Anda di halaman 1dari 22

LAPORAN PENDAHULUAN DENGAN DIAGNOSA MEDIS ISK

DI RUANGAN CENDRAWASIH BAWAH RSU ANUTAPURA PALU

DI SUSUN OLEH :
MUH. FARDIANSYAH
2022031020

CI LAHAN CI INSTITUSI

Arif Ramli, S.Kep., Ns Ns. Viere Allanled Siauta, S.Kep., M.Kep


NIK. 20210901131

PROGRAM STUDI PROFESI NERS SEKOLAH TINGGI ILMU


KESEHATAN WIDYA NUSANTARA PALU
2022
ASUHAN KEPERAWATAN PADA N.y M DENGAN DIAGNOSA MEDIS
ISK DI RUANGAN CENDRAWASIH BAWAH RSU ANUTAPURA PALU

DI SUSUN OLEH :
MUH. FARDIANSYAH
2022031020

CI LAHAN CI INSTITUSI

Arif Ramli, S.Kep., Ns Ns. Viere Allanled Siauta, S.Kep., M.Kep


NIK. 20210901131

PROGRAM STUDI PROFESI NERS SEKOLAH TINGGI ILMU


KESEHATAN WIDYA NUSANTARA PALU
2022
LAPORAN PENDAHULUAN ISK
A. Definisi
Infeksi saluran kemih (ISK) adalah suatu keadaan dimana kuman
atau mikroba tumbuh dan berkembang biak dalam saluran kemih
dalam jumlah bermakna (IDAI, 2011). Istilah ISK umum digunakan
untuk menandakan adanya invasi mikroorganisme pada saluran kemih
(Haryono, 2012). ISK merupakan penyakit dengan kondisi dimana
terdapat mikroorganisme dalam urin yang jumlahnya sangat banyak dan
mampu menimbulkan infeksi pada saluran kemih (Dipiro dkk,2011).
ISK adalah infeksi akibat berkembang biaknya mikroorganisme di
dalam saluran kemih, yang dalam keadaan normal air kemih tidak
mengandung bakteri, virus atau mikroorganisme lain. Infeksi saluran
kemih dapat terjadi baik di pria maupun wanita dari semua umur, dan dari
kedua jenis kelamin ternyata wanita lebih sering menderita daripada pria
(Sudoyo Aru,dkk 2013).
Dari beberapa pengertian diatas, dapat disimpulkan bahws Infeksi
Saluran Kemih (ISK) merupakan istilah umum untuk menyatakan adanya
pertumbuhan bakteri di dalam saluran kemih, meliputi infeksi di parenkim
ginjal sampai infeksi di kandung kemih. Pertumbuhan bakteri yang
mencapai > 100.000 unit koloni per ml urin segar pancar tengah
(midstream urine) pagi hari, digunakan sebagai batasan diagnosa ISK.
B. Etiologi
Infeksi saluran kemih sebagian besar disebabkan oleh bakteri, virus
dan jamur tetapi bakteri yang sering menjadi penyebabnya. Penyebab ISK
terbanyak adalah bakteri gram-negatif termasuk bakteri yang biasanya
menghuni usus dan akan naik ke sistem saluran kemih antara lain
adalah Escherichia coli, Proteus sp, Klebsiella, Enterobacter (Purnomo,
2014). Pasca operasi juga sering terjadi infeksi oleh Pseudomonas,
sedangkan Chlamydia dan Mycoplasma bisa terjadi tetapi jarang
dijumpai pada pasien ISK. Selain mikroorganisme, ada faktor lain yang
dapat memicu ISK yaitu faktor predisposisi (Fauci dkk., 2011). E.coli
adalah penyebab tersering. Penyebab lain ialah klebsiela, enterobakteri,
pseudomonas, streptokok, dan stafilokok (SudoyoAru, dkk 2013).
1. Jenis-jenis mikroorganisme yang menyebabkan ISK, antara lain :
a. Escherichia Coli : 90% penyebab ISK uncomplicated
b. Psedomonas, proteus, Klebsiella : penyebab ISK complicated
c. Enterobacter, staphylococcus epidemidis, enterococci, dan lain-
lain
2. Prevalensi penyebab ISK pada usia lanjut, antara lain :
a. Sisa urin dalam kandung kemih yang meningkat akibat
pengosongan kandung kemih yang kurang efektif.
b. Mobilitas menurun
c. Nutrisi yang sering kurang baik
d. Sistem imunitas menurun, baik seluler maupun
humoral e. Adanya hambatan pada aliran darah
e. Hilangnya efek bakterisid dari sekresi prostat
Faktor Resiko Menurut Suharyanto dan Abdul (2008) faktor resiko
yang umum pada penderita ISK adalah :
1. Ketidakmampuan atau kegagalan kandung kemih untuk
mengosongkan isinya secara sempurna
2. Penurunan daya tahan tubuh
3. Peralatan yang dipasang pada saluran perkemihan seperti kateter
dan prosedur sistoskopi
C. Anatomi fisiologi
Struktur saluran kemih bagian bawah diyakini turut meningkatkan
insidensi bakteriuria pada wanita. Uretra yang pendek dengan panjang
sekitar 2 cm (3/4 inci) pada anak perempuan dan 4 cm (1 ½ inci ) pada
wanita dewasa bemberikan kemudahan jalan masuk infasi
organisme.disamping itu, penutupan uretra pada akhir mikturisi dapat
megembalikan bakteri pegontaminasi kedalam kandung kemih. Uetra laiki-
laki yang panjang (sampai sepanjan 20 cm ( 8 inci ) pada pria ( dewasa)
dan sifat anti bakteri yang dimiliki oleh sikret prostat akan menghambat
serta tumbunya kuman-kuman patogen (wong 2008)
D. Patofisiologi
Menurut Nurharis Huda Amin, yang dikutip dari Masjoer Arif,
(2003) Infeksi Saluran kencing (ISK) terjadi akibat infeksi pada traktus
urinarus yang disebabkan oleh masuknya mikroorganisme patogenik
dengan atau tanpa disertainya tanda dan juga gejala. Mikroorganisme ini
dapat masuk bisa dikarenakan penggunaan steroid jangka panjang,
makanan yang terkontaminasi bakteri, proses perkembangan usia lanjut,
anomali saluran kemih, higine yang tidak bersih, dan hubungan seksual
yang tidak sehat, serta akibat dari cidera uretra. Infeksi saluran kencing ini
dapat mengenai kandung kemih, prostat, uretra, dan juga ginjal.
Pada pasien dengan Infeksi saluran kencing, umumnya retensi urin
terjadi akibat dari obstruksi dan menyebabkan peningkatan tekanan di
vesika urinaria serta penebalan diding vesika, ketika hal ini terjadi maka
menyebabkan penurunan kontraksi vesika sehingga menimbullkan tahanan
pada kandung kemih, urin yang tertahan pada kandung kamih dalam jangka
waktu yang lama (lebih dari 12 jam ) merupakan media yang baik untuk
perkembangan mikroorganisme patogen seperti E. coli, Klabsiella,
prosteus, psudomonas, dan enterobacter.
Ketika bakteri telah berhasil berkembang, maka tubuh akan
melakukan respon pertahanan dengan merangsang hipotalamus untuk
menstimulus sistem pertahanan tubuh untuk memfagosit antigen
tersebut sehingga akan menyebabkan peningkatan metabolisme dan
muncul gejala demam, ketika antigen tidak mampu di fagosit oleh sistem
imun kita maka akan menyebabkan munculnya bakteremia skunder yang
menjalar ke ureter sehingga menyebabkan iritasi dan peradangan pada
ureter, umumnya ketika hal ini terjadi maka akan menyebabkan pasien
mengalami oliguria. Selain itu ketika proses peradangan terjadi
akan meningkatkan frekuensi dorongan kontraksi uretra dan
memunculkan persepsi nyeri akibat proses depresi syaraf perifer. Selain
itu, respon pertahanan tubuh kita juga akan merangsang hipotalamus
sehingga muncul lah gejala seperti demam serta nyeri di bagian yang
terinfeksi.
Pathway

Masuknya mikroorganisme
patogenik

Masuk ke traktus Urinarius

Infeksi Saluran
Kemih

Tekanan vesika urinaria


meningkat

Urin tertahan dalam


kandung kemih

Sulit berkemih Bakteri semakin


berkembang

Retensi
Urine Respon pertahanan
tubuh bekerja

Sistem imun gagal di


fagosit Merangsang Hipotalamus

Muncul bacteremia Metabolisme Meningkat


sekunder

Frekuensi dorongan
kontraksi uretra meningkat Iritasi Ureter
Kelemahan Fisik Hipertemia

Depresi Saraf Perifer


Oliguria
Gangguan Mobilitas
Fisik
Nyeri
Akut Gangguan
Eliminasi
Urine
E. Manifestasi Klinis Infeksi Saluran Kemih
Infeksi saluran kemih dapat diketahui dengan beberapa gejala seperti:
1. Demam,
2. Susah buang air kecil,
3. Nyeri setelah buang air besar (disuria terminal),
4. Sering buang air kecil,
5. Kadang-kadang merasa panas ketika berkemih,
F. Pemeriksaan Penunjang
Infeksi saluran kemih dapat diketahui dengan beberapa gejala seperti
demam, susah buang air kecil, nyeri setelah buang air besar (disuria
terminal), sering buang air kecil, kadang-kadang merasa panas ketika
berkemih, nyeri pinggang dan nyeri suprapubik (Kemkes RI , 2011).
Pemeriksaan penunjang pada pasien ISK yaitu, pemeriksanaan darah
dan pemeriksaan urin. Dikatakan ISK jika terdapat kultur urin positif
≥100.000 CFU/mL. Ditemukannya positif (dipstick) leukosit esterase
adalah 64 - 90%. Positif nitrit pada dipstick urin, menunjukkan konversi
nitrat menjadi nitrit oleh bakteri gram negatif tertentu (tidak gram
positif), sangat spesifik sekitar 50% untuk infeksi saluran kemih. Temuan
sel darah putih (leukosit) dalam urin (piuria) adalah indikator yang paling
dapat diandalkan infeksi (> 10 WBC / hpf pada spesimen berputar) adalah
95% sensitif tapi jauh kurang spesifik untuk ISK. Secara umum, >
100.000 koloni/mL pada kultur urin dianggap diagnostik untuk ISK
(M.Grabe dkk, 2015). Penegakan diagnosis ISK selain dengan manifestasi
klinis juga diperlukan pemeriksaan penunjang seperti: analisis urin rutin,
pemeriksaan mikroskop urin segar tanpa sentrifus, kultur urin juga jumlah
kuman CFU/ml.
Pemeriksaan leukosit dapat menggunakan dipstick maupun secara
mikroskopis. Urin dikatakan leukosituria jika secara mikroskopis
didapatkan >10 leukosit per mm3 atau terdapat >5 leukosit per
lapang pandang. Selain leukosituria pada ISK juga dapat ditemukan
hematuria namun tidak dapat dijadikan indikasi terjadinya ISK.
Pemeriksaan hematuria dan protein dalam urin memiliki spesifitas dan
sensitifitas yang rendah dalam diagnosis ISK (Corwin, 2009).
G. Penatalaksanaan
Tatalaksana terapi dapat diawali dengan pertimbangan faktor pasien,
faktor mikrobiologis dan data hasil klinis (Kurniawan, 2010). Antibiotik
(antibakteri) adalah zat yang diperoleh dari suatu sintesis atau yang berasal
dari senyawa nonorganik yang dapat membunuh bakteri patogen tanpa
membahayakan manusia (inangnya). Antibiotik harus bersifat selektif dan
dapat menembus membran agar dapat mencapai tempat bakteri berada
(Priyanto, 2010). Penggunaan antibiotik yang tidak tepat dapat
menyebabkan kekebalan bakteri, munculnya bakteri-bakteri yang resisten
Tatalaksana terapi dapat diawali dengan pertimbangan faktor pasien, faktor
mikrobiologis dan data hasil klinis (Kurniawan, 2010). Antibiotik
(antibakteri) adalah zat yang diperoleh dari suatu sintesis atau yang berasal
dari senyawa nonorganik yang dapat membunuh bakteri patogen tanpa
membahayakan manusia (inangnya). Antibiotik harus bersifat selektif dan
dapat menembus membran agar dapat mencapai tempat bakteri
berada (Priyanto, 2010). Penggunaan antibiotik yang tidak tepat dapat
menyebabkan kekebalan bakteri, munculnya bakteri-bakteri yang resisten.
H. Komplikasi
Meurut purnomo (2011), adapun komplikasi yang ditimbulkan yaitu:
gagal ginjal akut, urosepsis, nekrosis papilla ginjal terbentuk batu saluran
kemih ,supurasi atw pembentukan abses, dan granuloma.
ASUHAN KEPERAWATAN SECARA TEORI

A. Pengkajian
Pengkajian adalah tahap awal dari proses keperawatan dan
merupakan suatu proses pengumpulan data yang sistematis dari
berbagai sumber untuk mengevaluasi dan mengidentifikasi status
kesehatan klien. Data yang akan dikumpulkan mencakup:
1. Identitas
Identitas dalam pengkajian ada 2, yaitu identitas pasien dan identitas
penanggung jawab pasien atau keluarga pasien. Identitas pasien
menjelaskan tentang nama pasien, alamat, umur, agama, jenis
kelamin, pendidikan, pekerjaan serta berisi tanggal MRS, tanggal
dilakukannya pengkajian, no register dan diagnose medis. Sedangkan
dalam identitas penanggung jawab berisi nama penanggung jawab,
hubungan penanggung jawab dengan pasien, alamat serta pekerjaan
penanggung jawab.
B. Status Kesehatan
1. Status Kesehatan Saat Ini
a. Keluhan Utama
Keluhan utama biasanya dijelaskan mengenai keluhan pasien
ketika MRS dan ketika dilakukan pengkajian. Keluhan utama
pada pasien ISK ialah merasa nyeri saat buang air kecil,
demam, buang air kecil secara terus menerus
b. Alasan Masuk Rumah Sakit
Biasanya pasien atau keluarga akan menjelaskan bagaimana
perjalanan penyakit yang dialami pasien sehingga pasien
dibawa ke rumah sakit.
c. Upaya Untuk Mengatasi
Menjelaskan tentang upaya apa saja yang telah dilakukan
oleh keluarga atau pasien sendiri, dalam menangani penyakit
yang dideritanya.
2. Status Kesehatan Masa Lalu
a. Penyakit yang Pernah Dialami
Pasien atau keluarga menjelaskan apakah pernah
mengalami atau mengidap penyakit serupa atau penyakit
lainnya sebelumnya
b. Pernah Dirawat
Pasien menjelaskan apakah ia pernah dirawat karena suatu
penyakit atau tidak
c. Alergi
Pasien menjelaskan apakah memiliki riwayat alergi terhadap
makanan, obat dan lain sebagainya.
d. Kebiasaan
Pasien menjelaskan apakah ia memiliki kebiasaan seperti
merokok, meminum kopi, mengkonsumi alcohol dan lain
sebagainya.
e. Riwayat Penyakit Keluarga
Pasien atau keluarga menjelaskan apakah dalam silsilah
keluarga pasien terdapat penyakit bawaan atau penyakit
turunan.
C. Diagnosa Medis dan Therapy
Berisikan data mengenai diagnose medis dan terapi apa saja
yang sudah dijalani oleh pasien. Disertai pula dengan nama obat-obatan
yang dikonsumsi, dosis obat, rute pemberian obat, indikasi dan juga efek
samping. Serta dapat dilampirkan hasil pemeriksaan penunjang pasien
D. Pola Kebutuhan Dasar
Disesuaikan dengan menggunakan format Gordon berdasarkan
keterangan klien.
1. Pola Persepsi dan Manajemen Kesehatan
Pasien atau keluarga menjelaskan mengenai persepsinya
terhadap kesehatan dan bagaimana ia mengelola kesehatannya
sehingga dapat meningkatkan kualitas kesehatannya.
2. Pola Nutrisi-Metabolik
Pada pola ini, pasien atau keluarga menjelaskan mengenai asupan
nutrisi pasien, bagaimana nafsu makannya, apa saja yang dimakan
dan diminum dan berapa porsi atau cc jumlah makanan dan minuman
yang dikonsumsi saat sudah sakit maupun sebelum sakit.
3. Pola Eliminasi
Pasien menjelaskan bagaimana proses eliminasi BAB dan BAK
ketika sebelum sakit dan sudah sakit. Lengkap dengan berapa kali
BAB/BAK dalam sehari, jumlahnya, warna, dan konsistensi.
4. Pola Aktivitas dan Latihan
Pasien atau keluarga menjelaskan tentang bagaimana klien
melakukan aktivitasnya atau melakukan pergerakan sebelum sakit
maupun sesudah sakit. Apakah pasien dapat melakukannya dengan
mandiri, dibantu oleh orang lain, dibantu orang lain dan alat, atau
bergantung total.
5. Pola Kognitif dan Persepsi
Pasien menjelaskan mengenai apakah fungsi panca inderanya masih
bagus dan pengetahuannya tentang kesehatan selama ini
6. Pola Persepsi dan Konsep Diri
Pasien menjelaskan mengenai konsep dirinya, bagaimana ideal
dirinya, pandangannya terhadap dirinya sendiri dan apakah ia telah
mampu memahami dirinya sendiri
7. Pola Tidur dan Istirahat
Pasien menjelaskan mengenai kondisi tidurnya sebelum sakit dan
saat sakit. Apakah tidurnya nyenyak, berapa lama ia tertidur, apakah
ada kendala ketika ia tertidur.
8. Pola Peran dan Hubungan
Pasien menjelaskan mengenai perannya dalam kehidupan sehari-hari,
bagaimana kehidupan sosialnya/ bagaimana ia berhubungan atau
berinteraksi dengan orang lain
9. Pola Seksual dan Reproduksi
Pasien menjelaskan mengenai apakah ia memiliki gangguan atau
kendala dalam seksualitas dan system reproduksinya baik sebelum
sakit maupun saat sakit.
10. Pola Toleransi Stress dan Koping
Pasien menjelaskan bagaimana kondisi psikisnya ketika ia mengidap
penyakit ini. Apakah ia terlalu berpikir tentang penyakitnya dana pa
yang dilakukannya untuk tetap tenang dalam menghadapi masalah
penyakitnya.
11. Pola Nilai dan Kepercayaan
Pasien menjelaskan tentang nilai-nilai spiritual yang
diyakininya.
E. Pemeriksaan Fisik
1. Keadaan Umum
Kesadaran komposmestis, gelisah, dan lelah. GCS : Verbal: ….
Psikomotor: ….. Mata: …..
Tanda-Tanda Vital : TD ….. Nadi …. Suhu …. RR….
2. Pemeriksaan Fisik
a. Kepala dan Leher
Pengkajian melalui inspeksi dan palpasi pada daerah kepala dan
leher pasien. Periksa apakah ada peningkatan tekanan vena
jugularis.
b. Mata
Pengkajian dengan inspeksi dan palpasi, mengenai
kesimetrisan, kondisi konjungtiva, pupil dan sklera apakah ada
nyeri tekan atau tidak.
c. Hidung
Pengkajian dengan inspeksi dan palpasi, mengenai
kesimetrisan, kondisi bulu hidung dan apakah ada nyeri tekan
atau tidak
d. Telinga
Pengkajian dengan inspeksi dan palpasi, mengenai
kesimetrisan, apakah ada benjola atau tidak.
e. Mulut
Pengkajian dengan inspeksi dan palpasi, mengenai kondisi
daerah mulut apakah ada stomatitis, bau mulut, kondisi mukosa
bibir, dan lain sebagainya.
f. Dada
Paru-Paru
Pengkajian dengan inspeksi, palpasi, perkusi, dan auskultasi
mengenai suara paru apakah normal atau ada gangguan
Jantung
Pengkajian dengan inspeksi, palpasi, perkusi, dan auskultasi
mengenai suara paru apakah normal atau ada gangguan
g. Abdomen
Pengkajian dengan inspeksi, auskultasi, palpasi dan
perkusi
F. Analisa Data
Disesuaikan dengan data yang diperoleh dari klien, dilengkapi
dengan interpretasi dan masalah keperawatan yang muncul
G. Diagnosa Keperawatan
1. Gangguan Eliminasi Urine berhubungan dengan iritasi kandung
kemih yang ditandai dengan desakan berkemih, sering buang air
kecil, distensi kandung kemih, berkemih tidak tuntas, nokturia, dan
enuresis
2. Retensi Urine berhubungan dengan peningkatan tekanan uretra,
ditandai dengan sensasi penuh pada kandung kemih, dysuria, distensi
kandung kemih, inkontinensia berlebih, dribbling
3. Gangguan Mobilitas Fisik berhubungan dengan
perubahan metabolism ditandai dengan mengeluh sulit
menggerakkan ekstremitas, kekuatan otot menurun, kelemahan
fisik, gerakan terbatas
4. Nyeri Akut berhubungan dengan agen pencedera
fisiologis (inflamasi) ditandai dengan pasien mengeluh nyeri,
tampak meringis, sulit tidur, gelisah, tekanan darah meningkat,
skala nyeri 5-10
5. Hipertermia berhubungan dengan peningkatan metabolism
ditandai dengan suhu tubuh diatas normal, akral teraba hangat,
kulit merah, kejang, takikardia
H. Intervensi Keperawatan

No Diagnosa
keperawatan intervensi Rasional
Dx
sdki
1 Setelah dilakukan asuhan Manajemen Eliminasi - Mengkaji output
keperawatan selama ..x24 Urine urine pasien dan
jam diharapkan tidak ada Observasi: menentukan
gangguan dalam eliminasi - Monitor eliminasi urine normal atau
urin pasien dengan kriteria - Identifikasi tanda dan tidaknya jumlah
hasil: gejala retensi urine urine yang
Nursing Treatment keluar
- Pasien dapat berkemih
- Ambil sampel urine - Retensi urine
dengan normal
tengah dan kultur merupakan salah
- Tidak ada desakan
- Catat waktu-waktu dan satu tanda
berkemih yang urgensi
haluaran berkemih adanya
- Tidak ada distensi
- Anjurkan untuk minum gangguan
kandung kemih
yang cukup eliminasi pada
- Frekuensi BAK
Education: urine
Membaik
- Ajarkan mengenali tanda - Sampel urine
berkemih dan waktu yang untuk
tepat untuk berkemih melakukan
Collaboration: pemeriksaan
- Kolaborasi pemberian laboratorium
obat supositoria uretra - Mempermudah
pemantauan
mengenai cairan
pasien
(eliminasi urine)
- Minum yang
cukup
membantu
proses balance
cairan pasien
- Pasien harus
tahu kapan dia
berkemih
- Supositoria
uretra
merupakan obat
utk gangguan
pada uretra,
khususnya
berkemih
2 Setelah dilakukan asuhan Manajemen Eliminasi - Mengkaji output
keperawatan selama ..x24 Urine urine pasien dan
jam diharapkan retensi - Monitor eliminasi urine menentukan
urine pasien teratasi dengan - Identifikasi tanda dan normal atau
kriteria hasil: gejala retensi urine tidaknya jumlah
- Ambil sampel urine urine yang
- Pasien dapat berkemih
tengah dan kultur keluar
dengan normal
- Catat waktu-waktu dan - Retensi urine
- Tidak ada desakan
haluaran berkemih merupakan salah
berkemih yang urgensi
- Anjurkan untuk minum satu tanda
- Tidak ada distensi
yang cukup adanya
kandung kemih
- Ajarkan mengenali tanda gangguan
- Frekuensi BAK
berkemih dan waktu yang eliminasi pada
Membaik
tepat untuk berkemih urine
- Kolaborasi pemberian - Sampel urine
obat supositoria uretra untuk
melakukan
pemeriksaan
laboratorium
- Mempermudah
pemantauan
mengenai cairan
pasien
(eliminasi urine)
- Minum yang
cukup
membantu
proses balance
cairan pasien
- Pasien harus
tahu kapan dia
berkemih
- Supositoria
uretra
merupakan obat
utk gangguan
pada uretra,
khususnya
berkemih
3 Setelah dilakukan asuhan Dukungan Mobilisasi - Respon tubuh
keperawatan selama ..x24 Observasi: ketika dilakukan
jam diharapkan mobilitas - Identifikasi toleransi fisik pergerakan atau
fisik pasien tidak terganggu melakukan pergerakan mobilisasi
dengan kriteria hasil: - Monitor kondisi umum - KU pasien
selama melakukan penting guna
- Pergerakan ekstremitas
mobilisasi menentukan
meningkat
kegiatan
- Kekuatan otot Nursing Treatment:
selanjutnya
meningkat
- Fasilitasi aktivitas - Alat bantu
- Rentang gerak (ROM)
mobilisasi dengan alat seperti kursi
Meningkat
bantu roda, dan lain
- Libatkan keluarga untuk sebagainya
membantu pasien dalam - Peran keluarga
mempermudah
meningkatkan pergerakan
pasien
Education: melakukan
mobilisasi
- Ajarkan mobilisasi
- Mobilisasi
sederhana yang harus sederhana
dilakukan seperti duduk,
- Jelaskan tujuan dan miring kanan-
prosedur mobilisai kiri dan lain
sebagainya
- Pasien harus
tahu tujuan
dilakukannya
mobilisasi
4 Setelah dilakukan asuhan Manajemen Nyeri - Identifikasi
keperawatan selama ..x24 Observasi : karakteristik
jam diharapkan nyeri - Identifikasi lokasi, nyeri pasien
berkurang atau terkontrol karakteristik, dan skala secara bertahap
dengan KH : nyeri
Nursing Treatment
- Skala nyeri dalam
- Berikan teknik - Teknik
rentang normal 0-1
nonfarmakologis untuk nonfarmakologis
- Pasien dapat rileks
mengurangi rasa nyeri diterapkan
- mampu mengontrol
karena nyeri
nyeri (tahu peyebab
membutuhkan
nyeri, mampu
teknik atau
menggunakan teknik
strategi
nonfarmakologi untuk
penanganan lain
mengurangi nyeri,
selain obat
mencari bantuan)

- Fasilitasi istirahat dan - Pasien dengan


tidur nyeri
membutuhkan
istirahat dan
tidur yang cukup

- Pasien perlu
Education:
mengetahui cara
- Jelaskan strategi
untuk
meredakan nyeri
menangani nyeri
yang dialami

- Pasien dengan
Collaboration
nyeri
- Kolaborasi pemberian
membutuhkan
analgetik
analgetik Pereda
nyeri

5 Setelah dilakukan asuhan Manajemen hipertermi : - Suhu dikontrol


keperawatan selama .....x24 Obervasi setiap 2 jam
jam, diharapkan hipertermi - Monitor suhu paling untuk
pada pasien dapat teratasi tidak setiap 2 jam, sesuai menentukan
dengan kriteria hasil: kebutuhan tindakan
- Suhu tubuh dalam - Monitor suhu dan warna pengobatan
rentang normal kulit. selanjutnya
(36,5-37,50C) Nursing Treatmen - Suhu dan warna
- Adanya kejang - Tingkatkan intake cairan kulit dimonitor
menjadi tidak ada dan nutrisi adekuat untuk mengetahui
- Kulit kemerahan - Gunakan matras perkembangan
menjadi tidak ada. pendingin, selimut yang pasien
mensirkulasi air, mandi - Matras pendingin
air hangat, kantong es dapat membantu
atau bantalan jel, dan menurunkan suhu
kateterisasi pendingin tubuh diatas
intravaskular untuk normal
menurunkan suhu tubuh, - Indikasi
sesuai kebutuhan. kelelahan akibat
panas
- Informasikan pasien dan diedukasikan
keluarga pasien mengenai pada keluarga
indikasi adanya kelelahan pasien agar
akibat panas dan mengetahui
penanganan emergensi perkembangan
yang tepat, sesuai kesehatan pasien
kebutuhan. - Termoregulasi
- Diskusikan pentingnya perlu
termoregulasi dan didiskusikan
kemungkinan efek untuk mengetahui
negatif dari demam yang efek yang
berlebihan. mungkin muncul
Collaboration - Obat antipiretik
- Kolaborasikan dengan dapat
dokter terkait pemberian menurunkan suhu
obat antipiretik. tuvuh yang diatas
normal
DAFTAR PUSTAKA

Moorhead, sue., dkk. 2013. Nursing Outcomes Classification (NOC).


Diterjemahkan oleh Nurjannah, Intansari., dkk. 2016. Pengukuran
Outcomes Kesehatan Edisi Kelima. Yogyakarta: Mocomedia

Muthia, Dewi. 2012. Laporan Pendahuluan Pasien dengan ISK.

M. Bulechek, Gloria., dkk. 2013. Nursing Interventions Classification (NIC).


Diterjemahkan oleh Nurjannah, Intansari., dkk. 2016. Pengukuran
Intervensi Kesehatan Edisi keenam. Yogyakarta: Mocomedia

Sutarman, RH. 2016. ISK.

Taurimasari, Nurvina. 2015. Laporan Pendahuluan Infeksi Saluran Kemih.

Wulandari, Mia. 2014. Infeksi Saluran Kemih.

PPNI. (2019). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia. Jakarta: Dewan


Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia

PPNI. (2019). Standar Luaran Keperawatan Indonesia. Jakarta: Dewan


pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia
Setiadi (2017). Konsep & Penulisan Asuhan Keperawatan. Yogyakarta: Graha
Ilmu.

Anda mungkin juga menyukai