Anda di halaman 1dari 12

Pemeriksaan Rapid Tes HIV

I. Hari/tanggal :Rabu 17 januari 2018

II. Judul : Pemeriksaan Rapid Test Anti Hiv

III. Tujuan : Agar mahasiswa dapat mengetahui cara pemeriksaan rapid test
Dapat menginterpretasi hasil pemeriksaan rapid test anti HIV

IV. Metode : Metode yang digunakan dalam pemeriksaan rapid test anti HIV
adalah immunochromatografi rapid test.

V. Prinsip Kerja : Tes dimulai saat sampel diteteskan ke sumur sampel. antigen
konjugasi HIV rekombinan akan menempel pada koloidal emas
yang ada pada lapisan sampel yang akan bereaksi dengan
antibodi HIV yang terdahap pada whole blood, serum/ pada
plasma pembentuk konjugasi/ HIV antibodi kompleks. campuran
tersebut akan berimigrasi sepanjang test strip, konjugasi/ HIV
antibodi kompleks akan ditangkap oleh HIV antigen rekombinan
imobilized pada membran yg membentuk garis warna pada
wilayah uji. sampel negatif tidak menghasilkan garis test karena
tidak terdapatnya colidal gold conjugate/ HIV antibodi
kompleks. Garis warna kontrol diwilayah kontrol test akan
muncul pada akhir dari prosedur test tanpa dipengaruhi oleh hasil
test. garis kontrol ini adalah hasil dari colidal gold conjugate
mengikat anti HIV antibodi imobilized pada membran. garis
kontrol ini menunjukan bahwa colidal gold conjugate adalah
fungsional.

VI. Landasan Teori


Acquired Immunodeficiency Syndrome atau Acquired Immune
Deficiency Syndrome (disingkat AIDS) adalah sekumpulan gejala dan
infeksi (atau: sindrom) yang timbul karena rusaknya sistem kekebalan
tubuh manusia akibat infeksi virus HIV; atau infeksi virus-virus lain yang
mirip yang menyerang spesies lainnya (SIV, FIV, dan lain-lain).
Virusnya sendiri bernama Human Immunodeficiency Virus (atau
disingkat HIV) yaitu virus yang memperlemah kekebalan pada tubuh
manusia. Orang yang terkena virus ini akan menjadi rentan terhadap
infeksi oportunistik ataupun mudah terkena tumor. Meskipun penanganan
yang telah ada dapat memperlambat laju perkembangan virus, namun
penyakit ini belum benar-benar bisa disembuhkan.

HIV dan virus-virus sejenisnya umumnya ditularkan melalui


kontak langsung antara lapisan kulit dalam (membran mukosa) atau aliran
darah, dengan cairan tubuh yang mengandung HIV, seperti darah, air
mani, cairan vagina, cairan preseminal, dan air susu ibu. Penularan dapat
terjadi melalui hubungan intim (vaginal, anal, ataupun oral), transfusi
darah, jarum suntik yang terkontaminasi, antara ibu dan bayi selama
kehamilan, bersalin, atau menyusui, serta bentuk kontak lainnya dengan
cairan-cairan tubuh tersebut.
Para ilmuwan umumnya berpendapat bahwa AIDS berasal dari
Afrika Sub-Sahara. Kini AIDS telah menjadi wabah penyakit. AIDS
diperkiraan telah menginfeksi 38,6 juta orang di seluruh dunia. Pada
Januari 2006, UNAIDS bekerja sama dengan WHO memperkirakan
bahwa AIDS telah menyebabkan kematian lebih dari 25 juta orang sejak
pertama kali diakui pada tanggal 5 Juni 1981. Dengan demikian, penyakit
ini merupakan salah satu wabah paling mematikan dalam sejarah. AIDS
diklaim telah menyebabkan kematian sebanyak 2,4 hingga 3,3 juta jiwa
pada tahun 2005 saja, dan lebih dari 570.000 jiwa di antaranya adalah
anak-anak.Sepertiga dari jumlah kematian ini terjadi di Afrika Sub-Sahara,
sehingga memperlambat pertumbuhan ekonomi dan menghancurkan
kekuatan sumber daya manusia di sana. Perawatan antiretrovirus
sesungguhnya dapat mengurangi tingkat kematian dan parahnya infeksi
HIV, namun akses terhadap pengobatan tersebut tidak tersedia di semua
negara
Hukuman sosial bagi penderita HIV/AIDS, umumnya lebih berat
bila dibandingkan dengan penderita penyakit mematikan lainnya. Kadang-
kadang hukuman sosial tersebut juga turut tertimpakan kepada petugas
kesehatan atau sukarelawan, yang terlibat dalam merawat orang yang
hidup dengan HIV/AIDS (ODHA).

a) EPIDEMIOLOGI
Adanya infeksi menular seksual (IMS) yang lain (misal GO,
klamidia), dapat meningkatkan risiko penularan HIV (2-5%). HIV
menginfeksi sel-sel darah sistem imunitas tubuh sehingga semakin lama
daya tahan tubuh menurun dan sering berakibat kematian. HIV akan mati
dalam air mendidih/ panas kering (open) dengan suhu 56oC selama 10-20
menit. HIV juga tidak dapat hidup dalam darah yang kering lebih dari 1
jam, namun mampu bertahan hidup dalam darah yang tertinggal di spuit/
siring/ tabung suntik selama 4 minggu. Selain itu, HIV juga tidak tahan
terhadap beberapa bahan kimia seperti Nonoxynol-9, sodium klorida dan
sodium hidroksida.

b) Patofisiologi
Tubuh mempunyai suatu mekanisme untuk membasmi suatu
infeksi dari benda asing, misalnya : virus, bakteri, bahan kimia, dan
jaringan asing dari binatang maupun manusia lain. Mekanisme ini disebut
sebagai tanggap kebal (immune response) yang terdiri dari 2 proses yang
kompleks yaitu :
Kekebalan humoral dan kekebalan cell-mediated. Virus AIDS
(HIV) mempunyai cara tersendiri sehingga dapat menghindari mekanisme
pertahanan tubuh. “ber-aksi” bahkan kemudian dilumpuhkan.
Virus AIDS (HIV) masuk ke dalam tubuh seseorang dalam
keadaan bebas atau berada di dalam sel limfosit. Virus ini memasuki tubuh
dan terutama menginfeksi sel yang mempunyai molekul CD4. Sel-sel
CD4-positif (CD4+) mencakup monosit, makrofag dan limfosit T4 helper.
Saat virus memasuki tubuh, benda asing ini segera dikenal oleh sel T
helper (T4), tetapi begitu sel T helper menempel pada benda asing
tersebut, reseptor sel T helper .tidak berdaya; bahkan HIV bisa pindah dari
sel induk ke dalam sel T helper tersebut. Jadi, sebelum sel T helper dapat
mengenal benda asing HIV, ia lebih dahulu sudah dilumpuhkan. HIV
kemudian mengubah fungsi reseptor di permukaan sel T helper sehingga
reseptor ini dapat menempel dan melebur ke sembarang sel lainnya
sekaligus memindahkan HIV. Sesudah terikat dengan membran sel T4
helper, HIV akan menginjeksikan dua utas benang RNA yang identik ke
dalam sel T4 helper.
Dengan menggunakan enzim yang dikenal sebagai reverse
transcriptase, HIV akan melakukan pemrograman ulang materi genetik
dari sel T4 yang terinfeksi untuk membuat double-stranded DNA (DNA
utas-ganda). DNA ini akan disatukan ke dalam nukleus sel T4 sebagai
sebuah provirus dan kemudian terjadi infeksi yang permanen.
Fungsi T helper dalam mekanisme pertahanan tubuh sudah
dilumpuhkan, genom dari HIV ¬ proviral DNA ¬ dibentuk dan
diintegrasikan pada DNA sel T helper sehingga menumpang ikut
berkembang biak sesuai dengan perkembangan biakan sel T helper.
Sampai suatu saat ada mekanisme pencetus (mungkin karena infeksi virus
lain) maka HIV akan aktif membentuk RNA, ke luar dari T helper dan
menyerang sel lainnya untuk menimbulkan penyakit AIDS. Karena sel T
helper sudah lumpuh maka tidak ada mekanisme pembentukan sel T killer,
sel B dan sel fagosit lainnya. Kelumpuhan mekanisme kekebalan inilah
yang disebut AIDS (Acquired Immunodeficiency Syndrome) atau
Sindroma Kegagalan Kekebalan.
c. Transmisi HIV
Transmisi HIV dari satu orang ke orang lain dapat melalui
berbagai jalur, antara lain:
1. Transmisi melalui jalur hubungan seksual
Infeksi HIV dapat menular melalui hubungan seksual, baik
heteroseksual maupun homoseksual. Virus HIV dapat ditemukan di cairan
semen, sediaan apus serviks, dan cairan vagina. Selain itu, ditemukan
kaitan yang erat antara infeksi HIV dengan hubungan seks anogenital.
Berbagai macam infeksi menular seksual yang menimbulkan ulserasi di
daerah genital juga meningkatkan kemungkinan terjadinya infeksi HIV.
Oleh karena itu, penatalaksanaan infeksi menular seksual dapat mencegah
penularan HIV.
2. Transmisi melalui darah, produk darah, dan organ donor
Infeksi HIV dapat menular kepada seseorang yang menerima darah
atau produk darah yang terkontaminasi HIV.14 Lima sampai sepuluh
persen dari infeksi HIV di dunia ditularkan melalui transfusi dari darah
dan produk darah terkontaminasi HIV.15 Selain itu, HIV juga bisa
menular melalui pemakaian alat medis (suntikan dan jarum, mesin dialisis)
bersama dengan pasien HIV.
3. Transmisi karena faktor pekerjaan
Faktor pekerjaan juga dapat menjadi faktor yang dapat
mentransmisikan infeksi HIV. Pekerjaan yang berhubungan dengan materi
biologis yang mengandung HIV berisiko menjadi media transmisi HIV.
Pekerjaan tersebut antara lain pekerja di laboratorium, tenaga kesehatan
seperti perawat, atau bahkan pekarya. Mereka pada umumnya tertular HIV
secara tidak sengaja akibat tertusuk jarum atau alat tajam bekas digunakan
pada pasien HIV atau terkena cairan tubuh yang infeksius.
4. Transmisi maternal-fetal
Infeksi HIV bisa ditransmisikan dari ibu yang terinfeksi ke fetus
ketika dalam kandungan, proses persalinan, dan menyusui.
5. Transmisi dari cairan tubuh lain
Meski HIV dapat diisolasi dalam titer yang rendah dari saliva
seorang pengidap HIV, tidak ditemukan bukti yang meyakinkan bahwa
saliva dapat menularkan infeksi HIV. Saliva sendiri mengandung faktor
antivirus endogen seperti IgA, IgG, dan IgM yang spesifik terhadap HIV
yang dapat dideteksi pada pengidap HIV. Diduga glikoprotein besar
seperti musin dan thrombospondin-1 dapat menggumpalkan HIV untuk
dikeluarkan (Braunwald, 2008).
d. Pemeriksaan HIV
 ELISA
ELISA (Enzym-Linked Immunosorbent Assay), tes ini mendeteksi
antibodi yang dibuat tubuh terhadap virus HIV. Antibodi tersebut biasanya
diproduksi mulai minggu ke 2, atau bahkan setelah minggu ke 12 setelah
terpapar virus HIV. Kerena alasan inilah maka para ahli menganjurkan
pemeriksaan ELISA dilakukan setelah minggu ke 12 sesudah melakukan
aktivitas seksual berisiko tinggi atau tertusuk jarum suntik yang
terkontaminasi.
 Western Blot
Sama halnya dengan ELISA, Western Blot juga mendeteksi
antibodi terhadap HIV. Western blot menjadi tes konfirmasi bagi ELISA
karena pemeriksaan ini lebih sensitif dan lebih spesifik, sehingga kasus
'yang tidak dapat disimpulkan' sangat kecil. Walaupun demikian,
pemeriksaan ini lebih sulit dan butuh keahlian lebih dalam melakukannya.
 IFA
IFA atau indirect fluorescent antibody juga meurupakan
pemeriksaan konfirmasi ELISA positif. Seperti halnya dua pemeriksaan
diatas, IFA juga mendeteksi antibodi terhadap HIV. Salah satu kekurangan
dari pemeriksaan ini adalah biayanya sangat mahal.
 PCR Test
PCR atau polymerase chain reaction adalah uji yang memeriksa
langsung keberadaan virus HIV di dalam darah. Tes ini dapat dilakukan
lebih cepat yaitu sekitar seminggu setelah terpapar virus HIV. Tes ini
sangat mahal dan memerlukan alat yang canggih. Oleh karena itu,
biasanya hanya dilakukan jika uji antibodi diatas tidak memberikan hasil
yang pasti. Selain itu, PCR test juga dilakukan secara rutin untuk uji
penapisan (screening test) darah atau organ yang akan didonorkan
(Sutrimo, 2013).

VII. Alat Dan Bahan


A. Alat
1. Rapid tes
2. Pipet tetes disposable
3. Rak Tabung
B. Bahan
1. Sampel serum
2. Diluent assay anti HIV
3. Tissue

VIII.Cara Kerja
1. Kit dan sampel serum dibawa ke suhu ruangan sebelumm pengujian
2. Srtip uji dikeluarkan dari bungkusan nya dan diletakkan di tempat
yang datar dan kering
3. Dengan mengunakan pipet kapiler di pipet sampel lalu di teteskan
sebanyak 1 tetes atau 10 µl dan dimasukkkan ke dalam sumur bertanda
“S”
4. Diluent assay ditambahkan sebanyak 4 tetes
5. Hasil tes dibaca pada 5 menit

IX.Hasil Pemeriksaan
X. Pembahasan
HIV/AIDS termasuk jajaran penyakit yang mempunyai tingkat penularan
yang sangat tinggi. Hal ini terjadi karena seringkali seseorang tidak menyadari
bahwa dirinya telah terinfeksi HIV, sehingga menjadi sumber penularan bagi
orang lain. Seseorang terkena HIV biasanya diketahui jika telah terjadi Sindrom
Defisiensi Imun Dapatan (AIDS) yang ditandai antara lain penurunan berat
badan, diare berkepanjangan, Sarkoma Kaposi, dan beberapa gejala lainnya.
Human Immunodeficiency Virus (HIV) ditularkan melalui kontak langsung
antara lapisan kulit dalam (membran mukosa) atau aliran darah, dengan cairan
tubuh yang mengandung Human Immunodeficiency Virus (HIV), seperti darah,
air mani, cairan vagina, cairan preseminal, dan air susu ibu. Penularan dapat
terjadi melalui hubungan intim (vaginal, anal, ataupun oral), transfusi darah,
jarum suntik yang terkontaminasi, antara ibu dan bayi selama kehamilan,
bersalin, atau menyusui, serta bentuk kontak lainnya dengan cairan-cairan tubuh
tersebut.
Pada praktikum ini dilakukan untuk mendeteksi adanya antibodi terhadap
antigen Human Imunodefisiensi Virus (HIV) pada serum pasien. Pemeriksaan
HIV ini dilakukan secara rapid test. Dalam pemeriksaan ini dimana strip uji yang
menggunakan strip merek Oncoprobe, dimana dalam strip uji ini terdapat “S”
(sumur sampel), garis “C” (control), garis T1 (test), dan T2 (test).Pada
penggunaan strip uji harus ditempatkan pada tempat yang datar karena nanti akan
mempengaruhi migrasi sampel. Dimana pada penggunaan strip ini menggunakan
serum pasien sebanyak 1 tetes diteteskan kedalam sumur “S” dan diteteskan 4
tetes diluents, fungsi dari diluetns ini adalah untuk memigrasi sampel dan akan
terlihat hasilnya. Bila pada garis “C” muncul garis merah maka strip ini masih
dalam keadaan bagus jika tidak muncul garis merah pada “C” maka strip tidak
dapat digunakan. Pada pemeriksaan menggunakan strip uji untuk pembacaan
dibaca setelah 5 menit. Hasil yang didapat adalah Negatif, dimana tidak terbentuk
garis warna merah pada “C”,”T1”, dan “T2”.

Pemeriksaan antibody Human Immunodeficiency Virus (HIV) dalam


serum atau plasma merupakan cara yang umum yang lebih efisien untuk
menentukan apakah seseorang tak terlindungi dari Human Immunodeficiency
Virus (HIV) melindungi darah dan elemen-elemen yang dihasilkan darah untuk
Human Immunodeficiency Virus (HIV). Perbedaan dalam sifat-sifat biologis,
aktifitas serologis, dan deretan genom, Human Immunodeficiency Virus (HIV) 1
dan 2 positif serta dapat diidentifikasi dengan menggunakan tes serologis dasar
Human Immunodeficiency Virus (HIV).

Secara umum tes HIV juga berguna untuk mengetahui perkembangan


kasus HIV/AIDS serta untuk meyakinkan bahwa darah untuk transfusi dan organ
untuk transplantasi tidak terinfeksi HIV.

Karena itu cara perpindahan HIV dari seseorang kepada orang lain juga
sangat spesifik, yaitu :

o Melalui transfusi darah atau produk darah


o Transplantasi organ atau jaringan tubuh
o Pemakaian jarum suntik yang sudah tercemar HIV secara bergantian,
misalnya jarum suntik di antara pengguna narkotika
o Pemakaian jarum suntik / alat tajam yang memungkinkan terjadinya luka,
secara bergantian tanpa disterilkan, misalnya jarum tato, jarum
tindik, peralatan pencet jerawat, dll
o Hubungan seks tidak aman, yang memungkinkan tercampurnya cairan sperma
dengan cairan vagina (pada seks vaginal) ; atau cairan sperma dengan darah
(pada seks anal)-tanpa penghalang (dalam hal ini kondom)
o Dari seorang ibu hamil yang HIV positif, kepada bayi yang dikandungnya,
yaitu melalui jalan lahir dan juga dalam proses menyusui dengan air susu ibu.
Adapun hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pemeriksaan HIV Rapid ini
antara lain:

o Petugas harus menggunakan APD selengkap mungkin karena HIV


merupakan penyakit yang sangat berbahaya.
o Sampel serum yang digunakan tidak lisis
o Pengerjaan test dilakukan sesuai prosedur kerja karena hasil yang akan
dikeluarkan merupakan hasil yang sangat sensitif.

XI.Kesimpulan

1. Pada pratikum ini dilakukan pemeriksaan HIV menggunakan rapis test.


Hal ini dilakukan untuk mendeteksi adanya antibodi terhadap antigen
Human Imunodefisiensi Virus (HIV) pada serum pasien.
2. Dari pemeriksaan yang telah dilakukan menunjukkan hasil yang Negatif
pada sampel yang digunakan.

Instruktur Praktikan

Bintang, AMAK., SKM., MM Siskia Azizah


DAFTAR PUSTAKA

Braunwald E, Hauser SL, Jameson JL, et al, editors. 2008. Human


Immunodeficiency Virus: AIDS and related disorders.In: Fauci AS, Kasper
DL, Longo DL. Harrison’s Principle of Internal Medicine 17th Edition.
McGraw-Hill.USA.

Emirza, Wicaksono. 103. HIV dan AIDS. Online.


http://emirzanurwicaksono.blog.unissula.ac.id/2013/03/27/hiv-aids/. Diakses
Tanggal 3 November 2014.

Hardjoeno. 2007. Interpretasi Hasil Tes Laboratorium Diaggnostik. Cet 5.


Makassar: Hasanuddin University Press.

Mandal,dkk. 2008. Penyakit Infeksi. Jakarta: Erlangga Medical Series

Rosisdi, david.2012.Makalah HIV. Online.


http://davidrosidi.blogspot.com/2012/09/makalah-hiv-aids.html. Diakses
tanggal 3 November 2014.

Sutrimo, Wayan 2013. Pemeriksaan HIV. Online. Available on:


http://analiskesehatankendariangkatan5.blogspot.com/2013/01/uji-
hiv.html Diakses pada 24 Oktober 2014.

Widoyono. 2005. Penyakit Tropis: Epidomologi, penularan, pencegahan, dan


pemberantasannya.. Jakarta: Erlangga Medical Series

Anda mungkin juga menyukai