Anda di halaman 1dari 12

DISPERSI KOLOID DAN SIFAT – SIFATNYA

A. TUJUAN

Tujuan dari praktikum ini adalah untuk memberikan gambaran sifat – sifat

larutan koloid

B. LANDASAN TEORI

Transport koloid ini dapat dihambat dengan filtrasi. Karena ukurannya

yang relatif besar dibandingkan dengan larutan, maka koloid mempunyai sifat

yang sangat berbeda dengan unsur terlarut. Pada transport koloid, yang

mempunyai ukuran lebih kecil dibandingkan dengan pathway hanya akan terhenti

jika gaya tarik menarik mendominasi dan ketika bertumbukan pada permukaan.

Fenomena ini disebut deposisi (Sriwahyuni, 2012).

Partikel koloid merupakan partikel diskrit yang terdapat dalam suspensi air

baku, dan partikel inilah yang merupakan penyebab utama kekeruhan. Stabilitas

koloid tergantung pada ukuran koloid serta muatan elektrik yang dipengaruhi oleh

kandungan kimia pada koloid dan pada media dispersi (seperti kekuatan ion, pH

dan kandungan organik dalam air) (Rahmawaty, 2009).

Koloid adalah sistem disperse, sistem disperse merupakan suatu sistem

yang menunjukkan bahwa suatu zat terbagi halus dalam zat lain. Berdasarkan

perbedaan ukuran yang didispersikan, sistem disperse dibedakan atas diapersi

kasar, dispersi halus, dan dispersi molekuler. Zat yang terbagi atau didispersikan

disebut fase disperse, fase intem,atau fase diskontinu, sedangkan zat yang

digunakan untuk mendispersikan disebut fase pendispersi, fase ekstern atau fase

kontinu (Sumardjo, 2006).


Air permukaan umumnya mengandung bermacam zat pengotor koloid

yang dapat menimbulkan kekeruhan atau warna pada air. Koloid merupakan suatu

suspensi partikel-partikel kecil yang berukuran 1 sampai 100 milimikron.

Kekeruhan sering disebabkan oleh partikel lempung koloid yang dihasilkan dari

penggerusan tanah. Warna dapat berasal dari koloid besi dan mangan atau

senyawa-senyawa organic yang dihasilkan dari dekomposisi tumbuh-tumbuhan

(Nugroho, 2008).
C. ALAT DAN BAHAN

1. Alat

Alat yang digunakan pada percobaan ini adalah :

1. Timbangan

2. Gelas kimia

3. Labu Takar

4. Erlenmeyer

5. Spatula

6. Tabung

7. Sentrifugas

8. Pipet tetes

9. Konduktometer

10. Piknometer

11. Mistar

12. Pipa Kapiler

13. Gelas Ukur

14. Kaca

2. Bahan

Bahan yang digunakan pada percobaan ini adalah :

1. Deterjen

2. Minyak

3. Aquades
D. PROSEDUR KERJA

1. Deterjen

Deterjen
- Dilarutkan sebanyak 1 g, 2 g, dan 3 g didalam 100 mL air

- Dikocok

- Dimasukkan 10 mL kedalam tabung

- Dimasukkan pipa kapiler ke dalam tabung

- Didiamkan

- Diukur kenaikan cairan dalam pipa kapiler

- Dilakukan penentuan tegangan permukaan

- Diukur konduktivitasnya dengan konduktometer

Hasil Pengamatan

2. Koloid minyak – air dan air – minyak

Minyak
- Dimasukkan 50 mL keda;am tabung sentrifuge

- Ditambahkan 3 ml larutan deterjen 1 %, 2 %, dan 3 %

- Dikocok

- Didiamkan

- Dimasukkan kedalam piknometer

- Ditimbang

- Dimasukkan ke dalam tabung

- Diukur tingginya kenaikan cairan dalam pipa kapiler

- Ditentukan tegangan permukaan


- Dilakukan penentuakn konduktivitas dengan konduktometer

- Ditentukan pula kekeruhan dengan turbidimeter

- Dibuat hubungan – hubungan dalam bentuk antara

konsentrasi dengan tengangan permukaan, konduktivitas,

dan kekeruhan.

Hasil Pengamatan ?
E. HASIL PENGAMATAN
F. PEMBAHASAN

Koloid adalah suatu campuran zat heterogen (dua fase) antara dua zat atau lebih

partikel-partikel zat yang berukuran koloid (fase terdispersi/yang dipecah)

tersebar secara merata di dalam zat lain (medium pendispersi/pemecah). Zat yang

didipersikan disebut fase terdispersi, sedangkan medium yang digunakan untuk

mendispersikan zat disebut medium dispersi. Fase terdispersi bersifat diskontinu

(terputus-putus), sedangkan medium dispersi bersifat kontinu. Partikel-partikel

dalam suatu koloid terlalu kecil untuk dilihat dengan mata atau dengan mikroskop

biasa, walaupun demikian, partikel ini dapat mempengaruhi cahaya. Bila

konsentrasi koloidnya besar, penyebaran cahayanya ini akan menyebabkan larutan

koloid kelihatan jenuh. Sifat-sifat koloid antara lain (1)Efek tyndall :Gerak

penghamburan berkas sinar oleh partikel-partikel koloid yang dikarenakan ukuran

molekul koloid cukup besar. (2)Gerak brown: Gerakan partikel-partikel koloid

yang senantiasa bergerak lurus tapi tidak menentu. (3)Absorbs: Peristiwa

penyerapan partikel atau ion pada permukaan partikel koloid yang disebabkan olej

luasnya permukaan partikel. (4)Koagulasi: Penggumpalan partikel koloid yang

membentuk endapan. (5)Koloid pelindung: Koloid yang mempunyai sifat dapat

melindungi koloid lain dari proses koagulasi. (6)Dialysis: Pemisahan koloid dari

ion-ion pengganggu. (7)Elektroforesis: Peristiwa pemisahan koloid yang

bermuatan dengan menggunakan arus listrik. Perlakuan Pertama,

dimasukan detergen ke dalam 3 gelas kimia yang memiliki massa masing-masing

1g, 2g, dan 3g. Seluruhnya dilarutkan dalam sejumlah aquades yang kemudian

nantinya disebut sebagai detergen 1%, 2%, dan 3 %. Terakhir, diukur tinggi
kenaikan cairan menggunakan metode pipa kapiler, tegangan permukaan,

konduktivitas, dan turbiditasnya. Setelah itu dilakukan hal yang sama untuk

perlakuan kedua pada koloid minyak-air dan air-minyak. Berikut pengukuran-

pengukuran untuk kedua perlakuan.

Pertama, mengukur tinggi kenaikan cairan menggunakan metode pipa kapiler,

yaitu metode mengukur tegangan permukaan zat cair dan sudut kelengkungannya

dengan memakai pipa berdiameter. Salah satu ujung pipa dicelupkan kedalam

permukaan zat cair maka zat cair tersebut permukaannya akan naik sampai

ketinggian tertentu. Didapatkan hasil pertama, detergen 1% setinggi 2,2 cm ;

detergen 2% setinggi 2,4 cm ; dan detergen 3% setinggi 2,7 cm. Dan kedua,

koloid 1 % setinggi 1,3 cm; koloid 2% setinggi 1,4 cm; dan koloid 3% setinggi

1,6 cm. Hal ini telah sesuai teori, bahwa semakin tinggi konsentrasi atau densitas

maka semakin tinggi pula kenaikan cairan pada pipa kapiler.

Kedua, Tegangan Permukaan, Tegangan permukaan merupakan kecenderungan

permukaan zat cair untuk menegang, sehingga permukaannya seperti ditutupi oleh

suatu lapisan elastis. Selain itu, tegangan permukaan juga diartikan sebagai suatu

kemampuan atau kecenderungan zat cair untuk selalu menuju ke keadaan yang

luas permukaannya lebih kecil yaitu permukaan datar atau bulat seperti bola atau

ringkasnya didefinisikan sebagai usaha untuk membentuk luas permukaan baru.

Dengan sifat tersebut zat cair mampu untuk menahan benda-benda kecil di

permukaannya. Hal ini dipengaruhi oleh adanya gaya kohesi antara molekul air.

Factor-faktor yang mempengaruhi tegangan permukaan antara lain: (1)Densitas

(kerapatan): Semakin besar densitas berarti semakin rapat muatan – muatan atau
partikel-partiekl dari cairan tersebut tegangan permukaan besar. (2)Konsentrasi

zat terlarut (solut): Semakin besar zat terlarut yang ditambahkan akan

menurunkan tegangan permukaan. (3)Viskositas: Semakin besar viskositas suatu

laruan maka semakin besar pula tegangan permukaan yag dihasilkan. (4)Suhu:

semakin tinggi suhu larutan maka tegangan permukaan yang dihasilkan akan

semakin kecil. Pada pengukuran yang kedua ini, dilakukan pengukuran hanya

pada koloid yang hasilnya yaitu koloid 1% sebesar 2,86 N/m, koloid 2% sebesar

3,09 N/m, dan koloid 3% sebesar 3,54 N/m. Sama seperti tinggi kenaikan cairan,

tegangan permukaan juga dipengaruhi oleh konsentrasi/densitas dimana

kekentalan suatu larutan akan memperbesar nilai tegangan permukaannya. Maka

dengan melihat hasil, dapat dikatakan telah sesuai dengan teori.

Ketiga, Daya hantar listrik (konduktivitas), yaitu ukuran seberapa kuat suatu

larutan dapat menghantarkan listrik. Konduktivitas digunakan untuk ukuran

larutan atau cairan elektrolit. Semakin besar jumlah ion dari suatu larutan maka

akan semakin tinggi nilai konduktivitasnya. Jumlah muatan dalam larutan

sebanding dengan nilai hantar molar larutan dimana hantaran molar juga sebading

dengan konduktivitas larutan. Konsentrasi elektrolit sangat menentukan besarnya

konduktivitas molar (∆m). Konduktivitas molar adalah konduktivitas suatu larutan

apabila konsentrasi larutan sebesar satu molar. Pada percobaan ini larutan yang

diukur konduktivitasnya adalah larutan sabun 1%, 2%, 3% dengan cara larutan

tersebut dimasukkan kedalam wadah dan diukur konduktivitasnya menggunakan

konduktometer dan hasilnya untuk larutan sabun 1% sebesar 6,50 mS; 2% sebesar

10,59 mS; dan 3% sebasar 14,82 Ms. Ini dikarenakan jumlah ion pada tiap larutan
berbeda. Semakin besar jumlah ion dari suatu larutan maka akan semakin tinggi

nilai konduktivitasnya. Untuk larutan koloid tidak dihitung konduktivitasnya

karena seperti yang telah diketahui bahwa sebuah larutan koloid tidak dapat

menghantarkan arus listrik.

Keempat, Kekeruhan (Turbiditas), merupakan adanya partikel-partikel

mikroskopis pada suatu cairan yang menyebabkan cairan tersebut terlihat keruh

atau tidak tembus pandang. Setelah dilakukan pengukuran dengan turbidity meter,

didapatkan hasil untuk deterjen 1%, 2%,dan 3% yaitu 125 NTU, 163 NTU, 246

NTU dan untuk koloid 1%, 2%, 3% yaitu masing-masing 363 NTU, 28 NTU, dan

31,3 NTU. Dalam teori, seharusnya semakin tinggi kental suatu larutan maka

semakin keruh larutan itu. Hal ini sesuai pada perhitungan turbiditas detergen dan

tidak sesuai dengan hasil yang didapat pada perhitungan turbiditas koloid. Banyak

hal yang dapat mempengaruhinya, salah satunya human error ketika larutan

koloid yang dihitung turbiditasnya saat itu merupakan hasil pengenceran, bukan

larutan koloid aslinya sehingga bisa saja terjadi kesalahan pengencerannya. Selain

itu, dalam berbagai macam sumber ada yang menyebutkan bahwa turbiditas pada

koloid tidak dapat dihitung karena koloid merupakan larutan yang tidak dapat

bercampur (heterogen) sehingga tidak mungkin dihitung kekeruhannya.


G. KESIMPULAN

Kesimpulan dari praktikum ini adalah Koloid adalah suatu campuran zat

heterogen (dua fase) antara dua zat atau lebih partikel-partikel zat yang

berukuran koloid tersebar secara merata di dalam zat lain. Tegangan permukaan

yang didapat pada praktikum ini adalah untuk emulsi 1 sebesar 0,00804 Nm-1;

emulsi 2 sebesar 0,0076 Nm-1 dan emulsi 3 sebesar 0,0085 Nm-1. Untuk nilai

konduktivitas listrik cairan emulsi tidak didapatkan karena mengandung larutan

yang tidak dapat menghantarkan listrik yaitu minyak.


DAFTAR PUSTAKA

Nugroho, F. A., 2008, Pengembangan Model Pengolahan air Baku dengan


Metoda Elektrokoagulasi, Jurnal Teknik, Vol. VII No.2.

Rachmawati S.W., Bambang Iswanto, Winarni, 2009, Pengaruh pH pada proses


koagulasi dengan koagulan aluminium sulfat dan ferri Klorida, Jurnal
Teknologi Lingkungan, Vol. 5, No. 2.

Sriwahyuni Heru, Suryantoro, 2012, Pengaruh ukuran butir koloid terhadap


deposisi koloid pada tanah sekitar fasilitas penyimpanan lestari limbah
radioaktif, ISSN 1410-6086.

Sumardjo, 2006, Uji Selektivitas dan Penentuan Rekoveri Akhir pada Pemisahan
Logam Emas dengan Metode Agregasi Hidrofobik, JMS, Vol.5 No.1 : 41-
51.

Anda mungkin juga menyukai