Anda di halaman 1dari 110

SKRIPSI

HUBUNGAN KESEPIAN LANSIA DENGAN INTERAKSI SOSIAL


PADA LANSIA DI UPT PELAYANAN SOSIAL LANJUT USIA
MAGETAN

Oleh:
MELA BRIG MURDANITA
NIM: 201402090

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN


STIKES BHAKTI HUSADA MULIA MADIUN
2018
SKRIPSI

HUBUNGAN KESEPIAN LANSIA DENGAN INTERAKSI SOSIAL


PADA LANSIA DI UPT UPT PELAYANAN SOSIAL LANJUT USIA
MAGETAN

Diajukan untuk memperoleh


Gelar Sarjana Keperawatan (S.Kep) pada Program Studi S1 Keperawatan
STIKES Bhakti Husada Mulia Madiun

Oleh:
MELA BRIG MURDANITA
NIM: 201402090

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN


STIKES BHAKTI HUSADA MULIA MADIUN
2018

ii
iii
iv
LEMBAR PERSEMBAHAN

Bismillahhirohmannirohim,
Puji syukur Alhamdulillah senantiasa saya panjatkan kepada Allah SWT atas
karunia-Nya yang begitu besar yang telah memberikan kemudahan, kelancaran
dan kekuatan yang luar biasa kepada saya. Semoga keberhasilan ini menjadi satu
langkah awal bagi saya untuk dapat meraih cita-cita saya.
Saya persembahkan karya sederhana ini, yang saya buat dengan sepenuh
hati, sekuat tenaga dan pikiran untuk orang yang saya kasihi dan saya sayangi.
Untuk Bapak yang telah menjadi sosok ayah terbaik dalam kehidupan saya. Untuk
Alm. Ibu tercinta terimakasih telah selalu memberikan dukungan, motivasi dan
do’a yang tiada hentinya. Untuk adik saya terima kasih karena telah menjadi
penyemangat dalam mengerjakan skripsi. Saya yakin bahwa keberhasilan yang
saya raih ini tidak lepas dari do’a-do’a yang kalian panjatkan disetiap sujudnya.
Untuk ibu Sesaria Betty M., S.Kep., Ns., M.Kes dan bapak Aris Hartono,
S.Kep., Ns., M.Kes yang telah memberikan bimbingan dan masukan dalam
penyusunan proposal dan skripsi dengan penuh kesabaran dan ketelatenan.
Semoga Allah memberikan balasan atas segala kebaikannya.
Untuk semua dosen STIKES Bhakti Husada Mulia Madiun terimakasih yang
telah mendidik dan membimbing saya selama ini. Semoga Allah membalas semua
kebaikan dan ilmu yang telah diajarkan.
Untuk kalian teman-teman khususnya kelas 8b, sahabatku (Lutfiana, Rizky
Dwi, Senja, Lina), abang Eka Yudha Kurniawan, terima kasih atas bantuan
kalian, candaan kalian, mendukung dan menyemangati saya dalam menyelesaikan
skripsi ini. Semoga selamanya tetap dekat seperti ini.
Untuk teman-teman seperjuangan, perjuangan kita belum selesai sampai
disini. Mari kita lanjutkan dengan membuktikan bahwa kita mampu menjadi
perawat yang profesional dan bisa diandalkan agar dapat mengharumkan nama
STIKES Bhakti Husada Mulia Madiun.

v
vi
DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Mela Brig Murdanita

Jenis Kelamin : Perempuan

Tempat dan Tanggal Lahir : Bogor, 23 Maret 1996

Agama : Islam

Email : melabrig16@gmail.com

Riwayat Pendidikan :

1. Lulus Dari Pendidikan TK Dharma Wanita Kersikan Tahun 2002

2. Lulus Dari Sekolah Dasar Negeri Kersikan 02 Tahun 2008

3. Lulus Dari Sekolah Menengah Pertama Negeri 02 Geneng Tahun 2011

4. Lulus Dari Sekolah Menengah Atas PGRI 01 Ngawi Tahun 2014

5. Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Bhakti Husada Mulia Madiun 2014-

sekarang

vii
ABSTRAK

Mela Brig Murdanita

Program Studi Keperawatan


STIKES Bhakti Husada Mulia Madiun

HUBUNGAN KESEPIAN LANSIA DENGAN INTERAKSI SOSIAL


PADA LANSIA DI UPT PELAYANAN SOSIAL LANJUT USIA
MAGETAN

92 halaman + 11 tabel + 2 Gambar + 14 lampiran


Setiap lansia dapat mengalami kesepian. Kesendirian, tidak punya keluarga,
ditinggal pasangannya meninggal ataupun ditinggal anaknya yang sudah
mempunyai keluarga sendiri merupakan hal-hal yang mampu memicu terjadinya
kesepian pada setiap individu. Kesepian memiliki efek negatif kesehatan fisik dan
psikologis mulai dari depresi, gangguan tidur, stress, keinginan bunuh
diri,sehingga beresiko untuk mengalami tingkat interaksi sosial. Penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui hubungan kesepian dengan interaksi sosial.
Penelitian ini merupakan jenis korelasi analitik, dengan desain Cross
Sectional. Populasi pada penelitian ini adalah seluruh lansia di UPT Pelayanan
Sosial Lanjut Usia Magetan. Teknik dalam pengambilan sampel menggunakan
simple random sampling. Besarnya sampel pada penelitian ini adalah 60
responden. Metode pengumpulan data menggunakan kuesioner pada setiap
variabel. Uji statistik yang digunakan dalam penelitian ini adalah Spearmen Rank.
Hasil penelitian menunjukan korelasi antara kesepian dengan interaksi
sosial pada lansia diperoleh nilai signifikan P value / α = 0,042 artinya bahwa ada
hubungan kesepian lansia dengan interaksi sosial pada lansia di UPT Pelayanan
Sosial Lanjut Usia Magetan.
Pada penelitian ini membuktikan bahwa terdapat hubungan positif antara
kesepian dengan interaksi sosial pada lansia di UPT Pelayanan Sosial Lanjut Usia
Magetan, dimana kesepian dapat mempengaruhi terjadinya tingkat interaksi sosial
pada lansia di UPT Pelayanan Sosial Lanjut Usia Magetan.

Kata kunci : Kesepian, Interaksi Sosial

viii
ABSTRACT

Mela Brig Murdanita

Nursing study program


Health Science College Bhakti Husada Mulia Madiun

LONELINESS ERDERLY RELATIONSHIP WITH SOCIAL INTERACTION


IN ELDERLY AT UPT OF ELDERLY SOCIAL SERVICE IN
MAGETAN

92 pages + 11 tables + 2 pictures + 14 appendix


Every elderly can experience loneliness. Loneliness, no family, leaving a
partner died or left behind children who already have their own family are things
that can trigger the loneliness of each individual. Loneliness has negative
physical and psychological health effects ranging from depression, sleep
disturbance, stress, suicidal desire, so it is risky to experience levels of social
interaction. This study aims to determine the relationship of loneliness with social
interaction.
This research is a kind of analytic correlation, with Cross Sectional
design. The population in this study is all elderly in UPT of Magetan Senior
Social Service. Techniques in sampling using Purposive sampling. The sample
size in this research is 60 respondents. Methods of data collection using
questionnaires on each variable. The statistical test used in this study is Spearmen
Rank.
The results showed correlation between loneliness with social interaction
in elderly got significant value P value / α = 0,042 meaning that there is relation
of lonely elderly with social interaction at elderly in UPT of Social Service of
Elderly Magetan.
In this study proves that there is a positive relationship between loneliness
and social interaction in the elderly in UPT Magetan Social Arts Service, where
loneliness can affect the occurrence of social interaction level in elderly in UPT
Social Service Elderly Magetan.
.

Keywords :loneliness, social interaction.

ix
DAFTAR ISI

Sampul Depan .................................................................................................. i


SampulDalam ................................................................................................... ii
LembarPersetujuan ........................................................................................... iii
Lembar Pengesahan ......................................................................................... iv
Lembar Persembahan ...................................................................................... v
Lembar Pernyataan........................................................................................... vi
Daftar Riwayat Hidup ..................................................................................... vii
Abstrak ............................................................................................................ viii
Abstract ............................................................................................................ ix
Daftar isi .......................................................................................................... x
Daftar Tabel .................................................................................................... xii
Daftar Gambar ................................................................................................. xiii
Daftar Lampiran .............................................................................................. xiv
Daftar Singkatan .............................................................................................. xv
Kata Pengantar ................................................................................................ xvi

BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 LatarBelakang .......................................................................... 1
1.2 RumusanMasalah ..................................................................... 5
1.3 Tujuan Penelitian ...................................................................... 5
1.4 Manfaat Penelitian .................................................................... 6
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Konsep Kesepian
2.1.1 DefinisiKesepian........................................................... 7
2.1.2 Tipe Kesepian .............................................................. 8
2.1.3 Penyebab Kesepian ....................................................... 10
2.1.4 Ciri-ciri Kesepian.......................................................... 11
2.1.5 Dampak Kesepian ......................................................... 11
2.1.6 Kesepian di Panti Werdha ............................................ 12
2.1.7 Penanganan Kesepian .................................................. 13
2.1.8 Skala Tingkat Kesepian ............................................... 14
2.2 Konsep Interaksi Sosial
2.2.1 Definisi Interaksi Sosial ................................................ 16
2.2.2 Jenis-jenis Interaksi Sosial ............................................ 17
2.2.3 Syarat Terjadinya Interaksi Sosial ................................ 17
2.2.4 Bentuk-bentuk Interaksi Sosial .................................... 19
2.2.5 Faktor yang Mempengaruhi Interaksi Sosial ............... 21
2.2.6 Akibat Interaksi Sosial ................................................. 22
2.2.7 Instrumen Penelitian Interaksi Sosial .......................... 23
BAB 3 KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESIS
3.1 KerangkaKonseptual ................................................................ 25
3.2 Hipotesis .................................................................................. 27

x
BAB 4 METODE PENELITIAN
4.1 Rancangan Penelitian .............................................................. 28
4.2 Populasi dan Sampel
4.2.1 Populasi ........................................................................ 28
4.2.2 Sampel .......................................................................... 28
4.3 Teknik Sampling ....................................................................... 30
4.4 Kerangka Kerja Penelitian ........................................................ 31
4.5 Variabel dan Definisi Operasional
4.5.1 Identifikasi Variabel .................................................... 32
4.5.2 Definisi Operasional Variabel ..................................... 32
4.6 InstrumenPenelitian .................................................................. 33
4.6.1 Uji Validitas ................................................................. 34
4.7 Lokasi dan Waktu Penelitian ................................................... 35
4.8 Prosedur Pengumpulan Data ................................................... 35
4.9 Teknik Pengolahan dan Analisa Data
4.9.1 Pengolahan Data .......................................................... 36
4.9.2 Analisa Data ................................................................. 39
4.10 EtikaPenelitian .......................................................................... 40
BAB 5 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
5.1 Hasil Penelitian ........................................................................ 42
5.1.1 Gambaran dan Lokasi .................................................. 42
5.1.2 Analisa Univariat ......................................................... 43
5.1.3 Analisa Bivariat ........................................................... 50
5.2 Pembahasan ............................................................................. 51
5.2.1 Kesepian Pada Lanjut Usia .......................................... 51
5.2.2 Interaksi Sosial Lanjut Usia ......................................... 54
5.2.3 Hubungan Kesepian Lansia dengan Interaksi Sosial ... 57
5.3 Keterbatasan Penelitian ........................................................... 61
BAB 6 PENUTUP
6.1 Kesimpulan .............................................................................. 62
6.2 Saran ........................................................................................ 62

DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 64


Lampiran-lampiran .......................................................................................... 68

xi
DAFTAR TABEL

Nomor Judul Tabel Halaman


Tabel 2.1 Kuesioner Kesepian ............................................................... 15
Tabel 2.2 Kuesioner Interaksi Sosial ..................................................... 24
Tabel 4.1 Definisi Operasional .............................................................. 32
Tabel 5.1 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Usia Lansia ..................... 43
Tabel 5.2 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Jenis Kelamin Lansia ....... 43
Tabel 5.3 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Pendidikan Terakhir
Lansia ..................................................................................... 44
Tabel 5.4 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Kesepian
Lansia ..................................................................................... 44
Tabel 5.5 Tabulasi Parameter Kesepian Lansia ..................................... 45
Tabel 5.6 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Interaksi Sosial................. 47
Tabel 5.7 Tabulasi Parameter Interaksi Sosial ....................................... 48
Tabel 5.8 Distribusi Tabel Silang Frekuensi Hubungan Kesepian
Lansia dengan Interaksi Sosial .............................................. 50

xii
DAFTAR GAMBAR

Nomor Judul Gambar Halaman


Gambar 3.1 Kerangka Konsep ............................................................. 25
Gambar 4.1 Kerangka Kerja Penelitian ................................................. 31

xiii
DAFTAR LAMPIRAN

Halaman
Lampiran 1 Surat Ijin Penelitian ............................................................. 68
Lampiran 2 Surat Balasan Penelitian ..................................................... 69
Lampiran 3 Surat Keterangan Selesai Penelitian ................................... 70
Lampiran 4 Surat Permohonan Menjadi Responden .............................. 71
Lampiran 5 Lembar Persetujuan Menjadi Responden ............................ 72
Lampiran 6 Kuesioner Penelitian ............................................................ 73
Lampiran 7 Tabulasi Data Kuesioner Responden .................................. 75
Lampiran 8 Data Frekuensi .................................................................... 81
Lampiran 9 Hasil Uji Normalitas ........................................................... 82
Lampiran 10 Crosstabulation ................................................................... 84
Lampiran 11 Hasil Uji SPSS..................................................................... 87
Lampiran 12 Jadwal Kegiatan Penelitian.................................................. 88
Lampiran 13 Dokumentasi Penelitian ...................................................... 89
Lampiran 14 Lembar Konsultasi Bimbingan ........................................... 90

xiv
DAFTAR SINGKATAN

ADL : Activity Daily Living


UPT : Unit Pelaksanaan Teknis
PSLU : Pelayanan Sosial Lanjut Usia
UCLA : University of California Los Angeles

xv
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr.Wb

Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala

rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang

berjudul “Hubungan Kesepian Lansia dengan Interaksi Sosial pada Lansia di Panti

Werdha UPT PSLU Magetan” dengan baik. Tersusunnya skripsi ini tentu tidak

lepas dari bimbingan, saran dan dukungan moral kepada penulis, untuk itu penulis

mengucapkan terima kasih kepada :

1. Drs. Setyo Budi, MM selaku Kepala UPT Pelayanan Sosial Lanjut Usia yang

telah memberikan ijin melakukan penelitian di UPT Pelayanan Sosial Lanjut

Usia Magetan.

2. Zaenal Abidin, SKM., M.Kes (Epid) selaku ketua STIKES Bhakti Husada

Mulia Madiun.

3. Mega Arianti Putri, S.Kep., Ns., M.Kep selaku Ketua Prodi Sarjana

Keperawatan STIKES Bhakti Husada Mulia Madiun.

4. Sesaria Betty M, S.Kep., Ns., M.Kes selaku dosen pembimbing 1 beserta Aris

Hartono, S.Kep., Ns., M.Kes selaku dosen pembimbing 2 yang selalu

membimbing dengan penuh kesabaran dan ketelatenan.

5. Sagita Haryati, S.Kep., Ns., M.Kes selaku dewan penguji yang telah memberi

arahan dan masukan untuk perbaikan skripsi.

6. Kedua Orang tua saya Bapak Aiptu Agus Boirin dan Alm. Ibu Murtini yang

telah memberi dukungan spiritual dan material serta do’anya yang selalu

mengiring langkahku dalam mencapai cita-cita.

xvi
7. Adikku Rafael Anugrah Dwi Putra yang selalu membuat saya tersenyum dan

semangat.

8. Abang Eka Yudha Kurniawan yang selalu memberi dukungan moril dan

banyak meluangkan waktunya untuk mendengar keluh kesahku dalam

menyelesaikan skripsi ini.

9. Sahabatku Rosalina, Senja, Rizky Dwi, Diah Kapita, Mirna Ayu, Lutfiana,

Mbak Winda yang banyak membantu.

10. Teman-temanku senasib seperjuangan S1 Keperawatan angkatan 2014 dan

kelompok bimbingan yang semoga akan selalu sukses.

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini masih banyak

kekurangan, oleh karena itu kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat

membangun selalu diharapkan demi kesempurnaan skripsi ini.

Akhir kata penulis sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah

berperan serta dalam penyusunan skripsi ini dari awal sampai akhir. Semoga

Allah SWT senantiasa meridhoi segala usaha kita. Aamiin

Wassalamualaikum Wr.Wb

Madiun, 25 Juli 2018


Peneliti,

Mela Brig Murdanita


NIM. 201402090

xvii
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Lansia merupakan orang yang telah mencapai usia 60 tahun keatas. Lansia

sering diidentikkan dengan masa penurunan dan ketidakberdayaan (Suardiman;

Syam’ani; 2011). Lanjut usia tahap akhir rentang kehidupan dalam

perkembangannya mengalami berbagai perubahan fisik, psikis maupun sosial,

menurunnya fungsi organ fisik juga berpengaruh terhadap masalah sosial maupun

masalah psikologis (Fitriana, 2013). Jumlah lanjut usia terbanyak di Benua Asia

sebanyak 508 juta jiwa. Benua Eropa dengan jumlah penduduk lansia 176 juta

jiwa, dan Benua Amerika berada pada peringkat ketiga dengan jumlah penduduk

lanjut usia 74 juta jiwa (United Nations, 2015).

Penuaan merupakan sebuah proses yang terjadi secara alami dan tidak

dapat dihindari oleh semua orang. Sekarang ini banyak orang yang bertahan dari

tantangan kehidupan dimulai dari proses kelahiran hingga melewati setiap masa

perkembangan untuk hidup lebih lama mencapai umur yang panjang (World

Health Organization, 2012). Proses menjadi tua dan masa tua akan mengalami

kemunduran fisik mental, dan sosial secara bertahap (Azizah, 2011). Semakin

bertambahnya jumlah usia lanjut dapat menjadi suatu permasalahan.

Permasalahan yang muncul adalah kebanyakan lanjut usia tinggal sendiri setelah

ditinggal pasangannya atau yang tinggal ditempat terpisah dengan keluarganya,

sehingga menyebabkan permasalahan salah satunya kesepian. Penyebab dari

kesepian adalah transisi kehidupan yang dialami oleh lanjut usia (Surbakti, E.B,

1
2013). Kesepian adalah dengan merasa terasing dari sebuah kelompok, tidak

dicintai oleh sekeliling, tidak mampu untuk berbagi kekhawatiran pribadi, berbeda

dan terpisah dari mereka yang ada disekitar kita (Beck & Dkk dalam David G.

Myers, 2012).

Indonesia termasuk lima besar negara dengan jumlah lanjut usia terbanyak

di dunia. Berdasarkan sensus penduduk pada tahun 2010, jumlah lanjut usia di

indonesia yaitu 18,1 juta jiwa (7,6 % dari total penduduk). Pada tahun 2014

jumlah penduduk lanjut usia di indonesia menjadi 18,781 juta jiwa (Kemenkes RI,

2015). Jumlah lanjut usia di Provinsi Jawa Barat dengan jumlah 1.855.472 jiwa,

Provinsi Jawa Timur 1.600.492 jiwa, Provinsi Jawa Tengah 935.202 jiwa, dan

Provinsi Yogyakarta 514.212 jiwa (Badan Kependudukan dan Keluarga

Berencana Nasional, 2016). Jawa Timur pada tahun 2015 usia lanjut berjumlah

11,5 juta jiwa. Jumlah lansia di kabupaten magetan tahun 2015 berjumlah 117.733

jiwa, yang berusia 60-64 tahun sebanyak 30,65 %, yang berusia 65-69 tahun

sebanyak 23,04 %, yang berusia 70-75 sebanyak 19,76 %, yang berusia lebih dari

75 tahun sebanyak 26,53 % (Badan Pusat Statistik, 2016).

Kesepian dialami oleh lansia saat pasangan hidup atau teman dekatnya

meninggal, tidak memiliki partner seksual dan terpisah dengan keluarga, tidak

adanya kegiatan dalam mengasuh anak-anaknya yang sudah dewasa dan

bersekolah tinggi sehingga, tidak memerlukan penanganan yang terlampau rumit,

berkurangnya teman/ relasi akibat kurangnya aktivitas di luar rumah, anak-

anaknya yang meninggalkan rumah karena menempuh pendidikan kejenjang yang

lebih tinggi, anak-anaknya yang meninggalkan rumah untuk bekerja, anak-

2
anaknya telah dewasa dan membentuk keluarga sendiri. Masalah diatas akan

menimbulkan rasa kesepian bagi usia lanjut (Brehm dan Sharon, 2008).

Kesepian lansia dipandang hal yang unik karena berdampak pada

gangguan kesehatan yang komplek (Rahmi, 2015). Kesepian dapat

mengakibatkan munculnya berbagai masalah-masalah kesehatan fisik dan

psikologis mulai dari depresi, gangguan tidur, stress, keinginan bunuh diri, dan

system kekebalan tubuh menurun (Damayanti, 2013). Kejadian depresi pada

lanjut usia wanita 10%-25%, pada laki-laki 5%-12% dan sekitar 15% penderita

depresi melakukan usaha bunuh diri. Depresi yang dialami lansia bervariasi lebih

dari 20% lansia berada didaerah komunitas, 25% lansia berada dirumah sakit dan

40% lansia penghuni panti werdha (Mustiadi, 2014). Kejadian stres pada lansia di

Indonesia mencapai 8,34 %. Data kejadian stres pada lansia di Jawa Timur

sebanyak 7,18% (Badan Pusat Statistik, 2012).

Hal-hal yang dapat dilakukan untuk mengatasi kesepian pada usia lanjut

salah satunya adalah dengan berinteraksi sosial. Interaksi sosial merupakan

hubungan timbal balik yang saling mempengaruhi antara individu dengan indivu,

individu dengan kelompok dan kelompok dengan kelompok. Interaksi sosial

terjadi jika ada komunikasi dan saling mempengaruhi satu sama lain dalam

pikiran dan tindakan. Terjadinya penurunan kesehatan seseorang dan kemampuan

fisik akan mengakibatkan lanjut usia perlahan menarik diri dari hubungan dengan

masyarakat sekitar. Hal tersebut dapat mengakibatkan interaksi sosial menjadi

menurun (Sinthania, 2015). Interaksi sosial yang dapat dilakukan oleh lansia

diantaranya adalah dengan mengikuti kegiatan didalam maupun diluar rumah

3
seperti pengajian, berekreasi dengan keluarga, makan dan menonton tv bersama

keluarga serta bertukar pendapat dengan keluarga, sehingga memperoleh

dukungan dari keluarga untuk mengurangi kesepian (Handayani; Maulida;

Rachma; 2013).

Solusi mengatasi kesepian yang bisa dilakukan oleh lanjut usia dalam

menghadapi kesepian yaitu bersikap ramah, mengunjungi teman sebaya,

melakukan kegiatan atau kesibukan yang bermanfaat bagi dirinya maupun orang

lain, melaksanakan ibadah sesuai agama masing-masing dengan rajin dan tekun

(Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional, 2012). Masa tua

dibutuhkan kehormatan dan penghargaan yang diberikan dari keluarga dan

masyarakat kepada lansia supaya mereka merasa tidak tersisihkan dan kesepian

(Rosita, 2012).

Berdasarkan studi pendahuluan pada tanggal 18 Desember 2017 di UPT

Pelayanan Sosial Lanjut Usia Magetan diperoleh data bahwa lansia yang tinggal

di UPT Pelayanan Sosial Lanjut Usia magetan sebanyak 86 jiwa, dengan jumlah

lansia laki-laki 38 jiwa dan jumlah lansia perempuan 48 jiwa. Lansia yang tinggal

di UPT Pelayanan Sosial Lanjut Usia adalah lansia yang 70,94% tidak memiliki

keluarga. Berdasarkan wawancara dengan pengurus panti Emik, jumlah lansia

yang pernah dikunjungi sebanyak 29,06% dari 86 orang. Dari wawancara

langsung terhadap 10 lansia didapatkan 100% yang tidak pernah dikunjungi. Dari

10 orang tersebut mengeluh merasa kesepian, kehilangan pasangan hidup, jauh

atau pisah dari sanak keluarga, susah tidur.

4
Berdasarkan latar belakang di atas peneliti ingin mengetahui lebih lanjut

tentang hubungan kesepian lansia dengan interaksi sosial pada lansia yang pada

prosesnya lansia mengalami banyak perubahan ketika tinggal di UPT Pelayanan

Sosial Lanjut Usia yang akhirnya dapat mempengaruhi interaksi sosial.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas dapat diambil rumusan masalah

“Adakah hubungan kesepian lansia dengan interaksi sosial pada lansia di UPT

Pelayanan Sosial Lanjut Usia Magetan?”

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum

Untuk mengetahui hubungan kesepian lansia dengan interaksi sosial pada

lansia di UPT Pelayanan Sosial Lanjut Usia Magetan.

1.3.2 Tujuan Khusus

1. Mengetahui tentang kesepian pada lansia di UPT Pelayanan Sosial Lanjut

Usia Magetan.

2. Mengetahui tentang interaksi sosial pada lansia di UPT Pelayanan Sosial

Lanjut Usia Magetan.

3. Mengetahui hubungan kesepian lansia dengan interaksi sosial pada lansia

di UPT Pelayanan Sosial Lanjut Usia Magetan.

5
1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Manfaat Teoritis

1. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah teori tentang hubungan

kesepian lansia dengan interaksi sosial.

2. Penelitian ini dapat menambah wawasan dan ilmu pengetahuan bagi

pembaca serta sebagai dasar untuk penelitian selanjutnya.

3. Memberikan pemahaman mengenai kesepian dan ineraksi sosial yang

sering dialami oleh kalangan lansia sehingga penting untuk

memperhatikan masalah psikologis dari lansia terkait dengan kesepian

yang salah satunya mempunyai dampak terjadinya interaksi sosial pada

lansia.

1.4.2 Manfaat Praktis

Memberi gambaran kepada pengurus panti untuk mengambil kebijakan

berkaitan rasa kesepian yang ada di panti sehingga dapat digunakan untuk

mengatasi masalah tertentu.

6
BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Kesepian

2.1.1 Definisi Kesepian

Suatu keadaan dimana seseorang merasa jauh atau tersisih dari lingkungan

sosial yang berdampak pada gangguan kesehatan yang komplek (Rahmi, 2015).

Kesepian merupakan kondisi yang sering mengancam kehidupan para lansia,

ketika anggota keluarga hidup terpisah dari mereka, kehilangan pasangan hidup,

kehilangan teman sebaya, dan ketidakberdayaan untuk hidup mandiri (Gunarsa,

2009). Kesepian dialami oleh lansia saat pasangan hidup atau teman dekatnya

meninggal, tidak memiliki partner seksual dan terpisah dengan keluarga, tidak

adanya kegiatan dalam mengasuh anak-anaknya yang sudah dewasa dan

bersekolah tinggi sehingga, tidak memerlukan penanganan yang terlampau rumit,

berkurangnya teman/ relasi akibat kurangnya aktivitas di luar rumah, anak-

anaknya yang meninggalkan rumah karena menempuh pendidikan kejenjang yang

lebih tinggi, anak-anaknya yang meninggalkan rumah untuk bekerja, anak-

anaknya telah dewasa dan membentuk keluarga sendiri. Masalah diatas akan

menimbulkan rasa kesepian bagi usia lanjut (Brehm dan Sharon, 2008).

Kesepian dapat mengakibatkan munculnya berbagai masalah-masalah

kesehatan fisik dan psikologis mulai dari depresi, gangguan tidur, stress,

keinginan bunuh diri, dan system kekebalan tubuh menurun (Damayanti, 2013).

kesepian yang bisa dilakukan oleh lanjut usia dalam menghadapi kesepian yaitu

bersikap ramah, mengunjungi teman sebaya, melakukan kegiatan atau kesibukan

7
yang bermanfaat bagi dirinya maupun orang lain, melaksanakan ibadah sesuai

agama masing-masing dengan rajin dan tekun (Badan Kependudukan dan

Keluarga Berencana Nasional, 2012). Kesepian adalah perasaan terasing,

tersisihkan, terpencil dengan orang lain. Kesepian akan muncul jika seseorang

merasa tersisih dari kelompoknya, tidak diperhatikan oleh orang-orang

disekitarnya, terisolasi dari lingkungan, dan tidak ada seseorang yang bisa

dijadikan tempat berbagi rasa dan pengalaman (Suadirman, 2011).

Kesepian adalah dengan merasa terasing dari sebuah kelompok, tidak

dicintai oleh sekeliling, tidak mampu untuk berbagi kekhawatiran pribadi, berbeda

dan terpisah dari mereka yang ada disekitar kita (Beck & Dkk dalam David G.

Myers, 2012). Kesimpulan dari definisi diatas adalah dimana seseorang merasa

jauh atau tersisih dari lingkungan sosial. Kesepian sering mengancam kehidupan

para lansia ketika meraka hidup terpisah dengan keluarga,ataupun

ketidakberdayaan untuk hidup mandiri, dan tidak ada seseorang yang bisa

dijadikan tempat berbagi rasa dan pengalaman.

2.1.2 Tipe Kesepian

Sears et al dalam (Luanaigh & Lawlor, 2008) membedakan dua tipe

kesepian berdasarkanhilangnya ketetapan sosial tertentu yang dialami oleh

seseorang,yaitu:

1. Kesepian emosional

Kesepian emosional adalah perasaan kesepian yangdisebabkan karena

kehilangan sosok terdekat yang selalumemberikan rasa cinta dan kasih

sayang terhadap individu,contohnya adalah kehilangan pasangan hidup.

8
Selain itukesepian emosional timbul dari tidak adanya figur kasih

sayangyang intim, seperti yang biasa diberikan oleh orang tua

kepadaanaknya atau yang biasa diberikan saudaranya kepada individu.

2. Kesepian sosial

Kesepian sosial terjadi karena isolasi dan disebabkan olehkurangnya

integrasi dalam suatu komunikasi dan kedekatansosial. Contohnya

kesepian ini dialami oleh individu yang harusmengalami relokasi atau

berpindah ke tempat baru atau tempatlain yang asing bagi dirinya.Menurut

(Weiten & Loyd, 2006) kesepian dibedakan menjaditiga tipe berdasarkan

durasi kesepian yang dialaminya, yaitu:

a. Transient loneliness

Perasaan kesepian yang durasiwaktunya singkat dan muncul

sesekali, banyak dialami individu yang memiliki kehidupan sosial

cukup layak. Misalnya ketika mendengar sebuah lagu yang

mengingatkan pada seseorang yang dicintai yang telah hilang.

b. Transitional loneliness

Ketika individu yang sebelumnyasudah merasa puas dengan

kehidupan sosialnya menjadikesepian setelah adanya gangguan

jaringan sosialnya. Misalnya meninggalnya orang yang dicintai,

bercerai, atau pindah ketempat yang baru.

9
c. Chronic loneliness

Kondisi ketika individu merasa tidakdapat memiliki kepuasan

dalam jaringan sosial yang dimilikinyasetelah jangka waktu tertentu.

Chronic loneliness menghabiskanwaktu yang panjang dan tidak dapat

dihubungkan denganstressor yang spesifik.

2.1.3 Penyebab Kesepian

Penyebab kesepian diawali karena rasa malu dan terlalutakut untuk

melakukan hal-hal yang tidak biasa dilakukan (Anggota IKAPI, 2010).Selain itu,

dukungan sosial memiliki hubungan yang erat denganperasaan kesepian, sehingga

kurangnya dukungan sosial jugamerupakan salah satu penyebab kesepian pada

lansia. Kurangnyadukungan sosial pada lansia antara lain ketiadaan teman

dekat,kehilangan pasangan hidup, jaringan dukungan sosial yang terbatasdan

rendahnya kualitas hubungan dengan orang lain (Anggota IKAPI, 2010; Hawkley

& Cacioppo, 2010).Penyebab lainnya adalah proses penuaan, kondisi penyakit

ketidakmampuan dalam melakukan pemenuhan activity daily living(ADL), tidak

memiliki saudara atau sanak keluarga,ditinggalkan oleh anak, lingkungan tempat

tinggal yang baru sertahubungan yang tidak harmonis dengan orang terdekat.

Dapatdisimpulkan penyebab kesepian adalah ketidakadekuatan hubunganbaik

interpersonal maupun sosial (Esther & Jochanan, 2011; Indriana, 2008).Menurut

(Rahmi, 2015) penyebabumum terjadinya kesepian ada 3 faktor, yaitu:

10
1. Faktor psikologis

Harga diri rendah pada lansia disertai dengan munculnyaperasaan-

perasaan negatif seperti perasaan takut, cemas, danberpusat pada diri

sendiri.

2. Faktor kebudayaan dan situasional

Terjadinya perubahan dalam tata cara hidup dan kulturbudaya dimana

keluarga yang seharusnya merawat para lansiakini banyak yang lebih

memilih untuk menitipkan lansia kepanti dengan alasan sibuk dan tidak

mampu merawat lansia.

3. Faktor spiritual

Kekosongan spiritual pada lansia, terutama lansia yang sudah tidak

banyak beraktifitas, seringkali berakibat kesepian.

2.1.4 Ciri-ciri Kesepian

Orang yang kesepian mempunyai masalah dalam memandangeksistensi

dirinya, seperti merasa tidak berguna atau tidak berharga,merasa gagal dan bosan

dalam menjalani hidup, merasa terpuruk, merasa sendiri atau terasing, merasa

tidak ada yang mengerti, merasatidak diperhatikan dan dicintai, serta perasaan

negatif lainnya(Damayanti & Sukmono, 2013; Wardani, 2015).Selain perasaan

negatif tersebut, ciri-ciri lansia yang mengalamikesepian adalah kurangnya

hubungan yang bermakna dengan oranglain (Rahmi, 2015).

2.1.5 Dampak Kesepian

Kesepian pada lansia dipandang hal yang unik karenaberdampak pada

gangguan kesehatan yang komplek (Rahmi, 2015). Meskipunkesepian pada lansia

11
dianggap sebagai hal normal, namun kesepiandapat mengakibatkan munculnya

berbagai masalah masalahkesehatan fisik dan psikologis mulai dari depresi,

gangguan tidur, stres, keinginan bunuh diri, dan sistem kekebalan tubuh menurun

(Amalia, 2015). Adapun dampak dari kesepian menurut (Oktaria, 2009) yaitu :

1. Lansia akan mengalami rendah diri

2. Tidak ingin terlibat pada kegiatan sosial

3. Mengalami kesulitan dalam pengambilan keputusan

4. Takut bertemu orang lain dan menghindari situasi baru

5. Mempunyai persepsi negatif tentang diri sendiri

6. Merasakan keterasingan, kesendirian, dan perasaan tidakbahagia terhadap

lingkungan sekitar

2.1.6 Kesepian di Panti Wredha

Kesepian lansia lebih banyak terjadi pada lansia yang tinggal di panti

werdha. Berpisah dengan keluarga atau khususnya berpisah dengan anak-anak,

ketika keluarga tidak mampu untuk merawat lansia, hal tersebut membuat para

lansia pada akhirnyaharus tinggal di panti wredha. Keadaan tersebut dapat

menimbulkanperasaan hampa pada diri lansia dan membuat lansia semakin

merasa kesepian (Maryatun & Herawati, 2012). Selain itu kehilangan pasangan

hidup, teman sebaya,tidak memiliki hubungan sosial, secara bertahap keadaan

tersebutjuga menambah perasaan kesepian pada lansia (Gunarsa, 2009).

Kondisi fisiklansia di panti lebih lemah daripada lansia yang tinggal di

rumah, karena lansia yang tinggal di rumah bersama keluarga mendapat dukungan

sosial dari keluarga dan dapat melakukan kegiatan sesuai keinginan lansia dengan

12
bebas sehingga kondisi fisik lansia yangtinggal di rumah lebih baik daripada

lansia yang tinggal di panti. Lansia yang tinggal di panti tidak dapat menggunakan

sarana dan prasarana panti dengan bebas, kurangnya aktifitas lansia di panti yang

membuat waktu luang bertambah banyak, kondisi tersebut juga semakin memicu

timbulnya rasa kesepian pada lansia (Damayanti & Sukmono, 2013).

2.1.7 Penanganan Kesepian

Cara untuk mengatasi kesepian pada lansia dapat dilakukan olehdiri

sendiri atau oleh orang lain. Beberapa hal yang bisa dilakukanlansia dalam

menghadapi kesepian oleh diri sendiri adalah bersikap ramah, mengunjungi teman

sebaya, melakukan kegiatan ataukesibukan yang bermanfaat, berpartisipasi dalam

kegiatanmasyarakat, dan membina hubungan baru dengan oranglain (Indriana,

2008; Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional, 2012). Upaya lain

yang dapat dilakukan dalam menghadapi kesepianantara lain (Badan

Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional, 2012):

1. Berusaha membuat dirinya bermanfaat bagi orang lain.

2. Memperhatikan dan menghibur orang yang mengalamikesusahan.

3. Bagi lansia yang sudah tidak dapat pergi kemana-mana, upayaini dapat

dilakukan melalui berhubungan dengan orang lainmelalui telepon.

4. Membuka diri untuk bergaul.

5. Melaksanakan ibadah menurut agama yang dianutnya dengantekun.

6. Menciptakan kegiatan/ kesibukan yang bermanfaat bagi dirinya,keluarga

dan masyarakat sesuai dengan kemampuan yang dimiliki.

13
2.1.8 Skala Tingkat Kesepian

Menurut Agung Sanjaya, (2012) tingkat kesepian seseorang dapat diukur

dengan The UCLA Loneliness Scale. Agung Sanjaya telahmemodifikasi dan

mengadopsi kuesioner tentang kesepian milik Daniel W. Russel (1996) yang di

namakan The UCLA Loneliness Scale. kuesioner ini terdapat 20 pertanyaan yang

terdiri dari 11 pertanyaan yang bersifat negatif atau menunjukkan kesepian dan 9

pertanyaan yang bersifat positif atau tidak menunjukkan kesepian. Pertanyaan

negatif tersebut yaitu pertanyaan nomor 2, 3, 4, 7, 8, 11, 12, 13, 14, 17, dan 18

sedangkan pertanyaan positif yaitu nomor 1, 5, 6, 9, 10, 15, 16, 19, dan 20. Skor

untuk pertanyaan negatif yaitu, tidak pernah skor 1, jarang skor 2, sering skor 3,

selalu skor 4, dan untuk pertanyaan positif memiliki skor sebaliknya yaitu tidak

pernah skor 4, jarang skor 3, sering skor 2, selalu skor 1. Tingkat kesepian dapat

dikategorikan berdasarkan jumlah skor dari seluruh pertanyaan sebagai berikut :

1. Nilai 20 - 40 = rendah

2. Nilai 41 - 60 = sedang

3. Nilai 61 - 80 = berat

14
Kuesioner kesepian diadopsi dari The UCLA Loneliness Scale

Tabel 2.1 Kuesioner Kesepian

Tidak
No Pertanyaan Jarang Sering Selalu
Pernah
1 Saya merasa saya sepaham dengan
orang disekitar saya.
2 Saya merasa bahwa saya tidak
memiliki orang terdekat disekitarsaya.
3 Saya merasa bahwa tidak ada
seorangpun yang berpihak kepada
saya.
4 Saya tidak merasa sendirian
5 Saya merasa menjadi bagian dari
suatu kelompok teman
6 Saya merasa bahwa saya memiliki
banyak kesamaan dengan orang-orang
disekitar
Saya.
7 Saya merasa bahwa saya tidak lagi
dekat dengan yang lain.
8 Saya merasa bahwa ide-ide dan
kepentingan saya tidak tersampaikan
kepada orang-orang disekitar saya.
9 Saya adalah orang yang ramah.
10 Ada orang-orang yang dekat dengan
saya.
11 Saya merasa ditinggalkan.
12 Hubungan sosial saya tidak begitu
baik.
13 Tidak ada satu pun yang benar-benar
mengenal saya.
14 Saya merasa terasing dari yang lain.
15 Saya merasa saya dapat menemukan
persahabatan ketika saya
menginginkannya.
16 Ada orang-orang yang benar-benar
mengerti saya.
17 Saya tidak senang ketika di jauhi.
18 Terdapat banyak orang disekitar saya
tetapi tidak bersama saya.
19 Ada orang-orang yang dapat berbicara
dengan saya.
20 Ada orang-orang yang dapat berpihak
dengan saya.

15
2.2 Konsep Interaksi Sosial

2.2.1 Definisi Interaksi Sosial

Interaksi sosial merupakan hubungan timbal balik yang saling

mempengaruhi antara individu dengan individu, individu dengan kelompok dan

kelompok dengan kelompok. Interaksi sosial terjadi jika ada komunikasi dan

saling mempengaruhi satu sama lain dalam pikiran dan tindakan. Terjadinya

penurunan kesehatan seseorang dan kemampuan fisik akan mengakibatkan lanjut

usia perlahan menarik diri dari hubungan dengan masyarakat sekitar. Hal tersebut

dapat mengakibatkan interaksi sosial menjadi menurun (Sinthania, 2015).

Menurut Walgito, (2003) interaksi sosial merupakan suatu hubungan

antara individu dengan individu, individu dapat mempengaruhi individu lain dan

sebaliknya, sehingga terdapat adanya hubungan timbal balik (Sunaryo, 2010).

Interaksi sosial merupakan hubungan yang dinamis antara individu dengan

individu, individu dengan kelompok, dan kelompok dengan kelompok dalam

bentuk kerja sama, persaingan, ataupun pertikaian (Sunaryo, 2010).Interaksi sosial

yang dapat dilakukan oleh lansia diantaranya adalah dengan mengikuti kegiatan

didalam maupun diluar rumah seperti pengajian, berekreasi dengan keluarga,

makan dan menonton tv bersama keluarga serta bertukar pendapat dengan

keluarga, sehingga memperoleh dukungan dari keluarga untuk mengurangi

kesepian (Handayani; Maulida; Rachma; 2013).

Kesimpulan dari definisi diatas adalah bahwa interaksi sosial merupakan

hubungan antara individu dengan individu, individu dengan kelompok, dan

kelompok dengan kelompok, sehingga menimbulkan hubungan timbal balik.

16
2.2.2 Jenis-jenis Interaksi Sosial

Menurut (Sunaryo, 2010) menjelaskan interaksi sosial dibagi menjadi tiga,

antara lain :

1. Individu dengan individu

Suatu hubungan yang terjalin antara satu orang dengan satu orang

lainnya. Interaksi terjalin saat dua individu bertemu, walaupun tidak ada

tindakan dalam interaksi tersebut.

2. Individu dengan kelompok

Suatu hubungan yang terjalin antara satu orang dengan suatu

kelompok lainnya. Interaksi ini memiliki bentuk berbeda-beda sesuai

dengan keadaan.

3. Kelompok dengan kelompok

Suatu hubungan yang terjalin sebagai satu kesatuan dari beberapa

kelompok dan bukan karena kehendak pribadi. Kelompok meliputi ada

pelaku dengan jumlah lebih dari satu orang, ada komunikasi diantara

pelaku.

2.2.3 Syarat Terjadinya Interaksi Sosial

Interaksi sosial terjadi karena ada beberapa syarat tertentu. kontak sosial

dan Ada dua syarat (Sunaryo, 2010) yaitu :

1. Kontak sosial mempunyai beberapa jenis antaranya :

a. Kontak langsung dan tidak langsung

1) Kontak langsung diantaranya berbicara, tersenyum, dan bahasa

isyarat.

17
2) Kontak tidak langsung diantaranya surat, media massa, dan media

elektronik.

b. Kontak antar-individu, antar-kelompok, dan antar individu dengan

kelompok.

c. Kontak positif dan negatif

1) Kontak positif

Kontak sosial yang saling memberikan keuntungan satu sama

lain.

2) Kontak negatif

Mengarah pada satu pertentangan.

d. Kontak primer dan sekunder

1) Kontak primer terjadi saat individu mengadakan

hubunganlangsung bertemu dan bertatap muka.

2) Kontak sekunder terjadi saat memerlukan perantara dan media

sosial.

2. Komunikasi

Komunikasi hampir sama dengan kontak sosial. Dalam berkomunikasi

individu dituntut untuk memahami makna yang telah disampaikan oleh

komunikator. Komunikasi belum tentu terjadi meskipun sudah ada kontak

sosial. Kontak sosial tidak ada artinya jika tidak ada komunikasi. Kontak

lebih ditekankan pada seseorang ataupun kelompok yang ingin

berinteraksi. Sedangkan komunikasi lebih ditekankan bagaimana dalam

18
pemrosesan pesan. Menurut (Nugroho, 2009) faktor yang mempengaruhi

proses dalam berkomunikasi antara lain :

a. Perkembangan

Perkembangan manusia mempengaruhi komunikasi dalam dua

aspek. Yaitu kemampuan untuk menggunakan teknik komunikasi dan

mempersiapkan pesan yang akan disampaikan pada orang lain, dan

perkembangan penguasaan bahasa bergantung pada perkembangan

kognitif seseorang.

b. Sosio-kultural

Secara sosiokultural sangat mempengaruhi perilaku komunikasi

antar individu Karena, sosio-kultural membentuk tata cara

komunikasi.

c. Atensi

Mempengaruhi kemampuan individu untuk berinteraksi. Atensi

terhadap suatu hal dapat menyebabkan kemampuan fungsi panca indra

menurun bahkan berkurang.

2.2.4 Bentuk-bentuk Interaksi Sosial

Menurut Soekanto, (2001) terdapat enam bentuk interaksi sosial, sebagai

berikut (Sunaryo, 2010) :

1. Kerja sama

Salah satu bentuk interaksi sosial yang terutama. Kerja sama yaitu

suatu usaha bersama antara individu per individu atau antar kelompok agar

19
mencapai tujuan bersama. Kerja sama juga dapat bersifat agresif apabila

kelompok mengalami kekecewaan dan perasaan tidak puas.

2. Persaingan

Merupakan suatu proses sosial ketika individu atau kelompok manusia

bersaing dan mencari keuntungan melalui bidang kehidupan yang pada

suatu masa tertentu menjadi pusat perhatian umum dengan cara menarik

perhatian publik.

3. Pertentangan

Suatu proses sosial ketika individu atau kelompok berusaha memenuhi

tujuannya dengan cara menetang pihak lawan yang disertai dengan

ancaman atau kekerasan. Pertentangan dapat terjadi karena adanya

beberapa faktor. Faktor penyebab terjadinya pertentangan tersebut meliputi

perbedaan antar individu, perbedaan kebudayaan, perbedaan kepentingan,

dan perubahan sosial.

4. Akomodasi atau penyesuaian

Akomodasi atau penyesuaian diri menunjuk pada suatu keadaan.

Akomodasi dapat diartikan sebagai suatu cara untuk menyesuaikan

pertentangan tanpa menghancurkan pihak lawan sehingga pihak lawan

tidak kehilangan kepribadiannya. Akomodasi dilakukan untuk mengurangi

pertentangan, mencegah meledaknya pertentangan, memungkinkan

terjalinnya kerja sama dan mengusahakan peleburan di antara kelompok

sosial.

20
5. Asimilasi

proses sosial dalam taraf lebih lanjut yang ditandai dengan adanya

usaha-usaha mengurangi perbedaan yang terdapat antara orang per orang

atau kelompok manusia.

6. Kontravensi

Merupakan bentuk proses sosial yang berada antara persaingan dan

pertentangan. Bentuk kontravensi yang umum terjadi antara lain

penolakan, keengganan, perlawanan, menghalang-halangi, protes,

perbuatan kekerasan, penghasutan, menyangkal dan membingungkan

pihak lain.

2.2.5 Faktor yang Mempengaruhi Interaksi Sosial

Hubungan sosial terjadi ketika terdapat stimulus dan respon. Artinya, tiap-

tiap pihak memahami pesan yang disampaikan dan saling memberikan respon.

Interaksi sosial tidak terjadi tanpa faktor yang mempengaruhi, adapun faktor yang

mempengaruhi interaksi sosial sebagai berikut:

1. Latar Belakang Budaya

Dimana interaksi sosial akan terbentuk dari pola pikir seseorang

melalui kebiasaannya sehingga semakin sama latar belakang budaya antara

seseorang dengan orang lain, maka akan membuat interaksi tersebut

semakin kuat (Lestari, 2013).

2. Ikatan dengan Kelompok Grup

Dimana nilai-nilai yang dianut oleh suatu kelompok sangat

mempengaruhi cara mereka berinteraksi (Nugroho, 2009).

21
3. Pendidikan

Dimana semakin tinggi tingkat pendidikan akan semakin kompleks

sudut pandang dalam menyikapi komunikasi yang disampaikan (Nugroho,

2009).

4. Status Fisik, Mental dan Emosional

Kondisi ini sangat mempengaruhi kemampuan individu melakukan

interaksi sosial. Adanya kondisi sakit atau menderita secara fisik

menyebabkan penurunan minat individu untuk melakukan hubungan sosial

dengan orang lain (Nugroho, 2009).

2.2.6 Akibat Interaksi Sosial

Orang yang melakukan interaksi sosial akan memberikan manfaat

tersendiri. Misalnya akan selalu terasa kemampuan memori dan kemampuan

bahasa pada lansia, dapat meningkatkan kesehatan fisik dan kesehatan mental bagi

lansia (Oxman &Hall dalam Laelasari; Sari; Rejeki; 2015). Menurut Sianipar,

(2013) adanya interaksi sosial yang dijalani oleh lansia, dapat meningkatkan

kualitas hidup lansia.interaksi sosial yang baik memungkinkan lansia

mendapatkan perasaan memiliki suatu kelompok sehingga dapat berbagi cerita,

minat, perhatian dan dapat melakukan aktivitas secara bersama-sama yang kreatif

dan inovatif (Widodo; Nurhamidi; Agustina; 2016).

Berkurangnya interaksi sosial dapat menyebabkan perasaan terisolir,

sehingga lansia menyendiri atau mengalami isolasi sosial. Seseorang yang

menginjak usia lanjut akan rentan terhadap depresi apabila perasaan isolasi

tersebut meningkat (Kusumowardani &Puspitosari, 2014). Menurut Sanjaya,

22
(2012) karena lansia merasa terisolir, sehingga lansia dapat mengalami depresi,hal

ini dapat mempengaruhi kualitas hidup lansia itu sendiri (Widodo; Nurhamidi;

Agustina; 2016). Selain itu apabila lansia jarang melakukan interaksi sosial dapat

menurunkan kemampuan bahasa dan kemampuan memorinya (Laelasari; Sari;

Rejeki; 2015).

2.2.7 Instrumen Penelitian Interaksi Sosial

Instrumen ini merupakan instrumen yang mengkaji interaksi sosial pada

lansia di UPT pelayanan sosial lanjut usia. Dimana interaksi sosial yang dilakukan

lansia tergolong baik, cukup, dan kurang. Kuesioner ini memiliki 12 pertanyaan,

yaitu 1-6 kuesioner interaksi sosial bersifat asosiatif dimana nomor 1-3

merupakan kerjasama, 4-6 merupakan akomodasi. Sedangkan nomor 7-12

merupakan kuesioner interaksi sosial bersifat disosiatif dimana 7-9 merupakan

persaingan dan 10-12 merupakan kontravensi. Pengukuran kuesioner ini

menggunakan skala dikotomi question dengan pilihan jawaban ya / tidak. Untuk

jawaban ya diberi skor 1 dan jawaban tidak diberi skor 0. Nilai terendah yang

mungkin dicapai adalah 0 dan nilai tertinggi adalah 12.


rentang
Berdasarkan rumus statistika : P = banyak kelas menurut Sudjana (1992)

Dimana P merupakan panjang kelas dengan rentang nilai tertinggi dikurangi nilai

terendah dimana rentang kelas sebesar 12 dan banyak kelas 3 yaitu baik, cukup,

kurang, sehingga diperoleh P = 12. Dengan P = 12 dan nilai terendah adalah 0,

dengan interpretasi total skor :

9 – 12 = Baik
5 – 8 = Cukup
0 – 4 = Kurang

23
Kuesioner Interaksi Sosial
Tabel 2.2 Kuesioner Interaksi Sosial

No Pertanyaan Ya Tidak
1 Apakah di panti ini dilaksanakan gotong royong?

2 Apakah anda selalu bekerja sama dengan teman anda untuk


melakukan pekerjaan dipanti ini?

3 Apakah anda membantu teman anda bila ia tidak mampu


melakukan suatu pekerjaan di panti ini?

4 Apakah anda selalu menghargai pendapat orang lain?

5 Apakah anda pernah dimintai pendapat oleh sesama penghuni


panti tentang suatu masalah?

6 Apakah anda pernah menjadi penengah apabila ada


perselisihan diantara sesama penghuni panti ini?

7 Apakah ada merasa penuh semangat?

8 Apakah anda merasa mampu melakukan aktivitas sehari - hari


contohnya mandi, makan?

9 Apakah anda merasa disaingi oleh teman anda dalam


melakukan pekerjaan di panti ini?

10 Apakah anda sering merasa tidak senang dengan teman anda


dalam melakukan suatu pekerjaan di panti ini?

11 Apakah anda selalu mengatakan perasaan tak senang kepada


teman anda secara terang-terangan?

12 Apakah anda selalu mengatakan perasaan tak senang kepada


teman anda secara tertutup?

24
BAB 3

KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESA PENELITIAN

3.1 Kerangka Konsep

Faktor terjadinya kesepian yaitu : Faktor yang mempengaruhi interaksi sosial


yaitu :
1. Faktor psikologis
2. Faktor kebudayaan dan situasional 1. Latar Belakang Budaya
3. Faktor spiritual 2. Ikatan dengan Kelompok Grup
3. Pendidikan
4. Status Fisik, Mental dan Emosional

Kesepian Lansia InteraksiSosial

Dampak Kesepian :
Dampak Interaksi Sosial :
1. Lansia akan mengalami rendah diri.
2. Tidak ingin terlibat pada kegiatan sosial. a. Meningkatkan kesehatan fisik dan
3. Mengalami kesulitan dalam pengambilan mental
keputusan. b. Meningkatkan kualitas hidup
4. Takut bertemu orang lain dan menghindari c. Mendapatkan perasaa memiliki suatu
situasi baru. kelompok
5. Mempunyai persepsi negatif tentang diri d. Perasaan terisolir
sendiri.
e. Mengalami depresi
6. Merasakan keterasingan, kesendirian, dan
perasaan tidak bahagia terhadap lingkungan f. Mempengaruhi kualitas hidup
sekitar. g. Menurunkan kemampuan bahasa dan
kemampuan memorinya

keterangan :
= yang diteliti = hubungan
= yang tidak diteliti = pengaruh

Gambar 3.1 Kerangka Konsep Hubungan Kesepian Lansia Dengan Interaksi


Sosial Pada Lansia.

25
Dapat dijelaskan penelitian ini, peneliti ingin mengetahui hubungan

kesepian lansia dengan interaksi sosial di UPT Pelayanan Sosial Lanjut Usia

Magetan. Faktor yang mempengaruhi kesepian antara lain faktor psikologi, faktor

kebudayaan serta situasional dan faktor spiritual. Dampak dari kesepian yaitu,

Lansia akan mengalami rendah diri, tidak ingin terlibat pada kegiatan sosial,

Mengalami kesulitan dalam pengambilan keputusan, Takut bertemu orang lain

dan menghindari situasi baru, Mempunyai persepsi negatif tentang diri sendiri,

Merasakan keterasingan, kesendirian, dan perasaan tidak bahagia terhadap

lingkungan sekitar. Faktor yang mempengaruhi interaksi sosial antara lain latar

belakang budaya, ikatan dengan kelompok grup, pendidikan dan status fisik,

mental dan emosional. Dampak dari interaksi sosial yaitu, Meningkatkan

kesehatan fisik dan mental, Meningkatkan kualitas hidup, dan Mendapatkan

perasaa memiliki suatu kelompok, Perasaan terisolir, Mengalami depresi,

Mempengaruhi kualitas hidup, dan Menurunkan kemampuan bahasa dan

kemampuan memorinya. Solusi mengatasi kesepian yang bisa dilakukan oleh

lanjut usia dalam menghadapi kesepian yaitu bersikap ramah, mengunjungi teman

sebaya, dan melakukan kegiatan. Interaksi sosial yang dapat dilakukan oleh lansia

diantaranya adalah dengan mengikuti kegiatan didalam maupun diluar rumah

seperti pengajian, berekreasi dengan keluarga, makan dan menonton tv bersama

keluarga. Demikian peneliti ingin mengetahui hubungan kesepian lansia dengan

interaksi sosial.

26
3.2 Hipotesis

Hipotesis penelitian ini adalah ada Hubungan Kesepian Lansia dengan

Interaksi Sosial pada Lansia di UPT Pelayanan Sosial Lanjut Usia Magetan.

27
BAB 4

METODE PENELITIAN

4.1 Rancangan Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif, dengan desain korelasi

analitik menggunakan pendekatan cross sectional. Dimana seluruh variabel yang

diamati, diukur pada saat penelitian berlangsung. Penelitian ini menggunakan data

primer untuk mengetahui hubungan kesepian lansia dengan interaksi sosial pada

lansia di UPT Pelayanan Sosial Lanjut Usia Magetan. Dimana variabel bebas

yaitu kesepian lansia dan variabel terikat yaitu interaksi sosial yang akan

dikumpulkan dalam waktu bersamaan.

4.2 Populasi dan Sampel

4.2.1 Populasi

Besarnya populasi dalam penelitian ini adalah seluruh lansia di UPT

Pelayanan Sosial Lanjut Usia Magetan dengan jumlah 86 orang.

4.2.2 Sampel

Sampel dalam penelitian ini adalah sebagian populasi lansia yang berada

di UPT Pelayanan Sosial Lanjutn Usia Magetan. Untuk menentukan besar sampel

dalam penelitian ini menggunakan rumus Slovin, sebagai berikut:

28
𝑁
n=
1+𝑁(𝑑)2

Keterangan :

n : Perkiraan Sampel

N : Jumlah Populasi

d : Tingkat Signifikansi, p (0,05)

𝑁
n=
1+𝑁(𝑑)2

70
n=
1+70 (0,05)2

70
n=
1+0.175

70
n= = 59,57 jika dibulatkan menjadi 60 responden.
1.175

Adapun kriteria penelitian adalah sebagai berikut :

1. Kriteria inklusi pada penelitian ini adalah :

a. Lansia yang tinggal di UPT Pelayanan Sosial Lanjut Usia Magetan

berusia dari 60 tahun lebih

b. Lansia yang berada di UPT Pelayanan Sosial Lanjut Usia Magetan

c. Bisa diajak berbicara

2. Kriteria eksklusi pada penelitian ini adalah :

a. Lansia yang mengalami bedrest (sakit keras / diruang isolasi)

b. Lansia dengan gangguan jiwa

c. Lansia yang tidak bersedia menjadi responden

29
d. Lansia yang tidak berada di UPT Pelayanan Sosial Lanjut Usia

Magetan.

4.3 Tehnik Sampling

Sampel ini menggunakan teknik simple random sampling. Pengambilan

sampel secara acak tanpa memperhatikan strata dalam populasi tersebut. Sehingga

semua sampel yang ada memiliki peluang yang sama untuk dijadikan sebagai

anggota sampel.

Langkah-langkah dalam pemilihan sampel dengan teknik simple random

sampling yaitu :

1. Membuat nomor undian sejumlah populasi, yaitu 01-70 dilipat sedemikian

rupa sehingga memudahkan dalam pengambilan undian.

2. Nomor yang sudah dilipat dimasukan dalam kaleng dikocok-kocok sampai

keluar nomor undian

3. Lakukan langkah 1 dan 2 sampai sampel yang dibutuhkan terpenuhi.

Sampel yang dibutuhkan sejumlah 60 sampel.

4. Jika tidak ada responden pada nomor undian yang keluar maka dikocok

lagi.

30
4.4 Kerangka Kerja Penelitian

Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh lansia di UPT PSLU Magetan dengan
jumlah 70 orang.

Sampel
Sebagian lansia UPT Pelayanan Sosial Lanjut Usia Magetan berjumlah 60 responden.

Teknik Sampling
Pengambilan sampel acak sederhana (simple random sampling).

Desain Penelitian
Menggunakan deskriptif korelasi dengan pendekatan cross sectional.

Pengumpulan Data
Menggunakan lembar kuesioner.

Variabel Bebas : Variabel Terikat :


Kesepian lansia Interaksi sosial

Pengolahan Data
Editing, Coding, Skoring, Data Entry,
Cleaning

Analisa Data
Uji Spearmen Rank

Hasil dan Kesimpulan

Gambar 4.1 Kerangka Kerja Penelitian Hubungan Kesepian Lansia dengan


Interaksi Sosial pada lansia di UPT Pelayanan Sosial Lanjut Usia
Magetan.

31
4.5 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional Variabel

4.5.1 Identifikasi Variabel Penelitian

Variabel dalam penelitian ini ada 2 yaitu variabel independent dan variabel

dependent.

1. Variabel independent

Variabel independent dalam penelitian ini adalah kesepian lansia.

2. Variabel dependent

Variabel dependent dalam penelitian ini adalah interaksi sosial.

4.5.2 Definisi Operasional Variabel

Tabel 4.1 Definisi Operasional Variabel Penelitian

Definisi Skala
Variabel Parameter Alat Ukur Skor
Operasional Data
Kesepian seseorang 20 item Kuesioner Ordinal 1) 20-40= rendah
yang merasa pertanyaan dalam UCLA 2) 41-60= sedang
kehilangan kuesioner The Loneliness 3) 61-80 = berat
orang-orang UCLA Loneliness Scale Version
terdekat atau Scale meliputi : 3 yang terdiri
ditinggal 1. Individu dari 20
pasangan ketidakhadiran pertanyaan
hidup. hubungan dengan
emosional menggunakan
yang intim. skala likert.
2. Individu yang
tidak memilik
keterlibatan
dalam
kelompok.
3. Individu tidak
ikut
berpartisipasi
dalam
kelompok.
4. Individu
merasa
dikucilkan
dengan sengan
dari jaringan.

32
Definisi Skala
Variabel Parameter Alat Ukur Skor
Operasional Data
Interaksi Hubungan 12 item dalam Kuesioner Ordinal 1) 9 – 12 = Baik
Sosial timbal balik pertanyaan Interaksi 2) 5 – 8 = Cukup
yang saling kuesioner Sosial. 3) 0 – 4 = Kurang
mempengaru interaksi sosial :
hi antara 1. 1-6 kuesioner
lansia satu interaksi sosial
dengan yang bersifat
lain. asosiatif
dimana nomor
1-3 merupakan
kerjasama, 4-6
merupakan
akomodasi.
2. 7-12
merupakan
kuesioner
interaksi sosial
bersifat
disosiatif
dimana 7-9
merupakan
persaingan dan
10-12
merupakan
kontravensi.

4.6 Instrumen Penelitian

Alat ukur ini menggunakan kuesioner (daftar pertanyaan). Pertanyaan

yang digunakan adalah angket tertutup atau berstruktur dimana angket tersebut

dibuat sedemikian rupa sehingga responden hanya tinggal memilih atau menjawab

yang sudah tersedia (responden hanya memberikan tanda (√) ).

Kuesioner kesepian lansia yang digunakan merupakan kuesionerkesepian

diadopsi dari The UCLA Loneliness Scale yang telah memiliki nilai uji dengan

bahasa yang mudah dipahami jelas dan sesuai dengan keadaan sampel. Jumlah

semua pertanyaan yang digunakan pada variabel kesepian lansia adalah 20 item

pertanyaan yang terdiri dari 11 pertanyaan yang bersifat negatif atau menunjukkan

kesepian dan 9 pertanyaan yang bersifat positif atau tidak menunjukkan kesepian.

33
Pertanyaan negatif tersebut yaitu pertanyaan nomor 2, 3, 4, 7, 8, 11, 12, 13, 14,

17, dan 18 sedangkan pertanyaan positif yaitu nomor 1, 5, 6, 9, 10, 15, 16, 19, dan

20. Skor untuk pertanyaan negatif yaitu, tidak pernah skor 1, jarang skor 2, sering

skor 3, selalu skor 4, dan untuk pertanyaan positif memiliki skor sebaliknya yaitu

tidak pernah skor 4, jarang skor 3, sering skor 2, selalu skor 1. Tingkat kesepian

dapat dikategorikan berdasarkan jumlah skor dari seluruh pertanyaan sebagai

berikut : 20 – 40 = Rendah, 41 – 60 = Sedang, 61 – 80 = Berat.

Sementara untuk kuesioner interaksi sosial, menggunakan kuesioner

interaksi sosial berupa kuesioner yang berjumlah 12 pertanyaan, yaitu1-6

kuesioner interaksi sosial bersifat asosiatif dimana nomor 1-3 merupakan

kerjasama, 4-6 merupakan akomodasi. Sedangkan nomor 7-12 merupakan

kuesioner interaksi sosial bersifat disosiatif dimana 7-9 merupakan persaingan dan

10-12 merupakan kontravensi. Cara penilaian interaksi sosial adalah jika

jawabanya diberi skor 1 dan jawaban tidak diberi skor 0. Nilai terendah yang

mungkin dicapai adalah 0 dan nilai tertinggi adalah 12, dengan interpretasi total

skor : 9 – 12 = Baik, 5 – 8 = Cukup, 0 – 4= Kurang.

4.6.1 Uji Validitas

Terdapat satu buah kuesioner yaitu kuesioner tentang kesepian yang

diadopsi dan dimodifikasi dari The UCLA Loneliness Scale yang terdiri dari 20

pertanyaan. Variabel independent adalah kesepian lansia dengan menggunakan

kuesioner yang diadopsi dan dimodifikasi dari The UCLA Loneliness Scale oleh

Agung Sanjaya semua pernyataannya mengalami perbaikan karena kuesioner

tersebut diadopsi dari bahasa Inggris dan perlu penyesuaian makna dan kata-kata

34
ketika dimodifikasi ke dalam bentuk bahasa Indonesia. Validitas kuesioner yang

diadopsi dan dimodifikasi dari The UCLA Loneliness Scale telah diuji coba

dengan 41 responden oleh Agung Sanjaya (2012) dandinyatakan valid. Sedangkan

variabel dependent adalah interaksi sosial dengan menggunakan kuesioner

interaksi sosial lansia. Validitas kuesioner interaksi sosial telah diuji validitas oleh

Rusdi I dan dinyatakan valid.

4.7 Lokasi dan Waktu Penelitian

1. Lokasi penelitian

Penelitian dilakukan di UPT Pelayanan Sosial Lanjut Usia Magetan.

2. Waktu penelitian

Waktu penelitian dilakukan pada tanggal 11 desember 2017 – 25 juli 2018.

4.8 Prosedur Pengumpulan Data

Dalam melakukan penelitian, prosedur yang ditetapkan adalah sebagai

berikut :

Peneliti mengurus surat ijin penelitian dari STIKES Bhakti Husada Mulia

Madiun yang ditujukan kepada kepala UPT Pelayanan Sosial Lanjut Usia

Magetan. Peneliti mendatangi UPT Pelayanan Sosial Lanjut Usia Magetan pada

hari senin, 14 mei 2018. Kemudian peneliti bersama 6 teman menemui responden

di wisma-wisma untuk memperkenalkan diri dan memberitahu apa maksud dan

tujuan datang ke UPT Pelayanan Sosial Lanjut Usia Magetan. Lansia yang

bersedia menjadi responden kemudian diberi lembar inform concent untuk

menandatangi pernyataan sebagai bukti. Setelah responden menandatangani

35
lembar inform concent peneliti dan teman-teman memberi lembar kuesioner

kepada responden untuk dijawab karena ada beberapa yang indra penglihatannya

menurun dan tidak bisa menulis sehingga peneliti membantu menulis jawaban

dilembar kuesioner sebelum peneliti menjawab kuesioner, peneliti terlebih dahulu

menjelaskan mengenai cara mengisi kuesioner. Memberikan kesempatan bagi

responden untuk bertanya bila ada informasi atau pertanyaan yang kurang jelas.

Kuesioner yang telah diisi dikumpulkan kembali kepada peneliti. Kemudian

peneliti melakukan pengumpulan, dan pengolahan data.

4.9 Teknik Pengolahan Data dan Analisis Data

4.9.1 Pengolahan Data

1. Editing

Hasil dari data lapangan harus dilakukan penyuntingan (editing) terlebih

dahulu. Secara umum editing merupakan kegiatan untuk pengecekan dan

perbaikan. Apabila ada data-data yang belum lengkap, jika memungkinkan

perlu dilakukan pengambilan data ulang untuk melengkapi data-data

tesebut, tetapi apabila tidak memungkinkan maka data yang tidak lengkap

tersebut tidak diolah atau dimasukan dalam pengolahan “data mising”.

2. Coding

Coding pada umur :

1 : Lanjut usia = 60 – 74 tahun

2 : Lanjut usia tua = 75 – 90 tahun

3 : Usia sangat tua = diatas 90 tahun

36
Coding pada jenis kelamin :

1 : Laki-laki

2 : perempuan

coding pada pendidikan :

1 : SD

2 : SMP

3 : SMA

4 : Sarjana

5 : Tidak Sekolah

Coding pada variabel kesepian :

1 :Rendah

2 : sedang

3 : Berat

Coding pada variabel interaksi social :

1 : Baik

2 : Cukup

3 : Kurang

3. Scoring

Setelah pengisian kuesioner selanjutnya akan dilakukan penilaian dengan

32 pertanyaan kuesioner.

a. Kuesioner kesepian lansia terdiri dari 20 pertanyaan. Pertanyaan

dengan jawaban, Skor untuk pertanyaan negatif yaitu, tidak pernah

skor 1, jarang skor 2, sering skor 3, selalu skor 4, dan untuk

37
pertanyaan positif memiliki skor sebaliknya yaitu tidak pernah skor 4,

jarang skor 3, sering skor 2, selalu skor 1. Tingkat kesepian dapat

dikategorikan berdasarkan jumlah skor dari seluruh pertanyaan

sebagai berikut :

1) 20-40 = rendah

2) 41-60= sedang

3) 61-80 = berat

b. Variabel interaksi sosial instrumen yang digunakan adalah kuesioner

yang berisi dengan 12 pertanyaan dengan jawaban ya skor 1 dan

jawaban tidak skor 0, nilai terendah yang mungkin dicapai adalah 0

dan nilai tertinggi adlah 12, dengan interpretasi total skor :

1) 9–12 = Baik

2) 5–8 = Cukup

3) 0–4 = Kurang

4. Data Entry

Data yang dalam bentuk “kode” (angka dan huruf) dimasukan ke dalam

progam atau “software” komputer. Dalam proses ini dituntut ketelitian dari

orang yang melakukan “data Entry” ini. Apabila tidak maka terjadi bias,

meski hanya memasukan data.

5. Cleaning

Apabila semua data dari setiap sumber data atau responden selesai

dimasukan, perlu dicek kembali untuk melihat kemungkinan-kemungkinan

adanya kesalahan-kesalahankode, ketidaklengkapan atau sebagainya,

38
kemudian dilakukan pembetulan atau koreksi. Proses ini disebut

pembersihan data (data cleaning).

4.9.2 Analisa Data

1. Analisa Univariat

Data yang berbentuk kategori yaitu umur, jenis kelamin, pendidikan,

kesepian dan interaksi sosial di analisis dengan pendekatan distribusi

frekuensi dan tabel. Data distribusi frekuensi akan dianalisa dengan rumus

presentase sebagai berikut :

∑𝑓
𝑃= × 100%
𝑁

Keterangan :

P : Angka Presentase

N : Jumlah Populasi

F : Frekuensi

2. Analisa Bivariat

Analisa Bivariat yaitu analisis yang dilakukan untuk mengetahui ada

tidaknya hubungan antara variabel bebas dan terikat dengan menggunakan

uji statistik Spearmen Rank. Spearmen Rank di gunakan untuk mengetahui

hubungan variabel yang mempunyai data kategori variabel yang berskala

ordinal dan ordinal. Uji yang di gunakan adalah Spearmen Rank dengan

α= 0,05. Syarat digunakan uji statistik Spearmen Rank, jika data yang di

olah mengandung skala ordinal maka dapat dilakukan uji Spearmen Rank.

39
4.10 Etika Penelitian

Menjelaskan terdapat beberapa etika penelitian keperawatan, sebagai

berikut:

1. Sukarela

Penelitian ini bersifat sukarela. Tidak ada unsur paksaan atau tekanan

secara langsung maupun tidak langsung kepada calon responden atau

sampel yang diteliti.

2. Informed Consent

Peneliti terlebih dahulu menjelaskan maksud dan tujuan penelitian.

Responden yang setuju diberikan lembar persetujuan untuk ditanda

tangani.

3. Anonymity (tanpa nama)

Pada lembar kuesioner berisi identitas dan lembar kuesioner yang berisi

pertanyaan tidak meminta responden untuk menuliskan namanya, hanya

diberi nomer responden dan nama inisial saja.

4. Kerahasiaan

Selama kurang lebih 3 bulan setelah penelitian ini dilakukan dan

dinyatakan lolos, maka lembar kuesioner yang telah diisi oleh responden

dimusnahkan dan untuk soft file akan disimpan di komputer dan diberi

password.

5. Beneficience and maleficience (Keuntungan dan kerugian)

Prinsip ini mengandung makna bahwa setiap penelitian harus

mempertimbangkan manfaat bagi responden penelitian dan meminimalisir

40
resiko atau dampak yang merugikan bagi responden penelitian. Prinsip ini

diperhatikan oleh peneliti ketika mengajukan usulan penelitian dan telah

mendapatkan persetujuan etik dari komite etik penelitian Stikes Bhakti

Husada Mulia Madiun.

41
BAB 5

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

5.1 Hasil Penelitian

5.1.1 Gambaran dan Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di UPT Pelayanan Sosial Lanjut Usia Magetan.

Jumlah lansia sebanyak 86 lansia. Peneliti mengambil responden sebanyak 60

lansia. Lokasi penelitian berada di Wilayah Magetan di Kecamatan Selosari,

Kabupaten Magetan, karena lokasi penelitian secara geografis berada pada

Wilayah pegunungan yang memiliki jalan menurun dan menanjak. Fasilitas yang

tersedia di UPT Pelayanan Sosial Lanjut Usia Magetan meliputi kantor pegawai, 8

wisma (Srikandi, Arimbi, Bima, Rama, Shinta, Arjuna, Kuthi, dan pandu),

mushola, dapur, klinik kesehatan, sarana mahasiswa, dan ruang perawatan khusus

bagi lansia yang mengalami gangguan keterbatasan fisik. Lokasi disana sangat

mudah dijangkau, karena lokasinya terletak dipinggir jalan raya dan lansia yang

tinggal di UPT Pelayanan Sosial Lanjut Usia Magetan berjumlah 86 lansia, 16

lansia dengan perawatan khusus.

Di UPT Pelayanan Sosial Lanjut Usia Magetan terdapat beberapa kegiatan

diantaranya terdapat kegiatan olahraga yaitu senam tera, senam lansia, senam otak

yang dilakukan pada hari selasa dan kamis setiap minggu. Selain senam juga ada

kegiatan lain, biasanya dilakukan kerja bakti yang dilakukan semua lansia yang

berada di wisma, lansia juga membuat kerajinan atau karya yang hasilnya sangat

berguna seperti sapu, kemonceng, dan keset.

42
5.1.2 Analisa Univariat

5.1.2.1 Data Umum

1. Karakteristik Responden Berdasarkan Usia

Karakteristik lansia di UPT Pelayanan Sosial Lanjut Usia Magetan

berdasarkan usia sebagai berikut :

Tabel 5.1 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Usia Lansia di UPT Pelayanan


Sosial Lanjut Usia Magetan Bulan Mei 2018
Usia Jumlah Presentase (%)
60-74 tahun 36 60
75-90 tahun 24 40
Diatas 90 tahun 0 0
Jumlah 60 100
Sumber: Data primer

Dapat diketahui bahwa sebagian besar lansia berumur 60-74 tahun

sebanyak 36 lansia (60%) dan tidak ada lansia yang berusia diatas 90

tahun.

2. Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin

Karakteristik lansia di UPT Pelayanan Sosial Lanjut Usia Magetan

berdasarkan jenis kelamin sebagai berikut :

Tabel 5.2 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Jenis Kelamin Lansia di UPT


Pelayanan Sosial Lanjut Usia Bulan Mei 2018
Jenis Kelamin Jumlah Presentase (%)
Laki-laki 24 40
Perempuan 36 60
Jumlah 60 100
Sumber: Data primer

Dengan demikian dapat diambil kesimpulan bahwa mayoritas lansia

yang tinggal di UPT Pelayanan Sosial Lanjut Usia Magetan berjenis

kelamin perempuan sejumlah 36 lansia (60%).

43
3. Karakteristik Responden Berdasarkan Pendidikan Terakhir

Karakteristik lansia di UPT Pelayanan Sosial Lanjut Usia Magetan

berdasarkan pendidikan terakhir sebagai berikut :

Tabel 5.3 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Pendidikan Terakhir Lansia di


UPT Pelayanan Sosial Lanjut Usia Bulan Mei 2018
Pendidikan Terakhir Jumlah Presentase (%)
SD 22 36,7
SMP 5 8,3
SMA 1 1,7
Sarjana 0 0
Tidak Sekolah 32 53,3
Jumlah 60 100
Sumber: Data primer

Dengan demikian menunjukan bahwa sebagian besar lansia tidak

sekolah sebanyak 32 lansia (53,3%), dan tidak ada lansia yang

berpendidikan sarjana.

5.1.2.2 Data Khusus

1. Karakterisitik Responden Berdasarkan Kesepian Lansia

Karakteristik lansia di UPT Pelayanan Sosial Lanjut Usia Magetan

berdasarkan kesepian lansia sebagai berikut :

Tabel 5.4 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Kesepian Lansia


di UPT Pelayanan Sosial Lanjut Usia Magetan Bulan Mei 2018
No Kesepian Frekuensi Presentase (%)
1. Rendah 11 18,3
2. Sedang 41 68,3
3. Berat 8 13,4
Jumlah 60 100
Sumber: Data primer

Dengan demikian menunjukkan bahwa sebagian besar lansia

mengalami kesepian sedang sebanyak 41 lansia (68,3%), dan sebagian

kecil lansia mengalami kesepian berat sebanyak 8 lansia (13,4%).

44
Tabulasi parameter di UPT Pelayanan Sosial Lanjut Usia Magetan

berdasarkan kesepian lansia sebagai berikut :

Tabel 5.5 Tabulasi Parameter Kesepian Lansia di UPT Pelayanan Sosial


Lanjut Usia Magetan Bulan Mei 2018
Tidak
No Parameter Pertanyaan Jarang Sering Selalu N
Pernah
1 Individu 3. Saya merasa 22 14 15 9 100%
ketidakhadiran bahwa tidak ada (36,7%) (23,3%) (25%) (15%)
hubungan seorangpun yang
emosional yang berpihak kepada
intim saya
5. Saya merasa 26 16 12 6 100%
menjadi bagian (43,3%) (26,7%) (20%) (10%)
dari suatu
kelompok teman
7. Saya merasa 15 20 13 12 100%
bahwa saya tidak (25%) (33,3%) (21,7%) (20%)
lagi dekat dengan
yang lain.
9. Saya adalah 6 15 22 17 100%
orang yang ramah (10%) (25%) (36,7%) (28,3%)
10. Ada orang-orang 4 28 13 15 100%
yang dekat (6,7%) (46,6%) (21,7%) (25%)
dengan saya
13. Tidak ada satu 18 31 8 3 100%
pun yang benar- (30%) (51,7%) (13,3%) (5%)
benar mengenal
saya.
2 Individu yang 6. Saya merasa 25 24 9 2 100%
tidak memiliki bahwa saya (41,7%) (40%) (15%) (3,3%)
keterlibatan memiliki banyak
dalam kesamaan dengan
kelompok orang- orang
disekitar saya
16. Ada orang-orang 20 30 7 3 100%
yang benar-benar (33,3%) (50%) (11,7%) (5%)
mengerti saya
19. Ada orang-orang 1 24 26 9 100%
yang dapat (1,7%) (40%) (43,3%) (15%)
berbicara dengan
saya
20. Ada orang-orang 10 20 11 19 100%
yang dapat (16,7%) (33,3%) (18,3%) (31,7%)
berpihak dengan
saya
3 Individu tidak 1. Saya merasa saya 6 21 11 22 100%
ikut sepaham dengan (10%) (35%) (18,3%) (36,7%)
berpartisipasi orang disekitar
dalam saya
kelompok 8. Saya merasa 16 18 2 24 100%
bahwa ide- ide (26,7%) (30%) (3,3%) (40%)
dan kepentingan
saya tidak
tersampaikan
kepada orang-
orang disekitar
saya

45
Tidak
No Parameter Pertanyaan Jarang Sering Selalu N
Pernah
12. Hubungan sosial 11 21 19 9 100%
saya tidak begitu (18,3%) (35%) (31,7%) (15%)
baik
15. Saya merasa saya 28 23 8 1 100%
dapat (46,7%) (38,3%) (13,3%) (1,7%)
menemukan
persahabatan
ketika
sayamenginginka
nnya

4 Individu merasa 2. Saya merasa 20 16 7 17 100%


dikucilkan bahwa saya tidak (33,3%) (26,7%) (11,7%) (28,3%)
dengan sengaja memiliki orang
dari jaringan terdekat disekitar
saya
4. Saya tidak merasa 19 5 10 26 100%
sendirian (31,7%) (8,3%) (16,7%) (43,3%)
11. Saya merasa 23 12 3 22 100%
ditinggalkan (38,3%) (20%) (5%) (36,7%)
14. Saya merasa 24 30 4 2 100%
terasing dari yang (40%) (50%) (6,7%) (3,3%)
lain
17. Saya tidak senang 7 32 13 8 100%
ketika di jauhi (11,7 (53,3% (21,7%) (13,3%)
%) )
18. Terdapat banyak 11 19 13 17 100%
orangdisekitar (18,3 (31,7% (21,7) (28,3%)
saya tetapi tidak %) )
bersama saya
Sumber: Data primer

Dari tabulasi kuesioner kesepian didapat bahwa 4 parameter

mempunyai jumlah presentase besar dari sub-sub pertanyaan yaitu untuk

parameter 1 individu ketidakhadiran hubungan emosional yang intim, yang

mendukung adanya masalah kesepian antara lain pertanyaan no. 3 “saya

merasa bahwa tidak ada seorangpun yang berpihak kepada saya”

didapatkan 38 lansia (63,3%). Pertanyaan no. 7 “saya merasa bahwa saya

tidak lagi dekat dengan yang lain” didapatkan 45 lansia (75%). Pertanyaan

no. 13 “tidak ada satu pun yang benar-benar mengenal saya” didapatkan

42 lansia (70%). Untuk parameter 2 individu yang tidak memiliki

keterlibatan dalam kelompok, tidak ada pertanyaan yang mendukung

46
adanya masalah kesepian. Untuk parameter 3 individu tidak ikut

berpartisipasi dalam kelompok, yang mendukung adanya masalah kesepian

antara lain pertanyaan no. 8 “saya merasa bahwa ide- ide dan kepentingan

saya tidak tersampaikan kepada orang-orang disekitar saya” didapatkan 44

lansia (73,3%). Pertanyaan no. 12 “hubungan sosial saya tidak begitu

baik” didapatkan 49 lansia (81,7%). Untuk parameter 4 individu merasa

dikucilkan dengan sengaja dari jaringan, yang mendukung adanya masalah

kesepian antara lain pertanyaan no. 2 “saya merasa bahwa saya tidak

memiliki orang terdekat disekitar saya” didapatkan 40 lansia (66,7%).

Pertanyaan no. 4 “saya tidak merasa sendirian” didapatkan 41 lansia

(68,3%). Pertanyaan no. 11 “saya merasa ditinggalkan” didapat 37 lansia

(61,7%). Pertanyaan no. 14 “saya merasa terasing dari yang lain”

didapatkan 36 lansia (60%). Pertanyaan no. 17 “saya tidak senang ketika

di jauhi” didapatkan 53 lansia (88,3%). Pertanyaan no. 18 “terdapat

banyak orang disekitar saya tetapi tidak bersama saya” didapatkan 49

lansia (81,7%).

2. Karakterisistik Responden Berdasarkan Interaksi Sosial

Karakteristik lansia di UPT Pelayanan Sosial Lanjut Usia Magetan

berdasarkan tingkat interaksi sosial sebagai berikut :

Tabel 5.6 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Interaksi Sosial pada Lansia di


UPT Pelayanan Sosial Lanjut Usia Magetan Bulan Mei 2018
No Interaksi Sosial Frekuensi Presentase (%)
1. Kurang 7 11,7
2. Cukup 47 78,3
3 Baik 6 10
Jumlah 60 100
Sumber: Data primer

47
Dengan demikian menunjukkan bahwa sebagian besar lansia interaksi

sosial cukup sebanyak 47 lansia (78,3%) dan sebagian kecil interaksi

sosial baik sebanyak 6 lansia (10%).

Tabulasi parameter di UPT Pelayanan Sosial Lanjut Usia Magetan

berdasarkan kesepian lansia sebagai berikut :

Tabel 5.7 Tabulasi Parameter Interaksi Sosial Lansia di UPT Pelayanan


Sosial Lanjut Usia Magetan Bulan Mei 2018
Ya Tidak
No Parameter Pertanyaan N
F % F %
1 Interaksi sosial
bersifat asosiatif
a) Kerja sama 1. Apakah di panti ini 56 93,3 4 6,7 100%
dilaksanakan
gotong royong?

2. Apakah anda selalu 52 86,7 8 13,3 100%


bekerja sama
dengan teman anda
untuk melakukan
pekerjaan dipanti
ini?

3. Apakah anda 42 70 18 30 100%


membantu teman
anda bila ia tidak
mampu melakukan
suatu pekerjaan di
panti ini?
b) Akomodasi 4. Apakah anda selalu 45 75 15 25 100%
menghargai
pendapat orang
lain?
5. Apakah anda pernah 17 28,3 43 71,7 100%
dimintai pendapat
oleh sesama
penghuni panti
tentang suatu
masalah?

6. Apakah anda pernah 5 8,3 55 91,7 100%


menjadi penengah
apabila ada
perselisihan diantara
sesama penghuni
panti ini?
2 Interaksi sosial
bersifat disasosiatif
a) Persaingan 7. Apakah ada merasa 43 71,7 17 28,3 100%
penuh semangat?

48
8. Apakah anda 60 100 0 0 100%
merasa mampu
melakukan aktivitas
seharihari
contohnya mandi,
makan?
9. Apakah anda 15 25 45 75 100%
merasa disaingi oleh
teman anda dalam
melakukan
pekerjaan di panti
ini?
b) Kontravensi 10. Apakah anda sering 20 33,3 40 66,7 100%
merasa tidak senang
dengan teman anda
dalam melakukan
suatu pekerjaan di
panti ini?

11. Apakah anda selalu 13 21,7 47 78,3 100%


mengatakan
perasaan tak senang
kepada teman anda
secara terang-
terangan?

12. Apakah anda selalu 20 33,3 40 66,7 100%


mengatakan
perasaan tak senang
kepada teman anda
secara tertutup?
Sumber: Data primer

Dari kuesioner interaksi sosial didapat bahwa 2 parameter mempunyai

jumlah presentase besar dari sub-sub pertanyaan yaitu untuk parameter 1

interaksi sosial bersifat asosiatif meliputi A) kerjasama, tidak ada

pertanyaan yang mendukung adanya masalah interaksi sosial. B)

akomodasi, yang mendukung adanya masalah interaksi sosial antara lain

pertanyaan no. 5 “apakah anda pernah dimintai pendapat oleh sesama

penghuni panti tentang suatu masalah?” didapatkan 43 lansia (71,7%) yang

menjawab Tidak. Pertanyaan no. 6 “apakah anda pernah menjadi penengah

apabila ada perselisihan diantara sesama penghuni panti ini ?” didapatkan

55 lansia (91,7%) yang menjawab Tidak. Untuk parameter 2 interaksi

sosial bersifat disasosiatif meliputi A) persaingan, yang mendukung

49
adanya masalah interaksi sosial antara lain pertanyaan no. 9 “apakah anda

merasa disaingi oleh teman anda dalam melakukan pekerjaan di panti ini?”

didapatkan 45 lansia (75%) yang menjawab Tidak. B) kontravensi, yang

mendukung adanya masalah interaksi sosial antara lain pertanyaan no. 10

“apakah anda sering merasa tidak senang dengan teman anda dalam

melakukan suatu pekerjaan di panti ini?” didapatkan 40 lansia (66,7%)

yang menjawab Tidak. Pertanyaan no. 11 “apakah anda selalu mengatakan

perasaan tak senang kepada teman anda secara terang- terangan?”

didapatkan 47 lansia (78,3%) yang menjawab Tidak. Pertanyaan no. 12

“apakah anda selalu mengatakan perasaan tak senang kepada teman anda

secara tertutup?” didapatkan 40 lansia (66,7%) yang menjawab Tidak.

5.1.3 Analisa Bivariat

Karakteristik lansia UPT Pelayanan Sosial Lanjut Usia Magetan

berdasarkan kesepian lansia dengan interaksi sosial sebagai berikut :

Tabel 5.8 Distribusi Tabel Silang Frekuensi Hubungan Kesepian Lansia dengan
Interaksi Sosial di UPT Pelayanan Sosial Lanjut Usia Magetan Bulan
Mei 2018
Interaksi Sosial P Value
Total Spearmen
Kesepian Kurang Cukup baik
F % F % F % Jumlah % Rank
Rendah 0 0 11 18,3 0 0 11 100
Sedang 3 5 32 53,3 6 10 41 100
0,042
Berat 4 6,7 4 6,7 0 0 8 100
Total 7 11,7 47 78,3 6 10 60 100
Sumber : Hasil Uji SPSS Data primer

Tabel diatas menunjukkan hasil analisis hubungan kesepian lansia dengan

interaksi sosial pada lansia di UPT Pelayanan Sosial Lanjut Usia Magetan.

Berdasarkan tabel 5.8 dapat disimpulkan bahwa dari total 60 lansia, lansia dengan

kesepian rendah mempunyai tingkat interaksi sosial cukup sebanyak 11 lansia

50
(18,3%). Lansia dengan kesepian sedang mempunyai tingkat interaksi sosial

kurang sebanyak 3 lansia (5%). Lansia dengan kesepian sedang mempunyai

tingkat interaksi sosial cukup sebanyak 32 lansia (53,3%). Lansia dengan kesepian

sedang mempunyai tingkat interaksi sosial baik sebanyak 6 lansia (10%). Lansia

dengan kesepian berat mempunyai tingkat interaksi sosial kurang sebanyak 4

lansia (6,7%). Lansia dengan kesepian berat mempunyai tingkat interaksi sosial

cukup sebanyak 4 lansia (6,7%).

Berdasarkan hasil uji statistik menggunakan Spearmen Rank, diketahui

bahwa nilai p-value sebesar 0,042, sehingga dapat disimpulkan yaitu ada

hubungan yang signifikan antara kesepian lansia dengan interaksi sosial di UPT

Pelayanan Sosial Lanjut Usia Magetan.

5.2 Pembahasan

Berdasarkan hasil pengumpulan data dengan kuesioner terhadap responden

pada bulan Mei 2017 dan setelah diolah, maka penulis akan membahas mengenai

hubungan kesepian lansia dengan interaksi sosial pada lansia di UPT Pelayanan

Sosial Lanjut Usia Magetan.

5.2.1 Kesepian Pada Lanjut Usia di UPT Pelayanan Sosial Lanjut Usia
Magetan

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan pada 60 responden yaitu

seluruh lansia yang sedang sendiri tanpa keluarga di UPT Pelayanan Sosial Lanjut

Usia Magetan, diperoleh data kesepian lansia yaitu sebanyak 11 (18,3%) lansia

mengalami kesepian rendah, sebanyak 41 (68,3%) lansia mengalami kesepian

sedang, dan sebanyak 8 (13,4%) lansia mengalami kesepian berat. Hal ini sejalan

51
dengan penelitian yang dilakukan oleh Dewi (2014) di Padukuhantiwir

Sumbersari Moyudan Sleman Yogyakarta bahwa rata – rata lansia mengalami

kesepian karena lansia merasa diasingkan, merasa jenuh dan bosan dengan

kehidupannya, sehingga lansia tidak ingin menyusahkan keluarganya dan orang –

orang disekitarnya.

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan pada lansia di UPT Pelayanan

Sosial Lanjut Usia Magetan, beberapa jawaban lansia yang sedang mengalami

kesepian adalah jauh dari anak dan sanak keluarga. Pendapat beberapa lansia,

mengatakan bahwa lansia tidak pernah di kunjungi anak ataupun saudara, dengan

demikian banyak lansia yang mengalami kesepian. Tak terkecuali pada lansia

yang telah ditinggal pasangan hidupnya meninggal ataupun ditinggal anaknya

yang sudah memiliki keluarga sendiri merupakan salah satu penyebab kesepian.

Kesepian merupakan perasaan negatif secara emosional ataupun sosial

akibat kurangnya hubungan sosial yang bersifat subjektif sehingga menyebabkan

individu merasa tersisihkan dan terpencil karena merasa berbeda dengan orang

lain. Kesepian sangat dipengaruhi oleh lingkungan tempat tinggal individu

tersebut, semakin kondusif lingkungan sekitar dengan disertai semakin banyaknya

kegiatan – kegiatan bersama maka akan mengurangi tingkat kesepian individu

tersebut. Selain 60 itu, faktor seperti jenis kelamin dan keberadaan teman dekat

juga ikut serta mempengaruhi tingkat kesepian (Rahmi, 2015).

Kesepian pada lansia dapat terjadi karena beberapa faktor diantaranya

faktor psikologi, faktor kebudayaan dan situasional, dan faktor spiritual. Faktor

psikologi antara lain harga diri rendah pada lansia disertai dengan munculnya

52
perasaan-perasaan negatif seperti perasaan takut, cemas, dan berpusat pada diri

sendiri. Faktor kebudayaan dan situasional antara lain terjadinya perubahan dalam

tata cara hidup dan kultur budaya dimana keluarga yang seharusnya merawat para

lansia kini banyak yang lebih memilih untuk menitipkan lansia ke panti dengan

alasan sibuk dan tidak mampu merawat lansia. Faktor spiritual antara lain

kekosongan spiritual pada lansia, terutama lansia yang sudah tidak banyak

beraktifitas, seringkali berakibat kesepian (Rahmi, 2015).

Kategori jenis kelamin pada lansia yang ada di UPT Pelayanan Sosial

Lanjut Usia menunjukkan bahwa jumlah lansia perempuan yang mengalami

kesepian lebih mendominasi dibandingkan dengan jumlah lansia laki – laki yang

mengalami kesepian yaitu sebanyak 36 responden (60%). Hal ini terjadi karena,

biasanya perempuan mempunyai peluang lebih besar mengalami kesepian karena

terjadinya tekanan akibat ditinggal pasangannya meninggal dunia, ditinggal anak

anaknya yang sudah mempunyai keluarga sendiri ataupun tidak memiliki

keluarga.

Pada dasarnya, perempuan memiliki tingkat kesepian lebih tinggi daripada

laki – laki. Hal tersebut disebabkan karena ketika seorang perempuan masih

bersama pasangan mereka selalu melakukan aktivitas secara bersama. Keberadaan

pasangan bagi perempuan sangatlah penting. Ketika tidak ada lagi pasangan,

perempuan akan lebih membutuhkan orang lain untuk berbagi pikiran atau

perasaannya. Hal ini berbanding terbalik dengan laki – laki, seorang laki –laki

apabila kehilangan pasangan hidupnya, kondisi emosionalnya tidak terlalu

53
berbeda dengan biasanya karena karakteristik laki – laki lebih kuat dan tertutup

daripada perempuan (Rahmi, 2015).

Lansia di UPT Pelayanan Sosial Lanjut Usia yang mengalami kesepian

rata-rata berusia 60-74 tahun yaitu sebanyak 36 responden (60%) dengan

didominasi tingkat interaksi sosial cukup yaitu sebanyak 47 responden (78,3%).

Lansia yang tinggal di UPT Pelayanan Sosial Lanjut Usia adalah lansia yang

70,94% tidak memiliki keluarga. Berdasarkan wawancara dengan pengurus panti

Emik, jumlah lansia yang pernah dikunjungi sebanyak 29,06% dari 86 orang. Dari

wawancara langsung terhadap 10 lansia didapatkan 100% yang tidak pernah

dikunjungi. Dari 10 orang tersebut mengeluh merasa kesepian, kehilangan

pasangan hidup, jauh atau pisah dari sanak keluarga, susah tidur.

5.2.2 Interaksi Sosial Pada Lansia di UPT Pelayanan Sosial Lanjut Usia
Magetan

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan pada 60 responden yaitu

seluruh lansia yang sedang berada di UPT Pelayanan Sosial Lanjut Usia Magetan,

menunjukan bahwa sebagian besar tingkat interaksi sosial kategori cukup yaitu

sebanyak 47 responden (78,3%), dan sebagian kecil tingkat interaksi sosial

kategori kurang yaitu sebanyak 7 responden (11,7%). Hal ini sejalan dengan

penelitian yang dilakukan oleh hasil penelitian ini sebanding dengan penelitian

yang dilakukan Putri (2016), yang berjudul hubungan partisipasi sosial dengan

kesepian pada lansia. Penelitian ini mendapatkan hasil bahwa terdapat hubungan

negatif yang signifikan antara partisipasi sosial dengan kesepian pada lansia (r= -

0,209; p = 0,037 < 0,05). Hal tersebut menunjukkan bahwa semakin frekuensi

partisipasi sosial, maka semakin rendah kesepian yang dirasakan oleh para lansia

54
dan sebaliknya jika frekuensi partisipasi sosial yang dimiliki rendah, maka

semakin tinggi kesepian yang dirasakan oleh para lansia. Dari hasil penelitian

menunjukkan bahwa ada partisipasi sosial yang diikuti oleh para lansia dapat

mengursngi kesepian. Hal tersebut dikarenakan perasaan kesepian muncul akibat

adanya hubungan sosial yang terisolasi, sehingga diantara perasaan kesepian dan

adanya social isolation perlu adanya partisipasi sosial agar perasaan kesepian

tersebut dapat diminimalkan.

Faktor yang mempengaruhi interaksi sosial sebagai berikut, menurut

Lestari, (2013) latar belakang budaya yaitu dimana interaksi sosial akan terbentuk

dari pola pikir seseorang melalui kebiasaannya sehingga semakin sama latar

belakang budaya antara seseorang dengan orang lain, maka akan membuat

interaksi tersebut semakin kuat, menurut Nugroho, (2009) ikatan dengan

kelompok grub yaitu dimana nilai-nilai yang dianut oleh suatu kelompok sangat

mempengaruhi cara mereka berinteraksi. Pendidikan yaitu Dimana semakin tinggi

tingkat pendidikan akan semakin kompleks sudut pandang dalam menyikapi

komunikasi yang disampaikan, dan status fisik. Mental dan emosional yaitu

Kondisi ini sangat mempengaruhi kemampuan individu melakukan interaksi

sosial. Adanya kondisi sakit atau menderita secara fisik menyebabkan penurunan

minat individu untuk melakukan hubungan sosial dengan orang lain.

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan pada lansia di UPT Pelayanan

Lanjut Usia Magetan, beberapa jawaban lansia yang sedang mengalami tingkat

interaksi sosial adalah tidak pernah dimintai pendapat sesama penghuni panti

tentang suatu masalah, dan tidak merasa penuh semangat. Pendapat beberapa

55
lansia, mengatakan bahwa lansia tidak tidak pernah dimintai pendapat oleh

sesama penghuni panti dan beberapa lansia tidak semangat dalam menjalani

kehidupan sehari – hari dan juga lansia sering merasa tidak senang dengan teman

sesama penghuni panti. Dengan demikian, banyak lansia mengalami tingkat

interaksi sosial. Tak terkecuali pada lansia yang tidak mempunyai semangat dalam

menjalani kehidupan sehari – hari dan juga lansia sering merasa tidak senang

dengan teman sesama penghuni panti merupakan salah satu penyebab tingkat

interaksi sosial.

Berdasarkan karakteristik jenis kelamin, jumlah lansia perempuan lebih

mendominasi dalam mengalami tingkat interaksi sosial yaitu sebanyak 36

responden (60%). Hal ini terjadi karena biasanya penurunan fungsi indra mereka,

sehingga untuk berkomunikasi menjadi sedikit terganggu dan juga indra

penglihatan mereka menurun tentunya hal ini dapat membuat interaksi sosial

lansia berkurang.

Berdasarkan karakteristik usia, rata-rata usia reponden yaitu 60-74 tahun

sebanyak 36 (60%). Usia tersebut adalah usia yang rentan mengalami terjadinya

tingkat interaksi sosial. Karena pada usia tersebut, individu mengalami penurunan

kesehatan dan kemampuan fisik dan individu perlahan akan menarik diri dari

hubungan masyarakat sekitar sehingga interaksi sosial menurun. Faktor usia pada

responden tidak begitu mempengaruhi tingkat interaksi sosial yang terjadi.

Kurang, cukup, atau baiknya tingkat interaksi sosial tergantung dari cara masing-

masing individu dalam berinteraksi dengan orang disekitar mereka.

56
5.2.3 Hubungan Kesepian Lansia dengan Interaksi Sosial Pada Lansia di
UPT Pelayanan Sosial Lanjut Usia Magetan

Berdasarkan hasil penelitian pada tabel 5.8 yang dilakukan pada 60

responden yaitu seluruh lansia yang berada di UPT Pelayanan Sosial Lanjut Usia

Magetan, menunjukan bahwa responden yang mengalami kesepian sedang dan

tingkat interaksi sosial cukup merupakan hasil tertinggi yaitu sebanyak 32

responden (53,3%), responden yang mengalami kesepian rendah dan tingkat

interaksi sosial cukup yaitu sebanyak 11 responden (18,3%), responden yang

mengalami kesepian sedang dan tingkat interaksi sosial baik yaitu sebanyak 6

responden (10%), responden yang mengalami kesepian berat dan tingkat interaksi

sosial kurang yaitu sebanyak 4 responden (6,7%), responden yang mengalami

kesepian berat dan tingkat interaksi sosial cukup yaitu sebanyak 4 responden

(6,7%), sementara responden yang mengalami kesepian sedang dan tingkat

interaksi sosial kurang yaitu sebanyak 3 responden (5%).

Berdasarkan hasil analisa dengan menggunakan uji statistik Spearmen

Rank di dapatkan ρ value 0,042 artinya Ha diterima, sehingga ada hubungan

kesepian lansia dengan interaksi sosial pada lansia di UPT Pelayanan Sosial

Lanjut Usia Magetan. Hasil analisis pada penelitian ini sesuai dengan menurut

Gunarsa, (2009) Kesepian merupakan kondisi yang sering mengancam kehidupan

para lansia, ketika anggota keluarga hidup terpisah dari mereka, kehilangan

pasangan hidup, kehilangan teman sebaya, dan ketidakberdayaan untuk hidup

mandiri. Penelitian ini juga sejalan dengan penelitian sanjaya dan rusdi (2012),

dengan hasil bahwa variabel interaksi sosial dan kesepain pada lansia memiliki

hubungan yang signifikan dengan nilai p = 0,000 (p<0,05) dengan nilai r = -0,652

57
dan arah hubungan negatif. Hal ini bermakna bahwa semakin besar interaksi

sosial maka semakin besar perasaan tidak kesepian dalam hal ini, menunjukkan

pentingnya peran interaksi sosial dalam mengantisipasi masalah kesepian.

Menurut Damayanti, (2013) Kesepian dapat mengakibatkan munculnya

berbagai masalah-masalah kesehatan fisik dan psikologis mulai dari depresi,

gangguan tidur, stress, keinginan bunuh diri, dan system kekebalan tubuh

menurun. Menurut Anggota IKAPI, (2010) Penyebab kesepian diawali karena

rasa malu dan terlalu takut untuk melakukan hal-hal yang tidak biasa dilakukan.

Menurut Rahmi, (2015) Faktor yang mempengaruhi kesepian dapat

dibedakan menjadi tiga macam, yaitu faktor psikologi, faktor kebudayaan dan

situasional, dan faktor spiritual. Faktor psikologi antara lain harga diri rendah

pada lansia disertai dengan munculnya perasaan-perasaan negatif seperti perasaan

takut, cemas, dan berpusat pada diri sendiri. Faktor kebudayaan dan situasional

antara lain terjadinya perubahan dalam tata cara hidup dan kultur budaya dimana

keluarga yang seharusnya merawat para lansia kini banyak yang lebih memilih

untuk menitipkan lansia ke panti dengan alasan sibuk dan tidak mampu merawat

lansia. Faktor spiritual antara lain kekosongan spiritual pada lansia, terutama

lansia yang sudah tidak banyak beraktifitas, seringkali berakibat kesepian.

Menurut Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional, (2012)

upaya lain yang dapat dilakukan dalam menghadapi kesepian antara lain,

Berusaha membuat dirinya bermanfaat bagi orang lain, memperhatikan dan

menghibur orang yang mengalami kesusahan, bagi lansia yang sudah tidak dapat

pergi kemana-mana, upaya ini dapat dilakukan melalui berhubungan dengan

58
orang lain melalui telepon, membuka diri untuk bergaul, melaksanakan ibadah

menurut agama yang dianutnya dengan tekun, menciptakan kegiatan/ kesibukan

yang bermanfaat bagi dirinya, keluarga dan masyarakat sesuai dengan

kemampuan yang dimiliki.

Menurut Sinthania, (2015) Interaksi sosial merupakan hubungan timbal

balik yang saling mempengaruhi antara individu dengan individu, individu dengan

kelompok dan kelompok dengan kelompok. Interaksi sosial terjadi jika ada

komunikasi dan saling mempengaruhi satu sama lain dalam pikiran dan tindakan.

Terjadinya penurunan kesehatan seseorang dan kemampuan fisik akan

mengakibatkan lanjut usia perlahan menarik diri dari hubungan dengan

masyarakat sekitar. Hal tersebut dapat mengakibatkan interaksi sosial menjadi

menurun. Faktor yang mempengaruhi interaksi sosial sebagai berikut, menurut

Lestari, (2013) latar belakang budaya yaitu dimana interaksi sosial akan terbentuk

dari pola pikir seseorang melalui kebiasaannya sehingga semakin sama latar

belakang budaya antara seseorang dengan orang lain, maka akan membuat

interaksi tersebut semakin kuat. Menurut Nugroho, (2009) ikatan dengan

kelompok grub yaitu dimana nilai-nilai yang dianut oleh suatu kelompok sangat

mempengaruhi cara mereka berinteraksi. Pendidikan yaitu dimana semakin tinggi

tingkat pendidikan akan semakin kompleks sudut pandang dalam menyikapi

komunikasi yang disampaikan, dan status fisik, mental dan emosional yaitu

kondisi ini sangat mempengaruhi kemampuan individu melakukan interaksi

sosial. Adanya kondisi sakit atau menderita secara fisik menyebabkan penurunan

minat individu untuk melakukan hubungan sosial dengan orang lain. Menurut

59
Laelasari; Sari; Rejeki, (2015) Selain itu apabila lansia jarang melakukan interaksi

sosial dapat menurunkan kemampuan bahasa dan kemampuan memorinya.

Untuk menghindari atau mencegah kesepian agar tidak terjadi tingkat

interaksi sosial pada lansia yang telah ditinggal pasangan ataupun sanak saudara

dan anaknya yang telah mempunyai keluarga sendiri salah satunya adalah dengan

berinteraksi sosial seperti mengikuti kegiatan didalam maupun diluar rumah

seperti pengajian, makan dan menonton tv bersama keluarga, hal itu bisa

mengurangi kesepian. Hal yang bisa mengatasi kesepian antara lain, bersikap

ramah dengan sesama, berkunjung ke tempat teman sebaya, mengikuti kegiatan-

kegiatan bersama atau yang bersifat kelompok, dan melakukan aktivitas sehari-

hari yang bermanfaat bagi diri sendiri maupun orang disekitar.

Berdasarkan dari berbagai penelitian tersebut, dapat disimpulkan bahwa

partisipasi sosial yang tinggi dapat dilihat dari seberapa sering para lansia

mengikuti kegiatan – kegiatan partisipasi sosial yang ada dalam lingkungan

mereka. Partisipasi sosial tersebut merupakan sarana bagi para lansia dalam

memiliki peran atau keterlibatan mereka didalam lingkungan masyarakat. Adanya

peran tersebut yang membuat para lansia dapat menunjukkan keterlibatan mereka

dalam sebuah kegiatan masyarakat yang berupa interaksi sosial. Tingginya

frekuensi lansia dalam mengikuti partisipasi sosial menyebabkan mereka memiliki

peran di lingkungan masyarakat yang menyebabkan mereka tidak lagi menarik

diri dari lingkungan masyarakat dan mendapatkan pengakuan dari masyarakat

yang berupa dukungan sosial (Putri, 2016).

60
5.3 Keterbatasan Penelitian

Dalam pelaksanaan penelitian ini, peneliti merasa belum optimal akan

hasil yang telah didapatkan karena banyak kelemahan dan keterbatasan antara

lain :

1. Peneliti adalah pemula atau pertama kali melakukan penelitian sehingga

belum bisa mengaplikasikan teori menyeluruh dengan hasil didapat sebatas

kemampuan peneliti.

2. Salah satu cara pengumpulan data menggunakan kuesioner,

memungkinkan responden menjawab pertanyaan dengan tidak jujur atau

tidak mengerti pertanyaan yang dimaksud, sehingga menimbulkan beda

persepsi.

61
BAB 6

PENUTUP

6.1 Kesimpulan

Beradasarkan hasil dan pembahasan dalam penelitian yang berjudul

hubungan kesepian lansia dengan interaksi sosial pada lansia di UPT Pelayanan

Sosial Lanjut Usia Magetan, penulis dapat memberikan beberapa kesimpulan

sebagai berikut :

1. Kesepian pada lansia di UPT Pelayanan Sosial Lanjut Usia Magetan,

mayoritas mengalami kesepian sedang sebanyak 41 lansia (68,3%).

2. Interaksi sosial pada lansia di UPT Pelayanan Sosial Lanjut Usia Magetan,

mayoritas interaksi sosialnya cukup sebanyak 47 lansia (78,3%).

3. Ada hubungan positif antara kesepian lansia dengan interaksi sosial yang

berarti semakin besar kesepian lansia maka semakin tinggi pula tingkat

interaksi sosial pada lansia di UPT Pelayanan Sosial Lanjut Usia.

6.2 Saran

1. Bagi Lansia

Agar meningkatkan motivasi diri untuk melakukan kegiatan-kegiatan

bersama yang bermanfaat bagi dirinya sendiri dan orang lain, agar

interaksi sosialnya tidak berkurang.

2. Bagi Instansi UPT Pelayanan Sosial Lanjut Usia

Agar pihak UPT Pelayanan Sosial Lanjut Usia dapat melakukan

kegiatan-kegiatan yang berfungsi untuk memberdayakan bakat serta

62
kemampuan yang dimiliki oleh para lansia, dari hasil penelitian ini

diharapkan menjadi pertimbangan bagi pihak panti tentang pengaruh

kegiatan tersebut terhadap perasaan kesepian dan interaksi sosial dari para

lansia yang berada di UPT Pelayanan Sosial Lanjut Usia.

3. Bagi Peneliti yang selanjutnya

Terdapat beberapa kelemahan dalam penelitian ini. Maka peneliti

selanjutnya perlu melakukan penelitian serupa yang berlokasi di suatu

komunitas masyarakat. Hal ini dikarenakan karakteristik lingkungan yang

berbeda antara di lingkungan UPT Pelayanan Sosial Lanjut Usia dan

komunitas. Maka perlu diteliti juga bagaimana hubungan kesepian lansia

dengan interaksi sosial yang ada di komunitas. Selain itu dapat juga

dilakukan penelitian yang bertujuan untuk melihat faktor-faktor apa saja

yang mempengaruhi antara kesepian lansia dengan interaksi sosial baik

yang ada di UPT Pelayanan Sosial Lanjut Usia ataupun lansia yang ada di

lingkungan komunitas. Selain itu menambahkan lembar observasi,

menanyakan lama tinggal di panti, menanyakan kunjungan keluarga, dan

menanyakan apakah masih mempunyai keluarga atau tidak.

4. Bagi Institusi Pendidikan STIKES Bhakti Husada Mulia Madiun

Diharapkan penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan referensi dan

dapat dijadikan tambahan pustaka bagi peneliti yang akan datang.

63
DAFTAR PUSTAKA

Amalia, A. 2013. Kesepian dan isolasi sosial yang dialami lanjut usia: tinjauan
dari perspektif sosiologis.Jurnal.Pusat Penelitian dan Pengembangan
Kesejahteraan Sosial Kementerian Sosial RI.<https://media.neliti.com>.
(diakses tanggal 26 Desember 2017).

Anggota IKAPI. 2010. Whole brain training for social intelligent: menggunakan
seluruh otak supaya lepas dari kesepian dan pola pikir primitif. Jakarta: PT
Gramedia.

Artinawati, S. 2014. Asuhan Keperawatan Gerontik. Bogor: IN Media.

Azizah. 2011. Keperawatan Lanjut Usia. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Badan Pusat Statistik RI. 2016. Sensus Penduduk Tahun 2015.


<http://bps.go.id/>. (Diakses tanggal12 Desember 2017).

______________. 2012. Sensus Penduduk Tahun 2011. <http://bps.go.id/>.


(Diakses tanggal 2 Desember 2017).

Basuki, W. 2015. Faktor-faktor penyebab kesepian terhadap tingkat depresi pada


lansia penghuni panti. Jurnal. Prodi Psikologi Universitas Mulawarman.
<ejournal.psikologi.fisip-unmul.ac.id>. (Diakses tanggal 12 Desember
1017).

BKKBN. 2012. Seri 4 Mental Emosional: Pembinaan Mental Emosional Bagi


Lansia. Jakarta:Direktorat Bina KetahananKeluarga Lansia dan Rentan.
Jurnal.<http://digilib.bkkbn.go.id>.(diakses tanggal 12 Desember 2017).

Cherry K. 2015. Loneliness: causes, effects and treatments for loneliness.


Jurnal.<http://psychology.about.com/od/psychotherapy/a/loneliness.htm>.
(Diakses tanggal 2 Januari 2018).

Crewdson, J. 2016. The effect of loneliness in the elderly population: a review.


Healthy Aging & Clinical Care in the Elderly. Jurnal.
<http://insights.sagepub.com/the-effect-of-loneliness-in-the-elderly-
population-a-review-article-a5439>. (Diakses tanggal 2 Januari 2018).

Damayanti, Y., Sukmono, AC. 2013. Perbedaan tingkat kesepian lansia yang
tinggal di panti werdha dan di rumah bersama keluarga. Jurnal. Prodi
Keperawatan STIKES Hang Tuah Surabaya.
<www.stikeshangtuahsby.ac.id/v1/download.php?f=MANUSKRIP%20YU
LIA.pdf>. (Diakses tanggal 1 Januari 2018).

64
Eloranta, S., Arve, S., Isoaho, H., Lehtonen, A., Viitanen, M. 2015. Loneliness of
older people aged 70: A comparison of two Finnish cohorts born 20 years
apart. Elsevier Ireland. Archives of Gerontology and Geriatrics.

Fatmawati, D. 2017. Hubungan Status Kognitif Lansia dengan Interaksi Sosial di


Wilayah Kerja Puskesmas Gamping 1 Sleman Yogyakarta. Skripsi. Prodi
Keperawatan STIKES Jenderal Achmad Yani.

Fitria, A. 2011. Interaksi Sosial dan Kualitas Hidup Lansia di Panti Werdha UPT
Pelayanan Sosial Lansia dan Anak Balita Binjai. Skripsi. Falkutas
Keperawatan Universitas Sumatera Utara.
<http://repository.usu.ac.id/handle/12345678/23398>. (Diakses tanggal 1
Januari 2018).

Fitriana, V. 2013. Hubungan antara tingkat kesepian dengan tingkat insomnia


pada lanjut usia di Desa Srimulyo Kecamatan Piyungan Bantul
Yogyakarta.Jurnal. Prodi Keperawatan Universitas Gajah Mada.
<http://etd.repository.ugm.ac.id/index.php?mod=penelitian_detail&sub=Pen
elitianDetail&act=view&typ=html&buku_id=65022&obyek_id=4>.
(Diakses tanggal 1 Januari).

Henriksen. J., Larsen. E., Mattisson. C., Andersson. N. 2017. Loneliness, health
and mortality. Jurnal. Aarhus Universitets Biblioteker.
<http://www.psykiatrien.rm.dk/siteassets/forskning/afdeling-q---
forskning/40--loneliness-health-and-mortality.pdf>. (Diakses tanggal 1
Januari 2018).

Juniarti, N., Eka, RS., Damayanti, A. 2008. Gambaran jenis dan tingkat kesepian
pada lansia di balai panti sosial Tresna Wedha Pakutandang Ciparay
Bandung tahun 2008.Jurnal. Universitas Padjajaran.
<http://pustaka.unpad.ac.id/archives/29943>. (Diakses tanggal 14 Desember
2017).

Kemenkes RI. 2015. Pelayanan dan Peningkatan Kesehatan Usia Lanjut. Jurnal.
Kemenkes: Jakarta.
<http://www.depkes.go.id/article/view/15052700010/pelayanan-dan-
peningkatan-kesehatan-usia-lanjut.html>. (Diakses 12 Desember 2017).

Kusumowardani, A. dan Puspitosari. 2014. Hubungan Antara Tingkat Depresi


Lansia dengan Interaksi Sosial Lansia di Desa Sobokerto Kecamatan
Ngemplak Boyolali.Jurnal. Kementerian Kesehatan Politeknik Kesehatan
Surakarta Jurusan Okupasi Terapi.
<http://jurnal.poltekkessolo.ac.id/index.php/Int/article/view/93>. (Diakses 2
Januari 2018).

65
Lestari, D. 2014. Hubungan Dukungan Keluarga dengan Perasaan Kesepian
Pada Usia lanjut. Skripsi.Prodi Keperawatan STIKES Aisyiyah
Yogyakarta.

Lestari, I. P. 2013. Interaksi Sosial Komunitas Samin dengan Masyarakat Sekitar.


Jurnal Komunitas.
<https://journal.unnes.ac.id/artikel_nju/komunitas/2376>. (Diakses 14
Desember 2017).

Luanaigh, CO., Lawlor, B. 2008. Loneliness and the health of older people.
International Journal of Geriatric Psychiatry.
Jurnal.<http://onlinelibrary.wiley.com/doi/10.1002/gps.2054/abstract>.
(Diakses tanggal 14 Desember 2017).

Luo, Y., Hawkley, L., Waite, L., Cacioppo, J. 2012. Loneliness, health, and
mortality in old age: a national longitudinal study. Elsevier. Social Science
&Medicine.

Maryatun, S., Herawati, D. 2012. Pengaruh pendekatan spiritual terhadap tingkat


kesepian kelurahan timbangan kecamatan indralaya utara. Jurnal. Prodi
Keperawatan Universitas Sriwijaya.
<http://ejournal.unsri.ac.id/index.php/jk_sriwijaya/article/view/2338>.
(Diakses tanggal 12 Desember 2017).

Nugroho, W. 2009. Komunikasi Dalam Keperawatan Gerontik. EGC. Jakarta.

Nursalam. 2016. Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan. Jakarta : Selemba


Medika.

Oktaria, R. 2009. Kesepian pada pria usia lanjut yang melajang. Universitas
Gunadarma.

Rahmi. 2015. Gambaran tingkat kesepian pada lansia di Panti Tresna Werdha
Pandaan. Jurnal. Magister Sains Psikologi Universitas Muhammadiyah
Malang. < http://mpsi.umm.ac.id/files/file/257-261%20Rahmi.pdf>.
(Diakses tanggal 12 Desember 2017).

Russel DW. 1996. UCLA loneliness scale (version 3): reliability, validity and
factor structure. Journal of Personality Assesment.
<https://www.researchgate.net/publication/14623374_UCLA_Loneliness_S
cale_Version_3_Reliability_Validity_and_Factor_Structure>. (Diakses
tanggal 12 Desember 2017).

66
Sanjaya, A. 2012. Kuesioner Kesepian.
<https://www.google.co.id/search?client=ucweb-b-
bbookmark&q=kuesioner+kesepian+adopsi+agung+sanjaya&oq=kuesioner
+kesepian+adopsi+agung+sanjaya&aqs=mobile-gws-lite>. (Diakses tanggal
1 Januari 2018).

Sinthania, D., Huriani. E., Sumarsih. G. 2012. Studi Fenomena : Pengalaman


Interaksi Sosial Lansia dengan Sesama Lansia dan Pengasuh di Panti Sosial
Tresna Werdha “Sabai Nan Aluih” Sicincin Kabupaten Padang Pariaman.
Jurnal. Prodi Keperawatan Universitas
Andalas.<ners.fkep.unand.ac.id/index.php/ners/article/download/96/90>.
(Diakses tanggal 2 Januari 2018).

Stanley, Micker, and Beare. 2006. Buku Ajar Keperawan Gerontik. EGC. Jakarta.

Suardiman S.P. 2011. Psikologi Usia Lanjut. Yogyakarta: Gadjah Mada


University Press.

Sunaryo. 2010, Psikologi Untuk Keperawatan. Ed 2, Buku Kedokteran EGC,


Jakarta.

Sunaryo. Wijayanti, R. and Sumedi, T. 2016. Asuhan Keperawatan Geronti. CV.


Andi Offset. Yogyakarta.

UPT PSLU (Pelayanan Sosial Lanjut Usia) Kabupaten Magetan. 2017. Data
Jumlah Lansia YangBertempat Tinggal di Panti.

Wardani, DP., Septiningsih. DS. 2016. Kesepian pada middle age (masa dewasa
pertengahan) yang melajang. Jurnal. Psikologi Univeristas Muhammadiyah
Purwokerto.
<jurnalnasional.ump.ac.id/index.php/PSYCHOIDEA/article/view/2118/165
0>. (Diakses tanggal 12 Desember 2017).

Widodo, H., Nurhamidi., Agustina, M. 2016. Hubungan Interaksi Sosial dengan


Kualitas Hidup pada Lansia di Wilayah Kerja Puskesmas Pekauman
Banjarmasin.Jurnal. STIKES Sari Mulia Banjarmasin.
<http://ojs.dinammikakesehatan.stikessarimulia.ac.id/index.php/dksm/articl
e/view/56>. (Diakses pada 2 Januari 2018).

67
Lampiran 1

SURAT IJIN PENCARIAN DATA AWAL

68
Lampiran 2

SURAT IZIN PENELITIAN

69
Lampiran 3

SURAT BALASAN PENELITIAN

70
Lampiran 4

LEMBAR PERMOHONAN MENJADI RESPONDEN

Kepada
Yth. Calon Responden
Di Tempat

Dengan hormat,
Saya yang bertanda tangan di bawah ini adalah mahasiswa Progam Studi

Ilmu Keperawatan STIKES Bhakti Husada Mulia Madiun,

Nama : Mela Brig Murdanita

NIM : 201402090

Bermaksud melakukan penelitian tentang berjudul “Hubungan Kesepian

Lansia dengan Interaksi Sosial pada Lansia di UPT PSLU Magetan”. Sehubungan

dengan ini, saya mohon kesediaan saudara untuk bersedia menjadi responden

dalam penelitian yang akan saya lakukan. Kerahasiaan data pribadi saudara akan

sangat kami jaga dan informasi yang akan saya gunakan untuk kepentingan

penelitian.

Demikian permohonan saya, atas perhatian dan kesediaan saudara saya

ucapkan terima kasih.

Madiun, Mei 2018


Peneliti

Mela Brig Murdanita


201402090

71
Lampiran 5

PERMOHONAN PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN

(Informed Consent)

Yang bertanda tangan dibawah ini :

Nama :

Umur :

Alamat :

Setelah saya mendapatkan penjelasan mengenai tujuan, manfaat, jaminan

kerahasiaan dan tidak adanya resiko dalam penelitian yang akan dilakukan oleh

mahasiswa Program Studi Keperawatan STIKES Bhakti Husada Mulia Madiun

yang bernama Mela Brig Murdanita berjudul “Hubungan Kesepian Lansia dengan

Interaksi Sosial pada Lansia di UPT PSLU Magetan”. Saya mengetahui bahwa

informasi yang akan saya berikan ini sangat bermanfaat bagi pengetahuan

keperawatan di Indonesia. Untuk itu saya akan memberikan data yang diperlukan

dengan sebenar-benarnya. Demikian penyataan ini saya buat untuk dipergunakan

sesuai keperluan.

Madiun, Mei 2018


Peneliti Responden

Mela Brig Murdanita


201402090

72
Lampiran 6
KUESIONER
Data Responden
No. Responden : Alamat :
Nama :
Umur : 60- 74 Tahun 75 – 90 Tahun Diatas 90
Jenis Kelamin : Laki-laki Perempuan
Pendidikan terakhir : SD SMP SMA
Sarjana Tidak Sekolah
KUESIONER KESEPIAN
Petunjuk Pengisian
Dibawah ini terdapat pernyataan mengenai kesepian yang mungkin bapak/ ibu
merasakannya setiap harinya. Bacalah setiap pernyataan dengan seksama
kemudian berikan jawaban saudara pada lembar jawaban bagi setiap pernyataan
tersebut dengan cara mencentang (√).
1. Tidak Pernah : Jika anda tidak pernah merasakan sepanjang hari
2. Jarang : Jika anda merasakan 1-2 kali sepanjang hari
3. Sering : Jika anda merasakan hampir sepanjang hari
4. Selalu : Jika anda sepanjang hari merasakan
Tidak
No Pertanyaan Jarang Sering Selalu
Pernah
1 Saya merasa saya sepaham dengan orang disekitar
saya.
2 Saya merasa bahwa saya tidak memiliki orang
terdekat disekitar saya.
3 Saya merasa bahwa tidak ada seorangpun yang
berpihak kepada saya.
4 Saya tidak merasa sendirian.
5 Saya merasa menjadi bagian dari suatu kelompok
teman
6 Saya merasa bahwa saya memiliki banyak kesamaan
dengan orang-orang disekitar saya.
7 Saya merasa bahwa saya tidak lagi dekat dengan
yang lain.
8 Saya merasa bahwa ide-ide dan kepentingan saya
tidak tersampaikan kepada orang-orang disekitar
saya.
9 Saya adalah orang yang ramah.

73
Tidak
No Pertanyaan Jarang Sering Selalu
Pernah
10 Ada orang-orang yang dekat dengan saya.
11 Saya merasa ditinggalkan.
12 Hubungan sosial saya tidak begitu baik.
13 Tidak ada satu pun yang benar-benar mengenal saya.
14 Saya merasa terasing dari yang lain.
15 Saya merasa saya dapat menemukan persahabatan
ketika saya menginginkannya.
16 Ada orang-orang yang benar-benar mengerti saya.
17 Saya tidak senang ketika di jauhi.
18 Terdapat banyak orang disekitar saya tetapi tidak
bersama saya.
19 Ada orang-orang yang dapat berbicara dengan saya.
20 Ada orang-orang yang dapat berpihak dengan saya.
Total

KUESIONER INTERAKSI SOSIAL


Petunjuk Pengisian
Dibawah ini terdapat pernyataan mengenai interaksi sosial yang mungkin bapak/
ibu lakukan setiap harinya. Berikan jawaban saudara pada lembar jawaban bagi
setiap pernyataan tersebut dengan cara mencentang (√).
1. Ya : jika anda melakukannya
2. Tidak :jika anda tidak melakukannya
No Pertanyaan Ya Tidak
1 Apakah di panti ini dilaksanakan gotong royong?
2 Apakah anda selalu bekerja sama dengan teman anda untuk
melakukan pekerjaan dipanti ini?
3 Apakah anda membantu teman anda bila ia tidak mampu melakukan
suatu pekerjaan di panti ini?
4 Apakah anda selalu menghargai pendapat orang lain?
5 Apakah anda pernah dimintai pendapat oleh sesama penghuni panti
tentang suatu masalah?
6 Apakah anda pernah menjadi penengah apabila ada perselisihan
diantara sesama penghuni panti ini?
7 Apakah ada merasa penuh semangat?
8 Apakah anda merasa mampu melakukan aktivitas seharihari
contohnya mandi, makan?
9 Apakah anda merasa disaingi oleh teman anda dalam melakukan
pekerjaan di panti ini?
10 Apakah anda sering merasa tidak senang dengan teman anda dalam
melakukan suatu pekerjaan di panti ini?
11 Apakah anda selalu mengatakan perasaan tak senang kepada teman
anda secara terang-terangan?
12 Apakah anda selalu mengatakan perasaan tak senang kepada teman
anda secara tertutup?
Total

74
Lampiran 7

TABULASI DATA KUESIONER RESPONDEN

TABULASI KUESIONER KESEPIAN

Nama Jenis Pendidikan Skor Pertanyaan Kesepian skor keterangan


No Usia
(inisial) Kelamin Terakhir 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20
1 Ny. J P 65 Tidak sekolah 1 1 1 4 1 4 1 2 1 1 2 1 1 1 4 3 4 1 1 1 36 rendah
2 Ny.R P 70 Tidak sekolah 3 2 1 3 2 3 2 3 2 2 2 2 3 2 3 3 3 2 2 2 47 sedang
3 Ny. S P 68 Tidak sekolah 1 1 1 4 1 4 1 1 1 1 4 1 1 1 4 1 4 2 1 1 36 rendah
4 Tn. R L 65 SMP 3 2 1 2 1 4 2 2 2 3 1 2 2 2 3 3 2 2 3 3 45 sedang
5 Tn.K L 78 Tidak sekolah 1 4 3 1 1 2 4 4 2 2 4 4 2 2 4 4 2 3 2 1 52 sedang
6 Ny.S P 64 Tidak sekolah 3 2 2 3 3 3 2 2 3 1 1 2 2 1 3 3 4 2 3 3 48 sedang
7 Ny.C P 69 Tidak sekolah 3 1 2 3 1 2 2 2 3 2 1 2 3 2 2 3 2 2 2 4 44 sedang
8 Ny.M P 65 Tidak sekolah 2 2 1 3 4 2 2 2 1 1 1 1 1 1 3 2 1 3 1 1 22 rendah
9 Tn.R L 79 SD 2 2 2 3 3 3 3 1 1 1 1 4 1 1 3 3 1 2 2 2 41 sedang
10 Ny.S P 77 Tidak sekolah 2 3 4 4 3 4 3 4 2 3 4 3 3 2 4 3 2 4 3 1 60 sedang
11 Ny.S P 62 Tidak sekolah 3 2 2 3 2 4 2 2 3 4 2 2 2 1 3 3 2 1 3 3 46 sedang
12 Tn.J L 65 SD 2 2 2 4 3 3 4 2 1 1 3 3 4 3 3 2 3 3 2 3 53 sedang
13 Ny.S P 67 Tidak sekolah 4 1 1 4 3 4 1 1 1 1 3 2 1 1 3 2 4 3 2 2 44 sedang
14 Tn.J L 78 Tidak sekolah 1 1 1 4 1 4 1 1 1 1 4 1 1 1 4 1 1 1 1 1 35 rendah
15 Ny.S P 76 Tidak sekolah 3 1 1 1 2 3 3 2 3 3 2 2 2 1 3 3 2 2 3 2 44 sedang
16 Tn.T L 80 Tidak sekolah 4 2 2 1 2 3 2 1 4 4 1 2 2 1 4 4 1 2 4 4 50 sedang
17 Tn.W L 71 SMP 3 2 2 4 1 3 4 2 3 3 2 2 2 1 3 3 3 2 3 3 51 sedang
18 Tn.A L 68 SMA 1 4 3 4 1 4 3 4 2 3 4 3 2 2 4 4 2 4 3 4 61 berat

75
19 Ny.S P 65 SD 2 1 1 4 4 3 1 2 1 1 1 1 1 1 3 3 3 2 2 2 39 rendah
20 Tn.M L 68 Tidak sekolah 4 3 4 3 2 4 3 4 2 3 4 3 2 3 4 4 2 4 3 1 62 berat
21 Tn.M L 67 SD 3 3 4 4 3 3 2 3 2 3 4 3 2 2 2 2 2 4 2 3 52 sedang
22 Ny.S P 76 SD 3 2 2 1 2 4 2 4 4 4 1 1 2 1 4 3 2 1 1 1 45 sedang
23 Ny.S P 68 SD 3 1 1 3 2 4 3 2 1 4 1 3 1 4 2 4 3 3 3 3 53 sedang
24 Tn.K L 75 Tidak sekolah 1 4 3 1 1 2 4 4 2 2 4 4 2 2 4 4 2 3 2 1 52 sedang
25 Ny.Y P 67 SD 1 1 1 1 4 2 2 1 1 1 1 3 1 1 3 2 3 3 2 2 36 rendah
26 Tn.J L 65 SD 1 4 3 1 1 2 4 4 2 2 4 4 2 2 4 4 2 3 2 1 52 sedang
27 Ny.K P 76 Tidak sekolah 3 2 1 1 1 3 2 2 3 3 1 2 1 1 3 3 1 2 3 3 41 sedang
28 Ny.S P 80 Tidak sekolah 3 1 2 3 2 4 2 2 3 3 2 2 3 2 3 3 3 2 3 3 51 sedang
29 Ny.S P 76 Tidak sekolah 4 1 1 1 2 4 2 1 3 3 1 1 2 2 1 3 2 4 3 3 44 sedang
30 Ny.J P 76 SD 3 1 4 1 1 4 1 2 1 1 2 1 1 1 2 2 3 1 2 2 36 rendah
31 Ny.S P 62 SD 2 3 4 4 3 4 3 4 2 3 4 3 3 2 4 3 2 4 3 4 64 Berat
32 Tn.S L 64 SD 3 4 3 4 2 3 2 4 2 2 4 3 1 4 2 3 3 4 2 2 57 Sedang
33 Ny.S P 62 Tidak sekolah 2 4 4 4 2 3 4 4 2 3 4 3 2 2 4 3 3 4 2 3 62 Berat
34 Tn.S L 66 SD 1 4 3 4 1 4 3 4 2 3 4 3 2 2 4 4 2 4 3 4 61 Berat
35 Tn.A L 64 SD 1 4 3 4 1 4 3 4 2 3 4 4 2 2 4 4 2 4 3 4 62 Berat
36 Tn.S L 76 SMP 3 2 1 2 2 3 2 1 3 2 1 2 2 1 3 3 2 2 3 3 43 Sedang
37 Tn.W L 64 SD 1 1 1 4 1 4 1 1 1 1 2 1 1 1 4 1 4 1 1 1 32 Rendah
38 Ny.S P 66 SD 3 4 1 1 1 3 1 2 3 3 1 3 4 2 3 3 1 1 3 4 47 Sedang
39 Ny.K P 76 Tidak sekolah 1 4 3 4 1 4 3 4 2 3 4 3 2 2 4 4 2 4 3 4 61 Berat
40 Ny.S P 67 SD 2 3 4 4 3 4 3 4 2 3 4 3 3 2 4 3 2 4 2 3 62 Berat
41 Ny.M P 64 SD 1 1 2 4 4 3 1 1 1 1 1 4 1 1 2 3 3 4 2 3 43 Sedang
42 Tn.S L 66 Tidak sekolah 3 2 2 2 3 3 2 2 3 1 1 2 2 1 2 3 2 2 2 3 42 Sedang
43 Tn.D L 78 SD 4 2 1 2 1 3 2 2 4 3 1 3 3 2 3 4 1 1 2 4 48 Sedang

76
44 Ny.S P 63 Tidak sekolah 1 4 3 3 3 3 4 4 2 2 4 2 2 2 3 3 2 3 1 2 53 sedang
45 Ny.L P 76 Tidak sekolah 2 2 2 1 2 4 2 1 2 3 2 2 1 2 3 3 3 2 2 3 44 Sedang
46 Ny.S P 75 Tidak sekolah 3 2 1 2 2 3 2 1 3 3 2 2 1 2 3 3 3 2 3 3 46 Sedang
47 Ny.W P 72 Tidak sekolah 4 2 1 1 2 4 4 1 4 3 1 3 2 2 3 3 2 1 3 3 49 Sedang
48 Ny.K P 79 Tidak sekolah 2 1 2 4 1 4 1 2 4 3 1 2 4 1 2 3 2 2 2 2 45 Sedang
49 Tn.H L 72 SD 1 4 3 1 1 2 4 4 2 2 4 4 2 2 4 4 2 3 2 1 50 Sedang
50 Ny.E P 77 SMP 1 1 1 4 4 1 1 1 1 1 1 1 1 1 4 1 4 1 1 1 32 Rendah
51 Tn.H L 75 SMP 1 1 2 4 1 4 3 4 3 2 4 3 2 3 4 4 2 4 2 4 57 Sedang
52 Ny.P P 76 Tidak sekolah 3 3 4 4 3 3 1 1 3 2 3 2 2 2 4 4 3 2 3 3 55 Sedang
53 Tn.K L 66 SD 3 1 2 1 1 3 1 1 3 4 1 2 3 1 4 4 1 2 2 3 43 Sedang
54 Tn.T L 64 Tidak sekolah 1 4 3 1 1 2 4 4 2 2 4 4 2 2 4 4 2 3 2 1 52 Sedang
55 Ny.K P 77 SD 3 4 4 2 3 3 3 4 3 3 1 2 2 3 3 2 2 3 3 2 55 Sedang
56 Ny.W P 66 Tidak sekolah 1 1 1 4 1 4 1 2 1 2 2 1 1 1 4 4 4 1 1 1 38 Rendah
57 Ny.K P 75 Tidak sekolah 2 1 2 1 2 1 2 1 4 3 2 2 1 2 2 2 2 4 3 1 40 Rendah
58 Tn.T L 77 SD 1 4 3 1 1 2 4 4 2 2 4 4 2 2 4 4 2 3 2 1 48 Sedang
59 Tn.H L 65 Tidak sekolah 1 4 3 4 1 4 3 4 2 3 4 3 2 2 4 4 2 4 3 1 58 Sedang
60 Ny.M P 64 Tidak sekolah 1 4 3 1 1 2 4 4 2 2 4 4 2 2 4 4 3 2 2 1 52 Sedang

77
TABULASI KUESIONER INTERAKSI SOSIAL

nama jenis pendidikan Skor Pertanyaan Interaksi Sosial


no usia skor keterangan
(inisial) kelamin terakhir
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
1 Ny. J P 65 Tidak sekolah 1 1 1 1 0 0 1 1 1 0 0 0 7 cukup
2 Ny.R P 70 Tidak sekolah 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 0 9 baik
3 Ny. S P 68 Tidak sekolah 1 1 1 1 0 0 0 1 0 1 1 1 8 cukup
4 Tn. R L 65 SMP 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 10 baik
5 Tn.K L 78 Tidak sekolah 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 0 1 9 baik
6 Ny.S P 64 Tidak sekolah 1 1 1 1 1 0 1 1 0 0 0 0 7 cukup
7 Ny.C P 69 Tidak sekolah 1 0 0 1 0 0 1 1 0 0 1 0 5 cukup
8 Ny.M P 65 Tidak sekolah 1 1 1 1 0 0 1 1 0 0 0 1 7 cukup
9 Tn.R L 79 SD 0 0 0 1 0 0 1 1 0 0 0 1 4 kurang
10 Ny.S P 77 Tidak sekolah 1 1 1 0 0 0 0 1 0 1 0 0 5 cukup
11 Ny.S P 62 Tidak sekolah 1 1 0 1 1 1 1 1 0 0 0 0 7 cukup
12 Tn.J L 65 SD 1 1 1 1 0 1 1 1 0 0 0 0 7 cukup
13 Ny.S P 67 Tidak sekolah 1 1 1 1 0 0 1 1 0 0 0 0 6 cukup
14 Tn.J L 78 Tidak sekolah 1 1 1 1 0 0 1 1 0 0 0 0 6 cukup
15 Ny.S P 76 Tidak sekolah 1 1 1 1 0 0 1 1 0 0 1 1 8 cukup
16 Tn.T L 80 Tidak sekolah 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 1 0 2 kurang
17 Tn.W L 71 SMP 0 0 1 1 1 0 1 1 1 0 0 0 6 cukup
18 Tn.A L 68 SMA 1 1 0 0 0 0 0 0 1 1 1 1 6 cukup
19 Ny.S P 65 SD 0 1 1 1 1 0 1 1 0 0 0 0 6 cukup
20 Tn.M L 68 Tidak sekolah 1 1 1 0 0 0 0 1 0 0 0 0 4 kurang
21 Tn.M L 67 SD 1 1 1 1 0 0 1 1 1 0 0 0 7 cukup

78
22 Ny.S P 76 SD 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 0 8 cukup
23 Ny.S P 68 SD 1 1 1 1 0 0 1 1 1 0 0 0 7 cukup
24 Tn.K L 75 Tidak sekolah 1 1 1 1 0 0 0 1 0 0 0 0 5 cukup
25 Ny.Y P 67 SD 1 1 0 1 1 0 1 1 0 0 0 1 7 cukup
26 Tn.J L 65 SD 1 1 1 1 0 0 1 1 0 1 0 0 7 cukup
27 Ny.K P 76 Tidak sekolah 1 1 1 1 0 0 1 1 0 0 0 0 6 cukup
28 Ny.S P 80 Tidak sekolah 1 0 1 1 1 0 1 1 0 1 0 1 8 cukup
29 Ny.S P 76 Tidak sekolah 1 1 1 1 0 0 0 1 0 1 0 0 6 cukup
30 Ny.J P 76 SD 1 1 0 1 1 0 1 1 1 0 1 0 8 cukup
31 Ny.S P 62 SD 1 1 0 0 0 0 1 1 0 0 0 0 4 kurang
32 Tn.S L 64 SD 1 1 1 1 0 0 1 1 0 1 0 0 7 cukup
33 Ny.S P 62 Tidak sekolah 1 1 0 0 0 0 1 1 0 0 0 0 4 kurang
34 Tn.S L 66 SD 1 1 0 0 0 0 1 1 1 1 0 0 6 cukup
35 Tn.A L 64 SD 1 1 0 0 0 0 0 1 0 1 0 0 4 kurang
36 Tn.S L 76 SMP 1 1 1 1 1 0 1 1 0 0 0 0 7 cukup
37 Tn.W L 64 SD 1 1 1 1 0 0 1 1 0 0 0 0 6 cukup
38 Ny.S P 66 SD 1 1 1 1 0 1 1 1 0 0 1 0 8 cukup
39 Ny.K P 76 Tidak sekolah 1 1 0 0 0 0 1 1 0 1 0 0 5 cukup
40 Ny.S P 67 SD 1 1 0 1 0 0 1 1 0 1 0 0 6 cukup
41 Ny.M P 64 SD 1 0 0 1 0 0 1 1 0 0 0 1 5 cukup
42 Tn.S L 66 Tidak sekolah 1 1 1 1 0 0 1 1 0 0 0 0 6 cukup
43 Tn.D L 78 SD 1 1 1 0 0 0 0 1 0 0 0 1 5 cukup
44 Ny.S P 63 Tidak sekolah 1 1 1 1 0 0 1 1 0 0 0 1 7 cukup
45 Ny.L P 76 Tidak sekolah 1 1 1 1 0 0 0 1 0 1 1 1 8 cukup
46 Ny.S P 75 Tidak sekolah 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 10 baik

79
47 Ny.W P 72 Tidak sekolah 1 0 0 1 0 0 0 1 0 1 1 1 6 cukup
48 Ny.K P 79 Tidak sekolah 1 0 0 1 1 0 0 1 0 1 0 1 6 cukup
49 Tn.H L 72 SD 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 0 1 9 baik
50 Ny.E P 77 SMP 1 1 1 1 1 0 1 1 0 0 0 1 8 cukup
51 Tn.H L 75 SMP 1 1 0 0 0 0 1 1 0 1 0 0 5 cukup
52 Ny.P P 76 Tidak sekolah 1 1 1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 5 cukup
53 Tn.K L 66 SD 1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 4 kurang
54 Tn.T L 64 Tidak sekolah 1 1 1 1 0 0 0 1 1 1 0 1 8 cukup
55 Ny.K P 77 SD 1 1 1 1 0 0 1 1 0 0 0 0 6 cukup
56 Ny.W P 66 Tidak sekolah 1 1 1 1 0 0 1 1 0 0 1 1 8 cukup
57 Ny.K P 75 Tidak sekolah 1 1 1 1 0 0 0 1 1 0 0 0 6 cukup
58 Tn.T L 77 SD 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 0 1 8 cukup
59 Tn.H L 65 Tidak sekolah 1 1 0 0 0 0 1 1 1 1 0 0 6 cukup
60 Ny.M P 64 Tidak sekolah 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 0 1 9 baik

80
Lampiran 8
DISTRIBUSI FREKUENSI

1. Umur
Umur
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid 60-74 36 60.0 60.0 60.0
75-90 24 40.0 40.0 100.0
Total 60 100.0 100.0
2. Jenis Kelamin
jenis_kelamin
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid L 24 40.0 40.0 40.0
P 36 60.0 60.0 100.0
Total 60 100.0 100.0
3. Pendidikan Terakhir
pendidikan_terakhir
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid SD 22 36.7 36.7 36.7
SMP 5 8.3 8.3 45.0
SMA 1 1.7 1.7 46.7
TIDAK
32 53.3 53.3 100.0
SEKOLAH
Total 60 100.0 100.0
4. Kesepian
Kesepian
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid KESEPIAN RENDAH 9 15.0 15.0 15.0
KESEPIAN SEDANG 42 70.0 70.0 85.0
KESEPIAN BERAT 9 15.0 15.0 100.0
Total 60 100.0 100.0
5. Interaksi Sosial
interaksi_sosial
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid BAIK 6 10.0 10.0 10.0
CUKUP 47 78.3 78.3 88.3
KURANG 7 11.7 11.7 100.0
Total 60 100.0 100.0

81
Lampiran 9
HASIL UJI NORMALITAS

Case Processing Summary

Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
Kesepian 60 100.0% 0 .0% 60 100.0%
interaksi_sosial 60 100.0% 0 .0% 60 100.0%

Descriptives

Statistic Std. Error


Kesepian Mean 2.0000 .07131
95% Confidence Interval for Lower Bound 1.8573
Mean
Upper Bound 2.1427
5% Trimmed Mean 2.0000
Median 2.0000
Variance .305
Std. Deviation .55234
Minimum 1.00
Maximum 3.00
Range 2.00
Interquartile Range .00
Skewness .000 .309
Kurtosis .470 .608
interaksi_sosial Mean 2.0167 .06056
95% Confidence Interval for Lower Bound 1.8955
Mean
Upper Bound 2.1378
5% Trimmed Mean 2.0185
Median 2.0000
Variance .220
Std. Deviation .46910
Minimum 1.00
Maximum 3.00
Range 2.00

82
Interquartile Range .00
Skewness .060 .309
Kurtosis 1.861 .608

Tests of Normality

Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Statistic df Sig. Statistic df Sig.
Kesepian .350 60 .000 .726 60 .000
interaksi_sosial .398 60 .000 .640 60 .000
a. Lilliefors Significance Correction

83
Lampiran 10

CROSSTABULATION

UMUR
KESEPIAN * UMUR Crosstabulation

umur
60-74 75-90 Total
kesepian KESEPIAN RENDAH Count 5 4 9
Expected Count 5.4 3.6 9.0
% of Total 8.3% 6.7% 15.0%
KESEPIAN SEDANG Count 23 19 42
Expected Count 25.2 16.8 42.0
% of Total 38.3% 31.7% 70.0%
KESEPIAN BERAT Count 8 1 9
Expected Count 5.4 3.6 9.0
% of Total 13.3% 1.7% 15.0%
Total Count 36 24 60
Expected Count 36.0 24.0 60.0
% of Total 60.0% 40.0% 100.0%

INTERAKSI_SOSIAL * UMUR Crosstabulation


umur
60-74 75-90 Total
interaksi_sosial BAIK Count 3 3 6
Expected Count 3.6 2.4 6.0
% of Total 5.0% 5.0% 10.0%
CUKUP Count 28 19 47
Expected Count 28.2 18.8 47.0
% of Total 46.7% 31.7% 78.3%
KURANG Count 5 2 7
Expected Count 4.2 2.8 7.0
% of Total 8.3% 3.3% 11.7%
Total Count 36 24 60
Expected Count 36.0 24.0 60.0
% of Total 60.0% 40.0% 100.0%

84
JENIS KELAMIN

KESEPIAN * JENIS_KELAMIN Crosstabulation


jenis_kelamin
L P Total
kesepian KESEPIAN RENDAH Count 3 6 9
Expected Count 3.6 5.4 9.0
% of Total 5.0% 10.0% 15.0%
KESEPIAN SEDANG Count 14 28 42
Expected Count 16.8 25.2 42.0
% of Total 23.3% 46.7% 70.0%
KESEPIAN BERAT Count 7 2 9
Expected Count 3.6 5.4 9.0
% of Total 11.7% 3.3% 15.0%
Total Count 24 36 60
Expected Count
24.0 36.0 60.0

% of Total 40.0% 60.0% 100.0%

INTERAKSI_SOSIAL * JENIS_KELAMIN Crosstabulation


jenis_kelamin
L P Total
interaksi_sosial BAIK Count 2 4 6
Expected Count 2.4 3.6 6.0
% of Total 3.3% 6.7% 10.0%
CUKUP Count 15 32 47
Expected Count 18.8 28.2 47.0
% of Total 25.0% 53.3% 78.3%
KURANG Count 7 0 7
Expected Count 2.8 4.2 7.0
% of Total 11.7% .0% 11.7%
Total Count 24 36 60
Expected Count 24.0 36.0 60.0
% of Total 40.0% 60.0% 100.0%

85
PENDIDIKAN TERAKHIR

KESEPIAN * PENDIDIKAN_TERAKHIR Crosstabulation


pendidikan_terakhir
TIDAK
SD SMP SMA SEKOLAH Total
kesepian KESEPIAN RENDAH Count 3 1 0 5 9
Expected Count 3.3 .8 .2 4.8 9.0
% of Total 5.0% 1.7% .0% 8.3% 15.0%
KESEPIAN SEDANG Count 14 4 0 24 42
Expected Count 15.4 3.5 .7 22.4 42.0
% of Total 23.3% 6.7% .0% 40.0% 70.0%
KESEPIAN BERAT Count 5 0 1 3 9
Expected Count 3.3 .8 .2 4.8 9.0
% of Total 8.3% .0% 1.7% 5.0% 15.0%
Total Count 22 5 1 32 60
Expected Count 22.0 5.0 1.0 32.0 60.0
% of Total 36.7% 8.3% 1.7% 53.3% 100.0%

INTERAKSI_SOSIAL * PENDIDIKAN_TERAKHIR Crosstabulation

pendidikan_terakhir
TIDAK
SD SMP SMA SEKOLAH Total
interaksi_sosial BAIK Count 1 1 0 4 6
Expected Count 2.2 .5 .1 3.2 6.0
% of Total 1.7% 1.7% .0% 6.7% 10.0%
CUKUP Count 18 4 1 24 47
Expected Count 17.2 3.9 .8 25.1 47.0
% of Total 30.0% 6.7% 1.7% 40.0% 78.3%
KURANG Count 3 0 0 4 7
Expected Count 2.6 .6 .1 3.7 7.0
% of Total 5.0% .0% .0% 6.7% 11.7%
Total Count 22 5 1 32 60
Expected Count 22.0 5.0 1.0 32.0 60.0
% of Total 36.7% 8.3% 1.7% 53.3% 100.0%

86
Lampiran 11
HASIL UJI SPSS

KESEPIAN * INTERAKSI_SOSIAL Crosstabulation

interaksi_sosial

BAIK CUKUP KURANG Total

kesepian KESEPIAN RENDAH Count 0 9 0 9

Expected Count .9 7.0 1.0 9.0

% within kesepian .0% 100.0% .0% 100.0%

KESEPIAN SEDANG Count 6 33 3 42

Expected Count 4.2 32.9 4.9 42.0

% within kesepian 14.3% 78.6% 7.1% 100.0%

KESEPIAN BERAT Count 0 5 4 9

Expected Count .9 7.0 1.0 9.0

% within kesepian .0% 55.6% 44.4% 100.0%

Total Count 6 47 7 60

Expected Count 6.0 47.0 7.0 60.0

% within kesepian 10.0% 78.3% 11.7% 100.0%

UJI SPEARMEN RANK

Correlations
kesepian interaksi_sosial
Spearman's rho kesepian Correlation Coefficient 1.000 .264*
Sig. (2-tailed) . .042
N 60 60
*
interaksi_sosial Correlation Coefficient .264 1.000
Sig. (2-tailed) .042 .
N 60 60
*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).

87
Lampiran 12

JADWAL KEGIATAN PENELITIAN

Bulan
No Kegiatan
Desember Januari Februari Maret April Mei Juni Juli
1. Menentukan topik proposal
2 Konsul judul
3. Survey pendahuluan
4. Penyusunan proposal
5. Bimbingan proposal
6. Ujian proposal
7. Revisi proposal
8. Pengurusan surat dan perizinan
9. Penyusunan dan konsul skripsi
10. Ujian skripsi
11. Revisi skripsi

88
Lampiran 13

DOKUMENTASI PENELITIAN

89
Lampiran 14

LEMBAR KONSULTASI BIMBINGAN

90
91
92

Anda mungkin juga menyukai