Anda di halaman 1dari 25

JURNAL PERKULIAHAN

Mata Kuliah : Anatomi Fisiologi

Dosen :Giri Udani,SKp.,M.Kes

Tanggal 11 februari 2019

Topik : Sistem cairan tubuh

Sub Topik : - Sitem cairan dan elektrolit

- Asam dan basa

Metode : - Ceramah

- Tanya jawab

- Penugasan

Substansi :

1. Kompartemen dan Komposisi Cairan Tubuh

Dalam tubuh manusia, cairan akan terdistribusi ke dalam dua kompartemen utama yaitu cairan
intraseluler (CIS) dan cairan ekstraseluler (CES). Cairan intraseluler adalah cairan yang terdapat di dalam
sel, sedangkan cairan ekstraseluler adalah cairan yang terdapat di luar sel. Kedua kompartemen ini
dipisahkan oleh membran sel yang memiliki permeabilitas tertentu. Hampir 67% dari total badan air
tubuh manusia terdapat di dalam cairan intraseluler dan 33% sisanya berada pada cairan ekstraseluler. Air
yang berada di dalam cairan ekstraseluler ini kemudian akan terdistribusi kembali ke dalam dua sub
kompartemen, yaitu pada cairan interstisial dan cairan intravaskuler (plasma darah).

Dua kompartemen kecil lainnya yang termasuk dalam CES adalah limfe dan cairan lintas sel
(transel). Limfe adalah cairan yang dikembalikan dari cairan interstisium ke plasma melalui sistem limfe,
tempat cairan tersebut disaring melalui kelenjar limfe untuk kepentingan pertahanan imun. Cairan lintas
sel (transcellular fluid) terdiri dari sejumlah volume cairan khusus kecil, yang semuanya disekresikan
oleh sel-sel spesifik ke dalam rongga tubuh tertentu untuk melaksanakan fungsi khusus.
Bagan kompartemen dan komposisi cairan tubuh manusia
Cairan lintas-sel mencakup cairan cerebrospinalis, yaitu cairan yang mengelilingi,
membentuk bantalan, dan memberi makan otak dan korda spinalis; cairan intraokulus, yang berfungsi
mempertahankan bentuk dan memberi makan mata; cairan synovial, yang membasahi dan berfungsi
sebagai peredam kejut bagi sendi; cairan pericardium, pleura, dan peritoneum, yang masing-masing
berfungsi membasahi jantung, paru-paru, dan usus; serta getah pencernaan yang berfungsi mencerna
makanan yang masuk.

Dua per tiga dari air pada kompartemen cairan ekstraseluler terdapat pada sela-sela sel (cairan
interstisial) dan satu pertiganya akan berada pada plasma darah (cairan intravaskuler). Persentase air
tubuh juga dipengaruhi oleh jenis kelamin dan usia individu. Wanita memiliki kandungan air yang lebih
rendah dibandingkan dengan pria, terutama karena hormone seks wanita, estrogen, meningkatkan
penimbunan lemak di payudara, bokong, dan tempat lain. Hal ini tidak saja menghasilkan sosok khas
wanita, tetapi juga menyebabkan wanta memiliki porsi jaringan lemak yang lebih besar, sehingga
kandungan airnya lebih rendah. Persentase air juga menurun secara progresif seiring dengan pertambahan
usia.

Pendistribusian air di dalam dua kompartemen utama (cairan intraseluler dan cairan
ekstraseluler) sangat bergantung pada jumlah elektrolit dan makromolekul yang terdapat dalam kedua
kompartemen tersebut. Karena membran sel yang memisahkan kedua kompartemen ini memiliki
permeabilitas yang berbeda untuk tiap zat maka konsentrasi larutan (osmolality) pada kedua
kompartemen juga akan berbeda.

2. Keasaman cairan tubuh dan sistem buffer tubuh


pH atau derajat keasaman digunakan untuk menyatakan tingkat keasaman (atau ke basaanyang
dimiliki oleh suatu larutan. Yang dimaksudkan “keasaman” di sini adalah konsentrasi ion hidrogen(H+)
dalam pelarut air. Nilai pH berkisar dari 0 hingga 14. Suatu larutan dikatakan netral apabila memiliki
nilai pH=7. Nilai pH>7 menunjukkan larutan memiliki sifat basa, sedangkan nilai pH<7 menunjukan
keasaman.
Keadaan asam-basa terkait dengan pengaturan konsentrasi ion H bebas dalam cairan tubuh. Didalam
tubuh, keseimbangan pH dikendalikan secara ketat. pH cairan ekstraseluler adalah 7, pH rata-rata darah
adalah 7,4; pH darah arteri 7,45 dan darah vena 7,35. Jika pH <7,35 dikatakan asidosi, dan jika pH darah
>7,45 dikatakan alkalosis. Rentang pH yang sesuai untuk kehidupan berkisar antara 7,0 smapai 7,70. Ion
H terutama diperoleh dari aktivitas metabolik dalam tubuh. Ion H secara normal dan kontinyu akan
ditambahkan ke cairan tubuh dari 3 sumber, yaitu:

a. pembentukkan asam karbonat dan sebagian akan berdisosiasi menjadi ion H dan bikarbonat.
b. katabolisme zat organik
c. disosiasi asam organik pada metabolisme intermedia, misalnya pada metabolisme lemak
terbentuk asam lemak dan asam laktat, sebagian asam ini akan berdisosiasi melepaskan ion H.

Fluktuasi konsentrasi ion H dalam tubuh akan mempengaruhi fungsi normal sel, antara lain:

a. perubahan eksitabilitas saraf dan otot; pada asidosis terjadi depresi susunan saraf pusat,
sebaliknya pada alkalosis terjadi hipereksitabilitas.
b. mempengaruhi enzim-enzim dalam tubuh
c. mempengaruhi konsentrasi ion K

2.2.2 sistem buffer tubuh

Buffer adalah zat yang dapat mempertahankan pH ketika ditambah sedikit asam atau basa atau
ketika diencerkan. Buffer memiliki dua macam : asam lemah dan garamnya atau basa lemah dan
garamnya. Buffer dalam darah adalah jenis buffer yang terdiri dari asam lemah dan garamnya. Asam
lemah nya adalah asam karbonat H2CO3 ( asam lemah ) dan garamnya adalah HCO3-. Buffer tersebut
dapat mempertahankan pH darah sekitar 7,35 – 7,45 dengan reaksi sebagai berikut :

H2CO3 + OH- => HCO3- + H2OHCO3- + H+ => H2CO3

Ketika masuk zat asam dalam tubuh maka yang bertugas menetralisir adalah asam lemah (asam
karbonat). Jika masuk zat basa, yang bertugas menetralisisr adalah garamnya.

Sistem buffer asam basa dalam cairan intraselular dan ekstraselular, bekerja sangat cepat dan
menghasilkan efek dalam hitungan detik. Ada 4 sistem utama dalam tubuh, yaitu:

1. Sistem asam karbonat natrium bikarbonat


Merupakan buffer utama dalam CES. Buffer yang paling penting, buffer ini terdapat
dalam jumlah yang paling besar dalam ciran tubuh. Dihasilkan oleh ginjal dan membantu
dalam mengekskresikan hidrogen (H⁺).

2. Sistem buffer fosfat

Fungsi sistem buffer fosfat bekerja dalam cara yang serupa untuk mengubah asam
kuat menjadi asam lemah dan basa kuat menjadi basa lemah. Natrium hydrogen fosfat
(Na2HPO4) adalah basa lemah, dan natrium dihidrogen fosfat (NaH2PO4) adalah
asam lemah. Komponen ini bekerja secara intraselular, terutama dalam sel darah
merah dan dalam epitelium tubulus ginjal. Membantu dalam ekskresi hidrogen (H⁺)
dalam tubulus ginjal.

3. Sistem buffer protein

Merupakan sistem buffer terkuat dalam tubuh. Sistem buffer ini meliputi protein
intraselular dan protein plsma ekstraselular yang menjadi buffer asam karbonat dan
asam organik., protein adalah buffer yang sangat baik karena mengandung gugus
amini yang berfungsi sebagai basa, bergantung pada media yang mengelilingi protein.
Sebagian besar protein dalam tubuh termasuk media dasar. Protein bertindak sebagai
asam dan berfungsi sebagai anion yang besar.

4. Sistem buffer hemoglobin

Dalam sel darah merah, buffer hemoglobin berfungsi sebagai buffer pembentukan H +
saat terjadinya ranspor CO2 diantara jaringan dan paru-paru. Hemoglobin adalah
salah satu contoh protein intraselular yang bekerja sebagai asam lemah untuk menjadi
buffer asam karbonat yang agak lemah. Jika tidak ada sistem buffer hemoglobin,
darah vena akan menjadi terlalu asam.

3. Larutan Elektrolit dan Non Elektrolit

2.3.1 Gambaran Singkat


Larutan non elektrolit merupakan za terarut yang tidak terurai dan tidak bermuatan listrik. Larutan
non elektrolit yang terdapat dalam tubuh manusia diantaranya protein, glukosa, dan karbondioksida.
Larutan elektrolit merupakan larutan yang terurai dan bermuatan listrik. Jika bermuatan positif,
maka disebut kation. Jika bermuata negative, maka disebut anion. Larutan elektrolit dalam tubuh manusia
terdapat dalam bentuk unsur bebas. Cairan elektrolit di dalam tubuh berfungsi untuk menjaga tekanan
osmotic tubuh, mengatur pendistribusian cairan ke dalam kompartemen badan air, menjaga pH tubuh,
terlibat dalam reaksi reduksi dan oksidasi di dalam tubuh, terlibat dalam proses metabolisme.
Berikut adalah elektrolit-elektrolit yang terdapat dalam tubuh dalam jumlah besar:
1. Natrium (Na+)
Natrium merupakan kation utama dalam CES (Cairan Ekstra Seluler). Natrium sangat
penting dalam pengendalian volume tubuh total. Asupan utama natrium adalah makanan.
Keadaan dimana asupan natrium melebihi jumlah pengeluarannya akan menghasilkan
keadaan keseimbangan natrium positif. Kelebihan retensi air dan natrium dapat
mengakibatkan terjadinya berat badan dan edema. Hal ini juga dapat menimbulkan
penyakit seperti gagal jantung kongesif dan penyakit ginjal. Sebaliknya, jika pengeluaran
natrium melebihi jumlah asupannya, maka akan menghasilkan keadaan keseimbangan
natrium negatif. Keadaan ini mengakibatkan terjadinya penurunan volume CES dan plasma
dengan disertai tekanan darah rendah dan sirkulasi yang tidak memadai.
Pengaturan natrium dalam tubuh terjadi terutama melalui ekskresi natrium oleh ginjal,
bukannya melalui asupan natrium. Ekskresi natrium oleh ginjal dipengaruhi oleh laju
filtrasi glomerulus (GFR) yang mengatur jumlah natrium yang difiltrasi dan Aldosteron
yang mengstimulasi readsorbsi ion natrium dari tubulus pengumpul, distal ginjal, kelenjar
keringat, kelenjar saliva, dan saluran gastrointestinal. Kendali pada sekresi aldosteron
memiliki beberapa komponen, yaitu sistem rennin-angiotensinogen-aldosteron dan kalium.
2. Kalium (K+)
Kalium merupakan kation utama dalam CIS (Cairan Intra Seluler). Kalium sangat
penting dalam pengendalian volume sel, aktivitas listrik saraf dan otot, dan metabolism
selular. Kalium di dalam CES akan mempengaruhi keseimbangan asam-basa cairan
tersebut.
Pengaturan kalium dikendalikan oleh aldostern, hormon insulin dan epinefrin. Muntah,
diare, kelebihan asupan natrium, penyakit ginjal, dan penggunaan obat diuretic untuk
hipertensi dan edema dapat menghasikan keadaan kekurangan kalium atau hipokalemia.
Hipokalemia dapat menyebabkan terjadinya suatu penyakit yaitu aritmia jantung.
Sebaliknya ekskresi ginjal yang inadekuat dapat mengakibatkan terjadinya kelebihan
kalium atau hiperkalemia. Hierkalemia dapat menyebabkan terjadinya fibrilasi jantung dan
membahayakan kehidupan.
3. Kalsium (Ca2+) dan Fosfat (HPO4-)
Kalsium merupakan elektrolit ekstraseluler. Sebagian besar berada di dalam rangka,
tempatnya berikatan dengan fosfat membentuk Kristal hidroksiapatit matriks. Fosfat
merupakan anion utama dalam CIS.
Perubahan konsentrasi ion kalsium memiliki efek yang signifikan. Sebaliknnya,
perubahan konsentrasi ion fosfat memiliki efek yang tidak terlalu signifikan, bahkan
hampir tidak menghasilkan efek apa-apa. Pengaturan kosentrasi kalsium dalm CES dan
Plasma darah dipengaruhi oleh hormone paratiroid, kalsitonin, vitamin D, dan modulator
lain.
4. Klorida (Cl-), Bikarbonat (HCO3 -) dan anion lainnya
Klorida dan Bikarbonat merupakan anion utama dalam CES. Pengaturannya bersamaan
dengan pengaturan natrium dan keseimbangan asam-basa tubuh. Anio lainnya seperti
sulfat, nitrat,dan laktat memiliki maksimum transport (TM). Jika maksimum transpornya
terlewati, maka ion berlebih akan diekskresi.
5. Magnesium (Mg2+)

4. Larutan Isotonik, Hipotonik, dan Hipertonik

Perpindahan cairan yang melintasi membran sel terjadi sedemikan cepat sehingga setiap
perbedaan osmolaritas antara kedua kompartemen ini akan dikoreksi dalam waktu detik atau menit untuk
mencapai keseimbangan osmotik. Perubahan konsentrasi yang relatif kecil pada zat terlarut dalam cairan
ekstraseluler, maka dapat timbul tekanan osmotik yang besar. Ini dibutuhkan kekuatan yang besar untuk
memindahkan air agar dapat melintasi membran sel bila cairan ekstraseluler dan intraseluler tidak dalam
keadaan keseimbangan osmotik. Hipotonik, Isotonik, dan Hipertonik adalah istilah yang digunakan untuk
membandingkan tekanan osmoticdari cairan terhadap plasma darah yang dipisahkan oleh membran sel. 

2.4.1 Larutan hipotonik


Larutan hipotonik memiliki konsentrasi larutan yang lebih rendah dibandingkan
dengan larutan yang lain. Suatu larutan memiliki kadar garam yang lebih rendah dan yang
lainnya lebih banyak. Jika ada larutan hipotonis yang dicampur dengan larutan yang lainnya
maka akan terjadi perpindahan kompartemen larutan dari yang hipotonis ke larutan yang
lainnya sampai mencapai keseimbangan konsentrasi. Contoh larutan hipotonis adalah
setengah normal saline (1/2 NS).. Turunnya titik beku kecil, yaitu tekanan osmosisnya lebih
rendah dari serum darah, sehingga menyebabkna air akan melintasi membrane sel darah
merah yang semipermeabel memperbesar volume sel darah merah dan menyebabkan
peningkatan tekanan dalam sel. Tekanan yang lebih besar menyebabkan pecahnya sel – sel
darah merah. Peristiwa demikian disebut hemolisa.

2.4.2 Larutan Isotonik


Larutan isotonik adalah suatu larutan yang konsentrasinya sama besar dengan
konsentrasi dalam sel darah merah, sehingga tidak terjadi pertukaran cairan di antara
keduanya, maka larutan dikatakan isotonik (ekuivalen dengan larutan 0,9% NaCl ). Larutan
isotonik mempunyai komposisi yang sama dengan cairan tubuh, dan mempunyai tekanan
osmotik yang sama. Isotonis adalah suatu yang larutan yang kita buat konsentrasinya sama
besar dengan cairan dalam tubuh dalam sel darah merah. Harus disamakan agar tidak terjadi
pertukaran. Isoosmotik larutan yg memiliki tek.osmosa yang sama dengan tek. Alat yang
digunakan unutuk mengetahui osmosa sel darah digunakan alat yang disebut osmometer.

2.4.3 Larutan Hipertonis


Turunan larutan hipertonis memiliki konsentrasi larutan yang lebih tinggi dari
larutan yang lainnya. Suatu larutan mengandung kadar garam yang lebih tinggi
dibandingkan dengan larutan yang lainnya. Jika larutan hipertonis ini dicampurkan dengan
larutan lainnya (atau dipisahkan dengan membran semipermeabel) maka akan terjadi
perpindahan cairan menuju larutan hipertonis sampai terjadi keseimbangan konsentrasi
larutan. Sebagai contoh, larutan dekstrosa 5% dalam normal saline memiliki sifat hipertonis
karena konsentrasi larutan tersebut lebih tinggi dibandingkan konsentrasi larutan dalam
darah pasien. Titik beku besar, yaitu tekanan osmosenya lebih tinggi dari serum darah,
sehingga menyebabkan air keluar dari sel darah merah melintasi membran semipermeabel
dan mengakibatkan terjadinya penciutan sel – sel darah merah.
Peristiwa demikian disebut plasmolisa. Bahan pembantu mengatur tonisitas adalah : NaCl,
Glukosa, Sukrosa, KNO3 dan NaNO3.

5. Mekanisme Tubuh Mengatur Keseimbangan Cairan Elektolit

Di dalam tubuh seorang yang sehat volume cairan tubuh dan komponen kimia dari cairan tubuh
selalu berada dalam kondisi dan batas yang nyaman.Dalam kondisi normal intake cairan sesuai dengan
kehilangan cairan tubuh yang terjadi.Kondisi sakit dapat menyebabkan gangguan pada keseimbangan
cairan dan elektrolit tubuh.Dalam rangka mempertahankan fungsi tubuh maka tubuh akan kehilanagn
caiaran antara lain melalui proses penguapan ekspirasi penguapan kulit, ginjal (urine),ekresi pada proses
metabolisme.
a. Intake Cairan

Selama aktifitas dan temperatur yang sedang seorang dewasa minum kira-kira1500 ml per hari,
sedangkan kebutuhan cairan tubuh kira-kira 2500 ml per harisehingga kekurangan sekitar 1000 ml per
hari diperoleh dari makanan, dan oksidasi selama proses metabolisme.Berikut adalah kebutuhan intake
cairan yang diperlukan berdasarkan umur dan berat badan, perhatikan tabel di bawah

Tabel kebutuhan asupan cairan tubuh manusia

Pengatur utama intake cairan adalah melalui mekanisme haus. Pusat haus dikendalikan berada di
otak Sedangakan rangsangan haus berasal dari kondisi dehidrasi intraseluler,sekresi angiotensin II
sebagai respon dari penurunan tekanan darah,perdarahan yang mengakibatkan penurunan volume
darah.Perasaan kering di mulut biasanya terjadi bersama dengan sensasi haus walaupun kadang terjadi
secara sendiri.Sensasi haus akan segera hilang setelah minum sebelum proses absorbsi oleh tractus
gastrointestinal.

b.Output Cairan

Kehilangan caiaran tubuh melalui empat rute (proses) yaitu :

Ø Urine

Proses pembentukan urine oleh ginjal dan ekresi melalui tractus urinarius merupakan proses
output cairan tubuh yang utama.Dalam kondisi normal output urine sekitar 1400-1500 ml per 24 jam,
atau sekitar 30-50 ml per jam.Pada orang dewasa.Pada orang yang sehat kemungkinan produksi urine
bervariasi dalam setiap harinya,bila aktivitas kelenjar keringat meningkat maka produksi urine akan
menurun sebagai upaya tetap mempertahankankeseimbangan dalam tubuh.

Ø IWL (Insesible Water Loss) :


IWL terjadi melalui paru-paru dan kulit, Melalui kulit dengan mekanisme difusi.Pada orang
dewasa normal kehilangan cairan tubuh melalui proses ini adalahberkisar 300-400 mL per hari, tapi bila
proses respirasi atau suhu tubuhmeningkat maka IWL dapat meningkat.

Ø Keringat :

Berkeringat terjadi sebagai respon terhadap kondisi tubuh yang panas, respon iniberasal dari
anterior hypotalamus,sedangkan impulsnya ditransfer melalui sumsum tulang belakang yang dirangsang
oleh susunan syaraf simpatis padakulit.

Ø Feces :

Pengeluaran air melalui feces berkisar antara 100-200 mL per hari,yang diaturmelalui mekanisme
reabsorbsi di dalam mukosa usus besar (kolon).

Keseimbangan Cairan Dan Elektrolit

Pengaturan keseimbangan cairan perlu memperhatikan dua parameter penting, yaitu volume
cairan ekstrasel dan osmolaritas cairan ekstrasel.Ginjal mengontrol volume cairan ekstrasel dengan
mempertahankan keseimbangan garam dan mengontrol osmolaritas cairan ekstrasel dengan
mempertahankan keseimbangan cairan.Ginjal mempertahankan keseimbangan ini dengan mengatur
keluaran garam dan air dalam urine sesuai kebutuhan untuk mengkompensasi asupan dan kehilangan
abnormal dari air dan garam tersebut.

1. Pengaturan volume cairan ekstrasel.

Penurunan volume cairan ekstrasel menyebabkan penurunan tekanan darah arteri dengan
menurunkan volume plasma.Sebaliknya,peningkatan volume cairan ekstrasel dapat menyebabkan
peningkatan tekanan darah arteri dengan memperbanyak volume plasma.Pengontrolan volume cairan
ekstrasel penting untuk pengaturan tekanan darah jangka panjang.

Mempertahankan keseimbangan asupan dan keluaran (intake dan output) air.Untuk


mempertahankan volume cairan tubuh kurang lebih tetap,maka harus ada keseimbangan antara air yang
ke luar dan yang masuk ke dalam tubuh.hal ini terjadi karena adanya pertukaran cairan antar kompartmen
dan antara tubuh dengan lingkungan luarnya.Water turnover dibagi dalam:

1. eksternal fluid exchange, pertukaran antara tubuh dengan lingkungan luar; dan
2. Internal fluid exchange, pertukaran cairan antar pelbagai kompartmen seperti

proses filtrasi dan reabsorpsi di kapiler ginjal.

Memperhatikan keseimbangan garam.Seperti halnya keseimbangan air, keseimbangan garam


juga perlu dipertahankan sehingga asupan garam sama dengan keluarannya.Permasalahannya adalah
seseorang hampir tidak pernah memperhatikan jumlah garam yang ia konsumsi sehingga sesuai dengan
kebutuhannya.Tetapi, seseorang mengkonsumsi garam sesuai dengan seleranya dan cenderung lebih dari
kebutuhan.Kelebihan garam yang dikonsumsi harus diekskresikan dalam urine untuk mempertahankan
keseimbangan garam

Ginjal mengontrol jumlah garam yang dieksresi dengan cara:

Ø mengontrol jumlah garam (natrium) yang difiltrasi dengan pengaturan Laju Filtrasi
Glomerulus (LFG)/ Glomerulus Filtration Rate (GFR).

Ø mengontrol jumlah yang direabsorbsi di tubulus ginjal

Jumlah Na+ yang direasorbsi juga bergantung pada sistem yang berperan mengontrol tekanan
darah.Sistem Renin-Angiotensin-Aldosteron mengatur reabsorbsi Na+ dan retensi Na+ di tubulus distal
dan collecting.Retensi Na+ meningkatkan retensi air sehingga meningkatkan volume plasma dan
menyebabkan peningkatan tekanan darah arteri.Selain sistem Renin-Angiotensin-Aldosteron,Atrial
Natriuretic Peptide (ANP) atau hormon atriopeptin menurunkan reabsorbsi natrium dan air.Hormon ini
disekresi leh sel atrium jantung jika mengalami distensi peningkatan volume plasma.Penurunan
reabsorbsi natrium dan air di tubulus ginjal meningkatkan eksresi urine sehingga mengembalikan volume
darah kembali normal.

2. Pengaturan Osmolaritas cairan ekstrasel.

Osmolaritas cairan adalah ukuran konsentrasi partikel solut (zat terlarut) dalam suatu
larutan.semakin tinggi osmolaritas,semakin tinggi konsentrasi solute atau semakin rendah konsentrasi
solutnya lebih rendah (konsentrasi air lebih tinggi) ke area yang konsentrasi solutnya lebih tinggi
(konsentrasi air lebih rendah).

Osmosis hanya terjadi jika terjadi perbedaan konsentrasi solut yang tidak dapat menmbus
membran plasma di intrasel dan ekstrasel.Ion natrium merupakan solut yang banyak ditemukan di cairan
ekstrasel,dan ion utama yang berperan penting dalam menentukan aktivitas osmotik cairan
ekstrasel.sedangkan di dalam cairan intrasel,ion kalium bertanggung jawab dalam menentukan aktivitas
osmotik cairan intrasel.Distribusi yang tidak merata dari ion natrium dan kalium ini menyebabkan
perubahan kadar kedua ion ini bertanggung jawab dalam menetukan aktivitas osmotik di kedua
kompartmen ini.

Pengaturan osmolaritas cairan ekstrasel oleh tubuh dilakukan dilakukan melalui:

* Perubahan osmolaritas di nefron

Di sepanjang tubulus yang membentuk nefron ginjal, terjadi perubahan osmolaritas yang pada
akhirnya akan membentuk urine yang sesuai dengan keadaan cairan tubuh secara keseluruhan di dukstus
koligen.Glomerulus menghasilkan cairan yang isosmotik di tubulus proksimal (300 mOsm).Dinding
tubulus ansa Henle pars decending sangat permeable terhadap air,sehingga di bagian ini terjadi reabsorbsi
cairan ke kapiler peritubular atau vasa recta.Hal ini menyebabkan cairan di dalam lumen tubulus menjadi
hiperosmotik.

Dinding tubulus ansa henle pars acenden tidak permeable terhadap air dan secara aktif
memindahkan NaCl keluar tubulus.Hal ini menyebabkan reabsobsi garam tanpa osmosis air.Sehingga
cairan yang sampai ke tubulus distal dan duktus koligen menjadi hipoosmotik.Permeabilitas dinding
tubulus distal dan duktus koligen bervariasi bergantung pada ada tidaknya vasopresin (ADH).Sehingga
urine yang dibentuk di duktus koligen dan akhirnya di keluarkan ke pelvis ginjal dan ureter juga
bergantung pada ada tidaknya vasopresis (ADH).

* Mekanisme haus dan peranan vasopresin (antidiuretic hormone/ADH)

Peningkatan osmolaritas cairan ekstrasel (>280 mOsm) akan merangsang osmoreseptor di


hypotalamus. Rangsangan ini akan dihantarkan ke neuron hypotalamus yang mensintesis
vasopresin.Vasopresin akan dilepaskan oleh hipofisis posterior ke dalam darah dan akan berikatan
dengan reseptornya di duktus koligen. ikatan vasopresin dengan reseptornya di duktus koligen memicu
terbentuknya aquaporin, yaitu kanal air di membrane bagian apeks duktus koligen.Pembentukkan
aquaporin ini memungkinkan terjadinya reabsorbsi cairan ke vasa recta.Hal ini menyebabkan urine yang
terbentuk di duktus koligen menjadi sedikit dan hiperosmotik atau pekat, sehingga cairan di dalam tubuh
tetap dipertahankan.
Selain itu, rangsangan pada osmoreseptor di hypotalamus akibat peningkatan osmolaritas cairan
ekstrasel juga akan dihantarkan ke pusat haus di hypotalamus sehingga terbentuk perilaku untuk
membatasi haus,dan cairan di dalam tubuh kembali normal.

* Pengaturan Neuroendokrin dalam Keseimbangan Cairan dan Elektrolit

Sebagai kesimpulan,pengaturan keseimbangan keseimbangan cairan dan elektrolit diperankan


oleh system saraf dan sistem endokrin.Sistem saraf mendapat informasi adanya perubahan keseimbangan
cairan dan elektrolit melalui baroreseptor di arkus aorta dan sinus karotikus, osmoreseptor di
hypotalamus,dan volume reseptor atau reseptor regang di atrium.Sedangkan dalam sistem
endokrin,hormon-hormon yang berperan saat tubuh mengalami kekurangan cairan adalah Angiotensin II,
Aldosteron, dan Vasopresin/ADH dengan meningkatkan reabsorbsi natrium dan air. Sementara,jika
terjadi peningkatan volume cairan tubuh,maka hormone atriopeptin (ANP) akan meningkatkan eksresi
volume natrium dan air.

Perubahan volume dan osmolaritas cairan dapat terjadi pada beberapa keadaan.Faktor lain yang
mempengaruhi keseimbangan cairan dan elektrolit di antaranya ialah umur, suhu
lingkungan,diet,stres,dan penyakit.

6. Mekanisme Tubuh Mengatur Keseimbangan Asam Basa

Tubuh menggunakan 3 mekanisme untuk mengendalikan keseimbangan asam-basa darah, yaitu:

a. Kelebihan asam akan dibuang oleh ginjal, sebagian besar dalam bentuk amonia. Ginjal
memiliki kemampuan untuk mengubah jumlah asam atau basa yang dibuang, yang biasanya
berlangsung selama beberapa hari.
Untuk mempertahankan keseimbangan asam basa, ginjal harus mengeluarkan anion asam
non volatile dan mengganti HCO3-. Ginjal mengatur keseimbangan asam basa dengan sekresi
dan reabsorpsi ion hidrogen dan ion bikarbonat. Pada mekanisme pemgaturan oleh ginjal ini
berperan 3 sistem buffer asam karbonat, buffer fosfat dan pembentukan ammonia. Ion
hydrogen, CO2, dan NH3 diekskresi ke dalam lumen tubulus dengan bantuan energi yang
dihasilkan oleh mekanisme pompa natrium di basolateral tubulus. Pada proses tersebut, asam
karbonat dan natrium dilepas kembali ke sirkulasi untuk dapat berfungsi kembali. Tubulus
proksimal adalah tempat utama reabsorpsi bikarbonat dan pengeluaran asam.
Ion hidrogen sangat reaktif dan mudah bergabung dengan ion bermuatan negative pada
konsentrasi yang sangat rendah. Pada kadar yang sangat rendahpun, ion hydrogen
mempunyai efek yang besar pada system biologi. Ion hydrogen berinteraksi dengan berbagai
molekul biologis sehingga dapat mempengaruhi struktur protein, fungsi enzim dan
ekstabilitas membrane. Ion hydrogen sangat penting pada fungsi normal tubuh misalnya
sebagai pompa proton mitokondria pada proses fosforilasi oksidatif yang menghasilkan ATP.
Produksi ion hidrogen sangat banyak karena dihasilkan terus menerus di dalam tubuh.
Perolehan dan pengeluaran ion hydrogen sangat bervariasi tergantung diet, aktivitas dan
status kesehatan. Ion hydrogen di dalam tubuh berasal dari makanan, minuman, dan proses
metabolism tubuh. Di dalam tubuh ion hidrogen terbentuk sebagai hasil metabolism
karbohidrat, protein dan lemak, glikolisis anaerobik atau ketogenesis.

Tubuh menggunakan penyangga pH (buffer) dalam darah sebagai pelindung terhadap


perubahan yang terjadi secara tiba-tiba dalam pH darah. Suatu penyangga pH bekerja secara
kimiawi untuk meminimalkan perubahan pH suatu larutan. Penyangga pH yang paling penting
dalam darah adalah bikarbonat. Bikarbonat (suatu komponen basa) berada dalam kesetimbangan
dengan karbondioksida (suatu komponen asam). Jika lebih banyak asam yang masuk ke dalam
aliran darah, maka akan dihasilkan lebih banyak bikarbonat dan lebih sedikit karbondioksida.
Jika lebih banyak basa yang masuk ke dalam aliran darah, maka akan dihasilkan lebih banyak
karbondioksida dan lebih sedikit bikarbonat.

Menetralisir kelebihan ion hydrogen, bersifat temporer dan tidak melakukan eliminasi.
Fungsi utama system buffer adalah mencegah perubahan pH yang disebabkan oleh pengaruh
asam fixed dan asam organic pada cairan ekstraseluler. Sebagai buffer, system ini memiliki
keterbatasan yaitu:
- Tidak dapat mencegah perubahan pH di cairan ekstraseluler yang disebabkan karena
peningkatan CO2.
- System ini hanya berfungsi bila system respirasi dan pusat pengendali system pernafasan
bekerja normal
- Kemampuan menyelenggarakan system buffer tergantung pada tersedianya ion
bikarbonat.

Ada 4 sistem bufer:


a) Bufer bikarbonat; merupakan sistem dapar di cairan ekstrasel terutama untuk
perubahan yang disebabkan oleh non-bikarbonat
b) Bufer protein; merupakan sistem dapar di cairan ekstrasel dan intrasel
c) Bufer hemoglobin; merupakan sistem dapar di dalam eritrosit untuk perubahan asam
karbonat
d) Bufer fosfat; merupakan sistem dapar di sistem perkemihan dan cairan intrasel.
Sistem kimia hanya mengatasi ketidakseimbangan asam-basa sementara. Jika
dengan buferkimia tidak cukup memperbaiki ketidakseimbangan, maka pengontrolan pH
akan dilanjutkan oleh paru-paru yang berespon secara cepat terhadap perubahan kadar
ion H dalam darah akinat rangsangan pada kemoreseptor dan pusat pernafasan, kemudian
mempertahankan kadarnya sampai ginjal menghilangkan ketidakseimbangan tersebut.
Ginjal mampu meregulasi ketidakseimbangan ion H secara lambat dengan menskresikan
ion H dan menambahkan bikarbonat baru ke dalam darah karena memiliki dapar fosfat
dan amonia.

Proses eliminasi dilakukan oleh paru dan ginjal. Mekanisme paru dan ginjal dalam
menunjang kinerja system buffer adalah dengan mengatur sekresi, ekskresi, dan absorpsi
ion hydrogen dan bikarbonat serta membentuk buffer tambahan (fosfat, ammonia).

Untuk jangka panjang, kelebihan asam atau basa dikeluarkan melalui ginjal dan paru
sedangkan untuk jangka pendek, tubuh dilindungi dari perubahan pH dengan system
buffer. Mekanisme buffer tersebut bertujuan untuk mempertahankan pH darah antara
7,35- 7,45.

b. Pembuangan karbondioksida. Karbondioksida adalah hasil tambahan penting dari


metabolisme oksigen dan terus menerus yang dihasilkan oleh sel. Darah membawa
karbondioksida ke paru-paru. Di paru-paru karbondioksida tersebut dikeluarkan
(dihembuskan). Pusat pernafasan di otak mengatur jumlah karbondioksida yang
dihembuskan dengan mengendalikan kecepatan dan kedalaman pernafasan
Peranan sistem respirasi dalam keseimbangan asam basa adalah mempertahankan agar
tekanan CO2 selalu konstan walaupun terdapat perubahan kadar CO 2 akibat proses
metabolism tubuh. Keseimbangan asam basa respirasi bergantung pada keseimbanagn
produksi dan ekskresi CO2. Jumlah CO2 yang berada di dalam darah tergantung pada laju
metabolism sedangkan proses ekskresi CO2 tergantung pada fungsi paru.
Kelainan ventilasi dan perfusi pada dasarnya akan mengakibatkan ketidakseimbanagn
rasio ventilasi perfusi sehingga akan terjadi ketidakseimbangan, ini akhirnya menyebabkan
hipoksia maupun retensi CO2 sehingga terjadi gangguan keseimbangan asam basa.

7. Gangguan Keseimbangan CairanTubuh

Tubuh manusia pada kelahiran mengandungi sekitar 75% berat cairan. Di usia satu bulan, nilai ini
menurun menjadi 65% dan pada saat dewasa berat cairan dalam tubuh manusia bagi pria adalah 60%
dan wanita pula sekitar 50%. Selain itu, faktor kandungan lemak juga mengkontribusi kepada
kandungan cairan dalam tubuh. Semakin tinggi jumlah lemak yang terdapat dalam tubuh, seperti pada
wanits, semakin ssemakin kurang kandungan cairan yang ada.
Nilai normal ambilan cairan dewasa adalah sekitar 2500ml, termasuk 300ml hasil metabolism
tenaga susbtrat. Rata-rata kehilangan cairan adalah sebanyak 2500ml dimana ia terbahagi kepada
1500ml hasil urin, 400ml terevaporasi lewat respiratori, 400ml lewat
evaporasikulit,100mllewatpeluhdan100mlmelaluitinja.Kehilangancairanlewatevaporasiadalah penting
kerna ia memainkan peranan sebagai thermoragulasi, dimana ia mengkontrol sekitar 20-25%
kehilangan haba tubuh. Perubahan pada kesimbanngan cairan dan volume sel bisa menyebabkan
impak yang serius seperti kehilangan fungsi pada sel, terutama ada otak.
Bentuk gangguan yang paling sering terjadi adalah kelebihan atau kekurangan cairanyang
mengakibatkan perubahan volume.

a. Overhidrasi

Air, seperti subtrat lain, berubah menjadi toksik apabila dikonsumsi secara berlebihan
dalamjangkawaktutertentu.Intoksikasiairseringterjadibilacairandikonsumsitubuhdalam kadar tinggi
tanpa mengambil sumber elektrolit yang menyeimbangi kemasukan cairan tersebut.
Overhidrasi terjadi jika asupan cairan lebih besar daripada pengeluaran cairan. Kelebihan cairan
dalam tubuh menyebabkan konsentrasi natrium dalam aliran darah menjadi sangat rendah. Penyebab
overhidrasi meliputi, adanya gangguan ekskresi air lewat ginjal (gagal ginjal akut), masukan air yang
berlebihan pada terapi cairan, masuknya cairan irigator pada tindakan reseksi prostat transuretra, dan
korban tenggelam.
Gejala overhidrasi meliputi, sesak nafas, edema, peningkatan tekanan vena jugular,
edemaparuakutdangagaljantung.Daripemeriksaanlabdijumpaihiponatremidalamplasma. Terapi terdiri
dari pemberian diuretik(bila fungsi ginjal baik), ultrafiltrasi atau dialisis (fungsi ginjal menurun), dan
flebotomi pada kondisi yangdarurat.

b. Dehidrasi

Dehidrasimerupakansuatukondisidefisitairdalamtubuhakibatmasukanyangkurang
ataukeluaranyangberlebihan.Kondisidehidrasibisaterdiridari3bentuk,yaitu:isotonik(bila air hilang
bersama garam, contoh: GE akut, overdosis diuretik), hipotonik (Secara garis besar terjadi kehilangan
natrium yang lebih banyak dibandingkan air yang hilang. Karena kadar
natriumserumrendah,airdikompartemenintravaskularberpindahkeekstravaskular,sehingga
menyebabkan penurunan volume intravaskular), hipertonik (Secara garis besar terjadi kehilangan air
yang lebih banyak dibandingkan natrium yang hilang. Karena kadar natrium tinggi, air di
kompartemen ekstravaskular berpindah ke kompartemen intravaskular, sehingga penurunan volume
intravaskularminimal)

Tabel 6. Derajat Dehidrasi

Derajat %kehilangan air Gejala


Ringan 2-4% dari BB Rasa haus, mukosa kulit

kering, mata cowong


Sedang 4-8% dari BB Sda, disertai delirium,
oligo uri, suhu tubuh
meningkat

Berat 8-14% dari BB Sda, disertai koma,


hipernatremi, viskositas
plasma meningkat

Pada pemeriksaan laboratorium menunjukkan hipernatremia dan peningkatan hematokrit.


Terapidehidrasiadalahmengembalikankondisiairdangaramyanghilang.Jumlahdan jenis cairan
yang diberikan tergantung pada derajat dan jenis dehidrasi dan elektrolit yang hilang. Pilihan cairan
untuk koreksi dehidrasi adalah cairan jenis kristaloid RL atauNaCl.

8. Gangguan KeseimbanganElektrolit

Gangguan keseimbangan elektrolit yang umum yang sering ditemukan pada kasus- kasus di
rumah sakit hanyalah beberapa sahaja. Keadaan-keadaan tersebut adalah:
 Hiponatremia danhypernatremia

 Hipokalemia danhyperkalemia

 Hipokalsemia

a. Hiponatremia

Hiponatremia selalu mencerminkan retensi air baik dari peningkatan mutlak dalam jumlah
berat badan (total body weight, TBW) atau hilangnya natrium dalam relatif lebih hilangnya air.
Kapasitas normal ginjal untuk menghasilkan urin encer dengan osmolalitas serendah 40 mOsm / kg
(berat jenis 1,001) memungkinkan mereka untuk mengeluarkan lebih
dari10Lairgratisperharijikadiperlukan.Karenacadangan yangluarbiasaini,hiponatremiahampir selalu
merupakan efeknya dari akibat kapasitas pengenceran urin tersebut (osmolalitas urin> 100 mOsm / kg
atau spesifik c gravitasi> 1,003).
Kondisi hiponatremia apabila kadar natrium plasma di bawah 130mEq/L. Jika < 120 mg/L
maka akan timbul gejala disorientasi, gangguan mental, letargi, iritabilitas, lemah dan henti
pernafasan, sedangkan jika kadar < 110 mg/L maka akan timbul gejala kejang, koma. Antara
penyebab terjadinya Hiponatremia adalah euvolemia (SIADH, polidipsi psikogenik),
hipovolemia(disfungsitubuliginjal,diare,muntah,thirdspacelosses,diuretika),hipervolemia (sirosis,
nefrosis). Terapi untuk mengkoreksi hiponatremia yang sudah berlangsung lama dilakukan secara
perlahan-lahan, sedangkan untuk hiponatremia akut lebihagresif.

Dosis NaCl yang harus diberikan, dihitung melalui rumus berikut: NaCl
= 0,6( N-n) x BB
N = Kadar Na yang diinginkan n
= Kadar Na sekarang
BB = berat badan dalam kg

Tabel 7. Gradasi Hiponatremia

Gradasi Gejala Tanda


Ringan ( Na 105-118) Haus Mukosa kering
Sedang (Na 90-104) Sakit kepala, mual, vertigo Takikardi, hipotensi
Berat (Na <90) Apatis, koma Hipotermi

Pertimbangan Anestesi

Hiponatremia sering merupakan manifestasi dari gangguan yang medasari sebuah penyakit,
justeru memerlukan evaluasi pra operatif yang amat teliti. Konsentrasi natrium plasma lebih besar dari
130 mEq / L biasanya dianggap aman untuk pasien yang menjalani anestesi umum. Dalam sebagian
besar keadaan, plasma [Na +] harus diperbaiki untuk lebih dari 130 mEq / L untuk prosedur elektif,
tanpa adanya gejala neurologis. Konsentrasi yang
lebihrendahdapatmenyebabkanedemaserebralsignifikanyangdapatdimanifestasikansecara intraoperatif
sebagai penurunan konsentrasi alveolar minimum atau pasca operasi sebagai
agitasi,kebingungan,ataumengantuk.Pasienyangmenjalanireseksitransurethraldariprostat
dapatmenyerapjumlahairyangbanyakdaricairanirigasi(sebanyak20mL/menit)danberada pada risiko
tinggi untuk pengembangan cepat yang mendalam keracunan air akut.
Pasien hiponatremia amat sensitif terhadap vasodilatasi dan efek inotropik negatif dari
anestesi uap, propofol, dan agen terkait dengan pelepasan histamin (morfin, meperidine). Persyaratan
dosis untuk obat lain juga harus dikurangi untuk mengimbangi penurunanvolume distribusi. Pasien
hiponatremia sangat sensitif terhadap blokade simpatik dari anestesi spinal atau epidural. Jika anestesi
harus diberikan sebelum koreksi yang memadai hipovolemia, etomidate atau ketamin mungkin agen
induksi pilihan untuk anestesiumum.

b. Hipernatremia

Hiperosmolalitasterjadisetiapkalitotalkandungantubuhterlarutmeningkatkanrelatif
terhadapTBWdanbiasanya,tapitidakselalu,berhubungandenganhipernatremia([Na+]>
145 mEq / L). Hiperosmolalitas tanpa hipernatremia dapat dilihat selama hiperglikemia
ditandaiataumengikutiakumulasizatosmotikaktifnormaldalamplasma.Konsentrasinatrium plasma dapat
benar-benar berkurang karena air diambil dari intraseluler ke kompartemen
ekstraseluler.Untuksetiap100mgpeningkatan/dLpadakonsentrasiglukosaplasma,natrium plasma
menurun sekitar 1,6 mEq / L. Hipernatremia hampir selalu merupakan hasil dari baik kerugian relatif
air lebih dari natrium (hipotonik cairan rugi) atau retensi dalam jumlah besar natrium. Bahkan ketika
kemampuan berkonsentrasi ginjal terganggu, haus biasanya sangat efektif dalam mencegah
hipernatremia. Hipernatremia karena itu paling sering terlihat pada pasien lemah yang tidak dapat
minum, sangat tua, yang sangat muda, dan pasien dengan gangguan kesadaran. Pasien dengan
hipernatremia mungkin memiliki konten natrium tubuh total yang rendah, normal, atautinggi.
Jika kadar natrium > 150 mg/L maka akan timbul gejala berupa perubahan mental, letargi,
kejang, koma, lemah.Manifestasi neurologis akan mendominasi dahulu pada pasien dengan
hipernatremia dan umumnya diduga hasil dari dehidrasi selular. Gelisah, lesu, dan hyperreflexia dapat
berkembang menjadi kejang, koma, dan akhirnya kematian. Gejala berkorelasi lebih dekat dengan laju
pergerakan air keluar dari sel-sel otak daripada tingkat
absoluthipernatremia.Cepatpenurunanvolumeotakakanmenyebabkanpembuluhdarahotak pecah dan
mengakibatkan fokus perdarahan intraserebral atau subarachnoid. Kejang dan
kerusakansarafseriusyangumum,terutamapadaanak-anakdenganhipernatremiaakutketika plasma [Na
+] melebihi 158 mEq / L. Hipernatremia kronis biasanya ditoleransi lebih baik berbanding dengan
bentukakut.

Hipernatremi dapat disebabkan oleh kehilangan cairan (yang disebabkan oleh diare, muntah, diuresis,
diabetes insipidus, keringat berlebihan), asupan air kurang, asupan natrium berlebihan.Pengobatan
hipernatremia bertujuan untuk mengembalikan osmolalitasplasma normal serta mengoreksi penyebab
yang mendasari. Defisit air umumnya harus diperbaiki dalam 48 jam dengan larutan hipotonik seperti
5% dextrose dalam air. Kelainan
padavolumeekstraselulerjugaharusdiperbaiki.Namun,koreksiyangcepatdarihipernatremia dapat
mengakibatkan kejang, edema otak, kerusakan saraf permanen, dan bahkan kematian. Justeru pemberian
serial Na + osmolalitas harus diperoleh selama pengobatan. Secara umum, penurunan konsentrasi
natrium plasma tidak harus melanjutkan pada tingkat yang lebih cepat dari 0,5 mEq / L / jam.Terapi
keadaan ini adalah penggantian cairan dengan 5% dekstrose dalam air sebanyak {(X-140) x BB x 0,6}:
140.

Pertimbangan anestesi

Hasil kajian mendapatkan hipernatremia akan meningkatkan konsentrasi alveolar minimum


pada anestesi inhalasi pada hewan percobaan, tetapi signifikasi klinisnya lebih mendekati dengan
defisit cairan yang terkait. Hipovolemia akan lebih terlihat pada setiap vasodilatasi atau depresi
jantung dari agen anestesi dan predisposisi hipotensi dan hipoperfusi jaringan. Penurunan volume
distribusi untuk obat memerlukan pengurangan dosis untuk
sebagianbesaragenintravena,sedangkanpenurunancardiacoutputmeningkatkanpenyerapan anestesi
inhalasi. Operasi elektif harus ditunda pada pasien dengan hipernatremia yang
signifikan(>150mEq/L)sampaipenyebabnyadidirikandandefisitcairandikoreksi.Airdan defisit cairan
isotonik harus diperbaiki sebelum operasielektif.

c. Hipokalemia

Nilai normal Kalium plasma adalah3,5-4,5mEq/L.Disebut hipokalemia apabila kadar kalium


<3,5mEq/L. Dapat terjadi akibat dari redistribusi akut kalium dari cairan ekstraselular ke intraselular
atau dari pengurangan kronis kadar total kalium tubuh. Tanda dan gejala hipokalemia dapat berupa
disritmik jantung, perubahan EKG (QRS segmen melebar, ST segmen depresi, hipotensi postural,
kelemahan otot skeletal, poliuria, intoleransi glukosa. Terapi hipokalemia dapat berupa koreksi faktor
presipitasi (alkalosis, hipomagnesemia, obat- obatan),infusepotasium klorida
sampai10mEq/jam(untukmildhipokalemia>2mEq/L)atau infus potasium klorida sampai 40 mEq/jam
dengan monitoring oleh EKG (untuk hipokalemia berat;<2mEq/L disertai perubahan EKG, kelemahan
otot yanghebat).

Rumus untuk menghitung defisit kalium:

K = K1 - (K0 x 0,25 x BB)

K = kalium yang dibutuhkan

K1 = serum kalium yang diinginkan


K0 = serum kalium yang terukur BB =
berat badan(kg)
Pertimbangan anestesi

Hipokalemia merupakan temuan pra operasi umum. Keputusan untuk melanjutkan dengan
operasi elektif sering didasarkan pada plasma lebih rendah [K+]antara3dan3,5mEq
/ L. Keputusan, bagaimanapun, juga harus didasarkan pada tingkat perkembangan hipokalemia serta
ada atau tidak adanya disfungsi organ sekunder. Secara umum,hipokalemia ringan kronis (3-3,5 mEq /
L) tanpa perubahan EKG tidak meningkatkan risiko anestesi. Namun ini mungkin tidak berlaku untuk
pasien yang menerima digoksin, yang mungkin mempunyai peningkatan risiko mengembangkan lagi
toksisitas digoxin dari hipokalemia tersebut. Maka nilai plasma [K +] di atas 4 mEq / L yang
diinginkan pada pasien tersebut. Manajemen intraoperatif hipokalemia membutuhkan pemantauan
EKG yang teliti dan berwaspada.Kalium intravena harus diberikan jika atrium atau ventrikel aritmia
terjadi.Solusi intravena glukosa bebas harus digunakan dan hiperventilasi harus dihindari untuk
mencegah penurunan lebih lanjut dalam plasma [K +]. Peningkatan sensitivitas terhadap blocker
neuromuskuler (NMBS) akan dapat dilihat pada status hipokalemia, oleh karena itu dosis NMBS
harus dikurangi25-50%,dan stimulator saraf harus digunakan untuk mengikuti tingkat kelumpuhan
dan kecukupan reversinya.

d. Hiperkalemia

Kalium (K+) memainkan peran utama dalam elektrofisiologi dari membran sel serta
karbohidrat dan protein sintesis.Potensial membrane sel istirahat biasanya tergantung pada rasio
intraseluler dan ekstraseluler konsentrasi kalium. Konsentrasi kalium intraselulerdiperkirakan 140
mEq / L, sedangkan konsentrasi kalium ekstraseluler biasanya sekitar 4 mEq / L. Dalam beberapa
kondisi, redistribusi K+ antara cairan ekstraselular dan kompartemen cairan intraselular dapat
mengakibatkan perubahan yang nyata dalam ekstraseluler K+ tanpa perubahan total konten kalium
tubuh.

Hiperkalemia adalah jika kadar kalium > 5 mEq/L. Hiperkalemia sering terjadi karena insufisiensi
renal atau obat yang membatasi ekskresi kalium (NSAIDs, ACE-inhibitor, siklosporin, diuretik).
Tanda dan gejalanya terutama melibatkan susunan saraf pusat (parestesia, kelemahan otot) dan sistem

kardiovaskular (disritmik, perubahan EKG). 3 Efek paling penting dari hiperkalemia berada di otot
rangka dan jantung. Kelemahan otot rangkapada umumnya tidak terlihat sampai plasma [K +] lebih
besar dari 8 mEq / L, dan karena depolarisasi berkelanjutan spontan dan inaktivasi kanal Na +
membran otot, akhirnya mengakibatkan kelumpuhan.Perubahan EKG berlaku secara berurutan dari
simetris memuncak gelombang T (sering dengan interval QT memendek) → pelebaran kompleksQRS
→perpanjanganintervalP-R→hilangnyagelombangP→hilangnyaamplitudoR-gelombang

→ depresi segmen ST (kadang-kadang elevasi) → EKG yang menyerupai gelombang sinus, sebelum
perkembangan fibrilasi ventrikel dan detak jantung. Kontraktilitas dapat relatif baik dipertahankan
sampai akhir dalam perjalanan hiperkalemia progresif. Hipokalsemia, hiponatremia, dan asidosis
menonjolkan efek jantung hyperkalemia.
Tabel 8. Gambaran EKG berdasarkan Kadar K Plasma

Kadar K plasma Gambaran EKG


5,5-6 mEq/L Gelombang T tinggi
6-7 mEq/L P-R memanjang dan QRS melebar
7-8 mEq/L P mengecil & takikardi ventrikel
>8 mEq/L Fibrilasi ventrikel

BilakadarKplasma<6,5mEq/Ldiberikan:Diuretik,Natriumbikarbonat,Caglukonas, glukonas-
insulin, Kayekselate. Bila dalam 6 jam belum tampak perbaikan, dilakukan hemodialisis. Bila fungsi
ginjal jelek, pertimbangkan hemodialisis lebih dini. Pada kadar K plasma >6,5 mEq/L, segera
lakukandialysis

Pertimbangan Anestesi

Operasi elektif sebaiknya tidak dilakukan pada pasien dengan hiperkalemiasignifikan.


Manajemen anestesi pasien bedah hiperkalemia diarahkan pada menurunkan konsentrasi kalium
plasma dan mencegah kenaikan lebih lanjut. EKG harus hati-hati dipantau. Suksinilkolin merupakan
kontraindikasi, seperti penggunaan setiap solusi intravena yang menagndungi kalium seperti injeksi
Ringer laktat. Menghindari asidosis metabolik atau respiratorik sangat penting untuk mencegah
kenaikan lebih lanjut dalam plasma [K +]. Ventilasi harus dikontrol dengan anestesi umum, dan
hiperventilasi ringan mungkin diinginkan. Terakhir, fungsi neuromuskular harus dipantau secara
ketat, karena hiperkalemia dapat menonjolkan efekNMBS.

e. Hipokalsemia

Meskipun 98% dari total kalsium tubuh dalam tulang, pemeliharaan konsentrasi kalsium
ekstraseluler normal adalah penting untuk homeostasis. Ion kalsium terlibat dalam
fungsibiologishampirsemuapenting,termasukkontraksiotot,pelepasanneurotransmitterdan
hormon,pembekuandarah,danmetabolismetulang,dankelainanpadakeseimbangankalsium dapat
mengakibatkan derangements fisiologis yang mendalam.
Asupan kalsium pada orang dewasa rata-rata 600-800 mg / d. Penyerapan kalsium terjadi di
usus terutama di usus kecil proksimal tetapi adalah variabel. Kalsium juga disekresi
kedalamsaluranusus,dimanasekresiinitampaknyakonstandanindependendaripenyerapan.
Hingga80%dariasupankalsiumharianbiasanyahilangdalamfeses.Ginjalbertanggungjawab untuk
sebagian besar ekskresi kalsium. Rata-rata ekskresi kalsium ginjal 100 mg / d namun dapat bervariasi
dari serendah 50 mg / d ke lebih dari 300 mg / d. Biasanya, 98% dari kalsium
disaringdandiserapkembali.Reabsorpsikalsiumparaleldengannatriumdalamtubulusginjal proksimal dan
loop menaik Henle. Di tubulus distal, bagaimanapun, reabsorpsi kalsium tergantung pada hormon
paratiroid (PTH) sekresi, sedangkan reabsorpsi natrium tergantung pada sekresi aldosteron. tingkat
PTH meningkat meningkatkan reabsorpsi kalsium distal dan dengan demikian menurunkan ekskresi
kalsiumurin.
90% kalsium terikat dalam albumin, sehingga kondisi hipokalsemia biasanya terjadi pada
pasien dengan hipoalbuminemia. Hipokalsemia disebabkan karena hipoparatiroidism, kongenital,

idiopatik, defisiensi vit D, defisiensi 125(OH)2D3 pada gagal ginjal kronik, dan hiperfosfatemia. 3
Manifestasi dari hipokalsemia termasuk kulit kering, parestesia, gelisah dan kebingungan, gangguan
irama jantung, laring stridor (spasme laring), tetani dengan spasme
karpopedal(tandaTrousseau),masseterspasme(TandaChvostek),dankejang.kolikbilierdan

bronkospasme.1,3 EKG dapat mengungkapkan irritasi jantung atau interval QT perpanjangan yang
mungkin tidak berkorelasi antara tingkat keparahan dengan tingkat hipokalsemia. Penurunan
kontraktilitas jantung dapat mengakibatkan gagal jantung,hipotensi,atau keduanya. Penurunan respon
terhadap digoxin dan β-adrenergik agonis juga dapat terjadi.
Seperti yang diketahui, hipokalsemia adalah suatu kondisi yang gawat darurat karena
menyebabkan kejang umum dan henti jantung. Dapat diberikan 20-30 ml preparat kalsium glukonas
10% atau CaCl 10% dapat diulang 30-60 menit kemudian sampai tercapai kadar kalsium plasma yang
optimal.Pada kasus kronik,dapat dilanjutkan dengan terapi peroral.

Pertimbangan anestesi

Hipokalsemia yang signifikan harus diperbaiki sebelum operasi. Kadar kalsium terionisasi
harus dipantau intraoperatif pada pasien dengan riwayat hipokalsemia. Alkalosis harus dihindari
untuk mencegah penurunan lebih lanjut dalam Ca 2+. Kalsium intravena mungkin diperlukan seiring
transfusi darah sitrat atau pada solusi albumin dengan jumlah besar. Potensiasi efek inotropik negatif
dari barbiturat dan anestesi volatile harus diintipasi. Respon untuk NMBS adalah tidak konsisten dan
memerlukan pemantauan ketat dengan stimulatorsaraf.

9. Diagnosa Keperawatan yang muncul berhubungan dengan keseimbangan cairan & elektrolit
1. Hipovolemik.
Adalah suatu kondisi akibat kekurangan volume cairan ekstra seluler (CES) dan dapat terjadi
karena kehilangan melalui kulit, ginjal, gastrointestinal, pendarahan sehingga menimbulkan syok
hipovolemik. Mekanisme nya adalah peningkatan rangsangan saraf simpatis (peningkatan frekuensi
jantung, kontraksi jantung dan tekanan vaskuler), rasa haus, pelepasan hormone ADH dan adosteron.
Gejala: pusing, lemah, letih, anoreksia, mual muntah, rasa haus, gangguan mental, konstipasi dan
oliguri, penurunan TD, HR meningkat, suhu meningkat, turgor kulit menurun, lidah terasa kering dan
kasar, mukosa mulut kering. Tanda-tanda penurunan berat badan dengan akut, mata cekung,
pengosongan vena jugularis. Pada bayi dan anak adanya penurunan jumlah air mata.

2. Hipervolemik
Adalah penambahan/kelebihan volume CES dapat terjadi pada saat:
a. Stimulasi kronis ginjal untuk menahan natrium dan air.
b. Fungsi ginjal abnormal, dengan penurunan ekskresi natrium dan air.
c. Kelebihan pemberian cairan.
d. Perpindahan cairan interstisial ke plasma.
e. Gejala: sesak napas, peningkatan dan penurunan TD, nadi kuat, asites, adema, adanya
ronchi, kulit lembab, distensi vena leher, dan irama gallop.

Refleksi :
Setelah saya mempelajari tentang definisi anatomi fisiologi saya lebih mengetahui tentang cairan dan
elektrolit, dan asam basa

Refensi :

http://medicastore.com/penyakit/631/Keseimbangan_Asam_Basa.html

http://form-info.blogspot.com/2012/04/keseimbangan-asam-dan-basa.html

http://aslinar.blogspot.com/2011/10/keseimbangan-asam-basa.html

etnarufiati.guru-indonesia.net/artikel_detail-10379.ht
Kode FORM-PoltekkesTjk/C .002 /…….
POLTEKKES TANJUNGKARANG KEMENKES RI
Tanggal 24 Januari 2019
Formulir Revisi 0
Jurnal Perkuliahan Halaman

Diskusi

1. Apabila seseorang mengalami hiperkalemia tindakan apa yang harus kita lakukan

2. Tindakan pertama yang harus diberikan apabila pasien terkena hipovolemik

Dosen Pengajar,

Giri Udani,SKp.,M.Kes
NIP. 196808271987112001

Anda mungkin juga menyukai