Jurnal Ilmu Kesehatan Dharma Husada merupakan Jurnal yang memuat naskah hasil
penelitian maupun artikel ilmiah yang menyajikan informasi di bidang ilmu kesehatan,
diterbitkan
setiap enam bulan sekali pada bulan Nopember dan Mei
Penasehat
Pardjono
Penanggung Jawab
Magdalena Suharjati
Pemimpin Redaksi
Hengky Irawan
Redaktur Pelaksana
Sucipto
Redaktur/Editor
Dyah Ika
M. Ali Mansur
Didik Susetiyanto A.
Puguh Santoso
Widodo
Usaha
Novita
Enggar Prayoningtyas
Atin Priyanto
Diterbitkan Oleh
Akper Dharma Husada Kediri Jawa Timur
Jl. Penanggungan no 41 A Kediri, Telp&Fax (0354) 772628
Email : jurnalakperdharma@yahoo.com
Alamat Redaksi :
Bagian Humas
Akper Dharma Husada Kediri
Jln. Penanggungan 41 A Kediri, Jawa Timur, Telp&Fax (0354) 772628
Email : jurnalakperdharma@yahoo.com
Web Site : http://akper-akbid-kediri.com
DAFTAR ISI
Perbedaan Peran Ibu Primipara Dan Multipara Dalam Pengasuhan Bayi Baru
Lahir ........................................................................................................................ 12 - 19
Koekoeh Hardjito, Sumy Dwi Antono, Erna Rahma Yani
Hubungan Pengetahuan Ibu Tentang Gizi Dengan Status Gizi Balita Usia 1-5
Tahun Di Desa Kedawung Wilayah Kerja Puskesmas Ngadi ................................ 20 - 28
Ira Titisari, Finta Isti Kundarti, Mira Susanti
Hubungan Antara Status Gizi (IMT) dengan Usia Menarche pada Remaja Putri
Usia 13-14 Tahun di SMPN 1 Pace Kecamatan Pace Kabupaten Nganjuk ............ 39 - 46
Sumy Dwi Antono
Hubungan Senam Kegel Pada Ibu Hamil Primigravida TM III Terhadap Derajat
Robekan Perineum Di Wilayah Puskesmas Pembantu Bandar Kidul Kota Kediri . 91 - 98
Shinta Kristianti, Yohanita Putriyana
(The Effect Of Music Therapy To Decrease Anxiety Levels Pre-School Children Who
Experienced Hospitalization In Hospital Jombang Chrysan The Mum Pavilion)
ABSTRACT
Hospitalizationis a process by which aplannedor emergency reasons, so the children
had to be hospitalized can cause children to experience anxiety. To over come anxiety
management can be given psychotherapy, one of which is with music therapy. The purpose
ofthis study was todetermine the effect of music therapy to decrease anxiety levels pre-
school children who experienced hospitalization in Hospital Jombang Chrysan the mum
Pavilion. This study uses the approach Quasy Experiment pretest-posttestdesign with
control group. With a total sample of 14 children (2 groups) using purposive sampling
technique. Data was collected through observation and then tabulated using data coding
and tested using Mann Whitney and Wilcoxon with = 0.05 significance level. The results
of the analysis wilcoxon obtained p valueof 0.015, p value< (0.015 <0.05) and Mann-
Whitney obtained p valueof 0.007, p value< (0.007<0.05). So there is the effect of music
therapy on reducing anxiety levels preschoolers who experienced hospitalization in
Hospital Jombang Chrysan the mum Pavilion. The conclusion that can bedrawn from this
studyis the effect of music therapy on anxiety levels pre-school children who experienced
hospitalization in Hospital Jombang Chrysan the mum Pavilion.
Pendidikan kesehatan adalah suatu proses dengan lebih baik. Dengan metabolisme
perubahan diri manusia yang ada yang lebih baik, tubuh akan mampu
hubungannya dengan tercapainya tujuan membangun sistem kekebalan yang lebih
kesehatan perorangan dan masyarakat. baik, dan dengan sistem kekebalan yang
Menurut Steward dalam WijayantiM. lebih baik tubuh menjadi lebih tangguh
T(2011), pendidikan kesehatan adalah terhadap kemungkinan serangan penyakit
unsur kesehatan dan kedokteran yang (Satiadarma, 2002)
didalamnya terkandung rencana untuk
mengubah perilaku perseorangan dan Kesimpulan
masyarakat dengan tujuan untuk 1. Sebelum diberikanperlakuan baik dari
membantu program pengobatan, kelompok perlakuan dan kontrol
rehabilitasi, pencegahan penyakit dan tingkat kecemasan sebagian besar
peningkatan kesehatan. kategori kecemasan berat. Hal ini
Sedangkan pada kelompok perlakuan disebabkan anak merasa asing
mengalami penurunan tingkat kecemasan terhadap lingkungan sekitar selain itu
yang signifikan, hal ini karena di dalam juga karena perpisahan dan
musik terdapat 3 komponen penting yang kehilangan kontrol (Wong& whaley,
mampu membuat perasaan tenang yaitu 2007).
melodi, ritem dan harmonisasi. 2. Sesudah perlakuan responden pada
Melodi merupakan alunan nada yang kelompok perlakuan tigkat
merupakan vibrasi suara yang timbul dari kecemasan mengalami penurunan.
semua jenis alat musik. Ritem adalah Sedangkan pada kelompok kontrol
satuan kunci nada yang mengikuti melodi mayoritas tidak mengalam penurunan,
dengan mengambil bagian bagian tertentu meskipun ada yang mengalami
sesuai dengan tempo dan ketukan yang penurunan yaitu 1 anak. Hal ini
berbeda-beda. Sedangkan harmonisasi dikarenakan vibrasi musik yang
ialah kebersamaan dan keselarasan dari mengalun melalui gendang telinga
seluruh komponen suara/ nada, baik itu diterima oleh system saraf pusat
suara, kunci nada, tempo, hingga volume. melalui syaraf auditori lalu
Dari 3 komponen tadi akan menghasilkan Hipotalamus mengeluarkan Hormon
vibrasi suara yang mengalun melalui Ptiutari sehingga endorphin
gendang telinga diterima oleh system meningkat mengakibatkan rasa rileks,
saraf pusat melalui syaraf auditori lalu fly, nyeri menurun, senang, tenang
hipotalamus mengeluarkan hormon sehingga mekanisme koping anak
ptiutari sehingga endorphin meningkat adaptif dan tingkat kecemasan turun.
mengakibatkan rasa rileks, fly, nyeri 3. Pebedaan antara kelompok perlakuan
menurun, senang, tenang sehingga dan kontrol menunjukkan adanya
mekanisme koping anak adaptif dan pengaruh yang signifikan pada
tingkat kecemasan turun. Hal ini yang kelompok perlakuan, hal ini
menyebabkan anak merasa tenang dan membuktikan bahwa ada pengaruh
meknisme koping anak adaptif. Musik terapai musik terhadap penurunan
menghasilkan rangsangan ritmis yang tingkat kecemasan anak usia pra
kemudian ditangkap melalui organ sekolah.
pendengaran dan diolah di dalam sistem
saraf tubuh dan kelenjar pada otak yang Daftar Pustaka
selanjutnya mereorganisasi interpretasi
bunyi ke dalam ritme internal Arikunto, Suharsini, Prrof, Dr (1998).
pendengarnya. Ritme internal ini Prosedur Penelitian Suatu
mempengaruhi metabolisme tubuh Pendekatan Praktek. Edisi Revisi
manusia sehingga prosesnya berlangsung IV. Jakarta: Rineka Cipta.
Peningkatan Kualitas Hidup Pada Penderita Gagal Ginjal Kronik Yang Menjalani
Terapi Hemodialisa Melalui Psychological Intervention Di Unit Hemodialisa Rsud
Gambiran Kediri
ABSTRACT
Perubahan gaya hidup menyebabkan terjadi pergeseran dari penyakit menular menjadi
penyakit degeneratif yang dapat berkembang menjadi penyakit terminal, salah satunya
adalah gagal ginjal akut yang dapat berkembang menjadi gagal ginjal konik (GGK). Pada
stadium lanjut, pasien GGK tidak hanya mengalami berbagai masalah fisik tetapi juga
masalah psikososial dan spiritual yang dapat mempengaruhi kualitas hidup pasien dan
keluarganya. Perawatan paliatif dapat dilakukan melalui intevensi dengan pendekatan
psikologis (psychological intervention) yang diharapkan mampu meningkatkan adaptasi
dan motivasi pasien sehingga mampu membangun mekanisme koping yang efektif dan
dapat meningkatkan kualitas hidupnya. Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis
pengaruh psychological intervention terhadap motivasi dan kualitas hidup pasien GGK
yang menjalani teapi hemodialisa. Desain penelitian yang digunakan adalah pra
experiment pre post test design. Besar sampel sebanyak 10 orang di peroleh melalui tehnik
accidental sampling. Variabel independen adalah psychological intervention dan variabel
dependen adalah motivasi dan kualitas hidup. Hasil analisis data tingkat motivasi melalui
Wilcoxon Signed Ranks Test menunjukkan p=0,008 dan kualitas hidup melalui Paired t
Test diperoleh nilai p=0,003. Psychological intervention yang dilakukan melalui relaksasi
spiritual dalam setting kelompok ini mampu menciptakan peer group support sesama
penderita yang dapat meningkatkan motivasi mereka dalam beradaptasi terhadap
penyakitnya (menerima), sehingga mampu membangun mekanisme koping yang efektif
dan dapat meningkatkan kualitas hidupnya. Kesimpulan hasil penelitian ini bahwa
psychological intervention dapat meningkatkan motivasi dan kualitas hidup pasien GGK.
Saran bagi perawat di Unit Hemodialisa untuk menerapkan intervensi tersebut sebagai
salah satu upaya meningkatkan motivasi dan kualitas hidup pasien.
.
Kata kunci : psychological intevntion, motivasi, kualitas hidup, penderita GGK,
hemodialsa
mengalami berbagai masalah fisik seperti jiwa, melalui pencegahan dan peniadaan
nyeri, sesak nafas, penurunan berat badan, melalui identifikasi dini dan penilaian
gangguan aktivitas tetapi juga mengalami yang tertib serta penanganan nyeri dan
gangguan psikososial dan spiritual yang masalah-masalah lain, fisik, psikososial
mempengaruhi kualitas hidup pasien dan dan spiritual (KEPMENKES RI NOMOR:
keluarganya). Kondisi kesehatan pasien 812, 2007).
terminal secara fisiologis membuat pasien Pada perawatan paliatif ini dapat
mengalami perubahan yang cukup menggunakan intervensi dengan
signifikan. Perubahan fungsi tubuh akan psychologis berupa relaksasi spiritual.
membuat pasien tidak dapat menjalankan Dalam intervensi dengan setting kelomok
aktivitas keseharian dengan optimal. ini diharapakan tercipta peer group
Rutinitas terapi yang dijalani akan support sesama penderita yang akan
membuat pasien mengalami banyak hal meningkatkan motivasi mereka dalam
baru yang membutuhkan penyesuaian beradaptasi terhadap penyakitnya
individu (Leung, 2003). Waktu terapi (menerima), sehingga mampu
yang semakin memendek, risiko kematian membangun mekanisme koping yang
yang semakin besar, komplikasi yang efektif dan dapat meningkatkan kualitas
muncul, dan harapan kesembuhan yang hidupnya.
tidak pasti adalah beberapa hal yang
membuat pasien menjadi stres jika tidak Bahan Dan Metode
mampu untuk membangun mekanisme Desain penelitian yang digunakan
koping yang positif (Moskovits, Mounder, adalah pra experimental pre post test
Cohen et al, 1999). Oleh karensa itu group design. Besar sampel diperoleh 20
kebutuhan pasien pada stadium lanjut responden.Tehnik sampling menggunakan
suatu penyakit tidak hanya pemenuhan/ accidental sampling. Pada pemilihan
pengobatan gejala fisik, namun juga sampel juga digunakan pendekatan
pentingnya dukungan terhadap kebutuhan melalui kriteria inklusi : 1) Pasien GGK
psikologis, sosial dan spiritual yang yang menjalani terapi hemodialsa di unit
dilakukandengan pendekatan interdisiplin Hemodialisa RSUD Gambiran Kota
yang dikenal sebagai perawatan paliatif. Kediri pada tanggal 20 September-4
(Doyle & Macdonald, 2003: 5). Oktober 2014, 2) Bersedia menjadi
Masyarakat menganggap perawatan responden, 3)Beragama islam.
paliatif hanya untuk pasien dalam kondisi Variabel independen pada penelitian
terminal yang akan segera meninggal. ini adalah psychological intervention yang
Namun konsep baru perawatan paliatif dilakukan melalui relaksasi spiritual dan
menekankan pentingnya integrasi variabel dependen adalah motivasi dan
perawatan paliatif lebih dini agar masalah kualitas hidup. Pengumpulan data
fisik, psikososial dan spiritual dapat dilakukan dengan menggunakan kuesioner
diatasi dengan baik Perawatan paliatif motivasi dan WHO-QOLBREF untuk
adalah pelayanan kesehatan yang bersifat mengukur kualitas hidup.
holistik dan terintegrasi dengan Pre-test dilakukan pada responden
melibatkan berbagai profesi dengan dasar dengan melakukan pengukuran motivasi
falsafah bahwa setiap pasien berhak dan kualitas hidup. Setelah itu diberikan
mendapatkan perawatan terbaik sampai intervensi selama 3 kali (seminggu sekali)
akhir hayatnya. (Doyle & Macdonald, dengan durasi 30 menit tiap kali
2003: 5). Perawatan paliatif adalah intervensi. Pemberian intvensi dilakukan
pendekatan yang bertujuan memperbaiki dengan menggunakan alat berupa MP3
kualitas hidup pasien dan keluarga yang yang dihubungkan dengan headset. Di
menghadapi masalah yang berhubungan dalam MP3 tersebut berisi dzikir bersama
dengan penyakit yang dapat mengancam
yang diiringi alunan musik islami yang Data Khusus (Variabel yang diteliti)
menyejukkan hati. 1. Tingkat motivasi responden
Pada minggu berikutnya (minggu ke- sebelum dan sesudah diberikan
4) dilakukan post test dengan psychological intervention
membagikan kuesioner motivasi dan
kualitas hidup. Setelah mendapatkan data
dilakukan entry data dan analisa.
Hasil
Data Umum
Data demografi mengenai usia dan
jenis kelamin seperti yang ditunjukkan
oleh diagram 1 dan diagram 2
menunjukkan bahwa sebagian besar
responden berumur 41-60 tahun, yaitu
Gambar 3 Diagram tingkat motivasi
sebanyak 6 orang (60,00%) dan mayoritas
responden pre dan post intevensi
responden adalah laki-laki.. Menurut teori
Data tentang tingkat motivasi
psikologi perkembangan, mayoritas
responden sebelum dan sesudah
penderita tersebut berada pada masa
intervensi, seperti nampak pada diagram
dewasa tengah. Berdasarkan riwayat
gambar 3 menunjukkan bahwa sebagian
pendidikan dan pekerjaan didapatkan data
besar responden (50% orang) mempunyai
bahwa sebagian responden mempunyai
motivasi tingkat sedang sebelum
riwayat pendidikan di tingkat perguruan
pemberian intervensi. Setelah pemberian
tinggi dan mempunyai pekerjaan sebagai
intervensi didapatkan hasil bahwa
PNS. Data demografi tentang lama
mayoritas penderita tersebut mengalami
penderita menderita penyakit terminal
peningkatan motivasi, sebesar 70%
seperti pada gambar 5 menunjukkan
mempunyai motivasi tinggi.
bahwa sebagian besar responden
2. Kualitas hidup responden sebelum
menderita sakit dalam kurun waktu 1-3 th
dan sesudah diberikan psychological
60.00 intervention
Umur
% Tabel 1 Tabulasi silang rekapitulasi
skor kualitas hidup responden sebelum
dan sesudah diberikan psychological
20.00 intervention
20.00 %
%
20-40 th 41-60 th > 60 th Naik Tetap Turun Total Paired
t test
Gambar 1 Diagram pie distribusi f % f % f % f %
responden berdasarkan umur 8 80,00 2 20,00 0 0,00 10 100 0,003
Jenis kelamin
70.00%
30.00%
Laki-laki Perempuan
Beberapa faktor yang berhubungan dari 1 tahun. Semakin lama sakit yang
dengan kepatuhan pasien Gagal Ginjal diderita, maka resiko penurunan tingkat
Kronik dengan hemodialisis seperti kepatuhan semakin tinggi (Kamerrer,
dikemukakan diatas akan diuraikan 2007 dalam Syamsiah, 2011).
sebagiannya sebagai berikut: d. Kebiasaan Merokok
a. Usia Merokok merupakan masalah
Siagian (2001, dalam Syamsiah, kesehatan yang utama di banyak
2011) menyatakan bahwa umur negara yang berkembang (termasuk
berkaitan erat dengan tingkat Indonesia). Rokok mengandung lebih
kedewasan atau maturitas, yang berarti dari 4000 jenis bahan kimia yang
bahwa semakin meningkat umur diantaranya bersifat karsinogenik atau
seseorang, akan semakin meningkat mempengaruhi sistem vaskular.
pula kedewasaannya atau e. Pengetahuan tentang Hemodialisa
kematangannya baik secara teknis, Pengetahuan atau kognitif
psikologis, maupun spiritual, serta akan merupakan faktor yang sangat penting
semakin meningkatkan pula untuk terbentuknya tindakan
kemampuan seseorang dalam seseorang sebab dari pengetahuan dan
mengambil keputusan, berfikir penelitian ternyata perilakunya yang
rasional, mengendalikan emosi, toleran disadari oleh pengetahuan akan lebih
dan semakin terbuka terhadap langgeng dari pada perilaku yang tidak
pandangan orang lain termasuk pula didasari oleh pengetahuan. Manusia
keputusannya untuk mengikuti mengembangkan pengetahuannya
program-program terapi yang untuk mengatasi kebutuhan
berdampak pada kesehatannya. kelangsungan hidupnya. Penelitian
b. Pendidikan telah menunjukkan bahwa
Pendidikan merupakan peningkatan pengetahuan tidak berarti
pengalaman yang berfungsi untuk meningkatkan kepatuhan pasien
mengembangkan kemampuan dan terhadap pengobatan yang diresepkan,
kualitas pribadi seseorang, dimana yang palingpenting, sesorang harus
semakin tinggi tingkat pendidikan akan memiliki sumber daya dan motivasi
semakin besar kemampuannya untuk untuk mematuhi protokol pengobatan (
memanfaatkan pengetahuan dan Morgan, 2000, Kamerrer, 2007, dalam
keterampilannya (Siagian, 20011, Syamsiah, 2011).
Rohman, 2007 dalam Syamsiah, 2011). f. Motivasi
c. Lamanya Hemodialisis Motivasi adalah merupakan sejumlah
Periode sakit dapat mempengaruhi proses -proses psikologikal, yang
kepatuhan. Beberapa penyakit yang menyebabkan timbulnya,
tergolong penyakit kronik, banyak diarahkannya, dan terjadinya
mengalami masalah kepatuhan. persistensi kegiatan-kegiatan sukarela
Pengaruh sakit yang lama, belum lagi (volunter) yang diarahkan ketujuan
perubahan pola hidup yang kompleks tertentu, baik yang bersifat internal,
serta komplikasi-komplikasi yang atau eksternal bagi seorang individu,
sering muncul sebagai dampak sakit yang menyebabkan timbulnya sikap
yang lama mempengaruhi bukan hanya antusiasme dan persistensi. Penelitian
pada fisik pasien, namun juga membuktikan bahwa motivasi yang
emosional, psikologis, dan sosial. Pada kuat memiliki hubungan yang kuat
pasien hemodialisis didapatkan hasil dengan kepatuhan (Kamerrer, 2007,
riset yang memperlihatkan perbedaan dalam Syamsiah, 2011).
kepatuhan pada pasien yang sakit Psychological intervention yang
kurang dari 1 tahun dengan yang lebih dilakukan melalui kegiatam relaksasi
Mahyuddin.2006.Revitalisasi Kesehatan
Daerah Sumsel Melalui Paradigma
Sehat. Sumatra Selatan
Perbedaan Peran Ibu Primipara Dan Multipara Dalam Pengasuhan Bayi Baru Lahir
ABSTRACT
Primipara mother is woman which has borned a baby aterm the first time. However
multipara mother is woman which has been borned life a baby several times but it is not
more than five times. Primiparous response as parents need more support from the
environment and some women do not like to responsibilities at home and care for the baby.
Whereas in multiparous would be more realistic in anticipating his physical limitations and
can more easily adapt to the role of social interaction, in the sense of having a positive
response as a parent. The role of both in interaction and mothering of newborn baby were
observationed either from feeding, interest, respons, speech and touch by FIRST
observation method. Many things influencing interaction and ability of mother and
mothering baby, one of them are experience of mother bears and takes care of child before
it. This research aim to see is there are many difference the role of primipara and
multipara mother in mothering of newborn baby that analized with FIRST observation
method. Research design used study comparative with design sistematic of random
sampling technic for gathering of the sample. Obsevation has been to 53 mother of post
partum that consisted of 25 primipara and 28 multipara in Aura Syifa Hospital at Kediri.
These observation has been done once between first day up to seventh day after delivering
birth. Testing of data was done by Man-Whitney U Test with p value= 0,036 (= 0,05).
The result of research showed there are difference significantly between the role of mother
primipara and multipara in mothering of newborn baby. Interaction between mothers with
baby and mothering pattern of newborn baby are multipara mother better than primipara
mother with FIRST observation method.
kebutuhan akan kasih sayang/ emosi Penelitian oleh OHara & Swain
(asih) dan kebutuhan latihan/ rangsangan/ (1996) dalam Handoyo et al. (2007),
bermain (asah) supaya anak bisa tumbuh melaporkan sekitar 13 % wanita
dan berkembang optimal sesuai melahirkan anak pertama mengalami
kemampuannya (IDAI. 2002: 12). depresi postpartum pada periode tahun
Ikatan ibu dan anak yang erat, mesra, pertama pasca-salin. Depresi postpartum
selaras, seawal dan sepermanen mungkin dapat mengakibatkan terjadinya gangguan
sangatlah penting karena akan turut psikologis jangka pendek dan jangka
menentukan perilaku anak di kemudian panjang, tidak saja pada wanita penderita
hari, merangsang perkembangan otak tapi juga pada anak dan anggota keluarga
anak dan merangsang perhatian anak lainnya (Armstrong et al. 2000 dalam
kepada dunia luar. Pemenuhan kebutuhan Handoyo et al. 2007). Selain itu dapat
emosi (asih) ini dapat kita lakukan sedini juga terjadi gangguan hubungan tali kasih
dan seawal mungkin yaitu dengan ibu dengan anak, kurangnya perhatian ibu
mendekapkan bayi pada ibunya sesegera dalam merawat, mengasuh serta
mungkin setelah bayi lahir (IDAI. 2002: membesarkan anaknya, kesulitan anak
12). dalam menjalin hubungan sosial dengan
Perkenalan, ikatan dan kasih sayang lingkungan dan teman sebaya serta
menjadi orangtua yang sering disebut konflik perkawinan (Kustjens & Wolke.
sebagai Bonding Attachment. Lima 2001 dalam Handoyo et al. 2007). Indriani
kondisi yang mempengaruhi ikatan dalam penelitiannya tentang studi
tersebut adalah : kesehatan emosional fenomenologi tentang pengalaman ibu
orangtua, sistem dukungan sosial primipara dengan keluarga ini dalam
(meliputi pasangan hidup, teman, merawat bayi baru lahir menyebutkan
keluarga), tingkat ketrampilan dalam bahwa merawat bayi sendiri bukan
berkomunikasi serta dalam memberi pekerjaan yang mudah, dukungan dari
asuhan yang kompeten, kedekatan tenaga profesional belum sesuai dengan
orangtua dengan bayi dan kecocokan yang diharapkan. Tujuan penelitian
orangtua dengan bayi (Mercer (1982) mengetahui perbedaan peran ibu
dalam Bobak et al. 2005: 506). primipara dan multipara dalam
Pada primipara respon sebagai pengasuhan bayi baru lahir.
orangtua membutuhkan dukungan yang
lebih besar dari lingkungannya dan Metode Penelitian
beberapa wanita tidak suka terhadap Desain penelitian yang digunakan
tanggung jawab di rumah serta merawat dalam penelitian adalah study komparatif.
bayi (Bobak et al. 2005: 512). Sedangkan Populasi dalam penelitian ini adalah
pada multipara akan lebih realistis dalam semua ibu post partum yang bersalin di
mengantisipasi keterbatasan fisiknya dan RS Aura Syifa Kediri dengan sampel
dapat lebih mudah beradaptasi terhadap sebesar 53 orang terdiri dari 25 ibu
peran serta interaksi sosialnya, dalam arti primipara dan 28 ibu multipara. Variabel
mempunyai respon positif sebagai indenpenden dalam penelitian ini adalah
orangtua (Bobak et al.2005: 516). ibu Primipara dan ibu Multipara,
Penelitian yang dilakukan oleh Stewart sedangkan variabel dependen dalam
(1990) dalam Christine (2006: 560) penelitian ini adalah pengasuhan bayi
mengidentifikasikan bahwa pertama kali baru lahir. Alat ukur yang digunakan pada
atau kedua kali menjadi orangtua sama penelitian ini berupa lembar observasi
sama membuat stres tetapi stres yang dengan skala penilaian (rating scala),
dialami pada waktu kedua berbeda dengan yang terdiri dari 5 poin penilaian, yaitu
stres yang dialami pada waktu pertama Feeding (pemberian makan termasuk
menjadi orang tua. ASI), Interest (ketertarikan) Respons,
80
Hasil Penelitian
Prosentase
A. Usia responden 60 Ibu Primipara
Berikut keadaan responden menurut Ibu Multipara
golongan usia. 40
20-24 10 40 % 1 3,6 %
25-29 11 44 % 4 14,3 %
Gambar 1 Prosentase skor aspek
Feeding pada ibu Primipara dan
30-34 1 4% 15 53,6 %
Multipara
35-39 0 0% 3 10,7 %
40-44 0 0% 5 17,8 % b. Interest
Jumlah 25 100 % 28 100 %
80
70
B. Peran ibu dalam pengasuhan bayi baru 60
lahir
Prosentase
50
Ibu Primipara
Peran ibu primipara dan multipara 40
Ibu Multipara
dalam pengasuhan bayi baru lahir 30
dikelompokkan dalam kategori baik, 20
cukup dan kurang. Berikut distribusi 10
peran responden : 0
skor 0 skor 1 skor 2
Multipara
Kategori Primipara Multipara Gambar 2 Prosentase skor aspek
Peran frekuensi Persen frekuensi Persen
interest pada ibu primipara dan
multpara
Baik 0 12 % 0 0%
Cukup 7 28 % 13 46,4 c. Response
%
Kurang 18 72 % 15 53,6 80
% 70
Jumlah 25 100 % 28 100 %
60
Prosentase
50
Ibu Primipara
40
Ibu Multipara
30
20
10
0
skor 0 skor 1 skor 2
Skor Peran
50
Ibu Primipara
40
30
Ibu Multipara membersihkan bayi, menjaganya dari
20 bahaya, dan memungkinkannya untuk bisa
10
0
bergerak (Steele & Pollack, 1968 dalam
skor 0 skor 1 skor 2 Bobak, Lowdermilk & Jensen, 2005).
Skor Peran
Aktivitas yang berorientasi pada tugas
Gambar 4 Prosentase skor aspek speech atau keterampilan kognitif motorik ini
pada ibu primipara dan multpara tidak terlihat secara otomatis pada saat
bayi lahir, namun dipelajari orangtua dan
e. Touch dipengaruhi oleh pengalaman pribadi dan
70 budaya (Bobak, Lowdermilk & Jensen,
60 2005). Kesiapan ibu menjadi orangtua
50
dapat dipersiapkan melalui proses belajar
Prosentase
40 Ibu Primipara
30 Ibu Multipara guna meningkatkan pengetahuan, sikap,
20 dan keterampilan ibu tentang perawatan
10
bayi prematur di rumah.
0
skor 0 skor 1 skor 2 Ibu primipara adalah seorang yang
Skor Peran
melahirkan anak pertama kali, oleh karena
Gambar 5 Prosentase skor aspek touch itu ibu primipara membutuhkan dukungan
pada ibu primipara dan multipara yang lebih besar dari lingkungan baik dari
keluarga, teman maupun petugas
D. Hasil Uji Hipotesis kesehatan dalam perawatan dan
Dengan menggunakan uji statistik pengasuhan bayi baru lahir (Bobak et al.
Mann Whitney diperoleh nilai signifikansi 2005: 516). Sesuai dengan penelitian yang
sebesar 0.036. Nilai tersebut lebih kecil dilakukan OHara & Swain (1996) dalam
dari nilai yang ditetapkan sebesar 0.05, Handoyo et al. (2007) melaporkan sekitar
sehingga H0 ditolak artinya terdapat 13 % wanita melahirkan anak pertama
perbedaan peran ibu primipara dan mengalami depresi postpartum pada
multipara dalam pengasuhan bayi baru periode tahun pertama pascasalin. Depresi
lahir. postpartum dapat mengakibatkan
terjadinya gangguan psikologis jangka
Pembahasan pendek dan jangka panjang. Peristiwa
tersebut tidak saja terjadi pada wanita
A. Peran ibu primipara dalam pengasuhan penderita tapi juga pada anak dan anggota
bayi baru lahir keluarga lainnya (Armstrong et al. 2000
Pada tabel 2 telah disebutkan bahwa dalam Handoyo et al. 2007). Selain itu
tidak ada satupun ibu primipara yang dapat juga terjadi gangguan hubungan tali
memiliki peran baik dalam merawat bayi kasih ibu dan anak serta kurangnya
baru lahir. Pada penelitian ini mayoritas perhatian ibu dalam merawat, mengasuh
ibu (72 %) memiliki peran yang kurang. serta membesarkan anaknya, kesulitan
Menjadi orangtua merupakan suatu anak dalam menjalin hubungan sosial
proses yang terdiri dari dua komponen. dengan lingkungan dan teman sebaya
Komponen pertama, bersifat praktis atau serta konflik perkawinan (Kustjens &
Wolke. 2001 dalam Handoyo et al. 2007). yang lembut, waspada, dan memberi
Menurut Rubin ada beberapa fase adaptasi perhatian terhadap kebutuhan dan
peran menjadi orang tua yaitu: ( taking keinginan bayi. Komponen menjadi
in) fase ini terjadi pada hari 1 2 hari orangtua memiliki efek yang mendasar
setelah melahirkan yang ditandai dengan pada cara perawatan bayi yang dilakukan
kondisi ibu masih pasif dan tergantung dengan praktis dan pada respon emosional
pada orang lain, perhatian ibu tertuju pada bayi terhadap asuhan yang diterima
kekuatiran terhadap bentuk tubuhnya, ibu (Bobak, Lowdermilk & Jensen, 2005).
memerlukan ketenangan dalam tidur Selain pengalaman dari orang tua juga
untuk mengembalikan keadaan tubuh ke pengalaman seorang ibu dalam merawat
kondisi normal (taking hold) fase ini bayi baru lahir berakar dari
berlangsung 2- 4 hari setelah melahirkan pengalamannya terdahulu dalam merawat
yang ditandai dengan ibu menaruh bayi yang pernah dilahirkan.
perhatian pada kemampuannya untuk Pada tabel 1 usia ibu multipara yang
menjadi orang tua, ibu berusaha untuk berada pada rentang 24 34 tahun sebesar
menguasai ketrampilan merawat bayi. 71,5 %, sedangkan yang berada di rentang
Selama fase ini sistem pendukung usia 35 tahun ke atas adalah sebanyak
(support) menjadi sangat bernilai bagi ibu 28,5 %. Hasil penelitian yang
primipara yang membutuhkan sumber menunjukkan peran ibu multipara dalam
informasi dan pemulihan fisik secara kategori cukup berkaitan dengan usia
optimal, (letting go) fase ini yang siap melaksanakan peran sebagai ibu
berlangsung hari kelima setelah persalinan dalam memberikan pengasuhan pada bayi
dan seterusnya, yang ditandai dengan ibu yang baru dilahirkan dengan baik.
sudah bisa mengambil tanggung jawab Sedangkan permasalahan pada usia tua
dalam merawat bayi. yang dapat mempengaruhi peran seorang
Pada tabel 1 terdapat ibu primipara ibu dalam pengasuhan bayi baru lahir
yang masih berada pada rentang usia 15 adalah keletihan dan kebutuhan untuk
19 tahun yang merupakan usia remaja. lebih banyak istirahat.
Transisi menjadi orangtua pada masa Ibu multipara adalah ibu yang sudah
remaja mungkin sulit bagi orang tua yang pernah melahirkan anak beberapa kali tapi
masih remaja. Remaja akan mengalami tidak lebih dari 5 kali, oleh karena itu
kesulitan dalam menerima perubahan citra pada multipara akan lebih realistis dalam
diri dan menyesuaikan dengan peran baru mengantisipasi keterbatasan fisiknya serta
yang berhubungan dengan tanggung akan lebih mudah beradaptasi terhadap
jawab merawat bayi (Bobak et al. perannya dalam pengasuhan bayi (Bobak
2005:835). et al. 2005: 516).
Peran ibu multipara dalam
B. Peran ibu multipara dalam pengasuhan pengasuhan bayi baru lahir yang diukur
bayi baru lahir dengan metoda FIRST menunjukkan nilai
Pada tabel 2 telah disebutkan bahwa cukup, hal ini diantaranya disebabkan oleh
ibu multipara memiliki peran dengan karena ibu multipara sudah pernah
prosentase cukup dengan kondisi lebih melahirkan anak sehingga secara
baik dibanding ibu primipara yaitu sebesar psikologis lebih siap menghadapi
46,4 %. kelahiran bayi dibandingkan dengan ibu
Komponen psikologis sebagai primipara. Pada ibu multipara sudah
orangtua, bersifat keibuan atau kebapakan mempunyai pengalaman dalam
berakar dari pengalaman orangtua saat pengasuhan bayi sebelumnya sehingga ibu
mengalami dan menerima kasih sayang multipara akan lebih mudah beradaptasi
dari orangtuanya. Keterampilan kognitif terhadap peran sebagai orang tua dalam
afektif menjadi orangtua meliputi sikap perawatan bayi baru lahir.
kepercayaan dalam keluarga serta sumber satu langkah untuk meningkatkan peran
stressor yang dipandang melekat dalam ibu tersebut. Kelas persalinan / prenatal
sistem keluarga. Variabel-variabel dapat lebih dikembangkan untuk
tersebut saling berinteraksi satu sama lain mengantisipasi kemampuan ibu dalam
dan memberikan pengaruh dalam transisi mengasuh bayinya.
menjadi motherhood. Bayi merupakan
individu yang ada di dalam sistem Daftar Pustaka
keluarga. Keluarga dipandang sebagai A. Aziz Alimul Hidayat. 2007.Metoda
sistem semi tertutup yang membatasi dan Penelitian Kebidanan Tehnik Analisis
mengontrol perubahan diantara sistem Data. Jakarta: Salemba Medika.
keluarga dan sistem sosial lainnya. Bobak. 2004. Buku Ajar Keperawatan
Komponen yang paling berpengaruh Maternitas Ed. Ke-4. Alih bahasa
dalam pencapaian peran maternal terjadi Maria A A Wijayarini, Peter I.
melalui interaksi antara ayah, ibu dan Anugerah. Jakarta: EGC.
bayinya. Departemen Kesehatan RI. 2005.
Ibu multipara memiliki pengalaman Pedoman Pelaksanaan Stimulasi,
yang lebih banyak dalam memberikan deteksi dan Intervensi Dini Tumbuh
pengasuhan pada bayi yang baru Kembang Anak Di Tingkat Pelayanan
dilahirkan jika dibandingkan dengan ibu Kesehatan Dasar. Jakarta: Direktorat
primipara. Proses menjadi ibu sudah lebih Jenderal Pembinaan Kesehatan
dahulu dimiliki, sehingga tinggal Masyarakat.
mengasah kemampuan yang telah Handoyo, Hartati, Lutfatul Latifah. 2007.
dimiliki. Penerapan skala edinburgh sebagai
alat deteksi risiko depresi post
partum pada primipara dan multipara.
Simpulan Dan Saran
Simpulan Jurnal Ilmiah Kesehatan
a. Peran ibu primipara dalam Keperawatan. 3(3): 163-171.
pengasuhan bayi baru lahir Henderson, Christine. 2005. Buku Ajar
menunjukkan bahwa interaksi antara Konsep Kebidanan. Alih bahasa: Ria
ibu dan bayi serta kemampuan ibu Anjarwati, Renata Komalasari, Dian
primipara dalam pengasuhan dan Adiningsih. Jakarta: EGC
perawatan bayi baru lahir adalah Hurlock, Elizabeth. 2000. Psikologi
sebagian besar kurang Perkembangan Suatu Pendekatan
b. Peran ibu multipara dalam sepanjang Rentang Kehidupan.
pengasuhan bayi baru lahir Ed.ke-4. Alih bahasa: Istiwidayanti.
menunjukkan bahwa interaksi antara Soedjarwo Jakarta: Erlangga.
ibu dan bayi serta kemampuan ibu IDAI. 2002. Buku Ajar 1 Tumbuh
multipara dalam pengasuhan dan Kembang Anak dan Remaja. Ed. ke-1.
perawatan bayi baru lahir dalam Jakarta: CV SAGUNG SETO
keadaan berimbang antara cukup dan Ida Bagus Gde Manuaba. 1998. Ilmu
kurang. Kebidanan, Penyakit Kandungan Dan
c. Ada perbedaan peran antara ibu Keluarga Berencana Untuk
primipara dan ibu multipara dalam Pendidikan Bidan. Jakarta: EGC
pengasuhan bayi baru lahir yang di Indriani (tanpa tahun). Studi
ukur dengan metoda observasi FIRST. Fenomenologi : Pengalaman ibu
primipara dengan Kelarga Inti dalam
Saran merawat bayi baru lahir di jakarta
Upaya peningkatan peran ibu primipara pusat
dalam pengasuhan bayi baru lahir perlu WWW:digilib.ui.ac.id/opac/themes/li
lebih digiatkan. Kerjasama dengan bri2/abstrakpdf.jsp?id=127197&loka
keluarga dapat digunakan sebagai salah si...
Hubungan Pengetahuan Ibu Tentang Gizi Dengan Status Gizi Balita Usia 1-5 Tahun
Di Desa Kedawung Wilayah Kerja Puskesmas Ngadi
(The Correlation between Knowledge of Mothers about Nutrition with Nutritional Status of
Children Aged 1-5 years in Kedawung Village Ngadi health center working area)
ABSTRACT
One of the factors that affect the nutritional status of children is the mother's
knowledge. Knowledge is a determinant of attitudes and behavior of the mother.
Knowledge required for the application of the provision of food for the nutritional needs so
that the nutritional status of children is known. The purpose of this study was analyze the
correlation between nutrition knowledge of mothers about nutrition with nutritional status
of children aged 1-5 years in Kedawung Village Ngadi health center. The research used
cross-sectional method. Total population is 369 children, with proportional sampling
techniques and random sampling found 74 respondens and their children as the sample.
Data collected by questionnaire and analyzed using the Spearman rank correlation test. The
results show respondents have sufficient knowledge about children nutrition is equal to
44.59%. While most respondents children have good nutrition (81.08%). With the
Spearman Rank test results obtained = 0,5 with t formula is t value (4,9) > t table (1.993),
then Ho is rejected it means there is a correlation between nutrition knowledge of mothers
about nutrition with nutritional status of children aged 1-5 years in Kedawung village
Ngadi health center. The conclusion is obtained that the better knowledge of the mother's
so nutritional status of children will be close to normal. It is therefore suggested to provide
information about nutrition.
Status Gizi Balita Usia 1-5 Tahun Di Tabel 2 Distribusi Status Gizi Balita
Desa Kedawung Wilayah Kerja No Kategori Frekuensi Persentase
1 Gizi Lebih 1 1,35%
Puskesmas Ngadi. 2 Gizi Baik 60 81,08%
3 Gizi Kurang 13 17,57%
Metode Penelitian 4 Gizi Buruk 0 0
Total 74 100%
Populasi dalam penelitian ini adalah
semua ibu yang memiliki balita usia 1-5
tahun beserta balitanya di desa Kedawung Berdasarkan tabel 2 tersebut dapat
wilayah kerja Puskesmas Ngadi dijelaskan bahwa sebagian besar
Kabupaten Kediri tahun 2014 sejumlah responden memiliki status gizi yang baik
369 balita. Besarnya sampel ditentukan (81,08%).
dengan, jika besar populasi 1000, maka
sampel bisa diambil 20% - 30% 3.Hubungan Pengetahuan Ibu Tentang
(Nursalam, 2008; 91).Maka: 369 x 20% = Gizi dengan Status Gizi Balita
73,8 = 74. Teknik sampling yang Berdasarkan hasil penelitian didapatkan
digunakan adalah proportional sampling hasil pengetahuan ibu tentang gizi dan
yaitu untuk memperoleh sampel yang status gizi balita 1-5 tahun di desa
representatif, pengambilan subjek dari Kedawung wilayah kerja Puskesmas
setiap wilayah ditentukan seimbang Ngadi sebagai berikut:
sebanding dengan banyaknya subjek
dalam masing-masing wilayah (Arikunto, Tabel 3 Tabel Silang Pengetahuan Ibu
2006; 139). Variabel independent tentang Gizi dengan Status Gizi Balita
penelitian adalah pengetahuan ibu tentang usia 1-5 tahun
gizi balita. variabel dependentnya adalah
status gizi balita usia 1-5 tahun. Analisis Status Gizi
Pengeta Gizi Gizi Gizi Gizi Jumlah
uji statistik yang digunakan, yaitu uji huan Lebih Baik Kurang Bur
Korelasi Spearman Rank (Rank uk
Baik 0 23 1 0 24
Correlation Test). (31,08%) (1,35%) 32,43
%
Cukup 1 27 5 0 33
Hasil Penelitian (1,35%) (36,49%) (6,76%) 44,60
1. Pengetahuan Ibu tentang Gizi %
Kurang 0 10 7 0 17
No Kategori Frekuensi Persentase (13,51%) (9,46%) 22,97
1 Baik 24 32,43% %
Jumlah 1 60 13 0 74
2 Cukup 33 44,59% 1,35% 81,08% 17,57% 100%
3 Kurang 17 22,98%
Total 74 100%
Berdasarkan tabel 3 tabel silang
antara pengetahuan ibu tentang gizi
Berdasarkan tabel 1 dapat dijelaskan
dengan status gizi balita hampir setengah
bahwa hampir setengah dari responden
dari responden mempunyai pengetahuan
memiliki cukup pengetahuan tentang gizi
yang cukup dan memiliki balita dengan
balita yaitu sebesar 44,59%.
status gizi baik (36,49%). Kemudian
untuk mengetahui hubungan antara
2.Status gizi balita
pengetahuan ibu tentang gizi dengan
Berikut ini keadaan status gizi balita dari
status gizi balita digunakan rumus
hasil penimbangan berat badan balita
dengan nilai di tabel BB/ U (WHO).
Berdasarkan perhitungan tersebut
didapatkan hasil, = 0,5. Karena jumlah
sampel lebih dari 30, dimana tidak ada
dalam tabel rho, maka pengujian memilih makanan untuk balita. Hal
signifikansinya menggunakan rumus: tersebut dapat dipengaruhi karena ibu
belum mengetahuai apa itu gizi. Oleh
t = karena itu ibu belum memahami apakah
Berdasarkan hasil perhitungan gizi seimbang tersebut.
menggunakan uji korelasi spearman Berdasarkan penjelasan diatas,
dengan taraf kesalahan sebesar 5% (0,05) diketahui bahwa Ibu belum bisa
maka diperoleh hasil perhitungan t = (4,9). memahami apakah gizi seimbang,
Kemudian t hitung tersebut dibandingkan dikarenakan tahapan pengetahuan yang
dengan t tabel dengan dk = n-2 didapatkan paling utama adalah know/ tahu, dengan
t hitung (4,9) > t tabel (1,993), maka Ho tidak tahunya mengenai pengertian gizi
ditolak, artinya ada hubungan antara tersebut, tentunya akan mengurangi
pengetahuan ibu tentang gizi dengan pemahaman mengenai gizi lebih dalam
status gizi balita usia 1-5 tahun di desa lagi.
Kedawung wilayah kerja Puskesmas Penjelasan diatas sejalan dengan
Ngadi. pemikiran Budiman (2013) bahwasannya
tahapan paling utama dari pengetahuan
Pembahasan adalah tingkat know/ tahu. Dimana know/
1. Pengetahuan Ibu Tentang Gizi di Desa tahu itu sendiri artinya mengenai
Kedawung Wilayah Kerja Puskesmas kemampuan untuk mengenali dan
Ngadi mengingat peristilahan, definisi, fakta-
Mengetahui apakah zat gizi tentunya fakta, gagasan, pola, urutan, metodologi,
menjadi dasar ibu untuk memiliki tingkat prinsip dasar, dan sebagainya. Selanjutnya
pengetahuan yang lebih tinggi guna tingkatan pengetahuan meliputi tahap
memenuhi gizi untuk balitanya. Tentunya memahami. Memahami diartikan sebagai
sangat berpengaruh sekali mengetahui apa suatu kemampuan untuk menjelaskan
pengertian dari gizi balita tersebut. secara benar tentang objek yang diketahui
Sebagian besar ibu belum mengetahuai dan dapat menginterpretasikan materi
apa pengertian dari zat gizi tersebut. Hal tersebut secara benar.
itu bisa saja dipengaruhi karena masih ada Balita sangat mudah sekali
sebagian ibu yang belum memperoleh menyenangi makanan yang menarik.
informasi tentang gizi balita. Kurangnya Seharusnya, hal tersebut dapat digunakan
informasi dapat berpengaruh terhadap sebagai upaya menarik perhatian balita
pengetahuan ibu. Informasi gizi untuk menambah nafsu makan. Akan
diperlukan guna menambah pengetahuan tetapi, kebanyakan ibu belum memiliki
ibu akan zat gizi. pengetahuan yang baik mengenai
Pengetahuan ibu tentang gizi masih penyusunan menu tersebut. Terutama
tergolong cukup, dari data penelitian dalam penyajian dan penggantian menu
diketahui bahwa sebagian besar responden makanan untuk balita setiap harinya.
masih rendah pengetahuannya tentang gizi Kebanyakan responden mengganti menu
seimbang untuk balita. makanan setelah tiga sampai empat kali
Gizi seimbang sangat diperlukan penyajian. Sehingga makanan yang
untuk balita. Sangat berpengaruh sekali disajikan kurang bervariasi. Rendahnya
jika ibu tidak memahami mengenai gizi pengetahuan tentang gizi seimbang dapat
seimbang akan memberikan makanan berakibat dalam pemberian makanan
dengan seadanya saja, tanpa untuk balita. Sehingga ibu sulit
memperhatikan gizi yang terkandung. mengaplikasikan untuk penyajian
Memahami mengenai gizi seimbang balita makanan untuk balita.
tentunya dapat membantu ibu untuk Kurangnya pengetahuan ibu
menjelaskan bagaimanakah seharusnya mengenai penyusunan menu dapat
Terjadinya gizi kurang pada balita dikarenakan ibu dari balita tersebut juga
tersebut bukan berarti ibu tidak selalu memiliki berat badan yang relatif
memberikan banyak makanan untuk lebih.
balitanya. Namun dengan kurangnya Keadaan lain, terdapat responden
pengetahuan sikap ibu dalam memilih, yang memiliki pengetahuan kurang namun
mengolah dan menghidangkan makanan dapat memiliki balita dengan status gizi
untuk balita menjadi kurang benar yang baik. Adanya hal tersebut
sehingga zat gizi yang terkandung dalam dikarenakan, dari responden tersebut ada
makanan menjadi berkurang. yang diasuh oleh pengasuh anak, bisa saja
Hal ini sejalan dengan pendapat pengasuh anak tersebut memiliki
Sibagariang (2010) bahwa salah satu pengetahuan yang baik sehingga
penyebab timbulnya masalah gizi adalah pelayanan dalam memenuhi gizi balita
dari faktor pengetahuan. Sama halnya tersebut menjadi maksimal. Selain itu,
dengan hasil penelitian yang dilakukan dengan rutinnya untuk datang timbang ke
oleh Zuraida (2012) berdasarkan analisis posyandu memungkikan perhatian bidan
regresi logistik berganda diperoleh hasil terhadap balita tersebut menjadi terpantau
bahwa pengetahuan gizi ibu dan sikap status gizinya.
gizi ibu mempengaruhi status gizi balita, Hasil penelitian menunjukkan adanya
variabel pengetahuan gizi ibu merupakan hubungan pengetahuan ibu tentang gizi
faktor yang paling kuat hubungannya dengan status gizi balita. Semakin baik
dengan status gizi balita, hal ini pengetahuan ibu tentang gizi maka status
ditunjukkan dengan nilai koefisien regresi gizi balita akan semakin mendekati
yang lebih besar dibandingkan dengan normal. Pengetahuan tentang gizi
koefisien variabel sikap gizi. berperan penting dalam pembentukan
Berdasarkan data yang diperoleh dari sikap ibu, yang nantinya akan
penelitian, terdapatnya responden dengan memunculkan perilaku untuk memberikan
pengetahuan yang baik namun memiliki asupan nutrisi yang baik untuk balitanya.
status gizi kurang dikarenakan karena Pengetahuan ibu tentang gizi akan
faktor yang lain yang menyebabkan menjadikan ibu lebih paham mengenai
kondisi berbeda dari yang diharapkan. zat-zat gizi yang dibutuhkan balitanya.
Kondisi ini dikarenakan balita sebelumnya Baiknya pengetahuan ibu akan
sakit. Akan tetapi pada saat penimbangan menumbuhkan perilaku yang baik untuk
sudah sehat kembali. Hal ini yang pengolahan bahan pangan, menyajikan
menyebabkan terjadinya penurunan berat dan menyimpan makanan agar zat-zat gizi
badan balita sehingga status gizinya yang terkandung tidak hilang.
menjadi kurang. Selain itu pertambahan Pengetahuan ibu tentang gizi penting
berat badan yang relatif sedikit tiap untuk pertumbuhan balita, jika ibu tahu
bulannya dapat juga menjadikan dan memperhatikan gizi balitanya
pertimbangan mengapa hal tersebut dapat tersebut, ibu akan menambah informasi
terjadi. dan berusaha memberi yang terbaik untuk
Hal lainnya, terdapatnya responden balitanya. Pengetahuan ibu berpengaruh
dengan pengetahuan cukup namun pada perilaku ibu dalam memenuhi gizi
memiliki status gizi lebih dikarenakan balitanya. Walaupun banyak faktor lain
karena memang balita tersebut telah yang mempengaruhi pertumbuhan balita.
memiliki berat badan yang relatif gemuk Secara tidak langsung, pengetahuan ibu
dari memasuki usia balita. Tercatat pada berperan penting dalam peningkatan berat
bulan timbang tahun 2014 ini, bahwa pada badan balita dan menentukan status gizi
responden tersebut juga memiliki status balita. Semakin baik pengetahuan ibu
gizi lebih. Hal tersebut dapat pula tentang gizi maka status gizi balitanya
dipengaruhi dari faktor genetik, bisa juga akan baik.
(Influence Program "Social Enterpreneurship" group ODHA with HIV Stigma Against
People About HIV / AIDS In Local Patronage KPA Kediri.)
ABSTRACT
Sixth goal in the MDGs are handle a variety of the most dangerous infectious diseases.
At the top is intended to handle HIV, the virus that causes AIDS. The disease is a
devastating impact not only on public health but also to the overall state. This study aims
to look at the effect of social entrepreneurship program for public stigma about HIV /
AIDS. Analytical research design using cross sectional correlational techniques. The study
population is the ODHA, which had already independently of 50 people. Samples were
taken by simple random sampling technique, a number of 44 people. Statistical analysis
was performed with Chi Square at alpha 0.05. The result showed that, social
entrepreneurship programs that are run by people living with HIV have not succeeded run
and people living with HIV is almost entirely feel the stigma which is given by the society.
Chi Square Results obtained Alpha 0:00 less than Alpha 0.05. This means that, the Social
Entrepreneurship Program affect the public stigma about HIV / AIDS. The results of the
study can be used to support the Government's program to empower of ODHA.
seperti penyimpangan seks yang pantas akibat HIV dan AIDS pada individu,
mendapat hukuman, status social keluarga dan masyarakat.
ekonomi, usia dan gender. Berbagai cara dapat dilakukan untuk
Dampak stigma yang masih kuat mengatasi masalah stigma di masyarakat
di masyarakat pada akhirnya akan berkaitan dengan HIV/AIDS, diantaranya
menyebabkan perubahan mengenai di pelayanan kesehatan dapat dilakukan
bagaimana seseorang dipandang oleh dengan cara: membantu penderita untuk
orang lain, penolakan social atau mengatasi ketakutan terhadap status
penurunan penerimaan dalam interaksi HIV/AIDS, mengajarkan ketrampilan
social, keterbatasan/ kehilangan dalam menangani penderita, sedangkan
kesempatan seperti misalnya tempat dimasyarakat dapat dilakukan upaya
tinggal, pekerjaan, akses terhadap melibatkan tokoh masyarakat dalam
pelayanan kesehatan, perasaan malu dan memasyarakatkan anti stigma. Dengan
benci terhadap diri sendiri, menurunkan upaya-upaya ini, maka diharapkan para
kualitas hidup seseorang, meningkatkan penderita HIV/AIDS dapat diterima di
deskriminasi, menambah beban ganda masyarakat dan dapat diberdayakan untuk
keluarga serta dapat menghambat upaya memandirikan mereka melalui kegiatan-
pencegahan dan perawatan. kegiatan social entrepreneurship
Berdasarkan survei Dampak Sosial (Kewirausahaan Sosial).
Ekonomi pada Individu dan Rumah Social Entrepreneurship akhir-akhir
Tangga dengan HIV di Tujuh Provinsi di ini menjadi makin popular. Namun di
Indonesia, didapatkan hasil bahwa rerata Indonesia sendiri kegiatan ini masih
hilangnya pendapatan akibat merawat belum mendapatkan perhatian yang
anggota rumah tangga yang sakit, 55% sungguh sungguh dari pemerintah dan
lebih tinggi pada rumah tangga ODHA para tokoh masyarakat karena memang
dibanding rumah tangga non ODHA. 74% belum ada keberhasilan yang menonjol
Menyatakan adanya tambahan secara nasional. Pengertian sederhana
pengeluaran akibat infeksi HIV. Rumah dari Social Entrepreneur adalah seseorang
Tangga ODHA mengeluarkan biaya yang mengerti permasalahan sosial dan
kesehatan 5 kali lebih tinggi dari Rumah menggunakankemampuan entrepreneursh
Tangga Non-ODHA. Rerata biaya ip untuk melakukan perubahan sosial
kesehatan ODHA sendiri 3 kali lebih (social change), terutama meliputi bidang
tinggi dari Rumah Tangga Non-ODHA. kesejahteraan (welfare), pendidikan dan
Dari data di atas dapat diketahui kesehatan (healthcare). Keberhasilan
bahwa ODHA dan keluarga ODHA akan Sosial Entrepreneurship diukur dari
menghadapi beban ganda, baik sosial manfaat yang dirasakan oleh masyarakat.
maupun ekonomi, meskipun mereka Pemberdayaan ODHA/OHIDHA
masih mendapat obat ARV gratis dari diyakini merupakan salah satu kunci bagi
bantuan pemerintah, namun masih banyak penanggulangan dan pencegahan
pengeluaran yang dibutuhkan oleh ODHA HIV/AIDS. Program pemberdayaan yang
dan keluarganya. Kebijakan nasional tepat dalam hal ini sangat dibutuhkan
penanggulangan HIV dan AIDS (Rima Jauharoh, 2011). Program
menggarisbawahi kebutuhan serangkaian pemberdayaan merupakan langkah yang
program layanan yang komprehensif dan positif oleh karena dapat menjawab
bermutu yang menjangkau luas kebutuhan sehingga para penderita
masyarakat dengan tujuan mencegah dan HIV/AIDS akan mengalami perubahan-
mengurangi penularan HIV, perubahan yang positif dan pada akhirnya
meningkatkan kualitas hidup ODHA dan turut pula meningkatkan mutu hidup
mengurangi dampak sosial dan ekonomi ODHA. Program pemberdayaan untuk
ODHA sejalan dengan prinsip
dasar andragogy di mana program Jadi sampel penelitian ini adalah 44 orang
pemberdayaan tersebut dipandang oleh dengan ODHA
ODHA sebagai program pemberdayaan Kriteria Inklusi untuk ODHA:
yang partisipatif dan menempatkan 1. Berada di wilayah binaan KPA Kota
ODHA sebagai subyek bukan obyek Kediri
sehingga mereka dapat terlibat dalam 2. Menjalankan Usaha sebagai bentuk
upaya pencegahan dan penanggulangan program social enterpreneurship
HIV/AIDS. Dengan demikian perlu 3. Dapat membaca dan menulis
diadakan penelitian untuk melihat 4. Bersedia menjadi responden
Pengaruh Program Sosial Tempat Penelitian: Penelitian
Enterpreneurship pada ODHA terhadap dilaksanakan di daerah Binaan KPA Kota
Stigma masyarakat tentang HIV/AIDS. Kediri Waktu Penelitian : Dilakukan pada
bulan Agustus 2014. Variabel Penelitian:
Metode Penelitian Variabel bebas dalam penelitian ini adalah
Desain yang digunakan dalam Program Social Enterpreneurship dan
penelitian ini adalah analitik korelasional, Variabel tergantungnya adalah Persepsi
yaitu melihat pengaruh Program Sosial ODHA tentang Stigma HIV/AIDS di
Enterpreneurship pada ODHA terhadap masyarakat
Stigma masyarakat tentang HIV/AIDS. Untuk menganalisa pengaruh
Pendekatan waktu yang digunakan adalah Program Sosial Enterpreneurship pada
cross sectional. ODHA terhadap Stigma Masyarakat
Populasi dalam penelitian ini tentang HIV/AIDS dilakukan uji Chi
adalah semua ODHA yang sudah Square dengan 0,05.
mandiri dan menjadi binaan dari KPA
Kota Kediri. Sampel penelitian ini HASIL PENELITIAN
adalah sebagian ODHA yang sudah Data Umum
mandiri dan menjadi binaan dari KPA 1. Umur Responden
Kota Kediri yang diambil dengan Tabel 1 Umur Responden Pengaruh
simple random sampling. Besar sampel Program Sosial Enterpreneurship
ditentukan dengan penghitungan sbb: Kelompok ODHA terhadap Stigma
Masyarakat tentang HIV AIDS
N UMUR %
n= 20-35 24 54.5
1+ N (d) >35 20 45.5
JUMLAH 44 100
Dari tabel di atas, tampak bahwa
Keterangan:
Responden ODHA pada penelitian ini
n = besar sampel
54,5% berumur 20-35 tahun.
d = Tingkat significansi
(0.05)
2. Pendidikan
N = Besar populasi
Tabel 2 Pendidikan Responden Pengaruh
Dengan Jumlah Populasi sebesar
Program Sosial Enterpreneurship
50, maka besar sampel yang
Kelompok ODHA terhadap Stigma
dibutuhkan adalah:
Masyarakat tentang HIV AIDS
50 PENDIDIKAN %
n= Dasar 11 25.0
1+ 50 (0.05) Menengah 22 50.0
Perguruan Tinggi 11 25.0
50 JUMLAH 44 100
n= Dari tabel di atas, tampak bahwa
1,125 setengah Responden ODHA pada
= 44 orang
Jurnal Ilmu Kesehatan Vol. 3 No. 2 Mei 2015 31
ISSN 2303-1433
penelitian ini berpendidikan menengah Dari tabel 5, jika dirinci bidang usaha
(SMA) . yang dijalankan didapatkan data sbb:
JENIS USAHA %
3. Jenis Kelamin Pertanian 2 4,5
Tabel 3 Jenis kelamin Responden Catering 5 11,4
Toko kelontong 8 18,2
penelitian Pengaruh Program Sosial Jualan Pakaian 2 4,5
Enterpreneurship Kelompok ODHA Menjahit 2 4,5
terhadap Stigma Masyarakat tentang HIV Lain-lain 25 56,9
AIDS JUMLAH 44 100
JENIS %
KELAMIN Dari tabel di atas, tampak bahwa jenis
Laki-laki 23 52.3
usaha yang paling banyak dikerjakan oleh
Perempuan 21 47.7
JUMLAH 44 100 Responden ODHA pada penelitian ini
adalah bidang wirausaha lainnya seperti
Dari tabel di atas, tampak bahwa model, jual bakso, bakpau, laundry,
Jenis Kelamin Responden ODHA pada beternak ayam dll. Dari jenis usaha/jenis
penelitian ini hampir berimbang antara kegiatan yang dijalankan ODHA diatas,
yang berjenis kelamin laki-laki dan terdapat beberapa hal yang dapat menjadi
perempuan. penghambat dan pendukung dalam
mengembangkan usaha para ODHA yaitu:
4. Pekerjaan
Tabel 4 Pekerjaan Responden penelitian 1.a. Kesesuaian Minat Dan Bakat Dengan
Pengaruh Program Sosial Usaha Yang Dijalankan
Enterpreneurship Kelompok ODHA Tabel 6 Minat ODHA dalam menjalankan
terhadap Stigma Masyarakat tentang HIV Program Sosial Enterpreneurship
MINAT DAN %
AIDS BAKAT
PEKERJAAN % Sesuai 40 90.9
Petani 2 4.5 Tidak Sesuai 4 9.1
Wiraswasta 42 95.5 44 100
JUMLAH
JUMLAH 44 100
4. Pengaruh Program Sosial maka hal ini tentu merupakan hal yang
Enterpreneurship Terhadap Stigma memprihatinkan. Karena justru di usia
Masyarakat Tentang Hiv/Aids yang rata-rata masih muda yang
Untuk menganalisa pengaruh seharusnya mereka memiliki masa depan
Program Sosial Enterpreneurship pada dan generasi muda yang potensial, mereka
ODHA terhadap Stigma Masyarakat harus dihadapkan pada kenyataan bahwa
tentang HIV/AIDS dilakukan mereka menderita HIV.
menggunakan uji Chi Square dengan Berdasar tabel 3, dapat dilihat bahwa
0,05. Dari hasil uji didapatkan 0,00 (< jumlah ODHA laki-laki dan perempuan
0,05) artinya ada pengaruh program Sosial yang terpilih dalam sampel penelitian ini
Enterpreneurship terhadap Stigma hampir berimbang. Hal ini dapat
masyarakat tentang HIV/AIDS (hasil uji dijelaskan, bahwa di kota Kediri jumlah
terlampir) penderita HIV/AIDS tidak lagi didominasi
oleh kaum lelaki, tetapi jumlah wanita
Pembahasan juga menunjukkan trend meningkat.
Jenis kegiatan Social Enterpreneurship Dari jenis kegiatan yang dilakukan
yang sesuai pada ODHA oleh para ODHA juga dapat disampaikan
Berdasarkan tabel 4 dan 5, dapat hal-hal sbb: bahwa usaha yang digeluti
dilihat, bahwa bidang usaha atau jenis para ODHA sebagian besar sudah sesuai
kegiatan yang dijalani oleh ODHA adalah dengan minat dan bakat mereka (90,9%),
pada bidang Wiraswasta. Dengan rincian dan mereka merasa cocok menjalankan
bidang usaha terbesar adalah pada pilihan usaha tersebut. Walaupun usaha yang
lain-lain seperti menekuni dunia dijalankan belum besar, para ODHA
modeling, jasa laundry, pedagang bakso mengungkapkn bahwa usahanya sudah
dan lain-lain. Jika dikaitkan dengan data dapat dipakai untuk memenuhi kebutuhan
yang diperoleh selama penelitian, pilihan (72,7%). Persoalan hambatan dalam
bidang kerja ini berkaitan dengan mengembangkan usaha, para ODHA
beberapa hal yaitu: dapat dikaitkan (47,7%) mengungkapkan menemui
dengan umur responden. Sebagian besar kendala dalam berusaha. Kendala terbesar
responden berusia antara 20- 35 tahun adalah persoalan modal yang kurang
(54,5%) dengan pendidikan terakhir (86,4%), dan upaya yang dipilih oleh
terbanyak adalah SMA. Usia ini termasuk sebagian besar responden sebagai solusi
ke dalam kelompok usia produktif. Usaha- adalah mencari pinjaman kepada pihak
usaha yang ditekuni oleh para ODHA, lain atau keluarga. Dukungan keluarga di
sudah sejalan dengan kebijakan rasakan hamper seluruh responden
Pemerintah Kota Kediri. Sebagai daerah (97,7%).
perkotaan (urban), sektor perdagangan Menurut ODHA, dalam
dan jasa di Kota Kediri paling banyak mengembangkan usaha, semua
memberikan kesempatan dan lapangan masyarakat dapat menerima usaha mereka
kerja bagi penduduknya. Pengembangan karena rata2 masyarakat tidak mengetahui
sektor perdagangan dan jasa ini menjadi bahwa mereka dalah ODHA. Bantuan dari
fokus Pemerintah Kota Kediri dalam organisasi kemasyarakatn belum
mengatasi pengangguran, sebab program- dirasakan oleh sebagian responden,
program pembangunan ekonomi riil di begitupun kesempatan untuk mengikuti
sektor jasa dan perdagangan inilah yang pelatihan-pelatihan. Sedangkan LSM
terbukti mampu menggerakkan aktivitas perannya masih dirasakan oleh separo saja
ekonomi masyarakat (LAKIP Kota Kediri, ODHA.
2013).
Tetapi jika melihat usia tersebut dan
dikaitkan dengan penyakit yang dialami
dengan 0,05. Dari hasil uji didapatkan Sosialisasi itu perlu agar masyarakat bisa
0,00 (< 0,05) artinya ada pengaruh sadar dari persepsi buruk mereka terhadap
program Sosial Enterpreneurship terhadap ODHA, dan yang terpenting adalah
Stigma masyarakat tentang HIV/AIDS menghindari perilaku-perilaku yang bisa
(hasil uji terlampir). Kegiatan social menyebarluaskan epidemi HIV AIDS
entrepreneurship yang berhasil terhadap masyarakat luas.
dilaksanakan dengan baik, akan Nursalam (2005) menjelaskan bahwa
memperbaiki cap buruk atau stigma yang seorang penderita HIV AIDS setidaknya
diberikan oleh masyarakat. Begitupun membutuhkan bentuk dukungan dari
sebaliknya, jika ODHA tidak memiliki lingkungan sosialnya. Dimensi dukungan
kegiatan social entrepreneurship akan sosial meliputi tiga hal, yaitu : 1)
meningkatkan persepsi buruk masyarakat Emotional support, meliputi perasaan
tentang HIV/AIDS yang dirasakan oleh nyaman, dihargai, dicintai, dan
para ODHA. Hal ini dapat dijelaskan diperhatikan. 2) Cognitive support,
sbb: meliputi informasi, pengetahuan dan
Orang-orang yang terjangkit HIV nasehat. 3) Materials support, meliputi
AIDS secara alamiah hubungan sosialnya bantuan atau pelayanan berupa sesuatu
akan berubah. Dampak yang paling berat barang dalam mengatasi suatu masalah.
dirasakan oleh keluarga dan orang-orang Orang yang hidup dengan HIV dan
dekat lainnya. Perubahan hubungan sosial AIDS (ODHA) termasuk di antara
dapat berpengaruh positif atau negatif kelompok-kelompok yang paling rentan
pada setiap orang. Reaksi masing-masing dalam masyarakat Indonesia. Stigmatisasi
orang berbeda, tergantung sampai sejauh sosial akibat tidak adanya pemahaman
mana perasaan dekat atau jauh, suka dan sehubungan dengan risiko penularan dari
tidak suka seseorang terhadap yang orang yang terinfeksi menyebabkan
bersangkutan. Upaya kuratif pada aspek banyak ODHA kehilangan pekerjaan
sosial harus diterapkan kepada pengidap mereka atau tidak dapat memperoleh
HIV AIDS, hal itu dengan melihat bahwa pekerjaan untuk menafkahi diri mereka
pengidap HIV AIDS mengalami proses sendiri maupun keluarganya. Banyak
labelling oleh masyarakat dimana ODHA menanggulangi masalah ini
mereka mendapatkan label buruk sebagai dengan berusaha bekerja di sector
orang-orang yang tidak berguna. Upaya informal, sering kali dengan mulai
kuratif pada aspek sosial difokuskan membuka usaha mikro atau usaha kecil.
dalam upaya mendorong pengidap HIV Oleh sebab itu, memberikan bantuan
AIDS agar menjadi produktif dan punya untuk mewujudkan terbentuknya usaha-
kontribusi terhadap masyarakat, maka usaha seperti itu oleh ODHA dan
secara tidak langsung akan mengurangi keluarganya merupakan strategi yang
stigma buruk di masyarakat. berharga. Untuk mengurangi beban yang
Selain hal-hal seperti yang disebutkan dihadapi oleh orang-orang yang terinfeksi
di atas, ada hal lain yang perlu HIV dan anggota rumah tangga mereka
diperhatikan akibat dari kurangnya (ILO, 2009)
pengetahuan dan pemahaman terhadap
penyakit HIV AIDS, kebanyakan Kesimpulan
masyarakat berasumsi ODHA itu Jenis Kegiatan yang paling banyak
berbahaya, pembawa sial, orang hina, dijalankan oleh ODHA di Kota Kediri
tidak berguna, dan segala caci maki yang adalah Sektor Wiraswasta. Hampir
menusuk hati. Oleh karena itu, sangat seluruh ODHA mempersepsikan adanya
perlu sosialisai tentang penyakit HIV Stigma dari masyarakat tentang
AIDS pada masyarakat umum, terutama HIV/AIDS
pada masyarakat desa.
Hubungan Antara Status Gizi (IMT) dengan Usia Menarche pada Remaja Putri Usia
13-14 Tahun di SMPN 1 Pace Kecamatan Pace Kabupaten Nganjuk
(the relationship between nutritional status with age of menarche in young women aged
13-14 years)
ABSTRACT
The average of menarche young women continoued to decline on average about 3-4
months every 10 years. The shift of the age of menarche to younger age can cause
emotional stress, the risk of breast cancer, pregnancy is noy on purpose. The purpose of
this research is to know the relationship between nutritional status with age of menarche in
young women aged 13-14 years. The type of this research use cross sectional research
design. Sampling technique of this research used proportional stratified random sampling
which the research took a random strata in the population, for this research the reseacher
using the lottery draw. The researcher abtained samples of 76 responden of total student
population of 96. The analysis data of this research is Spearman Rank. The result of the
analysis data shows that there is no relationship between nutritional status with age of
menarche which the value tcount = 0,647 less than ttable = 1,995. For this research the
researcher gives suggestion to the next researcher to develop the factor social media that
can influence the age of menarche in girls forther.
Keywords : nutritional status, age of menarche, young women
.
Latar Belakang tumbuhnya rambut ketiak, tumbuhnya
Masa remaja adalah masa peralihan rambut pubis, dan pembesaran payudara.
dari masa kanak-kanak ke dewasa. Jadi menarche pada seorang wanita
Batasan usia remaja menurut World mengindikasikan bahwa alat
Health Organization (WHO) (2007) reproduksinya mulai berfungsi. Saat ini
adalah 12 sampai 24 tahun. Remaja kebanyakan seorang perempuan`
merupakan tahapan seorang dimana dia mengalami menstruasi pertama menarche
berada di antara fase anak dan dewasa lebih cepat.
yang ditandai dengan perubahan fisik, Berdasar hasil penelitian yang
perilaku, kognitif, biologis, dan emosi dilakukan di SMPN 155 Jakarta tahun
yang merupakan periode pematangan 2011 tentang Faktor-faktor yang
organ reproduksi manusia, dan sering Berhubungan dengan Usia Menarche pada
disebut masa pubertas (Efendi, 2009). Remaja Putri di SMPN 155 Jakarta Tahun
Masa pubertas seorang perempuan 2011 menunjukkan bahwa responden yang
ditandai dengan menarche (menstruasi memiliki usia menarche cepat dan status
pertama). Menarche adalah haid pertama gizi lebih dan resiko gizi lebih adalah
kali yang dialami seorang perempuan sebanyak 13 orang (33,3%), responden
yang merupakan ciri khas kedewasaan yang memiliki usia menarche cepat dan
seorang perempuan, sebagai pertanda status gizi kurang dan baik adalah
masa peralihan dari masa anak menuju sebanyak 26 (66,7%) orang. Responden
masa dewasa. Selain ditandai dengan yang memiliki usia menarche normal
menarche, masa pubertas ditandai juga dengan status gizi lebih dan resiko lebih
dengan adanya ciri-ciri sekunder, yaitu adalah sebanyak 7 orang (12,3%) dan
berkembang secara cepat juga dan akan juga. Selain itu, faktor media sosial seperti
berdampak pada terjadinya menarche. televisi, radio, majalah, dan internet juga
Menurut Karis Amalia Derina (2011) dapat mempengaruhi cepat lambatnya usia
yang berperan dalam derajat kesehatan menarche pada remaja perempuan.
ada 4 faktor utama yaitu perilaku, Sekarang ini banyak masyarakat yang
lingkungan, genetik, dan akses ke sudah mempunyai televisi yang dapat
pelayanan kesehatan. Bila percepatan usia menayangkan sinetron-sinetron yang
menarche dianggap sebagai perubahan menampilkan anak-anak berperan sebagai
yang berhubungan dengan derajat orang dewasa dalam sinetron percintaan
kesehatan maka secara garis besar faktor remaja maupun orang dewasa, sehingga
yang mempercepat terjadinya usia terdapat kebiasaan para remaja untuk
menarche yaitu perilaku yang dalam hal menonton sinetron yang sangat
ini bisa dicerminkan dari status gizi mendukung untuk terjadinya pematangan
responden, genetik yang dapat dilihat dari alat reproduksinya, karena biasanya
usia menarche ibu, akses pelayanan setelah menonton mereka memiliki
kesehatan sehingga responden dalam keinginan untuk menjadi peran seperti
keadaan sehat, dan yang tidak kalah artis yang diidolakannya.
penting adalah faktor lingkungan. Berdasarkan penelitian oleh Dono
Menurut Putri Kusnita dan Damarati Anggar Kusuma (2012) tentang hubungan
(2012) Percepatan proses menarche juga beberapa faktor siswi dengan kejadian
dipengaruhi oleh perubahan hormon menarche pada remaja awal didapatkan
steroid estrogen dan progesteron yang bahwa persentase seluruh siswi (100%)
mempengaruhi pertumbuhan kelas VII dan kelas VIII yang menjadi
endometrium, semakin baik gizi siswi responden tidak pernah mendapat paparan
maka semakin cepat siswi akan audio visual berupa menonton atau
mengalami menarche. membaca majalah porno. Hal ini diperkuat
dari penelitian sebelumnya yang
3. Hubungan Status Gizi dengan Usia mengatakan bahwa lingkungan
Menarche pada Remaja Putri Usia berpengaruh pada waktu terjadinya
13-14 Tahun menarche. Remaja putri yang tinggal di
Data hasil penelitian memperlihatkan kota mendapat fasilitas hiburan seperti
bahwa dari 76 responden lebih dari internet, atau majalah/film porno sehingga
setengah responden yaitu 48 siswi mempercepat menarche dibandingkan
(63,2%) dengan status gizi normal dan dengan remaja putri yang tinggal di
usia menarche normal juga. pedesaan.
Setelah dilakukan pengujian hipotesis Dari hasil penelitian juga didapatkan
dengan Uji Korelasi Spearmen Rank bahwa dari 76 responden sebagian kecil
didapatkan hasil t hitung < t tabel artinya responden yaitu 10 siswi (13,2%) dengan
tidak ada hubungan antara status gizi status gizi lebih dan usia menarche cepat,
dengan usia menarche pada remaja putri hal ini terjadi karena dengan
usia 13-14 tahun. mengkonsumsi makanan yang bergizi dan
Hal ini dikarenakan banyak faktor teratur dapat mempengaruhi pertumbuhan,
yang mempengaruhi cepat lambatnya sistem kerja hormon dalam tubuh dan
menarche selain dari faktor gizi fungsi organ tubuh pada remaja tersebut
diantaranya faktor sosial, ekonomi, termasuk organ reproduksi. Makanan
lingkungan, genetik, media sosial dan yang banyak mengandung lemak, protein
suku. Pada penelitian ini banyak remaja hewani, kalsium, dan lain sebagainya akan
yang mempunyai status gizi normal, mempengaruhi sistem kerja hormon yang
sehingga banyak remaja yang akhirnya akan berdampak pada
mendapatkan usia menarche yang normal pertumbuhan dan perkembangan sistem
Abstract
Delayed cord clamping leads to the increased level of haematocrite and victocytes
which is high risk of hyperbilirubinemia . This study is to determine if there is an effect of
timing of cord clamping relating to the incidence of hyperbilirubinemia on newborn, and to
create formulating the standard procedures in maternal interventions related to the timing
of cord clamping, another objective is preventing interventions of its occurrence when the
clamping is performed immediately after birth. Crossectional study was applied design of
the research. Population and samples included infants spontaneus by healthy
primigravidas.Two trials were included, 20 participants of each received interventions of
cord clamping more than equalivalent 1 minute and less than 1 minute followed by
bilirubin assessment 48 hours after birth, and analysed by using Linier Regression. There is
no significant effect of timing of cord clamping on newborn with regard to
hiperbilirubinemia, because the effect of the clamping on bilirubin level reaches up to
68.2%, while the other 31.8% of the varying levels are affected by other factors. There is a
need to conduct other relevant studies aimed to prevent hyperbilirubinemia starting from
antenatal to postnatal stage.
darah, viskositas plasma, agregasi dan saat usia 72 jam sedangkan pada bayi
bentuk sel darah merah, sel darah putih, dengan pengikatan tali pusat dini memiliki
dan diameter pembuluh darah. Diantara volume darah sekitar 82 mL/kg sehingga
semua faktor, hematokrit adalah pengikatan tali pusat terlambat dapat
determinan terpenting dari viskositas meningkatkan kadar Hemoglobin selama
darah, dimana 50% kenaikan viskositas satu minggu pertama kelahiran.
didasarkan atas kenaikan hematokrit. Penelitian ini bertujuan untuk
Viskositas darah berhubungan membuktikan pengaruh kecepatan
proporsional secara langsung dengan penjepitan tali pusat pada bayi baru lahir
hematokrit dan viskositas plasma dan normal yang dilahirkan secara spontan
berhubungan terbalik dengan oleh ibu primigravida normal terhadap
deformabilitas sel darah merah. Viskositas kejadian hiperbilirubinemia.
darah dapat diukur secara langsung
menggunakan suatu alat yang bernama Metode
Wells-Brookfield cone-plate viscometer, Desain penelitian cross sectional
tetapi karena ketersediaan alat ini masih study dengan pendekatan observasi.
terbatas, maka nilai hematokrit dapat Sampel penelitian adalah bayi baru lahir
digunakan untuk menyatakan vikositas normal yang dilahirkan secara spontan
darah. (Berhmen, 2000). oleh ibu primigravida normal. Peneliti
Suatu penelitian di Amerika Serikat melakukan observasi waktu penjepitan tali
pada tahun 1966 menyatakan adanya pusat pada saat proses persalinan dan
suatu hubungan konsisten antara mengelompokkan sampel sesuai waktu
hematokrit dan viskositas darah. yang dibutuhkan untuk melakukan
Hematokrit dari bayi baru lahir sangatlah penjepitan tali pusat ke dalam kelompok
dipengaruhi oleh waktu pengikatan dan penjepitan < 1 menit dan 1 menit,
pemotongan umbilikus, dimana penjepitan hingga masing-masing kelompok
tali pusat tertunda akan menyebabkan memperoleh 20 sampel.
terjadinya transfusi plasenta lebih besar Analisis dilakukan melalui dua tahap,
dan berkurangnya volume residu plasenta. tahap pertama adalah analisis univariabel.
Polisitemia didefinisikan sebagai Pada analisis ini, variabel penelitian
kenaikan kadar hematokrit dan dianalisis secara deskriptif untuk
hemoglobin darah vena > 2 SD sesuai usia mendapatkan gambaran distribusi
gestasi bayi. Polisitemia dapat frekuensi responden. Selanjutnya
menimbulkan banyak komplikasi seperti dilakukan analisis bivariat untuk
hiperviskositas dan hiperbilirubinemia. mengetahui pengaruh variabel bebas
Polisitemia dipengaruhi oleh berbagai terhadap variabel terikat. Untuk
faktor risiko, salah satunya adalah faktor menganalisis pengaruh penjepitan tali
obstetrik yaitu lama pengikatan tali pusat pusat bayi baru lahir terhadap kejadian
setelah bayi dilahirkan. hiperbilirubinemia dengan menggunakan
Penelitian di Glasgow pada tahun uji regresi logistik dengan derajat
1993 melaporkan pengikatan tali pusat di kemaknaan () = 0,05.
bawah introitus 20 cm, yang terlambat 30 Hasil dan Pembahasan
detik dapat meningkatkan volume sel Tabel 5.1 Distribusi Karakteristik Responden
darah dan meningkatkan rasio tekanan Berdasarkan Waktu Pemotongan Tali Pusat
oksigen arteri-alveoli pada hari pertama. Waktu
Prosen-
Suatu penelitian di Amerika Serikat No. Pemotongan Frekuensi
tase
Tali Pusat
terhadap 34 bayi yang dilahiran dengan
persalinan normal melaporkan bayi 1. < 1Menit 20 50%
2. 1 Menit 20 50%
dengan pengikatan tali pusat terlambat
memiliki volume darah sekitar 93 mL/kg Jumlah 40 100%
Sumber: Data Primer
Berdasarkan Tabel 5.1 didapatkan Tabel 5.5 Distribusi Karakteristik Nilai Bilirubin
data bahwa masing-masing 20 responden Total Responden Berdasarkan Waktu Pemotongan
Tali Pusat
(50%) yang dilakukan penjepitan tali Waktu Pemotongan
pusat dengan waktu kurang dari 1 menit Tali Pusat
Nilai
dan lebih dari 1 menit N
Bilirubin <1 Total
o 1 Menit
Total Menit
Tabel 5.2 Distribusi Karakteristik Responden n n
Berdasarkan Nilai Bilirubin Total
Nilai
Prosen- 1 Normal 20 18 38
No. Bilirubin Frekuen-si
tase 2 Tidak 0 2 2
Total
Normal
1. 38 95% Jumlah 20 20 40
Tidak
2. 2 5% Sumber: Data Primer
Normal
Jumlah 40 100% Berdasarkan tabel 5.5 menunjukkan
Sumber: Data Primer bahwa 20 orang responden pada
Berdasarkan tabel 5.2 didapatkan kelompok dengan pemotongan tali pusat
data bahwa sejumlah 38 responden (95%) <1 menit, mempunyai kadar bilirubin
dari keseluruhan responden berdasarkan normal. Adapun pada kelompok dengan
nilai bilirubun total memiliki nilai pemotongan tali pusat 1 menit, ada
bilirubin total normal ( 10 mg%) atau sebanyak 18 bayi yang mempunyai kadar
tidak terjadi hiperbilirubin. bilirubin dengan kategori normal.
Tabel 5.3 Distribusi Karakteristik Responden Tabel 5.6 Distribusi Karakteristik Nilai Bilirubin
Berdasarkan Nilai Bilirubin Direct Direct Responden Berdasarkan Waktu
Nilai Pemotongan Tali Pusat
Frekuen- Prosen-
No Bilirubin Waktu
si tase
Direct PemotonganTali Total
Tidak Nilai Pusat
1. 3 7.5%
Normal No Bilirubin <1 1
2. 37 92.5%
Normal Direct Menit Menit
Jumlah 40 100% n n N
Sumber: Data Primer 1. Normal 19 18 37
Berdasarkan tabel 5.3 didapatkan 2. Tidak 1 2 3
data bahwa sejumlah 37 responden
Jumlah 20 20 40
(95.2%) memiliki nilai bilirubin direct
Sumber : Data Primer
normal
Berdasarkan tabel 5.6 menunjukkan
Tabel 5.4 Distribusi Karakteristik Responden
bahwa pada kelompok pemotongan tali
Berdasarkan Nilai Bilirubin Indirect pusat <1 menit, sebanyak 19 bayi yang
mempunyai kadar bilirubin normal. Pada
Nilai Bilirubin Freku-
No
Indirect ensi
Prosentase kelompok dengan pemotongan tali pusat
1 menit, didapatkan sebanyak 18 bayi
1. Normal 21 52.5% yang mempunyai kadar bilirubin dengan
2. Tidak Normal 19 47.5% kategori normal.
Jumlah 40 100%
Sumber: Data Primer
Berdasarkan tabel 5.4 didapatkan
data bahwa sejumlah 21 responden
(52.5%) memiliki nilai Bilirubin Indirect
dalam batas normal ( 9 mg%) atau tidak
terjadi hiperbilirubin.
Tabel 5.7 Distribusi Karakteristik Nilai Bilirubin karena itu, data bilirubin direct dilakukan
Indirect Responden Berdasarkan Waktu transformasi data dengan logaritma, agar
Pemotongan Tali Pusat
data dapat lebih berdistribusi normal.
Waktu Pemotongan
Adapun hasil uji normalitas data bilirubin
Nilai Tali Pusat
No Bilirubin
Total direct adalah sebagai berikut:
<1 1
Indirect Menit Menit One Sample Kolmogorov Smirnov
N n N Test
Bilirubin
Direct (log)
1. Normal 20 1 21 N 4
2. Tidak 0 19 19 Normal Parameter a,b Mean -.3477
Std. Deviation .25787
Jumlah 20 20 40 MostExtreme Absolute .202
Sumber : Data Primer Differences Positive .118
Negative -.202
Berdasarkan tabel 5.7 menunjukkan Kolmogorov-Smirnov Z 1.277
bahwa 20 responden pada kelompok Asymp. Sig. (2-tailled) .076
dengan pemotongan tali pusat <1 menit a. Test distribution is normal
mempunyai kadar bilirubin normal. Pada b. Calculated from data
kelompok dengan pemotongan tali pusat
1 menit, Sebayak 19 orang bayi Uji Regresi Linier Sederhana Pada
mempunyai kadar bilirubin normal. Bilirubin Total
Descriptive Statistic
Std.
Uji Normalitas Data Mean
Deviation N
Bil. Bil. Bil. Bil. Total 9.1960 1.70695 40
Total Direct Indirect Pemotongan 1.5000 .50637 40
N 40 40 40 tali pusat
Normal Par. a,bMean 9.1960 .523 8.6725
Std. Deviation 1.70695 .30397 1.7088
Correlations
MostExtremeAbsolute .097 .216 .199
Differences Positif .097 .216 .199 Pemotongan
Bil.Total
Negative .059 .166 -.089 Tali Pusat
KolmogorovSmimovZ .614 1.369 .755 Pearson Bil.Total 1000 .826
Asymp. Sig. (2-tailed) .845 .047 .618 Correlation Pem.Tali .826 1.000
Pusat
ABSTRACT
At child in age pre school at first times taken care in hospital, they experienced
hospitalization stress. They experience lost control (ancient) and trouble in interaction with
environment (nurse, friend and next door patient). The feeling can arouse from to face
something new and have never experienced it before, feel balmy and not save. Playing
activities as usual have to be Limited, routinely they done daily at home, they can not
conduct it at hospital. They way to minimize hospitalization stress with arrangement of
environment and perform activity like game. Hence researcher perform a research
concerning Influence of Play Therapy at child in Age of Preschool to Lost Control in
Hospitalization . This research target was to know the influence of play therapy at child in
age of pre used school to lost control in hospitalization in child room of RSUD Ngudi
Waluyo Wlingi Blitar. Research design pre experiment the types was pre post test design.
Its population was all children in age of pre school that experiencing taken care in hospital
in child room of RSUD Ngudi Waluyo Wlingi Blitar (25 children age of pre school).
Sample taken counted 24 respondents. Use purposive sampling. Appliance and data
collecting used observation with checklist. Data analyzed including editing, coding,
scoring, tabulating. Research result with 24 respondents, reaction of lost control in
hospitalization before giving of play therapy got value 3-4 (62,5%) counted is children in
bad category. Value 5-7 (37,5%) counted 9 children with enough category. Reaction of lost
control in hospitalization after giving play therapy got value 8-10 (100%) in good category.
From research result can be concluded that change of reaction of control at child in age pre
school in hospitalization before and after play therapy in child room RSUD Ngudi Waluyo
Wlingi Blitar give influence to lost control in hospitalization so that child become co-
operative to the therapy treatment of healing.
Key word : Play therapy, lost control (hospitalization process),Child in age of pre school
hari mengatakan anaknya berhenti bahkan stress yang berlebihan dengan mekanisme
ada yang sama sekali tidak beraktifitas koping anak yang kurang maka anak
atau bedrest total diatas tempat tidur. mengalami masalah psikologis yang berat
(10%) 1 orang ibu yang anaknya usia seperti takut, anak menjadi manja dengan
prasekolah (4 th) mengatakan selama 3 orang tua, hiperaktif dan trauma dengan
hari dirawat, anak itu ingin cepat pulang hospitalisasi (Whaley and Wong,
kerumah, bermain bersama teman- 1991.h.105).
temannya, takut, menangis, tidak mau Anak sakit stresnya akan bertambah
minum obat, marah ke petugas kesehatan karena sakit sendiri sudah merupakan
(perawat). Tetapi ibu tersebut setiap stressor ditambah pula dengan adanya
anaknya menangis diberi mainan dan pemasangan infus dan bidai, injeksi setiap
akhirnya diam, mau minum obat dan hari, minum obat dan lain-lain. Akibat
mematuhi perawat. Data diatas stress yang berlebihan dengan mekanisme
menunjukkan bahwa (90%) anak usia koping anak yang kurang maka anak
prasekolah yang dirawat diruang anak mengalami masalah psikologis yang berat
RSUD Ngudi Waluyo Wlingi Blitar seperti takut, anak menjadi manja dengan
mengalami kehilangan kontrol dalam orang tua, hiperaktif dan trauma dengan
hospitalisasi dan hanya (10%) yang hospitalisasi (Whaley and Wong,
terpenuhi kebutuhan bermainnya 1991.h.105). Cara-cara meminimalisir
walaupun tidak optimal. stressor hospitalisasi antara lain dengan
Para anak-anak terutama mereka yang pengaturan lingkungan, membuat jadwal
baru pertama kalinya dirawat dirumah rutinitas dan mengadakan permainan
sakit, stressor hospitalisasi terdiri dari
perpisahan, perlukaan tubuh dan nyeri, Metode Penelitian
sakit pasti akan merasa stress dan takut Desain atau rancangan penelitian ini,
serta kehilangan kontrol. Keadaan ini peneliti menggunakan penelitian
timbul akibat pembatasan fisik, eksperimen (Pre-Exsperimen).
pengurangan rutinitas kegiatan dan Jenis penelitian ini adalah (One-
adaanya ketergantungan. Mereka rata-rata Group Pra-Test Post Test Design).
takut dengan suasana rumah sakit yang Dalam satu kelompok, adalah
asing bagi mereka, karena mereka dalam mengungkapkan hubungan sebab akibat
beraktifitas atau dalam kegiatan yang dengan cara melibatkan satu kelompok
biasa mereka lakukan tiap hari dirumah subyek. Kelompok subyek diobservasi
tidak dapat mereka lakukan dirumah sakit, sebelum dilakukan intervensi, kemudian
karena dalam beraktifitas mereka dibatasi diobservasi lagi setelah di intervensi.
terutama untuk program terapi (Nursalam, 2003 : 88) Dalam penelitian
penyembuhan penyakit dan juga karena kali ini peneliti ingin melakukan suatu
tidak adanya fasilitas bermain. perlakuan pada responden yang diambil
Permainan yang kreatif dapat yaitu anak usia prasekolah yang menjalani
berfungsi untuk perkembangan imajinasi rawat inap diruang RSUD Ngudi Waluyo
anak, mengembangkan kemampuan Wlingi Blitar yaitu berupa terapi barmain
berkomunikasi dan dapat konstruktif dengan menggunakan alat
mengekspresikan ide dan perasaan mereka permainan edukatif (APE). Terapi
dengan cara yang kreatif. (Anna Craft, bermain dilakukan pada responden yang
200.h.88 ). telah diambil dan dipilih oleh peneliti
Anak sakit stresnya akan bertambah dengan perlakuan terapi bermain sebanyak
karena sakit sendiri sudah merupakan satu (1) kali perlakuan dan dinilai
stressor ditambah pula dengan adanya kehilangan kontrolnya sebelum dan
pemasangan infus dan bidai, injeksi setiap sesudah perlakuan terapi bermain.
hari, minum obat dan lain-lain. Akibat
25
yang dialami sebelumnya dan mereka Nursalam. (2003). Konsep dan Penerapan
menjadi kooperatif terhadap perawatan. Metodologi Penelitian Ilmu
3. Terapi bermain berperan meningkatkan Keperawatan. Salemba Medika :
penyembuhan anak, perkembangan dan Jakarta
pertumbuhan anak.
Peneliti menyarankan agar peran Soetjiningsih. (1995). Tumbuh Kembang
perawat dalam memberikan permainan Anak. Penerbit Buku
konstruktif untuk mengurangi stressor Kedokteran. EGC : Jakarta
hospitalisasi sehingga diharapkan proses
penyembuhan berlangsung dengan cepat. Suhendi. (2001). Keperawatan Anak di
Kita sebagai petugas kesehatan harus Rumah Sakit. Balai penerbit
FKUI : Jakarta
bekerja sama dengan orang tua maupun
keluarga, karena orang tua maupun
Supartini. (2004). Konsep dasar
keluarga merupakan panutan bagi anak Keperawatan Anak. EGC :
dan merekalah orang yang paling dekat Jakarta
dengan anak.
Whaley And Wong. (1991). Konsep
Daftar Pustaka
Perawatan Pada Pediatri.
Anna, Craft. (2000). Belajar Merawat
Penerbit Buku Kedokteran EGC
Anak di Bangsal. EGC : Jakarta
: Jakarta
Arikunto Suharsimi. (2002). Prosedur
Penelitian Edisi Revisi 5. Rineka
Cipta : Jakarta.
ABSTRACT
The postpartum period is a critical time for the mother of one side is happy at the same
times stressful to adapt after childbirth. Adaptation includes adjusting to build a positive
interaction with the baby. One of the problems that occur in the postpartum period is the
failure of mothers in exclusive breastfeeding. The low exclusive breastfeeding for mothers
because they do not know the benefits of breastfeeding for children's health. Support from
father also affect the success of exclusive breastfeeding for six months. Mother's decision
to breastfeed affected family members information about the benefits of breastfeeding, as
well as a lactation consultant. The purpose of this study is to analyze specific interventions
, namely breastfeeding peer Counseling to improve exclusive breastfeeding in the
postpartum period using theory of nursing, Maternal Role Attainment - Becoming a
Mother developed by Ramona T. Mercer. The method used in this paper is a case report on
the Physiological Postpartum Mothers treated in Kabupaten Kediri Hospital. On The
assessment results according to the theory of Ramona T Mercer in the antisipatori data
obtained on the condition of pregnancy that the mother does not experience problems, the
ANC program appropriate with the schedule of health workers. In the Formal assessment
of the phase Formal acceptance by the baby's mother obtained the difficulty breast-feeding
mother to baby and family support is still lacking. In the Informal phase obtained for fear
the baby's mother in the care especially during the current bathing and cord care. In the
personal phase obtained mother feel mothers role is very important in baby care.
Breastfeeding Peer Counseling can be applied to postpartum mothers who experience
difficulties with breastfeeding to their babies. The program is to motivate mothers to give
babies the best nutrition to their infants through exclusive breastfeeding and provide
psychological support to the mother to perform maintenance on the baby independently.
respon orang tua saat bayi menangis, spesifik dengan mengkaji kontak mata
apakah orang tau menunda pekerjaan atau antara bayi dengan ibunya sebagai isyarat
kebutuhan dan berjalan mendekat, pembicaraan,adanya refleks
menerima tanggung jawab mengasuh menggenggam, refleks tersenyum dan
bayinya dan melaksanakan perawatan tingkah laku yang tenang sebagai respon
pada bayi, merubah panggilan orang tua terhadap perawatan yang dilakukan ibu.
dengan panggilan yang diharapkan anak. Konsistensi tingkah laku interaksi dengan
(Mercer, 1995). Perilaku orang tua yang ibu dan respon yang datang dari ibu akan
menunjukkan adanya bonding attachment meningkatkan pergerakan.
adalah adanya sentuhan fisik dengan Meighan (2001), mengemukakan
menyusui, sentuhan kulit, adanya kontak bahwa teori Mercer sangat relevan
mata saat menyusui dan saat bayi digunakan pada berbagai setting praktek
terbangun, berbicara serta memeriksa keperawatan maternitas dan anak. Hal ini
tubuh bayi. Hal-hal tersebut sejalan didasarkan pada hasil penelitiannya yang
dengan bagaimana Mercer selalu dapat diaplikasikan dalam tatanan
menggambarkan bagaimana pencapaian pelayanan keperawatan. Penerapan
peran menjadi ibu. Tetapi bonding konsep Mercer ini lebih banyak terfokus
attachment bisa terhambat pada kondisi psikologis dan fisik
pelaksanaannya jika di rumah sakit sedangkan pemenuhan kebutuhan dasar
tersebut tidak fasilitas untuk melakukan manusia tidak terkaji. Oleh karena itu agar
rooming in sesuai dengan kondisi ibu dan dapat menggali data yang komprehensif
bayi setelah post partum. konsep model Mercer ini harus
Mercer menegaskan pada teorinya dikombinasi dengan teori lain yang
bahwa proses pencapaian peran ibu yang mencakup kebutuhan dasar manusia.
dilalui dengan empat fase akan selalu
berhubungan dengan respon bayi. Pada Analisa Rekomendasi Breastfeeding
fase anticipatory yang dimulai sejak Peer Counseling Dengan Masalah
kehamilan, bayi juga dilibatkan untuk Keperawatan Menyusui tidak Efektif
berinteraksi, lalu fase kedua yang dimulai Pada Pasien Post partum Fisiologis.
saat kelahiran bayi yang juga memerlukan Guna mereview perlu adanya
peran perawat dalam melakukan breastfeeding peer counseling pada ibu
pengkajian fisik secara umum, model yang memberikan ASI, maka penulis
Mercer ini juga mendukung dengan mengkaji beberapa riset yang meneliti
pengkajian yang lebih difokuskan pada tentang hal tersebut. Pencarian artikel
psikososial. Pada fase ketiga informal, dilakukan secara elektronik. Pencarian
peran ibu dalam proses interaksi dengan tidak terbatas pada artikel penelitian yang
bayinya menjadikan ibu lebih matang di diterbitkan oleh negara tertentu. Artikel
dalam menjalankan perannya. Fase yang digunakan diterbitkan pada tahun
keempat personal, ibu telah 2003 sampai 2013. Kombinasi kata kunci
menginternalisasi perannya sehingga ibu (key words) yang digunakan yaitu
mulai merasa percaya diri,merasa mampu breastfeeding, peer, support. Pencarian
dalam menjalankan tugasnya. menemukan 2 artikel. Pada makalah ini
Model konseptual Mercer kami mereview 2 artikel yang berkaitan
memandang bahwa sifat bayi berdampak dengan upaya meningkatkan status nutrisi
pada identitas peran ibu yang meliputi : pada bayi dengan melakukan health
temperamen, kemampuan memberikan promotion kepada ibu agar memberikan
isyarat, penampilan, karakteristik umum, asupan nutrisi yang efektif dan maksimal
responsiveness dan kesehatan dengan breastfeeding peer counseling.
umum.Mercer juga mengembangkan Dari beberapa artikel diatas
teorinya pada bayi baru lahir yang lebih ditemukan bahwa breastfeeding peer
counseling merupakan cara yang health education dan konseling pada ibu
dilakukan untuk memberdayakan ibu yang tentang manajemen laktasi yang efektif
menyusui degan meningkatkan motivasi, agar dapat meningkatkan nutrisi pada bayi
pengetahuan, sikap dan kepercayaan diri baru lahir.
ibu untuk memberikan asupan ASI kepada
bayinya. Breastfeeding peer counseling Kesimpulan & Saran
merupakan training/pelatihan yang Kesimpulan
didampingi oleh konselor/perawat dan 1. Penerapan konsep dari teori Maternal
beberapa ibu lain yang juga menyusui Role Attainment-Becoming a Mother
bayinya. Program ini meliputi pelatihan ini tepat digunakan untuk melakukan
tentang teori (anatomy dan fisiologi pengkajian pasien post partum untuk
payudara dan manajemen menyusui yang mencapai adaptasi perubahan
efektif), melakukan role play, praktik fisiologis ataupun psikologis pada
langsung kepada bayi, dan kemampuan masa postpartum sehingga bisa
komunikasi yang selalu dimonitor oleh mencapai peran yang diharapkan
konsultan secara rutin dan dilakukan home dalam perawatan diri dan bayinya.
visit/ kunjungan rumah. Peer Conselor 2. Breastfeeding Peer Counseling dapat
diobservasi selama 2 bulan oleh seorang diaplikasikan pada ibu postpartum
konsultan laktasi yang mendampingi ibu yang mengalami kesulitan dalam hal
dengan gangguan menyusui. pemberian ASI kepada bayinya.
Intervensi ini sesuai apabila Program ini untuk memotivasi ibu
diterapkan pada Ny. M yang mengalami bayi agar memberikan nutrisi terbaik
masalah dalam menyusui bayinya yang pada bayinya melalui ASI Eksklusif
merasa kesulitan untuk memposisikan dan memberikan support kepada ibu
bayinya ketika menetek. penerapan secara psikologis untuk melakukan
intervensi ini juga dapat meningkatkan perawatan pada bayinya secara
pengetahuan, kemampuan ibu, mandiri.
kepercayaan diri ibu dalam merawat bayi
secara mandiri agar tidak mengalami Saran
malnutrisi yang dapat mempengaruhi 1. Bagi praktek keperawatan
tumbuh kembangnya dan bisa Intervensi Breastfeeding Peer
memberikan ASI secara Eksklusif kepada Counseling dapat diterapkan tidak
bayinya. hanya pada menyusui saja tetapi
Dengan adanya peer counseling dari pada penatalaksaan faktor
konsultan laktasi dalam hal ini bisa juga psikologis ibu terkait
dilakukan oleh perawat maternitas dan ketidakpercayadirian ibu dalam
support dari sesama anggota kelompok pemberian ASI secara Eksklusif
training/pelatihan laktasi dapat yang membutuhkan support dari
meningkatkan kemampuan ibu dalam kelompok untuk sharing mengenai
memberikan ASI yang efektif pada bayi. masalah pemberian ASI secara
Dalam peer / kelompok ibu bisa saling Eksklusif
sharing dengan sesama ibu yang lain 2. Bagi riset keperawatan
sehingga dapat meningkatkan pemahaman Perlu dilakukan penelitian lebih
ibu mengenai pemberian ASI yang efektif. lanjut mengenai intervensi lain
Bayi baru lahir mempunyai resiko yang digunakan untuk
yang tinggi mengalami malnutrisi karena meningkatkan helth promotion
ketidakseimbangan antara intake yang khususnya masalah pemberian ASI
didapat dan proses hipermetabolisme yang secara Eksklusif dan proses untuk
ada dalam tubuh. Perawat sebagai meningkatkan kualitas produksi
konselor dan educator harus memberikan ASI sehingga ibu tidak kuatir
dalam pemberian nutrisi pada Judith M.W .(2005) Prentice Hall Nursing
bayinya. Diagnosis Handbook With NIC
Intervention and NOC Outcomes.
Daftar Pustaka Pearson
Alex K. Anderson, P; Grace Damio& etc
. (2005). A Randomized Trial Marriner-Tomey & Alligood (2006).
Assessing the Efficacy of Peer Nursing theorists and their works.
Counseling on Exclusive 6th Ed.St.Louis:Mosby Elsevier, Inc
Breastfeeding in a Predominantly
Latina Low-Income Community. Merestein, G.B & Gradner, S.L (2002).
Arch Pediatric Adolesc Med. Handbook of neonatal intensive
2005;159:836-841 care (5th ed) St. Louis : Mosby.
Bobak, I.M., Lowdermilk, D.L., & Jensen, Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas)
M.D. (2005). Buku ajar Nasional 2010. Jakarta: Badan
keperawatan maternitas. (edisi 4). Penelitian dan Pengembangan
Jakarta: EGC. Kesehatan Depkes RI.
Casey, P.H., Mansell, L.M., Barrett, K., Taylor C., Lilis, C., LeMone, P. 1995.
Bradley, R.H., & Gargus, R. (2006). Fundamental of Nursing the Art and
Impact of prenatal and/or postnatal Science of Nursing Care.
growth problems in low birth weight Philadelphia: Lippincot
preterm infants on school-age
outcomes: An 8-year longitudinal Tomey, A.M., & Alligood, M.R. 2006.
evaluation. Pediatrics, 118(3), Nursing Theorists and their Work,
1078-1086 4th Edition. St.Louis: Mosby.
Chin P.L.& Kramer. 1997. Theory and Tomey, M.A. 1994. Nursing Theorist and
Nursing : A System Approach. Sint Their Work. St. Louis : Mosby
Louis: Mosby Company. Company
Perbedaan Motivasi Wanita PUS Usia 35-49 Tahun untuk Menggunakan Implant
Sebelum dan Setelah Diberi Penyuluhan di Dusun Mojolegi Desa Bendo Kec. Pare.
(The Difference Motivation of Childbearing Age Couples Women in Age 35-49 years to
Use Implants Before and After Giving Information in Mojolegi Hamlet Bendo Village Pare
District)
ABSTRACT
Women who have age 35th years old need safety and effective contraception because
these group will get increased morbidity and mortality experience if they pregnant. Implant
is one method of effective an safety long-term contraception. Bendo Health Center have
the lowest acceptor implants in Kediri that is 0%. The purpose of this research to know the
difference motivation of childbearing age couples women in age 35-49 years to use
implant before and after giving information. The design used a pre-experiment design with
one group pre-test post-test design, the population was all childbearing age couples women
in age 35-49 years at Mojolegi Hamlet Bendo Village Pare District who have children, not
use contraception or still use non-Long Term contraception Method which total 72 people.
The samplehave a lot 61 people according to inclusion and exclusion criteria. The sample
removal technique used simple random sampling. The result of this research, from 61
respondents get average of respondent motivation before give information is 65 and after
give information is 69, show that respondents motivation get increase after got
information. And after going through the data analysis it was found z calculate > z table, so
in this case have difference motivation of childbearing age couples women in age 35-49
years to use implants before and after giving information.
Metode Penelitian
Desain dalam penelitian ini
menggunakan pre-experiment design 1 8
dengan model one group pre-test post-test
design yaitu eksperimen hanya melibatkan
Motivasi
satu kelompok subjek yang diobservasi Motivasi
Rendah Motivasi
sebelum dilakukan intervensi, kemudian Sedang
Tinggi
diobservasi lagi setelah intervensi
(Nursalam: 2008). Populasi dalam Gambar 1 Distribusi Frekuensi Motivasi wanita
PUS usia 35-49 tahun untuk Menggunakan
penelitian ini adalah seluruh Wanita PUS Implant Sebelum Diberi Penyuluhan di Dusun
Usia 35-49 tahun di Dusun Mojolegi Desa Mojolegi Desa Bendo Kec. Pare
Bendo Kecamatan Pare yang sudah
memiliki anak, belum ber-KB atau masih Berdasarkan gambar 1 dapat
menggunakan kontrasepsi non-MKJP. dijelaskan hampir seluruhnya sudah
Besarnya populasi dalam penelitian ini memiliki motivasi tingkat sedang
adalah 72 orang. Besar sampel 61 (85,25%) untuk menggunakan Implant
responden dengan tehnik sampling simple sebelum mendapat penyuluhan.
random sampling. Varibel penelitian
adalah motivasi menggunakan implant 2. Frekuensi Motivasi wanita PUS usia
sebelum penyuluhan dan motivasi setelah 35-49 tahun untuk Menggunakan
penyuluhan. Analisa data menggunakan Implant Setelah Diberi Penyuluhan
Wilcoxon Match Pairs Test. 50
Hasil Penelitian
Data Umum
Berdasarkan hasil penelitian
didapatkan sebagian besar responden 11
berusia 35-40 tahun (40,98%), sebagian
besar responden berpendidikan terakhir
SD (44,26%), lebih dari setengah Motivasi
responden adalah sebagai ibu rumah Sedang Motivasi
tangga (54,10%), lebih dari setengah Tinggi
responden saat ini menggunakan KB
Gambar 2 Distribusi Frekuensi Motivasi wanita
suntik 3 bulan (54,10%), hampir setengah PUS usia 35-49 tahun untuk Menggunakan
dari 61 responden memiliki 2 anak Implant Setelah Diberi Penyuluhan di Dusun
(47,54%), hampir seluruh responden Mojolegi Desa Bendo Kec. Pare
ABSTRACT
In the prevention of complications of hypertension motivated by three factors:
predisposing factors include knowledge, attitudes, beliefs, values, family traditions,
contributing factors include the availability of source facilities, predisposing factors
include attitudes, behaviors of health workers, family and friends. Knowledge or cognition
is the dominant factor is very important to person's behavior to obey with the therapeutic
regimen. Methods: This study design using analytical observation, while the population in
this study are patients with hypertension who are in the Urban Village Lirboyo RW 03 and
08 of Kediri. Sample studies using total sampling, which amounted to 21 respondents.
Questionnaires given to obtain in-depth information about the level of knowledge and
compliance in hypertensive patients undergoing therapeutic regimen. Results, level of
knowledge about hypertension hypertensive patients almost all respondents (71%) good
knowledge, few respondents knowledgeable enough (29%). Therapeutic regimen
compliance majority of respondents (76%) adherence to the therapeutic regimen, a small
portion of respondents (24%) are less adherent to the therapeutic regimen. Results of the
research necessary to increase knowledge and necessary also social support, resources,
attitudes, behaviors, and motivations of people with hypertension to improve compliance
in implementing the therapeutic regimen.
Komunitas, Fitramaya,
Yogyakarta
(Relation of the Hemoglobin Rate Inpartu Mother Against Low Birth Weight in Nganjuk
District The Period Month Of March-April 2013)
ABSTRACT
The report of the Health Office District/City Health on 2012, It is known that the
number of LBW baby in East Java is 3,32% .And the number of LBW birth in Kediri is
2,24% . There are lower than the rate of LBW births in Nganjuk. The LBW births in
Nganjuk is 3.39%. There found 260 cases in 2012 and 272 cases in 2013. LBW is one of
the biggest causes of neonatal death. LBW can be caused by many factors, There are
maternal factors, fetal factors, placental factors and eviromental. The purpose of this study
is for knowing relation hemoglobin rate inpartu mother against the incidence of low birth
weight. The population of this study used 31 respondent who mother give birth to LBW
baby by simple Random sampling techniques, It get 29 sample of mother who give birth to
LBW baby. These variables of study are measured by documentation guideline, the results
of the status medical record patients. This study method use Cross Sectional design by
independent variable of hemoglobin rate inpartu mother and dependent variable of the
incidence of LBW by using the Spearman Rank Test. The result from Spearman Rank
analysis there was not relation Hb rate inpartu mother against incidence of low birth weight
( calculate = - 0,031 and table 5% = 1,699 so calculate < table) so it can be
concluded that Ho is accepted at significance level 0.05. It can conclude so there is no
relation Hb rate inpartu mother against incident of low birth weight.
kadar hemoglobin harapan sebesar 100% Sectional. Dalam penelitian ini, variabel
dan yang gagal dalam pencapaian kadar terikat (berat badan lahir rendah) dan
hemoglobin harapan sebesar 61,5% variabel bebas (kadar Hb) akan diamati
diperoleh bayi dengan Berat Bayi Lahir dalam waktu yang sama dan dinilai hanya
Rendah (BBLR) yang dilahirkan dari ibu satu kali tanpa adanya tindak lanjut.
hamil yang sukses dalam pencapaian Populasi dalam penelitian ini adalah
kadar hemoglobin harapan sebesar 0% 31 ibu yang melahirkan bayi dengan berat
dan yang gagal dalam pencapaia kadar badan lahir rendah di RSUD Nganjuk
hemoglobin harapan sebesar 38,5%. Periode Maret-April Tahun 2013.
Berdasarkan studi pendahuluan di Sampel dari penelitian ini sebanyak
RSUD Nganjuk pada bulan Januari 2013, 29 ibu yang melahirkan BBLR di RSUD
didapatkan 14 ibu inpartu yang di tes Nganjuk dengan teknik pengambilan
kadar Hemoglobin, dimana jumlah ibu sampel dengan menggunakan Simple
inpartu yang melahirkan bayi BBLR Random Sampling.Analisis data
dengan kadar hemoglobin di bawah univariate (analisis deskriptif) untuk
normal ada 7 orang dan sisanya (7 orang ) menjelaskan atau mendeskripsikan
dengan kadar hemoglobin normal karakteristik setiap variabel penelitian.
melahirkan bayi dengan BBLR. Pada Peneliti melakukan uji statistik
bulan Februari didapatkan 18 ibu inpartu dengan Spearman Rank untuk
yang di tes kadar hemoglobin, dimana menganalisis data antara Kadar Hb Ibu
jumlah ibu inpartu yang melahirkan bayi Inpartu dengan Kejadian BBLR adalah
BBLR dengan kadar hemoglobin di Spearman Rank dengan taraf signifikansi
bawah normal ada 6 orang dan 12 orang 0,05.
lainnya melahirkan bayi BBLR dengan
kadar hemoglobin normal. Hasil Penelitian
Ketika ibu mulai hamil maka perlu Data Umum
ditingkatkan pelayanan / asuhan antenatal 1. Usia Ibu Inpartu
untuk memeriksakan sedini mungkin, Usia Ibu Inpartu Yang Melahirkan
diperlukan pula monitoring untuk bayi BBLR di RSUD Nganjuk dapat
mendukung kesehatan ibu hamil serta dilihat pada diagram batang sebagai
mendeteksi kehamilan ibu hamil agar berikut :
berjalan secara normal tanpa ada
komplikasi hingga menjelang persalinan 80% 76%
Persentasi usia
2. Graviditas
Graviditas Ibu Inpartu Yang 4. Penyulit
Melahirkan bayi BBLR di RSUD Nganjuk Penyulit Ibu Inpartu Yang Melahirkan
dapat dilihat pada diagram batang sebagai bayi BBLR di RSUD Nganjuk dapat
berikut : dilihat pada diagram batang sebagai
70% 62% berikut :
Persentasi Graviditas
60% 38%
50% 55%
40% 60%
Persentasi Penyulit
30% 45%
20% 40%
10%
0% 0%
20%
0%
Ada penyulit
Tidak ada
penyulit
Graviditas Penyulit
10% 7%
0%
Premature 60%
Aterm
(< 37 Postdate
(37-42
minggu) (> 42 40%
minggu)
minggu)
Usia Kehamilan 20% 17.2%
6.9%
0%
kadar Hb
Berdasarkan diagram diatas diketahui 11 gr% kadar Hb
bahwa dari 29 ibu inpartu, lebih dari 10-<11 gr% kadar Hb 8-
9,9 gr%
setengah ibu inpartu yaitu 55% memiliki Kadar Hb Ibu
usia kehamilan aterm.
Berdasarkan diagram daiatas
diketahui bahwa dari 29 ibu inpartu,
sebagian besar ibu inpartu yaitu 75.9%
memiliki kadar Hb 11gr%.
berat bayi normal dan sisanya 28,0% bayi yang lahir dengan usia kehamilan 37-
melahirkan berat bayilahir rendah. 42 minggu dimana bayi tersebut
Ibu hamil yang Hbnya rendah dapat mengalami masalah gizi dalam rahim
membahayakan jiwa ibu yaitu risiko sehingga berat badan yang dihasilkan
perdarahan sebelum dan pada saat kurang dari normal.
persalinan, bahkan dapat menyebabkan Menurut Darmayanti, dkk (2010)
kematian ibu. Ibu yang melahirkan bayi Hasil analisis bivariabel menunjukkan
dengan BBLR tidak selalu memiliki kadar bahwa umur kehamilan preterm memiliki
Hb yang rendah. Bila ibu hingga risiko12,7 kali bayi lahir dengan BBLR
menjelang persalinan (inpartu) memiliki dan analisisregresi ganda logistik
kadar hemoglobin yang rendah maka ibu menunjukkan umurkehamilan tetap
tersebut memiliki resiko untuk melahiran berpengaruh terhadap risikoBBLR.
bayi dengan BBLR, masih banyak resiko Hal ini tidak sama dengan hasil
lainnya yang dapat mempengaruhi penelitian yang terjadi di RSUD
kelahiran bayi dengan BBLR yaitu faktor Kabupaten Nganjuk dimana lebih dari
ibu , faktor janin, faktor plasenta dan setengan ibu inpartu yang melahirkan bayi
faktor lingkungan. BBLR memiliki usia kehamilan aterm
(37-42minggu).
2. Mengidentifikasi Kejadian Berat
Badan Lahir Rendah 3. Menganalisis Hubungan Kadar Hb
Hasil Penelitian menunjukkan dari 29 Ibu Inpartu Terhadap Kejadian
ibu inpartu yang melahirkan bayi dengan Berat Badan Lahir Rendah
BBLR, mayoritas melahirkan bayi Berdasarkan uji statistik dengan
klasifikasi BBLR yaitu 93,1 %, 6,9% menggunakan uji Spearman Rank dapat
dengan klasifikasi bayi BBLSR dan tidak ditarik kesimpulan bahwa data dari
ada satupun bayi dalam klasifikasi penelitian ini menunjukkan tidak adanya
BBLER (0%). hubungan antara kadar Hb ibu inpartu
Menurut Fraser dan Cooper (2011) terhadap kejadian BBLR yang
menyatakan, bahwa bayi BBLRadalah ditunjukkan dengan nilai
bayi dengan berat badan dibawah 2500 g dimana nilai
pada saat lahir, sedangkan BBLSR adalah hitung lebih kecil dibandingkan dengan
bayi dengan berat badan dibawah1500g nilai tabel = 0,3705, sehingga dapat
pada saat lahir.Klasifikasi berat badan ditarik kesimpulan tidak adanya
lahir rendah di RSUD Kabupaten Nganjuk Hubungan Kadar Hb Ibu Inpartu Terhadap
terdiri dari berat badan dibawah 2500 g Kejadian BBLR di RSUD Kabupaten
dan berat badan dibawah 1500 g. Nganjuk Periode Maret-April Tahun
Menurut Prawirohardjo, S (2009) 2013.
bayi BBLR terdiri dari premature dan Dari data sebelumnya dapat dilihat
cukup bulan (dismatur). bahwa sebagian besar ibu inpartu 75,9%
Kelahiran Berat Badan Lahir Rendah memiliki kadar Hb normal dan mayoritas
bisa juga dikarenakan dari kelahiran ibu inpartu melahirkan bayi BBLR yaitu
premature dan mungkin juga karena 93,1 % dengan klasifikasi bayi BBLR
cukup bulan. Bayi lahir premature yaitu yaitu berat dibawah 2500 gram.
bayi yang lahir dengan usia kehamilan Pada kadar Hb 11 gr%
kurang dari 37 minggu sehingga sebagian menunjukkan karakteristik 8 bayi yang
besar organ tubuhnya juga belum lahir dengan berat badan 2200, 6 bayi
berfungsi dengan baik sehingga biasanya yang lahir dengan berat badan 2400 gram,
berat badannya kurang dari normal. 2 bayi yang lahir dengan berat badan
Sedangkan bayi yang lahir dengan berat 2300gr ,2 bayi yang lahir dengan berat
badan rendah dari usia cukup bulan yaitu badan2100, serta masing-masing 1 bayi
yang lahir dengan berat badan 1700 gr, yang mempengaruhi terjadinya BBLR
1600gr, 1500 gr, dan 1300 gr. Pada kadar terdiri dari berbagai macam faktor .Faktor
Hb 10 sampai < 11 gr% karakteristik bayi faktor tersebut bisa berupa dari faktor
yang dilahirkan yaitu 2 bayi yang lahir ibu yaitu berupa penyakit atau komplikasi
dengan berat badan 2400 gr dan sisanya selama kehamilan seperti Perdarahan
masing-masing 1 bayi lahir dengan berat antepartum, hipertensi, preeklampsia
badan 2350 g, 1300g, dan 1800g dan Pada berat, eklampsia, infeksi selama
kadar Hb 8-9,9gr% memiliki berat badan kehamilan (infeksi kandung kemih dan
2400 gr dan 2100 gr. ginjal, malaria, HIV/AIDS, ibu dengan
Dari hasil tersebut di atas jelas tidak usia < 20 tahun atau lebih dari 35 tahun,
ada kaitannya kadar Hb yang rendah ibu yang mempunyai riwayat BBLR,
menghasilkan berat badan yang kurang. keadaan sosial ekonomi yang kurang, ibu
Pada kadar Hb 8-9,9 gr% menunjukkan perokok / minum alkohol. Faktor lainnya
berat badan yang lebih baik dibandingkan yaitu faktor janin, faktor plasenta dan
dengan kadar Hb 10 sampai < 11 gr faktor lingkungan.
%.Dari data ini jelas terlihat bahwa Menurut Darmayanti, dkk (2010)
sebagian besar ibu inpartu yang menyatakan variabel yang memiliki nilai
melahirkan bayi berat badan lahir rendah signifikan terhadap risikoterjadinya BBLR
memiliki kadar Hb yang normal yaitu adalah umur kehamilan, paritas,hipertensi
kadar Hb 11 gr%. Teori Manuaba dalam kehamilan, riwayat preterm
(2007) tidak mendukung hasil di atas danprenatal care. Variabel yang tidak
dengan pernyataannya , bila kadar Hb ibu signifikan adalahusia, jarak kehamilan,
hamil kurang dari normal maka dapat riwayat BBLR, anemia danjenis kelamin
mempengaruhi hambatan tumbuh bayi.
kembang janin dalam rahim. Dengan kata Pernyataan dari Darmayanti, dkk.
lain bahwa tidak selalu ibu yang 2010 nampaknya memiliki sedikit
melahirkan bayi dengan berat badan lahir persamaan dari hasil penelitian di RSUD
rendah selalu memiliki kadar Hb yang Kabupaten Nganjuk.Dimana lebih dari
rendah. setengah ibu inpartu yaitu 55% ada
Hasil penelitian ini juga diperkuat penyulit. Adanya penyulit misalnya
dengan penelitian dari Setiawan, A dkk seperti hipertensi/preeklasmpsia dan tidak
(2013) yang menyatakan , rata-rata kadar adanya resiko dari usia ibu menyebabkan
hemoglobin ibu hamil trimester III adalah kelahiran BBLR. Penyulit tersebut ialah
11,16 gr/dl dan ditemukan ibu hamil yang (Lampiran 7 halaman 56) yaitu 4
mengalami anemia sebesar 31,25%. Rata- responden dengan PEB, 7 responden
rata berat bayi lahir pada penelitian adalah dengan PER, 2 responden dengan plasenta
3.103 gram dan ditemukan bayi yang previa, 1 responden dengan KPD, 1
mempunyai berat lahir rendah sebesar responden dengan KPD+PER, 1
3,1% sehingga kesimpulannya tidak responden dengan PER+Plasenta Previa.
ditemukan adanya hubungan kadar
hemoglobin ibu hamil trimester III dengan Kesimpulan
berat bayi lahir di kota Pariaman, dimana Berdasarkan hasil penelitian yang
kadar hemoglobin yang di ukur pada ibu telah dilaksanakan di RSUD Kabupaten
hamil trimester III ini juga kurang Nganjuk, dapat ditarik kesimpulan sebagai
lebihnya sama dengan kadar hemoglobin berikut:
ibu inpartu. 1. Sebagian besar ibu inpartu yang
Terdapat faktor-faktor yang melahirkan bayi BBLR di RSUD
mempengaruhi terjadinya BBLR, menurut Kabupaten Nganjuk Periode Bulan
pernyataan Proverawati dan Maret-April Tahun 2013 memiliki
Sulistyorini(2010) bahwa faktor-faktor kadar hemoglobin normal.
Hubungan Senam Kegel Pada Ibu Hamil Primigravida TM III Terhadap Derajat
Robekan Perineum Di Wilayah Puskesmas Pembantu Bandar Kidul
Kota Kediri
Abstract
Chiilddbirt injuries often result in the birtht canal, or tearing of the perineum or
perineum rupture. Perineum laceration can be caused by maternal parity, estimated fetal
weight, and so on becaused the perineum is elastic, but can also be found on the perineum
rigid, especially on the first pregnancy (primigravida). Doing Kegel exercises can increase
elastisitasion maternal perineum area. Kegel exercises to strengthen pelvic muscles before
delivery, and can flex muscle of perineum as delivery baby. The purpose of this study was
to determine the relationship of kegel exercises for pregnant women primigravida TM III
with the degree of rupture perineum on normal deliveries at Puskesmas Bandar Kidul
district of kediri. The design of this study using Analitic Correlation study with cross-
sectional approach. Population from this study were 19 respondent and Samples were 16
respondents pregnant women primigravida TM III with Consecutive Sampling. Instrument
in this study using a cheklist sheet and observation sheets. From the result, the results of
most respondents do kegel exercise with frequency =5x each day. From the analysis of the
data using the Spearman Rank r count showed 0.12 < t table 0.506 means Ho received no
relationship kegel exercise with degree of rupture perineum in Puskesmas Bandar Kidul of
Kediri. Kegel execises should be done on healing perineal wound.
sebagai jalan lahir bayi. Sehingga seluruh yang dilakukan oleh ibu adalah lembar
ibu harus dimotivasi untuk menggerakan cheklis sedangkan untuk kejadian robekan
otot dasar panggul sedikit-sedikit dan perineum menggunakan lembar observasi
sesering mungkin, perlahan dan cepat pada saat persalinan. Analisa hubungan
pada masa mendekati persalinan. Prosedur antara senam Kegel dengan derajat
senam Kegel dapat diingat dan dilakukan robekan perineum, peneliti menggunakan
bersama aktifitas yang berkaitan dengan rumus Spearman Rank.
kegiatan ibu sehari hari. Seperti saat ibu
duduk di kamar mandi setelah berkemih Hasil Penelitian
dan ini adalah posisi relaks untuk Frekuensi Senam Kegel
mengkontraksi otot tersebut, serta pada Tabel 1. Distribusi Frekuensi Senam
saat ibu ingin tidur dan dalam keadaan Kegel
apapun. Melakukan senam Kegel secara Frekuensi Frekuensi %
teratur dapat membantu melenturkan Senam Kegel
1. <5x 5 31,25
jaringan perineum ibu menyambut
2. =5 x 7 43,75
persalinan (Proverawati, 2012). 3. >5 x 4 25,00
Jumlah 16 100,00
Metode Penelitian Berdasarkan tabel 1 dapat diketahui
Penelitian ini menggunakan hampir setengahnya responden telah
rancangan Analitik Corelation. melaksanakan senam Kegel =5x setiap
Pendekatan yang digunakan Cross harinya yaitu sebesar 7 responden
Sectional, metode Analitik Corelation ini (43,75%) dari total 16 responden.
digunakan untuk mengukur korelasi antara
senam kegel yang dilakukan pada ibu Frekuensi Derajat Robekan Perineum
hamil primigravida TM III dengan Tabel2. Distribusi Frekuensi Derajat
robekan perineum pada persalinan normal. Robekan Perineum
Populasi dalam penelitian ini adalah Derajat Robekan Frekuensi %
semua ibu hamil primigravida TM III di Perineum
Wilayah Puskesmas Pembantu Bandar Derajat 0 1 6,25
Derajat 1 6 37,50
Kidul Kota Kediri yang memenuhi kriteria Derajat 2 9 2,25
inklusi dalam penelitian. Jumlah populasi Jumlah 16 100,00
dalam penelitian ini adalah 20 orang ibu Berdasarkan tabel 2 dapat diketahui
hamil primigravida TM III, sedangkan sebagian besar responden mengalami
sampelnya adalah sebagian ibu hamil robekan perineum derajat 2 pada saat
primigravida TM III di Wilayah persalinan yaitu sebesar 9 responden
Puskesmas Pembantu Bandar Kidul Kota (52,25%) dari total 16 responden.
Kediri yang memenuhi kriteria inklusi Hubungan Senam Kegel Pada Ibu
dalam penelitian. Jumlah sampel dalam Hamil Primigravida Trimester III
penelitian ini sejumlah 10 orang yang Terhadap Derajat Robekan Perineum
diambil dengan consecutive sampling . Tabel 3. Hubungan Senam Kegel Pada Ibu
Cara yang akan dilakukan oleh Hamil Primigravida Trimester III
peneliti yaitu pengambilan sampel dengan Terhadap Derajat Robekan Perineum
meneliti responden ibu hamil yang sesuai Frekuensi Derajat Robekan Perineum
dengan kriteria inklusi di Wilayah N Senam
Puskesmas Pembantu Bandar Kidul Kota o Kegel Derajat Derajat Derajat
0 1 2
Kediri, dipantau dalam beberapa kurun
waktu tertentu hingga pada saat persalinan 1. < 5x 0 2 3 5
2. = 5x 1 2 4 7
dilakukan observasi. 3. >5x 0 2 2 4
Pada penelitian ini instrumen yang JUMLAH 1 6 9 16
digunakan untuk mengetahui senam Kegel
dapat turut meminimalkan juga resiko perineum yang kaku dibanding ibu
infeksi penyembuhan dari luka perineum. bersalin primi/multipara.
Hal ini juga sependapat dengan Hal ini sependapat dengan teori yang
penelitian yang dilakukan oleh Novita dikemukakan oleh Sarwono (2009)
(2012) dari Kelompok yang diberikan mengatakan bahwa salah satu faktor
intervensi senam Kegel sebanyak 7 resiko terjadinya robekan perineum adalah
responden, didapatkan 5 responden Primigravida. Serta didukung juga dengan
(71,4%) mengalami penyembuhan luka teori yang mengatakan bahwa paritas
perineum lebih awal di banding 2 sangat berpengaruh dengan terjadinya
responden lainnya. Sedangkan pada robekan perineum pada saat proses
kelompok kontrol sebanyak 7 responden, persalinan berlangsung, hal ini
yang tidak diberikan intervensi senam dikarenakan daerah perineum bersifat
Kegel 2 (28,57%) diantaranya mengalami elastis, tapi dapat juga ditemukan
penyembuhan luka perineum lebih awal. perineum yang kaku, terutama pada
Hal ini menunjukan bahwa senam Kegel nullipara yang baru mengalami kehamilan
bukan merupakan faktor utama dalam pertama (primigravida) (Surinah, 2008).
penyembuhan luka perineum karena Berdasarkan jurnal yang didapatkan
peneliti tidak memberikan lembar dari penelitian yang dilakukan di BPS
pemantauan yang diberikan untuk Yohana daerah Bandarharjo Semarang
mencatat hasil melakukan senam Kegel pada April 2012, hasil pemantaun
selama dirumah (Novita,2012). persalinan yang menggunakan partograf
Penanganan yang dianjurkan terhadap menunjukan bahwa dari 60% ibu bersalin
keadaan diatas adalah dengan memahami yang mengalami laserasi perineum dan
seutuhnya manfaat besar dari senam 67% diantaranya adalah primipara.
Kegel bagi wanita. Disaat seluruh wanita Setelah dilakukan wawancara dengan
paham tentang manfaat dari senam kegel ketiga ibu bersalin yang mengalami
(terutama responden) maka wanita akan laserasi perineum ternyata selama hamil
melakukan senam Kegel dengan senang tidak melakukan senam Kegel. Observasi
hati, sesering mungkin, kapanpun dan menunjukan bahwa laserasi perineum
dimanapun ia berada, sehingga wanita mayoritas dialami oleh primipara yang
tersebut dapat dengan mudah merasakan tidak melakukan senam Kegel
berbagai macam manfaat dari senam (Yanti,2012).
Kegel. Pada ibu bersalin nulipara masih
memiliki keadaan perineum yang utuh
Derajat Robekan Perineum Pada Ibu dibanding ibu bersalin primi/multipara,
Bersalin Normal. karena pada ibu bersalin nulipara otot-otot
Pada penelitian yang telah dilakukan perineum belum mengalami trauma
diketahui sebagian besar responden (persalinan). Dibanding dengan ibu
mengalami robekan perineum derajat 2 bersalin primi/multipara yang sudah
pada saat persalinan yaitu sebesar 9 mengalami trauma (persalinan) dengan
responden (52,25%) dari total 16 jumlah yang berbeda. Oleh sebab itu,
responden. Hal ini mungkin dikarenakan dapat ditarik kesimpulan bahwa pada
responden hanya memiliki frekuensi seorang nulipara resiko terjadinya robekan
melakukan senam Kegel =5x setiap perineum semakin tinggi dibanding
harinya, berat badan lahir bayi, serta dengan seorang primi/multipara yang
keadaan responden yang seluruhnya mengalami robekan perineum pada saat
nulipara. Hal ini sangat memungkinkan berlangsungnya proses persalinan.
terjadinya derajat robekan perineum Penanganan dari keadaan tersebut
derajat 2, nulipara memiliki otot-otot diatas adalah dengan menganjurkan ibu
hamil untuk sesering mungkin melakukan
senam Kegel saat mendekati proses ruptur sebanyak 44,4%, ruptur derajat I
persalinan, karena senam Kegel dapat 55,6%, sedangkan pada multigravida tidak
meningkatkan keelastisitasan otot-otot mengalami ruptur perineum sebanyak
perineum ibu terlebih pada seorang 55,6%, ruptur derajat I sebanyak 44,4%.
nulipara. Serta didukung dengan peran Pada kelompok kontrol: primigravida
penolong persalinan dalam hal ini bidan yang tidak mengalami ruptur perineum
untuk mengantisipasi dan menangani sebanyak 22,2%, ruptur perineum derajat I
komplikasi yang mungkin terjadi pada ibu sebanyak 22,2%, dan ruptur perineum
dan janin. Proses keberhasilan derajat II sebanyak 55,6%. Sedangkan
berlangsungnya persalinan tergantung dari untuk multigravida yang tidak mengalami
kemampuan skill dan kesiapan penolong ruptur perineum sebanyak 11,1%, 33,3%
dalam menghadapi persalinan mengalami ruptur perineum derajat I, dan
(Bobak,2005). 55,6% dengan ruptur perineum derajat II
(Yanti,2012).
Hubungan Senam Kegel Pada Ibu Tidak terdapatnya hubungan senam
Hamil Primigravida TM III Terhadap Kegel dengan derajat robekan perineum
Derajat Robekan Perineum. juga tidak dapat dipungkiri. Hal ini terjadi
Hasil penelitian diketahui bahwa karena terjadinya robekan perineum juga
sebagian besar responden yang memiliki dipengaruhi oleh beberapa faktor, faktor
frekuensi senam Kegel =5x dan ibu dan janin. Diantaranya paritas ibu,
mengalami robekan perineum derajat 2 ukuran besar janin, serta kemahiran
sebanyak 4 responden (57,1%) dan penolong dalam memimpin persalinan.
hampir setengah responden yang memiliki Dalam penelitian ini responden yang
frekuensi senam Kegel <5x dan telah melakukan senam Kegel dengan
mengalami robekan perineum derajat 2 teratur namun mengalami robekan
sebanyak 3 responden (60,0%). Hal perineum derajat 2 mungkin dikarenakan
tersebut menunjukan bahwa senam Kegel berat badan lahir bayi dan kemahiran
bukan merupakan faktor utama dalam penolong. Hal ini sesuai dengan teori yang
meminimalkan terjadinya robekan dikemukakan oleh Prawiroharjo (2009)
perineum. Setelah dilakukan analisis yang mengatakan robekan perineum dapat
Korelasi Spearman rank didapatkan hasil dipengaruhi dari faktor janin yaitu dimana
analisis sebagai berikut: diketahui tidak keadaan kepala janin yang besar, janin
ada hubungan senam Kegel dengan dengan presentasi defleksi, janin dengan
derajat robekan perineum ibu di letak sungsang, serta janin makrosomia.
Puskesmas Bandar Kidul Kota Kediri ( = Sementara untuk kemahiran penolong
0,12 < 0,506 maka Ha ditolak). sesuai dengan teori yang tertulis dalam
Hal ini tidak sepedapat dengan teori Buku Acuan Asuhan Persalinan Normal
mengatakan manfaat dari senam Kegel (2008) kerjasama dengan ibu dan
salah satunya dapat memudahkan wanita penggunaan manual yang tepat dapat
melahiran bayi tanpa banyak merobek mengatur kecepatan lahirnya bayi dan
jalan lahir (tanpa atau sedikit merobek mencegah terjadinya laserasi.
jalan lahir) (Proverawati,2010). Pengendalian kecepatan dan pengaturan
Penelitian Ruliati (2010) yang diameter kepala saat melalui introitus
berjudul pengaruh pijat perineum pada dan perineum dapat mengurangi
kehamilan terhadap kejadian ruptur kemungkinan terjadinya robekan
perineum pada persalinan di Bidan perineum. Bimbing ibu untuk meneran
Praktek Swasta BPS Siswati dan BPS Siti dan beristirahat atau bernapas dengan
Zulaikah Jombang, mengatakan pada cepat pada waktunya. Saat kepala
kelompok yang diberikan intevensi pijat membuka vulva (5-6cm), letakan kain
perineum: primigravida tidak mengalami bersih dan kering yang dilipat 1/3
bagiannya dibawah bokong ibu (untuk pada umumnya dan responden (ibu
mengeringkan bayi segera setelah lahir). hamil) pada khususnya, mengingat
Lindungi perineum dengan satu tangan manfaat senam Kegel sangat beragam
(dibawah kain bersih dan kering), ibu jari seperti menghindari ngompol pada
pada salah satu sisi perineum dan 4 jari lansia, meningkatkan keelastisitasan
tangan pada sisi yang lain pada otot-otot perineum pada ibu hamil dan
belakang kepala bayi. Tahan belakang ibu nifas, serta lebih mudah mencapai
kepala bayi agar posisi kepala tetap orgasme bagi wanita, dll. Apabila
fleksi pada saat keluar secara bertahap dilakukan sesuai dengan prosedur yang
melewati introitus dan perineum. telah ditentukan.
Melindungi perineum dan
mengendalikan keluarnya kepala bayi 2. Bagi Responden
secara bertahap dan hati-hati dapat Diharapkan bagi ibu hamil TM III
mengurangi regangan berlebihan setiap harinya melaksanakan senam
(robekan) pada vagina dan perineum. Kegel sesuai prosedur untuk membantu
Penanganan yang dapat digunakan meningkatkan keelastisitasan otot-otot
untuk mengurangi terjadinya robekan perineum yang dapat mengurangi
perineum pada saat persalinan spontan derajat robekan perineum pada saat
yaitu dengan cara senantiasa melakukan persalinan.
senam Kegel dari masih muda hingga
selanjutnya dengan sesering mungkin dan
konstan, serta menjaga masa kehamilan Daftar Pustaka
dengan cermat dan sehat, selalu Abdurahman, M, dkk. 2011. Dasar-dasar
memeriksakan kehamilan pada pelayan Metode Statistika Untuk Penelitian.
kesehatan yang terjangkau guna Bandung : Pustaka Setia.
mendeteksi keadaan serta kesejahteraan Bobak, I, dkk. 2005. Buku Ajar
janin di dalam kandungan, serta mengatur Keperawatan Maternitas. Jakarta :
asupan nutrisi dengan pola diit yang EGC.
seimbang. Brock, Katie. 2007. Nutrisi, Medikasi, dan
Senam Kehamilan. Jakarta : Prestasi
KESIMPULAN Pustakaraya.
Kesimpulan penelitian ini yaitu Chapman, V. 2006. Asuhan Persalinan
1. Hampir setengah dari responden telah dan Kelahiran. Jakarta : EGC.
melaksanakan senam kegel dengan Hidayat, A. A. A. 2005. Metode
frekuensi =5x setiap harinya. Penelitian Kebidanan & Teknik
2. Sebagian besar responden mengalami Analisis Data Jakarta : Salemba
robekan perineum derajat 2 pada saat Medika.
persalinan. Jones, Ilewellyn. 2002. Dasar-dasar
3. Tidak ada hubungan dilakukannya Obstetri dan Ginekologi Edisi 6.
senam Kegel pada ibu hamil Jakarta : Hipokrates.
primigravida TM III terhadap derajat Kusmiyati, Y, dkk. 2009. Perawatan Ibu
robekan perineum pada persalinan Hamil. Yogyakarta : Fitramaya.
normal, ( = 0,12 < 0,506 maka Ha Liu, D. 2008. Manual Persalinan (Labour
ditolak). Ward Manual) Edisi 3. Jakarta : EGC.
Maimunah, S. 2005. Kamus Kebidanan.
SARAN Jakarta : EGC.
1. Bagi Peneliti Selanjutnya Manuaba, C, dkk. 2008. Gawat Darurat
Hasil penelitian ini dapat digunakan Obstetri-Ginekologi & Obstetri-
sebagai dasar informasi tentang Ginekologi Sosial untuk Profesi
manfaat senam Kegel untuk wanita Bidan. Jakarta : EGC.
ABSTRACT
Maternal mortality rate in Indonesia is assumed to be high enough; it is 228 per a
hundred thousand alive birth case in 2010 with the main factor is a heavy bleeding. The
decrease of maternal mortality rate can be done by decreasing one of its factors that is
avoiding a heavy bleeding after the delivery by doing a first breast feeding procedure. The
purpose of the study is to find the correlation between the speed of early initiation of
breastfeeding with the volume of blood occur at the fourth stage of the labor (post partum
hemorrhage). The method used in the study is an analytical observation (longitudinal
prospective). While the population of study is some mothers who experience a vaginal
birth in BPM Bunda district Prambon. The number of the sample is 29 mothers using a
random sampling technique. The independent variable is the speed of early initiation
breastfeeding and the dependent variable is the volume of blood on the fourth stage (post
partum hemorrhage). The datum are analyzed by ( SPSS ) T analyzed on two random
sample and match to the meaningful degree of < 0,05. The result of the study shows that
there is a correlation between the speed of first breastfeeding with the volume of the
blood p = 0,00. Therefore the conclusion of the study is that there is a correlation between
the speed of the first breastfeeding and the volume of the blood, so that the researcher hope
that the person on duty for the delivery process to encourage the first breastfeeding
procedure to the mother and also to enlarge the knowledge of health education of the
expecting mother about the essential effect of first breast feeding application.
Penelitian serupa juga dilakukan oleh dibutuhkan untuk inisiasi menyusui dini
Rahmaningtyas dkk. di Kediri dengan semakin sedikit perdarahan yang keluar.
hasil penelitian ada perbedaan kontraksi
uterus pada ibu post partum sebelum dan SARAN
sesudah melaksanakan inisiasi menyusui Berdasarkan kesimpulan hasil
dini. Perbedaan dengan penelitian yang penelitian diatas, beberapa saran yang
peneliti lakukan adalah peneliti tersebut dapat peneliti sampaikan: hendaknya
menghubungkan antara inisiasi menyusui pengambil kebijakan pada tatanan
dini dengan variabel kontraksi uterus yang pelayanan kesehatan lebih meningkatkan
nantinya juga akan berpengaruh terhadap pendidikan kesehatan pada ibu hamil
volume perdarahan ibu, sedangkan tentang pentingnya pelaksanaan inisiasi
penelitian yang peneliti lakukan saat ini menyusui dini dan mengharuskan petugas
dihubungkan dengan variabel volume kesehatan khususnya bidan dan perawat
perdarahan pada kala empat. Kontraksi untuk benar-benar melaksanakan IMD
uterus nantinya juga bisa sebagai indikator dalam upaya membantu program
volume perdarahan dimana kalau pemerintah menurunkan angka kesakitan
kontraksi uterusnya baik maka perdarahan dan kematian ibu bersalin /AKI karena
juga akan sedikit begitu pula sebaliknya. HPP.
Pada ibu setelah melaksanakan inisiasi
menyusui dini, kontraksi uterusnya lebih Daftar Pustaka
baik dibandingkan dengan sebelum Aziz. (2006). Pengantar Kebutuhan
dilaksanakan inisiasi menyusui dini. Dasar Manusia. Jakarta: Penerbit
Menurut Gusnita, 2008 dengan adanya Salemba Medika.
bayi di perut ibu, akan menahan Bobak.,Lowdermilk.,Jensen. (2004).
perdarahan karena otot-otot yang Keperawatan Maternitas edisi 4.
mengeluarkan darah akan mengkerut Jakarta: Penerbit Buku
karena ditekan oleh badan bayi. Menurut Kedokteran EGC.
(Mander, 1998) kontraksi uterus yang Chandra, Budiman. (2007). Metodologi
baik akan membantu mempercepat Penelitian Kesehatan. Jakarta:
pelepasan plasenta dari dinding rahim dan Penerbit Buku Kedokteran EGC
secara fisiologis akan menyebabkan Corwin. (1997). Buku Saku Patofisiologis.
kontraksi serabut-serabut miometrium Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran
yang mengelilingi pembuluh darah yang EGC.
memvaskularisasi daerah implantasi Cunningham., Gant., Leveno.,Gilstrap.,
plasenta sehingga pembuluh-pembuluh Hauth., Wenstrom. (1995).
darah tersebut terjepit dan akan menutup Obstetri William. Jakarta: Penerbit
dengan demikian perdarahan akan Buku Kedokteran EGC.
berkurang. Sehingga semakin cepat Frisda. (2010). Faktor-faktor Pada bidan
inisiasi menyusui dini maka semakin Yang Mempengaruhi Praktik
sedikit perdarahan yang keluar pada kala Inisiasi Menyusui Dini.
empat. Tesis.Universitas Diponegoro
Semarang.
KESIMPULAN Hamilton, PM. (1995). Dasar-Dasar
Setelah dilakukan analisis data, dapat Keperawatan Maternitas.
disimpulkan bahwa: Jakarta: Penerbit Buku
Terdapat hubungan yang signifikan antara Kedokteran EGC.
kecepatan inisiasi menyusui dini dengan Idris. (2009). Peran Faktor Perilaku
volume perdarahan pada ibu bersalin kala Dalam Penerapan Inisiasi
empat di BPM Bunda wilayah Kecamatan Menyusui Dini di Kota Pare Pare.
Prambon yaitu semakin cepat waktu yang
Moh Alimansur
Akademi Keperawatan Dharma Husada Kediri
Abstract
Student approaches to learning used to be very important because it is often the case of
a student who has the cognitive abilities higher than his friends , was only able to achieve
similar results to those achieved by his friends , when learning the right approach then we
will get the Achievement Index much better . The purpose of this study to analisys the
relationship between Learning Approach Academy of Nursing Student Achievement Index
Dharma Husada Kediri . Design used is descriptive correlation with cross sectional method
. Sample Nursing Academy students Husada Kediri Dharma and the second semester IV
Semester many as 124 students , which is used proportionate Stratified Sampling Simple
Random Sampling . Learning approach to data collection is done by using a questionnaire ,
while the Achievement Index data using a data collection sheet . The data were analyzed
by using a test " Kendal Tau " with a significance level p < 0.05 . Statistical test results
obtained p = 0.000 and r = 0.612 which indicates no relationship between the Approaches
to Learning Student Nursing Student Achievement Index Dharma Husada Kediri with a
strong degree of relationship . Positive value of the correlation coefficient indicates that the
higher the type of approach used the better achievement index.
Jurnal Ilmu Kesehatan berupa hasil penelitian , konsep-konsep pemikiran atau ide kreatif
dan inovatif yang bermanfaat untuk menunjang kemajuan ilmu, pendidikan dan praktek
keperawatan professional. Naskah hasil penelitian hendaknya disusun menurut sistematika
sebagai berikut :
1. Judul, menggambarkan isi pokok tulisan secara ringkas dan jelas, ditulis dalam
bahasa Indonesia dan bahasa Inggris. Judul artikel dicetak dengan huruf besar di
tengah-tengah menggunakan font 12 Times New Roman.
2. Nama penulis, tanpa gelar. Jumlah penulis yang tertera dalam artikel minimal 1
orang, jika penulis terdiri 4 orang atau lebih, yang dicantumkan di bawah judul
artikel.
3. Abstrak, ditulis dalam bahasa Inggris dan merupakan intisari seluruh tulisan,
meliputi : masalah, tujuan, metode, hasil dan simpulan (IMRAD: Introduction,
Method, Result, dan Discussion). Abstrak ditulis dengan kalmat penuh. Di bawah
abstrak disertakan 3-5 kata-kata kunci (keywords)
5. Bahan dan Metode, berisi penjelasan tentang bahan-bahan dan alat-alat yang
digunakan, waktu tempat, teknik dan rancangan percobaan.
6. Hasil, dikemukakan dengan jelas dalam bentuk narasi dan data yang dimasukkan
berkaitan dengan tujuan penelitian.
7. Pembahasan, menerangkan arti hasil penelitian yang meliputi:fakta, teori dan opini.
8. Simpulan dan saran, berupa keseimpulan hasil penelitian dalam bentuk narasi yang
mengacu pada tujuan penelitian. Saran berisi saran yang dapat diberikan oleh
penulis berdasarkan hasil penelitian.
Naskah yang dikirim ke redaksi hendaknya diketik dalam CD, disertai cetakan pada
kertas HVS dengan salah satu program pengolah data MS Word, ukuran A4 (210X297
mm) dengan jarak 1 spasi, font 11 Times New Romans, batas kertas 3 cm dari tepi kiri
2,5 cm dan tepi bawah, kanan dan atas.