Anda di halaman 1dari 14

Bagian Keperawatan Medikal Bedah II

Program Profesi Ners


Universitas Megarezky Makassar

PROPOSAL
TERAPI BERMAIN
MENYUSUN RING DONUTS

Disusun oleh:

WAHYUNI B
A1C119017

CI Lahan CI Institusi

( ) ( )

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS


FAKULTAS KEPERAWATAN DAN KEBIDANAN
UNIVERSITAS MEGAREZKY
MAKASSAR
2020
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kita semua gemar bermain terutama saat kita masih kanak-kanak. Bermain adalah
aktifitas yang khas, berbeda dengan bukan bermain, dalam hal ini adalah bekerja atau
aktifitas lain yang serius fungsional dan selalu dilakukan dalam rangka suatu hasil.
Bermain tidak memperdulikan hasil akhir tetapi yang lebih penting disini adalah proses
bermain itu sendiri. Bermain selalu menyenangkan dan tidak pernah menjadi beban. Bila
anak sudah menganggap bermain sebagai suatu beban, artinya yang ia lakukan bukanlah
bermain.
Dengan ketrampilan dan kemampuannya yang masih serba terbatas anak melakukan
aktivitas bermain (justru) untuk mendapatkan informasi tentang dunia sekitarnya serta
tentang siapa dirinya.Bermain memungkinkan anak-anak mengeksplorasi berbagai
pengalaman dalam berbagai situasi dan sudut kehidupan. Dengan demikian, kegiatan
bermain merupakan bagian yang penting dalam proses tumbuh kembangnya disemua
bidang kehidupan diantaranya mencakup fisik, intelektual, emosi, sosial.
Kegiatan bermain memberi anak pengalaman berhadapan dengan masalah-masalah
dan menganggapnya sebagai tantangan-tantangan yang menggairahkan. Dengan demikian
diharapkan, kelak ia tumbuh menjadi orang dewasa yang optimistic dan kreatif dalam
menghadapi kendala-kendala kehidupan. Dalam kehidupan anak, bermain mempunyai arti
yang sangat penting.Dapat dikatakan bahwa setiap anak yang sehat selalu mempunyai
dorongan untuk bermain sehingga dapat dipastikan bahwa anak yang tidak bermain-main
pada umumnya dalam keadaan sakit, jasmaniah maupun rohaniah.
Para ahli berkesimpulan bahwa anak adalah makhluk yang aktif dan
dinamis.Kebutuhan-kebuthan jasmaniah dan rohaniahnya anak yang mendasari sebagian
besar dipenuhi melalui bermain (kelompok) bermain sendiri maupun itu merupakan
kebutuhan anak.Bermain bagi anak adalah mutlak diperlukan untuk mengembangkan daya
cipta, imajinasi, perasaan, kemauan, motivasi, dalam suasana riang gembira.
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Setelah mengikuti program bermain diharapkan anak dapat bersosialisasi dan dapat
mengekspresikan perasaannya selama mengikuti permainan serta untuk melanjutkan
tumbuh kembang anak.
2. Tujuan Khusus
a. Dapat mengembangkan imajinasi
b. Dapat berlatih bersosialisasi
c. Dapat berlatih bersikap sportif
d. Dapat mengurangi kecemasan dan ketegangan pada anak
e. Mengekspresikan rasa senangnya terhadap permainan
f. Mengembangkan konsentrasi anak.
g. Membangun hubungan dan kerjasama yang baik antara sesama teman bermain.
h. Mengembangkan motorik halus dan kasar pada anak.
i. Melatih kreatifitas dalam mengeksplorasi kemampuan anak
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian
Bermain adalah cerminan kemampuan fisik, intelektual, emosional dan sosial dan
bermain merupakan media yang baik untuk belajar karena dengan bermain, anak akan
berkata-kata, belajar menyesuaikan diri dengan lingkungan melakukan apa yang dapat
dilakukan, dan mengenal waktu, jarak, serta suara (Wong, 2000).
Bermain sama dengan bekerja pada orang dewasa, dan merupakan aspek terpenting
dalam kehidupan anak serta merupakan satu cara yang paling efektif untuk menurunkan
stress pada anak, dan penting untuk kesejahteraan mental dan emosional anak (Champbell
dan Glaser, 2005).
B. Fungsi Bermain
1. Perkembangan Sensori
a. Memperbaiki keterampilan motorik kasar dan halus serta koordinasi
b. Meningkatkan perkembangan semua indra
c. Mendorong eksplorasi pada sifat fisik dunia
d. Memberikan pelampiasan kelebihan energi
2. Perkembangan yang intelektual
a. Memberikan sumber–sumber yang beraneka ragam untuk pembelajaran
b. Eksplorasi dan manipulasi bentuk, ukuran, tekstur, warna.
c. Pengalaman dengan angka, hubungan yang renggang, konsep abstrak
d. Kesempatan untuk mempraktikan dan memperluas keterampilan berbahasa
e. Memberikan kesempatan untuk melatih masa lalu dalam upaya mengasimilasinya
kedalam persepsi dan hubungan baru
f. Membantu anak memahami dunia dimana mereka hidup dan membedakan antara
fantasi dan realita.
3. Perkembangan sosialisasi dan moral
a. Mengajarkan peran orang dewasa, termasuk perilaku peran seks.
b. Memberikan kesempatan untuk menguji hubungan.
c. Mengembangkan keterampilan sosial
d. Mendorong interaksi dan perkembangan sikap positif terhadap orang lain.
e. Menguatkan pola perilaku yang telah disetujui standar moral.
4. Kreativitas
a. Memberikan saluran ekspresif untuk ide dan minat kreatif
b. Memungkinkan fantasi dan imajinasi
c. Meningkatkan perkembangan bakat dan minat khusus
5. Kesadaran diri
a. Memudahkan perkembangan identitas diri
b. Mendorong pengaturan perilaku sendiri
c. Memungkinkan pengujian pada kemampuan sendiri (keahlian sendiri)
d. Memberikan perbandingan antara kemampuasn sendiri dan kemampuan orang
lain.
e. Memungkinkan kesempatan untuk belajar bagaimana perilaku sendiri dapat
mempengaruhi orang lain
6. Nilai Teraupetik
a. Memberikan pelepasan stress dan ketegangan
b. Memungkinkan ekspresi emosi dan pelepasan impuls yang tidak dapat diterima
dalam bentuk yang secara sosial dapat diterima
c. Mendorong percobaan dan pengujian situasi yang menakutkan dengan cara yang
aman.
d. Memudahkan komunikasi verbal tidak langsung dan non verbal tentang
kebutuhan, rasa takut, dan keinginan.
C. Tujuan
1. Untuk melanjutkan tumbuh kembang yang normal.
2. Mengekspresikan perasaan, keinginan, dan fantasi serta ide-idenya
3. Mengembangkan kreativitas dan kemampuan memecahkan masalah
4. Dapat beradaptasi secara efektif terhadap tempat dan suasana baru.
D. Prinsip - Prinsip Bermain
Menurut Soetjiningsih (1995) bahwa ada beberapa hal yang perlu diperhatikan agar
aktifitas bermain bisa menjadi stimulus yang efektif :
1. Perlu ekstra energi
Bermain memerlukan energi yang cukup sehingga anak memerlukan nutrisi yang
memadai.Asupan atau intake yang kurang dapat menurunkan gairah anak.Anak yang
sehat memerlukan aktifitas bermain yang bervariasi, baik bermain aktif maupun
bermain pasif.Pada anak yang sakit keinginan untuk bermain umumnya menurun
karena energi yang ada dugunakan untuk mengatasi penyakitnya.
2. Waktu yang cukup
Anak harus mempunyai cukup waktu untuk bermain sehingga stimulus yang diberikan
dapat optimal. Selain itu, anak akan mempunyai kesempatan yang cukup untuk
mengenal alat-alat permainannya.
3. Alat permainan
Alat permainan yang digunakan harus disesuaikan dengan usia dan tahap
perkembangan anak. Orang tua hendaknya memperhatikan hal ini sehingga alat
permainan yang diberikan dapat berfungsi dengan benar dan mempunyai unsur
edukatif bagi anak.
4. Ruang untuk bermain
Aktifitas bermain dapat dilakukan dimana saja, diruang tamu, dihalaman, bahkan
diruang tidur.Diperlukan suatu ruangan atau tempat khusus untuk bermain bila
memungkinkan, di mana ruangan tersebut sekaligus juga dapat menjadi tempat untuk
menyimpan permainannya.
5. Pengetahuan cara bermain
Anak belajar bermain dari mencoba-coba sendiri, meniru teman-temannya, atau
diberitahu oleh orang tuanya.Cara yang terahkir adalah yang terbaik karena anak lebih
terarah dan berkembang pengetahuannya dalam menggunakan alat permainan tersebut.
Orang tua yang tidak pernah mengetahui cara bermain dari alat permainan yang
diberikan, umumnya membuat hubungannya dengan anak cenderung menjadi kurang
hangat.
6. Teman bermain
Dalam bermain, anak memerlukan teman, bisa teman sebaya, saudara, atau orang
tuanya.Ada saat-saat tertentu di mana anak bermain sendiri agar dapat menemukan
kebutuhannya sendiri. Bermain yang dilakukan bersama orang tuanya akan
mengakrabkan hubungan dan sekaligus memberikan kesempatan kepada orang tua
untuk mengetahui setiap kelainan yang dialami oleh anaknya. Teman diperlukan untuk
mengembangkan sosislisasi anak dan membantu anak dalam memahami perbedaan.
E. Faktor yang Mempengaruhi Bermain
1. Tahap perkembangan anak.
Aktivitas bermain yang tepat harus sesuai dengan tahapan pertumbuhan dan
perkembangan anak. Orang tua dan Perawat harus mengetahui dan memberikan jenis
permainan yang tepat untuk setiap tahapan pertumbuhan dan perkembangan anak.
2. Status kesehatan anak
Aktivitas bermain memerlukan energi maka Perawat harus mengetahui kondisi anak
pada saat sakit dan jeli memilihkan permainan yang dapat dilakukan anak sesuai
dengan prinsip bermain pada anak yang sedang dirawat di Rumah sakit.
3. Jenis kelamin
Pada dasarnya dalam melakukan aktifitas bermain tidak membedakan jenis kelamin
laki-laki atau perempuan namun ada pendapat yang diyakini bahwa permainan adalah
salah satu alat mengenal identitas dirinya. Hal ini dilatarbelakangi oleh alasan adanya
tuntutan perilaku yang berbeda antara laki – laki dan perempuan dan hal ini dipelajari
melalui media permainan.
4. Lingkungan yang mendukung
Lingkungan yang cukup luas untuk bermain memungkinkan anak mempunyai cukup
ruang untuk bermain.
5. Alat dan jenis permainan yang cocok
Pilih alat bermain sesuai dengan tahapan tumbuh kembang anak.Alat permainan harus
aman bagi anak.
F. Karakteristik Bermain
1. Sosial affective play
Inti permainan ini adalah hubungan interpersonal yang menyenangkan antara
anak dengan orang lain (contoh: ciluk-baa, berbicara sambil tersenyum dan tertawa).
2. Sense of pleasure play
Permainan ini sifatnya memberikan kesenangan pada anak (contoh: main air dan
pasir).
3. Skiil play
Permainan yang sifatnya meningkatkan keterampilan pada anak, khususnya motorik
kasar dan halus (misal: naik sepeda, memindahkan benda).
4. Dramatik Role play
Pada permainan ini, anak memainkan peran sebagai orang lain melalui permainannya.
(misal: dokter dan perawat).
5. Games
Permainan yang menggunakan alat tertentu yang menggunakan perhitungan / skor
(Contoh : ular tangga, congklak).
6. Un occupied behaviour
Anak tidak memainkan alat permainan tertentu, tapi situasi atau objek yang ada
disekelilingnya, yang digunakan sebagai alat permainan (Contoh: jinjit-jinjit,
bungkuk-bungkuk, memainkan kursi, meja dsb).
G. Alat Permainan Edukatif
Alat permainan edukatif adalah alat permainan yang dapat mengoptimalkan
perkembangan anak, disesuaikan dengan usia dan tingkat perkembangannya.Contoh alat
permainan pada balita dan perkembangan yang distimuli :
1. Pertumbuhan fisik dan motorik kasar seperti sepeda roda tiga/dua, bola, mainan yang
ditarik dan didorong, tali, dll.
2. Motorik halus seperti gunting, pensil, bola, balok, lilin, ring donuts dll.
3. Kecerdasan/ kognitif seperti buku gambar, buku cerita, puzzle, boneka, pensil, warna,
dll.
4. Bahasa seperti buku bergambar, Buku cerita, majalah, radio, tape, TV, dll.
5. Menolong diri sendiri seperti gelas/ piring plastic, sendok, baju, sepatu, kaos kaki, dll.
6. Tingkah laku sosial seperti alat permainan yang dapat dipakai bersama misal
congklak, kotak pasir, bola, tali, dll.
PRE PLANNING TERAPI BERMAIN

Pokok Bahasan : Terapi Bermain Pada Anak


Sub Pokok Bahasan : Terapi Bermain dengan Menyusun Menara Ring donuts susun Tower
Tujuan : Mengoptimalkan Tingkat Perkembangan Anak
Hari/Tanggal : Jumat /24 Januari 2020
Jam :11.00 WITA.
Media : Ring Donat
Tempat Bermain : Ruang lontara II atas depan (Bedah Digestif)
Peserta : An.” S ”
Usia : 9 Bulan
A. Tujuan
1. Tujuan umum0
Setelah dilakukan terapi bermain diharapkan anak dapat bersosialisasi dan dapat
mengekspresikan perasaannya selama mengikuti permainan dan untuk melanjutkan
tumbuh kembang anak.
2. Tujuan khusus
a. Bagi anak
1) Dapat mengembangkan imajinasi
2) Dapat berlatih bersosialisasi
3) Dapat berlatih bersikap sportif
4) Dapat mengurangi kecemasan dan ketegangan pada anak
5) Mengekspresikan rasa senangnya terhadap permainan
6) Mengembangkan konsentrasi anak.
7) Membangun hubungan dan kerjasama yang baik antara sesama teman bermain.
8) Mengembangkan motorik halus dan kasar pada anak.
b. Bagi Mahasiswa
1) Membangun trust antara anak dan mahasiswa
2) Mampu mengaplikasikan teori terapi bermain pada anak usia 9 bulan
B. Sasaran dan Target
Sasaran : Anak dengan usia 9 bulan

Target : Anak
C. Setting Tempat

Keterangan:
: Tempat tidur

: Klien

: Leader

D. Strategi Pelaksanaan
1. Persiapan (5 menit)
a. Membuat kontrak dengan anak dan mempersiapkan tempat pertemuan
b. Mengecek kesiapan anak (tidak mengantuk, tidak rewel, keadaan umum baik)
c. Menyiapkan alat
2. Fase Orientasi (5 menit)
a. Salam terapeutik
b. Kontrak
1) Menjelaskan tujuan kegiatan yaitu bermain Menyusun menara ring donuts susun
tower
2) Menjelaskan aturan main berikut :
a) Kontrak waktu
b) Menanyakan persetujuan orang tua sebelum melakukan kegiatan
3. Fase Kerja (± 15menit)
a. Leader memperkenalkan diri
b. Leader menjelaskan cara bermain.
c. Leader mempersilahkan anak untuk mengambil ring donat dan menyusun menara
ring donat dengan susun tower mulai dari ukuran yang besar hingga ukuran yang
kecil.
d. Memotivasi keterlibatan anak
e. Memberi pujian pada anak bila dapat melakukan permainan
f. Memberi tahu anak bahwa waktu bermain telah selesai
4. Terminasi (5 menit)
a. Evaluasi struktur yang diharapkan
1) Alat-alat yang digunakan lengkap
2) Kegiatan yang direncanakan dapat terlaksana
b. Evaluasi proses yang diharapkan
1) Terapi dapat berjalan dengan lancar
2) Anak dapat mengikuti terapi bermain dengan baik
3) Tidak adanya hambatan saat melakukan terapi
c. Evaluasi hasil sesuai dengan tujuan
1) Anak terlibat aktif dalam terapi bermain
2) Anak mengikuti permainan sampai selesai
3) Anak mau beriteraksi
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Bermain tidak dapat dipisahkan dari kehidupan anak, karena bagi anak bermain sama
saja bekerja bagi orang dewasa. Bermain pada anak mempunyai fungsi yaitu untuk
perkembangan sensorik, motorik, intelektual, sosial, kreatifitas, kesadaran diri, moral
sekaligus terapi pada anak.
Tujuan bermain adalah melanjutkan pertumbuhan dan perkembangan yang normal,
mengekspresikan dan mengalihkan keinginan fantasi.Dan idenya mengembangkan
kreatifitas dan kemampuan memecahkan masalah dan membantu anak untuk beradaptasi
secara efektif.
DAFTAR PUSTAKA

Dewi, K., et al.2010. Contoh Proposal Terapi Bermain Pada Anak Prasekolah.Diakses Pada
Tanggal 11 Desember 2012. www.nursingbegin.com
Soetjiningsih. 1995. Tumbuh Kembang Anak. Jakarta: EGC
Wong, Donna L. 2003. Pedoman Klinis Keperawatan Pediatrik. Jakarta : EGC
DOKUMENTASI

Anda mungkin juga menyukai