Anda di halaman 1dari 19

LAPORAN PENDAHULUAN

I. KONSEP TEORI

A. Definisi

Infeksi Saluran Kencing (ISK) adalah infeksi akibat berkembang biaknya


mikroorganisme di dalam saluran kemih, yang dalam keadaan normal air kemih tidak
mengandung bakteri, virus atau mikroorganisme lain. Infeksi saluran kemih dapat
terjadi pada pria maupun wanita dari semua umur, dan dari kedua jenis kelamin
ternyata wanita lebih sering menderita infeksi ini daripada pria. (Nurharis Huda ;
2009).
Jenis infeksi saluran kemih, antara lain :
1. Kandung kemih (sistisis)
2. Urethra ( Uretritis)
3. Prostat (Prostatitis)
4. Ginjal ( Pielonefritis)

Selain itu, ISK pada mereka yang usia lanjut dibedakan menjadi :
1. ISK Uncomplicated (Simple)
ISK yang terjadi pada penderita dengan saluran kencing baik anatomik maupun
fungsional normal. ISK ini pada usia lanjut terutama mengenai penderita wanita dan
infeksi hanya mengenai mukosa superficial kandung kemih.
2. ISK Complicated
Sering menimbulkan banyak masalah karena seringkali kuman penyebab sulit untuk
diberantas. Kuman penyebab seringkali resisten terhadap beberapa jenis antibiotik,
sering menyebabkan bakterimia, sepsis, hingga shok. Infeksi saluran kencing ini
terjadi bila terdapat keadaan sebagai berikut :

4
5

a. Kelainan abnormal saluran kencing, misalnya batu, refreks vesiko urethral


obstruksi, atoni kandung kemih,paraplegia, kateter kandung kemih menetap dan
prostatitis.
b. Kelainan faal ginjal: GGA maupun GGK
c. Gangguan imunitas
d. Infeksi yang disebabkan oleh organisme virulen seperti prosteus yang
memproduksi urease.

B. Etiologi

1. Jenis-jenis mikroorganisme yang menyebabkan Infeksi Saluran Kencing :

a. E. coli 90% menyebabkan ISK Uncomplicated


b. Pseudomnas, prosteus, Klebsiella : penyebab ISK Complicated
c. Enterobacter, staphylococus epidemis, enterococus ,dan lain –lain .

2. Prevalensi penyebab ISK pada usia lanjut antara lain :


a. Sisa urin dalam kandung kemih yang meningkat akibat pengososngan kandung
kemih yang kurang efektif.
b. Mobilisasi yang menurun
c. Nutrisi yang kurang baik
d. Sistem imunitas yang menurun, baik selular maupun humoral
e. Adanyahambatan pada aliran urin
f. Hilangnya efek bakterisid dari sekresi prostat

3. Secara khusus, etiologi ISK berdasarkan jenisnya

a. Sistis
1) Disebabkan oleh bakteri dari vagina yang berpindah dari uretra ke kandung
kemih.
6

2) Wanita yang menderita isk setelah melakukan hubungan intim, dikarenakan


uretra yang cidera.
3) Vistula vesikovaginal (hubungan abnormal antara kandung kemih dan
vagina )
4) Akibat pemasangan kateter atau alat yang digunakan selama penbedahan

b. Urethritis
1) Penyebab bisa berupa bakteri, jamur atau virus yang berasal dari usus besar
sampai ke vagina melalui anus.
2) Nesseria gonorrhoea penyebab gonore, bakteri yang masuk ke vagina atau
penis pada saat melakukan hubungan seksual.
3) Paling sering disebabkan oleh gonococus

c. Prostattitis
Disebabkan oleh pertumbuhan bakteri di akibatkan oleh urin yang tertahan pada
kandung kemih sehingga menjalar dan terjadilah radang pada prostat

C. Manifestasi Klinis
1. Anyang-anyangatan atau rasa ingin buang air kecil lagi, meski sudah dicoba
untuk berkemih, namun tidak ada air kencing yang keluar
2. Sering kencing, atau sering kesakitan ketika kencing, air kencing bisa berwarna
putih, coklat atau kemerahan, dan baunya sangat menyengat
3. Warna air kencing kental/pekat seperti air teh, kadang kemerahan bila ada
darah
4. Nyeri pada pinggang
5. Demam atau menggigil, yang dapat menandakan bahwa infeksi sudah mencapai
ginjal (diiringi rasa nyeri disis bawah belakang rusuk, mual dan muntah)
6. Peradangan kronis pada kandung kemih yang berlanjut dan tidak sembuh, dapat
memicu terjadinya kanker pada kandung kemih.
7

7. Pada bayi gejalanya berupa demam, berat badan sukar naik atau anoreksia

D. Patofisiologi

Menurut Nurharis Huda Amin, yang dikutip dari Masjoer Arif, (2003) Infeksi
Saluran kencing (ISK) terjadi akibat infeksi pada traktus urinarus yang disebabkan oleh
masuknya mikroorganisme patogenik dengan atau tanpa disertainya tanda dan juga
gejala. Mikroorganisme ini dapat masuk bisa dikarenakan penggunaan steroid jangka
panjang, makanan yang terkontaminasi bakteri, proses perkembangan usia lanjut,
anomali saluran kemih, higine yang tidak bersih, dan hubungan seksual yang tidak sehat,
serta akibat dari cidera uretra. Infeksi saluran kencing ini dapat mengenai kandung
kemih, prostat, uretra, dan juga ginjal

Pada pasien dengan Infeksi saluran kencing, umunya retensi urin teradi akibat dari
obstruksi dan menyebabkan peningkatan tekanan di vesika urinaria serta penebalan
diding vesika, ketika hal ini terjadi maka menyebabkan penurunan kontraksi vesika
sehingga menimbullkan tahanan pada kandung kemih, urin yang tertahan pada kandung
kamih dalam jangka waktu yang lama (lebih dari 12 jam ) merupakan media yang baik
untuk perkembangan mikroorganisme patogen seperti E. coli, Klabsiella, prosteus,
psudomonas, dan enterobacter.

Ketika bakteri telah berhasil berkembang, maka tubuh akan melakukan respon
pertahanan dengan merangsang hipotalamus untuk menstimulus sistem pertahanan tubuh
untuk memfagosit antigen tersebut sehingga akan menyebabkan peningkatan
metabolisme dan muncul gejala demam,ketika antigen tidak mampu di fagosit oleh
sistem imun kita maka akan menyebabkan munculnya bakteremia skunder yang
menjalar ke ureter sehingga menyebabkan iritasi dan peradangan pada ureter, umumnya
ketika hal ini terjadi maka akan menyebabkan pasien mengalami oliguria. Selain itu
ketika proses peradangan terjadi akan meningkatkan frekuensi dorongan kontraksi uretra
dan memunculkan persepsi nyeri akibat proses depresi syaraf perifer.
8

Selain itu, respon pertahanan tubuh kita juga akan merangsang hipotalamus
sehingga muncul lah gejala seperti demam serta nyeri di bagian yang terinfeksi.

1. PATHWAY ISK (INFEKSI SALURAN KEMIH)


Refluksi urine ke ginjal
Stasis urine oleh obstruksi atau / hidronefrosis
imobilisasi

Urine menjadi alkali Penyebaran bakteri ke


ginjal

Media yang baik untuk Bakteri masuk ke


perkembangbiakan bakteri pembuluh darah dan
seluruh tubuh

Trauma jaringan akibat RESIKO INFEKSI


Disuria aktivitas bakteri (iritasi
jaringan mukosa kandung
kemih)

Iskemia vaskuler
Merangsang kontraksi
kandung kemih untuk
berkemih

Sering berkemih, urgensi,


Metabolisme anaerob hesitency
menurun penimbunan
asam laktat

PERUBAHAN ELIMINASI
URINE
NYERI AKUT

Kurang sumber informasi,


mispersepsi informasi,
keterbatasan kognitif tentang
kondisi, pengobatan
9

G. Pemeriksaan Penunjang
1. Laboratorium
a. Urinalisa untuk melihat adanya infeksi hematuria
b. Ureum, kreatinin, elektrolit untuk melihat fungsi ginjal .
2. Pengukuran berat derajat obstruksi
a. Menentukan jumlah sisa urin setelah penderita miksi spontan (normal,sisa urin
kosong dan batas intervensi sisa urin lebih dari 100 cc)
b. Pancaran urin (oroflowmetri)
syarat : jumlah urin dalam vesika 125 sampai dengan 150 ml. Angka normal rata-
rata 10-12 ml/ detik, obstruksi ringan
3. Pemeriksaan lain
a. BNO ( Blass Nier Overzicht) /IVP (Intravenous Pyleogram)
adalah studi sinar x terhadap ginjal, rahim dan saluran kemih, dilakukan untuk
menentukan adanya divertikel, penebalan bladder.
b. Trans abdominal USG
Dilakukan untuk mendeteksi bagian prostat yang meonjol ke buli-buli, yang
dipakai untuk meramalkan derajat berat obstruksi apabila ada batu di dalam
vesika.
c. Sitoscopy , yaitu untuk melihat apakan ada penebalan pada bladder.

H. Penatalaksanaan

1. Pemberian agens antibakterial yang secara efektif menghilangkan bakteri dari


traktus urinarius dengan efek minima terhadap flora fekal dan vagina dengan
demikian memperkecil infeksi ragi vagina.
10

2. Variasi program pengobatan telah mengobat infeksi saluran kemih ini, misalnya
dosis tunggal program medikasi short cause (3-4 hari) atau long course (7-10
hari).
3. Penggunaan medikasi mencakup sulfisoxasol, sulfamethoxazole.
4. Pemakaian antimikrobial jangka panjang menurunkan resiko kekambuhan infeksi
5. jika kekambuhan terjadi setelah agens mikrobial selesai diberikan, maka program
short medikasi (3-4 hari) dari terapi antimikrobial dosis penuh diberikan
6. jika kekambuhan tidak terjadi, maka medikasi diberikan setiap malam berikutnya
selama 6-7 bulan.

II. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian Lengkap.

1. Data Biografi.

a. Identitas pasien yaitu nama, umur, jenis kelamin, agama, suku atau bangsa, status
perkawinan, pendidikan, pekerjaan, alamat, tanggal masuk rumah sakit, tanggal
pengkajian,catatan kedatangan.
b. Keluarga terdekat yang dapaat dihubungi yaitu nama, umur, jenis kelamin,
pendidikan, pekerjaan, alamat, dan sumber informasi, beserta nomor telpon.

2. Riwayat kesehatan atau perawatan.

a. Keluhan utama/ alasan masuk rumah sakit. Biasanya klien mengeluhkan nyeri
pada saat miksi, pasien juga mengeluh sering buang air kecil berulang ulang
(anyang-anyangan) terbangun untuk miksi pada malam hari, perasaan ingin
miksi yang sangat mendesak.
b. Riwayat kesehatan sekarang
a. pasien mengeluh sakit pada saat miksi dan harus menunggu lama, dan
harus mengedan.
11

b. Pasien mengeluh sering bak berulang.


c. Pasien mengeluh sering miksi di malam hari
c. Riwayat kesehatan terdahulu
Apakah pasien pernah menderita infeksi saluran kencing sebelumnya, dan
apakah pasien pernah dirawat di rumah sakit sebelumnya dengan keluhan yang
sama.

d. Riwayat kesehatan keluarga


Mungkin diantara keluarga pasien sebelumnya ada yang pernah menderita
penyakit yang sama dengan penyakit pasien sekarang.

3. Pola fungsi kesehatan.

Meliputi pola persepsi dan pemeliharaan kesehatan, pola nutrisi dan


metabolisme, pola eliminasi, pola aktivitas dan latihan, pola istirahat dan tidur,
pola kongnitif dan persepsi, persepsi diri dan konsep diri, pola peran hubungan,
pola seksual dan reproduksi, pola koping dan toleransi stress, keyakinan dan
kepercayaan.

4. Pemeriksaan Fisik

Pada waktu mlakukan inspeksi keadaan umum pasien mengalami tanda-


tanda penurunan mental seperti neuropati perifer, Pada waktu palpasi adanya
nyeri tekan pada bagian kandung kemih.
a. data dasar pengkajian pasien
1) Sirkulasi
Tanda : Peningkatan tekanan darah (efek pembesaran ginjal )
2) Eliminasi
gejala :
a) penurunan kekuatan/dorongan aliran urin tetsan
12

b) keraguan pada berkemih awal


c) ketidakmampuan untuk mengosongkan kandung kemih dengan lengkap ,
dorongan dan frekuensi berkemih
d) nokturia , disuria, dan hematuria
e) duduk untuk berkemih
f) infeksi saluran kencing berulang, dan riwayat batu
g) konstipasi (prostrusi prostat kedalam rectum)

3) Makanan/cairan
gejala :
a) Anoreksia, mual dan muntah
b) Penurunan berat badan
4) Nyeri/kenyamanan
gejala :
a) Nyeri suprapubik, panggul atau punggung, tajam, kuat (pada prostales
akut)
b) Nyeri punggung bawah
5) Seksualitas
gejala :
a) Masalah tentang efek kondisi/ penyakit kemampuan seksual
b) Takut inkontinensia/ menetes selama hubungan intim
c) penurunan kekuatan kontraksi ejakulasi
6) Aktivitas istirahat
a) Riwayat pekerjaan
b) lamanya istirahatAktivitas sehari-hari
c) Pengaruh penyakit terhadap aktivitas
d) Pengaruh penyakit terhadap istirahat
7) Higine
13

a) Penampilan umum
b) ADL (Activity Daily Live)
c) Kebersiahn mandi
d) Frekuensi Mandi
8) Integritas ego
a) Pengaruh penyakit terhadap stress
b) gaya hidup
c) Masalah financial
9) Neurosensori
a) Apakah ada sakit kepala
b) Status mental
c) Ketajaman pengellihatan
10) Pernapasan
a) Apakah ada sesak napas
b) Riwayat merokok
c) Frekuensi pernapasan
d) Bentuk dada
e) Auskultasi suara napas
11) Interaksi sosial
a) Status perkawinan
b) Hubungan dalam masyarakat
c) Pola interaksi keluarga
d) Komunikasi verbal dan non verbal

2.1.3 Pemeriksaan Penunjang

a.Tes Dipstik Urine

Tes dipstick urine merupakan pemeriksaan penunjang yang paling umum


digunakan untuk mendiagnosis ISK. Namun, hasil negatif pada dipstick urine
14

tidak dapat menyingkirkan diagnosis ISK sepenuhnya. Sampel urine yang


disarankan adalah sampel midstream.
Pada ISK umumnya dapat ditemukan bakteri atau sel darah putih pada urine. 
Hasil pH urine 8,5–9,0 mengindikasikan organisme urea-splitting,
seperti Klebsiella, Proteus, atau Ureaplasma urealyticum. Hasil pH basa
umumnya menandakan adanya batu ginjal struvit atau batu karena infeksi.
Adanya nitrit pada urine mengindikasikan infeksi bakteri. Hal ini dikarenakan
dibutuhkan bakteri untuk perubahan nitrat ke nitrit dalam urine. Akan tetapi,
proses ini terjadi selama 6 jam, sehingga pasien lebih disarankan menjalani
pemeriksaan urine pada pagi hari setelah bangun tidur.

Leukosit esterase menandakan terdapatnya sel darah putih pada urin yang
mengindikasikan adanya respons imun terhadap bakteri pada urine. 
Hematuria juga dapat ditemukan akibat adanya infeksi bakteri pada sel transisional
kandung kemih.

b.Urinalisis Mikroskopik

Pemeriksaan mikroskopik urine dapat digunakan untuk melihat tipe


organisme, serta mengidentifikasi adanya eritrosit dan leukosit urine secara
langsung. Penemuan bakteri pada urinalisis mikroskopik dapat membantu
diagnosis ISK. Apabila ditemukan 5-10 leukosit per lapang pandang, maka
hasil dianggap abnormal dan diagnosis ISK dapat dipikirkan jika terdapat
gejala ISK.[2,4,11] Pemeriksaan ini tidak diperlukan pada pasien sistitis
simpleks dengan gejala tipikal. Pemeriksaan urinalisis mikroskopik dapat
bermanfaat jika manifestasi klinis atipikal.

c.Kultur Urine dan Sensitivitas

Pemeriksaan kultur urine dan sensitivitas merupakan pemeriksaan yang


paling spesifik dan sensitif sehingga menjadi pemeriksaan baku emas dalam
diagnosis ISK. Pemeriksaan ini dapat berguna untuk membedakan infeksi
rekuren dari relaps dan menentukan antibiotik yang tepat.
15

Pemeriksaan kultur urine umumnya hanya diperlukan pada pasien


ISK complicated, seperti pasien dengan komorbid dan pasien hamil. Hasil
kultur urine dengan pertumbuhan > 10 colony forming units (CFU)
menunjukkan diagnosis infeksi.

d.Ultrasonografi

Pemeriksaan ultrasonografi dapat dilakukan pada pasien yang dicurigai


mengalami ISK dengan gejala berat atau persisten. Pemeriksaan ini digunakan
untuk menyingkirkan diagnosis banding ISK, seperti batu ginjal,
hidronefrosis, abses renal, dan jaringan parut pada ginjal.

e.CT Scan Abdomen atau Pelvis

Kebanyakan pasien ISK tidak memerlukan pemeriksaan pencitraan.


Pemeriksaan CT scan abdomen atau pelvis dapat digunakan pada pasien yang
menunjukkan gejala berat atau tidak membaik dengan terapi antibiotik
adekuat. Pemeriksaan ini juga dapat bermanfaat untuk menyingkirkan
diagnosis abses perirenal atau renal pada pasien yang tidak respons terapi
antimikroba setelah durasi > 7 hari.[2,4,11]

f.Sitoskopi

Pemeriksaan sitoskopi digunakan untuk melihat langsung kandung kemih


dan menyingkirkan diagnosis banding ISK lainnya, seperti tumor, batu
kandung kemih, benda asing, dan diverticulum.

2.2 Analisa Data.

No Data Etiologi Masalah

DS : Stasis urine oleh 1. Nyeri


- Pasien mengatakan Ketika obstruksi atau
berhubungan
imobilisasi
beraktivitas dibantu oleh dengan
16

keluarganya. Urine menjadi alkali inflamasi dan


- Pasien mengatakan saat infeksi
berkemih dibantu oleh Media urethra,
keluarganya perkembangbiakan
kandung
- Pasien mengatakan nyeri di bakteri
kemih dan
area perut bawah, dan hanya
struktur
mampu duduk. Trauma jaringan akibat
traktus
aktivitas bakteri
DO :
urinarius

- Pasien tampak gelisah, dan lainnya.


wajah klien meringis Merangsang kontraksi
menahan nyeri. kandung kemih
- Aktivitas pasien sanggat
terganggu Gangguan rasa nyaman
- Tangan memegang bagian (Nyeri)
area yang nyeri (perut area
bawah)
- Faktor pencetus : nyeri terus
menerus, tapi semakin nyeri
bila di bawa baring.
- Kualitas (quality) : Seperti
teriris
- Lokasi (regional) :Di perut
bawah
- Keparahan (severe) Sangat
nyeri tetapi masih bisa
dikontrol
- Durasi (time) : Nyeri mulai di
rasakan beberapa hari yang
lalu
17

B. Diagnosa Keperawatan

1. Nyeri berhubungan dengan inflamasi dan infeksi urethra, kandung kemih dan
struktur traktus urinarius lainnya.

2. Gangguan eliminasi urin berhubungan dengan obstruksi mekanik pada kandung


kemih ataupun strikur urinari lainnya.
3. Retensi urin berhubungan dengan sumbatan, tingginya tekanan urethra yang
disebaabkan oleh kelamahan destrusor, inhibisi arkus refleks, sfingter yang kuat )
4. Hipertermi
5. Intoleransi aktivitas
(Nurharis Huda Amin : 2013 hal 373)
2.3 Nursing Care Planning (NURSING CARE PLANNING/ NCP)
No Diagnosa NOC (Nursing Outcome) NIC( Nursing
Keperawatan Intervention
Clasification)
1 Nyeri 1. Pain Level Pain Managemant
berhubungan 2. Pain Control 1.Lakukan

dengan inflamasi 3. Comfort Level pengkajian


Setelah dilakukan Tindakan keperawatan nyeri secara
dan infeksi
selama 1x24 jam diharapkan nyeri dapat komperensif
urethra, kandung
teratasi termasuk lokasi,
kemih dan struktur
Kriteria Hasil : karakteristik,
traktus urinarius
Indikator IR ER durasi,
lainnya Definisi : frekuensi,
1.Mampu
Pengalaman sensori
mengontrol nyeri kualitas dan
dan emosional yang
(tahu penyebab faktor
tidak menyenangkan
nyeri, mampu presipitas
yang muncul akibat
menggunakan 2.Gunakan teknik
kerusakan jaringan
teknik komunikasi
yang aktual atau
nonfarmakologi teraupetik
18

potensial atau untuk mengurangi untuk


digambarkan dalam nyeri, mencari mengetahui
hal kerusakan bantuan) pengalaman
sedemikian rupa 2.Melaporkan nyeri pasien
(International bahwa nyeri 3.Menghilang kan
Association for the berkurang nyeri atau
study of Pain) : dengan menurunkan
awitan yang tiba- menggunakan nyeri ketingkat
tiba atau lambat dari manajemen nyeri yang lebih
intensitas ringan 3.Mampu nyaman yang
hingga berat dengan mengenali nyeri dapat
akhir yang dapat di (skala, intensitas, ditoleransi oleh
antisipasi atau di frekuensi dan pasien
prediksi dan tanda nyeri) 4.Pantau tingkat
berlangsung < 6 bln 4.Menyatakan kepuasan pasien
Batasan secara nyaman terhadap
Karakteristik : setelah nyeri manajement
1. Perubahan selera berkurang nyeri
makan 5.Kaji kultur yang
2. Perubahan mempengaruhi
tekanan darah respon nyeri
3. Perubahan 6.Evaluasi
frekuensi pengalaman nyeri
jantung masa lampau
4. Perubahan 7.Evaluasi bersama
frekuensi pasien dan tim
pernapasan kesehatan lain
5. Laporan isyarat tentang
6. Diaforesis ketidakefektifan
7. Perilaku distraksi kontrol nyeri masa
(mis; berjalan lampau
19

mondar- mandir 8.Bantu pasien dan


mencari orang keluarga untuk
lain dan atau mencari dan
aktivitas lain, menemukan
aktivitas yang dukungan
berulang) 9.Kontrol
8. Mengekspresikan lingkungan yang
prilaku (mis; dapat
gelisah, mempengaruhi
merengek, nyeri seperti
menangis) suhu ruangan,
9. Masker wajah pencahayaan dan
(mis; mata kebisingan 10.
kurang Kurangi faktor
bercahaya, persipitasi nyeri
tampak kacau, 11.Pilih dan lakukan
gerakan mata penangganan nyeri
berpencar atau (farmakologi, non
tetap satu fokus farmakologi dan
meringis) interpersonal)
10.Sikap 12.Kaji tipe dan
melindungi area sumber nyeri
nyeri untuk
11.Fokus menentukan
menyempit intervesi
(mis; 13.Ajarkan tentang
gangguan teknik non
persepsi nyeri, farmakologi
hambatan 14.Berikan analgetik
proses berfikir, untuk mengurangi
penurunan nyeri
20

interaksi dengan 15.Evaluasi


orang lain dan keefektifan
lingkungan) kontrol nyeri
12.Indikasi nyeri 16.Tingkatkan
yang dapat istirahat
diamati 17.Kolaborasikan
13.Perubahan dengan dokter jika
posisi untuk ada keluhan dan
menghindari tindakan nyeri
nyeri tidak berhasil

2.4 Implementasi Keperawatan

NoNo Diagnosa Implementasi Evaluasi


Keperawatan
1 Gangguan 1. Mengkaji nyeri dari lokasi, S : Pasien mengatakan nyeri
karakteristik, durasi, frekuensi, kepala yang dialaminya
pemenulah
kualitas dan faktor presipitas mulai berkurang
kebutuhan rasa 2. Mengukur tanda-tanda vital 0 : Pasien masih tampak lemah
3. Gunakan teknik komunikasi dan meringis
nyaman (Nyeri)
teraupetik untuk - TD : 180/100 mmHg
mengetahui pengalaman - RR : 28 x per menit
nyeri pasien - HR : 124 x per menit
4. Bantu pasien dan keluarga - T : 37,20 C
untuk mencari dan - Faktor pencetus : Stes dan
menemukan dukungan mengalami banyak tekanan
5. Kontrol lingkungan yang - Kualitas (quality) : Seperti
dapat mempengaruhi nyeri tertindih benda berat
seperti suhu ruangan, - Lokasi (regional) : Di ulu
pencahayaan dan kebisingan hati- Keparahan
6. mengajarkan tentang teknik (severenyeri ringan
non farmakologi (teknik tarik tetapi lumayan
nafas dalam) untuk tindakan mengganggu.
pereda nyeri - Durasi (time) : Nyeri mulai
7. Berikan analgetik untuk dirasakan saat TD
mengurangi nyeri meningkat dan
beban pikiran
- Klien merasa nyaman
21

diruang rawat inapnya


- Klien mampu melakukan
teknik tarik relaksasi
(tarik nafas dalam)
- Klien terpasang infus RL
20 tpm
- Klien menerima inj.
Keterolac :30mg/8jam

A : Masalah belum teratasi Klien


masih merasakan nyeri
P : Intervensi dilanjutkan
- Mengajarkan teknik relaksasi
(tarik nafas dalam) untuk
pengendalian nyeri
- Memberikan analgesic : inj.
Keterolac 30mg/8jam
22

DAFTAR PUSTAKA
Barbara Kozier & Glenora Erb. 1983. Fundamental of Nursing Concept and
Procedures.
Linda Juall Carpenito. 1995. Nursing Diagnosis Aplication to Clinical Practice .
NANDA Internasional Inc. 2015. Diagnosis Keperawatan: Definisi &
Klasifikasi
2015-2017, Edisi 10. Jakarta: EGC.
NANDA Internasional Inc. 2018. Diagnosis Keperawatan: Definisi &
Klasifikasi
2018-2020, Edisi 11. Jakarta: EGC.
Kemenkes. (2016) Asuhan Keperawatan Rasa Aman dan Nyaman
Nurarif A.H dan Kusuma, H. (2016) Asuhan Keperawatan Praktis, Jakarta :
Medication
Tetty, S. 2015. Konsep dan Penatalaksanaan Nyeri. Jakarta : EGC
Andarmoyo, Sulistyo. 2013. Konsep dan Proses Keperawatan Nyeri . Yogyakarta
: Ar-Ruzz Media.
Rumiyaan, Imelda. (2012) Asuhan Keperawatan Gangguan Rasa Nyaman

Anda mungkin juga menyukai