Anda di halaman 1dari 10

LAPORAN PENDAHULUAN

INFEKSI SALURAN KEMIH

A. DEFINISI

Infeksi Saluran Kemih (ISK) adalah istilah yang umum untuk menyatakan adanya
invasi mikroorganisme pada saluran kemih. Umumnya, ISK terjadi pada kandung kemih
dan uretra. ISK dapat mengenai laki-laki maupun wanita dari semua umur pada anak,
remaja, dewasa maupun usia lanjut (Tjokronegoro & Utama, 2001). Dengan sekitar
50% anak kurang dari usia 5 tahun disertai demam, dan wanita lebih sering dari pria
dengan angka populasi umum kurang lebih 5-15%. ISK dibedakan menjadi 2, ISK
simples adalah ISK yang normal tanpa kelainan struktural maupun fungsional saluran
kemih, ISK kompleks adalah dengan ditemukannya kelainan anatomis maupun
fungsional saluran kemih yang menyebabkan aliran balik (Triono & Purwoko, 2012).

Gejala infeksi saluran kemih sangat beragam (alodokter, 2016) di antaranya:

 Demam
 Sakit di perut dan panggul
 Nyeri saat buang air kecil
 Muncul darah dalam urine

B. ETIOLOGI

Bermacam-macam mikroorganisme dapat menyebabkan ISK :

 Escheriachia coli
 Proteus Morganella/Providencia
 Enterococci
 Candida Albicans
 Klebsiella/Enterobacter

Penyebab terbanyak adalah Gram-negatif termasuk bakteri yang biasanya menghuni


usus yang kemudian naik ke sistem saluran kemih. Dari Gram-negatif ternyata Ecoli
menduduki tempat teratas.

Jenis Gram-positif lebih jarang sebagai penyebab ISK. Enterokokus dan


staphylococcus aureus sering dijumpai pasien dengan batu saluran kemih. Pada laki-laki
usia lanjut dengan hipertrofi prostat atau pada pasien yang menggunakan kateter.
Bakteri lain yang dapat menyebabkan ISK melalui jalan hematogen ialah brusela,
nokardia, aktionomises. Oleh karena itu bagian distal uretra dan vagina sering dihuni
oleh bakteri anaerob, membuktikan bahwa bakteri ditemukan dalam urin merupakan
penyebab ISK., contoh urin yang dipakai sebaiknya diambil dengan aspirasi suprapubik
(Tjokronegoro & Utama, 2001).
C. KLASIFIKASI
a. Menurut lokasi infeksi (Staf Pengajar Departemen Parasitologi, FKUI, 2013):
 ISK bawah : urethritis, sisititis, ptostatitis
 ISK atas : pielonefritis
b. Menurut gejala :
 Bakteriuri asimptomatis
 Bakteriuri simptomatis

D. PATOFISIOLOGI
Sebagian besar merupakan infeksi asenden. Pada wanita, yang biasa terjadi
adalah kuman dari anal berkoloni di vulva, kemudian masuk ke kandung kemih melalui
uretra yang pendek secara spontan atau mekanik akibat hubungan seksual. Pada pria,
setelah prostat terkoloni maka akan terjadi infeksi asenden dan mungkin terjadi akibat
pemasangan alat seperti kateter.

Wanita lebih sering menderita ISK karena uretra yang pendek, masuknya kuman
dalam hubungan seksual dan mungkin perubahan pH dan flora vulva dalam siklus
menstruasi. Pada wanita, kelainan anatomi yang sering dijumpai adalah nefropati
refluks, nefropati analgesic, batu dan kehamilan (Mansjoer & Triyanti, 1999).

Masuknya mikroorganisme ke dalam saluran kemih (Tjokronegoro & Utama,


2001) melalui :

 Penyebaran endogen yaitu kontak langsung dari tempat infeksi terdekat


 Hematogen
 Limfogen
 Eksogen sebagai akibat pemakaian alat

E. MANIFESTASI KLINIS

Dapat asimtomatis, terutama pada wanita. Dengan riwayat ISK simtomatis atau
di kemudian hari. Terapi singkat biasanya menyebabkan timbulnya ISK simtomatis,
akibat reinfeksi organisme yang lebih virulen.

Disuria, frekuensi miksi yang bertambah dan nyeri supraburik adalah gejala
iritasi kandung kemih. Beberapa pasien mengeluh bau yang tidak menyenangkan atau
keruh dan mungkin hematuria (Mansjoer & Triyanti, 1999).
F. PATHWAY

Usia lanjut : Mikroorgansime Sistoskopik,


Pengosongan patogenik: E. coli, kateterisasi, decubitus
kandung kemih Proteus, Klebsiella, trinfeksi, kontaminasi
tidak efektif, Pseudomonas fekal
imunitas dan
mobilitas menurun
Berkoloni di vulva
Perawatan tidak
adekuat
Distensi kandung
Masuk ke v. urinaria
kemih
mll uretra

Resistensi terhadap
kandung kemih ISK
Penimbunan cairan
bertekanan dalam
Gangguan fungsi 1. Gangguan Hospitalisasi
pelvis dan
ginjal rasa
ureter/hidronefrosis
nyaman:
nyeri 3. kurang
Pertumbuhan
pengetahuan
bakteri Obstruksi aliran
urine (urolitiasis,
Secara hematogen hipertrofi
2. Perub Pola prostate, jaringan
menyebar ke seluruh
eliminasi BAK parut ginjal)
saluran TU
G. KOMPLIKASI
 Pielonefritis akut
 Septicemia
 Kerusakan ginjal
 Urosepsis

H. PENATALAKSANAAN

Wanita dengan bakteriuria asimtomatik atau gejala infeksi saluran kemih bawah
cukup diobati dengan dosis tunggal atau selama 5 hari. Kemudian dilakukan dengan
pemeriksaan urin porsi tengah seminggu kemudian. Jika masih positif, harus dilakukan
pemeriksaan lebih lanjut. Pada anak dan pria, kemungkinan terdapat kelainan saluran
kemih lebih besar sehingga diberikan terapi antibiotik selama 5 hari bukan dosis
tunggal.

Terdapat dua jenis ISK rekurens. Yaitu kuman baru pada setiap serangan, berarti
reinfeksi, biasanya wanita dengan gejala sistitis akut rekurens/pasien dengan kelainan
anatomi. Pasien diminta banyak minum agar sering berkemih dan dianjurkan untuk
minum antibiotik setelah berhubungan intim. Jenis kedua yaitu di mana infeksi terjadi
persisten dengan kuman yang sama. Diluar kemungkinan resistensi kuman, ini biasanya
merupakan tanda terdapat nidus infeksi seperti batu/kista (Mansjoer & Triyanti, 1999).

 Medis
1. Farmakologi
Prinsip umum penatalaksanaan ISK adalah:
a) Eradikasi bakteri penyebab dengan menggunakan antibitotik yang
sesuai
b) Mengkoreksi kelainan anatomis yang merupakan faktor presdisposisi

Macam pengobatan untuk berbagai bentuk berbeda dari ISK, antara lain :
a) Pengobatan dosis tunggal
b) Pengobatan jangka pendek (10-14 hari)
c) Pengobatan jangka panjang (4-6 minggu)
d) Pengobatan profilaksis dosis rendah
e) Pengobatan supresif

2. Non Farmakologis
a) Minum air putih yang banyak agar urin keluar juga meningkat
b) Buang air kecil sesuai kebutuhan untuk membilas mikroorgansime
yang mungkin naik ke uretra
c) Menjaga kebersihan sekitar organ intim dan saluran kencing agar
bakteri tidak mudah berkembang biak
d) Diet rendah garam untuk menurunkan tekanan darah
e) Mengkonsumsi makanan yang kaya zat besi seperti buah, daging
tanpa lemak dan kacang-kacangan
f) Tidak menahan jika ingin berkemih (Dyah Rahmawati, n.d.)
 Keperawatan
1. Prefentif
a) Menjaga dengan baik sekitar organ intim dan saluran kemih
b) Bagi wanita, bersihkan organ intim dengan sabun yang memiliki pH
seimbang karena membersihkan dengan air tidak cukup bersih
c) Pilih toilet umum dengan toilet jongkok, karena tidak menyentuh
langsung permukaan toilet. Jika terpaksa menggunakan toilet duduk,
sebelum menggunakan bersihkan pinggiran/dudukan toilet.
d) Jangan membersihkan organ intim di toilet umum dari air yang
ditampung di bak mandi/ember. Pakai shower/keran.
e) Gunakan pakaian dalam dari bahan katun yang menyerap keringat
agar tidak lembab (Setiawan, n.d.).

2. Curatif
Antibiotik menjadi pilihan pertama untuk cara mengobati penyakit ISK.
Untuk ISK yang ringan, dokter biasanya merekomendasikan :
- Fosfomycin
- Amoxicillin/augmentin
- Nitrofurantion
- Cephalexin
- Ceftriaxone
- Trimethoprin/sulfamethoxazole
Konsumsi antibiotik sesuai resep dokter. Gejala akan hilang dalam 2-10
hari perawatan. Akan tetapi, jika mengalami ISK yang berat, mungkin
memerlukan perawatan dengan antibiotic dosis tinggi. Termasuk
antibiotik dosis tinggi yaitu ciprofloxacin dan levofloxacin, yang
diberikan melalui suntikan maupun infus di rumah sakit selama 14
hari/lebih (Dina Rahmawati & Utari, 2019).
- Antibiotik yang digunakan dalam penatalaksanaan infeksi saluran kemih
(Mansjoer & Triyanti, 1999)

Obat Dosis
Terapi dosis tunggal
Oral Amoksisilin 3g
Trimetoprim sulfametoksasol 320 mg/1600 mg (4
Safaleksin tablet)
Intramuskular Kanamisin 3g
0,5 g
Terapi konvensional
(5hari)
Pilihan pertama Amoksisilin 250 mg (3x/hari)
Trimetoprim sulfametoksasol 160 mg/800 mg (2x/hari)
Trimetoprim 300 mg/hari
Nitrofurantion 100 mg (4x/hari)
Pilihan kedua Norfloksasin 400 mg (2x/hari)
Sefaleksin 1 g (4x/hari)
Sefalotin 1 g/8 jam/im atau iv
Gentamisin 0,8 mg/kg/8 jam/im
Kanamisin 5 mg/kg/8 jam/im
Profilaksis (malam
atau pasca sanggama)
Nitrofurantoin 50-100 mg
Trimetoprim 150-300 mg
Trimetoprim sulfametoksasol 40 mg/200 mg
3. Rehabilitatif
Untuk mengurangi terjadinya resiko ISK berulang, seperti berikut :
- Jangan menunda atau menahan buang air kecil
- Pastikan membuang air kecil sampai tuntas
- Basuh vagina ke arah anus dari depan ke belakang, bukan
sebaliknya
- Banyak minum air putih
- Hindari penggunaan sabun pembersih, yang mengandung parfum
atau pewangi
- Basuh dengan air bersih sebelum dan sesudah berhubungan intim
- Buang air kecil setelah berhubungan intim agar bakteri yang masuk
ke uretra bias ikut terbuang
- Pastikan selalu bersih dan kering karena kondisi lembab bisa
memancing pertumbuhan bakteri.
- Gunakan juga celana dalam yang tidak terlalu ketat dan terbuat dari
bahan katun yang menyerap keringat (Harismi & Lestari, 2019).
I. PEMERIKSAAN PENUNJANG DAN LABORATORIUM
 Pemeriksaan Penunjang

Diagnosis ditegakkan dengan kultur organisme melalui urin, terutama sampel


dari urin porsi tengah. Sampel ini dikirimkan segera ke laboratorium atau dalam waktu
24 jam dalam lemari es dengan suhu 4 derajat celcius. Pemakaian kateter untuk
diagnosis hanya untuk pasien yang memang memakai kateter. Aspirasi suprapubik
berguna pada bayi dan dewasa dimana pemeriksaan urin porsi tengah berulang kali
tidak menunjukkan hasil karena kontaminasi atau jumlah bakteri yang rendah. Dipakai
test stick untuk mengetahui adanya proteinuria, hematuria, glukosuria dan pH.
Pemeriksaan secara mikroskopik dikatakan positif bila terdapat piuria pada pasien
dengan gejala infeksi saluran kemih.

Bila terdapat piuria namun kultur tidak tumbuh, kemungkinan kuman yang
terdapat hanya sedikit, kuman tuberculosis, kontaminasi dari antiseptic atau antibiotic
yang digunakan pasien atau pada alat, kuman tersebut memerlukan media yang khusus
misalnya Ureaplasma urealyticum, terdapat batu atau benda asing dengan infeksi
minimal atau penyakit tubulointestisial. Penapisan adanya bakteriuria hanya perlu
dilakukan pada wanita hamil dan terdapat mungkin 30-40% berkembang menjadi
pielonefritis bila hasilnya positif (Mansjoer & Triyanti, 1999).

 Pemeriksaan Laboratorium
1. Urinalisis
a) Leukosuria
Leukosuria atau piuria salah satu petunjuk penting terhadap dugaan
adalah ISK. Leukosuria dinyatakan positif bilamana terdapat lebih dari
5 leukosit/lapang pandang besar (LPB) sedimen air kemih.
Leukosit silinder pada sedimen air kemih menunjukkan adanya
keterlibatan ginjal. Namun adanya leukosuria tidak selalu menyatakan
adanya ISK karena dapat pula dijumpai pada inflamasi tanpa infeksi.
b) Hematuria
Hematuria dipakai oleh beberapa peneliti sebagai petunjuk adanya
ISK yaitu bilamana dijumpai 5-10 eritsrosit/LPB sedimen air kemih.
Dapat disebabkan oleh berbagai keadaan patologis baik berupa
kerusakan glomerulus ataupun oleh sebab lain. Misal urolitiasis, tumor
ginjal atau nekrosis papilaris.
2. Bakteriologis
a) Mikroskopis
Pemeriksaan mikroskopis dapat digunakan air kemih segar tanpa
diputar atau tanpa pewarnaan gram. Bakteri dinyatakan positif
bermakna bilaman dijumpai satu bekteri lapangan pandang minyak
emersi.

b) Biakan bakteri
Pemeriksaan biakan bakteri contoh air kemih dimaksudkan untuk
menastikan diagnosis ISK yaitu apabila ditemukan bakteri dalam
jumlah bermakna sesuai dengan kriteria Cattell.
Pada beberapa pasien ISK dapat dijumpai hitung bakteri yang lebih
rendah, hal ini dapat disebabkan oleh :
- Faktor fisiologik
- Faktor iatrogenik
- Pengurangan jumlah koloni karena perlekatan bakteri dengan
sel pus
- Obstruksi di bawah tempat infeksi
- Infeksi terbatas pada uretra
- Infeksi yang kronik
3. Tes Kimiawi
Beberapa tes kimiawi dapat dipakai untuk menyaring adanya
bakteriuria, dan yang paling sering dipakai adalah tes reduksi griess
nitrate. Dasarnya adalah sebagian besar mikroba kecuali enterokoki,
mereduksi nitrat bila dijumpai lebih dari 100.000-1.000.000
bakteri.terutama pada tes dipakai untuk penyaringan atau pengamatan
pada pasien rawat jalan. Sensivitas pemeriksaan ini 90,7% dan
spesifisitas 99,1% untuk mendeteksi bakteri Gram-negatif. Hasil negatif
palsu dapat terjadi, bila pasien sebelumnya diet rendah nitrat, diuresis
yang banyak, infeksi oleh enterokoki dan asinetobakter.
4. Pemeriksaan radiologis dan pemeriksaan penunjang lainnya
Pemeriksaan radiologis pada ISK di maksdukan untuk mengetahui
adanya batu atau kelainan anatomis yang merupakan faktor predisposisi
ISK. Pemeriksaan ini dapat berupa pielografi intravena. Demikian
dengan pemeriksaan lainnya, misalnya ultrasonografi dan CT-scanning
(Tjokronegoro & Utama, 2001).

J. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN


 Pengkajian
Melakukan pengkajian pada klien ISK menggunakan pendekatan bersifat
menyeluruh yaitu, data biologis yang meliputi (Jubaidi, n.d.) :
1) Identitas klien
2) Identitas penanggung
Riwayat kesehatan :
1) Riwayat infeksi saluran kemih
2) Riwayat pernah menderita batu ginjal
3) Riwayat penyakit DM, jantung

Pengkajian Fisik :
1) Palpasi kandung kemih
2) Inspeksi daerah meatus
a) Pengkajian warna, jumlah, bau dan kejernihan urine
b) Pengkajian pada costovertebrali
 Diagnosa
1) Infeksi yang berhubungan dengan adanya bakteri pada saluran kemih
2) Perubahan pola eliminasi urine (disuria, dorongan, frekuensi, dan atau
nokturia) yang berhubungan dengan ISK
3) Nyeri yang berhubungan dengan ISK
4) Kurang pengetahuan yang berhubungan dengan kurangnya informasi
tentang proses penyakit, metode pencegahan, dan instruksi perawatan di
rumah
 Intervensi
1) Kaji intensitas, lokasi, dan faktor yang memperberat atau meringankan
nyeri.
Rasional : rasa sakit yang hebat menandakan adanya infeksi
2) Berikan waktu istirahat yang cukup dan tingkat aktivitas yang dapat di
toleran.
Rasional : klien dapat istirahat dengan tenang dan dapat merilekskan
otot-otot
3) Anjurkan minum banyak 2-3 liter jika tidak ada kontra indikasi.
Rasional : untuk membantu klien dalam berkemih
4) Berikan obat analgetik sesuai dengan program terapi.
rasional : analgetik memblok lintasan nyeri

DAFTAR PUSTAKA
alodokter. (2016). Infeksi Saluran Pernapasan - Gejala, penyebab dan mengobati -
Alodokter. https://www.alodokter.com/infeksi-saluran-kemih
Harismi, A., & Lestari, K. (2019). Boleh Dicoba! Cara Mengobati Infeksi Saluran
Kemih Agar Tidak Kambuh. https://www.sehatq.com/artikel/cara-mengobati-
infeksi-saluran-kemih
Jubaidi, A. (n.d.). ASKEP INFEKSI SALURAN KEMIH. Retrieved March 28, 2020,
from https://www.scribd.com/doc/51662339/ASKEP-INFEKSI-SALURAN-
KEMIH
Mansjoer, A., & Triyanti, K. (1999). Kapita Selekta Kedokteran (A. Mansjoer (ed.);
Ketiga).
Rahmawati, Dina, & Utari, R. (2019). 6 Pilihan Antibiotik untuk Obati Infeksi Saluran
Kemih. https://www.sehatq.com/artikel/antibiotik-ampuh-untuk-mengobati-infeksi-
saluran-kemih
Rahmawati, Dyah. (n.d.). PENATALAKSANAAN ISK. Retrieved March 29, 2020, from
https://www.scribd.com/document/269249805/PENATALAKSANAAN-ISK
Setiawan, A. (n.d.). (1) (DOC) referat infeksi saluran kencing | agus setiawan -
Academia.edu. Retrieved March 29, 2020, from
https://www.academia.edu/11101785/referat_infeksi_saluran_kencing
Staf Pengajar Departemen Parasitologi, FKUI, J. (2013). BUKU AJAR PARASITOLOGI
KEDOKTERAN (I. Sutanto & I. S. Ismid (eds.); Keempat).
Tjokronegoro, A., & Utama, H. (2001). Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid II (S.
Suyono (ed.); Ketiga).
Triono, A. A., & Purwoko, A. E. (2012). Efektifitas Antibiotik Golongan Sefalosporin
dan Kuinolon terhadap Infeksi Saluran Kemih The Effectiveness of Cephalosporin
and Quinolon Group Antibiotic against Urinary Tract Infection. Mutiara Medika,
12(1), 6–11.

Anda mungkin juga menyukai