KEPERAWATAN DASAR
II
Disusun Oleh :
M.Sobirin Mohtar, S.Kep., Ns., M.Kep
Onieqie Ayu Diah M, S.Kep. ,Ns. ,M.Kep
Paul Joae Brett Nito, Ns., M.Kep
Hj.Latifah, Ns.,M.Kep
H.M.Sandi Suwardi, Ns., M.Kes
Menyetujui,
Ketua Jurusan Keperawatan Pengembang RPS
Mengetahui,
Fakultas Kesehatan
Universitas Sari Mulia
Dekan,
VISI
Menjadi Universitas yang terkemuka dalam mengembangkan nilai potensi
kekayaan lokal untuk menghasilkan lulusan yang berkarakter unggul dan
berdaya saing di tingkat wilayah, nasional maupun internasional Tahun
2030.
MISI
1. Menyelenggarakan pendidikan secara professional dan
berkesinambungan melalui pendidikan lintas profesi.
2. Meningkatkan kualitas dan mengembangkan penelitian budaya dan
kekayaan hayati lokal.
3. Meningkatkan kualitas pelayanan dan pengabdian kepada masyarakat
melalui pendekatan kerja sama lintas profesi.
4. Menjalin kemitraan yang intensif untuk menunjang terwujudnya
penyelenggaraan Tridharma Perguruan Tinggi dan luaran yang unggul.
VISI MISI
FAKULTAS KESEHATAN
UNIVERSITAS SARI MULIA
VISI
Menjadi fakultas kesehatan yang unggul dalam mengolaborasi Ilmu
Pengetahuan, Teknologi dan Seni (IPTEKS) dengan mengembangkan
potensi kearifan lokal sehingga menghasilkan lulusan yang berkarakter,
inovatif dan kreatif ditingkat wilayah, nasional dan internasional tahun
2030.
MISI
1. Menyelenggarakan Pendidikan Yang Berkualitas Dengan
Mengedepankan Interprofessional Education (IPE) Untuk Menghasilkan
Sumber Daya Manusia Yang Kompeten Dan Berdaya Saing Di Bidang
Kesehatan
2. Meningkatkan Kualitas Penelitian dan Publikasi Ilmiah Dengan
Mengembangkan Potensi Kearifan Lokal Melalui Pendekatan Lintas
Profesi (Interprofesional Collaboration/IPC)
3. Menyelenggarakan Kegiatan Pengabdian Kepada Masyarakat Dengan
Mengaplikasikan IPTEKS Melalui Pendekatan Kerjasama Lintas Profesi
(Interprofesional Collaboration/IPC)
4. Meningkatkan Produktivitas dan Kualitas Tridharma Perguruan Tinggi
dengan cara Menjalin Kemitraan dengan Masyarakat, Institusi
Pendidikan, Dan Pemerintah Di Tingkat Wilayah, Nasional, Maupun
Internasional
VISI KEILMUAN DAN MISI
PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN DAN PROFESI NERS
FAKULTAS KESEHATAN
UNIVERSITAS SARI MULIA
TIM PENYUSUN
Daftar Isi
Halaman Judul
NILAI
No ELEMEN PENILAIAN KET
1 2 3 4 5 6 7 8
A. Tahap awal
1. Ide terkait karya yang akan dibuat
2. Kesiapan alat dan bahan yang
akan digunakan untuk pembuatan
karya
B. Tahap inti
1. Tingkat kesulitan karya
2. Keberanian menggunakan media
3. Ketepatan waktu pengumpulan
4. Kerapian/Ketelitian pembuatan
karya
C. Produk
1. Kreativitas dari karya yang
dihasilkan
2. Manfaat dari karya yang
dihasilkan
JUMLAH NILAI
Petunjuk Penilaian:
Nilai 90 – 100 (A) : Sangat baik Nilai 60 – 65 (C+) : Lebih dari cukup
Nilai 84 – 89 (A-) : Hampir sangat baikNilai 54 – 59 (C) : Cukup
Nilai 78 – 83 (B+) : Lebih baik Nilai 48 – 53 (C-) : Hampir cukup
Nilai 72 – 77 (B) : Baik Nilai 41 – 47 (D) : Kurang
Nilai 66 – 71 (B-) : Hampir baik Nilai ≤ 40 (E) : Buruk
Jumlah nilai
Total nilai= =¿
Jumlah elemen penilaian
Banjarmasin,
Dosen Pengampu
……………………………
…..
NIK
SATUAN ACARA PENYULUHAN
PENERIMAAN PASIEN
Oleh:
KELOMPOK 1:
A. Latar belakang
Manajemen penerimaan pasien baru merupakan peristiwa yang sangat penting
untuk membangun relasi antara perawat, sehingga bisa meningkakan kooperatif
pasiendan peningkatan mutu layanan. Tuntutan masyarakat akan mutu pelayanan
keperawatan semakin hari semakin meningkat seiring dengan perkembangan teknologi
informasi dan teknologi kesehatan, serta kesadaran hukum, maka perlu ditanggapi
secara sungguh sungguh. Tanggapan ini harus dilakukan secara langsung dan nyata,
salah satunya adalah manajemen penerimaan pasien baru yaitu suatu cara dalam
menerima kedatangan pasien baru pada suatu ruangan. Penerimaan pasien baru
merupakan gerbang utama untuk membangun komunikasi relasi, saling percaya antara
pasien, keluarga dan perawat dan membantu pasien untuk beradaptasi dengan
lingkungan rumah sakit sehingga bisa bisa menurunkan menutuae kecemasan pasien
itu sendiri. Agar hal tersebut diatas terwujud maka diperlukan manajeman penerimaan
pasien baru yang benar sesuai prosedur yang ada mulai dari persiapan tempat tidur,
dokumentasi, nursing kit, pelaksanaan dengan menyambut pasien datang dengan
terapeutik, mengorientasikan pasien, memberikan penjelasan mengenai hak dan
kewajiban pasien, peraturan rumah sakit, sentralisasi obat ,dokter yang merawat, jam
kunjung dokter, melakukan anamese dan pemerikasan fisik.
penerimaan pasien baru merupakan salah satu bentuk pelayanan kesehatan yang
komprehensif melibatkan pasien dan keluarga. Apabila penerimaan pasien baru tidak
dilakukan sesuai dengan standar prosedur bisa berakibat tidak terjalin komunikasi yang
baik antara perawat dengan pasien dan keluarga, pasien dan keluarga sulit beradaptasi
dengan lingkungan yang baru, hal ini akan menimbulkan rasa tidak diperhatikan dari
pasien, yang akan berdampak pada penurunan rasa percaya pasien pada tenaga
kesehatan demikian juga kepuasan pasien manurun yang dapat membawa dampak ebih
luas menurunnya mutu pelayanan dan bisa menurunkan BOR rumah sakit tersebut
Melihat permasalahan di atas salah satu strategi mengoptimalkan pendidikan perawat
sejak mahasiswa dalam menerima pasien baru agar sesuai dengan standar prosedur
maka perlu diberikan pengetahuan akan manajeman penerimaan pasien baru
dan peran fungsi
B. Tujuan
1. Menerima dan menyambut kedatangan pasien dengan hangat dan terapeutik
2. Meningkatkan komunikasi antara perawat dan pasien.
3. Mengetahui kondisi dan keadaan pasien secara umum.
4. Menurunkan tingkat kecemasan pasien sat masuk rumah sakit
C. Sasaran
Viewers social media (Instagram)
D. Waktu dan Tempat
Hari dan Tanggal : Sabtu, 10 juni 2023
Pukul : 11.00-11.30
Tempat Kegiatan : Ruang Kelas B2 (INSTAGRAM)
E. Media dan Alat
Media:
a. Leaflet
F. Metode
Ceramah
Demonstrasi
G. Struktur Organisasi
Penanggung jawab
Narasumber
Observer
Fasilitator
Doukumentasi
Evaluator
H. Denah
Tanda panitia & viewer (kotak, bulat, segi tiga)
Keterangan : Kotak = penanggung jawab
I. Alur Kegiatan
Tahap
NO Waktu Kegiatan Penyuluhan Sasaran Media
Kegiatan
1. Pembukaan 5 Menit - Memberikan Siswa/i Kalimat
salam
- Memperkenalkan
diri
- Menjelaskan
tujuan pendidikan
kesehatan
- Menyampaikan
pokok
pembahasan
memperhatikan Demonst
penerimaan pasien
- Siswa/i
menanyakan
tentang hal-hal
yang belum jelas
3. Penutup 5 Menit - Menyimpulkan Siswa/i Kalimat
materi
- Mengevaluasi
Siswa/i tentang
materi yang telah
diberikan
- Mengakhiri
pertemuan
Lampiran 1
Materi
A. Pengertian penerimaan pasien baru
Penerimaan pasien baru adalah metode dalam menerima kedatangan pasien
baru( pasien dan/atau keluarga) diruang pelayanan keperrawatan, khususnya pada
rawat inap atau keperawatan intensive. Dalam penerimaan pasien bau,, maka
sampaikan beberapa hal mengenai orientasi ruangan, pengenalan perawat-medis, dan
tata tertib ruangan serta penyakit.
B. Indikator penerimaan pasien baru
1. Tempat tidur dalam keadaan bersih dan siap pakai
2. Fasilitas yang bersedia dalam kondisi baik
3. Meja dan kursi pasien dalam keadaan bersih
4. Lembar orientasi pasien baru dan keluarga
5. Berkas rekam medis
6. Peralatan untuk pemeriksaan
LEAFLET
Lampiran 6
Powerpoint
LAMPIRAN 7 DOKUMENTASI
Link :
https://www.instagram.com/reel/CtqNJPaRbaQ/?igshid=MzRlODBiNWFlZA==
SATUAN ACARA PENYULUHAN
PENGENDALIAN INFEKSI
“PENGENDALIAN INFEKSI”
Oleh:
Kelompok 1
A. Latar belakang
Kesehatan yang baik tergantung pada lingkungan yang aman. Praktisi atau teknisi
yang memantau untuk mencegah penularan infeksi membantu melindungi klien dan
pekerja keperawatan kesehatan dari penyakit. Klien dalam lingkungan keperawatan
beresiko terkena infeksi karena daya than yang menurun terhadap mikroorganisme
infeksius, meningkatnya pajanan terhadap jumlah dan jenis penyakit yang disebabkan
ole mikroorganisme dan prosedur invasif dalam fasilitas perawatan akut atau
ambulatory, klien dapat terpajan pada mikroorganisme baru atau berbeda, yang
beberapa dari mikroorganisme tersebut daaapat saja resisten terhadap banyak
antibiotik.Dengan cara mempraktikan teknik pencegahan dan penembalian infeksi
dapat menghindarkan penyebaran mikroorganisme terhadap klien.
- Tujuan Khusus
Setelah dilakukan penyuluhan, diharapkan audien dapat :
1. Dapat mengetahui dan menjelaskan tentang pengertian dari pencegahan dan
pengendalian infeksi.
2. Dapat mengetahui dan menjelaskan tujuan dari pencegahan dan
pengendalian infeksi.
B. Tujuan
A. Umum
Setelah dilakukan penyuluhan ini diharapkan audiens selama 30 menit mengetahui
dan dapat menerapkan pentingnya pencegahan dan pengendalian infeksi
B. Khusus
Setelah dilakukan penyuluhan, diharapkan audien dapat :
1.Dapat mengetahui dan menjelaskan tentang pengertian dari pencegahan dan
pengendalian infeksi.
2. Dapat mengetahui dan menjelaskan tujuan dari pencegahan dan
pengendalian infeksi.
C. Sasaran
Sasaran : pasien atau keluarga pasien
Taerget : pasien atau keluarga
(Viewers Social Media instagram)
D. Waktu dan Tempat
Hari dan Tanggal : Sabtu, 10 juni 2023
Pukul : 11.00-11.30
Tempat Kegiatan : Ruang Kelas B2 (instagram)
E. Media dan Alat
Leaflet
F. Metode (sesuaikan)
Ceramah
G. Struktur Organisasi
Penanggung jawab
Narasumber
Observer
Fasilitator
Doukumentasi
Evaluator
H. Denah
Tanda panitia & viewer (kotak, bulat, segi tiga)
Keterangan :
Kotak = penagunggung jawab
I. Alur Kegiatan
Tahap
NO Waktu Kegiatan Penyuluhan Sasaran Media
Kegiatan
1. Pembukaan 5 Menit - Memberikan Siswa/i Kalimat
salam
- Memperkenalkan
diri
- Menjelaskan
tujuan pendidikan
kesehatan
- Menyampaikan
pokok
pembahasan
memperhatikan Demonst
pengendalian
infeksi
- Siswa/i
menanyakan
tentang hal-hal
yang belum jelas
3. Penutup 5 Menit - Menyimpulkan Siswa/i Kalimat
materi
- Mengevaluasi
Siswa/i tentang
materi yang telah
diberikan
- Mengakhiri
pertemuan
Lampiran 1
Materi
A. Pengertian infeksi
Infeksi adalah masuknya bakteri atau kuman ke dalam tubuh dan
jaringan yang terjadi pada individu..
B. Penyebab infeksi
1. Adanya benda asing atau jaringan yang sudah mati di dalam tubuh
3. Giji buruk
E. Macam-macam infeksi
1) Ventilator associated pneumonia (VAP)
yaitu pneumonia yang terjadi lebih dari 48 jam setelah pemasangan intubasi
endotrakeal akibat dari mikroorganisme yang masuk saluran pernapasan bagian
bawah melalui aspirasi sekret orofaring yang berasal dari bakteri endemik di saluran
pencernaan atau patogen eksogen yang diperoleh dari peralatan yang terkontaminasi
atau petugas kesehatan
2) Infeksi Aliran Darah (IAD)
yaitu infeksi serius dimana bakteri atau jamur yang berada di saluran darah yaitu
bakteri atau jamur yang boleh diisolasi dengan melakukan kultur darah ataupun
“blood culture”. Orang awam dapat menggunakan istilah “keracunan darah” untuk
menunjukkan adanya infeksi aliran darah.
3) Infeksi Saluran Kemih (ISK)
yaitu kondisi ketika organ yang termasuk dalam sistem kemih seperti ginjal, ureter,
kandung kemih, dan uretra mengalami infeksi. Umumnya, ISK terjadi pada kandung
kemih dan uretra.
4) Infeksi Daerah Operasi (IDO)
Yaitu adalah infeksi akibat tindakan pembedahan,dapat mengenai berbagai lapisan
jaringan tubuh,superfisial atau dalam
Lampiran 2
LEAFLET
Lampiran 6
Powerpoint
Lampiran 7 dokumentasi
1.membuang sampah
2.kurangi penggunaan plastik
pada tempatnya
3.Hemat Air
4.menanam tumbuhan dilahan terbuka
Link :
https://www.instagram.com/reel/CtqOby6tOxF/?igshid=MzRlODBiNWFlZA==
SATUAN ACARA PENYULUHAN
PENGUKURAN TANDA-TANDA VITAL
Keterangan :
Kotak = penagnggung jawab
H. Alur Kegiatan
Tahap
NO Waktu Kegiatan Penyuluhan Sasaran Media
Kegiatan
1. Pembukaan 5 Menit 1. Mengucapkan salam siswi Kalimat
2. Memperkenalkan diri
3. Menjelaskan tujuan
pendidikan kesehatan
4. Menyampaikan pokok
pembahasan
Materi
F. Pengertian TTV
Pemeriksaan vital sign atau TTV (tanda-tanda vital) adalah suatu prosedur
mendasar bagi tim tenaga Kesehatan maupun layanan kesehatan yang bertujuan untuk
mendeteksi adanya suatu kelainan, gangguan, perubahan fungsi organ tubuh dan
masalah medis lainnya agar dapat membantu dokter menjadi suatu diagnosa. Tanda
vital merupakan cara yang cepat dan efisien untuk memantau kondisi klien atau
mengidentifikasi masalah dan mengevaluasi respon klien terhadap intervensi.
G. Macam-macam TTV
1.Suhu Tubuh
Suhu tubuh adalah perbedaan antara jumlah panas yang diproduksi oleh proses
tubuh dan jumlah panas yang hilang ke lingkungan keluar. Suhu permukaan
berfluktuasi bergantung pada aliran darah ke kulit dan jumlah panas yang hilang ke
lingkungan luar. Karena fluktuasi suhu permukaan ini suhu yang dapat diterima
berkisar dari 36°C sampai 38°C. suhu normal rata-rata bervariasi bergantung lokasi
pengukuran. Keseimbangan suhu tubuh diregulasi oleh mekanisme fisiologis dan
perilaku. Agar suhu tubuh tetap konstan dan berada pada batasan normal, hubungan
antara produksi panas dan pengeluaran panas harus dipertahankan.
a.Oral Suhu dapat diambil melalui mulut baik menggunakan termometer kaca klasik
atau yang lebih modern termometer digital yang menggunakan probe elektronik
untuk mengukur suhu tubuh.
TERMOMETER
C. Nadi
Nadi adalah aliran darah yang menonjol dan bisa diraba di berbagai tempat
pada tubuh. Nadi merupakan indikator status sirkulasi. penyebab nadi yang menjadi
lambat, cepat atau tidak reguler secara normal dapat mengubah curah jantung.
Pengkajian kemampuan jantung untuk memenuhi kebutuhan jaringan tubuh
terhadap nutrien dengan cara melakukan palpasi nadi perifer atau dengan
menggunakan stetoskop untuk mendengarkan bunyi jantung (frekuensi apikal).
Pengkajian terhadap denyut nadi memberi data tentang kondisi sistem
kardiovaskuler. Denyut merupakan pemeriksaan pada pembuluh nadi
atauarteri. Ukuran kecepatannya diukur pada beberapa titik denyut misalnya
denyut arteri radialis pada pergelangan tangan, arteri brachialis pada lengan
atas, arteri karotis pada leher, arteri poplitea pada belakang lutut, arteri dorsalis
pedis atau arteri tibialis posterior pada kaki. Pemeriksaan denyut dapat dilakukan
dengan bantuan stetoskop. Denyut nadi dapat berfluktuasi dan meningkat pada saat
berolahraga, menderita suatu penyakit, cedera, dan emosi.
Lokasi Pengukuran Nadi
Frekuensi nadi dapat dikaji pada setiap arteri, namun arteri radialis dan artei karotid
dapat dengan mudah diraba pada nadi perifer. Pada saat kondisi klien tiba-tiba menurun,
area karotid adalah area terbaik untuk menemukan nadi secara cepat. Nadi radialis dan
apikal merupakan tempat yang paling sering digunakan untuk mengkaji nadi. Jika nadi
radialis yang terletak pada pergelangan tangan tidak normal atau intermitten akibat
disritmia atau jika nadi yang tidak dapat diraba karena balutan, gips, atau halangan lain,
yang dikaji adalah nadi apikal. Pada saat klien menggunakan medikasi (pengobatan)
yang mempengaruhi frekuensi jantung, nadi apikal dapat memberikan gambaran yang
lebih akurat terhadap fungsi jantung. Nadi apikal merupakan tempat terbaik untuk
mengkaji nadi bayi dan nadi anak karena nadi perifer dalam dan sulit untuk dipalpasi
dengan akurat.
Jumlah denyut nadi yang normal berdasarkan usia seseorang adalah:
Usia Denyut
Bayi 120-160x/mnt
Todler 90-140x/mnt
Prasekolah 80-110x/mnt
Usia Sekolah 75-100x/mnt
Remaja 60-90x/mnt
Dewasa 60-100x/mnt
3. Pernapasan
Pernafasan adalah mekanisme tubuh menggunakan pertukaran udara antara atmosfir
dengan darah serta darah dengan sel. Mekanisme pernafasan meliputi:
1) Ventilasi yaitu pergerakan udara masuk ke luar paru
2) Difusi yaitu pertukaran O2 & CO2 antara alveoli & sel darah merah
3) Perfusi yaitu distribusi oleh sel drh merah ke dan dari kapiler darah
Tingkat respirasi atau respirasi rate adalah jumlah seseorang mengambil napas per menit.
Tingkat respirasi biasanya diukur ketika seseorang dalam posisi diam dan hanya
melibatkan menghitung jumlah napas selama satu menit dengan menghitung berapa kali
dada meningkat. Respirasi dapat meningkat pada saat demam, berolahraga, emosi. Ketika
memeriksa pernapasan, adalah penting untuk juga diperhatikan apakah seseorang memiliki
kesulitan bernapas.
Pola pernapasan adalah:
a.Pernapasan normal (euphea)
b.Pernapasan cepat (tachypnea)
c.Pernapasan lambat (bradypnea)
d.Sulit/sukar bernapas (oypnea)
1 Bulan 85/54mmHg
1 Tahun 95/65mmHg
6 Tahun 105/65mmHg
Lansia 140/90mmHg
Lengan atas
Pergelangan kaki
SPYGMOMANOMETER
lampiran 2
LEAFLET
Lampiran 6
POWERPOINT
Lampiran 7
DOKUMENTASI
Link
(https://instagram.com/xx_itsmedell__/live/17986711267968214?
igshid=MzRlODBiNWFlZA== )
SATUAN ACARA PENYULUHAN
PEMERIKSAAN FISIK
A. Latar belakang
Menurut Potter dan Perry, mengatakan bahwa pengkajian merupakan proses
sistematis dari pengumpulan, verifikasi dan komunikasi tentang pasien. Menurut
Asmadi (2008) Pengkajian merupakan tahap awal dari proses keperawatan, di sini,
semua data dikumpulkan secara sistematis guna menentukan status kesehatan klien
saat ini. Pengkajian harus dilakukan secara komprehensif terkait dengan aspek
biologis, psikologis, sosial, maupun spiritual klien. Kegiatan utama dalam tahap
pengkajian ini.
Faktor-faktor yang menjadi pendorong dalam perawat melakukan pengkajian pasien
baru yaitu Standar Operasional Prosedur (SOP), kewajiban perawat, Bina Hubungan
Saling Percaya (BHSP), asuhan keperawatan, untuk mengetahui kondisi pasien dan
untuk dokumentasi atau data. Manfaat dalam melakukan pengkajian pasien baru bagi
perawat yaitu dapat diketahuinya kondisi pasien, dapat mendekatkan diri dengan
pasien, dapat melanjutkan proses keperawatan dan dapat dilakukan intervensi
selanjutnya dan nantinya akan membantu dalam penyelesaian masalah pasien.
Perawat juga harus memiliki berbagai pengetahuan tentang kebutuhan biopsiksosial
dan spiritual bagi manusia, pengetahuan tentang kebutuhan perkembangan manusia
(tumbuh kembang), pengetahuan tentang konsep sehat dan sakit, pengetahuan tentang
sistem keluarga, budaya, nilai-nilai keyakinan yang dimiliki pasien, dan sebagainya.
Pengkajian fisik adalah proses berkelanjutan yang dimulai secara wawancaraterutama
dengan menggunakan inspeksi atau observasi. Selama pemeriksaan yang lebih
formal,alat-alat untuk perkusi,palpasi dan auskultasi ditambahkan untuk
memantapkan dan menyaring pengkajian sistem tubuh.Seperti pada Riwayat
kesehatan, obyekyif dari pengkajian fisik adalah untuk merumuskan diagnsa
keperawatan dan mengevaluasi keefektivan intervensiterapeutik( Wong,2003)
Pengkajian merupakan tahap pertama dalam proses keperawatan,dimana tiap tahap
perawatan melakukan pengkajian data yang diperoleh dari hasil wawancara laporan
teman sejawat, catatan keperawatan, atau catatan kesehatan lain dan pengkajian fisik(
Robert Priharjo1993). Physical examination merupakan tehnik maneuver yang terdiri
dari beberapa rangkaianyang masing-masing anak memlik sensifitas dan verbal baik
fisik maupun spikologik. (Wong, 1993).
Pemeriksaan fisik lebih dari suatu rangkaian latihan tehnikalHal itu merupakan
tuntutan yang sama sensivitasnya dengan kebutuhan fisik dan psikologik anak yang
sulit di kenal dan tidak sama dengan yang lainnya (Wong1993).
B. Tujuan
Pemeriksaan Fisik
Tujuan kami mengadakan penyuluhan untuk memberikan informasi dan berbagi
ilmu pengetahuan kepada siswa/i agar supaya siswa/i dapat mengetahui tentang
bagaimana pemeriksaan fisik pada anak. Tujuan pemeriksaan fisik adalah
memperoleh informasi yang akurat tentang keadaan fisik pasien. Karena sifat alamiah
bayi dan anak, ururan pemeriksaan tidak harus menuruti sistematika yang lazim pada
orang dewasa. Dalam pemeriksaan anak harus memperhatikan kebutuhan
perkembangan mental anak. Penggunaan perkembangan mental dan kronologi umur
sebagai kriteria utama dalam pengkajian tiap sistem tubuh
memudahkan/menyelesaikan dari beberapa tujuan, diantaranya :
1. Meminimalkan stres dan ansietas yang berhubungan dengan pengkajian pada
bagian-bagian tubuh yang berbeda.
2. Memelihara dan membina hubungan saling percaya antara perawat, anak dan
orangt tua.
3. Memberikan persiapan yang maksimum pada anak.
4. Memberikan perlindungan yang esensial pada hubungan antara orang tua-anak,
terutama dengan anak kecil.
5.Memaksimalkan keakuratan dan reabilitas hasil pengkajian.
C. Sasaran
Viewers Social Media Instagram
D. Waktu dan Tempat
Hari dan Tanggal : Senin, 12 Juni 2023
Pukul : 11.00-11.30
Tempat Kegiatan : Instagram
E. Media dan Alat
Media:
1. Pengukur/meteran/penggaris/Stadiometer
2. Penimbang BB
3. Termometer dan speculum
4. Optalmoskop
5. Arloji berdetik
6. Manset
Bayi baru lahir ukurannya: lebar kantong 2,5-4,0cm dan panjang Kantongnya
5,0-9,0 cm
Bayi ukurannya:lebar kantong 4,0-6,0 cm dan panjang kantongnya 5,0-9,0 cm
Anak-anak lebar kantong 7,5-9,0 Cm dan panjang kantongnya 17,0-19,0 cm.
7. Stesoskop
8. Oksilometri
9. Peniti,kapas, objek dingin/kapas
10. Spatel lidah
11. Garpu tala
12. Snellen
13. Senter
14. Gambar warna
F. Metode
• Ceramah
• Demonstrasi
• Tanya jawab (kuis)
G. Struktur Organisasi
• Penanggung jawab
• Narasumber
• Observer
• Fasilitator
• Dokumentasi
• Evaluator
H. Denah
Tanda panitia & viewer (kotak, bulat, segi tiga)
Keterangan :
Kotak = penagnggung jawab
I. Alur Kegiatan
Tahap
NO Waktu Kegiatan Penyuluhan Sasaran Media
Kegiatan
1. Pembukaan 5 Menit 5. Mengucapkan salam Viewers Kalimat
6. Memperkenalkan diri Instagram
7. Menjelaskan tujuan
pendidikan kesehatan
8. Menyampaikan pokok
pembahasan
A. Pengkajian Biologis
1.Berkaitan Dengan Kebutuhan Biologis
Pada pengkajian keperawatan secondary survey (anamnesis riwayat
klien/pemeriksaan subyektif) dan pemeriksaan obyektif (head to toe). Perawat
melakukan pengkajian ABCD hanya sesuai kebutuhan pasien. Secondary survey
harus dilakukan setelah pasien dinyatakan stabil setelah penanganan primary survey
dengan tujuan untuk mencari cedera lain yang mungkin terjadi pada pasien sehingga
tidak satupun terlewatkan atau tidak ditangani, karena jika kondisi pasien
memburuk saat secondary survey maka perawat harus kembali ke prinsip primary
survey.
B. Pengkajian Psikologis
2.Berkaitan Dengan Kebutuhan Psikososial
Pada pengkajian keperawatan yang dilakukan meliputi harga diri klien dan
keluarga (memberi dukungan untuk meningkatkan kualitas hidup klien ataupun
untuk meningkatkan proses kesembuhannya). Setelah pasien stabil maka fokus
penanganan perawat yaitu kebutuhan dasar manusia. Pengabaian terhadap aspek
psikologis dalam proses asuhan keperawatan pasien di Rumah Sakit, sehingga
sering menimbulkan berbagai masalah psikologis pada pasien seperti perasaan
cemas, frustrasi dan sikap penolakan. Perawat diharapkan dan dituntut untuk dapat
mengatasi masalah dengan cara memahami alur pikiran dan perasaan pasien dengan
segala manifestasi psikologis yang muncul akibat penyakit yang dideritanya.
C. Pengkajian Sosiologi
3.Berkaitan Dengan Kebutuhan Sosial
Perawat dituntut tetap mempertahankan serta mampu meningkatkan harga diri
seorang klien dengan memperhatikan segala kelebihan dan kekurangan dari klien,
selain itu respon dari seorang klien dengan berbagai macam penderitaan yang
sedang dialami oleh klien, jika tidak maka seorang perawat dalam memberikan
asuhan keperawatan rentan terhadap tindakan yang melanggar etik keperawatan.
D. Pengkajian Spiritual
4.Berkaitan Dengan Kebutuhan Spiritual
Pada pengkajian keperawatan yang dilakukan mencari tahu kepercayaan atau
komitmenterhadap sesuatu atau seseorang. Pengkajian spiritual harus dilakukan
pada pasien berdasarkan filosofi keperawatan untuk memenuhi kebutuhan pasien
secara menyeluruh. Hal ini memberikan kenyamanan pada pasien dan keluarga
untuk berhubungan dengan penciptanya. Perawat kurang memperhatikan aspek
spiritual dalam perawatan karena perawat kurang memahami tentang aspek spiritual
dan manfaatnya terhadap kesehatan dan penyembuhan penyakit pasien. Hal ini
didukung dengan adanya riset yang menunjukkan bahwa sebagian perawat merasa
tidak mampu memberikan perawatan spiritual kepada pasien dengan alasan perawat
memandang agama sebagai masalah pribadi, perawat berpikir bahwa spiritualitas
merupakan masalah pribadi yang hanya merupakan hubungan individu dengan
penciptanya, perawat merasa tidak nyaman dengan agama atau kepercayaan nya,
perawat tidak tahu tentang asuhan keperawatan spiritual, perawat menjalankan
kebutuhan spiritual untuk kebutuhan psikososial, perawat memandang bahwa
pemenuhan kebutuhan spiritual pasien bukan tanggung jawabnya melainkan
tanggung jawab keluarga dan tokoh agama.
F. PEMERIKSAAN FISIK
1. Kepala
Raba sepanjang garis sutura dan fontanel, apakah ukuran dan tampilannya
normal. Sutura yang berjarak lebar mengindikasikan bayi preterm,moulding yang
buruk atau hidrosefalus. Pada kelahiran spontan letak kepala, sering terlihat tulang
kepala tumpang tindih yang disebut moulding/moulase.Keadaan ini normal kembali
setelah beberapa hari sehingga ubun-ubun mudah diraba. Perhatikan ukuran dan
ketegangannya. prematuritas atau hidrosefalus, sedangkan yang terlalu kecil terjadi
pada mikrosefali. Jika fontanel menonjol, hal ini diakibatkan peningkatan tekanan
intakranial, sedangkan yang cekung dapat tejadi akibat deidrasi. Terkadang teraba
fontanel ketiga antara fontanel anterior dan posterior, hal Fontanel anterior harus
diraba, fontanel yang besar dapat terjadi akibat ini terjadi karena adanya trisomi.
Periksa adanya tauma kelahiran misalnya; caput suksedaneum, sefal hematoma,
perdarahan subaponeurotik/fraktur tulang tengkorak Perhatikan adanya kelainan
kongenital seperti; anensefali, mikrosefali, kraniotabes dan sebagainya
2. Wajah
Wajah harus tampak simetris. Terkadang wajah bayi tampak asimetris hal
ini dikarenakan posisi bayi di intrauteri.Perhatikan kelainan wajah yang khas seperti
sindrom down atau sindrom piere robin. Perhatikan juga kelainan wajah akibat
trauma lahir seperti laserasi, paresi N. fasialis.
3. Mata
• Goyangkan kepala bayi secara perlahan agar mata bayi terbuka.
• Periksa nomor, posisi atau penempatan poin
• Periksa adanya strabismus yaitu koordinasi mata yang belum sempurna
• Periksa adanya glaukoma kongenital, mulanya akan tampak sebagai pembesaran
kemudian sebagai kekeruhan kornea
• Katarak kongenital akan mudah terlihat yaitu pupil berwarna putih. Pupil harus
tampak bulat. Terkadang ditemukan bentuk seperti lubang kunci (kolobama) yang
dapat mengindikasikan adanya defek retina
• Periksa adanya trauma seperti palpebra, perdarahan konjungtiva atau retina.
• Periksa adanya sekret pada mata, konjungtivitis oleh kuman gonokokus dapat
menjadi panoftalmia dan menyebabkan kebutaan
• Apabila ditemukan epichantus melebar kemungkinan bayi mengalami sindrom
Down
4. Hidung
• Kaji bentuk dan lebar hidung, pada bayi cukup bulan lebarnya harus lebih dari 2,5
cm.
• Bayi harus bernapas dengan hidung, jika melalui mulut harus diperhatikan
kemungkinan ada obstruksi jalan napas akarena atresia koana bilateral, fraktur
tulang hidung atau ensefalokel yang menonjol ke nasofaring
• Periksa adanya sekret yang mukopurulen yang terkadang berdarah, hal ini
kemungkinan adanya sifilis kongenital
• Periksa adanya pernapasa cuping hidung, jika cuping hidung mengembang
menunjukkan adanya gangguan pernapasan.(Depkes Ri, 2003)
5. Mulut
• Perhatikan mulut bayi, bibir harus berbentuk dan simetris. Asimetri bibir
menunjukkan kelumpuhan wajah. Mulut kecil menunjukkan mikrognatia
• Periksa adanya bibir sumbing, adanya gigi atau ranula (kista lunak yang berasal
dari dasar mulut)
• Periksa keutuhan langit-langit, terutama pada sambungan di antaranya palatum
keras dan lunak
• Perhatikan adanya bercak putih pada gusi atau palatum yang biasanya terjadi
akibat Epistein's pearl atau gigi
• Periksa lidah apakah membesar atau sering bergerak. Bayi dengan edema otak
atau tekanan intrakranial meninggi seringkali lidahnya keluar masuk (tanda foote)
Bibir sumbing (Bennet & Brown, 1999).
6. Telinga
• Periksa dan pastikan jumlah, bentuk dan posisinya
• Pada bayi cukup bulan, tulang rawan sudah matang
• Daun telinga harus berbentuk sempurna dengan lengkungan yang jelas dibagian
atas • Perhatikan letak daun telinga. Daun telinga yang letaknya rendah (low set
ears) ditemukan pada bayi yang memiliki sindrom tertentu (Pierre-robin)
• Perhatikan adanya kulit tambahan atau aurikel hal ini dapat berhubungan dengan
abnormalitas ginjal
7. Leher
• Leher bayi biasanya pendek dan harus diperiksa kesimetrisannya. Pergerakannya
harus baik. Jika terdapat keterbatasan pergerakan kemungkinan ada kelainan tulang
leher.
• Periksa adanya trauma leher yang dapat menyebabkan kerusakan pada fleksus
brakialis
• Lakukan perabaan untuk mengidentifikasi adanya pembengkakan periksa adanya
pembesaran kelenjar tyroid dan vena jugularis
• Adanya lipata kulit yang berlebihan di bagian belakang leher menunjukkan adanya
kemungkinan trisomi
8. Klavikula
Raba seluruh klavikula untuk memastikan keutuhannya terutama pada bayi
yang lahir dengan presentasi bokong atau distosia bahu. Periksa kemungkinan
adanya fraktur.
9. Tangan
• Kedua lengan harus sama panjang, periksa dengan cara meluruskan kedua lengan
ke bawah
• Kedua lengan harus bebas bergerak, jika gerakan kurang kemungkinan adanya
kerusakan neurologis atau fraktur
• Periksa jumlah jari. Perhatikan adanya polidaktili atau sidaktili
• Telapak tangan harus dapat terbuka, garis tangan yang hanya satu buah berkaitan
dengan abnormaltas kromosom, seperti trisomi.
• Periksa adanya paronisia pada kuku yang dapat terinfeksi atau tercabut sehingga
menimbulkan luka dan perdarahan
10. Dada
• Periksa kesimetrisan gerakan dada saat bernapas. Apabila tidak simetris
kemungkinan bayi mengalami pneumotoraks, paresis diafragma atau hernia
diafragmatika. Pernapasan yang normal dinding dada dan abdomen bergerak secara
bersamaan. Tarikan sternum atau interkostal pada saat bernapas perlu diperhatikan.
• Pada bayi cukup bulan, puting susu sudah terbentuk dengan baik dan tampak
simetris Payudara dapat tampak membesar tetapi ini normal
11. Perut
• Abdomen harus tampak bulat dan bergerak secara bersamaan dengan gerakan dada
saat bernapas. Kaji adanya pembengkakan .
• Jika perut sangat cekung ada kemungkinan hernia diafragma.
• Abdomen yang membuncit kemungkinan karena hepato-splenomegali atau tumor
lainnya.
• Jika perut kembung kemungkinan adanya enterokolitis vesikalis, omfalokel atau
ductus omfaloentriskus persisten. (Lodermik, Jensen 2005)
12. Genetalia
• Pada bayi laki-laki panjang penis 3-4 cm dan lebar 1-1,3 cm.Periksa posisi lubang
uretra. Prepusium tidak boleh ditarik karena akan menyebabkan fimosis
• Periksa adanya hipospadia dan epispadia.
• Skrortum harus dipalpasi untuk memastikan jumlah testis ada dua
• Pada bayi perempuan cukup bulan labia mayora menutupi labia minora
• Lubang uretra terpisah dengan lubang vagina
• Terkadang tampak adanya sekret yang berdarah dari vagina, hal ini disebabkan oleh
pengaruh hormon ibu (withdrawl bedding).(Lodermik, Jensen 2005).
13. Anus dan rectum
• Periksa adanya kelainan atresia ani, kaji posisinya
• Mekonium secara umum keluar pada 24 jam pertama, jika sampai 48 jam belumkeluar
kemungkinan adanya mekonium plug syndrom, megakolon atau obstruksi saluran
pencernaan.
14. Tungkai
• Periksa kesimetrisan tungkai dan kaki. Periksa panjang kedua kaki dengan meluruskan
keduanya dan bandingkan.
• Kedua tungkai harus dapat bergerak bebas. Kuraknya gerakan berkaitan dengan
adanya trauma, misalnya fraktur, kerusakan neurologis.
• Periksa adanya polidaktili atau sidaktili padajari kaki
15. Spinal
Periksa psina dengan cara menelungkupkan bayi, cari adanya tanda-tanda
abnormalitas seperti spina bifida, pembengkakan, lesung atau bercak kecil berambut
yang dapat menunjukkan adanya abdormalitas medula spinalis atau kolumna vertebra.
(Lodermik, Jensen 2005)
16. Kulit
• Perhatikan kondisi kuli bayi.
• Periksa adanya ruam dan bercak atau tanda lahir
• Periksa adanya pembekakan
• Perhatikan adanya vernik kaseosa .
• Perhatikan adanya lanugo, jumlah yang banyak terdapat pada bayi kurang bulan.
lampiran 2
LEAFLET
Lampiran 6
POWERPOINT
Lampiran 7
DOKUMENTASI
1.Bicara pada Orang Tua sebelum melakukan Tindakan
link
(https://www.instagram.com/tv/CtYWayahJ5_/?igshid=MzRlODBiNWFlZA== )
TUGAS SAP KEPERAWATAN DASAR II
Oleh:
Lorenza Cloudia 11194562210440
Melda 11194562210441
Mely Agustina 11194562210442
Munawarah 11194562210444
Nadya Rosalina 11194562210445
Nasya Tasya Kamila
Ni Gusti Agung Ayu Sri Dewi 11194562210447
Nur Hakidah Habibi 11194562210448
Onevia Berlian Nataly 11194562210449
Pita 11194562210450
Putri Indah Kemala Dewi 11194562210451
Rahmadaniah 11194562210452
A. Latar belakang
Laboratorium adalah suatu ruangan tempat melakukan kegiatan praktek/percobaan,
pengukuran, penelitian atau riset ilmiah yang berhubungan dengan sains (kimia,fisika,
biologi) dan ilmu-ilmunya. Laboratorium sebagai unit penunjang akademik pada
lembaga pendidikan, bertujuan untuk dapat menunjang efektifitas, pengajaran guna
menunjang keberhasilan proses pembelajaran keterampilan di sekolah. Materi yang
seharusnya menggunakan metode praktikum/eksperimen menjadi pilihan utama bagi
guru Biologi untuk menjelaskan suatu materi, sehingga siswa lebih memahami materi
tersebut.
Menurut Candra (2020), praktikum dilakukan dirancang untuk 1) mengetahui
pengaruh dari penarapan praktikum dalam meningkatkan keterampilan proses peserta
didik, 2) mengetahui pengaruh dari penerapan praktikum dalam meningkatkan
keterampilann kerja peserta didik, 3) kendala yang terdapat pada laboratorium
kurangnya ketersediaan alat dan bahan, kurangnya waktu pelaksanaan praktikum,
suasana praktikum yang tidak kondusif, dan tidak adanya laboran.
Menurut Depdiknas (2007) indikator penilaian pengelolaan laboratorium terdiri dari
perencanaan, pengadaan, penggunaan, pemeliharaan, inventarisasi alat dan bahan,
pemusnahan peralatan dan material yang rusak. Perencanaan merupakan proses
perancangan pengadaan Sesuai dengan sarana dan prasarana yang dibutuhkan sekolah.
Pengadaan merupakan kegiatan dilakukan untuk menyediakan semua jenis sarana dan
prasarana yang telah ditetapkan pada proses perencanaan. Penggunaan merupakan
kegiatan proses pengoperasian sarana dan prasarana.
Dengan demikian, dalam melaksanakan praktikum biologi diperlukan sarana dan
prasarana penunjang, yaitu laboratorium dan fasilitasnya. Hal ini mengindikasikan
bahwa laboratorium biologi sangat di perlukan dalam pembelajaran biologi di sekolah.
Keberhasilan pelaksanaan praktikum biologi di sekolah dipengaruhi oleh beberapa
faktor dan salah satunya adalah tersedianya laboratorium biologi yang sesuai diatur
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional (Permendiknas) RI No. 24 Tahun 2007
tentang standar sarana dan prasarana laboratorium. Sarana laboratorium biologi
dikelompokkan dalam beberapa komponen yaitu: (1) bangunan/ruangan, (2) Perabot;
(3) Perlengkapan pendidikan; (4) Alat dan bahan percobaan; (5) Media pendidikan; (6)
Bahan yang habis pakai; (7) Perlengkapan lainnya.
B. Tujuan
Umum
Tujuan melakukan pemeriksaan laboratorium untuk memberikan informasi dan
berbagi ilmu pengetahuan kepada siswa/i agar supaya siswa/i dapat mengetahui
tentang pentingnya mengetahui diagnosa penyakit pada penderita atau menegakkan
diagnosa penyakit, memantau perjalan penyakit dan menentukan prognosis
penyakit.
Khusus
a. Siswa/i mampu memahami pengertian pemeriksaan laboratorium
b. Siswa/i mampu mengetahui macam-macam laboratorium
c. Siswa/i mampu memahami tentang indikator pemeriksaan laboratorium
d. Siswa/i mampu memahami tentang teknik pemeriksaan laboratorium
e. Siswa/i mampu memahami tentang langkah-langkah pemeriksaan laboratorium
C. Sasaran
Siswa/i SDIT AL - FIRDAUS Banjarmasin
(Viewers Social Media Instragram)
Keterangan :
Kotak = penagnggung jawab
I. Alur Kegiatan
Tahap
NO Waktu Kegiatan Penyuluhan Sasaran Media
Kegiatan
1. Pembukaan 5 Menit 9. Mengucapkan salam siswi Kalimat
10. Memperkenalkan diri
11. Menjelaskan tujuan
pendidikan kesehatan
12. Menyampaikan pokok
pembahasan
Materi
A. Pengertian Laboratorium
Laboratorium adalah suatu tempat dimana dilakukan kegiatan percobaan,
pengukuran, penelitian atau riset ilmiah yang berhubungan dengan ilmu sains (kimia,
fisika, biologi) dan ilmu-ilmu lainnya. Laboratorium bisa berupa ruangan yang tertutup
seperti kamar atau ruangan terbuka seperti kebun dan lain-lain.
Laboratorium merupakan tempat untuk mengaplikasikan teori keilmuan, pengujian
teoritis, pembuktian ujicoba, penelitian dan sebagainya dengan menggunakan alat
bantu yang menjadi kelengkapan dari fasilitas dengan kuantitas dan kualitas yang
memadai.
B. Indikator Mutu Laboratorium
Untuk menjamin standar dan mutu pelayanan, sebuah laboratorium harus mematuhi
berbagai persyaratan meliputi kebijakan dan prosedur terhadap SDM, alat, fasilitas,
dan organisasi. Berbagai persyaratan tersebut menjadi indikator yang akan dinilai
sebagai indikator input mencakup perizinan, SDM, fisik bangunan, peralatan dan
bahan, serta struktur organisasi. Seluruh kewajiban tersebut kemudian dinilai sebagai
indikator proses yang berhubungan dengan mutu pelayanan.
Indikator mutu mempunyai tujuan untuk memberikan pedoman di dalam usaha
pengelolaan mutu dan keselamatan pasien, tujuan khusus antara lain adalah untuk
menjadi panduan di dalam mengontrol mutu pelayanan, mengarahkan usaha-usaha
peningkatan mutu lebih spesifik dan terarah serta memberi kemudahan untuk unit kerja
saat memahami indikator mutu yang dimaksud. Langkah-langkah dari penetapan
indikator mutu dilaksanakan dengan menggunakan manajemen mutu, diawali dengan
perencanaan, pembentukkan tim mutu, penyusunan program, penentuan indikator
mutu, pengesahan direktur rumah sakit, pelaksanaan, monitoring dan evaluasi hingga
pelaporan.
Maka dari itu untuk pemeriksaan yang dilakukan di laboratorium bisa diartikan
bermutu kalau punya nilai ketepatan dan keakuratan yang baik hingga bermanfaat
untuk konsumen laboratorium.
Ga
mbar 2.1 Five Moments Pemeriksaan Laboratorium ( Sumber: halodoc,2021)
C. Macam-macam laboratorium
Laboratorium dibedakan menjadi 5 jenis yaitu:
1. Laboratorium Pendidikan
Jenis laboratorium ini berada di lembaga pendidikan, seperti SD, SMP, SMA, SMK,
hingga perguruan tinggi bertujuan menjadi tempat pembelajaran.
2. Laboratorium Penelitian
Laboratorium penelitian, menjadi tempat untuk melukan riset seperti bentuk fisika,
kimia, serta mikrobiologi dengan tujuan menjadi tempat penelitian dan
pengembangan ilmu.
3. Laboratorium Pengendalian Proses
Jenis laboratorium ini berguna sebagai tempat melakukan Quality Control dengan
sebutan laboratorium komputasi.
4. Laboratorium Pengembangan Produk
Merupakan laboratorium untuk melakukan pengembangan produk dengan memiliki
sebutan laboratorium kultur jaringan atau laboratorium analisa pangan dan pakan.
5. Laboratorium Pelayanan Jasa
Merupakan jenis laboratorium yang berada di rumah sakit, apotek, hingga klinik
dengan maksud memberikan pelayanan kesehatan bagi khalayak luas.
Dokumentasi
Link :
https://www.instagram.com/reel/CtvKevDJq3e/?igshid=YjgzMjc4YjcwZQ==
TUGAS SAP KEPERAWATAN DASAR II
Pemeriksaan Diagnostik
Dosen Pembimbing : Paul Brett Nito, Ns., M.Kep
Oleh:
a. Latar belakang
Pemeriksaan penunjang dianggap sangat penting bagi para tenaga kesehatan, karena ada
beberapa pemeriksaan yang tidak dapat dilakukan tanpa menggunakan alat-alat dalam
pemeriksaan penunjang. Perawat dalam menegakkan diagnosis keperawatan perlu
mempertimbangkan hasil analisis pemeriksaan penunjang atau prosedur diagnostik. Ada dua
kompetensi perawat dalam hal pemeriksaan diagnostik ini yaitu bertanggung jawab dalam
pengelolaan persiapan pasien sampai pasca pemeriksaan dan mempertimbangkan hasil
pemeriksaan dalam menyusun diagnosis keperawatan serta merencanakan intervensi
keperawatan.
Pemeriksaan penunjang adalah penilaian klinis tentang respon individu, keluarga
dan komunikan terhadap suatu masalah kesehatan. Hasil suatu pemeriksaan
laboratorium sangat penting dalam membantu diagnosa, memantau perjalanan penyakit
serta menentukan prognosa. Pemeriksaan penunjang juga sebagai ilmu terapan yang
bertujuan membantu petugas kesehatan dalam mendiagnosis dan mengobati pasien.
Pemeriksaan yang dilakukan untuk mengoptimalkan tindakan keperawatan dan
proses penyembuhan pasien, dilakukan oleh tenaga medis dengan menggunakan alat
bantu tertentu untuk memperoleh hasil selanjutnya. Tujuan tersebut memang sesuai
dengan fungsinya sebagai penunjang medik oleh karena itu hasil pemeriksaan
laboratorium harus benar dan baik serta dapat dipercaya. Kesalahan dari hasil
pemeriksaan laboratorium akan berakibat fatal, bukan saja merugikan pasien tetapi
juga menyesatkan diagnosis. (Effendi dan niluh, 2002).
b. Tujuan
Umum
Tujuan dari pemeriksaan diagnostik adalah untuk menambah data penunjang selain
data pemeriksaan fisik, memberi kejelasan dan kepastian tentang kesungguhan
penyakit yang diderita oleh pasien dan memudahkan dokter dalam melakukan
diagnostic.
Khusus
a. Siswa/i mampu memahami pengertian pemeriksaan penunjang/diagnostik
b. Siswa/i mampu melakukan teknik pengambilan sample dari hasil pemeriksaan
diagnostic
c. Siswa/i mampu mengetahui fungsi dari pemeriksaan diagnostik
d. Siswa/i mampu membedakan jenis-jenis pemeriksaan diagnostik
c. Sasaran
Siswa/i SDIT AL - FIRDAUS Banjarmasin
(Viewers Social Media Instagram)
d. Waktu dan Tempat
Hari dan Tanggal : Sabtu, 10 Juni 2023 (sesuai tugas)
Pukul : 15.00-15.30 (sesuai tugas)
Tempat Kegiatan : Ruang Kelas SDIT AL - FIRDAUS Banjarmasin (Tik tok)
e. Media dan Alat
Media: (sesuaikan)
A. Leaflet
B. LCD
C. Proyektor
D. Laptop1.
E. TOA / Pengeras suara
F. Metode (sesuaikan)
Ceramah
Demonstrasi
Tanya jawab (kuis)
G. Struktur Organisasi
Penanggung jawab
Narasumber
Observer
Fasilitator
Doukumentasi
Evaluator
H. Denah
Tanda panitia & viewer (kotak, bulat, segi tiga)
Keterangan :
Kotak = penanggung jawab
I. Alur Kegiatan
Tahap
NO Waktu Kegiatan Penyuluhan Sasaran Media
Kegiatan
1. Pembukaan 5 Menit 13. Mengucapkan salam siswi Kalimat
14. Memperkenalkan diri
15. Menjelaskan tujuan
pendidikan kesehatan
16. Menyampaikan pokok
pembahasan
1. Skrining atau uji saring adanya penyakit subklinis, dengan tujuan menentukan
resiko terhadap suatu penyakit dan mendeteksi dini penyakit terutama bagi
individu beresiko tinggi (walaupun tidak ada gejala atau keluhan).
8. Memberi ketenangan baik pada pasien maupun klinisi karena tidak didapati
penyakit
1. Tes darah
Ini adalah jenis pemeriksaan penunjang yang paling umum dilakukan. Melalui tes
darah, ada banyak penyakit atau kondisi medis tertentu yang bisa diketahui. Mulai
dari infeksi, anemia, hingga kanker. Pemeriksaan ini dilakukan dengan mengambil
sampel darah pasien untuk dianalisis di laboratorium.
2. Cek urine
Selain tes darah, cek urine merupakan jenis pemeriksaan diagnostik yang juga
umum dilakukan. Pemeriksaan ini berguna untuk mengetahui kondisi kesehatan,
fungsi ginjal, serta mengetahui apakah seseorang mengonsumsi obat-obatan
tertentu. Cek urine meliputi pemeriksaan penampilan, konsentrasi dan kandungan
urine.
3. Rontgen
Rotgen atau dikenal dengan sinar x merupakan pemeriksaan yang memanfaatkan
peran sinar x untuk melakukan skrining dan mendeteksi kelainan pada berbagai
organ diantaranya jantung, abdomen, ginjal, ureter, kandung kemih, tenggorokkan
dan rangka.
4 Ultrasonografi (USG)
Ultrasonografi (USG) USG merupakan suatu prosedur diagnosis yang dilakukan di
atas permukaan kulit/di rongga tubuh menghasilkan suatu ultrasound di dalam
jaringan, Pemeriksaan ini digunakan untuk melihat struktur jaringan tubuh, untuk
mendeteksi berbagai kelainan pada abdomen, otak, jantung dan ginjal.
5. Computed tomography scan (CT Scan)
Pemeriksaan spesifik/khusus untuk melihat organ yang lebih dalam dan terlokalisir
serta khusus. Contoh: organ dalam tengkorak dan organ dalam abdomen.
6. Magnetic resonance imaging (MRI)
Hampir mirip dengan CT scan, MRI scan juga bisa mengambil gambar bagian
dalam tubuh. Hanya saja pemeriksaan ini tidak menggunakan sinar-X atau rontgen,
melainkan gelombang magnet dan gelombang radio berkekuatan tinggi untuk
menghasilkan gambar kondisi organ dan jaringan dalam tubuh.
Pemeriksaan MRI bisa dilakukan untuk memeriksa hampir seluruh bagian tubuh,
mulai dari otak dan sistem saraf, payudara, jantung dan pembuluh darah, hingga
tulang dan sendi.
7. Elektrokardiogram (EKG)
Pemeriksaan dilakukan untuk melihat sistem hantaran/konduksi dari jantung
indikasi : Miocard Infark (MCI), Angna fektoris, gagal jantung
8. Fluoroskopi
Pemeriksaan diagnostik ini bisa digunakan untuk mendeteksi kelainan tertentu di
dalam tubuh, seperti kerusakan atau gangguan pada tulang, jantung, pembuluh darah
dan sistem pencernaan.
9. Endoskopi
Pemeriksaan yang dilakukan pada saluran cerna untuk mendeteksi adanya kelainan
pada saluran cerna. Contoh: varises, esophagus, neoplasma, peptic ulcer.
2. Bentuk pemeriksaan
a. Jenis/golongan darah
b. HB untuk mendeteksi adanya penyakit anemia dan ginjal
c. Hematokrit untuk mengukur konsentrasi sel darah merah dalam darah
d. Trombosit untuk mendeteksi adanya trombositopenia dan trombosis
e. SGPT (scrum Glumatik Piruvik Transaminase) untuk mendeteksi adanya
kerusakan hepatoseluler
f. Albumin untuk mendeteksi adanya gangguan hepar seperti luka bakar dan
gangguan ginjal
g. Asam urat untuk mendeteksi penyakit pada ginjal, luka bakar
h. Billirubin (Direct: deteksi ikterik, Indirect anemia & malaria)
i. Gula darah untuk mendeteksi diabetes
F. Persiapan alat
a. Lanset darah atau jarum khusus
b. Kapas alcohol
c. Kapas kering
d. Alat pengukur Hb/kaca objek/botol pemeriksaan, tergantung macam pemeriksaan
c. Bengkok
f. Hand scoon
g. Perlak dan pengalas
G. Prosedur kerja
a. Mendekatkan alat
b. Memberitahu klien dan menyampaikan tujuan serta langkah prosedur
c. Memasang perlak dan pengalas
d. Memakai hand scoon
e. Mempersiapkan bagian yang akan ditusuk, tergantung jenis pemeriksaan
f. Kulit dihapushamakan dengan kapas alcohol
g. Bekas tusukan ditekan dengan kapas alcohol
h. Merapikan alat
i. Melepaskan hand scoon
lampiran 2
LEAFLET
Lampiran 6
Powerpoint
Lampiran 7
Dokumentasi
Link:
https://www.instagram.com/reel/CtvKevDJq3e/?igshid=YjgzMjc4YjcwZQ==
SATUAN ACARA PENYULUHAN
TEKNIK PEMBERIAN OBAT SECARA UMUM
Oleh:
Siti Nur Mila Sari : 11194562210458
Tri Ayu Aulia Rahmah : 11194562210460
Ria Andini Taruk Lembang : 11194562210454
Ruwaida : 11194562210457
Ratna Kumala Sari :11194562210453
Widia : 11194562210461
Roy Hadi Putra : 11194562210456
Yazid Rahmatullah : 11194562210462
Riska Melidina : 11194562210455
Sweetryani Virdasari : 11194562210459
Zahra Alya : 11194562210463
A. Latar belakang
Pemberian obat secara aman merupakan perhatian utama ketika melaksanakan
pemberian obat kepada pasien. Sebagai petugas yang terlibat langsung dalam pemberian
obat, petugas harus mengetahui yang berhubungan dengan peraturan dan prosedur dalam
pemberian obat karena hampir semua kejadian error dalam pemberian obat terkait dengan
peraturan dan prosedur. Petugas harus mengetahui informasi tentang setiap obat sebelum
diberikan kepada pasien untuk mencegah terjadinya kesalahan. Melaksanakan pemberian
obat secara benar dan sesuai instruksi dokter, mendokumentasikan dengan benar dan
memonitor efek dari obat merupakan tanggung jawab dari semua petugas yang terlibat
dalam pemberian obat. Jika obat tidak diberikan seperti yang seharusnya maka kejadian
medication error dapat terjadi. Kejadian medication error yang memberi efek serius ataupun
tidak harus dilaporkan . Sampai saat ini medication error tetap menjadi salah satu
permasalahan kesehatan yang banyak menimbulkan berbagai dampak bagi pasien mulai
dari resiko ringan bahkan resiko yang paling parah yaitu menyebabkan suatu kematian .
The National Coordinating Council for Medication errors Reporting and
Prevention mendefenisikan medication error sebagai setiap kejadian yang dapat
dihindari yang menyebabkan atau berakibat pada pelayanan obat yang tidak tepat
atau membahayakan pasien ketika obat berada dalam pengawasan tenaga kesehatan
atau pasien. Dalam Surat Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 35 tahun 2014
tentang standar pelayanan kefarmasian di apotek menyebutkan bahwa medication
error adalah kejadian yang merugikan pasien, yang diakibatkan pemakaian obat
selama dalam penanganan tenaga kesehatan yang sebetulnya dapat dicegah.
Kesalahan pengobatan dapat terjadi dalam tiap proses pengobatan, baik dalam
proses peresepan (prescribing), pembacaan resep (transcribing), penyiapan hingga
penyerahan obat (dispensing), maupun dalam proses penggunaan obat
(administering). Kesalahan dalam peresepan (prescribing) dan pemberian obat
(dispensing) merupakan dua hal yang sering terjadi dalam kesalahan pengobatan.
Dari hasil pengamatan sampling resep di lapangan, hal-hal yang berpotensi
menimbulkan medication error adalah penulisan resep yang tidak jelas maupun
sukar dibaca dibagian nama obat, jumlah obat dalam resep racikan maupun jumlah
total obat, satuan yang digunakan, bentuk sediaan yang dimaksud, aturan pakai dan
penulisan jumlah juga penulisan resep yang tidak lengkap, seperti tidak
mencantumkan dosis obat, satuan metrik dan bentuk sediaan yang dimaksud oleh
penulisan resep, berpotensi menimbulkan medication error .
B. Tujuan
Umum
Pemberian Obatmelalui mulut dilakukan dengan tujuan mencegah, mengobati,
dan mengurangi rasa sakit sesuai efek terapi dari jenis obat.
Khusus
1. Untuk mengetahui teknik pemberian obat secara oral.
2. Untuk mengatasi teknik pemberian obat secara sublingual.
3. Untuk mengetahui teknik pemberian obat secara bukal.
4. Untuk mengetahui pemberian obat secara rectal.
5. Untuk mengetahui pemberian obat secara intra vaginal
C. Sasaran
(Viewers Social Media Instagram)
D. Waktu dan Tempat
Hari dan Tanggal : Selasa, 13 Juni 2023 (sesuai tugas)
Pukul : 16.00-16.15 WITA (sesuai tugas)
Tempat Kegiatan : Ruang B7 Universitas Sari Mulia
E. Media dan Alat
Media:
a. Leaflet
b. Laptop
c. LCD
F. Metode
Tanya jawab (kuis)
Mengedukasi
G. Struktur Organisasi
Penanggung jawab
Fasilitator
Doukumentasi
Evaluator
H. Alur Kegiatan
Tahap
NO Waktu Kegiatan Penyuluhan Sasaran Media
Kegiatan
1. Pembukaan 5 Menit 17. Mengucapkan salam Viewers Kalimat
18. Memperkenalkan diri instagram
19. Menjelaskan tujuan
pendidikan kesehatan
20. Menyampaikan pokok
pembahasan
1. Peroral (po)
Cara pemberian obat yang paling umum dilakukan. Peroral adalah cara
pemberian obat melalui mulut dengan tujuan mencegah, mengobati,mengurangi,
rasa sakit sesuai dengan efek terapi dari jenis obat.
Keuntungan nya : praktis, aman, dan ekonomis. Sedangkan
kelemahan dari pemberian obat secara oral adalah efek yang timbul biasanya
lambat, tidak efektif jika pengguna sering muntah-muntah, diare, tidak
sadar, tidak kooperatif, kurang disukai jika rasanya pahit (rasa jadi tidak
enak), iritasi pada saluran cerna
2. Sublingual
adalah obat yang cara pemberiannya di letak di bawah lidah.Tujuannya
adalah agar efek yang ditimbulkan bisa lebih cepat karena pembuluh darah di
bawah lidah merupakan pusat dari sakit
Kelebihan dari cara pemberian obat dengan sublingual adalah efek
obat akan terasa lebih cepat dan kerusakan obat pada pada saluran cerna dan
metabolisme di dinding usus dan hati dapat dihindari
3. Bukal
Bukal adalah obat yang cara pemberiannya di antara pipi dan gusi
Minum dan berkumurlah dengan sedikit air untuk melembabkan jika
mulutkering
Letakkan tablet diantara pipi dan gusi atau gusi bawah
Tutup mulut dan jangan menelan sampai tablet laryt dengan sempurna
Jangan makan minum atau merokok selama tablet belum larut
Jangan berkumur atau mencuci mulut selama 15 menit setelah tablet larut
dengan sempurna
4. Rectal
- Merupakan cara memberikan obat dengan memasukkan obat melalui dubur
atau rektum.
- Dengan tujuan memberikan efek local dan sistemik. Tindakan pengobatan
ini disebut
- Persembahan obat supositoria yang bertujuan untuk mendapatkan efek
terapiobat,
- Menjadikan lunak pada daerah feses dan merangsang buang udara besar.
5. Intra vaginal
Pemberian Obat per Vagina, Merupakan caramemberikan obat dengan
memasukkan obatmelalui vagina, yang bertujuan untuk mendapatkanefek terapi
obat dan mengobati saluran vagina atauserviks. Obat ini tersedia dalam bentuk
krim dansuppositoria yang digunakan untuk mengobatiinfeksi lokal
Lampiran 2
Link :
https://www.instagram.com/tv/CtbIphQJIin/?igshid=MzRlODBiNWFlZA==
lampiran 3
LEAFLET
Lampiran 4
///
SATUAN ACARA PENYULUHAN
RUTE PEMBERIAN OBAT
A. Latar belakang
Rute pemberian obat terdiri dari berbagai jalur, yang ditentukan dari sifat dan tujuan
pemberian obat sehingga dapat memberikan efek terapi yang tepat. Rute pemberian
obat terbagi menjadi 2 jalur utama yaitu rute internal dan rute parenteral. Rute enternal
merupakan rute dimana obat masuk melalui saluran cerna, seperti oral, sublingual dan
rektal. Sedangkan rute parenteral merupakan rute yang dikhususkan untuk obat-obatan
yang hampir tidak memungkinkan jika diberikan lewat saluran cerna, bisa karena
absorpsi yang buruk atau rusak jika terkena enzim-enzim saluran cerna. Rute
pemberian lewat parenteral antara lain, intravena, intramuskular dan subkutan.
Kemudian ada pula rute-rute lain seperti inhalasi, intranasal, intratekal, topikal dan
transdermal. Dari semua rute pemberian obat yang disebutkan sebelumnya, jalur oral
termasuk dalam rute yang cukup diminati oleh pasien, sehingga banyak produsen obat
berusaha mengembangkan berbagai cara untuk mengembangkan formulasi obat secara
oral. Namun, permasalahan yang sering ditemukan pada rute pemberian secara oral
adalah adanya bioavailabilitas yang rendah dari obat-obatan tertentu. Bioavailabilitas
adalah jumlah dan kecepatan obat yang mencapai sirkulasi sistemik. Bioavailabilitas
ditentukan oleh beberapa faktor yang antara lain, kelarutan dalam air, permeabilitas
obat, tingkat disolusi, dan metabolisme.
B. Tujuan
Umum
Mengenal teknik teknik pemberian obat melalui berbagai rute
pemberian obat
Menyadari berbagai pengaruh rute pemberian obat terhadap efeknya
Dapat menyatakan beberapa konsekuensi praktis dari pengaruh rute
pemberian obat terhilap efeknya.
Mengenal manifestasi berbagai obat yang diberikan.
Khusus
1. Untuk mengetahui rute pemberian obat secara enternal.
2. Untuk mengetahui rute pemerintah obat secara sublingual.
3. Untuk mengetahui rute pemberian obat secara rektal.
4. Untuk mengetahui rute pemberian obat secara parental.
5. Untuk mengetahui rute pemberian obat secara intravena (IV)
6. Untuk mengetahui rute pemberian obat secara intramuscular (IM)
7. Untuk mengetahui rute pemberian obat secara subkutan.
8. Untuk mengetahui rute pemberian obat secara inhalasi
9. Untuk mengetahui rute pemberian obat secara intranasal.
10. Untuk mengetahui rute pemberian obat secara intratekal.
11. Untuk mengetahui rute pemberian obat secara topikal.
12. Untuk mengetahui rute pemberian obat secara transdermal.
C. Sasaran
(Viewers Social Media Instagram)
D. Waktu dan Tempat
Hari dan Tanggal : Selasa, 13 Juni 2023
Pukul : 16.15-16.30
Tempat Kegiatan : Ruang B7 Universitas Sari Mulia
E. Media dan Alat
Media:
a. Leaflet
b. Laptop
c. LCD
F. Metode
Tanya jawab (kuis)
Mengedukasi
G. Struktur Organisasi
Penanggung jawab
Fasilitator
Doukumentasi
Evaluator
I. Alur Kegiatan
Tahap
NO Waktu Kegiatan Penyuluhan Sasaran Media
Kegiatan
1. Pembukaan 5 Menit 21. Mengucapkan salam Viewers Kalimat
22. Memperkenalkan diri instagram
23. Menjelaskan tujuan
pendidikan kesehatan
24. Menyampaikan pokok
pembahasan
1. Enteral
Enteral adalah rute pemberian obat yang nantinya akan melalui
saluran cerna.
1. Oral memberikan suatu obat melalui mulut adalah cara pemberian obat
yungpaling umum tetapi paling bervariasidan memerlukan jalan yang
paling rumituntuk mencapai jaringan. Beberapa obat diabsorbsi di
lambung: namun,duodenum sering merupakan jalan masuk utama ke
sirkulasi sistemik karenapermukaan absorbsinya yang lebih besar.
Kebanyakan obat diabsorbsi darisaluran cerna dan masuk ke hati sebelum
disebarkan ke sirkulasi umum.Metabolisme langakah pertama oleh usus
atau hati membatasi efikasi banyakobat ketika diminum per oral. Minum
obat bersamaan dengan makanan dapatmempengaruhi absorbsi.
Keberadaan makanan dalam lambung memperlambatwaktu pengosongan
lambung sehingga obat yang tidak tahan asam misalnya penisilin menjadi
rusak atau tidak diabsorbsi. Oleh karenaitu, penisilin atau obat yang tidak
tahan asam lainnya dapat dibuat sebagai salutenterik yang dapat
melindungi obat dari lingkungan asam dan bisa mencegahiritasi lambung.
Hal ini tergantung pada formulasi, pelepasan obat bias diperpanjang,
sehingga menghasilkan preparat lepas lambat.
2. Sublingual penempatan di bawah lidah memungkinkan obat tersebut
berdifusikedalam anyaman kapiler dan karena itu secara langsung masuk
ke dalamsirkulasi sistemik. Pemberian suatu obat dengan rute ini
mempunyai keuntunganobat melakukan bypass melewati usus dan hati dan
obat tidak diinaktivasi olehmetabolisme.
3. Rektal: 50% aliran darah dari bagian rektum memimas sirkulasi portal
jadi,biotransformasi obat oleh hati dikurangi. Rute sublingual dan rektal
mempunyaikeuntungan tambahan, yaitu mencegah penghancuran obat oleh
enzim ususatau pH rendah di dalam lambung. Rute rektal tersebut juga
berguna jika obatmenginduksi muntah ketika diberikan secara oral atau jika
penderita seringmuntah-muntah. Bentuk sediaan obat untuk pemberian
rektal umumnya adalahsuppositoria dan ovula
4. Parenteral : Penggunaan parenteral digunakan untuk obat yang
absorbsinya buruk melalui salurancema, dan untuk obat seperti insulin
yang tidak stabil dalam saluran cerna.Pemberianparenteral juga digunakan
untuk pengobatan pasien yang tidak sadar dan dalamkeadaan yang
memerlukan kerja obat yang cepat.Pemberian parenteral
memberikankontrol paling baik terhadap dosis yang sesungguhnya
dimasukkan kedalam tubuh.
1. Inhalasi:
Inhalasi memberikan pengiriman obat yang cepat melewati
permukaanluas dari saluran nafas dan epitel paru-paru, yang
menghasilkan efek hamper sama denganefek yang dihasilkan oleh
pemberian obat secara intravena. Ruteini efektifdan menyenangkan
penderita-penderita dengan keluhan pemafasanseperti asma atau penyakit
paru obstruktif kronis karena obat diberikan langsungke tempat kerja dan
efek samping sistemis minimal.
2. Intranasal:
Desmopressin diberikan secara intranasal pada pengobatan diabetes
insipidus, kalsitonin insipidus: kalsitonin salmon, suatu hormone peptida
yang digunakan dalam pengobatan osteoporosis, tersedia dalam bentuk
semprot hidung obat narkotik kokain, biasanya digunakan dengan cara
mengisap
3. Intratekal/intraventrikular:
Kadang-kadang perlu untuk memberikan obat-obat secara langsung ke
dalamcairan serebrospinal, seperti metotreksat pada leukemia limfostik
akut.
4. Topikal:
Pemberian secara topikal digunakan bila suatu efek lokal obat diinginkan
untuk pengobatan. Misalnya, klortrimazol diberikan dalam bentuk krem
secara langsung pada kulit dalam pengobatan dermatofitosis dan atropin
atropin diteteskan langsung ke dalam mata untuk mendilatasi pupil dan
memudahkan pengukuran kelainan refraksi.
5. Transdermal:
Rute pemberian ini mencapai efek sistemik dengan pemakaian obat pada
kulit. biasanya melalui suatu "transdermal patch" Kecepatan absorbsi
sangat bervariasi tergantun pada sifat-sifat fisik kulit pada tempat
pemberian Cara pemberian obat ini paling sering digunakan untuk
pengiriman obat secara lambat, seperti obat antiangina, nitrogliserin
B. Indikator Rute pemeberian obat
Injeksi intravena adalah pemberian obat dengan cara memasukkan obat ke
dalam pembuluh darah vena dengan menggunakan spuit. Untuk memperoleh reaksi
obat yang cepat diabsorbsi daripada dengan injeksi parenteral lain. Untuk
menghindari terjadinya kerusakan jaringan Untuk memasukkan obat dalam jumlah
yang lebih besarPada lengan (vena basalika dan vena sefalika) Pada tungkai (vena
saphenous)
Pada leher (vena jugularis) Pada kepala (vena frontalis atau vena temporalis)
- Intramuscular
Pemberian obat secara intramuskular adalah pemberian obat/cairan dengan cara
dimasukkan langsung kedalam otot (muskulus). Pemberian obat dengan cara ini
dilakukan pada bagian tubuh yang berotot besar, agar tidak ada kemungkinan untuk
menusuk saraf, misalnya pada bokong dan kaki bagian atas atau pada lengan
bagian atas. Pemberian obat intramuskulus diindikasikan pada pasien yang tidak
sadar dan tidak mau bekerja sama karena tidak memungkinkan untuk diberikan
obat secara oral. Obat-obatan yang diberikan juga tertentu, misalnya obat untuk
imunisasi.
- Subcutan
Teknik injeksi subkutan dilakukan dengan cara menyuntikkan obat ke lapisan
lemak di antara kulit dan otot. Injeksi subkutan dapat dilakukan dengan jarum
berukuran kecil 25–30 G dan disuntikkan dengan arah 45–90 derajat terhadap
permukaan kulit. Beberapa obat subkutan juga tersedia dalam bentuk prefilled
syringe.
- Inhalasi
Inhalasi sederhana yaitu memberikan obat dengan cara dihirup dalam bentuk uap
kedalam saluran pernafasan yang dilakukan dengan bahan dan cara yang sederhana
serta dapat dilakukan dalam lingkungan keluarga. Terapi ini lebih efektif
ketimbang obat oral/minum seperti tablet atau sirup.
- Intranasal adalah sebuah rute pemberian dimana obat dimasukkan melalui hidung.
Pemberian tersebut dapat berupa bentuk pemberian topikal atau pemberian sistemik
- Intratekal
Anestesi spinal (intratekal) merupakan penyuntikan obat anestesi lokal secara
langsung ke dalam cairan serebrospinal (CLS), didalam ruang subaracnoid.
menyuntikkan obat analgesik lokal ke dalam ruang subarachnoid di daerah antara
vertebra lumbalis L2-L3 atau L3-L4 atau L4-L5
- topikal adalah obat yang dipakai di tempat lesi[1]. Kata topikal berasal dari kata
topos yang berarti lokasi atau tempat[2]. Obat topikal terdiri dari vehikulum (bahan
pembawa) dan zat aktif. Sediaan topikal yang tersedia ditujukan untuk mendapat
efikasi maksimal zat aktif obat dan menyediakan alternatif pilihan bentuk sediaan
yang terbaik[3][4]. Obat topikal merupakan salah satu bentuk obat yang sering
dipakai dalam terapi dermatologi.
- transdermal mengaplikasikan obat melalui kulit dengan patch atau systems
pengiriman lainnya. Selain bisa sebanding dengan dosis rute oral, patch
transdermal memiliki banyak keunggulan dibandingkan bentuk oral.
C. Macam-macam rute pemberian obat
- Oral
Meminum obat secara oral umumnya ditujukan untuk obat berbentuk cair, tablet,
kapsul, atau tablet kunyah. Ini merupakan cara pemberian obat yang paling umum
karena jauh lebih mudah, aman, dan murah dibandingkan metode lainnya. Setelah
diminum, obat akan diserap oleh dinding usus. Proses ini dapat dipengaruhi oleh
makanan dan obat lain yang Anda konsumsi. Obat yang telah diserap kemudian
diuraikan oleh hati sebelum akhirnya diedarkan oleh darah ke seluruh tubuh.
- Suntikan (parenteral)
Terdapat beberapa cara pemberian obat menggunakan suntikan. Biasanya, cara ini
dibedakan dari lokasi suntiknya. Beberapa di antaranya:
Subkutan. Obat ini disuntikkan ke jaringan lemak tepat di bawah kulit. Obat ini
kemudian masuk ke pembuluh darah kecil (kapiler) menuju alirah darah untuk
diedarkan ke seluruh tubuh. Insulin adalah salah satu yang paling sering menggunakan
cara pemberian obat yang satu ini.
- Intramuskular.
Metode ini ditujukan untuk pasien yang membutuhkan obat dengan dosis yang lebih
besar. Obat disuntikkan langsung ke jaringan otot lengan atas, paha, atau pantat
menggunakan jarum berukuran besar.
- Intravena
Sering disebut sebagai infus, cara pemberian obat melalui intravena dilakukan dengan
menyuntikkan cairan mengandung obat langsung ke pembuluh vena. Obat dapat
diberikan dalam satu dosis atau berkelanjutan.
- Intratekal.
Cara ini ditujukan untuk mengobat penyakit pada otak, tulang belakang, serta lapisan
pelindungnya. Obat disuntikkan melalui jarum yang dimasukkan ke celah antara dua
tulang belakang bagian pinggang.
Lampiran 2
Link :
https://www.instagram.com/tv/CtbJ1GUJTcB/?igshid=MzRlODBiNWFlZA==
lampiran 3
LEAFLET
Lampiran 4
Powerpoint
SATUAN ACARA PENYULUHAN
PEMASANGAN INFUS
Dosen Pembimbing:
M. Sobirin Mohtar, S.Kep., Ns., M.Kep
Oleh:
Kelompok 5
A. Latar belakang
Pemasangan infus adalah suatu prosedur pemberian cairan, elektrolit ataupun
obat secara langsung kedalam pembuluh darah vena yang banyak dalam waktu
yang lama dengan cara menggunakan infus set untuk tujuan tertentu (Agus, 2013).
Pemasangan infus termasuk kedalam tindakan invasif atau tindakan yang dapat
langsung mempengaruhi keutuhan jaringan. Manfaat dari terapi infus dapat
sebagai jalur pemberian obat, pemberian cairan, pemberian produk darah atau
sampling darah (Alexander et.al, 2010).
Jumlah pasien yang mendapatkan terapi infus di Inggris sebanyak 25 juta
pasien per tahun dan mereka telah dipasang berbagai bentuk alat akses Intra Vena
(IV) selama perawatannya (Hampton, 2008). Pujasari dan Sumarwati (2002)
mengatakan, sekitar 80% pasien masuk rumah sakit mendapatkan terapi infus .
Alexander (2010) mengatakan perawat vokasional dan perawat profesional
harus memiliki pengetahuan, komitmen yang tinggi dan kompetensi dalam
melakukan tindakan pemasangan infus. Kompetensi perawat vokasional dan
perawat profesional diatur dalam standar kompetensi oleh Persatuan Perawat
Nasional Indonesia (PPNI) tahun 2005. Kompetensi perawat vokasional yaitu
melaksanakan intervensi keperawatan yang direncanakan sesuai dengan praktik
keperawatan dibawah pengawasan perawat teregistrasi, sedangkan kompetensi
perawat profesional yaitu melaksanakan serangkaian prosedur, treatment, dan
intervensi yang berada dalam lingkup praktik keperawatan bagi perawat teregistrasi
dan sesuai standar praktik keperawatan.
Kompetensi perawat dalam pemasangan infus masih terdapat kekurangan
Kekurangan tersebut seperti perawat kurang memperhatikan kesterilan luka pada
pemasangan infus dan perawat tidak patuh terhadap Standar Prosedur Operasional
(SPO pemasangan infus di rumah sakit. Hasil penelitian Andares (2009)
mengatakan bahwa perawat kurang memperhatikan kesterilan luka pada
pemasangan dan perawat kurang peduli akan tersedianya bahan-bahan yang
diperlukan seperti sarung tangan, kain kasa steril, alkohol, dan juga pemakaian yang
berulang pada selang infus yang tidak steril. Hasil penelitian Mulyani (2011)
mengatakan perawat tidak patuh pada SPO pemasangan infus, dari 12 perawat
pelaksana yang memasang infus, perawat yang tidak patuh sebanyak 12 orang atau
100% tidak patuh. Hasil penelitian lain dari Pasaribu (2008) tentang analisa
pelaksanaan pemasangan infus didapatkan hasil bahwa perawat dengan kategori
baik sebanyak 27%, kategori sedang sebanyak 40% dan kategori buruk sebanyak
33%. Melihat fenomena ini perawat perlu memiliki keterampilan pemasangan infus
dengan baik.
Keterampilan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) adalah cakap
atau mampu untuk menyelesaikan tugas dan juga cekatan (tangkas atau cepat dalam
melakukan sesuatu). Robbin (2001) mengatakan keterampilan adalah kecakapan
yang berhubungan dengan tugas atau kewajiban sesuai dengan analisis pekerjaan.
Keterampilan perawat dalam melakukan pemasangan infus dipengaruhi oleh
tiga faktor. Faktor yang pertama adalah karakteristik pasien, faktor yang kedua
tingkat pengalaman dan faktor yang ketiga kompetensi perawat (Sabri et.al, 2012).
Faktor yang pertama karakteristik pasien yaitu usia pasien dan kondisi medis.
Perawat akan memerlukan waktu lama untuk melakukan pemasangan infus kepada
anak-anak daripada orang dewasa.
Faktor yang kedua adalah tingkat pengalaman perawat. Pengalaman diartikan
sebagai sesuatu yang pernah dialami, dijalani, dirasakan, atau ditanggung (KBBI,
2005). Pengalaman diartikan juga sebagai memory episodic, yaitu memori yang
menerima dan menyimpan peristiwa yang dialami oleh individu pada waktu dan
tempat tertentu sebagai referensi otobiografi (referensi berdasarkan pengalaman
dirinya atau pengalaman dari orang lain). Pengalaman akan mempengaruhi
keterampilan karena semakin lama seseorang bekerja pada suatu pekerjaan, maka
akan semakin berpengalaman sehingga keterampilan kerja akan semakin baik
(Ranupantoyo dan Saud 2005). Tingkat pengalaman seorang perawat berkaitan
dengan jenjang karir. Jenjang karir adalah sistem untuk meningkatkan kinerja dan
profesionalisme sesuai dengan bidang pekerjaan melalui peningkatan kompetensi.
Departemen Kesehatan Republik Indonesia (DEPKES RI) tahun 2006 jenjang karir
perawat meliputi perawat klinik, perawat manajer, perawat pendidik dan perawat
peneliti. Perawat klinik terdiri dari lima tingkatan, yaitu Perawat Klinik I (PK I),
Perawat Klinik II (PK II), Perawat Klinik III (PK III), Perawat Klinik IV (PK IV)
dan Perawat Klinik V (PK V).
Faktor yang ketiga adalah kompetensi perawat. Hutapea dan Thoha (2008)
mengatakan kompetensi adalah kapasitas yang ada pada seseorang yang bisa
membuat seseorang tersebut mampu memenuhi apa yang diisyaratkan oleh
pekerjaan atau organisasi sehingga mampu mencapai hasil yang diharapkan. Standar
kompetensi perawat Indonesia diatur oleh PPNI tahun 2013, terdapat 12 tindakan
keperawatan yang merupakan cakupan kompetensi yang harus dimiliki oleh setiap
perawat Indonesia pada semua jenjang, salah satunya adalah memfasilitasi
kebutuhan elektrolit dan cairan, dalam hal ini memfasilitasi kebutuhan cairan
melalui intra vena yaitu pemasangan infus.
B. Tujuan
1. Tujuan umum
Setelah meingikuti penyuluhan umum selama 20 menit diharapkan dapat
memahami dan mengerti tentang penting pemasangan infus pada pasien.
2. Tujuan khusus
Setelah mendapatkan penyuluhan diharapkan peserta penyuluhan mampu:
a. Menjelaskan pengertian pemasangan infus
b. Menyebutkan indikasi pemasangan infus
c. Menjelaskan komplikasi yang dapat terjadi
d. Menjelaskan hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pemasangan infus
e. Mendemostrasikan cara pemasangan infus.
C. Sasaran
Viewers Social Media Instagram
D. Waktu dan Tempat
Hari dan Tanggal : Senin, 19 Juni 2023
Pukul : 16.10 WITA
Tempat Kegiatan : Instagram
E. Media dan Alat
Media:
a. Leaflet
b. LCD
c. Proyektor
d. Laptop 1
e. TOA / Pengeras suara
F. Metode (sesuaikan)
Ceramah
Demonstrasi
Tanya jawab (kuis)
G. Struktur Organisasi
Penanggung jawab
Narasumber
Observer
Fasilitator
Dokumentasi
Evaluator
H. Denah
Tanda panitia & viewer (kotak, bulat, segi tiga)
Keterangan :
Kotak = penagnggung jawab
I. Alur Kegiatan
Tahap
NO Waktu Kegiatan Penyuluhan Sasaran Media
Kegiatan
1. Pembukaan 5 Menit 25. Mengucapkan salam Kalimat
26. Memperkenalkan diri
27. Menjelaskan tujuan
pendidikan kesehatan
28. Menyampaikan pokok
pembahasan
Materi
PEMASANGAN INFUS
A. Pengertian pemasangan infus
Sebelum melaksanakan pemasangan infus, berikut adalah alat dan bahan yang
harus dipersiapkan ketika hendak melakukan tindakan pemasangan infus. Pastikan
bahwa ke 12 alat dan bahan ini sudah tersedia.
1. Standar infus
4. Perlak
5. Tourniquet
6. Plester
7. Guntung
8. Bengkok
1. Dekatkan alat
2. Jelaskan kepada klien tentang prosedur dan sensasi yang akan dirasakan selama
pemasangan infus
4. siapkan cairan dengan menyambung botol cairan dengan selang infus dan
gantungkan pada standar infus
17. Pasang label pelaksanaan tindakan yang berisi : nama pelaksana, tanggal dan jam
pelaksanaan
20. Observasi dan evaluasi respon pasien, catat pada dokumentasi keperawatan
H. Komplikasi Pemasangan Infus
Terapi intravena diberikan secara terus-menerus dan dalam jangka waktu yang
lama tentunya akan meningkatkan kemungkinan terjadinya komplikasi. Komplikasi
dari pemasangan infus yaitu flebitis, hematoma, infiltrasi, tromboflebitis, emboli udara
(Hinlay, 2006).
1. Ganti lokasi tusukan setiap 48-72 jam dan gunakan set infus baru
2. Ganti kasa steril penutup luka setiap 24-48 jam dan evaluasi tanda infeksi
4. Jika infus tidak diperlukan lagi, buka fiksasi pada lokasi penusukan
6. Tekan lokasi penusukan menggunakan kasa steril, lalu cabut jarum infus perlahan,
periksa ujung kateter terhadap adanya embolus.
8. Gunakan alat-alat yang steril saat pemasangan, dan gunakan tehnik sterilisasi dalam
pemasangan infus.
9. Hindarkan memasang infus pada daerah-daerah yang infeksi, vena yang telah rusak,
vena pada daerah fleksi dan vena yang tidak stabil.
Dokumentasi
Link :
https://www.instagram.com/reel/Ctxu5rMujua/?igshid=YmM0MjE2YWMzOA==
SATUAN ACARA PENYULUHAN
Dosen Pembimbing:
M. Sobirin Mohtar, S.Kep., Ns., M.Kep
Oleh:
Kelompok 5
A. Latar belakang
Dalam kehidupan manusia, kita tentu tidak mengharapkan sebuah penyakit
menyerang kita. Kita sebagai manusia selalu berusaha untuk menjaga kesehatan agar
dapat terus hidup dengan sehat dan melakukan aktifitas normal dan sesuai dengan apa
yang kita harapkan. Namun, terkadang kita juga tidak menyadari bahwa kegiatan atau
makanan yang kita konsumsi menjadi salah satu penyebab tubuh kita menjadi lemah
dan kemudian sakit. Dalam beberapa hal terkadang manusia yang sedang sakit tidak
dapat menelan makanan secara oral. Hal ini menyebabkan tubuh mereka semakin
lemah. Karena itu, ketika seseorang sedang dalam keadaan seperti ini, petugas
kesehatan biasanya memasang sebuah selang yang disebut Nasogastric Tube (NGT).
NGT ini sering digunakan untuk memberikan nutrisi dan obat-obatan kepada seseorang
yang tidak mampu untuk mengkomsumsi makanan, cairan dan obat-obatan secara oral
agar tubuh mereka tetap mendapat asupan nutrisi dari makanan dan obat sehingga
dapat kembali sehat.
Nasogastric Tubes (NGT) sering digunakan untuk menghisap isi lambung, juga
digunakan untuk memasukan obat-obatan dan makanan. NGT ini digunakan hanya
dalam waktu yang singkat. (Metheny & Titler, 2001). Untuk memenuhi kebutuhan
pasien, pengetahuan dan kemampuan perawat dalam memasukan dan melakukan
perawatan NGT adalah sangat dibutuhkan.
Bagi anak-anak kebutuhan akan NGT disebabkan oleh beberapa kondisi seperti
anomali anatomi jalan makanan; oesophagus atau alat eliminasi, kelemahan reflek
menelan, distress pernafasan atau tidak sadarkan diri. Keselamatan adalah selalu
menjadi perhatian,dimana kerjasama perawat pasien dan keluarga sangat dibutuhkan
dan pada sebagian anak terkadang agak sedikit dipaksakan. Sebagai perawat
profesional, harus berhati-hati dalam melaksanakan tindakan serta memperhatikan
keunikan variasi di dalam melaksanakan tindakan secara aman dan nyaman.
(WALLEY & WONG, 2000).
B. Tujuan
Umum
Tujuan kami mengadakan penyuluhan untuk memberikan informasi dan berbagi
ilmu pengetahuan kepada siswa/i agar supaya siswa/i dapat memahami dan
mengerti tentang prosedur pemasangan NGT pada pasien.
Khusus
Setelah mendapatkan penyuluhan diharapkan peserta mampu:
a. Menjelaskan pengertian pemasangan NGT
b. Menyebutkan indikasi pemasangan NGT
c. Menjelaskan kontraindikasi yang dapat terjadi pada pemasangan NGT
d. Menjelaskan tata cara pemasangan NGT
e. Menjelaskan hal-hal yang perlu di perhatikan setelah pemasangan NGT
f. Komplkasi pemasangan NGT
g. Alat dan bahan pemasangan NGT
h. SOP pemasangan NGT
C. Sasaran
Viewers Social Media Instagram
G. Struktur Organisasi
Penanggung jawab
Narasumber
Observer
Fasilitator
Doukumentasi
Evaluator
H. Denah
Tanda panitia & viewer (kotak, bulat, segi tiga)
Keterangan :
Kotak = penagnggung jawab
I. Alur Kegiatan
N Tahap
Waktu Kegiatan Penyuluhan Sasaran Media
O Kegiatan
1. Pembukaan 5 Menit 29. Mengucapkan siswi Kalimat
salam
30. Memperkenalkan
diri
31. Menjelaskan
tujuan pendidikan
kesehatan
32. Menyampaikan
pokok pembahasan
2. Pelaksanaan 20 22. Menjelaskan siswi Leaflet
Menit materi Powerp
23. Siswa/i oint
memperhatikan Demons
penjelasan trasi
pemasangan NGT
24. Siswa/i
menanyakan
tentang hal-hal
yang belum jelas
25. Menampilkan
vidio
3. Penutup 5 Menit 20. Menyimpulkan siswi Kalimat
materi
21. Mengevaluasi
Siswa/i tentang
materi yang telah
diberikan
22. Mengakhiri
pertemuan
Lampiran 1
Materi
PEMASANGAN NASOGASTRIC TUBE (NGT)
A. Pengertian Pemasangan NGT
Nasogastric tube atau NGT adalah selang yang dimasukkan melalui hidung,
diarahkan turun ke tenggorokan, esofagus hingga mencapai lambung dengan indikasi
tertentu. Selang yang digunakan merupakan jenis selang tipis dan fleksibel terbuat dari
polyurethane atau silicone Penggunaan NGT bersifat hanya sementara.
Indikasi Diagnostik
Indikasi diagnostik pemasangan NGT adalah sebagai berikut:
Evaluasi ada tidaknya perdarahan saluran cerna bagian atas dan volume
perdarahannya
Aspirasi cairan lambung
Identifikasi esofagus dan lambung pada Rontgen toraks
Administrasi cairan kontras radiografi untuk pencitraan saluran pencernaan
Identifikasi sel kanker. Pada pasien dengan kanker lambung, pemeriksaan sitologi
pada cairan lambung dapat menilai ada tidaknya sel kanker. Pemeriksaan ini dapat
memprediksi angka harapan hidup pasien
Indikasi Terapeutik
Indikasi terapeutik pemasangan NGT adalah sebagai berikut:
Dekompresi Lambung.
Kasus obstruksi saluran pencernaan baik akibat adhesi, hernia, ileus,
neoplasma, volvulus, maupun intususepsi, aliran cairan hasil sekresi saluran cerna
dapat terhambat. Penumpukan cairan ini akan menyebabkan distensi abdomen,
nyeri abdomen, dan mual.
Lambat laun kondisi ini akan menimbulkan muntah yang bila terjadi dapat
meningkatkan risiko aspirasi pada pasien. Angka mortalitas akibat aspirasi dapat
mencapai 70%, tergantung pada jenis dan jumlah cairan aspirasi. Pemasangan
NGT dapat menurunkan risiko aspirasi serta membantu meredakan gejala klinis
akibat distensi abdomen.
Pascaintubasi Endotrakeal
Pemasangan NGT dapat menjaga kondisi terdekompresi pascaintubasi
endotrakeal.
Overdosis Obat dan Keracunan
Pada kasus overdosis obat/zat atau menelan zat korosif, pemasangan NGT
dilakukan untuk mengevakuasi isi lambung dari zat berbahaya.
Pemberian Nutrisi pada Penyakit Kritis
Pemasangan NGT mempermudah pemberian nutrisi atau obat-obatan yang
adekuat pada pasien yang tidak mampu mengonsumsi makanan dan obat secara
oral, seperti pada pasien dengan penurunan kesadaran, kanker saluran cerna
tertentu, luka bakar pada wajah, maupun pada pasien yang mengalami malabsorpsi
dan membutuhkan asupan makanan terus-menerus.
Pemberian Nutrisi pada Anoreksia Nervosa
Pemulihan kehilangan berat badan merupakan langkah awal yang penting
dalam perawatan pasien dengan anoreksia nervosa. Pemasangan NGT dinilai
penting pada kondisi ini untuk menstabilkan kondisi medis dan pemulihan
komplikasi jangka panjang yang sudah terjadi.
Kontraindikasi Absolut
Kontraindikasi absolut pemasangan NGT adalah trauma pada wajah atau
fraktur cribiform plate. Pemasangan NGT dapat memperburuk trauma bahkan
menghasilkan malposisi parah ke dalam tengkorak pada kasus fraktur basis cranii. Pada
kasus seperti ini, sebaiknya menggunakan selang orogastrik yang dimasukkan melalui
mulut menuju ke lambung. Selain itu, pemasangan NGT juga dikontraindikasikan pada
pasien yang baru menjalani pembedahan hidung, seperti rinoplasti.
Kontraindikasi Relatif
Gangguan koagulasi darah berat karena dapat menyebabkan perdarahan yang tidak
terkontrol
Varises, striktur, atau ruptur esofagus
Obstruksi esofagus akibat neoplasma maupun benda asing
Anastomosis esofagus dan lambung
Kelainan anatomis wajah
Riwayat konsumsi zat kimia korosif
Pada pasien yang baru saja menjalani tindakan bypass lambung.
Lampiran 2
LEAFLET
Lampiran 3
Power Point
Lampiran 4
Dokumentasi
Link :
https://www.instagram.com/reel/Ctxu5rMujua/?
igshid=YmM0MjE2YWMzOA=
SATUAN ACARA PENYULUHAN
PEMASANGAN KATETER
B. Tujuan
Tujuan Umum
Tujuan umum pemasangan kateter adalah untuk memfasilitasi aliran atau
pengeluaran cairan tertentu dari tubuh manusia. Beberapa tujuan umum pemasangan
kateter antara lain:
1. Drainase urin: Kateter urine digunakan untuk mengosongkan kandung kemih
ketika pasien tidak dapat buang air kecil secara normal, seperti dalam kasus
kelemahan otot, kerusakan saraf, atau setelah operasi.
2. Monitoring: Kateter arteri atau kateter vena sentral digunakan untuk memonitor
tekanan darah, suhu, dan kadar oksigen dalam darah secara terus-menerus pada
pasien yang sakit kritis atau dalam kondisi yang memerlukan pemantauan intensif.
5. Pengukuran produksi urine: Dalam beberapa situasi medis, perlu untuk mengukur
jumlah urine yang diproduksi oleh pasien selama periode waktu tertentu. Dalam hal
ini, kateter urine digunakan untuk mempermudah pengumpulan sampel urine yang
akurat.
Tujuan Khusus
Tujuan khusus pemasangan kateter dapat bervariasi tergantung pada kondisi medis
pasien dan kebutuhan spesifik. Beberapa tujuan khusus pemasangan kateter antara lain:
C. Sasaran
Pasien
D. Waktu dan Tempat
Hari dan Tanggal : Selasa, 6 Juni 2023 (sesuai tugas)
Pukul : 11.00-11.30 (sesuai tugas)
Tempat Kegiatan : Ruang Kelas B4
E. Media dan Alat
Media: (sesuaikan)
e. Leaflet
f. Lembar balik
F. Metode (sesuaikan)
Ceramah
Tanya jawab (kuis)
G. Struktur Organisasi
Penanggung jawab
Narasumber
Observer
Fasilitator
Doukumentasi
Evaluator
H. Denah
I. Alur Kegiatan
Tahap
NO Waktu Kegiatan Penyuluhan Sasaran Media
Kegiatan
1. Pembukaan 5 Menit 33. Mengucapkan salam pasien Kalimat
34. Memperkenalkan diri
35. Menjelaskan tujuan
pemasangan kateter
36. Menyampaikan pokok
pembahasan
37. Kontrak waktu
penyuluhan
2. Pelaksanaan 25 Menit 26. Persiapan pasien Pasien Leaflet
sebelum pemasangan Powerpo
kateter. int
27. Bahan dan peralatan Demonst
yang digunakan. rasi
28. Langkah-langkah
prosedur pemasangan
kateter.
29. Demonstrasi prosedur
pemasangan kateter.
30. Perawatan kateter
setelah pemasangan.
31. Tanda-tanda infeksi
atau komplikasi
kateter.
32. Tindakan pencegahan
infeksi kateter.
3. Penutup 5 Menit 23. Ringkasan materi Pasien Kalimat
penyuluhan.
24. Tanya jawab terakhir.
25. Penyampaian evaluasi
penyuluhan.
26. Penutup oleh
pembicara utama
Lampiran 1
Materi
A. Pengertian pemasangan kateter
Pemasangan kateter adalah prosedur medis yang melibatkan penyisipan
tabung tipis atau saluran fleksibel ke dalam tubuh pasien melalui saluran tubuh
alami atau melalui sayatan kecil pada kulit. Kateter dapat digunakan untuk berbagai
tujuan, seperti drainase urin, pengeluaran cairan, pemantauan, atau administrasi
obat.
B. Indikator pemasangan kateter
Indikator pemasangan kateter adalah kriteria atau petunjuk yang digunakan untuk
menentukan apakah pemasangan kateter diperlukan atau tidak. Indikator-indikator
ini digunakan oleh tenaga medis untuk memastikan bahwa pemasangan kateter
dilakukan secara tepat dan sesuai dengan kebutuhan medis pasien. Beberapa
indikator pemasangan kateter yang umum termasuk:
1. Retensi urine
Jika pasien mengalami retensi urine yang tidak dapat dikosongkan secara
normal, seperti kesulitan buang air kecil atau ketidakmampuan untuk buang
air kecil sama sekali, pemasangan kateter urine mungkin diperlukan.
2. Monitoring cairan
Pemasangan kateter dapat diperlukan untuk memantau produksi urine atau
mengukur jumlah cairan yang dikeluarkan oleh pasien. Ini penting dalam
manajemen cairan dan diagnosis kondisi medis tertentu.
3. Gangguan neurologis
Jika pasien mengalami gangguan neurologis yang memengaruhi fungsi
kandung kemih, seperti kerusakan saraf atau kelemahan otot, pemasangan
kateter urine mungkin diperlukan untuk mengelola pengosongan kandung
kemih.
4. Operasi atau pemulihan pasca-bedah
Pemasangan kateter urine dapat diperlukan setelah operasi, terutama pada
operasi besar yang mempengaruhi kandung kemih atau saluran kemih. Ini
membantu mengurangi risiko retensi urine dan memfasilitasi pemulihan
pasca-bedah.
5. Monitoring hemodinamik
Pemasangan kateter arteri atau kateter vena sentral dapat diperlukan untuk
memantau tekanan darah, suhu tubuh, atau kadar oksigen dalam darah
pasien yang sakit kritis atau membutuhkan pemantauan hemodinamik.
6. Administrasi nutrisi atau obat
Jika pasien tidak dapat menerima nutrisi atau obat secara oral, pemasangan
kateter intravena sentral dapat diperlukan untuk administrasi nutrisi
parenteral atau obat-obatan.
1. Kateter Urine
2. Kateter Arteri
4. Kateter Nasogastrik
5. Kateter Intrakranial
6. Kateter Gastrostomi
7. Kateter Hemodialisis
175
Panduan project based learning keperawatan dasar ii
176
Panduan project based learning keperawatan dasar ii
SATUAN ACARA PENYULUHAN
RANGE OF MOTION (ROM)
177
Panduan project based learning keperawatan dasar ii
SATUAN ACARA PENYULUHAN
ROM
A. Latar belakang
ROM adalah gerakan dalam keadaan normal dapat dilakukan oleh sendi yang
bersangkutan. (Suratun, 2008). Latihan range of motion (ROM) merupakan istilah
baku untuk menyatakn batasan gerakan sendi yang normal dan sebagai dasar untuk
menetapkan adanya kelainan ataupun untuk menyatakan batas gerakan sendi yang
abnormal. (Arif, M, 2008) Latihan range of motion (ROM) adalah latihan yang
dilakukan untuk mempertahankan persendian atau memperbaiki tingkat kesempurnaan
kemampuan menggeraka persendian secara normal dan lengkap untuk meningkatkan
massa otot dan tonus otot. (Potter & Perry, 2005)
B. Tujuan
Tujuan Umum
Setelah dilakukan pendidikan kesehatan tentang Latihan Gerak, selama 30 menit, di
harapkan keluarga khususnya pasien SNH ruang kenanga RSUD Kabupaten Tangerang
mengetahui manfaat latihan gerak dan mampmelakukan latihan rentang gerak.
Tujuan Khusus
Setelah diberikan penyuluhan selama 30 menitdi harapkan keluarga mampu:
1. Menjelaskan Pengertain ROM
2. Menyebutkan Tujuan ROM
3. Menyebutkan Manfaat ROM
4. Menyebutkan macam-macam ROM
5. Mendemostrasikan teknik gerakan ROM
C. Sasaran
Klien
D. Waktu dan Tempat
Hari dan Tanggal : selasa 6 juni 2023 (sesuai tugas)
Pukul : 11.00-11.30 (sesuai tugas)
Tempat Kegiatan : Ruang Kelas B4
178
Panduan project based learning keperawatan dasar ii
E. Media dan Alat
1.Lembar Balik
2.Leafleat
3. PPT
F. Metode (sesuaikan)
1.Ceramah
2.Diskusi Tanya Jawab
G. Struktur Organisasi
Penanggung jawab
Narasumber
Observer
Fasilitator
Doukumentasi
Evaluator
H. Denah
I. Alur Kegiatan
Tahap
NO Waktu Kegiatan Penyuluhan Sasaran Media
Kegiatan
1. Pembukaan 10 Menit 38. Mengucapkan salam Klien Kalimat
39. Memperkenalkan diri
40. Menjelaskan tujuan
ROM
41. Menyampaikan pokok
pembahasan
42. Kontrak waktu
penyuluhan
179
Panduan project based learning keperawatan dasar ii
2. Pelaksanaan 25 Menit 33. Menjelaskan Klien Kalimat
Pengertian ROM Diskusi
34. Menjelaskan tujuan Tanya
ROM jawab
35. Menjeleaskan manfaat
ROM
36. Menjelaskan macam
macam ROM
37. Melakukan
Demontrasi gewrakan
ROM
3. Penutup 5 Menit 27. Evaluasi siswi Kalimat
28. Menyimpulkan Materi
29. Mengucapakn salam
180
Panduan project based learning keperawatan dasar ii
Lampiran 1
Materi
A. Pengertian ROM
Range of motion atau rentang gerak merupakan jumlah maksimum gerakan yang
mungkin dilakukan sendi pada salah satu dari tiga potongan tubuh: sagital, frontal, dan
transfersal. Potongan sagital adalah garis yang melewati tubuh dari depan kebelakang,
membagi tubuh menjadi bagian kiri dan kanan. Potongan frontal melewati tubuh dari
sisi kesisi dan membagi tubuh menjadi bagian depan dan belakang. Potongan
transfersal adalah garis horizontal yang membagi tubuh menjadi bagian atas dan
bawah.
Latihan range of motion (ROM) adalah latihan yang dilakukan untuk
mempertahakan atau memperbaiki tingkat kesempurnaan kemampuan menggerakan
persendian secara normal dan lengkap untuk meningkatkan massa otot dan tonus otot
(Potter & Perry, 2005).
B. Tujuan ROM
1. Mempertahankan atau memelihara kekuatan otot
2. Memelihara mobilitas persendian
3. Merangsang sirkulasi darah
4. Mencegah kelainan bentuk
5. Mempertahankan fungsi jantung dan pernapasan
6. Memperlancar eliminasi Alvi dan Urin
7. Mengembalikan aktivitas tertentu sehingga pasien dapat kembali normal dan atau
dapat memenuhi kebutuhan gerak harian
8. Memberi kesempatan perawat dan pasien untuk berinteraksi atau berkomunikasi
C. Manfaat ROM
1. Memperbaiki tonus otot
2. Meningkatkan mobilisasi sendi
3. Memperbaiki toleransi otot untuk latihan
4. Meningkatkan massa otot
5. Mengurangi kehilangan tulang
181
Panduan project based learning keperawatan dasar ii
D. Macam macam ROM
1. ROM Pasif
Latihan ROM pasif adalah latihan ROM yang dilakukan klien dengan
bantuan perawat atau keluarga pada setiap gerakan ROM. Indikasi latihan pasifa
dalah pasien semi-koma dan tidak sadar, pasien dengan keterbatasan mobilisasi,
tidak mampu melakukan beberapa atau semua latihan rentang gerak dengan
mandiri, pasien tirah baring total atau pasien dengan paralisis ekstermitas total
(Suratun, dkk, 2008). Rentang gerak pasif ini berguna untuk menjaga kelenturan
otot-otot dan persendian dengan menggerakkan otot orang lain secara pasif
misalnya perawat mengangkat dan menggerakkan kaki pasien.
2. ROM Aktif
Latihan ROM aktif adalah Perawat memberikan motivasi, dan membimbing
klien dalam melaksanakan pergerakan sendi secara mandiri sesuai dengan rentang
gerak sendi normal. Hal ini untuk melatih kelenturan dan kekuatan otot serta sendi
dengan cara menggunakan otot- ototnya secara aktif .
E. Teknik Gerakan ROM
182
Panduan project based learning keperawatan dasar ii
Lampiran 2
Leaflet
Lampiran 3
183
Panduan project based learning keperawatan dasar ii
Powerpoint
184
Panduan project based learning keperawatan dasar ii
185
Panduan project based learning keperawatan dasar ii
186
Panduan project based learning keperawatan dasar ii
187
Panduan project based learning keperawatan dasar ii
Lampiran 4
Dokumentasi
188
Panduan project based learning keperawatan dasar ii
189
Panduan project based learning keperawatan dasar ii
190
Panduan project based learning keperawatan dasar ii
191
Panduan project based learning keperawatan dasar ii
192
Panduan project based learning keperawatan dasar ii
193
Panduan project based learning keperawatan dasar ii
SATUAN ACARA PENYULUHAN
PERAWATAN LUKA
Oleh:
Mahdiyanti 11194562210394
Maria Fransiska katni 11194562210395
Mitra olivia 11194562210396
Muhammad Ramadhani 11194562210397
Nadila 11194462210398
Nasyuha Shirin Ebadi Rahmah 11194562210399
nazilatu audah surya putri Nim 11194562210400
Nurul Qamaril Wardani 11194562210401
Patmawati 11194562210402
Rahmadana 11194562210403
Rahmanda Arisandy 11194562210404
194
Panduan project based learning keperawatan dasar ii
SATUAN ACARA PENYULUHAN
PERAWATAN LUKA
A. Latar belakang
Perawatan luka merupakan suatu proses yang sangat penting dalam
pemulihan dan pengobatan berbagai jenis luka yang terjadi pada tubuh manusia.
Ketika terjadi cedera atau luka, tubuh manusia secara alami memiliki kemampuan
untuk meregenerasi dan memperbaiki jaringan yang terluka melalui proses yang
dikenal sebagai pemulihan luka atau wound healing.
Namun, untuk mencapai pemulihan luka yang optimal, perawatan yang tepat
sangatlah penting. Sayangnya, seringkali terjadi bahwa perawatan luka yang
diberikan tidaklah tepat atau kurangnya pengetahuan mengenai cara yang benar
dalam merawat luka. Hal ini dapat menyebabkan timbulnya komplikasi dan
memperlambat proses penyembuhan luka.
Perawatan yang tidak tepat, seperti penggunaan balutan yang tidak steril
atau pembersihan luka yang tidak memadai, dapat menyebabkan risiko infeksi dan
peradangan yang lebih lanjut. Kurangnya pengetahuan tentang perawatan luka juga
dapat mengakibatkan kesalahan dalam memilih metode perawatan yang sesuai,
seperti penggunaan bahan atau larutan yang tidak tepat, yang dapat mempengaruhi
kemampuan tubuh untuk menyembuhkan luka dengan efektif.
Oleh karena itu, penting bagi individu yang terlibat dalam perawatan luka,
termasuk pasien dan petugas kesehatan, untuk memiliki pemahaman yang memadai
tentang prinsip-prinsip perawatan luka yang tepat. Dengan pemahaman yang baik
tentang teknik pembersihan luka, penggunaan bahan atau larutan yang sesuai, serta
pentingnya menjaga kebersihan dan kesterilan selama proses perawatan, dapat
membantu meminimalkan risiko komplikasi dan mempercepat proses penyembuhan
luka.
Dengan demikian, peningkatan pengetahuan dan kesadaran mengenai
perawatan luka yang tepat sangatlah penting untuk memastikan pemulihan yang
optimal dan menghindari risiko yang tidak diinginkan.
Menurut sebuah studi penelitian oleh Lia Ayudia (2018), perawatan luka
yang tepat dapat mempercepat proses penyembuhan luka dan mengurangi risiko
195
Panduan project based learning keperawatan dasar ii
infeksi. Penelitian tersebut menunjukkan bahwa penggunaan metode perawatan
yang komprehensif, termasuk membersihkan luka secara teratur dengan larutan
antiseptik yang sesuai, mengubah balutan secara teratur, dan memastikan
kebersihan tangan saat melakukan perawatan, dapat meningkatkan tingkat
penyembuhan luka hingga 30%.
Namun, di dalam masyarakat, masih banyak yang kurang memahami
pentingnya perawatan luka yang tepat. Sebuah penelitian oleh Santy Tiara (2019)
menemukan bahwa hanya sekitar 40% dari individu yang menerima perawatan luka
di rumah memiliki pengetahuan yang memadai tentang cara merawat luka dengan
benar. Kekurangan pengetahuan ini dapat menyebabkan kesalahan dalam perawatan
luka, seperti penggunaan larutan yang tidak tepat atau balutan yang tidak steril,
yang dapat menyebabkan infeksi dan memperlambat penyembuhan.
Oleh karena itu, penting untuk memberikan edukasi kepada masyarakat
mengenai perawatan luka yang benar. Pendidikan mengenai teknik membersihkan
luka, penggunaan bahan dan larutan yang sesuai, serta pentingnya menjaga
kebersihan tangan saat merawat luka harus diberikan kepada individu yang terlibat
dalam perawatan, termasuk pasien, keluarga, dan tenaga medis. Dengan
meningkatkan pengetahuan dan pemahaman tentang perawatan luka, diharapkan
dapat meningkatkan tingkat kesembuhan luka dan mengurangi komplikasi yang
terkait dengan perawatan luka yang tidak tepat.sampai tua.
B. Tujuan
Umum
Tujuan kami mengadakan penyuluhan di media sosial adalah untuk memberikan
informasi dan pengetahuan kepada teman-teman mengenai pentingnya perawatan
luka yang tepat. Kami ingin meningkatkan kesadaran mereka tentang bagaimana
merawat luka dengan benar agar mempercepat proses penyembuhan dan
menghindari komplikasi. Dengan pengetahuan yang kami bagikan, kami berharap
teman-teman di media sosial dapat memberikan perawatan luka yang sesuai dan
membantu mencegah risiko infeksi serta memastikan pemulihan yang optimal.
196
Panduan project based learning keperawatan dasar ii
Khusus
a) Para pengguna media sosial dapat memahami pentingnya perawatan luka yang
tepat untuk mempercepat penyembuhan dan mencegah komplikasi.
b) Para pengguna media sosial dapat mengenali penyebab komplikasi pada luka jika
perawatan tidak dilakukan dengan benar, seperti infeksi atau luka yang sulit
sembuh.
c) Para pengguna media sosial dapat memahami indikator-indikator perawatan luka
yang baik, seperti kebersihan luka dan perubahan yang terjadi pada luka selama
proses penyembuhan.
d) Para pengguna media sosial dapat mengikuti tata cara perawatan luka yang
benar, termasuk membersihkan luka, mengaplikasikan balutan steril, dan
menjaga luka dari risiko infeksi.
e) Para pengguna media sosial dapat mempelajari berbagai teknik perawatan luka,
seperti membersihkan luka dengan larutan antiseptik, mengganti balutan secara
teratur, dan menjaga kelembapan luka.
f) Para pengguna media sosial dapat memahami dampak yang dapat timbul jika
perawatan luka diabaikan, seperti risiko infeksi yang lebih tinggi, lambatnya
proses penyembuhan, dan potensi komplikasi yang serius.
C. Sasaran
Untuk viewers sosial media (instagram) yang akan ditayangkan live untuk seluruh
pengguna sosial media
D. Waktu dan Tempat
Hari dan Tanggal : Rabu, 14 Juni 2023
Pukul : 11.00-11.30 (sesuai tugas)
Tempat Kegiatan : Live Instagram.
E. Media dan Alat
g. Handphone
h. Laptop
i. Proyektor
j. Speaker
k. TOA / Pengeras suara
197
Panduan project based learning keperawatan dasar ii
F. Metode
a. Ceramah
b. Demonstrasi
c. Tanya jawab (kuis)
G. Struktur Organisasi
Penanggung jawab
Narasumber
Observer
Fasilitator
Doukumentasi
Evaluator
H. Denah
Tanda panitia & viewer (kotak, bulat, segi tiga)
Keterangan :
Kotak = penagnggung jawab
I. Alur Kegiatan
Tahap
NO Waktu Kegiatan Penyuluhan Sasaran Media
Kegiatan
1. Pembukaan 5 Menit 43. Mengucapkan salam Viewers Kalimat
44. Memperkenalkan diri Sosial
45. Menjelaskan tujuan media
pendidikan kesehatan Instagram
46. Menyampaikan pokok
pembahasan
198
Panduan project based learning keperawatan dasar ii
2. Pelaksanaan 20 Menit 38. Menjelaskan materi Viewers Leaflet
39. viewers Sosial Powerpo
memperhatikan media int
penjelasan tentang Instagram Demonst
Perawatan Luka rasi
40. viewers menanyakan
tentang hal-hal yang
belum jelas
41. Menampilkan vidio
199
Panduan project based learning keperawatan dasar ii
Lampiran 1
Materi
A. Pengertian Perawatan Luka
Perawatan luka merupakan serangkaian tindakan yang dilakukan untuk merawat dan
mempercepat proses penyembuhan luka pada tubuh manusia. Tujuan dari perawatan luka
adalah untuk menjaga kebersihan luka, mencegah infeksi, mengurangi nyeri, dan
mempromosikan penyembuhan yang optimal. Proses perawatan luka meliputi pembersihan
luka, penggunaan balutan steril, pengontrolan perdarahan, serta monitoring dan evaluasi
terhadap perkembangan luka. Selain itu, perawatan luka juga mencakup edukasi kepada pasien
mengenai perawatan mandiri dan tanda-tanda perburukan luka yang perlu segera dilaporkan
kepada tenaga medis. Dengan perawatan luka yang tepat, diharapkan luka dapat sembuh
dengan baik dan mengurangi risiko komplkasi
B. Indikator Perawatan Luka
Berikut adalah beberapa indikator penting dalam perawatan luka:
1. Kebersihan luka: Memastikan luka tetap bersih dengan membersihkannya secara
teratur, menghilangkan kotoran, eksudat, dan debris yang dapat menghambat proses
penyembuhan.
2. Penggunaan balutan yang tepat: Memilih dan mengaplikasikan balutan yang sesuai
dengan jenis dan kondisi luka untuk melindungi dan mendukung proses
penyembuhan.
3. Pengendalian infeksi: Mencegah infeksi luka dengan menjaga kebersihan dan
menggunakan teknik aseptik saat melakukan perawatan, seperti mencuci tangan dan
menggunakan sarung tangan steril.
4. Monitoring perkembangan luka: Mengamati perubahan pada luka, seperti perubahan
ukuran, warna, atau tanda-tanda infeksi, dan melaporkannya kepada tenaga medis.
5. Manajemen nyeri: Mengelola nyeri yang mungkin terkait dengan luka, baik dengan
menggunakan obat penghilang nyeri atau teknik lain seperti terapi dingin atau
kompres hangat.
6. Edukasi pasien: Memberikan informasi dan pendidikan kepada pasien tentang
perawatan mandiri luka, termasuk cara membersihkan luka, mengganti balutan, dan
tanda-tanda perburukan yang perlu segera dilaporkan.
200
Panduan project based learning keperawatan dasar ii
Dengan memperhatikan indikator-indikator ini, perawatan luka dapat dilakukan dengan
baik untuk mencapai penyembuhan yang optimal dan mencegah komplikasi yang
mungkin terjadi.
C. Macam-macam cuci tangan
Ada beberapa macam perawatan luka yang dapat dilakukan tergantung pada jenis luka
dan kondisinya. Beberapa macam perawatan luka yang umum meliputi:
1. Perawatan luka bersih: Dilakukan pada luka dengan tingkat kebersihan tinggi,
seperti luka sayatan yang baru. Perawatan ini meliputi membersihkan luka dengan
larutan antiseptik, menutup luka dengan balutan steril, dan mengganti balutan
secara teratur.
2. Perawatan luka terbuka: Dilakukan pada luka yang membutuhkan penyembuhan
dengan cara mengeringkan secara terbuka, seperti luka bakar. Perawatan ini
meliputi membersihkan luka dengan larutan steril, menggunakan krim atau salep
khusus, serta melindungi luka dengan balutan yang memungkinkan sirkulasi
udara.
3. Perawatan luka tertutup: Dilakukan pada luka dengan tingkat kebersihan yang
rendah atau risiko infeksi tinggi, seperti luka dengan eksudat yang banyak atau
luka yang terinfeksi. Perawatan ini meliputi membersihkan luka, mengeluarkan
eksudat, mengaplikasikan dressing khusus yang menyerap kelembaban, serta
mengganti balutan secara teratur.
4. Perawatan luka kronis: Dilakukan pada luka yang sulit sembuh atau membutuhkan
perawatan jangka panjang, seperti ulkus diabetik atau luka tekan. Perawatan ini
meliputi membersihkan luka, mengontrol infeksi, memperbaiki aliran darah,
menggunakan teknik khusus seperti terapi tekanan negatif atau terapi larutan
khusus, serta memantau dan merawat luka secara teratur.
D. Teknik Perawatan Luka
Terdapat beberapa teknik perawatan luka yang umum digunakan dalam merawat
berbagai jenis luka. Beberapa teknik perawatan luka yang sering digunakan antara lain:
1. Pembersihan luka: Pembersihan luka dilakukan untuk menghilangkan kotoran,
debris, dan jaringan mati yang ada di dalam atau di sekitar luka. Pembersihan luka
dapat dilakukan dengan menggunakan larutan antiseptik atau larutan saline steril.
201
Panduan project based learning keperawatan dasar ii
2. Penggunaan balutan: Balutan digunakan untuk melindungi luka dari infeksi,
mempertahankan kelembaban yang tepat, dan mendorong penyembuhan luka.
Jenis balutan yang digunakan dapat berupa balutan steril, balutan non-stick,
hydrogel, hydrocolloid, atau dressing khusus lainnya, tergantung pada kondisi
luka.
3. Terapi tekanan negatif (Negative Pressure Wound Therapy/NPWT): NPWT adalah
teknik perawatan luka yang melibatkan penggunaan perangkat khusus untuk
menciptakan tekanan negatif pada luka. Teknik ini membantu mengurangi edema,
meningkatkan aliran darah, serta mempercepat penyembuhan luka.
4. Terapi larutan khusus: Terapi larutan khusus dapat digunakan dalam perawatan
luka yang terinfeksi atau memiliki eksudat berlebihan. Contohnya adalah larutan
antiseptik atau larutan enzim untuk membersihkan luka, serta larutan saline steril
untuk menjaga kelembaban luka.
5. Penutupan luka: Penutupan luka dilakukan jika luka memiliki tepi yang rata dan
mudah disatukan. Penutupan luka dapat dilakukan dengan jahitan (sutura) atau
menggunakan bahan perekat seperti jahit bedah atau plester luka.
Perawatan luka yang tepat dan efektif tergantung pada jenis luka, tingkat keparahan,
serta kondisi kesehatan individu.
E. Enam langkah mencuci tangan
Berikut adalah langkah-langkah umum dalam perawatan luka:
1. Persiapan: Cuci tangan dengan sabun dan air bersih sebelum memulai perawatan
luka. Siapkan semua peralatan yang diperlukan, termasuk sarung tangan steril,
alat pembersih, balutan, dan larutan pembersih.
2. Pembersihan luka: Bersihkan luka dengan menggunakan larutan pembersih
seperti saline steril atau larutan antiseptik yang direkomendasikan. Hindari
penggunaan larutan yang berpotensi merusak jaringan.
3. Pengelolaan perdarahan: Jika luka mengeluarkan darah, tekan lembut bagian
yang berdarah menggunakan kain bersih atau kompres steril. Jika perdarahan
tidak berhenti, segera hubungi tenaga medis.
4. Pengangkatan debris: Hati-hati menghilangkan kotoran, debris, atau jaringan
mati dari luka dengan menggunakan alat pembersih atau pinset steril. Hindari
202
Panduan project based learning keperawatan dasar ii
mengambil jaringan yang masih hidup atau menyebabkan perdarahan.
5. Pengaplikasian obat atau larutan: Jika diperlukan, aplikasikan obat atau larutan
khusus yang direkomendasikan oleh tenaga medis ke luka dengan menggunakan
teknik yang tepat.
6. Penutupan luka: Jika luka membutuhkan penutupan, gunakan metode yang
sesuai, seperti jahitan (sutura) atau penggunaan bahan perekat seperti jahit bedah
atau plester luka.
7. Balutan luka: Pasang balutan yang sesuai dengan jenis luka dan kondisi
penyembuhan. Pastikan balutan dapat melindungi luka, menjaga kelembaban
yang tepat, dan mendorong penyembuhan.
8. Perawatan lanjutan: Lanjutkan perawatan luka dengan mengganti balutan secara
teratur sesuai dengan petunjuk medis, menjaga kebersihan luka, dan memantau
perkembangan penyembuhan. Jika ada tanda-tanda infeksi atau komplikasi,
segera konsultasikan ke tenaga medis.
203
Panduan project based learning keperawatan dasar ii
Lampiran 2
204
Panduan project based learning keperawatan dasar ii
Lampiran 3
205
Panduan project based learning keperawatan dasar ii
Lampiran 4
Lampiran 5
link
https://www.instagram.com/reel/Ct0VjbMrh2T/?igshid=MzRlODBiNWFlZA==
206
Panduan project based learning keperawatan dasar ii
SATUAN ACARA PENYULUHAN
PENCUCIAN LUKA
DOSEN PEMBIMBING :
Hasanul, S.Kep., Ns
207
Panduan project based learning keperawatan dasar ii
SATUAN ACARA PENYULUHAN
PENCUCIAN LUKA
A. Latar belakang
Luka adalah kerusakan keutuhan jaringan biologis, meliputi kulit, selaput lendir, dan
jaringan organ. Luka merupakan cedera jaringan dengan gangguan integritas anatomis
disertai dengan kehilangan fungsional. Prevalensi luka mengalami peningkatan setiap
tahun. Pencucian luka adalah komponen dasar dari manajemen luka. Pencucian luka
merupakan bagian integral dari persiapan luka yang dapat menciptakan lingkungan
luka yang optimal dengan cara melepaskan benda asing mengurangi jumlah bakteri dan
mencegah aktifitas biofilm pada luka. Pencucian luka memiliki tujuan tambahan yaitu
meningkatkan visualisasi dasar dan tepi luka, menghilangkan bahan organik dan non-
organik, dan menghilangkan kelebihan eksudat. Indikasi luka yang dilakukan
pencucian yaitu menunjukkan tanda-tanda infeksi, terkontaminasi dengan kotoran yang
dapat meningkatkan risiko infeksi, terdapat kotoran seperti pasir, atau sisa balutan pada
luka .
B. Tujuan
Umum
Tujuan kami mengadakan penyuluhan untuk memberikan informasi dan berbagi
ilmu pengetahuan kepada perawat agar supaya perawat dapat mengetahui tentang
gambaran pengetahuan perawat tentang pencucian luka.
Khusus
a. Diketahuinya karakteristik Perawat mengenai (usia, jenis kelamin, tingkat
pendidikan, lama kerja/masa kerja, dan pelatihan yang pernah diikuti).
b. Diketahuinya gambaran pengetahuan perawat tentang tujuan dan indikasi dari
pencucian luka.
c. Diketahuinya gambaran pengetahuan perawat tentang teknik pencucian luka akut
dan kronis.
d. Diketahuinya gambaran pengetahuan perawat tentang jenis larutan yang
digunakan dalam pencucian luka akut dan luka kronis
208
Panduan project based learning keperawatan dasar ii
C. Sasaran
Perawat
H. Denah
209
Panduan project based learning keperawatan dasar ii
I. Alur Kegiatan
Tahap
NO Waktu Kegiatan Penyuluhan Sasaran Media
Kegiatan
1. Pembukaan 5 Menit 47. Mengucapkan salam Perawat Kalimat
48. Memperkenalkan diri
49. Menjelaskan tujuan
pencucian luka
50. Menyampaikan pokok
pembahasan
51. Kontra waktu
penyuluhan
2. Pelaksanaan 30 Menit 42. Menjelaskan materi Perawat Leaflet
43. Bahan dan peralatan Powerpo
yang digunakan. int
44. Langkah-langkah Demonst
prosedur pencucian rasi
luka
45. Tanda-tanda infeksi
atau komplikasi luka
46. Tindakan pencegahan
infeksi luka
3. Penutup 5 Menit 33. Ringkasan Materi Perawat Kalimat
penyuluhan
34. Tanya jawab terakhir
35. Penyampaian evaluasi
penyuluhan
36. Penutup oleh
pembicara utama
210
Panduan project based learning keperawatan dasar ii
Lampiran 1
Materi
A. Pengertian pencucian luka
211
Panduan project based learning keperawatan dasar ii
b. Irigasi
1) Pilihan Larutan : pilih berdasarkan keadaan pasien (kondisi medis dan alergi) dan
kondisi luka pasien.
2) Berikan irigasi berdasarkan kebutuhan pasien (misalnya tingkat nyeri) dan
kondisi luka (kerapuhan luka dan keadaan kulit disekitar luka).
3) Volume larutan 50-100 ml per sentimeter panjang luka adalah aturan umum.
4) Pencegahan kontaminasi silang: harus memakai alat pelindung diri. Jangan
gunakan larutan yang telah dibuka lebih dari 24 jam.
5) Kenyamanan pasien: pastikan larutan irigasi berada pada suhu kamar atau sedikit
lebih hangat.
6) Posisikan pasien sehingga larutan mengalir dari ujung atas luka ke bawah atau
dari bersih ke kotor.
7) Dokumentasi : catat semua aspek pencucian luka, termasuk penilaian luka
(misalnya pengelupasan, eksudat, nyeri, eritema) tanggal dan waktu pengobatan,
jumlah dan jenis larutan yang digunakan, perawatan luka yang dilakukan, dan
balutan yang diberikan
212
Panduan project based learning keperawatan dasar ii
lampiran 2
LEAFLET
213
Panduan project based learning keperawatan dasar ii
Lampiran 3
Powerpoint
214
Panduan project based learning keperawatan dasar ii
Lampiran 4
Dokumentasi
215
Panduan project based learning keperawatan dasar ii
Video penyuluhan live instagram
https://www.instagram.com/reel/CtzG92IAW2-/?igshid=Y2I2MzMwZWM3ZA==
216
Panduan project based learning keperawatan dasar ii
PERAWATAN LUKA DRAINASE
Mahdiyanty :11194562210394
Maria Fransiska Katni :11194562210395
Mitra Olivia :11194562210396
Muhammad Ramadhani :11194562210397
Nadila :11194562210398
Rahmanda Arisandy :11194562210404
Nasyuha Shirin Ebadi R :11194562210399
Nazilatul Audah Surya putri :11194562210300
Nurul Qamaril Wardani :11194562210401
Patmawati :11194562210402
Rahmadana :11194562210403
DOSEN PEMBIMBING :
M.Ferly Aditya,S.Kep.,Ns
217
Panduan project based learning keperawatan dasar ii
DISUSUN OLEH KELOMPOK 8
DOSEN PEMBIMBING :
Hasanul, S.Kep., Ns
218
Panduan project based learning keperawatan dasar ii
PERAWATAN LUKA DRAINASE
A. Latar belakang
Luka adalah terputusnya kontinuitas jaringan akibat substansi jaringan yang rusak
atau hilang sehingga dapat menyebabkan kerusakan fungsi perlindungan kulit dan
dapat disertai dengan kerusakan jaringan lain. Luka dapat terjadi akibat terjatuh,
kecelakaan kendaraan bermotor, trauma tajam atau tumpul, maupun proses
pembedahan. Jenis luka yang terjadi dapat berupa luka lecet (70,9%), luka robek
(23,2%), luka memar, luka sayat, luka tusuk, maupun luka tembak. Prevalensi luka di
Indonesia menurut Departemen Kesehatan Republik Indonesia tahun 2013 mencapai
8,2%. Perawatan luka umumnya masih menggunakan suatu metode untuk berbagai
kondisi luka. Perawatan luka harus menyesuaikan kondisi dan problem luka yang
terjadi sehingga proses penyembuhan luka dapat berlangsung dengan baik dalam waktu
yang singkat tanpa adanya gangguan akibat luka yang akan berdampak pada
produktivitas kerja dan biaya yang dikeluarkan dalam perawatan luka.
Perawatan luka dengan drainase adalah prosedur medis yang melibatkan pemasangan
sebuah tabung atau alat drainase di dalam atau di sekitar luka untuk membantu
mengeluarkan cairan atau bahan berlebih yang terkumpul di dalamnya
B. Tujuan
Tujuan dari drainase luka adalah untuk mencegah penumpukan cairan yang dapat
mengganggu proses penyembuhan luka dan meminimalkan risiko infeksi. tujuan
umum dari pencucian luka yaitu untuk menghilangkan atau mengurangi bakteri atau
jamur yang ada pada luka, serta membersihkan dari sisa-sisa jaringan nekroktik yang
menempel pada luka.
Tujuan dari pencucian luka adalah untuk membersihkan jaringan nekrotik,
membuang dan mengurangi jumlah bakteri, membuang eksudat purulen dan untuk
memelihara kebersihan jaringan kulit sekitar luka (Carville, 2007). Teknik pencucian
luka yang benar dan tepat akan mempercepat dan memperbaiki jaringan
luka yang rusak.
219
Panduan project based learning keperawatan dasar ii
C. PROSEDUR
Prosedur pemasangan drainase luka biasanya dilakukan oleh tenaga medis yang
terlatih, seperti dokter atau perawat. Tabung drainase yang digunakan dapat berupa
tabung silikon, plastik, atau bahan lain yang fleksibel dan aman untuk digunakan pada
luka.Selama proses perawatan luka dengan drainase, tabung drainase diletakkan di
dalam atau di sekitar luka untuk memungkinkan cairan atau bahan berlebih mengalir
keluar. Tabung tersebut terhubung ke wadah atau kantong penampung yang biasanya
terpasang di luar tubuh pasien. Cairan yang terkumpul dalam wadah penampung dapat
diamati dan diukur untuk memantau perkembangan penyembuhan luka. Perawatan
luka dengan drainase melibatkan pemantauan dan perawatan rutin. Tabung drainase
perlu dijaga kebersihannya, dan perlu diperiksa secara teratur untuk memastikan tidak
ada sumbatan atau masalah lain yang dapat mengganggu aliran cairan. Penggantian
wadah penampung juga dilakukan secara berkala. Pemantauan dan perawatan drainase
luka biasanya dilakukan oleh tim medis yang terlatih. Pasien juga diberikan instruksi
tentang bagaimana menjaga kebersihan luka, menjaga tabung drainase tetap aman, dan
tanda-tanda perlu segera mendapatkan perhatian medis, seperti tanda-tanda infeksi atau
perubahan yang mencurigakan pada cairan yang keluar dari luka. Perawatan luka
dengan drainase dapat membantu mempercepat proses penyembuhan luka dan
mencegah komplikasi yang lebih serius. Setiap kasus luka dan jenis drainase yang
digunakan mungkin memiliki prosedur perawatan yang sedikit berbeda, oleh karena
itu, sangat penting bagi pasien untuk mengikuti instruksi dan berkonsultasi dengan
tenaga medis yang merawat mereka.
220
Panduan project based learning keperawatan dasar ii
Lampiran 1
Materi
A. Pengertian perawatan luka drainase
Perawatan luka dengan drainase adalah prosedur medis yang melibatkan
pemasangan sebuah tabung atau alat drainase di dalam atau di sekitar luka untuk
membantu mengeluarkan cairan atau bahan berlebih yang terkumpul di dalamnya.
drainase luka adalah untuk mencegah penumpukan cairan yang dapat mengganggu
proses penyembuhan luka dan meminimalkan risiko infeksi. drainase dapat
membantu membersihkan lapisan nekrotik tersebut dan memfasilitasi pertumbuhan
jaringan yang sehat.
B. ETIELOGI LUKA
Etiologi atau penyebab luka drainase dapat bervariasi tergantung pada situasi dan
kondisi pasien. Beberapa penyebab umum luka drainase meliputi:
1. Infeksi: Infeksi adalah penyebab umum luka drainase yang dapat terjadi karena
kontaminasi bakteri saat pemasangan tabung atau melalui perawatan yang tidak
tepat. Infeksi dapat menyebabkan luka meradang, terinfeksi, dan memperlambat
proses penyembuhan.
2. Trauma atau cedera: Luka drainase dapat terjadi akibat trauma atau cedera pada
area di sekitar tabung drainase. Hal ini dapat terjadi karena aktivitas yang
berlebihan, kecelakaan, atau manipulasi yang kasar terhadap tabung drainase.
3. Kebocoran atau dislokasi tabung: Kebocoran atau dislokasi tabung drainase dapat
menyebabkan luka yang terbuka atau berpotensi membuka, terutama jika tabung
tersebut dihubungkan dengan organ internal. Hal ini bisa terjadi akibat kesalahan
saat pemasangan tabung atau perubahan pada posisi tubuh pasien.
4. Perdarahan: Luka drainase juga dapat terjadi akibat perdarahan yang terjadi
selama atau setelah pemasangan tabung drainase. Perdarahan yang berlebihan
dapat menyebabkan luka yang dalam dan mempengaruhi proses penyembuhan.
5. Gangguan pembekuan darah: Jika pasien mengalami gangguan pembekuan
darah, seperti kelainan darah atau penggunaan obat antikoagulan, luka drainase
dapat menjadi sulit untuk menghentikan perdarahan dan memperlambat proses
penyembuhan.
221
Panduan project based learning keperawatan dasar ii
6. Penyakit kronis: Beberapa kondisi medis kronis, seperti diabetes, penyakit
vaskular perifer, atau penyakit jantung, dapat mempengaruhi kemampuan tubuh
untuk menyembuhkan luka dengan baik. Pasien dengan penyakit kronis lebih
rentan terhadap luka drainase yang sulit sembuh.
7. Perawatan yang tidak tepat: Pemilihan metode perawatan yang tidak tepat atau
penanganan yang buruk dari luka drainase dapat memperburuk kondisi luka dan
menghambat proses penyembuhan.
C. Kategori Luka
Berikut adalah beberapa kategori luka di mana penggunaan drainase mungkin
diperlukan:
a. Luka operasi: Setelah operasi, terkadang cairan berlebih dapat terkumpul di
area operasi. Pemasangan drainase dapat membantu mengeluarkan cairan
tersebut dan mencegah penumpukan yang dapat menghambat penyembuhan.
b. Luka trauma: Luka akibat trauma, seperti luka tusukan, luka tembak, atau luka
tusukan benda tajam, mungkin membutuhkan drainase untuk mengeluarkan
cairan atau darah yang terkumpul di dalamnya.
c. Abses: Abses adalah infeksi yang terkumpul di dalam jaringan tubuh dan
biasanya terbentuk dalam bentuk kantung yang berisi nanah. Drainase
dilakukan untuk mengeluarkan nanah dari abses dan mempercepat proses
penyembuhan.
d. Luka bakar: Luka bakar serius dapat menyebabkan terbentuknya cairan yang
berlebih di area luka. Pemasangan drainase pada luka bakar dapat membantu
mengeluarkan cairan tersebut dan memfasilitasi penyembuhan.
e. Luka tekan (pressure ulcer): Luka tekan yang dalam atau parah dapat
menghasilkan sekresi berlebihan. Penggunaan drainase dapat membantu
mengeluarkan cairan tersebut dan mempromosikan penyembuhan luka.
f. Luka kronis: Luka yang sulit sembuh atau luka yang mengalami masalah
penyembuhan kronis, seperti ulkus diabetik atau ulkus kaki, mungkin
memerlukan drainase untuk mengelola cairan atau sekresi berlebih yang dapat
menghambat penyembuhan.
222
Panduan project based learning keperawatan dasar ii
g. Pemilihan penggunaan drainase pada luka sangat bergantung pada kondisi dan
karakteristik spesifik dari luka tersebut. Keputusan mengenai penggunaan
drainase harus dibuat oleh tenaga medis yang merawat berdasarkan evaluasi
mendalam terhadap luka dan kondisi pasien.
D. Karakteristik Luka
Berikut adalah beberapa karakteristik luka yang mungkin memerlukan penggunaan
drainase:
Luka dengan sekresi berlebih: Luka yang menghasilkan sekresi cairan yang
berlebihan, seperti cairan jaringan, eksudat, atau nanah, mungkin membutuhkan
drainase untuk mengeluarkan cairan tersebut. Drainase membantu menghindari
penumpukan cairan yang dapat menghambat penyembuhan.
Luka dengan risiko infeksi tinggi: Jika luka memiliki risiko tinggi terhadap
infeksi, pemasangan drainase dapat membantu mengeluarkan bahan patogen
dan mencegah penyebaran infeksi ke jaringan sekitar atau ke dalam tubuh.
Luka dengan rongga atau kantung: Jika luka memiliki rongga atau kantung
yang terbentuk di dalamnya, seperti abses atau rongga yang terbentuk akibat
trauma, drainase dapat membantu mengeluarkan cairan atau nanah yang
terjebak di dalam rongga atau kantung tersebut.
Luka dengan tekanan internal yang meningkat: Beberapa luka, seperti luka
dalam setelah operasi, dapat menyebabkan peningkatan tekanan internal di
dalam luka. Pemasangan drainase membantu mengurangi tekanan internal
tersebut dan mencegah penumpukan cairan di dalam luka.
Luka dengan lapisan nekrotik: Jika luka memiliki lapisan jaringan nekrotik atau
jaringan mati yang mempengaruhi penyembuhan, drainase dapat membantu
membersihkan lapisan nekrotik tersebut dan memfasilitasi pertumbuhan
jaringan yang sehat.
Pemilihan penggunaan drainase pada luka harus didasarkan pada penilaian yang
komprehensif oleh tenaga medis yang merawat, termasuk penilaian terhadap
karakteristik
luka, jumlah cairan yang diproduksi, risiko infeksi, dan kondisi umum pasien.
223
Panduan project based learning keperawatan dasar ii
lampiran 2
LEAFLET
224
Panduan project based learning keperawatan dasar ii
Lampiran 3
Powerpoint
225
Panduan project based learning keperawatan dasar ii
Lampiran 4
Dokumentasi
226
Panduan project based learning keperawatan dasar ii