Anda di halaman 1dari 20

LAPORAN PENDAHULUAN

INFEKSI SALURAN KEMIH (ISK)


RUANGAN VELABIRA RSUD AMPANA

Stase KMB

NAMA : JUMRIANI

NIM :

CI KLINIK CI INSTITUSI

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BARAMULI

PROGRAM STUDI PROFESI NERS

T.A 2023/2024

JUMRIANI S.KEP
PROFESI NERS
LAPORAN PENDAHULUAN
INFEKSI SALURAN KEMIH (ISK)

A. Pengertian
Infeksi saluran kemih adalah ditemukannya bakteri pada urine di
kandung kemih yang umumnya steril.
Infeksi Saluran Kemih (ISK) adalah infeksi yang terjadi sepanjang
saluran kemih, terutama masuk ginjal itu sendiri akibat proliferasi suatu
organisme
Infeksi Saluran Kemih (ISK) adalah berkembangnya mikroorganisme
di dalam saluran kemih yang dalam keadaan normal tidak mengandung
bakteri, virus/mikroorganisme lain.
B. Klasifikasi
Klasifikasi infeksi saluran kemih sebagai berikut :
1. Kandung kemih (sistitis)
2. Uretra (uretritis)
3. Prostat (prostatitis)
4. Ginjal (pielonefritis)
C. Etiologi
Jenis-jenis mikroorganisme yang menyebabkan ISK, antara lain:
1. Pseudomonas, Proteus, Klebsiella
2. Escherichia Coli
3. Enterobacter, staphylococcus epidemidis, enterococci, dan-lain-lain.
Pada umumnya faktor-faktor resiko yang berhubungan dengan
perkembangan infeksi saluran kemih adalah :
1. Wanita cenderung mudah terserang dibandingkan dengan laki-laki.
Faktor-faktor postulasi dari tingkat infeksi yang tinggi terdiri
dari urethra dekat kepada rektum dan kurang proteksi sekresi prostat
dibandingkan dengan pria.

JUMRIANI S.KEP
PROFESI NERS
2. Abnormalitas Struktural dan Fungsional
Mekanisme yang berhubungan termasuk stasis urine yang
merupakan media untuk kultur bakteri, refluks urine yang infeksi lebih
tinggi pada saluran kemih dan peningkatan tekanan hidrostatik.
3. Obstruksi
Contoh : Tumor, Hipertofi prostat
4. Gangguan inervasi kandung kemih
Contoh : Malformasi sum-sum tulang belakang kongenital,
multiple sklerosis
5. Penyakit kronis
Contoh : Gout, DM, hipertensi
6. Instrumentasi
Contoh : prosedur kateterisasi
D. Patofisiologi
Masuknya mikroorganisme ke dalam saluran kemih dapat melalui:
1. Penyebaran endogen yaitu kontak langsung dari tempat terdekat
saluran kemih yang terinfeksi.
2. Hematogen yaitu penyebaran mikroorganisme patogen yang masuk
melalui darah yang terdapat kuman penyebab infeksi saluran kemih
yang masuk melalui darah dari suplay jantung ke ginjal.
3. Limfogen yaitu kuman masuk melalui kelenjar getah bening yang
disalurkan melalui helium ginjal.
4. Eksogen sebagai akibat pemakaian alat berupa kateter atau sistoskopi.
Dua jalur utama terjadi infeksi saluran kemih ialah hematogen dan
ascending. Tetapi dari kedua cara ini, ascending-lah yang paling sering
terjadi.
Infeksi hematogen kebanyakan terjadi pada pasien dengan daya
tahan tubuh yang rendah karena menderita suatu penyakit kronik atau pada
pasien yang sementara mendapat pengobatan imun supresif. Penyebaran
hematogen bisa juga timbul akibat adanya infeksi di salah satu tempat

JUMRIANI S.KEP
PROFESI NERS
misalnya infeksi S.Aureus pada ginjal bisa terjadi akibat penyebaran
hematogen dari fokus infeksi dari tulang, kulit, endotel atau di tempat lain.
Infeksi ascending yaitu masuknya mikroorganisme dari uretra ke
kandung kemih dan menyebabkan infeksi pada saluran kemih
bawah.Infeksi ascending juga bisa terjadi oleh adanya refluks vesico ureter
yang mana mikroorganisme yang melalui ureter naik ke ginjal untuk
menyebabkan infeksi.
Infeksi tractus urinarius terutama berasal dari mikroorganisme
pada faeces yang naik dari perineum ke uretra dan kandung kemih serta
menempel pada permukaan mukosa.Agar infeksi dapat terjadi, bakteri
harus mencapai kandung kemih, melekat pada dan mengkolonisasi
epitelium traktus urinarius untuk menghindari pembilasan melalui
berkemih, mekanisme pertahan penjamu dan cetusan inflamasi.

E. Kriteria Diagnosa
1. Nyeri akut
2. Resiko infeksi
3. Hipertemi
4. Defisit nutrisi
5. Intoleransi aktivitas
6. Defisit pengetahuan
7. Ansietas
8. Gangguan eliminasi urine

JUMRIANI S.KEP
PROFESI NERS
WOC ISK

Bakteri (E.Coli, Prostat hipertropi, Hambatan pd aliran urin,


Pseudomonas, dll) neoplasma, penyempitan hilangnya efek bakterisid,
uretra system imun turun

Kontaminasi fecal,
pemakaian kateter Obstruksi aliran
Distensi kantong kemih
kemih proksimal Nyeri
yg berlebihan
akut
Naiknya bakteri
ke VU Penimbunan cairan Penurunan resistensi
pelvis & ureter terhadap invasi bakteri

Resiko
Infeksi Atrofi hebat Menyebar ke
parenkim ginjal traktus urinaris

ISK

Infeksi saluran
Anoreksia, mual Lemah,
kemih Kurang informasi gelisah
muntah letih, lesu,

Suhu tubuh
meningkat Defisit Ansietas
Defisit nutrisi
Intoleransi pengetahuan
aktivitas
Hipertermi
Frekuensi berkemih
meningkat

Gangguan
eleminasi urin

JUMRIANI S.KEP
PROFESI NERS
F. Manifestasi Klinik
1. Tanda dan gejala ISK pada bagian bawah adalah :
a. Nyeri yang sering dan rasa panas ketika berkemih
b. Spasame pada area kandung kemih dan suprapubis
c. Hematuria
d. Nyeri punggung dapat terjadi
2. Tanda dan gejala ISK bagian atas adalah :
a. Demam
b. Menggigil
c. Nyeri panggul dan pinggang
d. Nyeri ketika berkemih
e. Malaise
f. Pusing
g. Mual dan muntah
G. Komplikasi
1. Gagal ginjal akut
2. Ensefalopati hipertensif
3. Gagal jantung, edema paru, retinopati hipertensif
H. Pemeriksaan Diagnostik
1. Urinalisis
a. Leukosuria atau piuria: merupakan salah satu petunjuk penting
adanya ISK. Leukosuria positif bila terdapat lebih dari 5
leukosit/lapang pandang besar (LPB) sediment air kemih
b. Hematuria: hematuria positif bila terdapat 5-10 eritrosit/LPB
sediment air kemih. Hematuria disebabkan oleh berbagai keadaan
patologis baik berupa kerusakan glomerulus ataupun urolitiasis.
2. Bakteriologis
a. Mikroskopis
b. Biakan bakteri
3. Kultur urine untuk mengidentifikasi adanya organisme spesifik

JUMRIANI S.KEP
PROFESI NERS
4. Hitung koloni: hitung koloni sekitar 100.000 koloni per milliliter urin
dari urin tampung aliran tengah atau dari specimen dalam kateter
dianggap sebagai Kriteria utama adanya infeksi.
5. Metode tes
a. Tes dipstick multistrip untuk WBC (tes esterase lekosit) dan nitrit
(tes Griess untuk pengurangan nitrat). Tes esterase lekosit positif:
maka pasien mengalami piuria. Tes pengurangan nitrat, Griess
positif jika terdapat bakteri yang mengurangi nitrat urin normal
menjadi nitrit.
b. Tes Penyakit Menular Seksual (PMS)
retritia akut akibat organisme menular secara seksual (misal,
klamidia trakomatis, neisseria gonorrhoeae, herpes simplek).
c. Tes-tes tambahan :
Urogram intravena (IVU), Pielografi (IVP), msistografi, dan
ultrasonografi juga dapat dilakukan untuk menentukan apakah
infeksi akibat dari abnormalitas traktus urinarius, adanya batu,
massa renal atau abses, hodronerosis atau hiperplasie prostate.
Urogram IV atau evaluasi ultrasonic, sistoskopi dan prosedur
urodinamik dapat dilakukan untuk mengidentifikasi penyebab
kambuhnya infeksi yang resisten.

I. Pencegahan
1. Jaga kebersihan
2. Sering ganti celana dalam
3. Banyak minum air putih
4. Tidak sering menahan kencing
5. Setia pada satu pasangan dalam melakukan hubungan
J. Penatalaksanaan
Tatalaksana umum : atasi demam, muntah, dehidrasi dan lain-lain.
Pasien dilanjutkan banyak minum dan jangan membiasakan menahan
kencing untuk mengatasi disuria dapat diberikan fenazopiridin (pyriduin)

JUMRIANI S.KEP
PROFESI NERS
7-10 mg/kg BB hari.Faktor predisposisi dicari dan
dihilangkan.Tatalaksana khusus ditujukan terhadap 3 hal, yaitu
pengobatan infeksi akut, pengobatan dan pencegahan infeksi berulang
serta deteksi dan koreksi bedah terhadap kelamin anatamis saluran kemih.
1. Pengobatan infeksi akut : pada keadaan berat/demam tinggi dan
keadaan umum lemah segera berikan antibiotik tanpa menunggu hasil
biakan urin dan uji resistensi kuman. Obat pilihan pertama adalah
ampisilin, katrimoksazol, sulfisoksazol asam nalidiksat, nitrofurantoin
dan sefaleksin. Sebagai pilihan kedua adalah aminoshikosida
(gentamisin, amikasin, dan lain-lain), sefatoksin, karbenisilin,
doksisiklin dan lain-lain, Tx diberikan selama 7 hari.
2. Pengobatan dan penegahan infeksi berulang : 30-50% akan mengalami
infeksi berulang dan sekitar 50% diantaranya tanpa gejala. Maka, perlu
dilakukan biakan ulang pada minggu pertama sesudah selesai
pengobatan fase akut, kemudian 1 bulan, 3 bulan dan seterusnya setiap
3 bulan selama 2 tahun. Setiap infeksi berulang harus diobati seperti
pengobatan ada fase akut. Bila relaps/infeksi terjadi lebih dari 2 kali,
pengobatan dilanjutkan dengan terapi profiloksis menggunakan obat
antiseptis saluran kemih yaitu nitrofurantorin, kotrimoksazol, sefaleksi
atau asam mandelamin. Umumnya diberikan ¼ dosis normal, satu kali
sehari pada malam hari selama 3 bulan. Bisa ISK disertai dengan
kalainan anatomis, pemberian obat disesuaikan dengan hasil uji
resistensi dan Tx profilaksis dilanjutkan selama 6 bulan, bila perlu
sampai 2 tahun.
3. Koreksi bedah : bila pada pemeriksaan radiologis ditemukan obstruksi,
perlu dilakukan koreksi bedah. Penanganan terhadap refluks
tergantung dari stadium. Refluks stadium I sampai III bisanya akan
menghilang dengan pengobatan terhadap infeksi pada stadium IV dan
V perlu dilakukan koreksi bedah dengan reimplantasi ureter pada
kandung kemih (ureteruneosistostomi). Pada pionefrosis atau
pielonefritis atsopik kronik, nefrektami kadang-kadang perlu dilakukan

JUMRIANI S.KEP
PROFESI NERS
ASUHAN KEPERAWATAN TEORITIS
ISK

A. Pengkajian
1. Pemerikasaan fisik: dilakukan secara head to toe
2. Riwayat atau adanya faktor-faktor resiko:
a. Adakah riwayat infeksi sebelumnya?
b. Adakah riwayat obstruksi pada saluran kemih?
c. Adanya faktor predisposisi pasien terhadap infeksi nosokomial
d. Bagaimana dengan pemasangan folley kateter ?
e. Imobilisasi dalam waktu yang lama ?
f. Apakah terjadi inkontinensia urine?
3. Pengkajian dari manifestasi klinik infeksi saluran kemih
Bagaimana pola berkemih pasien?untuk mendeteksi factor
predisposisi terjadinya ISK pasien (dorongan, frekuensi, dan jumlah)
a. Adakah disuria?
b. Adakah urgensi?
c. Adakah hesitancy?
d. Adakah bau urine yang menyengat?
e. Bagaimana haluaran volume orine, warna (keabu-abuan) dan
konsentrasi urine?
f. Adakah nyeri-biasanya suprapubik pada infeksi saluran kemih
bagian bawah ?
g. Adakah nyesi pangggul atau pinggang-biasanya pada infeksi
saluran kemih bagian atas ?
4. Peningkatan suhu tubuh biasanya pada infeksi saluran kemih bagian
atas.
5. Pengkajian psikologi pasien:
a. Bagaimana perasaan pasien terhadap hasil tindakan dan
pengobatan yang telah dilakukan?

JUMRIANI S.KEP
PROFESI NERS
b. Adakakan perasaan malu atau takut kekambuhan terhadap
penyakitnya
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisiologis infalamasi
yang di tandai dengan data mayor dan minor
2. Hipertermi berhubungan dengan proses penyakit ( mis, infeksi,
kanker) ditandai dengan data Mayor dan Minor
3. Ansietas berhubungan dengan krisis situsional yang di tandai dengan
data mayor dan minor.
4. Resiko infeksi dibuktikan dengan peningkatan paparan ornagisme
pathogen lingkungan
5. Gangguan eliminasi urine berhubungan dengan penurunan kapasitas
kandung kemih di tandai dengan data mayor dan minor

JUMRIANI S.KEP
PROFESI NERS
INTERVENSI KEPERAWATAN

NO DIANGNOSA DIANGNOSA KEPERWATAN INTERVENSI KEPERAWATAN RASIONAL


KEPERWATAN KEPERAWATAN
1 Nyeri akut berhubungan Setelah dilakukan tindakan 1. Manajemen nyeri Observasi
dengan agen pencedera keperawatan selama 8 jam a. Observasi 1. Membantu dalam
menentukan
fisiologis infalamasi yang di diharapkan Tingkat Nyeri 1) Identifikasi lokasi,
kebutuhan
tandai dengan data mayor dan menurun dengan kriteria hasil : karakteristik, durasi, manajemen nyeri dan
minor 1. Keluhan nyeri menurun frekuensi, kualitas, keefektifan program
2. Untuk megetagui
2. Merigis menurun identitas nyeri
kualitas nyeri yang di
3. Sikap protektif menurun 2) Identifikasi skala nyeri rasakan
4. Gelisa menurun 3) Identifikasi factor 3. Dapat membantu
dalam menurunkan
5. Frekuensi nadi membaik yang memeperberat
tingkat nyeri
dan memepringan 4. Dapat membantu
nyeri dalam tindakan
4) Identifikasi manajemen tingkat
nyeri
pengetahuan tentang Tetapeutik
nyeri 1. Meningkatkan
relaksasi yang dapat
menurunkan rasa

JUMRIANI S.KEP
PROFESI NERS
b. Terapeutik nyeri klien
1) Berikan teknik 2. Membantu
menentukan dan
nonfarmakologi untuk
megevaluasi
mengurangi rasa nyeri intervensi yang di
2) kontrol lingkungan berikan
Edukasi
yang memperberat
1. Membantu klien
rasa nyeri (suhu dalam mengontrol
ruangan, nyeri
2. Membantu
pencahayaan,kebisinga
meningkatkan
n relaksasi dalam
c. Edukasi tindakan manajemen
1) Jelaskan penyebab, tingkat nyeri
3. Membantu
periode, dan pemicu menurunkan keluhan
nyeri nyeri
2) Jelaskan strategi
Kolaborasi
meredahkan nyeri
Membantu menurunkan
3) Anjurkan tingkat nyeri yang di
menggunakan rasakan
analgetik secara

JUMRIANI S.KEP
PROFESI NERS
teratur
d. Kolaborasi
Kolaborasi pemberian
analgetic
2 Hipertermi berhubungan Setelah dilakukan tindakan a. Manajemen hipertermi Observasi
1. Untuk mengetahui
dengan proses penyakit keperawatan selama 2 x 24 jam di Observasi :
apa penyebab
( mis, infeksi, kanker) harapkan termoregulasi membaik 1. Identifikasi penyebab terjadinya infeksi
2. Untuk mengetahui
ditandai dengan data Mayor dengan kriteria hasil : hipertermia (mis, dehidrasi,
suhu tubuh apakah
dan Minor a. Mengigil menurun terpapar lingkunagan panas, ada perubahan
3. Untuk membantu
b. Kulit merah menurun pengguanaan incubator )
dalam meredahkan
c. Suhu tubuh membaik 2. Monitor suhu tubuh demam
4. Untuk mengetahui
d. Suhu kulit membaik 3. Monitor kadar elektrolit
adanya infeksi atau
e. Tekanan darah membaik 4. Monitor haluaran urin outpot urin
5. Untuk mengetahui
f. Ventilasi membaik 5. Monitor komplikasi akibat
akibat dari hipertermi
hipertermi Terapeutik
1. Untuk membantu
Terapiutik
dalam kenyamanan
1. Sediakan lingkungan yang klien
2. Untuk membantu
digin
dalam menurunkan
2. Longgarkan atau lepaskan demam

JUMRIANI S.KEP
PROFESI NERS
pakaian 3. Meredahkan demam
4. Untuk menghidari
3. Basahi dan kipas permukaan
dehidrasi
tubuh 5. Untuk kenyamanan
klien
4. Berikan cairan oral
6. Untuk membantu
5. Ganti line setiap hari atau lebih meredahkan
hipertermi
sering jika mengalami
7. Untuk membantu
hiperhidrolis 9 keringat dingin) dalam kecukupan
oksigen
6. Lakukan pendiginana eksternal
Edukasi
( mis, selimut hipotermia atau 1. Untuk kenyamana
klien tersebut serta
kompres air digin pada paha,
dalam menstabilkan
leher , dada, abdomen, dan organ dalam tubuh
aksila )
Kolaborasi
7. Berikan oksigen, jika perlu Untuk memperceoat
penurunan demam
Edukasi :
1. Anjurkan tirah bariung
Kolaborasi
Kolaborasi pemberian cairan dan
elektroliot intravena, jika perlu

JUMRIANI S.KEP
PROFESI NERS
3 Ansietas berhubungan dengan Setelah dilakukan tindakan a. Reduksi Ansietas Observasi
Observasi 1. Untuk mengetahui
krisis situsional yang di tandai keperawatan selama 3 x 24 jam di
1. Identifikasi saat tingakat Adanya peningkatan
dengan data mayor dan minor. harapkan tingkat ansietas menurun ansietas berubah ( mis, tingkat ansietas dan
dengan kriteria hasil : kodisi, waktu, stressor,) membantu dalam
1. Verbalisasi kebigunggan
2. Identifikasi kemampuan menentukan
mengambil keputusan tindakan
menurun 3. Monitor tanda-tanda 2. Untuk menambah
2. Verbalisasi khawatir akibat ansietas rasa percaya diri
Terapeutik 3. Untuk mengetahui
kondisi yang dihadapi
1. Ciptakan suasana terapiutik adanya perubahan
menurun untuk menumbuhkan indicator terjadinya
3. Perilaku gelisa menurun kepercayaan ansietas
2. Pahami situasi yang Terapeutik
4. Perilaku tegang menurun membuat ansietas 1. Untuk menambah
5. Konsentrasi membaik 3. Temani pasien untuk rasa percaya klien
6. Pola tidur membaik
menguragi kecemasan, jika terhadap perawat
memungkinkan 2. Agar tidak terjadi
4. Gunakan pendekatan yang hal-hal yang
tenang dan meyakinkan membuat adanya
5. Motivasi megidentifikasi penuingkatan
situasi yang memicu ansietas
kecemasan 3. Agar lebih
Edukasi menambah rasa
1. Jelaskan prosedur, termasuk kepercaayan
sensasi yang mungkin di terhadap diri sendiri
alami 4. Agar menambah
2. Anjurkan keluarga untuk pendekatan yang

JUMRIANI S.KEP
PROFESI NERS
tetap bersama pasien, jika lebih baik
perlu 5. Untuk menambah
3. Anjurkan menggungkapkan rasa percaya
perasaan dan presepsi terhadap masalah
4. Latik kegiatan pengalihan yang memicu
untuk mengurangi ansietas
ketegangan Edukasi
5. Latik tehnik relaksasi 1. Agar lebih
Kolaborasi memahami prosedur
Kolaborasi pemberian obat yang mungkin
antiansietas,jika perlu membuat sensai
tersebut
2. Untuk lebih
membantu
mengurangi tingkat
kecemasan
3. Untuk menambah
kepercayaan dalam
mengungkapkan
perasaan dan
presepsi
4. Agar klien dapat
memahami
bagaimana cara
pengalihan untuk
menguragi ansietas
5. Untuk mengurangi
kecemasan yang

JUMRIANI S.KEP
PROFESI NERS
dirasakan klien
Kolaborasi
Menurunkan tingkat
ansietas
4 Resiko infeksi dibuktikan Setelah dilakukan tindakan a. Pencegahan infeksi Oservasi
1. Untuk mengetahui
dengan peningkatan paparan keperawatan selama 2 x 24 jam di Observasi
tanda dan gejala
ornagisme pathogen harapkan tingkat infeksi menurun Monitor tanda dan gejala infeksi pada klien
Terapeutik
lingkungan dengan kriteria hasil : local dan sistemik
1. Untuk
1. Kebersihan tangan Terapeutik meminimalisirkan
timbulnya infeksi
meningkat 1. Batasi jumlah pengunjung
pada pasien
2. Kebersihan badan 2. Berikan perawatan kulit
2. Untuk menghindari
meningkat pada area edena
infeksi yang akan
3. Demam menurun 3. Cuci tangan sebelum dan timbul
3. Menguragi paparan
4. Kemerahan menurun sesudah kontak dengan
infeksi
5. Nyeri menurun pasien dan lingkungan 4. Memepertahankan
tindakana tehnik
6. Bengkak menurun pasien
aseptic dapat
7. Kadar sel darah putih 4. Pertahankan tehnik aseptic menguragi resiko
infeksi
membaik pada pasien beresiko tinggi
Edukasi
Edukasi 1. Untuk menghindari
paparan infeksi
1. Jelaskan tanda dan gejala
yang berlebihan

JUMRIANI S.KEP
PROFESI NERS
infeksi 2. Agar mengurangi
terjadinya
2. Ajarkan cara mencuci
kontaminasi akibat
tangan dengan benar bakteri
Kolaborasi
Kolaborasi
Untuk meningkatkan
Kolaborasi pemberian kekebalan tubuh terhadap
resiko infeksi
imunisasi, jika perlu
5. Gangguan eliminasi urine Setelah dilakukan Tindakan 2 x Manajemen eliminasi urine Observasi
1. Untuk
berhubungan dengan 24 jam diharapkan eliminasi urine Observasi
mengetahui
penurunan kapasitas kandung membaik dengan kriteria hasil : 1. identifikasi tanda dan gejala tranda dan gejala
retensi
kemih di tandai dengan : 1. Sensasi berkemih retensi atau inkontenensia
2. Untuk
urine menetes, sering buang air meningkat urine mengetahui
jumlah produksi
kecil, distensi kandung kemih, 2. distensi kandung kemih 2. monitor eliminasi urine
urine
berkemih tidak tuntas menurun Terapeutik Terapeutik
1. Untuk
3. frekuensi BAK membaik 1. catat waktu -waktu dan
mengetahui
4. karakteristik urine haluaran berkemih waktu berkemih
2. Untuk
membaik 2. Batasi asupan cairan
mengontrok
3. Ambil sampel urine Tengah produksi urine
berlebihan
Edukasi
3. Untuk
1. Ajarkan tanda dan gejala pemeriksaan

JUMRIANI S.KEP
PROFESI NERS
infeksi saluran kemih lanjutan
Edukasi
2. Ajarkan mengukur asupan
1. Untuk
cairan dan haluaran urine menghindari
paparan infeksi
3. Anjurkan minum yang
berlebihan
cukup 2. Untuk
mengontrol
4. Anjurkan mengurangi
pengeluaran yang
minum menjelang tidur berlebihan
3. Untuk
Kolaborasi
mengontrol input
1. Kolaborasi pemberian obat dan output
4. Mencegah
supositoria
pengeluaran
berlebihan di
malam hari
Kolaborasi
1. Untuk
mencegah
/mengatasi
peradangan dan
perdarahan

JUMRIANI S.KEP
PROFESI NERS
DAFTAR PUSTAKA

Doenges, Marilyn E. (2014). Rencana Asuhan Keperawatan: pedoman untuk

perencanaan dan pendokumentasian perawatan pasien. Alih Bahasa: I

Made Kariasa, Ni made Sumarwati. Edisi: 3. Jakrta: EGC.

Enggram, Barbara. (2012). Rencana Asuhan Keperawatan

Nugroho, Wahyudi. (2011). Keperawatan Gerontik. Edisi: 2. Jakarta: EGC.

Price, Sylvia Andrson. (2015). Patofisiologi: konsep klinis proses-proses

penyakit: pathophysiologi clinical concept of disease processes. Alih

Bahasa: Peter Anugrah. Edisi: 4. Jakarta: EGC

Smeltzer, Suzanne C. (2013). Buku Ajar Keperawatan Medikal-Bedah Brunner &

Suddart. Alih Bhasa: Agung Waluyo. Edisi: 8. Jakarta: EGC.

JUMRIANI S.KEP
PROFESI NERS

Anda mungkin juga menyukai