Anda di halaman 1dari 66

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Menurut World Health Organization (2014) Remaja adalah penduduk

dalam rentang usia 10-19 tahun. Menurut BKKBN (2014) rentang usia

remaja adalah 10-24 tahun dan belum menikah. Usia remaja ini dianggap

penting karena menjadi jembatan antara masa kanak-kanak yang bebas

menuju masa dewasa yang menuntut tanggung jawab (Kusmiran, 2014)

dalam Putri (2017).

Definisi remaja (adolescence) menurut organisasi kesehatan dunia

(WHO) adalah periode usia antara 10 sampai 19 tahun, sedangkan

Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB) menyebut kaum muda (youth) untuk

usia antara 15 sampai 24 tahun. Sementara itu, menurut The Health

Resources and Services Administrations Guideline Amerika Serikat,

rentang usia remaja adalah 11-21 tahun dan terbagi menjadi tiga tahap,

yaitu remaja awal (11-14 tahun), remaja madya/menengah (15-17 tahun),

dan remaja akhir (18-21 tahun). Definisi ini kemudian disatukan dalam

terminologi kaum muda (young people) yang mencakup usia 10-24 tahun

(Kusmiran, 2013) dalam Putri (2017).

Menurut Notoatmodjo, (2003) dalam Lestari (2015) pengetahuan

merupakan hasil tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan

1
pengindraan terhadap obyek tertentu . pengindraan panca indera manusia

yaitu indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba.

Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan dan

telinga, yaitu proses melihat dan mendengar . selain itu proses

pengalaman dan proses belajar dalam pendidikan formal maupun

informal

Menurut Allport (1954) yang dikutip oleh Sarwono dan Meinarno

(2009), Dalam Lestari (2015) sikap merupakan kesiapan mental yaitu

suatu proses berlangsung dalam diri seseorang bersama pengalaman

individual masing-masing, mengarahkan dan menentukan respon terhadap

objek dan situasi

Vulva hygiene merupakan perawatan diri pada organ genetalia bagian

luar yang terdiri atas mons veneris yang terletak di depan simpisis pubis,

labia mayora, labia minora, klitoris kemudian bagian yang terkait

disekitarnya seperti uretra, vagina, perineum dan anus. Faktor-faktor yang

mempengaruhi keberhasilan vulva hygiene adalah pengetahuan dan sikap.

Jika pengetahuan remaja putri yang memiliki pengetahuan tentang vulva

hygiene yang baik, maka sikap remaja putri tersebut juga baik. Sehingga

dapat mengurangi angka kejadian dari keputihan dan infeksi alat kelamin

bagian luar dalam Anjarsari dan Hanifah (2015 ).Vulva hygiene adalah

suatu tindakan untuk memelihara kesehatan organ kewanitaan bagian luar

(vulva) yang dilakukan untuk mempertahankan kesehatan dan mencegah

infeksi Purba (2013) dalam Berliana (2018).

2
Menstruasi atau haid adalah perdarahan secara periodic dan siklik

dari uterus, disertai pelepasan atau deskuamasi endometrium yang terjadi

setiap bulan secara teratur pada wanita dewasa dan sehat (Lestari, 2015).

Menstruasi merupakan keluarnya darah dari kemaluan. Pada saat

menstruasi, pembuluh darah dalam rahim sangat mudah terkena infeksi.

Di daerah yang cukup panas membuat tubuh berkeringat, keringat ini

meningkatkan kadar kelembaban tubuh, terutama pada organ seksual dan

reproduksi yang tertutup dan berlipat. Akibatnya bakteri mudah

berkembang biak dan oksitosin vagina terganggu sehingga menimbulkan

bau tak sedap dan infeksi. Menjaga kesehatan organ reproduksi pada

wanita diawali dengan menjaga kebersihan organ kewanitaan. Masalah

kebersihan yang terkait dengan menstruasi umumnya lebih parah terjadi di

negara-negara berkembang. Dari beberapa penelitian yang dilakukan ,

dapat diketahui bahwa kurangnya kebersihan saat menstruasi banyak

terjadi pada negara di Afrika dan Asia (Dolang, 2013) dalam Devita

(2014).

Menurut World Health Organitation (WHO) Personal hygiene

menstruasi pada remaja merupakan isu kritis sebagai determinan status

kesehatan remaja yang akan berpengaruh dalam kehidupan masa tua.

Buruknya Personal hygiene menstruasi berpengaruh besar terhadap

morbiditas dan komplikasi. Oleh karena itu, remaja harus dipersiapkan

baik pengetahuan, sikap maupun tindakannya ke arah pencapaian

reproduksi yang sehat (Siti, dkk, 2016) dalam Rahmadhini (2018).

3
Hygiene pada saat menstruasi merupakan hal penting dalam

menentukan kesehatan organ reproduksi remaja putri, khususnya terhindar

dari infeksi alat reproduksi. Saat menstruasi perempuan harus benar-benar

dapat menjaga kebersihan organ reproduksi dengan baik, terutama pada

bagian vagina, karena apabila tidak dijaga kebersihannya, maka akan

menimbulkan mikroorganisme seperti bakteri, jamur dan virus yang

berlebih sehingga dapat mengganggu fungsi organ reproduksi. Penyebab

utama penyakit infeksi saluran reproduksi yaitu imunitas lemah (10%),

perilaku kurang hygiene saat menstruasi (30%), dan lingkungan tidak

bersih serta penggunaan pembalut yang kurang sehat saat menstruasi

(50%) (Rahmatika, 2010) dalam Rahman (2014). Pada saat menstruasi

pembuluh darah dalam rahim sangat mudah terinfeksi. Kebersihan alat

kelamin harus lebih dijaga karena kuman mudah sekali masuk dan dapat

menimbulkan Infeksi Saluran Reproduksi (ISR) (Yuni, 2015) dalam

Purwaningrum (2017).

Kebersihan organ genitalia perempuan saat menstruasi perlu

mendapatkan perhatian yang khusus. Hal ini disebabkan saat menstruasi

pembuluh darah rahim terbuka sehingga mempermudah kuman bakteri

masuk kedalam organ genitalia.Kondisi kewanitaan yang lembab saat

menstruasi berlangsung apabila tidak dijaga dengan baik akan

memunculkan kuman, bakteri, jamur, dan virus yang berkembang biak di

area organ genitalia. Virus yang berkembang biak akan beresiko terjadinya

penyakit salah satu contoh yaitu infeksi saluran kemih (ISK).Akibat dari

4
infeksi jamur dan bakteri bisa terjadi vaginitis (peradangan pada vagina)

ataupun keputihan yang abnormal. Gejala yang muncul biasanya terjadi

iritasi, inflamasi, pruritus vulvae. Gejala tersebut disebabkan oleh

masuknya mikroorganisme Candida albican, Trichomonas vaginalis, dan

Gardnerella vaginalis.

Menurut World Health Organitation (WHO) Jumlah kelompok remaja

pada usia (10-19 tahun) di dunia di perkirakan kelompok remaja

berjumlah 1,2 milyar atau 18⁒ dari jumlah penduduk di dunia

(WHO,2014) dalam (Pusat Data Dan Informasi Kementrian Kesehatan

RI). Berdasarkan proyeksi penduduk pada tahun 2015 menunjukan bahwa

jumlah remaja (usia 10-24 tahun) indonesia mencapai lebih dari 66,0 juta

atau 25 % dari jumlah Penduduk Indonesia 255 juta (Bapenas,BPS,

UNFPA 2013).

Berdasarkan data dari Biro Pusat Statistik Kabupaten Gowa tahun

2014 remaja yang berusia 13 – 15 tahun terdiri dari 23.905 remaja laki-laki

dan 21.686 remaja perempuan sedangkan menurut data dari BKKBN

Kabupaten Gowa penduduk yang berusia 7 - 15 tahun terdiri dari 67.936

laki-laki dan 66.664 perempuan. Meningkatnya proporsi penduduk usia

muda tersebut merupakan indikator bahwa telah terjadi peningkatan

tingkat kelahiran yang cukup berarti (Profil Dinkes Sul-Sel 2014) dalam

Karnita (2015).

5
Menurut World Health Organitation (WHO), perempuan sangat

jarang memperhatikan kebersihan pada organ genetalia eksternanya. Hal

tersebut dianggap penting karena jika tidak merawat dengan benar dapat

merugikan diri sendiri, misal terjadi infeksi pada daerah organ genetalia

eksterna. Infeksi ini setiap tahunnya menyerang perempuan di seluruh

dunia 10-15% dari 100 juta perempuan, seperti remaja yang mengalami

keputihan menunjukkan sekitar 75% dan sekitar 45% diantaranya bisa

mengalami sebanyak dua kali atau lebih, dan 15% terkena infeksi karena

bekteri kandida (Wiji, 2014) dalam Wulansari 2015.

Data dari WHO (2012) menunjukan bahwa sebanyak 276,4 juta kasus

infeksi trikomonas vaginalis terjadi pada wanita usia 15-49 tahun. Jumlah

kasus penyakit infeksi organ reproduksi (akibat bakteri, jamur, parasit dan

virus trikomonas vaginalis, vaginal bacterial, sifilis, kandida albicans dan

gonorrheae) yang diobati pada tahun 2009-2011 di negara Indonesia yaitu

berkisar 246.448 kasus (Depkes RI, 2011) dalam Irmayanti (2018).

Hasil dari SDKI 2012 KRR menunjukkan bahwa pengetahuan remaja

tentang kesehatan reproduksi belum memadai (Kemenkes RI, 2013).Di

Indonesia, prevalensi terjadinya infeksi saluran reproduksi akibat

kurangnya hygiene pada organ genitalia masih cukup tinggi, jumlah

penderita infeksi saluran reproduksi di Indonesia adalah 90-100 kasus per

100.000 penduduk pertahun (Depkes RI, 2014) dalam Maharani 2017.

Berdasarkan dari data Badan Pusat Statistik (BPS) dan Badan

Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) tahun 2011,

6
menunjukkan sebagian besar dari 63 juta jiwa remaja Indonesia rentan

berperilaku tidak sehat dalam menjaga kebersihan pribadi pada saat

menstruasi. Adapun data dampak kurang menjaga kebersihan pribadi pada

saat menstruasi berkaitan dengan masalah alat reproduksi, sebanyak 75 %

perempuan di seluruh dunia minimal pernah mengalami kandidiasis

sekalai dalam hidupnya (WHO, 2011 Dalam Abrori, 2017) dalam

Paramarta (2018).

Hasil Remaja putri di daerah perkotaan dan kurang dari setengah 41%

yang mengganti pembalut setidaknya setiap 4-8 jam sekali atau setiap kali

kotor. Sisanya, 46% remaja putri mengganti pembalut kurang dari dua kali

sehari. Penggantian pembalut terendah terjadi di kalangan remaja putri

NTT hanya 31% yang mengganti pembalut setiap 4-8 jam atau jika sudah

kotor. Remaja putri yang diwawancarai saat IDI dan FGDs menyatakan

bahwa remaja putri hampir tidak pernah atau jarang mengganti pembalut

di sekolah (Unicef, 2015) dalam Pane (2018).

Hasil dari penelitian Ansuree (2014) bahwa kurang dari setengah

remaja perempuaan memiliki pengetahuan yang baik tentang kebersihan

menstruasi hal ini mengidentifikasi bahwa masih kurangnya pegetahuan

yang memadai mengenai kebersihan menstruasi di kalangan remaja

perempuan. Dengan demikian, perlu program pendidikan kesehatan untuk

meningkatkan pengetahan tentang kebersihan menstruasi. Tempat terbaik

untuk memeberikan pendidikan tentang kebersihan menstruasi untuk

7
remaja perempuan adalah sekolah (Siti, dkk, 2016) dalam Rahmadhini

(2018)

Berdasarkan hasil pengambilan data awal pada tanggal 1 november

2018 di SMA Negeri 10 Gowa memiliki 654 siswa dimana siswa laki-

laki sebanyak 279 orang dan siswa perempuan sebanyak 373 orang yang

di bagi kedalam 21 kelas. Dimana kelas X sebanyak 8 kelas dengan jumlah

siswa 280 orang, kelas XI sebanyak 6 kelas dengan jumlah siswa 190

orang dan kelas XII sebanyak 7 kelas dengan jumlah siswa 184 orang.

Dari hasil wawancara singkat yang di lakukan kepada 1orang siswi di

SMA Negeri 10 Gowa. Terdapat 7 masih belum paham benar tentang cara

vulva hygiene yang benar saat menstruasi yaitu sebelum dan sesudah

menyentuh area kewanitaan hendaknya cuci tangan terlebih dahulu, cara

membersihkan organ reproduksi luar (vulva) dari arah depan ke arah

belakang kemudian keringkan dengan menggunakan handuk atau tissue.,

Tidak boleh mencuci vagina dengan cairan pembilas wanita, Pergunakan

pembalut ketika menstruasi, dan ganti paling lama 4 jam . dan 7 orang

siswa ini biasanya mengganti pembalut hanya 2 kali dalam sehari. Di

dapatkan 3 orang siswi yang memiliki pengetahuan yang cukup tentang

vulva hygiene saat menstruasi.

Sehingga dari uraian diatas penulis tertarik melakukan penelitian

tentang “Hubungan Pengetahuan Dan Sikap Dengan Penatalaksanaan

Vulva Hygiene Saat Menstruasi Pada Remaja Puteri di SMA Negeri

10 Gowa 2018 “

8
B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang di atas rumusan masalah dalam

penelitian ini yaitu “Bagaimana Hubungan Pengetahuan Dan Sikap

Dengan Penatalaksanaan Vulva Hygiene Saat Menstruasi Pada

Remaja Puteri di SMA Negeri 10 Gowa 2018 “ ?”.

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Hubungan Pengetahuan Dan

Sikap Dengan Penatalaksanaan Vulva Hygiene Saat Menstruasi Pada

Remaja Puteri di SMA Negeri 10 Gowa 2018

2. Tujuan Khusus

a. Untuk mengetahui pengetahuan remaja putri tentang Vulva hygiene

saat menstruasi di SMA Negeri 10 Gowa

b. Untuk mengetahui sikap remaja putri tentang Vulva hygiene saat

menstruasi di SMA Negeri 10 Gowa

c. Untuk mengetahui Hubungan Pengetahuan Dan Sikap Dengan

Penatalaksanaan Vulva Hygiene Saat Menstruasi Pada Remaja

Puteri.

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi ilmiah

yang menyangkut dalam bidang kesehatan reproduksi untuk

mengetahui dan menganalisis Hubungan Pengetahuan Dan Sikap

9
Dengan Penatalaksanaan Vulva Hygiene Saat Menstruasi Pada Remaja

Puteri.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi Peneliti

Merupakan wahana untuk belajar, menambah pengetahuan,

wawasan dan mendapat pengalaman nyata dalam melaksanakan

penelitian dalam bidang kesehatan reproduksi khususnya pada

Hubungan Pengetahuan Dan Sikap Dengan Penatalaksanaan Vulva

Hygiene Saat Menstruasi Pada Remaja Puteri

b. Bagi Institusi Pendidikan

Sebagai bahan untuk menyebarluaskan informasi tentang kesehatan

reproduksi mengenai vulva hygiene saat menstruasi

b. Bagi Petugas Kesehatan

Sebagai masukan dalam pengembangan program kesehatan

reproduksi dan menambah pengetahuan remaja putri mengenai

vulva hygiene saat menstruasi.

10
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. TINJAUAN TENTANG REMAJA

1. Pengertian Remaja

Remaja adalah individu, baik wanita maupun pria yang berada

pada masa atau usia antara anak-anak dan dewasa. Menurut klasifikasi

World Health Organization (WHO) dalam Maryam (2016) batasan

remaja dalam hal ini adalah usia 10 tahun sampai dengan 19 tahun.

Sementara menurut Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) anak muda

(youth) berada pada rentang 15-24 tahun. Definisi tersebut kemudian di

satukan dalam batas kaum muda (young people) yang mencakup usia

10-24 tahun.

Remaja merupakan golongan usia individu yang dapat dikatakan

sebagai golongan usia transisi yaitu di antara golongan bukan golongan

dewasa namun juga bukan golongan usia anak-anak. Secara umum

dipahami bahwa batasan usia remaja adalah 12 – 17 tahun. Dalam

rentang usia ini, remaja sedang mengalami proses perubahan menuju

kematangan fisik dan mental emosional dengan kata lain remaja

diasumsikan dalam masa proses tumbuh menuju dewasa (Sinaga, dkk,

2017).

Dilihat dari siklus kehidupan, masa remaja biasa dikatakan

sebagai masa paling kritis bagi perkembangan pada tahap-tahap

11
kehidupan selanjutnya. Mengapa demikian? hal ini dikarenakan pada

masa ini terjadi begitu banyak perubahan dalam diri individu, baik

perubahan fisik, emosi, organ reproduksi manusia dan sering disebut

masa pubertas (Maryam, 2016).

1. Perubahan fisik remaja

Pada masa remaja ini banyak dijumpai masalah karena masa

ini merupakan proses menuju kedewasaan dan anak ingin mencoba

mandiri. Masalah yang sering dijumpai adalah perubahan bentuk

tubuh, timbulnya jerawat yang dapat menyebabkan gangguan

emosional, adanya gangguan miopi, adanya kelainan kifosis atau

scoliosis, penyakit infeksi, defisiensi besi khususnya pada remaja

perempuan, obesitas, kenakalan remaja dan lain-lain. (Hidayat dan

Uliyah 2014).

Perubahan fisik tejadi dengan cepat pada masa remaja.

Kematangan seksual terjadi seiring perkembangan karakteristik

seksual primer dan sekunder. Berikut ini merupakan empat fokus

utama perubahan fisik.

a. Peningkatan pertumbuhan tulang rangka, otot dan organ dalam.

b. Perubahan yang spesifik untuk tiap jenis kelamin, seperti

perubahan lebar bahu dan pinggul.

c. Perubahan distribusi otot dan lemak.

d. Perkembangan system reproduktif dan karakteristik seks

sekunder. (Potter dan Perry, 2009)

12
Pada anak laki-laki pacu tinggi badan dimulai sekitar setahun

setelah perkembangan testis dan pacu tumbuh ini mencapai puncak

ketika pertumbuhan penis mencapai maksimum dan rambut pubis

pada stadium 3-4. Pacu tumbuh berlangsung sejak dari umur 10,5-

16 tahun sampai 13,5-17,5 tahun (Soetjiningsih dan Ranuh, 2013)

Pada anak perempuan, tanda pubertas adalah pertumbuhan

payudara stadium 2 (atau disebut breast bud), berupa penonjolan

putting disertai pembesaran daerah areola, yang terjadi pada umur

sekitar 8-12 tahun. Haid pertama (menarche) terjadi pada umur

10,5-15,5 tahun. Hubungan anatara menarche dan pacu tumbuh/

spurt tinggi badan sangat erat. Haid pertama ini pada setiap anak

perempuan terjadi ketika kecepatan pertumbuhan tinggi badan

mulai menurun (Soetjiningsih dan Ranuh, 2013)

Terdapat banyak variasi pada masa perubahan fisik yang

dihubungkan dengan pubertas antara lawan jenis dan sesame jenis.

Anak perempuan umumnya lebih dulu mengalami perubahan fisik

dibandingkan anak laki- laki, yaitu sekitar dua tahun lebih awal.

(Santrock, 2007) dalam buku (Potter dan Perry, 2009)

2. Tahap perkembangan remaja

Dalam proses penyesuaian diri menuju kedewasaan, ada

tiga tahap perkembangan remaja (Sarwono, 2016) :

13
a. Remaja awal (early adolescence)

Seorang remaja pada tahap ini masih terheran-heran akan

perubahan- perubahan yang terjadi pada tubuhnya sendiri dan

dorongan- doronganyang menyertai perubahan- perubahan itu.

Mereka mengembangkan pikiran-pikiran baru, cepat, tertarik

pada lawan jenis, dan mudah terangang secara erotis. Kepakaan

yang berlebih- lebihan ini ditambah dengan berkurangnya

kendali terhadap “ego” menyebabkan para remaja awal ini sulit

mengerti dan dimengerti.

b. Remaja madya (middle adolescence)

Pada tahap ini remaja sangat membutuhkan kawan-

kawan. Ia senang kalau banyak teman yang menyukainya. Ada

kecenderungan “narsistic”, yaitu mencintai diri sendiri , dengan

menyukai teman- teman yang punya sifat yang sama dengan

dirinya. Selain itu ia berada dalam kondisi kebingungan karena

ia tidak tahu harus memilih yang mana : peka atau tidak peduli,

ramai- ramai atau sendiri, optimistis atau pesimistis, idealis atau

matearialis, dan sebagainya. Remaja pria harus membebaskan

diri dari Oedipoes Complex (perasaan cinta pada ibu sendiri

pada masa kanak- kanak) dengan mempererat hubungan dengan

kawan- kawan dari lain jenis.

14
c. Remaja akhir (late adolescence)

Tahap ini adalah masa konsolidasi menuju periode

dewasa dan ditandai dengan pencapaian lima hal, yaitu

1) Minat yang makin mantap terhadap fungsi-fungsi intelek.

2) Egonya mencari kesempatan untuk bersatu dengaan orang-

orang lain dalam pengalaman- pengalaman baru.

3) Terbentuk identitas seksual yang tidak akan berubah lagi.

4) Egosentrisme (terlalu memusatkan perhatian pada diri

sendiri) diganti dengan keseimbangan antara kepentingan diri

sendiri dengan orang lain.

5) Tumbuh “dinding” yang memisahkan diri pribadinya (private

self) dan masyarakat umum (the public).

2. TINJAUAN TENTANG PENGETAHUAN DAN SIKAP

1. Pengetahuan

a. Pengertian Pengetahuan

Menurut Notoatmodjo (2003) dalam Lestari (2015)

pengetahuan merupakan hasil tahu, dan ini terjadi setelah orang

melakukan pengindraan terhadap obyek tertentu. Pengindraan

panca indera manusia yaitu indera penglihatan, pendengaran,

penciuman, rasa, dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia di

peroleh melalui mata dan telinga, yaitu proses melihat dan

mendengar. Selain itu melalui mata dan telinga yaitu proses

15
pengalaman dan proses belajar dalam pendidikan formal maupun

informal.

Menurut Seokanto (2002) Dalam Lestari (2015) pengetahuan

merupakan hasil dari tahu, merupakan domain yang penting dalam

membentuk tindakan seseorang (over behavior). Proses kognitif

meliputi ingatan, pikiran, persepsi, simbol-simbol penalaran dan

pemecahan persoalan.

Kamus besar bahasa Indonesia (KBBI) (1999) dalam Lestari

(2015) pengetahuan di artikan segala sesuatu yang di ketahui atau

segala sesuatu yang berkenaan dengan hal mata pelajaran. Kategori

pengetahuan meliputi kemampuan untuk mengatakan kembali dari

ingatan hal-hal khusus dan umum, metode dan proses atau

mengingat sesuatu pola, susunan, gejala, atau peristiwa.

Menurut Seokanto (2002) dalam Lestari (2015) pengetahuan

(knowledge) adalah kemampuan seseorang tentang sesuatu,

kemampuan yang paling rendah tetapi paling dasar dalam kawasan

kognitif. Kemampuan untuk mengetahui adalah kemampuan untuk

mengenal dan mengingat kembali suatu objek, ide, prosedur,

prinsip atau teori yang pernah di temukan dengan pengalaman

tanpa memanipulasinya. Pengetahuan atau kognitif merupakan

domain yang sangat penting dalam membentuk tindakan seseorang

(overt behavior). Dari pengalaman dan penelitian terbukti bahwa

16
perilaku yang di dasari oleh pengetahuan akan lebih langgeng dari

pada perilaku yang tidak di dasari oleh pengetahuan.

Berdasarkan definisi tersebut di atas dapat disimpulkan

bahwa pengetahuan adalah suatu proses mengingat dan mengenal

kembali obyek yang telah dipelajari melalui panca indera pada

suatu bidang tertentu secara baik (Lestari, 2015).

a. Tingkat Pengetahuan

Tingkat pengetahuan adalah tingkat seberapa kedalaman

seseorang dapat menghadapi, mendalami, memperdalam

perhatian seperti sebagaimana manusia menyelesaikan masalah

tentang konsep-konsep baru dan kemampuan dalam belajar di

kelas. untuk mengukur tingkat pengetahuan seseorang secara

rinci terdiri dari enam tingkatan (Lestari, 2015).

1) Tahu (know)

Tahu diartikan sebagai mengingat sesuatu yang di

pelajari sebelumnya, termasuk ke dalam pengetahuan tingkat

ini adalah mengingat kembali (recall) sesuatu spesifik dari

sesuatu bahan yang di terima dan di pelajari. Kata kerja

dipelajari untuk mengukur bahwa orang tahu apa yang

dipelajari antara lain: menyebutkan, menguraikan,

mendefinisikan, menyatakan, dan sebagainya.

17
2) Memahami (Comprehension)

Kemampuan untuk menjelaskan tentang obyek yang di

ketahui dan menginterprestasikan materi tersebut secara

benar.

3) Aplikasi (Application)

Aplikasi di artikan sebagai kemampuan untuk

menggunakan materi yang telah di pelajari pada suatu kondisi

dan situasi nyata.

4) Analisis (Analysis)

Kemampuan untuk menjabarkan materi ke dalam

komponen-komponen, tapi masih dalam suatu struktur

tersebut dan masih ada kaitannya satu sama lain.

5) Sintesis (Synthesis)

Kemampuan meletakkan atau menghubungkan bagian-

bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru. Atau

menyusun formulasi baru dari formulasi yang ada.

6) Evaluasi (Evaluation)

Evaluasi ini berkaitan dengan kemamapuan untuk

melakukan justifikasi/ penilaian terhadap suatu materi/obyek.

18
b. Faktor- Faktor Yang Mempengaruhi Pengetahuan

Faktor yang mempengaruhi pengetahuan menurut Lestari

(2015) :

1) Tingkat pendidikan, yakni upaya untuk memberikan

pengetahuan sehingga terjadi perubahan perilaku positif yang

meningkat.

2) Informasi, seseorang yang mendapatkan informasi lebih

banyak akan menambah pengetahuan yang lebih luas.

3) Pengalaman, yakni sesuatu yang pernah di lakukan

seseorang akan menambah pengetahuan tentang sesuatu yang

bersifat informal.

4) Budaya, tingkah laku manusia dalam memenuhi kebutuhan

yang meliputi sikap dan kepercayaan.

5) Sosial ekonomi yakni kemampuan seseorang memenuhi

kebutuhan hidupnya.

Sedangkan factor-faktor yang mempengaruhi

pengetahuan menurut Maliono (2007) dalam Lestari (2015)

adalah :

1) Sosial ekonomi

Lingkungan sosial akan mendukung tingginya

pengetahuan seseorang bila ekonomi baik, tingkat pendidikan

tinggi tingkat pengetahuan akan tinggi pula.

19
2) Kultur (budaya dan agama)

Budaya sangat berpengaruh terhadap tingkat

pengetahuan seseorang karena informasi yang baru akan di

saring sesuai atau tidaknya dengan budaya apapun agama

yang di anut.

3) Pendidikan

Semakin tinggi pendidikan maka akan mudah

menerima hal baru dan akan mudah menyusaikan dengan hal

yang baru tersebut.

4) Pengalaman

Pengalaman disini berkaitan dengan umur dan

pendidikan individu, pendidikan yang tinggi, maka

pengalaman akan lebih luas, sedangkan semakin tua umur

seseorang maka pengalamannya akan semakin banyak.

c. Cara Memperoleh Pengetahuan

Cara memperoleh pengetahuan adalah sebagai berikut :

1) Cara kuno untuk memperoleh pengetahuan

a) Cara coba salah (Trial and Error

Cara ini telah di pakai dengan sebelum kebudayaan,

bahkan mungkin sebelum adanya peradaban. Cara coba salah

ini di lakukan dengan menggunakan kemungkinan dalam

memecahkan masalah dan apabila kemungkinan itu tidak

20
berhasil maka di coba. Kemungkinan yang lain sampai

masalah tersebut dapat di pecahkan.

b) Cara kekuasaan atau otoritas

Sumber pengetahuan cara ini dapat berupa pemimpin-

pemimpin masyarakat baik formal ataupun informal, ahli

agama, pemegang pemerintah dan berbagai prinsip orang lain

yang menerima, mempunyai yang dikemukakan oleh orang

yang mempunyai otoritas, tanpa menguji terlebih dahulu atau

membuktikan kebenarannya baik berdasarkan fakta empiris

maupun penalaran sendiri.

c) Berdasarkan pengalaman pribadi

Pengalaman pribadipun dapat digunakan sebagai upaya

memperoleh pengetahuan dengan cara mengulang kembali

pengalaman yang pernah diperoleh dalam memecahkan

permasalahan yang dihadapi masa lalu.

2) Cara modern dalam memperoleh pengetahuan

Cara ini disebut metode penelitian ilmiah atau lebih

popular atau disebut metodologi penelitian. Cara ini mula-

mula dikembangkan oleh francis bacon (1561-1626),

kemudian dikembangkan oleh deobold van daven. Akhirnya

lahir suatu cara untuk melakukan penelitian dengan penelitian

ilmiah.

21
d. Sumber Pengetahuan

Berbagai upaya yang dapat di lakukan oleh manusia untuk

memperoleh pengetahuan. Upaya-upaya serta cara-cara tersebut

yang di pergunakan dalam memperoleh pengetahuan yaitu:

1) Orang yang memiliki otoritas

Salah satu upaya seseorang mendapatkan pengetahuan

yaitu dengan bertanya pada orang yang memiliki otoritas atau

yang di anggapnya lebih tahu. Pada zaman modern ini, orang

yang di tempatkan memiliki otoritas, misalnya dengan

pengakuan melalui gelar, termasuk juga dalam hal ini misalnya,

hasil publikasi resmi mengenai kesaksian otoritas tersebut,

seperti buku-buku atau publikasi resmi pengetahuan lainnya.

2) Indra

Indra adalah perlatan pada diri manusian sebagai salah

satu sumber internal pengetahuan. Dalam filsafat science

modern menyatakan bahwa pengetahuan pada dasarnya adalah

dan hanyalah pengalaman-pengelaman konkrit kita yang

terbentuk karena persepsi indra, seperti persepsi penglihatan,

pendengaran, perabaan, penciuman, dan pincicipan dengan

lidah.

3) Akal

Dalam kenyataannya ada pengetahuan tertentu yang biasa

di bangun oleh manusia tanpa harus atau tidak biasa

22
mempersepsinya dengan indra terlebih dahulu. Pengetahuan apa

di ketahui dengan pasti dan dengan sendirinya karena potensi

akal.

4) Intuisi

Salah satu sumber pengetahuan yang mungkin adalah

intuisi atau pemahaman yang langsung tentang pengetahuan

yang tidak nmerupakan hasil pemikiran yang sadar atau persepsi

rasa yang langsung. Intuisi dapat berarti kesadaran tentang data-

data yang langsung dirasakan.

e. Pengukuran Pengetahuan

Dapat dilakukan dengan wawancara atau angket yang

menanyakan tentang isi materi yang akan di ukur dari subyek

penelitian kedalaman pengetahuan yang ingin kita ketahui atau

kita ukur dapat di sesuaikan dengan tingkat domain di atas

pengukuran pengetahuan dapat di lakukan dengan wawancara

dan angket yang berisi pertanyaan sesuai materi yang ingin kita

ukur dari subyek penelitian atau responden yang disesuaikan

dengan tingkat pengetahuan yang di ukur.

2. Sikap

a. Pengertian Sikap

Menurut Gordon Allport (1980) dalam Lestari (2015) Sikap

adalah semacam kesiapan untuk bereaksi terhadap suatu obyek dengan

cara-cara tertentu. Dapat dikatakan bahwa kesiapan yang

23
dimaksudkan adalah kecenderungan potensial untuk bereaksi dengan

cara tertentu apabila individu dihadapkan pada suatu stimulus yang

menghendaki adanya respion.

Menurut Notoatmodjo (2010) dalam Lestari (2015) , sikap

adalah suatu sindrom atau gejala dalam merespon stimulus atau

obyek. Sehingga sikap itu melibatkan pikiran, perasaan, perhatian, dan

gejala kejiwaaan yang lain .

Menurut Allport (1954) yang dikutip oleh Sarwono dan Meinarno

(2009) dalam Lestari (2015) sikap merupakan kesiapan mental, yaitu

suatu proses yang berlangsung dalam diri seseorang, bersama dengan

pengalaman individual masing-masing, mengarahkan dan menentukan

respons terhadap berbagai obyek dan situasi.

Jadi dapat di simpulkan bahwa sikap adalah suatu proses

penilaian yang di lakukan seseorang terhadap suatu obyek atau situasi

yang di sertai adanya perasaan tertentu dan memberikan dasar kepada

orang tersebut untuk membuat respons atau berperilaku dalam cara

yang tertentu yang di pilihnya ( Lestari, 2015 ).

1) Komponen Pokok Sikap

Ada 3 komponen pokok tentang sikap yaitu: kepercayaan

(keyakinan) ide dan konsep terhadap suatu obyek, kehidupan

emosional dan evaluasi terhadap suatu obyek, kecenderunagn untuk

bertindak (trend to be have). Ke tiga komponen ini secara bersama-

sama membentuk sikap yang utuh (total attitude). Dalam

24
penentuan sikap yang utuh ini pengetahuan, berpikir, keyakinan,

dan emosi memegang peranan penting (Lestari, 2015). struktur

sikap terdiri atas komponen yang sangat menunjang yaitu :

a) Komponen kognitif

Komponen kognitif berisi persepsi dan kepercayaan yang

dimiliki oleh individu mengenai sesuatu. Seringkali komponen

kognitif ini dapat disamakan dengan pandangan (opini).

b) Komponen afektif

Komponen afektif merupakan perasaan individu terhadap

obyek sikap dan menyangkut masalah emosi. aspek emosional

inilah yang biasanya berakar paling dalam sebagai komponen

sikap dan merupakan aspek yang paling bertahan terhadap

pengaruh-pengaruh yang mungkin akan mengubah sikap

seseorang.

c) Komponen konatif

Komponen konatif merupakan komponen perilaku yang

cenderung untuk bertindak atau untuk bereaksi terhadap sesuatu

dengan cara-cara tertentu.

2) Empat Tangga Sikap

Menurut Notoatmodjo dalam Donsu (2017) Ada empat

tangga sikap. Pembagian tangga sikap tersebut di mulai tanda

terendah sampai tangga tertinggi. Ke empat tangga tersebut yaitu

25
penerimaan (receiving), respon (responding), menghargai dan

bertanggung jawab (responsible).

a) Menerima

Setiap orang memiliki rasa ingin di akui, termasuk ingin di

terima oleh masyarakat sekitar. Termasuk munculnya rasa

keinginan dan memperhatikan stimulus yang di terimanya.

b) Respons

Munculnya konflik dalam kehidupan masyarakat rata-rata

disebabkan karena responding yang buruk. Sama halnya ketika

kita memiliki iktikad baik untuk menyampaikan pesan penting,

tetatpi justru tidak mendapatkan tanggapan, maka muncullah

rasa jengkel, tidak di hargai, marah dan sejenisnya. Dengan kata

lain, setiap orang butuh di perhatikan.

c) Menghargai

Dari poin ke dua, selain ingin di perhatikan , seseorang

juga ingin di hargai.

d) Tanggung jawab

Tanggung jawab adalah salah satu sikap yang tidak semua

orang sanggup melakukannya. Banyak orang yang memiliki ide-

ide bagus tetapi tidak memiliki tindakan dan tanggung jawab

untuk menyelesaikannya.

26
3) Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Sikap

Beberapa Faktor yang ikut berperan dalam membentuk sikap

antara lain (Lestari, 2015) yaitu :

a) Pengalaman pribadi

Apa yang telah dan sedang kita alami akan ikut

membentuk dan mempengaruhi penghayatan kita terhadap

stimulus social. Tanggapan akan menjadi salah satu dasar

terbentuknya sikap. Untuk dapat mempunyai tanggapan dan

penghayatan, seseorang harus mempunyai pengalaman yang

berkaitan dengan obyek psikologis. Apakah penghayatan itu

kemudian akan membentuk sikap positif ataukah negative,

tergantung pada berbagai factor lain.

b) Pengaruh orang lain yang di anggap penting

Orang lain di sekitar kita merupakan salah satu di antara

komponen social yang ikut mempengaruhi sikap kita, seseorang

yang kita anggap penting, seseorang yang kita harapkan

persetujuannya bagi setiap gerak tingkah dan pendapat kita,

seseorang yang tidak ingin kecewakan, atau seseorang yang

berarti khusus bagi kita, akan banyak mempengaruhi

pembentukan sikap kita terhadap sesuatu. Diantara orang yang

biasanya di anggap penting bagi individu adalah orangtua, orang

yang status sosialnya lebih tinggi, teman sebaya, teman dekat,

guru, teman kerja, istri, atau suami, dan lain-lain.

27
Kecenderungan ini antara lain di motivasi oleh keinginan untuk

menghindari konflik dengan orang yang di anggap penting

tersebut.

c) Pengaruh kebudayaan

Kebudayaan dimana kita hidup dan di besarkan

mempunyai pengaruh besar terhadap pembentukan sikap kita.

Apabila kita hidup dalam budaya yang mempunyai norma

longgar bagi pergaulan heteroseksual sangat mungkin kita akan

mempunyai sikap yang mendukung terhadap masalah kebebasan

pergaulan heteroseksual. Apabila kita hidup dengan budaya

social yang sangat mengutamakan kehidupan berkelompok,

maka sangat mungkin kita mempunya sikap negative terhadap

kehidupan individualism yang mengutamakan kepentingan

perorangan.

d) Media Massa

Sebagai sarana komunikasi, berbagai bentuk media massa

mempunyai pengaruh besar dalam pembentukan opini dan

kepercyaan orang. Media massa membawa pesan-pesan yang

berisi sugesti yang dapat mengarahkan opini seseoranpesan,

pesan sugesti yang di bawa oleh informasi tersebut, apabila

cukup kuat, akan memberi dasar afektif dalam menilai sesuatu

hal sehingga terbentuklah arah sikap tertentu.

28
e) Lembaga pendidikan dan lembaga agama

Lembaga pendidikan serta lembaga agama sebagai suatu

system mempunyai pengaruh dalam pembentukan sikap di

karenakan keduanya meletakkan dasar pengertian dank konsep

moral dalam diri individu.

f) Pengauh factor emosional

Tidak semua bentuk sikap di tentukan oleh situasi

lingkungan dan pengalaman pribadi seseorang. Kadang-kadang

suatu bentuk sikap merupakan pernyataan yang di dasari oleh

emosi yang berfungsi sebagai semacam penyaluran frustasi atau

bentuk pengalihan mekanisme pertahanan ego.

4) Pembentukan Sikap

Sikap di bentuk melalui empat macam pembelajaran sebagai

berikut:

a) Pengkondisian klasik (Classical conditioning)

Proses pembelajaran dapat terjadi ketika suatu

stimulus/ransang selalu di ikuti oleh stimulus/ransang yang lain,

sehingga rangsang yang pertama menjadin suatu isyarat bagi

rangsang yang ke dua.

b) Pengkondisian instrumental (instrumental conditioning)

Proses pembelajaran terjadi ketika suatu perilaku

mendatangkan hasil yang menyenangkan bagi seseorang, maka

perilaku tersebut akan di ulangi kembali. Sebaiknya, bila

29
perilaku mendatangkan hasil yang tidak menyenangkan bagi

seseorang, maka perilaku tersebut tidak akan diulangi lagi atau

dihindari.

c) Belajar melalui pengamatan

Proses belajar melalui pengamatan dengan cara

mengamati perilaku orang lain, kemudian dijadikan sebagai

contoh untuk berperilaku serupa, banyak perilaku yang

dilakukan seeorang hanya karena mengamati perbuatan orang

lain.

d) Perbandingan social (Social Comparison)

Proses pembelajaran dengan membandingkan orang lain

untuk mengecek apakah pandangan kita mengenai sesuatu hal

adalah benar atau salah di sebut perbandingan social.

5) Penilaian Sikap

Secara umum, sikap baik dan buruk seseorang dapat di

ukur lewat dua cara yaitu secara langsung dan tidak langsung

(Donsu, 2017).

a) Langsung

Pengukuran sikap secara langsung biasa kita lakukan

dengan cara mengajukan pertanyaan. Adapun beberapa jenis

pengukuran sikap yang termasuk ke pengukuran sikap sikap

secara langsung, yaitu dengan cara terstruktur dan tidak

terstruktur.

30
(1)Skala Terstruktur

Skala terstruktur selain cara tertulis, juga biasa dengan

mengajukan pertnyaan yang tersusun begitubrapi. Adapun

beberapa nama alat test pengukur sikap yang di sebut skala,

berikut adalah macam-macamnya :

(a) Skala Bogardus

Skala bogardus adalah skala untuk mengetahui sejauh

mana sikap seseorang berdasarkan jarak sosialnya.

Seperti yang kita rasakan dalam interaksi sosial dengan

orang di sekeliling kita, sering terjadi jarak sosial.

Penyebabnya bermacam-macam, bias disebabkan

karena factor usia, ras, agama, dan masih banyak lagi.

(b)Skala Thurston

Skala yang di gunakan untuk megukukur sikap

seseorang terhadap pengaruh like-dislike. Penggunaan

skala Thurston menggunakan metode equal-appearing

intervals yang telah disusun sedemikian rupa.

Penyusunannya dibuat semacam range bawah ke atas,

dari yang menyenangkan sampai ke tidak

menyenangkan.

(c) Skala Likert

31
Skala likert barangkali sudah pernah mengerjakan

dalam psikotes. Skala ini di kemas dengan

menampilkan lima pilihan jawaban, pertnyaan yang

diajukan pun berupa pernyataan. Tester biasanya di

suruh memilih jawaban yang sudah di sediakan. Bentuk

pilihan jawabannya pun sama dengan jawaban yang

sebelumnya, yaitu meliputi setuju, ragu-ragu, tidak

setuju, dan sangat tidak setuju.

(2) Skala Tidak Terstruktur

Penilaian sikap yang paling sederhana dan tanpa

persiapan yang ribet adalah menggunakan skala tidak

terstruktur. Penilaian ini di lakukan hanya dengan melakukan

wawancara kepada partisipan. Bukan berarti hanya melakukan

wawancara semata, tetapi juga melakukan pengamatan secara

langsung dan melakukan survey. Bentuk survey itu sendiri

tidak selalu dalam bentuk penijauan langsung di rumah

partisipan, tetapi biasa dengan melakukan survey jejaring

media social.

(a) Tidak Langsung

Mengukur sikap secara tidak langsung dapat

menggunakan skala semantic-diferensial.

32
b. TINJAUAN TENTANG PENATALAKSANAAN VULVA HYGIENE

SAAT MENSTRUASI

1. Organ Reproduksi Wanita

Menurut Fitri (2017) Secara Umum alat Reproduksi Wanita di bagi

atas 2 bagian yaitu:

a. Alat kelamin Luar (Genetalia eksterna)

1) Mons Veneris

Mons Veneris disebut juga dengan gunung venus, merupakan

bagian yang menonjol dibagian depan simfisis, terdiri dari jaringan

lemak dan sedikit jaringan ikat yang menutupi bagian depan

simphisis pubis. Bagian yang menonjol dan terdiri dari jaringan

lemak setelah pubertas kulit dari mons veneris tertutupi oleh rambut

(cilia) yang berbentuk segitiga

2) Labia Mayora (Bibir Besar)

Berbentuk lonjong dan menonjol berasal dari mons veneris

yang merupakan kelanjutan dari atas ke bawah yang terdiri dari dua

bibir yang mana bagian bawahnya akan bertemu dan membentuk

perineum. Permukaanya terdiri dari dua yaitu

a) Bagian Luar

Tertutup oleh rambut merupakan kelanjutan dari cilia mons

veneris.

33
b) Bagian Dalam

Tanpa rambut merupakan selaput yang mengandung kelenjar

sebacae.

3) Labia Minora (Bibir kecil )

Merupakan lipatan kecil di bagian dalam labia mayora tanpa

rambut. Ke dua lipatan tersebut (kiri dan kanan) bertemu di atas

prepetium clitoridis dan di bawah clitoris (frenulum clitordis).

Dibagian belakang ke dua lipatan setelah menggelinggi orificium

vagina bersatu juga di sebut fouchet (hanya Nampak pada wanita

yang belum pernah melahirkan ana) .

4) Klitoris

Merupakan bagian penting alat reproduksi luar yang bersifat

erektil (teransang) mengandung banyak pembuluh darah dan syaraf

sensoris sehingga sangat sensitive analog dengan penis laki-laki.

5) Vestibulum

Merupakan rongga yang sebelah lateral (samping kiri-kanan)

di batasi oleh ke 2 labia minora, anterior (depan) oleh klitoris,

dorsal (belakang) oleh founchet. Pada vestibulum terdapat muara-

muara dari vagina uretra dan terdapat empat lobang kecil :

a) Dua muara dari kelenjar bartholini (terpenting di daerah vulva

dan vagina untuk mengeluarkan secret terutama saat coitus).

Yang terdapat di samping dan agak kebelakang dari introitus

vagina.

34
b) Dua muara dari kelanjar skene di samping dan agak dorsal dari

uretra

6) Hymen ( Selaput dara )

Merupakan selaput tipis yang menutupi sebagian lubang

vagina luar. Pada umumnya hymen berlubang sehingga menjadi

saluran aliran darah menstruasi atau cairan yang di keluarkan

kelenjar Rahim dan endometrium (lapisan dalam Rahim). pada saat

hubungan seks pertama hymen akan robek dan mengeluarkan

darah. Setelah melahirkan hymen merupakan tonjolan kecil yang di

sebut (karunkule mirtiformis).

7) Perineum

Daerah antara tepi bawah vulva dengan tepi depan anus.

Batas atas-atas difragma pelvis (m.levator ani, m.coccygeus) dan

diafragma uregenitals (m.perinealis transversus profunda,

m.constrictor urethra). Perineal body adalah raphe median

m.levator ani, antara anus dan vagina. Perineum meregang pada

persalinan, kadang perlu di episiotomy untuk memperbesar jalan

lahir dan mencegah rupture .

b. Alat kelamin dalam (Genetalia interna)

1) Liang Senggama (Vagina)

Vagina adalah liang atau saluran yang menghubungkan vulva

dengan Rahim yang terletak di antara saluran kemih dan liang dubur,

dibagian ujung atasanya terletak mulut Rahim. Ukuran panjang

35
dinding depan 8 cm dan dinding belakang 10 cm. bentuk dinding

dalamnya berlipat lipat di sebut rugae. Sementara itu, di tengahnya

ada bagian yang lebih keras disebut kolumna rugarum. Dinding vagina

terdiri atas lapisan mukosa, lapisan ruang lengkung, antara forniks

lateral kanan dan kiri, forniks anterior, serta forniks posterior. Suplai

darah vagina di peroleh dari arteri uterine, arteri vesikalis inferior,

antara hemoroidalis medianan, dan arteri pudendus internal. Fungsi

penting dari vagina ialah sebagai salura keluar untuk mengalirkan

darah haid dari Rahim, alat bersenggama, jalan lahir pada waktu

bersalin (Wardiyah, A dan Rilyani, 2016).

2) Rahim (Uterus)

Rahim adalah suatu struktur otot yang cukup kuat, bagian

luarnya di tutupi oleh peritoneum sedangkan rongga dalamnya di

lapisi oleh mukosa Rahim. Dalam keadaan tidak hamil, Rahim terletak

dalam rongga panggul kecil di antara kandung kemih dan anus. Rahim

berbentuk seperti bola lampu pijar atau buah pir, mempunyai rongga

yang terdiri atas tiga bagian besar, yaitu sebagai berikut :

a) Badan Rahim (korpus uteri) berbentuk segitiga

b) Leher Rahim (serviks uteri) berbentuk silinder

c) Rongga Rahim (kavum uteri)

Bagian Rahim antara ke dua pangkal tuba, yang disebut fundus

uteri, merupakan bagian proksimal Rahim. Besarnya Rahim berbeda-

beda, bergantung pada usia dan pernah melahirkan anak atau belum.

36
Ukurannya kira-kira sebesar telur ayam kampung. Pada nulipara

ukurannya 5,5-8 cm x 3,5-4 cm x 2-2,5 cm; pada multipara 9-9,5 cm x

5,5-6 cm x 3-3-3,5 cm. beratnya 40-50 gram pada nulipara dan 60-70

gram pada multipara. Korpus uteri yaitu bagian utama Rahim,

merupakan ⅔ dari Rahim. Pada kehamilan bagian ini berfungsi

sebagai tempat utama bagi janin untuk hidup dan berkembang.

Serviks uteri terbagi mnejadi dua bagian, yaitu pars supra vaginal

dan pars vaginal. Pars vaginal di sebut porsio, terdiri atas bibir depan

dan bibir belakang porsio, saluran yang menghubungkan orifisium

uteri eksterna, disebut kanalis servikalis, di lapisi oleh kelenjar-

kelenjar servik, bagian Rahim antara serviks dan korpus disebut ismen

atau segmen bawah Rahim. Bagian ini penting artinya dalam karena

kehamilan dan persalinan akan mengalami peregangan dinding

Rahim secara histologi terdiri atas 3 lapisan, yaitu sebagai berikut:

a) Lapisan serosa (lapisan peritoneum), di luar

b) Lapisan otot ( lapisan myometrium ), di tengah

c) Lapisan mukosa ( endometrium ), di dalam

Ligament-ligamen yang terdapat pada Rahim yaitu ligamentum

cardinal kanan dan kiri (mackenrodt), ligamentum sakro uterine,

ligamentum rotundum, ligamentum latum, serta ligamentum

inpundibulopelvikum. Letak Rahim dalam keadaan fisiologis adalah

anterofleksi, letak-letak lainnya adalah antefleksi (tengadah kedepan),

retrofleksi (tengadah ke belakang), anteversi (terdorong ke depan),

37
retroversi (terdorong ke belakang). Suplai darah ke Rahim di aliri oleh

arteri urina yang berasal dari arteri iliaka interna (arteri

hipogastrika) dan arteri ovarika. Fungsi utama Rahim adalah setiap

bulan berfungsi dalam siklus haid, tempat janin tumbuh dan

berkembang, berkontraksi terutama sewaktu bersalin serta sesudah

bersalin (Wardiyah, A dan Rilyani, 2016).

3) Saluran Telur (Tuba Fallopi)

Tuba fallopi adalah saluran yang keluar dari kornu Rahim kanan

dan kiri panjangnya 12-13 cm, dan diameternya 3-8 mm, bagian

luarnya di liputi oleh peritoneum visceral yang merupakan bagian

dari ligamentum latum. Bagian dalam saluran di lapisi silia, yaitu

rambut getar yang berfungsi untuk menyalurkan telur dan hasil

konsepsi. Saluran telur terdiri atas 4 bagian yaitu sebagai berikut :

1) Pars interstisialis (intramuralis).

2) Pars ismika, yaitu merupakan bagian tengah saluran telur yang

sempit.

3) Pars ampularis, tempat biasanya pembuahan (konsepsi) terjadi.

4) Infundibulum, yang merupakan ujung tuba yang terbuka ke rongga

perut. Di ujung infundibulum terdpat umbai-umbai (fimbria) yang

berguna untuk menangkap sel telur (ovum) yang kemudian akan di

salurakan ke dalam tuba.

Fungsi sel telur adalah sebagai saluran telur, menangkap dan

membawa ovum yang di lepaskan oleh indung telur, dan tempat

38
terjadinya pembuahan (konsepsi-fertilasi), (Wardiyah dan Rilyani,

2016).

2. Menstruasi

a. Pengertian Menstruasi

Haid (Menstruasi) ialah perdarahan yang siklik dari uterus.

Panjang siklus haid jarak antara tanggal mulainya haid yang laudan

mulainya haid yang baru. Hari mulainya perdarahan dinamakan hari

pertama siklus. Panjang siklus haid yang normal dianggap sebagai

siklus yang klasik ialah 28 hari, tetapi variasinya cukup luas, bukan

saja antara beberapa wanita tetapi juga pada wanita yang sama. lebih

dari 90% wanita mempunyai siklus menstruasi antara 24 sampai 35

hari (Fitri, 2017).

Menstruasi atau haid adalah perdarahan secara periodic dan

siklik dari uterus, disertai pelepasan atau deskuamasi endometrium

yang terjadi setiap bulan secara teratur pada wanita dewasa dan sehat.

Panjang siklus haid ialah jarak antara tanggal mulainya haid yang lalu

dan mulainya haid berikutnya (Lestari, 2015).

Lama haid biasanya antara 3-6 hari, ada yang 1-2 hari dan di

ikuti darah sedikit-sedikit, da nada yang sampai 7-8 hari. Pada setiap

manusia biasanya lama haid itu tetap. Kurang lebih 50% darah

menstruasi di keluarkan dalam 24 jam pertama. Cairan menstruasi

terdiri dari autolysis fungsional, exudat inflamasi, sel darah merah,

dan enzyme preteolitik (Fitri, 2017).

39
Siklus menstruasi normal pada manusia dapat di bagi menjadi

dua segmen (Fitri, 2017).

1) Siklus Ovarium

Siklus ovarium di golongkan seperti :

a) Phase follikuler : umpan balik hormonal menyebabkan

follikel matang pada pertengahan siklus untuk

mempersiapkan ovulasi kurang lebih panjang phase folikuler

antara 10 sampai 14 hari.

b) Fase ovulatoir : Fase dalam siklus menstruasi ini di tandai

oleh lonjakan sekresi LH hipofise yang memuncak saat di

lepaskannya ovum yang matang melalui ovarium.

c) Phase luteal : waktu dari ovulasi sampai awal menstruasi,

dengan waktu kurang lebih 14 hari dan merupakan

pembentukan dan pemeliharaan korpus luteum.

d) Fase menstruasi : hari pertama menstruasi yang menadai

permulaan siklus berikutnya.

2) Siklus Uterus

b. Aspek Ovarium Dalam Siklus Haid

Ovarium mengalami perubahan-perubahan dalam ukuran,

bentuk dan posisinya sejak bayi di lahirkan hingga masa tua seorang

wanita. Di samping itu terdapat perubahan-perubahan yang

diakibatkan oleh ransangan berbagai kelenjar endokrin. Adapun

perubahan tersebut di bagi ke dalam (Fitri, 2017).

40
1) Ovarium dalam masa neonates

Pada bayi baru lahir terdapat ± 400.000 folikel pada ke dua

ovarium. Diameternya kurang lebih 1 cm, dan beratnya sekitarn

250-350 mg pada waktu lahir. Dalam kortek hampir seluruh oosit

terdapat dalam bentuk follikel primordial

2) Ovarium dalam masa anak-anak

Pada masa anak-anak ovarium masih belum berfungsi

dengan baik. Ovarium sebagian besar terdiri atas kortek yang

mengandung banyak follikel primordial. Follikel mulai

berkembang akan tetapi tidak pecah dan kemudian mengalami

atresiainsitu. Hormone hipofise yang di perlukan untuk ovulasi

belum berfungsi dengan baik. Pada usia kira-kira 9 tahun kadar

hormone gonadotropin mulai meningkat, sehingga produksi

estrogen juga meningkat. Peningkatan ini juga menyebabkan

perkembangan kelenjar mammae dan alat genital. Menarche

biasanya terjadi kira-kira 2 tahun setelah perubahan tersebut. Usia

pubertas bervariasi dan di pengaruhi oleh factor genetic sosio

ekonomi dan kesehatan dalam beberapa decade terakhir usia

menarche terjadi pada usia yang lebih muda. Dengan ultrasonografi

dapat di lihat ukuran follikel antara 2 sampai 15 mm. oosit pada

periode ini sangat aktif berkembang.

41
3) Ovarium dalam masa dewasa/masa reproduksi

Masa reproduksi di mulai dari masa pubertas pada umur

kira-kira 12-16 tahun dan berlangsung kurang lebih 35 tahun. Pada

ovarium terjadi perubahan-perubahan, kortek relative lebih tipis

dan mengandung banyak follikel-folilkel primordial. Follikel

primordial tumbuh menjadi besar serta banyak mengalami atresia,

biasanya hanya sebuah follikel yang tumbuh terus membentuk

ovum dan pecah pada waktu ovulasi. Pada awal pubertas germ cell

berkurang dari 300.000 sampai 500.000 unit. Selama usia

reproduksi yang berkisar antara 35-40 tahun, 400 sampai 500 akan

mengalami ovulasi. Follikel akan berkurang sampai menjelang

menopause dan tinggal beberapa ratus pada saat menopause, kira-

kira 10-15 tahun sebelum menopause sudah terjadi peningkatan

jumlah follikel yang hilang. Ini berhubungan dengan

meningkatnya hormone FSH. Dalam tahun reproduksi, pematangan

follikel akibat interaksi antara hipotalamus-pituitari-gonad.

4) Pertumbuhan follikel

Pematangan follikel primordial terjadi sebagai berikut:

mula-mula sel disekililingi ovum berlipat ganda, kemudian di

antara sel-sel ini timbul sebuah rongga yang berisi cairan liquor

folliculi. Ovum sendiri terdesak ke pinggir dan terdapat di tengah

tumpukan sel yang menonjol ke dalam ronggal follikel. Tumpukan

sel dengan sel telur di dalamnya disebut cumulus oophorus. Antara

42
sel telur dan sel sekitarnya terdapat-terdapat zona pelluzida. Sel-sel

granulosa lainnya yang membatasi ruang follikel di sebut

membrane granulosa. Dengan tumbuhnya follikel jaringan

ovarium sekitar follikel tersebut terdesak keluar dan membentuk 2

lapisan ialah theca interna yang banyak mengandung pembulu

darah dan theca eksteran yang terdiri dari jaringan ikat yang padat.

Follikel yang matang ini di sebut follikel de graaf. Follikel de graaf

menghasilkan estrogen di mana tempat pembuatannya terdapat

pada lapisan dalam kortek ovarium dan tetap tinggal di lapisan

tersebut. Setelah pubertas juga berbentuk di lapisan luar dari

kortek. Karena liquor follikuli terbentuk terus maka tekanan di

dalam follikel makin tinggi, tetapi untuk terjadinya ovulasi bukan

hanya tergantung pada tekanan tinggi tersebut melainkan juga

harus mengalami perubahan-perubahan nekrobiotik pada

permukaan follikel-follikel. Pada permukaan ovarium sel-sel

menjadi tipis hingga pada suatu waktu follikel akan pecah dan

mengakibatkan keluarnya liquor follikuli bersama dengan ovumnya

yang di kelilingi oleh sel-sel cumulus oophorus. Keluarnya sel telur

dari follikel de graaf di sebut ovulasi. Setelah ovulasi maka sel-sel

granulosa ari dinding follikel mengalami perubahan dan

mengandung zat warna yang kuning di sebut corpus luteum.

Corpus luteum mengeluarkan hormone yang disebut progesterone

di samping estrogen. Tergantung apakah terjadi konsepsi

43
(pembuahan) atau tidak, corpus menstruationum. Jika terjadi

konsepsi, corpus luteum di pelihara oleh hormone chorion

gonadotropin yang di hasilkan oleh sinsiotrofoblas dari korion.

c. Siklus Endometrium

Terdiri dari 4 fase (Fitri, 2017):

1) Fase menstruasi atau deskuamasi

Pada masa ini endometrium di lepaskan dari dinding

uterus disertai dengan perdarahan. Hanya lapisan tipis yang disebut

dengan stratum basale, stadium ini berlangsung 4 hari. Saat haid

itu keluar darah, potongan-potongan endometrium dan lender dari

serviks. Darah tidak membeku karena adanya fermen yang

mencegah pembekuan darah dan mencairkan potongan-potongan

mukosa. Hanya kalau banyak darah keluar maka fermen tersebut

tidak mencakupi hingga timbul bekuan-bekuan darah dalam darah

haid.

2) Fase post menstruasi atau stadium regenerasi

Luka endometrium yang terjadi akibat pelepasan

endometrium secara berangsur-angsur sembuh dan di tutup kembali

oleh selaput lendir baru yang tumbuh dari sel-sel epitel kelenjar

endometrium. Pada waktu ini tebal endometrium ± 0,5 mm,

stadium sudah mulai waktu stadium menstruasi dan berlangsung ±

4 hari.

44
3) Fase intermenstruum atau stadium regenerasi

Dalam fase ini endometrium tumbuh menjadi setebal ±3,5

mm. fase ini belangsung dari hari ke 5 sampai hari ke 14 dari siklus

haid. Fase proliferasi dapat di bagi dalam subfase yaitu :

a) Fase proliferasi dini

Fase proliferasi dini berlangsung antara hari ke-4 sampai hari

ke-9. Fase ini di kenal dari epitel permukaan yang tipis dan

adanya regenerasi epitel, terutama dari mulut kelenjar. Kelenjar

kebanyakan lurus, pendek dan sempit. Bentuk kelenjar ini

merupakan ciri khas fase proliferasi, sel-sel kelenjar mengalami

mitosis. Sebagian sediaan masih menunjukkan suasana fase

menstruasi dimana terlihat perubahan-perubahan involusi dan

epitel kelenjar yang berbentuk kuboid. Stroma padat dan dan

sebagian menunjukkan aktivitas mitosis, sel-selnya berbentuk

bintang dan lonjong dengan tojolan-tonjolan anastomosis.

Nukleas sel stroma relatif karena sitoplasma relative sedikit.

b) Fase proliferasi akhir

Fase ini berlangsung pada hari ke-11 sampai hari ke-14. Fase ini

dapat di kenal dengan permukaan kelenjar yang tidak rata. Inti

epitel kelenjar membentuk pseudostratifikasi. Stroma bertumbuh

aktif dan padat.

45
c) Fase pramenstruum atau stadium sekresi

Fase ini mulai sesudaah ovulasi dan berlangsung dari hari ke 14

sampai ke-28. Pada fase ini endometrium kira-kira tetap

tebalnya, tetapi bentuk kelenjar berubah menjadi panjang,

berkeluk-keluk dan mengeluarkan getah yang makin lama

makin nyata. Dalam endometrium telah tertimbun glikogen dan

kapur yang kelak di perlukan sebagai makanan untuk telur yang

di buahi. Memang tujuan perubahan ini adalah untuk

memeperisapkan endometrium menerima telur yang di buahi.

Fase ini di bagi atas :

(1) Fase sekresi dini

Dalam fase ini endometrium lebih tipis dari pada fase

sebelumnya karena kehilangan cairan, tebalnya ± 4-5 mm.

pada saat ini dapat di bedakan beberapa lapisan, yaitu :

(a) Stratum basale, yaitu lapisan endometrium bagian

dalam yang berbatasan dengan lapisan miometrium.

Lapisan ini tidak aktif, kecuali saat mitosis pada kelenjar.

(b) Stratum spongiosum, yaitu lapisan tengah berbentuk

anyaman seperti spons. Ini di sebabkan oleh banyak

kelenjar yang melebar dan berkeluk-keluk dan hanya

sedikit stroma di antaranya.

46
(c) Stratum kompaktum, yaitu lapisan atas yang padat.

Saluran-saluran kelenjar sempit, lumennya berisi secret

dan stomanya edema.

(2) Fase sekresi lanjut

Endometrium dalam fase ini tebalnya 5-6 mm. dalam fase ini

terdapat peningkatan dari fase sekresi dini, dengan

endometrium sangat banyak mengandung pembuluh darah

yang berkeluk-keluk dan kaya dengan glikogen. Fase ini

sangat ideal untuk nutrisi dan perkembangan ovum.

Sitoplasma sel-sel stoma bertambah. Sel stoma menjadi sel

desidua jika terjadi kehamilan.

d. Vaskularisasi Endometrium Dalam Siklus Haid

Cabang-cabang arteri uterin berjalan terutama dalam stratum

vaskuler endometrium. Dari sini sejumlah arteri radialis berjalan

langsung ke endometrium dan membentuk arteri spiralis. Pembuluh-

pembuluh darah ini memelihara stratum fungsional endometrium yang

terdiri dari stratum kompaktum dan sebagian stratum spongiosum.

Stratum basale di pelihara oleh arteriola-arteriola myometrium di

dekatnya. Mulai dari fase proliferasi, terus ke fase sekresi, pembuluh-

pembuluh darah berkembang dan menjadi lebih berkeluk-keluk dan

segera setelah mencapai permukaan, membentuk jaringan kapiler yang

banyak. Pada myometrium kapiler-kapiler mempunyai endotel yang

tebal dan lumen yang kecil, vena-vena yang berdinding tipis

47
membentukk pleksus pada lapisan yang lebih dalam dari lamina

propria mukosa dan membentuk jaringan anastomosis yang tidak

teratur dengan sinusoid-sinosoid pada semua lapisan ( Fitri, 2017).

Hampir sepanjangn siklus haid pembuluh-pembuluh darah

menyempit dan melebar secara ritmis, sehingga permukaan

endometrium memucat dan berwarna merah karena penuh dengan

darah, berganti-ganti. Bila tidak terjadi pembuahan, korpus luteum

mengalami kemunduran yang menyebabkan kadar progesterone dan

estrogen menurun. Penurunan kadar hormone ini mempengaruhi

keadaan endometrium kearah regresi, dan pada suatu saat lapisan

fungsionalis dari endometrium terlepas dari stratum basale yang di

bawahnya. Peristiwa ini menyebabkan pembuluh-pembuluh darah

terputus, dan terjadilah pengeluaran darah yang di sebut haid (Fitri,

2017).

e. Gangguan Menstruasi

Gangguan menstruasi dan siklusnya khususnya dalam masa

reproduksi remaja dapat di golongkan dalam banyaknya darah dan

lamanya pendarahan pada menstruasi (Lestari, 2015):

a. Hipermenorea atau menoregia

Hipermenorea adalah pendarahan menstruasi yang lebih banyak

dari normal atau lebih lama dari normal ( Lebih dari 8 hari ). Sebab

kelainan ini terletak pada kondisi dalam uterus, gangguan

48
endometrium yang di ikuti dengan gangguan pelepasannnya pada

waktu menstruasi.

b. Hipomenorea

Hipomenorea adalah pendarahan menstruasi yang lebih pendek

dan / lebih kurang dari biasanya. Sebab-sebabnya yang terletak

pada konstitusi penderita pada uterus dan pada gangguan endokrin.

c. Kelainan siklus

d. Palimenorea

Siklus menstruasi lebih pendek dari biasa (kurang dari 21 hari).

Pendarahan kurang lebih sama atau lebih banyak dari menstruasi

biasa. Di sebabkan oleh gangguan hormonal yang mengakibatkan

gangguan ovulasi atau menjadi pendeknya masa luteal.

e. Oligomenorea

Siklus menstruasi lebih panjang lebih dari 35 hari, pendarahan

pada oligonomeorea biasanya berkurang. Fertilitas cukup baik dan

tidak terganggu, hanya ovalatoar dengan masa proliferasi lebih

panjang dari biasanya.

f. Amenorea

Siklus menstruasi dengan panjang siklus lebih dari 3 bulan

berturut-turut. Amenorea terbagi dua yaitu amenorea primer (usia

18 tahun ke atas belum pernah haid) dan amenorea skunder (pernah

haid tetapi kemudian tidak dapat lagi). Amenorea umumnya

mempunyai sebab-sebab yang berat dan lebih sulit diketahui seperti

49
kelainan kongenital, kelainan genetic, gangguan gizi, metabolisme,

tumor, penyakit infeksi dan sebagainya.

g. Dismenorea atau nyeri haid

Dismenorea atau nyeri haid merupakan suatu gejala yang paling

sering. Dismenorea di bagi atas dismenorea primer (esensial,

enstriksik, idiopatik), tidak terdapat hubungan dengan kecemasan

genekologik dan dismnorea sekunder (ekstrinsik oequired)

disebabkan oleh kelainan genekologik.

h. Premenstrual tension (tegangan pra haid)

Premenstrual tension merupakan keluhan yang biasanya mulai 1

minggu sampai beberapa hari sebelum datangnya menstruasi, dan

menghilang sesuda menstruasi dating, kadang-kadang berlangsung

terus sampai menstruasi berhenti. Penyebabnya adalah factor yang

memgang peranan adalah ketidak seimbangan estrogen dan

progesterone dengan akibat retensi cairan dan natrium,

penambahan berat badan dan kadang-kadang edema.

3. Vulva Hygiene Saat Menstruasi

a. Pengertian Vulva Hygiene Saat Menstruasi

Vulva Hygiene saat Menstruasi merupakan komponen personal

hygiene (kebersihan perorangan) yang memegang peranan penting dalam

status perilaku kesehatan seseorang, termasuk menghindari adanya

gangguan pada fungsi alat Reproduksi (Yuni, 2015).

50
Vulva hygiene saat menstruasi adalah suatu usaha yang di lakukan

untuk mempertahankan kesehatan dan memelihara kebersihan selama

menstruasi (Lestari, 2015).

Tujuan dari Hygiene saat mentstruasi adalah untuk pemeliharaan

kebersihan dan kesehatan individu yang dilakukan selama masa

menstruasi sehingga mendapatkan kesejahteraan fisik dan psikis serta

dapat meningkatkan derajat kesehatan seseorang (Yuni, 2015).

b. Penatalaksanaan Vulva hygiene saat menstruasi

Penatalaksanaan Vulva hygiene saat Menstruasi (Yuni, 2015) :

1) Bersihkan Daerah kewanitaan yang terbaik ialah dengan

membasuhnya dengan air bersih. Satu hal yang harus di perhatikan dalam

membasuh daerah kewanitaan kita, terutama setelah buang air besar

(BAB), yaitu dengan membasuhnya dari arah depan ke belakang (dari

vagina ke arah anus) bukan sebaliknya. Karena apabila terbalik arah

membasuhnya maka kuman dari daerah anus akan terbawa ke depan dan

dapat masuk ke dalam vagina.

2) Pada saat membersihkan alat kelamin, tidak perlu di bersihkan dengan

cairan pembersih atau cairan lain dan douche karena cairan tersebut akan

semakin merangsang bakteri yang menyebabkan infeksi. Apabila

menggunakan sabun, sebaiknya gunakan sabun yang lunak (dengan PH

3,5), misalnya sabun bayi yang biasanya ber PH netral, setelah memakai

sabun hendaklah di basuh dengan air sampai bersih (sampai tidak ada

51
lagi sisa sabun yang tertinggal). Setelah di basuh, keringkan dengan

handuk atau tissue, tetapi jangan di gosok-gosok

3) Pada saat menstruasi, pembuluh darah dalam Rahim sangat mudah

terinfeksi, oleh karena itu kebersihan alat kelamin harus lebih di jaga

karena kuman mudah sekali nmasuk dan dapat menimbulkan penyakit

pada saluran reproduksi. Pilihlah pembalut yang daya serapnya tinggi

sehingga tetap merasa nyaman selama menggunakannya. Sebaiknya pilih

pembalut yang tidak mengandung gel, sebab gel dalam pembalut

kebanyakan dapat menyebabkan iritasi dan menyebabkan timbulnya rasa

gatal.

4) Pembalut selama menstruasi harus di ganti secara teratur 4-5 kali atau

setiap setelah mandi dan buang air kecil

5) Penggantiam pembalut yang tepat adalah apabila permukaan pembalut

telah ada gumpalan darah. Alasannya ialah gumpalan darah yang terdapat

pada permukaan pembalut tersebut merupakan tempat yang sangat baik

untuk perkembangan bakteri dan jamur.

6) Jika menggunakan pembalut sekali pakai di bersihkan terlebih dahulu

lalu di bungkus lalu di buang ke tempat sampah, untuk pembalut lainnya

sebaiknya di rendam memakain sabun di tempat tertutup terlebih dahulu

sebelum di cuci.

7) Sebelum dan sesudah mengganti pembalut sebaiknya mencuci tangan

terlebih dahulu untuk mencegah terjadinya infeksi.

52
B. HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP DENGAN

PENATALAKSANAAN VULVA HYGIENE SAAT MENSTRUASI

PADA REMAJA PUTRI

Menurut Notoatmodjo (2003) dalam Lestari (2015) pengetahuan

merupakan hasil tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan pengindraan

terhadap obyek tertentu. Pengindraan panca indera manusia yaitu indera

penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa, dan raba. Sebagian besar

pengetahuan manusia di peroleh melalui mata dan telinga, yaitu proses

melihat dan mendengar. Selain itu melalui mata dan telinga yaitu proses

pengalaman dan proses belajar dalam pendidikan formal maupun informal.

Pengetahuan mencakup apa yang diketahui oleh seseorang terhadap

cara-cara memelihara kesehatan vulva. Karena dalam menentukan perilaku

higienis perempuan pada organ reproduksinya perlu pengetahuan yang baik

agar dapat meningkatkan derajat kesehatan. Kemudian sikap terhadap vulva

hygiene merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang

terhadap suatu stimulus atau objek yang tidak dapat langsung dilihat, tetapi

hanya dapat ditafsirkan terlebih dahulu. Sikap belum merupakan suatu

tindakan atau aktivitas, akan tetapi merupakan predisposisi tindakan suatu

perilaku. Di Indonesia, pelayanan kesehatan remaja relatif langka atau

kurang mendapat perhatian, karena akses dan bahan informasi masih

rendah, terutama berkaitan dengan kesehatan reproduksi yang bersifat

preventif dan promotif. Sehingga masih banyak remaja putri yang belum

mengetahui cara vulva hygiene yang baik dan benar, seperti memakai

53
pembersih sabun pewangi atau pembilas secara berlebihan, memakai celana

yang ketat dan tidak menyerap keringat, membersihkan dengan teknik yang

salah, jarang mengganti celana dalam dan jarang mengganti pembalut saat

menstruasi (Rahman, dkk, 2014) dalam Ikhlasiah (2017).

54
BAB III

KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESIS PENELITIAN

A. Kerangka Konsep

Konsep adalah abstraksi dari suatu realitas agar dapat dikomunikasikanndan

membentuk suatu teori yang menjelaskan keterkaitan antara varibel (baik variabel

yang diteliti maupun yang tidak diteliti). Kerangka konsep akan membentu

penelitian menghubungkan hasi‫ﻃ‬l penemuan dengan teori (Nursalam, 2017).

variabel independen variabel dependen

------
Pengetahuan
Penatalaksanaan
Vulva Hygiene Saat
Menstruasi
Sikap

Dukungan Keluarga

Pendidikan Kesehatan

Gambar 3.1. Kerangka konsep hubungan pengetahuan dan sikap dengan


penatalaksanaan vulva hygiene saat menstruasi pada remaja putri

55
Keterangan :

: Variabel Independen

: Variabel Dependen

: Variabel yang diteliti

: Variabel yang tidak diteliti

B. Hipotesis

Hipotesis adalah jawaban sementara dari rumusan masalah atau pertanyaan

peneitian. Menurut La Biondo-Wood dan Haber dalam Nursalam (2017) hipotesis

adalah suatu pertanyaan asumsi tentang hubungan antara dua atau lebih variabel

yang diharapkan bisa menjawab suatu pertanyaan dalam penelitian.

Adapun hipotesis dari penelitian ini yaitu :

Ha :

Hipotesis ini menyatakan adanya suatu hubungan pengetahuan dan sikap dengan

penatalaksanaan vulva hygiene saat menstruasi pada remaja putri.

56
BAB IV

METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian kuantitatif dengan desain

penelitian ini menggunakan deskriptif korelasional. Desain penelitian deksriptif

korelasional merupakan desain penelitian yang mengkaji hubungan serta

menjelaskan hubungan antara variabel. Desain penelitian yang menggunakan

deksriptif korelasional harus mempunyai minimal dua variabel dalam suatu

penelitian.

Penelitian ini menggunakan pendekatan cross sectional. Pendekatan cross

sectional adalah Jenis pendekatan yang digunakan untuk mencari hubungan antara

variabel independen dengan variabel dependen dengan melakukan pengukuran

sesaat atau satu kali dan dinilai secara simultan pada satu saat. Dalam penelitian

ini, peneliti ingin mengetahui Hubungan Pengetahuan Dan Sikap Dengan

Penatalaksanaan Vulva Hygiene Saat Menstruasi Pada Remaja Putri Di SMA

NEGERI 10 GOWA.

B. Populasi, Sampel Dan Sampling

1. Populasi

Populasi dalam penelitian adalah subjek (misalnya manusia; klien) yang

memenuhi kriteria yang telah ditetapkan (Nursalam, 2017). Populasi dalam

57
penelitian ini adalah siswa perempuan Kelas X di SMA NEGERI 10 GOWA.

Jumlah populasi dalam penelitian sebanyak 162 siswa perempuan kelas X .

2. Sampel

Sampel terdiri atas bagian populasi terjangkau yang dapat dipergunakan

sebagai subjek penelitian melalui sampling (Nursalam, 2017).Pada penelitian

ini pengambilan sampel dengan menggunakan rumus sampel (Nursalam,

2017), yaitu :

N
n=
1 + N (d)²

keterangan :

n = Besar sampel

N = Besar populasi

D = Tingkat signifikansi (p)

jadi jumlah sampel yang diambil dalam penelitian ini adalah :

N
n=
1 + N (d)²

162
n=
1 + 162 (0.05)²

162
n=
1 + 162(0.0025)

162
n=
1 + 0.40

162
n=
1.4

n = 115

58
Berdasarkan rumus diatas maka jumlah sampel yang akan diambil dari

populasi adalah 115 orang. Namun tidak menutup kemungkinan jumlah

sampel tersebut akan berkurang sehubungan dengan kriteria sampel yang

diajukan oleh peneliti.

3. Sampling

Sampling adalah proses menyeleksi porsi dari populasi untuk dapat

mewakili populasi. Teknik sampling merupakan cara-cara yang ditempuh

dalam pengambilan sampel, agar memperoleh sampel yang benar-benar

sesuai dengan keseluruhan subjek penelitian (Sastro Asmoro & Ismail) dalam

buku (Nursalam, 2017)

Teknik sampel dalam penelitian ini adalah nonprobability sampling

yakni purposive sampling yaitu peneliti memilih responden berdasarkan pada

pertimbangan subyektifnya, bahwa responden tersebut dapat memberikan

informasi yang memadai untuk menjawab pertanyaan penelitian (

Sastroasmoro dan Ismael, 2008 ) dalam buku (Siswanto, Susila dan Suryanto,

2015 )

Pengambilan sampel di dasarkan pada suatu pertimbangan tertentu yang

di buat oleh peneliti sendiri yaitu sampel yang memenuhi kriteria inklusi yang

telah ditentukan oleh peneliti dengan tujuan mengetahui hubungan

pengetahuan dan sikap dengan penatalaksanaan vulva hygiene saat menstruasi

pada remaja putri di SMA Negeri 10 Gowa.

59
Adapun kriteria sampel yang dimaksud adalah :

a. Kriteria inklusi

Pada penelitian ini kriteria inklusinya adalah sebagai berikut :

1) Siswa perempuan yang sudah mengalami menstruasi

2) Siswa yang belum pernah mendapatkan Pendidikan Kesehatan

tentang vulva hygiene saat menstruasi

3) Siswa yang belum mendapatkan dukungan keluarga mengenai vulva

hygiene saat menstruasi

4) Siswa yang berstatus aktif sekolah

5) Siswa yang hadir saat pengambilan data

b. Kriteria eksklusi

Adapun kriteria eksklusinya sebagai berikut :

1) Remaja putri yang tidak mengisi data dengan lengkap

2) Remaja putri yang tidak bersedia mengisi lembar kuesioner

C. Variabel Penelitian

1. Variabel penelitian

a. Variabel independen

Variabel independen adalah variabel yang memengaruhi atau nilainya

menentukan variabel lain. (Nursalam, 2017). Variabel independen dalam

penelitian ini adalah pengetahuan dan sikap.

60
b. Variabel dependen

Variabel dependen adalah variabel yang dipengaruhi nilainya ditentukan

oleh variabel lain (Nursalam, 2017). Variabel dependen pada penelitian

ini adalah penatalaksanaan vulva hygiene saat menstruasi.

D. Definisi Operasional

Definisi operasional adalah unsur penelitian yang memberitahukan

bagaimana caranya mengukur suatu variable. Dengan kata lain definisi

operasional adalah semacam petunjuk pelaksanaan bagaimana mengukur suatu

variable. Definisi operasional adalah suatu informasi ilmiah yang amat

membantu peneliti lain yang ingin menggunakan variable yang sama. Dengan

informasi tersebut akan mengetahui bagaimana caranya pengukuran atas

variable itu di lakukan. Dengan demikian dapat menentukan apakah prosedur

pengukuran yang sama akan di lakukan atau di perlukan prosedur pengukuran

yang baru (Siswanto dkk,2015)

Klasifikasi variabel dan definisi operasional dibuat dalam bentuk tabel

dengan rincian sebagai berikut :

61
Variabel Definisi operasional Parameter Alat ukur Skala Skor
penelitian ukur
Variabel Pengetahuan merupakan segala sesuatu Pengetahuan terkait pengertian vulva hygiene saat menstruasi, Alat ukur Ordinal - Pengetahuan dikatakan
independen yang diketahui oleh remaja putri dalam dampak yang di timbulkan jika tidak menjaga higenitas saat yang baik jika nilainya≥ 7
(Pengetahuan) menjaga atau membersihkan daerah menstruasi , Tujuan Vulva Hygiene saat menstruasi dan digunakan dan
genetalia saat menstruasi penatalaksanaan vulva hygiene saat menstruasi adalah Pengetahuan dikatakan
kuesioner kurang baik jika
nilanya
< 7.

( Sikap ) Sikap adalah pemahaman untuk Sikap terkait dengan penatalaksanaan vulva hygine saat menstruasi Alat ukur Ordinal - Sikap dikatakan baik
membentuk perilaku dalam menjaga yang di jika nilainya≥ 37 dan
atau mebersihkan daerah genetalia saat gunakan Sikap dikatakan
menstruasi adalah kurang baik jika
Kuesioner nilanya
< 37

Variabel dependen Penatalaksanaan Vulva hygiene saat Tata cara melakukan vulva hygiene saat menstruasi meliputi : Alat ukur Ordinal Penatalaksanaan Vulva
(Penatalaksanaan menstruasi adalah suatu tindakan membersihkan daerah kewanitaan dengan menggunakan air bersih, yang Hygine dikatakan baik
Vulva hygiene saat membersihkan daerah kemaluan meliputi membasuh dari arah depan ke belakang, mengganti pembalut 4-5 digunakan jika nilainya≥ 5 dan
menstruasi ) area vulva dan perineum setelah kali dalam sehari, menggunakan pembalut dengan daya serap adalah Penatalaksanaan Vulva
berkemih atau buang air besar saat tinggi, tidak menggunakan cairan pembersih kewanitaan, dan kuesioner hygiene dikatakan
menstruasi serta seberapa sering mencuci tangan sebelum dan sesudah mengganti pembalut kurang baik jika nilanya
seseorang mengganti membalut dalam
sehari saat menstruasi. <5

Tabel 4.1. Definisi Operasional hubungan pengetahuan dan sikap dengan penatalaksanaan vulva hygiene saat menstruasi pada
remaja putri

62
E. Tempat Dan Waktu Penelitian

1. Tempat

Tempat penelitian ini akan dilakukan di SMA Negeri 10 Gowa.

2. Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada bulan Desember 2018 - Januari 2019

F. Instrumen Pengumpulan Data

Instrumen yang digunakan adalah Kuesioner yang dibagikan kepada responden.

Tahap penelitian sebagai berikut :

1. Setelah mendapatkan sampel berdasarkan kriteria inklusi, maka diminta

persetujuan atau ketersediaan sampel tersebut menjadi responden.

2. Memberi penjelasan tentang tujuan penelitian dan keikutsertaan responden

dalam kegiatan penelitian. Meminta responden untuk menandatangani lembar

persetujuan penelitian (informed consent).

3. Memberikan koesioner penelitian kepada responden untuk menjawab

pertanyaan-pertanyaan yang disediakan.

G. Prosedur Pengumpulan Data

1. Data primer

Data yang di peroleh dari responden melalui kuesioner, kelompok focus,

dan panel, atau juga data hasil wawancara peneliti dengan narasumber. Data

yang diperoleh dari data primer ini harus di olah lagi. Sumber data yang

langsung memberikan data kepada pengumpul data (Surjaweni,2014)

63
2. Data sekunder

Data yang di dapat dari catatan, buku, majalah berupa laporan keuangan

publikasi perusahaan, laporan pemerintah, artikel, buku-buku sebagai teori,

majalah, dan sebagainya. Data yang di peroleh dari data sekunder inintidak

perlu di olah lagi. Sumber yang tidak langsung memberikan data pada

pengumpul data (Surjaweni,2014)

H. Tehnik Analisa Data

1. Pengolahan data

a. Editing

Setelah data terkumpul maka akan dilakukan editing atau penyuntingan

untuk memeriksa setiap lembar kuesioner yang telah diisi, kemudian data

dikelompokkan sesuai dengan kriteria yang telah ditetapkan.

b. Koding

Dilakukan untuk memudahkan pengolahan data yaitu dengan memberikan

simbol-simbol dari setiap jawaban yang diberikan oleh responden.

c. Tabulasi

Mengelompokkan data kedalam suatu tabel yang memuat sifat masing-

masing variabel sesuai dengan tujuan penelitian.

2. Analisa data

a. Analisa univariat

Pada analisa ini dilakukan analisis tabel distribusi frekuensi dari tiap

variabel yang dianggap terkait dengan tujuan penelitian.

64
b. Analisa Bivariat

Analisa data ditunjukkan untuk menjawab tujuan penelitian dan menguji

hipotesa penelitian untuk mengetahui adanya hubungan variabel

independen terhadap variabel dependen dengan menggunakan uji

satatistik chi square (X2) dengan nilai kemaknaan (ɑ = 0,05). Setelah uji

hipotesa dilakukan dengan taraf kesalahan (alpha) yang digunakan yaitu

5% atau 0,05, maka penelitian hipotesa yaitu : apabila p ≤ ɑ = 0,05, maka

Ho ditolak dan Ha (hipotesis penelitian) diterima, yang berarti ada

hubungan antara variable bebas dan variable terikat.

I. Etika Penelitian

1. Informed Consent (Lembar persetujuan menjadi responden)

Informed Consent atau kerahasiaan medis adalah pertanyaan persetujuan

(Consent) atau izin dari pasien yang diberikan dengan bebas, rasional, tanpa

paksaan, tentang tindakan medis yang akan dilakukan terhadapnya sesudah

mendapat informasi yang cukup tentang tindakan medis yang dimaksud

dalam bentuk lisan maupun tertulis.

2. Anonymity (Tanpa nama)

Anonymity adalah suatu keadaan dimana identitas seseorang disembunyikan

dari orang lain dengan alasan tertentu.

3. Confidentiality (Kerahasiaan)

Confidentiality atau kerahasiaan adalah pencegahan bagi mereka yang tidak

berkepentingan, berhubungan dengan data yang diberikan kepada pihak lain

65
untuk kepentingan tertentu dan hanya diperolehkan untuk kepentingan

tertentu.

66

Anda mungkin juga menyukai