Anda di halaman 1dari 12

LAPORAN PENDAHULUAN

INFEKSI SALURAN KEMIH (ISK)


Dosen pembimbing : Ns Dian Nur Wulanningrum S.kep.,M.kep

DISUSUN OLEH :

DEVI MAYANTI
S17014
S17A

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS KUSUMA HUSADA SURAKARTA
TAHUN AKADEMIK 2020
LAPORAN PENDAHULUAN
INFEKSI SALURAN KEMIH (ISK)

A. Konsep Penyakit
1. Definisi
Infeksi Saluran Kemih (ISK) adalah infeksi akibat berkembangbiaknya
mikroganismedidalam saluran kemih, yang dalam keadaan normal air kemih
tidak mengandung bakteri, virus atau mikroganisme lain. Infeksi saluran kemih
dapat terjadi pada wanita maupun perempuan dari semua umur, dan dari kedua
jenis kelamin ternyata perempuan lebih sering menderita infeksi ini daripada
pria. (Nurharis Huda, 2011)
Infeksi Saluran Kemih (ISK) adalah ditemukannya bakteri pada urine
dikandung kemih, yang umumnya steril. Istilah ini dipakai secara bergantian
dengan istilah infeksi urine. Termasuk pula berbagai infeksi disaluran kemih
yang tidak hanya mengenai kandung kemih. (Arief Mansjoer, 2011).
Infeksi Saluran Kemih (ISK) didiagnosis dengan membiak organism
spesifik. Bakteri penyebab paling umum adalah Escheria Coli, organism aerobic
yang banyak terdapat didaerah usus bagian bawah (Tambayong, 2012)
Dari berbagai pengertian disimpulkan bahwa Infeksi Saluran Kemih (ISK)
atau Urinarius Tractus Infection (UTI) adalah suatu keadaan adanya infasi
mikroganisme pada saluran kemih.

2. Etiologi
Menurut Sylvia. 2015 Jenis – jenis mikroganisme yang menyebabkan
Infeksi Saluran Kencing (ISK) antara lain :
a. Escherichia Coli: 90% penyebab ISK uncomplicated (simple).
b. Pseudomnas, prosteus, Klebsiella : penyebab ISK Complicated
c. Enterobacter, staphylococus epidemis, dan enterococus
d. Prevalensi penyebab ISK pada lansia antara lain :
 Sisa urine dalam kandung kemih yang meningkat akibat
pengosongan kandung kemih yang kurang efektif
 Mobilitas menurun
 Nutrisi yang kurang baik
 System imunitas menurun, baik seluler maupun hormonal
 Adanya hambatan aliran urine
 Hilangnya efek bakterisid sekresi prostat

3. Manifestasi Klinik
Menurut Nurharis Huda, 2011 manifestasi klinik pada pasien isk adalah :
a. Uretritis biasanya memperlihatkan gejala :
 Mukosa memerah dan edema
 Terdapat cairan eksudat yang purulent
 Ada ulserasi pada urethra
 Adanya rasa gatal yang menggelitik
 Adanya nanah awal miksi
 Nyeri pada saat miksi
 Kesulitan untuk memulai miksi
 Nyeri pada abdomen bagian bawah
b. Sistitis biasanya memperlihatkan gejala :
 Disuria (nyeri waktu berkemih)
 Meningkatkan frekuensi berkemih
 Perasaan ingin berkemih
 Adanya sel-sel darah putih dalam urine
 Nyeri punggung bawah atau suprapubik
 Demam yang disertai adanya darah dalam urine
c. Pielonefritis akut biasanya memperlihatkan gejala :
 Demam
 Menggigil
 Nyeri pinggang
 Disuria

4. Klasifikasi
Menurt Nurharis Huda, 201 :
a. Anyang-anyangatan atau rasa ingin buang air kecil lagi, meski sudah
dicoba untuk berkemih, namun tidak ada air kencing yang keluar.
b. Sering kencing, atau sering kesakitan ketika kencing, air kencing bisa
berwarna putih, coklat atau kemerahan, dan baunya sangat
menyengat.
c. Warna air kencing kental/pekat seperti air teh, kadang kemerahan bila
ada darah.
d. Nyeri pada pinggang.
e. Demam atau menggigil, yang dapat menandakan bahwa infeksi sudah
mencapai ginjal (diiringi rasa nyeri disis bawah belakang rusuk, mual
dan muntah).
f. Peradangan kronis pada kandung kemih yang berlanjut dan tidak
sembuh, dapat memicu terjadinya kanker pada kandung kemih.
g. Pada bayi gejalanya berupa demam, berat badan sukar naik atau
anoreksia.

5. Komplikasi
a. Sepsis yaitu kondisi berbahaya akibat infeksi, terutama bila infeksi
menyebar hingga ke ginjal.
b. Striktur uretra (penyempitan uretra pada pria).
c. Kelahiran prematur dan bayi lahir dengan berat badan lahir rendah,
jika dialami oleh wanita hamil.

6. Patofisiologi dan Pathway


Menurut Nurharis Huda Amin, yang dikutip dari Masjoer Arif, (2013)
Infeksi Saluran kencing (ISK) terjadi akibat infeksi pada traktus urinarus
yang disebabkan oleh masuknya mikroorganisme patogenik dengan atau
tanpa disertainya tanda dan juga gejala. Mikroorganisme ini dapat masuk bisa
dikarenakan penggunaan steroid jangka panjang, makanan yang
terkontaminasi bakteri, proses perkembangan usia lanjut, anomali saluran
kemih, higine yang tidak bersih, dan hubungan seksual yang tidak sehat, serta
akibat dari cidera uretra. Infeksi saluran kencing ini dapat mengenai kandung
kemih, prostat, uretra, dan juga ginjal.
Pada pasien dengan Infeksi saluran kencing, umunya retensi urin teradi
akibat dari obstruksi dan menyebabkan peningkatan tekanan di vesika
urinaria serta penebalan diding vesika, ketika hal ini terjadi maka
menyebabkan penurunan kontraksi vesika sehingga menimbullkan tahanan
pada kandung kemih, urin yang tertahan pada kandung kamih dalam jangka
waktu yang lama (lebih dari 12 jam ) merupakan media yang baik untuk
perkembangan mikroorganisme.
Ketika bakteri telah berhasil berkembang, maka tubuh akan melakukan
respon pertahanan dengan merangsang hipotalamus untuk menstimulus
sistem pertahanan tubuh untuk memfagosit antigen tersebut sehingga akan
menyebabkan peningkatan metabolisme dan muncul gejala demam,ketika
antigen tidak mampu di fagosit oleh sistem imun kita maka akan
menyebabkan munculnya bakteremia skunder yang menjalar ke ureter
sehingga menyebabkan iritasi dan peradangan pada ureter, umumnya ketika
hal ini terjadi maka akan menyebabkan pasien mengalami oliguria.

Pathway

Akumulasi etiologi dan faktor Makanan


resiko infeksi mikroorganisme, jaringan parut ->
terkontaminasi,
penggunaan steroid jangka total tersembat
mikroorganisme
panjang, usia lanjut, anomali masuk lewat mulut
saluran kemih, cideraurethra,

HCL (Lambung )

Hidup Tidak Hidup

Berkembang di usus RESIKO INFEKSI Peningkatan


terutama pleg player tekanann di Vesika
urinaria

Kuman mengeluarkan
endotoksin Penebalan dinding
vesika urinaria
Bakteremia primer

Penurunan Kontraksi
Tidak di fagosit di fagosit otot vesika urinaria

Mati Sulit berkemih


Bakteremia skunder
RETENSI URIN

Ureter Hipotalamus Reinteraksi


abdominal
Iritasi uretral Menekan termoregulator

Oliguria HIPERTERMIA

Cepat lelah
GANGGUAN ELIMINASI
URINE
INTOLERANSI AKTIVITAS
Peradangan

Depresi syaraf perifer


Peningkatan frekuensi/
dorongan kontraksi
uretral NYERI AKUT
7. Penatalaksanaan
(Nurharis Huda Amin, 2013)
Penatalaksanaan Keperawatan :
a. Pemberian agens antibakterial yang secara efektif menghilangkan bakteri
dari traktus urinarius dengan efek minima terhadap flora fekal dan vagina
dengan demikian memperkecil infeksi ragi vagina.
b. Variasi program pengobatan telah mengobat infeksi saluran kemih ini,
misalnya dosis tunggal program medikasi short cause (3-4 hari) atau long
course (7-10 hari).
c. Penggunaan medikasi mencakup sulfisoxasol, sulfamethoxazole.
d. Pemakaian antimikrobial jangka panjang menurunkan resiko
kekambuhan infeksi.
e. Jika kekambuhan terjadi setelah agens mikrobial selesai diberikan, maka
program short medikasi (3-4 hari) dari terapi antimikrobial dosis penuh
diberikan.
f. Jika kekambuhan tidak terjadi, maka medikasi diberikan setiap malam
berikutnya selama 6-7 bulan.
Penatalaksanaan Medis :
a. Terapi antibiotic untuk membunuh bakteri gram positif maupun gram
negative.
b. Apabila pielonefritis kroniknya disebabkan oleh obstruksi atau refleks
maka diperlukan penatalaksanaan spesifik untuk mengatasi masalah –
masalah tersebut.
c. Dianjurkan untuk sering minum dan BAK sesuai kebutuhan untuk
membilas microganisme yang mungkin naik ke uretra, untuk wanita
harus membilas dari depan ke belakang untuk menghindari
kontaminasi lubang urethra oleh bakteri faeces.
(Suharyanto. 2014)
B. Asuhan Keperawatan
1.Pengkajian
a. Identitas pasien
Pada tahap ini perawat perlu mengetahui tantan nama, umur, jenis
kelamin, agama, suku atau bangsa, status perkawinan, pendidikan,
pekerjaan, alamat, tanggal masuk rumah sakit, tanggal pengkajian,catatan
kedatangan.
b. Keluhan utama
Keluhan utama/ alasan masuk rumah sakit. Biasanya klien
mengeluhkan nyeri pada saat miksi, pasien juga mengeluh sering buang
air kecil berulang ulang (anyang-anyangan) terbangun untuk miksi pada
malam hari, perasaan ingin miksi yang sangat mendesak.
c. Riwayat penyakit sekarang
Pasien mengeluh sakit pada saat miksi dan harus menunggu lama,
dan harus mengedan. Pasien mengeluh sering bak berulang. Pasien
mengeluh sering miksi di malam hari.
d. Riwayat penyakit dahulu
Apakah pasien pernah menderita infeksi saluran kencing
sebelumnya, dan apakah pasien pernah dirawat di rumah sakit
sebelumnya dengan keluhan yang sama.
e. Riwayat penyakit keluarga
Mungkin diantara keluarga pasien sebelumnya ada yang pernah
menderita penyakit yang sama dengan penyakit pasien sekarang.
f. Pengkajian pola – pola fungsi kesehatan
Meliputi pola persepsi dan pemeliharaan kesehatan, pola nutrisi
dan metabolisme, pola eliminasi, pola aktivitas dan latihan, pola istirahat
dan tidur, pola kongnitif dan persepsi, persepsi diri dan konsep diri, pola
peran hubungan, pola seksual dan reproduksi, pola koping dan toleransi
stress, keyakinan dan kepercayaan. (Nurs. Nursalam. 2016)

2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul antara lain adalah :
a. Nyeri berhubungan dengan inflamasi dan infeksi urethra.
b. Gangguan eliminasi urin berhubungan dengan obstruksi mekanik pada
kandung kemih ataupun strikur urinari lainnya.

3. Intervensi Keperawatan
No Diagnosa Kep Tujuan & Kriteria Hasil Intervensi
1. Nyeri b.d inflamasi Setelah dilakukan tindakan 1.Lakukan pengkajian nyeri
dan infeksi urethra keperawatan selama 3x24 yang komprehensifnmeliputi
jam pasien diharapkan : lokasi, karakteristik, awitan,
1.Melaporkan nyeri hilang/ dan durasi, frekuansi,
berkurang dengan kulaitas, intensitas atau
menggunakan teknik keparahan nyeri dan faktor
managemen nyeri presipitasinya.
2. Mampu mengontrol 2.Observasi isyarat nonverbal
nyeri (tahu ketidaknyamanan, khususnya
penyebab,mampu bagi mereka yang tidak
menggunakan teknik mampu berkomunikasi
nonfarmakologi untuk efektif.
mengurangi nyeri , mencari 3.Minta pasien untuk menilai
bantuan ). nyeri atau ketidaknyamanan
3. Mampu mengenali skala pada skala 0-10 ( 0 = tidak
nyeri (skala intensitas, ada nyeri , 10 = nyeri hebat )
frekuensi dan tanda nyeri)
4. Pasien tampak rileks
5. Pasien tidak meringis
Tanda – tanda vital :
TD : 120/80 – 130/90
mmHg
N : 80 – 100 x/menit
R : 16 – 24 x/ menit
S : 36,5 – 37,5
2. Gangguan eliminasi Setelah dilakukan tindakan 1.Ajarkan pasien tentang
urine b.d obstruksi keperawatan selama 3x24 tanda dan gejala infeksi
mekanik pada jam pasien diharapkan : saluran kencing.
kandung kemih 1.Menunjukkan kontinesia 2.Instruksikan pasien dan
urin yang dibuktikan juga keluarga untuk mencatat
dengan indikator sebagai saluaran urin bila diperlukan.
berikut : ( selalu, sering, 3.Anjurkan pasien untuk
kadang, jarang atau tidak minum 200 ml cairan saat
pernah ditunjukkan ) makan, diantara waktu
2.Infeksi saluran kemih makan, dan di waktu petang.
( SDP : < 100.000)
3.Kebocoran urine diantara
berkemih
4. Menunjukkan kontinesia
urin yang dibuktikan oleh
indikator beriut (tidak
pernah, jarang. kadang-
kadang, sering atau selalu
ditunjukkan )
5.Eliminasi secara mandiri
DAFTAR PUSTAKA

Arief Mansjoer. 2011. Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta: Penerbit Media Aesculapius
FKUI

Tambayong dr. Jan. 2013. Patofisiologi untuk keperawatan. Jakarta: EGC

Nurs. Nursalam. 2016. Asuhan Keperawatan Pada Pasien Gangguan Sistem Perkemihan,
Jakarta: Salemba Medika

Suharyanto, Toto. 2014. Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Gangguan Sistem
Perkemihan. Jakarta: Trans Info Media.

Marylin E. Doengoes. 2010. “Rencana Asuhan Keperawatan” . Jakarta: EGC.

Price, Sylvia. 2015. “Patofisiologi Konsep Proses Penyakit”. Jakarta: EGC.

Anda mungkin juga menyukai