Anda di halaman 1dari 5

Nama : Yulia Angraeni

Npm : 01150000001
Mata Kuliah : Amdal (Analisis Dampak Lingkungan)
Kesehatan Masyarakat Semester 5
Ujian Akhir Semester

Maluku rampungkan Amdal KEK Banda


Kamis, 20 Juli 2017 14:44 WIB

Ambon (ANTARA News) - Pemerintah Provinsi (Pemprov) Maluku sedang merampungkan


analisa dampak lingkungan (Amdal) pengembangan Banda, Kabupaten Maluku Tengah menjadi
Kawasan Ekonomi Khusus (KEK).

"Kami sedang merampungkan Amdal sesuai dengan arahan tata ruang, di mana Undang-Undang
Nomor 26 Tahun 2007 dan PP No. 13 tahun 2016 tentang tata ruang nasional telah menetapkan
Banda sebagai Kawasan Strategis Nasional (KSN)," kata Kepala Litbang dan Hubungan Kerja Sama
Pembangunan Daerah Bappeda Maluku, Djalaludin Salampessy, dikonfirmasi, Rabu.

Gubernur Maluku, Said Assagaff mendorong Banda mejadi KEK pariwisata, menyusul pada 2016
telah menyiapkann dokumen rencana induk, kajian finansial dan pariwisata.

Dia mengemukakan, Amdal KEK Banda dilakukan Pemprov Maluku bekerjasama dengan Badan
Pengkajian Penerapan Teknologi (BPPT).

Amdal yang dilakukan berkaitan dengan analisis yang mengarah pada daya dukung lingkungan dan
pengaruh pada infrastrukutur serta investasi.

Bila Amdal KEK Banda telah rampung, maka diusulkan kepada pemerintah pusat.

Menurut dia, Pemprov bersama DPRD Maluku sudah menandatangani kerja sama pada 13 Juli 2018
untuk mengusulkan penempatan salah satu daerah di Maluku agar menjadi KEK pariwisata yakni
Banda.
"Pemprov Maluku juga membutuhkan tanggapan dari warga Banda, Kabupaten Maluku Tengah guna
mendukung pengusulan yang akan disampaikan," ujar Djalaludin.

Keikutsertaan masyarakat dalam memberikan tanggapan, sesuai penerapan Peraturan Pemerintah No.
27 Tahun 2012 tentang izin lingkungan dan Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup RI Nomor
17 Tahun 2012 tentang pedoman Keterlibatan Masyarakat Dalam Proses Analisasi mengenai Amdal
dan Izin Lingkungan.

Merujuk pada peraturan tersebut, maka Bappeda Maluku telah mengumumkan rencana kegiatan
Amdal KEK di Kepulauan Banda.

Oleh karena itu, diharapkan adanya saran, pendapat serta tanggapan dari masyarakat sebagai bahan
kajian dalam proses penyusunan Amdal KEK Banda.

"Kegiatan Amdal akan menimbulkan dampak positif maupun negatif, di mana akan terjadi perubahan
bentang alam, peningkatan limbah yang dihasilkan yang dapat menimbulkan permasalahan sosial dan
pencemaran lingkungan lainnya," kata Djalaludin.

Dia merujuk, terobosan memprogramkan Banda menjadi KEK membutuhkan biaya yang telah
disepakati dialokasikan melalui APBD Perubahan Maluku tahun 2015.

"Jadi pengembangan Banda menjadi KEK tetap menjadi bagian dari program pengembangan daerah
otonom baru (DOB) yang merupakan kesepakatan Pemprov maupun DPRD Maluku," ujar
Djalaludin.

Pengembangkan KEK di Banda karena miliki potensi kelautan dan perikanan, pariwisata bahari
maupun situs sejarah, perkebunan dengan andalannya pala serta geologi berupa kawasan gunung api.

Pemprov maupun DPRD Maluku menyepakati 13 calon kabupaten/kota yang telah diusulkan antara
lain Kepulauan Terselatan, Gorom-Wakate, Kepulauan Kei Besar, Aru Perbatasan, Tanimbar Utara,
Seram Utara Raya, Jasirah Leihitu, Talabatei, serta Buru Kayeli.
Selain itu, Kota Bula, Kota Kepulauan Huamual, Kota Kepulauan Lease, calon daerah kawasan
khusus Kepulauan Banda.

Topik : Maluku Rampungkan Amdal KEK Banda

Masalah : Pemerintah Provinsi (Pemprov) Maluku sedang merampungkan analisa


dampak lingkungan (Amdal) pengembangan Banda, Kabupaten Maluku Tengah menjadi
Kawasan Ekonomi Khusus (KEK)

Pembahasan : Kami sedang merampungkan Amdal sesuai dengan arahan tata ruang, di mana
Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 dan PP No. 13 tahun 2016 tentang tata ruang nasional
telah menetapkan Banda sebagai Kawasan Strategis Nasional (KSN)

Solusi : Keikutsertaan masyarakat dalam memberikan tanggapan, sesuai penerapan


Peraturan Pemerintah No. 27 Tahun 2012 tentang izin lingkungan dan Peraturan Menteri Negara
Lingkungan Hidup RI Nomor 17 Tahun 2012 tentang pedoman Keterlibatan Masyarakat Dalam
Proses Analisasi mengenai Amdal dan Izin Lingkungan.

Kesimpulan : Pengembangkan KEK di Banda karena miliki potensi kelautan dan perikanan,
pariwisata bahari maupun situs sejarah, perkebunan dengan andalannya pala serta geologi berupa
kawasan gunung api.
Nama : Yulia Angraeni
Npm : 01150000001
Mata Kuliah : HI (Higieni Industry)
Kesehatan Masyarakat Semester 5
Ujian Akhir Semester

Masyarakat dan pengelola tempat makan kurang peduli higiene


makanan
Sabtu, 25 April 2015 19:15 WIB
Jakarta (ANTARA News) - Kurangnya kepedulian pengelola tempat makan dan masyarakat
tentang higiene sanitasi pangan menjadi salah satu alasan masih ditemuinya masalah keamanan
pangan di Indonesia.

Siaran pers Pusat Komunikasi Publik Kementerian Kesehatan RI kepada ANTARA News, Sabtu,
mengungkapkan, ketidaktahuan dan sifat masyarakat yang cenderung tepa selira turut mendukung
kondisi ini.

Di samping itu, kurangnya pengawasan Pemerintah, baik Pusat maupun Daerah mengenai
pengelolaan tempat makan, termasuk di antaranya soal sanitasi dan keamanan pangan pun menjadi
alasan berikutnya.

Padahal, sejumlah peraturan mengenai keamanan pangan dan sanitasi sudah terbilang lengkap.
Misalnya, Undang-Undang No. 18 tahun 2012 tentang Pangan, Peraturan Pemerintah No. 28 tahun
2004 tentang Keamanan, Mutu dan Gizi Pangan.

Lalu, peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor: 1096/Menkes/Per/VI/2011 tentang


Higiene Sanitasi Jasaboga dan Keputusan Menteri Kesehatan No. 1098 tahun 2003 tentang
Persyaratan Higiene Sanitasi Rumah makan dan Restoran. Sayangnya, meskipun peraturan hukum
tersebut sudah terdapat sanksi pencabutan sertifikat Laik Sehat/Laik Higiene Sanitasi, tetapi Nampak
jelas peraturan ini tidak "bergigi".

Sebagai contoh, ketika "laik sehatnya" dicabut, pengelola tempat makan semisal warteg, rumah
makan ataupun restoran tetap memiliki izin operasional. Padahal kondisi higiene sanitasinya buruk.

Selain itu, inspeksi ke Tempat Pengelolaan Makanan (TPM) baru dilakukan Pemerintah Daerah,
dalam hal ini Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota, hanya jika ada permintaan dari pemilik/pengelola
tempat pengelolaan makanan untuk memenuhi tuntutan konsumen. Alasannya, karena kurangnya
tenaga dan anggaran.
Apabila dibandingkan dengan negara lain, seperti New York atau Singapura, higiene sanitasi tempat-
tempat makan tak lagi menjadi masalah.

Di sana, pemerintah setempat telah menjalankan sistem "reward dan punishment" bagi pengelola
tempat makan yang membuat mereka menjaga higiene sanitasi pangan, keamanan dan kesehatan
pangan.

Kementerian Kesehatan melalui Direktorat Penyehatan Lingkungan sebenarnya sudah berupaya


melakukan evaluasi dengan melakukan pertemuan di tingkat Provinsi dan melibatkan Dinas
Kesehatan setempat terkait dengan kinerja mereka terhadap pengawasan Higiene Sanitasi Pangan di
TPM.

Di samping itu juga melengkapi peralatan untuk pemeriksaan cepat terhadap pangan siap saji dan
diberikan kepada Dinas Kesehatan/Kabupaten atau Kota yang mengusulkan ke Pusat.

Topik : Masyarakat dan pengelola tempat makan kurang peduli higiene makanan

Masalah : Kurangnya kepedulian pengelola tempat makan dan masyarakat tentang


higiene sanitasi pangan menjadi salah satu alasan masih ditemuinya masalah keamanan pangan di
Indonesia

Pembahasan : sejumlah peraturan mengenai keamanan pangan dan sanitasi sudah terbilang
lengkap. Misalnya, Undang-Undang No. 18 tahun 2012 tentang Pangan, Peraturan Pemerintah No. 28
tahun 2004 tentang Keamanan, Mutu dan Gizi Pangan. Lalu, peraturan Menteri Kesehatan Republik
Indonesia Nomor: 1096/Menkes/Per/VI/2011 tentang Higiene Sanitasi Jasaboga dan Keputusan
Menteri Kesehatan No. 1098 tahun 2003 tentang Persyaratan Higiene Sanitasi Rumah makan dan
Restoran. Sayangnya, meskipun peraturan hukum tersebut sudah terdapat sanksi pencabutan
sertifikat Laik Sehat/Laik Higiene Sanitasi, tetapi Nampak jelas peraturan ini tidak "bergigi."

Solusi : Kementerian Kesehatan melalui Direktorat Penyehatan Lingkungan


sebenarnya sudah berupaya melakukan evaluasi dengan melakukan pertemuan di tingkat Provinsi dan
melibatkan Dinas Kesehatan setempat terkait dengan kinerja mereka terhadap pengawasan Higiene
Sanitasi Pangan di TPM. Di samping itu juga melengkapi peralatan untuk pemeriksaan cepat
terhadap pangan siap saji dan diberikan kepada Dinas Kesehatan/Kabupaten atau Kota yang
mengusulkan ke Pusat.

Anda mungkin juga menyukai