Anda di halaman 1dari 160

SKRIPSI

FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEPATUHAN


MEMBAYAR IURAN BPJS MANDIRI PADA PASIEN DI
RSUD LABUANG BAJI KOTA MAKASSAR

NOVIA WIDYANTI
K 111 14 330

Skripsi ini diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Kesehatan Masyarakat

DEPARTEMEN ADMINISTRASI KEBIJAKAN KESEHATAN


FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2018
ii
iii
RINGKASAN

Universitas Hasanuddin
Fakultas Kesehatan Masyarakat
Administrasi dan Kebijakan Kesehatan
Makassar, Mei 2018
Novia Widyanti
“Faktor yang Berhubungan dengan Kepatuhan Membayar Iuran BPJS
Mandiri pada Pasien Di RSUD Labuang Baji Kota Makassar”
(xiii + 88 halaman + 15 tabel + 6 lampiran)

Kepatuhan merupakan ketaatan atau ketidaktaatan pada perintah atau


aturan. Sedangkan kepatuhan dalam membayar iuran berarti perilaku seseorang
yang memiliki kemauan membayar iuran secara tepat berdasarkan waktu yang
telah ditetapkan. Di Kota Makassar, sebanyak 143.794 (45%) tidak memiliki
kepatuhan dalam membayar iuran. Ketidakteraturan peserta JKN dalam
membayar iuran akan berdampak pada penjaminan pelayanan kesehatan di
fasilitas kesehatan yang tersedia, salah satunya yaitu Rumah Sakit Umum Daerah
Labuang Baji yang bekerja sama dengan BPJS Kesehatan.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor yang berhubungan
dengan kepatuhan membayar iuran BPJS mandiri pada pasien di RSUD Labuang
Baji Kota Makassar. Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan
menggunakan desain cross sectional study. Populasi dalam penelitian ini adalah
seluruh pasien peserta BPJS mandiri dengan rata-rata pengunjung setiap bulannya
yaitu 168 pasien. Sampel dalam penelitian ini sebanyak 117 sampel yang diambil
dengan menggunakan metode purposive sampling. Analisis data yang dilakukan
adalah analisis univariat dan bivariat dengan uji chi square.
Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa dari 117 responden terdapat
67,5% yang patuh dalam membayar iuran BPJS mandiri. Variabel yang
berhubungan dengan kepatuhan membayar iuran pada pasien di RSUD Labuang
Baji adalah pendidikan (p=0,034), pekerjaan (p=0,001), pengetahuan (p=0,000),
dan persepsi (p=0,001). Sedangkan variabel yang tidak berhubungan dengan
kepatuhan membayar iuran BPJS mandiri pada pasien di RSUD Labuang Baji
adalah pendapatan (p=0,786), dan motivasi (p=0,979). Saran kepada BPJS
Kesehatan untuk memberikan sosialisasi atau informasi kepada peserta BPJS
Kesehatan tentang Program BPJS Kesehatan dari waktu pembayaran, metode
pembayaran, dan sanksi jika menunggak pembayaran.
Kata Kunci : BPJS, Kepatuhan, Iuran, Peserta
DAFTAR PUSTAKA: 46 (2003 – 2017)

iv
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa

atas berkah, rahmat, serta perlindungan dan bantuan-Nya sehingga penulis dapat

menyelesaikan skripsi yang berjudul “Faktor yang Berhubungan dengan

Kepatuhan Membayar Iuran BPJS Mandiri pada Pasien di RSUD Labuang Baji

Kota Makassar”.

Penghargaan dan terima kasih yang tidak terhingga saya ucapkan kepada

kedua orangtua saya Bapak I Nyoman Gede Widnyana dan Ibu Beatris Evi

Patimang, adik-adik saya Dwi Murtini Widiastuti dan Vitri Widiantari serta

seluruh keluarga. Terima kasih atas bantuan, motivasi dan doa yang tak berujung,

pengertian, nasehat yang tiada henti dan pengorbanan tiada akhir sehingga penulis

dapat menyelesaikan studi ini.

Dengan tidak melupakan uluran tangan dan bantuan yang telah Penulis

peroleh dari berbagai pihak, penulis mengucapkan terima kasih atas segala bentuk

bantuan baik materil maupun moril, kepada:

1. Bapak Dr. Darmawansyah, SE, MS dan Bapak Dr. H. Muh. Alwy Arifin,

M.Kes sebagai dosen pembimbing yang telah banyak mencurahkan tenaga

dan pikirannya, meluangkan waktunya yang begitu berharga untuk memberi

bimbingan dan pengarahan dengan baik, dan memberikan dukungan serta

motivasi dalam penyelesaian skripsi ini.

2. Bapak Prof. Dr. drg. Andi Zulkifli, M.Kes selaku Dekan Fakultas Kesehatan

Masyarakat Universitas Hasanuddin beserta seluruh staf atas kemudahan

birokrasi serta administrasi selama penyusunan skripsi ini.

v
3. Ibu Indra Fajarwati Ibnu, SKM, MA selaku Penasehat Akademik selama

penulis mengikuti pendidikan.

4. Bapak Dr. H. Muh. Alwy Arifin, M. Kes selaku Ketua Departemen

Administrasi dan Kebijakan Kesehatan Fakultas Kesehatan Masyarakat

Universitas Hasanuddin.

5. Bapak Prof. Dr. dr. H. Muh. Syafar, MS, Bapak Dian Saputra Marzuki, SKM,

M.Kes, dan Ibu Jumriani Ansar, SKM, M.Kes sebagai dosen penguji yang

telah meluangkan waktunya dan banyak memberi masukan, kritikan serta

arahan sehingga skripsi ini dapat terselesaikan dengan lebih baik.

6. Bapak dan Ibu Dosen Fakultas Kesehatan Masyarakat, terkhusus kepada

seluruh dosen Departemen Administrasi dan Kebijakan Kesehatan, yang telah

memberikan ilmu pengetahuan yang sangat berharga selama penulis

mengikuti pendidikan di Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas

Hasanuddin.

7. Seluruh staf pegawai FKM Unhas atas segala arahan, dan bantuan yang

diberikan selama penulis mengikuti pendidikan terkhusus kepada staf jurusan

Administrasi dan Kebijakan Kesehatan, Pak Salim dan Kak Ros, atas segala

bantuannya.

8. Pimpinan Rumah Sakit Umum Daerah Labuang Baji dan seluruh staffnya

yang membantu penulis dalam proses penyelesaian skripsi ini.

9. Sahabat-sahabat, Anak Sukses (Yuyu, Wilis, Iffa, Dewi, Ummu, Novi, Ulfah,

Ain) dan Calm (Furqan, Vera, Anti, dan Qalbi) yang selalu memberikan

semangat, motivasi dan nasehat serta bantuan dan kerjasamanya dalam

vi
penyusunan skripsi ini.

vi
10. Teman-teman pengurus HAPSC Periode 2017/2018 dan seluruh keluarga

besar HAPSC, terimakasih atas tawa, canda, motivasi, semangat, nasehat dan

bantuan serta kerjasamanya selama ini.

11. Teman-teman PBL Desa Bonto Ujung dan teman-teman KKN Reguler

Angkatan 96 Kecamatan Galesong (Desa Parasangan Beru) atas kenangan

dan pengalaman yang tak terlupakan.

12. Teman-teman seperjuangan angkatan 2014 VAMPIR Fakultas Kesehatan

Masyarakat Universitas Hasanuddin yang tidak bisa penulis sebutkan satu per

satu. Semoga kebersamaan kita menjadi kenangan dan pelajaran yang tidak

terlupakan.

13. Serta semua pihak yang telah membantu penulis selama ini.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan,

karena itu penulis mengharapkan saran dan kritik dari pembaca yang bersimpati

pada skripsi ini untuk penyempurnaannya. Akhir kata, tiada kata yang patut

penulis ucapkan selain doa semoga Tuhan Yang Maha Esa senantiasa

melimpahkan ridho dan berkah-Nya atas amalan kita di dunia dan di akhirat.

Amin.

Makassar, Mei 2018

Penulis

vi
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
HALAMAN PERSETUJUAN......................................................................... ii
HALAMAN PENGESAHAN.......................................................................... iii
RINGKASAN .................................................................................................. iv
KATA PENGANTAR ..................................................................................... v
DAFTAR ISI.........................................................................................................viii
DAFTAR TABEL............................................................................................ x
DAFTAR GAMBAR.............................................................................................xii
DAFTAR LAMPIRAN.........................................................................................xiii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang....................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ................................................................................. 7
C. Tujuan Penelitian................................................................................... 8
D. Manfaat Penelitian................................................................................. 8
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Umum Tentang Jaminan Kesehatan.............................................10
B. Tinjauan Umum Tentang BPJS Kesehatan.................................................11
C. Tinjauan Umum Tentang Rumah Sakit.......................................................24
D. Tinjauan Umum Tentang Variabel yang Diteliti.........................................27
BAB III KERANGKA KONSEP
A. Dasar Pemikiran Variabel yang Diteliti.......................................................33
B. Kerangka Teori............................................................................................36
C. Kerangka Konsep........................................................................................37
D. Definisi Operasional dan Kriteria Objektif.................................................37
E. Hipotesis Penelitian.....................................................................................43
BAB IV METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian............................................................................................45
B. Lokasi dan Waktu Penelitian.......................................................................45
C. Populasi dan Sampel....................................................................................45
D. Pengumpulan Data.......................................................................................47

ix
E. Pengolahan Data..........................................................................................48
F. Analisis Data................................................................................................49
G. Penyajian Data.............................................................................................49
H. Sintesa Penelitian.........................................................................................50
BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian............................................................59
B. Hasil Penelitian............................................................................................61
C. Pembahasan.................................................................................................71
BAB VI PENUTUP
A. Kesimpulan..................................................................................................87
B. Saran............................................................................................................88
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

x
DAFTAR TABEL

Tabel 1 Sintesa Penelitian..................................................................................50

Tabel 2 Distribusi Responden Berdasarkan Karakteristik Responden di Instalasi

Rawat Inap RSUD Labuang Baji..........................................................61

Tabel 3 Distribusi Responden Berdasarkan Pendidikan di Instalasi Rawat Inap

RSUD Labuang Baji..............................................................................62

Tabel 4 Distribusi Responden Berdasarkan Pekerjaan di Instalasi Rawat Inap

RSUD Labuang Baji..............................................................................63

Tabel 5 Distribusi Responden Berdasarkan Pendapatan di Instalasi Rawat Inap

RSUD Labuang Baji..............................................................................63

Tabel 6 Distribusi Responden Berdasarkan Pengetahuan di Instalasi Rawat Inap

RSUD Labuang Baji..............................................................................64

Tabel 7 Distribusi Responden Berdasarkan Persepsi di Instalasi Rawat Inap

RSUD Labuang Baji..............................................................................65

Tabel 8 Distribusi Responden Berdasarkan Motivasi di Instalasi Rawat Inap

RSUD Labuang Baji..............................................................................65

Tabel 9 Distribusi Responden Berdasarkan Kepatuhan Membayar di Instalasi

Rawat Inap RSUD Labuang Baji..........................................................66

Tabel 10 Hubungan Pendidikan dengan Kepatuhan Membayar Iuran BPJS

Mandiri pada Pasien di RSUD Labuang Baji........................................66

Tabel 11 Hubungan Pekerjaan dengan Kepatuhan Membayar Iuran BPJS Mandiri

pada Pasien di RSUD Labuang Baji......................................................67

xi
Tabel 12 Hubungan Pendapatan dengan Kepatuhan Membayar Iuran BPJS

Mandiri pada Pasien di RSUD Labuang Baji........................................68

Tabel 13 Hubungan Pengetahuan dengan Kepatuhan Membayar Iuran BPJS

Mandiri pada Pasien di RSUD Labuang Baji........................................69

Tabel 14 Hubungan Persepsi dengan Kepatuhan Membayar Iuran BPJS Mandiri

pada Pasien di RSUD Labuang Baji......................................................70

Tabel 15 Hubungan Motivasi dengan Kepatuhan Membayar Iuran BPJS Mandiri

pada Pasien di RSUD Labuang Baji......................................................71

xi
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1 Peserta Program Jaminan Kesehatan Nasional


Gambar 2 Kerangka Teori
Gambar 3 Kerangka Konsep

xi
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Kuesioner Penelitian

Lampiran 2 Hasil Pengolahan

Data Lampiran 3 Master Tabel

Lampiran 4 Persuratan

Lampiran 5 Dokumentasi Penelitian

Lampiran 6 Riwayat Hidup Penulis

xi
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Sejak tahun 2004 telah dikeluarkan Undang-Undang No. 40 tentang

Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN) yang menyatakan bahwa telah

terdapat jaminan sosial yang diwajibkan bagi seluruh penduduk Indonesia

yakni Jaminan Kesehatan Nasional (JKN). Jaminan kesehatan merupakan

jaminan berupa perlindungan kesehatan agar peserta memperoleh manfaat

pemeliharaan dan perlindungan kesehatan dalam memenuhi kebutuhan dasar

kesehatan yang diberikan kepada setiap orang yang telah membayar iuran

atau iurannya dibayarkan oleh pemerintah (Perpres No. 12 tahun 2013).

Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) ini dikelola oleh Badan Penyelenggara

Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan. BPJS Kesehatan merupakan transformasi

dari penyelenggara asuransi kesehatan yang berbentuk Perseroan Terbatas,

yakni PT. Askses. Seluruh penduduk Indonesia wajib menjadi peserta

jaminan kesehatan yang dikelola oleh BPJS termasuk orang asing yang

telah bekerja paling singkat enam bulan di Indonesia dan telah membayar

iuran (Kemenkes RI, 2013). BPJS Kesehatan bersifat nirlaba,

kegotongroyongan, portabilitas, serta memiliki tata kelola yang baik (good

governance) berupa keterbukaan, akuntabilitas, efisien dan efektivitas

dibandingkan PT. Askes yang bersifat profit (Thabrany, 2003). Menurut UU

No. 40 tahun 2004, jaminan sosial yang diselenggarakan oleh

seluruh rakyat agar dapat memenuhi kebutuhan dasar hidupnya yang

1
pemerintah merupakan salah satu bentuk perlindungan sosial, untuk menjamin

seluruh rakyat agar dapat memenuhi kebutuhan dasar hidupnya yang

1
Pemberlakuan JKN yang diselenggarakan oleh BPJS Kesehatan mulai tanggal

1 Januari 2014 mengharapkan seluruh masyarakat Indonesia dapat ikut serta

sehingga seluruh masyarakat akan tercover oleh Jaminan Kesehatan Nasional

(JKN). Pemerintah menyebutkan bahwa di tahun 2019 seluruh rakyat

Indonesia wajib menjadi anggota JKN karena dengan adanya JKN masyarakat

yang sakit akan merasakan dampak layanan kesehatan yang mereka terima

sebagai peserta JKN yaitu pemeriksaan, perawatan, dan pengobatan dijamin

oleh BPJS Kesehatan (Depkes RI, 2014).

Saat ini tercatat jumlah peserta BPJS Kesehatan mencapai sekitar

183.579.086 orang. Di dalam kepesertaan JKN terdiri dari Penerima Bantuan

Iuran dan bukan Penerima Bantuan Iuran. Peserta Penerima Bantuan Iuran

JKN meliputi orang yang tergolong fakir miskin dan orang tidak mampu yang

iurannya di bayarkan oleh pemerintah sedangkan peserta bukan Penerima

Bantuan Iuran adalah peserta yang tidak tergolong fakir miskin dan orang

tidak mampu.

Salah satu peserta bukan Penerima Bantuan Iuran adalah pekerja mandiri

(bukan penerima upah) yang mendapatkan penghasilan dari usaha sendiri

sehingga ketika mereka menjadi peserta JKN harus membayarkan iuran setiap

bulannya. Di Indonesia hingga bulan Desember 2017, jumlah peserta mandiri

sudah mencapai 29.006.196 jiwa (BPJS, 2017). Sementara di Provinsi

Sulawesi Selatan, jumlah peserta BPJS Kesehatan mencapai 7.205.802 jiwa

atau sekitar

2
76,15% dari total keseluruhan penduduk di Provinsi Sulawesi Selatan. Jumlah

2
peserta BPJS mandiri di Sulawesi Selatan mencapai 12,12% dari total jumlah

penduduk (BPJS, 2017).

Adanya fenomena insurance effect (efek asuransi) menjadi salah satu

penyebab terjadinya mismatch. Artinya mereka yang tadinya tidak pernah

berobat ketika sakit, kini berbondong-bondong berobat ke puskesmas dan

rumah sakit. Salah satu penyumbang terbanyak insurance effect adalah dari

kelompok Non PBI mandiri yang jumlahnya di tahun 2017 mencapai 29 juta

jiwa (Intiasari, 2017).

Kepesertaan mandiri yang terus meningkat tidak sejalan dengan

kepatuhannya dalam membayar iuran JKN. Kepatuhan merupakan ketaatan

atau ketidaktaatan pada perintah atau aturan. Sedangkan kepatuhan dalam

membayar iuran berarti perilaku seseorang yang memiliki kemauan membayar

iuran secara tepat berdasarkan waktu yang telah ditetapkan (Fildzah, 2016).

Besaran iuran merupakan kunci dari kesinambungan, kualitas Jaminan

Kesehatan, dampak terhadap pemiskinan baru, dan peningkatan produktifitas

penduduk. Apabila iuran ditetapkan tanpa perhitungan yang matang, atau

hanya dengan kesepakatan, maka terdapat ancaman BPJS tidak mampu

membayar fasilitas kesehatan, jaminan tidak tersedia, dan rakyat tidak

percaya lagi kepada negara. Besaran iuran harus: (1) cukup untuk membayar

layanan kesehatan dengan kualitas baik, (2) cukup untuk mendanai

operasional BPJS dengan kualitas baik dengan harga keekonomian yang

layak, (3) tersedia dana cadangan teknis jika sewaktu-waktu terjadi klaim

3
yang tinggi, (4) tersedia dana pengembangan program, riset operasional, atau

pengobatan baru (DJSN, 2012).

Biaya kesehatan yang semakin tinggi serta resiko sakit yang dimiliki oleh

semua orang menjadi dasar bagi seseorang untuk menjadi peserta JKN, salah

satunya peserta JKN mandiri. Kepatuhan dalam membayar iuran JKN bagi

peserta mandiri merupakan komponen terpenting untuk mempermudah

pemanfaatan pelayanan kesehatan. Pemberian pelayanan kesehatan bagi

pasien peserta mandiri JKN sangat ditentukan oleh kepatuhan dalam

membayar iuran setiap bulannya. Apabila pasien peserta mandiri JKN belum

membayar iuran, maka pasien peserta mandiri JKN diwajibkan untuk

melunasi iuran yang belum dibayarkan, dan jika tidak melunasi iuran tersebut

maka pasien peserta mandiri tidak dapat menggunakan JKN sebagai penjamin

dari biaya perawatan di fasilitas kesehatan. Hal tersebut berdampak pada

pasien rawat inap yang harus menjadi pasien umum sehingga pasien/keluarga

harus menanggung beban biaya perawatan sendiri karena tidak lagi dijamin

oleh BPJS Kesehatan.

Berdasarkan data sekunder BPJS yang diperoleh peneliti, jumlah peserta

JKN di Kota Makassar hingga saat ini mencapai 1.286.925 jiwa (77,36%).

Untuk jumlah peserta mandiri di Kota Makassar sampai dengan Bulan

Desember 2017 adalah 319.404 jiwa (24,82%) yang setiap bulannya terus

mengalami peningkatan. Dari seluruh peserta mandiri di Kota Makassar,

sebanyak 143.794 (45%) tidak memiliki kepatuhan dalam membayar iuran

4
BPJS (BPJS, 2017).

4
Berdasarkan data di atas, kepatuhan masyarakat dalam membayar iuran

BPJS Kesehatan di Kota Makassar masih kurang disiplin. Masalah yang

dihadapi dalam pengumpulan iuran peserta mandiri (PBPU) adalah tunggakan

pembayaran (tidak rutin membayar). Alasan peserta mandiri tidak rutin

membayar karena penghasilan mereka tidak menentu, ATM sering offiline,

lama proses bayar, dan biaya iuran terlalu tinggi. Selain itu, ada persepsi

bahwa pelayanan yang diberikan kepada pasien yang menggunakan BPJS

kurang maksimal. Alasan lain masyarakat tidak rutin membayar iuran yaitu

peserta merasa kalau dirinya tidak sakit, uang mereka akan hilang begitu saja

dan walaupun sakit cukup beli obat di warung.

Dari beberapa penelitian yang telah dilakukan dapat dikategorikan bahwa

peserta penunggak relatif orang berpendidikan menengah dan usia produktif.

Sekitar 2/3 penunggak karena mendaftar saat sakit. Lebih dari setengah

penunggak peserta perawatan kelas III dan selebihnya ada yang membayar

sendiri, melalui ATM, dll.

Ketersedian tempat pembayaran iuran merupakan salah satu bentuk

pelayanan publik yang dilaksanakan oleh pemerintah sebagai pemenuhan

kebutuhan masyarakat. Salah satu kebutuhan masyarakat adalah mendapatkan

pelayanan kesehatan dengan adanya jaminan kesehatan berarti bagi

masyarakat peserta mandiri JKN harus membayar iuran pada tempat

pembayaran yang telah bekerjasama dengan BPJS Kesehatan agar dapat

memperoleh pelayanan di fasilitas kesehatan dan dijamin oleh BPJS

Kesehatan (BPJS Kesehatan,

5
Menurut beberapa pendapat terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi

kepatuhan dalam membayar iuran jaminan kesehatan. Salah satunya yaitu

penelitian (Pratiwi, 2015) menyatakan bahwa faktor yang berhubungan

dengan keteraturan membayar iuran JKN yaitu pengetahuan, pendidikan,

pekerjaan, ketersediaan tempat pelayanan, jarak ke tempat pelayanan,

kemampuan dan kemauan membayar iuran, persepsi terhadap tempat

pelayanan kesehatan dan motivasi. Dalam penelitian ini variabel kemampuan

dan kemauan dalam membayar iuran JKN tidak diteliti karena ketika telah

menjadi peserta JKN maka seseorang telah mampu dan mau untuk membayar

iuran namun masih banyak peserta mandiri JKN yang tidak patuh dalam

membayar iuran.

Hasil penelitian (Ni Made Sri Nopiyani, 2015) menunjukkan bahwa

faktor- faktor yang berpengaruh terhadap kepatuhan pembayaran iuran adalah

usia, kelas kepesertaan, status kepesertaan, pemanfaatan layanan FKTP dan

pemanfaatan layanan FKTL. Iuran dari peserta merupakan salah satu sumber

pendapatan untuk pengelolaan skema asuransi kesehatan. Oleh karena itu,

kepatuhan peserta asuransi untuk membayar iuran sangat penting bagi

keberlangsungan skema asurasi kesehatan tersebut.

Faktor lain seperti yang dilakukan oleh (Annisa, 2015) menyatakan bahwa

pengalaman kesakitan, pendapatan, jumlah anggota keluarga, ATP 1 dan ATP

2 merupakan faktor yang berhubungan dengan kemauan membayar seseorang.

Peserta non PBI mandiri memiliki potensi yang lebih besar untuk tidak patuh

umumnya dikelola oleh organisasi dimana mereka bekerja dan

6
membayar iuran karena berbeda dengan pekerjaan sektor formal yang pada

umumnya dikelola oleh organisasi dimana mereka bekerja dan

7
langsung dari gaji. Keteraturan dalam membayar iuran JKN bagi peserta

mandiri merupakan komponen terpenting untuk mempermudah pemanfaatan

pelayanan kesehatan.

Salah satu fasilitas pelayanan kesehatan yaitu rumah sakit. Rumah Sakit

Umum Daerah Labuang Baji Kota Makassar merupakan salah satu rumah

sakit milik Pemerintah Daerah Provinsi Sulawesi Selatan yang mengalami

perkembangan sangat pesat. Status RSUD Labuang Baji Kota Makassar

adalah rumah sakit tipe B non pendidikan yang bekerjasama dengan BPJS

Kesehatan. Selain itu, RSUD Labuang Baji sebagai pusat rujukan di wilayah

Kota Makassar mampu menampung pelayanan rujukan dari rumah sakit

kabupaten.

RSUD Labuang Baji merupakan salah satu rumah sakit dengan kunjungan

pasien terbilang cukup banyak. Berdasarkan data yang diperoleh dari profil

Rumah Sakit (RSUD Labuang Baji, 2017) terjadi peningkatan jumlah

pemanfaatan pelayanan rawat inap yaitu 6.091 pasien, terdapat 2023 pasien

Non PBI atau sekitar 33,22% dari total pasien rawat inap.

Berdasarkan latar belakang tersebut, maka peneliti mengangkat judul yaitu

“Faktor yang Berhubungan dengan Kepatuhan Membayar Iuran BPJS Mandiri

pada Pasien di RSUD Labuang Baji Kota Makassar”.

B. Rumusan Masalah

Bedasarkan latar belakang di atas, maka yang menjadi rumusan masalah

dalam penelitian ini adalah faktor yang berhubungan dengan kepatuhan

membayar iuran BPJS mandiri pada pasien di RSUD Labuang Baji.

8
C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Menganalisis faktor yang berhubungan dengan kepatuhan membayar

iuran BPJS mandiri pada pasien di RSUD Labuang Baji.

2. Tujuan Khusus :

a. Untuk mengetahui hubungan antara pendidikan dengan kepatuhan

membayar iuran BPJS Kesehatan pada pasien peserta mandiri.

b. Untuk mengetahui hubungan antara pekerjaan dengan kepatuhan

membayar iuran BPJS Kesehatan pada pasien peserta mandiri.

c. Untuk mengetahui hubungan antara pendapatan dengan kepatuhan

membayar iuran BPJS Kesehatan pada pasien peserta mandiri.

d. Untuk mengetahui hubungan antara pengetahuan dengan kepatuhan

membayar iuran BPJS Kesehatan pada pasien peserta mandiri.

e. Untuk mengetahui hubungan antara persepsi dengan kepatuhan

membayar iuran BPJS Kesehatan pada pasien peserta mandiri.

f. Untuk mengetahui hubungan antara motivasi dengan kepatuhan

membayar iuran BPJS Kesehatan pada pasien peserta mandiri.

D. Manfaat Penelitian

a. Manfaat Ilmiah

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah ilmu pengetahuan

dan dapat menjadi bahan bacaan atau acuan bagi peneliti selanjutnya.

9
b. Manfaat Institusi

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi kepada

BPJS Kesehatan mengenai faktor yang menyebabkan peserta JKN tidak

patuh dalam membayar iuran serta dapat dijadikan sebagai salah satu

referensi dalam meningkatkan kepatuhan pembayaran iuran bagi peserta

BPJS mandiri.

c. Manfaat Praktis

Penelitian ini diharapkan menjadi tambahan wawasan dan

pengalaman peneliti dalam mempraktekkan teori yang didapat. Selain itu

penelitian ini merupakan salah satu syarat kelulusan di bagian

Administrasi dan Kebijakan Kesehatan Fakultas Kesehatan Masyarakat

Universitas Hasanuddin.

1
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Umum Tentang Jaminan Kesehatan

1. Definisi

Jaminan Kesehatan adalah jaminan berupa perlindungan kesehatan agar

peserta memperoleh manfaat pemeliharaan kesehatan dan perlindungan

dalam memenuhi kebutuhan dasar kesehatan yang diberikan kepada setiap

orang yang telah membayar iuran atau iurannya dibayar oleh pemerintah

(Perpres RI No 12 Tahun 2013).

2. Manfaat Jaminan Kesehatan

Berdasarkan Perpres RI No 12 tahun 2013 manfaat Jaminan Kesehatan

yang bersifat pelayanan kesehatan perorangan, mencakup pelayanan

promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif termasuk pelayanan obat dan

bahan medis habis pakai sesuai dengan kebutuhan medis yang diperlukan.

Manfaat pelayanan promotif dan preventif meliputi pemberian

pelayanan:

a. Penyuluhan kesehatan perorangan

Penyuluhan kesehatan perorangan paling sedikit penyuluhan

mengenai pengelolaan faktor risiko penyakit dan perilaku hidup bersih

dan sehat.

b. Imunisasi dasar

Pelayanan imunisasi dasar meliputi Baccile Calmett Guerin (BCG),

Difteri Pertusis Tetanus dan Hepatitis-B (DPT-HB), Polio, dan

1
Campak.

1
c. Keluarga berencana

Pelayanan keluarga berencana meliputi konseling, kontrasepsi

dasar, vasektomi dan tubektomi bekerjasama dengan lembaga yang

membidangi keluarga berencana. Vaksin untuk imunisasi dasar dan

alat kontrasepsi dasar disediakan oleh Pemerintah dan/atau Pemerintah

Daerah.

d. Skrining kesehatan

Pelayanan skrining kesehatan diberikan secara selektif yang

ditujukan untuk mendeteksi risiko penyakit dan mencegah dampak

lanjutan dari risiko penyakit tertentu (Perpres RI No 12 Tahun 2013).

B. Tinjauan Umum Tentang Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS)

1. Definisi

Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) adalah badan hukum

publik yang dibentuk untuk menyelenggarakan program jaminan sosial.

BPJS ini terdiri dari BPJS Kesehatan dan BPJS Ketenagakerjaan. Semua

penduduk Indonesia wajib menjadi peserta jaminan kesehatan yang

dikelola oleh BPJS termasuk orang asing yang telah bekerja paling singkat

enam bulan di Indonesia dan telah membayar iuran (UU No. 24 Tahun

2011). BPJS Kesehatan mulai beroperasi sejak tanggal 1 Januari 2014.

Jaminan Kesehatan adalan jaminan berupa perlindungan kesehatan agar

peserta memperoleh manfaat pemeliharaan kesehatan dan perlindungan

dalam memenuhi kebutuhan dasar kesehatan yang diberikan kepada setiap

orang yang telah membayar iuran atau iurannya dibayar oleh

1
(Perpres No. 12 tahun 2013). Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) yang

dikembangkan di Indonesia merupakan bagian dari Sistem Jaminan Sosial

Nasional (SJSN). Sistem Jaminan Sosial Nasional ini diselenggarakan

melalui mekanisme Asuransi Kesehatan Sosial yang bersifat wajib

(mandatory) berdasarkan Undang-Undang No.40 Tahun 2004 tentang

Sistem Jaminan Sosial Nasional. Tujuannya adalah agar semua penduduk

Indonesia terlindungi dalam sistem asuransi, sehingga mereka dapat

memenuhi kebutuhan dasar kesehatan masyarakat yang layak.

2. Asas

Badan Penyelenggara Jaminan Sosial menyelenggarakan sistem

jaminan sosial nasional berdasarkan asas:

a. Asas kemanusiaan adalah asas yang terkait dengan penghargaan

terhadap martabat manusia.

b. Asas manfaat adalah asas yang bersifat operasional menggambarkan

pengelolaan yang efisien dan efektif.

c. Asas keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia adalah asas yang

bersifat idiil (UU No 24 Tahun 2011).

3. Tujuan

Badan Penyelenggara Jaminan Sosial bertujuan untuk mewujudkan

terselenggaranya pemberian jaminan terpenuhinya kebutuhan dasar hidup

yang layak bagi setiap peserta dan/atau anggota keluarganya (UU No 24

Tahun 2011).

1
4. Prinsip

Badan Penyelenggara Jaminan Sosial menyelenggarakan sistem

jaminan sosial nasional berdasarkan prinsip (UU No. 24 Tahun 2011) :

a. Prinsip kegotongroyongan

Prinsip gotong royong berarti peserta yang mampu membantu peserta

yang kurang mampu dan peserta yang sehat membantu yang sakit atau

yang berisiko tinggi. Hal ini terwujud karena kepesertaan SJSN

bersifat wajib untuk seluruh penduduk tanpa pandang bulu. Dengan

demikian, melalui prinsip gotong royong jaminan sosial dapat

menumbuhkan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. (Buku

Pegangan Sosilaisasi Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) dalam

Sistem Jaminan Sosial Nasional)

b. Prinsip nirlaba

Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) adalah nirlaba bukan

untuk mencari laba (for profit oriented). Dana yang dikumpulkan dari

masyarakat adalah dana amanat, sehingga hasil pengembangannya

akan dimanfaatkan sebesar-besarnya untuk kepentingan peserta.

c. Prinsip keterbukaan

Prinsip ini mempermudah akses informasi yang lengkap, benar, dan

jelas bagi setiap peserta.

d. Prinsip kehati-hatian

Prinsip ini meliputi pengelolaan dana secara cermat, teliti, aman, dan

tertib.

1
e. Prinsip akuntabilitas

Prinsip yang pelaksanaan program dan pengelolaan keuangannya

akurat dan dapat dipertanggungjawabkan.

f. Prinsip portabilitas

Prinsip portabilitas jaminan sosial dimaksudkan untuk memberikan

jaminan yang berkelanjutan kepada peserta sekalipun mereka

berpindah pekerjaan atau tempat tinggal dalam wilayah Negara

Kesatuan Republik Indonesia.

g. Prinsip kepesertaan bersifat wajib

Kepesertaan wajib dimaksudkan agar seluruh rakyat menjadi peserta

sehingga dapat terlindungi. Meskipun kepesertaan bersifat wajib bagi

seluruh rakyat, penerapannya tetap disesuaikan dengan kemampuan

ekonomi rakyat dan pemerintah serta kelayakan penyelenggaraan

program. Tahapan pertama dimulai dari pekerja di sektor formal,

bersamaan dengan itu sektor informal dapat menjadi peserta secara

mandiri, sehingga pada akhirnya Sistem Jaminan Sosial Nasional

(SJSN) dapat mencakup seluruh rakyat.

h. Prinsip dana amanat

Dana yang terkumpul dari iuran peserta merupakan dana titipan

kepada badan-badan penyelenggara untuk dikelola sebaik-baiknya

dalam rangka mengoptimalkan dana tersebut untuk kesejahteraan

1
peserta.

1
i. Prinsip hasil pengelolaan Dana Jaminan Sosial dipergunakan

seluruhnya untuk pengembangan program dan untuk sebesar-besar

kepentingan peserta.

5. Fungsi, Tugas, dan Wewenang

a. Berdasarkan UU No 24 Tahun 2011 Badan Penyelenggara Jaminan

Sosial Kesehatan berfungsi menyelenggarakan program jaminan

kesehatan.

b. Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Kesehatan bertugas untuk :

1) Melakukan dan/atau menerima pendaftaran peserta

2) Memungut dan mengumpulkan iuran dari peserta dan pemberi

kerja

3) Menerima bantuan iuran dari pemerintah

4) Mengelola dana jaminan sosial untuk kepentingan peserta

5) Mengumpulkan dan mengelola data peserta program jaminan

sosial

6) Membayarkan manfaat dan/atau membiayai pelayanan kesehatan

sesuai dengan ketentuan program jaminan sosial

7) Memberikan informasi mengenai penyelenggaraan program

jaminan sosial kepada peserta dan masyarakat.

c. Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Kesehatan berwenang untuk :

1) Menagih pembayaran Iuran

1
2) Menempatkan Dana Jaminan Sosial untuk investasi jangka pendek

dan jangka panjang dengan mempertimbangkan aspek likuiditas,

solvabilitas, kehati-hatian, keamanan dana, dan hasil yang

memadai

3) Melakukan pengawasan dan pemeriksaan atas kepatuhan Peserta

dan Pemberi Kerja dalam memenuhi kewajibannya sesuai dengan

ketentuan peraturan perundang-undangan jaminan sosial nasional

4) Membuat kesepakatan dengan fasilitas kesehatan mengenai besar

pembayaran fasilitas kesehatan yang mengacu pada standar tarif

yang ditetapkan oleh Pemerintah

5) Membuat atau menghentikan kontrak kerja dengan fasilitas

kesehatan

6) Mengenakan sanksi administratif kepada Peserta atau Pemberi

Kerja yang tidak memenuhi kewajibannya

7) Melaporkan Pemberi Kerja kepada instansi yang berwenang

mengenai ketidakpatuhannya dalam membayar Iuran atau dalam

memenuhi kewajiban lain sesuai dengan ketentuan peraturan

perundang-undangan

8) Melakukan kerja sama dengan pihak lain dalam rangka

penyelenggaraan program Jaminan Sosial.

6. Hak dan Kewajiban

a. Hak

Hak yang diperoleh oleh Badan Penyelenggara Jaminan Sosial

1
Kesehatan adalah :

2
1) Memperoleh dana operasional untuk penyelenggaraan program

yang bersumber dari Dana Jaminan Sosial dan/atau sumber

lainnya sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan

2) Memperoleh hasil monitoring dan evaluasi penyelenggaraan

program Jaminan Sosial dari DJSN setiap 6 (enam) bulan.

b. Kewajiban

Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Kesehatan memiliki

kewajiban sebagai berikut :

1) Memberikan nomor identitas tunggal kepada Peserta

2) Mengembangkan aset Dana Jaminan Sosial dan aset BPJS untuk

sebesar-besarnya kepentingan Peserta

3) Memberikan informasi melalui media massa cetak dan elektronik

mengenai kinerja, kondisi keuangan, serta kekayaan dan hasil

pengembangannya

4) Memberikan Manfaat kepada seluruh Peserta sesuai dengan

Undang-Undang tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional

5) Memberikan informasi kepada Peserta mengenai hak dan

kewajiban untuk mengikuti ketentuan yang berlaku

6) Memberikan informasi kepada Peserta mengenai prosedur untuk

mendapatkan hak dan memenuhi kewajibannya

7) Memberikan informasi kepada Peserta mengenai saldo jaminan hari

tua dan pengembangannya 1 (satu) kali dalam 1 (satu) tahun

2
8) Memberikan informasi kepada Peserta mengenai besar hak

pensiun 1 (satu) kali dalam 1 (satu) tahun

9) Membentuk cadangan teknis sesuai dengan standar praktik

aktuaria yang lazim dan berlaku umum

10) Melakukan pembukuan sesuai dengan standar akuntansi yang

berlaku dalam penyelenggaraan Jaminan Sosial

11) Melaporkan pelaksanaan setiap program, termasuk kondisi

keuangan, secara berkala 6 (enam) bulan sekali kepada Presiden

dengan tembusan kepada DJSN (UU No 24 Tahun 2011).

7. Kepesertaan

Kepesertaan Jaminan Kesehatan bersifat wajib dan dilakukan secara

bertahap sehingga mencakup seluruh penduduk. Pentahapan kepesertaan

dilakukan sebagai berikut:

Gambar 1 Peserta Program Jaminan Kesehatan Nasional

Sumber: Buku Panduan Sosialisasi JKN (2014)

2
Peserta Jaminan Kesehatan tersebut meliputi Penerima Bantuan Iuran

(PBI) JKN dan bukan PBI Jaminan Kesehatan termasuk orang asing yang

bekerja paling singkat 6 (enam) bulan di Indonesia yang telah membayar

iuran. Berikut ini adalah rincian peserta jaminan kesehatan (Perpres RI

No.111 tahun 2013) :

a. Peserta PBI Jaminan Kesehatan meliputi orang yang tergolong fakir

miskin dan orang tidak mampu dengan penetapan peserta sesuai

ketentuan peraturan perundang-undangan.

b. Peserta Bukan Penerima Bantuan Iuran Jaminan Kesehatan (Non PBI),

terdiri dari:

1) Pekerja Penerima Upah dan anggota keluarganya, yaitu:

a. Pegawai Negeri Sipil

b. Anggota TNI

c. Anggota Polri

d. Pejabat Negara

e. Pegawai Pemerintah Non-Pegawai Negeri

f. Pegawai swasta

g. Pekerja yang menerima upah namun tidak termasuk huruf a

hingga huruf f.

2) Pekerja Bukan Penerima Upah dan anggota keluarganya, yaitu:

a. Pekerja di luar hubungan kerja atau Pekerja mandiri

b. Pekerja yang tidak termasuk huruf a yang bukan penerima

Upah

2
c. Pekerja sebagaimana dimaksud huruf a dan huruf b, termasuk

warga negara asing yang bekerja di Indonesia paling singkat 6

(enam) bulan.

3) Bukan pekerja dan anggota keluarganya, yaitu:

a. Investor

b. Pemberi Kerja

c. Penerima Pensiun, terdiri dari :

1. Pegawai Negeri Sipil yang berhenti dengan hak pensiun

2. Anggota TNI dan Anggota Polri yang berhenti dengan

hak pensiun

3. Pejabat Negara yang berhenti dengan hak pensiun

4. Penerima pensiun lain

5. Janda, duda, atau anak yatim piatu dari penerima pensiun

lain yang mendapat hak pensiun

d. Veteran

e. Perintis Kemerdekaan

f. Bukan Pekerja yang tidak termasuk huruf a sampai dengan

huruf e yang mampu membayar Iuran

Anggota keluarga yang ditanggung antara lain:

1) Untuk kelompok Pekerja Penerima Upah anggota yang ditanggung

adalah:

2
a. Keluarga inti meliputi istri/suami dan anak yang sah (anak

kandung, anak tiri dan/atau anak angkat), sebanyak-banyaknya 5

(lima) orang.

b. Anak kandung, anak tiri dari perkawinan yang sah, dan anak

angkat yang sah, dengan kriteria tidak atau belum pernah menikah

atau tidak mempunyai penghasilan sendiri; belum berusia 21 (dua

puluh satu) tahun atau belum berusia 25 (dua puluh lima) tahun

yang masih melanjutkan pendidikan formal.

2) Untuk kelompok Pekerja Bukan Penerima Upah dan Bukan Pekerja,

peserta dapat mengikutsertakan anggota keluarga yang diinginkan

(tidak terbatas).

3) Peserta dapat mengikutsertakan anggota keluarga tambahan, yang

meliputi anak ke-4 dan seterusnya, ayah, ibu dan mertua.

4) Peserta dapat mengikutsertakan anggota keluarga tambahan, yang

meliputi kerabat lain seperti Saudara kandung/ipar, asisten rumah

tangga, dll (Perpres No. 12 tahun 2013).

8. Iuran

Iuran Jaminan Kesehatan adalah sejumlah uang yang dibayarkan

secara teratur oleh peserta, Pemberi Kerja dan/atau Pemerintah untuk

program Jaminan Kesehatan (Perpres RI No 12 Tahun 2013). Setiap

Peserta wajib membayar iuran yang besarnya ditetapkan berdasarkan

persentase dari upah (untuk pekerja penerima upah) atau suatu jumlah

nominal tertentu (untuk

2
bukan penerima upah dan PBI).

2
Berdasarkan Perpres RI No 12 Tahun 2013, berikut ini adalah

beberapa ketentuan mengenai iuran jaminan kesehatan:

a. Bagi peserta Penerima Bantuan Iuran (PBI) Jaminan Kesehatan Iuran

dibayar oleh Pemerintah.

b. Iuran bagi Peserta Pekerja Penerima Upah yang bekerja pada lembaga

Pemerintahan terdiri dari Pegawai Negeri Sipil, anggota TNI, anggota

Polri, pejabat negara, dan pegawai pemerintahan non pegawai negeri

sebesar 5% dari gaji atau upah per bulan dengan ketentuan : 3%

dibayar oleh pemberi kerja dan 2% dibayar oleh peserta.

c. Iuran bagi Peserta Pekerja Penerima Upah yang bekerja di BUMN,

BUMD, dan Swasta sebesar 4,5% dari gaji atau upah per bulan dengan

ketentuan : 4% dibayar oleh Pemberi Kerja dan 0,5% dibayar oleh

Peserta.

d. Iuran untuk keluarga tambahan Pekerja Penerima Upah yang terdiri

dari anak ke 4 dan seterusnya, ayah, ibu, dan mertua, besaran iuran

sebesar 1% dari gaji atau upah per orang per bulan, dibayar oleh

pekerja penerima upah.

e. Iuran bagi kerabat lain dari pekerja penerima upah (seperti saudara

kandung/ipar, asisten rumah tangga, dll), peserta pekerja penerima

upah serta iuran bukan pekerja adalah sebesar:

1. Sebesar Rp 25.500,- per orang per bulan dengan manfaat pelayanan

di ruang perawatan Kelas III.

2
2. Sebesar Rp 51.000,- per orang per bulan dengan manfaat

pelayanan di ruang perawatan Kelas II.

3. Sebesar Rp 80.000,- per orang per bulan dengan manfaat

pelayanan di ruang perawatan Kelas I.

f. Iuran Jaminan Kesehatan bagi Veteran, Perintis Kemerdekaan, dan

janda, duda, atau anak yatim piatu dari Veteran atau Perintis

Kemerdekaan, iurannya ditetapkan sebesar 5% dari 45% gaji pokok

Pegawai Negeri Sipil golongan ruang III/a dengan masa kerja 14 tahun

per bulan, dibayar oleh Pemerintah.

Ketentuan pembayaran iuran jaminan kesehatan berdasarkan Perpres RI

No 12 Tahun 2013 adalah sebagai berikut :

a. Pemberi Kerja wajib membayar Iuran Jaminan Kesehatan seluruh

Peserta yang menjadi tanggung jawabnya pada setiap bulan yang

dibayarkan paling lambat tanggal 10 (sepuluh) setiap bulan kepada

BPJS Kesehatan.

b. Apabila tanggal 10 (sepuluh) jatuh pada hari libur, maka iuran

dibayarkan pada hari kerja berikutnya.

c. Pembayaran Iuran Jaminan Kesehatan sebagaimana sudah termasuk

iuran yang menjadi tanggung jawab Peserta.

d. Keterlambatan pembayaran Iuran Jaminan Kesehatan dikenakan

denda administratif sebesar 2% (dua persen) per bulan dari total iuran

yang tertunggak dan dibayar oleh Pemberi Kerja.

2
e. Peserta Pekerja Bukan Penerima Upah dan Peserta bukan Pekerja

wajib membayar Iuran Jaminan Kesehatan pada setiap bulan yang

dibayarkan paling lambat tanggal 10 (sepuluh) setiap bulan kepada

BPJS Kesehatan.

f. Penjaminan akan dihentikan sementara jika keterlambatan

pembayaran iuran lebih dari 6 bulan.

C. Tinjauan Umum Tentang Rumah Sakit

1. Definisi Rumah Sakit

Menurut WHO (World Health Organization), rumah sakit adalah bagian

integral dari suatu organisasi sosial dan kesehatan dengan fungsi

menyediakan pelayanan paripurna (komprehensif), penyembuhan penyakit

(kuratif) dan pencegahan penyakit (preventif) kepada masyarakat. Rumah

sakit juga merupakan pusat pelatihan bagi tenaga kesehatan dan pusat

penelitian medik.

Rumah sakit adalah salah satu sarana kesehatan tempat

menyelenggarakan upaya kesehatan yang bertujuan untuk mewujudkan

derajat kesehatan yang optimal bagi masyarakat. Upaya kesehatan

diselenggarakan dengan pendekatan pemeliharaan, peningkatan kesehatan

(promotif), pencegahan penyakit (preventif), penyembuhan penyakit

(kuratif), dan pemulihan kesehatan (rehabilitatif), yang dilaksanakan

secara menyeluruh, terpadu, dan berkesinambungan. Rumah sakit harus

dibangun dan dilengkapi serta dipelihara dengan baik untuk menjamin

pelayanan kesehatan, keselamatan pasiennya, harus menyediakan

2
fasilitas yang

lapang, dan terjamin sanitasinya untuk kesembuhan pasien (Ariadi, 2015).

3
Berdasarkan undang-undang No. 44 Tahun 2009 tentang rumah sakit,

yang dimaksudkan dengan rumah sakit adalah institusi pelayanan kesehatan

yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna

yang menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan, dan gawat darurat (UU

No. 44 Tahun 2009).

2. Tugas dan Fungsi Rumah Sakit

Rumah sakit mempunyai misi memberikan pelayanan kesehatan yang

bermutu dan terjangkau oleh masyarakat dalam rangka meningkatkan

derajat kesehatan masyarakat. Tugas rumah sakit umum adalah

melaksanakan upaya pelayanan kesehatan secara berdaya guna dan berhasil

guna dengan mengutamakan penyembuhan dan pemulihan yang dilaksanakan

secara serasi dan terpadu dengan peningkatan dan pencegahan serta

pelaksanaan upaya rujukan.

Untuk menyelenggarakan fungsinya, maka rumah sakit

menyelenggarakan kegiatan:

a. Pelayanan medis

b. Pelayanan dan asuhan keperawatan

c. Pelayanan penunjang medis dan nonmedis

d. Pelayanan kesehatan kemasyarakatan dan rujukan

e. Pendidikan, penelitian dan pengembangan

f. Administrasi umum dan keuangan.

3
Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 44 Tahun

2009, rumah sakit umum mempunyai fungsi:

a. Penyelenggaraan pelayanan pengobatan dan pemulihan kesehatan

sesuai dengan standar pelayanan rumah sakit.

b. Pemeliharaan dan peningkatan kesehatan perorangan melalui

pelayanan kesehatan yang paripurna tingkat kedua dan ketiga sesuai

kebutuhan medis.

c. Penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan sumber daya manusia

dalam rangka peningkatan kemampuan dalam pemberian pelayanan

kesehatan.

d. Penyelenggaraan penelitian dan pengembangan serta penapisan

teknologi bidang kesehatan dalam rangka peningkatan pelayanan

kesehatan dengan memperhatikan etika ilmu pengetahuan bidang

kesehatan.

3. Klasifikasi Rumah Sakit

Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia

No.340/Menkes/Per/III/2010, rumah sakit dapat diklasifikasikan berdasarkan

kepemilikan, jenis pelayanan, dan kelas.

a. Berdasarkan kepemilikan.

Rumah sakit yang termasuk ke dalam jenis ini adalah rumah sakit

pemerintah (pusat, provinsi, dan kabupaten), rumah sakit BUMN (ABRI),

dan rumah sakit yang modalnya dimiliki oleh swasta (BUMS) ataupun

3
Rumah Sakit milik luar negri (PMA).

3
b. Berdasarkan Jenis Pelayanan.

Yang termasuk ke dalam jenis ini adalah rumah sakit umum, rumah sakit

jiwa, dan rumah sakit khusus (misalnya rumah sakit jantung, ibu dan

anak, rumah sakit mata, dan lain-lain).

c. Berdasarkan Kelas.

Rumah sakit berdasarkan kelasnya dibedakan atas rumah sakit kelas A, B

(pendidikan dan non-pendidikan), kelas C, kelas D.

1) Rumah sakit umum kelas A, adalah rumah sakit umum yang

mempunyai fasilitas dan kemampuan pelayanan medik spesialistik

luas dan subspesialistik luas.

2) Rumah sakit umum kelas B, adalah rumah sakit umum yang

mempunyai fasilitas dan kemampuan pelayanan medik sekurang-

kurangnya sebelas spesialistik dan subspesialistik terbatas.

3) Rumah sakit umum kelas C, adalah rumah sakit umum yang

mempunyai fasilitas dan kemampuan pelayanan medik spesialistik

dasar.

4) Rumah sakit umum kelas D, adalah rumah sakit umum yang

mempunyai fasilitas dan kemampuan pelayanan medik dasar.

D. Tinjauan Umum Tentang Variabel Yang Diteliti

1. Pendidikan

.Pendidikan adalah proses mengubah sikap dan tata laku seseorang

atau kelompok orang, yang diusahakan mendewasakan manusia melalui

upaya
p engajaran dan pelatihan Pendidikan didefinisikan sebagai tingkat

pendidikan formal tertinggi yang dicapai dan ditunjukkan dengan

3
ijasah. Berdasarkan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang

Sistem Pendidikan Nasional, pendidikan digolongkan menjadi 3 (tiga)

kategori yaitu pendidikan rendah (tidak sekolah, tamat SD/MI/MTS),

pendidikan menengah (tamat SMA/MA/SMK/MAK), pendidikan tinggi

(tamat Diploma/Sarjana/Magister/Spesialis).

Menurut Handayani, dkk (2013:7) pendidikan mempengaruhi persepsi

risiko, derajat keengganan menerima risiko dan persepsi terhadap

besarnya kerugian. Semakin tinggi tingkat pendidikan, semakin

bertambah pengetahuan mengenai informasi jaminan kesehatan dan

kebutuhannya terhadap pelayanan kesehatan. Ketika seseorang memiliki

tingkat pendidikan tinggi maka dapat lebih memahami dan mengetahui

manfaat serta kebutuhan yang dianggap penting seperti kebutuhan akan

pelayanan kesehatan yang dapat dijamin dengan cara membayar iuran

jaminan kesehatan sehingga tingkat keinginan seseorang dalam

membayar iuran tersebut akan semakin meningkat, dan sebaliknya jika

seseorang memiliki tingkat pendidikan rendah dapat menurunkan

keinginannya dalam membayar iuran jaminan kesehatan karena tingkat

pemahaman serta pengetahuan mengenai adanya iuran jaminan kesehatan

masih rendah.

2. Pengetahuan

Pengetahuan pasien BPJS mandiri adalah semua informasi yang

dimiliki
m oleh pasien mengenai kepatuhan dalam membayar premi BPJS

serta informasi yang berhubungan dengan fungsinya sebagai

3
andiri serta pengetahuan lainnya yang terkait dengan produk dan jasa

serta informasi yang berhubungan dengan fungsinya sebagai

3
Pengetahuan yang baik memiliki peluang pengambilan keputusan yang

positif termasuk dalam kepatuhan membayar premi BPJS.

Hal ini sesuai dengan teori (Notoatmodjo, 2014) bahwa pengetahuan

merupakan hasil tahu dan nilai yang terjadi setelah orang melakukan

penginderaan terhadap suatu obyek tertentu. Pengetahuan kognitif

merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan

seseorang. Kurangnya pengetahuan peserta mengenai pembayaran iuran

termasuk konsekuensi ketidakpatuhan pembayaran iuran merupakan

faktor penghambat keberlanjutan pembayaran iuran pada peserta JKN non

PBI mandiri yang juga ditemukan pada penelitian yang dilakukan oleh

(Intiasari, 2016).

3. Pekerjaan

Menurut Notoatmodjo (2010: 207), pekerjaan adalah aktivitas atau

kegiatan yang dilakukan oleh seseorang sehingga memperoleh

penghasilan. Setiap keluarga dalam memenuhi kebutuhan selalu dikaitkan

dengan mata pencahariannya, disamping kecakapan dan hasil yang

diperoleh. Jenis pekerjaan seseorang berhubungan dengan tingkat

pendapatan yang dihasilkan. Seseorang akan memperoleh pendapatan

sesuai dengan jenis pekerjaan yang dimiliki. Pendapatan yang diperoleh

dari hasil bekerja tersebut merupakan penghasilan yang digunakan untuk

memenuhi kebutuhan hidup, salah satunya adalah menyisihkan

penghasilan tersebut untuk membayar iuran asuransi kesehatan (Widyasih,

201

3
4. Pendapatan

Pendapatan adalah penghasilan yang timbul dari aktifitas masyarakat

setiap bulannya sesuai standar upah minimum pendapatan perkapita

daerah. Menurut Sakinah, dkk (2014) bahwa ada hubungan yang

signifikan antara tingkat pendapatan masyarakat dengan kesadaran

masyarakat dalam berasuransi. Semakin tinggi pendapatan seseorang

maka semakin tinggi kesadaran masyarakat dalam berasuransi dan

membayar iuran. Begitu pula dengan pengaruh pendapatan terhadap

kepatuhan masyarakat dalam membayar iuran Jaminan Kesehatan

Nasional (JKN).

Pendapatan seseorang memegang peranan penting tingginya

kesadaran seseorang terhadap kepatuhan dalam membayar iuran Jaminan

Kesehatan Nasional (JKN). Pendapatan yang rendah mampu menurunkan

kepatuhan masyarakat dalam membayar iuran Jaminan Kesehatan

Nasional (JKN) karena masih banyak kebutuhan yang harus dipenuhi

oleh keluarga sehingga tidak ada alokasi pendapatan yang digunakan

peserta untuk membayar iuran tersebut. Lain halnya dengan yang

berpendapatan tinggi dan mempunyai tingkat kesejahteraan menengah

keatas memiliki tingkat kepatuhan yang tinggi dalam membayar iuran

Jaminan Kesehatan Nasional (BPJS, 2014).

5. Persepsi

d Menurut Sugihartono, dkk (2007:8) persepsi adalah kemampuan otak

salam menerjemahkan stimulus atau proses untuk menerjemahkan

3
timulus yang masuk ke dalam alat indera manusia. Persepsi manusia

3
terdapat perbedaan sudut pandang dalam penginderaan. Pembentukan

persepsi sangat dipengaruhi oleh informasi atau rangsangan yang pertama

kali diperolehnya.

Persepsi masyarakat terhadap pelayanan kesehatan yang telah

bekerjasama dengan badan penyelenggara asuransi kesehatan dapat

mempengaruhi keinginan masyarakat untuk terus membayar iuran

Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) secara teratur. Pengalaman pertama

yang tidak menyenangkan pada pelayanan kesehatan yang diterima

masyarakat akan berpengaruh terhadap pembentukan persepsi seorang

terhadap kebutuhan untuk memperpanjang masa kepesertaaannya serta

keteraturan masyarakat dalam membayar iuran Jaminan Kesehatan

Nasional (JKN). Sebaliknya bagi peserta asuransi kesehatan yang

memiliki persepsi positif terhadap tempat pelayanan kesehatan akan

meningkatkan keteraturannya dalam membayar iuran asuransi kesehatan

karena peserta telah mendapatkan pelayanan serta pengalaman yang baik

saat mendapatkan pelayanan kesehatan sehingga akan meningkatkan

kesinambungan kepesertaan dana sehat tersebut (BPJS Kesehatan, 2014).

6. Motivasi

Menurut John Elder dalam Notoatmodjo (2010:144), mendefinisikan

motivasi sebagai interaksi antara perilaku dan lingkungan sehingga dapat

meningkatkan, menurunkan atau mempertahankan perilaku. Teori

m motivasi enurut Maslow (1992) menyatakan motivasi didasarkan atas

k tingkat

3
ebutuhan yang disusun menurut prioritas kekuatannya. Apabila

3
kebutuhan pada tingkat bawah telah dipenuhi, maka kebutuhan ini akan

menimbulkan kebutuhan untuk memenuhi kebutuhan yang lebih tinggi.

Sehingga ketika adanya Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) dijadikan

sebagai kebutuhan yang diprioritaskan oleh masyarakat maka masyarakat

akan teratur dalam membayar iuran Jaminan Kesehatan Nasional (JKN).

Menurut Iriani (2009), kemauan seseorang untuk membayar iuran sangat

dipengaruhi oleh motivasi yang dimiliki oleh setiap orang. Motivasi

seseorang dapat timbul karena berbagai hal, baik yang bersifat positif

yaitu motivasi yang dapat menguntungkan dan negatif yaitu motivasi

yang dapat memberikan kerugian.

3
BAB III

KERANGKA KONSEP

A. Dasar Pemikiran Variabel yang Diteliti

Pemerintah menyebutkan bahwa di tahun 2019 seluruh rakyat Indonesia

wajib menjadi anggota JKN karena dengan adanya JKN masyarakat yang sakit

akan merasakan dampak layanan kesehatan yang mereka terima sebagai

peserta JKN yaitu pemeriksaan, perawatan, dan pengobatan dijamin oleh

BPJS Kesehatan.

Pemberian pelayanan kesehatan bagi pasien peserta mandiri JKN sangat

ditentukan oleh kepatuhan dalam membayar iuran setiap bulannya. Kepatuhan

merupakan ketaatan atau ketidaktaatan pada perintah atau aturan. Sedangkan

kepatuhan dalam membayar iuran berarti perilaku seseorang yang memiliki

kemauan membayar iuran secara tepat berdasarkan waktu yang telah

ditetapkan.

Menurut Lawrence Green (1980) dalam Notoatmodjo (2010: 164) ada

beberapa faktor yang dapat mempengaruhi perubahan perilaku seseorang

untuk menjadi taat atau tidak taat terhadap pembayaran iuran JKN, yang

diantaranya dipengaruhi oleh faktor predisposisi (predisposing factor), faktor

pendukung (enabling factor) dan faktor pendorong (reinforcing factor).

Adapun beberapa variabel yang diteliti yaitu:

1. Pendidikan

Pendidikan adalah proses mengubah sikap dan tata laku seseorang

katau elompok orang, yang diusahakan mendewasakan manusia melalui

3
upaya

3
pengajaran dan pelatihan. Semakin tinggi tingkat pendidikan, semakin

bertambah pengetahuan mengenai informasi jaminan kesehatan dan

kebutuhannya terhadap pelayanan kesehatan yang dapat dijamin dengan

cara membayar iuran jaminan kesehatan sehingga tingkat keinginan

seseorang dalam membayar iuran tersebut akan semakin meningkat.

2. Pekerjaan

Jenis pekerjaan seseorang berhubungan dengan tingkat pendapatan

yang dihasilkan. Seseorang akan memperoleh pendapatan sesuai dengan

jenis pekerjaan yang dimiliki. Pendapatan yang diperoleh dari hasil

bekerja tersebut merupakan penghasilan yang digunakan untuk memenuhi

kebutuhan hidup, salah satunya adalah menyisihkan penghasilan tersebut

untuk membayar iuran asuransi kesehatan.

3. Pendapatan

Pendapatan seseorang memegang peranan penting tingginya

kesadaran seseorang terhadap kepatuhan dalam membayar iuran Jaminan

Kesehatan Nasional (JKN). Pendapatan yang rendah mampu menurunkan

kepatuhan masyarakat dalam membayar iuran Jaminan Kesehatan

Nasional (JKN) karena masih banyak kebutuhan yang harus dipenuhi

oleh keluarga sehingga tidak ada alokasi pendapatan yang digunakan

peserta untuk membayar iuran tersebut.

4. Pengetahuan

Kurangnya pengetahuan peserta mengenai pembayaran iuran

ktermasuk onsekuensi ketidakpatuhan pembayaran iuran merupakan

3
faktor

3
penghambat keberlanjutan pembayaran iuran pada peserta JKN non PBI

mandiri.

5. Persepsi

Persepsi masyarakat terhadap pelayanan kesehatan yang telah

bekerjasama dengan badan penyelenggara asuransi kesehatan dapat

mempengaruhi keinginan masyarakat untuk terus membayar iuran

Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) secara teratur. Pengalaman pertama

yang tidak menyenangkan pada pelayanan kesehatan yang diterima

masyarakat akan berpengaruh terhadap pembentukan persepsi seorang

terhadap kepatuhan masyarakat dalam membayar iuran Jaminan

Kesehatan Nasional (JKN).

6. Motivasi

Motivasi didasarkan atas tingkat kebutuhan yang disusun menurut

prioritas kekuatannya. Apabila kebutuhan pada tingkat bawah telah

dipenuhi, maka kebutuhan ini akan menimbulkan kebutuhan untuk

memenuhi kebutuhan yang lebih tinggi. Sehingga ketika adanya Jaminan

Kesehatan Nasional (JKN) dijadikan sebagai kebutuhan yang

diprioritaskan oleh masyarakat maka masyarakat akan teratur dalam

membayar iuran Jaminan Kesehatan Nasional (JKN).

3
B. Kerangka Teori

Faktor Predisposisi

Pendidikan
Pekerjaan
Pendapatan
Pengetahuan
Motivasi

Pengeluaran rata- rata perbulan


Kemauan Membayar
Kemampuan Membayar

Kepatuhan membayar iuran

Faktor Pendukung

Jarak menuju tempat pembayaran


Waktu tempuh menuju tempat pembayaran
Tempat pembayaran

= Variabel diteliti

= Variabel tidak diteliti

Faktor Pendorong
a. Persepsi

Gambar 2 Kerangka teori


Sumber : Teori modifikasi Lawrence Green (1980) dalam Pratiwi (2015)

3
C. Kerangka Konsep
Pendidikan

Pekerjaan

Pendapatan
Kepatuhan Membayar Iuran BPJS Kesehatan

Pengetahuan

Persepsi

Motivasi

Keterangan :

: Variabel Independen
: Variabel Dependen

Gambar 3
Kerangka Konsep Penelitian

D. Definisi Operasional dan Kriteria Objektif

Berikut ini definisi operasional dan kriteria objektif dari variabel yang

digunakan pada penelitian :

1. Pendidikan

Yang dimaksud dengan pendidikan adalah jenjang pendidikan formal

terakhir yang pernah diikuti responden. Variabel pendidikan dibagi

dalam lima kategori dengan memakai skala ordinal, yaitu:

1) Tidak sekolah/tidak tamat SD


2) Tamat SD

3
3) Tamat SMP

4) Tamat SMA

5) Tamat Perguruan Tinggi (D1/D3/S1/S2/S3)

Kriteria objektif:

a. Tinggi, jika jenjang pendidikan terakhir responden minimal tamat

SMA.

b. Rendah, jika jenjang pendidikan terakhir responden maksimal tamat

SMP (UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional)

2. Pekerjaan

Pekerjaan adalah segala bentuk aktivitas seseorang yang dilakukan

secara rutin serta mendapatkan imbalan berupa penghasilan/gaji.

Variabel pekerjaan dibagi dalam lima kategori dengan memakai skala

ordinal, yaitu:

a. Tidak bekerja

b. Pedagang/Wiraswasta

c. Karyawan Swasta

d. Pegawai Negeri/TNI/Polri

e. Lain-lain

Kriteria objektif:

a. Bekerja, jika pekerjaan responden sebagai PNS/TNI/Polri,

karyawan swasta, pedagang/wiraswasta, dan lain-lain.

b. Tidak bekerja, jika responden tidak bekerja aktif (tidak bekerja,

pensiunan, dan/atau ibu rumah tangga) (Widiantari, 2015).

3
3. Pendapatan

Pendapatan keluarga adalah seluruh penghasilan keluarganya,

pendapatan keluarga ditambah dengan penghasilan seluruh anggota

keluarga dalam satu bulan yang dihitung dalam satuan rupiah.

Pendapatan keluarga dibagi menjadi 2 kategori berdasarkan Upah

Minimum Karyawan (UMK) Provinsi Sulawesi Selatan tahun 2016 yaitu

sebesar Rp

2.250.0. Hal ini berdasarkan Keputusan Gubernur Nomor

2424/XI/2015 per 2 November 2015.

Kriteria objektif:

a. Kurang, jika pendapatan keluarga < Rp2.250.000,-.

b. Cukup, jika pendapatan keluarga ≥ Rp2.250.000,-.

(Keputusan Gubernur Nomor 2424/XI/2015)

4. Pengetahuan

Pengetahuan mengenai tarif adalah pengetahuan masyarakat terkait

iuran JKN. Variabel pengetahuan dibagi dalam delapan pertanyaan

dengan memakai skala nominal, yaitu:

a. Definisi JKN

b. Manfaat JKN

c. Penggolongan Kepesertaan JKN

d. Kelas Perawatan JKN

e. Lain-lain

f. Iuran JKN

3
g. Fasilitas Pelayanan dijamin JKN

4
Skoring:

Pengetahuan diukur 8 pertanyaan dengan penilaian sebagai berikut :

Benar = 1

Salah = 0

Nilai maksimum = 8

Nilai minimum = 0

Selanjutnya dari range 0-8 dikelompokkan menjadi 2 kategori yaitu

rendah dan tinggi.

Perhitungan :

Rentang : Nilai maksimum-minimum = 8-0 = 8

Panjang kelas interval = Rentang/banyak kelas = 8/2 = 4

Kriteria objektif

a. Pengetahuan rendah, jika tingkat pemahaman responden tentang

JKN menunjukkan skor 0-4

b. Pengetahuan tinggi, jika tingkat pemahaman responden tentang JKN

menunjukkan skor 5-8.

5. Persepsi

Persepsi masyarakat terhadap pelayanan kesehatan yang telah

bekerjasama dengan badan penyelenggara asuransi kesehatan dapat

mempengaruhi keinginan masyarakat untuk terus membayar iuran

Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) secara teratur. Pengalaman pertama

yang tidak menyenangkan pada pelayanan kesehatan yang diterima

masyarakat akan berpengaruh terhadap pembentukan persepsi

4
terhadap kepatuhan masyarakat dalam membayar iuran Jaminan

Kesehatan Nasional (JKN). Pengukuran variabel persepsi menggunakan

skala Likert yang diukur melalui jawaban kuesioner dengan jumlah

pertanyaan yang diajukan sebanyak 6 pertanyaan. Setiap pertanyaan

memiliki skor 1 sampai 4, dengan kategori:

Untuk pertanyaan positif :

a. Sangat Setuju (SS) = 4

b. Setuju (S) = 3

c. Tidak Setuju (TS) = 2

d. Sangat Tidak Setuju (STS) = 1

Untuk pertanyaan negatif :

a. Sangat Setuju (SS) = 1

b. Setuju (S) = 2

c. Tidak Setuju (TS) = 3

d. Sangat Tidak Setuju (STS) = 4

Sehingga didapat skor penilaian sebagai berikut

a. Jumlah pertanyaan sebanyak 6 nomor.

b. Skor tertinggi = 6 × 4 = 24 (100%)

c. Skor terendah = 6 × 1 = 6 (25%)

d. Range = Skor tertinggi – Skor terendah

= 100% - 25%

4
= 75%

4
e. Interval. Perhitungan interval dengan menggunakan rumus (Sudarto,

1999).

R
I =
K

75%
I =
2

= 37,5%

f. Skor standar = 100% - 37,5%

= 62,5%

Kriteria objektif:

a. Positif, jika skor responden ≥ 62,5%.

b. Negatif, jika skor responden < 62,5%.

6. Motivasi

Dorongan dari dalam diri manusia yang menjadi pangkal seseorang

untuk melakukan tindakan. Motivasi membayar premi seseorang

mencerminkan tingkat kepatuhan membayarnya. Variabel tersebut diukur

melalui jawaban kuesioner dengan jumlah pertanyaan yang diajukan

sebanyak 6 pertanyaan, setiap pertanyaan diberikan alternatif jawaban :

Ya : skor 1

Tidak : skor 0

Sehingga diperoleh :

a. Nilai maksimal = 6

b. Nilai minimal = 0

4
Selanjutnya dari range 0-6 dikelompokkan menjadi 2 kategori yaitu

tinggi dan rendah. Panjang kelas interval pada masing-masing kategori,

dengan perhitungan :

Rentang = max-min = 6-0 = 6

Banyak kelas = 2

Panjang kelas = Rentang/banyak kelas = 6/2 = 3

Kriteria objektif :

a. Motivasi rendah, jika skor 0 ≤ - ≤ 3

b. Motivasi tinggi, jika skor 4≤ - ≤6.

7. Kepatuhan membayar

Pembayaran iuran yang dilakukan oleh responden sesuai dengan

waktu yang telah ditetapkan.

Kriteria objektif :

a. Patuh, apabila responden membayar premi paling lambat tanggal 10

setiap bulannya.

b. Kurang patuh, apabila responden membayar premi lebih dari tanggal

10 (minimal 1x tunggakan) setiap bulannya.

E. Hipotesis

1. Hipotesis Nol (Ho)

a. Tidak ada hubungan antara pendidikan dengan kepatuhan membayar

iuran BPJS Kesehatan pada pasien peserta mandiri.

b. Tidak ada hubungan antara pengetahuan dengan kepatuhan membayar

iuran BPJS Kesehatan pada pasien peserta mandiri.

4
c. Tidak ada hubungan antara pekerjaan dengan kepatuhan membayar

iuran BPJS Kesehatan pada pasien peserta mandiri.

d. Tidak ada hubungan antara pendapatan dengan kepatuhan membayar

iuran BPJS Kesehatan pada pasien peserta mandiri.

e. Tidak ada hubungan antara persepsi dengan kepatuhan membayar

iuran BPJS Kesehatan pada pasien peserta mandiri.

f. Tidak ada hubungan antara motivasi dengan kepatuhan membayar

iuran BPJS Kesehatan pada pasien peserta mandiri.

2. Hipotesis Alternatif (Ha)

a. Ada hubungan antara pendidikan dengan kepatuhan membayar iuran

BPJS Kesehatan pada pasien peserta mandiri.

b. Ada hubungan antara pengetahuan dengan kepatuhan membayar iuran

BPJS Kesehatan pada pasien peserta mandiri.

c. Ada hubungan antara pekerjaan dengan kepatuhan membayar iuran

BPJS Kesehatan pada pasien peserta mandiri.

d. Ada hubungan antara pendapatan dengan kepatuhan membayar iuran

BPJS Kesehatan pada pasien peserta mandiri.

e. Ada hubungan antara persepsi dengan kepatuhan membayar iuran

BPJS Kesehatan pada pasien peserta mandiri.

f. Ada hubungan antara motivasi dengan kepatuhan membayar iuran

BPJS Kesehatan pada pasien peserta mandiri.

4
BAB IV

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian kuantitatif dengan

pendekatan survei analitik. Penelitian ini menggunakan desain cross sectional

yang dimaksudkan untuk memperoleh informasi kepatuhan membayar iuran

BPJS Kesehatan Mandiri pada pasien di RSUD Labuang Baji.

B. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di instalasi rawat inap RSUD Labuang Baji Kota

Makassar. Waktu penelitian dilaksanakan pada 6 Februari sampai dengan 16

Maret 2018.

C. Populasi dan Sampel Penelitian

1. Populasi

Populasi merupakan keseluruhan objek penelitian atau objek yang

diteliti (Notoatmodjo, 2010:115). Populasi dalam penelitian ini adalah

seluruh pasien peserta JKN mandiri di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit

Umum Daerah Labuang Baji per Desember 2017 sebanyak 2023 pasien

dengan rata-rata pengunjung setiap bulannya adalah 168 pasien BPJS

Mandiri.

2. Sampel

Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh

populasi tersebut. Sampel dalam penelitian ini diambil dengan

menggunakan metode purposive sampling yaitu teknik penentuan sampel

4
dengan pertimbangan tertentu. Artinya setiap subjek yang diambil dari

populasi dipilih dengan sengaja berdasarkan tujuan dan pertimbangan

peneliti. Besar sampel yang diambil dengan menggunakan rumus Stanley

Lameshow, sebagai berikut:

𝑁.𝑍2.𝑃.𝑄
n =
𝑑2(𝑁−1)+𝑍2.𝑃.𝑄

Keterangan :

n = Besar sampel

N = Besar populasi

Z = Tingkat kemaknaan (1,96)

P = Perkiraan proporsi sampel (0,5)

Q = 1 ; P=1 – 0,5 = 0,5

d = Tingkat kesalahan 5% = 0,05

Sehingga jika dihitung dengan rumus diatas, diperoleh besar sampel

sebagai berikut:
2
168 (1,96 ).0,5.0,5
n= 2 2
(0,05 ).(168−1)+1.96 .0,5.0,5

168 × 3,84 × 0,25


n = 0,4175+ 0,9604

161,3472
n = 1,3779

n = 117 sampel

4
Kriteria responden :

a. Pasien BPJS mandiri

b. Kepala keluarga atau anggota keluarga yang bertanggung jawab

membayarkan premi/iuran

c. Pasien/keluarga pasien bersedia untuk menjadi responden dan siap

diwawancarai

D. Pengumpulan Data

Data yang dikumpulkan terdiri dari data primer dan data sekunder, yaitu:

1. Data primer

Data primer penelitian ini diperoleh dari 117 responden melalui

wawancara langsung dengan menggunakan kuesioner yang telah

disiapkan mengenai hal-hal yang berkaitan dengan penelitian yaitu data

karakteristik responden di instalasi rawat inap RSUD Labuang Baji.

2. Data sekunder

Data sekunder penelitian ini diperoleh dari data BPJS Kesehatan

2017, gambaran kondisi rumah sakit Labuang Baji, total jumlah peserta

BPJS mandiri di Kota Makassar dan Provinsi Sulawesi Selatan, data

kunjungan pasien rawat inap BPJS mandiri di RSUD Labuang Baji, dan

sumber- sumber lainnya yang berkaitan dengan penelitian ini.

E. Pengolahan Data

Pengolahan data dilakukan dengan menggunakan komputerisasi

program SPSS (Statistical Packages for the Social Sciences) versi 20 dengan

langkah-langkah sebagai berikut:

4
1. Editing

Melakukan pemeriksaan kelengkapan dan kebenaran pada setiap data

yang telah dikumpulkan untuk memastikan bahwa tidak ada kesalahan

dan data yang kosong pada setiap variabel.

2. Coding

Adapun langkah-langkah dalam coding data, sebagai berikut:

1) Pembuatan daftar variabel

2) Pembuatan daftar coding

3) Pemindahan isi list variabel ke dalam daftar coding

4) Pembuatan program entri atau tabulasi data sesuai dengan daftar

variabel.

3. Entry Data

Setelah melakukan koding di SPSS, selanjutnya menginput data pada

masing-masing variabel. Urutan data yang diinput berdasarkan nomor

responden pada kuesioner.

4. Cleaning Data

Setelah proses penginputan data, maka dilakukan cleaning data

dengan cara melakukan analisis frekuensi pada semua variabel untuk

melihat ada tidaknya missing data. Data yang missing dibersihkan

sehingga dapat dilakukan proses analisis.

F. Analisis Data

Analisis data merupakan bagian yang sangat penting dalam metode ilmiah

karena analisis data dapat memberikan arti dan makna yang berguna dalam

5
memecahkan masalah penelitian. Analisis dalam penelitian ini berupa analisis

data univariat, bivariat dan multivariat (Notoatmodjo, 2010:180).

a. Analisis univariat

Analisis univariat dilakukan terhadap tiap variabel hasil penelitian

dengan menggunakan tabel distribusi frekuensi sehingga menghasilkan

distribusi dan presentasi dari setiap variabel penelitian dan untuk

mengetahui gambaran masing-masing variabel yang dipaparkan dalam

tabel distribusi.

b. Analisis bivariat

Analisis bivariat dilakukan untuk mengetahui hubungan variabel

independen dengan variabel dependen dalam bentuk tabulasi silang

(crosstab) dengan menggunakan program SPSS dengan uji statistik chi-

square. Uji chi-square berguna untuk menguji hubungan atau pengaruh

dua variabel yang menggunakan taraf signifikan α = 0,05.

G. Penyajian Data

Data yang telah dianalisis disajikan dalam bentuk tabel distribusi

frekuensi dan disertai dengan asumsi penjelasan atau interpretasi dari setiap

tabel. Hal ini dilakukan agar data yang disajikan mudah untuk dipahami.

5
H. Sintesa Penelitian

No. Penulis/Tahun Judul Metode Variabel Hasil

1 Ni Made Sri Analisis Determinan - Metode penelitian: a. Variable Dependen : Hasil penelitian ini
Nopiyani/2015 Kepatuhan dan metode campuran Kepatuhan pembayaran menunjukkan bahwa beberapa
Pengembangan (mixed methods) iuran faktor yang berpengaruh
Strategi Peningkatan -Populasi: seluruh b. Variable Independen : terhadap ketidakpatuhan
Kepatuhan peserta JKN Non PBI Karakteristik pembayaran iuran JKN antara
Pembayaran Iuran Mandiri di Kota sosiodemografik (umur, lain kurangnya pengetahuan
Pada Peserta JKN Denpasar jenis kelamin), kelas tentang keterbatasan ekonomi
Non PBI Mandiri di -Sampel: kualitatif kepesertaan, dan adanya prioritas non
Kota Denpasar (informan FGD dipilih penggunaan manfaat kesehatan, ketidakpuasan
menggunakan JKN di FKTP, akan kualitas layanan
purposive sampling), penggunaan JKN di kesehatan yang diterima
sedangkan kuantitatif FKTL, pengetahuan dengan menggunakan BPJS,
sebanyak 19.496 tentang JKN, kurangnya pengetahuan tetang
peserta (data diperoleh ketersediaan informasi, pembayaran iuran dan
dari BPJS Kesehatan) keterjangkauan iuran, konsekuensi ketidakpatuhan
persepsi tentang pembayaran iuran, sistem
kualitas layanan pembayaran iuran yang sering
kesehatan, persepsi bermasalah, masih adanya
tentang risiko tanggungan Jaminan
sakit/kebutuhan Kesehatan Bali Mandara
kesehatan, persepsi (JKBM), persepsi tentang
tentang prosedur rendahnya resiko sakit dan
pembayaran resiko pengeluaran
katastrofik.

5
2 Arfiliyah Nur Faktor yang -Jenis penelitian : a. Variable Dependen : Hasil penelitian menunjukkan
Pratiwi/2015 Mempengaruhi penelitian analitik Keteraturan membayar bahwa tempat pembayaran
Keteraturan -Desain : cross iuran JKN iuran,
Membayar Iuran sectional b. Variable Independen : pendapatan, pengeluaran rata-
pada Peserta Jaminan -Lokasi : Instalasi Pekerjaan, rata perbulan, dan motivasi
Kesehatan Nasional rawat inap RS dr. pengetahuan, memiliki hubungan
(JKN) Kategori Soebandi Kabupaten pendapatan, motivasi, signifikan terhadap
Peserta Mandiri Jember pengeluaran rata-rata keteraturan membayar iuran
(Studi Kasus Pasien -Populasi : 2.335 pasien perbulan, tempat pada pasien peserta mandiri
Rawat Inap RS dr. -Sampel : 102 pasien pembayaran iuran, JKN. Sedangkan pekerjaan,
Soebandi Kabupaten rawat inap jarak dan waktu pengetahuan, jarak menuju
Jember) tempuh menuju tempat tempat pembayaran iuran,
pembayaran iuran, serta waktu menuju tempat
persepsi pembayaran iuran dan
persepsi terhadap tempat
pelayanan
kesehatan tidak memiliki
hubungan yang signifikan
terhadap keteraturan
membayar
iuran pada pasien peserta
mandiri JKN.
3 Chaerunnisa Kepatuhan -Jenis penelitian : a. Variable Dependen : Hasil penelitian menunjukkan
AR/2017 Membayar dan Mutu penelitian kuantitatif Kepatuhan membayar bahwa tidak ada pengaruh
Pelayanan Kesehatan analitik dan mutu pelayanan motivasi terhadap kepatuhan
Pasien BPJS Mandiri -Lokasi : RSUD Haji kesehatan membayar iuran pasien BPJS
di RSUD Haji Kota Kota Makassar b. Variable Independen : mandiri di RSUD Haji Kota
Makassar -Populasi : 2.124 pasien Pengetahuan, motivasi, Makassar

5
-Sampel : 173 pasien kelas sosial,
rawat inap (teknik pengalaman masa lalu,
pengambilan sampel dukungan keluarga
dengan menggunakan
purposive sampling)
4 Eti Dewi Mutiara Analisis Faktor- - Metode penelitian: a. Variable Dependen : Hasil penelitian menunjukkan
Subari/2014 Faktor yang metode campuran Intensi untuk menjadi bahwa tidak ada pengaruh
Memengaruhi Intensi (mixed methods) peserta jaminan yang signifikan dari sikap,
Masyarakat Kota - Desain: kesehatan norma subyektif dan persepsi
Cirebon menjadi sequential b. Variable Independen : kemampuan terhadap intensi
Peserta Mandiri exploratory Sikap, norma subyektif untuk menjadi peserta
Jaminan Kesehatan - Populasi: masyarakat dan persepsi jaminan kesehatan.
Kota Cirebon kemampuan untuk
- Sampel: kualitatif 30 menjadi peserta
responden (purposive jaminan kesehatan
sampling), sedangkan
kuantitatif sebanyak
210 responden (simple
random sampling)
5 Nurlaela Analisis Pelaksanaan - Metode penelitian: a. Variable Dependen : Berdasarkan hasil penelitian
Sari/2014 Program Jaminan kualitatif Kepesertaan JKN dapat disimpulkan bahwa
Kesehatan Nasional - Lokasi: Puskesmas b. Variable Independen : masyarakat kurang
dari Sisi Kepesertaan Kedaung Barat Tenaga kesehatan, memahami tentang program
di Puskesmas Kabupaten Tangerang sarana dan pendanaan Jaminan Kesehatan Nasional
Kedaung Barat, (dilihat dari cakupan
Kabupaten kepesertaan JKN yang masih
Tangerang Tahun sedikit) dikarenakan
2014 sosialisasi yang diberikan

5
oleh pemerintah belum
tersampaikan dengan baik.
6 Erlita Noviana Determinan Kemauan - Jenis penelitian : a. Variable Dependen : Hasil penelitian menunjukkan
Sihaloho/2015 Membayar Iuran analitik Kemauan membayar bahwa tingkat pendapatan,
Peserta Jaminan - Desain : case control iuran pada peserta JKN riwayat penyakit katastropik,
Kesehatan Nasional - Populasi : populasi mandiri mutu pelayanan di fasilitas
Mandiri di Wilayah kasus sebanyak b. Variable Independen : pelayanan kesehatan, dan
Kerja Dinas 244.207 kasus. Tingkat pendapatan, kemampuan membayar
Kesehatan Kota Sedangkan populasi pengetahuan, merupakan determinan
Semarang kontrol sebanyak pendidikan, adanya kemauan membayar iuran
710.592 jiwa riwayat penyakit peserta JKN mandiri di
- Sampel : sampel katastropik, jumlah wilayah kerja Dinas
minimal kasus dan anggota keluarga, Kesehatan Kota Semarang.
kontrol masing-masing informasi tentang JKN,
sebanyak 79 mutu pelayanan di
responden fasilitas kesehatan dan
kemampuan membayar.
7 Ryryn Suryaman Ability to Pay dan - Jenis penelitian : a. Variable Dependen : Hasil penelitian menunjukkan
Prana Putra/2014 Catastrophic kuantitatif Ability to pay dan bahwa sebagian besar peserta
Payment pada Peserta - Lokasi : kantor Catastrophic payment adalah wanita, kelompok umur
Pembayar Mandiri BPJS Kesehatan b. Variable Independen : di bawah 29 tahun, status telah
BPJS Kesehatan Kota Divisi Regional Jenis kelamin, umur, menikah, lulusan SMU/sederajat,
Makassar IX Provinsi pekerjaan, pendidikan, wiraswasta, lama bekerja 1-2
tahun, sebagian besar tidak
Sulawesi Selatan pengeluaran non
memiliki asuransi kesehatan lain,
- Populasi : 118.197 essensial, Catastrophic rata-rata memiliki dua orang
orang Payment tanggungan, serta rata-rata
- Sampel : 399 memilih premi kelas III (Rp
responden yang 25.500,-), Ability to Pay atau

5
dipilih kemampuan membayar
menggunakan peserta mandiri BPJS
accidental sampling Kesehatan Kota Makassar
tahun 2014 adalah Rp
405.484. Sedangkan
Catastrophic Payment peserta
pembayar mandiri BPJS
Kesehatan diketahui bahwa
hanya 2 responden (0,5%)
yang mendekati batas 10%
Catasthropic Payment yakni
sebesar 9% namun tidak ada
responden yang melebihi
batas Catasthropic.
8 Melinda/2016 Faktor-Faktor yang - Jenis penelitian : a. Variable Dependen : Hasil penelitian menunjukkan
Berhubungan dengan analitik explanatory Minat masyarakat bahwa tidak ada hubungan
Minat Masyarakat - Desain : dalam kepesertaan antara pengetahuan, situasi
dalam Keikutsertaan cross BPJS mandiri ekonomi dan kontrol perilaku
BPJS Mandiri di sectional b. Variable Independen : terhadap minat masyarakat
Kecamatan Bener - Lokasi : Instalasi Pengetahuan, persepsi dalam keikutsertaan BPJS
Kabupaten Purworejo rawat inap RS dr. tentang BPJS mandiri.
Soebandi Kabupaten kesehatan, situasi Sedangkan persepsi dan
Jember ekonomi, sikap, kontrol dukungan dari orang terdekat
- Populasi : keluarga perilaku, serta memiliki hubungan dengan
mampu/non gakin dukungan dari orang minat masyarakat dalam
yang belum menjadi terdekat. keikutsertaan BPJS mandiri.
peserta BPJS
kesehatan yang
tinggal
di Kecamatan Bener

5
- Sampel : 81 KK
9 Afwil Husni/2016 Kepatuhan Peserta - Jenis penelitian : a. Variable Dependen : Bedasarkan keadaan di
Badan Penyelenggara deskriptif analitis Kepatuhan peserta lapangan masalah kepatuhan
Jaminan Kesehatan - Lokasi : di wilayah BPJS dalam membayar masyarakat dalam membayar
Mandiri dalam kantor cabang BPJS premi premi BPJS Kesehatan di
Membayar Premi di Kota Padang b. Variable Independen : Kota Padang ternyata masih
Kota Padang - Populasi : Pengetahua, belum disiplin. Hal ini
masyarakat Kota pemahaman, faktor dibuktikan masih ada sekitar
Padang yang ekonomi, perubahan 46% peserta BPJS mandiri
menggunakan kartu peraturan dari BPJS, tidak membayar premi lebih
BPJS jarak menuju tempat dari 6 bulan.
- Sampel : responden pembayaran.
ditetapkan dengan
menggunakan
sistem
random sampling
10 Maya Andita Determinan - Jenis penelitian : a. Variable Dependen : Hasil penelitian menunjukkan
Aryani/2013 Willingness to Pay deskriptif analitis Willingness to pay bahwa tingkat penghasilan
(WTP) Iuran Peserta - Lokasi : RS Umum peserta BPJS kesehatan dan pendidikan terakhir yang
BPJS Kesehatan D.I Yogyakarta b. Variable Independen : di tempuh memiliki pengaruh
- Populasi : seluruh Usia, jumlah anggota terhadap willingness to pay
pasien yang keluarga, pendidikan peserta BPJS kesehatan.
menggunakan terakhir, tingkat
pelayanan penghasilan, dan
kesehatan BPJS di asumsi masyarakat
kelas III
- Sampel : 144
responden
11 Fathia Nauri Faktor-Faktor - Jenis penelitian : a. Variable dependen : Hasil penelitian menunjukkan
Lestari/2015 Perilaku Kepatuhan analitik Kepatuhan peserta bahwa kejelasan informasi
Peserta Mandiri memiliki hubungan dengan

5
Membayar Iuran - Lokasi : di wilayah mandiri membayar perilaku kepatuhan peserta
BPJS Kesehatan di kantor cabang BPJS iuran BPJS mandiri membayar iuran
Kantor Cabang Jakarta Selatan b. Variable independen : BPJS kesehatan.
Jakarta Selatan Tahun - Populasi : seluruh Umur, pekerjaan, lama
2015 peserta pembayar kepesertaan, channel
mandiri BPJS pembayaran, kejelasan
Kesehatan cabang informasi
Jakarta Selatan
12 Elmamy Faktor-Faktor yang - Jenis penelitian : a. Variabel dependen : Rata-rata nilai ATP Rp
Handayani/2013 Memengaruhi kuantitatif dengan Kemauan membayar 108.270, nilai terkecil Rp
Kemauan Masyarakat desain potong lintang iuran jaminan 10.000, dan terbesar Rp
Membayar Iuran melalui survey kesehatan 800.000, responden dengan
Jaminan Kesehatan di - Populasi : seluruh b. Variabel independen : kemampuan membayar > Rp
Kabupaten Hulu kepala keluarga Kemampuan 88.500 memiliki
Sungai Selatan di Kab. HSS membayar, kecenderungan WTP lebih
- Sampel : 142 karakteristik individu besar dibanding responden
responden dengan dan keluarga dengan kemampuan
teknik multistage membayar < Rp 88.500.
proportional random Responden yang memiliki
sampling tabungan untuk biaya
pelayanan kesehatan
cenderung memiliki WTP
lebih besar dibanding yang
tidak memiliki tabungan
13 Sigit Budhi Efektivitas Pelayanan - Jenis penelitian : a.Variabel dependen : Hasil dari penelitian
Prakoso/2015 Kesehatan BPJS di kuantitatif efektivitas pelayanan menunjukkan bahwa program
Puskesmas - Populasi : peserta kesehatan BPJS Kesehatan sudah
Kecamatan Batang BPJS Kesehatan di berjalan efektif, dimana

5
Kecamatan Batang b.Variabel independen : program tersebut dapat
sebanyak 62.542 orang kepesertaan, manfaat meningkatkan beban biaya
program, fasilitas masyarakat dalam
kesehatan dan mutu memperoleh kesehatan.
14 Ida Ayu Putri Hubungan Faktor - Jenis penelitian : a. Variabel dependen : Persepsi tentang manfaat pada
Wdhiastuti/2015 Sosiodemografi, kuantitatif kepesertaan JKN secara kedua kelompok respnden
Persepsi, dan - Desain : mandiri didapatkan hasil bahwa
Sosialisasi dengan cross b. Variabel independen : seanyak 137 orang (72,87%)
Kepesertaan Pasien sectional pendidikan, memiliki persepsi tentang
Rawat Jalan dalam penghasilan, persepsi manfaat tinggi dan 51 orang
Program Jaminan tentang kerentanan, (27,13%) memiliki persepsi
Kesehatan Nasional persepsi keparahan tentang manfaat rendah. Nilai
Secara Mandiri di masalah kesehatan yang 95% Cl 2,35-9.97, nilai crude
Puskesmas I diderita, persepsi OR adalah 4,85. Analisis
Denpasar Timur tentang ancaman multivariat menunjukkan
terhadap masalah variabel persepsi manfaat
kesehatan persepsi secara independen
tentang manfaat yang berhubungan dengan
didapat, persepsi kepesertaan JKN secara
tentang hambatan, mandiri dan berpeluang 4,53
sosialisasi tentang JKN kali lebih besar dibandingkan
variabel lainnya untuk
menjadi peserta JKN secara
mandiri.
15 Sabila Willingness to Pay Model yang a. Variabel dependen : Hasil penelitian ini
Fildzah/2016 (WTP) Fasilitas digunakan adalah kesediaan membayat menunjukkan dari ketiga
Badan Penyelenggara regresi linear variabel bebas yang
Jaminan Sosial berganda yang memengaruhi willingness to
menggunakan data

5
Kesehatan di Kota primer dengan b. Variabel independen : pay fasilitas BPJS Kesehatan
Banda Aceh judgemental atau usia, pendidikan, di Banda Aceh secara
purposive sampling pendapatan signifikan adalah variabel
pendapatan dan usia pada
tingkat sgnifikansi 10% dan
variabel pendidikan
berpengaruh tidak signifikan
secara statistik pada tingkat
signifikansi 10%.
16 Dhilla Maesa Faktor yang - Jenis penelitian : a. Variabel dependen Hasil penelitian menunjukkan
Putri/2016 Berhubungan dengan kuantitatif : kepatuhan peserta bahwa faktor yang
Kepatuhan Peserta - Desain : mandiri membayar berhubungan dengan
Mandiri dalam cross iuran JKN kepatuhan peserta mandiri
Membayar Iuran JKN sectional b. Variabel independen : membayar iuran JKN adalah
di Kota Padang - Populasi : semua pendidikan, pekerjaan, pendidikan, pendapatan, dan
Tahun 2016 peserta mandiri JKN pendapatan, jumlah jumlah anggota keluarga.
di Kota Padang anggota keluarga, Sedangkan faktor yang tidak
- Sampel : 105 kenaikan tarif iuran berhubungan adalah pekerjaan
responden dengan dan kenaikan tarif iuran JKN.
menggunakan teknik
proportionate random
sampling

6
BAB V

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian

1. Keadaan Geografis

Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Labuang Baji terletak di bagian

selatan Kecamatan Mamajang Kota Makassar tepatnya di Jalan Dr.

Ratulangi No. 81 Makassar. Adapun batas-batas geografis RSUD

Labuang Baji adalah sebagai berikut:

a. Sebelah utara berbatasan dengan Jalan Landak Lama

b. Sebelah timur berbatasan dengan Jalan Tupai

c. Sebelah selatan berbatasan dengan Perumahan Pendeta Ekss

d. Sebelah barat berbatasan dengan Jalan Dr. Ratulangi

2. Profil RSUD Labuang Baji

RSUD Labuang Baji Makassar didirikan pada tahun 1938 oleh

Zending Gereja Genoformaf Surabaya, Malang dan Semarang sebagai

rumah sakit Zending. RSUD Labuang Baji diresmikan pada tanggal 12

Juni 1938. Pada masa perang dunia ke II, rumah sakit ini digunakan oleh

pemerintah Kotapraja Makassar untuk menampung penderita korban

perang. Pada tahun 1946-1948, RSUD Labuang Baji mendapat bantuan

dari pemerintah Negara Indonesia Timur (NIT) dengan merehabilitasi

gedung-gedung yang hancur akibat perang. Kapasitas tempat tidur

yang
d tersedia pada saat

mendirikan bangunan permanen sehingga kapasitas tempat tidur

5
iresmikan adalah 25 tempat tidur. Pada tahun 1949-1951, Zending

mendirikan bangunan permanen sehingga kapasitas tempat tidur

5
170 tempat tidur (TT). Pada tahun 1952-1955, oleh pemerintah daerah

Kotapraja Makassar diberikan tambahan beberapa 60 bangunan ruangan,

sehingga kapasitas tempat tidur bertambah menjadi 190 TT. Sejak saat

itulah (1955) RSUD Labuang Baji dibiayai oleh pemerintah daerah

tingkat I Sulawesi Selatan. Pada tahun 1960, oleh Zending RSUD

Labuang Baji diserahkan kepada pemerintah daerah tingkat I Sulawesi

Selatan dan dikelola oleh Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Selatan

dengan akreditasi rumah sakit tipe C. Terhitung mulai tanggal 16 januari

1996, melalui Peraturan Daerah Provinsi Sulawesi Selatan No. 2 Tahun

1996, kelas rumah sakit ditingkatkan menjadi rumah sakit kelas B.

Peraturan Daerah tersebut diserahkan oleh Menteri Dalam Negeri pada

tanggal 7 Agustus 1996. Terakreditasi 5 bidang pelayanan pada tahun

2000, dan pada tanggal 13 September 2002 melalui PERDA Prov. Sul-Sel

No. 6/Tahun 2002 RSUD Labuang Baji berubah status dari rumah sakit

kelas B non pendidikan menjadi BP RSUD Labuang Baji yang berada di

bawah dan bertanggung jawab langsung kepada Gubernur melalui

Sekretaris Daerah. Desember 2004 terakreditasi (yang kedua kalinya) 12

bidang pelayanan dengan status akreditasi penuh. RSUD. Labuang Baji

Provinsi Sulawesi Selatan melalui Peraturan Daerah Nomor : 9 Tahun

2008 tanggal 21 Juli 2008 sebagai implementasi Peraturan Pemerintah

Nomor 41 Tahun 2007. Februari 2012 terakreditasi (yang ketiga

kalinya)
d 16 bidang pelayanan

2012 s/d 17 Februari

6
engan Predikat Lulus Tingkat Lengkap yang berlaku tanggal 17 Februari

2012 s/d 17 Februari

6
B. Hasil Penelitian

Penelitian dilakukan pada 6 Februari – 16 Maret 2018 di Rumah Sakit

Umum Daerah Labuang Baji Kota Makassar. Metode pengumpulan data

dengan menggunakan instrumen penelitian berupa kuesioner kepada 117

responden. Analisis data secara univariat dengan tabel distribusi frekuensi dan

analisis bivariat yang disertai dengan narasi.

1. Karakteristik Responden

Responden dalam penelitian ini berjumlah 117 orang, dengan

karakteristik sebagai berikut:

Tabel 2
Distribusi Responden Berdasarkan Karakteristik Responden
di Instalasi Rawat Inap RSUD Labuang Baji Kota Makassar
Jumlah Persentase
Kategori Karakteristik Responden
(n) (%)
Umur
≤ 35 tahun 30 25,6
36-50 tahun 35 29,9
51-65 tahun 42 35,9
> 65 tahun 10 8,5
Jenis Kelamin
Laki-laki 57 48,7
Perempuan 60 51,3
Pendidikan
Tamat SD 25 21,4
Tamat SMP 19 16,2
Tamat SMA 50 42,7
Tamat Perguruan Tinggi 23 19,7
Pekerjaan
Tidak Bekerja/IRT 49 41,9
Wiraswasta/Pedagang 33 28,2
Karyawan Swasta 20 17,1
Lain-lain (buruh, tukang bentor, 15 12,8
dll)
Sumber: Data Primer, 2018.

6
Berdasarkan tabel 2 di atas, diketahui bahwa karakteristik responden

berdasarkan umur yang paling banyak adalah kategori umur 51-65 tahun

yakni sebanyak 42 orang (35,9%). Karakteristik responden berdasarkan

jenis kelamin yang paling banyak adalah perempuan yakni sebanyak 60

orang (51,3%). Karakteristik responden berdasarkan pendidikan dan

pekerjaan masing-masing yang paling banyak adalah responden yang

pendidikan terakhirnya adalah SMA yakni sebanyak 50 orang (42,7%)

dan responden yang tidak bekerja (pengangguran, ibu rumah tangga dan

pensiunan) yakni sebanyak 49 orang (41,9%).

2. Analisis Univariat

a. Pendidikan

Tingkat pendidikan responden dibagi menjadi dua kategori yaitu

kategori pendidikan tinggi dan rendah. Hasilnya disajikan pada tabel

sebagai berikut.

Tabel 3
Distribusi Responden Berdasarkan Pendidikan
di Instalasi Rawat Inap RSUD Labuang Baji Kota Makassar
Pendidikan Jumlah (n) Persentase (%)
Tinggi 73 62,4
Rendah 44 37,6
Total 117 100
Sumber: Data Primer, 2018.

Berdasarkan tabel 3 di atas, menunjukkan bahwa dari 117

responden, terdapat 73 orang (62,4%) yang berpendidikan tinggi.

Sedangkan 44 orang (37,6%) di instalasi rawat inap RSUD Labuang

Baji adalah responden yang berpendidikan rendah.

6
b. Pekerjaan

Pekerjaan responden dibagi menjadi dua kategori yaitu bekerja

dan tidak bekerja. Hasilnya disajikan pada tabel sebagai berikut:

Tabel 4
Distribusi Responden Berdasarkan Pekerjaan di Instalasi Rawat
Inap RSUD Labuang Baji Kota Makassar
Pekerjaan N %
Bekerja 68 58,1
Tidak Bekerja 49 41,9
Total 117 100
Sumber: Data Primer, 2018.

Berdasarkan tabel 4 di atas, menunjukkan bahwa dari 117

responden, jumlah responden yang tidak bekerja adalah sebanyak 49

orang (41,9%). Sedangkan 68 orang (58,1%) responden di instalasi

rawat inap RSUD Labuang Baji memiliki pekerjaan sebagai

karyawan swasta, wiraswasta/pedagang, buruh, tukang becak/bentor

dan sopir angkutan umum.

c. Pendapatan

Pendapatan responden dibagi menjadi dua kategori yaitu

kategori pendapatan cukup dan kategori pendapatan kurang.

Hasilnya disajikan pada tabel sebagai berikut:

Tabel 5
Distribusi Responden Berdasarkan Pendapatan di Instalasi
Rawat Inap RSUD Labuang Baji Kota Makassar
Pendapatan n %
Cukup 61 52,1
Kurang 56 47,9
Total 117 100
Sumber: Data Primer, 2018.

6
Berdasarkan tabel 5 di atas, menunjukkan bahwa dari 117

responden, terdapat 61 orang (52,1%) yang berpendapatan cukup.

Sedangkan 56 orang (47,9%) berpendapatan kurang dari upah

minimun karyawan yang telah ditetapkan di Provinsi Sulawesi

Selatan.

d. Pengetahuan

Pengetahuan responden dibagi menjadi dua kategori yaitu

kategori pengetahuan tinggi dan kategori pengetahuan rendah.

Hasilnya disajikan pada tabel sebagai berikut:

Tabel 6
Distribusi Responden Berdasarkan Pengetahuan
di Instalasi Rawat Inap RSUD Labuang Baji Kota Makassar
Pengetahuan n %
Tinggi 90 76,9
Rendah 27 23,1
Total 117 100
Sumber: Data Primer, 2018.

Berdasarkan tabel 6 di atas, menunjukkan bahwa dari 117

responden, terdapat 90 orang (76,9%) yang memiliki tingkat

pengetahuan tinggi, sedangkan 27 orang (23,1%) memiliki tingkat

pengetahuan rendah.

e. Persepsi

Distribusi responden berdasarkan persepsi dibagi menjadi dua

kategori yaitu persepsi positif dan persepsi negatif yang disajikan

pada tabel sebagai berikut:

6
Tabel 7
Distribusi Responden Berdasarkan Persepsi
di Instalasi Rawat Inap RSUD Labuang Baji Kota Makassar
Persepsi n %
Positif 98 83,8
Negatif 19 16,2
Total 117 100
Sumber: Data Primer, 2018.

Berdasarkan tabel 7 di atas, menunjukkan bahwa dari 117

responden yang telah diwawancara, 98 orang (83,8%) menunjukkan

persepsi positif. Sedangkan 19 orang (16,2%) menunjukkan persepsi

negatif.

f. Motivasi

Distribusi responden berdasarkan motivasi dibagi menjadi dua

kategori yaitu motivasi tinggi dan motivasi rendah yang disajikan

pada tabel sebagai berikut:

Tabel 8
Distribusi Responden Berdasarkan Motivasi
di Instalasi Rawat Inap RSUD Labuang Baji Kota Makassar
Motivasi n %
Tinggi 91 77,8
Rendah 26 22,2
Total 117 100
Sumber: Data Primer, 2018.

Berdasarkan tabel 8 di atas, menunjukkan bahwa dari 117

responden yang telah diwawancara, 91 orang (77,8%) memiliki

motivasi yang tinggi untuk mematuhi pembiayaan iuran sebagai

pasien BPJS mandiri. Sedangkan 26 orang (22,2%) menunjukkan

motivasi rendah terhadap kepatuhan membayar iuran sebagai pasien

BPJS mandiri.

6
g. Kepatuhan Membayar

Distribusi responden berdasarkan tingkat kepatuhan membayar

premi pasien BPJS mandiri dibagi menjadi dua kategori yaitu patuh

dan kurang patuh, yang disajikan pada tabel sebagai berikut:

Tabel 9
Distribusi Responden Berdasarkan Kepatuhan Membayar
di Instalasi Rawat Inap RSUD Labuang Baji Kota Makassar
Kepatuhan Membayar n %
Patuh 79 67,5
Kurang Patuh 38 32,5
Total 117 100
Sumber: Data Primer, 2018.

Berdasarkan tabel 9 di atas, menunjukkan bahwa dari 117

responden, terdapat 79 orang (67,5%) yang patuh membayar iuran

BPJS mandiri, sedangkan 38 orang (32,5%) kurang patuh dalam

membayar iuran BPJS mandiri.

3. Analisis Bivariat

a. Variabel Pendidikan dengan Kepatuhan Membayar

Untuk mengetahui hubungan variabel pendidikan dengan

kepatuhan membayar dapat dilihat pada tabel sebagai berikut:

Tabel 10
Hubungan Pendidikan dengan Kepatuhan Membayar di
Instalasi Rawat Inap RSUD Labuang Baji Kota Makassar
Kepatuhan Membayar
Total Uji
Pendidikan Kurang
Patuh Statistik
Patuh
n % n % n %
Tinggi 55 75,3 18 24,7 73 100
Rendah 24 54,5 20 45,5 44 100 p=0,034
Total 79 67,5 38 32,5 117 100

Sumber: Data Primer,

6
Berdasarkan tabel 10 menunjukkan bahwa dari 117 responden

terdapat 18 orang (24,7%) yang berpendidikan tinggi tetapi kurang

patuh dalam membayar iuran BPJS mandiri. Sedangkan responden

dengan pendidikan rendah dan patuh dalam membayar iuran BPJS

mandiri yakni sebanyak 24 orang (54,5%). Hasil uji statistik dengan

menggunakan chi square diperoleh nilai p=0,034. Hal ini

menunjukkan bahwa ada hubungan pendidikan responden dengan

kepatuhan membayar iuran pada pasien di instalasi rawat inap RSUD

Labuang Baji.

b. Variabel Pekerjaan dengan Kepatuhan Membayar

Untuk mengetahui hubungan variabel pekerjaan dengan kepatuhan

membayar dapat dilihat pada tabel sebagai berikut:

Tabel 11
Hubungan Pekerjaan dengan Kepatuhan Membayar di Instalasi
Rawat Inap RSUD Labuang Baji Kota Makassar
Kepatuhan Membayar
Total Uji
Pekerjaan Kurang
Patuh Statistik
Patuh
n % n % n %
Bekerja 55 80,9 13 19,1 68 100
Tidak Bekerja 24 49 25 51 49 100 p=0,001
Total 79 67,5 38 32,5 117 100
Sumber: Data Primer, 2018.

Berdasarkan tabel 11 menunjukkan bahwa responden yang bekerja

namun kurang patuh dalam membayar iuran BPJS mandiri adalah

sebanyak 13 orang (19,1%). Sedangkan responden yang tidak bekerja

dan patuh membayar iuran BPJS mandiri yaitu sebanyak 24

6
(49%). Hasil uji statistik dengan menggunakan chi square diperoleh

nilai p=0,001. Hal ini menunjukkan bahwa ada hubungan antara

pekerjaan responden dengan kepatuhan membayar iuran BPJS

mandiri pada pasien di RSUD Labuang Baji.

c. Variabel Pendapatan dengan Kepatuhan Membayar

Untuk mengetahui hubungan variabel pendapatan dengan

kepatuhan membayar dapat dilihat pada tabel sebagai berikut:

Tabel 12
Hubungan Pendapatan dengan Kepatuhan Membayar di
Instalasi Rawat Inap RSUD Labuang Baji Kota Makassar
Kepatuhan Membayar
Total Uji
Pendapatan Kurang
Patuh Statistik
Patuh
n % n % n %
Cukup 40 65,6 21 34,4 61 100
Kurang 39 69,6 17 30,4 56 100 p=0,786
Total 79 67,5 38 32,5 117 100
Sumber: Data Primer, 2018.

Berdasarkan tabel 12 menunjukkan bahwa responden yang

berpendapatan cukup tetapi kurang patuh dalam membayar iuran

BPJS mandiri adalah sebanyak 21 orang (34,4%). Sedangkan

responden yang berpendapatan kurang dan patuh membayar iuran

BPJS mandiri yaitu sebanyak 39 orang (69,6%). Hasil uji statistik

dengan menggunakan chi square diperoleh nilai p=0,786. Hal ini

menunjukkan bahwa tidak ada hubungan antara pendapatan

responden dengan kepatuhan membayar

6
iuran BPJS mandiri pada pasien di RSUD Labuang Baji.

6
d. Variabel Pengetahuan dengan Kepatuhan Membayar

Untuk mengetahui hubungan variabel pengetahuan dengan

kepatuhan membayar dapat dilihat pada tabel sebagai berikut:

Tabel 13
Hubungan Pengetahuan dengan Kepatuhan Membayar di
Instalasi Rawat Inap RSUD Labuang Baji Kota Makassar
Kepatuhan Membayar
Total Uji
Pengetahuan Kurang
Patuh Statistik
Patuh
n % n % n %
Tinggi 75 83,3 15 16,7 90 100
Rendah 4 14,8 23 85,2 27 100 p=0,000
Total 79 67,5 38 32,5 117 100
Sumber: Data Primer, 2018.

Berdasarkan tabel 13 menunjukkan bahwa responden yang

mempunyai tingkat pengetahuan tinggi namun kurang patuh

membayar iuran BPJS mandiri yaitu sebanyak 15 orang (16,7%).

Sedangkan responden yang mempunyai tingkat pengetahuan rendah

dan patuh dalam membayar iuran BPJS mandiri adalah sebanyak 4

orang (14,8%). Hasil uji statistik dengan menggunakan chi square

diperoleh nilai p=0,000. Hal ini menunjukkan bahwa ada hubungan

pengetahuan responden dengan kepatuhan membayar iuran BPJS

mandiri di instalasi rawat inap RSUD Labuang Baji.

e. Variabel Persepsi dengan Kepatuhan Membayar

Untuk mengetahui hubungan variabel persepsi dengan kepatuhan

membayar dapat dilihat pada tabel sebagai berikut:

6
Tabel 14
Hubungan Persepsi dengan Kepatuhan Membayar di Instalasi
Rawat Inap RSUD Labuang Baji Kota Makassar
Kepatuhan Membayar
Total Uji
Persepsi Kurang
Patuh Statistik
Patuh
n % n % n %
Positif 73 74,5 25 25,5 98 100
Negatif 6 31,6 13 68,4 19 100 p=0,001
Total 79 67,5 38 32,5 117 100
Sumber: Data Primer, 2018.

Berdasarkan tabel 14 menunjukkan bahwa responden dengan

persepsi positif dan kurang patuh membayar iuran BPJS mandiri

adalah sebanyak 25 orang (25,5%). Sedangkan responden dengan

persepsi negatif tetapi patuh dalam membayar iuran BPJS mandiri

adalah sebanyak 6 orang (31,6%). Hasil uji statistik dengan

menggunakan chi square diperoleh nilai p=0,001. Hal ini

menunjukkan bahwa ada hubungan persepsi responden dengan

kepatuhan membayar iuran BPJS mandiri di instalasi rawat inap

RSUD Labuang Baji.

f. Variabel Motivasi dengan Kepatuhan Membayar

Untuk mengetahui hubungan variabel motivasi dengan kepatuhan

membayar dapat dilihat pada tabel sebagai berikut:

7
Tabel 15
Hubungan Motivasi dengan Kepatuhan Membayar di Instalasi
Rawat Inap RSUD Labuang Baji Kota Makassar
Kepatuhan Membayar
Total Uji
Motivasi Kurang
Patuh Statistik
Patuh
n % n % n %
Tinggi 62 68,1 29 31,9 91 100
Rendah 17 65,4 9 34,6 26 100 p=0,979
Total 79 67,5 38 32,5 117 100
Sumber: Data Primer, 2018.

Berdasarkan tabel 15 menunjukkan bahwa responden dengan

motivasi tinggi namun kurang patuh dalam membayar iuran BPJS

mandiri adalah sebanyak 29 orang (31,9%). Sedangkan responden

dengan motivasi rendah dan patuh dalam membayar iuran BPJS

mandiri adalah sebanyak 17 orang (65,4%). Hasil uji statistik dengan

menggunakan chi square diperoleh nilai p=0,979. Hal ini

menunjukkan bahwa tidak ada hubungan motivasi responden dengan

kepatuhan membayar iuran BPJS mandiri di instalasi rawat inap

RSUD Labuang Baji.

C. Pembahasan

1. Pendidikan

Faktor pendidikan merupakan faktor yang secara tidak langsung turut

serta mempengaruhi kondisi sosial ekonomi keluarga sehingga juga akan

mempengaruhi keluarga dalam pemanfaatan pelayanan kesehatan.

endidikan
P diperlukan untuk mendapatkan informasi yang akan digunakan

alam
d meningkatkan kualitas hidup. Semakin tinggi pendidikan seseorang,

7
maka semakin mudah untuk menerima informasi sehingga makin banyak

pengetahuan yang dimilikinya. Sebaliknya pendidikan yang kurang akan

menghambat perkembangan sikap seseorang terhadap nilai-nilai yang

diperkenalkan (Priyoto, 2014:81).

Berdasarkan hasil penelitian, responden yang memiliki pendidikan

tinggi dan patuh dalam membayar iuran BPJS Mandiri yakni sebanyak

55 orang (75,3%). Hal ini disebabkan karena mereka memiliki

pengetahuan dan informasi yang cukup tentang BPJS Kesehatan Mandiri,

sehingga mereka beranggapan bahwa BPJS Kesehatan merupakan salah

satu penunjang bagi hidup, baik untuk saat ini maupun di masa yang akan

datang. Sedangkan jumlah responden yang berpendidikan tinggi tetapi

kurang patuh dalam membayar iuran BPJS Mandiri yakni sebanyak 18

orang (24,7%). Hal ini disebabkan karena responden dengan pendidikan

yang tinggi menilai bahwa mereka bisa mendapatkan pelayanan yang

lebih maksimal jika menjadi pasien umum dibandingkan dengan menjadi

peserta BPJS Kesehatan Mandiri.

Selanjutnya, berdasarkan tabel 10 diketahui jumlah responden dengan

pendidikan yang rendah tetapi patuh dalam membayar iuran BPJS

Mandiri yaitu 24 orang (54,5%). Hal ini disebabkan karena responden

yang berpendidikan rendah memiliki pekerjaan yang penghasilannya

kurang sehingga mereka menganggap bahwa penting untuk memiliki

asuransi
k

patuh dalam membayar iuran BPJS Mandiri yakni sebanyak 20

7
esehatan. Sedangkan responden yang berpendidikan rendah dan kurang

patuh dalam membayar iuran BPJS Mandiri yakni sebanyak 20

7
(45,5%). Hal ini disebabkan karena responden yang berpendidikan

rendah sebagian besar memiliki pengetahuan yang kurang mengenai

kesehatan dan BPJS mandiri. Kurangnya sosialisasi tentang BPJS

Kesehatan seperti tempat pembayaran, metode pembayaran, dan sanksi

jika menunggak membuat mereka menjadi kurang patuh dalam

membayar iuran. Selain itu mereka yang berpendidikan rendah memiliki

penghasilan yang kurang sehingga mereka merasa tidak mampu untuk

membayar iuran BPJS mandiri.

Tabel 10 menunjukkan bahwa ada hubungan antara pendidikan

terhadap kepatuhan membayar iuran BPJS Mandiri pada pasien di RSUD

Labuang Baji. Berdasarkan hasil analisis, diketahui bahwa responden

yang patuh dalam membayar iuran BPJS mandiri adalah masyarakat

dengan pendidikan yang tinggi yakni 55 orang (75,3%). Hasil uji statistik

chi square dengan p=0,034 (p<0,05) sehingga Ho ditolak yang berarti

bahwa tingkat pendidikan memiliki hubungan dengan kepatuhan

membayar iuran BPJS Mandiri.

Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Usniza

Mila (2015) bahwa ada hubungan antara pendidikan dengan kepatuhan

membayar iuran BPJS mandiri. Namun, hasil penelitian ini tidak sejalan

dengan penelitian yang dilakukan oleh Sihaloho (2015) yang mengatakan

bahwa karakteristik pendidikan tidak berhubungan dengan kepatuhan

membayar iuran BPJS mandiri karena peranan pendidikan tidak sebesar

dengan faktor yang lainnya yang mempengaruhi kemauan

7
Tingkat pendidikan memegang penting tingginya kesadaran

seseorang terhadap berasuransi kesehatan karena melalui pendidikan

formal wajib belajar 9 tahun, ditambah dengan sekolah tingkat menengah

ke atas dan perguruan tinggi akan mampu mengubah sikap dan tata laku

seseorang atau kelompok dalam melakukan proses kedewasaan yang

terus meningkat, sehingga melalui tingkat pendidikan pun mempengaruhi

seseorang dalam melakukan tindakan sebuah perencanaan dan

pengendalian untuk mengatasi sebuah risiko yang tidak pasti pada masa

depan yang timbul dalam kehidupan. Jadi semakin tinggi tingkat

pendidikan seseorang mampu meningkatkan pemahaman dan

pengetahuan masyarakat tentang asuransi, sehingga mampu

menimbulkan tingkat kesadaran yang tinggi dalam membayar premi

BPJS Kesehatan mandiri.

2. Pekerjaan

Pekerjaan adalah aktivitas atau kegiatan yang dilakukan oleh

seseorang sehingga memperoleh penghasilan. Setiap keluarga dalam

memenuhi kebutuhan selalu dikaitkan dengan mata pencahariannya,

disamping kecakapan dan hasil yang diperoleh. Jenis pekerjaan seseorang

berhubungan dengan tingkat pendapatan yang dihasilkan. Seseorang akan

memperoleh pendapatan sesuai dengan jenis pekerjaan yang dimiliki.

Pendapatan yang diperoleh dari hasil bekerja tersebut merupakan

penghasilan
s yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan hidup, salah

asuransi kesehatan (Widyasih,

7
atunya adalah menyisihkan penghasilan tersebut untuk membayar iuran

asuransi kesehatan (Widyasih,

7
Berdasarkan tabel 11, diketahui bahwa responden yang tidak bekerja

yakni sebanyak 49 orang (41,9%). Responden yang tidak bekerja dan

patuh membayar iuran BPJS Mandiri yakni sebanyak 24 orang (49%).

Sedangkan responden yang bekerja dan patuh membayar iuran BPJS

mandiri yakni sebanyak 55 orang (80,9%). Hal ini disebabkan karena

masyarakat menganggap bahwa BPJS sangat membantu mereka dalam

mengatasi pembiayaan kesehatan terutama bagi mereka yang tidak

memiliki pekerjaan. Begitu pula dengan yang memiliki pekerjaan,

meskipun mereka bekerja dan mendapatkan penghasilan yang cukup

mereka tetap mau membayar iuran.

Hasil penelitian ini juga menunjukkan bahwa jumlah responden yang

bekerja yaitu 68 orang (58,1%). Adapun responden yang bekerja dan

kurang patuh membayar iuran BPJS Mandiri yakni 13 orang (19,1%). Hal

ini disebabkan karena responden pada kategori ini umumnya bekerja

sebagai karyawan swasta, pedagang/wiraswasta, buruh, supir angkutan

umum, dan tukang becak/bentor sehingga mereka cenderung lebih sibuk

dan tidak memiliki kesempatan untuk melakukan pembayaran premi

BPJS mandiri. Selain itu, hasil yang diterima dari pekerjaan mereka

jumlahnya tidak menentu sehingga mereka terkadang memilih

mengutamakan kebutuhan primer dibandingkan membayar iuran BPJS

mandiri. Jumlah responden yang tidak bekerja dan kurang patuh

membayar
M iuran BPJS

t dak memiliki penghasilan yang cukup untuk membayar iuran

7
andiri yakni sebanyak 25 orang (51%). Hal ini disebabkan karena mereka

t dak memiliki penghasilan yang cukup untuk membayar iuran

7
Berdasarkan uji statistik chi square diperoleh hasil p=0,001 (p<0,05)

yang berarti bahwa pekerjaan seseorang mempengaruhi kepatuhan

membayar iuran BPJS Mandiri. Hal ini disebabkan karena dari 117

responden, sebagian besar responden memiliki pekerjaan dan patuh dalam

membayar iuran BPJS Mandiri.

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh

Pratiwi (2015) yang mengatakan bahwa pekerjaan memiliki hubungan

dengan keteraturan membayar iuran pada peserta JKN peserta mandiri di

RS Soebandi Kabupaten Jember. Namun, penelitian ini bertentangan

dengan penelitian yang dilakukan oleh Dhilla (2016) yang mengatakan

bahwa berdasarkan hasil uji statistik dengan p=0,061 (p>0,05) berarti

pekerjaan tidak mempengaruhi kepatuhan membayar iuran BPJS mandiri.

Jenis pekerjaan seseorang berhubungan dengan tingkat pendapatan

yang dihasilkan. Seseorang akan memperoleh pendapatan sesuai dengan

jenis pekerjaan yang dimiliki. Pendapatan yang diperoleh dari hasil

bekerja tersebut merupakan penghasilan yang digunakan untuk

memenuhi kebutuhan hidup, salah satunya adalah menyisihkan

penghasilan tersebut

untuk membayar iuran asuransi kesehatan (Widyasih, 2014).

3. Pendapatan

Pendapatan adalah penghasilan yang timbul dari aktifitas masyarakat

setiap
d bulannya sesuai standar upah minimum pendapatan perkapita

masyarakat mempengaruhi kesadaran masyarakat dalam

7
aerah. Teori oleh Gunistiyo (2006) mengemukakan bahwa pendapatan

masyarakat mempengaruhi kesadaran masyarakat dalam

8
Semakin tinggi pendapatan seseorang maka semakin tinggi kesadaran

masyarakat dalam berasuransi dan membayar iuran.

Tabel 12 menunjukkan bahwa, responden dengan pendapatan kurang

dan patuh membayar iuran BPJS Mandiri yaitu sebanyak 39 orang

(69,6%). Hal ini karena responden menyadari bahwa kesehatan adalah

salah satu bagian dari kebutuhan tubuh yang sangat penting dan

menunjang kehidupan sehingga harus dijaga. Selain itu, adanya denda dan

penonaktifan kartu BPJS sementara apabila menunggak membuat mereka

menjadi patuh dalam membayar iuran BPJS mandiri. Sedangkan

responden dengan pendapatan kurang dan kurang patuh membayar iuran

BPJS Mandiri yaitu sebanyak 17 orang (30,4%). Hal ini disebabkan

karena masih banyak kebutuhan yang harus dipenuhi oleh keluarga

sehingga tidak ada alokasi pendapatan yang digunakan peserta untuk

membayar iuran tersebut.

Pendapatan responden yang tergolong cukup dan patuh membayar

iuran BPJS Mandiri adalah 40 orang (65,6%). Hal tersebut terjadi karena

responden menyadari bahwa pendapatan yang mereka peroleh dirasa

mampu untuk membayar iuran BPJS mandiri. Sedangkan responden

dengan pendapatan cukup dan kurang patuh membayar iuran BPJS

Mandiri yakni 21 orang (34,4%). Hal ini disebabkan karena responden

mengetahui bahwa untuk mendapatkan pelayanan kesehatan yang

bermutu
d adalah

dengan menggunakan asuransi masih kurang baik sehingga

8
engan cara membayar. Masyarakat menilai bahwa pelayanan kesehatan

dengan menggunakan asuransi masih kurang baik sehingga

8
pada kualitas pelayanan kesehatan yang rendah. Oleh sebab itu,

responden yang memiliki pendapatan tergolong cukup lebih memilih

untuk menjadi pasien umum.

Berdasarkan hasil analisis menggunakan uji chi square diperoleh nilai

p=0,786 (p>0,05) sehingga Ha ditolak yang artinya bahwa tidak ada

hubungan pendapatan dengan kepatuhan membayar iuran BPJS mandiri

pada pasien di RSUD Labuang Baji. Hal ini disebabkan karena beberapa

responden yang berpendapatan cukup memilih untuk menjadi pasien

umum dibandingkan pasien BPJS Kesehatan sehingga mereka tidak

teratur dalam membayar iuran.

Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian yang dilakukan

oleh Usniza Mila (2015) yang mengatakan bahwa ada hubungan antara

pendapatan dengan kepatuhan membayar iuran BPJS mandiri. Dimana

berdasarkan hasil uji Chi Square yang dilakukan diperoleh nilai p = 0,018

(p≤0,05). Artinya ada hubungan antara pendapatan dengan kepatuhan

membayar. Pendapatan masyarakat yang tinggi akan meningkatkan minat

dan kesadaran masyarakat untuk patuh dalam membayar iuran.

Menurut Sakinah mengatakan bahwa tingkat pendapatan masyarakat

memiliki pengaruh yang besar terhadap kesadaran masyarakat dalam

berasuransi. Semakin tinggi pendapatan seseorang maka semakin tinggi

kesadaran masyarakat dalam berasuransi dan membayar iuran. Begitu

pula
d

membayar iuran Jaminan Kesehatan Nasional (JKN).

8
engan pengaruh pendapatan dengan keteraturan masyarakat dalam

membayar iuran Jaminan Kesehatan Nasional (JKN).

8
seseorang memegang peranan penting tingginya kesadaran seseorang

terhadap keteraturan dalam membayar iuran Jaminan Kesehatan Nasional

(JKN). Namun dalam penelitian ini ada beberapa responden yang

memiliki pendapatan cukup tapi kurang patuh dalam membayar iuran.

Hal ini disebabkan karena masyarakat menilai bahwa pelayanan

kesehatan dengan menggunakan BPJS Kesehatan tidak sesuai dengan

harapan mereka sehingga terbentuklah opini bahwa BPJS Kesehatan tidak

mampu memberi perlindungan terhadap hak pesertanya.

4. Pengetahuan

Menurut Notoatmodjo (2007), bahwa pengetahuan yang cukup

tentang JKN berpengaruh terhadap perilaku kepesertaan masyarakat

dalam JKN. Apabila pengetahuan masyarakat kurang tentang JKN maka

akan berdampak pada sikap masyarakat terhadap program tersebut.

Berdasarkan hasil penelitian, responden yang memiliki tingkat

pengetahuan rendah yakni 27 orang (23,1%). Responden dengan tingkat

pengetahuan yang rendah namun patuh membayar iuran BPJS Mandiri

yaitu 4 orang (14,8%). Hal ini disebabkan karena responden tidak

memiliki pengetahuan yang cukup sehingga mereka hanya mengikuti

aturan BPJS yang dibuat oleh pemerintah. Sedangkan jumlah responden

yang tingkat pengetahuannya rendah dan kurang patuh membayar iuran

BPJS Mandiri yakni sebanyak 23 orang (85,2%). Hal ini disebabkan

karena
r beberapa

berbagai metode pembayaran iuran yang tersedia dan konsekuensi

8
esponden kurang paham mengenai BPJS baik dari waktu pembayaran,

berbagai metode pembayaran iuran yang tersedia dan konsekuensi

8
penunggakan pembayaran iuran. Dalam hal ini dapat dikatakan bahwa

sosialisasi mengenai BPJS Kesehatan belum efektif, sehingga masih

banyak masyarakat yang tidak rutin dalam membayar iuran.

Selanjutnya, berdasarkan tabel 13 diketahui jumlah responden yang

memiliki tingkat pengetahuan tinggi dan patuh membayar iuran BPJS

Mandiri sebanyak 75 orang (83,3%) dari total 90 orang (76,9%). Hal ini

disebabkan karena sebagian besar responden telah memahami prinsip

kegotongroyongan dari BPJS Kesehatan. Selain itu, paket manfaat yang

diterima oleh peserta BPJS mandiri yaitu bukan hanya untuk layanan

rawat inap tetapi juga rawat jalan dan penyakit ringan maupun penyakit

parah. Sedangkan jumlah responden dengan tingkat pengetahuan tinggi

dan kurang patuh membayar iuran BPJS Mandiri yakni 15 orang (16,7%).

Hal ini disebabkan karena responden yang berpengetahuan tinggi berfikir

bahwa BPJS terlalu banyak syarat yang harus di penuhi ketika di tempat

Pelayanan kesehatan dan yang meraka tahu bahwa menggunakan BPJS

tidak memberikan pelayanan yang maksimal ketika di tempat pelayanan

kesehatan.

Pada tabel 13, menunjukkan bahwa ada hubungan antara pengetahuan

dengan kepatuhan membayar iuran BPJS mandiri pada pasien di RSUD

Labuang Baji. Hasil uji statistik chi square dengan p=0,000 (p<0,05)

sehingga Ho ditolak yang berarti bahwa tingkat pengetahuan memiliki

hubungan dengan kepatuhan membayar iuran BPJS Mandiri.

8
Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh

Chaerunnisa (2017) yang mengatakan bahwa terdapat hubungan antara

tingkat pengetahuan tentang JKN dengan kepatuhan membayar, semakin

tinggi pengetahuan JKN maka semakin besar kepatuhan dalam membayar

iuran. Namun, hasil penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian yang

dilakukan oleh Pratiwi (2015) yang menyebut bahwa responden memiliki

tingkat pengetahuan cukup namun tidak patuh membayar iuran BPJS

mandiri dikarenakan faktor seperti masih banyak responden yang belum

paham tentang BPJS Kesehatan, kurangnya dukungan dari keluarga, dan

dalam mendapatkan sosialisasi mengenai BPJS Kesehatan belum efektif.

Pengetahuan kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk

terbentuknya tindakan seseorang. Kurangnya pengetahuan peserta

mengenai pembayaran iuran serta konsekuensi ketidakpatuhan

pembayaran iuran merupakan faktor penghambat keberlanjutan

pembayaran iuran pada peserta JKN non PBI mandiri. Hal ini sesuai

dengan penelitian (Paez, 2014) yang mengatakan bahwa skala penilaian

perilaku kepatuhan seseorang berkorelasi positif dengan tingkat

pengetahuan yang dimilikinya. Semakin tinggi tingkat pengetahuan

tentang asuransi yang dimilikinya maka semakin tinggi pula tingkat

kepatuhan dalam membayar premi.

8
5. Persepsi

Menurut teori Anderson (1974) Persepsi adalah bagian dari penilaian

individu yang merupakan karakteristik kebutuhan yang memungkinkan

untuk mencari pengobatan yang dapat terwujud di dalam tindakan apabila

itu dirasakan sebagai kebutuhan. Dengan kata lain kebutuhan merupakan

dasar dan stimulus langsung untuk menggunakan pelayanan kesehatan.

Tabel 14 menunjukkan bahwa responden yang memiliki persepsi

negatif namun patuh membayar iuran BPJS Mandiri yakni sebesar 6

orang (31,6%) dari total 19 orang (16,2%). Hal ini disebabkan karena

responden pernah kecewa dengan pelayanan yang diterima saat

mengakses layanan dengan BPJS Kesehatan, mereka mengatakan bahwa

layanan yang diterima kurang memuaskan. Akan tetapi mereka tetap

melanjutkan pembayaran premi karena mereka takut dan khawatir akan

sakit di masa mendatang. Sedangkan responden yang memiliki persepsi

negatif dan kurang patuh membayar iuran BPJS Mandiri yaitu 13 orang

(68,4%). Hal ini disebabkan karena keadaan masyarakat yang

menganggap bahwa tidak penting untuk membayar BPJS Kesehatan.

Banyak yang berfikir bahwa masa depan urusan nanti, yang terpenting

adalah memenuhi kebutuhan sekarang. Budaya seperti inilah yang dapat

mempengaruhi rendahnya kesadaran masyarakat dalam membayar premi

BPJS kesehatan lain yang lebih menjadi prioritas. Selain itu, beberapa

masyarakat merasa tidak mampu

8
untuk membayar iuran BPJS Kesehatan Mandiri tiap bulannya.

9
Hasil penelitian ini juga menunjukkan bahwa responden dengan

persepsi positif dan patuh membayar iuran BPJS Mandiri yakni sebanyak

73 orang (74,5%). Hal tersebut terjadi karena responden menyadari

bahwa kesehatan sangat penting dan menunjang kehidupan sehingga

harus dijaga. Selain itu, dengan membayar iuran yang nominalnya relatif

kecil, mereka dapat memperoleh perlindungan dari resiko sakit, terutama

yang memerlukan perawatan rawat inap dan tindakan medis yang

biayanya tinggi. Sedangkan responden yang persepsinya positif tetapi

kurang patuh membayar iuran BPJS Mandiri yaitu 25 orang (25,5%). Hal

ini disebabkan karena mereka merasa akan tetap sehat dan jarang sakit

sehingga mereka beranggapan bahwa tidak perlu untuk rutin membayar

iuran.

Berdasarkan hasil analisis menggunakan uji chi square diperoleh nilai

p=0,001 (p<0,05) sehingga Ho ditolak yang artinya ada hubungan persepsi

dengan kepatuhan membayar iuran BPJS Mandiri. Hal ini disebabkan

karena mayoritas responden menganggap BPJS Kesehatan sangat

bermanfaat bagi mereka terutama yang membutuhkan perawatan rawat

inap dengan penyakit yang parah.

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh

Rismawati (2017) yang menunjukkan bahwa persepsi mempunyai

hubungan yang bermakna dengan kepatuhan membayar iuran BPJS

mandiri di wilayah kerja Puskesmas Batalaiworu. Namun tidak sejalan

9
dengan penelitian yang dilakukan oleh Pratiwi (2015) yang dilihat dari

9
hasil uji Chi Square menunjukkan tidak ada hubungan yang signifikan

antara persepsi dengan kepatuhan membayar iuran BPJS mandiri.

Persepsi masyarakat terhadap pelayanan kesehatan yang telah

bekerjasama dengan badan penyelenggara asuransi kesehatan dapat

mempengaruhi keinginan masyarakat untuk terus membayar iuran

Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) secara teratur. Pengalaman pertama

yang tidak menyenangkan pada pelayanan kesehatan yang diterima

masyarakat akan berpengaruh terhadap pembentukan persepsi seorang

terhadap kebutuhan untuk memperpanjang masa kepesertaaannya serta

keteraturan masyarakat dalam membayar iuran Jaminan Kesehatan

Nasional (JKN). Sebaliknya bagi peserta asuransi kesehatan yang

memiliki persepsi positif terhadap tempat pelayanan kesehatan akan

meningkatkan keteraturannya dalam membayar iuran asuransi kesehatan

karena peserta telah mendapatkan pelayanan serta pengalaman yang baik

saat mendapatkan pelayanan kesehatan sehingga akan meningkatkan

kesinambungan kepesertaan dana sehat tersebut (Asnah, 2001).

6. Motivasi

Motivasi dapat didefinisikan sebagai interaksi antara perilaku dan

lingkungan sehingga dapat meningkatkan, menurunkan atau

mempertahankan perilaku. Motivasi berarti dorongan dari dalam diri

manusia untuk bertindak atau berperilaku (Notoatmodjo, 2014).

Berdasarkan tabel 15 menunjukkan bahwa responden yang memiliki

motivasi tinggi dan patuh membayar iuran BPJS Mandiri yakni sebesar

9
orang (68,1%) dari total 91 orang (77,8%). Hal ini disebabkan oleh

karena responden memiliki kesadaran bahwa sangat penting menjaga

kesehatan agar tetap bisa bekerja dengan baik. Sedangkan responden

yang memiliki motivasi tinggi tapi kurang patuh membayar iuran BPJS

Mandiri yaitu 29 orang (31,9%). Hal ini disebabkan karena banyaknya

jumlah tanggungan responden sehingga dirasa tidak mampu untuk

membayar iuran BPJS Kesehatan Mandiri.

Hasil penelitian ini juga menunjukkan bahwa responden dengan

motivasi rendah tetapi patuh membayar iuran BPJS Mandiri yakni

sebanyak 17 orang (65,4%). Hal tersebut terjadi karena adanya motivasi

dari interpersonal misalnya tetangga, keluarga dan teman. Motivasi yang

dimaksud yakni memberikan informasi mengenai metode pembayaran

iuran, sanksi yang didapat jika menunggak seperti penonaktifan kartu

BPJS sementara sehingga mereka terdorong untuk membayar iuran

secara rutin. Sedangkan responden yang kurang patuh membayar iuran

BPJS Mandiri yaitu 9 orang (34,6%). Hal ini disebabkan karena

responden kurang mendapatkan motivasi atau dorongan sehingga tidak

ada penguat terhadap timbulnya sikap dan niat untuk membayar iuran

BPJS mandiri.

Berdasarkan hasil analisis menggunakan uji chi square diperoleh

nilai p=0,979 (p>0,05) sehingga Ho diterima. Hal ini menunjukkan

bahwa tidak ada hubungan motivasi dengan kepatuhan membayar iuran

9
BPJS Mandiri.

Hal ini dikarenakan berdasarkan hasil penelitian baik responden yang

9
motivasinya tinggi maupun motivasi rendah sama-sama memiliki tingkat

kepatuhan yang tinggi.

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh

Chaerunnisa (2017) yang mengatakan bahwa tidak ada hubungan antara

motivasi dengan kepatuhan membayar iuran BPJS mandiri. Namun, hasil

penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Putri

(2016) yang mengatakan bahwa motivasi memiliki hubungan yang

signifikan terhadap keteraturan membayar iuran pada peserta mandiri

JKN. Pemahaman dan kesadaran serta niat yang tulus ikhlas dalam

membayar premi demi terciptanya gotong royong merupakan aspek yang

perlu disosialisasikan kepada pasien ataupun masyarakat agar nantinya

motivasi dapat tumbuh sehingga kepatuhan dapat terwujud.

9
BAB VI

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan pada pasien di instalasi

rawat inap RSUD Labuang Baji Kota Makassar tentang faktor yang

berhubungan dengan kepatuhan membayar iuran BPJS mandiri pada pasien di

RSUD Labuang Baji, dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:

1. Ada hubungan pendidikan dengan kepatuhan membayar iuran BPJS

mandiri pada pasien di RSUD Labuang Baji Kota Makassar.

2. Ada hubungan pekerjaan dengan kepatuhan membayar iuran BPJS

mandiri pada pasien di RSUD Labuang Baji Kota Makassar.

3. Tidak ada hubungan pendapatan dengan kepatuhan membayar iuran

BPJS mandiri pada pasien di RSUD Labuang Baji Kota Makassar.

4. Ada hubungan pengetahuan dengan kepatuhan membayar iuran BPJS

mandiri pada pasien di RSUD Labuang Baji Kota Makassar.

5. Ada hubungan persepsi dengan kepatuhan membayar iuran BPJS mandiri

pada pasien di RSUD Labuang Baji Kota Makassar.

6. Tidak ada hubungan motivasi dengan kepatuhan membayar iuran BPJS

mandiri pada pasien di RSUD Labuang Baji Kota Makassar.

9
B. Saran

Adapun saran yang bisa diberikan adalah sebagai berikut:

1. Diharapkan kepada BPJS Kesehatan untuk memberikan sosialisasi atau

informasi kepada peserta BPJS Kesehatan tentang program BPJS

Kesehatan, seperti cara menggunakan, cara pembayaran, dan sanksi yang

diberikan BPJS Kesehatan apabila menunggak iuran agar peserta lebih

termotivasi untuk patuh dalam membayar dan menyukseskan program

JKN.

2. Direkomendasikan kepada BPJS Kesehatan untuk mempertimbangkan

pembuatan layanan pemberitahuan berbasis online untuk mengingatkan

peserta agar melakukan pembayaran iuran BPJS Kesehatan sebelum

tanggal 10.

9
DAFTAR PUSTAKA

Afifi, A. 2009. Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kepemilikan Asuransi


Kesehatan Komersial Pada Mahasiswa S2 FKM UI Angkatan 2008 Pada
Tahun 2009.

Annisa, N. 2015. Faktor yang Berhubungan dengan Kemauan Untuk Membayar


Iuran Jaminan Kesehatan Nasional pada Pekerta Bukan Penerima Upa di
Wilayah Kerja Puskesmas Lampasi Kota Payakumbuh Tahun 2015.
Universitas Andalas, Padang.

Ariadi, H. 2015. Persepsi Pasien terhadap Mutu Pelayanan Dokter Ditinjau dari
Karakteristik dan Mutu Pelayanan Dokter di Instalasi Rawat Jalan RSI
Sunan Kudus Tahun 2015. Universitas Diponegoro, Semarang.

AR, Chaerunnisa. 2017. Kepatuhan Membayar dan Mutu Pelayanan Kesehatan


Pasien BPJS Mandiri di RSUD Haji Kota Makassar. (Tesis) Universitas
Hasanuddin, Makassar.

Aryani, M. A. 2013. Determinan Willingness To Pay (WTP) Iuran Peserta BPJS


Kesehatan. Jurnal Ekonomi dan Studi Pembangunan Vol: 14 No.1.
Yogyakarta.

Badan Pusat Statistik. 2017. Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) Tahun
2014. Jakarta: Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan.

BPJS Kesehatan, 2014, Peraturan BPJS No 4 tahun 2014 tentang tata cara
pendaftaran dan pembayaran peserta perseorangan BPJS Kesehatan,
Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2014 No. 1718, Jakarta.

BPJS Kesehatan. 2017. Data Peserta BPJS Kesehatan. Jakarta.

Buraerah, 2013. Analisis Deskriptif Data Riset Kesehatan. Makassar: Masagena


Press.

Departemen Pendidikan Nasional, 2003. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003,


Tentang Sistem Pendidikan Nasional, Jakarta: Depdiknas.

Depkes RI. 2014. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 75


Tahun 2014 Tentang Pusat Kesehatan Masyarakat.
Dhilla, M.P. 2016. Faktor yang Berhubungan dengan Kepatuhan Peserta Mandiri
dalam Membayar Iuran JKN di Kota Padang Tahun 2016. Fakultas
Kesehatan Masyarakat, Universitas Andalas.
DJSN, 2012. Peta Jalan Menuju Jaminan Kesehatan Nasional 2014-2019.
Jakarta: Dewan Jaminan Sosial Nasional

Firdaus, F. 2015. Evaluasi Kualitas Pelayanan terhadap Kepuasan Pasien Rawat


Jalan Peserta BPJS di RSUD Panembahan Senopati Bantul. Universitas
Muhammadiyah Yogyakarta, Yogyakarta.
Girma, F.C Jira., et.al., 2011. Health Services Utilization and Associated Factors
In JimmaZone, South West Ethiopia. Jurnal: Health Services Utilization
and Associated Vol.21 Special Issue.
http://www.ajol.info/index.php/ejhs/article/viewFile/74273/64920. Diakses
pada tanggal 31 Januari 2017.
Gubernur Sulsel, 2015. Keputusan Gubernur Nomor 2424/XI/2015 tentang Upah
Minimum Karyawan (UMK) Provinsi Sulawesi Selatan Tahun 2016.
Makassar

Green, Lawrence. Health Education Planning A Diagnostic Approach. Baltimore.


The John Hopkins University, Mayfield Publishing Co, 1980.
Handayani E., Gondodiputro S., dan Saefullah A., 2013, Faktor-Faktor Yang
Mempengaruhi Kemauan Masyarakat Membayar Iuran Jaminan
Kesehatan Di Kabupaten Hulu Sungai Selatan, Universitas Padjadjaran,
Bandung.

Hendriyanto, 2009, Tesis: Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kemauan


Membayar Pasien instalasi rawat jalan RSD Ciawi kabupaten Bogor
Tahun 2009. FKM Universitas Indonesia, Depok.

Husni, Afwil. 2016. Kepatuhan Hukum Peserta Badan Penyelenggara Jaminan


Sosial Kesehatan Mandiri Dalam Membayar Premi Di Kota Padang.
Unversitas Bung Hatta.

Intiasari, A. D. 2016. Analisis Pola Pemanfaatan Jaminan Pembiayaan Kesehatan


Era Jaminana Kesehatan Nasional pada Peserta Non PBI Mandiri di
Wilayah Pedesaan Kabupaten Banyumas. Jurnal Kebijakan Kesehatan
Indonesia, 5(3), 101-109.

Kemenkes. 2013. Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) dalam Sistem Jaminan


Sosial Nasional.

Kemenkes RI. 2016. Profil Kesehatan Indonesia 2016. Jakarta : Pusat Data dan
Informasi Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.

Lestari, F. N. 2015. Faktor-Faktor Perilaku Kepatuhan Peserta Mandiri


Membayar Iuran BPJS Kesehatan di Kantor Cabang Jakarta Selatan
Tahun 2015. Universitas Indonesia, Jakarta.
Melinda. 2016. Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Minat Masyarakat
dalam Keikutsertaan BPJS Mandiri di Kecamatan Bener Kabupaten
Purwerejo. Jurnal Kesehatan Masyarakat: Universitas Diponegoro.

Mila, Usniza. 2015. Faktor yang Berhubungan dengan Kepatuhan Peserta


Mandiri Kelas III Membayar Iuran Jaminan Kesehatan Nasional di Kota
Solok Tahun 2015. Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Andalas.

Ni Made Sri Nopiyani, P. A. I., Rina Listyowati. 2015. Analisis Determinan


Kepatuhan dan Pengembangan Strategi Peningkatan Kepatuhan
Pembayaran Iuran pada Peserta JKN Non PBI Mandiri di Kota Denpasar.
Denpasar: BPJS Kesehatan.
Notoatmodjo, Soekidjo, 2010, Edisi Revisi: Metodologi Penelitian Kesehatan,
Rineka Cipta, Jakarta.

Paez, K. A. 2014. Development of the Health Insurance Literacy Measure (HILM)


: Conceptualizing and Measuring Consumer Ability to Choose and Use
Private Health Insurance. Journal of Health Communication, 19, 225-239.

Pratiwi, A. N. 2015. Faktor Yang Mempengaruhi Keteraturan Membayar Iuran


Pada Peserta Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) Kategori Peserta
Mandiri (Studi Kasus Pasien Rawat Inap Rumah Sakit dr. Soebandi
Kabupaten Jember). Universitas Negeri Jember.

Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia, Nomor


340/MENKES/PER/III/2010,Tentang Klasifikasi Rumah Sakit. Jakarta

Peraturan Presiden No.12 tahun 2013, Jaminan Kesehatan, Lembaran Negara


Republik Indonesia Tahun 2013 No.29, Jakarta.

No.111 Tahun 2013, Perubahan Atas Peraturan Presiden Nomor 12


Tahun 2013 Tentang Jaminan Kesehatan, Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2013 No.255, Jakarta.

No.19 Tahun 2016, Perubahan Kedua Atas Peraturan Presiden Nomor


12 Tahun 2013 Tentang Jaminan Kesehatan, Jakarta.

No.24 tahun 2011, 2011, Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS),


Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011 No.116, Jakarta.

Prakoso, S. B. 2015. Efektivitas Pelayanan Kesehatan BPJS di Puskesmas


Kecamatan Battang. Economic Development Analysis Journal, 4(1).
Priyoto. 2014. Teori Sikap & Perilaku dalam Kesehatan. Yogyakarta: Nuha
Medika.
RI K. Buku Pegangan Sosialisasi Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) dalam
Sistem Jaminan Sosial Nasional. Jakarta, 2014.
Sari, Nurlaela. 2014. Analisis Pelaksanaan Program Jaminan Kesehatan Nasional
dari Sisi Kepesertaan di Puskesmas Kedaung Barat, Kabupaten
Tangerang Tahun 2014. Universitas Indonesia, Jakarta.
Sihaloho, E. N. 2015. Determinan Kemauan Membayar Iuran Peserta Jaminan
Kesehatan Nasional Mandiri Di Wilayah Kerja Dinas Kesehatan Kota
Semarang. Universitas Negeri Semarang.
Subari, E. D. M. 2014. Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Intensi
Masyarakat Kota Cirebon Menjadi Peserta Mandiri Jaminan Kesehatan.
Universitas Padjadjaran, Bandung.
Sugihartono et al. 2007. Psikologi Pendidikan. Yogyakarta: UNY Press
Sugiyono. 2006. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Alfabeta :
Bandung.

Thabrany, H. 2003. Tinjauan Akademis tentang Asuransi Kesehatan Nasional.


Jakarta: Pusat Kajian Ekonomi Kesehatan, Universitas Indonesia.
Undang-Undang RI No. 40 tahun 2004, Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN).
Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 No.150, Jakarta.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 44 Tahun 2009 Tentang Rumah Sakit.


2009. Jakarta.

Widyasih, Eka. 2014. Persepsi Masyarakat terhadap Pelayanan BPJS di RSI


Kendal. Jawa Tengah : UNIMUS.
LAMPIRAN
LAMPIRAN 1.

KEMENTRIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI


UNIVERSITAS HASANUDDIN
FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
Jl. Perintis Kemerdekaan Km. 10 Makassar 90245, Telp. (0411) 585658
E-mail: fkm@unhas.ac.id, website: fkm.unhas.ac.id

Judul : Faktor yang Berhubungan dengan Kepatuhan Membayar Iuran BPJS


Mandiri pada Pasien di RSUD Labuang Baji Kota Makassar

A. Identitas Responden
1. Nama Responden : .........................................................................................
2. Umur : .........................................................................................
3. Jenis kelamin : .........................................................................................
4. Jumlah premi : .........................................................................................
5. Jumlah anggota keluarga yang ditanggung :...................................................orang
6. Pendidikan Terakhir : 1. Tidak Sekolah
2. Tamat SD
3. SLTP/ Sederajat
4. SMU/ Sederajat
5. Perguruan Tinggi (D1/D3/S1/S2/S3)
7. Pekerjaan : 1. Tidak bekerja/IRT
2. Wiraswasta/Pedagang
3. Karyawan Swasta
4. Pegawai Negeri
5. Lain-lain
8. Pendapatan keluarga : 1. Ayah :
2. Ibu :
3. Lain-lain :

B. Pengetahuan
No Pertanyaan Pilihan
1 BPJS Kesehatan wajib bagi seluruh penduduk Indonesia. 1.Salah 2. Benar
Peserta mandiri merupakan bukan peserta penerima bantuan
2 iuran atau golongan PBI yang iurannya dibayar oleh 1.Salah 2. Benar
pemerintah.
3 BPJS Kesehatan menanggung pelayanan untuk kecantikan/kosmetik 1.Salah 2. Benar
4 Adanya denda keterlambatan jika tidak membayar iuran perbulan 1.Salah 2. Benar
Peserta JKN yang telat membayar iuran paling banyak selama 12
5 bulan (1 tahun) dikenakan sanksi berupa penjaminan peserta 1.Salah 2. Benar
dihentikan selamanya dan status peserta tidak aktif
Tarif iuran kelas I peserta Mandiri sebesar Rp
6 1.Salah 2. Benar
59.500,00 per orang per bulan.
Tarif iuran kelas III peserta Mandiri sebesar Rp
7 1.Salah 2. Benar
25.500,00 per orang per bulan.
Keuntungan dengan adanya BPJS Kesehatan bahwa biaya kesehatan
8 1.Salah 2. Benar
yang mahal dapat teratasi

C. Persepsi
No Pernyataan SS S TS ST
Saya merasa bahwa BPJS Kesehatan
1 Mandiri memberikan manfaat dalam
upaya memelihara kesehatan
Saya merasa jika ikut BPJS Kesehatan
Mandiri dapat memberikan bantuan
2 pembiayaan kesehatan untuk orang
lain yang menjadi peserta BPJS
Kesehatan Mandiri juga
Saya merasa bahwa dengan ikut BPJS
Kesehatan Mandiri berarti saya ikut
3 berpartisipasi untuk membantu
memenuhi target kepesertaan JKN
pada tahun 2019
Saya merasa iuran BPJS Kesehatan
4 Mandiri terlalu berat untuk saya
keluarkan setiap bulannya
Saya merasa ikut dalam BPJS
Kesehatan mandiri terlalu lama dalam
5 prosedur untuk mendapatkan
persyaratan ke RS yang bergabung
dalam BPJS Kesehatan
Saya merasa BPJS Kesehatan Mandiri
hanya untuk pasien yang mempunyai
6
penyakit sangat parah seperti ginjal,
paru-paru, jantung, dll.
D. Motivasi
No Pernyataan Ya Tidak
Saya melaksanakan kewajiban membayar
1 iuran/premi dengan sukarela dan timbul
dari kesadaran sendiri
Dengan membayar premi berarti saya
2 telah ikut mewujudkan sistem gotong
royong nasional
Akan ada banyak manfaat yang bisa saya
3 rasakan jika saya memenuhi kewajiban
membayar premi BPJS
Dengan membayar premi/iuran, maka
4 saya telah ikut membantu dalam usaha
mengurangi angka kesakitan di Indonesia
Sangat mudah untuk mendaftarkan diri
5
menjadi peserta JKN
Sosialisasi atau penyuluhan tentang
pembayaran premi perlu dilakukan oleh
6 kader JKN guna meningkatkan
pemahaman dalam membayar iuran setiap
bulannya

E. Kepatuhan Membayar
1. Apakah anda sebagai peserta BPJS Mandiri membayar premi
setiap tanggal 10 di awal bulan?
a. Ya b. Tidak

“Sekian dan Terima Kasih”


LAMPIRAN 2.

HASIL PENGOLAHAN DATA

A. ANALISIS UNIVARIAT

Pendidikan

Frequency Percent Valid Percent Cumulative


Percent

Rendah 44 37.6 37.6 37.6

Valid Tinggi 73 62.4 62.4 100.0

Total 117 100.0 100.0

Pekerjaan

Frequency Percent Valid Percent Cumulative


Percent

Tidak Bekerja 49 41.9 41.9 41.9

Valid Bekerja 68 58.1 58.1 100.0

Total 117 100.0 100.0

Pendapatan

Frequency Percent Valid Percent Cumulative


Percent

Kurang 56 47.9 47.9 47.9

Valid Cukup 61 52.1 52.1 100.0

Total 117 100.0 100.0


Pengetahuan

Frequency Percent Valid Percent Cumulative


Percent

Rendah 27 23.1 23.1 23.1

Valid Tinggi 90 76.9 76.9 100.0

Total 117 100.0 100.0

Persepsi

Frequency Percent Valid Percent Cumulative


Percent

Negatif 19 16.2 16.2 16.2


Valid
Positif 98 83.8 83.8 100.0

Motivasi

Frequency Percent Valid Percent Cumulative


Percent

Rendah 26 22.2 22.2 22.2

Valid Tinggi 91 77.8 77.8 100.0

Total 117 100.0 100.0

Kepatuhan

Frequency Percent Valid Percent Cumulative


Percent

Kurang Patuh 38 32.5 32.5 32.5

Valid Patuh 79 67.5 67.5 100.0

Total 117 100.0 100.0


B. ANALISIS BIVARIAT

Pendidikan * Kepatuhan

Crosstab

Kepatuhan Total

Kurang Patuh Patuh

Count 20 24 44
Rendah
% within Pendidikan 45.5% 54.5% 100.0%
Pendidikan
Count 18 55 73
Tinggi
% within Pendidikan 24.7% 75.3% 100.0%

Count 38 79 117
Total
% within Pendidikan 32.5% 67.5% 100.0%

Chi-Square Tests

Value df Asymp. Sig. (2- Exact Sig. (2- Exact Sig.


sided) sided) (1-sided)

Pearson Chi-Square 5.414a 1 .020

Continuity Correctionb 4.508 1 .034

Likelihood Ratio 5.340 1 .021

Fisher's Exact Test


.025 .017
Linear-by-Linear
5.368 1 .021
Association

N of Valid Cases 117

a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 14.29.

b. Computed only for a 2x2 table


Pekerjaan * Kepatuhan

Crosstab

Kepatuhan Total

Kurang Patuh Patuh

Count 25 24 49
Tidak Bekerja
% within Pekerjaan 51.0% 49.0% 100.0%
Pekerjaan
Count 13 55 68
Bekerja
% within Pekerjaan 19.1% 80.9% 100.0%

Count 38 79 117
Total
% within Pekerjaan 32.5% 67.5% 100.0%

Chi-Square Tests

Value df Asymp. Sig. (2- Exact Sig. (2- Exact Sig. (1-
sided) sided) sided)

Pearson Chi-Square 13.217a 1 .000

Continuity Correctionb 11.802 1 .001

Likelihood Ratio 13.254 1 .000

Fisher's Exact Test


.001 .000
Linear-by-Linear
13.104 1 .000
Association

N of Valid Cases 117

a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 15.91.

b. Computed only for a 2x2 table


Pendapatan * Kepatuhan

Crosstab

Kepatuhan Total

Kurang Patuh Patuh

Count 17 39 56
Kurang
% within Pendapatan 30.4% 69.6% 100.0%
Pendapatan
Count 21 40 61
Cukup
% within Pendapatan 34.4% 65.6% 100.0%

Count 38 79 117
Total
% within Pendapatan 32.5% 67.5% 100.0%

Chi-Square Tests

Value df Asymp. Sig. (2- Exact Sig. (2- Exact Sig. (1-
sided) sided) sided)

Pearson Chi-Square .220a 1 .639

Continuity Correctionb .074 1 .786

Likelihood Ratio .221 1 .638

Fisher's Exact Test


.695 .393
Linear-by-Linear
.219 1 .640
Association

N of Valid Cases 117

a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 18.19.

b. Computed only for a 2x2 table


Pengetahuan * Kepatuhan

Crosstab

Kepatuhan Total

Kurang Patuh Patuh

Count 23 4 27
Rendah
% within Pengetahuan 85.2% 14.8% 100.0%
Pengetahuan
Count 15 75 90
Tinggi
% within Pengetahuan 16.7% 83.3% 100.0%

Count 38 79 117
Total
% within Pengetahuan 32.5% 67.5% 100.0%

Chi-Square Tests

Value df Asymp. Sig. (2- Exact Sig. (2- Exact Sig. (1-
sided) sided) sided)

Pearson Chi-Square 44.463a 1 .000

Continuity Correctionb 41.393 1 .000

Likelihood Ratio 43.766 1 .000

Fisher's Exact Test


.000 .000
Linear-by-Linear
44.083 1 .000
Association

N of Valid Cases 117

a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 8.77.

b. Computed only for a 2x2 table


Persepsi * Kepatuhan

Crosstab

Kepatuhan Total

Kurang Patuh Patuh

Count 13 6 19
Negatif
% within Persepsi 68.4% 31.6% 100.0%
Persepsi
Count 25 73 98
Positif
% within Persepsi 25.5% 74.5% 100.0%

Count 38 79 117
Total
% within Persepsi 32.5% 67.5% 100.0%

Chi-Square Tests

Value df Asymp. Sig. (2- Exact Sig. (2- Exact Sig. (1-
sided) sided) sided)

Pearson Chi-Square 13.363a 1 .000

Continuity Correctionb 11.477 1 .001

Likelihood Ratio 12.518 1 .000

Fisher's Exact Test


.001 .001
Linear-by-Linear
13.248 1 .000
Association

N of Valid Cases 117

a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 6.17.

b. Computed only for a 2x2 table


Motivasi * Kepatuhan

Crosstab

Kepatuhan Total

Kurang Patuh Patuh

Count 9 17 26
Rendah
% within Motivasi 34.6% 65.4% 100.0%
Motivasi
Count 29 62 91
Tinggi
% within Motivasi 31.9% 68.1% 100.0%

Count 38 79 117
Total
% within Motivasi 32.5% 67.5% 100.0%

Chi-Square Tests

Value df Asymp. Sig. (2- Exact Sig. (2- Exact Sig. (1-
sided) sided) sided)

Pearson Chi-Square .070a 1 .792

Continuity Correctionb .001 1 .979

Likelihood Ratio .069 1 .793

Fisher's Exact Test


.815 .483
Linear-by-Linear
.069 1 .793
Association

N of Valid Cases 117

a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 8.44.

b. Computed only for a 2x2 table


LAMPIRAN 3.

MASTER TABEL

Jumlah Jumlah Anggota


NAMA UMUR Jenis Kelamin Pendidikan Pekerjaan Pendapatan B1 B2 B3 B4 B5 B6 B7 B8 C1 C2 C3 C4 C5 C6 D1 D2 D3 D4 D5 D6 E1
Premi Keluarga
RATNAWATI 38 Perempuan 25500 4 Tamat SMA Tidak bekerja 3000000 1 1 1 1 1 1 1 1 3 3 3 1 2 2 1 1 1 1 1 1 1
NAJA MUDDIN 54 Laki-laki 80000 3 Tamat SMA Wiraswasta/Pedagang 3000000 1 0 1 1 0 1 1 1 2 1 2 2 4 3 1 1 1 1 0 1 1
SUNARTI 33 Perempuan 80000 1 Tamat SMA Wiraswasta/Pedagang 3500000 1 1 1 1 1 1 1 1 4 4 4 3 4 4 1 1 1 1 1 1 1
RATANG 56 Perempuan 25500 2 Tamat SD Tidak bekerja 3000000 0 0 0 1 0 1 1 0 4 4 3 1 3 4 0 0 1 0 1 1 0
ADE 32 Laki-laki 25500 2 Tamat SMA Wiraswasta/Pedagang 3000000 0 1 1 1 1 1 1 1 3 3 3 3 2 4 1 1 1 1 1 1 1
RAHMAWATI 52 Perempuan 25500 2 Tamat SMP Tidak bekerja 2500000 1 0 0 1 0 0 1 0 4 3 3 1 3 4 1 1 1 1 1 1 0
KASMAN 28 Laki-laki 25500 3 Tamat SD Lain-lain 2000000 0 1 1 1 0 1 1 1 4 4 4 3 4 2 1 1 1 1 1 1 1
HJ RABIKA 52 Perempuan 80000 2 Tamat SMA Tidak bekerja 2000000 1 1 1 1 0 1 1 1 2 2 1 2 3 4 1 1 1 1 0 1 1
FARIDA 46 Perempuan 25500 4 Tamat SMA Pegawai Swasta 2500000 1 1 1 1 1 1 1 1 3 3 3 4 3 4 1 1 1 1 1 1 1
HERLINA 40 Perempuan 25500 3 Tamat SMA Wiraswasta/Pedagang 1750000 1 1 1 1 0 0 1 1 3 4 3 3 3 3 1 1 1 1 1 1 1
NURLIA 58 Perempuan 25500 5 Tamat SMA Wiraswasta/Pedagang 1500000 1 1 1 1 0 0 1 1 4 3 3 3 2 3 1 1 1 0 0 0 1
ABD HAFID 53 Laki-laki 80000 5 Perguruan Tinggi Pegawai Swasta 3000000 1 1 1 1 1 1 1 1 4 3 3 3 3 4 1 1 1 1 1 1 1
RUSLAN K 47 Laki-laki 25500 3 Tamat SMA Pegawai Swasta 3000000 1 1 1 0 0 1 0 1 3 3 3 3 3 3 1 1 1 1 1 1 1
MANSYUR WAHID 60 Laki-laki 25500 6 Tamat SMA Tidak bekerja 1500000 1 1 1 1 0 0 1 1 3 3 3 3 3 4 1 1 1 1 1 1 1
SITI HAPSAH 69 Perempuan 25500 1 Tamat SD Tidak bekerja 1000000 1 0 1 1 0 0 1 1 3 2 3 1 3 2 0 1 1 0 0 1 0
ZAENAB 68 Perempuan 80000 2 Tamat SD Tidak bekerja 1500000 1 0 0 1 0 1 1 1 1 2 3 2 2 2 0 1 1 0 0 0 0
AHMAD TALIQ 25 Laki-laki 51000 5 Tamat SMA Wiraswasta/Pedagang 7000000 1 0 0 1 0 0 0 1 3 3 3 3 3 3 1 1 1 1 1 0 0
HJ MAIMUNNAH 63 Perempuan 51000 1 Tamat SMP Tidak bekerja 3000000 0 0 1 1 0 1 1 0 3 2 2 2 3 3 0 1 1 1 0 1 0
YUNUS 70 Laki-laki 80000 4 Perguruan Tinggi Tidak bekerja 8000000 0 0 1 1 0 0 1 0 3 3 3 2 3 3 0 0 1 1 1 0 0
HALIMAH 39 Perempuan 80000 5 Perguruan Tinggi Pegawai Swasta 4000000 0 1 1 1 1 1 1 1 2 1 3 2 3 2 1 1 1 1 1 1 1
ANTO 37 Laki-laki 51000 3 Perguruan Tinggi Pegawai Swasta 3000000 1 1 1 1 0 1 1 1 3 3 3 3 3 3 1 1 1 1 1 1 1
MINAH 57 Perempuan 25500 2 Tamat SMP Tidak bekerja 2000000 1 0 0 1 0 0 1 1 3 2 2 2 3 3 0 1 1 1 1 0 0
HASNAH 60 Perempuan 25500 3 Tamat SD Tidak bekerja 1000000 1 0 0 1 0 0 1 1 3 3 3 3 3 2 1 1 1 1 1 1 1
ABD MUTHALIB 37 Laki-laki 51000 3 Perguruan Tinggi Pegawai Swasta 3000000 1 1 1 1 1 1 1 1 3 3 3 2 3 3 1 1 1 1 1 1 1
SUMARNI 28 Perempuan 80000 2 Perguruan Tinggi Pegawai Swasta 3000000 1 1 1 1 1 1 1 1 3 3 3 3 3 3 1 1 1 1 1 1 1
AMIRULLAH 32 Laki-laki 25500 5 Perguruan Tinggi Wiraswasta/Pedagang 2500000 1 0 0 1 0 0 1 1 2 2 3 1 2 3 1 1 0 1 1 0 1
SARIFAH 26 Perempuan 25500 2 Tamat SMP Tidak bekerja 2000000 1 0 1 1 0 0 1 1 3 3 3 3 2 2 1 1 1 0 0 0 1
HINDRAWATI 40 Perempuan 51000 3 Perguruan Tinggi Pegawai Swasta 2000000 1 1 1 1 1 1 1 1 3 3 3 3 2 3 1 1 1 0 1 1 1
NURLINDA 29 Perempuan 25500 4 Tamat SD Tidak bekerja 2000000 1 1 1 1 0 0 1 1 3 3 2 2 3 3 1 1 1 0 0 1 1
HJ NGAI 65 Perempuan 80000 4 Perguruan Tinggi Wiraswasta/Pedagang 5000000 1 1 1 1 1 1 1 1 2 2 3 3 1 3 1 1 1 0 1 1 1
ASRUL 28 Laki-laki 25500 3 Tamat SMP Lain-lain 2000000 1 1 1 1 1 0 1 1 3 3 3 3 3 3 1 1 1 0 1 1 1
BUDIMAN 47 Laki-laki 25500 2 Tamat SMA Wiraswasta/Pedagang 2000000 0 1 0 1 0 1 0 1 3 2 3 2 2 2 0 1 0 0 1 1 0
KHADIJAH 30 Perempuan 80000 4 Perguruan Tinggi Pegawai Swasta 3000000 1 1 1 1 1 1 1 1 3 3 3 3 3 3 1 1 1 1 1 1 1
MARAWANI 25 Perempuan 51000 3 Perguruan Tinggi Wiraswasta/Pedagang 4000000 1 1 1 1 1 1 1 1 3 3 3 3 3 3 1 1 1 1 1 1 1
AMINA 35 Perempuan 25500 1 Tamat SD Tidak bekerja 1000000 0 0 1 1 0 1 0 1 3 2 2 2 2 3 1 1 1 0 1 0 0
H. IDRIS 58 Laki-laki 51000 4 Perguruan Tinggi Wiraswasta/Pedagang 3000000 1 1 1 1 1 1 1 1 3 3 3 2 3 3 1 0 0 1 0 0 1
MANTANG 51 Laki-laki 25500 5 Tamat SMP Wiraswasta/Pedagang 4000000 1 1 1 1 0 1 1 1 3 3 3 3 3 2 1 1 1 0 1 1 1
H. BOLLO 69 Laki-laki 80000 4 Perguruan Tinggi Wiraswasta/Pedagang 7000000 0 1 1 1 0 1 1 1 3 3 3 3 2 2 1 1 1 1 1 1 1
RUSMAN 35 Laki-laki 80000 3 Tamat SMA Wiraswasta/Pedagang 4000000 1 1 1 1 1 1 1 1 3 3 3 3 3 3 1 1 1 1 1 0 1
NATSIR 52 Laki-laki 25500 2 Tamat SD Wiraswasta/Pedagang 2000000 1 1 1 1 0 0 1 1 3 3 3 3 2 3 1 1 1 0 1 1 1
ROSI 62 Perempuan 25500 2 Tamat SD Tidak bekerja 1700000 1 1 1 1 1 0 1 1 3 2 3 2 3 3 1 1 1 0 1 1 1
MOCHTAR YUSUF 67 Laki-laki 51000 1 Tamat SMA Lain-lain 3000000 1 1 1 1 0 1 1 1 3 3 3 2 3 3 1 1 1 0 1 0 1
H. NURHAEDAH 53 Perempuan 25500 3 Tamat SMP Tidak bekerja 3000000 1 0 1 0 1 0 1 0 3 2 3 2 3 2 1 1 1 0 0 0 0
HJ RAMLAH 49 Perempuan 80000 2 Tamat SMA Tidak bekerja 3500000 1 1 1 1 1 1 1 1 3 3 3 3 3 3 1 1 1 1 1 0 1
MINA DARWIS 37 Perempuan 80000 2 Perguruan Tinggi Pegawai Swasta 2000000 1 1 1 1 1 1 1 1 3 3 3 3 3 3 1 0 0 1 0 1 1
ANWAR 52 Laki-laki 25500 3 Tamat SMP Lain-lain 2000000 1 1 1 1 0 1 1 1 3 3 3 2 3 3 1 1 1 1 1 0 1
HJ JAWIAH 43 Perempuan 80000 4 Tamat SMP Tidak bekerja 4000000 1 1 1 1 1 1 1 1 3 3 3 3 3 3 1 1 1 1 1 1 1
ARSYAD 34 Laki-laki 25500 3 Tamat SMA Lain-lain 2000000 1 1 1 1 0 0 1 1 3 3 3 2 2 3 0 1 0 0 1 1 1
SAINUDDIN 44 Laki-laki 25500 2 Tamat SD Lain-lain 1500000 1 1 0 1 0 0 1 1 3 3 3 2 3 3 1 1 1 0 1 1 1
JEPPU UMUAR 64 Laki-laki 25500 2 Tamat SMP Lain-lain 2000000 0 0 0 1 1 0 0 1 3 3 3 2 3 2 1 1 1 0 0 0 0
HJ KARHANA 56 Perempuan 80000 2 Tamat SD Tidak bekerja 3000000 0 1 1 1 1 1 1 1 4 3 3 3 3 4 1 1 1 1 1 1 1
KASIATI 40 Perempuan 25500 3 Tamat SMA Pegawai Swasta 2000000 1 1 1 1 1 1 1 1 4 3 3 3 3 3 1 1 1 1 1 1 1
M. SYAIFUL 34 Laki-laki 25500 3 Tamat SMA Wiraswasta/Pedagang 2000000 1 1 1 1 1 0 1 1 3 3 3 3 2 3 1 1 1 1 1 1 1
HJ BUNGA 58 Perempuan 51000 2 Tamat SMP Tidak bekerja 3000000 1 1 1 1 1 1 1 1 4 3 3 3 3 3 1 1 1 1 1 0 1
DG. BAYANG 60 Perempuan 25500 1 Tamat SD Tidak bekerja 1000000 0 0 0 0 1 1 0 1 3 3 3 1 3 2 1 1 1 0 1 1 0
MARDIANA 33 Perempuan 25500 3 Tamat SD Tidak bekerja 1500000 1 1 1 1 1 1 1 1 3 3 3 3 3 3 1 1 1 1 1 1 1
SAIFUL BAHRI 35 Laki-laki 25500 3 Tamat SMA Wiraswasta/Pedagang 2000000 1 1 1 1 1 1 1 1 3 3 3 3 3 3 1 1 1 1 1 1 1
M. IMRAN 48 Laki-laki 25500 4 Tamat SMA Pegawai Swasta 2000000 1 1 1 1 1 1 1 1 3 3 3 3 3 3 1 1 1 0 1 1 1
MONENG 55 Perempuan 25500 1 Tamat SD Tidak bekerja 1000000 1 1 1 1 1 1 1 1 3 3 3 1 3 2 1 1 1 0 1 1 0
DG. RAJA 50 Laki-laki 25500 4 Tamat SMA Wiraswasta/Pedagang 1500000 1 1 1 1 1 1 1 1 3 3 3 3 3 3 1 1 1 1 1 1 1
JUMATIAH 45 Perempuan 25500 1 Tamat SMP Tidak bekerja 1000000 0 0 1 0 1 0 0 0 3 3 3 2 3 3 1 1 1 1 1 1 0
TAMPA 55 Perempuan 25500 2 Tamat SD Tidak bekerja 2000000 1 1 1 1 1 1 1 1 3 3 3 3 3 3 1 1 1 1 1 1 1
INTAN 24 Perempuan 51000 2 Tamat SMA Tidak bekerja 5000000 1 1 1 1 1 1 1 1 3 3 3 3 3 3 1 1 1 1 1 1 1
USMAN 42 Laki-laki 80000 3 Perguruan Tinggi Pegawai Swasta 2000000 1 1 1 1 1 1 1 1 3 3 3 2 3 2 1 1 1 1 1 1 0
ABD ANAS 32 Laki-laki 25500 3 Tamat SMA Lain-lain 2000000 1 1 1 1 1 1 1 1 3 3 3 3 3 3 1 1 1 1 1 1 1
JALALUDDIN 59 Laki-laki 25500 3 Tamat SMA Wiraswasta/Pedagang 1700000 1 1 0 1 1 0 1 1 3 3 3 3 3 3 1 1 1 1 1 1 1
RISMAWANTI 43 Perempuan 80000 2 Tamat SMP Tidak bekerja 3000000 1 1 1 1 1 1 1 1 3 3 3 3 3 3 1 1 1 1 1 1 1
ST MARWAH 29 Perempuan 51000 1 Tamat SD Tidak bekerja 2000000 0 0 1 0 1 0 1 1 2 3 3 2 2 2 1 1 1 1 1 0 0
HERLINDA 26 Perempuan 51000 2 Tamat SMP Tidak bekerja 2000000 1 1 1 1 1 1 1 1 3 3 3 3 3 3 1 0 0 0 1 1 1
AWALUDDIN 50 Laki-laki 25500 4 Tamat SMA Wiraswasta/Pedagang 2000000 1 1 1 1 1 1 1 1 3 3 3 3 3 2 0 0 0 1 1 1 1
IKHSAN 36 Laki-laki 25500 3 Tamat SD Lain-lain 2000000 1 1 1 1 1 1 1 1 3 3 3 3 3 3 1 1 1 1 1 1 1
NURHAEDAH 64 Perempuan 25500 1 Tamat SD Tidak bekerja 2500000 1 0 1 1 1 1 1 1 3 2 3 2 1 3 1 0 0 0 1 1 0
AINUN 27 Laki-laki 25500 4 Tamat SMA Lain-lain 2000000 1 1 1 1 1 1 1 1 3 3 3 3 3 3 1 1 1 1 1 1 1
LILISTIANA 32 Perempuan 80000 2 Tamat SMA Pegawai Swasta 4000000 1 1 1 1 1 1 1 1 3 3 3 2 3 3 1 1 1 1 1 1 0
M. FAHMI 48 Laki-laki 25500 3 Tamat SMA Wiraswasta/Pedagang 2000000 1 1 1 1 1 1 1 1 3 3 3 3 3 2 1 0 0 0 1 1 1
BASSO 55 Laki-laki 80000 1 Tamat SMA Lain-lain 3000000 1 1 1 1 1 1 1 1 3 3 3 3 3 3 1 1 1 1 1 1 1
NUR AZIZAH 41 Perempuan 51000 2 Tamat SD Tidak bekerja 3000000 1 1 1 1 1 1 1 1 3 3 3 2 3 3 0 0 0 1 1 1 0
DG. NGALE 66 Laki-laki 25500 1 Tamat SMA Lain-lain 2500000 0 1 0 1 1 0 0 1 3 3 3 2 3 2 1 1 1 1 1 0 0
SAKINAH 46 Perempuan 25500 3 Tamat SMA Pegawai Swasta 3000000 1 1 1 1 1 1 1 1 3 3 3 3 3 3 1 1 1 1 1 1 1
HJ YUSUF 66 Laki-laki 80000 2 Tamat SMA Wiraswasta/Pedagang 5000000 1 1 1 1 1 1 1 1 3 3 3 3 3 3 1 1 1 1 1 1 1
ROSIDAH 35 Perempuan 25500 3 Tamat SD Tidak bekerja 3000000 1 1 1 1 1 1 1 1 3 3 3 1 2 2 1 1 1 1 1 1 0
MUTMAINNAH 40 Perempuan 51000 2 Tamat SMP Tidak bekerja 2500000 1 1 1 1 1 1 1 1 3 3 3 3 3 3 1 0 0 0 1 1 1
M. RAFIQ 36 Laki-laki 80000 3 Perguruan Tinggi Pegawai Swasta 4000000 0 1 0 0 0 1 1 0 3 3 3 2 3 2 1 1 1 1 1 1 0
DG. BOLA' 60 Laki-laki 25500 2 Tamat SMA Lain-lain 2000000 1 1 1 1 0 1 1 1 3 3 3 1 2 2 1 0 1 1 1 0 0
MUKHLIS 29 Laki-laki 25500 3 Tamat SMA Lain-lain 2000000 1 1 1 1 1 1 1 1 3 3 3 3 3 3 1 1 1 1 1 1 1
ASRIANI 32 Perempuan 25500 2 Tamat SMP Tidak bekerja 2500000 1 1 1 1 1 1 1 1 3 3 3 3 3 3 0 0 0 1 1 1 1
FATIMAH 35 Perempuan 51000 2 Tamat SMP Tidak bekerja 3000000 1 1 1 1 1 1 1 1 3 3 3 3 3 3 1 1 1 1 1 1 1
AKBAR 55 Laki-laki 25500 4 Tamat SMA Wiraswasta/Pedagang 3000000 1 1 1 1 1 0 1 1 3 3 3 3 3 3 1 1 1 1 1 1 1
FAJAR YUSUF 41 Laki-laki 51000 3 Tamat SMA Wiraswasta/Pedagang 3000000 1 1 1 1 1 1 1 1 3 3 3 3 3 3 1 0 1 0 0 1 1
FIRDAUZUL MUTTAQIN 46 Laki-laki 25500 2 Perguruan Tinggi Pegawai Swasta 3000000 1 1 1 1 1 1 1 1 3 3 3 2 3 3 1 1 1 1 1 1 0
USMA 39 Perempuan 51000 3 Tamat SMA Tidak bekerja 4000000 1 0 0 1 1 0 0 1 3 3 3 2 3 3 1 1 1 1 1 1 0
FATHIA 58 Perempuan 25500 2 Tamat SMP Tidak bekerja 2000000 1 1 1 1 1 1 1 0 3 3 3 3 3 3 1 1 1 1 1 1 1
MARGI 62 Perempuan 25500 2 Tamat SMA Tidak bekerja 2000000 1 1 1 1 0 1 1 1 3 3 3 3 3 3 1 1 1 1 1 1 1
ZAENYAKUB 57 Laki-laki 25500 3 Tamat SMA Wiraswasta/Pedagang 2500000 0 1 0 1 1 0 1 0 3 3 3 2 3 3 1 1 1 1 1 1 0
HARIYADI 60 Laki-laki 25500 2 Tamat SMA Lain-lain 2000000 1 1 1 1 1 1 1 1 3 2 2 1 3 2 1 0 1 1 1 1 0
AMIRUDDIN 65 Laki-laki 80000 3 Perguruan Tinggi Wiraswasta/Pedagang 3000000 1 1 1 1 1 1 1 1 3 3 3 3 3 3 1 1 0 0 0 0 1
SYAHRUL 48 Laki-laki 80000 3 Tamat SMA Wiraswasta/Pedagang 2000000 1 1 1 1 1 1 1 1 3 3 3 3 3 3 1 1 1 1 1 1 1
NURHASWI 30 Perempuan 51000 1 Tamat SD Tidak bekerja 2000000 0 0 0 1 0 1 1 0 3 3 3 1 3 3 1 1 1 0 1 0 0
ANDI ALFYAT 33 Laki-laki 25500 3 Tamat SMA Wiraswasta/Pedagang 2000000 1 1 1 1 1 1 1 1 3 3 3 3 3 3 0 0 1 0 1 1 1
HALIDAH 64 Perempuan 25500 1 Tamat SD Tidak bekerja 2000000 1 1 1 1 1 0 1 1 3 2 3 1 3 3 1 0 1 1 1 1 0
REZKIYANI 56 Perempuan 25500 2 Tamat SD Tidak bekerja 2500000 1 1 1 1 1 0 1 1 3 3 3 3 3 3 1 0 1 0 0 1 1
SATRIANI 49 Perempuan 80000 2 Perguruan Tinggi Wiraswasta/Pedagang 6000000 0 1 1 1 1 1 1 1 3 3 3 3 3 3 1 1 1 1 1 1 1
M. SYAFAR 69 Laki-laki 80000 1 Perguruan Tinggi Tidak bekerja 3000000 1 1 0 1 1 1 1 1 2 2 2 2 3 2 1 1 1 0 1 1 0
HJ DARWIS 68 Laki-laki 25500 2 Tamat SMA Tidak bekerja 3000000 0 1 1 0 1 0 1 0 1 3 1 2 3 3 1 1 1 0 1 1 0
SUHERMAWANSUKRI 56 Laki-laki 25500 3 Tamat SMA Wiraswasta/Pedagang 2000000 1 1 1 1 1 1 1 1 3 3 3 3 3 3 1 0 0 0 1 1 1
RUSDIN 45 Laki-laki 51000 3 Perguruan Tinggi Pegawai Swasta 4000000 1 1 1 1 1 1 1 1 3 3 3 1 3 3 1 1 1 1 1 1 0
ALWIYAH 53 Perempuan 25500 2 Tamat SMA Tidak bekerja 2000000 1 0 1 0 0 0 1 0 3 3 3 2 3 3 1 1 1 1 1 1 0
DIAN 42 Perempuan 80000 2 Perguruan Tinggi Pegawai Swasta 5000000 1 1 1 1 1 1 1 1 1 2 3 2 3 3 1 1 1 1 1 1 0
ERNI 64 Perempuan 25500 1 Tamat SD Tidak bekerja 2000000 0 1 1 0 1 0 1 0 3 2 3 3 2 3 1 0 1 1 1 1 0
FIRAH 51 Perempuan 25500 3 Tamat SMP Tidak bekerja 3000000 1 1 1 1 1 1 1 1 3 3 3 3 3 3 1 1 1 1 1 1 1
M. ANUGRAH 60 Laki-laki 80000 1 Tamat SMA Tidak bekerja 3000000 1 1 1 1 1 1 1 1 3 3 3 3 3 3 1 1 1 1 1 1 1
IRYANI RUSDI 66 Laki-laki 51000 1 Tamat SMA Tidak bekerja 3000000 1 1 1 1 0 1 1 1 3 3 3 2 3 3 1 1 1 0 1 1 0
KHAERUL 48 Laki-laki 25500 3 Tamat SMA Wiraswasta/Pedagang 2000000 0 0 1 0 1 1 1 0 3 3 3 3 3 3 1 1 1 0 0 0 1
MARJUNI 57 Laki-laki 25500 4 Tamat SMA Wiraswasta/Pedagang 2000000 1 1 1 1 1 1 1 1 3 3 3 3 3 2 0 0 0 1 1 1 1
NIRWANA 58 Perempuan 51000 3 Tamat SD Tidak bekerja 3000000 1 0 1 0 0 1 0 1 2 2 3 3 2 2 1 0 1 1 1 1 0
SAVIRA 45 Perempuan 80000 2 Perguruan Tinggi Pegawai Swasta 4000000 0 1 1 1 1 1 1 1 3 3 3 3 3 3 1 1 1 1 1 1 1
KHAIDIR 30 Laki-laki 25500 3 Tamat SMA Wiraswasta/Pedagang 2000000 1 1 1 1 1 1 1 1 3 3 3 3 3 2 1 1 1 1 1 1 1
LAMPIRAN 4.

PERSURATAN
LAMPIRAN 5.

DOKUMENTASI
LAMPIRAN 6.

RIWAYAT HIDUP

Nama : Novia Widyanti


Tempat/Tgl Lahir : Lospalos, 05 November 1996
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Katolik
Alamat : BTN Bumi Bung Permai Blok B5 No. 12
Telp & No.Hp : 085238233991
E-mail : noviawidyanti28@gmail.com
Riwayat Pendidikan : 1. SDN 5 Karangasem Tahun 2008
2. SMP Negeri 2 Amlapura Tahun 2011
3. SMA Negeri 2 Amlapura Tahun 2014
4. Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Hasanuddin
(Tahun 2014 – Sekarang)
Riwayat Organisasi : 1. Pengurus HAPSC 2017/2018

Anda mungkin juga menyukai