Anda di halaman 1dari 38

VOL. 7 NO.

2 SEPTEMBER 2019 ISSN 2442-5087

ISI
• Efektivitas Pemberian Tablet Fe Terhadap Kadar Hemoglobin Ibu Hamil
Trimester III Dengan Kejadian Anemia Di Puskesmas Ampenan
Rosa Mutianingsih dan Siti Wathaniah
• Hubungan Tingkat Stress Dengan Kejadian Keputihan Pada Remaja Putri Kelas
X dan XI di MA Hidayaturrahman NW Menggala
Erniawati Pujiningsih dan Sofian Hadi
• Pemberian Ekstrak Daun Kacang Panjang (Vigna Sinensis L) Terhadap
Peningkatan Produksi Asi Pada Ibu Nifas
Asri Daniyati dan Nia Supiana
• Peran Bidan Dalam Pelaksanaan Program Perencanaan Persalinan Dan
Pencegahan Komplikasi (P4K) Di Puskesmas Tanjung Karang
Indri Septiani, Nia Supianan*, dan Shohifatul Mawaddah
• Hubungan Persalinan Preterm Dengan Kejadian Asfiksia Neonatorum Di Ruang
NICU RSUP NTB
Nurul Auliya Kamila, Siti Wathaniah, dan Farida Rismayani
 Pengaruh Perlakuan Rebusan Gula Aren (Arenga Pinnata) Yang Diberikan
Perolar Terhadap Stamina Mencit Dengan Metode Natatory Exhaution
M. Sidrotullah , Khairil Pahmi, dan Amrillah
 Studi Preklinik : Efek Kombinasi Madu Dan Serbuk Biji Gorek (Caesalpinia
Crista) Terhadap Kadar Glukosa Darah
Andy Susbandiyah Ifada*, Ade Irma Fitria Ningsih, dan Dahlia Andayani
JURNALILMUKESEHATAN DAN FARMASI
Volume 7 Nomor 2, September 2019 ISSN 2442-5087

Penanggung Jawab:
Dekan Fakultas Ilmu Kesehatan
Universitas Nahdlatul Wathan – Mataram

Pemimpin Redaksi:
Wilya Isnaeni, SKM., MM. (Kesehatan Masyarakat)

Sekretaris:
Tuhfa Selviani, S.Psi.

Anggota Redaksi:
Dr. Suprajitno, S.Kp., M.Kes. – Poltekes Malang (Keperawatan)
Budi Susatya, S.Kp., M.Kes. – Poltekes Malang (Keperawatan)
Kurniatun, SST., MM.Kes. – Dinas Kesehatan Mataram (Keperawatan)
Tuti Herawati, SST., MPH., M.Kes. – Dinas Kesehatan NTB (Kebidanan)
dr. Hamsu Kadriyan, M.Kes., Sp.THT – Fakultas Kedokteran Unram (THT)
Bq. Endang Suhartini, M.Si., Apt. (Farmasi)
Dahlia Andayani, M.Farm., Apt. (Farmasi)
Dr. Drs. Syech Idrus, M.Si. - AKPAR Mataram (Ilmu Administrasi Pendidikan)

Pelaksana Teknis:
Ns. Sofian Hadi, S.Kep.
Khozin Hartono, S.Sos.
Samsul Satriadi, S.Sos.
Taufikurrahman, S.Kom.

Alamat Redaksi:
Fakultas Ilmu Kesehatan
Universitas Nahdlatul Wathan
Jl. Merdeka Raya – Karang Pule - Mataram
Tlp. (0370) 6161208

Jurnal Ilmu Kesehatan dan Farmasi (JIKF) adalah jurnal ilmiah bereferi yang diterbitkan dua kali dalam setahun, yaitu
bulan Maret dan September.
JURNALILMUKESEHATAN DAN FARMASI
Volume 7 Nomor 2, September 2019 ISSN 2442-5087

DAFTAR ISI

 Efektivitas Pemberian Tablet Fe Terhadap Kadar Hemoglobin Ibu Hamil 58 - 62


Trimester III Dengan Kejadian Anemia Di Puskesmas Ampenan
Rosa Mutianingsih dan Siti Wathaniah

 Hubungan Tingkat Stress Dengan Kejadian Keputihan Pada Remaja Putri Kelas 63 - 66
X dan XI di MA Hidayaturrahman NW Menggala
Erniawati Pujiningsih dan Sofian Hadi

 Pemberian Ekstrak Daun Kacang Panjang (Vigna Sinensis L) Terhadap 67 - 72


Peningkatan Produksi Asi Pada Ibu Nifas
Asri Daniyati dan Nia Supiana

 Peran Bidan Dalam Pelaksanaan Program Perencanaan Persalinan Dan 73 - 78


Pencegahan Komplikasi (P4K) Di Puskesmas Tanjung Karang
Indri Septiani, Nia Supianan*, dan Shohifatul Mawaddah

 Hubungan Persalinan Preterm Dengan Kejadian Asfiksia Neonatorum Di Ruang 79 - 82


NICU RSUP NTB
Nurul Auliya Kamila, dan Siti Wathaniah, dan Farida Rismayani

 Pengaruh Perlakuan Rebusan Gula Aren (Arenga Pinnata) Yang Diberikan 83 - 86


Perolar Terhadap Stamina Mencit Dengan Metode Natatory Exhaution
M. Sidrotullah, Khairil Pahmi, dan Amrillah

 Studi Preklinik : Efek Kombinasi Madu Dan Serbuk Biji Gorek (Caesalpinia 87 - 90
Crista) Terhadap Kadar Glukosa Darah
Andy Susbandiyah Ifada*, Ade Irma Fitria Ningsih, dan Dahlia Andayani
JURNALILMUKESEHATAN DAN FARMASI
Volume 7 Nomor 2, September 2019 ISSN 2442-5087

PENGANTAR REDAKSI

Jurnal Ilmu Kesehatan dan Farmasi (JIKF) untuk pertama kalinya terbit pada bulan Maret 2013.
Penerbitan perdana ini adalah atas keinginan yang kuat dari komunitas Ilmu Kesehatan dan Farmasi,
khususnya di lingkungan Universitas Nahdlatul Wathan Mataram untuk terus mengembangkan diri
dalam keilmuan dan khasanah pengetahuan kesehatan dan obat-obatan, khususnya obat-obatan
tradisional. Semoga penerbitan perdana JIKF ini diterima oleh komunitas Ilmu Kesehatan pada
umumnya. Dewan redaksi berharap kepada semua masyarakat Ilmu Kesehatan dan Farmasi untuk
mendukung penerbitan perdana dan penerbitan selanjutnya dari JIKF ini.

Dewan Redaksi
JURNALILMUKESEHATAN DAN FARMASI
Volume 7 Nomor 2, September 2019 ISSN 2442-5087

PETUNJUK PENULISAN ARTIKEL


1. Redaksi menerima artikel hasil penelitian, review ataupun kajian pustaka dalam bidang ilmu
kesehatan.
2. Artikel ditulis dalam format MS Word pada kertas ukuran A4 dengan baris spasi 1.0 dengan huruf
Times New Roman 10 pt dengan jumlah halaman maksimum 10 halaman.
3. Artikel ditulis dalam Bahasa Indonesia atau dalam Bahasa Inggeris.
4. Artikel ditulis dalam susunan:
Judul
Penulis
Afiliasi Penulis
Abstrak
Kata Kunci
Pendahuluan
Metode
Hasil dan Pembahasan
Kesimpulan
Referensi
Ucapan Terima Kasih (jika ada)
5. Artikel dikirim ke alamat redaksi:
Jurnal Ilmu Kesehatan
Fakultas Ilmu Kesehatan
Universitas Nahdlatul Wathan – Mataram
Jl. Merdeka Raya – Karang Pule
Mataram
6. Setiap artikel akan direview oleh redaksi sesuai bidangnya.
7. Artikel yang diterima adalah bukan duplikasi dari artikel manapun yang sudah terbit, dan tidak
sedang dalam pertibangan untuk diterbitkan dalam jurnal lainnya.
JIKF Vol. 7 No. 2 September 2019

Efektivitas Pemberian Tablet Fe Terhadap Kadar


Hemoglobin Ibu Hamil Trimester III Dengan Kejadian
Anemia Di Puskesmas Ampenan
Rosa Mutianingsih1 dan Siti Wathaniah1

1
Jurusan Ilmu Kebidanan, Universitas Nahdlatul Wathan, Mataram, Indonesia

Abstrak: Dari hasil data yang didapatkan di Puskesmas Ampenan pada tahun 2015 ibu hamil berjumlah 881 jiwa dan
mengalami anemia berjumlah 138 jiwa. Sedangkan pada tahun 2016 terjadi peningkatan ibu hamil yaitu 906 jiwa dan yang
mengalamai anemia sejumlah 139 jiwa. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui efektivitas pemberian tablet Fe
terhadap kadar hemoglobin ibu hamil trimester III dengan kejadian anemia di Puskesmas Ampenan tahun 2017.
Metode penelitian dalam penelitian ini adalah deskriptif analitik. Populasinya adalah semua ibu hamil trimester III dengan
kejadian anemia di Puskesmas Ampenan pada tahun 2017 sebanyak 45 orang. Teknik pengambilan sampel dalam
penelitian ini adalah total sampling sehingga jumlah sampel yang diperoleh sebanyak 45 orang. Alat bantu yang digunakan
adalah lembar observasi. Analisa statistik yang digunakan adalah chi-square.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 45 ibu hamil trimester III yang diteliti di Puskesmas Ampenan tahun 2017
ditemukan bahwa lebih banyak yang mengkonsumsi tablet Fe ≥ 90 tablet sebanyak 30 orang (66,7%), jika dibandingkan
dengan mengkonsumsi tablet Fe < 90 tablet yaitu sebanyak 15 orang (33,3%), anemia sebanyak 30 orang (66,7%) dan ada
efektivitas pemberian tablet Fe terhadap kadar Hb ibu hamil trimester III dengan kejadian anemia di Puskesmas Ampenan
Tahun 2017 (p <0,05).
Disarankan kepada petugas kesehatan yang ada di Puskesmas Ampenan agar mempertahankan mutu pelayanan kesehatan
kepada masyarakat khususnya ibu hamil trimester III yang mengalami anemia agar diberikan pengarahan, bimbingan
konseling, leaflet dan penyuluhan tentang pemberian tablet Fe terhadap kadar hemoglobin ibu hamil serta menganjurkan
ibu untuk mengkonsumsi tablet Fe secara rutin dan memeriksakan kesehatan selama kehamilannya agar resiko terjadinya
anemia dapat dicegah sedini mungkin.

Kata Kunci: Tablet Fe, Kadar Hemoglobin, Kehamilan, Anemia

1. Pendahuluan keadaan tahun 2000, yaitu mencapai 102 per 100.000


kelahiran hidup pada tahun 2015. Penyebab tingginya
Berdasarkan Hasil Riset Kesehatan Dasar AKI diindonesia yaitu kematian ibu dengan perdarahan
(Riskesdes) tahun 2013 prevalensi anemia pada ibu (25%),sepsis (15%) ,hipertensi dalam kehamilan (12%),
hamil di Indonesia sebesar 37,1%. Pemberian tablet Fe di partus macet (8%) dan komplikasi aborsi tidak aman
Indonesia pada tahun 2012 sebesar 85%. Presentase ini (13%), serta sebab-sebab lainnya (8%), frekuensi
mengalami peningkatan dibangdingkan pada tahun 2011 komplikasi pada kehamilan dan persalinan juga
yang sebesar 83,3%. Meskipun pemerintah sudah meningkat pada ibu hamil yang mengalami anemia.
melakukan program penanggulanagan anemia pada ibu Dampak dari anemia kehamilan lebih lanjut antara lain
hamil yaitu dengan memberikan 90 tablet Fe kepada ibu resiko kematian maternal, angka prematuritas berat
hamil selama periode kehamilan dengan tujuan badan bayi lahir rendah,dan angka kematian perinatal
menurunkan angka anemia ibu hamil, tetapi kejadian meningkat (Rukiyah,2012).
anemia masih tinggi. (Kementrian Kesehatan RI,2013) Berdasarkan data dinas kesehatan provinsi NTB
World Health Organization (WHO) pada tahun 2016 di peroleh data jumlah ibu hamil
memperkirakan sekitar 10% kelahiran hidup mengalami sebanyak 906 jiwa, dan dari jumlah ibu hamil tersebut
komplikasi perdarahan pasca persalinan. Komplikasi terdapat 139 jiwa yang mengalami anemia. Sedangkan
paling sering dari perdarahan pasca persalinan adalah pada tahun 2015 jumlah ibu hamil sebanyak 588 jiwa,
anemia, maka perdarahan pasca prsalinan dapat dan 156 jiwa yang mengalami anemia.
memperberat keadaan anemia dan dapat berakibat fatal Dari hasil data yang didapatkan diPuskesmas
(Saefuddin, 2012) Ampenan pada tahun 2015 ibu hamil berjumlah 881 jiwa
Berdasarkan survei demografi dan kesehatan dan mengalami anemia berjumlah 138 jiwa. Sedangkan
indonesia (SDKI) 2012 angka kematian ibu (AKI) pada tahun 2016 terjadi peningkatan ibu hamil yaitu 906
indonesia sebesar 359 per 100.000 kelahiran hidup jiwa dan yang mengalamai anemia sejumlah 139 jiwa.
sedangkan Angka Kematian Bayi (AKB) sebesar 40 per Frekuensi anemia dalam kehamilan cukup tinggi,
1000 kelahiran hidup dan Angka Kelahiran Neonatal di seluruh dunia berkisar antara 10% dan 20% karena
(AKN) adalah sebesar 19 per 1000 kelahiran hidup. defisiensi makanan memegang peranan yang sangat
Indonesia berkomitmen sesuai dengan deklarasi penting dalam timbulnya anemia maka dapat di pahami
Milenium Development Goals (MDGs), untuk bahwa frekuensi itu lebih tinggi dari negara berkembang
menurunkan kematian ibu (AKI) menjadi 1/3 dari seperti indonesia. Menurut penelitian Tjiong tahun 2012,

58
JIKF Vol. 7 No. 2 September 2019

frekuensi anemia dalam kehamilan setinggi 18,5%, dan Sampel


wanita hamil dengan hemoglobin (HB) 12gr /%atau lebih Sampel adalah subyek yang diteliti dan dianggap
sebanyak 23,6% dalam trimester I HB rata-rata mewakili seluruh populasi (Natoatmodjo,2010). Sampel
12,3gr/%, dalam trimester II HB rata-rata 11,3gr/%, dan dalam penelitian ini adalah semua ibu hamil trimester III
dalam trimester III rata-rata HB 10,8gr/%. Hal ini di dengan kejadian anemia di Puskesmas Ampenan tahun
sebabkan karena pengenceran darah menjadi makin 2017
nyata dengan bertambahnya umur kehamilan, sehinga
frekuensi anemia dalam kehamilan menjadi meningkat Teknik Pengambilan Sampel
(Sarwono,2012) Dalam penelitian ini digunakan tehnik accidental
Anemia dalam kehamilan menurut WHO sampling yaitu tehnik pengambilan sampel yang
didefinisikan sebagai kadar hemoglobin yang kurang dari dilakukan dengan mengambil kasus atau responden yang
11 gr/dl. Anemia merupakan penurunan kemampuan secara kebetulan ada atau tersedia disuatu tempat dengan
darah untuk membawa oksigen. Akibat dari penurunan konteks penelitian (Notoatmodjo,2012). Tehnik
jumlah sel darah merah atau berkurangnya konsentrasi accidental sampling / penentuan sampel berdasarkan
hemoglobin dalam sirkulasi darah, yaitu konsentrasi kebetulan, yaitu siapa saja yang secara kebetulan /
hemoglobin (Hb) kurang dari 11 gr/dl pada trimester Insidental bertemu dengan peneliti dapat digunakan
pertama dan ketiga kehamilan dan kurang dari 10,5 gr/dl sebagai sampel, bila dipandang orang yang kebetulan
pada trimester kedua (Irianti Dkk, 2014). ditemui itu cocok sebagai sumber data (Sugiyono,2014)
Dampak anemia pada ibu hamil yaitu abortus, Sedangkan yang menjadi sampel dalam penelitian
KEK, lamanya waktu partus karena kurang daya dorong ini adalah ibu hamil trimester III dengan kejadian
rahim, perdarahan postpartum,rentan inpeksi, sedangkan anemia.
dampak anemia bagi janin yaitu perkembangan
pertumbuhan janin, dimana bayi akan lahir dalam Analisa Data
kondisi tidak lahir sempurna sepertiberat badan bayi lahir Analisis data yang di gunakan dalam penelitian
rendah, prematuritas, cacat bawaan, dan kematian janin ( ini adalah analisis univariate yaitu analisa yang
Husainin,2012) dilakukan menganalisis setiap variabel dari hasil
Upaya pemerintah dalam mengatasi anemia penelitian (Notoadmodjo, 2010). Untuk distribusi
defisiensi besi ibu hamil yaitu terfokus pada pemberian frekuensi menggunakan penentuan besarnya presentasi
tablet Fe pada ibu hamil. Departemen kesehatan masih menurut Mohfoedz (2010). Selanjutnya nilai jawaban
terus melaksanankan program penenggulangan anemia diolah dalam bentuk persentase dengan rumus sebagai
defisiensi besi pada ibu hamil dengan membagikan tablet berikut :
Fe pada ibu hamil sebanyak satu tablet setiap satu hari
berturut-turut selama 90 hari selama kehamilan. F
Suplement besi-besi folat lebih di kenal sebagai tablet
tambah darah (TTD). Berdasarkan (Depkes, 2010)
P= ×100%
cakupan pemberian tablet Fe sudah mencapai angka N
92,2%, namun ternyata preparensi anemia masih cukup
tinggi. Penyebab utama ketidak berhasilan kegiatan
tersebut adalah rendahnya kepatuhan populasi target Keterangan :
dalam konsumsi tablet tambah darah. P : Persentase
F : Jumlah jawaban yang benar
2. Metode Penelitian N : Jumlah pernyataan

Rancangan Penelitian 3. Hasil Dan Pembahasan


Desain penelitian ini menggunakan desain
penelitian yang bersifat observasional deskriptif yaitu Hasil
peneliti ingin mengamati perilaku pasien tentang
efektivitas pemberian tablet Fe terhadap kadar Hb ibu 1. Distribusi Frekuensi Ibu Hamil Trimester III
hamil trimester III dengan kejadian anemia. Berdasarkan Konsumsi Tablet Fe Terhadap Ibu
Dari segi waktu penelitian ini bersifat crossectional Hamil Trimester III di Puskesmas Ampenan.
karena variabel efektivitas pemberian tablet Fe terhadap
ibu hamil trimester III sebagai variabel independent dan No Konsumsi Frekuensi Presentase
kadar Hb ibu hamil trimester III dengan kejadian anemia Tablet Fe (%)
sebagai variabel dependent diikuti sampai waktu tertentu 1 < 90 15 33,3
untuk menentukan terjadi atau tidaknya efek yang diteliti tablet
(Notoatmodjo,2012). 2 ≥ 90 30 66,7
tablet
Teknik Pengumpulan Data dan Sumber Data Jumlah 45 100
Populasi
Populasi adalah keseluruhan obyek penelitian atau
subyek yang diteliti (Natoatmodjo,2012). Adapun
populasi penelitian ini adalah semua ibu hamil trimester
III dengan kejadian anemia yang datang ke Puskesmas
Ampenan pada tahun 2017.

59
JIKF Vol. 7 No. 2 September 2019

2. Distribusi Frekuensi Ibu Hamil Trimester III


Berdasarkan Kejadian Anemia di Puskesmas
Ampenan.

No Kejadian Frekuensi Presentase


Anemia (%)
1 Anemia (< 11 30 66,7
gr/%)
2 Tidak Anemia 15 33,3
(≥ 11 gr/%)
Jumlah 45 100

3. Efektifitas Pemberian Tablet Fe Terhadap Kadar Hb Ibu Hamil Trimester III dengan Kejadian Anemia di
Puskesmas Ampenan.
Kejadian Anemia
Efektivitas
Tidak Total P value
No Pemberian Tablet Anemia
Anemia
Fe
n % n % n %
1 < 90 tablet 15 33,3 0 0 15 33,3 0,001
2 ≥ 90 tablet 15 33,3 15 33,3 30 66,7
Jumlah 30 66,7 15 33,3 45 100

Pembahasan serta buah-buahan yang banyak mengandung vitamin C


(Almatsier, 2010).
1. Konsumsi Tablet Fe Ibu Hamil Trimester III Di Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang
Puskesmas Ampenan. dilakukan oleh Nurhayati (2014) tentang : “Pengaruh
Berdasarkan hasil observasi yang telah dilakukan di Asupan Tablet Zat Besi (Fe) Terhadap Kadar
Puskesmas Ampenan menunjukkan bahwa dari 45 ibu Hemoglobin (Hb) Pada Ibu Hamil di Puskesmas
hamil trimester III yang diteliti, lebih banyak yang Kopelma Darussalam” dari hasil penelitiannya
mengkonsumsi tablet Fe ≥ 90 tablet sebanyak 30 orang ditemukan bahwa sebagian besar ibu hamil yang diteliti
(66,7%) jika dibandingkan dengan yang mengkonsumsi mengkonsumsi tablet Fe ≥ 90 tablet sebesar 76,5% dan
tablet Fe < 90 tablet sebanyak 15 orang (33,3%). yang mengkonsumsi tablet Fe < 90 tablet sebesar 23,5%.
Dari hasil penelitian tersebut, maka dapat Pemberian tablet Fe pada ibu hamil sangat berperan
dijelaskan bahwa pemberian tablet Fe pada ibu hamil penting dalam meningkatkan kadar hemoglobin selama
trimester III sangat dibutuhkan oleh ibu selama kehamilan.
kehamilan, karena kekurangan zat besi dapat Hasil penelitian ini juga didukung oleh
berpengaruh pada kehamilan. Jika dilihat dari hasil penelitiannya Lidia (2011) tentang : “Pengaruh
penelitian yang telah dilakukan di Puskesmas Ampenan Pemberian Tablet Fe Terhadap Kadar Hemoglobin Ibu
diketahui bahwa lebih banyak ibu hamil trimeser III yang Hamil di Wilayah Kerja Puskesmas Kalimantan Utara”
mengkonsumsi tablet Fe ≥ 90 tablet sebesar 66,6% dari hasil diketahui bahwa sebagian besar ibu hamil yang
dibandingkan dengan ibu hamil trimester III yang diteliti mengkonsumsi tablet Fe ≥ 90 tablet yaitu sebesar
mengkonsumsi tablet < 90 tablet sebesar 33,3%, 69,2% dan sebagian kecil mengkonsumsi tablet Fe < 90
banyaknya ibu yang mengkonsumsi tablet Fe ≥ 90 tablet tablet yaitu sebesar 31,8%. Dalam penelitiannya
disebabkan karena tingginya motivasi dan tingkat dijelaskan bahwa tablet Fe dapat membantu
kesadaran yang dimiliki oleh ibu hamil trimester III akan meningkatkan sistim pertahanan tubuh dan membentuk
pentingnya mengkonsumsi tablet Fe ≥ 90 tablet untuk sel darah merah (hemoglobin).
meningkatkan kadar hemoglobin agar terhindar dari Sedangkan menurut penelitian yang dilakukan oleh
anemia selama kehamilan. Oleh karena itu, agar kadar Ristrini (2015) tentang : “Pengaruh Pemberian Tablet Fe
hemoglobin ibu tidak menurun, maka sebaiknya ibu Terhadap Kadar Hemoglobin Ibu Hamil di Wilayah
mengimbanginya dengan mengkonsumsi makanan yang Kerja Puskesmas Tarakan” dari hasil penelitiannya
mengandung zat besi. menunjukkan bahwa sebagian besar ibu hamil yang
Hal ini sesuai dengan teori yang menyatakan bawa diteliti mengkonsumsi tablet Fe ≥ 90 tablet sebesar
pemberian tablet Fe bersamaan dengan makanan yang 84,1% dan sebagian kecil mengkonsumsi tablet Fe < 90
banyak mengandung zat besi akan lebih efektif dalam tablet sebesar 15,9%. Dalam hal ini dikatakan bahwa
meningkatkan kadar hemoglobin pada ibu hamil, pemberian tablet Fe pada ibu hamil dapat membantu ibu
dibandingkan dengan hanya memberikan suplementasi mencegah terjadinya anemia dalam kehamilan.
tablet Fe dalam bentuk dosis tunggal. Oleh karena itu,
untuk meningkatkan penyerapan tablet Fe di dalam 2. Kejadian Anemia Pada Ibu Hamil Trimester III
tubuh, suplementasi tablet Fe yang diberikan perlu di Puskesmas Ampenan.
dikombinasikan dengan makanan yang banyak Berdasarkan hasil observasi yang telah dilakukan di
mengandung zat besi seperti : sayuran apapun yang Puskesmas Ampenan menunjukkan bahwa dari 45 ibu
berdaun hijau yaitu terutama bayam, kangkung, dan sawi hamil trimester III yang diteliti, lebih banyak yang
mengalami anemia sebanyak 30 orang (66,7%), jika

60
JIKF Vol. 7 No. 2 September 2019

dibandingkan dengan yang tidak mengalami anemia 3. Efektivitas Pemberian Tablet Fe Terhadap
sebanyak 15 orang (33,3%). Kadar Hb Ibu Hamil Trimester III Dengan
Dari hasil penelitian tersebut, maka dapat Kejadian Anemia
dijelaskan bahwa anemia dalam kehamilan merupakan Berdasarkan hasil observasi yang telah dilakukan di
suatu kondisi dimana ibu dengan kadar Hb 11 g% pada Puskesmas Ampenan menunjukkan bahwa dari 15 ibu
trimester I dan III atau kadar Hb kurang dari 11 g% pada hamil trimester III yang diberikan tablet Fe < 90 tablet
trimester I dan III. Pada umumnya, frekuensi anemia seluruhnya mengalami anemia sebanyak 15 orang
dalam kehamilan cukup tinggi. Hal ini disebabkan (33,3%) dan dari 30 ibu hamil trimester III yang
karena terjadinya pengenceran darah pada trimester III diberikan tablet Fe ≥ 90 tablet, yang mengalami anemia
dan pengaruh defisiensi makanan yang dibutuhkan oleh dan tidak mengalami anemia masing-masing sebanyak
tubuh selama kehamilan (Irianti, 2014). Hal ini sesuai 15 orang (33,3%). Sedangkan dari hasil analisis dengan
dengan hasil penelitian yang ditelah dilakukan di menggunakan uji statistik chi square ditemukan ada
Puskesmas Ampenan dimana ditemukan bahwa lebih efektifitas antara pemberian tablet Fe terhadap kadar
banyak ibu yang mengalami anemia, hal ini terjadi hemoglobin ibu hamil trimester III dengan kejadian
karena ibu tidak mampu memenuhi kebutuhan konsumsi anemia di Puskesmas Ampenan Tahun 2017. Hal ini
makanan yang mengandung zat besi sehingga dapat dilihat dari nilai p value yang diperoleh sebesar
menimbulkan terjadinya anemia pada ibu hamil trimester 0,001 < 0.05.
III. Berdasarkan hasil penelitian tersebut menunjukkan
Hal ini sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh bahwa pemberian tablet Fe ≥ pada ibu hamil trimester III
Arisman (2008), bahwa dampak anemia pada kehamilan yang ada di Puskesmas Ampenan memberikan pengaruh
bervariasi dari keluhan yang sangat ringan hingga yang cukup signifikan terhadap peningkatan kadar
terjadinya gangguan kelangsungan kehamilan, gangguan hemoglobin pada ibu hamil trimester III apabila
proses persalinan, gangguan pada masi nifas, dan diimbangi dengan mengkonsumsi makanan yang
gangguan pada janin. mengandung zat besi. Dari hasil penelitian juga
Hasil pe nelitian ini sejalan dengan penelitian yang ditemukan bahwa ada beberapa ibu hamil trimester III
dilakukan Zulhijah (2008) tentang “Faktor-faktor yang yang mengkonsumsi tablet Fe ≥ 90 tablet, namun kadar
Menyebabkan Terjadinya Anemia Pada Ibu Hamil di hemoglobinnya tidak meningkat, hal ini disebabkan
RSUD Kota Palangkaraya” dari hasil penelitiannya karena peningkatan kadar hemoglobin pada ibu hamil
ditemukan bahwa sebagian besar ibu hamil trimester III tidak hanya dipengaruhi oleh tablet Fe semata tetapi juga
yang diteliti mengalami anemia sebanyak 27 orang didukung oleh konsumsi makanan akan zat besi itu
(65,9%) dan sebagian kecil tidak mengalami anemia sendiri, utamanya dari zat besi yang terdapat dalam
sebanyak 14 orang (34,1%) dari 41 ibu hamil. hewani yang absorbsinya sampai 25%, sayuran hijau
Berdasarkan hasil penelitian zulhijjah (2008) tersebut sebagai sumber yang baik pula dan buah-buahan sebagai
dapat disimpulkan bahwa kejadian anemia pada ibu sumber vitamin C yang membantu penyerapan zat besi
hamil trimester III dipengaruhi oleh rendahnya konsumsi dalam tubuh.
makanan yang mengandung zat besi. Hal ini sesuai dengan toeri yang menyatakan bahwa
Hasil penelitian ini juga didukung oleh jika tablet Fe yang diberikan sesuai standar pelayanan
penelitiannya Dameria (2011) tentang : “Gambaran antenatal care yaitu mineral 90 tablet selama kehamilan
Kejadian Anemia Ibu Hamil dan Faktor-faktor Yang dan pola makan baik maka akan memberikan pengaruh
Berhubungan di Wilayah Kerja Puskesmas Sei Apung yang bermakna pada status hemoglobin ibu hamil.
Kabupaten Asahan” dari hasil penelitiannya Dalam artian peningkatan kadar hemoglobin pada ibu
menunjukkan bahwa sebagian besar ibu hamil hamil meningkat secara bermakna, dari yang anemia
mengalami anemia sebesar 81,2% dan sebagian kecil menjadi tidak anemia lagi (Sunita, 2011).
tidak mengalami anemia sebesar 19,8%. Dalam Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang
penelitiannya tersebut dikatakan tingginya angka dilakukan oleh Sumarni (2012) tentang : “Efektifitas
kejadian anemia pada ibu hamil disebabkan karena Pemberian Tablet Fe Terhadap Kadar Hemoglobin Ibu
adanya gangguan penyerapan zat besi sehingga Hamil Trimester III di Puskesmas Tamamaung” dari
pemenuhan zat besi pada ibu hamil terganggu. hasil penelitiannya diketahui bahwa dari 30 ibu hamil
Sedangkan menurut penelitian yang dilakukan trimester III yang diteliti, masing-masing ada yang
Leni (2014) tentang : “Gambaran Kejadian Anemia Pada mengalami anemia dan tidak mengalami anemia
Ibu Hamil Berdasarkan Paritas di Puskesmas Pleret sebanyak 15 orang (50,0%). Kemudian dari hasil
Bantul Yogyakarta” dari hasil penelitiannya diketahui analisisnya menunjukkan ada efektifitas pemberian tablet
bahwa sebagian besar ibu hamil yang diteliti mengalami Fe terhadap kadar hemoglobin ibu hamil trimester III di
anemia sebesar 78,1% dan sebagian kecil tidak Puskesmas Tamamaung Tahun 2012 dengan nilai p value
mengalami anemia sebesar 21,9%. Tingginya angka sebesar 0,002 < 0,05. Dalam penelitiannya disebutkan
kejadian anemia pada ibu hamil dipengaruhi karena bahwa peningkatan kadar hemoglobin pada ibu hamil
kurang masuknya unsur zat besi dan makanan karena tidak hanya dipengaruhi oleh suplemen Fe, namun
gangguan resorpsi, gangguan penggunaan atau karena zat dipengaruhi juga oleh konsumsi makanan yang
besi keluar terlampu banyak dari badan misalnya pada mengandung zat besi.
perdarahan. Hasil penelitian ini juga didukung oleh
penelitiannya Rahmi (2013) tentang : “Efektifitas
Pemberian Tablet Fe Terhadap Kadar Hemoglobin Ibu
Hamil Trimester III di Puskesmas Mamajang Makasar”
dari hasil penelitiannya diketahui bahwa dari 45 ibu
hamil trimester III yang diteliti, yang mengalami anemia

61
JIKF Vol. 7 No. 2 September 2019

sebanyak 35 orang (75,0%). Kemudian dari hasil Notoatmodjo, S. 2010. Metodologi Penelitian
analisisnya menunjukkan ada efektifitas pemberian tablet Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta.
Fe terhadap kadar hemoglobin ibu hamil trimester III di Sinsin, 2008. Pengantar Kuliah Obstetri. EGC : Jakarta
Puskesmas Mamajang Makasar Tahun 2013 dengan nilai Soe Jordan, 2013. Masa Kehamilan dan Persalinan.
p value sebesar 0,003 < 0,05. Salemba Medika : Jakarta
Hasil penelitian ini juga didukung oleh Varney, 2007. Buku Ajar Asuhan Kebidanan. EGC :
penelitiannya Astuti (2011) tentang : “Efektifitas Jakarta
Pemberian Tablet Fe Terhadap Kadar Hemoglobin Ibu Waryana, 2010. Gizi Reproduksi. Pustaka Rihama :
Hamil di Puskesmas Tamalate” dari hasil penelitiannya Yogyakarta
diketahui bahwa dari 37 ibu hamil yang diteliti, yang
mengalami anemia sebanyak 25 orang (71,4%).
Kemudian dari hasil analisisnya menunjukkan ada
efektifitas pemberian tablet Fe terhadap kadar
hemoglobin ibu hamil di Puskesmas Tamalate Tahun
2011 dengan nilai probabilitas sebesar 0,001 < 0,05.

4. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan dengan
menggunakan lembar observasi di Puskesmas Ampenan
dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :
1. Dari 45 ibu hamil trimester III yang diteliti di
Puskesmas Ampenan tahun 2017 ditemukan bahwa
lebih banyak yang mengkonsumsi tablet Fe ≥ 90
tablet sebanyak 30 orang (66,7%), jika dibandingkan
dengan mengkonsumsi tablet Fe < 90 tablet yaitu
sebanyak 15 orang (33,3%).
2. Ibu hamil trimester III di Puskesmas Ampenan lebih
banyak yang mengalami anemia sebanyak 30 orang
(66,7%) dibandingkan dengan yang tidak mengalami
anemia sebanyak 15 orang (33,3%).
3. Ada Efektivitas Pemberian Tablet Fe Terhadap Kadar
Hb Ibu Hamil Trimester III Dengan Kejadian Anemia
di Puskesmas Ampenan.

Daftar Pustaka
Achadi, 2013. Problem dan Mengatasi Anemia Pada Ibu
hamil. Trans Info Media. ANDI OFFSET :
Yogyakarta
Arisman, 2010. Asuhan Kebidanan Patologi. Trans Info
Media : Jakarta
Budiarti, 2012. Efektivitas Pemberian Tablet Tambah
Darah (Tablet Fe) Terhadap Peningkatan Kadar
Hb Pada Ibu Hamil Trimester 3 Di Puskesmas
Kemayoran Kabupaten Bangkalan. Jurnal Skripsi.
Cunningham dkk, 2005. Obstetri Williams. EGC :
Jakarta
Istiarti, 2000. Ilmu Kebidanan, Penanganan dan
Pencegahan Pada Ibu Hamil. Trans Info Media :
Jakarta
Ikhsan Soebroto, 2009. Cara Mudah Mengatasi Problem
Anemia. Bangkit : Yogyakarta
Kemenkes, 2010. Situasi dan Analisis Gizi. Jakarta
Manuaba. 2007. Pengantar Kuliah Obstetri. EGC :
Jakarta
Megasari, 2012. Anemia dan Anemia Kehamilan. Nuha
Medika : Yogyakarta
Mochtadi, 2009. Anemia dan Anemia Kehamilan. Nuha
Medika : Yogyakarta
Nugraheny , 2010. Asuhan Kebidanan Patologi. Pustaka
Rihama : Yogayakrta
Notoatmodjo, S. 2012. Metodologi Penelitian
Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta.

62
JIKF Vol. 7 No. 2 September 2019

Hubungan Tingkat Stress Dengan Kejadian


Keputihan Pada Remaja Putri Kelas X dan XI
di MA Hidayaturrahman NW Menggala
Erniawati Pujiningsih1 dan Sofian Hadi1

1
Jurusan Ilmu Keperawatan, Universitas Nahdlatul Wathan, Mataram, Indonesia

Abstrak: Remaja adalah suatu masa kehidupan individu dimana terjadi eksplorasi psikologis untuk menemukan identitas
diri. Pada masa transisi dari masa anak-anak kemasa remaja. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan tingkat
stress dengan kejadian keputihan pada remaja putri kelas X dan XI.
Metode penelitian ini menggunakan studi korelasi dimana peneliti ingin mencari hubungan antara variabel yang satu
dengan yang lain. Data yang telah dikumpulkan akan dianalisis dengan menggunakan softwere program SPSS dengan
menggunakan alat uji peringkat dari Chi Square. Hasil dari penelitian ini yaitu 7 responden yang mengalami stress normal,
dimana 5 (20%) yang mengalami keputihan dan 2 (8%) yang tidak keputihan. Dari 9 responden yang mengalami strss
ringan,dimana 4 (16%) yang mengalami keputihan dan 5 (20%) yang tidak keputihan. Dari 9 responden yang mengalami
stress sedang, dimana 7 (28%) yang mengalami keputihan dan 2 (8%) yang tidak keputihan.
Berdasarkan hasil analisa tentang hubungan tingkat stres dengan kejadian keputihan pada remaja putri didapatkan hasil
tidak signifikan, dimana didapatkan p value = 0,301 >0,05 yang artinya Ho diterima dan Ha ditolak yang berarti tidak ada
hubungan tingkat stres dengan kejadian keputihan pada remaja putri kelas X dan XI di MA Hidayaturrahma NW Menggala.
Saran dari peneleiti yaitu Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut tentang analisis dan faktor-faktor yang mempengaruhi
kejadian keputihan yang berkaitan dengan usia menarche dan perlu dilakukan kegiatan rutin konseling psikologi remaja
dan kesehatan reproduksi remaja, agar dapat mencegah terjadinya keputihan fisiologis menjadi keputihan patologi pada
remaja, sehingga dapat mencegah terjadinya infertilisasi yang biasa disebabkan oleh keputihan patologis.

Kata Kunci: Stress, Keputihan, Remaja Putri

1. Pendahuluan Saat stress terjadi, hormon estrogen mengalami


peningkatan produksi yang kemudian dilepaskan pada
Remaja adalah suatu masa kehidupan individu lumen vagina, dan mengakibatkan meningkatnya risiko
dimana terjadi eksplorasi psikologis untuk menemukan tekanan darah tinggi, gangguan PMS, dan munculnya
identitas diri. Pada masa transisi dari masa anak-anak kanker diorgan reproduksi (Syukrila Ranti, 2009).
kemasa remaja, individu mulai mengembangkan ciri-ciri Yekti Mumpuni (2010) menyatakan stress bias
abstrak dan konsep diri menjadi lebih baik berbeda, memperpanjang siklus menstruasi pada wanita, bahkan
(Kusmiran, 2011). Menurut WHO 2018, yang disebut tingkat stress yang tinggi juga membuat bakteri
remaja adalah mereka yang berada pada tahap transisi vaginosis menjadi lebih tinggi levelnya. Meningkatnya
antara masa kanak-kanak dan dewasa. Batasan usia bakteri vaginosis menyebabkan remaja putri beresiko
remaja menurut WHO adalah 10 sampai 19 tahun. mengalami stress sehingga rentan mengalami keputihan.
Menurut WHO 2018 remaja adalah penduduk Dampak yang dapat ditimbulkan dari keputihan
yang yang dalam rentang usia 10 sampai 19 tahun. Usia ini antara lain adalah infeksi. Organ genetalia pada
remaja menurut WHO terbagi tiga, yaitu remaja awal, perempuan yang dapat terkena infeksi adalah vulva,
remaja pertengahan, dan remaja akhir. Menurut WHO vagina, leher rahim, dan rongga rahim.Infeksi ini dapat
2014 mengatakan remaja rentan mengalami stress, stress disebabkan oleh bakteri, jaur, parasit, dan virus,
pada anak remaja umumnya dipicu dari beberapa (Monalisa, 2012).
kejadian.misalnya kehilangan orang atau sesuatu yang Menurut WHO (2010) bahwa sekitar 75%
disayangi, konflik keluarga seperti perceraian atau perempuan di Dunia pasti akan mengalami keputihan
pertengkaran orang tua, kegagalan, dan penyebab paling tidak sekali seumur hidupnya, dan sebanyak 45%
lainnya. akan mengalami dua kali atau lebih. Sedangkan angka
Pada masa remaja penyebab stress lebih pada kejadian keputihan wanita di Indonesia mencapai angka
kejadian-kejadian yang dianggap besar dalam hidupnya 75% pernah mengalami keputihan minimal 1 kali dalam
dan tidak terduga, misalnya karena orang tuanya hidupnya (BKKBN, 2009).
bercerai, patah hati atau putus cinta, cinta tidak terbalas, Di Nusa Tenggara Barat sebanyak 68% wanita
atau mengalami kecelakaan. Bisa juga penyebabnya pernah mengalami masalah pada daerah genetalia
adalah masalah-masalah umum dalam kehidupan sehari- minimal 1 kali dalam hidupnya seperti keputihan
hari yang sudah bertumpuk-tumpuk, misalnya nilai sebanyak 27%, infeksi saluran kemih (ISK) sebanyak
pelajaran disekolahnya terus menerus turun dan tidak 18%, penyakit radang panggul (PRP) sebanyak 11%, dan
sesuai dengan yang diharapkan, padahal dia telah belajar kanker leher rahim sebanyak 12%, Dikes NTB, 2016
dengan lebih keras (Yekti Mumpuni, 2010). (Atmi, 2017).

63
JIKF Vol. 7 No. 2 September 2019

Berdasarkan studi pendahuluan yang telah 0,05 atau 5%. Analisa statistic chi square adalah untuk
dilakukan pada tanggal 24 Februari 2019 di MA putri menguji hubungan atau pengaruh dua buah variabel
Hidayaturrahman NW Menggala Lombok Utara, remaja nominal dan mengukur kuatnya hubungan antara
putri kelas X berjumlah 14 orang. Dari 14 orang remaja variabel yang satu dengan variabel nominal lainnya.
putri ditemui saat studi pendahuluan sebanyak 6 orang Data yang telah dikumpulkan akan dianalisis
remaja putri yang mengalami keputihan patologis, dan 8 dengan menggunakan softwere program SPSS dengan
orang yang mengalami keputihan fisiologis. menggunakan alat uji peringkat dari Chi Square untuk
Dari data diatas, dapat dikatakan pada bulan melihat tingkat hubungan. Setelah melakukan analisa
Januari sampai dengan Mei kelas X dankelas XI sangat data, dikatakan H0 ada hubungan jika hasil uji statistic
rentan mengalami stress karena banyak kelelahan fisik 5% (0,05) atau kurang dari 5% dan Ha dikatakan tidak
akibat aktivitas belajar yang sangat padat dan tugas-tugas ada hubungan jika hasil uji statistic nya lebih dari 5%.
yang harus cepat diselesaikan dalam waktu yang singkat,
karena akan menghadapi ujian semester. Dan perlu 3. Hasil dan Pembahasan
diadakan penelitian tentang Hubungan Tingkat Stress
Dengan Kejadian Keputihan Pada Remaja Putri di MA Distribusi Responden Berdasarkan Keputihan Pada
Hidayaturrahman NW Menggala Remaja Putri Kelas X,XI di MA Putri Hidayaturrahman
NW Menggala Lombok Utara 2019.
2. Metode Penelitian
Kejadian
No. n (%)
Lokasi dan Rancangan Penelitian keputihan
Penelitian ini telah dilaksanakan pada Juni 2019 Tidak
di MA Hidayaturrahman NW Menggala. Rancangan 1 9 36,0
keputihan
penelitian ini menggunakan studi korelasi dimana 2 Keputihan 16 64,0
peneliti ingin mencari hubungan antara variabel yang Total 25 100
satu dengan yang lain (Notoatmodjo, 2010). Berdasarkan Sumber: data primer
waktu penelitian bersifat Cross Sectional, dimana subjek
penelitian diamati pada waktu yang sama (Notoatmodjo, Berdasarkan data diatas menunjukkan sebanyak 9
2012). orang responden (36%) yang tidak mengalami keputihan
dan sebanyak 16 orang responden (64%) mengalami
Populasi dan Sampel keputihan.
Menurut Sugiyono (2017), populasi adalah Kejadian keputihan ini disebabkan karena
wilayah generalisasi yang terdiri atas ; obyek / subyek pengaruh hormon estrogen dan jumlah keputihan yang
yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang dikeluarkan berubah-ubah sesuai dengan siklus haid.
ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian Keputihan fisiologis terjadi saat menjelang dan setelah
ditarik kesimpulannya. Populasi dalam penelitian ini selesai menstruasi.
adalah semua remaja putri kelas X, XI MA Menurut teori Maulana 2008 penyebab keputihan
Hidayaturrahman NW Menggala yang berjumlah 25 antara lain: Bakteri vaginosis, infeksi vagina yang sering
orang. disebabkan oleh bakteri grandnerrella vaginalis,
Menurut Sugiyono (2017) Sampel adalah bagian Keputihan karena parasit seperti trlcomonas vaginalis
dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi bisa menyerang wanita dan pria, Keputihan yang
tersebut. Yang menjadi Sampel pada peneliti adalah disebabkan oleh jamur kandida, bukan karena ditularkan
remaja putri kelas X, XI MA Hidayaturrahman NW oleh hubungan seksual meskipun hal itu bisa terjadi.
Menggala sebanyak 25 orang remaja putri. Menurut Keputihan itu sendiri mungkin juga didapati pada
Sugiyono (2017) teknik sampling adalah merupakan usia remaja putri dengan keadaan umum yang jelek,
teknik pengambilan sampel. Dalam penelitian ini tehnik hygiene yang buruk dan remaja putri yang sering
pengambilan sampel yang digunakan adalah total menggunakan pembersih vagina, desinfektan yang kuat,
sampling adalah teknik penentuan sampel dengan cara sehingga tidak hanya stress saja yang berpengaruh
mengambil seluruh anggota populasi sebagai responden terhadap tingkat kejadian keputihan, tetapi faktor-faktor
atau sampel. lain ikut berpengaruh didalamnya, WHO (2010).

Metode Pengumpulan Data Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat Stress


Metode pengumpulan data pada penelitian ini adalah Remaja Putri
dengan menggunakan data primer dan data sekunder.
Data primer disini diambil dari data tentang Kejadian Tingkat
Keputihan Pada Remaja Putri dan tingkat stress di MA No. N (%)
stress
Hidayaturrahman NW Menggala. Sedangkan data 1 Normal 7 28.0
sekunder diambil dari data Kejadian Keputihan Pada 2 Ringan 9 36.0
Remaja Putri dan tingkat stress yang diperoleh dari MA 3 Sedang 9 36.0
Hidayaturrahman NW Menggala.
4 Berat 0 0
Sangat
Analisa Data 5 0 0
berat
Berdasarkan skala data dan hipotesis penelitian
Total 25 100
dimana analisa statistik yang digunakan dalam penelitian
Sumber: data primer
ini adalah uji statistic chi square, pada taraf signifikan

64
JIKF Vol. 7 No. 2 September 2019

Berdasarkan data diatas menunjukkan hasil yakni Hal ini biasanya merupakan faktor penyebab terjadinya
berjumlah 7 orang responden mengalami tingkat strss stress pada remaja, sehingga berakibat juga terhadap
normal (28.0 %), 9 orang responden mengalami tingkat waktu terjadinya keputihan, hubungan antara faktor
stress ringan (36.0 %), 9 orang responden mengalami psikologi dengan keputihan berkaitan erat dengan
tingkat stress sedang (36.0 %). persoalan hormonal. Saat stres terjadi, hormon estrogen
Kebanyakkan remaja mengalami stres disebabkan mengalami peningkatan produksi sehingga menstimulasi
hal-hal yang berhubungan dengan interaksi sosial seperti epitel vagina dan serviks menghasilkan glikogen lebih
hubungan antara sesama teman, cinta monyet dan banyak dari jumlah normal yang kemudian dilepaskan
hubungan antara anggota keluarga. Sedangkan yang pada lumen vagina untuk membasahi daerah sekitarnya.
berhubungan dengan pelajaran seperti masalah sekolah Penelitian ini diperkuat oleh hasil penelitian yang
berkaitan dengan pikiran atau perasaan tertekan yang dilakukan oleh ita (2013) di dapatkan hasil bahwa ada
sering dialami oleh remaja. hubungan antara stres dengan pola menstruasi pada
Menurut Teori Yanti, S (2009), Pada usia remaja siswi, sehingga dapat disimpulkan bahwa stres yang
merupakan masa yang rentan akan stress atau bisa juga terjadi pada remaja dipengaruhi oleh beberapa faktor
dikatakan sebagai suatu masa yang labil. Stres bisa juga antara lain: faktor stres yang dapat mempengaruhi kadar
muncul karena berbagai macam faktor baik dari individu hormon dan faktor kclelahan yang mungkin disebabkan
itu sendiri maupun dari Lingkungan sekitar, apalagi bagi oleh porsi olah raga dan aktifitas yang berlebihan,
remaja usia sekolah pasti mempunyai tanggung jawab sehingga pola menstruasi yang tidak teratur ini
pada dirinya, seperti tanggung jawab untuk belajar, disebabkan karena pengaruh stres yang dialami oleh
mengmpulkan tugas - tugas, lulus ujian, dan sebagainya. siswi.

Tabulasi silang Hubungan Tingkat Stress Deangan Kejadian Keputihan Pada Remaja Putri Kelas X dan XI MA Putri
Hidayaturrahman NW Menggala Lombok Utara.

Kejadian Keputihan
Tingkat Tidak Uji
No. Keputihan Total
Stress Keputihan Analisis
N % N % n %
1 Normal 5 20.0 2 8 7 28.0
2 Ringan 4 16.0 5 20.0 9 36.0
Chi-
3 Sedang 7 28.0 2 8.00 9 36.0
Square
4 Berat 0 0 0 0 0 0 P=0.301
Sangat
5 0 0 0 0 0 0
Berat
Total 16 64.00 9 36.00 25 100

Dari tabel diatas dapat di jelaskan, dari 7 oleh faktor lain. Menurut Poppy Wulandar, (2016),
responden yang mengalami stress normal, dimana 5 menyatakan faktor lain yang menyebabkan seorang
(20%) yang mengalami keputihan dan 2 (8%) yang tidak wanita mengalami keputihan salah satu nya adalah
keputihan. Dari 9 responden yang mengalami strss kurang menjaga kebersihan atau personal hygine pada
ringan,dimana 4 (16%) yang mengalami keputihan dan 5 organ reproduksi, dengan itu organ reproduksi dijaga
(20%) yang tidak keputihan. Dari 9 responden yang dengan sering mengganti pakaian dalam, paling tidak
mengalami stress sedang, dimana 7 (28%) yang sehari dua kali setelah mandi, perlu diperhatikan agar
mengalami keputihan dan 2 (8%) yang tidak keputihan. tidak terjadi kelembapan pada organ kewanitaan maka
Setelah dianalisis dan diuji dengan menggunakan harus sering mengganti celana dalam. Selain itu, hindari
Chi Square dengan bantuan SPSS versi 22 didapatkan menggunakan pakaian dalam yang terlalu ketat karena
hasil P=0.301 yang artinya P value >0,05 sehingga Ho selain gerah, juga menyebabkan peredaran darah tidak
diterima dan Ha ditolak. lancar.
Berdasarkan hasil analisa dengan menggunakan Menurut Susanto (2013), faktor penyebab
Chi Square dengan bantuan SPSS versi 22 tentang keeputihan dipicu karena adanya aktivitas yang terlalu
hubungan tingkat stres dengan kejadian keputihan pada lelah, penyebab keputihan dari kelelahan di tandai
remaja putri kelas X dan XI di MA putri muncul hanya pada waktu kondisi tubuh sangat capek
Hidayaturrahman NW Menggala Lombok Utara dan biasa lagi ketika tubuh sudah normal kembali.
didapatkan hasil tidak signifikan, dimana didapatkan p Menurut Ayunihsih, Teviningrum dan Krisnawati
value = 0,301 >0,05 yang artinya Ho diterima dan Ha (2010), menyatakan faktor lain yang menyebabkan
ditolak yang berarti tidak ada hubungan tingkat stres keputihan yaitu perilaku tidak hygienis seperti air cebok
dengan kejadian keputihan pada remaja putri kelas X dan tidak bersih, celana dalam tidak menyerap keringat,
XI di MA Hidayaturrahma NW Menggala Lombok penggunaan pembalut yang kurang baik merupakan salah
Utara. satu faktor penyebab keputihan.
Hasil penelitian diatas mengatakan tidak hanya Sedangkan kejadian keputihan yang disebabkan
stress yang menyebabkan seseorang atau remaja karena stress dapat terjadi oleh beberapa faktor, yaitu
mengalami keputihan, namun dapat juga di sebabkan faktor stres yang dapat mempengaruhi kadar-kadar

65
JIKF Vol. 7 No. 2 September 2019

hormon dan faktor kelelahan yang mungkin disebabkan Kusmiran, Eny. 2014. Kesehatan Reproduksi remaja
oleh porsi olah raga dan aktifitas sekolah yang dialami Dan Wanita. Salemba medika : Jakarta.
oleh remaja secara berlebihan, sehingga saat stres terjadi Kusyani, Asri.2012. Kuesioner Gambaran Tingkat
hormone didalam tubuh tidak stabil yang akan Stress. Skripsi.
menyebabkan pola menstruasi tidak teratur apabila pola Maulana, 2008. Konsep Keputihan. https://etheses.uin
menstruasi tidak teratur menyebabkan keputihan malang.ac.id.Akses 10 Maret 2019.
fisiologis tidak akan terjadi pada remaja putri, ini Monalisa, 2012. Dampak Keputihan. https://etheses.uin
disebabkan Karena pengaruh stres yang dialami oleh malang.ac.id.Akses 10 Maret 2019.
remaja. (Mumpuni,Y 2010). Mumpuni, Y., & Ari Wulandari. 2010. Cara
Seorang wanita yang mengalami stres bisa jitumengatasi stress. Yogyakarta :penerbit andi.S.
berpengaruh pada masalah reproduksi, stres yang terjadi Notoatmodjo, Soekidjo, 2010. Metodologi Penelitian
bisa memperpanjang dan memperpendek siklus Kesehatan. Rineka Cipta: Jakarta.
menstruasi dan membuat menstruasi sakit, bahkan stres Notoatmodjo, Soekidjo, 2012. Metodologi Penelitian
bisa membuat siklus haid terhenti selama beberapa Kesehatan. Rineka Cipta: Jakarta.
waktu. Sehingga pada wanita yang mengalami stres, Nursalam, 2008. Dalam Kusyani, 2012. Kuesioner Cara
terjadi ketidakseimbangan hormone didalam tubuhnya Menilai Stress.Yogyakarta.
yang berpengamh terhadap siklus menstruasinya, apabila Priyoto, 2014. Konsep Manajemen Stress. Nuhamedika
siklus menstruasi tidak teratur bahkan membuat siklus :Yogyakarta.
haid terhenti selama beberapa waktu bisa membuat Ranti, s, 2009.http://www. Remaja –usia 16-19 tahun.
seorang wanita bisa tidak mengalami keputihan. Namun Html diakses tanggal (2/3/2017).Hari rabu.
demikian, antara stress dan terjadinya keputihan tidak Ratna, Dewi, P, 2010. Konsep Keputihan. Jakarta.
menjadikan hubungan antara keduanya selaras, karena Sudibyo, 2013. Penegrtian Kerangka Konsep.
selain stress yang bisa menyebabkan keputihan ada https://sbm.binus.ac.id. Akses 16 Maret 2019
faktor lain yang juga dapat menyebabkan keputihan Sugiyono, 2014. Pengertian Kerangka Konsep. Jakarta.
patologis, seperti jamur maupun bakteri terkait dengan Sugiyono, 2017. Metode Penelitan. Yogyakarta.
personal hygine (Maulana (2008). Sumiati, 2010. Penanganan Stress.CV Trans Info Media
: Jakarta.
4. Kesimpulan Susanto, 2013. Faktor Penyebab Keputihan.
www.risetdikti.com. Diakses tanggal 18 Juli
Dari hasil penelitian yang dilaksanakan di MA 2019.
Hidayaturrahman NW Menggala dengan responden Teviningrum., dan Krisnawati, 2010.
sebayank 25 orang dapat diambil kesimpulan yaitu Tidak www.risetdikti.com. Diakses tanggal 13 Juli
ada hubungan tingkat strees dengan kejadian keputihan 2019.
pada remaja putri kelas X dan XI MA Hidayaturrahman Wijayanti, 2009. Klasifikasi Keputihan.
NW menggala tahun 2019. www.academia.edu. Akses18 Maret 2019.
Saran dari peneleiti yaitu Perlu dilakukan Wulandar, Poppy, 2016. www.risetdikti.com. Diakses
penelitian lebih lanjut tentang analisis dan faktor-faktor tanggal 19 Juli 2019.
yang mempengaruhi kejadian keputihan yang berkaitan Yanti, S, 2009. www.ristekdikti.com.Diakses tanggal 15
dengan usia menarche dan perlu dilakukan kegiatan rutin Juli 2019.
konseling psikologi remaja dan kesehatan reproduksi
remaja, agar dapat mencegah terjadinya keputihan
fisiologis menjadi keputihan patologi pada remaja,
sehingga dapat mencegah terjadinya infertilisasi yang
biasa disebabkan oleh keputihan patologis.

Daftar Pustaka
Alimul, Aziz,H, 2007. Pedoman Wawancara Keputihan.
repository.usu.ac.id. Akses18 Februari 2019.
Alimul, Aziz,H, 2012. Pengolahan Data. Akses
repository.uinjkt.ac.id >dspace>bitstream.
Arikunto, 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan
Praktek. Jakarta :Rineka Cipta.
Atmi, 2017.Data Keputihan Remaja Putri NTB.
www.academia.edu. 15 Februari 2019.
Buku Panduan Proposal Dan Karya Tulis Ilmiah
Universitas Nahdlatul Wathan Mataram, Fakultas
Ilmu Kesehatan. Akses 23 Maret 2019.
Ita, 2013. www.risetdikti.com. Diakses tanggal 18 Juli
2019.
Kozier, 2011. Konsep Stress.www.academia.edu. Akses
6 Maret 2019.
Kusmiran, 2011.Kesehatan Reproduksi remaja Dan
Wanita. Salemba medika : Jakarta.

66
JIKF Vol. 7 No. 2 September 2019

Pemberian Ekstrak Daun Kacang Panjang


(Vigna Sinensis L) Terhadap Peningkatan Produksi Asi
Pada Ibu Nifas
Asri Daniyati1 dan Nia Supiana1

1
Jurusan Ilmu Kebidanan, Universitas Nahdlatul Wathan, Mataram, Indonesia

Abstrak: Ketidakcukupan produksi ASI merupakan alasan utama seorang ibu untuk penghentian pemberian ASI secara
dini, Lagtagogum sintesis tidak banyak dikenal dan harganya relative mahal serta mengandung efek samping. Kandungan
senyawa sipinon & polifenol dalam daun kacang panjang (Vigna Sinensis L) memiliki efek laktagogum sehingga dapat
meningkatkan produksi ASI dan melancarkan ASI. Penelitian ini bertujuan Membuktikan pengaruh pemberian ekstrak
daun kacang panjang berpengaruh terhadap peningkatan produksi ASI pada ibu Nifas.
Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian Quasy eksperiment dengan rancangan random cluster design pretest dan
posttest control group design.dengan sampel 32 orang ibu nifas yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi yang dibagi
dalam kelompok intervensi (n=16) diberikan ekstrak daun kacang panjang @200 mg (da;lam bentuk kapsul)dan kelompok
kontrol (n=16) diberikan suplemen vitamin sesuai standar asuhan kebidanan masa nifas dengan tehnik Consecutive
sampling. Analisis penelitian ini dengan univariat dan bivariat menggunakan uji t dependent dan independent dan tidak
normal dengan wilcoxcon. Hasil penelitian Setelah diberikan intervensi didapatkan, produksi ASI pada volume ASI
(p=0,000), frekuensi BAB (p=0,014), BAK (p=0,014), dan intensitas tidur (p=0,000). Ekstrak daun kacang panjang
berpengaruh terhadap peningkatan kadar hormon prolaktin, volume ASI, frekuensi BAB & BAK, dan intensitas Tidur.

Kata Kunci: Ekstrak Daun Kacang Panjang, Produksi ASI

Abstract: Insufficiency of breast milk production is the main reason for a mother to terminate breastfeeding early,
Lagtagogum synthesis is not widely known and the price is relatively expensive and contains side effects. The content of
sipinon & polyphenol compounds in long bean leaves (Vigna Sinensis L) has a lactagogum effect so that it can increase
milk production and launch breast milk. The aim of this study To prove the effect of long bean extract effect on the
increase of milk production in postpartum mothers. The type of research used is A Quasy experimental design with random
cluster design pretest and posttest control group design. With a sample of 32 postpartum mothers who met the inclusion and
exclusion criteria divided into the intervention group (n = 16) given long bean leaf extract @ 200 mg (in capsule form)and
group control (n =16) given vitamin supplements according to the standard of midwifery midwifery care with Consecutive
sampling technique. The analysis of this study was univariate and bivariate using dependent and independent t-tests and not
normal with Wilcoxcon. Research result After the intervention was obtained, breast milk production in the volume of
breast milk (p = 0.000), frequency of bowel movements (p = 0.014), BAK (p = 0.014), and sleep intensity (p = 0.000),
Long bean leaf extract has an effect on increased prolactin hormone levels, ASI volume, frequency of bowel movements
and rats, and sleep intensity.

Keywords: Long Nuts Leaf Extract, Breast milk production

1. Pendahuluan merupakan hal yang dapat menimbulkan stress bagi


seorang ibu post partum.2, 6
Air Susu Ibu (ASI) merupakan nutrisi alamiah Produksi ASI dipengaruhi oleh hormon prolaktin,7
terbaik bagi bayi karena mengandung kebutuhan energi dimana hormon prolaktin akan merangsang pengeluaran
dan zat yang dibutuhkan selama enam bulan pertama ASI pada saat sesudah melahirkan. setelah melahirkan
kehidupan bayi Ibu.1 masalah dalam pemberian ASI kadar estrogen dan progesterone akan menurun sehingga
eksklusif, salah satu kendala utamanya yakni produksi kadar prolaktin akan meningkat dan merangsang
ASI yang tidak lancar. Hal ini akan menjadi faktor mammae untuk mengeluarkan ASI.8
penyebab rendahnya cakupan pemberian ASI eksklusif Menurut WHO, cakupan pemberian ASI Ekslusif
kepada bayi baru lahir.2-4 diberbagai Negara dunia pada Tahun 2016 sebesar 38%.
Ketidakcukupan produksi ASI merupakan alasan Angka ini masih dibawah target WHO yaitu sebesar
utama seorang ibu untuk penghentian pemberian ASI 50%. Berbeda halnya di Indonesia, cakupan ASI ekslusif
secara dini,5 Ibu merasa dirinya tidak mempunyai pada Tahun 2016 ternyata sudah melampaui target WHO
kecukupan produksi ASI untuk memenuhi kebutuhan yaitu 54%. Tentu cakupan ini masih berada jauh dari
bayi dan mendukung kenaikan berat badan bayi yang target Kementrian Kesehatan sebesar 80%. Cakupan ASI
adekuat, sehingga hal tersebut menjadikan menyusui ekslusif di Provinsi Jawa Tengah juga megalami
peningkatan pada tahun 2016, Cakupan ASI ekslusif
sebesar 59,9%. Meskipun mengalami peningkatan dari

67
JIKF Vol. 7 No. 2 September 2019

tahun sebelumnya tetapi Provinsi Jawa Tengah masih 3. Hasil dan Pembahasan
harus melakukan upaya untuk dapat memenuhi target
sesuai program kementrian kesehatan.ekslusif.9.10 Tabel 1. Karakteristik responden pada kelompok
Survei di Indonesia melaporkan bahwa 38% ibu intervensi dan kelompok kontrol ibu nifas .
berhenti memberikan ASI karena kurangnya produksi
ASI. Hal ini juga sejalan dengan penelitian Cox (2006)
Kelompok
bahwa produksi ASI yang sedikit pada hari-hari pertama
Interven
setelah melahirkan, menjadi kendala dalam pemberian Karakteri Kontrol P
si
ASI secara dini.11 Pemberian ASI Eksklusif yang masih stik Valu
Mean±S Mean±S
sangat rendah dapat meniumbulkan masalah gizi pada N (%) n (%) e
D D
balita. Laktogogum sintesik kurang dikenal terutama
oleh masyarakat kalangan menengah kebawah dan Umur
25.50±2, 26.13±2. 0,25
relative mahal.12 Oleh karena itu perlu inovasi Mean-
033 363 0a
pembuatan obat laktogogum alternative.13 Daun kacang Max
panjang yang dikonsumsi sebagai sangat tidak praktis, 0,45
Pekerjaan
bau yang kurang sedap, permukaan yang kasar dan rasa 2b
yang tidak menggugah selera menjadi kendala konsumsi 331, 331,
Bekerja 55 55
sehingga pembuatan dalam bentuk ekstrak dapat menjadi 2 2
pilihan. Tidak 668, 11 668,
111
Lembayung atau daun kacang panjang yang Bekerja 8 1 8
mengandung sipinon dan polifenol yang berperan dalam 1,00
Paritas
reflek prolaktin.14 sehingga merangsang alveoli untuk 0b
memproduksi susu sebagai makanan yang dapat 668, 11 668,
Primipara 111
meningkatkan produksi ASI, Daun kacang panjang juga 8 1 8
lebih mudah dijumpai, mudah ditanam, dan cara 331, 331,
Multipara 55 55
mengolahnya mudah. 2 2
0,07
Psikologis
6b
2. Metode Penelitian 775, 11 887,
Normal 112
0 4 5
Penelitian ini merupakan penelitian Quasy 225, 112,
experiment dengan rancangan random cluster design Ringan 44 22
0 5
pretest dan posttest control group design. tehnik Sedang
pengambilan sampel Consecutive sampling Jumlah Berat
Sampel 32 terbagi dalam 2 kelompok yaitu 16 sampel Sangat
kelompok kontrol dan 16 sampel kelompok perlakuan. Berat
Kriteria inklusi ibu nifas hari ke 14 sampai 26. Variabel a
Levene’s Test b Chi-square TestL
yang diteliti yaitu produksi ASI sebelum dan setelah
diberikan perlakuan. Dilakukan pemberian ekstrak daun Tabel 1. menggambarkan rata-rata umur responden
kacang panjang diberikan selama 14 hari. Alat ukur yang penelitian berada pada usia reproduksi sehat yaitu
digunakan kuesioner,. Analisa Data dilakukan yaitu dengan rata-rata umur 25 tahun pada kelompok
Analisa Univariat, dilakukan untuk menganalisa secara intervensi dan 26 tahun pada kelompok kontrol. Rata-
deskriptif variabel penelitian dengan menguji normalitas rata responden tidak bekerja, pada paritas yang lebih
data. Analisis deskriptif dilakukan untuk dominan terdapat pada primipara, dan psikologis
menggambarkan variabel yang diteliti dengan cara responden normal, pada uji homogenitas tidak terdapat
membuat tabel mean. Median, standar deviassi dari perbedaan yang bermakna rata-rata umur, paritas, dan
masing-masing variabel. Analisa Bivariat, dilakukan psikologis pada kelompok intervensi dan kelompok
untuk menguji variabel antara dua kelompok kontrol dan kontrol (p>0,05) .
kelompok intervensi, dalam data penelitian ini data tidak
berdistribusi normal, maka uji yang digunakan jenis non
parametrik dengan uji yang digunakan adalah mann
whitney test pada variabel produksi ASI berpasangan,
sedangkan pada variabel tidak berpasangan
menggunakan uji wilcoxon test. Data yang diolah
digunakan sebagai dasar dalam pembahasan masalah
pernyataan, yang kemudian disajikan dalam bentuk tabel
sehingga dapat diambil kesimpulan.

68
JIKF Vol. 7 No. 2 September 2019

Uji homogenitas Data Analisis Bivariat


Efektivitas pemberian ekstrak daun kacang panjang
Tabel 2. Uji homogenitas karakteristik awal hormon dalam meningkatkan Produksi ASI (Indikasi Volume
produksi ASI responden sebelum perlakuan pada ibu ASI, Frekuensi BAB,BAK,dan Lama Tidur) ibu nifas
nifas
Tabel 4. Perbedaan Produksi ASI sebelum dan
Kelompok sesudah perlakuan pada Kelompok Intervensi dan
Intervens Kelompok Kontrol
Kontrol P
i
Variabel Valu
Mean±S Produksi Pre Post
Mean±SD e No p value
D ASI Mean±SD Mean±SD
Produksi ASI : Volume
1
13,44±2,9 12,81±3,1 ASI
Volume ASI 0,306 Intervensi 13,44±2,94 230,94±58,
43 24 0,000c
2,69±0,60 2,62±0,61 3 7
Frekuensi BAB 0,749 Kontrol 12,81±3,12 165,88±301
2 9 0,000c
6,19±0,83 9,62±0,88 4 31
Frekuensi BAK 0,509
4 5 Intervensi Kontrol p value
Intensitas Lama 15,00±1,0 14,56±1,0 Δ 217,50±58, 153,64±29,
0,280 0,001b
Tidur 33 31 323 742
Frekuensi
2
Tabel 2. menunjukkan bahwa uji homogenitas data pada BAB
rata-rata volume ASI, frekuensi BAK, frekuensi BAB Intervensi 2,69±0,602 5,62±1,500 0,000c
dan Lama tidur bayi ibu nifas sebelum diberikan Kontrol 2,62±0,619 4,38±1,088 0,000c
intervensi menunjukkan hasil p > 0,05 yang artinya Intervensi Kontrol p value
varian data antara kelompok intervensi dan kelompok Δ 2,94±1,289 1,75±0,931 0,014b
kontrol sama atau homogen. Frekuensi
3
BAK
1. Uji Normalitas Data Intervensi 6,19±0,834 11,12±0,95
0,000c
7
Hasil uji normalitas data dengan Shapiro-Wilk (n<50) Kontrol 6,00±0,816 8,47±0,885 0,000c
sebagai berikut : Intervensi Kontrol p value
Δ 2,94±1,289 1,75±0,931 0,014b
Tabel 3. Tabel normalitas (Shapiro-Wilk) pada Lama
kelompok intervensi dan kelompok kontrol sebelum 4
Tidur
dan setelah dilakukan perlakuan Intervensi 15,00±1033 19,08±1,40
0,000a
8
Kontrol 17,06±0,99
Kelompok 14,56±1031 0,000c
Variabel 8
Intervensi Kontrol Intervensi Kontrol p value
Δ 4,88±1,928 2,50±0,073 0,000b
Volume ASI Pre 0,004 0,001 a
Dependent T-Test bMann Withney cWilcoxon
Post 0,012 0,114
∆ 0,009 0,075 Untuk melihat perbedaan peningkatan frekuensi
Frekuensi BAB Pre 0,001 0,001 produksi ASI (Indikasi volume ASI, frekuensi BAB,
Post 0,002 0,039 BAK dan Intensitas Tidur pada Bayi) produksi ASI
∆ 0,000 0,032 antara kelompok intervensi dan kelompok kontrol dapat
Frekuensi BAK Pre 0,002 0,004 dilihat pada grafik dibawah ini:
Post 0,006 0,027
∆ 0,000 0,032
Lama Tidur Pre 0,262 0,049 VOLUME ASI
Post 0,173 0,009
500 Kont
Hasil…

∆ 0,073 0,016 0
rol
Pre
Tabel 3. diatas menunjukkan hasil uji normalitas data
yang normal terdapat produksi ASI yang memiliki data VOLUME ASI (ML)
normal terdapat pada volume ASI, kelompok post Gambar 1. Grafik perbedaan rata-rata peningkatan
kelompok kontrol dan selisih kontrol, dan pada lama Volume ASI pada kelompok intervensi dan kelompok
tidur pada pre, post, selisih lama tidur pada kelompok kontrol
intervensi.

69
JIKF Vol. 7 No. 2 September 2019

pada kelompok intervensi dan pengaruh pemberian tablet


FREKUENSI BAK tambah darah (Fe) terhadap frekuensi BAB.
Selisih rerata frekuensi BAB pada kelompok
20 intervensi 2,94±1,289 sedangkan pada kelompok kontrol
Hasil Pengukuran 10 Kontrol
selisih frekuensi BAB 1,75±0,931. Hasil Mann Withney
0 diperoleh nilai p value 0,014 yang artinya ada perbedaan
Pre Post Perlaku rerata selisih frekuensi BAB yang bermakna antara
an kelompok intervensi dan kontrol.
BAK(x/hari) Hasil analisis frekuensi BAK sebelum dan setelah
pemberian ekstrak daun kacang panjang (kelompok
Gambar 2. Grafik perbedaan rata-rata peningkatan intervensi) dan pemberian tablet tambah darah
frekuensi BAK pada kelompok intervensi dan kelompok (kelompok kontrol) dengan uji Wilcoxon Test diperoleh
kontrol nilai p value 0,000 artinya ada perbedaan frekuensi BAK
yang bermakna setelah perlakuan sehingga ada pengaruh
ekstrak daun kacang panjang terhadap frekuensi BAK
pada kelompok intervensi dan pengaruh pemberian tablet
FREKUENSI BAB tambah darah (Fe) terhadap frekuensi BAK.
10 Selisih rerata Frekuensi BAK pada kelompok
5
0 Kontrol
Hasil Pengukuran

intervensi 2,94±1,289 sedangkan pada kelompok kontrol


Pre Post selisih Frekuensi BAK 1,75±0,931. Hasil Mann Withney
Perlaku diperoleh nilai p value 0,014 yang artinya ada perbedaan
BAB BAYI peningkatan rerata selisih frekuensi BAK yang bermakna
(x/hari) an
antara kelompok intervensi dan kontrol.
Rerata lama tidur pada kelompok intervensi
sebelum perlakuan 15,00±1,033 sedangkan rerata lama
Gambar 3. Grafik perbedaan rata-rata peningkatan
tidur pada kelompok intervensi setelah perlakuan
frekuensi BAB pada kelompok intervensi dan kelompok
19,08±1,408. Hasil analisis lama tidur sebelum dan
kontrol
setelah perlakuan pada kelompok intervensi dengan
dependent T-Test diperoleh nilai p value 0,000 artinya
30 ada peningkatan lama tidur yang bermakna setelah
perlakuan sehingga ada pengaruh ekstrak daun kacang
20 interven panjang terhadap lama tidur sebelum dan setelah
si perlakuan.
10 kontrol Hasil analisis lama tidur sebelum dan setelah
perlakuan pada kelompok kontrol dengan Wilcoxon Test
0 diperoleh nilai p value 0,000 artinya ada peningkatan
pre post lama tidur yang bermakna setelah perlakuan sehingga
ada pengaruh pemberian tablet tambah darah (Fe)
terhadap Produksi ASI.
Gambar 3.5 Grafik perbedaan rata-rata peningkatan Selisih rerata lama tidur pada kelompok intervensi
Lama Tidur pada kelompok intervensi dan kelompok 4,88±1,928 sedangkan pada kelompok kontrol selisih
control lama tidur 2,50±0,073. Hasil Mann Withney diperoleh
nilai p value 0,000 yang artinya ada perbedaan rerata
Berdasarkan tabel 4. pada volume ASI sebelum selisih lama tidur yang bermakna antara kelompok
dan setelah pemberian ekstrak daun kacang panjang intervensi dan kontrol.
(kelompok intervensi) dan pemberian tablet tambah
darah (kelompok kontrol) dengan uji Wilcoxon Test Efektivitas pemberian ekstrak daun kacang panjang
diperoleh nilai p value 0,000 artinya ada perbedaan dalam meningkatkan Produksi ASI (Indikasi volume
volume ASI yang bermakna setelah perlakuan sehingga ASI, frekuensi BAB, BAK dan lama tidur) ibu nifas
ada pengaruh ekstrak daun kacang panjang terhadap Peningkatan volume ASI sesudah diberikan
Volume ASI perlakuan pada kelompok intervensi adalah 230,94 ml,
Selisih rerata Volume ASI pada kelompok sedangkan pada kelompok kontrol adalah 153,64 ml.
intervensi 217,50±58,323 sedangkan pada kelompok Hasil uji analisis lanjut didapatkan ada perbedaan yang
kontrol adalah 153,64±29,742. Hasil Mann Withney bermakna rerata volume ASI setelah diberikan perlakuan
diperoleh nilai p value 0,001 yang artinya ada perbedaan antara kelompok perlakuan dan kelompok kontrol.
peningkatan rerata selisih Volume ASI yang bermakna Hasil penelitian menunjukkan ada perbedaan
antara kelompok intervensi dan kontrol. bermakna produksi ASI pada kelompok intervensi dan
Hasil analisis frekuensi BAB sebelum dan setelah kelompok kontrol. Sehingga dapat disimpulkan bahwa
pemberian ekstrak daun kacang panjang (kelompok ekstrak daun kacang panjang dapat meningkatkan
intervensi) dan pemberian tablet tambah darah produksi ASI.
(kelompok kontrol) dengan uji Wilcoxon Test diperoleh Salah satu penelitian menjelaskan ekstrak daun
nilai p value 0,000 artinya ada perbedaan frekuensi BAB kacang panjang dapat meningkatkan produksi ASI induk
yang bermakna setelah perlakuan sehingga ada pengaruh tikus karena kandungan laktagogum pada ekstrak daun
ekstrak daun kacang panjang terhadap frekuensi BAB kacang panjang terdapat senyawa aktif yaitu polifenol
dan sipinon yang komponenya berkhasiat merangsang

70
JIKF Vol. 7 No. 2 September 2019

peningkatan sekresi air susu, karena dapat merangsang frekuensi BAB, lama tidur atau tenang bayi setelah
alveoli untuk meningkatkan produksi ASI.21 menyusui.23
Daun kacang panjang efektif sebagai meningkatkan Penilaian produksi ASI pada indikator volume ASI,
produksi ASI dan peningkatan volume ASI atau sebagai frekuensi BAB, frekuensi BAK, dan lama tidur juga
laktagogum. Memiliki potensi dalam menstimulasi didukung oleh penelitian yang telah dilakukan, dimana
hormon oksitoksin dan prolaktin seperti alkoloid, didapatkan adanya perbedaan rata rata volume ASI
saponin, polifenol, steroid, flavonid dan subtansi lainnya dengan p value : 0.001 ,ada perbedaan frekwensi BAK
paling efektif dalam meningkatkan dan melancarkan yang bermakna dengan p value=0,001 dan ada perbedaan
produksi ASI. Reflek prolaktin secara hormonal untuk frekuensi menyusu yang bermakna dengan p
memproduksi ASI, waktu bayi menghisap puting value=0,001 serta ada perbedaan lama tidur yang
payudra ibu, terjadi rangsangan neorohormonal pada bermakna dengan p value=0,001. Dapat disimpulkan
puting susu dan areola ibu. Rangsangan ini diteruskan ke bahwa ada pengaruh pijat oxytosin terhadap produksi
hipofise melalui nervos vagus, kemudian lobus anterior. ASI dengan indikasi berat badan bayi, frekwensi bayi
Dari lobus ini akan mengeluarkan hormon prolaktin, menyusu, frekwensi bayi BAK dan lama bayi tidur
masuk keperadaran darah dan sampai pada kelenjar- setelah menyusu.24
kelenjar pembuat ASI. Kelenjar ini akan terangsang Adapun pengaruh peningkatan produksi ASI pada
untuk menghasilkan ASI.22 Ekstrak daun kacang panjang dapat memperlancar
Adapun pengaruh pemberian ekstrak daun kacang pengeluaran ASI karena dapat merangsang hormon
panjang pada kelompok intervensi terlihat pada prolaktin dan produksi ASI sebagai salah satu
peningkatan volume ASI yang lebih besar dibandingkan mekanisme suatu senyawa lagtagogum (pelancar
dengan kelompok kontrol. Hasil uji analisis lebih lanjut pengeluaran ASI), mengandung zat senyawa aktif yaitu
dapat disimpulkan ada perbedaan yang bermakna rerata sipinon dan polifenol Komponennya berkhasiat
selisih penambahan volume ASI antara kelompok merangsang peningkatan sekresi air susu, karena dapat
perlakuan dan kelompok kontrol. merangsang alveoli untuk meningkatkan produksi ASI,
Indikator lain untuk melihat bahwa produksi ASI dengan rangsangan hisapan bayi melalui serabut syaraf
tercukupi bagi bayi adalah frekuensi BAK. Hasil akan memacu hipofise anterior untuk mengeluarkan
perhitungan statistik produksi ASI yang diindikasikan hormon prolaktin, prolaktin merupakan suatu hormon
dengan rata-rata frekuensi BAK setelah perlakuan yang disekresi oleh glandula pituitari. Hormon ini
didapatkan perbedaan selisih frekuensi BAK, kenaikan memiliki peranan penting untuk memproduksi ASI.
selisih frekuensi BAK sebesar 2,94±1,289 sedangkan Keluarnya hormon prolaktin menstimulasi sel didalam
pada kelompok kontrol selisih frekuensi BAK sesudah alveoli untuk memproduksi ASI, dan hormon ini juga
perlakuan kenaikan frekuensi BAK rata-rata sebesar keluar dalam ASI itu sendiri.dan hipofise posterior untuk
1,75±0,931 dengan nilai p=0,014 yang berarti Ho mengeluarkan hormon oksitosin, oksitosin memacu sel –
diterima artinya terdapat perbedaan yang bermakna sel myoepitel yang mengelilingi alveoli dan duktus untuk
produksi ASI yang diindikasikan dengan frekuensi BAK berkontraksi sehingga mengalirkan ASI dari alveoli ke
antara kelompok intervensi dan kelompok kontrol. duktuli menuju sinus dan putting susu ibu.
Selain frekuensi BAK, indikator lain untuk melihat Kapsul ekstrak daun kacang panjang merupakan
bahwa produksi ASI tercukupi bagi bayi adalah frekuensi intervensi yang dapat digunakan dalam proses laktasi
BAB. Hasil perhitungan statistik produksi ASI yang yaitu membuat memaksimal pengeluaran kadar hormon
diindikasikan dengan rata-rata frekuensi BAB setelah prolaktin untuk memproduksi ASI dalam alveoli, namun
perlakuan didapatkan perbedaan selisih frekuensi BAB, tidak ada pengaruh pada produksi ASI (indikasi volume
kenaikan selisih frekuensi BAB sebesar 2,94±1,289 ASI, frekuensi BAB, BAK, dan lama tidur bayi). Karena
sedangkan pada kelompok kontrol selisih frekuensi BAK proses menyusui tidak bias terlepas dari kerjasama antara
sesudah perlakuan kenaikan frekuensi BAB rata-rata hormon prolaktin dan oksitosin, jika hanya hormon
sebesar 1,75±0,931 dengan nilai p=0,014 yang berarti Ho prolaktin memiliki kadar tinggi tapi hormon oksitosin
diterima artinya terdapat perbedaan yang bermakna tidak dapat bekerja efektif maka air susu tidak dapat di
produksi ASI yang diindikasikan dengan frekuensi BAB sekresikan kemulut bayi, begitupun sebaliknya
antara kelompok intervensi dan kelompok kontrol. keberadaan hormon oksitosin tidak dapat mensekresikan
Indikator lain untuk melihat produksi ASI air susu ke mulut bayi apabila hormon prolaktin tidak
tercukupi bagi bayi adalah lama tidur bayi. Hasil memproduksi ASI.
perhitungan statistik produksi ASI yang diindikasikan
dengan rata-rata lama tidur bayi setelah perlakuan 4. Kesimpulan
didapatkan perbedaan selisih lama tidur bayi, kenaikan
selisih lama tidur bayi sebesar 4,88±1,928 sedangkan Ekstrak daun kacang panjang yang diberikan pada
pada kelompok kontrol selisih lama tidur bayi sesudah ibu nifas selama 14 hari memberikan pengaruh terhadap
perlakuan kenaikan lama tidur bayi rata-rata sebesar peningkatan produksi ASI pada ibu nifas.
2,50±0,073 dengan nilai p=0,000 yang berarti Ho
diterima artinya terdapat perbedaan yang bermakna
produksi ASI yang diindikasikan dengan lama tidur bayi
antara kelompok intervensi dan kelompok kontrol.
Sesuai dengan teori bahawa indikator penilaian
terhadap produksi ASI dapat menggunakan beberapa
kriteria sebagai acuan untuk mengetahui keluarnya ASI
dan jumlah yang mencukupi bagi bayi, diantaranya
adalah peningkatan berat badan, frekuensi BAK,

71
JIKF Vol. 7 No. 2 September 2019

Daftar Pustaka Program Pascasarjana Universitas Diponegoro;


2007.
Horii N, Allman J, Martin-Prével Y, Waltisperger D. Edmond Km, Zandoh C, Quigley Ma, Amenga-Etego S,
Determinants Of Early Initiation Of Breastfeeding Owusu-Agyei S, Kirkwood Br. Delayed
In Rural Niger: Cross-Sectional Study Of Breastfeeding Initiation Increases Risk Of
Community Based Child Healthcare Promotion. Neonatal Mortality. Pediatrics.
International Breastfeeding Journal. 2006;117(3):E380-E6.
2017;12(1):41. Depkes R. Pemantauan Pertumbuhan Balita. Jakarta:
Wulandari Sr, Handayani S. Asuhan Kebidanan Ibu Depkes Ri; 2003.
Masa Nifas. Yogyakarta: Gosyen Publishing. Tay C, Glasier A, Mcneilly A. The 24 H Pattern Of
2011. Pulsatile Luteinizing Hormone, Follicle
Yuliati Nd, Hadi H, Rahayu S, Pramono N, Mulyantoro Stimulating Hormone And Prolactin Release
Dk. The Impact Of Combination Of Rolling And During The First 8 Weeks Of Lactational
Oketani Massage On Prolactin Level And Breast Amenorrhoea In Breastfeeding Women. Human
Milk Production In Post-Cesarean Section Reproduction. 1992;7(7):951-8.
Mothers. Belitung Nursing Journal. Chang Q, Wong Y-S. Identification Of Flavonoids In
2017;3(4):329-36. Hakmeitau Beans (Vigna Sinensis) By High-
Duijts L, Jaddoe Vw, Hofman A, Moll Ha. Prolonged Performance Liquid Chromatography−
And Exclusive Breastfeeding Reduces The Risk Of Electrospray Mass Spectrometry (Lc-Esi/Ms).
Infectious Diseases In Infancy. Pediatrics. Journal Of Agricultural And Food Chemistry.
2010:Peds. 2008-3256. 2004;52(22):6694-9.
Cai X, Wardlaw T, Brown Dw. Global Trends In Rahmat H. Identifikasi Senyawa Flavonoid Pada Sayuran
Exclusive Breastfeeding. International Indigenous Jawa Barat. 2009.
Breastfeeding Journal. 2012;7(1):12. Leatherland J, Mckeown B. Circadian Rhythm In The
Rattigan S, Ghisalberti Av, Hartmann P. Breast-Milk Plasma Levels Of Prolactin In Goldfish, Carassius
Production In Australian Women. British Journal Auratus L. Biological Rhythm Research.
Of Nutrition. 1981;45(2):243-9. 1973;4(2):137-43.
Kuswanti I, Faot Jm. The Correlation Of Knowledge Andriana Se, Yuda R, Susanthi D. Ekstrak Etanol Daun
Level About Exclusive Mother’s Milk With Kacang Panjang (Vigna Sinensis L.) Sebagai
Mother’s Milk Deliverance To The Baby. Journal Laktagogum Pada Tikus Putih (Rattus Norvegicus
Of Health. 2017;4(2):81-6. L.) Yang Menyusui.
Setiari N, Nurchayati Y. Eksplorasi Kandungan Klorofil Samadi B. Usaha Tani Kacang Panjang: Kanisius; 2003.
Pada Beberapa Sayuran Hijau Sebagai Alternatif Eri S, Yuda R, Susanthi D. Ekstrak Etanol Daun Kacang
Bahan Dasar Food Supplement. Bioma. Panjang (Vigna Sinensis L.) Sebagai Laktagogum
2009;11(1):6-10. Pada Tikus Putih (Rattus Norvegicus L.) Yang
Siregar Ma. Pemberian Asi Ekslusif Dan Faktor-Faktor Menyusui2008.
Yang Mempengaruhinya. Pemberian Asi Ekslusif Hubertin Sp. Konsep Penerapan Asi Eksklusif. Jakarta:
Dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhinya. Egc. 2004:11.
2004.
Afifah Dn. Faktor Yang Berperan Dalam Kegagalan
Praktik Pemberian Asi Eksklusif. Universitas
Diponegoro, Program Pasca Sarjana Semarang:
Universitas Diponegoro. 2007.
Manggabarani S, Hadi Aj, Said I, Bunga S. Hubungan
Status Gizi, Pola Makan, Pantangan Makanan
Dengan Kelancaran Produksi Asi Pada Ibu
Menyusui Di Kota Makassar. Jurnal Dunia Gizi.
2018;1(1):1-9.
Kuswaningrum O, Suwandono A, Ariyanti I,
Hadisaputro S, Suhartono S. The Impact Of
Consuming Amaranthus Spinosus L Extract On
Prolactin Level And Breast Milk Production In
Postpartum Mothers. Belitung Nursing Journal.
2017;3(5):541-7.
Sayed N, Dkk. Herbal Remedies Used By Warlis Of
Dahanu To Induce Lactation In Nursing
Mother.Plant Biotechnology Laboratory. India
2006; 2006.
Afifah Dn. Faktor Yang Berperan Dalam Kegagalan
Praktik Pemberian Asi Eksklusif (Studi Kualitatif
Di Kecamatan Tembalang, Kota Semarang Tahun
2007) Factors Contributing To The Failure Of
Exclusive Breastfeeding (Qualitative Study At
Kecamatan Tembalang, Semarang 2007):

72
JIKF Vol. 7 No. 2 September 2019

Peran Bidan Dalam Pelaksanaan Program Perencanaan


Persalinan Dan Pencegahan Komplikasi (P4K)
Di Puskesmas Tanjung Karang
Indri Septiani1, Nia Supiana1*, dan Shohifatul mawaddah1

1
Jurusan Ilmu Kebidanan, Universitas Nahdlatul Wathan, Mataram, Indonesia
*
email: niasupiana@gmail.com

Abstrak: Salah satu faktor keberhasilan pelaksanaan P4K dalam menurunkan AKI dan AKB adalah peran bidan sebagai
fasilitator dalam rangka meningkatkan peran aktif suami, keluarga, serta masyarakat dalam merencanakan persalinan yang
aman dan persiapan menghadapi komplikasi, termasuk perencanaan KB pascapersalinan dengan menggunakan stiker P4K.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana peran bidan dalam perencanaan program P4K.
Metode penelitian ini adalah deskriptif kuantitatif, instrumen yang digunakan adalah kuesioner dengan 9 kriteria
pertanyaan, tekhnik pengambilan sampel non random sampling dengan jumlah responden 27 responden ibu nifas.
Hasil penelitian ini menunjukan bahwa dari 9 peran bidan yang diteliti terdapat 7 peran bidan yang dilakukan
kepada ibu yaitu peran bidan dalam mendata dan memetakan ibu hamil,memberi buku KIA dan menjelaskanya pada ibu,
melakukan ANC standar pada ibu hamil, membantu ibu mempersiapkan persiapan persalinan, mengenali tanda bahaya, KB
pascapersalinan dan neonatal nifas standar, 2 peran bidan lainnya jarang dilakukan yaitu mengajak ibu mengikuti kelas ibu
hamil (30%) dan mengisi stiker P4K (45%).
Diharapkan untuk bidan agar dapat mempertahankan asuhan kebidanan pada ibu hamil sesuai standar, aktif
berpartisipasi dalam pemantauan dan pemasangan stiker disetiap rumah ibu hamil sehingga setiap ibu hamil dapat terpantau
dengan baik oleh seluruh komponen masyarakat. Bukan hanya itu saja, bidan juga harus lebih memperhatiakan hal terkait
dalam mengajak ibu hamil untuk mengikuti kelas ibu hamil dan pemasangan stiker P4K.

Kata kunci: Peran Bidan Dalam Program Perencanaan Persalinan Dan Pencegahan komplikasi (P4K)

1. Pendahuluan persalinan, transportasi dancalon donor darah. (Depkes


RI 2015).
Berdasarkan laporan dari Kabupaten/Kota,jumlah Peran bidan dalam pelaksanaan P4K yaitu
kasus kematian ibu di Provinsi NTB selama tahun 2017 melakukan pendataan ibu hamil untuk mengetahui
adalah 85 kasus, menurun dibandingkan tahun 2016 jumlah ibu hamil dan untuk merencanakan persalinan
dengan 92 kasus. Jumlah kematian ibu di NTB selama 5 yang aman, persiapan menghadapi komplikasi dan tanda
tahun terakhir menunjukan trend menurun. Selama bahaya kebidanan bagi ibu sehingga melahirkan bayi
periode tahun 2013-2017 terjadi penurunan jumlah yang sehat dan ibu selamat dengan mengikut
kematian ibu di Provinsi NTB sebesar 32 orang, dalam sertakansuami dan keluarga. (Depkes RI, 2009).
periode yang sama rata-rata penurunan jumlah kematian Target yang ingin dicapai dalam P4K pada ibu
mencapai 8,45% pertahun. Dibandingkan dengan hamil di NTB masih belum optimal sehingga
keadaan tahun 2016, jumlah kematian ibu berkurang menyebabkan angka kematian ibu masih tergolong
sebanyak 7 orang dalam setahun terakhir. Namun tinggi. Untuk mencapai target yang diinginkan dapat
sampai saat ini belum ada Kabupaten yang ditetapkan dilakukan melalui pemantauan ibu hamil dengan
sebagai AKINO (Angka Kematian Ibu Nol). (Profil penempelan stiker P4K, pemantauan pada sasaran
Kesehatan NTB 2017). dengan risiko tinggi,sedang dan rendah secara langsung
Kejadian kematian ibu di Kota Mataram terbanyak dengan harapan komplikasi dapat dicegah dan diatasi
pada tahun 2017 yakni terjadi pada saat ibu bersalin secara dini. Deteksi dini faktor risiko dalam kehamilan.
sebesar 42,35%, nifas sebesar 40% dan saat ibu hamil
sebesar 17,65%. Berdasarkan kelompok umur, kematian 2. Metode Penelitian
banyak terjadi pada usia 20-34 tahun sebanyak 64,71% ,
usia diatas 35 tahun sebesar 17,65% dan usia dibawah 20 Jenis penelitian yang digunakan dalam
tahun sebesar 4,70%. (Profil Kesehatan NTB 2017). penelitian ini adalah bersifat deskriptif kuantitatif
Salah satu upaya terobosan untuk percepatan adalah penelitian yang dimaksud untuk menyelidiki
penurunan AKI adalah keadaan, kondisi atau hal lain-lain yang sudah
Program Perencanaan Persalinan Dan Pencegahan disebutkan, yang hasilnya dipaparkan dalam bentuk
Komplikasi (P4K) yaitu laporan penelitian. (Arikunto,2010).
dengan pemasangan stiker P4K yang terdiri dari nama
ibu, taksiran persalinan,
penolong persalinan, tempat persalinan, pendamping

73
JIKF Vol. 7 No. 2 September 2019

3. Hasil dan Pembahasan dilakukan dan diajak untuk mengikuti kelas ibu hamil
oleh.
Hasil Tabel 3.4 Distribusi Frekuensi Sampel Berdasarkan
Peran Bidan dalam melakukan ANC Stndar
A. Peran Bidan Dalam Pelaksanaan Program
Perencanaan Persalinan Dan Pencegahan
No ANC standar n %
Komplikasi ( P4K )
1 Dilakukan 27 100
Mengidentifikasi Peran bidan dalam Pelaksanaan 2 Tidak Dilakukan 0 0
Program Perencanaan Persalinan Dan Pencegahan Jumlah 27 100
Komplikasi ( P4K ) (Sumber : Data Primer diolah, 2019)

Tabel.5.1 Distribusi Frekuensi Sampel Berdasarkan Tabel 3.4 menunjukan dari 27 responden yang
Peran Bidan dalam mendata dan memetakan ibu hamil diteliti, semua responden 27 (100%) menyatakan
pernah dilakukan pemeriksaan kehamilan lengkap setiap
kunjungan saat hamil oleh bidan.
Mendata dan
No Memetakan n %
Tabel 3.5 Distribusi Frekuensi Sampel Berdasarkan
Ibu Hamil
Peran Bidan dalam Melakukan Diskusi dan Mengisi
1 Dilakukan 27 100
Stiker P4K
2 Tidak 0 0
Dilakukan
Jumlah 27 100 Diskusi dan
No Mengisi Stiker N %
(Sumber : Data Primer diolah, 2019)
P4K
Tabel 3.1 menunjukan bahwa dari 27 responden 1 Dilakukan 12 45
yang diteliti, semua responden 27 (100%) menyatakan 2 Tidak Dilakukan 15 55
pernah dilakukan pendataan dam pemetaan saat hamil Jumlah 27 100
oleh bidan. (Sumber : Data Primer diolah, 2019)

Tabel 3.2 Distribusi Frekuensi Sampel Berdasarkan Tabel 3.5 Menunjukan dari 27 responde yang
Peran Bidan Memberikan dan Menjelaskan Buku KIA diteliti, hanya 12 (45%) orang yang pernah dilakukan
Pada Ibu Hamil pengisian stker dan diberikan stiker P4K oleh bidan
sisanya 15 (55%) responden tidak dilakukan pengisian
stiker dan tidak diberikan stiker P4K saat hamil oleh
Memberi Buku
bidan.
No KIA dan n %
Menjelskan
Tabel 3.6 Distribusi Frekuensi Sampel Berdasarkan
1 Dilakukan 27 100
Peran Bidan dalam mengajarkan ibu/suami/keluarga
2 Tidak Dilakukan 0 0
dalam mengenali tanda bahaya
Jumlah 27 100
(Sumber : Data Primer diolah, 2019)
Mengajarkan
ibu/suami/keluarga
Tabel 3.2 Menunjukan bahwa dari 27 responden No n %
dalam mengenali
yang diteliti, semua responden 27 (100%) menyatakan
tanda bahaya
bahwa pernah dilakukan penjelasan isi buku KIA dan ibu
diberikan buku KIA saat hamil oleh bidan. 1 Dilakukan 27 100
2 Tidak Dilakukan 0 0
Tabel 3.3 Distribusi Frekuensi Sampel Berdasarkan Jumlah 27 100
Peran Bidan Mengajak Ibu Untuk Mengikuti Kelas Ibu (Sumber : Data Primer diolah, 2019)
Hamil
Tabel 3.6 menunjukan bahwa dari 27 yang diteliti,
semua responden 27 (100%) menyatakan pernah
Mengajak Ibu
n dilakukan dan diajarkan oleh bidan mengenali tanda
No Untuk Mengikuti %
bahaya saat hamil.
Kelas Ibu Hamil
1 Dilakukan 8 30

2 Tidak Dilakukan 19 70
Jumlah 27 100
(Sumber : Data Primer diolah, 2019)

Tabel 3.3 menunjukan dari 27 responden yang


diteliti, hanya 8 (30%) orang yang pernah dilakukan
dan diajak oleh bidan untuk mengikuti kelas ibu hamil
sisanya 19 (70%) orang mengatakan tidak pernah

74
JIKF Vol. 7 No. 2 September 2019

Tabel 3.7 Distribusi Frekuensi Sampel Berdasarkan Tabel 3.10 Distibusi Pencapaian Program P4K di
Peran Bidan dalam memastikan persiapan keluaraga Puskesmas Tanjung Karang
(persalinan)
No Pencapaian n %
Persiapan 1 Penolong Persalinan
keluarga dalam - Bidan 27 100
No N %
persiapan - Dokter 0 0
persalinan - Dukun 0 0
1 Dilakukan 27 100 2 Tempat Persalinan
2 Tidak Dilakukan 0 0 - Puskesmas 27 100
Jumlah 27 100 - RS 0 0
(Sumber : Data Primer diolah, 2019) - Polindes 0 0
3 Pendamping Persalinan
Tabel 3.7 menunjukan dari 27 responden yang - Suami/keluarga 27 100
diteliti, semua responden 27 (100%) menyatakan bahwa - Lain-lain 0 0
pernah dilakukan dan slalu diberitahu bidan untuk 4 Transportasi
mempersiapkan persiapan persalinan saat hamil oleh - Ada 27 27
bidan. - Tidak ada 0 0
5 Pendonor Persalinan
Tabel 3.8 Distribusi Frekuensi Sampel Berdasarkan - Suami/Keluarga 27 100
Peran Bidan dalam mendiskusikan rencana KB - Lain-lain 0 0
pascapersalinan (Sumber : Data Sekunder diolah, 2019)

Diskusi rencana Tabel 3.10 diatas menunjukan bahwa capaian


No KB N % program P4K yang terdiri dari penolong persalinan,
pascapersalinan tempat persalinan, pendamping persalinan, transportasi
1 Dilakukan 27 100 dan pendonor persalinan sudah tercapai sempurna,
2 Tidak Dilakukan 0 0 terlihat dari 5 capaian tersebut 100% sesuai harapan.
Jumlah 27 100
(Sumber : Data Primer diolah, 2019) Pembahasan
Tabel 3.8 menunjukan bahwa dari 27 responden A. Peran Bidan Dalam Pelaksanaan Program
yang diteliti, semua responden 27 (100%) menyatakan Perencanaan Persalinan
pernah diberitahu dan dijlaskan bidan untuk 1) Peran Bidan Dalam Mendata Dan
menggunakan KB pascapersalinan. Memetakan Ibu Hamil
Peran bidan dalam pelaksanaan P4K yaitu
Tabel 3.9 Distribusi Frekuensi Sampel Berdasarkan melakukan pendataan ibu hamil untuk mengetahui
Peran Bidan dalam melaksanakan pelayanan neonatal jumlah ibu hamil dan untuk merencanakan
nifas standar. persalinan yang aman, persiapan menghadapi
komplikasi dan tanda bahaya kebidanan bagi ibu
No Melaksanakan n % sehingga melahirkan bayi yang sehat dan ibu
pelayanan selamat dengan mengikut sertakan suami dan
neonatal nifas keluarga ( Depkes RI, 2009).
standar Hasil penelitian yang didapatkan di
1 Dilakukan 27 100 Puskesmas Tanjung Karang dalam mendata dan
2 Tidak 0 0 memetakan ibu hamil sudah sesuai standar. Dilihat
Dilakukan dari 27 (100%) responden menyatakan pernah
Jumlah 27 100 dilakukan pendataan oleh bidan. Hasil penelitian
(Sumber : Data Primer diolah, 2019) ini sejalan dengan penelitian Utami (2012), dengan
hasil penelitian menunjukan bahwa para bidan
Tabel 3.9 menunjukan bahwa dari 27 responden dalam pelaksanaan P4K dalam pendataan cukup
yang diteliti, semua responden 27 (100%) menyatakan baik.
bidan memberikan ibu pelayanan yang lengkap setiap Mendata seluruh ibu hamil yang ada di suatu
kunjungan nifas. komunitas tanpa terlewatkan yang dilakukan oleh
kader dan dukun bayi kemudian bidan desa
memasukan seluruh data ibu hamil ke dalam
kohort yang telah disediakan di puskesmas.
Dengan puskesmas juga memiliki data dasar, bidan
desa dan puskesmas dalam hal ini dapat memonitor
dan mengikuti setiap individu yang ada didaerah
tersebut. Dengan puskesmas memiliki data ibu
hamil dan bidan desa memberikan pemeriksaan
seluruh ibu hamil tanpa melihat apakah ibu hamil
tersebut mempunyai faktor resiko atau tidak,

75
JIKF Vol. 7 No. 2 September 2019

sehingga dapat menyelamatkan jiwa ibu dan anak dilakukan oleh Rosmiati (2016), dengan hasil
yang dikandung ( Malik Ghaisan 2017). penelitian menunjukan bahwa peran bidan sebagai
pelaksana dalam pemeriksaan ANC sesuai standar
2) Peran Bidan Dalam Memberi Dan pada pelaksanaan P4K sudah dilaksanakan dengan
Menjelaskan Buku KIA baik (81,5%).
Hasil penelitian yang dilakukan di Puskesmas
Tanjung Karang dalam P4K untuk memberi ibu 5) Peran Bidan dalam Diskusi Dan Mengisi
buku KIA dan menjelaskan pada ibu isi dari buku Stiker P4K
KIA sudah sesuai standar. Dilihat dari 27 ( 100% ) P4K melalui pemasangan stiker persalinan
responden mengatakan bahwa ibu diberikan buku harus diberikan dan di tempel pada semua rumah
KIA dan dijelaskan isi dari buku KIA oleh bidan. ibu hamil. Tujuannya adalah agar ibu hamil
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian terdata, tercatat dan terlaporkan keadaanya oleh
Andini (2017), dengan hasil menunjukan bahwa bidan dengan melibatkan peran aktif kader, dukun
bidan berperan aktif dalam memberikan ibu hamil dan tokoh masyarakat ( Depkes RI 2009).
buku KIA dan menjelaskannya yaitu (83,7%). Hasil penelitian di Puskesmas Tanjung
Buku KIA ini diperoleh sejak ibu dinyatakan Karang, Peran bidan dalam program P4K untuk
hamil dan masih terus digunakan sampai anak diskusi dan mengisi stiker P4K tidak sesuai
berusia 6 tahun. Buku ini harus dibawa kemana standar. Dilihat dari 27 responden hanya 12 orang
saja karena buku ini berisis tentang catatan kondisi yang diberikan stiker P4K oleh bidan sisanya 15
ibu. Setiap petugas medis terutama bidan responden tidak diberikan stiker P4K oleh bidan.
hendaknya mengedukasi ibu maupun keluarga jika
belum mengetahui fungsi dan kegunaan buku KIA 6) Peran Bidan Dalam Mengajarkan
( Nunung Feriana, 2017). Ibu/Suami/Keluarga Tanda Bahaya
Kenapa ibu, suami dan keluarga harus
3) Peran Bidan Dalam Mengajak Ibu Untuk mengerti tentang tanda bahaya agar ibu tidak
Mengikuti Kelas ibu Hamil terlambat ditangani ketika ibu mengalami
Kelas ibu hamil merupakan sarana untuk komplikasi atau tanda bahaya. Hasil penelitian di
belajar bersama tentang kesehatan bagi ibu hamil, Puskesmas Tanjung Karng Peran bidan dalam
dalam bentuk tatap muka dalam kelompok yang Program P4K sudah sesuai standar dalam
bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan dan mengajarkan ibu/suami/keluarga dalam mengenali
keterampilan ibu mengenai kehamilan, perawatan tanda bahaya. Dilihat dari 27 ( 100% ) mengatakan
kehamilan, persalinan, perawatan nifas, perawatan pernah diajarkan oleh bidan mengenali tanda
bayi baru lahir, penyakit menular dan akte bahaya.
kelahiran ( depkes 2011). Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian
Hasil penelitian di Puskesmas Tanjung Andini (2017) dengan hasil penelitian menunjukan
Karang Peran bidan dalam P4K untuk mengajak bahwa bidan sangat baik (78,1%) dalam
ibu mengikuti kelas ibu hamil tidak sesuai standar. mengajarkan ibu/suami/keluarga tanda bahaya.
Dilihat dari 27 responden hanya 8 orang yang Haasil penelitian ini tidak sejalan dengan Sri
diajak oleh bidan untuk mengikuti kelas ibu hamil Agustini (2012), dengan hasil penelitian dari 80
sisanya 19 orang mengatakan tidak diajak untuk responden 65 ( 81,3%) kurang mengetahui tentang
mengikuti kelas ibu hamil. Hasil penelitian ini tanda bahaya.
sejalan dengan ( Jiarti 2013 ) hasil penelitian
menunjukan bahwa penyelenggara atau pelaksana 7) Peran Bidan Dalam Membantu Ibu
kegiatan kelas ibu hamil menyatakan standar Menyiapkan Persiapan Persalinan.
belum jelas (32%), sumberdaya belum memadai Peran bidan dalam membantu ibu
(36%) komunikasi antar organisasi belum berjalan mempersiapkan persalianan adalah untuk
baik (60%) dan karakteristik pelaksana belum baik. membantu ibu untuk mempersiapak keperluan apa
saja yang harus disiapak seperti pakaian bayi,
4) Peran Bidan Dalam Pelaksanaan ANC opakaian ibu, kain ibu, dana untuk perslinan jika
Standar ada kegawatdaruratan, kendaraan ibu untuk
Pemanfaatan antenatal oleh seorang ibu menuju petugas kesehatan jika ibu ingin
dilihat dari cakupan pelayan antenatal, salah melahirkan atau ada tanda bahaya yang tidak
satunya yaitu cakupan kunjungan antenatal yang diinginkan, untuk menentukan calon donor darah
kurang dari standar minimal. Cakupan pelayanan yang akan mendonorkan darahnya jika ibu dalam
antenatal dapat di pantau melalui pelayanan K1 keadaan gawat darurat. Persiapan persalinan
dan K4. Cakupan KI adalah cakupan ibu hamil meliputi persiapan fisik, psikologis, dan materi.
yang mendapatkan pelayanan antenatal sesuai Persiapan fisik merupakan persiapan yang
standar yang pertama kali pada masa kehamilan berhubungan dengan aspek persiapan tubuh untuk
dan tidak tergantung usia kehamilan. mempermudah persalinan dan laktasi, persiapan
Hasil penelitian di Puskesmas Tanjung psikologis adalah persiapan yang berhubungan
Karng Sudah dalam pelaksanaan ANC standar dengan ketahanan mental terhadap rasa takut dan
sesuai standar.Dilihat dari 27 (100%) responden kecemasan sedangkan persiapan materi merupakan
mengatakan bidan melakukan pemeriksaan persiapan ibu dan keluarga untuk mendukung
kehamilan lengkap setiap kunjungan. Hasil kelancaran persalinan dan aspek finansial (
penelitian ini sejalan dengan penelitian yang Christina, 2012).

76
JIKF Vol. 7 No. 2 September 2019

Hasil penelitian di Puskesmas Tanjung 3) Peran bidan dalam P4K untuk mengajak ibu
Karang dalam Program P4K sudah sesuai standar mengikuti kelas ibu hamil tidak sesuai standar.
dalam memastikan persiapan keluarga menghadapi Dilihat dari 27 responden hanya 8 orang yang diajak
persalinan. Dilihat dari 27 (100%) responden oleh bidan untuk mengikuti kelas ibu hamil sisanya
mengatakan slalu diberitahu bidan untuk 19 orang mengatakan tidak diajak untuk mengikuti
mempersiapkan persiapan persalinan oleh bidan. kelas ibu hamil.
4) Peran bidan dalam melakukan pemeriksaan ANC
8) Peran Bidan Dalam Mengajak Ibu Diskusi Standar pada ibu hamil sudah sesuai standar. Dilihat
Pascapersalinan dari 27 ( 100% ) responden mengatakan bidan
P4K merupakan suatu kegiatan yang melakukan pemeriksaan kehamilan lengkap setiap
difasilitasi oleh bidan di desa dalam rangka peran kunjungan.
aktif suami, keluarga dan masyarakat dalam 5) Peran bidan dalam program P4K untuk diskusi dan
merencanakan persalinan yang aman dan persiapan mengisi stiker P4K tidak sesuai standar. Dilihat dari
menghadapi komplikasi, tewrmasuk perencanaan 27 responden hanya 12 orang yang diberikan stiker
KB pascapersalinan dengan menggunakan stiker P4K oleh bidan sisanya 15 responden tidak diberikan
sebagai media notifikasi sasaran dalam rangka stiker P4K oleh bidan.
meningkatkan cakupan dan mutu pelayanan 6) Peran bidan dalam Program P4K sudah sesuai standar
kesehatan bagi ibu dan bayi baru lahir dalam mengajarkan ibu/suami/keluarga dalam
(Depkes,2009). mengenali tanda bahaya. Dilihat dari 27 ( 100% )
Hasil penelitian yang didapatkan di wilayah mengatakan pernah diajarkan oleh bidan mengenali
kerja Puskesmas Tanjung Karang dalam Program tanda bahaya.
P4K KB pascapersalinan sudah sesuai standar 7) Peran bidan dalam Program P4K sudah sesuai standar
dalam mengajak ibu untuk diskusi penggunaan KB dalam memastikan persiapan keluarga menghadapi
pascasalin. Dilihat dari responden yaitu 27 ( 100% persalinan. Dilihat dari 27 (100%) responden
) responden mengatakan pernah diberitahu dan mengatakan slalu diberitahu bidan untuk
dijlaskan bidan untuk menggunakan KB mempersiapkan persiapan persalinan oleh bidan.
pascapersalinan. Hasil penelitian ini sejalan dengan 8) Peran bidan dalam Program P4K bidan sudah sesuai
Rinayati ( 2018 ) dengan hasil bahwa sebagian standar dalam mengajak ibu untuk diskusi
besar ibu memiliki kinerja yang baik ( 77,2%) penggunaan KB pascasalin. Dilihat dari responden
dalam memberikan ibu konsling pascasalin. yaitu 27 ( 100% ) responden mengatakan pernah
diberitahu dan dijlaskan bidan untuk menggunakan
9) Peran Bidan Dalam Pelaksanaan Neonatal KB pascapersalinan.
Nifas Standar 9) Peran bidan dalam Program P4K sudah sesuai standar
Pelayanan neonatal nifas standar bertujuan dalam melaksanakan pelayanan neonatal nifas
untuk mengurangi resiko terjadinya kematian standar. Dilihat dari 27 (100%) responden
karena kematian ibu. P4K pada masa nifas meliputi, mengatakan bidan memberikan ibu pelayanan yang
melakukan kunjungan nifas ( KF1, KF2, KF lengkap setiap kunjungan nifas.
lengkap), (KN 1, KN2), melakukan penyuluhan dan
konsling pada ibu, keluarga dan masyarakat, Daftar Pustaka
melakukan rujunkan bila diperlukan, melakukan
pencatatan dan pelaporan ( Depkes, 2009 ). Arikunto, Suharsimi, 2006. Prosedur Penelitian Suatu
Hasil penelitian di Puskesmas Tanjung Pendekatan Praktik. Rineka Cipta: Jakarta.
Karang dalam Program P4K sudah sesuai standar Depkes RI. 2015 Angka Kematian Ibu di Indonesia.
dalam melaksanakan pelayanan neonatal nifas Depkes RI, 2009. Pedoman Praktis Program
standar. Dilihat dari 27 (100%) responden Perencanaan Persalinan dan Pencegahan
mengatakan bidan memberikan ibu pelayanan yang Komplikasi ( P4K ) dengan Stiker. Jakarta:
lengkap setiap kunjungan nifas. Hasil penelitian ini Departemen Kesehatan
sejalan dengan Utami (2017) dengan hasil peneltian Kemenkes RI. 2009 Target Indonesia Sehat tahun 2015 (
menunjukan bahwa peran bidan sangat baik MdGs).
(87,1%) dalam pelaksanaan neonatal nifas standar. Notoatmodjo, Soekidjo, 2012. Metodologi Penelitian
Kesehatan. Rineka Cipta: Jakarta.
4. Kesimpulan Prawirohardjo, Sarwono, 2013. Buku Psikologi : Jakarta.
Runjati. 2011 Asuhan Kebidanan Komunitas
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah Saryono Ari Setiawan, 2010. Metodelogi Penelitian
diuraikan dapat ditarik kesimpulan yaitu : Kebidanan, cetakan pertama, Muhamedika :
1) Peran bidan dalam mendata dan memetakan ibu Bantul Jogjakarta.
hamil sudah sesuai standar. Dilihat dari 27 (100%) Wiknjosastro, Hanifa, 2006. Ilmu Kebidanan, Edisi
responden menyatakan pernah dilakukan pendataan Kedelapan, Cetakan Ketiga. Yayasan Bina
oleh bidan. Pustaka Sarwono Prawihardjo: Jakarta.
2) Peran bidan dalam P4K untuk memberi ibu buku Yulifah, Tri, 2014. Asuhan Kebidanan Komunitas Buku
KIA dan menjelaskan pada ibu isi dari buku KIA Pedoman P4K 2014
sudah sesuai standar. Dilihat dari 27 ( 100% ) Sugiono, 2013, Metode Penelitian Pendidikan
responden mengatakan bahwa ibu diberikan buku Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D.
KIA dan dijelaskan isi dari buku KIA oleh bidan. Bandung: Alfabeta

77
JIKF Vol. 7 No. 2 September 2019

Nolan. 2004. Kehamilan dan Melahirkan.Jakarta:EGC


Soekanto, Soerjono. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta:
Rajawali Pers, 2013
Miftahul Jannah, 2017. Peran Suami dalam Program
Perencanaan Persalinan dan Pencegahan
Komplikasi. Yogyakarta. Program
Perencanaan Persalinan dan Pencegahan
Komplikasi, Proyek Kesehatan Perempuan dan
Kesejahteraan Keluarga, Depkes RI, Jakarta,
2015
Kurniawan, Pedoman Pelayanan Kebidanan Dasar, 2008

78
JIKF Vol. 7 No. 2 September 2019

Hubungan Persalinan Preterm Dengan Kejadian Asfiksia


Neonatorum Di Ruang NICU RSUP NTB
Nurul Auliya Kamila1, dan Siti Wathaniah1, dan Farida Rismayani1

1
Jurusan Ilmu Kebidanan, Universitas Nahdlatul Wathan, Mataram, Indonesia

Abstrak: Survei pendahuluan di Ruang NICU RSUD Provinsi NTB menunjukkan bahwa pada tahun 2018 terdapat
sebanyak 1.502 ibu bersalin, persalinan preterm sebanyak 264 orang (17,57%), dan asfiksia neonatorum sebanyak 318
orang (21,17%). Tahun 2015 sebanyak 1.636 ibu bersalin, persalinan preterm sebanyak 383 orang (24,41%) dan asfiksia
neonatorum sebanyak 428 orang (26,16%). Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui Hubungan Persalinan Preterm
dengan Kejadian Asfiksia Neonatorum di Ruang Nicu RSU Provinsi NTB Tahun 2019.
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah observasional analitik dengan rancangan cross sectional.
Populasinya adalah semua ibu bersalin yang ada di Ruang Nicu RSU Provinsi NTB tahun 2018 sebanyak 1.636 orang.
Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah sistematik random sampling sehingga jumlah sampel yang diperoleh
sebanyak 94 sampel. Alat bantu yang digunakan adalah rekam medik. Analisa statistik yang digunakan adalah uji chi
square.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 94 sampel yang diteliti sebagian besar berada pada kelompok umur 20-35 tahun
sebanyak 61 orang (64,9%), berparitas primipara sebanyak 46 orang (48,9%), pendidikan menengah sebanyak 50 orang
(53,2%), tidak persalinan preterm sebanyak 60 orang (63,8%), tidak asfiksia neonatorum sebanyak 68 orang (72,3%) dan
ada hubungan persalinan preterm dengan kejadian asfiksia neonatorum di Ruang Nicu RSU Provinsi NTB Tahun 2019.
Disarankan kepada tenaga kesehatan yang ada di RSU Provinsi NTB agar lebih meningkatkan mutu pelayanan kesehatan
kepada masyarakat khususnya ibu bersalin yang mengalami persalinan preterm dengan cara memberikan penyuluhan,
pengarahan dan bimbingan konseling serta menganjurkan ibu untuk tetap memeriksakan kesehatannya di tempat pelayanan
kesehatan agar resiko terjadinya persalinan preterm dapat dicegah

Kata kunci: Persalinan Preterm, Asfiksia Neonatorum

1. Pendahuluan (23%), prematur (11%), dan lain-lain (8%) (Profil


Kesehatan Kota Mataram, 2018)
Angka kematian ibu (AKI) dan angka kematian Asfiksia neonatorum merupakan kegagalan bayi
bayi merupakan salah satu indikator dalam menentukan baru lahir untuk bernapas secara spontan dan teratur
derajat kesehatan masyarakat. World Health sehingga menimbulkan gangguan lebih lanjut, yang
Organization (WHO) memperkirakan di dunia setiap mempengaruhi seluruh metabolisme tubuhnya. Keadaan
menit perempuan meninggal karena komplikasi yang depresi pernapasan yang dimaksud adalah keadaan
terkait dengan kehamilan dan persalinan, dengan kata asfiksia yang terjadi kesulitan untuk mempertahankan
lain 1.400 perempuan meninggal setiap harinya atau pernapasan normal yang menyebabkan gangguan tonus
lebih kurang 500.000 perempuan meninggal setiap otot (Manuaba, 2009).
tahun karena kehamilan dan persalinan (WHO, 2009). Beberapa faktor yang menjadi penyebab terjadinya
Angka Kematian Bayi (AKB) merupakan salah satu asfiksia pada bayi baru lahir, diantaranya adalah faktor
indikator untuk mengetahui derajat kesehatan disuatu dari ibu yaitu, hipoksia pada ibu, usia ibu kurang dari 20
negara seluruh dunia. Angka Kematian Bayi (AKB) di tahun atau lebih dari 35 tahun, paritas jumlah anak yang
Indonesia masih cukup tinggi, berdasarkan SDKI dilahirkan, dan penyakit yang diderita ibu seperti
(Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia) angka hipertensi dan hipotensi. Kemudian faktor plasenta
kematian bayi (AKB) pada SDKI 2007 sebanyak yaitu, plasenta previa, dan solusio plasenta. Faktor dari
40/1.000 kelahiran hidup dan pada tahun 2012 sebanyak janin yaitu, prematur, kehamilan ganda, gangguan tali
32/1.000 kelahiran hidup. Angka ini telah turun dari pusat. Dan faktor dari persalinan yaitu, persalinan
SDKI tahun 2007, namun penurunan ini masih jauh dari buatan/persalinan anjuran, dan partus lama yaitu
target MDGs (Millenium Development Goals) ke-4 persalinan lebih dari 18 jam (Desfauza, 2008).
tahun 2015 dimana AKB diharapkan turun menjadi Persalinan preterm merupakan hal yang berbahaya
23/1.000 KH (SDKI, 2012). karena potensial meningkatkan kematian perinatal
Data dari Dinas Kesehatan Kota Mataram 2007 sebesar 65-75%, umumnya berkaitan dengan berat lahir
Angka Kematian Bayi (AKB) sebesar 72 per 1.000 rendah. Berat lahir rendah dapat disebabkan oleh
kelahiran hidup dan tahun 2012 Angka Kematian Bayi kelahiran prematur dan pertumbuhan janin yang
(AKB) sebesar 57 per 1.000 kelahiran hidup, angka terhambat, keduanya sebaiknya dicegah karena
kematian bayi ini mengalami penurunan sebesar 15 per dampaknya yang negatif; tidak hanya kematian perinatal
1.000 kelahiran hidup. Angka Kematian Bayi (AKB) tetapi juga morbiditas, potensi generasi akan datang,
disebabkan oleh BBLR (34%), asfiksia (24%), infeksi kelainan mental dan beban ekonomi bagi keluarga dan
bangsa secara keseluruhan. Persalinan preterm

79
JIKF Vol. 7 No. 2 September 2019

merupakan persalinan yang terjadi pada kehamilan Tabel 1. Distribusi Frekuensi Sampel
kurang dari 37 minggu (antara 20–37 minggu) atau Berdasarkan Kejadian Persalinan Preterm di
dengan berat janin kurang dari 2500 gram (Nugroho, Ruang Nicu RSU Provinsi NTB Tahun 2019
2012).
Komplikasi yang ditimbulkan dari persalinan Kejadian
preterm adalah morbiditas tinggi yang diantaranya No Persalinan n %
menyebabkan asfiksia, tumbuh kembang tak normal Preterm
serta mortalitas yang diantaranya menyebabkan asfiksia 1 Persalinan 34 36,2
berat, perdarahan intraventrikel, trauma persalinan, dan Preterm
infeksi organ vital (Manuaba, 2010). 2 Tidak 60 63,8
Berdasarkan studi pendahuluan yang telah di Persalinan
lakukan di di Ruang NICU RSUD Provinsi NTB pada Preterm
tanggal 20 Juni 2019 menunjukkan bahwa pada tahun Jumlah 94 100
2018 terdapat sebanyak 1.502 ibu bersalin, yang Sumber : (Data primer terolah Tahun 2019)
mengalami persalinan preterm sebanyak 264 orang
(17,57%), dan jumlah bayi yang mengalami asfiksia Berdasarkan tabel 1. di atas menunjukan
neonatorum sebanyak 318 orang (21,17%) sedangkan bahwa hasil penelitian yang telah dilakukan di
pada tahun 2015 sebanyak 1.636 ibu bersalin, yang Ruang Nicu RSU Provinsi NTB menunjukkan
mengalami persalinan preterm sebanyak 383 orang bahwa dari 94 ibu bersalin yang diteliti, lebih
(24,41%) dan jumlah bayi yang mengalami asfiksia banyak yang tidak persalinan preterm sebanyak 60
neonatorum sebanyak 428 orang (26,16%). Dari data orang (63,8%) dibandingkan yang persalinan
tersebut dapat dilihat bahwa ibu yang mengalami preterm sebanyak 34 orang (36,2%).
persalinan preterm dan asfiksia neonatorum dari tahun Masih terjadinya persalinan preterm di Ruang
2014 sampai dengan tahun 2015 mengalami Nicu RSU Provinsi NTb disebabkan oleh beberapa
peningkatan (RSU Provinsi NTB, 2018). faktor seperti perdarahan pada kehamilan baik
Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka dikarenakan plasenta previa atau solusio plasenta,
peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang : KPD, eklamsia, penyakit yang diderita ibu dan
“Hubungan Persalinan Preterm dengan Kejadian riwayat persalinan preterm. Hal ini sesuai dengan
Asfiksia Neonatorum di Ruang Nicu RSU Provinsi teori yang menyatakan bahwa kondisi selama
NTB Tahun 2019”. kehamilan yang berisiko terjadinya persalinan
preterm adalah faktor janin dan plasenta seperti
2. Metode Penelitian perdarahan trimester awal, perdarahan antepartum,
KPD, kehamilan ganda/gamely, polihidramnion.
Penelitian ini penelitian observasional analitik. Faktor ibu seperti penyakit berat pada ibu, diabetes
Subjek penelitian yaitu semua ibu bersalin yang ada di mellitus, preeklampsia/hipertensi, kelainan bentuk
Ruang Nicu RSU Provinsi NTB tahun 2019 sebanyak uterus/seviks, riwayat persalinan prematur/abortus
1.636 orang. Pengambilan sampel berdasarkan berulang. Bayi prematur ini sering pula disertai
Accidental Sampling yaitu sistematik random sampling dengan komplikasi, baik kelainan jangka pendek
yaitu proses pengambilan sampel dilakukan dengan maupun jangka panjang. (Sarwono, 2009).
memberikan nomor urut pada populasi setelah itu Hal ini sesuai dengan teori yang menyatakan
mencari interval (K) dengan membagi jumlah populasi bahwa persalinan preterm atau partus prematur
dengan sampel. Cara mengambilnya, yang pertama adalah persalinan yang terjadi pada kehamilan
dengan memberikan nomor urut pada semua populasi kurang dari 37 minggu (antara 20-37 minggu) atau
kemudian melakukan pengundian secara acak, keluar dengan berat janin kurang dari 2500 gram.
nomor 2 maka dihitung dengan kelipatan 2 yaitu 2, 19, Berbagai sebab dan faktor demografik diduga
36, 53, 70 dan seterusnya sampai mendapatkan sampel sebagai penyebab persalinan preterm, seperti :
sebanyak 94 sampel solutio plasenta, kehamilan ganda, kelainan uterus,
Analisis deskriptif (Univariat) dan analisa bivariate polyhidramnion, kelainan konginetal janin,
yaitu analisis bivariat dilakukan terhadap dua variabel ketuban pecah dini, dan lain-lain (Sujiatini, 2009)
yang diduga berhubungan atau berkorelasi. Meliputi Hasil penelitian sejalan dengan penelitian
satu variabel independen (persalinan preterm) dan yang dilakukan oleh Novhita Paembonan (2013)
variabel dependen (asfiksia neonatorum). Kemudian dengan judul : “Faktor Resiko Kejadian Persalinan
untuk analisis hubungan menggunakan uji chi square. Preterm Di Rumah Sakit Ibu Dan Anak Siti
Fatimah Kota Makasar Tahun 2013. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa ibu yang
3. Hasil dan Pembahasan mengalami persalinan preterm sebesar 86,9%,
sedangkan yang tidak mengalami persalinan
a. Pada penelitian ini, kejadian persalinan preterm
preterm sebesar 13,1%.
pada ibu bersalin dikelompokkan menjadi 2
b. Pada penelitian ini, kejadian asfiksia
kategori yaitu : persalinan preterm dan tidak
neonatorum pada ibu bersalin dikelompokkan
persalinan preterm. Untuk lebih jelasnya dapat
menjadi 2 kategori yaitu : asfiksia dan tidak
dilihat pada tabel 1. berikut :
asfiksia. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat
pada tabel 2. berikut:

80
JIKF Vol. 7 No. 2 September 2019

Tabel 2. Distribusi Frekuensi Sampel bahwa, ibu yang mengalami persalinan preterm
Berdasarkan Kejadian Asfiksia Neonatorum di cenderung bayinya asfiksia neonatorum.
Ruang Nicu RSUD Provinsi NTB Tahun 2019 Hasil uji analisa statistik dengan
menggunakan uji chi square diperoleh hasil p value
No Kejadian n % = 0,000 (p < 0,05). Hal ini menunjukkan bahwa
Asfiksia terdapat hubungan yang signifikan antara
1 Asfiksia 26 27,7 Persalinan Preterm dengan Kejadian Asfiksia
Neonatorum Neonatorum di Ruang Nicu RSU Provinsi NTB
2 Tidak 68 72,3 Tahun 2019.
Asfiksia Bayi asfiksia neonatorum pada ibu yang
Neonatorum mengalami persalinan prematur di RSUD Provinsi
Jumlah 94 100 NTB disebabkan karena pada persalinan preterm
Sumber : (Data primer terolah Tahun 2019) organ-organ tubuh bayi termasuk sistem pernafasan
bayi belum sempurna, paru-paru bayi belum
Berdasarkan tabel 2. dari 94 ibu bersalin yang matang sehingga beresiko mengalami kegagalan
diteliti, lebih banyak yang tidak asfiksia dalam proses pernafasan secara spontan di luar
neonatorum sebanyak 68 orang (72,3%) rahim sehingga bayi mengalami asfiksia. Selain itu
dibandingkan yang asfiksia neonatorum sebanyak bayi prematur tidak menghasilkan surfaktan dalam
26 orang (27,7%). jumlah yang memadai sehingga alveolus paru tidak
Bayi yang mengalami asfiksia neonatorum di dapat berkembang dengan baik yang menyebabkan
Ruang Nicu RSU Provinsi NTB disebabkan oleh terjadinya asfiksia neonatorum pada bayi.
beberapa faktor yaitu : faktor ibu yaitu usia dan Hal ini sesuai dengan teori yang menyatakan
paritas ibu, faktor janin seperti prematur, dan janin bahwa bayi yang lahir dini, organ-organ tubuhnya
kembar, faktor plasenta dan faktor persalinan belum cukup matang sehingga sukar baginya untuk
seperti persalinan lama dan persalinan buatan. menyesuaikan diri dengan kehidupan di luar rahim.
Proses terjadinya asfiksia berawal dari reaksi bayi Kemampuan paru-parunya yang belum sempurna
terhadap kesulitan selama masa transisi normal. seringkali mengakibatkan hambatan dalam sistem
Bayi baru lahir akan melakukan usaha untuk pernapasan. Teori lain menjelaskan bahwa bayi
menghirup udara ke dalam paruparunya yang baru lahir agar bisa bernafas dengan bebas, ketika
mengakibatkan cairan paru keluar dari alveoli ke lahir kantung udara (alveoli) harus dapat terisi oleh
jaringan insterstitial di paru sehingga oksigen udara dan tetap terbuka. Alveoli bisa membuka
dapat dihantarkan ke arteriol pulmonal dan lebar karena adanya suatu bahan yang disebut
menyebabkan arteriol berelaksasi. Jika keadaan ini surfaktan, yang dihasilkan oleh paru-paru dan
terganggu maka arteriol pulmonal akan tetap berfungsi menurunkan tegangan permukaan. Bayi
konstriksi, alveoli tetap terisi cairan dan pembuluh prematur seringkali tidak menghasilkan surfaktan
darah arteri sistemik tidak mendapat oksigen dalam jumlah yang memadai, sehingga alveolinya
(Maryunani, 2013) tidak tetap terbuka. (Marmi, 2011). Hasil penelitian
Hal ini diperkuat oleh teori yang menyatakan didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Siti
bahwa asfiksia dapat dipengaruhi oleh beberapa (2014) dengan judul : “Hubungan Persalinan
faktor yaitu faktor langsung dan tidak langsung. Preterm Dengan Kejadian Asfiksia Pada Bayi Baru
Yang termasuk dalam faktor langsung adalah Lahir di RSUD Dr. H. Soewondo Kendal” hasil
faktor ibu, faktor tali pusat dan faktor bayi. penelitiannya menunjukkan bahwa dari 113 ibu
Sedangkan faktor tidak langsung yang yang mengalami persalinan preterm, sebanyak 75
mempengaruhi asfiksia diantaranya adalah status ibu melahirkan bayi dengan asfiksia, dan hanya 38
ekonomi keluarga, pendidikan ibu, perawatan ibu saja yang bayinya tidak mengalami asfiksia
masa hamil, paritas, jarak kelahiran, faktor 3 T, dengan nilai OR sebesar 2,523, yang dapat
dan tempat pelayanan persalinan diartikan bahwa ibu yang mengalami persalinan
(Purnamaningrum, 2010). preterm berpeluang 2,5 kali lebih besar melahirkan
Hasil penelitian ini didukung oleh bayi dengan asfiksia. Hal ini menunjukkan bahwa
penelitiannya Dewi (2014) dengan judul : bayi yang mengalami asfiksia karena persalinan
“Hubungan Persalinan Prematur Dengan Kejadian preterm dua kali lebih banyak dibandingkan bayi
Asfiksia Neonatorum di RSUD Ungaran yang tidak mengalami asfiksia.
Kabupaten Semarang Tahun 2014” dari hasil
penelitiannya menunjukkan bahwa 30% responden 4. Kesimpulan
bayi baru lahir mengalami asfiksia dan yang tidak
mengalami asfiksia sebesar 70%. Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan di
c. Mengidentifikasi hubungan persalinan atas, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:
preterm dengan kejadian asfiksia neonatorum Karakteristik ibu bersalin yang diteliti, sebagian besar
Hasil penelitian yang telah dilakukan di berada pada kelompok umur 20-35 tahun sebanyak 61
Ruang Nicu RSU Provinsi NTB menunjukkan orang (64,9%), berparitas primipara sebanyak 46 orang
bahwa bayi asfiksia neonatorum pada ibu yang (48,9%) dan telah menempuh pendidikan menengah
mengalami persalinan preterm adalah 20,2% lebih sebanyak 50 orang (53,2%). Dari 94 ibu bersalin yang
besar dibandingkan pada ibu yang tidak persalinan diteliti, lebih banyak yang tidak persalinan preterm
preterm adalah 7,4%. Jadi dapat disimpulkan sebanyak 60 orang (63,8%). Dari 94 ibu bersalin yang

81
JIKF Vol. 7 No. 2 September 2019

diteliti, lebih banyak yang tidak asfiksia neonatorum


sebanyak 68 orang (72,3%). Dan ada hubungan
persalinan preterm dengan kejadian asfiksia neonatorum
di ruang Nicu RSU Provinsi NTB Tahun 2019.

Daftar Pustaka
Cunningham et al. 2012. Obstetri Williams.Volume 2.
Edisi 23. Jakarta : EGC
Cubinont, H. 2011. Prevention of Preterm Labour: 2011
Update on Tocolysis. Saint-luc University
Hospital : Hindawi Publishing Corporation.
Journal of Pregnancy.
Franklin H. Epstein. 2000. Intrauterine infection and
Preterm Delivery. The New
England Journal of Medicine .
Goldenberg, Robert L. 2008. Epidemiology dan Causes
of Preterm Birth.
Kamisah, 2009. Penatalaksanaan Ketuban Pecah Dini
Pada Kehamilan Preterm.
Kesuma, Hadrians dr. 2007. Obat – Obat Tokolitik
dalam Bidang Kebidanan. Departemern Obstetri
dan Ginekologi Universitas Sriwijaya. RSUP
Moh. Hoesin
Palembang.http://digilib.unsri.ac.id/download/ob
at%20tokolitik.pdf.
Louis J. 2010. The Enigma of Spontaneus Preterm
Birth. The New England Journal of Medicine.
http://nejm0904308-spontaenus-preterm-birtf-
pdf.
Nejad, Vida. 2008. The Association of Bacterial
Vaginosis and Preterm Labor. Department of
Obstetrics and Gynaecology, Kerman University
of Medical Sciences and Health Services,
Kerman, Iran.
Novalia, Rima. 2010. Persalian Preterm. Fakultas
Kedokteran Universitas Mulawarman.
Oxorn, Harry. 2010. Human Labor dan Birth.
P.O.G.I. 2011. Panduan Pengelolaan Persalianan
Preterm Nasional. Bandung : Himpunan
Kedokteran Fetomaternal POGI.
Prasmusinto, Damar dr.. 2010. Prediksi Persalinan
Preterm. http : // prediksi persalinan preterm-pdf.

82
JIKF Vol. 7 No. 2 September 2019

Pengaruh Perlakuan Rebusan Gula Aren (Arenga


Pinnata) Yang Diberikan Perolar Terhadap Stamina
Mencit Dengan Metode Natatory Exhaution
M. Sidrotullah1 , Khairil Pahmi1 , dan Amrillah1

1
Jurusan Ilmu Farmasi, Universitas Nahdlatul Wathan, Mataram, Indonesia

Abstrak: Di indonesia tanaman aren banyak terdapat dan tersebar hampir di seluruh wilayah nusantara, khususnya di
darerah-daerah perbukitan yang lembab dan tumbuh secara individu maupun secara berkelompok (Lempang, 2012). Aren
(Arenga pinnata Merr) merupakan jenis tanaman palem-palema yang memiliki kandungan fruktosa dan sukrosa yang
tinggi. Menurut Darwin (2013), gula adalah karbohidrat yang sederhana karena dapat larut dalam air dan langsung diserap
oleh tubuh untuk diubah menjadi energi. Sifat kimia yang dilaporkan oleh Novariant dkk., 2002 adalah mengandung
sukrosa 13,9-74,9%, karbohidrat 11,28%, protein 0,2%, lemak 0,02%, dan abu 0,24%. Gula aren sangat berpotensi untuk
dijadikan sebagai obat penambah stamina karena mangandung komponen gula yang dominan dalam bentuk sukrosa
(gabuangan antara glukosa dan fruktosa). Tujuan penelitian ini untuk mengetahui pengaruh perlakuan rebusan gula aren
(Arenga pinnata) yang di berikan peroral terhadap penambah setamina mencit.
Penelitian ini menggunakan metode eksperimental dengan rancangan pre test post test only controlled group design. Yaitu
jenis penelitian yang melakukan pengamatan terhadap kelompok kontrol sebelum dan setelah diberi suatu tindakan
(Notoatmojo. 2012).
Hasil penelitian ini adalah rata-rata waktu lelah renang mencit dengan menggunakan uji perlakuan kontrol positif, kontrol
negatif, dan kosentrasi 100% yang berbeda secara signifikan. sedangkan rata-rata waktu lelah mencit uji perlakuan
kosentrasi 20%, kosentrasi 40%, kosentrasi 60%, kosentrasi 80% tidak berbeda secara signifikan. Dari keseluruhan
konsentrasi yang dibuat hanya konsentrasi 100% yang memiliki pengaruh terhadap peningkatan setamina pada mencit

Kata Kunci: Gula aren, stamina mencit, natatory exhautin

1. Pendahuluan (Maharani dan Yeni, 2010 Yanuar dan Lydiawati


Soelaiman.2015).
Salah satu tananam yang paling penting dan Adapun manfaat yang sering digunakan oleh para
umumnya tumbuh jauh di daerah pedalaman adalah aren. petani dari pohon aren selaian memproduksi gula aren
Tananamn ini tumbuh menyebar secara alami di negara- adalah dapat menghasilkan ijuk untuk tali, sapu, atap,
negara kepulauan bagaian tenggara, antara lain malaysia, dan bijinya diolah menjadi kolang kaling selain itu
india, myanmar, laos, vietnam kepulauan ryukyu, taiwan produk yang dihasilakan dari pohon aren adalah tuak
dan filipina. Di indonesia tanaman aren banyak terdapat manis yang diberikan es yang di jual dipinggir jalan.
dan tersebar hampir di seluruh wilayah nusantara, Aren (Arenga pinnata Merr) merupakan jenis
khususnya di darerah-daerah perbukitan yang lembab tanaman palem-palema yang memiliki kandungan
dan tumbuh secara individu maupun secara berkelompok fruktosa dan sukrosa yang tinggi. Menurut Darwin
(Lempang, 2012). (2013), gula adalah karbohidrat yang sederhana karena
Tanaman aren sudah lama di kenal masyrakat dapat larut dalam air dan langsung diserap oleh tubuh
indonesia dan prospektif sebagai komoditi ekspor. untuk diubah menjadi energi.
Secara rasional tanaman aren berpotensi menjadi salah Sifat kimia yang dilaporkan oleh Novariant dkk.,
satu komoditas subtitusi gula aren . Gula aren memiliki 2002 adalah mengandung sukrosa 13,9-74,9%,
rasa yang manis dan aroma yang khas, sehingga dapat karbohidrat 11,28%, protein 0,2%, lemak 0,02%, dan
menambah cita rasa pada makanan dan minuman. Gula abu 0,24%. Gula aren sangat berpotensi untuk dijadikan
aren yang memiliki indeks gelikemik yang lenih rendah sebagai obat penambah stamina karena mangandung
dari gula pasir, indeks gelikemik gula aren 35 dan indeks komponen gula yang dominan dalam bentuk sukrosa
gelikemik gula pasir 58. (gabuangan antara glukosa dan fruktosa).
Potensi produk aren di kabupaten lombok barat .
tahun 2015 sebesar 210,3 hektar dengan produksi 39,10 2. Metodelogi Penelitian
ton (NTB dalam angka). Lombok barat juga menjadi
sentra UMKM gula aren di NTB (DPAU 2013). Pada Penelitian ini menggunakan metode
tahun 2012, jumlah UMKM gula aren di lombok barat eksperimental dengan rancangan pre test post test only
memiliki potensi sebagai kebun penghasil nira untuk controlled group design. Yaitu jenis penelitian yang
memproduksi gula aren. Khususnya di desa medas, desa melakukan pengamatan terhadap kelompok kontrol
tamansari kabupaten lombok barat produk gula aren sebelum dan setelah diberi suatu tindakan(Notoatmojo.
dapat dikatakan sebagai andalan dari daerah ini 2012)..

83
JIKF Vol. 7 No. 2 September 2019

Cara Kerja 3. Hasil Dan Pembahasan


1. Persiapan hewan uji Pengujian efek tonikum rebusan gula aren yang
a. Hewan uji diberi makan dan minum selama lima dilakukan dengan metode Natatory Exhaustion, yakni
hari dengan cara memasukan hewan uji ke dalam tangki air
b. Dan dibersihkan kandangnya dan diberikan berenang hingga timbul kelelahan. Waktu
2. Pembuatan larutan awal atau larutan induk lelah sebelum dan sesudah perlakuan dimaksudkan untuk
a. Gula aren ditimbang 100 gram melihat pengaruh dari perlakuan terhadap kelelahan yang
b. Gula aren direbus dalam 100 mL air terjadi. Pemberian perlakuan diharapkan dapat menunda
c. Rebus gula aren sampai benar-benar mencair terjadinya kelelahan. Peningkatan waktu berenang
3. Perhitungan dosis pemberiaan suplemen makanan mencit didalam tangki air sesudah diberi perlakuan
(kafein) menunjukkan bahwa setamina mencit bertambah dan
a.. dosis lazim pada manusia sekali minum (70 kg) dikatakan sebagai munculnya efek tonikum pada mencit.
=50 mg
b. dosis komversi pada mencit ( 20 g)= 50mg x Tabel 1. Rata Rata Waktu Lelah Sebelum dan
0,0026 = 0,13 mg/20g BB mencit. Sesudah Perlakuan
Artinya volume 0,13 mg itudiberikan untuk
hewan dengan 20 g Berat Badan mencit. Kadar
Waktu Waktu
stok Kelompok
Sebelum Sesudah
Mencit
Perlakuan Perlakuan
Volume pemberiaan Kontrol + 10.15 22.25

Kontrol - 10.06 10.59

Kosentrasi
10.29 13.43
20%
Kosentrasi
4. Pembuatan gula aren yang dibuat dengan konsentrasi 09.22 12.52
40%
20%,40,%,60%,80%,100%
Kosentrasi 10.22 14.16
a. Pada konsentrasi 20% diambil 2 mL yang
60%
dilarutkan dalam 10 mL aquades
b. Pada konsentrasi 40% diambil 4 mL yang Kosentrasi 10.16 15.59
dilarutkan dalam 10 mL aquades 80%
c. Pada konsentrasi 60% diambil 6 mL yang Kosentrasi 10.57 18.36
dilarutkan dalam 10 mL aquades 100%
d. Pada konsentrasi 80% diambil 8 mL yang
dilarutkan dalam 10 mL aquades Tabel 2. Selisih Waktu Lelah Sebelum dan Sesudah
e. Dari masing-masing konsentrasi volume Perlakuan
pemberian yang diinduksikan terhadap hewan uji
hanya 0,5 mL Selisih Waktu
5. Perlakuan Kelompok
Lelah
a. Secara random hewan uji (mencit) di bagi
Kontrol + 12.10
menjadi 7 kelompok tiap kelompok terdiri dari 3
Kontrol - 00.53
mencit (kelompok kontrol positif (+), kontrol (-),
Kosentrasi 20% 03.14
dan lima kelompok perlakuan dengan 5 kategori
konsentrasi (20%,40%,60%,80%,100%) Kosentrasi 40% 03.30
b. Renangkan mencit dalam bak aquarium sebelum Kosentrasi 60% 03.54
diberikan perlakuan catat waktu lelah mencit. Kosentrasi 80% 05.43
Mencit dikatakan lelah seketika mencit Kosentrasi 100% 07.39
menundukan kepalanya selama 7 detik dibawah
permukaan air krmudian diistirahatkan selama 15 Untuk mengetahui perbedaan antara satu
menit kelompok perlakuan dengan kelompok perlakuan lainnya
c. Setelah 15 menit berikan bahan perlakuan gula maka dilakukan uji post hoc tukey HSD. Hasil uji post
aren secara peroral dengan sonde oral hoc tukey HSD diperoleh kontrol positif dibandingkan
d. Diistirahatkan dahulu selama 15 menit setelah dengan kosentrasi 100% angka perbedaan rata-rata
diberikan perlakuan waktu lelah 5,19884 angka ini diperoleh dari nilai rata-
e. Renagkan kembali mencit dalam tangki air rata waktu lelah di kontrol positif 27,0015 dikurangi
f. Catat waktu lelah mencit setelah diberikan dengan rata-rata waktu lelah di kosentrasi 100%
perlakuan 21,8027, sementara itu perbedaan rata rata waktu lelah
mencit berkisar antara 1,9514 (Lower bound) sampai
dengan 8,4463 (Upper Bound) pada tingkat kepercayaan
95%. Untuk menguji apakah terdapat perbedaan rata-
rata kedua perlakuan, maka kita harus melihat apakah
nilai signifikasi output SPSS lebih besar atau lebih kecil

84
JIKF Vol. 7 No. 2 September 2019

dari 0,05. Berdasarkan output SPSS di atas diketahui 4. Kesimpulan


nilai signifikasi sebesar 0,006≤0,05 maka dapat di
simpulkan bahwa perlakuan menggunakan kontrol Kesimpulan dari penelitian ini adalah hanya rata-
positif dan kosentrasi 100% berbeda secara signifikan rata waktu lelah renang mencit dengan menggunakan uji
terhadap waktu lelah renang mencit. Selanjutnya untuk perlakuan kontrol positif, kontrol negatif, dan kosentrasi
membandingkan kelompok yang lainnya dilakukan 100% yang berbeda secara signifikan. sedangkan rata-
dengan cara yang sama sebagaimana cara di atas. rata waktu lelah mencit uji perlakuan kosentrasi 20%,
Kesimpulan dari analisis one way anova ini kosentrasi 40%, kosentrasi 60%, kosentrasi 80% tidak
adalah dalam riset eksperimen ini hanya rata-rata waktu berbeda secara signifikan. Dari keseluruhan konsentrasi
lelah renang mencit dengan menggunakan uji perlakuan yang dibuat hanya konsentrasi 100% yang memiliki
kontrol positif, kontrol negatif, dan kosentrasi 100% pengaruh terhadap peningkatan setamina pada mencit
yang berbeda secara signifikan, sedangkan rata-rata
waktu lelah mencit uji perlakuan kosentrasi 20%,
kosentrasi 40%, kosentrasi 60%, kosentrasi 80% tidak Daftar Pustaka
berbeda secara signifikan. dengan demikian uji
perlakuan mencit hanya berpengaruh secara signifikan Alam, S. dan Suhartati, 2000. Pengusahaan hutan aren
terhadap perbedaan waktu lelah renang mencit pada uji rakyat di Desa Umpunge Kecamatan Lalabata
kontrol positif, kontrol negatif dan kosentrasi 100%. Kabupaten Soppeng Sulawesi Selatan. Buletin
Ada pengaruh signifikan pemberian rebusan Penelitian Kehutanan Vol.6 No.2 2000 : 59-70.
gula aren terhadap lama renang mencit sebelum Balai Penelitian Kehutanan, Ujung Pandang.
pemberian rebusan gula aren 100% di dapatkan nilai Anonim. 1995. Standard Industri Indonesia (SNI) Gula
nilai rata rata lama renang mencit 10 menit 57 detik dan Palma 01-3743-1995. Dewan Standarisasi
di dapatkan nilai rata rata lama renang mencit 18 menit Nasional. Jakarta.
55 detik setelah dilakukan pemberian rebusan gula aren Andiningsari . P . 2009. Hubungan faktor internal dan
100%,jadi setelah pemberian rebusan gula aren ada eksternal terhadap kelelahan (fatigue) pada
peningkatan lama renang mencit selama 7 menit 58 pengemudi travel x trans jakarta trayak jakarta-
detik. bandung. Universitas indonesia jakarta
Rebusan gula aren yang menjadi dasar penelitian Barlina, R. dan A.Lay, 1994. Pengolahan nira kelapa
ini berasal dari buah enau atau (Arenga pinnata), untuk produk fermentasi nata de coco, alkohol
kandungan gizi dalam 100 gram gula aren mengandung dan asam cuka. Jurnal Penelitian Kelapa Vol.7
kalori 377 kilokalori, karbohidrt 97.33 gram, gula 96.21 No.2 Thn.1994. Balai Penelitian Kelapa, Manado.
gram, kalium 346 mg,sodium 39 mg, fosfor 35 mg,zat Burger, D.H 1970 sejarah ekonomi sosiologi indonesia
besi3mg, adanya kandungan karbohidrat dan gula yang jilid I. Pradjapramita. Djakarta
cukup tinggi menjadi salah satu faktor yang menjadikan Chawla. J. 2014 Neurologisc effects of caffeine fakultas
rebusan gula aren tepat untuk meningkatkan daya tahan kedokteran Universitas Andalas
renang mencit. Firmansyah MW. 1992. Mempelajari Pengaruh
Dari hasil penelitian kontrol positif suplemen Penambah Bahan Pengawet Terhadap Umur
makanan lebih menimbulkan efek karena suplemen Simpan Nira Siwalan (Borassus flaberina Linn).
makanan yang di gunakan dalam penelitian ini dapat Serta Mutu Gula Merah, Gula Semut dan Sirup
memacu dan memperkuat semua system dan organ serta yang Dihasilkan [Skripsi Penelitian]. 102.
menstimulan perbaikan sel-sel tonus otot. Efek tonik ini Ghozali imam. (2018). Stuktural equition medeling
terjadi karena efek stimulan yang dilakukan terhadap partial least square, edisi kedua semarang badan
system syaraf pusat. Efek tonik ini dapat digolongkan ke penerbit Universitas Diponegoro.
dalam golongan psikostimulansia. Senyawa Gunawan, gan sulistia. Farmakologi dan terapi edisi 5.
psikostimulansia dapat meningkatkan aktifitas psikis, Departemen Farmakologi dan Terapeutik
menghilangkan rasa kelelahan dan penat, serta FKUI.2007.
meningkatkan kemampuan berkosentrasi dan kapasitas Hadi, S. 1991. Distribution and potential of arenga palm
bersangkutan (Wahyuni, 2008). in the outer islands of Indonesia. Pengumuman
Kontrol negatif tidak menunjukkan efek (Edisi khusus) No.15 Thn.1991: 3-8. Pusat
tonikum karena air hanya untuk meredakan haus Penelitian dan Pengembangan Hasil Hutan, Bogo
sedangkan gula aren memiliki kandungan karbohidrat. Hays.2011. Manfaat dan khasiat kafein. Jakarta
Pada penelitian ini menggunakan mencit jantan karena Heyne. K. 1950. Pohon aren dan manfaat produksinya.
sistem imun mencit jantan lebih kuat di bandingkan Jakarta
mencit betina. Berat standar mencit yang di gunakan Ismanto, A. 1995. Pohon kehidupan : Aren (Arenga
pada penelitian ini sebesar 20 gram. pinnata Merr). Badan pengelola gedung manggala
berdasarkan penelitian sebelumnya yaitu tentang wanabakti dan prosea Indonesia, Jakarta. Hal 7-
kandungna sukrosa yang terdapat dalam Gula aren 13.
sangat berpotensi untuk dijadikan sebagai obat Lee. I. A 2014. Antihperlipidemie effect of crocin
penambah stamina karena mangandung komponen gula isolated from teh fructus of gardinin jasmirod es,
yang dominan dalam bentuk sukrosa 13,9-74,9% and its metabolite erocetin. Biol pharm bull 28
(gabuangan antara glukosa dan fruktosa). (11): 2108-2110.
Lempang, M., 2000. Rendemen Produksi Gula Aren
(Arenga pinnata Merr). Buletin Penelitian
Kehutanan ; 6 No. 1-2000 : 17-28. Balai
Penelitian Kehutanan Ujung Pandang.

85
JIKF Vol. 7 No. 2 September 2019

Lempang, M., 2006. Rendemen dan Kandungan Nutrisi


Nata Pinnata Yang Diolah dari Nira Aren. Jurnal
Penelitian Hasil Hutan ; 24 No. 2-2006 : 133-
144. Pusat Penelitian dan Pengembangan Hasil
Hutan. Bogor.
Lutony TL. 1993. Tanaman Sumber Pemanis. PT.
Penebar Swadaya. Jakarta.
Maharani. 2014. Pengaruh Penambahan Natrium
Metabisulfit dan Suhu Pemasakan Dengan
Menggunakan Teknologi Vakum Terhadap
Kualitas Gula Merah Tebu. Keteknikan Pertanian.
Fakultas Teknologi Pertanian. Universitas
Brawijaya (Jurnal). Malang.
Marsigit, W. 2005. Penggunaan Bahan Tambahan Pada
Nira dan Mutu Gula Aren Yang Dihasilkan di
Beberapa Sentra Produksi di Bengkulu.
Universitas Bengkulu (Jurnal) vol: 42- 48.
Bengkulu.
Mutschler, E., (1986), Dinamika Obat, diterjemahkan
oleh Widianto, M.B. dan Ranti, A.S., Penerbit
ITB, Bandung
Misra pujaidin. 2008. Pembuatan teh rendah kafein
melalui proses ekstraksi dengan pelarut etil asetat.
Jurnal katalisator
Nursalim utami.2013. pengaruh ekutansi merek terhadap
keputusan pembelian “praglenmore” Banyuwangi
Novarianto, R., M. Lintang dan G.H. Joseph. 2002.
Pengolahan gula semut dari nira aren.jakarta
Notoatmodjo.s.2012. metologi penilitian kesehatan
rineka cipta.jakarata
Nleforth.A.K 1995 stimulan sistem saraf pusat,prinsip-
prinsip kimia medisisnal Yogyakarta Gadjah
Mada Universitas press.
Nehling. 2010. Pengaruh minuman ynag berenegi
terhadap kaffein terhadap denyut jantung daan
tekanan darah serta Vozmax. United
Pontoh, J. 2013. Penentuan Kandungan Sukrosa Pada
Gula Aren Dengan Metode Enzimatik. Manado.
Rumokoi MMM. 1990. Manfaat tanaman aren (Arenga
pinnata Merr). Buletin Balika ; No. 10-1990 : 21-
28. Balai Penelitian Kelapa. Manado.
Ramadani P., I. Khaeruddin, A. Tjoa dan I.F.
Burhanuddin. 2008. Pengenalan Jenis-Jenis
Pohon Yang Umum di Sulawesi. UNTAD Press,
Palu.
Soeseno S. 1992. Bertanam Aren. Penebar Swadaya.
Jakarta.
Soetomo. 1981. Kelelahan dalam penerbangan cermin
dunia kedokteran NU.24;49-51
Sunanto H. 1993. Aren Budidaya dan Multiguna.
Kanisius. Yogyakarta.
Sigit. 2011. Uji stimulansia ekstrak kulit umbi bawang
putih (Allium satuvurm L) pada mencit galur
swiss. Universitas Medisina
Smith 1988.dalam hendrayati 2015 .Morfologi mencit.
Jakarta
Thurner. 2014. Uji efek tonik madu rambutan pada
mencit putih jantan dengan metode Natatori
ekxhaustion. Publikasi

86
JIKF Vol. 7 No. 2 September 2019

Studi Preklinik : Efek Kombinasi Madu Dan Serbuk Biji


Gorek (Caesalpinia Crista) Terhadap Kadar Glukosa
Darah
Andy Susbandiyah Ifada1*, Ade Irma Fitria Ningsih1, Dahlia Andayani1

1
Jurusan Ilmu Farmasi, Universitas Nahdlatul Wathan, Mataram, Indonesia
*
email: diyah.ifada@gmail.com

Abstrak: Kebutuhan akan sumber energi (karbohidrat) bagi penderita diabetes mellitus (DM) mengarahkan pada
pemanfaatan madu yang kaya akan gula-gula fruktosa dan glukosa sebagai alternatif sumber karbohidrat sehingga pasien
DM dapat mengurangi asupan gula dari sumber lain sekaligus menghindarkan pasien dari penggunaan bahan pemanis
buatan. Pemberian bersama dengan serbuk biji gorek (Caesalpinia crista) yang diketahui dapat menurunkan kadar glukosa
darah diharapkan dapat mengontrol kadar glukosa darah pasien diabetes mellitus. Madu yang digunakan adalah madu hitam
yang berasal dari daerah Lombok Tengah. Pengujian mutu madu menunjukkan hasil madu hitam mengandung kadar air
14,83%, keasaman 65,38 ml NaOH/kg dan gula pereduksi 73,18%. Tes toleransi glukosa oral pada tikus putih jantan
(Rattus norvegicus) yang diberi bahan uji kombinasi madu dan biji gorek menunjukkan hasil kadar glukosa darah yang
lebih tinggi dibandingkan dengan kelompok lainnya (151,75 mg/dL). Hasil ini menunjukkan bahwa penggunaan madu
bersama dengan serbuk biji gorek tidak dapat menurunkan kadar glukosa darah, namun madu merupakan bahan alam yang
potensial dalam menjaga kadar glukosa sehingga mampu mencegah terjadinya hipoglikemia pada pasien Diabetes Mellitus.

Kata kunci: madu hitam, Gorek (Caesalpinia crista), diabetes mellitus, toleransi glukosa

1. Pendahuluan karbohidrat, kumarin dan triterpenoid (Suryawanshi dan


Patel, 2011). Kandungan flavonoid dapat bersifat sebagai
Kasus Diabetes Mellitus tipe 2 di dunia termasuk antidiabetes, efek antidiabetes ini didapatkan dengan
di Indonesia dilaporkan mengalami kenaikan dari tahun meningkatkan sekresi insulin atau insulinmimetik
ke tahun. Berdasarkan data International Diabetes (Brahmachari, 2011)
Federation dalam atlas Diabetes tahun 2015 Indonesia
menempati peringkat 7 di dunia dengan jumlah penderita 2. Metode Penelitian
diabetes mencapai 10 juta jiwa. Kondisi DM tipe 2 yang
umumnya disebabkan oleh gaya hidup yang tidak sehat Sampel dan Lokasi Penelitian
menjadi kendala utama sulitnya penderita DM untuk Sampel madu diperoleh dari 3 lokasi yaitu Kabupaten
menjaga kadar glukosa darah agar berada dalam rentang Lombok Utara, Lombok Tengah, dan Dompu, sedangkan
normal.. sampel biji gorek (Caesalpinia crista) diperoleh dari
Madu yang merupakan suatu cairan manis yang daerah pesisir pantai di Kabupaten Dompu. Sampel
dihasilkan oleh lebah madu sebagai produk dari nektar madu dikarakterisasi sesuai dengan prosedur pengujian
yang dihisapnya mengandung persentase gula fruktosa standardisasi madu kemudian dilakukan pengujian
dan glukosa yang cukup tinggi sehingga cocok sebagai farmakologi. Pengujian mutu madu dilakukan di
sumber energi. Madu juga mengandung berbagai laboratorium Kimia Analisis Politeknik Kesehatan
senyawa yang bermanfaat diantaranya asam-asam amino, Kemenkes sedangkan pengujian farmakologi dilakukan
flavonoid dan vitamin-vitamin seperti vitamin C dan E. di laboratorium Hewan Sekolah Farmasi Institut
Erejuwa dkk (2012) menyatakan bahwa madu mampu Teknologi Bandung.
membantu memperbaiki kondisi diabetes mellitus
dikarenakan adanya kandungan senyawa-senyawa
antioksidan yang dapat menangkal radikal bebas yang
merusak sel-sel beta pankreas. Penelitian Ifada (2016)
memperlihatkan bahwa pemberian madu secara tunggal
maupun kombinasi dengan obat standar pada hewan
diabetes yang diinduksi aloksan meskipun tidak mampu
menurunkan kadar glukosa darah mendekati nilai normal
namun tidak pula menyebabkan kenaikan kadar glukosa
darah.
Gorek (Caesalpinia crista) merupakan salah satu Gambar 1. Biji Caesalpinia crista
flora endemik di wilayah pesisir pantai Pulau Sumbawa
Nusa Tenggara Barat. Analisis fitokimia biji gorek Sortasi dan penyerbukan
(Caesalpinia crista) menunjukkan adanya kandungan Sampel biji Gorek dipilih yang kualitasnya baik
alkaloid, flavonoid, glikosida, saponin, tannin, kemudian dilakukan proses sangrai untuk memudahkan

87
JIKF Vol. 7 No. 2 September 2019

membuka kulit luar biji gorek. Bagian dalam biji gorek Keputusan Komisi Etik Nomor 01/KEHP-ITB/8-2018.
kemudian diserbukkan dengan cara ditumbuk. Serbuk Tikus dipuasakan selama 12 jam dengan tetap diberi
diayak untuk memperoleh ukuran partikel yang lebih minum, alas sekam diganti dengan serbuk kayu. Bobot
halus dan seragam. tiap tikus ditimbang untuk menentukan volume
pemberian larutan. Kadar gula darah puasa diukur.
Pengujian Mutu Madu Larutan glukosa 3 g/kgBB diberikan per oral, serbuk biji
Pengujian mutu madu terdiri atas pengamatan gorek dosis 400 mg/200 g BB, sebagai control positif
organoleptik yang meliputi warna, rasa dan bau. Serta digunakan metformin. Kadar gula darah diukur kembali
pengujian laboratoris yang terdiri atas uji keasaman, tiap 30 menit hingga menit ke-120. Pengukuran kadar
kadar air, dan gula pereduksi. Pengujian mutu madu glukosa darah menggunakan strip test One Touch.
dilakukan mengikuti dokumen Standar Nasional
Indonesia (SNI) 3545:2013 yang dikeluarkan oleh Badan Pengolahan dan Analisis Data
Standardisasi Nasional.
Pengolahan data dan analisis dilakukan menggunakan
SPSS versi 20 dengan one way anova pada tingkat
kepercayaan 0,05 dilanjutkan dengan uji post hoc.

3. Hasil dan Pembahasan


Hasil pengujian mutu terhadap ketiga jenis madu
menunjukkan madu asal Lombok Utara dan Dompu tidak
memenuhi parameter kadar air, sedangkan madu hitam
asal Lombok Tengah memenuhi parameter kadar air dan
kadar gula pereduksi. Adapun parameter keasaman yang
melebihi nilai yang dipersyaratkan diduga karena
Gambar 2. Serbuk Biji Gorek dan madu hitam
tingginya kandungan asam-asam di dalam madu tersebut,
namun asam yang dimaksud bukan merupakan hasil
Tes Toleransi Glukosa Oral
fermentasi sebab nilai kadar air madu tersebut cukup
Hewan uji tikus diperoleh dari Laboratorium Hewan
rendah. Untuk pengujian selanjutnya yang digunakan
Institut Teknologi Bandung. Pengujian telah mendapat
adalah madu hitam asal Lombok Tengah.
persetujuan dari Komisi Etik Penggunaan Hewan
Percobaan ITB (KEPHP-ITB) berdasarkan Surat

Tabel 1. Hasil Pengujian Mutu Madu Berstandar Nasional Indonesia

SNI 3545-2013 Sampel


No. Jenis Uji Satuan Persyaratan Madu Hitam
1. Organoleptis :
Warna - - Hitam coklat
Aroma - Khas madu Khas madu
Rasa - - Asam pahit
2. Kadar air %b/b Maks 22% 14,83
3. Keasaman ml NaOH/kg Maks 50 65,38
4. Kadar gula pereduksi %b/b Min 65 73,18

Uji toleransi glukosa oral merupakan pengujian yang Namun dapat dilihat bahwa kelompok control positif
digunakan untuk menilai kemampuan tubuh dalam sudah mengalami penurunan sejak menit ke-30
memetabolisme glukosa. Uji ini dapat digunakan untuk pemberian bahan, artinya pada menit tersebut obat telah
melihat pengaruh suatu bahan yang diduga memiliki memberikan efek.
kemampuan dalam menurunkan kadar glukosa darah.
Hasil pengujian kadar glukosa darah sebagaimana pada Adapun kelompok yang mendapat perlakuan kombinasi
tabel 2 menunjukkan bahwa penurunan kadar glukosa madu dan biji gorek hingga menit ke-120 tidak terlihat
darah paling baik diperlihatkan oleh kelompok kontrol penurunan yang baik dibanding kelompok lainnya, di
positif, kemudian kelompok yang diberi bahan uji biji mana kadar glukosa darah masih berada pada nilai
gorek, selanjutnya kelompok kontrol negatif, terakhir 151,75 mg/dL. Nilai tersebut menunjukkan keberadaan
kelompok yang diberi kombinasi biji gorek dan madu. madu akan menyebabkan kadar glukosa dalam darah
Adapun antara control positif, negative dan kelompok tetap tinggi, hal ini terjadi karena tingginya kandungan
perlakuan biji Gorek pada nilai glukosa darah menit ke- gula-gula sederhana di dalam madu hitam yang
120 tidak berbeda signifikan. Hal ini berarti efek digunakan.
penurunan glukosa darah pada ketiga kelompok sama.

88
JIKF Vol. 7 No. 2 September 2019

Tabel 2. Hasil Pengukuran Kadar Glukosa Darah pada Uji Toleransi Glukosa

Kelompok Tikus kadar glukosa darah pada menit ke- (mg/dL)


T0 T30 T60 T120
Kontrol 1 83 187 144 128
negatif (-) 2 90 220 154 154
3 83 248 174 129
4 81 271 231 136
rerata 84,253,41 231,531,4 175,7533,67 136,7510,42
Kontrol 1 102 178 124 131
positif (+) 2 100 150 149 123
3 90 202 144 131
4 107 187 156 150
rerata 99,756,17 179,2518,93 143,2511,9 133,759,93
Bahan uji biji 1 82 223 141 123
gorek (BG) 2 104 246 146 141
3 101 178 153 145
4 89 235 150 134
rerata 948,91 220,525,85 147,54,5 135,758,34
Kombinasi 1 96 187 153 156
biji gorek dan 2 103 162 156 169
madu (BGM) 3 87 220 164 146
4 92 271 231 136
rerata 94,55,85 21040,78 17632,00 151,7512,21

Grafik berikut ini memperlihatkan kenaikan kadar positif paling cepat menurunkan glukosa darah
glukosa darah pada menit ke-30 setelah induksi glukosa sedangkan kelompok kombinasi madu + biji gorek yang
dan bahan uji, serta penurunan kadar glukosa darah pada paling lambat.
menit ke-60 sampai 120. Terlihat kelompok kontrol

Kadar Glukosa Darah Tikus (mg/dL) tiap 30


menit
300

200

100

0
0 30 60 90 120

kontrol (-) kontrol (+) BG BGM

Gambar 3. Profil Kadar Glukosa Darah Tikus pada Uji Toleransi Glukosa Oral

Keterangan : BG : Kelompok Biji Gorek, BGM : Kombinasi Madu + Biji Gorek

4. Kesimpulan Brahmachari, G. 2011. Bio-flavonoids With Promising


Antidiabetic Potentials. India : Departement of
Penggunaan madu bersama dengan serbuk biji Chemistry, Visva-Bharati University : 187-212.
gorek tidak dapat menurunkan kadar glukosa darah, Codex Alimentarius Commision. Codex Standard for
namun madu sangat potensial dalam menjaga kadar Honey, Codex-Stan 12-1981.
glukosa darah sehingga mampu mencegah terjadinya Dipiro, J.T., Rotschafer, J.C., Kolesar, J. M., Malone,
hipoglikemia pada pasien Diabetes Mellitus. P.M. (2008). Pharmacotherapy : Principle and
Practice. McGrawHill Company : New York
Dokumen Standar Nasional Indonesia (SNI) 3545:2013
Daftar Pustaka Madu. Badan Standardisasi Nasional. Jakarta.
Erejuwa, O., Sulaiman, S A., Wahab, M A. (2012).
Bogdanov, S., Jurendic, T., Sieber, R., Gallman, P. Honey- A Novel Antidiabetic Agent. Int. J. Biol.
(2008). Honey for Nutrition and Health : a Sci, 8, 903-929.
Review, American Journal of The College of
Nutrition, 27, 677-689

89
JIKF Vol. 7 No. 2 September 2019

Fra, G.O., Bartoli, E. Schianca, G. P. C. (2011). The Oral


Glucose Tolerance Test: An Old but Irreplacable
Test to Evaluate Glucose Metabolism and
Cardiovascular Risk, Medical Complication of
Type 2 Diabetes, Dr. Colleen Croniger. InTech.
Ifada, A. S. (2016). Pengaruh Pemberian Madu Pada
Mencit (Mus musculus) Swiss-Webster Sehat dan
Diabetes Aloksan Dengan dan tanpa Terapi
Glibenklamid. Program Pascasarjana, Institut
Teknologi Bandung, Tesis, 27-34.
International Diabetes Federation. (2015). IDF Diabetes
Atlas 7th edition.
Katzung, B. G. (2015). Basic and Clinical
Pharmacology, 13th edition. McGrawHill : San
Fransisco
Lim, H., Dharma, L., Umar, Z. (2014). Prinsip
Farmakologi-Endokrin-Infeksi : Pengobatan
Berbasis Patobiologi, Edisi 1. PT. Sofmedia :
Jakarta.
Patel, D.K., Kumar R, Laloo D, Hemalatha, S. (2012).
Diabetes mellitus : An overview on its
pharmacological aspects and reported medicinal
plants having antidiabetic activity. Asian Pac J
Trop Biomed, 2(5): 411-420
Suckow, M.A., Danneman, P. Brayton, C. (2001). The
Laboratory Mouse. CRC Press : New York.
Suranto, Adji. (2007). Khasiat dan Manfaat Madu
Herbal. Agromedia.
Suryawanshi, H.P., dan Patel, M.R. 2011. Traditional
Uses, Medicinal and Phytopharmacological
Properties of Caesalpinia Crista. India : IJRPC,
Vol 1., No. 4 : 1179 – 1183.
Utami, P., dkk. 2008. Buku Pintar Tanaman Obat.
Jakarta : Redaksi Agromedia.

Ucapan Terima Kasih


Terima kasih kepada Kementerian Riset dan
Pendidikan Tinggi atas pemberian dana hibah Penelitian
Dosen Pemula.

90

Anda mungkin juga menyukai