Volume 9, Nomor 1
Pengaruh Senam Nifas Terhadap Involusi Uterus pada Ibu Post Partum Primipara Pervaginam di Klinik Bersalin Tutun Sehati Tanjung Morawa
Tahun 2013
Nurlama Siregar
Perilaku Remaja dalam Hal Perubahan Fisiologis pada Masa Pubertas di SMP Yayasan Pendidikan Shafiyyatul Amaliyyah Medan Tahun
2013
Dina Indarsita, Mariaty S, Ravina Primursanti
Ketepatan Pemeriksaan BTA Apusan Langsung dan Metode Konsentrasi dengan Kultur dalam Mendiagnosis Tuberkulosis Paru di Medan
Lestari Rahmah, Amira Permatasari Tarigan,Bintang Yinke M. Sinaga
Rendahnya Pemberian Asi Eksklusif pada Ibu yang Bekerja Lingkungan XX Kelurahan Kwala Bekala Kecamatan Medan Johor Tahun 2013
Elisabeth Surbakti
Hubungan Perawatan Payudara Terhadap Produksi Asi pada Ibu Post Partum di Rumah Bersalin Tutun Sehati Tanjung Morawa 2013
Masnila
Efektivitas Kumur dengan Seduhan Teh Hijau dan Larutan Listerine Terhadap Ohi-S pada Siswa/i Kelas VIII BSMP Swastacerdas Bangsa Jl.
Titi Kuning Namorambe Link. Visidorejo Delitua Tahun 2014
Rosdiana T. Simaremare, Hasny, Yetti Lusiani
Efektifitas Menyikat Gigi Menggunakan Siwak dalam Menurunkan Indeks Plak pada Siswa MTs Swasta Alwasliyah Desa Lama Kecamatan
Pancur Batu Deli Serdang Tahun 2014
Adriana Hamsar, Cut Aja Nuraskin, Manta Rosma
Skrining Fitokimia dan Uji Kemampuan Sebagai Antioksidan dari Daun Jambu Biji (Psidium guajava. L)
Tri Bintarti
Peranan Penyuluhan Kesehatan Gigi dan Mulut Terhadap Peningkatan Kebersihan Gigi dan Mulut Siswa-Siswi Kelas VII-1 SMP N 31 Medan
Kecamatan Medan Tuntungan Tahun 2014
Nelly Katharina Manurung
Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Sikap Remaja Kelas XI Terhadap Hubungan Seksual Pranikah (Intercourse) di SMA Dharma Bakti
Medan Tahun 2014
Hanna Sriyanti Saragih, Rika Dinata Sianturi, Jujuren Sitepu
Hubungan Pengetahuan dan Sikap Bidan dengan Tindakan Induksi dan Akselerasi dalam Persalinan di Kota Pematangsiantar Tahun 2013
Tumiar Simanjuntak, Tiamin Simbolon, Kandace Sianipar
Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Ketidakikutsertaan Menjadi Akseptor KB pada Ibu Bersalin Peserta Jampersal di RSUD
Dr.Djasamen Saragih Pematangsiantar Tahun 2013
Juliani Purba, Tengku Sri Wahyuni, Sri Hernawati Sirait
Evaluasi Kepuasan Mahasiswa dalam Problem Based Learning Asuhan Kebidanan Kehamilan di Program Studi Kebidanan
Padangsidimpua
Irwan Batubara, Djaswadi Dasuki, Mubasysyir Hasanbasri
Sosial, Budaya Serta Pengetahuan Ibu Hamil yang Tidak Mendukung Kehamilan Sehat
Rina Doriana Pasaribu, Tria Feni Setia, Lusiana Gultom
Status Gizi Berhubungan dengan Kejadian ISPA pada Balita di Puskesmas Tanah Tinggi Binjai Tahun 2013
Yulina Dwi Hastuty, Dewi Meliasari, Suswati
Hubungan Karakteristik Ibu dengan Sectio Caesarea di Rumah Sakit TK IV 01.07.001 KESDAM I/BB Pematangsiantar
Dodoh Khodijah, Yessika Rouli Siburian, Renny Sinaga
ISSN 1907-3046
JURNAL ILMIAH
PANNMED
(Pharmacist, Analyst, Nurse, Nutrition, Midwifery, Environment, Dentist)
Jurnal PANNMED merupakan salah satu wadah untuk menampung hasil penelitian Dosen Politeknik
Kesehatan Kemenkes Medan.
Jurnal PANNMED Edisi Mei – Agustus 2014 Vol. 9 No.1 yang terbit kali ini menerbitkan sebanyak 16
Judul Penelitian.
Akhir kata, kami mengharapkan kritik serta saran yang membangun agar jurnal ini dapat menjadi jurnal yang
berkualitas seperti harapan kita bersama.
Redaksi
PENGARUH SENAM NIFAS TERHADAP INVOLUSI UTERUS PADA IBU
POST PARTUM PRIMIPARA PERVAGINAM DI KLINIK BERSALIN
TUTUN SEHATI TANJUNG MORAWA TAHUN 2013
Nurlama Siregar
Jurusan Keperawatan Medan
` Abstrak
Senam nifas merupakan latihan jasmani yang berfungsi untuk mengembalikan kondisi kesehatan, untuk
mempercepat penyembuhan, mencegah timbulnya komplikasi, memulihkan dan memperbaiki regangan
pada otot-otot setelah kehamilan, terutama pada otot-otot bagian punggung, dasar panggul, dan perut. Tujuan
dari penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah ada pengaruh senam nifas terhadap involusi uterus pada
ibu post partum pervaginam hari 1-3 di Klinik Bersalin Tutun Sehati Tanjung Morawa. Jenis penelitian yang
digunakan adalah quasi experimental dengan metode one group pre test and post test design. Teknik
pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan purposive sampling, yaitu cara untuk mendapatkan
besar sampel dengan memilih diantara populasi sesuai dengan yang dikehendaki oleh peneliti, jumlah
sampel dalam penelitian ini sebanyak 30 orang dimana terbagi alas 2 kelompok yaitu 15 orang sebagal
kelompok intervensi dan 15 orang sebagai kelompok kontrol. Instrumen penelitian yang digunakan berupa
Kuesioner Data Demografi (KDD) dan lembar pemeriksaan. Dari hasil penelitian ini, setelah ibu post partum
melakukan senam nifas selama 3 hari dengan gerakan yang benar, rata-rata penurunan tinggi fundus uterus
yaitu 5 cm per hari. Sedangkan penurunan tinggi fundus, uterus pada ibu post partum yang tidak melakukan
senam nifas rata-rata 2 cm per hari. Dari hasil perhitungan dengan menggunakan uji-t yaitu Independent
sampel T-Test didapatkan hasil t hitung 11,02 > t tabel 1,70. Ini berarti bahwa Ho ditolak yang menunjukkan
bahwa ada pengaruh senam nifas terhadap involusi uterus pada ibu post partum primipara pervaginam hari
1-3 di Klinik Bersalin Tutun Sehati Tanjung Morawa. Diharapkan hasil penelitian ini dapat diterapkan oleh
Klinik Bersalin Tutun Sehati Tanjung Morawa dengan memberikan motivasi kepada ibu-ibu post partum
untuk melaksanakan senam nifas yang bermanfaat dalam proses pemulihan diri pasca partus.
Kata kunci : Senam Nifas, Involusi Uterus, Ibu Post Partum Pervaginam
1
Jurnal Ilmiah PANNMED Vol. 9 No.1 Mei - Agustus 2014
Menurut Bobak (2004) penyebab perdarahan pelviks. Segera setelah proses persalinan puncak
setelah melahirkan yang paling sering ialah atonia uteri fundus kira-kira dua pertiga hingga tiga perempat dari
yaitu kegagalan otot rahim untuk berkontraksi dengan jalan atas diantara simfisis pubis dan umbilikus.
kuat. Atonia uteri adalah suatu keadaan dimana uterus Kemudian naik ke tingkat umbilikus dalam beberapa
gagal untuk berkontraksi dan mengecil sesudah janin jam dan bertahan hingga dua atau dua hari dan
keluar dari rahim. Atonia uteri terjadi ketika kemudian secara berangsur-angsur turun ke pelviks
myometrium. tidak berkontraksi. Salah satu cara yang yang secara abdominal tidak dapat terpalpasi di atas
dapat dilakukan untuk mencegah terjadinya perdarahan simfisis setelah sepuluh hari (Widianti, 2010).
pasca persalinan adalah dengan merangsang kontraksi Namun adakalanya dijumpai kegagalan uterus
miometrium maka salah satu upava yang dilakukan untuk kembali pada keadaan tidak hamil atau disebut
adalah senam nifas (Depkes, RI, 2003). dengan subinvolusi. Penyebab subinvolusi yang paling
Namun faktanya, para ibu pasca melahirkan sering ialah tertahannya fragmen plansenta dan infeksi
takut melakukan banyak gerakan, sang ibu khawatir (Bobak, 2004).
gerakan-gerakan yang akan dilakukannya akan Hasil berupa survei secara acak tentang efek
menimbulkan dampak yang tidak diinginkan. Padahal, senam nifas pada 1003 wanita Amerika mengaku
apabila ibu bersalin melakukan ambulasi dini, itu bisa setelah mengikuti program senam nifas dengan latihan
memperlancar terjadinya involusi uterus. Dan pada yang teratur mengalami pengerutan pada rahim yang
umumnya wanita yang telah melahirkan sering lebih kuat, selain itu juga mengalami penurunan pada
mengeluh bagian tubuhnya melar, bahkan kondisi berat badan selama enam minggu setelah melahirkan.
tubuhnya kurang prima akibat letih dan tegang. Dan dalam studi dari 1432 ibu nifas di Swedia yang
Sementara peredaran darah dan pernafasan belum melakukan senam nifas ditemukan bahwa mayoritas
kembali normal, sehingga untuk membantu 71% wanita tersebut mengalami metabolisme tubuh
mengembalikan tubuh ke bentuk dan kondisi semula yang lancar, dan pemulihan fisik yang lebih cepat
harus melakukan senam nifas yang teratur (Jurnal (Larson, 2002).
Kesehatan FORIKES, 2011). Hasil penelitian yang dilakukan oleh Yuniasih
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi Purwaningrum (2011) tentang Pengaruh Senam Nifas
involusi uterus. Faktor-faktor tersebut meliputi senam Kecepatan Penurunan Tinggi Fundus Uteri pada Ibu
nifas, mobilisasi dini post partum, menyusui dini, gizi, Post Partuni Primipara Hari 1-5 di Puskesmas
psikologis, faktor usia dan paritas (Widianti, 2010). Mergangsan Malang didapatkan hasil pada kelompok
Menurut Huliana (2005) salah satu faktor yang intervensi sebelum dilakukan senam nifas rata-rata
mempercepat involusi adalah senam nifas yaitu bentuk TFU adalah 11,75 cm dengan standar deviasi 0,67 cm.
ambulansi dini pada ibu-ibu nifas yang salah satu setelah dilakukan senam nifas diperoleh rata-rata TFU
tujuannya untuk memperlancar proses involusi, adalah 7,35 cm dengan standar deviasi 0,67 cm. Nilai
sedangkan ketidaklancaran proses involusi dapat rata-rata perbedaan antara pengukuran pertama dan
berakibat buruk pada ibu nifas seperti terjadi pengukuran kedua adalah 4,4 cm dengan standar,
perdarahan yang bersifat lanjut dan kelancaran proses deviasi 10,67 cm. Maka dapat disimpulkan ada
involusi. Manfaat senam nifas diantaranya adalah pengaruh senam nifas terhadap invulusi uterus, yaitu
membantu penyembuhan rahim, perut, dan otot pinggul perbedaan yang signifikan pada TFU sebelum dan
yang mengalami trauma serta mempercepat kembalinya setelah dilakukan senam nifas.
bagian-bagian tersebut ke bentuk normal, membantu Berdasarkan survei pendahuluan yang
menormalkan sendi-sendi yang menjadi longgar akibat dilakukan peneliti di Klinik Bersalin Tutun Sehati
kehamilan dan persalinan, serta mencegah pelemahan Tanjung Morawa pada bulan Februari 2013 belum
dan peregangan lebih lanjut. Latihan senam nifas dapat pernah diadakan senam nifas. Pada umumnya
segera dimulai dalam waktu 24 jam setelah melahirkan masyarakat/ibu nifas tidak melaksanakan senam nifas,
lalu secara teratur setiap hari (Bobak, 2004). hal ini dikarenakan ibu nifas belum mengetahui tentang
Namun perlu diketahui bentuk latihan senam senam nifas dan tidak menyadari bahwa dengan senam
nifas ibu pasta melahirkan normal dengan yang nifas (aktifitas fisik) akan mempengaruhi kebutuhan.
melahirkan dengan sesar tidak sama. Pada ibu yang otot akan oksigen, aliran darah menjadi lancar sehigga
melahirkan dengan cara sesar beberapa jam setelah dapat membantu proses pemulihan kesehatan setelah
keluar kamar operasi, latihan pernafasan dilakukan melahirkan. Menurut Bidan yang bekerja di Klinik
untuk mempercepat penyembuhan luka. Sementara tersebut, para ibu nifas tidak sempat melakukan senam
latihan untuk mengencangkan otot perut dan nifas karena kesibukan sehari-hari sehingga ibu nifas
melancarkan sirkulasi darah dibagian tungkai dapat melupakan kesehatannya.
dilakukan 2-3 hari setelah ibu dapat bangun dari tempat Hal tersebut di ataslah yang membuat penulis
tidur. Sedangkan pada persalinan normal, bila keadaan tertarik untuk melakukan penelitian tentang “Pengaruh
ibu sudah cukup baik, maka semua gerakan senam Senam Nifas terhadap Involusi Uterus pada Ibu Post
nifas dapat dilakukan (Widianti, 2010). Partum Primipara Pervaginam di Klinik Bersalin Tutun
Penurunan ukuran uterus yang cepat itu Sehati Tanjung Morawa Medan Tahun 2013”.
dicerminkan oleh perubahan lokasi uterus ketika turun
keluar dari abdomen dan kembah menjadi organ
2
Nurlama Siregar Pengaruh Senam Nifas Terhadap…
3
Jurnal Ilmiah PANNMED Vol. 9 No.1 Mei - Agustus 2014
4
Nurlama Siregar Pengaruh Senam Nifas Terhadap…
Untuk melihat pengaruh senam nifas terhadap studi dari 1432 ibu nifas di Swedia yang melakukan
involusi uterus pada kedua kelompok pembanding, senam nifas ditemukan bahwa mayoritas 71% wanita
hasil pengukuran dianalisa dengan menggunakan tersebut mengalami metabolisme tubuh yang lancar,
rumus t-test. Dimana derjat α = 0,05 (95% confidence dan pemulihan fisik yang lebih cepat (Larson, 2002).
level). Jika hasil t hitung > t tabel, maka Ho ditolak Dalam waktu 12 jam, tinggi fundus mencapai
yang artinya ada pengaruh senam nifas terhadap kurang lebih 1 cm di atas umbilicus. Dalam beberapa
involusi uterus pada ibu post partum primipara hari kemudian, perubahan involusi berlangsung dengan
pervaginam hari pertama sampai hari ketiga. Dan cepat. Tinggi fundus uterus turun kia-kira 1-2 cm,
sebaliknya, jika t hitung < t tabel maka Ho diterima setiap 24 jam. Pada hari keenam pascapartum fundus
yang berarti tidak ada pengaruh senam nifas terhadap normal akan berada di pertengahan antara umbilicus
involusi uterus pada ibu post partum pervaginam hari dan simfisis pubis. Uterus tidak bisa dipalpasi pada hari
pertarna sampai hari ketiga. ke-9 pascapartum (Bobak, 2004).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa involusi Dari hasil penelitian ini, setelah ibu post
uterus pada kelompok ibu yang senam nifas lebih cepat partum melakukan senam nifas selama 3 hari dengan
daripada kelompok ibu yang tidak senam nifas. Dengan gerakan yang benar, rata-rata penurunan tinggi fundus
hasil yang diperoleh t hitung = 11,02 dan d.b = 28 ; uterus yaitu 5 cm per hari. Sedangkan penurunan tinggi
maka t tabel 0,95 = 1,70. Karena t hitung > dari t tabel fundus uterus pada ibu post partum yang tidak
(11,02 > 1,70), maka dapat maka dapat disimpulkan melakukan senam nifas rata-rata 2 cm per hari.
bahwa Ho ditolak yang artinva ada pengaruh senam Dari data demografi diperoleh rata-rata umur
nifas terhadap involusi uterus pada ibu post partum responden pada kelompok intervensi dan kelompok
primipara pervaginam hari pertama sampai hari ketiga kontrol mayoritas berumur 20-30 tahun yang berarti
mayoritas, responden pada penelitian ini berada dalam
Pembahasan usia reproduksi sehat.
Berdasarkan hasil penelitian mengenai Menurut WHO, usia reproduksi sehat dikenal
pengaruh senam nifas terhadap involusi uterus pada ibu dengan usia aman untuk kehamilan dan persalinan
postpart pervaginam hari 1-3 di Klinik Bersalin Tutun adalah umur 20-30 tahun, dimana kehamilan ibu
Sehati Tanjung Morawa, didapat adanya perbedaan dengan usia di bawah 20 tahun berpengaruh kepada
penurunan tinggi fundus uterus antara kelompok kematangan fisik dan mental dalam menghadapi
kontrol dan kelompok intervensi. Hal ini sesuai dengan persalinan. Rahim dan panggul ibu seringkali belum
penelitian dan teori yang mengatakan bahwa senam tumbuh mencapai ukuran dewasa. Akibatnya diragukan
nifas bermanfaat untuk ibu post dibuktikan dari hasil kesehatan dan keselamatan janin dalam kandungan.
penelitian yang diperoleh dari uji-t yaitu t hitung 11,02 Selain itu mental ibu belum cukup dewasa sehingga,
> t tabel 1,70 yang artinya ada pengaruh senam nifas sangat meragukan pada keterampilan perawatan diri ibu
terhadap involusi uterus pada ibu post paitun, primipara dan bayinya.
pervaginam hari 1-3 di Usia hamil yang ideal bagi seorang wanita
Morawa. adalah antara umur 20-35 tahun, karena pada usia
Menurut Dewi (2011), senam nifas merupakan tersebut rahim sudah siap menerima kehamilan, mental
latihan jasmani yang berfungsi untuk mengembalikan juga sudah matang dan sudah mampu merawat sendiri
kondisi kesehatan, umuk mempercepat penyembuhan, bagi dan dirinya (Draper, 2001).
mencegah timbulnya komplikasi, memulihkan dan Dari segi paritas, keseluruhan responden
memperbaiki regangan pada otot-otot setelah berada pada kelompok ibu dengan paritas pertama atau
kehamilan, terutama pada otot-otot bagian punggung, golongan pertama (100,0%). paritas adalah jumlah anak
dasar panggul, dan perut. yang dilahirkan oleh seorang ibu baik yang hidup
Senam nifas mempunyai pengaruh yang maupun mati. Jumlah anak
bermakna terhadap penurunan tinggi fundus uteri, mempengaruhi involusi rahim. Otot-otot yang terlalu,
kontraksi uterus dan pengeluaran lochea pada ibu pasca sering teregang maka keadaan semula setelah teregang
salin hari I-III, dengan nilai masing-masing p=0,00. mernerlukan waktu yang sangat lama. Involusi uterus
Hal ini terjadi karena dengan melakukan senam nifas bervariasi pada ibu pasca persalinan dan biasanya ibu
akan memperlancar aliran darah dan meningkatkan yang paritasnya tinggi, proses involusinya menjadi
tonus otot-otot uterus, akibatnya proses autolysis lebih lambat. Hal inni dipengaruhi oleh keadaan
menjadi lancar, kontraksi uterus menjadi lebih kuat dan uterusnya. Karena semakin sering hamil akan sering
pengeluaran lochea semakin cepat (Jurnal Kesehatan kali mengalami regangan (Ambarwati, 2009).
FORIKES, 2011). Dari segi suku, responden terbesar berada
Hasil penelitian ini juga didukung oleh Larson pada kelompok suku Jawa (75%). Menurut Philip
berupa survei secara acak tentang efek senam nifas Kotler, banyak faktor yang mempongaruhi perilaku
pada 1003 wanita Amerika mengaku setelah mengikuti sesorang, salah satunya adalah faktor sosial dan
program senam nifas dengan latihan yang teratur kebudayaan. Suku termasuk bagian dari budaya yang
mengalami pengerutan pada rahim yang lebih kuat, tentunya akan mempengaruhi perilaku dalam
selain itu juga mengalami penurunan pada berat badan menggunakan pelayanan kesehatan. Pada penelitian ini,
selama enam minggu setelah melahirkan. Dan dalam responden terbesar merupakan suku Jawa. Suku Jawa
5
Jurnal Ilmiah PANNMED Vol. 9 No.1 Mei - Agustus 2014
dikenal sebagai salah satu suku yang masih memegang menunjukkan bahwa adanya pengaruh senair,
teguh adat istiadatnya namun tidak ada kebiasaan atau nafas terhadap involusi uterus
tindakan-tindakan yang bertentangan dengan kesehatan
selama penelitian berlangsung. Saran
Dari segi pendidikan, responden terbesar 1. Agar Klinik Bersalin Tutun Sehati Tanjung
berada pada kelompok pendidikan SMA (62,5%). Morawa dapat menerapkan dan memberikan
Tingkat pendidikan merupakan jenjang dalam motivasi kepada ibu-ibu post partum untuk
penyelesaian proses pembelajaran secara formal. Makin melaksanakan senam nifas yang bermanfaat bagi
tinggi tingkat pendidikan seseorang diharapkan ibu sendiri di dalam proses pemulihan diri pasca
pengetahuan dan perilakunya juga semakin baik. partum.
Karena dengan pendidikan yang makin tinggi, maka 2. Agar hasil penelitian ini dapat menjadi informasi
informasi dan pengetahuan yang diperoleh juga dan bahan masukan bagi institusi pendidikan dan
semakin banyak, sehingga perubahan perilaku ke arah profesi keperawatan khususnya mata kuliah
yang lebih baik diharapkan dapat terjadi (Suryani, keperawatan maturnitas dimana dengan senam
2007). nifas dapat mempercepat involusi uterus pada ibu
Tingkat pendidikan sangat berpengaruh sejak post partum.
proses kehamilan sampai dengan proses persalinan. Ibu 3. Bagi peneliti selanjutnya agar dapat melanjutkan
yang berpendidikan tinggi cenderung untuk menikah penelitian tentang pengaruh senam. nifas terhadap
pada usia yang matur di atas 20 tahun, pendidikan yang involusi uterus pada ibu post partum pervaginam,
semakin tinggi menyebabkan kemampuan ibu dalam menambah jumlah sampel penelitian dan waktu
mengatur jarak kehamilan, jumlah anak, dan penelitian yang lebih lama.
persalinan. Pada penelitian ini, responden terbesar
merupakan tamatan SMA (62,5%) sehingga DAFTAR PUSTAKA
pengetahuan tentang kehamilan dan melahirkan sudah
cukup memadai walaupun masih kurang bila ditinjau Ambarwati, R. &. (2009). Asuhan Kebidanan Nifas.
dari paritas yang rata-rata merupakan kelahiran anak Yogyakarta: Mitra Cendekia Press
pertama (primipara). Anggraini, Y. (2010). Asuhan Kebidanan Masa Nifas.
Sedangkan bila ditinjau dari segi pekerjaan, Yogyakarta: Pustaka ID Rihama.
responden terbesar berada pada ibu yang tidak bekerja Arikunto. (2010). Prosedur Penelitian. Jakarta: Rineka
atau ibu rumah tangga (56,25%). Pekerjaan seorang ibu Cipta.
bisa mempengaruhi kondisi dari kehamilan. Ibu dengan Biro Pusat Statistik. 2003. Survei Demografi dan
pekerjaan yang berat dapat mempengaruhi kondisi Kesehatan 2003. Jakarta: Depkes RI.
janin, uterus dan organ reproduksi lainnya. Hal ini Bobak. (2004). Buku Ajar Keperawatan Maernitas.
dapat menyebabkan perubahan letak daripada janin Jakarta: EGC.
dalam kandungan dan juga bahaya lainnya yang Cunningham, F. G. (2005). Obstetri Williams. Jakarta:
merupakan komplikasi dari kehamilan. Namun pada EGC.
penelitian ini, responden rata-rata merupakan ibu Dewi, V. N. (2011). Asuhan Kebidanan pada Ibu Nifas.
rumah tangga sehingga tidak ditemukan komplikasi Jakarta: Salemba Medika.
selama hamil dan melahirkan. Huliana, M. (2003). Perawatan Ibu Pasca Melahirkan.
Pada penelitian ini banyak keterbatasan Jakarta: Puspa Swara.
peneliti, secara teori penurunan tinggi fundus uterus Hulu, R. (2012). Pengaruh Menyusui terhadap
tidak hanya dipengavuhi oleh senam nifas saja akan Percepatan Penurunan Tinggi Fundus Uteri
tetapi banyak faktor lain yang sangat memegang pada Ibu Post Partum Hari Pertama dan
peranan penting dalam penurunan tinggi fundus uterus. Kedua di Klinik Ernawati Pancur Batu Medan
Faktor-faktor lain tersebut yaitu status gizi/nutrisi, Tahun 2012. Skripsi. Medan: Sekolah Tinggi
menyusui (Hulu, 2012). Yang mana faktor tersebut Ilmu Kesehatan Sumatura Utara.
tidak diteliti/tidak dilakukan analisa, selain itu gerakan Indonesia, T. C. (2011). Penduduk Dunia 7 Milyar,
nifas tidak disederhanakan sehingga peneliti harus Sebuah Krisis yang Mengancam. [Online].
mengulang 2-3 kali pada saat mengajarkan senam. Dari
https://mediaanakIndonesia.wordpress.com/20
KESIMPULAN DAN SARAN 11/20 12/penduduk-dunia-7- milyar-sebuah-
krisis-yang-mengancam/. [Diakses pada
Kesimpulan tanggal 7 November 2011
1. lbu post partum pervaginam yang tidak senam Kasjono, H. S., & Yasril. (2009). Teknik Sampling
nifas pada hari 1-3 mengalami penuranan tinggi untuk Penelitian Kesehatan. Yogyakarta:
fundus uterus rata-rata 2 cm.Ibu post partum yang Graha Ilmu.
senam nifas dengan gerakan yang tepat pada hari Notoatmodjo, S. (2002). Metodologi Penelitian
1-3 mengalami penurunan 5 cm. Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.
2. Pengaruh senam nifas terhadap involusi uterus Nursalam. (2003). Konsep Dan Penerapan Metodologi
didapat hasil t hitung 11,02 > t tabel 1,70 yang Penelitian Ilmu Keperawatan. Jakarta:
6
Nurlama Siregar Pengaruh Senam Nifas Terhadap…
7
PERILAKU REMAJA DALAM HAL PERUBAHAN FISIOLOGIS
PADA MASA PUBERTAS DI SMP YAYASAN PENDIDIKAN
SHAFIYYATUL AMALIYYAH MEDAN TAHUN 2013
` Abstrak
Latar belakang: Masa pubertas adalah terjadinya perubahan biologis yang meliputi morfologi dan fisiologi
yang terjadi dengan pesat dari masa anak kemasa dewasa, terutama kapasitas reproduksi yaitu perubahan alat
kelamin dari tahap anak kedewasa. berdasarkan persentase terkecil aspek fisik pada perilaku remaja mengenai
keadaan fisik diperoleh 48,4%. Hal ini mengindikasikan bahwa masih banyak siswa yang memiliki
pengetahuan, penilaian serta pengharapan yang belum baik tentang perubahan fisik. Hasil penelitian lain
menunjukkan Remaja pada masa pubertas memiliki penerimaan yang positif terhadap perubahan fisik, yaitu
sebanyak 78,63% dan penerimaan negatif terhadap perubahan fisik, yaitu sebanyak 21,37%. Tujuan
penelitian : ini adalah untuk mengetahui perilaku remaja dalam hal perubahan fisiologis pada masa pubertas
di SMP Yayasan Pendidikan Shafiyyatul Amaliyyah Medan Tahun 2013. Metodologi : Desain penelitian
yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif dengan pendekatan cross sectional. Jumlah sampel
dalam penelitian ini adalah 173 orang dengan tehnik pengambilan sampel adalah secara proporsi bertingkat
(proportional stratified sampling) dan acak sederhana (simple random sampling). Penelitian ini dilakukan
pada bulan April 2013. Hasil : Hasil penelitian diperoleh pengetahuan remaja berpengetahuan baik sebanyak
134 orang (77,5 %), berpengetahuan cukup sebanyak 36 orang (20,8 %), dan berpengetahuan kurang
sebanyak 3 orang (1,7 %), sikap remaja mayoritas memiliki sikap positif sebanyak 162 orang (93,6 %) dan
minoritas memiliki sikap negatif sebanyak 11 orang (6,4 %), tindakan remaja diperoleh tindakan baik
sebanyak 157 orang ( 90,8 %) dan tindakan kurang sebanyak 16 orang ( 9,2 %). Dari hasil penelitian ini
diketahui bahwa perilaku remaja awal dalam hal perubahan fisiologis di SMP Yayasan Pendidikan
Shafiyyatul Amaliyyah Medan Tahun 2013 baik.
8
Jurnal Ilmiah PANNMED Vol. 9 No.1 Mei - Agustus 2014
dimulai usia 12,5 tahun dengan puncak pubertas pada usia tidak sesuai dengan etika dan nilai-nilai yang berlaku di
15 tahun. Sedangkan masa pubertas laki-laki lebih lambat, sekolah ataupun di masyarakat. Dilihat dari fenomena-
yaitu dimulai pada usia 13 tahun dengan puncak pubertas fenomena yang dipaparkan diatas, banyak siswa yang
16 tahun (Rahmawati, 2010). mengkhawatirkan, memiliki penilaian yang rendah
Perubahan fisik pubertas dimulai sekitar usia 10 terhadap diri sendiri, berperilaku salah serta tidak merasa
atau 11 tahun pada remaja putri, kira-kira 2 tahun sebelum puas terhadap perubahan fisik yang terjadi.
perubahan pubertas pada remaja laki-laki. Kematangan Berdasarkan penelitian Dewi, P. (2010) mengenai
seksual dan terjadinya perubahan bentuk tubuh sangat perilaku remaja dalam menghadapi pubertas. Penelitian ini
berpengaruh pada kehidupan kejiwaan remaja, sementara melibatkan siswa SMPN 1 Sungai Sarik Kecamatan VII
itu perhatian remaja sangat besar terhadap penampilan Koto Kabupaten Padang Pariaman dengan jumlah sampel
dirinya sehingga mereka sering merisaukan bentuk 124 responden. Desain yang digunakan pada penelitian ini
tubuhnya yang kurang proporsional tersebut. Apabila adalah crosssectional. Instrument yang digunakan adalah
mereka sudah dipersiapkan dan mendapatkan informasi kuesioner. Terdapat hubungan yang bermakna antara
tentang perubahan tersebut maka mereka tidak akan kecemasan dan perubahan perilaku remaja dalam
mengalami kecemasan dan reaksi negatif lainnya, tetapi menghadapi perubahan fisik pubertas (p 0,003).
bila mereka kurang memperoleh informasi, maka akan Berdasarkan penelitian Fatwiany (2010) mengenai
merasakan pengalaman yang negatif (Soetjiningsih, 2004). perubahan fisik remaja pada masa pubertas. Penelitian ini
Tumbuh kembang merupakan proses yang melibatkan siswa SLTP Kemala Bhayangkari 1 Medan
berkesinambungan yang terjadi sejak intrauterin dan terus dengan jumlah sampel 117 orang. Penelitian ini bersifat
berlangsung sampai dewasa. Dalam proses mencapai deskriptif korelasi. Hasil penelitian menunjukkan Remaja
dewasa inilah anak harus melalui berbagai tahap tumbuh putri pada masa pubertas memiliki penerimaan yang positif
kembang, termasuk tahap remaja. Tahap remaja adalah terhadap perubahan fisik, yaitu sebanyak 78,63%, dan
masa transisi antara masa anak dan dewasa, dimana terjadi penerimaan negatif terhadap perubahan fisik, yaitu
pacu tumbuh (growth spurt), timbul ciri seks sekunder, sebanyak 21,37%. Berdasarkan hasil penelitian didapatkan
tercapai fertilitas dan terjadi perubahan-perubahan nilai p=0,002, ini menunjukkan adanya hubungan yang
psikologik serta kognitif. Untuk tercapainya tumbuh signifikan antara konsep diri terhadap penerimaan
kembang yang optimal tergantung pada potensi perubahan fisik remaja putri pada masa pubertas.
biologiknya (Santrock, JW. 2003). Berdasarkan literatur diatas, maka peneliti tertarik
Pada masa ini seorang anak tidak lagi hanya meneliti tentang perilaku remaja awal dalam hal perubahan
bersifat reaktif, tetapi juga anak mulai aktif mencapai fisiologis pada masa pubertas.
kegiatan dalam rangka menemukan dirinya, serta mencari
pedoman hidup, untuk bekal kehidupan mendatang. Pada RUMUSAN MASALAH
kegiatan anak dalam rangka penemuan akunya itu anak
mulai menyadari akan keberadaan dirinya, yang lebih Dari latar belakang di atas maka rumusan masalah
dalam dibanding pada sebelumnya. Oleh karena itu anak dalam penelitian ini adalah Bagaimana perilaku remaja
menjadi agak bersikap tertutup (introvert), dan lebih dalam hal perubahan fisiologis pada masa pubertas di
senang mengungkap pengalamannya itu pada buku harian, SMP Yayasan Pendidikan Shafiyyatul Amaliyyah
senang termenung, dan lain-lain. Medan Tahun 2013.
Solihah (2007 : 144) menyatakan bahwa
permasalahan yang paling banyak dikonsultasikan remaja TUJUAN PENELITIAN
pada MCR (Mitra Citra Remaja) Jawa Barat saat masa
pubertas, yaitu permasalahan yang berkaitan dengan 1. Untuk mengetahui perilaku remaja dalam hal
perubahan fisik 27%, kekhawatiran pada masa puber 16%, perubahan fisiologis pada masa pubertas di
pubertas sebagai awal masa remaja 10,1%, dan keadaan SMP Yayasan Pendidikan Shafiyyatul
emosi 7,6%. Amaliyyah Medan Tahun 2013.
Yulianto (2012) menjelaskan, berdasarkan 2. Untuk mengetahui pengetahuan remaja dalam
persentase terkecil aspek fisik pada perilaku remaja menghadapi perubahan fisiologis pada masa
mengenai keadaan fisik diperoleh 48,4%. Hal ini pubertas di SMP Yayasan Pendidikan
mengindikasikan bahwa masih banyak siswa yang Shafiyyatul Amaliyyah Medan Tahun 2013.
memiliki pengetahuan, penilaian serta pengharapan yang 3. Untuk mengetahui sikap remaja dalam
belum baik tentang perubahan fisik. menghadapi perubahan fisiologis pada masa
Berdasarkan penelitian Yulianto, H (2012) dengan pubertas di SMP Yayasan Pendidikan
menggunakan Daftar Cek Masalah (DCM) yang telah Shafiyyatul Amaliyyah Medan Tahun 2013.
dilakukan di SMA Negeri 24 Bandung Tahun Ajaran 4. Untuk mengetahui tindakan remaja dalam
2010-2011, menunjukkan adanya konsep diri negatif pada menghadapi perubahan fisiologis pada masa
siswa. Hal ini dapat dilihat pada perilaku siswa X Tahun pubertas di SMP Yayasan Pendidikan
Ajaran 2010-2011 yang merasa tidak percaya diri dengan Shafiyyatul Amaliyyah Medan Tahun 2013.
fisik yang dimiliki, timbullah ejekan antar teman mengenai
bentuk fisik yang menyebabkan siswa menjadi tidak
percaya diri dalam bergaul, serta adanya perilaku yang
9
Dina Indarsita, dkk. Perilaku Remaja dalam Hal…
10
Jurnal Ilmiah PANNMED Vol. 9 No.1 Mei - Agustus 2014
b. Distribusi Pengetahuan Remaja dalam hal 4. Distribusi perilaku remaja dalam hal
perubahan fisiologis adalah sebagai berikut : perubahan fisiologis di SMP Yayasan
Dari hasil penelitian diperoleh bahwa Pendidikan Shafiyyatul Amaliyyah Medan
pengetahuan remaja berpengetahuan baik sebanyak Tahun 2013.
134 orang (77,5 %), berpengetahuan cukup sebanyak Distribusi frekuensi berdasarkan perilaku remaja
36 orang (20,8 %), dan berpengetahuan kurang remaja diperoleh perilaku baik sebanyak 88 orang (50,9 %)
sebanyak 3 orang (1,7 %). Hal ini dapat dilihat pada dan perilaku kurang sebanyak 85 orang ( 49,1 %). Hal ini
tabel 2. dapat dilihat pada table 5.
Tabel 2. Distribusi Pengetahuan Remaja dalam hal Tabel 5. Distribusi Perilaku Remaja dalam hal perubahan
perubahan fisiologis di SMP Yayasan fisiologis di SMP Yayasan Pendidikan
Pendidikan Shafiyyatul Amaliyyah Medan Shafiyyatul Amaliyyah Medan Tahun 2013
Tahun 2013 Perilaku Frekuensi (f) Persentasi (%)
Pengetahuan Frekuensi (f) Persentasi (%) Baik 88 50,9
Baik 134 77,5 Kurang 85 49,1
Cukup 36 20,8 Total 173 100
Kurang 3 1,7
Total 173 100 PEMBAHASAN
2. Distribusi sikap remaja dalam hal perubahan 1. Pengetahuan Remaja dalam hal perubahan
fisiologis di SMP Yayasan Pendidikan fisiologis pada masa pubertas di SMP Yayasan
Shafiyyatul Amaliyyah Medan Tahun 2013 Pendidikan Shafiyyatul Amaliyyah Medan
a. Distribusi Sikap Remaja dalam hal perubahan Tahun 2013
fisiologis adalah sebagai berikut: Pada tabel 2. dapat diamati bahwa pengetahuan
Distribusi frekuensi berdasarkan sikap remaja dari remaja sebagian besar berpengetahuan baik sebanyak 136
173 responden mayoritas memiliki sikap positif sebanyak orang (78,6 %), dan sebagian kecil berpengetahuan kurang
162 orang (93,6 %) dan minoritas memiliki sikap negatif sebanyak 3 orang (1,7 %).
sebanyak 11 orang (6,4 %). Hal ini dapat dilihat pada tabel Hal ini menyatakan bahwa responden yang
3. memiliki tingkat pengetahuan tinggi karena responden
telah memasuki sekolah pada tingkat menengah pertama
Tabel 3. Distribusi Sikap Remaja dalam hal perubahan dan telah terpapar dengan pengetahuan tentang perubahan
fisiologis di SMP Yayasan Pendidikan fisiologis dari pendidikan di sekolah.
Shafiyyatul Amaliyyah Medan Tahun 2013 Pernyataan ini juga didukung oleh penelitian
Sikap Frekuensi (f) Persentasi (%) Dewi, P (2010) diperoleh pengetahuan remaja sebagian
Negatif 11 6,4 besar baik yaitu sebanyak 20 orang (55,6 %),
Positif 162 93,6 berpengetahuan cukup sebanyak 9 orang (25 %) dan
Total 173 100 berpengetahuan kurang sebanyak 7 orang (19,4 %)
Menurut Notoatmodjo (2007) pengetahuan
3. Distribusi tindakan remaja dalam hal merupakan hasil tahu dan ini terjadi setelah orang
perubahan fisiologis di SMP Yayasan melakukan penginderaan terhadap objek tertentu. Sebagian
Pendidikan Shafiyyatul Amaliyyah Medan besar pengetahuan manusia diperoleh melalui pendidikan,
Tahun 2013. pengalaman diri sendiri, media dan lingkungan.
Pengetahuan baik dan cukup dapat dipengaruhi oleh
a. Distribusi Tindakan Remaja dalam hal perubahan beberapa faktor seperti: sumber informasi, faktor
fisiologis adalah sebagai berikut : pendidikan. Semakin banyak seseorang mendapatkan
Distribusi frekuensi berdasarkan tindakan remaja informasi akan mempengaruhi tingkat pengetahuan
remaja diperoleh tindakan baik sebanyak 157 orang seseorang.
(90,8%) dan tindakan kurang sebanyak 16 orang Dengan mempunyai pengetahuan yang cukup
(9,2%). Hal ini dapat dilihat pada tabel 4. tentang kesehatan reproduksi diharapkan remaja dapat
mengambil keputusan yang lebih bijak tentang apa yang
Tabel 4. Distribusi Tindakan Remaja dalam hal seharusnya boleh mereka lakukan dan apa yang seharusnya
perubahan fisiologis di SMP Yayasan belum boleh mereka lakukan
Pendidikan Shafiyyatul Amaliyyah Medan
Tahun 2013 2. Sikap Remaja dalam hal perubahan fisiologis
Tindakan Frekuensi (f) Persentasi (%) pada masa pubertas di SMP Yayasan
Baik 157 90,8 Pendidikan Shafiyyatul Amaliyyah Medan
Kurang 16 9,2 Tahun 2013
Total 173 100 Pada tabel 3. dapat diamati bahwa sikap
remaja sebagian besar bersikap positif sebanyak 162
11
Dina Indarsita, dkk. Perilaku Remaja dalam Hal…
orang (93,6 %) dan sebagian kecil yang bersikap terhadap apa yang diketahui. Dengan kata lain tindakan
negatif sebanyak 11 orang (6,4 %). atau praktek dilaksanakan karena dinilai baik dan diyakini.
Hal ini menunjukkan bahwa remaja yang Kecerdasan pengetahuan, individu lebih mudah
memiliki sikap positif telah meyakini bahwa telah siap mengendalikan perilaku dan dorongan – dorongan dari
menghadapi perubahan fisiologis secara baik. Sikap positif dalam individu tersebut dalam melakukan suatu tindakan.
dan negatif dapat dipengaruhi oleh pengalaman langsung Remaja dapat memahami bahwa tindakan yang dilakukan
yang dialami individu terhadap sesuatu hal dan sikap tidak pada saat ini dapat memiliki efek pada masa yang akan
dibawa sejak lahir tetapi dipelajari dan dibentuk datang. Dengan demikian, remaja mampu memperkirakan
berdasarkan pengalaman individu sepanjang konsekuensi dari tindakannya. Perkembangan kognitif
perkembangan selama hidupnya, sikap ini tidak lepas dari yang dimiliki remaja dapat dikembangkan dan di
pengaruh interaksi manusia satu dengan yang lain. aplikasikan dalam kehidupannya sehingga mereka
Sedangkan remaja yang memiliki sikap negatif disebabkan mempunyai pola berfikir dan mampu menentukan tindakan
belum siap menghadapi perubahan fisiologis yang dari apa yang telah mereka ketahui.
dialaminya dan juga kurang mendapat informasi mengenai
perubahan fisiologis. Remaja yang kurang akan 4. Perilaku Remaja dalam hal perubahan fisiologis
pengetahuan tersebut menjadi rendah diri pada saat pada masa pubertas di SMP Yayasan
suaranya mulai membesar, ditambah perubahan fisik dan Pendidikan Shafiyyatul Amaliyyah Medan
wajahnya yang berjerawat, sehingga perubahan tersebut Tahun 2013
membuat remaja menarik diri. Menghadapi perubahan Pada hasil penelitian diketahui bahwa
yang cukup pesat ini remaja seringkali tidak pernah cukup sebagian besar remaja memiliki perilaku baik yaitu
untuk mengenal tubuh. sebanyak 88 orang (50,9 %) dan sebagian kecil
Pernyataan ini juga didukung dengan hasil memiliki perilaku kurang yaitu sebanyak 85 orang (
penelitian Fatwiany (2010), diperoleh responden yang 49,1 %). Hal ini menunjukkan bahwa remaja yang
bersikap positif terhadap perubahan fisiologis sebanyak memiliki perilaku baik telah melakukan sesuai dengan
78,63 % dan yang bersikap negatif terhadap perubahan perubahan fisiologis yang dialami berdasarkan
fisiologis sebanyak 21,37 %. pengetahuan yang dimiliki sedangkan remaja yang
Menurut Sunaryo (2004) sikap adalah masih kurang memperhatikan perubahan fisiologis
kecenderungan bertindak dari individu, berupa respons yang dialaminya masih mempunyai perilaku kurang.
tertutup terhadap stimulus ataupun objek tertentu. Secara Pernyataan ini juga sesuai dengan penelitian
nyata sikap menunjukkan adanya keyakinan seseorang Dewi, P (2010) yaitu sebagian besar remaja memiliki
mengenai objek atau situasi yang disertai adanya perasaan perilaku baik sebanyak 28 orang (77,7%) dan sebagian
tertentu dan memberikan dasar pada orang tersebut untuk kecil memiliki perilaku kurang yaitu sebanyak 8 orang
membuat respons atau berperilaku dalam cara tertentu 22,3(%).
yang dipilihnya. Sesuai dengan pendapat (Notoatmodjo, 2007)
Sikap yang positif akan menjadi salah satu tolok dimana perilaku merupakan respons seseorang atau
ukur kematangan seseorang, ditandai dengan konsep diri tindakan seseorang terhadap stimulus (rangsangan dari
yang memiliki kemampuan untuk melihat gambaran diri luar) yang merupakan kumpulan berbagai faktor saling
yang pada akhirnya akan membentuk rasa percaya diri. berinteraksi. Sehingga dapat dilaksanakan jika tindakan
tersebut di nilai baik dan diyakini.
3. Tindakan Remaja dalam hal perubahan Faktor – faktor yang dapat mempengaruhi
fisiologis pada masa pubertas di SMP Yayasan perilaku individu dapat memberikan pengaruh yang
Pendidikan Shafiyyatul Amaliyyah Medan baik sehingga individu memiliki perilaku yang baik.
Tahun 2013 Dalam hal ini sekolah hendaknya memberikan bantuan
Pada tabel 4. diperoleh sebagian besar remaja agar setiap individu dapat memiliki perilaku yang baik
memiliki tindakan baik yaitu sebanyak 157 orang (90,8 dan terhindar dari timbulnya gejala ketidak sesuaian,
%) dan tindakan kurang sebanyak 16 orang (9,2 %). sehingga sekolah hendaknya berfungsi sebagai suatu
Hal ini menunjukkan bahwa remaja – remaja yang lingkungan yang memberikan kemudahan dan
memiliki tindakan baik melakukan tindakan sesuai mendukung terciptanya perilaku yang baik. Remaja
dengan perubahan fisiologis yang dialaminya dan yang sedang memasuki masa transisi memerlukan
remaja yang memiliki tindakan kurang tidak melakukan bantuan dan bimbingan dalam pemenuhan tugas –
hal – hal yang sesuai dengan perubahan fisiologis yang tugas perkembangan yang harus dikuasai. Oleh karena
dialaminya. itu, pendidikan tidak hanya mampu mengantarkan
Pernyataan ini juga sesuai dengan penelitian siswa pada standar kemampuan profesional dan
Dewi, P (2010) yaitu sebagian besar remaja memiliki akademis tetapi juga mampu membuat perkembangan
tindakan positif sebanyak 24 orang (72,7 %) dan yang diri sebagai remaja yang sehat dan produktif.
memiliki tindakan negatif sebanyak negatif sebanyak 9
orang (27,3 %). KESIMPULAN
Menurut Notoatmodjo (2007), tindakan atau
praktek dilaksanakan setelah seseorang mengetahui 1. Perilaku remaja di SMP Yayasan Pendidikan
stimulus atau objek kemudian mengadakan penilaian Shafiyyatul Amaliyyah Medan Tahun 2013
12
Jurnal Ilmiah PANNMED Vol. 9 No.1 Mei - Agustus 2014
sebagian besar memiliki perilaku baik sebanyak Fatwiany. 2010. Perubahan fisik remaja pada masa
88 orang (50,9 %). pubertas si SLTP Kemala Bhayangkari 1 Medan.
2. Pengetahuan remaja di SMP Yayasan Pendidikan Medan : Universitas Sumatera Utara
Shafiyyatul Amaliyyah Medan Tahun 2013 Gunarsa, S. 2000. Psikologi praktis : anak, remaja dan
sebagian besar berpengetahuan baik sebanyak 136 keluarga. Gunung
orang (78,6 %). mulia : Jakarta
3. Sikap remaja di SMP Yayasan Pendidikan ……...., 2003. Psikologi remaja.Gunung mulia: Jakarta
Shafiyyatul Amaliyyah Medan Tahun 2013 Hidayat, AA. 2011. Metode penelitian kebidanan dan
sebagian besar memiliki sikap positif sebanyak teknik analisa data. Jakarta : Salemba Medika
116 orang (67,1 %). Hurlock, E. 1980. Psikologi perkembangan. Erlangga:
4. Tindakan remaja Jakarta
5. di di SMP Yayasan Pendidikan Shafiyyatul Jahja, Y. 2011. Psikologi perkembangan. Prenada media:
Amaliyyah Medan Tahun 2013 sebagian besar Jakarta
memiliki tindakan baik sebanyak 157 orang Mahmud, DM.2002. Psikologi suatu pengantar.
(90,8%). BEFE.Yogyakarta
Maramis, W. 2006. Ilmu perilaku dalam pelayanan
SARAN kesehatan. Airlangga: Surabaya
Notoatmojo, S. 2002. Pengantar Pendidikan Kesehatan
1. Agar tenaga kesehatan sebagai pelaksana dan Ilmu Perilaku Kesehatan. Penerbit Andi off
pelayanan kesehatan reproduksi remaja lebih seat. Yogyakarta
aktif mengadakan penyuluhan tentang Pinem, S. 2009. Kesehatan reproduksi dan kontrasepsi.
kesehatan reproduksi bagi remaja dan orang Trans info media: Jakarta
tua. Purwanto, H. 1998. Pengantar Perilaku Manusia untuk
2. Agar remaja lebih banyak menggali informasi keperawatan. EGC. Jakarta
baik melalui media cetak maupun media Sanjaya, W. 2011. Kurikulum dan Pembelajaran.
elektronik sehingga lebih memahami dampak Kencana: Jakarta
negatif perilaku remaja terhadap perubahan Santrock, J. 2003. Adolescence perkembangan remaja.
fisiologis. Erlangga: Jakarta
Santrock, JW. 1996. Adolescence Perkembangan Remaja.
DAFTAR PUSTAKA Erlangga. Jakarta
Soetjiningsih. 2004. Tumbuh kembang remaja dan
Agustiani, H. 2006. Psikologi perkembangan. Rafika permasalahannya. Sagung seto: Jakarta
aditama: Bandung Somantri, A. 2011. Aplikasi statistika dalam penelitian.
Ali, M. 2004. Psikologi remaja. Bumi aksara: Jakarta Bandung : Pustaka Setia
Azwar, R. 2007. Sikap manusia teori dan pengukurannya. Sujanto, A. 1986. Psikologi perkembangan. Aksara baru:
Yogyakarta : Pustaka Pelajar Jakarta
Dariyo, A. 2004. Psikologi perkembangan remaja. Ghalia Suyanto dan Salamah, U. 2009. Riset kebidanan
Indonesia: Bogor metodologi dan aplikasi. Yogyakarta : Mitra
Depkes. RI. (2010). Visi misi Indonesia sehat. Diambil 22 cendikia pres
November 2012, dari http://www.depkes.go.id Yulianto, H. 2012. Program bimbingan pribadi-sosial
Dewi, P. 2010. Perilaku remaja dalam menghadapi untuk mengembangkan konsep diri siswa (studi
pubertas. Diambil 22 November 2012. deskriptif terhadap siswa kelas X SMA Negeri 24
http://www.repository.unand.ac.id Bandung Tahun Ajaran 2011-2012. Diambil 24
November 2012. http://www.repository.upi.edu
Widayatun, T. 1999. Ilmu perilaku. Sagung seto: Jakarta
13
KETEPATAN PEMERIKSAAN BTA APUSAN LANGSUNG DAN METODE
KONSENTRASI DENGAN KULTUR DALAM MENDIAGNOSIS
TUBERKULOSIS PARU DI MEDAN
` Abstract
Introduction: Tuberculosis diagnostic, using microscopic examination of direct smear of acid-fast bacili
(AFB) from the spectrum of lung tuberculosis suspect is still important criteria today, but the sensitivity of
this method is low enough, especially in the samples which contain a small number of bacteria. Culture is
stronger, but it takes long time, high cost, and it is not conducted in all laboratories. BTA microscopic
examination can use direct smear and concentration method. Staining technique which is usually used in
microscopic examination is Ziehl Neelsen. The sensitivity of direct smear method tends to be low and can be
increased by using concentration method because bacteria can be easily found. Objective of the research:
The objective of the research was to find out the effectiveness of direct smear examination of AFB , and
concentration method was compared with culture. Materials and Method: The samples consisted of 60
sputum samples from the patients of lung tuberculosis suspects who visited BP4 Medan and from private
practices of tuberculosis specialists, and the samples had fulfilled inclusive criteria. Microscopic
examination of acid-fast bacilli using direct smear and concentration method with Petroff method, using
Ziehl Neelsen staining and culture with Lowenstein Jensen was conducted. Then we performed diagnostic
test for direct smear and concentration method to compare it with culture. Result of the research: AFB
examination with concentration method had sensitivity of 68.75%, specificity of 82.14%, the value of positive
prediction of 81,48%, the value of negative prediction of 69.70%, ratio of positive likelihood of 3.85, and
ratio of negative likelihood of 0.38, compared with culture method examination in finding BTA in sputum of
lung tuberculosis suspects. The result of microscopic examination of direct smear method had the sensitivity
of 59.38%, specificity of 92.68%, the value of positive prediction of 90.48%, the value of negative prediction
of 66.67%, ratio of positive likelihood of 8.31, and ratio of negative likelihood of 0.44, compared with
culture method examination in finding BTA in sputum of lung tuberculosis suspects. Conclusion: The ability
of acid-fast bacilli examination of concentration methodsin diagnosis oflung tuberculosisis 9.37% higher
thanthe directsmear but direct smear method gives bigger clinical benefit in diagnosing lung tuberculosis,
compared with concentration method
14
Jurnal Ilmiah PANNMED Vol. 9 No.1 Mei - Agustus 2014
Kriteria untuk menetapkan dugaan diagnosis TB digunakan karena lebih murah, mudah, cepat dan
berdasarkan pewarnaan tahan asam.Namun metode ini sederhana meskipun banyak kelemahannya.
kurang sensitif karena baru memberikan hasil positif bila Metode konsentrasi
terdapat >103 organisme/ml sputum6. Metode pemeriksaan Metode konsentrasi yang biasa digunakan adalah
kultur membutuhkan sekitar 50–100 kuman/ml metode Petroff yaitu dengan mencampur 1 bagian NaOH
sputum5dan memerlukan waktu cukup lama untuk 4% dengan 1 bagian sputum kemudian dikocok dengan
memperoleh hasil, yaitu sekitar 8 minggu.7 shaker selama 10 menit dan sentrifugasi 3000 RPM
Secara statistik terdapat perbedaan yang bermakna selama 15 menit. Cairan supernatant dibuang dan
antara sensitivitas metode langsung (34%) dan metode endapannya dinetralkan dengan HCl 1 N. Pemeriksaan
konsentrasi (58%) pada spesimen kultur positif.8 mikroskopis BTA metode konsentrasi memerlukan
Pemeriksaan mikroskopis metode langsung hanya mampu volume spesimen cukup banyak yaitu sekitar 2-4 ml
menjaring separuh dari penderita tuberkulosis paru aktif. sehingga untuk menemukan kuman BTA dalam sputum
Sensitifitas pemeriksaan langsung dapat ditingkatkan menjadi lebih mudah, hal ini berguna untuk kasus
dengan tehnik konsentrasi dimana dengan tehnik tersebut tuberkulosis dengan jumlah kuman sedikit. Namun hal ini
kuman akan lebih mudah ditemukan. Namun metode menjadi sulit dikerjakan bila jumlah spesimen sputum
konsentrasi belum banyak digunakan untuk pemeriksaan yang didapat sedikit atau kurang dari 2 ml.13
mikroskopis BTA.9
Teknik diagnosis TB yang lebih cepat dan lebih Metode Kultur
akurat saat ini sangat diperlukan untuk meningkatkan Kultur kuman merupakan cara pemeriksaan yang
cakupan TB di Indonesia, maka perlu dilakukan kajian dan akurat karena memiliki sensitivitas dan spesifisitas tinggi
penelitian untuk menguji perbedaan sensitivitas, (89.9%) dan 100% sehingga dipakai sebagai diagnosis
spesifisitas, nilai ramal positif, nilai ramal negatif, rasio pasti tuberkulosis paru. Jika hasil pemeriksaan mikroskopis
kemungkinan positif dan rasio kemungkinan negatif dari BTA positif, maka diagnosa tuberkulosis dapat ditegakkan,
metode pemeriksaan BTA apusan langsung dan metode tetapi pemeriksaan mikroskopis ini tidak dapat
konsentrasi terhadap metode kultur membedakan antara Mycobakcerium tuberculosis dengan
Tuberkulosis (TB) Paru Mycobacteriumlain sehingga perlu dilakukan pemeriksaan
kultur BTA untuk identifikasi kuman. Bila hasil
Struktur dan morfologi pemeriksaan mikroskopis BTA negatif, penyakit
Mycobacterium tuberculosis (M. tuberculosis) tuberkulosis belum dapat disingkirkan sehingga perlu
adalah kuman yang termasuk genus Mycobacterium, dilanjutkan dengan metode kultur.14
family Mycobacterium dan ordo Actinomycetales.
Mycobacterium tuberculosis merupakan basil gram positif Desain penelitian
dan mengandung asam mikolik (waxes) di dinding selnya Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif
yang menyebabkan kuman bersifat tahan asam dan dapat dengan menggunakan uji diagnostik yaitu uji sensitifitas
menimbulkan infeksi kronis.11Basil tuberkulosis berukuran dan spesifisitas.
sangat kecil berbentuk batang lurus atau agak bengkok,
panjang 1-4 mikron dan lebar antara 0,3-0,6 mikron, Tempat dan waktu penelitian
obligat, tidak membentuk spora, tidak motil, tidak Rumah Sakit BP4 Medan, Praktek Dr.Zainuddin,
berkapsul dan bersifat tahan terhadap penghilangan zat dan Laboratorium Mikrobiologi Terpadu Fakultas
warna dengan asam alkohol.10,11 Kedokteran USU selama 4 bulan mulai Juli-Oktober 2013.
15
Lestari Rahmah, dkk. Ketepatan Pemeriksaan BTA Apusan…
BAHAN & CARA KERJA Objek penelitian adalah sputum dari 60 responden
dilakukan pemeriksaan mikroskopis BTA apusan langsung
1. Apusan langsung dan konsentrasi (Sewaktu, Pagi, Sewaktu) dengan jumlah
Pembuatan preparat sputum masing-masing 180, dan pemeriksaan metode
Ose dipanaskan sampai merah.selanjutnya kultur (pagi) dengan jumlah sputum 60 sputum.
didinginkan. Kemudian dimasukkan ke dalam botol berisi
pasir alkohol 70% dan digoyang-goyangkan untuk Karakteristik demografi
melepaskan partikel yang melekat.Kembali ose dibakar Respondenmayoritas berumur 15-55 tahun
sampai merah. Sedian fiksasi jangan terlalu lama di sebanyak 43 orang (71,7%), kemudian kelompok umur >
dilewatkan di atas api lampu spritus. 55 tahun sebanyak 17 orang(28,3%). Responden mayoritas
yang diperiksa berjenis kelamin laki-laki sebanyak 43
Pewarnaan dengan Metode Ziehl Neelsen orang (71,7%), dan perempuan sebanyak 17 orang
Sedian digenangi dengan larutan carbol fuchsin (28,3%). Responden mayoritas bersuku Batak sebanyak 32
0,3% dan dipanaskan. Kemudian didinginkan dan orang (53,3%), Suku Jawa sebanyak 23 orang (38,3%),
dicuci.Sedian kemudian digenangi dengan asam alkohol suku Aceh sebanyak 2 orang (3,3%) dan minoritas suku
(HCL alkohol 3%) sampai warna carbol fuchsin hilang dan Melayu, Minang dan Nias dimana frekuensi masing-
dicuci kembali. Kemudian sedian kembali digenangi masing sebanyak 1 orang (1,7%).
dengan methylene blue 0,3% sampai terbentuk latar Responden mayoritas memiliki pekerjaan sebagai
belakang biru. kemudian diperiksa di bawah mikroskop wiraswasta sebanyak 24 orang (40,0%), IRT sebanyak 13
perbesaran 1000 kali. orang (21,7%), pensiunan sebanyak 7 orang (11,7%),
karyawan/pegawai swasta sebanyak 5 orang (8,2%),
Pembacaan hasil PNS/POLRI dan Pelajar/Mahasiswa masing-masing
Hasil pemeriksaan berdasarkan standart sebanyak 4 orang (6,7%), dan yang bekerja sebagai
International Union Against Tuberculosis and Lung buruh/petani sebanyak 3 orang (5,0%).
Diseases (IUATLD) sesuai dengan standart WHO.3 Responden mayoritas berpenghasilan Rp.
1.000.000–3.000.000,- sebanyak 41 orang (68,9%),
2. Metode Konsentrasi berpenghasilan lebih kecil Rp. 1.000.000,- sebanyak 10
Sputum 1 bagian tambahkan dengan 2 bagian orang (16,7%), dan responden minoritas berpenghasilan
NaOH 4%.Vortex sampai homogeny, selanjutnya lebih besar Rp. 3.000.000,- sebanyak 9 orang (15%).
centrifuse 3000g selama 15 menit.Buang supernatant,
tambahkan aquadest sampai tanda tertinggi.Centrifuse lagi Deskriptif pemeriksaan BTAmetode apusan langsung
3000g selama 15 menit dan buang supernatant.Media Hasil pemeriksaan BTA apusan langsung diperoleh
apusan tersebut yang diletakkan di kaca obyek bahwa BTA (+) paling banyak ditemukan dari sampel
dikeringkan di udara terbuka selama 15-30 menit dan sputum pagi yakni sebanyak 21 sampel (35,0%), kemudian
Kaca objek dilewatkan di atas lampu spiritus sebanyak 3 sampel sputum sewaktu pertama yakni sebanyak 19
kali selama 3-5 detik. Melakukan pewarnaan dengan sampel (31,7%) dan yang paling sedikit adalah sampel
pengecatatan Ziehl Nielsen. sputum sewaktu kedua yakni sebanyak 17 sampel (28,3%).
Dengan kondisi diatas diperoleh gambaran bahwa
3. Pemeriksaan Kultur pengambilan sputum pada pagi lebih banyak ditemukan
Sputum 1 bagian tambahkan dengan 2 bagian BTA positif dibandingkan dengan sewaktu pertama, dan
NaOH 4%.Vortex sampai homogeny, selanjutnya sewaktu kedua.
centrifuse 3000g selama 15 menit.Buang supernatant,
tambahkan aquadest sampai tanda tertinggi.Centrifuse lagi
3000g selama 15 menit dan buang supernatant.Inokulasi
secukupnya (100µl) pada 2 media Lowensten-Jensen (LJ),
kemudian ratakan pada permukaan media tutup botol Mac
Cartney dan longgarkan (jangan rapat-rapat).Selanjutnya
16
Jurnal Ilmiah PANNMED Vol. 9 No.1 Mei - Agustus 2014
Tabel 1. Hasil Pemeriksaan BTA Metode Apusan Tabel 4. Perbandingan Metode Apusan Langsung
Langsung (Sewaktu, Pagi, Sewaktu) dan Kultur
Hasil BTA Metode Apusan Langsung Kultur Total
Apusan
Sewaktu Pagi Sewaktu + -
Langsung
n (%) n (%) n (%) n (%) n (%) n (%)
Positif 19 (31,7) 21 (35,0) 17 (28,3) + 19 (90,5) 2 (9,5) 21 (100)
Negatif 41 (68,3) 39 (65,0) 43 (71,7) - 13 (33,3) 26 (66,7) 39 (100)
Total 32 (53,3) 28 (46,7) 60 (100)
Total 60 60 60
(100,0) (100,0) (100,0) Metode pemeriksaan metode konsentrasi dengan kultur
Hasil pemeriksaan BTA positif dengan metode
Deskriptif pemeriksaan BTA metode konsentrasi konsentrasi adalah 27 sampel sputum dan negatif secara
Hasil pemeriksaan BTA metode konsentrasi bahwa konsentrasi berjumlah 33 sampel. Sedangkan dengan
sputum pagi merupakan sputum yang paling banyak pemeriksaan kultur diperoleh BTA positif sebanyak 32
menunjukkan hasil positif yakni sebanyak 27 sampel sampel dan yang negatif sebanyak 28 sampel.
(45%). Sputum pada sewaktu yang pertama menunjukkan Dari 27 sampel yang positif secara konsentrasi
hasil BTA positif sebanyak 26 orang (43,3%) dan sputum diperoleh sebanyak 81,5% (22 sampel) positif secara kultur
sewaktu yang kedua menunjukkan hasil yang paling dan 18,5% (5 sampel) negatif secara kultur. Sedangkan
sedikit sebanyak 25 orang (41,7%). dari 33 sampel yang negatif secara konsentrasi ditemukan
sebesar 30,3% (10 sampel) positif secara kultur, dan yang
Tabel 2 Hasil Pemeriksaan BTA Metode Konsentrasi benar-benar negatif secara konsentrasi dan negatif pula
(Sewaktu, Pagi, Sewaktu) secara kultur sebesar 69,7% (23 sampel).
Metode Konsentrasi
Hasil BTA Sewaktu Pagi Sewaktu Tabel 5. Perbandingan Metode Konsentrasi dengan
n (%) n (%) n (%) Kultur
Positif 26 (43,3) 27 (45,0) 25 (41,7) Kultur Total
Negatif 34 (56,7) 33 (55,0) 35 (58,3) Konsentrasi + -
Total 60 (100,0) 60 (100,0) 60 (100,0) n (%) n (%) n (%)
+ 22 (81,5) 5 (18,5) 27 (100)
Deskriptif pemeriksaan BTA metode kultur - 10 (30,3) 23 (69,7) 33 (100)
Hasil pemeriksaan metode kultur menggunakan Total 32 (53.3) 28 (46.7) 60 (100)
sputum pagi lebih banyak ditemukan BTA positif yaitu 32
sampel (53,3%)dan BTA negatif yaitu 28 sampel (46,7%). Perbandingan efektifitas antara metode apusan langsung
dan konsentrasi terhadap kultur
Tabel 3 Pemeriksaan dengan Metode Kultur Hasil uji diagnostik untuk metode apusan langsung
Menggunakan Sputum Pagi terhadap kultur mempunyai sensitifitas sebesar 59,38%,
Metode Kultur spesifisitas sebesar 92,86%, nilai ramal positif sebesar
Hasil BTA 90,48% nilai ramal negatif sebesar 66,67%, ratio
n %
Positif 32 53,3 likelihood positif sebesar 8,31 dan rasio likelihood negatif
Negatif 28 46,7 sebesar 0,44.
Total 60 100.0 Demikian juga uji diagnostik metode konsentrasi
terhadap kultur mempunyai sensitifitas sebesar 68,75%,
spesifisitas sebesar 82,14%, prevalensi sebesar 53,33%,
Metode pemeriksaan BTA metode apusan langsung
nilai ramal positif sebesar 81,48%, nilai ramal negatif
dengan metode kultur
sebesar 69,70%, rasio kemungkinan positif sebesar 3,85.
Hasil pemeriksaan BTA positif dengan metode
apusan langsung adalah 21 sampel sputum dan negatif
Tabel 6. Hasil Uji Diagnostik Metode Apusan
secara apusan langsung berjumlah 39 sampel. Sedangkan
Langsung dan Konsentrasi terhadap Kultur
dengan pemeriksaan kultur diperoleh BTA posistif
sebanyak 32 sampel dan yang negatif sebanyak 28 Metode Metode
sampel.Dari hasil diatas ditemukan 9,5% sampel yang Pemeriksaan Apusan Konsentrasi
positif secara apusan langsung namun negatif secara kultur. Langsung(%) (%)
Sedangkan dari sampel yang negatif secara apusan Sensitifitas 59,38 % 68,75 %
langsung ditemukan sebesar 33,3% positif secara kultur. Spesifisitas 92,86 % 82,14 %
Nilai ramal positif 90,48 % 81,48 %
Nilai ramal negatif 66,67 % 69,7 %
Rasiokemungkinan
8,31 3,85
positif
Rasiokemungkinan
0,44 0,38
negatif
17
Lestari Rahmah, dkk. Ketepatan Pemeriksaan BTA Apusan…
18
Jurnal Ilmiah PANNMED Vol. 9 No.1 Mei - Agustus 2014
penelitian ini nilai rasio kemungkinan positif lebih besar Grange JM. Micobacterium in : Greenwood David, Slack
pada metode apusan langsung sebesar 4,46 dibandingkan RC, Peutheres JF, Medical Microbiology, 16 ed,
dengan metode konsentrasi. Sehingga metode apusan Chruchill Livingstone2002.
langsung lebih kuat menunjukan hubungan antara hasil test Muzaffar R, Batool S, Azis A, Naqvi A, Rizvi A.
positif dengan keadaaan seseorang yang benar-benar sakit Evaluation of the fastplaquetb Assay for Direct
dibandingkan dengan metode konsentrasi.Nilai rasio Infection of Mycobacterium tuberculosis in Sputum
kemungkinan negatif pada metode apusan langsung Specimens. Int J Tuberc Lung Dis. 2002; 6(7): 635-
sebesar 0,44 dan pada metode konsentrasi sebesar 0,38 40.
artinya kemungkinan seseorang untuk tidak sakit jika hasil Levinson W, Jawetz E. Medical Microbiology 2
ujinya negatif adalah tinggi (LR - ≤ 1). Immunilogy. 7th ed. Singapore; 2008.
Erma, L. Nilai Diagnostik Pemeriksaan Mikroskopis Basil
KESIMPULAN Tahan Asam Metoda Konsentrasi dibandingkan
dengan Kultur pada Sputum Tersangka
1. Kelompok umur paling banyak ditemukan BTA Tuberkulosis Paru. 2005.
positif 15-55 tahun 71,7% (43 responden), laki- Ninik, S.. Perkembangan Diagnostik Tuberkulosis Paru.
laki 71,7% (43 responden), suku Batak 53,3% (32 Indonesian Journal of Clinical Pathology 1998;
responden), bekerja sebagai wiraswasta 40,0% (24 Volume 5 No. 1.
responden) dan memiliki penghasilan Rp Zulfikri A. Buku Ajar Penyakit Dalam. Edisi V, Jilid III,
1.000.000-3.000.000 yaitu 68,3% (41 responden). Jakarta: Internapublishing 2009.
2. Kemampuan pemeriksaan BTA metode Crofton, J. Horen N, Miller, F. Tuberkulosis Klinis,
konsentrasi dalam mendiagnosis tuberkulosis paru Cetakan I.Jakarta: Widya Media; 2002.
9,37% lebih tinggi dibandingkan apusan langsung Greenwood, et al. Mycobacterium in: Medical
(sensitivitas). Microbiology, sixteenth ed, Crurchill Livingstone
3. Kemampuan pemeriksaan BTA metode konsentrasi 2002.
untuk menyingkirkan subjek yang tidak menderita Wilks, D. Mycobacterium in: The Infection Disease,
tuberkulosis paru 10,72% lebih rendah dari apusan Blackwell Science Ltd, Oxford; 1995.
langsung (spesifisitas). Yoga, TA. Masalah Tuberkulosis Paru dan
4. Pemeriksaan BTA apusan langsung mempunyai Penanggulangannya, Jakarta: Universitas
kemampuan memberikan manfaat klinis dalam Indonesia; 2005.
tuberkulosis paru 9,0% lebih besar dibandingkan Lemeshow S, et al. Besar Sampel dalam Penelitian,
metode konsentrasi (nilai ramal positif). Yogyakarta: Gajah Mada University Press; 1997.
5. Kemampuan untuk menentukan subjek negatif dan Leli S, Mardiastuti, Anis K. Evaluasi Metode Fastplaque
tidak sakit dari total subjek yang negatif lebih baik TB untuk mendeteksi Mycobacterium tuberculosis
pada metode konsentrasi dibandingkan metode pada sputum di Beberapa Unit Pelayanan
apusan langsung (nilai ramal negatif). Kesehatan di Jakarta-Indonesia. Jurnal
Tuberkulosis Indonesia 2013; Vol 8 Maret 2012.
DAFTAR PUSTAKA Ratnasari Y. Dukungan Sosial Dengan Kualitas Hodup
Pada Penderita Tuberkulosis Paru (TB Paru) di
Global Report WHO, Global Tuberculosis Report. 2010. Balai Pengobatan Penyakit Paru (BP4) Yogyakarta
Menteri Kesehatan RI. Rencana Aksi Nasional: Informasi Unit Minggiran, Jurnal Tuberkulosis Indonesia
Strategi Nasional Pengendalian TB Indonesia 2012; Vol.8.
2011-2014. Direktorat Jenderal Pengendalian Ellena MP. Comparation of Direck and Concentrated
Penyakit dan Penyehatan Lingkungan. Jakarta; Acid-Fast Smear to Identify Spesimens Cultur
2011. Positive for Mycobacterium spp. In Journal of
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Keputusan Clinical of Microbiology 1999; Volume 73 No. 11:
Menteri Kesehatan Republik IndonesiaNo. 3564-8.
364/MENKES/SK/V/2009 Tentang Pedoman Liu J, et al. Increased Case Finding of Tuberculosis From
Penanggulangan Tuberkulosis (TB)Menteri Sputum and Sputum Deposits After Magnetic Bead
Kesehatan Republik Indonesia. Jakarta: Depkes RI; Concentration Of Mycobacteria; 2013.
2009. Elisabeth F, Ibrahim S, Hardjoeno. Analisis Temuan Basil
Raunak P, Gita N, Swapna K, Vijay K, Preeti. Time to Tahan Asam pada Sputum Cara Langsung dan
Sputum Conversion in Smear Positive Pulmonary Sediaan Konsentrasi pada Suspek Tuberkulosis.
TB Patients on Category I DOTS and Factors Indonesian Journal of Clinical Pathology and
Delaying it. 2012: Vol. 60: 22-26. Medical Laboratory 2006; Vol. 12, No. 2:62-64.
.
19
RENDAHNYA PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF PADA IBU YANG BEKERJA
LINGKUNGAN XX KELURAHAN KWALA BEKALA
KECAMATAN MEDAN JOHOR TAHUN 2013
Elisabeth Surbakti
Kebidanan Poltekkes Medan
` Abstrak
Setiap tahunnya terdapat 1-2 juta bayi didunia yang meninggal karena tidak diberi ASI eksklusif. Hal ini
dapat dilihat dari tingginya kasus kematian bayi yang berdampak dari ibu yang tidak memberikan ASI secara
eksklusif seperti kasus ISPA (Infeksi Saluran Pernapasan Atas) 15 – 20% atau sekitar 40 ribu per kelahiran
hidup, diare sekitar 42 %, dan infeksi 10%.Sebagian besar ibu tetap tidak peduli dengan ASI eksklusif.
Sesuai dengan data yang diperoleh menurut kabupaten/kota propinsi Sumatera Utara tahun 2007 yang terdiri
dari 459 puskesmas dengan jumlah bayi 294.648 jiwa ternyata hanya 83.958 jiwa atau 28,49% bayi yang
diberi ASI Eklusif. Sedangkan di kota Medan yang terdiri 39 puskesmas dengan jumlah bayi 41.346 jiwa,
ternyata hanya 623 jiwa atau 1,51 bayi yang diberi ASI eksklusif. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
faktor-faktor yang berhubungan dengan pemberian ASI eksklusif pada ibu yang bekerja di lingkungan XX
Kelurahan Kwala Bekala Kecamatan Medan Johor tahun 2013. Penelitian ini bersifat deskriptif dengan
rancangan cross sectional. Populasi dalam penelitian ini adalah keseluruhan ibu bekerja di Lingkungan XX
Kelurahan Kwala Bekala Kecamatan Medan Johor yang tidak menerapkan ASI Eksklusif, teknik
pengambilan sampel dengan total sampling, seluruh populasi dijadikan sampel yaitu sebanyak 60 orang.
Analisis data dengan univariat dan bivariat. Hasil penelitian yang diperoleh pengetahuan baik 18,3%, cukup
31,7%, kurang 50%. Sikap ibu positif 45%, negatif 55%. Hasil uji statistik diperoleh p = 0,000 < 0,05,
artinya artinya terdapat hubungan yang signifikan antara tindakan dengan pemberian ASI eksklusif. Untuk
itu agar ibu menambah pengetahuan dan wawasan tentang cara pemberian dan manfaat ASI eksklusif.
20
Jurnal Ilmiah PANNMED Vol. 9 No.1 Mei - Agustus 2014
21
Elisabeth Surbakti Faktor-Faktor yang Berhubungan…
22
Jurnal Ilmiah PANNMED Vol. 9 No.1 Mei - Agustus 2014
23
Elisabeth Surbakti Faktor-Faktor yang Berhubungan…
Berdasarkan tabel tersebut dari 33 orang ibu Saluran Pernapasan Atas) , diare, dan penyakit saluran
bekerja (55%) yang bersikap negatif, paling banyak ibu pencernaan.
yang tidak memberikan ASI eksklusif yaitu 30 orang
(50%), dan paling sedikit yang memberikan ASI eksklusif Hubungan Jarak Tempat Tinggal Dengan Pemberian
yaitu 3 orang (5,0%). ASI Eksklusif Pada Ibu Bekerja
Hasil uji chi-square menyatakan Ho ditolak jika Jarak merupakan panjang lintasan yang ditempuh
probabilitas < 0,05. Hasil analisa dengan uji Chi-square oleh ibu yang bekerja mulai dari awal ibu dirumah sampai
diperoleh X2 hitung 19,182 dan nilai probabilitas (p = ibu berada ditempat bekerja. Jarak rumah dari tempat
0,000 < 0,05) maka Ho ditolak dan Ha diterima, artinya bekerja mempengaruhi pemberian ASI bagi bayi. Paling
terdapat hubungan yang signifikan antara sikap ibu bekerja banyak ibu bekerja menempuh jarak yang jauh (> 15 km)
dengan pemberian ASI eksklusif. dari tempat kerja yaitu 37 orang (61,7%) dan paling sedikit
menempuh jarak yang sedang (10-15 km) dari tempat
Hubungan Tindakan Ibu Dengan Pemberian ASI bekerja yaitu 9 orang (15%). Hasil uji chi-square
Eksklusif Pada Ibu Bekerja menyatakan nilai probabilitas (p = 0,000 < 0,05), artinya
Distribusi hubungan tindakan ibu dengan pemberian terdapat hubungan yang signifikan antara jarak tempat
ASI eksklusif pada ibu bekerja dilihat pada tabel berikut tinggal ibu yang bekerja dengan pemberian ASI eksklusif.
ini: Menurut Maryuni (2009) bahwa lokasi atau
Tabel 4.9. tempat bekerja ibu yang jauh dari lingkunagn tempat
Hubungan Tindakan Ibu Dengan Pemberian ASI tinggal sehingga ibu tidak sempat memberikan ASI-
Ekslusif Di Di Lingkungan XX Kelurahan Kwala nya.
Bekala Kecamatan Medan Johor Tahun 2013 Menurut peneliti ibu yang jarak tempuh dari
Pemberian ASI tempat bekerjanya dekat dan sedang, akan berupaya
Eksklusif memberikan ASInya pada waktu jam istirahat,
Jumlah
Tindakan Tidak Diberikan X2hit Prob
Diberikan sedangkan bagi ibu yang jarak tempat kerjanya yang
n % n % n % jauh tidak memungkinkan untuk memberikan ASI. Hal
Negatif 30 50,0 2 3,3 32 53,3 ini disebabkan karena bila jarak tempuh ibu jauh, akan
Positif 9 15,0 19 31,7 28 46,7 22,279 0,000 memakan waktu yang lama untuk kembali ketempat
Jumlah 39 65,0 21 35,0 60 100 kerja, dan hal ini akan membuat ibu merasa tidak
mentaati peraturan dan jam kerja yang sudah ditetapkan
Berdasarkan tabel tersebut dari 32 orang kepadanya.
(53,3%) ibu bekerja yang bertindak negatif, paling banyak
yang tidak memberikan ASI Eksklusif yaitu 30 orang Hubungan Sikap Ibu Dengan Pemberian ASI
(50,0%) dan paling sedikit yang memberikan ASI eksklusif Eksklusif Pada Ibu Bekerja
yaitu 2 orang (3,3%). Sikap adalah penilaian atau berupa pendapat
Hasil uji chi-square menyatakan Ho ditolak jika seseorang terhadap stimulus atau objek (dalam hal ini
probabilitas < 0,05. Hasil analisa dengan uji Chi-square adalah pemberian ASI eksklusif). Setelah seseorang
diperoleh X2 hitung 22,279 dan nilai probabilitas (p = mengetahui stimulus atau objek, proses selanjutnya akan
0,000 < 0,05) maka Ho ditolak dan Ha diterima, artinya menilai atau bersikap terhadap stimulus atau objek
terdapat hubungan yang signifikan antara tindakan dengan tersebut.
pemberian ASI eksklusif. Berdasarkan hasil penelitian sikap ibu bekerja
dalam pemberian ASI eksklusif paling banyak bersikap
Hubungan Pengetahuan Dengan Pemberian ASI negatif yaitu 33 orang (55%), dan paling sedikit bersikap
Eksklusif Pada Ibu Bekerja positif yaitu 27 orang (45%). Hasil uji chi-square diperoleh
Pengetahuan merupakan komponen terpenting nilai probabilitas (p = 0,000 < 0,05) artinya terdapat
serta sebagai stimulus untuk membentuk tindakan ibu hubungan yang signifikan antara sikap ibu bekerja dengan
dalam penerapan ASI eksklusif (Mudjiono, 2005). pemberian ASI eksklusif.
Berdasarkan hasil penelitian Pengetahuan ibu Sikap merupakan cara-cara ibu memelihara dan
bekerja banyak dalam kategori kurang yaitu 30 orang cara-cara berprilaku hidup sehat dalam hal ini juga yaitu
(50%), dan paling sedikit dalam kategori baik yaitu 11 penerapan ASI eksklusif. Menurut hasil penelitian sikap
orang (18,3%). Hasil uji chi-square diperoleh nilai ibu dalam menanggapi secara positif makna dari
probabilitas (p = 0,000 < 0,05) artinya terdapat hubungan pemberian ASI kepada balita selain melambangkan rasa
yang signifikan antara pengetahuan ibu dengan pemberian keterikatan dan jalinan kasih sayang ibu terhadap anaknya,
ASI eksklusif . juga dapat meningkatkan kekebalan tubuhnya, sehingga
Menurut hasil penelitain ibu bekerja belum nantinya balita tersebut tidak mudah sakit.
mengetahui manfaat ASI eksklusif dan nilai-nilai gizi
yang terkandung di dalam ASI eksklusif sehingga Hubungan Tindakan Ibu Dengan Pemberian ASI
pemberian ASI eksklusif tidak maksimal dan secara Eksklusif Pada Ibu Bekerja
kontinu di berikan pada anaknya. Ibu tidak mengetahui Sikap merupakan suatu perbuatan nyata yang
bahwa di dalam ASI mengandung anti infeksi terhadap memerlukan faktor pendukung yang berupa fasilitas,
berbagai macam penyakit, seperti ISPA (Infeksi
24
Jurnal Ilmiah PANNMED Vol. 9 No.1 Mei - Agustus 2014
disamping itu faktor dukungan (support) dari pihak lain 2. Bagi Masyarakat
didalam praktek atau tindakan. Menambah informasi bagi masyarakat untuk
Berdasarkan tabel diatas tindakan ibu bekerja meningkatan kualitas anak yang sehat.
dalam pemberian ASI eksklusif paling banyak bersikap 3. Bagi Penelitian Lanjutan
negatif yaitu 32 orang (53,7%), dan paling sedikit bersikap Sebagai bahan masukan untuk dapat melakukan
positif yaitu 28 orang (46,7%). Hasil uji chi-square penelitian lanjutan dengan memperbanyak sampel dan
diperoleh nilai probabilitas (p = 0,000 < 0,05) artinya menggali faktor lain yang berpengaruh.
terdapat hubungan yang signifikan antara tindakan dengan 4. Bagi Institusi Pendidikan
pemberian ASI eksklusif. Agar melengkapi perpustakaan dengan buku-buku
Sering kali alasan pekerjaan membuat seorang ibu yang berkaitan dengan ASI eksklusif.
merasa kesulitan untuk memberikan ASI secara eksklusif.
Banyak diantaranya disebabkan karena ketidak tahuan. DAFTAR PUSTAKA
Selain itu Ibu terlalu sibuk dengan pekerjaannya, sehingga
tidak ada waktu untuk menyusui bayinya serta kurangnya Abah, 2003, The World Health Organitation (WHO),
minat untuk menyusui bayinya (Anik Maryuni, 2009). www.abah jack.com, Surabaya
Menurut hasil penelitian sikap ibu yang negatif Andi, 2007, Pengertian Jarak, http//Wikipedia
disebabkan karena ibu menganggap bahwa susu botol yang Azwar S, 2005, Pengukuran Sikap dalam Opini Public,
selama ini diberikan sudah dapat memenuhi rasa lapar http//Aipoel, word press.com. Jakarta
bayi, sehingga ibu yang tempat pekerjaannya berjarak Anik maryuni, 2009, Buku Pintar Ibu Menyusui, Arcan,
antara 10-15 km merasa tidak perlu pulang untuk Jakarta
menyusui bayinya. Dania aprilia, 2009, Promosi ASI eksklusif,
http//blogspot.com Jakarta
Kesimpulan Departemen Kesehatan, 2007, Profil Kesehatan Sumatera
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan Utara, Depkes, Medan
mengenai “Faktor-faktor yang berhubungan dengan Dinkes Propsu, Profil Kesehatan Propinsi Sumatera
rendahnya pemberian asi eksklusif pada ibu bekerja di Utara, 2008.
lingkungan XX Kelurahan Kwala Bekala Kecamatan Enje, 2007, Hak Menyusui pada Perempuan Bekerja,
Medan Johor Tahun 2013” dapat disimpulkan sebagai http//blogspot.com, Jakarta
berikut : FK USU, 2005, Pengertian ASI Eksklusif,
1. Ibu berpengetahuan kurang paling banyak yang http//www.usu.com/kliping
tidak memberikan ASI eksklusif yaitu 28 orang Indiarti, MT, 2007, Panduan Lengkap Kehamilan,
(46,7%). Hasil uji chi-square diperoleh nilai Persalinan dan Perawatan Bayi, Diglossia Media,
probabilitas (p = 0,000 < 0,05), artinya terdapat Yogyakarta
hubungan yang signifikan antara pengetahuan ibu Muhammad S, 2008, Air Susu Ibu (ASI),
dengan pemberian ASI eksklusif. http//Baitijanati.wordpress.com, Jakarta
2. Ibu yang jarak tempat tinggalnya jauh dari tempat Moedjiono, 2007, Pengantar Ilmu Keperawatan Anak,
bekerja paling banyak yang tidak memberikan ASI Buku 1, Edisi Pertama, Salemba Medika, Jakarta
eksklusif yaitu 35 orang (58,3%). Hasil uji chi- Notoatmodjo, 2003, Metodologi Penelitian Kesehatan,
square nilai probabilitas (p = 0,000 < 0,05) maka, Rineka Cipta, Jakarta
artinya terdapat hubungan yang signifikan antara Politeknik Kesehatan, 2006, Panduan Penyusunan Karya
jarak tempat tinggal ibu yang bekerja dengan Tulis Ilmiah (KTI), Politeknik Kesehatan, Medan
pemberian ASI eksklusif. Sitopeng, 2008, Pengaruh Asi Terhadap Emosional Pada
3. Ibu yang bersikap negatif, paling banyak ibu yang Anak, http//Aipoel, word press.com. Jakarta
tidak memberikan ASI eksklusif yaitu 30 orang Sri Kun, 2008, Handbook Ibu Menyusui, Bandung, PT.
(50%). Hasil uji chi-square diperoleh nilai Karya Kita.
probabilitas (p = 0,000 < 0,05) artinya terdapat Utami Ningsih, 2000, Air Susu ibu (ASI),
hubungan yang signifikan antara sikap ibu bekerja http//blogspot.com, Jakarta
dengan pemberian ASI eksklusif. Utami roesli, 2007, Rekomendasi tentang Pemberian
Makanan Pendamping ASI
Saran Wahyu WB. 2007. ASI, Anugerah Terindah yang
1. Bagi Ibu Kadang Terlupakan.
Agar menambah pengetahuan dan wawasan tentang
cara pemberian dan manfaat ASI eksklusif
25
HUBUNGAN PERAWATAN PAYUDARA TERHADAP PRODUKSI ASI
PADA IBU POST PARTUM DI RUMAH BERSALIN TUTUN SEHATI
TANJUNG MORAWA 2013
Masnila
Jurusan Keperawatan Poltekkes Kemenkes Medan
Abstrak
Perawatan payudara adalah suatu tindakan yang dilakukan untuk merawat payudara dalam upaya
memperlancar pengeluaran ASI. Perawatan payudara sebaiknya dilakukan selama masa kehamilan trimester
ketiga karena akan berhubungan terhadap produksi ASI. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
hubungan perawatan payudara terhadap produksi ASI pada ibu post partum di Rumah Bersalin Tutun Sehati
Tanjung Morawa 2013. Jenis penelitian yang digunakan adalah analitik dengan metode pengumpulan data
dengan cara mewawancarai langsung responden yang diteliti dengan instrumen penelitian checklist. Desain
rancangan penelitian adalah cross sectional yaitu suatu penelitian untuk mempelajari dinamika korelasi
antara faktor-faktor resiko dengan efek, dengan cara pendekatan, observasi atau pengumpulan data sekaligus
pada suatu saat. Adapun populasi dari penelitian ini adalah seluruh ibu hamil trimester ketiga yang
dilakukan perawatan payudara di Rumah Bersalin Tutun Sehati Tanjung Morawa dengan jumlah sampel
adalah sebanyak 20 orang dengan tehnik pengambilan sampel purposive sampling, yaitu pengambilan
sampel berdasarkan pertimbangan tertentu yang telah ditentukan oleh peneliti sendiri. Dari 20 responden
yang melakukan perawatan payudara, terdapat 14 orang (70%) yang melakukan perawatan payudara dengan
baik dan sebanyak 11 orang (55%) yang menghasilkan produksi ASI yang tidak baik ada 3 orang (15%),
dan 6 orang (30%) yang tidak melakukan perawatan payudara mengahasilkan produksi ASI yang tidak
baik. Berdasarkan analisa data statistik dengan uji chi square didapatkan nilai p value 0,001 yang berarti ada
hubungan perawatan payudara terhadap produksi ASI. Kepada pimpinan RB Tutun Sehati Tanjung Morawa
disarankan agar lebih meningkatkan kualitas dan kuantitas dari penyuluhan tentang perawatan payudara
kepada ibu hami, agar ibu hamil lebih memahaminya dan melakukannya. Kepada petugas di RB Tutun
Sehati Tanjung Morawa agar melaksanakan perawatan payudara mulai dari kehamilan trimester ketiga
hingga masa nifas dan memberikan penyuluhan dan penjelasan yang maksimal tentang perawatan payudara
sehingga ibu-ibu tahu bagaimana merawat payudara yang baik dan benar demi menjaga kelancaran ASI.
Kepada ibu-ibu yang melakukan pemeriksaan kehamilan serta ibu-ibu post partum untuk meningkatkan
wawasan dan pengetahuan tentang perawatan payudara dengan rutin serta rajin bertanya khususnya dalam
masalah perawatan payudara.
26
Jurnal Ilmiah PANNMED Vol. 9 No.1 Mei - Agustus 2014
Bayi yang mendapat ASI lebih jarang menderita keadaan yang perlu diperhatikan secara serius. Jika ibu
penyakit, seperti leukimia dan tiga kali lebih jarang resiko tidak mengetahui manfaat perawatan payudara selama
dirawat dengan sakit saluran pernapasan di bandingkan hamil dan setelah melahirkan maka dapat menimbulkan
anak susu formula, sekitar 16,7 kali lebih jarang keraguan ibu dalam melakukan perawatan payudara .
pneumonia, sekitar 47% lebih jarang menderita diare, Perawatan payudara sangat penting dilakukan
menghindarkan kurang gizi dan vitamin, lebih jarang selama hamil sampai masa menyusui. Hal ini karena
obesitas atau kegemukan, mengurangi resiko diabetes payudara merupakan satu-satunya penghasil ASI yang
mellitus. merupakan makanan pokok bayi yang baru lahir sehingga
Berdasarkan penelitian Richards dalam Maryunani dilakukan sedini mungkin. Bila seorang ibu hamil tidak
A (2012) dilakukan penelitian di Inggris, dari 1736 anak di melakukan perawatan payudara selama masa kehamilan
tes, ditemukan anak ASI secara bermakna menunjukkan dan hanya melakukan perawatan payudara pada pasca
hasil pendidikan lebih tinggi. Penelitian di Jerman juga persalinan maka akan menimbulkan beberapa
ditemukan masa lamanya menyusui mempengaruhi IQ permasalahanan seperti: ASI tidak keluar, air susu akan
seorang anak. Anak yang menyusu ASI lebih dari 6 bulan keluar setelah beberapa hari kemudian, puting susu tidak
memiliki IQ lebih tinggi di bandingkan anak yang menonjol, produksi ASI sedikit dan tidak lancar, infeksi
menyusu ASI kurang dari dari 1 bulan, karena ASI pada payudara, serta muncul benjolan pada payudara.
meningkatkan kepandaian. Berkaitan dengan pemberian ASI, salah satu hal
Pentingnya ASI atau air susu ibu merupakan satu- yang penting dilakukan dalam upaya persiapan pemberian
satunya makanan terbaik bagi bayi. Sebagai seorang ibu ASI yaitu melakukan perawatan payudara yang dilakukan
harus menyadari betapa pentingnya ASI terhadap tumbuh pada selama kehamilan trimester ketiga maupun setelah
kembang dan kesehatan bayi. Banyak sekali kandungan selesai masa persalinan. Selama kehamilan payudara akan
gizi yang terdapat didalam ASI, salah satunya adalah membengkak dan daerah sekitar puting warnanya akan
mengandung protein yang cukup tinggi dibanding susu lebih gelap. Dengan adanya pembengkakan tersebut,
formula yang banyak dijual di pasaran yang mana ASI payudara menjadi mudah teriritasi dan mudah luka. Oleh
mengandung whey (protein utama dari susu yan berbentuk karena itu perlu dilakukan perawatan payudara selama
cair) lebih banyak daripada casein (protein utama dari susu hamil (Saryono, 2009). Akan tetapi pada kenyataannya
yang berbentuk gumpalan) dengan perbandingan 65:35). banyak ibu hamil yang mengabaikan perawatan payudara.
Komposisi ini yang menyebabkan protein ASI lebih Hal ini dikarenakan ibu malas dan belum mengetahui
mudah diserap oleh tubuh bayi. manfaat dari perawatan payudara tersebut (Dedek, 2008)
Disamping itu juga, ASI memiliki kandungan Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan di
sebagai zat pelindung antara lain, yaitu: Laktobacilus klinik Tutun Sehati Tanjung Morawa pada tanggal 5-6
bifidus yang berfungsi untuk menghambat dan melindungi maret 2013, terdapat 10 orang ibu hamil trimester ketiga
usus bayi dari peradangan atau penyakit yang ditimbulkan yang melakukan pemeriksaan ANC, yang mana 7 dari ibu
oleh infeksi beberapa jenis bakteri merugikan, seperti hamil tersebut mengatakan tidak pernah melakukan
bakteri E.coli. Laktoferin yang berfungsi untuk perawatan payudara, dan tiga wanita lainnya mengatakan
menghambat perkembangan jamur kandida dan bakteri telah melakukan perawatan payudara, tetapi tidak rutin.
stafilokokus yang merugikan kesehatan bayi. Lisozom Sedangkan pada ibu post partum yang sedang rawat inap di
bermanfaat untuk mengurangi karies dentis serta dapat klinik tersebut ada 5 orang, dari kelima ibu post partum
memecah dinding bakteri yang merugikan. Serta tersebut hanya 2 orang yang mengatakan sudah melakukan
Immunoglobulin A (Ig A) yang berfungsi sebagai antibodi perawatan payudara. Dengan volume produksi ASI yang
yang dapat melumpuhkan bakteri patogen E.coli dan dihasilkan sebanyak 150cc. Dan ketiga ibu post partum
berbagai virus pada saluran pencernaan. lainnya tidak melakukan perawatan payudara.
Suriviana mengatakan bahwa pada ibu post partum Dari uraian diatas , penulis tertarik untuk meneliti
yang berusia (19-23 tahun) pada umumnya lebih banyak Hubungan Perawatan Payudara terhadap Produksi ASI
menghasilkan ASI dibandingkan dengan wanita yang pada Ibu Post Partum di Rumah Bersalin Tutun Sehati
berusia 30an. Banyak ASI yang dihasilkan oleh seorang Tanjung Morawa tahun 2013.
ibu tidak tergantung pada besarnya payudara, tetapi Dari uraian latar belakang diatas, maka peneliti
terlebih pada gizi ibu hamil dan menyusui. Faktor lain membuat rumusan masalah sebagai berikut:
yang mempengaruhi produksi ASI juga adalah perawatan “Bagaimanakah Hubungan Perawatan Payudara terhadap
payudara. Perawatan payudara yang dilakukan dengan Produksi ASI pada Ibu Post Partum di Rumah Bersalin
benar dan teratur akan melancarkan produksi ASI dan akan Tutun Sehati Tanjung Morawa Tahun 2013”.
memudahkan sikecil dalam mengkonsumsi ASI serta dapat
mengurangi resiko luka saat menyusui. Banyak ibu yang Tujuan Umum
mengeluhkan bayinya tak mau menyusu, hal ini karena Untuk mengetahui hubungan perawatan payudara
disebabkan oleh faktor teknis seperti puting susu yang terhadap produksi ASI pada ibu post partum di rumah
masuk atau posisi yang salah. Keberhasilan ibu dalam bersalin Tutun Sehati Tanjung Morawa 2013.
melakukan perawatan payudara tidak hanya dipengaruhi
atau tergantung pada petugas kesehatan. Hasil dari
perawatan payudara adalah kelancaran ASI maka
pengetahuan ibu terhadap perawatan payudara merupakan
27
Masnila Hubungan Perawatan Payudara...
28
Jurnal Ilmiah PANNMED Vol. 9 No.1 Mei - Agustus 2014
29
Masnila Hubungan Perawatan Payudara...
30
Jurnal Ilmiah PANNMED Vol. 9 No.1 Mei - Agustus 2014
31
EFEKTIVITAS KUMUR DENGAN SEDUHAN TEH HIJAU DAN LARUTAN
LISTERINE TERHADAP OHI-S PADA SISWA/I KELAS VIII BSMP
SWASTA CERDAS BANGSA JL. TITI KUNING NAMORAMBE
LINK. VISIDOREJO DELITUA TAHUN 2014
Abstrak
Obat kumur saat ini dapat digunakan sebagai salah satu alternatif untuk membantu kita dalam menjaga
kesehatan gigi dan mulut. Teh hijau dapat membantu meningkatkan kesehatan jaringan pendukung gigi dan
membantu mencegah terjadinya debris dan karies gigi. Selain itu, teh hijau terdapat kandungan Katekin
(Cateckin) yang dapat menghambat pertumbuhan bakteri pathogen yang dapat merusak jaringan gigi (
Ajisaka, 2012). Menurut American Dental Assosiation (ADA) pada tahun 2003, listerine adalah obat yang
aman karena efektif untuk mencegah radang gusi dan menghilangkan plak gigi serta efektif membunuh
bakteri di mulut sebagai antiseptik. Dalam penelitian ini, jenis penelitian yang digunakan adalah Pre
Experimental dengan rancangan One Shot Case Study untuk membandingkan pengaruh berkumur antara
seduhan teh hijau dan larutan listerine terhadap OHI-S pada siswa/i Kelas VIII B SMP Swasta Cerdas
Bangsa JL. Titi Kuning Namorambe Link. VI Sidorejo Delitua Tahun 2014. Berkumur dengan seduhan teh
hijau dan larutan listerine efektif dalam menurunkan OHI-S, hal ini dapat dilihat dari hasil persentase setelah
berkumur dengan seduhan teh hijau dan larutan listerine. Setelah berkumur dengan seduhan teh hijau
terdapat 13 siswa/i yang mempunyai kategori OHI-S baik (65%), 7 siswa/i yang mempunyai kategori sedang
(35%), dan kategori OHI-S buruk tidak ada. Sedangkan persentase setelah berkumur dengan larutan listerine
terdapat 18 siswa/i yang mempunyai kategori OHI-S baik (90%), 2 siswa/i yang mempunyai kategori OHI-S
sedang (10%), dan kategori OHI-S buruk tidak ada. Maka dapat disimpulkan berkumur dengan
menggunakan larutan listerine lebih efektif dbandingkan dengan seduhan teh hijau. Karena larutan listerine
lebih efisien dalam penggunaannya tanpa harus membutuhkan waktu yang lama.
32
Jurnal Ilmiah PANNMED Vol. 9 No.1 Mei - Agustus 2014
Plak adalah suatu lapisan lengket yang 1. Hasil penelitian diharapkan dapat menjadi bahan
merupakan kumpulan dari bakteri. Plak ini akan mengubah informasi bagi pihak sekolah dalam merencanakan
karbohidrat atau gula yang berasal dari makanan menjadi upaya meningkatkan kesehatan gigi pada siswa/i
asam cukup kuat yang cukup merusak gigi (Rahmadhan, SMP Swasta Cerdas Bangsa.
2010). Plak merupakan salah satu faktor terbentuknya 2. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan
debris dan kalkulus. Debris adalah endapan berwarna putih informasi untuk penelitian lebih lanjut.
di sekitar gigi, terdiri dari sisa-sisa makanan dan jaringan 3. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi
mati akibat peradangan. Debris yang tidak dibersihkan masukan bagi peneliti lain dan sebagai bahan
dapat berubah menjadi karang gigi. Karang gigi ialah suatu referensi di perpustakaan Politeknik Kesehatan
endapan keras yang menempel di permukaan gigi Kementerian Kesehatan Medan Jurusan
berwarna mulai dari kuning sampai cokelat kehitam- Keperawatan Gigi Medan.
hitaman, permukaan kasar, plak yang tidak dibersihkan dan
dari endapan bahan-bahan kasar, air ludah, dan serum METODE PENELITIAN
darah serta sisa makanan.
Obat kumur saat ini dapat digunakan sebagai Jenis Penelitian
salah satu alternatif untuk membantu kita dalam menjaga Dalam penelitian ini, jenis penelitian yang
kesehatan gigi dan mulut. Salah satunya dengan cara digunakan adalah Pre Experimental dengan rancangan One
berkumur-kumur dengan seduhan teh hijau dan larutan Shot Case Study untuk membandingkan pengaruh
listerine. Teh hijau dapat membantu meningkatkan berkumur antara seduhan teh hijau dan larutan listerine
kesehatan jaringan pendukung gigi dan membantu terhadap OHI-S pada siswa/i Kelas VIII B SMP Swasta
mencegah terjadinya debris dan karies gigi. Dalam Jurnal Cerdas Bangsa JL. Titi Kuning Namorambe Link. VI
Of Periodontology, tim peneliti dari Kyushu University di Sidorejo Delitua Tahun 2014.
Fukuoka Jepang telah berhasil menganalisis dan
mengevaluasi secara komprehensif 940 pasien pria yang HASIL DAN PEMBAHASAN
berusia antara 49-59 tahun. Keseluruhan pasien setidaknya
masih memiliki 20 gigi dan memiliki penyakit gigi yang Hasil Penelitian
lazim ditemukan pada usia tersebut seperti radang gusi dan Data yang dikumpulkan adalah hasil penelitian
kerusakan jaringan gigi. Selain itu pada teh hijau terdapat yang dilakukan terhadap siswa/i SMP Swasta Cerdas
kandungan Katekin (Cateckin) yang dapat menghambat Bangsa. Pengumpulan data dilakukan dengan
pertumbuhan bakteri pathogen yang dapat merusak pemerikasaan langsung ke mulut siswa/i yang menjadi
jaringan gigi ( Ajisaka, 2012). sampel. Setelah seluruh data terkumpul , membuat analisa
Penggunaan listerine sebagai larutan kumur data dengan cara membuat tabel distribusi frekuensi untuk
untuk pembersih mulut saat ini banyak digunakan oleh masing-masing kelompok sampel. Kemudian dilakukan
masyarakat. Berdasarkan hasil penelitian, beberapa produk pengolahan data secara deskriptif.
yang menggunakan alkohol seperti Listerine mungkin
efektif untuk mencegah kondisi seperti radang gusi, Tabel A.1
mereka tidak membunuh bakteri di mulut. Bau mulut Distribusi Frekuensi OHI-S Rata-Rata Sebelum dan
merupakan hasil senyawa sulfur yang dilepaskan oleh Sesudah Berkumur Dengan Seduhan Teh Hijau Pada
bakteri. Seseorang dengan gigi berlubang atau gusi Siswa/I SMP Swasta Cerdas Bangsa
bengkak memiliki lebih banyak bakteri yang berkembang No. Kriteria OHI-S Sebelum OHI-S Sesudah
biak di mulut. Penelitian telah menunjukkan bahwa obat OHI-S Berkumur Berkumur
kumur yang memiliki bahan aktif klorin dioksida dan zink Jumlah Jumlah OHI-S Jumlah Jumlah OHI-S
efektif menetralisir bau mulut. Siswa OHI-S Rata-Rata Siswa OHI-S Rata-
Berdasarkan uraian diatas maka peneliti ingin Rata
1. Baik 5 3,81 0,76 13 11,69 0,89
mengetahui bagaimana Efektivitas kumur dengan seduhan
teh hijau dan larutan listerine terhadap OHI-S pada siswa/i 2. Sedang 9 17,95 1,99 7 12,37 1,76
kelas VIII B SMP Swasta Cerdas Bangsa JL. Titi Kuning 3. Buruk 6 19,06 3,17 0 0 0
Namorambe Link. VI Sidorejo Delitua Tahun 2014 Jumlah 20 40,82 5,92 20 24,06 2,65
Tujuan Penelitian Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa dari seluruh
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui siswa/i mempunyai kriteria OHI-S buruk dengan OHI-S
Efektivitas kumur dengan seduhan teh hijau dan larutan rata-rata 5,92 sebelum berkumur seduhan teh hijau, namun
listerine terhadap OHI-S pada siswa/i kelas VIII B SMP setelah berkumur dengan seduhan teh hijau ditemukan 13
Swasta Cerdas Bangsa JL. Titi Kuning Namorambe Link. siswa/i dengan rata-rata 0,89 yang memiliki OHI-S
VI Sidorejo Delitua Tahun 2014. kategori baik, 7 siswa/i dengan rata-rata 1,76 memiliki
OHI-S kategori sedang, sedangkan siswa/i yang memiliki
Manfaat Penelitian kriteria buruk tidak ada. Maka rata-rata OHI-S adalah
1. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah sebesar 2,65 yang berarti dalam kategori sedang.
wawasan dan ilmu pengetahuan bagi siswa/i SMP
Swasta Cerdas Bangsa.
33
Rosdiana T. Simaremare, dkk. Efektivitas Kumur dengan Seduhan...
2. Sedang 10 50 2 10 Simpulan
3. Buruk 1 5 0 0 Dari hasil penelitian yang telah dilakukan oleh
Jumlah 20 100 20 100 peneliti maka didapatkan kesimpulan bahwa :
1. Kriteria OHI-S sesudah berkumur dengan seduhan
Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa sebelum teh hijau dan larutan listerine yaitu 2,65 dan 2,17
berkumur dengan larutan listerine 9 siswa/i (45%) yang berarti dalam kategori sedang.
mempunyai kriteria baik, 10 siswa/i (50%) mempunyai
34
Jurnal Ilmiah PANNMED Vol. 9 No.1 Mei - Agustus 2014
2. Berkumur dengan seduhan teh hijau dan larutan setelah makan siang yang tidak memungkinkan bagi
listerine efektif dalam menurunkan OHI-S, hal ini anak sekolah untuk menyikat gigi.
dapat dilihat dari hasil persentase setelah berkumur
dengan seduhan teh hijau dan larutan listerine. DAFTAR PUSTAKA
Setelah berkumur dengan seduhan teh hijau terdapat
13 siswa/i yang mempunyai kategori OHI-S baik Ajisaka, 2012. Teh KhasiatnyaDasyat, Stomata. Surabaya.
(65%), 7 siswa/i yang mempunyai kategori sedang Arikunto, 2006. Prosedur Penelitian, Rineka Cipta.
(35%), dan kategori OHI-S buruk tidak ada (0%). Jakarta.
Sedangkan persentase setelah berkumur dengan Boedihardjo, 1985. Pemeliharaan Kesehatan Gigi
larutan listerine terdapat 18 siswa/i yang Keluarga, Airlangga University Press. Surabaya.
mempunyai kategori OHI-S baik (90%), 2 siswa/i Bastiansyah E., 2008. Panduan Lengkap: Membaca Hasil
yang mempunyai kategori OHI-S sedang (10%), Tes Kesehatan, Penebar Plus. Jakarta.
dan kategori OHI-S buruk tidak ada (0%). Herijulianti, E., Tati S. Indriani., Sri A., 2002. Pendidikan
3. Ada perbedaan antara berkumur dengan seduhan Kesehatan Gigi, EGC. Jakarta.
teh hijau dan larutan listerine terhadap penurunan Kristin Ningrum, E. dan Mey Murti, 2012. Dasyatnya
OHI-S sebesar 0,48. Khasiat Herbal untuk Hidup Sehat, Dunia Sehat.
Jakarta.
Saran Notoatmodjo, S., 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan,
1. Diharapkan kepada pihak sekolah agar lebih Rineka Cipta. Jakarta.
memperhatikan kebersihan gigi dan mulut siswa/i Putri H., Eliza H., dan Neneng N, 2010. Ilmu Pencegahan
SMP Swasta Cerdas Bangsa. Penyakit Jaringan Keras Dan Jaringan
2. Diharapkan kepada siswa/i SMP Swasta Cerdas Pendukung Gigi, EGC. Jakarta.
Bangsa supaya berkumur agar dapat meningkatkan Rahmadhan, A. G., 2010. Serba Serbi Kesehatan Gigi dan
kebersihan gigi dan mulut, seperti berkumur dengan Mulut, Bukune.Jakarta.
seduhan teh hijau atau larutan listerine, terutama Zaluchu, 2011. Praktis Penelitian Kesehatan, Perdana
Publishing. Medan..
35
EFEKTIFITAS MENYIKAT GIGI MENGGUNAKAN SIWAK DALAM
MENURUNKAN INDEKS PLAK PADA SISWA MTs SWASTA
ALWASLIYAH DESA LAMA KECAMATAN PANCUR BATU
DELI SERDANG TAHUN 2014
Abstrak
Siwak berbentuk batang yang diambil dari akar dan ranting tanaman arak (salvadora persica) yang
berdiameter mulai dari 0,1 cm sampai 5 cm. Pohon arak adalah pohon yang kecil seperti belukar dengan
batang yang bercabang-cabang, berdiameter lebih dari 1 kaki, jika kulitnya dikelupas berwarna agak
keputihan dan memilki jutaan serat, yang berguna membersihkan gigi. Jenis penelitian adalah eksperimen
semu (quasi eksperiment) dengan rancangan pre-test dan post-test only group design. Penelitian ini
dilakukan pada Siswa/i MTs Al-Wasliyah Pancur Batu Deli Serdang dengan jumlah populasi 214 orang
dengan pengambilan sampel dilakukan secara acak yaitu berjumlah 40 orang. Hasil yang didapat dalam
penelitian ini menunjukkan bahwa menyikat gigi dengan siwak lebih efektif dalam menurunkan Indeks plak
dibandingkan dengan sikat gigi biasa. Hal ini dapat dilihat dari perbedaan penurunan plak indeks,
penggunaan siwak penurunannya sebesar 1.39. sedangkan sikat gigi penurunan plak indeksnya sebesar 1.31.
Kesimpulan dari penelitian ini yaitu ada perbedaan menyikat gigi dengan siwak dan sikat gigi terhadap
penurunan indeks plak. Menyikat gigi dengan siwak lebih efektif dari pada sikat gigi. Hal ini menunjukkan
bahan tradisional dapat digunakan untuk membersihkan gigi dan mulut.
36
Jurnal Ilmiah PANNMED Vol. 9 No.1 Mei - Agustus 2014
siswa/i MTs Al-Wasliyah Pancur Batu tentang kebersihan O4 = Observasi 1 perlakuan mengukur indeks
gigi dan mulut. plak sesudah menggunakan sikat gigi
X1 = perlakuan menggunakan siwak
Tujuan Penelitian X2 = perlakuan menggunakan sikat gigi
Tujuan Umum
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Populasi dan sampel
efektifitas penggunaan siwak dan sikat gigi dalam Populasi
menurunkan indeks plak pada siswa MTs Alwasliyah Populasi adalah keseluruhan Siswa/i Kelas II
Pancur Batu Medan Tahun 2014. MTs Al-Wasliyah Pancur batu Desa Lama Kecamatan
Pancur batu Medan 214
Tujuan Khusus
1. Untuk mengetahui Indeks Plak rata-rata Sampel
sebelum dan sesudah menyikat gigi dengan Sampel dalam penelitian ini adalah yang
siwak pada MTs Alwasliyah Pancur Batu berjumlah 40 orang, dibagi menjadi 2 kelompok, masing-
Medan Tahun 2014. masing kelompok terdiri dari 20 orang. Kelompok pertama
2. Untuk mengetahui Indeks Plak rata-rata menggunakan siwak, dan kelompok kedua menggunakan
sebelum dan sesudah menyikat gigi dengan sikat gigi biasa.
sikat gigi pada MTs Alwasliyah Pancur Batu
Medan Tahun 2014. Jenis dan cara Pengumpulan Data
Data yang diambil dalam penelitian ini adalah
3. Untuk mengetahui persentase kriteria indeks data primer dan data sekunder dengan melakukan
plak pada MTs Alwasliyah . pemeriksaan langsung pada Siswa/i Kelas II MTs. Al-
Wasliyah Pancur batu Desa Lama Kecamatan
Manfaat Penelitian Pancur batu. Data primer adalah data yang
1. Hasil Penelitian diharapkan dapat menambah diambil langsung peneliti dari pemeriksaan langsung ke
wawasan dan ilmu pengetahuan bagi MTs mulut siswa/i yang menjadi sampel dengan mencatat hasil
Alwasliyah Pancur Batu Medan Tahun 2014 pemeriksaan plak siswa/i. Sedangkan data skunder adalah
tentang Siwak dan sikat gigi data yang diperoleh dari pihak sekolah tentang data jumlah
2. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi siswa/i Kelas II MTs. Al-Wasliyah Pancur Batu Desa
bahan masukan bagi penelitian lain. Lama Kecamatan Pancur batu.
37
Adriana Hamsar, dkk. Efektivitas Menyikat Gigi...
38
Jurnal Ilmiah PANNMED Vol. 9 No.1 Mei - Agustus 2014
itu banyak orang lebih memilih menggunakan sikat gigi 4. Penelitian ini dapat memotivasi kita semua
biasa. dalam menggunakan siwak dan sikat gigi
dalam menjaga kesehatan gigi dan mulut.
SIMPULAN 5. Kepada peneliti yang lain untuk lebih dalam
mengkaji ilmu tentang siwak dan sikat gigi
Dari hasil penelitian yang telah dilakukan oleh dalam penelitian selanjutnya
peneliti maka didapatkan kesimpulan bahwa :
1. Plak Indeks pada sampel sebelum menyikat DAFTAR PUSTAKA
gigi dengan menggunakan siwak sebesar 38.1
dengan rata-rata 1.90 dan sesudah menyikat Admin,. 2009. Gusi merah.
gigi dengan menggunakan siwak sebesar 10.3 <http://gusimerah.blogspot.com/2009/06/kenali-
dengan rata-rata 0.51. manfaat-sehat-siwak-atau-miswak.html].
2. Plak Indeks pada sampel sebelum menyikat Bastomi A., 2011. Selalu belajar untuk bersabar.
gigi dengan menggunakan sikat gigi sebesar <http://abusalma.wordpress.com/2007/01/24/siwak-
37.1 dengan rata-rata 1.95 dan sesudah keajaiban-dalam-sunnah-nabi/
menyikat gigi dengan menggunakan sikat gigi Depkes,. 1995. Pedoman Pelayanan Kesehatan Gigi dan
sebesar 12.2 dengan rata-rata 0.54. Mulut Ibu Hamil, Ibu Menyusui, Balita dan Anak
3. Persentase kriteria plak indeks sebelum Prasekolah Secara Terpadu di RS dan Puskesmas.
menyikat dengan kriteria baik didapat 5 orang Jakarta.
siswa dengan persentase 12.5%, 13 orang Margareta., 2012. 101 Tips Dan terapi alami agar Gigi
siswa dengan kriteria sedang 32.5%, 22 orang Putih dan Sehat. Yogyakarta: pustaka cerdas.
siswa dengan kriteria buruk 55%. Dan sesudah Notoatmodjo., 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan.
menyikat gigi dengan kriteria baik didapat 32 Rineka Cipta. Jakarta.
orang siswa dengan persentase 80%, 8 orang Pintauli., Hamada., 2008. Menuju Gigi dan Mulut Sehat
siswa dengan kriteria sedang 20%, tidak ada Pencegahan dan Pemeliharaan. USU press Medan.
siswa dengan kriteria buruk 0%. Panjaitan M,. 1996. Ilmu Pencegahan Karies Gigi.
4. Siwak lebih efektif dalam menghilangkan plak Sumatera Utara : IKJ press.
dibandingkan dengan sikat gigi biasa. Hal ini Prama PoolExpert,. 2009. 7 Khasiat Penting Menyikat Gigi
dapat dilihat dari perbedaan penurunan plak dengan Siwak atau Miswak .
indeks setelah melakukan penggunaan siwak <http://sunahsiwak.blogspot.com/2009/09/7-
lebih besar penurunannya sebesar 1.39. khasiat-penting-menyikat-gigi-dengan.html].
sedangkan penurunan plak indeks sebesar Roeslan, B.O., 2002. Imunologi Oral Kelainan di dalam
1.31. Rongga Mulut. FKUI. Jakarta.
Salma A,. 2005. Keajaiban Dalam Sunnah Nabi.
SARAN <http://abusalma.wordpress.com/2007/01/24/siwak-
atau-miswak-merupakan.html].
Dengan selesainya penelitian ini, diharapkan : Sofyan Ali,. 2010. Keutamaan Menggunakan Siwak
1. Kepada siswa/i MTs Al-Wasliyah Pancur Batu Dibanding Sikat Gigi. <mujahiddin-
Medan supaya menambah wawasan dan ilmu Salma A,. 2005. Keajaiban Dalam Sunnah Nabi.
pengetahuan dalam menjaga kesehatan gigi <http://abusalma.wordpress.com/2007/01/24/siwak-
dan mulut. atau-miswak-merupakan.html]
2. Kepada orang tua dan guru murid agar Wikipedia,. 2009. Siwak.
memberikan perhatian lebih dan mendidik <http://id.wikipedia.org/wiki/Siwak].
anak dalam memelihara kesehatan gigi dan Wikipedia,. 2007. Sikat Gigi.
mulut serta meningkatkan penyuluhan tentang <http://id.wikipedia.org/wiki/Sikat_gigi
kesehatan gigi dan mulut melalui program Wikipedia,. 2009. Siwak.
UKGS. <http://id.wikipedia.org/wiki/Siwak].
3. Untuk tetap menjaga kebersihan gigi dan Wikipedia,. 2007. Sikat Gigi.
mulut dengan cara menyikat gigi minimal 2x <http://id.wikipedia.org/wiki/Sikat_gigi
sehari, pagi setelah makan dan malam
sebelum tidur serta perhatikan juga teknik,
frekuensi dan waktu menyikat gigi.
39
SKRINING FITOKIMIA DAN UJI KEMAMPUAN SEBAGAI
ANTIOKSIDAN DARI DAUN JAMBU BIJI (Psidium guajava. L)
Tri Bintarti
Jurusan Farmasi Politeknik Kesehatan Medan
Abstrak
Radikal bebas merupakan molekul yang mempunyai elektron bebas, sangat mengganggu kesehatan. Salah
satu upaya penanggulangannya dengan antioksidan. Berbagai antioksidan sintetis telah digunakan misalnya
butilhidroksi toluen dan butilhidroksi anisol, namun menimbulkan efek samping yang merugikan kesehatan.
Secara alamiah di dalam tubuh terdapat antioksidan yaitu superoksida dismutase, glutatin dan katalase,
tetapi tergantung pada asupan makanan terutama mengandung fenolik dan flavonoid. Secara trdisional daun
jambu biji digunakan untuk mengobati diare, disentri, menurunkan kolesterol, haid tidak teratur, luka, dan
sariawan. Dilihat dari berbagai khasiat ini kemungkinan daun jambu biji mengandung senyawa kimia yang
berpotensial sebagai antioksidan, terutama senyawa fenolik, maka penulis menguji kemampuan daun jambu
biji sebagai antioksidan. Daun jambu biji disiapkan menjadi ekstrak etanol, difraksinasi dengan n-heksan, etil
asetat dan air, dilakukan skrining fitokimia terhadap ekstrak etanol dan masing-masing fraksi. Pengujian
antioksidan dilakukan dengan metode Radical Scavenger menggunakan 1,1-diphenyl-2-picrylhydrazyl. Hasil
pengujian menunjukkan ekstrak etanol mengandung alkaloid, tannin, flavonoi, steroid, saponin, dan
glikosida. fraksi n-heksan mengandung alkaloid dan glikosida. fraksi etil asetat mengandung tanin. fraksi air
mengandung tannin dan glikosida. Sebagai antioksidan ekstrak etanol dan fraksi air berkategori kuat dengan
IC50 etanol =42,06µg/ml, fraksi air = 49,41µg/ml, fraksi n-heksan dan etil asetat berkategori sedang dengan
IC50 fraksi n-heksan = 58,15µg/ml, fraksi etil asetat =51,60µg/ml.
40
Jurnal Ilmiah PANNMED Vol. 9 No.1 Mei - Agustus 2014
berbagai penyakit yaitu diare akut dan kronis, disentri, hidroksi anisol (BHA), butyl hidroksi toluene (BHT),
perut kembung pada bayi dan anak, kadar kolesterol darah terbutil hidroksi quinon (TBHQ), propil galat (PG) dan
meninggi, haid tidak teratur, sering buang air kecil nordihidroguairatic acid (NDGA).
(anyang-anyangan), luka, dan sariawan. Dilihat dari
berbagai khasiat ini besar kemungkinan daun jambu biji 2.1.1 Penentuan aktifitas antioksidan
mengandung berbagai bahan kimia terutama yang Bermacam-macam metode telah digunakan
mempunyai gugus fenolik yang sangat berpotensial untuk memantau dan membandingkan aktifitas antioksidan
sebagai antioksidan (Dalimartha 2006). pada makanan. Pada beberapa tahun belakangan ini,
Sebuah metode yang cepat, sederhana dan mudah pengujian absorbansi oksigen radikal telah digunakan
untuk mengukur aktifitas antioksidan adalah dengan untuk mengevaluasi aktifitas antioksidan pada makanan,
metode peredaman radikal bebas (Radical Scavenger) serum dan cairan biologi lain. Metode analisa ini
menggunakan 1,1-diphenyl-2-picrylhydrazyl (DPPH) mengukur aktifitas dari antioksidan dalam melawan radikal
sebagai radikal bebas. Metode ini telah digunakan luas bebas seperti 1,1-diphenyl-2-picrylhydrazyl (DPPH)
untuk menguji kemampuan sebagai antioksidan dari suatu radikal, anion superoksida radikal (O2), hidroksiradikal
senyawa atau komponen dari berbagai sampel berbentuk (OH) atau peroksiradikal (ROO). (Darmawan, 2004).
padat atau cair (Darmawan, 2004). Sebuah metode yang cepat, sederhana dan mudah
Berdasarkan hal di atas maka peneliti tertarik untuk untuk mengukur kapasitas antioksidan dari makanan
melakukan skrining fitokimia dan pengujian aktivitas menggunakan radikal bebas 1,1-diphenyl-2-picrylhydrazyl
antioksidan dari ekstrak etanol dan fraksi n-heksan, etil (DPPH). DPPH berwarna ungu menyerap kuat pada
asetat, dan air dari daun jambu biji (Psidium guajava L.). panjang gelombang 515 nm. digunakan luas untuk menguji
Pengujian antioksidan dilakukan dengan metode kemampuan aktifitas antioksidan dari makanan, dapat
peredaman radikal bebas (Radical Scavenger) digunakan untuk sampel padat atau cair (Darmawan,
menggunakan 1,1-diphenyl-2-picrylhydrazyl (DPPH). 2004).
41
Tri Bintarti Skrining Fitokimia dan Uji...
perambatan atau terbentuknya radikal baru (propagasi) dan 3.3.3 Pengukuran absorbansi DPPH setelah
tahap terakhir (terminasi) adalah pemusnahan atau penambahan sampel
pengubahan menjadi senyawa stabil dan tak reaktif Disiapkan larutan uji (ekstrak etanol daun jambu
(Saurisari, 2006). biji dan hasil fraksinya dengan berbagai bahan penyari)
Radikal bebas ini dapat diatasi dengan cara masing-masing konsentrasi 4 µg/ml, 8 µg/ml, 12 µg/ml
mencegah masukknya radikal dan 16 µg/ml di labu tentukur 25 ml. ditambahkan 4 ml
bebas ke dalam tubuh misalnya menghindari paparan larutan DPPH (1.1-diphenyl-2-picrylhydrazyl) 40 µg/ml,
dengan sinar UVB berlebihan yaitu menggunakan tabir lalu volumenya dicukupkan dengan metanol hingga garis
surya, mengatur pola makan yang baik (tidak tanda. Kemudian diukur absorbansinya dengan
berlebihan), menghindari komsumsi bahan tambahan spektrofotometer visible pada panjang gelombang 516 nm
makanan seperti bahan pengawet, pewarna, pemanis mulai dari 5 menit setelah penambahan DPPH dengan
buatan, menghindari dari stres, rokok, minum interval waktu 5 menit sampai 30 menit. Kemampuan
beralkohol, polusi udara dan juga menjaga agar tidak bahan uji sebagai antioksidan dihitung berdasakan
melakukan olahraga berlebihan. Disamping itu dengan penurunan serapan larutan DPPH akibat adanya
menggunakan antioksidan (Kosasih, 2005). penambahan bahan uji. Nilai serapan larutan DPPH
sebelum dan sesudah penambahan bahan uji dihitung
3. METODE PENELITIAN sebagi persen inhibisi (% inhibisi) dengan rumus sebagai
Akontrol − Asampel
3.1 Bahan –bahan dan Alat-alat berikut : % inhibisi = × 100
3.1.1 Bahan –bahan Akontrol
Bahan kimia yang digunakan berkualitas Keterangan :
proanalisa (p.a) kecuali dinyatakan lain adalah produksi E- Akontrol = Absorbansi DPPH tidak mengandung sampel.
Merck yaitu : asam sulfat pekat, asam klorida pekat, etil Asampel = Absorbansi DPPH mengandung sampel.
asetat, besi (III) klorida, metanol, natrium hidroksida, Selanjutnya dilakukan perhitungan persamaan
serbuk magnesium, serbuk seng, netanol, n-heksana, etil garis regresi dengan konsentrasi sampel (µg/ml) sebagai
asetat, dan berkualitas pro analisa produksi Sigma: 1.1- absis (sumbu X) dan nilai inhibisi sebagai ordinatnya
diphenyl-2-pycrylhydrazyl (DPPH), air suling (sumbu Y). selanjutnya kemampuan bahan uji sebagai
(Laboratorium Kesehatan Daerah Medan). antioksidan dengan diperhitungkan dengan harga Inhibitor
Concentration 50% (IC50) menggunakan rumus :
3.1.2 Alat-alat 50 = ax + b
Alat-alat yang digunakan adalah alat-alat gelas Keterangan : a = Absortifitas
laboratorium, blender (National), freeze dryer (Modulyo, b = Tebal kuvet
Edward, serial No.398), neraca kasar (Ohaus), neraca x = Konsentrasi
listrik (Vibra), spektrofotometer visibel (Shimadzu).
4. HASIL PENELITIAN
3.2 Tahapan kerja :
Tahapan kerja yang dilakukan : pengumpulan, dan 4.1 Hasil Skrining Fitokimia
pengolahan sampel, pembuatan ekstrak dengan cara Hasil Skrining fitokimia ditunjukkan pada Tabel 1:
perkolasi diikuti dengan fraksinasi menggunakan n-heksan Tabel 1 : Hasil skrining fitokimia kimia
+ air dan etil asetat, identifikasi senyawa kimia golongan
alkaloid, flavanoid, glikosida, tannin, saponin, Alkaloi
Tanin
Flavonoi Steroida/
Saponin
Glikos i
steroid/triterpenoid dari ekstrak etanol, fraksi n-heksan, da da Triterpenoid da
fraksi rtil asetat, dan fraksi air, serta pengujian aktifitas 1 Daun segar (+) (+) (+) (+) (+) (+)
antioksidan dengan metode Radical Scavenger, 2 Simplisia kering (+) (+) (+) (+) (+) (+)
3 Ekstrak Etanol (+) (+) (+) (+) (+) (+)
3.3 Pengujian Aktifitas Antioksidan 4 Fraksin-Heksan (+) (-) (-) (+) (-) (+)
3.3.1 Penetapan panjang gelombang 5 Fraksi Etil Asetat (+) (+) (-) (+) (-) (-)
Disiapkan larutan konsentrasi 40 µg/ml, lalu 6 Fraksi Air (-) (+) (-) (-) (-) (+)
diukur absorbansinya pada panjang gelombang 400-800
nm, sehingga diperoleh absorbansi maksimum sebagai 4.2 Hasil Uji Aktifitas Antioksidan
panjang gelombang. Hasil pengukuran absorbansi rata-rata dari ekstrak
etanol dan fraksinasi dengan berbagai penyari daun jambu
3.3.2 Pengukuran absorbansi DPPH tanpa sampel biji ditunjukkan pada Tabel 2 dan Gambar 1:
(blanko)
Larutan DPPH konsentrasi 40 µg/ml, diukur
absorbansinya dengan spektrofotometer visible pada
panjang gelombang 516 nm dengan selang waktu 5 menit
sampai 30 menit sehingga diperoleh berbagai harga
absorbansi.
42
Jurnal Ilmiah PANNMED Vol. 9 No.1 Mei - Agustus 2014
Tabel 2. Absorbansi dari ekstrak etanol dan berbagai fraksi Tabel 2 dan Gambar1 menunjukkan terjadinya
daun jambu biji penurunan absorbansi dari DPPH yang telah ditambah
Ekstrak/ Konsentrasi Absorbansi blanko dan bahan uji dengan berbagai konsentrasi
bahan uji, semakin besar konsentrasi bahan uji yang
No ditambahkan dan semakin lama waktu waktu pengukuran,
fraksi (µg/ml) 5 menit 10 menit 15 menit 20 menit 25 menit 30 menit
Blanko 0.7294 0.7325 0.7339 0.7357 0.7377 0.74 penurunan absorbansi-nya semakin besar, sedangkan pada
1 Ekstrak 4 0.6326 0.6316 0.6306 0.6295 0.6285 0.6274 DPPH sendiri tanpa penambahan bahan uji sampai 30
etanol 8 0.618 0.6167 0.6157 0.6147 0.6139 0.6129 menit pengukuran absorbansi-nya semakin bertambah,
12 0.6095 0.6088 0.6081 0.6073 0.6065 0.6055 terlihat perbedaan laju penurunan absorbansi pada setiap
16 0.7294 0.7325 0.7339 0.7357 0.7377 0.74 bahan uji. Ini dapat dihubungkan dengan hasil pengujian
Fraksi 4 0.6626 0.6616 0.6606 0.6595 0.6585 0.6574 skrining fitokimia terdapat perbedaan golongan senyawa
n-heksan 8 0.648 0.6467 0.6457 0.6447 0.6439 0.6429 yang terkandung di dalam masing-masing ekstrak dan
2
12 0.6395 0.6388 0.6381 0.6373 0.6365 0.6355 fraksi, walaupun secara pasti jenis senyawa kimia apa saja
16 0.6285 0.6278 0.6271 0.6264 0.6255 0.6247 yang mempunyai aktifitas sebagai antioksidan yang
3 Fraksi 4 0.6576 0.6566 0.6556 0.6545 0.6535 0.6524 terkaandung di dalam daun jambu biji ini belum diketahui
etil asetat 8 0.643 0.6417 0.6407 0.6397 0.6389 0.6379 secara pasti. Selanjutnya untuk mengetahui berapa besar
12 0.6345 0.6338 0.6331 0.6323 0.6315 0.6305 kemampuan aktifitas dari setiap bahan uji sebagai
16 0.6235 0.6228 0.6221 0.6214 0.6205 0.6197 antioksidan dapat dilakukan dengan perhitungan harga IC-
4 Fraksi air 4 0.6526 0.6516 0.6506 0.6495 0.6485 0.6474 50 Hasilnya dapat dilihat pada Tabel 3 dan Gambar 2.
8 0.638 0.6367 0.6357 0.6347 0.6339 0.6329
12 0.6295 0.6288 0.6281 0.6273 0.6265 0.6255 Tabel 3. Persen inhibisi dan hasil perhitungan harga IC50
16 0.6185 0.6178 0.6171 0.6164 0.6155 0.6147 Konsen
Ekstrak/ Persen inhibisi dari bahan uji dengan berbagai konsentrasi
trasi IC 50
fraksi
5. PEMBAHASAN (µg/ml) 5 menit 10 menit 15 menit 20 menit 25 menit 30 menit
4 13.27 13.77 14.08 14.44 14.81 15.21 42,06
Ekstrak 8 15.27 15.81 16.11 16.79 16.79 17.17
Hasil skrining fitokimia menunjukkan bahwa
etanol 12 16.44 16.89 17.15 17.46 17.8 18.18
ekstrak etanol, mengandung alkaloid, tannin, flavonoida,
16 17.95 18.38 18.64 18.94 19.28 19.63
steroida, saponin, dan glikosida, berarti sangat berpotensial
Fraksi 4 8.06 8.58 8.9 9.27 9.66 10.08 58,15
sebagai antioksidan Fraksi n-heksan tidak positif adanya
n-heksan 8 10.06 10.62 10.93 11.64 11.64 12.04
tanin dan flvonoid, namun masih ada kemungkinan 12 11.23 11.7 11.97 12.29 12.64 13.04
mempunyai aktifitas sebagai antioksidan karena 16 12.74 13.2 13.47 13.77 14.13 14.5
kemungkinan pada golongan alkaloid dan glikosida Fraksi 4 9.84 10.36 10.67 11.04 11.42 11.83 51,60
mempunyai gugus fenol walaupun tidak sebesar senyawa etil asetat 8 11.84 12.4 12.7 13.4 13.4 13.79
polifenol seperti tannin dan flavonoid. Fraksi etil asetat, 12 13.01 13.47 13.74 14.06 14.41 14.8
dan fraksi air mengandung senyawa tanin, yang 16 14.52 14.97 15.24 15.54 15.89 16.25
berpotensial sebagai antioksidan, selain itu pada fraksi air 4 10.53 11.04 11.35 11.72 12.1 12.51
terlihat adanya glikosida, juga kemungkinan mempunyai 8 12.53 13.08 13.38 14.08 14.08 14.47
Fraksi air
aktifitas antioksidan 12 13.7 14.15 14.42 14.74 15.08 15.48
16 15.2 15.65 15.92 16.22 16.57 16.93 49,41
43
Tri Bintarti Skrining Fitokimia dan Uji...
44
PERANAN PENYULUHAN KESEHATAN GIGI DAN MULUT
TERHADAP PENINGKATAN KEBERSIHAN GIGI DAN MULUT
SISWA-SISWI KELAS VII-1 SMP N 31 MEDAN
KECAMATAN MEDAN TUNTUNGAN TAHUN 2014
Abstrak
Anak usia sekolah merupakan kelompok yang rentan terhadap penyakit gigi dan mulut, seperti masalah gigi
berlubang, bau mulut, karang gigi dan pola makan yang dapat mempengaruhi kesehatan gigi dan mulut.
Oleh karena itu anak sekolah perlu mendapat perhatian khusus dalam hal peningkatan derajat kesehatan gigi
dan mulut yang optimal. Upaya yang dapat dilakukan untuk meningkatkan derajat kesehatan gigi salah
satunya adalah dengan memberikan pendidikan kesehatan gigi melalui penyuluhan. Penelitian ini bersifat
diskriptif dengan menggunakan pretest-posttest design dengan memberikan perlakuan berupa penyuluhan
kesehatan gigi dan mulut dengan metode ceramah dan demonstrasi yang bertujuan untuk mengetahui
peranan penyuluhan kesehatan gigi terhadap peningkatan kebersihan gigi dan mulut siswa. Penelitian ini
merupakan penelitian populasi yang dilakukan pada siswa-siswi kelas VII-1 SMP N 31 Medan Kecamatan
Medan Tuntungan dengan jumlah responden 40 orang. Penelitian dilakukan dengan cara pemeriksaan
langsung dan diperoleh hasil bahwa penyuluhan sangat berperan penting dalam meningkatkan kebersihan
gigi dan mulut. Hal ini dapat dilihat dari adanya perbedaan yang nyata pada rata-rata OHI-S siswa sebelum
dan sesudah penyuluhan. Oral Hygiene Index Simplified (OHI-S) siswa-siswi sebelum penyuluhan 3.37
dengan kriteria buruk dan setelah penyuluhan menjadi 2.05 dengan kriteria sedang. Persentase OHI-S
sebelum penyuluhan dengan kriteria buruk yaitu 60% sesudah penyuluhan menjadi 7,5%, dengan kriteria
sedang yaitu 30% menjadi 75% dan tidak dijumpai (0%) siswa dengan angka OHI-S dalam kriteria baik
sebelum penyuluhan, namun setelah penyuluhan meningkat menjadi 17,5%. Dari hasil penelitian tersebut
menunjukkan bahwa penyuluhan kesehatan gigi dan mulut sangat berperan penting dalam meningkatkan
kebersihan gigi dan mulut.
45
Jurnal Ilmiah PANNMED Vol. 9 No.1 Mei - Agustus 2014
46
Nelly Katharina Manurung Peranan Penyuluhan Kesehatan...
47
Jurnal Ilmiah PANNMED Vol. 9 No.1 Mei - Agustus 2014
sela gigi. Sisa makanan akan membusuk dan berubah dengan tingkat kebersihan mulut yang baik
menjadi sarang kuman sehingga bila mengabaikan meningkat menjadi 7 orang (17,5%).
kebersihan gigi dan mulut pada akhirnya akan membuat 2. Rata-rata OHI-S menjadi lebih baik dilihat dari
gigi mudah berlubang dan keropos. angka OHI-S rata-rata sebelum penyuluhan 3.37
Calculus Index rata-rata sebelum penyuluhan dan sesudah penyuluhan menjadi 2.05.
yaitu sebesar 1,28 dengan kriteria sedang dan sesudah
penyuluhan menjadi 1,08. Ini disebabkan karena sisa Saran
makanan dan bakteri mudah menempel dan berkembang Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan
biak pada permukaan yang kasar karena adanya calculus, diharapkan kepada:
sehingga apabila calculus tidak dibersihkan akan 1. Pihak SMP N 31 Medan Kecamatan Medan
menimbulkan penyakit gigi dan mulut. Menurut Nio Tuntungan bekerja sama dengan puskesmas
(1989), karang gigi juga tempat yang baik untuk setempat untuk dapat memberikan penyuluhan
pertumbuhan plak. Karang gigi yang tidak dibersihkan kesehatan gigi dan mulut secara berkala sehingga
akan mengakibatkan gingivitis, bau mulut, karies gigi dan siswa mampu memelihara kebersihan gigi dan
gigi goyang. Wahit,dkk, 2006, menyatakan pendidikan mulut secara optimal.
kesehatan adalah proses perubahan perilaku yang dinamis 2. Siswa-siswi SMP N 31 Medan Kecamatan Medan
dan perubahan tersebut bukan sekedar proses transfer Tuntungan untuk meningkatkan kesehatan gigi dan
materi/teori dari seseorang ke orang lain dan bukan pula mulut yaitu dengan cara menyikat gigi minimal 2
seperangkat prosedur, akan tetapi perubahan tersebut kali sehari yaitu pagi sesudah makan dan malam
terjadi karena adanya kesadaran dari dalam diri individu, sebelum tidur dan melakukan pemeriksaan
kelompok atau masyarakat. kesehatan gigi secara berkala minimal 6 bulan
OHI-S rata-rata sebelum penyuluhan sebesar 3,37 sekali.
dengan kriteria buruk, sesudah penyuluhan menjadi 2,05
dengan kriteria sedang. Hal ini disebabkan karena DAFTAR PUSTAKA
penyuluhan yang diberikan hanya pada saat penelitian
berlangsung. Apabila penyuluhan diberikan secara Arikunto, S., 2002. Prosedur Penelitian. Rineka Cipta,
berkesinambungan dan pihak sekolah juga mendukung Jakarta.
tindakan pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut siswa, Astoeti, 2006. Pendidikan Kesehatan Gigi di Sekolah.
diharapkan rata-rata OHI-S dengan kriteria baik akan lebih EGC. Jakarta.
meningkat. Kurangnya perhatian siswa untuk menjaga Boediharto, 1998. Pendidikan Kesehatan Gigi. FKG, UI.
kesehatan gigi dan mulutnya dapat menyebabkan tingkat Jakarta.
kebersihan gigi dan mulut semakin buruk dan dapat ,1985. Pemeliharaan Kesehatan Bagi Keluarga.
merusak gigi. Menurut Lena (2011), pemeliharaan Airlangga University Press. Jakarta.
kesehatan gigi dan mulut dengan cara menyikat gigi Effendy, Nasrul, 1998. Dasar-Dasar Keperawatan
berperan sangat besar, karena dapat mencegah Kesehatan Masyarakat. EGC. Jakarta.
penumpukan plak dan menimbulkan kerusakan jaringan Gent, B. Van, 2000. Andragologie En Voorlichting.
penyangga gigi. Proefschrift, Boom. Meppel.
Herijulianti, E, 2001, menyatakan bahwa tujuan Herijulianti, S., Tati Svasti Indriani, Sri Artini. Pendidikan
penyuluhan dalam jangka pendek adalah tercapainya Kesehatan Gigi. EGC,
perubahan pengetahuan masyarakat. Tujuan jangka Jakarta. 2001
menengah adalah untuk meningkatkan pengertian sikap Green, Lawrence, 1980. Health Education Planning, A
dan keterampilan yang akan mengubah perilaku seseorang Diagnostic Approach. The John Hopkins Univercity,
kearah perilaku sehat. Tujuan jangka panjang adalah agar Mayfielt Publishing Co.
masyarakat dapat menjalankan perilaku sehat dalam PDK Direktorat PLS, Pemuda dan OR. Balai
kehidupannya sehari-hari. Pengembangan Kegiatan, Lembang, Metode
Ceramah. Bandung. 1988.
SIMPULAN DAN SARAN Nasution, S. Berbagi Pendekatan Dalam Proses Belajar
Mengajar, Bandung. Bina Aksara.
Simpulan Notoatmodjo, Soekidjo. Promosi Kesehatan dan Ilmu
Berdasarkan hasil penelitian mengenai Peranan Perilaku, Rineka Cipta, Jakarta. 2007.
Penyuluhan Kesehatan Gigi dan Mulut Terhadap Putri, H. M.,E. Herijulianti dan N Nurjanah, 2010. Ilmu
Peningkatan Kebersihan Gigi dan Mulut Siswa-siswi Kelas Pencegahan Penyakit Jaringan Keras dan Jaringan
VII-1 SMP N 31 Medan Kecamatan Medan Tuntungan Pendukung Gigi, EGC. Jakarta.
Tahun 2014, dapat disimpulkan bahwa penyuluhan sangat Ramadhan, A.G., 2010, Serba-Serbi Kesehatan Gigi dan
berperan penting dalam meningkatkan kebersihan gigi dan Mulut, Bukune. Jakarta.
mulut siswa kelas VII-1. Hal tersebut dapat diuraikan Rouwenhorst, W. Leren Gezond Te Ujn, 2002, Proefchrift,
sebagai berikut: Walters Nuordhoof, B. V, Bronifigen.
1. OHI-S menjadi lebih baik yang dapat dilihat dari Setiana, L., 2005. Teknik Penyusunan Pemberdayaan
tidak adanya siswa yang memiliki tingkat Masyarakat.
kebersihan gigi dan mulut yang baik sebelum Wahit, dkk, 2007. Promosi Kesehatan, Graha Ilmu.
penyuluhan, namun setelah penyuluhan siswa Yogyakarta.
48
Jurnal Ilmiah PANNMED Vol. 9 No.1 Mei - Agustus 2014
Abstract
The lack of information received by adolescents about reproductive health and lack of knowledge causes an
effect on adolescent attitudes toward sexual behavior. Destination of the research for factors associated with
adolescent attitudes toward class xi premarital sexual relations (intercourse) Medan of Dharma Bakti Senior
High School year 2014. The role of parents also influence adolescent attitudes toward premarital sexual
relations. Additionally teenagers often receive information about sex instead of one source, even misleading,
for example, of the mass media that actually abused by teens. This research is analytic approach to cross-
sectional design with a sample size of 60 respondents. Data were analyzed using univariate and bivariate
Chi-Square test. The analysis showed that factors associated with adolescent attitudes toward premarital
sexual intercourse in high school is Dharma Bakti field of reproductive health knowledge p value = 0,005
(<0,05), the role of parents p value = 0,001 (<0,05), the role of the mass media p value = 0,010 (<0,05). It is
expected that the school can make this research as a guide to improve the provision of information or
education about reproductive health especially about sex education for adolescent in school.
49
Jurnal Ilmiah PANNMED Vol. 9 No.1 Mei - Agustus 2014
50
Hanna Sriyanti Saragih, dkk. Faktor-Faktor yang Berhubungan...
51
Jurnal Ilmiah PANNMED Vol. 9 No.1 Mei - Agustus 2014
52
Hanna Sriyanti Saragih, dkk. Faktor-Faktor yang Berhubungan...
karena ia tahu bahwa berhubungan seksual pranikah cukup informasi untuk menjawab berbagai pertanyaan
(intercourse) dapat menyebabkan kehamilan yang tidak seputar seks (Gilli, 2010).
di inginkan dan penyakit seksual termasuk HIV/AIDS. Menurut asumsi penulis berdasarkan hasil
Menurut asumsi penulis berdasarkan hasil penelitian ini menunjukkan bahwa peran orang tua
penelitian ini menunjukkan bahwa tingkat pengetahuan sangat penting dan berpengaruh dalam penentuan sikap
sangat berpengaruh dalam penentuan sikap remaja remaja terhadap hubungan seksual pranikah
terhadap hubungan seksual pranikah (intercourse). Hal (intercourse). Peran orang tua dalam memberikan
ini disebabkan karena kurangnya pengetahuan remaja pengetahuan tentang seksual dan perhatian orang tua
mengenai kesehatan reproduksi menyebabkan remaja terhadap pergaulan remaja sangat dibutuhkan agar
tidak mengetahui dampak dari hubungan seksual perilaku seksual remaja tidak terjadi. Peran orang tua
pranikah. Maka itu diperlukan pembekalan mengenai dalam mendidik anak sangat menentukan pembentukan
pengetahuan kesehatan reproduksi dan seksual, karakter dan perkembangan kepribadian anak.
yang merupakan dasar bagi remaja agar perilaku remaja Selanjutnya hubungan komunikasi yang baik antara
tidak menyimpang, khususnya terhadap perilaku orang tua dan anak akan menciptakan saling
hubungan seksual pranikah (intercourse). memahami. Maka itu diperlukan komunikasi yang
sesering mungkin antara orang tua dan anak terutama
dalam membahas masalah-masalah kesehatan
2. Hubungan Peran Orang Tua Dengan Sikap reproduksi saat anak memasuki usia remaja.
Remaja Terhadap Hubungan Seksual Pranikah
(Intercourse) 3. Hubungan Media Massa Dengan Sikap Remaja
Berdasarkan penelitian diketahui bahwa peran Terhadap Hubungan Seksual Pranikah
orang tua responden yang mendukung terhadap (Intercourse)
pemberian informasi tentang seksual pranikah Berdasarkan penelitian diketahui bahwa peran
sebanyak 43 responden (71,67%), sedangkan yang media massa yang memengaruhi responden terhadap
tidak mendukung sebanyak 17 responden (28,33%). hubungan seksual pranikah (intercourse) sebanyak 20
Berdasarkan hasil dari analisis statistik uji chi- responden (33,33%) dan yang tidak berpengaruh
square bahwa peran orang tua pada angka signifikan p sebanyak 40 responden (66,67%).
value = 0,001 (<0,05). Hal ini menunjukkan adanya Hasil uji statistik chi-square menunjukkan
hubungan peran orang tua dengan sikap remaja bahwa peran media massa pada angka p value = 0,010
terhadap hubungan seksual pranikah (intercourse). (<0,05), yang artinya ada hubungan yang signifikan
Dengan demikian hasil penelitian ini sejalan antara peran media massa dengan sikap remaja
dengan penelitian Tut Wuri Prihatin (2007) ada terhadap hubungan seksual pranikah (intercourse).
kecenderungan bahwa siswa yang tidak mendapat Dengan demikian penelitian ini sesuai dengan
dukungan atau perhatian tentang kesehatan reproduksi yang dilakukan oleh Sarma Eko Natalia (2012) bahwa
dari orang tua akan cenderung bersikap mendukung ada hubungan antara media massa dengan seks
terhadap hubungan seksual pranikah (intercourse). pranikah. Hal ini disebabkan oleh pengaruh media
Penelitian lain yang dilakukan oleh massa yang sering diadopsi remaja dalam kehidupan
Soetjiningsih (2008) yang meneliti tentang faktor- sehari-hari. Media yang dapat berperan dalam
faktor yang memengaruhi perilaku seksual pranikah mentransformasikan perubahan nilai seksualitas yaitu
pada remaja menunjukkan bahwa hubungan orang tua dari hiburan program televisi yang menampilkan
dan remaja mempunyai pengaruh besar terhadap tayangan pornografi dan pendidikan seks yang yang
perilaku remaja. Makin baik hubungan orang tua kurang tepat. Dari hasil observasi yang dilakukannya,
dengan remaja makin rendah perilaku seksual pranikah remaja yang menonton film berkebudayaan barat
remaja. membuat mereka menjadikan seks itu menyenangkan.
Hal ini sesuai dengan pendapat Sarwono Penelitian ini juga mendukung dalam
(2012) bahwa seks pranikah terakhir ini disebabkan Penelitian Tut Wuri (2007) bahwa ada hubungan yang
karena orang tua tabu membicarakan seks dengan signifikan antara peran media massa yang disampaikan
anaknya dan hubungan antara orang tua dengan anak secara terbuka dalam bentuk pesan sederhana sampai
sudah terlanjur jauh sehingga anak berpaling sumber- yang sangat kompleks akan menambah pengetahuan
sumber lain yang tidak akurat. seseorang, serta akan memengaruhi seseorang dalam
Idealnya pendidikan seks merupakan bagian bersikap untuk mengambil keputusan dan bertindak
proses belajar keseluruhan. Orang tua sebaiknya tidak dengan cara positif. Hal tersebut berhubungan dengan
menjelaskan seks sebagai topik formal yang dibahas sikap remaja terhadap hubungan seksual pranikah
saat seorang anak menginjak usia tertentu, tetapi (intercourse).
sebaiknya menjadi bagian keseharian. Beberapa orang Seks pranikah dipengaruhi oleh informasi yang
tua merasa bahwa mereka bukan orang yang tepat semakin mudah diakses dari media massa cetak dan
untuk memberikan pendidikan seks dengan sejumlah elektronik serta kondisi yang semakin permisif untuk
alasan. Beberapa diantara mereka merasa malu dan melakukan seks pranikah seiring dengan norma yang
menganggap mereka kurang mampu dan tidak memiliki semakin lemah pada masyarakat (Sri Handayani, 2009).
53
Jurnal Ilmiah PANNMED Vol. 9 No.1 Mei - Agustus 2014
Hal ini juga dipengaruhi oleh anggapan menunjukkan bahwa peran media massa pada
masyarakat, khususnya orang tua yang masih angka signifikan p value = 0,010 (<0,05),
menganggap tabu untuk membicarakan masalah dengan demikian tidak terdapat kesenjangan
seksualitas. Ironisnya di sisi lain remaja tidak antara hasil penelitian dengan teori.
menerima pendidikan kesehatan seksual yang benar dan
bertanggung jawab. Mereka menerima informasi tentang 2. Saran
seks justru dari sumber yang salah, bahkan menyesatkan, Bardasarkan hasil dan kesimpulan dari data
misalnya dari cerita teman, video porno, tayangan yang diperoleh, saran yang dapat penulis sampaikan
televisi dan film. Remaja dengan permasalahannya justru dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
menghadapi masalah ketika membutuhkan informasi a. Diharapkan kepada pihak sekolah dapat
dan pelayanan tentang kesehatan reproduksi (Rahayu, menjadikan penelitian ini sebagai pedoman untuk
2013). meningkatkan pemberian ataupun pendidikan
Menurut asumsi penulis berdasarkan hasil mengenai informasi kesehatan reproduksi
penelitian ini menunjukkan bahwa peran media massa khususnya tentang sex education bagi remaja di
sangat berpengaruh terhadap sikap remaja terhadap sekolah. Misalnya melalui metode peer education
hubungan seksual pranikah (intercourse). Dari hasil yang bersifat youth freendly (ramah terhadap
penelitian menunjukkan bahwa semakin sering remaja remaja), artinya tidak hanya memberi materi
berhubungan dengan media massa atau mencari melalui proses belajar mengajar di kelas, tetapi
informasi tentang seksual melalui media, semakin dikembangkan dengan metode lain seperti
cenderung remaja melakukan hubungan seksual pemasangan mading, kesenian sekolah atau drama
pranikah (intercourse). Keterpaparan remaja terhadap teater, dan lain – lain, yang memuat materi dasar
pornografi dalam bentuk bacaan berupa buku porno, kesehatan reproduksi yang proporsional yang
melalui film porno semakin meningkat. Sementara mencangkup pemahaman remaja tentang
konsultasi seks yang diberikan melalui media cetak dan perubahan fisik anak laki – laki dan perempuan
elektronik yang disebut sebagai pendidikan seks, saat menjadi remaja, mengenal masa subur,
penayangan film tertentu di televisi sering terjadinya proses kehamilan, metode kontrasepsi
menyebabkan salah persepsi/ pemahaman yang kurang KB, pencegahan penyakit menular seksual,
tepat terhadap kesehatan reproduksi sehingga remaja perilaku seksual yang sehat dan bertanggung
mencontoh perilaku seksual dari media yang mereka jawab, serta akibat dari kehamilan tak dikehendaki.
terima. b. Diharapkan kepada remaja khususnya siswa kelas
XI SMA Dharma Bakti Meda tahun 2014 agar
KESIMPULAN DAN SARAN lebih memperdalam ilmu kesehatan reproduksi
terutama tentang dampak dari perilaku seksual
1. Kesimpulan pranikah melalui sumber informasi yang
Berdasarkan hasil penelitian mengenai faktor- terpercaya dan meningkatkan komunikasi dengan
faktor yang berhubungan dengan sikap remaja terhadap orang tua terutama dalam membahas masalah
hubungan seksual pranikah (intercourse) di SMA kesehatan reproduksi agar remaja dapat memiliki
Dharma Bakti Medan tahun 2014 dapat diambil pengetahuan yang baik tentang kesehatan
kesimpulan sebagai berikut: reproduksi khususnya tentang seksual.
a. Ada hubungan pengetahuan kesehatan
repsoduksi dengan sikap remaja terhadap DAFTAR PUSTAKA
hubungan seksual pranikah (intercourse). Hal
ini disimpulkan bardasarkan hasil uji statistik Arikunto, S., 2010. Prosedur Penelitian. Jakarta: Rineka
chi-square menunjukkan bahwa pengetahuan Cipta.
remaja tentang kesehatan reproduksi pada Boyke., 2013. Problema Seks dan Solusinya. Jakarta:
angka signifikan p value = 0,005 (<0,05), Bumi Aksara.
dengan demikian tidak terdapat kesenjangan Gilli., 2010. Buku Ajar Kesehatan Reproduksi Wanita.
antara hasil penelitian dengan teori. Jakarta: EGC.
b. Ada hubungan peran orang tua dengan sikap Irianto, K., 2013. Permasalahan Seksual. Bandung: Yrama
remaja terhadap hubungan seksual pranikah Widya.
(intercourse). Hal ini disimpulkan bardasarkan Kholid, A., 2012. Promosi Kesehatan. Jakarta:
hasil uji statistik chi-square menunjukkan Rajagrafindo Persada.
peran orang tua pada angka signifikan p value Manuaba, dkk., 2009. Memahami Kesehatan Reproduksi
= 0,001 (<0,05), dengan demikian tidak Wanita. Edisi 2. Jakarta: EGC.
terdapat kesenjangan antara hasil penelitian Notoadmodjo, S., 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan.
dengan teori. Jakarta: SalembaMedika.
c. Ada hubungan peran media massa dengan ______________ 2010. Promosi Kesehatan Teori dan
sikap remaja terhadap hubungan seksual Aplikasi. Jakarta: Rineka Cipta.
pranikah (intercourse). Hal ini disimpulkan Nugroho, T., 2010. Buku Ajar Ginekologi. Yogyakarta:
bardasarkan hasil uji statistik chi-square Nuha Medika.
54
Hanna Sriyanti Saragih, dkk. Faktor-Faktor yang Berhubungan...
Pieter, H.Z. dan Lubis, N., 2010. Pengantar Psikologi Prasetya. 2011. Dampak Seks Pranikah bagi Kesehatan.
dalam Keperawatan. Edisi 1. Jakarta: Kencana. Available at:
Pinem, S., 2009. Kesehatan Reproduksi dan Kontrasepsi. http://www.lensaindonesia.com/2013/02/11/dam
Jakarta: Trans Info Media. pak-seks-pra-nikah-bagi-kesehatan.html.
Politeknik Kesehatan Depkes Jakarta I. 2010. Kesehatan [Accessed 12 Januari 2014].
Remaja: Problem dan Solusinya. Jakarta: Rahayu. N., et al., 2013. Pengaruh Kegiatan Penyuluhan
Salemba Medika. dalam Pelayanan Kesehatan Peduli Remaja
Politeknik Kesehatan Kemenkes Medan. 2012. Panduan (PKPR) terhadap Pengetahuan dan Sikap
Penyusunan Karya Tulis Ilmiah. Remaja tentang Seks Pranikah di SMA N 1 Lubuk
Sarwono, S., 2012. Psikologi Remaja. Jakarta: Raja Pakam Kabupaten Siak Sri Indrapura Tahun
Grafindo Persada. 2013. Available at:
Suryani, E. dan Widyasih, H., 2010. Psikologi Ibu dan jurnal.usu.ac.id/index.php/gkre/article/download
Anak. Yogyakarta: Fitramaya. /3633/1907 [Accessed 23 Desember 2013].
Wawan, A. dan Dewi., 2011. Teori dan Pengukuran SDKI. 2012. Kesehatan Reproduksi Remaja. Available at
Pengetahuan, Sikap, dan Perilaku Manusia. www.bkkbn.go.id/.../Hasil%20Penelitian/SDKI
Yogyakarta: Nuha Medika. %202012/. [Accessed at 27 Desember 203].
Widyastuti, dkk., 2009. Kesehatan Reproduksi. Soetjiningsih., 2008. Faktor-faktor yang Mempengaruhi
Yogyakarta: Fitramaya. Perilaku Seksual Pranikah pada Remaja.
Wuryani, S.E., 2008. Pendidikan Seks untuk Keluarga. Available at:
Jakarta: Indeks. http://lib.ugm.ac.id/digitasi/upload/824_RD09060
Yusrawati., 2011. Diktat Biostatistika. Medan: Politeknik 04.pdf. [Accessed 5 Januari 2014].
Kesehatan Medan Jurusan Kebidanan. Tut Wuri., 2007. Analisis Faktor-faktor yang berhubungan
BKKBN. 2011. Kajian Profil Penduduk Remaja. dengan Sikap Siswa SMA terhadap Hubungan
Available at: seksual (Intercouse) Pranikah di Kota Sukoharjo
www.bkkbn.go.id/.../Hasil%20Penelitian/.../Kaji Tahun 2007. Available at:
an%20Profil%20Penduduk%20Remaja%20(10 eprints.undip.ac.id/18061/1/Tut_Wuri_Prihatin.p
%20-%2024%20t. [ Accessed 27 Desember df. [Accessed at 23 Desember 2013].
2013]. Yuliantini. H., 2012. Tingkat Pengetahuan HIV/AIDS dan
Handayani. S., 2009. Efektivitas Metode Diskusi Kelompok Sikap Remaja terhadap Perilaku Seksual
dengan dan tanpa Fasilitator pada Peningkatan Pranikah di SMA “X” Jakarta Timur. Available
Pengetahuan, Sikap dan Motivasi Remaja at: lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20312663-
tentang Perilaku Seks Pranikah. Available at: S%2043157...full%20text.pdf
http://berita-kedokteran- [Accessed 23 Desember 2013].
masyarakat.org/index.php/BKM/article/view/172.
[Accessed 5 Januari 2014].
55
Jurnal Ilmiah PANNMED Vol. 9 No.1 Mei - Agustus 2014
Abstrak
Hasil survei demografi kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2007 menunjukkan terdapat 258 kasus dari 1046
ibu bersalin yang dilakukan induksi pada saat persalinan yang dilakukan di sejumlah rumah sakit umum di
Indonesia. Hasil survey yang dilakukan oleh Depkes Sumatera Utara ditemukan sebanyak 250 ibu hamil
perbulan dilakukan induksi saat persalinan. Tindakan induksi persalinan berhubungan dengan kenaikan
angka kejadian tindakan Sectio Caesar. Pada beberapa induksi persalinan ditemukan adanya tanda-tanda
fetal distress, anoksia dan cedera pada bayi, sedangkan pada ibu dapat terjadi ruptur uteri, atonia uteri,
laserasi serviks. Sesuai dengan Kepmenkes RI No. 369/Menkes/SK/III/2007 tentang standar profesi bidan
Akselerasi dan induksi persalinan merupakan bagian dari pengetahuan dan keterampilan tambahan yang
harus dimiliki oleh seorang bidan. Hasil survey di RSUD Dr. Djasamen Saragih Pematangsiantar diketahui
pada tahun 2011 terdapat 63 (20,13%) ibu bersalin yang diinduksi dan akselerasi dari 313 persalinan dan
pada tahun 2012 terdapat 49 (13,4%) dari 366 persalinan. Sekitar 30–45 % pasien yang diinduksi dan
akselerasi di RSUD Dr.Djasamen Saragih rumah sakit tersebut merupakan rujukan dari bidan dan berakhir
dengan Secsio Sesarea terutama disebabkan karena kegagalan dari induksi dan akselerasi tersebut. Tujuan
penelitian ini adalah untuk menganalisis hubungan pengetahuan dan sikap bidan tentang induksi/akselerasi
persalinan dengan tindakan induksi dan akselerasi dalam persalinan di Kota Pematangsiantar tahun 2013.
Penelitian ini merupakan penelitian dengan jenis Explanatory Research (penelitian penjelasan) yaitu
penelitian yang menjelaskan hubungan antara variabel bebas dan variabel terikat melalui pengujian
hypothesis yang dirumuskan dan pendekatan yang digunakan adalah cross sectional, yaitu subyek hanya
diobservasi sekali saja dan pengukuran dilakukan terhadap karakter atau variabel subyek pada saat
pemeriksaan. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh bidan yang memiliki praktek mandiri dan
berdomisili di Kota Pematangsiantar dan pada 6 bulan terakhir ada melakukan induksi dan akselerasi
persalinan sebanyak 45 orang dan 31 menjadi subjek penelitian. Pengumpulan data dengan cara wawancara
menggunakan kuesioner dan lembar kuesioner. Uji statistik yang digunakan adalah Chi Square dan regresi
logistik.
56
Jurnal Ilmiah PANNMED Vol. 9 No.1 Mei - Agustus 2014
Pada banyak kasus terlihat bahwa tanda-tanda Tabel 1 Distribusi Tindakan Responden dalam
fetal distress lebih sering dijumpai di antara pasien-pasien Melaksanakan Induksi dan Akselerasi
yang menerima tetesan oxytocin dibanding dengan mereka dalam Persalinan di Pematangsiantar
yang persalinannya tanpa stimulasi. Kontraksi yang terlalu tahun 2013.
kuat, terlalu sering dan berlangsung terlalu lama dapat Menjadi Frekuensi Persentase (%)
mengakibatkan anoksia pada bayi, karena uterus tidak akseptor KB
sempat mengadakan cukup relaksasi untuk Sesuai standar 24 60,0
mempertahankan sirkulasi darah yang memadai. Cedera Tidak sesuai 16 40,0
pada bayi dapat juga ditimbulkan oleh dorongan yang standar
terlampau cepat lewat rongga panggul yang diakibatkan Total 30 100,0
dari pengaruh tetesan oxytocin (Oxorn, 2010).
Sesuai dengan Keputusan Menteri Kesehatan Tabel 2. Distribusi Karakteristik, Pengetahuan
Republik Indonesia No. 369/Menkes/SK/III/2007 tentang dan Sikap Bidan yang Melaksanakan
standar profesi bidan dikatakan bahwa untuk kompetensi Tindakan Induksi dan Akselerasi dalam
ke-4 (asuhan selama persalinan dan kelahiran) bidan harus Persalinan di Pematangsiantar Tahun
memiliki 21 item pengetahuan dasar, 3 item pengetahuan 2013.
tambahan, 28 keterampilan dasar dan 8 keterampilan No Variabel Frekuensi Persentase
tambahan. Akselerasi dan induksi persalinan merupakan (%)
bagian dari pengetahuan dan keterampilan tambahan yang 1. Umur
harus dimiliki oleh seorang bidan. ≥ 35 tahun 16 40,0
Survei awal yang dilakukan pada bulan Maret 2013 < 35 tahun 24 60,0
jumlah anggota IBI kota Pematangsiantar ada 260 orang, 2. Pendidikan
yang memiliki Praktek Mandiri 165 orang dan 45 orang D.III – D.IV 26 65,0
diantaranya ada melaksanakan induksi dan akselerasi D. I 14 35,0
dalam 6 bulan terakhir. Usia rata-rata 40-50 tahun, dan 3. Lama bekerja
masih ada sekitar 30% dengan latar belakang pendidikan ≥ 5 tahun 23 57,5
Diploma I. Hasil survey di RSUD Dr. Djasamen Saragih < 5 tahun 17 42,5
Pematangsiantar diketahui pada tahun 2011 terdapat 63 4. Pelatihan
(20,13%) ibu bersalin yang diinduksi dan akselerasi dari Pernah 18 45,0
313 persalinan dan pada tahun 2012 terdapat 49 (13,4%) Tidak pernah 22 55,0
dari 366 persalinan. Sekitar 30–45 % pasien yang diinduksi 5. Pengetahuan
dan akselerasi di RSUD Dr.Djasamen Saragih rumah sakit Baik 25 62,5
tersebut merupakan rujukan dari bidan dan berakhir Kurang 15 37,5
dengan Secsio Sesarea terutama disebabkan karena 6. Sikap
kegagalan dari induksi dan akselerasi tersebut. Baik 24 64,5
Kurang 16 35,5
Metode
Penelitian ini dengan Explanatory Research (penelitian Analisis Bivariat
penjelasan) dan pendekatan cross sectional, sampel sebesar Analisi bivariat Hasil uji dinyatakan umur
40 orang bidan yang memiliki praktek mandiri dan bidan berhubungan dengan tindakan melakukan induksi
berdomisili di Kota Pematangsiantar yang dalam 6 bulan dan akselerasi persalinan (p=0,041). pendidikan
terakhir ada melakukan induksi dan akselerasi dalam berhubungan dengan tindakan melakukan induksi dan
persalinan. Pengukuran pengetahuan dan sikap, dengan akselerasi persalinan ( p=0,001). lama bekerja tidak
wawancara, sedangkan tindakan dengan observasi dan berhubungan dengan tindakan melakukan induksi dan
lembar checklist. Analisis data meliputi tahapan analisis akselerasi persalinan (p=0,001). pelatihan bidan
univariat, analisis bivariat dengan uji chi square χ2, dengan berhubungan dengan tindakan melakukan induksi dan
tingkat kemaknaan p<0,05 dan Confidence Interval 95%. akselerasi persalinan (p = 0,016). pengetahuan
analisis multivariat dengan uji statistik yang digunakan berhubungan dengan tindakan melakukan induksi dan
adalah analisis multiple logistic regression (regresi logistik akselerasi persalinan (p=0,001). sikap berhubungan
ganda). dengan tindakan melakukan induksi dan akselerasi
persalinan (p=0,001).
HASIL
Analisis Univariat
Analisis univariat pada penelitian ini bertujuan
untuk melihat gambaran distribusi frekuensi variabel yang
diteliti yaitu variabel dependen dan variabel independen
yang meliputi pengetahuan dan sikap dengan perilaku
bidan dalam melakukan induksi dan akselerasi persalinan.
57
Tumiar Simanjuntak, dkk. Hubungan Pengetahuan dan...
Tabel 2 Hasil Uji Bivariat. Antara tahun 1990 dan 2005 terjadi peningkatan
Tindakan induksi dan angka induksi dua kali lipat, hingga mencapai 22%.
No Karakteristi akselerasi persalinan Nilai RP Peningkatan ini tidak hanya mencerminkan kenaikan
k, Sesuai Tidak Tota p 95% CI
pengetahua standar sesuai l induksi untuk indikasi ibu dan janin tetapi juga
n dan sikap standar penggunaan yang lebih luas dari induksi elektif. Alasan
responden n % n % n % ingin induksi elektif termasuk karena ketidaknyamanan
1. Umur yang dialami ibu hamil secara fisik, masalah waktu yang
≥ 35 tahun 6 25,0 10 62,5 16 100,0 0,041 0,50 (0,25-
0,98)
diinginkan, atau kepedulian terhadap perkembangan
< 35 tahun 18 75,0 6 37,5 24 100,0 persalinan yang akan berlangsung dengan cepat sementara
2. Pendidikan berada jauh dari tenaga kerja kesehatan atau Rumah Sakit.
D.III – D.IV 22 91,7 4 25,0 26 100,0 0,001 5,92 (1,63- Induksi elektif juga direkomendasikan karena
21,59)
D. I 2 8,3 12 75,0 14 100,0
kekhawatiran tentang komplikasi yang akan terjadi.
3. Lama Namun, manfaat dan bahaya induksi elektif tidak dipahami
bekerja dengan baik (AHRQ, 2009).
≥ 5 tahun 12 50,0 11 68,8 23 100,0 0,396 0,74 (0,45- Tidak cukup bukti untuk menentukan apakah
< 5 tahun 12 50,0 5 31,2 17 100,0 1,22)
induksi persalinan elektif menyebabkan tingkat yang lebih
4. Pelatihan
Pernah 15 62,5 3 18,8 18 100,0 0,016 2,04 (1,18- tinggi atau lebih rendah pada kelahiran seksio sesarea
Tidak pernah 9 37,5 13 81,2 22 100,0 3,51) dibandingkan dengan pengelolaan kehamilan normal. Di
5. Pengetahua antara wanita yang menjalani induksi, wanita dengan
n kehamilan pertama memiliki prediksi yang lebih tinggi
Baik 22 91,7 3 18,8 25 100,0 0,001 6,60 (1,80-
24,18) untuk mengakhiri persalinannya secara sesar daripada
Kurang 2 8,3 13 81,2 15 100,0 wanita dengan persalinan pervaginam sebelumnya.
6. Sikap Status serviks memiliki efek penting pada kejadian
Baik 22 91,7 4 25,0 26 100,0 persalinan seksio sesarea dengan induksi. Jika status
Kurang 2 8,3 12 75,0 14 100,0 0,001 5,92 (1,73-
21,60) serviks lebih menguntungkan, maka semakin rendah
tingkat persalinan seksio sesarea. Induksi elektif juga
Analisis Multivariat dikatakan tidak menyebabkan peningkatkan hasil neonatal
Pada penelitian ini, variabel independen yang yang merugikan namun, data yang ada relatif terbatas
memenuhi kriteria p < 0,25 pada analisis bivariat (AHRQ, 2009; WHO, 2011)
dimasukkan ke dalam analisis multivariat dengan Faktor pengetahuan dan sikap Bidan
menggunakan uji regresi logistik ganda yaitu variabel diperkirakan berhubungan dengan tindakan induksi dan
umur, pendidikan, pelatihan, pengetahuan dan sikap. akselerasi persalinan. Pengetahuan merupakan hasil dari
Untuk mendapatkan faktor yang paling dominan, semua tahu dan ini terjadi setelah seseorang melakukan
kandidat diuji secara bersama-sama dengan menggunakan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Sikap sosial
metode enter. Faktor yang terbaik akan dipertimbangkan terbentuk dari adanya interaksi sosial yang dialami oleh
dengan melihat nilai p. Pada setiap tahapan seleksi individu. Interaksi sosial meliputi hubungan antara
variabel yang tidak signifikan (p > 0,05) dikeluarkan satu individu dengan lingkungan fisik maupun lingkungan
persatu mulai dari p yang terbesar. Setiap tahapan seleksi psikologis di sekelilingnya. Hasil penelitian ini sesuai
selanjutnya dilakukan dengan cara yang sama hingga dengan pernyataan yang mengatakan bahwa pengetahuan
seleksi terakhir diperoleh variabel yang seluruhnya merupakan salah satu faktor internal yang berpotensi kuat
berhubungan signifikan (p < 0,05), yang dapat dilihat pada untuk meningkatkan kepatuhan, sehingga akhirnya dapat
tabel berikut ini: berpengaruh positif terhadap peningkatan kinerja bidan
(Mangkunegara, 2006; Robbins SP, 2003).
Tabel 3 : Hasil seleksi akhir analisis multivariat Menurut Lawrence Green faktor yang mendorong
No Variabel SE(β) Nilai p Rasio Prevalen 95% CI terbentuknya perilaku adalah pengetahuan, sikap,
1. Pengetahuan 17,336 0,997 6,60 1,80-24,18 kepercayaan, keyakinan, nilai-nilai dan persepsi seseorang
2. Sikap 70,554 0,995 5,92 1,73-21,60
3. Umur -53,267 0,995 0,50 0,25-0,98
yang menjadi dasar motivasi individu atau kelompok untuk
4. Pendidikan 53,021 0,995 5,92 1,63-21,59 bertindak. Seorang bidan untuk berperilaku harus ditunjang
5. Pelatihan 17,640 0,997 2,04 1,18-3,51 oleh pengetahuan, yang mana sebelum mendapat
Konstanta -35,345 pengetahuan seseorang harus melalui tahap belajar.
Berdasarkan pengalaman dan penelitian, ternyata perilaku
Dari hasil seleksi diperoleh seluruh variabel tidak yang didasari oleh pengetahuan akan lebih langgeng
ada yang dominan berhubungan dengan tindakan daripada perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan
melakukan induksi dan akselerasi persalinan , hal ini dapat (Mangkunegara, 2006;. Notoatmodjo, 2003).
terlihat dari nilai p masing-masing variabel > 0,005. Berkaitan dengan hasil penelitian yang
menunjukkan bahwa pengetahuan bidan tentang induksi
Pembahasan dan akselerasi persalinan sebahagian besar termasuk dalam
Hasil penelitian ini dari 40 responden ada 24 kategori baik, hal ini bisa terjadi karena tingkat pendidikan,
responden (60,0%) yang melaksanakan tindakan masa kerja dan pelatihan yang berhubungan dengan
induksi dan akselerasi persalinan sesuai dengan induksi dan akselerasi yang juga ikut mendukung.
standar.
58
Jurnal Ilmiah PANNMED Vol. 9 No.1 Mei - Agustus 2014
Terdapatnya hubungan yang bermakna antara pengetahuan adanya bermacam usaha pembaharuan dan dapat
dengan tindakan bidan dalam penelitian ini mengandung menyesuaikan diri terhadap berbagai pembaharuan.
arti bahwa terdapat perbedaan antara tindakan bidan dalam Tingkat pendidikan seseorang berpengaruh dalam
melakukan induksi dan akselerasi persalinan yang memberikan respon terhadap sesuatu yang datang dari luar
memiliki pengetahuan baik dan kurang. (Surani, 2007).
Sikap merupakan reaksi atau respon yang masih Pernyataan-pernyataan diatas sesuai dengan hasil
tertutup dari seseorang terhadap suatu stimulasi atau objek penelitian, bahwa prosentase tertinggi yang menghasilkan
tertentu yang sudah melibatkan faktor pendapat atau emosi tindakan induksi dan akselerasi persalinan yang sesuai
yang bersangkutan (senang-tidak senang, setuju-tidak dengan standar adalah bidan dengan pendidikan D.III-D.IV
setuju, baik-tidak baik dan sebagainya). Suatu sikap belum yaitu sebesar 88,2%. Terdapatnya hubungan yang
otomatis terwujud dalam suatu tindakan (overt behavior). bermakna antara tingkat pendidikan dengan tindakan bidan
Untuk mewujudkan sikap menjadi suatu perbuatan nyata dalam penelitian ini mengandung arti bahwa terdapat
diperlukan faktor pendukung atau suatu kondisi yang perbedaan antara tindakan bidan dalam melakukan induksi
memungkinkan, antara lain adalah fasilitas yang memadai dan akselerasi persalinan yang memiliki pendidikan D.III-
dan diperlukan juga faktor pendukung (support) dari D.IV dan D.I.
atasan. Masa kerja seseorang mencerminkan pengalaman
Sikap bidan haruslah memiliki sikap mental yang seseorang dalam bekerja. Semakin lama seseorang bekerja
siap sedia secara psikofisik (siap secara mental, fisik, akan semakin terlatih dan terampil dalam melaksanakan
situasi dan tujuan) dalam memberikan pelayanan agar pekerjaan. Masa kerja berkaitan erat dengan pengalaman-
tuntutan masyarakat tentang pelayanan yang berkualitas pengalaman yang didapat selama dalam menjalankan
dapat terlaksana dengan baik dan mutunya dapat terus tugas, karyawan yang berpengalaman dipandang lebih
ditingkatkan (Basri, Rivai, 2004). mampu dalam melaksanakan tugas. Makin lama kerja
Terdapatnya hubungan yang bermakna antara seseorang kecakapan mereka akan lebih baik karena sudah
sikap dengan tindakan bidan dalam penelitian ini dapat menyesuaikan diri dengan lingkungan pekerjaan
mengandung arti bahwa terdapat perbedaan antara (Mangkunegara, 2006).
tindakan bidan dalam melakukan induksi dan akselerasi Hasil penelitian ini sesuai dengan teori, tidak
persalinan yang memiliki sikap baik dan kurang. terdapat hubungan yang bermakna antara lama bekerja
umur bidan berhubungan dengan tindakan dengan tindakan bidan dalam penelitian ini mengandung
melakukan induksi dan akselerasi persalinan (p = 0,041). arti bahwa tidak terdapat perbedaan antara tindakan bidan
Umur harus mendapat perhatian karena akan dalam melakukan induksi dan akselerasi persalinan yang
mempengaruhi kondisi fisik, mental, kemampuan kerja memiliki lama bekerja ≥ 5 tahun dan < 5 tahun
dan tanggung jawab seseorang. Pada umumnya tenaga Sesuai dengan teori bahwa pelatihan adalah
kerja yang berumur tua, mempunyai tenaga fisik yang kegiatan yang bertujuan untuk meningkatkan kinerja
lemah dan terbatas, sebaliknya tenaga kerja yang berumur individu dalam pekerjaannya atau yang berhubungan
muda mempunyai kemampuan fisik yang kuat. Umur dengan pekerjaannya. Pelatihan dilakukan agar peserta
seseorang cukup menentukan keberhasilan dalam pelatihan mempunyai motivasi dalam belajar. Motivasi
melakukan suatu pekerjaan, baik sifatnya fisik maupun non ini bisa dalam bentuk yang nyata seperti aktualisasi diri
fisik. Pekerjaan yang banyak mengandalkan fisik dan inisiatif. Reaksi peserta terhadap suatu pelajaran
umumnya menggunakan tenaga kerja yang berumur muda, akan dikondisikan dan dimodifikasikan dalam
tetapi ada juga yang tidak, dan sangat tergantung dari jenis pengalaman bekerjanya. Pelatihan diselenggarakan
pekerjaan tersebut (Robbins SP, 2003). dengan tujuan untuk meningkatkan pengetahuan, sikap
Pendidikan merupakan salah satu faktor yang dan keterampilan yang dapat diterapkan dalam kerjanya
menentukan keberhasilan seseorang dalam bekerja. Makin sehingga mampu mencapai kinerja secara maksimal.
tinggi pendidikan, umumnya produktivitas juga semakin Pelatihan merupakan kegiatan yang dimaksudkan untuk
tinggi. Hal tersebut berhubungan dengan cara meningkatkan keahlian, pengetahuan, sikap dan
menyelesaikan setiap masalah yang dihadapi dalam perilaku anggota organisasi dengan tujuan untuk
bekerja dengan solusi yang tepat, efektif dan efisien meningkatkan efisiensi, kualitas kerja dan kepuasan
(Notoatmodjo, 2003). kerja (Mangkunegara, 2006).
Dalam penelitian ini sebagian besar responden Terdapatnya hubungan yang bermakna antara
bidan (97,1%) berpendidikan D III- D. IV kebidanan. Hal pelatihan yang pernah diikuti dengan induksi dan
ini sesuai dengan Peraturan Menteri Kesehatan Republik akselerasi persalinan dengan tindakan bidan dalam
Indonesia Nomor 1464/Menkes/Per/X/2010 tentang izin penelitian ini mengandung arti bahwa terdapat perbedaan
dan penyelenggaraan praktik bidan yang menyatakan antara tindakan bidan dalam melakukan induksi dan
bahwa bidan yang menjalankan praktik mandiri harus akselerasi persalinan yang telah mengikuti pelatihan
berpendidikan minimal Diploma III (D III) kebidanan, dengan yang tidak.
walaupun masih ada 12 bidan yang masih berpendidikan D
I dan diharapkan kedepannya dapat meningkatkan Kesimpulan
pendidikannya ke jenjang yang lebih tinggi. Karakteristik bidan untuk umur, pendidikan dan pelatihan
Semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang maka akan berhubungan dengan tindakan induksi dan akselerasi
lebih rasional dan kreatif serta terbuka dalam menerima dalam persalinan. Pengetahuan dan sikap berhubungan
59
Tumiar Simanjuntak, dkk. Hubungan Pengetahuan dan...
dengan tindakan induksi dan akselerasi dalam Kasjono HS, Yasril, 2009. Teknik Sampling Untuk
persalinan.Tidak ada variabel yang paling dominan Penelitian Kesehatan.Yogyakarta: Graha Ilmu.
berhubungan dengan tindakan induksi dan akselerasi Lemeshow, S., Hosmer, Jr, D, W., Klar, J. & Lwanga, S.
dalam persalinan K. 1997. Besar Sampel Dalam Penelitian
Kesehatan. Penerjemahan: Pramono, D.
Saran Yogyakarta:Gadjah Mada University Press.
Mengingat induksi dan akselerasi dalam persalinan Mangkunegara AAAP, 2006. Evaluasi kinerja sumber
memiliki risiko bagi ibu maupun janin yang dilahirkan daya manusia. PT.Refika Aditama; Bandung.
maka diharapkan bidan dapat memahami dengan baik Notoatmodjo S, 2003. Pendidikan dan perilaku kesehatan.
manfaat dan kerugiaan induksi daan akselerasi persalinan Rineka Cipta Jakarta
sebelum memutuskan untuk melakukan tindakan tersebut. --------------------- 2006. Metodologi Penelitian Kesehatan
Kepada pihak dinas kesehatan kota Pematangsiantar (Edisi Revisi). Rineka Cipta, Jakarta.
diharapkan dapat melaksanakan suatu pelatihan tentang , 2007. Promosi Kesehatan dan Ilmu
induksi dan akselerasi persalinan karena dengan pelatihan Perilaku. Jakarta, Rineka Cipta.
tersebut bidan-bidan yang ada di Kota Pematangsiantar Oxorn, 2003. Ilmu Kebidanan Patologi dan Fisiologi
dapat melakukan induksi dan akselerasi persalinan sesuai Persalinan. Yogyakarta : Yayasan Essentia
dengan standar. Medica.
Varibel dalam penelitian ini dibatasi dengan jumlah Pengurus Pusat Ikatan Bidan Indonesia, 2006. Standar
responden yang kecil (40 bidan) dan tidak menilai hasil profesi bidan Indonesia. PP IBI; Jakarta.
dari tindakan induksi dan akselerasi persalinan secara
seksama sehingga perlu dilakukan penelitian lanjutan Robbins SP, 2003. Perilaku organisasi. Edisi Lengkap.
dengan jumlah sampel yang lebih besar atau variabel Alih Bahasa Benyamin Molan. PT Indeks
penelitian yang lebih luas. Kelompok Gramedia; Jakarta.
Saifuddin AB, dkk, 2002. Buku panduan praktis Pelayanan
Daftar Pustaka Kesehatan Maternal dan Neonatal. Ed I. Yayasan
Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo; Jakarta.
AHRQ, 2009. Elective Induction of Labor: Safety and Sudigdo S, Ismail S, 2008. Dasar-dasar Metodologi
Harms. US Department of Health and Human Penelitian Klinis. Ed.3. Sagung Seto; Jakarta.
Services. Sugiyono, 2009. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif
Badan Pusat Statistik (BPS) dan Macro International, dan R & D. CV Alfabeta; Bandung.
2007. Survei demografi dan kesehatan Indonesia, Surani, 2007. Analisis karakteristik individu dan faktor
Calverton, Maryland, USA: BPS dan Macro intrinsik yang berhubungan dengan kinerja bidan
International. pelaksana poliklinik kesehatan desa dalam
Basri, Rivai, 2004. Performance appraisal. PT Raja pelayanan kesehatan di kabupaten Kendal,
Grafindo Persada; Jakarta. [diunduh tanggal 13 Oktober 2013]. Tersedia
Cunningham FG,dkk, 2010. Williams Obstetrics 23 RD dari:
Edition. MC Grow Hill Medical, Dallas, Texas. http://eprints.undip.ac.id/17401/1/Endang_Surani.
Depkes, 2007. Keputusan Menteri Kesehatan Republik pdf
Indonesia No. 369/Menkes/SK/III/2007 Tentang Varney H, 2008. Buku Ajar Asuhan Kebidanan Edisi 4
Standar Profesi Bidan, Jakarta, Depkes. Volume 2. EBG; Jakarta.
Handoko R. Statistik Kesehatan, 2007, Yogyakarta: WHO, 2011. WHO Recommendations for Induction of
Penerbit Mitra Cendekia Press. Labour. WHO
Hoffman MK, Sciscione AC, 2003, Elective induction with Winkel WS, 2007. Psikologi pengajaran. Media Abadi;
cervical replanning increase the risk of Yogyakarta.
caesarean delivery in multiparous women. Obstet
Gynecol 101:7S.
60
Jurnal Ilmiah PANNMED Vol. 9 No.1 Mei - Agustus 2014
Abstrak
Sumatera Utara dengan angka fertilitas 3,8 merupakan provinsi keempat terbesar jumlah penduduknya di
Indonesia. Sebagai upaya untuk pengendalian jumlah penduduk dan keterkaitannya dengan Jaminan
Persalinan (Jampersal), maka pelayanan KB pada masa nifas perlu mendapatkan perhatian. Tatalaksana
pelayanan KB mengacu kepada pedoman pelayanan KB dan KIA yang diarahkan pada Metode Kontrasepsi
Jangka Panjang (MKJP) atau Kontrasepsi Mantap (Kontap). Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis
faktor-faktor yang berhubungan dengan ketidakikutsertaan menjadi akseptor KB pada ibu bersalin peserta
Jampersal di RSUD Dr.Djasamen Saragih Pematangsiantar. Penelitian ini merupakan Explanatory Research
dengan pendekatan cross sectional. Sampel adalah 41 ibu bersalin peserta jampersal di RSUD Dr. Djasamen
Saragih Pematangsiantar ditentukan dengan cara consecutive sampling. Pengumpulan data dengan cara
wawancara menggunakan kuesioner. Analisis data meliputi tahapan analisis univariat, analisis bivariat
dengan uji chi square, analisis multivariat dengan uji regresi logistik ganda dengan kemaknaan p<0,05 dan
rasio prevalen dengan CI 95%. Hasil penelitian ini mendapatkan proporsi ibu bersalin peserta Jampersal di
RSUD Dr. Djasamen Saragih Pematangsiantar tahun 2013 ada 22 (53,7%) yang tidakikut menjadi akseptor
KB. Hasil analisis bivariat menunjukkan bahwa faktor predisposisi yaitu umur dan paritas berhubungan
dengan ketidakikutsertaannya menjadi akseptor KB dengan nilai p= 0,032; RP 0,50 dan CI 0,28-0,88 dan p=
0,003; RP 3,19; CI (1,31-7,74). Hasil analisis multivariat menunjukkan bahwa paritas merupakan variabel
yang paling dominan dari ibu bersalin peserta Jampersal dengan ketidakikutsertaannya menjadi akseptor
KB. Diharapkan kepada kepada petugas kesehatan yang memberikan pelayanan pemeriksaan kehamilan,
persalinan dan nifas hendaknya memberikan pendidikan kesehatan kepada ibu agar menggunakan
alokontrasepsi tanpa harus menunggu selesai masa nifas dan bagi ibu dengan paritas ≤ 2 diharapkan teta p
menggunakan MKJP dengan tujuan untuk mengatur waktu yang tepat untuk hamil, mengatur jarak
kehamilan dan menentukan jumlah anak.
61
Jurnal Ilmiah PANNMED Vol. 9 No.1 Mei - Agustus 2014
13.215.401 jiwa pada tahun 2012 (Sembiring, 2010; BPS Tabel 1 : Distribusi Responden Berdasarkan
Sumut, 2012). Faktor Predisposisi (Umur, Pendidikan,
RSUD Dr. Djasamen Saragih Pematangsiantar Pekerjaan, Pendapatan, Paritas, Paparan
merupakan RSUD satu-satunya yang menerima pelayanan informasi, Pengetahuan dan Sikap) dan
Jampersal. Hasil survei pendahuluan yang dilakukan Berdasarkan Faktor Penguat (Dukungan
Jampersal di RSUD Dr. Djasamen Saragih Suami) di RSUD Dr. Djasamen Saragih
Pematangsiantar pada bulan Maret 2013 diketahui jumlah Pematangsiantar tahun 2013
ibu bersalin peserta Jampersal tahun 2012 ada 305 kasus No Variabel Frekuensi Persentase
(83,3%) dan hanya 79 kasus (25,9%) dilakukan tindakan (%)
kontap, sedangkan untuk IUD/implant tidak ada.
1. Ketidakikutsertaan
Tidak ikut 22 53,7
Metode
Ikut 19 46,3
Penelitian ini merupakan Explanatory 2 Umur
Research dengan pendekatan cross sectional. Sampel > 35 tahun 24 58,5
adalah 41 ibu bersalin peserta jampersal di RSUD Dr. < 35 tahun 17 41,5
Djasamen Saragih Pematangsiantar ditentukan dengan 2. Pendidikan
cara consecutive sampling. Pengumpulan data dengan Pendidikan dasar 2 4,9
cara wawancara menggunakan kuesioner. Analisis data Pendidikan lanjutan 39 95,1
meliputi tahapan analisis univariat, analisis bivariat 3. Pekerjaan
dengan uji chi square, analisis multivariat dengan uji Tidak bekerja 41
100,0
regresi logistik ganda dengan kemaknaan p<0,05 dan
Bekerja 0 0,0
rasio prevalen dengan CI 95%. 4. Pendapatan
≤ Rp.1,2 jt 40 97,6
HASIL > Rp.1,2 jt 1 2,4
5. Paritas
Analisis Univariat ≤ 2 orang 24 58,5
Analisis univariat pada penelitian ini bertujuan > 2 orang 17 41,5
untuk melihat gambaran distribusi frekuensi variabel 6. Paparan informasi
yang diteliti yaitu variabel independen meliputi : faktor tentang KB
Pernah 2 4,9
predisposisi (umur, pendidikan, pekerjaan, pendapatan
Tidak pernah 39 95,1
dan paritas, paparan informasi KB, pengetahuan 7. Pengetahuan tentang
tentang KB dan sikap tentang KB) dan faktor penguat KB
(dukungan suami). Dan variabel dependen yaitu Kurang baik (skor 1-6) 8 19,5
ketidakikutsertaan menjadi akseptor KB. Baik (skor 7-13) 33 80,5
8. Sikap ibu untuk ber-
KB
Kurang baik (skor 10- 1 2,4
19)
Baik (skor 20-40) 40 97,6
9. Dukungan suami
Kurang baik (skor 10- 9 22,0
19)
Baik (skor 20-40) 32 78,0
Analisis Bivariat
Analisis bivariat menunjukkan bahwa umur ibu
dan paritas mempunyai hubungan dengan
ketidakikutsertaan menjadi akseptor KB (p<0,005),
sedangkan untuk variabel pendidikan, pekerjaan,
pendapatan, paparan informasi tentang KB,
pengetahuan tentang KB, sikap tentang KB dan
dukungan suami tidak memiliki hubungan dengan
ketidakikutsertaan menjadi akseptor KB (p > 0,005).
62
Juliani Purba, dkk. Faktor-Faktor yang Berhubungan...
63
Jurnal Ilmiah PANNMED Vol. 9 No.1 Mei - Agustus 2014
>35 tahun. Hasil uji chi-square di dapat nilai p = 0,032 dengan penghasilan rendah, mengingat prioritas
artinya ada hubungan antara umur dengan pendapatan keluarga untuk membeli makanan, maka
ketidakikutsertaan menjadi akseptor KB. penyediaan biaya untuk pelayanan kesehatan kurang
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang mendapatkan prioritas (Saini dkk, 2007).
dilakukan di Pati yang menyatakan bahwa umur ibu Diperoleh data pada kelompok paritas ≤ 2 ada
bersalin pengguna Jampersal berhubungan dengan 18 responden (75,0%) yang tidakikutserta menjadi
ketidakikutsertaan KB dengan nilai p= 0,003. akseptor KB dan pada kelompok paritas > 2 ada 4
Umur menentukan preferensi fertilitas dari responden (18,2%) yang tidakikutserta menjadi
setiap wanita. Wanita dengan umur yang lebih tua akseptor KB. Hasil uji chi-square di dapat nilai p =
merasa bahwa tidak perlu menggunakan kontrasepsi 0,003 maka, ada hubungan yang antara paritas dengan
karena berpikir tidak akan hamil lagi dan sudah jarang ketidakikutsertaan menjadi akseptor KB.
berhubungan seksual. Wanita usia muda cenderung Hasil penelitian Dang (1995) menemukan ada
ber-KB dengan tujuan menjarangkan kehamilan, hubungan yang bermakna antara jumlah anak dengan
sedangkan disisi lain wanita pada kelompok umur tua pemakaian kontrasepsi. Wanita dengan jumlah anak 4
cenderung untuk tidak memiliki anak lagi karena orang atau lebih memiliki kemampuan untuk
jumlah anak yang dimiliki kemungkinanan telah cukup menggunakan alat kontrasepsi sebesar 1,73 kali lebih
(Bhushan, 1997; Ojaaka, 2008). besar dibandingkan dengan wanita yang memilki 2
Pendidikan ibu pada penelitian ini tidak orang anak atau kurang.
mempunyai hubungan dengan ketidakikutsertaan menjadi Paritas seorang perempuan tentunya selalu
akseptor KB dengan uji chi-square di dapat nilai p = 0,491. berhubungan dengan jumlah anak yang dimiliki. Anak
Pada responden yang memiliki tingkat pendidikan lanjutan mempunyai nilai tertentu bagi orang tua, dan memiliki
didapatkan 20 responden (51,3%) yang tidakikutserta anak menuntut beberapa konsekuensi yang harus
menjadi akseptor KB dan ada 2 responden (100,0%) yang dipenuhi karenanya. Latar belakang sosial (tingkat
memiliki tingkat pendidikan dasar tidakikutserta menjadi pendidikan, kesehatan, adat/budaya, pekerjaan, tingkat
akseptor KB. penghasilan) yang berbeda menyebabkan pandangan
Meningkatnya pendidikan seorang individu yang berbeda mengenai anak. Di daerah pedesaan anak
secara ekonomi berkorelasi positif dengan selera (taste), mempunyai nilai yang tinggi bagi keluarga. Anak dapat
artinya semakin tinggi tingkat pendidikan maka selera atau memberikan kebahagiaan kepada orangtuanya selain
keinginannya meningkat baik kuantitas maupun kualitas. itu merupakan jaminan di hari tua dan dapat membantu
Melalui pendekatan fungsi utilitas, selera tentang anak ekonomi keluarga (Siregar, 2003).
dalam suatu unit keluarga mengarahkan pilihannya kepada Pada responden yang sudah pernah
kualitas bukan kuantitas (jumlah anak yang dilahirkan) mendapatkan informasi tentang KB ada 20 responden
(Cleland, 2003). (51,3%) tidakikutserta menjadi akseptor KB. Pada
Pada penelitian ini seluruh responden tidak responden yang belum pernah mendapatkan informasi
bekerja 41 responden (100,0%) sehingga tidak tentang KB ada 2 responden (100%) tidakikutserta
dilakukan lagi uji untuk melihat hubungannya dengan menjadi akseptor KB. Informasi tentang KB yang
ketidakikutsertaan menjadi akseptor KB. Meskipun diperoleh responden pada penelitian ini tidak
responden tidak bekerja mereka berhak mendapatkan mempunyai hubungan dengan ketidakikutsertaan
Jampersal selama mereka tidak memilki jaminan menjadi akseptor KB dengan uji chi-square di dapat
kesehatan lainnya. Hal ini memungkinkan para nilai p = 0,490
responden untuk memperoleh semua pelayanan yang Media massa secara langsung dapat memengaruhi
tersedia dalam Jampersal termasuk pelayanan KB. pemirsa/pendengar dengan meningkatkan pengetahuan
Jampersal merupakan upaya untuk menjamin dan atau mengoreksi kesalahan informasi, misalnya cerita radio
melindungi proses kehamilan, persalinan, paska persalinan, dapat memberikan informasi baru mengenai manfaat
dan pelayanan KB paska salin serta komplikasi yang kesehatan dan risiko kontrasepsi. Media massa dapat
terkait dengan kehamilan, persalinan, nifas, KB paska menghasilkan sikap positif terhadap objek stimulus,
salin, sehingga manfaatnya terbatas dan tidak dimaksudkan misalnya seseorang yang terpapar program televisi yang
untuk melindungi semua masalah kesehatan individu menggambarkan metode kontrasepsi atau keluarga kecil,
(Kemenkes, 2012). program yang ditampilkan dapat berupa jenis program
Pada penelitian ini hubungan pendapatan tidak yang bersifat pendidikan, promosi, atau hiburan (Hernik,
menunjukkan hasil yang signifikan dengan 2001).
ketidakikutsertaan menjadi akseptor KB dengan uji Dari faktor pengetahuan dalam penelitian ini
chi-square di dapat nilai p = 1,000. Responden dengan diperoleh data pada kelompok dengan pengetahuan baik
pendapatan < 1,2 juta rupiah ada 21 responden (52,5%) ada 17 responden (77,3 %) yang tidakikutserta menjadi
tidakikutserta menjadi akseptor KB sedangkan dengan akseptor KB, dan pada kelompok dengan pengetahuan
pendapatan > 1,2 juta rupiah ada 1 responden (100%) kurang ada 5 responden (22,7 %) yang tidakikutserta
tidakikutserta menjadi akseptor KB. menjadi akseptor KB. Hasil uji chi-square di dapat nilai p
Pendapatan keluarga dapat memengaruhi = 0,703 artinya tidak ada hubungan antara pengetahuan
kemampuan keluarga untuk mendapatkan pelayanan dengan ketidakikutsertaan menjadi akseptor KB.
kesehatan yang memadai. Hal yang terjadi pada keluarga
64
Juliani Purba, dkk. Faktor-Faktor yang Berhubungan...
Pengetahuan merupakan domain yang sangat jangka waktu penggunaan kontrasepsi. (BPS, 2007;
penting dalam membentuk tindakan seseorang (overt Bhushan, 1997). Berdasarkan beberapa penelitian
behavior), sebab dari pengalaman dan dari hasil alasan mengapa suami tidak menyetujui pasangannya
penelitian ternyata perilaku yang didasari oleh untuk menggunakan alat kontrasepsi adalah berkaitan
pengetahuan akan lebih langgeng (long lasting) dengan biaya yang harus dikeluarkan, keberatan jika
daripada perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan pasangannya harus diperiksa oleh petugas kesehatan
(Gerungan, 1986). laki-laki, dan takut terhadap efek samping yang
Seorang wanita dapat lebih mudah memilih mungkin akan diderita oleh pasangannya (Islam, 2009).
kontrasepsi yang sesuai untuk tahap siklus hidupnyadan Banyak pasangan suami istri yang jarang
dapat diterima pasangannya dengan memiliki mendiskusikan mengenai fertilitas dan KB. Beberapa
pengetahuan tentang berbagai alat kontrasepsi yang studi menunjukkan bahwa komunikasi mengenai KB
lebih luas. Memiliki pengetahuan tentang berbagai alat biasanya dilakukan hanya ketika pasangan tersebut
kontrasepsi juga memudahkan wanita jika ingin beralih sudah memiliki satu atau dua anak (Bhushan, 1997).
ke metode lain jika ia tidak puas terhadap metode yang Komunikasi memainkan peran penting dalam
digunakan saat ini (Prayoga, 2007; Bhushan, 1997). pengambilan keputusan, perencanaan keluarga dan
Pemberian informasi yang baik tentang alat perilaku kesehatan reproduksi. Komunikasi efektif
kontrasepsi dan konseling yang sesuai akan membantu dengan memberdayakan pasangan untuk tujuan
merekrut pengguna kontrasepsi baru dan mencegah pengambilan keputusan akan menghasilkan keputusan
drop out. Berdasarkan beberapa studi yang telah yang terbaik bagi setiap pasangan baik keputusan untuk
dilakukan, memberikan konseling dan memperluas kesehatan mereka secara pribadi maupun keputusan
pengetahuan pasien tentang KB secara konsisten, untuk mendapatkan pelayanan kesehatan yang
berhubungan dengan tingginya penggunaan alat berkualitas, termasuk untuk memutuskan membatasi
kontrasepsi dan keberlangsungan penggunaan alat jumlah anak, menggunakan alat kontrasepsi, maupun
kontrasepsi (WHO, 2006). rencana untuk menggunakan metode kontrasepsi
Dalam penelitian ini diperoleh data pada (Machfoedz dkk, 2007).
responden yang memiliki sikap yang baik tentang
penggunaan KB ada 21 responden (52,5%) yang Daftar Pustaka
tidakikutserta menjadi akseptor KB, yang memiliki
sikap yang kurang baik tentang penggunaan KB ada 1 Badan Pusat Statistik (BPS) Sumut, 2012. Penduduk
responden (100%) yang tidakikutserta menjadi akseptor Sumatera Utara tahun 2012. sumut.bps.go.id
KB. Hasil uji chi-square di dapat nilai p = 1,000 [diunduh 9 Mei 2013]
artinya tidak ada hubungan antara sikap dengan Bhunsan,I. 1997. Understanding unmet need. The Johns
ketidakikutsertaan menjadi akseptor KB. Hopkins School of Public Health Center
Wanita dengan tidakikutserta menjadi akseptor Publication. [online serial]. Di unduh 1 Mei 2012.
KB mungkin juga memiliki kekhawatiran terhadap efek Tersedia dari URL:
samping kontrasepsi, dan kekhawatiran tersebut bukan www.jhuccp.org/pubs/wp/4/4.pdf
karena wanita tersebut benar-benar mengalami efek Cleland J, 2002. Education and future fertility trends, with
samping sebelumnya. Berdasarkan penelitian yang special reference to mid-transitional countries.UN.
dilakukan oleh DHS di 8 negara yaitu Ghana, [online serial]. [Diunduh 5 Oktober 2012]:[5
Madagascar, Malawi, Zambia, Indonesia, Filipina, halaman]. Tersedia
Maroko dan Republik Dominica menunjukkan bahwa dari:http://www.angelinvest.us/esa/population/pub
kira-kira setengah atau lebih wanita dengan yang tidak lication/completingfertility/RevisedCLELANDpap
pernah menggunakan alat kontrasepsi menyatakan er.PDF
takut karena alasan efek samping. Ketakutan mereka Dang, Anh, 1995. Differentials in Contraceptive Use and
jelas didasarkan pada informasi tentang pengalaman Method Choice in Vietnam. International Family
orang lain baik pengalaman yang aktual atau hanya issu Planning Perspectives, 21 (1): 2-5
(Hermawan, 2006). DeRose LF, Dodoo NA, Ezeh Ac, Owuor TO, 2004. Does
Pada responden yang mendapatkan dukungan yang discussion of family planning inmprove
baik dari suaminya untuk ber-KB ada 16 responden knowledge of partner’s attitude toward
(50,0%) tidakikutserta menjadi akseptor KB dan contraceptives?. Guttmacher Pub. [online serial],
responden yang tidak mendapatkan dukungan yang baik [diunduh 9 Mei 2013];30(2):[5 halaman].
dari suaminya untuk ber-KB ada 6 responden (66,7%) Tersedia dari: URL:
tidakikutserta menjadi akseptor KB. Dukungan suami http//www.guttmacher.org/pubs/journals/300870
responden untuk ber-KB pada penelitian ini mempunyai 4.html
hubungan dengan ketidakikutsertaan menjadi akseptor KB Gerungan, W.A., 1986. Psikologi Sosial, Bandung, Eresco.
dengan uji chi-square di dapat nilai p = 0,466. Hermawan Y, 2006. Hubungan antara tingkat pendidikan
Keterlibatan suami merupakan hal penting dan persepsi dengan perilaku ibu ibu rumah tangga
dalam segala hal yang berkaitan dengan penggunaan dalam pemeliharaan kebersihan lingkungan.
alat kontrasepsi, seperti kepuasan untuk membeli alat [online serial]. [Diunduh 5 Oktober 2012]:[16
kontrasepsi, jenis kontrasepsi yang digunakan, dan halaman]. Tersedia dari:
65
Jurnal Ilmiah PANNMED Vol. 9 No.1 Mei - Agustus 2014
ejournal.unud.ac.id/abstrak/hubungan%20antara.p Kesimpulan
df Faktor predisposisi yaitu umur dan paritas ibu bersalin
Hernik R, Mc Anany, 2001.Theories and evidence: peserta Jampersal berhubungan dengan ketidakikutsertaan
mass media effect and fertility change. [online menjadi akseptor KB. Paritas merupakan variabel dominan
serial]. [diunduh 30 April 2011]; [sekitar 8 berhubungan dengan ketidakikutsertaan menjadi akseptor
halaman]. Tersedia dari: National Academy KB dengan rasio prevalen sebesar 3,19 dengan 95% CI :
Press.www.unm.edu/…/reading 23.pdf 1,31-7,74, artinya peluang ibu bersalin peserta Jampersal
Islam TM, 2009. Influence of socio-demographic variables yang memiliki paritas ≤ 2 untuk tidak menjadi akseptor
on fertility in Bangladesh: application of path KB 3,19 kali lebih besar dibandingkan ibu bersalin peserta
model analysis. Medicine Jurnal ;6(5):313-320 Jampersal yang memiliki paritas > 2.
Kemenkes RI, 2012. Petunjuk teknis Jaminan Persalinan.
Kementerian Kesehatan RI, Jakarta. Saran
Machfoedz I, Suryani E, 2007. Pendidikan kesehatan Mengingat tingginya ibu bersalin peserta jampersal
bagian dari promosi kesehatan. Fitramaya, yang belum menjadi akseptor KB ketika pulang dari RS
Yogyakarta. diharapkan pihak RSUD dr, Djasamen Saragih dapat
Ojaaka D, 2008. Trends and determinants of unmet need menjalin kerjasama dengan pihak Badan Pemberdayaan
for family planning in Kenya. [online serial]. [Di Perempuan dan Keluarga Berencana (BPPKB) Kota
unduh 1 Oktober 2012]; 56 [sekitar 32 halaman]. Pematangsiantar sehingga alokon KB apapun yang
Tersedia dari: DHS publication. dibutuhkan dapat tersedia.
www.measuredhs.com/pubs/pdf/WP56/WP56.pdf Kepada petugas kesehatan yang memberikan pelayanan
Prayoga AD, 2007. Dasar-dasar demografi, Jakarta: pemeriksaan kehamilan, persalinan dan nifas hendaknya
Lembaga Pener bit Fakultas Ekonomi Universitas memberikan pendidikan kesehatan kepada ibu agar
Indonesia. menggunakan alokon tanpa harus menunggu selesai masa
Prihastuti D, Djutaharta T, 2004. Analisis lanjut SDKI nifas.
2002-2003 kecenderungan preferensi fertilitas, Bagi ibu dengan paritas ≤ 2 diharapkan tetap
unmet need, dan kehamilan tidak diharapkan di menggunakan MKJP dengan tujuan untuk mengatur waktu
Indonesia. Jakarta: BKKBN. yang tepat untuk hamil, mengatur jarak kehamilan dan
Saini N.K, Bhasin S.K, Sharma R, Yadav G, 2007. Study menentukan jumlah anak.
of unmet need for family planning in a Bagi peneliti yang tertarik dalam bidang yang sama
resettlement colony of East Delhi. IndMed. perlu mempertimbangkan faktor penguat yang
[diunduh 28 April 2011]; 30 (2): 124-133. berhubungan dengan ketidakikutsertaan menjadi akseptor
Tersedia dari: KB, seperti dukungan tokoh agama dan dukungan petugas
http://medind.nic.in/imvw/habaa.html kesehatan serta perubahan sistem jaminan kesehatan pada
Siregar, F. 2013. Pengaruh nilai anak dan jumlah anak tahun 2014 yang akan datang. Begitu juga dengan faktor
pada Keluarga terhadap Norma Keluarga Kecil pemungkin yang berhubungan dengan ketidakikutsertaan
Bahagia dan sejahtera (NKKBS). menjadi akseptor KB, seperti jarak ke pelayanan kesehatan
http://library.usu.ac.id/doenload/fkm/fkm- dan biaya ke pelayanan kesehatan.
fazidah2.pdf. Diakses tanggal 23 Oktober 2013.
WHO, 2006. Ragam Metode Kontrasepsi. EGC: Jakarta.
66
Jurnal Ilmiah PANNMED Vol. 9 No.1 Mei - Agustus 2014
Abstrak
Lulusan pendidikan bidan yang ditempatkan di fasilitas kesehatan dan desa belum memberikan konstribusi
efektif terahadap percepatan penurunan angka kematian ibu dan angka kematian bayi. Pendidikan D III
kebidanan dengan kurikulum berbasis kompetensi berupaya melakukan perubahan sistem pembelajaran
konvensional menuju pembelajaran berbasis masalah (problem-based learning). Salah satu ciri problem-
based learning (PBL) self-directed learning, diintegrasikan dalam diskusi kelompok, diaplikasikan di
laboratorium dan praktek klinik pada objek nyata mewujudkan sikap profesi bidan mandiri yang mampu
memberi pelayanan dalam siklus kehidupan wanita berdasarkan bukti. Untuk mengetahui hubungan kegiatan
pembelajaran yang diterapkan dosen/tutor di kelas, laboratorium, praktek klinik dan kelengkapan alat-bahan
pembelajaran dengan kepuasan mahasiswa dalam asuhan kebidanan diagnosa kehamilan di Program Studi
Kebidanan Padangsidimpuan. Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif dan kualitatif dengan
pendekatan cross-sectional study. Populasi mahasiswa tingkat II reguler Program Studi Kebidanan
Padangsidimpuan berjumlah 50 orang ditambah 3 orang fasilitator, seluruhnya dijadikan subjek penelitian
(purposive sampling). Analisis data menggunakan chi-square, regresi logistik dengan pemodelan dan analisa
kualitatif. Hubungan kegiatan pembelajaran yang diterapkan dosen/tutor dengan kepuasan mahasiswa dalam
pembelajaran asuhan kebidanan diagnosa kehamilan bermakna dengan nilai p= 0,0001; RP sebesar 9,5
(CI95%=3,75-24.01) menjelaskan kegiatan pembelajaran memiliki risiko 9,5 kali mempengaruhi kepuasan
mahasiswa dalam pembelajaran asuhan kebidanan diagnosa kehamilan. Kegiatan pembelajaran sesuai
kriteria seven jump signifikan meningkan kepuasan mahasiswa dalam pembelajaran asuhan kebidanan
diagnosa kehamilan.
67
Jurnal Ilmiah PANNMED Vol. 9 No.1 Mei - Agustus 2014
laboratorium, praktek klinik dan sumber belajar asuhan kebidanan kehamilan. Nilai RP kurang dari 1 (CI 95%
kebidanan kehamilan di Politeknik Kesehatan tidak mencakup angka 1) maka faktor risiko bersifat
Kementerian Kesehatan Medan Program Studi protektif dan selanjutnya bila nilai ≥RP
1 maka
Kebidanan Padangsidimpuan. variabel tersebut merupakan faktor risiko yang
dianggap mempengaruhi rendahnya kepuasan
METODE PENELITIAN mahasiswa dalam pembelajaran asuhan kebidanan
diagnosa kehamilan.
Jenis penelitian kuantitatif dan kualitatif, dengan
pendekatan cross-sectional study, bertujuan untuk Hubungan Kegiatan Pembelajaran dengan
memperoleh gambaran kegiatan pembelajaran yang Kepuasan Mahasiswa dalam Asuhan Kebidanan
diterapkan dosen/tutor dengan kepuasan mahasiswa dalam Kehamilan
asuhan kebidanan kehamilan. Populasi, mahasiswa tingkat Kepuasan
II Program Studi Kebidanan Padangsidimpuan berjumlah Metode Tidak χ2
Puas p RP CI 95%
50 orang di tambah fasilitator 3 orang. Sampel dalam Pembelajaran puas
penelitian purposive sampling. n % n %
Variabel independen dalam penelitian ini terdiri
dari kegiatan pembelajaran dikelas, laboratorium, praktek PBL
klinik di rumah sakit dan sumber belajar. Variabel PBL lengkap 12 100 0 0 33,5 0,0001* 9,5 3.75 -
dependen kepuasan mahasiswa dalam pembelajaran PBL tidak 4 10,5 34 89,5 24.01
asuhan kebidanan kehamilan. Variabel luar yang lengkap
mempengaruhi pembelajaran dan kepuasaan mahasiswa Keterangan :
adalah pendidikan mahasiswa sebelumnya dan peran n = Jumlah mahasiswa 𝑝𝑝 = p Value
dosen/tutor dalam pembelajaran asuhan kebidanan 𝑥𝑥 2 = Chi-Square RP = Rasio Prevalensi
kehamilan. Analisis data univariabel, bivariabel, CI95% = Confidence Interval* = Signifikansi (p<0.05)
multivariabel dengan menggunakan uji statistik chi-square 95%
dan logistic regression dengan tingkat confidence interval
(CI95%). Terdapat hubungan yang bermakna antara
kegiatan pembelajaran dengan kepuasan mahasiswa
HASIL PENELITIAN dalam pembelajaran asuhan kebidanan kehamilan
dengan nilai p = 0,0001. Nilai RP sebesar 9,5
Uji statistik yang digunakan adalah chi-square (CI95%=3,75-24.01), menjelaskan kegiatan
dengan nilai p <0.05 menunjukkan hubungan yang pembelajaran yang diterapkan dosen/tutor memiliki
bermakna secara statistik. Nilai RP (risiko relatif) sama risiko 9,5 kali untuk mempengaruhi ketidak kepuasan
dengan 1 diartikan sebagai variabel yang diduga mahasiswa dalam pembelajaran asuhan kebidanan
sebagai faktor risiko yang tidak berpengaruh terhadap kehamilan.
kepuasan mahasiswa dalam pembelajaran asuhan
Hasil Analisis Chi square Kegiatan Pembelajaran dengan Kepuasan Mahasiswa dalam Asuhan Kebidanan
Kehamilan
Kepuasan
Pembelajaran Puas Tidak puas χ2 p RP CI 95%
n % n %
Pembelajaran kelas
- Lengkap 14 60,9 9 39,1
- Tidak lengkap 2 7,4 25 92,6 16,3 0,0001 8,2 2,1-32,4
Pembelajaran labor
- Lengkap 21 56,7 16 43,2 8,2
- Tidak lengkap 13 100 0 0,0002
Pembelajaran klinik 24,5
- Lengkap 15 78,9 4 21,1 31,1
- Tidak lengkap 1 3,2 30 96,8 0,0026 3,5-170.6
Kelengkapan alat
- Lengkap 15 57.7 11 42,3 16,4 13,8
- Tidak lengkap 1 4,2 23 95,8 1,8-97,0
Pendidikan mahasiswa
- SMA 12 24,6 26 64,5 0,13 0,0001 0,95
- SMK 4 33,3 8 66,7 0,586 0,37-2,39
Peran dosen
- Baik 16 35,5 29 64,5 2,64 0,13
- Kurang baik 0 0 5 100
Keterangan:
n = Jumlah responden 𝑝𝑝 = p Value
𝑥𝑥 2 = Chi-Square RP = Rasio Prevalensi
CI95% = Confidence Interval 95%
68
Irwan Batubara, dkk. Evaluasi Kepuasan...
Analisis multivariabel
Hasil Analisis Regresi Logistik hubungan Kegiatan Pembelajarandengan Kepuasan Mahasiswa dalam
Asuhan Kebidanan Kehamilan
Model 1 Model 2 Model 3 Model 4
Pembelajaran RP RP RP RP
(CI 95%) (CI 95%) (CI 95%) (CI 95%)
Pembelajaran kelas
- Lengkap 5,41 6,01 3,15
- Tidak Lengkap (1,47-19,90)* (1,59-22,60)* (0,99-10,05)
Sumber pembelajaran
- Lengkap 9,32 3,69 2,09
- Tidak Lengkap (1,39-62,33)* (0,60-22,54) (0,49-8,27)
Pembelajaran klinik
- Lengkap 13,53 3,29 11.81
- Tidak Lengkap (1,82-100,29)* (1,38-7,91)* (1,56-89,01)*
N 50 50 50 50
R² 0,30 0,36 0,26 0,40
Deviance 28,91 23,43 33,47 14,42
Keterangan:
N = Jumlah responden
RP = Rasio Prevalensi CI = Confident Interval
R² = Koefisien determinasi * = bermakna/signifikan
Model 1 untuk mengetahui hubungan kegiatan pertimbangan logis, statistik dan praktis lebih efektif
pembelajaran di kelas dan kelengkapan sumber belajar meningkatkan kepuasan mahasiswa dalam
dengan kepuasan mahasiswa dalam pembelajaran pembelajaran asuhan kebidanan kehamilan.
asuhan kebidanan kehamilan tanpa mengikut sertakan Pembelajaran berbasis masalah (PBL) efektif
variabel lain. Hasil analisis menunjukkan RP 5,41; CI dilaksanakan pada pembelajaran praktek klinik.
95%= 1,47-19,90. Nila R2, model 1 dapat memprediksi
kepuasan mahasiswa dalam pembelajaran asuhan
kebidanan kehamilan 30%. Model 2 melihat hubungan Hubungan kegiatan pembelajaran dengan kepuasan
sumber pembelajaran dan praktek klinik dengan mahasiswa dalam asuhan kebidanan diagnosa
kepuasan mahasiswa dalam pembelajaran asuhan kehamilan.
kebidanan kehamilan. Hasil analisis membuktikan nilai Hasil penelitian tabel 1 menunjukkan rerata
R2, mengalami peningkatan kepuasan mahasiswa 36% ketidakpuasan mahasiswa 68% dalam pembelajaran yang
dan tidak mempunyai hubungan yang bermakna dengan diterapkan dosen/tutor di kelas, laboratorium dan praktek
nilai RP = 3,69; CI 95%= 0,60-22,54. Kepuasan klinik. Secara deskriptif membuktikan kurangnya
mahasiswa memiliki proporsi 3,69 kali lebih puas pengetahuan dan keterampilan yang dimiliki oleh
dalam pembelajaran asuhan kebidanan. Model 3 dosen/tutor dalam manajemen pengelolaan kelas dan
melihat hubungan kegiatan pembelajaran di kelas dan pemanfaatan sumber pembelajaran untuk memotivasi
praktek klinik dengan kepuasan mahasiswa dalam mahasiswa intensif pada sumber belajar. Bukti statistik
pembelajaran asuhan kebidanan kehamilan. Hasil pada Tabel 4 terdapat hubungan yang bermakna antara
analisis mempunyai hubungan yang bermakna dengan kegiatan pembelajaran dengan kepuasan mahasiswa dalam
nilai RP = 6,01; CI 95%= 1,59-22,60. Kepuasan asuhan kebidanan kehamilan, nilai p = 0,0001; RP sebesar
mahasiswa memiliki proporsi 6,01 kali lebih puas 9,5; CI 95%= 3,75-24,01. Hal ini menjelaskan kegiatan
dalam pembelajaran asuhan kebidanan. Model 4 pembelajaran yang diterapkan dosen/tutor memiliki risiko
melihat hubungan kegiatan pembelajaran di kelas, 9,5 kali mempengaruhi ketidakpuasan mahasiswa dalam
praktek klinik, dan sumber pembelajaran dengan pembelajaran asuhan kebidanan kehamilan. Kegiatan
kepuasan mahasiswa dalam asuhan kebidanan pembelajaran yang diterapkan/dosen mayoritas PBL tidak
kehamilan. Hasil analisis membuktikan nila R2, lengkap 38 (76%) dan mahasiswa tidak puas. Nilai X² =
mengalami peningkatan kepuasan mahasiswa 40%, dan 33,5 artinya nilai peubah kegiatan pembelajaran yang
mempunyai hubungan bermakna dengan nilai RP diterapkan dosen (observasi) tidak sesuai dengan harapan
11,81; CI 95%= 1,56-89,01. Artinya kepuasan mahasiswa, semakin kecil nilai X² observasi dengan
mahasiswa memiliki proporsi 11,81 kali lebih puas harapan semakin baik mewujudkan tujuan pembelajaran
dalam pembelajaran. Berdasarkan analisis pemodelan, (mahasiswa puas).
peneliti cenderung untuk memilih model 4, atas dasar
69
Jurnal Ilmiah PANNMED Vol. 9 No.1 Mei - Agustus 2014
Problem based learning dilaksanakan lengkap klinik efisien dengan tugas perawatan pasien, sehingga
mahsiswa merasa puas signifikan dengan hasil penelitian; beban kerja tidak menimbulkan konflik dan saling
Kepuasan mahasiswa lebih baik pada sesi PBL mendapat perhatian. Peningkatan beban kerja tutor
dibandingkan dengan duduk dalam kuliah karena dapat untuk satu orang mahasiswa dan satu pasien sekitar 45
medorong aktivasi dan elaborasi pengetahuan sebelumnya menit setiap harinya9.. Tutor belajar dari pengalaman
dan memungkinkan proses pengembangan kognitif1,5. kegagalan atau ketidak puasan untuk memodifikasi
Pendidik pada dasarnya harus menyadari standar strategi metode pembelajaran efektif, seperti membuat
kurikulum yang dibutuhkan, kompetensi inti dari bidang jadwal harian, koordinasi dengan pendidikan untuk
studi, kemudian menyusun rencana pembelajaran dengan membatasi jumlah bimbingan, meningkatkan kinerja
pertimbangan kecukupan waktu, mahasiswa, metode dan tim dan melibatkan staf dengan pengawasan dan
sumber daya. Proses pembelajaran akan berlangsung bimbingan.
efektif jika mahasiswa terlibat secara aktif dalam tugas-
tugas yang bermakna, dan berinteraksi dengan materi Sumber pembelajaran dengan kepuasan mahasiswa
pembelajaran secara intensif. Penugasan belajar mandiri dalam asuhan kebidanan kehamilan.
meningkatkan kemampuan mengaplikasikan pengetahuan Hasil penelitian membuktikan sumber belajar
dalam aktivitas nyata, dan intraksi yang berkesinambungan (alat-bahan) pembelajaran tidak lengkap 23 (46%)
sesama teman sejawat memungkinkan mahasiswa untuk mahasiswa tidak puas dan mahasiswa tidak puas
melakukan konfirmasi terhadap pengetahuan dan walaupun alat lengkap 11 (22%). Secara deskriptif alat-
keterampilan pembelajaran6,7. Probem-based learning bahan adalah sumber belajar, jika tidak lengkap atau
inovasi dalam metode pembelajaran, dosen/tutor sebagai jumlahnya kurang menghambat tansformasi materi
fasilitator kreatif mengembangkan kemampuan dan pembelajaran dan membutuhkan waktu lebih lama
keahlian yang berhubungan dengan bidang tugasnya. dalam penyelesaian tugas. Secara statistik terdapat
Kualitas dan atribut fasilitator memberikan dampak yang hubungan yang bermakna antara kepuasan mahasiswa
signifikan pada proses pembelajaran, agar belajar terasa dengan kelengkapan alat-bahan pembelajaran dan dapat
nyaman dan tercipta diskusi yang terbuka dibutuhkan meningkatkan kepuasan mahasiswa 13,8 kali jika
fasilitator kreatif, terbuka, fleksibel, berpikir positif, ketersedian alat-bahan pembelajaran lengkap. Aktivitas
inovatif dan penuh motivasi dalam kelompok pembelajaran mahasiswa berinteraksi dengan sumber
diskusi2,8.Tantangan pembelajaran di Program Studi belajar; mendemontrasikan, mempraktekkan,
Kebidanan Padangsidimpuan; kurangnya jumlah mensimulasikan, mengadakan eksprimen,
fasilitator jika dibandingkan dengan kelompok mahasiswa, menganalisis, mengaplikasikan, menemukan,
kualifikasi pengetahuan belum memadai sehingga mengamati, meneliti, efektivitas dan efisien proses
mahasiswa tidak terfasilitasi optimal dalam pembelajaran. dipengaruhi kelengkapan alat-bahan sebagai sumber
Fasilitator berupaya meningkatkan kemampuan melalui belajar. menjelaskan hambatan dalam pembelajaran,
pendidikan formal dan pelatihan yang relevan dengan kurangnya alat-bahan mahasiswa tidak dapat
tugasnya, kemampuan teknologi dan psikologi pendidikan menyelesaikan pembelajaran kelompok tepat waktu
untuk mendisain kegiatan pembalajaran berbasis masalah dan tutor mengalami kesulitan mengoptimalkan
yang efektif dan efisien. bimbingan, harapan peningkatan pencapaian
Problem based learning efektif dilaksanakan kompetensi pembelajaran fokus pada mahasiswa tidak
dalam pembelajaran praktek klinik, hal ini sependapat tercapai10,16. Alat dan bahan adalah sub-komponen
dengan hasil penelitian Aari, PBL lebih efektif dalam simtem pembelajaran.
meningkatkan keterampilan mahasiswa pada Sumber pembelajaran sesuai kebutuhan topik
pembelajaran klinik dibandingkan dengan metode pembelajaran, mahasiswa diberi kesempatan
konvensional1,9. Pembelajaran klinik peluang bagi mengerjakan langsung, dan menemukan sendiri materi
mahasiswa untuk memperoleh norma, prilaku bidan pembelajaran dengan bimbingan dosen/tutor sebagai
sebagai bagian dari komunitas praktek, sosialisasi fasilitator mahasiswa mampu mandiri melaksanakan
profesional sebagai proses belajar budaya profesi, asuhan kebidanan tanpa tergantung sepenuhnya pada
kemampuan, nilai, sikap dan keterampilan yang dokter ahli. Sumber pembelajaran asuhan kebidanan
membuat mahasiswa semakin percaya diri. PBL terdiri dari media pembelajaran (audiovisual),
memiliki kelebihan seperti menyediakan pengalaman kebutuhan praktek laboratorium/klinik (pemeriksaan
belajar yang jauh lebih menyenangka, keterampilan ibu hamil), sumber pustaka dan alat transpormasi
profesional dan praktek ilmu dasar dilaksanakan informasi untuk mengintegrasikan dan membanding
dengan pendekatan berbasis kompetensi dan hasil pengumpulan data ibu hamil sehingga keputusan
pembimbing mengambil peran pembinaan bekerja klinik atau diagnosa tepat berdasarkan bukti.
sampai mencapai tingkat kompetensi. Keputusan Dosen/tutor merencanakan pembelajaran
kelinik asuhan kebidanan kehamilan lebih akurat mempertimbangkan: 1) ketersediaan sumber belajar
karena mereka lebih cendrung menggunakan konsep- baik dari jumlah maupun kualitasnya, 2) ketersediaan
konsep sains, mengembangkan kemampuan dalam dana, tenaga dan fasilitas, 3) keluesan, kepraktisan
pemecahan masalah secara akurat dan menerapkannya penggunaan sumber belajar, serta 4) efektifitas
pada siatuasi masalah baru. Peranan tutor dalam sumber belajar dengan waktu10. Fasilitator memiliki
praktek klinik adalah mengintegrasikan pembelajaran keterampilan menggunakan alat-bahan dalam
70
Irwan Batubara, dkk. Evaluasi Kepuasan...
pengumpulan data ibu hamil, mengusai konstektual Dochy ., Seger, M, Bossc PVd, Gijbels D. Effects of
menentukan diagnosa beradasarkan evidance base dan problem-based learning: a metaanalysis. Learning
pemodelan jika memungkinkan menyerupai bentuk, and Instruction. 2003; 13: 533-568.
fungsi aslinya10,17. Berbagai upaya yang dapat Hmelo-Silver CE. Problem-based learning: What and
dilaksanakan untuk meminimalisir dampak kekurangan how do students learn? Educational Psychology
alat-bahan dalam pembelajaran: 1) distribusi Review. 2004; 16 (3): 235-266.
merata pada setiap kelompok dan terjadwad, 2) Wood DF. ABC of learning teaching in medicine:
pemodelan jika memungkinkan menyerupai bentuk Problem based learning. BMJ.2003; 326.
aslinya, 3) penambahan waktu atas kesepakatan tutor Raisler J, O'Grady M, Lori J. Clinical teaching and
dengan kelompok diluar jam terjadwa, dan 4) learning in midwifery and women's health. J
memberdayakan lembaga atau institusi tempat Midwifery Womens Health. 2003; 48 (6): 398-406.
praktek10,18. Inventarisasi alat-bahan dilaksanakan Spinello E, Fischbach R. Problem-based learning in
setiap akhir semester untuk mengetahui public health instruction: a pilot study of an online
kelengkapannya, kualitasnya, penataannya, dilaporkan simulation as a problem-based learning approach.
ke Jurusan Kebidanan dilanjutkan ke Direktorat Educ Health (Abingdon). 2004; 17 (3): 365-373.
Politeknik Kesehatan Medan, pengadaannya oleh Kokom K. Pembelajaran Kontekstual Konsep dan
Poltekkes dan didistribusi kependidikan. Aplikasi. Rafika Aditama, Bandung ;2010.
Thomas GB. An evidance-based strategy for midwifery
DAFTAR PUSTAKA education. The Royal College of Midwives Based
Midwifery. 2007; 5 (2): 47-53.
Aari RL, Elomaa L, Ylonen M, Saarikoski M. Problem- Gordon J. ABC of learning and teaching in medicine:
based learning in clinical practice: employment one to one teaching and feedback. BMJ. 2003; 326
and education as development partners. Nurse (7388): 543-5.
Educ Pract.2008; 8 (6): 420-427. Morrison J. ABC of learning and teaching in medicine:
Ali GM, Sebai NAM. Effect of problem-based Evaluation. BMJ. 2003; 326 (7385): 385-387.
learning on nursing student approaches to learning Prideaux D. ABC of learning and teaching in medicine.
and their self directed learning abilities. Curriculum design. BMJ.2003; 326 (7383): 268-
International Journal of Academic Research.2010; 270.
2 (4): 188-195. Savin-Baden, M. Problem-based Learning In Higher
Botti J. PBL Scenario Essential. Published in the Education: Untold Stories, Philadelphia, PA: Open
proceedings of the PBL International University Press; 2000.
Conference, Cancun, Mexico, June 2004. Vahidi R, Azemian A, Zadeh S. Feasibility of PBL
Departemen Kesehatan RI Kurikulum Pendidikan implementation in clinical courses of nursing and
Diploma III Kebidan, Jakarta; 2004. midwifery from the view points of faculty
Gurpinar E, Alimoglu MK, Mamakli S, Aktekin M. members of Tabriz University of Medical
Can learning style predict student satisfactin with Sciences. Journal of Medical Education. 2004; 4
different instruction methods and academic (2): 71-76.
achievement in medical education?. Advances in Wood DF. ABC of learning teachin in medicine:
Pshysikology Education.2010; 34 (4): 192-196 Problem based learning. BMJ.2003; 326
71
Nurlama Siregar. Hubungan Karakteristik...
Abstrak
Sosial dan budaya kehamilan merupakan faktor tidak langsung penyumbang angka kematian ibu.Tingkat
kurangnya pengetahuan ibu hamil juga menjadi faktor lainnya.Dalam Survei Demografi dan Kesehatan
Indonesia (SDKI) tahun 2012 AKI di Indonesia yaitu mencapai 359 per 100 ribu kelahiran.Penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui gambaran sosial dan budaya serta pengetahuan ibu hamil tentang kehamilan di
Desa Percut Kecamatan Percut Sei Tuan Kabupaten Deli Serdang Tahun 2014. Penelitian bersifat deskriptif
dengan data primer.Populasi penelitian adalah semua ibu hamil di Desa Percut Kecamatan Percut Sei Tuan
Kabupaten Deli Serdang Tahun 2014 pada bulan Mei sampai Juni 54 ibu hamil.Pengambilan sampelnya
dengan teknik total populasi. Dari hasil penelitian dari segi sosial umumnya ibu hamil berinteraksi dengan
suami dan tetangga (100%), orang tua (27,77%),mertua (12,96%),bidan (11,11%),sesama ibu hamil
(9,25%).Interaksi Ibu hamil saat ada keluhan memiliki persentase dengan suami(100%),orang tua
(18,51%),mertua dan tetangga (9,25%) bidan (12,96%),interaksi terdekat ibu hamil dengan suami
(100%),orang tua (22,22%) mertua dan bidan (5,55%). sumber nasehat saat hamil bersumber dari mertua
(62,96%),orang tua (53,70%) tetangga (37,30%).dari segi budaya umumnya ibu hamil memiliki kepercayaan
berpantang makan, perilaku, mengikuti nasehat saat hamil,melaksanakan upacara kehamilan.Berdasarkan
pengetahuan ibu hamil berpengetahuan kurang (68,51%),berpengetahuan baik (7,41%) dan cukup (24,08%).
Disarankan bagi kepala desa agar meningkatkan kesehatan ibu hamil dengan bekerjasama dengan bidan dan
melakukan pendekatan melalui orang terdekat ibu hamil.
PENDAHULUAN 2012 jumlah AKI di Indonesia yaitu 359 per 100 ribu
kelahiran hidup (Depkes, 2012). Berdasarkan laporan dari
Indonesia sehat adalah suatu gambaran kondisi profil kab/kota AKI maternal yang dilaporkan di Sumatera
Indonesia di masa depan, yakni masyarakat, bangsa, dan Utara tahun 2012 yaitu 106/100.000 kelahiran hidup.(Profil
negara yang ditandai oleh penduduknya hidup dalam Kesehatan Sumatera Utara Tahun 2012)
lingkungan dengan perilaku hidup sehat, memiliki Diperkirakan 50.000.000 ibu setiap tahunnya
kemampuan menjangkau pelayanan kesehatan yang mengalami masalah kesehatan yang berhubungan dengan
bermutu secara adil dan merata, serta mencapai derajat komplikasi – komplikasi kehamilan , persalinan dan
kesehatan yang setinggi-tingginya di seluruh wilayah nifas.komplikasi yang ada kaitannya dengan kehamilan
Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Visi Depkes berjumlah sekitar 18 % dari jumlah global penyakit yang di
2010-2014 yaitu masyarakatsehat yang mandiri dan derita wanita pada usia reproduksi. Dan diperkirakan 40 %
berkeadilan (Depkes, 2010).Setiap negara memiliki tolak wanita hamil akan mengalami komplikasi sepanjang
ukur dalam pencapaian derajat kesehatan, diIndonesia kehamilannya (Ronald, 2011). Menurut Ronald (2010)
salah satu indikator dalam pencapaian derajat diperkirakan dari setiap ibu yang meninggal dalam
kesehatan masyarakat sehat yang mandiri dan berkeadilan kehamilan, karena menderita komplikasi, diakibatkan
sesuai dengan visi Depkes 2010 – 2014 adalah dengan karena adanya penyebab langsung dan tidak langsung dari
target menurunkan kematian Ibu (AKI) dan angka kematian ibu tersebut. Penyebab utama kematian ibu yaitu
kematian bayi (AKB) yang masih tinggi (Ronald, 2011). adanya perdarahan (25 %), sepsis (15%), hipertensi dalam
World Health Organization (WHO) memperkirakan kehamilan (12%), partus macet (8 %), komplikasi aborsi
angka kematian maternal di Indonesia diperkirakan tidak aman (13%), dan penyebab lain (8%) maka penyebab
mencapai 100 sampai 1.000 lebih per 100.000 dari tidak langsung dari kematian ibu seperti anemia. Sebab
kelahiran hidup.Hasil laporan kemajuan pencapaian kematian ibu , mulai dari kehamilan itu sendiri terdapat
Millennium Development Goals (MDGs) tahun 2007 banyak masalah yang salah satunya kehamilan dengan
Angka Kematian Ibu (AKI) di Indonesia masih mencapai mitos – mitos yang baik sadar atau tidak disadari selalu
307 per 100.000 kelahiran hidup, tertinggi di Asia hidup secara turun temurun dalam masyarakat. Mitos-
Tenggara (Sukowati, 2008). Dan berdasarkan Survei mitos kehamilan ini dapat memberikan pengaruh bagi
Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) pada tahun perilaku ibu hamil baik itu positif maupun negatif hingga
72
Jurnal Ilmiah PANNMED Vol. 9 No.1 Mei - Agustus 2014
mempengaruhi kunjungan pemeriksaan kehamilan. Hamil Tentang Kehamilan Di Desa Percut Kecamatan
Berdasarkan Profil Kesehatan Sumatera Utara Percut Sei Tuan Kabupaten Deli Serdang Tahun 2014.
Tahun 2012 Cakupan pemeriksaan kehamilan ibu hamil di
Sumatera Utara sejak tahun 2007 mengalami kenaikan dari Lokasi Penelitian dan Waktu Penelitian
77,95% menjadi 85,92% ditahun 2012, yaitu untuk Penelitian ini dilakukan di Desa Percut Kecamatan
cakupan KI sebesar 92,74 % dan untuk cakupan K4 Percut Sei Tuan Kabupaten Deli Serdang pada bualan
sebesar 85,92 % dari 25 kabupaten dan 8 kota yang ada di Januari – Mei 2014.
Sumatera Utara namun peningkatan ini terkesan lambat
karena peningkatkannya hanya sekitar 2% setiap tahun. Populasi Dan Sampel Penelitian
Dengan peningkatan seperti ini dikhawatirkan Sumatera Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh Ibu
Utara tidak mampu mencapai target SPM bidang kesehatan hamil yang ada di Desa Percut Kabupaten Deli Serdang
yaitu 95% di tahun 2015. sebanyak 54 orang ibu hamil pada bulan Januari sampai
Dari penyebab kematian ibu tersebut masalah April tahun 2014 dan seluruh populasi dijadikan sebagai
kematian maupun kesakitan dan kunjungan pemeriksaan sampel.
kehamilan pada ibu tidak terlepas dari faktor sosial budaya
dan lingkungan di dalam masyarakat.Disadari atau Metode Pengumpulan Data
tidak,faktor kebudayaan, kepercayaan dan pengetahuan Metode pengumpulan data dengan cara mengambil
budaya seperti berbagai pantangan, hubungan sebab akibat, data secara primer yaitu data yang langsung di peroleh
antara makanan dan kondisi sehat sakit, kebiasaan, dan peneliti sendiri melalui kuesioner. Tipe kuesioner yang
ketidaktahuan, seringkali membawa dampak positif digunanakan dengan kuesioner semi terbuka untuk sosial
maupun negatif terhadap kesehatan ibu. dan budaya ibu hamil serta kuesioner tertutup untuk
Pengetahuan, sosial dan budaya ibu yang sedang pengetahuan ibu hamil Pengambilan data di lakukan
hamil akan memengaruhi kesehatan ibu saat hamil. dengan melakukan kunjungan rumah.
Berdasrkan latar belakang tersebut penelitian ini dilakukan
untuk mengetahui gambaran pengetahuan, sosial dan Pengolahan Data dan analisa Data
budaya ibu hamil di Desa Percut Kecamatan Percut Sei Data yang terkumpul selanjutnya diediting dan
Tuan Kabupaten deli Serdang. ditabulating. Data dianalisis dengan melihat persentase
(distribusi frekuensi) dari masing-masing variabel yang
Perumusan Masalah diteliti, kemudian dibahas dengan menggunakan teori dan
Permasalahan dalam penelitian ini yaitu “ kepustakaan yang ada
Bagaimanakah gambaran sosial, budaya serta pengetahuan
ibu hamil tentang kehamilan di desa Percut Kecamatan HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Percut Sei Tuan Kabupaten Deli Serdang tahun 2014 “
Gambaran Wilayah Penelitian
Tujuan Penelitian Wilayah penelitian berada di Desa Percut Kecamatan
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran Percut Sei Tuan Kabupaten Deli Serdang yang terbagi 18
sosial dan budaya serta pengetahuan ibu hamil tentang dusun dalam satu dusun Desa Percut, terletak di sebelah
kehamilan di Desa Percut Kecamatan Percut Sei Tuan barat dari wilayah Kecamatan Percut Sei Tuan Kabupaten
Kabupaten Deli Serdang tahun 2014 Deli Serdang dengan mayoritas 90 %penduduk bersuku
Melayu tersebar di dalam 18 dusun,dan memiliki 1
METODE PENELITIAN puskesmas pembantu terletak di depan kantor kepala Desa
Percut sementara untuk wilayah kerja puskesmas induk
Jenis Penelitian yang menaungi Desa Percut terletak di Desa Tanjung
Penelitian ini bersifat deskriftif yaitu suatu metode Rejo,yang memiliki jarak tempuh 15 menit dari Desa
penelitian yang dilakukan dengan tujuan utama untuk Percut.
membuat gambaran tentang suatu keadaan untuk
mengetahui Gambaran Sosial Budaya dan Pengetahuan Ibu
1. Karasteristik Responden
Tabel 1. Distribusi Karasteristik Responden
Gravida Jumlah Persen (%)
Primigravida 28 51,85
Secundygravida 15 27,77
Multigravida 11 20,37
Total 54 100
Usia Kehamilan
Trimester I 20 37,03
Trimester II 14 25,92
Trimester III 20 37,03
Total 54 100
73
Rina Doriana Pasaribu. dkk. Sosial, Budaya Serta...
Total 54 100
2. LingkunganSosial Ibu Hamil di Desa Percut Kecamatan Percut Sei Tuan Kabupaten Deli Serdang Tahun
2014
Tabel 2. Distribusi Interaksi Sosial Sehari – hari Ibu Hamil Saat Hamil di Desa Percut Kecamatan Percut Sei Tuan
Kabupaten Deli Serdang Tahun 2014
No Interaksi Sosial Jumlah N Persen ( % )
1 Suami 54 54 100
2 Orang Tua 15 54 27,77
3 Mertua 7 54 12,96
4 Tetangga 54 54 100
5 Bidan 6 54 11,11
6 Sesama Ibu Hamil 5 54 9,25
Tabel 3. Distribusi Interaksi Ibu Hamil Jika ada Keluhan Saat Hamil di Desa Percut Kecamatan Percut Sei Tuan Kabupaten
Deli Serdang Tahun 2014
No Interaksi Ibu Saat Ada Keluhan Jumlah N Persen (%)
1 Suami 54 54 100
2 Orang Tua 10 54 18,51
3 Mertua 5 54 9,25
4 Tetangga 5 54 9,25
5 Bidan 7 54 12,96
Tabel 4. Distribusi Sumber Nasehat Pantangan /Anjuran ke Ibu Hamil di Desa Percut Kecamatan Percut Sei Tuan
Kabupaten Deli Serdang Tahun 2014
No Sumber Nasehat Jumlah N Persen ( % )
3. Budaya Berpantang Makan Ibu Hamil Di Desa Percut Kecamatan Percut Sei Tuan Kabupaten Deli
Serdang Tahun 2014
Tabel 5. Distribusi Berpantang Makan Ibu Hamil Di Desa Percut Kecamatan Percut Sei Tuan Kabupaten Deli Serdang
Tahun 2014
No Budaya Berpantang Makan Jumlah (f) N Persen (%)
74
Jurnal Ilmiah PANNMED Vol. 9 No.1 Mei - Agustus 2014
Tabel 6. Distribusi Berpantang Perilaku Ibu Hamil Di Desa Percut Kecamatan Percut Sei Tuan Kabupaten Deli Serdang
Tahun 2014
No Budaya Berpantang Perilaku Jumlah N %
1 Tidak boleh Melilitkan handuk dileher 23 54 42,59
2 Tidak boleh gerai rambut selama 17 54 31,48
3 hamil
4 Tidak boleh duduk di akar 15 54 27,77
5 Tidak boleh mandi di atas jam 5 sore 12 54 22,22
6 Tidak boleh makan di baskom 6 54 11,11
7 Tidak keramas sore hari 4 54 7,40
8 Tidak boleh keluar rumah malam hari 26 54 48,14
Tabel 7. Distribusi Nasehat Perilaku Ibu Hamil Di Desa Percut Kecamatan Percut Sei Tuan Kabupaten Deli Serdang Tahun
2014
No Budaya Berpantang Perilaku Jumlah (f) N Persen (%)
Tabel 8. Distribusi Upacara Adat Ibu Hamil Di Desa Percut Kecamatan Percut Sei Tuan Kabupaten Deli Serdang Tahun
2014
No Upacara Hamil Jumlah (f) N Persen (%)
1 Upacara hamil usia 4 bulan 20 54 37,03
2 Upacara hamil usia 7 bulan 27 54 50
3 Upacara kehamilan ganjil 23 54 42,59
Pengetahuan Ibu Hamil Tentang kehamilan Di Desa Percut kecamatan Percut Sei Tuan Kabupaten Deli Serdang
Tahun 2014.
Tabel 9. Distribusi Pengetahuan Ibu Hamil Tentang Kehamilan di Desa Percut Kecamatn Percut Sei Tuan Kabupaten Deli
Serdang Tahun 2014
No Pengetahuan Jumlah (f) Persen (%)
1 Baik 4 7,41
2 Cukup 13 24,08
3 Kurang 37 68,51
Total 54 100
75
Rina Doriana Pasaribu. dkk. Sosial, Budaya Serta...
kelompok sebagai kesatuan dan yang sifatnya tidak bersumber oleh pihak keluarga akan teraplikasi di
menyangkut pribadi. Interaksi sosial antara kelompok – masyarakat.
kelompok manusia dapat terjadi di keluarga dan di Dalam penelitian Fauziah tentang Mitos Kehamilan
masyarakat yang di dasarkan pada berbagai faktor yaitu mengungkapkan bahwa pantangan dan anjuran yang di
adanya faktor imitasi,faktor sugesti,faktor identifikasi dan peruntukkan ibu hamil banyak di sampaikan oleh orang tua
faktor simpati. ,mertua,tetangga ataupun kerabat bahkan ada ketakutan
Saat ada keluhan tentang kehamilannya, ibu-ibu dari perempuan hamil jika tidak mempercayai pantangan
hamil berdasarkan hasil penelitian hanya 7 orang (12,96%) dan anjuran yang telah di sampaikan.Dan dalam penelitian
yang berinteraksi dengan bidan. Ibu hamil malah lebih menyebutkan bahwa pesan – pesan selama hamil banyak
seang berinteraksi atau meminta nasehat dari orang tua di sampaikan oleh orang tua ataupun keluarga yang wajib
ataupun mertuanya, padahal sumber informasi yang lebih dilaksanakan,seperti halnya pantangan-pantangan ataupun
baik di dapat dari Bidan (petugas Kesehatan). Kebiasaan anjuran saat hamil,jika pantangan maupun anjuran tersebut
berinteraksi dengan tetangga juga kemungkinan penyebab tidak dilakukan masyarakat meyakini bahwa akan
semakin berkembangnya mitos-mitos ataupun budaya mendapat balsan yang buruk.
yang tidak sesuai dengan kesehatan ibu hamil diyakini oleh
ibu hamil itu sendiri. Rendahnya kunjungan antenatal 2. Budaya Berpantang Makan dan Berperilaku
(59,25) yaitu persentase ibu hamil yang tidak pernah Saat Hamil
melakukan ANC kemungkinan juga dipengaruhi sistem Hasil penelitian menunjukkan bahwa mayoritas
interaksi di masyarakat yang menyakini informasi ataupun ibu hamil berpantang makan ikan di usia > 7 bulan 38,88
budaya yang dianut oleh teman/tetangga. %,di ikuti dengan pantangan lainnya seperti berpantang
Dari hasil penelitian tentang orang terdekat ibu di makan jantung pisang 31,48 %,berpantang makan kerak
ketahui bahwa dari 54 mayoritas ibu hamil memiliki nasi dan cabai rawit 29,62 %,makan tape 25,92 %,makan
interaksi terdekat dengan suami yaitu dengan persentase ketan 24,07 %,makan banyak di usia kehamilan tua 22,22
100 %,dan selain itu terdekat ibu hamil lainnya dengan % dan berpantang makan durian dan nenas 20,37 %. Dari
orang tua 22,22% dengan mertua dan bidan 5,55 %. Dalam wawancara dengan ibu hamil, mereka menyatakan bahwa
penelitian Shrimartini tahun 2011 tentang Perawatan berpantang makan ikan di usia > 7 bulan dikhawatirkan
Kehamilan dalam Prespektif Budaya Madura di Desa jika bersalin atau nifas nanti darah yang keluar akan berbau
Tambak dan Desa Rapalaok Kecamatan Omben amis,sementara dalam teori bahwa bau amis pada masa
Kabupaten Sampang di katakan bahwa ibu hamil di Desa nifas itu di akibatkan dari masa transisi perubahan lochea
Tambak dan Desa Rapaloak saat hamil memiliki hubungan yang terjadi karena adanya perubahan pada bagian desidua
terdekat dengan pihak keluarga (suami,orang tua di rahim.dan alam teori Almatsier (2009) mengenai konsep
,mertua,bibi ataupun saudara) ,tetangga.bahkan dalam dasar ilmu gizi mengungkapkan bahwa jika dilakukan
mempersepsikan tindakan yang akan di ambil dalam pembatasan mengenai konsumsi ikan saat kehamilan yang
memutuskan sesuatu hal seperti terkait dalam pemeriksaan merupakan sumber protein dapat mengakibatkan terjadi
kehamilan,ibu hamil menyatakan akan berembuk atau masalah pada pembentukan dan perkembangan janin saat
berdiskusi dulu dengan orang-orang terdekatnya. Selain itu kehamilan,sebenarnya kandungan protein itu dalam ikan
dalam penelitian Chriswardani tahun 2007 tentang Faktor memiliki kandungan nilai protein 16,0 dan ikan juga
Sosial Budaya dalam Praktik Perawatan disebutkan memiliki sumber protein hewani yang
Kehamilan,Persalinan dan Pasca Persalinan di Kecamatan mempunyai susunan asam amino yang paling sesuai
Bangsri Kabupaten Jepara menyatakan bahwa dalam dengan kebutuhan manusia.
kehamilan di masyarakat jawa faktor kekerabatan( Mengenai berpantang makanan durian dan tape
suami,orang tua,nenek) menjadi orang terdekat ibu hamil ibu hamil mengatakan dapat membahayakan kehamilan
yang memegang peranan penting dalam tindakan – dan hal ini sejalan dalam teori Rafi (2009) mengungkapkan
tindakan si ibu yang berkaitan dengan kehamilan sampai durian dan tape memiliki kandungan alkohol yang
pasca persalinan baik dalam memberika nasehat maupun menghasilkan panas tubuh sehingga berpotensi
dalam mengambil keputusan. menimbulkan bahaya pada janin diantaranya dapat
Penelitian ini juga menunjukkan bahwa sumber menyebabkan perdarahan atau keguguran.sementara untuk
nasehat pantangan/anjuran ibu hamil 62,96% bersumber pantangan makan nanas yang di katakan dapat
lainnya dari orang tua 53,70 % dan bersumber dari menyebabkan keguguran tidak sesuai dengan teori Rafi
tetangga 37,30 %. Dalam teori wahit (2012) ada (2009) yang menyebutkan bahwa sebaiknya selama hamil
mengungkapkan bahwa dalam aspek seorang sebenarnya bukan tidak boleh mengkonsumsi nanas tapi
individu,keluarga,masyarakat dan kebubudayaan adalah harus ada pembatasan konsumsi nanas yang dalam nanas
aspek yang tidak dapat di pisahkan,lingkungan sosial itu mengandung asam yang berlebihan sehingga dapat
merupakan lingkungan yang pertama kali dijumpai dalam memacu peningkatan kadar asam lambung.
hidup keluarga,dan dalam keluarga individu Dalam penelitian lainnya Fauziah tentang mitos
mengembangkan kapasitas pribadinya yang salah satunya kehamilan ada mengungkapkan pantangan makanan bagi
mengenai kebudayaan,dan individu akan ibu hamil meliputi larangan makan makanan tajam seperti
mengejawantahkan apa yang sudah di pelajari dan di nenas ,di khawatirkan mengalami keguguran.tidak boleh
sampaikan keluarganya begitu halnya dengan keadaan meminum es bagi ibu hamil agar bayinya tidak besar
dalam masa kehamilan kebudayaan saat hamil yang ,larangan makan nasi kerak di khawatirkan akan
76
Jurnal Ilmiah PANNMED Vol. 9 No.1 Mei - Agustus 2014
berdampak tidak keluarnya plasenta atau ari – ari. persalinan nanti.Fauzia juga mengungkapkan ada anjuran
Selain pantangan terhadap makanan tertentu ada untuk memakai penangkal (seunangkai) di pinggang
juga pantangan terhadap jumlah porsi makanan yang di seperti tali atau gunting di pakaian yang di yakini sebagai
konsumsi dalam penelitian Afiyah tahun 2008 di salah satu penangkalmakhluk halus yang ingin menganggu.dan
daerah di Jawa Barat ibu yang kehamilannya memasuki anjuran lain yakni bila hendak berpergian harus
usia 8-9 bulan harus mengurangi makan agar bayi yang di menyelipkan paku kecil di dalam rambut agar tidak di
kandung mudah di lahirkan.Hal yang sama juga di ganggu mahkluk halu. Menurut Supardan tahun 2008 suatu
ungkapkan Nurpuji Utami tahun 2003 dalam penelitian tradisi yang ada di masyarakat akan merujuk kepada pola
Mulyaningrumdi di Sulawesi Selatan menemukan ada perilaku atau kepercayaan yang telah menjadi bagian dari
kepercyaan tentang makanan yang berlebih di usia hamil suatu budaya yang telah lama di kenal kepercayaan secara
tua dapat menyebabkan anak menjadi lebih besar dan dapat turun menurun yang secara sosial diwariskan dari atu
memperlambat persalinan sehingga ibu hamil harus generasi ke generasi berikutnya.
membatasi makanannya untuk menghindari kesulitan
proses persalinan. 3. Pengetahuan Ibu Hamil Tentang Kehamilan
Dalam Wahit (2012) mengungkapkan bahwa Pengetahuan ibu hamil tentang kehamilan pada
pembatasan asupan gizi pada kehamilan memiliki dampak umumnya masih kurang (68,51%) dan yang
yang begitu besar,di masyarakat pembatasan mengenai gizi berpengetahuan baik hanya 4 orang (7,41%). Pengetahuan
disebabkan adanya kepercayaan pantangan terhadap ibu hamil yang kurang inilah kemungkinan masih
beberapa makanan yang sebenarnya sangat dibutuhkan dipercayainya berbagai hal yang menyangkut tentang
wanita hamil. Hal ini juga menjadi salah satu faktor larangan/pantangan makanan ataupun melakukan suatu
predisposisi terjadinya kasus anemia dan kasus kurang gizi tindakan/ aktivitas (pantangan perilaku).
pada ibu hamil terutama di pedesaan. Fauzia dalam penelitiannya tentang mitos
Hasil penelitian juga menunjukkan ibu hamil kehamilan mengungkapkan bahwa pengetahuan bersumber
yang berpantang perilaku seperti ibu hamil dilarang keluar dari dua bagian yaitu pertama dari kesehatan modern yang
rumah pada malam hari 48,14 %,sementara ada juga itu berupa konsultasi atau anjuran dari dokter dan bidan.
berpantang perilaku melilitkan handuk di leher 42,59 Sedangkan penge tahuan tradisional berupa kepercayaan
%,gerai rambut selama hamil 31,48 %,duduk di akar 27,77 terhadap berbagai pantangan dan anjuran selama
%,mandi di atas jam 5 sore 22,22 %,duduk di dapan pintu kehamilan. Hal ini dipengaruhi oleh semakin
18,51 %,membunuh binatang 12,96 % dan makan dari berkembangnya pengetahuan dan informasi dari
baskom 11,11 % serta keramas di sore hari 7,40 %. Ibu masyarakat yang semakin hari semakin modern. Meskipun
hamil juga menyakini larangan melilitkan handuk di leher demikian, pengetahuan tradisional tidak sepenuhnya
karena dapat menyebabkan lilitan tali pusat,pada hal dalam ditinggalkan masyarakat dengan alasan terjalin hubungan
teori Rafi (2009) menjelaskan bahwa penyebab terjadinya yang erat dalam komunitas sosial sehingga kebiasaan yang
lilitan tali pusat sebenarnya bukan karena melilitkan melingkupi tempat tinggal masyarakat akan
handuk di leher tetapi penyebab terjadi lilitan tali pusat mempengaruhu sikap dan perilakunya.
diduga disebabkan oleh aktivitas yang berlebih sehingga
mengakibatkan hiperaktivitas gerakan bayi. KESIMPULAN DAN SARAN
Begitu juga dengan pantangan perilaku mengenai
pantang duduk di depan pintu karena dapat mempersulit Kesimpulan
persalinan hal ini tidak sesuai dengan Mochtar (2010) dan 1. Interaksi Berdasarkan hasil penelitian di tinjau dari
Rafi (2009) yang mengungkapkan bahwa mudah atau segi sosial ibu hamil pada umumnya ibu hamil
sulitnya persalinan ditentukan dari beberapa hal yaitu berinteraksi dengan suami dan tetangga
sebagai berikut: dari segi power,passage,passanger,psikis (100%),dengan orang tua (27,77%),dengan mertua
dan penolong serta keterampilan dalam proses persalinan (12,96%),dengan bidan (11,11%)dan sesama ibu
bukan karena duduk di depan pintu bisa mempersulit hamil (9,25%).Interaksi Ibu hamil saat ada keluhan
persalinan. memiliki persentase dengan suami(100%),orang
Mayoritas ibu hamil mengikuti nasehat berperilaku tua(18,51%),mertua dan tetangga (9,25%) dan bidan
pakai paku selama hamil saat keluar rumah 48,14 % selain (12,96%),interaksi terdekat ibu hamil dengan
itu ada juga nasehat untuk minum minyak sayur waktu suami(100%),orang tua (22,22%),dengan mertua dan
hamil tua 46,29 %,memakai gunting di pakaian ibu 31,48 bidan (5,55%).Untuk sumber nasehat saat hamil
% ,minum air kelapa 25,94 %,tidak boleh tidur di lantai bersumber dari mertua (62,96%),orag tua ( 53,70%)
18,51 %,dan nasehat untuk serimg berjalan pagi sebanyak dan tetangga (37,03%).
12,96 % ,mandi sebelum jam 5 sore 16,66 %. 2. Dlihat dari segi budaya bahwa pada umumnya ibu
Dilihat dari penelitian Fauzia tentang Mitos hamil masih memiliki kepercayaan tentang
kehamilan mengungkapkan dari narasumber ibu berpantang makan, perilaku, mengikuti nasehat
hamil/yang pernah hamil memberikan jawaban mengenai pantangan ataupun anjuran saat hamil dan masih
anjuran yang harus di lakukan meliputi anjuran perbanyak melaksanakan upacara kehamilan.
jalan di pagi hari,menyapu mengepel dan di usia 3. Berdasarkan pengetahuan ibu hamil, ibu hamil
kandungan 7 bulan di anjurkan untuk melakukan hubungan berpengetahuan baik sebanyak 4 orang (7,41%), ibu
seksual sesering mungkun untuk memudahkan proses hamil berpengetahuan cukup 13 (24,08%) dan ibu
77
Rina Doriana Pasaribu. dkk. Sosial, Budaya Serta...
hamil berpengetahuan kurang 37 (68,51%). Rahim Muarifah dkk,Gambaran Perilaku Ibu Hamil
Terhadap Pantangan Makan Suku Toraja Di
Saran Kota Makassar, 2013, Jurnal penelitian,
1. Penelitian ini perlu dilanjutkan untuk melihat faktor repository.unhas.ac.id/bitstream/handle/.../jurnal.p
yang mempengaruhi sosial budaya tentang kehamilan df di akses tanggal 15.januari 2014
dimasyarakat. Rafael, 2007, Manusia dan kebudayaan Dalam Perspektif
2. Dalam penelitian ini data/kuesioner hanya diperoleh Ilmu Budaya Dasar,Rineka Cipta,Jakarta
dari ibu hamil. Data dari lingkungan sekitar ibu Rafie, 2009, Menjawab Mitos – Mitos Kehamilan Dan
seperti suami, mertua ataupun orang tua perlu dikaji Menyusui , Media Pressindo,Yogyakarta
lebih lanjut. Ronald, 2010,Pedoman dan Perawatan kehamilan Yang
Sehat dan Menyenangkan, Nuansa Aulia,
DAFTAR PUSTAKA Bandung
Suryawati,C ,2007,Faktor Sosial Budaya dalam Praktik
Almatsier S, 2009, Konsep Dasar Ilmu Gizi, PT Gramedia Perawatan Kehamilan,Persalinan dan Pasca
Utama, Jakarta Persalinan(Studi di Kecamatan Bangsari
Ana,S.2010,Trimester Pertama Kehamilan Jepara), Jurnal Promosi Kesehatan Indonesia
Anda,Bukubiru, Yogyakarta Vol 2 Mei 2014.
Dinas Kesehatan Kota Binjai, 2012, Buku Kesehatan Ibu Shrimarti,R,2011,Perawatan Kehamilan dalam Perspektif
dan Anak. Departemen Kesehatan RI , Jakarta. Budaya Madura di Desa Tambak dan Desa
Eva dkk, 2010 , Kesehatan Reproduksi Wanita ,Trans Info Rapalaok Kecamatan Omben Kabupaten
Media, Jakarta. Sampang ,di akses tanggal 2 mei 2014
Fauziah,2008, Mitos - mitos Tentang Kehamilan,Jurnal Tari Romana, 2012, Mengenal Tradisi Nusantara Seputar
Kesehatan Kehamilan,
Indonesia,2729072009_20.pdf(SECURED), di http://health.kompas.com/read/2012/09/10/151455
akses tanggal 5 Mei 2014 33/Mengenal.Tradisi. N
Hesty dkk, Konsep Perawatan Kehamilan Etnis Bugis usantara.Seputar.Kehamilan) di akses tanggal 15
Pada Ibu Hamil Di Desa Buareng Kecamatan januari 2014
Kajuara Kabupaten Bone, 2013, jurnal penelitian Wahyuna,F,2013 ,Gambaran Sosial Budaya Dengan Pola
, di akses tanggal 20 januari 2014 Makan Ibu Hamil Di Kemukiman Jangka Buya
Wahit dkk, 2012 , Ilmu Sosial Budaya Dasar kebidanan , Kecamatan Jangka Buya Kabupaten Pidie Jaya
EGC ,Jakarta. Tahun 2013.Jurnal Karya Tulis
Notoadmojo, S, 2010, Metodologi Penelitian Kesehatan, ilmiah.Fitri_Wahyuna-Jurnal .pdf.di akses tanggal
Rieneke Puspita,Jakarta 26 Maret 2014.
Maryunani,A dkk ,2012,Asuhan Kegawatdaruratan Wahit dkk, 2012 , Ilmu Sosial Budaya Dasar kebidanan,
Dalam Kebidanan,Trans Info Media,Jakarta EGC, Jakarta.
Profil Kesehatan Indonesia, 2011, Cakupan Kunjungan Ibu
Hamil K1, K4 Sumatera Utara ,Kementerian
Kesehatan RI Tahun 2012, Jakarta.
78
Jurnal Ilmiah PANNMED Vol. 9 No.1 Mei - Agustus 2014
Abstrak
ISPA adalah penyakit saluran pernafasan yang bersifat akut dengan berbagai macam gejala (sindrom) yang
disebabkan oleh berbagai sebab, yang terutama mengenai struktur saluran pernapasan diatas laring. Menurut
WHO tahun 2012, sebesar 78% balita yang berkunjung ke pelayanan kesehatan adalah akibat ISPA,
khususnya pneumonia. Kematian balita akibat ISPA di Asia Tenggara sebanyak 2.1 juta balita pada tahun
2004. India, Bangladesh, Indonesia, dan Myanmar merupakan negara dengan kasus kematian balita akibat
ISPA terbanyak. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui hubungan antara status gizi dengan dengan tingkat
kejadian ISPA pada balita di Puskesmas Tanah Tinggi Binjai tahun 2013. Penelitian ini adalah penelitian
analitik dengan rancangan cross sectional. Dengan menggunakan data sekunder dan primer yang diperoleh
melalui catatan rekam medik dan mengukur berat badan balita, yang dilakukan terhadap 53 responden.
Teknik pengambian sampel yang digunakan adalah accidental sampling. Data dianalisis menggunakan uji
Chi-square. Dari 35 orang balita dengan status gizi tidak baik, mayoritas kejadian ISPA pada balita dengan
kategori berat yaitu 23 orang (65,7%) dan minoritas dengan ISPA ringan yaitu 2 orang (5,7%). Dari 18 orang
balita dengan status gizi baik, mayoritas dengan ISPA ringan yaitu 11 orang (61,1%) dan minoritas dengan
ISPA berat yaitu 2 orang (11,1%). Hasil uji chi-square menunjukkan bahwa p value = 0,000 < 0,05, artinya
terdapat hubungan yang signifikan antara status gizi balita dengan kejadian ISPA pada balita di Puskesmas
Tanah Tinggi Binjai.
79
Jurnal Ilmiah PANNMED Vol. 9 No.1 Mei - Agustus 2014
Kejadian ISPA pada balita di Sumatera Utara periode bulan September -Nopember 2013 yaitu
pada tahun 2008 yaitu 29,124 kasus. Pada tahun 2009 sebanyak 110 orang. Sedangkan besar sampel penelitian
provinsi Sumatera Utara merupakan provinsi urutan ke ini ditentukan dengan menggunakan rumus Slovin
empat terbanyak kasus pneumonia pada balita (21,56%), (Nursalam,2003) dan didapat sampel sebanyak 53 balita
setelah provinsi Nusa Tenggara Barat (71,45%), Jawa dengan Tehnik pengambilan sampel secara accidental
Barat ( 46,16%) dan kepulauan Banka Belitung (41,41%) sampling yaitu dengan mengambil responden balita yang
(Safei,dkk, 2008). datang berobat dan terdiagnosa terkena ISPA di
Tingginya angka kejadian ISPA pada balita Puskesmas Tanah TinggI Binjai.
disebabkan oleh beberapa faktor, diantaranya adalah
keadaan gizi yang buruk pada bayi dan balita. Balita Metode Pengumpulan Data
dengan gizi yang kurang akan lebih mudah terserang ISPA Metode pengumpulan data dilakukan dengan cara
dibandingkan balita dengan gizi normal, hal ini disebabkan mengambil data sekunder dan primer. Data sekunder
tentang penurunan daya tahan tubuh. Penyakit infeksi diperoleh dari catatan rekam medik pasien yang terdaftar
sendiri akan menyebabkan balita tidak mempunyai nafsu terkena ISPA dan data primer diperoleh peneliti dengan
makan dan mengakibatkan kekurangan gizi. Pada keadaan mengukur berat badan balita yang datang ke Puskesmas
gizi kurang, balita akan lebih mudah terserang ISPA berat Tanah Tinggi Binjai dengan penyakit ISPA dan
bahkan serangan lebih lama (Nuryanto,2009). dimasukkan ke dummy tabel.
Menurut hasil penelitian Nuryanto pada tahun 2010
di wilayah kerja Puskesma Sosial Palembang. Peneliti Pengolahan dan Analisis Data
mengatakan faktor yang berhubungan dengan penyakit Data yang diperoleh diedit dan ditabulasi untuk
ISPA pada bayi adalah status gizi balita, status imunisasi, selanjutnya dianalisis secara univariat dan bivariat.
kepadatan tempat tinggal, keadaan ventilasi rumah, status Pengujian data dilakukan dengan menggunakan uji statistik
merokok orang tua, tingkat pendidikan orang tua, tingkat Chi Square dengan nilai kemaknaan (α = 0,05).
pengetahuan ibu dan sosial ekonomi.
Untuk puskesmas Tanah Tinggi Binjai kasus ISPA Hasil Penelitian
cukup banyak dijumpai, rentang waktu antara September- Analisa Univariat
November 2013 dijumpai sebanyak 110 kasus. Berdasarkan hasil yang diperoleh distribusi
Berdasarkan data tersebut maka penulis tertarik karakteristik balita yang meliputi umur, jenis kelamin,
melakukan penelitian tentang hubungan status gizi dengan status gizi dan kejadian ISPA dapat dilihat pada tabel
tingkat kejadian ISPA pada bayi dan balita di puskesmas berikut ini :
Tanah Tinggi Binjai tahun 2013.
Tabel 1. Distribusi Karakteristik Balita Di Puskesmas
Rumusan Masalah Tanah Tinggi Binjai Tahun 2013
Permasalahan dalam penelitian ini adalah Karakteristik Balita Frekuensi (F) Persentase (%)
“Adakah Hubungan Status Gizi Dengan Kejadian ISPA Umur
Pada Balita Di Puskesmas Tanah Tinggi Binjai”. 1 tahun 8 15,1
2 tahun 21 39,6
Tujuan Penelitian 3 tahun 18 34,0
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui 4 tahun 6 11,3
hubungan antara status gizi dengan dengan tingkat Jumlah 53 100,0
kejadian ISPA pada balita di Puskesmas Tanah Tinggi Jenis Kelamin
Binjai tahun 2013 Perempuan 25 47,2
Laki-laki 28 52,8
Metode Penelitian Jumlah 53 100,0
Jenis Penelitian Status Gizi
Penelitian ini bersifat analitik dengan rancangan Tidak Baik 35 66,0
cross sectional . Penelitian ini mempelajari dinamika Baik 18 34,0
korelasi antara faktor-faktor resiko dan efek dengan cara Jumlah 53 100,0
pendekatan, observasi dimana setiap subjek penelitian Kejadian Ispa
diobservasi hanya satu kali saja dan pengukuran dilakukan Berat 25 47,2
terhadap status karakter atau variabel subjek pada saat Sedang 15 28,3
pemeriksaan. Ringan 13 24,5
Jumlah 53 100,0
Lokasi Dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Puskesmas Tanah Analisa Bivariat
Tinggi Binjai pada bulan September-Desember 2013. Hubungan status gizi dengan tingkat kejadian
ISPA pada balita dapat dilihat pada tabel berikut ini:
Populasi Dan Sampel Penelitian
Populasi penelitian ini adalah balita yang
terdaftar terkena ISPA di Puskesmas Tanah Tinggi Binjai
80
Yulina Dwi Hastuty. dkk. Status Gizi Berhubungan...
Tabel 2. Distribusi Hubungan Status Gizi dengan Berdasarkan hasil penelitian umur balita yang
Kejadian ISPA Pada Balita di Puskesmas banyak terkena yaitu umur 2 tahun. Hal ini
Tanah Tinggi Binjai Tahun 2013 membuktikan bahwa pada usia 2 tahun daya tahan
Kejadian ISPA Pada Balita tubuh belum terlalu kuat sehingga mudah terkena
Status ISPA ISPA ISPA Total P ISPA. Hal ini sejalan dengan hasil penelitian
Gizi Berat Sedang Ringan value Kartasasmita di Cikutra (1993) bahwa insieden dan
lamanya anak menderita ispa menurun dengan
f % f % f % F %
bertambahnya umur. Dari hasil penelitian juga didapat
Tidak 23 65,7 10 28,6 2 5,7 35 100
lebih banyak jenis kelamin laki-laki yang terkena ISPA.
Baik
0,000 Ada sebagian sumber mengatakan bahwa ada
2 11,1 5 27,8 11 61,1 18 100 kecenderungan anak laki-laki lebih sering terserang
Baik infeksi dari pada anak perempuan, tetapi belum dapat
dijelaskan secara pasti antara faktor genetik atau dalam
Hasil uji chi-square menunjukkan bahwa p value pemberian makanan.
= 0,000 < 0,05, artinya terdapat hubungan yang signifikan
antara status gizi balita dengan kejadian ISPA pada balita Kejadian ISPA Pada Balita di Puskesmas Tanah
di Puskesmas Tanah Tinggi Binjai Tahun 2013. Tinggi Binjai Tahun 2013
Penyakit infeksi mudah menyerang pada balita
Pembahasan dengan keadaan gizi kurang. Berdasarkan hasil penelitian
Status Gizi Balita di Puskesmas Tanah Tinggi diketahui mayoritas kejadian ISPA pada balita dengan
Binjai Tahun 2013 kategori berat yaitu 25 orang (47,2%) dan minoritas balita
Status gizi merupakan faktor yang dapat dengan ISPA ringan yaitu 13 orang (24,5%).Banyaknya
mempengaruhi secara langsung maupun tidak langsung kejadian ISPA berat yang dialami balita disebabkan karena
pada anak. Berdasarkan hasil penelitian diketahui dengan adanya gangguan metabolisme tubuh akibat kekurangan
status gizi tidak baik yaitu 35 orang (66,0%) dan minoritas energi dan protein, sehingga menyebabkan daya tahan
dengan kategori baik yaitu 18 orang (34,0%). Status gizi tubuh semakin berkurang. Hal ini sesuai dengan hasil
yang tidak baik mayoritas disebabkan karena gizi kurang penelitian Putri (2012) bahwa kejadian ISPA pada balita
atau tidak sesuainya umur balita sesuai dengan kondisi akan memberikan gambaran klinik yang lebih berat dan
berat badannya. buruk. Hal ini disebabkan karena ISPA pada anak balita
Gizi tidak baik yaitu gizi buruk dan gizi lebih. umumnya merupakan kejadian infeksi pertama serta belum
Gizi buruk sederhana akibat KEP (Kurang energi Protein) terbentuknya secara optimal proses kekebalan secara
menyebabkan kelainan seperti Marasmus, Kwasiokor. Gizi alamiah. Pada orang dewasa sudah banyak terjadi
lebih yaitu obesitas digolongkan sebagai orang yang kekebalan alamiah yang lebih optimal akibat pengalaman
mengalami gizi tidak baik. Obesitas adalah kelebihan infeksi sebelumnya.
kalori dan lemak berlebihan. Gizi buruk adalahkekurangan Menurut penelitian Muluki (2003), diketahui
nutrisi berupa protein, karbohidrat, dan kalori. bahwa status gizi merupakan faktor resiko yang sangat
Terdapatnya kasus malnutrisi pada semua berpengaruh terhadap kejadian ISPA dibandingkan faktor
golongan umur balita menunjukkan bahwa malnutrisi pada resiko status imunisasi, status ASI eksklusif dan berat
anak mungkin tidak dapat diatasi sehingga terus badan lahir rendah. Balita yang mengalami gizi buruk lebih
berlangsung. Hal ini kemungkin disebabkan karena mudah terserang penyakit.
keadaan sosial ekonomi masyarakat yang kurang baik, Berdasarkan penelitian Susie (2001), infeksi
ketidaktahuan masyarakat tentang gizi, dan kurangnya saluran pernapasan akut merupakan penyakit yang paling
peran petugas kesehatan dalam usaha perbaikan status gizi banyak diderita oleh balita yang menderita gizi buruk
masyarakat. Penanganan gizi buruk sebaiknya tidak hanya dibandingkan penyakit lainnya
difokuskan di pelayanan kesehatan pemerintah saja, namun Gizi yang buruk akan mempermudah balita
juga harus disebarluaskan di pelayanan kesehatan swasta terserang ISPA. Beberapa penelitian telah membuktikan
karena biasanya tenaga kesehatan yang bekerja di tentang adanya hubungan antara gizi buruk dan infeksi
pelayanan kesehatan swasta tidak melaporkan atau bahkan paru, sehingga anak-anak yang bergizi buruk sering
menyadari adanya pasien gizi buruk yang berobat ke mendapat pneumonia.
tempat mereka. Petugas biasanya hanya terfokus pada Balita yang terkena ISPA memiliki faktor-faktor
penyakit yang dikeluhkan saja. Dengan penyebarluasan resiko antara lain faktor usia dan status gizi. Faktor usia
informasi mengenai gizi buruk di pelayanan kesehatan kejadian ISPA banyak terjadi pada usia 2 tahun
swasta akan membuat tenaga medis yang bekerja di tempat mempunyai resiko mendapat ISPA lebih besar dari pada
tersebut lebih peduli sehingga dapat membantu mengatasi anak yang lebih tua, karena pada usia tersebut kekebalan
masalah gizi buruk di masyarakat. Tenaga kesehatan harus tubuh anak belum optimal. Balita yang terkena ISPA akan
sering turun ke lapangan untuk memberikan penyuluhan mengalami penurunan nafsu makan dan mengakibatkan
langsung kepada masyarakat terutama pada kaum ibu kekurangan gizi. Pada saat gizi kurang balita lebih mudah
tentang masalah gizi sehingga meningkatkan pengetahuan terkena penyakit ISPA berat.
dan kesadaran masyarakat akan pentingnya zat gizi untuk Hubungan Status gizi dengan Kejadian ISPA Pada
anak-anak mereka. Balita di Puskesmas Tanah Tinggi Binjai Tahun 2013
81
Jurnal Ilmiah PANNMED Vol. 9 No.1 Mei - Agustus 2014
Berdasarkan hasil penelitian pada uji bivariat gangguan kesulitan makan. Anak dengan pneumonia berat
diketahui dari 35 orang balita dengan status gizi tidak baik, dapat mengalami kesulitan makan karena adanya
mayoritas kejadian ISPA pada balita dengan kategori berat pernafasan cepat dan sulit bernafas. Jika pemberian suplai
yaitu 23 orang (65,7%) dan minoritas dengan ISPA ringan makanan yang dikonsumsi oleh anak balita baik maka
yaitu 2 orang (5,7%). Dari 18 orang balita dengan status status gizi anak balita itu juga ikut membaik. Namun
gizi baik, mayoritas dengan ISPA ringan yaitu 11 orang menkonsumsi makanan yang baik tidak cukup untuk
(61,1%) dan minoritas dengan ISPA berat yaitu 2 orang membuat status gizi anak balita menjadi baik, tetapi anak
(11,1%). Maka semakin tinggi status gizi balita yang tidak balita itu harus selalu sehat dan tehindar dari penyakit
baik semakin banyak yang terkena ispa berat. infeksi (ISPA). Oleh sebab itu penyakit infeksi dapat
Pada balita dengan kategori gizi tidak baik tetapi mempengaruhi status gizi anak balita dan status gizi juga
mengalami ISPA ringan, disebabkan gizi tidak baik pada dapat menyebabkan timbulnya penyakit
balita bukan disebabkan karena gizi kurang, tetapi karena
gizi lebih sehingga ISPA yang terjadi pada balita bukan KESIMPULAN DAN SARAN
hanya disebabkan karena faktor konsumsi energi saja tetapi
karena pengaruh faktor lingkungan rumah dan sekitarnya Kesimpulan
yang tidak sehat. Sedangkan balita dengan status gizi baik Berdasarkan hasil penelitian mengenai
tetapi masih ada balita dengan ISPA berat disebabkan “Hubungan Antara Status Gizi Dengan Dengan Tingkat
karena adanya anggota keluarga yang terkena pilek, Kejadian ISPA Pada Balita di Puskesmas Tanah Tinggi
sehingga tertular pada balita. Hal ini sesuai dengan Binjai Tahun 2013, maka disimpulkan sebagai berikut :
pendapat Putri (2012) bahwa apabila dalam satu rumah 1. Status gizi balita mayoritas dengan status gizi tidak
anggota keluarga terkena pilek, balita akan lebih mudah baik yaitu 35 orang (66,0%) dan minoritas dengan
tertular. Dengan kondisi anak yang lemah, proses status gizi baik yaitu 18 orang (34,0%).
penyebaran penyakit menjadi lebih cepat. 2. Balita mayoritas menderita ISPA berat yaitu 25 orang
Hasil uji chi-square menunjukkan bahwa p value (47,2%) dan minoritas menderita ISPA ringan yaitu
sebesar = 0,000 artinya terdapat hubungan yang signifikan 13 orang (24,5%).
antara status gizi balita dengan kejadian ISPA pada balita 3. Hasil analisa Chi-square diketahui terdapat hubungan
di Puskesmas Tanah Tinggi Binjai Tahun 2013. Adanya antara status gizi dengan dengan tingkat kejadian
interaksi sinergistik antara malnutrisi dan infeksi. Infeksi ISPA pada balita dengan nilai p value sebesar 0,000 <
yang berat dapat memperburuk status gizi melalui 0,05
gangguan masukan/konsumsi makanan dan meningkatkan
kehilangan zat-zat essensial tubuh. Sebaliknya malnutrisi Saran
meskipun ringan berpengaruh buruk pada daya tahan tubuh - Diharapkan kepada instansi terkait untuk dapat
terhadap infeksi. meningkatkan pelayanan pada balita terutama
Hal ini sejalan dengan hasil penelitian Nugroho meningkatkan informasi tentang penyakit infeksi
(2006) yang menyatakan bahwa salah satu faktor resiko pada balita dan cara hidup sehat, agar dapat
yang menyebabkan ISPA adalah balita dengan kurang gizi, mengurangi resiko balita terkena infeksi seperti
balita yang tidak mendapat ASI memadai dan defisiensi ISPA yang dapat mempengaruhi status gizi balita.
vitamin A. Sebagai faktor yang meningkatkan angka - Penelitian ini perlu dilanjutkan untuk melihat
mortalitas adanya gizi kurang. Hal yang sama juga factor-faktor lin yang juga memiliki peran
dikemukakan dari hasil penelitian Sulistyoningsih dan terhadap peningkatan kejadian ISPA pada balita.
Rustandi (2010) bahwa ada hubungan antara gizi buruk
dengan infeksi paru, sehingga anak-anak yang bergizi DAFTAR PUSTAKA
buruk sering mendapat ISPA. Balita dengan gizi yang
kurang akan lebih mudah terserang ISPA dibandingkan Agustanti, 2012 Dinkes Sulawesi Selatan
balita dengan gizi normal karena faktor daya tahan tubuh http://dinkesSulsel.go.id/new/index.php?option=c
yang kurang. Penyakit infeksi akan menyebabkan balita om_content&task=view&id=932&Itemid=1
tidak mempunyai nafsu makan dan mengakibatkan {accessed 31 maret 2013]
kekurangan gizi. Pada keadaan gizi kurang, balita lebih Badan Pusat Statistik : Laporan Pendahuluan Survei
mudah terserang ISPA berat bahkan serangannya lebih Demografi dan kesehatan Indonesia 2012,
lama. Kementrian kesehatan
Keadaan gizi yang tidak baik muncul sebagai Behrman dkk, 2000 Nelson Ilmu Kesehatan Anak, Jakarta
faktor resiko untuk terjadinya ISPA. Beberapa penelitian : Penerbit Buku Kedokteran EGC
telah membuktikan tentang adanya hubungan antara gizi DepKes RI. Direktorat Jenderal PPM & PLP. Pedoman
tidak baik dengan infeksi sehingga anak-anak yang bergizi Pemberantasan Penyakit InfeksiSaluran
buruk sering terkena ISPA. Daya tahan tubuh anak yang Pernafasan Akut (ISPA). Jakarta. 2012
kurang gizi menurun sehingga mudah terkena penyakit Hartono, R dan Rahmawati D, 2012. ISPA Gangguan
infeksi, anak yang menderita infeksi akan mengalami Pernafasan Pada Anak. Yogyakarta: Nuha
gangguan nafsu makan dan penyerapan zat gizi sehingga Medika
menyebabkan kurang gizi. Penurunan status gizi yang Manurung, S. et al., 2009. Gangguan Sistem Pernafasan
terjadi terkait dengan penurunan asupan makanan akibat Akibat Infeksi. Jakarta : Trans Info Medica
82
Yulina Dwi Hastuty. dkk. Status Gizi Berhubungan...
Marimbi, H, 2010 Tumbuh Kembang, Status Gizi, dan Penerbit IDAI. Jakarta
Imunisasi Dasar Pada Balita, Nuha Medika, Riwu, D, 2012, ISPA menduduki peringkat pertama
Yogyakarta penyakit terbesar tahun 2011. Times Online,
Maryunani,A.2010. ilmu kesehatan anak dalam kebidanan [online] 29 February t,Available At :
TIM, Jakarta http://www.dinkes-kotakupang.web.id/warta-
MDG”s,2010. The Millennium Development Goals Report dinkes/175-ispa-duduki-peringkat-pertama-
http://www.un.org penyakit-terbesar-tahun-2011.html
/millenniumgoals/pdf/MDGReport2010Enr15- RISKESDA,2007. Buletin Jendela Epidemiologi
lowres201006152.pdf [accesed 07-07-2013] Pneumonia Balita Volume 3, September 2010
Mukono, H, 2008. Pencemaran Udara dan Pengaruhnya http://www.depkes.go.id/downloads/publikasi/bul
Terhadap Gangguan Saluran pernafasan, etin/BULETINPNEUMONIA.pdf >[accesed 12-
Airlangga Universitas Press, Surabaya 07-2013]
Muluki (2003) Analisis faktor risiko yang berhubungan Safei,dkk, 2008 profil kesehatan propinsi Sumatera Utara
dengan terjadinya penyakit ISPA di Puskesmas Dinkes SUMUT Medan
Palanro Kecamatan Mallusetasi Kabupaten Simarmata, D., 2009. Kajian Ketersediaan Pangan Rumah
Barru Tahun 2002-2003. 2003. Badan Tangga, Status Ekonomi Keluarga, Pengetahuan
Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Gizi Ibu dengan Status Gizi Anak Balita di
Departemen Kesehatan. Wilayah Kerja Puskesmas Melati Kecamatan
Notoatmodjo, S, 2010 Metode Penelitian Kesehatan , Perbaungan Tahun 2009.Skripsi, Fakultas
Rineka Cipta, Jakarta Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera
Nugroho, S. 2006. Hubungan Antara Status Gizi Balita Utara, Medan.
Dengan Kejadian Ispa Di Desa Wonoboyo Soekirman. 2000. Ilmu Gizi dan Aplikasinya untuk
Wilayah Kerja Puskesmas Wonoboyo Keluarga dan Masyarakat Ditjen Dikti. Jakarta.
Kabupaten Temangun. www.unimus.ac.id Departemen Pendidikan Nasional.
[accesed 23-07-2013] Sulistioningsih dan Rustandi Faktor-Faktor Yang
Nuryanto,A, 2012. Hubungan Status Gizi Terjadap Berhubungan Dengan Kejadian Ispa Pada Balita
Terjadinya Penyakit Infeksi Saluran Pernafasan Di Wilayah Kerja Puskesmas DTP Jamasin
Akut [online] Kabupaten Tasikmalaya Tahun 2010.
balitbangnovda.sumselprov.go.id/data/download/ http://Sulistioningsih 2010_Journal. unsil.ac.id
20121227173330.pdf [accesed 31-03-2013] [accesed 23-07-2013]
Nursalam. 2003. Konsep dan penerapan metodologi Supariasa, I, dkk 2008, Penilaian Status Gizi, Jakarta :
penelitian keperawatan. Penerbit Buku Kedokteran ECG
Jakarta Usman, Iskandar. 2012. Penderita ISPA.
Putri,2012. Faktor lingkungan yang berhubungan dengan http://repository.unhas.ac.id/bitstream/handle/123
kejadian ISPA pada balita dan perbedaan kondisi 456789/4279/RIBKARERUNGLAYUK(K1110
lingkungan pada balita yang mengalami ISPA 9326).pdf?sequence=1 (Accesed 12-07- 2013)
www.eprint.uny.ac.id. Widoyono, 2011 Penyakit Tropis, edisi kedua
Permatasari,C., 2008. Faktor Resiko Kejadian Gejala ISPA Erlangga, Jakarta
Ringan Pada Balita Di Rangkapan Jaya Baru WHO. 2010, conflict and health [online] Available at
Kota Depok Tahun 2008 [online] Available at < :http://www.who.int/entity
http://lontar.ui.ac.id/file?file=digital/126838-S- /diseasecontrolemergencies/publications/Burdeno
5827-Faktor%20risiko-HA.pdf> [accesed 31-03- facuterespiratoryinfections.pdf
2013]
83
Jurnal Ilmiah PANNMED Vol. 9 No.1 Mei - Agustus 2014
Abstrak
Latar belakang :Sekalipun terdapat kesan tindakan operasi persalinan makin liberal tetapi bukan tanpa alasan
medis atau indikasi yang tepat. Data yang diperoleh di Rumah Sakit Tk IV 01.07.001 Kesdam I/BB
Pematangsiantar bahwa kejadian Sectio Caesarea meningkat mulai tahun 2011-2012 sebesar 2 %. Tujuan
penelitian ini akan menghubungkan faktor karakteristik ibu dengan Sectio Caesarea di Rumah Sakit Tk IV
01.07.001 Kesdam I/BB Pematangsiantar. Metode penelitian ini bersifat analitik menggunakan data
Sekunder. Populasi penelitian adalah seluruh ibu bersalin di Rumah Sakit Tk IV 01.07.001 Kesdam I/BB
Pematangsiantar tahun 2013 sebanyak 535 orang. Pengambilan sample menggunakan rumus Slovin dengan
sistem Random Sampling berjumlah 230 orang. Kemudian dibuat tabulasi frekuensi dan tabulasi silang
dengan taraf signifikan α=0,05. Hasil penelitian tentang hubungan karakteristik Ibu dengan Sectio Caesarea
terdapat hubungan faktor Umur dan Indikasi dengan kejadian persalinan SC. Tingginya angka kejadian SC
perlu dilakukan penyuluhan tentang pentingnya kesehatan reproduksi dalam kehamilan dan deteksi dini
untuk mengatasi terjadinya komplikasi sehingga perlu adanya pemeriksaan kehamilan secara teratur.
Kata kunci : Umur, Paritas, Jarak Kehamilan, Pendidikan, Pekerjaan, indikasi Sectio Caesarea
84
Jurnal Ilmiah PANNMED Vol. 9 No.1 Mei - Agustus 2014
HASIL PENELITIAN
Analisa Univariabel
Tabel 1. Distribusi Ibu bersalin di Rumah Sakit Tk IV.01.07.001 Kesdam I/BB Pematangsiantar
No Kategori F (%)
1 SC 215 93,5
2 Tidak SC 15 6,5
Jumlah 230 100%
Data : Rekam Medik 2013
Tabel 2. Distribusi ibu bersalin berdasarkan Karakteristik di Rumah Sakit Tk IV.01.07.001 Kesdam I/BB
Pematangsiantar
No Karakteristik F (%)
Umur
1 <20 tahun 13 5,7
2 20-35 tahun 184 80
3 >35 tahun 33 14,3
Jumlah 230 100%
Paritas
85
Dodoh Khodijah. dkk. Hubungan Karakteristik Ibu...
Tabel 3. Tabel Kontingensi Karakteristik Ibu bersalin dengan Sectio Caesarea di Rumah Sakit Tk
IV.01.07.001 Kesdam I/BB Pematangsiantar
Karakteristik SC
Ya Tidak Total x2 P
Umur F % F % f %
1 < 20 tahun 10 76,9 3 23,1 13 100
2 20-35 tahun 176 95,7 8 4,3 184 100
3 >35 tahun 29 12,6 4 1,7 33 14,3 8,96 0,01
Paritas
1 Primi gravida 65 95,6 3 4,4 68 100
2 Sekundi gravida 73 94,8 4 5,2 77 100
3 Multi gravida 58 92,0 5 8,0 63 100 2,75 0,43
4 Grandemulti gravida 19 86,3 3 13,7 22 100
Jarak Kehamilan
1 <2 tahun 75 96,1 3 3,9 78 100
2 2-3 tahun 74 91,3 7 8,7 81 100 1,54 0,46
3 >3 tahun 66 93,0 5 7,0 71 100
Pendidikan
1 SD 22 91,6 2 8,4 24 100
2 SMP 50 96,1 2 3,9 52 100 1,94 0,585
3 SMA 99 94,2 6 5,8 105 100
4 PT 44 89,7 5 10,2 49 100
Pekerjaan
1 IRT 46 93,8 3 6,2 49 100
86
Jurnal Ilmiah PANNMED Vol. 9 No.1 Mei - Agustus 2014
87
Dodoh Khodijah. dkk. Hubungan Karakteristik Ibu...
dibawah 20 tahun atau diatas 35 tahun sangat berisiko ibu yang mengalami persalinan dengan SC tertinggi 43,4%
untuk persalinan patologis sebagai indikasi SC. Kehamilan dengan jarak persalinan 0. Dalam penelitian tersebut juga
ibu dengan usia dibawah 20 tahun berpengaruh pada mengungkapkan tidak ada hubungan antara jarak
kematangan fisik dan mental dalam menghadapi kehamilan dengan kejadian persalinan SC,
kehamilan dan persalinan. Rahim dan panggul ibu sering 4. Pendidikan
kali belum tumbuh matang mencapai ukuran dewasa. Hasil penelitian yang dilakukan di di Rumah
Selain itu mental ibu juga berpengaruh terhadap pada Sakit Tk IV 01.07.001 Kesdam I/BB Pematangsiantar pada
ketrampilan ibu dalam merawat diri ibu dan bayinya. bulan Januari – Desember 2013 menunjukkan dari 230 ibu
Sehingga pada usia ini ibu cenderung mengalami bersalin, mayoritas berada pada jenjang pendidikan SMA
persalinan SC walaupun tanpa indikasi dengan yaitu sebanyak 105 ibu (45,7%) dan minoritas pada jenjang
pertimbangan kekhawatiran ibu pada dirinya dalam pendidikan SD sebanyak 24 Ibu (10,4%).
menghadapi proses persalinan dan keselamatan janin Pendidikan berasal dari kata didik. Menurut
dalam kandungannya (Hutabalian, 2011). KBBI (2003) didik adalah memberikan pengetahuan, ini
berarti makin tinggi pendidikan seseorang maka makin
2. Paritas tinggi pula pengetahuan yang dimilikinya. Pernyataan ini
Hasil penelitian ini menunjukkan mayoritas sesuai dengan teori dari Notoadmodjo (2003) mengatakan
merupakan Sekundi gravida sebanyak 77 ibu (33,5%) bahwa semakin tinggi pendidikan seseorang, makan
dan minoritas pada ibu Grandemulti gravida sebanyak semakin luas pengetahuan tentang suatu hal dan semakin
22 ibu (9,6%). Menurut Saifuddin, 2009 (dalam luas pula wawasan berfikirnya. Ibu yang memiliki tingkat
Trivonia, 2012), paritas yang paling aman adalah multi pengetahuan tinggi cenderung lebih memperhatikan
gravida. Primi gravida dan Grande multi gravida kesehatan, dan juga kehamilannya. Ibu juga cenderung
mempunyai angka kematian maternal lebih tinggi. Hal mencari informasi sebanyak-banyaknya terkait kehamilan
ini dipengaruhi oleh kematangan dan penurunan fungsi dan persalinan. Namun pada zaman sekarang ini,
organ-organ persalinan. kebanyakan justru ibu yang berpendidikan tinggi yang
Secara umum paritas multi gravida meminta persalinan dengan SC (Jovany, 2012). Hasil
merupakan paritas paling aman bagi seorang ibu untuk analisis bivariabel menunjukkan tidak ada hubungan secara
melahirkan dan masih digolongkan dalam kehamilan statistik.
resiko rendah. Meskipun demikian tetap ada faktor
resiko yang menyebabkan kemungkinan resiko atau 5. Pekerjaan
bahaya terjadinya komplikasi pada persalinan yang Hasil penelitian ini menemukan mayoritas
dapat menyebabkan kematian atau kesakitan pada ibu responden bekerja sebagai Wiraswasta (44,3%) paling
dan bayinya. Misalnya pada ibu multi gravida yang rendah pada PNS (12,2). SC merupakan jenis
pernah gagal kehamilan, pernah melahirkan dengan persalinan dimana ibu dapat menentukan tanggal dan
vakum, transfusi darah atau uri dirogoh, serta riwayat waktu persalinan. Dengan dilakukan SC, ibu yang
bedah sesar pada persalinan sebelumnya (Trivonia, bekerja dapat lebih mudah mengatur jadwal kelahiran
dkk, 2011). yang dapat disesuaikan dengan pekerjaan (Jovany,
Persalinan yang pertama sekali biasanya mempunyai 2012). Pada penelitian ini terlihat tidak terdapat
resiko yang relatif tinggi terhadap ibu dan anak, akan tetapi hubungan yang signifikan.
resiko ini akan menurun pada paritas kedua dan ketiga, dan Hasil penelitian ini berbeda dengan hasil
akan meningkat lagi pada paritas keempat dan seterusnya. penelitian Ginting tahun 2002 di Rumah Sakit Umum
Paritas yang paling aman jika ditinjau dari sudut kematian Herna bahwa proporsi ibu yang mengalami persalinan
maternal adalah paritas 2 dan 3 (Prawirohardjo, 2011). dengan SC tertinggi 57,7% dengan pekerjaan Ibu Rumah
Hasil analisis bivariabel menunjukkan tidak ada hubungan Tangga. Namun juga bukan berperan penting dalam faktor
paritas dengan kejadian SC. Pendapat yang sama penyebab persalinan SC, tetapi karena ada faktor lain yang
diungkapkan oleh Yuli K, (2006) di Rs Dr. Moewardi cukup kuat untuk dilakukannya tindak persalinan SC
Surakarta. (Trivonia, dkk 2011).
88
Jurnal Ilmiah PANNMED Vol. 9 No.1 Mei - Agustus 2014
89
UNDANGAN MENULIS DI JURNAL POLTEKKES MEDAN
Redaktur Jurnal Poltekkes Medan mengundang para pembaca untuk menulis di jurnal ini. Tulisan ilmiah yang
dimuat adalah berupa hasil penelitian atau pemikiran konseptual dalam lingkup kesehatan.
Persyaratan yang harus diperhatikan adalah sebagai berikut:
1. Tulisan adalah naskah asli yang belum pernah dipublikasikan.
2. Tulisan disertai abstrak, ditulis satu spasi dengan bahasa Indonesia atau Inggris, maksimal 200 kata.
3. Kata kunci (keywords) minimal dua kata, ditulis di bawah abstrak.
4. Setiap naskah memiliki sistematika sub judul pendahuluan, diikuti oleh beberapa sub judul lain dan
berakhir dengan sub judul penutup atau simpulan.
5. Naskah diketik rapi dua spasi dalam bahasa Indonesia atau Inggris, font: Times New Roman, size: 11,
format: A4 justify.
6. Panjang naskah minimal empat dan maksimal 18 halaman, termasuk rujukan.
7. Sistem rujukan adalah yang lazim digunakan dalam tulisan ilmiah, dengan konsistensinya.
8. Sumber rujukan/kutipan dimasukkan dalam tulisan (tanpa footnote)
9. Tulisan dikirim dalam CD, disertai print out-nya satu eksemplar, atau dikirim lewat E-mail.
10. Redaktur berhak mengedit dengan tidak merubah isi dan maksud tulisan.
11. Redaksi memberikan hasil cetak sebanyak satu eksemplar bagi penulis.
12. Naskah yang tidak dimuat akan dikembalikan bila dalam pengirimannya disertakan perangko
pengembalian, atau diambil langsung dari redaktur.
90