Anda di halaman 1dari 113

ISSN 2303-1433

JURNAL ILMU KESEHATAN

Jurnal Ilmu Kesehatan Dharma Husada merupakan Jurnal yang memuat naskah hasil
penelitian maupun artikel ilmiah yang menyajikan informasi di bidang ilmu kesehatan,
diterbitkan
setiap enam bulan sekali pada bulan Nopember dan Mei

Penasehat
Pardjono

Penanggung Jawab
Magdalena Suharjati

Pemimpin Redaksi
Hengky Irawan

Redaktur Pelaksana
Sucipto

Redaktur/Editor
Dyah Ika
M. Ali Mansur
Didik Susetiyanto A.
Puguh Santoso
Widodo

Usaha
Novita
Enggar Prayoningtyas
Atin Priyanto

Diterbitkan Oleh
Akper Dharma Husada Kediri Jawa Timur
Jl. Penanggungan no 41 A Kediri, Telp&Fax (0354) 772628
Email : jurnalakperdharma@yahoo.com

Alamat Redaksi :
Bagian Humas
Akper Dharma Husada Kediri
Jln. Penanggungan 41 A Kediri, Jawa Timur, Telp&Fax (0354) 772628
Email : jurnalakperdharma@yahoo.com
Web Site : http://akper-akbid-kediri.com

Jurnal Ilmu Kesehatan Vol. 3 No. 2 Mei 2015 ii


ISSN 2303-1433

JURNAL ILMU KESEHATAN


Mei 2015 Nopember 2015

DAFTAR ISI

Pengaruh Terapi Musik Terhadap Penurunan Tingkat Kecemasan Anak


Prasekolah Yang Mengalami Hospitalisasidi Paviliun Seruni Rsud Jombang ....... 1-5
Ana Farida Ulfa, Kurniawati

Peningkatan Kualitas Hidup Pada Penderita Gagal Ginjal Kronik Yang


Menjalani Terapi Hemodialisa Melalui Psychological Intervention Di Unit
Hemodialisa Rsud Gambiran Kediri........................................................................ 6 - 11
Dhina Widayati, Nove Lestari

Perbedaan Peran Ibu Primipara Dan Multipara Dalam Pengasuhan Bayi Baru
Lahir ........................................................................................................................ 12 - 19
Koekoeh Hardjito, Sumy Dwi Antono, Erna Rahma Yani

Hubungan Pengetahuan Ibu Tentang Gizi Dengan Status Gizi Balita Usia 1-5
Tahun Di Desa Kedawung Wilayah Kerja Puskesmas Ngadi ................................ 20 - 28
Ira Titisari, Finta Isti Kundarti, Mira Susanti

Pengaruh Program Social Enterpreneurship Kelompok ODHA Terhadap


Stigma Masyarakat Tentang HIV/AIDS Di Daerah Binaan KPA Kota Kediri. ...... 29 - 38
Siti Asiyah, Susanti Pratamaningtyas, Suwoyo

Hubungan Antara Status Gizi (IMT) dengan Usia Menarche pada Remaja Putri
Usia 13-14 Tahun di SMPN 1 Pace Kecamatan Pace Kabupaten Nganjuk ............ 39 - 46
Sumy Dwi Antono

Effect of timing cord clamping on a vaginally delivered infant of a primigravida


in terms of the incidence of hyperbilirubinemia ...................................................... 47 - 54
Maria Magdalena Setyaningsih, Wisoedhanie Widi Anugrahanti

Pengaruh Terapi Bermain Pada Anak Usia Prasekolah Terhadap Kehilangan


Kontrol Dalam Hospitalisasi Di Ruang Anak Rsud Ngudi Waluyo Wlingi ........... 55 - 59
Erna Susilowati, Rita Mei Dwi V

Analisis Penerapan Breastfeeding Peer Counseling Pada Pasien Post Partum


Fisiologis Dengan Masalah Keperawatan Menyusui Tidak Efektif Berdasarkan
Teori Maternal Role Attainment-Becoming A Mother Ramona T. Mercer ............ 60 -67
Dwi Rahayu, Yunarsih

Perbedaan Motivasi Wanita PUS Usia 35-49 Tahun untuk Menggunakan


Implant Sebelum dan Setelah Diberi Penyuluhan di Dusun Mojolegi Desa Bendo
Kec. Pare. ................................................................................................................. 68 - 75
Triatmi Andri Yanuarini, Susanti Pratamaningtyas, Rika Aprilia Susanti

Jurnal Ilmu Kesehatan Vol. 3 No. 2 Mei 2015 iii


ISSN 2303-1433

Hubungan Tingkat Pengetahuan Penderita Hipertensi Tentang Penyakit Hipertensi


Dengan Kepatuhan Regimen Terapeutik Di Kelurahan Lirboyo Rw 03 Dan 08 Kota
Kediri................................................................................................................................... 76 - 81
Puguh Santoso

Hubungan Kadar Hb Ibu Inpartu Terhadap Kejadian BBLR di RSUD Kabupeten


Nganjuk Periode Bulan Maret-April Tahun 2013 ................................................... 82 - 90
Eny Sendra, Clairine Maretha Martin Putra

Hubungan Senam Kegel Pada Ibu Hamil Primigravida TM III Terhadap Derajat
Robekan Perineum Di Wilayah Puskesmas Pembantu Bandar Kidul Kota Kediri . 91 - 98
Shinta Kristianti, Yohanita Putriyana

The relationship between the speed of early initiation of breastfeeding with


postpartum hemorrhage volume on stage labor ...................................................... 99 -102
Yunarsih, Dwi Rahayu

Analisis Keterkaitan Pendekatan Belajar dengan Indeks Prestasi Mahasiswa


Akademi Keperawatan Dharma Husada Kediri. ..................................................... 103 -108
Moh Alimansur

Jurnal Ilmu Kesehatan Vol. 3 No. 2 Mei 2015 iv


ISSN 2303-1433

Pengaruh Terapi Musik Terhadap Penurunan Tingkat Kecemasan Anak Prasekolah


Yang Mengalami Hospitalisasidi Paviliun Seruni Rsud Jombang

(The Effect Of Music Therapy To Decrease Anxiety Levels Pre-School Children Who
Experienced Hospitalization In Hospital Jombang Chrysan The Mum Pavilion)

Ana Farida Ulfa1), Kurniawati 2)


Prodi D3 Keperawatan FIK UNIPDU Jombang
Email: anafaridaulfa@yahoo.com

ABSTRACT
Hospitalizationis a process by which aplannedor emergency reasons, so the children
had to be hospitalized can cause children to experience anxiety. To over come anxiety
management can be given psychotherapy, one of which is with music therapy. The purpose
ofthis study was todetermine the effect of music therapy to decrease anxiety levels pre-
school children who experienced hospitalization in Hospital Jombang Chrysan the mum
Pavilion. This study uses the approach Quasy Experiment pretest-posttestdesign with
control group. With a total sample of 14 children (2 groups) using purposive sampling
technique. Data was collected through observation and then tabulated using data coding
and tested using Mann Whitney and Wilcoxon with = 0.05 significance level. The results
of the analysis wilcoxon obtained p valueof 0.015, p value< (0.015 <0.05) and Mann-
Whitney obtained p valueof 0.007, p value< (0.007<0.05). So there is the effect of music
therapy on reducing anxiety levels preschoolers who experienced hospitalization in
Hospital Jombang Chrysan the mum Pavilion. The conclusion that can bedrawn from this
studyis the effect of music therapy on anxiety levels pre-school children who experienced
hospitalization in Hospital Jombang Chrysan the mum Pavilion.

Keywords: hospitalization, child anxiety, music therapy, pre-school age

Pendahuluan (Wong,2009).Pada tahap perkembangan,


Hospitalisasi pada anak merupakan perilaku maladaptif tersebut, anak
proses karena suatu alasan yang berencana mengalami gangguan pada perkembangan
atau darurat mengharuskan anak untuk emosionalnya. Sehingga anak setelah di
tinggal di rumah sakit menjalani terapi rawat dirumah sakit, tidak mau pisah
dan perawatan sampai pemulangan dengan orang tuanya, dan bertahan dengan
kembali kerumah.. Hospitalisasi usia perkembanganya hingga saat ini (usia
merupakan salah satu penyebab stres baik prasekolah) hingga dewasa. Selain itu,
pada anak maupun keluarganya, terutama reaksi terhadap hospitalisasi, anak
disebabkan oleh perpisahan dengan mencoba menghindar, tidak kooperatif,
keluarga, kehilangan kendali, perlukaan yang dapat mengganggu proses
tubuh dan rasa nyeri (Nursalam, 2003). penyembuhan sehingga dapa memperlama
Dampak dari hospitalisasi, anak akan anak untuk di rawat, yang mengakibatkan
mengalami kecemasan yang berujung pembekakan biaya pengobatan (Elfira,
terhadap prilaku maladaptifpada anak 2011)
seperti menangis, berteriak, mencari orang Selama ini banyak terapi yang
tua menhindari dan menolak kontak dilakukan untuk meminimalkan atau
dengan orang asing, menolak dilakukan menurunkan tingkat kecemasan misalnya
perawatan, hingga menyerang perawat ata terapi bermain, seperti permainan hospital
orang asing yang mendekat story , clay therapy,yang dapat

Jurnal Ilmu Kesehatan Vol. 3 No. 2 Mei 2015 1


ISSN 2303-1433

menurunkan kecemasan anak usia diperoleh yaitu 71,4% pada kelompok


prasekolah.Pada penelitian tahun 2008, perlakuaan dan 71,4% kelompok kontrol.
didapatkan pengaruh terapi musik
terhadap kecemasan anak usia toodler, Tabel 2 Tingkat kecemasan anak usia
dengan respon kecemasan maladaptif pada prasekolah sesudah dilakukan
kelompok terapi musik sebelum diberikan terapi musik dan health
intervensi sebanyak 15 (100%), dan education
sesudah dilakukan intervensi respon
Tingkat Kelompok
kecemasan maladaptif sebanyak 11 orang No
Kecemasan Kontrol % Perlakuan %
(73,3%). 1
Tidak Ada
- - 1 14,3
Kecemasan
Kecemasan
2 - 3 42,9
Metode Penelitian Ringan
Kecemasan
Penelitian ini menggunakan desain 3
Sedang
3 42,9 3 42,9
Quasy Eksperimental dengan desain 4
Kecemasan
4 57,1 - -
Pretest Posttest Control Group Design. 5
Berat
Panik - - - -
Dalam penelitian ini variabel Total 7 100 7 100
independennya adalah terapi musik,
sedangkan variabel dependennya adalah Tabel di atas menunjukan bahwa
respon kecemasan anak. Dalam penelitian tingkat kecemasan anak usia prasekolah
ini, populasinya adalah seluruh anak usia yang mengalami hospitalisasi setelah
pra sekolah(3-6tahun) yang dirawat di diberikan terapi musik dan health
Paviliun Seruni RSUD Jombang. Teknik education sebagian besar responden
sampling yang digunakan adalah kelompok kontrol dengan kategori tingkat
purposive sampling,sehingga didapatkan kecemasan berat, ini dapat terlihat dari
besar sampelnya adalah 14 responden presentase yang diperoleh yaitu 57,1%
dengan 7 responden untuk kelompok sedangkan pada kelompok perlakuaan
intervensi dan 7 responden untuk sebagian besar dengan kategori tingkat
kelompok kontrol. kecemasan sedang dan ringan, ini dapat
terlihat dari presentase yang diperoleh
Hasil Dan Pembahasan yaitu (42,9%) dengan kategori kecemasan
Hasil Penelitian sedang, dan (42,9%) dengan kecemasan
ringan.
Tabel 1 Tingkat kecemasan anak usia
prasekolah sebelum diberikan terapi Tabel 3 : Tabel hasil analisa pengaruh
terapi musik terhadap tingkat kecemasan
No Tingkat Kelompok
Kecemasan Kontrol % Perlakuan % anak usia prasekolah yang mengalami
1 Tidak Ada
- -
hospitalisasi dengan menggunakan uji
Kecemasan
2 Kecemasan
wilcoxon pre-post perlakuan.
- -
Ringan Uji Kontrol Perlakuan
3 Kecemasan
2 28,6 2 28,6 Wilcoxon
Sedang p= 0,317 p= 0,015
4 Kecemasan
5 71,4 5 71,4
Berat
5 Panik - - Tabel 3 menunjukan bahwa uji Wilcoxon
Total 7 100 7 100
pada kelompok perlakuan p = 0,015 (<
0,05) maka H0 ditolak dan H1 diterima
Data di atas menunjukkan bahwa yang menunjukan bahwa ada pengaruh
tingkat kecemasan anak usia prasekolah yang signifikan antara sebelum dan
yang mengalami hospitalisasi sebelum sesudah perlakuan. Sedangkan pada
diberikan terapi sebagian besar responden kelompok kontrol p= 0,317 (0,317 >0,05),
dengan kategori tingkat kecemasan berat, maka Ho diterima yang menunjukan tidak
hal itu dapat terlihat dari presentase yang ada pengaruh yang signifikan antara

Jurnal Ilmu Kesehatan Vol. 3 No. 2 Mei 2015 2


ISSN 2303-1433

sebelum dan sesudah diberi health Analisa pengaruh terapi musik


education. terhadap penurunan tingkat kecemasan
anak usia pra sekolah yang mengalami
Pembahasan hospitalisasi:
Hasil penelitian menunjukan bahwa Peneliti melakukan uji wilcoxon dan
tingkat kecemasan anak usia sebelum uji mann-withney untuk menguji pada
diberikan perlakuan sebagian besar kedua kelompok perlakuan dan kontrol.
dengan kecemasan berat, baik pada Hasil penelitian ini menunjukan adanya
kelompok perlakuan maupun pada pengaruh terpai musik terhadap penurunan
kelompok kontrol. Faktor-faktor yang tingkat kecemasan anak usia prasekolah
mempengaruhi hal ini adalah pengalaman, yang mengalami hospitalisasi di Paviliun
berdasarkan data sebagian besar Seruni RSUD Jombang. Hal ini dapat
responden baru pertama kali dirawat di dilihat pada tabel tabel 3 yang
rumah sakit, selain itu pada pada usia menunjukan bahwa uji Wilcoxon pada
prasekolah hospitalisasi merupakan suatu kelompok perlakuan p = 0,015 (< 0,05)
hal yang menakutkan, ini dikarenakan maka H0 ditolak dan H1 diterima yang
anak harus berpisah dengan orang yang menunjukan bahwa ada pengaruh yang
disayanginya, berpisah dari lingkungan signifikan antara sebelum dan sesudah
yang dirasakannya aman, penuh kasih perlakuan. Sedangkan pada kelompok
sayang, dan menyenangkan, yaitu kontrol p= 0,317 (0,317 >0,05), maka Ho
lingkungan rumah, permainan, dan teman diterima yang menunjukan tidak ada
sepermainannya. Selain itu anak juga pengaruh yang signifikan antara sebelum
takut dengan lingkungan rumah sakit yang dan sesudah diberi health education.Dan
menakutkan, rutinitas rumah sakit, uji Mann-Whitney pada pre-testp= 1,000
prosedur yang menyakitkan, dan takut (> 0,05). Hal ini menunjukkan bahwa nilai
akan kematian. p> 0,05 yang berarti H0 diterima yang
Tingkat kecemasan anak usia menunjukkan bahwa tidak ada pengaruh
prasekolah pada kelompok perlakuan dan yang signifikan antara sebelum dan
kelompok kontrol sesudah dilakukan sesudah perlakuan terapi musik,
terapi musik dan helath education. sedangkan pada post-testp = 0,007 (<
Tingkat kecemasan anak usia prasekolah 0,05). Hal ini menunjukkan bahwa nilai
yang mengalami hospitalisasi di Paviliun p< 0,05 yang berarti H0 ditolak dan H1
Seruni RSUD Jombang antara kelompok diterima yang menunjukkan bahwa ada
yang diberikan terapi musik dengan pengaruh yang signifikan antara sebelum
kelompok yang diberi health education dan sesudah perlakuan terapi musik.
mengalami perbedaan. Berdasarkan hasil Perbedaan tingkat kecemasan anak
penelitian, menunjukan bahwa tingkat pada kelompok kontrol dan kelompok
kecemasan anak anak usia prasekolah perlakuan ini dikarenkan pada kelompok
yang mengalami hospitalisasi di Paviliun kontrol saat responden diberi health
Seruni RSUD Jombang sesudah diberikan education anak hanya monoton
health eduction sebagian besar tidak mendengarkan dan tidak jarang anak tidak
mengalami penuruan, ini dapat dilihat menghiraukan. Hal ini karena anak lebih
pada tabel 2, hal ini menunjukan tidak cenderung meyakini tentang persepsi
ada perubahan yang signifikan. dirumah sakit, bahwasanya rumah sakit
Sedangkan pada kelompok perlakuan, adalah lingkungan yang menakutkan, dan
tingkat kecemasan anak mengalami anak menganggap tindakan dan
penurunan, ini dapat dilihat pada tabel 2, prosedurnya mengancam integritas
ini menunjukan bahwa ada perubahan tubuhnya.
pada tingkat kecemasan anak setelah Menurut Nyswander dalam
dilakukan terapi musik. Machfoedz dan Suryani (2006).

Jurnal Ilmu Kesehatan Vol. 3 No. 2 Mei 2015 3


ISSN 2303-1433

Pendidikan kesehatan adalah suatu proses dengan lebih baik. Dengan metabolisme
perubahan diri manusia yang ada yang lebih baik, tubuh akan mampu
hubungannya dengan tercapainya tujuan membangun sistem kekebalan yang lebih
kesehatan perorangan dan masyarakat. baik, dan dengan sistem kekebalan yang
Menurut Steward dalam WijayantiM. lebih baik tubuh menjadi lebih tangguh
T(2011), pendidikan kesehatan adalah terhadap kemungkinan serangan penyakit
unsur kesehatan dan kedokteran yang (Satiadarma, 2002)
didalamnya terkandung rencana untuk
mengubah perilaku perseorangan dan Kesimpulan
masyarakat dengan tujuan untuk 1. Sebelum diberikanperlakuan baik dari
membantu program pengobatan, kelompok perlakuan dan kontrol
rehabilitasi, pencegahan penyakit dan tingkat kecemasan sebagian besar
peningkatan kesehatan. kategori kecemasan berat. Hal ini
Sedangkan pada kelompok perlakuan disebabkan anak merasa asing
mengalami penurunan tingkat kecemasan terhadap lingkungan sekitar selain itu
yang signifikan, hal ini karena di dalam juga karena perpisahan dan
musik terdapat 3 komponen penting yang kehilangan kontrol (Wong& whaley,
mampu membuat perasaan tenang yaitu 2007).
melodi, ritem dan harmonisasi. 2. Sesudah perlakuan responden pada
Melodi merupakan alunan nada yang kelompok perlakuan tigkat
merupakan vibrasi suara yang timbul dari kecemasan mengalami penurunan.
semua jenis alat musik. Ritem adalah Sedangkan pada kelompok kontrol
satuan kunci nada yang mengikuti melodi mayoritas tidak mengalam penurunan,
dengan mengambil bagian bagian tertentu meskipun ada yang mengalami
sesuai dengan tempo dan ketukan yang penurunan yaitu 1 anak. Hal ini
berbeda-beda. Sedangkan harmonisasi dikarenakan vibrasi musik yang
ialah kebersamaan dan keselarasan dari mengalun melalui gendang telinga
seluruh komponen suara/ nada, baik itu diterima oleh system saraf pusat
suara, kunci nada, tempo, hingga volume. melalui syaraf auditori lalu
Dari 3 komponen tadi akan menghasilkan Hipotalamus mengeluarkan Hormon
vibrasi suara yang mengalun melalui Ptiutari sehingga endorphin
gendang telinga diterima oleh system meningkat mengakibatkan rasa rileks,
saraf pusat melalui syaraf auditori lalu fly, nyeri menurun, senang, tenang
hipotalamus mengeluarkan hormon sehingga mekanisme koping anak
ptiutari sehingga endorphin meningkat adaptif dan tingkat kecemasan turun.
mengakibatkan rasa rileks, fly, nyeri 3. Pebedaan antara kelompok perlakuan
menurun, senang, tenang sehingga dan kontrol menunjukkan adanya
mekanisme koping anak adaptif dan pengaruh yang signifikan pada
tingkat kecemasan turun. Hal ini yang kelompok perlakuan, hal ini
menyebabkan anak merasa tenang dan membuktikan bahwa ada pengaruh
meknisme koping anak adaptif. Musik terapai musik terhadap penurunan
menghasilkan rangsangan ritmis yang tingkat kecemasan anak usia pra
kemudian ditangkap melalui organ sekolah.
pendengaran dan diolah di dalam sistem
saraf tubuh dan kelenjar pada otak yang Daftar Pustaka
selanjutnya mereorganisasi interpretasi
bunyi ke dalam ritme internal Arikunto, Suharsini, Prrof, Dr (1998).
pendengarnya. Ritme internal ini Prosedur Penelitian Suatu
mempengaruhi metabolisme tubuh Pendekatan Praktek. Edisi Revisi
manusia sehingga prosesnya berlangsung IV. Jakarta: Rineka Cipta.

Jurnal Ilmu Kesehatan Vol. 3 No. 2 Mei 2015 4


ISSN 2303-1433

Hawari, D. (2004). Manajemen stress, Tomb, D. A. (2004). Buku saku psikiatri


cemas dan depresi. Jakarta: FK UI. edisi keenam. Jakarta: EGC.

Hidayat A. Aziz Azimul, Skep, Ners Wong , D. L (2012). Editor : Sari


(2005). Pengantar Ilmu Kurniaingsih. Alih Bahasa : Monica
KeperawatanAnak 1. Edisi I. Ester. Pedoman Klinis Keperawatan
Jakarta: Salemba Medika. pediatrik (Wong And Whaleys
Clinical Manual of Pediatric
Hockenberry, M. J., & Wilson, D. (2007). Nursing). Edisi 4. Jakarta: EGC.
Wongs nursing care of infants and
children (8th ed.). St. Louis: Mosby Wong dan Whaleys. (2007). Nursing care
Elsevier. of infants and children, 8th edition.
St Louis: Mosby.
Kaplan, H.I & Sadock, B. J. (2002).
Sinopsis psikiatri jilid 2. Jakarta:
Binarupa Aksara.

Nursalam (200). Konsep dan Penerapan


Metode Penelitian Ilmu
Keperawatan : Pedoman Skripsi,
Tesis dan Instrumen Penelitian
Keperawatan .Jakarta: Salemba
Medika.

Potter &Perry. (2005). Buku ajar


fundamental keperawatan volume 1,
Edisi 4. Jakarta: EGC

Sari, F. S., & Sulisno, Madya. (2012).


Hubungan kecemasan ibu dengan
kecemasan anak saat hospitalisasi
anak. Journal Nursing Study.
Volume 1, Nomor 1, Tahun 2012.

Satiadarma, M.(2002). Terapi musik,


Cetakan Pertama. Jakarta: Milenia
Populer.

Stuart, G.W & Sundeen, S.J. (1998).


Keperawatan jiwa, Edisi 3. Jakarta:
EGC.

___________ (2001). Buku saku


keperawatan jiwa(edisi ketiga).
Jakarta: EGC.

Supartini, Y (2004). Editor : Monica


Ester. Buku Ajar Keperawatan
Anak. Jakarta: EGC.

Jurnal Ilmu Kesehatan Vol. 3 No. 2 Mei 2015 5


ISSN 2303-1433

Peningkatan Kualitas Hidup Pada Penderita Gagal Ginjal Kronik Yang Menjalani
Terapi Hemodialisa Melalui Psychological Intervention Di Unit Hemodialisa Rsud
Gambiran Kediri

Dhina Widayati, Nove Lestari


STIKES Karya Husada Kediri/budinawida@gmail.com

ABSTRACT
Perubahan gaya hidup menyebabkan terjadi pergeseran dari penyakit menular menjadi
penyakit degeneratif yang dapat berkembang menjadi penyakit terminal, salah satunya
adalah gagal ginjal akut yang dapat berkembang menjadi gagal ginjal konik (GGK). Pada
stadium lanjut, pasien GGK tidak hanya mengalami berbagai masalah fisik tetapi juga
masalah psikososial dan spiritual yang dapat mempengaruhi kualitas hidup pasien dan
keluarganya. Perawatan paliatif dapat dilakukan melalui intevensi dengan pendekatan
psikologis (psychological intervention) yang diharapkan mampu meningkatkan adaptasi
dan motivasi pasien sehingga mampu membangun mekanisme koping yang efektif dan
dapat meningkatkan kualitas hidupnya. Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis
pengaruh psychological intervention terhadap motivasi dan kualitas hidup pasien GGK
yang menjalani teapi hemodialisa. Desain penelitian yang digunakan adalah pra
experiment pre post test design. Besar sampel sebanyak 10 orang di peroleh melalui tehnik
accidental sampling. Variabel independen adalah psychological intervention dan variabel
dependen adalah motivasi dan kualitas hidup. Hasil analisis data tingkat motivasi melalui
Wilcoxon Signed Ranks Test menunjukkan p=0,008 dan kualitas hidup melalui Paired t
Test diperoleh nilai p=0,003. Psychological intervention yang dilakukan melalui relaksasi
spiritual dalam setting kelompok ini mampu menciptakan peer group support sesama
penderita yang dapat meningkatkan motivasi mereka dalam beradaptasi terhadap
penyakitnya (menerima), sehingga mampu membangun mekanisme koping yang efektif
dan dapat meningkatkan kualitas hidupnya. Kesimpulan hasil penelitian ini bahwa
psychological intervention dapat meningkatkan motivasi dan kualitas hidup pasien GGK.
Saran bagi perawat di Unit Hemodialisa untuk menerapkan intervensi tersebut sebagai
salah satu upaya meningkatkan motivasi dan kualitas hidup pasien.
.
Kata kunci : psychological intevntion, motivasi, kualitas hidup, penderita GGK,
hemodialsa

Pendahuluan AIDS semakin meningkat dan


Perubahan gaya hidup menyebabkan memerlukan perawatan paliatif, disamping
terjadi pergeseran penyakit di Indonesia. kegiatan promotif, preventif, kuratif, dan
Pergeseran tersebut terjadi dari penyakit rehabilitatif. Namun saat ini, pelayanan
menular menjadi penyakit degeneratif. kesehatan di Indonesia belum sepenuhnya
Penyakit degeneratif yang muncul sangat menyentuh kebutuhan pasien dengan
bervariasi dan dapat berkembang menjadi penyakit terminal tersebut, terutama pada
penyakit terminal. Jumlah pasien dengan stadium lanjut dimana prioritas pelayanan
penyakit terminal baik pada dewasa dan tidak hanya pada penyembuhan tetapi juga
anak seperti penyakit kanker, penyakit perawatan agar mencapai kualitas hidup
degeneratif, penyakit paru obstruktif yang terbaik bagi pasien dan keluarganya.
kronis, cystic fibrosis,stroke, parkinson, Pada stadium lanjut, pasien dengan
gagal jantung /heart failure, penyakit penyakit kronis yang berkembang
genetika dan penyakit infeksi seperti HIV/ menjadi penyakit terminal tidak hanya

Jurnal Ilmu Kesehatan Vol. 3 No. 2 Mei 2015 6


ISSN 2303-1433

mengalami berbagai masalah fisik seperti jiwa, melalui pencegahan dan peniadaan
nyeri, sesak nafas, penurunan berat badan, melalui identifikasi dini dan penilaian
gangguan aktivitas tetapi juga mengalami yang tertib serta penanganan nyeri dan
gangguan psikososial dan spiritual yang masalah-masalah lain, fisik, psikososial
mempengaruhi kualitas hidup pasien dan dan spiritual (KEPMENKES RI NOMOR:
keluarganya). Kondisi kesehatan pasien 812, 2007).
terminal secara fisiologis membuat pasien Pada perawatan paliatif ini dapat
mengalami perubahan yang cukup menggunakan intervensi dengan
signifikan. Perubahan fungsi tubuh akan psychologis berupa relaksasi spiritual.
membuat pasien tidak dapat menjalankan Dalam intervensi dengan setting kelomok
aktivitas keseharian dengan optimal. ini diharapakan tercipta peer group
Rutinitas terapi yang dijalani akan support sesama penderita yang akan
membuat pasien mengalami banyak hal meningkatkan motivasi mereka dalam
baru yang membutuhkan penyesuaian beradaptasi terhadap penyakitnya
individu (Leung, 2003). Waktu terapi (menerima), sehingga mampu
yang semakin memendek, risiko kematian membangun mekanisme koping yang
yang semakin besar, komplikasi yang efektif dan dapat meningkatkan kualitas
muncul, dan harapan kesembuhan yang hidupnya.
tidak pasti adalah beberapa hal yang
membuat pasien menjadi stres jika tidak Bahan Dan Metode
mampu untuk membangun mekanisme Desain penelitian yang digunakan
koping yang positif (Moskovits, Mounder, adalah pra experimental pre post test
Cohen et al, 1999). Oleh karensa itu group design. Besar sampel diperoleh 20
kebutuhan pasien pada stadium lanjut responden.Tehnik sampling menggunakan
suatu penyakit tidak hanya pemenuhan/ accidental sampling. Pada pemilihan
pengobatan gejala fisik, namun juga sampel juga digunakan pendekatan
pentingnya dukungan terhadap kebutuhan melalui kriteria inklusi : 1) Pasien GGK
psikologis, sosial dan spiritual yang yang menjalani terapi hemodialsa di unit
dilakukandengan pendekatan interdisiplin Hemodialisa RSUD Gambiran Kota
yang dikenal sebagai perawatan paliatif. Kediri pada tanggal 20 September-4
(Doyle & Macdonald, 2003: 5). Oktober 2014, 2) Bersedia menjadi
Masyarakat menganggap perawatan responden, 3)Beragama islam.
paliatif hanya untuk pasien dalam kondisi Variabel independen pada penelitian
terminal yang akan segera meninggal. ini adalah psychological intervention yang
Namun konsep baru perawatan paliatif dilakukan melalui relaksasi spiritual dan
menekankan pentingnya integrasi variabel dependen adalah motivasi dan
perawatan paliatif lebih dini agar masalah kualitas hidup. Pengumpulan data
fisik, psikososial dan spiritual dapat dilakukan dengan menggunakan kuesioner
diatasi dengan baik Perawatan paliatif motivasi dan WHO-QOLBREF untuk
adalah pelayanan kesehatan yang bersifat mengukur kualitas hidup.
holistik dan terintegrasi dengan Pre-test dilakukan pada responden
melibatkan berbagai profesi dengan dasar dengan melakukan pengukuran motivasi
falsafah bahwa setiap pasien berhak dan kualitas hidup. Setelah itu diberikan
mendapatkan perawatan terbaik sampai intervensi selama 3 kali (seminggu sekali)
akhir hayatnya. (Doyle & Macdonald, dengan durasi 30 menit tiap kali
2003: 5). Perawatan paliatif adalah intervensi. Pemberian intvensi dilakukan
pendekatan yang bertujuan memperbaiki dengan menggunakan alat berupa MP3
kualitas hidup pasien dan keluarga yang yang dihubungkan dengan headset. Di
menghadapi masalah yang berhubungan dalam MP3 tersebut berisi dzikir bersama
dengan penyakit yang dapat mengancam

Jurnal Ilmu Kesehatan Vol. 3 No. 2 Mei 2015 7


ISSN 2303-1433

yang diiringi alunan musik islami yang Data Khusus (Variabel yang diteliti)
menyejukkan hati. 1. Tingkat motivasi responden
Pada minggu berikutnya (minggu ke- sebelum dan sesudah diberikan
4) dilakukan post test dengan psychological intervention
membagikan kuesioner motivasi dan
kualitas hidup. Setelah mendapatkan data
dilakukan entry data dan analisa.

Hasil
Data Umum
Data demografi mengenai usia dan
jenis kelamin seperti yang ditunjukkan
oleh diagram 1 dan diagram 2
menunjukkan bahwa sebagian besar
responden berumur 41-60 tahun, yaitu
Gambar 3 Diagram tingkat motivasi
sebanyak 6 orang (60,00%) dan mayoritas
responden pre dan post intevensi
responden adalah laki-laki.. Menurut teori
Data tentang tingkat motivasi
psikologi perkembangan, mayoritas
responden sebelum dan sesudah
penderita tersebut berada pada masa
intervensi, seperti nampak pada diagram
dewasa tengah. Berdasarkan riwayat
gambar 3 menunjukkan bahwa sebagian
pendidikan dan pekerjaan didapatkan data
besar responden (50% orang) mempunyai
bahwa sebagian responden mempunyai
motivasi tingkat sedang sebelum
riwayat pendidikan di tingkat perguruan
pemberian intervensi. Setelah pemberian
tinggi dan mempunyai pekerjaan sebagai
intervensi didapatkan hasil bahwa
PNS. Data demografi tentang lama
mayoritas penderita tersebut mengalami
penderita menderita penyakit terminal
peningkatan motivasi, sebesar 70%
seperti pada gambar 5 menunjukkan
mempunyai motivasi tinggi.
bahwa sebagian besar responden
2. Kualitas hidup responden sebelum
menderita sakit dalam kurun waktu 1-3 th
dan sesudah diberikan psychological
60.00 intervention
Umur
% Tabel 1 Tabulasi silang rekapitulasi
skor kualitas hidup responden sebelum
dan sesudah diberikan psychological
20.00 intervention
20.00 %
%
20-40 th 41-60 th > 60 th Naik Tetap Turun Total Paired
t test
Gambar 1 Diagram pie distribusi f % f % f % f %
responden berdasarkan umur 8 80,00 2 20,00 0 0,00 10 100 0,003
Jenis kelamin
70.00%

30.00%

Laki-laki Perempuan

Gambar 2 Diagram pie distribusi


responden berdasarkan jenis kelamin

Jurnal Ilmu Kesehatan Vol. 3 No. 2 Mei 2015 8


ISSN 2303-1433

Gambar 4. Diagram kualitas hidup mendapatkan psychological intervention.


responden sebelum dan sesudah diberikan Berdasarkan uji statistik Wilcoxon Signed
psychological intervention Rank Test ditemukan adanya perubahan
tingkat motivasi responden sebelum dan
Hasil pengukuran kualitas hidup sesudah dilakukan intervensi relaksasi
seperti yang terlihat pada tabel 1 dan religius berbasis hospice care dengan nilai
gambar 4 menunjukkan bahwa mayoritas p = 0,008. Hasil uji statistik paired t test
responden mengalami peningkatan menunjukkan nilai p = 0,003 pada
kualitas hidup setelah diberikan perubahan kualitas hidup. Dari hasil diatas
psychological intervention yang diperoleh bahwa p< 0,05 dengan
didalamnya terdapat kegiatan relaksasi kesimpulan Hipotesis diterima yang
spiritual dengan mendengarkan dan berarti ada pengaruh psychological
mengikuti dzikir yang diiringi alunan intervention terhadap peningkatan
musik rohani yang menyejukkan jiwa. motivasi dan kualitas hidup penderita
Sebanyak 80 % responden mengalami GGK yang menjalani terapi hemodialisa
peningkatan kualitas hidup, dan 20 %
responden tetap. Pembahasan
Sebagian besar responden (penderita
3. Hasil pengukuran tingkat motivasi GGK yang sedang menjalani hemodialisa
dan kualitas hidup responden sebelum di Unit Hemodialisa RSUD Gambiran)
dan sesudah diberikan psychological sebelum diberikan psychological
intervention intervention mempunyai motivasi dalam
Tabel 2 Hasil pengukuran tingkat tingkat sedang. Faktor-faktor yang
motivasi dan kualitas hidup responden berhubungan dengan ketidakpatuhan
No Wilcoxon Sign Paired t test
pasien GGK dengan hemodialisis
Rank Test menggunakan Model Perilaku Green
Tingkat motivasi Kualitas
Hidup
(1980 dalam Notoatmojo, 2007) dan
Pre post pre Post Model Kepatuhan Kamerrer, 2007 adalah
1 a. Faktor Pasien (Predisposing faktors)
3 3 92 118
2
1 2 75 78
Faktor pasien meliputi karakteristik
3 pasien (usia, jenis kelamin, ras, status
1 3 75 102
4 perkawinan, pendidikan), lamanya
1 2 72 88
5 sakit, tingkat pengetahuan, status
2 3 90 96
6 bekerja, sikap, keyakinan, nilainilai,
2 3 88 94
7 persepsi, motivasi, harapan pasien,
2 3 79 92
8
kebiasaan merokok.
2 2 84 80
9
b. Faktor Sistem Pelayanan Kesehatan
1 3 80 103
10
(Enabling factors)
2 3 85 99 Faktor pelayanan kesehatan meliputi:
p = 0,008 p = 0,003 fasilitas unit hemodialisa, kemudahan
Wilcoxon Sign Paired t test
Rank Test p < 0,05 mencapai pelayanan kesehatan
p < 0,05 termasuk didalamnya biaya, jarak,
Keterangan : ketersediaan transportasi, waktu
1 = motivasi rendah pelayanan, dan keterampilan petugas.
2 = motivasi sedang c. Faktor Petugas/provider (Reinforcing
3 = motivasi tinggi factors)
Faktor provider meliputi: keberadaan
Pada tabel 2 tampak perubahan tenaga perawat terlatih, ahli diet,
tingkat motivasi dan kualitas hidup kualitas komunikasi, dukungan
responden sebelum dan sesudah keluarga.

Jurnal Ilmu Kesehatan Vol. 3 No. 2 Mei 2015 9


ISSN 2303-1433

Beberapa faktor yang berhubungan dari 1 tahun. Semakin lama sakit yang
dengan kepatuhan pasien Gagal Ginjal diderita, maka resiko penurunan tingkat
Kronik dengan hemodialisis seperti kepatuhan semakin tinggi (Kamerrer,
dikemukakan diatas akan diuraikan 2007 dalam Syamsiah, 2011).
sebagiannya sebagai berikut: d. Kebiasaan Merokok
a. Usia Merokok merupakan masalah
Siagian (2001, dalam Syamsiah, kesehatan yang utama di banyak
2011) menyatakan bahwa umur negara yang berkembang (termasuk
berkaitan erat dengan tingkat Indonesia). Rokok mengandung lebih
kedewasan atau maturitas, yang berarti dari 4000 jenis bahan kimia yang
bahwa semakin meningkat umur diantaranya bersifat karsinogenik atau
seseorang, akan semakin meningkat mempengaruhi sistem vaskular.
pula kedewasaannya atau e. Pengetahuan tentang Hemodialisa
kematangannya baik secara teknis, Pengetahuan atau kognitif
psikologis, maupun spiritual, serta akan merupakan faktor yang sangat penting
semakin meningkatkan pula untuk terbentuknya tindakan
kemampuan seseorang dalam seseorang sebab dari pengetahuan dan
mengambil keputusan, berfikir penelitian ternyata perilakunya yang
rasional, mengendalikan emosi, toleran disadari oleh pengetahuan akan lebih
dan semakin terbuka terhadap langgeng dari pada perilaku yang tidak
pandangan orang lain termasuk pula didasari oleh pengetahuan. Manusia
keputusannya untuk mengikuti mengembangkan pengetahuannya
program-program terapi yang untuk mengatasi kebutuhan
berdampak pada kesehatannya. kelangsungan hidupnya. Penelitian
b. Pendidikan telah menunjukkan bahwa
Pendidikan merupakan peningkatan pengetahuan tidak berarti
pengalaman yang berfungsi untuk meningkatkan kepatuhan pasien
mengembangkan kemampuan dan terhadap pengobatan yang diresepkan,
kualitas pribadi seseorang, dimana yang palingpenting, sesorang harus
semakin tinggi tingkat pendidikan akan memiliki sumber daya dan motivasi
semakin besar kemampuannya untuk untuk mematuhi protokol pengobatan (
memanfaatkan pengetahuan dan Morgan, 2000, Kamerrer, 2007, dalam
keterampilannya (Siagian, 20011, Syamsiah, 2011).
Rohman, 2007 dalam Syamsiah, 2011). f. Motivasi
c. Lamanya Hemodialisis Motivasi adalah merupakan sejumlah
Periode sakit dapat mempengaruhi proses -proses psikologikal, yang
kepatuhan. Beberapa penyakit yang menyebabkan timbulnya,
tergolong penyakit kronik, banyak diarahkannya, dan terjadinya
mengalami masalah kepatuhan. persistensi kegiatan-kegiatan sukarela
Pengaruh sakit yang lama, belum lagi (volunter) yang diarahkan ketujuan
perubahan pola hidup yang kompleks tertentu, baik yang bersifat internal,
serta komplikasi-komplikasi yang atau eksternal bagi seorang individu,
sering muncul sebagai dampak sakit yang menyebabkan timbulnya sikap
yang lama mempengaruhi bukan hanya antusiasme dan persistensi. Penelitian
pada fisik pasien, namun juga membuktikan bahwa motivasi yang
emosional, psikologis, dan sosial. Pada kuat memiliki hubungan yang kuat
pasien hemodialisis didapatkan hasil dengan kepatuhan (Kamerrer, 2007,
riset yang memperlihatkan perbedaan dalam Syamsiah, 2011).
kepatuhan pada pasien yang sakit Psychological intervention yang
kurang dari 1 tahun dengan yang lebih dilakukan melalui kegiatam relaksasi

Jurnal Ilmu Kesehatan Vol. 3 No. 2 Mei 2015 10


ISSN 2303-1433

spiritual ini mampu menciptakan peer Notoatmodjo,Soekidjo.1997.Ilmu


group support sesama penderita yang Kesehatan Masyarakat.Jakarta: PT
dapat meningkatkan motivasi mereka Rineka Cipta
dalam beradaptasi terhadap
penyakitnya (menerima), sehingga Nursalam. (2013). Konsep dan Penerapan
mampu membangun mekanisme Metodologi Penelitian Ilmu
koping yang efektif dan dapat Keperawatan. Jakarta : Salemba
meningkatkan kualitas hidupnya Medika

Simpulan Dan Saran Potter dan Ferry.2005.Buku Ajar


Simpulan Fundamental Keperawatan
Kesimpulan hasil penelitian ini bahwa Vol.1.Jakarta:EGC
psychological intervention dapat
meningkatkan motivasi dan kualitas hidup Pujawayan. 2011. Home
pasien GGK dalam beradaptasi terhadap Care.http://wayanpuja.wordpress.co
penyakitnya dan menjalankan terapi m/2011/05/13/home- care/ di
hemodialisa. akses tanggal 02 Oktober 2013
Saran
Saran bagi perawat di unit Sarafino, E. P. & Smith, T. W. (2011).
Hemodialisa untuk menerapkan intervensi Health Psychology: Biopsychosocial
tersebut sebagai salah satu upaya Interaction (7th edition). USA: John
meningkatkan kualitas hidup pasien GGK Wiley & Sons, Inc.
dan bagi penelitian slanjutnya di harapkan
dapat dilakukan pengukuran indikator The WHOQOL Group (1996) 'The World
penilaian kualitas hidup tidak hanya Health Organization Quality of Life
menggunakan kuesioner, akan tetapi juga Assessment (WHOQOL): Position
menggunakan wawancara agar didapatkan Paper From the World Health
hasil pengukuran yang komprehensif. Organization', Social Science and
Medicine, Vol. 41, No. 10, pp1403-
1409
Daftar Pustaka
Widuri, E. (2012). Pengaruh Acceptance
Depkes RI.1990.Pembangunan Kesehatan and Commitment Therapy Terhadap
Masyarakat di Indonesia. Respon Ketidakberdayaan Klien
Jakarta:Depkes RI Gagal Ginjal Kronik di RSUP
Fatmawati Jakarta. Tesis FIK UI
Dr.M.N Bustan.2000.Epidemiologi Pasien tidak dipblikasikan
Tidak Menular.Jakarta:PT Rineka
Cipta
Hidayat, Lukman. 2009. Home Care dan
"sedikit konsep untuk anda".
Diakses tanggal 02 Oktober
2013

Mahyuddin.2006.Revitalisasi Kesehatan
Daerah Sumsel Melalui Paradigma
Sehat. Sumatra Selatan

Jurnal Ilmu Kesehatan Vol. 3 No. 2 Mei 2015 11


ISSN 2303-1433

Perbedaan Peran Ibu Primipara Dan Multipara Dalam Pengasuhan Bayi Baru Lahir

Koekoeh Hardjito, Sumy Dwi Antono, Erna Rahma Yani*


*Poltekkes Kemenkes Malang Prodi Kebidanan Kediri

ABSTRACT
Primipara mother is woman which has borned a baby aterm the first time. However
multipara mother is woman which has been borned life a baby several times but it is not
more than five times. Primiparous response as parents need more support from the
environment and some women do not like to responsibilities at home and care for the baby.
Whereas in multiparous would be more realistic in anticipating his physical limitations and
can more easily adapt to the role of social interaction, in the sense of having a positive
response as a parent. The role of both in interaction and mothering of newborn baby were
observationed either from feeding, interest, respons, speech and touch by FIRST
observation method. Many things influencing interaction and ability of mother and
mothering baby, one of them are experience of mother bears and takes care of child before
it. This research aim to see is there are many difference the role of primipara and
multipara mother in mothering of newborn baby that analized with FIRST observation
method. Research design used study comparative with design sistematic of random
sampling technic for gathering of the sample. Obsevation has been to 53 mother of post
partum that consisted of 25 primipara and 28 multipara in Aura Syifa Hospital at Kediri.
These observation has been done once between first day up to seventh day after delivering
birth. Testing of data was done by Man-Whitney U Test with p value= 0,036 (= 0,05).
The result of research showed there are difference significantly between the role of mother
primipara and multipara in mothering of newborn baby. Interaction between mothers with
baby and mothering pattern of newborn baby are multipara mother better than primipara
mother with FIRST observation method.

Key word: the role, primipara, multipara, mothering

Pendahuluan adalah Feeding (pemberian makan),


Peran orang tua adalah peran berupa Interest (ketertarikan), Response (respon),
tugas dan tanggung jawab orang tua Speech (berbicara) dan Touch (Sentuhan)
kepada anaknya yang ditujukan untuk disingkat dengan FIRST (Christine H.
mempertahankan kelangsungan hidup 2006: 421).
anak sekaligus meningkatkan kualitas Dalam periode pranatal, ibu adalah
hidup anak agar mencapai tumbuh satu satunya pihak yang membentuk
kembang optimal baik fisik, mental, lingkungan tempat janin berkembang dan
emosional maupun sosial serta memiliki tumbuh. Persatuan simbiosis tertutup
intelegensi majemuk sesuai dengan antara ibu dan anak berakhir saat bayi
potensi genetiknya (DEPKES RI.2005: 4). lahir (Bobak et al. 2005: 505).
Metoda observasi FIRST adalah suatu Menjadi orangtua merupakan faktor
metoda observasi yang dilakukan untuk pematangan dalam diri seorang wanita
menilai tingkah laku dan respon ibu atau pria dan untuk anak anak peran
terhadap bayi baru lahir. Observasi orangtua sangat penting (Bobak et
tersebut dikembangkan dalam sisten al.2005: 505). Tugas, tanggung jawab dan
penilaian yang dibuat sebagai suatu sikap yang membentuk peran menjadi
metoda pengukuran aspek-aspek tertentu orangtua diharapkan mampu memenuhi
dari ibu yang mengasuh bayinya yang kebutuhan dasar anak antara lain:
baru lahir. Lima faktor yang diobservasi kebutuhan fisis-biomedis (asuh),

Jurnal Ilmu Kesehatan Vol. 3 No. 2 Mei 2015 12


ISSN 2303-1433

kebutuhan akan kasih sayang/ emosi Penelitian oleh OHara & Swain
(asih) dan kebutuhan latihan/ rangsangan/ (1996) dalam Handoyo et al. (2007),
bermain (asah) supaya anak bisa tumbuh melaporkan sekitar 13 % wanita
dan berkembang optimal sesuai melahirkan anak pertama mengalami
kemampuannya (IDAI. 2002: 12). depresi postpartum pada periode tahun
Ikatan ibu dan anak yang erat, mesra, pertama pasca-salin. Depresi postpartum
selaras, seawal dan sepermanen mungkin dapat mengakibatkan terjadinya gangguan
sangatlah penting karena akan turut psikologis jangka pendek dan jangka
menentukan perilaku anak di kemudian panjang, tidak saja pada wanita penderita
hari, merangsang perkembangan otak tapi juga pada anak dan anggota keluarga
anak dan merangsang perhatian anak lainnya (Armstrong et al. 2000 dalam
kepada dunia luar. Pemenuhan kebutuhan Handoyo et al. 2007). Selain itu dapat
emosi (asih) ini dapat kita lakukan sedini juga terjadi gangguan hubungan tali kasih
dan seawal mungkin yaitu dengan ibu dengan anak, kurangnya perhatian ibu
mendekapkan bayi pada ibunya sesegera dalam merawat, mengasuh serta
mungkin setelah bayi lahir (IDAI. 2002: membesarkan anaknya, kesulitan anak
12). dalam menjalin hubungan sosial dengan
Perkenalan, ikatan dan kasih sayang lingkungan dan teman sebaya serta
menjadi orangtua yang sering disebut konflik perkawinan (Kustjens & Wolke.
sebagai Bonding Attachment. Lima 2001 dalam Handoyo et al. 2007). Indriani
kondisi yang mempengaruhi ikatan dalam penelitiannya tentang studi
tersebut adalah : kesehatan emosional fenomenologi tentang pengalaman ibu
orangtua, sistem dukungan sosial primipara dengan keluarga ini dalam
(meliputi pasangan hidup, teman, merawat bayi baru lahir menyebutkan
keluarga), tingkat ketrampilan dalam bahwa merawat bayi sendiri bukan
berkomunikasi serta dalam memberi pekerjaan yang mudah, dukungan dari
asuhan yang kompeten, kedekatan tenaga profesional belum sesuai dengan
orangtua dengan bayi dan kecocokan yang diharapkan. Tujuan penelitian
orangtua dengan bayi (Mercer (1982) mengetahui perbedaan peran ibu
dalam Bobak et al. 2005: 506). primipara dan multipara dalam
Pada primipara respon sebagai pengasuhan bayi baru lahir.
orangtua membutuhkan dukungan yang
lebih besar dari lingkungannya dan Metode Penelitian
beberapa wanita tidak suka terhadap Desain penelitian yang digunakan
tanggung jawab di rumah serta merawat dalam penelitian adalah study komparatif.
bayi (Bobak et al. 2005: 512). Sedangkan Populasi dalam penelitian ini adalah
pada multipara akan lebih realistis dalam semua ibu post partum yang bersalin di
mengantisipasi keterbatasan fisiknya dan RS Aura Syifa Kediri dengan sampel
dapat lebih mudah beradaptasi terhadap sebesar 53 orang terdiri dari 25 ibu
peran serta interaksi sosialnya, dalam arti primipara dan 28 ibu multipara. Variabel
mempunyai respon positif sebagai indenpenden dalam penelitian ini adalah
orangtua (Bobak et al.2005: 516). ibu Primipara dan ibu Multipara,
Penelitian yang dilakukan oleh Stewart sedangkan variabel dependen dalam
(1990) dalam Christine (2006: 560) penelitian ini adalah pengasuhan bayi
mengidentifikasikan bahwa pertama kali baru lahir. Alat ukur yang digunakan pada
atau kedua kali menjadi orangtua sama penelitian ini berupa lembar observasi
sama membuat stres tetapi stres yang dengan skala penilaian (rating scala),
dialami pada waktu kedua berbeda dengan yang terdiri dari 5 poin penilaian, yaitu
stres yang dialami pada waktu pertama Feeding (pemberian makan termasuk
menjadi orang tua. ASI), Interest (ketertarikan) Respons,

Jurnal Ilmu Kesehatan Vol. 3 No. 2 Mei 2015 13


ISSN 2303-1433

Speech (berbicara termasuk kontak mata) C. Prosentase tiap aspek pengamatan


dan Touch (sentuhan) kemudian pada ibu primipara dan multipara
ditabulasi dalam bentuk skor. Skor a. Feeding
terendah 0 dan skor tertinggi 10. Uji 120

statistik yang digunakan adalah Mann


Whitney U Test dengan alpha 0,05. 100

80
Hasil Penelitian

Prosentase
A. Usia responden 60 Ibu Primipara
Berikut keadaan responden menurut Ibu Multipara

golongan usia. 40

Tabel.1 Usia responden


Rentang Primipara Multipara 20

Usia frekuensi Prosentase frekuensi Prosentase 0


(tahun) skor 0 skor 1 skor 2
15-19 3 12 % 0 0% Skor Peran

20-24 10 40 % 1 3,6 %
25-29 11 44 % 4 14,3 %
Gambar 1 Prosentase skor aspek
Feeding pada ibu Primipara dan
30-34 1 4% 15 53,6 %
Multipara
35-39 0 0% 3 10,7 %
40-44 0 0% 5 17,8 % b. Interest
Jumlah 25 100 % 28 100 %
80
70
B. Peran ibu dalam pengasuhan bayi baru 60
lahir
Prosentase

50
Ibu Primipara
Peran ibu primipara dan multipara 40
Ibu Multipara
dalam pengasuhan bayi baru lahir 30
dikelompokkan dalam kategori baik, 20
cukup dan kurang. Berikut distribusi 10
peran responden : 0
skor 0 skor 1 skor 2

Tabel 2 Peran ibu Primipara dan Skor Peran

Multipara
Kategori Primipara Multipara Gambar 2 Prosentase skor aspek
Peran frekuensi Persen frekuensi Persen
interest pada ibu primipara dan
multpara
Baik 0 12 % 0 0%
Cukup 7 28 % 13 46,4 c. Response
%
Kurang 18 72 % 15 53,6 80
% 70
Jumlah 25 100 % 28 100 %
60
Prosentase

50
Ibu Primipara
40
Ibu Multipara
30
20

10

0
skor 0 skor 1 skor 2
Skor Peran

Jurnal Ilmu Kesehatan Vol. 3 No. 2 Mei 2015 14


ISSN 2303-1433

Gambar 3 Prosentase skor aspek mekanis, melibatkan keterampilan


response pada ibu primipara dan kognitif dan motorik; komponen kedua
multpara bersifat emosional, melibatkan
keterampilan afektif dan kognitif.
d. Speech Komponen pertama dalam proses menjadi
80 orangtua melibatkan aktivitas perawatan
70
60
anak, seperti memberi makan,
menggendong, mengenakan pakaian,
Prosentase

50
Ibu Primipara
40
30
Ibu Multipara membersihkan bayi, menjaganya dari
20 bahaya, dan memungkinkannya untuk bisa
10
0
bergerak (Steele & Pollack, 1968 dalam
skor 0 skor 1 skor 2 Bobak, Lowdermilk & Jensen, 2005).
Skor Peran
Aktivitas yang berorientasi pada tugas
Gambar 4 Prosentase skor aspek speech atau keterampilan kognitif motorik ini
pada ibu primipara dan multpara tidak terlihat secara otomatis pada saat
bayi lahir, namun dipelajari orangtua dan
e. Touch dipengaruhi oleh pengalaman pribadi dan
70 budaya (Bobak, Lowdermilk & Jensen,
60 2005). Kesiapan ibu menjadi orangtua
50
dapat dipersiapkan melalui proses belajar
Prosentase

40 Ibu Primipara
30 Ibu Multipara guna meningkatkan pengetahuan, sikap,
20 dan keterampilan ibu tentang perawatan
10
bayi prematur di rumah.
0
skor 0 skor 1 skor 2 Ibu primipara adalah seorang yang
Skor Peran
melahirkan anak pertama kali, oleh karena
Gambar 5 Prosentase skor aspek touch itu ibu primipara membutuhkan dukungan
pada ibu primipara dan multipara yang lebih besar dari lingkungan baik dari
keluarga, teman maupun petugas
D. Hasil Uji Hipotesis kesehatan dalam perawatan dan
Dengan menggunakan uji statistik pengasuhan bayi baru lahir (Bobak et al.
Mann Whitney diperoleh nilai signifikansi 2005: 516). Sesuai dengan penelitian yang
sebesar 0.036. Nilai tersebut lebih kecil dilakukan OHara & Swain (1996) dalam
dari nilai yang ditetapkan sebesar 0.05, Handoyo et al. (2007) melaporkan sekitar
sehingga H0 ditolak artinya terdapat 13 % wanita melahirkan anak pertama
perbedaan peran ibu primipara dan mengalami depresi postpartum pada
multipara dalam pengasuhan bayi baru periode tahun pertama pascasalin. Depresi
lahir. postpartum dapat mengakibatkan
terjadinya gangguan psikologis jangka
Pembahasan pendek dan jangka panjang. Peristiwa
tersebut tidak saja terjadi pada wanita
A. Peran ibu primipara dalam pengasuhan penderita tapi juga pada anak dan anggota
bayi baru lahir keluarga lainnya (Armstrong et al. 2000
Pada tabel 2 telah disebutkan bahwa dalam Handoyo et al. 2007). Selain itu
tidak ada satupun ibu primipara yang dapat juga terjadi gangguan hubungan tali
memiliki peran baik dalam merawat bayi kasih ibu dan anak serta kurangnya
baru lahir. Pada penelitian ini mayoritas perhatian ibu dalam merawat, mengasuh
ibu (72 %) memiliki peran yang kurang. serta membesarkan anaknya, kesulitan
Menjadi orangtua merupakan suatu anak dalam menjalin hubungan sosial
proses yang terdiri dari dua komponen. dengan lingkungan dan teman sebaya
Komponen pertama, bersifat praktis atau serta konflik perkawinan (Kustjens &

Jurnal Ilmu Kesehatan Vol. 3 No. 2 Mei 2015 15


ISSN 2303-1433

Wolke. 2001 dalam Handoyo et al. 2007). yang lembut, waspada, dan memberi
Menurut Rubin ada beberapa fase adaptasi perhatian terhadap kebutuhan dan
peran menjadi orang tua yaitu: ( taking keinginan bayi. Komponen menjadi
in) fase ini terjadi pada hari 1 2 hari orangtua memiliki efek yang mendasar
setelah melahirkan yang ditandai dengan pada cara perawatan bayi yang dilakukan
kondisi ibu masih pasif dan tergantung dengan praktis dan pada respon emosional
pada orang lain, perhatian ibu tertuju pada bayi terhadap asuhan yang diterima
kekuatiran terhadap bentuk tubuhnya, ibu (Bobak, Lowdermilk & Jensen, 2005).
memerlukan ketenangan dalam tidur Selain pengalaman dari orang tua juga
untuk mengembalikan keadaan tubuh ke pengalaman seorang ibu dalam merawat
kondisi normal (taking hold) fase ini bayi baru lahir berakar dari
berlangsung 2- 4 hari setelah melahirkan pengalamannya terdahulu dalam merawat
yang ditandai dengan ibu menaruh bayi yang pernah dilahirkan.
perhatian pada kemampuannya untuk Pada tabel 1 usia ibu multipara yang
menjadi orang tua, ibu berusaha untuk berada pada rentang 24 34 tahun sebesar
menguasai ketrampilan merawat bayi. 71,5 %, sedangkan yang berada di rentang
Selama fase ini sistem pendukung usia 35 tahun ke atas adalah sebanyak
(support) menjadi sangat bernilai bagi ibu 28,5 %. Hasil penelitian yang
primipara yang membutuhkan sumber menunjukkan peran ibu multipara dalam
informasi dan pemulihan fisik secara kategori cukup berkaitan dengan usia
optimal, (letting go) fase ini yang siap melaksanakan peran sebagai ibu
berlangsung hari kelima setelah persalinan dalam memberikan pengasuhan pada bayi
dan seterusnya, yang ditandai dengan ibu yang baru dilahirkan dengan baik.
sudah bisa mengambil tanggung jawab Sedangkan permasalahan pada usia tua
dalam merawat bayi. yang dapat mempengaruhi peran seorang
Pada tabel 1 terdapat ibu primipara ibu dalam pengasuhan bayi baru lahir
yang masih berada pada rentang usia 15 adalah keletihan dan kebutuhan untuk
19 tahun yang merupakan usia remaja. lebih banyak istirahat.
Transisi menjadi orangtua pada masa Ibu multipara adalah ibu yang sudah
remaja mungkin sulit bagi orang tua yang pernah melahirkan anak beberapa kali tapi
masih remaja. Remaja akan mengalami tidak lebih dari 5 kali, oleh karena itu
kesulitan dalam menerima perubahan citra pada multipara akan lebih realistis dalam
diri dan menyesuaikan dengan peran baru mengantisipasi keterbatasan fisiknya serta
yang berhubungan dengan tanggung akan lebih mudah beradaptasi terhadap
jawab merawat bayi (Bobak et al. perannya dalam pengasuhan bayi (Bobak
2005:835). et al. 2005: 516).
Peran ibu multipara dalam
B. Peran ibu multipara dalam pengasuhan pengasuhan bayi baru lahir yang diukur
bayi baru lahir dengan metoda FIRST menunjukkan nilai
Pada tabel 2 telah disebutkan bahwa cukup, hal ini diantaranya disebabkan oleh
ibu multipara memiliki peran dengan karena ibu multipara sudah pernah
prosentase cukup dengan kondisi lebih melahirkan anak sehingga secara
baik dibanding ibu primipara yaitu sebesar psikologis lebih siap menghadapi
46,4 %. kelahiran bayi dibandingkan dengan ibu
Komponen psikologis sebagai primipara. Pada ibu multipara sudah
orangtua, bersifat keibuan atau kebapakan mempunyai pengalaman dalam
berakar dari pengalaman orangtua saat pengasuhan bayi sebelumnya sehingga ibu
mengalami dan menerima kasih sayang multipara akan lebih mudah beradaptasi
dari orangtuanya. Keterampilan kognitif terhadap peran sebagai orang tua dalam
afektif menjadi orangtua meliputi sikap perawatan bayi baru lahir.

Jurnal Ilmu Kesehatan Vol. 3 No. 2 Mei 2015 16


ISSN 2303-1433

ini menunjukkan terdapat keadaan yang


C. Perbedaan peran ibu primipara dan seperti Ibu tidak bereaksi saat bayi
multipara dalam pengasuhan bayi baru menangis. Ia secara persisten berpaling
lahir. dari bayi, Tidak melihat bayi di tempat
Hasil penelitian menunjukkan tidurnya bayi, Menghabiskan banyak
terdapat perbedaan peran ibu primipara waktu untuk menjauh dari tempat tidur
dan multipara dalam pengasuhan bayi bayi. Ibu akan mendekat ke bayi hanya
baru lahir. Dari masing-masing aspek jika bayi menangis. Akan meninggalkan
yang dicantumkan dalam gambar 1 tidak terjaga dalam waktu lama jika ia
sampai dengan 5 menunjukkan bahwa tidak menangis.
prosentase skor penilaian yang tinggi Skor 1 pada aspek speech
didominasi oleh ibu multipara. Prosentase memberikan gambaran dari beberapa
Skor Feeding pada ibu multipara adalah kondisi di bawah ini dialami oleh ibu
100 % pada skor 1, skor 1mengandung yaitu : Bayi digendong dalam posisi yang
makna bahwa seorang ibu memiliki memungkinkan terjadinya kontak mata.
kemampuan antara lain jika memberi ASI, Ibu mungkin tersenyum pada bayi. Ibu
ibu berusaha untuk mendekatkan mungkin terhambat untuk bercakap-cakap
payudaranya ke mulut bayi, tetapi dengan bayi. Ibu mungkin berbicara
membutuhkan banyak bantuan dan dengan bayi bukan pada bayi. Pada
dukungan untuk melakukan hal ini. Jika aspek ini 53,6% dilakukan oleh ibu
memberikan susu botol, ibu akan multipara dan 32 % pada ibu primipara.
menanyakan regimen pemberian Skor 2 pada aspek touch ditunjukkan
makanan dan jam makan bayi; ia dengan kondisi 4 % pada ibu primipara
membutuhkan lebih banyak bantuan dan dan 14,3 % pada ibu multipara. Skor 2 ini
dukungan. Kebersihan ibu kurang baik ditunjukkan dengan kemampuan ibu
misalnya: ia tidak mencuci tangannya melaksanakan : Ibu membuat kontak yang
sebelum memberikan ASI dan ceroboh sering dengan menyentuh, mengelus,
dalam mensterilkan botol susu bayi. mencium, atau menggendong bayi setelah
Mampu melaksanakan koping pada saat atau di antara waktu pemberian makan.
menyusui dan memahami kebutuhan Ibu menggendong bayi secara vertikal
makan bayi. Sedangkan ibu primipara 96 (diletakkan di bahu) sehingga
% memiliki skor 1. memungkinkan pipi ibu menyentuh wajah
Pada aspek interest menunjukkan bayi .
hasil bahwa ibu multipara 50 % Teori dan model Maternal Role
mendapatkan skor 1, sedangkan ibu Attainment diperkenalkan dalam
primipara 28 % mendapatkan skor 1. Skor simposium penelitian internasional yang
1 pada aspek ini ditunjukkan oleh ibu disponsori oleh American Nursing
dengan berperilaku : Ibu berkomentar Association (ANA) dan konsil
tentang penampakan bayinya, warna keperawatan Amerika menggambarkan
rambut, kelopak mata, kulit, bentuk bahwa lingkungan mempengaruhi
tubuh atau tingkah laku, misalnya pencapaian peran maternal. Menurut
menangis, isapan pertama atau Mercer menjadi seorang ibu merupakan
rooting. Ibu hanya memperhatikan tentang perjalanan yang luar biasa dari siklus
kepuasan atau ketidakpuasan pemberian kehidupan wanita, sebab hal itu
makanan dan/atau pola tidur. merupakan suatu proses yang tidak pernah
Aspek response memberikan berhenti dan terus berkelanjutan.
gambaran pada kedua responden dengan Lingkungan yang paling dekat dalam
prosentase tertinggi sebesar 67,9 % pada proses pencapaian peran maternal adalah
skor 1 oleh ibu multigravida dan 52 % fungsi keluarga, hubungan ibu-ayah,
pada skor 0 pada ibu primigravida. Skor 0 dukungan sosial, status ekonomi, nilai dan

Jurnal Ilmu Kesehatan Vol. 3 No. 2 Mei 2015 17


ISSN 2303-1433

kepercayaan dalam keluarga serta sumber satu langkah untuk meningkatkan peran
stressor yang dipandang melekat dalam ibu tersebut. Kelas persalinan / prenatal
sistem keluarga. Variabel-variabel dapat lebih dikembangkan untuk
tersebut saling berinteraksi satu sama lain mengantisipasi kemampuan ibu dalam
dan memberikan pengaruh dalam transisi mengasuh bayinya.
menjadi motherhood. Bayi merupakan
individu yang ada di dalam sistem Daftar Pustaka
keluarga. Keluarga dipandang sebagai A. Aziz Alimul Hidayat. 2007.Metoda
sistem semi tertutup yang membatasi dan Penelitian Kebidanan Tehnik Analisis
mengontrol perubahan diantara sistem Data. Jakarta: Salemba Medika.
keluarga dan sistem sosial lainnya. Bobak. 2004. Buku Ajar Keperawatan
Komponen yang paling berpengaruh Maternitas Ed. Ke-4. Alih bahasa
dalam pencapaian peran maternal terjadi Maria A A Wijayarini, Peter I.
melalui interaksi antara ayah, ibu dan Anugerah. Jakarta: EGC.
bayinya. Departemen Kesehatan RI. 2005.
Ibu multipara memiliki pengalaman Pedoman Pelaksanaan Stimulasi,
yang lebih banyak dalam memberikan deteksi dan Intervensi Dini Tumbuh
pengasuhan pada bayi yang baru Kembang Anak Di Tingkat Pelayanan
dilahirkan jika dibandingkan dengan ibu Kesehatan Dasar. Jakarta: Direktorat
primipara. Proses menjadi ibu sudah lebih Jenderal Pembinaan Kesehatan
dahulu dimiliki, sehingga tinggal Masyarakat.
mengasah kemampuan yang telah Handoyo, Hartati, Lutfatul Latifah. 2007.
dimiliki. Penerapan skala edinburgh sebagai
alat deteksi risiko depresi post
partum pada primipara dan multipara.
Simpulan Dan Saran
Simpulan Jurnal Ilmiah Kesehatan
a. Peran ibu primipara dalam Keperawatan. 3(3): 163-171.
pengasuhan bayi baru lahir Henderson, Christine. 2005. Buku Ajar
menunjukkan bahwa interaksi antara Konsep Kebidanan. Alih bahasa: Ria
ibu dan bayi serta kemampuan ibu Anjarwati, Renata Komalasari, Dian
primipara dalam pengasuhan dan Adiningsih. Jakarta: EGC
perawatan bayi baru lahir adalah Hurlock, Elizabeth. 2000. Psikologi
sebagian besar kurang Perkembangan Suatu Pendekatan
b. Peran ibu multipara dalam sepanjang Rentang Kehidupan.
pengasuhan bayi baru lahir Ed.ke-4. Alih bahasa: Istiwidayanti.
menunjukkan bahwa interaksi antara Soedjarwo Jakarta: Erlangga.
ibu dan bayi serta kemampuan ibu IDAI. 2002. Buku Ajar 1 Tumbuh
multipara dalam pengasuhan dan Kembang Anak dan Remaja. Ed. ke-1.
perawatan bayi baru lahir dalam Jakarta: CV SAGUNG SETO
keadaan berimbang antara cukup dan Ida Bagus Gde Manuaba. 1998. Ilmu
kurang. Kebidanan, Penyakit Kandungan Dan
c. Ada perbedaan peran antara ibu Keluarga Berencana Untuk
primipara dan ibu multipara dalam Pendidikan Bidan. Jakarta: EGC
pengasuhan bayi baru lahir yang di Indriani (tanpa tahun). Studi
ukur dengan metoda observasi FIRST. Fenomenologi : Pengalaman ibu
primipara dengan Kelarga Inti dalam
Saran merawat bayi baru lahir di jakarta
Upaya peningkatan peran ibu primipara pusat
dalam pengasuhan bayi baru lahir perlu WWW:digilib.ui.ac.id/opac/themes/li
lebih digiatkan. Kerjasama dengan bri2/abstrakpdf.jsp?id=127197&loka
keluarga dapat digunakan sebagai salah si...

Jurnal Ilmu Kesehatan Vol. 3 No. 2 Mei 2015 18


ISSN 2303-1433

Nursalam. 2003. Konsep Dan Penerapan


Metodologi Penelitian Ilmu
Keperawatan. Jakarta: Salemba
Medika
POGI.IBI.IDAI. Bakti Husada. 2007.
Pelatihan Asuhan Persalinan Normal
Bahan Tambahan Inisiasi Menyusu
Dini. Jakarta: JNPK KR / POGI.
Ronny Rahmann Noor. 2006. Metodalogi
Penelitian Dan Rancangan
Percobaan. Bogor: IPB
Suharsimi Arikunto. 2002. Prosedur
Penelitian Kesehatan Suatu
Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka
Cipta
Sugiyono. 2007. Statistika untuk
Penelitian. Bandung: CV
ALFABETA
Soekidjo Notoatmojo. 2005. Metodologi
Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka
Cipta
Sutcliffe, Jenny. 2002. Baby bonding
Penerjemah: Riky Nalsya. Jakarta:
Taramedia & Restu Agung.
Stright, Barbara R. 2004. Keperawatan
Ibu Bayi Baru Lahir: Alih bahasa:
Maria A. Wijayarini. Jakarta: EGC
Utami Roesli. 2008. Asi Eklusif Langkah
Awal Menjadi Anak Sehat Setiap
Saat http: // Parentingislami.
wordppress. Com.

Jurnal Ilmu Kesehatan Vol. 3 No. 2 Mei 2015 19


ISSN 2303-1433

Hubungan Pengetahuan Ibu Tentang Gizi Dengan Status Gizi Balita Usia 1-5 Tahun
Di Desa Kedawung Wilayah Kerja Puskesmas Ngadi

(The Correlation between Knowledge of Mothers about Nutrition with Nutritional Status of
Children Aged 1-5 years in Kedawung Village Ngadi health center working area)

Ira Titisari, Finta Isti Kundarti, Mira Susanti


Prodi Kebidanan Kediri Jl.KH.Wakhid Hasyim 64 B Kediri
Email: iratitisari@ymail.com

ABSTRACT
One of the factors that affect the nutritional status of children is the mother's
knowledge. Knowledge is a determinant of attitudes and behavior of the mother.
Knowledge required for the application of the provision of food for the nutritional needs so
that the nutritional status of children is known. The purpose of this study was analyze the
correlation between nutrition knowledge of mothers about nutrition with nutritional status
of children aged 1-5 years in Kedawung Village Ngadi health center. The research used
cross-sectional method. Total population is 369 children, with proportional sampling
techniques and random sampling found 74 respondens and their children as the sample.
Data collected by questionnaire and analyzed using the Spearman rank correlation test. The
results show respondents have sufficient knowledge about children nutrition is equal to
44.59%. While most respondents children have good nutrition (81.08%). With the
Spearman Rank test results obtained = 0,5 with t formula is t value (4,9) > t table (1.993),
then Ho is rejected it means there is a correlation between nutrition knowledge of mothers
about nutrition with nutritional status of children aged 1-5 years in Kedawung village
Ngadi health center. The conclusion is obtained that the better knowledge of the mother's
so nutritional status of children will be close to normal. It is therefore suggested to provide
information about nutrition.

Keywords : Children, Knowledge, Nutritional Status

Latar Belakang tidak digunakan untuk mempertahankan


Pengetahuan merupakan hasil dari kehidupan (Sibagariang, 2010; 1). Status
tahu, dan ini terjadi setelah orang Gizi adalah ekspresi dan keadaan
melakukan penginderaan terhadap suatu keseimbangan dalam bentuk variabel
objek tertentu. Penginderaan terjadi tertentu atau perwujudan dari nutriture
melalui pancaindra manusia, yakni indra dalam bentuk variabel tertentu
penglihatan, pendengaran, penciuman, (Sibagariang, 2010; 1).
rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan Usia 1-5 tahun adalah periode penting
manusia diperoleh melalui mata dan dalam tumbuh kembang anak. Masa ini
telinga (Notoatmojo, 2003; 121). merupakan pertumbuhan dari anak.
Pengetahuan adalah sesuatu yang Apabila asupan makanan balita tidak
diketahui berkaitan dengan proses cukup mengandung zat-zat gizi yang
pembelajaran (Budiman, 2013; 3). dibutuhkan dan keadaan ini berlangsung
Gizi adalah suatu proses organisme lama, akan mengakibatkan perubahan
menggunakan makanan yang dikonsumsi metabolisme dalam otak sehingga otak
secara normal melalui proses digesti, tidak mampu berfungsi secara normal.
absorpsi, transportasi, penyimpanan, Apabila kekurangan gizi ini tetap
metabolisme dan pengeluaran zat-zat yang berlanjut dan semakin berat, maka akan

Jurnal Ilmu Kesehatan Vol. 3 No. 2 Mei 2015 20


ISSN 2303-1433

menyebabkan pertumbuhan badan balita balita) di Puskesmas Kepung mengalami


terhambat, badan lebih kecil. Selain itu BB kurang, 1,01% (25 balita) mengalami
kekurangan gizi pada balita dapat BB sangat kurang. Sejumlah 7,06% (100
mengakibatkan keterlambatan balita) di Puskesmas Plosoklaten
perkembangan motorik yang meliputi mengalami BB kurang, 2,30% (32 balita)
perkembangan emosi, tingkah laku (Dewi, mengalami BB sangat kurang. Sejumlah
2013; 47). Gangguan emosi mengganggu 9.09% (96 balita) di Puskesmas Pelas
tingkah laku anak wujud tingkah laku mengalami BB kurang, 1,13% (11 balita)
anak seperti merusak barang, menggangu mengalami BB sangat kurang.
adik, berguling-guling, gagap dan Data dari dinas kesehatan kabupaten
ngompol. kediri tahun 2013 berdasarkan laporan
Selama tahun 2012 Dinas Kesehatan bulanan gizi (BB/U) balita laki-laki dan
Kabupaten Kediri telah melakukan upaya perempuan di dapatkan bahwa di wilayah
memperbaiki tingkat pertumbuhan/ gizi kerja puskesmas Ngadi jumlah balita
balita. Berdasarkan distribusi kasus gizi sebanyak 1413 balita. Balita yang
buruk dan gizi kurang pada balita mengalami BB normal adalah 77,26%
penyebab terbanyak dari kasus adalah (1091 balita), BB lebih mencapai 7,91%
karena pola asuh yang kurang baik (111 balita), BB kurang mencapai 12%
sebanyak 72,5%. Diantaranya disebabkan (169 balita), dan BB sangat kurang
karena balita tidak diasuh langsung oleh mencapai 2,83% (40 balita). Sedangkan di
ibu/ dititipkan, hygiene sanitasi puskesmas Sambi dengan jumlah balita
lingkungan yang kurang, pemberian 2983 balita. Balita yang mengalami BB
MPASI dini, balita dibawah 2 tahun tidak normal adalah 87,42% (2607 balita), BB
diberikan ASI dan pemberian asupan lebih mencapai 1,47% (43 balita),
makan balita tidak tepat. Penyebab kedua sejumlah 8,83% (263 balita) mengalami
adalah BBLR 15,4%, ketiga karena BB kurang, 2,28% (68 balita) mengalami
penyakit infeksi berulang 4,4% dan ke BB sangat kurang.
empat gemeli dengan prosentase 2,2%. Hasil penelitian yang dilakukan
Berdasarkan data laporan bulanan gizi Munthofiah dalam tesisnya, menunjukkan
balita di Wilayah Kabupaten Kediri, terdapat hubungan yang bermakna antara
dijelaskan bahwa keadaan gizi balita pertumbuhan dan status gizi anak balita
disetiap wilayah berbeda-beda. Wilayah dengan pengetahuan, sikap, maupun
yang memiliki persentase status gizi balita perilaku ibu. Di samping itu umur
dengan BB normal tertinggi yaitu di berhubungan dengan status gizi anak
Puskesmas Pagu 99,30% balita dengan balita. Variabel-variabel lainnya seperti
BB normal, Puskesmas Purwoasri pendidikan dan pekerjaan ibu tidak
97,53% balita dengan BB normal dan menunjukkan hubungan dengan status gizi
Puskesmas Puncu 97,12% balita dengan anak balita (Munthofiah, 2008).
BB normal. Hasil studi pendahuluan yang
Selain itu masih terdapat balita dilakukan di puskesmas Ngadi tercatat
dengan BB kurang dengan persentase bahwa desa Kedawung memiliki jumlah
lebih tinggi dari wilayah lainnya. Tercatat balita dengan gizi kurang tertinggi dari
lima wilayah yang masih tinggi balita desa lainnya. Sebanyak 27 balita dengan
dengan BB kurang. Sejumlah 8,83% (263 gizi kurang.
balita) di Puskesmas Ngadi mengalami Berdasarkan fenomena di atas bahwa
BB kurang, 2,28% (68 balita) mengalami perlu adanya peninjauan ulang berkenaan
BB sangat kurang. Sejumlah 12% (169 dengan status gizi balita. Dengan demikan
balita) di Puskesmas Ngadi mengalami peneliti akan melakukan penelitian
BB kurang, 2,83% (40 balita) mengalami mengenai adanya Hubungan
BB sangat kurang. Sejumlah 12,5% (309 Pengetahuan Ibu Tentang Gizi dengan

Jurnal Ilmu Kesehatan Vol. 3 No. 2 Mei 2015 21


ISSN 2303-1433

Status Gizi Balita Usia 1-5 Tahun Di Tabel 2 Distribusi Status Gizi Balita
Desa Kedawung Wilayah Kerja No Kategori Frekuensi Persentase
1 Gizi Lebih 1 1,35%
Puskesmas Ngadi. 2 Gizi Baik 60 81,08%
3 Gizi Kurang 13 17,57%
Metode Penelitian 4 Gizi Buruk 0 0
Total 74 100%
Populasi dalam penelitian ini adalah
semua ibu yang memiliki balita usia 1-5
tahun beserta balitanya di desa Kedawung Berdasarkan tabel 2 tersebut dapat
wilayah kerja Puskesmas Ngadi dijelaskan bahwa sebagian besar
Kabupaten Kediri tahun 2014 sejumlah responden memiliki status gizi yang baik
369 balita. Besarnya sampel ditentukan (81,08%).
dengan, jika besar populasi 1000, maka
sampel bisa diambil 20% - 30% 3.Hubungan Pengetahuan Ibu Tentang
(Nursalam, 2008; 91).Maka: 369 x 20% = Gizi dengan Status Gizi Balita
73,8 = 74. Teknik sampling yang Berdasarkan hasil penelitian didapatkan
digunakan adalah proportional sampling hasil pengetahuan ibu tentang gizi dan
yaitu untuk memperoleh sampel yang status gizi balita 1-5 tahun di desa
representatif, pengambilan subjek dari Kedawung wilayah kerja Puskesmas
setiap wilayah ditentukan seimbang Ngadi sebagai berikut:
sebanding dengan banyaknya subjek
dalam masing-masing wilayah (Arikunto, Tabel 3 Tabel Silang Pengetahuan Ibu
2006; 139). Variabel independent tentang Gizi dengan Status Gizi Balita
penelitian adalah pengetahuan ibu tentang usia 1-5 tahun
gizi balita. variabel dependentnya adalah
status gizi balita usia 1-5 tahun. Analisis Status Gizi
Pengeta Gizi Gizi Gizi Gizi Jumlah
uji statistik yang digunakan, yaitu uji huan Lebih Baik Kurang Bur
Korelasi Spearman Rank (Rank uk
Baik 0 23 1 0 24
Correlation Test). (31,08%) (1,35%) 32,43
%
Cukup 1 27 5 0 33
Hasil Penelitian (1,35%) (36,49%) (6,76%) 44,60
1. Pengetahuan Ibu tentang Gizi %
Kurang 0 10 7 0 17
No Kategori Frekuensi Persentase (13,51%) (9,46%) 22,97
1 Baik 24 32,43% %
Jumlah 1 60 13 0 74
2 Cukup 33 44,59% 1,35% 81,08% 17,57% 100%
3 Kurang 17 22,98%
Total 74 100%
Berdasarkan tabel 3 tabel silang
antara pengetahuan ibu tentang gizi
Berdasarkan tabel 1 dapat dijelaskan
dengan status gizi balita hampir setengah
bahwa hampir setengah dari responden
dari responden mempunyai pengetahuan
memiliki cukup pengetahuan tentang gizi
yang cukup dan memiliki balita dengan
balita yaitu sebesar 44,59%.
status gizi baik (36,49%). Kemudian
untuk mengetahui hubungan antara
2.Status gizi balita
pengetahuan ibu tentang gizi dengan
Berikut ini keadaan status gizi balita dari
status gizi balita digunakan rumus
hasil penimbangan berat badan balita
dengan nilai di tabel BB/ U (WHO).
Berdasarkan perhitungan tersebut
didapatkan hasil, = 0,5. Karena jumlah
sampel lebih dari 30, dimana tidak ada

Jurnal Ilmu Kesehatan Vol. 3 No. 2 Mei 2015 22


ISSN 2303-1433

dalam tabel rho, maka pengujian memilih makanan untuk balita. Hal
signifikansinya menggunakan rumus: tersebut dapat dipengaruhi karena ibu
belum mengetahuai apa itu gizi. Oleh
t = karena itu ibu belum memahami apakah
Berdasarkan hasil perhitungan gizi seimbang tersebut.
menggunakan uji korelasi spearman Berdasarkan penjelasan diatas,
dengan taraf kesalahan sebesar 5% (0,05) diketahui bahwa Ibu belum bisa
maka diperoleh hasil perhitungan t = (4,9). memahami apakah gizi seimbang,
Kemudian t hitung tersebut dibandingkan dikarenakan tahapan pengetahuan yang
dengan t tabel dengan dk = n-2 didapatkan paling utama adalah know/ tahu, dengan
t hitung (4,9) > t tabel (1,993), maka Ho tidak tahunya mengenai pengertian gizi
ditolak, artinya ada hubungan antara tersebut, tentunya akan mengurangi
pengetahuan ibu tentang gizi dengan pemahaman mengenai gizi lebih dalam
status gizi balita usia 1-5 tahun di desa lagi.
Kedawung wilayah kerja Puskesmas Penjelasan diatas sejalan dengan
Ngadi. pemikiran Budiman (2013) bahwasannya
tahapan paling utama dari pengetahuan
Pembahasan adalah tingkat know/ tahu. Dimana know/
1. Pengetahuan Ibu Tentang Gizi di Desa tahu itu sendiri artinya mengenai
Kedawung Wilayah Kerja Puskesmas kemampuan untuk mengenali dan
Ngadi mengingat peristilahan, definisi, fakta-
Mengetahui apakah zat gizi tentunya fakta, gagasan, pola, urutan, metodologi,
menjadi dasar ibu untuk memiliki tingkat prinsip dasar, dan sebagainya. Selanjutnya
pengetahuan yang lebih tinggi guna tingkatan pengetahuan meliputi tahap
memenuhi gizi untuk balitanya. Tentunya memahami. Memahami diartikan sebagai
sangat berpengaruh sekali mengetahui apa suatu kemampuan untuk menjelaskan
pengertian dari gizi balita tersebut. secara benar tentang objek yang diketahui
Sebagian besar ibu belum mengetahuai dan dapat menginterpretasikan materi
apa pengertian dari zat gizi tersebut. Hal tersebut secara benar.
itu bisa saja dipengaruhi karena masih ada Balita sangat mudah sekali
sebagian ibu yang belum memperoleh menyenangi makanan yang menarik.
informasi tentang gizi balita. Kurangnya Seharusnya, hal tersebut dapat digunakan
informasi dapat berpengaruh terhadap sebagai upaya menarik perhatian balita
pengetahuan ibu. Informasi gizi untuk menambah nafsu makan. Akan
diperlukan guna menambah pengetahuan tetapi, kebanyakan ibu belum memiliki
ibu akan zat gizi. pengetahuan yang baik mengenai
Pengetahuan ibu tentang gizi masih penyusunan menu tersebut. Terutama
tergolong cukup, dari data penelitian dalam penyajian dan penggantian menu
diketahui bahwa sebagian besar responden makanan untuk balita setiap harinya.
masih rendah pengetahuannya tentang gizi Kebanyakan responden mengganti menu
seimbang untuk balita. makanan setelah tiga sampai empat kali
Gizi seimbang sangat diperlukan penyajian. Sehingga makanan yang
untuk balita. Sangat berpengaruh sekali disajikan kurang bervariasi. Rendahnya
jika ibu tidak memahami mengenai gizi pengetahuan tentang gizi seimbang dapat
seimbang akan memberikan makanan berakibat dalam pemberian makanan
dengan seadanya saja, tanpa untuk balita. Sehingga ibu sulit
memperhatikan gizi yang terkandung. mengaplikasikan untuk penyajian
Memahami mengenai gizi seimbang balita makanan untuk balita.
tentunya dapat membantu ibu untuk Kurangnya pengetahuan ibu
menjelaskan bagaimanakah seharusnya mengenai penyusunan menu dapat

Jurnal Ilmu Kesehatan Vol. 3 No. 2 Mei 2015 23


ISSN 2303-1433

dipengaruhi karena kurangnya sebagai faktor pendukungnya,


pengalaman ibu dalam pengaplikasian dikarenakan pendidikan merupakan salah
menu tersebut. Hal tersebut dapat satu penunjang tingginya pengetahuan.
dikaitkan dengan jumlah anak yang Selain itu faktor lain yang mempengaruhi
mereka miliki mayoritas masih memiliki yaitu kurangnya pengalaman mengenai
satu balita saja. Pengalaman biasanya pemenuhan makanan ditandai dengan
diperoleh dengan mengulang kembali hampir 50% responden yang
pengetahuan yang telah didapat. Memiliki berpengetahuan cukup memiliki satu
pengalaman yang sedikit tentu sangat balita.
berpengaruh dengan pengetahuan yang Hal ini sejalan dengan yang
dimiliki. dipaparkan Budiman (2013) bahwa
Menurut Budiman (2013) pendidikan merupakan sebuah proses
Pengalaman sebagai sumber pengetahuan pengubahan sikap dan tata laku seseorang
adalah suatu cara untuk memperoleh atau kelompok dan juga usaha
kebenaran pengetahuan dengan cara mendewasakan manusia melalui upaya
mengulang kembali pengetahuan yang pengajaran dan pelatihan. Penelitian yang
diperoleh dalam memecahkan masalah dilakukan oleh Fisher (2010) juga
yang dihadapi masa lalu. Selain itu menyatakan bahwa berdasarkan data yang
aplikasi pada tahapan pengetahuan didapat saat penelitiannya, rendahnya
diartikan sebagai kemampuan untuk pengetahuan yang dimiliki responden
menggunakan materi tersebut secara penelitiannya mungkin disebabkan karena
benar. Dewi (2013) berpendapat pula tingkat pendidikan ibu lebih dari separuh
bahwasanya dalam penyusunan menu adalah tamatan SD, dan bahkan ada yang
balita selain memperhatikan komposisi zat tidak tamat SD.
gizi, juga harus memperhatikan variasi Berdasarkan informasi gizi yang
menu makanan agar anak tidak bosan. didapat dijelaskan bahwa sebagian besar
Tingkat pengetahuan seseorang responden sudah memperoleh informasi
berbeda-beda, banyak faktor yang tentang gizi balita (79,73%). Informasi
mempengaruhinya. Sebagaimana dari gizi didapatkan dari televisi dan bertanya
hasil penelitian yang telah dilakukan, kepada bidan desa. Banyaknya informasi
didapatkan hampir setengah dari yang diperoleh akan menambah
responden memiliki pendidikan yang pengetahuan mengenai gizi balita.
cukup. Berdasarkan karakteristik yang Seperti penjelasan Budiman (2013)
telah didapatkan dari masing-masing menyatakan bahwa lingkungan
responden, banyak faktor yang berpengaruh terhadap proses masuknya
mempengaruhi perbedaan tingkat pengetahuan ke dalam individu yang
pengetahuan yang dimiliki responden. berada dalam lingkungan tersebut. Selain
Misalnya saja faktor usia ibu, pendidikan, itu informasi sebagai transfer pengetahuan
pekerjaan serta sumber informasi yang guna menyebarkan informasi dengan
telah diperoleh. tujuan tertentu.
Berdasarkan data penelitian Berdasarkan penjelasan diatas,
didapatkan tingkat pengetahuan ibu bervariasinya tingkat pengetahuan ibu
tergolong cukup bisa saja dikarenakan tentang gizi balita memang sangat
salah satu faktor yaitu dari tingkat dipengaruhi oleh faktor-faktor lain yang
pendidikan ibu. Walaupun diketahui lebih sangat erat hubungannya. Selain itu,
dari 50% responden telah berpendidikan kebanyakan responden belum mengerti
SMP, namun dari 33 responden yang tentang gizi seibang dan
memiliki pendidikan cukup tersebut pengaplikasiannya dalam kesehariannya.
sebagian besar responden adalah dari Oleh karena itu pengetahuan ibu di desa
golongan lulusan SD. Hal ini bisa saja Kedawung wilayah kerja Puskesmas

Jurnal Ilmu Kesehatan Vol. 3 No. 2 Mei 2015 24


ISSN 2303-1433

Ngadi bermacam macam dikarenakan dari Hal tersebut juga dijelaskan


karakteristik yang berbeda-beda pula. berdasarkan pendapat Supartini (2012)
salah satu tujuan utama pengasuhan orang
2.Status Gizi Balita Usia 1-5 Tahun di tua adalah memfasilitasi anak untuk
Desa Kedawung Wilayah Kerja mengembangkan kemampuan sejalan
Puskesmas Ngadi dengan tahapan perkembangannya.
Banyak faktor yang mempengaruhi Menurut Adriani (2012) pola asuh
pertumbuhan balita misalnya jumlah dan pada anak merupakan salah satu
mutu makanan, kesehatan balita, tingkat kebutuhan dasar anak untuk tumbuh
ekonomi, pendidikan, perilaku, (orang tua/ kembang, interaksi ibu dan anak terihat
pengasuh), sosial budaya atau kebiasaan erat sebagai indikator kualitas dan
dan ketersediaan bahan makanan. (Depkes kuantitas peranan ibu dalam mengasuh
RI; 2000). Status Gizi menurut anak.
Sibagariang (2010) merupakan ekspresi
dan keadaan keseimbangan dalam bentuk 3. Hubungan Pengetahuan Ibu Tentang
variabel tertentu atau perwujudan dari Gizi dengan Status Gizi Balita Usia 1-
nutriture dalam bentuk variabel tertentu. 5 tahun di Desa Kedawung wilayah
Jumlah keluarga juga mempengaruhi kerja Puskesmas Ngadi
pemenuhan gizi. Memiliki satu balita Pengetahuan tentang gizi yang baik
maka ibu akan fokus untuk mengurusi dan tentunya akan membuat status gizi balita
mengasuhnya, dibandingkan mengasuh baik pula. Memiliki pengetahuan tentang
dua balita. Seluruh perhatian sepenuhnya gizi seimbang yang baik, akan
akan terletak pada satu balita saja. memunculkan sikap untuk menyusun
Sehingga, kebutuhan nutrisi balitanya menu makanan balita dengan tepat dan
akan lebih diperhatikan. bervariasi. Pada dasarnya pengetahuan
Menurut Adriani (2012) besar akan memunculkan sikap dan membentuk
anggota keluarga merupakan salah satu perilaku untuk bertindak dalam
timbulnya masalah gizi. Jumlah anak pemenuhan gizi balitanya. Selain itu
yang banyak pada keluarga akan dengan pengetahuan baik akan
mengakibatkan berkurangnya perhatian memperbaik cara ibu dalam pemenuhan
dan kasih sayang yang diterima anak juga gizi balitanya, dengan demikian
dapat mengakibatkan berkurangnya pertumbuhan dan perkembangan balita
kebutuhan primer seperti pemberian dapat terpenuhi. Sehingga pengetahuan
makanan. yang baik memungkinkan memiliki status
Pengasuhan sendiri oleh orang tua gizi yang baik pula.
memungkinkan balita lebih diperhatikan Kurangnya pengetahuan ibu tentang
dan mendapat perlakuan khusus serta gizi dapat membuat perilaku ibu dalam
memberikan yang terbaik untuk balitanya. memperhatikan gizi balitanya menjadi
Secara otomatis fasilitas untuk anak kurang maksimal. Tentunya akan berbeda
sebagai tujuan utama pengasuhan orang dengan yang telah memiliki pengetahuan
tua akan terpenuhi. Misalnya saja dalam yang baik. Mayoritas dari responden yang
pemenuhan makan, tentunya ibu akan berpengetahuan kurang dan memiliki
memberikan makanan yang bergizi untuk balita dengan status gizi kurang, mereka
anaknya. kurang baik dalam menyusun menu untuk
Faktor lain yaitu mayoritas balita balitanya. Kebanyakan memberikan menu
mendapatkan pengasuhan dari kedua makanan yang sama untuk balitanya.
orang tuanya. Sangat memungkinkan Selain itu responden belum mengetahui
perhatian serta interaksi yang dekat antara prinsip gizi seimbang balita yang menjadi
anak dan orang tua dapat menjadi faktor dasar pemenuhan gizi balita.
baiknya pertumbuhan balita.

Jurnal Ilmu Kesehatan Vol. 3 No. 2 Mei 2015 25


ISSN 2303-1433

Terjadinya gizi kurang pada balita dikarenakan ibu dari balita tersebut juga
tersebut bukan berarti ibu tidak selalu memiliki berat badan yang relatif
memberikan banyak makanan untuk lebih.
balitanya. Namun dengan kurangnya Keadaan lain, terdapat responden
pengetahuan sikap ibu dalam memilih, yang memiliki pengetahuan kurang namun
mengolah dan menghidangkan makanan dapat memiliki balita dengan status gizi
untuk balita menjadi kurang benar yang baik. Adanya hal tersebut
sehingga zat gizi yang terkandung dalam dikarenakan, dari responden tersebut ada
makanan menjadi berkurang. yang diasuh oleh pengasuh anak, bisa saja
Hal ini sejalan dengan pendapat pengasuh anak tersebut memiliki
Sibagariang (2010) bahwa salah satu pengetahuan yang baik sehingga
penyebab timbulnya masalah gizi adalah pelayanan dalam memenuhi gizi balita
dari faktor pengetahuan. Sama halnya tersebut menjadi maksimal. Selain itu,
dengan hasil penelitian yang dilakukan dengan rutinnya untuk datang timbang ke
oleh Zuraida (2012) berdasarkan analisis posyandu memungkikan perhatian bidan
regresi logistik berganda diperoleh hasil terhadap balita tersebut menjadi terpantau
bahwa pengetahuan gizi ibu dan sikap status gizinya.
gizi ibu mempengaruhi status gizi balita, Hasil penelitian menunjukkan adanya
variabel pengetahuan gizi ibu merupakan hubungan pengetahuan ibu tentang gizi
faktor yang paling kuat hubungannya dengan status gizi balita. Semakin baik
dengan status gizi balita, hal ini pengetahuan ibu tentang gizi maka status
ditunjukkan dengan nilai koefisien regresi gizi balita akan semakin mendekati
yang lebih besar dibandingkan dengan normal. Pengetahuan tentang gizi
koefisien variabel sikap gizi. berperan penting dalam pembentukan
Berdasarkan data yang diperoleh dari sikap ibu, yang nantinya akan
penelitian, terdapatnya responden dengan memunculkan perilaku untuk memberikan
pengetahuan yang baik namun memiliki asupan nutrisi yang baik untuk balitanya.
status gizi kurang dikarenakan karena Pengetahuan ibu tentang gizi akan
faktor yang lain yang menyebabkan menjadikan ibu lebih paham mengenai
kondisi berbeda dari yang diharapkan. zat-zat gizi yang dibutuhkan balitanya.
Kondisi ini dikarenakan balita sebelumnya Baiknya pengetahuan ibu akan
sakit. Akan tetapi pada saat penimbangan menumbuhkan perilaku yang baik untuk
sudah sehat kembali. Hal ini yang pengolahan bahan pangan, menyajikan
menyebabkan terjadinya penurunan berat dan menyimpan makanan agar zat-zat gizi
badan balita sehingga status gizinya yang terkandung tidak hilang.
menjadi kurang. Selain itu pertambahan Pengetahuan ibu tentang gizi penting
berat badan yang relatif sedikit tiap untuk pertumbuhan balita, jika ibu tahu
bulannya dapat juga menjadikan dan memperhatikan gizi balitanya
pertimbangan mengapa hal tersebut dapat tersebut, ibu akan menambah informasi
terjadi. dan berusaha memberi yang terbaik untuk
Hal lainnya, terdapatnya responden balitanya. Pengetahuan ibu berpengaruh
dengan pengetahuan cukup namun pada perilaku ibu dalam memenuhi gizi
memiliki status gizi lebih dikarenakan balitanya. Walaupun banyak faktor lain
karena memang balita tersebut telah yang mempengaruhi pertumbuhan balita.
memiliki berat badan yang relatif gemuk Secara tidak langsung, pengetahuan ibu
dari memasuki usia balita. Tercatat pada berperan penting dalam peningkatan berat
bulan timbang tahun 2014 ini, bahwa pada badan balita dan menentukan status gizi
responden tersebut juga memiliki status balita. Semakin baik pengetahuan ibu
gizi lebih. Hal tersebut dapat pula tentang gizi maka status gizi balitanya
dipengaruhi dari faktor genetik, bisa juga akan baik.

Jurnal Ilmu Kesehatan Vol. 3 No. 2 Mei 2015 26


ISSN 2303-1433

Kesimpulan Bungin, B. 2010. Metodologi Penelitian


1. Pengetahuan ibu tentang gizi balita usia Kuantitatif. Jakarta: Kencana
1-5 tahun di desa Kedawung wilayah Dahlan, M.S. 2008. Statistik Untuk
kerja Puskesmas Ngadi hampir kedokteran dan Kesehatan. Jakarta:
setengah dari responden adalah cukup. Salemba Medika
2. Status gizi sebagian besar balita usia Dewi, A.B.F.K. Nurul P. Ibnu F. 2013.
1-5 tahun di desa Kedawung wilayah Ilmu Gizi Untuk Praktisi Kesehatan.
kerja Puskesmas Ngadi adalah baik. Yogyakarta: Graha Ilmu
3. Ada hubungan pengetahuan ibu tentang Fisher, E. dkk. 2010. Hubungan Tingkat
gizi dengan status gizi balita usia 1-5 Pengetahuan Ibu Tentang Gizi
tahun di desa Kedawung wilayah Dengan Status Gizi Balita Di Desa
kerja Puskesmas Ngadi. Sioban Kabupaten Kepulauan
Saran Mentawai. Program Studi
1. Bagi Peneliti Selanjutnya pendidikan Biologi STKIP PGRI
Diharapkan lebih mengembangkan Sumatera Barat Jurusan Biologi
penelitian ini lebih dalam dan luas lagi Universitas Negeri Padang. Diakses
tentang hubungan pengetahuan ibu tanggal 4 Agustus 2014 jam 16.00
tentang gizi dengan status gizi balita. WIB
2. Bagi Tempat Penelitian Kabid Kesga & Gizi. Dinas Kesehatan
a. Dengan adanya informasi ini Kabupaten Kediri. Data Laporan
diharapkan bagi ibu yang Gizi. 2012
mempunyai balita dapat . Dinas Kesehatan Kabupaten
meningkatkan lagi pengetauannya Kediri. Data Laporan Gizi. 2013
tentang gizi balita. Kurniawati, E. 2010. Hubungan Tingkat
b. Perlu adanya peran aktif tenaga Pengetahuan Ibu Tentang Gizi
kesehatan setempat untuk Dengan Status Gizi Balita Di
melakukan usaha promotif seperti Kelurahan Baledono, Kecamatan
pembuatan banner, leaflet serta Purworejo, Kabupaten Purworejo.
penggalakan penyuluhan kesehatan Diakses tanggal 4 Agustus 2014 jam
dalam rangka pemberian informasi 15.00 WIB
mengenai gizi balita, sehingga Mahfoedz, I. dkk. 2010. Teknik Menyusun
masyarakat bisa mengetahui KTI-Skripsi-Tesis-Tulisan dalam
informasi tersebut. Jurnal Bidang Kebidanan,
Keperawatan dan Kesehatan.
Daftar Pustaka Yogyakarta : Fitramaya.
Adriani, M dan Bambang W. 2012. Munthofiah,S. 2008. Hubungan Antara
Peranan Gizi Dalam Siklus Pengetahuan, Sikap, Dan Perilaku
Kehidupan. Jakarta: Kencana Ibu Dengan Status Gizi Anak Balita.
Prenada Media Group Diakses tanggal 15 Maret 2014 jam
. 2012. Pengantar Gizi 15.15 WIB
Masyarakat. Jakarta: Kencana Notoatmodjo, S. 2012. Metodologi
Prenada Media Group Penelitian Kesehatan. Jakarta:
Almatsier, S. 2005. Prinsip Dasar Ilmu Rineka Cipta
Gizi. Jakarta: Gramedia Pustaka . 2005. Metodologi Penelitian
Utama Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta
Arikunto, S. 2006. Prosedur Penelitian. Nursalam. 2008. Konsep Dan Penerapan
Jakarta: Rineka Cipta Metodologi Penelitian Ilmu
Budiman & A. Riyanto. 2013. Kapita Keperawatan. Jakarta: Salemba
Selekta Kuesioner. Jakarta: Medika
Salemba Medika

Jurnal Ilmu Kesehatan Vol. 3 No. 2 Mei 2015 27


ISSN 2303-1433

Puskesmas Ngadi. 2013. Data Laporan Indah Kelurahan Rajabasa Raya


Gizi Tahun 2013 Bandar Lampung. Fakultas
. 2014. Data Laporan Bulan Kedokteran Universitas Lampung .
Timbang Bulan Februari 2014 juli_niezz@yahoo.com. Diakses
Riduwan. 2010. Metode dan Teknik tanggal 4 Agustus 2014 jam 16.20
Menyusun Tesis. Bandung: Alfabeta WIB
Santoso, S. dan Anne L. 2009.
Kesehatan dan Gizi. Jakarta :
Rineka Cipta
Suyanto, S & U. Salamah. 2009. Riset
Kebidanan, Metodologi & Aplikasi.
Yogyakarta: Mitra Cendekia
Septiari, B. 2012. Mencetak Balita
Cerdas dan Pola Asuh Orang Tua.
Yogyakarta: Nuha Medika
Setiawati, R. dkk. 2012. Hubungan
Pengetahuan dan Sikap Ibu Tentang
Pemberian Makanan Tambahan
Dengan Berat Badan Bayi Usia 6-
12 Bulan Di Posyandu Kesamben
Blitar. Diakses tanggal 15 Maret
2014 jam 15.00
Sibagariang, E. 2010. Gizi Dalam
Kesehatan Reproduksi. Jakarta:
Trans Info Media
Soediaoetomo, A. D. 2010. Ilmu Gizi 1.
Jakarta: Dian Rakyat
Sugiyono. 2010. Statistika untuk
Penelitian. Bandung: Alfabeta
. 2011. Metode Penelitian
Kuantitatif Kualitatif dan R&D.
Bandung: Alfabeta
Supariasa, I.D.N. dkk. 2003. Penilaian
Status Gizi. Jakarta: EGC
Wawan, A dan Dewi. (2011). Teori &
Pengukuran Pengetahuan, Sikap
dan Perilaku Manusia. Yogjakarta :
Nuha Medika.
Wibowo, H.T. 2012. Hubungan Antara
Tingkat Pengetahuan Ibu Balita
Tentang Gizi Dengan Status Gizi
Balita (1-5 Tahun) Di Posyandu
Dusun Modopuro Desa Modopuro
Kecamatan Mojosari Mojokerto.
Diakses tanggal 1 April 2013 jam
14.30 WIB
Zuraida, R dan Julita N. 2010. Hubungan
Antara Pengetahuan Dan Sikap Gizi
Ibu Dengan Status Gizi Balita Di
Wilayah Kerja Puskesmas Rajabasa

Jurnal Ilmu Kesehatan Vol. 3 No. 2 Mei 2015 28


ISSN 2303-1433

Pengaruh Program Social Enterpreneurship Kelompok ODHA Terhadap Stigma


Masyarakat Tentang HIV/AIDS Di Daerah Binaan KPA Kota Kediri.

(Influence Program "Social Enterpreneurship" group ODHA with HIV Stigma Against
People About HIV / AIDS In Local Patronage KPA Kediri.)

Siti Asiyah, Susanti Pratamaningtyas, Suwoyo


Prodi Kebidanan Kediri Jl.KH.Wakhid Hasyim 64 B Kediri

ABSTRACT
Sixth goal in the MDGs are handle a variety of the most dangerous infectious diseases.
At the top is intended to handle HIV, the virus that causes AIDS. The disease is a
devastating impact not only on public health but also to the overall state. This study aims
to look at the effect of social entrepreneurship program for public stigma about HIV /
AIDS. Analytical research design using cross sectional correlational techniques. The study
population is the ODHA, which had already independently of 50 people. Samples were
taken by simple random sampling technique, a number of 44 people. Statistical analysis
was performed with Chi Square at alpha 0.05. The result showed that, social
entrepreneurship programs that are run by people living with HIV have not succeeded run
and people living with HIV is almost entirely feel the stigma which is given by the society.
Chi Square Results obtained Alpha 0:00 less than Alpha 0.05. This means that, the Social
Entrepreneurship Program affect the public stigma about HIV / AIDS. The results of the
study can be used to support the Government's program to empower of ODHA.

Keywords: Social entrepreneurship, Stigma, ODHA

PENDAHULUAN kasus AIDS, 2479 diantaranya telah


Tujuan ke enam dalam MDGs yaitu meninggal. Kalopun kemudian dengan
menangani berbagai penyakit menular pengobatan yang baik, penderita dapat
paling berbahaya. Pada urutan teratas melanjutkan kehidupan, persoalan tidak
ditujukan untuk menangani HIV yaitu kemudian menjadi selesai bagi ODHA.
virus penyebab AIDS. Penyakit ini Ketika mereka berada di masyarakat,
membawa dampak yang menghancurkan Stigma masih menjadi persoalan yang
bukan hanya terhadap kesehatan banyak terjadi.
masyarakat namun juga terhadap Negara. Masyarakat relative masih mudah
Oleh karena itu, Masalah penanggulangan memberikan cap atau sebutan kepada
dan pencegahan HIV/AIDS harus diyakini seseorang yang diduga mengidap suatu
merupakan tanggungjawab penyakit yang berbahaya atau menular
bersama. Apabila tidak ditangani dengan tanpa berupaya menyelidiki
serius masalah ini dapat mengganggu kebenarannya. Faktor-faktor yang
bahkan mengancam ketenteraman hidup mempengaruhi Stigma antara lain bahwa
bangsa Indonesia masyarakat masih menganggap
Di Indonesia, jumlah penduduk yang HIV/AIDS adalah penyakit yang
hidup yang hidup dengan virus HIV mengancam hidup, ketakutan untuk
diperkirakan antara 172.000 - kontak dengan HIV, hubungan HIV/AIDS
219.000,sebagian besar adalah laki-laki. dengan perilaku seperti homoseksual,
Jumlah ini merupakan 0,1% dari jumlah IDU, PSK dan sebagainya, ODHA dinilai
penduduk. Menurut Komisi sebagai penyakit yang dibuat sendiri,
Penanggulangan AIDS Nasional (KPA), religi atau kepercayaan yang menyamakan
sejak 1987 sampai 2008, tercatat 12.686 penyakit ini dengan kesalahan moral,

Jurnal Ilmu Kesehatan Vol. 3 No. 2 Mei 2015 29


ISSN 2303-1433

seperti penyimpangan seks yang pantas akibat HIV dan AIDS pada individu,
mendapat hukuman, status social keluarga dan masyarakat.
ekonomi, usia dan gender. Berbagai cara dapat dilakukan untuk
Dampak stigma yang masih kuat mengatasi masalah stigma di masyarakat
di masyarakat pada akhirnya akan berkaitan dengan HIV/AIDS, diantaranya
menyebabkan perubahan mengenai di pelayanan kesehatan dapat dilakukan
bagaimana seseorang dipandang oleh dengan cara: membantu penderita untuk
orang lain, penolakan social atau mengatasi ketakutan terhadap status
penurunan penerimaan dalam interaksi HIV/AIDS, mengajarkan ketrampilan
social, keterbatasan/ kehilangan dalam menangani penderita, sedangkan
kesempatan seperti misalnya tempat dimasyarakat dapat dilakukan upaya
tinggal, pekerjaan, akses terhadap melibatkan tokoh masyarakat dalam
pelayanan kesehatan, perasaan malu dan memasyarakatkan anti stigma. Dengan
benci terhadap diri sendiri, menurunkan upaya-upaya ini, maka diharapkan para
kualitas hidup seseorang, meningkatkan penderita HIV/AIDS dapat diterima di
deskriminasi, menambah beban ganda masyarakat dan dapat diberdayakan untuk
keluarga serta dapat menghambat upaya memandirikan mereka melalui kegiatan-
pencegahan dan perawatan. kegiatan social entrepreneurship
Berdasarkan survei Dampak Sosial (Kewirausahaan Sosial).
Ekonomi pada Individu dan Rumah Social Entrepreneurship akhir-akhir
Tangga dengan HIV di Tujuh Provinsi di ini menjadi makin popular. Namun di
Indonesia, didapatkan hasil bahwa rerata Indonesia sendiri kegiatan ini masih
hilangnya pendapatan akibat merawat belum mendapatkan perhatian yang
anggota rumah tangga yang sakit, 55% sungguh sungguh dari pemerintah dan
lebih tinggi pada rumah tangga ODHA para tokoh masyarakat karena memang
dibanding rumah tangga non ODHA. 74% belum ada keberhasilan yang menonjol
Menyatakan adanya tambahan secara nasional. Pengertian sederhana
pengeluaran akibat infeksi HIV. Rumah dari Social Entrepreneur adalah seseorang
Tangga ODHA mengeluarkan biaya yang mengerti permasalahan sosial dan
kesehatan 5 kali lebih tinggi dari Rumah menggunakankemampuan entrepreneursh
Tangga Non-ODHA. Rerata biaya ip untuk melakukan perubahan sosial
kesehatan ODHA sendiri 3 kali lebih (social change), terutama meliputi bidang
tinggi dari Rumah Tangga Non-ODHA. kesejahteraan (welfare), pendidikan dan
Dari data di atas dapat diketahui kesehatan (healthcare). Keberhasilan
bahwa ODHA dan keluarga ODHA akan Sosial Entrepreneurship diukur dari
menghadapi beban ganda, baik sosial manfaat yang dirasakan oleh masyarakat.
maupun ekonomi, meskipun mereka Pemberdayaan ODHA/OHIDHA
masih mendapat obat ARV gratis dari diyakini merupakan salah satu kunci bagi
bantuan pemerintah, namun masih banyak penanggulangan dan pencegahan
pengeluaran yang dibutuhkan oleh ODHA HIV/AIDS. Program pemberdayaan yang
dan keluarganya. Kebijakan nasional tepat dalam hal ini sangat dibutuhkan
penanggulangan HIV dan AIDS (Rima Jauharoh, 2011). Program
menggarisbawahi kebutuhan serangkaian pemberdayaan merupakan langkah yang
program layanan yang komprehensif dan positif oleh karena dapat menjawab
bermutu yang menjangkau luas kebutuhan sehingga para penderita
masyarakat dengan tujuan mencegah dan HIV/AIDS akan mengalami perubahan-
mengurangi penularan HIV, perubahan yang positif dan pada akhirnya
meningkatkan kualitas hidup ODHA dan turut pula meningkatkan mutu hidup
mengurangi dampak sosial dan ekonomi ODHA. Program pemberdayaan untuk
ODHA sejalan dengan prinsip

Jurnal Ilmu Kesehatan Vol. 3 No. 2 Mei 2015 30


ISSN 2303-1433

dasar andragogy di mana program Jadi sampel penelitian ini adalah 44 orang
pemberdayaan tersebut dipandang oleh dengan ODHA
ODHA sebagai program pemberdayaan Kriteria Inklusi untuk ODHA:
yang partisipatif dan menempatkan 1. Berada di wilayah binaan KPA Kota
ODHA sebagai subyek bukan obyek Kediri
sehingga mereka dapat terlibat dalam 2. Menjalankan Usaha sebagai bentuk
upaya pencegahan dan penanggulangan program social enterpreneurship
HIV/AIDS. Dengan demikian perlu 3. Dapat membaca dan menulis
diadakan penelitian untuk melihat 4. Bersedia menjadi responden
Pengaruh Program Sosial Tempat Penelitian: Penelitian
Enterpreneurship pada ODHA terhadap dilaksanakan di daerah Binaan KPA Kota
Stigma masyarakat tentang HIV/AIDS. Kediri Waktu Penelitian : Dilakukan pada
bulan Agustus 2014. Variabel Penelitian:
Metode Penelitian Variabel bebas dalam penelitian ini adalah
Desain yang digunakan dalam Program Social Enterpreneurship dan
penelitian ini adalah analitik korelasional, Variabel tergantungnya adalah Persepsi
yaitu melihat pengaruh Program Sosial ODHA tentang Stigma HIV/AIDS di
Enterpreneurship pada ODHA terhadap masyarakat
Stigma masyarakat tentang HIV/AIDS. Untuk menganalisa pengaruh
Pendekatan waktu yang digunakan adalah Program Sosial Enterpreneurship pada
cross sectional. ODHA terhadap Stigma Masyarakat
Populasi dalam penelitian ini tentang HIV/AIDS dilakukan uji Chi
adalah semua ODHA yang sudah Square dengan 0,05.
mandiri dan menjadi binaan dari KPA
Kota Kediri. Sampel penelitian ini HASIL PENELITIAN
adalah sebagian ODHA yang sudah Data Umum
mandiri dan menjadi binaan dari KPA 1. Umur Responden
Kota Kediri yang diambil dengan Tabel 1 Umur Responden Pengaruh
simple random sampling. Besar sampel Program Sosial Enterpreneurship
ditentukan dengan penghitungan sbb: Kelompok ODHA terhadap Stigma
Masyarakat tentang HIV AIDS
N UMUR %
n= 20-35 24 54.5
1+ N (d) >35 20 45.5
JUMLAH 44 100
Dari tabel di atas, tampak bahwa
Keterangan:
Responden ODHA pada penelitian ini
n = besar sampel
54,5% berumur 20-35 tahun.
d = Tingkat significansi
(0.05)
2. Pendidikan
N = Besar populasi
Tabel 2 Pendidikan Responden Pengaruh
Dengan Jumlah Populasi sebesar
Program Sosial Enterpreneurship
50, maka besar sampel yang
Kelompok ODHA terhadap Stigma
dibutuhkan adalah:
Masyarakat tentang HIV AIDS
50 PENDIDIKAN %
n= Dasar 11 25.0
1+ 50 (0.05) Menengah 22 50.0
Perguruan Tinggi 11 25.0
50 JUMLAH 44 100
n= Dari tabel di atas, tampak bahwa
1,125 setengah Responden ODHA pada
= 44 orang
Jurnal Ilmu Kesehatan Vol. 3 No. 2 Mei 2015 31
ISSN 2303-1433

penelitian ini berpendidikan menengah Dari tabel 5, jika dirinci bidang usaha
(SMA) . yang dijalankan didapatkan data sbb:
JENIS USAHA %
3. Jenis Kelamin Pertanian 2 4,5
Tabel 3 Jenis kelamin Responden Catering 5 11,4
Toko kelontong 8 18,2
penelitian Pengaruh Program Sosial Jualan Pakaian 2 4,5
Enterpreneurship Kelompok ODHA Menjahit 2 4,5
terhadap Stigma Masyarakat tentang HIV Lain-lain 25 56,9
AIDS JUMLAH 44 100
JENIS %
KELAMIN Dari tabel di atas, tampak bahwa jenis
Laki-laki 23 52.3
usaha yang paling banyak dikerjakan oleh
Perempuan 21 47.7
JUMLAH 44 100 Responden ODHA pada penelitian ini
adalah bidang wirausaha lainnya seperti
Dari tabel di atas, tampak bahwa model, jual bakso, bakpau, laundry,
Jenis Kelamin Responden ODHA pada beternak ayam dll. Dari jenis usaha/jenis
penelitian ini hampir berimbang antara kegiatan yang dijalankan ODHA diatas,
yang berjenis kelamin laki-laki dan terdapat beberapa hal yang dapat menjadi
perempuan. penghambat dan pendukung dalam
mengembangkan usaha para ODHA yaitu:
4. Pekerjaan
Tabel 4 Pekerjaan Responden penelitian 1.a. Kesesuaian Minat Dan Bakat Dengan
Pengaruh Program Sosial Usaha Yang Dijalankan
Enterpreneurship Kelompok ODHA Tabel 6 Minat ODHA dalam menjalankan
terhadap Stigma Masyarakat tentang HIV Program Sosial Enterpreneurship
MINAT DAN %
AIDS BAKAT
PEKERJAAN % Sesuai 40 90.9
Petani 2 4.5 Tidak Sesuai 4 9.1
Wiraswasta 42 95.5 44 100
JUMLAH
JUMLAH 44 100

Dari tabel 6 dapat dilihat bahwa usaha


Dari tabel di atas, tampak bahwa
yang dijalankan oleh ODHA saat ini
Pekerjaan Responden ODHA pada
90,9% sesuai dengan minat dan bakat
penelitian ini 95,5% bekerja di sektor
para ODHA.
wiraswasta
1.b. Kecocokan Bidang Usaha Yang
Data Khusus
Dijalankan
1. Jenis Kegiatan Usaha Sosial
Tabel 7 Kecocokan bidang usaha yang
Enterpreneurship Yang Dijalankan Odha
dijalankan para ODHA
Tabel 5 Rincian usaha yang dijalankan KECOCOKAN %
Responden penelitian Pengaruh Program Cocok 40 90.9
Sosial Enterpreneurship Kelompok Tidak Cocok 4 9.1
ODHA terhadap Stigma Masyarakat JUMLAH 44 100
tentang HIV AIDS
Dari tabel 7 dapat dilihat bahwa
90,9% ODHA merasa cocok dengan
usaha yang dijalankan saat ini. Dan hanya
4 orang saja yang merasa tidak cocok
dengan usahanya saat ini.

Jurnal Ilmu Kesehatan Vol. 3 No. 2 Mei 2015 32


ISSN 2303-1433

1.c. Pemenuhan Kebutuhan Hidup Dari Berdasar tabel di atas, dapat


Usaha Yang Dijalankan disimpulkan bahwa ODHA
Tabel 8 Pemenuhan kebutuhan Hidup para mengungkapkan bahwa adanya hambatan
ODHA dari usaha yang dijalankan berpengaruh terhadap pengembangan
PEMENUHAN % usaha
KEBUTUHAN
HIDUP
1.g. Cara Mengatasi Hambatan
Terpenuhi 32 72.7
Tidak Terpenuhi 12 27.3 Tabel 12 Cara ODHA mengatasi
JUMLAH 44 100 hambatan dalam Usaha yang dijalankan
Dari tabel di atas, dapat disimpulkan CARA %
MENGATASI
bahwa lebih dari separo (72,7%) ODHA HAMBATAN
dapat memenuhi kebutuhan hidupnya dari Cari pinjaman 21 47.7
usaha yang selama ini di jalankan. Berkonsultasi 10 22.7
Pendekatan pada
8 18.2
1.d. Kendala Dalam Menekuni Usaha masyarakat
Tabel 9 Kendala para ODHA dalam Lainnya 5 11.4
JUMLAH 44 100
menekuni usaha
KENDALA % Dari tabel 12 diketahui, bahwa solusi
DALAM USAHA terbanyak yang dipilih oleh ODHA untuk
Ada 21 47.7 mengatasi hambatan yang ada dalam
Tidak ada 23 52.3 mengembangkan usaha adalah dengan
JUMLAH 44 100 mencari pinjaman, di susul dengan
berkonsultasi kepada pihak yang
Berdasar tabel 9 dapat disimpulkan kompeten.
bahwa jumlah ODHA yang mengatakan
tidak ada kendala dalam menekuni 1.h. Dukungan Keluarga
usahanya, sedikit lebih banyak dari pada Tabel 13 Dukungan Keluarga dalam
yang merasakan kendala menjalankan usaha
DUKUNGAN %
1.e. Penyebab Hambatan KELUARGA
Tabel 10 Penyebab hambatan dalam Ada 43 97.7
menjalankan usaha Tidak ada 1 2,3
PENYEBAB % JUMLAH 44 100
HAMBATAN Dari tabel 13 diketahui, bahwa
Kurang Modal 38 86.4 hampir seluruh ODHA mendapatkan
Lain-lain 6 13.6 dukungan dari keluarga dalam
JUMLAH 44 100 mengembangkan usaha
Berdasar tabel 4.10, dapat
disimpulkan bahwa hambatan terbesar 1.i. Penerimaan Masyarakat Terhadap
para ODHA dalam menjalankan usaha Usaha Yang Dijalankan
adalah kurangnya modal (86,4%) Tabel 14 Penerimaan Masyarakat
terhadap usaha yang dijalankan ODHA
1.f. Pengaruh Hambatan PENERIMAAN %
Tabel 11 Pengaruh hambatan dalam MASYARAKAT
pengembangan usaha Diterima 44 100.0
PENGARUH % Tidak Diterima 0 0
HAMBATAN JUMLAH 44 100
THD USAHA Dari tabel 14, dapat dilihat bahwa
Berpengaruh 33 75.0 seluruh masyarakat dapat menerima
Tidak berpengaruh 11 25.0 dengan baik usaha-usaha yang dilakukan
JUMLAH 44 100
oleh ODHA

Jurnal Ilmu Kesehatan Vol. 3 No. 2 Mei 2015 33


ISSN 2303-1433

1.j. Bantuan Organisasi Kemasyarakatan Dari tabel 18, dapat disimpulkan


Tabel 15 Bantuan dari Organisasi bahwa 72,7 % ODHA belum pernah
Kemasyarakatan untuk mengembangkan mengikuti pelatihan yang relevan dengan
Usaha para ODHA bidang usaha yang dijalankan
BANTUAN DARI %
ORMAS 1.n. Peran Lsm
Ada 9 20.5
Tabel 19 Peran LSM bagi para ODHA
Tidak Ada 35 79.5
PERAN LSM %
JUMLAH 44 100
Ya 22 50.0
Dari tabel 15, dapat dilihat bahwa Tidak 22 50.0
lebih dari separo (79,5%) ODHA JUMLAH 44 100
mengungkapkan bahwa mereka tidak Dari tabel 19, dapat disimpulkan
mendapat bantuan dari organisasi bahwa ODHA yang mengungkapkan
Kemasyarakatan dalam mengembangkan bahwa LSM berperan bagi ODHA dan
usaha yang menjawab tidak berperan dalam
pengembangan ODHA adalah sama
1.k. Dampak Usaha Untuk Meningkatkan besarnya (50%)
Kepercayaan Diri
Tabel 16 Dampak Usaha untuk 2. Keberhasilan Program Sosial
Kepercayaan diri para ODHA Enterpreneurship
KEPERCAYAAN % Tabel 20 Keberhasilan Program Sosial
DIRI
Enterpreneurship yang dijalankan pada
Ada 43 97.7
Tidak Ada 1 2,3 Kelompok ODHA
JUMLAH 44 100 KEBERHASILAN %
PROGRAM
Dari tabel 16, dapat dilihat bahwa 5 11,4
Berhasil
hamper seluruh ODHA menyatakan Tidak Berhasil 39 88,6
bahwa usaha yang mereka jalani JUMLAH 44 100
meningkatkan kepercayaan diri para
ODHA Dari tabel di atas, tampak bahwa
Program Sosial Enterpreneurship yang
1.l. Jalinan Kemitraan dijalankan ODHA pada penelitian ini
Tabel 17 Jalinan Kemitran yang di miliki 88,6% berada pada kategori tidak berhasil
para ODHA
MENJALIN % 3. Stigma Masyarakat Tentang Hiv/Aids
KEMITRAAN
Tabel 21 Stigma masyarakat tentang
Ya 32 72.7
Tidak 12 27.3 HIV/AIDS berdasar persepsi dari para
JUMLAH 44 100 ODHA
Dari tabel 17, dapat disimpulkan STIGMA %
Ada 40 90,9
bahwa 72,7 % ODHA menjalin kemitraan
Tidak Ada 4 9,1
dengan pihak lain dalam mengembangkan JUMLAH 44 100
usaha
Dari tabel di atas, hampir seluruh
1.m. Pelatihan Untuk Pengembangan responden (90,9%) mempersepsikan
Usaha bahwa masyarakat memberikan Stigma
Tabel 18 Pelatihan yang di ikuti para (cap buruk) tentang HIV/AIDS
ODHA
PELATIHAN %
Ya 12 27.3
Tidak 32 72.7
JUMLAH 44 100

Jurnal Ilmu Kesehatan Vol. 3 No. 2 Mei 2015 34


ISSN 2303-1433

4. Pengaruh Program Sosial maka hal ini tentu merupakan hal yang
Enterpreneurship Terhadap Stigma memprihatinkan. Karena justru di usia
Masyarakat Tentang Hiv/Aids yang rata-rata masih muda yang
Untuk menganalisa pengaruh seharusnya mereka memiliki masa depan
Program Sosial Enterpreneurship pada dan generasi muda yang potensial, mereka
ODHA terhadap Stigma Masyarakat harus dihadapkan pada kenyataan bahwa
tentang HIV/AIDS dilakukan mereka menderita HIV.
menggunakan uji Chi Square dengan Berdasar tabel 3, dapat dilihat bahwa
0,05. Dari hasil uji didapatkan 0,00 (< jumlah ODHA laki-laki dan perempuan
0,05) artinya ada pengaruh program Sosial yang terpilih dalam sampel penelitian ini
Enterpreneurship terhadap Stigma hampir berimbang. Hal ini dapat
masyarakat tentang HIV/AIDS (hasil uji dijelaskan, bahwa di kota Kediri jumlah
terlampir) penderita HIV/AIDS tidak lagi didominasi
oleh kaum lelaki, tetapi jumlah wanita
Pembahasan juga menunjukkan trend meningkat.
Jenis kegiatan Social Enterpreneurship Dari jenis kegiatan yang dilakukan
yang sesuai pada ODHA oleh para ODHA juga dapat disampaikan
Berdasarkan tabel 4 dan 5, dapat hal-hal sbb: bahwa usaha yang digeluti
dilihat, bahwa bidang usaha atau jenis para ODHA sebagian besar sudah sesuai
kegiatan yang dijalani oleh ODHA adalah dengan minat dan bakat mereka (90,9%),
pada bidang Wiraswasta. Dengan rincian dan mereka merasa cocok menjalankan
bidang usaha terbesar adalah pada pilihan usaha tersebut. Walaupun usaha yang
lain-lain seperti menekuni dunia dijalankan belum besar, para ODHA
modeling, jasa laundry, pedagang bakso mengungkapkn bahwa usahanya sudah
dan lain-lain. Jika dikaitkan dengan data dapat dipakai untuk memenuhi kebutuhan
yang diperoleh selama penelitian, pilihan (72,7%). Persoalan hambatan dalam
bidang kerja ini berkaitan dengan mengembangkan usaha, para ODHA
beberapa hal yaitu: dapat dikaitkan (47,7%) mengungkapkan menemui
dengan umur responden. Sebagian besar kendala dalam berusaha. Kendala terbesar
responden berusia antara 20- 35 tahun adalah persoalan modal yang kurang
(54,5%) dengan pendidikan terakhir (86,4%), dan upaya yang dipilih oleh
terbanyak adalah SMA. Usia ini termasuk sebagian besar responden sebagai solusi
ke dalam kelompok usia produktif. Usaha- adalah mencari pinjaman kepada pihak
usaha yang ditekuni oleh para ODHA, lain atau keluarga. Dukungan keluarga di
sudah sejalan dengan kebijakan rasakan hamper seluruh responden
Pemerintah Kota Kediri. Sebagai daerah (97,7%).
perkotaan (urban), sektor perdagangan Menurut ODHA, dalam
dan jasa di Kota Kediri paling banyak mengembangkan usaha, semua
memberikan kesempatan dan lapangan masyarakat dapat menerima usaha mereka
kerja bagi penduduknya. Pengembangan karena rata2 masyarakat tidak mengetahui
sektor perdagangan dan jasa ini menjadi bahwa mereka dalah ODHA. Bantuan dari
fokus Pemerintah Kota Kediri dalam organisasi kemasyarakatn belum
mengatasi pengangguran, sebab program- dirasakan oleh sebagian responden,
program pembangunan ekonomi riil di begitupun kesempatan untuk mengikuti
sektor jasa dan perdagangan inilah yang pelatihan-pelatihan. Sedangkan LSM
terbukti mampu menggerakkan aktivitas perannya masih dirasakan oleh separo saja
ekonomi masyarakat (LAKIP Kota Kediri, ODHA.
2013).
Tetapi jika melihat usia tersebut dan
dikaitkan dengan penyakit yang dialami

Jurnal Ilmu Kesehatan Vol. 3 No. 2 Mei 2015 35


ISSN 2303-1433

Stigma Masyarakat tentang HIV/AIDS Menurut Herek GM (2002), stigma HIV


Berdasarkan tabel 4. Didapatkan data AIDS lebih jauh dapat dibagi menjadi tiga
bahwa 90,9% responden mempersepsikan kategori, yaitu :
bahwa masyarakat memberikan stigma 1) Stigma instrumental, yaitu refleksi
(cap buruk) terhadap penyakit ketakutan dan keprihatinan atas hal-hal
HIV/AIDS. Dan hanya 9,1 % saja yang yang berhubungan dengan penyakit
menganggap masyarakat memperlakukan mematikan dan menular.
para ODHA sama dengan orang lain pada 2) Stigma simbolis, yaitu penggunaan
umumnya. HIV AIDS untuk mengekspresikan sikap
Stigma adalah suatu ancaman,sifat terhadap kelompok sosial atau gaya hidup
dan karakteristik bahwa masyarakat tertentu yang dianggap berhubungan
menerima ketidaknyamanan yang sangat dengan penyakit tersebut.
tinggi. Mendapat ancaman tersebut 3) Stigma kesopanan, yaitu hukuman
membuat seseorang menerima sosial atas orang yang berhubungan
stigmatisasi (Goffman, 1963 dalam dengan isu HIV AIDS atau orang yang
Pusdiklat kemenkes, 2013). Stigmatisasi positif HIV. Stigma AIDS sering
adalah tindakan memfonis seseorang diekspresikan dalam satu atau lebih
sebagai buruk moral. stigma, terutama yang berhubungan
Dalam penelitian ini, stigma yang dengan homoseksualitas, biseksualitas,
secara umum selalu dirasakan oleh para pelacuran, dan penggunaan narkoba
ODHA diterima dari masyarakat adalah melalui suntikan. Banyak negara maju,
bahwa masyarakat samapai saat ini selalu terdapat penghubungan antara AIDS
ketakutan dengan penyakit HIV/AIDS dan dengan homoseksualitas atau
akan menghindari jika mengetahui ada biseksualitas, yang berkorelasi dengan
penderita HIV/AIDS di sekitarnya. Hal ini tingkat prasangka seksual yang lebih
sejalan dengan apa yang disampaikan oleh tinggi, misalnya sikap-sikap anti
UNAIDS, 2006, bahwa Hukuman sosial homoseksual. Demikian pula terdapat
atau stigma oleh masyarakat di berbagai anggapan adanya hubungan antara AIDS
belahan dunia terhadap pengidap HIV dengan hubungan seksual antar laki-laki,
AIDS terdapat dalam berbagai cara, antara termasuk bila hubungan terjadi antara
lain tindakan-tindakan pengasingan, pasangan yang belum terinfeksi.
penolakan, diskriminasi, dan Kemensos (2011) menyatakan,
penghindaran atas orang yang diduga seseorang yang terjangkit HIV AIDS
terinfeksi HIV, diwajibkannya uji coba dapat berdampak sangat luas dalam
HIV tanpa mendapat persetujuan terlebih hubungan sosial, dengan keluarga,
dahulu atau perlindungan kerahasiaannya, hubungan dengan teman-teman, relasi dan
dan penerapan karantina terhadap orang- jaringan kerja akan berubah baik kuantitas
orang yang terinfeksi HIV (UNAIDS : maupun kualitas. Orang-orang yang
2006). terjangkit HIV AIDS secara alamiah
Kekerasan atau ketakutan atas hubungan sosialnya akan berubah.
kekerasan yang dirasakan oleh para
penderita HIV/AIDS, telah mencegah Analisa pengaruh program Social
banyak orang untuk melakukan tes HIV, Enterpreneurship kelompok ODHA
memeriksa bagaimana hasil tes mereka, terhadap Stigma Masyarakat tentang
atau berusaha untuk memperoleh HIV/AIDS di daerah Binaan KPA Kota
perawatan, sehingga mungkin mengubah Kediri
suatu sakit kronis yang dapat dikendalikan Pengaruh Program Sosial
menjadi hukuman mati dan menjadikan Enterpreneurship pada ODHA terhadap
meluasnya penyebaran HIV AIDS. Stigma Masyarakat tentang HIV/AIDS
dilakukan menggunakan uji Chi Square

Jurnal Ilmu Kesehatan Vol. 3 No. 2 Mei 2015 36


ISSN 2303-1433

dengan 0,05. Dari hasil uji didapatkan Sosialisasi itu perlu agar masyarakat bisa
0,00 (< 0,05) artinya ada pengaruh sadar dari persepsi buruk mereka terhadap
program Sosial Enterpreneurship terhadap ODHA, dan yang terpenting adalah
Stigma masyarakat tentang HIV/AIDS menghindari perilaku-perilaku yang bisa
(hasil uji terlampir). Kegiatan social menyebarluaskan epidemi HIV AIDS
entrepreneurship yang berhasil terhadap masyarakat luas.
dilaksanakan dengan baik, akan Nursalam (2005) menjelaskan bahwa
memperbaiki cap buruk atau stigma yang seorang penderita HIV AIDS setidaknya
diberikan oleh masyarakat. Begitupun membutuhkan bentuk dukungan dari
sebaliknya, jika ODHA tidak memiliki lingkungan sosialnya. Dimensi dukungan
kegiatan social entrepreneurship akan sosial meliputi tiga hal, yaitu : 1)
meningkatkan persepsi buruk masyarakat Emotional support, meliputi perasaan
tentang HIV/AIDS yang dirasakan oleh nyaman, dihargai, dicintai, dan
para ODHA. Hal ini dapat dijelaskan diperhatikan. 2) Cognitive support,
sbb: meliputi informasi, pengetahuan dan
Orang-orang yang terjangkit HIV nasehat. 3) Materials support, meliputi
AIDS secara alamiah hubungan sosialnya bantuan atau pelayanan berupa sesuatu
akan berubah. Dampak yang paling berat barang dalam mengatasi suatu masalah.
dirasakan oleh keluarga dan orang-orang Orang yang hidup dengan HIV dan
dekat lainnya. Perubahan hubungan sosial AIDS (ODHA) termasuk di antara
dapat berpengaruh positif atau negatif kelompok-kelompok yang paling rentan
pada setiap orang. Reaksi masing-masing dalam masyarakat Indonesia. Stigmatisasi
orang berbeda, tergantung sampai sejauh sosial akibat tidak adanya pemahaman
mana perasaan dekat atau jauh, suka dan sehubungan dengan risiko penularan dari
tidak suka seseorang terhadap yang orang yang terinfeksi menyebabkan
bersangkutan. Upaya kuratif pada aspek banyak ODHA kehilangan pekerjaan
sosial harus diterapkan kepada pengidap mereka atau tidak dapat memperoleh
HIV AIDS, hal itu dengan melihat bahwa pekerjaan untuk menafkahi diri mereka
pengidap HIV AIDS mengalami proses sendiri maupun keluarganya. Banyak
labelling oleh masyarakat dimana ODHA menanggulangi masalah ini
mereka mendapatkan label buruk sebagai dengan berusaha bekerja di sector
orang-orang yang tidak berguna. Upaya informal, sering kali dengan mulai
kuratif pada aspek sosial difokuskan membuka usaha mikro atau usaha kecil.
dalam upaya mendorong pengidap HIV Oleh sebab itu, memberikan bantuan
AIDS agar menjadi produktif dan punya untuk mewujudkan terbentuknya usaha-
kontribusi terhadap masyarakat, maka usaha seperti itu oleh ODHA dan
secara tidak langsung akan mengurangi keluarganya merupakan strategi yang
stigma buruk di masyarakat. berharga. Untuk mengurangi beban yang
Selain hal-hal seperti yang disebutkan dihadapi oleh orang-orang yang terinfeksi
di atas, ada hal lain yang perlu HIV dan anggota rumah tangga mereka
diperhatikan akibat dari kurangnya (ILO, 2009)
pengetahuan dan pemahaman terhadap
penyakit HIV AIDS, kebanyakan Kesimpulan
masyarakat berasumsi ODHA itu Jenis Kegiatan yang paling banyak
berbahaya, pembawa sial, orang hina, dijalankan oleh ODHA di Kota Kediri
tidak berguna, dan segala caci maki yang adalah Sektor Wiraswasta. Hampir
menusuk hati. Oleh karena itu, sangat seluruh ODHA mempersepsikan adanya
perlu sosialisai tentang penyakit HIV Stigma dari masyarakat tentang
AIDS pada masyarakat umum, terutama HIV/AIDS
pada masyarakat desa.

Jurnal Ilmu Kesehatan Vol. 3 No. 2 Mei 2015 37


ISSN 2303-1433

Program Sosial Enterpreneurship HIV/AIDS terhadap Psikologis dan


berpengaruh terhadap Stigma Masyarakat ekonomi para ODHA
tentang HIV/AIDS
Daftar Pustaka
Saran Bappeda Kota Kediri, 2013. LAKIP Kota
Untuk Tempat Penelitian Kediri.
Mengacu pada hasil penelitian ini maka Depkes, RI. 2003. Buku Pedoman
perlu kiranya dilakukan hal-hal sebagai Nasional Perawatan, Dukungan,
berikut: dan pengobatan bagi ODHA. Buku
1. Perlunya memberikan Emotional Pegangan bagi Petugas Kesehatan
support, meliputi perasaan nyaman, dan Petugas Lainnya. Jakarta
dihargai, dicintai, dan diperhatikan Depkes, RI. 2009. Sehat dan Positif untuk
melalui peningkatan partisipasi aktif para ODHA. Jakarta
ODHA dalam kegiatan kelompok Depkes, RI. 2010. Pedoman Pelaksanaan
pendukung sebaya. Perlu dilakukan Kewaspadaan Universal di
konseling pada ODHA untuk Pelayanan Kesehatan. Jakarta
penguatan mental spiritual, dan KPA Nasional, 2010. Pedoman
konseling pada keluarga ODHA dan Pencegahan HIV melalui
masyarakat agar dapat memberikan Transmisi Seksual. Jakarta
dukungan pada ODHA secara M. Zainuddin, 2000. Metodologi
konstruktif Penelitian. Surabaya
2. Perlunya peningkatan Cognitive support. Nursalam. (2003) Konsep Penerapan
Melalui penyebarluasan informasi Metodologi Penelitian Ilmu
tentang HIV /AIDS ,peningkatan Keperawatan. Salemba Medika,
pengetahuan melalui upaya pelatihan- Jakarta.
pelatihan dan penguatan psikologis para Nursalam. (2008) Konsep dan Penerapan
ODHA melalui kerjasama dengan pihak Metodologi Penelitian Ilmu
yang terkait. Melakukan pendidikan keperawatan (Edisi 2). Salemba
pada masyarakat untuk mengurangi Medika, Jakarta
stigma dan diskriminasi, membangun Pusdiklatnakes Kemenkes, RI. 2013.
dan mengembangkan sebanyak Modul Pelatihan Managemen
mungkin dukungan sosial baik dari HIV/AIDS bagi Tenaga Pendidik.
komunitas ODHA sendiri maupun di UPT Pelatihan Kesehatan
luar ODHA. Masyarakat Murnajati
3. Pemberian Materials support, meliputi Richard, Muma. 2000.HIV Manual Untuk
bantuan atau pelayanan berupa Tenaga Kesehatan. EGC: Jakarta
peningkatan pelayanan VCT, dan
Ronald Hutapea, 2003. AIDS& PMS dan
pemberdayaan masyarakat untuk
Perkosaan. Rineke Cipta: Jakarta
meningkatkan kemandirian para ODHA.
Soekidjo Notoatmodjo. (2005).
Perlu pengembangan program
Metodologi Penelitian Kesehatan.
rekreasional, dan pengembangan
Rineka Cipta, Jakarta
potensi ODHA terutama pemberdayaan
Sugiyono. (2006). Statistika untuk
ekonomi, pemanfaatan pengalam hidup
Penelitian. Alfabeta, Bandung
sebagai penderita HIV/AIDS untuk
World Bank. 2009. HIV and AIDS in
mensupport orang-orang yang senasib
South Asia: An Economic
Development Risk. World Bank.
Untuk Penelitian Selanjutnya
Washington, DC
Perlu dikembangkan penelitian
yang lebih komprehensif dengan
melibatkan beberapa pihak yang terlibat
misalnya mengevaluasi dampak

Jurnal Ilmu Kesehatan Vol. 3 No. 2 Mei 2015 38


ISSN 2303-1433

Hubungan Antara Status Gizi (IMT) dengan Usia Menarche pada Remaja Putri Usia
13-14 Tahun di SMPN 1 Pace Kecamatan Pace Kabupaten Nganjuk

(the relationship between nutritional status with age of menarche in young women aged
13-14 years)

Sumy Dwi Antono


Poltekkes Kemenkes Malang
Prodi Kebidanan Kediri Jl.KH.Wakhid Hasyim 64 B Kediri

ABSTRACT
The average of menarche young women continoued to decline on average about 3-4
months every 10 years. The shift of the age of menarche to younger age can cause
emotional stress, the risk of breast cancer, pregnancy is noy on purpose. The purpose of
this research is to know the relationship between nutritional status with age of menarche in
young women aged 13-14 years. The type of this research use cross sectional research
design. Sampling technique of this research used proportional stratified random sampling
which the research took a random strata in the population, for this research the reseacher
using the lottery draw. The researcher abtained samples of 76 responden of total student
population of 96. The analysis data of this research is Spearman Rank. The result of the
analysis data shows that there is no relationship between nutritional status with age of
menarche which the value tcount = 0,647 less than ttable = 1,995. For this research the
researcher gives suggestion to the next researcher to develop the factor social media that
can influence the age of menarche in girls forther.
Keywords : nutritional status, age of menarche, young women
.
Latar Belakang tumbuhnya rambut ketiak, tumbuhnya
Masa remaja adalah masa peralihan rambut pubis, dan pembesaran payudara.
dari masa kanak-kanak ke dewasa. Jadi menarche pada seorang wanita
Batasan usia remaja menurut World mengindikasikan bahwa alat
Health Organization (WHO) (2007) reproduksinya mulai berfungsi. Saat ini
adalah 12 sampai 24 tahun. Remaja kebanyakan seorang perempuan`
merupakan tahapan seorang dimana dia mengalami menstruasi pertama menarche
berada di antara fase anak dan dewasa lebih cepat.
yang ditandai dengan perubahan fisik, Berdasar hasil penelitian yang
perilaku, kognitif, biologis, dan emosi dilakukan di SMPN 155 Jakarta tahun
yang merupakan periode pematangan 2011 tentang Faktor-faktor yang
organ reproduksi manusia, dan sering Berhubungan dengan Usia Menarche pada
disebut masa pubertas (Efendi, 2009). Remaja Putri di SMPN 155 Jakarta Tahun
Masa pubertas seorang perempuan 2011 menunjukkan bahwa responden yang
ditandai dengan menarche (menstruasi memiliki usia menarche cepat dan status
pertama). Menarche adalah haid pertama gizi lebih dan resiko gizi lebih adalah
kali yang dialami seorang perempuan sebanyak 13 orang (33,3%), responden
yang merupakan ciri khas kedewasaan yang memiliki usia menarche cepat dan
seorang perempuan, sebagai pertanda status gizi kurang dan baik adalah
masa peralihan dari masa anak menuju sebanyak 26 (66,7%) orang. Responden
masa dewasa. Selain ditandai dengan yang memiliki usia menarche normal
menarche, masa pubertas ditandai juga dengan status gizi lebih dan resiko lebih
dengan adanya ciri-ciri sekunder, yaitu adalah sebanyak 7 orang (12,3%) dan

Jurnal Ilmu Kesehatan Vol. 3 No. 2 Mei 2015 39


ISSN 2303-1433

responden yang memiliki usia menarche (Prawirohardjo, 2011). Seharusnya


normal yaitu usia 12-13 tahun dengan menarche terjadi pada wanita di usia 12-
status gizi kurang serta baik adalah 13 tahun. Sedangkan pada dekade 60-an,
sebanyak 50 orang (87,7%) (Derina, kebanyakan wanita pertama kali
2011). mengalami menstruasi pada usia 15-16
Hasil penelitian yang dilakukan pada tahun, pada abad ke 21 menarche bergeser
siswi kelas VIII SMP Muhammadiyah 5 ke usia lebih muda. Membaiknya standar
Pucang Surabaya menunjukkan bahwa kehidupan berdampak pada pergeseran
responden dengan status gizi gemuk yaitu usia menarche ke usia yang lebih muda.
30 siswi (75%) mengalami menarche Pergeseran usia menarche ke usia lebih
cepat, sedangkan responden dengan status muda bisa menyebabkan stress emosional,
gizi normal yaitu 25 siswi (65,79%) risiko terkena kanker payudara (Susanti
mengalami menarche normal. Dari hasil dan Sunarto, 2012), kehamilan yang tidak
analisis menggunakan uji korelasi disengaja (Martaadisoebrata, 2005). Hal
Spearman diperoleh nilai signifikan 0,000, ini terjadi karena status gizi dan kesehatan
karena = 0,000 < = 0,05 maka Ho yang semakin baik. Wanita yang bergizi
ditolak yang berarti ada pengaruh status baik mempunyai kecepatan pertumbuhan
gizi terhadap terjadinya menarche yang lebih tinggi pada masa sebelum
(Badriyah, 2011). pubertas (prapubertas) dibandingkan
Berdasarkan hasil penelitian pada dengan remaja yang kurang gizi.
siswi kelas VII dan kelas VIII SMPN 11 Penelitian ini bertujuan untuk menganalisa
Semarang diperoleh informasi bahwa hubungan antara status gizi (IMT) dengan
persentase seluruh siswi (100%) kelas VII usia menarche pada remaja putri usia 13-
dan kelas VIII yang menjadi responden 14 tahun di SMPN 1 Pace Kecamatan
tidak pernah mendapat paparan audio Pace Kabupaten Nganjuk.
visual berupa menonton atau membaca
majalah porno. Hal ini diperkuat dari Metode Penelitian
penelitian sebelumnya yang mengatakan Desain penelitian yang digunakan
bahwa lingkungan berpengaruh pada adalah rancangan penelitian analitik
waktu terjadinya menarche. Remaja putri dengan pendekatan cross-sectional
yang tinggal di kota mendapat fasilitas dimana variabel bebas yaitu status gizi
hiburan seperti internet, atau majalah/film dan variabel terikat yaitu usia menarche
porno sehingga mempercepat menarche yang diukur pada waktu yang bersamaan.
dibandingkan dengan remaja putri yang Populasi dalam penelitian ini adalah
tinggal di pedesaan (Kusuma, 2012). seluruh siswi SMPN 1 Pace usia 13-14
Berdasarkan hasil studi pendahuluan tahun yang sudah mengalami menstruasi
yang dilakukan di SMPN 1 Pace sejumlah 96 siswi. Sampel yang
didapatkan dari 20 siswi terdapat 9 siswi digunakan yaitu sebagian siswi
(45%) mengalami menstruasi pertama usia perempuan usia 13-14 tahun SMPN 1
11 tahun, 11 siswi (55%) mengalami Pace yang sudah mengalami menstruasi.
menstruasi pertama usia 12-13 tahun. Besar sampel menggunakan tabel
Fenomena di atas cukup banyak kita Normogram Harry King dengan taraf
jumpai dan pasti ada faktor-faktor yang kesalahan 5%, sehingga didapatkan besar
mempengaruhi hal tersebut. Diantaranya sampel 75 siswi. Teknik pengambilan
adalah faktor suku, genetik, gizi, sosial, sampel menggunakan Proportional
ekonomi, dll. Usia anak perempuan Stratified Random Sampling. Teknik
mengalami menarche bervariasi antara analisa data dengan uji Spearman Rank.
usia 10-15 tahun (Fairus, dkk, 2011). Usia
rata-rata menarche terus menurun rata-rata
sekitar 3-4 bulan setiap 10 tahun

Jurnal Ilmu Kesehatan Vol. 3 No. 2 Mei 2015 40


ISSN 2303-1433

sebagian besar responden memiliki usia


menarche normal 82,9% (63 siswi).
Hasil Penelitian
1. Status gizi pada remaja putri usia 3. Hubungan Antara Status Gizi
13-14 tahun di SMPN 1 Pace dengan Usia Menarche pada Remaja
Distribusi status gizi pada remaja Putri Usia 13-14 Tahun di SMPN 1
putri usia 13-14 tahun di SMPN 1 Pace Pace
dapat dilihat pada tabel dibawah ini : Hasil analisis dari status gizi dengan
usia menarche pada remaja putri usia 13-
Tabel 1 Distribusi Status Gizi pada 14 tahun dapat dilihat pada tabel dibawah
Remaja Putri Usia 13-14 Tahun di ini:
SMPN 1 Pace
Tabel 3 Tabulasi Silang Status Gizi
Kategori Jumlah Presentase dengan Usia Menarche pada
(n) (%) Remaja Putri Usia 13-14 Tahun
Kurang 9 11,8
Normal 50 65,8 Usia Menarche
Lebih 17 22,4 Status gizi Cepat Normal Lambat Jumlah
Total 100 N % N % N %
Sumber: Data primer hasil penelitian tanggal 14 Kurang 0 - 8 10,5 1 1,3 9
Normal 1 1,3 48 63,2 1 1,3 50
Juli 2014 Lebih 10 13,2 7 9,2 - - 17
Jumlah 11 14,5 63 82,9 2 2,6 76
Berdasarkan hasil penelitian yang Sumber: Data primer hasil penelitian tanggal 14
dilakukan pada remaja putri usia 13-14 Juli 2014
tahun di SMPN 1 Pace seperti terlihat
pada Tabel 1 bahwa lebih dari setengah Berdasarkan Tabel 3 dapat dijelaskan
responden 65,8% (50 siswi) berstatus gizi bahwa lebih dari setengah responden yaitu
normal. 63,2% (48 siswi) dengan status gizi
normal dan usia menarche normal.
2. Usia menarche pada remaja putri
usia 13-14 tahun di SMPN 1 Pace Pembahasan
Distribusi usia menarche pada remaja 1. Status gizi pada remaja putri usia
putri usia 13-14 tahun di SMPN 1 Pace 13-14 tahun
dapat dilihat pada tabel dibawah ini : Data hasil penelitian memperlihatkan
bahwa lebih dari setengah responden yaitu
Tabel 2 Distribusi Usia Menarche pada sebesar 50 siswi (65,8%) berstatus gizi
Remaja Putri Usia 13-14 normal, sebagian kecil responden yaitu
Tahun di SMPN 1 Pace sebesar 9 siswi (11,8%) berstatus gizi
kurang, dan sebagian kecil responden
Kategori Jumlah Presentase yaitu sebesar 17 siswi (22,4%) berstatus
(n) (%) gizi lebih.
Cepat 11 14,5 Responden yang dalam kategori
Normal 63 82,9 status gizi normal lebih dari setengah
Lambat 2 2,6
responden dan responden yang masuk
Total 100
Sumber: Data primer hasil penelitian tanggal 14
dalam kategori status gizi lebih yaitu
Juli 2014 sebagian kecil respnden, hal ini
disebabkan karena saat ini sosial ekonomi
Berdasarkan hasil penelitian yang masyarakat semakin membaik. Dengan
dilakukan pada remaja putri usia 13-14 membaiknya sosial ekonomi masyarakat,
tahun di SMPN 1 Pace seperti terlihat makanan yang dikonsumsi remaja tentu
pada Tabel 2 dapat dijelaskan bahwa makanan yang banyak mengandung zat
gizi dan vitamin yang akan mempengaruhi

Jurnal Ilmu Kesehatan Vol. 3 No. 2 Mei 2015 41


ISSN 2303-1433

pertumbuhan dan perkembangannya,


sehingga status gizi remaja akan semakin
membaik juga. Karena disini remaja 2. Usia menarche pada remaja remaja
merupakan masa peralihan dari masa anak putri usia 13-14 tahun
menuju masa dewasa dimana pada masa Data hasil penelitian yang dilakukan
remaja ini terjadi pertumbuhan fisik, pada remaja putri usia 13-14 tahun di
mental dan emosional yang sangat cepat. SMPN 1 Pace memperlihatkan bahwa
Pada remaja kebiasaan ikut-ikutan sebagian besar responden memiliki usia
dengan teman sebayanya merupakan salah menarche normal yaitu sebanyak 63 siswi
satu faktor yang dapat sangat (82,9%), sebagian kecil responden
mempengaruhi keadaan pada gizi remaja memiliki usia menarche cepat yaitu
seperti sering makan diluar rumah sebanyak 11 siswi (14,5%), dan sebagian
bersama teman-teman. Selain itu faktor kecil responden memiliki usia menarche
keturunan atau genetik juga bisa lambat yaitu sebanyak 2 siswi (2,6%).
mempengaruhi status gizi remaja. Remaja Usia saat seorang anak perempuan
yang memiliki orang tua gemuk, mendapatkan menstruasi pertama sangat
kemungkinan besar remaja tersebut juga bervariasi. Usia normal bagi seorang
gemuk, ataupun sebaliknya. perempuan mendapatkan menstruasi
Menurut Dewi, dkk (2013) Pengaruh untuk pertama kalinya yaitu pada usia 12-
lingkungan penting terhadap perilaku 13 tahun. Saat ini kecenderungan anak
remaja. Kebiasaan ikut-ikutan dengan perempuan mendapatkan menstruasi
teman sekelompoknya atau teman pertama kali pada usia yang normal. Ada
sebayanya merupakan salah satu masalah yang berusia 12 tahun saat pertama kali
yang dapat terjadi pada remaja. Bila mendapatkan menstruasi ada juga yang
kebiasaan remaja buruk seperti minum- mendapatkan menstruasi pada usia 13
minuman beralkohol, merokok, begadang tahun. Banyak faktor yang
tiap malam sangat mempengaruhi keadaan mempengaruhi cepat lambatnya menarche
gizi remaja tersebut Faktor keturunan diantaranya adalah faktor sosial, ekonomi,
juga berperan dalam mempengaruhi status lingkungan, genetik,suku, dan gizi. Pada
gizi remaja. Remaja yang mempunyai penelitian ini sebagian besar responden
orangtua gemuk, maka kemungkinan mendapatkan usia menarche normal dan
remaja tersebut juga bisa mengalami sebagian kecil responden memiliki usia
kegemukan. Ataupun sebaliknya, bila menarche cepat, hal ini disebabkan karena
orangtua kurus, maka remaja tersebut juga dengan mengkonsumsi makanan yang
mengalami hal yang sama. cukup gizi dan teratur remaja akan
Berdasarkan penelitian tentang tumbuh sehat, sehingga akan
Pengaruh Status Gizi Remaja Terhadap mempengaruhi pertumbuhan dan fungsi
Usia Menarche pada Siswi SDN Dukuh organ tubuh termasuk organ reproduksi.
Menanggal Surabaya yang dilakukan oleh Karena makanan merupakan slah satu
Putri Kusnita dan Damarati (2012) bahwa kebutuhan yang pokok bagi manusia
terdapat 23 siswi (63,9%) dari 36 siswi untuk tumbuh dan berkembang. Selain
SDN Dukuh mempunyai status gizi baik. itu, hal ini mungkin disebabkan karena
Berdasarkan hasil penelitian dan pengaruh media sosial seperti radio,
beberapa penelitian orang lain dapat televisi, majalah, dan internet yang ada
dilihat bahwa banyak responden yang dilingkungan sekitarnya sehingga
mempunyai status gizi normal karena berdampak pada tingkat kesuburan dan
semakin membaiknya standar kehidupan kematangan hormon yang terdapat dalam
masyarakat, pengaruh dari teman tubuh remaja tersebut sehingga remaja
sekelompok atau teman sebaya dan faktor akan mengalami kematangan seksual yang
genetik. lebih cepat sehingga perubahan fisik

Jurnal Ilmu Kesehatan Vol. 3 No. 2 Mei 2015 42


ISSN 2303-1433

berkembang secara cepat juga dan akan juga. Selain itu, faktor media sosial seperti
berdampak pada terjadinya menarche. televisi, radio, majalah, dan internet juga
Menurut Karis Amalia Derina (2011) dapat mempengaruhi cepat lambatnya usia
yang berperan dalam derajat kesehatan menarche pada remaja perempuan.
ada 4 faktor utama yaitu perilaku, Sekarang ini banyak masyarakat yang
lingkungan, genetik, dan akses ke sudah mempunyai televisi yang dapat
pelayanan kesehatan. Bila percepatan usia menayangkan sinetron-sinetron yang
menarche dianggap sebagai perubahan menampilkan anak-anak berperan sebagai
yang berhubungan dengan derajat orang dewasa dalam sinetron percintaan
kesehatan maka secara garis besar faktor remaja maupun orang dewasa, sehingga
yang mempercepat terjadinya usia terdapat kebiasaan para remaja untuk
menarche yaitu perilaku yang dalam hal menonton sinetron yang sangat
ini bisa dicerminkan dari status gizi mendukung untuk terjadinya pematangan
responden, genetik yang dapat dilihat dari alat reproduksinya, karena biasanya
usia menarche ibu, akses pelayanan setelah menonton mereka memiliki
kesehatan sehingga responden dalam keinginan untuk menjadi peran seperti
keadaan sehat, dan yang tidak kalah artis yang diidolakannya.
penting adalah faktor lingkungan. Berdasarkan penelitian oleh Dono
Menurut Putri Kusnita dan Damarati Anggar Kusuma (2012) tentang hubungan
(2012) Percepatan proses menarche juga beberapa faktor siswi dengan kejadian
dipengaruhi oleh perubahan hormon menarche pada remaja awal didapatkan
steroid estrogen dan progesteron yang bahwa persentase seluruh siswi (100%)
mempengaruhi pertumbuhan kelas VII dan kelas VIII yang menjadi
endometrium, semakin baik gizi siswi responden tidak pernah mendapat paparan
maka semakin cepat siswi akan audio visual berupa menonton atau
mengalami menarche. membaca majalah porno. Hal ini diperkuat
dari penelitian sebelumnya yang
3. Hubungan Status Gizi dengan Usia mengatakan bahwa lingkungan
Menarche pada Remaja Putri Usia berpengaruh pada waktu terjadinya
13-14 Tahun menarche. Remaja putri yang tinggal di
Data hasil penelitian memperlihatkan kota mendapat fasilitas hiburan seperti
bahwa dari 76 responden lebih dari internet, atau majalah/film porno sehingga
setengah responden yaitu 48 siswi mempercepat menarche dibandingkan
(63,2%) dengan status gizi normal dan dengan remaja putri yang tinggal di
usia menarche normal juga. pedesaan.
Setelah dilakukan pengujian hipotesis Dari hasil penelitian juga didapatkan
dengan Uji Korelasi Spearmen Rank bahwa dari 76 responden sebagian kecil
didapatkan hasil t hitung < t tabel artinya responden yaitu 10 siswi (13,2%) dengan
tidak ada hubungan antara status gizi status gizi lebih dan usia menarche cepat,
dengan usia menarche pada remaja putri hal ini terjadi karena dengan
usia 13-14 tahun. mengkonsumsi makanan yang bergizi dan
Hal ini dikarenakan banyak faktor teratur dapat mempengaruhi pertumbuhan,
yang mempengaruhi cepat lambatnya sistem kerja hormon dalam tubuh dan
menarche selain dari faktor gizi fungsi organ tubuh pada remaja tersebut
diantaranya faktor sosial, ekonomi, termasuk organ reproduksi. Makanan
lingkungan, genetik, media sosial dan yang banyak mengandung lemak, protein
suku. Pada penelitian ini banyak remaja hewani, kalsium, dan lain sebagainya akan
yang mempunyai status gizi normal, mempengaruhi sistem kerja hormon yang
sehingga banyak remaja yang akhirnya akan berdampak pada
mendapatkan usia menarche yang normal pertumbuhan dan perkembangan sistem

Jurnal Ilmu Kesehatan Vol. 3 No. 2 Mei 2015 43


ISSN 2303-1433

reproduksi. Misalnya lemak akan mikronutrien yaitu kalsium, terutama pada


merangsang pematangan folikel dan susu yang mempengaruhi jumlah estrogen
pembentukan estrogen. Protein hewani dan faktor pertumbuhan dalam
akan meregulasi pertumbuhan somatik mengirimkan sinyal fisiologis untuk
dan kematangan organ reproduksi. regulasi pertumbuhan somatik dan
Menurut Susanti dan Sunarto (2012) kematangan organ reproduksi.
terjadinya menarche dilihat dari sistem Menurut Susanti dan Sunarto (2012)
kerja hormon yang ada di tubuh yaitu Serat pada makanan terutama jenis serat
dengan mengkonsumsi makanan tinggi larut air berpengaruh terhadap penurunan
lemak akan berakibat pada penumpukan kadar kolesterol. Berkurangnya jumlah
lemak dalam jaringan adiposa yang kolesterol dapat menurunkan kadar leptin
berkorelasi positif dengan peningkatan dalam darah. Leptin berpengaruh terhadap
kadar leptin. Leptin ini akan memicu sekresi GnRH dan hormon estrogen yang
pengeluaran hormon GnRH digunakan untuk mengawali pubertas.
(Gonadotropin Releazing Hormone) yang Pengaruh serat terhadap kadar kolesterol
selanjutnya mempengaruhi pengeluaran dikaitkan dengan metabolisme asam
FSH (Follicle Stimulating Hormone) dan empedu. Serat makanan dapat menyerap
LH (Luteinizing Hormone) dalam asam empedu yang disintetis dari
merangsang pematangan folikel dan kolesterol di dalam hati.
pembentukan estrogen. Kalsium yang terkandung dalam susu
Menurut Susanti dan Sunarto (2012) akan mengirimkan sinyal untuk mengatur
Asupan protein hewani berlebih terutama pertumbuhan somatik dan mekanisme lain
berasal dari susu dan olahannya akan yang berhubungan dengan kematangan
merangsang sekresi insulin dan Insulin reproduksi. IGF-1 merupakan bagian dari
Like Growth Factor 1 (IGF-1). Insulin protein susu yang strukturnya mirip
tersebut akan menekan IGF pengikat insulin. Dan terlibat dalam pertumbuhan
protein 1, kemampuan IGF-1 berpengaruh somatik dan kematangan reproduksi, serta
terhadap produksi somatopedin, yaitu berkorelasi dengan asupan kalsium dan
suatu fasilitator pertumbuhan yang susu untuk mempercepat usia menarche
diproduksi oleh hati sebagai hormon menurut Susanti dan Sunarto (2012).
pertumbuhan yang berfungsi sebagai
penggerak utama kematangan seksual. Simpulan
Asupan protein hewani akan 1. Status gizi remaja putri usia 13-14
meningkatkan fase luteal. Akan tetapi jika tahun di SMPN 1 Pace lebih dari
dikonsumsi secara berlebihan akan setengah responden mempunyai
berpengaruh terhadap peningkatan status gizi normal.
frekuensi puncak LH dan mengalami 2. Usia menarche remaja putri usia 13-
pemanjangan fase folikuler yang akan 14 tahun di SMPN 1 Pace sebagian
mempercepat seseorang untuk memasuki besar responden masuk dalam
awal pubertas. Lain halnya dengan kategori menarche normal.
protein nabati yang kaya akan isoflavon 3. Tidak ada hubungan antara status gizi
berhubungan dengan keterlambatan usia dengan usia menarche pada remaja
menarche. Isoflavon dikaitkan dengan putri usia 13-14 tahun di SMPN 1
efek antiekstrogenik yang mampu Pace karena lebih dari setengah
menggantikan estradiol untuk berinteraksi responden dengan status gizi normal
langsung dengan reseptor estrogen a (Era dan usia menarche normal.
gene). Kondisi inilah yang akan Saran
mengacaukan gen ERa untuk melakukan 1. Bagi Tempat Penelitian
transkripsi gen sebagai pemicu awal 1. Kepada pihak sekolah untuk
pubertas. Adapun keterlibatan asupan memantau perkembangan kesehatan

Jurnal Ilmu Kesehatan Vol. 3 No. 2 Mei 2015 44


ISSN 2303-1433

reproduksi siswi-siswi SMPN 1 Pace Irianto, D. P. 2007. Panduan Gizi


dengan membuat daftar siswi yang Lengkap Keluarga dan Olahragawan.
sudah mengalami menstruasi. Yogyakarta: Andi.
Mengadakan penyuluhan tentang Kanisius. 2009. Bebas Masalah Berat
kesehatan reproduksi, terutama Badan. Yogyakarta: Kanisius.
masalah kesiapan menghadapi Kusnita, P. dan Damarti. Pengaruh Status
menarche. Gizi Remaja Terhadap Usia
2. Bagi Institusi Pendidikan Menarche pada siswi SDN Dukuh
Dalam penelitian selanjutnya Menanggal Surabaya.
diharapkan lebih mengembangkan http://digilib.unipasby.ac.id/files/disk
penelitiannya mengenai faktor-faktor 1/3/gdlhub--putrikusni-121-1-
lain yang mempengaruhi usia damarati.pdf. Diakses tanggal 21
menarche pada remaja putri terutama Februari 2014.
faktor audio visual. Kusuma, D. A. 2012. Hubungan Beberapa
Faktor Siswi dengan Kejadian
Daftar Pustaka Menarche Pada Remaja Awal di
SMPN 11 Kota Semarang Bulan Juni-
Adriani, M., dan Bambang W. 2012. Agustus 2012. Jurnal Kesehatan
Peran Gizi dalam Siklus Kehidupan. Masyarakat 2013. Halaman: 1-10.
Jakarta: Kencana Prenada Media Notoatmodjo, S. 2010. Metodologi
Group. Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka
Arikunto, S. 2006. Prosedur Penelitian Cipta.
Suatu Pendekatan Praktik (Edisi Nursalam. 2008. Konsep dan Penerapan
Revisi VI). Jakarta: Rineka Cipta. Metodologi Penelitian Ilmu
Badriyah, dan Sulastri. 2011. Pengaruh Keperawatan Pedoman Skripsi, Tesis,
Status Gizi Terhadap Terjadinya dan Instrumen Penelitian
Menarche Pada Siswi Kelas VIII Keperawatan. Jakarta: Salemba.
SMP Muhammadiyah 5 Pucang Martaadisoebrata, Djamhoer. 2005.
Surabaya. Jurnal Penelitian Obstetri dan Ginekologi Sosial.
Kesehatan Suara Forikes. Halaman: Jakarta: Yayasan Bina Pustaka
1-56. Sarwono Prawirohardjo.
Derina, K. A. 2011. Faktor-faktor yang Paath, E.F, dkk. 2005. Gizi dalam
Berhubungan dengan Usia Menarche Kesehatan Reproduksi. Jakarta: EGC.
pada Remaja Putri di SMPN 155 Prawirohardjo, S. 2011. Ilmu Kandungan.
Jakarta Tahun 2011. Jakarta: PT Bina Pustaka Sarwono
Dewi, A.B.F.K, dkk. 2013. Ilmu Gizi Prawirohardjo.
untuk Praktisi Kesehatan. Proverawati, A., dan Siti A. 2009. Buku
Yogyakarta: Graha Ilmu. Ajar Gizi Untuk Kebidanan.
Efendi, F. 2009. Keperawatan Kesehatan Yogyakarta: Nuha Medika.
Komunitas:Teori dan Praktik dalam Saifuddin, A. B. 2005. Ilmu Kandungan.
Keperawatan. Jakarta: Salemba Jakarta: Yayasan Bina Pustaka
Medika. Sarwono Prawirohardjo.
Fairus, M., dan Prasetyowati. 2011. Buku Sibagariang, E. E., dkk. 2010. Kesehatan
Saku Gizi dan Kesehatan Reproduksi. Reproduksi Wanita. Jakarta: Trans
Jakarta: EGC. Info Media
Hermawanto, H. 2010. Menyiapkan Karya Soetjiningsih. 2004. Tumbuh Kembang
Tulis Ilmiah. Jakarta : TIM Remaja Dan Permasalahannya.
Hidayat, A. 2009. Metode Penelitian Jakarta: Sagung Seto.
Kebidanan dan Teknik Analisis Data. Sugiyono. 2010. Statistika untuk
Jakarta: Salemba. Penelitian. Bandung: Alfabet.

Jurnal Ilmu Kesehatan Vol. 3 No. 2 Mei 2015 45


ISSN 2303-1433

Sukarni, I., dan Wahyu K. 2013. Buku


Ajar Keperawatan Maternitas.
Yogyakarta: Nuha Medika.
Supariasa, I D. N., dkk, 2012. Penilaian
Status Gizi. Jakarta: EGC.
Supranto. 2007. Teknik Sampling untuk
Survey & Eksperimen. Jakarta:
Rineka Cipta.
Susanti, A. V., dan Sunarto. 2012. Faktor
Risiko Kejadian Menarche Dini pada
Remaja di SMPN 30 Semarang.
Journal of Nuttrition College.
Halaman 1-12.
Tim Penulis Poltekkes Depkes Jakarta I.
2010. Kesehatan Remaja: Problem
dan Solusinya. Jakarta: Salemba
Medika.

Jurnal Ilmu Kesehatan Vol. 3 No. 2 Mei 2015 46


ISSN 2303-1433

Effect of timing cord clamping on a vaginally delivered infant of a primigravida in


terms of the incidence of hyperbilirubinemia

Maria Magdalena Setyaningsih 1), Wisoedhanie Widi Anugrahanti 2)


1,2
Lecture, Panti Waluya Malang Nursing Academy
email: mmsetyaningsih70@gmail.com

Abstract
Delayed cord clamping leads to the increased level of haematocrite and victocytes
which is high risk of hyperbilirubinemia . This study is to determine if there is an effect of
timing of cord clamping relating to the incidence of hyperbilirubinemia on newborn, and to
create formulating the standard procedures in maternal interventions related to the timing
of cord clamping, another objective is preventing interventions of its occurrence when the
clamping is performed immediately after birth. Crossectional study was applied design of
the research. Population and samples included infants spontaneus by healthy
primigravidas.Two trials were included, 20 participants of each received interventions of
cord clamping more than equalivalent 1 minute and less than 1 minute followed by
bilirubin assessment 48 hours after birth, and analysed by using Linier Regression. There is
no significant effect of timing of cord clamping on newborn with regard to
hiperbilirubinemia, because the effect of the clamping on bilirubin level reaches up to
68.2%, while the other 31.8% of the varying levels are affected by other factors. There is a
need to conduct other relevant studies aimed to prevent hyperbilirubinemia starting from
antenatal to postnatal stage.

Key Words: Jaundice, Newborn, Hyperbilirubinemia, Time of Clamping, Primigravidas


.
Pendahuluan hiperviskositas yang dapat menyebabkan
Studi mengenai pemotongan tali pusat gangguan pada sistem neurologis.
masih menjadi kontroversi pada beberapa Penelitian di Kanada pada tahun 1972
ahli. Ada beberapa ahli yang menyatakan yang membandingkan transfusi plasenta
bahwa tali pusat sebaiknya dipotong yang terjadi pada bayi aterm dan prematur
dalam waktu lebih dari 15 menit untuk yang berhubungan dengan waktu
meningkatkan aliran darah sebanyak 21% pengikatan tali pusat. Hasil pengukuran
pada bayi. Ahli yang lain meyakini bahwa volume darah yang dilakukan setelah 5
tali pusat sebaiknya segera dipotong menit transfusi plasenta tidak berbeda
dalam waktu beberapa detik supaya bayi pada bayi aterm dan prematur (terjadi
cepat beradaptasi dengan kondisi fisiknya peningkatan volume darah 47% pada bayi
sendiri (Forro, 2007). Beberapa studi aterm dan 50% pada bayi prematur).
menunjukkan bahwa pengikatan tali pusat Proporsi transfusi plasenta terbesar terjadi
tertunda mengakibatkan darah plasenta pada menit pertama. Pengikatan tali pusat
mengalir ke neonatus sehingga terjadi tertunda memberikan waktu lebih banyak
peningkatan volume darah sebesar 30% untuk transfer darah dari plasenta kepada
dan peningkatan 60% eritrosit. Beberapa bayi. Stripping atau milking tali pusat
studi menunjukkan bahwa pengikatan tali sebelum pengikatan akan menambah
pusat tertunda dapat meningkatkan kadar volume darah bayi hingga 20%.
hematokrit dan viskositas darah secara Viskositas darah didefinisikan
patologis yang menyebabkan berbagai sebagai kontribusi faktor reologik darah
manifestasi klinis diantaranya terhadap resistensi aliran darah. Viskositas
hiperbilirubinemia, takikardia dan dan darah tergantung beberapa faktor, dimana
determinan mayornya adalah hematokrit

Jurnal Ilmu Kesehatan Vol. 3 No. 2 Mei 2015 47


ISSN 2303-1433

darah, viskositas plasma, agregasi dan saat usia 72 jam sedangkan pada bayi
bentuk sel darah merah, sel darah putih, dengan pengikatan tali pusat dini memiliki
dan diameter pembuluh darah. Diantara volume darah sekitar 82 mL/kg sehingga
semua faktor, hematokrit adalah pengikatan tali pusat terlambat dapat
determinan terpenting dari viskositas meningkatkan kadar Hemoglobin selama
darah, dimana 50% kenaikan viskositas satu minggu pertama kelahiran.
didasarkan atas kenaikan hematokrit. Penelitian ini bertujuan untuk
Viskositas darah berhubungan membuktikan pengaruh kecepatan
proporsional secara langsung dengan penjepitan tali pusat pada bayi baru lahir
hematokrit dan viskositas plasma dan normal yang dilahirkan secara spontan
berhubungan terbalik dengan oleh ibu primigravida normal terhadap
deformabilitas sel darah merah. Viskositas kejadian hiperbilirubinemia.
darah dapat diukur secara langsung
menggunakan suatu alat yang bernama Metode
Wells-Brookfield cone-plate viscometer, Desain penelitian cross sectional
tetapi karena ketersediaan alat ini masih study dengan pendekatan observasi.
terbatas, maka nilai hematokrit dapat Sampel penelitian adalah bayi baru lahir
digunakan untuk menyatakan vikositas normal yang dilahirkan secara spontan
darah. (Berhmen, 2000). oleh ibu primigravida normal. Peneliti
Suatu penelitian di Amerika Serikat melakukan observasi waktu penjepitan tali
pada tahun 1966 menyatakan adanya pusat pada saat proses persalinan dan
suatu hubungan konsisten antara mengelompokkan sampel sesuai waktu
hematokrit dan viskositas darah. yang dibutuhkan untuk melakukan
Hematokrit dari bayi baru lahir sangatlah penjepitan tali pusat ke dalam kelompok
dipengaruhi oleh waktu pengikatan dan penjepitan < 1 menit dan 1 menit,
pemotongan umbilikus, dimana penjepitan hingga masing-masing kelompok
tali pusat tertunda akan menyebabkan memperoleh 20 sampel.
terjadinya transfusi plasenta lebih besar Analisis dilakukan melalui dua tahap,
dan berkurangnya volume residu plasenta. tahap pertama adalah analisis univariabel.
Polisitemia didefinisikan sebagai Pada analisis ini, variabel penelitian
kenaikan kadar hematokrit dan dianalisis secara deskriptif untuk
hemoglobin darah vena > 2 SD sesuai usia mendapatkan gambaran distribusi
gestasi bayi. Polisitemia dapat frekuensi responden. Selanjutnya
menimbulkan banyak komplikasi seperti dilakukan analisis bivariat untuk
hiperviskositas dan hiperbilirubinemia. mengetahui pengaruh variabel bebas
Polisitemia dipengaruhi oleh berbagai terhadap variabel terikat. Untuk
faktor risiko, salah satunya adalah faktor menganalisis pengaruh penjepitan tali
obstetrik yaitu lama pengikatan tali pusat pusat bayi baru lahir terhadap kejadian
setelah bayi dilahirkan. hiperbilirubinemia dengan menggunakan
Penelitian di Glasgow pada tahun uji regresi logistik dengan derajat
1993 melaporkan pengikatan tali pusat di kemaknaan () = 0,05.
bawah introitus 20 cm, yang terlambat 30 Hasil dan Pembahasan
detik dapat meningkatkan volume sel Tabel 5.1 Distribusi Karakteristik Responden
darah dan meningkatkan rasio tekanan Berdasarkan Waktu Pemotongan Tali Pusat
oksigen arteri-alveoli pada hari pertama. Waktu
Prosen-
Suatu penelitian di Amerika Serikat No. Pemotongan Frekuensi
tase
Tali Pusat
terhadap 34 bayi yang dilahiran dengan
persalinan normal melaporkan bayi 1. < 1Menit 20 50%
2. 1 Menit 20 50%
dengan pengikatan tali pusat terlambat
memiliki volume darah sekitar 93 mL/kg Jumlah 40 100%
Sumber: Data Primer

Jurnal Ilmu Kesehatan Vol. 3 No. 2 Mei 2015 48


ISSN 2303-1433

Berdasarkan Tabel 5.1 didapatkan Tabel 5.5 Distribusi Karakteristik Nilai Bilirubin
data bahwa masing-masing 20 responden Total Responden Berdasarkan Waktu Pemotongan
Tali Pusat
(50%) yang dilakukan penjepitan tali Waktu Pemotongan
pusat dengan waktu kurang dari 1 menit Tali Pusat
Nilai
dan lebih dari 1 menit N
Bilirubin <1 Total
o 1 Menit
Total Menit
Tabel 5.2 Distribusi Karakteristik Responden n n
Berdasarkan Nilai Bilirubin Total
Nilai
Prosen- 1 Normal 20 18 38
No. Bilirubin Frekuen-si
tase 2 Tidak 0 2 2
Total
Normal
1. 38 95% Jumlah 20 20 40
Tidak
2. 2 5% Sumber: Data Primer
Normal
Jumlah 40 100% Berdasarkan tabel 5.5 menunjukkan
Sumber: Data Primer bahwa 20 orang responden pada
Berdasarkan tabel 5.2 didapatkan kelompok dengan pemotongan tali pusat
data bahwa sejumlah 38 responden (95%) <1 menit, mempunyai kadar bilirubin
dari keseluruhan responden berdasarkan normal. Adapun pada kelompok dengan
nilai bilirubun total memiliki nilai pemotongan tali pusat 1 menit, ada
bilirubin total normal ( 10 mg%) atau sebanyak 18 bayi yang mempunyai kadar
tidak terjadi hiperbilirubin. bilirubin dengan kategori normal.
Tabel 5.3 Distribusi Karakteristik Responden Tabel 5.6 Distribusi Karakteristik Nilai Bilirubin
Berdasarkan Nilai Bilirubin Direct Direct Responden Berdasarkan Waktu
Nilai Pemotongan Tali Pusat
Frekuen- Prosen-
No Bilirubin Waktu
si tase
Direct PemotonganTali Total
Tidak Nilai Pusat
1. 3 7.5%
Normal No Bilirubin <1 1
2. 37 92.5%
Normal Direct Menit Menit
Jumlah 40 100% n n N
Sumber: Data Primer 1. Normal 19 18 37
Berdasarkan tabel 5.3 didapatkan 2. Tidak 1 2 3
data bahwa sejumlah 37 responden
Jumlah 20 20 40
(95.2%) memiliki nilai bilirubin direct
Sumber : Data Primer
normal
Berdasarkan tabel 5.6 menunjukkan
Tabel 5.4 Distribusi Karakteristik Responden
bahwa pada kelompok pemotongan tali
Berdasarkan Nilai Bilirubin Indirect pusat <1 menit, sebanyak 19 bayi yang
mempunyai kadar bilirubin normal. Pada
Nilai Bilirubin Freku-
No
Indirect ensi
Prosentase kelompok dengan pemotongan tali pusat
1 menit, didapatkan sebanyak 18 bayi
1. Normal 21 52.5% yang mempunyai kadar bilirubin dengan
2. Tidak Normal 19 47.5% kategori normal.
Jumlah 40 100%
Sumber: Data Primer
Berdasarkan tabel 5.4 didapatkan
data bahwa sejumlah 21 responden
(52.5%) memiliki nilai Bilirubin Indirect
dalam batas normal ( 9 mg%) atau tidak
terjadi hiperbilirubin.

Jurnal Ilmu Kesehatan Vol. 3 No. 2 Mei 2015 49


ISSN 2303-1433

Tabel 5.7 Distribusi Karakteristik Nilai Bilirubin karena itu, data bilirubin direct dilakukan
Indirect Responden Berdasarkan Waktu transformasi data dengan logaritma, agar
Pemotongan Tali Pusat
data dapat lebih berdistribusi normal.
Waktu Pemotongan
Adapun hasil uji normalitas data bilirubin
Nilai Tali Pusat
No Bilirubin
Total direct adalah sebagai berikut:
<1 1
Indirect Menit Menit One Sample Kolmogorov Smirnov
N n N Test
Bilirubin
Direct (log)
1. Normal 20 1 21 N 4
2. Tidak 0 19 19 Normal Parameter a,b Mean -.3477
Std. Deviation .25787
Jumlah 20 20 40 MostExtreme Absolute .202
Sumber : Data Primer Differences Positive .118
Negative -.202
Berdasarkan tabel 5.7 menunjukkan Kolmogorov-Smirnov Z 1.277
bahwa 20 responden pada kelompok Asymp. Sig. (2-tailled) .076
dengan pemotongan tali pusat <1 menit a. Test distribution is normal
mempunyai kadar bilirubin normal. Pada b. Calculated from data
kelompok dengan pemotongan tali pusat
1 menit, Sebayak 19 orang bayi Uji Regresi Linier Sederhana Pada
mempunyai kadar bilirubin normal. Bilirubin Total
Descriptive Statistic
Std.
Uji Normalitas Data Mean
Deviation N
Bil. Bil. Bil. Bil. Total 9.1960 1.70695 40
Total Direct Indirect Pemotongan 1.5000 .50637 40
N 40 40 40 tali pusat
Normal Par. a,bMean 9.1960 .523 8.6725
Std. Deviation 1.70695 .30397 1.7088
Correlations
MostExtremeAbsolute .097 .216 .199
Differences Positif .097 .216 .199 Pemotongan
Bil.Total
Negative .059 .166 -.089 Tali Pusat
KolmogorovSmimovZ .614 1.369 .755 Pearson Bil.Total 1000 .826
Asymp. Sig. (2-tailed) .845 .047 .618 Correlation Pem.Tali .826 1.000
Pusat

a. Test distribution is Normal Sig.(1-tailed)Bil.Total . .000


b. Calculated from data Pem. Tali Pusat .000 .
N Bilirubin total 40 40
Berdasarkan pengujian normalitas Pem.Tali Pusat 40 40
data dengan menggunakan Uji
Kolmogorov Smirnov, data bilirubin total Variables Entered/Removed
Model Variables Variables Method
dan bilirubin indirect mempunyai nilai
Entered Removed
signifikansi 0.845 dan 0.618 (p>0.05), 1 Pemotongan Enter
sehingga dapat disimpulkan bahwa data Tali Pusat .
bilirubin indirect tersebut menyebar a. All requested variables entered
mengikuti sebaran normal. b. Dependent Variable : Bilirubin total
Pengidentifikasi tentang pengaruh waktu
Model Summaryb
pemotongan tali pusat terhadap kadar Model R R Adjusted Std. Error
bilirubin total dapat dilakukan dengan Square R Square of the
menggunakan uji regresi, karena asumsi Estimate
kenormalan distribusi data telah terpenuhi. 1 .826a .682 .673 .97579
Data bilirubin direct tergolong tidak a. Predictors : (constant), Pemotongan Tali
Pusat
berdistribusi normal karena mempunyai
b. Dependent Variable: Bilirubin total
nilai signifikansi 0.047 (p<0.05). Oleh

Jurnal Ilmu Kesehatan Vol. 3 No. 2 Mei 2015 50


ISSN 2303-1433

sisanya (1-R Square) ditentukan oleh


Sum of Mean factor lain. Jadi dapat dikatakan bahwa
Model Df F Sig.
Squa-res Square
Regression 77.451 1 77.451 81.342 .000a pengaruh kecepatan pemotongan tali pusat
Residual 36.182 38 .952 pada bayi baru lahir normal terhadap
Total 113.633 39
a. Predictors : (constant), Pemotongan Tali kadar bilirubin total hingga 68.2%.
Pusat Terdapat 31.8% keragaman rata-rata kadar
b. Dependent variable : Bilirubin total bilirubin total tersebut dipengaruhi oleh
factor lain selain dari kecepatan
Coefficientsa pemotongan tali pusat pada bayi baru lahir
Standa normal.
Under-
r-
standized T
dized Sig.
Coeff
Model Coeff Uji Regresi Linier Sederhana Pada
Std. Bilirubin Direct
B Er- Beta Descriptive Statistic
ror Std.
1
Mean N
Deviation
(constant) 5.022 .488 10.292 .000 Bilirubin direct (log) -.3477 .25787 40
Pem.Tali 2.783 .309 .826 9.019 .000 PemotonganTali Pusat 1.5000 .50637 40
Pusat
a. Dependent Variable : Bilirubin total
Correlations
Interpretasi : Pearson Correlation Bilirubin Pemoton
Berdasarkan hasil uji regresi linier, Direct gan Tali
didapatkan persamaan regresi sebagai (log) Pusat
berikut: Pearson Bil.Direct(log) 1000 .156
Persamaan regresi CorrelationPem.Tali Pusat .156 1.000
R Square
Y=5.022+2.783X 68.2% Sig. (1-tailed)Bil.Direct(log) . .168
(pemotongan tali pusat) Pem.TaliPusat .168 .
Keterangan :
Y = Bilirubin total N Bil.Direct(log) 40 40
X = Pemotongan tali pusat (<1 menit dan 1 Pem.Tali Pusat 40 40
menit)
Variables Entered/Removed
Hal tersebut dapat diartikan bahwa Model Variables Variables Method
tanpa mempertimbangkan pengaruh dari Entered Removed
kecepatan pemotongan tali pusat pada 1 Pemotongan Enter
Tali Pusat
bayi baru lahir normal (<1 menit dan 1 a. All requested variables entered
menit), maka kadar bilirubin total akan b. Dependent variable: bilirubin direct (log)
cenderung meningkat secara konstan
5.022 mg/dL (karena koefisien konstanta Model Summaryb
bernilai positif). Namun apabila Model R R Adjusted Std.
Squa R Error of
mempertimbangkan pengaruh dari Re Square the
kecepatan pemotongan tali pusat 1 menit Estimate
akan menyebabkan rata-rata kadar 1 .156a .024 .001 .25803
bilirubin total mengalami peningkatan
a. Predictors: (constant), pemotongan tali
hingga 2.783 mg/dL. Berdasarkan hasil uji pusat
regresi juga dihasilkan nilai koefisien b. Dependent variable: bilirubin direct (log)
determinasi (R square=r2) yang
menyatakan besarnya pengaruh kecepatan
pemotongan tali pusat pada bayi baru lahir
normal terhadap kadar bilirubin total,
dalam bentuk presentase, dan presentase

Jurnal Ilmu Kesehatan Vol. 3 No. 2 Mei 2015 51


ISSN 2303-1433

Sum of Mean factor lain. Jadi dapat dikatakan bahwa


Model Square Df Squar f Sig. pengaruh kecepatan pemotongan tali pusat
s e
pada bayi baru lahir normal terhadap
1 Regression .063 1 .063 .9 .335a
Residual 2.530 38 .067 5 kadar bilirubin direct hanya 2.4%,
Total 2.593 39 3 sedangkan 97.6% dapat dipengaruhi
a. Predictors: (Constant), Pemotongan Tali faktor lain.
Pusar
b. Dependent variable: bilirubin direct (log) Uji Regresi Linier Sederhana Pada
Coefficientsa Bilirubin Indirect
Unstandarized Stadarized Descriptive statistics
Coeff Coeff Std.
Mean N
Std. Deviation
Model B Error Beta T Sig Bil.Indirect 8.6725 1.70828 40
1(Const) -.467 .129 -3.621 .001 Pemotongan 1.5000 .50637 40
Pem. Tali Tali Pusat
Pusat .080 .082 .156 .976 .335
a. Dependent Variable: Bilirubin direct (log)
Correlations
Bil. Pem.
Berdasarkan hasil pengujian regresi linier, Indirect Tali Pusat
didapatkan persamaan regresi sebagai Pearson Bil.Indirect .801
berikut: Correlation 1000 1.000
Pem.TaliPusat
Persamaan regresi .801
R Square Sig.(1-tailed) . .000
Y=-0.467+0.080X 2.4% Bilirubin indirect .000 .
(Pemotongan tali pusat) Pemotongan Tali Pusat
N Bilirubin Indirect 40 40
Keterangan: Pemotongan Tali Pusat 40 40
Y = bilirubin direct (log)
X = pemotongan tali pusat (<1 menit dan 1 Variables Entered/Removed
menit) Model Variables Variables Method
Hal ini berarti tanpa Entered Removed
mempertimbangkan pengaruh dari 1 Pemotongan Enter
kecepatan pemotongan tali pusat pada Tali Pusat
bayi baru lahir normal (<1 menit dan 1 a. All requested variables entered
b. Dependent variable: bilirubin indirect
menit), maka kadar bilirubin direct akan
cenderung lebih rendah secara konstan Model Summaryb
0.467 mg/dL (karena koefisien konstanta Model R R Adjusted Std.Er.of the
bernilai negatif). Namun apabila Square R Square Estimate
mempertimbangkan pengaruh dari 1 .801a .641 .632 1.03691
kecepatan pemotongan tali pusat pada a. Predictors: (constant), pemotongan tali pusat
b. Dependent variable: bilirubin indirect
bayi baru lahir normal dimana
pemotongan tali pusat 1 menit akan Sum
menyebabkan rata-rata kadar bilirubin Mean
of F
direct mengalami peningkatan hingga Model Df Squar Sig.
Squar Sig
e
0.080 mg/dL. Selanjutnya, berdasarkan es
hasil uji regresi juga menunjukkan nilai 1
Regression 72.954 1 72.954 67.853 .000a
koefisien determinasi (R Square=r2) yang Residual 40.857 38 1.075
menyatakan besarnya pengaruh kecepatan Total 113.811 39
pemotongan tali pusat pada bayi baru lahir a. Predictors: (constant), pemotongan tali pusat
normal terhadap kadar bilirubin direct, b. Dependent variable: bilirubin indirect
dalam bentuk presentase, dan presentase
sisanya (1-R Square) ditentukan oleh

Jurnal Ilmu Kesehatan Vol. 3 No. 2 Mei 2015 52


ISSN 2303-1433

lain selain dari kecepatan pemotongan tali


Coefficientsa pusat pada bayi baru lahir normal.
Stand
Understan- ar-
dized Coeff dized
Kesimpulan dan Saran
Model T Sig. Dalam penelitian ini didapatkan hasil
Coeff
Std. bahwa tidak terdapat pengaruh yang
B Beta
Err signifikan antara kecepatan waktu
(constant) pemotongan tali pusat pada bayi baru lahir
4.621 .518 8.913 .000
Pem.Tali .801 normal dengan kejadian hiperbilirubin.
2.701 .328 8.237 .000
Pusat
Dependent variable: bilirubin indirect Dalam penelitian ini secara khusus juga
dapat disimpulkan bahwa perbedaan
Interpretasi: waktu penjepitan tali pusat yang
Berdasarkan hasil pengujian dengan diberlakukan, tidak memberikan
menggunakan analisis regresi linier, perbedaan yang bermakna pada nilai
dengan hasil persamaan regresi sebagai kadar bilirubin bayi baru lahir normal.
berikut: Disarankan untuk lebih memperhatikan
kondisi ibu sejak masa ante natal, intra
Persamaan regresi natal, dan post natal untuk mencegah
R Square terjadinya hiperbilirubin pada bayi baru
Y = 4.621 + 2.701X lahir
(pemotongan tali pusat) 64.1% Ucapan terima kasih ditujukan
kepada:
Keterangan:
Y = bilirubin indirect 1. Direktorat P2M Dirjen Dikti yang
X = pemotongan tali pusat (<1 menit dan >1 telah memfasilitasi penelitian berupa
menit) pemberian dana.
2. Kopertis Wil.VII yang telah
Hal ini dapat diartikan bahwa tanpa memberikan bimbingan dan
mempertimbangkan pengaruh dari kesempatan
kecepatan pemotongan tali pusat pada 3. Direktur RS.Panti Waluya Malang
bayi baru lahir normal (<1 menit dan 1 yang telah memberikan ijin dan
menit), maka kadar bilirubin indirect kesempatan penelitian
akan cenderung meningkat secara konstan 4. Direktur AKPER Panti Waluya
4.621 mg/dL (karena koefisien konstanta Malang atas bantuan dan dukungan
bernilai positif). Namun apabila yang telah diberikan kepada peneliti
mempertimbangkan pengaruh dari 5. Ketua LPPM AKPER Panti Waluya
kecepatan pemotongan tali pusat pada Malang atas bantuan administratif dan
bayi baru lahir normal dimana non administrative yang telah
pemotongan tali pusat 1 menit akan diberikan
menyebabkan rata-rata kadar bilirubin 6. Teman-teman di AKPER Panti
indirect mengalami peningkatan hingga Waluya yang telah memberikan
2.701 mg/dL. Selanjutnya, berdasarkan dukungan
hasil uji regresi juga menunjukkan nilai Ibu-bu hamil yang telah bersedia menjadi
koefisien determinasi (R Square=r2) yang responden dalam penelitian ini.
menyatakan besarnya pengaruh kecepatan
pemotongan tali pusat pada bayi baru lahir Daftar Pustaka
normal terhadap kadar bilirubin indirect Abalos. (2007). Effect of timing of
hingga 64.1%. Sedangkan 35.9% umbilical cord clamping of term
keragaman rata-rata kadar bilirubin infants on maternal and neonatal
indirect tersebut dipengaruhi oleh factor outcomes.
http://apps.who.int/rhl/pregnancy_

Jurnal Ilmu Kesehatan Vol. 3 No. 2 Mei 2015 53


ISSN 2303-1433

childbirth/childbirth/3rd_stage/cd0 Kristiyanasari. (2009). Neonatus &


04074_abalose_com/en/. Asuhan Keperawatan Anak.
Didownload tanggal 8 Mei 2013 Yogyakarta: Nuha Offset.

Behrman, Kliegman, Arvin. (2000). Ilmu Lowdermilk, Bobak, Jensen. (1999).


Kesehatan Anak. Jakarta: EGC Maternity Nursing 5th edition.
Missouri: Mosby Year Book
Bobak, Lowdermilk, Jensen. (2004).
Keperawatan Maternitas edisi 4. Margaretha. (2010). Kuning Pada
Jakarta: EGC Bayi.Keluarga.com/cibubur/kuning
padabayi. Diakses tanggal 19 April
Committee on Obstetric Practice . (2007). 2013 jam 11.25 WIB.
Timing of Umbilical Cord
Clamping After Notoatmodjo,Soekidjo. (2010).
Birth.http://www.acog.org/Resourc Metodologi Penelitian Kesehatan.
es%20And%20Publications/Comm Edisi revisi. Rineka Cipta: Jakarta
ittee%20Opinions/Committee%20
on%20Obstetric%20Practice/Timi Patton, 2007. Efek Pemberian Zinc Per
ng%20of%20Umbilical%20Cord% Oral Terhadap Kejadian
20Clamping%20After%20Birth.as Hiperbilirubinemia Pada Bayi
px. Didownload tanggal 8 Mei Baru Lahir Sehat Cukup Bulan.
2013 http://rshs.or.id/e-jurnal/article/57.
didownload tanggal 7 Mei 2013
Danim Sudarwan. (2003). Riset
Keperawatan. Jakarta: EGC Setiadi (2007). Konsep dan Penulisan
Riset Keperawatan. Yogyakarta:
Forro, Chinmayo. (2007). Childbirth with Penerbit Graha Ilmu
Love.
http://www.childbirthwithlove.com
/controversy.html. Diakses tangal
23 April 2013

Hamidi, Majid dan Masoomeh Alidoosti.


(2012). The relationship between
Umbilical cord Alpha Fetoprotein
and Hyperbilirubinemia in Third
day
http://journal.skums.ac.ir/browse.p
hp?a_id=1184&sid=1&slc_lang=e
n. Didownload tanggal 8 Mei 2013

Klaus, Fanaroff. (1998). Penatalaksanaan


Neonatus Resiko Tinggi. Jakarta:
EGC

Kosim Sholeh,Yunanto Ari, Dewi


Rizalya, Sarosa Irawan, Usman.
(2010). Buku Ajar Neonatologi.
Jakarta: Badan Penerbit IDAI

Jurnal Ilmu Kesehatan Vol. 3 No. 2 Mei 2015 54


ISSN 2303-1433

PENGARUH TERAPI BERMAIN PADA ANAK USIA PRASEKOLAH


TERHADAP KEHILANGAN KONTROL DALAM HOSPITALISASI DI RUANG
ANAK RSUD NGUDI WALUYO WLINGI

ERNA SUSILOWATI, RITA MEI DWI V


AKPER DHARMA HUSADA KEDIRI
Ernabudi_80@yahoo.co.id

ABSTRACT
At child in age pre school at first times taken care in hospital, they experienced
hospitalization stress. They experience lost control (ancient) and trouble in interaction with
environment (nurse, friend and next door patient). The feeling can arouse from to face
something new and have never experienced it before, feel balmy and not save. Playing
activities as usual have to be Limited, routinely they done daily at home, they can not
conduct it at hospital. They way to minimize hospitalization stress with arrangement of
environment and perform activity like game. Hence researcher perform a research
concerning Influence of Play Therapy at child in Age of Preschool to Lost Control in
Hospitalization . This research target was to know the influence of play therapy at child in
age of pre used school to lost control in hospitalization in child room of RSUD Ngudi
Waluyo Wlingi Blitar. Research design pre experiment the types was pre post test design.
Its population was all children in age of pre school that experiencing taken care in hospital
in child room of RSUD Ngudi Waluyo Wlingi Blitar (25 children age of pre school).
Sample taken counted 24 respondents. Use purposive sampling. Appliance and data
collecting used observation with checklist. Data analyzed including editing, coding,
scoring, tabulating. Research result with 24 respondents, reaction of lost control in
hospitalization before giving of play therapy got value 3-4 (62,5%) counted is children in
bad category. Value 5-7 (37,5%) counted 9 children with enough category. Reaction of lost
control in hospitalization after giving play therapy got value 8-10 (100%) in good category.
From research result can be concluded that change of reaction of control at child in age pre
school in hospitalization before and after play therapy in child room RSUD Ngudi Waluyo
Wlingi Blitar give influence to lost control in hospitalization so that child become co-
operative to the therapy treatment of healing.

Key word : Play therapy, lost control (hospitalization process),Child in age of pre school

PENDAHULUAN bahkan dapat dipakai untuk terapi


Proses hospitalisasi bagi anak dapat bermain. (Sarie, 2002).
menjadi suatu pengalaman yang Di Indonesia angka kejadian
menimbulkan trauma baik pada anak kehilangan kontrol pada anak mencapai
maupun orang tua sehingga menimbulkan 75% dan hanya 25% anak mampu
reaksi tertentu, yang akan sangat mengendalikan kehilangan kontrol, angka
berdampak pada kerja sama anak dan ini jauh lebih tinggi di bandingkan dengan
orang tua dalam perawatan anak selama di negara-negara yang lain. Seperti Amerika
rumah sakit (Supartini, 2004 Sebagaimana Serikat, Jerman dan Kanada. (Judarwanto,
dikutip dari Halstroom dan Elander, 1997, 2006). Dan dari hasil studi Studi
Brewis, E, 1995 dan Brennan, A, 1994 : pendahuluan yang dilakukan di RSUD
187). Bermain diyakini mampu untuk Ngudi Waluyo Wlingi Blitar tanggal 23-
menghilangkan berbagai batasan 25 Februari 2009 di dapatkan data 6 orang
hambatan dalam diri, stress, frustasi, ibu dan 3 orang bapak yang anaknya usia
prasekolah di rawat diruang anak selama 3

Jurnal Ilmu Kesehatan Vol. 3 No. 2 Mei 2015 55


ISSN 2303-1433

hari mengatakan anaknya berhenti bahkan stress yang berlebihan dengan mekanisme
ada yang sama sekali tidak beraktifitas koping anak yang kurang maka anak
atau bedrest total diatas tempat tidur. mengalami masalah psikologis yang berat
(10%) 1 orang ibu yang anaknya usia seperti takut, anak menjadi manja dengan
prasekolah (4 th) mengatakan selama 3 orang tua, hiperaktif dan trauma dengan
hari dirawat, anak itu ingin cepat pulang hospitalisasi (Whaley and Wong,
kerumah, bermain bersama teman- 1991.h.105).
temannya, takut, menangis, tidak mau Anak sakit stresnya akan bertambah
minum obat, marah ke petugas kesehatan karena sakit sendiri sudah merupakan
(perawat). Tetapi ibu tersebut setiap stressor ditambah pula dengan adanya
anaknya menangis diberi mainan dan pemasangan infus dan bidai, injeksi setiap
akhirnya diam, mau minum obat dan hari, minum obat dan lain-lain. Akibat
mematuhi perawat. Data diatas stress yang berlebihan dengan mekanisme
menunjukkan bahwa (90%) anak usia koping anak yang kurang maka anak
prasekolah yang dirawat diruang anak mengalami masalah psikologis yang berat
RSUD Ngudi Waluyo Wlingi Blitar seperti takut, anak menjadi manja dengan
mengalami kehilangan kontrol dalam orang tua, hiperaktif dan trauma dengan
hospitalisasi dan hanya (10%) yang hospitalisasi (Whaley and Wong,
terpenuhi kebutuhan bermainnya 1991.h.105). Cara-cara meminimalisir
walaupun tidak optimal. stressor hospitalisasi antara lain dengan
Para anak-anak terutama mereka yang pengaturan lingkungan, membuat jadwal
baru pertama kalinya dirawat dirumah rutinitas dan mengadakan permainan
sakit, stressor hospitalisasi terdiri dari
perpisahan, perlukaan tubuh dan nyeri, Metode Penelitian
sakit pasti akan merasa stress dan takut Desain atau rancangan penelitian ini,
serta kehilangan kontrol. Keadaan ini peneliti menggunakan penelitian
timbul akibat pembatasan fisik, eksperimen (Pre-Exsperimen).
pengurangan rutinitas kegiatan dan Jenis penelitian ini adalah (One-
adaanya ketergantungan. Mereka rata-rata Group Pra-Test Post Test Design).
takut dengan suasana rumah sakit yang Dalam satu kelompok, adalah
asing bagi mereka, karena mereka dalam mengungkapkan hubungan sebab akibat
beraktifitas atau dalam kegiatan yang dengan cara melibatkan satu kelompok
biasa mereka lakukan tiap hari dirumah subyek. Kelompok subyek diobservasi
tidak dapat mereka lakukan dirumah sakit, sebelum dilakukan intervensi, kemudian
karena dalam beraktifitas mereka dibatasi diobservasi lagi setelah di intervensi.
terutama untuk program terapi (Nursalam, 2003 : 88) Dalam penelitian
penyembuhan penyakit dan juga karena kali ini peneliti ingin melakukan suatu
tidak adanya fasilitas bermain. perlakuan pada responden yang diambil
Permainan yang kreatif dapat yaitu anak usia prasekolah yang menjalani
berfungsi untuk perkembangan imajinasi rawat inap diruang RSUD Ngudi Waluyo
anak, mengembangkan kemampuan Wlingi Blitar yaitu berupa terapi barmain
berkomunikasi dan dapat konstruktif dengan menggunakan alat
mengekspresikan ide dan perasaan mereka permainan edukatif (APE). Terapi
dengan cara yang kreatif. (Anna Craft, bermain dilakukan pada responden yang
200.h.88 ). telah diambil dan dipilih oleh peneliti
Anak sakit stresnya akan bertambah dengan perlakuan terapi bermain sebanyak
karena sakit sendiri sudah merupakan satu (1) kali perlakuan dan dinilai
stressor ditambah pula dengan adanya kehilangan kontrolnya sebelum dan
pemasangan infus dan bidai, injeksi setiap sesudah perlakuan terapi bermain.
hari, minum obat dan lain-lain. Akibat

Jurnal Ilmu Kesehatan Vol. 3 No. 2 Mei 2015 56


ISSN 2303-1433

Penelitian ini dilaksanakan pada The Social Science), dengan uji T


tanggal 5 Mei sampai dengan 21 Mei berpasangan didapatkan mean (selisih
2009, tempat penelitian di RSUD Ngudi rata-rata) = -4,16667, std deviation
Waluyo Wlingi Blitar. Pada penelitian ini (simpangan baku) = 1,12932. std error
populasinya adalah seluruh anak usia mean (galat baku rata-rata) = sd / n = 1
prasekolah yang dirawat diruang anak
: 1293 Z 24 = 0.23052. menggunakan
RSUD Ngudi Waluyo Wlingi Blitar
selang kepercayaan 95% (-
berjumlah 25 anak. Penelitian ini
4.64354.3.68980), T (T hitung) = -18.075,
menggunakan purposive sampling
derajat bebas (df) = 23 dengan
Variabel independent dalam penelitian ini
probabilitasnya pada pengujian dua pihak
adalah terapi bermain. Variabel dependent
(sig.2-failed) sebesar 0,000.
dalam penelitian ini adalah proses
Karena probabilitasnya lebih kecil
kehilangan kontrol dalam hospitalisasi
dari taraf nyata /2 = 0,025, maka Ho
pada anak usia pra sekolah Analisa data
ditolak H1 diterima, jadi ada perbedaan
menggunakan perangkat SPSS (Statistic
antara pengaruh terapi bermain pada anak
Package For The Social Science), dengan
usia prasekolah terhadap kehilangan
uji T berpasangan
kontrol dalam hospitalisasi di ruang anak
RSUD Ngudi Waluyo Wlingi Blitar.
Hasil Penelitian
Diagram pengaruh reaksi kehilangan kontrol
dalam hospitalisasi pada anak usia prasekolah Pembahasan
sebelum dan sesudah terapi bermain di Ruang Berdasarkan data yang diperoleh
Anak RSUD Ngudi Waluyo Wlingi Blitar pada bahwa responden tidak dapat
tanggal 5 Mei 21 Mei tahun 2009 mengendalikan kehilangan kontrol, karena
30 akibat kurang efektifnya koping perilaku
saat menjalani rawat inap sehingga anak
SESUDAH TERAPI

25

20 mengalami stress psikologis adanya


15 pembatasan fisik, dalam beraktifitas yang
10 biasa mereka lakukan tiap hari dirumah
5 tidak dapat mereka lakukan di rumah
0 sakit.
1 3 5 7 9 11 13 15 17 19 21 23 25 27 Perawat harus bisa bekerjasama
SEBELUM TERAPI dengan orang tua maupun keluarga.
Series1 Series2 Series3 Series4 Series5
Karena orang tua dan keluarga sangat
Diagram 1 menunjukkan bahwa membantu dalam mengendalikan
adanya pengaruh reaksi kehilangan kehilangan kontrol dalam hospitalisasi.
kontrol dalam proses hospitalisasi pada Perawatan anak di rumah sakit
anak usia prasekolah sebelum dan sesudah merupakan pengalaman yang penuh
pemberian terapi bermain, sebelum dengan stress, baik bagi anak-anak
diberikan terapi bermain sebagian besar maupun orang tua. lingkungan rumah
didapatkan nilai 3-5 dalam kategori buruk sakit itu sendiri merupakan penyebab
(<50%) sebanyak 15 responden. Sesudah stress bagi anak dan orang tuanya, baik
diberikan terapi bermain seluruhnya lingkungan fisik rumah sakit seperti ruang
didapatkan nilai 8-10 dalam kategori baik perawatan, alat-alat bau khas, pakaian
(75-100%) sebanyak 24 responden. putih petugas kesehatan maupun
Sesudah hasil observasi reaksi lingkungan social, seperti sesama pasien
kehilangan kontrol sebelum dan sesudah anak, ataupun interaksi dan sikap petugas
dilakukan terapi bermain didapatkan hasil kesehatan itu sendiri. Perasaan, seperti
tersebut kemudian diolah melalui takut, cemas, tegang, nyeri dan perasaan
perhitungan SPSS (Statistic Package For yang tidak menyenangkan lainnya sering
kali dialami anak (Supartini, 2004,

Jurnal Ilmu Kesehatan Vol. 3 No. 2 Mei 2015 57


ISSN 2303-1433

sebagaimana dikutip (dari Brennan, 1994 : mengoptimalkan pertumbuhan seluruh


145). Selain itu antara anak yang sudah bagian tubuh seperti tulang, otot dan
sekolah (play group) dan yang belum organ-organ. Aktivitas yang dilakukan
sekolah itu apa yang diinginkannya sangat dalam permainan tersebut dapat
berbeda, sehingga perawat harus mengerti meningkatkan nafsu makan anak. Dari
permaianan yang disenanginya oleh anak- bermain anak-anak tersebut bisa belajar
anak sehingga anak lebih kooperatif dan mengontrol diri mereka sendiri.
tidak mengalami kontrol dalam Berkembangnya berbagai ketrampilan
hospitalisasi Di ruang anak RSUD Ngudi yang akan berguna sepanjang hidupnya
Waluyo Wlingi Blitar, anak usia dan dapat meningkatkan daya kreatifitas
prasekolah yang dirawat diberi terapi anak. Bermain merupakan kegiatan yang
bermain oleh peneliti yaitu mewarnai, luar biasa karena dari bermain bisa
menyusun balok, menyusun puzzel, anak mendapat kesempatan menemukan arti
kooperatif dengan instruktur dari benda-benda yang ada disekitar anak.
penelitiannya. Secara teoritis bermain Bermain merupakan cara untuk mengatasi
sangat bermanfaat untuk dapat kemarahan, kekawatiran, iri hati dan
mengembangkan kemampuan kedukaan. Mereka juga mempunyai
intelektualnya, meningkatkan daya kesempatan untuk belajar bergaul dengan
kreatifitas, merupakan cara untuk anak lainnya, menjadi pihak yang kalah
mengatasi kemarahannya dan ataupun yang menang di dalam bermain
kekhawatiran, anak belajar mengontrol juga, belajar mengikuti aturan-aturan dan
diri, bisa bergaul dengan teman sebaya, bermain juga dapat mengembangkan
adanya interaksi. (Soetjiningsih, 1995). kemampuan intelektual anak.
Pengobservasian responden dilakukan Dalam perawatan di rumah sakit
dua kali, pada saat satu hari setelah memaksa anak untuk berpisah dari
dilakukan terapi bermain. Dari data yang lingkungan yang dirasakannya aman.
didapat ternyata terbukti bahwa terapi Perawatan di rumah sakit juga membuat
bermain berpengaruh besar dalam reaksi anak kehilangan kontrol terhadap dirinya
kehilangan kontrol pada proses sendiri. Bagi anak yang sakit dan dirawat
hospitalisasi yang dialami pada anak usia di rumah sakit, bermain tidak hanya
prasekolah. Tetapi bermain sangat penting berfungsi untuk kesenangan anak, tetapi
dilakukan karena dapat meningkatkan dapat menjadi suatu media yang dapat
kepercayaan anak terhadap perawat dan mengekspresikan perasaan cemas, takut,
mereka merasa tidak takut lagi dengan nyeri, dan rasa bersalah. Maka kita dapat
berbagai macam tindakan keperawatan. mengetahui bahwa dengan bermain anak
Bagi anak kebutuhan bermain adalah mampu mengendalikan kehilangan
kebutuhan yang sangat penting, ini kontrol dalam hospitalisasi dan anak
terbukti dengan anak tidak memisahkan mampu mengurangi kekawatiran dan
antara bermain dan belajar. Bagi anak kedukaan yang dialami oleh mereka.
bermain merupakan seluruh aktifitas anak
termasuk bekerja, kesenangannya dan Kesimpulan dan Saran
merupakan metode bagaimana mereka 1. Terapi bermain pada anak usia
mengenal dunia. Bermain tidak sekedar prasekolah mampu mengendalikan
mengisi waktu, tetapi merupakan kehilangan kontrol dalam hospitalisasi
kebutuhan anak seperti halnya makanan, sehingga perawat tidak sulit lagi untuk
perawatan, cinta kasih dan lain-lain. melakukan asuhan keperawatan dan
(Soetjiningsih, 1995) Menurut dokter juga tidak kesulitan untuk
Soetjiningsih (1995) banyak keuntungan melakukan program terapi lainnya.
yang dipetik dari bermain. Membuang 2. Terapi bermain ternyata dapat
ekstra energi, bermain juga dapat mengendalikan stressor psikologis

Jurnal Ilmu Kesehatan Vol. 3 No. 2 Mei 2015 58


ISSN 2303-1433

yang dialami sebelumnya dan mereka Nursalam. (2003). Konsep dan Penerapan
menjadi kooperatif terhadap perawatan. Metodologi Penelitian Ilmu
3. Terapi bermain berperan meningkatkan Keperawatan. Salemba Medika :
penyembuhan anak, perkembangan dan Jakarta
pertumbuhan anak.
Peneliti menyarankan agar peran Soetjiningsih. (1995). Tumbuh Kembang
perawat dalam memberikan permainan Anak. Penerbit Buku
konstruktif untuk mengurangi stressor Kedokteran. EGC : Jakarta
hospitalisasi sehingga diharapkan proses
penyembuhan berlangsung dengan cepat. Suhendi. (2001). Keperawatan Anak di
Kita sebagai petugas kesehatan harus Rumah Sakit. Balai penerbit
FKUI : Jakarta
bekerja sama dengan orang tua maupun
keluarga, karena orang tua maupun
Supartini. (2004). Konsep dasar
keluarga merupakan panutan bagi anak Keperawatan Anak. EGC :
dan merekalah orang yang paling dekat Jakarta
dengan anak.
Whaley And Wong. (1991). Konsep
Daftar Pustaka
Perawatan Pada Pediatri.
Anna, Craft. (2000). Belajar Merawat
Penerbit Buku Kedokteran EGC
Anak di Bangsal. EGC : Jakarta
: Jakarta
Arikunto Suharsimi. (2002). Prosedur
Penelitian Edisi Revisi 5. Rineka
Cipta : Jakarta.

Betz And Sowden. (1996). Prinsip


Keperawatan Pediatrik. EGC :
Jakarta

Delaune and Sowden. (1996). Prinsip


Keperawatan Pediatrik. EGC :
Jakarta

Friedman, Marlyn M. (1995).


Keperawatan Keluarga Teori
dan Praktek Edisi 3. EGC:
Jakarta

Gayatri Arum. 1990. Kamus Kesehatan.


Arcan : Jakarta

Hurlock, Elizabeth B. (1995).


Perkembangan Anak. Erlanga :
Jakarta

Nursalam, Siti Pariani. (2001).


Metodologi Riset Keperawatan
Pendekatan Praktisi. CV Agung
Setyo : Jakarta

Jurnal Ilmu Kesehatan Vol. 3 No. 2 Mei 2015 59


ISSN 2303-1433

Analisis Penerapan Breastfeeding Peer Counseling Pada Pasien Post Partum


Fisiologis Dengan Masalah Keperawatan Menyusui Tidak Efektif Berdasarkan Teori
Maternal Role Attainment-Becoming A Mother
Ramona T. Mercer

Dwi Rahayu, Yunarsih


Akademi Keperawatan Dharma Husada Kediri
Email: alfarezapriyoputra@yahoo.com

ABSTRACT
The postpartum period is a critical time for the mother of one side is happy at the same
times stressful to adapt after childbirth. Adaptation includes adjusting to build a positive
interaction with the baby. One of the problems that occur in the postpartum period is the
failure of mothers in exclusive breastfeeding. The low exclusive breastfeeding for mothers
because they do not know the benefits of breastfeeding for children's health. Support from
father also affect the success of exclusive breastfeeding for six months. Mother's decision
to breastfeed affected family members information about the benefits of breastfeeding, as
well as a lactation consultant. The purpose of this study is to analyze specific interventions
, namely breastfeeding peer Counseling to improve exclusive breastfeeding in the
postpartum period using theory of nursing, Maternal Role Attainment - Becoming a
Mother developed by Ramona T. Mercer. The method used in this paper is a case report on
the Physiological Postpartum Mothers treated in Kabupaten Kediri Hospital. On The
assessment results according to the theory of Ramona T Mercer in the antisipatori data
obtained on the condition of pregnancy that the mother does not experience problems, the
ANC program appropriate with the schedule of health workers. In the Formal assessment
of the phase Formal acceptance by the baby's mother obtained the difficulty breast-feeding
mother to baby and family support is still lacking. In the Informal phase obtained for fear
the baby's mother in the care especially during the current bathing and cord care. In the
personal phase obtained mother feel mothers role is very important in baby care.
Breastfeeding Peer Counseling can be applied to postpartum mothers who experience
difficulties with breastfeeding to their babies. The program is to motivate mothers to give
babies the best nutrition to their infants through exclusive breastfeeding and provide
psychological support to the mother to perform maintenance on the baby independently.

Keywords : Breastfeeding Peer Counseling, Postpartum mother, exclusive Breastfeeding


selama empat hingga enam bulan.
Pendahuluan Persentase itu jauh dari target nasional
Periode postpartum merupakan saat yaitu 80%. Rendahnya pemberian ASI
kritis bagi ibu salah satu sisi merupakan eksklusif karena para ibu belum
masa-masa membahagiakan sekaligus mengetahui manfaat ASI bagi kesehatan
penuh dengan stress untuk beradaptasi anak. Dukungan dari ayah juga
setelah melahirkan. Adaptasi termasuk mempengaruhi keberhasilan pemberian
menyesuaikan dengan pasangan dan ASI eksklusif selama enam bulan.
membangun interaksi positif dengan bayi Keputusan ibu untuk menyusui
( Fleming, et.al,1998). dipengaruhi informasi anggota keluarga
Salah satu masalah yang terjadi pada tentang manfaat menyusui, serta konsultan
masa postpartum adalah ketidakberhasilan laktasi (Wulandari, 2009).
ibu dalam memberikan ASI eksklusif. Pemberian ASI secara eksklusif dapat
Pada tahun 2007 delapan belas persen ibu menyelamatkan lebih dari tiga puluh ribu
di Indonesia memberi ASI eksklusif balita di Indonesia. Jumlah bayi di

Jurnal Ilmu Kesehatan Vol. 3 No. 2 Mei 2015 60


ISSN 2303-1433

Indonesia yang mendapatkan ASI menyusui, membantu ibu mulai menyusui


eksklusif terus menurun karena semakin bayinya dalam 30 menit setelah
banyaknya bayi di bawah 6 bulan yang melahirkan yang dilakukan di ruang
diberi susu formula. Menurut Survei bersalin, tidak memberikan makanan atau
Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) minuman apapun selain ASI kepada bayi
dari 1997 hingga 2002, jumlah bayi usia baru lahir, melaksanakan rawat gabung
enam bulan yang mendapatkan ASI dengan mengupayakan ibu bersama bayi
eksklusif menurun dari 7,9% menjadi 24 jam sehari, dan tidak memberikan dot
7,8%. Sementara itu, hasil SDKI 2007 atau kempeng kepada bayi yang diberi
menunjukkan penurunan jumlah bayi yang ASI.
mendapatkan ASI eksklusif hingga 7,2% Asuhan keperawatan maternitas yang
dan jumlah bayi di bawah enam bulan di berikan seorang perawat profesional
yang diberi susu formula meningkat dari sangat mempengaruhi kualitas pelayanan,
16,7% pada 2002 menjadi 27,9% pada khususnya pelayanan pasien pada masa
2007 (Sutama, 2008). postpartum. Mengingat kompleksnya
Pemberian ASI sangat penting bagi permasalahan kesehatan ini maka perlu
tumbuh kembang yang optimal baik fisik kemampuan professional perawat dan
maupun mental dan kecerdasan bayi. Oleh sehingga mampu melakukan intervensi
karena itu pemberian ASI perlu mendapat yang tepat terhadap permasalahan pada
perhatian para ibu dan tenaga kesehatan ibu pada masa postpartum. Keperawatan
agar proses menyusui dapat terlaksana maternitas dikembangkan dalam rangka
dengan benar. ASI Eksklusif atau lebih menjawab tuntunan kebutuhan masyarakat
tepat disebut pemberian ASI secara saat ini dan tuntunan perkembangan
eksklusif, artinya bayi hanya diberi ASI profesi keperawatan melalui berbagai
saja, tanpa tambahan cairan lain, seperti perannya sehingga mampu bekerja
susu formula, jeruk, madu, air teh, air sebagai pemberi dan pengelola asuhan
putih, juga tanpa tambahan makanan keperawatan, pendidik, peneliti,
padat, seperti pisang, pepaya, bubur susu, bimbingan dan konseling, menerima dan
biskuit, bubur nasi ataupun tim mulai lahir melakukan rujukan dalam mengatasi
sampai usia 6 bulan (Roesli, 2005). masalah pasien.
Soetjiningsih (1997) menyatakan Perawat maternitas yang professional
bahwa masih rendahnya cakupan ASI didalam memberikan asuhan keperawatan
Eksklusif disebabkan oleh berbagai pada ibu postpartum harus berdasarkan
macam faktor, di antaranya adalah: (1) konseptual keperawatan. Salah satu model
perubahan sosial budaya, (2) meniru konseptual keperawatan yaitu Maternal
teman, (3) merasa ketinggalan zaman,(4) Role Attainment-Becoming a Mother yang
faktor psikologis, (5) kurangnya dikembangkan oleh Ramona T. Mercer.
penerangan oleh petugas kesehatan, (6) Fokus utama dari teori ini adalah
meningkatnya promosi susu formula, dan gambaran proses pencapaian peran ibu
(7) informasi yang salah. Sebenarnya dan proses menjadi seorang ibu dengan
pemerintah telah serius meningkatkan berbagai asumsi yang mendasarinya.
cakupan ASI Eksklusif. Hal ini dibuktikan Berdasarkan hal di atas penulis
dengan dikeluarkannya Kepmenkes RI tertarik untuk menyusun dan
No. 450/MENKES/SK/ IV/2004 tentang mengaplikasikan intervensi khusus yaitu
Pemberian Air Susu Ibu (ASI) secara breastfeeding peer conseling untuk
eksklusif pada Bayi di Indonesia. meningkatkan pemberian ASI eksklusif
Keputusan ini memuat Sepuluh Langkah pada periode postpartum dengan
Menuju Keberhasilan Menyusui, di menggunakan model konseptual
antaranya adalah menjelaskan kepada keperawatan yaitu Maternal Role
semua ibu hamil tentang manfaat

Jurnal Ilmu Kesehatan Vol. 3 No. 2 Mei 2015 61


ISSN 2303-1433

Attainment-Becoming a Mother yang Ingin melahirkan secara normal dan


dikembangkan oleh Ramona T. Mercer kondisi bayi nya sehat.
.
Metode Penelitian Peran yang dilakukan ibu selama
Tulisan ini merupakan hasil laporan kehamilan
kasus (case report) pada Ibu Postpartum Sebagai ibu rumah tangga yang
Fisiologis yang di Rawat di RSUD memiliki 1 putra berusia 6 tahun.\
Kabupaten Kediri yang mengalami
ketidakefektifan menyusui. Asuhan Ranah Formal
keperawatan yang diberikan pada Ibu 1. Fase Penerimaan Bayi oleh Ibu
Postpartun Fisiologis tersebut dilakukan Ibu menerima bayinya, tetapi ibu masih
dengan pendekatan teori Maternal Role kesulitan dalam hal perawatan bayinya
Attainment - Becoming a Mother yang dan proses menyusui bayinya karena
dikembangkan oleh Ramona T. Mercer. ASInya belum keluar dengan lancar.
2. Bonding Attachment
Hasil Penelitian Terlaksana dengan baik, bayi tenang
Ranah Antisipatori ketika disusui ibunya
Riwayat Kehamilan dan Kelahiran 3. Breast feeding / kolostrum
ANC (Antenatal care) Sudah keluar tetapi belum lancar
Trimester I : 1 kali 2 kali 3 kali > 3 kelahiran
4. Interaksi sosial selama kali
Trimester II : 1 kali 2 kali Baik, ibu mampu berinteraksi
3 kali dengan
> 3 kali
Trimester III : 1 kali 2 kali perawat ataupun3pasien
kali yang
> 3lain
kali
Tempat ANC : tidakterkaji dengan baik
Imunisasi TT : Iya Tidak 5. Peran ayah selama kelahiran
Konsumsi Obat : Tidak Ayah menunggu bayi dan ibunya dan
Konsumsi Jamu : tidak memenuhi kebutuhan yang dibutuhkan
Tidak
Keluhan kehamilan : tidak ada selama perawatan bayi dan ibu,
Ada meskipun di ruangan ini, keluarga
Riwayat Psikologis hanya di ijinkan masuk ke ruangan
a. Persepsi ibu tentang kehamilannya : selama jam besuk.
Pada Kehamilan keduanya ini,
memang direncanakan oleh Ranah Informal
pasangan suami istri ini, sehingga 1. Orang yang terlibat dalam
secara psikologis ibu sangat perawatan bayi
mengharapkan kelahiran bayinya Ketika di rumah sakit, Ny. M diajari
secara normal dan bayinya dalam cara perawatan bayi meliputi
kondisi sehat. memandikan dan merawat tali pusat.
b. Persepsi keluarga tentang Dengan bekal ini diharapkan ibu
kehamilannya : bisa melakukanya secara mandiri
Keluarga mendukung ibu dalam ketika di Rumah.
proses kehamilan, persalinan dan 2. Peran dalam perawatan bayi
perawatan bayinya. Ibu mampu melakukan perawatan
pada bayinya, meskipun masih agak
Interaksi Selama Kehamilan takut ketika memandikan bayi
a. Interaksi ibu dengan keluarga : 3. Pengalaman dalam perawatan bayi
Baik Pernah melakukan perawatan bayi
b. Interaksi ibu dengan orang lain : pada anak pertamanya, tetapi
Baik perannya masih banyak dibantu oleh
keluarga (orang tuanya)
Harapan selama Kehamilan

Jurnal Ilmu Kesehatan Vol. 3 No. 2 Mei 2015 62


ISSN 2303-1433

4. Harapan untuk perawatan bayi yang


akan datang 4. Karakteristik umum
Mampu melakukan perawatan bayi a. Usia bayi : 3 hari
nya secara mandiri dan lebih baik b. Kepala : simetris
c. Fontanel anterior: teraba datar
Ranah Personal d. Sutura : teraba dan belum menyatu
1. Pandangan ibu terhadap perannya e. Postur : lengan dan tungkai fleksi
Ny. M merasa bahwa perannya f. Hidung : tidak ada kelainan
dalam perawatan bayi ini sangat g. Telinga : tidak ada kelainan
penting, untuk kesehatan bayinya h. Mulut : tidak ada kelainan
dan menumbuhkan kontak batin 5. Responsiveness
antara ibu dan bayinya. a. Kontak mata : bayi mampu untuk
2. Pengalaman masa lalu yang membuka mata
mempengaruhi peran ibu b. Reflek
Ny. M merasa bahwa peranya pada Reflek morro : baik
masa lalu, ketika melahirkan anak Reflek rotting : baik
pertama belum begitu nampak, Reflek sucking : baik
karena banyak dibantu oleh keluarga Reflek tonick neck : baik
3. Percaya diri dalam menjalankan Reflek babinski : baik
peran
Ny. M merasa masih takut ketika Terapi dan Pemeriksaan Laboratorium
memandikan bayinya, dan merasa 1. Terapi
kurang yakin mampu memberikan ASI/PASI 8 x 20-25 cc
ASI secara eksklusif, sehingga Ny. Amphicilin 2 x 165 mg IV
M memberikan PASI untuk Gentamicin 1 x 16 mg IV
mencukupi kebutuhan minum Thermoregulasi
bayinya. Rawat Tali pusat
4. Pencapaian peran
Ny. M mempunyai minat yang besar Diagnosa Keperawatan dan Rencana
dalam upaya pencapaian peran Keperawatan
sebagai seorang ibu yang melakukan Diagnosa Keperawatan : Menyusui
perawatan pada bayinya secara tidak efektif berhubungan dengan
optimal. kurangnya kepercayaan diri ibu untuk
memenuhi kebutuhan ASI pada bayinya.
Pengkajian Bayi Tujuan : meningkatkan kepercayaan
1. Temperamen bayi ibu untuk memberikan ASI secara
Di status pasien tertulis : bayi eksklusif pada bayinya sehingga proses
menangis kuat menyusuinya menjadi efektif
2. Apgars Score Kriteria Hasil : Proses menyusui bisa
8- 9 efektif dan berhasil melakukan ASI
3. Penampilan Umum Eksklusif
a. Tanggal Lahir: 10 Nopember 2014
pukul 21.45 Rencana Keperawatan :
b. Berat badan : 3300 gram 1. Kaji tentang kesehatan ibu post partum
c. Panjang badan : 50 cm dan sesuaikan dengan kemampuan ibu
d. Lingkar kepala : 35 cm untuk melakukan perawatan diri dan
e. Lingkar dada : 32 cm bayinya
f. RR : 38 x/menit 2. Kaji kemampuan ibu dalam proses
g. Suhu : 36C pemberian ASI
h. Nadi : 140 x/menit

Jurnal Ilmu Kesehatan Vol. 3 No. 2 Mei 2015 63


ISSN 2303-1433

3. Lakukan breastfeeding peer counseling sehingga menurunkan proses pencapaian


untuk meninngkatkan kemampuan ibu peran. Peran ayah yang aktif dalam proses
dalam proses pemberian ASI kepada persalinan maupun perawat bayi akan
bayinya. menunjukkan keterikatan yang lebih kuat
dari pada ayah yang tidak terlibat dalam
Pembahasan proses persalinan dan perawatan bayi
Analisis Penerapan Teori Maternal (Reeder, 1997).
Role Attainment - Becoming a Mother Pada awalnya model konseptual
pada Ny. M Post Partum Fisiologis Mercer lebih lebih ditujukan pada
Model Mercer memaparkan hal-hal pengkajian ibu post partum karena model
yang seharusnya terindentifikasi dan ini berfokus pada proses pencapaian peran
memfasilitasi ibu agar mampu menerima ibu dan bagaimana menjadi seorang ibu.
dan melaksanakan peranannya sebagai Namun jika meninjau konsep model yang
ibu. Kemampuan ibu menerima peran dikemukakan oleh Mercer ini bayi adalah
sebagai ibu sejak awal akan meningkatkan bagian yang sangat penting dalam proses
ikatan ibu dengan bayi dan mendukung pencapaian peran tersebut, dimana
perkembangan kesehatan fisik dan mental interaksi bayi dengan ibu yang terjalin
ibu dan bayi sepanjang kehidupan. Bila utuh dan sistematis akan mempererat
ibu telah menerima perannya, maka ia kasih sayang antara keduanya.
akan berusaha menjalankan peran sebaik- Penerapan konsep model Mercer
baiknya, dan bila berhasil akan merasakan dalam praktek keperawatan maternitas
kepuasan. Kepuasan yang diperoleh dikenal sebagai bonding attachment.
merupakan kekuatan yang mendorong Bonding attachment adalah interaksi
dalam memenuhi kebutuhan fisik dan antara orang tua dengan bayinya yang
psikologis ibu beserta bayinya. Namun dimulai sejak dalam kandungan,
model ini tidak dapat diterapkan pada ibu dilanjutkan saat proses persalinan serta
yang mengalami penurunan kesadaran dan dipertahankan selama dan setelah proses
gangguan jiwa, karena peran yang post partum. Pengertian bonding sendiri
seharusnya dilaksanakan oleh ibu akan adalah dimulainya interaksi emosi, fisik
digantikan oleh orang lain atau dan sensoris antara orang tua dan bayinya
keluarganya. segera setelah lahir ditampilkan melalui
Mercer juga menekankan pentingnya daya tarik satu arah oleh orang tua
dukungan suami dan keluarga sejak tehadap bayinya. Sedangkan attachment
kehamilan, kelahiran dan setelah adalah ikatan perasaan kasih sayang
melahirkan. Pendekatan Mercer antara oarang tua dengan bayinya meliputi
digunakan sejak awal sehingga kesiapan pencurahan perhatian serta adanya
peran ibu dapat terdeteksi oleh perawat. hubungan emosi, fisik yang kuat berupa
Di Indonesia umumnya suatu kehamilan hubungan timbal balik yang saling
dan kelahiran akan disambut dengan menguntungkan melalui sinyal antara
sangat antusias oleh seluruh keluarga pemberi asuhan utama dan bayi yang
besar sehingga pengaruh keluarga sangat berkembang secara berangsur-angsur.
kuat dalam perawatan ibu dan bayi, justru (Matterson, 2001)
peran ayah yang menjadi berkurang Pengkajian terhadap bonding dapat
karena banyaknya dukungan dari keluarga dilakukan dengan melakukan observasi
besar. Disamping itu aturan atau terhadap perilaku orang tua dengan
kebijakann RS yang tidak mengijinkan mengenali bayinya, memberi nama dan
suami atau keluarga menunggu istri mengakui adanya bayi sebagai anggota
selama proses melahirkan akan keluarga. Attachment meliputi pengkajian
mengurangi interaksi orang tua dengan verbal dan non verbal ibu dan keluarga
bayinya selama proses persalinan saat berinteraksi dengan bayinya, meliputi

Jurnal Ilmu Kesehatan Vol. 3 No. 2 Mei 2015 64


ISSN 2303-1433

respon orang tua saat bayi menangis, spesifik dengan mengkaji kontak mata
apakah orang tau menunda pekerjaan atau antara bayi dengan ibunya sebagai isyarat
kebutuhan dan berjalan mendekat, pembicaraan,adanya refleks
menerima tanggung jawab mengasuh menggenggam, refleks tersenyum dan
bayinya dan melaksanakan perawatan tingkah laku yang tenang sebagai respon
pada bayi, merubah panggilan orang tua terhadap perawatan yang dilakukan ibu.
dengan panggilan yang diharapkan anak. Konsistensi tingkah laku interaksi dengan
(Mercer, 1995). Perilaku orang tua yang ibu dan respon yang datang dari ibu akan
menunjukkan adanya bonding attachment meningkatkan pergerakan.
adalah adanya sentuhan fisik dengan Meighan (2001), mengemukakan
menyusui, sentuhan kulit, adanya kontak bahwa teori Mercer sangat relevan
mata saat menyusui dan saat bayi digunakan pada berbagai setting praktek
terbangun, berbicara serta memeriksa keperawatan maternitas dan anak. Hal ini
tubuh bayi. Hal-hal tersebut sejalan didasarkan pada hasil penelitiannya yang
dengan bagaimana Mercer selalu dapat diaplikasikan dalam tatanan
menggambarkan bagaimana pencapaian pelayanan keperawatan. Penerapan
peran menjadi ibu. Tetapi bonding konsep Mercer ini lebih banyak terfokus
attachment bisa terhambat pada kondisi psikologis dan fisik
pelaksanaannya jika di rumah sakit sedangkan pemenuhan kebutuhan dasar
tersebut tidak fasilitas untuk melakukan manusia tidak terkaji. Oleh karena itu agar
rooming in sesuai dengan kondisi ibu dan dapat menggali data yang komprehensif
bayi setelah post partum. konsep model Mercer ini harus
Mercer menegaskan pada teorinya dikombinasi dengan teori lain yang
bahwa proses pencapaian peran ibu yang mencakup kebutuhan dasar manusia.
dilalui dengan empat fase akan selalu
berhubungan dengan respon bayi. Pada Analisa Rekomendasi Breastfeeding
fase anticipatory yang dimulai sejak Peer Counseling Dengan Masalah
kehamilan, bayi juga dilibatkan untuk Keperawatan Menyusui tidak Efektif
berinteraksi, lalu fase kedua yang dimulai Pada Pasien Post partum Fisiologis.
saat kelahiran bayi yang juga memerlukan Guna mereview perlu adanya
peran perawat dalam melakukan breastfeeding peer counseling pada ibu
pengkajian fisik secara umum, model yang memberikan ASI, maka penulis
Mercer ini juga mendukung dengan mengkaji beberapa riset yang meneliti
pengkajian yang lebih difokuskan pada tentang hal tersebut. Pencarian artikel
psikososial. Pada fase ketiga informal, dilakukan secara elektronik. Pencarian
peran ibu dalam proses interaksi dengan tidak terbatas pada artikel penelitian yang
bayinya menjadikan ibu lebih matang di diterbitkan oleh negara tertentu. Artikel
dalam menjalankan perannya. Fase yang digunakan diterbitkan pada tahun
keempat personal, ibu telah 2003 sampai 2013. Kombinasi kata kunci
menginternalisasi perannya sehingga ibu (key words) yang digunakan yaitu
mulai merasa percaya diri,merasa mampu breastfeeding, peer, support. Pencarian
dalam menjalankan tugasnya. menemukan 2 artikel. Pada makalah ini
Model konseptual Mercer kami mereview 2 artikel yang berkaitan
memandang bahwa sifat bayi berdampak dengan upaya meningkatkan status nutrisi
pada identitas peran ibu yang meliputi : pada bayi dengan melakukan health
temperamen, kemampuan memberikan promotion kepada ibu agar memberikan
isyarat, penampilan, karakteristik umum, asupan nutrisi yang efektif dan maksimal
responsiveness dan kesehatan dengan breastfeeding peer counseling.
umum.Mercer juga mengembangkan Dari beberapa artikel diatas
teorinya pada bayi baru lahir yang lebih ditemukan bahwa breastfeeding peer

Jurnal Ilmu Kesehatan Vol. 3 No. 2 Mei 2015 65


ISSN 2303-1433

counseling merupakan cara yang health education dan konseling pada ibu
dilakukan untuk memberdayakan ibu yang tentang manajemen laktasi yang efektif
menyusui degan meningkatkan motivasi, agar dapat meningkatkan nutrisi pada bayi
pengetahuan, sikap dan kepercayaan diri baru lahir.
ibu untuk memberikan asupan ASI kepada
bayinya. Breastfeeding peer counseling Kesimpulan & Saran
merupakan training/pelatihan yang Kesimpulan
didampingi oleh konselor/perawat dan 1. Penerapan konsep dari teori Maternal
beberapa ibu lain yang juga menyusui Role Attainment-Becoming a Mother
bayinya. Program ini meliputi pelatihan ini tepat digunakan untuk melakukan
tentang teori (anatomy dan fisiologi pengkajian pasien post partum untuk
payudara dan manajemen menyusui yang mencapai adaptasi perubahan
efektif), melakukan role play, praktik fisiologis ataupun psikologis pada
langsung kepada bayi, dan kemampuan masa postpartum sehingga bisa
komunikasi yang selalu dimonitor oleh mencapai peran yang diharapkan
konsultan secara rutin dan dilakukan home dalam perawatan diri dan bayinya.
visit/ kunjungan rumah. Peer Conselor 2. Breastfeeding Peer Counseling dapat
diobservasi selama 2 bulan oleh seorang diaplikasikan pada ibu postpartum
konsultan laktasi yang mendampingi ibu yang mengalami kesulitan dalam hal
dengan gangguan menyusui. pemberian ASI kepada bayinya.
Intervensi ini sesuai apabila Program ini untuk memotivasi ibu
diterapkan pada Ny. M yang mengalami bayi agar memberikan nutrisi terbaik
masalah dalam menyusui bayinya yang pada bayinya melalui ASI Eksklusif
merasa kesulitan untuk memposisikan dan memberikan support kepada ibu
bayinya ketika menetek. penerapan secara psikologis untuk melakukan
intervensi ini juga dapat meningkatkan perawatan pada bayinya secara
pengetahuan, kemampuan ibu, mandiri.
kepercayaan diri ibu dalam merawat bayi
secara mandiri agar tidak mengalami Saran
malnutrisi yang dapat mempengaruhi 1. Bagi praktek keperawatan
tumbuh kembangnya dan bisa Intervensi Breastfeeding Peer
memberikan ASI secara Eksklusif kepada Counseling dapat diterapkan tidak
bayinya. hanya pada menyusui saja tetapi
Dengan adanya peer counseling dari pada penatalaksaan faktor
konsultan laktasi dalam hal ini bisa juga psikologis ibu terkait
dilakukan oleh perawat maternitas dan ketidakpercayadirian ibu dalam
support dari sesama anggota kelompok pemberian ASI secara Eksklusif
training/pelatihan laktasi dapat yang membutuhkan support dari
meningkatkan kemampuan ibu dalam kelompok untuk sharing mengenai
memberikan ASI yang efektif pada bayi. masalah pemberian ASI secara
Dalam peer / kelompok ibu bisa saling Eksklusif
sharing dengan sesama ibu yang lain 2. Bagi riset keperawatan
sehingga dapat meningkatkan pemahaman Perlu dilakukan penelitian lebih
ibu mengenai pemberian ASI yang efektif. lanjut mengenai intervensi lain
Bayi baru lahir mempunyai resiko yang digunakan untuk
yang tinggi mengalami malnutrisi karena meningkatkan helth promotion
ketidakseimbangan antara intake yang khususnya masalah pemberian ASI
didapat dan proses hipermetabolisme yang secara Eksklusif dan proses untuk
ada dalam tubuh. Perawat sebagai meningkatkan kualitas produksi
konselor dan educator harus memberikan ASI sehingga ibu tidak kuatir

Jurnal Ilmu Kesehatan Vol. 3 No. 2 Mei 2015 66


ISSN 2303-1433

dalam pemberian nutrisi pada Judith M.W .(2005) Prentice Hall Nursing
bayinya. Diagnosis Handbook With NIC
Intervention and NOC Outcomes.
Daftar Pustaka Pearson
Alex K. Anderson, P; Grace Damio& etc
. (2005). A Randomized Trial Marriner-Tomey & Alligood (2006).
Assessing the Efficacy of Peer Nursing theorists and their works.
Counseling on Exclusive 6th Ed.St.Louis:Mosby Elsevier, Inc
Breastfeeding in a Predominantly
Latina Low-Income Community. Merestein, G.B & Gradner, S.L (2002).
Arch Pediatric Adolesc Med. Handbook of neonatal intensive
2005;159:836-841 care (5th ed) St. Louis : Mosby.

Bobak, I.M., Lowdermilk, D.L., & Jensen, Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas)
M.D. (2005). Buku ajar Nasional 2010. Jakarta: Badan
keperawatan maternitas. (edisi 4). Penelitian dan Pengembangan
Jakarta: EGC. Kesehatan Depkes RI.

Casey, P.H., Mansell, L.M., Barrett, K., Taylor C., Lilis, C., LeMone, P. 1995.
Bradley, R.H., & Gargus, R. (2006). Fundamental of Nursing the Art and
Impact of prenatal and/or postnatal Science of Nursing Care.
growth problems in low birth weight Philadelphia: Lippincot
preterm infants on school-age
outcomes: An 8-year longitudinal Tomey, A.M., & Alligood, M.R. 2006.
evaluation. Pediatrics, 118(3), Nursing Theorists and their Work,
1078-1086 4th Edition. St.Louis: Mosby.

Chin P.L.& Kramer. 1997. Theory and Tomey, M.A. 1994. Nursing Theorist and
Nursing : A System Approach. Sint Their Work. St. Louis : Mosby
Louis: Mosby Company. Company

Doengoes Merillynn. (1999) (Rencana


Asuhan Keperawatan). Nursing care
plans. Guidelines for planing and
documenting patient care. Alih
bahasa : I Made Kariasa, Ni Made
Sumarwati. EGC. Jakarta.

Dorland. (1998). Kamus Saku Kedokteran


Dorland. Alih Bahasa: Dyah
Nuswantari Ed. 25. Jakarta: EGC

Esther HY Wong1, EAS Nelson. (2007).


Evaluation of a peer counselling
programme to sustain breastfeeding
practice in Hong Kong.
International Breastfeeding Journal
2007, 2:12 doi:10.1186/1746-4358-
2-12

Jurnal Ilmu Kesehatan Vol. 3 No. 2 Mei 2015 67


ISSN 2303-1433

Perbedaan Motivasi Wanita PUS Usia 35-49 Tahun untuk Menggunakan Implant
Sebelum dan Setelah Diberi Penyuluhan di Dusun Mojolegi Desa Bendo Kec. Pare.

(The Difference Motivation of Childbearing Age Couples Women in Age 35-49 years to
Use Implants Before and After Giving Information in Mojolegi Hamlet Bendo Village Pare
District)

Triatmi Andri Yanuarini, Susanti Pratamaningtyas, Rika Aprilia Susanti.


Poltekkes Kemenkes Malang
Prodi Kebidanan Kediri Jl.KH.Wakhid Hasyim 64 B Kediri

ABSTRACT
Women who have age 35th years old need safety and effective contraception because
these group will get increased morbidity and mortality experience if they pregnant. Implant
is one method of effective an safety long-term contraception. Bendo Health Center have
the lowest acceptor implants in Kediri that is 0%. The purpose of this research to know the
difference motivation of childbearing age couples women in age 35-49 years to use
implant before and after giving information. The design used a pre-experiment design with
one group pre-test post-test design, the population was all childbearing age couples women
in age 35-49 years at Mojolegi Hamlet Bendo Village Pare District who have children, not
use contraception or still use non-Long Term contraception Method which total 72 people.
The samplehave a lot 61 people according to inclusion and exclusion criteria. The sample
removal technique used simple random sampling. The result of this research, from 61
respondents get average of respondent motivation before give information is 65 and after
give information is 69, show that respondents motivation get increase after got
information. And after going through the data analysis it was found z calculate > z table, so
in this case have difference motivation of childbearing age couples women in age 35-49
years to use implants before and after giving information.

Keywords: Counseling, Motivation, Implants


.
Pendahuluan laksana deret hitung, sedangkan
Indonesia menghadapi masalah pertumbuhan dan perkembangan manusia
dengan jumlah dan kualitas sumber daya laksana deret ukur, sehingga pada satu
manusia dengan kelahiran 5.000.000 per titik sumber daya alam tidak mampu
tahun (Manuaba, IBG, dkk. 2010: 591). menampung pertumbuhan manusia telah
Pertumbuhan penduduk di Indonesia menjadi kenyataan. Berdasarkan pendapat
berkisar antara 2,15% hingga 2,49% per demikian diharapkan setiap keluarga
tahun. Tingkat pertumbuhan penduduk memperhatikan dan merencanakan jumlah
seperti itu dipengaruhi oleh tiga faktor keluarga yang diinginkan. (Manuaba,
utama, yaitu: kelahiran (fertilitas), IBG, dkk. 2010: 591)
kematian (mortalitas), dan perpindahan BKKBN sebagai lembaga pemerintah
penduduk (migrasi). Pertumbuhan di Indonesia mempunyai tugas untuk
penduduk seperti dikemukakan diatas mengendalikan fertilitas melalui
dapat dikatakan terlalu tinggi karena dapat pendekatan 4 (empat) pilar program, yaitu
menimbulkan berbagai persoalan (Arum, Program Keluarga Berencana (KB),
Dyah, dkk. 2009: 3). Pendapat Malthus Kesehatan Reproduksi (KR), Keluarga
yang mengemukakan bahwa Sejahtera (KS) dan Pemberdayaan
pertumbuhan dan kemampuan Keluarga (PK). Dalam Rencana
mengembangkan sumber daya alam Pembangunan Jangka Menengah Nasional

Jurnal Ilmu Kesehatan Vol. 3 No. 2 Mei 2015 68


ISSN 2303-1433

(RPJMN) tahun 2009-2014, tertuang sekali menyebabkan efek samping lain


bahwa dalam rangka mempercepat disamping perubahan haid dan hanya
pengendalian fertilitas melalui sedikit sekali menyebabkan perubahan-
penggunaan kontrasepsi, program perubahan sistemik (Hartanto, Hanafi.
keluarga berencana nasional di Indonesia 2004: 184).
lebih diarahkan kepada pemakaian Hasil penelitian yang dilakukan oleh
Metoda Kontrasepsi Jangka Panjang Musdalifah dkk mengenai faktor yang
(MKJP). Metoda Kontrasepsi Jangka berhubungan dengan pemilihan alat
Panjang adalah kontrasepsi yang dapat kontrasepsi hormonal, mengatakan bahwa
dipakai dalam jangka waktu lama, lebih ada hubungan antara umur, dukungan
dari dua tahun, efektif dan efisien untuk suami, efek samping dan pemberian
tujuan pemakaian menjarangkan kelahiran informasi petugas KB dengan pemilihan
lebih dari 3 tahun atau mengakhiri alat kontrasepsi hormonal (Musdalifah,
kehamilan pada pasangan yang sudah dkk. 2013). Menurut BKKBN 2009, peran
tidak ingin tambah anak lagi. Jenis metoda petugas KB, tokoh agama, tokoh
yang termasuk dalam kelompok ini adalah masyarakat dan media dalam memberikan
metoda kontrasepsi mantap (pria dan informasi KB masih rendah (< 20 persen).
wanita), Implant, dan Intra Uterine Device (BKKBN, 2009)
(IUD). (BKKBN, 2009) Berdasarkan hasil studi pendahuluan
Berdasarkan hasil Survei Demografi pada tanggal 5 Februari 2014 di Dinkes
dan Kependudukan Indonesia tahun 2012, Kabupaten Kediri, angka pemakaian
angka pemakaian kontrasepsi modern bagi kontrasepsi modern bagi wanita di
wanita di Indonesia adalah suntik sebesar Kabupaten Kediri tertinggi adalah suntik
31,9%, pil 13,6 %, IUD 3,9 %, Implant sebesar 70,24 %, diikuti pil 12,11 %, IUD
3,3 %, MOW 3,2 %. Sementara angka 9,5 %, MOW 4,36 %, dan Implant
pemakaian kontrasepsi modern bagi menempati angka terendah dengan 2,49
wanita di Provinsi Jawa timur adalah %. Puskesmas Puncu memiliki jumlah
suntik sebesar 34,7 %, pil 14,7 %, IUD akseptor Implant tertinggi di Kabupaten
5,0 %, Implant 3,1 %, MOW 3,5 % Kediri yaitu 462 akseptor dengan
(SDKI, 2012). prosentase 6,49 %, sementara Desa Bendo
Perempuan berusia lebih dari 35 memiliki jumlah akseptor Implant
tahun memerlukan kontrasepsi yang aman terendah yaitu sebesar 0 %.
dan efektif karena kelompok ini akan Sesuatu yang mendorong Ibu dalam
mengalami peningkatan morbiditas dan memakai suatu alat kontrasepsi disebut
mortalitas jika mereka hamil (Saifuddin, motivasi. Motivasi merupakan sesuatu
Abdul Bari. 2010: U-49). Penggunaan yang menggerakkan atau mendorong
kontrasepsi paling rendah adalah Implant, seseorang atau sekelompok orang untuk
padahal Implant dapat digunakan pada melakukan atau tidak melakukan sesuatu.
perempuan >35 tahun yang menginginkan Motivasi dipengaruhi oleh faktor-faktor
kontrasepsi jangka panjang. (Saifuddin, tingkat pengetahuan, keyakinan atau
Abdul Bari. 2006: U-50). Selain itu kepercayaan, sarana yang diperlukan, dan
Implant memiliki angka kegagalan yang dorongan. (Haska, Ardani: 2003)
lebih rendah dibandingkan kontrasepsi Dari penelitian yang telah dilakukan
oral, IUD dan metode barier, yaitu hanya oleh Musdalifah dkk dan menurut
< 1 per 100 wanita per tahun dalam 5 BKKBN diatas dapat disimpulkan bahwa
tahun pertama. (Hartanto, Hanafi. 2004: pemberian informasi atau penyuluhan
182). Implant dapat dipakai jangka berpengaruh dalam pemilihan metode
panjang, yaitu daya kerjanya sampai 5 kontrasepsi. Promosi kesehatan atau
tahun pada norplant 6 kapsul (Hartanto, penyuluhan kesehatan adalah kegiatan
Hanafi. 2004: 179). Implant hanya sedikit pendidikan yang dilakukan dengan cara

Jurnal Ilmu Kesehatan Vol. 3 No. 2 Mei 2015 69


ISSN 2303-1433

menyebarkan pesan, menambahkan sudah tidak ingin memiliki anak lagi


keyakinan, sehingga masyarakat tidak saja (90,16%), hampir seluruh responden
sadar, tahu dan mengerti, tetapi juga mau (83,61%) belum pernah mendapatkan
dan bisa melakukan suatu anjuran yang penyuluhan tentang KB Implant
ada hubungannya dengan kesehatan. (Ali,
Zaidin. 2010: 5) Data Khusus
Berdasarkan latar belakang masalah 1. Frekuensi Motivasi wanita PUS Usia
tersebut diatas peneliti tertarik untuk 35-49 tahun untuk Menggunakan
meneliti Perbedaan motivasi wanita PUS Implant Sebelum Diberi Penyuluhan.
usia 35-49 tahun untuk menggunakan
Implant sebelum dan setelah diberi
penyuluhan di Dusun Mojolegi Desa 52
Bendo Kecamatan Pare

Metode Penelitian
Desain dalam penelitian ini
menggunakan pre-experiment design 1 8
dengan model one group pre-test post-test
design yaitu eksperimen hanya melibatkan
Motivasi
satu kelompok subjek yang diobservasi Motivasi
Rendah Motivasi
sebelum dilakukan intervensi, kemudian Sedang
Tinggi
diobservasi lagi setelah intervensi
(Nursalam: 2008). Populasi dalam Gambar 1 Distribusi Frekuensi Motivasi wanita
PUS usia 35-49 tahun untuk Menggunakan
penelitian ini adalah seluruh Wanita PUS Implant Sebelum Diberi Penyuluhan di Dusun
Usia 35-49 tahun di Dusun Mojolegi Desa Mojolegi Desa Bendo Kec. Pare
Bendo Kecamatan Pare yang sudah
memiliki anak, belum ber-KB atau masih Berdasarkan gambar 1 dapat
menggunakan kontrasepsi non-MKJP. dijelaskan hampir seluruhnya sudah
Besarnya populasi dalam penelitian ini memiliki motivasi tingkat sedang
adalah 72 orang. Besar sampel 61 (85,25%) untuk menggunakan Implant
responden dengan tehnik sampling simple sebelum mendapat penyuluhan.
random sampling. Varibel penelitian
adalah motivasi menggunakan implant 2. Frekuensi Motivasi wanita PUS usia
sebelum penyuluhan dan motivasi setelah 35-49 tahun untuk Menggunakan
penyuluhan. Analisa data menggunakan Implant Setelah Diberi Penyuluhan
Wilcoxon Match Pairs Test. 50

Hasil Penelitian
Data Umum
Berdasarkan hasil penelitian
didapatkan sebagian besar responden 11
berusia 35-40 tahun (40,98%), sebagian
besar responden berpendidikan terakhir
SD (44,26%), lebih dari setengah Motivasi
responden adalah sebagai ibu rumah Sedang Motivasi
tangga (54,10%), lebih dari setengah Tinggi
responden saat ini menggunakan KB
Gambar 2 Distribusi Frekuensi Motivasi wanita
suntik 3 bulan (54,10%), hampir setengah PUS usia 35-49 tahun untuk Menggunakan
dari 61 responden memiliki 2 anak Implant Setelah Diberi Penyuluhan di Dusun
(47,54%), hampir seluruh responden Mojolegi Desa Bendo Kec. Pare

Jurnal Ilmu Kesehatan Vol. 3 No. 2 Mei 2015 70


ISSN 2303-1433

kebutuhan motivator dan faktor kesehatan.


Berdasarkan gambar 2 dapat Hasil penelitian deskriptif dengan
dijelaskan hampir seluruhnya memiliki pendekatan cross sectional yang
motivasi kategori sedang (82%) untuk dilakukan oleh Fitriani (2013) tentang
menggunakan Implant setelah gambaran minat wanita usia subur dengan
mendapatkan penyuluhan. pemilihan alat kontrasepsi implant di
wilayah kerja Puskesmas Meureudeu
3. Frekuensi Motivasi Wanita PUS Usia menunjukkan bahwa Umur, pengetahuan
35-49 tahun untuk Menggunakan dan pendidikan mempengaruhi minat
Implant Sebelum dan Setelah Diberi wanita subur untuk menggunakan
Penyuluhan. Implant. WUS usia >35 tahun
Perbedaan motivasi wanita PUS usia menunjukkan minat yang lebih tinggi
35-49 tahun untuk menggunaakan Implant dibandingkan usia dibawahnya untuk
sebelum dan setelah diberi penyuluhan di menggunakan Implant Semakin tinggi
Dusun Mojolegi Desa Bendo Kec. Pare pendidikan dan pengetahuan WUS
ditampilkan dalam bentuk tabel di bawah semakin tinggi pula minat menggunakan
ini: Implant. Ini sejalan dengan penelitian
Tabel 1 Distribusi Frekuensi Motivasi analitik dengan pendekatan cross
Wanita PUS Usia 35-49 Tahun untuk sectional yang dilakukan oleh Susanti
Menggunakan Implant Sebelum dan (2013) tentang faktor-faktor yang
Setelah Diberi Penyuluhan. berhubungan dengan minat ibu terhadap
penggunaan Implant di Puskesmas Ome.
Sebelum dan sesudah
Susanti menambahkan, tingkat ekonomi
Kriteria T
X1 juga mempengaruhi minat ibu untuk
% X2(f) %
(f) menggunakan Implant.
Motivasi Menurut asumsi peneliti, umur,
1 1,64 0 0,00 T = 213
Rendah pengetahuan, pendidikan, dan ekonomi
Motivasi sangat berpengaruh terhadap motivasi
52 85,25 50 81,97 Z = -5,2
Sedang
Motivasi
wanita PUS untuk menggunakan implant.
8 13,11 11 18,03 Usia responden yang >35 tahun dalam
Tinggi
penelitian ini mendorong motivasi
Hasil penelitian tersebut dianalisis responden untuk menggunakan Implant
dan dihitung menggunakan teknik analisis karena dari segi kebutuhan mereka
data wilcoxon match pairs test. Kemudian membutuhkan Implant sebagai
hasil jenjang terkecil dimasukkan dalam kontrasepsi jangka panjang untuk
rumus z dan hasilnya dibandingkan mencegah terjadinya kehamilan,
dengan z tabel. Ternyata hasil z hitung dibuktikan dengan 84% responden
lebih besar dari harga z tabel, maka dapat menyatakan sudah tidak ingin memiliki
disimpulkan bahwa ada perbedaan anak lagi. Namun pendidikan,
motivasi wanita PUS usia 35-49 tahun pengetahuan, dan tingkat ekonomi yang
untuk menggunakan implant sebelum dan rendah menekan motivasi responden
setelah diberi penyuluhan. untuk menggunakan implant. Hanya 16%
responden yang menyatakan sudah pernah
Pembahasan mendapatkan informasi tentang Implant
1 Motivasi wanita PUS usia 35-49 tahun sementara 84% lainnya belum pernah, ini
untuk menggunakan implant sebelum menunjukkan bahwa pengetahuan
diberikan penyuluhan responden tentang implant sangat minim.
Menurut F. Herzberg dalam Suwatno Selain itu dari segi ekonomi yang rendah,
(2011: 175), faktor yang mempengaruhi anggapan bahwa biaya pemasangan dan
motivasi antara lain minat, sikap positif, pelepasan implant yang mahal akan

Jurnal Ilmu Kesehatan Vol. 3 No. 2 Mei 2015 71


ISSN 2303-1433

menyurutkan motivasi responden untuk KB implant secara lengkap mulai dari


menggunakan Implant. Beredarnya rumor pengertian, efektivitas, cara kerja,
yang tidak benar mengenai kontrasepsi keuntungan, efek samping, indikasi,
Implant seperti kapsul Implant dapat kontraindikasi, waktu pemasangan,
hilang dalam tubuh, dapat berjalan ke dengan menyertakan gambar kapsul
organ lain dalam tubuh dan teknik implant sebagai alat peraga sehingga
pembedahan saat pemasangan yang responden dapat melihat nyata inti materi
mengerikan dan menyakitkan membuat sehingga lebih mudah mencerna dan
masyarakat takut untuk menggunakan menangkap makna materi yang
Implant. disampaikan, penyuluhan juga
menghadirkan akseptor implant yang telah
2 Motivasi wanita PUS usia 35-49 tahun 5 tahun menggunakan Implant untuk
untuk menggunakan Implant setelah menceritakan pengalaman
dilakukan penyuluhan menguntungkan selama menggunakan
Menurut Azrul Anwar dalam Zaidin Implant sehingga dapat menambah
Ali (2010) penyuluhan adalah kegiatan keyakinan responden.
pendidikan yang dilakukan dengan cara Peneliti dengan dibantu oleh bidan
menyebarkan pesan, menambahkan juga memberikan informasi mengenai
keyakinan, sehingga masyarakat tidak saja safari KB yang akan dilaksanakan pada
sadar, tahu dan mengerti, tetapi juga mau tanggal 16 19 Juni 2014 sehingga
dan bisa melakukan suatu anjuran. tingkat ekonomi yang rendah tidak lagi
Menurut Israr Y., dkk (2008), rendahnya menjadi penghambat motivasi responden
MKJP termasuk Implant di Indonesia untuk menggunakan Implant. Anggapan
karena pengetahuan klien dan kurangnya bahwa biaya pemasangan implant yang
kualitas sosialisasi/ KIE MKJP. Mereka mahal dapat disingkirkan karena adanya
lebih banyak mendapat informasi dari safari KB yang memungkinkan responden
teman atau keluarga tentang non-MKJP mendapatkan pelayanan implant secara
seperti suntik dan pil. Ini menunjukkan gratis sehingga motivasi responden untuk
perlu lebih ditingkatkan pengenalan KB- menggunankan implant meningkat.
MKJP. (BKKBN, 2009). Penelitian yang Pada akhir sesi penyuluhan peneliti
dilakukan oleh Fitriani, Susanti, dan mengadakan tanya jawab dengan dibantu
Jasmaniar menunjukkan bahwa oleh bidan dan akseptor KB Implant yang
pengetahuan sangat berpengaruh terhadap dihadirkan. Banyak responden yang
minat ibu untuk menggunakan Implant. mengajukan pertanyaan, hal ini
Menurut asumsi peneliti penyuluhan menunjukkan bahwa penyuluhan telah
yang dilakukan selama penelitian menimbulkan ketertarikan pada Implant
memberi tambahan informasi tentang KB yang selama ini mereka abaikan karena
implant juga meluruskan rumor-rumor tidak begitu mengenal kontrasepsi ini.
yang tidak benar tentang implant misalnya Dengan tanya jawab, responden dapat
seperti rumor bahwa implant dapat mengutarakan ketidaktahuannya tentang
berjalan/ berpindah tempat dari lengan ke KB Implant sehingga dengan
organ tubuh lain atau implant dapat hilang mendapatkan jawaban yang tepat dari
dalam tubuh, dan teknik pembedahan petugas dapat menghindari adanya
Implant yang mengerikan dan kesalahpahaman tentang KB Implant yang
menyakitkan. Penyuluhan dilakukan dapat berujung pada rumor yang membuat
dalam 2 waktu, dihadiri oleh 31 peserta Implant dihindari oleh masyarakat.
pada kelompok pertama dan 30 peserta
pada kelompok kedua, masing-masing
120 menit, menggunakan metode ceramah
dengan memberikan informasi mengenai

Jurnal Ilmu Kesehatan Vol. 3 No. 2 Mei 2015 72


ISSN 2303-1433

3 Perbedaan motivasi wanita PUS usia menggunakan implant sebelum dan


35-49 tahun untuk menggunakan setelah mendapat penyuluhan.
implant sebelum dan setelah diberi
penyuluhan Kesimpulan
Menurut asalnya motivasi 1. Motivasi wanita PUS usia 35-49 tahun
dikelompokkan menjadi dua, motivasi untuk menggunakan Implant sebelum
internal dan eksternal. Masing-masing diberi penyuluhan menunjukkan
dibagi lagi menjadi dua, positif dan kategori sedang
negatif. Salah satu contoh motivasi yang 2. Motivasi wanita PUS usia 35 49
berasal dari luar (motivasi eksternal) yang tahun untuk menggunakan Implant
bersifat positif adalah promosi/ setelah diberi penyuluhan
penyuluhan (Irianto, Anton. 2005). menunjukkan kategori sedang.
Menurut penelitian eksperimen semu 3. Ada perbedaan motivasi wanita PUS
dengan menggunakan model one group usia 35-49 tahun untuk menggunakan
pretest posttest yang berjudul perbedaan Implant di Dusun Mojolegi Desa
pengetahuan sebelum dan sesudah Bendo Kec. Pare.
penyuluhan tentang kontrasepsi Implant
oleh Ely Rohmawati (2011), didapatkan Saran
adanya perbedaan pengetahuan tentang Setelah melakukan penelitian tentang
kontrasepsi implan pada wanita usia subur perbedaan motivasi wanita PUS usia 35-
sebelum dan setelah penyuluhan dengan 49 tahun untuk menggunakan Implant
value = 0,00, yaitu pengetahuan wanita sebelum dan setelah diberi penyuluhan di
usia subur meningkat setelah mendapat Dusun Mojolegi Desa Bendo Kecamatan
penyuluhan. Penelitian yang dilakukan Pare Kabupaten Kediri, peneliti
oleh Fitriani, Susanti, dan Jasmaniar menyarankan kepada:
menunjukkan bahwa pengetahuan sangat 1. Peneliti Selanjutnya
berpengaruh terhadap minat ibu untuk Dari kesimpulan yang didapat bahwa
menggunakan Implant. ada perbedaan motivasi wanita PUS usia
Menurut asumsi Peneliti, adanya 35 49 tahun untuk menggunakan
peningkatan pengetahuan responden oleh Implant sebelum dan setelah diberi
karena mendapatkan penyuluhan tentang penyuluhan, disini berarti penyuluhan
kontrasepsi Implant menyebabkan berpengengaruh terhadap motivasi ibu
meningkatnya motivasi responden untuk untuk menggunakan Implant sehingga
menggunakan Implant. Hal ini sejalan diharapkan pada penelitian selanjutnya
dengan penelitian yang dilakukan oleh dibahas mengenai faktor-faktor yang
Fitriani, Susanti, dan Jasmiar di atas yang berpengaruh terhadap pemilihan
menyebutkan bahwa pengetahuan sangat kontrasepsi Implant.
berpengaruh terhadap minat responden
untuk menggunakan Implant. Minat 2. Tempat penelitian
merupakan salah satu faktor yang dapat Bidan diharapkan dapat lebih
menimbulkan motivasi. Dengan adanya meningkatkan pemberian informasi
peningkatan minat, maka akan memacu tentang kontrasepsi implant secara lebih
peningkatan motivasi pula sehingga lengkap meliputi cara kerja implant,
penyuluhan tentang kontrasepsi implant keuntungan dan kerugian implant, indikasi
ini memberikan pengaruh terhadap dan kontraindikasi, biaya pemasangan
motivasi responden untuk menggunakan implant, dan mengenai safari KB. Bidan
implant. Dengan demikian dapat juga dapat menggunakan alat bantu
disimpulkan ada perbedaan motivasi berupa flipchart sehingga informasi yang
wanita PUS usia 35-49 tahun untuk diterima jelas karena pada flipchart

Jurnal Ilmu Kesehatan Vol. 3 No. 2 Mei 2015 73


ISSN 2303-1433

terdapat gambar dan penjelasan yang Sugiyono. 2010. Statistika untuk


mudah dimengerti. Penelitian. Bandung: Alfabeta.

Daftar Pustaka Ali, Zaidin. 2010. Dasar-dasar


Maulana, Heri D. J. 2012. Promosi Pendidikan Kesehatan Masyarakat
Kesehatan. Jakarta: EGC dan Promosi Kesehatan. Jakarta:
Trans Info Media.
Arum, Dyah Noviawati S., dkk. 2009.
Panduan Lengkap Pelayanan KB Syafrudin, Yudhia Fratidhina. 2009.
Terkini. Mitra Cendikia: Promosi Kesehatan untuk
Yogjakarta. Mahasiswa Kebidanan. Jakarta:
Trans Info Media.
Hartanto, Hanafi. 2004. Keluarga
Berencana dan Kontrasepsi. Hidayat, A. Aziz Alimul. 2009. Metode
Pustaka Sinar Harapan: Jakarta. Penelitian Kebidanan & Teknik
Analisis Data. Jakarta: Salemba
Notoatmodjo, Soekidjo. 2007. Promosi Medika.
Kesehatan & Ilmu Periaku.
Jakarta: Rineka Cipta. Suwatno dan Donni J. P. 2011.
Manajemen SDM dalam
Everett, Suzanne. 2012. Buku Saku Orgnaisasi Publik dan Bisnis.
Kontrasepsi dan Kesehatan Bandung: Alfabeta.
Seksual Reproduktif. Jakarta: EGC.
Mayliana, Esther, Herminarto Sofyan.
Saifuddin, Abdul Bari. 2010. Buku 2013. Penerapan Accelerated
Panduan Praktis Pelayanan Learning dengan Pendekatan SAVI
Kontrasepsi, Edisi Ke-2. Jakarta: untuk Meningkatkan Motivasi dan
YBP-SP. Hasil Belajar Kompetensi
Menggambar Busana. Jurnal
Manuaba, Ida Bagus Gde, dkk. 2010.Ilmu Pendidikan Vokasi. Vol 3, Nomor
Kebidanan, Penyakit Kandungan 1, Februari 2013. Halaman 14-28
dan KB untuk Pendidikan Bidan.
Edisi 2. Jakarta: EGC. Susilawati, Fitriani. 2013. Gambaran
Minat Wanita Usia Subur dengan
Nursalam. 2009. Konsep dan Penerapan Pemilihan Alat Kontrasepsi
Metodologi Penelitian Implant di Wilayah Kerja
Keperawatan. Jakarta: Salemba Puskesmas Meureudu Kecamatan
Medika. Meureudu Kabupaten Pidie Jaya.
Jurnal Karya Tulis Ilmiah.
Saryono, dkk. 2013. Metodologi Halaman 1-10.
Penelitian Kualitatif dan
Kuantitatif dalam Bidang Musdalifah, Mukhsen Sarake, dkk. 2013.
Kesehatan. Yogyakarta: Nuha Faktor yang Berhubungan dengan
Medika. Pemilihan Kontrasepsi Hormonal
Pasutri di Wilayah Kerja
Notoadmodjo, Soekidjo. 2010. Puskesmas Lampa Kecamatan
Metodologi Penelitian Kesehatan. Duampanua Kabupaten Pinrang
Jakarta: Rineka Cipta. 2013. Halaman 113.

Jurnal Ilmu Kesehatan Vol. 3 No. 2 Mei 2015 74


ISSN 2303-1433

Jasamaniar. 2013. Faktor-faktor yang


Mempengaruhi Minat Akseptor
KB Terhadap Pemakaian Alat
Kontrasepsi Implant di Puskesmas
Simuelue Timur. Halaman 1-8.

Susanti, Mona Wowor, dkk. 2013. Faktor-


Faktor yang Berhubungan Dengan
Minat Ibu terhadap Penggunaan
Alat Kontrasepsi Implant di
Puskesmas Ome Kota Tidore
Kepulauan. ejournal keperawatan
(e-Kp) Volume 1. Nomor 1.
Agustus 2013. Halaman 1-5.

Rohmawati, Ely, Dkk. Perbedaan


Pengetahuan Sebelum Dan
Sesudah Penyuluhan Tentang
Kontrasepsi Implan Di Rw IV
Desa Wonolopo Kecamatan Mijen
Kota Semarang. Hamalan 1-9.

BKKBN. 2009. Analisa Lanjut SDKI


2007, Faktor yang Mempengaruhi
Pemakaian Kontrasepsi Jangka
Panjang (MKJP). Jakarta:
BKKBN.

Haska, Ardani. 2003. Hubungan Motivasi


Mahasiswa Terhadap Sadari di
Program Studi Kebidanan Kediri.
Karya Tulis yang Tidak
dipublikasikan.

BPS, BKKBN, dan Kemenkes. 2012.


Laporan Pendahuluan Survei
Demografi dan Kesehatan
Indonesia (SDKI).

Jurnal Ilmu Kesehatan Vol. 3 No. 2 Mei 2015 75


ISSN 2303-1433

Hubungan Tingkat Pengetahuan Penderita Hipertensi Tentang Penyakit Hipertensi Dengan


Kepatuhan Regimen Terapeutik Di Kelurahan Lirboyo Rw 03 Dan 08 Kota Kediri

ABSTRACT
In the prevention of complications of hypertension motivated by three factors:
predisposing factors include knowledge, attitudes, beliefs, values, family traditions,
contributing factors include the availability of source facilities, predisposing factors
include attitudes, behaviors of health workers, family and friends. Knowledge or cognition
is the dominant factor is very important to person's behavior to obey with the therapeutic
regimen. Methods: This study design using analytical observation, while the population in
this study are patients with hypertension who are in the Urban Village Lirboyo RW 03 and
08 of Kediri. Sample studies using total sampling, which amounted to 21 respondents.
Questionnaires given to obtain in-depth information about the level of knowledge and
compliance in hypertensive patients undergoing therapeutic regimen. Results, level of
knowledge about hypertension hypertensive patients almost all respondents (71%) good
knowledge, few respondents knowledgeable enough (29%). Therapeutic regimen
compliance majority of respondents (76%) adherence to the therapeutic regimen, a small
portion of respondents (24%) are less adherent to the therapeutic regimen. Results of the
research necessary to increase knowledge and necessary also social support, resources,
attitudes, behaviors, and motivations of people with hypertension to improve compliance
in implementing the therapeutic regimen.

Keywords: Knowledge Level, compliance

Pendahuluan esensial, hipertensi yang tidak diketahui


Penyakit hipertensi atau tekanan penyebabnya dilaporkan yang teratur
darah tinggi merupakan tekanan darah kontrol sebanyak 22,8 % sedangkan yang
persisten dimana tekanan sistoliknya tidak teratur kontrol sebanyak 77,2 %,
diatas 140 mmHg dan tekanan dari pasien hipertensi dengan riwayat
diastoliknya diatas 90 mmHg (Dalimartha, kontrol tidak teratur tekanan darah yang
2008). Apabila hipertensi tetap tidak belum terkontrol 91,7 % sedangkan yang
diketahui dan tidak dirawat akan mengaku kontrol teratur dalam tiga bulan
mengakibatkan kematian ( Brunner dan terakhir mudah dilaporkan 100 % masih
Suddart, 2010: 897 ). mengidap penyakit hipertensi (Dewi T,
Penderita hipertensi di Amerika yang 2013)
diobati sebanyak 59 % dan yang Prevalensi hipertensi secara nasional
terkontrol 34 % sedangkan dinegara Eropa mencapai 31,7%. Pada kelompok umur
penderita yang diobati hanya sebesar 27 % 25-34 tahun sebesar 7% naik menjadi 16%
dan dari jumlah tersebut 70 % tidak pada kelompok umur 35-44 tahun dan
terkontrol. Penderita hipertensi di kelompok umur 65 tahun atau lebih
Indonesia diperkirakan sebesar 15 juta menjadi 29% (Survey Kesehatan
penduduk Indonesia yang kontrol hanya Nasional, 2007 dalam Eka 2011: 3)
4%. (www.health.kompas.com) baik Kediri merupakan salah satu kota
dipuskesmas maupun dirumah sakit yang memiliki tingkat hipertensi tinggi
terdapat 50% penderita hipertensi tidak diJawa Timur yaitu sebesar 38.626
menyadari dirinya sebagai penderita jiwayang menyebar di sembilan
hipertensi. Terdiri dari 70% adalah puskesmas yang berada di Kota Kediri
hipertensi ringan dan 90% hipertensi setelah Kota Pasuruan, Probolinggo dan

Jurnal Ilmu Kesehatan Vol. 3 No. 2 Mei 2015 76


ISSN 2303-1433

Madiun yang mana hipertensi merupakan Berdasarkan hasil obeservasi, dari


faktor dominan terhadap kejadian stroke. berbagai kegiatan yang dilakukan,
Hal ini diketahui berdasarkan data dari antusias masyarakat (penderita hipertensi)
Dinas Kesehatan Jawa Timur yang yang menjadi target program . Hal ini
menunjukkan jumlah angka hipertensi di dapat disimpulkan dari jumlah kehadiran
Jawa Timur mencapai 275.000 jiwa yang para penderita hipertensi pada kegiatan
mana memiliki faktor resiko strok. posyandu lansia di kelurahan Lirboyo
Dalam pencegahan komplikasi diikuti 1117 orang, pada kegiatan
hipertensi dilatar belakangi oleh tiga senam sehat penderita hipertensi hadir 10
faktor yaitu faktor predisposisi meliputi 12 peserta. Bulan Februari 2015 yang
pengetahuan, sikap, kepercayaan, nilai, lalu peneliti melakukan pendataan
tradisi keluarga, faktor pendukung dikelurahan Lirboyo RW 03 dan RW 08
meliputi ketersediaan sumber fasilitas, memiliki kasus hipertensi tertinggi yaitu
faktor pendorong meliputi sikap, perilaku 70% dari penderita di Kelurahan Lirboyo
petugas kesehatan, anggota keluarga dan ,warga yang didata merupakan penderita
teman dekat(Agrina,2011). Pengetahuan hipertensi dan 5% diantaranya terkena
atau kognitif merupakan faktor dominan komplikasi jantung dan stroke.
yang sangat penting dalam membentuk Berdasarkan studi pendahuluan kepada 12
tindakan seseorang (Ekarini, 2011). warga RW 03 Lirboyo pada bulan
Perilaku yang didasari oleh pengetahuan Pebruari 2015 didapatkan hasil bahwa
akan lebih langgeng daripada perilaku sembilan orang diantaranya tahu apa itu
yang tidak didasari oleh pengetahuan hipertensi tapi mereka sendiri tidak
(Notoatmodjo, 2007: 144) mengetahui penyebab, komplikasi dan
Penelitian Mardiyati (2009), cara penurunan faktor resiko hipertensi
menunjukkan bahwa penderita hipertensi seperti apa. Untuk menurunkan angka
mempunyai sikap yang buruk dalam komplikasi dan kematian akibat
menjalani diet hipertensi hal tersebut hipertensi, maka pengetahuan tentang
disebabkan oleh faktor pengetahuan hipertensi di RW 03 dan 08 di Kelurahan
penderita hipertensi. Sikap merupakan Lirboyo penting diteliti sebagai dasar
suatu tindakan aktivitas, akan tetapi menetapkan intervensi untuk penderita
merupakan predisposisi dari perilaku. hipertensi di RW 03 dan 08 di Kelurahan
Menurut Notoatmodjo (2007: 145), Lirboyo Kota Kediri sehingga tidak
Perilaku seseorang adalah penyebab menimbulkan komplikasi lain ataupun
utama menimbulkan masalah kematian.
kesehatan,tetapi juga merupakan kunci
utama pemecahan. Perilaku merupakan Metode Penelitian
faktor kedua terjadi perubahan derajat Penelitian ini dimulai pada bulan
kesehatan masyarakat (Wawan, 2011). Pebruari sampai bulan Maret 2015.
Jadi kepatuhan dapat ditingkatkan jika Penelitian ini menggunakan desain
jika petugas kesehatan menjelaskan penelitian cross sectional yaitu penelitian
kepada pasien mengenai nilai hasil observasional analitik yang dilakukan dan
pengobatan dan menjelaskan bahwa diamati dalam satu waktu (Nasehudin &
mengikuti anjuran akan mendapatkan Nanang 2012).
hasil baik dan jika pasien mengetahui Sedangkan populasi dalam penelitian
serta menyadari sistem pengobatan, ini adalah penderita hipertensi yang
kenyakinan pasien, perasaan dan berada di Wilayah Kelurahan Lirboyo RW
kebiasaan pasien akan meningkat dalam 03 dan 08 Kota Kediri. Penelitian ini
mematuhi regimen dan meningkatkan menggunakan Total sampling.
perilaku mematuhi ( Kaplan dan Saddock: (Notoatmojo, 2005:89), yang berjumlah
2001). 21 responden.

Jurnal Ilmu Kesehatan Vol. 3 No. 2 Mei 2015 77


ISSN 2303-1433

Variabel independent dalam Hasil Analisis Hubungan pengetahuan


penelitian ini adalah pengetahuan penderita Hipertensi tentang hipertensi
penderita hipertensi tentang penyakit Terhadap Kepatuhan Reg imen
hipertensi (X), sedangkan variabel Terapeutik
dependentnya adalah adalah kepatuhan Hasil analisis menunjukkan
regimen terapeutik. (Y). Instrumen yang (p=0,039) sehingga Ho ditolak dan H
dipakai dalam penelitian ini adalah diterima yang berarti terdapat hubungan
Kuesioner Pengetahuan tentang antara pengetahuan penderita hipertensi
Hipertensi. Kuesioner ini berisi 15 tentang penyakit hipertensi dengan
pertanyaan dengan penjelasan pengertian, kepatuhan regimen terapeutik di kelurahan
penyebab, tanda dan gejala, komplikasi, lirboyo RW 03 dan RW 08 Kota Kediri.
pencegahan, dan diet. Kuesioner ini
menjelaskan tiga kategori yaitu baik, Pembahasan
cukup, kurang (Wawan & Dewi 2011). Pada bagian ini akan di bahas
Kuesioner tentang Kepatuhan Diet mengenai hubungan tingkat pengetahuan
Hipertensi berisi 10 pertanyaan dengan pasien hipertensi tentang penyakit
jawaban sangat sering, sering, kadang- hipertensi dengan kepatuhan regimen
kadang, tidak pernah. terapeutik.
Pada penelitian ini untuk menguji 1. Tingkat pengetahuan pasien
hubungan tingkat pengetahuan penderita hipertensi tentang penyakit hipertensi
tentang Hipertensi terhadap Kepatuhan Tingkat pengetahuan pasien
Diet Hipertensi digunakan uji regresi hipertensi tentang penyaki hipertensi
linier. Pengolahan perhitungan tersebut didapatkan data hampir seluruhnya
menggunakan bantuan program SPSS responden mempunyai pengetahuan baik
versi 17. yaitu 71%
Hal ini dipengaruhi oleh informasi
Hasil Dan Pembahasan karena menurut hasil penelitian
Karakteristik variabel disajikan pada tabel disebutkan bahwa sebagian besar
berikut: responden 15 orang (71%) memperoleh
Tabel 1. Tingkat pengetahuan informasi sari petugas kesehatan berupa
No.
Tingkat
F P penyuluhan. Pengetahuan adalah hasil
pengetahuan tahu dan ini terjadi setelah orang
1 Baik 15 71%
melakukan pengideraan melalui suatu
2 Cukup baik 6 29%
Jumlah 21 100% objek tertentu. Penginderaan terjadi
Sumber : Data Primer Tahun 2015 melalui panca indera manusia yakni:
Berdasarkan hasil penelitian indera penglihatan, pendengaran,
menunjukkan bahwa hampir seluruh penciuman rasa dan raba. ebagian besar
responden (71%) memiliki Tingkat pengetahuan diperoleh melalui mata dan
pengetahuan dalam kategori baik. telinga ( Notoatmodjo, 2003: 127 )
Dari uraian diatas peneliti
Tabel 2. Tingkat Kepatuhan berpendapat bahwa pengetahuan
No. Katogori F P seseorang diperoleh dari informasi karena
1 Patuh 16 76% dengan lebih sering seseorang
2 Kurang Patuh 5 24% memperoleh informasi yang didapat
Jumlah 21 100%
langsung tersimpan kedalam memori otak
Sumber : Data Primer Tahun 2015
manusia juga bertambah(Nugroho, 2003).
Berdasarkan hasil penelitian
Sehingga ketika seseorang diberikan
menunjukkan bahwa hampir seluruh
rangsangan yang berupa pertanyaan -
responden (76%) memiliki tingkat
pertanyaan atau kuesioner, mereka hanya
kepatuhan dalam kategori patuh.

Jurnal Ilmu Kesehatan Vol. 3 No. 2 Mei 2015 78


ISSN 2303-1433

mengingat kembali (recoll) informasi substansial yaitu hubungan yang


yang tersimpan dimemori mereka. mendasari pada pengetahuan dengan
kepatuhan regimen terapeutik begitu juga
2. Kepatuhan Regimen Terapeutik sebaliknya.
Tingkat kepatuhan responden Dari hasil penelitian diketahui hampir
terhadap regimen terapeutik didapatkan seluruh responden berpengetahuan baik
data sebagian besar (76%) responden (71%) tentang penyakit hipertensi. Lalu
patuh terhadap regimen terapeutik. Hal ini sebagian besar responden patuh terhdap
dipengaruhi oleh tingkat pendidikan regimen terapeutik (76%). Pengetahuan
responden ,Menurut Niven (2008) merupakan hasil tau dan ini terjdi setelah
mengemukakan bahwa semakin tinggi orang melakukan pengineraan terhadap
pendidikan seseorang tingkat kematangan suatu objek tertentu( Widyasari, 2010).
dan kekuatan seseorang akan lebih matang Penginderaan terjadi melalui panca indera
dalam berfikir. Meskipun Menurut manusia yakni : indera penglihatan,
Nugroho (2003) intelegensi seseorang pendengaran, penciuman rasa dan raba.
akan menurun tepat sejalan dengan Sebagian besar pengetahuan manusia
bertambahnya usia yaitu kemampuan diperoleh dari mata dan telinga
menerima dan mengingat suatu (Notoatmodjo, 2003). Salah sau faktor
pengetahuan yang tentunya berpengaruh yang mempengaruhi pengetahuan adalah
terhadap pengetahuan yang didapat . pendidikan. Pendidikan merupakan
Dari uraian diatas dapat dijelaskan bimbingan yang diberikan oleh seseorang
bahwa kepatuhan regimen terapeutik terhadap perkembangan orang lain menuju
seseorang dipengaruhi oleh pendidikan. kearah suatu cita-cita tertentu
Semakin cukup pendidikan tingkat (Niven,2008).
kematangan dan kekuatan seseorang akan Jadi dapat dikatakan bahwa
lebih matang dalam berfikir serta pendidikan itu menuntun manusia untuk
menyadari betapa pentingnya mematuhi berbuat dan mengisi kehidupanbnya untuk
regimen terapeutik (Ramayulis,2008). mencapai keselamatan dan kebahagiaan.
yang dapat menurunkan resiko Pendidikan diperlukan untuk
peningkatan tekanan darah karena mereka mendapatkan informasi misalnya hal-hal
yakin bahwa dengan mematuhi regimen yang menunjang kesehatan , sehingga
terapeutik akan membantu dalam proses dapat meningkatkan kualitas
penyembuhan dam menjaga kestabilan hidup(hawari,2003). Menurut Y. B
tekanan darah dalam tubuh (Palmer, 2007) Mantra yang dikutip oleh Notoatmodjo
(1995) pendidikan dapat mempengaruhi
3. Hubungan Tingkat Pengetahuan seseorang termasuk juga perilaku
Penderita Hipertensi Tentang seseorang akan pola hidup terutama dalam
Penyakit Hipertensi Dengan memotivasi untuk sikap berperan serta
Kepatuhan Regimen Terapeutik Di dalam pembangunan kesehatan. Makin
Kelurahan Lirboyo RW 03 dan 08 tingi pendidikan seseorang makin mudah
Kota Kediri menerima informasi sehingga makin
Berdasarkan Uji Statistik didapatkan banyak pula pengetahuan yang dimiliki
hasil dengan tingkat signifikan atau (agoes,2013). Dalam hal ini pengetahuan
probabilitas p = 0,039 maka Ho ditolak mempengaruhi kepatuhan seseorang
sehingga dapat disimpulkan terdapat dalam regimen terapeutik, kepatuhan
hubungan antara pengetahuan penderita adalah sifat patuh, ketaatan dan mau
hipertensi tentang penyakit hipertensi menjalani perintah yang diberikan
dengan kepatuhan regimen terapeutik, kepadanya ( mardiyati, 2009). Dalam hal
dengan koefisien korelasi 0,554 yang ini penderita mau mematuhi regimen
artinya terdapat hubungan yang terapeutik yang dianjurkan( utami,2009).

Jurnal Ilmu Kesehatan Vol. 3 No. 2 Mei 2015 79


ISSN 2303-1433

Kesimpulan Arikunto2010, Prosedur Penelirian Suatu


1. Tingkat pengetahuan pasien hipertensi Pendekatan Praktek, (Edisi revisi
tentang penyakit hipertensi hampir 2010), RinekaCipta, Jakarta
seluruh responden (71%)
berpengetahuan baik.sebagian kecil Dalimartha, Setiawan 2008, Care You Self
responden berpengetahuan cukup Hipertensi, Penebar Plus,Jakarta
(29%). Tingkat pengetahuan yang baik
dipengaruhi oleh informasi yang Ekarini, Diyah 2011. Faktor-Faktor yang
diperoleh dari petugas kesehatan Berhubungan dengan Tingkat
berupa penyuluhan. Kepatuhan Klien Hipertensi dalam
2. Kepatuhan regimen terapeutik di Menjalani Pengobatan di
Kelurahan Lirboyo RW 07 dan 08 di Puskesmas Gondangrejo
Kota Kediri sebagian besar responden Karanganyar, diakses selama
(76%) Patuh terhadap regimen tahun 2011
terapeutik, sebagian kecil responden
(24%) kurang mematuhi terhadap Fisher, NDL & Gordon, HW 2005,
regimen terapeutik. Hypertensive Vascular Disease
Saran dalam Harrisons Principles of
1. Bagi Profesi Keperawatan Diharapkan Internal Medicine 16thedition, Me
dapat mempertahankan tingkat Graw-Hill Profesional, USA
kepatuhan regimen terapeutik dan bila
perlu ditingkatkan dengan memberikan Gunawan, Lany 2004, Hipertensi Tekanan
penyuluhan yang lebih intensif. Darah Tinggi, Kanisius Media,
2. Bagi peneliti selanjutnya Penelitian ini Yogyakarta
dijadikan sebagai bahan untuk
penelitian selanjutnya tentang faktor- Hawari, Dadang 2003, Manajemen Stres,
faktor yang mempengaruhi regimen Cemas, dan Depresi, Fakultas
terapeutik. Kedokteran Universitas
3. Bagi Responden Perlu lebih Indonesia,Jakarta
meningkatkan lagi kepatuhan
melakukan regimen tarapeutik secara Hidayat, A 2007, Metode Penelitian dan
optimal dirumah agar tidak terjadi Teknik Analisa Data, Salemba
kompikasi dari hipertensi. Medika, Jakarta
4. Bagi Institusi Pendidikan
Mempertahankan sistem pendidikian Mardiyati, Y 2009.Hubungan Tingkat
dan kurikulum yang ada dan bila perlu Pengetahuan Penderita Hipertensi
institusi memberikan pengapdian dengan Sikap Menjalani Diet
masyarakat dalam bentuk penyuluhan Hiperte nsi di Puskesmas Ngawen
hipertensi. 1 Kabupaten Gunung kidu
lProvinsi D.I.Y, Universitas
Daftar Pustaka Muhamadiyah Surakarta
Agoes, A dkk 2013, Hubungan Tingkat
Pengetahuan tentang Faktor Megarani, AM 2007, Pada 2025
Resiko Hipertensi dengan Seperlima Penduduk Indonesia
Kejadian Hipertensi Pada Lansia Lansia,www.Tempointeraktif.com,
di Dinoyo RW II Malang, diakses Diakses tanggal 20 Oktober 2009
Juli 2013
Murwani, A & Wiwin, P 2010, Gerontik
Konsep Dasar dan Asuhan
Keperawatan Home Care dan

Jurnal Ilmu Kesehatan Vol. 3 No. 2 Mei 2015 80


ISSN 2303-1433

Komunitas, Fitramaya,
Yogyakarta

Niven 2008, Psikologi Kesehatan


:Pengantar untuk Perawat dan
Profesional, EGC, Jakarta

Notoatmojo, S 2005, Metodologi


Penelitian Kesehatan, Edisi
Revisi, Rineka Cipta, Jakarta

Notoatmojo, S2012. Promosi


Kesehatandan Perilaku Kesehatan,
PT. Rinek a Cipta, Jakarta

Nugroho, W 2003, Keperawatan


Gerontik, EGC, Jakarta

Nursalam 2008, Konsep dan Penerapan


Metodologi Penelitian Ilmu
Keperawatan, Salemba Medika,
Jakarta

Statistik, Indonesia 2010,


http://www.datastatistik-
indonesia.com, Diakses tanggal 2
Oktober 2009

Sugiyono 2013, Metode Penelitian


Kuantitatif Kualitatif Dan R&D,
Alfabeta, Bandung

Utami, Prapti 2009, Solusi Sehat


Mengatasi Hipertensi, Agromedia
Pustaka, Jakarta

Wawan, A & Dewi, M 2011, Teori &


Pengukuran Pengetahuan, Sikap,
dan Perilaku Manusia,Nuha
Medika, Yogyakarta

Widyasari, DF & Anika, C 2010,


Pengaruh Pendidikan tentang
Hipertensi

Terhadap Perubahan Pengetahuan dan


Sikap Lansia di Desa Makamhaji
Kartasura Sukoharjo,Diakses
tanggal 20 Februari 2010

Jurnal Ilmu Kesehatan Vol. 3 No. 2 Mei 2015 81


ISSN 2303-1433

Hubungan Kadar Hb Ibu Inpartu Terhadap Kejadian BBLR di RSUD Kabupeten


Nganjuk Periode Bulan Maret-April Tahun 2013

(Relation of the Hemoglobin Rate Inpartu Mother Against Low Birth Weight in Nganjuk
District The Period Month Of March-April 2013)

Eny Sendra, Clairine Maretha Martin Putra


Poltekkes Kemenkes Malang
Prodi Kebidanan Kediri Jl.KH.Wakhid Hasyim 64 B Kediri

ABSTRACT
The report of the Health Office District/City Health on 2012, It is known that the
number of LBW baby in East Java is 3,32% .And the number of LBW birth in Kediri is
2,24% . There are lower than the rate of LBW births in Nganjuk. The LBW births in
Nganjuk is 3.39%. There found 260 cases in 2012 and 272 cases in 2013. LBW is one of
the biggest causes of neonatal death. LBW can be caused by many factors, There are
maternal factors, fetal factors, placental factors and eviromental. The purpose of this study
is for knowing relation hemoglobin rate inpartu mother against the incidence of low birth
weight. The population of this study used 31 respondent who mother give birth to LBW
baby by simple Random sampling techniques, It get 29 sample of mother who give birth to
LBW baby. These variables of study are measured by documentation guideline, the results
of the status medical record patients. This study method use Cross Sectional design by
independent variable of hemoglobin rate inpartu mother and dependent variable of the
incidence of LBW by using the Spearman Rank Test. The result from Spearman Rank
analysis there was not relation Hb rate inpartu mother against incidence of low birth weight
( calculate = - 0,031 and table 5% = 1,699 so calculate < table) so it can be
concluded that Ho is accepted at significance level 0.05. It can conclude so there is no
relation Hb rate inpartu mother against incident of low birth weight.

Keywords: low birth weight, maternal Hb inpartu

Pendahuluan disebabkan dari berat bayi lahir tidak


Kehamilan adalah masa di mana normal (MDGS, 2010).
seorang wanita memiliki janin yang Diketahui bahwa jumlah bayi dengan
sedang tumbuh di dalam tubuhnya. Dan Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) di
saat itu pula, kebutuhan makanan bergizi Jawa Timur mencapai 3,32% yang
perlu ditingkatkan. Karena pada saat itu, diperoleh dari persentase 19.712 bayi dari
ibu hamil bukan hanya makan untuk 594.461 bayi baru lahir yang ditimbang.
dirinya saja, namun juga untuk janin yang Untuk jumlah kelahiran BBLR di
ada di perutnya. Selama kehamilan, Kabupaten Kediri yaitu 2,24%. Angka
jumlah makanan menjadi penting, yang kelahiran tersebut lebih rendah
paling penting adalah makan-makanan dibandingkan dengan angka kelahiran
bergizi (Sinsin, 2008). BBLR di Kabupaten Nganjuk yaitu 3,39
Untuk mencapai sasaran Millenium %. Berdasarkan Laporan Tribulan (LB3)
Development Goals (MDGs), yaitu Angka tahun 2012 Kesehatan Ibu dan Anak
Kematian Bayi (AKB) menjadi 23 per (Seksi Kesehatan Keluarga Dinas
1.000 KH pada tahun 2015, perlu upaya Kesehatan Provinsi Jawa Timur),
percepatan yang lebih besar dan kerja kematian neonatal yang disebabkan oleh
keras karena kondisi saat ini, AKB 34 per BBLR mencapai 38,03% dan ini
1.000 KH. Salah satu penyebab AKB merupakan angka tertinggi dibandingkan

Jurnal Ilmu Kesehatan Vol. 3 No. 2 Mei 2015 82


ISSN 2303-1433

penyebab lainnya. BBLR merupakan lain dikarenakan kurang gizi dan


salah satu penyebab kematian neonatal. kurangnya asupan zat besi dan protein dari
Dari Studi Pendahuluan yang makanan (Rukiyah, Yeyeh dan
dilakukan di RSUD Nganjuk ditemukan Yulianti,2010).
bahwa jumlah bayi yang lahir dengan Low first-trimester hemoglobin and
berat badan lahir rendah pada tahun 2012 low birth weight, preterm birth and small
ada 260 kasus dari 2484 jumlah for gestational age newborn. : Ren A,
persalinan. Pada tahun 2013 di temukan Wang J, Ye R.W, dkk (2007) bahwa
272 kasus dari 1068 jumlah persalinan. wanita dengan Hb 80-99 g/L memiliki
Menurut Fraser dan Cooper (2011 : pengaruh signifikan yang tinggi terhadap
763) mengatakan bahwa salah satu kejadian BBLR, kehamilan cukup bulan
penyebab hambatan pertumbuhan dan kecil masa kehamilan dari pada
intrauterine adalah kadar hemoglobin wanita yang memiliki Hb 100-119 g/L.
yang kurang dalam darah. Sehinga kadar dan Tidak ada peningkatan risiko tercatat
hemoglobin yang kurang dalam darah untuk wanita dengan Hb 120 g / L.
juga dapat menghambat pertumbuhan Preconception Hemoglobin and
janin dalam kandungan. Ferritin Concentrations Are Associated
Pengukuran kadar Hb untuk with Pregnancy Outcome in a Prospective
mengetahui kondisi ibu apakah ibu Cohort of Chinese Women. : Ronnenberg
menderita anemia gizi besi. (Fraser dan Alayne G, Wood Richard J, Wang
Cooper, 2011 : ). Xiaobin, dkk (2004) bahwa anemia
Dengan mengukur Kadar Hb dapat Prenatal dan kekurangan zat besi memiliki
diketahui anemia gizi atau tidaknya hubungan yang merugikan dengan hasil
seseorang . Dengan mengambil sedikit kelahiran, peneliti meneliti hubungan
darah di ujung jari, kadar Hb dapat dengan antara anemia prakonsepsi , kekurangan
mudah diketahui. Pada kehamilan zat besi , dan hasil akhir kehamilan pada
trimester tiga hingga menjelang wanita yang sehat pada 405 perempuan
persalinan, wanita hamil seringkali Cina yang diteliti ( waktu median dari
terkena anemia, karena pada masa ini koleksi sampel untuk kehamilan akhir 316
janin menimbun cadangan zat besi untuk ) . Keduanya ringan ( 95 Hb < 120 ) g /
dirinya sendiri sebagai persediaan bulan L dan moderat Hb ( < 95 g / L ) anemia
pertama sesudah lahir (Sinsin,2008). secara signifikan terkait dengan berat lahir
Menurut WHO kematian ibu yang rendah ( 139 dan 192 g , masing-masing) ;
disebabkan oleh defisiensi besi dan besi - anemia defisiensi sendiri ( Hb < 120
perdarahan akut mencapai 40 %. Kadar g , feritin < 12 mikrogram / L , ada
Hb yang kurang pada wanita hamil dan kekurangan vitamin B ) dikaitkan dengan
berlangsung hingga kepersalinan 242 g penurunan berat lahir . Keduanya
merupakan masalah kesehatan yang rendah ( < 12 mikro gram / L ) dan tinggi
dialami oleh seluruh wanita di dunia ( 60 mikrogram / L ) . Prasangka ,
terumata di negara berkembang khususnya anemia defisiensi besi ,
(Indonesia). Laporan dari WHO dikaitkan dengan mengurangi
mengatakan 35-75% wanita hamil pertumbuhan bayi dan meningkatkan
mengalami defisiensi serta meningkat risiko hasil kehamilan yang merugikan
seiring dengan bertambahnya usia pada wanita Cina.
kehamilan. Kadar Hb yang kurang dalam Penelitian yang dilakukan oleh
kehamilan meningkatkan resiko kematian Rahayu W. (2005) , menunjukkan bahwa
maternal, angka prematuritas, sebanyak 40 ibu hamil dan 40 janin
peningkatkan angka kematian perinatal, diperoleh bayi dengan Berat Bayi Lahir
dan kelahiran BBLR. Banyak faktor yang Normal (BBLN) yang dilahirkan dari ibu
menyebabkan timbulnya anemia antara hamil yang sukses dalam pencapaian

Jurnal Ilmu Kesehatan Vol. 3 No. 2 Mei 2015 83


ISSN 2303-1433

kadar hemoglobin harapan sebesar 100% Sectional. Dalam penelitian ini, variabel
dan yang gagal dalam pencapaian kadar terikat (berat badan lahir rendah) dan
hemoglobin harapan sebesar 61,5% variabel bebas (kadar Hb) akan diamati
diperoleh bayi dengan Berat Bayi Lahir dalam waktu yang sama dan dinilai hanya
Rendah (BBLR) yang dilahirkan dari ibu satu kali tanpa adanya tindak lanjut.
hamil yang sukses dalam pencapaian Populasi dalam penelitian ini adalah
kadar hemoglobin harapan sebesar 0% 31 ibu yang melahirkan bayi dengan berat
dan yang gagal dalam pencapaia kadar badan lahir rendah di RSUD Nganjuk
hemoglobin harapan sebesar 38,5%. Periode Maret-April Tahun 2013.
Berdasarkan studi pendahuluan di Sampel dari penelitian ini sebanyak
RSUD Nganjuk pada bulan Januari 2013, 29 ibu yang melahirkan BBLR di RSUD
didapatkan 14 ibu inpartu yang di tes Nganjuk dengan teknik pengambilan
kadar Hemoglobin, dimana jumlah ibu sampel dengan menggunakan Simple
inpartu yang melahirkan bayi BBLR Random Sampling.Analisis data
dengan kadar hemoglobin di bawah univariate (analisis deskriptif) untuk
normal ada 7 orang dan sisanya (7 orang ) menjelaskan atau mendeskripsikan
dengan kadar hemoglobin normal karakteristik setiap variabel penelitian.
melahirkan bayi dengan BBLR. Pada Peneliti melakukan uji statistik
bulan Februari didapatkan 18 ibu inpartu dengan Spearman Rank untuk
yang di tes kadar hemoglobin, dimana menganalisis data antara Kadar Hb Ibu
jumlah ibu inpartu yang melahirkan bayi Inpartu dengan Kejadian BBLR adalah
BBLR dengan kadar hemoglobin di Spearman Rank dengan taraf signifikansi
bawah normal ada 6 orang dan 12 orang 0,05.
lainnya melahirkan bayi BBLR dengan
kadar hemoglobin normal. Hasil Penelitian
Ketika ibu mulai hamil maka perlu Data Umum
ditingkatkan pelayanan / asuhan antenatal 1. Usia Ibu Inpartu
untuk memeriksakan sedini mungkin, Usia Ibu Inpartu Yang Melahirkan
diperlukan pula monitoring untuk bayi BBLR di RSUD Nganjuk dapat
mendukung kesehatan ibu hamil serta dilihat pada diagram batang sebagai
mendeteksi kehamilan ibu hamil agar berikut :
berjalan secara normal tanpa ada
komplikasi hingga menjelang persalinan 80% 76%
Persentasi usia

(Prawirohardjo, Sarwono, 2010).


responden

Kadar hemoglobin yang kurang 60%


dalam darah juga dapat menghambat
40%
pertumbuhan janin dalam kandungan,
24%
kadar hemoglobin yang kurang ketika 20%
0%
menjelang persalinan menunjukkan 0%
bahwa selama kehamilan kadar
< 20
hemoglobin dalam darah ibu 20-35
> 35
kemungkinan juga akan berkurang, hal ini usia ibu (tahun)
merupakan salah satu yang bisa
menyebabkan kelahiran bayi dengan Berat
Badan Lahir Rendah. Berdasarkan diagram diatas diketahui
bahwa dari 29 ibu inpartu, sebagian besar
Metode Penelitian. ibu inpartu yaitu 76% berusia 20-35
Desain penelitian ini menggunakan tahun.
metode survei analitik dengan rancangan
Cross Sectional. Penelitian Cross

Jurnal Ilmu Kesehatan Vol. 3 No. 2 Mei 2015 84


ISSN 2303-1433

2. Graviditas
Graviditas Ibu Inpartu Yang 4. Penyulit
Melahirkan bayi BBLR di RSUD Nganjuk Penyulit Ibu Inpartu Yang Melahirkan
dapat dilihat pada diagram batang sebagai bayi BBLR di RSUD Nganjuk dapat
berikut : dilihat pada diagram batang sebagai
70% 62% berikut :
Persentasi Graviditas

60% 38%
50% 55%
40% 60%

Persentasi Penyulit
30% 45%
20% 40%
10%
0% 0%
20%
0%
Ada penyulit
Tidak ada
penyulit
Graviditas Penyulit

Berdasarkan diagram diatas diketahui


bahwa dari 29 ibu inpartu, lebih dari
Berdasarkan diagram diatas diketahui
setengah ibu inpartu yaitu 55% ada
bahwa dari 29 ibu inpartu, sebagian besar
penyulit. Penyulit tersebut ialah yaitu 4
ibu inpartu yaitu 62% adalah
responden dengan PEB, 7 responden
multigravida.
dengan PER, 2 responden dengan plasenta
previa, 1 responden dengan KPD, 1
3. Usia Kehamilan
responden dengan KPD+PER, 1
Usia Kehamilan Ibu Inpartu Yang
responden dengan PER+Plasenta Previa.
Melahirkan bayi BBLRdi RSUD Nganjuk
dapat dilihat pada diagram batang
sebagai berikut : Data Khusus
1. Kadar Hb Ibu Inpartu
Kadar Hb Ibu Inpartu Yang
60% 55%
Melahirkan bayi BBLR di RSUD Nganjuk
Persentasi Usia Kehamilan

50% 38% dapat dilihat pada diagram batang sebagai


40%
30% berikut :
20% 75.9%
80%
Persentase Kadar Hb Ibu

10% 7%
0%
Premature 60%
Aterm
(< 37 Postdate
(37-42
minggu) (> 42 40%
minggu)
minggu)
Usia Kehamilan 20% 17.2%

6.9%
0%
kadar Hb
Berdasarkan diagram diatas diketahui 11 gr% kadar Hb
bahwa dari 29 ibu inpartu, lebih dari 10-<11 gr% kadar Hb 8-
9,9 gr%
setengah ibu inpartu yaitu 55% memiliki Kadar Hb Ibu
usia kehamilan aterm.
Berdasarkan diagram daiatas
diketahui bahwa dari 29 ibu inpartu,
sebagian besar ibu inpartu yaitu 75.9%
memiliki kadar Hb 11gr%.

Jurnal Ilmu Kesehatan Vol. 3 No. 2 Mei 2015 85


ISSN 2303-1433

17,2% memiliki kadar Hb 10-<11gr% dan


2. BBLR (Berat Badan Lahir Rendah) 6,9% memiliki kadar Hb 8-9,9g%.
Ibu Inpartu yang melahirkan bayi Menurut Bakta (2013) bahwa bila
BBLR di RSUD Nganjuk dapat dilihat kadar Hb 11 gr% maka tidak anemia,
pada diagram batang sebagai berikut : bila kadar Hb 10 gr% sampai< 11 gr%
93. 1% disebut anemia ringan sekali, bila kadar
100%
Hb berkisar antara8gr % sampai 9,9 gr %
Persentasi kejadian BBLR

80% maka terkena penyakit anemia ringan,


bila kadar 6 gr sampai 7,9 gr % maka
60% terkena penyakitanemia sedang dan
apabila memiliki kadar Hb< 6 gr% maka
40%
mengalami penyakit anemia berat.
20% Dari penjelasan diatas dapat diketahui
6.9%
bahwa hasil penelitian yang telah
0% 0%
dilakukan di RSUD Kabupaten Nganjuk
BBLR BBLSR diketahui ada 75,9% ibu yang tidak
BBLER
Klasifikasi BBLR
anemia dan ada 17,2% ibu tersebut
terkena anemia ringan sekali, serta sisanya
ada 6,9%ibu terkena anemia ringan. Hal
Berdasarkan diagram diatas diketahui
ini menunjukkan bahwa kadar Hb yang
bahwa dari 29 ibu inpartu yang
dimiliki selama hamil hingga menjelang
melahirkan bayi dengan BBLR, mayoritas
bersalin tidak terlalu buruk karena kadar
melahirkan bayi BBLR yaitu 93,1 %
Hb yang dimiliki hanya menunjukkan
dengan klasifikasi bayi BBLR yaitu berat
anemia dengan batas ringan tidak sampai
dibawah 2500 gram.
pada anemia berat.
Menurut Manuaba (2007), kadar Hb
3. Hubungan Kadar Hb Ibu Inpartu
dapat mempengaruhi hambatan tumbuh
Terhadap Kejadian BBLR di RSUD
kembang janin dalam rahim. Menurut
Kabupaten Nganjuk.
Proverawati dan Sulistyorini (2010),
Berikut hasil analisis data hubungan
faktor yang mempengaruhi BBLR yaitu
kadar Hb Ibu Inpartu Terhadap Kejadian
faktor ibu, faktor janin, faktor plasenta
BBLR di RSUD kabupaten Nganjuk.
dan faktor lingkungan.
Maka dengan menggunakan rumus
Kadar Hb ibu inpartu termasuk dalam
korelasi spearman maka dapat dihitung
faktor ibu yang dapat mempengaruhi
hasil koefisien korelasi Spearman Rank
kelahiran bayi BBLR. Kurangnya kadar
(Lampiran 9 dan 10hal : 58-59 )
Hb biasanya disebabkan kurangnya zat
Dari hasil perhitungan didapatkan
besi. Zat besi banyak dijumpai pada
nilai hitung = 0,031 < tabel pada taraf
makanan yang bergizi.Selama kehamilan
signifikansi 5 % = 0,3705 , maka dapat
hingga menjelang persalinan seorang ibu
disimpulkan Ho diterima pada derajat
harus memiliki gizi yang cukup, karena
kemaknaan 0,05 artinya tidak ada
gizi yang didapat dipergunakan untuk
hubungan kadar Hb ibu inpartu dengan
dirinya sendiri dan juga janinnya. Bila zat
kejadian berat badan lahir rendah.
besi kurang selama kehamilan hingga
persalinan, maka akan mempengaruhi
Pembahasan
pertumbuhan bayi dalam rahim.
1. Mengidentifikasi Kadar Hemoglobin
Menurut Prasasti, S (2004) Hasil
Ibu Inpartu
penelitiannya menunjukkan 44,0% ibu
Hasil Penelitian menunjukkan dari 29
hamil menderita anemia dan 56,0%tidak
ibu inpartu sebagian besar ibu inpartu
menderita anemia. Selain itu diperoleh
yaitu 75.9% memiliki kadar Hb 11gr%,
72,0% ibu hamil melahirkanbayi dengan

Jurnal Ilmu Kesehatan Vol. 3 No. 2 Mei 2015 86


ISSN 2303-1433

berat bayi normal dan sisanya 28,0% bayi yang lahir dengan usia kehamilan 37-
melahirkan berat bayilahir rendah. 42 minggu dimana bayi tersebut
Ibu hamil yang Hbnya rendah dapat mengalami masalah gizi dalam rahim
membahayakan jiwa ibu yaitu risiko sehingga berat badan yang dihasilkan
perdarahan sebelum dan pada saat kurang dari normal.
persalinan, bahkan dapat menyebabkan Menurut Darmayanti, dkk (2010)
kematian ibu. Ibu yang melahirkan bayi Hasil analisis bivariabel menunjukkan
dengan BBLR tidak selalu memiliki kadar bahwa umur kehamilan preterm memiliki
Hb yang rendah. Bila ibu hingga risiko12,7 kali bayi lahir dengan BBLR
menjelang persalinan (inpartu) memiliki dan analisisregresi ganda logistik
kadar hemoglobin yang rendah maka ibu menunjukkan umurkehamilan tetap
tersebut memiliki resiko untuk melahiran berpengaruh terhadap risikoBBLR.
bayi dengan BBLR, masih banyak resiko Hal ini tidak sama dengan hasil
lainnya yang dapat mempengaruhi penelitian yang terjadi di RSUD
kelahiran bayi dengan BBLR yaitu faktor Kabupaten Nganjuk dimana lebih dari
ibu , faktor janin, faktor plasenta dan setengan ibu inpartu yang melahirkan bayi
faktor lingkungan. BBLR memiliki usia kehamilan aterm
(37-42minggu).
2. Mengidentifikasi Kejadian Berat
Badan Lahir Rendah 3. Menganalisis Hubungan Kadar Hb
Hasil Penelitian menunjukkan dari 29 Ibu Inpartu Terhadap Kejadian
ibu inpartu yang melahirkan bayi dengan Berat Badan Lahir Rendah
BBLR, mayoritas melahirkan bayi Berdasarkan uji statistik dengan
klasifikasi BBLR yaitu 93,1 %, 6,9% menggunakan uji Spearman Rank dapat
dengan klasifikasi bayi BBLSR dan tidak ditarik kesimpulan bahwa data dari
ada satupun bayi dalam klasifikasi penelitian ini menunjukkan tidak adanya
BBLER (0%). hubungan antara kadar Hb ibu inpartu
Menurut Fraser dan Cooper (2011) terhadap kejadian BBLR yang
menyatakan, bahwa bayi BBLRadalah ditunjukkan dengan nilai
bayi dengan berat badan dibawah 2500 g dimana nilai
pada saat lahir, sedangkan BBLSR adalah hitung lebih kecil dibandingkan dengan
bayi dengan berat badan dibawah1500g nilai tabel = 0,3705, sehingga dapat
pada saat lahir.Klasifikasi berat badan ditarik kesimpulan tidak adanya
lahir rendah di RSUD Kabupaten Nganjuk Hubungan Kadar Hb Ibu Inpartu Terhadap
terdiri dari berat badan dibawah 2500 g Kejadian BBLR di RSUD Kabupaten
dan berat badan dibawah 1500 g. Nganjuk Periode Maret-April Tahun
Menurut Prawirohardjo, S (2009) 2013.
bayi BBLR terdiri dari premature dan Dari data sebelumnya dapat dilihat
cukup bulan (dismatur). bahwa sebagian besar ibu inpartu 75,9%
Kelahiran Berat Badan Lahir Rendah memiliki kadar Hb normal dan mayoritas
bisa juga dikarenakan dari kelahiran ibu inpartu melahirkan bayi BBLR yaitu
premature dan mungkin juga karena 93,1 % dengan klasifikasi bayi BBLR
cukup bulan. Bayi lahir premature yaitu yaitu berat dibawah 2500 gram.
bayi yang lahir dengan usia kehamilan Pada kadar Hb 11 gr%
kurang dari 37 minggu sehingga sebagian menunjukkan karakteristik 8 bayi yang
besar organ tubuhnya juga belum lahir dengan berat badan 2200, 6 bayi
berfungsi dengan baik sehingga biasanya yang lahir dengan berat badan 2400 gram,
berat badannya kurang dari normal. 2 bayi yang lahir dengan berat badan
Sedangkan bayi yang lahir dengan berat 2300gr ,2 bayi yang lahir dengan berat
badan rendah dari usia cukup bulan yaitu badan2100, serta masing-masing 1 bayi

Jurnal Ilmu Kesehatan Vol. 3 No. 2 Mei 2015 87


ISSN 2303-1433

yang lahir dengan berat badan 1700 gr, yang mempengaruhi terjadinya BBLR
1600gr, 1500 gr, dan 1300 gr. Pada kadar terdiri dari berbagai macam faktor .Faktor
Hb 10 sampai < 11 gr% karakteristik bayi faktor tersebut bisa berupa dari faktor
yang dilahirkan yaitu 2 bayi yang lahir ibu yaitu berupa penyakit atau komplikasi
dengan berat badan 2400 gr dan sisanya selama kehamilan seperti Perdarahan
masing-masing 1 bayi lahir dengan berat antepartum, hipertensi, preeklampsia
badan 2350 g, 1300g, dan 1800g dan Pada berat, eklampsia, infeksi selama
kadar Hb 8-9,9gr% memiliki berat badan kehamilan (infeksi kandung kemih dan
2400 gr dan 2100 gr. ginjal, malaria, HIV/AIDS, ibu dengan
Dari hasil tersebut di atas jelas tidak usia < 20 tahun atau lebih dari 35 tahun,
ada kaitannya kadar Hb yang rendah ibu yang mempunyai riwayat BBLR,
menghasilkan berat badan yang kurang. keadaan sosial ekonomi yang kurang, ibu
Pada kadar Hb 8-9,9 gr% menunjukkan perokok / minum alkohol. Faktor lainnya
berat badan yang lebih baik dibandingkan yaitu faktor janin, faktor plasenta dan
dengan kadar Hb 10 sampai < 11 gr faktor lingkungan.
%.Dari data ini jelas terlihat bahwa Menurut Darmayanti, dkk (2010)
sebagian besar ibu inpartu yang menyatakan variabel yang memiliki nilai
melahirkan bayi berat badan lahir rendah signifikan terhadap risikoterjadinya BBLR
memiliki kadar Hb yang normal yaitu adalah umur kehamilan, paritas,hipertensi
kadar Hb 11 gr%. Teori Manuaba dalam kehamilan, riwayat preterm
(2007) tidak mendukung hasil di atas danprenatal care. Variabel yang tidak
dengan pernyataannya , bila kadar Hb ibu signifikan adalahusia, jarak kehamilan,
hamil kurang dari normal maka dapat riwayat BBLR, anemia danjenis kelamin
mempengaruhi hambatan tumbuh bayi.
kembang janin dalam rahim. Dengan kata Pernyataan dari Darmayanti, dkk.
lain bahwa tidak selalu ibu yang 2010 nampaknya memiliki sedikit
melahirkan bayi dengan berat badan lahir persamaan dari hasil penelitian di RSUD
rendah selalu memiliki kadar Hb yang Kabupaten Nganjuk.Dimana lebih dari
rendah. setengah ibu inpartu yaitu 55% ada
Hasil penelitian ini juga diperkuat penyulit. Adanya penyulit misalnya
dengan penelitian dari Setiawan, A dkk seperti hipertensi/preeklasmpsia dan tidak
(2013) yang menyatakan , rata-rata kadar adanya resiko dari usia ibu menyebabkan
hemoglobin ibu hamil trimester III adalah kelahiran BBLR. Penyulit tersebut ialah
11,16 gr/dl dan ditemukan ibu hamil yang (Lampiran 7 halaman 56) yaitu 4
mengalami anemia sebesar 31,25%. Rata- responden dengan PEB, 7 responden
rata berat bayi lahir pada penelitian adalah dengan PER, 2 responden dengan plasenta
3.103 gram dan ditemukan bayi yang previa, 1 responden dengan KPD, 1
mempunyai berat lahir rendah sebesar responden dengan KPD+PER, 1
3,1% sehingga kesimpulannya tidak responden dengan PER+Plasenta Previa.
ditemukan adanya hubungan kadar
hemoglobin ibu hamil trimester III dengan Kesimpulan
berat bayi lahir di kota Pariaman, dimana Berdasarkan hasil penelitian yang
kadar hemoglobin yang di ukur pada ibu telah dilaksanakan di RSUD Kabupaten
hamil trimester III ini juga kurang Nganjuk, dapat ditarik kesimpulan sebagai
lebihnya sama dengan kadar hemoglobin berikut:
ibu inpartu. 1. Sebagian besar ibu inpartu yang
Terdapat faktor-faktor yang melahirkan bayi BBLR di RSUD
mempengaruhi terjadinya BBLR, menurut Kabupaten Nganjuk Periode Bulan
pernyataan Proverawati dan Maret-April Tahun 2013 memiliki
Sulistyorini(2010) bahwa faktor-faktor kadar hemoglobin normal.

Jurnal Ilmu Kesehatan Vol. 3 No. 2 Mei 2015 88


ISSN 2303-1433

2. Mayoritas ibu inpartu yang melahirkan dn.com/S0020729207002962/1-


bayi BBLR di RSUD Kabupaten s2.0-S0020729207002962-
Nganjuk Periode Bulan Maret-April main.pdf?tid=67803e72-a159-
Tahun 2013 melahirkan bayi BBLR 11e3-
dengan klasifikasi bayi BBLR (berat bcaa00000aacb35d&acdnat=1393
dibawah 2500g) 6892910ce4e8fc1ee3acd
3. Tidak ada hubungan antara kadar Hb 45212cdf74a39330b>. akses
ibu inpartu terhadap kejadian BBLR di tanggal 01-03-2014 jam 23.46
RSUD Kabupaten Nganjuk Periode WIB .
Bulan Maret-April Tahun 2013 Manuaba, dkk. 2007. Pengantar Kuliah
Obstetri. Jakarta : EGC
Daftar Pustaka Notoatmodjo, S. 2010. Metodologi
Adriani, M dan Wirjatmadi, B. 2012 . Penelitian Kesehatan. Jakarta
Peranan Gizi Dalam Siklus :PT.RINEKA CIPTA.
Kehidupan. Jakarta Kencana Nursalam, 2008. Konsep Dan Penerapan
Prenada Media Group. Metodologi Penelitian Ilmu
Alisjahbana, Armida S, dkk. 2010. Keperawatan. Jakarta : Salemba
Laporan Pencapaian Tujuan Medika.
Pembangunan Milenium Indonesia , 2009. Konsep Dan Penerapan
2010 : BAPPENAS.< Metodologi Penelitian Ilmu
http://gizi.depkes.go.id/wp- Keperawatan. Jakarta : Salemba
content/uploads/2011/10/lap- Medika.
pemb-milenium-ind-2010.pdf > , 2011. Konsep Dan Penerapan
akses tanggal 01-02-2014. Metodologi Penelitian Ilmu
Asmadi. 2008. Teknik Prosedural Konsep Keperawatan. Jakarta : Salemba
dan Aplikasi Kebutuhan Dasar Medika.
Klien. Jakarta : Salemba Medika. Prasasti, S. Hubungan Kadar Hb Ibu
Bakta, I. 2013. Hematologi Klinik Hamil Trimester III Dengan Berat
Ringkas. Jakarta : EGC. Bayi Lahir Di Wilayah Puskesmas
Darmayanti, dkk. 2010. Pengaruh Boyolali II Kecamatan Boyolali
Kenaikan Berat Badan Rata Kabupaten Boyolali
Rata Per Minggu Pada Tahun2014.<http://www.fkm.undi
Kehamilan Trimester Ii Dan III p.ac.id/data/index.php?action=4&i
Terhadap RisikoBerat Bayi Lahir dx=225> akses tanggal 15-7-2014
Rendah. Prawirohardjo, S. 2010. Pelayanan
<jurnal.ugm.ac.id/bkm/article/view Kesehatan Maternal dan Neonatal.
/3481/3008> akses tanggal 5-8- Jakarta : Yayasan Bina Pustaka.
2014. Profil Kesehatan Provinsi Jawa Timur.
Fraser, D. M. dan Cooper M. A. 2011. 2012 . <
Buku Ajar Bidan Myles. Jakarta : http://dinkes.jatimprov.go.id/userfi
EGC. le/dokumen/1380615402_PROFIL
Hidayat, A. A. A. 2007. Metode _KESEHATAN_PROVINSI_JAW
Penelitian Kebidanan Teknik ATIMUR_2012.pdf akses tanggal
Analisa Data. Jakarta : 01-01-2014 jam 23.21 WIB.
Salemba Medika. Proverawati, A. dan Sulistyorini, C. I.
J, A.Ren, dkk. 2007. Low First-Trimester 2010. Berat Badan Lahir
Hemoglobin And Low Birth Rendah.Yogyakarta: Nuha
Weight, Preterm Birth And Small Medika.
For Gestational Age Newborns.
<http://ac.els-

Jurnal Ilmu Kesehatan Vol. 3 No. 2 Mei 2015 89


ISSN 2303-1433

Rahayu, D. E, dkk. 2013. Pedoman Ujan Sugiyono. 2012. Metodologi Penelitian


Akhir Program (UAP) Jurusan Pendidikan. Bandung : Alfabeta
Kebidanan Poltekkes Malang. Sugiyono. 2013. Metodologi Penelitian
Rahayu, W. 2005. Hubungan Pendidikan. Bandung : Alfabeta
Pencapaian Kadar Hemoglobin Syafrudin dan Hamidah. 2009. Kebidanan
Harapan Ibu Hamil Trimester III Komunitas. Jakarta : EGC
Dengan Berat Bayi Lahir Di
Rumah Sakit Umum Pelayanan
Kesejahteraan Umat (PKU)
Muhammadiyah Delanngu
Kabupaten Klaten. <
http://eprints.undip.ac.id/10032/1/2
638.pdf>. akses tanggal 01-03-
2014.
Ronnenberg, A.G, dkk. 2004.
Preconception Hemoglobin and
Ferritin Concentrations Are
Associated with Pregnancy
Outcome in a Prospective Cohort
of Chinese Women. <
http://search.proquest.com.ezproxy
.ugm.ac.id/docview/197452260/ful
ltextPDF/2E8E2C44C7E34E46PQ
/1?accountid=13771 akses tanggal
01-03-2014 jam 23.46 WIB>.
Rukiyah, Ai Yeyeh dan Lia Yulianti.
2010. Asuhan Kebidanan 4
(Patologi). Jakarta :CV.Trans Info
Media.
Sacher, R. A dan McPherson, R.A. 2004.
Tinjauan Klinis Hasil Pemeriksaan
Laboratorium. Jakarta : EGC
Sari, Reni dan Wulan. 2008. Dangerous
Junk Food. Yogyakarta : O2
Saryono dan Mekar D A. 2013.
Metodologi Penelitian Kualitatif dan
Kuantitatif Dalam Bidang
Kesehatan. Yogyakarta : Nuha
Medika.
Setiawan, A, dkk. 2013. Hubungan Kadar
Hemoglobin Ibu Hamil Trimester III
Dengan Berat Bayi Lahir di
Kota Pariaman.
<http://jurnal.fk.unand.ac.id>.akse
s tanggal 15-7-2014
Sinsin, I. 2008. Masa Kehamilan Dan
Persalinan. Jakarta : PT. Elex Media
Komputindo
Sofro, A.S.M. 2011. Darah. Yogyakarta :
Pustaka Pelajar

Jurnal Ilmu Kesehatan Vol. 3 No. 2 Mei 2015 90


ISSN 2303-1433

Hubungan Senam Kegel Pada Ibu Hamil Primigravida TM III Terhadap Derajat
Robekan Perineum Di Wilayah Puskesmas Pembantu Bandar Kidul
Kota Kediri

Shinta Kristianti, Yohanita Putriyana


Poltekkes Kemenkes Malang
Prodi Kebidanan Kediri Jl.KH.Wakhid Hasyim 64 B Kediri

Abstract
Chiilddbirt injuries often result in the birtht canal, or tearing of the perineum or
perineum rupture. Perineum laceration can be caused by maternal parity, estimated fetal
weight, and so on becaused the perineum is elastic, but can also be found on the perineum
rigid, especially on the first pregnancy (primigravida). Doing Kegel exercises can increase
elastisitasion maternal perineum area. Kegel exercises to strengthen pelvic muscles before
delivery, and can flex muscle of perineum as delivery baby. The purpose of this study was
to determine the relationship of kegel exercises for pregnant women primigravida TM III
with the degree of rupture perineum on normal deliveries at Puskesmas Bandar Kidul
district of kediri. The design of this study using Analitic Correlation study with cross-
sectional approach. Population from this study were 19 respondent and Samples were 16
respondents pregnant women primigravida TM III with Consecutive Sampling. Instrument
in this study using a cheklist sheet and observation sheets. From the result, the results of
most respondents do kegel exercise with frequency =5x each day. From the analysis of the
data using the Spearman Rank r count showed 0.12 < t table 0.506 means Ho received no
relationship kegel exercise with degree of rupture perineum in Puskesmas Bandar Kidul of
Kediri. Kegel execises should be done on healing perineal wound.

Keywords : Kegel exercises, Primigravida, Degree of rupture perineum


.
Pendahuluan dapat menjadi sumber perdarahan
Persalinan primipara dapat (Prawiroharjo, 2007).
menimbulkan perlukaan jalan lahir Jenis trauma jalan lahir salah satunya
ataupun pada perineum, Luka persalinan robekan perineum, yang mengakibatkan
biasanya ringan, tetapi kadang-kadang robekan tingkat I, II, III, dan IV. Dengan
terjadi juga luka yang luas dan berbahaya. gejala klinis perdarahan ringan,
Robekan perineum itu sendiri adalah perdarahan sedang, hingga perlukaan
robekan atau koyaknya jaringan secara dalam, dan apabila robekan terjadi pada
paksa yang terletak antara vulva dan anus sekitar klitoris dan uretra dapat
panjangnya rata-rata 4 cm (Wiknjosastro, menimbulkan perdarahan hebat dan
2007). Trauma jalan lahir perlu mungkin sulit untuk diperbaiki
mendapatkan perhatian karena dapat (Prawiroharjo, 2007).
menyebabkan disfungsi organ bagian Robekan perineum dapat disebabkan
paling luar sampai alat reproduksi vital, oleh paritas ibu, taksiran berat badan
sebagai sumber perdarahan yang dapat janin, dan sebagainya, dikarenakan daerah
berakibat fatal, dan sumber atau jalan perineum bersifat elastis, tapi dapat juga
masuknya infeksi, yang kemudian dapat ditemukan pada perineum kaku, terutama
menyebabkan kematian karena pada nullipara yang baru mengalami
perdarahan atau sepsis (Chapman, 2006). kehamilan pertama (primigravida)
Setiap trauma jalan lahir memerlukan (Surinah, 2008).
tindakan yang cepat dan tepat karena Di Dunia, berbagai Negara paling
sedikit seperempat dari seluruh kematian

Jurnal Ilmu Kesehatan Vol. 3 No. 2 Mei 2015 91


ISSN 2303-1433

ibu disebabkan oleh perdarahan terkontaminasi feses. Infeksi juga dapat


proporsinya berkisar antara kurang dari 10 menjadi sebab luka tidak segera menyatu
% sampai hampir 60 %. Walaupun sehingga timbul jaringan parut. Jaringan
seorang perempuan bertahan hidup setelah parut yang terbentuk sesudah laserasi
mengalami pendarahan pasca persalinan, perineum inilah yang nantinya dapat
namun ia akan menderita akibat menyebabkan nyeri selama berhubungan
kekurangan darah yang berat (anemia seksual (Seller, 2008).
berat) dan akan mengalami masalah Penelitian Ruliati (2010) yang
kesehatan yang berkepanjangan (WHO, berjudul pengaruh pijat perineum pada
2007). kehamilan terhadap kejadian ruptur
Menurut Prawiroharjo angka perineum pada persalinan di Bidan
kematian ibu di Indonesia karena Praktek Swasta BPS Siswati dan BPS Siti
perdarahan post partum mempunyai Zulaikah Jombang, mengatakan pada
peringkat yang tinggi salah satu penyebab kelompok yang diberikan intevensi pijat
perdarahannya adalah Atonia Uteri atau perineum : primigravida tidak mengalami
tidak adanya kontraksi pada uterus, dan ruptur sebanyak 44,4%, ruptur derajat I
robekan perineum menjadi penyebab 55,6%, sedangkan pada multigravida tidak
perdarahan postpartum kedua. mengalami ruptur perineum sebanyak
(Prawiroharjo, 2007). Berdasarkan data 55,6%, ruptur derajat I sebanyak 44,4%.
yang diperoleh dari Dinas Kesehatan Pada kelompok kontrol : primigravida
Propinsi Jawa Timur, selama tahun 2011 yang tidak mengalami ruptur perineum
tercatat sebanyak 627 ibu yang meninggal sebanyak 22,2%, ruptur perineum derajat I
dunia di Jawa Timur. Penyebab utama sebanyak 22,2%, dan ruptur perineum
kematian ibu di Jatim adalah perdarahan derajat II sebanyak 55,6%. Sedangkan
saat persalinan dan tekanan darah tinggi untuk multigravida yang tidak mengalami
saat hamil (preeklamsia). (Dinkes Jatim, ruptur perineum sebanyak 11,1%, 33,3%
2011). Jumlah AKI yang disebabkan oleh mengalami ruptur perineum derajat I, dan
perdarahan di Propinsi Jawa Timur, 55,6% dengan ruptur perineum derajat II.
selama 2009 sebanyak 260 ribu ibu Ada beberapa cara yang dapat
meninggal setiap 10.000 kelahiran per digunakan untuk mencegah terjadinya
tahun. Angka ini menurun dibanding robekan perineum karena persalinan
2007, yakni 320 ribu ibu meniggal setiap normal, diantaranya adalah mengajarkan
10.000 kelahiran per tahun. Tahun 2015, ibu untuk sering melakukan senam Kegel,
ditarget AKI turun sampai 112 ribu serta menganjurkan ibu untuk memilih
(Jatimprov, 2010). Sementara posisi yang nyaman, meneran saat ada
berdasarkan hasil dari studi pendahuluan his, tidak mengangkat bokong saat
untuk wilayah Kota Kediri pada tahun meneran, bagi petugas kesehatan tidak
2012 angka kejadian perdarahan melakukan dorongan pada fundus untuk
persalinan didapatkan sebanyak 10 dari membantu kelahiran bayi, serta
3365 persalinan, atau sekitar 0,297%. melindungi perineum saat kepala mulai
Bahaya dan komplikasi robekan tampak 5-6 cm di depan vulva dengan
perineum antara lain perdarahan, infeksi, satu tangan untuk menahan belakang
dan disparenia (nyeri selama hubungan kepala bayi agar tetap fleksi pada saat
seksual). Perdarahan pada robekan keluar (JNPK-KR, 2007).
perineum dapat menjadi hebat khususnya Senam Kegel adalah senam untuk
pada robekan derajat III dan IV atau jika menguatkan otot dasar panggul menjelang
robekan meluas kesamping atau naik ke persalinan, tujuannya untuk menguatkan
vulva mengenai klitoris. Karena letak otot-otot dasar panggul, membantu
perineum berdekatan dengan anus, mencegah masalah inkontinensia urine,
laserasi perineum dapat dengan mudah serta dapat melenturkan jaringan perineum

Jurnal Ilmu Kesehatan Vol. 3 No. 2 Mei 2015 92


ISSN 2303-1433

sebagai jalan lahir bayi. Sehingga seluruh yang dilakukan oleh ibu adalah lembar
ibu harus dimotivasi untuk menggerakan cheklis sedangkan untuk kejadian robekan
otot dasar panggul sedikit-sedikit dan perineum menggunakan lembar observasi
sesering mungkin, perlahan dan cepat pada saat persalinan. Analisa hubungan
pada masa mendekati persalinan. Prosedur antara senam Kegel dengan derajat
senam Kegel dapat diingat dan dilakukan robekan perineum, peneliti menggunakan
bersama aktifitas yang berkaitan dengan rumus Spearman Rank.
kegiatan ibu sehari hari. Seperti saat ibu
duduk di kamar mandi setelah berkemih Hasil Penelitian
dan ini adalah posisi relaks untuk Frekuensi Senam Kegel
mengkontraksi otot tersebut, serta pada Tabel 1. Distribusi Frekuensi Senam
saat ibu ingin tidur dan dalam keadaan Kegel
apapun. Melakukan senam Kegel secara Frekuensi Frekuensi %
teratur dapat membantu melenturkan Senam Kegel
1. <5x 5 31,25
jaringan perineum ibu menyambut
2. =5 x 7 43,75
persalinan (Proverawati, 2012). 3. >5 x 4 25,00
Jumlah 16 100,00
Metode Penelitian Berdasarkan tabel 1 dapat diketahui
Penelitian ini menggunakan hampir setengahnya responden telah
rancangan Analitik Corelation. melaksanakan senam Kegel =5x setiap
Pendekatan yang digunakan Cross harinya yaitu sebesar 7 responden
Sectional, metode Analitik Corelation ini (43,75%) dari total 16 responden.
digunakan untuk mengukur korelasi antara
senam kegel yang dilakukan pada ibu Frekuensi Derajat Robekan Perineum
hamil primigravida TM III dengan Tabel2. Distribusi Frekuensi Derajat
robekan perineum pada persalinan normal. Robekan Perineum
Populasi dalam penelitian ini adalah Derajat Robekan Frekuensi %
semua ibu hamil primigravida TM III di Perineum
Wilayah Puskesmas Pembantu Bandar Derajat 0 1 6,25
Derajat 1 6 37,50
Kidul Kota Kediri yang memenuhi kriteria Derajat 2 9 2,25
inklusi dalam penelitian. Jumlah populasi Jumlah 16 100,00
dalam penelitian ini adalah 20 orang ibu Berdasarkan tabel 2 dapat diketahui
hamil primigravida TM III, sedangkan sebagian besar responden mengalami
sampelnya adalah sebagian ibu hamil robekan perineum derajat 2 pada saat
primigravida TM III di Wilayah persalinan yaitu sebesar 9 responden
Puskesmas Pembantu Bandar Kidul Kota (52,25%) dari total 16 responden.
Kediri yang memenuhi kriteria inklusi Hubungan Senam Kegel Pada Ibu
dalam penelitian. Jumlah sampel dalam Hamil Primigravida Trimester III
penelitian ini sejumlah 10 orang yang Terhadap Derajat Robekan Perineum
diambil dengan consecutive sampling . Tabel 3. Hubungan Senam Kegel Pada Ibu
Cara yang akan dilakukan oleh Hamil Primigravida Trimester III
peneliti yaitu pengambilan sampel dengan Terhadap Derajat Robekan Perineum
meneliti responden ibu hamil yang sesuai Frekuensi Derajat Robekan Perineum
dengan kriteria inklusi di Wilayah N Senam
Puskesmas Pembantu Bandar Kidul Kota o Kegel Derajat Derajat Derajat
0 1 2
Kediri, dipantau dalam beberapa kurun
waktu tertentu hingga pada saat persalinan 1. < 5x 0 2 3 5
2. = 5x 1 2 4 7
dilakukan observasi. 3. >5x 0 2 2 4
Pada penelitian ini instrumen yang JUMLAH 1 6 9 16
digunakan untuk mengetahui senam Kegel

Jurnal Ilmu Kesehatan Vol. 3 No. 2 Mei 2015 93


ISSN 2303-1433

Berdasarkan tabel 3 diketahui primigravida dengan kunjungan K4


sebagian besar responden yang memiliki terbanyak di Wilayah Kota Kediri, dan
frekuensi senam Kegel =5x dan merupakan sasaran dari peneliti sehingga
mengalami robekan perineum derajat 2 peneliti memilih Puskesmas Pembantu
sebanyak 4 responden (57,1%) dan Bandar Kidul Kota Kediri sebagai tempat
hampir setengah responden yang memiliki penelitian. Dalam penelitian ini populasi
frekuensi senam Kegel <5x dan berjumlah 19 responden, yaitu seluruh Ibu
mengalami robekan perineum derajat 2 Hamil Primigravida TM III Di Wilayah
sebanyak 3 responden (60,0%). Hal Puskesmas Bandar Kidul Kota Kediri
tersebut menunjukan bahwa semakin yang termasuk dalam kriteria inklusi
sering melakukan senam Kegel belum penelitian (consecutive sampling). Namun
tentu dapat meminimalkan terjadinya dalam proses penelitian terdapat 3
robekan perineum dengan derajat yang responden masuk dalam kriteria eksklusi.
rendah. 2 responden dilakukan episiotomi dan 1
Guna membuktikan kecenderungan responden dilakukan tindakan (SC).
hubungan senam Kegel terhadap derajat
robekan perineum maka dilakukan analisis Karakteristik Frekuensi Senam Kegel
Korelasi Spearman rank. Hasil analisa Ibu Hamil Primigravida TM III
sebagai berikut: Pada penelitian yang telah dilakukan
di dapatkan hasil diketahui hampir
Tabel 4. Uji Korelasi Spearman Rank setengahnya responden telah
Hubungan Senam Kegel dengan melaksanakan senam Kegel =5x setiap
Derajat Robekan Perineum harinya yaitu sebesar 7 responden
Variabel r tabel r (43,75%) dari total 16 responden. Hal ini
Senam Kegel Derajat dikarenakan ibu terkadang lupa untuk
0,506 0,12
Robekan Perineum
melakukan anjuran dari peneliti.
N = 16
= 0,05 Bila senam Kegel dilakukan secara
Berdasarkan hasil penghitungan teratur maka dapat dirasakan manfaatnya.
hitung didapatkan hasil 0,12 untuk hasil Untuk hasil terbaik, senam Kegel perlu
analisa hubungan senam Kegel dengan dilakukan secara konstan setiap hari.
derajat robekan perineum. Dari tabel Hasilnya tidak akan didapat dalam waktu
terlihat bahwa untuk n=16, pada taraf sehari. Kebanyakan orang akan merasakan
kesalahan 5% diperoleh harga 0,506 dan perubahan setelah 3 minggu dengan
Hasil rho hitung ternyata lebih kecil dari berlatih beberapa menit setiap hari. Bagi
rho tabel untuk taraf kesalahan 5%. wanita sebaiknya senam Kegel ini
Berdasarkan hal tersebut menunjukan dilakukan sepanjang hidup, tidak hanya
tidak terdapat kesesuaian yang pada saat hamil saja, bila rajin melakukan
nyata/signifikan antara frekuensi senam senam Kegel sejak muda, maka ketika tua
Kegel dengan derajat robekan perineum. otot panggul akan tetap kuat sehingga
Dari tabel 5.5 diketahui tidak ada terhindar dari mengompol, sulit menahan
hubungan senam Kegel dengan derajat kencing dan masalah-masalah lainnya
robekan perineum ibu di Puskesmas yang sering dialami oleh para lansia
Bandar Kidul Kota Kediri ( = 0,12 < (Widianti & Proverawati, 2010).
0,506 maka Ha ditolak). Keelastisitasan otot-otot perineum
yang telah dilatih oleh senam Kegel saat
Pembahasan mendekati persalinan dapat
Puskemas Pembatu Bandar Kidul meminimalkan terjadinya robekan
Kota Kediri adalah Puskesmas Pembatu perineum pada saat persalinan, minimnya
Wilayah Campurejo Kota Kediri, pada robekan yang terjadi pada saat persalinan
Puskesmas ini terdapat data Ibu hamil

Jurnal Ilmu Kesehatan Vol. 3 No. 2 Mei 2015 94


ISSN 2303-1433

dapat turut meminimalkan juga resiko perineum yang kaku dibanding ibu
infeksi penyembuhan dari luka perineum. bersalin primi/multipara.
Hal ini juga sependapat dengan Hal ini sependapat dengan teori yang
penelitian yang dilakukan oleh Novita dikemukakan oleh Sarwono (2009)
(2012) dari Kelompok yang diberikan mengatakan bahwa salah satu faktor
intervensi senam Kegel sebanyak 7 resiko terjadinya robekan perineum adalah
responden, didapatkan 5 responden Primigravida. Serta didukung juga dengan
(71,4%) mengalami penyembuhan luka teori yang mengatakan bahwa paritas
perineum lebih awal di banding 2 sangat berpengaruh dengan terjadinya
responden lainnya. Sedangkan pada robekan perineum pada saat proses
kelompok kontrol sebanyak 7 responden, persalinan berlangsung, hal ini
yang tidak diberikan intervensi senam dikarenakan daerah perineum bersifat
Kegel 2 (28,57%) diantaranya mengalami elastis, tapi dapat juga ditemukan
penyembuhan luka perineum lebih awal. perineum yang kaku, terutama pada
Hal ini menunjukan bahwa senam Kegel nullipara yang baru mengalami kehamilan
bukan merupakan faktor utama dalam pertama (primigravida) (Surinah, 2008).
penyembuhan luka perineum karena Berdasarkan jurnal yang didapatkan
peneliti tidak memberikan lembar dari penelitian yang dilakukan di BPS
pemantauan yang diberikan untuk Yohana daerah Bandarharjo Semarang
mencatat hasil melakukan senam Kegel pada April 2012, hasil pemantaun
selama dirumah (Novita,2012). persalinan yang menggunakan partograf
Penanganan yang dianjurkan terhadap menunjukan bahwa dari 60% ibu bersalin
keadaan diatas adalah dengan memahami yang mengalami laserasi perineum dan
seutuhnya manfaat besar dari senam 67% diantaranya adalah primipara.
Kegel bagi wanita. Disaat seluruh wanita Setelah dilakukan wawancara dengan
paham tentang manfaat dari senam kegel ketiga ibu bersalin yang mengalami
(terutama responden) maka wanita akan laserasi perineum ternyata selama hamil
melakukan senam Kegel dengan senang tidak melakukan senam Kegel. Observasi
hati, sesering mungkin, kapanpun dan menunjukan bahwa laserasi perineum
dimanapun ia berada, sehingga wanita mayoritas dialami oleh primipara yang
tersebut dapat dengan mudah merasakan tidak melakukan senam Kegel
berbagai macam manfaat dari senam (Yanti,2012).
Kegel. Pada ibu bersalin nulipara masih
memiliki keadaan perineum yang utuh
Derajat Robekan Perineum Pada Ibu dibanding ibu bersalin primi/multipara,
Bersalin Normal. karena pada ibu bersalin nulipara otot-otot
Pada penelitian yang telah dilakukan perineum belum mengalami trauma
diketahui sebagian besar responden (persalinan). Dibanding dengan ibu
mengalami robekan perineum derajat 2 bersalin primi/multipara yang sudah
pada saat persalinan yaitu sebesar 9 mengalami trauma (persalinan) dengan
responden (52,25%) dari total 16 jumlah yang berbeda. Oleh sebab itu,
responden. Hal ini mungkin dikarenakan dapat ditarik kesimpulan bahwa pada
responden hanya memiliki frekuensi seorang nulipara resiko terjadinya robekan
melakukan senam Kegel =5x setiap perineum semakin tinggi dibanding
harinya, berat badan lahir bayi, serta dengan seorang primi/multipara yang
keadaan responden yang seluruhnya mengalami robekan perineum pada saat
nulipara. Hal ini sangat memungkinkan berlangsungnya proses persalinan.
terjadinya derajat robekan perineum Penanganan dari keadaan tersebut
derajat 2, nulipara memiliki otot-otot diatas adalah dengan menganjurkan ibu
hamil untuk sesering mungkin melakukan

Jurnal Ilmu Kesehatan Vol. 3 No. 2 Mei 2015 95


ISSN 2303-1433

senam Kegel saat mendekati proses ruptur sebanyak 44,4%, ruptur derajat I
persalinan, karena senam Kegel dapat 55,6%, sedangkan pada multigravida tidak
meningkatkan keelastisitasan otot-otot mengalami ruptur perineum sebanyak
perineum ibu terlebih pada seorang 55,6%, ruptur derajat I sebanyak 44,4%.
nulipara. Serta didukung dengan peran Pada kelompok kontrol: primigravida
penolong persalinan dalam hal ini bidan yang tidak mengalami ruptur perineum
untuk mengantisipasi dan menangani sebanyak 22,2%, ruptur perineum derajat I
komplikasi yang mungkin terjadi pada ibu sebanyak 22,2%, dan ruptur perineum
dan janin. Proses keberhasilan derajat II sebanyak 55,6%. Sedangkan
berlangsungnya persalinan tergantung dari untuk multigravida yang tidak mengalami
kemampuan skill dan kesiapan penolong ruptur perineum sebanyak 11,1%, 33,3%
dalam menghadapi persalinan mengalami ruptur perineum derajat I, dan
(Bobak,2005). 55,6% dengan ruptur perineum derajat II
(Yanti,2012).
Hubungan Senam Kegel Pada Ibu Tidak terdapatnya hubungan senam
Hamil Primigravida TM III Terhadap Kegel dengan derajat robekan perineum
Derajat Robekan Perineum. juga tidak dapat dipungkiri. Hal ini terjadi
Hasil penelitian diketahui bahwa karena terjadinya robekan perineum juga
sebagian besar responden yang memiliki dipengaruhi oleh beberapa faktor, faktor
frekuensi senam Kegel =5x dan ibu dan janin. Diantaranya paritas ibu,
mengalami robekan perineum derajat 2 ukuran besar janin, serta kemahiran
sebanyak 4 responden (57,1%) dan penolong dalam memimpin persalinan.
hampir setengah responden yang memiliki Dalam penelitian ini responden yang
frekuensi senam Kegel <5x dan telah melakukan senam Kegel dengan
mengalami robekan perineum derajat 2 teratur namun mengalami robekan
sebanyak 3 responden (60,0%). Hal perineum derajat 2 mungkin dikarenakan
tersebut menunjukan bahwa senam Kegel berat badan lahir bayi dan kemahiran
bukan merupakan faktor utama dalam penolong. Hal ini sesuai dengan teori yang
meminimalkan terjadinya robekan dikemukakan oleh Prawiroharjo (2009)
perineum. Setelah dilakukan analisis yang mengatakan robekan perineum dapat
Korelasi Spearman rank didapatkan hasil dipengaruhi dari faktor janin yaitu dimana
analisis sebagai berikut: diketahui tidak keadaan kepala janin yang besar, janin
ada hubungan senam Kegel dengan dengan presentasi defleksi, janin dengan
derajat robekan perineum ibu di letak sungsang, serta janin makrosomia.
Puskesmas Bandar Kidul Kota Kediri ( = Sementara untuk kemahiran penolong
0,12 < 0,506 maka Ha ditolak). sesuai dengan teori yang tertulis dalam
Hal ini tidak sepedapat dengan teori Buku Acuan Asuhan Persalinan Normal
mengatakan manfaat dari senam Kegel (2008) kerjasama dengan ibu dan
salah satunya dapat memudahkan wanita penggunaan manual yang tepat dapat
melahiran bayi tanpa banyak merobek mengatur kecepatan lahirnya bayi dan
jalan lahir (tanpa atau sedikit merobek mencegah terjadinya laserasi.
jalan lahir) (Proverawati,2010). Pengendalian kecepatan dan pengaturan
Penelitian Ruliati (2010) yang diameter kepala saat melalui introitus
berjudul pengaruh pijat perineum pada dan perineum dapat mengurangi
kehamilan terhadap kejadian ruptur kemungkinan terjadinya robekan
perineum pada persalinan di Bidan perineum. Bimbing ibu untuk meneran
Praktek Swasta BPS Siswati dan BPS Siti dan beristirahat atau bernapas dengan
Zulaikah Jombang, mengatakan pada cepat pada waktunya. Saat kepala
kelompok yang diberikan intevensi pijat membuka vulva (5-6cm), letakan kain
perineum: primigravida tidak mengalami bersih dan kering yang dilipat 1/3

Jurnal Ilmu Kesehatan Vol. 3 No. 2 Mei 2015 96


ISSN 2303-1433

bagiannya dibawah bokong ibu (untuk pada umumnya dan responden (ibu
mengeringkan bayi segera setelah lahir). hamil) pada khususnya, mengingat
Lindungi perineum dengan satu tangan manfaat senam Kegel sangat beragam
(dibawah kain bersih dan kering), ibu jari seperti menghindari ngompol pada
pada salah satu sisi perineum dan 4 jari lansia, meningkatkan keelastisitasan
tangan pada sisi yang lain pada otot-otot perineum pada ibu hamil dan
belakang kepala bayi. Tahan belakang ibu nifas, serta lebih mudah mencapai
kepala bayi agar posisi kepala tetap orgasme bagi wanita, dll. Apabila
fleksi pada saat keluar secara bertahap dilakukan sesuai dengan prosedur yang
melewati introitus dan perineum. telah ditentukan.
Melindungi perineum dan
mengendalikan keluarnya kepala bayi 2. Bagi Responden
secara bertahap dan hati-hati dapat Diharapkan bagi ibu hamil TM III
mengurangi regangan berlebihan setiap harinya melaksanakan senam
(robekan) pada vagina dan perineum. Kegel sesuai prosedur untuk membantu
Penanganan yang dapat digunakan meningkatkan keelastisitasan otot-otot
untuk mengurangi terjadinya robekan perineum yang dapat mengurangi
perineum pada saat persalinan spontan derajat robekan perineum pada saat
yaitu dengan cara senantiasa melakukan persalinan.
senam Kegel dari masih muda hingga
selanjutnya dengan sesering mungkin dan
konstan, serta menjaga masa kehamilan Daftar Pustaka
dengan cermat dan sehat, selalu Abdurahman, M, dkk. 2011. Dasar-dasar
memeriksakan kehamilan pada pelayan Metode Statistika Untuk Penelitian.
kesehatan yang terjangkau guna Bandung : Pustaka Setia.
mendeteksi keadaan serta kesejahteraan Bobak, I, dkk. 2005. Buku Ajar
janin di dalam kandungan, serta mengatur Keperawatan Maternitas. Jakarta :
asupan nutrisi dengan pola diit yang EGC.
seimbang. Brock, Katie. 2007. Nutrisi, Medikasi, dan
Senam Kehamilan. Jakarta : Prestasi
KESIMPULAN Pustakaraya.
Kesimpulan penelitian ini yaitu Chapman, V. 2006. Asuhan Persalinan
1. Hampir setengah dari responden telah dan Kelahiran. Jakarta : EGC.
melaksanakan senam kegel dengan Hidayat, A. A. A. 2005. Metode
frekuensi =5x setiap harinya. Penelitian Kebidanan & Teknik
2. Sebagian besar responden mengalami Analisis Data Jakarta : Salemba
robekan perineum derajat 2 pada saat Medika.
persalinan. Jones, Ilewellyn. 2002. Dasar-dasar
3. Tidak ada hubungan dilakukannya Obstetri dan Ginekologi Edisi 6.
senam Kegel pada ibu hamil Jakarta : Hipokrates.
primigravida TM III terhadap derajat Kusmiyati, Y, dkk. 2009. Perawatan Ibu
robekan perineum pada persalinan Hamil. Yogyakarta : Fitramaya.
normal, ( = 0,12 < 0,506 maka Ha Liu, D. 2008. Manual Persalinan (Labour
ditolak). Ward Manual) Edisi 3. Jakarta : EGC.
Maimunah, S. 2005. Kamus Kebidanan.
SARAN Jakarta : EGC.
1. Bagi Peneliti Selanjutnya Manuaba, C, dkk. 2008. Gawat Darurat
Hasil penelitian ini dapat digunakan Obstetri-Ginekologi & Obstetri-
sebagai dasar informasi tentang Ginekologi Sosial untuk Profesi
manfaat senam Kegel untuk wanita Bidan. Jakarta : EGC.

Jurnal Ilmu Kesehatan Vol. 3 No. 2 Mei 2015 97


ISSN 2303-1433

Notoatmodjo, S. 2002. Metodologi Ujiningtyas, S. 2009. Asuhan


Penelitian Kesehatan. Jakarta : Keperawatan Persalinan Normal.
Rineka Cipta. Jakarta : Salemba Medika.Walsh, L.
Prawiroharjo, S. 2005. Buku Acuan 2007. Buku Ajar Kebidanan
Nasional Pelayanan Kesehatan Komunitas. Jakarta : EGC.
Maternal dan Neonatal Edisi 1. Verralls, S. 2003 : Anatomi & Fisiologi
Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Terapan dalam Kebidanan. Jakarta :
Sarwono Prawiroharjo. EGC.
. 2007. Ilmu Kebidanan Wiknjosastro, H. 2002. Buku Panduan
Edisi 3. Jakarta : Yayasan Bina Praktis Pelayanan Kesehatan
Pustaka Sarwono Prawiroharjo. Maternal dan Neonatal. Jakarta :
Proverawati, 2010. Senam Kesehatan Tridasa Printer.
Aplikasi Senam Untuk Kesehatan. Yanti, 2012. Jpttunumus-gdl-
Yogyakarta : Muha Medika. herfinaoctt/2012/senamkegel.html.(di
Pujiastuti, S, dkk. 2003. Fisioterapi Untuk akses 15 Januari 2013).
Lansia. Jakarta : EGC.
Ruliati, 2010. Pengaruh Pijat Perineum
Pada Kehamilan terhadap Kejadian
Ruptur Perineum pada Persalinan di
BPS Jombang. Malang : UMM.
Karya Tulis Ilmiah.
Sastrawinata. 2005. Obstetri Ginekologi
Universitas Padjajaran Bandung.
Bandung : Elstra Offset.
Saifuddin, A. 2007. Ilmu Kandungan
Sarwono Prawirohardjo. Jakarta :
YBPSP.
Setiawan , A. 2010. Metodologi Penelitian
Kebidanan DIII, DIV, S1, S2 Edisi 1.
Yogyakarta : Muha Medika.
Stoppard, W. 2005. Panduan
Mempersiapkan Kehamilan &
Kelahiran. Yogyakarta : Pustaka
Pelajar.
Sumarah. 2008. Asuhan Persalinan
Normal & Inisiasi Menyusui Dini.
Jakarta : JNPK KR.
. 2009. Perawatan Ibu Bersalin
(Asuhan Kebidanan Pada Ibu
Bersalin). Yogyakarta : Fitramaya.
Sugiyono, 2010. Statistika Untuk
Penelitian. Bandung : Alfabeta.
Suririnah, 2008. Buku Pintar Kehamilan
& Persalinan (Panduan Bagi Calon
Ibu Untuk Menjalani Kehamilan yang
Sehat & Menyenangkan). Jakarta :
Gramedia.
Suseno T, 2009. Kamus Kebidanan.
Yogyakarta : Cipta Pustaka
Yogyakarta.

Jurnal Ilmu Kesehatan Vol. 3 No. 2 Mei 2015 98


ISSN 2303-1433

The relationship between the speed of early initiation of breastfeeding with


postpartum hemorrhage volume on stage labor

Yunarsih, Dwi Rahayu


Akper Dharma Husada Kediri

ABSTRACT
Maternal mortality rate in Indonesia is assumed to be high enough; it is 228 per a
hundred thousand alive birth case in 2010 with the main factor is a heavy bleeding. The
decrease of maternal mortality rate can be done by decreasing one of its factors that is
avoiding a heavy bleeding after the delivery by doing a first breast feeding procedure. The
purpose of the study is to find the correlation between the speed of early initiation of
breastfeeding with the volume of blood occur at the fourth stage of the labor (post partum
hemorrhage). The method used in the study is an analytical observation (longitudinal
prospective). While the population of study is some mothers who experience a vaginal
birth in BPM Bunda district Prambon. The number of the sample is 29 mothers using a
random sampling technique. The independent variable is the speed of early initiation
breastfeeding and the dependent variable is the volume of blood on the fourth stage (post
partum hemorrhage). The datum are analyzed by ( SPSS ) T analyzed on two random
sample and match to the meaningful degree of < 0,05. The result of the study shows that
there is a correlation between the speed of first breastfeeding with the volume of the
blood p = 0,00. Therefore the conclusion of the study is that there is a correlation between
the speed of the first breastfeeding and the volume of the blood, so that the researcher hope
that the person on duty for the delivery process to encourage the first breastfeeding
procedure to the mother and also to enlarge the knowledge of health education of the
expecting mother about the essential effect of first breast feeding application.

Keyword : early initiation of breastfeeding, post partum hemorrhage, maternal mortality

Pendahuluan ribu kelahiran hidup pada tahun 2010.


Inisiasi menyusui dini adalah proses Penyebab utama kematian ibu di
alami mengembalikan bayi manusia untuk Indonesia adalah perdarahan, infeksi,
menyusu, yaitu dengan memberi eklamsi yang terbanyak disebabkan
kesempatan pada bayi untuk mencari dan perdarahan yaitu 27 persen. Kebanyakan
menghisap ASI sendiri, dalam satu jam perdarahan terjadi setelah bayi dilahirkan,
pertama pada awal kehidupannya (Roesli hal ini berkaitan dengan plasenta dan
Utami, 2008). Adapun manfaat dari relaksasi otot rahim. Oleh karena itu,
inisiasi menyusui dini antara lain adalah penatalaksanaan dan observasi pada kala
sentuhan tangan bayi di puting susu dan IV harus mendapat perhatian. Penurunan
sekitarnya, hisapan dan jilatan bayi pada AKI ini bisa dilakukan dengan mengatasi
puting susu merangsang hormon oksitosin penyebabnya yang salah satunya adalah
yang dapat membantu rahim berkontraksi mencegah terjadinya perdarahan paska
sehingga membantu pengeluaran plasenta persalinan dengan salah satu caranya
dan mengurangi perdarahan post partum. dengan menerapkan inisiasi menyusui
Normalnya plasenta akan lepas dalam dini.
waktu kurang dari 30 menit setelah
kelahiran bayi. Metode Penelitian
Berdasarkan Survei Demografi Penelitian ini menggunakan
Kesehatan Indonesia (SDKI) AKI di pendekatan kuantitatif dengan jenis
Indonesia cukup tinggi, 228 per seratus penelitian observasional Analitik untuk

Jurnal Ilmu Kesehatan Vol. 3 No. 2 Mei 2015 99


ISSN 2303-1433

mencari hubungan antar variabel dan Pembahasan


dilakukan analisis terhadap data yang Hasil analisis bivariat dengan
dikumpulkan untuk mengetahui seberapa menggunakan uji T ada hubungan yang
hubungan antar variabel yang ada. Peneliti signifikan antara kecepatan inisiasi
melakukan observasi waktu yang menyusui dini dengan volume perdarahan
dibutuhkan bayi sejak diletakkan di dada pada kala empat. Oleh karena itu
antara dua payudara ibu sampai bayi observasi yang cermat dan tindakan yang
berhasil mencapai puting susu ibu dan tepat pada ibu setelah melahirkan sangat
menghisapnya dan Volume perdarahan penting dilakukan karena perdarahan
kala empat diukur sejak setelah plasenta sering terjadi dalam waktu empat jam
lahir sampai 2 (dua) jam setelah setelah persalinan. Perdarahan masih
melahirkan dengan cara menimbang menduduki urutan pertama penyebab
underpad (pembalut) yang digunakan ibu. kematian ibu di Indonesia. Salah satu
Penelitian dilakukan terhadap 29 Ibu yang tindakan yang tepat adalah dengan
melahirkan normal di BPM (Bidan melakukan inisiasi menyusui dini. Pada
Praktek Mandiri) Bunda wilayah saat dilakukan inisiasi menyusui dini
Kecamatan Prambon pada bulan Oktober- sentuhan, jilatan, usapan pada puting susu
Desember 2014. Data dianalisis ibu akan merangsang pengeluaran hormon
menggunakan uji T bebas (Independent T- oxyitosin yang dapat merangsang
Test) dengan derajat kemaknaan () = kontraksi uterus sehingga menurunkan
0,05. resiko perdarahan pasca persalinan.
Ada penelitian yang hampir serupa
Hasil Penelitian dengan penelitian ini yaitu penelitian yang
Tabel 1 Hubungan antara kecepatan diadakan di Australia oleh Thompson et
inisiasi menyusui dini dengan al. yang menunjukkan hasil bahwa ada
volume perdarahan pada kala hubungan antara kejadian perdarahan
empat dalam cc. setelah melahirkan dengan penundaan
Kelp n Mean SD p Keterangan inisiasi menyusui dini. Perbedaan
IMD < penelitian ini dengan penelitian yang
6 260,0 14,1 0,00
30 mnt Ada
peneliti lakukan adalah pada penelitian ini
IMD perbedaan
30-60 23 360,8 49,4 signifikan respondennya ibu yang mengalami
menit perdarahan setelah melahirkan kemudian
dihubungkan dengan apakah ibu
Berdasarkan tabel 1 didapatkan melakukan inisiasi menyusui dini,
bahwa rerata volume perdarahan ibu pada sehingga kesimpulan penelitiannya bahwa
kala empat pada kelompok inisiasi ibu yang mengalami perdarahan setelah
menyusui dini kurang dari 30 menit lebih melahirkan ada hubungan dengan
rendah yaitu 260,0 cc dibandingkan penundaan inisiasi menyusui dini.
inisiasi menyusui dini 30-60 menit yaitu Sedangkan penelitian yang peneliti
360,8 cc perbedaan volume perdarahan lakukan, respondennya adalah ibu yang
pada kala empat pada kelompok inisiasi melahirkan normal kemudian dilakukan
menyusui dini kurang dari 30 menit inisiasi menyusui dini diobservasi
dengan 30-60 menit adalah signifikan waktunya dan diukur volume perdarahan
(p= 0,00). Berarti ada hubungan yang kala empat dan ternyata setelah dilakukan
signifikan antara kecepatan inisiasi inisiasi menyusui dini tidak ada responden
menyusui dini dengan volume perdarahan yang mengalami perdarahan setelah
kala empat. melahirkan, perdarahan yang keluar masih
dalam batas normal yaitu kurang dari
500cc.

Jurnal Ilmu Kesehatan Vol. 3 No. 2 Mei 2015 100


ISSN 2303-1433

Penelitian serupa juga dilakukan oleh dibutuhkan untuk inisiasi menyusui dini
Rahmaningtyas dkk. di Kediri dengan semakin sedikit perdarahan yang keluar.
hasil penelitian ada perbedaan kontraksi
uterus pada ibu post partum sebelum dan SARAN
sesudah melaksanakan inisiasi menyusui Berdasarkan kesimpulan hasil
dini. Perbedaan dengan penelitian yang penelitian diatas, beberapa saran yang
peneliti lakukan adalah peneliti tersebut dapat peneliti sampaikan: hendaknya
menghubungkan antara inisiasi menyusui pengambil kebijakan pada tatanan
dini dengan variabel kontraksi uterus yang pelayanan kesehatan lebih meningkatkan
nantinya juga akan berpengaruh terhadap pendidikan kesehatan pada ibu hamil
volume perdarahan ibu, sedangkan tentang pentingnya pelaksanaan inisiasi
penelitian yang peneliti lakukan saat ini menyusui dini dan mengharuskan petugas
dihubungkan dengan variabel volume kesehatan khususnya bidan dan perawat
perdarahan pada kala empat. Kontraksi untuk benar-benar melaksanakan IMD
uterus nantinya juga bisa sebagai indikator dalam upaya membantu program
volume perdarahan dimana kalau pemerintah menurunkan angka kesakitan
kontraksi uterusnya baik maka perdarahan dan kematian ibu bersalin /AKI karena
juga akan sedikit begitu pula sebaliknya. HPP.
Pada ibu setelah melaksanakan inisiasi
menyusui dini, kontraksi uterusnya lebih Daftar Pustaka
baik dibandingkan dengan sebelum Aziz. (2006). Pengantar Kebutuhan
dilaksanakan inisiasi menyusui dini. Dasar Manusia. Jakarta: Penerbit
Menurut Gusnita, 2008 dengan adanya Salemba Medika.
bayi di perut ibu, akan menahan Bobak.,Lowdermilk.,Jensen. (2004).
perdarahan karena otot-otot yang Keperawatan Maternitas edisi 4.
mengeluarkan darah akan mengkerut Jakarta: Penerbit Buku
karena ditekan oleh badan bayi. Menurut Kedokteran EGC.
(Mander, 1998) kontraksi uterus yang Chandra, Budiman. (2007). Metodologi
baik akan membantu mempercepat Penelitian Kesehatan. Jakarta:
pelepasan plasenta dari dinding rahim dan Penerbit Buku Kedokteran EGC
secara fisiologis akan menyebabkan Corwin. (1997). Buku Saku Patofisiologis.
kontraksi serabut-serabut miometrium Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran
yang mengelilingi pembuluh darah yang EGC.
memvaskularisasi daerah implantasi Cunningham., Gant., Leveno.,Gilstrap.,
plasenta sehingga pembuluh-pembuluh Hauth., Wenstrom. (1995).
darah tersebut terjepit dan akan menutup Obstetri William. Jakarta: Penerbit
dengan demikian perdarahan akan Buku Kedokteran EGC.
berkurang. Sehingga semakin cepat Frisda. (2010). Faktor-faktor Pada bidan
inisiasi menyusui dini maka semakin Yang Mempengaruhi Praktik
sedikit perdarahan yang keluar pada kala Inisiasi Menyusui Dini.
empat. Tesis.Universitas Diponegoro
Semarang.
KESIMPULAN Hamilton, PM. (1995). Dasar-Dasar
Setelah dilakukan analisis data, dapat Keperawatan Maternitas.
disimpulkan bahwa: Jakarta: Penerbit Buku
Terdapat hubungan yang signifikan antara Kedokteran EGC.
kecepatan inisiasi menyusui dini dengan Idris. (2009). Peran Faktor Perilaku
volume perdarahan pada ibu bersalin kala Dalam Penerapan Inisiasi
empat di BPM Bunda wilayah Kecamatan Menyusui Dini di Kota Pare Pare.
Prambon yaitu semakin cepat waktu yang

Jurnal Ilmu Kesehatan Vol. 3 No. 2 Mei 2015 101


ISSN 2303-1433

Tesis. Universitas Hasanuddin bekerjasama dengan Yayasan Bina


Makasar. Pustaka Sarwono Prawirohardjo.
Lowdermilk.,Bobak.,Jensen. (1999). Setiadi (2007). Konsep dan Penulisan
Maternity Nursing 5th edition. Riset Keperawatan. Yogyakarta:
Missouri: Mosby Year Book Penerbit Graha Ilmu
Mander. (2004). Nyeri Peralinan. Jakarta: Theresia Catur Wulan Setyaningrum.
Penerbit Buku Kedokteran EGC (2009). Pengaruh inisiasi
Manuaba (1998). Ilmu Kebidanan, menyusui dini terhadap jumlah
Penyakit Kandungan & Keluarga perdarahan pada kala II sampai
Berencana untuk Pendidikan kala IV di Rumah Sakit Umum
Bidan. Jakarta: Penerbit Buku Daerah Kota Surakarta. Skripsi.
Kedokteran EGC Universitas Sebelas Maret Solo.
Mehta., Gupta., Goel. (2009). Varney.,Kriebs.,Gegor., (2008). Buku Ajar
Postoperative Oral Feeding After Asuhan Kebidanan. Edisi 4.
Cesarean Section-Early Versus Volume 2. Jakarta: Penerbit Buku
Late Initiation: A Prospective Kedokteran EGC
Randomized Trial. Journal of Weisbrod., Sheppard., Chernofsky.,
Gynecologic Surgery. December Gage., (2009). Emergent
2010, Vol. 26, ISSN: 1528-8439 management of postpartum
No. 4: 247-250. hemorrhage for the general and
Nakao, Moji, Honda, Oishi, (2008). acute care surgeon. World Journal
Initiation of breastfeeding within of Emergency Surgery 2009,
120 minutes after birth is 4:43 doi:10.1186/1749-7922-4-43
associated with breastfeeding at
four months among Japanese
women: A self-administered
questionnaire survey.
International Breastfeeding
Journal 2008,
3:1 doi:10.1186/1746-4358-3-1
Notoatmodjo,Soekidjo. (2008).
Metodologi Penelitian Kesehatan.
Edisi revisi. Rineka Cipta: Jakarta
Rahmaningtyas. Wijanti, Hardjito .(2010).
Perbedaan kekuatan kontraksi
uterus pada ibu post partum
antara sebelum dan sesudah
melaksanakan inisiasi menyusui
dini. jurnal penelitian kesehatan
forikes vol.1 No.3.ISSN 2086-
3098
Roesli, Utami (2008). Inisiasi Menyusui
Dini. Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran EGC
Saifuddin.,Adriaansz.,Wiknjosastro.,Wasp
odo. (2000). Buku Acuan
Nasional Pelayanan Kesehatan
Maternal dan Neonatal, Jakarta:
Penerbit JNPKKR-POGI

Jurnal Ilmu Kesehatan Vol. 3 No. 2 Mei 2015 102


ISSN 2303-1433

Analisis Keterkaitan Pendekatan Belajar dengan Indeks Prestasi Mahasiswa Akademi


Keperawatan Dharma Husada Kediri.

(Analisys the relationship between Learning Approach Academy of Nursing Student


Achievement Index Dharma Husada Kediri)

Moh Alimansur
Akademi Keperawatan Dharma Husada Kediri

Abstract
Student approaches to learning used to be very important because it is often the case of
a student who has the cognitive abilities higher than his friends , was only able to achieve
similar results to those achieved by his friends , when learning the right approach then we
will get the Achievement Index much better . The purpose of this study to analisys the
relationship between Learning Approach Academy of Nursing Student Achievement Index
Dharma Husada Kediri . Design used is descriptive correlation with cross sectional method
. Sample Nursing Academy students Husada Kediri Dharma and the second semester IV
Semester many as 124 students , which is used proportionate Stratified Sampling Simple
Random Sampling . Learning approach to data collection is done by using a questionnaire ,
while the Achievement Index data using a data collection sheet . The data were analyzed
by using a test " Kendal Tau " with a significance level p < 0.05 . Statistical test results
obtained p = 0.000 and r = 0.612 which indicates no relationship between the Approaches
to Learning Student Nursing Student Achievement Index Dharma Husada Kediri with a
strong degree of relationship . Positive value of the correlation coefficient indicates that the
higher the type of approach used the better achievement index.

Key word: Learning Approach, Achievement Index

Pendahuluan yang berkapasitas rata-rata. Penelitian


Dalam era globalisasi disegala bidang Jaumil Akhir, 1990 menunjukkan bahwa
maka diperlukan suatu pendidikan yang banyak anak berbakat yang termasuk
bermutu dan mampu menghasilkan tenaga underachiever (berprestasi dibawah taraf
kerja yang siap bersaing. Dalam rangka kemampuannya) yang apabila tidak
memenuhi kebutuhan tenaga yang ditangani akan merupakan penyia-nyiaan
bermutu diperlukan penanganan khusus potensi intelektual yang unggul.(Syah,
terhadap mahasiswa agar dalam menjalani 2005).
proses belajar dapat berhasil sesuai Sebaliknya, seorang mahasiswa yang
dengan tujuan yang dicita-citakan. Salah sebenarnya hanya memiliki kemampuan
satunya adalah mengenai pendekatan ranah cipta rata-rata atau sedang, dapat
belajar yang digunakan mahasiswa, hal ini mencapai puncak prestasi yang
menjadi penting karena sering terjadi memuaskan, lantaran menggunakan
seorang mahasiswa yang memiliki pendekatan belajar yang efisien dan
kemampuan ranah kognitif yang lebih efektif. Konsekuensi positifnya ialah
tinggi dari teman-temannya, ternyata harga diri (Sef-esteem) mahasiswa tersebut
hanya mampu mencapai hasil yang sama melonjak hingga setara dengan teman-
dengan yang dicapai teman-temanya itu. temannya, yang beberapa orang
Bahkan tidak mustahil jika suatu saat diantaranya mungkin berkapasitas kognitif
mahasiswa cerdas tersebut mengalami lebih tinggi.(Syah, 2005).
kemerosotan prestasi sampai ke titik yang Pada hakikatnya prestasi mahasiswa /
lebih rendah daripada prestasi temannya indeks prestasi mahasiswa merupakan

Jurnal Ilmu Kesehatan Vol. 3 No. 2 Mei 2015 103


ISSN 2303-1433

suatu pencerminan dari kemajuan Mahasiswa semester VI tidak diteliti


akademik mahasiswa yang didalamnya karena dalam masa praktek Profesi.
mengandung hakikat pribadi mahasiswa Besarnya sampel pada penelitian ini
seperti kedisiplinan, keuletan belajar, adalah 124 orang, dimana teknik
kerja keras dan pengembangan pola penghitungan sampelnya dilakukan
pikir(Warsiki, 2005). Sehingga untuk bisa dengan menggunakan rumus:
berprestasi yang maksimal bukan hanya
Intelegensi saja tapi juga harus diikuti
dengan pola belajar yang tepat pula.
Pada era globalisasi sekarang ini Keterangan:
prestasi dan kompetensi merupakan n = Perkiraan jumlah sampel
prasyarat yang sangat penting dalam dunia N = besar populasi
kerja. Fakta yang dapat kita lihat adalah d = Tingkat kesalahan yang dipilih ( d =
saat ini beberapa unit pelayanan telah 0.05 ) (Arikunto, 1998)
menjadikan Indeks Prestasi sebagai salah Teknik sampling yang digunakan
satu indicator yang menjadi bahan dalam penelitian ini adalah proportionate
pertimbangan suatu instansi dalam Stratified Simple Random Sampling.
merekrut pegawai disamping tes bakat, Instrumen pengumpulan data pada
pengalaman kerja dan wawancara. penelitian ini dengan menggunakan
Dengan melihat kondisi tersebut kuesioner dan lembar pengumpul data.
maka peneliti ingin meneliti adakah Pada penelitian ini karena kedua variabel
hubungan antara Pendekatan belajar (independen dan dependen) berbentuk
dengan Indeks Prestasi Mahasiswa Akper ordinal maka analisa data yang digunakan
Dharma Husada Kediri. adalah Kendal Tau dengan menggunakan
SPSS 19 for Windows.
Metodologi Penelitian
Penelitian ini merupakan jenis Hasil Penelitian
penelitian Deskriptif Korelasional dengan Karakteristik Responden
pendekatan cross sectional yang Tabel 1 Distribusi Frekwensi Responden
mempelajari dinamika korelasi antara Berdasarkan Jenis Kelamin dan Usia
variabel independen (pendekatan belajar) No Jenis Usia Jumlah
Kelamin
dan variabel dependen (indeks prestasi 18 - 19 Th 20 - 21 Th 22-24 Th Jml %
mahasiswa) dengan penekanan terletak Jml % Jml % Jml %
pada waktu pengukuran/observasi data 1. Laki-laki 15 12 25 20 7 6 47 38
yang hanya satu kali, pada suatu saat dan 2. Wanita 50 40 24 19 3 3 77 62
tidak ada follow-up. Jumlah 65 52 49 39 10 9 124 100

Variabel dalam penelitian ini terdiri


atas dua variabel, yaitu: variabel dependen Berdasarkan tabel tersebut diatas
dan variabel independen. Variabel terlihat bahwa responden yang berjenis
dependen dalam penelitian ini adalah kelamin wanita adalah 62% dan
Indeks Prestasi mahasiswa Akademi responden yang berjenis kelamin laki-laki
Keperawatan Dharma Husada Kediri. adalah 38%. Juga terdapat 52% responden
Sedangkan variabel independennya adalah berusia 18-19 tahun dan 9% responden
Pendekatan Belajar mahasiswa Akademi berusia 22-24 tahun.
Keperawatan Dharma Husada Kediri.
Dalam penelitian ini populasinya
adalah mahasiswa Akademi Keperawatan
Dharma Husada Kediri semester II dan
Semester IV sebanyak 190 mahasiswa.

Jurnal Ilmu Kesehatan Vol. 3 No. 2 Mei 2015 104


ISSN 2303-1433

Tabel 2 Distribusi Frekwensi Responden Melihat gambar di atas didapatkan


Berdasarkan Alasan masuk Akper Dharma sebagian besar (66,13 %) responden
Husada Kediri. mempunyai IPK dengan kategori Baik
Jumlah (2,76-3,50).

No Alasan Masuk Akper Hubungan Pendekatan Belajar


Jml %
mahasiswa dengan Indeks Prestasi
Mahasiswa Akper Dharma Husada
1. Keinginan Sendiri 72 58
2. Disuruh Orang Tua 49 40 Kediri
2. Disuruh Saudara 3 2
Jumlah 124 100 Tabel 3 Tabel Tabulasi Silang antara
Berdasarkan tabel tersebut diatas Pendekatan Belajar dengan Indeks
terlihat bahwa responden masuk ke Akper Prestasi mahasiswa.
Dharma Husada Kediri hampir Indeks Prestasi Total
setengahnya ( 58% ) karena keinginan
Cukup Baik
sendiri, hampir setengahnya (40%) karena
disuruh orang tua dan sebagian kecil (2%) Rendah 32 1 33
disuruh saudara. Pendekatan
Sedang 2 43 45
Belajar
Data Khusus Tinggi 8 38 46
Pendekatan Belajar Total 42 82 124

Dari tabel diatas terlihat bahwa


Tinggi mahasiswa yang menggunakan
Sedang pendekatan sedang mendapatkan nilai IP
26.6% 37.1% Rendah baik terbanyak dan IP Cukup terendah.
Dari hasil uji statistik Kendal Tau
36.3% didapatkan p = 0,000 dan r = 0,612 yang
menunjukkan ada hubungan antara
Pendekatan Belajar mahasiswa dengan
Indeks Prestasi Mahasiswa Akper Dharma
Gambar 1 Diagram Pie Pendekatan Belajar yang Husada Kediri dengan derajat hubungan
digunakan oleh mahasiswa Akper Dharma Husada
Kediri
kuat. Nilai positif dari koefisien korelasi
Pada gambar 1 di atas diperoleh hasil menunjukkan bahwa semakin tinggi jenis
sebagian besar (37,1%) pendekatan yang digunakan maka hasil
responden/mahasiswa menggunakan indeks prestasinya semakin baik.
pendekatan belajar tinggi/achieving.
Pembasan
Indeks Prestasi Kumulatif. Pendekatan Belajar Mahasiswa
Dari hasil penelitian pada gambar 1
0.00% Dengan diperoleh gambaran sebagian besar
Pujian
33.87 (37,1%) responden/mahasiswa
Baik
% menggunakan pendekatan belajar
Cukup
tinggi/achieving. Pendekatan achieving
66.13 pada umumnya dilandasi oleh motif
% ekstrinsik yang berciri khusus yang
disebut ego-enhancement yaitu ambisi
Gambar 4.2 Diagram Pie Indeks Prestasi pribadi yang besar dalam meningkatkan
kumulatif yang dicapai oleh responden. prestasi keakuan dirinya dengan cara

Jurnal Ilmu Kesehatan Vol. 3 No. 2 Mei 2015 105


ISSN 2303-1433

meraih indeks prestasi setinggi-tingginya ( 52 mahasiswa yang masuk ke Akademi


Syah, 2005). Jadi mahasiswa masih Perawat karena dorongan orang
banyak yang melakukan kegiatan belajar tua/saudara. Kondisi ini menyebabkan
karena ingin mendapatkan nilai Indeks minat dan motivasi mahasiswa dalam
Prestasi yang tinggi. Jika kita mendalami belajar menjadi rendah dan asal-asalan.
lebih jauh maka cara belajar ini Sehingga mahasiswa yang menggunakan
sebenarnya memiliki kekurangan dimana pendekatan ini sering belajarnya hanya
hasil belajar yang diraih mungkin saja pada saat mau ujian dengan
tinggi, tetapi kurang opimal karena hanya menghafalakan apa yang diajarkan
menganggap penting nilai berupa angka. dosennya saja, tidak pernah dikaitkan
Kondisi ini bisa muncul pada dengan aspek-aspek lain, dilakukan hanya
mahasiswa mungkin karena masih banyak untuk mendapatkan nilai yang baik saat
dari dosen yang pengajarannya berfokus tes dan sehabis tes maka mahasiswa
pada dosen dan hanya mementingkan tersebut sudah lupa dengan apa yang
pencapaian nilai semata. Sering kita dipelajari tadi.
mendengar dosen akan mengatakan Dari hasil penelitian juga bisa kita
mahasiswa itu pintar karena bisa lihat sebanyak 36,3% mahasiswa telah
menyebutkan kembali apa yang diajarkan menggunakan pendekatan sedang atau
sesuai dengan hand out dari dosen tersebut Deep Aproach. Sebenarnya pendekatan ini
atau karena nilai ujiannya bagus. Kondisi adalah pendekatan yang paling ideal
ini menyebabkan mahasiswa mempunyai dalam belajar. Karena dengan
persepsi bahwa belajar adalah untuk dapat menggunakan pendekatan ini mahasiswa
mengerjakan soal dan mendapatkan nilai mempelajari materi karena memang dia
yang bagus. tertarik dan merasa membutuhkannya
Kondisi ini juga bisa disebabkan (instrinsik). Oleh karena itu, gaya
karena orang tua sering menggunakan belajarnya serius dan berusaha memahami
Nilai IPK saja dalam meniali kemajuan materi secara mendalam serta memikirkan
belajar anaknya. Kondisi ini yang cara mengaplikasikannya. Bagi siswa ini,
mendorong mahasiswa akan berupaya lulus dengan nilai baik adalah penting,
untuk mendapatkan nilai yang tinggi. tetapi yang lebih penting adalah memiliki
Selain itu kondisi di lapangan pekerjaan pengetahuan yang cukup banyak dan
saat dimana banyak pengguna yang bermanfaat bagi kehidupannya (Syah,
mematok nilai tertentu bagi pencari kerja 2005). Mahasiswa yang menggunakan
untuk bisa kerja ditempatnya. Kita pendekatan belajar mendalam pada
berharap kedepan orang bisa bekerja akhirnya akan menghasilkan hasil belajar
bukan karena nilai KHSnya saja tetapi yang optimal dan mahasiswa akan
karena kemampuan yang dimilikinya. mempunyai kemampuan dalam
Dari hasil penelitian juga didapatkan memecahkan masalah dengan baik. Hal
26,6 % mahasiswa yang menggunakan ini bisa disebabkan karena 58 %
pendekatan rendah/Surface. Mahasiswa mahasiswa masuk ke Akper karena
mau belajar karena dorongan dari luar keinginan sendiri hal ini tentunya
antara lain takut tidak lulus yang memberikan motivasi tersendiri bagi
mengakibatkan dia malu. Oleh karena itu, mahasiswa yang bersangkutan. Disini
gaya belajarnya santai, asal hafal, dan peran dari dosen sangat penting dalam
tidak mementingkan pemahaman yang meningkatkan semangat dan motivasi
mendalam (Syah, 2005). Pendekatan mahasiswa dalam belajar , dengan
Surface ini bisa muncul karena memang menggunakan pendekatan belajar
tidak semua mahasiswa masuk ke berfokus pada mahasiswa.
Akademi Perawatan karena dorongan diri
sendiri dari data penelitian didapatkan ada

Jurnal Ilmu Kesehatan Vol. 3 No. 2 Mei 2015 106


ISSN 2303-1433

Indeks Prestasi Mahasiswa belajarnya serius dan berusaha memahami


Dari hasil penelitian pada gambar materi secara mendalam serta memikirkan
4.2.1 diperoleh gambaran sebagian besar cara mengaplikasikannya. (Syah, 2005).
(66,13 %) responden mempunyai IPK Apabila kondisi ini ditunjang dengan
dengan kategori Baik (2,76-3,50). Hasil pengajaran dosen yang berfokus pada
nilai indeks prestasi yang baik ini bisa mahasiswa maka mahasiswa akan
disebabkan karena sebagian besar 58% mempunyai kemampuan untuk
mahasiswa masuk ke Akademi Perawatan mengkonstruksi pengetahuan,
Dharma Husada karena keinginan sendiri. menggunakan pengetahuan dalam
Karena sudah merupakan suatu yang kehidupan nyata, dan mampu
diminati maka mahasiswa akan lebih menumbuhkan konsep diri akademik yang
memusatkan perhatiannya pada studi yang positif pada mahasiswa.
diminatinya itu, sehingga mahasiswa akan
lebih giat belajar dan berusaha mencapai Kesimpulan
prestasi yang sebaik mungkin(Syah, Berdasarkan hasil penelitian yang
2005). Selain itu nilai yang baik itu juga telah dilakukan maka dapat di simpulkan
bisa disebabkan karena tersedianya sarana sebagai berikut:
belajar yang sudah cukup memadai di 1. Sebagian besar (37,1%)
Akademi Perawatan Dharma Husada responden/mahasiswa menggunakan
Kediri. pendekatan belajar tinggi/achieving.
2. Sebagian besar (66,13 %) responden
Hubungan antara Pendekatan Belajar mempunyai IPK dengan kategori
Mahasiswa dengan Indeks Prestasi Baik (2,76-3,50)
Mahasiswa. 3. Hasil uji statistik Kendal Tau
Dari hasil uji statistik Kendal Tau didapatkan p = 0,000 dan r = 0,612
didapatkan p = 0,000 dan r = 0,612 yang yang menunjukkan ada hubungan
menunjukkan ada hubungan antara antara Pendekatan Belajar mahasiswa
Pendekatan Belajar mahasiswa dengan dengan Indeks Prestasi Mahasiswa
Indeks Prestasi Mahasiswa Akper Dharma Akper Dharma Husada Kediri dengan
Husada Kediri dengan derajat hubungan derajat hubungan kuat. Nilai positif
kuat. Nilai positif dari koefisien korelasi dari koefisien korelasi menunjukkan
menunjukkan bahwa semakin tinggi jenis bahwa semakin tinggi jenis
pendekatan yang digunakan maka hasil pendekatan yang digunakan maka
indeks prestasinya semakin baik. hasil indeks prestasinya semakin baik.
Apabila kita perhatikan tabel Tabulasi
Silang antara Pendekatan Belajar dengan Saran
Indeks Prestasi mahasiswa maka dapat Bagi Institusi Pendidikan Akper Dharma
kita lihat bahwa indeks prestasi Husada Kediri.
mahasiswa yang menggunakan 1. Perlunya pemantauan dan pembinaan
pendekatan belajar mendalam ( deep yang lebih kepada mahasiswa-
approach ) adalah yang paling optimal mahasiswa yang masih mengalami
hasilnya dibandingkan mahasiswa yang kesulitan dalam menggunakan
menggunakan pendekatan belajar pendekatan belajar yang efektif
permukaan ( Surface approach ) dan dengan mengaktifkan dosen
pendekatan belajar mengejar prestasi pembimbing akademik.
(Achieving Aproach ). Karena dengan 2. Perlunya peningkatan pada
menggunakan pendekatan ini mahasiswa kemampuan dosen dalam melakukan
mempelajari materi karena memang dia pengajaran yang berfokus pada
tertarik dan merasa membutuhkannya mahasiswa.
(instrinsik). Oleh karena itu, gaya

Jurnal Ilmu Kesehatan Vol. 3 No. 2 Mei 2015 107


ISSN 2303-1433

3. Bagi Mahasiswa Purwanto, M Ngalim. 2002. Psikologi


Diharapkan mahasiswa menggunakan Pendidikan. Bandung: PT.
pendekatan belajar mendalam agar Remaja Rosdakarya
mendapatkan hasil belajar yang jauh Riduwan. 2002. Skala Pengukuran
lebih baik. Variabel-Variabel Penelitian.
4. Bagi Peneliti Selanjutnya. Bandung: Alfabeta,
Penelitian selanjutnya bisa Rosjidan dkk. 1996. Belajar dan
menggunakan hasil penelitian ini Pembelajaran. Malang:
untuk meneliti lebih jauh mengenai Depdiknas
faktor-faktor yang mempengaruhi Rohani, Ahmad . 2004. Pengelolaan
indeks prestasi mahasiswa. Pengajaran. Jakarta: PT Asdi
Mahasatya
Daftar Pustaka Sardiman.A.M. 1988. Interaksi dan
Arikunto,Suharsini. 1998. Prosedur Motivasi Belajar Mengajar.
Penelitian Suatu Pendekatan Jakarta: CV.Rajawali
Praktek. Jakarta: Suciati. 2001. Taksonomi Tujuan
PT. Rineka Cipta Instruksional. Jakarta : PAU-
Djamarah, Syaiful Bahri. 2002. Psikologi PPAI, Universitas Terbuka
Belajar. Jakarta: PT Asdi Suparno, Suhaenah 2001. Membangun
Mahasetya Kompetensi Belajar. Jakarta:
Syah, Muhibbin, 2005, Psikologi Belajar- Depdiknas
Ed, Revisi, Cet. 4, Jakarta : PT Sutadipura, Balnadi. 1985. Aneka
Raja Grafindo Persada Problem Keguruan. Bandung: PT
Warsiki, Bejo Utomo, Suhartini, 2005, Angkasa
Analisis antara Indeks Prestasi Usman, Moh.Uzer. 2002. Menjadi Guru
dan Faktor Lain yang Profesional. Bandung: PT.
berpengaruh dalam Keberhasilan Remaja Rosdakarya
Studi pada Mahasiswa Jurusan Winkel W.S, 19996, Psikologi
Tehnik Elektromedik (Jurnal Pengajaran. Jakarta: PT.
Humaniora Kopertis VII), Gramedia
Surabaya : Kopertis VII. Sugiyono, 2004. Statistik Non Parametrik
Budiarto, Eko, 2003, Metodologi Untuk Penelitian. Bandung
Penelitian Kedokteran, Jakarta: Alfabeta
EGC.
Budiarto, Eko, 2003, Biostatistika untuk
Kedokteran dan Kesehatan
Masyarakat, Jakarta: EGC.
Hamalik, Oemar. 2002. Psikologi Belajar
Mengajar. Bandung: PT Sinar
Baru Algensindo
Hasan, Iqbal, 2004, Analisis Data
Penelitian dengan Statistik,
Jakarta, PT. Bumi Aksara.
Nursalam. 2003. Konsep dan Penerapan
Metodologi Penelitian Ilmu
Keperawatan. Jakarta: Salemba
Medika
Notoatmojo, Soekidjo. 2002. Metodologi
Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta

Jurnal Ilmu Kesehatan Vol. 3 No. 2 Mei 2015 108


ISSN 2303-1433

PANDUAN UNTUK PENULIS NASKAH

Jurnal Ilmu Kesehatan berupa hasil penelitian , konsep-konsep pemikiran atau ide kreatif
dan inovatif yang bermanfaat untuk menunjang kemajuan ilmu, pendidikan dan praktek
keperawatan professional. Naskah hasil penelitian hendaknya disusun menurut sistematika
sebagai berikut :
1. Judul, menggambarkan isi pokok tulisan secara ringkas dan jelas, ditulis dalam
bahasa Indonesia dan bahasa Inggris. Judul artikel dicetak dengan huruf besar di
tengah-tengah menggunakan font 12 Times New Roman.

2. Nama penulis, tanpa gelar. Jumlah penulis yang tertera dalam artikel minimal 1
orang, jika penulis terdiri 4 orang atau lebih, yang dicantumkan di bawah judul
artikel.

3. Abstrak, ditulis dalam bahasa Inggris dan merupakan intisari seluruh tulisan,
meliputi : masalah, tujuan, metode, hasil dan simpulan (IMRAD: Introduction,
Method, Result, dan Discussion). Abstrak ditulis dengan kalmat penuh. Di bawah
abstrak disertakan 3-5 kata-kata kunci (keywords)

4. Pendahuluianmeliputi latar bela kang masalah, rumusan masalah serta tujuan


penelitian dan harapan untuk waktu yang akan datang.

5. Bahan dan Metode, berisi penjelasan tentang bahan-bahan dan alat-alat yang
digunakan, waktu tempat, teknik dan rancangan percobaan.

6. Hasil, dikemukakan dengan jelas dalam bentuk narasi dan data yang dimasukkan
berkaitan dengan tujuan penelitian.

7. Pembahasan, menerangkan arti hasil penelitian yang meliputi:fakta, teori dan opini.

8. Simpulan dan saran, berupa keseimpulan hasil penelitian dalam bentuk narasi yang
mengacu pada tujuan penelitian. Saran berisi saran yang dapat diberikan oleh
penulis berdasarkan hasil penelitian.

9. Pengutipan, perujukan dan pengutipan menggunakan teknik rujukan berkurung


(nama,tahun).

10. Kepustakaan, sumber rujukan (kepustakaan) sedapat mungkin merupakan pustaka


terbitan 10 tahun terakhir diutamakan adalah hasil laporan penelitian dan artikel
ilmiah dalam jurnal imiah.

Naskah yang dikirim ke redaksi hendaknya diketik dalam CD, disertai cetakan pada
kertas HVS dengan salah satu program pengolah data MS Word, ukuran A4 (210X297
mm) dengan jarak 1 spasi, font 11 Times New Romans, batas kertas 3 cm dari tepi kiri
2,5 cm dan tepi bawah, kanan dan atas.

Jurnal Ilmu Kesehatan Vol. 3 No. 2 Mei 2015 109

Anda mungkin juga menyukai