Anda di halaman 1dari 39

KARYA TULIS ILMIAH

(STUDI LITERATUR)

UPAYA PENINGKATAN MUTU PELAYANAN


KESEHATAN GIGI DAN MULUT
DI PUSKESMAS

RAHMI IDRUS
PO.71.3.261.18.1.030

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN MAKASSAR
JURUSAN KEPERAWATAN GIGI
PROGRAM STUDI DIPLOMA III
2021

1
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur kehadirat Allah SWT atas berkah, rahmat dan

hidayah-Nya yang senantiasa dilimpahkan kepada penulis, sehingga bisa

menyelesaikan penelitian karya tulis ilmiah “ Upaya Peningkatan Mutu Pelayanan

Kesehatan gigi dan Mulut di Puskesmas” .

karya tulis ilmiah ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat kelulusan

dipoliteknik Kesehatan makassar. Penulis menyadari bahwa penulisan karya tulis

ilmiah ini masih jauh dari kata sempurna, hal itu disadari karena keterbatasan

kemampuan dan pengetahuan yang dimiliki penulis. Besar harapan penulis,

semoga karya tulis ilmiah ini bermanfaat bagi penulis khususnya dan bagi pihak

lain pada umumnya. Dalam penyusunan karya tulis ilmiah ini, penulis banyak

mendapat pelajaran, dukungan motivasi, bantuan berupa bimbingan yang sangat

berharga dari pihak mulai pelaksanaan hingga penyusunan karya tulis ilmiah ini.

Pada kesempatan ini, penulis ingin mengucapkan terima kasih yang sebar-

besarnya kepada orang-orang yang membantu lansung maupun secara tidak

lansung selama penyusunan karya tulis ilmiah ini, dalam kesempatan ini penulis

menyampaikan rasa terima kasih kepada:

1. Bapak Ir. H Agustian Ipa, M.Kes, selaku Direktur Politeknik Ksehatan

Kementrian Kesehatan Makassar atas fasilitas yang diberikan kepada

saya selama menempu pendidikan Diploma III di Jurusan Keperawatan

Gigi Politeknik Kesehatan Makassar.

2. Bapak Syamsuddin Abubakar, S.SiT, M.MKes selaku ketua jurusan

keperaawatan gigi Politeknik Kesehatan Kemenkes Makassar dan

2
sekaligus sebagai pembimbing pertama penyusunan karya tulis ilmiah

yang telah membimbing dan memberikan masukan serta arahan yang

sangat bermanfaat bagi penulis

3. Bapak Agus Supriatna SKM, M.Kes selaku Ketua Prodi Diploma III

Jurusan Keperawatan Gigi Politeknik Kesehatan Kemenkes Makassar

4. drg. Badai Septa, M.Kes selaku pembimbing Kedua penyusunan karya

tulis ilmiah yang telah membimbing dan memberikan masukan serta

arahan yang bermanfaat bagi penulis.

5. Asriawal, S.SiT, M.Mkes selaku pembimbing Kedua penyusunan

karya tulis ilmiah yang telah membimbing dan memberikan masukan

serta arahan yang bermanfaat bagi penulis.

6. Seluruh Dosen dan Staff di Jurusan Keperawatan Gigi Politeknik

Kesehatan Kemenkes Makassar yang telah membantu di bidang

akademik dan kemahasiswaan

7. Untuk keluargaku tercinta, Ayahku Idrus dan ibuku Mariyati yang

selalu mendoakan serta memberikan semangat yang luar biasa dan

memberikan dukungan moral maupun material. Untuk Kakak

perempuanku Kak Asmidar selalu mendoakan dan memberikan

Semangat.

8. Untuk Teman-teman seperjuangan Angkatan Caninus 18 dan sahabatku

terima kasih telah memberikan semangat, inpirasi, canda tawa dan

selalu menghiburku. Walaupun kita mempunyai arah tujuan hidup yang

berbeda, kita semua masih mempunyai bahan obrolan yang sama.

3
9. Serta pihak-pihak yang tidak bisa disebutkan satu persatu, terima kasih

atas dukungan, masukan, serta perhatiannya.

Penulis menyadari bahwa penulisan karya tulis ilmiah ini masih jauh dari

kata sempurna, oleh karena itu, penulis berharap atas saran dan kritik yang

bersifat membangun dari pembaca.

Akhir kata, penulis mengharapkan semoga tujuan dari pembuatan karya tulis

ilmiah ini dapat tercapai sesuai dengan yang diharapkan. Wassalamualaikum

Warohmatullahi Wabarakatu.

Makassar, 2021

Penulis

4
UPAYA PENINGKATAN MUTU PELAYANAN KESEHATAN GIGI DAN
MULUT DI PUSKESMAS
RAHMI IDRUS
POLTEKKES KEMENKES MAKASSAR

Email : rahmi_idrus_kepgigi-2018@poltekkes-mks.ac.id

Abstrak:

Pelayanan kesehatan gigi dan mulut merupakan pelayanan kesehatan professional


yang di tunjukkan kepada masyarakat, perorangan maupun keluarga baik yang
sehat maupun yang sakit. Pelayanan kesehatan gigi dan mulut di lakukan untuk
memelihara dan meningkatkan derajat kesehatan masyarakat dalam bentuk
peningkatan kesehatan gigi, pencegahan penyakit gigi, pengobatan penyakit gigi
serta pemulihan kesehatan gigi dan mulut oleh pemerintah yang di lakaukan
secara terpadu, terintegrasi dan berkesinambungan. Pelayanan Puskesmas
merupakan tempat penyelenggaraan pelayanan kesehatan di suatu wilayah, dan
merupakan kesatuan organisasi yang lengkap dan paling dekat dengan
masyarakat, Pelayanan Puskesmas meliputi upaya peningkatan, pencegahan dan
penyembuhan peran dan fungsinya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
upaya peningkatan mutu pelayanan kesehatan gigi dan mulut di puskesmas.
Metodologi penjelitian yang digunakan adalah studi literature. Hasil penelitian ini
Sebagai upaya peningkatan mutu pelayanan kesehatan gigi dan mulut mempunyai
6 dimensi yaitu availability, accessability, appropriate, acceptance, competence,
physically safe.
Kata kunci : mutu pelayanan pelayanan, kesehatan gigi, puskesmas

5
UPAYA PENINGKATAN MUTU PELAYANAN KESEHATAN GIGI DAN
MULUT DI PUSKESMAS
RAHMI IDRUS
POLTEKKES KEMENKES MAKASSAR

Email : rahmi_idrus_kepgigi-2018@poltekkes-mks.ac.id

Abstract:

Dental and oral health services are professional health services that are shown to

the community, individuals and families, both healthy and sick. Dental and oral

health services are carried out to maintain and improve the health status of the

community in the form of improving dental health, preventing dental diseases,

treating dental diseases and restoring dental and oral health by the government in

an integrated, integrated and sustainable manner. Puskesmas service is a place for

providing health services in an area, and is a complete organizational unit and is

closest to the community. Puskesmas services include efforts to improve, prevent

and heal their roles and functions. This study aims to determine the efforts to

improve the quality of dental and oral health services at the puskesmas. The

research methodology used is a literature study. The results of this study as an

effort to improve the quality of dental and oral health services have 6 dimensions,

namely availability, accessability, appropriate, acceptance, competence,

physically safe.

Keywords: service quality, dental health, puskesmas

6
DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang........................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah..................................................................................... 3
C. Tujuan Penelitian ...................................................................................... 3
D. Manfaat Penelitian..................................................................................... 3

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Lingkungan Organisasi Puskesmas........................................................... 4


B. Mutu Pelayanan Puskesmas...................................................................... 6
C. Kualitas Jasa Kesehatan............................................................................ 7
D. Peningkatan Mutu Pelayanan Puskesmas.................................................. 12
E. Kerangka Konsep...................................................................................... 13

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

A. Jenis Penelitian.......................................................................................... 14
B. Sumber Data.............................................................................................. 14
C. Metode Penelitian...................................................................................... 14
D. Kriteria Pengumpulan Data....................................................................... 14
E. Analisis Data............................................................................................. 15

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil........................................................................................................... 16
B. Pembahasan............................................................................................... 19

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan ............................................................................................... 26
B. Saran.......................................................................................................... 28

DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................... 31

7
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Masyarakat berhak menikmati layanan kesehatan yang aman,
terjangkau dan berkualitas. Menurut Undang-Undang nomor 36 tahun
2009 tentang kesehatan, menjelaskan bahwa kesehatan adalah keadaan
setiap orang menunjukkan sehat baik secara fisik, mental, spiritual
maupun sosial yang memungkinkan setiap orang untuk hidup produktif
secara sosial dan ekonomis. Undang-undang dasar 1945 pasal 28 H
menyatakan bahwa setiap orang berhak mendapatkan pelayanan
kesehatan, maka setiap individu, keluarga, dan masyarakat berhak
memperoleh perlindungan terhadap kesehatan. Perkembangan upaya
kesehatan dalam sistem keseshatan nasional (SKM) tahun 2009 adalah
bentuk dan cara penyelenggaraan pembangunan kesehatan yang
memadukan berbagai upaya bangsa indonesia dalam satu langkah guna
menjamin tercapainya tujuan pembangunan dalam rangka mewujudkan
kesejahteraan rakyat sebagaimana dimaksud dalam UUD 1945 (Aviyuni,
2006)
Berdasarkan UUD kesehatan nomor 23 tahun 2009 menekankan
pentingnya upaya peningkatan mutu pelayanan kesehatan, khususnya
ditingkat puskesmas. Berdasarkan kepuasan menteri kesehatan (kemenkes)
nomor 128 tahun 2004, pusat kesehatan masyarakat atau puskesmas
sebagai unit pelaksana teknik dinas (UPTD) yaitu unit organisasi yang
diberikan kewenangan kemandirian oleh dinas kesehatan kabupaten untuk
melaksanakan tugas-tugas teknik operasional pembangunan kesehatan di
wilayah kecamatan. Di dalam puskesmas terdapat enam pokok upaya
keseshatan yang wajib diselenggarakan oleh setiap puskesmas yang ada di
wilayah Indonesia (Aviyuni, 2006)

8
Masyarakat indonesia berhak menikmati pelayanan kesehatan yang
sesuai kebutuhan, aman, berkualitas tinggi, dan terjangkau, dilayani oleh
tenaga kesehatan yang kompoten, menggunakan standar pelayanan dengan
biaya yang terjangkau serta mendapatkan informasi yang kuat dan jelas
atas kebutuhan pelayan kesehatan diberbagai tempat pelayanan kesehatan
seperti klinik, puskesmas, dan rumah sakit. Hal tersebut harus dicapai
untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat sehingga negara dapat
memperoleh investasi untuk mengembangkan sumber daya manusia
(SDM) yang produktif secara sosial dan ekonomi. Upaya mempertahankan
dan meningkatkan derajat masyarakat dilakukan melalui beberapa
departemen, salah satunya adalah pelayanan kesehatan gigi dan mulut di
puskesmas.
Pelayanan kesehatan gigi dan mulut merupakan pelayanan
kesehatan professional yang di tunjukkan kepada masyarakat, perorangan
maupun keluarga baik yang sehat maupun yang sakit. Pelayanan kesehatan
gigi dan mulut di lakukan untuk memelihara dan meningkatkan derajat
kesehatan masyarakat dalam bentuk peningkatan kesehatan gigi,
pencegahan penyakit gigi, pengobatan penyakit gigi serta pemulihan
kesehatan gigi dan mulut oleh pemerintah yang di lakaukan secara terpadu,
terintegrasi dan berkesinambungan.
Puskesmas merupakan salah satu tempat pelayanan kesehatan yang
di kunjungi oleh masyarakat yang berasal dari berbagai macam status
sosial dan ekonomi yang berbeda serta mempunyai latar belakang dan
kepentingan yang berbeda-beda
Pelayanan Puskesmas merupakan tempat penyelenggaraan
pelayanan kesehatan di suatu wilayah, dan merupakan kesatuan organisasi
yang lengkap dan paling dekat dengan masyarakat, Pelayanan Puskesmas
meliputi upaya peningkatan, pencegahan dan penyembuhan peran dan
fungsinya. Puskesmas juga memiliki arti strategis yang sangat penting
dalam peningkatan kesehatan masyarakat.

9
Penurunan pemanfaatan terhadap pelayanan kesehatan di sebabkan
oleh akses pelayanan kesehatan meningkat namun mutunya masih rendah
atau kurangnya efisiensi dan efektifitas petugas kesehatan dalam
memberikan jasa pelayanan terhadap masyarakat. Permasalahan-
permasalahan tersebut dapat di ketahui dengan semakin banyaknya
terdengar keluhan-keluhan masyarakat tentang mutu pelayanan kesehatan
mulai dari keadaan fisik yang jelek, sikap petugas atau cara mereka
melayani kurang maksimal, sistem birokrasi yang rumit, mutu perawatan
dan pengobatan yang rendah, jam kerja yang singkat yang menyebabkan
pasien yang tidak dapat di layani. Penurunan pemanfaatan terhadap
pelayanan kesehatan gigi dan mulut juga di pengaruhi oleh tingkat
kepuasan pasien terhadap mutu pelayanan kesehatan gigi dan mulut jika
kualitas pelayanan baik dan pasien merasa puas terhadap mutu pelayanan
kesehatan gigi dan mulut maka akan mendapat respon yang baik oleh
masyarakat
Berdasarkan uraian tersebut, maka penulis tertarik untuk
melakukan studi pustaka tentang “Upaya Peningkatan Mutu Pelayanan
Kesehatan Gigi Dan Mulut”

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang di atas maka rumusan masalah
yaitu : “Bagaimana upaya peningkatan mutu pelayanan kesehatan gigi dan
mulut di puskesmas.”

C. Tujuan Studi Literatur


Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Upaya Peningkatan
Mutu Pelayanan Kesehatan Gigi Dan Mulut Di Puskesmas.

D. Manfaat penelitian
a. Manfaat Teoritis

10
a. Dapat di jadikan sebagai bahan rujukan penelitian selanjutnya
terkait masalah Upaya Peningkatan Kesehatan Gigi dan Mulut Di
Puskesmas
b. Dapat di gunakan sebagai bahan pengajaran dalam bidang
kesehatan gigi dan mulut
b. Manfaat Praktis
a. Manfaat ilmiah
Menambah wawasan dan ilmu pengetahuan peneliti di bidang
kesehatan gigi dan mulut
b. Manfaat Bagi Institusi
Diharapkan dapat menjadi referensi bagi institusi dalam
pengembangan penelitian di bidang kesehatan gigi dan mulut
terutama yang berkaitan dengan Upaya Peningkatan Mutu
Pelayanan Kesehatan Gigi dan Mulut Di Puskesmas.
c. Manfaat Bagi Mahasiswa
Dengan adanya studi literatur ini di harapkan dapat menambah
wawasan dan pengetahuan mahasiswa terkait upaya peningkatan
mutu pelayana kesehatan gigi dan mulut di puskesmas

11
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Lingkungan Organisasi Puskesmas


Puskesmas merupakan salah satu sarana pelayanan kesehatan yang
bertanggung jawab dalam pembinaan, pencegahan, pengobatan dan
rehabilitasi kesehatan di wilayah kerja. Sebagai penyelenggara pembangunan
kesehatan merupakan bagian tak terpisahkan dari pembangunan nasional.
Pembangunan sehat bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan dan
kemampuan setiap orang untuk hidup sehat guna mencapai derajat kesehatan
masyarakat yang terbaik secara sosial dan ekonomi (Ulumiyah, 2018)
Puskesmas adalah suatu departemen dari organisasi kesehatan
fungsional, pusat peningkatan kesehatan masyarakat, yang sekaligus
membimbing peran serta masyarakat. Selain memberikan pelayanan
kesehatan yang lengkap dan komprehensif kepada masyarakat di wilayah
kerja berupa kegiatan utama, cakupan layanan juga cukup luas, seperti
cakupan imunisasi, pemeriksaan ibu hamil, dan penimbangan balita (Aziz,
2015)
Tugas pokok puskesmas meliputi 3 aspek:
a. Sesuai dengan kebutuhan masyarakat, memberikan pelayanan kesehatan
yang berkualitas, terjangkau pelayanan dan cakupan yang luas.

12
b. Membimbing masyarakat untuk berpartisipasi dalam berbagai pekerjaan
kesehatan
c. Mengintensifkan inovasi untuk memastikan jaminan, pemberian layanan,
dan potensi komunitas.
Faktor lingkungan jaringan puskesmas merupakan faktor-faktor

yang terdapat pada puskesmas, yaitu tentang pengelolaan sumber daya

manusia, peluang pengembangan diri, dan kebijakan puskesmas dari

lembaga afiliasi sekolah profesi (Sardiawan and Hardy, 2015)

B. Mutu pelayanan puskesmas


Dalam organisasi pelayanan kesehatan terdapat beberapa hal terkait

pelayanan, terutama penyesuaian sesuai prosedur kerja, tidak ada

diskriminasi dalam pelayanan, tidak mengutamakan kepentingan

umum, dan pelayanan yang terbaik diberikan. (Azizah and Setiawan,

2017)

Kualitas atau mutu pelayanan puskesmas sebagai unit pelayanan

memegang peranan yang sangat penting dalam terjadinya akses, karena

berkaitan dengan kepuasan pelanggan, dan kepuasan pelanggan

menjadi fokus dari semua tingkatan dan semua aktivitas Dapat

mengelola, merencanakan, mengontrol, dan meningkatkan kualitas

tinggi (Shidiq et al., 2018)

a) Pemeliharaan dan peningkatan kualitas sebagai pusat sasaran.


b) Kualitas adalah tanggung jawab keseluruhan, terutama diri sendiri.
c) Kualitas yang baik membutuhkan kerja sama tim

13
d) Kualitas dan manfaat tidak dapat dipisahkan.
Nilai yang terdapat pada jaringan akses sangat penting untuk
munculnya akses. Oleh karena itu, Anda harus jujur dengan semua
batasan (seperti ketidaktahuan, cacat dan kemungkinan kesalahan). Oleh
karena itu, lebih ditekankan pada peningkatan pengetahuan personel dan
keterampilan layanan. Peningkatan kapasitas dapat mendorong kualitas
layanan yang lebih baik. Seiring dengan terus tumbuh nilai positif pejabat
yang memberikan pelayanan kesehatan kepada konsumen, maka akan
membangun kepercayaan yang lebih baik di masyarakat (Nazriati,
Iskandar and Rinawan, 2017)

C. Kualitas jasa kesehatan


Definisi kualitas atau kualitas sangat bervariasi. Ada beberapa definisi
yang hakikatnya adalah karakteristik dari suatu produk atau layanan, yang
menunjukkan kemampuannya untuk memenuhi kebutuhan pelanggan yang
tersurat maupun tersirat (Jacobis, 2013)
a. Kualitas memenuhi standar yang telah ditentukan
b. Kualitas adalah perwujudan dari hasil yang diharapkan untuk
memberikan layanan yang memuaskan kepada pelanggan
c. Kualitasnya memenuhi standar yang telah ditentukan
Berdasarkan uraian di atas, dapat dijelaskan bahwa kualitas adalah
implementasi dan keseluruhan karakteristik dari suatu produk atau jasa, yang
menunjukkan kemampuannya dalam memenuhi kebutuhan pelanggan
(kebutuhan eksplisit dan tersirat). Orientasi kualitas meliputi kualitas,
kesesuaian penggunaan, memenuhi persyaratan, memenuhi kebutuhan
pelanggan, kepuasan pengguna, dan kepuasan pemangku kepentingan (Relasi
Dokter et al., 2015)
1. Paradigma mutu kesehatan

Konsep pelayanan kesehatan telah berubah, paradigma lama

menggunakan konsep penyembuhan, sedangkan paradigma baru

14
menggunakan konsep perawatan. Serupa dengan cara petugas kesehatan

memperlakukan pasien, pada paradigma lama pasien akan diperlakukan

sebagai pasien, sedangkan pada paradigma baru pasien akan diperlakukan

sebagai pelanggan, tentunya pasien akan lebih nyaman karena kemudahan

dan loyalitas menerima pasien pelayanan kesehatan (Yulianti, Setiani and

D, 2013)

Pada dasarnya mutu pelayanan kesehatan bukan hanya mutu


pelayanan medis teknis, tetapi juga mutu masyarakat yang secara tidak
langsung ikut serta dalam pelayanan, oleh karena itu mutu dibedakan
menjadi teknologi, hubungan interpersonal dan fasilitas kenyamanan.
Keperawatan teknis mencakup kedokteran dan kesehatan masyarakat,
sedangkan keperawatan interpersonal adalah komunikasi antara penyedia
layanan dan penerima layanan untuk membantu mengembangkan
keperawatan teknis. Selain kedua aspek tersebut terdapat aspek lain yaitu
kenyamanan ruangan, makanan, kebersihan ruangan atau kemudahan
pemeriksaan dan fasilitas lain yang berhubungan dengan suasana dan
lingkungan (Gopdianto, Rattu and Mariati, 2014)

Kualitas pelayanan kesehatan terdapat enam dimensi utama yang

menentukan kualitas pelayanan, yaitu:

a) Ketersediaan yaitu jenis dan status pelayanan yang diberikan sesuai


dengan kebutuhan masyarakat
b) Accessibility, artinya masyarakat dapat dengan mudah
memanfaatkan layanan yang ada
c) Sesuai berarti layanan yang wajar dalam hal standar layanan dan
harga
d) Acceptance artinya harapan masyarakat sesuai dengan pelayanan
yang diberikan

15
e) Kompetensi, yaitu pelayanan yang diberikan menurut jenis dan
jenjang pendidikan yang diterima aparatur
f) Keamanan pribadi, yang berarti tindakan pemeliharaan yang tidak
akan menyebabkan situasi rumit dan lingkungan yang aman.
Berdasarkan uraian di atas dapat dijelaskan bahwa mutu
pelayanan kesehatan merupakan derajat atau tingkat kesempurnaan
dalam tampilan pelayanan kesehatan yang memenuhi kebutuhan dan
harapan pelanggan. Peningkatan mutu adalah proses pengukuran
kelengkapan pelayanan kesehatan berdasarkan standar dan sumber daya
yang ada, dibandingkan dengan standar dan pengukuran yang sistematis
dan berkesinambungan, untuk mencapai pelayanan yang terbaik atau
bermutu tinggi (Sardiawan and Hardy, 2015)
Berdasarkan uraian di atas dapat dilihat bahwa kualitas pelayanan
kesehatan tidak hanya dilihat dari satu aspek, tetapi juga dari berbagai
aspek kualitas lainnya. dapat ditentukan sebagai berikut:
1) Penampilan profesional atau aspek klinis
Aspek ini erat kaitannya dengan proses dan keluaran, oleh
karena itu erat kaitannya dengan semua aktivitas dalam interaksi
profesional tenaga medis, tenaga medis dan tenaga profesional
lainnya dengan pasien.
2) Efesiensi dan efektifitas
Aspek ini melibatkan keberhasilan penggunaan sumber daya
yang ada secara bertahap.
3) Keselamatan pasien
Aspek ini melibatkan keselamatan pasien. Hal ini terkait
dengan kecilnya risiko pasien, termasuk proses kegiatan perawatan
dan kondisi peralatan yang ada.
4) Kepuasan pasien
Aspek ini menyangkut kepuasan fisik, psikologis, sosial dan
lingkungan.
5) Sosial budaya

16
Aspek ini sudah disesuaikan dengan budaya bangsa.

2. Kebutuhan Dan Harapan Pelanggan Terhadap Mutu


Pada dasarnya manusia memiliki kebutuhan dan harapan atas jasa
yang diterimanya yang menunjukkan bahwa kepuasan kerja adalah
seberapa bahagia seseorang menjalankan tugas. Pada saat yang sama,
seseorang bekerja karena mereka ingin memenuhi kebutuhan dan
harapannya sendiri. Selain itu, ada sudut pandang lain yang menarik,
seperti yang menjelaskan bahwa kepuasan kerja adalah perasaan yang
menyenangkan dan tidak puas dengan pandangan karyawan terhadap
pekerjaan, sehingga kepuasan karyawan adalah salah satunya (Aziz,
2015)
Dari uraian di atas dapat ditarik suatu perwujudan yang paling
penting, yaitu apabila pelanggan menunjukkan keadaan yang baik dari
produk dan layanan kesehatan yang diterima, dan pelanggan memberikan
respon yang positif, maka dapat disimpulkan bahwa pelanggan benar-
benar puas pada produk tersebut. Selain itu ekspektasi pelanggan
terhadap kualitas layanan juga dipengaruhi oleh lisan, televisi, surat
kabar, majalah dan media informasi lainnya (Aviyuni, 2006)
Analisis faktor-faktor yang dapat mempengaruhi tingkat
permintaan konsumen, ekspektasi kualitas pelayanan medik dan
kepuasan dapat diuraikan sebagai berikut:

Gambar 2.2 kepuasan klien terhadap mutu pelayanan kesehatan

Kebudayaan
Sosial
Budaya
Kelompok Pribadi
Sosial budaya referensi Usia sikologis
Pekerjaan Klien
Kelas social Keluarga
Ekonomi Motivasi
status Gaya hidup Presepsi
Kepercayaan
17 sikap
Dari gambar di atas dapat di jelaskan bahwa faktor-faktor yang
dapat memepengaruhi tingkat kebutuhan, harapan dan kepuasan klien
terhadap mutu pelayanan kesehatan
a) Faktor kebudayaan
Faktor budaya meliputi kondisi sosial budaya, adat istiadat dan
masyarakat, serta komunikasi masyarakat dan taraf hidup dalam
masyarakat.
b) Faktor sosial
Faktor sosial adalah identitas orang dalam kelompok acuan,
keluarga, dan negara.
c) Faktor pribadi
Faktor pribadi meliputi usia, pekerjaan, ekonomi, gaya hidup
dan penampilan masyarakat, dan kepribadian.
d) Faktor psikologis
Faktor psikologis meliputi motivasi, pandangan atau persepsi
tentang kehidupan, kepercayaan, sikap, atau perilaku orang.

D. Peningkatan mutu pelayanan puskesmas


Untuk meningkatkan mutu pelayanan kesehatan yang harus dilakukan
adalah melaksanakan kegiatan secara tuntas, menyelesaikan permasalahan
yang ada dan mencari solusi, sehingga dapat meningkatkan mutu pelayanan
kesehatan dasar bagi penderita akse. Dasar peningkatan mutu pelayanan
kesehatan di puskesmas adalah dengan memberikan pelayanan yang terbaik
bagi pasien. Hal ini dapat dilakukan oleh tenaga medis (seperti bagian
administrasi, fasilitas gedung, ruang tunggu, dan orang lain) yang
berhubungan langsung dengan pasien dan bagian lain dari pasien yang tidak
ada hubungan medisnya. Pelayanan kesehatan yang diberikan adalah
pelayanan kesehatan yang meliputi promosi (perbaikan kesehatan),

18
pencegahan (pencegahan), pengobatan (pengobatan) dan rehabilitasi
(pemulihan kesehatan) (Ulumiyah, 2018)
Sedangkan fungsi puskesmas adalah sebagai berikut menurut (Nazriati,
Iskandar and Rinawan, 2017)
1) Merencanakan, dan mengevaluasi pembangunan kesehatan di wilayahnya
sesuai kondisi, kultur budaya dan potensi setempat.
2) Mencari, menggali dan mengelola sumber pembiayaan yang berasal dari
pemerintah, masyarakat, swasta dan sumber lain.
3) Mengangkat tenanga honorer, memindahkan tenaga dan mengusahakan
tenaga kesehatan di wilayah kerjanya.
Upaya peningkatan mutu puskesmas meliputi pemanfaatan sumber daya
secara tepat dan efektif untuk kegiatan pelayanan. Hal ini bisa tercapai jika
didukung oleh setiap orang yang menangani akses, baik itu tenaga medis
maupun non tenaga medis. Jika semua tanggung jawab karyawan difokuskan
pada kesejahteraan, upaya untuk meningkatkan kualitas layanan Puskesmas
akan efektif (Perangin-angin, M and Bu’ulolo, 2013)
Untuk meningkatkan kesejahteraan karyawan, perlu dilakukan beberapa
langkah sebagai berikut
1. Meemberi gaji atau imbalan yang layak
2. Mengadakan pelatihan untuk meningkatkan keterampilan dan
pengetahuan
3. Menyelanggarakan program keselamatan dan kesehatan kerja.

Dengan beberapa langkah di atas di harapkan para karyawan akan puas


dan senang dalam bekerja sehingga mereka akan loyal dan bertanggung jawab
dengan pekerjaanya. Hal ini secara langsung akan meningkatkan mutu dari
pelayanan kesehatan puskesmas tersebut.

19
E. Kerangka Konsep

Peningkatan Mutu Pelayanan


Puskesmas

Upaya Peningkatan Mutu


Lingkungan Organisasi Pelayanaan Kesehatan Gigi
Puskesmas dan Mulut di Puskesmas

Kualitas Jasa Kesehatan

Ringkasan Kerangka Konsep

Peningkatan mutu pelayanan puskesmas yang baik akan memberikan pelayanan


kesehatan secara teratur dan tuntas kepada masyarakat sehingga lingkungan
organisasi yang ada pada puskesmas berupa sarana pelayanan kesehatan yang
dapat terjangkau dan memberikan pelayanan kesehatan yang baik dan maksimal,
upaya peningkatan mutu pelayanan kesehatan gigi dan mulut di puskesmas dapat
dijalankan secara maksimal kepada masyarakat.

20
BAB III
METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian sastra. Penelitian literatur adalah
proses pengumpulan data dari berbagai literatur (seperti buku dan jurnal)
untuk membandingkan hasil penelitian yang satu dengan yang lainnya.
Tujuan penelitian studi pustaka ini adalah untuk mengetahui tingkat kepuasan
pasien terhadap kualitas pelayanan perawatan gigi dan mulut Puskesmas.

B. Sumber Data
Sumber data sekunder merupkan data pendukung yang diperlukan
untuk melengkapi data primer yang dikumpulkan. Hal ini dilakukan sebagai
upaya penyesuaian dengan kebutuhan data lapangan terkait fokus kajian
penelitian.

C. Metode Penelitian
Metode pengumpulan data dilakukan melalui penelitian kepustakaan.
Metode pencarian hasil publikasi ilmiah antara tahun 2011-2021 dengan
menggunakan kata kunci Google Scholar “Upaya Peningkatan Kualitas
Pelayanan Kesehatan Gigi dan Mulut”, dan penulis hanya membayar
perhatian ke 4 Dua jurnal memenuhi kriteria inklusi. Studi ini menentukan

21
kepuasan pasien terhadap kualitas layanan kesehatan gigi dan mulut.
Kemudian hasil penelitian dianalisis dan diringkas.

D. Kriteria Pengumpulan Data


Subjek studi literatur berfokus pada Upaya Peningkatan Mutu
pelayanan kesehatan gigi dan mulut dengan kriteria:
1. Kriteria inklusi
a. Jurnal yang dipublikasikan pada 5-10 tahun terakhir (2011-2021)
b. Jurnal yang berkaitan dengan Upaya Peningkatan Mutu Pelayanan
Kesehatan Gigi dan Mulut
c. Jurnal dengan studi penelitian menggunakan metode deskriptif
2. Kriteria ekslusi
a. Jurnal yang tidak sesuai dengan topik penelitian
b. Artikel literatur review

E. Analisa Data
Analisis data adalah proses penyederhanaan data dalam bentuk
sederhana yang mudah dibaca dan diimplementasikan untuk memperjelas
informasi data. Analisis data dalam penelitian ini menggunakan analisis
deskriptif dan kualitatif, yaitu sekumpulan data dirangkum dan informasi
disajikan dalam bentuk tabel. Penelitian deskriptif bertujuan untuk
mendeskripsikan satu atau lebih variabel penelitian secara mendalam untuk
mengetahui nilai variabel atau perbedaan atau hubungan antar data (Sosila
dan Suyanto, 2014). Tahapan analisis data adalah:
1. Data Colettion (Pengumpulan Data)
Dengan menggunakan data yang diperoleh dari hasil pencarian
dengan menggunakan kata kunci “Upaya Peningkatan Kualitas Pelayanan
Kebersihan Gigi dan Mulut” di Internet pada situs pencarian Google
Scholar, diperoleh empat jurnal. Kemudian kumpulkan 4 jenis buku harian
ini ke dalam sebuah folder dan kategorikan agar lebih mudah dianalisis.
2. Data Reduction (Reduksi Data)

22
Reduksi data adalah proses konsentrasi, penyederhanaan dan
abstraksi. Cara untuk mereduksi datanya adalah dengan membuat
ringkasan atau deskripsi singkat, dengan membuat tabel penelitian yang
menekankan pada klasifikasinya sebagai suatu pola, membuang isi yang
tidak penting, dan memudahkan untuk menarik kesimpulan.
3. Data Display (Penyajian Data)
Representasi data adalah sekumpulan informasi yang dihimpun
agar memberikan kemungkinan untuk menarik kesimpulan dan mengambil
tindakan agar representasi data tidak menyimpang dari subjek. Isi
penelitian ini tercermin dalam tabel yang berisi peneliti (tahun) dan judul,
tujuan penelitian, desain penelitian, narasumber, pengumpulan data dan
hasil penelitian.
4. Conclusions/Verifying (Penarikan Kesimpulan)
Untuk mencapai kesimpulan adalah mencoba menemukan atau
memahami arti dan keteraturan pola penjelas. Kesimpulan dari analisis
adalah bahwa isi jurnal bersifat ekspresif dan kasat mata, bukan
diwujudkan dalam pengertian jawaban peneliti atas pertanyaan dan tujuan
penelitian.

23
BAB IV
PEMBAHASAN

A. HASIL
Penelitian mengenai upaya peningkatan mutu pelayanan kesehatan
gigi dan mulut di puskesmas di lakukan dengan studi literatur yang
merupakan kajian kepustakaan (library research) di mana penelitian ini
menggambarkan peristiwa-peristiwa yang terjadi pada masa lampau dan
yang berlangsung saat ini.
Studi literature ini di lakukan dengan publikasi jurnal melalui
platform internet menggunakan “google schoolar” dengan keyword
”upaya peningkatan mutu pelayanan kesehatan gigi dan mulut di
puskesmas”. Sehingga di dapatkan beberapa literatur yang memenuhi
kriteria literature yang memenuhi kriteria inklusi (memenuhi syarat
sebagai acuan). Hasil penelitian tersebut mengidentifikasi tentang upaya
peningkatan mutu pelayanan kesehatan gigi dan mulut di puskesmas.
Sebagai upaya peningkatan mutu pelayanan kesehatan gigi dan
mulut mempunyai 6 dimensi mutu robber dalam suprianto (2003).
1. Availability

24
Adalah jenis dan ketersediaan layanan yang ada di pelayanan
kesehatan gigi dan mulut, di mana pasien sangat mengharapkan mutu
pelayanan seoptimal mungkin. Maka ada beberapa hal yang harus di
perhatikan antara lain:
a. Untuk alat tambal gigi yang sering rusak dan mengangu proses
pelayanan pada pasien harus segera di perbaiki dengan baik dan di
lakukan service tiap enam bulan sekali
b. Alat-alat yang ada di pelayanan kesehatan gigi dan mulut yang
masih belum lengkap dan sangat kuno untuk jangka panjang di
lengkapi dan di ganti dengan yang lebih moderen

2. Accessability
Adalah kemudahan dan keterjangkauan masyarakat untuk
memanfaatkan layanan yang ada di mana, pasien mengharapkan
pelayanan yang mudah, murah dan terjangkau. Maka ada beberapa hal
yang perlu di perhatikan antara lain:
a. Lokasi puskesmas yang tidak strategis untuk jangka panjang yang
sebaiknya di pindahkan lokasi yang lebih strategis dan untuk
jangka pendek perlu di adakan promosi pelayanan kesehatan
kepada masyarakat.
b. Tarif yang di anggap cukup mahal dan tidak sesuai dengan mutu
pelayanan yang di berikan sebaiknya di tinjau kembali sambil
meningkatkan mutu pelayanan dan sosialisasi tarif kemasyarakat.
3. Appropriate
Adalah efesiensi dan efektifitas pelayanan yang sangat di butuhkan
oleh pasien sesuai dengan harapan mereka maka ada beberapa hal yang
harus di perhatikan antara lain:
a. Dokter gigi harus di beri trainig lebih satu kali dalam setahun
untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilanya

25
b. Perawat gigi harus fokus pada pekerjaan dan tidak mengerjakan hal
lain saat ada pasien.
c. Dokter gigi sebaiknya jangan sering meningalkan ruangan dan
lebih fokus ke pekerjaan yang memberikan pelayanan kesehatan
gigi dan mulut dengan optimal.
4. Acceptance
Adalalah loyalitas petugas medis dalam memberi pelayanan kepada
psien maka ada beberapa hal yang harus di perhatikan antara lain:
a. Dokter gigi harus memeberi perhatian yang lebih khusus kepada
pasien dan tidak hanya sekedar menyembuhkan keluhanya.
b. Perawat gigi harus membeikan perhatian yang lebih khusus kepada
pasien sehingga pasien merasa senang.

5. Competence
Adalah profesionalisme petugas medis dalam memberi layanan
pada pasien yang meliputi pendidikan dan keterampilanya. Maka ada
beberapa hal yang harus di perhatikan antara lain:
a. Dokter gigi harus sering di beri training lebih satu kali dalam
setahun untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilanya.
b. Perawat gigi harus di beri training lebih satu kali dalam setahun
untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilanya.
6. Physically safe
Adalah kenyamana dan keamanan pasien selama menjalani
perawatan di pelayanan kesehatan gigi dan mulut di mana pasien
mengharpkan pelayanann senyaman mungkin. Maka hal yang perlu di
perhatikan antara lain:
a. dokter gigi memperbaiki pencautan gigi supaya tidak sakit
b. dokter gigi memperbaiki anastesi supaya tidak sakit
c. ruang pelayanan kesehatan gigi dan mulut supaya nyaman

26
B. PEMBAHASAN
Harapan pelanggan meliputi harapan terhadap layanan yang belum
memuaskan dan harapan terhadap jenis pelayanan yang belum ada.
Meskipun sekecil apapun harapan yang di sampaikan sehubungan dengan
ketidakpuasanya keluhan pelanggan harus dengar. Nyer (2000) merupakan
bahwa tanggapan yang tepat pada keluhan konsumen dapat mencegah
konsumen beralih. Demikian juga pitcher (1998) mengatakan bahwa
memahami ketidak puasan pasien secara sphesifik dapat membantu
pengelolaan pelayanan kesehatan untuk mengedentifikasi kekuranganya.
Oleh karna itu untuk mempertahankan pelanggan perlu selalu setia
mendengar keluhan pelangganya.
Berdasarkan hasil penelitian dapat di simpulkan bahwa harapan
dan penelitian pasien terhadap enam dimensi mutu Robert dalam
Suprianto 2003, yaitu availability, accesability, appropriate acceptance,
competence, dan physically safe sebagai berikut:
1. untuk availability
Hal yang merupakan kondisi yang belum memuaskan pasien
adalah pada jenis layanan tambal gigi dan pembersihan karang gigi.
Kedua hal tersebut karena peralatan yang sering rusak, sangat kuno
dan tidak lengkap sehingga pasien sering kecewa saat membutuhkan
pelayanan kesehatan tersebut.
2. Untuk accesability
Hal yang merupakan kondisi yang belum memuaskan pasien
adalah letak puskesmas yang tidak strategias dan tarif yang di anggap
cukup mahal. Sehingga pasien agak malas pergi ke puskesmas karna
jika naik angkutan umum harus jalan kaki cukup jauh untuk masuk ke
puskesmas
3. Untuk appropriate
Hal yang merupakan kondisi yang belum memuaskan pasien
adalah perawat gigi yang tidak focus pada pekerjaan dan waktu tunggu
untuk mendapat perawatan dokter gigi yang cukup lama. Kedua hal

27
tersebut karna ketidakdisiplinan dokter gigi dan perawat gigi terhadap
jadwal kerja yang telah di tetapkan, sehingga pasien merasa kecewa
karna sering lama menunggu dokter gigi untuk merawat dan perawatan
gigi yang berkali-kali dalam memberi pelayanan.
4. Untuk acceptance
Hal yang merupakan kondisi yang belum memuaskan pasien
adalah perhatian dokter gigi dan perawat gigi yang biasa-biasa saja dan
tidak khusus, sehingga pasien yang tidak puas dan merasa tidak di
istimewakan.
5. Untuk competence
Hal ini merupakan kondisi yang belum memuaskan pasien adalah
pengetahuan dan kemampuan perawat gigi, keterampilan dokter gigi
dan perawat gigi. Ketiga hal tersebut karena kurangnya pelatihan aau
training untuk meningkatkan kemampuan dan sehingga pasien tidak
puas dengan pelayanan perawatan yang di terimanya.
6. Untuk physically safe
Hal yang merupakan kondisi yang belum memuaskan pasien
adalah pencabutan gigi, penyuntikan anastesi dan kenyamanan
ruangan. Ketiga hal tersebut karena pencabutan gigi dan suntik
anastesi yang belum sesuai dengan protab dan SOP yang di tetapkan
serta ruangan yang sempit sehingga pasien belum merasa nyaman pada
perawatan.
Factor- factor yang merupakan kondisi yang belum memuaskan
pasien tersebut di atas sesuai dengan parasuraman (1985) yang
menyatakan bahwa pemberi pelayanan sehingga tidak mengenali ciri
utama pelayanan menurut pasien, bagaiaman seharusnya ciri pelayanan
yang memahami harapan dalam tingkkat kinerja bagaimana
karakteristik pelayanan di laksanakan dalam merealisasi pelayanan
yang bermutu. Sekecil apapaun harapan yang di sampaikan
sehubungan dengan ketidak puasan keluhan pasien harus di dengar.

28
Nyr(2000) mengemukakakn bahwa tanggapan yang tepat pada
keluhan pasien dapat mencegah pasien beralih untuk mendapatkan
pelayanan. Demikian juga picher (1998) menyatakan bahwa
memahami ketidak puasan pasien secara spesifik dapat membantu
pengelolaan kesehatan untuk mengedentifikasi dan memperbiki
kekurangnya sebelum hal tersebut merugikanya. Harapan yang harus
di penuhi adalah harapan yang apabila di penuhi akan membawa
dampak kepuasan seluruh pasien.
Kepuasan adalah istilah efaluatif yang mengambarkan suatu sikap
suka atau tidak suka, sedangkan menurut kamus besar bahasa
Indonesia arti kepuasan adalah perasaan merasa senang karena
terpenuhi hasrat hatinya. atkins et al (1960) menyatakan bahwa
kepuasan pasien di tentukan adanya hubungan interpersional dengan
perawat,dokter dan petugas lainya. Dalam organisasi yang bergerak di
bidang nya, proses pemberian jasa merupakan hal terpenting yang
sangat menentukan kepuasan pelangganya. Sedangkan lele et al (1995)
menyatakan bahwa penjualan yang sebenarnya di mulai dari sesudah
penjualan yang artinya bahwa kepuasan pelanggan pada saat membeli
akan tidak ada artinya bila setelah membeli pelanggan di perlakukan
mengecewakan. Oleh karena itu seberapa nilai kecil ketidak kepuasan
pelanggan harus tetap di cari akan menyebabkanya, sehingga tetap
imbauan kotler (1997) agar setiap perusahaan selalu mengefaluasi
kepuasan pelangganya secara teratur.
1) Prioritas masalah
Berdasarkan tingkat kesesuaian dan diagram cartesius maka
skala perioritas masalah dari masing-masing pelayanan yang di
ukur lewat dimensi menurut Robert dan supriyanto, 2003 dapat di
susun sebagai berikut:
2) Prioritas masalah pada availability
Masalah pada availability ada 2 yaitu tambal gigi,
pembersihan karang gigi hal yang kemungkinan menyebabkan hal

29
tersebut adalah:
a. Seringnya alat untuk tambal gigi rusak sehingga dan mulut
pada pisen.
b. Alat-alat yang tersedia di pelayanan kesehatan gigi dan mulut
puskesmas wono dadi masih kuno dan kurang lengkap
sehingga untuk membersihkan karang gigi tidak optimal.
3) Proritas masalah pada accesability
Masalah pada accesability ada dua yaitu alat transportasi yang
tersedia bagi pasien untuk pelayanan kesehatan gigi dan mulut dan
besar tarif atau biaya yang berbobot kepelayanan kesehatan gigi
dan mulut. Hal ini kemungkinan menyebabkan hal tersebut adalah:
a. Letak dan posisi pelayanan kesehatan gigi dan mulut
puskesmas yang kurang strategis dan agak masuk kedalam dari
jalan raya.
b. Pasien yang mengharapkan tarif atau biaya untuk berobat
kepelayanan kesehatan gigi dan mulut puskesmas semurah
mungkin.
4) Proritas masalah pada appropriate
Masalah pada appropriate ada dua yaitu pelayanan kesehatan
yang diberikan perawat gigi dalam membantu tugas dan waktu
menunggu pasien untuk mendapatkan perawatan dokter gigi. Hal
yang kemungkinan menyebabkan tersebut adalah:
a. Perawat gigi tidak focus pada pekerjaan dan sering
mengerjakan hal-hal lain pada saat ada pasien.
b. Pasien mengharapkan waktu tunggu untuk mendapatkan
perawatan dokter gigi secepat mungkin.
5) Perioritas masalah pada acceptance
Masalah pada acceptance ada 2 yaitu perhatian dokter gigi
yang di derita pasien pada perawat gigi dalam membantu tugas
dokter gigi. Hal yang mungkin menyebabkan hal tersebut adalah

30
1. Dokter gigi kurang memberikan perhatian yang khusus
terhadap keluhan pasien.
2. Perawat gigi kurang memberikan perhatian yang khusus
kepada pasien dalam membantu tugas dokter gigi.
6) Perioritas masalah pada competence
Masalah pada competence ada 3 yaitu pengetahuan dan
kemampuan perawat gigi dalam membantu tugas dokter gigi,
informasi yang di berikan oleh dokter gigi tentang prosedur
pelayanan keehatan, keterampilan dokter gigi dalam memberikan
perawatan dan keterampilan perawat gigi dalam membantu tugas
dokter gigi. Hal ini kemungkinan menyebabkan hal terebut adalah:
1. Perawat gigi kurang mengikuti pelatihan atau training untuk
meningkatkan pengetahuan dan kemauanya.
2. Dokter gigi kurang terampil dalam memberikan perawatan kepada pasien
3. Perawat gigi kurang terampil dalam membantu tugas dokter gigi
7) Prioritas masalah pada masalah pada physically save
Masalah pada physically save ada 3 yaiu hasil cabut gigi,
waktu di suntik anastesi dan selama menjalani perawatan di
pelayanan kesehatan gigi dan mulut. Hal yang kemungkinan yang
menyebabkan hal tersebut adalah:
1. Dokter gigi kurang memberikan pelayanan yang optimal pada
waktu pencabutan gigi pasien termasuk alat yang kurang
lengkap.
2. pasien mengharapkan waktu di suntik anastesi tidak merasa
ngilu dan sakit walaupun hanya sedikit.
3. Pasien mengharapkan selama menjalani perawatan di
pelayanan kesehatan gigi dan mulut senyaman mungkin.
8) FGD (focus group discussion)
Merupakan cara yang efektif untuk memecahkan masalah
melalui forum diskusi yang fokus pada permasalahan yang
melibatkan kelompok manajemen yang berkaitan dengan

31
permasalahan yang di bahas. Dalam FGD peserta tidak perlu
banyak cukup 6-12 orang sehingga diskusi lebih terarah dan fokus
pada permasalahanya. Dari hasil FGD di dapat solusi pemecahan
masalah yang akan di jadikan bahan acuan untuk menyusun
rekomendasi.
9) Rekomendasi
Berdasarkan hasil kajian dan FGD yang telah di lakukan dalam
penelitian ini maka di susun rekomendasi sebagai berikut:
1. Availability
a. Untuk alat tambal gigi yan sering rusak dan mengangui
proses pelayanan pada pasien harus segera di perbaiki
dengan baik dan di lakukan serfis tiap enam bulan sekali.
b. Alat-alat yang ada di pelayanan kesehatan gigi dan mulut
yang masih belum lengkap dan sangat kuno untuk jangka
panjang di lengkapi dan di ganti dengan yang lebih
moderen.
2. Acessability
a. Lokasi puskesmas yang tidak strategis untuk jangka
panjang sebaiknya di pindah ke lokasi yang lebih strstegis
dan untuk jangka pendek perlu di adakan promosi pelayana
kesehatan.
b. Tarif yang di anggap cukup mahal dan tidak sesuai dengan
mutu pelayanan yang di nerikan sebaiknya di tinjau
kembali sambil meningkatkan mutu pelayanan sosialisasi
tarif kemasyarakatan
3. Approipriate
a. Perawat gigi harus fokus pada pekerjaan dan tidak
mengerjakan hal lain saat ada pasien.
b. Dokter gigi sebaiknya jangan sering meningalkan ruangan
dan lebih fokus ke pekerjaan yang memberikan pelayanan
kesehaan gigi dan mulut dengan optimal.

32
4. Acceptance
a. Dokter gigi harus memberi yang perhatian lebih khusu pada
pasien dan tidak hanya sekedar menyembuhkan keluhanya.
b. Perawat gigi harus memberikan yang lebih sehingga pasien
merasa senang
5. Compotenc
a. Dokter gigi harus sering di beri training di beri satu kali
dalam setahun untuk meningkatkan pengetahuan dan
keterampilanya
b. Perawat gigi harus sering di beri training lebih satu kali
dalam setahun untuk meningkatkan pengetahuan dan
keterampilanya.
6. Physichlly shafe
a. Dokter gigi memperbaiki pencabutan gigi supaya tidak
sakit.
b. Dokter gigi memperbaiki penyuntikan anastesi supaya tidak
sakit.
c. Ruang pelayanan kesehatan gigi dan mulut di perluas
supaya nyaman.
BAB V
PENUTUP

A. KESIMPULAN

Dari hasil penelitian yang menggunakan jasa pelayanan kesehatan


gigi dan mulut puskesmas dapat di simpulkan sebagai berikut:
1. Tingkat kepuasan pasien pelayanan kesehatan gigi dan mulut
puskesmas tingkat kesesuaian antara harapan dan kenyataan masih
kurang dari 100% sehingga kepuasan masih belum terpenuhi.
2. Faktor yang merupakan kondisi yang belum memuaskan pasien
adalah sebagai berikut :

33
a. Availability
alat-alat yang ada di pelayanan kesehatan gigi dan mulut masih
sangat kuno sering rusak dan tidak lengkap .
b. Accessability
Lokasi puskesmas tidak strategis dan tarif di anggap mahal oleh
pasien.
c. Appropriate
Seringnya dokter gigi meninggalkan ruangan pelayanan kesehatan
gigi dan mulut dan perawat gigi tidak focus pada pekerjaan saat
ada pasien.
d. Acceptance
Perhatian dokter gigi dan perawat gigi biasa-biasa saja dan tidak
ada perhatian khusus.
e. Compotence
Banyaknya pasien yang komplen terhadap hasil perawatan dan
seringnya pasien terkena alat saat perawatan.
f. Physically safe
Hasil cabut gigi dan suntik anastesi masih terasa sakit dan pasien
tidak nyaman saat di rawat.
3. Cara mengatasi masalah
Untuk mengatasi masalah yang terjadi penyebab ketidak puasan
pasien maka di susun rekomendasi sebagai berikut:
a. Availability
Alat-alat di lengkapi, di perbaiki dan diservice tiap enam bulan
sekali.
b. Accesasability
Letak jangka Panjang di pindah lebih strategis, promosi pelayanan
kesehatan dan sosialisasi tarif
c. Appropriate
Dokter gigi harus berada di ruangan dan perawat gigi harus focus
pada pekerjaan saat ada pasien.

34
d. Acceptance
Dokter gigi dan perawat gigi harus memberi perhatian yang lebih
khusus kepada pasien.
e. Compotence
Dokter gigi dan perawat gigi di beri pelatihan lebih dari satu kali
dan setahun.
f. Physically safe
Dokter gigi harus memperbaiki pencabutan gigi dan penyuntikan
anastesi serta memperluas ruang pelayanan kesehatan gigi dan
mulut.

B. SARAN
a. Agar dapat meningkatkan mutu pelayanan kesehatan gigi dan mulut
di puskesmas untuk melaui 6 dimensi mutu yaitu availability,
accessability, appropriate, acceptance, competence, dan physicaly
safe maka rekomendasi yang telah di susun perlu di perhatikan dan di
laksanakan
b. Meskipun rekomendasi ini sudah di upayakan seoprasoional mungkin
namun dalam implementasinya masih memerlukan penjabaran yang
telah jelas lagi. Untuk itu di sarankan agar dibentuk tim yang akan
mennindaklanjuti rekomendasi ini.

35
DAFTAR PUSTAKA

Aviyuni, H. (2006) ‘ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga Tesis Upaya


Peningkatan Mutu Pelayanan Kesehatan Gigi dan Mulut, tesis.
Aziz, A. (2015) ‘Peningkatan Mutu Pendidikan’, Jurnal Studi Islam Peningkatan
Mutu, 10(2), pp. 1–14.
Azizah, N. L. N. and Setiawan, M. V. (2017) ‘Pengelolaan Informasi Kesehatan
secara Terintegrasi untuk Memaksimalkan Layanan Kesehatan kepada
Pasien di Rumah Sakit’, Indonesian Journal of Pharmaceutical Science
and Technology, 4(3), p. 79. doi: 10.15416/ijpst.v4i3.12886.
Gopdianto, R., Rattu, A. J. M. and Mariati, N. W. (2014) ‘Status Kebersihan
Mulut dan Perilaku Menyikat Gigi Anak SD Negeri 1 Malalayang’, e-

36
GIGI, 3(1). doi: 10.35790/eg.3.1.2015.6457.
Jacobis, R. (2013) ‘Faktor-Faktor Kualitas Pelayanan Pengaruhnya Terhadap
Kepuasan Pasien Rawat Inap Peserta Jamkesmas di BLU RSUP
Prof.Dr. R.D. Kandou Manado’, Jurnal Riset Ekonomi, Manajemen,
Bisnis dan Akuntansi, 1(4), pp. 619–629.
Nazriati, E., Iskandar, S. and Rinawan, F. (2017) ‘Evaluasi Pelatihan Dokter
Puskesmas Sebagai Upaya Peningkatan Pengetahuan Tentang Rujukan
Penyakit Non-Spesialistik Di Pekanbaru’, Majalah Kedokteran Andalas,
p. 71. doi: 10.22338/mka.v40.i2.p71-81.2017.
Perangin-angin, R., M, esther sorta nababan and Bu’ulolo, F. (2013) ‘Strategi
Peningkatan Kualitas Pelayanan Kesehatan Menggunakan Integritasi
Metode Fuzzy Servquql’.
Relasi Dokter, D. et al. (2015) ‘Kepuasan Masyarakat Terhadap Pelayanan
Puskesmas: Kajian Kualitatif Kultur Medis, Standarisasi Mutu, Konsep
Puskesmas The Satisfaction Of Public Health Services: The Qualitative
Study Of Medical Culture, Quality Standardization, Concept Of Public
Health A’, IKESMA, 11, pp. 72–89.
Sardiawan, C. S. and Hardy, P. D. K. (2015) ‘Hubungan Persepsi Dimensi Mutu
Pelayanan Dengan Pemanfaatan Pelayanan Rawat Jalan pada Pasien
Jaminan Kesehatan Nasional di Rumah Sakit Siloam Bali’, Jurnal
Virgin, 1(2), pp. 191–199. Available at:
https://jurnal.undhirabali.ac.id/index.php/virgin/article/view/67.
Shidiq, M. A. et al. (2018) ‘Analisis Budaya Organisasi Puskesmas Sebagai
Badan Layanan Umum Daerah (Blud) Di Kota Semarang’, Jurnal
Kesehatan Masyarakat (e-Journal), 6(2), pp. 1–8.
Ulumiyah, N. H. (2018) ‘Meningkatkan Mutu Pelayanan Kesehatan Dengan
Penerapan Upaya Keselamatan Pasien di Puskesmas’, Jurnal
Administrasi Kesehatan Indonesia, 6(2), p. 149. doi:
10.20473/jaki.v6i2.2018.149-155.
Yulianti, L., Setiani, O. and D, Y. H. (2013) ‘Faktor-Faktor Lingkungan Fisik
Rumah Yang Berhubungan dengan Kejadian Pneumonia pada Balita di
Wilayah Kerja Puskesmas Pangandaran Kabupaten Ciamis’, Jurnal
Kesehatan Lingkungan Indonesia, 11(2), pp. 187–193. doi:
10.14710/jkli.11.2.187-193.

37
38
39

Anda mungkin juga menyukai