Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH KOMUIKASI TERAPEUTIK

HAMBATAN DALAM KOMUNIKASI TERAPEUTIK

Di susun Oleh :

KELOMPOK 2

1. Adi rama Jaya 5. Riki Sabdatus Andreanse


2. Ahlun Maulana 6. Sukma Yulisa
3. Avellini Maya Virgeria 7. Tesi Noviana
4. Ferda Jani Saputra 8. Yuni sabtiani

KONVERSI KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN

STIKES MITRA LAMPUNG

2017

1
Kata Pengantar

Puji syukur kehadirat Allah SWT karena atas berkat dan rahmat-Nya penyusun masih
diberi kesehatan sehingga makalah ini dapat terselesaikan tepat pada waktunya. Makalah
yang berjudul ”Hambatan Dalam Komunikasi Terapeutik” ini disusun untuk memenuhi tugas
mahasiswa dari mata kuliah Keperawatan Komunikasi Terapeutik di Jurusan S1 Konversi
Keperawatan Universitas Mitra Lampung.

Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna oleh karena itu, kritik
dan saran yang bersifat membangun sangat diharapkan demi kesempurnaan makalah ini
dimasa mendatang.

Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi para mahasiswa khususnya dan masyarakat
pada umumnya. Dan semoga makalah ini dapat dijadikan sebagai bahan untuk menambah
pengetahuan para mahasiswa dan masyarakat dan pembaca.

Bandar Lampung, November 2017

Penyusun

ii
Daftar Isi

Halaman Judul
Kata Pengantar ............................................................................................. ii
Daftar Isi ...................................................................................................... iii
Bab I Pendahuluan
1.1 Latar Belakang ....................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah .................................................................................. 1
1.3 Tujuan .................................................................................................... 1
1.4 Manfaat .................................................................................................. 1
Bab II Pembahasan
2.1 faktor Faktor Penghambat Komunikasi Terapeutik ............................... 2
2.2 Hambatan Dalam Komunikasi Terapeutik............................................. 2
2.2.1 Resistens ...................................................................................... 3
2.2.2 Transference................................................................................. 3
2.2.3 Coutertransference ....................................................................... 4
2.2.4 Pelanggaran Batas ........................................................................ 5
2.2.5 Pemberian Hadiah ........................................................................ 7
2.2.6 Cara Mengatasi Hambatan Komunikasi ...................................... 8
Bab III Penutup
3.1 Kesimpulan ............................................................................................ 10
3.2 Saran ...................................................................................................... 10
Daftar Pustaka

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Komunikasi adalah instrumen dasar dari interaksi manusia yang memungkinkan
seseorang untuk melakukan kontak dengan orang lain karena komunikasi dilakukan oleh
seseorang setiap hari baik disadari maupun tidak. Di dunia kesehatan, terutama pada saat
menghadapi klien, seorang perawat juga harus mengadakan suatu komunikasi agar informasi
yang ada dapat tersampaikan dengan baik. Terutama informasi yang berkenaan dengan
kebutuhan klien akan asuhan keperawatan yang akan diberikan. Oleh karena itu, komunikasi
adalah faktor yang paling penting ,yang digunakan untuk menetapkan hubungan antara
perawat dengan klien.
Namun, seringkali informasi yang seharusnya sampai kepada orang yang membutuhkan,
ternyata terputus di tengah jalan akibat tidak efektifnya suatu komunikasi yang dilakukan.
Pada komunikasi terapeutik antara perawat dengan klien, hal tersebut dapat mungkin terjadi
karena disebabkan oleh berbagai hal. Hal –hal tersebut tidak hanya berasal dari klien saja,
tetapi juga dapat disebabkan oleh pola komunikasi yang salah yang dilakukan oleh perawat.
Komunikasi yang tidak efektif juga dapat disebabkan kegagalan pada proses komunikasi itu
sendiri. Kegagalan itu dapat terjadi pada saat pengiriman pesan, penerimaan pesan, serta pada
kejelasan pesan itu sendiri (Edelman, 2002).

1.2 Rumusan Masalah


Bagaimana hambatan dalam proses komunikasi terapeutik dan analisa proses interaksi
itu ?
1.3 Tujuan
Makalah ini di buat dengan tujuan agar mahasiswa, tenaga kesehatan atau tenaga
medis dapat memahami hambatan dalam proses komunikasi terapeutik dan analisa
proses interaksi .
1.4 Manfaat
Makalah ini di buat oleh kami agar kami memahami dan mengaplikasikan langsung
dalam proses keperawatan hususnya tentang hambatan dalam proses komunikasi
terapeutik dan analisa proses interaksi.

1
BAB II
PEMBAHASAN

2.1. Faktor- Faktor Penghambat Komunikasi Terapeutik


Komunikasi terapeutik adalah komunikasi yang mendorong penyembuhan klien
(depkes RI, 2007). Dalam pegertan lain komuniksi terapeutik adalah prses yag digunakan
oleh perawat memakai pendekatan yang direncanakan secara sadar, bertujuan dan
kegiatannya dipusatkan pada klien. Adapun faktor yang menghambat dalam komunikasi
terapeutik antara lain:
1) Kecakapan yang kurang alam berkomunikasi. Perawat yang kurang cakap dalam
berbicara, berbicara tersendat-sendat, dapat menyebabkan pendengar atau pasien
menjadi Jengkel dan tidak sadar.
2) Sikap yang kurang tepat. Seorang perawat yang sedang berbicara atau melayani
pasien harus memberikan sikap yang baik dan sopan agar pasien merasa nyaman
dan tenang.
3) Kurang pengetahuan. Seorang perawat yang kurang pengetahuannya, jarang
membaca atau menonton televisi, terkadang akan mengalami kesulitan saat
berbicara dengan pasiennya.
4) Kurang memahami sistem sosial dan budaya lawan bicara (pasien) dapat
menyebabkan ketersinggungan lawan bicara.
5) Prasangka yang tidak beralasan.
6) Jarak fisik. Komunikasi menjadi kurang lancar bila jarak komunikan dan
komunikator berjauhan ataupun berdekatan.
7) Tidak ada persamaan resepsi.
8) Adanya indera yang rusak.
9) Berbicara yang berlebihan. Seringkali akan mengakibatkan penyimpangan dari
pokok pembicaraan
10) Mendominasi pembicaraan

2.2. Hambatan Dalam Proses Komunikasi Terapeutik.


2.2.1. Resistens
Resistens merupakan upaya klien untuk tidak menyadari aspek dari penyebab cemas
atau kegelisahan yang dialami. Ini juga merupakan keengganan alamiah atau penghindaran
secara verbal yang dipelajari. Klien yang resisten biasanya menunjukkan ambivalensi antara

2
menghargai tetapi juga menghindari pengalaman yang menimbulkan cemas padahal hal ini
merupakan bagian normal dalam proses terapeutik. Resisten ini sering akibat dari
ketidaksesuaian klien untuk berubah ketika kebutuhan untuk berubah telah dirasakan.
Perilaku resisten biasanya diperlihatkan oleh klien pada fase kerja, karena pada fase ini
sangat banyak berisi proses penyelesaiaan masalah (Stuart danSundeen dalam Intan. 2005).
Beberapa bentuk resistensi (Stuart dan Sundeen , 1995)
1) Supresi dan represi informasi yang terkait
2) Intensifikasi gejala
3) Devaluasi diri serta pandangan dan keputusasaan tentang masa depan
4) Dorongan untuk sehat, yang terjadi secara tiba-tiba tetapi hanya kesembuhan yang
bersifat sementara
5) Hambatan intelektual yang mungkin tampak ketika klien mengatakan ia tidak
mempunyai pikiran apapun atau tidak mampu memikirkan masalahnya, saat ia tidak
memenuhi janji untuk pertemuan atau tiba terlambat untuk suatu sesi, lupa, diam, atau
mengantuk
6) Pembicaraan yang bersifat permukaan/ dangkal
7) Penghayatan intelektual dimana klien memverbalisasi pemahaman dirinya dengan
menggunakan istilah yang tepat namun tetap berprilaku maladaptive, atau
menggunakan mekanisme pertahanan intelektualisasi tanpa diikuti penghayatan
8) Muak terhadap normalitas yang terlihat ketika klien telah mempunyai penghayatan
tetap menolak memikul tanggung jawab untuk berubahdengan alas an bahwa
normalitas adalah hal yang tidak penting
9) Reaksi transference (respon tidak sadar dimana klien mengalami perasaan dan sakit
terhadap perawat yang pada dasarnya terkait dengan tokoh dengan kehidupan yang
dulu)
10) Perilaku amuk atau tidak rasional

2.2.2. Transference
Transference merupakan respon tak sadar berupa perasaan atau perilaku terhadap
perawat yang sebetulnya berawal dari berhubungan dengan orang-orang tertentu yang
bermakna baginya pada waktu dia masih kecil (Stuart dan Sundeen , 1995)
Reaksi transference membahayakan untuk proses terapeutik hanya bila hal ini diabaikan dan
tidak ditelaah oleh perawat. Ada dua jenis utama reaksi transference yaitu reksi bermusuhan
dan tergantung.

3
Contoh reaksi transference bermusuhan (Intan, 2005) :
Bunga (15 tahun) adalah klien yang dirawat dirumah sakit karena demam berdarah. Tanpa
sebab yang jelas klien ini marah-marah kepada perawat Hengki. Setelah dikaji, ternyata
Hengki ini mirip pacar si Bunga yang pernah menyakiti hatinya. Hal ini dikarenakan klien
mengalami perasaan dan sikap terhadap perawat yang pada dasarnya terkait dengan tokoh
kehidupan yang lalu.
Contoh reaksi transference tergantung ( Intan, 2005) :
Seorang klien, Sinta (18 tahun), dirawat oleh perawat dian. Perawat itu mempunyai wajah
dan suara mirip Ibu klien, sehingga dalam setiap tindakan keperawatan yang harus dilakukan
selalu meminta perawat dian yang melakukannya.

2.2.3. Coutertransference
Coutertrasference merupakan kebutuhan terapeutik yang di buat oleh perawat dan
bukan oleh klien. Hal ini dapat mempengaruhi hubungan perawat-klien.
Beberapa bentuk countransference ( Stuart dan Sundeen dalamIntan, 2005):
1) Ketidakmampuan berempati terhadap klien dalam masalah tertentu.
2) Menekan perasaan selama atau sesudah sesi.
3) Kecerobohan dalam mengimplementasikan kontrak dengan datang terlambat, atau
melampaui waktu yang telah ditentukan.
4) Mengantuk selama sesi.
5) Perasaan marah atau tidak sabar karena ketidak inginan klien untuk berubah.
6) Dorongan terhadap ketergantungan, pujian atau efeksi klien.
7) Berdebat dengan klien atau kecendrungan untuk memaksa klien sebelum ia siap.
8) Mencoba untuk menolong klien dalam segala hal tidak berhubungan dengan tujuan
keperawatan yang telah diidentifikasi.
9) Keterlibatan dengan klien dalam tingkat personal dan sosial.
10) Melamunkan atau memikirkan klien.
11) Fantasi seksual atau agresi yang diarahkan kepada klien.
12) Perasaan cemas, gelisah atau persaan bersalah terhadap kien
13) Kecendrungan untuk memusatkan secara berulang hanya pada satu aspek atau cara
memandang pada informasi yang di berikan klien.
14) Kebutuhan untuk mempertahankan intervensi keperawatan dengan klien.

4
Reaksi coutrtrasference biasanya dalam tiga bentuk ( Stuart danSundeen dalam Intan, 2005):
1) Reaksi sangat mencintai atau “caring”.
Perawat Dono melakukan perawatan pada klien dini dengan cara yang berlebih-lebihan
yaitu dengan cara, berlama-lama mengobrol dengan klien tersebut padahal masih
banyak klien yang perlu di tangani. Perawat Dono juga mencoba menolong klien
dengan segala hal yang tidak berhubungan dengan tujuan yang telah diidentifikasi.
2) Reaksi sangat bermusuhan.
Perawat Dora mempunyai klien yang sangat Menjengkelkan. Derry (25 tahun) Derry
ini selalu marah-marah dan menjengkelkan, perawat Dora sangat dendam pada klien ini
dan selalu mengacuhkan Derry meskipun dia membutuhkan pertolongan
3) Reaksi sangat cemas sering kali di gunakan sebagai respon terhadap resistensi.

Lima cara mengidentifikasikan terjadi countertransference (Stuart G.W dalam Suryani,


2006):
1) Perawat harus mempunyai standart yang sama terhadap dirinya sendiri atas apa yang di
harapkan kepada kliennya.
2) Perawat harus menguji diri sendiri melalui latihan menjalin hubungan, terutama ketika
klien menentang atau mengeritik.
3) Perawat harus dapat menemukan sumber masalahnya.
4) Ketika countertrasference terjadi, perawat harus dapat melatih diri untuk
mengontrolnya.
5) Jika perawat membutuhkan pertolongan dalam mengatasi
countertransference, pengawasan secara individu maupun kelompok dapat lebih
membantu.

2.2.4. Pelanggaran batas


Perawat perlu membatasi hubungannya dengan klien. Batas hubungan perawat-klien
adalah bahwa hubungan yang di bina adalah hubungan terapeutik,dalam hubungan ini
perawat berperan sebagai penolong dan klien berperan sebagai yang di tolong. Baik perawat
maupun klien harus menyadari batas tersebut (Suryani, 2006).
Pelanggaran batas terjadi jika perawat melampaui batas hubungan yang terapeutik dan
membina hubungan sosial, ekonomi, atau personal dengan klien.

5
Beberapa batas hubungan perawat dan klien (stuart dan sundeen, dalam Intan, 2005)
1) Batas peran
Masalah batas peran ini memerlukan wawasan dan pengetahuan yang luas dari perawat
serta penentuan secara tegas mengenai batas-batas terapeutik perawat dan klien.
2) Batas waktu
Penetapan waktu perlu dilakukan dimana perawat mengadakan hubungan terapeutiknya
dengan klien. Waktu pengobatan atau hubungan terapeutik yang tidak wajar dan tidak
mempunyai tujuan terapeutik harus dievaluasi kembali untuk mencegah terjadinya
pelanggaran batas.
3) Batas tempat dan ruang
Misalnya wawancara dimana? Kapan dan berapa lama? Batas ini biasanya berhubungan
dengan perawatan yang dilakukan . Pemanfaatan terapeutik diluar kebiasaan misalnya
dimobil atau dirumah klien, harus dengan tindakan terapeutik yang rasional dan
mempunyai tujuan yang jelas. Perawat tidak di perbolehkan dalam melakukan tindakan
dikamar klien kadang perlu menghormati batas-batas tertentu misanya pintu terbuka
atau ada pegawai yang lain.
4) Batas uang
Batas ini berhubungan dengan penghargaan klien dengan perawat berupa uang. Disini
juga perluadanya perhatian mengenai tawar-menawar terhadap klien miskin tentang
biaya pengobatan untuk mencegah timbulnya pelanggaran batas.
5) Batas pemberian hadiah dan pelayanan
Masalah ini controversial dalam keperawatan, namun yang pasti hal ini melanggar
batas.
6) Batas pakaian
Batas ini berhubungan dengan kebutuhan perawat dalam berpakaian secara tepat dalam
hubungan terapeutik perawat dank lien. Dimana perawat tidak diperbolehkan memakai
pakaian yang tidak sopan.
7) Batas bahasa
Perawat perlu memperhatikan nada bicara dan pilihan kata ketika komunikasi dengan
klien. Tidak terlalu akrab, mengarah sikap seksul dan memberikan pendapat dengan
nada menggurui merupakan pelanggaran batas.
8) Batas pengungkapan diri secara personal;
Mengungkapkan diri secara personal dari perawat yang tidak berhubungan dengan
tujuan terapeutik dapat mengarah kepada pelanggaran batas.

6
9) Batas kontak fisik;
Semua kontak fisik dengan klien harus dievaluasi untuk melihat apakah melanggar
batas atau tidak. Beberapa jenis kontak fisik/ seksual terhadap klien yang tidak pernah
tercangkup dalam hubungan terpeutik antara perawat dengan klien.

Untuk mencegah terjadinya pelanggaran batas dalam berhubungan dengan klien,


perawat sejak awal interkasi perlu menjelaskan atau membuat kesepakatan bersama klien
tentang hubungan yang mereka jalin. Kemudian selama berinteraksi perawat harus berhati-
hati dalam berbicara agar tidak banyak terlibat dalam komunikasi sosial. Dengan selalu
berfokus pada tujuan interaksi, perawat bisa terhindar dari pelanggaran terhadap batas-batas
dalam berhubungan dengan klien. selalu mengingatkan kontrak dan tujuan interaksi setiap
kali bertemu dengan klien juga dapat menghindari pelanggaran batas ini.(Suryani 2006).
Contoh pelagggaran batas yaitu (Intan 2005):
1) Klien mengajak makan perawat siang atau maka malam di luar.
2) Klien memperkenalkan perawat pada keluarganya.
3) Perawat menerima pemberian hadiah dari klien.
4) Perawat menghadiri acara-acara sosial.
5) Klien memberi perawat hadiah.
6) Perawat secara rutin memeluk dan memegang klien.
7) Perawat menjalankan bisnis atau memesan pelayanan dari klien.
8) Perawat secara teratur memberi informasi personal kepada klien.
9) Hubungan professional berubah menjadi hubungan sosial.
10) Perawat menghadiri undangan klien.

2.2.5. Pemberian hadiah


Pemberian hadia merupakan masalah yang kontroversial dalam keperawatan. Disatu
pihak ada yang menyatakan bahwa pemberian hadiah dapat membantu dalam mencapai
tujuan terapeutik, tapi dipihak lain ada yang menyatakan bahwa pemberian hadiah bisa
merusak hubungan terapeutik.
Hadiah dapat dalam berbagai bentuk misalnya yang nyata seperti sekotak permen,
rangkaian bunga, rajutan atau lukisan. Sedangkan yang tidak nyata bisa berupa ekspresi
ucapan terima kasih dari klien kepada perawat sebagai orang yang akan meninggalkan rumah
sakit atau dari anggota keluarga yang lega dan berterima kasih atas bantuan perawat dalam
meringankan beban emosional klien.

7
2.2.6. Cara mengatasi hambatan komunikasi
Untuk mengatasi hambatan teurapeutik, perawat harus siap mengungkapkan perasaan
emosional yang sangat kuat dalam konteks hubungan perawat -pasien. Awalnya , perawat
harus mempunyai pengetahuan tentang hambatan teurapeutik dan mengenali prilaku yang
menunjukkan adanya hambatan tersebut. Kemudian perawat dapat mengklarifikasi dan
mengungkapkan perasaan serta isi agar lebih berfokus secara objektif pada apa yang sedang
terjadi.
Latar belakang prilaku dikaji, baik pasien (untuk reaksi resistens dan transferensa) atau
perawat (untuk reaksi kontertransferens dan pelanggaran batasan) bertanggung jawab
terhadap hambatan teurapeutik dan dampak negatifnya pada proses teurapeutik. Terakhir,
tujuan hubungan, kebutuhan, dan masalah pasien ditinjau kembali. Hal ini dapat membantu
perawat untuk membina kembali kerja sama teurapeutik yang sesuai dengan proses hubungan
perawat-pasien.
Adapun beberapa cara untuk mengatasi hambatan komunikasi yaitu :
1) Pedekatan terpusat pada penerima
Peduli kepada penerima pesan berarti bahwa akan mengambil langkah atau yang dapat
dilakukan agar pesan yang disampaikan dapat dimengerti dan bermakna bagi penerima.
Berempati dan bersikap peka pada perasaan penerima adala cara terbaik untuk mengatsi
hambatan komunikasi. Karena perbedaan emosi dan persepsi akan menimbulkan
ganguan. Dalam penerimaan pesan, bila seseorang menyadari perasaan orang lain maka
akan mampu memlilih kata-kata netral memahami pandangan mereka dan mungkin
akan berempati dengan posisi mereka dengan mencoba memandang situasi lewat
kacamata mereka.
Dalam kenyataan pendektan yang berpusat pada penerima lebih dari sekedar
pendekatan untuk komunikasi bisnis sebenarnya ini adalah pendekatan modern pada
bisnis dan kehidupan secara umum.
2) Komunikasi dengan situasi terbuka
Iklim komunikasi organisasi merupakan cerminan dari budaya organisasi : campuran
nilai, tradisi dan kebiasaan yang mengakomodasi atmosfir atau karakternya. Beberapa
perusahaan cenderung menyambut aliran komuniksi keatas. Tetapi dalam komunikasi
dengan situasi terbuka, akan mendorong keterusterangan dan kejujuran serta kebebasan
untuk mengakui kesalahan atau untuk tidak setuju dengan atasan dan keebasan
menyatakan pendapat.

8
3) Melakukan komunikasi dengan etis
Etika adalah prinsip-prinsip yang menjadi acuan bagi seseorang atau sekelompok orang
untuk bersikap dan berperilaku. Orang yang tidak etis biasanya egois dan tidak peduli
salah atau benar, menghalalkan segala cara unuk mencapai hasil akhir. Orang yang etis
pada umumnya adapat dipercaya, adil dan tidak memihak, menghargai hak oranglain
dan memperhatikan dampak tindakan mereka pada masyarakat.
Etika memainkan peran penting dalam komunikasi. Bahasa itu sendiri terdiri dari kata-
kata yang membawa nilai . jadi hanya dengan mengatakan sesuatu dengan cara tertentu,
Mempengruhi bagaimana orang-orang lain memandang dan membentuk harapan dan
tingkah laku yang berbeda pula. Komunikasi etis termasuk komunikasi yang relefan,
benar dalam segala segi dan tidak memperdayakan dengan cara apapun
4) Pesan yang efektif dan efisien
Pesan yang efektif dan efisin akan memperlancar proses komunikasi, sehingga dapat
mengatasi hambatan komunikasi. Ciri-ciri pesan yang efektif dan efisien antara lain,
padat dan tidak mempunyai pengertian yang mendua atau membingungkan.

9
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Komunikasi terapeutik merupakan tanggung jawab moral seorang perawat serta salah
satu upaya yang dilakukan oleh perawat untuk mendukung proses keperawatan yang
diberikan kepada klien. Komunikasi terapeutik bertujuan untuk mengembangkan pribadi
klien ke arah yang lebih positif atau adaptif dan diarahkan pada petumbuhan klien.
Komunikasi terapeutik tidak sama dengan komunikasi sosial. Komunikasi sosial tidak
mempunyai tujuan tertentu dan biasanya pelaksanaan komunikasi ini terjadi begitu saja.
Sedangkan komunikasi terapeutik mempunyai tujuan dan berfungsi sebagi terapi bagi klien.
Karena itu, pelaksanaan komunikasi terapeutik harus direncanakan dan terstruktur dengan
baik.

3.2 Saran
1. Untuk dapat melakukan pendekatan yang efektif terhadap klien perawat
hendaknya mengetahui strategi yang tepat dalam menggunakan komunikasai terapeutik.
2. Perawat harus menciptakan sebuah perencanaan dan struktur yang baik dalam
pelaksanaan komunikasi terapeutik.
3. Dalam melakukan komunikasa dengan klien perawat harus menghargai keunikan
setiap klien.

10
DAFTAR PUSTAKA

Alimul A.A. 2003. Riset Keperawatan & Tehnik Penulisan Ilmiah. Jakarta: Pernerbit
Salemba Medika.

Ellis R.B & Gates R.J. 2000. Komunikasi Interpersonal dalam Keperawatan(terjemahan).
Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Wahyuni Arti. 2004. Hubungan Antara Karakteristik Perawat Dengan Motivasi Perawat
Dalam Menerapkan Komunikasi Terapeutik. Semarang.

http://healthyusandart.blogspot.com/2017/01/hambatan-dalam-komunikasi-terapeutik.html
(Di akses pada tanggal 24/11/2017).

11

Anda mungkin juga menyukai

  • Proposal Usaha
    Proposal Usaha
    Dokumen11 halaman
    Proposal Usaha
    Ratih Indah Permata Sari
    Belum ada peringkat
  • Presentation 1
    Presentation 1
    Dokumen10 halaman
    Presentation 1
    Ratih Indah Permata Sari
    Belum ada peringkat
  • Makalah Kekerasan Dalam Perempuan
    Makalah Kekerasan Dalam Perempuan
    Dokumen11 halaman
    Makalah Kekerasan Dalam Perempuan
    Ratih Indah Permata Sari
    Belum ada peringkat
  • Tuga Emil
    Tuga Emil
    Dokumen7 halaman
    Tuga Emil
    Ratih Indah Permata Sari
    Belum ada peringkat
  • Atiiih
    Atiiih
    Dokumen21 halaman
    Atiiih
    kelinci 12
    Belum ada peringkat
  • Jiwa
    Jiwa
    Dokumen9 halaman
    Jiwa
    Ratih Indah Permata Sari
    Belum ada peringkat
  • Komkep II Buk Amel
    Komkep II Buk Amel
    Dokumen12 halaman
    Komkep II Buk Amel
    Ratih Indah Permata Sari
    Belum ada peringkat
  • Teknik-Teknik Komunikasi Teraupetik
    Teknik-Teknik Komunikasi Teraupetik
    Dokumen13 halaman
    Teknik-Teknik Komunikasi Teraupetik
    Ratih Indah Permata Sari
    Belum ada peringkat
  • 19.askep DPD MPKP B Mry
    19.askep DPD MPKP B Mry
    Dokumen14 halaman
    19.askep DPD MPKP B Mry
    Ika Oktavia
    Belum ada peringkat
  • Makalah
    Makalah
    Dokumen11 halaman
    Makalah
    Ratih Indah Permata Sari
    Belum ada peringkat
  • Komkep II Buk Amel
    Komkep II Buk Amel
    Dokumen12 halaman
    Komkep II Buk Amel
    Ratih Indah Permata Sari
    Belum ada peringkat
  • Pasien Igd
    Pasien Igd
    Dokumen12 halaman
    Pasien Igd
    Ratih Indah Permata Sari
    Belum ada peringkat
  • SP RBD
    SP RBD
    Dokumen3 halaman
    SP RBD
    Aan Pohan
    Belum ada peringkat
  • Materi Konsep KMB
    Materi Konsep KMB
    Dokumen16 halaman
    Materi Konsep KMB
    Rave Ajach
    Belum ada peringkat
  • Psikososial Dan Budaya RONALDO (1710105067)
    Psikososial Dan Budaya RONALDO (1710105067)
    Dokumen13 halaman
    Psikososial Dan Budaya RONALDO (1710105067)
    Ratih Indah Permata Sari
    Belum ada peringkat
  • NAMA
    NAMA
    Dokumen1 halaman
    NAMA
    Ratih Indah Permata Sari
    Belum ada peringkat
  • Rizka
    Rizka
    Dokumen1 halaman
    Rizka
    Ratih Indah Permata Sari
    Belum ada peringkat
  • Pengertian Dan Aspek Perilaku
    Pengertian Dan Aspek Perilaku
    Dokumen28 halaman
    Pengertian Dan Aspek Perilaku
    Ratih Indah Permata Sari
    Belum ada peringkat
  • Putri Larasati (1710105059) DJ
    Putri Larasati (1710105059) DJ
    Dokumen1 halaman
    Putri Larasati (1710105059) DJ
    Ratih Indah Permata Sari
    Belum ada peringkat
  • SP2 HDR
    SP2 HDR
    Dokumen4 halaman
    SP2 HDR
    Ratih Indah Permata Sari
    Belum ada peringkat
  • Rahma Tiana Putri
    Rahma Tiana Putri
    Dokumen3 halaman
    Rahma Tiana Putri
    Ratih Indah Permata Sari
    Belum ada peringkat
  • Tfu Minggu Rachel Rahmadevi
    Tfu Minggu Rachel Rahmadevi
    Dokumen1 halaman
    Tfu Minggu Rachel Rahmadevi
    Ratih Indah Permata Sari
    Belum ada peringkat
  • Soal
    Soal
    Dokumen9 halaman
    Soal
    Ratih Indah Permata Sari
    Belum ada peringkat
  • Riri Ap. Soal Maternitas
    Riri Ap. Soal Maternitas
    Dokumen1 halaman
    Riri Ap. Soal Maternitas
    Ratih Indah Permata Sari
    Belum ada peringkat
  • SP 2 Isos
    SP 2 Isos
    Dokumen3 halaman
    SP 2 Isos
    Ratih Indah Permata Sari
    Belum ada peringkat
  • Makalah
    Makalah
    Dokumen11 halaman
    Makalah
    Ratih Indah Permata Sari
    Belum ada peringkat
  • Tugas 2 Komkep Ii BK Diana
    Tugas 2 Komkep Ii BK Diana
    Dokumen10 halaman
    Tugas 2 Komkep Ii BK Diana
    Ratih Indah Permata Sari
    Belum ada peringkat
  • 7 DX Gangguan Kep Jiwa
    7 DX Gangguan Kep Jiwa
    Dokumen23 halaman
    7 DX Gangguan Kep Jiwa
    RiriArikaPutri
    Belum ada peringkat
  • Teknik Teknik Komunikasi
    Teknik Teknik Komunikasi
    Dokumen14 halaman
    Teknik Teknik Komunikasi
    Ratih Indah Permata Sari
    Belum ada peringkat