Anda di halaman 1dari 19

Jurnal Realita

Volume 5 Nomor 1 Edisi April 2020


Bimbingan dan Konseling FIPP Universitas Pendidikan Mandalika ISSN (2503 – 1708)

i
Jurnal Realita
Volume 5 Nomor 1 Edisi April 2020
Bimbingan dan Konseling FIPP Universitas Pendidikan Mandalika ISSN (2503 – 1708)

REALITA
BIMBINGAN DAN KONSELING
Jurnal Penelitian dan Pengembangan Pendidikan

DEWAN REDAKASI
Pelindung dan Penasehat : Prof. Drs. Kusno, DEA., Ph.D
: Drs. Wayan Tamba, M.Pd
Penanggung Jawab : Farida Herna Astuti, M.Pd
Ketua Penyunting : Mustakim, M.Pd
Sekertaris Penyunting : Hariadi Ahmad, M.Pd
Keuangan : Asmini
Penyunting Ahli : 1. Prof. Dr. Gede Sedanayasa, M.Pd
: 2. Prof. Dr. Wayan Maba
: 3. Dr. A. Hari Witono, M.Pd
: 4. Dr. Gunawan, M.Pd
: 5. Dr. I Made Sonny Gunawan, S.Pd., M.Pd.
: 6. Dr. Haromain, S.Pd., M.Pd.
Penyunting Pelaksana : 1. Dr. Abdurrahman, M.Pd
: 2. Mujiburrahman, M.Pd
: 3. Drs. I Made Gunawan, M.Pd
Pelaksana Ketatalaksanaan : 1. Ahmad Muzanni, M.Pd
: 2. Baiq Sarlita Kartiani, M.Pd
: 3. M. Chaerul Anam, M.Pd
Distributor : Nuraeni, S.Pd., M.Si
Desain Cover : Ihwan Mustakim, M.Pd

Alamat Redaksi:
Redaksi Jurnal Realita
Program Studi Bimbingan dan Konseling
Fakultas Ilmu Pendidikan dan Psikologi Universitas Pendidikan Mandalika
Gedung Dwitiya, Lt. 3 Jalan Pemuda No. 59 A Mataram Telp. (0370) 638991
Email : bk_fip@ikipmataram.ac.id
Web : ojs.ikipmataram.ac.id; fip.ikipmataram.ac.id
Jurnal Realita Bimbingan dan Konseling menerima naskah tulisan penulis yang
original (belum pernah diterbitkan sebelumnya) dalam bentuk soft file, office word
document (CD/Flashdisk/Email) yang diterbitkan setiap bulan April dan Oktober
setiap tahun.
Diterbitkan Oleh: Program Studi Bimbingan dan Konseling, FIPP UNDIKMA.

ii
Jurnal Realita
Volume 5 Nomor 1 Edisi April 2020
Bimbingan dan Konseling FIPP Universitas Pendidikan Mandalika ISSN (2503 – 1708)

DAFTAR ISI Halaman


I Made Sonny Gunawan dan Made Gunawan
Tingkat Penyesuaian Diri Siswa Sma Negeri di Kota Mataram ................... 899 – 905

Dewi Rayani dan Dewi Nur Sukma Purqoti


Kecemasan Keluarga Lansia terhadap Berita Hoax Dimasa Pandemi
Covid-19 ....................................................................................................... 906 – 912

Ni Ketut Alit Suarti, Laili Wahyuni, dan M. Zainal Mustamiin


Pengaruh Bermain Dengklek terhadap Perkembangan Motorik Kasar Anak
Usia 4-5 Tahun di PAUD KB An-Nur Sukaraja Barat Ampenan ................ 913 – 922

Muhamad Sarifuddin
Analisis Kompenen Makna ........................................................................... 923 – 930

Farida Herna Astuti dan Hipziah


Pengaruh Permainan Balok terhadap Keterampilan Kognitif Anak Usia 5 –
6 Tahun di PAUD Bina Lestari Montong Are Kecamatan Kediri ................ 931 – 936

Abdurrahman
Analisis Implementasi Kurikulum Berbasis Kompetensi di SD ................... 937 – 949

Hariadi Ahmad, Ahmad Zainul Irfan, dan Dedi Ahlufahmi


Hubungan antara Pola Asuh Orang Tua dengan Penyesuaian Diri Siswa .... 950 – 966

Ni Made Sulastri dan Deni Hariyanti


Hubungan antara Pola Asuh Otoriter Orang Tua dengan Kecerdasan
Emosional Anak Kelompok B di PAUD Taman Bangsa Gegutu ................. 967 – 971

Aluh Hartati dan Nunung Astriningsih


Hubungan antara Sikap Kemandirian Belajar dengan Empati Siswa ........... 972 – 985

Khairul Huda dan Dian Hariati


Penggunaan Media Playdough dalam Mengembangkan Motorik Halus
Anak Usia 4-5 Tahun di TK Hamzanwadi Pancor Tahun Akademik
2020/2021 ..................................................................................................... 986 – 994

Wiwiek Zainar Sri Utami dan Eneng Garnika


Pola Asuh Orang Tua dalam Upaya Pembentukan Kemandirian Anak
Down Syndrome ........................................................................................... 995 – 101

Haromain
Pengembangan Program Layanan Sekolah Inklusi di Kota Mataram .......... 102 – 110

iii
Jurnal Realita
Volume 5 Nomor 1 Edisi April 2020
Bimbingan dan Konseling FIPP Universitas Pendidikan Mandalika ISSN (2503 – 1708)

HUBUNGAN ANTARA SIKAP KEMANDIRIAN BELAJAR


DENGAN EMPATI SISWA

Aluh Hartati dan Nunung Astriningsih


Program Studi Bimbingan dan Konseling, Fakultas Ilmu Pendidikan dan Psikologi
Universitas Pendidikan Mandalika
e-mail: aluhhartatiakbar@gmail.com; nunungastri@yahoo.com

Abstrak: Sejak dilahirkan individu senantiasa membutuhkan pergaulan dengan orang lain
dalam memenuhi kebutuhan-kebutuhan hidupnya seperti makanan, minuman dan sebagainya.
Jika idividu berhasil dalam memenuhi kebutuhannya, maka dia merasa puas, dan sebaliknya
kegagalan dalam memenuhi kebutuhan ini akan banyak menimbulkan masalah baik bagi
dirinya maupun bagi lingkungannya. Dalam mengikuti proses belajar mengajar kemandirian
sangat penting bagi siswa untuk memiliki sikap tanggung jawab karena dengan memiliki
kemandirian dalam belajar siswa dapat memperbaiki kekurangan yang dimilikinya. Empati
adalah suatu kemampuan seseorang untuk dapat mengerti perasaan dan emosi orang lain, dan
juga kemampuan membayangkan diri sendiri di tempat orang lain dan menghayati
pengalaman orang, kemandirian belajar merupakan suatu usaha yang dilakukan untuk
mengedalikan emosi dalam melakukan aktivitas belajar dengan cara melatih diri sendiri tanpa
bergantung pada orang lain untuk memperoleh perubahan tingkah laku yang mempunyai
kebebasan dalam membuat keputusan serta mampu bertanggung jawab atas tindakannya,
sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya, rumusan
masalah dalam penelitian ini adalah Bagaimana tingkat Hubungan antara Sikap Kemandirian
Belajar dengan Empati Pada Siswa Kelas VIII di SMP Negeri 24 Mataram Kota Mataram
Tahun Pelajaran 2019/2020? Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Hubungan antara
Sikap Kemandirian Belajar dengan Empati Pada Siswa Kelas VIII di SMP Negeri 24
Mataram Kota Mataram Tahun Pelajaran 2019/2020, Jumlah populasi sebanyak 29 siswa,
metode dalam pengumpulan data menggunakan metode angket sebagai metode pokok,
observasi, dokumentasi, dan wawancara sebagai metode pelengkap. Analisis data
menggunakan rumus product moment. Bedasarkan hasil analisis data dengan taraf signifikan
5% maka diperoleh hasil penelitian yaitu nilai rxy lebih besar dari nilai r product moment (rxy
0.455 > r product moment 0,367) kenyataan ini menunjukkan bahwa nilai rxy yang diperoleh
dari hasil analisis data dapat disimpulkan bahwa: Ada Hubungan antara Sikap Kemandirian
Belajar dengan Empati Pada Siswa Kelas VIII di SMP Negeri 24 Mataram Kota Mataram
Tahun Pelajaran 2019/2020, dengan demikian dalam penelitian ini dinyatakan Signifikan.
Kata Kunci: Kemandirian Belajar, Empati

PENDAHULUAN kemandirian dalam belajar siswa dapat


Sejak dilahirkan individu senantiasa memperbaiki kekurangan yang
membutuhkan pergaulan dengan orang dimilikinya. Erikson (dalam Desmita,
lain dalam memenuhi kebutuhan- 2014) menyatakan kemandirian adalah
kebutuhan hidupnya seperti makanan, usaha untuk melepaskan diri dari orang
minuman dan sebagainya. Jika idividu tua dengan maksud untuk menemukan
berhasil dalam memenuhi kebutuhannya, dirinya melalui proses mencari identitas
maka dia merasa puas, dan sebaliknya ego, yaitu merupakan perkembangan
kegagalan dalam memenuhi kebutuhan kearah individualitas yang mantap dan
ini akan banyak menimbulkan masalah berdiri sendiri”. Kemandirian biasanya
baik bagi dirinya maupun bagi ditandai dengan kemampuan menentukan
lingkungannya. Dalam mengikuti proses nasib sendiri, kreatif dan inisiatif,
belajar mengajar kemandirian sangat mengatur tingkah laku, bertanggung
penting bagi siswa untuk memiliki sikap jawab, mampu menahan diri, membuat
tanggung jawab karena dengan memiliki keputusan-keputusan sendiri serta
Aluh Hartati
972 Nunung Astriningsih
Jurnal Realita
Volume 5 Nomor 1 Edisi April 2020
Bimbingan dan Konseling FIPP Universitas Pendidikan Mandalika ISSN (2503 – 1708)

mampu mengatasi masalah tanpa ada sehingga perbedaan-peredaan yang


pengaruh dari orang lain. terdapat dalam kehidupan bermasyarakat
Kemandirian merupakan suatu mampu diterima dengan baik. Biasanya
sikap individu yang diperoleh secara orang yang memiliki sikap empati sangat
kumulatif selama perkembangan, dan peduli dan rela bertindak untuk
individu akan terus belajar untuk memberikan bantuannya kepada siapa
bersikap mandiri dalam menghadapi saja yang memang benar-benar harus
berbagai situasi di lingkungan, sehingga dibantu.
individu pada akhirnya mampu berpikir Saat ini tingkat empati pada siswa
dan bertindak sendiri”. Dengan cukup rendah, sejumlah faktor sosial
kemandiriannya, pada diri siswa dapat kritis yang membentuk karakter
memilih jalan hidupnya untuk berempati secara perlahan mulai runtuh
berkembang dengan lebih mantap. seperti pengawasan orang tua lemah,
Pengertian belajar dapat didefinisikan kurangnya teladan perilaku berempati,
sebagai suatu proses usaha yang pendidikan spiritual relatif sedikit, pola
dilakukan seseorang untuk memperolah asuh yang jelek, dan sekolah yang kurang
perubahan tingkah laku yang baru secara memberikan stimulasi terhadap
keseluruhan, sebagai hasil pertumbuhan empati. Selain masalah
pengalamannya sendiri dalam interaksi tersebut, siswa juga secara terus menerus
dengan lingkungannya”. Menurut menerima masukan dari luar yang
Thorndike (dalam Asri, 2012) belajar bertentangan dengan norma-norma.
adalah proses interaksi antara stimulus Tantangan semakin besar karena
dan respon. Stimulus yaitu apa saja yang pengaruh buruk tersebut muncul dari
dapat merangsang terjadinya kegiatan berbagai sumber yang mudah didapat
belajar seperti pikiran, perasaan. seperti televisi, film, video permainan,
Sedangkan respon yaitu reaksi yang internet yang memberikan pengaruh
dimunculkan peserta didik ketika belajar, buruk bagi kepribadian anak karena
yang juga dapat berupa pikiran, perasaan menyodorkan pelecehan, kekerasan, dan
atau tindakan. penyiksaan.
Empati merupakan inti emosi Berdasarkan latar belakang di atas
moral yang membantu seseorang maka peneliti tertarik untuk melakukan
memahami perasaan orang lain. Empati penelitian dengan judul ” Hubungan
membuatnya menjadi peka terhadap antara Sikap Kemandirian Belajar dengan
kebutuhan dan perasaan orang lain, Empati Pada Siswa Kelas VIII di SMP
mendorongnya menolong orang yang Negeri 24 Mataram Kota Mataram Tahun
kesusahan atau kesakitan, serta Pelajaran 2019/2020.” Hubungan yang
menuntutnya memperlakukan orang dimaksud dalam penelitian ini adalah
dengan kasih sayang. Empati yang kuat kaitan antara variabel terikat
mendorong seseorang bertindak benar (Kemandirian Belajar) dengan variabel
karena ia bisa melihat kesusahan orang bebas (Empati) yang dinyatakan dalam
lain sehingga mencegahnya melakukan angka tanpa melakukan perubahan, atau
tindakan yang dapat melukai orang lain. tambahan. Kemandirian belajar
Kemampuan berempati merupakan merupakan suatu usaha yang dilakukan
kemampuan untuk paham, tenggang rasa untuk mengedalikan emosi dalam
dan memberikan perhatian kepada orang melakukan aktivitas belajar dengan cara
lain. Empati sangat penting diterapkan melatih diri sendiri tanpa bergantung
dalam kehidupan karena dengan pada orang lain untuk memperoleh
berempati seseorang mampu untuk perubahan tingkah laku yang mempunyai
menghargai dan menghormati orang lain kebebasan dalam membuat keputusan
Aluh Hartati
973 Nunung Astriningsih
Jurnal Realita
Volume 5 Nomor 1 Edisi April 2020
Bimbingan dan Konseling FIPP Universitas Pendidikan Mandalika ISSN (2503 – 1708)

serta mampu bertanggung jawab atas suatu dasar di dalam pengalaman artistik
tindakannya, sebagai hasil dimana empati penting untuk dilatihkan
pengalamannya sendiri dalam interaksi sebagai salah satu keterampilan yang
dengan lingkungannya. Empati adalah harus dimiliki oleh calon konselor
suatu kemampuan seseorang untuk dapat (mahasiswa bimbingan dan konseling).
mengerti perasaan dan emosi orang lain, Menurut Hoffman (2001), empati
dan juga kemampuan membayangkan adalah respon berupa afeksi atau
diri sendiri di tempat orang lain dan perasaan yang dimunculkan oleh
menghayati pengalaman orang lain. seseorang kepada orang lain dan respon
tersebut lebih disesuaikan pada situasi
KAJIAN PUSTAKA orang lain daripada situasi diri sendiri.
Empati Adapun menurut Kohut, 1991 (dalam
Empati perlu ditanamkan dan diterapkan Wilson & Thomas, 2004) empati adalah
terhadap siswa, berempati dapat kemampuan untuk berfikir dan merasa
menjadikan siswa memiliki keinginan diri ke dalam kehidupan batin orang lain.
untuk menolong sesama, memahami Sedangkan menurut Hojat (2007), empati
perasaan orang lain, memahami adalah atribut kognitif yang kadang-
kebutuhan orang lain serta menghormati kadang menampilkan pemahaman dari
orang lain. Pernyataan tersebut diperkuat orang lain, dan sebagai keadaan pikiran
Carl Rogers (dalam Taufik, 2012) emosional yang menampilkan berbagai
mengartikan empati adalah memahami perasaan sebagai sebuah konsep yang
orang lain yang individu seolah-olah melibatkan kognisi dan emosi.
masuk dalam diri orang lain sehingga Menurut Pedersen, Crethar &
bisa merasakan dan mengalami Calson (2008), empati dalam arti luas
sebagaimana yang dirasakan dan dialami adalah mengacu pada respon individu
oleh orang lain, tetapi tanpa kehilangan terhadap orang lain. Adapun menurut
identitas dirinya sendiri. Sedangkan May (2010), empati adalah mengacu
Menurut Kohut (dalam Taufik, 2012) pada keadaan identifikasi kepribadian
empati adalah suatu proses dimana yang lebih mendalam kepada seseorang,
seorang berpikir mengenai kondisi orang sehingga seseorang yang berempati
lain yang seakan-akan dia berada pada sesaat melupakan atau kehilangan
posisi orang lain itu. Dan menurut Sears identitas dirinya. Sedangkan menurut
(dalam Istiana, 2016), empati adalah Hidayah & Ramli (dalam Fauzan 2008),
perasaan simpati dan perhatian terhadap menjelaskan empati sebagai bentuk
orang lain, khususnya untuk berbagi memahami situasi dan kondisi seseorang
pengalaman atau secara tidak langsung sehingga dapat mengerti pikiran dan
merasakan penderitaan orang lain. perasaan yang disampaikan. Berdasarkan
Empati terbentuk oleh pendapat di atas, maka peneliti dapat
pengalaman serta disempurnakan oleh menyimpulkan bahwa empati adalah
pembelajaran sosial yaitu pengalaman suatu kemampuan seseorang untuk dapat
pribadi, kepribadian dan perkembangan mengerti perasaan dan emosi orang lain,
moral. Empati adalah suatu istilah umum dan juga kemampuan membayangkan
yang dapat digunakan untuk pertemuan, diri sendiri di tempat orang lain dan
pengaruh, dan intraksi di antara menghayati pengalaman orang tersebut.
kepribadian-kepribadian. Adapun Empati membuat seseorang
menurut May (2010), empati dan simpati menjadi peka terhadap kebutuhan dan
dapat dimunculkan melalui proses perasaan orang lain, mendorongnya
komunikasi dengan menggunakan menolong orang yang kesusahan atau
bahasa. Empati dalam hal ini merupakan kesakitan, serta menuntutnya
Aluh Hartati
974 Nunung Astriningsih
Jurnal Realita
Volume 5 Nomor 1 Edisi April 2020
Bimbingan dan Konseling FIPP Universitas Pendidikan Mandalika ISSN (2503 – 1708)

memperlakukan orang dengan kasih menerima dan memberi empati. Menurut


sayang. Baron dan Byrne (dalam Asih Siwi (dalam Solekhah 2018) beberapa
2010) menyatakan bahwa dalam empati faktor yang mempengaruhi empati yaitu:
terdapat aspek-aspek, yaitu (a) Kognitif, (1) Pola asuh, Orang tua yang
Individu yang memiliki kemampuan menanamkan nilai empati sejak kecil,
empati dengan melibatkan mental (otak). memberikan contoh kepada anak tentang
(b) Afektif, Individu yang berempati sikap empati akan mempengaruhi
merasakan apa yang orang lain rasakan perilaku empati ketika dewasa. (2)
(sikap dan nilai). Sedangkan Menurut Kepribadian, orang yang mempunyai
Davis (dalam Taufik, 2012) aspek-aspek sikap yang tenang dan sering
yang terkandung dalam empati ada 4 berintrospeksi diri dipastikan akan
yaitu: (1) Pengambilan Perspektif memiliki kepekaan yang tinggi ketika
(Perspective taking), yaitu berbagai dengan orang lain. (3) Usia,
kecenderungan untuk memahami Semakin bertambahnya usia maka
pandangan- pandangan orang lain dalam semakin meninkatkan empati seseorang
kehidupan sehari-hari. (2) Perhatian kerena seseorang yang tua mempunyai
empati (Emphatic concern), yaitu perspektif yang lebih matang. (4) Derajat
kecenderungan terhadap pengalaman- kematangan, Kemampuan seseorang
pengalaman yang berhubungan dengan dapat menilai suatu hal secara
kehangatan seperti rasa iba, peduli dan propsosional akan mempengaruhi sikap
ramah terhadap kemalangan orang lain. empati. (5) Sosialisasi, Sosialasi
(3) Distress Pribadi (Personal distress), merupakan upaya untuk menanamkan
yaitu seseorang merasa tidak nyaman berbagai nilai kepada orang lain sehingga
dengan perasaannya sendiri ketika orang lain mempunyai perilaku yang
melihat ketidaknyamanan pada emosi diharapkan. (6) Jenis kelamin, Empati
orang lain yang diungkapkan melalui perempuan lebih besar dari pada empati
cemas dan sedih. (4) Imajinasi (Fantasy), laki-laki. Sejalan dengan ini, Hoffman
yaitu kecenderungan untuk menempatkan (dalam Nurhidayati, 2012) menjelaskan
diri sendiri ke dalam perasaan dan faktor-faktor yang mempengaruhi
perilaku-perilaku dari karakter-karakter seseorang dalam menerima dan memberi
yang ada di dalam buku-buku cerita atau empati adalah sebagai berikut: (1)
novel, film, game, dan situasi-situasi fiksi Sosialisasi, sosialisasi dapat
lainnya. mempengaruhi empati melalui
Berdasarkan uraian di atas dapat permainan-permainan memberikan
disimpulkan bahwa aspek-aspek empati peluang kepada seseorang untuk
diantarnya Pengambilan Perspektif mengalami sejumlah emosi, membantu
(ranah kognitif), Perhatian empatik untuk lebih berfikir dan memberikan
(ranah afektif), Distress Pribadi (ranah perhatian kepada orang lain, serta lebih
afektif), Imajinasi (ranah kognitif). terbuka terhadap kebutuhan orang lain
Berempati dapat membuat seseorang sehingga akan meningkatkan
menjadi lebih peka dan peduli terhadap kemampuan berempati anak. (2) Mood
orang lain, memahami permasalahan dan feeling, apabila seseorang dalam
orang lain sehingga dapat mencegah situasi perasaan yang baik, maka dalam
konflik dalam hubungan sosial di berinteraksi dan menghadapi orang lain
lingkungannya. Empati sangat diperlukan akan lebih baik serta menerima keadaan
oleh manusia agar dapat bersosialisasi orang lain. (3) Proses Belajar dan
secara baik dengan orang lain. Dalam Identifikasi, dalam proses belajar,
empati terdapat faktor-faktor yang seseorang belajar membetulkan respon-
mempengaruhi seseorang dalam respon khas dari situasi yang khas, yang
Aluh Hartati
975 Nunung Astriningsih
Jurnal Realita
Volume 5 Nomor 1 Edisi April 2020
Bimbingan dan Konseling FIPP Universitas Pendidikan Mandalika ISSN (2503 – 1708)

disesuaikan dengan peraturan yang positif. Kemampuan melihat diri orang


dibuat oleh orang tua atau penguasa lain baik perasaan, pikiran maupun
lainnya. (4) Situasi atau Tempat, pada perilakunya merupakan bagian dari
situasi tertentu seseorang dapat berempati bagaimana kita akan merefleksikan
lebih baik dibandingkan dengan situasi keadaan tersebut dalam diri kita.
yang lain. (5) Komunikasi dan Bahasa, Berbeda dengan pendapat Davis
komunikasi dan bahasa sangat (dalam Howe, 2015) yang
mempengaruhi seseorang dalam mengemukakakan manfaat empati terdiri
mengungkapkan dan menerima empati. dari: (1) Individu-individu yang baik
(6) Pengasuhan, lingkungan yang dalam mengambil perspektif, melihat dan
berempati dari suatu keluarga sangat mengakui perasaan dari sudut pandang
membantu anak dalam menumbuhkan orang lain akan membantu menjauhkan
empati dalam dirinya. Berdasarkan konflik sosial. (2) Empati cendrung
uraian di atas dapat disimpulkan bahwa menghasilkan komunikasi yang lebih
faktor-faktor yang mempengaruhi baik, lebih akurat dan lebih konstruktif.
seseorang dalam menerima dan memberi (3) Empati membuat orang menjadi lebih
empati diantaranya: sosialisasi, mood dan baik, perhatian, dan cendrung bijaksana.
feeling, proses belajar, situasi atau (4) Para empatis yang baik cendrung
tempat, usia, komunikasi dan bahasa mengevaluasi hubungan-hubungan
serta pengasuhanan. Faktor-faktor mereka secara positif.
tersebut saling berkait satu sama lain, Dari manfaat empati diatas dapat
sehingga dalam penerapan empati, disimpulkan bahwa empati memiliki
penting untuk diperhatikan mengenai apa manfaat-manfaat positif yang membuat
saja yang dapat meningkatkan empati kehidupan sesseorang lebih terkontrol
seseorang. dan menjadi lebih baik. Dengan
Ada beberapa manfaat yang dapat berempati seseorang dapat
ditemukan dalam kehidupan pribadi dan menghilangkan sikap-sikap buruknya
sosial manakala mempunyai kemampuan seperti egois dan sombong. Berempati
berempati. Safaria (2005) menyebutkan membuat seseorang menjadi lebih peka
empati memiliki beberapa manfaat dan peduli terhadap lingkungan sosialnya
diantaranya yaitu: (1) Menghilangkan sehingga sikap-sikap buruk yang dimiliki
sikap egois, Ketika kita dapat merasakan dapat hilang dengan sendirinya.
apa yang sedang dialami orang lain, Kemandirian dalam Belajar
maka kita tidak akan berbicara dan Erikson (dalam Desmita, 2014)
berperilaku hanya untuk kepentingan diri ”Menyatakan kemandirian adalah usaha
kita tetapi kita akan berusaha berbicara, untuk melepaskan diri dari orang tua
berpikir dan berperilaku yang dapat dengan maksud untuk menemukan
diterima juga oleh orang lain serta akan dirinya melalui proses mencari identitas
mudah memberikan pertolongan kepada ego, yaitu merupakan perkembangan
orang lain. (2) Menghilangkan kearah individualitas yang mantap dan
kesombongan, salah satu cara berdiri sendiri”. Kemandirian biasanya
mengembangkan empati adalah ditandai dengan kemampuan menentukan
membayangkan apa yang terjadi pada nasib sendiri, kreatif dan inisiatif,
diri orang lain akan terjadi pula pada diri mengatur tingkah laku, bertanggung
kita. (3) Mengembangkan kemampuan jawab, mampu menahan diri, membuat
evaluasi dan kontrol diri, pada dasarnya keputusan-keputusan sendiri serta
empati adalah salah satu usaha kita untuk mampu mengatasi masalah tanpa ada
melakukan evaluasi diri sekaligus pengaruh dari orang lain. Sedangkan
mengembangkan kontrol diri yang menurut Fatimah (2010) ”Kemandirian
Aluh Hartati
976 Nunung Astriningsih
Jurnal Realita
Volume 5 Nomor 1 Edisi April 2020
Bimbingan dan Konseling FIPP Universitas Pendidikan Mandalika ISSN (2503 – 1708)

merupakan suatu sikap individu yang mengatur ekonomi dan tidak


diperoleh secara kumulatif selama tergantungnya kebutuhan ekonomi pada
perkembangan, dan individu akan terus orang tua, (3) Intelektual yaitu aspek ini
belajar untuk bersikap mandiri dalam ditunjukkan dengan kemampuan untuk
menghadapi berbagai situasi di mengatasi berbagai masalah yang
lingkungan, sehingga individu pada dihadapi, (4) sosial yaitu aspek ini
akhirnya mampu berpikir dan bertindak ditunjukkan dengan kemampuan untuk
sendiri”. Dengan kemandiriannya, mengadakan interaksi dengan orang lain
seseorang dapat memilih jalan hidupnya dan tidak tergantung atau menunggu aksi
untuk berkembang dengan lebih mantap. dari orang lain.
Slameto (dalam Komsiyah, 2012) Sedangkan menurut Steiberg
”Pengertian belajar dapat didefinisikan (dalam Desmita, 2014) aspek-aspek
sebagai suatu proses usaha yang kemandirian ada tiga, yaitu: (1)
dilakukan seseorang untuk memperolah Kemandirian emosional, yakni aspek
perubahan tingkah laku yang baru secara kemandirian yang menyatakan perubahan
keseluruhan, sebagai hasil pendekatan hubungan emosional antar
pengalamannya sendiri dalam interaksi individu, seperti hubungan emosional
dengan lingkungannya”. Sedangkan peserta didik dengan guru atau dengan
menurut Thorndike (dalam Asri, 2012) orang tuanya, (2) Kemandirian tingkah
belajar adalah proses interaksi antara laku, yakni suatu kemampuan untuk
stimulus dan respon. Stimulus yaitu apa membuat keputusan-keputusan tanpa
saja yang dapat merangsang terjadinya tergantung pada orang lain dan
kegiatan belajar seperti pikiran, perasaan. melakukanya secara bertanggung jawab,
Sedangkan respon yaitu reaksi yang (3) Kemandirian nilai, yakni kemampuan
dimunculkan peserta didik ketika belajar, memaknai seperangkat prinsip tentang
yang juga dapat berupa pikiran, perasaan benar salah, tentang apa yang penting
atau tindakan. Berdasarkan beberapa dan apa yang tidak penting. Berdasarkan
pengertian di atas dapat disimpulkan pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa
bahwa kemandirian belajar merupakan aspek-aspek kemandirian ada enam,
suatu usaha yang dilakukan untuk yakni: (1) emosi, (2) ekonomi, (3)
mengedalikan emosi dalam melakukan intelektual, (4) sosial, (5) tingkah laku,
aktivitas belajar dengan cara melatih diri (6) nilai.
sendiri tanpa bergantung pada orang lain Menurut Sutari (dalam Fatimah,
untuk memperoleh perubahan tingkah 2010) kemandirian meliputi: Perilaku
laku yang mempunyai kebebasan dalam mampu berinisiatif, mampu mengatasi
membuat keputusan serta mampu hambatan/masalah, mempunyai rasa
bertanggung jawab atas tindakannya, percaya diri, dan dapat melakukan
sebagai hasil pengalamannya sendiri sesuatu sendiri tanpa bantuan orang lain.
dalam interaksi dengan lingkungannya. Menurut Ali dan Asrori (2014) ciri-ciri
Robert (dalam Fatimah, 2010) kemandirian belajar adalah sebagai
menambahkan ada empat aspek-aspek berikut: (1) Melindungi diri, (a) peduli
kemandirian yaitu: 1) Emosi, 2) terhadap kontrol, (b) mengikuti aturan
Ekonomi, 3) Intelektual, 4) Sosial, secara oportunistik, (2) Konformistik, (a)
adapun penjelasannya sebagai berikut: peduli akan konformitas terhadap aturan
(1) Emosi yaitu aspek ini ditunjukkan eksternal, b) takut tidak diterima
dengan kemampuan mengontrol emosi kelompok, (3) Sadar diri, (a) mampu
dan tidak tergantungnya kebutuhan emosi berfikir alternatif, (b) melihat harapan
dari orang tua, (2) Ekonomi yaitu aspek dan berbagaikemungkinan dalam situasi,
ini ditunjukkan dengan kemampuan (4) Saksama, (a) bertindak atas dasar
Aluh Hartati
977 Nunung Astriningsih
Jurnal Realita
Volume 5 Nomor 1 Edisi April 2020
Bimbingan dan Konseling FIPP Universitas Pendidikan Mandalika ISSN (2503 – 1708)

nilai-nilai internal, (b) sadar akan mengeksplorasi lingkungan, (4)


tanggung jawab, (5) Individualistis, (a) Penerimaan positif tanpa syarat, dapat
menjadi lebih toleran terhadap diri- diwujudkan dalan bentuk: (a) menerima
sendiri dan orang lain, (b) mampu apa pun kelebihan maupun kekurangan
bersikap toleran terhadap pertentangan yang ada pada diri remaja, (b) tidak
dalam kehidupan, (6) Kemandirian, (a) membeda-bedakan remaja satu dengan
memiliki pandangan hidup sebagai suatu yang lain, (5) Empati terhadap remaja,
keseluruhan, (b) mampu dapat diwujudkan dalam bentuk: (a)
mengintegrasikan nilai-nilai yang memahami dan menghayati pikiran dan
bertentangan, (c) ada keberanian untuk perasaan remaja, (6) Penciptaan
menyelesaikan konflik internal. kehangatan hubungan dengan remaja,
Kemandirian, seperti halnya dapat diwujudkan dalam bentuk: (a)
psikologis lain, dapat berkembang interaksi secara akrab tetapi tetap saling
dengan baik jika diberikan kesempatan menghargai, (b) membangun suasana
untuk berkembang melalui latihan yang humor dan komunikasi ringan dengan
dilakukan secara terus menerus dan remaja.
dilakukan sejak dini. Latihan tersebut Anak akan mandiri jika dimulai
dapat berupa permberian tugas-tugas dari keluarganya dan hal ini
tanpa bantuan,dan tentu saja tugas-tugas menyebabkan tingkat kemandirian
tersebut disesuaikan dengan usia dan seseorang berbeda satu sama lain, hal ini
kemampuan anak (Fatimah, 2010). disebabkan oleh faktor yang
Menurut Ali dan Asrori (2011) mempengaruhi kemandirian tersebut. Ali
dengan asumsi bahwa kemandirian dan Asrori (2011) menyatakan bahwa
sebagai aspek psikologis berkembang faktor-faktor yang memepengaruhi
tidak dalam kevakuman atau diturunkan kemandirian adalah: keturunan orang tua,
oleh orang tuanya, maka intervensi pola asuh orang tua, sistem pendidikan
positif melalui ikhtiar pengembangan disekolah, sistem kehidupan di
atau pendidikan sangat diperlukan bagi masyarakat. Adapun peran orang tua
kelancaran perkembangan kemandirian terhadap pembentukan kemandirian
remaja, adapun intervensi dapat remaja yaitu (dalam Fatimah, 2010) (1)
dilakukan sebagai ikhtiar pengembangan Komunikasi, berkomunikasi dengan anak
kemandirian remaja, antara lain sebagai merupakan suatu cara yang paling efektif
berikut: (1) Penciptaan partisipasi dan untuk menghindari hal-hal yang tidak
keterlibatan remaja dalam keluarga, diinginkan, (2) Kesempatan, orangtua
dapat diwujudkan dalam bentuk: (a) sebaiknya memberikan kesempatan
saling menghargai antara anggota kepada anak untuk membuktikan atau
keluarga, (b) keterlibatan dalam melaksanakan keputusan yang telah
memecahkan masalah remaja atau diambilnya, (3) Tanggung jawab,
keluarga, (2) Penciptaan keterbukaan, bertanggung jawab terhadap segala
dapat diwujudkan dalam bentuk: (a) tindakan yang diperbuat upakan kunci
toleransi terhadap perbedaan pendapat, menuju kemandirian, (4) Konsistensi,
(b) memberikan alasan terhadap konsoistensi orang tua dalam
keputusan yang diambil bagi remaja, (c) menerapkan disiplin dan menanamkan
keterbukaan terhadap minat remaja, (3) nilai-nilai sejak masa kanak-kanak dalam
Penciptaan kebebasan untuk keluarga akan menjadi panutan bagi
mengeksplorasi lingkungan, dapat remaja untuk mengembangkan
diwujudkan dalam bentuk: (a) kemandirian dan berfikir secara dewasa.
mendorong ingin tahu remaja, (b) adanya Hubungan Kemandirian Belajar
jaminan rasa aman dan kebebasan untuk dengan Empati Siswa
Aluh Hartati
978 Nunung Astriningsih
Jurnal Realita
Volume 5 Nomor 1 Edisi April 2020
Bimbingan dan Konseling FIPP Universitas Pendidikan Mandalika ISSN (2503 – 1708)

Kemandirian adalah usaha untuk moral. Empati membuat seseorang


melepaskan diri dari orang tua dengan menjadi peka terhadap kebutuhan dan
maksud untuk menemukan dirinya perasaan orang lain, mendorongnya
melalui proses mencari identitas ego, menolong orang yang kesusahan atau
yaitu merupakan perkembangan kearah kesakitan, serta menuntutnya
individualitas yang mantap dan berdiri memperlakukan orang dengan kasih
sendiri”. Kemandirian biasanya ditandai sayang. Berempati dapat membuat
dengan kemampuan menentukan nasib seseorang menjadi lebih peka dan peduli
sendiri, kreatif dan inisiatif, mengatur terhadap orang lain, memahami
tingkah laku, bertanggung jawab, mampu permasalahan orang lain sehingga dapat
menahan diri, membuat keputusan- mencegah konflik dalam hubungan sosial
keputusan sendiri serta mampu mengatasi di lingkungannya
masalah tanpa ada pengaruh dari orang Faktor-faktor yang
lain. Sedangkan menurut Fatimah (2010) mempengaruhi seseorang dalam
”Kemandirian merupakan suatu sikap menerima dan memberi empati
individu yang diperoleh secara kumulatif diantaranya: sosialisasi, mood dan
selama perkembangan, dan individu akan feeling, proses belajar, situasi atau
terus belajar untuk bersikap mandiri tempat, usia, komunikasi dan bahasa
dalam menghadapi berbagai situasi di serta pengasuhanan. Faktor-faktor
lingkungan, sehingga individu pada tersebut saling berkait satu sama lain,
akhirnya mampu berpikir dan bertindak sehingga dalam penerapan empati,
sendiri”. penting untuk diperhatikan mengenai apa
Aspek-aspek kemandirian yaitu: saja yang dapat meningkatkan empati
(1) Emosi yaitu aspek ini ditunjukkan seseorang. Empati memiliki manfaat-
dengan kemampuan mengontrol emosi manfaat positif yang membuat kehidupan
dan tidak tergantungnya kebutuhan emosi sesseorang lebih terkontrol dan menjadi
dari orang tua, (2) Ekonomi yaitu aspek lebih baik, dengan berempati seseorang
ini ditunjukkan dengan kemampuan dapat menghilangkan sikap-sikap
mengatur ekonomi dan tidak buruknya seperti egois dan sombong,
tergantungnya kebutuhan ekonomi pada berempati membuat seseorang menjadi
orang tua, (3) Intelektual yaitu aspek ini lebih peka dan peduli terhadap
ditunjukkan dengan kemampuan untuk lingkungan sosialnya sehingga sikap-
mengatasi berbagai masalah yang sikap buruk yang dimiliki dapat hilang
dihadapi, (4) sosial yaitu aspek ini dengan sendirinya.
ditunjukkan dengan kemampuan untuk
mengadakan interaksi dengan orang lain
METODE PENELITIAN
dan tidak tergantung atau menunggu aksi
Rancangan pada dasarnya merupakan
dari orang lain. Proses perkembangan
keseluruhan proses pemikiran dan
kemandirian dalam belajar adalah
penentuan matang tentang hal-hal yang
memberikan kesempatan untuk dapat
dilakukan serta dapat pula dasar
berkembang melalui latihan yang
penilaian oleh peneliti itu sendiri maupun
dilakukan sejak dini yang menciptakan
orang lain terhadap penelitian dan
keterlibatan dalam memecahkan masalah
bertujuan memberikan pertanggung
remaja, keterbukaan terhadap minat yang
jawaban terhadap semua langkah-
dimiliki dan dapat menghargai orang lain
langkah yang diambil (Margono, 2010).
Empati terbentuk oleh
Sedangkan Suharsimi menjelaskan
pengalaman serta disempurnakan oleh
rancangan pada dasarnya merupakan
pembelajaran sosial yaitu pengalaman
gambaran mengenai keseluruhan
pribadi, kepribadian dan perkembangan
aktivitas peneliti selama kerja penelitian
Aluh Hartati
979 Nunung Astriningsih
Jurnal Realita
Volume 5 Nomor 1 Edisi April 2020
Bimbingan dan Konseling FIPP Universitas Pendidikan Mandalika ISSN (2503 – 1708)

mulai dan persiapan sampai dengan Kaitannya dengan penelitian ini yang
pelaksanaan penelitian” (Suharsimi, menjadi populasi adalah seluruh siswa
2006). Kelas VIII SMP Negeri 24 Mataram
Dari uraian tersebut, maka yang Kota Mataram Tahun Pelajaran
dimaksud dengan rancangan penelitian 2019/2020 yang berjumlah 120 orang
adalah rencana secara keseluruhan proses siswa,
pemikiran dan penentuan tentang hal-hal Berdasarkan hasil observasi
yang akan dikumpulkan dan dianalisis peneliti di sekolah, maka populasi
agar dapat dilaksanakan secara penelitian ini adalah seluruh siswa SMP
ekonomis. Pada penelitian ini terdapat Negeri 24 Mataram Tahun Pelajaran
dua variabel yakni variabel X disebut 2019/2020 sebanyak 120 siswa,
variabel bebas (independen) adalah Sikap kaitannya dengan penelitian ini yang
Kemandirian Belajar dengan aspek-aspek menjadi sampel adalah siswa Kelas VIII
sebagai berikut: (1) emosi, (2) ekonomi, di SMP Negeri 24 Mataram Kota
(3) intelektual, (4) sosial, (5) tingkah Mataram Tahun Pelajaran 2019/2020
laku, (6) nilai, dan variabel Y disebut yang berjumlah 29 orang siswa,
variabel terikat (dependen) adalah Instrumen penelitian suatu alat
Empati dengan aspek-aspek empati yang digunakan mengukur fenomena
diantarnya (1) Pengambilan Perspektif, alam maupun sosial yang diamati, dalam
(2) Perhatian empatik, (3) Distress upaya memperoleh data yang dibutuhkan
Pribadi, (4) Imajinasi. Sehubungan dalam kegiatan penelitian, maka
dengan penelitian ini maka secara diperlukan alat untuk mengumpulkan
konseptual rancangan penelitian data (Sugiyono, 2010). Alat untuk
digambarkan pada gambar 01 tentang mengumpulkan data dalam penelitian ini
rancangan penelitian Hubungan antara disebut instrumen penelitian. Untuk
Sikap Kemandirian Belajar dengan keperluan analisis kuantitatif, setiap item
Empati Pada Siswa Kelas Viii di SMP angket disediakan empat alternatif
Negeri 24 Mataram Kota Mataram Tahun jawaban yang sesuai dengan keadaan
Pelajaran 2019/2020. responden atau subyek. Angket ini tediri
Populasi diartikan sebagai atas empat alternatif jawaban yaitu: a, b,
wilayah generalisasi yang terdiri atas, c dan d dengan pemberian skor adalah
obyek/subyek yang mempunyai kualitas sebagai berikut: untuk pilihan (a) Selalu,
dan karakteristik tertentu yang ditetapkan yaitu akan diberi skor 4 (empat), (b)
oleh peneliti untuk dipelajari dan Sering diberi skor 3 (tiga) (c) Kadang-
kemudian ditarik kesimpulannya kadang, yaitu diberi skor 2 (dua), dan (d)
(Sugiyono, 2014). Hadari Nawari (dalam Tidak pernah, yaitu akan diberi skor 1
Suryabrata, 2010) populasi adalah (satu) (Sugiyono, 2014). Dalam angket
keseluruhan objek penelitian yang terdiri ini bertujuan untuk melihat tingkat tinggi,
dari manusia, benda-benda, hewan, sedang, dan rendah terhadap variabel
tumbuh-tumbuhan, gejala-gejala, nilai tes dalam penelitian ini. Variabel yang
atau peristiwa-peristiwa sebagai sumber diukur dalam penelitian ini adalah dua
data yang memiliki karakteristik tertentu variabel yakni variabel variabel bebas
di dalam suatu penelitian. adalah Sikap Kemandirian Belajar dan
Berdasarkan pendapat para ahli di variabel terikat (dependen) adalah
atas maka dapat disimpulkan bahwa Empati Siswa.
populasi adalah keseluruhan subyek yang Pengumpulan data merupakan
akan diteliti yang memiliki ciri atau suatu proses yang panjang dan bagian
karakteristik bersama yang paling penting dalam suatu penelitian
membedakannya dengan subyek lain. untuk memperoleh data yang diperlukan
Aluh Hartati
980 Nunung Astriningsih
Jurnal Realita
Volume 5 Nomor 1 Edisi April 2020
Bimbingan dan Konseling FIPP Universitas Pendidikan Mandalika ISSN (2503 – 1708)

dalam penelitian ini, maka penulis Empati Pada Siswa Kelas VIII di SMP
menggunakan beberapa metode, adapun Negeri 24 Mataram Kota Mataram Tahun
metode yang digunakan dalam penelitian Pelajaran 2019/2020, perlu dirumuskan
ini adalah angket sebagai metode pokok, terlebih dahulu menjadi hipotesis nihil
wawancara, dokumentasi dan metode (Ho) yang berbunyi: tidak ada Hubungan
observasi sebagai metode pelengkap. antara Sikap Kemandirian Belajar dengan
Data yang diperoleh selanjutnya Empati Pada Siswa Kelas VIII di SMP
diolah dan dianalisa. Analisis data yang Negeri 24 Mataram Kota Mataram Tahun
digunakan dalam penelitian ini Pelajaran 2019/2020.
menggunakan teknik statistik karena data Dari hasil perhitungan rxy yang
yang diperoleh berupa angka-angka. diperoleh dalam penelitian ini adalah
Dalam penelitian ini data yang akan 0,455 sedangkan nilai rxy dalam tabel
diperoleh adalah data tentang pola asuh dengan taraf signifikan 5% dan N = 29
orang tua siswa dengan jumlah sampel 29 adalah 0,367 atau (0,455 > 0,367).
siswa dan jumlah pernyataan 30 butir, Kenyataan ini menunjukkan bahwa nilai
dan data tentang penyesuain diri siswa rxy yang diperoleh dalam penelitian ini
dengan jumlah sampel 29 siswa dan lebih besar dari pada nilai rxy dalam
jumlah pernyataan 30 butir item, dengan tabel. Maka dapat dikemukakan bahwa
langkah-langkah pelaksanaan metode hipotesis nol (Ho) ditolak dan hipotesis
analisis statistik sebagai cara untuk alternatif (Ha) diterima. Jadi kesimpulan
mengolah data untuk memperoleh hasil analisis dalam penelitian ini adalah
yang di harapkan. Sesuai dengan gejala sebagai berikut: Ada Hubungan antara
yang akan diteliti yaitu Hubungan antara Sikap Kemandirian Belajar dengan
Sikap Kemandirian Belajar dengan Empati Pada Siswa Kelas VIII di SMP
Empati Pada Siswa Kelas VIII di SMP Negeri 24 Mataram Kota Mataram Tahun
Negeri 24 Mataram Kota Mataram Tahun Pelajaran 2019/2020, dari hasil
Pelajaran 2019/2020, maka analisis penghitungan data nilai rxy bahwa dalam
statistik yang digunakan adalah analisis penelitian ini dapat disimpulkan
statistik dengan rumus Korelasi Product Signifikan.
Moment Dari hasil analisis di atas yang
digunakan yaitu metode statistik dengan
HASIL PENELITIAN DAN menggunakan rumus analisis statistik
PEMBAHASAN produk moment menunjukkan bahwa
Angket yang telah terkumpul diberikan nilai r hitung hasil penelitian ini lebih
penilaian dan skor sesuai ketentuan besar dari nilai r tabel yakni 0.455 >
dalam bab sebelumnya. Adapun data 0,367, maka hipotesis nihil (Ho) ditolak
yang dikumpulkan dari hasil angket sedangkan alternatif (Ha) diterima pada
siswa sebagai mana pada tabulasi data taraf signifikansi 5%. Artinya bahwa Ada
penilaian skor angket sesuai dengan Hubungan antara Sikap Kemandirian
tabel, hasil rekapitulasi sekor angket Belajar dengan Empati Pada Siswa Kelas
kemandirian belajar sebesar 2902 dan VIII di SMP Negeri 24 Mataram Kota
empati sebesar 2989 pada siswa kelas Mataram Tahun Pelajaran 2019/2020,
VIII di SMP Negeri 24 Mataram Kota maka dalam penelitian ini dapat
Mataram Tahun Pelajaran 2019/2020 disimpulkan Signifikan”.
Sehubungan dengan analisis data Menurut Hoffman (2001), empati
yang menggunakan analisis statistik, adalah respon berupa afeksi atau
maka hipotesis alternatif (Ha) yang perasaan yang dimunculkan oleh
diajukan berbunyi: Ada Hubungan antara seseorang kepada orang lain dan respon
Sikap Kemandirian Belajar dengan tersebut lebih disesuaikan pada situasi
Aluh Hartati
981 Nunung Astriningsih
Jurnal Realita
Volume 5 Nomor 1 Edisi April 2020
Bimbingan dan Konseling FIPP Universitas Pendidikan Mandalika ISSN (2503 – 1708)

orang lain daripada situasi diri sendiri. kehidupan sesseorang lebih terkontrol
Adapun menurut Kohut, 1991 (dalam dan menjadi lebih baik, dengan
Wilson & Thomas, 2004) empati adalah berempati seseorang dapat
kemampuan untuk berfikir dan merasa menghilangkan sikap-sikap buruknya
diri ke dalam kehidupan batin orang lain. seperti egois dan sombong, berempati
Empati adalah suatu kemampuan membuat seseorang menjadi lebih peka
seseorang untuk dapat mengerti perasaan dan peduli terhadap lingkungan sosialnya
dan emosi orang lain, dan juga sehingga sikap-sikap buruk yang dimiliki
kemampuan membayangkan diri sendiri dapat hilang dengan sendirinya.
di tempat orang lain dan menghayati Kemandirian belajar merupakan
pengalaman orang. suatu usaha yang dilakukan untuk
Aspek empati yang pertama mengedalikan emosi dalam melakukan
adalah Pengambilan Perspektif (ranah aktivitas belajar dengan cara melatih diri
kognitif) terbagi menjadi dua indikator sendiri tanpa bergantung pada orang lain
yaitu kemampuan menerima perspektif untuk memperoleh perubahan tingkah
orang lain, dan pemahaman terhadap laku yang mempunyai kebebasan dalam
perasaan orang lain dengan cara yang membuat keputusan serta mampu
tepat dan tertuang dalam 9 item bertanggung jawab atas tindakannya,
pertanyaan dalam angket. Aspek kedua sebagai hasil pengalamannya sendiri
yaitu Perhatian empatik (ranah afektif) dalam interaksi dengan lingkungannya.
yang tersebar kedalam tiga indikator Menurut Ali dan Asrori (2014) ciri-ciri
diantaranya mampu mengidentifikasi kemandirian belajar adalah sebagai
perasaan-perasaan orang lain, peka berikut: (1) Melindungi diri, (a) peduli
terhadap hadirnya emosi dalam diri orang terhadap kontrol, (b) mengikuti aturan
lain dalam pesan non verbal yang secara oportunistik, (2) Konformistik, (a)
ditammpakkannya, dan Membangkitkan peduli akan konformitas terhadap aturan
reaksi spontan terhadap kondisi orang eksternal, b) takut tidak diterima
lain, yang tertuang kedalam 23 item kelompok, (3) Sadar diri, (a) mampu
pertayaan pada angket. Aspek yang berfikir alternatif, (b) melihat harapan
ketiga yaitu Distress Pribadi (ranah dan berbagaikemungkinan dalam situasi,
afektif) yang tertuang kedalam satu (4) Saksama, (a) bertindak atas dasar
indikator yaitu memberikan pemahaman nilai-nilai internal, (b) sadar akan
yang lebih baik terhadap perasaan orang tanggung jawab, (5) Individualistis, (a)
lain, yang tertuang kedalam 4 item menjadi lebih toleran terhadap diri-
pertanyaan didalam angket. Aspek yang sendiri dan orang lain, (b) mampu
keempat adalah Imajinasi (ranah bersikap toleran terhadap pertentangan
kognitif) yang tertuang kedalam satu dalam kehidupan, (6) Kemandirian, (a)
indikator yaitu individu bereaksi terhadap memiliki pandangan hidup sebagai suatu
syarat-syarat orang lain dengan sensasi keseluruhan, (b) mampu
fisiknya sendiri, semua indikator tersebut mengintegrasikan nilai-nilai yang
tertuang kedalam 3 pertanyaan angket bertentangan, (c) ada keberanian untuk
yang dikembangkan oleh peneliti. menyelesaikan konflik internal.
Berempati dapat membuat Aspek-aspek kemandirian yaitu:
seseorang menjadi lebih peka dan peduli (1) Emosi yaitu aspek ini ditunjukkan
terhadap orang lain, memahami dengan kemampuan mengontrol emosi
permasalahan orang lain sehingga dapat dan tidak tergantungnya kebutuhan emosi
mencegah konflik dalam hubungan sosial dari orang tua, (2) Ekonomi yaitu aspek
di lingkungannya, empati memiliki ini ditunjukkan dengan kemampuan
manfaat-manfaat positif yang membuat mengatur ekonomi dan tidak
Aluh Hartati
982 Nunung Astriningsih
Jurnal Realita
Volume 5 Nomor 1 Edisi April 2020
Bimbingan dan Konseling FIPP Universitas Pendidikan Mandalika ISSN (2503 – 1708)

tergantungnya kebutuhan ekonomi pada Mataram Tahun Pelajaran 2019/2020,


orang tua, (3) Intelektual yaitu aspek ini maka dalam penelitian ini dapat
ditunjukkan dengan kemampuan untuk disimpulkan Signifikan”.
mengatasi berbagai masalah yang Saran
dihadapi, (4) sosial yaitu aspek ini a. Bagi Kepala Sekolah selaku
ditunjukkan dengan kemampuan untuk penanggung jawab dan para guru SMP
mengadakan interaksi dengan orang lain Negeri 24 Mataram Kota Mataram,
dan tidak tergantung atau menunggu aksi dapat memberikan suporting dalam
dari orang lain. Proses perkembangan kemandirian belajar siswa dan sikap
kemandirian dalam belajar adalah empati Siswa di sekolah maupun di
memberikan kesempatan untuk dapat luar sekolah.
berkembang melalui latihan yang b. Bagi guru BK dan Guru Mata
dilakukan sejak dini yang menciptakan pelajaran diharapkan hasil penelitian
keterlibatan dalam memecahkan masalah ini sebagai bahan masukan untuk
remaja, keterbukaan terhadap minat yang dapat melaksanakan program
dimiliki dan dapat menghargai orang bimbingan belajar dalam
lain. pengembangan kemandirian belajar
Ciri siswa yang mandiri adalah dan sikap empati secara seimbang.
mampu berinisiatif, mampu mengatasi c. Bagi Siswa, diharapkan hasil
masalah tanpa bantuan orang lain, penelitian ini dapat membantu siswa
mempunyai rasa percaya diri, melindungi supaya bisa menyeimbangkan antara
diri, konformistik, sadar diri, saksama, kemandirian dalam belajar dan sikap
individualistis, kemandirian dan dapat empati dengan teman sebaya,
memenuhi kebutuhan-kebutuhannya lingkungan sekolah dan lingkungan
sendiri, manfaat empati memiliki sekitar tempat tinggal serta dapat
manfaat-manfaat positif yang membuat meningkatkan cara belajar yang lebih
kehidupan sesseorang lebih terkontrol positif terhadap diri sendiri, guru,
dan menjadi lebih baik, dengan teman, sahabat, lingkungan sekolah
berempati seseorang dapat serta lingkungan luar sekolah.
menghilangkan sikap-sikap buruknya d. Kepada peneliti lain, diharapkan agar
seperti egois dan sombong, berempati mengadakan penelitian yang lebih
membuat seseorang menjadi lebih peka mendalam dan lebih luas. Khususnya
dan peduli terhadap lingkungan sosialnya mengenai hai-hal yang belum
sehingga sikap-sikap buruk yang dimiliki terungkap dalam penelitian ini.
dapat hilang dengan sendirinya.
DAFTAR PUSTAKA
KESIMPULAN DAN SARAN Ali & Asrori. 2010. Psikologi Remaja
Dari hasil analisis di atas yang digunakan (Perkembangan Peserta
yaitu metode statistik dengan Didik). Jakarta: PT. Bumi
menggunakan rumus analisis statistik Aksara
produk moment menunjukkan bahwa Bachtiar, A. 2014. Dahsatnya Berpikir
nilai r hitung hasil penelitian ini lebih dan Berkepribadian positif.
besar dari nilai r tabel yakni 0.455 > Yogyakarta. Araska
0,367, maka hipotesis nihil (Ho) ditolak Baron, R. A. & Byrne. 2003. Psikologi
sedangkan alternatif (Ha) diterima pada Sosial. Jilid I Edisi Kesepuluh.
taraf signifikansi 5%. Artinya bahwa Ada Penerjemah: Ratna Djuwita,
Hubungan antara Sikap Kemandirian dkk. Jakarta: Erlangga.
Belajar dengan Empati Pada Siswa Kelas Bastaman, H.D. 1996. Meraih Hidup
VIII di SMP Negeri 24 Mataram Kota Bermakna Kisah Pribadi
Aluh Hartati
983 Nunung Astriningsih
Jurnal Realita
Volume 5 Nomor 1 Edisi April 2020
Bimbingan dan Konseling FIPP Universitas Pendidikan Mandalika ISSN (2503 – 1708)

dengan Pengalaman Tragis. SMP untuk Konselor Sekolah.


Jakarta. Paramadina. LPP Mandala. Mataram
Bernard, M. F. 1991. Taking The Stress Hill, N. & Ritt, M.J. 2004. Keys to
Out of Teaching. Melborne Positive Thinking. Jakarta:
Australia: Collins Dove. Bhuana Ilmu Populer
Caprara, G.V., & Steca, P. 2006. The Kivimaki., dkk. 2005. Optimism and
contribusi of self-regulatory Pessimism as Predictors of
efficacy beliefs in managing Change in Health After Death
affect and family relationships or Onset of Severe Illness in
to positive thinking and Family. Journal of Health
hedonic balance. Journal of Psychology, Vol. 24, No. 4,
Clinical and Social 413-421
Psychology, 25, 603-627. Limbert, C. 2004. Psychological
Davison, G.C., Neale, J.M., Kring, A.M., wellbieng and satisfaction
2006. Psikologi Abnormal: amongst military personel on
(Terjemahan: Noermalasari unaccompanied tours: the
Fajar). Jakarta: Raja Grafindo impact of perceived social
Persada. support and coping strategies.
Dayakisni, T. & Hudania.2003. Psikologi Journal of Military
Sosial Jilid I. Malang: UMM Psychology, 16(1), 37-51.
Press. Margono, S. 2010. Metodologi Penelitian
Desmita. 2014. Psikologi Perkembangan Pendidikan. Jakarta : PT
Peserta Didik. Bandung: PT Rineka Cipta.
Remaja Rosdakarya Santrock, J. W. 1998. Adolesence.
Elfiky Ibrahim. 2008. Terapi berpikir Seventh Edition. New York:
positif. Jakarta. Zama. Mc Graw Hill.
Fatimah, Enung. 2010. Psikologi Santrock, J.W. 2003. Life Span
Perkembangan Peserta Didik. Development Perkembangan
Bandung: CV Pustaka Setia Masa Hidup. edisi kelima.
Goble, F. G. 2004. Ma hab Ketiga Jakarta: Erlangga.
Psikologi Humanistik Seligmen. 1991. Learned Optimism. New
Abraham Maslow. Jakarta: York: Alfred AKnof Publiser.
Kanisius. Sobur, A. 2013. Psikologi umum.
Gunarsa, S. D dan Yulia, G. S. D. 2010. Bandung: CV Pustaka Setia
Psikologi Perkembangan Anak Stallard, P. 2005. A clinician’s guide to
Dan Remaja. PT. BPK think good-feel good: using cbt
Gunung Mulia. Jakarta with children and young
Gunarsa, Singgih D. (2004). Bunga people. West sussex: John
Rampai Psikologi Wiley & Sons.
Perkembangan Dari Anak Sugiyono. 2010. Metode Penelitian
Sampai Usia Lanjut. Jakarta: Pendidikan (Pendekatan
BPK Gunung Mulia. Kuantitatif, Kualitatif, dan
Gunarsa, Y. Singgih D. dan Singgih D, R&D). Bandung: Alfabeta.
Gunarsa.(2004). Psikologi Sugiyono. 2014. Metode Penelitian
Perkembangan Anak dan Pendidikan (Pendekatan
Remaja.Jakarta: BPK Gunung Kuantitatif, Kualitatif, dan
Mulia. R&D). Bandung: Alfabeta.
Hariadi. A dan Aluh H. 2016. Panduan Suharsimi, A. 2006. Prosedur Penelitian
Pelatihan Self Advocacy Siswa Suatu Pendekatan Praktek.
Aluh Hartati
984 Nunung Astriningsih
Jurnal Realita
Volume 5 Nomor 1 Edisi April 2020
Bimbingan dan Konseling FIPP Universitas Pendidikan Mandalika ISSN (2503 – 1708)

(Edisi Revisi VI). Jakarta: Suryabrata, S. 2010. Metodologi


Rineka Cipta Penelitian. Jakarta: CV.
Rajawali.

Aluh Hartati
985 Nunung Astriningsih
Jurnal Realita
Volume 5 Nomor 1 Edisi April 2020
Bimbingan dan Konseling FIPP Universitas Pendidikan Mandalika ISSN (2503 – 1708)

UNIVERSITAS PENDIDIKAN MANDALIKA


FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN DAN PSIKOLOGI
PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING
Jurnal Realita
Gedung Dwitiya Lt.3. Jln Pemuda 59A Mataram-NTB 83125 Tlp (0370) 638991
e-mail: bk_fip@ikipmataram.ac.id; web: ojs.ikipmataram.ac.id; fip.ikipmataram.ac.id.

PEDOMAN PENULISAN

1. Naskah merupakan hasil penelitian atau kajian kepustakaan di bidang pendidikan,


pengajaran dan pembelajaran,
2. Naskah merupakan tulisan asli penulis dan belum pernah dipublikasikan
sebelumnya dalam jurnal ilmiah lain,
3. Naskah dapat ditulis dalam Bahasa Indonesia atau Bahasa Inggris.
4. Penulisan naskah mengikuti ketentuan sebagai berikut:
Program MS Word Margin kiri 3.17 cm
Font Times New Roman Margin kanan 3.17 cm
Size 12 Margin atas 2.54 cm
Spasi 1.0 Margin bawah 2.54 cm
Ukuran kertas A4 Maksimum 20 halaman
5. Naskah ditulis dengan sistematika sebagai berikut: Judul (huruf biasa dan
dicetak tebal), nama-nama penulis (tanpa gelar akademis), instansi penulis
(program studi, jurusan, universitas), email dan nomor telpon penulis, abstrak,
kata kunci, pendahuluan (tanpa sub-judul), metode penelitian (tanpa sub-judul),
hasil dan pembahasan, simpulan dan saran (tanpa sub-judul), dan daftar pustaka.
Judul secara ringkas dan jelas menggambarkan isi tulisan dan ditulis dalam huruf
kapital. Keterangan tulisan berupa hasil penelitian dari sumber dana tertentu
dapat dibuat dalam bentuk catatan kaki. Fotocopy halaman pengesahan laporan
penelitian tersebut harus dilampirkan pada draf artikel.
Nama-nama penulis ditulis lengkap tanpa gelar akademis.
Alamat instansi penulis ditulis lengkap berupa nama sekolah atau program studi,
nama jurusan dan nama perguruan tinggi. Penulis yang tidak berafiliasi pada
sekolah atau perguruan tinggi dapat menyertakan alamat surat elektronik dan
nomor telpon.
Abstrak ditulis dalam 2 (dua) bahasa: Bahasa Inggris dan Bahasa Indonesia.
Naskah berbahasa Inggris didahului abstrak berbahasa Indonesia. Naskah
berbahasa Indonesia didahului abstrak berbahasa Inggris. Panjang abstrak tidak
lebih dari 200 kata. Jika diperlukan, tim redaksi dapat menyediakan bantuan
penerjemahan abstrak kedalam bahasa Inggris.
Kata kunci (key words) dalam bahasa yang sesuai dengan bahasa yang
dipergunakan dalam naskah tulisan dan berisi 3-5 kata yang benar-benar
dipergunakan dalam naskah tulisan.
Daftar Pustaka ditulis dengan berpedoman pada Pedoman Penulisan Karya
Ilmiah Universitas Pendidikan Mandalika.
Jurnal Realita
Volume 5 Nomor 1 Edisi April 2020
Bimbingan dan Konseling FIPP Universitas Pendidikan Mandalika ISSN (2503 – 1708)

Anda mungkin juga menyukai