Anda di halaman 1dari 96

ISSN 1907 - 3046

Volume 9, Nomor 1

Mei - Agustus 2014

Pengaruh Senam Nifas Terhadap Involusi Uterus pada Ibu Post Partum Primipara Pervaginam di Klinik Bersalin Tutun Sehati Tanjung Morawa
Tahun 2013
Nurlama Siregar

Perilaku Remaja dalam Hal Perubahan Fisiologis pada Masa Pubertas di SMP Yayasan Pendidikan Shafiyyatul Amaliyyah Medan Tahun
2013
Dina Indarsita, Mariaty S, Ravina Primursanti

Ketepatan Pemeriksaan BTA Apusan Langsung dan Metode Konsentrasi dengan Kultur dalam Mendiagnosis Tuberkulosis Paru di Medan
Lestari Rahmah, Amira Permatasari Tarigan,Bintang Yinke M. Sinaga

Rendahnya Pemberian Asi Eksklusif pada Ibu yang Bekerja Lingkungan XX Kelurahan Kwala Bekala Kecamatan Medan Johor Tahun 2013
Elisabeth Surbakti

Hubungan Perawatan Payudara Terhadap Produksi Asi pada Ibu Post Partum di Rumah Bersalin Tutun Sehati Tanjung Morawa 2013
Masnila

Efektivitas Kumur dengan Seduhan Teh Hijau dan Larutan Listerine Terhadap Ohi-S pada Siswa/i Kelas VIII BSMP Swastacerdas Bangsa Jl.
Titi Kuning Namorambe Link. Visidorejo Delitua Tahun 2014
Rosdiana T. Simaremare, Hasny, Yetti Lusiani

Efektifitas Menyikat Gigi Menggunakan Siwak dalam Menurunkan Indeks Plak pada Siswa MTs Swasta Alwasliyah Desa Lama Kecamatan
Pancur Batu Deli Serdang Tahun 2014
Adriana Hamsar, Cut Aja Nuraskin, Manta Rosma

Skrining Fitokimia dan Uji Kemampuan Sebagai Antioksidan dari Daun Jambu Biji (Psidium guajava. L)
Tri Bintarti

Peranan Penyuluhan Kesehatan Gigi dan Mulut Terhadap Peningkatan Kebersihan Gigi dan Mulut Siswa-Siswi Kelas VII-1 SMP N 31 Medan
Kecamatan Medan Tuntungan Tahun 2014
Nelly Katharina Manurung

Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Sikap Remaja Kelas XI Terhadap Hubungan Seksual Pranikah (Intercourse) di SMA Dharma Bakti
Medan Tahun 2014
Hanna Sriyanti Saragih, Rika Dinata Sianturi, Jujuren Sitepu

Hubungan Pengetahuan dan Sikap Bidan dengan Tindakan Induksi dan Akselerasi dalam Persalinan di Kota Pematangsiantar Tahun 2013
Tumiar Simanjuntak, Tiamin Simbolon, Kandace Sianipar

Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Ketidakikutsertaan Menjadi Akseptor KB pada Ibu Bersalin Peserta Jampersal di RSUD
Dr.Djasamen Saragih Pematangsiantar Tahun 2013
Juliani Purba, Tengku Sri Wahyuni, Sri Hernawati Sirait

Evaluasi Kepuasan Mahasiswa dalam Problem Based Learning Asuhan Kebidanan Kehamilan di Program Studi Kebidanan
Padangsidimpua
Irwan Batubara, Djaswadi Dasuki, Mubasysyir Hasanbasri

Sosial, Budaya Serta Pengetahuan Ibu Hamil yang Tidak Mendukung Kehamilan Sehat
Rina Doriana Pasaribu, Tria Feni Setia, Lusiana Gultom

Status Gizi Berhubungan dengan Kejadian ISPA pada Balita di Puskesmas Tanah Tinggi Binjai Tahun 2013
Yulina Dwi Hastuty, Dewi Meliasari, Suswati

Hubungan Karakteristik Ibu dengan Sectio Caesarea di Rumah Sakit TK IV 01.07.001 KESDAM I/BB Pematangsiantar
Dodoh Khodijah, Yessika Rouli Siburian, Renny Sinaga
ISSN 1907-3046

JURNAL ILMIAH

PANNMED
(Pharmacist, Analyst, Nurse, Nutrition, Midwifery, Environment, Dentist)

VOL. 9, NO. 1, MEI – AGUSTUS 2014


TERBIT TIGA KALI SETAHUN (PERIODE JANUARI, MEI, SEPTEMBER)

Penanggung Jawab: DAFTAR ISI


Dra. Ida Nurhayati, M.Kes. Editorial

Redaktur: Pengaruh Senam Nifas Terhadap Involusi Uterus pada


Drg. Herlinawati, M.Kes. Ibu Post Partum Primipara Pervaginam di Klinik
Bersalin Tutun Sehati Tanjung Morawa Tahun 2013
Penyunting Editor: oleh Nurlama Siregar...................................................1-7
Soep, SKp., M.Kes.
Nelson Tanjung, SKM., M.Kes. Perilaku Remaja dalam Hal Perubahan Fisiologis pada
Masa Pubertas di SMP Yayasan Pendidikan
Desain Grafis & Fotografer: Shafiyyatul Amaliyyah Medan Tahun 2013 oleh Dina
Ir. Zuraidah, M.Kes. Indarsita, Mariaty S, Ravina Primursanti.................8-13
Dra. Ernawaty, M.Si., Apt.
Yusrawati Hasibuan, SKM., M.Kes. Ketepatan Pemeriksaan BTA Apusan Langsung dan
Metode Konsentrasi dengan Kultur dalam
Sekretariat: Mendiagnosis Tuberkulosis Paru di Medan oleh Lestari
Sri Utami, SST, M.Kes. Rahmah, Amira Permatasari Tarigan,Bintang Yinke M.
Elizawardah, SKM., M.Kes. Sinaga........................................................................14-19
Rina Doriana, SKM., M.Kes.
Sumarni, SST. Rendahnya Pemberian Asi Eksklusif pada Ibu yang
Hafniati Bekerja Lingkungan XX Kelurahan Kwala Bekala
Kecamatan Medan Johor Tahun 2013 oleh Elisabeth
Alamat Redaksi: Surbakti.....................................................................20-25
Jl. Let Jend Jamin Ginting KM 13.5
Kelurahan Laucih Kec. Medan Tuntungan Hubungan Perawatan Payudara Terhadap Produksi
Telp: 061-8368633 Asi pada Ibu Post Partum di Rumah Bersalin Tutun
Fax: 061-8368644 Sehati Tanjung Morawa 2013 oleh Masnila.........26-31

Efektivitas Kumur dengan Seduhan Teh Hijau dan


Larutan Listerine Terhadap Ohi-S pada Siswa/i Kelas
VIII BSMP Swastacerdas Bangsa Jl. Titi Kuning
Namorambe Link. Visidorejo Delitua Tahun 2014 oleh
Rosdiana T. Simaremare, Hasny, Yetti Lusiani.....32-35

Efektifitas Menyikat Gigi Menggunakan Siwak dalam


Menurunkan Indeks Plak pada Siswa MTs Swasta
Alwasliyah Desa Lama Kecamatan Pancur Batu Deli
Serdang Tahun 2014 oleh Adriana Hamsar, Cut Aja
Nuraskin, Manta Rosma…….................................36-39

Skrining Fitokimia dan Uji Kemampuan Sebagai


Antioksidan dari Daun Jambu Biji (Psidium guajava.
L) oleh Tri Bintarti…...............................................40-44
Peranan Penyuluhan Kesehatan Gigi dan Mulut
Terhadap Peningkatan Kebersihan Gigi dan Mulut
Siswa-Siswi Kelas VII-1 SMP N 31 Medan
Kecamatan Medan Tuntungan Tahun 2014 oleh Nelly
Katharina Manurung................................................45-48

Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Sikap


Remaja Kelas XI Terhadap Hubungan Seksual
Pranikah (Intercourse) di SMA Dharma Bakti Medan
Tahun 2014 oleh Hanna Sriyanti Saragih, Rika Dinata
Sianturi, Jujuren Sitepu............................................49-55

Hubungan Pengetahuan dan Sikap Bidan dengan


Tindakan Induksi dan Akselerasi dalam Persalinan di
Kota Pematangsiantar Tahun 2013 oleh Tumiar
Simanjuntak, Tiamin Simbolon, Kandace
Sianipar.....................................................................56-60

Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan


Ketidakikutsertaan Menjadi Akseptor KB pada Ibu
Bersalin Peserta Jampersal di RSUD Dr.Djasamen
Saragih Pematangsiantar Tahun 2013 oleh Juliani
Purba, Tengku Sri Wahyuni, Sri Hernawati
Sirait..........................................................................61-66

Evaluasi Kepuasan Mahasiswa dalam Problem Based


Learning Asuhan Kebidanan Kehamilan di Program
Studi Kebidanan Padangsidimpua oleh Irwan Batubara,
Djaswadi Dasuki, Mubasysyir Hasanbasri.............67-71

Sosial, Budaya Serta Pengetahuan Ibu Hamil yang


Tidak Mendukung Kehamilan Sehat oleh Rina Doriana
Pasaribu, Tria Feni Setia, Lusiana Gultom.............72-78

Status Gizi Berhubungan dengan Kejadian ISPA pada


Balita di Puskesmas Tanah Tinggi Binjai Tahun 2013
oleh Yulina Dwi Hastuty, Dewi Meliasari,
Suswati......................................................................79-83

Hubungan Karakteristik Ibu dengan Sectio Caesarea di


Rumah Sakit TK IV 01.07.001 KESDAM I/BB
Pematangsiantar oleh Dodoh Khodijah, Yessika Rouli
Siburian, Renny Sinaga...........................................84-89

Diterbitkan oleh : POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MEDAN


Jl. Jamin Ginting KM. 13,5 Kel. Lau Cih Medan Tuntungan Kode Pos : 20136
PENGANTAR REDAKSI

Jurnal PANNMED merupakan salah satu wadah untuk menampung hasil penelitian Dosen Politeknik
Kesehatan Kemenkes Medan.

Jurnal PANNMED Edisi Mei – Agustus 2014 Vol. 9 No.1 yang terbit kali ini menerbitkan sebanyak 16
Judul Penelitian.

Redaksi mengucapkan terima kasih kepada:


1. Ibu Direktur atas supportnya sehingga Jurnal ini dapat terbit
2. Dosen-dosen yang telah mengirimkan tulisan hasil penelitiannya dan semoga dengan terbitnya jurnal
ini dapat memberi semangat kepada dosen yang lain untuk berkreasi menulis hasil penelitian sehingga
bisa diterbitkan ke Jurnal Pannmed ini.

Akhir kata, kami mengharapkan kritik serta saran yang membangun agar jurnal ini dapat menjadi jurnal yang
berkualitas seperti harapan kita bersama.

Redaksi
PENGARUH SENAM NIFAS TERHADAP INVOLUSI UTERUS PADA IBU
POST PARTUM PRIMIPARA PERVAGINAM DI KLINIK BERSALIN
TUTUN SEHATI TANJUNG MORAWA TAHUN 2013

Nurlama Siregar
Jurusan Keperawatan Medan

` Abstrak

Senam nifas merupakan latihan jasmani yang berfungsi untuk mengembalikan kondisi kesehatan, untuk
mempercepat penyembuhan, mencegah timbulnya komplikasi, memulihkan dan memperbaiki regangan
pada otot-otot setelah kehamilan, terutama pada otot-otot bagian punggung, dasar panggul, dan perut. Tujuan
dari penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah ada pengaruh senam nifas terhadap involusi uterus pada
ibu post partum pervaginam hari 1-3 di Klinik Bersalin Tutun Sehati Tanjung Morawa. Jenis penelitian yang
digunakan adalah quasi experimental dengan metode one group pre test and post test design. Teknik
pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan purposive sampling, yaitu cara untuk mendapatkan
besar sampel dengan memilih diantara populasi sesuai dengan yang dikehendaki oleh peneliti, jumlah
sampel dalam penelitian ini sebanyak 30 orang dimana terbagi alas 2 kelompok yaitu 15 orang sebagal
kelompok intervensi dan 15 orang sebagai kelompok kontrol. Instrumen penelitian yang digunakan berupa
Kuesioner Data Demografi (KDD) dan lembar pemeriksaan. Dari hasil penelitian ini, setelah ibu post partum
melakukan senam nifas selama 3 hari dengan gerakan yang benar, rata-rata penurunan tinggi fundus uterus
yaitu 5 cm per hari. Sedangkan penurunan tinggi fundus, uterus pada ibu post partum yang tidak melakukan
senam nifas rata-rata 2 cm per hari. Dari hasil perhitungan dengan menggunakan uji-t yaitu Independent
sampel T-Test didapatkan hasil t hitung 11,02 > t tabel 1,70. Ini berarti bahwa Ho ditolak yang menunjukkan
bahwa ada pengaruh senam nifas terhadap involusi uterus pada ibu post partum primipara pervaginam hari
1-3 di Klinik Bersalin Tutun Sehati Tanjung Morawa. Diharapkan hasil penelitian ini dapat diterapkan oleh
Klinik Bersalin Tutun Sehati Tanjung Morawa dengan memberikan motivasi kepada ibu-ibu post partum
untuk melaksanakan senam nifas yang bermanfaat dalam proses pemulihan diri pasca partus.

Kata kunci : Senam Nifas, Involusi Uterus, Ibu Post Partum Pervaginam

PENDAHULUAN Indonesia yang mencapai 128 dari 100.000 kelahiran


hidup, dinilai masih terlalu tinggi khususnya di
Dalam perhitungan statistik populasi kalangan negara-negara ASEAN.
penduduk dunia PBB, bayi yang lahir pada hari Senin, Disamping masalah di atas, rendahnya
31 Oktober 2011 adalah warga dunia yang ke tujuh kesadaran masyarakat tentang kesehatan ibu nifas juga
miliar. Hal itu terungkap dari sebuah laporan Kondisi menjadi faktor tertentu angka kematian, meskipun
Populasi Dunia 2011 yang dikeluarkan PBB. Laporan masih banyak faktor yang harus diperhatikan untuk
tersebut memandang tonggak populasi tujuh miliar menangani masalah ini. Penyebab kematian ibu adalah
sebagai tanda kelangsungan hidup lebih lama dan perdarahan, eklampsia atau gangguan akibat tekanan
peningkatan tingkat kelahiran bayi yang hidup. Negara- darah tinggi saat kehamilan, partus lama, komplikasi
negara penyumbang penduduk bumi terbesar dan aborsi, dan infeksi. perdarahan biasanya tidak bisa
tercepat ada di Negara-negara berkembang kawasan diperkirakan dan terjadi secara mendadak bertanggung
Asia dan Afrika seperti India, Pakistan, Tiongkok, jawab atas 28% kematian ibu. Sebagian besar kasus
Bangladesh, Nigeria, Ethiophia. Dari 7 miliar manusia perdarahan dalam masa nifas terjadi karena retensio
dunia, didominasi penduduk Asia, dengan jumlah yang plasenta dan atonia uteri (Departemen Kesehatan RI,
mencapai 4,2 miliar (The Children Indonesia, 2011). 2003).
Disamping angka pertumbuhan penduduk Menurut Dr. Firansisca dari Fakultas
yang makin tinggi, angka kematian, khususnya angka Kedokteran Universitas Wijaya Kusuma Surabaya,
kematian ibu bersalin juga masih tinggi. Berdasarkan banyak faktor potensial yang dapat menyebabkan
penelitian Woman Research Institute, angka kematian hemorrhage post partum (perdarahan post partum).
ibu melahirkan saat ini 307 per 100.000 kelahiran Faktor-faktor yang menyebabkan hemorrhage
hidup. Menurut Menteri Koordinator Kesejahteraan postpartum adalah atonia uteri, perlukaan jalan lahir,
Rakyat Agung Laksono, angka kematian ibu di retensio plasenta, atau kelainan pembekuan darah.

1
Jurnal Ilmiah PANNMED Vol. 9 No.1 Mei - Agustus 2014

Menurut Bobak (2004) penyebab perdarahan pelviks. Segera setelah proses persalinan puncak
setelah melahirkan yang paling sering ialah atonia uteri fundus kira-kira dua pertiga hingga tiga perempat dari
yaitu kegagalan otot rahim untuk berkontraksi dengan jalan atas diantara simfisis pubis dan umbilikus.
kuat. Atonia uteri adalah suatu keadaan dimana uterus Kemudian naik ke tingkat umbilikus dalam beberapa
gagal untuk berkontraksi dan mengecil sesudah janin jam dan bertahan hingga dua atau dua hari dan
keluar dari rahim. Atonia uteri terjadi ketika kemudian secara berangsur-angsur turun ke pelviks
myometrium. tidak berkontraksi. Salah satu cara yang yang secara abdominal tidak dapat terpalpasi di atas
dapat dilakukan untuk mencegah terjadinya perdarahan simfisis setelah sepuluh hari (Widianti, 2010).
pasca persalinan adalah dengan merangsang kontraksi Namun adakalanya dijumpai kegagalan uterus
miometrium maka salah satu upava yang dilakukan untuk kembali pada keadaan tidak hamil atau disebut
adalah senam nifas (Depkes, RI, 2003). dengan subinvolusi. Penyebab subinvolusi yang paling
Namun faktanya, para ibu pasca melahirkan sering ialah tertahannya fragmen plansenta dan infeksi
takut melakukan banyak gerakan, sang ibu khawatir (Bobak, 2004).
gerakan-gerakan yang akan dilakukannya akan Hasil berupa survei secara acak tentang efek
menimbulkan dampak yang tidak diinginkan. Padahal, senam nifas pada 1003 wanita Amerika mengaku
apabila ibu bersalin melakukan ambulasi dini, itu bisa setelah mengikuti program senam nifas dengan latihan
memperlancar terjadinya involusi uterus. Dan pada yang teratur mengalami pengerutan pada rahim yang
umumnya wanita yang telah melahirkan sering lebih kuat, selain itu juga mengalami penurunan pada
mengeluh bagian tubuhnya melar, bahkan kondisi berat badan selama enam minggu setelah melahirkan.
tubuhnya kurang prima akibat letih dan tegang. Dan dalam studi dari 1432 ibu nifas di Swedia yang
Sementara peredaran darah dan pernafasan belum melakukan senam nifas ditemukan bahwa mayoritas
kembali normal, sehingga untuk membantu 71% wanita tersebut mengalami metabolisme tubuh
mengembalikan tubuh ke bentuk dan kondisi semula yang lancar, dan pemulihan fisik yang lebih cepat
harus melakukan senam nifas yang teratur (Jurnal (Larson, 2002).
Kesehatan FORIKES, 2011). Hasil penelitian yang dilakukan oleh Yuniasih
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi Purwaningrum (2011) tentang Pengaruh Senam Nifas
involusi uterus. Faktor-faktor tersebut meliputi senam Kecepatan Penurunan Tinggi Fundus Uteri pada Ibu
nifas, mobilisasi dini post partum, menyusui dini, gizi, Post Partuni Primipara Hari 1-5 di Puskesmas
psikologis, faktor usia dan paritas (Widianti, 2010). Mergangsan Malang didapatkan hasil pada kelompok
Menurut Huliana (2005) salah satu faktor yang intervensi sebelum dilakukan senam nifas rata-rata
mempercepat involusi adalah senam nifas yaitu bentuk TFU adalah 11,75 cm dengan standar deviasi 0,67 cm.
ambulansi dini pada ibu-ibu nifas yang salah satu setelah dilakukan senam nifas diperoleh rata-rata TFU
tujuannya untuk memperlancar proses involusi, adalah 7,35 cm dengan standar deviasi 0,67 cm. Nilai
sedangkan ketidaklancaran proses involusi dapat rata-rata perbedaan antara pengukuran pertama dan
berakibat buruk pada ibu nifas seperti terjadi pengukuran kedua adalah 4,4 cm dengan standar,
perdarahan yang bersifat lanjut dan kelancaran proses deviasi 10,67 cm. Maka dapat disimpulkan ada
involusi. Manfaat senam nifas diantaranya adalah pengaruh senam nifas terhadap invulusi uterus, yaitu
membantu penyembuhan rahim, perut, dan otot pinggul perbedaan yang signifikan pada TFU sebelum dan
yang mengalami trauma serta mempercepat kembalinya setelah dilakukan senam nifas.
bagian-bagian tersebut ke bentuk normal, membantu Berdasarkan survei pendahuluan yang
menormalkan sendi-sendi yang menjadi longgar akibat dilakukan peneliti di Klinik Bersalin Tutun Sehati
kehamilan dan persalinan, serta mencegah pelemahan Tanjung Morawa pada bulan Februari 2013 belum
dan peregangan lebih lanjut. Latihan senam nifas dapat pernah diadakan senam nifas. Pada umumnya
segera dimulai dalam waktu 24 jam setelah melahirkan masyarakat/ibu nifas tidak melaksanakan senam nifas,
lalu secara teratur setiap hari (Bobak, 2004). hal ini dikarenakan ibu nifas belum mengetahui tentang
Namun perlu diketahui bentuk latihan senam senam nifas dan tidak menyadari bahwa dengan senam
nifas ibu pasta melahirkan normal dengan yang nifas (aktifitas fisik) akan mempengaruhi kebutuhan.
melahirkan dengan sesar tidak sama. Pada ibu yang otot akan oksigen, aliran darah menjadi lancar sehigga
melahirkan dengan cara sesar beberapa jam setelah dapat membantu proses pemulihan kesehatan setelah
keluar kamar operasi, latihan pernafasan dilakukan melahirkan. Menurut Bidan yang bekerja di Klinik
untuk mempercepat penyembuhan luka. Sementara tersebut, para ibu nifas tidak sempat melakukan senam
latihan untuk mengencangkan otot perut dan nifas karena kesibukan sehari-hari sehingga ibu nifas
melancarkan sirkulasi darah dibagian tungkai dapat melupakan kesehatannya.
dilakukan 2-3 hari setelah ibu dapat bangun dari tempat Hal tersebut di ataslah yang membuat penulis
tidur. Sedangkan pada persalinan normal, bila keadaan tertarik untuk melakukan penelitian tentang “Pengaruh
ibu sudah cukup baik, maka semua gerakan senam Senam Nifas terhadap Involusi Uterus pada Ibu Post
nifas dapat dilakukan (Widianti, 2010). Partum Primipara Pervaginam di Klinik Bersalin Tutun
Penurunan ukuran uterus yang cepat itu Sehati Tanjung Morawa Medan Tahun 2013”.
dicerminkan oleh perubahan lokasi uterus ketika turun
keluar dari abdomen dan kembah menjadi organ

2
Nurlama Siregar Pengaruh Senam Nifas Terhadap…

Perumusan Masalah Peneliti membuat perlakuan terhadap kelompok


Berdasarkan latar belakang di atas maka intervensi dan melakukan pengukuran sebelum dan
rumusan masalah penelitian ini adalah apakah ada sesudah dilaksanakannya intervensi.
Pengaruh Senam Nifas terhadap Involusi Uterus pada Penelitian ini telah dilaksanakan di Klinik
Ibu Post Partum Primipara Pervaginam di Klinik Bersalin Tutun Sehati Tanjung Morawa Medan.
Bersalin Tutun Sehati Tanjung Morawa? Penelitian ini telah dilaksanakan selama tiga
bulan yakni April sampai Juni 2013.
Tujuan Umum Populasi penelitian adalah sekumpulan unit
Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk penelitian. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh
mengetahui pengaruh senam nifas terhadap involusi ibu-ibu post partum primipara pervaginam di Klinik
uterus pada ibu post partum primipara pervaginam hari Bersalin Tutun Sehati Tanjung Morawa Medan, dimana
1-3 di Klinik Bersalin Tutun Sehati Tanjung Morawa rata-rata jumlah ibu bersalin sebanyak 30 orang setiap
Medan. bulan.
Sampel terdiri dari ibu-ibu post partum yang bersalin di
Tujuan Khusus Klinik Bersalin Tutun Sehati Tanjung Morawa Medan
1. Untuk mengidentifikasi involusi uterus sebelum selama penelitian dilakukan yang dibagi dua menjadi
melaksanakan senam nifas pada ibu post partum kelompok intervensi (ibu yang melakukan senam nifas)
primipara pervaginam hari 1-3 di Klinik Bersalin sebanyak 15 orang dan kelompok kontrol (ibu yang tidak
Tutun Sehati Tanjung Morawa Medan. melakukan senam nifas) sebanyak 15 orang.
2. Untuk mengidentifikasi involusi uterus sesudah Teknik pengambilan sampel menggunakan
melaksanakan senam nifas pada ibu post partum purposive saniphng. Kriteria sampel untuk kelompok
primipara pervaginam hari 1-3 di Klinik Bersalin intervensi sama dengan kriteria sampel untuk kelompok
Tutun Sehati Tanjung Morawa Medan. kontrol. Jumlah masing-masing didapatkan pada saat
3. Untuk menguji pengaruh senam nifas terhadap penelitian dilakukan.
involusi uterus pada ibu post partum primipara
pervaginam hari 1-3 di Klinik Bersalin Tutun Aspek Pengukuran
Sehati Tanjung Morawa Medan. Aspek pengukuran pada involusi uterus
dilakukan dengan mengukur penurunan tinggi fundus
Manfaat Penelitian uterus menggunakan pita meter. Hasil pengukuran
1. Bagi Peneliti. Manfaat penelitian ini bagi peneliti ditulis dalam lembar pemeriksaan menggunakan Skala
adalah untuk menambah pengetahuan dan ratio.
pengalaman tentang Pengaruh Senam Nifas Pengukuran dilakukan sebanyak 4 kali,
Terhadap Involusi Uterus pengukuran pertama sebelum dilakukan senam nifas,
2. Bagi Ibu-Ibu Post Partum. Manfaat penelitian ini selanjutnya pengukuran kedua dilakukan setelah
bagi responden adalah dapat meningkatkan melakukan senam nifas pada hari pertama, pengukuran
pengetahuannya pentingnya senam nifas selama ketiga dilakukan setelah melakukan senam nifas pada
masa nifas untuk mempercepat pemulihan hari pengukuran keempat dilakukan setelah melakukan
uterusnya ke kondisi sebelum hamil senam nifas pada hari ketiga. Lalu hasil pengukuran
3. Bagi Institusi Pendidikan. Sebagai bahan masukan kelompok intcrvcnsi dibandingkan dengan kelompok
dan informasi dalam mengembangkan pendidikan kontrol yaitu dengan membandingkan hasil rata-rata
keperawatan maternitas tinggi fundus uterus pretest andposttest masing-masing
4. Bagi Peneliti Selanjutnya. Manfaat penelitian ini kelompok untuk mengetahui pengaruh senam nifas
bagi peneliti selanjutnya dapat dijadikan sebagai terhadap involusi uterus pada ibu post partum
data awal ataupun data tambahan untuk pervaginam hari 1-3.
mengembangkan penelitian selanjutnya.
Teknik Pengolahan Data
Hipotesis Penelitian 1. Editing : melakukan pemeriksaan atau pengeeekan
Hipotesis penelitian ini adalah ada pengaruh data yang sudah dikumpulkan.
senam nifas terhadap involusi uterus pada ibu post 2. Coding : memberi kode (angka/tanda) pada setiap
primipara partum pervaginam hari 1-3 di Klinik Bersalin pernyataan dari jawaban
Tutun Sehati Tanjung Morawa Medan. 3. Tabulating : mempermudah pengolahan dan
analisa data serta pengambilan kesimpulan, maka
Metode Penelitian data dimasukkan ke dalam tabel.
Penelitian ini menggunakan pendekatan
kuantitatif dengan menggunakan desain quasi Teknik Analisa Data
experimental menggunakan satu kelompok kontrol dengan Setelah semua data dalam kuesioner
metode two group pre test and post test design. dikumpulkan, data dianalisa dengan menggunakan
Peneliti menggunakan dua kelompok, dimana teknik analisa kuantitatif. Data diolah dan disajikan
satu kelompok sebagai kelompok intervensi dan satu dalam bentuk tabel distribusi frekuensi yang
kelompok sebagai kelompok kontrol atau pembanding. memberikan gambaran tentang data demografi

3
Jurnal Ilmiah PANNMED Vol. 9 No.1 Mei - Agustus 2014

responden. HASIL PENELITIAN


Untuk melihat pengaruh senam nifas terhadap
involusi uterus pada ibu post partum pervaginam hari Karakteristik Responden
1-3, peneliti melakukan pengujian dengan Tabel 1. Distribusi Frekuensi Umur, Suku,
menggunakan uji-t yaitu Independent Sampel T-Test Pendidikan dan Pekerjaan Ibu Post Partum
sebelum intervensi dan sesudah intervensi, dimana, Primipara Pervaginam yang Senam Nifas di
peneliti membandingkan involusi uterus sebelum Klinik Bersalin Tutun Sehati Tanjung
intervensi, involusi uterus sesudah intervensi, dan Morawa Medan Tahun 2013
perbedaan kecepatan involusi uterus pada kelompok No Umur f %
intervensi dengan kelompok kontrol atau pembanding. 1 20-25 tahun 12 80
Menurut Arikunto (2010) secara umum, pola penelitian 2 26-30 tahun 3 20
Jumlah 15 100
dilakukan terhadap dua kelompok, yang satu
No Suku f %
merupakan kelompok intervensi dan kelompok kontrol 1 Melayu 4 25,0
atau kelompok pembanding yang tidak dikenai 2 Jawa 11 75,0
perlakuan. Setelah selesai dilaksanakan intervensi maka Jumlah 15 100
hasil kedua kelompok diolah dengan membandingkan No Pendidikan f %
kedua mean. Untuk sampel random bebas, pengujian 1 SMP 6 37,5
2 SMA 9 62,5
perbedaan mean dihitung dengan rumus t-test sebagi
Jumlah 15 100
berikut: No Pekerjaan f %
Mx − My 1 Tidak bekerja 9 56,0
thitung = 2 Wiraswasta 3 17,0
 ∑ x2 + ∑ y2   1 1  3 Petani 3 17,0
  +
 N + N − 2  N  Jumlah 15 100
 x y  x Ny 
Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui
Keterangan : bahwa responden terbesar berada pada kelompok umur
Mx = nilai rata-rata hasil kelompok 1 20-25 tahun sebanyak 13 orang (80,0%), umur 2630
My = nilai rata-rata hasil kelompok 2 tahun sebanyak 2 orang (20,0%). Suku responden
x = deviasi setiap nilai x2 dan x1 terbesar pada kelompok ibu yang senam nifas yaitu
y = deviasi setiap nilai y2 dan yang suku Jawa sebanyak 11 orang (75,0%), suku Melayu
N = jumlah sampel sebanyak 4 orang (25,0%). Pendidikan responden
Dimana : terbesar berlatar belakang pendidikan SMA sebanyak 9
orang (62,5%), kemudian pendidikan SMP sebanyak 6
(Σx) 2 orang (37,5%) dan pekerjaan responden terbesar
Σx2 dapat diperoleh dari Σx2 - dan
N merupakan ibu rumah tangga atau tidak bekerja
sebanyak 9 orang (56,0%), kemudian bekerja sebagai
(Σxy ) 2
Σy dapat diperoleh dari Σy -
2 2 wiraswasta sebanyak 3 orang (17,0%), bekerja sebagai
N petani sebanyak 3 orang (17,0%).
Untuk melihat hasil kemaknaan perhitungan
statistik digunakan derajat kemaknaan α = 0,05 (95% Pengaruh Senam Nifas terhadap Involusi Uterus pada
confidence level). Jika hasil perhitungan t hitung lebih Ibu Post Partum Primipara Pervaginam di Klinik
besar daripada t tabel, maka secara statistik H0 ditolak Bersalin Tutun Sehati Tanjung Morawa Tahun 2013
berarti ada pengaruh senam nifas terhadap involusi Kelompok Intervensi (Tinggi Fundus Uterus (cm)
uterus pada ibu post partum pervaginam hari 1-3 Responden Pre-test (x1) Post-test Beda (x) x2
(x2)
sebaliknya jika t tabel lebih besar daripada t hitung
Ki 1 11,5 5,5 6 36
maka HO diterima atau tidak ada pengaruh, senam Ki 2 11,5 6,5 5 25
nifas terhadap involusi uterus pada ibu post partum Ki 3 9.5 4.5 5 25
pervaginam hari 1-3. Ki 4 10,5 4,5 6 36
Ki 5 10,5 5,5 5 25
Ki 6 9,5 4,5 5 25
Ki 7 9,5 5 4,5 20,25
Ki 8 11,5 7,5 4 16
Ki 9 11,5 4,5 7 49
Ki 10 9.5 5 4,5 20.25
Ki 11 9,5 4,5 5 25
Ki 12 10,5 5,5 5 25
Ki 13 10,5 4,5 6 36
Ki 14 9,5 4,5 5 25
Ki 15 11,5 6,5 5 25
N=15 Σx1 = 156,5 Σx2 = 78,5 Σx = 78 Σx2 = 413,5
T hitung 11,02 db 28
T Tabel 1,70

4
Nurlama Siregar Pengaruh Senam Nifas Terhadap…

Untuk melihat pengaruh senam nifas terhadap studi dari 1432 ibu nifas di Swedia yang melakukan
involusi uterus pada kedua kelompok pembanding, senam nifas ditemukan bahwa mayoritas 71% wanita
hasil pengukuran dianalisa dengan menggunakan tersebut mengalami metabolisme tubuh yang lancar,
rumus t-test. Dimana derjat α = 0,05 (95% confidence dan pemulihan fisik yang lebih cepat (Larson, 2002).
level). Jika hasil t hitung > t tabel, maka Ho ditolak Dalam waktu 12 jam, tinggi fundus mencapai
yang artinya ada pengaruh senam nifas terhadap kurang lebih 1 cm di atas umbilicus. Dalam beberapa
involusi uterus pada ibu post partum primipara hari kemudian, perubahan involusi berlangsung dengan
pervaginam hari pertama sampai hari ketiga. Dan cepat. Tinggi fundus uterus turun kia-kira 1-2 cm,
sebaliknya, jika t hitung < t tabel maka Ho diterima setiap 24 jam. Pada hari keenam pascapartum fundus
yang berarti tidak ada pengaruh senam nifas terhadap normal akan berada di pertengahan antara umbilicus
involusi uterus pada ibu post partum pervaginam hari dan simfisis pubis. Uterus tidak bisa dipalpasi pada hari
pertarna sampai hari ketiga. ke-9 pascapartum (Bobak, 2004).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa involusi Dari hasil penelitian ini, setelah ibu post
uterus pada kelompok ibu yang senam nifas lebih cepat partum melakukan senam nifas selama 3 hari dengan
daripada kelompok ibu yang tidak senam nifas. Dengan gerakan yang benar, rata-rata penurunan tinggi fundus
hasil yang diperoleh t hitung = 11,02 dan d.b = 28 ; uterus yaitu 5 cm per hari. Sedangkan penurunan tinggi
maka t tabel 0,95 = 1,70. Karena t hitung > dari t tabel fundus uterus pada ibu post partum yang tidak
(11,02 > 1,70), maka dapat maka dapat disimpulkan melakukan senam nifas rata-rata 2 cm per hari.
bahwa Ho ditolak yang artinva ada pengaruh senam Dari data demografi diperoleh rata-rata umur
nifas terhadap involusi uterus pada ibu post partum responden pada kelompok intervensi dan kelompok
primipara pervaginam hari pertama sampai hari ketiga kontrol mayoritas berumur 20-30 tahun yang berarti
mayoritas, responden pada penelitian ini berada dalam
Pembahasan usia reproduksi sehat.
Berdasarkan hasil penelitian mengenai Menurut WHO, usia reproduksi sehat dikenal
pengaruh senam nifas terhadap involusi uterus pada ibu dengan usia aman untuk kehamilan dan persalinan
postpart pervaginam hari 1-3 di Klinik Bersalin Tutun adalah umur 20-30 tahun, dimana kehamilan ibu
Sehati Tanjung Morawa, didapat adanya perbedaan dengan usia di bawah 20 tahun berpengaruh kepada
penurunan tinggi fundus uterus antara kelompok kematangan fisik dan mental dalam menghadapi
kontrol dan kelompok intervensi. Hal ini sesuai dengan persalinan. Rahim dan panggul ibu seringkali belum
penelitian dan teori yang mengatakan bahwa senam tumbuh mencapai ukuran dewasa. Akibatnya diragukan
nifas bermanfaat untuk ibu post dibuktikan dari hasil kesehatan dan keselamatan janin dalam kandungan.
penelitian yang diperoleh dari uji-t yaitu t hitung 11,02 Selain itu mental ibu belum cukup dewasa sehingga,
> t tabel 1,70 yang artinya ada pengaruh senam nifas sangat meragukan pada keterampilan perawatan diri ibu
terhadap involusi uterus pada ibu post paitun, primipara dan bayinya.
pervaginam hari 1-3 di Usia hamil yang ideal bagi seorang wanita
Morawa. adalah antara umur 20-35 tahun, karena pada usia
Menurut Dewi (2011), senam nifas merupakan tersebut rahim sudah siap menerima kehamilan, mental
latihan jasmani yang berfungsi untuk mengembalikan juga sudah matang dan sudah mampu merawat sendiri
kondisi kesehatan, umuk mempercepat penyembuhan, bagi dan dirinya (Draper, 2001).
mencegah timbulnya komplikasi, memulihkan dan Dari segi paritas, keseluruhan responden
memperbaiki regangan pada otot-otot setelah berada pada kelompok ibu dengan paritas pertama atau
kehamilan, terutama pada otot-otot bagian punggung, golongan pertama (100,0%). paritas adalah jumlah anak
dasar panggul, dan perut. yang dilahirkan oleh seorang ibu baik yang hidup
Senam nifas mempunyai pengaruh yang maupun mati. Jumlah anak
bermakna terhadap penurunan tinggi fundus uteri, mempengaruhi involusi rahim. Otot-otot yang terlalu,
kontraksi uterus dan pengeluaran lochea pada ibu pasca sering teregang maka keadaan semula setelah teregang
salin hari I-III, dengan nilai masing-masing p=0,00. mernerlukan waktu yang sangat lama. Involusi uterus
Hal ini terjadi karena dengan melakukan senam nifas bervariasi pada ibu pasca persalinan dan biasanya ibu
akan memperlancar aliran darah dan meningkatkan yang paritasnya tinggi, proses involusinya menjadi
tonus otot-otot uterus, akibatnya proses autolysis lebih lambat. Hal inni dipengaruhi oleh keadaan
menjadi lancar, kontraksi uterus menjadi lebih kuat dan uterusnya. Karena semakin sering hamil akan sering
pengeluaran lochea semakin cepat (Jurnal Kesehatan kali mengalami regangan (Ambarwati, 2009).
FORIKES, 2011). Dari segi suku, responden terbesar berada
Hasil penelitian ini juga didukung oleh Larson pada kelompok suku Jawa (75%). Menurut Philip
berupa survei secara acak tentang efek senam nifas Kotler, banyak faktor yang mempongaruhi perilaku
pada 1003 wanita Amerika mengaku setelah mengikuti sesorang, salah satunya adalah faktor sosial dan
program senam nifas dengan latihan yang teratur kebudayaan. Suku termasuk bagian dari budaya yang
mengalami pengerutan pada rahim yang lebih kuat, tentunya akan mempengaruhi perilaku dalam
selain itu juga mengalami penurunan pada berat badan menggunakan pelayanan kesehatan. Pada penelitian ini,
selama enam minggu setelah melahirkan. Dan dalam responden terbesar merupakan suku Jawa. Suku Jawa

5
Jurnal Ilmiah PANNMED Vol. 9 No.1 Mei - Agustus 2014

dikenal sebagai salah satu suku yang masih memegang menunjukkan bahwa adanya pengaruh senair,
teguh adat istiadatnya namun tidak ada kebiasaan atau nafas terhadap involusi uterus
tindakan-tindakan yang bertentangan dengan kesehatan
selama penelitian berlangsung. Saran
Dari segi pendidikan, responden terbesar 1. Agar Klinik Bersalin Tutun Sehati Tanjung
berada pada kelompok pendidikan SMA (62,5%). Morawa dapat menerapkan dan memberikan
Tingkat pendidikan merupakan jenjang dalam motivasi kepada ibu-ibu post partum untuk
penyelesaian proses pembelajaran secara formal. Makin melaksanakan senam nifas yang bermanfaat bagi
tinggi tingkat pendidikan seseorang diharapkan ibu sendiri di dalam proses pemulihan diri pasca
pengetahuan dan perilakunya juga semakin baik. partum.
Karena dengan pendidikan yang makin tinggi, maka 2. Agar hasil penelitian ini dapat menjadi informasi
informasi dan pengetahuan yang diperoleh juga dan bahan masukan bagi institusi pendidikan dan
semakin banyak, sehingga perubahan perilaku ke arah profesi keperawatan khususnya mata kuliah
yang lebih baik diharapkan dapat terjadi (Suryani, keperawatan maturnitas dimana dengan senam
2007). nifas dapat mempercepat involusi uterus pada ibu
Tingkat pendidikan sangat berpengaruh sejak post partum.
proses kehamilan sampai dengan proses persalinan. Ibu 3. Bagi peneliti selanjutnya agar dapat melanjutkan
yang berpendidikan tinggi cenderung untuk menikah penelitian tentang pengaruh senam. nifas terhadap
pada usia yang matur di atas 20 tahun, pendidikan yang involusi uterus pada ibu post partum pervaginam,
semakin tinggi menyebabkan kemampuan ibu dalam menambah jumlah sampel penelitian dan waktu
mengatur jarak kehamilan, jumlah anak, dan penelitian yang lebih lama.
persalinan. Pada penelitian ini, responden terbesar
merupakan tamatan SMA (62,5%) sehingga DAFTAR PUSTAKA
pengetahuan tentang kehamilan dan melahirkan sudah
cukup memadai walaupun masih kurang bila ditinjau Ambarwati, R. &. (2009). Asuhan Kebidanan Nifas.
dari paritas yang rata-rata merupakan kelahiran anak Yogyakarta: Mitra Cendekia Press
pertama (primipara). Anggraini, Y. (2010). Asuhan Kebidanan Masa Nifas.
Sedangkan bila ditinjau dari segi pekerjaan, Yogyakarta: Pustaka ID Rihama.
responden terbesar berada pada ibu yang tidak bekerja Arikunto. (2010). Prosedur Penelitian. Jakarta: Rineka
atau ibu rumah tangga (56,25%). Pekerjaan seorang ibu Cipta.
bisa mempengaruhi kondisi dari kehamilan. Ibu dengan Biro Pusat Statistik. 2003. Survei Demografi dan
pekerjaan yang berat dapat mempengaruhi kondisi Kesehatan 2003. Jakarta: Depkes RI.
janin, uterus dan organ reproduksi lainnya. Hal ini Bobak. (2004). Buku Ajar Keperawatan Maernitas.
dapat menyebabkan perubahan letak daripada janin Jakarta: EGC.
dalam kandungan dan juga bahaya lainnya yang Cunningham, F. G. (2005). Obstetri Williams. Jakarta:
merupakan komplikasi dari kehamilan. Namun pada EGC.
penelitian ini, responden rata-rata merupakan ibu Dewi, V. N. (2011). Asuhan Kebidanan pada Ibu Nifas.
rumah tangga sehingga tidak ditemukan komplikasi Jakarta: Salemba Medika.
selama hamil dan melahirkan. Huliana, M. (2003). Perawatan Ibu Pasca Melahirkan.
Pada penelitian ini banyak keterbatasan Jakarta: Puspa Swara.
peneliti, secara teori penurunan tinggi fundus uterus Hulu, R. (2012). Pengaruh Menyusui terhadap
tidak hanya dipengavuhi oleh senam nifas saja akan Percepatan Penurunan Tinggi Fundus Uteri
tetapi banyak faktor lain yang sangat memegang pada Ibu Post Partum Hari Pertama dan
peranan penting dalam penurunan tinggi fundus uterus. Kedua di Klinik Ernawati Pancur Batu Medan
Faktor-faktor lain tersebut yaitu status gizi/nutrisi, Tahun 2012. Skripsi. Medan: Sekolah Tinggi
menyusui (Hulu, 2012). Yang mana faktor tersebut Ilmu Kesehatan Sumatura Utara.
tidak diteliti/tidak dilakukan analisa, selain itu gerakan Indonesia, T. C. (2011). Penduduk Dunia 7 Milyar,
nifas tidak disederhanakan sehingga peneliti harus Sebuah Krisis yang Mengancam. [Online].
mengulang 2-3 kali pada saat mengajarkan senam. Dari
https://mediaanakIndonesia.wordpress.com/20
KESIMPULAN DAN SARAN 11/20 12/penduduk-dunia-7- milyar-sebuah-
krisis-yang-mengancam/. [Diakses pada
Kesimpulan tanggal 7 November 2011
1. lbu post partum pervaginam yang tidak senam Kasjono, H. S., & Yasril. (2009). Teknik Sampling
nifas pada hari 1-3 mengalami penuranan tinggi untuk Penelitian Kesehatan. Yogyakarta:
fundus uterus rata-rata 2 cm.Ibu post partum yang Graha Ilmu.
senam nifas dengan gerakan yang tepat pada hari Notoatmodjo, S. (2002). Metodologi Penelitian
1-3 mengalami penurunan 5 cm. Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.
2. Pengaruh senam nifas terhadap involusi uterus Nursalam. (2003). Konsep Dan Penerapan Metodologi
didapat hasil t hitung 11,02 > t tabel 1,70 yang Penelitian Ilmu Keperawatan. Jakarta:

6
Nurlama Siregar Pengaruh Senam Nifas Terhadap…

Salemba Medika. Percepatan Turunnya Fundus Uteri Pada


Prawirohardjo, S. (2006). Ilmu Kebidanan. Jakarta: Hari PeRTama Pasca Salin di Ruang BerSalin
Yayasan Bina Pustaka Sarwono II Dr. Soetomo Surabaya. Skripsi. Surabaya,
Prawirohardjo. Dari://http:www.googlescholars.com.
Pusdiknakes-WHO-JHPIEGO. 2003. Asuhan [Diakses: 11 Januari 20131.
Kebidanan Post Partum. Buku 4. Jakarta Varney, H. (2004). Buku Ajar Asuhan Kebidanan Edisi
Purwaningrum, Y. (2011). Pengaruh senam Nifas 4 Volume 2. Jakarta: EGC.
terhadap Kecepatan Penurunan Tinggi Widianti. (2010). Asuhan Kebidanan Masa Nifas.
Fundus Uteri padaA Ibu Post Partum Jakarta: EGC.
Primipara Hari Pertarna sampai Hari Ke Wiknjosastro, H. (2005). Ilmu Bedah Kebidanan.
Lima di Puskesmas Mergangsan. Jurnal Jakarta: Yayasan Bina Pustaka.
Penelitian Kesehatan Suara Forikes 2086- Sarwono Prawiroharjo. Yustanto, T. J. (2008). Senam
3098. Nifas terhadap Involusi Uteri. Jurnal Kesehatan,
Dari:http://suaraforikes.webs.com/volum2/no 113-118.
morkhusus-HKN.pdt [Diakses: 7 Desember Darihttp://publikasi.umy.ac.id/index.php/psik/articic
2012]. /vicwfiles/113-118 [Diakses: 6 November 2012]S.
Roito, J. (2010). Asuhan Kebidanan Thu Nifas. Jakarta: Sibuea, 2008. Hubungan Pemanfaatan Bidan
2010. Rustam. (1998). Sinopsis Obstetri. dengan Cakupan Program, Jakarta
Jakarta: EGC. Notoatmodjo Soekidjo, 2002, Metode Penelitian
Saleha. (2009). Asuhan Kebidanan pada Masa Nifas. Kesehatan. Rineka Cipta, Jakarta
Jakarta: EGC. -----------------------------, 2010, Metode Penelitian Untuk
Suherni, W.d. (2009). Perawatan Masa Nifas. Jakarta. Kedokteran dan Kesehatan, Jakarta
EGC Wiknjosastro Hanafi, 2005, Ilmu Kebidanan, Yayasan
Sulistyawati, A. (2009). Baku Ajar Asuhan Kebidanan Bina Pustaka, YogyakartA
pada Ibu Nifas. Jakarta: Andi. ________________, 2009, Ilmu Kebidanan,
Sunarsih, V. d. (2011). Asuhan Kebidanan pada Ibu Yayasan Bina Pustaka, Yogyakarta
Nifas. Jakarta: Salemba Medika.
Toyibah, A. 2003. Pengaruh Senam Nifas Terhadap

7
PERILAKU REMAJA DALAM HAL PERUBAHAN FISIOLOGIS
PADA MASA PUBERTAS DI SMP YAYASAN PENDIDIKAN
SHAFIYYATUL AMALIYYAH MEDAN TAHUN 2013

Dina Indarsita1, Mariaty S2, Ravina Primursanti1


1
Jurusan Keperawatan Politeknik Kesehatan Medan
2
Jurusan Analis Kesehatan Politeknik Kesehatan Medan

` Abstrak

Latar belakang: Masa pubertas adalah terjadinya perubahan biologis yang meliputi morfologi dan fisiologi
yang terjadi dengan pesat dari masa anak kemasa dewasa, terutama kapasitas reproduksi yaitu perubahan alat
kelamin dari tahap anak kedewasa. berdasarkan persentase terkecil aspek fisik pada perilaku remaja mengenai
keadaan fisik diperoleh 48,4%. Hal ini mengindikasikan bahwa masih banyak siswa yang memiliki
pengetahuan, penilaian serta pengharapan yang belum baik tentang perubahan fisik. Hasil penelitian lain
menunjukkan Remaja pada masa pubertas memiliki penerimaan yang positif terhadap perubahan fisik, yaitu
sebanyak 78,63% dan penerimaan negatif terhadap perubahan fisik, yaitu sebanyak 21,37%. Tujuan
penelitian : ini adalah untuk mengetahui perilaku remaja dalam hal perubahan fisiologis pada masa pubertas
di SMP Yayasan Pendidikan Shafiyyatul Amaliyyah Medan Tahun 2013. Metodologi : Desain penelitian
yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif dengan pendekatan cross sectional. Jumlah sampel
dalam penelitian ini adalah 173 orang dengan tehnik pengambilan sampel adalah secara proporsi bertingkat
(proportional stratified sampling) dan acak sederhana (simple random sampling). Penelitian ini dilakukan
pada bulan April 2013. Hasil : Hasil penelitian diperoleh pengetahuan remaja berpengetahuan baik sebanyak
134 orang (77,5 %), berpengetahuan cukup sebanyak 36 orang (20,8 %), dan berpengetahuan kurang
sebanyak 3 orang (1,7 %), sikap remaja mayoritas memiliki sikap positif sebanyak 162 orang (93,6 %) dan
minoritas memiliki sikap negatif sebanyak 11 orang (6,4 %), tindakan remaja diperoleh tindakan baik
sebanyak 157 orang ( 90,8 %) dan tindakan kurang sebanyak 16 orang ( 9,2 %). Dari hasil penelitian ini
diketahui bahwa perilaku remaja awal dalam hal perubahan fisiologis di SMP Yayasan Pendidikan
Shafiyyatul Amaliyyah Medan Tahun 2013 baik.

Kata kunci : perilaku, remaja, fisiologis

PENDAHULUAN Statistik (1999) kelompok umur 10-19 tahun adalah sekitar


225, yang terdiri dari 50,9% remaja laki-laki dan 49,1%
Latar Belakang remaja perempuan (dikutip dari Nancy P,2002).
Masa pubertas adalah terjadinya perubahan biologis Para ahli merumuskan bahwa pubertas digunakan
yang meliputi morfologi dan fisiologi yang terjadi dengan untuk menyatakan perubahan biologis baik bentuk maupun
pesat dari masa anak kemasa dewasa, terutama kapasitas fisiologis yang terjadi dengan cepat dari masa anak-anak
reproduksi yaitu perubahan alat kelamin dari tahap anak ke masa dewasa, terutama perubahan alat reproduksi,
kedewasa. (Soetjiningsih, 2004). sedangkan istilah adolescence lebih ditekankan pada
Dalam usahanya mencari identitas dirinya sendiri, perubahan psikososial atau kematangan yang menyertai
seorang remaja sering membantah orang tuanya karena ia masa pubertas (Poltekkes Depkes Jakarta, 2010)
mulai punya pendapat-pendapat sendiri, cita-cita serta Dalam rentang waktu ini terjadi pertumbuhan
nilai-nilai sendiri yang berbeda dengan orangtuanya. fisik yang cepat, termasuk pertumbuhan serta kematangan
Perubahan-perubahan sekunder juga terjadi, badan dari fungsi organ reproduksi. Seiring dengan pertumbuhan
bertambah tinggi dengan cepat. Hal ini disebabkan masa fisik, remaja juga mengalami perubahan kejiwaan. Remaja
remaja merupakan masa transisi antara masa kanak-kanak menjadi individu yang sensitive, mudah menangis, mudah
dan masa dewasa. Masa transisi ini seringkali cemas, frustasi, tetapi juga mudah
menghadapkan individu yang bersangkutan kepada situasi tertawa. Perubahan emosi menjadikan remaja sebagai
yang membingungkan, disatu pihak ia masih kanak-kanak, individu yang agresif dan mudah bereaksi terhadap
tetapi dilain pihak ia harus bertingkah laku seperti orang rangsangan. Remaja mulai mampu berfikir abstrak, senang
dewasa. mengkritik, dan ingin mengetahui hal yang baru.
Di Asia Pasifik dimana penduduknya merupakan Salah satu Perguruan Tinggi Negeri Surabaya
60% dari penduduk dunia, seperlimanya adalah remaja melakukan penelitian di Jawa Timur terkait dengan usia
umur 10-19 tahun. Di Indonesia menurut Biro Pusat pubertas yang hasilnya masa pubertas pada perempuan

8
Jurnal Ilmiah PANNMED Vol. 9 No.1 Mei - Agustus 2014

dimulai usia 12,5 tahun dengan puncak pubertas pada usia tidak sesuai dengan etika dan nilai-nilai yang berlaku di
15 tahun. Sedangkan masa pubertas laki-laki lebih lambat, sekolah ataupun di masyarakat. Dilihat dari fenomena-
yaitu dimulai pada usia 13 tahun dengan puncak pubertas fenomena yang dipaparkan diatas, banyak siswa yang
16 tahun (Rahmawati, 2010). mengkhawatirkan, memiliki penilaian yang rendah
Perubahan fisik pubertas dimulai sekitar usia 10 terhadap diri sendiri, berperilaku salah serta tidak merasa
atau 11 tahun pada remaja putri, kira-kira 2 tahun sebelum puas terhadap perubahan fisik yang terjadi.
perubahan pubertas pada remaja laki-laki. Kematangan Berdasarkan penelitian Dewi, P. (2010) mengenai
seksual dan terjadinya perubahan bentuk tubuh sangat perilaku remaja dalam menghadapi pubertas. Penelitian ini
berpengaruh pada kehidupan kejiwaan remaja, sementara melibatkan siswa SMPN 1 Sungai Sarik Kecamatan VII
itu perhatian remaja sangat besar terhadap penampilan Koto Kabupaten Padang Pariaman dengan jumlah sampel
dirinya sehingga mereka sering merisaukan bentuk 124 responden. Desain yang digunakan pada penelitian ini
tubuhnya yang kurang proporsional tersebut. Apabila adalah crosssectional. Instrument yang digunakan adalah
mereka sudah dipersiapkan dan mendapatkan informasi kuesioner. Terdapat hubungan yang bermakna antara
tentang perubahan tersebut maka mereka tidak akan kecemasan dan perubahan perilaku remaja dalam
mengalami kecemasan dan reaksi negatif lainnya, tetapi menghadapi perubahan fisik pubertas (p 0,003).
bila mereka kurang memperoleh informasi, maka akan Berdasarkan penelitian Fatwiany (2010) mengenai
merasakan pengalaman yang negatif (Soetjiningsih, 2004). perubahan fisik remaja pada masa pubertas. Penelitian ini
Tumbuh kembang merupakan proses yang melibatkan siswa SLTP Kemala Bhayangkari 1 Medan
berkesinambungan yang terjadi sejak intrauterin dan terus dengan jumlah sampel 117 orang. Penelitian ini bersifat
berlangsung sampai dewasa. Dalam proses mencapai deskriptif korelasi. Hasil penelitian menunjukkan Remaja
dewasa inilah anak harus melalui berbagai tahap tumbuh putri pada masa pubertas memiliki penerimaan yang positif
kembang, termasuk tahap remaja. Tahap remaja adalah terhadap perubahan fisik, yaitu sebanyak 78,63%, dan
masa transisi antara masa anak dan dewasa, dimana terjadi penerimaan negatif terhadap perubahan fisik, yaitu
pacu tumbuh (growth spurt), timbul ciri seks sekunder, sebanyak 21,37%. Berdasarkan hasil penelitian didapatkan
tercapai fertilitas dan terjadi perubahan-perubahan nilai p=0,002, ini menunjukkan adanya hubungan yang
psikologik serta kognitif. Untuk tercapainya tumbuh signifikan antara konsep diri terhadap penerimaan
kembang yang optimal tergantung pada potensi perubahan fisik remaja putri pada masa pubertas.
biologiknya (Santrock, JW. 2003). Berdasarkan literatur diatas, maka peneliti tertarik
Pada masa ini seorang anak tidak lagi hanya meneliti tentang perilaku remaja awal dalam hal perubahan
bersifat reaktif, tetapi juga anak mulai aktif mencapai fisiologis pada masa pubertas.
kegiatan dalam rangka menemukan dirinya, serta mencari
pedoman hidup, untuk bekal kehidupan mendatang. Pada RUMUSAN MASALAH
kegiatan anak dalam rangka penemuan akunya itu anak
mulai menyadari akan keberadaan dirinya, yang lebih Dari latar belakang di atas maka rumusan masalah
dalam dibanding pada sebelumnya. Oleh karena itu anak dalam penelitian ini adalah Bagaimana perilaku remaja
menjadi agak bersikap tertutup (introvert), dan lebih dalam hal perubahan fisiologis pada masa pubertas di
senang mengungkap pengalamannya itu pada buku harian, SMP Yayasan Pendidikan Shafiyyatul Amaliyyah
senang termenung, dan lain-lain. Medan Tahun 2013.
Solihah (2007 : 144) menyatakan bahwa
permasalahan yang paling banyak dikonsultasikan remaja TUJUAN PENELITIAN
pada MCR (Mitra Citra Remaja) Jawa Barat saat masa
pubertas, yaitu permasalahan yang berkaitan dengan 1. Untuk mengetahui perilaku remaja dalam hal
perubahan fisik 27%, kekhawatiran pada masa puber 16%, perubahan fisiologis pada masa pubertas di
pubertas sebagai awal masa remaja 10,1%, dan keadaan SMP Yayasan Pendidikan Shafiyyatul
emosi 7,6%. Amaliyyah Medan Tahun 2013.
Yulianto (2012) menjelaskan, berdasarkan 2. Untuk mengetahui pengetahuan remaja dalam
persentase terkecil aspek fisik pada perilaku remaja menghadapi perubahan fisiologis pada masa
mengenai keadaan fisik diperoleh 48,4%. Hal ini pubertas di SMP Yayasan Pendidikan
mengindikasikan bahwa masih banyak siswa yang Shafiyyatul Amaliyyah Medan Tahun 2013.
memiliki pengetahuan, penilaian serta pengharapan yang 3. Untuk mengetahui sikap remaja dalam
belum baik tentang perubahan fisik. menghadapi perubahan fisiologis pada masa
Berdasarkan penelitian Yulianto, H (2012) dengan pubertas di SMP Yayasan Pendidikan
menggunakan Daftar Cek Masalah (DCM) yang telah Shafiyyatul Amaliyyah Medan Tahun 2013.
dilakukan di SMA Negeri 24 Bandung Tahun Ajaran 4. Untuk mengetahui tindakan remaja dalam
2010-2011, menunjukkan adanya konsep diri negatif pada menghadapi perubahan fisiologis pada masa
siswa. Hal ini dapat dilihat pada perilaku siswa X Tahun pubertas di SMP Yayasan Pendidikan
Ajaran 2010-2011 yang merasa tidak percaya diri dengan Shafiyyatul Amaliyyah Medan Tahun 2013.
fisik yang dimiliki, timbullah ejekan antar teman mengenai
bentuk fisik yang menyebabkan siswa menjadi tidak
percaya diri dalam bergaul, serta adanya perilaku yang

9
Dina Indarsita, dkk. Perilaku Remaja dalam Hal…

MANFAAT PENELITIAN b) Tekhnik pengambilan sampel


Sampel dalam penelitian ini diambil secara
1. Sebagai sumber informasi dan bahan masukan proporsi bertingkat (proportional stratified sampling) dan
bagi remaja yang terdiri dari pengetahuan, sikap, acak sederhana (simple random sampling).
dan tindakan dalam menghadapi perubahan
fisiologis LOKASI PENELITIAN
2. Sebagai bahan masukan bagi instansi dalam
memberikan informasi yang jelas kepada remaja Penelitian ini dilakukan di SMP Yayasan
di SMP Yayasan Pendidikan Shafiyyatul Pendidikan Shafiyyatul Amaliyyah Medan dengan
Amaliyyah Medan untuk berperilaku yang sesuai pertimbangan bahwa di Sekolah ini belum pernah
dalam menghadapi perubahan fisiologis pada dilakukan penelitian mengenai perilaku remaja dalam
masa pubertas. hal perubahan fisiologis pada masa pubertas dan
populasi remaja cukup untuk memenuhi target
METODOLOGI PENELITIAN populasi.

Desain Penelitian HASIL PENELITIAN


Desain penelitian yang digunakan dalam
penelitian ini adalah bersifat deskriptif, dengan 1. Distribusi Pengetahuan remaja dalam hal
pendekatan cross sectional yang bertujuan untuk perubahan fisiologis di SMP Yayasan
mengetahui perilaku remaja terhadap perubahan Pendidikan Shafiyyatul Amaliyyah Medan
fisiologis pada masa pubertas di SMP Yayasan Tahun 2013.
Pendidikan Shafiyyatul Amaliyyah Medan Tahun 2013. a. Distribusi Responden Berdasarkan Pertanyaan
Pengetahuan Remaja dalam hal perubahan fisiologis
Populasi adalah sebagai berikut :
Populasi adalah keseluruhan objek penelitian Berdasarkan hasil penelitian, distribusi jawaban
atau objek yang diteliti. Populasi dalam penelitian ini responden tentang pengetahuan, mayoritas menjawab
adalah seluruh remaja yang berusia 12 sampai 15 tahun Benar adalah pernyataan No. 1 tentang pengertian
di SMP Yayasan Pendidikan Shafiyyatul Amaliyyah perubahan yang normal (fisiologis) pada remaja yaitu 171
Medan tahun ajaran 2012/2013, dengan jumlah siswa orang (98,8 %), sedangkan mayoritas responden yang
sebanyak 304 siswa. menjawab Salah adalah pernyataan No. 8 tentang salah
satu ciri tahap pubertas yaitu 49 orang (28, 3 %). Secara
Sampel rinci dapat dilihat pada tabel 1.
Sampel adalah sebagian dari keseluruhan objek
penelitian yang diteliti dan dianggap mewakili seluruh Tabel 1. Distribusi Responden Berdasarkan Pertanyaan
populasi. Pengetahuan Remaja dalam hal perubahan
fisiologis di SMP Yayasan Pendidikan
a) Besaran sampel Shafiyyatul Amaliyyah Medan Tahun 2013
Besaran sampel ditentukan dengan menggunakan Pilihan Jawaban
rumus : No Pernyataan Benar Salah
N f % F %
n = 1 Pengertian perubahan yang 171 98,8 2 1,2
1 + N (d )
2
normal (fisiologis) pada remaja.
Keterangan : 2 Yang termasuk perubahan fisik 152 87,9 21 12,1
N = Besar Populasi yang normal pada remaja
3 Bagian manakah dari tubuh 155 89,6 18 10,4
n = Besar Sampel remaja yang terlebih dahulu
d = Tingkat kepercayaan/ketepatan yang diinginkan (0,1) mengalami perubahan
4 Perubahan proporsi tubuh 157 90,8 16 9,2
Didapat jumlah sampel : 5 Ciri-ciri seks primer 127 73,4 46 26,6
304 6 Ciri-ciri seks sekunder 131 75,7 42 24,3
n = 7 Salah satu ciri seks sekunder 146 84,4 27 15,6
1 + 304(0,1) 2 8 Yang merupakan salah satu ciri- 124 71,7 49 28,3
304 ciri tahap pubertas
= = 172,73 (dibulatkan menjadi 9 Yang merupakan salah satu ciri- 148 85,5 25 14,5
1,76 ciri seks sekunder
173 siswa) 10 Perubahan kematangan fisik 148 85,5 25 14,5
yang meliputi perubahan tubuh
dan hormonal termasuk
Jadi, sampel dalam penelitian ini adalah sebanyak 173 pengertian
responden.

10
Jurnal Ilmiah PANNMED Vol. 9 No.1 Mei - Agustus 2014

b. Distribusi Pengetahuan Remaja dalam hal 4. Distribusi perilaku remaja dalam hal
perubahan fisiologis adalah sebagai berikut : perubahan fisiologis di SMP Yayasan
Dari hasil penelitian diperoleh bahwa Pendidikan Shafiyyatul Amaliyyah Medan
pengetahuan remaja berpengetahuan baik sebanyak Tahun 2013.
134 orang (77,5 %), berpengetahuan cukup sebanyak Distribusi frekuensi berdasarkan perilaku remaja
36 orang (20,8 %), dan berpengetahuan kurang remaja diperoleh perilaku baik sebanyak 88 orang (50,9 %)
sebanyak 3 orang (1,7 %). Hal ini dapat dilihat pada dan perilaku kurang sebanyak 85 orang ( 49,1 %). Hal ini
tabel 2. dapat dilihat pada table 5.

Tabel 2. Distribusi Pengetahuan Remaja dalam hal Tabel 5. Distribusi Perilaku Remaja dalam hal perubahan
perubahan fisiologis di SMP Yayasan fisiologis di SMP Yayasan Pendidikan
Pendidikan Shafiyyatul Amaliyyah Medan Shafiyyatul Amaliyyah Medan Tahun 2013
Tahun 2013 Perilaku Frekuensi (f) Persentasi (%)
Pengetahuan Frekuensi (f) Persentasi (%) Baik 88 50,9
Baik 134 77,5 Kurang 85 49,1
Cukup 36 20,8 Total 173 100
Kurang 3 1,7
Total 173 100 PEMBAHASAN

2. Distribusi sikap remaja dalam hal perubahan 1. Pengetahuan Remaja dalam hal perubahan
fisiologis di SMP Yayasan Pendidikan fisiologis pada masa pubertas di SMP Yayasan
Shafiyyatul Amaliyyah Medan Tahun 2013 Pendidikan Shafiyyatul Amaliyyah Medan
a. Distribusi Sikap Remaja dalam hal perubahan Tahun 2013
fisiologis adalah sebagai berikut: Pada tabel 2. dapat diamati bahwa pengetahuan
Distribusi frekuensi berdasarkan sikap remaja dari remaja sebagian besar berpengetahuan baik sebanyak 136
173 responden mayoritas memiliki sikap positif sebanyak orang (78,6 %), dan sebagian kecil berpengetahuan kurang
162 orang (93,6 %) dan minoritas memiliki sikap negatif sebanyak 3 orang (1,7 %).
sebanyak 11 orang (6,4 %). Hal ini dapat dilihat pada tabel Hal ini menyatakan bahwa responden yang
3. memiliki tingkat pengetahuan tinggi karena responden
telah memasuki sekolah pada tingkat menengah pertama
Tabel 3. Distribusi Sikap Remaja dalam hal perubahan dan telah terpapar dengan pengetahuan tentang perubahan
fisiologis di SMP Yayasan Pendidikan fisiologis dari pendidikan di sekolah.
Shafiyyatul Amaliyyah Medan Tahun 2013 Pernyataan ini juga didukung oleh penelitian
Sikap Frekuensi (f) Persentasi (%) Dewi, P (2010) diperoleh pengetahuan remaja sebagian
Negatif 11 6,4 besar baik yaitu sebanyak 20 orang (55,6 %),
Positif 162 93,6 berpengetahuan cukup sebanyak 9 orang (25 %) dan
Total 173 100 berpengetahuan kurang sebanyak 7 orang (19,4 %)
Menurut Notoatmodjo (2007) pengetahuan
3. Distribusi tindakan remaja dalam hal merupakan hasil tahu dan ini terjadi setelah orang
perubahan fisiologis di SMP Yayasan melakukan penginderaan terhadap objek tertentu. Sebagian
Pendidikan Shafiyyatul Amaliyyah Medan besar pengetahuan manusia diperoleh melalui pendidikan,
Tahun 2013. pengalaman diri sendiri, media dan lingkungan.
Pengetahuan baik dan cukup dapat dipengaruhi oleh
a. Distribusi Tindakan Remaja dalam hal perubahan beberapa faktor seperti: sumber informasi, faktor
fisiologis adalah sebagai berikut : pendidikan. Semakin banyak seseorang mendapatkan
Distribusi frekuensi berdasarkan tindakan remaja informasi akan mempengaruhi tingkat pengetahuan
remaja diperoleh tindakan baik sebanyak 157 orang seseorang.
(90,8%) dan tindakan kurang sebanyak 16 orang Dengan mempunyai pengetahuan yang cukup
(9,2%). Hal ini dapat dilihat pada tabel 4. tentang kesehatan reproduksi diharapkan remaja dapat
mengambil keputusan yang lebih bijak tentang apa yang
Tabel 4. Distribusi Tindakan Remaja dalam hal seharusnya boleh mereka lakukan dan apa yang seharusnya
perubahan fisiologis di SMP Yayasan belum boleh mereka lakukan
Pendidikan Shafiyyatul Amaliyyah Medan
Tahun 2013 2. Sikap Remaja dalam hal perubahan fisiologis
Tindakan Frekuensi (f) Persentasi (%) pada masa pubertas di SMP Yayasan
Baik 157 90,8 Pendidikan Shafiyyatul Amaliyyah Medan
Kurang 16 9,2 Tahun 2013
Total 173 100 Pada tabel 3. dapat diamati bahwa sikap
remaja sebagian besar bersikap positif sebanyak 162

11
Dina Indarsita, dkk. Perilaku Remaja dalam Hal…

orang (93,6 %) dan sebagian kecil yang bersikap terhadap apa yang diketahui. Dengan kata lain tindakan
negatif sebanyak 11 orang (6,4 %). atau praktek dilaksanakan karena dinilai baik dan diyakini.
Hal ini menunjukkan bahwa remaja yang Kecerdasan pengetahuan, individu lebih mudah
memiliki sikap positif telah meyakini bahwa telah siap mengendalikan perilaku dan dorongan – dorongan dari
menghadapi perubahan fisiologis secara baik. Sikap positif dalam individu tersebut dalam melakukan suatu tindakan.
dan negatif dapat dipengaruhi oleh pengalaman langsung Remaja dapat memahami bahwa tindakan yang dilakukan
yang dialami individu terhadap sesuatu hal dan sikap tidak pada saat ini dapat memiliki efek pada masa yang akan
dibawa sejak lahir tetapi dipelajari dan dibentuk datang. Dengan demikian, remaja mampu memperkirakan
berdasarkan pengalaman individu sepanjang konsekuensi dari tindakannya. Perkembangan kognitif
perkembangan selama hidupnya, sikap ini tidak lepas dari yang dimiliki remaja dapat dikembangkan dan di
pengaruh interaksi manusia satu dengan yang lain. aplikasikan dalam kehidupannya sehingga mereka
Sedangkan remaja yang memiliki sikap negatif disebabkan mempunyai pola berfikir dan mampu menentukan tindakan
belum siap menghadapi perubahan fisiologis yang dari apa yang telah mereka ketahui.
dialaminya dan juga kurang mendapat informasi mengenai
perubahan fisiologis. Remaja yang kurang akan 4. Perilaku Remaja dalam hal perubahan fisiologis
pengetahuan tersebut menjadi rendah diri pada saat pada masa pubertas di SMP Yayasan
suaranya mulai membesar, ditambah perubahan fisik dan Pendidikan Shafiyyatul Amaliyyah Medan
wajahnya yang berjerawat, sehingga perubahan tersebut Tahun 2013
membuat remaja menarik diri. Menghadapi perubahan Pada hasil penelitian diketahui bahwa
yang cukup pesat ini remaja seringkali tidak pernah cukup sebagian besar remaja memiliki perilaku baik yaitu
untuk mengenal tubuh. sebanyak 88 orang (50,9 %) dan sebagian kecil
Pernyataan ini juga didukung dengan hasil memiliki perilaku kurang yaitu sebanyak 85 orang (
penelitian Fatwiany (2010), diperoleh responden yang 49,1 %). Hal ini menunjukkan bahwa remaja yang
bersikap positif terhadap perubahan fisiologis sebanyak memiliki perilaku baik telah melakukan sesuai dengan
78,63 % dan yang bersikap negatif terhadap perubahan perubahan fisiologis yang dialami berdasarkan
fisiologis sebanyak 21,37 %. pengetahuan yang dimiliki sedangkan remaja yang
Menurut Sunaryo (2004) sikap adalah masih kurang memperhatikan perubahan fisiologis
kecenderungan bertindak dari individu, berupa respons yang dialaminya masih mempunyai perilaku kurang.
tertutup terhadap stimulus ataupun objek tertentu. Secara Pernyataan ini juga sesuai dengan penelitian
nyata sikap menunjukkan adanya keyakinan seseorang Dewi, P (2010) yaitu sebagian besar remaja memiliki
mengenai objek atau situasi yang disertai adanya perasaan perilaku baik sebanyak 28 orang (77,7%) dan sebagian
tertentu dan memberikan dasar pada orang tersebut untuk kecil memiliki perilaku kurang yaitu sebanyak 8 orang
membuat respons atau berperilaku dalam cara tertentu 22,3(%).
yang dipilihnya. Sesuai dengan pendapat (Notoatmodjo, 2007)
Sikap yang positif akan menjadi salah satu tolok dimana perilaku merupakan respons seseorang atau
ukur kematangan seseorang, ditandai dengan konsep diri tindakan seseorang terhadap stimulus (rangsangan dari
yang memiliki kemampuan untuk melihat gambaran diri luar) yang merupakan kumpulan berbagai faktor saling
yang pada akhirnya akan membentuk rasa percaya diri. berinteraksi. Sehingga dapat dilaksanakan jika tindakan
tersebut di nilai baik dan diyakini.
3. Tindakan Remaja dalam hal perubahan Faktor – faktor yang dapat mempengaruhi
fisiologis pada masa pubertas di SMP Yayasan perilaku individu dapat memberikan pengaruh yang
Pendidikan Shafiyyatul Amaliyyah Medan baik sehingga individu memiliki perilaku yang baik.
Tahun 2013 Dalam hal ini sekolah hendaknya memberikan bantuan
Pada tabel 4. diperoleh sebagian besar remaja agar setiap individu dapat memiliki perilaku yang baik
memiliki tindakan baik yaitu sebanyak 157 orang (90,8 dan terhindar dari timbulnya gejala ketidak sesuaian,
%) dan tindakan kurang sebanyak 16 orang (9,2 %). sehingga sekolah hendaknya berfungsi sebagai suatu
Hal ini menunjukkan bahwa remaja – remaja yang lingkungan yang memberikan kemudahan dan
memiliki tindakan baik melakukan tindakan sesuai mendukung terciptanya perilaku yang baik. Remaja
dengan perubahan fisiologis yang dialaminya dan yang sedang memasuki masa transisi memerlukan
remaja yang memiliki tindakan kurang tidak melakukan bantuan dan bimbingan dalam pemenuhan tugas –
hal – hal yang sesuai dengan perubahan fisiologis yang tugas perkembangan yang harus dikuasai. Oleh karena
dialaminya. itu, pendidikan tidak hanya mampu mengantarkan
Pernyataan ini juga sesuai dengan penelitian siswa pada standar kemampuan profesional dan
Dewi, P (2010) yaitu sebagian besar remaja memiliki akademis tetapi juga mampu membuat perkembangan
tindakan positif sebanyak 24 orang (72,7 %) dan yang diri sebagai remaja yang sehat dan produktif.
memiliki tindakan negatif sebanyak negatif sebanyak 9
orang (27,3 %). KESIMPULAN
Menurut Notoatmodjo (2007), tindakan atau
praktek dilaksanakan setelah seseorang mengetahui 1. Perilaku remaja di SMP Yayasan Pendidikan
stimulus atau objek kemudian mengadakan penilaian Shafiyyatul Amaliyyah Medan Tahun 2013

12
Jurnal Ilmiah PANNMED Vol. 9 No.1 Mei - Agustus 2014

sebagian besar memiliki perilaku baik sebanyak Fatwiany. 2010. Perubahan fisik remaja pada masa
88 orang (50,9 %). pubertas si SLTP Kemala Bhayangkari 1 Medan.
2. Pengetahuan remaja di SMP Yayasan Pendidikan Medan : Universitas Sumatera Utara
Shafiyyatul Amaliyyah Medan Tahun 2013 Gunarsa, S. 2000. Psikologi praktis : anak, remaja dan
sebagian besar berpengetahuan baik sebanyak 136 keluarga. Gunung
orang (78,6 %). mulia : Jakarta
3. Sikap remaja di SMP Yayasan Pendidikan ……...., 2003. Psikologi remaja.Gunung mulia: Jakarta
Shafiyyatul Amaliyyah Medan Tahun 2013 Hidayat, AA. 2011. Metode penelitian kebidanan dan
sebagian besar memiliki sikap positif sebanyak teknik analisa data. Jakarta : Salemba Medika
116 orang (67,1 %). Hurlock, E. 1980. Psikologi perkembangan. Erlangga:
4. Tindakan remaja Jakarta
5. di di SMP Yayasan Pendidikan Shafiyyatul Jahja, Y. 2011. Psikologi perkembangan. Prenada media:
Amaliyyah Medan Tahun 2013 sebagian besar Jakarta
memiliki tindakan baik sebanyak 157 orang Mahmud, DM.2002. Psikologi suatu pengantar.
(90,8%). BEFE.Yogyakarta
Maramis, W. 2006. Ilmu perilaku dalam pelayanan
SARAN kesehatan. Airlangga: Surabaya
Notoatmojo, S. 2002. Pengantar Pendidikan Kesehatan
1. Agar tenaga kesehatan sebagai pelaksana dan Ilmu Perilaku Kesehatan. Penerbit Andi off
pelayanan kesehatan reproduksi remaja lebih seat. Yogyakarta
aktif mengadakan penyuluhan tentang Pinem, S. 2009. Kesehatan reproduksi dan kontrasepsi.
kesehatan reproduksi bagi remaja dan orang Trans info media: Jakarta
tua. Purwanto, H. 1998. Pengantar Perilaku Manusia untuk
2. Agar remaja lebih banyak menggali informasi keperawatan. EGC. Jakarta
baik melalui media cetak maupun media Sanjaya, W. 2011. Kurikulum dan Pembelajaran.
elektronik sehingga lebih memahami dampak Kencana: Jakarta
negatif perilaku remaja terhadap perubahan Santrock, J. 2003. Adolescence perkembangan remaja.
fisiologis. Erlangga: Jakarta
Santrock, JW. 1996. Adolescence Perkembangan Remaja.
DAFTAR PUSTAKA Erlangga. Jakarta
Soetjiningsih. 2004. Tumbuh kembang remaja dan
Agustiani, H. 2006. Psikologi perkembangan. Rafika permasalahannya. Sagung seto: Jakarta
aditama: Bandung Somantri, A. 2011. Aplikasi statistika dalam penelitian.
Ali, M. 2004. Psikologi remaja. Bumi aksara: Jakarta Bandung : Pustaka Setia
Azwar, R. 2007. Sikap manusia teori dan pengukurannya. Sujanto, A. 1986. Psikologi perkembangan. Aksara baru:
Yogyakarta : Pustaka Pelajar Jakarta
Dariyo, A. 2004. Psikologi perkembangan remaja. Ghalia Suyanto dan Salamah, U. 2009. Riset kebidanan
Indonesia: Bogor metodologi dan aplikasi. Yogyakarta : Mitra
Depkes. RI. (2010). Visi misi Indonesia sehat. Diambil 22 cendikia pres
November 2012, dari http://www.depkes.go.id Yulianto, H. 2012. Program bimbingan pribadi-sosial
Dewi, P. 2010. Perilaku remaja dalam menghadapi untuk mengembangkan konsep diri siswa (studi
pubertas. Diambil 22 November 2012. deskriptif terhadap siswa kelas X SMA Negeri 24
http://www.repository.unand.ac.id Bandung Tahun Ajaran 2011-2012. Diambil 24
November 2012. http://www.repository.upi.edu
Widayatun, T. 1999. Ilmu perilaku. Sagung seto: Jakarta

13
KETEPATAN PEMERIKSAAN BTA APUSAN LANGSUNG DAN METODE
KONSENTRASI DENGAN KULTUR DALAM MENDIAGNOSIS
TUBERKULOSIS PARU DI MEDAN

Lestari Rahmah1, Amira Permatasari Tarigan2, Bintang Yinke M. Sinaga3


1
Jurusan Analis Kesehatan Kemenkes Medan
2
Jurusan Keperawatan Poltekkes Kemenkes Medan
3
Dosen FK USU Medan

` Abstract
Introduction: Tuberculosis diagnostic, using microscopic examination of direct smear of acid-fast bacili
(AFB) from the spectrum of lung tuberculosis suspect is still important criteria today, but the sensitivity of
this method is low enough, especially in the samples which contain a small number of bacteria. Culture is
stronger, but it takes long time, high cost, and it is not conducted in all laboratories. BTA microscopic
examination can use direct smear and concentration method. Staining technique which is usually used in
microscopic examination is Ziehl Neelsen. The sensitivity of direct smear method tends to be low and can be
increased by using concentration method because bacteria can be easily found. Objective of the research:
The objective of the research was to find out the effectiveness of direct smear examination of AFB , and
concentration method was compared with culture. Materials and Method: The samples consisted of 60
sputum samples from the patients of lung tuberculosis suspects who visited BP4 Medan and from private
practices of tuberculosis specialists, and the samples had fulfilled inclusive criteria. Microscopic
examination of acid-fast bacilli using direct smear and concentration method with Petroff method, using
Ziehl Neelsen staining and culture with Lowenstein Jensen was conducted. Then we performed diagnostic
test for direct smear and concentration method to compare it with culture. Result of the research: AFB
examination with concentration method had sensitivity of 68.75%, specificity of 82.14%, the value of positive
prediction of 81,48%, the value of negative prediction of 69.70%, ratio of positive likelihood of 3.85, and
ratio of negative likelihood of 0.38, compared with culture method examination in finding BTA in sputum of
lung tuberculosis suspects. The result of microscopic examination of direct smear method had the sensitivity
of 59.38%, specificity of 92.68%, the value of positive prediction of 90.48%, the value of negative prediction
of 66.67%, ratio of positive likelihood of 8.31, and ratio of negative likelihood of 0.44, compared with
culture method examination in finding BTA in sputum of lung tuberculosis suspects. Conclusion: The ability
of acid-fast bacilli examination of concentration methodsin diagnosis oflung tuberculosisis 9.37% higher
thanthe directsmear but direct smear method gives bigger clinical benefit in diagnosing lung tuberculosis,
compared with concentration method

Keywords: BTA, direct smear, concentration, culture

PENDAHULUAN dari 169.213 diantaranya terdeteksi basil tahan asam positif


(BTA+). Prevalensi penderita tuberkulosis paru di
Penyakit tuberkulosis paru merupakan penyebab Indonesia sebesar 102 per 100.000 penduduk atau sekitar
kematian ketiga terbesar setelah penyakit kardiovaskuler 236.029 kasus tuberkulosis paru BTA positif.2
dan penyakit saluran pernapasan dan merupakan nomor Provinsi Sumatera Utara pada tahun 2008
satu terbesar penyebab kematian dalam kelompok penyakit ditemukan sebanyak 14.158 orang penderita TB Paru dan
infeksi. 264 orang diantaranya meninggal dunia. Sebagian besar
Jumlah penderita tuberkulosis paru di dunia penderita TB Paru tersebut berusia 17–54 tahun (kelompok
berdasarkan Global Report WHO(2010)1 sebanyak 14,4 usia produktif) dengan persentase jumlah mencapai 70%.
juta kasus. Penderita tuberkulosis paru terbanyak terdapat Seorang penderita dengan Basil Tahan Asam (BTA) positif
pada lima negara yaitu: India, Cina, Afrika Selatan, Nigeria dapat menularkan kepada 10–15 orang setiap tahunnya.3,4
dan Indonesia. Pada negara-negara miskin, tingkat Diagnosis laboratorik penyakit tuberkulosis masih
kematian akibat penyakit tuberkulosis atau case fatality merupakan masalah penting di Indonesia karena bertujuan
rate (CFR) sebesar 25% dari seluruh kematian. untuk menekan penularan TB di masyarakat adalah dengan
Penderita TB di Indonesia adalah sekitar 5,8% dari melakukan diagnosis dini yang defenitif. Diagnosis TB
total jumlah penderita TB dunia. Pada tahun 2009 di paru secara laboratorium dapat ditegakkan dengan
Indonesia tercatat sejumlah 294.732 kasus TB telah ditemukannya Basil Tahan Asam (BTA) baik melalui
ditemukan dan diobati (data awal Mei 2010)2 dan lebih pemeriksaan mikroskopis, kultur atau molekuler.5

14
Jurnal Ilmiah PANNMED Vol. 9 No.1 Mei - Agustus 2014

Kriteria untuk menetapkan dugaan diagnosis TB digunakan karena lebih murah, mudah, cepat dan
berdasarkan pewarnaan tahan asam.Namun metode ini sederhana meskipun banyak kelemahannya.
kurang sensitif karena baru memberikan hasil positif bila Metode konsentrasi
terdapat >103 organisme/ml sputum6. Metode pemeriksaan Metode konsentrasi yang biasa digunakan adalah
kultur membutuhkan sekitar 50–100 kuman/ml metode Petroff yaitu dengan mencampur 1 bagian NaOH
sputum5dan memerlukan waktu cukup lama untuk 4% dengan 1 bagian sputum kemudian dikocok dengan
memperoleh hasil, yaitu sekitar 8 minggu.7 shaker selama 10 menit dan sentrifugasi 3000 RPM
Secara statistik terdapat perbedaan yang bermakna selama 15 menit. Cairan supernatant dibuang dan
antara sensitivitas metode langsung (34%) dan metode endapannya dinetralkan dengan HCl 1 N. Pemeriksaan
konsentrasi (58%) pada spesimen kultur positif.8 mikroskopis BTA metode konsentrasi memerlukan
Pemeriksaan mikroskopis metode langsung hanya mampu volume spesimen cukup banyak yaitu sekitar 2-4 ml
menjaring separuh dari penderita tuberkulosis paru aktif. sehingga untuk menemukan kuman BTA dalam sputum
Sensitifitas pemeriksaan langsung dapat ditingkatkan menjadi lebih mudah, hal ini berguna untuk kasus
dengan tehnik konsentrasi dimana dengan tehnik tersebut tuberkulosis dengan jumlah kuman sedikit. Namun hal ini
kuman akan lebih mudah ditemukan. Namun metode menjadi sulit dikerjakan bila jumlah spesimen sputum
konsentrasi belum banyak digunakan untuk pemeriksaan yang didapat sedikit atau kurang dari 2 ml.13
mikroskopis BTA.9
Teknik diagnosis TB yang lebih cepat dan lebih Metode Kultur
akurat saat ini sangat diperlukan untuk meningkatkan Kultur kuman merupakan cara pemeriksaan yang
cakupan TB di Indonesia, maka perlu dilakukan kajian dan akurat karena memiliki sensitivitas dan spesifisitas tinggi
penelitian untuk menguji perbedaan sensitivitas, (89.9%) dan 100% sehingga dipakai sebagai diagnosis
spesifisitas, nilai ramal positif, nilai ramal negatif, rasio pasti tuberkulosis paru. Jika hasil pemeriksaan mikroskopis
kemungkinan positif dan rasio kemungkinan negatif dari BTA positif, maka diagnosa tuberkulosis dapat ditegakkan,
metode pemeriksaan BTA apusan langsung dan metode tetapi pemeriksaan mikroskopis ini tidak dapat
konsentrasi terhadap metode kultur membedakan antara Mycobakcerium tuberculosis dengan
Tuberkulosis (TB) Paru Mycobacteriumlain sehingga perlu dilakukan pemeriksaan
kultur BTA untuk identifikasi kuman. Bila hasil
Struktur dan morfologi pemeriksaan mikroskopis BTA negatif, penyakit
Mycobacterium tuberculosis (M. tuberculosis) tuberkulosis belum dapat disingkirkan sehingga perlu
adalah kuman yang termasuk genus Mycobacterium, dilanjutkan dengan metode kultur.14
family Mycobacterium dan ordo Actinomycetales.
Mycobacterium tuberculosis merupakan basil gram positif Desain penelitian
dan mengandung asam mikolik (waxes) di dinding selnya Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif
yang menyebabkan kuman bersifat tahan asam dan dapat dengan menggunakan uji diagnostik yaitu uji sensitifitas
menimbulkan infeksi kronis.11Basil tuberkulosis berukuran dan spesifisitas.
sangat kecil berbentuk batang lurus atau agak bengkok,
panjang 1-4 mikron dan lebar antara 0,3-0,6 mikron, Tempat dan waktu penelitian
obligat, tidak membentuk spora, tidak motil, tidak Rumah Sakit BP4 Medan, Praktek Dr.Zainuddin,
berkapsul dan bersifat tahan terhadap penghilangan zat dan Laboratorium Mikrobiologi Terpadu Fakultas
warna dengan asam alkohol.10,11 Kedokteran USU selama 4 bulan mulai Juli-Oktober 2013.

Gejala klinik dan pemeriksaan fisik Tujuan Penelitian


TB disebut juga The great immitator oleh karena 1. Tujuan Umum
gejalanya banyak mirip dengan penyakit lain antara lain: Mengetahui ketepatan pemeriksaan BTA secara
demam, batuk/batuk darah, sesak nafas, nyeri dada, apusan langsung, metode konsentrasi dibandingkan
malaise: tidak ada nafsu makan, berat badan menurun, dengan kultur.
sakit kepala, meriang, nyeri otot, keringat malam dan tidak
menunjukkan suatu kelainan pun terutama pada kasus- 2. Tujuan Khusus
kasus dini.10 a. Mengetahui ketepatan pemeriksaan
mikroskopis BTA metode apusan langsung.
Metode pemeriksaan BTA b. Mengetahui ketepatan pemeriksaan
Metode apusan langsung mikroskopis BTA metoda konsentrasi.
Sensitivitas pemeriksaan BTA secara langsung c. Mengetahui ketepatan pemeriksaan kultur.
masih rendah, sekitar 20-30% dari pasien yang dicurigai d. Mengetahui perbandingan nilai sensitivitas,
secara klinis dan radiologis menderita TB paru. spesifisitas, nilai ramal positif dan nilai ramal
Pemeriksaan mikroskopis BTA metoda langsung negatif, rasio kemungkinan positif dan rasio
memerlukan sputum yang sedikit sehingga kemungkinan kemungkinan negatif dari pemeriksaan
untuk menemukan kuman dalam sputum dengan BTA mikroskopis BTA apusan langsung dan
positif menjadi lebih kecil.12 Sampai sekarang pemeriksaan konsentrasi dengan kultur terhadap diagnosis
mikroskopis BTA metoda langsung masih banyak tuberkulosis paru.

15
Lestari Rahmah, dkk. Ketepatan Pemeriksaan BTA Apusan…

Populasi dan Sampel Selanjutnya disimpan dalam inkubator 37ºC.Mengamati


Populasi adalah seluruh pasien suspek tuberkulosis pertumbuhan setiap minggu apakah sedian negatif atau
pada bulan Juli-Oktober 2013 di Kota Medan dengan positif.
jumlah sampel sebanyak 60 orang berdasarkan rumus uji
hipotesis satu sampel menurut Lemeshow.15 Analisis Data
Analisa data secara deskriptif untuk melihat
Kriteria Sampel distribusi frekuensi dari variabel. Uji diagnostik dengan
a. Kriteria Inklusi : suspek >30 tahun, pasien TB paru tabel 2x2, kemudian dihitung nilai sensitivitas, spesifitas,
yang belum pernah diobati dan sputum tidak nilai ramal positif dan nilai ramal negatif, rasio
bercampur darah. kemungkinan positif dan rasio kemungkinan negatif.
b. Kriteria Eksklusi : penderita tidak dapat mengeluarkan
dahak. HASIL PENELITIAN

BAHAN & CARA KERJA Objek penelitian adalah sputum dari 60 responden
dilakukan pemeriksaan mikroskopis BTA apusan langsung
1. Apusan langsung dan konsentrasi (Sewaktu, Pagi, Sewaktu) dengan jumlah
Pembuatan preparat sputum masing-masing 180, dan pemeriksaan metode
Ose dipanaskan sampai merah.selanjutnya kultur (pagi) dengan jumlah sputum 60 sputum.
didinginkan. Kemudian dimasukkan ke dalam botol berisi
pasir alkohol 70% dan digoyang-goyangkan untuk Karakteristik demografi
melepaskan partikel yang melekat.Kembali ose dibakar Respondenmayoritas berumur 15-55 tahun
sampai merah. Sedian fiksasi jangan terlalu lama di sebanyak 43 orang (71,7%), kemudian kelompok umur >
dilewatkan di atas api lampu spritus. 55 tahun sebanyak 17 orang(28,3%). Responden mayoritas
yang diperiksa berjenis kelamin laki-laki sebanyak 43
Pewarnaan dengan Metode Ziehl Neelsen orang (71,7%), dan perempuan sebanyak 17 orang
Sedian digenangi dengan larutan carbol fuchsin (28,3%). Responden mayoritas bersuku Batak sebanyak 32
0,3% dan dipanaskan. Kemudian didinginkan dan orang (53,3%), Suku Jawa sebanyak 23 orang (38,3%),
dicuci.Sedian kemudian digenangi dengan asam alkohol suku Aceh sebanyak 2 orang (3,3%) dan minoritas suku
(HCL alkohol 3%) sampai warna carbol fuchsin hilang dan Melayu, Minang dan Nias dimana frekuensi masing-
dicuci kembali. Kemudian sedian kembali digenangi masing sebanyak 1 orang (1,7%).
dengan methylene blue 0,3% sampai terbentuk latar Responden mayoritas memiliki pekerjaan sebagai
belakang biru. kemudian diperiksa di bawah mikroskop wiraswasta sebanyak 24 orang (40,0%), IRT sebanyak 13
perbesaran 1000 kali. orang (21,7%), pensiunan sebanyak 7 orang (11,7%),
karyawan/pegawai swasta sebanyak 5 orang (8,2%),
Pembacaan hasil PNS/POLRI dan Pelajar/Mahasiswa masing-masing
Hasil pemeriksaan berdasarkan standart sebanyak 4 orang (6,7%), dan yang bekerja sebagai
International Union Against Tuberculosis and Lung buruh/petani sebanyak 3 orang (5,0%).
Diseases (IUATLD) sesuai dengan standart WHO.3 Responden mayoritas berpenghasilan Rp.
1.000.000–3.000.000,- sebanyak 41 orang (68,9%),
2. Metode Konsentrasi berpenghasilan lebih kecil Rp. 1.000.000,- sebanyak 10
Sputum 1 bagian tambahkan dengan 2 bagian orang (16,7%), dan responden minoritas berpenghasilan
NaOH 4%.Vortex sampai homogeny, selanjutnya lebih besar Rp. 3.000.000,- sebanyak 9 orang (15%).
centrifuse 3000g selama 15 menit.Buang supernatant,
tambahkan aquadest sampai tanda tertinggi.Centrifuse lagi Deskriptif pemeriksaan BTAmetode apusan langsung
3000g selama 15 menit dan buang supernatant.Media Hasil pemeriksaan BTA apusan langsung diperoleh
apusan tersebut yang diletakkan di kaca obyek bahwa BTA (+) paling banyak ditemukan dari sampel
dikeringkan di udara terbuka selama 15-30 menit dan sputum pagi yakni sebanyak 21 sampel (35,0%), kemudian
Kaca objek dilewatkan di atas lampu spiritus sebanyak 3 sampel sputum sewaktu pertama yakni sebanyak 19
kali selama 3-5 detik. Melakukan pewarnaan dengan sampel (31,7%) dan yang paling sedikit adalah sampel
pengecatatan Ziehl Nielsen. sputum sewaktu kedua yakni sebanyak 17 sampel (28,3%).
Dengan kondisi diatas diperoleh gambaran bahwa
3. Pemeriksaan Kultur pengambilan sputum pada pagi lebih banyak ditemukan
Sputum 1 bagian tambahkan dengan 2 bagian BTA positif dibandingkan dengan sewaktu pertama, dan
NaOH 4%.Vortex sampai homogeny, selanjutnya sewaktu kedua.
centrifuse 3000g selama 15 menit.Buang supernatant,
tambahkan aquadest sampai tanda tertinggi.Centrifuse lagi
3000g selama 15 menit dan buang supernatant.Inokulasi
secukupnya (100µl) pada 2 media Lowensten-Jensen (LJ),
kemudian ratakan pada permukaan media tutup botol Mac
Cartney dan longgarkan (jangan rapat-rapat).Selanjutnya

16
Jurnal Ilmiah PANNMED Vol. 9 No.1 Mei - Agustus 2014

Tabel 1. Hasil Pemeriksaan BTA Metode Apusan Tabel 4. Perbandingan Metode Apusan Langsung
Langsung (Sewaktu, Pagi, Sewaktu) dan Kultur
Hasil BTA Metode Apusan Langsung Kultur Total
Apusan
Sewaktu Pagi Sewaktu + -
Langsung
n (%) n (%) n (%) n (%) n (%) n (%)
Positif 19 (31,7) 21 (35,0) 17 (28,3) + 19 (90,5) 2 (9,5) 21 (100)
Negatif 41 (68,3) 39 (65,0) 43 (71,7) - 13 (33,3) 26 (66,7) 39 (100)
Total 32 (53,3) 28 (46,7) 60 (100)
Total 60 60 60
(100,0) (100,0) (100,0) Metode pemeriksaan metode konsentrasi dengan kultur
Hasil pemeriksaan BTA positif dengan metode
Deskriptif pemeriksaan BTA metode konsentrasi konsentrasi adalah 27 sampel sputum dan negatif secara
Hasil pemeriksaan BTA metode konsentrasi bahwa konsentrasi berjumlah 33 sampel. Sedangkan dengan
sputum pagi merupakan sputum yang paling banyak pemeriksaan kultur diperoleh BTA positif sebanyak 32
menunjukkan hasil positif yakni sebanyak 27 sampel sampel dan yang negatif sebanyak 28 sampel.
(45%). Sputum pada sewaktu yang pertama menunjukkan Dari 27 sampel yang positif secara konsentrasi
hasil BTA positif sebanyak 26 orang (43,3%) dan sputum diperoleh sebanyak 81,5% (22 sampel) positif secara kultur
sewaktu yang kedua menunjukkan hasil yang paling dan 18,5% (5 sampel) negatif secara kultur. Sedangkan
sedikit sebanyak 25 orang (41,7%). dari 33 sampel yang negatif secara konsentrasi ditemukan
sebesar 30,3% (10 sampel) positif secara kultur, dan yang
Tabel 2 Hasil Pemeriksaan BTA Metode Konsentrasi benar-benar negatif secara konsentrasi dan negatif pula
(Sewaktu, Pagi, Sewaktu) secara kultur sebesar 69,7% (23 sampel).
Metode Konsentrasi
Hasil BTA Sewaktu Pagi Sewaktu Tabel 5. Perbandingan Metode Konsentrasi dengan
n (%) n (%) n (%) Kultur
Positif 26 (43,3) 27 (45,0) 25 (41,7) Kultur Total
Negatif 34 (56,7) 33 (55,0) 35 (58,3) Konsentrasi + -
Total 60 (100,0) 60 (100,0) 60 (100,0) n (%) n (%) n (%)
+ 22 (81,5) 5 (18,5) 27 (100)
Deskriptif pemeriksaan BTA metode kultur - 10 (30,3) 23 (69,7) 33 (100)
Hasil pemeriksaan metode kultur menggunakan Total 32 (53.3) 28 (46.7) 60 (100)
sputum pagi lebih banyak ditemukan BTA positif yaitu 32
sampel (53,3%)dan BTA negatif yaitu 28 sampel (46,7%). Perbandingan efektifitas antara metode apusan langsung
dan konsentrasi terhadap kultur
Tabel 3 Pemeriksaan dengan Metode Kultur Hasil uji diagnostik untuk metode apusan langsung
Menggunakan Sputum Pagi terhadap kultur mempunyai sensitifitas sebesar 59,38%,
Metode Kultur spesifisitas sebesar 92,86%, nilai ramal positif sebesar
Hasil BTA 90,48% nilai ramal negatif sebesar 66,67%, ratio
n %
Positif 32 53,3 likelihood positif sebesar 8,31 dan rasio likelihood negatif
Negatif 28 46,7 sebesar 0,44.
Total 60 100.0 Demikian juga uji diagnostik metode konsentrasi
terhadap kultur mempunyai sensitifitas sebesar 68,75%,
spesifisitas sebesar 82,14%, prevalensi sebesar 53,33%,
Metode pemeriksaan BTA metode apusan langsung
nilai ramal positif sebesar 81,48%, nilai ramal negatif
dengan metode kultur
sebesar 69,70%, rasio kemungkinan positif sebesar 3,85.
Hasil pemeriksaan BTA positif dengan metode
apusan langsung adalah 21 sampel sputum dan negatif
Tabel 6. Hasil Uji Diagnostik Metode Apusan
secara apusan langsung berjumlah 39 sampel. Sedangkan
Langsung dan Konsentrasi terhadap Kultur
dengan pemeriksaan kultur diperoleh BTA posistif
sebanyak 32 sampel dan yang negatif sebanyak 28 Metode Metode
sampel.Dari hasil diatas ditemukan 9,5% sampel yang Pemeriksaan Apusan Konsentrasi
positif secara apusan langsung namun negatif secara kultur. Langsung(%) (%)
Sedangkan dari sampel yang negatif secara apusan Sensitifitas 59,38 % 68,75 %
langsung ditemukan sebesar 33,3% positif secara kultur. Spesifisitas 92,86 % 82,14 %
Nilai ramal positif 90,48 % 81,48 %
Nilai ramal negatif 66,67 % 69,7 %
Rasiokemungkinan
8,31 3,85
positif
Rasiokemungkinan
0,44 0,38
negatif

17
Lestari Rahmah, dkk. Ketepatan Pemeriksaan BTA Apusan…

DISKUSI langsung dan konsentrasi pada sputum dengan kultur


dimana didapati sensitivitas sebesar 34% dan konsentrasi
Karakteristik responden sebesar 58%. Penelitian lainnya, yang dilakukan oleh
Berdasarkan penelitian ini diperoleh bahwa Wang X, et al19 di Beijing, China, tahun 2010
mayoritas responden berumur 15-55 tahun sebanyak 43 menunjukkan bahwa dengan menggunakan metode apusan
orang (71,7%), kemudian kelompok umur >55 tahun langsung pewarnaan Ziehl Nielsen diperoleh sensitifitas
sebanyak 17 orang(28,3%). Data tersebut sesuai dengan 40%, kemudian pada sampel yang sama dilakukan metode
laporan Sub Direktorat TB Depkes RI tahun 2006, bahwa konsentrasi maka nilai sensitivitas akan meningkat 65%.
infeksi TB mayoritas diderita pada kelompok umur Hal ini juga sesuai dengan pustaka yang mengatakan
produktif (15-55 tahun). Data yang dikeluarkan Depkes RI bahwa sensitivitas pemeriksaan BTA apusan langsung
tahun 2001 juga menunjukkan bahwa 75% penderita TB dapat ditingkatkan dengan metode konsentrasi.9
paru berada pada kelompok usia produktif. Diperkirakan Penggunaan metode konsentrasi dari dahak dengan
seorang pasien TB dewasa akan kehilangan rata-rata waktu sentrifugasi sebelum dilihat dengan mikroskop akan lebih
kerjanya 3-4 bulan. Tingginya angka TB paru pada usia cepat meningkatkan penemuan kasus dibandingkan dengan
produktif akan sangat berdampak pada perekonomian pemeriksaan BTA apusan langsung.20
keluarga, masyarakat dan Negara. Selain merugikan secara Spesifisitas pemeriksaan mikroskopis BTA metode
ekonomis, TB paru juga berdampak pada hubungan sosial, konsentrasi lebih rendah 10,72% dibandingkan apusan
karena penderita TB paru akan dikucilkan oleh langsung. Hal ini menunjukkan kemampuan pemeriksaan
masyarakat.16 BTA metode konsentrasi untuk menyingkirkan subjek
Jika dikaitkan lebih lanjut, berdasarkan data yang tidak menderita tuberkulosis paru 10,72% lebih
diperoleh mayoritas responden berjenis kelamin laki-laki rendah dari apusan langsung.
yakni sebanyak 43 orang (71,7%). Tingginya kasus TB Sensitivitas dan spesifisitas pemeriksaan BTA
paru pada laki-laki dipengaruhi oleh kebiasaan hidup metode konsentrasi tidak terlalu tinggi kemungkinan
misalnya kebiasaan merokok. Kebiasaan merokok dapat karena metode konsentrasi mendeteksi adanya kuman pada
meningkatkan risiko infeksi TB paru sebanyak 2,2 kali.16 slide dimana sediaan yang diambil terlalu sedikit sehingga
Tingginya kasus TB paru pada laki-laki juga disebabkan kemungkinan mendapatkan kuman lebih kecil.
laki-laki mempunyai kecendrungan lebih rentan terhadap Nilai ramal positif menunjukkan besar peluang
faktor risiko. TB paru, hal ini dimungkinkan karena laki- subjek menderita tuberkulosis paru bila hasil pemeriksaan
laki lebih banyak melakukan aktifitas sehingga lebih sering positif. Dalam penelitian ini pemeriksaan BTA apusan
terpajan oleh penyebab penyakit ini.17 Berdasarkan suku langsung mempunyai kemampuan memberikan manfaat
bangsa diperoleh Batak sebanyak 32 orang (53,3%) karena klinis dalam tuberkulosis paru 9,0% lebih besar
mayoritas responden yang datang ke BP4 dan Klinik dibandingkan metode konsentrasi. Penelitian ini didukung
Tuberkulosis Swasta adalah bersuku Batak. Hal ini oleh penelitian Elisabeth21yang menunjukkan nilai ramal
didukung oleh data statistik dari Badan Pusat Statistik Kota positif yang diperoleh lebih besar pada metode apusan
Medan bahwa suku Batak presentasi penduduknya di Kota langsung (80%) daripada konsentrasi (63,6%).
Medan menempati urutan kedua yaitu sebesar 21%. Nilai ramal negatif menunjukkan besarnya peluang
Pada penelitian ini diperoleh proporsi tertinggi subjek tidak menderita TB paru bila hasil BTA
responden adalah dengan pekerjaan wirawasta sebesar 24 (negatif).Dalam penelitian ini diperoleh bahwa nilai ramal
orang (40,0%) dan terendah pada jenis pekerjaan negatif metode apusan langsung lebih rendah 3%
buruh/petani sebesar 3 orang (5,0%). Hal ini dapat dibanding metode konsentrasi. Sehingga dapat
diasumsikan bahwa seseorang yang terinfeksi TB Paru disimpulkan bahwa kemampuan untuk menentukan subjek
bukan karena dipengaruhi aktifitas pekerjaan tatapi dapat negatif dan tidak sakit dari total subjek yang negatif lebih
juga dipengaruhi oleh lingkungan tempat tinggal seperti baik pada metode konsentrasi dibandingkan metode
kelembaban rumah, keadaan ventilasi rumah, keadaan apusan langsung.
jendela rumah serta pencahayaan alami yang masuk ke Pada penelitian yang dilakukan oleh Erma Lestari8
dalam rumah. menunjukkan bahwa dalam memberikan manfaat klinis
lebih besar pada metode konsentrasi dibandingkan dengan
Perbandingan efektifitas antara metode apusan langsung metode apusan langsung.Hal ini berbeda dengan hasil yang
dan konsentrasi terhadap kultur diperoleh dalam penelitian ini, dimana metode apusan
` Kemampuan pemeriksaan BTA metode langsung lebih besar manfaat klinis dibandingkan
konsentrasi dalam mendiagnosis tuberkulosis paru 9,37% konsentrasi. Ini dimungkinkan karena, dalam proses
lebih tinggi dibandingkan apusan langsung. Penelitian ini pembuatan sediaan dan pembacaan memerlukan proses
mempunyai sensitivitas yang lebih tinggi bila yang lebih lama dan perlakuan yang lebih teliti. Faktor
dibandingkan dengan penelitian Erma Lestari8 yang manusia yaitu analis/petugas laboratorium memegang
membandingkan pemeriksaan mikroskopis BTA apusan peranan penting dalam memberikan hasil pemeriksaan.
langsung dan konsentrasi pada sputum dengan kultur Pada penelitian ini pembuatan sediaan dan pembacaan
dimana sensitivitas apusan langsung sebesar 27% dan dilakukan oleh analis yang sama untuk ketiga metode
konsentrasi sebesar 63,41%. pemeriksaan.
Sama halnya dengan penelitian Ellena M. Rasio kemungkinan merupakan cara lain untuk
Peterson18 membandingkan pemeriksaan BTA metode menunjukkan akurasi dari suatu pemeriksaan. Pada

18
Jurnal Ilmiah PANNMED Vol. 9 No.1 Mei - Agustus 2014

penelitian ini nilai rasio kemungkinan positif lebih besar Grange JM. Micobacterium in : Greenwood David, Slack
pada metode apusan langsung sebesar 4,46 dibandingkan RC, Peutheres JF, Medical Microbiology, 16 ed,
dengan metode konsentrasi. Sehingga metode apusan Chruchill Livingstone2002.
langsung lebih kuat menunjukan hubungan antara hasil test Muzaffar R, Batool S, Azis A, Naqvi A, Rizvi A.
positif dengan keadaaan seseorang yang benar-benar sakit Evaluation of the fastplaquetb Assay for Direct
dibandingkan dengan metode konsentrasi.Nilai rasio Infection of Mycobacterium tuberculosis in Sputum
kemungkinan negatif pada metode apusan langsung Specimens. Int J Tuberc Lung Dis. 2002; 6(7): 635-
sebesar 0,44 dan pada metode konsentrasi sebesar 0,38 40.
artinya kemungkinan seseorang untuk tidak sakit jika hasil Levinson W, Jawetz E. Medical Microbiology 2
ujinya negatif adalah tinggi (LR - ≤ 1). Immunilogy. 7th ed. Singapore; 2008.
Erma, L. Nilai Diagnostik Pemeriksaan Mikroskopis Basil
KESIMPULAN Tahan Asam Metoda Konsentrasi dibandingkan
dengan Kultur pada Sputum Tersangka
1. Kelompok umur paling banyak ditemukan BTA Tuberkulosis Paru. 2005.
positif 15-55 tahun 71,7% (43 responden), laki- Ninik, S.. Perkembangan Diagnostik Tuberkulosis Paru.
laki 71,7% (43 responden), suku Batak 53,3% (32 Indonesian Journal of Clinical Pathology 1998;
responden), bekerja sebagai wiraswasta 40,0% (24 Volume 5 No. 1.
responden) dan memiliki penghasilan Rp Zulfikri A. Buku Ajar Penyakit Dalam. Edisi V, Jilid III,
1.000.000-3.000.000 yaitu 68,3% (41 responden). Jakarta: Internapublishing 2009.
2. Kemampuan pemeriksaan BTA metode Crofton, J. Horen N, Miller, F. Tuberkulosis Klinis,
konsentrasi dalam mendiagnosis tuberkulosis paru Cetakan I.Jakarta: Widya Media; 2002.
9,37% lebih tinggi dibandingkan apusan langsung Greenwood, et al. Mycobacterium in: Medical
(sensitivitas). Microbiology, sixteenth ed, Crurchill Livingstone
3. Kemampuan pemeriksaan BTA metode konsentrasi 2002.
untuk menyingkirkan subjek yang tidak menderita Wilks, D. Mycobacterium in: The Infection Disease,
tuberkulosis paru 10,72% lebih rendah dari apusan Blackwell Science Ltd, Oxford; 1995.
langsung (spesifisitas). Yoga, TA. Masalah Tuberkulosis Paru dan
4. Pemeriksaan BTA apusan langsung mempunyai Penanggulangannya, Jakarta: Universitas
kemampuan memberikan manfaat klinis dalam Indonesia; 2005.
tuberkulosis paru 9,0% lebih besar dibandingkan Lemeshow S, et al. Besar Sampel dalam Penelitian,
metode konsentrasi (nilai ramal positif). Yogyakarta: Gajah Mada University Press; 1997.
5. Kemampuan untuk menentukan subjek negatif dan Leli S, Mardiastuti, Anis K. Evaluasi Metode Fastplaque
tidak sakit dari total subjek yang negatif lebih baik TB untuk mendeteksi Mycobacterium tuberculosis
pada metode konsentrasi dibandingkan metode pada sputum di Beberapa Unit Pelayanan
apusan langsung (nilai ramal negatif). Kesehatan di Jakarta-Indonesia. Jurnal
Tuberkulosis Indonesia 2013; Vol 8 Maret 2012.
DAFTAR PUSTAKA Ratnasari Y. Dukungan Sosial Dengan Kualitas Hodup
Pada Penderita Tuberkulosis Paru (TB Paru) di
Global Report WHO, Global Tuberculosis Report. 2010. Balai Pengobatan Penyakit Paru (BP4) Yogyakarta
Menteri Kesehatan RI. Rencana Aksi Nasional: Informasi Unit Minggiran, Jurnal Tuberkulosis Indonesia
Strategi Nasional Pengendalian TB Indonesia 2012; Vol.8.
2011-2014. Direktorat Jenderal Pengendalian Ellena MP. Comparation of Direck and Concentrated
Penyakit dan Penyehatan Lingkungan. Jakarta; Acid-Fast Smear to Identify Spesimens Cultur
2011. Positive for Mycobacterium spp. In Journal of
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Keputusan Clinical of Microbiology 1999; Volume 73 No. 11:
Menteri Kesehatan Republik IndonesiaNo. 3564-8.
364/MENKES/SK/V/2009 Tentang Pedoman Liu J, et al. Increased Case Finding of Tuberculosis From
Penanggulangan Tuberkulosis (TB)Menteri Sputum and Sputum Deposits After Magnetic Bead
Kesehatan Republik Indonesia. Jakarta: Depkes RI; Concentration Of Mycobacteria; 2013.
2009. Elisabeth F, Ibrahim S, Hardjoeno. Analisis Temuan Basil
Raunak P, Gita N, Swapna K, Vijay K, Preeti. Time to Tahan Asam pada Sputum Cara Langsung dan
Sputum Conversion in Smear Positive Pulmonary Sediaan Konsentrasi pada Suspek Tuberkulosis.
TB Patients on Category I DOTS and Factors Indonesian Journal of Clinical Pathology and
Delaying it. 2012: Vol. 60: 22-26. Medical Laboratory 2006; Vol. 12, No. 2:62-64.
.

19
RENDAHNYA PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF PADA IBU YANG BEKERJA
LINGKUNGAN XX KELURAHAN KWALA BEKALA
KECAMATAN MEDAN JOHOR TAHUN 2013

Elisabeth Surbakti
Kebidanan Poltekkes Medan

` Abstrak

Setiap tahunnya terdapat 1-2 juta bayi didunia yang meninggal karena tidak diberi ASI eksklusif. Hal ini
dapat dilihat dari tingginya kasus kematian bayi yang berdampak dari ibu yang tidak memberikan ASI secara
eksklusif seperti kasus ISPA (Infeksi Saluran Pernapasan Atas) 15 – 20% atau sekitar 40 ribu per kelahiran
hidup, diare sekitar 42 %, dan infeksi 10%.Sebagian besar ibu tetap tidak peduli dengan ASI eksklusif.
Sesuai dengan data yang diperoleh menurut kabupaten/kota propinsi Sumatera Utara tahun 2007 yang terdiri
dari 459 puskesmas dengan jumlah bayi 294.648 jiwa ternyata hanya 83.958 jiwa atau 28,49% bayi yang
diberi ASI Eklusif. Sedangkan di kota Medan yang terdiri 39 puskesmas dengan jumlah bayi 41.346 jiwa,
ternyata hanya 623 jiwa atau 1,51 bayi yang diberi ASI eksklusif. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
faktor-faktor yang berhubungan dengan pemberian ASI eksklusif pada ibu yang bekerja di lingkungan XX
Kelurahan Kwala Bekala Kecamatan Medan Johor tahun 2013. Penelitian ini bersifat deskriptif dengan
rancangan cross sectional. Populasi dalam penelitian ini adalah keseluruhan ibu bekerja di Lingkungan XX
Kelurahan Kwala Bekala Kecamatan Medan Johor yang tidak menerapkan ASI Eksklusif, teknik
pengambilan sampel dengan total sampling, seluruh populasi dijadikan sampel yaitu sebanyak 60 orang.
Analisis data dengan univariat dan bivariat. Hasil penelitian yang diperoleh pengetahuan baik 18,3%, cukup
31,7%, kurang 50%. Sikap ibu positif 45%, negatif 55%. Hasil uji statistik diperoleh p = 0,000 < 0,05,
artinya artinya terdapat hubungan yang signifikan antara tindakan dengan pemberian ASI eksklusif. Untuk
itu agar ibu menambah pengetahuan dan wawasan tentang cara pemberian dan manfaat ASI eksklusif.

Kata kunci : Asi Eksklusif, Ibu Bekerja

Latar Belakang dengan status sosial keluarga, ibu-ibu beranggapan bila


Pemberian ASI (Air Susu Ibu) secara eksklusif tidak menyusui status sosialnya akan naik dan termasuk
adalah pemberian ASI saja tanpa ada makanan tambahan kelompok yang modern, disamping itu juga banyaknya
yang lain dari usia 0-6 bulan. Seiring dengan ibu-ibu yang bekerja baik sebagai wanita karir maupun
perkembangan zaman, terjadi pula peningkatan ilmu yang bekerja dipabrik-pabrik yang jarak tempat tinggal dan
pengetahuan dan teknologi yang demikian pesat, ironisnya tempat bekerjanya lumayan cukup jauh sehingga waktu
pengetahuan lama yang mendasar seperti menyusui justru yang dimiliki ibu lebih banyak terbuang pada saat berada
kadang terlupakan. Padahal kehilangan pengetahuan diperjalanan ke tempat bekerja. Karena alasan pekerjaan
tentang menyusui berarti kehilangan hal yang besar, karena juga banyak ibu yang bekerja yang hanya mendapatkan
menyusui adalah suatu pengetahuan yang selama berjuta- cuti melahirkan selama 3 bulan sehingga ibu yang
juta tahun mempunyai peranan penting dalam memiliki bayi mengaku terpaksa harus memberikan susu
mempertahankan kehidupan manusia. formula karena harus kembali bekerja. Padahal pemberian
Untuk mengetahui atau memenuhi kebutuhan susu formula mengakibatkan bayi mudah terkena ISPA
nutrisi bayi, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) (Infeksi Saluran Pernapasan Akut), 14,2 kali kemungkinan
merekomendasikan agar bayi baru lahir mendapat ASI diare, mengalami kejang, infeksi telinga, flu dan penyakit
eksklusif selama 6 bulan (WHO, 2003). alergi (Wahyu, 2007).
Ternyata berdasarkan penelitian WHO, setiap Setiap ibu selalu menginginkan agar bayinya
tahunnya terdapat 1-2 juta bayi didunia yang meninggal sehat dan cerdas. Tidak banyak yang mengetahui bahwa
karena tidak diberi ASI eksklusif. Hal ini dapat dilihat dari ada cara yang mudah dan murah agar bayi sehat dan
tingginya kasus kematian bayi yang berdampak dari ibu cerdas. Menyusui ASI eksklusif dapat meningkatkan
yang tidak memberikan ASI secara eksklusif seperti kasus kesehatan dan kecerdasan anak. Sayangnya para ibu di
ISPA (Infeksi Saluran Pernapasan Atas) 15 – 20% atau Indonesia banyak yang tidak memberikan ASI kepada
sekitar 40 ribu per kelahiran hidup, diare sekitar 42%, dan bayinya. Padahal dengan memberikan ASI, kesehatan dan
infeksi 10%. Sebagian besar ibu tetap tidak peduli dengan kecerdasan sang bayi pun terjamin. ASI mengandung
ASI eksklusif. Hal ini disebabkan sebagian kaum ibu nutrient yang mempunyai fungsi spesifik untuk
berpendapat bahwa, seorang wanita akan lebih cantik dan pertumbuhan otak antara lain long chain polyunsaturated
awet muda bila tidak menyusui.Hal ini dikaitkan juga fatty acid (DHA dan AA) untuk pertumbuhan otak dan

20
Jurnal Ilmiah PANNMED Vol. 9 No.1 Mei - Agustus 2014

retina, kolesterol untuk myelinisasi jaringan syaraf, taurin Pernyataan Masalah


untuk neurontransmitter inhibitor dan stabilisator Berdasarkan latar belakang diatas maka
membran, laktosa untuk pertumbuhan otak, koline yang pernyataan masalah dalam penelitian ini adalah faktor-
mungkin meningkatkan memori. Bayi yang mendapat ASI faktor apa saja yang berhubungan dengan rendahnya
eksklusif memiliki rata-rata IQ 14,2 poin lebih meningkat pemberian ASI eksklusif pada ibu yang bekerja
artinya semakin banyak bayi yang mendapat ASI, anak Lingkungan XX Kelurahan Kwala Bekala Kecamatan
tersebut semakin sehat dan cerdas ( Roesli, 2007). Medan Johor tahun 2013.
Di Malaysia angka kematian hanya 41 per 100
ribu, Singapura 6 per 100 ribu, Thailand 44 per 100 ribu, Tujuan Umum
dan Filiphina 170 per 100 ribu (Swamurti, 2007). Menurut Untuk mengetahui faktor-faktor yang
Survei Demografi Kesehatan Indonesia 2002–2003, angka berhubungan dengan pemberian ASI eksklusif pada ibu
kematian bayi (AKB) tercatat 35 per 1.000 kelahiran yang bekerja di lingkungan XX Kelurahan Kwala Bekala
hidup. Kecamatan Medan Johor Tahun 2013.
Data di badan pusat statistik menunjukan angka
kematian bayi diIndonesia tertinggi di Asia Tenggara, Tujuan Khusus
mendominasi lebih dari 75 % total kematian anak dibawah a. Untuk mengetahui hubungan pengetahuan ibu yang
5 tahun. Hal itu menjadi kegiatan prioritas Departemen bekerja dengan penerapan ASI eksklusif di
Kesehatan (Depkes) pada periode 2005 - 2009. Depkes Lingkungan XX Kelurahan Kwala Bekala
menargetkan penurunan angka kematian bayi berkurang Kecamatan Medan Johor.
dari 248 menjadi 206 per 100.000 kelahiran yang dicapai b. Untuk mengetahui hubungan jarak tempat tinggal
pada tahun 2009. Sementara angka harapan hidup berkisar dengan tempat bekerja ibu yang bekerja dengan
rata-rata 70,6 % per tahun (Moedjiono, 2007). penerapan ASI eksklusif di Lingkungan XX
Di Jakarta, durasi rata-rata pemberian ASI Kelurahan Kwala Bekala Kecamatan Medan Johor.
eksklusif hanya berlangsung selama 18 hari. Di Jakarta c. Untuk mengetahui hubungan sikap ibu yang bekerja
Utara hanya sekitar 17,9 % bayi baru lahir yang diberi dengan penerapan ASI eksklusif di Lingkungan XX
IMD (Inisiasi Menyusui Dini) dalam 1 jam pertama Kelurahan Kwala Bekala Kecamatan Medan Johor.
persalinan dan hanya sekitar 28% bayi dibawah 6 bulan d. Untuk mengetahui hubungan tindakan ibu yang
yang diberi ASI eksklusif (Wahana, 2007). Angka bekerja dengan penerapan ASI eksklusif di
kematian bayi (AKB) di Jawa Tengah tercatat 10,9 per lingkungan XX Kelurahan Kwala Bekala Kecamatan
1000 kelahiran hidup dari angka kematian bayi (AKB) Medan Johor.
secara nasional sebesar 26,9 per 1000 kelahiran hidup
(Ena, 2008).Angka kematian bayi (AKB) di Sragen pada Hipotesis
tahun 2008 sebesar 9,28 per 1.000 kelahiran hidup Ada hubungan yang signifikan antara Faktor-faktor
(Dinkes, 2008). (Pengetahuan, sikap, tindakan dan jarak tempat bekerja)
Pemberian ASI secara eksklusif dapat menekan dengan rendahnya pemberian ASI Eksklusif pada Ibu
angka kematian bayi hingga 13 % sehingga dengan dasar bekerja di Lingkungan XX kelurahan Kwala Bekala
asumsi jumlah penduduk 219 juta, angka kelahiran total 22 Medan
per 1000 kelahiran hidup, angka kematian balita 46 per
1000 kelahiran hidup maka jumlah bayi yang akan Kerangka Konsep
terselamatkan sebanyak 30 ribu. Untuk itu ASI patut Adapun kerangka konsep dalam penelitian yang
menjadi prioritas (Sitopeng, 2008). berjudul tentang faktor-faktor yang berhubungan dengan
Sesuai dengan data yang diperoleh menurut rendahnya pemberian ASI eksklusif pada ibu yang bekerja
kabupaten/kota propinsi Sumatera Utara tahun 2007 yang di lingkungan XX kelurahan Kwala Bekala Kecamatan
terdiri dari 459 puskesmas dengan jumlah bayi 294.648 Medan Johor dapat dilihat pada bagan dibawah ini :
jiwa ternyata hanya 83.958 jiwa atau 28,49% bayi yang
diberi ASI Eklusif. Sedangkan di kota Medan yang terdiri Deskripsi daerah penelitian
39 puskesmas dengan jumlah bayi 41.346 jiwa, ternyata Penelitian akan dilakukan di Lingkungan XX
hanya 623 jiwa atau 1,51 bayi yang diberi ASI eksklusif Kelurahan Kwala Bekala, Kecamatan Medan Johor.
(profil DINKES Kab/Kota, 2007) Karena banyak didaerah tersebut ditemukan ibu-ibu yang
Sedangkan berdasarkan survey awal di bekerja yang tidak menerapkan ASI eksklusif. Waktu
lingkungan XX Kelurahan Kwala Bekala Kecamatan penelitian direncanakan dimulai pada bulan Pebruari
Medan Johor tahun 2013 masih banyak ibu yang bekerja sampai Mei 2013.
yang tidak memberikan ASI secara eksklusif.
Berdasarkan latar belakang tersebut penulis Jenis Penelitian
tertarik untuk meneliti mengenai “faktor-faktor yang Jenis penelitian ini adalah bersifat deskriptif
berhubungan dengan rendahnya pemberian ASI eksklusif dengan rancangan cross sectional.
pada ibu yang bekerja di Kelurahan Kwala Bekala
Kecamatan Medan Johor tahun 2013”. Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah keseluruhan
ibu bekerja di Lingkungan XX Kelurahan Kwala Bekala

21
Elisabeth Surbakti Faktor-Faktor yang Berhubungan…

Kecamatan Medan Johor yang tidak menerapkan ASI Tabel 4.1.


Eksklusif. Distribusi Rendahnya Pemberian Asi Eksklusif Pada
Ibu Bekerja Berdasarkan Pengetahuan Di Lingkungan
Sampel XX Kelurahan Kwala Bekala Kecamatan Medan
Sampel pada penelitian ini adalah ibu yang Johor Tahun 2013
bekerja dilingkungan XX kelurahan Kwala Bekala dengan No. Pengetahuan Jumlah Persentase
menggunakan teknik total sampling seluruh populasi
dijadikan sampel yaitu sebanyak 60 orang. 1. Baik 11 18,3
2. Cukup 19 31,7
Cara Pengumpulan Data 3. Kurang 30 50,0
Penelitian ini menggunakan data primer, tentang Jumlah 60 100
pengetahuan sebanyak 20 pertanyaan, dan kuesioner untuk
wawancara sebanyak 5 pertanyaan dari sikap dan tindakan. Berdasarkan tabel diatas diketahui bahwa pengetahuan
Sebelum responden mengisi kuesioner, terlebih dahulu ibu bekerja dalam kategori kurang yaitu 30 orang (50%),
peneliti menjelaskan cara mengisi kuesioner kemudian dan paling sedikit dalam kategori baik yaitu 11 orang
peneliti memberikan kesempatan kepada respoden untuk (18,3%).
mengisi kuesioner sendiri.
Jarak Tempat Tinggal
Alat Pengumpulan Data Jarak tempat tinggal ibu dari tempat bekerja
Data yang terkumpul diolah dengan langkah- bervariasi, mulai dari jarak dekat (< 10 m), jarak sedang
langkah sebagai berikut : (10-15 km) dan jarak jauh (> 15 km), dapat dilihat pada
1. Editing tabel berikut :
Proses editing dilakukan dengan memeriksakan
seluruh kelengkapan data yang telah terkumpul Tabel 4.2.
agar data yang masuk dapat diolah secara benar Distribusi Rendahnya Pemberian Asi Eksklusif Pada
sehingga pengolahan data dapat memberikan hasil Ibu Bekerja Berdasarkan Jarak Tempat Tinggal Di
yang baik, kemudian data dikelompokkan sesuai Lingkungan XX Kelurahan Kwala Bekala Kecamatan
dengan variabel yang akan diteliti. Setelah Medan Johor Tahun 2013
dilakukan pemeriksaan, apabila terdapat Jarak Tempat Jumlah Persentase
kekurangan segera diperbaiki dan dilengkapi. No. Tinggal
2. Coding 1. Dekat ( < 10 m) 14 23,3
Dengan membuat kode dalam rangka 2. Sedang (10 – 15 km) 9 15,0
mempermudah perhitungan 3. Jauh ( > 15 km ) 37 61,7
3. Tabulating Jumlah 60 100
Kegiatan yang dilakukan dalam tabulasi adalah
menyusun dan menghitung data yang diperoleh, Berdasarkan tabel diatas diketahui bahwa paling
kemudian dijadikan dalam bentuk tabel distribusi banyak ibu bekerja menempuh jarak yang jauh (> 15 km)
frekuensi. Data yang diperoleh dan dari tempat kerja yaitu 37 orang (61,7%) dan paling sedikit
diklasifikasikan menurut variabel yang diteliti. menempuh jarak yang sedang (10-15 km) dari tempat
bekerja yaitu 9 orang (15%).
Rencana Analisis Data
Teknik analisis data adalah cara untuk Sikap Ibu
memudahkan atau menyederhanakan data kedalam bentuk Sikap ibu dalam pemberian ASI eksklusif di
yang lebih mudan dibaca dan dimengerti. Untuk kategorikan dalam sikap negatif dan sikap positif, dapat
mengetahui bagaimana hubungan variebel bebas dan dilihat pada tabel berikut :
variabel terikat dapat di analisa dengan Chi-Square.
Tabel 4.3.
Hasil Penelitian Distribusi Rendahnya Pemberian Asi Eksklusif Pada
Berdasarkan hasil penelitian yang berjudul “Faktor- Ibu Bekerja Berdasarkan Sikap Di Lingkungan XX
faktor yang berhubungan dengan rendahnya pemberian Kelurahan Kwala Bekala Kecamatan Medan Johor
ASI eksklusif pada ibu bekerja di lingkungan XX Tahun 2013
Kelurahan Kwala Bekala Kecamatan Medan Johor Tahun No. Sikap Jumlah Persentase
2013” sebanyak 60 orang dan didapat hasil distribusi
responden berdasarkan pengetahuan, jarak tempat tinggal, 1. Negatif 33 55,0
sikap ibu, tindakan ibu dan pemberian ASI ekslusif yang 2. Positif 27 45,0
diuraikan sebagai berikut : Jumlah 60 100

Pengetahuan Ibu Berdasarkan tabel diatas sikap ibu bekerja dalam


Pengetahuan ibu yang dijadikan responden pemberian ASI eksklusif paling banyak bersikap negatif
bervariasi, mulai dari pengetahuan baik, sedang dan yaitu 33 orang (55%), dan paling sedikit bersikap positif
kurang, yang dapat dilihat pada tabel berikut: yaitu 27 orang (45%).

22
Jurnal Ilmiah PANNMED Vol. 9 No.1 Mei - Agustus 2014

Tindakan Ibu Berdasarkan tabel diatas dari 30 orang ibu yang


Tindakan ibu dalam pemberian ASI eksklusif dapat berpengetahuan kurang (50,0%), paling banyak yang tidak
dapat dilihat pada tabel berikut : memberikan ASI eksklusif yaitu 28 orang (46,7%), dan
paling sedikit yang memberikan ASI eksklusif yaitu 2
Tabel 4.4.
orang (3,3%).
Distribusi Rendahnya Pemberian Asi Eksklusif Pada
Hasil uji chi-square menyatakan Ho ditolak jika
Ibu Bekerja Berdasarkan Tindakan Di Lingkungan
probabilitas < 0,05. Hasil analisa dengan uji Chi-square
XX Kelurahan Kwala Bekala Kecamatan Medan
diperoleh X2 hitung 23,781 dan nilai probabilitas (p =
Johor Tahun 2013
0,000 < 0,05) maka Ho ditolak dan Ha diterima, artinya
No. Tindakan Jumlah Persentase
terdapat hubungan yang signifikan antara pengetahuan ibu
1. Negatif 32 53,3 dengan pemberian ASI eksklusif .
2. Positif 28 46,7
Jumlah 60 100 Hubungan Jarak Tempat Tinggal Dengan Pemberian
ASI Eksklusif Pada Ibu Bekerja
Berdasarkan tabel diatas tindakan ibu bekerja Distribusi hubungan jarak tempat tinggal dengan
dalam pemberian ASI eksklusif paling banyak bersikap pemberian ASI eksklusif dapat dilihat pada tabel berikut
negatif yaitu 32 orang (53,7%), dan paling sedikit bersikap ini:
positif yaitu 28 orang (46,7%). Tabel 4.7.
Hubungan Jarak Tempat Tinggal Dengan Pemberian
4.1.1.5. Pemberian ASI Ekslusif ASI Ekslusif Di Lingkungan XX Kelurahan Kwala
Pemberian ASI eksklusif bagi ibu bekerja di Bekala Kecamatan Medan Johor Tahun 2013
kategorikan atas memberikan ASI eksklusif dan tidak Pemberian ASI Eksklusif
memberikan ASI Eksklusif, dapat dilihat pada tabel Jarak
Jumlah
berikut: Tempat Tidak Diberikan X2hit Prob
Tinggal diberikan
Tabel 4.5. n % n % n %
Distribusi Pemberian Asi Eksklusif Pada Ibu Bekerja Jauh 35 58,3 2 3,3 37 61,7
Berdasarkan Tindakan Di Lingkungan XX Kelurahan Sedang 2 3,3 7 11,7 9 15,0
Kwala Bekala Kecamatan Medan Johor Tahun 2013 Dekat 2 3,3 12 20,0 14 23,3 37,311 0,000
No. Pemberian ASI Jumlah Persentase Jumlah 39 65,0 21 35,0 60 100
Ekslusif
1. Tidak diberikan 39 65,0
2. Diberikan 21 35,0 Berdasarkan tabel tersebut dari 37 orang ibu
Jumlah 60 100 yang jarak tempat tinggalnya jauh dari tempat bekerja yaitu
37 orang (61,7%), paling banyak yang tidak memberikan
ASI eksklusif yaitu 35 orang (58,3%) dan paling sedikit
Berdasarkan tabel diatas paling banyak ibu
ibu yang memberikan ASI eksklusif yaitu 2 orang (3,3%)
bekerja tidak memberikan ASI eksklusif yaitu 39 orang
Hasil uji chi-square menyatakan Ho ditolak jika
(65%), dan paling sedikit ibu bekerja memberikan ASI
probabilitas < 0,05. Hasil analisa dengan uji Chi-square
eksklusif yaitu 21 orang (35%).
diperoleh X2 hitung 37,311 dan nilai probabilitas (p =
0,000 < 0,05) maka Ho ditolak dan Ha diterima, artinya
Analisa Bivariat
terdapat hubungan yang signifikan antara jarak tempat
Analisa bivariat untuk mengetahui hubungan
tinggal ibu yang bekerja dengan pemberian ASI eksklusif.
pengetahuan, jarak tempat tinggal, sikap ibu, tindakan ibu
dengan pemberian asi ekslusif dapat dilihat pada tabel
Hubungan Sikap Ibu Dengan Pemberian ASI
berikut :
Eksklusif Pada Ibu Bekerja
Hubungan Pengetahuan Dengan Pemberian ASI
Distribusi hubungan sikap ibu dengan pemberian ASI
Eksklusif Pada Ibu Bekerja
eksklusif dapat dilihat pada tabel berikut ini :
Distribusi hubungan pengetahuan dengan
pemberian ASI eksklusif pada ibu bekerja dapat dilihat Tabel 4.8.
pada tabel berikut ini : Hubungan Sikap Dengan Pemberian ASI Ekslusif Di
Tabel 4.6. Di Lingkungan XX Kelurahan Kwala Bekala
Hubungan Pengetahuan Dengan Pemberian ASI Kecamatan Medan Johor Tahun 2013
Ekslusif Di Lingkungan XX Kelurahan Kwala Bekala Pemberian ASI
Eksklusif
Kecamatan Medan Johor Tahun 2013 Sikap Tidak Diberikan
Jumlah
X2hit Prob
Pemberian ASI diberikan
Penge- Tidak Diberikan Jumlah
X2hit Prob n % n % n %
tahuan diberikan Negatif 30 50,0 3 5,0 33 55,0
n % n % n %
Baik 2 3,3 9 15,0 11 18,3 Positif 9 15,0 18 30,0 27 45,0 19,182 0,000
Cukup 9 15,0 10 16,7 19 31,7 Jumlah 39 65,0 21 35,0 60 100
23,781 0.000
Kurang 28 46,7 2 3,3 30 50,0
Jumlah 39 65,0 21 35,0 62 100

23
Elisabeth Surbakti Faktor-Faktor yang Berhubungan…

Berdasarkan tabel tersebut dari 33 orang ibu Saluran Pernapasan Atas) , diare, dan penyakit saluran
bekerja (55%) yang bersikap negatif, paling banyak ibu pencernaan.
yang tidak memberikan ASI eksklusif yaitu 30 orang
(50%), dan paling sedikit yang memberikan ASI eksklusif Hubungan Jarak Tempat Tinggal Dengan Pemberian
yaitu 3 orang (5,0%). ASI Eksklusif Pada Ibu Bekerja
Hasil uji chi-square menyatakan Ho ditolak jika Jarak merupakan panjang lintasan yang ditempuh
probabilitas < 0,05. Hasil analisa dengan uji Chi-square oleh ibu yang bekerja mulai dari awal ibu dirumah sampai
diperoleh X2 hitung 19,182 dan nilai probabilitas (p = ibu berada ditempat bekerja. Jarak rumah dari tempat
0,000 < 0,05) maka Ho ditolak dan Ha diterima, artinya bekerja mempengaruhi pemberian ASI bagi bayi. Paling
terdapat hubungan yang signifikan antara sikap ibu bekerja banyak ibu bekerja menempuh jarak yang jauh (> 15 km)
dengan pemberian ASI eksklusif. dari tempat kerja yaitu 37 orang (61,7%) dan paling sedikit
menempuh jarak yang sedang (10-15 km) dari tempat
Hubungan Tindakan Ibu Dengan Pemberian ASI bekerja yaitu 9 orang (15%). Hasil uji chi-square
Eksklusif Pada Ibu Bekerja menyatakan nilai probabilitas (p = 0,000 < 0,05), artinya
Distribusi hubungan tindakan ibu dengan pemberian terdapat hubungan yang signifikan antara jarak tempat
ASI eksklusif pada ibu bekerja dilihat pada tabel berikut tinggal ibu yang bekerja dengan pemberian ASI eksklusif.
ini: Menurut Maryuni (2009) bahwa lokasi atau
Tabel 4.9. tempat bekerja ibu yang jauh dari lingkunagn tempat
Hubungan Tindakan Ibu Dengan Pemberian ASI tinggal sehingga ibu tidak sempat memberikan ASI-
Ekslusif Di Di Lingkungan XX Kelurahan Kwala nya.
Bekala Kecamatan Medan Johor Tahun 2013 Menurut peneliti ibu yang jarak tempuh dari
Pemberian ASI tempat bekerjanya dekat dan sedang, akan berupaya
Eksklusif memberikan ASInya pada waktu jam istirahat,
Jumlah
Tindakan Tidak Diberikan X2hit Prob
Diberikan sedangkan bagi ibu yang jarak tempat kerjanya yang
n % n % n % jauh tidak memungkinkan untuk memberikan ASI. Hal
Negatif 30 50,0 2 3,3 32 53,3 ini disebabkan karena bila jarak tempuh ibu jauh, akan
Positif 9 15,0 19 31,7 28 46,7 22,279 0,000 memakan waktu yang lama untuk kembali ketempat
Jumlah 39 65,0 21 35,0 60 100 kerja, dan hal ini akan membuat ibu merasa tidak
mentaati peraturan dan jam kerja yang sudah ditetapkan
Berdasarkan tabel tersebut dari 32 orang kepadanya.
(53,3%) ibu bekerja yang bertindak negatif, paling banyak
yang tidak memberikan ASI Eksklusif yaitu 30 orang Hubungan Sikap Ibu Dengan Pemberian ASI
(50,0%) dan paling sedikit yang memberikan ASI eksklusif Eksklusif Pada Ibu Bekerja
yaitu 2 orang (3,3%). Sikap adalah penilaian atau berupa pendapat
Hasil uji chi-square menyatakan Ho ditolak jika seseorang terhadap stimulus atau objek (dalam hal ini
probabilitas < 0,05. Hasil analisa dengan uji Chi-square adalah pemberian ASI eksklusif). Setelah seseorang
diperoleh X2 hitung 22,279 dan nilai probabilitas (p = mengetahui stimulus atau objek, proses selanjutnya akan
0,000 < 0,05) maka Ho ditolak dan Ha diterima, artinya menilai atau bersikap terhadap stimulus atau objek
terdapat hubungan yang signifikan antara tindakan dengan tersebut.
pemberian ASI eksklusif. Berdasarkan hasil penelitian sikap ibu bekerja
dalam pemberian ASI eksklusif paling banyak bersikap
Hubungan Pengetahuan Dengan Pemberian ASI negatif yaitu 33 orang (55%), dan paling sedikit bersikap
Eksklusif Pada Ibu Bekerja positif yaitu 27 orang (45%). Hasil uji chi-square diperoleh
Pengetahuan merupakan komponen terpenting nilai probabilitas (p = 0,000 < 0,05) artinya terdapat
serta sebagai stimulus untuk membentuk tindakan ibu hubungan yang signifikan antara sikap ibu bekerja dengan
dalam penerapan ASI eksklusif (Mudjiono, 2005). pemberian ASI eksklusif.
Berdasarkan hasil penelitian Pengetahuan ibu Sikap merupakan cara-cara ibu memelihara dan
bekerja banyak dalam kategori kurang yaitu 30 orang cara-cara berprilaku hidup sehat dalam hal ini juga yaitu
(50%), dan paling sedikit dalam kategori baik yaitu 11 penerapan ASI eksklusif. Menurut hasil penelitian sikap
orang (18,3%). Hasil uji chi-square diperoleh nilai ibu dalam menanggapi secara positif makna dari
probabilitas (p = 0,000 < 0,05) artinya terdapat hubungan pemberian ASI kepada balita selain melambangkan rasa
yang signifikan antara pengetahuan ibu dengan pemberian keterikatan dan jalinan kasih sayang ibu terhadap anaknya,
ASI eksklusif . juga dapat meningkatkan kekebalan tubuhnya, sehingga
Menurut hasil penelitain ibu bekerja belum nantinya balita tersebut tidak mudah sakit.
mengetahui manfaat ASI eksklusif dan nilai-nilai gizi
yang terkandung di dalam ASI eksklusif sehingga Hubungan Tindakan Ibu Dengan Pemberian ASI
pemberian ASI eksklusif tidak maksimal dan secara Eksklusif Pada Ibu Bekerja
kontinu di berikan pada anaknya. Ibu tidak mengetahui Sikap merupakan suatu perbuatan nyata yang
bahwa di dalam ASI mengandung anti infeksi terhadap memerlukan faktor pendukung yang berupa fasilitas,
berbagai macam penyakit, seperti ISPA (Infeksi

24
Jurnal Ilmiah PANNMED Vol. 9 No.1 Mei - Agustus 2014

disamping itu faktor dukungan (support) dari pihak lain 2. Bagi Masyarakat
didalam praktek atau tindakan. Menambah informasi bagi masyarakat untuk
Berdasarkan tabel diatas tindakan ibu bekerja meningkatan kualitas anak yang sehat.
dalam pemberian ASI eksklusif paling banyak bersikap 3. Bagi Penelitian Lanjutan
negatif yaitu 32 orang (53,7%), dan paling sedikit bersikap Sebagai bahan masukan untuk dapat melakukan
positif yaitu 28 orang (46,7%). Hasil uji chi-square penelitian lanjutan dengan memperbanyak sampel dan
diperoleh nilai probabilitas (p = 0,000 < 0,05) artinya menggali faktor lain yang berpengaruh.
terdapat hubungan yang signifikan antara tindakan dengan 4. Bagi Institusi Pendidikan
pemberian ASI eksklusif. Agar melengkapi perpustakaan dengan buku-buku
Sering kali alasan pekerjaan membuat seorang ibu yang berkaitan dengan ASI eksklusif.
merasa kesulitan untuk memberikan ASI secara eksklusif.
Banyak diantaranya disebabkan karena ketidak tahuan. DAFTAR PUSTAKA
Selain itu Ibu terlalu sibuk dengan pekerjaannya, sehingga
tidak ada waktu untuk menyusui bayinya serta kurangnya Abah, 2003, The World Health Organitation (WHO),
minat untuk menyusui bayinya (Anik Maryuni, 2009). www.abah jack.com, Surabaya
Menurut hasil penelitian sikap ibu yang negatif Andi, 2007, Pengertian Jarak, http//Wikipedia
disebabkan karena ibu menganggap bahwa susu botol yang Azwar S, 2005, Pengukuran Sikap dalam Opini Public,
selama ini diberikan sudah dapat memenuhi rasa lapar http//Aipoel, word press.com. Jakarta
bayi, sehingga ibu yang tempat pekerjaannya berjarak Anik maryuni, 2009, Buku Pintar Ibu Menyusui, Arcan,
antara 10-15 km merasa tidak perlu pulang untuk Jakarta
menyusui bayinya. Dania aprilia, 2009, Promosi ASI eksklusif,
http//blogspot.com Jakarta
Kesimpulan Departemen Kesehatan, 2007, Profil Kesehatan Sumatera
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan Utara, Depkes, Medan
mengenai “Faktor-faktor yang berhubungan dengan Dinkes Propsu, Profil Kesehatan Propinsi Sumatera
rendahnya pemberian asi eksklusif pada ibu bekerja di Utara, 2008.
lingkungan XX Kelurahan Kwala Bekala Kecamatan Enje, 2007, Hak Menyusui pada Perempuan Bekerja,
Medan Johor Tahun 2013” dapat disimpulkan sebagai http//blogspot.com, Jakarta
berikut : FK USU, 2005, Pengertian ASI Eksklusif,
1. Ibu berpengetahuan kurang paling banyak yang http//www.usu.com/kliping
tidak memberikan ASI eksklusif yaitu 28 orang Indiarti, MT, 2007, Panduan Lengkap Kehamilan,
(46,7%). Hasil uji chi-square diperoleh nilai Persalinan dan Perawatan Bayi, Diglossia Media,
probabilitas (p = 0,000 < 0,05), artinya terdapat Yogyakarta
hubungan yang signifikan antara pengetahuan ibu Muhammad S, 2008, Air Susu Ibu (ASI),
dengan pemberian ASI eksklusif. http//Baitijanati.wordpress.com, Jakarta
2. Ibu yang jarak tempat tinggalnya jauh dari tempat Moedjiono, 2007, Pengantar Ilmu Keperawatan Anak,
bekerja paling banyak yang tidak memberikan ASI Buku 1, Edisi Pertama, Salemba Medika, Jakarta
eksklusif yaitu 35 orang (58,3%). Hasil uji chi- Notoatmodjo, 2003, Metodologi Penelitian Kesehatan,
square nilai probabilitas (p = 0,000 < 0,05) maka, Rineka Cipta, Jakarta
artinya terdapat hubungan yang signifikan antara Politeknik Kesehatan, 2006, Panduan Penyusunan Karya
jarak tempat tinggal ibu yang bekerja dengan Tulis Ilmiah (KTI), Politeknik Kesehatan, Medan
pemberian ASI eksklusif. Sitopeng, 2008, Pengaruh Asi Terhadap Emosional Pada
3. Ibu yang bersikap negatif, paling banyak ibu yang Anak, http//Aipoel, word press.com. Jakarta
tidak memberikan ASI eksklusif yaitu 30 orang Sri Kun, 2008, Handbook Ibu Menyusui, Bandung, PT.
(50%). Hasil uji chi-square diperoleh nilai Karya Kita.
probabilitas (p = 0,000 < 0,05) artinya terdapat Utami Ningsih, 2000, Air Susu ibu (ASI),
hubungan yang signifikan antara sikap ibu bekerja http//blogspot.com, Jakarta
dengan pemberian ASI eksklusif. Utami roesli, 2007, Rekomendasi tentang Pemberian
Makanan Pendamping ASI
Saran Wahyu WB. 2007. ASI, Anugerah Terindah yang
1. Bagi Ibu Kadang Terlupakan.
Agar menambah pengetahuan dan wawasan tentang
cara pemberian dan manfaat ASI eksklusif

25
HUBUNGAN PERAWATAN PAYUDARA TERHADAP PRODUKSI ASI
PADA IBU POST PARTUM DI RUMAH BERSALIN TUTUN SEHATI
TANJUNG MORAWA 2013

Masnila
Jurusan Keperawatan Poltekkes Kemenkes Medan

Abstrak

Perawatan payudara adalah suatu tindakan yang dilakukan untuk merawat payudara dalam upaya
memperlancar pengeluaran ASI. Perawatan payudara sebaiknya dilakukan selama masa kehamilan trimester
ketiga karena akan berhubungan terhadap produksi ASI. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
hubungan perawatan payudara terhadap produksi ASI pada ibu post partum di Rumah Bersalin Tutun Sehati
Tanjung Morawa 2013. Jenis penelitian yang digunakan adalah analitik dengan metode pengumpulan data
dengan cara mewawancarai langsung responden yang diteliti dengan instrumen penelitian checklist. Desain
rancangan penelitian adalah cross sectional yaitu suatu penelitian untuk mempelajari dinamika korelasi
antara faktor-faktor resiko dengan efek, dengan cara pendekatan, observasi atau pengumpulan data sekaligus
pada suatu saat. Adapun populasi dari penelitian ini adalah seluruh ibu hamil trimester ketiga yang
dilakukan perawatan payudara di Rumah Bersalin Tutun Sehati Tanjung Morawa dengan jumlah sampel
adalah sebanyak 20 orang dengan tehnik pengambilan sampel purposive sampling, yaitu pengambilan
sampel berdasarkan pertimbangan tertentu yang telah ditentukan oleh peneliti sendiri. Dari 20 responden
yang melakukan perawatan payudara, terdapat 14 orang (70%) yang melakukan perawatan payudara dengan
baik dan sebanyak 11 orang (55%) yang menghasilkan produksi ASI yang tidak baik ada 3 orang (15%),
dan 6 orang (30%) yang tidak melakukan perawatan payudara mengahasilkan produksi ASI yang tidak
baik. Berdasarkan analisa data statistik dengan uji chi square didapatkan nilai p value 0,001 yang berarti ada
hubungan perawatan payudara terhadap produksi ASI. Kepada pimpinan RB Tutun Sehati Tanjung Morawa
disarankan agar lebih meningkatkan kualitas dan kuantitas dari penyuluhan tentang perawatan payudara
kepada ibu hami, agar ibu hamil lebih memahaminya dan melakukannya. Kepada petugas di RB Tutun
Sehati Tanjung Morawa agar melaksanakan perawatan payudara mulai dari kehamilan trimester ketiga
hingga masa nifas dan memberikan penyuluhan dan penjelasan yang maksimal tentang perawatan payudara
sehingga ibu-ibu tahu bagaimana merawat payudara yang baik dan benar demi menjaga kelancaran ASI.
Kepada ibu-ibu yang melakukan pemeriksaan kehamilan serta ibu-ibu post partum untuk meningkatkan
wawasan dan pengetahuan tentang perawatan payudara dengan rutin serta rajin bertanya khususnya dalam
masalah perawatan payudara.

Kata kunci : Perawatan payudara, Produksi ASI

PENDAHULUAN diketahui, bayi yang tidak diberi ASI setidaknya 6 bulan,


lebih rentan mengalami kekurangan nutrisi.
ASI (air susu ibu) adalah susu yang diproduksi oleh Pemberian ASI secara eksklusif dapat menekan
manusia untuk dikonsumsi bayi dan merupakan sumber kematian bayi hingga 13%. Namun tingkat pemberian ASI
gizi utama bayi yang belum dapat mencerna makanan eksklusif di Indonesia masih rendah , yaitu dari 40% pada
padat (Maryunani A, 2012). tahun 2002 menjadi 32% pada tahun 2007. Sedangkan
Bayi yang sehat, lahir dengan membawa cukup tingkat pemberian ASI secara eksklusif di tanah air
cairan di dalam tubuhnya. Kondisi ini akan tetap terjaga khususnya Sumatera Utara pada tahun 2005 mencapai
bahkan dalam cuaca panas sekalipun, bila bayi diberi ASI 32% dan pada tahun 2010 hanya 34%.
secara eksklusif (ASI saja) siang dan malam. Namun Sedangkan berdasarkan data Riset Kesehatan
sayangnya kebiasaan memberi cairan pada bayi selama 6 Dasar (Riskesdas) 2010 juga menunjukkan pemberian
bulan, yaitu pemberian ASI eksklusif, masih belum ASI di Indonesia juga masih memprihatikan.
banyak dilakukan, yang berakibat buruk pada gizi dan Persentase bayi yang menyusu eksklusif sampai dengan
kesehatan bayi (Linkagesproject, 2002). 6 bulan hanya 15,3%. Hal ini disebabkan karena
Rendahnya pemberian air susu ibu (ASI) kesadaran masyarakat dalam mendorong peningkatan
merupakan ancaman bagi tumbuh kembang anak. Seperti ASI masih lebih rendah (Maryunani A, 2012)

26
Jurnal Ilmiah PANNMED Vol. 9 No.1 Mei - Agustus 2014

Bayi yang mendapat ASI lebih jarang menderita keadaan yang perlu diperhatikan secara serius. Jika ibu
penyakit, seperti leukimia dan tiga kali lebih jarang resiko tidak mengetahui manfaat perawatan payudara selama
dirawat dengan sakit saluran pernapasan di bandingkan hamil dan setelah melahirkan maka dapat menimbulkan
anak susu formula, sekitar 16,7 kali lebih jarang keraguan ibu dalam melakukan perawatan payudara .
pneumonia, sekitar 47% lebih jarang menderita diare, Perawatan payudara sangat penting dilakukan
menghindarkan kurang gizi dan vitamin, lebih jarang selama hamil sampai masa menyusui. Hal ini karena
obesitas atau kegemukan, mengurangi resiko diabetes payudara merupakan satu-satunya penghasil ASI yang
mellitus. merupakan makanan pokok bayi yang baru lahir sehingga
Berdasarkan penelitian Richards dalam Maryunani dilakukan sedini mungkin. Bila seorang ibu hamil tidak
A (2012) dilakukan penelitian di Inggris, dari 1736 anak di melakukan perawatan payudara selama masa kehamilan
tes, ditemukan anak ASI secara bermakna menunjukkan dan hanya melakukan perawatan payudara pada pasca
hasil pendidikan lebih tinggi. Penelitian di Jerman juga persalinan maka akan menimbulkan beberapa
ditemukan masa lamanya menyusui mempengaruhi IQ permasalahanan seperti: ASI tidak keluar, air susu akan
seorang anak. Anak yang menyusu ASI lebih dari 6 bulan keluar setelah beberapa hari kemudian, puting susu tidak
memiliki IQ lebih tinggi di bandingkan anak yang menonjol, produksi ASI sedikit dan tidak lancar, infeksi
menyusu ASI kurang dari dari 1 bulan, karena ASI pada payudara, serta muncul benjolan pada payudara.
meningkatkan kepandaian. Berkaitan dengan pemberian ASI, salah satu hal
Pentingnya ASI atau air susu ibu merupakan satu- yang penting dilakukan dalam upaya persiapan pemberian
satunya makanan terbaik bagi bayi. Sebagai seorang ibu ASI yaitu melakukan perawatan payudara yang dilakukan
harus menyadari betapa pentingnya ASI terhadap tumbuh pada selama kehamilan trimester ketiga maupun setelah
kembang dan kesehatan bayi. Banyak sekali kandungan selesai masa persalinan. Selama kehamilan payudara akan
gizi yang terdapat didalam ASI, salah satunya adalah membengkak dan daerah sekitar puting warnanya akan
mengandung protein yang cukup tinggi dibanding susu lebih gelap. Dengan adanya pembengkakan tersebut,
formula yang banyak dijual di pasaran yang mana ASI payudara menjadi mudah teriritasi dan mudah luka. Oleh
mengandung whey (protein utama dari susu yan berbentuk karena itu perlu dilakukan perawatan payudara selama
cair) lebih banyak daripada casein (protein utama dari susu hamil (Saryono, 2009). Akan tetapi pada kenyataannya
yang berbentuk gumpalan) dengan perbandingan 65:35). banyak ibu hamil yang mengabaikan perawatan payudara.
Komposisi ini yang menyebabkan protein ASI lebih Hal ini dikarenakan ibu malas dan belum mengetahui
mudah diserap oleh tubuh bayi. manfaat dari perawatan payudara tersebut (Dedek, 2008)
Disamping itu juga, ASI memiliki kandungan Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan di
sebagai zat pelindung antara lain, yaitu: Laktobacilus klinik Tutun Sehati Tanjung Morawa pada tanggal 5-6
bifidus yang berfungsi untuk menghambat dan melindungi maret 2013, terdapat 10 orang ibu hamil trimester ketiga
usus bayi dari peradangan atau penyakit yang ditimbulkan yang melakukan pemeriksaan ANC, yang mana 7 dari ibu
oleh infeksi beberapa jenis bakteri merugikan, seperti hamil tersebut mengatakan tidak pernah melakukan
bakteri E.coli. Laktoferin yang berfungsi untuk perawatan payudara, dan tiga wanita lainnya mengatakan
menghambat perkembangan jamur kandida dan bakteri telah melakukan perawatan payudara, tetapi tidak rutin.
stafilokokus yang merugikan kesehatan bayi. Lisozom Sedangkan pada ibu post partum yang sedang rawat inap di
bermanfaat untuk mengurangi karies dentis serta dapat klinik tersebut ada 5 orang, dari kelima ibu post partum
memecah dinding bakteri yang merugikan. Serta tersebut hanya 2 orang yang mengatakan sudah melakukan
Immunoglobulin A (Ig A) yang berfungsi sebagai antibodi perawatan payudara. Dengan volume produksi ASI yang
yang dapat melumpuhkan bakteri patogen E.coli dan dihasilkan sebanyak 150cc. Dan ketiga ibu post partum
berbagai virus pada saluran pencernaan. lainnya tidak melakukan perawatan payudara.
Suriviana mengatakan bahwa pada ibu post partum Dari uraian diatas , penulis tertarik untuk meneliti
yang berusia (19-23 tahun) pada umumnya lebih banyak Hubungan Perawatan Payudara terhadap Produksi ASI
menghasilkan ASI dibandingkan dengan wanita yang pada Ibu Post Partum di Rumah Bersalin Tutun Sehati
berusia 30an. Banyak ASI yang dihasilkan oleh seorang Tanjung Morawa tahun 2013.
ibu tidak tergantung pada besarnya payudara, tetapi Dari uraian latar belakang diatas, maka peneliti
terlebih pada gizi ibu hamil dan menyusui. Faktor lain membuat rumusan masalah sebagai berikut:
yang mempengaruhi produksi ASI juga adalah perawatan “Bagaimanakah Hubungan Perawatan Payudara terhadap
payudara. Perawatan payudara yang dilakukan dengan Produksi ASI pada Ibu Post Partum di Rumah Bersalin
benar dan teratur akan melancarkan produksi ASI dan akan Tutun Sehati Tanjung Morawa Tahun 2013”.
memudahkan sikecil dalam mengkonsumsi ASI serta dapat
mengurangi resiko luka saat menyusui. Banyak ibu yang Tujuan Umum
mengeluhkan bayinya tak mau menyusu, hal ini karena Untuk mengetahui hubungan perawatan payudara
disebabkan oleh faktor teknis seperti puting susu yang terhadap produksi ASI pada ibu post partum di rumah
masuk atau posisi yang salah. Keberhasilan ibu dalam bersalin Tutun Sehati Tanjung Morawa 2013.
melakukan perawatan payudara tidak hanya dipengaruhi
atau tergantung pada petugas kesehatan. Hasil dari
perawatan payudara adalah kelancaran ASI maka
pengetahuan ibu terhadap perawatan payudara merupakan

27
Masnila Hubungan Perawatan Payudara...

Tujuan Khusus Sampel merupakan bagian populasi atau bagian


1. Untuk mengetahui gambaran perawatan payudara dari karakteristik yang dimiliki populasi (Alimul, 2007).
pada ibu post partum di Rumah Bersalin Tehnik pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah
Tutun Sehati Tanjung Morawa. purposive sampling yaitu pengambilan sampel berdasarkan
2. Untuk mengetahui gambaran produksi ASI setelah berdasarkan petimbangan tertentu yang telah ditentukan
dilakukaperawatan payudara pada ibu post partum oleh peneliti sendiri. Kriteria inklusi sampel penelitian ini
di Rumah Bersalin Tutun Sehati Tanjung adalah sebagai berikut:
Morawa. 1. Ibu hamil dengan usia kehamilan trimester ketiga
3. Untuk mengetahui hubungan perawatan payudara 2. Bersedia menjadi responden.
terhadap produksi ASI di Rumah Bersalin Tutun 3. Bersedia melakukan perawatan payudara.
Sehati Tanjung Morawa. 4. Mampu berbahasa indonesia.
5. Sehat jasmani dan rohani.
Manfaat penelitian Jenis pengumpulan yang dipergunakan adalah
1. Bagi Masyarakat/Ibu data primer yang diperoleh secara langsung dari hasil
Dapat memberikan informasi/menambah pengamatan, subjek penelitian dilakukan pengamatan
pengetahuan ibu tentang perawatan payudara pada secara langsung. Setelah itu peneliti melakukan perawatan
masa post partum. payudara dengan tiga tahapan:
2. Bagi peneliti a. Tahap persiapan
Dengan diadakan penelitian secara tepat maka dapat Meliputi persiapan penelitian, persiapan pasien
diketahui hasil yang secara relevan sehingga dapat sebagai subjek penelitian (tetap menjaga
dijadikan masukan penelitian selanjutnya dan untuk kenyamanan dan privasi klien) .
menambah pengetahuan serta wawasan dalam b. Tahap Pelaksanaan
perawatan payudara khususnya pada ibu post Proses pengajaran dimulai dengan memberi salam
partum. dan perkenalan dari peneliti, melakukan
3. Bagi Ibu pendekatan dengan responden supaya klien merasa
Untuk menambah pengetahuan ibu dalam perawatan nyaman dalam mengemukakan masalah, membina
payudara. hubungan saling percaya, menjelasakan prosedur
4. Bagi Rumah bersalin dan tujuan penelitia, mengajarkan perawatan
Sebagai masukan bagi RB Tutun Sehati untuk payudara selama 5-20 menit dengan mengikuti
menatapkan sop perawatan payudara pada ibu panduan penelitian.
post partum di RB Tutun Sehati dalam c. Tahap Penutup
meningkatkan produktifitas ASI. Peneliti menevaluasi kembali tentang apa yang
sudah diajarkan dan merangkum semua hasil
Hipotesa Penelitian diskusi dengan klien dan memberikan dukungan
1. Ho : Tidak ada hubungan perawatan payudara bahwa klien mampu melakukan perawatan
terhadap produksi ASI pada ibu post payudara.
partum.
2. Ha : Ada hubungan perawatan payudara Pengukuran Variabel
terhadap produksi ASI pada ibu post 1. Perawatan payudara
partum. a. Dilakukan dengan baik, bila responden
melakukan perawatan payudara 2x sehari,
METODE PENELITIAN pada waktu mandi pagi dan sore hari.
b. Tidak dilakukan dengan baik, bila responden
Jenis penelitian yang digunakan adalah analitik hanya melakukan perawatan payudara
dengan metode pengumpulan data dengan cara sebanyak 1xsehari atau tidak tentu.
mewawancarai langsung responden yang diteliti dengan 2. Produksi ASI
instrumen penelitian checklist. Desain rancangan penelitian a. Produksi ASI baik, bila: ASI ada pada hari (2-
adalah cross sectional yaitu suatu penelitian untuk 4),Lancar dengan jumlah ASI 150-
mepelajari dinamika korelasi antara faktor-faktor resiko 300ml/hari.
dengan efek, dengan cara pendekatan, observasi atau b. Produksi ASI tidak baik, bila: produksi ASI
pengumpulan data sekaligus pada suatu saat pada ada pada hari (2-4),tetapi tidak
(Notoadmodjo, 2010). lancar,dengan jumlah ASI 150ml/hari.
Penelitian dilaksanakan di Rumah Bersalin Tutun
Sehati Tanjung Morawa dan waktu pelaksanaan penelitian Pengolahan Data
ini dimulai dari bulan November 2012 sampai Juli 2013. a. Editing
Populasi dalam penelitian ini adalah ibu hamil Yaitu dilakukan pengecekan kelengkapan pada
trimester ketiga yang melakukan perawatan payudara di yang telah terkumpul, bila terdapat kesalahan dan
Rumah Bersalin Tutun Sehati Tanjung Morawa tahun kekurangan dalam pengumpulan data, akan
2013, dengan jumlah populasi 20 orang. diperbaiki dengan memeriksanya dan dilakukan
pendataan ulang.

28
Jurnal Ilmiah PANNMED Vol. 9 No.1 Mei - Agustus 2014

b. Coding Dari tabel 1 diatas dapat dilihat bahwa


Yaitu pemberian kode atau tanda pada setiap data mayoritas responden melaksanakan perawatan
yang telah terkumpul untuk mempermudah payudara dengan baik sebanyak 14 orang (70%).
memasukkan ke dalam tabel.
c. Entry Data Tabel 2
Data yang telah diedit akan dimasukkan ke Distribusi frekuensi responden berdasarkan
mdalam komputer untuk diolah dengan bantuan produksi ASI setelah dilakukan perawatan
komputer. payudara di Rumah bersalin Tutun Sehati Tanjung
d. Tabulating Morawa 2013
Yaitu untuk mempermudah analisa data,
pengolahan data serta pengambilan kesimpulan Produksi ASI F %
dalam bentuk tabel distribusi frekuensi.
Baik 11 55
Analisa Data
Analisa data yaitu pengukuran terhadap Tidak Baik 9 45
masing-masing variabel kemudian ditampilkan dalam Total 20 100
bentuk tabel distribusi frekuensi sehingga dicari
besarnya persentasi untuk masing-masing hasil Dari tabel 2 diatas dapat dilihat bahwa
pengamatan dengan menggunakan uji hipotesis Chi mayoritas responden yang menghasilkan produksi ASI
Square dan data disajikan dalam bentuk tabel. yang baik sebanyak 11 orang (55%).

HASIL PENELITIAN Tabel 3


Distribusi frekuensi hubungan perawatan payudara
Gambaran Lokasi Penelitian terhadap produksi ASI di Rumah Bersalin Tutun
Adapun tempat penelitian di Rumah bersalin Sehati Tanjung Morawa 2013
Tutun Sehati yang berada di Jl.Medan-Tanjung
Morawa.KM 17.Gg.Serasi. Klinik Tutun Sehati berdiri Produksi ASI
sejak tahun 1994, dengan nomor surat izin berdiri: Baik
1049/440/RB/DS/2010. Luas Rumah bersalin Tutun Perawatan Jumlah %
Tidak Baik
Sehati Berkisar 520m2 dengan fasilitas 3 kamar rawat Payudara p.value
F % F
inap,1 klinik gigi, 1 kamar bangsal, 1 ruang PK,1 %
Ruang IGD,1 ruang tempat pendaftaran pasien Dilakukan dengan baik 11 55 3
jampersal. Klinik Tutun sehati melayani pemeriksaan 15 14 70
kehamilan, pemeriksaan USG, imunisasi, KB, dan Dilakukan dengan tidak baik 0 0 6
pemeriksaan gigi. Dengan ketenagakerjaan 1 dokter 0,01
30 6 30
obgyn, 1 dokter umum, 7 bidan sebagai pegawai tetap. Jumlah 11 55 9
Kunjungan pasien yang bersalin di bulan Januari 45 20 100
sampai dengan Juni 2013 sebanyak 155 orang dan yang
dirujuk ke rumah sakit Grand Medistra sebanyak 56
Dari tabel 3 hasil penyilangan perawatan
orang, pasien umum/berobat jalan sekitar 200 orang payudara dengan produksi ASI diatas dapat disimpulkan
dan yang imunisasi mulai bulan januari - Juni 2013 bahwa responden yang dilakukan perawatan payudara
sebanyak 493 balita. Klinik bersalin yang sering
dengan baik menghasilkan produksi ASI yang baik
dijadikan sebagai sarana pendidikan bagian sebanyak 11 orang (55%), dan tidak mendapatkan
mahasiswa/mahasiswi. Adapun jumlah ibu yang produksi ASI yang baik sebanyak 3 orang (15%).
melakukan pemeriksaan ANC trimester ketiga mulai
Sedangkan responden yang tidak dilakukan perawatan
dari April – Juni 2013 adalah sebanyak 85 orang. payudara dengan baik tidak mendapatkan produksi ASI
yang baik sebanyak 6 orang (30%) dan yang mendapatkan
Tabel 1 produksi ASI yang baik tidak ada.
Distribusi frekuensi responden berdasarkan Melihat hasil penyilangan dua variabel antara
perawatan payudara yang dilakukan di Rumah perawatan payudara dengan produksi tersebut ASI bahwa
Bersalin Tutun Sehati Tanjung Morawa 2013 ada hubungan perawatan payudara terhadap produksi ASI
yaitu sebanyak 11 orang (55%). Dari hasil analisis chi
Perawatan Payudara F % square didapatkan nilai p value sebesar 0,01 <α=0,05 yang
berarti ada hubungan perawatan payudara terhadap
Perawatan payudara produksi ASI.
dilakukan dengan baik 14 70

Perawatan payudara tidak


dilakukan dengan baik 6 30
Total 20 100

29
Masnila Hubungan Perawatan Payudara...

PEMBAHASAN pada glandula pituitaria posterior, sehingga keluar


hormon oksitosin.
1. Perawatan Payudara
Berdasarkan tabel 1 dari 20 responden yang 3. Hubungan Perawatan payudara terhadap
dilakukan perawatan payudara, terdapat 14 (70%) produksi ASI
orang yang dilakukan perawatan payudara dengan Berdasarkan tabel 3 distribusi frekuensi
baik dan 6 (30%) yang dilakukan perawatan hubungan perawatan payudara terhadap produksi
payudara dengan tidak baik. Yang mana jika ASI, ditemukan hasil bahwa setelah dilakukan
dikatakan perawatan payudara dilakukan dengan perawatan payudara dengan baik sebanyak 14
baik apabila perawatan payudara tersebut orang (70%) terdapat 11 orang (55%)
dilakukan pada trimester ketiga, dilakukan 2x menghasilkan produksi ASI yang baik dan 3 orang
sehari pada saat mandi pagi dan sore. Dan (15%) tidak menghasilkan produksi ASI yang
perawatan payudara yang dilakukan dengan tidak baik. Sedangkan pada perawatan payudara yang
baik yaitu jika perawatan payudara hanya dilakukan tidak baik terhadap 6 orang(30%) tidak
dilakukan 1x sehari, tidak tentu dan hanya menghasilkan produksi ASI yang baik. Perawatan
dilakukan pada masa pasca persalinan saja. payudara memang berhubungan terhadap produksi
Hal ini sesuai dengan teori Kristiyanasari W ASI,
(2010), bahwa jika perawatan payudara rutin Namun ada beberapa faktor-faktor yang
dilakukan 2x sehari selama usia kehamilan mempengaruhi hubungan produksi ASI menurut
trimester ketiga dan setelah pasca persalinan maka kristiyanasari 2010, yaitu: Makanan, produksi ASI
akan membantu memperlancar pengeluaran ASI, dapat juga mempengaruhi produksi ASI, apabila
menjaga kebersihan payudara, melenturkan dan makanan ibu secara teratur dan cukup mengandung
menguatkan puting susu. Dan apabila seorang ibu gizi yang diperlukan akan mempengaruhi produksi
Hamil tidak melakukan perawatan payudara ASI, hal ini disebabkan karena kelenjar ASI yang
selama masa hamilnya dan perawatan payudara tidak bisa bekerja dengan sempurna tanpa
tersebut hanya dilakukan pada masa pasca makanan yang cukup dan ketenangan jiwa.
persalinan saja ,maka akan dapat menimbulkan Sedangkan menurut Proverawati A (2010) faktor-
berbagai permasalahan seperti: ASI tidak keluar, faktor yang mempengaruhi produksi ASI adalah
asi keluar setelah beberapa hari kemudian, seperti: Frekuensi penyusuan, berat badan lahir,
produksi ASI sedikit dan tidak lancar,sehingga umur kehamilan, stress, konsumsi rokok, konsumsi
tidak cukup untuk dikonsumsi bayi, serta infeksi. alkohol, serta penggunaan pil kontrasepsi.
Berkaitan dengan pemberian ASI, salah satu hal
2. Produksi ASI yang penting dilakukan dalam upaya persiapan
Berdasarkan pada tabel 2 dari 20 orang yang pemberian ASI yaitu melakukan perawatan payudara
melakukan perawatan payudara dengan baik ada yang dilakukan pada selama kehamilan trimester
sebanyak 14 orang (70%) setelah dilakukan ketiga maupun setelah selesai masa persalinan.
perawatan payudara yang baik yang menghasilkan Selama kehamilan payudara akan membengkak dan
produksi ASI yang baik ada 11 orang (55%) daerah sekitar puting warnanya akan lebih gelap.
dengan jumlah prosuksi ASI yang dihasilkan yaitu Dengan adanya pembengkakan tersebut, payudara
sebanyak 6-12,5cc/jam. Cara pengukuran ASI menjadi mudah teriritasi dan mudah luka. Oleh karena
yang dilakukan adalah yaitu dengan cara itu perlu dilakukan perawatan payudara selama hamil
menanyakan kepada ibu sudah berapa lama tidak (Saryono, 2009). Akan tetapi pada kenyataannya
menyusui kemudian dilakukan penyedotan ASI banyak ibu hamil yang mengabaikan perawatan
lalu jumlah produksi ASInya dihitung lalu dibagi payudara. Hal ini dikarenakan ibu malas dan belum
24. Produksi ASI adalah proses terjadinya mengetahui manfaat dari perawatan payudara tersebut
pengeluaran air susu dimulai atau dirangsang oleh (Dedek, 2008).
isapan mulut bayi padang puting susu ibu.
Menyusui yang terbaik bagi ASI mudah dicerna KESIMPULAN DAN SARAN
dan memberikan gizi dalam jumlah yang cukup
untuk kebutuhan bayi. Air susu ibu membantu Kesimpulan
melindungi bayi dari berbagai penyakit dan 1. Dari 20 responden yang sudah melakukan
infeksi,membantu mencegah alergi makanan. perawatan payudara dengan baik ada 14 orang
Produksi air susu tidak bergantung pada ukuran (70%).
payudara,tidak ada hubungannya dengan volume 2. Dari 20 responden yang memilki produksi ASI
air susu yang di produksi. Meskipun payudara yang baik ada 11 orang (55%).
yang sangat kecil, terutama yang ukurannya tidak 3. Berdasarkan analisa data statistik dengan uji chi
berubah selama masa kehamilan hanya memrlukan square didapatkan nilai p value 0,001 yang berarti
sejumlah kecil ASI. Pengeluaran ASI apabila bayi ada hubungan perawatan payudara terhadap
disusui maka gerakan menghisapm yang berirama produksi ASI.
akan menghasilkan rangsangan saraf yang terdapat

30
Jurnal Ilmiah PANNMED Vol. 9 No.1 Mei - Agustus 2014

Saran Anggraini, Y, 2010. Asuhan Kebidanan Masa Nifas:


1. Kepada pimpinan RB Tutun Sehati Tanjung Jakarta Pustaka: Rihama.
Morawa agar lebih meningkatkan kualitas dan Deswani, K, 2010. Panduan Praktik Klinik dan
kuantitas dari penyuluhan tentang perawatan Laboratorium Keperawatan Maternitas. Jakarta
payudara kepada ibu hami, agar ibu hamil lebih Salemba: Medika.
memahaminya dan melakukannya. Kristiyanasari, W, 2009. ASI, Menyusui & Sadari.
2. Kepada petugas di RB Tutun Sehati Tanjung Yogyakarta: Nuha Medika.
Morawa agar melaksanakan perawatan payudara Marimbi, H, 2010. Tumbuh Kembang, Status gizi, dan
mulai dari kehamilan trimester ketiga hingga masa Imunisasi dasar Pada Balita. Yogyakarta: Nuha
nifas dan memberikan penyuluhan dan penjelasan Medika.
yang maksimal tentang perawatan payudara Maryunani, A, 2012. Inisiasi Menyusui Dini, ASI eksklusif,
sehingga ibu-ibu tahu bagaimana merawat dan Manajemen Laktasi. Jakarta Timur: CV.
payudara yang baik dan benar demi menjaga Trans Info Media.
kelancaran ASI. Notoatmodjo, S, 2010. Metodologi Penelitian. Jakarta:
3. Kepada ibu-ibu yang melakukan pemeriksaan Rineka Cipta.
kehamilan serta ibu-ibu post partum untuk Proverawati, A, 2012. Kapita Selekta ASI dan Menyusui.
meningkatkan wawasan dan pengetahuan tentang Yogyakarta: Nuha Medika.
perawatan payudara dengan rutin serta rajin Saryono, 2009. Perawatan Payudara. Yogyakarta: Nuha
bertanya khususnya dalam masalah perawatan Medika.
payudara. Yuliarti, N, 2010. Keajaiban ASI. Yogyakarta: CV. Andi
Offset.
DAFTAR PUSTAKA

Alimul, A, 2007. Metode Penelitian Keperawatan dan


Teknik Analisis Data. Jakarta Selatan:
Salemba Medika.

31
EFEKTIVITAS KUMUR DENGAN SEDUHAN TEH HIJAU DAN LARUTAN
LISTERINE TERHADAP OHI-S PADA SISWA/I KELAS VIII BSMP
SWASTA CERDAS BANGSA JL. TITI KUNING NAMORAMBE
LINK. VISIDOREJO DELITUA TAHUN 2014

Rosdiana T. Simaremare, Hasny, Yetti Lusiani


Jurusan Keperawatan Gigi Poltekkes Kemenkes Medan

Abstrak

Obat kumur saat ini dapat digunakan sebagai salah satu alternatif untuk membantu kita dalam menjaga
kesehatan gigi dan mulut. Teh hijau dapat membantu meningkatkan kesehatan jaringan pendukung gigi dan
membantu mencegah terjadinya debris dan karies gigi. Selain itu, teh hijau terdapat kandungan Katekin
(Cateckin) yang dapat menghambat pertumbuhan bakteri pathogen yang dapat merusak jaringan gigi (
Ajisaka, 2012). Menurut American Dental Assosiation (ADA) pada tahun 2003, listerine adalah obat yang
aman karena efektif untuk mencegah radang gusi dan menghilangkan plak gigi serta efektif membunuh
bakteri di mulut sebagai antiseptik. Dalam penelitian ini, jenis penelitian yang digunakan adalah Pre
Experimental dengan rancangan One Shot Case Study untuk membandingkan pengaruh berkumur antara
seduhan teh hijau dan larutan listerine terhadap OHI-S pada siswa/i Kelas VIII B SMP Swasta Cerdas
Bangsa JL. Titi Kuning Namorambe Link. VI Sidorejo Delitua Tahun 2014. Berkumur dengan seduhan teh
hijau dan larutan listerine efektif dalam menurunkan OHI-S, hal ini dapat dilihat dari hasil persentase setelah
berkumur dengan seduhan teh hijau dan larutan listerine. Setelah berkumur dengan seduhan teh hijau
terdapat 13 siswa/i yang mempunyai kategori OHI-S baik (65%), 7 siswa/i yang mempunyai kategori sedang
(35%), dan kategori OHI-S buruk tidak ada. Sedangkan persentase setelah berkumur dengan larutan listerine
terdapat 18 siswa/i yang mempunyai kategori OHI-S baik (90%), 2 siswa/i yang mempunyai kategori OHI-S
sedang (10%), dan kategori OHI-S buruk tidak ada. Maka dapat disimpulkan berkumur dengan
menggunakan larutan listerine lebih efektif dbandingkan dengan seduhan teh hijau. Karena larutan listerine
lebih efisien dalam penggunaannya tanpa harus membutuhkan waktu yang lama.

Kata kunci : Teh Hijau, Listerine

PENDAHULUAN bergizi seimbang dan bermanfaat bagi kesehatan gigi


dan mulut.
Menurut WHO, sehat adalah suatu keadaan Hasil Survey Kesehatan Rumah Tangga 2004
sejahtera, sempurna fisik, mental, dan sosial serta tidak menyebutkan 39% penduduk Indonesia menderita
hanya terbatas pada bebas dari penyakit atau penyakit gigi dan mulut. Angka tersebut bukan
kelemahan saja. merupakan angka yang dapat diabaikan, karena telah
Adapun menurut Undang-Undang Kesehatan terbukti bahwa penyakit gigi dan mulut dapat secara
No. 23 Tahun 1992, sehat adalah suatu keadaan signifikan mempengaruhi produktivitas masyarakat.
sejahtera badan, jiwa, dan sosial yang memungkinkan Karena itu, perlu dilakukan suatu kampanye yang terus
setiap orang hidup produktif secara sosial dan ekonomi menerus untuk menurunkan angka penderita penyakit
(Bastiansyah, 2008). gigi dan mulut.
Kesehatan gigi adalah bagian integral dari Berdasarkan hasil Riset Kesehatan Dasar
kesehatan umum, sehingga perlu bagi kesehatan gigi (RISKESDAS) tahun 2007, prevalensi penduduk yang
untuk senantiasa meningkatkan kemampuan sesuai mempunyai masalah kesehatan gigi dan mulut adalah 23%
dengan perkembangan kesehatan pada umumnya. dan 1,6% penduduk telah kehilangan seluruh gigi aslinya.
Dalam pembangunan kesehatan pemerintah tentunya Dari jumlah yang menerima perawatan, data pengobatan
membutuhkan orang-orang yang dapat memberikan dari tenaga kesehatan adalah 29,6%. Kesehatan gigi dapat
penjelasan mengenai kesehatan gigi kepada masyarakat mendukung percepatan tujuan Millennium Development
tentang arti atau cara hidup sehat menurut aturan aturan Goals ( MDGS ) pada tahun 2015 dengan melakukan
yang ada dalam bidang kesehatan, terutama kesehatan upaya UKGM. UKGM adalah suatu usaha kesehatan gigi
gigi, contoh dari aturan-aturan tersebut misalnya: cara dan mulut yang dibentuk di masyarakat untuk menunjang
menggosok gigi yang benar dan efisien, cara derajat kesehatan gigi dan mulut yang optimal.
pengobatan sederhana, cara penyediaan makanan

32
Jurnal Ilmiah PANNMED Vol. 9 No.1 Mei - Agustus 2014

Plak adalah suatu lapisan lengket yang 1. Hasil penelitian diharapkan dapat menjadi bahan
merupakan kumpulan dari bakteri. Plak ini akan mengubah informasi bagi pihak sekolah dalam merencanakan
karbohidrat atau gula yang berasal dari makanan menjadi upaya meningkatkan kesehatan gigi pada siswa/i
asam cukup kuat yang cukup merusak gigi (Rahmadhan, SMP Swasta Cerdas Bangsa.
2010). Plak merupakan salah satu faktor terbentuknya 2. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan
debris dan kalkulus. Debris adalah endapan berwarna putih informasi untuk penelitian lebih lanjut.
di sekitar gigi, terdiri dari sisa-sisa makanan dan jaringan 3. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi
mati akibat peradangan. Debris yang tidak dibersihkan masukan bagi peneliti lain dan sebagai bahan
dapat berubah menjadi karang gigi. Karang gigi ialah suatu referensi di perpustakaan Politeknik Kesehatan
endapan keras yang menempel di permukaan gigi Kementerian Kesehatan Medan Jurusan
berwarna mulai dari kuning sampai cokelat kehitam- Keperawatan Gigi Medan.
hitaman, permukaan kasar, plak yang tidak dibersihkan dan
dari endapan bahan-bahan kasar, air ludah, dan serum METODE PENELITIAN
darah serta sisa makanan.
Obat kumur saat ini dapat digunakan sebagai Jenis Penelitian
salah satu alternatif untuk membantu kita dalam menjaga Dalam penelitian ini, jenis penelitian yang
kesehatan gigi dan mulut. Salah satunya dengan cara digunakan adalah Pre Experimental dengan rancangan One
berkumur-kumur dengan seduhan teh hijau dan larutan Shot Case Study untuk membandingkan pengaruh
listerine. Teh hijau dapat membantu meningkatkan berkumur antara seduhan teh hijau dan larutan listerine
kesehatan jaringan pendukung gigi dan membantu terhadap OHI-S pada siswa/i Kelas VIII B SMP Swasta
mencegah terjadinya debris dan karies gigi. Dalam Jurnal Cerdas Bangsa JL. Titi Kuning Namorambe Link. VI
Of Periodontology, tim peneliti dari Kyushu University di Sidorejo Delitua Tahun 2014.
Fukuoka Jepang telah berhasil menganalisis dan
mengevaluasi secara komprehensif 940 pasien pria yang HASIL DAN PEMBAHASAN
berusia antara 49-59 tahun. Keseluruhan pasien setidaknya
masih memiliki 20 gigi dan memiliki penyakit gigi yang Hasil Penelitian
lazim ditemukan pada usia tersebut seperti radang gusi dan Data yang dikumpulkan adalah hasil penelitian
kerusakan jaringan gigi. Selain itu pada teh hijau terdapat yang dilakukan terhadap siswa/i SMP Swasta Cerdas
kandungan Katekin (Cateckin) yang dapat menghambat Bangsa. Pengumpulan data dilakukan dengan
pertumbuhan bakteri pathogen yang dapat merusak pemerikasaan langsung ke mulut siswa/i yang menjadi
jaringan gigi ( Ajisaka, 2012). sampel. Setelah seluruh data terkumpul , membuat analisa
Penggunaan listerine sebagai larutan kumur data dengan cara membuat tabel distribusi frekuensi untuk
untuk pembersih mulut saat ini banyak digunakan oleh masing-masing kelompok sampel. Kemudian dilakukan
masyarakat. Berdasarkan hasil penelitian, beberapa produk pengolahan data secara deskriptif.
yang menggunakan alkohol seperti Listerine mungkin
efektif untuk mencegah kondisi seperti radang gusi, Tabel A.1
mereka tidak membunuh bakteri di mulut. Bau mulut Distribusi Frekuensi OHI-S Rata-Rata Sebelum dan
merupakan hasil senyawa sulfur yang dilepaskan oleh Sesudah Berkumur Dengan Seduhan Teh Hijau Pada
bakteri. Seseorang dengan gigi berlubang atau gusi Siswa/I SMP Swasta Cerdas Bangsa
bengkak memiliki lebih banyak bakteri yang berkembang No. Kriteria OHI-S Sebelum OHI-S Sesudah
biak di mulut. Penelitian telah menunjukkan bahwa obat OHI-S Berkumur Berkumur
kumur yang memiliki bahan aktif klorin dioksida dan zink Jumlah Jumlah OHI-S Jumlah Jumlah OHI-S
efektif menetralisir bau mulut. Siswa OHI-S Rata-Rata Siswa OHI-S Rata-
Berdasarkan uraian diatas maka peneliti ingin Rata
1. Baik 5 3,81 0,76 13 11,69 0,89
mengetahui bagaimana Efektivitas kumur dengan seduhan
teh hijau dan larutan listerine terhadap OHI-S pada siswa/i 2. Sedang 9 17,95 1,99 7 12,37 1,76
kelas VIII B SMP Swasta Cerdas Bangsa JL. Titi Kuning 3. Buruk 6 19,06 3,17 0 0 0
Namorambe Link. VI Sidorejo Delitua Tahun 2014 Jumlah 20 40,82 5,92 20 24,06 2,65

Tujuan Penelitian Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa dari seluruh
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui siswa/i mempunyai kriteria OHI-S buruk dengan OHI-S
Efektivitas kumur dengan seduhan teh hijau dan larutan rata-rata 5,92 sebelum berkumur seduhan teh hijau, namun
listerine terhadap OHI-S pada siswa/i kelas VIII B SMP setelah berkumur dengan seduhan teh hijau ditemukan 13
Swasta Cerdas Bangsa JL. Titi Kuning Namorambe Link. siswa/i dengan rata-rata 0,89 yang memiliki OHI-S
VI Sidorejo Delitua Tahun 2014. kategori baik, 7 siswa/i dengan rata-rata 1,76 memiliki
OHI-S kategori sedang, sedangkan siswa/i yang memiliki
Manfaat Penelitian kriteria buruk tidak ada. Maka rata-rata OHI-S adalah
1. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah sebesar 2,65 yang berarti dalam kategori sedang.
wawasan dan ilmu pengetahuan bagi siswa/i SMP
Swasta Cerdas Bangsa.

33
Rosdiana T. Simaremare, dkk. Efektivitas Kumur dengan Seduhan...

Tabel A.2 kriteria sedang, dan 1 siswa/i (5%) mempunyai kriteria


Distribusi Frekuensi OHI-S Rata-Rata Sebelum dan buruk, dan setelah berkumur dengan larutan listerine
Sesudah Berkumur Dengan Larutan Listerine Pada terdapat 18 siswa/i (90%) memiliki OHI-S dengan kriteria
Siswa/I SMP Swasta Cerdas Bangsa baik, 2 siswa/i (10%) memiliki OHI-S dengan kriteria
sedang, dan tidak ditemukan siswa/i (0%) yang memiliki
No. Kriteria OHI-S Sebelum OHI-S Sesudah
OHI-S Berkumur Berkumur OHI-S dengan kriteria buruk.
Jumlah Jumlah OHI-S Jumlah Jumlah OHI-S
Siswa OHI-S Rata-Rata Siswa OHI-S Rata- Pembahasan
Rata Seperti yang diketahui, menurut Ajisaka (2012),
1. Baik 9 5,88 0,65 18 7,16 0,39 teh hijau dapat membantu mengurangi kerusakan gigi. Teh
2. Sedang 10 19,42 1,94 2 3,56 1,78 hijau mengandung fluoride yang diperlukan untuk menjaga
3. Buruk 1 3,6 3,6 0 0 0 kesehatan gigi tetap kuat dan sehat. Teh hijau juga
Jumlah 20 28,9 6,19 20 24,06 2,17 mengandung Katekin yang dapat menghambat
pertumbuhan bakteri pathogen yang dapat merusak
Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa dari seluruh jaringan gigi. Menurut American Dental Assosiation
siswa/i mempunyai kriteria OHI-S buruk dengan OHI-S (ADA) pada tahun 2003, listerine adalah obat yang aman
rata-rata 6,19 sebelum berkumur larutan listerine, namun karena efektif untuk mencegah radang gusi dan
setelah berkumur dengan larutan listerine ditemukan 18 menghilangkan plak gigi serta efektif membunuh bakteri di
siswa/i dengan rata-rata 0,39 yang memiliki OHI-S mulut sebagai antiseptik.
kategori baik, 2 siswa/i dengan rata-rata 1,78 memiliki Dari hasil penelitian yang telah didapat, maka
OHI-S kategori sedang, sedangkan siswa/i yang memiliki diketahui dari 20 siswa/i memiliki OHI-S buruk dengan
kriteria buruk tidak ada. Maka rata-rata OHI-S adalah OHI-S rata-rata 5,92 sebelum berkumur seduhan teh hijau,
sebesar 2,17 yang berarti dalam kategori sedang. setelah berkumur dengan seduhan teh hijau ditemukan 13
siswa/i dengan rata-rata 0,89 yang memiliki OHI-S
Tabel A.3 kategori baik, 7 siswa/i dengan rata-rata 1,76 memiliki
Distribusi Frekuensi OHI-S Rata-Rata Sebelum dan OHI-S kategori sedang, dan 0 siswa/i yang memiliki
Sesudah Berkumur Dengan Seduhan Teh Hijau Pada kriteria buruk tidak ada. Rata-rata OHI-S setelah berkumur
Siswa/I SMP Swasta Cerdas Bangsa seduhan teh hijau adalah sebesar 2,65 yang berarti dalam
No. Kriteria Sebelum Berkumur Sesudah Berkumur kategori sedang. Dengan demikian dapat diketahui bahwa
OHI-S Jumlah Siswa % Jumlah % seduhan teh hijau dapat membantu menurunkan OHI-S
Siswa karena kandungan katekin efektif untuk menghambat
1. Baik 5 25 13 65 pertumbuhan bakteri di mulut.
2. Sedang 9 45 7 35
Sedangkan dari 20 siswa/i sebelum berkumur dengan
3. Buruk 6 30 0 0
larutan listerine diketahui bahwa mempunyai kriteria OHI-
Jumlah 20 100 20 100
S buruk dengan OHI-S rata-rata 6,19. Namun, setelah
berkumur dengan larutan listerine ditemukan 18 siswa/i
Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa sebelum
dengan rata-rata 0,39 yang memiliki OHI-S kategori baik,
berkumur dengan seduhan teh hijau 5 siswa/i (25%)
2 siswa/i dengan rata-rata 1,78 memiliki OHI-S kategori
mempunyai kriteria baik, 9 siswa/i (45%) mempunyai
sedang, dan 0 siswa/i yang memiliki kriteria buruk tidak
kriteria sedang, dan 6 siswa/i (30%) mempunyai kriteria
ada. Rata-rata OHI-S setelah berkumur larutan listerine
buruk, dan setelah berkumur dengan seduhan teh hijau
adalah sebesar 2,17 yang berarti dalam kategori sedang.
terdapat 13 siswa/i (65%) memiliki OHI-S dengan kriteria
Dengan demikian dapat diketahui bahwa larutan listerine
baik, 7 siswa/i (35%) memiliki OHI-S dengan kriteria
efektif untuk mencegah radang gusi dan menghilangkan
sedang, dan tidak ditemukan siswa/i (0%) yang memiliki
plak gigi serta efektif membunuh bakteri di mulut sebagai
OHI-S dengan kriteria buruk.
antiseptik.
Dengan hasil penelitian ini dapat dijelaskan
Tabel A.4
bahwa larutan apa saja dapat digunakan untuk menurunkan
Distribusi Frekuensi OHI-S Rata-Rata Sebelum dan
angka OHI-S. Hal ini berarti faktor lain yang juga harus
Sesudah Berkumur DenganLarutan Listerine Pada
diperhatikan yang dapat mempengaruhi kebersihan gigi
Siswa/I SMP Swasta Cerdas Bangsa
dan mulut atau OHI-S adalah lamanya waktu berkumur,
No. Kriteria Sebelum Berkumur Sesudah Berkumur
cara berkumur, serta banyaknya jumlah larutan.
OHI-S Jumlah Siswa % Jumlah %
Siswa
1. Baik 9 45 18 90 SIMPULAN DAN SARAN

2. Sedang 10 50 2 10 Simpulan
3. Buruk 1 5 0 0 Dari hasil penelitian yang telah dilakukan oleh
Jumlah 20 100 20 100 peneliti maka didapatkan kesimpulan bahwa :
1. Kriteria OHI-S sesudah berkumur dengan seduhan
Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa sebelum teh hijau dan larutan listerine yaitu 2,65 dan 2,17
berkumur dengan larutan listerine 9 siswa/i (45%) yang berarti dalam kategori sedang.
mempunyai kriteria baik, 10 siswa/i (50%) mempunyai

34
Jurnal Ilmiah PANNMED Vol. 9 No.1 Mei - Agustus 2014

2. Berkumur dengan seduhan teh hijau dan larutan setelah makan siang yang tidak memungkinkan bagi
listerine efektif dalam menurunkan OHI-S, hal ini anak sekolah untuk menyikat gigi.
dapat dilihat dari hasil persentase setelah berkumur
dengan seduhan teh hijau dan larutan listerine. DAFTAR PUSTAKA
Setelah berkumur dengan seduhan teh hijau terdapat
13 siswa/i yang mempunyai kategori OHI-S baik Ajisaka, 2012. Teh KhasiatnyaDasyat, Stomata. Surabaya.
(65%), 7 siswa/i yang mempunyai kategori sedang Arikunto, 2006. Prosedur Penelitian, Rineka Cipta.
(35%), dan kategori OHI-S buruk tidak ada (0%). Jakarta.
Sedangkan persentase setelah berkumur dengan Boedihardjo, 1985. Pemeliharaan Kesehatan Gigi
larutan listerine terdapat 18 siswa/i yang Keluarga, Airlangga University Press. Surabaya.
mempunyai kategori OHI-S baik (90%), 2 siswa/i Bastiansyah E., 2008. Panduan Lengkap: Membaca Hasil
yang mempunyai kategori OHI-S sedang (10%), Tes Kesehatan, Penebar Plus. Jakarta.
dan kategori OHI-S buruk tidak ada (0%). Herijulianti, E., Tati S. Indriani., Sri A., 2002. Pendidikan
3. Ada perbedaan antara berkumur dengan seduhan Kesehatan Gigi, EGC. Jakarta.
teh hijau dan larutan listerine terhadap penurunan Kristin Ningrum, E. dan Mey Murti, 2012. Dasyatnya
OHI-S sebesar 0,48. Khasiat Herbal untuk Hidup Sehat, Dunia Sehat.
Jakarta.
Saran Notoatmodjo, S., 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan,
1. Diharapkan kepada pihak sekolah agar lebih Rineka Cipta. Jakarta.
memperhatikan kebersihan gigi dan mulut siswa/i Putri H., Eliza H., dan Neneng N, 2010. Ilmu Pencegahan
SMP Swasta Cerdas Bangsa. Penyakit Jaringan Keras Dan Jaringan
2. Diharapkan kepada siswa/i SMP Swasta Cerdas Pendukung Gigi, EGC. Jakarta.
Bangsa supaya berkumur agar dapat meningkatkan Rahmadhan, A. G., 2010. Serba Serbi Kesehatan Gigi dan
kebersihan gigi dan mulut, seperti berkumur dengan Mulut, Bukune.Jakarta.
seduhan teh hijau atau larutan listerine, terutama Zaluchu, 2011. Praktis Penelitian Kesehatan, Perdana
Publishing. Medan..

35
EFEKTIFITAS MENYIKAT GIGI MENGGUNAKAN SIWAK DALAM
MENURUNKAN INDEKS PLAK PADA SISWA MTs SWASTA
ALWASLIYAH DESA LAMA KECAMATAN PANCUR BATU
DELI SERDANG TAHUN 2014

Adriana Hamsar, Cut Aja Nuraskin, Manta Rosma


Jurusan Keperawatan Gigi Poltekkes Kemenkes Medan

Abstrak
Siwak berbentuk batang yang diambil dari akar dan ranting tanaman arak (salvadora persica) yang
berdiameter mulai dari 0,1 cm sampai 5 cm. Pohon arak adalah pohon yang kecil seperti belukar dengan
batang yang bercabang-cabang, berdiameter lebih dari 1 kaki, jika kulitnya dikelupas berwarna agak
keputihan dan memilki jutaan serat, yang berguna membersihkan gigi. Jenis penelitian adalah eksperimen
semu (quasi eksperiment) dengan rancangan pre-test dan post-test only group design. Penelitian ini
dilakukan pada Siswa/i MTs Al-Wasliyah Pancur Batu Deli Serdang dengan jumlah populasi 214 orang
dengan pengambilan sampel dilakukan secara acak yaitu berjumlah 40 orang. Hasil yang didapat dalam
penelitian ini menunjukkan bahwa menyikat gigi dengan siwak lebih efektif dalam menurunkan Indeks plak
dibandingkan dengan sikat gigi biasa. Hal ini dapat dilihat dari perbedaan penurunan plak indeks,
penggunaan siwak penurunannya sebesar 1.39. sedangkan sikat gigi penurunan plak indeksnya sebesar 1.31.
Kesimpulan dari penelitian ini yaitu ada perbedaan menyikat gigi dengan siwak dan sikat gigi terhadap
penurunan indeks plak. Menyikat gigi dengan siwak lebih efektif dari pada sikat gigi. Hal ini menunjukkan
bahan tradisional dapat digunakan untuk membersihkan gigi dan mulut.

Kata kunci : Siwak, sikat gigi, Indeks Plak

PENDAHULUAN Aromanya seperti seledri dan rasanya agak pedas.


(Bastomi Ali. 2011).
Dalam UU Kesehatan No. 23 Tahun 1992 Pasal Sikat gigi adalah alat untuk membersihkan gigi
10 dinyatakan bahwa: ”Untuk mewujudkan derajat yang berbentuk sikat kecil dengan pegangan. Pasta gigi
kesehatan yang optimal bagi masyarakat, diselenggarakan biasanya ditambah kesikat gigi sebelum menggosok gigi.
upaya kesehatan dengan pendekatan pemeliharaan, Sikat gigi banyak jenisnya, dari yang bulunya halus sampai
peningkatan pencegahan, pengobatan dan pemulihan yang kasar, bentuknya kecil sampai besar dan berbagai desain
dilaksanakan secara terpadu dan berkesinambungan”. pegangan. Kebanyakan dokter gigi menganjurkan
Masa anak sekolah merupakan masa untuk penggunaan sikat gigi yang lembut meskipun sikat gigi
meletakkan landasan yang kokoh bagi terwujudnya berbulu lembut kurang efektif membersihkan sela-sela
manusia yang berkualitas dan kesehatan merupakan faktor gigi.Sikat gigi berbulu keras dapat merusak lapisan enamel
penting yang menentukan kualitas sumber daya manusia. dan melukai gusi. (Wikipedia.2007).
Dalam rangka meningkatkan kualitas kesehatan siswa di Menurut para dokter gigi menyikat gigi
sekolah, kesehatan gigi dan mulut merupakan suatu bagian dilakukan minimal dua kali sehari yaitu pagi sesudah
dari kesehatan umum yang mempunyai peran penting makan malam sebelum tidur. Menyikat gigi juga
dalam fungsi pengunyahan dan kecantikan. dianjurkan menggunakan pasta gigi yang membantu
Siwak atau Miswak merupakan bagian dari membersihkan gigi lebih bersih dan wangi. Akibat dari
batang akar atau ranting tumbuhan salvadora persica jarangnya menyikat gigi adalah timbulnya plak gigi yang
yang kebanyakan tumbuh di daerah Timur Tengah Asia diakibatkan dari penumpukan kotoran di gigi. Plak gigi
dan Afrika. Siwak berbentuk batang yang diambil dari juga dapat menyebabkan gigi berlubang yang jika
akar dan ranting tanaman arak (salvadora persica) dibiarkan bisa membuat gigi ngilu dan bau napas yang
yang berdiameter mulai dari 0,1 cm sampai 5 cm. tidak sedap.
Pohon arak adalah pohon yang kecil seperti belukar Survei awal telah dilakukan pemeriksaan
dengan batang yang bercabang-cabang, berdiameter terhadap indeks plak di MTs Al-Wasliyah pada siswa/i
lebih dari 1 kaki, jika kulitnya dikelupas berwana agak kelas II menunjukkan bahwa kriteria plak siswa/i tersebut
keputihan dan memilki banyak jutaan serat. Akarnya rata-rata dikategorikan buruk. Faktor yang mempengaruhi
berwarna cokelat dan bagian dalamnya berwarna putih. hal tersebut rata-rata adalah kurangnya pengetahuan

36
Jurnal Ilmiah PANNMED Vol. 9 No.1 Mei - Agustus 2014

siswa/i MTs Al-Wasliyah Pancur Batu tentang kebersihan O4 = Observasi 1 perlakuan mengukur indeks
gigi dan mulut. plak sesudah menggunakan sikat gigi
X1 = perlakuan menggunakan siwak
Tujuan Penelitian X2 = perlakuan menggunakan sikat gigi
Tujuan Umum
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Populasi dan sampel
efektifitas penggunaan siwak dan sikat gigi dalam Populasi
menurunkan indeks plak pada siswa MTs Alwasliyah Populasi adalah keseluruhan Siswa/i Kelas II
Pancur Batu Medan Tahun 2014. MTs Al-Wasliyah Pancur batu Desa Lama Kecamatan
Pancur batu Medan 214
Tujuan Khusus
1. Untuk mengetahui Indeks Plak rata-rata Sampel
sebelum dan sesudah menyikat gigi dengan Sampel dalam penelitian ini adalah yang
siwak pada MTs Alwasliyah Pancur Batu berjumlah 40 orang, dibagi menjadi 2 kelompok, masing-
Medan Tahun 2014. masing kelompok terdiri dari 20 orang. Kelompok pertama
2. Untuk mengetahui Indeks Plak rata-rata menggunakan siwak, dan kelompok kedua menggunakan
sebelum dan sesudah menyikat gigi dengan sikat gigi biasa.
sikat gigi pada MTs Alwasliyah Pancur Batu
Medan Tahun 2014. Jenis dan cara Pengumpulan Data
Data yang diambil dalam penelitian ini adalah
3. Untuk mengetahui persentase kriteria indeks data primer dan data sekunder dengan melakukan
plak pada MTs Alwasliyah . pemeriksaan langsung pada Siswa/i Kelas II MTs. Al-
Wasliyah Pancur batu Desa Lama Kecamatan
Manfaat Penelitian Pancur batu. Data primer adalah data yang
1. Hasil Penelitian diharapkan dapat menambah diambil langsung peneliti dari pemeriksaan langsung ke
wawasan dan ilmu pengetahuan bagi MTs mulut siswa/i yang menjadi sampel dengan mencatat hasil
Alwasliyah Pancur Batu Medan Tahun 2014 pemeriksaan plak siswa/i. Sedangkan data skunder adalah
tentang Siwak dan sikat gigi data yang diperoleh dari pihak sekolah tentang data jumlah
2. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi siswa/i Kelas II MTs. Al-Wasliyah Pancur Batu Desa
bahan masukan bagi penelitian lain. Lama Kecamatan Pancur batu.

Hipotesis Analisa Data


1. Hipotessi Nol (Ho) Analisa data yang digunakan dalam penelitian ini
Tidak ada perbedaan menyikat gigi dengan sikat gigi adalah teknik kuantitatif data yang telah dikumpulkan dan
dan siwak terhadap penurunan indeks plak. dianalisis secara analitik kemudian disajikan dalam bentuk
2. Hipotesis Alternatif (Ha) tabel distribusi frekuensi dengan tabel silang 2x3. Analisa
Ada perbedaan menyikat gigi dengan sikat gigi dan data menggunakan Uji Mann-whitney untuk dapat
siwak terhadap penurunan indeks plak menyimpulkan adanya hubungan 3 (tiga) variabel
(independent, dependent dan confounding) bermakna atau
METODE PENELITIAN tidak untuk mengetahui pengaruh menyikat gigi dengan
siwak dan sikat gigi terhadap indeks plak.
Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian Hasil Penelitian
eksperimen semu (quasi eksperiment) dengan rancangan Data yang dikumpulkan adalah hasil penelitian
pre-test dan post-test only group design untuk melihat yang dilakukan terhadap siswa/i kelas II MTs Alwasliayah
keefektifan menyikat gigi dengan sikat gigi dan siwak pada Pancur Batu Medan. Pengumpulan data dilakukan dengan
Siswa/i MTs Al- Wasliyaah Pancur Batu Medan, sehingga pemeriksaan langsung kemulut siswa/i yang menjadi
dapat ditulis dengan rumus: sampel. Setelah seluruh data terkumpul, membuat analisa
data dengan membuat tabel distribusi frekuensi untuk
masing-masing. Kemudian dilakukan pengolahan data
secara statistik yaitu menggunakan uji Man-Whitney.

Tabel 1. Distribusi Frekuensi Berdasarkan Jenis


Keterangan :
Kelamin Pada Siswa-Siswi Kelas II MTs
R = Randomization
Al-Wasliyah Pancur Batu Medan
O1 = Observasi 1 perlakuan mengukur indeks
plak sebelum menggunakan siwak Jenis Kelamin Jumlah Persentase
O2 = Observasi 1 perlakuan mengukur indeks Laki-laki 17 42.5
plak sesudah menggunakan siwak Perempuan 23 57.5
O3 = Observasi 1 perlakuan mengukur indeks Total 40 100
plak sebelum menggunakan sikat gigi

37
Adriana Hamsar, dkk. Efektivitas Menyikat Gigi...

Tabel 2. Distribusi Frekuensi Rata-Rata Plak Indeks Tabel 7. Uji Mann-Whitney


Pada Siswa-Siswi Kelas II MTs Al-Wasliyah MANN-
Pancur Batu Medan INDEKS MEAN Std. WHITNE
N p
PLAK RANK deviasi Y
Jenis Rata-rata Plak Indakes U
Penggunaan Sebelum Sesudah AWAL
SIWAK 19.83
Siwak 1.90 0.51 SIKAT
20
21.18
.709 186.500 0.685
Sikat Gigi 1.95 0.64 GIGI
AKHIR
SIWAK 20.00
Tabel 3. Distribusi Frekuensi Persentase Kriteria Plak 20 .385 190.000 0.681
SIKAT 21.00
Indeks Sebelum dan Sesudah Menggunakan GIGI
Siwak Pada Siswa-Siswi MTs Al Wasliyah
Pancur Batu Medan PEMBAHASAN
Sesudah Menyikat
Kriteria Sebelum Menyikat
Gigi Dengan Penelitian ini mengambil sampel 40 siswa/i MTs
Plak Gigi Dengan Siwak
Siwak Al-Wasliyah Pancur Batu Deli Serdang yang dipilih secara
Indeks acak untuk seluruh kelas II yang dibagi menjadi 2
N % N %
Baik 3 15 17 85 kelompok. Kelompok satu menyikat gigi dengan siwak
dan kelompok dua menyikat gigi dengan sikat gigi. Dari
Sedang 6 30 3 15
hasil penelitian yang telah dilakukan maka diketahui
Buruk 11 55 0 0 bahwa banyak siswa/i yang memiliki angka indeks plak
Jumlah 20 100 20 100 yang tinggi yang berarti rendahnya tingkat kebersihan gigi
dan mulut siswa. Hal ini disebabkan karena kurangnya
Tabel 4. Distribusi Frekuensi Persentase Kriteria pengetahuan cara menjaga kebersihan gigi dan mulut.
Plak Indeks Sebelum dan Sesudah Setelah dilakukan penelitian dapat dilihat bahwa
Menggunakan Sikat Gigi Pada Siswa-Siswi rata-rata plak indeks pada sampel sebelum menggunakan
MTs Al-Wasliyah Pancur Batu Medan siwak sebesar 1.90 dan menggunakan sikat gigi sebesar
Sebelum Menyikat Sesudah Menyikat 1.95. pada sampel sesudah menggunakan siwak sebesar
Kriteria Gigi Dengan Sikat Gigi Dengan Sikat 0.51 dan menggunakan sikat gigi sebesar 0.64.
Plak gigi gigi Dari hasil uji Mann-whitney tidak ada perbedaan
Indeks pengaruh menyikat gigi dengan siwak dan sikat gigi dalam
N % N %
Baik 2 10 15 75 menurunkan indeks plak, jadi Hipotesis tidak ditolak, akan
Sedang 7 35 5 25 tetapi siwak lebih efektif dalam menghilangkan indeks
plak melihat perhitungan yang didapat penurunan plak
Buruk 11 55 0 0 indeks pada siwak sebesar 1.39 sedangkan sikat gigi
Jumlah 20 100 20 100 sebesar 1.31.
Sikat gigi lebih banyak dan mudah ditemukan di
Tabel 5. Distribusi Frekuensi Persentase Kriteria Plak pasaran dibandingkan dengan siwak. Sikat gigi biasa
Indeks Sebelum dan Sesudah menyikat Gigi bervariasi dan harganya relatif murah dan kebanyakan
Pada Siswa-Siswi MTs Al-Wasliyah Pancur orang yang menggunakan sikat gigi biasa. Siwak biasanya
Batu Medan digunakan oleh bangsa Arab dan orang-orang yang
Kriteria Sebelum Menyikat Sesudah Menyikat beragama Muslim, karena selain pembersih gigi siwak juga
Plak Gigi Gigi sebagai sunnah Rasulullah SAW yang diriwayatkan dari
Indeks N % N % Bukhori dan Muslim. Menurut laporan Lewis (1982) ,
Baik 5 12.5 32 80 siwak sangat efektif sebagai alat pembersih mulut,
Sedang 13 32.5 8 20 ditemukan sejumlah besar klorida, flour ,trimetilamin dan
Buruk 22 55 0 0 resin. Kemudian dari hasil penelitian Farooqi dan
Jumlah 40 100 40 100 Srivastava (1990) ditemukan silika, sulfur dan vitamin c.
Kandungan tersebut sangat bermanfaat bagi kesehatan gigi
dan mulut dimana trimetilamin dan vitamin c membantu
Tabel 6. Distribusi Frekuensi Persentase Perbandingan
penyembuhan dan perbaikan jaringan gusi. Klorida
Penurunan Rata-Rata Plak Indeks Pada
bermanfaat menghilangkan noda pada gigi, sedangkan
Siswa-Siswi MTs Al-Wasliyah Pancur Batu
silika dapat bereaksi sebagai penggosok, kemudian
Medan
keberadaan sulfur dikenal dengan rasa hangat dan bau
Rata-rata Plak Penurunan
Jenis Persentase yang khas. Penggunaan siwak dan sikat gigi bila digunakan
Indakes Plak
Penggunaan % dengan teknik yang benar, maka kedua-duanya dapat
Sebelum Sesudah indeks
Siwak 1.90 0.51 1.39 73 digunakan untuk membersihkan plak dengan efektif.
Banyak orang tidak menggunakan siwak dikarenakan bau
Sikat Gigi 1.95 0.64 1.31 67
dan rasanya yang khas dan juga sebagian besar tidak
mengerti dan tidak mengetahui manfaat siwak, oleh sebab

38
Jurnal Ilmiah PANNMED Vol. 9 No.1 Mei - Agustus 2014

itu banyak orang lebih memilih menggunakan sikat gigi 4. Penelitian ini dapat memotivasi kita semua
biasa. dalam menggunakan siwak dan sikat gigi
dalam menjaga kesehatan gigi dan mulut.
SIMPULAN 5. Kepada peneliti yang lain untuk lebih dalam
mengkaji ilmu tentang siwak dan sikat gigi
Dari hasil penelitian yang telah dilakukan oleh dalam penelitian selanjutnya
peneliti maka didapatkan kesimpulan bahwa :
1. Plak Indeks pada sampel sebelum menyikat DAFTAR PUSTAKA
gigi dengan menggunakan siwak sebesar 38.1
dengan rata-rata 1.90 dan sesudah menyikat Admin,. 2009. Gusi merah.
gigi dengan menggunakan siwak sebesar 10.3 <http://gusimerah.blogspot.com/2009/06/kenali-
dengan rata-rata 0.51. manfaat-sehat-siwak-atau-miswak.html].
2. Plak Indeks pada sampel sebelum menyikat Bastomi A., 2011. Selalu belajar untuk bersabar.
gigi dengan menggunakan sikat gigi sebesar <http://abusalma.wordpress.com/2007/01/24/siwak-
37.1 dengan rata-rata 1.95 dan sesudah keajaiban-dalam-sunnah-nabi/
menyikat gigi dengan menggunakan sikat gigi Depkes,. 1995. Pedoman Pelayanan Kesehatan Gigi dan
sebesar 12.2 dengan rata-rata 0.54. Mulut Ibu Hamil, Ibu Menyusui, Balita dan Anak
3. Persentase kriteria plak indeks sebelum Prasekolah Secara Terpadu di RS dan Puskesmas.
menyikat dengan kriteria baik didapat 5 orang Jakarta.
siswa dengan persentase 12.5%, 13 orang Margareta., 2012. 101 Tips Dan terapi alami agar Gigi
siswa dengan kriteria sedang 32.5%, 22 orang Putih dan Sehat. Yogyakarta: pustaka cerdas.
siswa dengan kriteria buruk 55%. Dan sesudah Notoatmodjo., 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan.
menyikat gigi dengan kriteria baik didapat 32 Rineka Cipta. Jakarta.
orang siswa dengan persentase 80%, 8 orang Pintauli., Hamada., 2008. Menuju Gigi dan Mulut Sehat
siswa dengan kriteria sedang 20%, tidak ada Pencegahan dan Pemeliharaan. USU press Medan.
siswa dengan kriteria buruk 0%. Panjaitan M,. 1996. Ilmu Pencegahan Karies Gigi.
4. Siwak lebih efektif dalam menghilangkan plak Sumatera Utara : IKJ press.
dibandingkan dengan sikat gigi biasa. Hal ini Prama PoolExpert,. 2009. 7 Khasiat Penting Menyikat Gigi
dapat dilihat dari perbedaan penurunan plak dengan Siwak atau Miswak .
indeks setelah melakukan penggunaan siwak <http://sunahsiwak.blogspot.com/2009/09/7-
lebih besar penurunannya sebesar 1.39. khasiat-penting-menyikat-gigi-dengan.html].
sedangkan penurunan plak indeks sebesar Roeslan, B.O., 2002. Imunologi Oral Kelainan di dalam
1.31. Rongga Mulut. FKUI. Jakarta.
Salma A,. 2005. Keajaiban Dalam Sunnah Nabi.
SARAN <http://abusalma.wordpress.com/2007/01/24/siwak-
atau-miswak-merupakan.html].
Dengan selesainya penelitian ini, diharapkan : Sofyan Ali,. 2010. Keutamaan Menggunakan Siwak
1. Kepada siswa/i MTs Al-Wasliyah Pancur Batu Dibanding Sikat Gigi. <mujahiddin-
Medan supaya menambah wawasan dan ilmu Salma A,. 2005. Keajaiban Dalam Sunnah Nabi.
pengetahuan dalam menjaga kesehatan gigi <http://abusalma.wordpress.com/2007/01/24/siwak-
dan mulut. atau-miswak-merupakan.html]
2. Kepada orang tua dan guru murid agar Wikipedia,. 2009. Siwak.
memberikan perhatian lebih dan mendidik <http://id.wikipedia.org/wiki/Siwak].
anak dalam memelihara kesehatan gigi dan Wikipedia,. 2007. Sikat Gigi.
mulut serta meningkatkan penyuluhan tentang <http://id.wikipedia.org/wiki/Sikat_gigi
kesehatan gigi dan mulut melalui program Wikipedia,. 2009. Siwak.
UKGS. <http://id.wikipedia.org/wiki/Siwak].
3. Untuk tetap menjaga kebersihan gigi dan Wikipedia,. 2007. Sikat Gigi.
mulut dengan cara menyikat gigi minimal 2x <http://id.wikipedia.org/wiki/Sikat_gigi
sehari, pagi setelah makan dan malam
sebelum tidur serta perhatikan juga teknik,
frekuensi dan waktu menyikat gigi.

39
SKRINING FITOKIMIA DAN UJI KEMAMPUAN SEBAGAI
ANTIOKSIDAN DARI DAUN JAMBU BIJI (Psidium guajava. L)

Tri Bintarti
Jurusan Farmasi Politeknik Kesehatan Medan

Abstrak

Radikal bebas merupakan molekul yang mempunyai elektron bebas, sangat mengganggu kesehatan. Salah
satu upaya penanggulangannya dengan antioksidan. Berbagai antioksidan sintetis telah digunakan misalnya
butilhidroksi toluen dan butilhidroksi anisol, namun menimbulkan efek samping yang merugikan kesehatan.
Secara alamiah di dalam tubuh terdapat antioksidan yaitu superoksida dismutase, glutatin dan katalase,
tetapi tergantung pada asupan makanan terutama mengandung fenolik dan flavonoid. Secara trdisional daun
jambu biji digunakan untuk mengobati diare, disentri, menurunkan kolesterol, haid tidak teratur, luka, dan
sariawan. Dilihat dari berbagai khasiat ini kemungkinan daun jambu biji mengandung senyawa kimia yang
berpotensial sebagai antioksidan, terutama senyawa fenolik, maka penulis menguji kemampuan daun jambu
biji sebagai antioksidan. Daun jambu biji disiapkan menjadi ekstrak etanol, difraksinasi dengan n-heksan, etil
asetat dan air, dilakukan skrining fitokimia terhadap ekstrak etanol dan masing-masing fraksi. Pengujian
antioksidan dilakukan dengan metode Radical Scavenger menggunakan 1,1-diphenyl-2-picrylhydrazyl. Hasil
pengujian menunjukkan ekstrak etanol mengandung alkaloid, tannin, flavonoi, steroid, saponin, dan
glikosida. fraksi n-heksan mengandung alkaloid dan glikosida. fraksi etil asetat mengandung tanin. fraksi air
mengandung tannin dan glikosida. Sebagai antioksidan ekstrak etanol dan fraksi air berkategori kuat dengan
IC50 etanol =42,06µg/ml, fraksi air = 49,41µg/ml, fraksi n-heksan dan etil asetat berkategori sedang dengan
IC50 fraksi n-heksan = 58,15µg/ml, fraksi etil asetat =51,60µg/ml.

Kata kunci: Daun jambu biji, antioksidan, Radical Scavenger, 1,1-diphenyl-2-picrylhydrazyl

1. PENDAHULUAN reaktif lalu membentuk suatu senyawa tidak reaktif dan


relatif stabil (Sofia, 2005).
Di berbagai media massa, telah banyak diungkapkan Senyawa antioksidan sintesis yang cukup dikenal
bahaya-bahaya yang timbul akibat asupan makanan dan adalah butilhidroksitoluen (BHT) dan butilhidroksianisol
lingkungan yang tidak sehat karena adanya pembentukan (BHA). Kedua senyawa antioksidan ini banyak
radikal bebas. Hal ini terutama dialami oleh masyarakat di dimanfaatkan dalam industri makanan dan minuman.
perkotaan yang mempunyai banyak kesibukan cenderung Namun, beberapa hasil penelitian telah membuktikan
memilih makanan instant yang mudah persiapannya bahwa ke dua antioksidan tersebut mempunyai efek
banyak mengandung bahan tambahan makanan yang samping yang tidak diinginkan, yaitu berpotensi sebagai
mengandung radikal bebas, dan polusi udara yang juga karsinogenik terhadap reproduksi dan metabolisme.
mengandung radikal bebas (Safitri, 2002). Berdasarkan uji toksisitas akut dan kronik pada hewan
Radikal bebas merupakan suatu molekul, atom, atau percobaan, pemakaian zat antioksidan ini maksimal dalam
grup beberapa atom yang memiliki elektron yang tidak campuran makanan adalah 200 ppm (Hernani, 2004).
berpasangan akan menarik elektron dari senyawa lain di Secara alamiah di dalam tubuh kita terdapat senyawa
sekitarnya, misalnya dari protein, lipid, karbohidrat, dan bersifat antioksidan yang berperan aktif dalam
DNA (deoxyribo nucleat acid), yaitu senyawa yang menanggulangi masalah radikal bebas yaitu adanya enzim
terdapat dalam inti sel, sehingga sel-sel ini akan mengalami superoksida dismutase atau SOD, glutatin dan katalase
kerusakan yang akhirnya akan menyebabkan berbagai dapat melindungi sel-sel dari serangan radikal bebas.
macam penyakit, di antaranya penyakit kanker, katarak, Namun hal ini tergantung pada pola hidup dan pola makan
diabetes mellitus, ginjal, asma, gangguan paru, hati dan atau asupan makanan yang banyak mengandung vitamin
radang usus (Kumalaningsih, 2006). C, vitamin E, senyawa betakaroten, fenolik dan flavonoid.
Salah satu upaya penaggulangan bahaya radikal Tumbuh-tumbuhan merupakan sumber utama antioksidan
bebas adalah dengan cara pemberian antioksidan. karena di dalam daun, bunga, buah, biji-bijian banyak
Antioksidan merupakan suatu atom, molekul, atau mengandung senyawa kimia yang mempunyai aktifitas
senyawa kimia yang dapat memberikan elektron kepada sebaga antioksidan yaitu tokoferol, asam askorbat,
molekul radikal bebas sehingga memutuskan reaksi karotenid, senyawa polifenol dan flavonoid. (Anonim,
berantai dari radikal bebas, sehingga menghambat laju 2001), contohnya adalah daun jambu biji (Psidium guajava
reaksi oksidasi dengan cara bereaksi dengan radikal bebas L.) karena secara tradisional telah terbukti dapat mengobati

40
Jurnal Ilmiah PANNMED Vol. 9 No.1 Mei - Agustus 2014

berbagai penyakit yaitu diare akut dan kronis, disentri, hidroksi anisol (BHA), butyl hidroksi toluene (BHT),
perut kembung pada bayi dan anak, kadar kolesterol darah terbutil hidroksi quinon (TBHQ), propil galat (PG) dan
meninggi, haid tidak teratur, sering buang air kecil nordihidroguairatic acid (NDGA).
(anyang-anyangan), luka, dan sariawan. Dilihat dari
berbagai khasiat ini besar kemungkinan daun jambu biji 2.1.1 Penentuan aktifitas antioksidan
mengandung berbagai bahan kimia terutama yang Bermacam-macam metode telah digunakan
mempunyai gugus fenolik yang sangat berpotensial untuk memantau dan membandingkan aktifitas antioksidan
sebagai antioksidan (Dalimartha 2006). pada makanan. Pada beberapa tahun belakangan ini,
Sebuah metode yang cepat, sederhana dan mudah pengujian absorbansi oksigen radikal telah digunakan
untuk mengukur aktifitas antioksidan adalah dengan untuk mengevaluasi aktifitas antioksidan pada makanan,
metode peredaman radikal bebas (Radical Scavenger) serum dan cairan biologi lain. Metode analisa ini
menggunakan 1,1-diphenyl-2-picrylhydrazyl (DPPH) mengukur aktifitas dari antioksidan dalam melawan radikal
sebagai radikal bebas. Metode ini telah digunakan luas bebas seperti 1,1-diphenyl-2-picrylhydrazyl (DPPH)
untuk menguji kemampuan sebagai antioksidan dari suatu radikal, anion superoksida radikal (O2), hidroksiradikal
senyawa atau komponen dari berbagai sampel berbentuk (OH) atau peroksiradikal (ROO). (Darmawan, 2004).
padat atau cair (Darmawan, 2004). Sebuah metode yang cepat, sederhana dan mudah
Berdasarkan hal di atas maka peneliti tertarik untuk untuk mengukur kapasitas antioksidan dari makanan
melakukan skrining fitokimia dan pengujian aktivitas menggunakan radikal bebas 1,1-diphenyl-2-picrylhydrazyl
antioksidan dari ekstrak etanol dan fraksi n-heksan, etil (DPPH). DPPH berwarna ungu menyerap kuat pada
asetat, dan air dari daun jambu biji (Psidium guajava L.). panjang gelombang 515 nm. digunakan luas untuk menguji
Pengujian antioksidan dilakukan dengan metode kemampuan aktifitas antioksidan dari makanan, dapat
peredaman radikal bebas (Radical Scavenger) digunakan untuk sampel padat atau cair (Darmawan,
menggunakan 1,1-diphenyl-2-picrylhydrazyl (DPPH). 2004).

2. TINJAUAN PUSTAKA 2.2 Radikal Bebas


Radikal bebas merupakan atom atau molekul
2.1 Antioksidan yang sifatnya sangat tidak stabil. Ketidakstabilan ini
Jika di suatu tempat terjadi reaksi oksidasi dan disebabkan karena atom tersebut memiliki satu atau lebih
reaksi tersebut menghasilkan hasil samping berupa radikal elektron yang tidak berpasangan. Atom tersebut berusaha
bebas, selanjutnya radikal bebas yang terbentuk ini akan untuk memiliki pasangan elektron, sehingga sifatnya
menyerang molekul-molekul lain di sekitarnya. Hasil sangat reaktif. Atom ini cenderung mencari partikel dari
reaksi ini akan dapat menghasilkan radikal bebas lain yang molekul lain dan kemudian membuat senyawa baru yan
siap menyerang molekul yang lainnya lagi. Akhirnya akan tidak normal. Partikel atau elektron yang dijadikan
terbentuk reaksi berantai yang sangat membahayakan. pasangan baru itu bisa diambil dari DNA,
Tetapi bila terdapat antioksidan, radikal bebas akan segera membran/selaput sel, membran lisosom (bagian sel yang
bereaksi dengan antioksidan membentuk molekul yang mengandung enzim hidrolitik), mitokondria (tempat
stabil dan reaksinya terhenti. produksi energi sel), enzim-enzim, lemak, protein serta
Setiap sel mempunyai sistem defensif antioksidan komponen jaringan lain (Kosasih, 2005).
enzimatis berupa perangkat yang dapat menagkal radikal Pembentukan radikal bebas dan reaksi oksidasi
bebas secara alami seperti glutation perokside (GSH.Prx), pada biomolekul akan berlangsung sepanjang hidup. Inilah
ubikuinol, katalase, superokside dismutase (SOD), peyebab utama dari proses penuaan sel dan berbagai
hydroperokside dan lain sebagainya. Enzim SOD akan penyakit degenerative seperti strok, asma, gangguan paru,
menjinakkan senyawa oksigen reaktif seperti superokside hati, ginjal, diabetes militus, radang usus, penyumbatan
anion (O-2) akan merubah radikal menjadi H2O2, kronis pembuluh darah jantung (jantung koroner),
selanjutnya GSH.Prx mengubahnya menjadi air (H2O) dan nerogeneratif seperti parkinson dan dementia/pikun,
dikeluarkan dari tubuh. Namun dengan meningkatnya usia bahkan radikal bebas dapat juga menyebabkan AIDS.
terjadilah penurunan enzim ini dalam tubuh sehinga radikal Radikal bebas yang sangat berbahaya antara lain adalah
bebas tidak sepenuhnya dapat dimusnahkan, apalagi golongan hidroksil (OH), superoksida (O2), nitrogen
dengan banyaknya pemasukan radikal bebas dari luar monoksida peroksida (NO) dan peroksil (RO2).
tubuh, semakin sulit tubuh menghancurkan radikal bebas Sedangkan golongan yang bukan radikal tetapi dengan
ini. mudah dapat menjurus ke reaksi-reaksi radikal bebas
Selain jenis antioksidan enzimatis, juga dikenal antara lain adalah peroksinitrit (ONOO), asam hipoklorit
jenis antioksidan non enzimatis. Jenis ini dapat berupa (HOCl) dan hidrogenperoksida (H2O2) (Silalahi, 2006).
golongan vitamin seperti vitamin C, A, dan E, golongan Radikal bebas bisa berasal dari dalam tubuh kita
mineral seperti selenium dan seng serta golongan senyawa sendiri maupun lingkungan. Di dalam tubuh, setiap proses
senyawa fenolik, flavonoid dan karotenoid (betakaroten, sel normal yang melibatkan oksigen misalnya pernafasan
likopen, lutein) dan yang khusus dari hewan yaitu atau pencernaan akan menghasilkan radikal bebas, maka
astaxanthin. (Saurisari, 2006). radikal bebas dapat berasal dari endogen maupun eksogen
Antioksidan sintetik yaitu yang dibuat dari yang terjadi melalui sederetan mekanisme reaksi, yaitu
bahan-bahan kimia secara sintetis, antara lain: butyl pertama pembentukan awal radikal bebas (inisiasi), lalu

41
Tri Bintarti Skrining Fitokimia dan Uji...

perambatan atau terbentuknya radikal baru (propagasi) dan 3.3.3 Pengukuran absorbansi DPPH setelah
tahap terakhir (terminasi) adalah pemusnahan atau penambahan sampel
pengubahan menjadi senyawa stabil dan tak reaktif Disiapkan larutan uji (ekstrak etanol daun jambu
(Saurisari, 2006). biji dan hasil fraksinya dengan berbagai bahan penyari)
Radikal bebas ini dapat diatasi dengan cara masing-masing konsentrasi 4 µg/ml, 8 µg/ml, 12 µg/ml
mencegah masukknya radikal dan 16 µg/ml di labu tentukur 25 ml. ditambahkan 4 ml
bebas ke dalam tubuh misalnya menghindari paparan larutan DPPH (1.1-diphenyl-2-picrylhydrazyl) 40 µg/ml,
dengan sinar UVB berlebihan yaitu menggunakan tabir lalu volumenya dicukupkan dengan metanol hingga garis
surya, mengatur pola makan yang baik (tidak tanda. Kemudian diukur absorbansinya dengan
berlebihan), menghindari komsumsi bahan tambahan spektrofotometer visible pada panjang gelombang 516 nm
makanan seperti bahan pengawet, pewarna, pemanis mulai dari 5 menit setelah penambahan DPPH dengan
buatan, menghindari dari stres, rokok, minum interval waktu 5 menit sampai 30 menit. Kemampuan
beralkohol, polusi udara dan juga menjaga agar tidak bahan uji sebagai antioksidan dihitung berdasakan
melakukan olahraga berlebihan. Disamping itu dengan penurunan serapan larutan DPPH akibat adanya
menggunakan antioksidan (Kosasih, 2005). penambahan bahan uji. Nilai serapan larutan DPPH
sebelum dan sesudah penambahan bahan uji dihitung
3. METODE PENELITIAN sebagi persen inhibisi (% inhibisi) dengan rumus sebagai
Akontrol − Asampel
3.1 Bahan –bahan dan Alat-alat berikut : % inhibisi = × 100
3.1.1 Bahan –bahan Akontrol
Bahan kimia yang digunakan berkualitas Keterangan :
proanalisa (p.a) kecuali dinyatakan lain adalah produksi E- Akontrol = Absorbansi DPPH tidak mengandung sampel.
Merck yaitu : asam sulfat pekat, asam klorida pekat, etil Asampel = Absorbansi DPPH mengandung sampel.
asetat, besi (III) klorida, metanol, natrium hidroksida, Selanjutnya dilakukan perhitungan persamaan
serbuk magnesium, serbuk seng, netanol, n-heksana, etil garis regresi dengan konsentrasi sampel (µg/ml) sebagai
asetat, dan berkualitas pro analisa produksi Sigma: 1.1- absis (sumbu X) dan nilai inhibisi sebagai ordinatnya
diphenyl-2-pycrylhydrazyl (DPPH), air suling (sumbu Y). selanjutnya kemampuan bahan uji sebagai
(Laboratorium Kesehatan Daerah Medan). antioksidan dengan diperhitungkan dengan harga Inhibitor
Concentration 50% (IC50) menggunakan rumus :
3.1.2 Alat-alat 50 = ax + b
Alat-alat yang digunakan adalah alat-alat gelas Keterangan : a = Absortifitas
laboratorium, blender (National), freeze dryer (Modulyo, b = Tebal kuvet
Edward, serial No.398), neraca kasar (Ohaus), neraca x = Konsentrasi
listrik (Vibra), spektrofotometer visibel (Shimadzu).
4. HASIL PENELITIAN
3.2 Tahapan kerja :
Tahapan kerja yang dilakukan : pengumpulan, dan 4.1 Hasil Skrining Fitokimia
pengolahan sampel, pembuatan ekstrak dengan cara Hasil Skrining fitokimia ditunjukkan pada Tabel 1:
perkolasi diikuti dengan fraksinasi menggunakan n-heksan Tabel 1 : Hasil skrining fitokimia kimia
+ air dan etil asetat, identifikasi senyawa kimia golongan
alkaloid, flavanoid, glikosida, tannin, saponin, Alkaloi
Tanin
Flavonoi Steroida/
Saponin
Glikos i
steroid/triterpenoid dari ekstrak etanol, fraksi n-heksan, da da Triterpenoid da
fraksi rtil asetat, dan fraksi air, serta pengujian aktifitas 1 Daun segar (+) (+) (+) (+) (+) (+)
antioksidan dengan metode Radical Scavenger, 2 Simplisia kering (+) (+) (+) (+) (+) (+)
3 Ekstrak Etanol (+) (+) (+) (+) (+) (+)
3.3 Pengujian Aktifitas Antioksidan 4 Fraksin-Heksan (+) (-) (-) (+) (-) (+)
3.3.1 Penetapan panjang gelombang 5 Fraksi Etil Asetat (+) (+) (-) (+) (-) (-)
Disiapkan larutan konsentrasi 40 µg/ml, lalu 6 Fraksi Air (-) (+) (-) (-) (-) (+)
diukur absorbansinya pada panjang gelombang 400-800
nm, sehingga diperoleh absorbansi maksimum sebagai 4.2 Hasil Uji Aktifitas Antioksidan
panjang gelombang. Hasil pengukuran absorbansi rata-rata dari ekstrak
etanol dan fraksinasi dengan berbagai penyari daun jambu
3.3.2 Pengukuran absorbansi DPPH tanpa sampel biji ditunjukkan pada Tabel 2 dan Gambar 1:
(blanko)
Larutan DPPH konsentrasi 40 µg/ml, diukur
absorbansinya dengan spektrofotometer visible pada
panjang gelombang 516 nm dengan selang waktu 5 menit
sampai 30 menit sehingga diperoleh berbagai harga
absorbansi.

42
Jurnal Ilmiah PANNMED Vol. 9 No.1 Mei - Agustus 2014

Tabel 2. Absorbansi dari ekstrak etanol dan berbagai fraksi Tabel 2 dan Gambar1 menunjukkan terjadinya
daun jambu biji penurunan absorbansi dari DPPH yang telah ditambah
Ekstrak/ Konsentrasi Absorbansi blanko dan bahan uji dengan berbagai konsentrasi
bahan uji, semakin besar konsentrasi bahan uji yang
No ditambahkan dan semakin lama waktu waktu pengukuran,
fraksi (µg/ml) 5 menit 10 menit 15 menit 20 menit 25 menit 30 menit
Blanko 0.7294 0.7325 0.7339 0.7357 0.7377 0.74 penurunan absorbansi-nya semakin besar, sedangkan pada
1 Ekstrak 4 0.6326 0.6316 0.6306 0.6295 0.6285 0.6274 DPPH sendiri tanpa penambahan bahan uji sampai 30
etanol 8 0.618 0.6167 0.6157 0.6147 0.6139 0.6129 menit pengukuran absorbansi-nya semakin bertambah,
12 0.6095 0.6088 0.6081 0.6073 0.6065 0.6055 terlihat perbedaan laju penurunan absorbansi pada setiap
16 0.7294 0.7325 0.7339 0.7357 0.7377 0.74 bahan uji. Ini dapat dihubungkan dengan hasil pengujian
Fraksi 4 0.6626 0.6616 0.6606 0.6595 0.6585 0.6574 skrining fitokimia terdapat perbedaan golongan senyawa
n-heksan 8 0.648 0.6467 0.6457 0.6447 0.6439 0.6429 yang terkandung di dalam masing-masing ekstrak dan
2
12 0.6395 0.6388 0.6381 0.6373 0.6365 0.6355 fraksi, walaupun secara pasti jenis senyawa kimia apa saja
16 0.6285 0.6278 0.6271 0.6264 0.6255 0.6247 yang mempunyai aktifitas sebagai antioksidan yang
3 Fraksi 4 0.6576 0.6566 0.6556 0.6545 0.6535 0.6524 terkaandung di dalam daun jambu biji ini belum diketahui
etil asetat 8 0.643 0.6417 0.6407 0.6397 0.6389 0.6379 secara pasti. Selanjutnya untuk mengetahui berapa besar
12 0.6345 0.6338 0.6331 0.6323 0.6315 0.6305 kemampuan aktifitas dari setiap bahan uji sebagai
16 0.6235 0.6228 0.6221 0.6214 0.6205 0.6197 antioksidan dapat dilakukan dengan perhitungan harga IC-
4 Fraksi air 4 0.6526 0.6516 0.6506 0.6495 0.6485 0.6474 50 Hasilnya dapat dilihat pada Tabel 3 dan Gambar 2.
8 0.638 0.6367 0.6357 0.6347 0.6339 0.6329
12 0.6295 0.6288 0.6281 0.6273 0.6265 0.6255 Tabel 3. Persen inhibisi dan hasil perhitungan harga IC50
16 0.6185 0.6178 0.6171 0.6164 0.6155 0.6147 Konsen
Ekstrak/ Persen inhibisi dari bahan uji dengan berbagai konsentrasi
trasi IC 50
fraksi
5. PEMBAHASAN (µg/ml) 5 menit 10 menit 15 menit 20 menit 25 menit 30 menit
4 13.27 13.77 14.08 14.44 14.81 15.21 42,06
Ekstrak 8 15.27 15.81 16.11 16.79 16.79 17.17
Hasil skrining fitokimia menunjukkan bahwa
etanol 12 16.44 16.89 17.15 17.46 17.8 18.18
ekstrak etanol, mengandung alkaloid, tannin, flavonoida,
16 17.95 18.38 18.64 18.94 19.28 19.63
steroida, saponin, dan glikosida, berarti sangat berpotensial
Fraksi 4 8.06 8.58 8.9 9.27 9.66 10.08 58,15
sebagai antioksidan Fraksi n-heksan tidak positif adanya
n-heksan 8 10.06 10.62 10.93 11.64 11.64 12.04
tanin dan flvonoid, namun masih ada kemungkinan 12 11.23 11.7 11.97 12.29 12.64 13.04
mempunyai aktifitas sebagai antioksidan karena 16 12.74 13.2 13.47 13.77 14.13 14.5
kemungkinan pada golongan alkaloid dan glikosida Fraksi 4 9.84 10.36 10.67 11.04 11.42 11.83 51,60
mempunyai gugus fenol walaupun tidak sebesar senyawa etil asetat 8 11.84 12.4 12.7 13.4 13.4 13.79
polifenol seperti tannin dan flavonoid. Fraksi etil asetat, 12 13.01 13.47 13.74 14.06 14.41 14.8
dan fraksi air mengandung senyawa tanin, yang 16 14.52 14.97 15.24 15.54 15.89 16.25
berpotensial sebagai antioksidan, selain itu pada fraksi air 4 10.53 11.04 11.35 11.72 12.1 12.51
terlihat adanya glikosida, juga kemungkinan mempunyai 8 12.53 13.08 13.38 14.08 14.08 14.47
Fraksi air
aktifitas antioksidan 12 13.7 14.15 14.42 14.74 15.08 15.48
16 15.2 15.65 15.92 16.22 16.57 16.93 49,41

Gambar1. Grafik Absorbansi ekstrak etanol, n-heksana,


etil asetat, dan air daun jambu biji. Gambar 2. Histogram harga IC 50 dari ekstrak etanol dan
berbagai fraksi daun jambu biji

43
Tri Bintarti Skrining Fitokimia dan Uji...

Secara spesifik, suatu senyawa dikatakan http://www.interscience.wiley.co.uk/health/chart-


sebagai antioksidan sangat kuat jika nilai IC50 kurang shtml
dari 50 µg/ml, kuat jika IC50 bernilai 50-100 µg/ml, Day, R.A. dan Underwood, A.L. (1986). Analisis Kimia
sedang jika IC50 bernilai 100-150 µg/ml dan lemah Kuantitatif, Edisi Ke-6. Terjemahan Iis Sopyan.
jika IC50 151-200 µg/ml (Anonim, 2005) Tabel 4.5 Jakarta. Erlangga. Hal 382.
dan Gambar 11 menunjukkan bahwa pada pengukuran
sampai dengan waktu 30 menit kemampuan Departemen Kesehatan RI. (1989). Materia Medika
antioksidan ekstrak etanol berkategori kuat memiliki Indonesia, Jilid V. Jakarta: Depkes RI. Hal 513, 526,
nilai IC50 = 42,06µg/ml, fraksi n-heksan berkategori 536, 540, 549.
sedang memiliki IC50 = 58,15µg/ml, fraksi etil asetat Departemen Kesehatan RI. (1995). Materia Medika
berkategori sedang memiliki 51,60µg/ml, dan fraksi air Indonesia, Jilid IV. Jakarta: Depkes RI. Hal 308, 310,
berkategori kuat memiliki IC50 = 49,41µg/ml. Ini 313.
menunjukkan bahwa daun jambu biji mempunyai Departemen Kesehatan RI. (2000). Parameter Standar
kemampuan yang baik sebagai antioksidan, dan yang Umum Ekstrak Tumbuhan Obat, Cetakan I. Jakarta:
paling kuat adalah ekstrak etanol. Depkes RI. Hal 1, 10-13.
Geissman, T.A. (1962). The Chemistry of Flavonoids
6. KESIMPULAN Compounds, New York: The Macmillan Company. P.
366.
Berdasarkan hasil penelitian pengujian skrining Harborne, J.B. (1987). Metode Fitokimia, Terjemahan
fitokimia terhadap ekstrak etanol, fraksi n-heksan, fraksi Padamawinata dan Soediro. Bandung. Hal 13, 147.
etil asetat, dai fraksi air dari daun jambu biji (Psidium Hernani, Monoraharjo. (2002). Tanaman Berkhasiat
guajava L.) dan uji kemampuannya sebagai antioksidan Antioksidan, Cetakan I. Penerbit Penebar Swadaya.
dapat disimpulkan sebagai berikut : Hal. 9-11. http://www.pikiran-
1. Hasil skrining fitokimia menunjukkan ekstrak etanol rakyat.com/cetak/0604/17/cakrawala/penelitian.htm
mengandung alkaloid, tannin, flavonoid, steroid, Safitri, R. (2002). Sayuran dan Buah-buahan Pencegah
saponin, dan glikosida. Fraksi n-heksan mengandung Penyakit Jantung. Pikiran Rakyat Cyber Media.
golongan alkaloida dan glikosida. Fraksi etil asetat Sauriasari. Mengenal dan Menangkal Radikal Bebas,
mengandung senyawa tanin. Fraksi air mengandung Online 2006. http://www.beritaiptek.com/zberita-
tannin dan glikosida. beritaiptek-2006-01-22-Mengenal-dan-Menangkal-
3. Ekstrak etanol dan fraksi air daun jambu biji Radikal-Bebas.shtml
mempunyai aktifitas antioksidan berkategori kuat, Silalahi, J. (2006). Makanan Fungsional, Kanisius. Hal 41-
pada fraksi n-heksan dan etil asetat mempunyai 49, 54-55
antioksidan berkategori sedang. Sofia, D. Antioksidan dan Radikal Bebas, Online 2002.
http://www.chemis-try.org/?sect=artikel&ext=81
7. DAFTAR PUSTAKA

Anonim. Antioxidan Activity of Five Vegetable


Traditioinally Consumed by South-Asian Migrants in
Bradford, Yorkshire. UK. Online 2001.

44
PERANAN PENYULUHAN KESEHATAN GIGI DAN MULUT
TERHADAP PENINGKATAN KEBERSIHAN GIGI DAN MULUT
SISWA-SISWI KELAS VII-1 SMP N 31 MEDAN
KECAMATAN MEDAN TUNTUNGAN TAHUN 2014

Nelly Katharina Manurung


Jurusan Keperawatan Gigi

Abstrak

Anak usia sekolah merupakan kelompok yang rentan terhadap penyakit gigi dan mulut, seperti masalah gigi
berlubang, bau mulut, karang gigi dan pola makan yang dapat mempengaruhi kesehatan gigi dan mulut.
Oleh karena itu anak sekolah perlu mendapat perhatian khusus dalam hal peningkatan derajat kesehatan gigi
dan mulut yang optimal. Upaya yang dapat dilakukan untuk meningkatkan derajat kesehatan gigi salah
satunya adalah dengan memberikan pendidikan kesehatan gigi melalui penyuluhan. Penelitian ini bersifat
diskriptif dengan menggunakan pretest-posttest design dengan memberikan perlakuan berupa penyuluhan
kesehatan gigi dan mulut dengan metode ceramah dan demonstrasi yang bertujuan untuk mengetahui
peranan penyuluhan kesehatan gigi terhadap peningkatan kebersihan gigi dan mulut siswa. Penelitian ini
merupakan penelitian populasi yang dilakukan pada siswa-siswi kelas VII-1 SMP N 31 Medan Kecamatan
Medan Tuntungan dengan jumlah responden 40 orang. Penelitian dilakukan dengan cara pemeriksaan
langsung dan diperoleh hasil bahwa penyuluhan sangat berperan penting dalam meningkatkan kebersihan
gigi dan mulut. Hal ini dapat dilihat dari adanya perbedaan yang nyata pada rata-rata OHI-S siswa sebelum
dan sesudah penyuluhan. Oral Hygiene Index Simplified (OHI-S) siswa-siswi sebelum penyuluhan 3.37
dengan kriteria buruk dan setelah penyuluhan menjadi 2.05 dengan kriteria sedang. Persentase OHI-S
sebelum penyuluhan dengan kriteria buruk yaitu 60% sesudah penyuluhan menjadi 7,5%, dengan kriteria
sedang yaitu 30% menjadi 75% dan tidak dijumpai (0%) siswa dengan angka OHI-S dalam kriteria baik
sebelum penyuluhan, namun setelah penyuluhan meningkat menjadi 17,5%. Dari hasil penelitian tersebut
menunjukkan bahwa penyuluhan kesehatan gigi dan mulut sangat berperan penting dalam meningkatkan
kebersihan gigi dan mulut.

Kata kunci : Penyuluhan, Kebersihan Gigi dan Mulut

PENDAHULUAN akan berpengaruh pada derajat kesehatan mereka. Maka


untuk menurunkan jumlah tersebut selain tindakan
Masalah gigi dan mulut yang banyak diderita pengobatan bagi anak usia sekolah perlu juga dilakukan
masyarakat pada umumnya meliputi gigi berlubang tindakan promotif (penyuluhan) bagi sekolah dasar untuk
(karies), radang gusi, karang gigi (Calculus) yang menumbuhkan kesadaran dalam membersihkan gigi dan
seharusnya dapat dicegah sejak dini. Menurut Survei mulut, karena masa ini merupakan masa tumbuh dan
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) tahun 2003, dalam berkembang (Astoeti, 2007).
satu bulan terdapat 62% masyarakat pernah sakit gigi dan Berdasarkan uraian di atas, maka penulis tertarik
hasil Survei Habit and Attitude tahun 2004 di Indonesia melakukan penelitian tentang bagaimana ” Peranan
dinyatakan bahwa tingginya angka penyakit gigi dan mulut Penyuluhan Kesehatan Gigi dan Mulut Terhadap
disebabkan kurangnya perhatian masyarakat dalam upaya Peningkatan Kebersihan Gigi dan Mulut pada Siswa-siswi
membersihkan gigi dan mulut. Kelas VII-1 SMP N 31 Medan Kecamatan Medan
Penyuluhan kesehatan gigi dan mulut adalah Tuntungan Tahun 2014.”
upaya-upaya yang dilakukan untuk merubah perilaku
seseorang, sekelompok orang atau masyarakat sehingga Tujuan Penelitian
mempunyai kemampuan dan kebiasaan untuk berperilaku Untuk mengetahui bagaimana “Peranan
hidup sehat di bidang kesehatan gigi dan mulut (Depkes, Penyuluhan Kesehatan Gigi dan Mulut Terhadap
1995). Peningkatan Kebersihan Gigi dan Mulut pada Siswa-
Karies atau gigi berlubang serta masalah gusi siswi Kelas VII-1 SMP N 31 Medan Kecamatan Medan
adalah penyakit gigi dan mulut yang paling banyak ditemui Tuntungan Tahun 2014.”
pada anak. Sebanyak 89% anak di Indonesia dibawah usia
12 tahun menderita penyakit gigi dan mulut. Kondisi ini

45
Jurnal Ilmiah PANNMED Vol. 9 No.1 Mei - Agustus 2014

Manfaat Penelitian menjadi sampel untuk mendapatkan data akhir


1. Menambah pengetahuan, pengalaman dan wawasan mengenai kebersihan gigi dan mulut. Sehingga dari
bagi penulis tentang bagaimana motivasi anak data awal dan data akhir yang diperoleh, terlihat
dalam meningkatkan kebersihan gigi dan mulut. adanya perubahan tingkat kebersihan gigi dan mulut
2. Memberikan masukan bagi penyelenggara siswa siswi.
pelayanan kesehatan dalam meningkatkan Pengumpulan data dilakukan oleh tim yang terdiri dari
pelayanan kesehatan gigi dan mulut. 3 orang.
3. Sebagai masukan bagi peneliti lain dalam Pengumpulan data dilakukan dengan cara sebagai
melakukan penelitian selanjutnya. berikut :
1. Orang pertama memanggil nama-nama yang
METODE PENELITIAN menjadi sampel dan mendudukkannya di kursi yang
telah disediakan.
Jenis dan Desain Penelitian 2. Orang kedua melakukan pemeriksaan gigi pada
Penelitian ini adalah penelitian deskriptif sampel dengan tujuan untuk mengetahui tingkat
dengan menggunakan pretest-posttest design. Pada kebersihan gigi dan mulutnya (OHI-S) dengan
siswa-siswi kelas VII-1 SMP N 31 sebelum dilakukan menggunakan alat oral diagnostic dan peralatan
penyuluhan terlebih dahulu dilakukan pemeriksaan lain yang dibutuhkan.
terhadap kebersihan gigi dan mulut siswa. Selanjutnya 3. Untuk mengetahui tingkat kebersihan gigi dan
setelah dilakukan penyuluhan, peneliti melakukan mulut maka cara yang digunakan adalah cara Green
pemeriksaan ulang terhadap kebersihan gigi dan mulut dan Vermilion yaitu hasil dari penjumlahan debris
untuk mengetahui akibat dari perlakuan (penyuluhan). Index dan Calculus Index. Cara pemeriksaannya
Hasilnya dilihat dengan cara membandingkan angka adalah sebagai berikut :
kebersihan gigi dan mulut anak sebelum dan sesudah Untuk rahang atas yang diperiksa adalah :
penyuluhan dilakukan. • Gigi M1 kanan atas pada permukaan bukal
• Gigi I1 kanan atas pada permukaan labial
Lokasi dan Waktu Penelitian • Gigi M1 kiri atas pada permukaan bukal
Lokasi penelitian ini adalah SMP Negeri 31 Untuk rahang bawah yang diperiksa adalah :
Kecamatan Medan Tuntungan. Penelitian ini dilakukan • Gigi M1 bawah pada permukaan lingual
selama 5 bulan dari bulan Maret sampai Juli 2014 • Gigi I1 kiri bawah pada permukaan labial
terhadap siswa-siswi kelas VII-1 SMP N 31 Medan • Gigi M1 kanan bawah pada permukaan lingual
Kecamatan Medan Tuntungan. Sekolah ini dipilih 4. Kemudian hasil pemeriksaan dicatat oleh orang
karena pada sekolah tersebut belum pernah dilakukan ketiga pada formulir pemeriksaan yang telah
penyuluhan kesehatan gigi dan mulut khususnya cara disiapkan.
menyikat gigi yang baik dan benar. 5. Setelah itu, formulir pemeriksaan dikumpulkan dan
dihitung serta diperiksa kelengkapannya agar
Populasi dan Sampel Penelitian terhindar dari kekurangan data dan mempermudah
Mengacu kepada pendapat Arikunto (2002). Jika dalam pengolahan data. Jika data tersebut belum
sampel kurang dari 100, lebih baik diambil semua sehingga lengkap, maka harus dilengkapi terlebih dahulu.
penelitiannya merupakan penelitian populasi. Maka sampel 6. Menghitung debris Index dan Calculus Index.
yang digunakan dalam penelitian ini adalah populasi total Kemudian debris Index dan Calculus Index
dari siswa-siswi Kelas VII-1 SMP N 31 Medan Kecamatan dijumlahkan sehingga hasil penjumlahan tersebut
Medan Tuntungan 2014 yang berjumlah 40 orang. merupakan angka untuk menentukan tingkat
kebersihan gigi dan mulut (OHI-S).
Jenis dan Cara Pengumpulan Data 7. Menghitung jumlah sampel yang memiliki OHI-S
Dalam penelitian ini data yang digunakan baik, sedang dan buruk.
adalah data primer dan data sekunder. Data primer 8. Selanjutnya dilakukan penghitungan persentase
dalam penelitian ini berupa data tingkat kebersihan gigi kebersihan gigi dan mulut siswa yang menjadi
dan mulut siswa siswi yang diperoleh melalui sampel menurut kriteria baik, sedang dan buruk.
pemeriksaan langsung ke rongga mulut siswa siswi. Kemudian data-data tersebut dimasukkan kedalam
Data sekunder diperoleh dari pihak sekolah yang tabel distribusi frekuensi.
berupa data tentang nama, alamat dan jumlah siswa
siswi. Pengolahan dan Analisis Data
Hal pertama yang dilakukan oleh peneliti Data yang telah terkumpul diolah secara
adalah melakukan pemeriksaan langsung terhadap manual dengan langkah-langkah sebagai berikut:
sampel untuk mendapatkan data awal mengenai
• Data yang diperoleh dimasukkan ke dalam tabel
kebersihan gigi dan mulut dari sampel yang akan
distribusi frekuensi untuk mengetahui
diteliti, kemudian melakukan penyuluhan dengan
perbandingan tingkat kebersihan gigi dan mulut
metode ceramah dan demonstrasi. Setelah penyuluhan
siswa sebelum dilakukan penyuluhan dan sesudah
dilakukan satu minggu kemudian peneliti melakukan
penyuluhan.
kembali pemeriksaan langsung ke mulut pasien yang

46
Nelly Katharina Manurung Peranan Penyuluhan Kesehatan...

• Data yang telah terkumpul dianalisa dengan Tabel A.2


langkah menghitung rata-rata OHI-S sebelum dan Distribusi Frekuensi Calculus Index (CI) Rata-rata
sesudah penyuluhan dengan menggunakan rumus Sebelum dan Sesudah Penyuluhan pada Siswa-siswa
sebagai berikut : Kelas VII-1 SMP N 31 Medan Kecamatan Medan
1. Untuk debris Index rata-rata: Tuntungan Tahun 2014
Sebelum penyuluhan Sesudah Penyuluhan
Debris Index Rata-Rata Kriteria
Jumlah Debris Index Total
= n umlah CIRata-rata %
N
Jumlah Rata-rata %
Jumlah Anak yang Diperiksa DI CI DI
Baik 3 1,50 0,50 7,5 8 1,50 0,18 20
2. Untuk Calculus Index rata-rata: Sedang 30 35,4 1,18 75 27 31,92 1,18 67,5
Calculus Index Rata-Rata Buruk 7 14,33 2,04 17,5 5 10 2,00 12,5
Jumlah Calculus Index Total Total 40 51,2 1,28 100 40 43,42 1,08 100
=
Jumlah Anak yang Diperiksa
Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa jumlah
3. Untuk OHI-S rata-rata: siswa dengan Calculus Index (CI) kriteria buruk sebelum
OHI-S Rata-Rata penyuluhan berjumlah 7 siswa (17,5%), setelah
Jumlah OHI −S Total penyuluhan berkurang menjadi menjadi 5 siswa (12,5%).
=
Jumlah Anak yang Diperiksa Siswa dengan Calculus Index kriteria sedang sebelum
penyuluhan berjumlah 30 orang (75%) dan sesudah
Sehingga untuk mengetahui hasil akhir atau peningkatan penyuluhan menjadi 27 siswa (67,5%). Sebelum
kebersihan gigi dan mulut (P) yaitu: penyuluhan terdapat 3 siswa (7,5%) yang memiliki
Calculus Index dengan kriteria baik, namum setelah
P = OHI-S rata-rata awal – OHI-S rata-rata akhir penyuluhan meningkat mejadi 8 orang (20%). Calculus
Index rata-rata sebelum penyuluhan adalah 1,28 dan
sesudah penyuluhan menurun menjadi 1,08.
P = Peningkatan kebersihan gigi dan mulut.
Tabel A.3
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Distribusi Frekuensi OHI-S Rata-rata Sebelum dan
Sesudah Penyuluhan pada Siswa-siswi Kelas VII-1
Hasil Penelitian SMP N 31 Medan Kecamatan Medan Tuntungan
Penelitian yang dilakukan pada 40 orang siswa- Tahun 2014
siswa kelas VII-1 SMP N 31 Medan Kecamatan Medan
Tuntungan Tahun 2014 menunjukkan hasil sebagai Sebelum Penyuluhan Sesudah Penyuluhan
berikut: Kriteria
Jumlah Rata-rata Jumlah Raa-rata
N % N %
OHI-S OHI-S OHI-S OHIS
Tabel A.1 Baik 0 0 0 0 7 5,8 0,82 17,5
Distribusi Frekuensi Debris Index (DI) Rata-rata Sedang 16 41,38 2,58 40 30 66,08 2,20 75
Sebelum dan Sesudah Penyuluhan pada Siswa-siswi Buruk 24 93,53 3,89 60 3 10,29 3,43 7,5
Kelas VII-1 SMP N 31 Medan Kecamatan Medan Total 40 134,91 3,37 100 40 82,17 2,05 100
Tuntungan Tahun 2014
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa OHI-S
Sebelum Penyuluhan Sesudah penyuluhan siswa sebelum penyuluhan pada 24 siswa (60%) dengan
Kriteria kriteria buruk sesudah penyuluhan menjadi 3 siswa (7,5%),
n Jumlah Rata-rata DI % N Jumlah DIRata-rata % 16 siswa (40%) dengan kriteria sedang sesudah
DI DI
Baik 0 0 0 0 8 2,48 0,31 20
penyuluhan menjadi 30 (75%). Sebelum penyuluhan
Sedang 14 23,95 1,71 35 31 33,8 1,09 77,5 dilakukan tidak ada siswa yang tingkat kebersihan
Buruk 26 58,73 2,25 65 1 2,50 2,50 2,5 mulutnya dalam kriteria baik, namun sesudah penyuluhan
Total 40 82,48 2,06 100 40 38,78 0,96 100 meningkat menjadi 7 siswa (17,5%). Rata-rata OHI-S
sebelum penyuluhan yaitu 3.37 dengan kriteria buruk dan
Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa jumlah sesudah penyuluhan menjadi 2.05 dengan kriteria sedang
siswa dengan Debris Index (DI) kriteria buruk sebelum dan terjadi penurunan angka OHI-S sebesar 1,32.
penyuluhan berjumlah 26 siswa (65%), setelah penyuluhan
berkurang menjadi menjadi 1 siswa (2,5%). Siswa dengan Pembahasan
Debris Index kriteria sedang sebelum penyuluhan Dari hasil pemeriksaan langsung yang dilakukan
berjumlah 14 orang (35%) dan sesudah penyuluhan terhadap kebersihan gigi dan mulut siswa-siswi sebelum
menjadi 31 siswa (77,5%). Sebelum penyuluhan tidak ada dan sesudah penyuluhan terlihat adanya peningkatan.
siswa yang memiliki Debris Index dengan kriteria baik, Debris Index rata-rata sebelum penyuluhan yaitu
namum setelah penyuluhan meningkat mejadi 8 orang sebesar 2,06 dengan kriteria buruk, sesudah penyuluhan
(20%). Debris Index rata-rata sebelum penyuluhan adalah menjadi 0,96 dengan kriteria sedang. Menurut Ali
2,06 dan sesudah penyuluhan menurun menjadi 0,96. Thanthawi (2010) kesehatan mulut berkaitan dengan
kebersihan gigi, banyaknya kuman dan bakteri penyakit
yang berada di dalam sisa makanan dan menempel di sela-

47
Jurnal Ilmiah PANNMED Vol. 9 No.1 Mei - Agustus 2014

sela gigi. Sisa makanan akan membusuk dan berubah dengan tingkat kebersihan mulut yang baik
menjadi sarang kuman sehingga bila mengabaikan meningkat menjadi 7 orang (17,5%).
kebersihan gigi dan mulut pada akhirnya akan membuat 2. Rata-rata OHI-S menjadi lebih baik dilihat dari
gigi mudah berlubang dan keropos. angka OHI-S rata-rata sebelum penyuluhan 3.37
Calculus Index rata-rata sebelum penyuluhan dan sesudah penyuluhan menjadi 2.05.
yaitu sebesar 1,28 dengan kriteria sedang dan sesudah
penyuluhan menjadi 1,08. Ini disebabkan karena sisa Saran
makanan dan bakteri mudah menempel dan berkembang Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan
biak pada permukaan yang kasar karena adanya calculus, diharapkan kepada:
sehingga apabila calculus tidak dibersihkan akan 1. Pihak SMP N 31 Medan Kecamatan Medan
menimbulkan penyakit gigi dan mulut. Menurut Nio Tuntungan bekerja sama dengan puskesmas
(1989), karang gigi juga tempat yang baik untuk setempat untuk dapat memberikan penyuluhan
pertumbuhan plak. Karang gigi yang tidak dibersihkan kesehatan gigi dan mulut secara berkala sehingga
akan mengakibatkan gingivitis, bau mulut, karies gigi dan siswa mampu memelihara kebersihan gigi dan
gigi goyang. Wahit,dkk, 2006, menyatakan pendidikan mulut secara optimal.
kesehatan adalah proses perubahan perilaku yang dinamis 2. Siswa-siswi SMP N 31 Medan Kecamatan Medan
dan perubahan tersebut bukan sekedar proses transfer Tuntungan untuk meningkatkan kesehatan gigi dan
materi/teori dari seseorang ke orang lain dan bukan pula mulut yaitu dengan cara menyikat gigi minimal 2
seperangkat prosedur, akan tetapi perubahan tersebut kali sehari yaitu pagi sesudah makan dan malam
terjadi karena adanya kesadaran dari dalam diri individu, sebelum tidur dan melakukan pemeriksaan
kelompok atau masyarakat. kesehatan gigi secara berkala minimal 6 bulan
OHI-S rata-rata sebelum penyuluhan sebesar 3,37 sekali.
dengan kriteria buruk, sesudah penyuluhan menjadi 2,05
dengan kriteria sedang. Hal ini disebabkan karena DAFTAR PUSTAKA
penyuluhan yang diberikan hanya pada saat penelitian
berlangsung. Apabila penyuluhan diberikan secara Arikunto, S., 2002. Prosedur Penelitian. Rineka Cipta,
berkesinambungan dan pihak sekolah juga mendukung Jakarta.
tindakan pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut siswa, Astoeti, 2006. Pendidikan Kesehatan Gigi di Sekolah.
diharapkan rata-rata OHI-S dengan kriteria baik akan lebih EGC. Jakarta.
meningkat. Kurangnya perhatian siswa untuk menjaga Boediharto, 1998. Pendidikan Kesehatan Gigi. FKG, UI.
kesehatan gigi dan mulutnya dapat menyebabkan tingkat Jakarta.
kebersihan gigi dan mulut semakin buruk dan dapat ,1985. Pemeliharaan Kesehatan Bagi Keluarga.
merusak gigi. Menurut Lena (2011), pemeliharaan Airlangga University Press. Jakarta.
kesehatan gigi dan mulut dengan cara menyikat gigi Effendy, Nasrul, 1998. Dasar-Dasar Keperawatan
berperan sangat besar, karena dapat mencegah Kesehatan Masyarakat. EGC. Jakarta.
penumpukan plak dan menimbulkan kerusakan jaringan Gent, B. Van, 2000. Andragologie En Voorlichting.
penyangga gigi. Proefschrift, Boom. Meppel.
Herijulianti, E, 2001, menyatakan bahwa tujuan Herijulianti, S., Tati Svasti Indriani, Sri Artini. Pendidikan
penyuluhan dalam jangka pendek adalah tercapainya Kesehatan Gigi. EGC,
perubahan pengetahuan masyarakat. Tujuan jangka Jakarta. 2001
menengah adalah untuk meningkatkan pengertian sikap Green, Lawrence, 1980. Health Education Planning, A
dan keterampilan yang akan mengubah perilaku seseorang Diagnostic Approach. The John Hopkins Univercity,
kearah perilaku sehat. Tujuan jangka panjang adalah agar Mayfielt Publishing Co.
masyarakat dapat menjalankan perilaku sehat dalam PDK Direktorat PLS, Pemuda dan OR. Balai
kehidupannya sehari-hari. Pengembangan Kegiatan, Lembang, Metode
Ceramah. Bandung. 1988.
SIMPULAN DAN SARAN Nasution, S. Berbagi Pendekatan Dalam Proses Belajar
Mengajar, Bandung. Bina Aksara.
Simpulan Notoatmodjo, Soekidjo. Promosi Kesehatan dan Ilmu
Berdasarkan hasil penelitian mengenai Peranan Perilaku, Rineka Cipta, Jakarta. 2007.
Penyuluhan Kesehatan Gigi dan Mulut Terhadap Putri, H. M.,E. Herijulianti dan N Nurjanah, 2010. Ilmu
Peningkatan Kebersihan Gigi dan Mulut Siswa-siswi Kelas Pencegahan Penyakit Jaringan Keras dan Jaringan
VII-1 SMP N 31 Medan Kecamatan Medan Tuntungan Pendukung Gigi, EGC. Jakarta.
Tahun 2014, dapat disimpulkan bahwa penyuluhan sangat Ramadhan, A.G., 2010, Serba-Serbi Kesehatan Gigi dan
berperan penting dalam meningkatkan kebersihan gigi dan Mulut, Bukune. Jakarta.
mulut siswa kelas VII-1. Hal tersebut dapat diuraikan Rouwenhorst, W. Leren Gezond Te Ujn, 2002, Proefchrift,
sebagai berikut: Walters Nuordhoof, B. V, Bronifigen.
1. OHI-S menjadi lebih baik yang dapat dilihat dari Setiana, L., 2005. Teknik Penyusunan Pemberdayaan
tidak adanya siswa yang memiliki tingkat Masyarakat.
kebersihan gigi dan mulut yang baik sebelum Wahit, dkk, 2007. Promosi Kesehatan, Graha Ilmu.
penyuluhan, namun setelah penyuluhan siswa Yogyakarta.

48
Jurnal Ilmiah PANNMED Vol. 9 No.1 Mei - Agustus 2014

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN SIKAP REMAJA


KELAS XI TERHADAP HUBUNGAN SEKSUAL PRANIKAH
(INTERCOURSE) DI SMA DHARMA BAKTI MEDAN TAHUN 2014

Hanna Sriyanti Saragih, Rika Dinata Sianturi, Jujuren Sitepu


Jurusan Kebidanan Poltekkes Kemenkes Medan

Abstract
The lack of information received by adolescents about reproductive health and lack of knowledge causes an
effect on adolescent attitudes toward sexual behavior. Destination of the research for factors associated with
adolescent attitudes toward class xi premarital sexual relations (intercourse) Medan of Dharma Bakti Senior
High School year 2014. The role of parents also influence adolescent attitudes toward premarital sexual
relations. Additionally teenagers often receive information about sex instead of one source, even misleading,
for example, of the mass media that actually abused by teens. This research is analytic approach to cross-
sectional design with a sample size of 60 respondents. Data were analyzed using univariate and bivariate
Chi-Square test. The analysis showed that factors associated with adolescent attitudes toward premarital
sexual intercourse in high school is Dharma Bakti field of reproductive health knowledge p value = 0,005
(<0,05), the role of parents p value = 0,001 (<0,05), the role of the mass media p value = 0,010 (<0,05). It is
expected that the school can make this research as a guide to improve the provision of information or
education about reproductive health especially about sex education for adolescent in school.

Keywords : Attitude, intercourse

PENDAHULUAN Secara global, 40% dari semua kasus


HIV/AIDS terjadi pada kaum muda 15-24 tahun.
1. Latar Belakang Perkiraan terakhir adalah setiap hari ada 7000 remaja
Remaja merupakan populasi yang terbesar yang terinfeksi HIV Jumlah kasus HIV di Indonesia
dari penduduk dunia. Menurut World Health yang dilaporkan hingga Maret 2007 mencapai 14.628
Organization (WHO) sekitar seperlima dari orang. Sedangkan kasus AIDS sudah mencapai 8.914
penduduk dunia adalah remaja berusia 10-19 orang, separuh atau 57,4 % dari kasus ini adalah kaum
tahun. Sekitar 900 juta berada di negara muda yang umurnya 15-29 tahun (Dwi Novita, 2011).
berkembang. Di Indonesia pada tahun 2007 Hasil survei terakhir di 33 provinsi pada tahun
jumlah remaja usia 10-24 tahun terdapat sekitar 2008 yang dilakukan oleh Badan Koordinasi Keluarga
64 juta atau 28,64% dari jumlah penduduk Berencana (BKKBN) dilaporkan 63% remaja di
Indonesia (Muadz, dkk, 2008). Indonesia pada usia antara SMP dan SMA sudah
Menurut Depkes tahun 2007 menunjukkan melakukan hubungan seksual pranikah, ironisnya 21%
bahwa kegiatan seks bebas menempatkan remaja pada diantaranya dilaporkan melakukan aborsi. Persentasi
tantangan risiko yang berat terhadap berbagai masalah remaja yang melakukan hubungan seksual pranikah
kesehatan reproduksi. Setiap tahun kira-kira 15 juta tersebut mengalami peningkatan dibanding tahun-tahun
remaja berusia 15-19 tahun melahirkan anak, 4 juta sebelumnya (Rahayu, 2013).
melakukan aborsi, dan hampir 100 juta terinfeksi Sedangkan hasil Survei Komnas Perlindungan
Penyakit Menular Seksual (PMS) yang masih dapat Anak yang dilakukan di 33 provinsi pada 2008,
disembuhkan (Dwi Novita, 2011). sebanyak 97% remaja SMP dan SMA pernah menonton
Perilaku seks pranikah dapat mengakibatkan film porno. Mereka yang pernah berciuman, melakukan
risiko, seperti terjadinya kehamilan yang tidak masturbasi, dan oral seks mencapai 93,7%. Dan remaja
diinginkan (KTD), putus sekolah (drop out), jika SMP yang tidak perawan sebanyak 62,7%, serta yang
remaja tersebut masih sekolah dapat melakukan remaja melakukan pernah aborsi sebesar 21,2%
pengguguran kandungan (aborsi), terkena penyakit (Adhitya, 2012).
menular seksual (PMS), dan tekanan psikososial yang Minimnya informasi yang diterima remaja
timbul karena perasaan bersalah telah melanggar aturan tentang kesehatan reproduksi dan seksual,
agama dan takut diketahui oleh orangtua dan menyebabkan rendahnya pengetahuan dan
masyarakat (Sri Handayani, 2009). berpengaruh terhadap sikap remaja yang negatif
terhadap masalah kesehatan reproduksi dan perilaku

49
Jurnal Ilmiah PANNMED Vol. 9 No.1 Mei - Agustus 2014

seksual. Faktor lingkungan juga memengaruhi sikap remaja 2. Rumusan Masalah


dalam melakukan hubungan seks pranikah. Informasi Uraian dalam latar belakang memberi dasar
yang semakin mudah diakses dari media massa cetak bagi peneliti untuk merumuskan masalah dalam
dan elektronik serta kondisi yang semakin permisif penelitian ini adalah “faktor-faktor apa saja yang
untuk melakukan seks pranikah seiring dengan norma behubungan dengan sikap remaja kelas XI SMA
yang semakin lemah pada masyarakat (Sri Handayani, Dharma Bakti Medan terhadap hubungan seksual
2009). pranikah (Intercourse)?”
Hal ini juga dipengaruhi oleh anggapan
masyarakat, khususnya orang tua yang masih 3. Tujuan Penelitian
menganggap tabu untuk membicarakan masalah Untuk mengetahui faktor- faktor yang
seksualitas. Ironisnya di sisi lain remaja tidak behubungan dengan sikap remaja kelas XI terhadap
menerima pendidikan kesehatan seksual yang benar dan hubungan seksual pranikah (Intercourse) di SMA
bertanggung jawab. Mereka menerima informasi tentang Dharma Bakti Medan tahun 2014.
seks justru dari sumber yang salah, bahkan menyesatkan,
misalnya dari cerita teman, video porno, tayangan Hipotesis
televisi dan film. Remaja dengan permasalahannya justru Hipotesis adalah sebuah pernyataan tentang
menghadapi masalah ketika membutuhkan informasi sesuatu yang diduga atau hubungan yang diharapkan
dan pelayanan tentang kesehatan reproduksi (Rahayu, antara dua variabel atau lebih yang dapat diuji secara
2013). empiris. Hipotesis dalam penelitian ini adalah:
Data dari BKKBN Indonesia tahun 2009 1. Ada hubungan pengetahuan kesehatan
didapatkan 22,6% remaja termasuk penganut seks reproduksi dengan sikap remaja SMA
bebas. Hal tersebut diakibatkan oleh kurangnya terhadap hubungan seksual pranikah
pengetahuan remaja tentang kesehatan reproduksi (Intercourse).
remaja, kurangnya pengawasan dari orang tua terhadap 2. Ada hubungan peran orang tua dengan sikap
remaja dan adanya pergaulan bebas dikalangan remaja remaja SMA terhadap hubungan seksual
(Rahayu, 2013). pranikah (Intercourse).
Berdasarkan penelitian Simanjorang tahun 3. Ada hubungan peran media massa dengan
2010 mengenai perilaku seksual remaja diberbagai kota sikap remaja SMA terhadap hubungan seksual
besar di Indonesia, sekitar 20 hingga 30 persen pranikah (Intercourse).
remaja mengaku pernah melakukan hubungan seks
pranikah. Sebanyak 62,7 % anak SMP mengaku sudah METODE PENELITIAN
tidak perawan. Sebanyak 21,2 % remaja SMA
mengaku pernah melakukan aborsi. Dari 2 juta wanita 1. Jenis dan Desain Penelitian
Indonesia yang pernah melakukan aborsi, 1 juta Jenis penelitian ini adalah analitik dengan
adalah remaja perempuan. Lebih lanjut Simanjorang pendekatan desain cross sectional untuk mengetahui
menjelaskan, tingginya angka hubungan seks adanya hubungan antara dua variabel, sebab
pranikah di kalangan remaja tersebut erat kaitannya (independent) dan akibat (dependent). Dengan tujuan
dengan meningkatnya jumlah aborsi saat ini, serta untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan
kurangnya pengetahuan remaja akan reproduksi dengan sikap remaja terhadap hubungan seksual
sehat. Jumlah aborsi saat ini tercatat sekitar 2,3 juta, pranikah (intercourse) di SMA Dharma Bakti Medan
dan 15-20 persen di antaranya dilakukan remaja. Hal 2014.
ini pula yang menjadikan tingginya angka
kematian ibu di Indonesia, dan menjadikan 2. Lokasi dan Waktu Penelitian
Indonesia sebagai negara yang angka kematian 2.1.Lokasi Penelitian
ibunya tertinggi di seluruh Asia Tenggara. Penelitian ini dilakukan di SMA Dharma
Berdasarkan hasil survei awal yang dilakukan Bakti Medan tahun 2014 dengan alasan:
peneliti melalui observasi, peneliti sering melihat siswa 1. Dari hasil observasi, peneliti melihat banyak
berpacaran bahkan datang ke sebuah klinik untuk tes siswa setiap pulang sekolah bersama
kehamilan. Selain itu penulis melakukan wawancara pasangannya masing-masing.
kepada 10 siswa SMA Dharma Bakti Medan pada 2. Adanya sepasang siswa SMA datang ke
tanggal 7 Februari 2014, 7 orang yang tidak sebuah klinik untuk tes kehamilan.
mengetahui tentang kesehatan reproduksi dan seks 3. Dari segi usia, remaja rentan terhadap perilaku
panikah. Mereka memperoleh informasi tentang seks pranikah.
kesehatan reproduksi dari orang tua, dan ada juga yang
melalui buku porno, film porno, dan situs internet. 2.2.Waktu Penelitian
Berdasarkan uraian di atas, maka peneliti Penelitian ini dilakukan mulai dari studi
terdorong untuk melakukan penelitian tentang faktor- literatur dan pencarian judul pada bulan Desember
faktor yang behubungan dengan sikap remaja kelas XI 2013, kemudian dilanjutkan dengan penyusunan
terhadap hubungan seksual pranikah (Intercourse) di proposal, seminar proposal, penelitian dan seminar
SMA Dharma Bakti Medan tahun 2014. hasil penelitian hingga di bulan Juli 2014.

50
Hanna Sriyanti Saragih, dkk. Faktor-Faktor yang Berhubungan...

3. Populasi dan Sampel Penelitian Tabel 4.1.


Populasi dalam penelitian ini adalah remaja Distribusi Frekuensi Sikap Remaja Terhadap
SMA Dharma Bakti Medan kelas XI tahun 2014 yakni Hubungan Seksual Pranikah (Intercourse) di SMA
sebanyak 60 orang. Dharma Bakti Medan Tahun 2014
Sampel dalam penelitian ini adalah seluruh Pengetahuan Frekuensi Persentase
dari populasi kelas XI SMA Dharma Bakti Medan (%)
2014 atau total sampling yaitu sebanyak 60 orang. Baik 43 71,67
Kurang 17 28,33
4. Jenis dan Cara Pengumpulan Data Jumlah 60 100%
Jenis data dalam penelitian ini adalah data
Peran Orang Tua
primer dan data sekuder. Pengumpulan data dengan
menggunakan kuesioner untuk mengetahui faktor- Mendukung 47 78,33
faktor yang berhubungan dengan sikap remaja SMA Tidak mendukung 13 21,67
terhadap hubungan seksual pranikah (intercourse). Jumlah 60 100%
Pengumpulan data primer dilakukan langsung
oleh peneliti dengan menggunakan kuesioner lembar Peran Media Massa
checklist dan pertanyaan terbuka sesuai dengan Berpengaruh 2 33,33
variabel. Peneliti datang ke sekolah responden. Tidak Berpengaruh 40 66,67
Sebelumnya peneliti memperkenalkan diri dan Jumlah 60 100%
menjelaskan tujuan dari peneliti kepada responden.
Sikap
Sebelum responden mengisi kuesioner, terlebih dahulu
peneliti menjelaskan cara mengisi kuesioner, kemudian Positif 56 93,3
memberikan kesempatan kepada responden untuk Negatif 4 6,7
bertanya. Kemudian responden mengisi informat Jumlah 60 100%
consent, dan mengisi sendiri kuesioner penelitian.
Setelah selesai diisi, kuesioner dikumpulkan oleh Berdasarkan tabel diatas diketahui bahwa
peneliti dan diperiksa kembali. responden yang memiliki pengetahuan kurang
sebanyak 17 responden (28,33%).
5.Pengolahan dan Analisis Data Berdasarkan tabel diatas diketahui bahwa peran
Data yang telah terkumpul diolah dengan cara orang tua responden yang tidak mendukung terhadap
komputer dengan langkah-langkah editing, coding, pemberian informasi tentang seksual pranikah
entering, cleaning dan tabulating. Analisis data sebanyak 13 responden (21,67%).
dilakukan dengan analisis data univariate dan bivariate. Berdasarkan tabel diatas diketahui bahwa peran
Analisis bivariate melihat beberapa faktor media massa yang berpengaruh terhadap perilaku
yang berhubungan dengan sikap remaja terhadap seksual pranikah terhadap responden sebanyak 20
hubungan seks (intercourse) pranikah dengan responden (33,33%).
menggunakan uji Chi-Square dan tingkat kemaknaan Berdasarkan tabel diatas diketahui bahwa
0,05 atau α = 0,05 dengan derajat kepercayaan 95%. responden yang memiliki sikap negatif sebanyak 4
Adapun rumus Chi-Square yang digunakan adalah: responden (6,7%).

0−𝐸𝐸 2 2.Analisis Data Bivariat


X2 = ( )
𝐸𝐸 Analisis data bivariat bertujuan untuk
dimana: mengetahui ada tidaknya hubungan yang bermakna
X2 : Chi-Square antara faktor-faktor yang berhubungan dengan sikap
O : Nilai hasil observasi remaja terhadap hubungan seksual pranikah
E : Nilai yang diharapkan (intercourse) seperti pengetahuan, peran orang tua, dan
peran media massa di SMA Dharma Bakti Medan
HASIL DAN PEMBAHASAN Tahun 2014.
Pengujian analisis menggunakan uji chi-square
1.Analisa Data Univariat dengan α= 0,05. Analisis ini dikatakan bermakna bila
Analisa data univariat digunakan untuk melihat hasil analisis menunjukkan adanya hubungan yang
distribusi frekuensi dari variabel dependent dan bermakna secara statistik antara variabel, yaitu dengan
variabel independent, yaitu: nilai p value < 0,05.

51
Jurnal Ilmiah PANNMED Vol. 9 No.1 Mei - Agustus 2014

Tabel 4.2. 2.3. Peran Media Massa


Rekapitulasi Hasil Uji Chi-Square Faktor-Faktor
yang Berhubungan dengan Sikap Remaja Kelas XI Sikap Remaja
terhadap Hubungan Seksual Pranikah (Intercourse) Terhadap
p
Hubungan Seksual Total
Value
2.1 Pengetahuan Pranikah
(Intercourse)
Sikap Remaja Positif Negatif
terhadap Peran Media F % F % F %
Hubungan Total p Value Massa
Seksual Pranikah Berpengaruh 16 26,67 4 6,66 20 33,33
(intercourse) Tidak 40 66,67 0 0 40 66,67 0,010
Positif Negatif Berpengaruh
Pengetahuan F % F % F % Total 56 93,34 4 6,66 60 100
Baik 43 71,67 0 0 43 71,67 0,005
Kurang 13 21,67 4 6,66 17 28,33 Berdasarkan hasil uji chi-square peran media
Total 56 93,34 4 6,66 60 100 massa dengan sikap remaja terhadap hubungan seksual
pranikah menunjukkan bahwa nilai p value = 0,010
(<0,05), yang artinya terdapat hubungan peran media
Berdasarkan tabel 4.5, dapat diketahui bahwa massa dengan sikap remaja terhadap hubungan seksual
pengetahuan responden yang baik dan memiliki sikap pranikah (intercourse) di SMA Dharma Bakti Medan.
positif sebanyak 43 responden (71,67%), sedangkan
yang memiliki pengetahuan kurang dan memiliki sikap Pembahasan
positif sebanyak 13 responden (21,67%). Responden
yang memiliki pengetahuan baik dan sikap negatif 1. Hubungan Pengetahuan Kesehatan
tidak ada, memiliki pengetahuan kurang dengan sikap Reproduksi Dengan Sikap Remaja Terhadap
negatif sebanyak 4 responden (6,67%). Hubungan Seksual Pranikah (Intercourse)
Berdasarkan hasil uji chi-square menunjukkan Dari hasil analisa menunjukkan bahwa
bahwa nilai p value = 0,005 (<0,05), yang artinya responden yang berpengetahuan baik sebanyak 43
terdapat hubungan pengetahuan dengan sikap remaja responden (71,67%) dan memiliki pengetahuan kurang
terhadap hubungan seksual pranikah (intercourse) di sebanyak 17 responden (28,33%).
SMA Dharma Bakti Medan. Hasil uji statistik chi-square menunjukkan
bahwa pengetahuan remaja tentang kesehatan
2.2. Peran Orangtua reproduksi pada angka p value = 0,005 (<0,05), artinya
ada hubungan yang signifikan antara pengetahuan
Sikap Remaja remaja tentang kesehatan reproduksi terhadap sikap
terhadap remaja terhadap hubungan seksual pranikah
Hubungan p (intercourse).
Total
Seksual Value Dengan demikian hasil penelitian ini sejalan
Pranikah dengan penelitian Tut Wuri Prihatin (2007) bahwa
(Intercourse) semakin rendah pengetahuan remaja tentang kesehatan
Positif Negatif reproduksi maka semakin cenderung sikap remaja
Peran Orang Tua F % F % F % terhadap hubungan seksual pranikah (intercourse). Hal
Mendukung 47 78,34 0 0 47 78,34 ini disebabkan tingkat pengetahuan siswa SMA yang
0,001
Tidak Mendukung 9 15 4 6,66 13 21,66 masih kurang menjadikan mereka berada ketidaktahuan
Total 56 93,34 4 6,66 60 100 akan perkembangan dirinya. Sehingga dengan
keterbatasan pengetahuan itulah, kadang membuat
Berdasarkan hasil uji chi-square peran orang remaja mengambil sikap yang salah atas rangsang yang
tua dengan sikap remaja terhadap hubungan seksual di terima. Pengetahuan remaja tentang kesehatan
pranikah menunjukkan bahwa nilai p value = 0,001 reproduksi sangat memengaruhi perilaku remaja untuk
(<0,05), yang artinya terdapat hubungan peran orang hidup sehat, khususnya yang terkait dengan kesehatan
tua dengan sikap remaja terhadap hubungan seksual reproduksi.
pranikah (intercourse) di SMA Dharma Bakti Medan. Hal ini sesuai dengan pendapat Notoadmodjo
(2010) bahwa pengetahuan atau kognitif merupakan
domain yang sangat penting untuk terbentuknya
tindakan seseorang (covert behaviour). Covert
behaviour yang dimaksud adalah suatu respon
seseorang terhadap stimulus dalam bentuk tertutup.
Misalnya, seorang remaja tidak akan memutuskan
melakukan hubungan seksual pranikah (intercourse),

52
Hanna Sriyanti Saragih, dkk. Faktor-Faktor yang Berhubungan...

karena ia tahu bahwa berhubungan seksual pranikah cukup informasi untuk menjawab berbagai pertanyaan
(intercourse) dapat menyebabkan kehamilan yang tidak seputar seks (Gilli, 2010).
di inginkan dan penyakit seksual termasuk HIV/AIDS. Menurut asumsi penulis berdasarkan hasil
Menurut asumsi penulis berdasarkan hasil penelitian ini menunjukkan bahwa peran orang tua
penelitian ini menunjukkan bahwa tingkat pengetahuan sangat penting dan berpengaruh dalam penentuan sikap
sangat berpengaruh dalam penentuan sikap remaja remaja terhadap hubungan seksual pranikah
terhadap hubungan seksual pranikah (intercourse). Hal (intercourse). Peran orang tua dalam memberikan
ini disebabkan karena kurangnya pengetahuan remaja pengetahuan tentang seksual dan perhatian orang tua
mengenai kesehatan reproduksi menyebabkan remaja terhadap pergaulan remaja sangat dibutuhkan agar
tidak mengetahui dampak dari hubungan seksual perilaku seksual remaja tidak terjadi. Peran orang tua
pranikah. Maka itu diperlukan pembekalan mengenai dalam mendidik anak sangat menentukan pembentukan
pengetahuan kesehatan reproduksi dan seksual, karakter dan perkembangan kepribadian anak.
yang merupakan dasar bagi remaja agar perilaku remaja Selanjutnya hubungan komunikasi yang baik antara
tidak menyimpang, khususnya terhadap perilaku orang tua dan anak akan menciptakan saling
hubungan seksual pranikah (intercourse). memahami. Maka itu diperlukan komunikasi yang
sesering mungkin antara orang tua dan anak terutama
dalam membahas masalah-masalah kesehatan
2. Hubungan Peran Orang Tua Dengan Sikap reproduksi saat anak memasuki usia remaja.
Remaja Terhadap Hubungan Seksual Pranikah
(Intercourse) 3. Hubungan Media Massa Dengan Sikap Remaja
Berdasarkan penelitian diketahui bahwa peran Terhadap Hubungan Seksual Pranikah
orang tua responden yang mendukung terhadap (Intercourse)
pemberian informasi tentang seksual pranikah Berdasarkan penelitian diketahui bahwa peran
sebanyak 43 responden (71,67%), sedangkan yang media massa yang memengaruhi responden terhadap
tidak mendukung sebanyak 17 responden (28,33%). hubungan seksual pranikah (intercourse) sebanyak 20
Berdasarkan hasil dari analisis statistik uji chi- responden (33,33%) dan yang tidak berpengaruh
square bahwa peran orang tua pada angka signifikan p sebanyak 40 responden (66,67%).
value = 0,001 (<0,05). Hal ini menunjukkan adanya Hasil uji statistik chi-square menunjukkan
hubungan peran orang tua dengan sikap remaja bahwa peran media massa pada angka p value = 0,010
terhadap hubungan seksual pranikah (intercourse). (<0,05), yang artinya ada hubungan yang signifikan
Dengan demikian hasil penelitian ini sejalan antara peran media massa dengan sikap remaja
dengan penelitian Tut Wuri Prihatin (2007) ada terhadap hubungan seksual pranikah (intercourse).
kecenderungan bahwa siswa yang tidak mendapat Dengan demikian penelitian ini sesuai dengan
dukungan atau perhatian tentang kesehatan reproduksi yang dilakukan oleh Sarma Eko Natalia (2012) bahwa
dari orang tua akan cenderung bersikap mendukung ada hubungan antara media massa dengan seks
terhadap hubungan seksual pranikah (intercourse). pranikah. Hal ini disebabkan oleh pengaruh media
Penelitian lain yang dilakukan oleh massa yang sering diadopsi remaja dalam kehidupan
Soetjiningsih (2008) yang meneliti tentang faktor- sehari-hari. Media yang dapat berperan dalam
faktor yang memengaruhi perilaku seksual pranikah mentransformasikan perubahan nilai seksualitas yaitu
pada remaja menunjukkan bahwa hubungan orang tua dari hiburan program televisi yang menampilkan
dan remaja mempunyai pengaruh besar terhadap tayangan pornografi dan pendidikan seks yang yang
perilaku remaja. Makin baik hubungan orang tua kurang tepat. Dari hasil observasi yang dilakukannya,
dengan remaja makin rendah perilaku seksual pranikah remaja yang menonton film berkebudayaan barat
remaja. membuat mereka menjadikan seks itu menyenangkan.
Hal ini sesuai dengan pendapat Sarwono Penelitian ini juga mendukung dalam
(2012) bahwa seks pranikah terakhir ini disebabkan Penelitian Tut Wuri (2007) bahwa ada hubungan yang
karena orang tua tabu membicarakan seks dengan signifikan antara peran media massa yang disampaikan
anaknya dan hubungan antara orang tua dengan anak secara terbuka dalam bentuk pesan sederhana sampai
sudah terlanjur jauh sehingga anak berpaling sumber- yang sangat kompleks akan menambah pengetahuan
sumber lain yang tidak akurat. seseorang, serta akan memengaruhi seseorang dalam
Idealnya pendidikan seks merupakan bagian bersikap untuk mengambil keputusan dan bertindak
proses belajar keseluruhan. Orang tua sebaiknya tidak dengan cara positif. Hal tersebut berhubungan dengan
menjelaskan seks sebagai topik formal yang dibahas sikap remaja terhadap hubungan seksual pranikah
saat seorang anak menginjak usia tertentu, tetapi (intercourse).
sebaiknya menjadi bagian keseharian. Beberapa orang Seks pranikah dipengaruhi oleh informasi yang
tua merasa bahwa mereka bukan orang yang tepat semakin mudah diakses dari media massa cetak dan
untuk memberikan pendidikan seks dengan sejumlah elektronik serta kondisi yang semakin permisif untuk
alasan. Beberapa diantara mereka merasa malu dan melakukan seks pranikah seiring dengan norma yang
menganggap mereka kurang mampu dan tidak memiliki semakin lemah pada masyarakat (Sri Handayani, 2009).

53
Jurnal Ilmiah PANNMED Vol. 9 No.1 Mei - Agustus 2014

Hal ini juga dipengaruhi oleh anggapan menunjukkan bahwa peran media massa pada
masyarakat, khususnya orang tua yang masih angka signifikan p value = 0,010 (<0,05),
menganggap tabu untuk membicarakan masalah dengan demikian tidak terdapat kesenjangan
seksualitas. Ironisnya di sisi lain remaja tidak antara hasil penelitian dengan teori.
menerima pendidikan kesehatan seksual yang benar dan
bertanggung jawab. Mereka menerima informasi tentang 2. Saran
seks justru dari sumber yang salah, bahkan menyesatkan, Bardasarkan hasil dan kesimpulan dari data
misalnya dari cerita teman, video porno, tayangan yang diperoleh, saran yang dapat penulis sampaikan
televisi dan film. Remaja dengan permasalahannya justru dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
menghadapi masalah ketika membutuhkan informasi a. Diharapkan kepada pihak sekolah dapat
dan pelayanan tentang kesehatan reproduksi (Rahayu, menjadikan penelitian ini sebagai pedoman untuk
2013). meningkatkan pemberian ataupun pendidikan
Menurut asumsi penulis berdasarkan hasil mengenai informasi kesehatan reproduksi
penelitian ini menunjukkan bahwa peran media massa khususnya tentang sex education bagi remaja di
sangat berpengaruh terhadap sikap remaja terhadap sekolah. Misalnya melalui metode peer education
hubungan seksual pranikah (intercourse). Dari hasil yang bersifat youth freendly (ramah terhadap
penelitian menunjukkan bahwa semakin sering remaja remaja), artinya tidak hanya memberi materi
berhubungan dengan media massa atau mencari melalui proses belajar mengajar di kelas, tetapi
informasi tentang seksual melalui media, semakin dikembangkan dengan metode lain seperti
cenderung remaja melakukan hubungan seksual pemasangan mading, kesenian sekolah atau drama
pranikah (intercourse). Keterpaparan remaja terhadap teater, dan lain – lain, yang memuat materi dasar
pornografi dalam bentuk bacaan berupa buku porno, kesehatan reproduksi yang proporsional yang
melalui film porno semakin meningkat. Sementara mencangkup pemahaman remaja tentang
konsultasi seks yang diberikan melalui media cetak dan perubahan fisik anak laki – laki dan perempuan
elektronik yang disebut sebagai pendidikan seks, saat menjadi remaja, mengenal masa subur,
penayangan film tertentu di televisi sering terjadinya proses kehamilan, metode kontrasepsi
menyebabkan salah persepsi/ pemahaman yang kurang KB, pencegahan penyakit menular seksual,
tepat terhadap kesehatan reproduksi sehingga remaja perilaku seksual yang sehat dan bertanggung
mencontoh perilaku seksual dari media yang mereka jawab, serta akibat dari kehamilan tak dikehendaki.
terima. b. Diharapkan kepada remaja khususnya siswa kelas
XI SMA Dharma Bakti Meda tahun 2014 agar
KESIMPULAN DAN SARAN lebih memperdalam ilmu kesehatan reproduksi
terutama tentang dampak dari perilaku seksual
1. Kesimpulan pranikah melalui sumber informasi yang
Berdasarkan hasil penelitian mengenai faktor- terpercaya dan meningkatkan komunikasi dengan
faktor yang berhubungan dengan sikap remaja terhadap orang tua terutama dalam membahas masalah
hubungan seksual pranikah (intercourse) di SMA kesehatan reproduksi agar remaja dapat memiliki
Dharma Bakti Medan tahun 2014 dapat diambil pengetahuan yang baik tentang kesehatan
kesimpulan sebagai berikut: reproduksi khususnya tentang seksual.
a. Ada hubungan pengetahuan kesehatan
repsoduksi dengan sikap remaja terhadap DAFTAR PUSTAKA
hubungan seksual pranikah (intercourse). Hal
ini disimpulkan bardasarkan hasil uji statistik Arikunto, S., 2010. Prosedur Penelitian. Jakarta: Rineka
chi-square menunjukkan bahwa pengetahuan Cipta.
remaja tentang kesehatan reproduksi pada Boyke., 2013. Problema Seks dan Solusinya. Jakarta:
angka signifikan p value = 0,005 (<0,05), Bumi Aksara.
dengan demikian tidak terdapat kesenjangan Gilli., 2010. Buku Ajar Kesehatan Reproduksi Wanita.
antara hasil penelitian dengan teori. Jakarta: EGC.
b. Ada hubungan peran orang tua dengan sikap Irianto, K., 2013. Permasalahan Seksual. Bandung: Yrama
remaja terhadap hubungan seksual pranikah Widya.
(intercourse). Hal ini disimpulkan bardasarkan Kholid, A., 2012. Promosi Kesehatan. Jakarta:
hasil uji statistik chi-square menunjukkan Rajagrafindo Persada.
peran orang tua pada angka signifikan p value Manuaba, dkk., 2009. Memahami Kesehatan Reproduksi
= 0,001 (<0,05), dengan demikian tidak Wanita. Edisi 2. Jakarta: EGC.
terdapat kesenjangan antara hasil penelitian Notoadmodjo, S., 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan.
dengan teori. Jakarta: SalembaMedika.
c. Ada hubungan peran media massa dengan ______________ 2010. Promosi Kesehatan Teori dan
sikap remaja terhadap hubungan seksual Aplikasi. Jakarta: Rineka Cipta.
pranikah (intercourse). Hal ini disimpulkan Nugroho, T., 2010. Buku Ajar Ginekologi. Yogyakarta:
bardasarkan hasil uji statistik chi-square Nuha Medika.

54
Hanna Sriyanti Saragih, dkk. Faktor-Faktor yang Berhubungan...

Pieter, H.Z. dan Lubis, N., 2010. Pengantar Psikologi Prasetya. 2011. Dampak Seks Pranikah bagi Kesehatan.
dalam Keperawatan. Edisi 1. Jakarta: Kencana. Available at:
Pinem, S., 2009. Kesehatan Reproduksi dan Kontrasepsi. http://www.lensaindonesia.com/2013/02/11/dam
Jakarta: Trans Info Media. pak-seks-pra-nikah-bagi-kesehatan.html.
Politeknik Kesehatan Depkes Jakarta I. 2010. Kesehatan [Accessed 12 Januari 2014].
Remaja: Problem dan Solusinya. Jakarta: Rahayu. N., et al., 2013. Pengaruh Kegiatan Penyuluhan
Salemba Medika. dalam Pelayanan Kesehatan Peduli Remaja
Politeknik Kesehatan Kemenkes Medan. 2012. Panduan (PKPR) terhadap Pengetahuan dan Sikap
Penyusunan Karya Tulis Ilmiah. Remaja tentang Seks Pranikah di SMA N 1 Lubuk
Sarwono, S., 2012. Psikologi Remaja. Jakarta: Raja Pakam Kabupaten Siak Sri Indrapura Tahun
Grafindo Persada. 2013. Available at:
Suryani, E. dan Widyasih, H., 2010. Psikologi Ibu dan jurnal.usu.ac.id/index.php/gkre/article/download
Anak. Yogyakarta: Fitramaya. /3633/1907 [Accessed 23 Desember 2013].
Wawan, A. dan Dewi., 2011. Teori dan Pengukuran SDKI. 2012. Kesehatan Reproduksi Remaja. Available at
Pengetahuan, Sikap, dan Perilaku Manusia. www.bkkbn.go.id/.../Hasil%20Penelitian/SDKI
Yogyakarta: Nuha Medika. %202012/. [Accessed at 27 Desember 203].
Widyastuti, dkk., 2009. Kesehatan Reproduksi. Soetjiningsih., 2008. Faktor-faktor yang Mempengaruhi
Yogyakarta: Fitramaya. Perilaku Seksual Pranikah pada Remaja.
Wuryani, S.E., 2008. Pendidikan Seks untuk Keluarga. Available at:
Jakarta: Indeks. http://lib.ugm.ac.id/digitasi/upload/824_RD09060
Yusrawati., 2011. Diktat Biostatistika. Medan: Politeknik 04.pdf. [Accessed 5 Januari 2014].
Kesehatan Medan Jurusan Kebidanan. Tut Wuri., 2007. Analisis Faktor-faktor yang berhubungan
BKKBN. 2011. Kajian Profil Penduduk Remaja. dengan Sikap Siswa SMA terhadap Hubungan
Available at: seksual (Intercouse) Pranikah di Kota Sukoharjo
www.bkkbn.go.id/.../Hasil%20Penelitian/.../Kaji Tahun 2007. Available at:
an%20Profil%20Penduduk%20Remaja%20(10 eprints.undip.ac.id/18061/1/Tut_Wuri_Prihatin.p
%20-%2024%20t. [ Accessed 27 Desember df. [Accessed at 23 Desember 2013].
2013]. Yuliantini. H., 2012. Tingkat Pengetahuan HIV/AIDS dan
Handayani. S., 2009. Efektivitas Metode Diskusi Kelompok Sikap Remaja terhadap Perilaku Seksual
dengan dan tanpa Fasilitator pada Peningkatan Pranikah di SMA “X” Jakarta Timur. Available
Pengetahuan, Sikap dan Motivasi Remaja at: lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20312663-
tentang Perilaku Seks Pranikah. Available at: S%2043157...full%20text.pdf
http://berita-kedokteran- [Accessed 23 Desember 2013].
masyarakat.org/index.php/BKM/article/view/172.
[Accessed 5 Januari 2014].

55
Jurnal Ilmiah PANNMED Vol. 9 No.1 Mei - Agustus 2014

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP BIDAN DENGAN TINDAKAN


INDUKSI DAN AKSELERASI DALAM PERSALINAN DI KOTA
PEMATANGSIANTAR TAHUN 2013

Tumiar Simanjuntak, Tiamin Simbolon, Kandace Sianipar


Prodi Kebidanan Pematangsiantar Poltekkes Kemenkes Medan

Abstrak

Hasil survei demografi kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2007 menunjukkan terdapat 258 kasus dari 1046
ibu bersalin yang dilakukan induksi pada saat persalinan yang dilakukan di sejumlah rumah sakit umum di
Indonesia. Hasil survey yang dilakukan oleh Depkes Sumatera Utara ditemukan sebanyak 250 ibu hamil
perbulan dilakukan induksi saat persalinan. Tindakan induksi persalinan berhubungan dengan kenaikan
angka kejadian tindakan Sectio Caesar. Pada beberapa induksi persalinan ditemukan adanya tanda-tanda
fetal distress, anoksia dan cedera pada bayi, sedangkan pada ibu dapat terjadi ruptur uteri, atonia uteri,
laserasi serviks. Sesuai dengan Kepmenkes RI No. 369/Menkes/SK/III/2007 tentang standar profesi bidan
Akselerasi dan induksi persalinan merupakan bagian dari pengetahuan dan keterampilan tambahan yang
harus dimiliki oleh seorang bidan. Hasil survey di RSUD Dr. Djasamen Saragih Pematangsiantar diketahui
pada tahun 2011 terdapat 63 (20,13%) ibu bersalin yang diinduksi dan akselerasi dari 313 persalinan dan
pada tahun 2012 terdapat 49 (13,4%) dari 366 persalinan. Sekitar 30–45 % pasien yang diinduksi dan
akselerasi di RSUD Dr.Djasamen Saragih rumah sakit tersebut merupakan rujukan dari bidan dan berakhir
dengan Secsio Sesarea terutama disebabkan karena kegagalan dari induksi dan akselerasi tersebut. Tujuan
penelitian ini adalah untuk menganalisis hubungan pengetahuan dan sikap bidan tentang induksi/akselerasi
persalinan dengan tindakan induksi dan akselerasi dalam persalinan di Kota Pematangsiantar tahun 2013.
Penelitian ini merupakan penelitian dengan jenis Explanatory Research (penelitian penjelasan) yaitu
penelitian yang menjelaskan hubungan antara variabel bebas dan variabel terikat melalui pengujian
hypothesis yang dirumuskan dan pendekatan yang digunakan adalah cross sectional, yaitu subyek hanya
diobservasi sekali saja dan pengukuran dilakukan terhadap karakter atau variabel subyek pada saat
pemeriksaan. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh bidan yang memiliki praktek mandiri dan
berdomisili di Kota Pematangsiantar dan pada 6 bulan terakhir ada melakukan induksi dan akselerasi
persalinan sebanyak 45 orang dan 31 menjadi subjek penelitian. Pengumpulan data dengan cara wawancara
menggunakan kuesioner dan lembar kuesioner. Uji statistik yang digunakan adalah Chi Square dan regresi
logistik.

Kata kunci : Induksi dan Akselerasi, Jampersal, akseptor KB

PENDAHULUAN pada saat persalinan yang dilakukan di sejumlah rumah


sakit umum di Indonesia. Hasil survey yang dilakukan oleh
Latar Belakang Depkes Sumatera Utara ditemukan sebanyak 250 ibu hamil
Selama beberapa dekade terakhir, semakin perbulan dilakukan induksi saat persalinan akan dilakukan
banyak ibu hamil diseluruh dunia mengalami induksi (Badan Pusat Statistik, 2009).
persalinan. Di negara maju induksi persalinan mencapai Tindakan induksi persalinan berhubungan dengan
25% dari seluruh persalinan dan beberapa Negara kenaikan angka kejadian tindakan Sectio Caesar. Induksi
berkembang didapatkan angka yang sama. Survey World persalinan elektif menyebabkan peningkatan kejadian
Health Organization (WHO) tentang kesehatan ibu dan Sectio Caesar 2 – 3 kali lipat. Menurut data dari WHO,
perinatal di 373 fasilitas kesehatan di 24 negara didapatkan bahwa di negara berkembang banyak terjadi induksi
9,6% dari 300.000 kelahiran mendapatkan induksi persalinan elektif. Pada kehamilan aterm sebaiknya tidak
persalinan. Secara keseluruhan ditemukan pelaksanaan dilakukan secara rutin mengingat bahwa tindakan Sectio
induksi persalinan lebih rendah di Afrika dibandingkan Caesar dapat meningkatkan risiko yang berat sekalipun
dengan negara-negara Asia dan Amerika Latin (WHO, jarang dari pemburukan out come maternal termasuk
2011). kematian. Induksi persalinan elektif yang dirasa perlu
Hasil survei demografi kesehatan Indonesia dilakukan saat aterm (≥ 38 minggu) perlu pembahasan
(SDKI) tahun 2007 menunjukkan terdapat 258 kasus dari secara mendalam antara dokter dengan pasien dan
1046 ibu bersalin yang dilakukan induksi dan akselerasi keluarganya (Hoffman dan Sciscione, 2003).

56
Jurnal Ilmiah PANNMED Vol. 9 No.1 Mei - Agustus 2014

Pada banyak kasus terlihat bahwa tanda-tanda Tabel 1 Distribusi Tindakan Responden dalam
fetal distress lebih sering dijumpai di antara pasien-pasien Melaksanakan Induksi dan Akselerasi
yang menerima tetesan oxytocin dibanding dengan mereka dalam Persalinan di Pematangsiantar
yang persalinannya tanpa stimulasi. Kontraksi yang terlalu tahun 2013.
kuat, terlalu sering dan berlangsung terlalu lama dapat Menjadi Frekuensi Persentase (%)
mengakibatkan anoksia pada bayi, karena uterus tidak akseptor KB
sempat mengadakan cukup relaksasi untuk Sesuai standar 24 60,0
mempertahankan sirkulasi darah yang memadai. Cedera Tidak sesuai 16 40,0
pada bayi dapat juga ditimbulkan oleh dorongan yang standar
terlampau cepat lewat rongga panggul yang diakibatkan Total 30 100,0
dari pengaruh tetesan oxytocin (Oxorn, 2010).
Sesuai dengan Keputusan Menteri Kesehatan Tabel 2. Distribusi Karakteristik, Pengetahuan
Republik Indonesia No. 369/Menkes/SK/III/2007 tentang dan Sikap Bidan yang Melaksanakan
standar profesi bidan dikatakan bahwa untuk kompetensi Tindakan Induksi dan Akselerasi dalam
ke-4 (asuhan selama persalinan dan kelahiran) bidan harus Persalinan di Pematangsiantar Tahun
memiliki 21 item pengetahuan dasar, 3 item pengetahuan 2013.
tambahan, 28 keterampilan dasar dan 8 keterampilan No Variabel Frekuensi Persentase
tambahan. Akselerasi dan induksi persalinan merupakan (%)
bagian dari pengetahuan dan keterampilan tambahan yang 1. Umur
harus dimiliki oleh seorang bidan. ≥ 35 tahun 16 40,0
Survei awal yang dilakukan pada bulan Maret 2013 < 35 tahun 24 60,0
jumlah anggota IBI kota Pematangsiantar ada 260 orang, 2. Pendidikan
yang memiliki Praktek Mandiri 165 orang dan 45 orang D.III – D.IV 26 65,0
diantaranya ada melaksanakan induksi dan akselerasi D. I 14 35,0
dalam 6 bulan terakhir. Usia rata-rata 40-50 tahun, dan 3. Lama bekerja
masih ada sekitar 30% dengan latar belakang pendidikan ≥ 5 tahun 23 57,5
Diploma I. Hasil survey di RSUD Dr. Djasamen Saragih < 5 tahun 17 42,5
Pematangsiantar diketahui pada tahun 2011 terdapat 63 4. Pelatihan
(20,13%) ibu bersalin yang diinduksi dan akselerasi dari Pernah 18 45,0
313 persalinan dan pada tahun 2012 terdapat 49 (13,4%) Tidak pernah 22 55,0
dari 366 persalinan. Sekitar 30–45 % pasien yang diinduksi 5. Pengetahuan
dan akselerasi di RSUD Dr.Djasamen Saragih rumah sakit Baik 25 62,5
tersebut merupakan rujukan dari bidan dan berakhir Kurang 15 37,5
dengan Secsio Sesarea terutama disebabkan karena 6. Sikap
kegagalan dari induksi dan akselerasi tersebut. Baik 24 64,5
Kurang 16 35,5
Metode
Penelitian ini dengan Explanatory Research (penelitian Analisis Bivariat
penjelasan) dan pendekatan cross sectional, sampel sebesar Analisi bivariat Hasil uji dinyatakan umur
40 orang bidan yang memiliki praktek mandiri dan bidan berhubungan dengan tindakan melakukan induksi
berdomisili di Kota Pematangsiantar yang dalam 6 bulan dan akselerasi persalinan (p=0,041). pendidikan
terakhir ada melakukan induksi dan akselerasi dalam berhubungan dengan tindakan melakukan induksi dan
persalinan. Pengukuran pengetahuan dan sikap, dengan akselerasi persalinan ( p=0,001). lama bekerja tidak
wawancara, sedangkan tindakan dengan observasi dan berhubungan dengan tindakan melakukan induksi dan
lembar checklist. Analisis data meliputi tahapan analisis akselerasi persalinan (p=0,001). pelatihan bidan
univariat, analisis bivariat dengan uji chi square χ2, dengan berhubungan dengan tindakan melakukan induksi dan
tingkat kemaknaan p<0,05 dan Confidence Interval 95%. akselerasi persalinan (p = 0,016). pengetahuan
analisis multivariat dengan uji statistik yang digunakan berhubungan dengan tindakan melakukan induksi dan
adalah analisis multiple logistic regression (regresi logistik akselerasi persalinan (p=0,001). sikap berhubungan
ganda). dengan tindakan melakukan induksi dan akselerasi
persalinan (p=0,001).
HASIL

Analisis Univariat
Analisis univariat pada penelitian ini bertujuan
untuk melihat gambaran distribusi frekuensi variabel yang
diteliti yaitu variabel dependen dan variabel independen
yang meliputi pengetahuan dan sikap dengan perilaku
bidan dalam melakukan induksi dan akselerasi persalinan.

57
Tumiar Simanjuntak, dkk. Hubungan Pengetahuan dan...

Tabel 2 Hasil Uji Bivariat. Antara tahun 1990 dan 2005 terjadi peningkatan
Tindakan induksi dan angka induksi dua kali lipat, hingga mencapai 22%.
No Karakteristi akselerasi persalinan Nilai RP Peningkatan ini tidak hanya mencerminkan kenaikan
k, Sesuai Tidak Tota p 95% CI
pengetahua standar sesuai l induksi untuk indikasi ibu dan janin tetapi juga
n dan sikap standar penggunaan yang lebih luas dari induksi elektif. Alasan
responden n % n % n % ingin induksi elektif termasuk karena ketidaknyamanan
1. Umur yang dialami ibu hamil secara fisik, masalah waktu yang
≥ 35 tahun 6 25,0 10 62,5 16 100,0 0,041 0,50 (0,25-
0,98)
diinginkan, atau kepedulian terhadap perkembangan
< 35 tahun 18 75,0 6 37,5 24 100,0 persalinan yang akan berlangsung dengan cepat sementara
2. Pendidikan berada jauh dari tenaga kerja kesehatan atau Rumah Sakit.
D.III – D.IV 22 91,7 4 25,0 26 100,0 0,001 5,92 (1,63- Induksi elektif juga direkomendasikan karena
21,59)
D. I 2 8,3 12 75,0 14 100,0
kekhawatiran tentang komplikasi yang akan terjadi.
3. Lama Namun, manfaat dan bahaya induksi elektif tidak dipahami
bekerja dengan baik (AHRQ, 2009).
≥ 5 tahun 12 50,0 11 68,8 23 100,0 0,396 0,74 (0,45- Tidak cukup bukti untuk menentukan apakah
< 5 tahun 12 50,0 5 31,2 17 100,0 1,22)
induksi persalinan elektif menyebabkan tingkat yang lebih
4. Pelatihan
Pernah 15 62,5 3 18,8 18 100,0 0,016 2,04 (1,18- tinggi atau lebih rendah pada kelahiran seksio sesarea
Tidak pernah 9 37,5 13 81,2 22 100,0 3,51) dibandingkan dengan pengelolaan kehamilan normal. Di
5. Pengetahua antara wanita yang menjalani induksi, wanita dengan
n kehamilan pertama memiliki prediksi yang lebih tinggi
Baik 22 91,7 3 18,8 25 100,0 0,001 6,60 (1,80-
24,18) untuk mengakhiri persalinannya secara sesar daripada
Kurang 2 8,3 13 81,2 15 100,0 wanita dengan persalinan pervaginam sebelumnya.
6. Sikap Status serviks memiliki efek penting pada kejadian
Baik 22 91,7 4 25,0 26 100,0 persalinan seksio sesarea dengan induksi. Jika status
Kurang 2 8,3 12 75,0 14 100,0 0,001 5,92 (1,73-
21,60) serviks lebih menguntungkan, maka semakin rendah
tingkat persalinan seksio sesarea. Induksi elektif juga
Analisis Multivariat dikatakan tidak menyebabkan peningkatkan hasil neonatal
Pada penelitian ini, variabel independen yang yang merugikan namun, data yang ada relatif terbatas
memenuhi kriteria p < 0,25 pada analisis bivariat (AHRQ, 2009; WHO, 2011)
dimasukkan ke dalam analisis multivariat dengan Faktor pengetahuan dan sikap Bidan
menggunakan uji regresi logistik ganda yaitu variabel diperkirakan berhubungan dengan tindakan induksi dan
umur, pendidikan, pelatihan, pengetahuan dan sikap. akselerasi persalinan. Pengetahuan merupakan hasil dari
Untuk mendapatkan faktor yang paling dominan, semua tahu dan ini terjadi setelah seseorang melakukan
kandidat diuji secara bersama-sama dengan menggunakan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Sikap sosial
metode enter. Faktor yang terbaik akan dipertimbangkan terbentuk dari adanya interaksi sosial yang dialami oleh
dengan melihat nilai p. Pada setiap tahapan seleksi individu. Interaksi sosial meliputi hubungan antara
variabel yang tidak signifikan (p > 0,05) dikeluarkan satu individu dengan lingkungan fisik maupun lingkungan
persatu mulai dari p yang terbesar. Setiap tahapan seleksi psikologis di sekelilingnya. Hasil penelitian ini sesuai
selanjutnya dilakukan dengan cara yang sama hingga dengan pernyataan yang mengatakan bahwa pengetahuan
seleksi terakhir diperoleh variabel yang seluruhnya merupakan salah satu faktor internal yang berpotensi kuat
berhubungan signifikan (p < 0,05), yang dapat dilihat pada untuk meningkatkan kepatuhan, sehingga akhirnya dapat
tabel berikut ini: berpengaruh positif terhadap peningkatan kinerja bidan
(Mangkunegara, 2006; Robbins SP, 2003).
Tabel 3 : Hasil seleksi akhir analisis multivariat Menurut Lawrence Green faktor yang mendorong
No Variabel SE(β) Nilai p Rasio Prevalen 95% CI terbentuknya perilaku adalah pengetahuan, sikap,
1. Pengetahuan 17,336 0,997 6,60 1,80-24,18 kepercayaan, keyakinan, nilai-nilai dan persepsi seseorang
2. Sikap 70,554 0,995 5,92 1,73-21,60
3. Umur -53,267 0,995 0,50 0,25-0,98
yang menjadi dasar motivasi individu atau kelompok untuk
4. Pendidikan 53,021 0,995 5,92 1,63-21,59 bertindak. Seorang bidan untuk berperilaku harus ditunjang
5. Pelatihan 17,640 0,997 2,04 1,18-3,51 oleh pengetahuan, yang mana sebelum mendapat
Konstanta -35,345 pengetahuan seseorang harus melalui tahap belajar.
Berdasarkan pengalaman dan penelitian, ternyata perilaku
Dari hasil seleksi diperoleh seluruh variabel tidak yang didasari oleh pengetahuan akan lebih langgeng
ada yang dominan berhubungan dengan tindakan daripada perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan
melakukan induksi dan akselerasi persalinan , hal ini dapat (Mangkunegara, 2006;. Notoatmodjo, 2003).
terlihat dari nilai p masing-masing variabel > 0,005. Berkaitan dengan hasil penelitian yang
menunjukkan bahwa pengetahuan bidan tentang induksi
Pembahasan dan akselerasi persalinan sebahagian besar termasuk dalam
Hasil penelitian ini dari 40 responden ada 24 kategori baik, hal ini bisa terjadi karena tingkat pendidikan,
responden (60,0%) yang melaksanakan tindakan masa kerja dan pelatihan yang berhubungan dengan
induksi dan akselerasi persalinan sesuai dengan induksi dan akselerasi yang juga ikut mendukung.
standar.

58
Jurnal Ilmiah PANNMED Vol. 9 No.1 Mei - Agustus 2014

Terdapatnya hubungan yang bermakna antara pengetahuan adanya bermacam usaha pembaharuan dan dapat
dengan tindakan bidan dalam penelitian ini mengandung menyesuaikan diri terhadap berbagai pembaharuan.
arti bahwa terdapat perbedaan antara tindakan bidan dalam Tingkat pendidikan seseorang berpengaruh dalam
melakukan induksi dan akselerasi persalinan yang memberikan respon terhadap sesuatu yang datang dari luar
memiliki pengetahuan baik dan kurang. (Surani, 2007).
Sikap merupakan reaksi atau respon yang masih Pernyataan-pernyataan diatas sesuai dengan hasil
tertutup dari seseorang terhadap suatu stimulasi atau objek penelitian, bahwa prosentase tertinggi yang menghasilkan
tertentu yang sudah melibatkan faktor pendapat atau emosi tindakan induksi dan akselerasi persalinan yang sesuai
yang bersangkutan (senang-tidak senang, setuju-tidak dengan standar adalah bidan dengan pendidikan D.III-D.IV
setuju, baik-tidak baik dan sebagainya). Suatu sikap belum yaitu sebesar 88,2%. Terdapatnya hubungan yang
otomatis terwujud dalam suatu tindakan (overt behavior). bermakna antara tingkat pendidikan dengan tindakan bidan
Untuk mewujudkan sikap menjadi suatu perbuatan nyata dalam penelitian ini mengandung arti bahwa terdapat
diperlukan faktor pendukung atau suatu kondisi yang perbedaan antara tindakan bidan dalam melakukan induksi
memungkinkan, antara lain adalah fasilitas yang memadai dan akselerasi persalinan yang memiliki pendidikan D.III-
dan diperlukan juga faktor pendukung (support) dari D.IV dan D.I.
atasan. Masa kerja seseorang mencerminkan pengalaman
Sikap bidan haruslah memiliki sikap mental yang seseorang dalam bekerja. Semakin lama seseorang bekerja
siap sedia secara psikofisik (siap secara mental, fisik, akan semakin terlatih dan terampil dalam melaksanakan
situasi dan tujuan) dalam memberikan pelayanan agar pekerjaan. Masa kerja berkaitan erat dengan pengalaman-
tuntutan masyarakat tentang pelayanan yang berkualitas pengalaman yang didapat selama dalam menjalankan
dapat terlaksana dengan baik dan mutunya dapat terus tugas, karyawan yang berpengalaman dipandang lebih
ditingkatkan (Basri, Rivai, 2004). mampu dalam melaksanakan tugas. Makin lama kerja
Terdapatnya hubungan yang bermakna antara seseorang kecakapan mereka akan lebih baik karena sudah
sikap dengan tindakan bidan dalam penelitian ini dapat menyesuaikan diri dengan lingkungan pekerjaan
mengandung arti bahwa terdapat perbedaan antara (Mangkunegara, 2006).
tindakan bidan dalam melakukan induksi dan akselerasi Hasil penelitian ini sesuai dengan teori, tidak
persalinan yang memiliki sikap baik dan kurang. terdapat hubungan yang bermakna antara lama bekerja
umur bidan berhubungan dengan tindakan dengan tindakan bidan dalam penelitian ini mengandung
melakukan induksi dan akselerasi persalinan (p = 0,041). arti bahwa tidak terdapat perbedaan antara tindakan bidan
Umur harus mendapat perhatian karena akan dalam melakukan induksi dan akselerasi persalinan yang
mempengaruhi kondisi fisik, mental, kemampuan kerja memiliki lama bekerja ≥ 5 tahun dan < 5 tahun
dan tanggung jawab seseorang. Pada umumnya tenaga Sesuai dengan teori bahwa pelatihan adalah
kerja yang berumur tua, mempunyai tenaga fisik yang kegiatan yang bertujuan untuk meningkatkan kinerja
lemah dan terbatas, sebaliknya tenaga kerja yang berumur individu dalam pekerjaannya atau yang berhubungan
muda mempunyai kemampuan fisik yang kuat. Umur dengan pekerjaannya. Pelatihan dilakukan agar peserta
seseorang cukup menentukan keberhasilan dalam pelatihan mempunyai motivasi dalam belajar. Motivasi
melakukan suatu pekerjaan, baik sifatnya fisik maupun non ini bisa dalam bentuk yang nyata seperti aktualisasi diri
fisik. Pekerjaan yang banyak mengandalkan fisik dan inisiatif. Reaksi peserta terhadap suatu pelajaran
umumnya menggunakan tenaga kerja yang berumur muda, akan dikondisikan dan dimodifikasikan dalam
tetapi ada juga yang tidak, dan sangat tergantung dari jenis pengalaman bekerjanya. Pelatihan diselenggarakan
pekerjaan tersebut (Robbins SP, 2003). dengan tujuan untuk meningkatkan pengetahuan, sikap
Pendidikan merupakan salah satu faktor yang dan keterampilan yang dapat diterapkan dalam kerjanya
menentukan keberhasilan seseorang dalam bekerja. Makin sehingga mampu mencapai kinerja secara maksimal.
tinggi pendidikan, umumnya produktivitas juga semakin Pelatihan merupakan kegiatan yang dimaksudkan untuk
tinggi. Hal tersebut berhubungan dengan cara meningkatkan keahlian, pengetahuan, sikap dan
menyelesaikan setiap masalah yang dihadapi dalam perilaku anggota organisasi dengan tujuan untuk
bekerja dengan solusi yang tepat, efektif dan efisien meningkatkan efisiensi, kualitas kerja dan kepuasan
(Notoatmodjo, 2003). kerja (Mangkunegara, 2006).
Dalam penelitian ini sebagian besar responden Terdapatnya hubungan yang bermakna antara
bidan (97,1%) berpendidikan D III- D. IV kebidanan. Hal pelatihan yang pernah diikuti dengan induksi dan
ini sesuai dengan Peraturan Menteri Kesehatan Republik akselerasi persalinan dengan tindakan bidan dalam
Indonesia Nomor 1464/Menkes/Per/X/2010 tentang izin penelitian ini mengandung arti bahwa terdapat perbedaan
dan penyelenggaraan praktik bidan yang menyatakan antara tindakan bidan dalam melakukan induksi dan
bahwa bidan yang menjalankan praktik mandiri harus akselerasi persalinan yang telah mengikuti pelatihan
berpendidikan minimal Diploma III (D III) kebidanan, dengan yang tidak.
walaupun masih ada 12 bidan yang masih berpendidikan D
I dan diharapkan kedepannya dapat meningkatkan Kesimpulan
pendidikannya ke jenjang yang lebih tinggi. Karakteristik bidan untuk umur, pendidikan dan pelatihan
Semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang maka akan berhubungan dengan tindakan induksi dan akselerasi
lebih rasional dan kreatif serta terbuka dalam menerima dalam persalinan. Pengetahuan dan sikap berhubungan

59
Tumiar Simanjuntak, dkk. Hubungan Pengetahuan dan...

dengan tindakan induksi dan akselerasi dalam Kasjono HS, Yasril, 2009. Teknik Sampling Untuk
persalinan.Tidak ada variabel yang paling dominan Penelitian Kesehatan.Yogyakarta: Graha Ilmu.
berhubungan dengan tindakan induksi dan akselerasi Lemeshow, S., Hosmer, Jr, D, W., Klar, J. & Lwanga, S.
dalam persalinan K. 1997. Besar Sampel Dalam Penelitian
Kesehatan. Penerjemahan: Pramono, D.
Saran Yogyakarta:Gadjah Mada University Press.
Mengingat induksi dan akselerasi dalam persalinan Mangkunegara AAAP, 2006. Evaluasi kinerja sumber
memiliki risiko bagi ibu maupun janin yang dilahirkan daya manusia. PT.Refika Aditama; Bandung.
maka diharapkan bidan dapat memahami dengan baik Notoatmodjo S, 2003. Pendidikan dan perilaku kesehatan.
manfaat dan kerugiaan induksi daan akselerasi persalinan Rineka Cipta Jakarta
sebelum memutuskan untuk melakukan tindakan tersebut. --------------------- 2006. Metodologi Penelitian Kesehatan
Kepada pihak dinas kesehatan kota Pematangsiantar (Edisi Revisi). Rineka Cipta, Jakarta.
diharapkan dapat melaksanakan suatu pelatihan tentang , 2007. Promosi Kesehatan dan Ilmu
induksi dan akselerasi persalinan karena dengan pelatihan Perilaku. Jakarta, Rineka Cipta.
tersebut bidan-bidan yang ada di Kota Pematangsiantar Oxorn, 2003. Ilmu Kebidanan Patologi dan Fisiologi
dapat melakukan induksi dan akselerasi persalinan sesuai Persalinan. Yogyakarta : Yayasan Essentia
dengan standar. Medica.
Varibel dalam penelitian ini dibatasi dengan jumlah Pengurus Pusat Ikatan Bidan Indonesia, 2006. Standar
responden yang kecil (40 bidan) dan tidak menilai hasil profesi bidan Indonesia. PP IBI; Jakarta.
dari tindakan induksi dan akselerasi persalinan secara
seksama sehingga perlu dilakukan penelitian lanjutan Robbins SP, 2003. Perilaku organisasi. Edisi Lengkap.
dengan jumlah sampel yang lebih besar atau variabel Alih Bahasa Benyamin Molan. PT Indeks
penelitian yang lebih luas. Kelompok Gramedia; Jakarta.
Saifuddin AB, dkk, 2002. Buku panduan praktis Pelayanan
Daftar Pustaka Kesehatan Maternal dan Neonatal. Ed I. Yayasan
Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo; Jakarta.
AHRQ, 2009. Elective Induction of Labor: Safety and Sudigdo S, Ismail S, 2008. Dasar-dasar Metodologi
Harms. US Department of Health and Human Penelitian Klinis. Ed.3. Sagung Seto; Jakarta.
Services. Sugiyono, 2009. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif
Badan Pusat Statistik (BPS) dan Macro International, dan R & D. CV Alfabeta; Bandung.
2007. Survei demografi dan kesehatan Indonesia, Surani, 2007. Analisis karakteristik individu dan faktor
Calverton, Maryland, USA: BPS dan Macro intrinsik yang berhubungan dengan kinerja bidan
International. pelaksana poliklinik kesehatan desa dalam
Basri, Rivai, 2004. Performance appraisal. PT Raja pelayanan kesehatan di kabupaten Kendal,
Grafindo Persada; Jakarta. [diunduh tanggal 13 Oktober 2013]. Tersedia
Cunningham FG,dkk, 2010. Williams Obstetrics 23 RD dari:
Edition. MC Grow Hill Medical, Dallas, Texas. http://eprints.undip.ac.id/17401/1/Endang_Surani.
Depkes, 2007. Keputusan Menteri Kesehatan Republik pdf
Indonesia No. 369/Menkes/SK/III/2007 Tentang Varney H, 2008. Buku Ajar Asuhan Kebidanan Edisi 4
Standar Profesi Bidan, Jakarta, Depkes. Volume 2. EBG; Jakarta.
Handoko R. Statistik Kesehatan, 2007, Yogyakarta: WHO, 2011. WHO Recommendations for Induction of
Penerbit Mitra Cendekia Press. Labour. WHO
Hoffman MK, Sciscione AC, 2003, Elective induction with Winkel WS, 2007. Psikologi pengajaran. Media Abadi;
cervical replanning increase the risk of Yogyakarta.
caesarean delivery in multiparous women. Obstet
Gynecol 101:7S.

60
Jurnal Ilmiah PANNMED Vol. 9 No.1 Mei - Agustus 2014

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN


KETIDAKIKUTSERTAAN MENJADI AKSEPTOR KB PADA IBU
BERSALIN PESERTA JAMPERSAL DI RSUD DR.DJASAMEN SARAGIH
PEMATANGSIANTAR TAHUN 2013

Juliani Purba, Tengku Sri Wahyuni, Sri Hernawati Sirait


Prodi Kebidanan Pematangsiantar Poltekkes Kemenkes Medan

Abstrak

Sumatera Utara dengan angka fertilitas 3,8 merupakan provinsi keempat terbesar jumlah penduduknya di
Indonesia. Sebagai upaya untuk pengendalian jumlah penduduk dan keterkaitannya dengan Jaminan
Persalinan (Jampersal), maka pelayanan KB pada masa nifas perlu mendapatkan perhatian. Tatalaksana
pelayanan KB mengacu kepada pedoman pelayanan KB dan KIA yang diarahkan pada Metode Kontrasepsi
Jangka Panjang (MKJP) atau Kontrasepsi Mantap (Kontap). Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis
faktor-faktor yang berhubungan dengan ketidakikutsertaan menjadi akseptor KB pada ibu bersalin peserta
Jampersal di RSUD Dr.Djasamen Saragih Pematangsiantar. Penelitian ini merupakan Explanatory Research
dengan pendekatan cross sectional. Sampel adalah 41 ibu bersalin peserta jampersal di RSUD Dr. Djasamen
Saragih Pematangsiantar ditentukan dengan cara consecutive sampling. Pengumpulan data dengan cara
wawancara menggunakan kuesioner. Analisis data meliputi tahapan analisis univariat, analisis bivariat
dengan uji chi square, analisis multivariat dengan uji regresi logistik ganda dengan kemaknaan p<0,05 dan
rasio prevalen dengan CI 95%. Hasil penelitian ini mendapatkan proporsi ibu bersalin peserta Jampersal di
RSUD Dr. Djasamen Saragih Pematangsiantar tahun 2013 ada 22 (53,7%) yang tidakikut menjadi akseptor
KB. Hasil analisis bivariat menunjukkan bahwa faktor predisposisi yaitu umur dan paritas berhubungan
dengan ketidakikutsertaannya menjadi akseptor KB dengan nilai p= 0,032; RP 0,50 dan CI 0,28-0,88 dan p=
0,003; RP 3,19; CI (1,31-7,74). Hasil analisis multivariat menunjukkan bahwa paritas merupakan variabel
yang paling dominan dari ibu bersalin peserta Jampersal dengan ketidakikutsertaannya menjadi akseptor
KB. Diharapkan kepada kepada petugas kesehatan yang memberikan pelayanan pemeriksaan kehamilan,
persalinan dan nifas hendaknya memberikan pendidikan kesehatan kepada ibu agar menggunakan
alokontrasepsi tanpa harus menunggu selesai masa nifas dan bagi ibu dengan paritas ≤ 2 diharapkan teta p
menggunakan MKJP dengan tujuan untuk mengatur waktu yang tepat untuk hamil, mengatur jarak
kehamilan dan menentukan jumlah anak.

Kata kunci : ibu bersalin, Jampersal, akseptor KB

PENDAHULUAN yang selamat akan bertambah. Bertambahnya jumlah ibu


dan bayi yang selamat sama artinya dengan jumlah
Latar Belakang penduduk Indonesia yang juga semakin bertambah
Upaya untuk menurunkan angka kematian ibu (Prabhaswari, 2012). Hal ini bukanlah suatu masalah jika
(AKI) dan bayi baru lahir di Indonesia masih harus pelaksanaan program Jampersal tidak terhenti hanya pada
membutuhkan berbagai inovasi. Terlebih, bila dikaitkan tahap persalinan saja tetapi harus sampai mendapatkan
dengan target Millenium Development Goals (MDGs) pelayanan KB.
2015, yakni menurunkan AKI menjadi 102 per 100.000 Beberapa faktor yang diperkirakan berpengaruh terhadap
kelahiran hidup, dan angka kematian bayi (AKB) menjadi ketidakikutsertaan pasangan dalam menentukan metode
23 per 100.000 kelahiran hidup yang harus dicapai. Tahun kontrasepsi apa yang akan dipakai dan keinginan untuk
2010 Indonesia telah memberikan komitmen pada global mengakses metode kontrasepsi (DeRose, 2004; Prihastuti,
strategy for woman and children health. Pada tahun 2011 2004).
setidaknya ada 1,5 juta ibu hamil dan bayi yang dibiayai Sumatera Utara dengan angka fertilitas 3,8
pemerintah melalui Jaminan Persalinan (Jampersal) (Pusat merupakan provinsi keempat terbesar jumlah penduduknya
Komunikasi Publik, Sekjen Kemkes RI, 2012; Pusat di Indonesia setelah Jawa Barat, Jawa Timur, dan Jawa
Komunikasi Publik, Sekjen Kemenkes RI, 2013). Tengah. Menurut hasil pencacahan lengkap Sensus
Program Jampersal diharapkan dapat Penduduk pada tahun 2010 jumlah penduduk Sumatera
mengakselerasi goal dari MDGs 4 dan 5 yakni Utara 12,98 juta jiwa dan telah meningkat menjadi
menurunkan AKI dan AKB sehingga jumlah ibu dan bayi

61
Jurnal Ilmiah PANNMED Vol. 9 No.1 Mei - Agustus 2014

13.215.401 jiwa pada tahun 2012 (Sembiring, 2010; BPS Tabel 1 : Distribusi Responden Berdasarkan
Sumut, 2012). Faktor Predisposisi (Umur, Pendidikan,
RSUD Dr. Djasamen Saragih Pematangsiantar Pekerjaan, Pendapatan, Paritas, Paparan
merupakan RSUD satu-satunya yang menerima pelayanan informasi, Pengetahuan dan Sikap) dan
Jampersal. Hasil survei pendahuluan yang dilakukan Berdasarkan Faktor Penguat (Dukungan
Jampersal di RSUD Dr. Djasamen Saragih Suami) di RSUD Dr. Djasamen Saragih
Pematangsiantar pada bulan Maret 2013 diketahui jumlah Pematangsiantar tahun 2013
ibu bersalin peserta Jampersal tahun 2012 ada 305 kasus No Variabel Frekuensi Persentase
(83,3%) dan hanya 79 kasus (25,9%) dilakukan tindakan (%)
kontap, sedangkan untuk IUD/implant tidak ada.
1. Ketidakikutsertaan
Tidak ikut 22 53,7
Metode
Ikut 19 46,3
Penelitian ini merupakan Explanatory 2 Umur
Research dengan pendekatan cross sectional. Sampel > 35 tahun 24 58,5
adalah 41 ibu bersalin peserta jampersal di RSUD Dr. < 35 tahun 17 41,5
Djasamen Saragih Pematangsiantar ditentukan dengan 2. Pendidikan
cara consecutive sampling. Pengumpulan data dengan Pendidikan dasar 2 4,9
cara wawancara menggunakan kuesioner. Analisis data Pendidikan lanjutan 39 95,1
meliputi tahapan analisis univariat, analisis bivariat 3. Pekerjaan
dengan uji chi square, analisis multivariat dengan uji Tidak bekerja 41
100,0
regresi logistik ganda dengan kemaknaan p<0,05 dan
Bekerja 0 0,0
rasio prevalen dengan CI 95%. 4. Pendapatan
≤ Rp.1,2 jt 40 97,6
HASIL > Rp.1,2 jt 1 2,4
5. Paritas
Analisis Univariat ≤ 2 orang 24 58,5
Analisis univariat pada penelitian ini bertujuan > 2 orang 17 41,5
untuk melihat gambaran distribusi frekuensi variabel 6. Paparan informasi
yang diteliti yaitu variabel independen meliputi : faktor tentang KB
Pernah 2 4,9
predisposisi (umur, pendidikan, pekerjaan, pendapatan
Tidak pernah 39 95,1
dan paritas, paparan informasi KB, pengetahuan 7. Pengetahuan tentang
tentang KB dan sikap tentang KB) dan faktor penguat KB
(dukungan suami). Dan variabel dependen yaitu Kurang baik (skor 1-6) 8 19,5
ketidakikutsertaan menjadi akseptor KB. Baik (skor 7-13) 33 80,5
8. Sikap ibu untuk ber-
KB
Kurang baik (skor 10- 1 2,4
19)
Baik (skor 20-40) 40 97,6
9. Dukungan suami
Kurang baik (skor 10- 9 22,0
19)
Baik (skor 20-40) 32 78,0

Analisis Bivariat
Analisis bivariat menunjukkan bahwa umur ibu
dan paritas mempunyai hubungan dengan
ketidakikutsertaan menjadi akseptor KB (p<0,005),
sedangkan untuk variabel pendidikan, pekerjaan,
pendapatan, paparan informasi tentang KB,
pengetahuan tentang KB, sikap tentang KB dan
dukungan suami tidak memiliki hubungan dengan
ketidakikutsertaan menjadi akseptor KB (p > 0,005).

62
Juliani Purba, dkk. Faktor-Faktor yang Berhubungan...

Tabel 2 : Hasil uji bivariat


Ketidakikutsertaan menjadi akseptor
No Faktor KB Nilai RP
Predisposisi Tidak ikut Ikut Total p 95% CI
n % n % n %
1. Umur
> 35 tahun 9 37,5 15 62,5 24 100,0 0,032 0,50 (0,28-0,88)
< 35 tahun 13 76,5 4 23,5 17 100,0
2. Pendidikan
Dasar 2 100,0 0 0,0 2 100,0 0,490 1,95 (1,44-2,65)
Lanjutan 20 51,3 19 48,7 39 100,0
3. Pekerjaan
Tidak bekerja 22 53,7 19 46,3 41 100,0 - -
Bekerja 0 0,0 0 0,0 0 100,0
4. Pendapatan
≤ Rp.1,2 jt 21 52,5 19 47,5 40 100,0 1,000 0,53 (0,40-0,71)
> Rp.1,2 jt 1 100,0 0 0,0 1 100,0
5. Paritas
≤ 2 orang 18 75 6 25,0 17 100,0 0,003 3,19 (1,31-7,74)
> 2 orang 4 23,5 13 76,5 24 100,0
6. Paparan info ttg KB
Tidak pernah 2 100 0 0,0 2 100,0 0,490 0,95 (1,44-2,65)
Pernah 20 51,3 19 48,7 39 100,0
7. Pengetahuan ttg KB
Kurang baik 5 62,5 3 37,5 8 100,0 0,703 1,21 (0,65-2,28)
Baik 17 51,5 16 48,5 33 100,0
8. Sikap
Kurang baik 1 100 0 100 1 100,0 1,000 1,91 (1,42-2,56)
Baik 21 52,5 19 46,3 40 100,0
9. Dukungan suami
Kurang baik 6 66,7 3 33,3 32 100,0 0,466 1,34 (0,75-2,38)
Baik 16 50,0 16 50,0 9 100,0

Analisis Multivariat Dari hasil seleksi diperoleh variabel paritas


Pada penelitian ini, variabel independen yang merupakan variabel yang paling dominan berhubungan
memenuhi kriteria p < 0,25 pada analisis bivariat dengan ketidakikutsertaan menjadi akseptor KB. Besar
dimasukkan ke dalam analisis multivariat dengan hubungan variabel tersebut dapat dilihat dari rasio prevalen
menggunakan uji regresi logistik regresi yaitu variabel sebesar 3,19 dengan 95% CI : 1,31 - 7,74, artinya peluang
umur dan paritas. Untuk mendapatkan faktor yang paling ibu bersalin peserta Jampersal yang memiliki paritas ≤ 2
dominan, semua kandidat diuji secara bersama-sama untuk tidakikutserta menjadi akseptor KB 3,19 kali lebih
dengan menggunakan metode Backward. Faktor yang besar dibandingkan ibu bersalin peserta Jampersal yang
terbaik akan dipertimbangkan dengan melihat nilai p. memiliki paritas > 2.
Pada setiap tahapan seleksi variabel yang tidak signifikan
(p > 0,05) dikeluarkan satu persatu mulai dari p yang Pembahasan
terbesar. Setiap tahapan seleksi selanjutnya dilakukan Pada penelitian ini dari 17 responden yang
dengan cara yang sama hingga seleksi terakhir diperoleh belum menjadi akseptor KB ada 12 responden yang
variabel yang seluruhnya berhubungan signifikan (p < berencana akan menggunakan alokon KB tetapi setelah
0,05), yang dapat dilihat pada tabel berikut ini: selesai masa nifas, 5 responden tidak berencana
menggunakan alokon KB karena masih menginginkan
Tabel 3 : Hasil seleksi akhir analisis multivariat punya anak lagi.
No Variabel SE(β) Nilai p Rasio 95% Dari faktor umur ibu diperoleh data bahwa ibu
Prevalen CI bersalin yang menggunakan Jampersal pada kelompok
1. Paritas 0,741 0,002 3,19 1,31 - umur < 35 tahun ada 13 responden (76,5%) tidakikutserta
7,74 menjadi akseptor KB dan ada 9 responden (37,5%) yang
Konstanta -1,099 0,471
tidakikutserta menjadi akseptor KB pada kelompok umur

63
Jurnal Ilmiah PANNMED Vol. 9 No.1 Mei - Agustus 2014

>35 tahun. Hasil uji chi-square di dapat nilai p = 0,032 dengan penghasilan rendah, mengingat prioritas
artinya ada hubungan antara umur dengan pendapatan keluarga untuk membeli makanan, maka
ketidakikutsertaan menjadi akseptor KB. penyediaan biaya untuk pelayanan kesehatan kurang
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang mendapatkan prioritas (Saini dkk, 2007).
dilakukan di Pati yang menyatakan bahwa umur ibu Diperoleh data pada kelompok paritas ≤ 2 ada
bersalin pengguna Jampersal berhubungan dengan 18 responden (75,0%) yang tidakikutserta menjadi
ketidakikutsertaan KB dengan nilai p= 0,003. akseptor KB dan pada kelompok paritas > 2 ada 4
Umur menentukan preferensi fertilitas dari responden (18,2%) yang tidakikutserta menjadi
setiap wanita. Wanita dengan umur yang lebih tua akseptor KB. Hasil uji chi-square di dapat nilai p =
merasa bahwa tidak perlu menggunakan kontrasepsi 0,003 maka, ada hubungan yang antara paritas dengan
karena berpikir tidak akan hamil lagi dan sudah jarang ketidakikutsertaan menjadi akseptor KB.
berhubungan seksual. Wanita usia muda cenderung Hasil penelitian Dang (1995) menemukan ada
ber-KB dengan tujuan menjarangkan kehamilan, hubungan yang bermakna antara jumlah anak dengan
sedangkan disisi lain wanita pada kelompok umur tua pemakaian kontrasepsi. Wanita dengan jumlah anak 4
cenderung untuk tidak memiliki anak lagi karena orang atau lebih memiliki kemampuan untuk
jumlah anak yang dimiliki kemungkinanan telah cukup menggunakan alat kontrasepsi sebesar 1,73 kali lebih
(Bhushan, 1997; Ojaaka, 2008). besar dibandingkan dengan wanita yang memilki 2
Pendidikan ibu pada penelitian ini tidak orang anak atau kurang.
mempunyai hubungan dengan ketidakikutsertaan menjadi Paritas seorang perempuan tentunya selalu
akseptor KB dengan uji chi-square di dapat nilai p = 0,491. berhubungan dengan jumlah anak yang dimiliki. Anak
Pada responden yang memiliki tingkat pendidikan lanjutan mempunyai nilai tertentu bagi orang tua, dan memiliki
didapatkan 20 responden (51,3%) yang tidakikutserta anak menuntut beberapa konsekuensi yang harus
menjadi akseptor KB dan ada 2 responden (100,0%) yang dipenuhi karenanya. Latar belakang sosial (tingkat
memiliki tingkat pendidikan dasar tidakikutserta menjadi pendidikan, kesehatan, adat/budaya, pekerjaan, tingkat
akseptor KB. penghasilan) yang berbeda menyebabkan pandangan
Meningkatnya pendidikan seorang individu yang berbeda mengenai anak. Di daerah pedesaan anak
secara ekonomi berkorelasi positif dengan selera (taste), mempunyai nilai yang tinggi bagi keluarga. Anak dapat
artinya semakin tinggi tingkat pendidikan maka selera atau memberikan kebahagiaan kepada orangtuanya selain
keinginannya meningkat baik kuantitas maupun kualitas. itu merupakan jaminan di hari tua dan dapat membantu
Melalui pendekatan fungsi utilitas, selera tentang anak ekonomi keluarga (Siregar, 2003).
dalam suatu unit keluarga mengarahkan pilihannya kepada Pada responden yang sudah pernah
kualitas bukan kuantitas (jumlah anak yang dilahirkan) mendapatkan informasi tentang KB ada 20 responden
(Cleland, 2003). (51,3%) tidakikutserta menjadi akseptor KB. Pada
Pada penelitian ini seluruh responden tidak responden yang belum pernah mendapatkan informasi
bekerja 41 responden (100,0%) sehingga tidak tentang KB ada 2 responden (100%) tidakikutserta
dilakukan lagi uji untuk melihat hubungannya dengan menjadi akseptor KB. Informasi tentang KB yang
ketidakikutsertaan menjadi akseptor KB. Meskipun diperoleh responden pada penelitian ini tidak
responden tidak bekerja mereka berhak mendapatkan mempunyai hubungan dengan ketidakikutsertaan
Jampersal selama mereka tidak memilki jaminan menjadi akseptor KB dengan uji chi-square di dapat
kesehatan lainnya. Hal ini memungkinkan para nilai p = 0,490
responden untuk memperoleh semua pelayanan yang Media massa secara langsung dapat memengaruhi
tersedia dalam Jampersal termasuk pelayanan KB. pemirsa/pendengar dengan meningkatkan pengetahuan
Jampersal merupakan upaya untuk menjamin dan atau mengoreksi kesalahan informasi, misalnya cerita radio
melindungi proses kehamilan, persalinan, paska persalinan, dapat memberikan informasi baru mengenai manfaat
dan pelayanan KB paska salin serta komplikasi yang kesehatan dan risiko kontrasepsi. Media massa dapat
terkait dengan kehamilan, persalinan, nifas, KB paska menghasilkan sikap positif terhadap objek stimulus,
salin, sehingga manfaatnya terbatas dan tidak dimaksudkan misalnya seseorang yang terpapar program televisi yang
untuk melindungi semua masalah kesehatan individu menggambarkan metode kontrasepsi atau keluarga kecil,
(Kemenkes, 2012). program yang ditampilkan dapat berupa jenis program
Pada penelitian ini hubungan pendapatan tidak yang bersifat pendidikan, promosi, atau hiburan (Hernik,
menunjukkan hasil yang signifikan dengan 2001).
ketidakikutsertaan menjadi akseptor KB dengan uji Dari faktor pengetahuan dalam penelitian ini
chi-square di dapat nilai p = 1,000. Responden dengan diperoleh data pada kelompok dengan pengetahuan baik
pendapatan < 1,2 juta rupiah ada 21 responden (52,5%) ada 17 responden (77,3 %) yang tidakikutserta menjadi
tidakikutserta menjadi akseptor KB sedangkan dengan akseptor KB, dan pada kelompok dengan pengetahuan
pendapatan > 1,2 juta rupiah ada 1 responden (100%) kurang ada 5 responden (22,7 %) yang tidakikutserta
tidakikutserta menjadi akseptor KB. menjadi akseptor KB. Hasil uji chi-square di dapat nilai p
Pendapatan keluarga dapat memengaruhi = 0,703 artinya tidak ada hubungan antara pengetahuan
kemampuan keluarga untuk mendapatkan pelayanan dengan ketidakikutsertaan menjadi akseptor KB.
kesehatan yang memadai. Hal yang terjadi pada keluarga

64
Juliani Purba, dkk. Faktor-Faktor yang Berhubungan...

Pengetahuan merupakan domain yang sangat jangka waktu penggunaan kontrasepsi. (BPS, 2007;
penting dalam membentuk tindakan seseorang (overt Bhushan, 1997). Berdasarkan beberapa penelitian
behavior), sebab dari pengalaman dan dari hasil alasan mengapa suami tidak menyetujui pasangannya
penelitian ternyata perilaku yang didasari oleh untuk menggunakan alat kontrasepsi adalah berkaitan
pengetahuan akan lebih langgeng (long lasting) dengan biaya yang harus dikeluarkan, keberatan jika
daripada perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan pasangannya harus diperiksa oleh petugas kesehatan
(Gerungan, 1986). laki-laki, dan takut terhadap efek samping yang
Seorang wanita dapat lebih mudah memilih mungkin akan diderita oleh pasangannya (Islam, 2009).
kontrasepsi yang sesuai untuk tahap siklus hidupnyadan Banyak pasangan suami istri yang jarang
dapat diterima pasangannya dengan memiliki mendiskusikan mengenai fertilitas dan KB. Beberapa
pengetahuan tentang berbagai alat kontrasepsi yang studi menunjukkan bahwa komunikasi mengenai KB
lebih luas. Memiliki pengetahuan tentang berbagai alat biasanya dilakukan hanya ketika pasangan tersebut
kontrasepsi juga memudahkan wanita jika ingin beralih sudah memiliki satu atau dua anak (Bhushan, 1997).
ke metode lain jika ia tidak puas terhadap metode yang Komunikasi memainkan peran penting dalam
digunakan saat ini (Prayoga, 2007; Bhushan, 1997). pengambilan keputusan, perencanaan keluarga dan
Pemberian informasi yang baik tentang alat perilaku kesehatan reproduksi. Komunikasi efektif
kontrasepsi dan konseling yang sesuai akan membantu dengan memberdayakan pasangan untuk tujuan
merekrut pengguna kontrasepsi baru dan mencegah pengambilan keputusan akan menghasilkan keputusan
drop out. Berdasarkan beberapa studi yang telah yang terbaik bagi setiap pasangan baik keputusan untuk
dilakukan, memberikan konseling dan memperluas kesehatan mereka secara pribadi maupun keputusan
pengetahuan pasien tentang KB secara konsisten, untuk mendapatkan pelayanan kesehatan yang
berhubungan dengan tingginya penggunaan alat berkualitas, termasuk untuk memutuskan membatasi
kontrasepsi dan keberlangsungan penggunaan alat jumlah anak, menggunakan alat kontrasepsi, maupun
kontrasepsi (WHO, 2006). rencana untuk menggunakan metode kontrasepsi
Dalam penelitian ini diperoleh data pada (Machfoedz dkk, 2007).
responden yang memiliki sikap yang baik tentang
penggunaan KB ada 21 responden (52,5%) yang Daftar Pustaka
tidakikutserta menjadi akseptor KB, yang memiliki
sikap yang kurang baik tentang penggunaan KB ada 1 Badan Pusat Statistik (BPS) Sumut, 2012. Penduduk
responden (100%) yang tidakikutserta menjadi akseptor Sumatera Utara tahun 2012. sumut.bps.go.id
KB. Hasil uji chi-square di dapat nilai p = 1,000 [diunduh 9 Mei 2013]
artinya tidak ada hubungan antara sikap dengan Bhunsan,I. 1997. Understanding unmet need. The Johns
ketidakikutsertaan menjadi akseptor KB. Hopkins School of Public Health Center
Wanita dengan tidakikutserta menjadi akseptor Publication. [online serial]. Di unduh 1 Mei 2012.
KB mungkin juga memiliki kekhawatiran terhadap efek Tersedia dari URL:
samping kontrasepsi, dan kekhawatiran tersebut bukan www.jhuccp.org/pubs/wp/4/4.pdf
karena wanita tersebut benar-benar mengalami efek Cleland J, 2002. Education and future fertility trends, with
samping sebelumnya. Berdasarkan penelitian yang special reference to mid-transitional countries.UN.
dilakukan oleh DHS di 8 negara yaitu Ghana, [online serial]. [Diunduh 5 Oktober 2012]:[5
Madagascar, Malawi, Zambia, Indonesia, Filipina, halaman]. Tersedia
Maroko dan Republik Dominica menunjukkan bahwa dari:http://www.angelinvest.us/esa/population/pub
kira-kira setengah atau lebih wanita dengan yang tidak lication/completingfertility/RevisedCLELANDpap
pernah menggunakan alat kontrasepsi menyatakan er.PDF
takut karena alasan efek samping. Ketakutan mereka Dang, Anh, 1995. Differentials in Contraceptive Use and
jelas didasarkan pada informasi tentang pengalaman Method Choice in Vietnam. International Family
orang lain baik pengalaman yang aktual atau hanya issu Planning Perspectives, 21 (1): 2-5
(Hermawan, 2006). DeRose LF, Dodoo NA, Ezeh Ac, Owuor TO, 2004. Does
Pada responden yang mendapatkan dukungan yang discussion of family planning inmprove
baik dari suaminya untuk ber-KB ada 16 responden knowledge of partner’s attitude toward
(50,0%) tidakikutserta menjadi akseptor KB dan contraceptives?. Guttmacher Pub. [online serial],
responden yang tidak mendapatkan dukungan yang baik [diunduh 9 Mei 2013];30(2):[5 halaman].
dari suaminya untuk ber-KB ada 6 responden (66,7%) Tersedia dari: URL:
tidakikutserta menjadi akseptor KB. Dukungan suami http//www.guttmacher.org/pubs/journals/300870
responden untuk ber-KB pada penelitian ini mempunyai 4.html
hubungan dengan ketidakikutsertaan menjadi akseptor KB Gerungan, W.A., 1986. Psikologi Sosial, Bandung, Eresco.
dengan uji chi-square di dapat nilai p = 0,466. Hermawan Y, 2006. Hubungan antara tingkat pendidikan
Keterlibatan suami merupakan hal penting dan persepsi dengan perilaku ibu ibu rumah tangga
dalam segala hal yang berkaitan dengan penggunaan dalam pemeliharaan kebersihan lingkungan.
alat kontrasepsi, seperti kepuasan untuk membeli alat [online serial]. [Diunduh 5 Oktober 2012]:[16
kontrasepsi, jenis kontrasepsi yang digunakan, dan halaman]. Tersedia dari:

65
Jurnal Ilmiah PANNMED Vol. 9 No.1 Mei - Agustus 2014

ejournal.unud.ac.id/abstrak/hubungan%20antara.p Kesimpulan
df Faktor predisposisi yaitu umur dan paritas ibu bersalin
Hernik R, Mc Anany, 2001.Theories and evidence: peserta Jampersal berhubungan dengan ketidakikutsertaan
mass media effect and fertility change. [online menjadi akseptor KB. Paritas merupakan variabel dominan
serial]. [diunduh 30 April 2011]; [sekitar 8 berhubungan dengan ketidakikutsertaan menjadi akseptor
halaman]. Tersedia dari: National Academy KB dengan rasio prevalen sebesar 3,19 dengan 95% CI :
Press.www.unm.edu/…/reading 23.pdf 1,31-7,74, artinya peluang ibu bersalin peserta Jampersal
Islam TM, 2009. Influence of socio-demographic variables yang memiliki paritas ≤ 2 untuk tidak menjadi akseptor
on fertility in Bangladesh: application of path KB 3,19 kali lebih besar dibandingkan ibu bersalin peserta
model analysis. Medicine Jurnal ;6(5):313-320 Jampersal yang memiliki paritas > 2.
Kemenkes RI, 2012. Petunjuk teknis Jaminan Persalinan.
Kementerian Kesehatan RI, Jakarta. Saran
Machfoedz I, Suryani E, 2007. Pendidikan kesehatan Mengingat tingginya ibu bersalin peserta jampersal
bagian dari promosi kesehatan. Fitramaya, yang belum menjadi akseptor KB ketika pulang dari RS
Yogyakarta. diharapkan pihak RSUD dr, Djasamen Saragih dapat
Ojaaka D, 2008. Trends and determinants of unmet need menjalin kerjasama dengan pihak Badan Pemberdayaan
for family planning in Kenya. [online serial]. [Di Perempuan dan Keluarga Berencana (BPPKB) Kota
unduh 1 Oktober 2012]; 56 [sekitar 32 halaman]. Pematangsiantar sehingga alokon KB apapun yang
Tersedia dari: DHS publication. dibutuhkan dapat tersedia.
www.measuredhs.com/pubs/pdf/WP56/WP56.pdf Kepada petugas kesehatan yang memberikan pelayanan
Prayoga AD, 2007. Dasar-dasar demografi, Jakarta: pemeriksaan kehamilan, persalinan dan nifas hendaknya
Lembaga Pener bit Fakultas Ekonomi Universitas memberikan pendidikan kesehatan kepada ibu agar
Indonesia. menggunakan alokon tanpa harus menunggu selesai masa
Prihastuti D, Djutaharta T, 2004. Analisis lanjut SDKI nifas.
2002-2003 kecenderungan preferensi fertilitas, Bagi ibu dengan paritas ≤ 2 diharapkan tetap
unmet need, dan kehamilan tidak diharapkan di menggunakan MKJP dengan tujuan untuk mengatur waktu
Indonesia. Jakarta: BKKBN. yang tepat untuk hamil, mengatur jarak kehamilan dan
Saini N.K, Bhasin S.K, Sharma R, Yadav G, 2007. Study menentukan jumlah anak.
of unmet need for family planning in a Bagi peneliti yang tertarik dalam bidang yang sama
resettlement colony of East Delhi. IndMed. perlu mempertimbangkan faktor penguat yang
[diunduh 28 April 2011]; 30 (2): 124-133. berhubungan dengan ketidakikutsertaan menjadi akseptor
Tersedia dari: KB, seperti dukungan tokoh agama dan dukungan petugas
http://medind.nic.in/imvw/habaa.html kesehatan serta perubahan sistem jaminan kesehatan pada
Siregar, F. 2013. Pengaruh nilai anak dan jumlah anak tahun 2014 yang akan datang. Begitu juga dengan faktor
pada Keluarga terhadap Norma Keluarga Kecil pemungkin yang berhubungan dengan ketidakikutsertaan
Bahagia dan sejahtera (NKKBS). menjadi akseptor KB, seperti jarak ke pelayanan kesehatan
http://library.usu.ac.id/doenload/fkm/fkm- dan biaya ke pelayanan kesehatan.
fazidah2.pdf. Diakses tanggal 23 Oktober 2013.
WHO, 2006. Ragam Metode Kontrasepsi. EGC: Jakarta.

66
Jurnal Ilmiah PANNMED Vol. 9 No.1 Mei - Agustus 2014

EVALUASI KEPUASAN MAHASISWA DALAM PROBLEM BASED


LEARNING ASUHAN KEBIDANAN KEHAMILAN DI PROGRAM STUDI
KEBIDANAN PADANGSIDIMPUAN

Irwan Batubara, Djaswadi Dasuki, Mubasysyir Hasanbasri


Prodi Kebidanan Padang Sidimpuan Poltekkes Kemenkes Medan

Abstrak

Lulusan pendidikan bidan yang ditempatkan di fasilitas kesehatan dan desa belum memberikan konstribusi
efektif terahadap percepatan penurunan angka kematian ibu dan angka kematian bayi. Pendidikan D III
kebidanan dengan kurikulum berbasis kompetensi berupaya melakukan perubahan sistem pembelajaran
konvensional menuju pembelajaran berbasis masalah (problem-based learning). Salah satu ciri problem-
based learning (PBL) self-directed learning, diintegrasikan dalam diskusi kelompok, diaplikasikan di
laboratorium dan praktek klinik pada objek nyata mewujudkan sikap profesi bidan mandiri yang mampu
memberi pelayanan dalam siklus kehidupan wanita berdasarkan bukti. Untuk mengetahui hubungan kegiatan
pembelajaran yang diterapkan dosen/tutor di kelas, laboratorium, praktek klinik dan kelengkapan alat-bahan
pembelajaran dengan kepuasan mahasiswa dalam asuhan kebidanan diagnosa kehamilan di Program Studi
Kebidanan Padangsidimpuan. Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif dan kualitatif dengan
pendekatan cross-sectional study. Populasi mahasiswa tingkat II reguler Program Studi Kebidanan
Padangsidimpuan berjumlah 50 orang ditambah 3 orang fasilitator, seluruhnya dijadikan subjek penelitian
(purposive sampling). Analisis data menggunakan chi-square, regresi logistik dengan pemodelan dan analisa
kualitatif. Hubungan kegiatan pembelajaran yang diterapkan dosen/tutor dengan kepuasan mahasiswa dalam
pembelajaran asuhan kebidanan diagnosa kehamilan bermakna dengan nilai p= 0,0001; RP sebesar 9,5
(CI95%=3,75-24.01) menjelaskan kegiatan pembelajaran memiliki risiko 9,5 kali mempengaruhi kepuasan
mahasiswa dalam pembelajaran asuhan kebidanan diagnosa kehamilan. Kegiatan pembelajaran sesuai
kriteria seven jump signifikan meningkan kepuasan mahasiswa dalam pembelajaran asuhan kebidanan
diagnosa kehamilan.

Kata kunci : Kegiatan pembelajaran, kepuasan mahasiswa

PENDAHULUAN mewujudkan sikap profesi bidan mandiri yang mampu


memberi pelayanan dalam siklus kehidupan wanita
Bidan salah satu tenaga kesehatan yang berdasarkan bukti3.
memiliki posisi penting dan strategis terutama dalam Program Studi Kebidanan Padangsidimpuan
penurunan angka kematian ibu dan kematian bayi. dalam proses pembelajaran berpedoman pada
Bidan memberikan pelayanan kebidanan yang kurikulum pendidikan bidan (2000) berbasis
berkesinambungan dan paripurna, fokus pada upaya kompetensi, metode pembelajaran diskusi kelompok,
pencegahan, promosi dengan pemberdayaan tanya jawab, presentase, penugasan terstruktur dan
masyarakat, kemitraan bersama-sama dengan tenaga ceramah4. Pembelajaran dilaksanakan di kelas,
kesehatan lainnya untuk senantiasa siap melayanai laboratorium, praktek klinik rumah sakit, puskesmas
siapa saja yang membutuhkan dimanapun berada1. dan masyarakat. Mhasiswa semester III-VI diterapkan
Pendidikan kebidanan harus mengedepankan kualitas sistem blok (2008), satu bulan pembelajaran kelas,
lulusan berbasis kemandirian pada praktek, laboratorium dan bulan berikutnya praktek klinik di
mengembangkan kreativitas kinerja yang dapat fasilitas kesehatan yang aktif memberikan pelayanan
dibuktikan dengan budaya kompetensi dan terampil KIA. Berdasarkan kegiatan pembelajaran yang
dalam perawatan siklus kehidupan wanita2. Pendidikan diterapkan dosen/tutor ciri pembelajaran berbasis
kebidanan perlu mensikapi perubahan metode masalah, peneliti ingin mengetahui metode
pembelajaran yang diterapkan inovasi berbasis pemebelajaran berbasis lengkap atau belum untuk
masalah, fokus pada mahasiswa intensif pada sumber perbaikan dimasa yang akan datang, jika metode ini
belajar dengan bimbingan tutor sebagai fasilitator. Ciri mendapat respon positif dari mahasiswa untuk
problem-based learning (PBL) self-directed learning, mencapai tujuan pembelajaran. Penelitian ini fokus
diintegrasikan dalam diskusi kelompok, diaplikasikan pada evaluasi kepuasan mahasiswa dalam kegiatan
di laboratorium dan praktek klinik pada objek nyata pembelajaran yang diterapkan dosen/tutor di kelas,

67
Jurnal Ilmiah PANNMED Vol. 9 No.1 Mei - Agustus 2014

laboratorium, praktek klinik dan sumber belajar asuhan kebidanan kehamilan. Nilai RP kurang dari 1 (CI 95%
kebidanan kehamilan di Politeknik Kesehatan tidak mencakup angka 1) maka faktor risiko bersifat
Kementerian Kesehatan Medan Program Studi protektif dan selanjutnya bila nilai ≥RP
1 maka
Kebidanan Padangsidimpuan. variabel tersebut merupakan faktor risiko yang
dianggap mempengaruhi rendahnya kepuasan
METODE PENELITIAN mahasiswa dalam pembelajaran asuhan kebidanan
diagnosa kehamilan.
Jenis penelitian kuantitatif dan kualitatif, dengan
pendekatan cross-sectional study, bertujuan untuk Hubungan Kegiatan Pembelajaran dengan
memperoleh gambaran kegiatan pembelajaran yang Kepuasan Mahasiswa dalam Asuhan Kebidanan
diterapkan dosen/tutor dengan kepuasan mahasiswa dalam Kehamilan
asuhan kebidanan kehamilan. Populasi, mahasiswa tingkat Kepuasan
II Program Studi Kebidanan Padangsidimpuan berjumlah Metode Tidak χ2
Puas p RP CI 95%
50 orang di tambah fasilitator 3 orang. Sampel dalam Pembelajaran puas
penelitian purposive sampling. n % n %
Variabel independen dalam penelitian ini terdiri
dari kegiatan pembelajaran dikelas, laboratorium, praktek PBL
klinik di rumah sakit dan sumber belajar. Variabel PBL lengkap 12 100 0 0 33,5 0,0001* 9,5 3.75 -
dependen kepuasan mahasiswa dalam pembelajaran PBL tidak 4 10,5 34 89,5 24.01
asuhan kebidanan kehamilan. Variabel luar yang lengkap
mempengaruhi pembelajaran dan kepuasaan mahasiswa Keterangan :
adalah pendidikan mahasiswa sebelumnya dan peran n = Jumlah mahasiswa 𝑝𝑝 = p Value
dosen/tutor dalam pembelajaran asuhan kebidanan 𝑥𝑥 2 = Chi-Square RP = Rasio Prevalensi
kehamilan. Analisis data univariabel, bivariabel, CI95% = Confidence Interval* = Signifikansi (p<0.05)
multivariabel dengan menggunakan uji statistik chi-square 95%
dan logistic regression dengan tingkat confidence interval
(CI95%). Terdapat hubungan yang bermakna antara
kegiatan pembelajaran dengan kepuasan mahasiswa
HASIL PENELITIAN dalam pembelajaran asuhan kebidanan kehamilan
dengan nilai p = 0,0001. Nilai RP sebesar 9,5
Uji statistik yang digunakan adalah chi-square (CI95%=3,75-24.01), menjelaskan kegiatan
dengan nilai p <0.05 menunjukkan hubungan yang pembelajaran yang diterapkan dosen/tutor memiliki
bermakna secara statistik. Nilai RP (risiko relatif) sama risiko 9,5 kali untuk mempengaruhi ketidak kepuasan
dengan 1 diartikan sebagai variabel yang diduga mahasiswa dalam pembelajaran asuhan kebidanan
sebagai faktor risiko yang tidak berpengaruh terhadap kehamilan.
kepuasan mahasiswa dalam pembelajaran asuhan
Hasil Analisis Chi square Kegiatan Pembelajaran dengan Kepuasan Mahasiswa dalam Asuhan Kebidanan
Kehamilan
Kepuasan
Pembelajaran Puas Tidak puas χ2 p RP CI 95%
n % n %
Pembelajaran kelas
- Lengkap 14 60,9 9 39,1
- Tidak lengkap 2 7,4 25 92,6 16,3 0,0001 8,2 2,1-32,4
Pembelajaran labor
- Lengkap 21 56,7 16 43,2 8,2
- Tidak lengkap 13 100 0 0,0002
Pembelajaran klinik 24,5
- Lengkap 15 78,9 4 21,1 31,1
- Tidak lengkap 1 3,2 30 96,8 0,0026 3,5-170.6
Kelengkapan alat
- Lengkap 15 57.7 11 42,3 16,4 13,8
- Tidak lengkap 1 4,2 23 95,8 1,8-97,0
Pendidikan mahasiswa
- SMA 12 24,6 26 64,5 0,13 0,0001 0,95
- SMK 4 33,3 8 66,7 0,586 0,37-2,39
Peran dosen
- Baik 16 35,5 29 64,5 2,64 0,13
- Kurang baik 0 0 5 100
Keterangan:
n = Jumlah responden 𝑝𝑝 = p Value
𝑥𝑥 2 = Chi-Square RP = Rasio Prevalensi
CI95% = Confidence Interval 95%

68
Irwan Batubara, dkk. Evaluasi Kepuasan...

Analisis multivariabel

Hasil Analisis Regresi Logistik hubungan Kegiatan Pembelajarandengan Kepuasan Mahasiswa dalam
Asuhan Kebidanan Kehamilan
Model 1 Model 2 Model 3 Model 4
Pembelajaran RP RP RP RP
(CI 95%) (CI 95%) (CI 95%) (CI 95%)
Pembelajaran kelas
- Lengkap 5,41 6,01 3,15
- Tidak Lengkap (1,47-19,90)* (1,59-22,60)* (0,99-10,05)

Sumber pembelajaran
- Lengkap 9,32 3,69 2,09
- Tidak Lengkap (1,39-62,33)* (0,60-22,54) (0,49-8,27)

Pembelajaran klinik
- Lengkap 13,53 3,29 11.81
- Tidak Lengkap (1,82-100,29)* (1,38-7,91)* (1,56-89,01)*
N 50 50 50 50
R² 0,30 0,36 0,26 0,40
Deviance 28,91 23,43 33,47 14,42
Keterangan:
N = Jumlah responden
RP = Rasio Prevalensi CI = Confident Interval
R² = Koefisien determinasi * = bermakna/signifikan

Model 1 untuk mengetahui hubungan kegiatan pertimbangan logis, statistik dan praktis lebih efektif
pembelajaran di kelas dan kelengkapan sumber belajar meningkatkan kepuasan mahasiswa dalam
dengan kepuasan mahasiswa dalam pembelajaran pembelajaran asuhan kebidanan kehamilan.
asuhan kebidanan kehamilan tanpa mengikut sertakan Pembelajaran berbasis masalah (PBL) efektif
variabel lain. Hasil analisis menunjukkan RP 5,41; CI dilaksanakan pada pembelajaran praktek klinik.
95%= 1,47-19,90. Nila R2, model 1 dapat memprediksi
kepuasan mahasiswa dalam pembelajaran asuhan
kebidanan kehamilan 30%. Model 2 melihat hubungan Hubungan kegiatan pembelajaran dengan kepuasan
sumber pembelajaran dan praktek klinik dengan mahasiswa dalam asuhan kebidanan diagnosa
kepuasan mahasiswa dalam pembelajaran asuhan kehamilan.
kebidanan kehamilan. Hasil analisis membuktikan nilai Hasil penelitian tabel 1 menunjukkan rerata
R2, mengalami peningkatan kepuasan mahasiswa 36% ketidakpuasan mahasiswa 68% dalam pembelajaran yang
dan tidak mempunyai hubungan yang bermakna dengan diterapkan dosen/tutor di kelas, laboratorium dan praktek
nilai RP = 3,69; CI 95%= 0,60-22,54. Kepuasan klinik. Secara deskriptif membuktikan kurangnya
mahasiswa memiliki proporsi 3,69 kali lebih puas pengetahuan dan keterampilan yang dimiliki oleh
dalam pembelajaran asuhan kebidanan. Model 3 dosen/tutor dalam manajemen pengelolaan kelas dan
melihat hubungan kegiatan pembelajaran di kelas dan pemanfaatan sumber pembelajaran untuk memotivasi
praktek klinik dengan kepuasan mahasiswa dalam mahasiswa intensif pada sumber belajar. Bukti statistik
pembelajaran asuhan kebidanan kehamilan. Hasil pada Tabel 4 terdapat hubungan yang bermakna antara
analisis mempunyai hubungan yang bermakna dengan kegiatan pembelajaran dengan kepuasan mahasiswa dalam
nilai RP = 6,01; CI 95%= 1,59-22,60. Kepuasan asuhan kebidanan kehamilan, nilai p = 0,0001; RP sebesar
mahasiswa memiliki proporsi 6,01 kali lebih puas 9,5; CI 95%= 3,75-24,01. Hal ini menjelaskan kegiatan
dalam pembelajaran asuhan kebidanan. Model 4 pembelajaran yang diterapkan dosen/tutor memiliki risiko
melihat hubungan kegiatan pembelajaran di kelas, 9,5 kali mempengaruhi ketidakpuasan mahasiswa dalam
praktek klinik, dan sumber pembelajaran dengan pembelajaran asuhan kebidanan kehamilan. Kegiatan
kepuasan mahasiswa dalam asuhan kebidanan pembelajaran yang diterapkan/dosen mayoritas PBL tidak
kehamilan. Hasil analisis membuktikan nila R2, lengkap 38 (76%) dan mahasiswa tidak puas. Nilai X² =
mengalami peningkatan kepuasan mahasiswa 40%, dan 33,5 artinya nilai peubah kegiatan pembelajaran yang
mempunyai hubungan bermakna dengan nilai RP diterapkan dosen (observasi) tidak sesuai dengan harapan
11,81; CI 95%= 1,56-89,01. Artinya kepuasan mahasiswa, semakin kecil nilai X² observasi dengan
mahasiswa memiliki proporsi 11,81 kali lebih puas harapan semakin baik mewujudkan tujuan pembelajaran
dalam pembelajaran. Berdasarkan analisis pemodelan, (mahasiswa puas).
peneliti cenderung untuk memilih model 4, atas dasar

69
Jurnal Ilmiah PANNMED Vol. 9 No.1 Mei - Agustus 2014

Problem based learning dilaksanakan lengkap klinik efisien dengan tugas perawatan pasien, sehingga
mahsiswa merasa puas signifikan dengan hasil penelitian; beban kerja tidak menimbulkan konflik dan saling
Kepuasan mahasiswa lebih baik pada sesi PBL mendapat perhatian. Peningkatan beban kerja tutor
dibandingkan dengan duduk dalam kuliah karena dapat untuk satu orang mahasiswa dan satu pasien sekitar 45
medorong aktivasi dan elaborasi pengetahuan sebelumnya menit setiap harinya9.. Tutor belajar dari pengalaman
dan memungkinkan proses pengembangan kognitif1,5. kegagalan atau ketidak puasan untuk memodifikasi
Pendidik pada dasarnya harus menyadari standar strategi metode pembelajaran efektif, seperti membuat
kurikulum yang dibutuhkan, kompetensi inti dari bidang jadwal harian, koordinasi dengan pendidikan untuk
studi, kemudian menyusun rencana pembelajaran dengan membatasi jumlah bimbingan, meningkatkan kinerja
pertimbangan kecukupan waktu, mahasiswa, metode dan tim dan melibatkan staf dengan pengawasan dan
sumber daya. Proses pembelajaran akan berlangsung bimbingan.
efektif jika mahasiswa terlibat secara aktif dalam tugas-
tugas yang bermakna, dan berinteraksi dengan materi Sumber pembelajaran dengan kepuasan mahasiswa
pembelajaran secara intensif. Penugasan belajar mandiri dalam asuhan kebidanan kehamilan.
meningkatkan kemampuan mengaplikasikan pengetahuan Hasil penelitian membuktikan sumber belajar
dalam aktivitas nyata, dan intraksi yang berkesinambungan (alat-bahan) pembelajaran tidak lengkap 23 (46%)
sesama teman sejawat memungkinkan mahasiswa untuk mahasiswa tidak puas dan mahasiswa tidak puas
melakukan konfirmasi terhadap pengetahuan dan walaupun alat lengkap 11 (22%). Secara deskriptif alat-
keterampilan pembelajaran6,7. Probem-based learning bahan adalah sumber belajar, jika tidak lengkap atau
inovasi dalam metode pembelajaran, dosen/tutor sebagai jumlahnya kurang menghambat tansformasi materi
fasilitator kreatif mengembangkan kemampuan dan pembelajaran dan membutuhkan waktu lebih lama
keahlian yang berhubungan dengan bidang tugasnya. dalam penyelesaian tugas. Secara statistik terdapat
Kualitas dan atribut fasilitator memberikan dampak yang hubungan yang bermakna antara kepuasan mahasiswa
signifikan pada proses pembelajaran, agar belajar terasa dengan kelengkapan alat-bahan pembelajaran dan dapat
nyaman dan tercipta diskusi yang terbuka dibutuhkan meningkatkan kepuasan mahasiswa 13,8 kali jika
fasilitator kreatif, terbuka, fleksibel, berpikir positif, ketersedian alat-bahan pembelajaran lengkap. Aktivitas
inovatif dan penuh motivasi dalam kelompok pembelajaran mahasiswa berinteraksi dengan sumber
diskusi2,8.Tantangan pembelajaran di Program Studi belajar; mendemontrasikan, mempraktekkan,
Kebidanan Padangsidimpuan; kurangnya jumlah mensimulasikan, mengadakan eksprimen,
fasilitator jika dibandingkan dengan kelompok mahasiswa, menganalisis, mengaplikasikan, menemukan,
kualifikasi pengetahuan belum memadai sehingga mengamati, meneliti, efektivitas dan efisien proses
mahasiswa tidak terfasilitasi optimal dalam pembelajaran. dipengaruhi kelengkapan alat-bahan sebagai sumber
Fasilitator berupaya meningkatkan kemampuan melalui belajar. menjelaskan hambatan dalam pembelajaran,
pendidikan formal dan pelatihan yang relevan dengan kurangnya alat-bahan mahasiswa tidak dapat
tugasnya, kemampuan teknologi dan psikologi pendidikan menyelesaikan pembelajaran kelompok tepat waktu
untuk mendisain kegiatan pembalajaran berbasis masalah dan tutor mengalami kesulitan mengoptimalkan
yang efektif dan efisien. bimbingan, harapan peningkatan pencapaian
Problem based learning efektif dilaksanakan kompetensi pembelajaran fokus pada mahasiswa tidak
dalam pembelajaran praktek klinik, hal ini sependapat tercapai10,16. Alat dan bahan adalah sub-komponen
dengan hasil penelitian Aari, PBL lebih efektif dalam simtem pembelajaran.
meningkatkan keterampilan mahasiswa pada Sumber pembelajaran sesuai kebutuhan topik
pembelajaran klinik dibandingkan dengan metode pembelajaran, mahasiswa diberi kesempatan
konvensional1,9. Pembelajaran klinik peluang bagi mengerjakan langsung, dan menemukan sendiri materi
mahasiswa untuk memperoleh norma, prilaku bidan pembelajaran dengan bimbingan dosen/tutor sebagai
sebagai bagian dari komunitas praktek, sosialisasi fasilitator mahasiswa mampu mandiri melaksanakan
profesional sebagai proses belajar budaya profesi, asuhan kebidanan tanpa tergantung sepenuhnya pada
kemampuan, nilai, sikap dan keterampilan yang dokter ahli. Sumber pembelajaran asuhan kebidanan
membuat mahasiswa semakin percaya diri. PBL terdiri dari media pembelajaran (audiovisual),
memiliki kelebihan seperti menyediakan pengalaman kebutuhan praktek laboratorium/klinik (pemeriksaan
belajar yang jauh lebih menyenangka, keterampilan ibu hamil), sumber pustaka dan alat transpormasi
profesional dan praktek ilmu dasar dilaksanakan informasi untuk mengintegrasikan dan membanding
dengan pendekatan berbasis kompetensi dan hasil pengumpulan data ibu hamil sehingga keputusan
pembimbing mengambil peran pembinaan bekerja klinik atau diagnosa tepat berdasarkan bukti.
sampai mencapai tingkat kompetensi. Keputusan Dosen/tutor merencanakan pembelajaran
kelinik asuhan kebidanan kehamilan lebih akurat mempertimbangkan: 1) ketersediaan sumber belajar
karena mereka lebih cendrung menggunakan konsep- baik dari jumlah maupun kualitasnya, 2) ketersediaan
konsep sains, mengembangkan kemampuan dalam dana, tenaga dan fasilitas, 3) keluesan, kepraktisan
pemecahan masalah secara akurat dan menerapkannya penggunaan sumber belajar, serta 4) efektifitas
pada siatuasi masalah baru. Peranan tutor dalam sumber belajar dengan waktu10. Fasilitator memiliki
praktek klinik adalah mengintegrasikan pembelajaran keterampilan menggunakan alat-bahan dalam

70
Irwan Batubara, dkk. Evaluasi Kepuasan...

pengumpulan data ibu hamil, mengusai konstektual Dochy ., Seger, M, Bossc PVd, Gijbels D. Effects of
menentukan diagnosa beradasarkan evidance base dan problem-based learning: a metaanalysis. Learning
pemodelan jika memungkinkan menyerupai bentuk, and Instruction. 2003; 13: 533-568.
fungsi aslinya10,17. Berbagai upaya yang dapat Hmelo-Silver CE. Problem-based learning: What and
dilaksanakan untuk meminimalisir dampak kekurangan how do students learn? Educational Psychology
alat-bahan dalam pembelajaran: 1) distribusi Review. 2004; 16 (3): 235-266.
merata pada setiap kelompok dan terjadwad, 2) Wood DF. ABC of learning teaching in medicine:
pemodelan jika memungkinkan menyerupai bentuk Problem based learning. BMJ.2003; 326.
aslinya, 3) penambahan waktu atas kesepakatan tutor Raisler J, O'Grady M, Lori J. Clinical teaching and
dengan kelompok diluar jam terjadwa, dan 4) learning in midwifery and women's health. J
memberdayakan lembaga atau institusi tempat Midwifery Womens Health. 2003; 48 (6): 398-406.
praktek10,18. Inventarisasi alat-bahan dilaksanakan Spinello E, Fischbach R. Problem-based learning in
setiap akhir semester untuk mengetahui public health instruction: a pilot study of an online
kelengkapannya, kualitasnya, penataannya, dilaporkan simulation as a problem-based learning approach.
ke Jurusan Kebidanan dilanjutkan ke Direktorat Educ Health (Abingdon). 2004; 17 (3): 365-373.
Politeknik Kesehatan Medan, pengadaannya oleh Kokom K. Pembelajaran Kontekstual Konsep dan
Poltekkes dan didistribusi kependidikan. Aplikasi. Rafika Aditama, Bandung ;2010.
Thomas GB. An evidance-based strategy for midwifery
DAFTAR PUSTAKA education. The Royal College of Midwives Based
Midwifery. 2007; 5 (2): 47-53.
Aari RL, Elomaa L, Ylonen M, Saarikoski M. Problem- Gordon J. ABC of learning and teaching in medicine:
based learning in clinical practice: employment one to one teaching and feedback. BMJ. 2003; 326
and education as development partners. Nurse (7388): 543-5.
Educ Pract.2008; 8 (6): 420-427. Morrison J. ABC of learning and teaching in medicine:
Ali GM, Sebai NAM. Effect of problem-based Evaluation. BMJ. 2003; 326 (7385): 385-387.
learning on nursing student approaches to learning Prideaux D. ABC of learning and teaching in medicine.
and their self directed learning abilities. Curriculum design. BMJ.2003; 326 (7383): 268-
International Journal of Academic Research.2010; 270.
2 (4): 188-195. Savin-Baden, M. Problem-based Learning In Higher
Botti J. PBL Scenario Essential. Published in the Education: Untold Stories, Philadelphia, PA: Open
proceedings of the PBL International University Press; 2000.
Conference, Cancun, Mexico, June 2004. Vahidi R, Azemian A, Zadeh S. Feasibility of PBL
Departemen Kesehatan RI Kurikulum Pendidikan implementation in clinical courses of nursing and
Diploma III Kebidan, Jakarta; 2004. midwifery from the view points of faculty
Gurpinar E, Alimoglu MK, Mamakli S, Aktekin M. members of Tabriz University of Medical
Can learning style predict student satisfactin with Sciences. Journal of Medical Education. 2004; 4
different instruction methods and academic (2): 71-76.
achievement in medical education?. Advances in Wood DF. ABC of learning teachin in medicine:
Pshysikology Education.2010; 34 (4): 192-196 Problem based learning. BMJ.2003; 326

71
Nurlama Siregar. Hubungan Karakteristik...

SOSIAL, BUDAYA SERTA PENGETAHUAN IBU HAMIL YANG TIDAK


MENDUKUNG KEHAMILAN SEHAT

Rina Doriana Pasaribu, Tria Feni Setia, Lusiana Gultom


Jurusan Kebidanan Poltekkes Kemenkes Medan

Abstrak

Sosial dan budaya kehamilan merupakan faktor tidak langsung penyumbang angka kematian ibu.Tingkat
kurangnya pengetahuan ibu hamil juga menjadi faktor lainnya.Dalam Survei Demografi dan Kesehatan
Indonesia (SDKI) tahun 2012 AKI di Indonesia yaitu mencapai 359 per 100 ribu kelahiran.Penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui gambaran sosial dan budaya serta pengetahuan ibu hamil tentang kehamilan di
Desa Percut Kecamatan Percut Sei Tuan Kabupaten Deli Serdang Tahun 2014. Penelitian bersifat deskriptif
dengan data primer.Populasi penelitian adalah semua ibu hamil di Desa Percut Kecamatan Percut Sei Tuan
Kabupaten Deli Serdang Tahun 2014 pada bulan Mei sampai Juni 54 ibu hamil.Pengambilan sampelnya
dengan teknik total populasi. Dari hasil penelitian dari segi sosial umumnya ibu hamil berinteraksi dengan
suami dan tetangga (100%), orang tua (27,77%),mertua (12,96%),bidan (11,11%),sesama ibu hamil
(9,25%).Interaksi Ibu hamil saat ada keluhan memiliki persentase dengan suami(100%),orang tua
(18,51%),mertua dan tetangga (9,25%) bidan (12,96%),interaksi terdekat ibu hamil dengan suami
(100%),orang tua (22,22%) mertua dan bidan (5,55%). sumber nasehat saat hamil bersumber dari mertua
(62,96%),orang tua (53,70%) tetangga (37,30%).dari segi budaya umumnya ibu hamil memiliki kepercayaan
berpantang makan, perilaku, mengikuti nasehat saat hamil,melaksanakan upacara kehamilan.Berdasarkan
pengetahuan ibu hamil berpengetahuan kurang (68,51%),berpengetahuan baik (7,41%) dan cukup (24,08%).
Disarankan bagi kepala desa agar meningkatkan kesehatan ibu hamil dengan bekerjasama dengan bidan dan
melakukan pendekatan melalui orang terdekat ibu hamil.

Kata kunci : Sosial, Budaya, Pengetahuan, Ibu Hamil

PENDAHULUAN 2012 jumlah AKI di Indonesia yaitu 359 per 100 ribu
kelahiran hidup (Depkes, 2012). Berdasarkan laporan dari
Indonesia sehat adalah suatu gambaran kondisi profil kab/kota AKI maternal yang dilaporkan di Sumatera
Indonesia di masa depan, yakni masyarakat, bangsa, dan Utara tahun 2012 yaitu 106/100.000 kelahiran hidup.(Profil
negara yang ditandai oleh penduduknya hidup dalam Kesehatan Sumatera Utara Tahun 2012)
lingkungan dengan perilaku hidup sehat, memiliki Diperkirakan 50.000.000 ibu setiap tahunnya
kemampuan menjangkau pelayanan kesehatan yang mengalami masalah kesehatan yang berhubungan dengan
bermutu secara adil dan merata, serta mencapai derajat komplikasi – komplikasi kehamilan , persalinan dan
kesehatan yang setinggi-tingginya di seluruh wilayah nifas.komplikasi yang ada kaitannya dengan kehamilan
Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Visi Depkes berjumlah sekitar 18 % dari jumlah global penyakit yang di
2010-2014 yaitu masyarakatsehat yang mandiri dan derita wanita pada usia reproduksi. Dan diperkirakan 40 %
berkeadilan (Depkes, 2010).Setiap negara memiliki tolak wanita hamil akan mengalami komplikasi sepanjang
ukur dalam pencapaian derajat kesehatan, diIndonesia kehamilannya (Ronald, 2011). Menurut Ronald (2010)
salah satu indikator dalam pencapaian derajat diperkirakan dari setiap ibu yang meninggal dalam
kesehatan masyarakat sehat yang mandiri dan berkeadilan kehamilan, karena menderita komplikasi, diakibatkan
sesuai dengan visi Depkes 2010 – 2014 adalah dengan karena adanya penyebab langsung dan tidak langsung dari
target menurunkan kematian Ibu (AKI) dan angka kematian ibu tersebut. Penyebab utama kematian ibu yaitu
kematian bayi (AKB) yang masih tinggi (Ronald, 2011). adanya perdarahan (25 %), sepsis (15%), hipertensi dalam
World Health Organization (WHO) memperkirakan kehamilan (12%), partus macet (8 %), komplikasi aborsi
angka kematian maternal di Indonesia diperkirakan tidak aman (13%), dan penyebab lain (8%) maka penyebab
mencapai 100 sampai 1.000 lebih per 100.000 dari tidak langsung dari kematian ibu seperti anemia. Sebab
kelahiran hidup.Hasil laporan kemajuan pencapaian kematian ibu , mulai dari kehamilan itu sendiri terdapat
Millennium Development Goals (MDGs) tahun 2007 banyak masalah yang salah satunya kehamilan dengan
Angka Kematian Ibu (AKI) di Indonesia masih mencapai mitos – mitos yang baik sadar atau tidak disadari selalu
307 per 100.000 kelahiran hidup, tertinggi di Asia hidup secara turun temurun dalam masyarakat. Mitos-
Tenggara (Sukowati, 2008). Dan berdasarkan Survei mitos kehamilan ini dapat memberikan pengaruh bagi
Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) pada tahun perilaku ibu hamil baik itu positif maupun negatif hingga

72
Jurnal Ilmiah PANNMED Vol. 9 No.1 Mei - Agustus 2014

mempengaruhi kunjungan pemeriksaan kehamilan. Hamil Tentang Kehamilan Di Desa Percut Kecamatan
Berdasarkan Profil Kesehatan Sumatera Utara Percut Sei Tuan Kabupaten Deli Serdang Tahun 2014.
Tahun 2012 Cakupan pemeriksaan kehamilan ibu hamil di
Sumatera Utara sejak tahun 2007 mengalami kenaikan dari Lokasi Penelitian dan Waktu Penelitian
77,95% menjadi 85,92% ditahun 2012, yaitu untuk Penelitian ini dilakukan di Desa Percut Kecamatan
cakupan KI sebesar 92,74 % dan untuk cakupan K4 Percut Sei Tuan Kabupaten Deli Serdang pada bualan
sebesar 85,92 % dari 25 kabupaten dan 8 kota yang ada di Januari – Mei 2014.
Sumatera Utara namun peningkatan ini terkesan lambat
karena peningkatkannya hanya sekitar 2% setiap tahun. Populasi Dan Sampel Penelitian
Dengan peningkatan seperti ini dikhawatirkan Sumatera Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh Ibu
Utara tidak mampu mencapai target SPM bidang kesehatan hamil yang ada di Desa Percut Kabupaten Deli Serdang
yaitu 95% di tahun 2015. sebanyak 54 orang ibu hamil pada bulan Januari sampai
Dari penyebab kematian ibu tersebut masalah April tahun 2014 dan seluruh populasi dijadikan sebagai
kematian maupun kesakitan dan kunjungan pemeriksaan sampel.
kehamilan pada ibu tidak terlepas dari faktor sosial budaya
dan lingkungan di dalam masyarakat.Disadari atau Metode Pengumpulan Data
tidak,faktor kebudayaan, kepercayaan dan pengetahuan Metode pengumpulan data dengan cara mengambil
budaya seperti berbagai pantangan, hubungan sebab akibat, data secara primer yaitu data yang langsung di peroleh
antara makanan dan kondisi sehat sakit, kebiasaan, dan peneliti sendiri melalui kuesioner. Tipe kuesioner yang
ketidaktahuan, seringkali membawa dampak positif digunanakan dengan kuesioner semi terbuka untuk sosial
maupun negatif terhadap kesehatan ibu. dan budaya ibu hamil serta kuesioner tertutup untuk
Pengetahuan, sosial dan budaya ibu yang sedang pengetahuan ibu hamil Pengambilan data di lakukan
hamil akan memengaruhi kesehatan ibu saat hamil. dengan melakukan kunjungan rumah.
Berdasrkan latar belakang tersebut penelitian ini dilakukan
untuk mengetahui gambaran pengetahuan, sosial dan Pengolahan Data dan analisa Data
budaya ibu hamil di Desa Percut Kecamatan Percut Sei Data yang terkumpul selanjutnya diediting dan
Tuan Kabupaten deli Serdang. ditabulating. Data dianalisis dengan melihat persentase
(distribusi frekuensi) dari masing-masing variabel yang
Perumusan Masalah diteliti, kemudian dibahas dengan menggunakan teori dan
Permasalahan dalam penelitian ini yaitu “ kepustakaan yang ada
Bagaimanakah gambaran sosial, budaya serta pengetahuan
ibu hamil tentang kehamilan di desa Percut Kecamatan HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Percut Sei Tuan Kabupaten Deli Serdang tahun 2014 “
Gambaran Wilayah Penelitian
Tujuan Penelitian Wilayah penelitian berada di Desa Percut Kecamatan
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran Percut Sei Tuan Kabupaten Deli Serdang yang terbagi 18
sosial dan budaya serta pengetahuan ibu hamil tentang dusun dalam satu dusun Desa Percut, terletak di sebelah
kehamilan di Desa Percut Kecamatan Percut Sei Tuan barat dari wilayah Kecamatan Percut Sei Tuan Kabupaten
Kabupaten Deli Serdang tahun 2014 Deli Serdang dengan mayoritas 90 %penduduk bersuku
Melayu tersebar di dalam 18 dusun,dan memiliki 1
METODE PENELITIAN puskesmas pembantu terletak di depan kantor kepala Desa
Percut sementara untuk wilayah kerja puskesmas induk
Jenis Penelitian yang menaungi Desa Percut terletak di Desa Tanjung
Penelitian ini bersifat deskriftif yaitu suatu metode Rejo,yang memiliki jarak tempuh 15 menit dari Desa
penelitian yang dilakukan dengan tujuan utama untuk Percut.
membuat gambaran tentang suatu keadaan untuk
mengetahui Gambaran Sosial Budaya dan Pengetahuan Ibu

1. Karasteristik Responden
Tabel 1. Distribusi Karasteristik Responden
Gravida Jumlah Persen (%)
Primigravida 28 51,85
Secundygravida 15 27,77
Multigravida 11 20,37
Total 54 100
Usia Kehamilan
Trimester I 20 37,03
Trimester II 14 25,92
Trimester III 20 37,03
Total 54 100

73
Rina Doriana Pasaribu. dkk. Sosial, Budaya Serta...

Jumlah Kunjungan ANC


Pemeriksaan 1 x 8 14,81
Pemeriksaan 2 x 8 14,81
Pemeriksaan 3 x 4 7,40
Pemeriksaan 4 x atau 2 3,70
lebih
Tidak ANC 32 59,25

Total 54 100

2. LingkunganSosial Ibu Hamil di Desa Percut Kecamatan Percut Sei Tuan Kabupaten Deli Serdang Tahun
2014

Tabel 2. Distribusi Interaksi Sosial Sehari – hari Ibu Hamil Saat Hamil di Desa Percut Kecamatan Percut Sei Tuan
Kabupaten Deli Serdang Tahun 2014
No Interaksi Sosial Jumlah N Persen ( % )
1 Suami 54 54 100
2 Orang Tua 15 54 27,77
3 Mertua 7 54 12,96
4 Tetangga 54 54 100
5 Bidan 6 54 11,11
6 Sesama Ibu Hamil 5 54 9,25

Tabel 3. Distribusi Interaksi Ibu Hamil Jika ada Keluhan Saat Hamil di Desa Percut Kecamatan Percut Sei Tuan Kabupaten
Deli Serdang Tahun 2014
No Interaksi Ibu Saat Ada Keluhan Jumlah N Persen (%)
1 Suami 54 54 100
2 Orang Tua 10 54 18,51
3 Mertua 5 54 9,25
4 Tetangga 5 54 9,25
5 Bidan 7 54 12,96

Tabel 4. Distribusi Sumber Nasehat Pantangan /Anjuran ke Ibu Hamil di Desa Percut Kecamatan Percut Sei Tuan
Kabupaten Deli Serdang Tahun 2014
No Sumber Nasehat Jumlah N Persen ( % )

1 Orang Tua 29 54 53,70


2 Mertua 34 54 62,96
3 Tetangga 20 54 37,30

3. Budaya Berpantang Makan Ibu Hamil Di Desa Percut Kecamatan Percut Sei Tuan Kabupaten Deli
Serdang Tahun 2014

Tabel 5. Distribusi Berpantang Makan Ibu Hamil Di Desa Percut Kecamatan Percut Sei Tuan Kabupaten Deli Serdang
Tahun 2014
No Budaya Berpantang Makan Jumlah (f) N Persen (%)

1 Makan Ketan 13 54 24,07


2 Makan Kerak Nasi 16 54 29,62
3 Makan Cabai Rawit 16 54 29,62
4 Makan Ikan di Usia > 7 21 54 38,88
Bulan
5 Makan Tape 14 54 25,92
6 Makan Durian 11 54 20,37
7 Makan Nenas 11 54 20,37
8 Makan Jantung Pisang 17 54 31,48
9 Makan Banyak Di Usia >7 12 54 22,22
Bulan

74
Jurnal Ilmiah PANNMED Vol. 9 No.1 Mei - Agustus 2014

Tabel 6. Distribusi Berpantang Perilaku Ibu Hamil Di Desa Percut Kecamatan Percut Sei Tuan Kabupaten Deli Serdang
Tahun 2014
No Budaya Berpantang Perilaku Jumlah N %
1 Tidak boleh Melilitkan handuk dileher 23 54 42,59
2 Tidak boleh gerai rambut selama 17 54 31,48
3 hamil
4 Tidak boleh duduk di akar 15 54 27,77
5 Tidak boleh mandi di atas jam 5 sore 12 54 22,22
6 Tidak boleh makan di baskom 6 54 11,11
7 Tidak keramas sore hari 4 54 7,40
8 Tidak boleh keluar rumah malam hari 26 54 48,14

Tabel 7. Distribusi Nasehat Perilaku Ibu Hamil Di Desa Percut Kecamatan Percut Sei Tuan Kabupaten Deli Serdang Tahun
2014
No Budaya Berpantang Perilaku Jumlah (f) N Persen (%)

1 Sering berjalan pagi 7 54 12,96


2 Pakai paku saat keluar rumah 26 54 48,14
3 Memakai gunting di pakaian ibu 17 54 31,48
4 Minum minyak sayur waktu hamil tua 25 54 46,29
5 Minum air kelapa 14 54 25,92
6 Mandi sebelum jam 5 sore 9 54 16,66
7 Tidak boleh tidur di lantai 10 54 18,51

Tabel 8. Distribusi Upacara Adat Ibu Hamil Di Desa Percut Kecamatan Percut Sei Tuan Kabupaten Deli Serdang Tahun
2014
No Upacara Hamil Jumlah (f) N Persen (%)
1 Upacara hamil usia 4 bulan 20 54 37,03
2 Upacara hamil usia 7 bulan 27 54 50
3 Upacara kehamilan ganjil 23 54 42,59

Pengetahuan Ibu Hamil Tentang kehamilan Di Desa Percut kecamatan Percut Sei Tuan Kabupaten Deli Serdang
Tahun 2014.

Tabel 9. Distribusi Pengetahuan Ibu Hamil Tentang Kehamilan di Desa Percut Kecamatn Percut Sei Tuan Kabupaten Deli
Serdang Tahun 2014
No Pengetahuan Jumlah (f) Persen (%)
1 Baik 4 7,41
2 Cukup 13 24,08
3 Kurang 37 68,51
Total 54 100

Pembahasan mitos kehamilan di Kecamatan Meurebo Kabupaten Aceh


Barat Nanggroe Aceh Darussalam yang mengatakan
1. Interaksi Sosial Ibu Hamil bahwa interaksi sosial perempuan hamil sangat di perlukan
Dari hasil penelitian tentang interaksi sosial ibu hamil dalam kesehariannya,baik berupa dukungan – dukungan
mayoritas ibu hamil memiliki interaksi sosial dengan psikologis,perhatian,kasih sayang,pengorbanan dan empati
suami dan tetangga (100%), sementara itu interaksi dengan terutama dari pihak suami dan pihak keluarga– keluarga
orang tua (27,77 %) dengan mertua (12,96%) dengan terdekat pada perempuan hamil tersebut.Hal ini di tinjau
bidan (11,11%) dengan sesama ibu hamil (9,25%). dari segi psikologis, karena jika perempuan hamil akan
Menurut Ana (2010) dukungan suami dalam kehamilan mengalami perubahan kondisi fisik dan emosional yang
sangat penting dengan memberikan perwujudan dalam hal cukup kompleks yang di sebabkan adanya perubahan
perhatian, dalam hal mendampingi ,merawat,menemani hormon dan proses adaptasi terhadap penyesuaian pola
dan menjadi pihak yang membantu ibu dalam membuat hidup dengan proses kehamilan yang terjadi sehingga
keputusan bersama dan disebutkan juga bahwa dalam memerlukan dukungan dan perhatian orang – orang
kehamilan di butuhkan orang lain seperti keluarga terdekat terdekatnya yaitu seperti dengan pihak suami dan pihak
ataupun pihak lainnya yang sekiranya untuk turut keluarga terdekat.
membantu. Menurut Wahit (2012) Interaksi sosial
Hal ini sejalan dalam penelitian Fauziah tentang berlandaskan antara kelompok manusia dengan antara

75
Rina Doriana Pasaribu. dkk. Sosial, Budaya Serta...

kelompok sebagai kesatuan dan yang sifatnya tidak bersumber oleh pihak keluarga akan teraplikasi di
menyangkut pribadi. Interaksi sosial antara kelompok – masyarakat.
kelompok manusia dapat terjadi di keluarga dan di Dalam penelitian Fauziah tentang Mitos Kehamilan
masyarakat yang di dasarkan pada berbagai faktor yaitu mengungkapkan bahwa pantangan dan anjuran yang di
adanya faktor imitasi,faktor sugesti,faktor identifikasi dan peruntukkan ibu hamil banyak di sampaikan oleh orang tua
faktor simpati. ,mertua,tetangga ataupun kerabat bahkan ada ketakutan
Saat ada keluhan tentang kehamilannya, ibu-ibu dari perempuan hamil jika tidak mempercayai pantangan
hamil berdasarkan hasil penelitian hanya 7 orang (12,96%) dan anjuran yang telah di sampaikan.Dan dalam penelitian
yang berinteraksi dengan bidan. Ibu hamil malah lebih menyebutkan bahwa pesan – pesan selama hamil banyak
seang berinteraksi atau meminta nasehat dari orang tua di sampaikan oleh orang tua ataupun keluarga yang wajib
ataupun mertuanya, padahal sumber informasi yang lebih dilaksanakan,seperti halnya pantangan-pantangan ataupun
baik di dapat dari Bidan (petugas Kesehatan). Kebiasaan anjuran saat hamil,jika pantangan maupun anjuran tersebut
berinteraksi dengan tetangga juga kemungkinan penyebab tidak dilakukan masyarakat meyakini bahwa akan
semakin berkembangnya mitos-mitos ataupun budaya mendapat balsan yang buruk.
yang tidak sesuai dengan kesehatan ibu hamil diyakini oleh
ibu hamil itu sendiri. Rendahnya kunjungan antenatal 2. Budaya Berpantang Makan dan Berperilaku
(59,25) yaitu persentase ibu hamil yang tidak pernah Saat Hamil
melakukan ANC kemungkinan juga dipengaruhi sistem Hasil penelitian menunjukkan bahwa mayoritas
interaksi di masyarakat yang menyakini informasi ataupun ibu hamil berpantang makan ikan di usia > 7 bulan 38,88
budaya yang dianut oleh teman/tetangga. %,di ikuti dengan pantangan lainnya seperti berpantang
Dari hasil penelitian tentang orang terdekat ibu di makan jantung pisang 31,48 %,berpantang makan kerak
ketahui bahwa dari 54 mayoritas ibu hamil memiliki nasi dan cabai rawit 29,62 %,makan tape 25,92 %,makan
interaksi terdekat dengan suami yaitu dengan persentase ketan 24,07 %,makan banyak di usia kehamilan tua 22,22
100 %,dan selain itu terdekat ibu hamil lainnya dengan % dan berpantang makan durian dan nenas 20,37 %. Dari
orang tua 22,22% dengan mertua dan bidan 5,55 %. Dalam wawancara dengan ibu hamil, mereka menyatakan bahwa
penelitian Shrimartini tahun 2011 tentang Perawatan berpantang makan ikan di usia > 7 bulan dikhawatirkan
Kehamilan dalam Prespektif Budaya Madura di Desa jika bersalin atau nifas nanti darah yang keluar akan berbau
Tambak dan Desa Rapalaok Kecamatan Omben amis,sementara dalam teori bahwa bau amis pada masa
Kabupaten Sampang di katakan bahwa ibu hamil di Desa nifas itu di akibatkan dari masa transisi perubahan lochea
Tambak dan Desa Rapaloak saat hamil memiliki hubungan yang terjadi karena adanya perubahan pada bagian desidua
terdekat dengan pihak keluarga (suami,orang tua di rahim.dan alam teori Almatsier (2009) mengenai konsep
,mertua,bibi ataupun saudara) ,tetangga.bahkan dalam dasar ilmu gizi mengungkapkan bahwa jika dilakukan
mempersepsikan tindakan yang akan di ambil dalam pembatasan mengenai konsumsi ikan saat kehamilan yang
memutuskan sesuatu hal seperti terkait dalam pemeriksaan merupakan sumber protein dapat mengakibatkan terjadi
kehamilan,ibu hamil menyatakan akan berembuk atau masalah pada pembentukan dan perkembangan janin saat
berdiskusi dulu dengan orang-orang terdekatnya. Selain itu kehamilan,sebenarnya kandungan protein itu dalam ikan
dalam penelitian Chriswardani tahun 2007 tentang Faktor memiliki kandungan nilai protein 16,0 dan ikan juga
Sosial Budaya dalam Praktik Perawatan disebutkan memiliki sumber protein hewani yang
Kehamilan,Persalinan dan Pasca Persalinan di Kecamatan mempunyai susunan asam amino yang paling sesuai
Bangsri Kabupaten Jepara menyatakan bahwa dalam dengan kebutuhan manusia.
kehamilan di masyarakat jawa faktor kekerabatan( Mengenai berpantang makanan durian dan tape
suami,orang tua,nenek) menjadi orang terdekat ibu hamil ibu hamil mengatakan dapat membahayakan kehamilan
yang memegang peranan penting dalam tindakan – dan hal ini sejalan dalam teori Rafi (2009) mengungkapkan
tindakan si ibu yang berkaitan dengan kehamilan sampai durian dan tape memiliki kandungan alkohol yang
pasca persalinan baik dalam memberika nasehat maupun menghasilkan panas tubuh sehingga berpotensi
dalam mengambil keputusan. menimbulkan bahaya pada janin diantaranya dapat
Penelitian ini juga menunjukkan bahwa sumber menyebabkan perdarahan atau keguguran.sementara untuk
nasehat pantangan/anjuran ibu hamil 62,96% bersumber pantangan makan nanas yang di katakan dapat
lainnya dari orang tua 53,70 % dan bersumber dari menyebabkan keguguran tidak sesuai dengan teori Rafi
tetangga 37,30 %. Dalam teori wahit (2012) ada (2009) yang menyebutkan bahwa sebaiknya selama hamil
mengungkapkan bahwa dalam aspek seorang sebenarnya bukan tidak boleh mengkonsumsi nanas tapi
individu,keluarga,masyarakat dan kebubudayaan adalah harus ada pembatasan konsumsi nanas yang dalam nanas
aspek yang tidak dapat di pisahkan,lingkungan sosial itu mengandung asam yang berlebihan sehingga dapat
merupakan lingkungan yang pertama kali dijumpai dalam memacu peningkatan kadar asam lambung.
hidup keluarga,dan dalam keluarga individu Dalam penelitian lainnya Fauziah tentang mitos
mengembangkan kapasitas pribadinya yang salah satunya kehamilan ada mengungkapkan pantangan makanan bagi
mengenai kebudayaan,dan individu akan ibu hamil meliputi larangan makan makanan tajam seperti
mengejawantahkan apa yang sudah di pelajari dan di nenas ,di khawatirkan mengalami keguguran.tidak boleh
sampaikan keluarganya begitu halnya dengan keadaan meminum es bagi ibu hamil agar bayinya tidak besar
dalam masa kehamilan kebudayaan saat hamil yang ,larangan makan nasi kerak di khawatirkan akan

76
Jurnal Ilmiah PANNMED Vol. 9 No.1 Mei - Agustus 2014

berdampak tidak keluarnya plasenta atau ari – ari. persalinan nanti.Fauzia juga mengungkapkan ada anjuran
Selain pantangan terhadap makanan tertentu ada untuk memakai penangkal (seunangkai) di pinggang
juga pantangan terhadap jumlah porsi makanan yang di seperti tali atau gunting di pakaian yang di yakini sebagai
konsumsi dalam penelitian Afiyah tahun 2008 di salah satu penangkalmakhluk halus yang ingin menganggu.dan
daerah di Jawa Barat ibu yang kehamilannya memasuki anjuran lain yakni bila hendak berpergian harus
usia 8-9 bulan harus mengurangi makan agar bayi yang di menyelipkan paku kecil di dalam rambut agar tidak di
kandung mudah di lahirkan.Hal yang sama juga di ganggu mahkluk halu. Menurut Supardan tahun 2008 suatu
ungkapkan Nurpuji Utami tahun 2003 dalam penelitian tradisi yang ada di masyarakat akan merujuk kepada pola
Mulyaningrumdi di Sulawesi Selatan menemukan ada perilaku atau kepercayaan yang telah menjadi bagian dari
kepercyaan tentang makanan yang berlebih di usia hamil suatu budaya yang telah lama di kenal kepercayaan secara
tua dapat menyebabkan anak menjadi lebih besar dan dapat turun menurun yang secara sosial diwariskan dari atu
memperlambat persalinan sehingga ibu hamil harus generasi ke generasi berikutnya.
membatasi makanannya untuk menghindari kesulitan
proses persalinan. 3. Pengetahuan Ibu Hamil Tentang Kehamilan
Dalam Wahit (2012) mengungkapkan bahwa Pengetahuan ibu hamil tentang kehamilan pada
pembatasan asupan gizi pada kehamilan memiliki dampak umumnya masih kurang (68,51%) dan yang
yang begitu besar,di masyarakat pembatasan mengenai gizi berpengetahuan baik hanya 4 orang (7,41%). Pengetahuan
disebabkan adanya kepercayaan pantangan terhadap ibu hamil yang kurang inilah kemungkinan masih
beberapa makanan yang sebenarnya sangat dibutuhkan dipercayainya berbagai hal yang menyangkut tentang
wanita hamil. Hal ini juga menjadi salah satu faktor larangan/pantangan makanan ataupun melakukan suatu
predisposisi terjadinya kasus anemia dan kasus kurang gizi tindakan/ aktivitas (pantangan perilaku).
pada ibu hamil terutama di pedesaan. Fauzia dalam penelitiannya tentang mitos
Hasil penelitian juga menunjukkan ibu hamil kehamilan mengungkapkan bahwa pengetahuan bersumber
yang berpantang perilaku seperti ibu hamil dilarang keluar dari dua bagian yaitu pertama dari kesehatan modern yang
rumah pada malam hari 48,14 %,sementara ada juga itu berupa konsultasi atau anjuran dari dokter dan bidan.
berpantang perilaku melilitkan handuk di leher 42,59 Sedangkan penge tahuan tradisional berupa kepercayaan
%,gerai rambut selama hamil 31,48 %,duduk di akar 27,77 terhadap berbagai pantangan dan anjuran selama
%,mandi di atas jam 5 sore 22,22 %,duduk di dapan pintu kehamilan. Hal ini dipengaruhi oleh semakin
18,51 %,membunuh binatang 12,96 % dan makan dari berkembangnya pengetahuan dan informasi dari
baskom 11,11 % serta keramas di sore hari 7,40 %. Ibu masyarakat yang semakin hari semakin modern. Meskipun
hamil juga menyakini larangan melilitkan handuk di leher demikian, pengetahuan tradisional tidak sepenuhnya
karena dapat menyebabkan lilitan tali pusat,pada hal dalam ditinggalkan masyarakat dengan alasan terjalin hubungan
teori Rafi (2009) menjelaskan bahwa penyebab terjadinya yang erat dalam komunitas sosial sehingga kebiasaan yang
lilitan tali pusat sebenarnya bukan karena melilitkan melingkupi tempat tinggal masyarakat akan
handuk di leher tetapi penyebab terjadi lilitan tali pusat mempengaruhu sikap dan perilakunya.
diduga disebabkan oleh aktivitas yang berlebih sehingga
mengakibatkan hiperaktivitas gerakan bayi. KESIMPULAN DAN SARAN
Begitu juga dengan pantangan perilaku mengenai
pantang duduk di depan pintu karena dapat mempersulit Kesimpulan
persalinan hal ini tidak sesuai dengan Mochtar (2010) dan 1. Interaksi Berdasarkan hasil penelitian di tinjau dari
Rafi (2009) yang mengungkapkan bahwa mudah atau segi sosial ibu hamil pada umumnya ibu hamil
sulitnya persalinan ditentukan dari beberapa hal yaitu berinteraksi dengan suami dan tetangga
sebagai berikut: dari segi power,passage,passanger,psikis (100%),dengan orang tua (27,77%),dengan mertua
dan penolong serta keterampilan dalam proses persalinan (12,96%),dengan bidan (11,11%)dan sesama ibu
bukan karena duduk di depan pintu bisa mempersulit hamil (9,25%).Interaksi Ibu hamil saat ada keluhan
persalinan. memiliki persentase dengan suami(100%),orang
Mayoritas ibu hamil mengikuti nasehat berperilaku tua(18,51%),mertua dan tetangga (9,25%) dan bidan
pakai paku selama hamil saat keluar rumah 48,14 % selain (12,96%),interaksi terdekat ibu hamil dengan
itu ada juga nasehat untuk minum minyak sayur waktu suami(100%),orang tua (22,22%),dengan mertua dan
hamil tua 46,29 %,memakai gunting di pakaian ibu 31,48 bidan (5,55%).Untuk sumber nasehat saat hamil
% ,minum air kelapa 25,94 %,tidak boleh tidur di lantai bersumber dari mertua (62,96%),orag tua ( 53,70%)
18,51 %,dan nasehat untuk serimg berjalan pagi sebanyak dan tetangga (37,03%).
12,96 % ,mandi sebelum jam 5 sore 16,66 %. 2. Dlihat dari segi budaya bahwa pada umumnya ibu
Dilihat dari penelitian Fauzia tentang Mitos hamil masih memiliki kepercayaan tentang
kehamilan mengungkapkan dari narasumber ibu berpantang makan, perilaku, mengikuti nasehat
hamil/yang pernah hamil memberikan jawaban mengenai pantangan ataupun anjuran saat hamil dan masih
anjuran yang harus di lakukan meliputi anjuran perbanyak melaksanakan upacara kehamilan.
jalan di pagi hari,menyapu mengepel dan di usia 3. Berdasarkan pengetahuan ibu hamil, ibu hamil
kandungan 7 bulan di anjurkan untuk melakukan hubungan berpengetahuan baik sebanyak 4 orang (7,41%), ibu
seksual sesering mungkun untuk memudahkan proses hamil berpengetahuan cukup 13 (24,08%) dan ibu

77
Rina Doriana Pasaribu. dkk. Sosial, Budaya Serta...

hamil berpengetahuan kurang 37 (68,51%). Rahim Muarifah dkk,Gambaran Perilaku Ibu Hamil
Terhadap Pantangan Makan Suku Toraja Di
Saran Kota Makassar, 2013, Jurnal penelitian,
1. Penelitian ini perlu dilanjutkan untuk melihat faktor repository.unhas.ac.id/bitstream/handle/.../jurnal.p
yang mempengaruhi sosial budaya tentang kehamilan df di akses tanggal 15.januari 2014
dimasyarakat. Rafael, 2007, Manusia dan kebudayaan Dalam Perspektif
2. Dalam penelitian ini data/kuesioner hanya diperoleh Ilmu Budaya Dasar,Rineka Cipta,Jakarta
dari ibu hamil. Data dari lingkungan sekitar ibu Rafie, 2009, Menjawab Mitos – Mitos Kehamilan Dan
seperti suami, mertua ataupun orang tua perlu dikaji Menyusui , Media Pressindo,Yogyakarta
lebih lanjut. Ronald, 2010,Pedoman dan Perawatan kehamilan Yang
Sehat dan Menyenangkan, Nuansa Aulia,
DAFTAR PUSTAKA Bandung
Suryawati,C ,2007,Faktor Sosial Budaya dalam Praktik
Almatsier S, 2009, Konsep Dasar Ilmu Gizi, PT Gramedia Perawatan Kehamilan,Persalinan dan Pasca
Utama, Jakarta Persalinan(Studi di Kecamatan Bangsari
Ana,S.2010,Trimester Pertama Kehamilan Jepara), Jurnal Promosi Kesehatan Indonesia
Anda,Bukubiru, Yogyakarta Vol 2 Mei 2014.
Dinas Kesehatan Kota Binjai, 2012, Buku Kesehatan Ibu Shrimarti,R,2011,Perawatan Kehamilan dalam Perspektif
dan Anak. Departemen Kesehatan RI , Jakarta. Budaya Madura di Desa Tambak dan Desa
Eva dkk, 2010 , Kesehatan Reproduksi Wanita ,Trans Info Rapalaok Kecamatan Omben Kabupaten
Media, Jakarta. Sampang ,di akses tanggal 2 mei 2014
Fauziah,2008, Mitos - mitos Tentang Kehamilan,Jurnal Tari Romana, 2012, Mengenal Tradisi Nusantara Seputar
Kesehatan Kehamilan,
Indonesia,2729072009_20.pdf(SECURED), di http://health.kompas.com/read/2012/09/10/151455
akses tanggal 5 Mei 2014 33/Mengenal.Tradisi. N
Hesty dkk, Konsep Perawatan Kehamilan Etnis Bugis usantara.Seputar.Kehamilan) di akses tanggal 15
Pada Ibu Hamil Di Desa Buareng Kecamatan januari 2014
Kajuara Kabupaten Bone, 2013, jurnal penelitian Wahyuna,F,2013 ,Gambaran Sosial Budaya Dengan Pola
, di akses tanggal 20 januari 2014 Makan Ibu Hamil Di Kemukiman Jangka Buya
Wahit dkk, 2012 , Ilmu Sosial Budaya Dasar kebidanan , Kecamatan Jangka Buya Kabupaten Pidie Jaya
EGC ,Jakarta. Tahun 2013.Jurnal Karya Tulis
Notoadmojo, S, 2010, Metodologi Penelitian Kesehatan, ilmiah.Fitri_Wahyuna-Jurnal .pdf.di akses tanggal
Rieneke Puspita,Jakarta 26 Maret 2014.
Maryunani,A dkk ,2012,Asuhan Kegawatdaruratan Wahit dkk, 2012 , Ilmu Sosial Budaya Dasar kebidanan,
Dalam Kebidanan,Trans Info Media,Jakarta EGC, Jakarta.
Profil Kesehatan Indonesia, 2011, Cakupan Kunjungan Ibu
Hamil K1, K4 Sumatera Utara ,Kementerian
Kesehatan RI Tahun 2012, Jakarta.

78
Jurnal Ilmiah PANNMED Vol. 9 No.1 Mei - Agustus 2014

STATUS GIZI BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN ISPA PADA BALITA


DI PUSKESMAS TANAH TINGGI BINJAI TAHUN 2013

Yulina Dwi Hastuty, Dewi Meliasari, Suswati


Jurusan Kebidanan Poltekkes Kemenkes Medan

Abstrak

ISPA adalah penyakit saluran pernafasan yang bersifat akut dengan berbagai macam gejala (sindrom) yang
disebabkan oleh berbagai sebab, yang terutama mengenai struktur saluran pernapasan diatas laring. Menurut
WHO tahun 2012, sebesar 78% balita yang berkunjung ke pelayanan kesehatan adalah akibat ISPA,
khususnya pneumonia. Kematian balita akibat ISPA di Asia Tenggara sebanyak 2.1 juta balita pada tahun
2004. India, Bangladesh, Indonesia, dan Myanmar merupakan negara dengan kasus kematian balita akibat
ISPA terbanyak. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui hubungan antara status gizi dengan dengan tingkat
kejadian ISPA pada balita di Puskesmas Tanah Tinggi Binjai tahun 2013. Penelitian ini adalah penelitian
analitik dengan rancangan cross sectional. Dengan menggunakan data sekunder dan primer yang diperoleh
melalui catatan rekam medik dan mengukur berat badan balita, yang dilakukan terhadap 53 responden.
Teknik pengambian sampel yang digunakan adalah accidental sampling. Data dianalisis menggunakan uji
Chi-square. Dari 35 orang balita dengan status gizi tidak baik, mayoritas kejadian ISPA pada balita dengan
kategori berat yaitu 23 orang (65,7%) dan minoritas dengan ISPA ringan yaitu 2 orang (5,7%). Dari 18 orang
balita dengan status gizi baik, mayoritas dengan ISPA ringan yaitu 11 orang (61,1%) dan minoritas dengan
ISPA berat yaitu 2 orang (11,1%). Hasil uji chi-square menunjukkan bahwa p value = 0,000 < 0,05, artinya
terdapat hubungan yang signifikan antara status gizi balita dengan kejadian ISPA pada balita di Puskesmas
Tanah Tinggi Binjai.

Kata kunci : Status Gizi, ISPA, Balita

Pendahuluan mencapai 25% atau 25-30 per 100.000 penduduk


Salah satu target dalam pembangunan milenium (Permatasari,2008).
atau Millenium Develomment Goals (MDGs) tujuan yang Insiden ISPA dilaporkan sebanyak 3,6 - 6,0% di
ke 4 yaitu menurunkan angka kematian balita. Target yang Nikaragua, setelah terjadinya letusan gunung berapi
ingin dicapai adalah menurunkan angka kematian balita kejadian ISPA meningkat sebanyak 2,0 - 3,6% pada bayi
2/3 dari tahun 1990-2015, sehingga angka kematian bayi <12 bulan, 2,6 - 6,1% antara anak 12 bulan -59 bulan, 6,0 -
menjadi 17/1000 kelahiran hidup dan balita 23/1000 7,4% antara anak-anak 5-14 tahun, 5,2 - 10,0% antara
kelahiran hidup pada tahun 2015 (MDG’S,2010). orang-orang 15-49 tahun, dan 7,7 - 10,0% antara orang-
Penyebab kematian balita umumnya disebabkan orang ≥ 50 tahun (WHO,2010).
seperti penyakit Diare 25,2%, Pneumonia 15,5%, Kasus ISPA di Indonesia selalu menempati
Enterokolitis 10,7%, Meningitis 8,8%, DBD 6,8%, urutan pertama penyebab kematian bayi sebanyak 32,1%
Campak 5,8%, Tenggelam 4,9%, TB 3,9%, Malaria 2,9%, kematian bayi pada tahun 2009, serta penyebab kematian
Leukimia 2,9% (Riskesdas,2007). pada balita 38,8% tahun 2011. ISPA juga sering berada
Menurut WHO tahun 2012, sebesar 78% balita pada daftar 10 penyakit terbanyak di rumah sakit.
yang berkunjung ke pelayanan kesehatan adalah akibat Berdasarkan data dari pemberantasan penyakit (P2)
ISPA, khususnya pneumonia. ISPA lebih banyak terjadi di program ISPA tahun 2009 cakupan penderita ISPA
negara berkembang dibandingkan negara maju dengan melampaui target, target yang ditetapkan hanya 16.534
persentase masing-masing sebesar 25%-30% dan 10%- kasus tetapi hasil yang di dapat sebanyak 18.749 (13,4%).
15%. Kematian balita akibat ISPA di Asia Tenggara Survey mortalitas yang dilakukan di subdit ISPA tahun
sebanyak 2.1 juta balita pada tahun 2004. India, 2010 menempatkan ISPA/Pneumonia sebagai penyebab
Bangladesh, Indonesia, dan Myanmar merupakan negara kematian bayi terbesar di Indonesia dengan persentase
dengan kasus kematian balita akibat ISPA terbanyak 22,30% dari seluruh kematian balita (Depkes RI,2012).
(Usman, 2012). Anak dengan gejala ISPA yang dibawa ke
Kasus pneumonia di negara Amerika, terutama petugas kesehatan, sekitar 82,6% pada usia < 6 bulan,
pada bayi menempati urutan ke 6 dari semua penyebab 88,8% pada usia 6 – 11 bulan, 79,1% pada usia 12-23
kematian dan peringkat pertama dari seluruh penyakit bulan, 69,2% pada usia 24-35 bulan, 75,3% pada usia 36 –
infeksi. Di Spanyol angka kematian akibat pneumonia 47 bulan, dan 67,0% pada usia 48-90 tahun (SDKI,2012) .

79
Jurnal Ilmiah PANNMED Vol. 9 No.1 Mei - Agustus 2014

Kejadian ISPA pada balita di Sumatera Utara periode bulan September -Nopember 2013 yaitu
pada tahun 2008 yaitu 29,124 kasus. Pada tahun 2009 sebanyak 110 orang. Sedangkan besar sampel penelitian
provinsi Sumatera Utara merupakan provinsi urutan ke ini ditentukan dengan menggunakan rumus Slovin
empat terbanyak kasus pneumonia pada balita (21,56%), (Nursalam,2003) dan didapat sampel sebanyak 53 balita
setelah provinsi Nusa Tenggara Barat (71,45%), Jawa dengan Tehnik pengambilan sampel secara accidental
Barat ( 46,16%) dan kepulauan Banka Belitung (41,41%) sampling yaitu dengan mengambil responden balita yang
(Safei,dkk, 2008). datang berobat dan terdiagnosa terkena ISPA di
Tingginya angka kejadian ISPA pada balita Puskesmas Tanah TinggI Binjai.
disebabkan oleh beberapa faktor, diantaranya adalah
keadaan gizi yang buruk pada bayi dan balita. Balita Metode Pengumpulan Data
dengan gizi yang kurang akan lebih mudah terserang ISPA Metode pengumpulan data dilakukan dengan cara
dibandingkan balita dengan gizi normal, hal ini disebabkan mengambil data sekunder dan primer. Data sekunder
tentang penurunan daya tahan tubuh. Penyakit infeksi diperoleh dari catatan rekam medik pasien yang terdaftar
sendiri akan menyebabkan balita tidak mempunyai nafsu terkena ISPA dan data primer diperoleh peneliti dengan
makan dan mengakibatkan kekurangan gizi. Pada keadaan mengukur berat badan balita yang datang ke Puskesmas
gizi kurang, balita akan lebih mudah terserang ISPA berat Tanah Tinggi Binjai dengan penyakit ISPA dan
bahkan serangan lebih lama (Nuryanto,2009). dimasukkan ke dummy tabel.
Menurut hasil penelitian Nuryanto pada tahun 2010
di wilayah kerja Puskesma Sosial Palembang. Peneliti Pengolahan dan Analisis Data
mengatakan faktor yang berhubungan dengan penyakit Data yang diperoleh diedit dan ditabulasi untuk
ISPA pada bayi adalah status gizi balita, status imunisasi, selanjutnya dianalisis secara univariat dan bivariat.
kepadatan tempat tinggal, keadaan ventilasi rumah, status Pengujian data dilakukan dengan menggunakan uji statistik
merokok orang tua, tingkat pendidikan orang tua, tingkat Chi Square dengan nilai kemaknaan (α = 0,05).
pengetahuan ibu dan sosial ekonomi.
Untuk puskesmas Tanah Tinggi Binjai kasus ISPA Hasil Penelitian
cukup banyak dijumpai, rentang waktu antara September- Analisa Univariat
November 2013 dijumpai sebanyak 110 kasus. Berdasarkan hasil yang diperoleh distribusi
Berdasarkan data tersebut maka penulis tertarik karakteristik balita yang meliputi umur, jenis kelamin,
melakukan penelitian tentang hubungan status gizi dengan status gizi dan kejadian ISPA dapat dilihat pada tabel
tingkat kejadian ISPA pada bayi dan balita di puskesmas berikut ini :
Tanah Tinggi Binjai tahun 2013.
Tabel 1. Distribusi Karakteristik Balita Di Puskesmas
Rumusan Masalah Tanah Tinggi Binjai Tahun 2013
Permasalahan dalam penelitian ini adalah Karakteristik Balita Frekuensi (F) Persentase (%)
“Adakah Hubungan Status Gizi Dengan Kejadian ISPA Umur
Pada Balita Di Puskesmas Tanah Tinggi Binjai”. 1 tahun 8 15,1
2 tahun 21 39,6
Tujuan Penelitian 3 tahun 18 34,0
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui 4 tahun 6 11,3
hubungan antara status gizi dengan dengan tingkat Jumlah 53 100,0
kejadian ISPA pada balita di Puskesmas Tanah Tinggi Jenis Kelamin
Binjai tahun 2013 Perempuan 25 47,2
Laki-laki 28 52,8
Metode Penelitian Jumlah 53 100,0
Jenis Penelitian Status Gizi
Penelitian ini bersifat analitik dengan rancangan Tidak Baik 35 66,0
cross sectional . Penelitian ini mempelajari dinamika Baik 18 34,0
korelasi antara faktor-faktor resiko dan efek dengan cara Jumlah 53 100,0
pendekatan, observasi dimana setiap subjek penelitian Kejadian Ispa
diobservasi hanya satu kali saja dan pengukuran dilakukan Berat 25 47,2
terhadap status karakter atau variabel subjek pada saat Sedang 15 28,3
pemeriksaan. Ringan 13 24,5
Jumlah 53 100,0
Lokasi Dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Puskesmas Tanah Analisa Bivariat
Tinggi Binjai pada bulan September-Desember 2013. Hubungan status gizi dengan tingkat kejadian
ISPA pada balita dapat dilihat pada tabel berikut ini:
Populasi Dan Sampel Penelitian
Populasi penelitian ini adalah balita yang
terdaftar terkena ISPA di Puskesmas Tanah Tinggi Binjai

80
Yulina Dwi Hastuty. dkk. Status Gizi Berhubungan...

Tabel 2. Distribusi Hubungan Status Gizi dengan Berdasarkan hasil penelitian umur balita yang
Kejadian ISPA Pada Balita di Puskesmas banyak terkena yaitu umur 2 tahun. Hal ini
Tanah Tinggi Binjai Tahun 2013 membuktikan bahwa pada usia 2 tahun daya tahan
Kejadian ISPA Pada Balita tubuh belum terlalu kuat sehingga mudah terkena
Status ISPA ISPA ISPA Total P ISPA. Hal ini sejalan dengan hasil penelitian
Gizi Berat Sedang Ringan value Kartasasmita di Cikutra (1993) bahwa insieden dan
lamanya anak menderita ispa menurun dengan
f % f % f % F %
bertambahnya umur. Dari hasil penelitian juga didapat
Tidak 23 65,7 10 28,6 2 5,7 35 100
lebih banyak jenis kelamin laki-laki yang terkena ISPA.
Baik
0,000 Ada sebagian sumber mengatakan bahwa ada
2 11,1 5 27,8 11 61,1 18 100 kecenderungan anak laki-laki lebih sering terserang
Baik infeksi dari pada anak perempuan, tetapi belum dapat
dijelaskan secara pasti antara faktor genetik atau dalam
Hasil uji chi-square menunjukkan bahwa p value pemberian makanan.
= 0,000 < 0,05, artinya terdapat hubungan yang signifikan
antara status gizi balita dengan kejadian ISPA pada balita Kejadian ISPA Pada Balita di Puskesmas Tanah
di Puskesmas Tanah Tinggi Binjai Tahun 2013. Tinggi Binjai Tahun 2013
Penyakit infeksi mudah menyerang pada balita
Pembahasan dengan keadaan gizi kurang. Berdasarkan hasil penelitian
Status Gizi Balita di Puskesmas Tanah Tinggi diketahui mayoritas kejadian ISPA pada balita dengan
Binjai Tahun 2013 kategori berat yaitu 25 orang (47,2%) dan minoritas balita
Status gizi merupakan faktor yang dapat dengan ISPA ringan yaitu 13 orang (24,5%).Banyaknya
mempengaruhi secara langsung maupun tidak langsung kejadian ISPA berat yang dialami balita disebabkan karena
pada anak. Berdasarkan hasil penelitian diketahui dengan adanya gangguan metabolisme tubuh akibat kekurangan
status gizi tidak baik yaitu 35 orang (66,0%) dan minoritas energi dan protein, sehingga menyebabkan daya tahan
dengan kategori baik yaitu 18 orang (34,0%). Status gizi tubuh semakin berkurang. Hal ini sesuai dengan hasil
yang tidak baik mayoritas disebabkan karena gizi kurang penelitian Putri (2012) bahwa kejadian ISPA pada balita
atau tidak sesuainya umur balita sesuai dengan kondisi akan memberikan gambaran klinik yang lebih berat dan
berat badannya. buruk. Hal ini disebabkan karena ISPA pada anak balita
Gizi tidak baik yaitu gizi buruk dan gizi lebih. umumnya merupakan kejadian infeksi pertama serta belum
Gizi buruk sederhana akibat KEP (Kurang energi Protein) terbentuknya secara optimal proses kekebalan secara
menyebabkan kelainan seperti Marasmus, Kwasiokor. Gizi alamiah. Pada orang dewasa sudah banyak terjadi
lebih yaitu obesitas digolongkan sebagai orang yang kekebalan alamiah yang lebih optimal akibat pengalaman
mengalami gizi tidak baik. Obesitas adalah kelebihan infeksi sebelumnya.
kalori dan lemak berlebihan. Gizi buruk adalahkekurangan Menurut penelitian Muluki (2003), diketahui
nutrisi berupa protein, karbohidrat, dan kalori. bahwa status gizi merupakan faktor resiko yang sangat
Terdapatnya kasus malnutrisi pada semua berpengaruh terhadap kejadian ISPA dibandingkan faktor
golongan umur balita menunjukkan bahwa malnutrisi pada resiko status imunisasi, status ASI eksklusif dan berat
anak mungkin tidak dapat diatasi sehingga terus badan lahir rendah. Balita yang mengalami gizi buruk lebih
berlangsung. Hal ini kemungkin disebabkan karena mudah terserang penyakit.
keadaan sosial ekonomi masyarakat yang kurang baik, Berdasarkan penelitian Susie (2001), infeksi
ketidaktahuan masyarakat tentang gizi, dan kurangnya saluran pernapasan akut merupakan penyakit yang paling
peran petugas kesehatan dalam usaha perbaikan status gizi banyak diderita oleh balita yang menderita gizi buruk
masyarakat. Penanganan gizi buruk sebaiknya tidak hanya dibandingkan penyakit lainnya
difokuskan di pelayanan kesehatan pemerintah saja, namun Gizi yang buruk akan mempermudah balita
juga harus disebarluaskan di pelayanan kesehatan swasta terserang ISPA. Beberapa penelitian telah membuktikan
karena biasanya tenaga kesehatan yang bekerja di tentang adanya hubungan antara gizi buruk dan infeksi
pelayanan kesehatan swasta tidak melaporkan atau bahkan paru, sehingga anak-anak yang bergizi buruk sering
menyadari adanya pasien gizi buruk yang berobat ke mendapat pneumonia.
tempat mereka. Petugas biasanya hanya terfokus pada Balita yang terkena ISPA memiliki faktor-faktor
penyakit yang dikeluhkan saja. Dengan penyebarluasan resiko antara lain faktor usia dan status gizi. Faktor usia
informasi mengenai gizi buruk di pelayanan kesehatan kejadian ISPA banyak terjadi pada usia 2 tahun
swasta akan membuat tenaga medis yang bekerja di tempat mempunyai resiko mendapat ISPA lebih besar dari pada
tersebut lebih peduli sehingga dapat membantu mengatasi anak yang lebih tua, karena pada usia tersebut kekebalan
masalah gizi buruk di masyarakat. Tenaga kesehatan harus tubuh anak belum optimal. Balita yang terkena ISPA akan
sering turun ke lapangan untuk memberikan penyuluhan mengalami penurunan nafsu makan dan mengakibatkan
langsung kepada masyarakat terutama pada kaum ibu kekurangan gizi. Pada saat gizi kurang balita lebih mudah
tentang masalah gizi sehingga meningkatkan pengetahuan terkena penyakit ISPA berat.
dan kesadaran masyarakat akan pentingnya zat gizi untuk Hubungan Status gizi dengan Kejadian ISPA Pada
anak-anak mereka. Balita di Puskesmas Tanah Tinggi Binjai Tahun 2013

81
Jurnal Ilmiah PANNMED Vol. 9 No.1 Mei - Agustus 2014

Berdasarkan hasil penelitian pada uji bivariat gangguan kesulitan makan. Anak dengan pneumonia berat
diketahui dari 35 orang balita dengan status gizi tidak baik, dapat mengalami kesulitan makan karena adanya
mayoritas kejadian ISPA pada balita dengan kategori berat pernafasan cepat dan sulit bernafas. Jika pemberian suplai
yaitu 23 orang (65,7%) dan minoritas dengan ISPA ringan makanan yang dikonsumsi oleh anak balita baik maka
yaitu 2 orang (5,7%). Dari 18 orang balita dengan status status gizi anak balita itu juga ikut membaik. Namun
gizi baik, mayoritas dengan ISPA ringan yaitu 11 orang menkonsumsi makanan yang baik tidak cukup untuk
(61,1%) dan minoritas dengan ISPA berat yaitu 2 orang membuat status gizi anak balita menjadi baik, tetapi anak
(11,1%). Maka semakin tinggi status gizi balita yang tidak balita itu harus selalu sehat dan tehindar dari penyakit
baik semakin banyak yang terkena ispa berat. infeksi (ISPA). Oleh sebab itu penyakit infeksi dapat
Pada balita dengan kategori gizi tidak baik tetapi mempengaruhi status gizi anak balita dan status gizi juga
mengalami ISPA ringan, disebabkan gizi tidak baik pada dapat menyebabkan timbulnya penyakit
balita bukan disebabkan karena gizi kurang, tetapi karena
gizi lebih sehingga ISPA yang terjadi pada balita bukan KESIMPULAN DAN SARAN
hanya disebabkan karena faktor konsumsi energi saja tetapi
karena pengaruh faktor lingkungan rumah dan sekitarnya Kesimpulan
yang tidak sehat. Sedangkan balita dengan status gizi baik Berdasarkan hasil penelitian mengenai
tetapi masih ada balita dengan ISPA berat disebabkan “Hubungan Antara Status Gizi Dengan Dengan Tingkat
karena adanya anggota keluarga yang terkena pilek, Kejadian ISPA Pada Balita di Puskesmas Tanah Tinggi
sehingga tertular pada balita. Hal ini sesuai dengan Binjai Tahun 2013, maka disimpulkan sebagai berikut :
pendapat Putri (2012) bahwa apabila dalam satu rumah 1. Status gizi balita mayoritas dengan status gizi tidak
anggota keluarga terkena pilek, balita akan lebih mudah baik yaitu 35 orang (66,0%) dan minoritas dengan
tertular. Dengan kondisi anak yang lemah, proses status gizi baik yaitu 18 orang (34,0%).
penyebaran penyakit menjadi lebih cepat. 2. Balita mayoritas menderita ISPA berat yaitu 25 orang
Hasil uji chi-square menunjukkan bahwa p value (47,2%) dan minoritas menderita ISPA ringan yaitu
sebesar = 0,000 artinya terdapat hubungan yang signifikan 13 orang (24,5%).
antara status gizi balita dengan kejadian ISPA pada balita 3. Hasil analisa Chi-square diketahui terdapat hubungan
di Puskesmas Tanah Tinggi Binjai Tahun 2013. Adanya antara status gizi dengan dengan tingkat kejadian
interaksi sinergistik antara malnutrisi dan infeksi. Infeksi ISPA pada balita dengan nilai p value sebesar 0,000 <
yang berat dapat memperburuk status gizi melalui 0,05
gangguan masukan/konsumsi makanan dan meningkatkan
kehilangan zat-zat essensial tubuh. Sebaliknya malnutrisi Saran
meskipun ringan berpengaruh buruk pada daya tahan tubuh - Diharapkan kepada instansi terkait untuk dapat
terhadap infeksi. meningkatkan pelayanan pada balita terutama
Hal ini sejalan dengan hasil penelitian Nugroho meningkatkan informasi tentang penyakit infeksi
(2006) yang menyatakan bahwa salah satu faktor resiko pada balita dan cara hidup sehat, agar dapat
yang menyebabkan ISPA adalah balita dengan kurang gizi, mengurangi resiko balita terkena infeksi seperti
balita yang tidak mendapat ASI memadai dan defisiensi ISPA yang dapat mempengaruhi status gizi balita.
vitamin A. Sebagai faktor yang meningkatkan angka - Penelitian ini perlu dilanjutkan untuk melihat
mortalitas adanya gizi kurang. Hal yang sama juga factor-faktor lin yang juga memiliki peran
dikemukakan dari hasil penelitian Sulistyoningsih dan terhadap peningkatan kejadian ISPA pada balita.
Rustandi (2010) bahwa ada hubungan antara gizi buruk
dengan infeksi paru, sehingga anak-anak yang bergizi DAFTAR PUSTAKA
buruk sering mendapat ISPA. Balita dengan gizi yang
kurang akan lebih mudah terserang ISPA dibandingkan Agustanti, 2012 Dinkes Sulawesi Selatan
balita dengan gizi normal karena faktor daya tahan tubuh http://dinkesSulsel.go.id/new/index.php?option=c
yang kurang. Penyakit infeksi akan menyebabkan balita om_content&task=view&id=932&Itemid=1
tidak mempunyai nafsu makan dan mengakibatkan {accessed 31 maret 2013]
kekurangan gizi. Pada keadaan gizi kurang, balita lebih Badan Pusat Statistik : Laporan Pendahuluan Survei
mudah terserang ISPA berat bahkan serangannya lebih Demografi dan kesehatan Indonesia 2012,
lama. Kementrian kesehatan
Keadaan gizi yang tidak baik muncul sebagai Behrman dkk, 2000 Nelson Ilmu Kesehatan Anak, Jakarta
faktor resiko untuk terjadinya ISPA. Beberapa penelitian : Penerbit Buku Kedokteran EGC
telah membuktikan tentang adanya hubungan antara gizi DepKes RI. Direktorat Jenderal PPM & PLP. Pedoman
tidak baik dengan infeksi sehingga anak-anak yang bergizi Pemberantasan Penyakit InfeksiSaluran
buruk sering terkena ISPA. Daya tahan tubuh anak yang Pernafasan Akut (ISPA). Jakarta. 2012
kurang gizi menurun sehingga mudah terkena penyakit Hartono, R dan Rahmawati D, 2012. ISPA Gangguan
infeksi, anak yang menderita infeksi akan mengalami Pernafasan Pada Anak. Yogyakarta: Nuha
gangguan nafsu makan dan penyerapan zat gizi sehingga Medika
menyebabkan kurang gizi. Penurunan status gizi yang Manurung, S. et al., 2009. Gangguan Sistem Pernafasan
terjadi terkait dengan penurunan asupan makanan akibat Akibat Infeksi. Jakarta : Trans Info Medica

82
Yulina Dwi Hastuty. dkk. Status Gizi Berhubungan...

Marimbi, H, 2010 Tumbuh Kembang, Status Gizi, dan Penerbit IDAI. Jakarta
Imunisasi Dasar Pada Balita, Nuha Medika, Riwu, D, 2012, ISPA menduduki peringkat pertama
Yogyakarta penyakit terbesar tahun 2011. Times Online,
Maryunani,A.2010. ilmu kesehatan anak dalam kebidanan [online] 29 February t,Available At :
TIM, Jakarta http://www.dinkes-kotakupang.web.id/warta-
MDG”s,2010. The Millennium Development Goals Report dinkes/175-ispa-duduki-peringkat-pertama-
http://www.un.org penyakit-terbesar-tahun-2011.html
/millenniumgoals/pdf/MDGReport2010Enr15- RISKESDA,2007. Buletin Jendela Epidemiologi
lowres201006152.pdf [accesed 07-07-2013] Pneumonia Balita Volume 3, September 2010
Mukono, H, 2008. Pencemaran Udara dan Pengaruhnya http://www.depkes.go.id/downloads/publikasi/bul
Terhadap Gangguan Saluran pernafasan, etin/BULETINPNEUMONIA.pdf >[accesed 12-
Airlangga Universitas Press, Surabaya 07-2013]
Muluki (2003) Analisis faktor risiko yang berhubungan Safei,dkk, 2008 profil kesehatan propinsi Sumatera Utara
dengan terjadinya penyakit ISPA di Puskesmas Dinkes SUMUT Medan
Palanro Kecamatan Mallusetasi Kabupaten Simarmata, D., 2009. Kajian Ketersediaan Pangan Rumah
Barru Tahun 2002-2003. 2003. Badan Tangga, Status Ekonomi Keluarga, Pengetahuan
Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Gizi Ibu dengan Status Gizi Anak Balita di
Departemen Kesehatan. Wilayah Kerja Puskesmas Melati Kecamatan
Notoatmodjo, S, 2010 Metode Penelitian Kesehatan , Perbaungan Tahun 2009.Skripsi, Fakultas
Rineka Cipta, Jakarta Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera
Nugroho, S. 2006. Hubungan Antara Status Gizi Balita Utara, Medan.
Dengan Kejadian Ispa Di Desa Wonoboyo Soekirman. 2000. Ilmu Gizi dan Aplikasinya untuk
Wilayah Kerja Puskesmas Wonoboyo Keluarga dan Masyarakat Ditjen Dikti. Jakarta.
Kabupaten Temangun. www.unimus.ac.id Departemen Pendidikan Nasional.
[accesed 23-07-2013] Sulistioningsih dan Rustandi Faktor-Faktor Yang
Nuryanto,A, 2012. Hubungan Status Gizi Terjadap Berhubungan Dengan Kejadian Ispa Pada Balita
Terjadinya Penyakit Infeksi Saluran Pernafasan Di Wilayah Kerja Puskesmas DTP Jamasin
Akut [online] Kabupaten Tasikmalaya Tahun 2010.
balitbangnovda.sumselprov.go.id/data/download/ http://Sulistioningsih 2010_Journal. unsil.ac.id
20121227173330.pdf‎ [accesed 31-03-2013] [accesed 23-07-2013]
Nursalam. 2003. Konsep dan penerapan metodologi Supariasa, I, dkk 2008, Penilaian Status Gizi, Jakarta :
penelitian keperawatan. Penerbit Buku Kedokteran ECG
Jakarta Usman, Iskandar. 2012. Penderita ISPA.
Putri,2012. Faktor lingkungan yang berhubungan dengan http://repository.unhas.ac.id/bitstream/handle/123
kejadian ISPA pada balita dan perbedaan kondisi 456789/4279/RIBKARERUNGLAYUK(K1110
lingkungan pada balita yang mengalami ISPA 9326).pdf?sequence=1 (Accesed 12-07- 2013)
www.eprint.uny.ac.id. Widoyono, 2011 Penyakit Tropis, edisi kedua
Permatasari,C., 2008. Faktor Resiko Kejadian Gejala ISPA Erlangga, Jakarta
Ringan Pada Balita Di Rangkapan Jaya Baru WHO. 2010, conflict and health [online] Available at
Kota Depok Tahun 2008 [online] Available at < :http://www.who.int/entity
http://lontar.ui.ac.id/file?file=digital/126838-S- /diseasecontrolemergencies/publications/Burdeno
5827-Faktor%20risiko-HA.pdf> [accesed 31-03- facuterespiratoryinfections.pdf
2013]

Rahajoe, N. 2008. Buku Ajar Respirologi Anak. Edisi


Pertama. Badan

83
Jurnal Ilmiah PANNMED Vol. 9 No.1 Mei - Agustus 2014

HUBUNGAN KARAKTERISTIK IBU DENGAN SECTIO CAESAREA


DI RUMAH SAKIT TK IV 01.07.001 KESDAM I/BB PEMATANGSIANTAR

Dodoh Khodijah, Yessika Rouli Siburian, Renny Sinaga


Prodi Kebidanan Kemenkes Pematangsiantar

Abstrak

Latar belakang :Sekalipun terdapat kesan tindakan operasi persalinan makin liberal tetapi bukan tanpa alasan
medis atau indikasi yang tepat. Data yang diperoleh di Rumah Sakit Tk IV 01.07.001 Kesdam I/BB
Pematangsiantar bahwa kejadian Sectio Caesarea meningkat mulai tahun 2011-2012 sebesar 2 %. Tujuan
penelitian ini akan menghubungkan faktor karakteristik ibu dengan Sectio Caesarea di Rumah Sakit Tk IV
01.07.001 Kesdam I/BB Pematangsiantar. Metode penelitian ini bersifat analitik menggunakan data
Sekunder. Populasi penelitian adalah seluruh ibu bersalin di Rumah Sakit Tk IV 01.07.001 Kesdam I/BB
Pematangsiantar tahun 2013 sebanyak 535 orang. Pengambilan sample menggunakan rumus Slovin dengan
sistem Random Sampling berjumlah 230 orang. Kemudian dibuat tabulasi frekuensi dan tabulasi silang
dengan taraf signifikan α=0,05. Hasil penelitian tentang hubungan karakteristik Ibu dengan Sectio Caesarea
terdapat hubungan faktor Umur dan Indikasi dengan kejadian persalinan SC. Tingginya angka kejadian SC
perlu dilakukan penyuluhan tentang pentingnya kesehatan reproduksi dalam kehamilan dan deteksi dini
untuk mengatasi terjadinya komplikasi sehingga perlu adanya pemeriksaan kehamilan secara teratur.

Kata kunci : Umur, Paritas, Jarak Kehamilan, Pendidikan, Pekerjaan, indikasi Sectio Caesarea

PENDAHULUAN Sakit Swasta rata – rata 30 persen, angka ini terus


berkembang (Aini, 2009).
Latar Belakang Berbagai survei menemukan bahwa presentasi
Kesehatan Ibu dan Anak menjadi target dalam persalinan SC pada rumah sakit-rumah sakit dikota besar
Tujuan Pembangunan Millenium (MDGs), tepatnya pada seperti Jakarta dan Bali berada jauh diatas angka tersebut.
tujuan 4 dan 5 yaitu menurunkan Angka Kematian Anak Secara umum, jumlah persalinan SC di rumah sakit
dan Meningkatkan Kesehatan Ibu. Program Kesehatan Ibu pemerintah adalah sekitar 30-35 % dari total persalinan
dan Anak (KIA) menjadi sangat penting karena merupakan sedangkan di rumah sakit swasta jumlahnya sangat tinggi
unsur penting pembangunan, hal ini mengandung yaitu sekitar 30-80% dari total persalinan (Rasyid, 2009).
pengertian bahwa dari seorang Ibu akan dilahirkan calon- Sekalipun terdapat kesan tindakan operasi
calon penerus bangsa yaitu anak, yang dapat memberikan persalinan makin liberal tetapi bukan tanpa alasan medis
manfaat bagi bangsa, maka harus diupayakan kondisi ibu atau indikasi yang tepat . Indikasi pada Ibu, indikasi
dan anak yang sehat (Prasetyawati, 2012). profilaksis seperti ibu dengan penyakit jantung, paru,
Bidan sebagai tenaga terlatih, berperanan penting ginjal, tekanan darah tinggi, atau pre-eklampsi/eklampsi.
dalam mata rantai “sistem kesehatan nasional” sehingga Indikasi vital seperti, rupture uteri, kehamilan dengan
masyarakat mendapat pelayanan dan pengayoman medis perdarahan, panggul sempit, kelainan letak janin,
lebih menyeluruh dan lebih bermutu. Perkiraan di persalinan lama. Indikasi pada janin seperti gawat janin,
Indonesia, jumlah persalinan sebanyak 5.000.000 per kematian janin dalam kandungan, tali pusat menumbung,
tahun, maka jumlah kematian ibu sebanyak 20.000 sampai walaupun jarang tetapi fatal adalah komplikasi emboli air
22.000 orang sedangkan angka kematian perinatal 28.000 ketuban yang dapat terjadi selama tindakan operasi
sampai 30.000 orang setiap tahun. Kematian Ibu dan (Manuaba, 2010).
perinatal ini tertinggi di negara ASEAN (Manuaba, 2010). Sebuah penelitian menyatakan bahwa terdapat
Berdasarkan hasil Survei Demografi dan hubungan antara umur ibu, paritas dan komplikasi obstetrik
Kesehatan Indonesia (SDKI) 2012, angka kematian ibu terhadap tindakan SC. Sedangkan faktor resiko terbesar
mencapai 359 per 100 ribu kelahiran hidup. Dalam survei tindakan SC adalah usia ibu yang terlalu muda atau terlalu
yang sama lima tahun lalu, angka kematian ibu hanya 228 tua. Selain itu, terdapat hubungan antara riwayat SC
per 100 ribu kelahiran hidup (Tempo, 2012). terhadap tindakan SC berikutnya (Sinaga, 2007).
Menurut WHO (World Health Organization), Berdasarkan hasil penelitian di Rumah Sakit
standar operasi SC di sebuah negara adalah 5-15 persen. Di Umum Daerah Dr.Pringadi Medan pada tahun 2012
Indonesia sendiri, presentase SC sekitar 5 persen. Di rumah diketahui jumlah ibu bersalin dengan SC pada tahun 2011
sakit pemerintah rata-rata 11 persen, sementara di Rumah yaitu sekitar 58,1% dan tahun 2012 sekitar 60,1% (Siti,
2013). Survei pendahuluan di Rumah Sakit Tk IV 01.07.01

84
Jurnal Ilmiah PANNMED Vol. 9 No.1 Mei - Agustus 2014

Kesdam l/BB Pematangiantar tahun 2012 ditemukan dari METODOLOGI PENELITIAN


696 persalinan terdapat 512 orang yang bersalin dengan
SC atau sekitar 73,6%. Desain Penelitian
Berdasarkan latar belakang di atas penulis tertarik Jenis Penelitian ini adalah penelitian observasional
untuk mengadakan penelitian dengan judul : “Hubungan dengan desain crossectional dengan menggunakan data
Karakteristik Ibu dengan Sectio Caesarea di Rumah Sakit sekunder untuk mengetahui hubungan karakteristik ibu
Tk IV 01.07.01 Kesdam l/BB Pematangsiantar ”. dengan Sectio Caesarea di Rumah Sakit Tk IV
01.07.001 Kesdam I/BB Pematangsiantar.
Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka Populasi
rumusan masalah dalam penelitian ini yaitu : “Hubungan Populasi dalam penelitian ini semua ibu yang bersalin di
Karakteristik Ibu dengan Sectio Caesarea di Rumah Sakit Rumah Sakit Tk IV 01.07.001 Kesdam I/BB
TK IV.01.07.01 Kesdam I/BB Pematangsiantar”. Pematangsiantar pada tahun 2013 yaitu sebanyak 535
orang
Tujuan Penelitian
a. Untuk mengetahui prevalen SC di Rumah Sakit Sampel
Tk IV.01.07.01 Kesdam I/BB Pematangsiantar. Besar sampel dihitung dengan menggunakan Rumus
b. Untuk mengetahui prevalen SC berdasarkan Slovin :
karakteristik umur, paritas, jarak kehamilan, N
n=
pendidikan, pekerjaan, dan faktor indikasi SC di 1 + N(d)2
Rumah Sakit Tk IV.01.07.01 Kesdam I/BB
Pematangsiantar. 535 535
= =
c. Untuk mengetahui hubungan karakteristik ibu 1+535(0,05)2 1+535(0,0025)
535 535
dengan Sectio Caesarea di Rumah Sakit Tk = =
1+1,33 2,33
IV.01.07.01 Kesdam I/BB Pematangsiantar. = 229,6
= 230
MANFAAT PENELITIAN
Sampel diambil dengan teknik Random
Manfaat Teoritis Sampling. Data penelitian ini menggunakan data sekunder
Sebagai sarana informasi tentang hubungan yang diperoleh dari rekam medik di Rumah Sakit
karakteristik ibu dengan Sectio Caesarea, sehingga dapat TK.IV.01.07.01 Kesdam I/BB Pematangsiantar pada tahun
dijadikan langkah awal dalam membuat kebijakan 2013 dengan menggunakan lembar checklist.
pelayanan kebidanan.
ANALISA DATA
Manfaat Praktis
Sebagai masukan dan informasi bagi petugas Analisa data penelitian ini dengan bantuan
kesehatan terutama para bidan untuk mendeteksi dini software Stata versi 16. Dilakukan analisis univariabel,
terjadinya komplikasi kehamilan dan persalinan serta analisis bivariabel dengan menggunkan Chi square (X2)
mencegah terjadinya peningkatan persalinan dengan SC. pada tingkat kemaknaan p <0,05 dengan Confidence
Interval (CI) 95 persen.

HASIL PENELITIAN

Analisa Univariabel
Tabel 1. Distribusi Ibu bersalin di Rumah Sakit Tk IV.01.07.001 Kesdam I/BB Pematangsiantar
No Kategori F (%)
1 SC 215 93,5
2 Tidak SC 15 6,5
Jumlah 230 100%
Data : Rekam Medik 2013

Tabel 2. Distribusi ibu bersalin berdasarkan Karakteristik di Rumah Sakit Tk IV.01.07.001 Kesdam I/BB
Pematangsiantar
No Karakteristik F (%)
Umur
1 <20 tahun 13 5,7
2 20-35 tahun 184 80
3 >35 tahun 33 14,3
Jumlah 230 100%
Paritas

85
Dodoh Khodijah. dkk. Hubungan Karakteristik Ibu...

1 Primi gravida 68 29,6


2 Multi gravida 140 60,9
3 Grande multi gravida 22 9,6
Jumlah 230 100%
Jarak Kehamilan
1 <2 tahun 78 33,9
2 2-3 tahun 81 35,2
3 >3 tahun 71 30,9
Jumlah 230 100 %
Pendidikan
1 SD 24 10,4
2 SMP 52 22,6
3 SMA 105 45,7
4 PT 49 21,3
Jumlah 230 100%
Pekerjaan
1 IRT 49 21,4
2 Petani 50 21,7
3 Wiraswasta 102 44,3
4 PNS 29 12,6
Jumlah 230 100%
Indikasi
1 CPD 30 13,0
2 Riwayat SC 39 17,0
3 PE 14 6,1
4 Plasenta Previa 16 7,0
5 Solusio Plasenta 11 4,8
6 PTM 35 15,2
7 KPD 21 9,1
8 Gawat Janin 13 5,7
9 Malpresentasi 17 7,4
10 Permintaan SC 34 14,8
Jumlah 230 100
Data : Rekam Medik 2013

Tabel 3. Tabel Kontingensi Karakteristik Ibu bersalin dengan Sectio Caesarea di Rumah Sakit Tk
IV.01.07.001 Kesdam I/BB Pematangsiantar
Karakteristik SC
Ya Tidak Total x2 P
Umur F % F % f %
1 < 20 tahun 10 76,9 3 23,1 13 100
2 20-35 tahun 176 95,7 8 4,3 184 100
3 >35 tahun 29 12,6 4 1,7 33 14,3 8,96 0,01
Paritas
1 Primi gravida 65 95,6 3 4,4 68 100
2 Sekundi gravida 73 94,8 4 5,2 77 100
3 Multi gravida 58 92,0 5 8,0 63 100 2,75 0,43
4 Grandemulti gravida 19 86,3 3 13,7 22 100
Jarak Kehamilan
1 <2 tahun 75 96,1 3 3,9 78 100
2 2-3 tahun 74 91,3 7 8,7 81 100 1,54 0,46
3 >3 tahun 66 93,0 5 7,0 71 100
Pendidikan
1 SD 22 91,6 2 8,4 24 100
2 SMP 50 96,1 2 3,9 52 100 1,94 0,585
3 SMA 99 94,2 6 5,8 105 100
4 PT 44 89,7 5 10,2 49 100
Pekerjaan
1 IRT 46 93,8 3 6,2 49 100

86
Jurnal Ilmiah PANNMED Vol. 9 No.1 Mei - Agustus 2014

2 Petani 45 90 5 10 50 100 1,523 0,677


3 Wiraswasta 96 94,1 6 5,9 102 100
4 PNS 28 96,5 1 3,5 29 100
Indikasi
1 CPD 28 93,3 2 6,6 30 100
2 Riwayat SC 39 100 0 0 39 100
3 PE 10 71,4 4 28,6 14 100
4 Plasenta Previa 16 100 0 0 16 100 230,00 0,00
5 Solusio Plasenta 11 100 0 0 0 100
6 PTM 32 91,5 3 8,5 35 100
7 KPD 20 95,2 1 4,8 21 100
8 Gawat Janin 13 100 0 0 13 100
9 Malpresentasi 12 70,6 5 29,4 17 100
10 Permintaan SC 34 100 0 0 34 100
Jumlah 230 15 230
Data : Rekam Medik 2013

Analisa data : SC. Kenyataan tersebut turut menguatkan alasan


Berdasarkan tabel di atas, dapat diketahui bahwa mengapa persalinan SC dalam penelitian ini lebih
(95,7%) ibu bersalin berusia 20-35 tahun bersalin dengan banyak dari persalinan normal.
SC. Hasil analisis menunjukkan terdapat hubungan antara
umur dengan kejadian SC dengan nilai P= 0,01. b. Distribusi Karakteristik Ibu
Berdasarkan Indikasi SC bahwa ibu yang mempunyai 1. Umur
riwayat SC 100% bersalin dengan SC juga. Analisis Umur mempengaruhi kejadian SC. Pada
menunjukkan ada hubungan riwayat SC dengan kejadian penelitian ini mayoritas berusia 20-35 tahun sebanyak
SC (P= <0,01). 184 ibu (80%). Menurut Saifuddin 2009 (dalam
Trivoni, 2012) dikatakan bahwa usia 20-35 tahun
PEMBAHASAN merupakan usia reproduksi wanita, dimana diusia
tersebut seorang ibu mampu hamil dalam kondisi yang
a. Distribusi ibu terhadap Sectio Caesarea sehat baik fisik maupun psikologis. Pada ibu hamil usia
Data rekam medik persalinan di Rumah Sakit ini dianggap ideal untuk menjalani kehamilan dan
Tk IV 01.07.001 Kesdam I/BB Pematangsiantar pada proses persalinan. Kemampuan rahim untuk
bulan Januari – Desember 2013 menunjukkan dari 535 mempertahankan kehamilan sangat ditentukan oleh
persalinan didapatkan 497 kasus persalinan Sectio usia ibu. Meningkatnya usia ibu juga membuat kondisi
Caesarea (92,9%) dan 38 persalinan normal (7,1%). dan fungsi rahim menurun dan salah satu akibatnya
Penelitian yang sama diungkapkan oleh Aulia (2011) di adalah jaringan rahim yang tidak subur lagi. Jaringan
RSUD Dr. Adjidarmo tahun 2010 kasus persalinan rongga panggul dan otot-ototnya pun melemah sejalan
Sectio Caesarea (63,4%). Namun, hasil penelitian ini dengan bertambahnya usia. Hal ini membuat rongga
tidak sesuai dengan penelitian Sadiman (dalam Silvia panggul tidak mudah lagi menghadapi dan mengatasi
Aulia 2011) dan M Ridwan di RSUD A. Yani Metro komplikasi berat.
(2008) yang memproleh persalinan Sectio Caesarea Hal ini senada dengan penelitian Ezra Marisi, 2007
lebih kecil angka kejadiannya (29,7%). Hal ini terjadi (dalam Aulia, 2011) di RSUD Sidikalang yang
karena Rumah Sakit Tk IV 01.07.001 Kesdam I/BB menyatakan (78,7 %) adalah ibu melahirkan dengan umur
Pematangsiantar merupakan salah satu Rumah sakit 20-35 tahun. Komplikasi yang mungkin timbul saat
rujukan milik pemerintah. Mayoritas semua golongan kehamilan juga dapat mempengaruhi jalannya persalinan
ekonomi masyarakat menjadikan Rumah sakit ini sehingga SC dapat dianggap sebagai cara terbaik untuk
sebagai pusat rujukan dengan alasan selain biaya yang melahirkan janin. Penelitian Nurhasannah 2010 (dalam
masih terjangkau juga pelayanannya masih tergolong Trivonia, 2012) pada tahun 2010 di RSU Bhakti Yudha
baik. Depok didapatkan sebanyak 78% kasus terjadi pada usia
Sebagian besar persalinan yang dibawa ke 20-35 tahun. Hal ini disebabkan oleh perkembangan
Rumah Sakit Tk IV 01.07.001 Kesdam I/BB indikasi baik dari indikasi medis yaitu faktor ibu dan janin
Pematangsiantar adalah kasus rujukan dengan maupun indikasi sosial.
persalinan penyulit dari fasilitas kesehatan lain, Selain itu, hal ini juga dikarenakan jumlah ibu
sehingga harus segera mendapat pertolongan, terutama hamil yang melahirkan di usia >35 dan <20 tahun
melalui persalinan Sectio Caesarea. Fakta ini memiliki jumlah yang jauh lebih sedikit dibandingkan
menguatkan bahwa kasus persalinan di Rumah Sakit ini dengan ibu yang melahirkan di usia kelompok 20-35
hampir keseluruhan dilakukan tindakan SC. Saat ini SC tahun.
menjadi trend di masyarakat. Persalinan SC banyak Sedangkan berdasarkan analisis bivariat dalam
dilakukan atas permintaan pasien itu sendiri, hal ini penelitian ini dapat dinyatakan bahwa terdapat hubungan
menyebabkan peningkatan angka kejadian persalinan antara umur ibu dengan kejadian SC. Ibu yang berumur

87
Dodoh Khodijah. dkk. Hubungan Karakteristik Ibu...

dibawah 20 tahun atau diatas 35 tahun sangat berisiko ibu yang mengalami persalinan dengan SC tertinggi 43,4%
untuk persalinan patologis sebagai indikasi SC. Kehamilan dengan jarak persalinan 0. Dalam penelitian tersebut juga
ibu dengan usia dibawah 20 tahun berpengaruh pada mengungkapkan tidak ada hubungan antara jarak
kematangan fisik dan mental dalam menghadapi kehamilan dengan kejadian persalinan SC,
kehamilan dan persalinan. Rahim dan panggul ibu sering 4. Pendidikan
kali belum tumbuh matang mencapai ukuran dewasa. Hasil penelitian yang dilakukan di di Rumah
Selain itu mental ibu juga berpengaruh terhadap pada Sakit Tk IV 01.07.001 Kesdam I/BB Pematangsiantar pada
ketrampilan ibu dalam merawat diri ibu dan bayinya. bulan Januari – Desember 2013 menunjukkan dari 230 ibu
Sehingga pada usia ini ibu cenderung mengalami bersalin, mayoritas berada pada jenjang pendidikan SMA
persalinan SC walaupun tanpa indikasi dengan yaitu sebanyak 105 ibu (45,7%) dan minoritas pada jenjang
pertimbangan kekhawatiran ibu pada dirinya dalam pendidikan SD sebanyak 24 Ibu (10,4%).
menghadapi proses persalinan dan keselamatan janin Pendidikan berasal dari kata didik. Menurut
dalam kandungannya (Hutabalian, 2011). KBBI (2003) didik adalah memberikan pengetahuan, ini
berarti makin tinggi pendidikan seseorang maka makin
2. Paritas tinggi pula pengetahuan yang dimilikinya. Pernyataan ini
Hasil penelitian ini menunjukkan mayoritas sesuai dengan teori dari Notoadmodjo (2003) mengatakan
merupakan Sekundi gravida sebanyak 77 ibu (33,5%) bahwa semakin tinggi pendidikan seseorang, makan
dan minoritas pada ibu Grandemulti gravida sebanyak semakin luas pengetahuan tentang suatu hal dan semakin
22 ibu (9,6%). Menurut Saifuddin, 2009 (dalam luas pula wawasan berfikirnya. Ibu yang memiliki tingkat
Trivonia, 2012), paritas yang paling aman adalah multi pengetahuan tinggi cenderung lebih memperhatikan
gravida. Primi gravida dan Grande multi gravida kesehatan, dan juga kehamilannya. Ibu juga cenderung
mempunyai angka kematian maternal lebih tinggi. Hal mencari informasi sebanyak-banyaknya terkait kehamilan
ini dipengaruhi oleh kematangan dan penurunan fungsi dan persalinan. Namun pada zaman sekarang ini,
organ-organ persalinan. kebanyakan justru ibu yang berpendidikan tinggi yang
Secara umum paritas multi gravida meminta persalinan dengan SC (Jovany, 2012). Hasil
merupakan paritas paling aman bagi seorang ibu untuk analisis bivariabel menunjukkan tidak ada hubungan secara
melahirkan dan masih digolongkan dalam kehamilan statistik.
resiko rendah. Meskipun demikian tetap ada faktor
resiko yang menyebabkan kemungkinan resiko atau 5. Pekerjaan
bahaya terjadinya komplikasi pada persalinan yang Hasil penelitian ini menemukan mayoritas
dapat menyebabkan kematian atau kesakitan pada ibu responden bekerja sebagai Wiraswasta (44,3%) paling
dan bayinya. Misalnya pada ibu multi gravida yang rendah pada PNS (12,2). SC merupakan jenis
pernah gagal kehamilan, pernah melahirkan dengan persalinan dimana ibu dapat menentukan tanggal dan
vakum, transfusi darah atau uri dirogoh, serta riwayat waktu persalinan. Dengan dilakukan SC, ibu yang
bedah sesar pada persalinan sebelumnya (Trivonia, bekerja dapat lebih mudah mengatur jadwal kelahiran
dkk, 2011). yang dapat disesuaikan dengan pekerjaan (Jovany,
Persalinan yang pertama sekali biasanya mempunyai 2012). Pada penelitian ini terlihat tidak terdapat
resiko yang relatif tinggi terhadap ibu dan anak, akan tetapi hubungan yang signifikan.
resiko ini akan menurun pada paritas kedua dan ketiga, dan Hasil penelitian ini berbeda dengan hasil
akan meningkat lagi pada paritas keempat dan seterusnya. penelitian Ginting tahun 2002 di Rumah Sakit Umum
Paritas yang paling aman jika ditinjau dari sudut kematian Herna bahwa proporsi ibu yang mengalami persalinan
maternal adalah paritas 2 dan 3 (Prawirohardjo, 2011). dengan SC tertinggi 57,7% dengan pekerjaan Ibu Rumah
Hasil analisis bivariabel menunjukkan tidak ada hubungan Tangga. Namun juga bukan berperan penting dalam faktor
paritas dengan kejadian SC. Pendapat yang sama penyebab persalinan SC, tetapi karena ada faktor lain yang
diungkapkan oleh Yuli K, (2006) di Rs Dr. Moewardi cukup kuat untuk dilakukannya tindak persalinan SC
Surakarta. (Trivonia, dkk 2011).

3. Jarak Kehamilan 6. Indikasi


Seorang wanita setelah melahirkan membutuhkan Penelitian yang dilakukan di di Rumah Sakit Tk
2 sampai 3 tahun untuk memulihkan tubuhnya dan IV 01.07.001 Kesdam I/BB Pematangsiantar pada bulan
mempersiapkan dirinya pada persalinan berikutnya dan Januari – Desember 2013 menunjukkan dari 230 ibu
memberi kesempatan pada luka untuk sembuh dengan bersalin, 215 ibu (93,5%) bersalin dengan Sectio Caesarea
baik. Jarak persalinan yang pendek akan meningkatkan dan 15 ibu (6,5%) bersalin dengan Tidak SC (Pervaginam).
resiko terhadap ibu dan anak (Marisi, 2009). Dari 215 ibu yang bersalin dengan SC mayoritas atas
Hasil penelitian ini mayoritas pada persalinan SC indikasi Riwayat SC sebanyak 39 ibu (17,0%) dan
berjarak kehamilan <2 tahun sebanyak 75 ibu (32,6 %) minoritas atas indikasi PE sebanyak 10 ibu (4,3%).
dari 215 ibu. Pada penelitian ini menunjukkan tidak ada Sedangkan pada Ibu yang bersalin dengan tidak SC,
hubungan jarak kehamilan dengan tindakan persalinan SC. mayoritas atas Indikasi Malpresentasi sebanyak 5 ibu
Hal ini sesuai dengan penelitian Anita V tahun 2007 di (2,2%).
Rumah Sakit Vita Insani Pematangsiantar bahwa proporsi

88
Jurnal Ilmiah PANNMED Vol. 9 No.1 Mei - Agustus 2014

Faktor indikasi dalam penelitian ini yaitu SARAN


CPD,Riwayat SC, PE, Plasenta Previa, Solusio Plasenta,
PTM, KPD, Gawat Janin, Malpresentasi, Permintaan SC. 1. Disarankan bagi petugas kesehatan/bidan
Faktor Permintaan dilakukan karena kemungkinan si ibu diharapkan untuk melakukan deteksi dini
takut pada persalinan normal, dan karena mitos-mitos yang adanya penyulit selama ANC dan persalinan
berkembang dimasyarakat seputar persalinan normal. agar frekuensi ibu bersalin dengan SC
Contoh mitos tersebut adalah bahwa persalinan normal berkurang.
akan merusak vagina, dan bayi yang akan dilahirkan 2. Melakukan pendidikan kesehatan tentang
dengan SC akan lebih pintar karena kepalanya tidak konsep persalinan normal pada ibu hamil.
terjepit jalan lahir (Jovany, 2012).
Hasil analisis bivariat menunjukkan bahwa terdapat DAFTAR PUSTAKA
hubungan antara faktor Indikasi dengan dilakukannya
persalinan SC. Mayoritas oleh indikasi Riwayat SC yaitu Aini, H. 2009. Buku Pintar Menjalani 9 Bulan Kehamilan.
sebanyak 39 ibu (17,0 %) dari 215 ibu yang bersalin Tora Book. Yogyakarta.
dengan SC (93,5%) dan minoritas oleh indikasi Pre- Aulia, S. 2011. Faktor-faktor Resiko Persalinan Seksio
eklampsi sebanyak 10 ibu (4,3%). Sesarea. UINSyah. Jakarta.
Menurut Kaufmann, 2006 dalam (Jovany, 2012) Jovany, M. 2012. Faktor-faktor yang Mempengaruhi
bahwa terdapat berbagai macam alasan medis untuk Keputusan Ibu Dilakukan Seksio Sesarea yang
dilakukan SC, lebih dari 85 % alasan ini sesuai dengan Kedua. FIK UI. Depok.
salah satu diantara empat kelompok umum yaitu riwayat Kompas,2012.https://www.facebook.com/notes/komunitas
SC sebelumnya (37,4%) dari seluruh SC, distosia (23,3%), -sehat-cantik-langsing/selamatkan-ibu-dari-bahaya-
bayi sungsang (14,7%) , dan gawat janin (10,3%). Pernah operasicaesar/10151014391551612
dilakukan SC sebelumnya merupakan salah satu faktor ibu Kusumawati, Yuli. Faktor-faktor Risiko yang Berpengaruh
dilakukan SC berikutnya. Padahal ibu yang baru pertama Terhadap Persalinan dengan Tindakan. UNDIP.
kali dilakukan SC memiliki kesempatan besar untuk Semarang.
melahirkan secara pervaginam. Latin.Y.L. 2014. Instant Access Ilmu Kebidanan. Binarupa
Menurut Sudirman, 2009 faktor-faktor medis Aksara. Jakarta.
dilakukan SC adalah karena faktor ibu dan faktor janin. Lukas.E.2010.http//med.unhas.ac.id/ obgin/index.php?
Faktor medis ibu dilakukannya SC adalah plasenta previa option=com_content &
(5,3%), riwayat persalinan ibu yang lalu mengalami SC task=view&id=89&Itemid=1, [diakses tanggal 05-
(5,7%), disproporsi sefalopelvic (3,3%), Pre-eklampsi 03-2014,jam 10:50 Wib]
Berat (25,6%), Ketuban Pecah Dini (31,7%). Faktor medis Manuaba, dkk. 2010. Ilmu Kebidanan, Penyakit
Janin dilakukan tindakan SC yaitu letak sungsang (11%), Kandungan, dan KB. Buku Kedokteran. Jakarta.
letak lintang (5,3%), gawat janin (7,7%) dan gemelli Marisi. 2009. Karakteristik Ibu Yang Mengalami
(7,7%) (Jovany, 2012). Persalinan Dengan Seksio Sesarea Yang Dirawat
Hasil penelitian ini menyebutkan bahwa ada juga Inap di Rumah Sakit Umum Daerah Sidikalang
faktor indikasi SC dengan Permintaan pasien itu sendiri, Tahun 2007: USU Repository 2009. Medan.
sebanyak 34 ibu (14,8%). Menurut Andriana 2007 (dalam Oxorn, dkk. 2010. Ilmu Kebidanan: Patologi & Fisiologi
Jovany 2012) bahwa tidak sedikit pula ibu melahirkan Persalinan. ANDI. Yogyakarta.
dengan SC karena permintaan ibu yang tidak ingin Prasetyawati, A, E. 2012. Kesehatan Ibu dan Anak (KIA).
menjalani persalinan normal karena adanya rasa takut. Nuha Medika. Yogyakarta.
Prawirohardjo.S. 2011. Ilmu Kebidanan. Bina Pustaka.
KESIMPULAN Jakarta.
Rasyid. 2009. Pengaruh Hipnotherapi Terhadap Tingkat
1. Dari 230 ibu bersalin, mayoritas dengan Kecemesan Ibu yang Akan Menjalani Seksio
tindakan persalinan Sectio Caesarea sebanyak Sesarea. UNSemar. Semarang
215 ibu (93,5%). Saifuddin.A. 2009. Ilmu Kebidanan. Yayasan Bina
2. Distribusi variabel karakteristik berdasarkan Pustaka Sarwono Prawirodihardjo. Jakarta.
umur mayoritas berumur 20-35 tahun (80,0%), Siti,dkk. 2013.
multigravida (60,9%), Jarak Kehamilan jarak https://www.google.com/#q=jurnal+persalinan+ses
kehamilan 2-3 tahun sebanyak (35,2%), ar+pdf [diakses 03 Maret 2014 pukul 21:14 Wib].
pendidikan SMA (45,7), Wiraswasta (44,3%) Trivonia, dkk. 2011. Indikasi Persalinan Sektio Caesarea
dengan Indikasi SC terbesar (17,0%). berdasarkan umur dan paritas, library-
3. Terdapat hubungan faktor Umur dan indikasi griyahusada.com, [diakses 03 Maret 2014 pukul
dengan kejadian SC 20:20 Wib].
4. Tidak ada hubungan faktor paritas, jarak
kehamilan, pendidikan, pekerjaan dengan SC.

89
UNDANGAN MENULIS DI JURNAL POLTEKKES MEDAN
Redaktur Jurnal Poltekkes Medan mengundang para pembaca untuk menulis di jurnal ini. Tulisan ilmiah yang
dimuat adalah berupa hasil penelitian atau pemikiran konseptual dalam lingkup kesehatan.
Persyaratan yang harus diperhatikan adalah sebagai berikut:
1. Tulisan adalah naskah asli yang belum pernah dipublikasikan.
2. Tulisan disertai abstrak, ditulis satu spasi dengan bahasa Indonesia atau Inggris, maksimal 200 kata.
3. Kata kunci (keywords) minimal dua kata, ditulis di bawah abstrak.
4. Setiap naskah memiliki sistematika sub judul pendahuluan, diikuti oleh beberapa sub judul lain dan
berakhir dengan sub judul penutup atau simpulan.
5. Naskah diketik rapi dua spasi dalam bahasa Indonesia atau Inggris, font: Times New Roman, size: 11,
format: A4 justify.
6. Panjang naskah minimal empat dan maksimal 18 halaman, termasuk rujukan.
7. Sistem rujukan adalah yang lazim digunakan dalam tulisan ilmiah, dengan konsistensinya.
8. Sumber rujukan/kutipan dimasukkan dalam tulisan (tanpa footnote)
9. Tulisan dikirim dalam CD, disertai print out-nya satu eksemplar, atau dikirim lewat E-mail.
10. Redaktur berhak mengedit dengan tidak merubah isi dan maksud tulisan.
11. Redaksi memberikan hasil cetak sebanyak satu eksemplar bagi penulis.
12. Naskah yang tidak dimuat akan dikembalikan bila dalam pengirimannya disertakan perangko
pengembalian, atau diambil langsung dari redaktur.

90

Anda mungkin juga menyukai