Anda di halaman 1dari 104

PROFIL PASIEN YANG BERKUNJUNG KE IGD

BERDASARKAN TRIAGE DI RUMAH SAKIT


UMUM DAERAH MEURAXA BANDA ACEH
BULAN SEPTEMBER 2022

SKRIPSI

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk


Memperoleh gelar Sarjana Keperawatan

Oleh:

ANISA FITRI
1912101010114

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN


FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS SYIAH KUALA
BANDA ACEH
2023
ii
iii
iv
PERSEMBAHAN

“Sesungguhnya ALLAH SWT akan meningkatkan derajat orang-orang yang


beriman dan orang orang yang berilmu pengetahuan diantara kamu dengan
beberapa derajat” (Q,s.Almujadallah: 11) Alhamdulillahirabbil’alamin...

Sujud syukur kupersembahkan pada-Mu ya Rabb sang penggenggam langit dan


bumi, atas takdir-Mu Kau jadikan aku manusia yang senantiasa berpikir,
berilmu, beriman, dan bersabar dalam menjalani kehidupan. Lantunan sholawat
beriring salam ku panjatkan kepada nabiyullah wa rasulullah Muhammad SAW.
Semoga keberhasilan ini menjadi satu langkah awal bagiku untuk meraih cita-
cita besarku.

Dengan kerendahan hati bersama keridhaan-Mu ya Allah, kupersembahkan


karya sederhana ini kepada orang yang aku kasihi dan aku sayangi:

Ayahanda tersayang Zulfikar M.nur dan Ibunda tersayang Suryani, terima kasih
segala kasih sayang dan pengorbanan tiada henti, ridhamu telah memudahkan
langkah dan urusanku, doa dan semangatmu telah membuatku kuat menjalani
semuanya. Sungguh semuanya tidak akan pernah terbalas dengan apapun.
Teruntuk Adik kandung Wilda Rahmi terima kasih bantuannya selama ini.

Terima kasih sebesar-besarnya kepada pembimbing skripsi yang sangat saya


banggakan Ibu Ns. Irfanita Nurhidayah, S.Kep., M.Kep dan Ibu Ns. Rahmalia
Amni, M.Kep yang memberikan semangat, motivasi dan bimbingan dengan
penuh kesabaran serta bersedia meluangkan waktunya demi kelancaran
penelitian skripsi ini.

Terimakasih juga kepada Bapak Dr. Ns. Hilman syarif, M.kep., Sp.kep.M.B selaku
penguji I saya dan ibu Ns. Aklima, S.Kep., MNS selaku penguji II saya yang telah
memberikan masukan yang sangat berharga sehingga skripsi saya menjadi lebih
baik.

Dan untuk sahabat-sahabatku tercinta Munawwarah, Marhamah, Muharrami


Shalafina, Ariza Saputri, Anisatul Haq, Siti Zakia Fadhli, Rauzatun Amalia,
Izzia Khalkia, Nur Khairiti, Ida Asiah, Devi Mansulijar, Raisa Amini
terimakasih telah memberiku semangat dalam menyelesaikan tugas ini. Sahabat
seperjuangan Mahasiswa Fkep’19, terima kasih karena telah setia menemani
dalam perjuangan ini, semoga Allah membalasnya dengan cara yang indah
hingga ke Surga-Nya.

Akhir kata, terimakasih untuk segalanya, semoga skripsi ini bermanfaat...


“Sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat bagi manusia yang lain”
(HR. Thabrani dan Daruquthni)

Anisa Fitri

v
KEMENTRIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN,
RISET DAN TEKNOLOGI

UNIVERSITAS SYIAH KUALA


FAKULTAS KEPERAWATAN

SKRIPSI
25 Januari 2023

XV + VI BAB + 60 halaman + 7 Tabel + 1 Skema + 10 Lampiran

ANISA FITRI
1912101010114

PROFIL PASIEN YANG BERKUNJUNG KE IGD BERDASARKAN


TRIAGE DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH MEURAXA BANDA
ACEH BULAN SEPTEMBER 2022

ABSTRAK

Instalasi Gawat Darurat bertujuan untuk melakukan pelayanan kesehatan


kegawatdaruratan secara optimal bagi pasien dengan cepat dan tepat, serta terpadu
demi mencegah kematian dan kecacatan (to save life and limb). Pentingnya
pendataan yang detail akan karakteristik dan penyakit responden di IGD sehingga
dapat menjadi bahan koreksi dan evaluasi bagi pihak IGD dalam mempertahankan
dan meningkatkan kualitas pelayanan bagi pasien. Selain itu penting untuk
mengetahui karakteristik dan penyakit dan responden sehingga dapat menjadi
masukan bagi rumah sakit. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi
mengetahui profil pasien yang berkunjung ke IGD Berdasarkan Triage Di RSUD
Meuraxa Banda Aceh pada September 2022. Desain penelitian ini adalah
deskriptif kuantitatif dan teknik pengumpulan data total sampling menggunakan
alat ukur lembar isian. Hasil penelitian diperoleh sebanyak 1783 responden
dengan mayoritas responden berjenis kelamin laki-laki sebanyak 927 orang
(52%), berusia 17-25 tahun sebanyak 304 orang (17%) dan mayoritas pasien yang
berkunjung ke instalasi gawat darurat berada pada triage hijau sebanyak 907
orang (50,9%). Diharapkan agar Rumah Sakit Umum Meuraxa Banda Aceh agar
dapat meningkatkan tenaga kesehatan yang professional dalam semua bidang
tindakan dengan mengadakan pelatihan-pelatihan untuk tenaga kesehatan
khususnya yang berkaitan dengan pelaksanaan manajement triase.
Kata kunci : Instalasi Gawat Darurat,Profil Pasien, Triage
Daftar bacaan : 11 buku, 3 skripsi, 31 jurnal (2012-2022)

vi
MINISTRY OF EDUCATION AND CULTURE,
RESEARCH AND TECHNOLOGY

SYIAH KUALA UNIVERSITY


FACULTY OF NURSING

SKRIPSI
January 25, 2023

XV + VI Chapters + 60 pages + 7 tables + 1 scheme + 10 Attachments

ANISA FITRI
1912101010114

PROFILE OF PATIENTS WHO COME TO THE IGD BASED ON


TRIAGE AT MEURAXA REGIONAL GENERAL HOSPITAL, BANDA
ACEH IN SEPTEMBER 2022

ABSTRACT

The Emergency Department aims to provide optimal emergency health services


for patients quickly and accurately, with an integrated approach to prevent death
and disability (to save life and limb). The importance of detailed data collection of
the characteristics and diseases of respondents in the IGD so that it can be a
material correction and evaluation for the IGD in maintaining and improving the
quality of service for patients In addition, it is important to know the
characteristics and diseases of the respondents so that they can provide input for
the hospital. This study aims to identify the profile of patients who come to the
emergency room based on triage at Meuraxa Banda Aceh Hospital in September
2022. Methode is quantitative descriptive research design and total sampling data
collection techniques using observation sheets and measuring instruments. The
results of the study were obtained for as many as 1783 respondents, with the
majority of respondents being male (as many as 927 people, or 52%), aged 17–25
years (as many as 304 people, or 17%), and the majority of patients visiting the
emergency department being in green triage (as many as 907 people, or 50.9%). It
is hoped that Meuraxa General Hospital Banda Aceh can improve professional
health workers in all fields of action by conducting trainings for health workers,
especially those related to the implementation of triage management.

Keywords : Emergency Room Installation, Patient Profile, Triage


Reading list : 11 textbooks, 3 thesis, 31 journals (2012–2022)

vii
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur atas kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan

anugerah dan berkah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian

dengan judul “Profil Pasien Yang Berkunjung Ke IGD Berdasarkan Triage Di

Rumah Sakit Umum Daerah Meuraxa Banda Aceh Bulan September 2022”

sebagai salah satu syarat dalam menyelesaikan pendidikan Sarjana Keperawatan

di Fakultas Keperawatan Universitas Syiah Kuala. Shalawat beserta salam juga

tak lupa disampaikan keharibaan Nabi Muhammad SAW, yang telah membawa

umat manusia dari zaman jahiliyah ke alam yang penuh dengan ilmu pengetahuan.

Pada kesempatan ini, penulis ingin menyampaikan terimakasih yang

sebesar-besarnya kepada Ns. Irfanita Nurhidayah, S.Kep., M.Kep., dosen

pembimbing I dan Ns. Rahmalia Amni, M.Kep., selaku dosen pembimbing II

yang telah meluangkan waktu, tenaga dan pikiran untuk memberikan arahan dan

bimbingan kepada penulis dalam menyelesaikan proposal ini. Selanjutnya, ucapan

terima kasih juga penulis sampaikan kepada:

1. Teuku Tahlil, S. Kp., MS, Ph.D. sebagai Dekan Fakultas Keperawatan

Universitas Syiah Kuala.

2. Ibu.Ns. Darmawati, S. Kep., M. Kep., Sp. Mat. sebagai Wakil Dekan I

Fakultas Keperawatan Universitas Syaih Kuala.

3. Ibu Ns. Marlina, S. Kep., M. Kep., SP. MB. sebagai Wakil Dekan II Fakultas

Keperawatan Universitas Syiah Kuala.

4. Bapak Dr. Ns. Hilman Syarif, M. Kep., Sp. Kep. MB., sebagai Wakil Dekan

III Fakultas Keperawatan Universitas Syiah Kuala.

viii
5. Ibu Ns. Syarifah Rauzatul Jannah, S. Kep., MNS., Ph.D., selaku Ketua

Jurusan Ilmu Keperawatan Fakultas Universitas Syiah Kuala.

6. Ibu Ns. Nurhasanah, M. Kep., selaku Ketua Program Studi Ilmu Keperawatan

Fakultas Keperawatan Universitas Syiah Kuala.

7. Ibu Ns. Irfanita selaku dosen pembimbing I yang telah membimbing dan

meluangkan waktu, tenaga dan pikiran dalam memberikan masukan dan

arahan.

8. Ibu Ns. Rahmalia Amni, M.Kep selaku dosen pembimbing II yang telah

membimbing dan meluangkan waktu, tenaga dan pikiran dalam memberikan

masukan dan arahan.

9. Bapak Dr. Ns. Hilman Syarif selaku dosen penguji I dan juga Ibu NS. Aklima

selaku dosen penguji II yang telah meluangkan waktu, tenaga dan pikiran

dalam memberikan masukan dan arahan

10. Seluruh dosen dan staf administrasi Fakultas Keperawatan Universitas Syiah
Kuala yang membantu penulis dalam kelancaran penyusunan Skripsi ini.

11. Teristimewa kepada Ayahanda tercinta Zulfikar M.nur dan Ibunda tersayang

Suryani, yang telah memberikan semangat dan dukungan sepenuh hati.

12. Adik kandung Wilda Rahmi yang telah memberikan semangat dan bantuan

untuk kelancaran penelitian ini.

13. Teman teman yang tidak pernah jenuh mengatakan semangat dan siap

membantu dalam setiap kendala yang penulis jalani, terkhususnya kepada

Munawwarah, Marhamah, Muharrami Shalafina, Ariza Saputri, Anisatul Haq,

Siti Zakia Fadhli, Rauzatun Amalia, Izzia Khalkia, Nur Khairiti, Ida Asiah,

ix
Devi Mansulijar, Raisa Amini dan kepada teman teman lainnya yang tidak

bisa disebut satu persatu.

Akhir kata, penulis berharap Allah SWT berkenan membalas segala

kebaikan semua pihak yang telah membantu. Semoga proposal ini membawa

manfaat bagi pengembangan ilmu pengetahuan dan praktik keperawatan

kedepannya.

Banda Aceh, 25 Januari 2023

Anisa Fitri

x
DAFTAR ISI
Halaman
LEMBAR JUDUL ........................................................................................... i
HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS ......................................... ii
PERNYATAAN PERSETUJUAN................................................................ ii
LEMBAR PENGESAHAN .......................................................................... iii
ABSTRAK ..................................................................................................... vi
ABSTRACT ................................................................................................... iv
KATA PENGANTAR ................................................................................... ix
DAFTAR ISI .................................................................................................. ix
DAFTAR TABEL ....................................................................................... xiii
DAFTAR SKEMA ...................................................................................... xiv
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................xv

BAB I PENDAHULUAN ...........................................................................1


A. Latar Belakang...........................................................................1
B. Rumusan Masalah .....................................................................5
C. Tujuan Penelitian .......................................................................6
D. Manfaat Penelitian .....................................................................6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA .................................................................7


A. Pelayanan Instalasi Gawat Darurat ............................................7
B. Triage ......................................................................................20
C. Indikator Profil ........................................................................32

BAB III KERANGKA KONSEP PENELITIAN .....................................36


A. Kerangka Kerja Penelitian .......................................................36
B. Pertanyaan Penelitian ..............................................................36
C. Definisi Operasional ................................................................37

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN ..................................................39


A. Jenis Dan Desain Penelitian ....................................................39
B. Populasi Dan Sampel Penelitian ..............................................39
C. Tempat Dan Waktu Penelitian .................................................39
D. Alat Pengumpul Data ..............................................................40
E. Teknik Pengumpulan Data ......................................................41
F. Etika Penelitian ........................................................................41
H. Analisis Data ...........................................................................43

BAB V HASIL PENELITIAN ..................................................................45


A. Hasil Penelitian ........................................................................45
B. Pembahasan .............................................................................53
C. Keterbatasan Penelitian ...........................................................58

xi
BAB VI PENUTUP .....................................................................................59
A. Kesimpulan ..............................................................................59
B. Saran ........................................................................................59

DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
LAMPIRAN

xii
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 3.1 Definisi Operasional ......................................................................37

Tabel 5.1 Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden (n=1783) ................45

Tabel 5.2 Distribusi Frekuensi Triage di Instalasi Gawat

Darurat (n=1783) ............................................................................46

Tabel 5.3 Distribusi Frekuensi Triage Hijau di Instalasi

Gawat Darurat (n=907) ..................................................................46

Tabel 5.4 Distribusi Frekuensi Triage Kuning di Instalasi

Gawat Darurat (n=847) ..................................................................49

Tabel 5.4 Distribusi Frekuensi Triage Merah di Instalasi

Gawat Darurat (n=847) ..................................................................51

Tabel 5.6 Distribusi Frekuensi Triage berdasarkan Karakteristik

Responden Di Isntalasi Gawat Darurat(n=1783)................................52

xiii
DAFTAR SKEMA
Halaman

Skema 3.1 Kerangka Konsep Penelitian ........................................................36

xiv
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 : Jadwal Kegiatan Penelitian

Lampiran 2 : Rincian Anggaran Penelitian

Lampiran 3 : Lembar Penelitian Observasi

Lampiran 4 : Surat Izin Pengambilan Data Awal

Lampiran 5: Surat Selesai Pengambilan Data Awal

Lampiran 6 : Surat Hasil Lulus Etik dari Fakultas Keperawatan

Universitas Syiah Kuala

Lampiran 7 : Surat Rekomendasi dari Kesbangpol

Lampiran 8 : Surat Izin Penelitian

Lampiran 9: Surat Selesai Penelitian

Lampiran 10: Hasil Analisis Data

xv
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Rumah sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang

menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna untuk

pelayanan rawat inap, rawat jalan, dan gawat darurat. Rumah sakit tidak

hanya berfungsi untuk kegiatan kuratif, tetapi merupakan tempat untuk

meningkatkan status kesehatan (Krisanty, 2016). Instalasi Gawat Darurat

(IGD) merupakan salah satu unit pelayanan di rumah sakit yang menangani

pasien dengan kondisi gawat darurat seperti pasien yang menderita penyakit

akut atau kronis maupun yang mengalami kecelakaan. (Ardiyani, V, 2018;

Bazmul, 2019).

Instalasi Gawat Darurat memiliki tujuan untuk melakukan pelayanan

kesehatan secara optimal bagi pasien secara cepat dan tepat serta terpadu

dengan penanganan kegawatdaruratan untuk mencegah kematian dan

kecacatan (to save life and limb) dengan waktu penanganan atau respon time

selama lima menit dan waktu definitif yang tidak lebih dari dua jam (Ariyani,

2020).

Angka kunjungan Instalasi Gawat Darurat memiliki variasi dalam

jumlah kasus pada berbagai pusat kesehatan di berbagai negara didunia.

Berdasarkan pengamatan yang telah dilakukan oleh Wier tercatat lebih dari

120 juta kasus kegawatdaruratan di Amerika pada tahun 2009. Angka

tersebut mengalami peningkatan dari tahun 1991 sebanyak 44% sampai tahun

1
2

2010, selanjutnya pengamatan yang dilakukan oleh Quality Watch Reasearch

Program di Inggris pada tahun 2010 sampai 2013 tercatat sebanyak 41 juta

kasus kegawatdaruratan, sedangkan pengamatan yang telah dilakukan oleh

Katayama tercatat sekitar 2,6 juta kasus per tahun yang terjadi di jepang

tepatnya di kota Osaka (Takaendengan, D et al., 2016).

Kunjungan IGD di dunia mengalami peningkatan sekitar 30%

(Ariyani, 2020), sedangkan Kementeri Kesehatan Republik Indonesia

menyebutkan jumlah kunjungan ke IGD pada tahun 2009 adalah sekitar

4.402.205 pasien (13,3%) dari seluruh kunjungan ke rumah sakit umum

(Kundiman et al., 2019). Hasil survei yang dilakukan di RSUD Dr. Pringandi

Medan didapatkan data kunjungan pasien di IGD dari bulan Januari –

Desember 2017 sebanyak 13482 pasien sedangkan pada bulan Januari –

Desember 2018 sebanyak 12.735 pasien (Depari, A, 2019).

Angka kejadian kasus kegawatdaruratan di Indonesia belum

terangkum secara sempurna salah satu faktor yang mempersulit pengumpulan

data karena banyaknya fasilitas kesehatan di Indonesia serta luasnya daerah

Indonesia sehingga mempersulit untuk mendapatkan data tersebut,

(Takaendengan, D et al., 2016). Angka kunjungan di IGD RSUD Meuraxa

Banda Aceh di ketahui melalui rekam medik pada tahun 2020 adalah 10.940

kunjungan sedangkan yang berkunjung pada tahun 2021 dari bulan januari

sampai april 2.506 pasien (Delinda et al., 2021).

Penelitian sebelumnya berkaitan dengan profil penyakit didapatkan

bahwa data rekam medis di instalansi gawat darurat Dr. Soetomo Surabaya
3

pada tahun 2016 terdapat 56.452 kunjungan ke IGD dan 19.239 di rawat

masuk rumah sakit. Pada tahun 2017 bulan Agustus data supervisi intstalasi

gawat darurat mencatat sekitar 47,2% pasien menghabiskan waktu lebih dari

6 jam di IGD dimana 28,1% menunggu lebih dari 12 jam dan 5,1%

diantaranya meninggal (Ismail, 2018).

Pentingnya pendataan yang lebih detail sehingga dapat menjadi bahan

koreksi dan evaluasi pada pihak IGD agar dapat menjaga kualitas pelayanan

pada pasien. Instalasi Gawat Darurat merupakan gerbang utama rumah sakit

yang selama 24 jam dapat melayani pasien. Apabila terjadi peningkatan

drastis pada jumlah pasien melalui unit ini, akan terjadi kepadatan

(overcrowding) di IGD. Selain itu penting untuk mengetahui karakteristik dan

penyakit dan responden sehingga dapat menjadi masukan bagi rumah sakit

(Bazmul, 2019).

Besarnya kunjungan pasien ke IGD ini maka diperlukan sistem untuk

memilah pasien yang diprioritaskan mendapatkan pelayanan terlebih dahulu

untuk antisipasi kepadatan pasien dan menghindari pasien tidak tertolong atau

meninggal dunia akibat tidak mendapatkan pertolongan cepat dan sistem yang

sering digunakan adalah Triage (Huzaifah et al., 2022).

Triage merupakan salah satu strategi yang paling tepat yang digunakan

pada setiap IGD pada rumah sakit, yang digunakan dalam dunia keperawatan

untuk menggolongkan pasien berdasarkan prioritas, atau menggolongkan

pasien berdasarkan tingkat keparahan yang dialami oleh pasien tersebut

(Kusuma, 2022). Triage merupakan prosedur penting dalam Instalasi Gawat


4

Darurat (IGD) yang melibatkan pemilihan pasien berdasarkan prioritas

(Phukubye, 2022).

Hasil penelitian RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Manado yang dilakukan

ini mendapatkan pasien IGD terbanyak berada pada kode jingga sebanyak

6.913 orang, diikuti oleh warna kuning sebanyak 6.130 orang, warna hijau dan

putih sebanyak 5.432 orang, serta warna merah sebanyak 768 orang.

Berdasarkan usia pasien yang masuk ke IGD didapatkan bahwa 8.268 atau

43% pasien yang masuk di IGD berusia di atas 50 tahun (Bazmul et al., 2019).

Sementara itu distribusi frekuensi responden dari hasil observasi di

ruang Instalasi Gawat darurat (IGD) RSUD Dr. Pirngadi Medan menunjukkan

mayoritas responden pelaksanaaan triage baik berdasarkan pelatihan PPGD-

BTCLS sebanyak 6 responden (20,0%), frekuensi responden pelaksanaaan

triage cukup pada pelatihan PPGD sebanyak 7 respoden (23,3%) dan pada

pelatihan BTCLS yaitu sebanyak 6 responden (onden (20,0%) dan frekuensi

responden pelaksanaaan triage kurang sebanyak 5 responden (16,7)

berdasarkan perawat yang belum melaksanakan pelatihan (Depari, 2019).

Data pasien gawat darurat yang melakukan kunjungan ke IGD RSUD

Meuraxa 3 bulan terakhir adalah 1429 kunjungan pada bulan Juni, 1419

kunjungan pada bulan Juli dan 1716 kunjungan pada bulan Agustus. Dengan

mengetahui profil pasien yang melakukan kunjungan di IGD maka dapat

menentukan langkah awal antisipasi penanganan pasien atau pengadaan

ruangan, diketahui bahwa jumlah kunjungan pasien ke IGD pada bulan

September sebanyak 1783 orang.


5

Berdasarkan latar belakang diatas maka peneliti tertarik untuk

meneliti lebih lanjut tentang tentang Profil Pasien Yang Berkunjung Ke IGD

Berdasarkan Di Triage Rumah Sakit Umum Daerah Meuraxa Banda Aceh

Bulan September 2022.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan data yang di temukan bahwa gambaran pasien yang

berkunjung ke IGD banyak belum terperinci secara sempurna karena sulitnya

untuk mengumpulkan data tersebut sehingga rumusan masalah dalam

penelitian ini adalah “Bagaimanakah Profil Pasien yang Berkunjung Ke IGD

Berdasarkan Triage Di Rumah Sakit Umum Daerah Meuraxa Banda Aceh

Bulan September 2022?”.

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui profil pasien yang berkunjung Ke IGD Berdasarkan

Triage Di RSUD Meuraxa Banda Aceh September 2022

2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui profil pasien berdasarkan triage yang berkunjung di

IGD RSUD Meuraxa Banda Aceh berdasarkan usia.

b. Untuk mengetahui profil pasien berdasarkan triage yang berkunjung di

IGD RSUD Meuraxa Banda Aceh berdasarkan jenis kelamin.

c. Untuk mengetahui profil pasien berdasarkan triage hijau yang

berkunjung di IGD RSUD Meuraxa Banda Aceh September 2022.

d. Untuk mengetahui profil pasien berdasarkan triage kuning yang

berkunjung di IGD RSUD Meuraxa Banda Aceh September 2022.


6

e. Untuk mengetahui profil pasien berdasarkan triage merah yang

berkunjung di IGD RSUD Meuraxa Banda Aceh September 2022.

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis dalam Pengembangan Ilmu Pengetahuan

Hasil penelitian ini dapat menjadi bahan referensi atau bacaan dan

menjadi bahan acuan untuk mengembangkan penelitian selanjutnya

tentang Profil Pasien yang Berkunjung Ke IGD Berdasarkan Triage Di

RSUD Meuraxa Banda Aceh September 2022.

2. Pemecahan Masalah Praktik Keperawatan

Hasil penelitian ini dapat menjadi bahan evaluasi dan tinjauan

praktisi keperawatan serta tambahan referensi dalam memecahkan

masalah-masalah praktis keperawatan di praktek keperawatan khususnya

terkait profil kegawatdaruratan di IGD.

3. Pengembangan Metodologi Keperawatan

Hasil penelitian ini dapat menjadi bahan referensi dan informasi

untuk penelitian berikutnya, khususnya bagi peneliti keperawatan yang

ingin mengembangkan penelitian terhadap Profil Pasien yang Berkunjung

Ke IGD Berdasarkan Triage di RSUD Meuraxa Banda Aceh September

2022.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Pelayanan Instalasi Gawat Darurat

1. Pengertian

Pelayanan gawat darurat (emergency care) dalam pelayanan

kesehatan merupakan bagian penting yang dibutuhkan oleh klien atau

penderita dalam waktu segera (imediately) untuk menyelamatkan

kehidupannya (life saving). IGD merupakan salah satu unit yang

menangani atau memberikan pelayanan kegawat daruratan tersebut,

umumnya unit ini merupakan bagian dari rumah sakit (hospital based

emergency unit). Namun sayangnya belum semua rumah sakit memiliki

kemampuan mengelola IGD sendiri, untuk mengelola kegiatan IGD

memang tidak mudah, adapun penyebab utamanya adalah karena IGD

adalah salah satu dari unit kesehatan yang padat modal, padat karya dan

padat teknologi (Wilde, 2019).

Tidak semua rumah sakit mampu menyelenggarakan IGD secara

maksimal, keberadaan suatu IGD di setiap komunitas merupakan salah

satu kebutuhan pokok. Keadaan tidak satupun rumah sakit mampu

menyelenggarakan pelayanan IGD, biasanya terdapat semacam peraturan

yang mewajibkan adanya kerjasama antar rumah sakit. Keadaan yang

seperti ini, salah satu rumah sakit menyediakan diri untuk mengelola IGD,

yang kemudian dapat dimanfaatkan secara bersama (Basoeki, 2013).

7
8

Kegiatan yang menjadi tanggung jawab Instalasi Gawat Darurat

beragam, secara umum dapat dibedakan atas tiga macam (Basoeki, 2013) :

a. Menyelenggarakan Pelayanan Gawat Darurat

Kegiatan pertama yang menjadi tanggung jawab Instalasi Gawat

Darurat (IGD) adalah menyelenggarakan pelayanan gawat darurat.

Pelayanan gawat darurat sebenarnya bertujuan untuk menyelamatkan

kehidupan penderita (life saving) sering dimanfatkan hanya untuk

memperoleh pelayanan pertolongan pertama (first aid) dan bahkan

pelayanan rawat jalan (ambulatory care).

Pengertian gawat darurat yang di anut oleh anggota masyarakat

memang berbeda dengan petugas kesehatan. Oleh anggota masyarakat

setiap gangguan kesehatan yang dialaminya dapat saja di artikan

sebagai keadaan darurat (emergency) dan karena itu mendatangi

Instalasi Gawat Darurat (IGD) untuk meminta pertolongan. Tidak

mengherankan jika jumlah penderita rawat jalan yang mengunjungi

Instalasi Gawat Darurat (IGD) dari tahun ke tahun tampak semakin

meningkat.

b. Menyelenggarakan pelayanan penyaringan untuk kasus-kasus yang

membutuhkan pelayanan rawat inap intensif.

Kegiatan kedua yang menjadi tangung jawab Instalasi Gawat

Darurat (IGD) adalah menyelenggarakan pelayanan penyaringan untuk

kasus-kasus yang membutuhkan pelayanan intensif. Pada dasarnya

kegiatan ini merupakan lanjutan dari pelayanan gawat darurat yakni


9

dengan merujuk kasus-kasus gawat darurat yang di nilai berat untuk

memperoleh pelayanan rawat inap yang intensif. Seperti misalnya Unit

Perawatan Intensif (intensive care unit), untuk kasus-kasus penyakit

umum, serta Unit Perawatan Jantung Intensif (intensive cardiac care

unit) untuk kasus-kasus penyakit jantung, dan unit perawatan intensif

lainnya.

c. Menyelenggarakan pelayanan informasi medis darurat.

Kegiatan ketiga yang menjadi tanggung jawab Instalasi Gawat

Darurat (IGD) adalah menyelenggarakan informasi medis darurat

dalam bentuk menampung serta menjawab semua pertanyaan anggota

masyarakat yang ada hubungannya dengan keadaan medis darurat

(emergency medisal questions). Pelaksanaan pelayanan gawat drurat

adalah Menyelenggarakan pelayanan gawat darurat,

menyelenggarakan pelayanan penyaringan untuk kasus-kasus yang

membutuhkan pelayanan rawat inap intensif serta menyelenggarakan

pelayanan informasi medis darurat.

2. Standar Pelayanan Gawat Darurat

Keputusan Menteri Kesehatan No. 1056/Menkes/ SK/IX/20011

menyatakan bahwa Standar Instalasi Gawat Darurat (IGD) Rumah Sakit

adalah (Basoeki, 2013) :

a. Standar 1 : Falsafah Dan Tujuan

Instalasi/Unit Gawat Darurat dapat memberikan pelayanan gawat

darurat kepada masyarakat yang menderita penyakit akut dan mengalami


10

kecelakaan sesuai dengan standar.

Kriteria :

1) Rumah Sakit menyelenggarakan pelayanan gawat darurat secara

terus menerus selama 14 jam, 11 hari dalam seminggu.

2) Ada instalasi/unit gawat darurat yang tidak terpisah secara

fungsional dari unit-unit pelayanan lainnya di rumah sakit.

3) Ada kebijakan/peraturan/prosedur tertulis tentang pasien yang

tidak tergolong akut gawat akan tetapi datang untuk berobat di

instalasi/unit gawat darurat.

4) Adanya evaluasi tentang fungsi instalasi/unit gawat darurat

disesuaikan dengan kebutuhan masyarakat.

5) Penelitian dan pendidikan akan berhubungan dengan fungsi

instalasi/unit gawat darurat dan kesehatan masyarakat harus

diselenggarakan.

b. Standar 2 : Administrasi Dan Pengelolaan

Instalasi Gawat Darurat harus dikelola dan diintegrasikan

dengan Instalasi lainnya di Rumah Sakit.

Kriteria :

1) Ada dokter terlatih sebagai kepala instalasi gawat darurat yang

bertanggung jawab atas pelayanan di instalasi gawat darurat.

2) Ada Perawat sebagai penanggung jawab pelayanan keperawatan

gawat darurat.

3) Semua tenaga dokter dan keperawatan mampu melakukan teknik


11

pertolongan hidup dasar (Basic Life Support).

4) Ada program penanggulangan korban massal, bencana (disaster

plan) terhadap kejadian di dalam rumah sakit ataupun di luar rumah

sakit.

5) Semua staf/pegawai harus menyadari dan mengetahui kebijakan

dan tujuan dari unit.

6) Semua pasien yang masuk harus melalui Triage. Pengertian: Bila

perlu Triage dilakukan sebelum indentifikasi.

7) Triage harus dilakukan oleh dokter atau perawat senior yang

berijazah/berpengalaman.

8) Triage sangat penting untuk penilaian ke gawat daruratan pasien

dan pemberian pertolongan/terapi sesuai dengan derajat ke gawat

daruratan yang dihadapi.

9) Petugas Triage juga bertanggung jawab dalam organisasi dan

pengawasan penerimaan pasien dan daerah ruang tunggu.

10) Rumah Sakit yang hanya dapat memberi pelayanan terbatas pada

pasien gawat darurat harus dapat mengatur untuk rujukan ke rumah

sakit lainnya. Kriteria :

1) Ada ketentuan tertulis indikasi tentang pasien yang dirujuk ke

rumah sakit lainnya.

2) Ada ketentuan tertulis tentang pendamping pasien yang di

transportasi.

3) Pasien dengan kegawatan yang mengancam nyawa harus selalu


12

diobservasi dan dipantau oleh tenaga terampil dan mampu.

Pengertian :

Pemantauan terus dilakukan sewaktu transportasi ke bagian

lain dari rumah sakit atau rumah sakit yang satu ke rumah sakit yang

lainnya dan pasien harus di dampingi oleh tenaga yang terampil dan

mampu memberikan pertolongan bila timbul kesulitan. Umumnya

pendamping seorang dokter.

1) Tenaga cadangan untuk unit harus di atur dan disesuaikan dengan

kebutuhan.

2) Ada jadwal jaga harian bagi konsulen, dokter dan perawat serta

petugas non medis yang bertugas di IGD.

3) Pelayanan radiologi, hematologi, kimia, mikrobiologi dan patologi

harus di organisir/di atur sesuai kemampuan pelayanan rumah

sakit.

4) Ada pelayanan transfusi darah selama 2 jam.

5) Ada ketentuan tentang pengadaan peralatan obat-obatan life saving,

cairan infus sesuai dengan stándar dalam Buku Pedoman

Pelayanan Gawat Darurat Depkes yang berlaku.

6) Pasien yang di pulangkan harus mendapat petunjuk dan

penerangan yang jelas mengenai penyakit dan pengobatan

selanjutnya.

7) Rekam Medik harus disediakan untuk setiap kunjungan.


13

Pengertian :

1) Sistem yang optimum adalah bila rekam medik unit gawat darurat

menyatu dengan rekam medik rumah sakit. Rekam medik harus

dapat melayani selama 14 jam.

2) Bila hal ini tidak dapat diselenggarakan setiap pasien harus

dibuatkan rekam medik sendiri. Rekam medik untuk pasien

minimal harus mencantumkan :

1) Tanggal dan waktu datang (tempat bertemu secara pribadi)

2) Catatan penemuan klinik, laboratorium, dan radiologik.

3) Pengobatan dan tindakan yang jelas dan tepat serta waktu keluar

dari instalasi gawat darurat.

4) Identitas dan tanda tangan dari dokter yang menangani.

5) Ada bagan/struktur organisasi tertulis disertai uraian tugas semua

petugas lengkap dan sudah dilaksanakan dengan baik.

c. Standar 3 : Staf Dan Pimpinan

Instalasi Gawat Darurat harus dipimpin oleh dokter, dibantu

oleh tenaga medis keperawatan dan tenaga lainnya yang telah

mendapat Pelatihan Penanggulangan Gawat Darurat (PPGD).

Kriteria :

1) Jumlah, jenis dan kualifikasi tenaga yang tersedia di instalasi/unit

gawat darurat harus sesuai dengan kebutuhan pelayanan.

2) Unit harus mempunyai bagan organisasi yang dapat menunjukkan

hubungan antara staf medis, keperawatan, dan penunjang medis


14

serta garis otoritas, dan tanggung jawab.

3) Instalasi Gawat Darurat harus ada bukti tertulis tentang pertemuan

staf yang dilakukan secara tetap dan teratur membahas masalah

pelayanan gawat dan langkah pemecahannya.

4) Rincian tugas tertulis sejak penugasan harus selalu ada bagi tiap

petugas.

5) Pada saat mulai diterima sebagai tenaga kerja harus selalu ada bagi

tiap petugas.

6) Harus ada program penilaian untuk kerja sebagai umpan balik

untuk seluruh staf No. Telp. petugas.

7) Harus ada daftar petugas, alamat dan nomor telephone.

d. Standar 4 : Fasilitas Dan Peralatan

Fasilitas yang disediakan di instalasi/unit gawat darurat harus

menjamin efektivitas dan efisiensi bagi pelayanan gawat darurat dalam

waktu 14 jam, 11 hari seminggu secara terus menerus.

Kriteria :

1) Di instalasi gawat darurat harus ada petunjuk dan informasi yang

jelas bagi masyarakat sehingga menjamin adanya kemudahan,

kelancaran dan ketertiban dalam memberikan pelayanan kepada

masyarakat.

2) Letak unit/instalasi harus diberi petunjuk jelas sehingga dapat

dilihat dari jalan di dalam maupun di luar rumah sakit.

3) Ada kemudahan bagi kendaraan roda empat dari luar untuk


15

mencapai lokasi instalasi gawat darurat (IGD) di rumah sakit, dan

kemudahan transportasi pasien dari dan ke instalasi gawat darurat

(IGD) dari arah dalam rumah sakit.

4) Ada pemisahan tempat pemeriksaan dan tindakan sesuai dengan

kondisi penyakitnya.

5) Daerah yang tenang agar disediakan untuk keluarga yang berduka

atau gelisah.

Besarnya rumah sakit menentukan perlu tidaknya :

1) Ruang penyimpanan alat steril, obat cairan infus, alat kedokteran

serta ruang penyimpanan lain.

2) Ruang kantor untuk kepala staf, perawat, dan lain-lain.

3) Ruang pembersihan dan ruang pembuangan.

4) Ruang rapat dan ruang istirahat.

5) Kamar mandi.

Ada sistem komunikasi untuk menjamin kelancaran hubungan

antara unit gawat darurat dengan :

1) Unit lain di dalam dan di luar rumah sakit terkait.

2) Rumah sakit dan sarana kesehatan lainnya.

3) Pelayanan ambulan.

4) Unit pemadam kebakaran.

5) Konsulen SMF di Instalasi Gawat Darurat (IGD).

6) Harus ada pelayanan radiologi yang di organisasi dengan baik serta

lokasinya berdekatan dengan instalasi gawat darurat.


16

e. Standar 5 : Kebijakan Dan Prosedur

Harus ada kebijakan dan prosedur pelaksanaan tertulis di unit

yang selalu di tinjau dan di sempurnakan (bila perlu) dan mudah di

lihat oleh seluruh petugas.

Kriteria :

1) Ada petunjuk tertulis/SOP untuk menangani :

2) Kasus perkosaan

3) Kasus keracunan massal

4) Asuransi kecelakaan

5) Kasus dengan korban massal

6) Kasus lima besar gawat darurat murni (true emergency) sesuai

dengan data morbiditas instalasi/unit gawat darurat

7) Kasus kegawatan di ruang rawat

8) Ada prosedur media tertulis yang antara lain berisi :

1) Tanggung jawab dokter

2) Batasan tindakan medis

3) Protokol medis untuk kasus-kasus tertentu yang mengancam jiwa

9) Ada prosedur tetap mengenai penggunaan obat dan alat untuk life

saving sesuai dengan standar.

10) Ada kebijakan dan prosedur tertulis tentang ibu dalam proses

persalinan normal maupun tidak normal.

f. Standar 6 : Pengembangan Staf Dan Program Pendidikan

Instalasi Gawat Darurat dapat di manfaatkan untuk pendidikan dan


17

pelatihan (in service training) dan pendidikan berkelanjutan bagi

petugas. Kriteria :

1) Ada program orientasi/pelatihan bagi petugas baru yang bekerja di

unit gawat darurat.

2) Ada program tertulis tiap tahun tentang peningkatan keterampilan

bagi tenaga di instalasi gawat darurat.

3) Ada latihan secara teratur bagi petugas instalasi gawat darurat

dalam keadaan menghadapi berbagai bencana (disaster).

4) Ada program tertulis setiap tahun bagi peningkatan keterampilan

dalam bidang gawat darurat untuk pegawai rumah sakit dan

masyarakat.

g. Standar 11 : Evaluasi Dan Pengendalian Mutu

Ada upaya secara terus menerus menilai kemampuan dan hasil

pelayanan Instalasi Gawat Darurat.

Kriteria :

Ada data dan informasi mengenai :

1) Jumlah kunjungan

2) Kecepatan pelayanan (respon time)

3) Pola penyakit/kecelakaan (10 terbanyak)

4) Angka kematian

Instalasi Gawat Darurat harus menyelenggarakan evaluasi

terhadap pelayanan kasus gawatdarurat sedikitnya satu kali dalam

setahun.
18

3. Indikator Instalasi Gawat Darurat

Adapun yang menjadi Indikator Instalasi Gawat Darurat adalah

(Basoeki, 2013) :

a. Kemampuan menangani life saving anak dan dewasa, standar 100%;

b. Jam buka pelayanan gawat darurat, standar 14 jam.

c. Pemberi pelayanan ke gawat daruratan yang bersertifikat “yang masih

berlaku”, standar 100%.

d. Ketersediaan tim penanggulangan bencana, standar 1 tim.

e. Kepuasan pelanggan, standar ≥ 110%.

f. Kematian pasien ≤ 14 jam, standar≤ 2 per 1000 ( pindah ke pelayanan

rawat inap setelah 10 jam ).

g. Khusus untuk rumah sakit jiwa, pasien dapat ditenangkan dalam

waktu ≤ 410 jam, standar 100%.

h. Perawat minimal D3 dan bersertifikat pelatihan pelayanan gawat

darurat.

i. Tidak adanya pasien yang diharuskan membayar uang muka standar

100%.

4. Prosedur Instalasi Gawat Darurat

Adapun Prosedur Instalasi Gawat Darurat adalah (Basoeki, 2013):

a. Pasien masuk ruang gawat darurat.

b. Pengantar mendaftar ke bagian administrasi (front liner).

c. Instalasi Gawat Darurat (IGD) menerima status pasien dari rekam

medik dan map plastik merah.


19

d. Paramedik dan dokter Triage memeriksa kondisi pasien.

e. Paramedik dan dokter melakukan tindakan yang diperlukan sesuai

SPM emergensi dokter menjelaskan tindakan yang akan dilakukan dan

di setujui oleh pasien/keluarga (informed consent).

f. Bila pasien menolak pemeriksaan dan atau tindakan, pasien/keluarga

menandatangani surat penolakan.

g. Pasien tanpa pengantar dan dalam kondisi tidak sadar, dokter atau

paramedis berhak melakukan tindakan penyelamatan bila terdapat

kondisi yang mengancam jiwa pasien.

h. Bila diperlukan pemeriksaan penunjang, dokter membuat pengantar ke

unit terkait dan mengonfirmasi lewat telpon, pengambilan sampel

laboratorium dilakukan di ruang gawat darurat, untuk pemeriksaan

rontgen, paramedik mengantarkan pasien ke unit radiologi. Dokter

menjelaskan tindakan yang akan dilakukan dan disetujui oleh

pasien/keluarga (informed consent).

5. Penyakit Terbanyak di Rumah Sakit

Rumah Sakit Umum Daerah Al-Ihsan (2018), menyebutkan bahwa

10 penyakit terbanyak di Rumah Sakit Umum Daerah Al Ihsan adalah DM

tipe 2, radiculopathy lumbar/cervical, chf (congestive heart failure), cad

(coronary artery disease), hipertensi, seq stroke infark, epilepsi, ca

mamae, DM dan TB paru.

Menurut Badan Pusat Statistik (2020) 10 penyakit terbanyak di

Rumah Sakit Daerah Privinsi Nusa tenggara Timur adalah fever, astro-
20

oesophageal reflux disease without oesophagitis, open wound of

unspecified body region, acute upper respiratory infection, unspecified,

oninfective gastroenteritis and colitis, unspecified. other and unspecified

abdominal pain, superficial injury of unspecified body region, dyspepsia,

acute bronchitis, unspecified dan ssential (primary) hypertension

Dinas Komunikasi dan Informatika (2020), menyebutkan 10

penyakit di TSUD DR. Soekardjo adalah Fever berdarah dengue

(DBD/DHF), gastroenteritis akut (GEA), gagal ginjal kronis (CKD), gagal

jantung kongestif (CHF), anemia, TB Paru, covid-19, stroke, cholelithiasis

dan diabetes mellitus (DM).

B. Triage

1. Pengertian Triage

Triage berasal dari bahasa prancis trier bahasa Inggris triage dan

diturunkan dalam bahasa Indonesia triage yang berarti sortir, yaitu proses

khusus memilah pasien berdasar beratnya cedera atau penyakit untuk

menentukan jenis perawatan gawat darurat. Kini istilah tersebut lazim

digunakan untuk menggambarkan suatu konsep pengkajian yang cepat dan

berfokus dengan suatu cara yang memungkinkan pemanfaatan sumber

daya manusia, peralatan serta fasilitas yang paling efisien terhadap 100

juta orang yang memerlukan perawatan di UGD setiap tahunnya. Sistem

triage mulai dikembangkan mulai pada akhir tahun 1950-an seiring jumlah

kunjungan UGD yang melampaui kemampuan sumber daya yang ada

untuk melakukan penanganan segera (Siboro, 2014).


21

2. Tujuan Triage

Tujuan dari triage bukan saja bertindak dengan cepat dan waktu

yang tepat tetapi juga melakukan yang terbaik untuk pasien. Dimana

triage dilakukan berdasarkan pada ABCDE, beratnya cedera, jumlah

pasien yang datang, sarana kesehatan yang tersedia serta kemungkinan

hidup pasien. Pelaksanaan triage mengutamakan perawatan pasien

berdasarkan gejala dimana perawat triage menggunakan ABC

keperawatan seperti jalan nafas, pernapasan, warna kulit, kelembaban,

suhu, nadi, respirasi, tingkat kesadaran dan inspeksi visual untuk luka

dalam dan memar untuk memprioritaskan perawatan yang akan diberikan

kepada pasien di ruang gawat darurat (Oman et al., 2014; Pusponegoro,

2013).

Perawat memberikan prioritas pertama untuk pasien gangguan

jalan nafas, bernafas atau sirkulasi terganggu. Pasien-pasien ini mungkin

memiliki kesulitan bernapas atau nyeri dada karena masalah jantung dan

mereka menerima pengobatan pertama. Pasien yang memiliki masalah

yang sangat mengancam kehidupan diberikan pengobatan langsung (Oman

et al., 2014; Pusponegoro, 2013).

Pasien yang datang di IGD selalu dinilai kegawatannya menjadi 3

prioritas, yaitu prioritas 1, 2 dan 3. Prioritas 1 yaitu kasus/penyakit dengan

kegawatdaruratan yang mengancam jiwa atau gawat darurat berat.

Prioritas 2 untuk kasus/ penyakit dengan gawat darurat ringan. Prioritas 3

untuk kasus/penyakit yang bukan gawat darurat. Pasien dengan prioritas 1


22

menjadi pilihan pertama petugas untuk mendahulukan pelayanan. Pasien

dengan prioritas 2 ditangani setelah pasien prioritas 1 selesai ditangani.

Karena itu perlu pengertian dan kesabaran dari pasien atau pengantarnya.

Prioritas 1, 2, dan 3 ditentukan oleh dokter IGD sesuai dengan derajat

kegawatannya. Agar tidak mengganggu petugas dalam melakukan

pertolongan pasien, maka hanya satu atau dua orang pengantar

diperbolehkan masuk (Bazmul et al., 2019).

3. Prinsip Triage

Instalasi Gawat Darurat (IGD) merupakan tempat pelayanan

pertama bagi pasien yang datang ke rumah sakit, mulai dari pasien gawat

darurat berat sampai pasien gawat darurat ringan. Penggunaan skala

Triage masih sangat penting untuk digunakan agar bisa meminimalisir

risiko terjadinya kesalahan pada pertolongan pertama di IGD. Pentingnya

skala Triage harus sejalan dengan prinsip itama triage (Bazmul et al.,

2019).

Prinsip triage diberlakukan sistem prioritas, prioritas adalah

penyeleksian mana yang harus didahulukan mengenai penanganan yang

mengacu pada tingkat ancaman jiwa yang timbul dengan seleksi pasien

berdasarkan : (College of Emergency Nursing Australia, 2013)

1) Ancaman jiwa yang dapat mematikan dalam hitungan menit.

2) Dapat mati dalam hitungan jam.

3) Trauma ringan.

4) Sudah meninggal
23

4. Prioritas

Pengkajian yang dilakukan ketika melakukan triage mencakup

airway (jalan nafas), breathing (pernafasan), circulation (sirkulasi), dan

disability (disability). ATS dibagi menjadi 5 kategori antara lain kategori

satu merupakan kategori dimana pasien segera dilakukan penilian dan

pengobatan, kategori satu pula dianggap menggunakan kategori merah.

Kategori 2 ditandai dengan warna orange, dengan waktu tunggu aporisma

10 menit. Kategori 3 ditandai dengan warna hijau dengan waktu tunggu

maksimal 30 menit. Kategori 4 ditandai dengan warna biru dengan waktu

tunggu maksimal 60 menit, dan yang terakhir kategori 5 ditandai dengan

warna putih dengan waktu tunggu maksimal 120 (ACEM, 2016).

Label hijau diberikan pada pasien saat memerlukan penanganan

minimal atau yang penanganannya dapat ditunda hingga 60 menit. Kondisi

pasien yang termasuk dalam kategori label hijau meliputi infeksi ringan,

patah tulang minor, luka minimal pada jaringan lunak, dan luka bakar

minimal (Pusponegoro, 2013).

Prioritas Triage adalah proses khusus memilah pasien berdasar

beratnya cedera atau penyakit untuk menentukan prioritas perawatan

gawat darurat medik. Artinya memilih berdasar prioritas atau penyebab

ancaman hidup. Tindakan ini berdasarkan prioritas ABCDE, yaitu

(Brooker., 2014) :

a. Prioritas I (prioritas tertinggi) warna merah untuk berat dan biru untuk

sangat berat. Mengancam jiwa atau fungsi vital, perlu resusitasi dan
24

tindakan bedah segera, mempunyai kesempatan hidup yang besar.

Penanganan dan pemindahan bersifat segera yaitu gangguan pada jalan

nafas, pernafasan dan sirkulasi. Contohnya sumbatan jalan nafas,

tension pneumothorak, syok hemoragik, luka terpotong pada tangan

dan kaki, combutio (luka bakar) tingkat II dan III > 25%.

Warna merah dalam triage IGD menunjukkan pasien prioritas

pertama yang berada dalam kondisi kritis (mengancam nyawa)

sehingga memerlukan pertolongan medis sesegera mungkin. Jika tidak

diberikan penanganan dengan cepat, kemungkinan besar pasien akan

meninggal. Contoh dalam hal ini adalah pasien yang kesulitan

bernapas, terkena serangan jantung, menderita trauma kepala serius

akibat kecelakaan lalu lintas, dan mengalami perdarahan luar yang

besar (Dinkes Bangka Belitung, 2021).

b. Prioritas II (medium) warna kuning. Potensial mengancam nyawa atau

fungsi vital bila tidak segera ditangani dalam jangka waktu singkat.

Penanganan dan pemindahan bersifat jangan terlambat. Contoh: patah

tulang besar, combutio (luka bakar) tingkat II dan III < 25 %, trauma

thorak/abdomen, laserasi luas, trauma bola mata.

Warna kuning menandakan pasien pioritas kedua yang

memerlukan perawatan segera, tetapi penanganan medis masih dapat

ditunda beberapa saat karena pasien dalam kondisi stabil. Meski

kondisinya tidak kritis, pasien dengan kode warna kuning masih

memerlukan penanganan medis yang cepat. Pasalnya, kondisi pasien


25

tetap bisa memburuk dengan cepat dan berisiko menimbulkan

kecacatan atau kerusakan organ. Pasien yang termasuk kategori kode

warna kuning contohnya adalah pasien dengan patah tulang di

beberapa tempat akibat jatuh dari ketinggian, luka bakar derajat tinggi,

dan trauma kepala ringan (Dinkes Bangka Belitung, 2021).

c. Prioritas III (rendah) warna hijau. Perlu penanganan seperti pelayanan

biasa, tidak perlu segera. Penanganan dan pemindahan bersifat

terakhir. Contoh luka superficial, luka-luka ringan. Prioritas 0 warna

Hitam. Kemungkinan untuk hidup sangat kecil, luka sangat parah.

Hanya perlu terapi suportif. Contoh henti jantung kritis, trauma kepala

berat.

Warna hijau menunjukkan pasien prioritas ketiga yang

memerlukan perawatan di rumah sakit, tetapi masih dapat ditunda

lebih lama (maksimal 30 menit). Ketika tenaga medis telah menangani

pasien lain yang kondisinya lebih darurat (kategori warna merah dan

kuning), maka mereka akan langsung melakukan pertolongan pada

pasien pioritas ketiga. Pasien yang cedera tetapi masih sadar dan bisa

berjalan biasanya termasuk dalam kategori triage gawat darurat ini.

Contoh lain dalam kategori adalah pasien dengan patah tulang ringan,

luka bakar derajat rendah, atau luka ringan (Dinkes Bangka Belitung,

2021).

d. Kode warna hitam menandakan pasien berada dalam kondisi yang

sangat kritis, tetapi sulit untuk diselamatkan nyawanya. Sekalipun


26

segera ditangani, pasien tetap akan meninggal. Kondisi ini biasanya

terjadi pada pasien yang mengalami cedera parah yang bisa

menyulitkan pernapasan atau kehilangan banyak darah akibat luka

tembak (Dinkes Bangka Belitung, 2021).

5. Ketrampilan Dalam Penilaian triage

Penilaian triage terdiri dari (Pusponegoro, 2013) :

a. Primary survey priorotas (ABC) untuk menghasilkan prioritas I dan

seterusnya

b. Secondary survey pemeriksaan menyeluruh (Head to Toe) untuk

menghasilkan prioritas I, II, III,0 dan selanjutnya.

c. Monitoring korban akan kemungkinan terjadinya perubahan perubahan

pada (A,B,C) derajat kesadaran dan tanda vital lainnya. Perubahan

prioritas karena perubahan kondisi korban. Penanganan pasien UGD

perawat dalam pelaksanaan triage harus sesuai dengan protap

pelayanan triage agar dalam penanganan pasien tidak terlalu lama.

6. Protap dalam triage

a. Pasien datang diterima petugas/paramedis UGD.

b. Diruang triage dilakukan anamnese dan pemeriksaan singkat dan cepat

(selintas) untuk menentukan derajat kegawatannya. Oleh perawat.

c. Bila jumlah penderita/korban yang ada lebih dari 50 orang, maka

triage dapat dilakukan di luar ruang triage (di depan gedung IGD).
27

d. Penderita dibedakan menurut kegawatnnya dengan memberi kode

warna. Kode warga berdasarkan kegawatan pasien adalah sebagai

berikut:

1) Segera-Immediate (merah). Pasien mengalami cedera mengancam jiwa

yang kemungkinan besar dapat hidup bila ditolong segera.

Misalnya:Tension pneumothorax, distress pernafasan (RR< 30x/mnt),

perdarahan internal, dsb.

2) Tunda-Delayed (kuning) Pasien memerlukan tindakan defintif tetapi

tidak ada ancaman jiwa segera. Misalnya: Perdarahan laserasi

terkontrol, fraktur tertutup pada ekstrimitas dengan perdarahan

terkontrol, luka bakar <25% luas permukaan tubuh, dsb.

3) Minimal (hijau). Pasien mendapat cedera minimal, dapat berjalan dan

menolong diri sendiri atau mencari pertolongan. Misalnya: Laserasi

minor, memar dan lecet, luka bakar superfisial.

4) Expextant (hitam) Pasien mengalami cedera mematikan dan akan

meninggal meski mendapat pertolongan. Misalnya : Luka bakar derajat

3 hampir diseluruh tubuh, kerusakan organ vital, dan sebagainya.

5) Penderita/korban mendapatkan prioritas pelayanan dengan urutan

warna : merah, kuning, hijau, hitam.

6) Penderita/korban kategori triage merah dapat langsung diberikan

pengobatan diruang tindakan UGD. Tetapi bila memerlukan tindakan

medis lebih lanjut, penderita/korban dapat dipindahkan ke ruang

operasi atau dirujuk ke rumah sakit lain.


28

7) Penderita dengan kategori triage kuning yang memerlukan tindakan

medis lebih lanjut dapat dipindahkan ke ruang observasi dan

menunggu giliran setelah pasien dengan kategori triage merah selesai

ditangani.

8) Penderita dengan kategori triage hijau dapat dipindahkan ke rawat

jalan, atau bila sudah memungkinkan untuk dipulangkan, maka

penderita/korban dapat diperbolehkan untuk pulang.

9) Penderita kategori triage hitam dapat langsung dipindahkan ke kamar

jenazah.

7. Proses Triage dalam Keperawatan

Proses triage mengikuti langkah-langkah proses keperawatan yaitu

tahap pengkajian, penetapan diagnosa, perencanaan, intervensi, dan

evaluasi (Carpenito, 2013):

a. Pengkajian

Tahap pengkajian, perawat melihat keadaan pasien secara umum.

Perawat mendengarkan apa yang dikatakan pasien, dan mewaspadai

isyarat oral. Riwayat penyakit yang diberikan oleh pasien sebagai

informasi subjektif. Tujuan informasi dapat dikumpulkan dengan

mendengarkan nafas pasien, kejelasan berbicara, dan kesesuaian

wacana. Temuan seperti mengi, takipnea, batuk produktif (kering),

bicara cadel, kebingungan, dan disorientasi adalah contoh data objektif

yang dapat langsung dinilai. Informasi tambahan lain dapat diperoleh

dengan pengamatan langsung oleh pasien. Lakukan pengukuran


29

objektif seperti suhu, tekanan darah, berat badan, gula darah, dan

sirkulasi darah. Aturan praktis yang baik untuk diingat adalah bahwa

perawatan apapun dapat dilakukan dengan mata, tangan, atau hidung

dengan arahan yang cukup dari perawat.

b. Diagnosa

Triage diagnosa dinyatakan sebagai ukuran yang mendesak. Apakah

masalah termasuk ke dalam kondisi Emergency (mengancam

kehidupan, anggota badan, atau kecacatan). Urgen (mengancam

kehidupan, anggota badan, atau kecacatan) atau non- urgen. Diagnosa

juga meliputi penentuan kebutuhan pasien untuk perawatan seperti

dukungan, bimbingan, jaminan, pendidikan, pelatihan, dan perawatan

lainnya yang memfasilitasi kemampuan pasien untuk mencari

perawatan

c. Perencanaan

Triage rencana harus bersifat kolaboratif. Perawat harus dengan

seksama menyelidiki keadaan yang berlaku dengan pasien,

mengidentifikasi faktor-faktor kunci yang penting, dan

mengembangkan rencana perawatan yang diterima pasien. Hal ini

sering membutuhkan proses negosiasi, didukung dengan pendidikan

pasien. Adalah tugas perawat untuk bertindak berdasarkan kepentingan

terbaik pasien dan kemungkinan pasien dapat mengikuti. Kolaborasi

juga mungkin perlu dengan anggota tim kesehatan lain juga.


30

d. Intervensi

Analisis akhir, bisa memungkinkan bahwa perawat tidak dapat

melakukan apa-apa untuk pasien. Oleh karena itu harus ada pendukung

lain yang tersedia, misalnya dokter untuk menentukan tindakan yang

diinginkan. Untuk itu, perawat triage harus mengidentifikasi sumber

daya untuk mengangkut pasien dengan tepat. Oleh karena itu perawat

triage juga memiliki peran penting dalam kesinambungan perawatan

pasien. Protokol triage atau protap tindakan juga dapat dipilih dalam

pelaksanaan triage.

e. Evaluasi

Langkah terakhir dalam proses keperawatan adalah evaluasi. Dalam

konteks organisasi keperawatan, evaluasi adalah ukuran dari apakah

tindakan yang diambil tersebut efektif atau tidak. Jika pasien tidak

membaik, perawat memiliki tanggung jawab untuk menilai kembali

pasien, mengkonfirmasikan diagnosa urgen, merevisi rencana

perawatan jika diperlukan, merencanakan, dan kemudian mengevaluasi

kembali. Pertemuan ini bukan yang terakhir, sampai perawat memiliki

keyakinan bahwa pasien akan kembali atau mencari perawatan yang

tepat jika kondisi mereka memburuk atau gagal untuk meningkatkan

seperti yang diharapkan. Sebagai catatan akhir, adalah penting bahwa

perawat triage harus bertindak hati-hati, Jika ada keraguan tentang

penilaian yang sudah dibuat, kolaborasi dengan medis, perlu diingat


31

perawat triage harus selalu bersandar pada arah keselamatan pasien

(Kartikawati, 2014).

8. Simple Triage and Rapid Treatment (START)

Salah satu metode yang paling sederhana dan umum digunakan

oleh perawat adalah menggunakan metode Simple Triage and Rapid

Treatment (START). Pelaksanaan triage dilakukan dengan memberikan

tanda sesuai dengan warna prioritas. Tanda triage dapat bervariasi mulai

dari suatu kartu khusus sampai hanya suatu ikatan dengan bahan yang

warnanya sesuai dengan prioritasnya. Bila keadaan penderita berubah

sebelum memperoleh perawatan maka label lama jangan dilepas tetapi

diberi tanda, waktu dan pasang yang baru (Rutenberg, 2014).

START merupakan metode triage yang sering di lakukan ataupun

yang sering digunakan dilapangan karena memiliki prinsip yang sederhana

dan cepat dalam penilaian prioritas masalah kesehatan khususnya pada

pasien yang datang ke IGD. Pelaksanaan triage metode START meliputi

(Hogan & Burstein, 2013) :

a. Kumpulkan semua penderita yang dapat/mampu berjalan sendiri ke

areal yang telah ditentukan, dan beri mereka label HIJAU.

b. Setelah itu alihkan kepada penderita yang tersisa, segera periksa

c. Pernapasan

1) Bila pernapasan lebih dari 30 kali/menit beri label MERAH.


32

2) Bila penderita tidak bernapas maka upayakan membuka jalan

napas dan bersihkan jalan napas satu kali, bila pernapasan spontan

mulai maka beri label MERAH, bila tidak beri HITAM.

3) Bila pernapasan kurang dari 30 kali /menit nilai waktu pengisian

kapiler.

d. Waktu pengisian kapiler

1) Lebih dari 2 detik berarti kurang baik, beri MERAH, hentikan

perdarahan besar bila ada.

2) Bila kurang dari 2 detik maka nilai status mentalnya.

3) Bila penerangan kurang maka periksa nadi radial penderita. Bila

tidak ada maka ini berarti bahwa tekanan darah penderita sudah

rendah dan perfusi jaringan sudah menurun.

e. Pemeriksaan status mental

1) Pemeriksaan untuk mengikuti perintah-perintah sederhana

2) Bila penderita tidak mampu mengikuti suatu perintah sederhana

maka beri MERAH.

3) Bila mampu beri KUNING

C. Indikator Profil
Profil merupakan pandangan sisi, garis besar, atau biografi dari diri

seseorang atau kelompok yang memilikikarakteristik yang sama seperti usia,

jens kelamin, pendidikan dan pekerjaan. Profil pada penelitian ini adalah usia

dan jenis kelamin. Untk lebih jelaskannya dapat dilihat dibawah ini:
33

1. Usia

Usia adalah usia individu terhitung mulai saat dia dilahirkan sampai

saat berulang tahun. Semakin cukup umur, tingkat kematangan dan

kekuatan seseorang akan lebih matang dalam berfikir dan bekerja

(Nursalam, 2011). Menurut WHO (2017), klasifikasi usia adalah sebagai

berikut :

a. Masa balita jika usia 0-5tahun

b. Masa kanak-kanak jika usia 5-11 tahun

c. Remaja awal jika usia 12-16 tahun

d. Remaja akhir jika usia 17-25 tahun

e. Dewasa awak jika usia 26-35 tahun

f. Dewasa akhir jika usia 36-45 tahun

g. Lansia awal jika usia 46-55 tahun

h. Lansia akhir jika usia 56-65 tahun

i. Manula jika usia >65 tahun

2. Jenis Kelamin

Seks sama dengan jenis kelamin, mengacu pada perbedaan biologis

antara perempuan dan laki-laki; perbedaan secara biologi ini dibawa sejak

lahir dan tak dapat diubah. Gender adalah perbedaan peluang, peran, dan

tanggung jawab antara laki-laki dan perempuan sebagai hasil konstruksi

sosial dalam kehidupan berkeluarga dan bermasyarakat. Gender =

sociological term (sphare), Sex = biological term (sphare). Gen: inti

kromosom dominan dari laki-laki atau perempuan kelak akan menentukan


34

jenis kelamin anaknya.Gender sering diidentikkan dengan jenis

kelamin(sex), padahal gender berbeda dengan jenis kelamin. Gendersering

jugadipahami sebagai pemberian dari Tuhan atau kodrat Ilahi, namun

gender pada kenyataannya tidak semata-mata demikian. Secara etimologis

kata „gender‟ berasal dari bahasa Inggris yang berarti „jenis kelamin‟(Echols

& Shadily, 2011).

Menurut Dayakishi & Yuniardi, (2018) jenis kelamin (dalam bahasa

Inggris : sex) adalah perbedaan biologis dan fisiologis antara pria dan

wanita, dengan perbedaan yang menyolok pada perbedaan anatomi tentang

sistem reproduksi dari pria dan wanita. Jenis kelamin adalah perbedaan

antara laki-laki dan perempuan ditinjau dari tiga aspek yaitu: kognitif,

konatif dan afektif yang dapat membentuk ciri khas dalam berperilaku

(Damayanti, 2013).

3. Pendidikan

Pendidikan menurut KH Dewantara adalah usaha yang dilakukan oleh

orang tua kepada anaknya, dalam memberikan tuntunan hidup yang

bermanfaat, agar anak tersebut bisa mendapatkan kebahagiaan hidup yang

sempurna dengan menggunakan tuntunan yang sudah diberikan (Hasri,

2015).

Pendidikan dasar berbentuk sekolah dasar (SD) dan madrasah

ibtidaiyah (MI) atau bentuk lain yang sederajat serta sekolah menengah

pertama (SMP) dan madrasah tsanawiyah (MTs), atau bentuk lain yang

sederajat. Pendidikan menengah berbentuk sekolah menengah atas (SMA),


35

madrasah aliyah (MA), sekolah menengah kejuruan (SMK), dan madrasah

aliyah kejuruan (MAK), atau bentuk lain yang sederajat. Pendidikan tinggi

merupakan jenjang pendidikan setelah pendidikan menengah yang

mencakup program pendidikan diploma, sarjana, magister, spesialis, dan

doktor yang diselenggarakan oleh pendidikan tinggi (Kemendikbud, 2013).

4. Penyakit

Kata penyakit dan sakit adalah dua kondisi yang berbeda, namun

penggunaannya sering tertukar. Kata sakit identik dengan sesuatu yang tidak

beres atau abnormal. Perlu kita bedakan orang yang sakit (gangguan

fisiologis/tubuh) dengan orang yang bermasalah. Penyakit adalah

merupakan istilah medis yang di gambarkan sebagai gangguan dalam fungsi

tubuh yang menghasilkan berkurangnya kapasitas. Penyakit terjadi saat

tubuh tidak seimbang serta keadaan yang tidak normal (Aziz, 2012).

Ada dua jeins penyakit, yaitu kronis dan tidak kronis. Dikatakan

kronis bila gangguan kesehatan berlangsung lama, kebanyakan disebabkan

oleh gaya hidup yang tidak sehat. Apabila sudah terlanjur parah, bisa

berujung kematian. Biasanya menyerang usia produktif, yaitu diantara usia

25-50 tahun. Hipertensi, stroke , diabetes, kanker, bahkan penyakit jantung

yang rawan menyerang usia produktif di karenakan pola hidup yang tidak

sehat, seperti merokok, obesitas, kurang aktif bergerak, dan pengelolahan

stress yang buruk merupakan beberapa penyebab seseorang menderita

penyakit kronis di usia muda (Aziz, 2012).


BAB III

KERANGKA KONSEP PENELITIAN

A. Kerangka Kerja Penelitian

Kerangka konsep penelitian merupakan kerangka hubungan yang

berada diantara konsep-konsep yang diukur dengan penelitian yang akan

dilakukan (Imas & Nauri, 2018) . Kerangka konsep yang digunakan dalam

penelitian ini terdiri atas satu variabel yaitu “Profil Pasien yang Berkunjung

Ke IGD Berdasarkan Triage Di Rumah Sakit Umum Daerah Meuraxa Banda

Aceh September 2022” yang telah di kembangkan oleh Bazmul et al (2019).

Input Proses Output

Berdasarkan Triage
Pasien yang - Merah
berkunjung ke Profil pasien - Kuning
IGD - Hijau
- Hitam
-

Skema 3.1 Kerangka Konsep Penelitian

B. Pertanyaan Penelitian

Berdasarkan kerangka konsep penelitian yang telah diuraikan diatas,

pertanyaan penelitian yang ingin dijawab melalui penelitian ini adalah:

Bagaimana Profil Pasien yang Berkunjung Ke IGD Berdasarkan Triage Di

Rumah Sakit Umum Daerah Meuraxa Banda Aceh September 2022?

36
37

C. Definisi Operasional

Tabel 3.1 Definisi Operasional

No Variabel Defenisi Alat Cara Ukur Skala Hasil Ukur


Operasional Ukur Ukur
1 Usia Lamanya waktu Lembar Menggunakan Ordinal Masa balita
hidup responden isian lembar isian jika usia
dimulai ia lahir berupa google 0-5 tahun
hingga penelitian ini form dengan
dilakukan merekap data Masa kanak-
pasien IGD kanak jika usia
melalui rekam 5-11 tahun
medis
Remaja awal
jika usia 12-16
tahun

Remaja akhir
jika usia 17-25
tahun

Dewasa awak
jika usia 26-35
tahun

Dewasa akhir
jika usia 36-45
tahun

Lansia awal
jika usia 46-55
tahun

Lansia akhir
jika usia 56-65
tahun

Manula jika
usia >65 tahun
(WHO, 2017)
2 Jenis Perbedaan antara Lembar Menggunakan Nominal Laki-Laki
Kelamin perempuan dengan isian lembar isian Perempuan
laki-laki secara berupa google
biologis sejak form dengan
seorang itu merekap data
dilahirkan pasien IGD
melalui rekam
medis
3 Triage Sistem untuk Lembar Menggunakan Ordinal Merah
menentukan pasien isian lembar isian Kuning
yang diutamakan berupa google Hijau
memperoleh form dengan Hitam
penanganan medis merekap data (Brooker.,
38

lebih dulu pasien IGD 2014)


diinstalasi gawat melalui rekam
darurat medis
beradasarkan tingkat
keparahan kondisi
pasien
4 Penyakit Diagnosa medis Lembar Menggunakan Nominal Jenis Penyakit
yang ditegakkan isian lembar isian
oleh Dokter IGD berupa google
berdasarkan form dengan
masalah kesehatan merekap data
yang dialami pasien pasien IGD
yang datang ke IGD melalui rekam
medis
39

BAB IV

METODOLOGI PENELITIAN

A. Jenis Dan Desain Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian kuantitatif, dengan

desain penelitian deskriptif retrospektif, yang dilakukan di Instalasi Gawat

Darurat Rumah Sakit Umum Daerah Meuraxa Banda Aceh. Penelitian

deskriptif merupakan salah satu jenis penelitian yang bertujuan untuk

membuat gambaran atau deskripsi tentang suatu situasi atau kondisi yang saat

ini terjadi secara sistematis dan akurat (Dharma, 2015). Pada penelitian ini

tidak dilakukan intervensi melainkan mengumpulkan informasi dengan

menggunakan lembar isian rekam medis di IGD.

B. Populasi Dan Sampel Penelitian

1. Populasi Penelitian

Populasi dalam penelitian ini adalah catatan rekam medis pada bulan

September 2022.

2. Sampel Penelitian

Pengambilan sampel menggunakan teknik Total Sampling. Sampel

yang diambil sama dengan jumlah populasi yaitu pasien pada bulan

September 2022 yang berjumlah 1783 orang.

C. Tempat Dan Waktu Penelitian

1. Tempat Penelitian

Tempat penelitian dalam penelitian ini adalah Rumah Sakit Umum Daerah

Meuraxa Banda Aceh.


40

2. Waktu penelitian

Pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan pada tanggal 26

Desember 2022 sampai 5 Januari 2023 di RSUD Meuraxa Banda Aceh

D. Alat Pengumpul Data

1. Alat Pengumpulan Data

Alat pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah

berupa lembar isian. Lembar isian adalah instrumen yang digunakan

untuk mengumpulkan data melalui pengamatan di lapangan (Dharma,

2015). Lembar isian terdiri dari atas data NRM, usia, jenis kelamin,

pendidikan, penyakit, dan Triage.

a. Menurut WHO (2017), usia dikategorikan menjadi

1) Masa balita jika usia 0-5tahun

2) Masa kanak-kanak jika usia 5-11 tahun

3) Remaja awal jika usia 12-16 tahun

4) Remaja akhir jika usia 17-25 tahun

5) Dewasa awal jika usia 26-35 tahun

6) Dewasa akhir jika usia 36-45 tahun

7) Lansia awal jika usia 46-55 tahun

8) Lansia akhir jika usia 56-65 tahun

9) Manula jika usia >65 tahun

b. Jenis kelamin diketegorikan menjadi laki-laki dan perempuan

c. Triage dikategorikan menjadi merah, kuning, hijau dan hitam

d. Penyakit akan disebutkan sesuai jenis penyakit yang dialami responden


41

E. Teknik Pengumpulan Data

1. Tahap Persiapan Pengumpulan Data

Persiapan pengumpulan data dilakukan dengan mengikuti standar

prosedur administrasi dengan cara mengajukan permohonan surat izin

pengumpulan data penelitian oleh tim etik Fakultas Keperawatan

Universitas Syiah Kuala.

2. Tahap Pengumpulan Data

Pengumpulan data penelitian dilakukan dengan beberapa tahap

sebagaiberikut:

a. Setelah mendapatkan surat izin pengumpulan data penelitian oleh tim

etik Fakultas Keperawatan, kemudian peneliti menuju ruang IGD

untuk melakukan pencatatan berdasarkan buku registrasi ruangan.

b. Peneliti mengisi lembar isian, maka data yang diperoleh dianalisis

untuk kepentingan penelitian.

F. Etika Penelitian

1. Confidentially (Kerahasiaan)

Merupakan masalah etika dengan menjamin kerahasiaan informasi

yang diberikan oleh responden. Peneliti hanya melaporkan data tertentu

saja.

2. Beneficence (Manfaat)

Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat untuk responden

penelitian serta bagi peneliti selanjutnya.


42

3. Non Maleficence (Tidak merugikan)

Penelitian ini tidak menimbulkan bahaya atau kerugian kepada

responden dengan mencegah resiko-resiko yang dapat merugikan

berdasarkan data sekunder yang telah didapatkan.

4. Veracity (Kejujuran)

Peneliti memasukan data sesuai dengan data sekunder yang telah di

dapatkan tanpa ada yang diperbaiki sama sekali oleh peneliti.

5. Justice (Keadilan)

Peneliti memberikan kesempatan yang sama bagi data yang

memenuhi kriteria untuk berpartisipasi dalam penelitian ini. Selain itu

peneliti memberikan kesempatan yang sama untuk seluruh data terkait

penelitian ini.

G. Pengolahan Data

Data yang diperoleh merupakan data yang belum memberikan

gambaran yang diharapkan untuk itu diperlukan pengolahan data. Adapun

langkah-langkah dalam pengolahan data yang telah di ambil adalah: (Dharma,

2015)

1. Editing

Tahap ini peneliti melakukan pemeriksaan semua kuesioner secara

teliti apakah semua pertanyaan telah dijawab oleh responden dengan

lengkap seperti memeriksa data demografi dan kesesuaian jawaban.

2. Coding

Tahap ini peneliti memberi kode secara berurutan dalam kategori yang
43

sama pada masing-masing lembaran yang diberikan pada responden

sehingga memudahkan pengolahan data. Kode yang digunakan pada

penelitian ini adalah kode responden yang diawali dengan 01 untuk

responden pertama sampai 1783. Setiap jawaban dari responden diberikan

kode sesuai dengan bentuk kuesioner berdasarkan nilai yang telah

ditentukan.

3. Processing

Tahap Processing peneliti memasukkan data yang telah dikumpulkan

dari hasil kuesioner ke dalam master tebel atau data base komputer. Data

yang telah diberi kode disusun secara berurutan dari responden pertama

sampai dengan responden terakhir untuk dimasukkan ke dalam tabel sesuai

dengan variabel yang diteliti.

4. Cleaning

Tahap ini peneliti mengelompokkan data berdasarkan kategori yang

telah dibuat pada variabel yang diukur dan selanjutnya dimasukkan ke

dalam tabel distribusi frekuensi untuk menghitung nilai total pada setiap

kolom dari tabel dan data hasil penelitian.

H. Analisis Data

Teknik Analisis data dalam penelitian ini yaitu Analisis univariat.

Analisis univariat merupakan analisis yang dilakukan pada satu variabel atau

variabel tunggal (Dharma, 2015). Bentuk analisis univariat seperti usia, jenis

kelamin, pendidikan, Triage dan penyakit. Setiap variabel dari hasil

penelitian. Pada umumnya hasil analisis ini hanya menghasilkan distribusi dan
44

persentase dari setiap variabel. Selanjutnya analisis ini akan ditampilkan

distribusi frekuensi dalam bentuk tabel. Untuk data demografi atau kriteria

sampel dilakukan perhitungan presentase:

Keterangan :

P = persentase

f = jumlah frekuensi

n = jumlah responden
45

BAB V

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

Penelitian ini dilakukan di RSUD Meuraxa Banda Aceh diruang

Instalasi gawat darurat, pengumpulan data dilakukan sejak tanggal 26

Desember 2022 sampai 5 Januari 2023 melalui data skunder. Berdasarkan

hasil dari penelitian yaang dilakukan didapatkan data sebagai berikut :

1. Data Demografi

Karakteristik dari responden pada penelitian ini berupa data

demografi yang meliputi jenis kelamin dan usia. Data demografi tersebut

dapat dilihat pada tabel distribusi sebagai berikut :

Tabel 5.1
Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden (n=1783)

No Data Demografi f %
1 Jenis Kelamin
a. Laki-laki 927 52
b. Perempuan 856 48
2 Usia (WHO, 2017)
a. 0-5 th 107 6
b. 5-11 th 299 16,8
c. 12-16 th 153 8,6
d. 17-25 th 304 17
e. 26-35 th 256 14,4
f. 36-45 th 220 12,3
g. 46-55 th 184 10,3
h. 56-65 th 174 9,8
i. >65 Th 85 4,9
Sumber: data sekunder (diolah 2023)

Berdasarkan pada tabel 5.1 di atas, menunjukkan bahwa mayoritas

responden berjenis kelamin laki-laki yaitu sebanyak 927 orang (52%).


46

Pada kategori usia mayoritas responden berada pada usia 17 - 25 tahun

yaitu sebanyak 304 orang (17%).

2. Triage
Tabel 5.2
Distribusi Frekuensi Triage di Instalasi Gawat Darurat (n=1783)
No Triage f %
1. Hijau 907 50,9
2. Kuning 847 47,5
3. Merah 29 1,6
Sumber: data sekunder (diolah 2023)

Berdasarkan pada tabel 5.2 di atas, menunjukkan bahwa sebagian

besar pasien yang datang berkunjung ke instalasi gawat darurat berada

pada triage hijau yaitu sebanyak 907 orang (50,9%).

3. Triase Hijau
Tabel 5.3
Distribusi Frekuensi Triage Hijau di Instalasi
Gawat Darurat (n=907)

No Triage Hijau f %
1 Abses scrotum 1 0,11
2 Acute sinusitis 2 0,22
3 Acute tonsillitis 2 0,22
4 Alergi 9 0,99
5 Anemia 1 0,11
6 Appendicitis 5 0,55
7 Arthritis rematoid 1 0,11
8 Asthma 45 4,96
9 Bacterial pneumonia 1 0,11
10 Batuk darah 1 0,11
11 Bengkak pada jempol tangan 1 0,11
12 Benjolan di kaku 2 0,22
13 Benjolan pada perut atas 1 0,11
14 Cedera 78 8,59
15 Chepalgia 3 0,33
16 Cidera kaki 1 0,11
17 Colic abdomen 20 2,20
18 Luka bakar 3 0,33
47

No Triage Hijau f %
19 Cuntusior cerebri 1 0,11
20 Dehidrasi 1 0,11
21 Fever berdarah 71 7,82
22 Diabetes mellitus 14 1,54
23 Diare 2 0,22
24 Dipsnea 28 3,08
25 Dyspepsia 53 5,84
26 Dizziness 2 0,22
27 Mimisan 1 0,11
28 Febrile cobvulsions 5 0,55
29 Febris 30 3,30
30 Fever 210 23,2
31 Fracture 6 0,66
32 Gastritis 3 0,33
33 Gastroenteritis 40 4,41
34 Headache 5 0,55
35 Hemaparasis dex 1 0,11
36 Hematuria 1 0,11
37 Hernia 1 0,11
38 Hidung tersumbat 1 0,11
39 Hipertensi 6 0,66
40 Hyperemesis gravidarum 4 0,44
41 Impetigo 2 0,22
42 Kaki bengkak 2 0,22
43 Kejang 9 0,99
Kelelahan 1 0,11
44
Kelemahan gerak kaki 1 0,11
45
Keluar darah darim jalan lahir 1 0,11
46
Keluar darah dari kemaluan 1 0,11
47
Labialis 1 0,11
48
Lambung 1 0,11
49
Lemas 1 0,11
50
Luka bakar didada 1 0,11
51
Luka bakar di bibir dalam 1 0,11
52 Luka dijempol tangan kanan 1 0,11
53 Luka dikening kiri 1 0,11
54 Luka dipinggang 1 0,11
55 Luka ditangan kiri 1 0,11
56 Luka lecet dikepala 1 0,11
57 Luka pada dagu 4 0,44
58 Luka robek 30 3,30
59 Luka terbuka 14 1,54
60 Malaise 29 3,19
61 Migraine 2 0,22
48

No Triage Hijau f %
62 Mual dan muntah 19 2,09
63 Muntah mencret 1 0,11
64 Myalgia 1 0,11
65 Neuropati diabetic 2 0,22
66 Nyeri 50 5,51
67 Pemeriksaan kehamilan 2 0,22
68 Perdarahan pervaginam 2 0,22
69 Penglihatan kurang 1 0,11
70 Pengflihatan rendah 8 0,88
71 Penjepitan saraf 1 0,11
72 Penurunan keesadaran 6 0,66
73 Peradangan telinga 1 0,11
74 Pingsan 1 0,11
75 Pneumonia 1 0,11
76 PPOK 2 0,22
77 Premature rupture membrane 1 0,11
78 Pulpitis 1 0,11
79 Reaksi alergi 1 0,11
80 Retensi urin 12 1,32
81 Rupture tendon 1 0,11
82 Stroke 7 0,77
83 TB paru 1 0,11
84 Tertusuk paku 2 0,22
85 Trauma ocoli 2 0,22
86 Trauma tumpul dada 2 0,22
Tuberculosis 1 0,11
87
Tumor mamae 2 0,22
88
Vertigo 5 0,55
89
Whooping cough 1 0,11
90
Sumber: data sekunder (diolah 2023)

Berdasarkan pada tabel 5.3 di atas, menunjukkan bahwa sebagian

besar pasien di triase hijau instalasi gawat darurat menderita penyakit fever

yaitu sebanyak 210 orang (23,3%).


49

4. Triase Kuning
Tabel 5.4
Distribusi Frekuensi Triage Kuning di Instalasi
Gawat Darurat (n=847)

No Triage Kuning f %
1 Acute sinusitis 1 0,12
2 Acute tonsillitis 1 0,12
3 Alergi 5 0,59
4 Anal abscess 3 0,35
5 Anemia 1 0,12
6 Appendicitis 3 0,35
7 Arthritis rematoid 1 0,12
8 Asthma 50 5,9
9 Atopic dermatitis 3 0,35
10 BAK tertahan dan nyeri 1 0,12
11 Bacterial pneumonia 1 0,12
12 Batuk darah 1 0,12
13 Bengkak pada jempol tangan 1 0,12
14 Benjolan di kaku 2 0,23
15 Benjolan pada perut atas 1 0,12
16 Cedera 54 6,37
17 Cellulitis 2 0,23
18 Cerebral infarction 1 0,12
19 Colic abdomen 21 2,83
20 Fever berdarah 78 9,2
21 Diabetes mellitus 6 0,71
22 Diare 3 0,35
23 Dipsnea 63 7,43
24 Dyspepsia 4 0,47
25 Dizziness 25 2,95
Ectopic pregnancy 5 0,59
26
Febrile cobvulsions 4 0,47
27
Febris 35 4,13
28
Fever 170 20,1
29
Fracture 5 0,59
30
Gasthroenteritis 1 0,12
31
Gastroenteritis 25 2,95
32
Headache 2 0,23
33
Hemaparasis dex 1 0,12
34
Hematuria 1 0,12
35 2 0,23
36 Hernia
Hipertensi 1 0,12
37 2 0,23
38 Hyperemesis gravidarum
50

No Triage Kuning f %
39 Impacted teeth 1 0,12
40 Kejang 6 0,71
41 Kelelahan 1 0,12
42 Keluar darah darim jalan lahir 1 0,12
43 Keluar darah dari kemaluan 2 0,23
44 Keluar darah dari mulut 2 0,23
45 Lemas 1 0,23
46 Luka dijempol tangan kanan 1 0,23
47 Luka lecet dikepala 1 0,23
48 Luka lecet ditangan 1 0,23
49 Luka robek 23 2,71
50 Luka terbuka 15 1,77
51 Malaise 30 3,54
52 Meningitis 1 0,12
53 Migraine 1 0,12
54 Mual dan muntah 35 4,13
55 Muka bengkak 1 0,12
56 Muntah dan BAB berdarah 1 0,12
57 Muntah, nyeri ulu hati 2 0,23
58 Myalgia 3 0,35
59 Nyeri 66 7,79
60 Obs febris 1 0,12
61 Perdarahan pervaginam 2 0,23
62 Perdarahan setelah amputasi 1 0,12
63 Penglihatan kurang 1 0,12
Pengflihatan rendah 11 1,28
64
Penjepitan saraf 2 0,23
65
Penurunan keesadaran 7 0,82
66
Peradangan telinga 2 0,23
67
Perdarahan gigi geraham 1 0,12
68
Pingsan 4 0,47
69
PPOK 1 0,12
70
Premature rupture membrane 1 0,12
71
Pulpitis 2 0,23
72 Radiculopathy 1 0,12
73 Reaksi alergi 2 0,23
74 Retensi urin 4 0,47
75 Rupture kornea 1 0,12
76 Stroke 7 0,82
77 Thypoid fever 1 0,12
78 Trauma ocoli 4 0,47
79 Tuberculosis 2 0,23
80 Tumor mamae 1 0,12
81 Ulkus diabetic 1 0,12
51

No Triage Kuning f %
82 Vertigo 2 0,23
Whooping cough 2 0,23
Sumber: data sekunder (diolah 2023)

Berdasarkan pada tabel 5.4 di atas, menunjukkan bahwa sebagian

besar pasien di triase kuning instalasi gawat darurat menderita penyakit

fever yaitu sebanyak 170 orang (20,1%).

5. Triase Merah
Tabel 5.5
Distribusi Frekuensi Triage Merah di Instalasi
Gawat Darurat (n=29)

No Triage Merah f %
1. Colic abdomen 1 3,34
2. Fever berdarah 5 17,2
3. Dyspepsia 3 10,4
4. Dizziness 1 3,44
5. Febrile cobvulsions 1 3,44
6. Febris 3 10,4
7. Fever 8 75
8. Fracture 1 3,44
9. Gastroenteritis 1 3,44
10. Mual dan muntah 1 3,44
11. Nyeri 3 10,3
12. Pingsan 1 3,44
Sumber: data sekunder (diolah 2023)

Berdasarkan pada tabel 5.5 di atas, menunjukkan bahwa sebagian besar

sebagian besar pasien di triase merah instalasi gawat darurat menderita

penyakit fever yaitu sebanyak 8 orang (27,6%).


52

6. Triage berdasarkan usia dan jenis kelamin

Tabel 5.6
Distribusi Frekuensi Triage berdasarkan Karakteristik Responden
Di Instalasi Gawat Darurat(n=1783)

No Karakteristik Triage
Hijau Kuning Merah
f % f % f %
1 Jenis Kelamin
Laki-Laki 450 48,5 463 49,9 14 1,5
Perempuan 457 53,4 384 44,9 15 1,8
2 Usia
0-5 th 47 43,9 49 45,8 11 10,3
0-11 th 163 54,5 102 55,4 0 0
12-16 th 92 60,1 60 39,2 1 0,7
17-25 th 186 61,2 118 38,8 0 0
26-35 th 125 48,8 131 51,2 0 0
36-45 th 105 47,7 108 55,4 7 3,2
46-55 th 81 44 136 45,5 1 0,5
56-65 th 72 4,4 96 55,2 6 3,4
>65 th 36 42,4 47 54,1 3 3,5
Sumber: data sekunder (diolah 2023)

Berdasarkan tabel 5.3 dapat disimpulkan bahwa mayoritas pasien

pada triage hijau berjenis kelamin perempuan yaitu sebanyak 450 orang

(53,4%), pada triage kuning mayoritas berjenis kelamin laki-laki yaitu

sebanyak 463 orang (49,9%) dan pada triage merah mayoritas berjenis

kelamin perempuan yaitu sebanyak 15 orang (1,8%).

Selanjutnya, berdasarkan usia terlihat bahwa pasien pada triage hijau

mayoritas berada pada usia 17-25 tahun yaitu sebanyak 186 orang

(61,2%), pasien pada triage kuning mayoritas berada pada usia 26-35

tahun yaitu sebanyak 131 orang (51,2%) dan pasien pada triage merah

mayoritas berada pada usia 0-5 tahun yaitu sebanyak 11 orang (10,3%).
53

B. Pembahasan

1. Jenis kelamin

Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar responden

berjenis kelamin laki-laki (927 orang atau 52%). Penelitian ini sejalan

dengan penelitian Sinurat et al., (2019) bahwa pasien dengan jenis kelamin

laki-laki paling banyak berkunjung ke IGD yaitu 48 pasien (55,2%),

dibandingkan perempuan sebanyak 39 pasien (44,8%).

Pasien yang datang berkunjung ke IGD dominasi oleh laki-laki

diperkirakan bergantung dari data masing-masing penyakit spesifik. Angka

ini datang dari kasus trauma dan non trauma sehingga dapat diperkirakan

faktor-faktor yang memengaruhi perbedaan angka antara jenis kelamin

pada masing-masing kasus pun berbeda-beda (Sahensolar et al., 2021).

Khusus pada kasus trauma laki-laki diperkirakan lebih banyak dari

perempuan dimana mayoritas banyak beraktivitas di luar rumah sehingga

memiliki risiko yang lebih tinggi dari perempuan dan laki-laki lebih

diutamakan untuk perkerjaan yang berat dan laki mengatasi stres dan

menjaga kesehatan mereka berbeda dengan wanita. Wanita cenderung

lebih bisa menjaga kesehatannya dibandingkan dengan laki-laki

(Takaendengan et al., 2016).

2. Usia

Mayoritas responden berada pada usia 17 - 25 tahun yaitu sebanyak

304 orang (17%). Penelitian ini sejalan dengan penelitian Ade (2018)

mengenai gambaran kunjungan pasien ke IGD berdasarkan Usia di rumah


54

sakit Santa Elisabeth Medan bahwa pasien dan data kunjungan terendah

yang berkunjung ke IGD berada pada usia 6-11 tahun pasien yang paling

sedikit yang berkunjung ke IGD berjumlah 8 orang (4,9%) (Sahensolar et

al., 2021).

Dominasi rentang usia 17-25 tahun diperkirakan dipengaruhi oleh

berbagai faktor seperti kecelakaan maupun faktor jenis penyakit seperti

osteoporosis, penyakit jantung, masalah kehamilan, obesitas dll, tingkat

pendidikan, nutrisi dll (Sahensolar et al., 2021).

3. Triage

Hasil penelitian menunjukkan mayoritas pasien pada triage hijau

berjenis kelamin perempuan yaitu sebanyak 450 orang (53,4%), pada

triage kuning mayoritas berjenis kelamin laki-laki yaitu sebanyak 463

orang (49,9%) dan pada triage merah mayoritas berjenis kelamin

perempuan yaitu sebanyak 15 orang (1,8%). Metode triase memberikan

dampak positif kepada petugas karena dapat melakukan penilaian tingkat

stabil, membaik, atau memburuknya kondisi pasien.

Salah satu teknik yang efektif untuk digunakan khususnya dalam

penanganan kegawatdaruratan ialah skala Triage. Gawat darurat adalah

suatu keadaan penderita yang memerlukan pemeriksaan medis segera, dan

bila tidak dilakukan akan berakibat fatal bagi penderita. Instalasi Gawat

Darurat (IGD) adalah salah satu unit di rumah sakit yang harus

memberikan pelayanan darurat kepada masyarakat yang menderita

penyakit akut dan mengalami kecelakaan sesuai dengan standar


55

(Limantara et al., 2015).

Pasien yang masuk ke IGD rumah sakit tentunya butuh

pertolongan yang cepat dan tepat. Untuk itu perlu adanya standar dalam

memberikan pelayanan gawat darurat sesuai dengan kompetensi dan

kemampuannya sehingga dapat menjamin suatu penanganan gawat darurat

(Dien et al., 2015).

Hasil penelitian menunjukkan bahwa triage berdasarkan usia

terlihat bahwa mayoritas pasien pada triage hijau mayoritas berada pada

usia 17-25 tahun yaitu sebanyak 186 orang (61,2%), mayoritas pasien pada

triage kuning mayoritas berada pada usia 26-35 tahun yaitu sebanyak 131

orang (51,2%) dan mayoritas pasien pada triage merah mayoritas berada

pada usia 0-5 tahun yaitu sebanyak 11 orang (10,3%).

Pasien dengan triage merah yang tidak berhasil dalam penanganan

paling banyak ditemukan pada pasien dengan kategori usia bayi < 5 Tahun

yang datang dengan kondisi post kejang dan dehidrasi berat. Kondisi

penanganan pre-hospital yang terlambat mempengaruhi tindakan

selanjutnya dalam penanganan (Musthofa et al., 2021).

Berdasarkan hasil penelitian ini terlihat bahwa mayoritas penyakit

yang ada pada triage hijau adalah fever yaitu sebanyak 210 orang (23,3%),

mayotitas penyakit yang ada pada triage kuning adalah fever yaitu sebanyak

170 orang (20,1%) dan mayoritas penyakit yang ada pada triage merah

adalah fever yaitu sebanyak 8 orang (27,6%).

Demam pada anak merupakan salah satu masalah yang masih


56

relevan untuk para praktisi pediatric dan kegawatdaruratan. Demam

merupakan tanda adanya kenaikan set-point di hipotalamus akibat infeksi

atau adanya ketidakseimbangan antara produksi dan pengeluaran panas.

Sebaliknya tidak semua anak yang terkena infeksi akan menunjukkan

gejala demam, semakin muda umurnya, semakin tidak jelas gambaran

klinisnya. Tindakan pada anak dengan demam diawali dengan

pertimbangan apakah ada kegawatan, apa penyebabnya dan apakah

demam perlu segera diturunkan. Agar tindakan tersebut tepat dan terarah,

diperlukan suatu pengelompokan/ klasifikasi pasien agar dapat digunakan

suatu algoritma umum (Lubis & Lubis, 2016).

Setiap kelompok ada kriteria kegawatan, kriteria jenis infeksi yang

mengarah kepada tindakan yang diambil, terutama perawatan dan

pemberian antibiotic secara empirik. Tindakan yang dilaksanakan

sebaiknya bukan tindakan yang sifatnya sesaat, tetapi merupakan tindakan

yang berkesinambungan, sampai pasien lepas dari masalahnya. Keputusan

untuk dirawat harus dilanjutkan dengan pemeriksaan laboratorium dan

pemberian antibiotik empirik. Tindakan lanjutan akan disesuaikan dengan

hasil pemeriksaan penunjang, respons pasien terhadap pengobatan sampai

masalahnya selesai dengan tuntas (Lubis & Lubis, 2016).

Demam merupakan salah satu bagian dari pertahanan fisiologi

alamiah dalam melawan agen infeksi. Mekanisme imunologis meningkat

dengan adanya demam dan kemampuan virus dan bakteri untuk bereplikasi

akan menurun. Suatu randomized controlled trial pada anak dengan varisela
57

menemukan bahwa pemberian parasetamol (asetaminofen) tidak

mengurangi gejala demam dan dapat memperpanjang proses penyakit.

Walaupun demikian, praktisi klinis sering mengobati demam, dengan

pemberian obat antipiretik untuk mengurangi ketidaknyamanan anak

(Chiappini et al., 2013).

Pedoman NICE (National Institute for Health and Clinical Exellence,

menyatakan bahwa antipiretik tidak bias digunakan secara rutin pada

penanganan anak dengan demam, walaupun dapat digunakan pada anak

yang menunjukkan gejala ketidaknyamanan, termasuk menangis

berkepanjangan, iritabilitas, aktivitas yang berkurang, selera makan

menurun, dan gangguan tidur. Sebaliknya pedoman WHO menganjurkan

penggunaan parasetamol apabila suhu tubuh >39oC. Selain itu dokumen

terbaru dari WHO tidak menganjurkan penggunaan rutin antipiretik pada

anak, terutama pada situasi keluarga harus menanggung biaya pengobatan

dan juga karena peran obat antipiretik pada anak dengan malaria, sepsis atau

malnutrisi kronik masih belum ditetapkan (Klinkhammer & Colletti, 2013).

Asumsi peneliti terhadap hasil penelitian ini adalah mayoritas pasien

yang berada diruang IGD adalah usia 17-25 tahun hal ini berkaitan dengan

usia produktif dimana aktifitas akan berdampak terhadap tingkat kesehatan

seseorang, selain itu diketahui bahwa mayoritas triage merah berada pada

usia 0-5 tahun dimana balita memiliki imunitas yang masih kurang jika

dikaitkan dengan pemasalahan penyakit terlihat bahwa kasus tertinggi

pasien di IGD adalah fever dimana balita memduduki peringkat utama.


58

C. Keterbatasan Penelitian

Adapun keterbatasan dalam penelitian ini adalah:

1. Peneliti hanya mengambil sampel pada bulan September 2022 dengan

mengambil data sekunder sehingga penelitian ini tidak dapat

digeneralisasikan secara luas.

2. Banyaknya pasien dengan triase hijau masuk melalui IGD menyebabkan

over crawding.
BAB VI

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah diuraikan terhadap 1783

sampel tentang profil pasien yang berkunjung ke IGD berdasarkan triage di

Rumah Sakit Umum Daerah Meuraxa Banda Aceh pada bulan September

2022 didapatkan hasil sebagai berikut:

1. Mayoritas responden berjenis kelamin laki-laki yaitu sebanyak 927 orang

(52%) dan perempuan sebanyak 856 orang (48%).

2. Mayoritas responden berada pada usia 17-25 tahun yaitu sebanyak 304

orang (17%), sementara usia yang paling sedikit/ minoritas adalah usia 28

hari >65 Th yaitu sebanyak 85 orang (4,9%)

3. Mayoritas pasien yang berkunjung ke instalasi gawat berada pada triase

hijau yaitu sebanyak 907 orang (50,9%), sedangkan minoritas berada pada

triage merah yaitu sebanyak 29 orang (1,6%).

4. Mayoritas penyakit pada semua triase, baik hijau, kuning, maupun merah

adalah Fever

B. Saran

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, adapun hal-hal yang

peneliti rekomendasikan adalah sebagai berikut:

59
60

1. Bagi pengembangan keperawatan

Diharapkan penelitian ini dapat menambah bacaan bagi

mahasiswa/i khususnya dibidang keperawatan dan pentingnya untuk

meningkatkan pelayanan kepada pasien yang datang ke IGD sehinga

pasien mendapatkan kebutuhan sesuai kebutuhan.

2. Bagi penulis

Diharapkan penulis dapat menambah wawasan dan pengembangan

pengetahuan tentang gambaran kunjungan pasien ke IGD Rumah Sakit

Umum Meuraxa Banda Aceh dan pengaplikasian ilmu yang telah didapat

khususnya mata kuliah statistik.

3. Bagi Rumah Sakit

Diharapkan agar Rumah Sakit Umum Meuraxa Banda Aceh agar

dapat meningkatkan tenaga kesehatan yang professional dalam semua

bidang tindakan dengan mengadakan pelatihan-pelatihan untuk tenaga

kesehatan khususnya yang berkaitan dengan pelaksanaan manajement

triase.
DAFTAR PUSTAKA
ACEM. (2016). Guidelines On The Implementation Of The Australasian Triage
Scale In Emergency Departments. ‟Aisyiyah, 4, 1–8.
Al-Ihsan. (2018). 10 Besar Penyakit di RSUD Al-Ihsan Provinsi Jawa Barat.
RSUD AL-Ihsan. https://rsudalihsan.jabarprov.go.id/page/902-10-Besar-
Penyakit
Ardiyani, V, M. (2018). Analisis Peran Perawat Terhadap Ketetapan Penentuan
Prioritas I,II Dan III Pada Ruang Triage Di Intalasi Gawat Darurat Rumah
Sakit dr. Saiful Anwar Malang. Jurnal Ners LENTERA, 6(2).
Ariyani, H. (2020). Literature Riview : Penggunaan Triase Emergency Severity
Index (ESI) Di Instalasi Gawat Darurat (IGD). Jurnal Kesehatan Bakti
Tunas Husada : Jurnal Ilmu Ilmu Keperawatan .Analisis Kesehatan Dan
Farmasi, 20(2).
Aziz, A. (2012). Pengantar Kebutuhan Dsara Manusia. salemba medika.
Basoeki, A. P. (2013). Penanggulangan penderita gawat darurat anestesiologi &
reanimasi.
Bazmul, M. F. (2019). Profil Kegawatdaruratan Pasien Berdasarkan Start Triage
Scale di Instalasi Gawat Darurat RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Manado.
Jurnal E-Clinic (ECl), 7(1), 38–50.
Bazmul, M. F., Lantang, E. Y., & Kambey, B. I. (2019). Profil Kegawatdaruratan
Pasien Berdasarkan Start Triage Scale di Instalasi Gawat Darurat RSUP
Prof. Dr. R. D. Kandou Manado Periode Januari 2018 sampai Juli 2018. E-
CliniC, 7(1), 46–50. https://doi.org/10.35790/ecl.v7i1.23538
Belitung, D. K. B. (2021). Pentingnya Sitem Triase Gawat Darurat. Dinas
Kesehatan Kepulauan Bangka Belitung.
BPS. (2020). Jumlah Kasus 10 Penyakit Terbanyak di Provinsi Nusa Tenggara
Timur. https://ntt.bps.go.id/statictable/2017/08/29/577/jumlah-kasus-10-
penyakit-terbanyak-2015.html
Brooker. (2014). Ensiklopedia Keperawatan.
Carpenito, L. J. (2013). Diagnosa Keperawatan: Aplikasi pada Praktek Klinik
(Edisi 6). EGC.
College of Emergency Nursing Australia. (2013). Position Statement-Triage and
Australian Triage Scale.
Damayanti, N. (2013). Perbedaan Jenis Kelamin Terhadap Minat Berwirausaha
Mahasiswa Jurusan Pendidikan Ekonomi Universitas Negeri Surabaya.
Schoolar.
Dayakishi, T., & Yuniardi, S. (2018). Psikologi Lintas Budaya (Edisi Revisi).
UMM Press.
Delinda, N., Halimuddin, & & Nurhidayah, I. (2021). Length Of Stay Pasien Di
Instalasi Gawat Darurat. JIM FKep, V(1).
Depari, A, B. (2019). Gambaran Pelaksanaan Triase Oleh Perawat Pada Pasien
Di Ruang IGD RSUD DR Pirngadi Medan.
Depari, A. B. (n.d.). Gambaran Pelaksanaan Triase Oleh Perawat Pada Pasien di
Ruang IGD DR Pringadi Medan Tahun 2019. Schoolar.
Dharma. (2015). Metodologi Penelitian Keperawatan. Jakarta : Trans Info Media.
Dien, R. J., Kumaat, L., & Malara, R. (2015). Pengaruh Penyuluhan Kesehatan
Terhadap Kesiapsiagaan Menghadapi Bencana Gempa Bumi Pada Siswa
Smp Kristen Kakaskasen Kota Tomohon. Jurnal Keperawatan, 3(2).
Diskominfo. (2020). Open Data Kota Tasik Malaya 10 Besar Penyakit Rawat
Inap RSUD dr Soejardjo. https://data.tasikmalayakota.go.id/infografis/10-
besar-penyakit-rawat-inap-rsud-dr-soekardjo-tahun-2020-2/
Echols, J. M., & Shadily, H. (n.d.). Kamus Inggris Indonesia. Gramedia.
Hasri. (2015). Dasar-Dasar Pendidikan Islam Hubungannya Dengan Matematika.
Al-Khwarizmi, 3(9).
Hogan, B. E., & Burstein, B. . (2013). Disaster Medisine (Second Edi). Lippincott
William & Wilkins. A Wolter Kluwer Bussines.
Hsieh, M. W., Lee, C., Ou, S., & Kuo, Y. (2020). Telemedisine algorithm for
chronic wound care during COVID‐19. International Wound Journal, 17(5),
1535.
Huzaifah, Z., Mira, & Pratiwi, N. H. (2022). Hubungan Triase Pasien dengan
tingkat Kecemasan Keluarga di Instalasi Gawat Darurat. Journal of Nursing
Invention, 3(1), 61–66.
Idfi Ardi Ariya Kusuma. (2022). Hubungan Response Time Perawat Dengan
Tingkat Kecemasan Keluarga Pasien Kategori Triase Hijau Di IGD Rumah
Sakit Jiwa Daerah Surakarta. Universitas Kusuma Husada Surakarta.
Ismail, A. (2018). Analisis Faktor yang Mempengaruhi Length of Stay Pasien di
Instalasi Gawat Darurat Menggunakan Pendekatan Time Frame Guide
Emergency Model of Care. Universitas Airlangga.
Kartikawati. (2014). Buku Jaringan Dasar Dasar Keperawatan Gawat Darurat.
Salemba Empat.
Kemendikbud. (2013). Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun
2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional. Kementrian Pendidikan dan
Kebudayaan.
Krisanty, P. (2016). Asuhan Keperawatan Gawat Darurat.
Kundiman, V., Kumaat, L., & & Kiling, M. (2019). Hubungan Kondisi
Overcrowded Dengan Ketepatan Pelaksanaan Triase Di Instalasi Gawat
Darurat RSU GMIM Pancaran Kasih Manado. E-Journal Keperawatan (e-
Kp), 7(1).
Limantara, R., Herjunianto, H., & Roosalina, A. (2015). Faktor-faktor yang
mempengaruhi tingginya angka kematian di IGD rumah sakit. Jurnal
Kedokteran Brawijaya, 28(2), 200–205.
Margiluruswati, P. (2017). Analisis Ketepatan Waktu Tunggu Pelayanan Resep
Pasien JKN dengan Standar Pelayaan Minimal (SPM) Rumah Sakit. Jurnal
Manajemen Kesehatan Yayasan RS. Dr. Soetomo, 3(2), 238–248.
Musthofa, B. B., Widani, N. L., & Sulistyowati, B. (2021). Hubungan Response
Time Perawat dengan Tingkat Keberhasilan Penanganan Pasien Emergency
di IGD RS X. Jurnal Mutiara Ners, 4(1), 5–13.
Nursalam. (2011). Konsep Dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu
Keperawatan. Salemba Medika.
Oman, S, K., McLain, Koziol, & J, S. L. (2014). Panduan Belajar Keperawatan
Emergency.
Phukubye, T. A. (2022). Knowledge and Practices of Triage Amongst Nurses
Working in the Emergency 1 1 Departments of Rural Hospitals in Limpopo
Province. Department of Nursing Science, University of Limpopo,
Limpopo, South Africa. Lim Popo, 12, 439–448.
Pusponegoro, D. A. (2013). Buku Panduan Basic Trauma and Cardiac Life
Support. Diklat Ambulance AGD 118.
Rutenberg, C. (2014). Telephone Triage: Timelly Tips. American Academy of
Ambulatory Clinical Nursing (AAACN).
Sahensolar, L. N., Bidjuni, H., & Kallo, V. (2021). Gambaran Tingkat Kegawat
Daruratan Pasien Di Instalasi Gawat Darurat (IGD) Rumah Sakit
Bhayangkara Kota Manado. Jurnal keperawatan, 9(1), 1–8.
Siboro, T. (2014). Hubungan pelayanan perawatan dengan tingkat kepuasan
pasien di Ruang Unit Gawat Darurat Rumah Sakit Advent Bandung. Skripsi.
Sinurat, S., Perangin-angin, I. H., & Sepuh, J. C. L. (2019). Hubungan response
time perawat dengan tingkat kepuasan pasien BPJS di Instalasi Gawat
Darurat. Jurnal Penelitian Keperawatan, 5(1).
Takaendengan, D, T., Wowiling, P, A, V., & & Wagiu, A, M, J. (2016). Profil 10
Besar Kasus Di Instalasi Gawat Darurat Bedah RSUP Prof.DR.R.D.Kandou
Periode Januari – Desember 2015. Jurnal E-Clinic (ECI), 4(2).
WHO. (2017). Global Health and Aging. WHO.
Wilde, E. T. (2019). Do Emergency Medisal System Response Times Matter for
Health Outcome?
BIODATA PENULIS

A. Identitas Pribadi :

1. Nama : Anisa Fitri


2. NPM : 1912101010114
3. Tempat/Tanggal Lahir : Desa Buket Teungah,
15 Desember 2001
4. Jenis Kelamin : Perempuan
5. Status : Anak ke-1
6. Agama : Islam
7. Pekerjaan : Mahasiswi
8. Alamat : Buket Teungoh, Jangka Buya, Kab. Pidie
Jaya
9. No. Tlp/HP : 081265945494
10. Email : anisa15@mhs.unsyiah.ac.id

B. Identitas Orang Tua :


1. Ayah
a. Nama : Zulfikar
b. Pekerjaan : Wiraswasta
2. Ibu
a. Nama : Suryani
b. Pekerjaan : PNS

C. Riwayat Pendidikan
1. TK : RA TGK Lampucok Tahun : 2006-2007
2. SD/MIN : MIN Tanjong Ulim 1 Tahun : 2007-2013
3. SMP/MTs : MTsS Jeumala Amal Tahun : 2013-2016
4. SMA/MA : MAS Jeumala Amal Tahun : 2016-2019
5. Perguruan Tinggi : Fak. Keperawatan USK Tahun : 2019-
Sekarang
Lampiran 1
Lampiran 2
Lampiran 3

LEMBAR ISIAN

No
Usia Jenis Kelamin Triage

Anak Remaja Dewasa Lansia Lk Pr Hijau Kuning Merah Hitam


1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
dst
Lampiran 4
Lampiran 5
Lampiran 6
Lampiran 7
Lampiran 7
Lampiran 8
Lampiran 8
Lampiran 9
Lampiran 10

Frequencies
Frequency Table
JK
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Laki-laki 927 52.0 52.0 52.0
Perempuan 856 48.0 48.0 100.0
Total 1783 100.0 100.0

Usia
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid >65 th 85 4.8 4.8 4.8
0-5 th 107 6.0 6.0 10.8
12-16 th 153 8.6 8.6 19.3
17-25 th 304 17.0 17.0 36.4
26-35 th 256 14.4 14.4 50.8
36-45 th 220 12.3 12.3 63.1
46-55 th 184 10.3 10.3 73.4
5-11 th 299 16.8 16.8 90.2
56-65 th 174 9.8 9.8 99.9
65 1 .1 .1 100.0
Total 1783 100.0 100.0

Triage
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid Hijau 907 50.9 50.9 50.9
Kuning 847 47.5 47.5 98.4
Merah 29 1.6 1.6 100.0
Total 1783 100.0 100.0

Crosstabs
Triage * JK Crosstabulation
JK
Laki-laki Perempuan Total
Triage Hijau Count 450 457 907
% within Triage 49.6% 50.4% 100.0%
% within JK 48.5% 53.4% 50.9%
% of Total 25.2% 25.6% 50.9%
Kuning Count 463 384 847
% within Triage 54.7% 45.3% 100.0%
% within JK 49.9% 44.9% 47.5%
% of Total 26.0% 21.5% 47.5%
Merah Count 14 15 29
% within Triage 48.3% 51.7% 100.0%
% within JK 1.5% 1.8% 1.6%
% of Total 0.8% 0.8% 1.6%
Total Count 927 856 1783
% within Triage 52.0% 48.0% 100.0%
% within JK 100.0% 100.0% 100.0%
% of Total 52.0% 48.0% 100.0%
Lampiran 10

Penyakit * Triase Crosstabulation


Triase
Hijau Kuning Merah Total
Penyakit Abses scrotum Count 1 0 0 1
% within Triase 0.1% 0.0% 0.0% 0.1%
% of Total 0.1% 0.0% 0.0% 0.1%
Acute sinusitis Count 2 1 0 3
% within Triase 0.2% 0.1% 0.0% 0.2%
% of Total 0.1% 0.1% 0.0% 0.2%
Acute tonsilitis Count 2 1 0 3
% within Triase 0.2% 0.1% 0.0% 0.2%
% of Total 0.1% 0.1% 0.0% 0.2%
Alergi Count 9 5 0 14
% within Triase 1.0% 0.6% 0.0% 0.8%
% of Total 0.5% 0.3% 0.0% 0.8%
Anal abscess Count 0 3 0 3
% within Triase 0.0% 0.4% 0.0% 0.2%
% of Total 0.0% 0.2% 0.0% 0.2%
Anemia Count 1 1 0 2
% within Triase 0.1% 0.1% 0.0% 0.1%
% of Total 0.1% 0.1% 0.0% 0.1%
Appendicitis Count 5 3 0 8
% within Triase 0.6% 0.4% 0.0% 0.4%
% of Total 0.3% 0.2% 0.0% 0.4%
Arthritis rematoid Count 1 1 0 2
% within Triase 0.1% 0.1% 0.0% 0.1%
% of Total 0.1% 0.1% 0.0% 0.1%
Asthma Count 45 50 0 95
% within Triase 5.0% 5.9% 0.0% 5.3%
% of Total 2.5% 2.8% 0.0% 5.3%
Atopic dermtitis Count 0 3 0 3
% within Triase 0.0% 0.4% 0.0% 0.2%
% of Total 0.0% 0.2% 0.0% 0.2%
BAK tertahan dan nyeri Count 0 1 0 1
% within Triase 0.0% 0.1% 0.0% 0.1%
% of Total 0.0% 0.1% 0.0% 0.1%
Lampiran 10

Bakterial penumonia Count 1 0 0 1


% within Triase 0.1% 0.0% 0.0% 0.1%
% of Total 0.1% 0.0% 0.0% 0.1%
Batuk Count 0 1 0 1
% within Triase 0.0% 0.1% 0.0% 0.1%
% of Total 0.0% 0.1% 0.0% 0.1%
Batuk darah Count 1 1 0 2
% within Triase 0.1% 0.1% 0.0% 0.1%
% of Total 0.1% 0.1% 0.0% 0.1%
Bengkak dibawah rahang Count 0 1 0 1
% within Triase 0.0% 0.1% 0.0% 0.1%
% of Total 0.0% 0.1% 0.0% 0.1%
Bengkak pada jempol Count 1 2 0 3
tangan % within Triase 0.1% 0.2% 0.0% 0.2%
% of Total 0.1% 0.1% 0.0% 0.2%
Benjolan bernanah di kulit Count 0 1 0 1
% within Triase 0.0% 0.1% 0.0% 0.1%
% of Total 0.0% 0.1% 0.0% 0.1%
Benjolan di kaki Count 2 0 0 2
% within Triase 0.2% 0.0% 0.0% 0.1%
% of Total 0.1% 0.0% 0.0% 0.1%
Benjolan di pergelangan Count 0 1 0 1
tangan % within Triase 0.0% 0.1% 0.0% 0.1%
% of Total 0.0% 0.1% 0.0% 0.1%
Benjolan pada perut atas Count 1 1 0 2
% within Triase 0.1% 0.1% 0.0% 0.1%
% of Total 0.1% 0.1% 0.0% 0.1%
Cedera Count 78 54 0 132
% within Triase 8.6% 6.4% 0.0% 7.4%
% of Total 4.4% 3.0% 0.0% 7.4%
Cellulitis Count 0 2 0 2
% within Triase 0.0% 0.2% 0.0% 0.1%
% of Total 0.0% 0.1% 0.0% 0.1%
Cereblal infarction Count 1 0 0 1
% within Triase 0.1% 0.0% 0.0% 0.1%
% of Total 0.1% 0.0% 0.0% 0.1%
Cerebral infaction Count 0 1 0 1
Lampiran 10

% within Triase 0.0% 0.1% 0.0% 0.1%


% of Total 0.0% 0.1% 0.0% 0.1%
Chepalgia Count 3 0 0 3
% within Triase 0.3% 0.0% 0.0% 0.2%
% of Total 0.2% 0.0% 0.0% 0.2%
Cidera kaki Count 1 0 0 1
% within Triase 0.1% 0.0% 0.0% 0.1%
% of Total 0.1% 0.0% 0.0% 0.1%
colic abdomen Count 5 5 0 10
% within Triase 0.6% 0.6% 0.0% 0.6%
% of Total 0.3% 0.3% 0.0% 0.6%
Colic abdomen Count 15 16 1 32
% within Triase 1.7% 1.9% 3.4% 1.8%
% of Total 0.8% 0.9% 0.1% 1.8%
Combustio / cruris sinistra ( Count 3 0 0 3
luka bakar) % within Triase 0.3% 0.0% 0.0% 0.2%
% of Total 0.2% 0.0% 0.0% 0.2%
contusior cerebri Count 1 0 0 1
% within Triase 0.1% 0.0% 0.0% 0.1%
% of Total 0.1% 0.0% 0.0% 0.1%
Dehidrasi Count 1 0 0 1
% within Triase 0.1% 0.0% 0.0% 0.1%
% of Total 0.1% 0.0% 0.0% 0.1%
Fever berdarag Count 1 3 0 4
% within Triase 0.1% 0.4% 0.0% 0.2%
% of Total 0.1% 0.2% 0.0% 0.2%
Fever berdarah Count 6 3 1 10
% within Triase 0.7% 0.4% 3.4% 0.6%
% of Total 0.3% 0.2% 0.1% 0.6%
Fever berdarah Count 63 71 4 138
% within Triase 6.9% 8.4% 13.8% 7.7%
% of Total 3.5% 4.0% 0.2% 7.7%
Deman berdarah Count 1 1 0 2
% within Triase 0.1% 0.1% 0.0% 0.1%
% of Total 0.1% 0.1% 0.0% 0.1%
Diabetes melitus Count 10 5 0 15
% within Triase 1.1% 0.6% 0.0% 0.8%
Lampiran 10

% of Total 0.6% 0.3% 0.0% 0.8%


Diabetes mellitus Count 1 1 0 2
% within Triase 0.1% 0.1% 0.0% 0.1%
% of Total 0.1% 0.1% 0.0% 0.1%
diabetes millitus Count 3 0 0 3
% within Triase 0.3% 0.0% 0.0% 0.2%
% of Total 0.2% 0.0% 0.0% 0.2%
Diare Count 2 3 0 5
% within Triase 0.2% 0.4% 0.0% 0.3%
% of Total 0.1% 0.2% 0.0% 0.3%
Dipsnea Count 0 1 0 1
% within Triase 0.0% 0.1% 0.0% 0.1%
% of Total 0.0% 0.1% 0.0% 0.1%
Dispepsia Count 53 62 3 118
% within Triase 5.8% 7.3% 10.3% 6.6%
% of Total 3.0% 3.5% 0.2% 6.6%
Dizzineess Count 1 0 0 1
% within Triase 0.1% 0.0% 0.0% 0.1%
% of Total 0.1% 0.0% 0.0% 0.1%
Dizziness Count 1 4 0 5
% within Triase 0.1% 0.5% 0.0% 0.3%
% of Total 0.1% 0.2% 0.0% 0.3%
Dyspnea Count 28 25 1 54
% within Triase 3.1% 3.0% 3.4% 3.0%
% of Total 1.6% 1.4% 0.1% 3.0%
Ectopic pregnancy Count 0 5 0 5
% within Triase 0.0% 0.6% 0.0% 0.3%
% of Total 0.0% 0.3% 0.0% 0.3%
epistaxis (mimisan) Count 1 0 0 1
% within Triase 0.1% 0.0% 0.0% 0.1%
% of Total 0.1% 0.0% 0.0% 0.1%
Febrile cobvulsions Count 2 1 0 3
% within Triase 0.2% 0.1% 0.0% 0.2%
% of Total 0.1% 0.1% 0.0% 0.2%
Febrile convulsions Count 3 3 1 7
% within Triase 0.3% 0.4% 3.4% 0.4%
% of Total 0.2% 0.2% 0.1% 0.4%
Lampiran 10

Febris Count 30 35 3 68
% within Triase 3.3% 4.1% 10.3% 3.8%
% of Total 1.7% 2.0% 0.2% 3.8%
Fever Count 210 170 8 388
% within Triase 23.2% 20.1% 27.6% 21.8%
% of Total 11.8% 9.5% 0.4% 21.8%
Fractur Count 6 5 1 12
% within Triase 0.7% 0.6% 3.4% 0.7%
% of Total 0.3% 0.3% 0.1% 0.7%
Gasthroenteritis Count 0 1 0 1
% within Triase 0.0% 0.1% 0.0% 0.1%
% of Total 0.0% 0.1% 0.0% 0.1%
Gastritis Count 3 0 0 3
% within Triase 0.3% 0.0% 0.0% 0.2%
% of Total 0.2% 0.0% 0.0% 0.2%
Gastroenteritis Count 40 25 1 66
% within Triase 4.4% 3.0% 3.4% 3.7%
% of Total 2.2% 1.4% 0.1% 3.7%
Headache Count 5 2 0 7
% within Triase 0.6% 0.2% 0.0% 0.4%
% of Total 0.3% 0.1% 0.0% 0.4%
Hemaparasis dex Count 1 1 0 2
% within Triase 0.1% 0.1% 0.0% 0.1%
% of Total 0.1% 0.1% 0.0% 0.1%
Hematuria Count 1 1 0 2
% within Triase 0.1% 0.1% 0.0% 0.1%
% of Total 0.1% 0.1% 0.0% 0.1%
Hernia Count 1 2 0 3
% within Triase 0.1% 0.2% 0.0% 0.2%
% of Total 0.1% 0.1% 0.0% 0.2%
hidung tersumbat Count 1 0 0 1
% within Triase 0.1% 0.0% 0.0% 0.1%
% of Total 0.1% 0.0% 0.0% 0.1%
Hipertensi Count 6 1 0 7
% within Triase 0.7% 0.1% 0.0% 0.4%
% of Total 0.3% 0.1% 0.0% 0.4%
Hyperemesis gravidarum Count 4 2 0 6
Lampiran 10

% within Triase 0.4% 0.2% 0.0% 0.3%


% of Total 0.2% 0.1% 0.0% 0.3%
Impacted teeth Count 0 1 0 1
% within Triase 0.0% 0.1% 0.0% 0.1%
% of Total 0.0% 0.1% 0.0% 0.1%
Impetigo Count 2 0 0 2
% within Triase 0.2% 0.0% 0.0% 0.1%
% of Total 0.1% 0.0% 0.0% 0.1%
Kaki bengkak Count 2 0 0 2
% within Triase 0.2% 0.0% 0.0% 0.1%
% of Total 0.1% 0.0% 0.0% 0.1%
kejang Count 0 1 0 1
% within Triase 0.0% 0.1% 0.0% 0.1%
% of Total 0.0% 0.1% 0.0% 0.1%
Kejang Count 9 5 0 14
% within Triase 1.0% 0.6% 0.0% 0.8%
% of Total 0.5% 0.3% 0.0% 0.8%
Kelelahan Count 1 1 0 2
% within Triase 0.1% 0.1% 0.0% 0.1%
% of Total 0.1% 0.1% 0.0% 0.1%
kelemahan gerak kiri Count 1 0 0 1
% within Triase 0.1% 0.0% 0.0% 0.1%
% of Total 0.1% 0.0% 0.0% 0.1%
Keluar darah dari jalan lahir Count 1 1 0 2
% within Triase 0.1% 0.1% 0.0% 0.1%
% of Total 0.1% 0.1% 0.0% 0.1%
Keluar darah dari kemaluan Count 1 2 0 3
% within Triase 0.1% 0.2% 0.0% 0.2%
% of Total 0.1% 0.1% 0.0% 0.2%
Keluar darah dari mulut Count 0 2 0 2
% within Triase 0.0% 0.2% 0.0% 0.1%
% of Total 0.0% 0.1% 0.0% 0.1%
Labialis Count 1 0 0 1
% within Triase 0.1% 0.0% 0.0% 0.1%
% of Total 0.1% 0.0% 0.0% 0.1%
Lambung Count 1 0 0 1
% within Triase 0.1% 0.0% 0.0% 0.1%
Lampiran 10

% of Total 0.1% 0.0% 0.0% 0.1%


lemas Count 1 1 0 2
% within Triase 0.1% 0.1% 0.0% 0.1%
% of Total 0.1% 0.1% 0.0% 0.1%
Luka bakar di dada Count 1 0 0 1
% within Triase 0.1% 0.0% 0.0% 0.1%
% of Total 0.1% 0.0% 0.0% 0.1%
Luka di bibir bagian dalam Count 1 0 0 1
% within Triase 0.1% 0.0% 0.0% 0.1%
% of Total 0.1% 0.0% 0.0% 0.1%
Luka di jempol tangan kanan Count 1 1 0 2
% within Triase 0.1% 0.1% 0.0% 0.1%
% of Total 0.1% 0.1% 0.0% 0.1%
Luka di kening kiri Count 1 0 0 1
% within Triase 0.1% 0.0% 0.0% 0.1%
% of Total 0.1% 0.0% 0.0% 0.1%
Luka di pinggang Count 1 0 0 1
% within Triase 0.1% 0.0% 0.0% 0.1%
% of Total 0.1% 0.0% 0.0% 0.1%
Luka di tangan kiri Count 1 0 0 1
% within Triase 0.1% 0.0% 0.0% 0.1%
% of Total 0.1% 0.0% 0.0% 0.1%
Luka lecet di kepala Count 1 1 0 2
% within Triase 0.1% 0.1% 0.0% 0.1%
% of Total 0.1% 0.1% 0.0% 0.1%
Luka lecet ditangan Count 0 1 0 1
% within Triase 0.0% 0.1% 0.0% 0.1%
% of Total 0.0% 0.1% 0.0% 0.1%
Luka pada dagu Count 4 0 0 4
% within Triase 0.4% 0.0% 0.0% 0.2%
% of Total 0.2% 0.0% 0.0% 0.2%
Luka robek Count 30 23 0 53
% within Triase 3.3% 2.7% 0.0% 3.0%
% of Total 1.7% 1.3% 0.0% 3.0%
Luka terbuka Count 14 15 0 29
% within Triase 1.5% 1.8% 0.0% 1.6%
% of Total 0.8% 0.8% 0.0% 1.6%
Lampiran 10

Malaise Count 29 30 0 59
% within Triase 3.2% 3.5% 0.0% 3.3%
% of Total 1.6% 1.7% 0.0% 3.3%
Meningitis Count 0 1 0 1
% within Triase 0.0% 0.1% 0.0% 0.1%
% of Total 0.0% 0.1% 0.0% 0.1%
Migrain Count 2 1 0 3
% within Triase 0.2% 0.1% 0.0% 0.2%
% of Total 0.1% 0.1% 0.0% 0.2%
Mual dan muntah Count 19 35 1 55
% within Triase 2.1% 4.1% 3.4% 3.1%
% of Total 1.1% 2.0% 0.1% 3.1%
Muka bengkak Count 0 1 0 1
% within Triase 0.0% 0.1% 0.0% 0.1%
% of Total 0.0% 0.1% 0.0% 0.1%
muntah dan BAB berdarah Count 0 1 0 1
% within Triase 0.0% 0.1% 0.0% 0.1%
% of Total 0.0% 0.1% 0.0% 0.1%
Muntah mencret Count 1 0 0 1
% within Triase 0.1% 0.0% 0.0% 0.1%
% of Total 0.1% 0.0% 0.0% 0.1%
Muntah,nyeri uluh hati Count 0 2 0 2
% within Triase 0.0% 0.2% 0.0% 0.1%
% of Total 0.0% 0.1% 0.0% 0.1%
Myalgia Count 1 3 0 4
% within Triase 0.1% 0.4% 0.0% 0.2%
% of Total 0.1% 0.2% 0.0% 0.2%
Neuropati diabetik Count 2 0 0 2
% within Triase 0.2% 0.0% 0.0% 0.1%
% of Total 0.1% 0.0% 0.0% 0.1%
Nyeri Count 50 66 3 119
% within Triase 5.5% 7.8% 10.3% 6.7%
% of Total 2.8% 3.7% 0.2% 6.7%
Obs febris Count 0 1 0 1
% within Triase 0.0% 0.1% 0.0% 0.1%
% of Total 0.0% 0.1% 0.0% 0.1%
Pemeriksaan kehamilan Count 2 0 0 2
Lampiran 10

% within Triase 0.2% 0.0% 0.0% 0.1%


% of Total 0.1% 0.0% 0.0% 0.1%
Pendarahan pervaginam Count 2 2 0 4
% within Triase 0.2% 0.2% 0.0% 0.2%
% of Total 0.1% 0.1% 0.0% 0.2%
Pendarahan setelah Count 0 1 0 1
amputasi % within Triase 0.0% 0.1% 0.0% 0.1%
% of Total 0.0% 0.1% 0.0% 0.1%
Penglihatan kurang Count 1 1 0 2
% within Triase 0.1% 0.1% 0.0% 0.1%
% of Total 0.1% 0.1% 0.0% 0.1%
Penglihatan rendah Count 8 11 0 19
% within Triase 0.9% 1.3% 0.0% 1.1%
% of Total 0.4% 0.6% 0.0% 1.1%
Penjepitan saraf Count 1 2 0 3
% within Triase 0.1% 0.2% 0.0% 0.2%
% of Total 0.1% 0.1% 0.0% 0.2%
Penurunan kesadaran Count 6 7 0 13
% within Triase 0.7% 0.8% 0.0% 0.7%
% of Total 0.3% 0.4% 0.0% 0.7%
Peradangan telinga Count 1 2 0 3
% within Triase 0.1% 0.2% 0.0% 0.2%
% of Total 0.1% 0.1% 0.0% 0.2%
perdarahan gigi geraham Count 0 1 1 2
% within Triase 0.0% 0.1% 3.4% 0.1%
% of Total 0.0% 0.1% 0.1% 0.1%
pingsan Count 1 1 0 2
% within Triase 0.1% 0.1% 0.0% 0.1%
% of Total 0.1% 0.1% 0.0% 0.1%
Pingsan Count 0 3 0 3
% within Triase 0.0% 0.4% 0.0% 0.2%
% of Total 0.0% 0.2% 0.0% 0.2%
Pneumonia Count 1 0 0 1
% within Triase 0.1% 0.0% 0.0% 0.1%
% of Total 0.1% 0.0% 0.0% 0.1%
Ppok Count 2 1 0 3
% within Triase 0.2% 0.1% 0.0% 0.2%
Lampiran 10

% of Total 0.1% 0.1% 0.0% 0.2%


Premature rupture of Count 1 1 0 2
membranes % within Triase 0.1% 0.1% 0.0% 0.1%
% of Total 0.1% 0.1% 0.0% 0.1%
Pulpitis Count 1 2 0 3
% within Triase 0.1% 0.2% 0.0% 0.2%
% of Total 0.1% 0.1% 0.0% 0.2%
Radiculopathy Count 0 1 0 1
% within Triase 0.0% 0.1% 0.0% 0.1%
% of Total 0.0% 0.1% 0.0% 0.1%
Reaksi alergi Count 1 2 0 3
% within Triase 0.1% 0.2% 0.0% 0.2%
% of Total 0.1% 0.1% 0.0% 0.2%
Retensi urin Count 12 4 0 16
% within Triase 1.3% 0.5% 0.0% 0.9%
% of Total 0.7% 0.2% 0.0% 0.9%
Ruptur kornea Count 0 1 0 1
% within Triase 0.0% 0.1% 0.0% 0.1%
% of Total 0.0% 0.1% 0.0% 0.1%
Ruptur tendon Count 1 0 0 1
% within Triase 0.1% 0.0% 0.0% 0.1%
% of Total 0.1% 0.0% 0.0% 0.1%
Stoke Count 0 1 0 1
% within Triase 0.0% 0.1% 0.0% 0.1%
% of Total 0.0% 0.1% 0.0% 0.1%
Stroke Count 7 6 0 13
% within Triase 0.8% 0.7% 0.0% 0.7%
% of Total 0.4% 0.3% 0.0% 0.7%
TB paru Count 1 0 0 1
% within Triase 0.1% 0.0% 0.0% 0.1%
% of Total 0.1% 0.0% 0.0% 0.1%
Tertusuk paku Count 2 0 0 2
% within Triase 0.2% 0.0% 0.0% 0.1%
% of Total 0.1% 0.0% 0.0% 0.1%
Thypoid fever Count 0 1 0 1
% within Triase 0.0% 0.1% 0.0% 0.1%
% of Total 0.0% 0.1% 0.0% 0.1%
Lampiran 10

Trauma ocoli Count 2 0 0 2


% within Triase 0.2% 0.0% 0.0% 0.1%
% of Total 0.1% 0.0% 0.0% 0.1%
Trauma oculi Count 0 4 0 4
% within Triase 0.0% 0.5% 0.0% 0.2%
% of Total 0.0% 0.2% 0.0% 0.2%
Trauma tumpul dada Count 2 0 0 2
% within Triase 0.2% 0.0% 0.0% 0.1%
% of Total 0.1% 0.0% 0.0% 0.1%
Tuberculosis Count 1 2 0 3
% within Triase 0.1% 0.2% 0.0% 0.2%
% of Total 0.1% 0.1% 0.0% 0.2%
Tumor mamae Count 2 1 0 3
% within Triase 0.2% 0.1% 0.0% 0.2%
% of Total 0.1% 0.1% 0.0% 0.2%
Ulkus diabetik Count 0 1 0 1
% within Triase 0.0% 0.1% 0.0% 0.1%
% of Total 0.0% 0.1% 0.0% 0.1%
Vertig Count 1 0 0 1
% within Triase 0.1% 0.0% 0.0% 0.1%
% of Total 0.1% 0.0% 0.0% 0.1%
Vertigo Count 4 2 0 6
% within Triase 0.4% 0.2% 0.0% 0.3%
% of Total 0.2% 0.1% 0.0% 0.3%
Whooping cough Count 1 2 0 3
% within Triase 0.1% 0.2% 0.0% 0.2%
% of Total 0.1% 0.1% 0.0% 0.2%
Total Count 907 847 29 1783
% within Triase 100.0% 100.0% 100.0% 100.0%
% of Total 50.9% 47.5% 1.6% 100.0%
Lampiran 10

Triage * Usia Crosstabulation


Usia
>65 0-5 12- 17- 26- 36- 46- 5-11 56-
th th 16 th 25 th 35 th 45 th 55 th th 65 th 65 Total
Triage Hijau Count 36 47 92 186 125 105 81 163 72 0 907
% 4.0% 5.2% 10.1 20.5 13.8 11.6 8.9% 18.0 7.9% 0.0% 100.
within % % % % % 0%
Triage
% 42.4 43.9 60.1 61.2 48.8 47.7 44.0 54.5 41.4 0.0% 50.9
within % % % % % % % % % %
Usia
% of 2.0% 2.6% 5.2% 10.4 7.0% 5.9% 4.5% 9.1% 4.0% 0.0% 50.9
Total % %
Kuni Count 46 49 60 118 131 108 102 136 96 1 847
ng % 5.4% 5.8% 7.1% 13.9 15.5 12.8 12.0 16.1 11.3 0.1% 100.
within % % % % % % 0%
Triage
% 54.1 45.8 39.2 38.8 51.2 49.1 55.4 45.5 55.2 100. 47.5
within % % % % % % % % % 0% %
Usia
% of 2.6% 2.7% 3.4% 6.6% 7.3% 6.1% 5.7% 7.6% 5.4% 0.1% 47.5
Total %
Mera Count 3 11 1 0 0 7 1 0 6 0 29
h % 10.3 37.9 3.4% 0.0% 0.0% 24.1 3.4% 0.0% 20.7 0.0% 100.
within % % % % 0%
Triage
% 3.5% 10.3 0.7% 0.0% 0.0% 3.2% 0.5% 0.0% 3.4% 0.0% 1.6%
within %
Usia
% of 0.2% 0.6% 0.1% 0.0% 0.0% 0.4% 0.1% 0.0% 0.3% 0.0% 1.6%
Total
Total Count 85 107 153 304 256 220 184 299 174 1 1783
% 4.8% 6.0% 8.6% 17.0 14.4 12.3 10.3 16.8 9.8% 0.1% 100.
within % % % % % 0%
Triage
% 100. 100. 100. 100. 100. 100. 100. 100. 100. 100. 100.
within 0% 0% 0% 0% 0% 0% 0% 0% 0% 0% 0%
Usia
% of 4.8% 6.0% 8.6% 17.0 14.4 12.3 10.3 16.8 9.8% 0.1% 100.
Total % % % % % 0%

Anda mungkin juga menyukai