Anda di halaman 1dari 129

HUBUNGAN SELF-EFFICACY DENGAN SELF CARE PADA

PASIEN STROKE DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH DR.


ZAINOEL ABIDIN BANDA ACEH

SKRIPSI

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk


melaksanakan tugas akhir

Oleh:

RAIHAN SALSABILA
1912101010078

FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS SYIAH KUALA
BANDA ACEH
2022
LEMBAR PERNYATAAN ORISINILITAS
Skripsi ini adalah hasil karya saya sendiri, dan semua sumber baik yang

dikutip maupun dirujuk dalam penulisan skripsi ini, saya nyatakan dengan benar

telah sesuai dengan kaidah-kaidah penulisan ilmiah. Bila dikemudian hari skripsi

ini diketahui fiktif dan atau hasil plagiat, baik sebagian atau keseluruhan, maka saya

bersedia gelar Sarjana Keperawatan yang telah melekat pada diri saya dicabut oleh

Universitas Syiah Kuala sesuai dengan peraturan yang berlaku.

Nama : Raihan Salsabila


NIM: 1912101010078
Tempat/Waktu: Banda Aceh, 20 Desember 2022
Tanda Tangan:

ii
iii
iv
PERSEMBAHAN

“Allah tidak membebani seseorang, kecuali menurut kesanggupannya”


(Q.S. Al-Baqarah:286)
“Dan (ingatlah) ketika Tuhanmu memaklumkan, “Sesungguhnya jika kamu bersyukur, niscaya Aku
akan menambah (nikmat) kepadamu, tetapi jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka pasti azab-Ku
sangat berat.” (Q.S. Ibrahim : 7)
“Cukuplah ilmu itu menjadi keutamaan bagi seseorang, ia bangga manakala disebut sebagai orang
berilmu. Ia juga disebut bodoh manakala meninggalkan bagian dari pengetahuannya, dan jika kata
bodoh itu ditujukan kepadanya, tentu ia akan marah.” (Imam Syafi'i )

Alhamdulillahirabbil’alamiin
Sujud yukur tak henti-hentinya ku persembahkan kepada Mu ya Allah, Rabb sekalian alam, Yang
Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Atas berkat, rahmat dan hidayahMu, Kau ciptakan aku
sebagai manusia dengan akal dan pikiran sehingga aku mampu menuntut ilmu dan mengarungi
kehidupan. Shalawat beriring salam selalu tercurahkan kepada baginda Rasulullah SAW serta
keluarganya dan para sahabatnya yang mulia.

Dengan kerendahan hati bersama keridhaan-Mu ya Allah, kupersembahkan karya sederhana ini
kepada orang-orang yang aku kasihi dan aku sayangi :
Ibunda tercinta Fithriany dan Ayah tersayang Muhammad Nasir, yang berkat ridha keduanya telah
memudahkan langkah dan urusanku dalam menuntut ilmu. Saudara terkasih, Ihksan Hidayat dan M.
Rifqi Maulana yang membantu menguatkan bahuku untuk terus tegak berjalan Semoga Allah balas
kebaikan dan semua pengorbanan yang telah mereka berikan.

Dan juga yang teristimewa yaitu Ibu Ns. Ahyana, S.Kep., MNS dan Ibu Ns. Nani Safuni, MNg
yang telah mengerahkan seluruh tenaga untuk membimbingku dengan sabar. Terimakasih pula aku
ucapkan kepada Bapak Dr. Ns. Hilman Syarif, M.Kep., Sp.Kep.M.B dan Ibu Ns. Laras Cyntia
Kasih, S.Kep., M.Kep yang telah menyempatkan waktunya saat seminar dan sidang serta memberikan
masukan yang berharga untuk skripsi ini menjadi lebih baik.

Terkhusus kepada anggota Safir 7, Hunnybunch, dan Bucin Corel yang telah menjadi penyemangat
dikala lelah selama kuliah, dan seluruh teman-teman seperjuangan mahasiswa Fkep ’19 yang
menghapus sedih dengan tawa dikala lelah menyapa.

Akhir kata, aku berharap semoga dengan adanya skripsi ini dapat membawa manfaat bagi banyak
orang begitupula diriku. Aku juga berharap apa yang aku kerjakan dan lakukan hari ini berbuah
ladang pahala untuk jalanku menuju syurga di hari akhir kelak. “Apa yang melewatkanku tidak akan
pernah menjadi takdirku, dan apa yang ditakdirkan untukku tidak akan pernah melewatkanku” ~
Umar bin Khattab

Raihan Salsabila, S.Kep

v
KEMENTRIAN PENDIDIKAN, KEBUDAYAAN
RISET DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS SYIAH KUALA
FAKULTAS KEPERAWATAN

SKRIPSI
20 Desember 2022
cxxvi + 6 BAB + 79 Halaman + 10 Tabel + 1 Skema + 1 Gambar + 13
Lampiran
RAIHAN SALSABILA
1912101010078
HUBUNGAN SELF-EFFICACY DENGAN SELF-CARE PADA PASIEN
STROKE DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH DR. ZAINOEL ABIDIN
BANDA ACEH
ABSTRAK
Stroke menyebabkan otak kekurangan oksigen dan nutrisi, berlangsung dalam
kurun waktu 24 jam atau lebih bahkan dapat menyebabkan kematian. Keadaan
tersebut dapat menyebabkan terjadinya penurunan fungsi sensorik dan motorik
yang akan berpengaruh terhadap self-efficacy dalam melakukan self-care pada
pasien stroke. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan self-
efficacy dengan self-care pada pasien stroke di Rumah Sakit Umum Daerah dr.
Zainoel Abidin Banda Aceh. Penelitian ini menggunakan desain deskriptif korelatif
dengan pendekatan cross-sectional. Sampel dalam penelitian ini adalah pasien
stroke di Rumah Sakit Umum Daerah dr. Zainoel Abidin Banda Aceh dengan
Teknik purposive sampling yang berjumlah 119 orang. Pengumpulan data
menggunakan kuesioner Stroke Self-efficacy Questionnaire (SEQ) dan Barthel
Indeks. Analisis data bivariat dengan uji Spearman rank. Hasil penelitian
menunjukkan ada hubungan self-efficacy (p-value = 0,000 ρ= 0,752) dengan self-
care pasien stroke di Rumah Sakit Umum Daerah dr. Zainoel Abidin Banda Aceh.
Semakin tingginya tingkat self-efficacy yang dimiliki oleh seorang pasien stroke
maka akan membawanya kepada peningkatan keyakinan, motivasi, dan insiatif
dalam melakukan self-care.
Kata Kunci: self-efficacy, self-care, stroke
Daftar Bacaan : 5 buku, 2 skripsi, 60 jurnal

vi
MINISTRRY OF EDUCATION, CULTURE,
RESEARCH, AND TECHNOLOGY
UNIVERSITAS SYIAH KUALA
FACULTY OF NURSING
NURSING SCIENCE PROGRAM

UNDERGRADUATE RESEARCH
Desember, 20 2022
cxxvi + 6 Chapters + 79 Pages + 10 Tabels + 1 Scheme + 1 Picture + 13
Appendices
RAIHAN SALSABILA
1912101010078
THE CORRELATION BETWEEN SELF-EFFICACY AND SELF-CARE
AMONG STROKE PATIENTS AT GENERAL HOSPITAL DR. ZAINOEL
ABIDIN BANDA ACEH
ABSTRAK
Stroke causing brain to be deprived of oxygen, lasting 24 hours or more can even
cause death. It can decrease sensory and motor function which will affect self-
efficacy in carrying out self-care in stroke patients. The purpose of this study was
to determine the correlation between self-efficacy and self-care in stroke patients at
the Regional General Hospital dr. Zainoel Abidin Banda Aceh. This study used a
correlative descriptive design with a cross-sectional approach. The sample in this
study were stroke patients at the Regional General Hospital dr. Zainoel Abidin
Banda Aceh with a purposive sampling technique, the total is 119 people. Data
collection used by the Stroke Self-efficacy Questionnaire (SEQ) and Barthel Index
questionnaires. Bivariate data analysis using the Spearman rank test. The results
showed that there was a correlation between self-efficacy (p-value = 0.000 ρ=
0.752) and stroke patient self-care at the Regional General Hospital dr. Zainoel
Abidin Banda Aceh. The higher the level of self-efficacy possessed by a stroke
patient, the higher the confidence, motivation, and initiative in carrying out self-
care.
Keywords : self-efficacy, self-care, stroke
Reading List : 5 text books, 2 undergraduate research, 60 journal articles

vii
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur atas kehadirat Allah SWT yang telah memberikan

rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan proposal yang

berjudul “Hubungan Self-efficacy dengan Self-Care pada Pasien Stroke di

Rumah Sakit Umum dr. Zainoel Abidin”. Penyusunan dan pengajuan proposal

ini merupakan salah satu syarat untuk melaksanakan tugas akhir.

Tak lupa pula, pada kesempatan ini, penulis ingin mengucapkan banyak

terima kasih kepada Ns, Ahyana, S.Kep., MNS dan Ns. Nani Safuni, MNg selaku

dosen pembimbing I dan II yang telah meluangkan segala, tenaga, waktu, dan

pikirannya untuk membantu penulis serta juga dengan arahan dan bimbingannya

dalam menyekesaikan proposal penelitian ini.

Selanjutnya, penulis mengucapkan terima kasih juga kepada:

1. Teuku Tahlil, S.Kp., MS selaku Dekan Fakultas Keperawatan

Universitas Syiah Kuala

2. Dr. Ns. Darmawati, M.Kep., Sp. Mat sebagai Wakil Dekan I Fakultas

Keperawatan Universitas Syiah Kuala

3. Dr. Ns. Marlina, M.Kep., Sp. MB sebagai Wakil Dekan II Fakultas

Keperawatan Universitas Syiah Kuala

4. Dr. Ns. Hilman Syarif, M.Kep., Sp. MB sebagai Wakil Dekan III Fakultas

viii
Keperawatan Universitas Syiah Kuala sekaligus sebagai Penguji I yang sudah

menyempatkan tenaga dan waktu demi memberikan masukan dalam

penyususnan skripsi ini agar menjadi lebih baik.

5. Ns. Nurhasanah, M.Kep selaku Koordinator Program Studi Ilmu

Keperawatan Fakultas Keperawatan Universitas Syiah Kuala

6. Ns. Syarifah Rauzatul Jannah, S.Kep., MNS.,Ph.D selaku Ketua Jurusan

Program Studi Ilmu Keperawatan Universitas Syiah Kuala

7. Ns. Laras Cyntia Kasih, S. Kep., M. Kep sebagai Penguji II yang sudah

menyempatkan tenaga dan waktu demi memberikan masukan dalam

penyususnan skripsi ini agar menjadi lebih baik

Akhir kata, peneliti berharap Allah SWT membalas seluruh kebaikan semua

pihak yang telah membantu. Diharapkan skripsi ini dapat membawa manfaat bagi

pengembangan ilmu pengathuan dan prakti keperawatan di masa depan.

Banda Aceh, 29 Desember 2022

Raihan Salsabila

ix
DAFTAR ISI

Halaman
PERNYATAAN PERSETUJUAN....................................................................... ii
LEMBAR PENGESAHAN ..................................... Error! Bookmark not defined.
KATA PENGANTAR ............................................................................................v
DAFTAR ISI ...........................................................................................................x
DAFTAR TABEL ................................................................................................ xi
DAFTAR SKEMA .............................................................................................. xii
DAFTAR LAMPIRAN ...................................................................................... xiv

BAB I PENDAHULUAN .......................................................................................1


A. Latar Belakang .....................................................................................1
B. Perumusan Masalah .............................................................................5
C. Tujuan Penelitian .................................................................................6
D. Manfaat Penelitian ...............................................................................6

BAB II TINJAUAN KEPUSTAKAAN ................................................................8


A. Konsep Stroke ......................................................................................8
B. Konsep Self-efficacy ..........................................................................17
C. Konsep Self-care ................................................................................27

BAB III KONSEP KERANGKA PENELITIAN ..............................................40


A. Kerangka Kerja ..................................................................................40
B. Hipotesa Penelitian ............................................................................41
C. Definisi Operasional ..........................................................................42

BAB IV METODE PENELITIAN .....................................................................44


A. Jenis dan Desain Penelitian ................................................................44

x
B. Populasi dan Sampel Penelitian .........................................................44
C. Tempat dan Waktu penelitian ............................................................46
D. Alat Pengumpulan Data .....................................................................47
E. Teknik Pengumpulan Data.................................................................50
F. Etika Penelitian ..................................................................................52
G. Pengolahan Data ................................................................................53
H. Analisa Data .......................................................................................55

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN .....................................58


A. Hasil Penelitian ..................................................................................58
B. Pembahasan........................................................................................67

BAB VI PENUTUP ..............................................................................................80


A. Kesimpulan ........................................................................................80
B. Saran ..................................................................................................80
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................................... 82
DAFTAR RIWAYAT HIDUP ....................................................................................... 87
LAMPIRAN..................................................................................................................... 88

xi
DAFTAR SKEMA

Skema 3.1 Kerangka Konsep ................................................................................ 41

xii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 4.1 Monogram Harry King ...................................................................... 46

xiii
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Jadwal Kegiatan Penelitian

Lampiran 2. Rincian Anggaran Biaya Penelitian

Lampiran 3. Lembar Permohonan Menjadi Pasien stroke

Lampiran 4. Lembar Persetujuan Menjadi Pasien stroke

Lampiran 5. Instrumen Penelitian

Lampiran 6. Surat Izin Pengambilan data awal dari Rumah Sakit Umum Daerah dr.

Lampiran 7. Surat Lulus Uji Etik dari Rumah Sakit Umum Daerah dr. Zainoel

Abidin Banda Aceh

Lampiran 8. Surat Izin Melakukan Penelitian dari Fakultas Keperawatan

Universitas Syiah Kuala

Lampiran 9. Surat Izin Melakukan Penelitian dari Rumah Sakit Umum Daerah dr.

Zainoel Abidin Banda Aceh

Lampiran 10. Master Table

Lampiran 11. Uji Normalitas

Lampiran 12. Hasil Uji Penelitian

Lampiran 13. Lembar Pengkodean

xiv
DAFTAR TABEL

Gambar 3.1 Definisi Operasional .......................................................................... 42

Gambar 5.1 Distribusi Data Demografi Pasien Stroke di RSUDZA Banda Aceh 58

Gambar 5.2 Distribusi Frekuensi Self-efficacy Pasien Stroke

di RSUDZA Banda Aceh ....................................................................60

Gambar 5.3 Distribusi Frekuensi Self-efficacy dalam Aktivitas Sehari-hari

dengan Self-care Pasien Stroke di RSUDZA Banda Aceh .................61

Gambar 5.4 Distribusi Frekuensi Self-efficacy dalm Self-management

dengan self-care Pasien Stroke di RSUDZA Banda Aceh ..................61

Gambar 5.5 Distribusi Frekuensi self-care Pasien

Stroke di RSUDZA Banda Aceh .........................................................62

Gambar 5.6 Hubungan Self-efficacy dengan Self-care Pasien

Stroke di RSUDZA Banda Aceh .........................................................63

Gambar 5.7 Hubungan Self-efficacy dalam Aktivitas Sehari-hari dengan

Self-care Pasien Stroke di RSUDZA Banda Aceh .............................65

Gambar 5.8 Hubungan Self-efficacy dalam Self-management dengan

Self-care Pasien Stroke di RSUDZA Banda Aceh .............................66

xv
xvi
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Stroke atau yang sering disebut juga dengan kerusakan otak dan kecelakaan

cerebrovascular (CVA) merupakan suatu kejadian dimana otak tiba-tiba gagal

menyuplai oksigen ke otak, hal ini bisa saja menyebabkan pecahnya satu atau lebih

pembuluh darah ke otak sehingga akan terjadinya penurunan perfusi serebral yang

diakibatkan oleh hipoperfusi atau penurunan suplai oksigen (Kerry, 2010). Penyakit

stroke terjadi ketika suplai darah menuju otak mengalami gangguan, akibatnya otak

akan kekurangan oksigen dan nutrisi, yang dapat berlangsung dalam kurun waktu

24 jam atau lebih, bahkan bisa saja menuju kematian (Kim, 2021).

Stroke merupakan salah satu masalah kesehatan global yang hingga saat ini

masih banyak diderita oleh masyarakat di negara maju maupun berkembang.

Berdasarkan data dari WHO (Wolrd Health Organization) menunjukkan bahwa

setiap tahunnya terdapat 13,7 juta kasus baru stroke, dan sekitar 5,5 juta kematian

terjadi akibat penyakit stroke. Diperkirakan 7 juta masyarakat Amerika Serikat

yang berusia 20 tahun keatas sudah mengidap penyakit stroke dengan rata-rata

795.000 orang terkena setiap tahunnya (Lewis et al., 2014). Sedangkan di Korea

Selatan tingkat kejadian seseorang terkena penyakit stroke adalah 216 per 100.000

orang dengan tingkat prevalensi stroke adalah 15,9 per 1000 orang, sehingga dapat

diperkirakan bahwa setiap lima menit, risiko seseorang terkena pernyakit stroke

1
2

adalah meningkat tiga kali lipat dalam 2030 (Kim, 2021). Lebih dari empat dekade

terakhir, kejadian stroke pada negara berpendapatan rendah dan menengah

meningkat lebih dari dua kali lipat, sedangakan kejadian stroke pada negara

berpendapatan tinggi menurun sebanyak 42% (Kemenkes RI, 2018). Berdasarkan

data dari Riskesdas pada tahun 2018 penyakit tidak menular seperti kanker, diabetes

melitus, hipertensi dan stroke meningkat dibandingkan pada tahun 2013 (Dinas

Kesehatan Aceh, 2019). Dimana diketahui bahwa prevalensi stroke yang

sebelumnya hanya meningkat 7% menjadi 10,9% pada tahun 2018. Dengan

tingginya jumlah penderita stroke di Indonesia terkhususnya provinsi Aceh yakni

meraih 13.059 orang penderita stroke tiap tahunnya membuat umur harapan hidup

orang Aceh menjadi rendah yaitu hanya 67,8 tahun, di bawah rata-rata nasional

yang mencapai angka 71,5 tahun (Dinas Kesehatan Aceh, 2019).

Seseorang dengan penyakit stroke tentu saja akan mengalami gangguan pada

aktivitas sehari-harinya seperti terjadinya perubahan kesadaran, gangguan

penglihatan, gangguan dalam berbicara, gangguan motorik dan sensori, mati rasa,

kecacatan, hemiplegia, gangguan dalam mengatur emosi, gangguan tidur, dan lain

sebagainya (Doenges et al, 2014). Berdasarkan pernyataan tesebut dapat dikatakan

bahwa pasien dengan mengidap penyakit stroke akan mengalami kesulitan dalam

melakukan self-care dimana ia akan membutuhkan bantuan orang lain dalam

melakukaan self-care. Self-care merupakan sebuah performa atau praktik dalam

melakukan suatu aktivitas dimana aktivitas tersebut dilaksanakan individu atas

nama mereka sendiri untuk mempertahankan kehidupan, kesehatan, dan

kesejahteraan (Deconinck et al., 2014). Dengan melakukan self-care suatu individu


3

dapat membantu menjaga integritas struktural, fungsi kemanusiaan dan

berkontribusi dalam pengembangan diri manusia.

Perilaku self-care seorang penderita stroke dipengaruhi oleh keyakinan diri

seseorang yang juga disebut dengan self-efficacy. Self-efficacy merupakan faktor

psikologis pada teori kognitif Bandura merupakan hal yang sangat penting dari

seseorang. Istilah tersebut diartikan sebagai rasa tanggung jawab setiap orang

terhadap bagian dari status kesehatannya, kemampuan untuk memahami kondisi

dan faktor-faktor yang berhubungan dengan dirinya, dan kontrol yang optimal

terhadap lingkungan sekitarnya. Self-efficacy berperan penting dalam

meningkatkan kesehatan umum seorang dalam menangani penyakit kronis.

Seseorang yang memiliki self-efficacy yang tinggi akan memiliki respon yang lebih

efektif terhadap kelelahan, stres, kepuasan hidup, kinerja fisik, dan peningkatan

yang signifikan dalam aktivitas self-care (Hourzad et al., 2018).

Menghasilkan self-care yang optimal dibutuhkan beberapa kekuatan seperti

pengetahuan, motivasi, dan kemampuan yang merupakan salah satu komponen dari

adanya self-efficacy seseorang (Deconinck et al., 2012). Individu yang mempunyai

level self-efficacy yang rendah dapat menyebabkan terjadinya kecemasan dan

menghindari melakukan self-care karena ditakutkan dapat memperburuk keadaan,

bukan karena ancaman melainkan karena mereka tidak memiliki kemampuan untuk

mengelola aspek-aspek yang berisiko, sehingga pasien yang memiliki self-efficacy

yang rendah akan meghindar karena keterbatasan yang dimilikinya (Sulistyowati,

2020).
4

Perilaku manajemen self-efficacy pada pasien stroke secara signifikan memiliki

hubungan yang kuat bagi seorang pasien untuk melakukan aktifitas dan kepatuhan

terhadap aktifitas self-care (Amer et al., 2018).

Hasil penelitian Ismatika dan Soleha (2018) pada 36 pasien pasca stroke

didapatkan bahwa self-efficacy mempunyai hubungan yang sangat erat dengan self-

care. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Astuti (2019) yang

melakukan penelitian terhadap 36 pasien stroke yang memiliki self-efficacy tinggi

adalah 27 pasien (75%) terdiri dari 14 partial care (38,9%) dan 13 mandiri care

(36,1%), self-efficacy yang sedang sebanyak 6 pasien (75%), terdiri 6 partial care

(16,7%). Self-efficacy yang rendah sebanyak 3 pasien (8,3%), terdiri dari total care

sebanyak 1 pasien (2,8%) dan partial care 2 pasien (61,1%). Hal ini sejalan dengan

penelitian yang dilakukan oleh Ainiyah (2021) yang melakukan penelitian terhadap

sebanyak 87 pasien stroke di ruang poliklinik saraf didapat hasil bahwa terdapat

hubungan yang positif antara self-efficacy dengan self-care. Begitu juga dengan

penelitian yang dilakukan oleh Sulistyowati (2020) yang dilakukan terhadap 37

pasien stroke di ruang poliklinik saraf didapat hasil bahwa 6 pasien tergolong self-

efficacy rendah dan semuanya terdiri atas 6 pasien self-care ketergantungan

sebagian, serta terdapat 29 pasien tergolong self-efficacy tinggi dimana 17 pasien

self-care ketergantungan sebagian dan 12 pasien self-care mandiri.

Studi pendahuluan pada 10 pasien stroke di Poliklinik Saraf Rumah Sakit Umum

dr. Zainoel Abidin didapat bahwa 2 pasien dapat melakukan self-care secara

mandiri dimana segala aktivitas mulai dari makan, madi, BAB & BAK, mobilisasi

sudah bisa dilakukan tanpa memerlukan bantuan. Selanjutnya 3 pasien tergolong


5

self-care ketergantungan ringan dimana beberapa aktivitas seperti aktivitas toilet,

dan menyiapkan makanan masih memerlukan bantuan dari keluarga. Lalu terdapat

2 pasien stroke tergolong self-care ketergantungan sedang dimana beberapa

aktivitas seperi aktivitas menuju toilet dan menyiapkan makan masih dibantu oleh

keluarga, sedangkan 1 pasien stroke tergolong self-care ketergantungan berat

dimana beberapa aktivitas seperti mobilisasi, aktivitas toilet, menyiapkan makan

hinggan meyuap nasi ke mulut masih memerlukan bantuan keluarga, serta 1 pasien

stroke tergolong self-care ketergantungan total. Pasien tersebut diantar ke ruang

poliklinik saraf oleh anaknya sendiri dengan menggunakan kursi roda. Untuk

melakukan wawancara langsung beliau pun tidak bisa. Segala kebutuhan beliau

mulai dari makan, mandi, dan aktivitas toilet, mobilisasi dibantu oleh pihak

keluarga.

Berdasarkan dari studi awal yang diperoleh dan hasil penelitian sebelumnya,

maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Hubungan Self-

efficacy dengan Self-Care pada Pasien Stroke di Rumah Sakit Umum Daerah dr.

Zainoel Abidin Banda Aceh”

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan dari uraian latar belakang di atas, adapun rumusan masalah

penelitian, yaitu “Apakah terdapat Hubungan Self-efficacy dengan Self-care pada

Pasien Stroke di Rumah Sakit Umum Daerah dr. Zainoel Abidin Banda Aceh?”
6

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Tujuan umum dari penelitian ini yaitu untuk mengetahui hubungan self-efficacy

dengan self-care pada pasien stroke di Rumah Sakit Umum Daerah dr. Zainoel

Abidin Banda Aceh.

2. Tujuan Khusus

a. Untuk mengetahui hubungan self-efficacy dalam aktivitas sehari-hari

dengan self-care pada pasien stroke di Rumah Sakit Umum Daerah dr.

Zainoel Abidin Banda Aceh.

b. Untuk mengetahui hubungan self-efficacy dalam self-management

dengan self-care pada pasien stroke di Rumah Sakit Umum Daerah dr.

Zainoel Abidin Banda Aceh.

D. Manfaat Penelitian

1. Pengembangan Ilmu Pengetahuan dan Teori

Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan dasar bagi pengembangan penelitian

sejenis, informasi tambahan, rekomendasi, dan bahan pertimbangan dalam

pengembangan penelitian di masa yang akan datang mengenai hubungan self-

efficacy dengan self-care pasien stroke.

2. Pemecahan Masalah Praktik Keperawatan di Lapangan

Penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan referensi, pertimbangan, hasil

dan juga catatan kepada suatu instansi, maupun mahasiswa dalam memecahkan
7

masalah keperawatan yang tentunya berkaitan langsung dalam hubungan self-

efficacy dengan self-care pasien stroke.

3. Pengembangan Metodologi Keperawatan.

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan acuan, literatur, rujukan,

serta dapat menambah wawasan khususnya dalam riset ilmu keperawatan di masa

yang akan datang agar dapat meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan bagi

masyarakat dalam aspek keperawatan.


BAB II

TINJAUAN KEPUSTAKAAN

A. Konsep Stroke

1. Pengertian Penyakit Stroke

Menurut AHA (American Heart Association) penyakit stroke atau yang

disebut juga dengan kecelakaan cerebrovascular (Cerebrovaskuler Accident/

CVA) merupakan suatu gangguan aliran darah pada satu atau lebih dari satu

pembuluh darah yang menyuplai darah mengandung oksigen ke otak (Sommers,

2019). Jaringan yang tidak dialiri darah akan menjadi iskemik, menyebabkan

hipoksia atau anoksia dengan adanya kerusakan neuron, glia, dan pembuluh

darah (Polyclinic et al., 2017). Penyakit stroke adalah adalah penyakit

serebrovaskuler dimana terjadinya penurunan atau terhentinya aliran darah yang

mengandung oksigen ke otak. Seseorang dengan penyakit stroke umumnya akan

mengalami destruksi fungsi kognitif tergantung dengan derajat stroke yang

dialami oleh penderita (Polyclinic et al., 2017).

2. Etiologi Stroke

Penyebab terjadinya penyakit stroke dapat dibagi menjadi dua kategori

yaitu (Lewis et al., 2014):

a. Stroke iskemik

Stroke iskemik adalah stroke yang terjadi ketika aktivitas

penyuplaian darah menuju otak terhenti atau tertahan serta mengalami

8
9

penurunan kecepatan penyuplaian darah menuju otak. Stroke iskemik dapat

dibagi menjadi 2 klasifikasi, yaitu:

1) Stroke trombotik

Stroke trombotik adalah stroke yang terjadi ketika ada halangan

atau hambatan yang terjadi di pembuluh darah arteri yang nantinya akan

menyebabkan penurunan atau bahkan terhentinya aliran darah menuju

otak.

2) Stroke embolik

Stroke embolik adalah stroke yang biasanya disebabkan oleh

penggumpalan darah yang terjadi pada bagian tubuh tertentu, seperti pada

bagian dalam jantung, dimana gumpalan tersebut akan berjalan melalui arteri

hingga tersumbat di dalam pembuluh arteri yang lebih kecil. Sehingga

mengakibatkan aliran darah terhenti.

b. Stroke hemoragik

Stroke hemoragik adalah stroke yang disebabkan oleh rupturnya

pembuluh darah serebral yang memungkinkan darah tersebut keluar dari

jaringan otak dan mengenai organ atau jaringan disekitarnya.

1) Intraserebral hemoragik

Jenis stroke ini akan terjadi pada bagian jaringan yang lebih

dalam dari otak, biasanya disebabkan oleh penyakit hipertensi yang tidak

terkontrol.
10

2) Subarachnoid hemoragik

Jenis stroke ini akan terjadi pada permukaan dari otak dan

umumnya disebabkan karena pecahnya aneurisme serebral.

c. Manifestasi Klinis

Tanda dan gejala terjadinya penyakit stroke adalah sebagai

berikut (Williams & Hopper, 2015):

1) Tiba-tiba merasakan mati rasa pada otot di bagian wajah, lengan, kaki,

atau di satu bagian sisi tubuh melemah.

2) Tiba-tiba merasakan kebingungan atau kesulitan dalam berbicara bahkan

memahami suatu hal.

3) Tiba-tiba merasakan sulitnya berjalan, merasa pusing, hilang

keseimbangan, atau bahkan koordinasi.

4) Tiba-tiba merasakan nyeri di bagian kepala yang sangat parah tanpa

adanya tanda sebab yang diketahui.

5) Namun, pada wanita terdapat beberapa gejala tambahan yaitu (Williams

& Hopper, 2015):

1) Mual

2) Nyeri pada wajah dan tungkai

3) Kelemahan anggota tubuh secara keseluruhan

4) Nyeri pada bagian dada

5) Mengalami sesak saat bernapas

6) Cegukan
11

7) Palpitasi

d. Dampak Terjadinya Stroke

Seseorang yang terkena penyakit stroke tentu saja penyakit

tersebut juga akan memberikan efek terhadap tubuh penderita,

diantaranya yaitu (Lewis et al., 2014):

1) Fungsi motorik

Seseorang dengan penyakit stroke akan mengalami penurunan

fungsi motorik. Penurunan fungsi motorik tersebut adanya gangguan

pada:

a) Mobilitas

b) Fungsi pernapasan

c) Menelan dan berbicara

d) Refleks muntah

e) Kemampuan dalam melakukan self-care

Tidak hanya seperti yang dipaparkan diatas, seseorang dengan

penyakit stroke juga akan mengalami hilangnya menggerakkan otot

atau yang sering disebut juga dengan akinesia, ganguan gerakan

yang terintegrasi, perubahan tonus otot, dan perubahan refleks

tubuh.
12

2) Fungsi komunikasi

Seseorang dengan penyakit sroke akan mengalami gangguan

bahasa termasuk gangguan dalam mengekspresiakan suatu kata

maupun dalam menulis atau menyampaikan kata secara

komprehensif seperti:

a) Afasia

Afasia merupakan suatu kondisi dimana seorang pasien akan

mengalami gangguan dalam menghasilkan kata ketika berbica atau

bahkan ketidakmampuan dalam melakukan komunikasi. Afasia

terjadi ketika stroke menyebabkan kerusakan pada bagian hemisfer

pada otak.

b) Disfasia

Disfasia merupakan ketidakmampuan dalam melakukan

komunikasi. Berbeda dengan afasia, disfasia merupakan gangguan

komunikasi yang termasuk kategori sedang. Sedangkan afasia

merupakan gangguan komunikasi total.

c) Fungsi emosional

Pasien dengan penyakit stroke akan mengalami kesulitan

dalam mengontrol emosi mereka. Respon emosional yang

ditampilkan pun beragam ada yang menampilkan respon emosional

yang berlebihan atau bahkan tidak terduga. Respon emosional yang


13

ditimbulkan selanjutnya adalah depresi. Depresi tersebut timbul

karena adanya perubahan citra tubuh dan hilangnya fungsi tubuh

akibat penyakit stroke.

d) Fungsi kecerdasan intelektual

Fungsi kecerdasan intelektual yang akan sangat berdampak ialah

pada aspek memori pasien penderita stroke. Hal tersebut disebabkan

adanya gangguan pada kedua bagian otak kiri dan kanan. Gangguan

pada otak kiri akan berdampak pada kesulitan untuk berbahasa dan

berkomunikasi serta sulit membuat keputusan. Sedangkan gangguan

pada otak kanan akan menyebabkan seseorang untuk bersikap impulsif

dan bergerak secara cepat.

e. Pemeriksaan diagnostik

Terdapat beberapa pemeriksaan diagnostik yang dapat dilakukan

terhadap pasien stroke, diantaranya yaitu (Kerry, 2010):

1) CT scan

Pemeriksaan ini dilakukan untuk melihat apakah adanya

infarksi, hematoma, atau pergeseran struktur otak. Pemeriksaan ini juga

dapat dilakukan untuk mengidentifikasi jumlah darah yang mengalir di

pembuluh darah pasien stroke hemoragik.


14

2) Scan MRI

Pemeriksaan ini dilakukan untuk melihat apakah adanya

infarksi, hematoma, pergeseran struktur otak, dan edema serebral.

3) Elektrokardiogram

Pemeriksaan ini dilakukan untuk mengevaluasi atrial fibrilasi

dan iskemik miokardial.

4) Phonoangiografi

Pemeriksaan ini dilakukan untuk mengidentifikasi apakah

adanya bruit (bunyi jantung abnormal) jika pembuluh darah karotis

sebagian tersumbat.

5) Ultrasonografi doppler transcranial

Pemeriksaan ini dilakukan untuk menyediakan informasi

(noninvasif) terkait tekanan dan aliran intrakranial arteri.

6) Ekokardiografi

Pemeriksaan ini dilakukan untuk mengevaluasi struktur katup

jantung dan dinding miokard terhadap adanya thrombus yang nantinya

dapat menjadi sumber emboli.


15

f. Penatalaksanaan

1) Stroke iskemik

Pasien dengan stroke iskemik hal yang paling penting untuk

dilakukan adalah meningkatkan perfusi serebral pasien. Dengan

menegakkan diagnosa ini, pasien stroke diharapkan dapat memiliki

aliran darah yang adekuat yang mengalir di jaringan otak hingga

pembuluh darah serebral untuk mengembalikan fungsinya dan

mencegah cedera pada otak (Ignatavicious et al., 2018)

Intervensi yang dapat dilakukan untuk meningkatkan perfusi

serebral dapat dilakukan sesuai jenis stroke yang diderita pasien.

Pada pasien stroke iskemik, akan diberikannya injeksi isotonik non

dekstrosa garam melalui intravena. Hal tersebut harus diberikan

kepada pasien dalam posisi supinasi dengan elevasi kepala tempat

tidur yang rendah untuk memaksimalkan perfusi serebral. Tidak

hanya intervensi bedah yang dapat dilakukan pada diagnosa ini,

terdapat beberapa intervensi non-bedah yang dapat dilakukan,

diantaranya adalah terapi fibrinolitik. Terapi fibrinolitik adalah

terapi yang digunakan pada pasien stroke iskemik dengan

menggunakan clot-blusting drug untuk meningkatkan aliran darah

menuju otak. Keberhasilannya terapi ini dipengaruhi oleh rentang

waktu antara gejala yang timbul pertama kali dengan perawatan

yang diberikan. Semakin cepat penanganannya, makan semakin

bagus pula hasil yang diberikan. Intervensi non-surgical lainnya


16

adalah terapi trombolitik. Terapi trombolitik adalah terapi yang

menggunakan obat alteplase atau yang disebut juga dengan aktivase.

Dengan menggunakan obat tersebut, aliran darah yang sudah rusak

akan dibangun kembali untuk mencegah terjadinya infark serebral.

2) Stroke hemoragik

Pada pasien stroke hemoragik terapi yang disarankan adalah

manajemen hipertensi. Obat yang diberikan secara oral dan intravena

seperti profilaksis sangat disarankan untuk menjaga tekanan darah

dibawah 160mmHg. Terapi selanjutnya yang dapat diberikan yaitu

terapi surgical seperti melakukan evakuasi segera hematoma yang

diinduksi aneurisme atau hematoma serebral lebih besar dari 3cm.

Namun, jika pasien tersebut memiliki AVM (Arteriovenus

malformastion) maka penatalaksanaan yang tepat dilakukan adalah

dengan reseksi bedah dan atau radio surgery seperti pisau gamma

(Lewis et al., 2014).

g. Pencegahan stroke

Terdapat beberapa hal yang dapat dilakukan untuk mencegah

terjadinya stroke, diantaranya adalah (P2PTM Kemenkes RI, 2017):

1) Mengurangi konsumsi garam dan sodium.

2) Mengatur berat badan.

3) Menjaga tekanan darah dalam rentang normal.

4) Meningkatkan aktivitas fisik seperti dengan berolahraga.


17

5) Menghindari konsumsi rokok dan produk tobako.

6) Membatasi konsumsi alkohol.

7) Menjaga pola makan yang seimbang seperti dengan banyak

mengkonsumsi buah dan sayur.

B. Konsep Self-efficacy

1. Pengertian
Menurut Bandura (1973) self-efficacy merupakan sebuah

konstruksi psikologis yang disebut juga sebagai kepercayaan diri yang

dirasakan (perceived confidence) (Jones et al., 2008). Teori self-efficacy

dikembangkan oleh Albert Bandura sebagai penjelasan lebih lanjut dari

teori kognitif sosial (Lianto, 2017). Menurut Bandura (2017) dikatakan

bahwa self-efficacy merupakan rasa percaya diri dan seberapa sukses

seseorang dalam menghadapi dan mengambil segala keputusan terhadap

segala kesulitan yang dialami seseorang. Keyakinan diri seseorang dapat

dipengaruhi oleh beberapa hal, diantaranya yaitu keberhasilan kinerja,

persuasi verbal, keadaan fisiologis, serta pengalaman individu yang

serupa. Self-efficacy adalah keyakinan pada kemampuan seseorang untuk

melakukan atau melaksanakan tugas atau tindakan tertentu untuk

mencapai tujuan yang ingin diraihnya. Seseorang dengan keyakinan diri

yang tinggi akan memberikan rasa nyaman dan penguasaan diri yang lebih

baik dalam mengiplemetasikan rencana yang sudah dibuat (Appalasamy et

al, 2019).
18

2. Klasifikasi Self-efficacy

Menurut Bandura (1999) dalam melakukan penilaian self-efficacy

suatu individu umumnya dapat diukur dengan dua skala (dimensi) besar,

yakni (Jones et al., 2008):

a. Self-efficacy dalam Aktivitas sehari-hari (Activity Daily Living/ ADL)

Segala kegiatan yang dilakukan sehari-hari yang terdiri atas

makan, berpakaian, ambulasi, mandi, menyikat gigi, dan berdandan

yang dilakukan untuk memenuhi perannya sebagai individu dalam

masyarakat dan keluarga disebut juga dengan ADL (Djamaludin &

Oktaviana, 2020). Salah satu penyakit yang menyerang sistem

persarafan sehingga dapat mempengaruhi aktivitas sehari-hari (Activity

Daily Living/ ADL) adalah penyakit stroke (Putri & Setyawan 2020).

Pasien dengan diagnosa penyakit stroke akan mengalami penurunan

fungsi neurologis. Terjadinya penurunan fungsi neurolgis tentu saja

akan tergantung lokasi dan ukuran lesi yang dapat bersifat motorik

maupun non-motorik. Namun pada kasus pasien stroke terjadinya

penurunan fungsi motorik lebih sering terjadi. Sebanyak 80% pasien

stroke pulang dengan gejala sisa yang bervariasi derajat beratnya,

seperti afasia, disartria, hemiparesis, dan lain-lain. Sebanyak 8,6%

pasien stroke megalami cacat ringan, 38,8% mengalami cacat sedang

dan 52,6% mengalami cacat berat pasca stroke (Syafni, 2020).

Penurunan fungsi motorik akan berdampak pada ketidakmampuan


19

pasien dalam melakukan aktivitas sehari-hari (Whitiana et al., 2017).

Pasien stroke yang mengalami penurunan fungsi motorik tentu saja

tidak dapat melakukan aktivitas sehari-hari (Activity Daily Living/

ADL) secara mandiri, masih mebutuhkan bantuan orang lain ataupun

dengan alat bantu. Perasaan ketidakberdayaan dan lemahnya diri untuk

melakukan berbagai aktivitas tentu saja akan berdampak pada

penurunan kualitas hidup, harga diri, dan depresi (Djamaludin &

Oktaviana, 2020). Salah satu upaya untuk mencegah hal tersebut,

dibutuhkannya self-efficacy yang besar bagi pasien strokee (Whitiana et

al., 2017). Pasien stroke yang memiliki self-efficacy yang tinggi

berfungsi lebih baik dalam aktivitas sehari-hari (Hari et al., 2020). Self-

efficacy secara positif terbukti dapat menciptakan mobilisasi, aktivitas

sehari-hari (Activity Daily Living/ ADL), kemandirian menjadi lebih

baik. Begitu juga dengan tingkat stres pasien stroke yang menurun jika

memiki self-efficacy yang baik (Szczepańska-Gieracha & Mazurek,

2020).

b. Self-efficacy dalam self-management

Secara umum self-management merupakan kontrol diri individu

terkait hidup dan penyakitnya, pengontrolan penyakit terkait pengobatan

dan perawatan, serta pengontrolan akan gejala yang dirasakan (Kadun,

2019). Self-management merupakan suatu kondisi yang harus dimiliki

pasien dimana pasien mempunyai pengetahuan yang cukup akan kondisi

penyakitnya, mematuhi segala tahap pengobatan dan rehabilitasi yang


20

diberikan oleh petugas kesehatan, berpartisipasi secara aktif dalam

menentukan keputusan bersama petugas kesehatan, memonitor dan

mengatasi gejala penyakit yang timbul, mengatur dampak penyakit

terhadap fisik, sosial, dan emosi, serta memiliki gaya hidup yang dapat

meningkatkan status kesehatan (Handayani, 2018). Self-management

dapat dikenalkan oleh petugas kesehatan kepada pasien mulai dari fase

akut, persiapan untuk pulang hingga pasien keluar dari rumah sakit

menuju komunitas (Yuniarti et al, 2020). Seorang pasien pasca stroke

yang memiliki self-efficacy yang baik dapat meningkatkan self-

management yang baik pula dalam mengatasi masalah kesehatan yang

dimilikinya sehingga mampu meningkatkan kualitas hidup pasien pasca

stroke. Self-efficacy adalah keyakinan diri pasien stroke untuk

melaksanakan self-management agar tujuan pengobatan tercapai

(Sa’pang et al, 2022). Intervensi self-management dapat dikatakan

berhasil jika diukur dengan kualitas hidup dan self-efficacy. Variabel

yang mewadahi keberhasilannya self-mangement terdiri atas

pengetahuan, emosi dalam menerima penyakit stroke, emosi konfrontasi,

emosi menghindar, pemulihan status fungsional, kognitif, neurogenesis,

dan spiritual (Handayani, 2018). Seorang pasien stroke yang memiliki

self-management yang baik dapat memiliki kualitas hidup, kemampuan

aktivitas, ADL, dan self-efficacy meningkat, serta dapat menurunkan

angka rehospitalisasi pada pasien stroke (Sa’pang et al, 2022).


21

3. Sumber Self-efficacy

Menurut Bandura (1999) terdapat empat sumber self-efficacy pada

seseorang, yaitu:

a. Pemenuhan kinerja (mastery experience)

Adanya pengalaman akan keberhasilan menyelesaikan suatu

tugas merupakan salah satu faktor yang sangat berpengaruh terhdap self-

efficacy karena didasarkan pengalaman pribadi yang sudah pernah

dialami. Walaupun keberhasilan yang didapat adalah keberhasilan kecil,

keberhasilan tersebut tetap saja akan membuat seseorang lebih percaya

diri dan mendorong individu untuk mencapai keberhasilan lainnya.

Namun sebaliknya, jika seseorang merasakan kegagalan akan tugas yang

diberikan maka kepercayaan individu akan menurun. Tetapi, jika

kegagalan tersebut dapat diatasi dengan keyakinan, maka rasa percaya

diri tersebut akan muncul kembali.

b. Keberhasilan orang lain (social modelling)

Inidvidu yang melakukan pengamatan terhadap pengalaman

keberhasilan orang lain, dan membandingkannya dengan orang yang

setara dengannya maka kepercayaan diri tersebut akan meningkat.

Namun jika individu melihat orang yang setara dengannya gagal dalam

melaksanakan tugas tertentu maka kepercayaan diri pun juga akan

merosot.
22

c. Persuasi verbal (social persuasion)

Seorang individu juga akan memiliki self-efficacy yang baik jika

memiliki seseorang yang berpengaruh yang meyakinkannya bahwa dirinya

mampu menyelesaikan dan melaksanakan tugasnya. Individu tersebut akan

merasa seperti adanya dukungan dan dorongan dari lingkungan sekitar yang

meyakinkannya bahwa ia dapat menyelesaikan tugasnya.

d. Umpan balik psikologis (psychological response)

Maksud dari dimensi umpan balik psikologis yaitu adanya umpan

balik psikologis dalam bentuk emosi yang muncul dari berbagai kejadian

yang dialami. Individu yang mengalami sensasi emosional tertentu dari segi

fisik dan pemahaman mereka atas emosi yang muncul akan berpengaruh

terhadap keyakinan diri mereka.

4. Peranan Self-efficacy

Terdapat 4 peranan self-efficacy, yaitu (Lianto, 2017):

a. Dapat menentukan pemilihan perilaku

Individu akan cenderung memilih melaksanakan tugas yang

dirasa memiliki keyakinan kemampuan yang tinggi untuk

melaksanakannya.

b. Dapat menentukan besarnya upaya dan daya juang terhadap hambatan.


23

Seseorang yang memiliki self-efficacy yang tinggi kecemasan

yang dirasakannya pun akan menurun terhadap tugas yang dibebankan

kepadanya sehingga invidu akan menjadi lebih tabah dan sabar ketika

menemukan hambatan dalam menjalankan tugasnya. Usaha yang

dikerahkan pun akan lebih besar mengingat individu tersebut memliki

keyakinan diri yang tinggi bahwa usahanya tidak akan sia-sia.

c. Dapat menentukan cara pikir dan reaksi emosional yang sesuai.

Suatu individu yang memiliki tingkat kepercayaan diri yang

rendah umumnya akan berpikir bahwa dirinya tidak akan mampu

menghadapai tantangan pekerjaannya. Individu tersebut akan menjadi

lebih pesimis, penuh tekanan, dan putus asa. Sebaliknya, seseorang

dengan kepercayaan diri yang tinggi akan menganggap bahwa tantangan

yang akan dia temui dalam menyelesaikan tugasnya akan dianggap

sebagai tantangan yang menarik untuk diatasi.

d. Dapat memprediksikan perilaku yang mungkin muncul.

Seseorang dengan kepercayaan diri yang tinggi akan lebih

memiliki motivasi atau inisiatif diri dalam memulai suatu tugas yang

dibebankan kepadanya. Interaksinya akan menjadi lebih intensif terhadap

tugas yang dibebankan.

5. Proses Pembentukan Self-efficacy

Menurut Bandura (2017) terdapat empat fungsi yang membangun

self-efficacy, yaitu:
24

a. Fungsi kognitif

Kepercayaan akan keyakinan diri akan mempengaruhi pola

pikir seseorang yang dapat meningkatkan atau merusak kinerja

seseorang. Seseorang dengan keyakinan diri yang tinggi akan melihat

perspektif masa depan dengan membuat struktur kehidupan mereka

menjadi lebih terencana seperti dengan mengatur rencana secara rinci

dan matang, serta komitmen diri yang kuat. Semakin kuat self-efficacy

yang dirasakan, semakin tinggi juga tujuan yang ditetapkan orang untuk

diri mereka sendiri dan semakin kuat komitmen mereka terhadapnya.

b. Fungsi motivasi

Kemampuan untuk memotivasi diri dan melakukan suatu

tindakan berasal dari aktivitas kognitif. Dalam fungsi motivasi kognitif,

seseorang memotivasi diri mereka sendiri dan membimbing tindakan

mereka secara antisipasi melalui latihan pemikiran kedepan. Suatu

individu akan membentuk sebuah keyakinan tentang apa yang mereka

dapat lakukan, antispasi adanya kemungkinan positif dan negatif, dan

merencanakan tindakan yang dirancang untuk mewujudkan masa depan

yang diinginkan.

c. Fungsi afektif

Mekanisme self-efficacy juga memainkan peran penting dalam

pengaturan diri secara afektif. Seseorang dengan self-efficacy yang tinggi


25

akan mempunyai mekanisme koping yang baik dalam mengatasi stres,

ansietas, dan depresi dalam situasi yang sulit dan penuh tekanan.

d. Fungsi selektif

Manusia yang merupakan bagian dari lingkungan juga harus

memilih lingkungannya. Dengan memilih lingkungan yang tepat,

seseorang dapat menjadi apa yang mereka inginkan. Disini fungsi selektif

berperan. Suatu individu dapat memilih aktivitas ataupun lingkungan

yang tepat untuk mendukungnya mencapai tujuannya.

6. Faktor yang mempengaruhi self-efficacy pasien stroke

Terdapat beberapa hal yang mempengaruhi self-efficacy pasien

stroke yaitu (Pongantung, 2018):

a. Harapan akan sembuh

Pasien stroke yang memiliki harapan bahwa mereka yakin

untuk sembuh dan dapat melakukan aktivitas kembali seperti

biasa akan meningkatkan self-efficacy pasien stroke tersebut.

Hal tersebut dapat dilihat dari kondisi pasien stroke sendiri yang

dapat mengatasi rasa cemas, ketakutan, kekhawatiran, dan

memiliki motivasi dalam mengikuti serangkaian perawatan dan

pengobatan serta rehabilitasi yang dianjurkan oleh tenaga

kesehatan (Pongantung, 2020).


26

b. Usia

Pasien stroke yang berada pada tahap usia dewasa hingga

akhir merupakan usia yang sudah mencapai kematangan

psikologis. Mereka cenderung lebih menerima diri dengan apa

adanya baik itu kelebihan maupun juga penyakit yang

dideritanya, sehingga akan berusaha mencari jalan keluar

apabila mengalami masalah. Pasien stroke yang berada pada

tahap usia dewasa mempunyai self-efficacy lebih tinggi dalam

kehidupan sehari-hari (Wayuni & Dewi, 2018).

c. Serangan stroke yang keberapa

Pasien stroke yang mengalami serangan berulang lebih dari

tiga kali akan rentan terhadap gejala depresi, motivasi, dan

tingkat optimisme untuk sembuh serta menjalani pengobatan

akan menurun. Individu dengan tingkat motivasi dan optimisme

yang tinggi cenderung lebih rendah mengalami gejala depresi

(Wayuni & Dewi, 2018).

d. Dukungan keluarga

Dukungan keluarga merupakan salah satu faktor penting

yang mempengaruhi tingkat self-efficacy pasien stroke.

Dukungan kelurga bergubungan dengan self-efficacy dapat

disebabkan karena salah satu bentuk dukungan keluarga yang

diberikan adalah pemberian motivasi, sehingga dengan motivasi

tersebut pasien akan lebih bersemangat dan semakin memiliki


27

self-efficacy yang tinggi untuk sembuh (Wayuni & Dewi, 2018).

Self-efficacy yang baik diperlukan untuk mencapai kebebasan

dalam pemenuhan aktivitas sehari-hari, meningkatkan kualitas

hidup dan menurunkan depresi yang biasanya terjadi setelah

stroke (Wayuni & Dewi, 2018).

e. Tingkat pendidikan

Tingkat pendidikan seorang pasien stroke mempengaruhi tingkat

self-efficacy yang dimilikinya. Semakin tinggi jenjang pendidikan

yang ditempuh maka kemampuannya dalam menyelesaikan

masalah, perasaan ingin tahu dalam mencari informasi terkait

penyakitnya, dan keputusan dalam bertindak lebih baik dibanding

dengan pasien stroke yang memiliki jenjang pendidikan yang

rendah (Pongantung, 2018)

C. Konsep Self-care

1. Pengertian Self-care

Teori Orem terkait self-care merupakan sebuah ide yang muncul

dikarenakan adanya pemahaman bahwa setiap individu mempunyai potensi

dalam mengembangkan hak otonomi, kemampuan dan mengatur motivasi

individu dalam menjaga kesehatan mereka (Zaidouni et al., 2022). Self-care

merupakan sebuah tindakan maupun keputusan yang diambil seseorang

yang berhubungan dengan masalah kesehatan mereka atau untuk

meningkatkan status kesehatan mereka (Masinaeinezhad et al., 2018).


28

2. Teori Self-care

Teori model keperawatan orem terbagi atas tiga poin utama yaitu

(Sulistyaningsing, 2014):

a. Teori self-care deficit

Teori ini merupakan teori dimana keperawatan diperlukan

karena adanya ketidakmampuan melakukan dikarenakan keterbatasan

yang dimiliki suatu individu. Menurut Orem (2001) dikatakan bahwa

teori self-care deficit merupakan sintesis pengetahuan tentang entitas

teoritis (dan keperawatan yang dependen), agen (dan agen perawatan

dependen), keinginan, dan 12 entitas relasional defisit. Ide sentral dari

teori ini adalah mengisyaratkan seorang perawat bahwa kesehatan itu

berhubungan dengan keterbatasan untuk mengetahui, memutuskan, dan

meghasilkan perawatan untuk diri secara dependen. Untuk membangun

ini pada diri seseorang, individu harus mengetahui nilai dan

kapabilitasnya untuk belajar, memutuskan, dan mengatur diri sendiri

(Zaidouni et al., 2022).

b. Teori self-care

Teori ini merupakan teori pendewasaan atau kemampuan

orang dewasa yang dengan sengaja belajar dan melakukan tindakan

untuk menjaga kelangsungan hidup, kualitas hidup dan kesejahteraan

diri mereka.
29

1) Self-care agency

Agen merupakan kemampuan individu yang terlibat

yang dipengaruhi oleh perkembangan usia, pengalaman hidup,

orientasi kesehatan sosiokultural dan sumber daya yang tersedia

(Deconick et al., 2014). Self-care agency merupakan suatu

kemampuan individu untuk dapat terus mengetahui segala

kebutuhannya yang berhubungan dengan kesehatan dan melakukan

kegiatan self-care dengan tujuan untuk mempromosikan, menjaga

kesehatan, dan kesejahteraan sutu individu. Self-care agency

merupakan salah satu komponen penting bagi individu dalam aspek

perkembangan dan pemeliharaan kesehatan serta kemampuan

memanajemen diri dari suatu penyakit dalam menjalani sebuah

perawatan atau pengobatan (Deconick et al., 2014).

2) Kebutuhan self-care terapeutik (Therapeutic self-care demand)

Therapeutic self-care demand atau TSCD merupakan sebuah

konsep yang teoritis kompleks yang merangkum seluruh tindakan yang

harus dilakukan dari waktu ke waktu untuk tetap hidup, sehat, dan

sejahtera. Membangun TSCD membutuhkan pengatahuan dan praktik

keperawatan yang berlandaskan bukti, komunikasi, dan keteramplian

interpersonal. (Deconick et al., 2014).


30

3) Self-care requisite

Dalam rangka menyediakan sebuah kerangka kerja untuk

menentukan TSCD, terdapat beberapa kebutuhan yang harus

dikembangkan, diantaranya:

a) Kebutuhan universal (Universal self-care requisites)

Menurut Orem (2001) Kebutuhan universal terdiri atas:

(1) Pemenuhan akan kebutuhan udara, seperti dengan bernafas tanpa

menggunakan peralatan oksigen tambahan.

(2) Pemenuhan kebutuhan akan makanan tanpa adanya gangguan

seperti dapat menyiapkan, mengambil makanan atau peralatan

makan tanpa bantuan.

(3) Pemenuhan akan air atau minum tanapa adanya gangguan atau

bantuan.

(4) Pemenuhan kebutuhan eliminasi dan kerbersihan bagian-bagian

tubuh. Seperti pada saat melakukan aktivitas eliminasi BAB dan

BAK tanpa adanya gangguan. Pada aspek ini, individu dapat

mengelola proses BAB dan BAK dan pembuangan sisa BAB dan

BAK, memberikan perawatan higienis berikutnya dari permukaan

tubuh dan bagian lainnya, serta merawat lingkungan yang diperlukan

untuk pengaturan proses BAB dan BAK.

(5) Pemenuhan kebutuhan aktivitas dan istirahat. Individu dapat

memenuhi kebutuhan aktivitas dan istirahatnya seperti dengan


31

menjaga keseimbangan gerakan fisik contohnya dengan

berolahraga, dan menjaga pola tidur dengan memahami gejala-

gejala yang mengganggu intensitas tidur. Pada aspek ini invidu juga

dituntut agar dapat memilih kegiatan yang merangsang, terlibat, dan

mejaga keseimbangan fisik, respon aktif , upaya intelektual dan

interaksi sosial.

(6) Pemenuhan kebutuhan mandiri dan interaksi sosial. Individu mampu

memenuhi kebutuhan pada aspek ini dengan melakukan beragam

interaksi dengan teman sebaya atau saudara serta mampu

beradaptasi dengan lingkungan. Pada aspek ini, invidu juga dituntut

dapat menjaga kualitas dan menyeimbangkan yang diperlukan untuk

pengembangan otonomi individu dan hubungan sosial yang

mendorong efektifitas fungsi dari individu.

(7) Peningkatan pencegahan dari bahaya pada kehidupan manusia.

Berdasarkan pernyataan Orem (2001), yang dimaksud bahaya pada

aspek ini adalah jenis bahaya yang membahayakan diri sendiri,

mengambil tindakan untuk mencegah bahaya dan melindungi diri

sendiri dari situasi yang berbahaya.

(8) Mendorong untuk hidup normal. Pada aspek ini individu dapat

mengembangkan dan mempertahankan konsep diri yang realistis,

mengambil tindakan untuk mendorong pengembangan diri individu

serta mengambil tindakan untuk mempertahankan dan

mepromosikan integritas struktur dan fungsi individu.


32

b) Kebutuhan perkembangan (Developmental self-care resuisites)

Menurut Orem (2001) terdapat tiga jenis kebutuhan perkembangan

salah satunya adalah tindakan yang harus dilakukan manusia dalam proses

perkembangan sepanjang hidup. Contohnya adalah seorang perawat yang

merawat bayi untuk perkembangannya, pekerjaan baru, perubahan struktur

tubuh, dll. (Deconick et al., 2014). Adapun kebutuhan self-care saat kondisi

perubahan status kesehatan, antara lain:

(1) Melakukan pencarian terhadap bantuan kesehatan seperti dengan

melakukan pemeriksaan kesehatan ke rumah sakit.

(2) Timbulnya kesadaran akan resiko munculnya masalah akibat dari

pengobatan yang dijalani

(3) Melakukan diagnostik, terapi, rehabilitasi dan memahami dampak

buruk yang ditimbulkan dari perawatan yang dijalani.

(4) Terjadinya penyesuaian gaya hidup yang dapat mendukung perubahan

status kesehatan

(5) Adanya perbahan dalam gambaran atau konsep diri.

c) Perubahan kesehatan (Health deviation self-care requisite)

Kebutuhan deviasi kesehatan merupakan kebutuhan khusus atau

tujuan tertentu ketika individu tersebut terserang penyakit, terluka atau

sedang dalam perawatan medis.

c. Teori sistem keperawatan (Theory of nursing systems)


33

Produk keperawatan merupakan sebuah sistem keperawatan

dimana seorang perawat menggunakan segala ilmu dan kiat

keperawatan agar dapat membantu suatu individu memenuhi kebutuhan

dan membangun kemampuan serta kemandirian mereka. Orem

mendefinisikan teori sistem keperawatan adalah sebuah sistem aksi

untuk mencapai tujuan. Seorang perawat harus menyiapkan berbagai

rencana tindakan keperawatan yang matang untuk agen

mempromosikan kehidupannnya, kesehatan, dan kesejahteraan. Teori

sistem keperawatan terdiri ada tiga subsistem (Zaidouni et al., 2019):

1) Interpersonal

Pada subsistem tindakan yang harus dilakukan berhubungan

langsung dengan pasien seperti menjaga hubungan yang efektif

kepada keluarga atau pasien yang terlibat dalam perawatan.

2) Sosial/ kontraktual

Subsistem ini ini menjelaskan segala tindakan keperawatan

yang berhubungan dengan persetujuan pasien untuk menentukan

kebutuhan yang terapeutik dan agen dari sebuah individu atau

caregiver.

3) Teknologi professional

Merupakan sebuah subsistem yang terdiri dari berbagai tindakan

seperti mendiagnosa, merencanakan, regulasi, evaluasi dan manajemen

kasus. Pada susbsistem ini terdiri atas 3 aspek penting, yaitu:


34

a) Wholly compensatory

Tindakan keperawatan yang dilakukan adalah memenuhi

tindakan terapeutik pasien yang tidak dapat mengimplementasikan untuk

dirinya sendiri.

b) Partly compensatory

Sistem keperawatan partly compensatory adalah sebuah

kondisi dimana baik perawat atau pasien bersamaan mengukur atau

melaksanakannya bagi diri pasien.

c) Supportive educative

Adalah suatu kondisi dimana seseorang dapat

melaksanakannya namun tidak bisa melakukannya sendiri, masih

membutuhkan bantuan perawat untuk melaksanakannya.

3. Self-care pasien stroke

Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi self-care pasien stroke

(Putri & Setyawan, 2020):

a. Usia

Self-care yang baik sebagian besar terjadi pada dewasa akhir,

lansia awal, dan lansia akhir. Semakin cukup umurnya maka tingkat

kematangan seseorang akan lebih matang dalam berpikir dan bekerja

(Putri & Setyawan, 2020)


35

b. Jenis kelamin

Self-care yang baik terjadi pada laki-laki dibanding perempuan.

Penelitian ini sejalan dengan Putri & Setyawan pada tahun 2020 yang

menyatakan bahwa jenis kelamin laki-laki memiliki stressor yang lebih

baik dibandingkan perempuan. Laki-laki lebih tenang dalam

menghadapi sesuatu dan mudah bergaul sehingga pada laki-laki dapat

mencari solusi dalam menyelesaikan masalah melalui bertukar pikiran

dengan orang lain, sedangkan perempuan emosinya cenderung lebih

mendominasi dan memiliki banyak fokus seperti mengurus anak, rumah

tangga, maupun pekerjaaan, dimana hal ini dapat menimbulkan

perasaan cemas dan mengabaikan self-care nya (Putri & Setyawan,

2020)

c. Tingkat pendidikan

Pasien stroke yang memiliki jenjang pendidikan yang tinggi

juga akan memiliki self-care yang tinggi juga dikarenakan tingkat

pengetahuan yang dimilikinya.

d. Lama menderita stroke

Individu yang telah lama terdiagnosis stroke akan mengalami

kelelahan fisik dan emosional, dimana hal ini yang menurunkan

produktivitas dalam melakukan perawatan diri (Putri & Setyawan,

2020). Semakin lama menderita stroke maka individu akan mengalami

kejenuhan dalam melakukan rehabilitasi yang panjang


36

4. Faktor faktor yang mempengaruhi kebutuhan self-care menurut Orem

(2001)

a. Usia

Menurut Orem (2001) semakin bertambahnya usia suatu individu

maka keefektifan pemenuhan kebutuhan self-care akan bertambah

efektif seiring dengan kemampuannya. Faktor umur sangat

mempengaruhi individu dalam pemenuhan kebutuhan self-care dimana

semakin cukup umur tingkat kematangan individu lebih matang dalam

berpikir dan bekerja

b. Jenis kelamin

Pada individu berjenis kelamin laki-laki akan lebih banyak

mengalami gangguan kesehatan dibandingkan individu berjenis kelamin

perempuan seperti ketidakefektifan dalam memanajemen berat badan

dan menghentikan diri dari kebiasaan merokok dibandingkan

perempuan (McEwen & Wills, 2014).

c. Status perkembangan

Aspek ini meliputi tingkat fisik seseorang, fungsional, kognitif, dan

tingkat psikososial. Kognitif dan perilaku seseorang akan berubah

sepanjang hidupnya sehingga perawat harus mempertimbangkan tingkat

pertumbuhan dan perkembangan klien dalam memberikan pelayanan

kesehatan (Zaidouni et al., 2019).

d. Status Kesehatan
37

Status kesehatan yang dimaksud oleh Orem adalah status kesehatan

saat ini, dahulu, dan persepsi tentang kesehatan masing-masing

individu. Status kesehatan meliputi diagnosa medis, kondisi pasien,

komplikasi, dan perawatan yang dilakukan yang dapat mempengaruhi

kebutuhan self-care requisite.

a. Sosiokultural

Sistem yang saling terkait dengan lingkungan sosial seseorang,

keyakinan spiritual, sosial, dan fungsi unit keluarga

b. Sistem pelayanan kesehatan

Sumber daya dari pelayanan kesehatan yang dapat diakses dan

tersedia untuk individu dalam melakukan diagnostik dan pengobatan

c. Sistem keluarga

Sistem keluarga yang meliputi tipe keluarga, budaya yang

mempengaruhi keluarga, sumber-sumber yang dimiliki inndividu atau

keluarga serta perawatan diri dalam keluarga.

d. Pola hidup

Pola hidup yang dimaksud adalah aktivitas normal seseorang yang

biasa dilakukan dalam kehidupan sehari-hari.

e. Lingkungan

Tempat individu untuk melakukan perawatan diri di lingkungan

sekitar rumah
38

f. Ketersediaan sumber

Ketersediaan sumber ini termasuk personal, ekonomi, waktu dan

kemampuan. Ketersediaan sumber yang dapat mendukung perawatan

diri atau proses penyembuhan pasien.

5. Alat ukur self-care

Salah satu alat ukur yang dapat digunakan untuk mengukur

kemandirian fungsional yang berhubungan dengan self-care dan mobilitas

dengan sistem penilaian didasari oleh kemampuan seseorang dalam

melakukan aktivitas sehari-hari secara mandiri adalah kuesioner barthel

indeks (Sincihu Y & Dewi BDN, 2015). Barthel indeks pertama kali

diterbitkan oleh Mahoney dan Barthel pada tahun 1965. Indeks barthel

merupakan alat ukur yang telah digunakan secara luas pada kasus kecacatan

fungsional yang kemudian dikembangkan pada pasien rehabilitasi dan

penyakit neuromuskular. Indeks barthel digunakan untuk mengukur sejauh

mana seseorang dapat berfungsi secara independen dan memiliki mobilitas

dalam aktivitas sehari – hari seperti makan, mandi, berdandan, berganti

pakaian, kontrol BAB dan BAK, berpindah, berjalan, dan menaiki tangga

(Pertamita, 2017). Terdapat tiga modifikasi dari Indeks Barthel selain dari

yang asli (10 parameter dengan skor 0- 100), yaitu modifikasi dari Shah,

Vanclay dan Cooper (11 parameter dengan skor 0-100), modifikasi dari

Collin et al (10 parameter dengan skor 0-20) dan modifikasi dari Hobbart &

Thompson (5 parameter dengan skor 0-15). Ketiganya dimodifikasi dari


39

Indeks Barthel dengan tujuan memudahkan penilaian dengan tetap

memperhatikan validitas dari skor yang didapatkan (Imamah, 2018).


BAB III

KONSEP KERANGKA PENELITIAN

A. Kerangka Kerja

Penelitian ini mengkaji dua variabel yaitu variabel independen dan

variabel dependen. Variabel independen pada penelitian ini adalah self-

efficacy. Menurut Bandura (2017) dikatakan bahwa self-efficacy merupakan

rasa percaya diri dan seberapa sukses seseorang dalam menghadapi dan

mengambil segala keputusan terhadap segala kesulitan yang dialami seseorang.

Sedangakan variabel dependen pada penelitian ini adalah self-care. Menurut

Orem (2001) self-care merupakan sebuah performa atau praktik dalam

melakukan suatu aktivitas dimana aktivitas tersebut dilaksanakan individu atas

nama mereka sendiri untuk mempertahankan kehidupan, kesehatan, dan

kesejahteraan yang terdiri atas pemenuhan kebutuhan atas udara, makan,

minum, elminasi, aktivitas dan istirahat, kemandirian dan interaksi sosial, serta

pencegahan dari bahaya (Sulistyaningsih, 2014). Penelitian ini menggunakan

dua kuesioner yaitu Stroke Self-efficacy Questionnaire yang dikembangkan

oleh Jones, Partridge, dan Reid (2008) dan Barthel Indeks (Chayati, 2018).

40
41

Variabel Independen Variabel Dependen


Self-Care:
Self-Efficacy
1. Kontrol BAB
1. Self-efficacy 2. Kontrol BAK
dalam aktivitas 3. Berdandan
sehari-hari 4. Aktivitas toilet
2. Self-efficacy 5. Makan
dalam self- 6. Transfer
management 7. Mobilisasi
8. Berpakain
9. Naik turun tangga
10. Mandi

Skema 3.1 Kerangka Konsep Penelitian

B. Hipotesa Penelitian

1. Hipotesa mayor

Ho: Tidak terdapat hubungan self-efficacy dengan self-care pada pasien

stroke di Rumah Sakit Umum Daerah dr. Zainoel Abidin Banda Aceh.

2. Hipotesa Minor

H : Tidak terdapat hubungan self-efficacy dalam aktivitas sehari-hari

dengan self-care pada pasien stroke di Rumah Sakit Umum Daerah dr.

Zainoel Abidin Banda Aceh.

H : Tidak terdapat hubungan self-efficacy dalam aktivitas self-management

dengan self-care pada pasien stroke di Rumah Sakit Umum Daerah dr.

Zainoel Abidin Banda Aceh.


42

C. Definisi Operasional

Definisi operasional adalah segala penjelasan lebih lanjut terkait

variabel yang akan diteliti, instrumen penelitian, serta alat ukur yang digunakan

untuk mengukur variabel penelitian.

Tabel 3.1

Definisi Operasional
N Variabel Definisi Alat Ukur Cara Ukur Skala Hasil
o Operasional Ukur Ukur
Self-efficacy Keyakinan Kuesioner Wawancara Ordinal Tinggi =
1. atau The Stroke terpimpin 27-39
kepercayaan Self- menggunakan Sedang =
diri yang efficacy angket yang 14-26
dimiliki Questionn terdiri atas 13 Rendah
pasien stroke aire pertanyaan = 0-13
dalam (SSEQ) dalam skala
menerapkan Likert
self-care.
a. Self-efficacy Keyakinan Kuesioner Wawancara Ordinal Tinggi =
dalam diri pasien Stroke terpimpin 17-24
aktivitas stroke dalam Self- menggunakan Sedang =
sehari-hari aktivitas efficacy angket yang 9-16
sehari-hari Questionn terdiri atas 8 Rendah
untuk aire pertanyaan = 0-8
melakukan (SSEQ) dalam skala
self-care Likert.
b. Self-efficacy Keyakinan Kuesioner Wawancara Ordinal Tinggi =
dalam self- diri pasien Stroke terpimpin 11-15
management stroke dalam Self- menggunakan Sedang =
memanajeme efficacy angket yang 6-10
n diri untuk Questionn terdiri atas 5 Rendah
melakukan aire pertanyaan = 0-5
self-care (SSEQ) dalam skala
Likert.
Self-care Segala Alat ukur Wawancara Ordinal Mandiri:
2. aktivitas yang yang terpimpin 20
dilakukan digunakan menngunakan Ketergant
oleh individu adalah angket yang ungan
untuk kusioner terdiri atas 10 ringan:
merawat Barthel pertanyaan 12-19
dirinya Index yang Ketergant
43

N Variabel Definisi Alat Ukur Cara Ukur Skala Hasil


o Operasional Ukur Ukur
sendiri yang terdiri atas dalam skala ungan
meliputi 10 Likert sedang: 9-
makan, pertanyaan 11
mandi, Ketergant
berpakaian, ungan
aktivitas berat: 5-8
toilet, dll. Ketergant
ungan
total: 0-4
BAB IV

METODE PENELITIAN

A. Jenis dan Desain Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah

kuantitatif. Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah

deskriptif korelatif untuk menguji ada atau tidaknya hubungan antara kedua

variabel. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan

cross sectional yang dipakai untuk melihat suatu kejadian atau fenomena pada

populasi dalam satu waktu dengan tidak adanya tindak lanjut (Bandur, 2013).

B. Populasi dan Sampel Penelitian

1. Populasi Penelitian

Populasi penelitian ini adalah seluruh pasien dengan diagnosa stroke

di Poliklinik Saraf Rumah Sakit Umum Daerah dr. Zainoel Abidin yang

terdata sejak Januari - April 2022 dengan jumlah populasi pasien stroke

adalah 659 pasien stroke

2. Sampel

Penelitian ini menggunakan teknik pengambilan sampel non random

probability sampling yaitu teknik pemilihan sampel dengan menentukan

kriteria pada sampel. Metode pengambilan sampel yang digunakan dalam

penelitian ini adalah purposive sampling. Purposive sampling merupakan

suatu metode pengambilan sampel dengan memilih subjek berdasarkan ciri-

44
45

ciri tertentu yang dianggap mempunyai hubungan dengan karakteristik

populasi yang telah diketahui sebelumnya. Adapun kriteria inklusi pada

penelitian ini adalah:

a.Pasien didiagnosis stroke dengan self-care mandiri, ketergantungan

ringan, dan ketergantungan sedang.

b. Dapat berkomunikasi (tidak mengalami afasia, disartria, dan apraksia)

dan mendengar dengan baik.

c. Tidak memiliki gangguan kognitif.

d. Usia ≥18 tahun.

e. Bersedia menjadi pasien stroke dan menyetujui informed consent.

Selanjutnya peneliti menggunakan rumus Nomogram Harry King

untuk menentukan jumlah sampel yang akan digunakan di dalam penelitian.

Taraf signifikansi pada penelitian ini adalah 7% dari populasi sebanyak 659

populasi maka akan diperoleh nilai skala presentase 18 %.


46

Gambar 4.1 Nomogram Harry King

Sehingga:

659 x 18% = 118.62 dibulatkan menjadi 119 pasien stroke

C. Tempat dan Waktu penelitian

1. Tempat penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Poliklinik Saraf Rumah Sakit Umum

Daerah dr. Zainoel Abidin Banda Aceh.


47

2. Waktu penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada 9 November- 9 Desember 2022.

D. Alat Pengumpulan Data

1. Alat Pengumpulan Data

Penelitian ini menggunakan instrumen atau alat pengumpulan

data yang berisi pertanyaan-pertanyaan yang terbagi atas tiga bagian. Kedua

bagian tersebut adalah:

a. Bagian A

Bagian A (Lampiran 5.1), merupakan bagian yang berisi data

demografi pasien stroke agar peneliti dapat mengetahui karakteristik

pasien stroke. Hal tersebut meliputi usia, jenis kelamin, status

perkawinanan, tinggal bersama keluarga, kerabat yang menemani,

pendidikan terakhir, riwayat penyakit stroke, dan komplikasi.

b. Bagian B

Bagian B (Lampiran 5.2), merupakan bagian yang berisi tentang

kuesioner Stroke Self-efficacy Questionnaire (SSEQ) yang

dikembangkan oleh Fiona Jones pada tahun 2008 dan diterjemahkan

oleh Henny Pongantung pada tahun 2020. Kuesioner ini dipakai untuk
48

mengukur tingkat self-efficacy seseorang. Kuesioner ini terdiri atas 13

pertanyaan yang diklasifikan menjadi 2 bagian, yaitu:

1) Self-efficacy dalam aktivitas sehari-hari. Terdiri atas 8 pertanyaan.

Dimana pertanyaan tersebut melihat kesanggupan pasien dalam

melakukan aktivitas sehari-harinya.

2) Self-management, terdiri atas 5 pertanyaan. Dimana pertanyaan

tersebut melihat bagaimana seorang pasien stroke memanajemen

dirinya untuk melakukan self-care

Jawaban pertanyaan pada kuesioner Stroke Self-efficacy

Questionnaire (SSEQ) yaitu tidak yakin (TY) bernilai 0, kurang yakin

(KY) bernilai 1, yakin (Y) bernilai 2, sangat yakin (SY) bernilai 3.

Dikategorikan berdasarkan cut off point dengan rumus:

( + )
=
3

( )
=

= 13

Jadi, pasien stroke dengan skor x = 0-13 dikategorikan memiliki self-

efficacy rendah, x = 14-26 dikategorikan memiliki self-efficacy sedang,

dan x = 27-39 dikategorikan memiliki self-efficacy tinggi.

c. Bagian C

Bagian C merupakan bagian yang berisi tentang kuesioner Barthel

indeks. Barthel indeks merupakan salah satu alat ukur kemandirian


49

fungsional yang berhubungan dengan perawatan diri dan mobilitas

dengan sistem penilaian didasari oleh kemampuan seseorang dalam

melakukan aktivitas sehari-hari secara mandiri (Sincihu Y & Dewi BDN,

2015). Kuesioner ini terdiri atas 10 pertanyaan yang terdiri atas kegiatan

di tempat tidur, berjalan pada tempat yang datar, naik dan turun tangga,

aktivitas toilet, berpakaian, BAB, BAK, makan, mandi, dan perawatan

diri. Kuesioner barethel indeks yang digunakan dalam penelitian ini

merupakan hasil modifikasi dari kuesioner barthel indeks Mahoney &

Barthel oleh Collin tahun 1988 (Kemenkes RI, 2016). Kuesioner ini

merupakan kuesioner untuk mengukur self-care pasien stroke yang sudah

banyak digunakan dalam beberapa penelitian (Siregar & Anggeria,

2019).

2. Uji Instrumen

a. Uji Validitas

Uji validitas merupakan suatu pengujian yang berkaitan dengan

sejauh apa peneliti mengukur apa yang seharusnya diukur yang berasal

pada pandangan yang bersifat empiris yang memfokuskan pada bukti,

objektivitas, kebenaran, deduksi, nalar, fakta dan data numerik (Bandur,

2013). Suatu item pernyataan dikatakan valid jika r hitung > r tabel.

Instrumen pertama yang digunakan dalam penelitian ini adalah Stroke Self-

efficacy Questionnaire (SSEQ). Instrumen ini sudah banyak dipakai di

beberapa negara seperti Turki, Brazil, Denmark, dan Indonesia. Instrumen

ini juga sudah beberapa kali dilakukan uji validitas dengan nilai hasil uji
50

validitas yaitu r ≥ 0.80 (Arkan et al., 2019) dan telah diterjemahkan dalam

Bahasa Indonesia oleh Pongantung (2020). Instrumen kedua yang

digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner barthel indeks yang sudah

dimodifikasi tanpa adanya penambahan atau pengurangan pertanyaan pada

kuesioner. Kuesioner ini telah diuji validitasnya kepada 100 pasien stroke

dengan nilai ICC sangat baik yaitu >0,75 kecuali untuk butir

mengendalikan rangsang buang air besar dengan ICC 0,645 hasilnya baik

(Agung, 2006).

b. Uji Reliabilitas

Uji reliabilitas merupakan suatu pengujian yang dilakukan untuk

menguji keakuratan skala-skala pengukuran dengan tujuan untuk melihat

konsistensi alat ukur yang digunakan oleh peneliti (Bandur, 2013).

Instrumen penelitian pertama yaitu Stroke Self-efficacy Questionnaire

(SSEQ) memiliki nilai reliabilitas untuk aspek self-efficacy dalam aktivitas

sehari-hari adalah 0,86 sedangkan untuk aspek self-efficacy dalam self-

management adalah 0,93. Sedangkan instrumen penelitian kedua yaitu

Barthel indeks memiliki nilai Cronbach α 0,938 (Agung, 2006).

E. Teknik Pengumpulan Data

Penelitian ini menggunakan teknik pengumpulan data dengan

melakukan wawancara terpimpin. Prosedur pengumpulan data dalam

penelitian ini adalah:


51

1. Tahap persiapan pengumpulan data

Persiapan pengumpulan data dilakukan dengan cara menyiapkan

berkas administrasi dengan mendapat izin dari dosen pembimbing dan telah

dinyatakan lulus uji etik oleh tim etik Rumah Sakit Umum Daerah dr. Zainoel

Abidin.

2. Tahap pengumpulan data

Terdapat beberapa langkah dalam pengumpulan data, diantaranya

adalah:

a. Mengirimkan surat pengantar sebagai tahap awal pengambilan data

jumlah pasien stroke untuk mengetahui jumlah pasien stroke poliklinik

saraf pasien stroke di Rumah Sakit Umum Daerah dr. Zainoel Abidin.

b. Setelah mendapatkan perizinan untuk mengambil data awal serta

melakukan penelitian, maka penelitian dapat langsung dilaksanakan

dengan menjumpai pasien stroke di Poliklinik Saraf Rumah Sakit

Umum dr. Zainoel Abidin.

c. Peneliti menggunakan dua orang enumenator, yaitu mahasiswa

Fakultas Keperawatan untuk membantu dalam proses pengumpulan

data. Sebelumnya, peneliti dan enumerator sudah melakukan

persamaan pemahaman terkait proses penelitian yang akan dijalankan.

d. Peneliti dan enumerator membina hubungan saling percaya terhadap

pasien dengan tetap mejaga protokol kesehatan COVID-19 serta

menyampaikan maksud, tujuan dan juga menyampaikan kepada pasien


52

bahwa semua data yang dikumpulkan bersifat rahasia, tidak

menimbulkan kerugian dari kedua belah pihak.

e. Selanjutnya peneliti dan enumerator mempersilahkan pasien untuk

menandatangani lembar persetujuan menjadi pasien stroke.

f. Setelah pasien stroke menandatangani lembar persetujuan tersebut,

maka peneliti dan enumerator mulai melakukan skrining terlebih

dahulu dengan menggunakan kuesioner Barthel Indeks untuk

mengetahui apakah pasien termasuk kedalam kriteria inklusi atau tidak.

Jika pasien tergolong ke dalam kriteria inklusi sesuai dengan yang

dibutuhkan oleh peneliti maka selanjutnya pasien akan dilakukan

wawancara terpimpin kepada pasien stroke dan keluarga/pengasuh

yang mendampingi pasien ke rumah sakit. Wawancara dilakukan dari

data demografi pasien lalu kuesioner The Stroke Self-efficacy

Questionnaire (SSEQ).

g. Setelah proses pengumpulan data selesai, peneliti dan enumerator

melaksanakan tahap terminasi dengan pasien dan keluarga

keluarga/pengasuh yang mendampingi pasien ke rumah sakit

h. Terakhir, peneliti memperoleh surat selesai penelitian dari Rumah Sakit

Umum Daerah dr. Zainoel Abidin.

F. Etika Penelitian

Etika penelitian dilakukan dengan mengikuti prosedur uji etik dari

Fakultas Kedokteran Universitas Syiah Kuala dan memperoleh izin penelitian

dengan nomor 053/ETIK-RSUDZA/2022.


53

G. Pengolahan Data

Setelah peneliti melaksanakan pengumpulan data, data tersebut

disebut dengan data mentah atau raw data dimana data tersebut akan diolah

sehingga nantinya akan mendapatkan sebuah kesimpulan yang dapat

digunakan untuk menjawab masalah-masalah penelitian (Suprajitno,2016).

Terdapat 5 tahapan dalam pengolahan data yaitu:

1. Editing

Editing merupakan tahap dimana setelah data dikumpulkan, maka

hasil-hasil kuesioner ataupun berkas-berkas catatan informasi diserahkan

kepada peneliti untuk diperiksakan kembali agar diteliti kembali data yang

sudah dikumpulkan untuk melihat apakah berkas tersebut cukup layak atau

tidak diteruskan ke tahap selajutnya. Dalam tahap ini akan diteliti kembali

beberapa hal berikut:

a. Kelengkapan pengisian

b. Keterbacaan tulisan

c. Kejelasan makna jawaban

d. Konsistensi jawaban satu sama lain

e. Relevansi jawaban

f. Keseragaman satuan data

2. Coding

Coding merupakan tahap yang dilakukan setelah proses editing.

Pada tahap ini akan dilakukan pengelompokan jawaban-jawaban para pasien


54

stroke menurut pengelompokan yang diinginkan peneliti. Peneliti

menggunakan Microsoft Excel untuk menyederhanakan jawaban dalam tahap

pengolahan data. Penelti memberikan kode pada jawaban pasien stroke dengan

menggunakan angka. Data jenis kelamin diberi kode 1 untuk laki-laki dan 2

untuk perempuan. Status perkawinan diberi kode 1 untuk menikah, 2 untuk

belum menikah, 3 untuk duda atau janda. Data tinggal bersama diberi kode 1

untuk tinggal bersama keluarga inti, 2 untuk tinggal bersama extended family.

Selanjutnya untuk data orang yang mengantarkan atau menemani

pasien ke rumah sakit diberi kode 1 orang yang mengantarkan atau menemani

pasien ke rumah sakit adalah suami/anak/istri, 2 orang yang mengantarkan atau

menemani pasien ke rumah sakit adalah saudara/kerabat lain, 3 tidak ada yang

menemani/sendiri. Data pendidikan terakhir diberi kode 1 untuk tingkat

sekolah dasar, 2 untuk tingkat sekolah menengah, 3 untuk tingkat atas. Data

untuk lama menderita stroke diberi kode 1 untuk ≤ 1 tahun, 2 untuk 2-5 tahun,

3 untuk ≥ 6 tahun. Data serangan stroke yang keberapa diberi kode 1 untuk 1

kali, 2 untuk 2 kali, 3 untuk ≥ 3 kali. Data komplikasi yang diderita pasien

stroke diberi kode 1 untuk ada, 2 untuk tidak ada.

3. Data Entry atau Processing

Dalam tahap pengumpulan data, tentu saja data yang sudah

dikumpulkan akan menghasilkan beragam jawaban, oleh karena itu, agar

jawaban-jawaban tersebut dapat dipakai sebagai data yang mudah untuk


55

dilakukan analisa, maka jawaban-jawaban tersebut harus dirangkum terlebih

dahulu dengan menggolongkan jawaban itu kedalam kategori-kategori yang

jumlahnya terbatas. Kode data disusun secara berurutan mulai dari pasien

stroke pertama samapai responder tarkhir yaitu ke-119. Selanjutnya data

dipindahkan ke dalam master tabel dan diolah menggunakan SPSS statistik.

4. Tabulating

Pada tahap ini dilakukannya perhitungan frekuensi kedalam masing-

masing kategori yang biasanya disajikan dalam bentuk tabel. Hasil tabulasi

data akan terlihat lebih ringkas yang tersusun dalam suatu tabel sehingga dapat

mudah dibaca dan maknanya juga mudah dipahami. Dalam penelitian ini,

variabel self-efficacy terdapat dua kategori yaitu rendah, sedang, dan tinggi.

H. Analisa Data

1. Analisa Univariat

Analisa data univariat merupakan sebuah analisa datang yang

bersifat sederhana yang dilakukan terhadap satu variabel dengan tujuan

untuk mengidentifikasi variabel tersebut (Bandur 2013). Analisan univariat

digunakan untuk melihat dan mendeskripsikan data demografi.

2. Analisa bivariat

Analisa bivariat merupakan sebuah analisa yang digunakan untuk

mengetahui apakah terdapat hubungan dari dua variabel yang diduga

memiliki hubungan dalam sebuah penelitian. Dalam penelitian ini, analisa


56

bivariat digunakan untuk melihat hubungan antara self-efficacy dengan

self-care pada pasien stroke di Rumah Sakit Umum Daerah dr. Zainoel

Abidin. Untuk mengetahui hubungan tersebut, maka peneliti akan

melakukan uji Kolmogrov-Smirnov untuk melihat suatu data.

Pengambilan keputusan efektif atau tidaknya berdasarkan pada hasil

Asymp. Sig (2-tailed), jika nilai Asympg. Sig >0,05 maka sebaran data

variabel berdistribusi normal. Apabila distribusinya normal, maka uji

statistik yang digunakan adalah Perason Correlation Coefficient,

sedangkan jika data tidak berdistribusi normal makan menggunakan uji

statistik Spearman’s Rank Correlation Coefficient.

Hasil uji normalitas menunjukkan data tidak berdistribusi normal

dengan nilai signifikansi <0,05 sehingga penelitian ini termasuk penelitian

non parameterik dan uji yang digunakan adalah Spearman’s Rank

Correlation Coefficient. Kriteria dalam penerimaan ataupun penolakan

hipotesis yaitu:

a. jika p-value >0,05 maka tidak ada hubungan yang signifikan antara

kedua variabel.

b. Jika p-value <0,05 maka ada hubungan yang signifikan antara kedua

variabel.

Berikut kriteria arah hubungan yaitu:

a. Arah korelasi dilihat pada angka correlation coefficient

b. Besarnya nilai corellation coefficient bernilai positif, maka

hubungan kedua variabel searah


57

c. Apabila nilai bernilai negative, maka hubungan kedua variabel

tidak corellation coefficient searah.


58

BAB V

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

Pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan pada tanggal (9

November - 9 Desember 2022) di Rumah Sakit Umum Daerah dr. Zainoel

Abidin pada Ruang Poliklinik Saraf terhadap 119 pasien stroke. Teknik

pengumpulan data yang digunakan adalah berupa angket dan alat ukur yang

digunakan yaitu kuesioner mengenai hubungan anatar self-efficacy dengan

self-care pada pasien stroke. Hasil penelitian yang didapat sebagai berikut:

1. Data Demografi

Data demografi pada penelitian ini meliputi umur, jenis kelamin,

status perkawinan, tinggal bersama, orang yang mengantarkan, pendidikan

terakhir, lama menderita penyakit stroke, serangan stroke yang ke berapa,

dan komplikasi.

Tabel 5.1
Ditribusi Data Demografi Pasien Stroke di Rumah Sakit Umum
Daerah dr. Zainoel Abidin Banda Aceh (n=119)
Data Demografi Frekuensi Persentase
Usia (M ± SD) (M= 59.05 ± SD= 9.859)
Jenis Kelamin
Laki-laki 66 55,5
Perempuan 53 44,5
Pendidikan Terakhir
Rendah 11 9,2
Menengah 48 40,4
Tinggi 60 50,4

Status Perkawinan
Menikah 115 96,6
59

Duda/Janda 4 3,4
Tinggal Bersama
Keluarga Inti 119 100,0

Orang yang Mengantar


Suami/Istri/Anak 100 84,0
Sendiri 19 16,0
Lama Menderita Stroke
≤1 Tahun 103 86,6
2-5 Tahun 11 9,2
≥6 Tahun 5 4,2
Jumlah Serangan Stroke
1x 93 78,2
2x 11 9,2
≥3x 5 4,2
Komplikasi
Ada 48 40,4
Tidak Ada 71 59,7
Sumber: Data Primer (2020)

Distribusi data demografi pada tabel 5.1 menunjukkan rata-rata usia pasien

stroke adalah 59 tahun. Sebagian besar pasien stroke berjenis kelamin laki-

laki sebanyak 66 (55,5%). Sebagian besar Pendidikan terakhir pasien stroke

adalah berpendidikan tinggi sebanyak 60 (50,4%). Berdasarkan status

perkawinan, pasien stroke berstatus menikah sebanyak 115 (96,6%).

Seluruh pasien stroke tinggal bersama keluarga yaitu 119 (100%). Sebagian

besar pasien stroke berobat ke rumah sakit diantar oleh suami/istri/anak

sebanyak 100 (84,0%). Pasien stroke menderita stroke kurang dari 3 tahun

adalah 103 (86,6%). pasien stroke yang menderita serangan stroke pertama

sebanyak 93 (78,2%), dan pasien stroke yang tidak memiliki komplikasi

terhadap pasien stroke adalah 71 (59,7%).


60

2. Analisa Univariat

a. Self-efficacy

Hasil pengumpulan data untuk variable self-efficacy stroke

pada ruang Poliklinik Saraf Rumah Sakit Daerah dr. Zaionel Abidin

Banda Aceh pada 119 pasien stroke yang dapat dilihat pada tabel

5.2.

Tabel 5.2
Distribusi Frekuensi Self-efficacy Pada Pasien Stroke di
Rumah Sakit Daerah dr. Zainoel Abidin Banda Aceh (n=119)

Self-efficacy Frekuensi Presentase


Tinggi 106 89,1
Sedang 13 10,9
Total 119 100,0

Sumber: Data Primer (Diolah, 2022)

Tabel 5.2 menunjukkan bahwa self-efficacy pada pasien stroke

adalah tinggi yaitu sebanyak 106 orang (89,1%).

1) Self-efficacy dalam Aktivitas Sehari-hari

Hasil pengumpulan data untuk variabel self-efficacy dalam

aktivitas sehari-hari pasien stroke di Rumah Sakit Umum Daerah dr.

Zainoel Abidin Banda Aceh yang dilakukan pada 119 pasien stroke

memiliki self-efficacy dalam aktivitas sehari-hari yang tinggi jika skor

individu 17-24, self-efficacy aktivitas sehari-hari yang sedang jika skor

individu 9-16, dan self-efficacy aktivitas sehari-hari yang rendah jika

skor individu adalah 0-8. Hasil tersebut dapat dilihat dalam tabel 5.3

di bawah ini.
61

Tabel 5.3
Distribusi Frekuensi self-efficacy dalam aktivitas sehari-hari
Pada Pasien Stroke di Rumah Sakit Umum Daerah dr. Zainoel
Abidin Banda Aceh (n=119)

Self-efficacy dalam
Frekuensi Presentase
Aktivitas Sehari-hari
Tinggi 96 80,7
Sedang 20 16,8
Rendah 3 2,5
Total 119 100,0

Sumber: Data Primer (Diolah, 2022)

Tabel 5.5 menunjukkan bahwa self-efficacy dalam aktivitas sehari-

hari pada pasien stroke adalah tinggi, yaitu sebanyak 96 orang (80,7%).

2) Self-efficacy dalam self-management

Hasil pengumpulan data untuk variabel self-efficacy dalam self-

management pasien stroke di Rumah Sakit Umum Daerah dr. Zainoel

Abidin Banda Aceh yang dilakukan pada 119 pasien stroke. Hasil

tersebut dapat dilihat pada tabel 5.4.

Tabel 5.4
Distribusi Frekuensi Self-efficacy dalam Self-management Pada
Pasien Stroke di Rumah Sakit Umum Daerah dr. Zainoel Abidin
Banda Aceh (n=119)

Self-efficacy dalam Self-


Frekuensi Presentase
management
Tinggi 112 94,1
Sedang 7 5,9
Total 119 100,0

Sumber: Data Primer (Diolah, 2022)


62

Tabel 5.4 menunjukkan bahwa self-efficacy dalam self-

management pada pasien stroke adalah tinggi yaitu sebanyak 112

orang (94,1%).

b. Self-care

Hasil pengumpulan data untuk variabel self-care pasien stroke di

Rumah Sakit Umum Daerah dr. Zainoel Abidin Banda Aceh yang dilakukan

pada 119 pasien stroke. Hasil tersebut dapat dilihat pada tabel 5.5.

Tabel 5.5
Distribusi Frekuensi Self-care Pasien Stroke di Rumah Sakit Umum
Daerah dr. Zainoel Abidin Banda Aceh (n=119)

Self-care Frekuensi Presentase


Mandiri 48 40,3
Ketergantungan Ringan 65 54,6
Ketergantungan Sedang 6 5,0
Total 119 100,0

Sumber: Data Primer (Diolah, 2022)

Tabel 5.5 menunjukkan bawah self-care pasien stroke mandiri

sebanyak 48 orang (40,3%).

3. Analisa Bivariat

Variabel self-efficacy, dan self-care terlebih dahulu dilakukan uji

normalitas. Dengan melakukan uji normalitas, peneliti dapat

mengetahui data berdistribusi normal atau tidak. Keputusan

pengambilan nilai pada uji normalitas didasarkan pada nilai hasil

Asymp. Sig (2-tailed). Jika nilai Asymp. Sig (2-tailed) >0,05 maka data

berdistribusi normal. Jika nilai Asymp. Sig (2-tailed) <0,05 maka data
63

berdistribusi tidak normal. Nilai Asymp. Sig (2-tailed) pada empat

variabel ini adalah 0,000. Sehingga dapat disimpulkan bahwa distribusi

sebaran data pada keempat variabel tersebut adalah tidak normal

(Lampiran 12).

Analisa bivariat dapat digunakan untuk mengetahui hubungan

antara sumber self-efficacy yang meliputi self-efficacy dalam aktivitas

sehari-hari dan self-efficacy dalam self-management dengan self-care

pasien stroke di Rumah Sakit Umum Daerah dr. Zainoel Abidin Banda

Aceh. Analisa dilakukan dari tabel 5.2 hingga 5.5 yaitu dengan

memasukkan hasil ke dalam tabel contingency menggunakan derajat

kemaknaan 95% p-value >0,05 maka H diterima. Apabila ρ hitung ≥ ρ

tabel maka H ditolak, yang artinya bahwa terdapat hubungan antara

variabel independen dan dependen. Hasil analisa bivariat untuk

hubungan antara sumber self-efficacy dengan self-care pasien stroke

dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 5.6
Hubungan Self-efficacy dengan Self-care Pada Pasien Stroke di
Rumah Sakit Umum Daerah dr. Zainoel Abidin Banda Aceh
(n=119)

Self-care
p-
Self- Ketergantungan Ketergantungan Total ρ
Mandiri value
efficacy Ringan Sedang
f % f % f % f %
Tinggi 48 40,3 58 48,8 0 0 106 89,1
0,752 0,000
Sedang 0 0 8 6,7 5 4,2 13 10,9
Jumlah 48 40,3 66 55,5 5 4,2 119 100
Sumber: Data Primer (Diolah, 2022)
64

Berdasarkan tabel 5.6 menunjukkan bahwa 106 (89,1%) pasien

stroke memiliki self-efficacy yang tinggi dan terdapat 48 (40,3%) pasien

stroke mandiri dalam melakukan self-care serta terdapat 58 (48,8%)

pasien stroke memiliki ketergantungan ringan dalam melakukan self-

care. Terdapat 13 (10,9%) pasien stroke yang memiliki self-efficacy

sedang diamana terdapat 8 (6,7%) pasien stroke yang memiliki

ketergantungan ringan dalam melakukan self-care dan 5 (4,2%) pasien

stroke memiliki ketergantungan sedang dalam melakukan self-care.

Berdasarkan Uji Statistik, didapatkan hasil bahwa korelasi antara

variabel independen dan dependen dapat dilihat dari nilai r dan p-value.

Didapatkan hasil p-value= 0,000 dan r= 0,752 menunjukkan bahwa

terdapat korelasi searah (positif) antara variabel self-efficacy dan self-

care dengan kekuatan korelasi hubungan kuat. Nilai p-value= 0,000

yang berrati <0,05 sehingga hipotesis null (H ) ditolak yang berarti

menunjukkan bahwa ada hubungan antara variabel self-efficacy dengan

self-care pada pasien stroke.

Tabel 5.7
Hubungan Self-efficacy dalam Aktivitas Sehari-hari dengan Self-
care Pada Pasien Stroke di Rumah Sakit Umum Daerah dr.
Zainoel Abidin Banda Aceh (n=119)
Self-efficacy Self-care p-
dalam Ketergantunga Ketergantunga Total ρ valu
Mandiri
Aktivitas n Ringan n Sedang e
sehari-hari f % f % F % f %
38, 80,
Tinggi 46 50 42,0 0 0 96
7 7
16, 0,75 0,00
Sedang 2 1,7 14 11,8 4 3,4 20
8 0
Rendah 0 0 2 1,7 1 0,8 3 2,5
65

40, 11
Jumlah 48 66 55,5 5 4,2 100
3 9

Sumber: Data Primer (Diolah. 2022)

Berdasarkan tabel 5.7 menunjukkan bahwa 96 (80,7%) pasien

stroke memiliki self-efficacy dalam aktivitas sehari-hari yang tinggi dimana

terdapat 46 (38,7%) pasien stroke mandiri dalam melakukan self-care dan

50 (42,0%) pasien stroke ketergantungan ringan dalam melakukan self-care.

Terdapat 20 (16,8%) pasien stroke yang memiliki self-efficacy dalam

aktivitas sehari-hari yang sedang dimana terdapat 2 (1,7%) pasien stroke

mandiri dalam melakukan self-care, 4 (3,4%) pasien stroke ketergantungan

sedang dalam melakukan self-care dan 14 (11,8%) pasien stroke

ketergantungan ringan dalam melakukan self-care. Selanjutnya terdapat 3

(2,5%) pasien stroke yang memiliki self-efficacy dalam aktivitas sehari-hari

yang rendah dimana 2 (1,7%) pasien stroke ketergantungan ringan dalam

melakukan self-care, dan 1 (0,8%) reponden ketergantungan sedang dalam

melakukan self-care. Berdasarkan uji statisktik, didapatkan hasil p-value=

0,000 dan r=0,750 menunjukkan bahwa terdapat korelasi searah (positif)

antara variabel self-efficacy dalam aktivitas sehari-hari dan self-care dengan

kekuatan korelasi hubungan kuat. Nilai p-value= 0,000 yang berarti <0,05

sehingga hipotesis null (H ) ditolak yang berarti menunjukkan bahwa ada

hubungan antara variabel self-efficacy dalam aktivitas sehari-hari dengan

self-care pada pasien stroke.


66

Tabel 5.8
Hubungan Self-efficacy dalam Self-management dengan Self-care Pada
Pasien Stroke di Rumah Sakit Umum Daerah dr. Zainoel Abidin Banda Aceh
(n=119)

Self-care
p-
Self-efficacy Ketergantungan Ketergantungan Total ρ
dalam self- Mandiri value
Ringan Sedang
management f % f % f % f %
Tinggi 48 40,3 62 52,1 2 1,7 112 94,1
0,664 0,000
Sedang 0 0 4 3,4 3 2,5 7 5,9
Jumlah 48 40,3 66 55,5 5 4,2 119 100

Sumber: Data Primer (Diolah, 2022)

Berdasarkan tabel 5.8 menunjukkan bahwa 112 (94,1%) pasien

stroke memiliki self-efficacy dalam self-maangement yang tinggi dimana

terdapat 48 (40,3%) pasien stroke mandiri dalam melakukan self-care dan

62 (52,1%) pasien stroke ketergantungan ringan dalam melakukan self-care.

Sedangakan terdapat 7 (5,9%) pasien stroke memiliki self-efficacy dalam

self-maangement yang sedang dimana terdapat 4 (3,4%) reponden

ketergantungan ringan dalam melakukan self-care dan 3 (2,5%) reponden

ketergantungan sedang dalam melakukan self-care. Berdasarkan uji

statistik, didapatkan hasil p-value= 0,000 dan r= 0,664 menunjukkan bahwa

terdapat korelasi searah (positif) antara variabel self-efficacy dalam self-

mangement dengan self-care dengan kekuatan korelasi kuat. Nilai p-value=

0,000 yang berarti <0,05 sehingga hipotesis null (H ) ditolak yang berarti

menunjukkan bahwa ada hubungan antara variabel self-efficacy dalam self-

mangement dengan self-care pada pasien stroke.


67

B. Pembahasan

1. Hubungan Self-efficacy dengan Self-care Pasien Stroke

Berdasarkan hasil uji statistik didapatkan bahwa p-value=0,000.

Hal ini menunjukkan bahwa terdapat hubungan self-efficacy dengan

self-care pasien stroke. Berdasarkan tabel 5.6 menunjukkan bahwa

terdapat 106 (89,1%) pasien stroke memiliki self-efficacy yang tinggi.

Hasil penelitian ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh

Ismatika dan Umdatus Sholeha (2017) yang menyatakan bahwa terdapat

hubungan yang positif antara self-efficacy dengan self-care pasien stroke

di Rumah Sakit Islam A Yani Surabaya dimana presentase keyakinan

tertinggi yaitu keyakinan untuk memakai pakaian dan mengontrol

emosi. Hal ini juga sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh

Sulistyowati pada tahun 2020 yang melalukan penelitian terhadap 35

orang pasien dimana peneliti menyatakan bahwa semakin tingginya self-

efficacy pasien stroke, maka semakin tinggi juga self-care yang

dihasilkan. Penelitian ini juga relevan dengan penelitian yang dilakukan

oleh Hourzard pada tahun 2018 yang juga mengatakan bahwa tingginya

tingkat self-efficacy yang dimiliki oleh seorang pasien stroke maka akan

membawanya kepada rendahnya tingkat stres, meningkatnya kepuasan

akan hidup dan peningkatan melakukan self-care.

Self-efficacy merupakan salah satu aspek utama dalam

peningkatan kesehatan terhadap pasien stroke. Pasien stroke yang

memiliki self-efficacy yang baik dapat mengurangi komplikasi,


68

kemandirian, dan dapat meningkatkan self-care. Apabila seorang pasien

stroke memiliki self-efficacy yang kuat dan besar dalam melakukan self-

care maka hal tersebut dapat membantunya dalam pemulihan fungsi

motorik dan mencegah terjadinya komplikasi (Sulistyowati, 2020). Self-

efficacy juga merupakan salah satu hal krusial bagi individu dalam

perubahan perilaku, pola pikir, dan reaksi emosional. Self-efficacy selalu

didasarkan akan bagaimana suatu individu dapat menyelesaikan dan

melaksanakan tugas atau keterampilan tertentu. Semakin kuat self-

efficacy yang dimiliki pasien stroke maka semakin lama juga ia akan

lama bertahan dalam melakukan self-care. Pasien stroke yang memiliki

self-efficacy yang tinggi cenderung mengaitkan kegagalan dengan usaha

yang kurang sedangkan pasien stroke yang meiliki self-efficacy yang

rendah mengganggap bahwa datangnya kegagalan tersebut karena

kuragnya kemampuan (ability) yang tidak memadai (Hargono & Bakar,

2019).

Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi self-efficacy pada

pasien stroke berdasarkan data demografi. Berdasarkan data demografi

pada tabel 5.1 menunjukkan bahwa sebagian besar pasien stroke

memiliki jenis kelamin laki-laki sebanyak 66 (55,5%) pasien stroke. Hal

ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Mafruzah di Rumah

Sakit Umum Daerah dr. Zainoel Abidin Banda Aceh menyatakan bahwa

yaitu dari 40 pasien stroke terdapat 24 (60,0%) diantaranya berjenis

kelamin laki-laki (Mafruzah et al., 2018). Seseorang dengan jenis


69

kelamin laki-laki akan berisiko lebih besar terkena penyakit stroke

dibanding perempuan dapat dikarenakan kebiasaanya merokok,

konsumsi kopi, dan kurangnya aktivitas fisik. Hal ini juga sejalan

dengan penelitian yang dilakukan oleh Hafnizar (2017) sebanyak 60,7%

merupakan pasien stroke berjenis kelamin laki-laki.

Berdasarkan data demografi, usia pasien stroke yang ada dalam

penelitian ini adalah dalam rentang usia dewasa, dimana akan

mempunyai self-efficacy yang tinggi (Wahyuni & Dewi, 2018). Sesuai

dengan penelitian yang dilakukan oleh Ismatika pada tahun 2018

dimana terdapat 63,9% berada pada rentang usia dewasa madya (41-60

tahun). Sedangkan individu yang memiliki usia pertengahan lebih rentan

mengalami sakit dibanding dengan individu yang berada pada rentang

usia dewasa. Seiring dengan perekambangan usia dewasa, semakin

banyaknya permasalahan tingkat stressor yang dapat mempengaruhi

self-efficacy suatu individu.

Berdasarkan data demografi, pendidikan pasien stroke dalam

penelitian ini adalah sebagian besar berpendidikan sekolah tinggi yaitu

sebanyak 60 (50,4%). Tingkat pendidikan seseorang merupakan sebuah

indikator dalam menempuh jenjang pendidikan formal dan umumnya

akan mempengaruhi seseorang dalam mengolah informasi, sehingga

pasien stroke yang berpendidikan tinggi tentu saja akan memiliki self-

efficacy yang lebih baik (Ismatika & Soleha, 2018). hal ini juga sejalan

dengan penelitian yang dilakukan oleh Szczepańska-Gieracha &


70

Mazurek (2020) mengatakan bahwa semakin tinggi status pendidikan

pasien stroke akan berpengaruh terhadap tingkat self-efficacy yang

dimiliki dimana semakin tinggi status pendidikannya maka self-efficacy

terhadap kondisinya saat ini akan semakin baik.

Berdasarkan data demografi, status perkawinan pasien stroke

dalam penelitian ini adalah sebagian bersar pasien stroke berstatus

menikah sebanyak 115 (96,6%). Hal ini sejalan dengan penelitian yang

dilakukan oleh Wahyuni dan Dewi tahun (2018) bahwa terdapat 27

(90%) pasien stroke berstatus menikah dimana terdapat hubungan antara

status pernikahan dengan self-efficacy pasien stroke. Hal ini merupakan

suatu bentuk dukungan yang diberikan oleh keluarga untuk kesembuhan

pasien. Status pernikahan juga dapat memberikan pasien stroke akan

rasa diperhatikan dan dirawat oleh pasangan.

Berdasarkan data demografi, pasien stroke dalam peneltian ini

sebanyak 119 (100,0%) tinggal bersama keluarga inti. Hal ini sejalan

dengan penelitian yang dilakukan oleh Rihi (2020) dimana terdapat 21

(51,2%) pasien stroke tinggal bersama keluarga inti dan memiliki self-

efficacy yang baik. Penelitian ini juga didukung oleh Hendayani & Seri

(2019) dikatakan bahwa tingkat ketergantungan pasien stroke kepada

keluarga menunjukkan bahwa dukungan keluarga merupakan hal yang

sangat penting dan dibutuhkan demi terwujudnya kesembuhan bagi

pasien stroke.
71

Berdasarkan data demografi, pasien stroke melakukan pengobatan

ke rumah sakit dengan diantar oleh suami/istri/anak sebanyak 100

(84,0%) reponden. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan

Sulistyowati (2020) terdapat 18 (60%) pasien stroke pasien stroke

diantar oleh suami/istri/anak mereka dimana hal ini menunjukkan

dukungan keluarga dalam kesembuhan pasien stroke. Dalam rangka

menghasilkan self-efficacy dan peningkatannya melakukan self-care

pasien stroke akan lebih yakin dengan kemampuan diri sendiri, ketika

didukung dan dihibur oleh orang-orang terdekat disekitarnya, termasuk

suami, istri, dan anak. Kurangnya dukungan dari oramg terdekat dapat

membuat self-efficacy pasien stroke rendah (Sriramayanti, 2018). Salah

satu sistem pendukung utama bagi pasien stroke dalam menjalani

perawatan adalah adanya dukungan keluarga. Keluarga merupakan

sistem pendukung efektif pada setiap keadaan sehat atau sakit. Sehingga

dengan adanya dukungan keluarga terhadap pasien stroke, kebutuhan

keyakinan diri dalam melakukan self-care akan terpenuhi (Siregar &

Anggeria 2019).

Berdasarkan data demografi, lama menderita penyakit stroke

didapat bahwa sebanyak 103 (86,6%) pasien stroke menderita stroke ≤1

tahun. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh oleh Astuti

(2019) didapat bahwa sebanyak 19 (52,8%) pasien stroke menderika

stroke ≤1 tahun dimana pengalaman individu dapat digunakan sebagai

sebuah dasar dalam melakukan tindakan selanjutnya agar individu


72

tersebut tidak mengulang tindakan yang kurang tepat seperti di masa

lampau. Mekanisme koping selama sakit dapat meningkatkan self-

efficacy pasien stroke dalam melakukan self-care secara mandiri.

Pengalaman langsung dapat dijadikan pasien stroke sebagai sumber

utama terbentuknya self-efficacy.

Berdasarkan data demografi, pasien stroke yang memiliki jumlah

serangan stroke sebanyak 1 kali adalah 93 (78,2%) pasien stroke. Hal

ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Wahyuni dan Dewi

(2018) dimana penelitian tersebut mengemukakan bahwa pasien stroke

dengan serangan stroke 1 kali adalah sebanyak 80% dan terdapat

hubungan antara serangan stroke dengan self-efficacy (p<0,05). Faktor

yang berhubungan dengan serangan stroke adalah gaya hidup, dimana

upaya prevensi yang dapat dilakukan untuk mencegah stroke berulang

adalah dengan merubah gaya hidup tidak sehat menjadi gaya hidup yang

sehat. Berdasarkan hasil literatur review pada 10 artikel didapat bahwa

serangan stroke berulang akan memberikan dampak kepada aktivitas

seseorang karena dapat mengalami kelumpuhan, kecacatan, gangguan

komunikasi, gangguan emosi, gangguan tidur, dan lain sebagainya.

Disfungsi pada pasien stroke berulang dapat menimbulkan pengaruh

secara psikologi maupun sosial pada pasien, seperti timbulnya perasaan

rendah diri, perasaan tidak beruntung, dan self-efficacy yang rendah.

Berdasarkan data demografi, sebagian besar pasien stroke tidak

mengalami komplikasi penyakit stroke yaitu sebanyak 71 (59,7%)


73

pasien stroke sebagiannya lagi mengalami komplikasi sebanyak 48

(40,3%) pasien stroke yaitu hipertensi dan diabetes mellitus. Hal ini

sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Tamam (2020) dimana

terdapat 21 (47,7%) pasien stroke memiliki komplikasi seperti

hipertensi, penyakit jantung, diabetes dan lain-lain. Gaya hidup individu

yang tidak sehat dapat berpengaruh terhadap jalannya pengobatan

pasien stroke. Begitu juga dengan penelitian yang dilakukan oleh Astuti

(2020) dimana terdapat 80% pasien stroke stroke menderita hipertensi.

Hipertensi merupakan salah satu faktor pencetus utama terjadinya

kejadian stroke, baik stroke hemoragik maupun iskemik. Hipertensi

menyebabkan peningkatan tekanan darah perifer sehingga terjadilah

penebalan pembuluh darah serta hipertrofi yang juga diperparah dengan

kebiasaan merokok yang akan memicu timbulnya plak sehingga risiko

terkena stroke lebih tinggi (Puspitasari, 2020).

Berdasarkan hasil penelitian ini, peneliti dapat menyimpulkan

bahwa self-efficacy yang tinggi merupakan hal paling krusial dalam

proses penyembuhan, pengobatan, dan perawatan penyakit stroke. Self-

efficacy memberikan dampak positif agar dapat menumbuhkan

keyakinan, motivasi diri, dan inisiatif diri pasien sebagai upaya untuk

melakukan self-care secara optimal demi mempertahankan fungsi

tubuh, dan meningkatkan status kesehatan. Self-efficacy yang tinggi

dapat mempengaruhi performa pasien stroke dalam melakukan self-


74

care. Semakin tinggi self-efficacy yang dimiliki oleh pasien stroke maka

semakin bagus juga performa self-care yang ditampilkan.

2. Hubungan self-efficacy dalam Aktivitas Sehari-hari dengan Self-care

Pasien Stroke.

Berdasarkan hasil uji statistik diketahui bahwa nilai p-value =

0,000 yang berarti <0,05 sehingga hipotesis null (Ho) ditolak yang

berarti menunjukkan bahwa ada hubungan antara variabel hubungan

self-efficacy dalam aktivitas sehari-hari dengan self-care pasien stroke.

Tabel 5.9 menunjukkan bahwa 96 (80,7%) pasien stroke memiliki self-

efficacy dalam aktivitas sehari-hari yang tinggi. Sedangkan 20 (16,8%)

pasien stroke memiliki self-efficacy dalam aktivitas sehari-hari yang

sedang dan 3 (2,5%) pasien stroke memiliki self-efficacy dalam aktivitas

sehari-hari yang rendah. Hal tersebut sejalan dengan penelitian yang

dilakukan oleh Ismatika dan Soleha (2018) dimana terdapat 20 (72,2%)

pasien stroke memiliki hubungan self-efficacy dalam aktivitas sehari-

hari dengan self-care yang baik. Tabel 5.9 juga menunjukkan bahwa

terdapat 3 (2,5%) pasien stroke memiliki self-efficacy dalam aktivitas

sehari-hari rendah dibandingkan dengan tabel 5.10 dimana tidak adanya

pasien yang memiliki self-efficacy dalam self-management yang rendah.

Hal ini sejalan dengan peneltian Pongantung (2020) dimana terdapat 12

(15,8%) pasien memiliki self-effficacy dalam self-management yang

rendah. Hal tersebut dapat disebabkan dari item pertanyaan kuesioner

yang berbeda. Pada item pertanyaan aspek self-efficacy dalam aktivitas


75

sehari-hari, pertanyaan yang diajukan kebanyakan mengandung

bagaimana keyakinan yang dimiliki pasien stroke dalam menjalankan

beberapa aktivitas yaitu seperti pada item pertanyaan nomor 5,6 dan 7.

Kejadian stroke dapat menimbulkan kecacatan bagi penderita

yang mampu bertahan hidup. Salah satunya dalah ketidakmampuan

dalam melakukan self-care akibat kelemahan fungsi motorik yang dapat

menghambat pemenuhan aktivitas sehari-hari (Wayuna & Saefullah,

2017) Aktivitas sehari-hari (Activity Daily Living/ ADL) merupakan

suatu bentuk pengukuran seseorang untuk dapat melaksanakan ADL

secara mandiri yang meliputi mandi, makan, toileting, kontinen,

berpakaian, dan berpindah. Ketergantungan seorang pasien stroke dalam

melakukan ADL dapat disebabkan oleh faktor usia, kesehatan fisiologi,

self-efficacy, status mental, ritme biologi, tingkat stres, dan pelayanan

kesehatan (Widyanto, 2018). Pada umumnya suatu individu yang

sedang menderita stroke akan bergantung kepada orang lain dalam

menjalankan aktivitas sehari-hari nya. Aspek kemandirian dan mobilitas

seorang penderita stroke tentunya akan berkurang bahkan menghilang

akibat penyakit stroke yang diderita (Djamaluddin & Oktaviana, 2020).

Selain terjadinya perubahan fisik pada penderita stroke, penderita stroke

juga akan mengalami gangguan gangguan psikis diantaranya kurang

percaya diri, rendah diri, menutup diri, dan stres yang dapat

menghambat proses perawatan.


76

Pasien stroke yang memiliki self-efficacy yang tinggi akan

menunjukkan performa melakukan aktivitas sehari-hari dengan tingkat

ketergantungan yang bagus juga serta mengurangi resiko akan jatuh

akibat dari aktvitas fisik yang dilakukan (Jones et al, 2008). Pasien

stroke dengan tingkat self-efficacy yang tinggi lebih cenderung dapat

memilih perilaku sehat yang dapat meningkatkan kemandirian dalam

pemenuhan aktivitas sehari-harinya dimana dapat meningkatkan

motivasi diri seorang penderita stroke untuk dapat melakukan self-care

juga mengurangi depresi, menurunkan ansietas, meningkatkan harga

diri, dan meningkatnya kualitas hidup (Gaghauna & Santoso, 2019).

Dari hasil peneltian ini, peneliti menganalisis bahwa self-efficacy dalam

aktivitas sehari-hari dapat berpengaruh terhadap seorang penderita

stroke dalam melakukan self-care. Dengan adanya self-efficacy tinggi

yang dimiliki oleh seorang pasien stroke, hal tersebut dapat

meningkatkan keyakinan, motivasi, dan inisiatif dalam aktivitas sehari-

hari nya untuk dapat melakukan self-care tanpa bantuan orang lain.

3. Hubungan self-management dengan self-care pasien stroke

Berdasarkan hasil uji statistik diketahui bahwa nilai p-value =

0,000 yang berarti <0,5 sehingga hipotesis null (Ho) ditolak yang berarti

menunjukkan bahwa ada hubungan antara self-efficacy dalam self-

management dengan self-care pasien stroke. Berdasarkan tabel 5.10

menunjukkan bahwa 112 (94,1%) pasien stroke memiliki self-efficacy

dalam self-management dengan self-care yang tinggi, dan terdapat 7


77

(5,9%) pasien stroke memiliki self-efficacy dalam self-management

dengan self-care yang sedang. Hal ini sejalan dengan penelitian yang

dilakukan oleh Peni (2019) dimana terdapat 27 (75%) pasien stroke

memiliki hubungan self-efficacy dalam self-management dengan self-

care yang tinggi.

Self-management adalah segala tugas yang harus individu

laksanakan dalam menjalani kehidupan dengan satu atau lebih penyakit

kronis. Tugas tersebut dapat berupa manajemen medis, manajemen

peran, dan manajemen emosi terhadap kondisi pasien sendiri

(Handayani, 2018). Self-management juga merupakan kemampuan

individu untuk mengatur gejala, pengobatan, konsekuensi fisik, psikis,

dan perubahan gaya hidup sebagai respon terhadap penyakit kronis yang

dialaminya (Rahmwati et al., 2019). Terdapat beberapa indikator pada

self-management yang harus dimiliki oleh seorang pasien stroke untuk

dapat melakukan self-care dengan baik yaitu memiliki pengetahuan

tentang kondisi penyakit, berkolaborasi dengan pertugas kesehatan

untuk pengobatan dan rehabilitasi, aktif dalam membuat keputusan

dengan petugas layanan kesehatan, memonitor dan mengatasi gejala

penyakit yang timbul, mengatur dampam penyakit terhdapa fisik, sosial,

dan emosi, serta memilih dan melaksanakan gaya hidup yang dapat

meningkatkan kesehatan (Handayani, 2018). Melakukan pendekatan

self-management kepada pasian stroke secara tidak langsung dapat

meningkatkan self-efficacy, pemulihan, self-care, dan menurunkan


78

rehospitaslisasi. Mengukur tingkat self-efficacy dalam self-management

merupakan hal penting dimana dengan mengkur aspek self-efficacy

pasien stroke terhadap self-management dapat meningkatkan

kemandirian seorang pasien stroke melakukan aktivitas sehari-hari dan

self-care (Jones et al., 2008). Dukungan untuk dapat memiliki self-

efficacy dalam self-management pada pasien stroke bertujuan untuk

memfasilitasi perubahan perilaku, memengaruhi kemampuan individu

untuk mengatasi kondisinya, dan meningkatkan kualitas hidupnya

(Yuniati et al., 2020).

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Sa’Pang (2022) untuk

mencapai kemajuan pengobatan dan peningkatan kesembuhan pada

pasien stroke dapat dimulai dengan memberi motivasi dan dorongan diri

dari aspek internal dan eksternal diri pasien stroke yang dapat

menyebabkan pasien akan memiliki self-efficacy yang tinggi sehingga

akan berpengaruh terhadap kontrol diri dalam mempertahankan segala

tindakan yang dibutuhkan untuk mempengaruhi manajemen diri pasien,

sehingga pasien dapat menjaga dan meningkatkan kesehatannya dengan

memotivasi dan melatih diri untuk dapat melakukan self-care secara

mandiri. Self-efficacy dalam self-management merupakan aspek penting

pada pasien stroke untuk meningkatkan motivasi dalam tahap

penyembuhan serta kemandirian. Tidak kalah penting juga dengan

adanya peran keluarga, dan petugas kesehatan dalam meningkatkan

kemandirian pasien stroke dengan meningkatkan pengetahuan selama


79

pasien menjalani proses perawatan dan pengobatan serta memberikan

edukasi dan motivasi pada penderita stroke untuk menciptakan pasien

stroke yang dapat melakukan self-care dengan baik dan mandiri.

Dari hasil penelitian ini, peneliti menganalisis bahwa self-efficacy

dalam self-management dalam melakukan self-care bagi pasien stroke

merupakan salah satu aspek yang sangat penting. Dengan adanya self-

efficacy dalam self-management yang dimiliki oleh seorang pasien

stroke dapat meningatkan motivasi diri, dan kemandiri dalam

melakukan self-care. Sehingga dengan adanya aspek tersebut, seorang

pasien dapat meningkatkan status kesehatannya dan proses

penyembuhan pun dapat lebih cepat terjadi.


BAB VI

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian kepada 119 pasien stroke di Rumah

Sakit Umum Daerah dr. Zainoel Abidin Banda Aceh dapat disimpulkan

bahwa:

1. Ada hubungan self-efficacy dengan self-care pasien stroke di Rumah

Sakit Umum daerah dr. Zainoel Abidin Banda Aceh (p-value = 0,000)

2. Ada hubungan self-efficacy dalam aktivitas sehari-hari dengan self-care

pasien stroke di Rumah Sakit Umum Daerah dr. Zainoel Abidin Banda

Aceh (p-value = 0,000)

3. Ada hubungan self-efficacy dalam self-management dengan self-care

pasien stroke di Rumah Sakit Umum Daerah dr. Zainoel Abidin Banda

Aceh (p-value = 0,000)

B. Saran

1. Bagi masyarakat diharapkan peneltian ini dapat menjadi saran serta

masukan untuk memiliki self-efficacy yang tinggi sehingga pasien akan

tumbuh rasa yakin, motivasi, dan inisiatif yang tinggi untuk dapat

melakukan self-care tanpa bergantung dengan orang lain sehingga status

kesehatan meningkat dan durasi perawatan serta pengobatan akan

menajdi lebih cepat.

2. Bagi rumah sakit diharapkan dengan adanya penelitian ini dapat menjadi

sumber bacaan, infromasi, ataupun referensi mengenai bagaimana self-

80
81

efficacy dapat mempengaruhi self-care seorang pasien stroke. Tenaga

kesehatan yang memberikan perawatan dan pengobatan kepada pasien

stroke juga diharapkan untuk tidak hanya fokus pada aspek fisik pasien

tetapi juga fokus dari aspek internal pasien, artinya seorang tenaga

kesehatan menyadari bahwa terdapat aspek self-efficacy yang dapat

membantu seorang pasien stroke dalam melakukan self-care secara

mandiri.

3. Bagi institusi pendidikan diharapkan hasil penelitian dapat menjadi

Bahan kajian yang dapat digunakan dalam meningkatkan dan

mengembangkan wawasan mahasiswa terkait penelitan ilmiah terutama

mengenai penyakit stroke.


DAFTAR PUSTAKA

Agung. (2006). Uji Keandalan dan Kesahihan Indeks Activity of Daily Living
Barthel untuk Mengukur Status Fungsional Dasar pada Usia Lanjut di RSCM.
Universitas Indonesia, 106623.
Ainiyah, F. (2021). Pada Pasien Stroke Menggunakan Pedekatan Konsep Model
Barbara Riegel.
Amer, F. A. M., Mohamed, M. S., Elbur, A. I., Abdelaziz, S. I., & Elrayah, Z. A.
B. (2018). Influence of self-efficacy management on adherence to self-care
activities and treatment outcome among diabetes mellitus type 2 sudanese
patients. Pharmacy Practice, 16(4), 1–7.
https://doi.org/10.18549/PharmPract.2018.04.1274
Andrew, G. (2022). Hubungan Self-efficacy, Self-esyeem dan Self-care dengan
Kualitas Hidup Pasien Stroke di Ruang Rawat Inap Gedung B Rumah Sakit
Otak dr. drs. M. hatta Bukittinggi Tahun 2022.
Appalasamy, J. R., Subramanian, P., Tan, K. M., Seeta Ramaiah, S., Joseph, J. P.,
& Chua, S. S. (2019). The Needs and Barriers of Medication-Taking Self-
Efficacy Among Poststroke Patients: Qualitative Study. JMIR Nursing, 2(1),
e14399. https://doi.org/10.2196/14399
Arkan, G., Beser, A., Ozturk Haney, M., & Ozturk, V. (2019). Psychometric testing
of the Turkish version of the stroke self-efficacy questionnaire. Journal of
Nursing Research, 27(4), 1–8. https://doi.org/10.1097/jnr.0000000000000308
Astuti, P. (2019). Hubungan self-efficacy dengan self-care pada penderita stroke.
Insan Cendekita Media.
Bandur, A. (2013). Validitas dan reliabilitas penelitian 9 786023 183654.
Bandura, A. (2017). Field weakening capability of 12-stator/10-rotor-pole variable
flux reluctance machines. In 2017 12th International Conference on
Ecological Vehicles and Renewable Energies, EVER 2017.
https://doi.org/10.1109/EVER.2017.7935960
Bandura, A., Freeman, W. H., & Lightsey, R. (1999). Self-Efficacy: The Exercise
of Control. In Journal of Cognitive Psychotherapy (Vol. 13, Issue 2, pp. 158–
166). https://doi.org/10.1891/0889-8391.13.2.158
Chayati, N., Putranti, D. P., & Firmawati, E. (2018). Perkembangan dan Faktor-
faktor yang Memengaruhi Tingkat Kemandirian Pasien Strok Selama Rawat
Inap di Yogyakarta berdasar atas Skor Modifikasi Indeks Barthel. Majalah
Kedokteran Bandung, 50(4), 208–214.
https://doi.org/10.15395/mkb.v50n4.1427
Deconinck, T., Capron, A., Hirsch, C., & Ghorbaniasl, G. (2014). Prediction of
near- and far-field noise generated by contra-rotating open rotors. In
International Journal of Aeroacoustics (Vol. 11, Issue 2).
https://doi.org/10.1260/1475-472X.11.2.177
Dinas Kesehatan Aceh. (2019). Profil Kesehatan Aceh. Dk, 53(9), 1689–1699.
Djamaludin, D., & Oktaviana, I. D. (2020). Hubungan Tingkat Ketergantungan
Dalam Pemenuhan Aktivitas Kehidupan Sehari-Hari Terhadap Kualitas Hidup
Pasien Pasca Stroke di Wilayah Kerja Puskesmas Metro Pusat. Manuju:
Malahayati Nursing Journal, 2(2), 268–278.
Doenges, M. E., Moorhouse, M. F., & Murr, A. C. (2014). Nursing care plans:
guidelines for individualizing client care across the life span. Journal of
Chemical Information and Modeling, 53(9), 1689–1699.
Gaghauna, E. E. M., & Santoso, B. R. (2019). The Effect Of Self Efficacy Towards
Independency Level Of Post-Stroke Patient In General Hospital Neuro
Policlinic Ulin Banjarmasin. Journal of Nursing Practice, 2(2), 130–135.
https://doi.org/10.30994/jnp.v2i2.56
Hafnizar, W. (2017). PERBEDAAN LINGKAR PINGGANG DAN RASIO
LINGKAR PINGGANG-PANGGUL PASIEN STROKE HEMORAGIK The
Differences of Waist Circumference and Waist to Hip Ratio of Ischemic and
Hemorrhagic Stroke Patients. 2, 18–23.
Handayani, F. (2018). Self Management pada pasien stroke. Prosiding Seminar
Nasional Keperawatan 2018, 8, 19–21. http://repo.stikesicme-
jbg.ac.id/id/eprint/4277%0A
Handayani, F. (2018). Self Management pada pasien stroke. Prosiding Seminar
Nasional Keperawatan 2018, 8, 19–21. http://repo.stikesicme-
jbg.ac.id/id/eprint/4277%0A
Hargono, R., & Bakar, A. (2019). Self-Efficacy of Stroke Patients At the Inpatient
Installation Room of Surabaya Haji General Hospital. International Journal of
Nursing and Health Services (IJNHS), 2(4), 243.
https://doi.org/10.35654/ijnhs.v2i4.154
Hari, P., Nasional, P., & Internasional, H. K. (2020). DOI:
http://dx.doi.org/10.33846/sf11nk214. 11(April), 74–77.
Hendayani, W. L., & Sari, D. M. (2019). Pengaruh Dukungan Keluarga Terhadap
Konsep Diri Pasien Stroke Yang Mengalami Kelumpuhan Di Poli Klinik Saraf
Rumah Sakit Stroke Nasional Bukittinggi Tahun 2018. Jurnal Kesehatan
Medika Saintika, 10(1), 85. https://doi.org/10.30633/jkms.v10i1.312
Hourzad, A., Pouladi, S., Ostovar, A., & Ravanipour, M. (2018). The effects of an
empowering self-management model on self-efficacy and sense of coherence
among retired elderly with chronic diseases: A randomized controlled trial.
Clinical Interventions in Aging, 13, 2215–2224.
https://doi.org/10.2147/CIA.S183276
Ignatavicious, D. D., Workman, M. L., Rebar, C., & Heimgartner, N. M. (2018).
Medical-Surgical Nursing: Concepts for Interprofessional Collaborative
Care. 1808.
Imamah, irma islahul. (2018). Gambaran Karakteristik Activities of Daily Living
Menggunakan Indeks Barthel Pada Pasien Cedera Kepala Ringan-Sedang.
November 2017, 1–6.
Imran, H. A. (2017). Peran Sampling Dan Distribusi Data Dalam Penelitian
Komunikasi Pendekatan Kuantitatif. Jurnal Studi Komunikasi Dan Media, 21,
111–126.
Ismatika, I., & Soleha, U. (2018). Hubungan Self Efficacy Dengan Perilaku Self
Care Pasien Pasca Stroke Di Rumah Sakit Islam Surabaya. Journal of Health
Sciences, 10(2), 139–148. https://doi.org/10.33086/jhs.v10i2.140
Jones, F., Partridge, C., & Reid, F. (2008). The Stroke Self-Efficacy Questionnaire:
Measuring individual confidence in functional performance after stroke.
Journal of Clinical Nursing, 17(7B), 244–252. https://doi.org/10.1111/j.1365-
2702.2008.02333.x
Kadun, M. (2019). Volume 7, Nomor 1, Juni 2019. Penilaian Mahasiswa Terhadap
Mata Kuliah Keperawatan Islami, 7(6), 202–209.
Kemenkes RI. (2016). Kurikulum Pelatihan bagi Pelatih Kesehatan Lanjut Usia dan
Geriatri untuk Petugas Puskesmas. In Kementerian Kesehatan Republik
Indonesia (Issue December).
Kemenkes RI. (2018). Stroke Dont Be The One. 10.
https://www.kemkes.go.id/article/view/20030900004/stroke-don-t-be-the-
one.html
Kerry, T. (2010). How to use this book. In Cross-Curricular Teaching in the
Primary School: Planning and Facilitating Imaginative Lessons.
https://doi.org/10.4324/9780203840276
Kim, S. (2021). The Effects of Self-Efficacy on Cognitive Function in Patients with
Acute Stroke: Verification of the Medicating Effect of Family Support.
American Journal of Nursing Science, 10(3), 173.
https://doi.org/10.11648/j.ajns.20211003.15
Lewis, Dirksen, Heitkemper, & Bucher. (2014). C ontents C ontents (Vol. 2600,
Issue 202).
Lianto, L. (2019). Self-Efficacy: A Brief Literature Review. Jurnal Manajemen
Motivasi, 15(2), 55. https://doi.org/10.29406/jmm.v15i2.1409
Mafruzah, Endang, & Wilda. (2018). Hubungan Derajat Stroke Terhadap Status
Kognitif Pada Pasien Stroke Iskemik Di Poliklinik Saraf Rumah Sakit Umum
Daerah dr . Zainoel Abidin Banda Aceh Relationship Degree Stroke on The
Cognitive Status Patients Ischemic Stroke. 2, 61–67.
Mardiah, H., Hafifah, V. N., Munir, Z., & Rahman, H. F. (2021). Analisis Self Care
Management Terhadap Lansia Pasca Stroke dalam Peningkatan Activities of
Daily. 12(April), 215–218.
Masinaeinezhad, N., Abdollahimohammad, A., Bonjar, A. K., & Allahyari, J.
(2018). The effect of self-care education based on Orem’s model on self-
efficacy of patients with beta thalassemia major. Prensa Medica Argentina,
104(4). https://doi.org/10.4172/lpma.1000299
Muhlisin, A., & Irdawati. (2010). Teori self care dari Orem dan pendekatan dalam
praktek keperawatn. Berita Ilmu Keperawatan, 2(2), 97–100.
https://publikasiilmiah.ums.ac.id/bitstream/handle/11617/2044/BIK_Vol_2_
No_2_9_Abi_Muhlisin.pdf?sequence=1
P2PTM Kemenkes RI. (2017). Kebijakan dan Strategi Pencegahan dan
Pengendalian Stroke di Indonesia. Kementerian Kesehatan Republik
Indonesia, 1–26.
Polyclinic, N., Abidin, Z., & Aceh, B. (2017). Hubungan Derajat Stroke Terhadap
Status Kognitif Pada Pasien Stroke Iskemik Di Poliklinik Saraf Rumah Sakit
Umum Daerah dr . Zainoel Abidin Banda Aceh Relationship Degree Stroke on
The Cognitive Status Patients Ischemic Stroke. 2, 61–67.
Pongantung, H., Anita, F., Palango, C., & Manuel, C. (2020). Hubungan Self
Efficacy Dengan Quality of Life Pada Pasien Sesudah Stroke. Journal of
Islamic Nursing, 5(1), 21. https://doi.org/10.24252/join.v5i1.13894
Pongantung,Henny. (2018). Hubungan Dukungan Keluarga Dengan Self Efficacy
Pada Pasien Stroke Di Rsup Dr.Wahidin Sudirohusodo Makassar.Sekolah
Tinggi Ilmu Kesehatan Stella Maris Makassar
Puri, A. M., & Setyawan, D. (2020). Gambaran Self Care Pada Pasien Pasca Stroke
di Wilayah Kerja Puskesmas Kedungmundu Semarang. Jurnal Ilmu
Keperawatan Medikal Bedah, 3(1), 20.
https://doi.org/10.32584/jikmb.v3i1.355
Puspitasari, P. N. (2020). Hubungan Hipertensi Terhadap Kejadian Stroke. Jurnal
Ilmiah Kesehatan Sandi Husada, 12(2), 922–926.
https://doi.org/10.35816/jiskh.v12i2.435
Rahmawati, D., Kurniawan, T., & Hartati, S. (2019). Volume 7, Nomor 1, Juni
2019. Penilaian Mahasiswa Terhadap Mata Kuliah Keperawatan Islami, 7(6),
202–209.
Rihi, P. D. (2020). IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
ABSTRAK Abstrak HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA DAN SELF
EFFICACY DENGAN MOTIVASI REHABILITASI PASIEN STROKE DI
RSUD Penelitian Cross Sectional Oleh : Piga Delila Rihi PIGA D R IR –
PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA REL. Perpustakaan
Universitas Airlangga.
Sa’pang, F., Linggi, E., & Kulla, T. (2022). Pendahuluan. 11, 182–191.
https://doi.org/10.35816/jiskh.v11i1.722
Sincihu Y, & Dewi BDN. (2015). Peningkatan Kemandirian Lansia Berdasarkan
Perbedaan Activities Daily Living: Perawatan Lansia di Rumah dan di Panti
Werda. PROCEDING TEMU ILMIAH: KONSEP MUTAKHIR
TATALAKSANA BERBAGAI PERSOALAN MEDIS Dalam Rangka Dies
Natalis Fakultas Kedokteran Universitas Syiah Kuala Ke-33, Oktober, 190–
209.
Siregar, P. S., & Anggeria, E. (2019). Hubungan Antara Dukungan Keluarga
Dengan Kemampuan Perawatan Diri (Self Care) Pada Pasien Pasca Stroke Di
Rsud Pirngadi Kota Medan. Jurnal Keperawatan Priority, 2(2), 70.
https://doi.org/10.34012/jukep.v2i2.542
Sommers, M. (2019). Disor de r~ (5th ed.). Davis Company.
https://lccn.loc.gov/2018024022
Sriramayanti, C. I. (2018). PENDAHULUAN Stroke merupakan masalah
neurologik primer di Amerika Serikat dan di dunia . Stroke penyebab ketiga
kematian dengan laju mortilitas 18 % sampai 37 % untuk stroke pertama dan
sebesar 62 % untuk stroke selanjutnya ( Smeltzer & Bare , 2002 , p . JIM FKep,
IV(1).
Sulistyaningsih, D. R. (2014). Penerapan Teori Model Self Care (Orem) pada
Gangguan Sistem Perkemihan. In Sultan Agung (Vol. 52, Issue 133).
Sulistyowati, D. (2020). Hubungan Self Efficacy Dengan Perilaku Self Care (
Dengan Pendekatan Teori Orem ) Pasien Stroke Di. Jurnal Penelitian,
3(September), 17–23.
Sunaryo, Y. (2017). PENGUKURAN SELF-EFFICACY SISWA DALAM
PEMBELAJARAN MATEMATIKA DI MTs N 2 CIAMIS. Teorema, 1(2),
39. https://doi.org/10.25157/.v1i2.548
Suprajitno. (2016). Pengantar Riset Keperawatan. In Kemenkes RI (Vol. 1).
Syafni, A. N. (2020). Rehabilitasi Medik Pasien Pasca Stroke. Jurnal Ilmiah
Kesehatan Sandi Husada, 12(2), 873–877.
https://doi.org/10.35816/jiskh.v10i2.428
Szczepańska-Gieracha, J., & Mazurek, J. (2020). The role of self-efficacy in the
recovery process of stroke survivors. Psychology Research and Behavior
Management, 13, 897–906. https://doi.org/10.2147/PRBM.S273009
Tamam, B. (2020). FAKTOR RISIKO TERHADAP KEJADIAN STROKE Di
RSUD Dr. KOESNADI BONDOWOSO Diajukan. FAKTOR RISIKO
TERHADAP KEJADIAN STROKE Di RSUD Dr. KOESNADI BONDOWOSO,
12–26.
Wahyuni, S., & Dewi, C. (2018). Faktor-faktor Yang Mempengaruhi dengan
Efikasi Diri Pasien Pasca Stroke: Studi Cross Sectional di RSUD Gambiran
Kediri. Jurnal Wiyata, 5(2), 85–92.
http://www.ojs.iik.ac.id/index.php/wiyata/article/view/214
Whitiana, G. D., Vitriana, & Cahyani, A. (2017). Level of Activity Daily Living in
Post Stroke Patients. Althea Medical Journal, 4(2), 261–266.
https://doi.org/10.15850/amj.v4n2.1068
Widyantoro, W., Dewi, R. C., Prasetya, T. A., Hardiyanti, D. R., Puspitasari, F.,
Stikes, D., Mandala, B., & Slawi, H. (2018). HUBUNGAN ANTARA
ACTIVITY DAILY LIVING DENGAN KUALITAS TIDUR THE
RELATIONSHIP BETWEEN ACTIVITY OF DAILY LIVING AND SLEEP
QUALITY IN ELDERLY PEOPLE AT PROCOT VILLAGE OF TEGAL
REGENCY Pendahuluan : Activity of daily living ( ADL ) adalah suatu bentuk
penguku. Stikes Bhakti Mandala, 05.
Williams, L., & Hopper, P. (2015). Medical Surgical Nursing Specialities. In
Medical Surgical Nursing Specialities (5th ed.). Davis Company.
https://doi.org/10.5005/jp/books/10521
Yuniarti, I. I., Kariasa, I. M., & Waluyo, A. (2020). Efektifitas Intervensi Self-
Management pada Pasien Stroke. (Jkg) Jurnal Keperawatan Global, 5(1), 6–
17. https://doi.org/10.37341/jkg.v5i1.94
Yuniarti, I. I., Kariasa, I. M., & Waluyo, A. (2020). Efektifitas Intervensi Self-
Management pada Pasien Stroke. (Jkg) Jurnal Keperawatan Global, 5(1), 6–
17. https://doi.org/10.37341/jkg.v5i1.94
Zaidouni, A., Ouasmani, F., Benbella, A., Kasuoti, J., & Bezad, R. (2022). Potential
Use of Immature Oocyte to Improve Fertility Preservation Outcome: A
Narrative Review. Journal of Human Reproductive Sciences, In-press, 247–
254. https://doi.org/10.4103/jhrs.jhrs
RIWAYAT HIDUP

A. Identitas Pribadi:

1. Nama : Raihan Salsabila


2. NIM : 1912101010078
3. Tempat/Tanggal Lahir : Banda Aceh, 19 Maret 2001
4. Jenis Kelamin : Perempuan
5. Status : Anak ke-2 dari 3 (tiga) bersaudara
6. Agama : Islam
7. Pekerjaaan : Mahasiswa
8. Alamat : Ds. Ajee Pagar Air, Kec. Ingin Jaya
9. Email :reysalsa19@gmail.com
10. No. Hp :085319545854
B. Identitas Orang Tua:

1. Ayah:

a. Nama : Muhammad Nasir


b. Pekerjaan : Perawat
c. Alamat : Ds. Ajee Pagar Air, Kec. Ingin Jaya

2. Ibu
a. Nama : Fithriany
b. Pekerjaan : Bidan
c. Alamat : Ds. Ajee Pagar Air, Kec. Ingin Jaya

C. Riwayat Pendidikan
a. TK : TK Kartini Tahun 2007
b. SD : MIN Lhong Raya Tahun 2013
c. SMP : MTSN Banda Aceh Tahun 2016
d. SMA : SMA 10 Banda Aceh Tahun 2019
e. Perguruan Tinggi: Fakultas Keperawatan USK Tahun 2019- sekarang
Lampiran 1
Lampiran 2
Lampiran 3

LEMBAR PERMOHONAN MENJADI PASIEN STROKE

Dengan Hormat,

Saya Raihan Salsabila, mahasiswi Fakultas Keperawatan

Universitas Syiah Kuala, akan melaksanakan penelitian dalam rangka

memenuhi salah satu syarat mendapatkan gelar sarjana keperawatan.

Penelitian tersebut berjudul “Hubungan Self-efficacy dengan Self-

care pada Pasien Stroke di Rumah Sakit Umum dr. Zainoel

Abidin Banda Aceh”.

Untuk itu saya memerlukan kesediaan ibu/bapak/sdr

berpartisipasi dalam penelitian ini sebagai pasien stroke di Rumah

Sakit Umum dr. Zainoel Abidin Bnada Aceh untuk mengisi

instrumen yang saya berikan. Informasi yang dikumpulkan akan

dirahasiakan dan hanya digunakan untuk penelitian ini.

Bila ibu/bapak/sdr bersedia berpartisipasi dalam penelitian ini,

silahkan tanda tangani surat persetujuan sebagai bukti yang

diberikan. Bila terdapat hal yang kurang dipahami, ibu/bapak/sdr

dapat menanyakan secara langsung kepada peneliti. Atas perhatian

dan kesediaan ibu/bapak/sdr, saya ucapkan terima kasih.

Banda Aceh, 1 Agustus 2022

Hormat saya
Raihan Salsabila
Lampiran 4

LEMBAR PERSETUJUAN MENJADI PASIEN STROKE

Saya yang bertanda tangan di bawah ini, menyatakan setuju

untuk menjadi pasien stroke dalam penelitian dengan judul

“Hubungan Self-efficacy dengan Self-care pada Pasien Stroke

di Rumah Sakit Umum dr. Zainoel Abidin Banda Aceh” yang

dilakukan oleh Raihan Salsabila, mahasiswi Program Reguler A

Fakultas Keperawatan Universitas Syiah Kuala.

Saya mengetahui informasi yang didapatkan dari hasil

pengisian instrumen penelitian ini dapat sangat bermanfaat bagi

peningkatan dan pengembangan bidang keperawatan di masa yang

akan datang. Saya memahami bahwa penelitian ini tidak akan

menimbulkan akibat negatif bagi saya ataupun keluarga saya. Saya

mengerti bahwa data yang telah diberikan dijaga kerahasiaannya

dan hanya digunakan untuk keperluan penelitian.

Demikian lembar persetujuan ini dibuat dengan sadar dan

tanpa ada unsurpaksaan dari siapapun.

Pasien stroke

( )
Lampiran 5.1

LEMBAR KUESIONER

HUBUNGAN SELF-EFFICACY DENGAN SELF CARE PADA PASIEN


STROKE DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH DR. ZAINOEL ABIDIN
BANDA ACEH

Kode Pasien stroke : (Diisi oleh peneliti)


Tanggal Penelitian :
A. Data Demografi
Petunjuk Pengisian:
1. Isilah titik-titik di bawah ini
2. Berikan tanda check list (√) kolom di bawah ini
a. Umur:
b. Jenis Kelamin:  Laki-laki
 Perempuan
c. Alamat: ____________________________________________________
d. No. Telepon yang dapat dihubungi:
e. Status Perkawinan:  Menikah  Djuda/janda
 Belum Menikah
f. Tinggal bersama:  Keluarga inti  Extended family
g. Orang yang mengantarkan/menemasi pasien ke rumah sakit untuk
rehabilitasi:  Suami/istri/anak  Kerabat lain  Sendiri
f. Pendidikan Terakhir:  Tidak Sekolah  SMA Sederajat
 SD Sederajat  S1
 SMP Sederajat  S2
 S3
g. Lama Menderita Penyakit Stroke : _______________________________
Lampiran 5.1

h. serangan stroke ke berapa :  1x


 2x
 >3x, sebutkani.
Komplikasi :  Ada, sebutkan, _____________
 Tidak
Lampiran 5.2

KUESIONER B (Self-efficacy)

Pertanyaan berikut ini adalah tentang keyakinan bahwa Anda dapat melakukan

beberapa aktivitas yang mungkin sulit dilakukan sejak Anda mengalami stroke.

Untuk setiap aktivitas berikut berilah tanda checklist (√) pada kotak jawaban

yang dipilih.

Untuk jawaban :

SY= Sangat Yakin

Y = Yakin

KY= Kurang Yakin

TY = Tidak Yakin

N
PERNYATAAN SY Y KY TY
O
Self-efficacy dalam aktivitas sehari-hari
Seberapa yakin bapak/ibu bahwa saat ini dapat tidur
1
dengan nyaman setiap malam.
Seberapa yakin bapak/ibu bahwa saat ini dapat
2
bangun dari tempat tidur meskipun merasa lelah.
Seberapa yakin bapak ibu bahwa saat ini dapat
3
menggunakan kedua tangan untuk makan
Seberapa yakin bapak/ibu bahwa saat ini dapat
4 memulai melepas baju secara mandiri bahkan ketika
merasa lelah.
Seberapa yakin bapak/ibu bahwa saat ini dapat
5 berjalan sendiri beberapa langkah didalam rumah
tanpa bantuan orang lain.
Seberapa yakin bapak/ibu bahwa saat ini dapat
6 berjalan disekitar rumah untuk melakukan beberapa
aktivitas yang diinginkan.
Seberapa yakin bapak/ibu bahwa saat ini dapat
7 berjalan sendiri di luar rumah tanpa bantuan orang
lain.
Lampiran 5.2

N
PERNYATAAN SY Y KY TY
O
Seberapa yakin Bapak/Ibu bahwa dapat menyiapkan
8 makanan yang diinginkan tanpa bantuan orang lain
pada saat pulang ke rumah.
Self-efficacy dalam self-management
Seberapa yakin Bapak/Ibu bahwa saat ini dapat
9
melakukan program olahraga setiap hari
Seberapa yakin bapak/ibu bahwa saat ini dapat
10 tekun dalam mencari kemajuan untuk penyembuhan
dari kondisi strokee setelah menyelesaikan terapi.
Seberapa yakin bapak/ibu bahwa saat ini dapat
11 mengatasi rasa frustasi karena tidak mampu
melakukan aktivitas yang disebabkan oleh stroke.
Seberapa yakin bapak/ibu bahwa saat in dapat tetap
12 melakukan berbagai aktivitas yang paling disukai
seperti sebelum mengalami stroke.
Seberapa yakin bapak/ibu bahwa saat ini dapat tetap
13 berusaha lebih cepat dalam melakukan aktivitas
yang sudah mulai melambat sejak mengalami
stroke.

Total Skor
Lampiran 5.3

KUESIONER C (Self-Care)

Petunjuk Pengisian:
Berilah skor 0,1,2,3 pada kolom hasil sesuai dengan jawaban pasien stroke:

NO FUNGSI SKOR KETERANGAN HASIL


1 Mengendalikan 0 Tidak terkendali/tak teratur (perlu pencahar)
rangsang BAB (Kontrol 1 Kadang-kadang tak terkendali (1 x / minggu)
BAB)
2 Terkendali teratur
2 Mengendalikan 0 Tak terkendali atau pakai kateter
rangsang BAK (Kontrol 1 Kadang-kadang tak terkendali (hanya 1 x / 24 jam)
BAK)
2 Mandiri
3 Membersihkan diri
0 Butuh pertolongan orang lain
(mencuci wajah,
menyikat rambut, 1 Mandiri
mencukur kumis, sikat
gigi) (Berdandan)
4 Penggunaan WC (keluar 0 Tergantung pertolongan orang lain
masuk WC, 1
melepas/memakai Perlu pertolongan pada beberapa kegiatan tetapi
celana, cebok, dapat mengerjakan sendiri beberapa kegiatan yang
menyiram) (Aktivitas lain
toilet)
2 Mandiri
5 Makan minum (jika 0 Tidak mampu
makanan harus berupa 1 Perlu ditolong memotong makanan
potongan, dianggap 2 Mandiri
dibantu) (Makan)
6 Bergerak dari kursi roda ke 0 Tidak mampu
tempat tidur dan 1 Perlu banyak bantuan untuk bias duduk (2 orang)
sebaliknya (termasuk 2 Bantuan minimal 1 orang
duduk di tempat tidur)
3 Mandiri
(Transfer)
7 Berjalan di tempat rata 0 Tidak mampu
(atau
jika tidak bias berjalan, 1 Bisa (pindah) dengan kursi roda
menjalankan kursi roda) 2 Berjalan dengan bantuan 1 orang
(Mobilisasi)
3 Mandiri
Lampiran 5.3

NO FUNGSI SKOR KETERANGAN HASIL


8 Berpakaian 0 Tergantung orang lain
(termasuk 1 Sebagian dibantu (mis: mengancing baju)
memasang tali 2 Mandiri
sepatu,
mengencangkan
sabuk)
9 Naik turun tangga 0 Tidak mampu
1 Butuh pertolongan
2 Mandiri
10 Mandi 0 Tergantung orang lain
1 Mandiri
Skor Total
Lampiran 6
Lampiran 7
Lampiran 8
Lampiran 9
Lampiran 10

Nomor Kode Responden Umur Jenis Kelamin Alamat Status Perkawinan Tinggal Bersama Orang yang menemani Pend Terakhir Lama Menderita Serangan Stroke Komplikasi p1 p2 p3 p4 p5 p6 p7 p8 p9 p10 p11 p12 p13 Total q1 q2 q3 q4 q5 q6 q7 q8 q9 q10 Total
1 M 63 2 Lamnyong 1 1 1 4 1 1 2 2 1 2 0 2 3 0 1 3 3 3 3 3 26 2 1 1 2 2 2 1 1 1 0 13
2 F 46 1 Samahani 1 1 1 5 1 2 2 1 1 1 2 0 0 0 8 2 2 1 1 1 20 1 1 0 1 1 2 1 1 1 0 9
3 AMD 72 1 Lambaro Skep 1 1 3 5 1 1 1 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 39 2 2 1 2 2 3 3 2 2 1 20
4 Y 62 1 Setui 1 1 3 5 1 2 1 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 39 2 2 1 2 2 2 3 2 2 1 19
5 R 70 2 Pulo ara Bireun 3 1 1 4 2 2 1 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 39 2 2 1 2 2 3 3 2 2 1 20
6 RO 71 2 Lambaro angan 1 1 1 4 1 1 2 3 2 3 3 1 1 1 2 1 3 3 3 3 29 2 2 1 1 2 2 1 1 1 0 13
7 W 51 2 Lamteumen 1 1 1 3 1 1 2 2 3 3 3 3 3 3 3 1 3 3 3 3 36 2 2 1 2 2 3 2 1 1 1 17
8 S 49 1 Panglima Polem 1 1 3 3 2 1 2 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 38 2 2 1 2 2 3 3 2 2 1 20
9 J 59 1 Takengon 1 1 1 5 2 3 1 1 2 0 0 1 1 1 1 1 2 2 1 1 14 2 2 2 1 2 1 1 1 1 1 14
10 Z 71 1 Sabang 1 1 3 5 1 1 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 39 2 2 1 2 2 3 3 2 2 1 20
11 S 33 2 Blang Pidie 1 1 3 5 1 1 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 39 2 2 1 2 2 3 3 2 2 1 20
12 T 63 2 Darussalam 1 1 3 1 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 39 2 2 1 2 2 3 3 2 2 1 20
13 S 64 1 Emperum 1 1 1 3 1 1 1 1 2 3 3 2 1 1 3 3 3 3 3 3 31 2 2 1 2 2 3 3 2 1 2 20
14 S 58 1 Bireun 1 1 1 4 1 2 1 3 3 3 3 3 3 2 2 3 3 3 3 3 37 2 2 1 2 2 3 3 2 1 1 19
15 S 53 2 Aneuk Galong 1 1 3 2 1 1 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 39 2 2 1 2 2 3 3 2 2 1 20
16 F 60 2 Lambhuk 1 1 1 4 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 39 2 2 1 2 2 3 3 2 2 1 20
17 A 45 2 Pango 1 1 1 4 1 1 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 39 2 2 1 2 2 3 3 2 2 1 20
18 AR 60 2 Darussalam 1 1 1 4 1 1 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 39 2 2 1 2 2 3 3 2 2 1 20
19 IS 85 1 Sigli 1 1 1 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 3 2 2 2 27 2 2 1 2 2 3 3 2 2 1 20
20 M 59 2 Aceh Jaya 1 1 1 5 1 1 2 2 0 2 1 2 2 2 1 0 2 2 2 2 20 1 1 1 1 2 3 3 1 1 1 15
21 LSC 63 2 Peunayong 1 1 1 1 1 1 1 1 2 1 2 3 1 1 2 2 3 2 2 2 24 2 2 1 2 1 3 3 1 2 1 18
22 A 66 1 Lingke 1 1 3 5 2 3 1 3 3 3 3 3 3 3 2 2 3 3 3 3 37 2 2 1 2 2 3 3 2 2 1 20
23 CH 76 2 Meulaboh 1 1 1 0 1 2 2 3 3 1 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 36 2 2 1 1 2 3 3 2 2 1 19
24 F 60 1 Lampineung 1 1 3 5 3 2 1 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 39 2 2 1 1 2 3 3 2 2 1 19
25 F 44 1 Meulaboh 1 1 1 1 1 1 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 39 2 2 1 2 2 3 3 2 1 1 19
26 R 65 2 Ulee kareng 1 1 1 5 1 1 2 2 2 3 3 3 3 3 3 2 2 3 3 3 35 2 2 1 2 2 3 3 2 1 1 19
27 A 68 1 Ulee kareng 1 1 3 5 1 1 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 39 2 2 1 2 2 3 3 2 1 1 19
28 AI 65 1 Gp Doy 1 1 1 5 1 2 2 3 3 1 1 3 3 3 2 2 3 3 3 3 33 2 2 0 2 2 3 3 1 1 1 17
29 Y 52 2 Blang Kreung 1 1 1 3 1 1 2 2 2 3 3 3 3 2 2 3 3 3 3 3 35 2 2 1 2 2 3 3 2 1 1 19
30 NK 62 2 Kamp. Muli 1 1 1 3 3 3 1 1 2 2 2 1 1 0 1 1 3 3 2 3 22 2 2 1 1 2 2 1 1 1 0 13
31 A 61 1 Ulee Kareng 1 1 1 5 1 1 1 3 3 2 3 2 2 3 3 3 3 2 3 3 35 2 2 1 2 2 3 3 2 1 1 19
32 B 50 1 Meunasah Paeun 1 1 1 4 1 1 1 1 1 1 1 1 2 1 1 1 3 3 3 3 22 2 2 0 1 1 2 1 1 1 0 11
33 MI 67 1 Ie Masen 1 1 3 4 2 1 1 3 2 2 2 3 3 2 2 3 2 3 3 3 33 2 2 1 2 2 3 3 2 2 1 20
34 Z 54 1 Pagar Air 1 1 1 4 1 1 1 3 2 2 1 3 3 2 1 3 3 3 3 3 32 2 2 0 1 2 3 3 1 2 1 17
35 K 62 2 Ulee Kareng 1 1 1 4 1 1 1 2 2 3 3 3 2 2 3 3 2 2 3 3 33 2 2 1 2 2 3 3 2 1 1 19
36 I 75 1 Punge 1 1 3 4 1 1 2 2 2 2 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 35 2 2 1 2 2 3 3 2 1 1 19
37 z 69 1 Beurawe 1 1 1 2 1 1 1 1 3 3 1 2 1 1 3 3 3 3 0 3 27 2 2 1 2 2 3 2 1 2 1 18
38 D 64 2 Lhokseumawe 1 1 1 4 1 1 1 3 3 2 1 1 0 0 0 1 2 1 1 1 16 1 1 1 1 1 2 2 1 1 0 11
39 Y 65 2 Setui 1 1 1 5 1 1 2 2 2 2 3 3 1 1 3 2 2 3 2 3 29 2 2 1 1 2 2 3 2 1 1 17
40 MI 51 2 Cadek 1 1 1 3 1 1 2 2 2 2 3 3 3 2 2 3 3 2 2 2 31 2 2 1 2 2 2 3 1 1 1 17
41 I 55 1 Lhokseumawe 1 1 1 3 1 2 2 3 3 2 2 3 3 2 2 3 3 2 2 3 33 2 2 1 2 2 3 3 1 1 1 18
42 N 37 2 Lambaro Angan 1 1 3 2 1 1 2 2 2 2 3 3 3 2 2 3 3 2 3 3 33 2 2 1 2 2 2 3 2 2 1 19
43 NU 61 2 Lamprit 1 1 1 3 1 1 1 2 2 2 2 2 3 3 2 3 3 3 2 3 32 2 2 1 2 2 3 3 2 2 1 20
44 F 55 1 Indrapuri 1 1 1 3 1 1 2 2 2 2 2 3 3 3 3 2 2 3 3 3 33 2 2 1 2 2 2 3 2 1 1 18
45 MU 60 1 Lhoknga 1 1 1 3 1 1 2 3 3 2 3 2 2 1 3 2 3 3 3 3 33 2 1 0 2 2 2 1 1 1 1 13
46 I 45 1 Lambaro Angan 1 1 1 3 1 1 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 39 2 2 1 2 2 3 3 2 2 1 20
47 M 62 1 Lamnyong 1 1 1 4 1 1 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 39 2 2 1 2 2 3 3 2 2 1 20
48 MN 57 2 Lambaro Kafe 1 1 1 4 1 1 1 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 39 2 2 1 2 2 3 3 2 2 1 20
49 DDS 70 1 Reuloh 1 1 1 4 1 1 2 3 3 3 3 3 3 3 2 2 3 3 3 3 37 2 2 1 2 2 3 3 2 1 1 19
50 MN 70 1 Blang Cut 1 1 1 3 1 2 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 39 2 2 1 2 2 3 3 2 2 1 20
51 B 70 2 Punge 1 1 1 3 1 1 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 39 2 2 1 2 2 3 3 2 2 1 20
52 E 51 1 Sabang 1 1 1 3 1 1 2 2 2 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 36 2 2 1 2 2 3 3 2 1 1 19
53 FI 51 2 Lamno 1 1 1 2 1 1 2 2 2 2 2 2 1 1 2 2 3 3 3 3 28 2 2 1 2 2 2 3 2 1 1 18
54 F 38 1 Mon Blang 1 1 1 5 1 1 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 39 2 2 1 2 2 3 3 2 2 1 20
55 AD 60 1 Lamgugob 1 1 1 5 1 1 2 3 3 3 3 3 3 3 2 2 2 3 3 3 36 2 2 1 2 2 3 3 2 2 1 20
56 R 50 1 Labuy 3 1 1 3 1 2 1 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 39 2 2 1 2 2 3 3 2 2 1 20
57 SFK 71 1 Lampulo 1 1 1 3 1 1 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 39 2 2 1 2 2 3 3 2 2 1 20
58 Ramli 49 1 Ulee Lheu 1 1 1 3 1 1 1 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 39 2 2 1 2 2 3 3 2 2 1 20
59 SFK 63 2 Meunasah Papeun 1 1 1 5 1 1 2 3 1 1 1 1 1 1 1 1 3 3 3 3 23 2 2 0 1 1 2 1 1 1 1 12
60 MAB 64 1 Lampulo 1 1 1 3 1 1 1 3 3 3 3 1 1 1 3 2 3 3 3 3 32 2 2 1 2 2 2 3 2 1 1 18
61 R 48 2 Lamprit 1 1 1 4 1 1 1 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 39 2 2 1 2 2 3 3 2 2 1 20
62 NR 70 2 Mireul 1 1 1 5 1 1 1 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 39 2 2 1 2 2 3 3 2 2 1 20
63 S 59 1 Ateuk Munjeng 1 1 1 3 1 1 2 3 1 1 1 1 1 1 2 1 3 3 3 3 24 2 2 1 0 2 1 1 1 1 1 12
64 SY 60 1 Lhoknga 1 1 1 3 1 1 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 39 2 2 1 2 2 3 3 2 2 1 20
65 S 57 1 Lambaro 1 1 1 3 1 1 1 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 39 2 2 1 2 2 3 3 2 2 1 20
66 SYF 54 1 Sigli 1 1 1 3 1 1 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 39 2 2 1 2 2 3 3 2 2 1 20
67 N 50 1 Peukan Bada 1 1 1 2 1 1 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 39 2 2 1 2 2 3 3 2 2 1 20
68 K 66 2 Blangkeu 1 1 1 1 1 1 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 39 2 2 1 2 2 3 3 2 1 1 19
69 S 69 1 kp Laksana 1 1 1 4 1 1 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 39 2 2 1 2 2 3 3 2 1 1 19
70 SU 40 2 Lampeuneurut 1 1 3 1 3 2 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 39 2 2 1 2 2 3 3 2 2 1 20
71 TAR 63 1 Aceh Timur 1 1 1 3 1 1 1 3 3 2 2 3 3 3 2 3 3 3 3 3 36 2 2 1 1 2 2 3 2 2 1 18
72 AB 67 1 Panton Labu 1 1 1 2 1 1 1 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 38 2 2 1 2 2 3 3 2 2 1 20
73 M 30 1 Punge 1 1 1 5 1 1 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 39 2 2 1 2 2 3 3 2 2 1 20
74 AY 58 1 Takengon 1 1 1 3 1 1 2 3 3 2 2 3 3 2 2 3 3 3 3 3 35 2 2 1 2 2 3 3 2 2 1 20
75 N 59 2 Lampeuneun 1 1 1 3 1 1 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 39 2 2 1 2 2 3 3 2 2 1 20
76 A 44 1 Lambaro 1 1 1 3 1 1 1 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 39 2 2 1 2 2 3 3 2 2 1 20
77 Z 62 1 Indrapuri 1 1 1 3 1 1 2 3 3 1 1 3 3 3 2 3 3 3 3 3 34 2 2 0 1 2 3 3 1 2 1 17
78 S 56 2 Peukan Bada 1 1 1 3 1 1 1 3 2 3 3 1 1 1 2 1 3 3 3 3 29 2 2 1 1 2 2 2 2 1 0 15
79 N 48 2 Ulee Gle 1 1 1 3 1 1 2 3 2 3 3 1 1 1 2 1 3 3 3 3 29 2 2 1 1 2 2 1 2 1 0 14
80 Z 52 1 Blang Reuh 1 1 1 3 1 1 1 3 3 3 3 2 2 2 3 2 3 3 3 3 35 2 2 1 2 2 3 3 2 1 1 19
81 N 65 2 Bireun 1 1 1 3 1 1 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 39 2 2 1 2 2 3 3 2 2 1 20
82 LH 61 1 Lampineung 1 1 1 5 1 1 1 3 2 2 2 1 2 1 3 1 3 3 3 3 29 2 2 1 1 2 3 3 2 1 1 18
83 El 51 2 lampeuneun 1 1 1 3 1 1 1 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 39 2 2 1 2 2 3 3 2 2 1 20
84 R 63 2 Lamteuba 1 1 1 3 1 1 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 39 2 2 1 2 2 3 3 2 2 1 20
85 M 51 2 Bener Meriah 1 1 1 4 1 1 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 39 2 2 1 1 2 3 3 2 2 1 19
86 M 56 1 kp Ateuk 1 1 1 1 1 1 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 39 2 2 1 1 2 3 3 2 2 1 19
87 MA 70 2 Dewantara 1 1 1 4 1 2 1 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 39 2 2 1 1 2 3 3 2 2 1 19
88 H 39 1 Lhokseumawe 1 1 1 4 1 1 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 39 2 2 1 1 2 3 3 2 2 1 19
89 D 68 2 Miruk 1 1 1 1 1 1 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 39 2 2 1 1 2 3 3 2 2 1 19
90 R 50 2 Lampulo 1 1 1 1 1 1 1 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 39 2 2 1 1 2 3 3 2 2 1 19
91 A 50 2 Prada 1 1 1 3 1 1 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 39 2 2 1 1 2 3 3 2 2 1 19
92 FA 50 1 Aceh Timur 1 1 1 3 1 1 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 39 2 2 1 1 2 3 3 2 2 1 19
93 A 61 1 Ulee Kareng 1 1 1 5 1 1 1 3 3 2 3 2 2 3 3 3 3 2 3 3 35 2 2 1 2 2 3 3 2 1 1 19
94 B 50 1 Meunasah Paeun 1 1 1 4 1 1 1 1 1 1 1 1 2 1 1 1 3 3 3 3 22 2 2 0 1 1 2 1 1 1 0 11
95 MI 67 1 Ie Masen 1 1 3 4 2 1 1 3 2 2 2 3 3 2 2 3 2 3 3 3 33 2 2 1 2 2 3 3 2 2 1 20
96 Z 54 1 Pagar Air 1 1 1 4 1 1 1 3 2 2 1 3 3 2 1 3 3 3 3 3 32 2 2 0 1 2 3 3 1 2 1 17
97 K 62 2 Ulee Kareng 1 1 1 4 1 1 1 2 2 3 3 3 2 2 3 3 2 2 3 3 33 2 2 1 2 2 3 3 2 1 1 19
98 I 75 1 Punge 1 1 3 4 1 1 2 2 2 2 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 35 2 2 1 2 2 3 3 2 1 1 19
99 z 69 1 Beurawe 1 1 1 2 1 1 1 1 3 3 1 2 1 1 3 3 3 3 0 3 27 2 2 1 2 2 3 2 1 2 1 18
100 D 64 2 Lhokseumawe 1 1 1 4 1 1 1 3 3 2 1 1 0 0 0 1 2 1 1 1 16 1 1 1 1 1 2 2 1 1 0 11
101 Y 65 2 Setui 1 1 1 5 1 1 2 2 2 2 3 3 1 1 3 2 2 3 2 3 29 2 2 1 1 2 2 3 2 1 1 17
102 WR 51 2 Cadek 1 1 1 3 1 1 2 2 2 2 3 3 3 2 2 3 3 2 2 2 31 2 2 1 2 2 2 3 1 1 1 17
103 I 55 1 Lhokseumawe 1 1 1 3 1 2 2 3 3 2 2 3 3 2 2 3 3 2 2 3 33 2 2 1 2 2 3 3 1 1 1 18
104 MN 57 2 Lambaro Kafe 1 1 1 4 1 1 1 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 39 2 2 1 2 2 3 3 2 2 1 20
105 DDS 70 1 Reuloh 1 1 1 4 1 1 2 3 3 3 3 3 3 3 2 2 3 3 3 3 37 2 2 1 2 2 3 3 2 1 1 19
106 MN 70 1 Blang Cut 1 1 1 3 1 2 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 39 2 2 1 2 2 3 3 2 2 1 20
107 B 70 2 Punge 1 1 1 3 1 1 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 39 2 2 1 2 2 3 3 2 2 1 20
108 F 46 1 Samahani 1 1 1 5 1 2 2 1 1 1 2 0 0 0 8 2 2 1 1 1 20 1 1 0 1 1 2 1 1 1 0 9
109 AMD 72 1 Lambaro Skep 1 1 3 5 1 1 1 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 39 2 2 1 2 2 3 3 2 2 1 20
110 Y 62 1 Setui 1 1 3 5 1 2 1 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 39 2 2 1 2 2 2 3 2 2 1 19
111 R 70 2 Pulo ara Bireun 3 1 1 4 2 2 1 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 39 2 2 1 2 2 3 3 2 2 1 20
112 RO 71 2 Lambaro angan 1 1 1 4 1 1 2 3 2 3 3 1 1 1 2 1 3 3 3 3 29 2 2 1 1 2 2 1 1 1 0 13
113 W 51 2 Lamteumen 1 1 1 3 1 1 2 2 3 3 3 3 3 3 3 1 3 3 3 3 36 2 2 1 2 2 3 2 1 1 1 17
114 S 49 1 Panglima Polem 1 1 3 3 2 1 2 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 38 2 2 1 2 2 3 3 2 2 1 20
115 J 59 1 Takengon 1 1 1 5 2 3 1 1 2 0 0 1 1 1 1 1 2 2 1 1 14 2 2 2 1 2 1 1 1 1 1 14
116 M 51 2 Bener Meriah 1 1 1 4 1 1 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 39 2 2 1 1 2 3 3 2 2 1 19
117 M 56 1 kp Ateuk 1 1 1 1 1 1 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 39 2 2 1 1 2 3 3 2 2 1 19
118 MA 70 2 Dewantara 1 1 1 4 1 2 1 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 39 2 2 1 1 2 3 3 2 2 1 19
119 SI 72 2 Bireun 3 1 1 4 2 2 1 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 39 2 2 1 2 2 3 3 2 2 1 20
Lampiran 11

UJI NORMALITAS DATA


1. Variabel Self-efficacy

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test


Unstandardized
Residual
N 119
Normal Parametersa,b Mean .0000000
Std. Deviation 1.46637078
Most Extreme Differences Absolute .171
Positive .155
Negative -.171
Test Statistic .171
Asymp. Sig. (2-tailed) .000c
a. Test distribution is Normal.
b. Calculated from data.
c. Lilliefors Significance Correction.

2. Variabel Self-efficacy dalam Aktivitas Sehari-hari

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test


Unstandardized
Residual
N 119
Normal Parametersa,b Mean .0000000
Std. Deviation 1.51219084
Most Extreme Differences Absolute .179
Positive .179
Negative -.166
Test Statistic .179
Asymp. Sig. (2-tailed) .000c
a. Test distribution is Normal.
b. Calculated from data.
c. Lilliefors Significance Correction.
Lampiran 11.1

3. Variabel Self-efficacy dalam Self-management

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test


Unstandardized
Residual
N 119
Normal Parametersa,b Mean .0000000
Std. Deviation 1.87333267
Most Extreme Differences Absolute .273
Positive .210
Negative -.273
Test Statistic .273
Asymp. Sig. (2-tailed) .000c
a. Test distribution is Normal.
b. Calculated from data.
c. Lilliefors Significance Correction.
Lampiran 12

HASIL UJI PENELITIAN


A. Data Demografi

Umur Statistics

N Valid 119
Missing 0
Mean 59.05
Std. Deviation 9.859
Minimum 30
Maximum 85

Jenis_Kelamin
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Laki-Laki 66 55.5 55.5 55.5
Perempuan 53 44.5 44.5 100.0
Total 119 100.0 100.0

Status_Perkawinan
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Menikah 115 96.6 96.6 96.6
Duda/Janda 4 3.4 3.4 100.0
Total 119 100.0 100.0

Tinggal_Bersama
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Keluarga Inti 119 100.0 100.0 100.0

Orang_Yang_Mengantarkan
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Suami/Istri/Anak 100 84.0 84.0 84.0
Sendiri 19 16.0 16.0 100.0
Total 119 100.0 100.0
Lampiran 12.1

Pendidikan_Terakhir
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Tidak Bersekolah 1 .8 .8 .8
SD Sederajat 10 8.4 8.4 9.2
SMP Sederajat 7 5.9 5.9 15.1
SMA Sederajat 41 34.5 34.5 49.6
Diploma 34 28.6 28.6 78.2
Sarjana 26 21.8 21.8 100.0
Total 119 100.0 100.0

Lama_menderita
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid ≤1 tahun 103 86.6 86.6 86.6
2-5 tahun 11 9.2 9.2 95.8
≥6 tahun 5 4.2 4.2 100.0
Total 119 100.0 100.0

Serangan_Stroke

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid 1 Kali 93 78.2 78.2 78.2

2 Kali 20 16.8 16.8 95.0

≥ 3 Kali 6 5.0 5.0 100.0

Total 119 100.0 100.0

Komplikasi

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid ada 48 40.3 40.3 40.3

Tidak ada 71 59.7 59.7 100.0

Total 119 100.0 100.0


Lampiran 12.2

B. Analisa Univariat

Self_efficacy
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Sedang 13 10.9 10.9 10.9
Tinggi 106 89.1 89.1 100.0

Total 119 100.0 100.0

ADL
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid rendah 3 2.5 2.5 2.5
sedang 20 16.8 16.8 19.3
tinggi 96 80.7 80.7 100.0

Total 119 100.0 100.0

self_management
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Sedang 7 5.9 5.9 5.9
Tinggi 112 94.1 94.1 100.0
Total 119 100.0 100.0

Self_care
Frequenc Cumulative
y Percent Valid Percent Percent
Valid Mandiri 48 40.3 40.3 40.3

Ketergantungan 65 54.6 54.6 95.0


Ringan

Ketergantungan 6 5.0 5.0 100.0


Sedang

Total 119 100.0 100.0


Lampiran 12.3

C. Analisa Bivariat

Self-efficacy * Self_care Crosstabulation


Self_care
Ketergantungan Ketregantungan
Ringan Sedang Mandiri Total
SEQ Sedang Count 8 5 0 13
% of Total 6.7% 4.2% 0.0% 10.9%
Tinggi Count 58 0 48 106
% of Total 48.7% 0.0% 40.3% 89.1%
Total Count 66 5 48 119
% of Total 55.5% 4.2% 40.3% 100.0%

Correlations
SEQ self_care
Spearman's rho SEQ Correlation Coefficient 1.000 .752**
Sig. (2-tailed) . .000
N 119 119
self_care Correlation Coefficient .752** 1.000
Sig. (2-tailed) .000 .
N 119 119
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).

ADL * Self_care Crosstabulation


Self_care
Ketergantungan Ketregantungan
Ringan Sedang Mandiri Total
ADL Rendah Count 2 1 0 3
% of Total 1.7% 0.8% 0.0% 2.5%
Sedang Count 14 4 2 20
% of Total 11.8% 3.4% 1.7% 16.8%
Tinggi Count 50 0 46 96
% of Total 42.0% 0.0% 38.7% 80.7%
Total Count 66 5 48 119
% of Total 55.5% 4.2% 40.3% 100.0%
Lampiran 13

Correlations
ADL Self_care
Spearman's rho ADL Correlation Coefficient 1.000 .750**
Sig. (2-tailed) . .000
N 119 119
Self_care Correlation Coefficient .750** 1.000
Sig. (2-tailed) .000 .
N 119 119
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).

Self_Management * Self_care Crosstabulation


Self_care
Ketergantungan Ketregantungan
Ringan Sedang Mandiri Total
Self_Management Sedang Count 4 3 0 7
% of Total 3.4% 2.5% 0.0% 5.9%
Mandiri Count 62 2 48 112
% of Total 52.1% 1.7% 40.3% 94.1%
Total Count 66 5 48 119
% of Total 55.5% 4.2% 40.3% 100.0%

Correlations
x_selfmanagem
ent Self_care
Spearman's rho x_selfmanagement Correlation Coefficient 1.000 .664**
Sig. (2-tailed) . .000
N 119 119
Self_care Correlation Coefficient .664** 1.000
Sig. (2-tailed) .000 .
N 119 119
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
Lampiran 13

LEMBAR PENGKODEAN

Lampiran pengkodean yang dilakukan untuk item pertanyaann sebagai

berikut:

1. Karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin

(1) Laki-laki :1

(2) Perempuan :2

2. Karakterisitk responden berdasarkan status perkawinan

(1) Menikah :1

(2) Belum Menikah :2

(3) Duda/ Janda :3

3. Karakterisik responden berdasarkan data tinggal bersama

(1) Keluarga Inti :1

(2) Extended Fammily :2

4. Karakteristik responden berdasarkan orang yang mengantarkan atau

menemani kerumah sakit

(1) Suami/Istri/Anak :1

(2) Kerabat lain :2

(3) Sendiri :3

5. Karakterisitik responden berdasarkan pendidikan terakhir

(1) Dasar :1

(2) Menengah :2

(3) Atas :3
Lampiran 13

6. Karakterisitik responden berdasarkan lama menderita stroke

(1) ≤ 1 tahun :1

(2) 2 – 5 tahun :2

(3) ≥ 6 tahun :3

7. Karakterisitik responden berdasarkan serangan stroke yang keberapa

(1) 1 kali :1

(2) 2 kali :2

(3) ≥ 3 kali :3

8. Karakteristik responden berdasarkan komplikasi yang diderita

(1) Ada :1

(2) Tidak Ada :2

9. Karakteristik responden berdasarkan self-efficacy

(1) Rendah :1

(2) Sedang :2

(3) Tinggi :3

10. Karakteristik responden berdasarkan self-efficacy dalam aktivitas

sehari-hari

(1) Rendah :1

(2) Sedang :2

(3) Tinggi :3

11. Karakteristik responden berdasarkan self-efficacy dalam self-

management

(1) Rendah :1
Lampiran 13

(2) Sedang :2

(3) Tinggi :3

12. Karakteristik responden berdasarkan self-care

(1) Ketergantungan Ringan : 1

(2) Ketergantungan Sedang : 2

(3) Mandiri :3

Anda mungkin juga menyukai