mulut.

Kata Kunci : tindakan; kebersihan gigi dan mulut

RELATIONSHIP OF ACTION ON TOOTH BRUSH WITH ORAL HIGIENE STATUS AT BASIC


SCHOOL IN PUEDADA BIREUEN DISTRICT

ABSTRACT

Background: Action is one of the factors that can affect dental health status. Based on the initial survey, 10 children
who agreed 4 had moderate teeth and mouth criteria, 6 children had dental hygiene and mouth had poor criteria. The
purpose of this study was to study the relationship of action to the status of dental and oral hygiene of fifth and sixth
graders of elementary school in Peudada, Bireuen District.
Method: This research is analytical with cross sectional design. The population of all fifth and sixth grade students of
elementary school in Bireuen District was 50 respondents. The sample of this study is total participants, retrieval of
data by conducting interviews and examinations using Chi-Square statistical test (α = 0.05).
Result:The results showed the actions of respondents who were categorized as good, had moderate dental and oral
hygiene status (P <0.05).
Conclusion: There is a relationship between actions with dental and oral hygiene. It is expected that teachers and
health workers can assist in guidance and provide guidance on dental and oral hygiene care.

Keywords : Actions, oral and dental hygiene status

26
Hubungan Tindakan Menggosok Gigi dengan Status Kebersihan…
Intan Liana, Anwar Arbi
2019

PENDAHULUAN Dari data tersebut terungkap bahwa


perbandingan antara orang yang menggosok gigi
Upaya kesehatan gigi perlu ditinjau dari pada pagi hari setelah sarapan hanya 4,!% dan
aspek lingkungan, pengetahuan, pendidikan, menggosok gigi pada malam hari sebelum tidur
kesadaran masyarakat dan penanganan kesehatan sebesar 29,7%.4 Berdasarkan survey awal, hasil
gigi termasuk pencegahan dan perawatan. wawancara dengan kepala sekolah menjelaskan
Namun sebagian besar orang mengabaikan bahwa selama ini sekolah sangat minim
kondisi kesehatan gigi secara keseluruhan. dikunjungi oleh petugas kesehatan, kegiatan
Perawatan gigi dianggap tidak terlalu penting, UKGS juga hanya setahun sekali, dengan
padahal manfaatnya sangat vital dan menunjang kegiatan penyuluhan kesehatan secara umum.
kesehatan dan penampilan seseorang.1 Berdasarkan latar belakang diatas, maka
Pelaksanaan upaya untuk membina penulis tertarik untuk meneliti apakah ada
kesehatan menuju pertumbuhan anak yang hubungan tindakan dengan status kebersihan gigi
sempurna dalam lingkungan sekolah merupakan dan mulut murid kelas V dan VI SD di Peudada
tanggung jawab dari tiga unsur yaitu petugas Kabupaten Bireun.
kesehatan dari puskesmas, para guru dan orang
tua murid. Ketiga unsur tersebut merupakan tim
yang saling menunjang dalam upaya peningkatan METODE
dan pencegahan kesehatan gigi dan mulut bagi
masyarakat dilingkungan SD. Anak-anak masih Penelitian ini bersifat analitik dengan
sangat bergantung pada orang dewasa, misalnya desain cross sectional. Populasi seluruh siswa
dalam hal menjaga kebersihan dan kesehatan gigi kelas V dan VI Sekolah Dasar di Kabupaten
dibanding dengan orang dewasa, misalnya dalam Bireuen yaitu 50 responden. Sampel dari
hal menyikat gigi sehingga mempengaruhi penelitian ini adalah total populasi, Pengambilan
terbentuknya debris.2 data dengan melakukan wawancara dan
Menyikat gigi suatu usaha yang efektif pemeriksaan menggunakan uji statistic Chi-
dan merupakan tindakan sehari-hari yang Square (α =0,05).
digunakan untuk menghilangkan debris dan plak
gigi dalam menjaga kebersihan gigi dan mulut.
Cara menyikat gigi yang baik dan tepat akan HASIL DAN PEMBAHASAN
membantu memperbaiki kebersihan gigi dan
mulut sehingga mencegah terjadinya penyakit Hasil penelitian yang dilaksanakan di SD
periodontal dan karies gigi.3 Menurut Ginandjar, Peudada Kabupaten Bireun pada bulan
menggosok gigi setelah makan dan sebelum tidur September 2018, diperoleh hasil bahwa dari 50
adalah kegiatan rutin yang harus dilakukan orang responden yang duduk di kelas V dan VI
sehari-hari. Tujuannya untuk memperoleh 31% berjenis kelamin perempuan, dan 19%
kesehatan gigi dan mulut serta nafas menjadi berjenis kelamin laki-laki.
segar. Terdapat beberapa cara yang berbeda-beda Distribusi frekuensi responden
dalam menggosok gigi, yang perlu diperhatikan berdasarkan tindakan dapat dilihat pada tabel
ketika menggosok gigi adalah cara menyikat dibawah ini:
harus dapat membersihkan semua deposit pada
permukaan gigi dan gusi secara baik terutama Tabel 1. Distribusi Frekuensi Berdasarkan
saku gusi dan ruang interdental (ruang antar Tindakan Tentang Kebersihan Gigi dan Mulut
gigi). Gerakan sikat gigi tidak merusak jaringan Pada Murid Sekolah Dasar di Peudada Kabupaten
gusi dan mengabrasi lapisan gigi dengan tidak Bireuen
No Tindakan Frekuensi %
membersihkan tekanan berlebih. Cara menyikat
1 Baik 28 56%
gigi harus cepat dan efisien. Frekuensi menyikat 2 Kurang 22 44%
gigi maksimal 3 kali sehari (setelah makan pagi, Jumlah 50 100%
makan siang dan sebelum tidur malam) atau
minimal 2 kali sehari (setelah makan pagi dan Berdasarkan tabel 1 diatas dari 50 siswa
sebelum tidur malam).3 yang memiliki tindakan baik dengan kebersihan
Data menunjukkan 91,1% penduduk gigi dan mulut yaitu sebanyak 28 orang (56%),
Indonesia usia 10 tahun ke atas telah melakukan sedangkan yang memiliki tindakan kurang baik
sikat gigi setiap hari, namun hanya 79,7 % telah yaitu 22 orang (44%).
menggosok gigi pada pagi hari dan malam
sebelum tidur.

27
Jurnal Bahana Kesehatan Masyarakat (Bahana of Journal Public Health) Vol 3 No 1

Tabel 2. Distribusi Frekuensi Berdasarkan Tidak selamanya pengetahuan yang baik


Kebersihan Gigi dan Mulut Pada murid Sekolah dapat menghasilkan tindakan yang baik pula. Hal
Dasar di Peudada Bireuen ini dikarenakan setiap responden mempunyai
No. Kriteria f % kebiasaan yang berbeda dalam pemeliharaan
1 Baik 8 16% kebersihan gigi dan mulut sejak usia dini sangat
2 Sedang 26 52%
Buruk 16 32%
menetukan kesehatan gigi dan mulutnya sampai
3
Jumlah 50 100% akhir hayat. Beberapa penyakit gigi dapat
dialami bila pemeliharaan tidak dilakukan
Berdasarkan tabel 2 diatas dari 50 murid dengan baik.5.Suatu sikap belum otomatis
yang memiliki kebersihan gigi dan mulut dengan terwujud dalam suatu tindakan. Untuk
kriteria baik yaitu sebanyak 8 orang (16%), terwujudnya sikap menjadi suatu perbuatan nyata
kriteria sedang 26 orang (52%) dan kriteria buruk diperlukan faktor pendukung atau suatu kondisi
16 orang (32%). yang memungkinkan, faktor tersebut meliputi :
lingkungan, perilaku, pelayanan kesehatan dan
Tabel 3. Hubungan Tindakan Dengan Kebersihan keturunan (hereditas).6
Gigi dan Mulut Pada murid di Peudada Kabupaten Menurut Ramadhan, cara menjaga
Bireuen kesehatan gigi dan mulut yaitu dengan menyikat
Status kebersihan gigi gigi yang baik dan benar yaitu setelah makan dan
Tindakan dan mulut ∑ % p sebelum tidur, menerapkan pola makan yang
Baik Sedang Buruk sehat, memeriksakan gigi ke dokter gigi setiap 6
N % N % n % bulan sekali. Menghilangkan kebiasaan buruk
Baik 7 14 13 26 8 16 28 56 sama pentingnya dengan memelihara kebiasaan
Kurang 2 4 13 26 7 14 22 44 0,03 baik, salah satunya merokok. Karena merokok
Baik bisa menyebabkan kerusakan jangka panjang
Total 9 18 26 52 15 30 50 100 baik terhadap kesehatan tubuh maupun rongga
mulut.7
Berikut ini adalah langkah-langkah yang
Berdasarkan tabel 3 diatas dari 50 siswa
harus dilakukan seseorang dalam melakukan
yang memiliki kebersihan gigi dan mulut dengan
menyikat gigi8 (1)Bersihkan permukaan gigi
kriteria sedang dan tindakan baik yaitu sebanyak
bagian luar yang menghadap kebibir dan pipi,
13 orang (26%), dan yang memiliki kebersihan
seluruh permukaan kunyah. Mulai dari rahang
gigi dan mulut dengan kriteria buruk sebanyak
atas dilanjutkan pada rahang bawah. Gigi yang
tindakan kurang baik yaitu sebanyak 14 orang
disikat sekitar 3 sampai 4 gigi sebanyak 10-20
(22%). Berdasarkan hasil uji statistik Chi-Square
kali gosokan. Kemudian sikat permukaan lidah.
diperoleh p value < dari α (0,03) maka ada
(2) Waktu penyikatan gigi setelah makan dan
hubungan antara tindakan terhadap status
sebelum tidur. (3) Menyikat gigi dengan
kebersihan gigi dan mulut.
kelembutan karena apabila terlalu keras bisa
Tindakan adalah suatu perbuatan atau
menyebabkan kerusakan gigi dan gusi.
aktifitas yang dilakukan oleh objek. Suatu sikap
Oleh karena itu perlu dilakukan
belum otomatis terwujud suatu tindakan.Untuk
pemnyampaian informasi dan edukasi kepada
terwujudnya sikap menjadi suatu perbuatan nyata
seluruh murid sekolah dasar, agar murid
diperlukan faktor pendukung atau suatu kondisi
memiliki informasi yang adekuat, sehingga
yang memungkinkan. Hasil analisa bivariate
mudah dalam mengaplikasikannya dalam
dengan uji Chi-Square menunjukkan bahwa p
kehidupan sehari-hari. Upaya penyuluhan yang
value < α tabel maka dalam penelitian ini Ha
diberikan oleh tenaga kesehatan, maupun
diterima, hal ini bermakna ada hubungan antara
pendidik dapat lebih langgeng apabila dilakukan
tindakan murid terhadap status kebersihan gigi
secara kontinue dan berkesinambungan.9 Hal ini
dan mulut.
juga mendukung pernyataan Depkes RI, bahwa
Pada tabel 3 menunjukkan 28%
pendidikan kesehatan gigi merupakan upaya-
responden yang mempunyai tindakan baik, tapi
upaya yang dilakukan untuk merubah perilaku
memiliki status kebersihan gigi dan mulut yang
individu, kelompok atau masyarakat, sehingga
sedang. Peneliti berasumsi bahwa tindakan
mempunyai kemampuan dan kebiasaan
merupakan respon yang ditimbulkan dari hasil
berperilaku hidup sehat terhadap kesehatan gigi
pengetahuan dan sikap.
dan mulut.10

28
Hubungan Tindakan Menggosok Gigi dengan Status Kebersihan…
Intan Liana, Anwar Arbi
2019

Hasil penelitian ini mendukung pula DAFTAR PUSTAKA


pendapat Karefa yang mengatakan pendidikan
kesehatan gigi yang disampaikan kepada 1. Pratiwi. Gigi Sehat, Merawat Gigi Sehari-hari. PT
seseorang atau masyarakat mengenai kesehatan Kompas Media Nusantara. 2007.
gigi diharapkan mampu mengubah perilaku 2. Depkes RI. Undang-undang R.I NO 36 tahun 2009
kesehatan gigi individu atau masyarakat.11 Tentang Kesehatan. Jakarta. 2012.
3. Machfoedz, Ircham. Menjaga Kesehatan Gigi dan
Mulut Anak-anak, Fitriyama, Yogyakarta. 2008
4. Depkes. Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) Tahun
KESIMPULAN DAN SARAN 2013. Jakarta: Departemen
Kesehatan.http://www.depkes.go.id
Ada hubungan antara tindakan dengan 5. Zulaiha. Pengenalan dan Pemilihan Sikat Gigi
status kebersihan gigi dan mulut (p = 0,03). yang Benar. 2007
Sejumlah 28 % responden yang mempunyai 6. Notoatmodjo, S. Pendidikan Dan Perilaku
tindakan baik memiliki kebersihan gigi dan Kesehatan, PT Rineka Cipta, Jakarta. 2015.
mulut sedang. 7. Ramadhan, AG. Serba Serbi Kesehatan Gigi dan
Mulut, Bukune. Jakarta. 2010
Disarankan kepada seluruh siswa Sekolah 8. Andlaw, dkk.,Perawatan Gigi Anak, Jakarta. 2013.
Dasar untuk dapat meningkatkan pengetahuan 9. Be KienNio. Preventive Dentistry. Hal 14-40
dan tindakan dalam menjaga kebersihan gigi dan Yayasan Kesehatan Gigi Indonesia, Bandung.
mulut. Diharapkan guru dapat memberikan 1995.
bimbingan dan motivasi untuk anak didik dalam 10. Budiharto, Prof, Dr, Drg, Ilmu Perilaku Kesehatan
memelihara kebersihan gigi dan mulut. dan Pendidikan Kesehatan Gigi, EGC. Jakarta.
Diharapkan agar tenaga kesehatan gigi dapat 2009
memberikan penyuluhan atau petunjuk yang 11. Wendari, S. Peran Kebersihan Rongga mulut pada
benar tentang pemliharaan kebersihan gigi dan pencegahan Karies dan Penyakit Periodontal,
Majalah Kedokteran Gigi, UNAIR, Surabaya.
mulut pada anak sekolah. 2001

29
Jurnal Bahana Kesehatan Masyarakat (Bahana of Journal Public Health) Vol 3 No 1
2019 p-ISSN: 2085-1677 / e-ISSN: 2621-380X

HUBUNGAN PERILAKU TUNA NETRA DENGAN STATUS KEBERSIHAN GIGI


DAN MULUT PADA KOMUNITAS PERTUNI DI KOTA BANDA ACEH

Elfi Zahara*, Andriani

Jurusan Keperawatan Gigi Politehnik Kesehatan Kementerian Kesehatan Aceh


Jl. Soekarno Hatta Desa Lagang Kecamatan Darul Imarah Kabupaten Aceh Besar
*
Alamat Korespondensi: elfizahara98@gmail.com

ABSTRAK

Latar Belakang: Penderita tuna netra biasanya menunjukkan Indeks debris, kalkulus dan oral higienenya lebih tinggi
dibandingkan dengan orang normal, hal ini disebabkan karena mereka mengalami kesulitan dalam memelihara
kesehatan gigi dan mulut mereka, menjangkau akses untuk perawatan gigi serta mereka juga sulit menerima perawatan
gigi. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui hubungan perilaku tuna netra dengan status kebersihan gigi dan mulut
pada Komunitas Pertuni Di Kota Banda Aceh Tahun 2018.
Metode: Penelitian ini bersifat analitik dengan pendekatan Cross sectional dan total populasi 42 orang responden.
Analisis Data dilakukan secara univariat dan bivariat menggunakan uji Chi-Square dengan derajat kepercayaan (α) =
0,05
Hasil: Tidak ada hubungan pengetahuan (p = 0,06 ), ada hubungan sikap (p = 0,02 ) dan ada hubungan tindakan (p =
0,01 ) dengan status kebersihan gigi dan mulut.
Kesimpulan: Dapat disimpulkan bahwa tidak ada hubungan pengetahuan dengan status kebersihan gigi dan mulut,
serta ada hubungan sikap dan tindakan dengan status kebersihan gigi dan mulut. Sikap yang baik disarankan kepada
para tuna netra agar dapat mengubah atau memperbaiki perilaku yang diwujudkan melalui suatu tindakan yang baik
juga.

Kata Kunci : perilaku; tuna netra; kebersihan gigi dan mulut

RELATIONSHIP BETWEEN THE BEHAVIOR OF THE BLIND


WITH DENTAL AND ORAL HYGIENE STATUS IN COMMUNITIES PERTUNI
IN BANDA ACEH CITY

ABSTRACT

Background: People with visual impairments usually show a higher index of debris, calculus and oral hygiene
compared to normal people, this is because they have difficulty maintaining their dental and oral health, reaching
access to dental care and also having difficulty receiving dental care. The purpose of this study was to determine the
relationship of blind behavior to dental and oral hygiene status in the Pertuni Community in Banda Aceh City in 2018.
Methods: The study was a cross sectional research with a total population of 42 respondents. Data collected were
analyzed using univariate and bivariate analysis. Chi squre used with degree of confidence (α) =0,05
Results: There was no relationship of knowledge with dental and oral hygiene status(p = 0.06), while there were
significant relationship of attitude (p = 0.02) and action (p = 0.01) with dental and oral hygiene status.
Conclusion: It can be concluded that there is no relationship between knowledge with dental and oral hygiene status,
and there is a relationship between attitudes and actions with dental and oral hygiene status. A good attitude is
recommended to blind people to be able to change or improve behavior that is realized through a good action too.

Keywords: behavior; blindness; dental and oral hygiene.

30
Hubungan Perilaku Tuna Netra dengan Status Kebersihan Gigi dan Mulut…
Elvi Zahara, Andriani
2019

PENDAHULUAN orang normal, hal ini disebabkan mereka


mengalami kesulitan dalam memelihara
Kesehatan gigi merupakan salah satu kesehatan rongga mulut mereka, menjangkau
aspek dari kesehatan secara keseluruhan. Dengan akses untuk perawatan gigi serta mereka juga
demikian kesehatan gigi juga merupakan hasil sulit menerima perawatan gigi.3
dari interaksi antara kondisi fisik, mental dan Data Riskesdas 2013 menyebutkan,
sosial.1 Prevalensi nasional masalah gigi dan mulut
Status atau derajat kesehatan masyarakat adalah 25,9% , sebanyak 14 provinsi mempunyai
ditentukan oleh beberapa faktor yang meliputi prevalensi masalah gigi dan mulut diatas angka
lingkungan, perilaku masyarakat dan pelayanan nasional. Perilaku benar dalam menyikat gigi
kesehatan. Menunjang upaya kesehatan gigi berkaitan dengan faktor gender, ekonomi, dan
merupakan bagian integral, perilaku yang daerah tempat tinggal, ditemukan sebagian besar
merupakan salah satu unsur yang sangat penting penduduk Indonesia menyikat gigi pada saat
dalam meningkatkan kesehatan gigi, meskipun mandi pagi maupun mandi sore 76,6%. Menyikat
demikian, faktor lingkungan merupakan faktor gigi dengan benar adalah setelah makan pagi dan
yang berperan dalam mengembangkan perilaku sebelum tidur malam, untuk Indonesia
manusia dalam meningkatkan kesehatan gigi.2 ditemukan hanya 2,3%.7
Perilaku tentang upaya meningkatkan dan Hasil wawancara penulis dengan Ketua
menjaga kebersihan mulut salah satunya dapat Komunitas Pertuni Kota Banda Aceh
diperoleh dari media elektronik/ televisi yang menyatakan bahwa mereka sudah menganjurkan
dapat dilihat setiap hari, dari media cetak yang kepada anak-anak tuna netra binaanya untuk
dapat dibaca, maupun peragaan penyuluhan oleh selalu menjaga kesehatan gigi dan mulut
dokter gigi atau kader-kader kesehatan serta terutama menggosok gigi tetapi anak-anak tuna
pengetahuan dari sebuah pendidikan.3 Mata netra mengabaikan hal tersebut. Panti tuna netra
memiliki fungsi sebagai transmisi visual yang tersebut tidak memiliki fasilitas peralatan
mampu memberikan kontribusi sekitar 80- 85% maupun petugas medis bagian kesehatan gigi,
dalam perekaman interaksi manusia selama anak-anak tuna netra tersebut hanya diberikan
terjaga. Hal ini tentu berbeda bagi para penderita obat penghilang rasa sakit bila merasakan sakit
tuna netra yang tidak dapat melihat apalagi gigi, serta petugas kesehatan dari Dinas
menonton televisi maupun membaca media cetak Kesehatan maupun petugas dari Puskesmas tidak
maupun pengetahuan yang terbatas menurut4. pernah mengunjungi panti tersebut untuk
Tuna netra adalah orang yang kedua memberikan penyuluhan maupun pemeriksaan
penglihatannya mengalami kelainan sedemikian kesehatan tuna netra khususnya kesehatan gigi
rupa dan setelah di koreksi mengalami kesukaran dan mulut.
dalam menggunakan matanya sebagai saluran Berdasarkan pemeriksaan awal yang
utama dalam menerima informasi dari dilakukan oleh penulis pada tuna netra di
lingkungannya.4 komunitas Pertuni Kota Banda Aceh dengan
Kebersihan gigi dan mulut adalah jumlah 15 orang, terdapat 12 orang tuna netra
keadaan gigi dan mulut yang terbebas dari gigi diantaranya memiliki status kebersihan gigi dan
berlubang dan karang gigi. Karang gigi yang mulut dengan kriteria buruk dan 3 orang tuna
melekat di permukaan mahkota gigi biasanya netra lainnya dengan kriteria sedang. Hasil
berwarna kekuningan sampai kecoklatan yang wawancara penulis dengan tuna netra di
dapat terlihat mata. Permukaan keras seperti gigi komunitas Pertuni Kota Banda Aceh tentang
dan tidak dapat di bersihkan dengan sikat gigi kebersihan gigi dan mulut, tuna netra
atau tusukan gigi. Karang gigi yang tidak terlihat berpendapat bahwa dalam menjaga kebersihan
biasanya tumbuh di bawah gusi, mengakibatkan gigi dan mulut, salah satunya menggosok gigi,
gusi infeksi dan mudah berdarah. Karang gigi hanya dilakukan pada saat mandi saja dan pada
biasanya dapat menyebabkan bau mulut, saat malam hari sebelum tidur jarang untuk
awalnya karang gigi ada karena sisa makanan, air melakukan hal tersebut. Tuna netra juga
liur membentuk suatu substansi berwarna berpendapat bahwa, kebersihan gigi dan mulut
kekuning-kuningan yang melekat pada hal yang tidak penting yang harus di perhatikan
permukaan gigi yang disebut plak.5 karena dengan keadaan keterbatasan yang
Penderita tuna netra biasanya kurang dialaminya yaitu kebutaan (tuna netra).
memperhatikan kesehatan gigi dan mengabaikan Berdasarkan data-data di atas penulis
perawatan gigi menurut pendapat.6 Orang normal tertarik ingin mengetahui “Apakah ada hubungan
dan penderita tuna netra biasanya menunjukkan perilaku tuna netra dengan status kebersihan gigi
bahwa indeks debris, kalkulus dan oral higiene dan mulut pada Komunitas Pertuni Di Kota
penderita tuna netra lebih tinggi dibandingkan Banda Aceh Tahun 2018 “.

31
Jurnal Bahana Kesehatan Masyarakat (Bahana of Journal Public Health) Vol 3 No 1

Tabel 1. Distribusi Frekuensi Responden


METODE Berdasarkan Jenis Kelamin pada Tunanetra di
Komunitas Pertuni Kota Banda Aceh Tahun 2018
Jenis penelitian ini bersifat analitik Jenis Kelamin Frekuensi %
dengan menggunakan pendekatan Cross Laki- Laki 18 43
Perempuan 24 57
sectional yaitu yaitu untuk mengetahui hubungan
Total 42 100
perilaku tuna netra dengan status kebersihan gigi
dan mulut di Pertuni Kota Banda Aceh Tahun
Distribusi frekuensi responden
2018 alasan penulis memilih lokasi penelitian
berdasarkan pengetahuan, sikap dan tindakan
karena di komunitas tersebut belum pernah
tunanetra tentang pemeliharaan kebersihan gigi
dilakukan penelitian perilaku tuna netra dengan
dan mulut dapat dilihat pada tabel 2.
status kebersihan gigi dan mulut di Pertuni Kota
Banda Aceh Tahun 2018 yang berjumlah 34 Tabel 2. Distribusi Frekuensi Responden
orang. Teknik pengambilan sampel dalam Berdasarkan Pengetahuan, Sikap dan Tindakan
penelitian ini adalah total populasi. Instrumen Tunanetra pada Tunanetra di Komunitas
yang digunakan dalam penelitian ini adalah alat Pertuni Kota Banda Aceh Tahun 2018
diagnosa set, Kuesioner dan KSP (Kartu Status
Pasien) dengan tehnik data yang dikumpulkan Frekuensi %
dalam penelitian ini adalah data primer dan data Pengetahuan (n=42)
sekunder, antara lain: Data Primer yaitu data
yang di peroleh dari hasil wawancara wawancara Baik (> 50%) 14 33
menggunakan kuesioner mengenai pengetahuan, Kurang Baik (≤ 50%) 28 67
sikap dan tindakan tuna netra dalam Sikap (n=42)
pemeliharaan kebersihan gigi dan mulut dan Baik (> 50%) 32 76
pemeriksaan OHI-S menggunakan diagnosa Set,
Kurang Baik (≤ 50%) 10 24
KSP pada Tuna Netra di Komunitas Pertuni Kota
Banda Aceh Tahun 2018 sedangkan data Tindakan (n=42)
Sekunder yaitu data yang diperoleh dari Data Baik (> 50%) 14 33
mengenai identitas anggota tuna netra di peroleh Kurang Baik (≤ 50%) 28 67
dari Ketua Komunitas Pertuni dan data
puskesmas yang berada di wilayah penelitian
dengan pengolahan dan Analisis Data yaitu Berdasarkan tabel 2 dari 42 orang, tingkat
Analisis univariat dilakukan untuk pengetahuan terbanyak pada kriteria kurang baik
mendeskripsikan setiap variabel penelitian yaitu sebanyak 28 orang (67%), sikap yang
dalam bentuk distribusi frekuensi dan persentase terbanyak pada kriteria baik yaitu sebanyak 32
dan Analisa bivariat dilakukan untuk mengetahui orang (76%) dan tindakan yang terbanyak pada
hubungan antara variabel bebas dengan variabel kriteria kurang baik yaitu sebanyak 28 orang
terikat dengan menggunakan SPSS berupa uji (67%).
Statistik Chi-Square dengan derajat kepercayaan Distribusi frekuensi responden
(α) = 0,05. berdasarkan status kebersihan gigi dan mulut
dapat dilihat pada tabel 3.

HASIL DAN PEMBAHASAN Tabel 3. Distribusi Frekuensi Responden


Berdasarkan Status Kebersihan Gigi dan Mulut
Tunanetra di Komunitas Pertuni Kota Banda Aceh
Distribusi frekuensi responden Tahun 2018
berdasarkan jenis kelamin dapat dilihat pada Kriteria OHI-S Frekuensi %
tabel 1. Berdasarkan tabel 1 terlihat bahwa dari Baik (0-1,2) 12 28
42 orang berdasarkan jenis kelamin terbanyak Sedang (1,3-3,0) 5 12
adalah jenis kelamin perempuan sebanyak 24 Buruk (3,1-6,0) 25 60
orang (57%). Total 42 100

32
Hubungan Perilaku Tuna Netra dengan Status Kebersihan Gigi dan Mulut…
Elvi Zahara, Andriani
2019

Berdasarkan tabel 3 dari 42 orang yang Pengetahuan seseorang dalam


diperiksa terlihat bahwa yang mempunyai status memelihara kesehatan gigi dan mulut sangat
kebersihan gigi dan mulut yang terbanyak pada penting untuk menjaga kebersihan rongga mulut
kriteria buruk yaitu sebanyak 25 orang (60%). karena pengetahuan adalah salah satu yang
Distribusi responden berdasarkan mendasari terbentuknya perilaku. Semakin tinggi
hubungan pengetahuan tunanetra dengan status tingkat pengetahuan seseorang dalam
kebersihan gigi dan mulut dapat dilihat pada memelihara kesehatan gigi dan mulut maka akan
tabel 4. semakin rendah skor OHI-S yang didapat, begitu
juga sebaliknya.
Tabel 4. Hubungan Pengetahuan Tunanetra Distribusi responden berdasarkan
dengan Status Kebersihan Gigi dan Mulut di hubungan sikap tunanetra dengan status
Komunitas Pertuni Kota Banda Aceh Tahun 2018 kebersihan gigi dan mulut dapat dilihat pada
Status Kebersihan Gigi tabel 5
Pengeta Mulut
Total % α df p
huan Baik Sedang Buruk
F % F % F % Tabel 5. Hubungan Sikap Tunanetra dengan
Baik 5 36 4 28 5 36 14 100 Status Kebersihan Gigi dan Mulut di Komunitas
0,05 2 0,06 Pertuni Kota Banda Aceh Tahun 2018
Kurang 7 25 1 4 20 71 28 100
Total 12 28 5 12 25 60 42 100 Status Kebersihan Gigi
Mulut
Sikap Total % α df p
Berdasarkan tabel 4, dari 42 orang yang Baik Sedang Buruk
F % F % F %
memilki pengetahuan baik dengan status Baik 8 53 3 20 4 27 15 100
kebersihan gigi dan mulut pada kriteria baik yait 0,05 2 0,02
Kurang 4 15 2 7 21 78 27 100
sebanyak 36 % , dan yang memiliki pengetahuan Total 12 28 5 12 25 60 42 100
kurang baik dengan status kebersihan gigi dan
mulut pada kriteria buruk yaitu sebanyak 71 % . Berdasarkan tabel 5, dari 42 orang yang
Berdasarkan hasil uji statistik bahwa tidak ada memilki sikap baik dengan status kebersihan gigi
hubungan antara pengetahuan tunanetra dengan dan mulut pada kriteria baik yaitu sebanyak 53%,
status kebersihan gigi dan mulut (p value = 0,06). dan yang memiliki sikap kurang baik dengan
Pengetahuan seseorang tidak hanya status kebersihan gigi dan mulut pada kriteria
didapatkan melalui sebuah pendidikan saja buruk yaitu sebanyak 78%. Berdasarkan hasil uji
melainkan dapat terjadi pada pengaplikasikan statistik, ada hubungan antara sikap tunanetra
apa yang diketahaui dalam kehidupan, karena dengan status kebersihan gigi dan mulut (p value
pengetahuan tidak berpengaruh terhadap = 0,02).
kebersihan gigi dan mulut dan bukan dasar Sikap menjadi salah satu dasar
terbetuknya suatu perilaku. Sesuai dengan teori terbentuknya perilaku seseorang. Sehingga sikap
yang dikemukakan oleh Ghazali bahwa seseorang terhadap pemeliharaan kesehatan gigi
pengetahuan itu bisa diperoleh secara alamiah dan mulut bisa mempengaruhi skor OHI-S.
yaitu dengan pengalaman pribadi seseorang Semakin baik sikap seseorang dalam memelihara
misalnya pernah sakit gigi.8 kebersihan gigi dan mulut maka akan semakin
Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil rendah skor OHI-S yang didapatnya, begitu juga
penelitian yang dilakukan oleh Warni terhadap sebaliknya. Berdasarkan pertanyaan sikap
masyarakat di Kabupaten Aceh Tamiang tentang pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut
menunjukkan bahwa tidak ada hubungan yang yang ditanyakan kepada responden, diperoleh
bermakna antara pengetahuan dengan status bahwa paling banyak responden beranggapan
kesehatan gigi dan mulut.9 Pengetahuan tidak bahwa sangatlah tidak penting untuk menjaga
memberikan pengaruh secara signifikan terhadap kebersihan gigi dan mulut. Hal ini kemungkinan
status DMF-T dan status OHI-S seseorang, disebabkan karena keterbatasan yang dimiliki
karena seseorang yang berpengetahuan tinggi dan pengetahuan yang kurang tentang kesehatan
belum cukup untuk mempengaruhi status gigi sehingga tunanetra tersebut cenderung tidak
kesehatan gigi dan mulut menjadi rendah apabila peduli akan kebersihan gigi dan mulut.
pengetahuan tersebut belum diterapkan dalam Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh
perilaku sehari-hari. Hal ini tidak sejalan dengan Heryanto terhadap siswa Tunanetra di Panti
penelitian yang dilakukan Prasetyo, hasil analisis Sosial Bina Netra Wyata Guna Bandung
menunjukkan bahwa ada hubungan yang menunjukkan bahwa ada pengaruh yang
bemakna antara pengetahuan kesehatan gigi bermakna antara sikap dengan status kesehatan
dengan pengalaman karies (DMF-T) dan index gigi dan mulut.11 Sikap yang baik terhadap
oral hygiene (OHI-S).10 kesehatan gigi dipengaruhi oleh persepsi

33
Jurnal Bahana Kesehatan Masyarakat (Bahana of Journal Public Health) Vol 3 No 1

seseorang dan persepsi dipengaruhi oleh dan menuruti apa saja anjuran yang diberikan
pengetahuan yang dimiliki. oleh Petugas Kesehatan mengenai kesehatan gigi
dan mulut.
Tabel 6. Hubungan Tindakan Tunanetra dengan
Status Kebersihan Gigi dan Mulut di Komunitas
Pertuni Kota Banda Aceh Tahun 2018 DAFTAR PUSTAKA
Status Kebersihan Gigi
Tinda Mulut
Total % α df p 1. Herijulianti, E, Indriani. T.S., Artini. S.
kan Baik Sedang Buruk
Pendidikan Kesehatan Gigi, , EGC. Jakarta. 2002.
F % F % F %
Baik 5 36 4 28 5 36 14 100
2. Budiharto. Ilmu Perilaku Kesehatan dan
0,05 2 0,02 Pendidikan kesehatan Gigi , EGC, Jakarta. 2010.
Kurang 7 25 1 4 20 71 28 100
Total 12 28 5 12 25 60 42 42 3. Notoatmodjo, S. Kesehatan masyarakat Ilmu Dan
Seni, Rineka Cipta, Jakarta. 2007.
4. Wibowo, Heri, Bambang. Tuna Netra Indonesia.
Berdasarkan tabel 6, dari 42 orang yang
[diakses tanggal 13 Maret 2018] http://netra-
memilki tindakan baik dengan status kebersihan indonesia.ac.id /2013/04/pengertian-
gigi dan mulut pada kriteria baik yaitu sebanyak tunanetra.html
36% , dan yang memiliki tindakan kurang baik 5. Pratiwi, D. Perawatan Praktis Sehari-hari, PT
dengan status kebersihan gigi dan mulut pada Kompas Media Nusantara, Jakarta. 2007.
kriteria buruk yaitu sebanyak 71% . Dan 6. Chandra,Wigati,dkk. penyuluhan kepada guru
berdasarkan hasil uji statistik bahwa ada pembina siswa tunanetra dalam meningkatkan
hubungan antara tindakan tunanetra dengan pengetahuan kesehatan gigi dan mulut siswa
status kebersihan gigi dan mulut ( p value = tunanetra upt rscn malang tahun 2011, Skripsi
Pendidikan Kedokteran Gigi, Universitas
0,01).
Brawijaya, Malang. 2011.
Hasil penelitian ini sejalan dengan 7. Depkes,2013, Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas)
penelitian Jamaris yang menunjukkan ada Tahun 2013, Departemen Kesehatan R.I. Jakarta,
hubungan antara tindakan pemeliharaan [diakses tanggal 4 Februari 2017]
kesehatan gigi dan mulut dengan status www.depkes.go.id/downloads/riskesdas2013/Has
kebersihan gigi dan mulut (p<0,05), ini il%20Riskesdas%202013.pdf.
disebabkan karena tindakan pemeliharaan 8. Ghazali,LP. Pengembangan buklet sebagai media
kesehatan gigi dan mulut merupakan suatu pendidikan Kesehatan reproduksi pada remaja
bentuk praktik nyata dalam menjaga kesehatan tuna netra. 2013. [diakses tanggal 1 November
2018]http://journal.uii.ac.id/index.php/JKKI/peng
gigi dan mulut dan tindakan adalah wujud dari
embangan-tuna netra-buklet.pdf.
pengetahuan dan sikap yang didapat oleh 9. Warni, L. 2009. Hubungan Perilaku Masyarakat
individu sehingga akan terbentuknya suatu pada Kesehatan Gigi dan Mulut terhadap Status
perilaku, dengan tindakan yang baik akan Karies Gigi di Wilayah Kecamatan Delitua
semakin baik pula kebersihan gigi dan mulut Kabupaten Deli Serdang. Tesis. Tidak
individu.12 Tindakan itu dipengaruhi oleh sikap Diterbitkan. Fakultas Kesehatan Masyarakat
seseorang terhadap pemeliharaan kebersihan gigi Universitas Sumatera Utara. Medan. [diakses
dan mulut yang belum optimal. tanggal 5 April 2018] http://usu.ac.id.
10. Prasetyo,Susilo Adi. Pembelajaran Anak
Berkebutuhan Khusus. 2012. [diakses tanggal 15
Februari 2018] http :// anak-berkebutuhan-khusus-
KESIMPULAN DAN SARAN ABK.ac.id.
11. Heryanto. Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. PT
Setelah dilakukan penelitian dapat di Rineka Cipta, Jakarta. 2003.
simpulkan bahwa tidak ada hubungan antara 12. Jamaris. Gigi Sehat Dan Cantik. PT Kompas
pengetahuan dengan status kebersihan gigi dan Media Nusantara, Jakarta. 2009.
mulut di Komunitas Pertuni Kota Banda Aceh
Tahun 2018 (p = 0,06). Ada hubungan antara
sikap dengan status kebersihan gigi dan mulut di
di Komunitas Pertuni Kota Banda Aceh Tahun
2018 (p = 0,02). Ada hubungan antara tindakan
dengan status kebersihan gigi dan mulut di di
Komunitas Pertuni Kota Banda Aceh Tahun
2018 (p = 0,01).
Berdasarkan hasil penelitian dapat di
sarankan kepada para tuna netra agar dapat
mengubah atau memperbaiki perilaku yang di
wujudkan melalui suatu tindakan yang baik juga

34
Jurnal Bahana Kesehatan Masyarakat (Bahana of Journal Public Health) Vol 3 No 1
p-ISSN: 2085-1677 / e-ISSN: 2621-380X
2019

PENGEMBANGAN BOOKLET DAN VIDEO EDUKASI KESEHATAN GIGI DALAM


MENINGKATKAN DERAJAT KEBERSIHAN GIGI DAN MULUT PADA ANAK KELAS V SD

Linda Marlia, Rusmiati*

Dosen Jurusan Keperawatan Gigi Poltekkes Kemenkes Jambi


*
Alamat Korespondensi: rusmiatijambi@gmail.com

ABSTRAK

Latar Belakang: Upaya peningkatan kesehatan gigi dan mulut dapat dilakukan dengan tindakan preventif dan kuratif.
Upaya preventif atau pencegahan penyakit gigi dan mulut mendapat prioritas utama.Insiden penyakit gigi yang tinggi
pada masyarakat di wilayah Pondok Meja belum tertangani secara optimal. Rendahnya tingkat pendidikan mendukung
kurangnya kesadaran akan pentingnya kesehatan gigi dan mulut masyarakat. Latar belakang ini menyebabkan
kurangnya kemauan untuk melakukan perawatan penyakit gigi dan mulut khususnya anak usia dini baik di puskesmas
maupun instansi kesehatan yang lain. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengembangan booklet dan video
edukasi kesehatan gigi dalam meningkatkan derajat kebersihan gigi dan mulut pada Anak Kelas V SD.
Metode: Penelitian ini merupakan penelitian Quasi eksperimen dan pengumpulan data dari data primer yang diperoleh
dari observasi derajat kebersihan gigi dan mulut (OHI-S), dan perilaku kesehatan gigi dan pengisian kuesioner. Sampel
sebanyak 80 orang.
Hasil: Telah dihasilkan booklet dan video edukasi kesehatan gigi. Analisis booklet dan video edukasi kesehatan gigi
efektif dalam meningkatkan derajat kebersihan gigi dan mulut pada anak kelas V SD ditunjukkan dengan nilai
signifikansi pada 0,000 (p < 0,05).
Kesimpulan: Booklet dan video edukasi kesehatan gigi efektif dalam meningkatkan derajat kebersihan gigi dan mulut
pada anak kelas V SD Disarankan tenaga kesehatan gigi dalam melaksanakan pelayanan asuhan agar menerapkan
edukasi kesehatan gigi dengan menggunakan booklet dan video pada anak kelas V SD.

Kata kunci: booklet; video edukasi kesehatan gigi; kebersihan gigi dan mulut

THE DEVELOPING OF BOOKLET AND DENTAL HEALTH EDUCATION VIDEO


IN INCREASING ORAL HYGIENE ON 5TH GRADE ELEMENTARY SCHOOL STUDENTS

ABSTRACT

Backgrounds: Efforts to improve dental and oral health can be done with preventive and curative measures. Preventive
efforts or prevention of dental and oral diseases have top priority. High incidence of dental disease in the community
in Pondok Meja area has not been handled optimally. The low level of education supports a lack of awareness of the
importance of people's oral and dental health. This background has led to a lack of willingness to treat dental and oral
diseases, especially early childhood, both in health centers and other health agencies. The purpose of this study was to
determine the development of booklets and dental health education videos in reducing the degree of dental and oral
hygiene in Grade V elementary school children.
Methods: This research was a Quasi experimental research and the data were collected from primary data obtained
from observations of dental and oral hygiene (OHI-S), and dental health behavior and filling out questionnaires.
Samples were 80 people.
Results: Booklets and dental health education video had been obtained. Analysis showed a significant increase in oral
hygiene of the 5th grade elementary students with significance value at 0.000 (p <0.05).
Conclusion: Booklets and dental health education video are effective in increasing oral hygiene on 5th grade
elementary students. It is recommended that dental health workers carry out care services to implement dental health
education using booklets and videos for fifth grade elementary school children.

Keywords: booklet; video on dental health education; dental and oral hygiene.

35
Jurnal Bahana Kesehatan Masyarakat (Bahana of Journal Public Health) Vol 3 No 1

PENDAHULUAN demontrasi, sandiwara dengan boneka, stimulasi,


curah pendapat, permainan peran (bermain), dan
Pembangunan kesehatan adalah bagian tanya jawab.6 Efek edukasi dan rangsangan dini
dari pembangunan nasional yang bertujuan pada anak-anak semakin mendapat pengakuan
meningkatkan kesadaran, kemauan dan dan penting.
kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar Metode edukasi dengan bermain peran,
terwujud derajat kesehatan masyarakat yang video, boneka dan alat edukasi yang lain dapat
setinggi-tingginya. Pembangunan kesehatan dijadikan sebagai alat peraga dalam pendidikan
tersebut merupakan upaya seluruh potensi kesehatan gigi untuk anak prasekolah. Hal ini
bangsa Indonesia, baik masyarakat, swasta bertujuan agar anak tidak merasa bosan terhadap
maupun pemerintah. Demikian pula kesehatan cerita dan anak dapat menangkap pesan yang
gigi dan mulut sebagai bagian dari kesehatan disampaikan dalam cerita dengan baik.7
secara menyeluruh harus diperhatikan, oleh Penyampaian materi pendidikan kesehatan
karena rongga mulut sebagai pintu gerbang dengan media edukasi seperti boneka, video dan
masuknya makanan yang bergizi maupun bermain peran dapat dilakukan dengan bercerita.
masuknya kuman yang membahayakan tubuh Bercerita dapat membuat materi pendidikan
kita.1 kesehatan menjadi lebih mengesankan dan juga
Dewasa ini penyakit gigi dan mulut yang dapat mengurangi ketegangan dan membangun
banyak diderita masyarakat Indonesia adalah hubungan antara pemberi materi dan pendengar.8
penyakit jaringan penyangga gigi dan penyakit Berdasarkan penelitian Angelisa,
karies gigi.2 Menurut survey Kesehatan Rumah diketahui bahwa ada perbedaan sebelum dan
Tangga 1995, penyakit gigi dan mulut sesudah diberikan pendidikan kesehatan dengan
merupakan penyakit yang diderita oleh 90% metode bermain peran yaitu terdapat
masyarakat Indonesia. Penyakit periodontal peningkatan perilaku menyikat gigi dari sebelum
merupakan penyakit yang sangat meluas dalam dan sesudah dilakukan pendidikan kesehatan
kehidupan manusia. Boedihardjo menyatakan pada anak usia pra sekolah di TK ABA Wilayah
bahwa penyakit gigi dan mulut menyerang 90% Wonokromo Pleret Bantul Yogyakarta.9
masyarakat Indonesia dan sekitar 86%-nya Menurut Penelitian Nurfalah, bahwa metode
menderita penyakit periodontal.3 peragaan dan metode video dapat memberikan
Pada pelaksanaannya timbul kendala hasil yang signifikan dalam meningkatkan
diantaranya terbatasnya jangkauan tenaga keterampilan penyikatan gigi.10
kesehatan gigi untuk melaksanakan pembinaan Dengan demikian anak kelas V SD
upaya promotif-preventif di sekolah dasar, maka diharapkan lebih bisa mengasah kemampuan dan
anak sekolah dasar sangat potensial untuk mengeluarkan gagasan/ide agar mampu
melaksanakan pembinaan kemampuan pelihara memelihara kebersihan gigi dan mulut melalui
diri di bidang kesehatan gigi dan mulut kepada media booklet dan video edukasi kesehatan gigi.
secara terintegrasi. Oleh sebab itu diperlukan Wilayah Pondok Meja merupakan Desa
suatu media edukasi kesehatan gigi yang tepat Binaan Politeknik Kesehatan Kemenkes Jambi
dan layak digunakan untuk meningkatkan derajat yang sangat memerlukan perhatian, khususnya
kebersihan gigi dan mulut kesehatan gigi dan mulut. Wilayahnya cukup
Media sebagai semua bentuk perantara luas, namun sebagian besar adalah perkebunan.
yang digunakan oleh manusia untuk Sehingga tidak mengherankan bila mayoritas
menyampaikan atau menyebar ide, gagasan, atau masyarakat di wilayah ini bermata pencaharian
pendapat sehingga ide, gagasan, atau pendapat sebagai petani. Namun, hampir 60% dari
yang dikemukakan itu sampai kepada penerima masyarakat tersebut bukan pemilik kebun
yang dituju.4 Menurut Gagne dan Briggs, media melainkan buruh tani. Penduduknya terdiri dari
pembelajaran meliputi alat yang secara fisik lebih kurang 50 KK yang terbagi dalam 4 RT.
digunakan untuk menyampaikan isi materi Berdasarkan pengamatan Tim Pengusul,
pengajaran yang terdiri dari vidio camera, vidio masyarakat di Desa Pondok Meja Kecamatan
recorder, film, slide, foto, gambar, grafik, televisi Mestong Kabupaten Muaro Jambi, memiliki
dan komputer.5 tingkat insiden penyakit gigi yang cukup tinggi.
Edukasi kesehatan gigi ada dua jenis Pengamatan tersebut tercetus berdasarkan data
metode yang dapat digunakan yang pertama sebagian besar penderita yang dirawat oleh
metode one way methode yang meliputi metode Puskesmas Pondok Meja. Hal ini juga didukung
ceramah, siaran melalui radio, pemutaran dengan data berdasarkan jumlah kunjungan
film/video/slide, penyebaran selebaran, dan penderita penyakit gigi dari Puskesmas Pondok
pameran. Metode kedua yaitu metode two way Meja yang membawahi wilayah tersebut. Insiden
methode (didaktik) meliputi wawancara, penyakit gigi yang tinggi pada masyarakat di

36
Pengembangan Booklet dan Video Edukasi Kesehatan Gigi …
Linda Marlia, Rusmiati
2019

wilayah Pondok Meja belum tertangani secara data, dan cleaning data. Teknik analisis data yang
optimal. Rendahnya tingkat pendidikan digunakan dalam penelitian ini secara kualitatif
mendukung kurangnya kesadaran akan dan kuantitatif. Dimana data kualitatif yang
pentingnya kesehatan gigi dan mulut masyarakat. didapat berupa komentar, masukan dan kritik.
Latar belakang ini menyebabkan kurangnya Data kualitatif dipaparkan secara apa adanya
kemauan untuk melakukan perawatan penyakit sebagai bahan pertimbangan untuk revisi dan
gigi dan mulut khususnya anak usia sekolah baik penyempurnaan booklet dan video edukasi
di puskesmas maupun instansi kesehatan yang kesehatan gigi. Sedangkan data kuantitatif yang
lain. Masyarakat mempunyai asumsi bahwa didapat berupa OHIS, pengetahuan dan perilaku
uangnya lebih baik digunakan untuk membeli kesehatan gigi.
kebutuhan pokok dibanding merawat gigi
anaknya. Maka perlu dikembangkan booklet dan
video edukasi kesehatan gigi dalam HASIL DAN PEMBAHASAN
meningkatkan derajat kebersihan gigi dan mulut
pada anak kelas V SD. Berdasarkan penelitian pengembangan
produk didapatkan hasil berupa booklet edukasi
kesehatan gigi dan video kesehatan gigi. Materi
METODE di dalam booklet divalidasi oleh dosen yang
kompeten dibidangnya. Data validasi ahli materi
Penelitian dilakukan pada murid kelas V diperoleh dengan cara memberikan media
Sekolah DasardiSDN 23/IX dan SDN 56/IX booklet beserta kisi-kisi instrumen dan instrumen
Desa Pondok Meja Kecamatan Mestong penilaian. Ahli materi kemudian memberikan
Kabupaten Muaro Jambi, penelitian adalah penilaian, saran/masukan terhadap materi
penelitian pengembangan (Research dan tentang booklet edukasi kesehatan gigi dengan
development), yaitu metode penelitian yang cara mengisi angket yang telah disediakan.
digunakan untuk menghasilkan produk tertentu Setelah ahli materi memberikan penilaian, maka
dan menguji keefektifan produk tersebut.11 diketahui hal-hal yang perlu direvisi yaitu urutan
Waktu penelitian bulan Februari-Juli 2018. materi, keterangan gambar diperjelas dan materi
Penelitian dilakukan di 2 SDN di yang terlalu banyak. Setelah direvisi berdasarkan
Kecamatan Mestong Kabupaten Muaro Jambi masukan ahli materi, maka dilakukan validasi
dengan jumlah sampel sebanyak 80murid kelas kedua. Dari hasil validasi kedua dilakukan revisi
lima, 40 anak untuk perlakuan dan 40 anak untuk lagi tentang ketikan-ketikan yang masih salah
kontrol. Teknik analisis datayang digunakan .Hasil penilaian dari validasi materi booklet
dalam penelitian ini secara kualitatif dan edukasi kesehatan gigi kemudian dianalisis
kuantitatif. Dimana data kualitatif yang didapat dengan skala Guttman menggunakan alternatif
berupa komentar, masukan dan kritik. Data jawaban tegas yaitu “layak dan tidak layak”. Dan
kualitatif dipaparkan secara apa adanya sebagai skor untuk jawaban layak adalah 1 dan tidak
bahan pertimbangan untuk revisi dan layak adalah 0. Butir pertanyaan terdiri dari 13
penyempurnaan booklet dan video edukasi butir. Hasil penilaian ahli materi dengan skor
kesehatan gigi. Sedangkan data kuantitatif yang sebanyak 13 termasuk kategori “layak”. Jadi
didapat berupa OHIS, pengetahuan dan perilaku dapat disimpulkan bahwa ahli materi
kesehatan gigi. menyatakan media booklet edukasi kesehatan
Adapun definisi operasional pada gigi layak atau sudah memenuhi kriteria isi
penelitian ini diantaranya kebersihan gigi dan materi sehingga dapat diuji coba lapangan
mulut adalah keadaan kebersihan gigi dan mulut dengan revisi sesuai saran.
yang diukur dengan menggunakan alat kaca Media booklet divalidiasi oleh ahli media
mulut, sonde diukur dengan indeks OHI-S (Oral dengan menilai desain booklet edukasi kesehatan
Hygiene Indeks-Simplified). Pengetahuan gigi. Validator dalam penelitian ini adalah dosen
tentang pemeliharaan kesehatan gigi adalah Pasca Sarjana Peminatan Teknologi Pendidikan
tingkat pemahaman responden tentang Universitas Jambi. Data validasi ahli materi
pemeliharaan kesehatan gigi, diukur dengan diperoleh dengan cara memberikan media
menggunakan kuisioner. Perilaku pemeliharaan booklet beserta kisi-kisi instrumen dan instrumen
kesehatan gigiadalah Kebiasaan responden yang penilaian. Ahli media kemudian memberikan
berupa tindakan yang dilakukan untuk penilaian, saran/masukan terhadap materi
memelihara kesehatan gigi, diukur dengan tentang booklet edukasi kesehatan gigi dengan
menggunakan kuisioner. cara mengisi angket yang telah disediakan.
Data Data yang sudah dikumpulkan Setelah ahli media memberikan penilaian, maka
diolah melalui tahapan editing, coding, entry diketahui hal-hal yang perlu direvisi, adapun

37
Jurnal Bahana Kesehatan Masyarakat (Bahana of Journal Public Health) Vol 3 No 1

revisi dari ahli media tentang kelayakan booklet kelas V SD. Responden uji coba lapangan
edukasi kesehatan gigi yaitu mengganti gambar berjumlah 30 orang murid SDN 56/IX
yang sesuai sasaran, mengganti sampul agar Kecamatan Mestong Kabupaten Muaro Jambi .
lebih menarik dan memperbaiki gambar dan Berdasarkan lembar kuesioner yang diberikan
keterangan agar lebih informatif dan sesuai. kepada responden terhadap booklet edukasi
Hasil revisi divalidasi kembali oleh ahli kesehatan gigi didapatkan data yaitu
media yang bersangkutan .Hasil penilaian dari cover/sampul depan booklet sudah sangat bagus
validasi desain booklet edukasi kesehatan gigi yakni sebanyak 90% murid menjawab A (Sangat
kemudian dianalisis dengan skala Guttman bagus), sedangkan sebanyak 10% murid
menggunakan alternatif jawaban tegas yaitu menjawab B (Bagus). Uraian isi materi sudah
“layak dan tidak layak”. Dan skor untuk jawaban sangat jelas mudah dipahami yakni sebanyak
layak adalah 1 dan tidak layak adalah 0. Butir 60% murid menjawab A (Sangat jelas) dan
pertanyaan terdiri dari 18 butir, maka diperoleh sedangkan sebanyak 40% murid menjawab B
skor minimum 0 x 18 = 0 dan skor maksimum 1 (Jelas). Penggunaan bahasa dalam kalimat
x 18 = 18 dengan skor rata-rata 10. Hasil analisis booklet sudah sesuai tata bahasa yang baik dan
data ahli media menyatakan media booklet benar yakni sebanyak 80% murid menjawab A
edukasi kesehatan gigi layak atau sudah (Sangat sesuai) dan sedangkan sebanyak 20%
memenuhi kriteria desain media sehingga dapat murid menjawab B (Sesuai). Teks/tulisan dalam
diuji coba lapangan dengan revisi sesuai saran. booklet sudah jelas yakni sebanyak 70% murid
Media booklet edukasi kesehatan gigi menjawab A (Sangat jelas) dan sedangkan
yang telah direvisi berdasarkan masukan dari ahli sebanyak 30% murid menjawab B (Jelas).
materi dan ahli media selanjutnya dilakukan uji Gambar/foto sudah sesuai dengan uraian materi
coba kelompok kecil. Responden uji kelompok yakni sebanyak 60% murid menjawab A (Sangat
kecil adalah 10 orang murid Kelas V SDN 23/IX sesuai) dan sedangkan sebanyak 40% murid
Kecamatan Mestong Kabupaten Muaro Jambi . menjawab B (Sesuai). Gambar/foto sudah tepat
Hasil uji coba kelompok kecil diperoleh data (dapat memperjelas isi materi) yakni sebanyak
kuantitatif dan diperoleh pula komentar dan 60% murid menjawab A (Sangat tepat) dan
saran untuk penyempurnaan kualitas booklet. sedangkan sebanyak 40% murid menjawab B
Data uji coba kelompok kecil tersebut (Tepat). Revisi produk booklet dari paparan
diinterpretasikan yaitu cover/sampul depan analisis data di atas tidak dilakukan revisi karena
booklet sudah sangat bagus yakni sebanyak 70% booklet sudah dalam kategori sangat
murid menjawab A (Sangat bagus), sedangkan bagus/sesuai/jelas/tepat untuk digunakan oleh
sebanyak 30% murid menjawab B (Bagus). pengguna saat ini dalam melakukan edukasi
Uraian isi materi sudah jelas mudah dipahami kesehatan gigi pada murid kelas V SD.
yakni sebanyak 70% murid menjawab B (Jelas) Pada media video, validasi juga dilakukan
dan sedangkan sebanyak 30% murid menjawab secara materi dan media edukasi. Ahli materi
A (Sangat jelas). Penggunaan bahasa dalam menilai isi materi video edukasi kesehatan gigi.
kalimat booklet sudah sesuai tata bahasa yang Validator materi dalam penelitian ini adalah
baik dan benar yakni sebanyak 90% murid dosen yang kompeten dibidangnya. Data validasi
menjawab B (Sesuai) dan sedangkan sebanyak ahli materi diperoleh dengan cara memberikan
10% murid menjawab A (Sangat sesuai). media video beserta kisi-kisi instrumen dan
Teks/tulisan dalam booklet sudah jelas instrumen penilaian. Ahli materi kemudian
yakni sebanyak 70% murid menjawab B (Jelas) memberikan penilaian, saran/masukan terhadap
dan sedangkan sebanyak 30% murid menjawab materi tentang video edukasi kesehatan gigi
A (Sangat jelas). Gambar/foto sudah sesuai dengan cara mengisi angket yang telah
dengan uraian materi yakni sebanyak 80% murid disediakan. Setelah ahli materi memberikan
menjawab B (Sesuai) dan sedangkan sebanyak penilaian, maka diketahui hal-hal yang perlu
20% murid menjawab A (Sangat sesuai). direvisi, adapun revisi dari ahli materi tentang
Gambar/foto sudah tepat (dapat memperjelas isi kelayakan isi materi video edukasi kesehatan gigi
materi) yakni sebanyak 90% murid menjawab B adalah dengan mengurutkan sesuai materi
(Tepat) dan sedangkan sebanyak 10% murid pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut,
menjawab A (Sangat tepat). mengurangi isi materi menyikat gigi dengan
Setelah revisi telah dilakukan sesuai saran singkat dan jelas. Produk video edukasi
dari kelompok kecil pada booklet edukasi kesehatan gigi yang dikembangkan perlu direvisi
kesehatan gigi dan siap digunakan untuk uji sebelum digunakan dalam uji coba. Revisi
lapangan. Uji coba lapangan diharapkan akan dilakukan sesuai dengan saran validator. Hasil
menghasilkan booklet yang bisa dimanfaatkan revisi divalidasi kembali oleh ahli yang
dalam proses edukasi kesehatan gigi pada anak bersangkutan. Hasil validasi kedua diketahui

38
Pengembangan Booklet dan Video Edukasi Kesehatan Gigi …
Linda Marlia, Rusmiati
2019

bahwa produk video edukasi kesehatan gigi Media video edukasi kesehatan gigi yang
masih ada yang harus direvisi. Hasil revisi telah direvisi berdasarkan masukan dari ahli
divalidasi kembali oleh ahli yang bersangkutan. materi dan ahli media media selanjutnya
Hasil penilaian dari validasi materi video dilakukan uji coba kelompok kecil. Responden
edukasi kesehatan gigi kemudian dianalisis uji kelompok kecil adalah 10 orang murid Kelas
dengan skala Guttman menggunakan alternatif V SDN 23/IX Kecamatan Mestong Kabupaten
jawaban tegas yaitu “layak dan tidak layak”. Dan Muaro Jambi (Kelompok B). Hasil uji coba
skor untuk jawaban layak adalah 1 dan tidak kelompok kecil diperoleh data kuantitatif dan
layak adalah 0. Butir pertanyaan terdiri dari 13 diperoleh pula komentar dan saran untuk
butir, maka diperoleh skor minimum 0 x 13 = 0 penyempurnaan kualitas video. Data uji coba
dan skor maksimum 1 x 13 = 13 dengan skor kelompok kecil tersebut diinterpretasikan yaitu
rata-rata 7. tampilan awal video sudah bagus yakni sebanyak
Hasil analisis data penilaian ahli materi 70% murid menjawab B (Bagus), sedangkan
dengan skor sebanyak 13 termasuk kategori sebanyak 30% murid menjawab A (Bagus).
“layak”. Jadi dapat disimpulkan bahwa ahli Penyampaian uraian isi materi dalam video
materi menyatakan media video edukasi sudah jelas mudah dipahami yakni sebanyak
kesehatan gigi layak atau sudah memenuhi 90% murid menjawab B (Jelas) dan sedangkan
kriteria isi materi sehingga dapat diuji coba sebanyak 10% murid menjawab A (Sangat jelas).
lapangan dengan revisi sesuai saran. Penyampaian bahasa dalam kalimat video sudah
Ahli yang menilai media video edukasi sesuai tata bahasa yang baik dan benar yakni
kesehatan gigi atau validator media dalam sebanyak 80% murid menjawab B (Sesuai) dan
penelitian ini adalah dosen Pasca Sarjana sedangkan sebanyak 20% murid menjawab A
Peminatan Teknologi Pendidikan Universitas (Sangat sesuai). Suara dalam video sudah jelas
Jambi. Data validasi ahli diperoleh dengan cara yakni sebanyak 80% murid menjawab B (Jelas)
memberikan media video beserta kisi-kisi dan sedangkan sebanyak 20% murid menjawab
instrumen dan instrumen penilaian. Ahli media A (Sangat jelas). Gambar dalam video sudah
kemudian memberikan penilaian, saran/masukan sesuai dengan uraian materi yakni sebanyak 90%
terhadap materi tentang video edukasi kesehatan murid menjawab B (Sesuai) dan sedangkan
gigi dengan cara mengisi angket yang telah sebanyak 10% murid menjawab A (Sangat
disediakan. Setelah ahli media memberikan sesuai). Gambar dalam video sudah tepat (dapat
penilaian, maka diketahui hal-hal yang perlu memperjelas isi materi) yakni sebanyak 80%
direvisi, adapun revisi dari ahli media tentang murid menjawab B (Tepat) dan sedangkan
kelayakan video edukasi kesehatan gigi adalah sebanyak 20% murid menjawab A (Sangat tepat)
video disesuaikan sasaran, mengganti tampilan Revisi telah dilakukan sesuai saran dari
awal video agar terlihat lebih menarik, kelompok kecil pada video edukasi kesehatan
memperbaiki gambar dalam video dan gigi dan siap digunakan untuk uji lapangan.
keterangan agar lebih informatif. Hasil validasi Uji coba lapangan diharapkan akan
kedua diketahui bahwa produk video edukasi menghasilkan video yang bisa dimanfaatkan
kesehatan gigi masih ada yang harus direvisi. dalam proses edukasi kesehatan gigi pada anak
Hasil revisi divalidasi kembali oleh ahli yang kelas V SD. Responden uji coba lapangan
bersangkutan. berjumlah 30 orang murid SDN 56/IX
Hasil penilaian dari validasi desain video Kecamatan Mestong Kabupaten Muaro Jambi
edukasi kesehatan gigi kemudian dianalisis Berdasarkan lembar kuesioner yang diberikan
dengan skala Guttman menggunakan alternatif kepada responden terhadap video edukasi
jawaban tegas yaitu “layak dan tidak layak”. kesehatan gigi didapatkan data yaitu tampilan
Sementara skor untuk jawaban layak adalah 1 awal video sudah sangat bagus yakni sebanyak
dan tidak layak adalah 0. Butir pertanyaan terdiri 90% murid menjawab A (Sangat bagus),
dari 15 butir, maka diperoleh skor minimum 0 x sedangkan sebanyak 10% murid menjawab B
15 = 0 dan skor maksimum 1 x 15 = 15 dengan (Bagus). Penyampaian uraian isi materi dalam
skor rata-rata 8. video sudah sangat jelas mudah dipahami yakni
Hasil analisis data diperoleh hasil sebanyak 80% murid menjawab A (Sangat jelas)
penilaian ahli media dengan skor sebanyak 15 dan sedangkan sebanyak 20% murid menjawab
termasuk kategori “layak”. Jadi dapat B (Jelas). Penyampaian bahasa dalam kalimat
disimpulkan bahwa ahli media menyatakan video sudah sangat sesuai tata bahasa yang baik
media video edukasi kesehatan gigi layak atau dan benar yakni sebanyak 90% murid menjawab
sudah memenuhi kriteria desain media sehingga B (Sangat sesuai) dan sedangkan sebanyak 10%
dapat diuji coba lapangan dengan revisi sesuai murid menjawab B (Sesuai). Suara dalam video
saran. sudah sangat jelas yakni sebanyak 90% murid

39
Jurnal Bahana Kesehatan Masyarakat (Bahana of Journal Public Health) Vol 3 No 1

menjawab A (Sangat jelas) dan sedangkan terlihat lebih jelas gambarnya. Selain itu, booklet
sebanyak 10% murid menjawab B (Jelas). merupakan media gambar yang mudah dibawa
Gambar dalam video sudah sangat sesuai dengan kemana saja, booklet sangat mudah untuk
uraian materi yakni sebanyak 80% murid dipelajari tidak terbatas ruang dan waktu. Media
menjawab A (Sangat sesuai) dan sedangkan booklet menyajikan gambar tampak depan dan
sebanyak 20% murid menjawab B (Sesuai). gambar tampak belakang serta warna yang
Gambar dalam video sudah sangat tepat (dapat menarik bertujuan untuk merangsang
memperjelas isi materi) yakni sebanyak 90% kemampuan anak mengeluarkan gagasan/ide
murid menjawab A (Sangat tepat) dan sedangkan yang dimiliki.
sebanyak 10% murid menjawab B (Tepat). Menurut Sitepu, kelayakan booklet
Revisi produk video dari paparan analisis memenuhi unsur-unsur atau bagian-bagian
data di atas tidak dilakukan revisi karena video pokok yang secara fisik terdapat dalam buku
sudah dalam kategori sangat yaitu: kulit buku terbuat dari kertas yang lebih
bagus/sesuai/jelas/tepat untuk digunakan oleh tebal dari kertas isi buku. Fungsi dari kulit buku
pengguna saat ini dalam melakukan edukasi adalah melindungi isi buku. Kulit buku terdiri
kesehatan gigi pada murid kelas V SD. atas kulit depan atau kulit muka, agar lebih
Hasil uji kelayakan booklet dan video menarik kulit buku didesain dengan menarik.13
edukasi kesehatan gigi dilakukan melalui tiga Menurut Muslich, booklet yang layak
tahap yaitu tahap pertama uji validasi materi dan harus memperhatikan 3 aspek yaitu aspek isi
desain rancangan media booklet edukasi materi booklet harus sesuai dengan tujuan
kesehatan gigi, hasilnya semua expert (100%) pendidikan, aspek penyajian dimana menyajikan
menyatakan media booklet dan video edukasi bahan secara lengkap, sistematis, berdasarkan
kesehatan gigi layak digunakan sebagai media pertimbangan urutan waktu, ruang maupun jarak
edukasi kesehatan gigi. Komentar secara umum yang disajikan secara teratur, aspek bahasa
dari ahli materi adalah booklet sudah bagus, meningkatkan keterpahaman pembaca, dan
hanya ada sedikit kesalahan pengetikan. Saran aspek grafika yang berkenaan dengan fisik
hasil review ahli isi/materi adalah: perbaiki booklet seperti ukuran booklet, jenis kertas,
pengetikan yang salah dan ganda. Kemudian cetakan, ukuran huruf, warna dan ilustrasi yang
komentar secara umum dari ahli media adalah sesuai.15
gambar dan ukuran huruf terlalu kecil. Efektivitas booklet dan video edukasi
Berdasarkan hasil review tersebut, dilakukan kesehatan gigi meningkatkan derajat kebersihan
revisi terhadap booklet edukasi kesehatan gigi. gigi dan mulut pada anak kelas V SD ditampilkan
Tahap kedua uji coba kelompok kecil pada tabel 1.
dengan 10 orang siswa, hasil dari uji coba
kelompok kecil menyatakan media booklet dan Tabel 1. Efektifitas Booklet dan Video Edukasi
video layak digunakan sebagai media edukasi Kesehatan Gigi dalam Meningkatkan Derajat
kesehatan gigi. Sementara tahap ketiga uji coba Kebersihan Gigi dan Mulut pada Anak Kelas V SD
lapangan dengan 30 orang siswa menyatakan Rata-rata Rata-
Selisih Rata-
media booklet dan video layak digunakan Skor OHI-S rata
Kelompok rata
sebagai media edukasi kesehatan gigi. Sebe Sesud Penurun
Penurunan
Menurut Arsyad, ada enam prinsip desain lum ah an
pada booklet adalah konsistensi format dan jarak A (Booklet) 3,2 2,1 1,1
0,7
spasi, format tampilan dalam booklet C (Kontrol) 3,4 3,0 0,4
menggunakan tampilan satu kolom karena B (Video) 3,6 1,2 2,4
2,0
paragrap yang digunakan panjang.12 Organisasi C (Kontrol) 3,4 3,0 0,4
booklet disusun secara sistematis dan dipisahkan
dengan menggunakan kotak-kotak agar peserta Berdasarkan tabel 1menunjukkan adanya
didik mudah untuk membaca dan memahami penurunan rata-rata skor OHI-S setelah edukasi
informasi yang ada, booklet didesain dengan kesehatan gigi dengan menggunakan booklet
menarik, ukuran huruf yang digunakan booklet dengan selisih rata-rata penurunan sebesar 1,1
yaitu Arial dengan ukuran 11, dan booklet diberi dan menggunakan video selisih rata-rata
spasi kosong yang tidak berisi teks atau gambar penurunannya sebesar 2,0.
untuk memberikan kesempatan kepada peserta Berdasarkan tabel 2 menunjukkan adanya
didik untuk beristirahat pada titik peningkatan rata-rata skor jawaban benar
tertentu.Booklet merupakan salah satu media kuesioner pengetahuan pemeliharaan kesehatan
gambar yang bertujuan untuk menyajikan gigi setelah edukasi kesehatan gigi dengan
informasi dalam bentuk yang menyenangkan, menggunakan booklet dengan selisih rata-rata
berwarna, menarik, mudah dimengerti, dan

40
Pengembangan Booklet dan Video Edukasi Kesehatan Gigi …
Linda Marlia, Rusmiati
2019

peningkatan sebesar 8 dan menggunakan video meningkatkan derajat kebersihan gigi dan mulut
dengan selisih rata-rata peningkatan sebesar 6. dan efektif meningkatkan pengetahuan dan
perilaku pemeliharaan kesehatan gigi pada anak
Tabel 2. Efektifitas Booklet dan Video Edukasi kelas V SD.
Kesehatan Gigi dalam Peningkatan Pengetahuan Booklet dan video efektif booklet dan
Pemeliharaan Kesehatan Gigi dan Mulut pada video edukasi kesehatan gigi efektif
Anak kelas V SD
meningkatkan derajat kebersihan gigi dan mulut
Rata-rata dan efektif meningkatkan pengetahuan dan
jawaban Rata- perilaku pemeliharaan kesehatan gigi pada anak
Selisih Rata-
benar rata kelas V SD.
Kelompok rata
Ses peningka Menurut Dunning, dalam menggerakkan
Sebe Peningkatan
uda tan masyarakat untuk ikut aktif dalam pelaksanaan
lum
h edukasi kesehatan gigi diperlukan alat peraga
A (Booklet) 9 19 10 8 yang efektif. Pada dasarnya agar dipergunakan
C (Kontrol) 10 12 2 alat-alat yang dapat dilihat dan didengar (audio-
B (Video) 10 18 8 6 visual).15
C (Kontrol) 10 12 2 Menurut Roymond S. Simamora,
pengembangan booklet adalah kebutuhan untuk
Tabel 3. Efektifitas Booklet dan Video edukasi menyediakan referensi (bahan bacaan) bagi
Kesehatan Gigi dalam Peningkatan Perilaku kelompok masyarakat yang memiliki
Pemeliharaan Kesehatan Gigi dan Mulut pada keterbatasan akses terhadap buku sumber karena
Anak Kelas V SD
keterbatasan mereka. Dengan adanya booklet ini
Rata-rata
Skor dapat memperoleh pengetahuan seperti
Selisih Rata- membaca buku, dengan waktu membaca yang
Jawaban Rata-rata
Kelompok rata singkat, dan dalam keadaan apapun.16
Sesuai Peningkatan
Peningkatan Ada dua kelebihan booklet dibandingkan
Sebe Sesu
lum dah dengan media lain yaitu dapat dipelajari setiap
A (Booklet) 4 9 5 4 saat, karena di desain mirip dengan buku dan
C (Kontrol) 3 4 1 dapat memuat informasi relatif lebih banyak
B (Video) 3 10 7 6 dibandingkan dengan poster, booklet memiliki
C (Kontrol) 3 4 1 kelebihan dapat dibuat dengan mudah dan biaya
yang relatif murah serta lebih tahan lama
Berdasarkan tabel.3 menunjukkan adanya dibandingkan dengan media audio dan visual
peningkatan rata-rata skor jawaban sesuai serta juga audio visual. Booklet biasanya
perilaku pemeliharaan kesehatan gigi setelah digunakan untuk tujuan peningkatan
edukasi kesehatan gigi dengan menggunakan pengetahuan, karena booklet memberikan
booklet dengan selisih rata-rata peningkatan informasi yang lebih spesifik. Keterbatasan
sebesar 4 dan menggunakan video dengan selisih booklet sebagai media cetak perlu waktu yang
rata-rata peningkatan sebesar 6. lama untuk mencetak tergantung dari dari pesan
dan alat, relatif mahal untuk mencetak gambar
Tabel 4. Hasil Uji Statistik Efektivitas Booklet dan
atau foto, sulit menampilkan gerak di halaman,
Video Edukasi Kesehatan Gigi
dapat mengurangi minat pembaca jika terlalu
Sig. (2-
Variabel N banyak dan panjang dan perlunya perawatan
tailed)
Derajat kebersihan gigi dan mulut yang intensif.17
menyikat gigi pre-test 30 Menurut Riyana, media video edukasi
.000* adalah media yang menyajikan audio dan visual
Derajat kebersihan gigi dan mulut
post-test yang berisi pesan-pesan pembelajaran baik yang
Pengetahuan pemeliharaan berisi konsep, prinsip, prosedur, teori aplikasi
kesehatan gigi dan mulut pre-test 30
.000*
pengetahuan untuk membantu pemahaman
Pengetahuan pemeliharaan terhadap suatu materi pembelajaran. Video
kesehatan gigi dan mulut post-test merupakan bahan pembelajaran tampak dengar
Perilaku pemeliharaan kesehatan (audio visual) yang dapat digunakan untuk
gigi dan mulut pre-test 30 menyampaikan pesan-pesan/materi pelajaran.
.000*
Perilaku pemeliharaan kesehatan
Dikatakan tampak dengar kerena unsur dengar
gigi dan mulut post-test
* signifikan pada < 0,05
(audio) dan unsur visual/video (tampak) dapat
disajikan serentak.18 Media video pembelajaran
Berdasarkan tabel. 4 menunjukkan bahwa sebagai bahan ajar bertujuan untuk memperjelas
booklet dan video edukasi kesehatan gigi efektif dan mempermudah penyampaian pesan agar

41
Jurnal Bahana Kesehatan Masyarakat (Bahana of Journal Public Health) Vol 3 No 1

tidak terlalu verbalistis, mengatasi keterbatasan 4. Hamidjojo. Media Pembelajaran dalam Proses
waktu, ruang, dan daya indera peserta didik Belajar Mengajar Kini. Ujung Pandang: IKIP
maupun instruktur serta dapat digunakan secara Ujung Pandang Press. 1993.
tepat dan bervariasi. Keuntungan menggunakan 5. Gagne dan Briggs. Essentials of Learning for
Instruction. New York: Expanded Edition, Holt,
media video menurut Daryanto, antara lain: Rinehart and Winston. 1975.
ukuran tampilan video sangat fleksibel dan dapat 6. Herijulianti dkk. Pendidikan Kesehatan Gigi.
diatur sesuai kebutuhan, video merupakan bahan Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC. 2002.
ajar non cetak yang kaya informasi dan lugas 7. Delimasa. Media Boneka Tangan dapat
karena dapat sampai kehadapan siswa secara Meningkatkan Keterampilan Bercerita. Surakarta:
langsung, dan video menambah suatu dimensi PGSD FKIP Universitas Sebelas Maret. 2012.
baru terhadap pembelajaran.19 8. Green, et all. Health Education Planning
Diagnostic Aproach. California: Mayfield
Publishing Co. 1980.
9. Angelisa. Pengaruh Pendidikan Kesehatan Gosok
KESIMPULAN DAN SARAN Gigi dengan Metode Bermain terhadap Perilaku
Gosok Gigi pada Anak Usia Prasekolah. 2014.
Pengembangan booklet dan video edukasi 10. Nurfalah. Penerapan Pendekatan Pembelajaran
kesehatan gigi dikembangkan dengan Matematika Realistik untuk Meningkatkan Minat
menggunakan model Borg and Gall yang dan Hasil Belajar Siswa Kelas IV SDN Srirahayu
meliputi: a) analisis kebutuhan produk, b) dalam Pembelajaran Matematika pada Materi
mengembangkan produk awal, c) validasi ahli Pengukuran Sudut. Pasuruan: Unpas. 2014.
dan revisi, d) uji coba kelompok kecil, e) uji coba 11. Sugiyono. Metode Penelitian Kuantitatif,
lapangan dan produk akhir. Hasil uji kelayakan Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta. 2009.
12. Arsyad, A. Media Pembelajaran, Jakarta : PT.
booklet dan video edukasi kesehatan gigi Raja Grafindo Permai. 2009.
dilakukan melalui tiga tahap sebagai berikut: 13. Sitepu. Penulisan Buku Teks Pelajaran. Bandung:
tahap pertama uji validasi materi dan desain PT Remaja Rosdakarya. 2012.
rancangan media booklet dan video, hasilnya 14. Muslich, M.. KTSP Dasar Pemahaman dan
semua expert (100%) menyatakan media booklet Pengembangan. Jakarta: PT. Bumi Aksara. 2010.
dan video edukasi kesehatan gigi layak 15. Dunning. Principles of Dental Public Health.
digunakan sebagai media edukasi kesehatan gigi. Cambridge: Harvard University Press. 1986.
Kemudian dilanjutkan tahap kedua uji coba 16. Simamora. Buku Ajar Pendidikan dalam
kelompok kecil dengan 10 orang siswa, hasil dari Keperawatan. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran
EGC. 2009.
uji coba kelompok kecil menyatakan media 17. Roza. Media Gizi Booklet. Padang: Poltekkes
booklet dan video layak digunakan sebagai Kemenkes RI Padang. 2012.
media edukasi kesehatan gigi. Selanjutnya pada 18. Riyana, C. Pedoman Pengembangan Media Video.
tahap ketiga uji coba lapangan dengan 30 orang Jakarta: P3AI UPI. 2007.
siswa menyatakan media booklet dan video layak 19. Daryanto. Media Pembelajaran. Yogyakarta: Gava
digunakan sebagai media edukasi kesehatan gigi. Media. 2010.
Keterbatasan produk booklet dan video edukasi
kesehatan gigi ini adalah hanya difokuskan pada
anak kelas V SD.
Booklet dan video edukasi kesehatan gigi
efektif meningkatkan derajat kebersihan gigi dan
mulut dan efektif meningkatkan pengetahuan
dan perilaku pemeliharaan kesehatan gigi pada
anak kelas V SD dengan nilai p-value yakni
0,0001 atau < 0,05.

DAFTAR PUSTAKA

1. Depkes. Tidak sehat jika tidak memiliki gigi mulut


sehat. [Diakses 4 April 2018] www.depkes.go.id.
2. Depkes. Pedoman Survei Dasar Kesehatan Gigi
dan Mulut di Indonesia. Jakarta. 2002.
3. Boedihardjo. Pemeliharaan Kesehatan Gigi
Keluarga. Surabaya: Airlangga University Press.
2003.

42
Jurnal Bahana Kesehatan Masyarakat Vol 3 No 1
p-ISSN: 2085-1677 / e-ISSN: 2621-380X
2019

HUBUNGAN KEJADIAN DEMAM BERDARAH DENGUE


DENGAN IKLIM DI KOTA PRABUMULIH TAHUN 2014-2017

Ritawati*, Yanelza Supranelfy

Balai Litbangkes Baturaja


Jl A.Yani KM.7 Kemelak Baturaja, Sumatera Selatan, Indonesia
*
Alamat korespondensi: Email: ritabaturajabta@gmail.com, Telp: 085369371655

ABSTRAK

Latar belakang : Demam berdarah dengue (DBD) merupakan penyakit berbasis vektor yang menjadi penyebab
kematian utama di negara tropis.Perubahan iklim mempengaruhi peningkatan kejadian DBD yang terus menerus dari
vector borne disease. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran dan hubungan antara faktor iklim
(suhu,kelembaban udara, rata-rata tekanan udara, kecepatan angin, penyinaran matahari, curah hujan dan hari hujan)
di Kota Prabumulih 2014-2017.
Metode : Data yang dikumpulkan adalah data sekunder berupa data faktor iklim dan data jumlah kasus DBD.
Hasil : Uji statistik menunjukkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara suhu (p value 0,029) dan rata-rata tekanan
udara (p value 0,013) dengan kejadian DBD.
Kesimpulan : ada hubungan yang signifikan antara suhu dan rata-rata tekanan udara dengan kejadian DBD.
Kelembaban udara, kecepatan angin, lama penyinaran matahari, curah hujan dan jumlah hari hujan tidak signifikan
dengan kejadian DBD.

Kata Kunci : iklim; demam berdarah dengue; penyakit berbasis vektor

THE RELATIONSHIP OF DENGUE FEVER INSIDENCE WITH CLIMATE IN PRABUMULIH


2014-2017

ABSTRACT

Background : Dengue hemorrhagic fever (DHF) is a vector-based disease which is the main cause of death in tropical
countries. Climate change affects the increasing incidence of dengue fever from vector borne disease. The climate
variation (temperature, humidity, average air pressure, wind speed, sun illumination, rainfall and rainy day) in
Prabumulih City from 2014-2017.
Method : The data collected is secondary data in the form of climate factor and the number of dengue cases.
Result: Statistical tests show that there is a significant relationship between temperature (p value 0.029) and average
air pressure (p value 0.013) with the incidence of DHF.
Conslusion : this study indicate that there is a significant relationship between temperature and average air pressure
with the incidence of DHF. Air humidity, wind speed, prolonged sun illumination, rainfall and the number of rainy
days are insignificant with the incidence of DHF.

Keywords: climate; dengue haemorrhagic fever; vector-borne disease

43
Jurnal Bahana Kesehatan Masyarakat (Bahana of Journal Public Health) Vol 3 No 1

PENDAHULUAN Lokasi penelitian di Kota Prabumulih,


Sumatera Selatan dengan enam kecamatan.
Penyakit Demam Berdarah Dengue Lokasi tersebut dijadikan lokasi penelitian
(DBD) merupakan penyakit menular yang dengan pertimbangan seluruh kecamatan
menjadi masalah kesehatan masyarakat diseluruh merupakan wilayah sporadik DBD. Waktu
Kota/Kabupaten di Indonesia.1 DBD adalah pelaksanaan pengambilan data dilakukan selama
penyakit yang disebabkan oleh virus dengue bulan Januari 2019.
yang tergolong Arthropod-Borne Virus, genus Populasi dalam penelitian ini adalah
Flavivirus, dan famili Flaviviridae. DBD semua kejadian jumlah penderita demam
ditularkan oleh nyamuk Aedes aegypti, dan dapat berdarah dengue per bulan dari bulan Januari
juga ditularkan oleh Aedes albopictus.2 Penyakit 2014 sampai Desember 2017 yang tercatat di
menular yang disebabkan oleh virus Dengue ini, Dinas Kesehatan Kota di Kota Prabumulih.
sampai saat ini masih menjadi masalah kesehatan Pengumpulan data DBD dilakukan dengan
masyarakat yang serius, karena selain penelusuran dan pemilihan data sekunder dari
menimbulkan kesakitan juga kematian. Penyakit Dinas Kesehatan Kota Prabumulih. Data faktor
ini berkaitan dengan kondisi lingkungan dan iklim berupa suhu,kelembaban udara, rata-rata
perilaku masyarakat.3 tekanan udara, kecepatan angin, penyinaran
Indonesia sebagai negara tropis matahari, curah hujan dan hari hujan diambil dari
mengalami keragaman iklim antar musim. Badan Pusat Statistik Kota Prabumulih.
Keragaman iklim berpengaruh terhadap Analisis data dilakukan untuk mengetahui
mekanisme penyakit seperti penyakit menular. gambaran distribusi angka kejadian demam
Perkembangan nyamuk Aedes aegypti dan Aedes berdarah dengue dan faktor iklim Kota
albopictus sebagai vektor DBD berkaitan erat Prabumulih tahun 2014-2017. Analisis yang
dengan faktor lingkungan, yang meliputi dilakukan adalah analisis univariat dan bivariat.
ketinggian tempat, curah hujan, suhu udara, Analisis univariat untuk memberi gambaran
kelembaban udara, kepadatan permukiman dan distribusi angka kejadian demam berdarah
kepadatan penduduk.4 dengue serta gambaran dari faktor iklim (suhu
Kota Prabumulih merupakan salah satu udara, curah hujan, kelembaban, kecepatan
kota di Provinsi Sumatera Selatan yang endemis angin) tahun 2014-2017. Analisis bivariat
DBD. Kota Prabumulih terdiri dari enam dengan menggunakan uji korelasi-regresi untuk
kecamatan dan 37 desa/kelurahan. Menurut data melihat hubungan antara variabel dependen yaitu
Dinas Kesehatan Kota Prabumulih jumlah kasus angka kasus demam berdarah dengue dengan
DBD selama kurun waktu empat tahun tahun variabel independen yaitu faktor iklim
(2014-2018) 1055 kasus. Minimnya kajian (suhu,kelembaban udara, rata-rata tekanan udara,
pengaruh perubahan iklim (curah hujan, kecepatan angin, penyinaran matahari, curah
kelembaban udara dan suhu udara) di wilayah hujan dan hari hujan).
Kota Prabumulih mendorong dilakukannya
penelitian lebih lanjut terkait pengaruh iklim
terhadap kejadian DBD yang bermuara kepada HASIL DAN PEMBAHASAN
pencegahan kasus DBD melalui upaya
kewaspadaan dini. Tujuan penelitian ini untuk Faktor-faktor yang mempengaruhi
mengetahui gambaran dan hubungan antara kejadian DBD meliputi vektor, inang, demografi
curah hujan, suhu dan kelembaban udara maupun lingkungan termasuk cuaca/iklim.
terhadap kejadian penyakit DBD di Kota Dalam penelitian ini kejadian DBD dilihat faktor
Prabumulih tahun 2014-2017. iklim yaitu suhu, kelembaban, tekanan udara,
kecepatan angin, penyinaran matahari, curah
hujan dan jumlah hari hujan. Hasil menunjukkan
METODE bahwa distribusi kejadian DBD selama kurun
waktu empat tahun (2014 sampai 2017) di Kota
Penelitian ini bersifat kuantitatif dan Prabumulih nampak berfluktuasi dan kejadian
merupakan studi deskriptif yang menggunakan paling tinggi terjadi pada bulan Januari.5
disain korelasi untuk menggambarkan suatu Jumlah kejadian demam berdarah dengue
keadaan ekologi. Studi ini untuk mengetahui di Kota Prabumulih tahun 2014-2017 dapat
hubungan antara kejadian demam berdarah dilihat pada gambar 1.
dengue dengan faktor iklim (suhu,kelembaban
udara, rata-rata tekanan udara, kecepatan angin,
penyinaran matahari, curah hujan dan hari hujan)
di Kota Prabumulih 2014-2017.

44
Hubungan Kejadian Demam Berdarah Dengue Dengan Iklim di Kota Prabumulih …
Ritawati, Yanelza Supranelfy
2019

mb dan terendah pada bulan November sebesar


1009,9 mb. Rata-rata tekanan udara tertinggi
pada tahun 2016 terjadi pada bulan Januari yaitu
sebesar 1011,1mb dan yang terrendah terjadi
pada bulan Mei dan Juni yaitu sebesar 1009,3
mb. Pada tahun 2017 rata-rata tekanan udara
(mb) yang tertinggi pada bulan September yaitu
sebesar 1010,7 mb dan terrendah terjadi pada
bulan November yaitu sebesar 1008,3 mb.6,7,8,9
Gambar 1. Kejadian DBD di Kota Prabumulih Fluktuasi rata-rata tekanan udara (mb) di Kota
tahun 2014-2017 Prabumulih tahun 2014-2017 terdapat pada
gambar 2c.
Pada gambar 1. menunjukkan bahwa Kecepatan angin tertinggi pada tahun
kejadian demam berdarah dengue mengalami 2014 adalah sebesar 5,64 m/s, dan terendah pada
jumlah yang fluktuatif. Kejadian tertinggi pada bulan November yaitu sebesar 2,64 m/s. Pada
tahun 2015 terjadi pada bulan Januari yaitu tahun 2015, kecepatan angin tertinggi terjadi
sebanyak 102 kejadian dan tidak ada kejadian pada bulan Agustus sebesar 4,9 m/s dan terendah
pada tahun 2017 bulan September sampai dengan sebesar April sebesar 2,2 m/s. Pada tahun 2016,
Desember.5 Hasil analisis data menujukkan kecepatan angin tertinggi terjadi pada bulan
bahwa angka kejadian rata-rata DBD di Kota Agustus sebesar 3,7 m/s dan terendah sebesar
Prabumulih periode 2014-2017 adalah 9,6 November sebesar 1,7 m/s. Pada tahun 2017,
penduduk serta nilai maksimumnya adalah 66,8 kecepatan angin tertinggi terjadi pada bulan
penduduk. Agustus sebesar 4,1 m/s dan terendah sebesar
Suhu tertinggi di Kota Prabumulih pada Januari sebesar 2,6 m/s.6,7,8,9 Fluktuasi kecepatan
tahun 2014 tercatat pada bulan Oktober yaitu angin (m/s) di Kota Prabumulih tahun 2014-2017
290C dan terendah pada bulan Januari yaitu terdapat pada gambar 2d.
260C. Pada tahun 2015, suhu udara tertinggi pada Penyinaran matahari periode 8 jam (%)
bulan Oktober sebesar 290C dan suhu terendah tertinggi pada tahun 2014 pada bulan Agusus
pada bulan Januari dan Februari yaitu 270C. Pada adalah sebesar 68 %, dan terendah pada bulan
tahun 2017, suhu tertinggi pada April, Mei dan Januari yaitu sebesar 24 %. Pada tahun 2015,
bulan Agustus sebesar 280C dan suhu terendah penyinaran matahari tertinggi terjadi pada bulan
pada bulan Februari yaitu 27,20C.6,7,8,9 Fluktuasi Juli sebesar 77 % dan terendah sebesar Oktober
suhu udara di Kota Prabumulih tahun 2014-2017 sebesar 13 %. Pada tahun 2016, penyinaran
terdapat pada gambar 2a. matahari tertinggi terjadi pada bulan Agustus
Kelembaban tertinggi pada tahun 2014 sebesar 70,5 % dan terendah sebesar Juni sebesar
terjadi pada bulan Januari sebesar 85% dan 24,3 %. Pada tahun 2017, penyinaran matahari
terendah terjadi pada bulan Oktober yaitu sebesar tertinggi terjadi pada bulan Agustus sebesar 61,6
77%. Pada tahun 2015, kelembaban tertinggi % dan terendah sebesar Januari sebesar 40,9
terjadi pada bulan Januari sebesar 87% dan %.6,7,8,9 Fluktuasi penyinaran matahari di Kota
terendah pada bulan September dan Oktober Prabumulih tahun 2014-2017 terdapat pada
sebesar 73%. Kelembaban udara tertinggi pada gambar 2e.
tahun 2016 terjadi pada bulan Februari dan Juli Curah hujan mm3 tertinggi pada tahun
yaitu sebesar 85,8% dan yang terrendah terjadi 2014 terjadi pada bulan Desember sebesar 343
pada bulan Agustus yaitu sebesar 76,70%. mm3, dan terendah pada bulan Oktober yaitu
Pada tahun 2017 kelembaban udara yang sebesar 2 mm3. Pada tahun 2015, curah hujan
tertinggi pada bulan Desember yaitu sebesar tertinggi terjadi pada bulan Maret sebesar 390,5
88,7% sekaligus menjadi kelembaban tertinggi mm3 dan terendah sebesar September sebesar 0,2
sepanjang tahun 2014-2017, dan yang terrendah mm3. Pada tahun 2016, curah hujan tertinggi
terjadi pada bulan September yaitu sebesar terjadi pada bulan April sebesar 367,4 mm3 dan
78,40%.6,7,8,9 Fluktuasi Kelembaban udara di terendah sebesar Juli sebesar 93,5 mm3. Pada
Kota Prabumulih tahun 2014-2017 terdapat pada tahun 2017, tertinggi terjadi pada bulan Maret
gambar 2b. sebesar 406,5 mm3 dan terendah sebesar Juli
Rata-rata tekanan udara tertinggi pada sebesar 93,5 mm3.6,7,8,9 Fluktuasi curah hujan
tahun 2014 terjadi pada bulan Oktober sebesar (mm3) di Kota Prabumulih tahun 2014-2017
1011 mb dan terendah terjadi pada bulan Juni terdapat pada gambar 3a.
yaitu sebesar 1009,1 mb.
Pada tahun 2015, rata-rata tekanan udara
tertinggi terjadi pada bulan Oktober sebesar 1012

45
Jurnal Bahana Kesehatan Masyarakat (Bahana of Journal Public Health) Vol 3 No 1

d.

e.
Gambar 2. a. Gambaran Suhu (˚C) Kota Prabumulih tahun 2014-2017; b. Gambaran Kelembaban Udara (%)
Kota Prabumulih tahun 2014-2017; c. Gambaran Rata-rata Tekanan Udara (mb) Kota Prabumulih tahun 2014-
2017; d. Gambaran Kecepatan angin (m/s) Kota Prabumulih tahun 2014-2017;
e. Gambaran Penyinaran Matahari Periode 8 Jam (%) Kota Prabumulih tahun 2014-2017

46
Hubungan Kejadian Demam Berdarah Dengue Dengan Iklim di Kota Prabumulih …
Ritawati, Yanelza Supranelfy
2019

a.

b.
Gambar 3a. Gambaran Curah Hujan (mm3) Kota Prabumulih tahun 2014-2017;
b.Gambaran Jumlah Hari Hujan (Hari) Kota Prabumulih tahun 2014-2017

Jumlah hari hujan tertinggi pada tahun dengan kejadian DBD menunjukkan berkorelasi
2014 terjadi pada bulan Januari adalah sebanyak positif sedang ( r=0,196) dan tingkat signifikansi
26 hari, dan terendah pada bulan September yaitu (p=0,181) menunjukkan secara statistik tidak
sebanyak 2 hari. Jumlah hari hujan tertinggi pada terdapat hubungan yang signifikan.
tahun 2015 terjadi pada bulan Maret adalah Hubungan rata-rata tekanan udara dengan
sebanyak 25 hari, dan terendah pada bulan kejadian DBD menunjukkan berkorelasi positif
September yaitu sehari. Tahun 2016 Jumlah hari sedang (r=0,356), tingkat signifikansi (p=0,013)
hujan tertinggi pada tahun 2014 terjadi pada menunjukkan bahwa secara statistik terdapat
bulan Januari dan Desember adalah sebanyak 25 hubungan yang signifikan. Sedangkan kecepatan
hari, dan terendah pada bulan Maret dan april angin dan penyinaran matahari berkorelasi secara
yaitu sebanyak 14 hari. Tahun 2017 Jumlah hari negatif dan hasil statistik menunjukkan
hujan tertinggi pada bulan Maret, Mei dan hubungan tidak bermakna dengan kejadian DBD.
Desember adalah sebanyak 26 hari, dan terendah Hubungan curah hujan dan jumlah hari hujan
pada bulan Agustus yaitu sebanyak 15 hari.6,7,8,9. dengan kejadian DBD menunjukkan korelasi
Fluktuasi jumlah hari hujan di Kota Prabumulih positif lemah dan secara statistik menunjukan
tahun 2014-2017 terdapat pada gambar 3b. hubungan tidak bermakna.
Korelasi beberapa faktor iklim dengan Hasil uji keeratan hubungan antara suhu,
kejadian Demam berdarah dengue (DBD) di curah hujan, lama penyinaran, kelembaban dan
Kota Prabumulih terlihat pada tabel 2. Dimana kecepatan angin, menunjukkan bahwa suhu
korelasi positif terjadi antara kelembaban udara, udara dan rata-rata tekanan udara yang terdapat
rata-rata tekanan udara, curah hujan dan jumlah hubungan bermakan dengan kasus DBD selama
hari hujan. priode 2014-2017. Suhu udara rata-rata per bulan
Hubungan suhu udara dengan kejadian yang berkisar antara 26°C - 29°C. Suhu tersebut
DBD di Kota Prabumulih tahun 2014-2017 merupakan suhu optimum bagi perkembangan
menunjukkan berkorelasi negative (r=-0,314). vektor dan mendukung dalam infektifitas
Berdasarkan tingkat signifikansi (p=0,029) nyamuk Aedes aegypti.10 Suhu mempunyai
menunjukkan bahwa secara statistik terdapat hubungan langsung dengan metabolisme vektor.
hubungan yang signifikan antara suhu dengan Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan
kejadian DBD. Hubungan kelembaban udara oleh Amalia di Kota Tangerang Selatan yang

47
Jurnal Bahana Kesehatan Masyarakat (Bahana of Journal Public Health) Vol 3 No 1

menemukan bahwa terdapat hubungan antara tempat perkembangbiakan nyamuk yang aman
suhu dan kejadian DBD pada kondisi suhu 26°C– dan relatif masih bersih (misalnya cekungan di
29,5°C.11 Penelitian serupa di Kota Sukabumi pagar bambu, pepohonan, kaleng bekas, ban
menunjukkan bahwa ada hubungan antara suhu bekas, atap atau talang rumah). Tersedianya air
udara dengan kasus DBD.12 dalam media akan menyebabkan telur nyamuk
menetas dan setelah 10 - 12 hari akan berubah
Tabel 2. Korelasi antara beberapa faktor iklim menjadi nyamuk. Bila manusia digigit oleh
dengan kejadian DBD nyamuk dengan virus dengue maka dalam 4 - 7
Variabel Demam Berdarah Dengue hari kemudian akan timbul gejala DBD.
Koef Signifikan Jumlah Sehingga bila hanya memperhatikan faktor risiko
Keterangan
Kor(r) ( p value) (N) curah hujan, maka waktu yang dibutuhkan dari
Suhu udara Korelasi mulai masuk musim hujan hingga terjadinya
-0,314* 0,029 48
negatif
insiden DBD adalah sekitar 3 minggu.14
Hubungan
bermakna Pola penyebaran yang spesifik itu
Kelembaban Korelasi berhubungan dengan arah angin. Pada bulan
0,196 0,181 48
udara positif sedang Januari-Maret (Musim Monsun Asia), secara
Hubungan umum angin bergerak dari Barat ke Timur yang
tidak
bermakna
disertai dengan curah hujan yang tinggi.
Rata-rata Korelasi Kombinasi dari fenomena itu sangat mendukung
0,356* 0,013 48
tekanan udara positif sedang pergerakan nyamuk yang beserta dengan
Hubungan ketersediaan genangan air.14 Jumlah hari hujan
bermakna tertinggi di Kota Prabumulih selama 4 tahun
Kecepatan Korelasi
angin
-0,187 0,203 48
negatif adalah di bulan Januari, Maret, Mei dan
Hubungan Desember. Secara teori, bulan November
tidak dikelompokkan ke dalam bulan peralihan (SON
bermakna – September Oktober November) dan bulan
Penyinaran Korelasi
matahari
-0,055 0,709 48
negatif
Desember dikelompokkan ke dalam bulan basah
Hubungan (DJF - Desember Januari Februari).15 Curah
tidak hujan berbanding lurus dengan kelembaban
bermakna udara sehingga apabila curah hujan tinggi, maka
Curah hujan Korelasi kelembaban udara juga tinggi. Kedua hal tersebut
0,130 0,380 48
positif lemah
Hubungan dapat mempengaruhi jumlah vektor nyamuk dan
tidak umur vektor nyamuk yang menyebabkan
bermakna penularan DBD masih terus terjadi.16 Penelitian
Jumlah hari Korelasi di Kota Blitar, peningkatan kasus demam
0,224 0,126 48
hujan positif lemah,
Hubungan
berdarah tidak seiring dengan peningkatan curah
tidak hujan.17
bermakna Penyinaran matahari di Kota Prabumulih
memiliki korelasi negatif dengan kejadian
Peningkatan kasus DBD dapat demam berdarah. Lama Penyinaran Matahari
dipengaruhi oleh curah hujan yang berkisar di (LPM) merupakan salah satu indikator yang
atas 200 mm dan hari hujan lebih dari 20 hari. penting di dalam klimatologi. Sinar matahari
Kelembaban sebesar 80-87% juga dapat akan menggerakkan reaksi- reaksi fotokimia di
berpengaruh terhadap peningkatan jumlah kasus atmosfer (misalnya reaksi pembentukan ozon),
DBD.13 Curah hujan merupakan unsur iklim menghasilkan uap air yang sangat dibutuhkan
yang penting dalam kepadatan vektor karena untuk terjadinya hujan, menjaga agar suhu
apabila curah hujan tinggi dapat menimbulkan atmosfer tetap hangat, dan lain sebagainya.15
genangan air yang berpotensi sebagai breeding Penelitian di Yogyakarta juga
site bagi nyamuk Aedes Aegepty. Menurut menyebutkan bahwa adanya hubungan antara
asumsi peneliti tidak terdapatnya hubungan yang iklim dengan peningkatan kasus DBD. Jentik
signifikan antara curah hujan dengan kasus DBD nyamuk dapat berkembang pada masa inkubasi
dikarenakan data curah hujan yang didapatkan dengan suhu antara 15°C — 17°C.18 Penyebaran
merupakan data yang global pada satu kota. vektor penular DBD (nyamuk Aedes aegypti)
Sehingga data tidak cukup representatif untuk dipicu oleh perubahan iklim yang disebabkan
mencakup seluruh kecamatan yang ada di Kota oleh pemanasan global. Beberapa faktor iklim
Prabumulih. Curah hujan ideal artinya air hujan yang berpengaruh terhadap pertumbuhan dan
tidak sampai menimbulkan banjir dan air penyebaran virus dengue sebagai vektor DBD
menggenang di suatu wadah/media yang menjadi antara lain suhu udara, curah hujan, kelembaban,

48
Hubungan Kejadian Demam Berdarah Dengue Dengan Iklim di Kota Prabumulih …
Ritawati, Yanelza Supranelfy
2019

permukaan air, dan kecepatan angin. Curah hujan terjadi.Peningkatan kegiatan preventif seperti
yang cukup dapat menyebabkan genangan- penyuluhan pada masyarakat, gerakan 1 rumah 1
genangan air yang merupakan tempat jumantik dalam upaya pengendalian dan
perkembangbiakan nyamuk. Selain curah hujan, pemberantasan DBD.
faktor iklim lain yang berpengaruh pada
pertumbuhan vektor nyamuk adalah
kelembaban. Kelembaban berpengaruh terhadap UCAPAN TERIMA KASIH
umur nyamuk dimana pada kelembaban yang
rendah akan memperpendek umur nyamuk. Penulis mengucapkan terima kasih
Tingkat kelembaban 60% merupakan batas kepada semua pihak yang tidak dapat kami
paling rendah untuk memungkinkan hidup sebutkan satu persatu yang telah membantu
nyamuk Aedes aegypti. Kelembaban udara penulisan artikel ini. Terima kasih pula kepada
dipengaruhi oleh jumlah hari hujan dan suhu.19 Mitra Bestari serta Redaksi Buletin Spirakel atas
Virus dengue dan vektor penyakit saran masukan untuk penyempurnaan tulisan ini.
(nyamuk aedes) sangat peka terhadap faktor
iklim, khususnya suhu, curah hujan, kelembaban,
permukaan air, dan angin. Begitu juga dalam hal DAFTAR PUSTAKA
distribusi dan perkembangan dari organisme
vektor nyamuk aedes dan host intermediate.19 1. Direktorat Jenderal Pengendalian dan Pencegahan
Hasil analisis dengan uji-bivariate menunjukkan Penyakit. Petunjuk Teknis Implementasi PSN 3M
bahwa kelembaban udara mempunyai hubungan - Plus Dengan Gerakan 1 Rumah 1 Jumantik.
antara angka kejadian Demam Berdarah yang 2016:55.
2. WHO. Dengue : Guidelines for diagnosisi
terjadi di Kabupaten Serang, dengan nilai treatment, prevention and control. In: New
r=0,408 dan p-value= 0,007.20 Menurut Azhari Edition. ; 2009.
(2004) dalam Ubed20 menyatakan bahwa syarat 3. Kementerian Kesehatan RI. Profil Kesehatan
untuk berkembang biak larva Ae. aegypti yaitu Republik Indonesia. Jakarta; 2015.
berada pada kelembaban yang kondusif adalah 4. Boekoesoe L. Kajian Faktor Lingkungan terhadap
antara 60%-90%, sedangkan tingkat kelembaban Kasus Demam Berdarah Dengue (DBD) Studi
60% merupakan batas yang paling rendah untuk Kasus Di Kota Gorontalo Provinsi Gorontalo.
memungkinkan hidupnya nyamuk. Apabila suhu 2013.
udara dan kelembaban udara mencapai optimum 5. Dinas Kesehatan Kota Prabumulih. Data Bulanan
Kasus Demam Berdarah Dengue (DBD). In: ;
untuk perkembangbiakan nyamuk, maka potensi 2018.
sebagai vektor penularan DBD semakin tinggi 6. Badan Pusat Statistik Kota Prabumulih. Kota
sehingga tingkat risiko penularan DBD dapat Prabumulih Dalam Angka 2015.; 2015.
menjadi 3 kali lipat lebih tinggi.16 7. Badan Pusat Statistik Kota Prabumulih. Kota
Prabumulih Dalam Angka 2016.; 2016.
8. Badan Pusat Statistik Kota Prabumulih. Kota
KESIMPULAN DAN SARAN Prabumulih Dalam Angka 2017.; 2017.
9. Badan Pusat Statistik Kota Prabumulih. Kota
Berdasarkan penelitian yang dilakukan di Prabumulih Dalam Angka 2018.; 2018.
10. Masrizal NPS. Analisis Kasus DBD Berdasarkan
Kota Prabumulih, maka dapat disimpulkan Unsur Iklim dan Kepadatan Penduduk Melalui
bahwa ada korelasi positif antara kelembaban Pendekatan GIS di Tanah Datar. JKMA.
udara, rata-rata tekanan udara, curah hujan dan 2016;10(2):166-171.
jumlah hari hujan dengan kejadian DBD di Kota 11. Amalia R. Studi Ekologi Penyakit Demam
Prabumulih tahun 2014 - 2017. Suhu, kecepatan Berdarah Dengue (DBD) Di Kota Tangerang
angin dan lama penyinaran matahari berkorelasi Selatan Tahun 2013-2015. Jakarta; 2016.
secara negatif. Tingkat Signifikansi 12. Hidayati L, Hadi UK, Soviana S. Kejadian Demam
menunjukkan bahwa ada hubungan yang Berdarah Dengue di Kota Sukabumi korelasi
signifikan antara suhu dan rata-rata tekanan kelembaban udara terhadap epidemi demam
berdarah yang terjadi di kabupaten dan kota serang
udara dengan kejadian DBD. Kelembaban udara, 1. Ubed Alizkan. 2017;3(1):23-29.Berdasarkan
kecepatan angin, lama penyinaran matahari, Kondisi Iklim. Acta Vet Indones. 2017;5(1):22-
curah hujan dan jumlah hari hujan tidak 28.
signifikan dengan kejadian DBD. 13. Dian Perwitasari YA. Model Prediksi Demam
Perlu komunikasi yang baik dalam Berdarah Dengue Dengan Kondisi Iklim Kota
pemantauan keadaan iklim yang dilakukan oleh Yogyakarta. J Ekol Kesehat. 2015;14(2):124-135.
BMKG secara berkesinambungan agar Dinas 14. Pusat Data dan Surveilans. Buletin Jendela
Kesehatan dapat mengantisipasi peningkatan Epidemiologi. Vol 2. Kemenkes RI; 2010.
kasus DBD sesuai perubahan iklim yang doi:http://dx.doi.org/ISSN%202442-7659

49
Jurnal Bahana Kesehatan Masyarakat (Bahana of Journal Public Health) Vol 3 No 1

15. Hamdi S. Mengenal Lama Penyinaran Matahari


Sebagai Salah Satu Parameter Klimatologi. Ber 18. Perwitasari D, Ariati Y. Model Prediksi Demam
Dirgant. 2014; 15(1): 7-16. Berdarah Dengue Dengan Kondisi Iklim Di Kota
doi:http://dx.doi.org/10.1016/S1579- Yogyakarta P. J Ekol Kesehat. 2015; 14(2): 124-
2129(06)60376-5 135.
16. Amalia R. Studi Ekologi Penyakit Demam 19. Kosnayani AS, Hidayat AK. Hubungan Antara
Berdarah Dengue (DBD) di Kota Tangerang Pola Curah Hujan dengan Kejadian DBD di Kota
Selatan Tahun 2013-2015. Fak Kedokt dan Ilmu Tasikmalaya Tahun 2006 - 2015 (Kajian Jumlah
Kesehat UIN Syarif Hidayatullah. 2016. Curah Hujan dan Hari Hujan). J Siliwangi. 2018;
17. Suryani ET. Gambaran Kasus Demam Berdarah 4(1): 14-19.
Dengue di Kota Blitar Tahun 2015-2017. J Berk 20. Alizkan U. Analisis korelasi kelembaban udara
Epidemiol. 2018; 6(3): 260-267. terhadap epidemi demam berdarah yang terjadi di
doi:10.20473/jbe.v6i3.2018.260-267 kabupaten dan kota serang 1. Ubed Alizkan. 2017;
3(1): 23-29.

50
Jurnal Bahana Kesehatan Masyarakat (Bahana of Journal Public Health) Vol 3 No 1
p-ISSN: 2085-1677 / e-ISSN: 2621-380X
2019

SITUASI PRA ELIMINASI MALARIA DI KABUPATEN OKUS

Maya Arisanti*, Rizki Nurmaliani

Balai Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Baturaja


Jl. A. Yani Km 7 Kemelak-Baturaja, Sum-Sel
*
Alamat korespondensi: maya_arisanti@yahoo.co.id

ABSTRAK

Latar belakang: Malaria merupakan penyakit menular yang masih menjadi masalah kesehatan global termasuk di
Indonesia. Untuk memberantas malaria, pemerintah telah mencanangkan gerakan eliminasi malaria di seluruh wilayah
Indonesia dengan target tahun 2030 indonesia bebas malaria. Eliminasi malaria di Kabupaten Ogan Komering Ulu
Selatan (OKUS) ditargetkan di tahun 2020.
Metode: Data dalam penulisan ini berasal dari data sekunder Dinas Kesehatan Kabupaten OKUS tahun 2017 dan 2018.
Hasil: API Kabupaten OKUS di tahun 2017 dan 2018 adalah 0,470/00 dan 0,630/00. Plasmodium falciparum
merupakan penyebab terbesar dari kasus malaria yang terjadi di Kabupaten OKUS yaitu 135 kasus di tahun 2017 dan
200 kasus di tahun 2018. Masih ditemukan kasus penularan setempat di Kabupaten OKUS dalam dua tahun terakhir
yaitu 93 kasus di tahun 2017 dan 112 kasus di tahun 2018. Penderita malaria laki-laki lebih banyak dibandingkan
dengan penderita malaria wanita di tahun 2017, sebaliknya di tahun 2018 penderita malaria wanita lebih banyak dari
laki-laki. Berdasarkan kelompok umur, penderita malaria paling banyak terjadi pada kelompok umur produktif 15-64
tahun yaitu 77 kasus di tahun 2017 dan 112 kasus di tahun 2018.
Kesimpulan: Berdasarkan tiga kriteria eliminasi malaria, Kabupaten OKUS telah memenuhi indikator API <1 per
1000 penduduk, namun dalam kurung waktu dua tahun terakhir masih ditemukan kasus penularan setempat yang
seharusnya selama tiga tahun berturut-turut tidak boleh ada kasus penularan setempat sehingga di tahun 2020 dapat
diusulkan untuk eliminasi malaria.

Kata kunci: malaria; eliminasi; kabupaten OKUS

PRA ELIMINATION OF MALARIA SITUATION IN THE DISTRICT OKUS

ABSTRACT

Background: Malaria is an infectious disease that is still a global health problem including in Indonesia. To eradicate
malaria, the government has launched a malaria elimination movement in all regions of Indonesia with a target of
malaria-free Indonesia in 2030. Elimination of malaria in OKUS District is targeted for 2020.
Methods: The data in this writing come from secondary data from the OKUS District Health Office in 2017 and 2018.
Based on these data, the results of the API in OKUS District in 2017 and 2018 are 0.470 / 00 and 0.630 / 00.
Plasmodium falciparum is the biggest cause of malaria cases that occurred in OKUS Regency, namely 135 cases in
2017 and 200 cases in 2018. There are still cases of local transmission in OKUS District in the last two years, namely
93 cases in 2017 and 112 cases in 2018 Male malaria sufferers are more compared to female malaria sufferers in
2017, on the contrary in 2018 there are more female malaria sufferers than men. Based on age group, most malaria
sufferers occur in the productive age group of 15-64 years, namely 77 cases in 2017 and 112 cases in 2018.
Conclusion: Based on the three criteria for malaria elimination, Kabupaten OKUS has fulfilled the API indicator <1
per 1000 inhabitants, but in time brackets in the last two years are still found in cases of local transmission which
should not have been a case of local transmission for three consecutive years so that by 2020 it could be proposed for
malaria elimination.

Keywords: malaria; elimination; district OKUS

51
Jurnal Bahana Kesehatan Masyarakat (Bahana of Journal Public Health) Vol 3 No 1

PENDAHULUAN tahun 2020. Kabupaten OKUS merupakan salah


satu kabupaten yang masuk tahap pembebasan
Malaria merupakan salah satu penyakit
malaria. Berdasarkan roadmap tersebut target
menular yang masih menjadi masalah kesehatan
kabupaten OKUS eliminasi malaria pada tahun
masyarakat di dunia termasuk Indonesia dengan
2020. Untuk mendapatkan sertifikat tersebut
angka kesakitan dan kematian yang cukup tinggi
Kabupaten/kota harus memenuhi beberapa
dan berpotensi menimbulkan kejadian luar biasa
persyaratan. Persyaratan tersebut adalah SFR
(KLB).1,2 Malaria merupakan penyakit yang
<5%, angka API <10/00 dan tidak ditemukan
disebabkan oleh plasmodium yang ditularkan
kasus malaria karena penularan setempat selama
melalui perantara nyamuk Anopheles betina
3 tahun berturut-turut. Tujuan penulisan artikel
sebagai vektornya. Akibat yang ditimbulkan
ini untuk melihat bagaimana situasi di Kabupaten
penyakit ini selain kematian juga mengakibatkan
OKUS sebelum eliminasi malaria tahun 2020.
turunnya kualitas sumber daya manusia.3
Setiap tahun lebih dari 500 juta penduduk
dunia terinfeksi malaria dan lebih dari 1.000.000 METODE
orang meninggal dunia. Kasus terbanyak
terdapat di Afrika dan beberapa negara Asia, Data dalam penulisan ini berasal dari data
Amerika Latin, Timur Tengah dan beberapa sekunder Dinas Kesehatan Kabupaten OKUS
bagian negara Eropa.1 Berdasarkan data World tahun 2017 dan 2018.
Malaria Report Badan Kesehatan Dunia atau
World Health Organization (WHO) tahun 2016
HASIL DAN PEMBAHASAN
terdapat sekitar 212 juta kasus baru malaria dan
menyebabkan kematian sekitar 429 ribu orang di Gambaran Wilayah Kabupaten OKUS
seluruh dunia. Pada tahun 2016 sejumlah 178,7 Kabupaten OKUS merupakan salah satu
juta penduduk Indonesia (69%) telah hidup di kabupaten yang terdapat di Provinsi Sumatera
daerah bebas penularan malaria, sejumlah 63,6 Selatan. Secara geografis, Kabupaten OKUS
terletak di antara 103022-104021 Bujur Timur
juta penduduk (25%) hidup didaerah risiko
dan antara 04014-04055 Lintang Selatan dengan
rendah penularan malaria, sisanya yang hidup di luas wilayah 5.849,89 Km2 atau 549.394 Ha.
daerah risiko sedang dan tinggi.4 Annual Parasite Batas-batas Kabupaten OKUS yaitu sebelah
Incidens (API) Indonesia mengalami penurunan utara berbatasan dengan Kecamatan Ulu Ogan,
pada tahun 2000 : 3.62 0/00 pada tahun 2013 : 1.38 Kecamatan Pengandonan, dan Kecamatan
0
/00 pada tahun 2014 menjadi 1 0/00, 0,82 0/00 pada Lengkiti Kabupaten Ogan Komering Ulu.
tahun 2015 , 084 ‰ pada tahun 2016.5 API Sebelah Selatan berbatasan dengan Kabupaten
Lampung Barat dan Pesisir Barat Provinsi
Indonesia tahun 2017 0,9910/00.6 Sumatera
Lampung, juga Kabupaten Kaur Provinsi
Selatan merupakan salah satu provinsi endemis Bengkulu. Sebelah Barat berbatasan dengan
malaria di Indonesia dengan API tahun 2017 Kabupaten Bengkulu Selatan Provinsi Bengkulu
sebesar 0,1110/00.6 Kabupaten Ogan Komering dan Kabupaten Muara Enim. Sebelah Timur
Ulu Selatan (OKUS) merupakan kabupaten yang berbatasan dengan Kabupaten Ogan Komering
berada di Sumatera Selatan. Berdasarkan data Ulu Timur dan Kabupaten Way Kanan Provinsi
Lampung. Topografi wilayah Kabupaten Ogan
kemenkes Kabupaten OKUS termasuk
Komering Ulu Selatan sebagian besar
kabupaten endemis malaria dengan kasus merupakan dataran tinggi yang membentuk
malaria klinis 3180 kasus pada tahun 2011 dan di bukit-bukit dan gunung-gunung. Ketinggian
tahun 2014 API 0,16 per 1000 penduduk.7 wilayahnya berkisar antara 45 s/d 1.643 mdpl.9
Sampai bulan Juli tahun 2018, di
Indonesia terdapat 272 kabupaten/kota telah Situasi Malaria di Kabupaten OKUS tahun
mencapai eliminasi malaria dan 3 provinsi yang 2017 dan 2018
seluruh kabupaten/kotanya telah mencapai Malaria merupakan penyakit menular
eliminasi malaria. Untuk memberantas malaria, yang masih menjadi masalah kesehatan di
pemerintah telah mencanangkan gerakan Kabupaten OKUS. Hal ini terlihat dari kenaikan
eliminasi malaria di seluruh wilayah Indonesia angka API di Kabupaten OKUS dua tahun
dengan target tahun 2030 Indonesia bebas terakhir. Angka API Kabupaten OKUS
malaria.8 Eliminasi malaria yang dicanangkan mengalami kenaikan pada tahun 2017 sebesar
terbagi dalam beberapa tahap, untuk wilayah 0,470/00 menjadi 0,630/00 di tahun 2018.
Sumatera sendiri target eliminasinya adalah Berdasarkan data Dinas Kesehatan Kabupaten

52
Evaluasi Praeliminasi Malaria …
Maya Arisanti, Rizki Nurmaliani
2019

OKUS puskesmas yang mempunyai angka API tahun 2017, Puskesmas Banding Agung di tahun
paling tinggi di tahun 2017 yaitu Puskesmas 2018 masih mempunyai angka API tertinggi
Banding Agung dan Puskesmas Muara Dua yaitu yaitu 3,330/00 disusul Puskesmas Muara Dua
sebesar 3,870/00 dan 1,420/00. Sama halnya di sebesar 30/00
.

3,87
4,00 3,33

3,00 3,00

2,00
1,00 0,61
1,42
0,100,00 0,00 0,14 0,13
0,08 0,02 0,00 0,66
0,00 0,00 0,00 0,06 0,00 0,00
0,00 0,00 0… 0,11 0,73
0,00
0,10 0,08 0,08 0,15 0,63
0,00 0,00 0,00
0,00 0,00 0,00 0,47
0,00 0,00 0,00

API 2017

API 2017 API 2018

Sumber : Dinkes Kabupaten OKUS 2018

Gambar 1. Angka API per Puskesmas di Kabupaten OKUS tahun 2017 dan 2018

Penyebab Malaria adalah parasit ditemukan adalah P. falciparum dan P. vivax.11


Plasmodium yang ditularkan melalui gigitan Kasus malaria yang terjadi di Kabupaten OKUS
nyamuk Anopheles betina. Di Indonesia dikenal paling tinggi disebabkan oleh infeksi P.
5 (lima) macam spesies yaitu: Plasmodium falciparum diikuti infeksi P.vivax. Infeksi P.
falciparum, Plasmodium vivax, Plasmodium falciparum sering menimbulkan malaria
ovale, Plasmodium malariae dan Plasmodium berat/malaria serebralis dengan angka kematian
knowlesi. Parasit yang terakhir disebutkan ini yang tinggi. Infeksi oleh spesies ini
belum banyak dilaporkan di Indonesia.10 Di menyebabkan parasitemia yang meningkat jauh
Kabupaten OKUS sendiri terdapat dua jenis lebih cepat dibandingkan dan merozoitnya
parasit Plasmodium penyebab malaria yaitu menginfeksi sel darah merah dari segala umur
P.falciparum dan P.vivax. Berdasarkan data baik muda maupun tua.11
Dinas Kesehatan Kabupaten OKUS sebagian Salah satu upaya untuk memberantas
besar penderita malaria disebabkan oleh P. malaria adalah eliminasi malaria. Berdasarkan
falciparum yaitu 135 kasus pada tahun 2017 dan SK Menteri Kesehatan RI No.
200 kasus pada 2018. Berdasarkan data per 293/Menkes/SK/IV/2009 tentang eliminasi
puskesmas, seluruh penderita malaria di malaria di Indonesia. Eliminasi malaria adalah
Puskesmas Banding Agung disebabkan oleh P. upaya untuk menghentikan penularan malaria di
falciparum yaitu 78 kasus pada tahun 2017 dan suatu wilayah tertentu seperti kabupaten/kota
70 kasus pada tahun 2018. Untuk lebih jelasnya atau provinsi. Hal ini merupakan kesepakatan
dapat dilihat di tabel 1. global yang dihasilkan dalam pertemuan WHA
Kabupaten OKUS merupakan salah satu ke 60 di Geneva tahun 2007 tentang eliminasi
kabupaten dengan tingkat endemisitas malaria malaria bagi tiap negara dan komitmen regional
rendah. Suatu wilayah dikatakan endemis (Asia Pacific Malaria Elimination
malaria apabila wilayah puskesmas atau Network/APMEN) tahun 2014 tentang eliminasi
kabupaten/kota masih terjadi penularan malaria.4 malaria diseluruh kawasan Asia Pasifik pada
Di Indonesia spesies yang paling sering tahun 2030.12 Kabupaten/kota, provinsi, dan

53
Jurnal Bahana Kesehatan Masyarakat (Bahana of Journal Public Health) Vol 3 No 1

pulau dinyatakan sebagai daerah tereliminasi Suatu wilayah dapat diusulkan untuk disertifikasi
malaria bila tidak ditemukan lagi kasus eliminasi malaria apabila memenuhi tiga kriteria
penularan setempat (indigenous) selama 3 (tiga) yaitu SPR <5%, API<1 per 1000 penduduk dan
tahun berturut-turut serta dijamin dengan tidak ada kasus penularan setempat (kasus
kemampuan pelaksanaan surveilans yang baik.13 indigenous) selama tiga tahun terakhir.

Tabel 1. Kasus Malaria Berdasarkan Kelompok Umur per Puskesmas di Kabupaten OKUS tahun 2017 dan
2018
No Puskesmas 0-11 bulan 1-4 th 5-9 th 10-14 th 15-64 th >65 th

2017 2018 2017 2018 2017 2018 2017 2018 2017 2018 2017 2018
1 PKM Banding Agung 2 4 13 13 15 11 14 2 36 39 0 0

2 PKM BPR Ranau tengah 0 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0


3 PKM Buana Pemaca 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0
4 PKM Buay Pemaca 1 0 0 1 0 2 0 1 0 2 0 0
5 PKM Buay Rawan 0 0 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0
6 PKM Buay Runjung 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
7 PKM Buay Sandang Aji 0 0 0 2 0 1 0 0 1 8 0 0
8 PKM Kisam Ilir 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
9 PKM Tenang 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
10 PKM Teluk Agung 0 0 0 0 2 0 0 0 11 2 0 0
11 PKM Muaradua 1 3 7 20 23 32 3 15 21 57 1 0
12 PKM Muaradua Kisam 0 0 1 0 0 1 0 0 1 1 0 0
13 PKM Pulau Beringn 0 0 0 0 0 0 0 0 2 0 0 0
14 PKM Runjung Agung 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0
15 PKM Simpang 0 0 1 0 3 0 2 0 4 2 0 0
16 PKM Sindang Danau 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
17 PKM Sungai Are 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
18 PKM tiga Digaji 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
19 PKM warkuk ranau selatan 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0
total 4 7 23 36 44 49 19 19 77 112 1 0

Sumber : Dinkes Kabupaten OKUS 2018

Berdasarkan roadmap eliminasi malaria, kurun waktu empat minggu sebelum sakit dan
Kabupaten OKUS direncanakan mencapai hasil pemeriksaan sediaan darah adalah positif
eliminasi malaria pada tahun 2020. Jika dilihat malaria.4 Indikasi penularan setempat ditandai
dari data dua tahun terakhir, nilai API Kabupaten dengan:
OKUS sudah berada di bawah 1 per 1000 1. Ditemukan kasus malaria positif terutama
penduduk. Meskipun nilai API OKUS sudah bayi dan anak <9 tahun positif malaria. Dari
tergolong kecil namun dari segi klasifikasi asal data masih ditemukan bayi penderita positif
penularan kasus masih ditemukannya kasus malaria yaitu 23 bayi di tahun 2017 dan 44
malaria dengan penularan setempat. Jika dilihat bayi di tahun 2018. Anak <9 tahun yang
dari target eliminasi Kabupaten OKUS tahun positif malaria adalah 67 anak di tahun 2017
2020 bebas malaria maka seharusnya tiga tahun dan 85 anak di tahun 2018. Penyakit ini
sebelumnya sudah tidak ada lagi kasus menjadi salah satu pembunuh terbesar
indigenous. Kasus indigenous adalah kasus yang terutama pada kelompok dengan faktor risiko
penularannya terjadi di wilayah setempat tinggi seperti bayi, anak balita dan ibu hamil.
(kabupaten/kota) dan tidak ada bukti langsung Di Indonesia setiap tahunnya terdapat 40
berhubungan dengan kasus impor. Artinya kasus kematian balita per 1000 kelahiran hidup
tersangka malaria tidak memiliki riwayat dimana 80% dari kematian tersebut terjadi
berpergian ke daerah endemis malaria dalam pada anak usia di bawah satu tahun yang

54
Evaluasi Praeliminasi Malaria …
Maya Arisanti, Rizki Nurmaliani
2019

sebagian besar disebabkan oleh penyakit berkaitan dengan kemampuan terbang


menular. Ini menunjukkan bahwa bayi, balita nyamuk dimana salah satu jenis Anopheles
dan ibu hamil merupakan kelompok yang mempunyai kemampuan terbang kurang dari
paling rentan terhadap malaria dan memiliki 0,8 km. Artinya kasus malaria tejadi karena
kecendrungan lebih besar untuk menderita di wilayah tersebut ada tempat perindukan
malaria berat yang dapat menimbulkan nyamuk vektor malaria.18 Penelitian yang
kemaatian.14 dilakukan di OKU menyatakan bahwa
2. Ditemukan vektor atau tersangka vektor. determinan utama yang mempengaruhi
Berdasarkan hasil penelitian yang pernah kejadian malaria adalah breeding place di
dilakukan di Desa Kota Padang Kecamatan sekitar rumah responden dengan OR=5,034.
Kisam Tinggi Kabupaten OKUS terdapat 2 Responden yang disekitar rumahnya terdapat
ekor Anopheles sinensis, 1 ekor An. breeding place berisko 5,034 kali lebih besar
separatus, dan 1 ekor An. subalbatus yang untuk menderita malaria dibandingkan
tertangkap.15 Penelitian yang dilakukan di dengan responden yang disekitar rumahnya
Desa Jagaraga dan Desa Sukajaya kabupaten tidak terdapat breeding place.19
OKUS tahun 2017 didapatkan tiga spesies 4. Banyak kasus pada kelompok wanita.
nyamuk Anopheles yang tertangkap yaitu Berdasarkan data dinkes Kabupaten OKUS
nyamuk An. vagus, An. nigerrimus, An kochi, tahun 2018 penderita kasus malaria paling
An. barbirostris.16 Vektor malaria di provinsi tinggi adalah berjenis kelamin perempuan
Sumatera Selatan yang telah dikonfirmasi yaitu 118 kasus. Penelitian di Pesisir Selatan
adalah An letifer, An. nigerrimus, An. menyatakan bahwa kasus malaria paling
maculatus. tinggi menginfeksi penduduk dengan jenis
3. Ditemukan tempat perindukan potensial. kelamin wanita yaitu 88,89%.20 Aktifitas
Berdasarkan penelitian yang pernah yang dilakukan oleh wanita cenderung lebih
dilakukan di Bandarjaya, Kisam Tinggi banyak dilakukan di rumah, hal ini
OKUS sebaran kasus malaria terlihat pada mengindikasikan bahwa kemungkinan
jarak antara 500 sampai 1500 meter dari penularan malaria terjadi di sekitar tempat
habitat perkembangbiakan nyamuk.17 Hal ini tinggal mereka.

200 200

150
70 107
78
100 135

50 0 0
0 0 3 1 11
0 0 3 0 39
1 1 0 0 0
0 2 0 0 0 0 2 20
0 1 0 1 0 11 0 2
0 0 0 0 0 0 1
0 17 0 0 2 0
0 0 1 0 0
2 1 0 0 0 1 24
1 0 3 0 0
1 0 7 0 0 31
0 0
0 0 0
0 0

Pv 2017 Pf 2017 Pv 2018 Pf 2018

Sumber : Dinkes Kabupaten OKUS 2018

Gambar 2. Kasus Malaria Berdasarkan Jenis Plasmodium per Puskesmas di Kabupaten OKUS tahun 2017
dan 2018

55
Jurnal Bahana Kesehatan Masyarakat (Bahana of Journal Public Health) Vol 3 No 1

120
112
100
80 93
62
35
60 45

40
0 0 10 35
14 0 0 1
20 1 1
0 0 0
0
0
0
0 0
0 0 0 0 0 0
0 0 0 0 0 0 2
0 0 0 0 0
0 0 1
0 0 0
0
0
0
100
2
0
0 0 0 0 0
0 0 0 0 0 0
0 0 0
0 0 0 0
0 0 0 14
0 0
0 0

kasus tidak diketahui 2017 Kasus Indigenous 2017 tidak diketahui 2018 Kasus Indigenous 2018

Sumber : Dinkes Kabupaten OKUS 2018

Gambar 3. Kasus Malaria Berdasarkan Klasifikasi Penularan per Puskesmas di Kabupaten OKUS tahun
2017 dan 2018

120
118
100 105

80
70 91
45 35 57
60 34
35 77
40
0 0 2 30
0 4 2 7
20 1 1
0
0
0
4 0 261
1 1 0
0 0
0 0 0 0 0 1 0
0 0 0 0 0
0 0 1 0
0 10 3 2
0 1
1 0
0 1 2 71 0 0
1 0 0 0 0
0 0 0 1
0 3 0
0 0 0
0 0 0

Perempuan 2017 Laki-Laki 2017 Perempuan 2018 Laki-Laki 2018

Sumber : Dinkes Kabupaten OKUS 2018

Gambar 4. Kasus Malaria Berdasarkan Jenis Kelamin per Puskesmas di Kabupaten OKUS tahun 2017 dan
2018

56
Evaluasi Praeliminasi Malaria …
Maya Arisanti, Rizki Nurmaliani
2019

Masih ditemukannya kasus malaria di Penelitian lain menyatakan bahwa


Kabupaten OKUS menandakan masih adanya masyarakat yang disekitar rumahnya ada
penularan di wilayah tersebut. Berdasarkan genangan air mempunyai risiko kejadian malaria
klasifikasi asal penularan, kasus malaria 4,250 kali dibanding rumah yang tidak terdapat
dibedakan menjadi empat kelompok yaitu kasus genangan air.22 Melindungi orang yang rentan
impor, kasus relaps, kasus indigenous (penularan dan berisiko terinfeksi malaria dilakukan dengan
setempat) dan kasus tidak diketahui. Data Dinas cara mencegah gigitan nyamuk seperti
Kesehatan Kabupaten OKUS menunjukkan pemakaian kelambu pada waktu tidur,
masih tingginya kasus indigenous di wilayah ini pemasangan kawat kassa pada ventilasi dan
yaitu 93 kasus pada tahun 2017 dan 112 kasus penggunaan obat anti nyamuk/repellent.11
pada 2018. Puskesmas Banding Agung dan Penelitian di Purworejo menyatakan
Puskesmas Muara Dua merupakan puskesmas bahwa ada hubungan yang bermakna antara
dengan kasus indigenous tertinggi. Untuk lebih penggunaan kelambu saat tidur malam dengan
jelasnya bisa dilihat pada gambar 3. kejadian malaria, dimana orang yang pada saat
Malaria di kabupaten OKUS paling tidur malam tidak menggunakan kelambu
banyak terjadi pada kelompok umur produktif mempunyai risiko 6,926 kali lebih besar terkena
yaitu umur 15-64 tahun. Berdasarkan data Dinas malaria dibandingkan dengan orang yang
Kesehatan Kabupaten OKUS tahun 2017 dan terbiasa tidur menggunakan kelambu.23
2018, sebanyak 77 kasus dan 112 kasus malaria Penelitian di Puskesmas Wolaang menyatakan
terjadi pada kelompok umur tersebut. bahwa ada hubungan bermakna antara
Jika dilihat dari proporsi jenis kelamin penggunaan obat anti nyamuk dengan kejadian
penderita malaria di Kabupaten OKUS pada malaria dimana responden yang tidak memakai
tahun 2017 paling banyak diderita oleh laki-laki obat anti nyamuk berisiko 3,82 kali lebih besar
yaitu 91 kasus, sedangkan pada tahun 2018 terkena malaria.24 Pemasangan kawat kassa juga
penderita malaria paling banyak diderita oleh merupakan faktor risiko terjadinya malaria
perempuan yaitu 118 kasus. dimana ada hubungan antara pemasangan kawat
Berdasarkan data per puskesmas, kassa dengan kejadian malaria, masyarakat yang
Puskesmas Banding Agung dan Puskesmas rumahnya tidak menggunakan kawat kassa
Muara Dua merupakan dua puskesmas dengan mempunyai risiko 2,781 kali lebih besar untuk
kasus malaria tertinggi. untuk lebih jelasnya terkena malaria.25
dapat dilihat di grafik pada gambar 4.
Masih adanya penularan kasus malaria di
wilayah Kabupaten OKUS menjadi perhatian
bahwa selain pemerintah, masyarakat pun harus KESIMPULAN DAN SARAN
ikut andil dalam pencegahan malaria. Secara
garis besar pencegahan malaria mencakup tiga Berdasarkan tiga kriteria eliminasi malaria,
aspek yaitu mengurangi sumber infeksi, Kabupaten OKUS telah memenuhi indikator API
memberantas nyamuk vektor malaria dan <1 per 1000 penduduk, namun dalam kurung
melindungi orang yang rentan dan berisiko waktu dua tahun terakhir masih ditemukan kasus
terinfeksi malaria.11 penularan setempat yang seharusnya selama tiga
Kegiatan pemberantasan nyamuk bisa tahun berturut-turut tidak boleh ada kasus
dilakukan dengan menghilangkan tempat-tempat penularan setempat sehingga di tahun 2020 dapat
perindukan nyamuk, membunuh larva nyamuk diusulkan untuk eliminasi malaria.
dan nyamuk dewasa. Pengendalian tempat Diperlukan peran aktif masyarakat dalam
perindukan dapat dilakukan dengan pembersihan kegiatan pemberantasan malaria supaya tidak
tumbuhan air yang menghalangi aliran air, terjadi lagi penularan malaria di wilayah mereka
melancarkan aliran saluran air dan menimbun seperti pemberantasan sarang nyamuk melalui
lubang-lubang yang mengandung air. Hasil kegiatan gotong royong dan peningkatan
survei jentik yang dilakukan pada perairan yang pemahaman tentang bagaimana mencegah
diduga sebagai tempat perindukan nyamuk pada gigitan nyamuk melalui sosialisasi bagi
penelitian di Desa Lubuk Nipis, Muara Enim masyarakat.
didapatkan jentik Anopheles sp pada semua
genangan air.21

57
Jurnal Bahana Kesehatan Masyarakat (Bahana of Journal Public Health) Vol 3 No 1

UCAPAN TERIMA KASIH Imunisasi. Ditjen PPPL Kemenkes RI. Jakarta.


2014
Terimakasih disampaikan kepada Kepala 15. Sitorus, Hotnida, dkk. Keanekaragaman Spesies
Dinas Kesehatan Kabupaten OKUS, Kepala Nyamuk di Wilayah Endemis Filariasis di
Kabupaten Banyuasin dan Endemis Malaria di
Balai Litbang Kesehatan Baturaja yang telah OKU Selatan. Jurnal Balaba vol. 11 no 2,
menfasilitasi dan membantu dalam penulisan desember 2015: 97-104.
artikel ini. 16. Yahya, dkk. Keragaman Spesies Nyamuk di Desa
Jagaraga Kecamatan Buana Pemaca dan Desa
Sukajaya, Kecamatan Buay Rawan Kabupaten
DAFTAR PUSTAKA Ogan Komering Ulu Selatan. Laporan Penelitian
2017.
1. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia 17. Widyastuti, Umi. Studi Keanekaragaman Genetik
Nomor 293/Menkes/sk/IV/2009 Tentang Anopheles maculatus di Beberapa Daerah di
Eliminasi Malaria di Indonesia. Indonesia. 2011. Laporan Akhir Penelitian Balai
2. Kementerian Kesehatan RI. Pedoman Besar Penelitian dan Pengembangan Vektor dan
Pengendalian Vektor Malaria. Jakarta. Ditjen Reservoir Penyakit Badan Penelitian dan
Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Pengembangan Kesehatan Kementeria Kesehatan.
Lingkungan Kemenkes RI. 2014 18. Kementerian Kesehatan RI. Atlas Vektor enyakit
3. Kementerian Kesehatan RI. Buku Saku di Indonesia. Salatiga. Balai Besar Penelitian dan
Tatalaksana Kasus Malaria. Jakarta. Ditjen Pengembangan Vektor dan Reservoir Penyakit
Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Badan Litbang Kesehatan Kemenkes RI. 2011
Kemenkes RI. 2018 19. Hasyim, Hamzah, Anita Camelia, Nur Alam Fajar.
4. Kementerian Kesehatan RI. Petunjuk Teknis Determinan Kejadian Malaria di Wilayah
Penyelidikan Epidemiologi Malaria dan Pemetaan Endemis. Jurnal Kesehatan Masyarakat Nasional
Wilayah Fokus. Jakarta. Dirjen Pencegahan dan Vol. 8 No 7, Februari 2014: 291-294
Pengendalian Penyakit Kemenkes RI. 2017 20. Gusra, Tuti, Nuzulia Irawati, Delmi Sulastri.
5. Kementerian Kesehatan RI. Petunjuk Teknis Gambaran Penyakit Malaria di Puskesmas
Monitoring Evaluasi Efikasi Obat Anti Malaria di Tarusan dan Puskesmas Balai Selasa Kabupaten
Indonesia. Subdit Malaria Direktorat P2PTVZ Pesisir Selatan Periode Januari-Maret 2013. Jurnal
Ditjen Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Kesehatan Andalas 2014; 3(2); 234-237.
Kemenkes 2017. 21. Ahmadi, Supri, Sulistyanu, Mursid Raharjo.
6. Kementerian Kesehatan RI. Profil Kesehatan Faktor Risiko Kejadian Malaria di Desa Lubuk
Indonesia Tahun 2017. Jakarta. Kemenkes RI. Nipis Kecamatan Tanjung Agung Kabupaten
2018 Muara Enim. Jurnal Kesehatan Lingkungan
7. Profil Kesehatan Kabupaten Ogan Komering Ulu Indonesia. Vol 8 No. 1 April 2009: 20-25.
Selatan Tahun 2015. 22. Saputro, Kukuh Purwo, Arum Siwiendrayanti.
8. Surat Edaran Nomor HK.02.01/Menkes/584/2018 Hubungan Lingkungan Sekitar Rumah dan Praktik
Tentang Percepatan Penurunan Malaria di Pencegahan Dengan Kejadian Malaria Di Desa
Wilayah Endemis Malaria Kendaga Kecamatan Banjarmangu Kabupaten
9. Portal Resmi Pemerintah Kabupaten OKU Banjarnegara Tahun 2013. Unnes Journal of
Selatan, diakses tgl 15 April 2019 di Public Health 4 (2)(2015): 76-83.
https://okuselatankab.go.id/letak-geografis/. 23. Alami Restu, Retno Adriyani. Tindakan
10. Kementerian Kesehatan RI. Buku Saku Pencegahan Malaria di Desa Sudorogo Kecamatan
Tatalaksana Kasus Malaria. Jakarta. Ditjen Kaligesing Kabupaten Purworejo. Jurnal Promkes
Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Vol 4 No 2 Desember 2016:199-211.
Kemenkes RI. 2018 24. Manaroinsong Trifena, Woodford B.S Joseph,
11. Sutisna, Putu. Malaria Secara Ringkas dari Dina V. Rombot. Faktor-faktor yang Berhubungan
Pengetahuan Dasar Sampai Terapan. EGC. Dengan Kejadian Malaria di Puskesmas Wolaang
Jakarta. 2004 Kecamatan Langowan Timur Minahasa. Jurnal
12. Kementerian Kesehatan RI. Panduan Kesmas Vol. No. 2 Tahun 2015.
Pemeliharaan Eliminasi Malaria. Direktorat 25. Samino, Agung Aji Perdana. Determinan Perilaku
Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tular Masyarakat, Lingkungan Dengan Kejadian
Vektor dan Zoonotik Ditjen Pencegahan dan Malaria di Kabupaten Pesawaran. Jurnal
Pengendalian Penyakit Kemenkes RI. 2017 Kesehatan Vol. IV (2) Oktober 2013: 385-389.
13. Kementerian Kesehatan RI. Petunjuk Teknis
Penilaian Eliminasi Malaria. Direktorat
Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tular
Vektor dan Zoonotik Ditjen P2P Kemenkes RI.
2017.
14. Kementerian Kesehatan RI. Pedoman Pelaksanaan
Pelayan Terpadu Program Pengendaian Malaria
dengan Program Kesehatan Ibu, Anak dan

58
Jurnal Bahana Kesehatan Masyarakat (Bahana of Journal Public Health) Vol 3 No 1
p-ISSN: 2085-1677 / e-ISSN: 2621-380X
2019

HUBUNGAN RASIO KOLESTEROL TOTAL-HDL DAN


RASIO LINGKAR PINGGANG-PANGGUL DENGAN STROKE
DI RSUD RADEN MATTAHER JAMBI
TAHUN 2016

Junita*, Ernawati

Jurusan Keperawatan Poltekkes Kemenkes Jambi


*
Alamat Korespondensi: ita_bynita@yahoo.co.id

ABSTRAK

Latar Belakang: Stroke adalah keadaan yang timbul karena terjadi gangguan peredaran darah diotak yang
menyebabkan terjadinya kematian jaringan otak sehingga mengakibatkan seseorang menderita kelumpuhan dan
kematian. Di Indonesia, stroke merupakan penyakit nomor tiga yang mematikan setelah jantung dan kanker. Bahkan,
menurut survei tahun 2004, stroke merupakan pembunuh no.1 di RS Pemerintah di seluruh penjuru Indonesia.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara rasio kadar kolesterol total terhadap HDL, rasio lingkar
pinggang terhadap panggul dengan kejadian stroke di RSUD Raden Mattaher Jambi..
Metode: Penelitian ini menggunakan disain cross sectional, Populasi adalah pasien yang menderita stroke dan tidak
stroke dirawat di ruang perawatan RSUD Raden Mattaher Jambi dan sampel berjumlah 99 responden. Pengumpulan
data dilaksanakan pada tanggal 8 sampai dengan 26 Agustus 2016
Hasil: Hasil penelitian menunjukkan rata-rata kadar kolesterol total dan rata-rata HDL responden yang menderita
stroke lebih rendah dari yang tidak stroke yaitu 233,33 mg/dl dan 45,45 mg/dL. Sebanyak 26,3% responden
mempunyai rasio kolesterol HDL berisiko. Ada hubungan antara rasio kolesterol total terhadap HDL dengan
kejadian penyakit Stroke (p value 0,001). Sebanyak 60,6% responden mempunyai rasio lingkar pinggang dan
lingkar panggul berisiko. Ada hubungan antara rasio lingkar pinggang panggul dengan kejadian penyakit
stroke (p value 0,05) di RSUD RadenMattaher tahun 2016.
Kesimpulan: Rasio kolesterol total-HDL dan Rasio lingkar pinggang-panggul memiliki hubungan signifikan terhadap
terjadinya stroke.

Kata kunci: kolesterol; HDL; lingkar pinggang; lingkar panggul; stroke

THE RELATIONSHIP BETWEEN TOTAL CHOLESTEROL-HDL RATIO AND HIP-WAIST


RATIO WITH STROKE AT RSUD RADEN MATTAHER 2016

ABSTRACT

Background: Stroke is a condition that occurs when the blood supply to part of the brain is interrupted, which can
make brain damage and can lead to body paralysis or even death. Stroke is the third most common killer disease after
heart disease and cancer in Indonesia. According to 2004 survey, stroke was the first common killer disease in
Government hospital around Indonesia. The aim of this resesearch was to determinethe relationship between total
cholesterol ration with HDL and between hip-waist ration with stroke at RSUD Raden Mattaher in 2016
Methods: This was a cross sectional research in a population of pastients with and without stroke at RSUD Raden
Mattaher Jambi. The sample in this research were 99 respondents. Data were collected between 8-26 August 2016.
Results: Result showed that the mean total cholesterol level and mean HDL level of respondents who had stroke was
lower (233,33 mg/dl and 45,45 mg/dL respectively) than the respondents who didn’t have stroke. About 26,3% of
respondents had a risked total cholesterol-HDL ratio. There was a significant relationship between total cholesterol
and HDL ratio with stroke (p value 0,001). About 60,6% respondents were at risked hip-waist ratio level. There was a
significant relationship between hip-waist ratio with (p value 0,05) at RSUD RadenMattaher in 2016.
Conclusion: There a significant relationship between tottal cholesterol-HDL ratio and hip-waist ratio with stroe iat
RSUD Raden Mattaher Jambi in 2016.

Keywords: cholesterol; HD; waist measurement; hip measurement; stroke

59
Jurnal Bahana Kesehatan Masyarakat (Bahana of Journal Public Health) Vol 3 No 1

PENDAHULUAN Overweight dan obesitas dapat


menyebabkan kelainan metabolisme yang dapat
Stroke adalah keadaan yang timbul karena mempengaruhi tekanan darah, kolesterol,
terjadi gangguan peredaran darah diotak yang trigliserid, dan resistensi hormon insulin5.
menyebabkan terjadinya kematian jaringan otak Tekanan darah meningkatkan seiring
sehingga mengakibatkan seseorang menderita dengan bertambahnya usia. Hasil penelitian
kelumpuhan dan kematian1. Menurut Yayasan Budiarti (2015)6 menunjukkan ada hubungan
Stroke Indonesia (Yastroki), terdapat yang signifikan lingkar pinggang dan kolesterol
kecenderungan meningkatnya jumlah dengan tekanan darah. Lingkar pinggang dan
penyandang stroke di Indonesia dalam dasawarsa kadar kolesterol toral merupakan faktor yang
terakhir. Kecenderungannya menyerang generasi dapat mempengaruhi tekanan darah. Pengukuran
muda yang masih produktif. Hal ini akan rasio lingkar pinggang dan pinggul lebih sensitif
berdampak terhadap menurunnya tingkat dalam menilaii distribusi lemak dalam tubuh
produktifitas serta dapat mengakibatkan terutama yang berada di dinding abdomen. Rasio
terganggunya sosial ekonomi keluarga. lingkar pinggang dan pinggul dihitung dengan
Di Indonesia, stroke merupakan penyakit membagi ukuran lingkar pinggang dengan
nomor tiga yang mematikan setelah jantung dan lingkar pinggul. Ukuran lingkar pinggang,
kanker. Bahkan, menurut survei tahun 2004, menggambarkan tingginya deposit lemak
stroke merupakan pembunuh no.1 di RS berbahaya dalam tubuh sementara lingkar
Pemerintah di seluruh penjuru Indonesia. pinggul merupakan faktor protektif terhadap
Diperkirakan ada 500.000 penduduk yang kejadian penyakit kardiovaskuler. Faktor risiko
terkena stroke. Dari jumlah tersebut, kardiovaskuler akan muncul apabila rasio lingkar
sepertiganya bisa pulih kembali, sepertiga pinggang dan pinggul dengan nilai lebih atau
lainnya mengalami gangguan fungsional ringan sama dengan 0,85 pada perempuan dan 0,90 pada
sampai sedang dan sepertiga sisanya mengalami laki-laki7 .
gangguan fungsional berat yang mengharuskan Rumah Sakit Umum Daerah Raden
penderita terus menerus di kasur.2 Mattaher Jambi merupakan rumah sakit pusat
Widjaja dalam penelitiannya di instalasi rujukan di Propinsi Jambi yang melakukan
rawat inap RSUP Sanglan Denpasar perawatan pada penderita stroke. Data dari ruang
mengemukakan bahwa pada penderita stroke Neurologi RSUD Raden Mattaher Jambi, bahwa
iskemik paling banyak terjadi pada rentang usia kunjungan rawat inap penderita stroke cenderung
>55-56 tahun.3 Penyakit stroke iskemik dengan mengalami peningkatan. Berdasarkan data
hipertensi sebagian besar terjadi pada laki-laki RSUD Raden Mattaher Jambi jumlah pasien
yaitu 61,11%. Sebanyak 77,78% pasien tercatat yang dirawat dengan penyakit stroke setiap tahun
mengalami riwayat hipertensi sebelumnya dan mengalami peningkatan. Pada tahun 2012 jumlah
55,56% pasien mengalami komplikasi dengan pasien stroke sebanyak 289 kasus, meningkat
hipertensi, diabetes Melitus, dislipidemia pada tahun 2013 sebanyak 463 kasus dan
maupun kombinasi ketiganya. Hasil Riset meningkat tahun 2014 menjadi 502 kasus8.
Kesehatan Dasar (Riskesdas) 20134 diketahui Berdasarkan uraian diatas maka rumusan
penyakit stroke merupakan urutan prevalensi masalah penelitian ini adalah bagaimanakah
nomor empat terbanyak di Indonesia setelah hubungan antara rasio kadar kolesterol total
penyakit hipertensi, rematik dan hepatitis B. terhadap HDL serta rasio lingkar pinggang
Terjadi peningkatan stroke 8,3 per1000 pada terhadap panggul dan jenis kelamin dengan
tahun 2007 menjadi 12,1 per1000 pada tahun penderita stroke di RSUD Raden Mattaher Jambi
2013. tahun 2016?
Peningkatan kadar kolesterol seiring
dengan bertambahnya risiko penyakit jantung
koroner, namun hubungan antara tingkat METODE
kolesterol dan risiko stroke masih belum jelas.
Stroke dapat disebabkan karena hipertensi. Penelitian ini adalah penelitian
Obesitas merupakan faktor risiko yang penting observasional analitik dengan disain cross
untuk terjadinya hipertensi. sectional studi dengan menggunakan kelompok
pembanding.

60
Hubungan Rasio Kolesterol Total-HDL dan Rasio Lingkar Pinggang-Panggul dengan Stroke …
Junita, Ernawati
2019

Populasi dalam penelitian ini adalah Lingkar Panggul adalah hasil pengukuran
semua pasien yang menderita stroke dan bukan panjang lingkar panggul yang diukur pada
stroke dirawat di ruang perawatan RSUD Raden lingkar maksimal dari pantat dan pada bagian
Mattaher Jambi. atas simpisis ossis pubis dan rasio lingkar
Teknik pengambilan sampel dilakukan pinggang lingkar panggul adalah perbandingan
secara non random. Caranya adalah dengan antara hasil pengukuran lingkar pinggang dan
menemukan pasien stroke dan non stroke di lingkar panggul dengan hasil ukur Berisiko jika
ruang perawatan RSUD Raden Mattaher Jambi hasilnya pada wanita > 0,80 dan pria > 0,90.
pada saat periode penelitian. Karena pasien Analisis data secara univariat dalam
stroke hemoragic angka kejadiannya kecil bentuk penyajian tabel distribusi frekuensi dan
sehingga peneliti menggunakan kelompok tekstular. Sedangkan analisis bivariat
pembanding yaitu pasien yang tidak menderita menggunakan uji chi square
stroke namun berisiko untuk mengalami stroke.
Besar sampel penderita stroke Non
Haemoragic sebesar 33 orang. Dikarenakan HASIL DAN PEMBAHASAN
angka kejadian kecil, maka peneliti membuat
kelompok pembanding dengan jumlah sampel Data kadar kolesterol total didapat dengan
dua kali lipat dari sampel pasen stroke yaitu 66 cara melihat hasil pemeriksaan kadar kolesterol
orang. Sehingga total jumlah sampel berjumalh total yang telah dilakukan di bagian laboratorium
99 responden. Kriteria inklusi adalah responden RSUD Raden Mattaher Jambi. Dalam analisis ini
dengan umur diatas 40 tahun dan eksklusi pasien akan dilihat rata-rata kadar kolesterol total
yang mengalami stroke haemorogic. responden. Untuk lebih jelas dapat dilihat seperti
Pengumpulan data penelitian di RSUD tabel dibawah ini:
Raden Mattaher dilaksanakan dari tanggal 08
sampai dengan 26 Agustus 2016. Penelitian ini Tabel 1. Distribusi Rata-Rata Kadar Kolesterol
dilaksanakan di 5 ruang perawatan yaitu ruang dan HDL Pada Penderita Stroke di RSUD Raden
penyakit dalam, ruang neurologi, ruang Mattaher Jambi Tahun 2016
Stroke Non Stroke
perawatan kelas 1, ruang perawatan kelas 2,
Mean Median SD Min- Mean Median SD Min-Max
ruang VIP Pinang Masak dan ruang VIP Mayang Max
Mengurai. Kolesterol 233,33 237,00 41,965 135 -339 251,46 236,00 64,758 130 – 510
Tot
Pada tahap persiapan pengumpulan data HDL 45,45 42,00 18,338 15 – 90 46,11 41 13,548 21– 78
dilakukan persiapan instrumen penelitian dan Lingkar 80,04 80,20 8,444 58 – 91 78,58 78,58 4,923 70 – 91
administarasi. Pada tahan pengumpulan data Pinggang
Lingkar 80,88 84,10 15,985 60 - 95 83,95 84,5 4,590 74 - 92
dengan memilih responden sesuai kriteria inklusi panggul
dan eksklusi, memberikan informasi penelitian
kepada responden dengan jelas, meminta Hasil penelitian menunjukkan rata-rata
persetujuan pasien untuk menjadi responden kadar kolesterol total responden yang menderita
serta melakukan wawancara dan pengukuran stroke adalah 233,33 mg/dl, sedangkan rata-rata
lingkar pinggang dan panggul pada responden kadar kolesterol total responden yang tidak
terpilih. menderita stroke adalah 251,46. Jika dilihat dari
Variabel dependen stroke didapatkan data tersebut ternyata rata-rata kadar kolesterol
dengan melakukan telaah rekam medik dengan total penderita yang tidak stroke lebih tinggi
hasil ukur stroke dan non stroke. Variabel dibandingkan rata-rata kadar kolesterol penderita
Kolesterol Total diukur dengan cara telaah rekam yang mengalami stroke.
medik kadar kolesterol total responden yang Menurut WHO dalam Muttaqin, stroke
sudah tercatat dalam rekam medik, variabel HDL adalah adanya tanda-tanda klinik yang
didapat dengan cara telaah rekam medik, Rasio berkembang cepat akibat gangguan fungsi otak
Kolesterol dan HDL adalah suatu keadaan pasien fokal (global) dengan gejala-gejala yang
dimana kadar kolesterol total pasien berlangsung selama 24 jam atau lebih yang
dibandingkan dengan kadar HDL dengan hasil menyebabkan kematian tanpa adanya penyebab
ukur Berisiko jika hasilnya pada wanita ≤4,5 dan lain yang jelas selain vaskuler.9 Menurut
pria ≤4,0. Lingkar pinggang merupakan hasil Setiopranoto, faktor risiko stroke salah satunya
pengukuran panjang lingkar pinggang yang adalah dislipidemia.10 Dislipidemia merupakan
diukur antara crista iliaka dan kosta XII pada suatu keadaan meningkatnya kadar kolesterol
linkar terkecil. dalam darah.

61
Jurnal Bahana Kesehatan Masyarakat (Bahana of Journal Public Health) Vol 3 No 1

Dari hasil penelitian terlihat bahwa rata-


Kolesterol LDL disebut sebagai rata kadar HDL antara penderita yang mengalami
kolesterol jahat, yang membawa kolesterol dari stroke dan tidak stroke semuanya di bawah 60
hati ke dalam sel. Jumlah kolesterol LDL yang mg/dL. Jika dilihat dari nilai tersebut bahwa
tinggi akan menyebabkan penimbunan kolesterol responden yang tidak stroke mempunyai rata-
di dalam sel. Hal ini akan memacu munculnya rata nilai stroke yang berisiko. Nilai kadar HDL
proses atherosklerosis (pengerasan dinding yang kecil dari 60 mg/dL dapat merisiko untuk
pembuluh darah arteri). Proses atherosclerosis mengalami stroke.
akan menimbulkan komplikasi pada organ target Data tentang ukuran lingkar pinggang
(jantung, otak, dan ginjal). Proses tersebut pada didapat dengan cara melakukan pengukuran
otak akan meningkatkan risiko terkena stroke. lingkar pinggang pada responden oleh peneliti
Namun hasil penelitian ini menunjkkan dengan posisi pasien berdiri. Dalam analisis ini
rata-rata kadar kolesterol penderita yang tidak akan dilihat rata-rata besaran lingkar pinggang
stroke lebih tinggi dibandingkan penderita yang responden. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
mengalami stroke. rata-rata lingkar pinggang responden yang
Kadar kolesterol total diatas 200 mg/dL menderita stroke adalah 80,04 cm, sedangkan
merupakan faktor risiko terjadinya stroke. Pada rata-rata lingkar pinggang responden yang tidak
responden yang bukan stroke hampir sebagian menderita stroke adalah 78,58 cm. Lingkar
besar mengalami penyakit hipertensi. Menurut pinggang adalah indikator untuk menentukan
Kowalski. E.Robert (2010)11 seseorang disebut obesitas abdominal yang diperoleh melalui hasil
mengalami hipertensi apabila tekanan darahnya pengukuran panjang lingkar yang diukur di
lebih dari 140/90 mmHg atau lebih dari 135/85 antara crista illiaca dan costa XII pada lingkar
pada individu yang mengalami gagal jantung, terkecil, diukur dengan pita meteran non elastis
insufisiensi ginjal, atau diabetes mellitus. (ketelitian 1 mm). Bertambahnya ukuran lingkar
Hipertensi meningkatkan risiko stroke 2-4 kali pinggang berhubungan dengan peningkatan
lipat tanpa tergantung pada faktor risiko lainnya. prevalensi hipertensi11.
Faktor risiko tingginya kolesterol total di Lemak di perut adalah lemak paling
dalam darah dapat menyebabkan terjadinya berbahaya. Lemak yang berada di perut bagian
stroke, sehingga dapat disarankan kepada pihak dalam ini bakal mengeluarkan asam lemak bebas
RS agar memperhatikan kondisi pasien yang dan puluhan hormon yang bakal menimbulkan
mengalami hipertensi, karena hipertensi yang beragam masalah seperti menaiknya tekanan
dialami oleh pasien sangat berisiko sekali untuk darah, terjadinya resistensi insulin, dan masih
mengalami stroke. Perlunya perawatan yang banyak masalah lain. yang cukup berrat seperti
komprehensif dan menjaga pola makan yang munculnya penyakit jantung dan stroke.
baik pada penderita hipertensi agar penderita Beberapa Penelitian terdahulu
tidak mengalami komplikasi stroke. menjelaskan bahwa ukuran lingkar pinggang
Data kadar HDL didapat dengan cara yang besar berhubungan dengan tingginya
melihat hasil pemeriksaan kadar HDL yang telah tekanan darah, ukuran lingkar pinggang yang
dilakukan di bagian laboratorium RSUD Raden besar berhubungan dengan peningkatan faktor
Mattaher Jambi. Dalam analisis ini akan dilihat risiko terhadap penyakit kardiovaskular karena
rata-rata kadar HDL responden. lingkar pinggang dapat menggambarkan
Hasil penelitian menujukkan rata-rata akumulasi dari lemak intraabdominal atau lemak
HDL responden yang menderita stroke adalah visceral. Pada penelitian Pradana (2010)12
45,45 mg/dl dan rata-rata kadar HDL responden didapatkan bahwa ada hubungan antara rasio
yang tidak menderita stroke adalah 46,11. Jika lingkar pinggang lingkar panggung dengan
dilihat dari nilai HDL ternyata rata-rata HDL tekanan darah diastolik pada sunyek perempuan
penderita yang tidak mengalami stroke sedikit dan laki-laki, namun tidak ada hubungan
lebih tinggi dibandingkan penderita yang bermakna dengan tekanan darah sistole.
mengalami stroke. HDL (High Density Lingkar pinggang merupakan faktor
Lipoprotein) sering disebut kolesterol baik. risiko penyakit kardiovaskular yang paling
Semakin tinggi tingkat HDL, maka akan semakin menentukan jika dibandingkan dengan
baik untuk kesehatan, karena HDL melindungi pengukuran IMT.
dari penyakit jantung. Tingkat HDL minimal 60 Pengukuran lingkar panggul dilakukan
mg/dL atau lebih dapat membantu mengurangi dengan cara melakukan pengukuran antara crista
risiko penyakit jantung, dan sebaliknya tingkat iliaka dan kosta XII pada linkar terkecil dengan
HDL kurang dari 40 mg/dL justru menaikkan menggunakan pita centimeter non elastik.
risiko penyakit jantung.

62
Hubungan Rasio Kolesterol Total-HDL dan Rasio Lingkar Pinggang-Panggul dengan Stroke …
Junita, Ernawati
2019

responden dengan rasio kolesterol terhadap HDL


Hasil penelitian menunjukkan bahwa berisiko.
rata-rata lingkar panggul responden yang
mengalami stroke 80,88 cm dan rata-rata lingkar Dari data tersebut dapat diketahui bahwa
panggul responden yang non stroke adalah 83,95. lebih banyak responden perempuan yang
Lingkar panggul adalah indikator untuk mengalami stroke dengan rasio kolesterol
menentukan obesitas abdominal yang diperoleh terhadap HDL berisiko.
melalui hasil pengukuran panjang lingkar yang Rasio lingkar pinggang terhadap lingkar
diukur pada lingkar maksimal dari pantat dan panggul didapat dengan cara membagi hasil
pada bagian atas simpysis ossis pubis.Lingkar pengukuran lingkar pinggang dengan lingkar
panggul yang besar (tanpa menilai IMT dan panggul. Hasilnya dikatakan berisiko jika pada
lingkar pinggang) memiliki risiko diabetes wanita > 0,80 dan pria > 0,90. Dari analisis dapat
melitus dan penyakit kardiovaskular yang lebih dilihat pada tabel 3.
rendah Pengukuran lingkar panggul
dilaksanakan dengan posisi berdiri Tabel 3. Distribusi Responden Berdasarkan Rasio
Rasio kadar kolesterol terhadap HDL Lingkar Pinggang Panggul Pada Pasien Stroke di
didapat dengan cara membagi niai kolesterol RSUD Raden Mattaher Jambi Tahun 2016
total dengan HDL. Hasilnya dikatakan berisiko Rasio Lingkar Pinggang n %
jika hasil pembagian pada wanita ≤4,5 dan pria Panggul
≤4,0. Dari analisis dapat dilihat pada tabel 2. Berisiko 60 60,6
Tidak Berisiko 39 39,4
Tabel 2. Distribusi Responden Berdasarkan Rasio Jumlah 99 100
Kolesterol terhadap HDL Pada Pasien Stroke di
RSUD Raden Mattaher Jambi Tahun 2016 Hasil penelitian menunjukkan sebagian
Rasio Kolesterol n % besar (60,6%) responden dikategorikan rasio
terhadap HDL lingkar pinggang dan lingkar panggul berisiko.
Berisiko 26 26,3 Rasio lingkar pinggang panggul (RLPP) adalah
Tidak Berisiko 73 73,7 indikator untuk menentukan obesitas abdominal
Jumlah 99 100 yang diperoleh dengan cara menghitung
perbandingan antara lingkar pinggang (cm) dan
Hasil penelitian menunjukkan 26,3% lingkar panggul (cm). RLPP dapat dipakai untuk
responden dengan rasio kolesterol HDL berisiko. mendeteksi kelebihan lemak tubuh pada
Resiko terjadinya stroke akan meningkat bila seseorang dan akurat untuk mendeteksi risiko
terjadi peningkatan kadar kolesterol total yang penyebab PJK, beberapa jenis kanker,
diikuti dengan penurunan kadar HDL. Pada hiperkolesterolemia, hipertensi.
situasi ini rasio antara kadar kolesterol total World Health Organization5 secara garis
terhadap HDL akan naik sehingga dapat memicu besar menentukan kriteria obesitas berdasarkan
terbentuknya aterosklerosis. Rasio kolesterol rasio lingkar pinggang panggul jika rasio lingkar
total terhadap HDL merupakan prediktor kuat pinggang panggul pria > 0,90 dan pada wanita >
terhadap risiko stroke. 0,80. Jika ditinjau dari jenis kelamin, sebanyak
Risiko stroke dihitung dengan membagi 57,8% responden dengan rasio lingkar pinggang
kolesterol total dengan HDL Rekomendasi rasio terhadap panggul yang berisiko, sedangkan dari
kolesterol total terhadap HDL oleh National 35 responden perempuan, sebanyak 23 (65,7%)
Cholesterol Education Program (NCEP) yaitu responden dengan rasio lingkar pinggang
lebih rendah atau sama dengan 4,5 untuk pria terhadap panggul yang berisiko.
atau lebih rendah atau sama dengan 4,0 pada Rasio lingkar pinggang panggul (RLPP)
wanita13. Penelitian di Indonesia mengenai rasio dapat dipakai untuk mendeteksi kelebihan lemak
ideal antara kolesterol total terhadap HDL tubuh pada seseorang dan akurat untuk
diperoleh hasil bahwa risiko tinggi bila > 4 dan mendeteksi risiko penyebab PJK, beberapa jenis
normal bila ≤4. Rasio tersebut bersifat relatif kanker, hiperkolesterolemia, hipertensi.
tiapi individu14. Meningkatnya kadar kolesterol Beberapa hasil penelitian menunjukkan bahwa
dalam darah terutama LDL, akan menyebabkan RLPP akan meningkat dengan bertambahnya
terjadinya aterosklerosis. Dari hasil penelitian umur. Selain itu RLPP berkaitan dengan tingkat
jika dilihat dari jenis kelamin laki-laki sebanyak social ekonomi dan aktifitas fisik, dan pada pria
23,4% responden dengan rasio kolesterol berkaitan erat dengan konsumsi alkohol.
terhadap HDL yang berisiko, sedangkan Penelitian yang dilakukan di kodya Bogor
responden perempuan, sebanyak 31,4% menemukan bahwa ada kencenderungan
peningkatan tekanan darah pada kelompok RLPP

63
Jurnal Bahana Kesehatan Masyarakat (Bahana of Journal Public Health) Vol 3 No 1

tinggi dan ditemukan lebih banyak penderita antara kadar HDL dan risiko PJK. Bila
hipertensi. Selain itu RLPP ≥ 0.85 kadar dikelompokkan menurut tingkat HDL, subjek
trigliserida darah melebihi batas normal dengan kadar HDL lebih dari 60 mg/dL memiliki
demikian juga kadar kolesterol darah semakin risiko PJK lebih rendah dibandingkan mereka
meningkat, dengan demikian RLPP dapat yang memiliki HDL 40-60 mg/dL, tingkat ini
dipakai sebagai indikator yang sederhana untuk masih memiliki risiko yang lebih rendah
mengetahui risiko penyakit degeneratif daripada mereka yang memiliki HDL kurang dari
Analisis hubungan antara rasio kadar 40 mg/dL. Tidak ada batas optimal untuk efek
kolesterol total terhadap HDL dengan kejadian menguntungkan dari HDL pada risiko PJK yang
stroke dapat dilihat pada tabel4. telah diidentifikasi. Kadar HDL plasma diatas 75
mg/dL berefek perlindungan dari aterosklerosis
Tabel 4. Distribusi Responden Berdasarkan Rasio dan kebebasan relatif dari PJK. Peningkatan 1
Kadar Kolesterol Total Terhadap HDL Dan mg/dL dari HDL menurunkan risiko PJK sebesar
Kejadian Stroke di RSUD Raden Mattaher Jambi 2% pada pria dan 3% pada wanita16
tahun 2016
HDL memiliki banyak efek, termasuk
Rasio Kejadian Stroke Total P value
Kolesterol
transportasi kolesterol balik, antioksidan, anti-
Total Ya Tidak inflamasi, dan sifat antitrombotik yang diyakini
terhadap n % n % n %
sebagai atheroprotektif. Efek anti-inflamasi HDL
HDL termasuk membatasi ekspresi molekul adhesi
Berisiko 16 61,5 10 38,5 26 100 0,001 leukosit pada permukaan sel endotel,
Tidak Berisiko 17 23,3 56 76,7 73 100 mengurangi kemotaksis leukosit, dan penurunan
Total 33 33,3 66 66,7 99 100 ekspresi dari sejumlah sitokin, termasuk
interleukin 1 dan 6 serta Tumor Necrosis Factor-
Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada α(TNF-α). HDL cenderung berkontribusi
hubungan antara rasio kolesterol total terhadap sebagai penaksiran "faktor risiko negatif" pada
HDL dengan kejadian penyakit Stroke. Lebih penyakit jantung koroner.
lanjut dapat dijelaskan bahwa risiko stroke akan Hasil penelitian ini sejalan dengan
terjadi 5 kali pada penderita yang mempunyai penelitian yang dilakukan Firdiansyah (2014)16
rasio kolesterol total terhadap HDL pada wanita bahwa adanya hubungan antara antara rasio
≤4,5 dan pria ≤4,0. Dari data menunjukkan kadar kolesterol total terhadap HDL pada pasien
61,5% responden yang memiliki rasio kolesterol PJK. Menurut Davey Patrick17 bahwa hubungan
terhadap HDL dengan nilai berisiko menderita antara rasio kadar kolesterol total terhadap HDL
penyakit stroke. Sedangkan dari responden berhubungan signifikan penyakit jantung
dengan kadar rasio kolesterol terhadap HDL koroner.
dengan nilai tidak berisiko, sebanyak 23,3% Kolesterol berasal dari makanan,
responden menderita penyakit stroke. makanan yang mengandung lemak jenuh dapat
Resiko terjadinya stroke akan meningkat meningkatkan kolesterol dalam darah, untuk itu
bila terjadi peningkatan kadar kolesterol total perlu mengurangi konsumsi makanan yang
yang diikuti dengan penurunan kadar HDL. Pada berasal dari lemak jenuh. Dengan pengaturan diet
situasi ini rasio antara kadar kolesterol total dan olahraga yang sesuai dengan kondisi pasien
terhadap HDL akan naik sehingga dapat memicu dapat mengurangi risiko kolesterol dalam darah
terbentuknya aterosklerosis. Rasio kolesterol toal dan otomatis bisa mengurangi faktor risiko
terhadap HDL merupakan prediktor kuat terjadinya stroke
terhadap risiko stroke15. Analisis hubungan antara rasio lingkar
Rasio kolesterol total dengan kolesterol pinggang panggul dengan kejadian stroke dapat
HDL merupakan prediktor kuat dari risiko PJK15. dilihat pada tabel 5.
Rasio kolesterol total terhadap HDL berkorelasi
positif dengan risiko PJK, penting diperhatikan Tabel 5. Distribusi Responden Berdasarkan
karena nilainya lebih bermakna terhadap Rasio Lingkar Pinggang Panggul Dan
kemungkinan risiko terjadinya PJK. Rasio Kejadian Stroke di RSUD Raden Mattaher
kolesterol total dengan kolesterol HDL Jambi tahun 2016
memberikan informasi lebih lanjut tentang risiko Rasio Kejadian Stroke Total P value
penyakit jantung dari pada tingkat total olesterol Lingkar
Pinggang Ya Tidak
saja.
Sementara itu HDL dianggap kolesterol Panggul n % n % n %
baik antiaterogenik, terlibat dalam transportasi Berisiko 25 41,7 35 58,3 60 100 0,05
balik dari lipid. Studi epidemiologis telah Tidak Berisiko 8 20,5 31 79,5 39 100
menemukan hubungan yang berbanding terbalik Total 33 33,3 66 66,7 99 100

64
Hubungan Rasio Kolesterol Total-HDL dan Rasio Lingkar Pinggang-Panggul dengan Stroke …
Junita, Ernawati
2019

Hasil penelitian menunjukkan ada hubungan antara rasio lingkar pinggang panggul
hubungan antara rasio lingkar pinggang panggul dengan kejadian penyakit stroke (p value 0,05).
dengan kejadian penyakit stroke, artinya bahwa
rasio lingkar pinggang dan panggul pada wanita
> 0,80 dan pria > 0,90 mempunyai risiko tinggi DAFTAR PUSTAKA
untuk mengalami stroke. Hasil ini juga diperkuat
dengan data bahruwa rasio lingkar pinggang dan 1. Batticaca. Asuhan Keperawatan Klien dengan
panggul pada wanita > 0,80 dan pria > 0,90 akan Gangguan Sistem Persyarafan. Penerbit Salemba
berisiko hampir 3 kali untuk mengalami terkena Medika Jakarta. 2008.
stroke. Dari data didapatkan responden yang 2. Suci, Wice Purwani, Bayhakki. Hubungan
Kemampuan Keluarga Merawat Klien Pasca
memiliki rasio lingkar pinggang panggul Stroke Dengan Kekambuhan Klien Pasca Stroke.
berisiko berisiko lebih banyak menderita Jurnal Ners Indonesia. 2011; 2(1): 72-78
penyakit stroke dibandingkan dengan responden 3. Widjaja. Efektifitas Penggunaan Captropil Dalam
yang memiliki rasio lingkar pinggang panggul Penanganan Hipertensi pada Pasien Stroke
yang tidak berisiko. Iskemik di Instalasi Rawat Inap RSUP Sanglah
Hasil penelitian Sunarti dan Maryani Denpasar, Jurnal. 2004.
(2012)18 menunjukkan ada hubungan antara rasio 4. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan,
lingkar pinggang dan panggul dengan kejadian Departemen Kesehatan Republik Indonesia Riset
kejadian PJK pada pasien di RSUD Kabupaten Kesehatan Dasar (RISKESDAS) 2013. Jakarta
5. WHO. Cardiovascular Diseases. World Health
Sukoharjo. Organization. Geneva. 2013.
Pada wanita usia 70-80 tahun setiap 6. Budiarti, T. Hubungan Lingkar Pinggang dan
peningkatan 0,1 inci pada rasio lingkar pinggang Kadar Kolesterol Total dengan Tekanan Darah
panggul dapat menjadi faktor predisposisi pada Wanita Usia 46-55 tahun di Desa Singocandi
peningkatan kematian sebesar 28%. World Kecamatan Kota Kabupaten Kudus. Skripsi.
Health Organization (2013)5 secara garis besar Program Studi Ilmu Gizi Stikes Ngudi Waluyo.
menentukan kriteria obesitas berdasarkan rasio 2015.
lingkar pinggang panggul jika rasio lingkar 7. Supariasa Nyoman Dewa I, dkk. Penilaian Status
pinggang panggul pria > 0,90 dan pada wanita > Gizi (Edisi Revisi). Jakart. Penerbit Buku
Kedokteran EGC. 2013.
0,80. Untuk itu diharapkan kepada masyarakat 8. RSUD Raden Mattaher. Profil Rumah Sakit Umum
khususnya lansia agar menerapkan pola makan
Daerah Raden Mattaher Jambi. 2015.
yang baik untuk menghindari terjadinya
9. Muttaqin. Buku Ajar Asuhan Keperawatan
penumpukan lemak di bagian perut. Disamping Dengan Gangguan Sistem Persyarafan. Penerbit
itu olahraga ringan bisa mengurangi risiko Salemba Medika. Jakarta. 2008.
kelebihan berat badan. 10. Setyopranoto. I. Stroke: Gejala dan
Penatalaksanaan. CDK. 2011.
11. Kowalski. Robert E. Terapi Hipertensi: Program
KESIMPULAN 8 Minggu Menurunkan Tekanan Darah Tinggi dan
Mengurangi Risiko Serangan Jantung dan Stroke
Rata-rata kadar kolesterol total responden Secara Alami. Penerbit Qanita. Bandung. 2010.
12. Ernitasari Putu Diah., Djarwoto Bambang,.
yang menderita stroke adalah 233,33 mg/dl dan
Siswati Tri. Pola Makan, Rasio Lingkar Pinggang
lebih rendah dibandingkan yang tidak menderita Panggul (RLPP) dan Tekanan Darah di Puskesmas
stroke yaitu 251,46 mg/dl. Nilai rata-rata HDL Mergangsan Yogyakarta. Jurnal Gizi Klinik
responden yang menderita stroke juga sedikit Indonesia. 2006.
lebih rendah yaitu 45,45 mg/dl dibandingkan 13. Pradana Nur Oviyanti Hubungan Antara Lingkar
responden yang tidak menderita stroke yaitu Pinggang Dan Rasio Lingkar Pinggang Panggul
46,11 mg/dl. Sebanyak 26,3% responden Dengan Tekanan Darah Pada Subyek Usia
memiliki rasio kolesterol-HDL berisiko yaitu Dewasa. Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas
nilai pembagian kadar olesterol total dibagi kadar Maret, Surakarta. 2010.
14. Dalimartha, Setiawan. 36 Resep Tumbuhan Obat
HDL pada wanita ≤4,5 dan pria ≤4,0. Hasil
untuk Menurunkan Kolesterol. Penerbit Swadaya.
penelitian menunjukkan ada hubungan antara Jakarta. 2008.
rasio kolesterol total terhadap HDL dengan 15. Soeharto I. Penyakit Jantung Koroner dan
kejadian penyakit Stroke (p value 0,001). Serangan Jantung Jakartta : PT Gramedia Pustaka
Sebagian besar (60,6%) responden Utama. 2004: 73
dikategorikan rasio lingkar pinggang dan lingkar 16. Tisnadjaja. Jajat. Bebas Kolesterol dan Demam
panggul berisiko yaitu jika hasil rasio Berdarah dengan Angkak. Penerbit Swadaya
pengukuran lingkar pinggang dengan lingkar Jakarta. 2006.
panggul pada wanita > 0,80 dan pria > 0,90. Ada 17. Firdiansyah, Muhammad HafidzHubungan
Antara Total Rasio Kadar kolesterol Total

65
Jurnal Bahana Kesehatan Masyarakat (Bahana of Journal Public Health) Vol 3 No 1

Terhadap High-Density Lipoprotein (HDL) 19. Sunarti Sunarti dan Maryani, Elvira. Rasio
dengan Kejadian Penyakit Jantung Koroner di Lingkar Pinggang dan Panggul dengan Penyakit
RSUD Dr. Moewardi. Skripsi thesis, Universitas Jantung Koroner di RSUD Kabupaten Sukoharjo.
Muhammadiyah Surakarta. 2014. Journal article Buletin Penelitian Sistem
18. Davey Patrick. At a Glance Medicine. Penerbit Kesehatan. Januari 2013. Indobesia. 2012.
Erlangga Jakarta. 2005. 20. Fatimah, Detty N. Mencegah dan Mengatasi
Stroke. Penerbit Kujang Press. Yogyakarta. 2009.

66

Anda mungkin juga menyukai