Anda di halaman 1dari 226

BUKU PANDUAN

PRAKTIK LAPANGAN SARJANA


KEPERAWATAN
TAHUN AKADEMIK 2022/2023

KEPERAWATAN DASAR
II

Disusun Oleh :
M.Sobirin Mohtar, S.Kep., Ns., M.Kep
Onieqie Ayu Diah M, S.Kep. ,Ns. ,M.Kep
Paul Joae Brett Nito, Ns., M.Kep
Hj.Latifah, Ns.,M.Kep
H.M.Sandi Suwardi, Ns., M.Kes

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN


FAKULTAS KESEHATAN
UNIVERSITAS SARI MULIA
2023
LEMBAR PENGESAHAN

BUKU PANDUAN PRAKTIK LAPANGAN SARAJANA KEPERAWATAN


MATA KULIAH KEPERAWATAN DASAR II
TAHUN AKADEMIK 2022/2023

Nama Mata Kuliah : Keperawatan Dasar II


Semester : II

Banjarmasin, Juni 2023

Menyetujui,
Ketua Jurusan Keperawatan Pengembang RPS

M. Basit, S.Kep., Ns., MM M. Sobirin Mohtar. Ns., M.Kep


NIK. 1166102012053 NIK. 1166052018124

Mengetahui,
Fakultas Kesehatan
Universitas Sari Mulia
Dekan,

apt. H. Ali Rakhman Hakim, M.Farm


NIK 1166012015073
VISI MISI
UNIVERSITAS SARI MULIA

VISI
Menjadi Universitas yang terkemuka dalam mengembangkan nilai potensi
kekayaan lokal untuk menghasilkan lulusan yang berkarakter unggul dan
berdaya saing di tingkat wilayah, nasional maupun internasional Tahun
2030.

MISI
1. Menyelenggarakan pendidikan secara professional dan
berkesinambungan melalui pendidikan lintas profesi.
2. Meningkatkan kualitas dan mengembangkan penelitian budaya dan
kekayaan hayati lokal.
3. Meningkatkan kualitas pelayanan dan pengabdian kepada masyarakat
melalui pendekatan kerja sama lintas profesi.
4. Menjalin kemitraan yang intensif untuk menunjang terwujudnya
penyelenggaraan Tridharma Perguruan Tinggi dan luaran yang unggul.
VISI MISI
FAKULTAS KESEHATAN
UNIVERSITAS SARI MULIA

VISI
Menjadi fakultas kesehatan yang unggul dalam mengolaborasi Ilmu
Pengetahuan, Teknologi dan Seni (IPTEKS) dengan mengembangkan
potensi kearifan lokal sehingga menghasilkan lulusan yang berkarakter,
inovatif dan kreatif ditingkat wilayah, nasional dan internasional tahun
2030.

MISI
1. Menyelenggarakan Pendidikan Yang Berkualitas Dengan
Mengedepankan Interprofessional Education (IPE) Untuk Menghasilkan
Sumber Daya Manusia Yang Kompeten Dan Berdaya Saing Di Bidang
Kesehatan
2. Meningkatkan Kualitas Penelitian dan Publikasi Ilmiah Dengan
Mengembangkan Potensi Kearifan Lokal Melalui Pendekatan Lintas
Profesi (Interprofesional Collaboration/IPC)
3. Menyelenggarakan Kegiatan Pengabdian Kepada Masyarakat Dengan
Mengaplikasikan IPTEKS Melalui Pendekatan Kerjasama Lintas Profesi
(Interprofesional Collaboration/IPC)
4. Meningkatkan Produktivitas dan Kualitas Tridharma Perguruan Tinggi
dengan cara Menjalin Kemitraan dengan Masyarakat, Institusi
Pendidikan, Dan Pemerintah Di Tingkat Wilayah, Nasional, Maupun
Internasional
VISI KEILMUAN DAN MISI
PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN DAN PROFESI NERS
FAKULTAS KESEHATAN
UNIVERSITAS SARI MULIA

Visi Keilmuan Program Studi:


Menjadi Program Studi Ilmu Keperawatan dan Profesi Ners yang
menghasilkan lulusan unggul berkolaborasi secara profesional dalam
pemberian asuhan keperawatan berbasis patient-centered care tahun
2030.

Misi Program Studi:


1. Menyelenggarakan pendidikan sarjana keperawatan dan profesi ners
yang bermutu, inovatif dan kreatif dengan pendekatan interprofesional
education yang berbasis patient-centered care
2. Meningkatkan kegiatan penelitian di bidang keperawatan dengan
pendekatan sosial budaya melalui interprofesional collaboration
untuk mengembangkan mutu pendidikan
3. Meningkatkan kualitas pengabdian kepada masyarakat melalui
interprofesional collaboration dalam pemberdayaan masyarakat untuk
mengoptimalkan derajat kesehatan masyarakat secara mandiri
4. Menjalin kemitraan di tingkat wilayah, nasional dan internasional
untuk mendukung pelaksanaan tri dharma perguruan tinggi sehingga
meningkatkan produktivitas program studi dalam tata kelola jurusan
keperawatan yang unggul.
Kata Pengantar
Puji syukur kepada Tuhan yang Maha Esa yang telah memberikan rahmatnya
sehingga kami dapat menyusun dan menyelesaikan sebuah makalah yang berjudul “Buku
Panduan Praktik Lapangan Sarjana pada mata kuliah Keperawatan Dasar II”
Terima kasih kami ucapkan kepada bapak/ibu dosen pembimbing yang telah
membantu kami baik secara moral maupun materi. Terima kasih juga kepadateman-teman
seperjuangan yang telah mendukung sehingga kami bisa menyelesaikan tugas ini tepat
waktu.
Penyusun menyadari bahwa makalah yang kami buat ini masih banyak kekurangan
baik dari segi penyusunan, bahasa, maupun penulisannya.Oleh karena itu, kami sangat
mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari semua pembaca guna menjadi acuan
agar penulis bisa menjadi lebih baik lagi di masa mendatang.
Akhir kata kami berharap semoga makalah ini bisa menambah wawasan para
pembaca dan bisa bermanfaat untuk perkembangan dan peningkatan ilmu
pengetahuan.Sekian dan terima kasih.

Banjarmasin, September 2022

TIM PENYUSUN
Daftar Isi
Halaman Judul

Lembaran Pengesahan ………………………………………………………..………...


Kata Pengantar ......................................................................................................................
Daftar Isi ...............................................................................................................................
Bagian 1 Tata Tertib Praktik Lapangan Sarjana ...................................................................
Bagian 2 Rancangan Tugas Project Based Learning ............................................................
Bagian 3 Penilaian Project Based Learning .........................................................................
Bagian 4 Hasil Project Based Learning ................................................................................
Daftar Pustaka .......................................................................................................................
Bagian 1
TATA TERTIB PRAKTIK LAPANGAN SARJANA

1. Mahasiswa harus menyelesaikan praktik lapangan sarjana (project


based learning) sebelum jatuh tempo
2. Mahasiswa harus menyiapkan alat dan bahan praktik lapangan
sarjana (project based learning) termasuk alat laborotorium paling
lambat 2 hari sebelum kegiatan
3. Mahasiswa kontrak waktu dengan sasaran paling lambat 2 hari
sebelum kegiatan
4. Mahasiswa harus hadir 10 menit sebelum presentasi project dimuai
5. Mahasiswa harus menggunakan seragam lengkap dengan name tag,
bagi mahasiswa yang tidak sesuai aturan tidak diperkenanakan untuk
mengikuti praktikum
6. Mahasiswa menerapkan protocol kesehatan
7. Mahasiswa harus menyiapkan peralatan yang akan digunakan dalam
project penkes online.
8. Selama presentasi project mahasiswa tidak diperkenakan untuk:
a. Makan dan minum
b. Bersenda gurau
c. Mendikusikan masalah yang tidak berkaitan dengan materi project
d. Mengerjakan hal lain yang tidak berkaitan dengan project.
9. Seluruh mahasiswa harus ikut serta secara aktif dalam presentasi
project.
10. Apabila mahasiswa tidak dapat mengikuti project karena sakit atau
alasan lain, diwajibkan untuk mengirimkan surat keterangan yang sah
dan harus diserahkan dalam 1 minggu.
Bagian 2
RANCANGAN TUGAS PROJECT BASED LEARNING

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN


FAKULTAS KESEHATAN
UNIVERSITAS SARI MULIA

RENCANA TUGAS MAHASISWA


MATA KULIAH Keperawatan Dasar II
KODE MK KEP106 SKS : 4 sks (2T, 1P, 1K) SEMESTER : II (dua)
DOSEN PENGAMPU M. Sobirin Mohtar, Ns., M.Kep
BENTUK TUGAS
Tugas yang dirancang dosen bagi setiap mahasiswa untuk membuat project penyuluhan melalui media social
JUDUL TUGAS
TUGAS: Pendidikan kesehatan melalui media social
SUB CAPAIAN PEMBELAJARAN MATA KULIAH
Mampu melaknsanakan pendidikan kesehatan
DESKRIPSI TUGAS
Mahasiswa melaknsanakan pendidikan kesehatan dengan melihat dan menyesuaikan dnegan checklist (petunjuk
praktikum) dari labkes UNISM. Gambat untuk pembuatan jobsheet harus jelas dan sesuai dengan keterangan cheklist
METODE PENGERJAAN TUGAS
1. Tugas membuat SAP pendidikan kesehatan dimana berisi 12 topik tersebut akan dikerjakan oleh semua kelompok.
Total 7 kelompok (1 kelompok = 3 bab).
2. Tugas ini tergantung kesulitan project
3. Wajib Memperhatikan dan memyesuaikan isi checklist (petunjuk praktikum)
4. Gambar harus jelas dan sesuai petunjuk checklist boleh mencari di internet ataupun memoto diri sendiri ketika
melakukan labskill.
5. Mahasiswa dapat melakukan konsultasi dengan dosen pengajar topic ini dalam penyusunannya apabila ada yang
masih belum dimengeti.
6. Mencari bahan dari artikel, buku ataupun jurnal maksimal 5 tahun terakhir untuk dijadikan sebagai acuan
7. Memecahkan masalah melalui bahan-bahan tersebut
8. Hasil akhir nanti laporan & link video media social (tiktok) sebanyak 12 topik dijadikan 1
BENTUK DAN FORMAT LUARAN
a. Obyek Garapan: pemberian informasi mengenai prosedur keteampilan
b. Bentuk luaran: SAP & Link Video Online
c. Tugas dikumpul dalam bentuk soft copy berupa fileyang diunggah di halaman lms UNISM
INDIKATOR, KRETERIA DAN BOBOT PENILAIAN
Indikator : video di lms UNISM, Kriteria : video eduaksi, Bobot penilaian: 40 % dari total evaluasi keseluruhan
JADWAL PELAKSANAAN
LAIN-LAIN
1. Tugas dikerjakan secara kelompok
2. Proses diskusi, pengerjaan dan pengumpulan tugas harus sesuai jadwal yang ditentukan, tepat waktu, apabila terlambat
nilai akan dikurangi/ tidak diterima
3. Pengumpulan tugas dikirim berupa file rar ke email pa sobirin sobirinmuchtar12345@gmail.com oleh perwakilan (pj
mahasiswa) jangan lupa sertakan nama tugas dan kelompok serta anggota kelompoknya.
4. Tugas sudah bisa dikirim dari tanggal 7 Juni 2021. Dedline tugas 14 Juni 2021 Jam 23.55.
DAFTAR RUJUKAN
1. Lyndon Saputra, et.all.2013. Panduan Praktik Keperawatan Klinis. Binarupa Aksara
2. Perry A.G.,potter P.A.,Ostendorf W (2014). Clinical Nursing Skill and Techniques.8th edition.Mosby:Elsevir
3. Rebeiro G.,Jack L.,Scully N.,Wilson D.,Noviestari R. Supartini Y. (2015). Keperawatan Dasar: Manual Keterampilan
Klinis: Edisi Indonesia Elsevier (Singapore) Pte Ltd
4. Rendy, M.Clevo. 2013. Buku Saku: Keterampilan Dasar Keperawatan. Yogyakarta:Nuha Medik
Bagian 3

FORMAT PROJECT BASED LEARNING


PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN
FAKULTAS KESEHATAN UNIVERSITAS SARI MULIA

Mata Kuliah : ......................................................


Kelompok : ......................................................
Judul Karya : ......................................................
Nama Mahasiswa :

NILAI
No ELEMEN PENILAIAN KET
1 2 3 4 5 6 7 8
A. Tahap awal
1. Ide terkait karya yang akan dibuat
2. Kesiapan alat dan bahan yang
akan digunakan untuk pembuatan
karya
B. Tahap inti
1. Tingkat kesulitan karya
2. Keberanian menggunakan media
3. Ketepatan waktu pengumpulan
4. Kerapian/Ketelitian pembuatan
karya
C. Produk
1. Kreativitas dari karya yang
dihasilkan
2. Manfaat dari karya yang
dihasilkan
JUMLAH NILAI
Petunjuk Penilaian:
Nilai 90 – 100 (A) : Sangat baik Nilai 60 – 65 (C+) : Lebih dari cukup
Nilai 84 – 89 (A-) : Hampir sangat baikNilai 54 – 59 (C) : Cukup
Nilai 78 – 83 (B+) : Lebih baik Nilai 48 – 53 (C-) : Hampir cukup
Nilai 72 – 77 (B) : Baik Nilai 41 – 47 (D) : Kurang
Nilai 66 – 71 (B-) : Hampir baik Nilai ≤ 40 (E) : Buruk

Jumlah nilai
Total nilai= =¿
Jumlah elemen penilaian
Banjarmasin,
Dosen Pengampu

……………………………
…..
NIK
SATUAN ACARA PENYULUHAN
PENERIMAAN PASIEN

“PENERIMAAN PASIEN BARU”

Oleh:
KELOMPOK 1:

Agustria Vista Dewi 11194562210416


Ahmad Ranai 11194562210417
Ain Nurvela 11194562210418
Aisyah Munawarah 11194562210419
Aisyah Pratiwi 11194562210420
Al Mustafa Kamal 11194562210421
Almaida 11194562210422
Ana Maria 11194562210423
Andra Wihelmina Rolin 11194562210425
Arisna Sulistika Asari 11194562210426
Aurora Lady Okta Filiandini 11194562210427
Bela Aldama 11194562110304

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN


FAKULTAS KESEHATAN
UNIVERSITAS SARI MULIA
BANJARMASIN 2023
SATUAN ACARA PENYULUHAN
PENERIMAAN PASIEN BARU

A. Latar belakang
Manajemen penerimaan pasien baru merupakan peristiwa yang sangat penting
untuk membangun relasi antara perawat, sehingga bisa meningkakan kooperatif
pasiendan peningkatan mutu layanan. Tuntutan masyarakat akan mutu pelayanan
keperawatan semakin hari semakin meningkat seiring dengan perkembangan teknologi
informasi dan teknologi kesehatan, serta kesadaran hukum, maka perlu ditanggapi
secara sungguh sungguh. Tanggapan ini harus dilakukan secara langsung dan nyata,
salah satunya adalah manajemen penerimaan pasien baru yaitu suatu cara dalam
menerima kedatangan pasien baru pada suatu ruangan. Penerimaan pasien baru
merupakan gerbang utama untuk membangun komunikasi relasi, saling percaya antara
pasien, keluarga dan perawat dan membantu pasien untuk beradaptasi dengan
lingkungan rumah sakit sehingga bisa bisa menurunkan menutuae kecemasan pasien
itu sendiri. Agar hal tersebut diatas terwujud maka diperlukan manajeman penerimaan
pasien baru yang benar sesuai prosedur yang ada mulai dari persiapan tempat tidur,
dokumentasi, nursing kit, pelaksanaan dengan menyambut pasien datang dengan
terapeutik, mengorientasikan pasien, memberikan penjelasan mengenai hak dan
kewajiban pasien, peraturan rumah sakit, sentralisasi obat ,dokter yang merawat, jam
kunjung dokter, melakukan anamese dan pemerikasan fisik.
penerimaan pasien baru merupakan salah satu bentuk pelayanan kesehatan yang
komprehensif melibatkan pasien dan keluarga. Apabila penerimaan pasien baru tidak
dilakukan sesuai dengan standar prosedur bisa berakibat tidak terjalin komunikasi yang
baik antara perawat dengan pasien dan keluarga, pasien dan keluarga sulit beradaptasi
dengan lingkungan yang baru, hal ini akan menimbulkan rasa tidak diperhatikan dari
pasien, yang akan berdampak pada penurunan rasa percaya pasien pada tenaga
kesehatan demikian juga kepuasan pasien manurun yang dapat membawa dampak ebih
luas menurunnya mutu pelayanan dan bisa menurunkan BOR rumah sakit tersebut
Melihat permasalahan di atas salah satu strategi mengoptimalkan pendidikan perawat
sejak mahasiswa dalam menerima pasien baru agar sesuai dengan standar prosedur
maka perlu diberikan pengetahuan akan manajeman penerimaan pasien baru
dan peran fungsi
B. Tujuan
1. Menerima dan menyambut kedatangan pasien dengan hangat dan terapeutik
2. Meningkatkan komunikasi antara perawat dan pasien.
3. Mengetahui kondisi dan keadaan pasien secara umum.
4. Menurunkan tingkat kecemasan pasien sat masuk rumah sakit
C. Sasaran
Viewers social media (Instagram)
D. Waktu dan Tempat
Hari dan Tanggal : Sabtu, 10 juni 2023
Pukul : 11.00-11.30
Tempat Kegiatan : Ruang Kelas B2 (INSTAGRAM)
E. Media dan Alat
Media:
a. Leaflet
F. Metode
 Ceramah
 Demonstrasi
G. Struktur Organisasi
 Penanggung jawab
 Narasumber
 Observer
 Fasilitator
 Doukumentasi
 Evaluator
H. Denah
Tanda panitia & viewer (kotak, bulat, segi tiga)
Keterangan : Kotak = penanggung jawab
I. Alur Kegiatan

Tahap
NO Waktu Kegiatan Penyuluhan Sasaran Media
Kegiatan
1. Pembukaan 5 Menit - Memberikan Siswa/i Kalimat
salam
- Memperkenalkan
diri
- Menjelaskan
tujuan pendidikan
kesehatan
- Menyampaikan
pokok
pembahasan

2. Pelaksanaan 20 Menit - Menjelaskan Siswa/i Leaflet


materi Power
- Siswa/i Point

memperhatikan Demonst

penjelasan tentang rasi

penerimaan pasien
- Siswa/i
menanyakan
tentang hal-hal
yang belum jelas
3. Penutup 5 Menit - Menyimpulkan Siswa/i Kalimat
materi
- Mengevaluasi
Siswa/i tentang
materi yang telah
diberikan
- Mengakhiri
pertemuan

Lampiran 1

Materi
A. Pengertian penerimaan pasien baru
Penerimaan pasien baru adalah metode dalam menerima kedatangan pasien
baru( pasien dan/atau keluarga) diruang pelayanan keperrawatan, khususnya pada
rawat inap atau keperawatan intensive. Dalam penerimaan pasien bau,, maka
sampaikan beberapa hal mengenai orientasi ruangan, pengenalan perawat-medis, dan
tata tertib ruangan serta penyakit.
B. Indikator penerimaan pasien baru
1. Tempat tidur dalam keadaan bersih dan siap pakai
2. Fasilitas yang bersedia dalam kondisi baik
3. Meja dan kursi pasien dalam keadaan bersih
4. Lembar orientasi pasien baru dan keluarga
5. Berkas rekam medis
6. Peralatan untuk pemeriksaan

Gambar alur penerimman pasien baru

C. Macam-macam penerimaan pasien


1. Rawat jalan
2. Rawat inap
3. Instalasi gawat darurat
D. Teknik penerimaan pasien baru
1. Pelaksanaan secara efektif dan efisien
2. Dilakukan oleh kepala ruangan atau perawat primer dan atau perawat asosiete yang
telah diberikan wewenang atau yang telah didelegasikan
3. Saat pelaksanaan tetap menjaga privasi klien.
4. Ajak pasien komunikasi yang baik dan beri sentuhan terapeutik
E. Tahapan Penerimaan pasien baru
Tahap pra penerimaan pasien baru
1. Menyiapkan kelengkapan administrasi
2. Menyiapkan kelengkapan kamar sesuai pesanan
3. Menyiapkan format penerimaan pasien baru
4. Menyiapkan buku status pasien dan format pengkajian keperawatan
5. Menyiapkan inform consent sentralisasi obat
6. Menyiapkan nursing kids
7. Menyiapkan lembar tata tertib pasien, keluarga dan pengunjung ruangan
Tahap Pelaksanaan Penerimaan Pasien Baru
1. Pasien datang diruangan diterima ole kepala ruamgan atau perawat primer atau
perawat yang diberi delegasi
2. Perawat memperkenalkan diri pada klien dan keluarganya
3. Perawat bersama dengan karyawan lain memindahkan pasien ke tempat tidur
(apabila pasien datang dengan berangkat atau kursi roda) dan berikan posisi yang
nyaman
4. Perkenalkan pasien baru dengan pasien yang sekamar
5.Setelah pasien tenang dan situasi sudah memungkinkan perawat memberikan
informasi kepada klien dan keluarga tentang orientasi ruangan. Perawatan (termasuk
perawat yang bertanggung jawab dan sentralisasi obat), medis (dokter yang
bertanggung jawab dan jadwal visit) dan tata tertib ruangan.
6.Perawat menanyakan kembali tentang kejelas dan informasi yang telah disampaikan
7. Perawat melakukan pengkajian terhadap pasien sesuai dengan format
8. Perawat menunjukkan kamar atau tempt tidur klien dan mengantarkan ke tempat
yang telah ditetapkan.
lampiran 2

LEAFLET
Lampiran 6
Powerpoint
LAMPIRAN 7 DOKUMENTASI

Link :

https://www.instagram.com/reel/CtqNJPaRbaQ/?igshid=MzRlODBiNWFlZA==
SATUAN ACARA PENYULUHAN
PENGENDALIAN INFEKSI

“PENGENDALIAN INFEKSI”
Oleh:
Kelompok 1

Agustria Vista Dewi 11194562210416


Ahmad Ranai 11194562210417
Ain Nurvela 11194562210418
Aisyah Munawarah 11194562210419
Aisyah Pratiwi 11194562210420
Al Mustafa Kamal 11194562210421
Almaida 11194562210422
Ana Maria 11194562210423
Andra Wihelmina Rolin 11194562210425
Arisna Sulistika Asari 11194562210426
Aurora Lady Okta Filiandini 11194562210427
Bela Aldama 11194562110304

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN


JURUSAN KEPERAWATAN
FAKULTAS KESEHATAN
UNIVERSITAS SARI MULIA
BANJARMASIN 2023
SATUAN ACARA PENYULUHAN
PENGENDALIAN INFEKSI

A. Latar belakang
Kesehatan yang baik tergantung pada lingkungan yang aman. Praktisi atau teknisi
yang memantau untuk mencegah penularan infeksi membantu melindungi klien dan
pekerja keperawatan kesehatan dari penyakit. Klien dalam lingkungan keperawatan
beresiko terkena infeksi karena daya than yang menurun terhadap mikroorganisme
infeksius, meningkatnya pajanan terhadap jumlah dan jenis penyakit yang disebabkan
ole mikroorganisme dan prosedur invasif dalam fasilitas perawatan akut atau
ambulatory, klien dapat terpajan pada mikroorganisme baru atau berbeda, yang
beberapa dari mikroorganisme tersebut daaapat saja resisten terhadap banyak
antibiotik.Dengan cara mempraktikan teknik pencegahan dan penembalian infeksi
dapat menghindarkan penyebaran mikroorganisme terhadap klien.
- Tujuan Khusus
Setelah dilakukan penyuluhan, diharapkan audien dapat :
1. Dapat mengetahui dan menjelaskan tentang pengertian dari pencegahan dan
pengendalian infeksi.
2. Dapat mengetahui dan menjelaskan tujuan dari pencegahan dan
pengendalian infeksi.

B. Tujuan
A. Umum
Setelah dilakukan penyuluhan ini diharapkan audiens selama 30 menit mengetahui
dan dapat menerapkan pentingnya pencegahan dan pengendalian infeksi
B. Khusus
Setelah dilakukan penyuluhan, diharapkan audien dapat :
1.Dapat mengetahui dan menjelaskan tentang pengertian dari pencegahan dan
pengendalian infeksi.
2. Dapat mengetahui dan menjelaskan tujuan dari pencegahan dan
pengendalian infeksi.

C. Sasaran
Sasaran : pasien atau keluarga pasien
Taerget : pasien atau keluarga
(Viewers Social Media instagram)
D. Waktu dan Tempat
Hari dan Tanggal : Sabtu, 10 juni 2023
Pukul : 11.00-11.30
Tempat Kegiatan : Ruang Kelas B2 (instagram)
E. Media dan Alat
Leaflet
F. Metode (sesuaikan)
 Ceramah
G. Struktur Organisasi
 Penanggung jawab
 Narasumber
 Observer
 Fasilitator
 Doukumentasi
 Evaluator
H. Denah
Tanda panitia & viewer (kotak, bulat, segi tiga)

Keterangan :
Kotak = penagunggung jawab
I. Alur Kegiatan
Tahap
NO Waktu Kegiatan Penyuluhan Sasaran Media
Kegiatan
1. Pembukaan 5 Menit - Memberikan Siswa/i Kalimat
salam
- Memperkenalkan
diri
- Menjelaskan
tujuan pendidikan
kesehatan
- Menyampaikan
pokok
pembahasan

2. Pelaksanaan 20 Menit - Menjelaskan Siswa/i Leaflet


materi Power
- Siswa/i Point

memperhatikan Demonst

penjelasan tentang rasi

pengendalian
infeksi
- Siswa/i
menanyakan
tentang hal-hal
yang belum jelas
3. Penutup 5 Menit - Menyimpulkan Siswa/i Kalimat
materi
- Mengevaluasi
Siswa/i tentang
materi yang telah
diberikan
- Mengakhiri
pertemuan

Lampiran 1
Materi
A. Pengertian infeksi
Infeksi adalah masuknya bakteri atau kuman ke dalam tubuh dan
jaringan yang terjadi pada individu..
B. Penyebab infeksi

1. Adanya benda asing atau jaringan yang sudah mati di dalam tubuh

2. Luka terbuka dan kotor

3. Giji buruk

4. Daya tahan tubuh lemah

5. Mobilisasi terbatas atau kurang gerak

C. Tanda dan Gejala Infeksi

1. Merasa panas pada daerah luka atau suhu badan panas

2. Merasa sakit atau nyeri pada daerah luka

3. Ada kemerahan pada kulit

4. Terjadi bengkak pada area yang sakit

5. Gangguan fungsi gerak pada daerah luka atau yang sakit

6. Luka berbau tidak sedap

7. Terdapat cairan nanah pada luka

D. Cara Pencegahan Infeksi

1. Mandi 2 kali sehari" daerah yang terbalut luka jangan sampai


terkena air atau basah karena dapat meninkatkan kelembaban pada
kulit yang terbungkus sehingga dapat menjadi tempat berkembang
biak kuman dan bakteri.
2. Mencuci tangan menggunakan sabun antiseptik dengan benar dan
bersih.
3. Makanan yang dibutuhkan makanan yang mengandung protein atau
tinggi kalori tinggi protein 8TKTP). Makanan yang mengandung
protein misalnya : susu" telur" madu" roti" ikan laut" kacang-
kacangan.
4. jaga kebersihan lingkungan sekitar.
5. Ganti balutan minimal satu kali sehari
6. Mencuci tangan sebelum dan sesudah mengganti balutan
7. Alat dan bahan yang digunakan untuk mengganti balutan harus
alam keadaan stril atau bersih
8. Minum obat sesuai ajuran misalnya obat antibiotic untuk infeksi.

Berikut gambar 5 moment pengendalian infeksi:

E. Macam-macam infeksi
1) Ventilator associated pneumonia (VAP)
yaitu pneumonia yang terjadi lebih dari 48 jam setelah pemasangan intubasi
endotrakeal akibat dari mikroorganisme yang masuk saluran pernapasan bagian
bawah melalui aspirasi sekret orofaring yang berasal dari bakteri endemik di saluran
pencernaan atau patogen eksogen yang diperoleh dari peralatan yang terkontaminasi
atau petugas kesehatan
2) Infeksi Aliran Darah (IAD)
yaitu infeksi serius dimana bakteri atau jamur yang berada di saluran darah yaitu
bakteri atau jamur yang boleh diisolasi dengan melakukan kultur darah ataupun
“blood culture”. Orang awam dapat menggunakan istilah “keracunan darah” untuk
menunjukkan adanya infeksi aliran darah.
3) Infeksi Saluran Kemih (ISK)
yaitu kondisi ketika organ yang termasuk dalam sistem kemih seperti ginjal, ureter,
kandung kemih, dan uretra mengalami infeksi. Umumnya, ISK terjadi pada kandung
kemih dan uretra.
4) Infeksi Daerah Operasi (IDO)
Yaitu adalah infeksi akibat tindakan pembedahan,dapat mengenai berbagai lapisan
jaringan tubuh,superfisial atau dalam
Lampiran 2
LEAFLET
Lampiran 6
Powerpoint
Lampiran 7 dokumentasi

1.membuang sampah
2.kurangi penggunaan plastik

pada tempatnya

3.Hemat Air
4.menanam tumbuhan dilahan terbuka
Link :

https://www.instagram.com/reel/CtqOby6tOxF/?igshid=MzRlODBiNWFlZA==
SATUAN ACARA PENYULUHAN
PENGUKURAN TANDA-TANDA VITAL

“PENGAJARAN PENGUKURAN TANDA-TANDA VITAL ”


Disusun oleh kelompok 2:

1. Dela Puspita Sari 11194562210428


2. Devi Fitrili’yani 11194562210429
3. Djonggy Arch’ka 11194562210430
4. Dwi Permata Indah 11194562210431
5. Erna Sari 11194562210432
6. Hilma Aulia 11194562210433
7. Husnul Khotimah 11194562210434
8. Ilhamsyah 11194562210435
9. Imro Atussholikha 11194562210436
10. Jihan Fahira 11194562210437
11. Karen Ardana Putri 11194562210438
12. Laila Kotdriah Fitriani 11194562210439

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN


JURUSAN KEPERAWATAN
FAKULTAS KESEHATAN
UNIVERSITAS SARI MULIA
BANJARMASIN
2023
SATUAN ACARA PENYULUHAN
PENGUKURAN TANDA-TANDA VITAL
A. Latar belakang
Dalam melakukan suatu asuhan keperawatan, pemeriksaan tanda – tanda vital
sangat dibutuhkan, karena dengan pemeriksaan tersebut kita dapat membuat beberapa
diagnose tentang apa yang dialami pasien/klien. Pemeriksaan vital sign atau TTV
(tanda-tanda vital) adalah suatu prosedur mendasar bagi tim tenaga Kesehatan maupun
layanan kesehatan yang bertujuan untuk mendeteksi adanya suatu kelainan, gangguan,
perubahan fungsi organ tubuh dan masalah medis lainnya agar dapat membantu dokter
menjadi suatu diagnosa. Tanda vital merupakan cara yang cepat dan efisien untuk
memantau kondisi klien atau mengidentifikasi masalah dan mengevaluasi respon klien
terhadap intervensi.
Data ini juga memberikan sebagian keterangan pokok yang memungkinkan
disusunnya rencana keperawatan. Selanjutnya pengambilan tanda-tanda vital ini
dilakukan dengan jarak waktu  pengambilan tergantung pada keadaan umum klien.
Tanda-tanda vital biasanya diukur pada (Noviestasari, 2015):
a) Saat klien pertama datang ke fasilitas pelayanan kesehatan.
b) Sebelum dan sesudah prosedur bedah atau prosedur invasif.
c) Sebelum, selama, dan setelah pemberian obat yang memengaruhi fungsi
kardiovaskular, pernapasan, dan kontrol suhu tubuh.
d) Sesuai indikasi jika ada perubahan bermakna pada kondisi kesehatan klien.
e) Sebelum dan sesudah intervensi keperawatan yang memengaruhi tanda-tanda vital.
f) Jika klien melaporkan tanda-tanda masalah fisik yang tidak spesifik.
g) Jadwal tertentu berdasarkan kebijakan fasilitas pelayanan kesehatan atau petunjuk
dokter.

Metode yang paling umum untuk memantau dan mendokumentasikan kesejahteraan


atau kemunduran pasien sering melalui penilaian lima tanda-tanda vital meliputi
pengukuran tekanan darah (BP), saturasi oksigen darah (SpO2), denyut nadi, laju
pernapasan, dan suhu tubuh (Ahrens, 2008). Kadang-kadang, kemunduran kesehatan
pasien didokumentasikan dengan baik, meskipun ada sedikit intervensi. Dalam kasus
lain, pemantauan dan pencatatan tanda-tanda vital jarang dilakukan atau tidak lengkap.
Penyedia layanan kesehatan telah memperkenalkan system “track and trigger”
untuk memungkinkan identifikasi awal pasien dengan kelainan fisiologis dan tim
respons cepat untuk memfasilitasi manajemen yang cepat dan tepat. Namun ketika
sistem "track and trigger" digunakan, pencatatan tanda-tanda vital, penyelesaian bagan
pasien, dan aktivasi tim tetap tidak optimal (Smith, 2006). Peristiwa klinis berarti ketika
satu atau lebih tanda-tanda vital tidak dalam kisaran yang diharapkan, tidak
ditindaklanjuti sejak dini dan bertahan untuk jangka waktu yang tetap. Rentang tanda-
tanda vital yang diharapkan adalah khusus untuk pasien, meskipun di sini ada beberapa
aturan medis umum yang menentukan batas normal dan abnormal dari tanda-tanda vital
yang berbeda (Forkan, 2017).
Tanda-tanda vital atau tanda-tanda dasar meliputi:
1. Pemeriksaan Suhu Tubuh
2. Pemeriksaan Denyut Nadi
3. Pemeriksaan Pernafasan
4. Pemeriksaan Tekanan Darah
B. Tujuan
Umum
Tujuan kami mengadakan penyuluhan untuk memberikan informasi dan berbagi
ilmu pengetahuan kepada siswa/i agar supaya siswa/i dapat mengetahui tentang
bagaimana cara mengetahui rentan normal dan cara mengukur TTV.
a. Siswa/i mampu memahami apa itu TTV
b. Siswa/i mampu memahami tentang pentingnya pengukuran TTV
c. Siswa/i mampu memahami tentang manfaat dari pengukuran TTV
d. Siswa/i mampu memahami tentang tata cara bagaimana pengukuran TTV
e. Siswa/i mampu melaksanakan pengukuran TTV secara mandiri
C. Sasaran
Viewers Social Media Instagram
D. Waktu dan Tempat
Hari dan Tanggal : Senin, 12 Juni 2023
Pukul : 11.00-11.30
Tempat Kegiatan : Instagram
Media dan Alat
Media:
a. Leaflet
b. Handphone
c. Spygmomanometer
d. Stetoskop
e. Thermometer
f. Jam tangan
E. Metode
 Ceramah
 Demonstrasi
 Tanya jawab (kuis)
F. Struktur Organisasi
 Penanggung jawab
 Narasumber
 Observer
 Fasilitator
 Dokumentasi
 Evaluator
G. Denah
Tanda panitia & viewer (kotak, bulat, segi tiga)

Keterangan :
Kotak = penagnggung jawab
H. Alur Kegiatan

Tahap
NO Waktu Kegiatan Penyuluhan Sasaran Media
Kegiatan
1. Pembukaan 5 Menit 1. Mengucapkan salam siswi Kalimat
2. Memperkenalkan diri
3. Menjelaskan tujuan
pendidikan kesehatan
4. Menyampaikan pokok
pembahasan

2. Pelaksanaan 20 Menit 1. Menjelaskan materi siswi Leaflet


2. Siswa/i memperhatikan Powerpo
penjelasan tentang TTV int
3. Siswa/i menanyakan Demonst
tentang hal-hal yang rasi
belum jelas
4. Menampilkan vidio

3. Penutup 5 Menit 1. Menyimpulkan materi siswi Kalimat


2. Mengevaluasi Siswa/i
tentang materi yang
telah diberikan
3. Mengakhiri pertemuan
Lampiran 1

Materi
F. Pengertian TTV
Pemeriksaan vital sign atau TTV (tanda-tanda vital) adalah suatu prosedur
mendasar bagi tim tenaga Kesehatan maupun layanan kesehatan yang bertujuan untuk
mendeteksi adanya suatu kelainan, gangguan, perubahan fungsi organ tubuh dan
masalah medis lainnya agar dapat membantu dokter menjadi suatu diagnosa. Tanda
vital merupakan cara yang cepat dan efisien untuk memantau kondisi klien atau
mengidentifikasi masalah dan mengevaluasi respon klien terhadap intervensi.
G. Macam-macam TTV

1.Suhu Tubuh

Suhu tubuh adalah perbedaan antara jumlah panas yang diproduksi oleh proses
tubuh dan jumlah panas yang hilang ke lingkungan keluar. Suhu permukaan
berfluktuasi bergantung pada aliran darah ke kulit dan jumlah panas yang hilang ke
lingkungan luar. Karena fluktuasi suhu permukaan ini suhu yang dapat diterima
berkisar dari 36°C sampai 38°C. suhu normal rata-rata bervariasi bergantung lokasi
pengukuran. Keseimbangan suhu tubuh diregulasi oleh mekanisme fisiologis dan
perilaku. Agar suhu tubuh tetap konstan dan berada pada batasan normal, hubungan
antara produksi panas dan pengeluaran panas harus dipertahankan.

Faktor yang mempengaruhi suhu tubuh


1) Usia
Pengaturan suhu tubuh tidak stabil sampai pubertas, lansia sangat sensitif terhadap
suhu yang ekstri.
2) Olahraga
Aktivitas otot memerlukan peningkatan suplai darah dan pemecahan karbohidrat dan
lemak. Hal ini menyebabkan peningkatan metabolisme dan produksi panas.
3) Kadar hormon
Wanita mengalami fruktuasi suhu tubuh yang lebih besar dari pria.
4) Irama sikardian
Suhu tubuh secara normal berubah secara normal 0,5° sampai 1° selama 24 jam, titik
terendah pada pukul 1-4 dini hari.
5) Lingkungan
Bila suhu dikaji dalam ruangan yang sangat hangat, suhu tubuh akan naik. Bila klien
berada di luar lingkungan tanpa baju hangat, suhu tubuh mungkin rendah. Bayi dan
lansia paling sering dipengaruhi oleh suhu lingkungan karena mekanisme suhu
mereka kurang efisien.
6) Stres
Stres fisik dan emosional meningkatkan suhu tubuh melalui stimulasi hormonal dan
Persyarafan.
Suhu tubuh normal antara suhu 36 °C -37,5°C
Suhu tubuh tidak normal bisa disebut:
a. Hipotermia yaitu suhu tubuh kurang dari normal
b. Hipertermia yaitu suhu tubuh lebih dari normal

Tempat pengukuran suhu:


a. Suhu inti:
1) Rektum
2) membran timpani
3) Esofagus
4) Arteri pulmoner
5) kandung kemih
b. Suhu permukaan:
1) Rektal
2) Aksila
3) Oral
4) Timpani/Aurikular
Seseorang dikatakan bersuhu tubuh tinggi/panas jika:
a. Demam : Jika bersuhu 37,5 ˚C - 38˚C
b. Febris: Jika bersuhu 38˚C - 39˚C

Suhu tubuh seseorang dapat diambil melalui :

a.Oral Suhu dapat diambil melalui mulut baik menggunakan termometer kaca klasik
atau yang lebih modern termometer digital yang menggunakan probe elektronik
untuk mengukur suhu tubuh.  

b.Dubur Suhu yang diambil melalui dubur (menggunakan termometer gelas atau


termometer digital) cenderung 0,5-0,7˚ lebih tinggi daripada ketika diambil oleh
mulut.

c.Aksilaris Temperatur dapat diambil di bawah lengan dengan


menggunakan termometer gelas atau termometer digital.Suhu yang diambil oleh
rute ini cenderung 0,3-0,4˚ lebih rendah daripada suhu yang diambil oleh mulut.

d.Telinga Termometer khusus dengan cepat dapat mengukur  suhu gendang telinga,


yang mencerminkan suhu inti tubuh (suhu dari organ-organ internal). Mungkin suhu
tubuh abnormal karena demam (suhu tinggi) atau hipotermia (suhu rendah). Demam
ditandai ketika suhu tubuh meningkat di atas 37˚C secara oral atau 37,7˚C melalui
dubur, menurut American Medical Association. Hipotermia didefinisikan sebagai
penurunan suhu tubuh dibawah 35˚C.

TERMOMETER

C. Nadi
Nadi adalah aliran darah yang menonjol dan bisa diraba di berbagai tempat
pada tubuh. Nadi merupakan indikator status sirkulasi. penyebab nadi yang menjadi
lambat, cepat atau tidak reguler secara normal dapat mengubah curah jantung.
Pengkajian kemampuan jantung untuk memenuhi kebutuhan jaringan tubuh
terhadap nutrien dengan cara melakukan palpasi nadi perifer atau dengan
menggunakan stetoskop untuk mendengarkan bunyi jantung (frekuensi apikal).
Pengkajian terhadap denyut nadi memberi data tentang kondisi sistem
kardiovaskuler. Denyut merupakan pemeriksaan pada pembuluh nadi
atauarteri. Ukuran kecepatannya diukur pada beberapa titik denyut misalnya
denyut arteri radialis  pada  pergelangan tangan, arteri brachialis  pada lengan
atas, arteri karotis  pada leher, arteri  poplitea  pada belakang lutut, arteri dorsalis
pedis atau arteri tibialis posterior  pada kaki. Pemeriksaan denyut dapat dilakukan
dengan bantuan stetoskop. Denyut nadi dapat berfluktuasi dan meningkat pada saat
berolahraga, menderita suatu penyakit, cedera, dan emosi.
Lokasi Pengukuran Nadi
Frekuensi nadi dapat dikaji pada setiap arteri, namun arteri radialis dan artei karotid
dapat dengan mudah diraba pada nadi perifer. Pada saat kondisi klien tiba-tiba menurun,
area karotid adalah area terbaik untuk menemukan nadi secara cepat. Nadi radialis dan
apikal merupakan tempat yang paling sering digunakan untuk mengkaji nadi. Jika nadi
radialis yang terletak pada pergelangan tangan tidak normal atau intermitten akibat
disritmia atau jika nadi yang tidak dapat diraba karena balutan, gips, atau halangan lain,
yang dikaji adalah nadi apikal. Pada saat klien menggunakan medikasi (pengobatan)
yang mempengaruhi frekuensi jantung, nadi apikal dapat memberikan gambaran yang
lebih akurat terhadap fungsi jantung. Nadi apikal merupakan tempat terbaik untuk
mengkaji nadi bayi dan nadi anak karena nadi perifer dalam dan sulit untuk dipalpasi
dengan akurat.
Jumlah denyut nadi yang normal berdasarkan usia seseorang adalah:
Usia Denyut

Bayi 120-160x/mnt

Todler 90-140x/mnt

Prasekolah 80-110x/mnt
Usia Sekolah 75-100x/mnt

Remaja 60-90x/mnt

Dewasa 60-100x/mnt

Takikardia (Nadi di atas nomal): Lebih dari 100x/mnt.


Beadikardia (Nadi di bawah nromal): Kurang dari 60x/mnt.

Tempat-tempat menghitung denyut nadi adalah:


- Ateri radalis : Pada pergelangan tangan
- Arteri temporalis : Pada tulang pelipis
- Arteri caratis :Pada leher
- Arteri femoralis : Pada lipatan paha
- Arteri dorsalis pedis : Pada punggung kaki
- Arteri politela : pada lipatan lutut
- Arteri bracialis : Pada lipatan siku
- Ictus cordis : pada dinding iga

3. Pernapasan
Pernafasan adalah mekanisme tubuh menggunakan pertukaran udara antara atmosfir
dengan darah serta darah dengan sel. Mekanisme pernafasan meliputi:
1) Ventilasi yaitu pergerakan udara masuk ke luar paru
2) Difusi yaitu pertukaran O2 & CO2 antara alveoli & sel darah merah
3) Perfusi yaitu distribusi oleh sel drh merah ke dan dari kapiler darah

Tingkat respirasi atau respirasi rate adalah jumlah seseorang mengambil napas  per menit.
Tingkat respirasi  biasanya diukur ketika seseorang dalam posisi diam dan hanya
melibatkan menghitung jumlah napas selama satu menit dengan menghitung  berapa kali
dada meningkat. Respirasi dapat meningkat pada saat demam, berolahraga, emosi. Ketika
memeriksa pernapasan, adalah penting untuk juga diperhatikan apakah seseorang memiliki
kesulitan bernapas.
Pola pernapasan adalah:
a.Pernapasan normal (euphea)
b.Pernapasan cepat (tachypnea)
c.Pernapasan lambat (bradypnea)
d.Sulit/sukar bernapas (oypnea)

Faktor yang mempengaruhi pernafasan:


1. Olahraga
Meningkatkan frekuensi dan kedalaman untuk memenuhi kebutuhan tubuh untuk
menambah oksigen.
2. Nyeri akut dan kecemasan
Meningkatkan frekuensi dan kedalaman akibat stimulasi saraf simpatik.
3. Anemia
Penurunan kadar hemoglobin menurunkan jumlah pembawa O2 dalam darah.
Individu bernapas dengan lebih cepat untuk meningkatkan penghantaran O2.
4. Posisi tubuh
Postur tubuh yang lurus dan tegak meningkatkan ekspansi paru. Posisi yang
bungkuk dan telungkup mengganggu pergerakan ventilasi.
5. Medikasi
(analgetik narkotik dan sedatif meningkatkan RR).
6. Cedera batang otak
Mengganggu pusat pernapasan dan menghambat frekuensi dan irama pernapasan.
Jumlah Pernafasan seseorang adalah:
Usia Frekuensi
Bayi baru lahir 35-40x/menit
Bayi 6 Bulan 30-50x/menit
Todler (2 Tahun) 25-32x/menit
Anak-anak 20-30x/menit
Remaja 16-19x/menit
Dewasa 12-20x/menit
4. Medikasi
Banyaknya pengobatan baik secara langsung maupun tidak langsung dapat mempengaruhi
tekanan darah. Analgesik, narkotik dapat menurunkan Tekanan Darah.
5. Variasi diurnal
Tekanan Darah bervariasi sepanjang hari, biasanya rendah pada pagi hari, secara berangsur-
angsur naik menjelang siang dan sore hari, dan puncaknya pada senja hari atau malam hari.
6. Jenis kelamin
Secara klinis tidak ada perbedaan yang signifikan. setelah pubertas pada pria relatif lebih
tinggi sedangkan setelah menopause pada wanita lebih tinggi.

Jumlah tekanan darah yang normal berdasarkan usia seseorang adalah:


Usia Tekanan Darah

Bayi baru lahir (300gr) 40 (Rerata)

1 Bulan 85/54mmHg

1 Tahun 95/65mmHg

6 Tahun 105/65mmHg

10-13 Tahun 110/65mmHg

14-17 Tahun 120/75mmHg

Dewasa Tengah 120/80mmHg

Lansia 140/90mmHg

Klarifikasi Tekanan Darah untuk Usia Dewasa 18 Tahun & Lansia.


Kategori Sistole Diastole
Normal <130 <85
Normal Tinggi 130-139 85-89
Hipertensi
Derajat 1 (Ringan) 140-159 90-99
Derajat 2 (Sedang) 160-179 100-109
Derajat 3 (Berat) 180-209 110-119
Derajat 4 (Sangat Berat) ≥210 ≥120

Tekanan Darah Abnormal


A. Hipertensi
Diagnosa hipertensi pada orang dewasa dibuat saat bacaan rerata tekanan darah pada
dua atau lebih kunjungan/pemeriksaan, untuk tekanan sistolik 140 mmHg atau lebih dan
tekanan diastolik 90 mmHg atau lebih.
B. Hipotensi
Hipotensi dipertimbangkan secara umum saat tekanan darah sistolik turun sampai
90mmHg atau lebih rendah.
C. Hipotensi ortostatik postural
Penurunan Tekanan Darah saat bergerak dari posisi duduk ke berdiri disertai pusing,
berkunang-kunang sampai dengan pingsan.
Korotkoff I: Bunyi pertama yang terdengar setelah tekanan cuff diturunkan perlahan.
Begitu bunyi ini terdengar, nilai tekanan yang ditunjukkan pada manometer dinilai sebagai
tekanan sistolik.
Korotkoff II: Perubahan kualitas bunyi menjadi bunyi berdesir.
Korotkoff III: Bunyi semakin jelas dan keras.
Korotkoff IV: Bunyi menjadi meredam.
Korotkoff V: Bunyi menghilang seluruhnya setelah tekanan dalam cuff turun lagi sebanyak
5-6 mmHg. Nilai tekanan yang ditunjukkan manometer pada fase ini dinilai sebagai
tekanan diastolik.
Tempat untuk mengukur tekanan darah seseorang adalah:

Lengan atas

Pergelangan kaki

SPYGMOMANOMETER

lampiran 2
LEAFLET
Lampiran 6
POWERPOINT
Lampiran 7

DOKUMENTASI

1.Pemeriksaan Tekanan Darah 2. Pemeriksaan Denyut Nadi

3.Pemeriksaan Suhu Tubuh

Link

(https://instagram.com/xx_itsmedell__/live/17986711267968214?
igshid=MzRlODBiNWFlZA== )
SATUAN ACARA PENYULUHAN
PEMERIKSAAN FISIK

“PENGAJARAN PEMERIKSAAN FISIK PADA ANAK”

Disusun oleh kelompok 2:

1. Dela Puspita Sari 11194562210428


2. Devi Fitrili’yani 11194562210429
3. Djonggy Arch’ka 11194562210430
4. Dwi Permata Indah 11194562210431
5. Erna Sari 11194562210432
6. Hilma Aulia 11194562210433
7. Husnul Khotimah 11194562210434
8. Ilhamsyah 11194562210435
9. Imro Atussholikha 11194562210436
10. Jihan Fahira 11194562210437
11. Karen Ardana Putri 11194562210438
12. Laila Kotdriah Fitriani 11194562210439

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN


JURUSAN KEPERAWATAN
FAKULTAS KESEHATAN
UNIVERSITAS SARI MULIA
BANJARMASIN
2023
SATUAN ACARA PENYULUHAN
PEMERIKSAAN FISIK PADA ANAK

A. Latar belakang
Menurut Potter dan Perry, mengatakan bahwa pengkajian merupakan proses
sistematis dari pengumpulan, verifikasi dan komunikasi tentang pasien. Menurut
Asmadi (2008) Pengkajian merupakan tahap awal dari proses keperawatan, di sini,
semua data dikumpulkan secara sistematis guna menentukan status kesehatan klien
saat ini. Pengkajian harus dilakukan secara komprehensif terkait dengan aspek
biologis, psikologis, sosial, maupun spiritual klien. Kegiatan utama dalam tahap
pengkajian ini.
Faktor-faktor yang menjadi pendorong dalam perawat melakukan pengkajian pasien
baru yaitu Standar Operasional Prosedur (SOP), kewajiban perawat, Bina Hubungan
Saling Percaya (BHSP), asuhan keperawatan, untuk mengetahui kondisi pasien dan
untuk dokumentasi atau data. Manfaat dalam melakukan pengkajian pasien baru bagi
perawat yaitu dapat diketahuinya kondisi pasien, dapat mendekatkan diri dengan
pasien, dapat melanjutkan proses keperawatan dan dapat dilakukan intervensi
selanjutnya dan nantinya akan membantu dalam penyelesaian masalah pasien.
Perawat juga harus memiliki berbagai pengetahuan tentang kebutuhan biopsiksosial
dan spiritual bagi manusia, pengetahuan tentang kebutuhan perkembangan manusia
(tumbuh kembang), pengetahuan tentang konsep sehat dan sakit, pengetahuan tentang
sistem keluarga, budaya, nilai-nilai keyakinan yang dimiliki pasien, dan sebagainya.
Pengkajian fisik adalah proses berkelanjutan yang dimulai secara wawancaraterutama
dengan menggunakan inspeksi atau observasi. Selama pemeriksaan yang lebih
formal,alat-alat untuk perkusi,palpasi dan auskultasi ditambahkan untuk
memantapkan dan menyaring pengkajian sistem tubuh.Seperti pada Riwayat
kesehatan, obyekyif dari pengkajian fisik adalah untuk merumuskan diagnsa
keperawatan dan mengevaluasi keefektivan intervensiterapeutik( Wong,2003)
Pengkajian merupakan tahap pertama dalam proses keperawatan,dimana tiap tahap
perawatan melakukan pengkajian data yang diperoleh dari hasil wawancara laporan
teman sejawat, catatan keperawatan, atau catatan kesehatan lain dan pengkajian fisik(
Robert Priharjo1993). Physical examination merupakan tehnik maneuver yang terdiri
dari beberapa rangkaianyang masing-masing anak memlik sensifitas dan verbal baik
fisik maupun spikologik. (Wong, 1993).
Pemeriksaan fisik lebih dari suatu rangkaian latihan tehnikalHal itu merupakan
tuntutan yang sama sensivitasnya dengan kebutuhan fisik dan psikologik anak yang
sulit di kenal dan tidak sama dengan yang lainnya (Wong1993).

B. Tujuan
Pemeriksaan Fisik
Tujuan kami mengadakan penyuluhan untuk memberikan informasi dan berbagi
ilmu pengetahuan kepada siswa/i agar supaya siswa/i dapat mengetahui tentang
bagaimana pemeriksaan fisik pada anak. Tujuan pemeriksaan fisik adalah
memperoleh informasi yang akurat tentang keadaan fisik pasien. Karena sifat alamiah
bayi dan anak, ururan pemeriksaan tidak harus menuruti sistematika yang lazim pada
orang dewasa. Dalam pemeriksaan anak harus memperhatikan kebutuhan
perkembangan mental anak. Penggunaan perkembangan mental dan kronologi umur
sebagai kriteria utama dalam pengkajian tiap sistem tubuh
memudahkan/menyelesaikan dari beberapa tujuan, diantaranya :
1. Meminimalkan stres dan ansietas yang berhubungan dengan pengkajian pada
bagian-bagian tubuh yang berbeda.
2. Memelihara dan membina hubungan saling percaya antara perawat, anak dan
orangt tua.
3. Memberikan persiapan yang maksimum pada anak.
4. Memberikan perlindungan yang esensial pada hubungan antara orang tua-anak,
terutama dengan anak kecil.
5.Memaksimalkan keakuratan dan reabilitas hasil pengkajian.
C. Sasaran
Viewers Social Media Instagram
D. Waktu dan Tempat
Hari dan Tanggal : Senin, 12 Juni 2023
Pukul : 11.00-11.30
Tempat Kegiatan : Instagram
E. Media dan Alat
Media:
1. Pengukur/meteran/penggaris/Stadiometer
2. Penimbang BB
3. Termometer dan speculum
4. Optalmoskop
5. Arloji berdetik
6. Manset
 Bayi baru lahir ukurannya: lebar kantong 2,5-4,0cm dan panjang Kantongnya
5,0-9,0 cm
 Bayi ukurannya:lebar kantong 4,0-6,0 cm dan panjang kantongnya 5,0-9,0 cm
 Anak-anak lebar kantong 7,5-9,0 Cm dan panjang kantongnya 17,0-19,0 cm.
7. Stesoskop
8. Oksilometri
9. Peniti,kapas, objek dingin/kapas
10. Spatel lidah
11. Garpu tala
12. Snellen
13. Senter
14. Gambar warna
F. Metode
• Ceramah
• Demonstrasi
• Tanya jawab (kuis)
G. Struktur Organisasi
• Penanggung jawab
• Narasumber
• Observer
• Fasilitator
• Dokumentasi
• Evaluator
H. Denah
Tanda panitia & viewer (kotak, bulat, segi tiga)

Keterangan :
Kotak = penagnggung jawab
I. Alur Kegiatan
Tahap
NO Waktu Kegiatan Penyuluhan Sasaran Media
Kegiatan
1. Pembukaan 5 Menit 5. Mengucapkan salam Viewers Kalimat
6. Memperkenalkan diri Instagram
7. Menjelaskan tujuan
pendidikan kesehatan
8. Menyampaikan pokok
pembahasan

2. Pelaksanaan 20 Menit 5. Menjelaskan materi Viewers Leaflet


Memperhatikan Instagram Powerpo
penjelasan tentang int
Pengkajian Fisik Demonst
6. Menanyakan tentang rasi
hal-hal yang belum jelas
7. Menampilkan vidio
3. Penutup 5 Menit 4. Menyimpulkan materi Viewers Kalimat
5. Mengevaluasi tentang Instagram
materi yang telah
diberikan
6. Mengakhiri pertemuan
Lampiran 1
Materi
A. Pengertian Pengkajian Fisik
Menurut Potter dan Perry, mengatakan bahwa pengkajian merupakan proses
sistematis dari pengumpulan, verifikasi dan komunikasi tentang pasien. Menurut
Asmadi (2008) Pengkajian merupakan tahap awal dari proses keperawatan, di sini,
semua data dikumpulkan secara sistematis guna menentukan status kesehatan klien
saat ini. Pengkajian harus dilakukan secara komprehensif terkait dengan aspek
biologis, psikologis, sosial, maupun spiritual klien. Kegiatan utama dalam tahap
pengkajian ini. Faktor-faktor yang menjadi pendorong dalam perawat melakukan
pengkajian pasien baru yaitu Standar Operasional Prosedur (SOP), kewajiban
perawat, Bina Hubungan Saling Percaya (BHSP), asuhan keperawatan, untuk
mengetahui kondisi pasien dan untuk dokumentasi atau data. Manfaat dalam
melakukan pengkajian pasien baru bagi perawat yaitu dapat diketahuinya kondisi
pasien, dapat mendekatkan diri dengan pasien, dapat melanjutkan proses
keperawatan dan dapat dilakukan intervensi selanjutnya dan nantinya akan
membantu dalam penyelesaian masalah pasien. Perawat juga harus memiliki
berbagai pengetahuan tentang kebutuhan biopsikososial dan spiritual bagi manusia,
pengetahuan tentang kebutuhan perkembangan manusia (tumbuh
kembang),pengetahuan tentang konsep sehat dan sakit, pengetahuan tentang sistem
keluarga, budaya, nilai-nilai keyakinan yang dimiliki pasien, dan sebagainya.

Data-data yang diperoleh ketika melakukan pengkajian :


a. Data dasar adalah semua informasi tentang riwayat kesehatan klien,
pemeriksaan fisik mulai dari kepala sampai ke kaki, pengkajian
keperawatan, pemeriksaan penunjang seperti pemeriksaan darah dan foto
rontgen, serta pemeriksaan penunjang lainnya saat pertama kali klien masuk
ke rumah sakit. Informasi yang didapat dari klien di rumah sakit
dikategorikan dalam dua kategori, yaitu : data subjektif dan data objektif.
Data subjektif adalah data yang diambil dari klien saat diwawancara, seperti:
keluhan, riwayat penyakit, dan masalah psikososial. Data objektif adalah
data yang didapatkan berdasarkan hasil pemeriksaan secara inspeksi,
palpasi, perkusi, dan auskultasi (Deswani, 2009).
b. Data focus adalah informasi tentang status kesehatan klien yang
menyimpang dari keadaan normal (Budiono, 2016).
c. Data subjektif merupakan ungkapan keluhan klien secara langsung dari klien
maupun langsung melalui orang lain yang mengetahui keadaan klien secara
langsung dan menyampaikan masalah yang terjadi kepada perawat
berdasarkan keadaan yang terjadi pada klien (Budiono,2016).
d. Data objektif diperoleh secara langsung melalui observasi dan pemeriksaan
pada klien. Data objektif harus dapat diukur dan diobservasi (Budiono,
2016).

Menurut budiono (2016) teknik pengumpulan data yang dapat dilakukan


perawat sebagai berikut:
a. Anamnesis
Anamnesis adalah suatu proses tanya jawab atau komunikasi untuk mengajak
klien dan keluarga bertukar fikiran dan perasaan, mencakup keterampilan secara
verbal dan non verbal, empati dan rasa kepedulian yang tinggi. Teknik verbal,
meliputi: pertanyaan terbuka/tertutup, menggali jawaban dan memvalidasi respon
klien. Sedangkan teknik non verbal, meliputi: mendengarkan secara aktif, diam,
sentuhan, dan kontak mata.
b.Observasi
Tahap kedua dalam pengumpulan data yang dilakukan adalah observasi, yaitu:
pengamatan perilaku dan keadaan klien untuk memperoleh data tentang masalah
kesehatan dan keperawatan klien. Kegiatan observasi, meliputi 2S HFT: Sight yaitu
kelainan fisik, perdarahan, terbakar, menangis; smell yaitu alkohol, darah, feces,
medicine dan urine, Hearing yaitu tekanan darah, batuk, menangis, ekspresi nyeri,
heart rate dan ritme.
c.Pemeriksaan fisik
Menurut budiono (2016) Pemeriksaan fisik yang dilakukan menggunakan
metode atau teknik P.E (Physical Examination) yang terdiri dari:
1) Inspeksi, yaitu teknik yang dapat dilakukan dengan proses observasi yang
dilaksanakan secara sistemik/melihat.
2) Palpasi, yaitu suatu teknik yang dilakukan dengan menggunakan indra peraba.
Langkah-langkah yang perlu diperhatikan :
a. Ciptakan lingkungan yang kondusif, nyaman, dan santai
b. Tangan harus kering, hangat, kuku pendek
c. Semua bagian nyeri dilakukan palpasi yang paling akhir
3)Perkusi, yaitu pemeriksaan yang dapat dilakukan dengan mengetuk, dengan untuk
membandingkan kiri-kanan pada setiap daerah permukaan tubuh dengan
menghasilkan suara. Perkusi bertujuan untuk mengidentifikasi lokasi, ukuran, bentuk
dan konsistensi jaringan.
4)Auskultasi adalah pemeriksaan yang dilakukan dengan mendengarkan suara yang
dihasilkan oleh tubuh dengan menggunakan stetoskop.

Tujuannya untuk mendengarkan bunyi jantung, suara nafas, bunyi usus,


denyut jantung janin, mengukur tekanan darah.

A. Pengkajian Biologis
1.Berkaitan Dengan Kebutuhan Biologis
Pada pengkajian keperawatan secondary survey (anamnesis riwayat
klien/pemeriksaan subyektif) dan pemeriksaan obyektif (head to toe). Perawat
melakukan pengkajian ABCD hanya sesuai kebutuhan pasien. Secondary survey
harus dilakukan setelah pasien dinyatakan stabil setelah penanganan primary survey
dengan tujuan untuk mencari cedera lain yang mungkin terjadi pada pasien sehingga
tidak satupun terlewatkan atau tidak ditangani, karena jika kondisi pasien
memburuk saat secondary survey maka perawat harus kembali ke prinsip primary
survey.
B. Pengkajian Psikologis
2.Berkaitan Dengan Kebutuhan Psikososial
Pada pengkajian keperawatan yang dilakukan meliputi harga diri klien dan
keluarga (memberi dukungan untuk meningkatkan kualitas hidup klien ataupun
untuk meningkatkan proses kesembuhannya). Setelah pasien stabil maka fokus
penanganan perawat yaitu kebutuhan dasar manusia. Pengabaian terhadap aspek
psikologis dalam proses asuhan keperawatan pasien di Rumah Sakit, sehingga
sering menimbulkan berbagai masalah psikologis pada pasien seperti perasaan
cemas, frustrasi dan sikap penolakan. Perawat diharapkan dan dituntut untuk dapat
mengatasi masalah dengan cara memahami alur pikiran dan perasaan pasien dengan
segala manifestasi psikologis yang muncul akibat penyakit yang dideritanya.

C. Pengkajian Sosiologi
3.Berkaitan Dengan Kebutuhan Sosial
Perawat dituntut tetap mempertahankan serta mampu meningkatkan harga diri
seorang klien dengan memperhatikan segala kelebihan dan kekurangan dari klien,
selain itu respon dari seorang klien dengan berbagai macam penderitaan yang
sedang dialami oleh klien, jika tidak maka seorang perawat dalam memberikan
asuhan keperawatan rentan terhadap tindakan yang melanggar etik keperawatan.

D. Pengkajian Spiritual
4.Berkaitan Dengan Kebutuhan Spiritual
Pada pengkajian keperawatan yang dilakukan mencari tahu kepercayaan atau
komitmenterhadap sesuatu atau seseorang. Pengkajian spiritual harus dilakukan
pada pasien berdasarkan filosofi keperawatan untuk memenuhi kebutuhan pasien
secara menyeluruh. Hal ini memberikan kenyamanan pada pasien dan keluarga
untuk berhubungan dengan penciptanya. Perawat kurang memperhatikan aspek
spiritual dalam perawatan karena perawat kurang memahami tentang aspek spiritual
dan manfaatnya terhadap kesehatan dan penyembuhan penyakit pasien. Hal ini
didukung dengan adanya riset yang menunjukkan bahwa sebagian perawat merasa
tidak mampu memberikan perawatan spiritual kepada pasien dengan alasan perawat
memandang agama sebagai masalah pribadi, perawat berpikir bahwa spiritualitas
merupakan masalah pribadi yang hanya merupakan hubungan individu dengan
penciptanya, perawat merasa tidak nyaman dengan agama atau kepercayaan nya,
perawat tidak tahu tentang asuhan keperawatan spiritual, perawat menjalankan
kebutuhan spiritual untuk kebutuhan psikososial, perawat memandang bahwa
pemenuhan kebutuhan spiritual pasien bukan tanggung jawabnya melainkan
tanggung jawab keluarga dan tokoh agama.

Faktor-faktor yang mempengaruhi kesehatan spiritual menurut Craven & Hirnle


(2007)
adalah:
1. Kebudayaan, termasuk di dalamnya adalah tingkah laku, kepercayaan dan nilai-nilai
yang bersumber dari latar belakang sosial budaya.
2. Jenis kelamin: Spiritual biasanya bergantung pada kelompok sosial dan nilai-nilai
agama dan transgender. Misalnya yang menjadi pemimpin kelompok spiritual adalah
laki-laki.
3. Pengalaman sebelumnya: Pengalaman hidup baik yang positif atau negatif dapat
mempengarungi spiritualitas dan pada akhirnya akan mempengarungi makna dari
nilai-nilai spritual seseorang
4. Situasi krisis dan berubah: Situasi yang dihadapi berupa perubahan karena proses
kematian atau sakitnya orang yang dicintai dapat menyebabkan perubahan atau
distress status spiritual. Situasi krisis atau perubahan yang terjadi dalam kehidupan
dapat memberikan makna meningkatnya kepercayaan, bahkan dapat juga
melemahkan kepercayaannya.
5. Terpisah dari ikatan spiritual: Pengalaman selama di rumah sakit atau menjalani
perawatan di rumah sakit akan menyebabkan seseorang terisolasi, berada pada
lingkungan yang baru dan asing mungkin akan menyebabkan perasaan tidak nyaman,
kehilangan support sistem dan daya juang.
B. PEMERIKSAAN ANAK
Walaupun pemeriksaan fisik dilakukun dengan prosedur yang tidak
menyebabkan rasa sakitetapi kepada seorang anak dengan menggunakan jaritelapak
tangan, lenganpemeriksaan dalam telinga dan mulut,menekn abdomen dan
mendengarkan dasa dengan permukaan metal yang dingin dapat menimbulkan
stresfulPemeriksaan fisik ini harus menjadi hal yang menyenangkan dan sama baik
hasilnyaMisalnya dengan anak pre school dan yang lebih tua perawat dapat
menggunakan gambar atau boneka untuk membantu anak belajar tentang tubuh
mereka. Tehnik "Paper Doll" merupakan pendekatan yang digunakan untuk
mengajarkan anak tentang bagian tubuh mereka yang diperiksa.
Kesimpulannya adalah saat kunjungan anak dapat membawa paper doll
sebagai pengingat pengalaman. Banyak permintaan anak yang sangat kooperatif
ketika orang tua bersama mereka. Hal ini ada yang menyebabkan, bagaimanapun
saat anak yang lebih tua terutama adolence lebih memilih di periksa sendiri pada
pemeriksaan genetalia, sering anak yang sedang diperiksa juga disertai saudara
kandungnya yang dapat menyebabkan ke tidak teraturan kerena ada boredom.
Sebuah taktik untuk membantu mereka adalah untuk memberikan mereka
kesempatan untuk mencoba alat pemeriksaan seperti stetoskop atau spatel lidah dan
memuji anak atas "Bantuannya"selama pemeriksaan.

C. KOMUNIKASI SEBELUM PEMERIKSAAN FISIK


Sebagai tenaga medis sebelum melakukan pemeriksaan hendaknya jangan
mengabaikan komunikasi walaupun pada anak sekalipun. Hal ini bertujuan agar
nantinya ia mendapatkan informasi yang akurat dengan pasien. Adapun komunikasi
yang dilakukan perawat sebelum melakukan pemeriksaan fisik antara lain:
1.Bicara terlebih dahulu pada orang tua, tunjukkan bahwa kita akan membina
hubungan yang baik dengannya. Dengan demikian, anak akan melihat bahwa kita
berbuat baik terhaap orang tuanya. Kemudian perhatian kita alihkan pada anak
dengan tujuan semula, yaitu melakukan pengkajian.
2. Mulai kontak dengan anak dengan menceritakan sesuatu yang lucuDengan
demikian harapkan anak akan tertarik dengan pembicaraan perawat dan mau bekerja
sama.
3. Gunakan mainan sebagai pihak ketiga dalam bentuk yang lain sebagai titik masuk
berbicara pada anak. Hal ini akan sangat efektif terutama pada anak usia toddler dan
anak pra sekolah.
4. Apabila memungkinkan, ajukan pilihan pada anak tersebut tentang pemeriksaan
yang diinginkan, sambil duduk atau di tempat tidur, atau di pangku oleh
orangtuanya.
5. Pemeriksaan demikian, yang menimbulkan trauma dilakukan paling terakhir.
Dengan pilih pemeriksaan yang paling sederhana atau yang dapat dilakukan sambil
bermain terlebih dahulu.
6. Hindarkan pemeriksaan dengan menggunakan alat yang menimbulkan rasa takut
misalnya termometer atau stetoskop yang terasa dingin.

D. PELAKSANAAN PEMERIKSAAN FISIK ANAK


 Posisi Urutan Persiapan Bayi
Sebelum dapat duduk sendiri:
• Terlentang atau telungkup atau lebih baik di pangkuan orang tua.
• Usia 4 sampai 6 bulan dapat di tempatkan di atas meja periksaan.
Setelah dapat duduk sendiri:
• Gunakan posisi duduk di pangkuan orang tua jika mungkin Jika diatas meja,
tempatkan dan pandangan penuh pada orang tua
• Bila tenang auskultai jantung, paru, abdomen
• Catat frekuensi jantung dan pernafasan.
• Palpasi dan perkusi area yang sama
• Lanjutkan dengan arah biasa,kepala ke kaki
• Lakukan prosedur traumatic di bagian akhir, mata, telinga, mulut.
• Munculkan reflek-reflek saat bagian tubuh tersebut diperiksa • Lakukan
pemeriksaan reflek Moro di bagian akhir.
• Lepaskan semua pakaian bila suhu ruangan memungkinkan. • Biarkan popok
terpasang pada bayi
• Tingkatkan kerja sama dengan distraksi, obyek terang ,bunyi-bunyi dengan mulut,
bicara.
• Berikan kotak kecil dikedua tangan bayi yang lebih besar,sampai pelepasan
volunter berkembang di akhir tahun pertama, bayi tidak mampu menggenggam
obyek(misalnya stetoskop, otoskop)(Farber, 1991)
• Tersenyum pada bayi gunakan suara yang lembut dan perlahan
• Tenangkan dengan sebotol air gula atau makanan.
• Minta bantuan orang tua untuk memegang bayi pada pemeriksaan telinga dan
Mulut.
• Hindari gerakan yang kasar dan mengejutkan
• Duduk atau berdiri diatas atau disamping orang tua.
• Telungkup atau terlentang dipangkuan orang tua
• Inspeksi area tubuh,melalui permainan "Hitung Jari" gelitik jari kaki
• Gunakan kontak fisik minimal diawal pemeriksaan.
• Kenalkan alat dengan perlahan. Auskultasi,perkusi,palpasi bila tenang
• Lakukan prosedur traumatic terakhir (sama dengan bayi)
• Minta orang tua untuk melepaskan pakaian bagian luar
• Lepaskan pakaian dalam pada saat tubuh tersubut di periksa
• Izinkan untuk melihat-lihat alat ,menunjukkan penggunaan alat biasanya tidak
efektif
• Jika tidak kooperatif lakukan prosedur dengan cepat
• Gunakan restrain bila tepat,minta bantuan orang tua.
• Bicarakan pemeriksaan bila dapat bekerja sama :gunakan kalimat pendek.
• Berikan pujian untuk perilaku kooperatif.
 Anak Pra Sekolah
• Lebih suka berdiri atau duduk.
• Biasanya kooperatif dengan posisi telungkup/atau terlentang menyukai kedekatan
dengan orang tua.
• Jika kooperatif,lakukan dari kepala ke jari kaki
• Bila tidak kooperatif,lakukan seperti pada anak usia bermain.
• Minta anak melepaskan pakaiannya
• Izinkan untuk menggunakan celana dalam bila malu.
• Berikan kesempatan untuk melihat alat:tunjukkan dengan singkat penggunaannya
• Buat cerita tentang prosedur :"saya mau melihat seberapa kuat otot-ototmu"
• Hargai kerja sama : gunakan pernyataan positif "Buka Mulutmu"
 Anak Usia Sekolah
• Menyukai duduk
• Kooperatif hampir semua posisi anak kecil menyukai kehadiran orangtua.
• Anak yang lebih besar menyukai privasi.
• Lakukan dari kepala dan kaki
• Bila tidak kooperatif,lakukan seperti pada anak usia bermain.
• Minta untuk melepaskan pakaian sendiri.
• Biarkan untuk memakai celana dalam
• Beri skor untuk dipakai.
• Jelaskan tujuan peralatan dan kepentingan prosedur seperti otoskop untuk
melihat gendang telinga, yang diperlukan untuk mendengar. Ajarkan tentang
fungsi tubuh dan perawatannya
 Remaja
• Sama dengan anak usia sekolah
• Berikan pilihan tentang keberadaan orang tua.
• Sama dengan anak usia sekolah yang lebih besar.
• Izinkan melepaskan pakaian sendiri
• Beri Skor
• Buka hanya area yang akan diperiksa
• Hargai kebutuhan privacy
• Jelaskan temuan-temuan selama pemeriksaan"ototmu kuat dan padat"
• Beri keterangan tentang perkembangan seksual: "Payudaramu sedang berkembang
seperti seharusnya"
• Tekan kenormalan perkembangan.
• Periksa genetalia seperti bagian tubuh yang lain: dapat di lakukan di akhir.
1. Dari uraian di atas maka dapat disimpulkan antara lain: Pengkajian fisik pada anak
memerlukan teknik-teknik dan pengalaman khusus untuk dapat melakukannya, karena
masing-masing anak memiliki respon yang berbeda pada setiap tindakan.
2. Tujuan dari pemeriksaan fisik sesuai usia adalah untuk memperoleh informasi yang
akurat tentang keadaan pasien.
3. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pemeriksaan fisik antara lain:
1) Posisi pada saat melakukan pemeriksaan fisik
2) Umur pasien atau anak
3) Persiapan anak
4) Tingkat kesadaran anak
5) Bagaimana keadaan normal dan abnormalitas baik potensial maupun aktual sistem yang
dikaji
6) Sebelum melakukan pemeriksaan fisik perawat diharapkan mengerti dan memahami sifat
dan karakter anak pada (tiap-tiap tumbuh kembang anak).
7) Menjaga dan mempertahankan anak supaya kooperatif dalam pemeriksaan maka sangat
perlu dilakukan kerja sama orang-tua, karena orang-tua pemegang keputusan utama dan
orang yang paling dekat dengan anak

E. PEMERIKSAAN FISIK BAYI BARU LAHIR


Kegiatan ini merupakan pengkajian fisik yang dilakukan oleh bidan atau
perawat yang bertujuan untuk memastikan normalitas & mendeteksi adanya
penyimpangan dari normal. Pengkajian ini dapat ditemukan indikasi tentang
seberapa baik bayi melakukan penyesuaian terhadap kehidupan di luar uterus dan
bantuan apa yang diperlukan. Dalam pelaksanaannya harus diperhatikan agar bayi
tidak kedinginan, dan dapat ditunda apabila suhu tubuh bayi rendah atau bayi
tampak tidak sehat.
 Prinsip pemeriksaan bayi baru lahir :
• Jelaskan prosedur pada orang tua dan minta persetujuan tindakan • Cuci dan
keringkan tangan, pakai sarung tangan
• Pastikan pencahayaan baik
• Periksa apakah bayi dalam keadaan hangat, buka bagian yangg akan diperiksa (jika
bayi telanjang pemeriksaan harus dibawah lampu pemancar) dan segera selimuti
kembali dengan cepat.
• Periksa bayi secara sistematis dan menyeluruh
• Penimbangan berat badan
• Letakkan kain atau kertas pelindung dan atur skala penimbangan ke titik nol
sebelum penimbangan. Hasil timbangan dikurangi berat alas dan pembungkus bayi
• Pengukuran panjang badan
• Letakkan bayi di tempat yang datar.
• Ukur panjang badan dari kepala sampai tumit dengan kaki/badan bayi diluruskan.
• Alat ukur harus terbuat dari bahan yang tidak lentur.
• Ukur lingkar kepala
• Pengukuran dilakukan dari dahi kemudian melingkari kepala kembali lagi ke dahi.
• Ukur lingkar dada ukur lingkar dada dari daerah dada ke punggung kembali ke dada
(pengukuran dilakukan melalui kedua puting susu)

F. PEMERIKSAAN FISIK
1. Kepala
Raba sepanjang garis sutura dan fontanel, apakah ukuran dan tampilannya
normal. Sutura yang berjarak lebar mengindikasikan bayi preterm,moulding yang
buruk atau hidrosefalus. Pada kelahiran spontan letak kepala, sering terlihat tulang
kepala tumpang tindih yang disebut moulding/moulase.Keadaan ini normal kembali
setelah beberapa hari sehingga ubun-ubun mudah diraba. Perhatikan ukuran dan
ketegangannya. prematuritas atau hidrosefalus, sedangkan yang terlalu kecil terjadi
pada mikrosefali. Jika fontanel menonjol, hal ini diakibatkan peningkatan tekanan
intakranial, sedangkan yang cekung dapat tejadi akibat deidrasi. Terkadang teraba
fontanel ketiga antara fontanel anterior dan posterior, hal Fontanel anterior harus
diraba, fontanel yang besar dapat terjadi akibat ini terjadi karena adanya trisomi.
Periksa adanya tauma kelahiran misalnya; caput suksedaneum, sefal hematoma,
perdarahan subaponeurotik/fraktur tulang tengkorak Perhatikan adanya kelainan
kongenital seperti; anensefali, mikrosefali, kraniotabes dan sebagainya
2. Wajah
Wajah harus tampak simetris. Terkadang wajah bayi tampak asimetris hal
ini dikarenakan posisi bayi di intrauteri.Perhatikan kelainan wajah yang khas seperti
sindrom down atau sindrom piere robin. Perhatikan juga kelainan wajah akibat
trauma lahir seperti laserasi, paresi N. fasialis.
3. Mata
• Goyangkan kepala bayi secara perlahan agar mata bayi terbuka.
• Periksa nomor, posisi atau penempatan poin
• Periksa adanya strabismus yaitu koordinasi mata yang belum sempurna
• Periksa adanya glaukoma kongenital, mulanya akan tampak sebagai pembesaran
kemudian sebagai kekeruhan kornea
• Katarak kongenital akan mudah terlihat yaitu pupil berwarna putih. Pupil harus
tampak bulat. Terkadang ditemukan bentuk seperti lubang kunci (kolobama) yang
dapat mengindikasikan adanya defek retina
• Periksa adanya trauma seperti palpebra, perdarahan konjungtiva atau retina.
• Periksa adanya sekret pada mata, konjungtivitis oleh kuman gonokokus dapat
menjadi panoftalmia dan menyebabkan kebutaan
• Apabila ditemukan epichantus melebar kemungkinan bayi mengalami sindrom
Down
4. Hidung
• Kaji bentuk dan lebar hidung, pada bayi cukup bulan lebarnya harus lebih dari 2,5
cm.
• Bayi harus bernapas dengan hidung, jika melalui mulut harus diperhatikan
kemungkinan ada obstruksi jalan napas akarena atresia koana bilateral, fraktur
tulang hidung atau ensefalokel yang menonjol ke nasofaring
• Periksa adanya sekret yang mukopurulen yang terkadang berdarah, hal ini
kemungkinan adanya sifilis kongenital
• Periksa adanya pernapasa cuping hidung, jika cuping hidung mengembang
menunjukkan adanya gangguan pernapasan.(Depkes Ri, 2003)
5. Mulut
• Perhatikan mulut bayi, bibir harus berbentuk dan simetris. Asimetri bibir
menunjukkan kelumpuhan wajah. Mulut kecil menunjukkan mikrognatia
• Periksa adanya bibir sumbing, adanya gigi atau ranula (kista lunak yang berasal
dari dasar mulut)
• Periksa keutuhan langit-langit, terutama pada sambungan di antaranya palatum
keras dan lunak
• Perhatikan adanya bercak putih pada gusi atau palatum yang biasanya terjadi
akibat Epistein's pearl atau gigi
• Periksa lidah apakah membesar atau sering bergerak. Bayi dengan edema otak
atau tekanan intrakranial meninggi seringkali lidahnya keluar masuk (tanda foote)
Bibir sumbing (Bennet & Brown, 1999).
6. Telinga
• Periksa dan pastikan jumlah, bentuk dan posisinya
• Pada bayi cukup bulan, tulang rawan sudah matang
• Daun telinga harus berbentuk sempurna dengan lengkungan yang jelas dibagian
atas • Perhatikan letak daun telinga. Daun telinga yang letaknya rendah (low set
ears) ditemukan pada bayi yang memiliki sindrom tertentu (Pierre-robin)
• Perhatikan adanya kulit tambahan atau aurikel hal ini dapat berhubungan dengan
abnormalitas ginjal
7. Leher
• Leher bayi biasanya pendek dan harus diperiksa kesimetrisannya. Pergerakannya
harus baik. Jika terdapat keterbatasan pergerakan kemungkinan ada kelainan tulang
leher.
• Periksa adanya trauma leher yang dapat menyebabkan kerusakan pada fleksus
brakialis
• Lakukan perabaan untuk mengidentifikasi adanya pembengkakan periksa adanya
pembesaran kelenjar tyroid dan vena jugularis
• Adanya lipata kulit yang berlebihan di bagian belakang leher menunjukkan adanya
kemungkinan trisomi
8. Klavikula
Raba seluruh klavikula untuk memastikan keutuhannya terutama pada bayi
yang lahir dengan presentasi bokong atau distosia bahu. Periksa kemungkinan
adanya fraktur.
9. Tangan
• Kedua lengan harus sama panjang, periksa dengan cara meluruskan kedua lengan
ke bawah
• Kedua lengan harus bebas bergerak, jika gerakan kurang kemungkinan adanya
kerusakan neurologis atau fraktur
• Periksa jumlah jari. Perhatikan adanya polidaktili atau sidaktili
• Telapak tangan harus dapat terbuka, garis tangan yang hanya satu buah berkaitan
dengan abnormaltas kromosom, seperti trisomi.
• Periksa adanya paronisia pada kuku yang dapat terinfeksi atau tercabut sehingga
menimbulkan luka dan perdarahan
10. Dada
• Periksa kesimetrisan gerakan dada saat bernapas. Apabila tidak simetris
kemungkinan bayi mengalami pneumotoraks, paresis diafragma atau hernia
diafragmatika. Pernapasan yang normal dinding dada dan abdomen bergerak secara
bersamaan. Tarikan sternum atau interkostal pada saat bernapas perlu diperhatikan.
• Pada bayi cukup bulan, puting susu sudah terbentuk dengan baik dan tampak
simetris Payudara dapat tampak membesar tetapi ini normal
11. Perut
• Abdomen harus tampak bulat dan bergerak secara bersamaan dengan gerakan dada
saat bernapas. Kaji adanya pembengkakan .
• Jika perut sangat cekung ada kemungkinan hernia diafragma.
• Abdomen yang membuncit kemungkinan karena hepato-splenomegali atau tumor
lainnya.
• Jika perut kembung kemungkinan adanya enterokolitis vesikalis, omfalokel atau
ductus omfaloentriskus persisten. (Lodermik, Jensen 2005)
12. Genetalia
• Pada bayi laki-laki panjang penis 3-4 cm dan lebar 1-1,3 cm.Periksa posisi lubang
uretra. Prepusium tidak boleh ditarik karena akan menyebabkan fimosis
• Periksa adanya hipospadia dan epispadia.
• Skrortum harus dipalpasi untuk memastikan jumlah testis ada dua
• Pada bayi perempuan cukup bulan labia mayora menutupi labia minora
• Lubang uretra terpisah dengan lubang vagina
• Terkadang tampak adanya sekret yang berdarah dari vagina, hal ini disebabkan oleh
pengaruh hormon ibu (withdrawl bedding).(Lodermik, Jensen 2005).
13. Anus dan rectum
• Periksa adanya kelainan atresia ani, kaji posisinya
• Mekonium secara umum keluar pada 24 jam pertama, jika sampai 48 jam belumkeluar
kemungkinan adanya mekonium plug syndrom, megakolon atau obstruksi saluran
pencernaan.
14. Tungkai
• Periksa kesimetrisan tungkai dan kaki. Periksa panjang kedua kaki dengan meluruskan
keduanya dan bandingkan.
• Kedua tungkai harus dapat bergerak bebas. Kuraknya gerakan berkaitan dengan
adanya trauma, misalnya fraktur, kerusakan neurologis.
• Periksa adanya polidaktili atau sidaktili padajari kaki
15. Spinal
Periksa psina dengan cara menelungkupkan bayi, cari adanya tanda-tanda
abnormalitas seperti spina bifida, pembengkakan, lesung atau bercak kecil berambut
yang dapat menunjukkan adanya abdormalitas medula spinalis atau kolumna vertebra.
(Lodermik, Jensen 2005)
16. Kulit
• Perhatikan kondisi kuli bayi.
• Periksa adanya ruam dan bercak atau tanda lahir
• Periksa adanya pembekakan
• Perhatikan adanya vernik kaseosa .
• Perhatikan adanya lanugo, jumlah yang banyak terdapat pada bayi kurang bulan.
lampiran 2
LEAFLET
Lampiran 6
POWERPOINT
Lampiran 7

DOKUMENTASI
1.Bicara pada Orang Tua sebelum melakukan Tindakan

2.Dekati anak dengan cara memberikan Mainan

3.Mulai Kontak dengan Anak

link
(https://www.instagram.com/tv/CtYWayahJ5_/?igshid=MzRlODBiNWFlZA== )
TUGAS SAP KEPERAWATAN DASAR II

Persiapan Pemeriksaan Laboratorium

Dosen Pembimbing : Paul Brett Nito, Ns., M.Kep

Oleh:
Lorenza Cloudia 11194562210440
Melda 11194562210441
Mely Agustina 11194562210442
Munawarah 11194562210444
Nadya Rosalina 11194562210445
Nasya Tasya Kamila
Ni Gusti Agung Ayu Sri Dewi 11194562210447
Nur Hakidah Habibi 11194562210448
Onevia Berlian Nataly 11194562210449
Pita 11194562210450
Putri Indah Kemala Dewi 11194562210451
Rahmadaniah 11194562210452

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN


JURUSAN KEPERAWATAN
FAKULTAS KESEHATAN
UNIVERSITAS SARI MULIA
BANJARMASIN 2023
PERSIAPAN PEMERIKSAAN
LABORATORIUM

A. Latar belakang
Laboratorium adalah suatu ruangan tempat melakukan kegiatan praktek/percobaan,
pengukuran, penelitian atau riset ilmiah yang berhubungan dengan sains (kimia,fisika,
biologi) dan ilmu-ilmunya. Laboratorium sebagai unit penunjang akademik pada
lembaga pendidikan, bertujuan untuk dapat menunjang efektifitas, pengajaran guna
menunjang keberhasilan proses pembelajaran keterampilan di sekolah. Materi yang
seharusnya menggunakan metode praktikum/eksperimen menjadi pilihan utama bagi
guru Biologi untuk menjelaskan suatu materi, sehingga siswa lebih memahami materi
tersebut.
Menurut Candra (2020), praktikum dilakukan dirancang untuk 1) mengetahui
pengaruh dari penarapan praktikum dalam meningkatkan keterampilan proses peserta
didik, 2) mengetahui pengaruh dari penerapan praktikum dalam meningkatkan
keterampilann kerja peserta didik, 3) kendala yang terdapat pada laboratorium
kurangnya ketersediaan alat dan bahan, kurangnya waktu pelaksanaan praktikum,
suasana praktikum yang tidak kondusif, dan tidak adanya laboran.
Menurut Depdiknas (2007) indikator penilaian pengelolaan laboratorium terdiri dari
perencanaan, pengadaan, penggunaan, pemeliharaan, inventarisasi alat dan bahan,
pemusnahan peralatan dan material yang rusak. Perencanaan merupakan proses
perancangan pengadaan Sesuai dengan sarana dan prasarana yang dibutuhkan sekolah.
Pengadaan merupakan kegiatan dilakukan untuk menyediakan semua jenis sarana dan
prasarana yang telah ditetapkan pada proses perencanaan. Penggunaan merupakan
kegiatan proses pengoperasian sarana dan prasarana.
Dengan demikian, dalam melaksanakan praktikum biologi diperlukan sarana dan
prasarana penunjang, yaitu laboratorium dan fasilitasnya. Hal ini mengindikasikan
bahwa laboratorium biologi sangat di perlukan dalam pembelajaran biologi di sekolah.
Keberhasilan pelaksanaan praktikum biologi di sekolah dipengaruhi oleh beberapa
faktor dan salah satunya adalah tersedianya laboratorium biologi yang sesuai diatur
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional (Permendiknas) RI No. 24 Tahun 2007
tentang standar sarana dan prasarana laboratorium. Sarana laboratorium biologi
dikelompokkan dalam beberapa komponen yaitu: (1) bangunan/ruangan, (2) Perabot;
(3) Perlengkapan pendidikan; (4) Alat dan bahan percobaan; (5) Media pendidikan; (6)
Bahan yang habis pakai; (7) Perlengkapan lainnya.

B. Tujuan
Umum
Tujuan melakukan pemeriksaan laboratorium untuk memberikan informasi dan
berbagi ilmu pengetahuan kepada siswa/i agar supaya siswa/i dapat mengetahui
tentang pentingnya mengetahui diagnosa penyakit pada penderita atau menegakkan
diagnosa penyakit, memantau perjalan penyakit dan menentukan prognosis
penyakit.
Khusus
a. Siswa/i mampu memahami pengertian pemeriksaan laboratorium
b. Siswa/i mampu mengetahui macam-macam laboratorium
c. Siswa/i mampu memahami tentang indikator pemeriksaan laboratorium
d. Siswa/i mampu memahami tentang teknik pemeriksaan laboratorium
e. Siswa/i mampu memahami tentang langkah-langkah pemeriksaan laboratorium

C. Sasaran
Siswa/i SDIT AL - FIRDAUS Banjarmasin
(Viewers Social Media Instragram)

D. Waktu dan Tempat


Hari dan Tanggal : Sabtu, 10 Juni 2023
Pukul : 15.00-15.30 WITA
Tempat Kegiatan :
E. Media dan Alat
Media: (sesuaikan)
 Leaflet
 LCD
 Proyektor
 Laptop1
 TOA / Pengeras suara
F. Metode (sesuaikan)
 Ceramah
 Demonstrasi
 Tanya jawab (kuis)
G. Struktur Organisasi
 Penanggung jawab
 Narasumber
 Observer
 Fasilitator
 Doukumentasi
 Evaluator
H. Denah
Tanda panitia & viewer (kotak, bulat, segi tiga)

Keterangan :
Kotak = penagnggung jawab
I. Alur Kegiatan

Tahap
NO Waktu Kegiatan Penyuluhan Sasaran Media
Kegiatan
1. Pembukaan 5 Menit 9. Mengucapkan salam siswi Kalimat
10. Memperkenalkan diri
11. Menjelaskan tujuan
pendidikan kesehatan
12. Menyampaikan pokok
pembahasan

2. Pelaksanaan 20 Menit 8. Menjelaskan materi siswi Leaflet


9. Siswa/i Powerpo
memperhatikan int
penjelasan tentang Demonst
cuci tangan rasi
10. Siswa/i menanyakan
tentang hal-hal yang
belum jelas
11. Menampilkan vidio

3. Penutup 5 Menit 7. Menyimpulkan materi siswi Kalimat


8. Mengevaluasi Siswa/i
tentang materi yang
telah diberikan
9. Mengakhiri pertemuan
Lampiran 1

Materi

A. Pengertian Laboratorium
Laboratorium adalah suatu tempat dimana dilakukan kegiatan percobaan,
pengukuran, penelitian atau riset ilmiah yang berhubungan dengan ilmu sains (kimia,
fisika, biologi) dan ilmu-ilmu lainnya. Laboratorium bisa berupa ruangan yang tertutup
seperti kamar atau ruangan terbuka seperti kebun dan lain-lain.
Laboratorium merupakan tempat untuk mengaplikasikan teori keilmuan, pengujian
teoritis, pembuktian ujicoba, penelitian dan sebagainya dengan menggunakan alat
bantu yang menjadi kelengkapan dari fasilitas dengan kuantitas dan kualitas yang
memadai.
B. Indikator Mutu Laboratorium
Untuk menjamin standar dan mutu pelayanan, sebuah laboratorium harus mematuhi
berbagai persyaratan meliputi kebijakan dan prosedur terhadap SDM, alat, fasilitas,
dan organisasi. Berbagai persyaratan tersebut menjadi indikator yang akan dinilai
sebagai indikator input mencakup perizinan, SDM, fisik bangunan, peralatan dan
bahan, serta struktur organisasi. Seluruh kewajiban tersebut kemudian dinilai sebagai
indikator proses yang berhubungan dengan mutu pelayanan.
Indikator mutu mempunyai tujuan untuk memberikan pedoman di dalam usaha
pengelolaan mutu dan keselamatan pasien, tujuan khusus antara lain adalah untuk
menjadi panduan di dalam mengontrol mutu pelayanan, mengarahkan usaha-usaha
peningkatan mutu lebih spesifik dan terarah serta memberi kemudahan untuk unit kerja
saat memahami indikator mutu yang dimaksud. Langkah-langkah dari penetapan
indikator mutu dilaksanakan dengan menggunakan manajemen mutu, diawali dengan
perencanaan, pembentukkan tim mutu, penyusunan program, penentuan indikator
mutu, pengesahan direktur rumah sakit, pelaksanaan, monitoring dan evaluasi hingga
pelaporan.
Maka dari itu untuk pemeriksaan yang dilakukan di laboratorium bisa diartikan
bermutu kalau punya nilai ketepatan dan keakuratan yang baik hingga bermanfaat
untuk konsumen laboratorium.

Berikut gambar moment pemeriksaan laboratorium:

Ga
mbar 2.1 Five Moments Pemeriksaan Laboratorium ( Sumber: halodoc,2021)

C. Macam-macam laboratorium
Laboratorium dibedakan menjadi 5 jenis yaitu:
1. Laboratorium Pendidikan
Jenis laboratorium ini berada di lembaga pendidikan, seperti SD, SMP, SMA, SMK,
hingga perguruan tinggi bertujuan menjadi tempat pembelajaran.
2. Laboratorium Penelitian
Laboratorium penelitian, menjadi tempat untuk melukan riset seperti bentuk fisika,
kimia, serta mikrobiologi dengan tujuan menjadi tempat penelitian dan
pengembangan ilmu.
3. Laboratorium Pengendalian Proses
Jenis laboratorium ini berguna sebagai tempat melakukan Quality Control dengan
sebutan laboratorium komputasi.
4. Laboratorium Pengembangan Produk
Merupakan laboratorium untuk melakukan pengembangan produk dengan memiliki
sebutan laboratorium kultur jaringan atau laboratorium analisa pangan dan pakan.
5. Laboratorium Pelayanan Jasa
Merupakan jenis laboratorium yang berada di rumah sakit, apotek, hingga klinik
dengan maksud memberikan pelayanan kesehatan bagi khalayak luas.

D. Teknik Pemeriksaan laboratorium


Teknik pemeriksaan laboratorium tergantung pada jenis pemeriksaan yang akan dilakukan.
Begitu juga dengan sampel yang diambil akan disesuaikan dengan kebutuhan pemeriksaan.
Apabila akan melakukan pemeriksaan hitung darah lengkap, tentu saja sampel yang diambil
adalah darah. Untuk pemeriksaan diabetes, selain pengambilan darah, urine juga akan diambil.

E. Langkah pemeriksaan laboratorium


Langkah penetapan kadar Hemoglobin :
1. Pipet 5,0 mL larutan Drabkins ke dalam tabung.
2. Pipet 20 µL darah, hapus sisa darah yang melekat pada bagian luar pipet.
3. Masukan ke dalam tabung yang telah diisi larutan Drabkins, hisap dan tiup regen
ke dalam pipet 3-5 kali untuk mengeluarkan sisa darah dalam pipet.
4. Campurkan darah dan reagen hingga homogen.
5. Inkubasi selama 3 menit pada suhu ruangan.
6. Warna yang terbentuk diukur menggunakan fotometer atau spektrofotometer
pada panjang gelombang 540 nm dengan larutan Drabkins sebagai blanko.
7. Kadar hemoglobin ditentukan menggunakan kurva kalibrasi atau dihitung
menggunakan faktor.
lampiran 2
LEAFLET
Lampiran 6
Powerpoint
Lampiran 7

Dokumentasi

Link :

https://www.instagram.com/reel/CtvKevDJq3e/?igshid=YjgzMjc4YjcwZQ==
TUGAS SAP KEPERAWATAN DASAR II

Pemeriksaan Diagnostik
Dosen Pembimbing : Paul Brett Nito, Ns., M.Kep
Oleh:

Lorenza Cloudia 11194562210440


Melda 11194562210441
Mely Agustina 11194562210442
Munawarah 11194562210444
Nadya Rosalina 11194562210445
Nasya Tasya Kamila
Ni Gusti Agung Ayu Sri Dewi 11194562210447
Nur Hakidah Habibi 11194562210448
Onevia Berlian Nataly 11194562210449
Pita 11194562210450
Putri Indah Kemala Dewi 11194562210451
Rahmadaniah 11194562210452

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN


JURUSAN KEPERAWATAN
FAKULTAS KESEHATAN
UNIVERSITAS SARI MULIA
BANJARMASIN
2023
PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK

a. Latar belakang
Pemeriksaan penunjang dianggap sangat penting bagi para tenaga kesehatan, karena ada
beberapa pemeriksaan yang tidak dapat dilakukan tanpa menggunakan alat-alat dalam
pemeriksaan penunjang. Perawat dalam menegakkan diagnosis keperawatan perlu
mempertimbangkan hasil analisis pemeriksaan penunjang atau prosedur diagnostik. Ada dua
kompetensi perawat dalam hal pemeriksaan diagnostik ini yaitu bertanggung jawab dalam
pengelolaan persiapan pasien sampai pasca pemeriksaan dan mempertimbangkan hasil
pemeriksaan dalam menyusun diagnosis keperawatan serta merencanakan intervensi
keperawatan.
Pemeriksaan penunjang adalah penilaian klinis tentang respon individu, keluarga
dan komunikan terhadap suatu masalah kesehatan. Hasil suatu pemeriksaan
laboratorium sangat penting dalam membantu diagnosa, memantau perjalanan penyakit
serta menentukan prognosa. Pemeriksaan penunjang juga sebagai ilmu terapan yang
bertujuan membantu petugas kesehatan dalam mendiagnosis dan mengobati pasien.
Pemeriksaan yang dilakukan untuk mengoptimalkan tindakan keperawatan dan
proses penyembuhan pasien, dilakukan oleh tenaga medis dengan menggunakan alat
bantu tertentu untuk memperoleh hasil selanjutnya. Tujuan tersebut memang sesuai
dengan fungsinya sebagai penunjang medik oleh karena itu hasil pemeriksaan
laboratorium harus benar dan baik serta dapat dipercaya. Kesalahan dari hasil
pemeriksaan laboratorium akan berakibat fatal, bukan saja merugikan pasien tetapi
juga menyesatkan diagnosis. (Effendi dan niluh, 2002).
b. Tujuan
Umum
Tujuan dari pemeriksaan diagnostik adalah untuk menambah data penunjang selain
data pemeriksaan fisik, memberi kejelasan dan kepastian tentang kesungguhan
penyakit yang diderita oleh pasien dan memudahkan dokter dalam melakukan
diagnostic.
Khusus
a. Siswa/i mampu memahami pengertian pemeriksaan penunjang/diagnostik
b. Siswa/i mampu melakukan teknik pengambilan sample dari hasil pemeriksaan
diagnostic
c. Siswa/i mampu mengetahui fungsi dari pemeriksaan diagnostik
d. Siswa/i mampu membedakan jenis-jenis pemeriksaan diagnostik
c. Sasaran
Siswa/i SDIT AL - FIRDAUS Banjarmasin
(Viewers Social Media Instagram)
d. Waktu dan Tempat
Hari dan Tanggal : Sabtu, 10 Juni 2023 (sesuai tugas)
Pukul : 15.00-15.30 (sesuai tugas)
Tempat Kegiatan : Ruang Kelas SDIT AL - FIRDAUS Banjarmasin (Tik tok)
e. Media dan Alat
Media: (sesuaikan)
A. Leaflet
B. LCD
C. Proyektor
D. Laptop1.
E. TOA / Pengeras suara
F. Metode (sesuaikan)
 Ceramah
 Demonstrasi
 Tanya jawab (kuis)
G. Struktur Organisasi
 Penanggung jawab
 Narasumber
 Observer
 Fasilitator
 Doukumentasi
 Evaluator
H. Denah
Tanda panitia & viewer (kotak, bulat, segi tiga)

Keterangan :
Kotak = penanggung jawab
I. Alur Kegiatan

Tahap
NO Waktu Kegiatan Penyuluhan Sasaran Media
Kegiatan
1. Pembukaan 5 Menit 13. Mengucapkan salam siswi Kalimat
14. Memperkenalkan diri
15. Menjelaskan tujuan
pendidikan kesehatan
16. Menyampaikan pokok
pembahasan

2. Pelaksanaan 20 Menit 12. Menjelaskan materi siswi Leaflet


13. Siswa/i Powerpo
memperhatikan int
penjelasan tentang Demonst
cuci tangan rasi
14. Siswa/i menanyakan
tentang hal-hal yang
belum jelas
15. Menampilkan vidio
3. Penutup 5 Menit 10. Menyimpulkan materi siswi Kalimat
11. Mengevaluasi Siswa/i
tentang materi yang
telah diberikan
12. Mengakhiri pertemuan
Lampiran 1
Materi

A. Pengertian Pemeriksaan Diagnostik


Pemeriksaan penunjang atau pemeriksaan diagnostik adalah pemeriksaan yang
dilakukan dokter untuk menentukan diagnosis penyakit pada pasien serta tingkat
keparahannya. Pemeriksaan diagnostik adalah penilaian klinis tentang respon individu,
keluarga dan komunikan terhadap suatu masalah kesehatan dan proses kehidupan aktual
maupun potensial. Hasil suatu pemeriksaan laboratorium sangat penting dalam membantu
diagnosa, memantau perjalanan penyakit serta menentukan prognosa. Karena itu perlu
diketahui faktor yang mempengaruhi hasil pemeriksaan laboratorium.
B. Fungsi Pemeriksaan Diagnostik
Fungsi Pemeriksaan Penunjang yaitu:

1. Skrining atau uji saring adanya penyakit subklinis, dengan tujuan menentukan
resiko terhadap suatu penyakit dan mendeteksi dini penyakit terutama bagi
individu beresiko tinggi (walaupun tidak ada gejala atau keluhan).

2. Konfirmasi pasti diagnosis, yaitu untuk memastikan penyakit yang diderita


seseorang, berkaitan dengan penanganan yang akan diberikan dokter serta
berkaitan erat dengan komplikasi yang mungkin saja dapat terjadi.

3. Menemukan kemungkinan diagnostik yang dapat menyamarkan gejala klinis.

4. Membantu pemantauan pengobatan.

5. Menyediakan informasi prognosis atau perjalanan penyakit, yaitu untuk


memprediksi perjalanan penyakit dan berkaitan dengan terapi dan pengelolaan
pasien selanjutnya.

6. Memantau perkembangan penyakit, yaitu untuk memantau perkembangan


penyakit dan memantau efektivitas terapi yang dilakukan agar dapat
meminimalkan komplikasi yang dapat terjadi. Pemantauan ini sebaiknya
dilakukan secara berkala.
7. Mengetahui ada tidaknya kelainan atau penyakit yang banyak dijumpai dan
potensial membahayakan.

8. Memberi ketenangan baik pada pasien maupun klinisi karena tidak didapati
penyakit

Berikut gambar moment pemeriksaan diagnostik:

Gambar 2.1 Moment Pemeriksaan Diagnostik CT Scan ( Sumber: halodoc 2023 )

C. Jenis-jenis pemeriksaan diagnostik


Pemeriksaan diagnostik dibedakan menjadi 9 jenis yaitu:

1. Tes darah
Ini adalah jenis pemeriksaan penunjang yang paling umum dilakukan. Melalui tes
darah, ada banyak penyakit atau kondisi medis tertentu yang bisa diketahui. Mulai
dari infeksi, anemia, hingga kanker. Pemeriksaan ini dilakukan dengan mengambil
sampel darah pasien untuk dianalisis di laboratorium.
2. Cek urine
Selain tes darah, cek urine merupakan jenis pemeriksaan diagnostik yang juga
umum dilakukan. Pemeriksaan ini berguna untuk mengetahui kondisi kesehatan,
fungsi ginjal, serta mengetahui apakah seseorang mengonsumsi obat-obatan
tertentu. Cek urine meliputi pemeriksaan penampilan, konsentrasi dan kandungan
urine.
3. Rontgen
Rotgen atau dikenal dengan sinar x merupakan pemeriksaan yang memanfaatkan
peran sinar x untuk melakukan skrining dan mendeteksi kelainan pada berbagai
organ diantaranya jantung, abdomen, ginjal, ureter, kandung kemih, tenggorokkan
dan rangka.
4 Ultrasonografi (USG)
Ultrasonografi (USG) USG merupakan suatu prosedur diagnosis yang dilakukan di
atas permukaan kulit/di rongga tubuh menghasilkan suatu ultrasound di dalam
jaringan, Pemeriksaan ini digunakan untuk melihat struktur jaringan tubuh, untuk
mendeteksi berbagai kelainan pada abdomen, otak, jantung dan ginjal.
5. Computed tomography scan (CT Scan)
Pemeriksaan spesifik/khusus untuk melihat organ yang lebih dalam dan terlokalisir
serta khusus. Contoh: organ dalam tengkorak dan organ dalam abdomen.
6. Magnetic resonance imaging (MRI)
Hampir mirip dengan CT scan, MRI scan juga bisa mengambil gambar bagian
dalam tubuh. Hanya saja pemeriksaan ini tidak menggunakan sinar-X atau rontgen,
melainkan gelombang magnet dan gelombang radio berkekuatan tinggi untuk
menghasilkan gambar kondisi organ dan jaringan dalam tubuh.
Pemeriksaan MRI bisa dilakukan untuk memeriksa hampir seluruh bagian tubuh,
mulai dari otak dan sistem saraf, payudara, jantung dan pembuluh darah, hingga
tulang dan sendi.
7. Elektrokardiogram (EKG)
Pemeriksaan dilakukan untuk melihat sistem hantaran/konduksi dari jantung
indikasi : Miocard Infark (MCI), Angna fektoris, gagal jantung
8. Fluoroskopi
Pemeriksaan diagnostik ini bisa digunakan untuk mendeteksi kelainan tertentu di
dalam tubuh, seperti kerusakan atau gangguan pada tulang, jantung, pembuluh darah
dan sistem pencernaan.
9. Endoskopi
Pemeriksaan yang dilakukan pada saluran cerna untuk mendeteksi adanya kelainan
pada saluran cerna. Contoh: varises, esophagus, neoplasma, peptic ulcer.

D. Teknik Pengambilan Sample


Pada tahap ini perhatikan ulang apa yang harus dikerjakan, lakukan pendekatan
dengan pasien atau keluarganya sebagai etika dan sopan santun, beritahukan apa yang akan
dikerjakan. Selalu tanyakan identitas pasien sebelum bekerja sehingga tidak tertukar pasien
yang akan diambil bahan dengan pasien lain. Karena kepanikan pasien akan mempersulit
pengambilan darah karena vena akan konstriksi.
Darah dapat diambil dari vena, arteri atau kapiler. Syarat mutlak lokusi
pengambilan darah adalah tidak ada kelainan kulit di daerah tersebut, tidak pucat
dan tidak sianosis. Lokasi pengambilan darah vena: umumnya di daerah fossa cubiti
yaitu vena cubiti atau di daerah dekat pergelangan tangan. Selain itu salah satu yang
harus diperhatikan adalah vena yang dipilih tidak di daerah infus yang
terpasang/sepihak harus kontra lateral. Darah arteri dilakukan di daerah lipat paha
(arteri femoralis) atau daerah pergelangan tangan (arteri radialis). Untuk kapiler
umumnya diambil pada ujung jari tangan yaitu telunjuk, jari tengah atau jari manis
dan anak daun telinga. Khusus pada bayi dapat diambil pada ibu jari kaki atau sisi
lateral tumit kaki.
E. Persiapan Pengambilan Spesimen
Dari beberapa jenis pemeriksaan diagnostic yang ada, kami hanya mengambil pemeriksaan
(tes) darah sebagai contoh persiapan pengambilan spesimen berikut.
1. Tempat pengambilan darah untuk berbagai macam pemeriksaan laboratorium,
a. Perifer (pembuluh darah tepi)
b. Vena
c. Arteri
d. Pada orang dewasa diambil pada ujung jari atau daun telinga bagian bawah
e. Pada bayi dan anak kecil dapat diambil pada ibu jari kaki atau tumit

2. Bentuk pemeriksaan
a. Jenis/golongan darah
b. HB untuk mendeteksi adanya penyakit anemia dan ginjal
c. Hematokrit untuk mengukur konsentrasi sel darah merah dalam darah
d. Trombosit untuk mendeteksi adanya trombositopenia dan trombosis
e. SGPT (scrum Glumatik Piruvik Transaminase) untuk mendeteksi adanya
kerusakan hepatoseluler
f. Albumin untuk mendeteksi adanya gangguan hepar seperti luka bakar dan
gangguan ginjal
g. Asam urat untuk mendeteksi penyakit pada ginjal, luka bakar
h. Billirubin (Direct: deteksi ikterik, Indirect anemia & malaria)
i. Gula darah untuk mendeteksi diabetes
F. Persiapan alat
a. Lanset darah atau jarum khusus
b. Kapas alcohol
c. Kapas kering
d. Alat pengukur Hb/kaca objek/botol pemeriksaan, tergantung macam pemeriksaan
c. Bengkok
f. Hand scoon
g. Perlak dan pengalas
G. Prosedur kerja
a. Mendekatkan alat
b. Memberitahu klien dan menyampaikan tujuan serta langkah prosedur
c. Memasang perlak dan pengalas
d. Memakai hand scoon
e. Mempersiapkan bagian yang akan ditusuk, tergantung jenis pemeriksaan
f. Kulit dihapushamakan dengan kapas alcohol
g. Bekas tusukan ditekan dengan kapas alcohol
h. Merapikan alat
i. Melepaskan hand scoon
lampiran 2
LEAFLET
Lampiran 6
Powerpoint
Lampiran 7

Dokumentasi

Link:
https://www.instagram.com/reel/CtvKevDJq3e/?igshid=YjgzMjc4YjcwZQ==
SATUAN ACARA PENYULUHAN
TEKNIK PEMBERIAN OBAT SECARA UMUM

TEKNIK PEMBERIAN OBAT SECARA UMUM

Oleh:
Siti Nur Mila Sari : 11194562210458
Tri Ayu Aulia Rahmah : 11194562210460
Ria Andini Taruk Lembang : 11194562210454
Ruwaida : 11194562210457
Ratna Kumala Sari :11194562210453
Widia : 11194562210461
Roy Hadi Putra : 11194562210456
Yazid Rahmatullah : 11194562210462
Riska Melidina : 11194562210455
Sweetryani Virdasari : 11194562210459
Zahra Alya : 11194562210463

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN


JURUSAN KEPERAWATAN
FAKULTAS KESEHATAN
UNIVERSITAS SARI MULIA
BANJARMASIN
2023
SATUAN ACARA PENYULUHAN
TEKNIK PEMBERIAN OBAT SECARA UMUM

A. Latar belakang
Pemberian obat secara aman merupakan perhatian utama ketika melaksanakan
pemberian obat kepada pasien. Sebagai petugas yang terlibat langsung dalam pemberian
obat, petugas harus mengetahui yang berhubungan dengan peraturan dan prosedur dalam
pemberian obat karena hampir semua kejadian error dalam pemberian obat terkait dengan
peraturan dan prosedur. Petugas harus mengetahui informasi tentang setiap obat sebelum
diberikan kepada pasien untuk mencegah terjadinya kesalahan. Melaksanakan pemberian
obat secara benar dan sesuai instruksi dokter, mendokumentasikan dengan benar dan
memonitor efek dari obat merupakan tanggung jawab dari semua petugas yang terlibat
dalam pemberian obat. Jika obat tidak diberikan seperti yang seharusnya maka kejadian
medication error dapat terjadi. Kejadian medication error yang memberi efek serius ataupun
tidak harus dilaporkan . Sampai saat ini medication error tetap menjadi salah satu
permasalahan kesehatan yang banyak menimbulkan berbagai dampak bagi pasien mulai
dari resiko ringan bahkan resiko yang paling parah yaitu menyebabkan suatu kematian .
The National Coordinating Council for Medication errors Reporting and
Prevention mendefenisikan medication error sebagai setiap kejadian yang dapat
dihindari yang menyebabkan atau berakibat pada pelayanan obat yang tidak tepat
atau membahayakan pasien ketika obat berada dalam pengawasan tenaga kesehatan
atau pasien. Dalam Surat Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 35 tahun 2014
tentang standar pelayanan kefarmasian di apotek menyebutkan bahwa medication
error adalah kejadian yang merugikan pasien, yang diakibatkan pemakaian obat
selama dalam penanganan tenaga kesehatan yang sebetulnya dapat dicegah.
Kesalahan pengobatan dapat terjadi dalam tiap proses pengobatan, baik dalam
proses peresepan (prescribing), pembacaan resep (transcribing), penyiapan hingga
penyerahan obat (dispensing), maupun dalam proses penggunaan obat
(administering). Kesalahan dalam peresepan (prescribing) dan pemberian obat
(dispensing) merupakan dua hal yang sering terjadi dalam kesalahan pengobatan.
Dari hasil pengamatan sampling resep di lapangan, hal-hal yang berpotensi
menimbulkan medication error adalah penulisan resep yang tidak jelas maupun
sukar dibaca dibagian nama obat, jumlah obat dalam resep racikan maupun jumlah
total obat, satuan yang digunakan, bentuk sediaan yang dimaksud, aturan pakai dan
penulisan jumlah juga penulisan resep yang tidak lengkap, seperti tidak
mencantumkan dosis obat, satuan metrik dan bentuk sediaan yang dimaksud oleh
penulisan resep, berpotensi menimbulkan medication error .
B. Tujuan
Umum
 Pemberian Obatmelalui mulut dilakukan dengan tujuan mencegah, mengobati,
dan mengurangi rasa sakit sesuai efek terapi dari jenis obat.
Khusus
1. Untuk mengetahui teknik pemberian obat secara oral.
2. Untuk mengatasi teknik pemberian obat secara sublingual.
3. Untuk mengetahui teknik pemberian obat secara bukal.
4. Untuk mengetahui pemberian obat secara rectal.
5. Untuk mengetahui pemberian obat secara intra vaginal
C. Sasaran
(Viewers Social Media Instagram)
D. Waktu dan Tempat
Hari dan Tanggal : Selasa, 13 Juni 2023 (sesuai tugas)
Pukul : 16.00-16.15 WITA (sesuai tugas)
Tempat Kegiatan : Ruang B7 Universitas Sari Mulia
E. Media dan Alat
Media:
a. Leaflet
b. Laptop
c. LCD
F. Metode
 Tanya jawab (kuis)
 Mengedukasi
G. Struktur Organisasi
 Penanggung jawab
 Fasilitator
 Doukumentasi
 Evaluator
H. Alur Kegiatan
Tahap
NO Waktu Kegiatan Penyuluhan Sasaran Media
Kegiatan
1. Pembukaan 5 Menit 17. Mengucapkan salam Viewers Kalimat
18. Memperkenalkan diri instagram
19. Menjelaskan tujuan
pendidikan kesehatan
20. Menyampaikan pokok
pembahasan

2. Pelaksanaan 15 Menit 16. Menjelaskan materi Viewers Leaflet


17. Viewers instagram Powerpo
memperhatikan int
penjelasan tentang Demonst
Teknik pemberian obat rasi
secara umum.
18. Viewers menanyakan
tentang hal-hal yang
belum jelas
3. Penutup 5 Menit 13. Menyimpulkan materi Viewers Kalimat
14. Mengakhiri pertemuan instagram
Lampiran 1
Materi
A. Pengertian Teknik pemberian obat secara umum
Teknik Dasar Pemberian Obat Bagi PerawatObat yang diberikan secara
sublingual atau melalui rektal tidakdipengaruhi proses pencernaan. Obat yang
diberikan secarasublingual harus dapat larut di bawah lidah dan
memerlukankerjasama pasien, sedangkan obat yang diberikan melalui rektalsecara
jelas tidak diketahui bagaimana proses absorbsinya ke dalamperedaran darah. Aksi
yang lebih cepat ditemukan pada obat yang diberikan secara intravena, karena obat
langsung dimasukkan keperedaran darah. Cara intravena dipakai khususmya pada
obat- obatyang diharapkan dapat beraksi dengan cepat, pada keadaan daruratatau
pada pelaksanaan anestesi. Absorbsi juga dipengaruhi oleh bentuk, konsentrasi dan
dosisobat. Untuk dapat diabsorbsi, obat harus dalam bentuk larutan. Untuk ini, obat
yang dikemas dalam bentuk cair akan lebih cepat diabsorbsi dari pada obat dalam
bentuk padat. .Obat dengan konsentrasi dan dosis yang tinggi akan lebih cepat
diabsorbsi daripada obat dengan konsentrasi dan dosis rendah. Distribusi. Setelah
obat diabsorbsi atau diinjeksikan ke dalam. pembuluh darah, obat akan diedarkan ke
scluruh tubuh olch system sirkulasi. Area tubuh yang mempunyai banyak pembuluh
darah misalnya hati, ginjal dan otak dapat dicapai oleh obat lebih cepat dibanding
dengan area yang sedikit mendapat suplai darah misalnya kulit dan otot. Kecepatan
obat dapat mencapai berbagai area tubuh tergantung pada perfusi da permiabilitas
kapiler- kapiler terhadap molekul obat. Sifat kimia dan fisik obat menentukan arca
di manaobat tersebut dapat beraksi. Obat terientu dapat beraksi secara terbatas
hanya pada suatu arca, namun ada pula obat yang dapat beraksi secara luas misalnya
ctil alkohol yang dapat beraksi hamper di semua cairan tubuh.

B. Indikator Teknik pemberian obat secara umum


 Prinsip dan teknik pemberian obat, Klasifikasinya:
 Per oral (po), tablet, tablet salut, kapsul, sublingual, bukal, kunyah, puyer,
sirup
 Secara suntikan/parenteral (intracutan, subcutan, intramuskular, intravena)
 Rectal
 Intra vaginal
 Obat luar (topikal,, melalui paru-paru/inhalasi
1. Peroral (po)
Cara pemberian obat yang paling umum dilakukan. Peroral adalah cara
pemberian obat melalui mulut dengan tujuan mencegah, mengobati,mengurangi,
rasa sakit sesuai dengan efek terapi dari jenis obat.
Keuntungan nya : praktis, aman, dan ekonomis. Sedangkan
kelemahan dari pemberian obat secara oral adalah efek yang timbul biasanya
lambat, tidak efektif jika pengguna sering muntah-muntah, diare, tidak
sadar, tidak kooperatif, kurang disukai jika rasanya pahit (rasa jadi tidak
enak), iritasi pada saluran cerna.
2. Sublingual
Sublingual adalah obat yang cara pemberiannya di letak di bawah
lidah.Tujuannya adalah agar efek yang ditimbulkan bisa lebih cepat karena
pembuluh darah di bawah lidah merupakan pusat dari sakit
Kelebihan dari cara pemberian obat dengan sublingual adalah efek
obat akan terasa lebih cepat dan kerusakan obat pada pada saluran cerna dan
metabolisme di dinding usus dan hati dapat dihindari
3. Bukal
Bukal adalah obat yang cara pemberiannya di antara pipi dan gusi
 Minum dan berkumurlah dengan sedikit air untuk melembabkan jika
mulutkering
 Letakkan tablet diantara pipi dan gusi atau gusi bawah
 Tutup mulut dan jangan menelan sampai tablet laryt dengan sempurna
 Jangan makan minum atau merokok selama tablet belum larut
 Jangan berkumur atau mencuci mulut selama 15 menit setelah tablet larut
dengan sempurna
4. Rectal
Pemberian obat melalui anus/rectum/rectal dengan tujuan memberikan efek
lokal dan sistemik. Contoh pemberian obat yang memiliki efek lokal seperti
dulkolak supositoria yang berfungsi secara lokal untuk meningkatkan
defekasi .Contoh yang efek sistemik pada obat aminofilin supositoria dengan
berfungsi mendilatasi bronkus. Kontra indikasi pada pasien yang mengalami
pembedahan rectal.
5. Intra vaginal
Pemberian obat per vaginal merupakan cara memberikan obat dengan
memasukkan obat melalui vagina yang bertujuan untuk mendapatkan efek terapi
obat dan mengobati saluranvagina atau serviks. Obat ini tersedia dalam bentuk krim
dan supositoria yang digunakan untuk mengobati infeksi local.
C. Macam-macam Teknik pemberian obat secara umum
Untuk mengetahui dengan lebih jelas, berikut adalah berbagai macam cara pemberian
obat:
1. Diminum secara langsung (oral)
Meminum obat secara oral umumnya ditujukan untuk obat berbentuk cair, tablet,
kapsul, atau tablet kunyah. Ini merupakan cara pemberian obat yang paling umum
karena jauh lebih mudah, aman, dan murah dibandingkan metode lainnya.
2. Suntikan (parenteral)
Terdapat beberapa cara pemberian obat menggunakan suntikan. Biasanya, cara ini
dibedakan dari lokasi suntiknya. Beberapa di antaranya:
 Subkutan. Obat ini disuntikkan ke jaringan lemak tepat di bawah kulit. Obat ini
kemudian masuk ke pembuluh darah kecil (kapiler) menuju alirah darah untuk
diedarkan ke seluruh tubuh. Insulin adalah salah satu yang paling sering
menggunakan cara pemberian obat yang satu ini.
 Intramuskular. Metode ini ditujukan untuk pasien yang membutuhkan obat dengan
dosis yang lebih besar. Obat disuntikkan langsung ke jaringan otot lengan atas, paha,
atau pantat menggunakan jarum berukuran besar.
 Intravena. Sering disebut sebagai infus, cara pemberian obat melalui intravena
dilakukan dengan menyuntikkan cairan mengandung obat langsung ke pembuluh
vena. Obat dapat diberikan dalam satu dosis atau berkelanjutan.
 Intratekal. Cara ini ditujukan untuk mengobat penyakit pada otak, tulang belakang,
serta lapisan pelindungnya. Obat disuntikkan melalui jarum yang dimasukkan ke
celah antara dua tulang belakang bagian pinggang.
D. Teknik pemberian obat secara umum
1. Teknik pemberian obat secara umum

1. Peroral (po)
Cara pemberian obat yang paling umum dilakukan. Peroral adalah cara
pemberian obat melalui mulut dengan tujuan mencegah, mengobati,mengurangi,
rasa sakit sesuai dengan efek terapi dari jenis obat.
Keuntungan nya : praktis, aman, dan ekonomis. Sedangkan
kelemahan dari pemberian obat secara oral adalah efek yang timbul biasanya
lambat, tidak efektif jika pengguna sering muntah-muntah, diare, tidak
sadar, tidak kooperatif, kurang disukai jika rasanya pahit (rasa jadi tidak
enak), iritasi pada saluran cerna
2. Sublingual
adalah obat yang cara pemberiannya di letak di bawah lidah.Tujuannya
adalah agar efek yang ditimbulkan bisa lebih cepat karena pembuluh darah di
bawah lidah merupakan pusat dari sakit
Kelebihan dari cara pemberian obat dengan sublingual adalah efek
obat akan terasa lebih cepat dan kerusakan obat pada pada saluran cerna dan
metabolisme di dinding usus dan hati dapat dihindari
3. Bukal
Bukal adalah obat yang cara pemberiannya di antara pipi dan gusi
 Minum dan berkumurlah dengan sedikit air untuk melembabkan jika
mulutkering
 Letakkan tablet diantara pipi dan gusi atau gusi bawah
 Tutup mulut dan jangan menelan sampai tablet laryt dengan sempurna
 Jangan makan minum atau merokok selama tablet belum larut
 Jangan berkumur atau mencuci mulut selama 15 menit setelah tablet larut
dengan sempurna
4. Rectal
- Merupakan cara memberikan obat dengan memasukkan obat melalui dubur
atau rektum.
- Dengan tujuan memberikan efek local dan sistemik. Tindakan pengobatan
ini disebut
- Persembahan obat supositoria yang bertujuan untuk mendapatkan efek
terapiobat,
- Menjadikan lunak pada daerah feses dan merangsang buang udara besar.
5. Intra vaginal
Pemberian Obat per Vagina, Merupakan caramemberikan obat dengan
memasukkan obatmelalui vagina, yang bertujuan untuk mendapatkanefek terapi
obat dan mengobati saluran vagina atauserviks. Obat ini tersedia dalam bentuk
krim dansuppositoria yang digunakan untuk mengobatiinfeksi lokal
Lampiran 2

Link :
https://www.instagram.com/tv/CtbIphQJIin/?igshid=MzRlODBiNWFlZA==
lampiran 3
LEAFLET
Lampiran 4

///
SATUAN ACARA PENYULUHAN
RUTE PEMBERIAN OBAT

RUTE PEMBERIAN OBAT


Oleh:

Siti Nur Mila Sari : 11194562210458


Tri Ayu Aulia Rahmah : 11194562210460
Ria Andini Taruk Lembang : 11194562210454
Ruwaida : 11194562210457
Ratna Kumala Sari :11194562210453
Widia : 11194562210461
Roy Hadi Putra : 11194562210456
Yazid Rahmatullah : 11194562210462
Riska Melidina : 11194562210455
Sweetryani Virdasari : 11194562210459
Zahra Alya : 11194562210463

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN


JURUSAN KEPERAWATAN
FAKULTAS KESEHATAN
UNIVERSITAS SARI MULIA
BANJARMASIN
2023
SATUAN ACARA PENYULUHAN
RUTE PEMBERIAN OBAT

A. Latar belakang
Rute pemberian obat terdiri dari berbagai jalur, yang ditentukan dari sifat dan tujuan
pemberian obat sehingga dapat memberikan efek terapi yang tepat. Rute pemberian
obat terbagi menjadi 2 jalur utama yaitu rute internal dan rute parenteral. Rute enternal
merupakan rute dimana obat masuk melalui saluran cerna, seperti oral, sublingual dan
rektal. Sedangkan rute parenteral merupakan rute yang dikhususkan untuk obat-obatan
yang hampir tidak memungkinkan jika diberikan lewat saluran cerna, bisa karena
absorpsi yang buruk atau rusak jika terkena enzim-enzim saluran cerna. Rute
pemberian lewat parenteral antara lain, intravena, intramuskular dan subkutan.
Kemudian ada pula rute-rute lain seperti inhalasi, intranasal, intratekal, topikal dan
transdermal. Dari semua rute pemberian obat yang disebutkan sebelumnya, jalur oral
termasuk dalam rute yang cukup diminati oleh pasien, sehingga banyak produsen obat
berusaha mengembangkan berbagai cara untuk mengembangkan formulasi obat secara
oral. Namun, permasalahan yang sering ditemukan pada rute pemberian secara oral
adalah adanya bioavailabilitas yang rendah dari obat-obatan tertentu. Bioavailabilitas
adalah jumlah dan kecepatan obat yang mencapai sirkulasi sistemik. Bioavailabilitas
ditentukan oleh beberapa faktor yang antara lain, kelarutan dalam air, permeabilitas
obat, tingkat disolusi, dan metabolisme.

B. Tujuan
Umum
 Mengenal teknik teknik pemberian obat melalui berbagai rute
 pemberian obat
 Menyadari berbagai pengaruh rute pemberian obat terhadap efeknya
 Dapat menyatakan beberapa konsekuensi praktis dari pengaruh rute
pemberian obat terhilap efeknya.
 Mengenal manifestasi berbagai obat yang diberikan.
Khusus
1. Untuk mengetahui rute pemberian obat secara enternal.
2. Untuk mengetahui rute pemerintah obat secara sublingual.
3. Untuk mengetahui rute pemberian obat secara rektal.
4. Untuk mengetahui rute pemberian obat secara parental.
5. Untuk mengetahui rute pemberian obat secara intravena (IV)
6. Untuk mengetahui rute pemberian obat secara intramuscular (IM)
7. Untuk mengetahui rute pemberian obat secara subkutan.
8. Untuk mengetahui rute pemberian obat secara inhalasi
9. Untuk mengetahui rute pemberian obat secara intranasal.
10. Untuk mengetahui rute pemberian obat secara intratekal.
11. Untuk mengetahui rute pemberian obat secara topikal.
12. Untuk mengetahui rute pemberian obat secara transdermal.
C. Sasaran
(Viewers Social Media Instagram)
D. Waktu dan Tempat
Hari dan Tanggal : Selasa, 13 Juni 2023
Pukul : 16.15-16.30
Tempat Kegiatan : Ruang B7 Universitas Sari Mulia
E. Media dan Alat
Media:
a. Leaflet
b. Laptop
c. LCD
F. Metode
 Tanya jawab (kuis)
 Mengedukasi
G. Struktur Organisasi
 Penanggung jawab
 Fasilitator
 Doukumentasi
 Evaluator
I. Alur Kegiatan
Tahap
NO Waktu Kegiatan Penyuluhan Sasaran Media
Kegiatan
1. Pembukaan 5 Menit 21. Mengucapkan salam Viewers Kalimat
22. Memperkenalkan diri instagram
23. Menjelaskan tujuan
pendidikan kesehatan
24. Menyampaikan pokok
pembahasan

2. Pelaksanaan 15 Menit 19. Menjelaskan materi Viewers Leaflet


20. Viewers instagram Powerpo
memperhatikan int
penjelasan tentang Demonst
Rute pemberian obat . rasi
21. Viewers menanyakan
tentang hal-hal yang
belum jelas

3. Penutup 5 Menit 15. Menyimpulkan materi Viewers Kalimat


16. Mengakhiri pertemuan instagram
Lampiran 1
Materi
A. Pengertian Rute pemberian obat

1. Enteral
Enteral adalah rute pemberian obat yang nantinya akan melalui
saluran cerna.

1. Oral memberikan suatu obat melalui mulut adalah cara pemberian obat
yungpaling umum tetapi paling bervariasidan memerlukan jalan yang
paling rumituntuk mencapai jaringan. Beberapa obat diabsorbsi di
lambung: namun,duodenum sering merupakan jalan masuk utama ke
sirkulasi sistemik karenapermukaan absorbsinya yang lebih besar.
Kebanyakan obat diabsorbsi darisaluran cerna dan masuk ke hati sebelum
disebarkan ke sirkulasi umum.Metabolisme langakah pertama oleh usus
atau hati membatasi efikasi banyakobat ketika diminum per oral. Minum
obat bersamaan dengan makanan dapatmempengaruhi absorbsi.
Keberadaan makanan dalam lambung memperlambatwaktu pengosongan
lambung sehingga obat yang tidak tahan asam misalnya penisilin menjadi
rusak atau tidak diabsorbsi. Oleh karenaitu, penisilin atau obat yang tidak
tahan asam lainnya dapat dibuat sebagai salutenterik yang dapat
melindungi obat dari lingkungan asam dan bisa mencegahiritasi lambung.
Hal ini tergantung pada formulasi, pelepasan obat bias diperpanjang,
sehingga menghasilkan preparat lepas lambat.
2. Sublingual penempatan di bawah lidah memungkinkan obat tersebut
berdifusikedalam anyaman kapiler dan karena itu secara langsung masuk
ke dalamsirkulasi sistemik. Pemberian suatu obat dengan rute ini
mempunyai keuntunganobat melakukan bypass melewati usus dan hati dan
obat tidak diinaktivasi olehmetabolisme.
3. Rektal: 50% aliran darah dari bagian rektum memimas sirkulasi portal
jadi,biotransformasi obat oleh hati dikurangi. Rute sublingual dan rektal
mempunyaikeuntungan tambahan, yaitu mencegah penghancuran obat oleh
enzim ususatau pH rendah di dalam lambung. Rute rektal tersebut juga
berguna jika obatmenginduksi muntah ketika diberikan secara oral atau jika
penderita seringmuntah-muntah. Bentuk sediaan obat untuk pemberian
rektal umumnya adalahsuppositoria dan ovula
4. Parenteral : Penggunaan parenteral digunakan untuk obat yang
absorbsinya buruk melalui salurancema, dan untuk obat seperti insulin
yang tidak stabil dalam saluran cerna.Pemberianparenteral juga digunakan
untuk pengobatan pasien yang tidak sadar dan dalamkeadaan yang
memerlukan kerja obat yang cepat.Pemberian parenteral
memberikankontrol paling baik terhadap dosis yang sesungguhnya
dimasukkan kedalam tubuh.
1. Inhalasi:
Inhalasi memberikan pengiriman obat yang cepat melewati
permukaanluas dari saluran nafas dan epitel paru-paru, yang
menghasilkan efek hamper sama denganefek yang dihasilkan oleh
pemberian obat secara intravena. Ruteini efektifdan menyenangkan
penderita-penderita dengan keluhan pemafasanseperti asma atau penyakit
paru obstruktif kronis karena obat diberikan langsungke tempat kerja dan
efek samping sistemis minimal.
2. Intranasal:
Desmopressin diberikan secara intranasal pada pengobatan diabetes
insipidus, kalsitonin insipidus: kalsitonin salmon, suatu hormone peptida
yang digunakan dalam pengobatan osteoporosis, tersedia dalam bentuk
semprot hidung obat narkotik kokain, biasanya digunakan dengan cara
mengisap
3. Intratekal/intraventrikular:
Kadang-kadang perlu untuk memberikan obat-obat secara langsung ke
dalamcairan serebrospinal, seperti metotreksat pada leukemia limfostik
akut.
4. Topikal:
Pemberian secara topikal digunakan bila suatu efek lokal obat diinginkan
untuk pengobatan. Misalnya, klortrimazol diberikan dalam bentuk krem
secara langsung pada kulit dalam pengobatan dermatofitosis dan atropin
atropin diteteskan langsung ke dalam mata untuk mendilatasi pupil dan
memudahkan pengukuran kelainan refraksi.
5. Transdermal:
Rute pemberian ini mencapai efek sistemik dengan pemakaian obat pada
kulit. biasanya melalui suatu "transdermal patch" Kecepatan absorbsi
sangat bervariasi tergantun pada sifat-sifat fisik kulit pada tempat
pemberian Cara pemberian obat ini paling sering digunakan untuk
pengiriman obat secara lambat, seperti obat antiangina, nitrogliserin
B. Indikator Rute pemeberian obat
Injeksi intravena adalah pemberian obat dengan cara memasukkan obat ke
dalam pembuluh darah vena dengan menggunakan spuit. Untuk memperoleh reaksi
obat yang cepat diabsorbsi daripada dengan injeksi parenteral lain. Untuk
menghindari terjadinya kerusakan jaringan Untuk memasukkan obat dalam jumlah
yang lebih besarPada lengan (vena basalika dan vena sefalika) Pada tungkai (vena
saphenous)
Pada leher (vena jugularis) Pada kepala (vena frontalis atau vena temporalis)
- Intramuscular
Pemberian obat secara intramuskular adalah pemberian obat/cairan dengan cara
dimasukkan langsung kedalam otot (muskulus). Pemberian obat dengan cara ini
dilakukan pada bagian tubuh yang berotot besar, agar tidak ada kemungkinan untuk
menusuk saraf, misalnya pada bokong dan kaki bagian atas atau pada lengan
bagian atas. Pemberian obat intramuskulus diindikasikan pada pasien yang tidak
sadar dan tidak mau bekerja sama karena tidak memungkinkan untuk diberikan
obat secara oral. Obat-obatan yang diberikan juga tertentu, misalnya obat untuk
imunisasi.
- Subcutan
Teknik injeksi subkutan dilakukan dengan cara menyuntikkan obat ke lapisan
lemak di antara kulit dan otot. Injeksi subkutan dapat dilakukan dengan jarum
berukuran kecil 25–30 G dan disuntikkan dengan arah 45–90 derajat terhadap
permukaan kulit. Beberapa obat subkutan juga tersedia dalam bentuk prefilled
syringe.
- Inhalasi
Inhalasi sederhana yaitu memberikan obat dengan cara dihirup dalam bentuk uap
kedalam saluran pernafasan yang dilakukan dengan bahan dan cara yang sederhana
serta dapat dilakukan dalam lingkungan keluarga. Terapi ini lebih efektif
ketimbang obat oral/minum seperti tablet atau sirup.
- Intranasal adalah sebuah rute pemberian dimana obat dimasukkan melalui hidung.
Pemberian tersebut dapat berupa bentuk pemberian topikal atau pemberian sistemik
- Intratekal
Anestesi spinal (intratekal) merupakan penyuntikan obat anestesi lokal secara
langsung ke dalam cairan serebrospinal (CLS), didalam ruang subaracnoid.
menyuntikkan obat analgesik lokal ke dalam ruang subarachnoid di daerah antara
vertebra lumbalis L2-L3 atau L3-L4 atau L4-L5
- topikal adalah obat yang dipakai di tempat lesi[1]. Kata topikal berasal dari kata
topos yang berarti lokasi atau tempat[2]. Obat topikal terdiri dari vehikulum (bahan
pembawa) dan zat aktif. Sediaan topikal yang tersedia ditujukan untuk mendapat
efikasi maksimal zat aktif obat dan menyediakan alternatif pilihan bentuk sediaan
yang terbaik[3][4]. Obat topikal merupakan salah satu bentuk obat yang sering
dipakai dalam terapi dermatologi.
- transdermal mengaplikasikan obat melalui kulit dengan patch atau systems
pengiriman lainnya. Selain bisa sebanding dengan dosis rute oral, patch
transdermal memiliki banyak keunggulan dibandingkan bentuk oral.
C. Macam-macam rute pemberian obat
- Oral
Meminum obat secara oral umumnya ditujukan untuk obat berbentuk cair, tablet,
kapsul, atau tablet kunyah. Ini merupakan cara pemberian obat yang paling umum
karena jauh lebih mudah, aman, dan murah dibandingkan metode lainnya. Setelah
diminum, obat akan diserap oleh dinding usus. Proses ini dapat dipengaruhi oleh
makanan dan obat lain yang Anda konsumsi. Obat yang telah diserap kemudian
diuraikan oleh hati sebelum akhirnya diedarkan oleh darah ke seluruh tubuh.
- Suntikan (parenteral)
Terdapat beberapa cara pemberian obat menggunakan suntikan. Biasanya, cara ini
dibedakan dari lokasi suntiknya. Beberapa di antaranya:
Subkutan. Obat ini disuntikkan ke jaringan lemak tepat di bawah kulit. Obat ini
kemudian masuk ke pembuluh darah kecil (kapiler) menuju alirah darah untuk
diedarkan ke seluruh tubuh. Insulin adalah salah satu yang paling sering menggunakan
cara pemberian obat yang satu ini.
- Intramuskular.
Metode ini ditujukan untuk pasien yang membutuhkan obat dengan dosis yang lebih
besar. Obat disuntikkan langsung ke jaringan otot lengan atas, paha, atau pantat
menggunakan jarum berukuran besar.
- Intravena
Sering disebut sebagai infus, cara pemberian obat melalui intravena dilakukan dengan
menyuntikkan cairan mengandung obat langsung ke pembuluh vena. Obat dapat
diberikan dalam satu dosis atau berkelanjutan.
- Intratekal.
Cara ini ditujukan untuk mengobat penyakit pada otak, tulang belakang, serta lapisan
pelindungnya. Obat disuntikkan melalui jarum yang dimasukkan ke celah antara dua
tulang belakang bagian pinggang.
Lampiran 2

Link :
https://www.instagram.com/tv/CtbJ1GUJTcB/?igshid=MzRlODBiNWFlZA==
lampiran 3
LEAFLET
Lampiran 4
Powerpoint
SATUAN ACARA PENYULUHAN

PEMASANGAN INFUS

Dosen Pembimbing:
M. Sobirin Mohtar, S.Kep., Ns., M.Kep
Oleh:
Kelompok 5

Siti Nurhaliza 11194562210377


Siti Jakiah 11194562210376
Cenny kiantoro 11194562210381
Syrly 11194562210378
Lutfiah Habibah 11194562210371
Shelomita Najmiyah Mandalika 11194562210375
Maulida Hasanah 11194562210373
Erianti 11194562210370
Nur Asiah 11194562210374
Dewi Riyanti 11194562210369
M Jaini Gani 11194562210372

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN


FAKULTAS KESEHATAN
UNIVERSITAS SARI MULIA
BANJARMASIN 2023
SATUAN ACARA PENYULUHAN
PEMASANGAN INFUS

A. Latar belakang
Pemasangan infus adalah suatu prosedur pemberian cairan, elektrolit ataupun
obat secara langsung kedalam pembuluh darah vena yang banyak dalam waktu
yang lama dengan cara menggunakan infus set untuk tujuan tertentu (Agus, 2013).
Pemasangan infus termasuk kedalam tindakan invasif atau tindakan yang dapat
langsung mempengaruhi keutuhan jaringan. Manfaat dari terapi infus dapat
sebagai jalur pemberian obat, pemberian cairan, pemberian produk darah atau
sampling darah (Alexander et.al, 2010).
Jumlah pasien yang mendapatkan terapi infus di Inggris sebanyak 25 juta
pasien per tahun dan mereka telah dipasang berbagai bentuk alat akses Intra Vena
(IV) selama perawatannya (Hampton, 2008). Pujasari dan Sumarwati (2002)
mengatakan, sekitar 80% pasien masuk rumah sakit mendapatkan terapi infus .
Alexander (2010) mengatakan perawat vokasional dan perawat profesional
harus memiliki pengetahuan, komitmen yang tinggi dan kompetensi dalam
melakukan tindakan pemasangan infus. Kompetensi perawat vokasional dan
perawat profesional diatur dalam standar kompetensi oleh Persatuan Perawat
Nasional Indonesia (PPNI) tahun 2005. Kompetensi perawat vokasional yaitu
melaksanakan intervensi keperawatan yang direncanakan sesuai dengan praktik
keperawatan dibawah pengawasan perawat teregistrasi, sedangkan kompetensi
perawat profesional yaitu melaksanakan serangkaian prosedur, treatment, dan
intervensi yang berada dalam lingkup praktik keperawatan bagi perawat teregistrasi
dan sesuai standar praktik keperawatan.
Kompetensi perawat dalam pemasangan infus masih terdapat kekurangan
Kekurangan tersebut seperti perawat kurang memperhatikan kesterilan luka pada
pemasangan infus dan perawat tidak patuh terhadap Standar Prosedur Operasional
(SPO pemasangan infus di rumah sakit. Hasil penelitian Andares (2009)
mengatakan bahwa perawat kurang memperhatikan kesterilan luka pada
pemasangan dan perawat kurang peduli akan tersedianya bahan-bahan yang
diperlukan seperti sarung tangan, kain kasa steril, alkohol, dan juga pemakaian yang
berulang pada selang infus yang tidak steril. Hasil penelitian Mulyani (2011)
mengatakan perawat tidak patuh pada SPO pemasangan infus, dari 12 perawat
pelaksana yang memasang infus, perawat yang tidak patuh sebanyak 12 orang atau
100% tidak patuh. Hasil penelitian lain dari Pasaribu (2008) tentang analisa
pelaksanaan pemasangan infus didapatkan hasil bahwa perawat dengan kategori
baik sebanyak 27%, kategori sedang sebanyak 40% dan kategori buruk sebanyak
33%. Melihat fenomena ini perawat perlu memiliki keterampilan pemasangan infus
dengan baik.
Keterampilan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) adalah cakap
atau mampu untuk menyelesaikan tugas dan juga cekatan (tangkas atau cepat dalam
melakukan sesuatu). Robbin (2001) mengatakan keterampilan adalah kecakapan
yang berhubungan dengan tugas atau kewajiban sesuai dengan analisis pekerjaan.
Keterampilan perawat dalam melakukan pemasangan infus dipengaruhi oleh
tiga faktor. Faktor yang pertama adalah karakteristik pasien, faktor yang kedua
tingkat pengalaman dan faktor yang ketiga kompetensi perawat (Sabri et.al, 2012).
Faktor yang pertama karakteristik pasien yaitu usia pasien dan kondisi medis.
Perawat akan memerlukan waktu lama untuk melakukan pemasangan infus kepada
anak-anak daripada orang dewasa.
Faktor yang kedua adalah tingkat pengalaman perawat. Pengalaman diartikan
sebagai sesuatu yang pernah dialami, dijalani, dirasakan, atau ditanggung (KBBI,
2005). Pengalaman diartikan juga sebagai memory episodic, yaitu memori yang
menerima dan menyimpan peristiwa yang dialami oleh individu pada waktu dan
tempat tertentu sebagai referensi otobiografi (referensi berdasarkan pengalaman
dirinya atau pengalaman dari orang lain). Pengalaman akan mempengaruhi
keterampilan karena semakin lama seseorang bekerja pada suatu pekerjaan, maka
akan semakin berpengalaman sehingga keterampilan kerja akan semakin baik
(Ranupantoyo dan Saud 2005). Tingkat pengalaman seorang perawat berkaitan
dengan jenjang karir. Jenjang karir adalah sistem untuk meningkatkan kinerja dan
profesionalisme sesuai dengan bidang pekerjaan melalui peningkatan kompetensi.
Departemen Kesehatan Republik Indonesia (DEPKES RI) tahun 2006 jenjang karir
perawat meliputi perawat klinik, perawat manajer, perawat pendidik dan perawat
peneliti. Perawat klinik terdiri dari lima tingkatan, yaitu Perawat Klinik I (PK I),
Perawat Klinik II (PK II), Perawat Klinik III (PK III), Perawat Klinik IV (PK IV)
dan Perawat Klinik V (PK V).
Faktor yang ketiga adalah kompetensi perawat. Hutapea dan Thoha (2008)
mengatakan kompetensi adalah kapasitas yang ada pada seseorang yang bisa
membuat seseorang tersebut mampu memenuhi apa yang diisyaratkan oleh
pekerjaan atau organisasi sehingga mampu mencapai hasil yang diharapkan. Standar
kompetensi perawat Indonesia diatur oleh PPNI tahun 2013, terdapat 12 tindakan
keperawatan yang merupakan cakupan kompetensi yang harus dimiliki oleh setiap
perawat Indonesia pada semua jenjang, salah satunya adalah memfasilitasi
kebutuhan elektrolit dan cairan, dalam hal ini memfasilitasi kebutuhan cairan
melalui intra vena yaitu pemasangan infus.
B. Tujuan
1. Tujuan umum
Setelah meingikuti penyuluhan umum selama 20 menit diharapkan dapat
memahami dan mengerti tentang penting pemasangan infus pada pasien.
2. Tujuan khusus
Setelah mendapatkan penyuluhan diharapkan peserta penyuluhan mampu:
a. Menjelaskan pengertian pemasangan infus
b. Menyebutkan indikasi pemasangan infus
c. Menjelaskan komplikasi yang dapat terjadi
d. Menjelaskan hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pemasangan infus
e. Mendemostrasikan cara pemasangan infus.
C. Sasaran
Viewers Social Media Instagram
D. Waktu dan Tempat
Hari dan Tanggal : Senin, 19 Juni 2023
Pukul : 16.10 WITA
Tempat Kegiatan : Instagram
E. Media dan Alat
Media:
a. Leaflet
b. LCD
c. Proyektor
d. Laptop 1
e. TOA / Pengeras suara
F. Metode (sesuaikan)
 Ceramah
 Demonstrasi
 Tanya jawab (kuis)
G. Struktur Organisasi
 Penanggung jawab
 Narasumber
 Observer
 Fasilitator
 Dokumentasi
 Evaluator
H. Denah
Tanda panitia & viewer (kotak, bulat, segi tiga)

Keterangan :
Kotak = penagnggung jawab
I. Alur Kegiatan
Tahap
NO Waktu Kegiatan Penyuluhan Sasaran Media
Kegiatan
1. Pembukaan 5 Menit 25. Mengucapkan salam Kalimat
26. Memperkenalkan diri
27. Menjelaskan tujuan
pendidikan kesehatan
28. Menyampaikan pokok
pembahasan

2. Pelaksanaan 20 Menit Menjelaskan : Leaflet


1. Pengertian pemasangan Powerpo
infus int
2. Indikasi pemasngan Demonst
infus rasi
3. Komplikasi pemasangan
infus
4. Hal-hal yang harus jadi
pehatian
5. Teknik pemasangan
infus
3. Penutup 5 Menit 17. Menyimpulkan materi Kalimat
18. Mengevaluasi tentang
materi yang telah
diberikan
19. Mengakhiri pertemuan
Lampiran 1

Materi

PEMASANGAN INFUS
A. Pengertian pemasangan infus

Pemasangan infus adalah pemasukan cairan atau obat langsung ke dalam


pembuluh darah vena dalam jumlah yang banyak dan waktu yang lama dengan
menggunakan alat infus set (Poltekes kemenkes Maluku, 2011). Pemasangan infus
adalah suatu tindakan memasukan cairan elektrolit, obat, atau nutrisi ke dalam
pembuluh darah vena dalam jumlah danwaktu tertentu dengan menggunakan set infus
(Hidayati, et al .,2014)

B. Kontraindikasi Pemeasangan Infus


Kontraindikasi relatif pada pemasangan infus, karena ada berbagai situasi dan
keadaan yang mempengaruhinya. Namun secara umum, pemasangan infus tidak boleh
dilakukan jika ;
1. Terdapat inflamasi (bengkak, nyeri, demam), flebitis, sklerosis vena, luka bakar
dan infeksi di area yang hendak di pasang infus.
2. Pemasangan infus di daaerah lengan bawah pada pasien gagal ginjal, terutama
pada pasien-pasien yang mempunyai penyakit ginjal karena lokasi ini dapat
digunakan untuk pemasangan fistula arteri-vena (A-V shunt) pada tindakan
hemodialisis (cuci darah).
3. Obat-obatan yg berpotensi iritan pada pembuluh vena kecil yg aliran darahnya
lambat (contohnya pembuluh vena di tungkai & kaki).

C. Indikasi Pemasangan Infus


Secara garis besar, indikasi pemasangan infus terdiri dari 4 situasi yaitu;
Kebutuhan pemberian obat intravena, hidrasi intravena, transfusi darah atau komponen
darah dan situasi lain di mana akses langsung ke aliran darah diperlukan. Sebagai
contoh:

1. kondisi emergency (misalnya ketika tindakan RJP), yg memungkinkan untuk


pemberian obat secara langsung ke dalam pembuluh darah Intra Vena.
2. Pasien yg mendapat terapi obat dalam jumlah dosis besar secara terus-menerus
melalui pembuluh darah Intra vena.
3. Upaya profilaksis (tindakan pencegahan) sebelum prosedur (contohnya pada
operasi besar dengan risiko perdarahan, dipasang jalur infus intravena untuk
persiapan seandainya berlangsung syok, juga untuk memudahkan pemberian obat).
4. Upaya profilaksis pada pasien-pasien yg tidak stabil, contohnya syok (meneror
nyawa) & risiko dehidrasi (kekurangan cairan) , sebelum pembuluh darah kolaps
(tak teraba), maka tak mampu dipasang pemasangan infus.

D. Lokasi Pemasangan Infus


Menurut Perry dan Potter (2005), tempat atau lokasi vena perifer yang sering
digunakan pada pemasangan infus adalah vena supervisial atau perifer kutan terletak di
dalam fasia subcutan dan merupakan akses paling mudah untuk terapi intravena.
Daerah tempat infus yang memungkinkan adalah permukaan dorsal tangan (vena
supervisial dorsalis, vena basalika, vena sefalika), lengan bagian dalam (vena basalika,
vena sefalika, vena kubital median, vena median lengan bawah, dan vena radialis),
permukaan dorsal (vena safena magna, ramus dorsalis).
E. Jenis Cairan Pemasangan Infus

Berdasarkan osmolalitasnya, menurut Perry dan Potter, (2005) cairan intravena


(infus) dibagi menjadi 3, yaitu :

1. Cairan bersifat isotonis : osmolaritas (tingkat kepekatan) cairannya mendekati


serum (bagian cair dari komponen darah), sehingga terus berada di dalam pembuluh
darah. Bermanfaat pada pasien yang mengalami hipovolemi (kekurangan cairan
tubuh, sehingga tekanan darah terus menurun). Memiliki risiko terjadinya overload
(kelebihan cairan), khususnya pada penyakit gagal jantung kongestif dan hipertensi.
Contohnya adalah cairan Ringer-Laktat (RL), dan normal saline/larutan garam
fisiologis (NaCl 0,9%).

2. Cairan bersifat hipotonis : osmolaritasnya lebih rendah dibandingkan serum


(konsentrasi ion Na+ lebih rendah dibandingkan serum), sehingga larut dalam
serum, dan menurunkan osmolaritas serum. Maka cairan ditarik dari dalam
pembuluh darah keluar ke jaringan sekitarnya (prinsip cairan berpindah dari
osmolaritas rendah ke osmolaritas tinggi), sampai akhirnya mengisi sel-sel yang
dituju. Digunakan pada keadaan sel mengalami dehidrasi, misalnya pada pasien cuci
darah (dialisis) dalam terapi diuretik, juga pada pasien hiperglikemia (kadar gula
darah tinggi) dengan ketoasidosis diabetik. Komplikasi yang membahayakan adalah
perpindahan tiba-tiba cairan dari dalam pembuluh darah ke sel, menyebabkan
kolaps kardiovaskular dan peningkatan tekanan intrakranial (dalam otak) pada
beberapa orang. Contohnya adalah NaCl 45% dan Dekstrosa 2,5%.
3. Cairan bersifat hipotonis : osmolaritasnya lebih rendah dibandingkan serum
(konsentrasi ion Na+ lebih rendah dibandingkan serum), sehingga larut dalam
serum, dan menurunkan osmolaritas serum. Maka cairan ditarik dari dalam
pembuluh darah keluar ke jaringan sekitarnya (prinsip cairan berpindah dari
osmolaritas rendah ke osmolaritas tinggi), sampai akhirnya mengisi sel-sel yang
dituju. Digunakan pada keadaan sel mengalami dehidrasi, misalnya pada pasien cuci
darah (dialisis) dalam terapi diuretik, juga pada pasien hiperglikemia (kadar gula
darah tinggi) dengan ketoasidosis diabetik. Komplikasi yang membahayakan adalah
perpindahan tiba-tiba cairan dari dalam pembuluh darah ke sel, menyebabkan
kolaps kardiovaskular dan peningkatan tekanan intrakranial (dalam otak) pada
beberapa orang. Contohnya adalah NaCl 45% dan Dekstrosa 2,5%.
F. Alat Dan Bahan Pemasangan Infus

Sebelum melaksanakan pemasangan infus, berikut adalah alat dan bahan yang
harus dipersiapkan ketika hendak melakukan tindakan pemasangan infus. Pastikan
bahwa ke 12 alat dan bahan ini sudah tersedia.

1. Standar infus

2. Cairan infus sesuai kebutuhan

3. IV Catheter / Wings Needle/ Abocath sesuai kebutuhan

4. Perlak

5. Tourniquet

6. Plester

7. Guntung

8. Bengkok

9. Sarung tangan bersih

10. Kassa steril

11. Kapas alkhol/ Alkhol swab


12. Betadine

G. Sop Pemasangan Infus

Standar Operasional Prosedur (SOP) memasang selang infus yang digunakan


oleh fasilitas pelayanan kesehatan di Indonesia adalah sebagai berikut: Cuci tangan

1. Dekatkan alat

2. Jelaskan kepada klien tentang prosedur dan sensasi yang akan dirasakan selama
pemasangan infus

3. Atur posisi pasien / berbaring

4. siapkan cairan dengan menyambung botol cairan dengan selang infus dan
gantungkan pada standar infus

5. Menentukan area vena yang akan ditusuk


6. Pasang alas

7. Pasang tourniket pembendung ± 15 cm diatas vena yang akan ditusuk

8. Pakai sarung tangan

9. Desinfeksi area yang akan ditusuk dengan diameter 5-10 cm

10. Tusukan IV catheter ke vena dengan jarum menghadap ke jantung

11. Pastikan jarum IV masuk ke vena

12. Sambungkan jarum IV dengan selang infus

13. Lakukan fiksasi ujung jarum IV ditempat insersi

14. Tutup area insersi dengan kasa kering kemudian plester

15. Atur tetesan infus sesuai program medis

16. Lepas sarung tangan

17. Pasang label pelaksanaan tindakan yang berisi : nama pelaksana, tanggal dan jam
pelaksanaan

18. Bereskan alat

19. Cuci tangan

20. Observasi dan evaluasi respon pasien, catat pada dokumentasi keperawatan
H. Komplikasi Pemasangan Infus

Terapi intravena diberikan secara terus-menerus dan dalam jangka waktu yang
lama tentunya akan meningkatkan kemungkinan terjadinya komplikasi. Komplikasi
dari pemasangan infus yaitu flebitis, hematoma, infiltrasi, tromboflebitis, emboli udara
(Hinlay, 2006).

Pencegahan Pada Komplikasi Pemasangan Infus

Menurut Hidayat (2008), selama proses pemasangan infus perlu memperhatikan


hal-hal untuk mencegah komplikasi yaitu :

1. Ganti lokasi tusukan setiap 48-72 jam dan gunakan set infus baru

2. Ganti kasa steril penutup luka setiap 24-48 jam dan evaluasi tanda infeksi

3. Observasi tanda / reaksi alergi terhadap infus atau komplikasi lain

4. Jika infus tidak diperlukan lagi, buka fiksasi pada lokasi penusukan

5. Kencangkan klem infus sehingga tidak mengalir

6. Tekan lokasi penusukan menggunakan kasa steril, lalu cabut jarum infus perlahan,
periksa ujung kateter terhadap adanya embolus.

7. Bersihkan lokasi penusukan dengan anti septik. Bekas-bekas plester dibersihkan


memakai kapas alkohol atau bensin (jika perlu).

8. Gunakan alat-alat yang steril saat pemasangan, dan gunakan tehnik sterilisasi dalam
pemasangan infus.

9. Hindarkan memasang infus pada daerah-daerah yang infeksi, vena yang telah rusak,
vena pada daerah fleksi dan vena yang tidak stabil.

10. Mengatur ketepatan aliran dan regulasi infus dengan tepat .


11. Penghitungan cairan yang sering digunakan adalah penghitungan millimeter perjam
(ml/h) dan penghitungan tetes permenit.
Lampiran 2
LEAFLET
Lampiran 3
Power Point
Lampiran

Dokumentasi
Link :
https://www.instagram.com/reel/Ctxu5rMujua/?igshid=YmM0MjE2YWMzOA==
SATUAN ACARA PENYULUHAN

PEMASANGAN NASOGASTRIC TUBE (NGT)

Dosen Pembimbing:
M. Sobirin Mohtar, S.Kep., Ns., M.Kep
Oleh:
Kelompok 5

Siti Nurhaliza 11194562210377


Siti Jakiah 11194562210376
Cenny kiantoro 11194562210381
Syrly 11194562210378
Lutfiah Habibah 11194562210371
Shelomita Najmiyah Mandalika 11194562210375
Maulida Hasanah 11194562210373
Erianti 11194562210370
Nur Asiah 11194562210374
Dewi Riyanti 11194562210369
M Jaini Gani 11194562210372

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN


FAKULTAS KESEHATAN
UNIVERSITAS SARI MULIA
BANJARMASIN 2023
SATUAN ACARA PENYULUHAN
PEMASANGAN NGT

A. Latar belakang
Dalam kehidupan manusia, kita tentu tidak mengharapkan sebuah penyakit
menyerang kita. Kita sebagai manusia selalu berusaha untuk menjaga kesehatan agar
dapat terus hidup dengan sehat dan melakukan aktifitas normal dan sesuai dengan apa
yang kita harapkan. Namun, terkadang kita juga tidak menyadari bahwa kegiatan atau
makanan yang kita konsumsi menjadi salah satu penyebab tubuh kita menjadi lemah
dan kemudian sakit. Dalam beberapa hal terkadang manusia yang sedang sakit tidak
dapat menelan makanan secara oral. Hal ini menyebabkan tubuh mereka semakin
lemah. Karena itu, ketika seseorang sedang dalam keadaan seperti ini, petugas
kesehatan biasanya memasang sebuah selang yang disebut Nasogastric Tube (NGT).
NGT ini sering digunakan untuk memberikan nutrisi dan obat-obatan kepada seseorang
yang tidak mampu untuk mengkomsumsi makanan, cairan dan obat-obatan secara oral
agar tubuh mereka tetap mendapat asupan nutrisi dari makanan dan obat sehingga
dapat kembali sehat.
Nasogastric Tubes (NGT) sering digunakan untuk menghisap isi lambung, juga
digunakan untuk memasukan obat-obatan dan makanan. NGT ini digunakan hanya
dalam waktu yang singkat. (Metheny & Titler, 2001). Untuk memenuhi kebutuhan
pasien, pengetahuan dan kemampuan perawat dalam memasukan dan melakukan
perawatan NGT adalah sangat dibutuhkan.
Bagi anak-anak kebutuhan akan NGT disebabkan oleh beberapa kondisi seperti
anomali anatomi jalan makanan; oesophagus atau alat eliminasi, kelemahan reflek
menelan, distress pernafasan atau tidak sadarkan diri. Keselamatan adalah selalu
menjadi perhatian,dimana kerjasama perawat pasien dan keluarga sangat dibutuhkan
dan pada sebagian anak terkadang agak sedikit dipaksakan. Sebagai perawat
profesional, harus berhati-hati dalam melaksanakan tindakan serta memperhatikan
keunikan variasi di dalam melaksanakan tindakan secara aman dan nyaman.
(WALLEY & WONG, 2000).
B. Tujuan
Umum
Tujuan kami mengadakan penyuluhan untuk memberikan informasi dan berbagi
ilmu pengetahuan kepada siswa/i agar supaya siswa/i dapat memahami dan
mengerti tentang prosedur pemasangan NGT pada pasien.
Khusus
Setelah mendapatkan penyuluhan diharapkan peserta mampu:
a. Menjelaskan pengertian pemasangan NGT
b. Menyebutkan indikasi pemasangan NGT
c. Menjelaskan kontraindikasi yang dapat terjadi pada pemasangan NGT
d. Menjelaskan tata cara pemasangan NGT
e. Menjelaskan hal-hal yang perlu di perhatikan setelah pemasangan NGT
f. Komplkasi pemasangan NGT
g. Alat dan bahan pemasangan NGT
h. SOP pemasangan NGT

C. Sasaran
Viewers Social Media Instagram

D. Waktu dan Tempat


Hari dan Tanggal : Senin, 19 Juni 2023
Pukul : 16.30 WITA
Tempat Kegiatan : Instagram

E. Media dan Alat


Media:
f. Leaflet
a. LCD
b. Proyektor
c. Laptop 1
d. TOA / Pengeras suara
F. Metode
 Ceramah
 Demonstrasi
 Tanya jawab (kuis)

G. Struktur Organisasi
 Penanggung jawab
 Narasumber
 Observer
 Fasilitator
 Doukumentasi
 Evaluator

H. Denah
Tanda panitia & viewer (kotak, bulat, segi tiga)

Keterangan :
Kotak = penagnggung jawab
I. Alur Kegiatan
N Tahap
Waktu Kegiatan Penyuluhan Sasaran Media
O Kegiatan
1. Pembukaan 5 Menit 29. Mengucapkan siswi Kalimat
salam
30. Memperkenalkan
diri
31. Menjelaskan
tujuan pendidikan
kesehatan
32. Menyampaikan
pokok pembahasan
2. Pelaksanaan 20 22. Menjelaskan siswi Leaflet
Menit materi Powerp
23. Siswa/i oint
memperhatikan Demons
penjelasan trasi
pemasangan NGT
24. Siswa/i
menanyakan
tentang hal-hal
yang belum jelas
25. Menampilkan
vidio
3. Penutup 5 Menit 20. Menyimpulkan siswi Kalimat
materi
21. Mengevaluasi
Siswa/i tentang
materi yang telah
diberikan
22. Mengakhiri
pertemuan

Lampiran 1
Materi
PEMASANGAN NASOGASTRIC TUBE (NGT)
A. Pengertian Pemasangan NGT
Nasogastric tube atau NGT adalah selang yang dimasukkan melalui hidung,
diarahkan turun ke tenggorokan, esofagus hingga mencapai lambung dengan indikasi
tertentu. Selang yang digunakan merupakan jenis selang tipis dan fleksibel terbuat dari
polyurethane atau silicone Penggunaan NGT bersifat hanya sementara.

B. Indikasi Pemasangan NGT


Indikasi pemasangan nasogastric tube atau NGT umumnya adalah untuk
dekompresi lambung, seperti pada ileus obstruktif. Pemasangan NGT juga dilakukan
dengan tujuan pemberian obat atau nutrisi pada pasien yang tidak dapat asupan oral.
Secara umum, pemasangan NGT memiliki 2 tujuan, yaitu untuk keperluan
diagnostik dan terapeutik.

Indikasi Diagnostik
Indikasi diagnostik pemasangan NGT adalah sebagai berikut:
 Evaluasi ada tidaknya perdarahan saluran cerna bagian atas dan volume
perdarahannya
 Aspirasi cairan lambung
 Identifikasi esofagus dan lambung pada Rontgen toraks
 Administrasi cairan kontras radiografi untuk pencitraan saluran pencernaan
 Identifikasi sel kanker. Pada pasien dengan kanker lambung, pemeriksaan sitologi
pada cairan lambung dapat menilai ada tidaknya sel kanker. Pemeriksaan ini dapat
memprediksi angka harapan hidup pasien

Indikasi Terapeutik
Indikasi terapeutik pemasangan NGT adalah sebagai berikut:

 Dekompresi Lambung.
Kasus obstruksi saluran pencernaan baik akibat adhesi, hernia, ileus,
neoplasma, volvulus, maupun intususepsi, aliran cairan hasil sekresi saluran cerna
dapat terhambat. Penumpukan cairan ini akan menyebabkan distensi abdomen,
nyeri abdomen, dan mual.
Lambat laun kondisi ini akan menimbulkan muntah yang bila terjadi dapat
meningkatkan risiko aspirasi pada pasien. Angka mortalitas akibat aspirasi dapat
mencapai 70%, tergantung pada jenis dan jumlah cairan aspirasi. Pemasangan
NGT dapat menurunkan risiko aspirasi serta membantu meredakan gejala klinis
akibat distensi abdomen.
 Pascaintubasi Endotrakeal
Pemasangan NGT dapat menjaga kondisi terdekompresi pascaintubasi
endotrakeal.
 Overdosis Obat dan Keracunan
Pada kasus overdosis obat/zat atau menelan zat korosif, pemasangan NGT
dilakukan untuk mengevakuasi isi lambung dari zat berbahaya.
 Pemberian Nutrisi pada Penyakit Kritis
Pemasangan NGT mempermudah pemberian nutrisi atau obat-obatan yang
adekuat pada pasien yang tidak mampu mengonsumsi makanan dan obat secara
oral, seperti pada pasien dengan penurunan kesadaran, kanker saluran cerna
tertentu, luka bakar pada wajah, maupun pada pasien yang mengalami malabsorpsi
dan membutuhkan asupan makanan terus-menerus.
 Pemberian Nutrisi pada Anoreksia Nervosa
Pemulihan kehilangan berat badan merupakan langkah awal yang penting
dalam perawatan pasien dengan anoreksia nervosa. Pemasangan NGT dinilai
penting pada kondisi ini untuk menstabilkan kondisi medis dan pemulihan
komplikasi jangka panjang yang sudah terjadi.

 Pemberian Nutrisi pada Bayi Prematur


Kemampuan bayi prematur untuk menyusui, menelan, dan bernapas
biasanya belum berkembang dengan baik. Oleh karena itu, pemberian nutrisi
melalui NGT diperlukan pada sebagian besar bayi prematur, terutama dengan
berat badan lahir rendah untuk mendukung pertumbuhan optimal. Pemberian
nutrisi berupa ASI atau formula dapat dilakukan secara bolus terus-menerus atau
intermiten.
 Malnutrisi Berat pada Anak
Pemasangan NGT mungkin diperlukan sebagai manajemen awal pada anak
dengan malnutrisi berat atau gangguan makan yang tidak dapat mengonsumsi
makanan peroral. Selanjutnya, pemberian makan oral harus dilanjutkan
sesuai permintaan anak

C. Kontraindikasi Pemasangan NGT


Kontraindikasi pemasangan nasogastric tube atau NGT yang paling umum
adalah bila ada riwayat trauma wajah atau fraktur basis cranii. Pada kasus ini,
percobaan pemasangan NGT melalui lubang hidung dapat memperburuk trauma yang
ada, bahkan berisiko menempatkan selang nasogastrik ke intrakranial.
Secara umum, kontraindikasi pemasangan nasogastric tube dapat terbagi
menjadi kontraindikasi absolut dan relatif.

Kontraindikasi Absolut
Kontraindikasi absolut pemasangan NGT adalah trauma pada wajah atau
fraktur cribiform plate. Pemasangan NGT dapat memperburuk trauma bahkan
menghasilkan malposisi parah ke dalam tengkorak pada kasus fraktur basis cranii. Pada
kasus seperti ini, sebaiknya menggunakan selang orogastrik yang dimasukkan melalui
mulut menuju ke lambung. Selain itu, pemasangan NGT juga dikontraindikasikan pada
pasien yang baru menjalani pembedahan hidung, seperti rinoplasti.

Kontraindikasi Relatif

Kontraindikasi relatif pemasangan NGT adalah:

 Gangguan koagulasi darah berat karena dapat menyebabkan perdarahan yang tidak
terkontrol
 Varises, striktur, atau ruptur esofagus
 Obstruksi esofagus akibat neoplasma maupun benda asing
 Anastomosis esofagus dan lambung
 Kelainan anatomis wajah
 Riwayat konsumsi zat kimia korosif
 Pada pasien yang baru saja menjalani tindakan bypass lambung.

D. Tata cara pemasangan NGT


Secara garis besar, pasang NGT dilaksanakan dengan langkah-langkah berikut:
Pasien akan diminta untuk duduk tegak. Dokter akan melakukan pemeriksaan
pada rongga hidung untuk memastikan tidak ada kelainan sebelum memasang selang
makan. Dokter spesialis anestesi akan memberikan obat bius lokal. Obat ini akan
menyebabkan mati rasa pada area hidung dan kerongkongan untuk sementara, namun
pasien tetap sadar.
Dokter kemudian mengoleskan jel pada selang NGT. Selain untuk
mempermudah masuknya selang saat didorong dari hidung menuju lambung, jel ini
dapat mengurangi nyeri pada hidung dan kerongkongan pasien. Ketika selang NGT
didorong melewati lubang hidung menuju lambung, pasien akan diminta membantu
masuknya selang dengan melakuakn gerakan menelan. Setelah selang sampai di
lambung, dokter akan melakukan rontgen dada untuk memastikan posisi
selang sudah tepat

E. Hal-hal yang perlu diperhatikan setelah pemasangan NGT


Pemasangan NGT dapat menimbulkan ketidaknyamanan pada hidung dan
kerongkongan. Pasien juga bisa merasa ingin muntah. Bila pasang selang makan
dilakukan untuk tujuan diagnostis, pasien dapat langsung pulang ke rumah setelah
prosedur selesai. Namun jika prosedur ini bertujuan sebagai langkah pengobatan,
pasien mungkin perlu menjalani rawat inap selama beberapa hari di rumah sakit.
Setelah pasang NGT dan selama perawatan di rumah sakit, pemantauan rutin
akan dilakukan untuk mengawasi:
 Seberapa banyak cairan yang masuk ke tubuh dan yang dibuang lewat urine.
 Ada tidaknya penyumbatan pada selang makan. Pemeriksaan ini dilakukan dengan
menyedot keluar cairan dari selang NGT. Bila terjadi sumbatan, pembilasan selang
dengan cairan saline mungkin diperlukan.
 Kondisi kulit di sekitar selang NGT. Perawat akan mengevaluasi ada tidaknya
kemerahan, pembengkakan, atau perdarahan pada lokasi pemasangan selang.
 Ada tidaknya kondisi kembung pada perut pasien.

F. Komplikasi pemasangan NGT


Seperti tindakan medis pada umumnya, pemasangan selang makan juga
memiliki risiko. Beberapa komplikasi pasang NGT yang mungkin terjadi meliputi:
 Sakit pada tenggorokan
 Hidung tersumbat
 Mimisan ringan
 Pneumonia aspirasi, misalnya karena adanya isi lambung yang masuk ke jalur
napas dan paru-paru
 Luka pada kerongkongan
 Selang NGT yang salah masuk ke jalur napas
 Kejang pada jalur pernapasan yang menyebabkan pasien sulit bernapas

G. Alat dan Bahan Pemasangan NGT


 Selang lambung (NGT – Ukuran disesuaikan dengan usia)
 Jeli
 Stetoskop
 Spuit 10cc
 Bengkok
 Handuk
 Penutup selang lambung
 Plester dan gunting
 Spatel lidah
 Tisu

H. SOP Pemasangan NGT


1. Jelaskan prosedur tindakan yang akan dilakukan pada pasien dan keluarga
2. Atur posisi tidur pasien
3. Cuci tangan
4. Dekatkan alat
5. Letakan handuk dibawah kepala pasien
6. Ukur panjang selang lambung dengan cara mengukurnya dari pangkal hidung ke
telinga pasien lalu ke prosesus xipoideus
7. Beri batas panjang selang lambung yang telah diukur dengan plester
8. Beri jelly pada selang lambung sepanjang 7-10cm
9. Masukan selang lambun ke salah satu lubang hidung dengan :
a. Posisi kepala ekstensi, bila selang sudah sampai orofaring posisi kepala fleksi
b. Bila pasien batuk, berhenti memasukan selang lambung dan anjurkan pasien
nafas dalam
c. Setelah rileks dilanjutkan dengan memasukan kembali selang lambung
10. Cek apakah selang lambung sudah masuk lambung dengan cara menghisap cairan
lambung / masukan udara 5-10cc melalui spuit 10cc dan dengarkan menggunakan
stetoscope pada perut kiri kuadran atas
11. Jika terdengar suara udara di lambung, plester selang lambung ke ujung hidung
12. Tutup selang lambung/ sambungkan selang lambung dengan plastik penampung
13. Rapikan alat, pasien dan lingkungannya
14. Bereskan alat dan cuci tangan
15. Dokumentasikan prosesur di status pasien yang meliputi jam pemasangan, jumlah
dan warna cairan lambung.

Lampiran 2
LEAFLET
Lampiran 3
Power Point
Lampiran 4
Dokumentasi

Link :
https://www.instagram.com/reel/Ctxu5rMujua/?

igshid=YmM0MjE2YWMzOA=
SATUAN ACARA PENYULUHAN
PEMASANGAN KATETER

DISUSUN OLEH KELOMPOK 6


Dessy Anggraini (11194562210382)
Desy Berthauly Sihombing  (11194562210383)
Elisa Fitriani (11194562210385)
Haliza Rahmi (11194562210386)
Hatmi  (11194562210387)
Ibnu Fadil Prayoga  (11194562210388)
Ilham Bagus Kurniawan  (11194562210389)
Jumianti Antika  (11194562210391)
Kristina Dwi Silva  (11194562210392)
Linda Lestariani  (11194562210393)

DOSEN PEMBIMBING: HADI SUBHAN, S.KEP.,NS

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN


JURUSAN KEPERAWATAN
FAKULTAS KESEHATAN
UNIVERSITAS SARI MULIA
BANJARMASIN
2023
SATUAN ACARA PENYULUHAN
PEMASANGAN KATETER
A. Latar belakang
Kateter urin diartikan sebagai pipa yang dimasukan ke dalam tubuh untuk
mengalirkan dan mengumpulkan urin dari kandung kemih, kateter urin adalah pipa
fleksibel yang dipasang ke dalam tubuh sepanjang uretra yang membantu
mengeluarkannya ke dalam kantung drainase. Bentuk dan fungsinya, kateter urin dapat
diartikan sebagai benda berbentuk pipa memanjang yang umumnya menyambungkan
kandung kemih dengan dunia luar melalui uretra. Kateterisasi adalah suatu tindakan
yang dilakukan dengan cara memasukan pipa ke dalam kadung kemih melalui uretra
dengan tujuan agar urin yang ada di dalam kandung kemih dapat dikeluarkan.

B. Tujuan
Tujuan Umum
Tujuan umum pemasangan kateter adalah untuk memfasilitasi aliran atau
pengeluaran cairan tertentu dari tubuh manusia. Beberapa tujuan umum pemasangan
kateter antara lain:
1. Drainase urin: Kateter urine digunakan untuk mengosongkan kandung kemih
ketika pasien tidak dapat buang air kecil secara normal, seperti dalam kasus
kelemahan otot, kerusakan saraf, atau setelah operasi.

2. Monitoring: Kateter arteri atau kateter vena sentral digunakan untuk memonitor
tekanan darah, suhu, dan kadar oksigen dalam darah secara terus-menerus pada
pasien yang sakit kritis atau dalam kondisi yang memerlukan pemantauan intensif.

3. Administrasi cairan atau obat: Kateter intravena memungkinkan pemberian cairan,


obat-obatan, atau nutrisi langsung ke dalam aliran darah pasien. Hal ini diperlukan
dalam situasi di mana penggunaan saluran vena tradisional tidak memungkinkan
atau tidak praktis.
4. Mengurangi retensi urine: Pemasangan kateter uretra dapat membantu mengurangi
retensi urine yang disebabkan oleh penyumbatan atau penyempitan uretra, atau
sebagai bagian dari perawatan pasca-operasi.

5. Pengukuran produksi urine: Dalam beberapa situasi medis, perlu untuk mengukur
jumlah urine yang diproduksi oleh pasien selama periode waktu tertentu. Dalam hal
ini, kateter urine digunakan untuk mempermudah pengumpulan sampel urine yang
akurat.

Tujuan Khusus
Tujuan khusus pemasangan kateter dapat bervariasi tergantung pada kondisi medis
pasien dan kebutuhan spesifik. Beberapa tujuan khusus pemasangan kateter antara lain:

1. Mengurangi atau menghilangkan retensi urine: Pemasangan kateter urine dapat


membantu mengurangi atau menghilangkan retensi urine yang disebabkan oleh
obstruksi saluran kemih, penyempitan uretra, atau gangguan neurologis. Hal ini
membantu menjaga keseimbangan cairan tubuh dan mencegah kerusakan
ginjal.

2. Membantu pemantauan diuresis: Pada pasien dengan gangguan fungsi ginjal


atau kondisi medis tertentu seperti gagal jantung atau gagal ginjal, pemasangan
kateter urine memungkinkan pengukuran akurat dan pemantauan produksi
urine. Informasi ini penting untuk pengaturan cairan dan pengobatan yang
tepat.

3. Memfasilitasi pengumpulan sampel urine: Pemasangan kateter urine dapat


mempermudah pengumpulan sampel urine yang akurat untuk analisis
laboratorium. Ini penting dalam diagnosis kondisi medis tertentu, pemantauan
pengobatan, atau identifikasi infeksi saluran kemih.
4. Pemantauan tekanan intraokuler: Kateter tekanan intraokuler digunakan dalam
oftalmologi untuk memantau tekanan di dalam mata. Hal ini penting dalam
diagnosis dan pengobatan glaukoma, suatu kondisi yang dapat menyebabkan
kerusakan permanen pada saraf mata.

5. Administrasi nutrisi parenteral: Pemasangan kateter intravena sentral


memungkinkan administrasi nutrisi parenteral yang lengkap dan mendalam. Ini
digunakan pada pasien yang tidak dapat menerima nutrisi melalui jalur
makanan normal atau memiliki kebutuhan nutrisi yang lebih tinggi.

6. Pemantauan hemodinamik: Kateter arteri atau kateter vena sentral digunakan


untuk memantau parameter hemodinamik seperti tekanan darah, suhu tubuh,
kadar oksigen dalam darah, atau aliran darah. Ini penting dalam manajemen
pasien yang sakit kritis atau yang membutuhkan pemantauan intensif.

C. Sasaran
Pasien
D. Waktu dan Tempat
Hari dan Tanggal : Selasa, 6 Juni 2023 (sesuai tugas)
Pukul : 11.00-11.30 (sesuai tugas)
Tempat Kegiatan : Ruang Kelas B4
E. Media dan Alat
Media: (sesuaikan)
e. Leaflet
f. Lembar balik
F. Metode (sesuaikan)
 Ceramah
 Tanya jawab (kuis)
G. Struktur Organisasi
 Penanggung jawab
 Narasumber
 Observer
 Fasilitator
 Doukumentasi
 Evaluator
H. Denah

I. Alur Kegiatan
Tahap
NO Waktu Kegiatan Penyuluhan Sasaran Media
Kegiatan
1. Pembukaan 5 Menit 33. Mengucapkan salam pasien Kalimat
34. Memperkenalkan diri
35. Menjelaskan tujuan
pemasangan kateter
36. Menyampaikan pokok
pembahasan
37. Kontrak waktu
penyuluhan
2. Pelaksanaan 25 Menit 26. Persiapan pasien Pasien Leaflet
sebelum pemasangan Powerpo
kateter. int
27. Bahan dan peralatan Demonst
yang digunakan. rasi
28. Langkah-langkah
prosedur pemasangan
kateter.
29. Demonstrasi prosedur
pemasangan kateter.
30. Perawatan kateter
setelah pemasangan.
31. Tanda-tanda infeksi
atau komplikasi
kateter.
32. Tindakan pencegahan
infeksi kateter.
3. Penutup 5 Menit 23. Ringkasan materi Pasien Kalimat
penyuluhan.
24. Tanya jawab terakhir.
25. Penyampaian evaluasi
penyuluhan.
26. Penutup oleh
pembicara utama
Lampiran 1
Materi
A. Pengertian pemasangan kateter
Pemasangan kateter adalah prosedur medis yang melibatkan penyisipan
tabung tipis atau saluran fleksibel ke dalam tubuh pasien melalui saluran tubuh
alami atau melalui sayatan kecil pada kulit. Kateter dapat digunakan untuk berbagai
tujuan, seperti drainase urin, pengeluaran cairan, pemantauan, atau administrasi
obat.
B. Indikator pemasangan kateter
Indikator pemasangan kateter adalah kriteria atau petunjuk yang digunakan untuk
menentukan apakah pemasangan kateter diperlukan atau tidak. Indikator-indikator
ini digunakan oleh tenaga medis untuk memastikan bahwa pemasangan kateter
dilakukan secara tepat dan sesuai dengan kebutuhan medis pasien. Beberapa
indikator pemasangan kateter yang umum termasuk:
1. Retensi urine
Jika pasien mengalami retensi urine yang tidak dapat dikosongkan secara
normal, seperti kesulitan buang air kecil atau ketidakmampuan untuk buang
air kecil sama sekali, pemasangan kateter urine mungkin diperlukan.
2. Monitoring cairan
Pemasangan kateter dapat diperlukan untuk memantau produksi urine atau
mengukur jumlah cairan yang dikeluarkan oleh pasien. Ini penting dalam
manajemen cairan dan diagnosis kondisi medis tertentu.
3. Gangguan neurologis
Jika pasien mengalami gangguan neurologis yang memengaruhi fungsi
kandung kemih, seperti kerusakan saraf atau kelemahan otot, pemasangan
kateter urine mungkin diperlukan untuk mengelola pengosongan kandung
kemih.
4. Operasi atau pemulihan pasca-bedah
Pemasangan kateter urine dapat diperlukan setelah operasi, terutama pada
operasi besar yang mempengaruhi kandung kemih atau saluran kemih. Ini
membantu mengurangi risiko retensi urine dan memfasilitasi pemulihan
pasca-bedah.
5. Monitoring hemodinamik
Pemasangan kateter arteri atau kateter vena sentral dapat diperlukan untuk
memantau tekanan darah, suhu tubuh, atau kadar oksigen dalam darah
pasien yang sakit kritis atau membutuhkan pemantauan hemodinamik.
6. Administrasi nutrisi atau obat
Jika pasien tidak dapat menerima nutrisi atau obat secara oral, pemasangan
kateter intravena sentral dapat diperlukan untuk administrasi nutrisi
parenteral atau obat-obatan.

C. Macam-macam Pemasangan Kateter


Berikut adalah beberapa macam pemasangan kateter yang umum digunakan dalam
praktek medis:

1. Kateter Urine

2. Kateter Arteri

3. Kateter Vena Sentral

4. Kateter Nasogastrik

5. Kateter Intrakranial

6. Kateter Gastrostomi

7. Kateter Hemodialisis

D. Teknik Pemasangan Kateter


Teknik pemasangan kateter dapat bervariasi tergantung pada jenis kateter yang
digunakan. Berikut ini adalah beberapa teknik umum yang digunakan dalam
pemasangan kateter:
1. Pemasangan Kateter Urine:
A. Teknik Uretral:
a. Pemasangan tanpa balon: Kateter urine dimasukkan melalui uretra hingga
mencapai kandung kemih.
b. Pemasangan dengan balon: Setelah kateter urine dimasukkan, balon di bagian
ujung kateter diisi dengan air atau larutan khusus untuk menjaga kateter tetap
dalam kandung kemih.
B. Teknik Suprapubik:
a. Sayatan dibuat di perut dekat kandung kemih.
b. Kateter urine dimasukkan melalui sayatan dan langsung ke dalam kandung kemih.

2. Pemasangan Kateter Vena Sentral:


A. Teknik Seldinger:
 Jarum dimasukkan ke dalam vena besar, seperti vena jugularis interna, vena
subklavia, atau vena femoralis.
 Panduan kawat dimasukkan melalui jarum dan kemudian kateter vena sentral
disusul melalui panduan kawat.
B. Teknik dilatasi percutaneous:
a. Sayatan kecil dibuat di kulit dan dilatasi untuk memperbesar saluran.
b. Kateter vena sentral dimasukkan melalui sayatan dan diarahkan ke vena besar.

3. Pemasangan Kateter Arteri:


a. Teknik Seldinger:
 Jarum dimasukkan ke dalam arteri yang diinginkan.
 Panduan kawat dimasukkan melalui jarum dan kateter arteri
disusul melalui panduan kawat.
b. Teknik cut - down:
 Sayatan kecil dibuat di kulit dan arteri terungkap.
 Kateter arteri dimasukkan langsung ke dalam arteri melalui
sayatan tersebut.
4. Pemasangan Kateter Nasogastrik:
a. Teknik dengan panduan:
 Kateter nasogastrik dimasukkan melalui hidung dan dituntun
melalui kerongkongan hingga mencapai lambung menggunakan
panduan seperti alat penuntun atau panduan penglihatan
langsung melalui endoskopi.
b. Teknik gelembung:
 Kateter nasogastrik dimasukkan melalui hidung ke dalam
kerongkongan.
 Ujung kateter ditiup gelembung untuk membantu memandu
masuknya kateter ke dalam lambung.
Lampiran 2
LEAFLET
Lampiran 3
Power point
Lampiran 4
Dokumentasi

175
Panduan project based learning keperawatan dasar ii
176
Panduan project based learning keperawatan dasar ii
SATUAN ACARA PENYULUHAN
RANGE OF MOTION (ROM)

DISUSUN OLEH KELOMPOK 6


Dessy Anggraini (11194562210382)
Desy Berthauly Sihombing  (11194562210383)
Elisa Fitriani (11194562210385)
Haliza Rahmi (11194562210386)
Hatmi  (11194562210387)
Ibnu Fadil Prayoga   (11194562210388)
Ilham Bagus Kurniawan  (11194562210389)
Jumianti Antika  (11194562210391)
Kristina Dwi Silva   (11194562210392)
Linda lestariani  (11194562210393)

DOSEN PEMBIMBING: HADI SUBHAN, S.KEP.,NS

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN


JURUSAN KEPERAWATAN
FAKULTAS KESEHATAN
UNIVERSITAS SARI MULIA
BANJARMASIN
2023

177
Panduan project based learning keperawatan dasar ii
SATUAN ACARA PENYULUHAN
ROM
A. Latar belakang
ROM adalah gerakan dalam keadaan normal dapat dilakukan oleh sendi yang
bersangkutan. (Suratun, 2008). Latihan range of motion (ROM) merupakan istilah
baku untuk menyatakn batasan gerakan sendi yang normal dan sebagai dasar untuk
menetapkan adanya kelainan ataupun untuk menyatakan batas gerakan sendi yang
abnormal. (Arif, M, 2008) Latihan range of motion (ROM) adalah latihan yang
dilakukan untuk mempertahankan persendian atau memperbaiki tingkat kesempurnaan
kemampuan menggeraka persendian secara normal dan lengkap untuk meningkatkan
massa otot dan tonus otot. (Potter & Perry, 2005)
B. Tujuan
Tujuan Umum
Setelah dilakukan pendidikan kesehatan tentang Latihan Gerak, selama 30 menit, di
harapkan keluarga khususnya pasien SNH ruang kenanga RSUD Kabupaten Tangerang
mengetahui manfaat latihan gerak dan mampmelakukan latihan rentang gerak.
Tujuan Khusus
Setelah diberikan penyuluhan selama 30 menitdi harapkan keluarga mampu:
1. Menjelaskan Pengertain ROM
2. Menyebutkan Tujuan ROM
3. Menyebutkan Manfaat ROM
4. Menyebutkan macam-macam ROM
5. Mendemostrasikan teknik gerakan ROM
C. Sasaran
Klien
D. Waktu dan Tempat
Hari dan Tanggal : selasa 6 juni 2023 (sesuai tugas)
Pukul : 11.00-11.30 (sesuai tugas)
Tempat Kegiatan : Ruang Kelas B4

178
Panduan project based learning keperawatan dasar ii
E. Media dan Alat
1.Lembar Balik
2.Leafleat
3. PPT
F. Metode (sesuaikan)
1.Ceramah
2.Diskusi Tanya Jawab

G. Struktur Organisasi
 Penanggung jawab
 Narasumber
 Observer
 Fasilitator
 Doukumentasi
 Evaluator
H. Denah

I. Alur Kegiatan

Tahap
NO Waktu Kegiatan Penyuluhan Sasaran Media
Kegiatan
1. Pembukaan 10 Menit 38. Mengucapkan salam Klien Kalimat
39. Memperkenalkan diri
40. Menjelaskan tujuan
ROM
41. Menyampaikan pokok
pembahasan
42. Kontrak waktu
penyuluhan

179
Panduan project based learning keperawatan dasar ii
2. Pelaksanaan 25 Menit 33. Menjelaskan Klien Kalimat
Pengertian ROM Diskusi
34. Menjelaskan tujuan Tanya
ROM jawab
35. Menjeleaskan manfaat
ROM
36. Menjelaskan macam
macam ROM
37. Melakukan
Demontrasi gewrakan
ROM
3. Penutup 5 Menit 27. Evaluasi siswi Kalimat
28. Menyimpulkan Materi
29. Mengucapakn salam

180
Panduan project based learning keperawatan dasar ii
Lampiran 1
Materi
A. Pengertian ROM
Range of motion atau rentang gerak merupakan jumlah maksimum gerakan yang
mungkin dilakukan sendi pada salah satu dari tiga potongan tubuh: sagital, frontal, dan
transfersal. Potongan sagital adalah garis yang melewati tubuh dari depan kebelakang,
membagi tubuh menjadi bagian kiri dan kanan. Potongan frontal melewati tubuh dari
sisi kesisi dan membagi tubuh menjadi bagian depan dan belakang. Potongan
transfersal adalah garis horizontal yang membagi tubuh menjadi bagian atas dan
bawah.
Latihan range of motion (ROM) adalah latihan yang dilakukan untuk
mempertahakan atau memperbaiki tingkat kesempurnaan kemampuan menggerakan
persendian secara normal dan lengkap untuk meningkatkan massa otot dan tonus otot
(Potter & Perry, 2005).
B. Tujuan ROM
1. Mempertahankan atau memelihara kekuatan otot
2. Memelihara mobilitas persendian
3. Merangsang sirkulasi darah
4. Mencegah kelainan bentuk
5. Mempertahankan fungsi jantung dan pernapasan
6. Memperlancar eliminasi Alvi dan Urin
7. Mengembalikan aktivitas tertentu sehingga pasien dapat kembali normal dan atau
dapat memenuhi kebutuhan gerak harian
8. Memberi kesempatan perawat dan pasien untuk berinteraksi atau berkomunikasi
C. Manfaat ROM
1. Memperbaiki tonus otot
2. Meningkatkan mobilisasi sendi
3. Memperbaiki toleransi otot untuk latihan
4. Meningkatkan massa otot
5. Mengurangi kehilangan tulang

181
Panduan project based learning keperawatan dasar ii
D. Macam macam ROM
1. ROM Pasif
Latihan ROM pasif adalah latihan ROM yang dilakukan klien dengan
bantuan perawat atau keluarga pada setiap gerakan ROM. Indikasi latihan pasifa
dalah pasien semi-koma dan tidak sadar, pasien dengan keterbatasan mobilisasi,
tidak mampu melakukan beberapa atau semua latihan rentang gerak dengan
mandiri, pasien tirah baring total atau pasien dengan paralisis ekstermitas total
(Suratun, dkk, 2008). Rentang gerak pasif ini berguna untuk menjaga kelenturan
otot-otot dan persendian dengan menggerakkan otot orang lain secara pasif
misalnya perawat mengangkat dan menggerakkan kaki pasien.
2. ROM Aktif
Latihan ROM aktif adalah Perawat memberikan motivasi, dan membimbing
klien dalam melaksanakan pergerakan sendi secara mandiri sesuai dengan rentang
gerak sendi normal. Hal ini untuk melatih kelenturan dan kekuatan otot serta sendi
dengan cara menggunakan otot- ototnya secara aktif .
E. Teknik Gerakan ROM

182
Panduan project based learning keperawatan dasar ii
Lampiran 2
Leaflet

Lampiran 3

183
Panduan project based learning keperawatan dasar ii
Powerpoint

184
Panduan project based learning keperawatan dasar ii
185
Panduan project based learning keperawatan dasar ii
186
Panduan project based learning keperawatan dasar ii
187
Panduan project based learning keperawatan dasar ii
Lampiran 4
Dokumentasi

188
Panduan project based learning keperawatan dasar ii
189
Panduan project based learning keperawatan dasar ii
190
Panduan project based learning keperawatan dasar ii
191
Panduan project based learning keperawatan dasar ii
192
Panduan project based learning keperawatan dasar ii
193
Panduan project based learning keperawatan dasar ii
SATUAN ACARA PENYULUHAN

PERAWATAN LUKA

Oleh:
Mahdiyanti 11194562210394
Maria Fransiska katni 11194562210395
Mitra olivia 11194562210396
Muhammad Ramadhani 11194562210397
Nadila 11194462210398
Nasyuha Shirin Ebadi Rahmah 11194562210399
nazilatu audah surya putri Nim 11194562210400
Nurul Qamaril Wardani 11194562210401
Patmawati 11194562210402
Rahmadana 11194562210403
Rahmanda Arisandy 11194562210404

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN


JURUSAN KEPERAWATAN
FAKULTAS KESEHATAN
UNIVERSITAS SARI MULIA
BANJARMASIN
2023

194
Panduan project based learning keperawatan dasar ii
SATUAN ACARA PENYULUHAN
PERAWATAN LUKA
A. Latar belakang
Perawatan luka merupakan suatu proses yang sangat penting dalam
pemulihan dan pengobatan berbagai jenis luka yang terjadi pada tubuh manusia.
Ketika terjadi cedera atau luka, tubuh manusia secara alami memiliki kemampuan
untuk meregenerasi dan memperbaiki jaringan yang terluka melalui proses yang
dikenal sebagai pemulihan luka atau wound healing.
Namun, untuk mencapai pemulihan luka yang optimal, perawatan yang tepat
sangatlah penting. Sayangnya, seringkali terjadi bahwa perawatan luka yang
diberikan tidaklah tepat atau kurangnya pengetahuan mengenai cara yang benar
dalam merawat luka. Hal ini dapat menyebabkan timbulnya komplikasi dan
memperlambat proses penyembuhan luka.
Perawatan yang tidak tepat, seperti penggunaan balutan yang tidak steril
atau pembersihan luka yang tidak memadai, dapat menyebabkan risiko infeksi dan
peradangan yang lebih lanjut. Kurangnya pengetahuan tentang perawatan luka juga
dapat mengakibatkan kesalahan dalam memilih metode perawatan yang sesuai,
seperti penggunaan bahan atau larutan yang tidak tepat, yang dapat mempengaruhi
kemampuan tubuh untuk menyembuhkan luka dengan efektif.
Oleh karena itu, penting bagi individu yang terlibat dalam perawatan luka,
termasuk pasien dan petugas kesehatan, untuk memiliki pemahaman yang memadai
tentang prinsip-prinsip perawatan luka yang tepat. Dengan pemahaman yang baik
tentang teknik pembersihan luka, penggunaan bahan atau larutan yang sesuai, serta
pentingnya menjaga kebersihan dan kesterilan selama proses perawatan, dapat
membantu meminimalkan risiko komplikasi dan mempercepat proses penyembuhan
luka.
Dengan demikian, peningkatan pengetahuan dan kesadaran mengenai
perawatan luka yang tepat sangatlah penting untuk memastikan pemulihan yang
optimal dan menghindari risiko yang tidak diinginkan.
Menurut sebuah studi penelitian oleh Lia Ayudia (2018), perawatan luka
yang tepat dapat mempercepat proses penyembuhan luka dan mengurangi risiko

195
Panduan project based learning keperawatan dasar ii
infeksi. Penelitian tersebut menunjukkan bahwa penggunaan metode perawatan
yang komprehensif, termasuk membersihkan luka secara teratur dengan larutan
antiseptik yang sesuai, mengubah balutan secara teratur, dan memastikan
kebersihan tangan saat melakukan perawatan, dapat meningkatkan tingkat
penyembuhan luka hingga 30%.
Namun, di dalam masyarakat, masih banyak yang kurang memahami
pentingnya perawatan luka yang tepat. Sebuah penelitian oleh Santy Tiara (2019)
menemukan bahwa hanya sekitar 40% dari individu yang menerima perawatan luka
di rumah memiliki pengetahuan yang memadai tentang cara merawat luka dengan
benar. Kekurangan pengetahuan ini dapat menyebabkan kesalahan dalam perawatan
luka, seperti penggunaan larutan yang tidak tepat atau balutan yang tidak steril,
yang dapat menyebabkan infeksi dan memperlambat penyembuhan.
Oleh karena itu, penting untuk memberikan edukasi kepada masyarakat
mengenai perawatan luka yang benar. Pendidikan mengenai teknik membersihkan
luka, penggunaan bahan dan larutan yang sesuai, serta pentingnya menjaga
kebersihan tangan saat merawat luka harus diberikan kepada individu yang terlibat
dalam perawatan, termasuk pasien, keluarga, dan tenaga medis. Dengan
meningkatkan pengetahuan dan pemahaman tentang perawatan luka, diharapkan
dapat meningkatkan tingkat kesembuhan luka dan mengurangi komplikasi yang
terkait dengan perawatan luka yang tidak tepat.sampai tua.
B. Tujuan
Umum
Tujuan kami mengadakan penyuluhan di media sosial adalah untuk memberikan
informasi dan pengetahuan kepada teman-teman mengenai pentingnya perawatan
luka yang tepat. Kami ingin meningkatkan kesadaran mereka tentang bagaimana
merawat luka dengan benar agar mempercepat proses penyembuhan dan
menghindari komplikasi. Dengan pengetahuan yang kami bagikan, kami berharap
teman-teman di media sosial dapat memberikan perawatan luka yang sesuai dan
membantu mencegah risiko infeksi serta memastikan pemulihan yang optimal.

196
Panduan project based learning keperawatan dasar ii
Khusus
a) Para pengguna media sosial dapat memahami pentingnya perawatan luka yang
tepat untuk mempercepat penyembuhan dan mencegah komplikasi.
b) Para pengguna media sosial dapat mengenali penyebab komplikasi pada luka jika
perawatan tidak dilakukan dengan benar, seperti infeksi atau luka yang sulit
sembuh.
c) Para pengguna media sosial dapat memahami indikator-indikator perawatan luka
yang baik, seperti kebersihan luka dan perubahan yang terjadi pada luka selama
proses penyembuhan.
d) Para pengguna media sosial dapat mengikuti tata cara perawatan luka yang
benar, termasuk membersihkan luka, mengaplikasikan balutan steril, dan
menjaga luka dari risiko infeksi.
e) Para pengguna media sosial dapat mempelajari berbagai teknik perawatan luka,
seperti membersihkan luka dengan larutan antiseptik, mengganti balutan secara
teratur, dan menjaga kelembapan luka.
f) Para pengguna media sosial dapat memahami dampak yang dapat timbul jika
perawatan luka diabaikan, seperti risiko infeksi yang lebih tinggi, lambatnya
proses penyembuhan, dan potensi komplikasi yang serius.
C. Sasaran
Untuk viewers sosial media (instagram) yang akan ditayangkan live untuk seluruh
pengguna sosial media
D. Waktu dan Tempat
Hari dan Tanggal : Rabu, 14 Juni 2023
Pukul : 11.00-11.30 (sesuai tugas)
Tempat Kegiatan : Live Instagram.
E. Media dan Alat
g. Handphone
h. Laptop
i. Proyektor
j. Speaker
k. TOA / Pengeras suara

197
Panduan project based learning keperawatan dasar ii
F. Metode
a. Ceramah
b. Demonstrasi
c. Tanya jawab (kuis)
G. Struktur Organisasi
 Penanggung jawab
 Narasumber
 Observer
 Fasilitator
 Doukumentasi
 Evaluator
H. Denah
Tanda panitia & viewer (kotak, bulat, segi tiga)

Keterangan :
Kotak = penagnggung jawab
I. Alur Kegiatan
Tahap
NO Waktu Kegiatan Penyuluhan Sasaran Media
Kegiatan
1. Pembukaan 5 Menit 43. Mengucapkan salam Viewers Kalimat
44. Memperkenalkan diri Sosial
45. Menjelaskan tujuan media
pendidikan kesehatan Instagram
46. Menyampaikan pokok
pembahasan

198
Panduan project based learning keperawatan dasar ii
2. Pelaksanaan 20 Menit 38. Menjelaskan materi Viewers Leaflet
39. viewers Sosial Powerpo
memperhatikan media int
penjelasan tentang Instagram Demonst
Perawatan Luka rasi
40. viewers menanyakan
tentang hal-hal yang
belum jelas
41. Menampilkan vidio

3. Penutup 5 Menit 30. Menyimpulkan materi Viewers Kalimat


31. Mengevaluasi viewers Sosial
tentang materi yang media
telah diberikan Instagram
32. Mengakhiri pertemuan

199
Panduan project based learning keperawatan dasar ii
Lampiran 1
Materi
A. Pengertian Perawatan Luka
Perawatan luka merupakan serangkaian tindakan yang dilakukan untuk merawat dan
mempercepat proses penyembuhan luka pada tubuh manusia. Tujuan dari perawatan luka
adalah untuk menjaga kebersihan luka, mencegah infeksi, mengurangi nyeri, dan
mempromosikan penyembuhan yang optimal. Proses perawatan luka meliputi pembersihan
luka, penggunaan balutan steril, pengontrolan perdarahan, serta monitoring dan evaluasi
terhadap perkembangan luka. Selain itu, perawatan luka juga mencakup edukasi kepada pasien
mengenai perawatan mandiri dan tanda-tanda perburukan luka yang perlu segera dilaporkan
kepada tenaga medis. Dengan perawatan luka yang tepat, diharapkan luka dapat sembuh
dengan baik dan mengurangi risiko komplkasi
B. Indikator Perawatan Luka
Berikut adalah beberapa indikator penting dalam perawatan luka:
1. Kebersihan luka: Memastikan luka tetap bersih dengan membersihkannya secara
teratur, menghilangkan kotoran, eksudat, dan debris yang dapat menghambat proses
penyembuhan.
2. Penggunaan balutan yang tepat: Memilih dan mengaplikasikan balutan yang sesuai
dengan jenis dan kondisi luka untuk melindungi dan mendukung proses
penyembuhan.
3. Pengendalian infeksi: Mencegah infeksi luka dengan menjaga kebersihan dan
menggunakan teknik aseptik saat melakukan perawatan, seperti mencuci tangan dan
menggunakan sarung tangan steril.
4. Monitoring perkembangan luka: Mengamati perubahan pada luka, seperti perubahan
ukuran, warna, atau tanda-tanda infeksi, dan melaporkannya kepada tenaga medis.
5. Manajemen nyeri: Mengelola nyeri yang mungkin terkait dengan luka, baik dengan
menggunakan obat penghilang nyeri atau teknik lain seperti terapi dingin atau
kompres hangat.
6. Edukasi pasien: Memberikan informasi dan pendidikan kepada pasien tentang
perawatan mandiri luka, termasuk cara membersihkan luka, mengganti balutan, dan
tanda-tanda perburukan yang perlu segera dilaporkan.

200
Panduan project based learning keperawatan dasar ii
Dengan memperhatikan indikator-indikator ini, perawatan luka dapat dilakukan dengan
baik untuk mencapai penyembuhan yang optimal dan mencegah komplikasi yang
mungkin terjadi.
C. Macam-macam cuci tangan
Ada beberapa macam perawatan luka yang dapat dilakukan tergantung pada jenis luka
dan kondisinya. Beberapa macam perawatan luka yang umum meliputi:
1. Perawatan luka bersih: Dilakukan pada luka dengan tingkat kebersihan tinggi,
seperti luka sayatan yang baru. Perawatan ini meliputi membersihkan luka dengan
larutan antiseptik, menutup luka dengan balutan steril, dan mengganti balutan
secara teratur.
2. Perawatan luka terbuka: Dilakukan pada luka yang membutuhkan penyembuhan
dengan cara mengeringkan secara terbuka, seperti luka bakar. Perawatan ini
meliputi membersihkan luka dengan larutan steril, menggunakan krim atau salep
khusus, serta melindungi luka dengan balutan yang memungkinkan sirkulasi
udara.
3. Perawatan luka tertutup: Dilakukan pada luka dengan tingkat kebersihan yang
rendah atau risiko infeksi tinggi, seperti luka dengan eksudat yang banyak atau
luka yang terinfeksi. Perawatan ini meliputi membersihkan luka, mengeluarkan
eksudat, mengaplikasikan dressing khusus yang menyerap kelembaban, serta
mengganti balutan secara teratur.
4. Perawatan luka kronis: Dilakukan pada luka yang sulit sembuh atau membutuhkan
perawatan jangka panjang, seperti ulkus diabetik atau luka tekan. Perawatan ini
meliputi membersihkan luka, mengontrol infeksi, memperbaiki aliran darah,
menggunakan teknik khusus seperti terapi tekanan negatif atau terapi larutan
khusus, serta memantau dan merawat luka secara teratur.
D. Teknik Perawatan Luka
Terdapat beberapa teknik perawatan luka yang umum digunakan dalam merawat
berbagai jenis luka. Beberapa teknik perawatan luka yang sering digunakan antara lain:
1. Pembersihan luka: Pembersihan luka dilakukan untuk menghilangkan kotoran,
debris, dan jaringan mati yang ada di dalam atau di sekitar luka. Pembersihan luka
dapat dilakukan dengan menggunakan larutan antiseptik atau larutan saline steril.

201
Panduan project based learning keperawatan dasar ii
2. Penggunaan balutan: Balutan digunakan untuk melindungi luka dari infeksi,
mempertahankan kelembaban yang tepat, dan mendorong penyembuhan luka.
Jenis balutan yang digunakan dapat berupa balutan steril, balutan non-stick,
hydrogel, hydrocolloid, atau dressing khusus lainnya, tergantung pada kondisi
luka.
3. Terapi tekanan negatif (Negative Pressure Wound Therapy/NPWT): NPWT adalah
teknik perawatan luka yang melibatkan penggunaan perangkat khusus untuk
menciptakan tekanan negatif pada luka. Teknik ini membantu mengurangi edema,
meningkatkan aliran darah, serta mempercepat penyembuhan luka.
4. Terapi larutan khusus: Terapi larutan khusus dapat digunakan dalam perawatan
luka yang terinfeksi atau memiliki eksudat berlebihan. Contohnya adalah larutan
antiseptik atau larutan enzim untuk membersihkan luka, serta larutan saline steril
untuk menjaga kelembaban luka.
5. Penutupan luka: Penutupan luka dilakukan jika luka memiliki tepi yang rata dan
mudah disatukan. Penutupan luka dapat dilakukan dengan jahitan (sutura) atau
menggunakan bahan perekat seperti jahit bedah atau plester luka.
Perawatan luka yang tepat dan efektif tergantung pada jenis luka, tingkat keparahan,
serta kondisi kesehatan individu.
E. Enam langkah mencuci tangan
Berikut adalah langkah-langkah umum dalam perawatan luka:
1. Persiapan: Cuci tangan dengan sabun dan air bersih sebelum memulai perawatan
luka. Siapkan semua peralatan yang diperlukan, termasuk sarung tangan steril,
alat pembersih, balutan, dan larutan pembersih.
2. Pembersihan luka: Bersihkan luka dengan menggunakan larutan pembersih
seperti saline steril atau larutan antiseptik yang direkomendasikan. Hindari
penggunaan larutan yang berpotensi merusak jaringan.
3. Pengelolaan perdarahan: Jika luka mengeluarkan darah, tekan lembut bagian
yang berdarah menggunakan kain bersih atau kompres steril. Jika perdarahan
tidak berhenti, segera hubungi tenaga medis.
4. Pengangkatan debris: Hati-hati menghilangkan kotoran, debris, atau jaringan
mati dari luka dengan menggunakan alat pembersih atau pinset steril. Hindari

202
Panduan project based learning keperawatan dasar ii
mengambil jaringan yang masih hidup atau menyebabkan perdarahan.
5. Pengaplikasian obat atau larutan: Jika diperlukan, aplikasikan obat atau larutan
khusus yang direkomendasikan oleh tenaga medis ke luka dengan menggunakan
teknik yang tepat.
6. Penutupan luka: Jika luka membutuhkan penutupan, gunakan metode yang
sesuai, seperti jahitan (sutura) atau penggunaan bahan perekat seperti jahit bedah
atau plester luka.
7. Balutan luka: Pasang balutan yang sesuai dengan jenis luka dan kondisi
penyembuhan. Pastikan balutan dapat melindungi luka, menjaga kelembaban
yang tepat, dan mendorong penyembuhan.
8. Perawatan lanjutan: Lanjutkan perawatan luka dengan mengganti balutan secara
teratur sesuai dengan petunjuk medis, menjaga kebersihan luka, dan memantau
perkembangan penyembuhan. Jika ada tanda-tanda infeksi atau komplikasi,
segera konsultasikan ke tenaga medis.

203
Panduan project based learning keperawatan dasar ii
Lampiran 2

204
Panduan project based learning keperawatan dasar ii
Lampiran 3

205
Panduan project based learning keperawatan dasar ii
Lampiran 4

Lampiran 5
link
https://www.instagram.com/reel/Ct0VjbMrh2T/?igshid=MzRlODBiNWFlZA==

206
Panduan project based learning keperawatan dasar ii
SATUAN ACARA PENYULUHAN
PENCUCIAN LUKA

DISUSUN OLEH KELOMPOK 8

Raihana susan pradini (11194562210405) Syahnine Azzahra Al’bas (11194562210411)


Rima Damaiyanti (11194562210406) Tria Wulandari (11194562210412)
Rizki Nurliani Jannah (11194562210408) Wina Kurnia (11194562210413)
Sithy fakhriyyah (11194562210409) Yuni Amanda (11194562210414)
Sulvia yame (11194562210410) Zakia Muslimah (11194562210415)

DOSEN PEMBIMBING :
Hasanul, S.Kep., Ns

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN


JURUSAN KEPERAWATAN
FAKULTAS KESEHATAN
UNIVERSITAS SARI MULIA
BANJARMASIN
2023

207
Panduan project based learning keperawatan dasar ii
SATUAN ACARA PENYULUHAN
PENCUCIAN LUKA
A. Latar belakang
Luka adalah kerusakan keutuhan jaringan biologis, meliputi kulit, selaput lendir, dan
jaringan organ. Luka merupakan cedera jaringan dengan gangguan integritas anatomis
disertai dengan kehilangan fungsional. Prevalensi luka mengalami peningkatan setiap
tahun. Pencucian luka adalah komponen dasar dari manajemen luka. Pencucian luka
merupakan bagian integral dari persiapan luka yang dapat menciptakan lingkungan
luka yang optimal dengan cara melepaskan benda asing mengurangi jumlah bakteri dan
mencegah aktifitas biofilm pada luka. Pencucian luka memiliki tujuan tambahan yaitu
meningkatkan visualisasi dasar dan tepi luka, menghilangkan bahan organik dan non-
organik, dan menghilangkan kelebihan eksudat. Indikasi luka yang dilakukan
pencucian yaitu menunjukkan tanda-tanda infeksi, terkontaminasi dengan kotoran yang
dapat meningkatkan risiko infeksi, terdapat kotoran seperti pasir, atau sisa balutan pada
luka .

B. Tujuan
Umum
Tujuan kami mengadakan penyuluhan untuk memberikan informasi dan berbagi
ilmu pengetahuan kepada perawat agar supaya perawat dapat mengetahui tentang
gambaran pengetahuan perawat tentang pencucian luka.
Khusus
a. Diketahuinya karakteristik Perawat mengenai (usia, jenis kelamin, tingkat
pendidikan, lama kerja/masa kerja, dan pelatihan yang pernah diikuti).
b. Diketahuinya gambaran pengetahuan perawat tentang tujuan dan indikasi dari
pencucian luka.
c. Diketahuinya gambaran pengetahuan perawat tentang teknik pencucian luka akut
dan kronis.
d. Diketahuinya gambaran pengetahuan perawat tentang jenis larutan yang
digunakan dalam pencucian luka akut dan luka kronis

208
Panduan project based learning keperawatan dasar ii
C. Sasaran
Perawat

D. Waktu dan Tempat


Hari dan Tanggal : Jum’at, 09 juni 2023 (sesuai tugas)
Pukul : 11.00-11.30 (sesuai tugas)
Tempat Kegiatan : Gedung Serbaguna

E. Media dan Alat


Media: (sesuaikan)
Leaflet
LCD
Proyektor
Laptop1.
TOA / Pengeras suara
F. Metode (sesuaikan)
 Ceramah
 Tanya jawab (kuis)
G. Struktur Organisasi
 Penanggung jawab
 Narasumber
 Observer
 Fasilitator
 Doukumentasi
 Evaluator

H. Denah

209
Panduan project based learning keperawatan dasar ii
I. Alur Kegiatan

Tahap
NO Waktu Kegiatan Penyuluhan Sasaran Media
Kegiatan
1. Pembukaan 5 Menit 47. Mengucapkan salam Perawat Kalimat
48. Memperkenalkan diri
49. Menjelaskan tujuan
pencucian luka
50. Menyampaikan pokok
pembahasan
51. Kontra waktu
penyuluhan
2. Pelaksanaan 30 Menit 42. Menjelaskan materi Perawat Leaflet
43. Bahan dan peralatan Powerpo
yang digunakan. int
44. Langkah-langkah Demonst
prosedur pencucian rasi
luka
45. Tanda-tanda infeksi
atau komplikasi luka
46. Tindakan pencegahan
infeksi luka
3. Penutup 5 Menit 33. Ringkasan Materi Perawat Kalimat
penyuluhan
34. Tanya jawab terakhir
35. Penyampaian evaluasi
penyuluhan
36. Penutup oleh
pembicara utama

210
Panduan project based learning keperawatan dasar ii
Lampiran 1
Materi
A. Pengertian pencucian luka

Pencucian luka adalah membersihkan luka dengan menggunakan cairan untuk


menghilangkan kontaminan bakteri dan inflamasi dari permukaan luka.. Pencucian
luka adalah untuk menghilangkan kontaminan dari puing-puing, kotoran, nekrosis
lunak, mikroba, sisa-sisa balutan sebelumnya, dari permukaan luka dan kulit
sekitarnya.

B. Indikator Pencucian Luka


Indikasi umum untuk pencucian luka, ditujukan pada luka (Brown, 2018) (Maryunani,
2015) adalah sebagai berikut :
a. Luka infeksi.
b. Luka yang terkontaminasi dengan kotoran yang dapat meningkatkan risiko infeksi.
c. Terlihat mengandung puing-puing, seperti pasir dalam kecelakaan di jalan raya.
d. Luka dengan eksudat berlebihan
e. Adanya benda asing, debris, eskhar, atau slough

C. Macam-macam larutan/cairan pencucian luka


berikut adalah laruran/cairan yang digunakan dalam pencucian luka :
a. Cairan Normal Saline
b. b. Air Keran (Tap Water)
c. c. Povidone – Iodine
d. d. Hidrogen Peroksida (H202)

D. Teknik Pencucian Luka


a. Swabbing
- Alat yang digunakan untuk swabbing pada luka seperti kain spon, atau sikat, alat
ini dapat meningkatkan keefektifan saat pencucian luka.

211
Panduan project based learning keperawatan dasar ii
b. Irigasi
1) Pilihan Larutan : pilih berdasarkan keadaan pasien (kondisi medis dan alergi) dan
kondisi luka pasien.
2) Berikan irigasi berdasarkan kebutuhan pasien (misalnya tingkat nyeri) dan
kondisi luka (kerapuhan luka dan keadaan kulit disekitar luka).
3) Volume larutan 50-100 ml per sentimeter panjang luka adalah aturan umum.
4) Pencegahan kontaminasi silang: harus memakai alat pelindung diri. Jangan
gunakan larutan yang telah dibuka lebih dari 24 jam.
5) Kenyamanan pasien: pastikan larutan irigasi berada pada suhu kamar atau sedikit
lebih hangat.
6) Posisikan pasien sehingga larutan mengalir dari ujung atas luka ke bawah atau
dari bersih ke kotor.
7) Dokumentasi : catat semua aspek pencucian luka, termasuk penilaian luka
(misalnya pengelupasan, eksudat, nyeri, eritema) tanggal dan waktu pengobatan,
jumlah dan jenis larutan yang digunakan, perawatan luka yang dilakukan, dan
balutan yang diberikan

212
Panduan project based learning keperawatan dasar ii
lampiran 2
LEAFLET

213
Panduan project based learning keperawatan dasar ii
Lampiran 3
Powerpoint

214
Panduan project based learning keperawatan dasar ii
Lampiran 4
Dokumentasi

215
Panduan project based learning keperawatan dasar ii
Video penyuluhan live instagram
https://www.instagram.com/reel/CtzG92IAW2-/?igshid=Y2I2MzMwZWM3ZA==

216
Panduan project based learning keperawatan dasar ii
PERAWATAN LUKA DRAINASE

DISUSUN OLEH KELOMPOK : 7

Mahdiyanty :11194562210394
Maria Fransiska Katni :11194562210395
Mitra Olivia :11194562210396
Muhammad Ramadhani :11194562210397
Nadila :11194562210398
Rahmanda Arisandy :11194562210404
Nasyuha Shirin Ebadi R :11194562210399
Nazilatul Audah Surya putri :11194562210300
Nurul Qamaril Wardani :11194562210401
Patmawati :11194562210402
Rahmadana :11194562210403

DOSEN PEMBIMBING :
M.Ferly Aditya,S.Kep.,Ns

217
Panduan project based learning keperawatan dasar ii
DISUSUN OLEH KELOMPOK 8

Raihana susan pradini (11194562210405) Syahnine Azzahra Al’bas (11194562210411)


Rima Damaiyanti (11194562210406) Tria Wulandari (11194562210412)
Rizki Nurliani Jannah (11194562210408) Wina Kurnia (11194562210413)
Sithy fakhriyyah (11194562210409) Yuni Amanda (11194562210414)
Sulvia yame (11194562210410) Zakia Muslimah (11194562210415)

DOSEN PEMBIMBING :
Hasanul, S.Kep., Ns

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN


JURUSAN KEPERAWATAN
FAKULTAS KESEHATAN
UNIVERSITAS SARI MULIA
BANJARMASIN
2023

218
Panduan project based learning keperawatan dasar ii
PERAWATAN LUKA DRAINASE
A. Latar belakang
Luka adalah terputusnya kontinuitas jaringan akibat substansi jaringan yang rusak
atau hilang sehingga dapat menyebabkan kerusakan fungsi perlindungan kulit dan
dapat disertai dengan kerusakan jaringan lain. Luka dapat terjadi akibat terjatuh,
kecelakaan kendaraan bermotor, trauma tajam atau tumpul, maupun proses
pembedahan. Jenis luka yang terjadi dapat berupa luka lecet (70,9%), luka robek
(23,2%), luka memar, luka sayat, luka tusuk, maupun luka tembak. Prevalensi luka di
Indonesia menurut Departemen Kesehatan Republik Indonesia tahun 2013 mencapai
8,2%. Perawatan luka umumnya masih menggunakan suatu metode untuk berbagai
kondisi luka. Perawatan luka harus menyesuaikan kondisi dan problem luka yang
terjadi sehingga proses penyembuhan luka dapat berlangsung dengan baik dalam waktu
yang singkat tanpa adanya gangguan akibat luka yang akan berdampak pada
produktivitas kerja dan biaya yang dikeluarkan dalam perawatan luka.

Perawatan luka dengan drainase adalah prosedur medis yang melibatkan pemasangan
sebuah tabung atau alat drainase di dalam atau di sekitar luka untuk membantu
mengeluarkan cairan atau bahan berlebih yang terkumpul di dalamnya
B. Tujuan
Tujuan dari drainase luka adalah untuk mencegah penumpukan cairan yang dapat
mengganggu proses penyembuhan luka dan meminimalkan risiko infeksi. tujuan
umum dari pencucian luka yaitu untuk menghilangkan atau mengurangi bakteri atau
jamur yang ada pada luka, serta membersihkan dari sisa-sisa jaringan nekroktik yang
menempel pada luka.
Tujuan dari pencucian luka adalah untuk membersihkan jaringan nekrotik,
membuang dan mengurangi jumlah bakteri, membuang eksudat purulen dan untuk
memelihara kebersihan jaringan kulit sekitar luka (Carville, 2007). Teknik pencucian
luka yang benar dan tepat akan mempercepat dan memperbaiki jaringan
luka yang rusak.

219
Panduan project based learning keperawatan dasar ii
C. PROSEDUR
Prosedur pemasangan drainase luka biasanya dilakukan oleh tenaga medis yang
terlatih, seperti dokter atau perawat. Tabung drainase yang digunakan dapat berupa
tabung silikon, plastik, atau bahan lain yang fleksibel dan aman untuk digunakan pada
luka.Selama proses perawatan luka dengan drainase, tabung drainase diletakkan di
dalam atau di sekitar luka untuk memungkinkan cairan atau bahan berlebih mengalir
keluar. Tabung tersebut terhubung ke wadah atau kantong penampung yang biasanya
terpasang di luar tubuh pasien. Cairan yang terkumpul dalam wadah penampung dapat
diamati dan diukur untuk memantau perkembangan penyembuhan luka. Perawatan
luka dengan drainase melibatkan pemantauan dan perawatan rutin. Tabung drainase
perlu dijaga kebersihannya, dan perlu diperiksa secara teratur untuk memastikan tidak
ada sumbatan atau masalah lain yang dapat mengganggu aliran cairan. Penggantian
wadah penampung juga dilakukan secara berkala. Pemantauan dan perawatan drainase
luka biasanya dilakukan oleh tim medis yang terlatih. Pasien juga diberikan instruksi
tentang bagaimana menjaga kebersihan luka, menjaga tabung drainase tetap aman, dan
tanda-tanda perlu segera mendapatkan perhatian medis, seperti tanda-tanda infeksi atau
perubahan yang mencurigakan pada cairan yang keluar dari luka. Perawatan luka
dengan drainase dapat membantu mempercepat proses penyembuhan luka dan
mencegah komplikasi yang lebih serius. Setiap kasus luka dan jenis drainase yang
digunakan mungkin memiliki prosedur perawatan yang sedikit berbeda, oleh karena
itu, sangat penting bagi pasien untuk mengikuti instruksi dan berkonsultasi dengan
tenaga medis yang merawat mereka.

220
Panduan project based learning keperawatan dasar ii
Lampiran 1
Materi
A. Pengertian perawatan luka drainase
Perawatan luka dengan drainase adalah prosedur medis yang melibatkan
pemasangan sebuah tabung atau alat drainase di dalam atau di sekitar luka untuk
membantu mengeluarkan cairan atau bahan berlebih yang terkumpul di dalamnya.
drainase luka adalah untuk mencegah penumpukan cairan yang dapat mengganggu
proses penyembuhan luka dan meminimalkan risiko infeksi. drainase dapat
membantu membersihkan lapisan nekrotik tersebut dan memfasilitasi pertumbuhan
jaringan yang sehat.
B. ETIELOGI LUKA
Etiologi atau penyebab luka drainase dapat bervariasi tergantung pada situasi dan
kondisi pasien. Beberapa penyebab umum luka drainase meliputi:
1. Infeksi: Infeksi adalah penyebab umum luka drainase yang dapat terjadi karena
kontaminasi bakteri saat pemasangan tabung atau melalui perawatan yang tidak
tepat. Infeksi dapat menyebabkan luka meradang, terinfeksi, dan memperlambat
proses penyembuhan.
2. Trauma atau cedera: Luka drainase dapat terjadi akibat trauma atau cedera pada
area di sekitar tabung drainase. Hal ini dapat terjadi karena aktivitas yang
berlebihan, kecelakaan, atau manipulasi yang kasar terhadap tabung drainase.
3. Kebocoran atau dislokasi tabung: Kebocoran atau dislokasi tabung drainase dapat
menyebabkan luka yang terbuka atau berpotensi membuka, terutama jika tabung
tersebut dihubungkan dengan organ internal. Hal ini bisa terjadi akibat kesalahan
saat pemasangan tabung atau perubahan pada posisi tubuh pasien.
4. Perdarahan: Luka drainase juga dapat terjadi akibat perdarahan yang terjadi
selama atau setelah pemasangan tabung drainase. Perdarahan yang berlebihan
dapat menyebabkan luka yang dalam dan mempengaruhi proses penyembuhan.
5. Gangguan pembekuan darah: Jika pasien mengalami gangguan pembekuan
darah, seperti kelainan darah atau penggunaan obat antikoagulan, luka drainase
dapat menjadi sulit untuk menghentikan perdarahan dan memperlambat proses
penyembuhan.

221
Panduan project based learning keperawatan dasar ii
6. Penyakit kronis: Beberapa kondisi medis kronis, seperti diabetes, penyakit
vaskular perifer, atau penyakit jantung, dapat mempengaruhi kemampuan tubuh
untuk menyembuhkan luka dengan baik. Pasien dengan penyakit kronis lebih
rentan terhadap luka drainase yang sulit sembuh.
7. Perawatan yang tidak tepat: Pemilihan metode perawatan yang tidak tepat atau
penanganan yang buruk dari luka drainase dapat memperburuk kondisi luka dan
menghambat proses penyembuhan.

C. Kategori Luka
Berikut adalah beberapa kategori luka di mana penggunaan drainase mungkin
diperlukan:
a. Luka operasi: Setelah operasi, terkadang cairan berlebih dapat terkumpul di
area operasi. Pemasangan drainase dapat membantu mengeluarkan cairan
tersebut dan mencegah penumpukan yang dapat menghambat penyembuhan.
b. Luka trauma: Luka akibat trauma, seperti luka tusukan, luka tembak, atau luka
tusukan benda tajam, mungkin membutuhkan drainase untuk mengeluarkan
cairan atau darah yang terkumpul di dalamnya.
c. Abses: Abses adalah infeksi yang terkumpul di dalam jaringan tubuh dan
biasanya terbentuk dalam bentuk kantung yang berisi nanah. Drainase
dilakukan untuk mengeluarkan nanah dari abses dan mempercepat proses
penyembuhan.
d. Luka bakar: Luka bakar serius dapat menyebabkan terbentuknya cairan yang
berlebih di area luka. Pemasangan drainase pada luka bakar dapat membantu
mengeluarkan cairan tersebut dan memfasilitasi penyembuhan.
e. Luka tekan (pressure ulcer): Luka tekan yang dalam atau parah dapat
menghasilkan sekresi berlebihan. Penggunaan drainase dapat membantu
mengeluarkan cairan tersebut dan mempromosikan penyembuhan luka.
f. Luka kronis: Luka yang sulit sembuh atau luka yang mengalami masalah
penyembuhan kronis, seperti ulkus diabetik atau ulkus kaki, mungkin
memerlukan drainase untuk mengelola cairan atau sekresi berlebih yang dapat
menghambat penyembuhan.

222
Panduan project based learning keperawatan dasar ii
g. Pemilihan penggunaan drainase pada luka sangat bergantung pada kondisi dan
karakteristik spesifik dari luka tersebut. Keputusan mengenai penggunaan
drainase harus dibuat oleh tenaga medis yang merawat berdasarkan evaluasi
mendalam terhadap luka dan kondisi pasien.

D. Karakteristik Luka
Berikut adalah beberapa karakteristik luka yang mungkin memerlukan penggunaan
drainase:
 Luka dengan sekresi berlebih: Luka yang menghasilkan sekresi cairan yang
berlebihan, seperti cairan jaringan, eksudat, atau nanah, mungkin membutuhkan
drainase untuk mengeluarkan cairan tersebut. Drainase membantu menghindari
penumpukan cairan yang dapat menghambat penyembuhan.
 Luka dengan risiko infeksi tinggi: Jika luka memiliki risiko tinggi terhadap
infeksi, pemasangan drainase dapat membantu mengeluarkan bahan patogen
dan mencegah penyebaran infeksi ke jaringan sekitar atau ke dalam tubuh.
 Luka dengan rongga atau kantung: Jika luka memiliki rongga atau kantung
yang terbentuk di dalamnya, seperti abses atau rongga yang terbentuk akibat
trauma, drainase dapat membantu mengeluarkan cairan atau nanah yang
terjebak di dalam rongga atau kantung tersebut.
 Luka dengan tekanan internal yang meningkat: Beberapa luka, seperti luka
dalam setelah operasi, dapat menyebabkan peningkatan tekanan internal di
dalam luka. Pemasangan drainase membantu mengurangi tekanan internal
tersebut dan mencegah penumpukan cairan di dalam luka.
 Luka dengan lapisan nekrotik: Jika luka memiliki lapisan jaringan nekrotik atau
jaringan mati yang mempengaruhi penyembuhan, drainase dapat membantu
membersihkan lapisan nekrotik tersebut dan memfasilitasi pertumbuhan
jaringan yang sehat.
Pemilihan penggunaan drainase pada luka harus didasarkan pada penilaian yang
komprehensif oleh tenaga medis yang merawat, termasuk penilaian terhadap
karakteristik
luka, jumlah cairan yang diproduksi, risiko infeksi, dan kondisi umum pasien.

223
Panduan project based learning keperawatan dasar ii
lampiran 2
LEAFLET

224
Panduan project based learning keperawatan dasar ii
Lampiran 3
Powerpoint

225
Panduan project based learning keperawatan dasar ii
Lampiran 4
Dokumentasi

Video penyuluhan live instagram


https://www.instagram.com/reel/Ct1V5BUvan2/?igshid=Y2I2MzMwZWM3ZA==

226
Panduan project based learning keperawatan dasar ii

Anda mungkin juga menyukai