Anda di halaman 1dari 53

LAPORAN PENDAHULUAN DAN KONSEP ASUHAN

KEPERAWATAN ISPA
disusun untuk memenuhi tugas Praktek Keperawatan Keluarga pada program studi S1
Keperawatan STIKES Banyuwangi

Oleh :
Nama : Hasbin Firdian Utama
NIM : 2017.02.063 / 3B

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BANYUWANGI
BANYUWANGI
2020
LEMBAR PENGESAHAN

Laporan pendahuluan dan konsep asuhan keperawatan Hipertensi ini diajukan sebagai
tugas Praktik Keperawatan Keluarga dan dinyatakan telah mendapatkan persetujuan pada
tanggal

Banyuwangi, Agustus 2020

Mahasiswa

Hasbin Firdian Utama

2017.02.063

Ka Prodi Dosen pembimbing

Ns. Anita Dwi Ariyani, S.Kep.,M.Kep Muhammad Al Amin S. Kep. Ners M. Kep

NIK : 06.058.0510 NIK : 06.095.0815


BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pada saat ini, penerapan teori keperawatan kedalam praktik keperawatan
keluarga belum lengkap, tapi berkembang secara mengesankan. Teori-teori keperawatan
sangan menjanjikan apabila diterapkan dalam keluarga. Teori-teori keluarga memiliki
gambaran yang jauh lebih lengkap dan memiliki kekuatan lebih dalam menjelaskan
tentang perilaku keluarga (teori ilmu sosial keluarga) dan intervensi keluarga (teori
terapi keluarga) tapiperlu dirumuskan ulang atau diadaptasi ulang sehingga teori-teori
tersebut cocok dengan perspektif keperawatan. Salah satu teori keperawatan keluarga
yang sering digunakan adalah teori Friedman. Model pengkajian keluarga Friedman
merupakan integrasi dari teori sistem, teori perkembangan keluarga, dan teori struktural
fungsional sebagai teori-teori utama yang merupakan dasar dari model dan alat
pengkajian keluarga. Teori-teori lain ikut berperan kedalam dimensi struktural dan
fungsional adalah teori komunikasi, peran dan stress keluarga.
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Mahasiswa diharapkan mampu memberikan asuhan keperawatan keluarga sesuai
dengan konsep dan teori keperawatan keluarga.
2. Tujuan Khusus
a. Mahasiswa mampu memahami konsep dasar asuhan keerawatan keluarga
b. Mahasiswa mampu melakukan pengkajian pada salah satu keluarga diwilayah
kerja Puskesmas
c. Mahasiswa mampu menentukan diagnosa keperawatan keluarga
d. Mahasiswa mampu menyusun perencanaan asuhan keperawatan keluarga
e. Mahasiswa mampu melaksanakan implementasi keperawatan keluarga
f. Mahasiswa mampu melaksanakan evaluasi dengan pendekatan pada keluarga
bina asuhan keperawatan keluarga
g. Mahasiswa mampu mendokumentasikan asuhan keperawatan keluarga
BAB II
KONSEP TEORI

I. Konsep Dasar Teori Keluarga


a. Pengertian Keluarga
1) Keluarga sebagai kelompok yang terdiri atas dua / lebih individu yang
dicirikan oleh istilah khusus, yang mungkin saja memiliki /tidak
memiliki hubungan darah / hukum yang mencirikan orang tersebut
kedalam satu keluarga (Whall, 1986).
2) Keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri atas kepala
keluarga dan beberapa orang yang berkumpul serta tinggal disuatu
tempat di bawah suatu atap dalam keadaan saling ketergantungan
(Depkes RI, 1998).
3) Keluarga merupakan kesatuan dari orang-orang yang terikat dalam
perkawinan, ada hubungan darah /adopsi dan tinggal dalam satu rumah
(Friedman, 1998).

b. Bentuk-bentuk Keluarga
1) Menurut Susman (1974) & Maclin (1988)
a) Keluarga Tradisional
 Keluarga inti adalah keluarga yang terdiri dari suami, istri, dan
anak-anak yang hidup dalam rumah tangga yang sama
 Keluarga dengan orang tua tunggal yaitu keluarga yang hanya
dengan satu orang yang mengepalai akibat dari penceraian, pisah
atau ditinggalkan
 Pasangan inti,hanya terdiri dari suami dan istri saja, tanpa anak
atau tidak ada anak yang tinggal bersama mereka
 Bujang dewasa yang tinggal sendirian
 Pasangan usia pertengahan atau lansia, suami sebagai pencari
nafkah dan istri tinggal dirumah dengan anak sudah kawin atau
bekerja
 Jaringan keluarga besar,terdiri dari dua keluarga inti atau lebih
atau anggota keluarga yang tidak menikah, hidup berdekatan
dalam daerah geografis
b) Keluarga Non tradisional
 keluarga dengan orang tua yg memiliki anak tanpa menikah
 Pasangan yang memiliki anak tanpa menikah
 Pasangan yang hidup bersama tanpa menikah (kumpul kebo)
 keluarga gay dan lesbi adalah pasangan yang berjenis kelamin
sama hidup bersama sebagai pasangan yang menikah
 keluarga komuni adalah rumah tangga yang terdiri dari lebih satu
pasangan monogamy dengan anak-anak, secara bersama
menggunakan fasilitas, sumber, dan memiliki pengalaman yang
sama

2) Menurut Anderson Carter


 Keluarga Inti (nuclear family) yaitu keluarga yang terdiri dari
suami, istri, dan anak kandung atau anak angkat
 Keluarga besar (ekstended family) yaitu keluarga inti ditambah
dengan keluarga lain yang mempunyai hubungan darah
 Keluarga berantai (sereal family) yaitu keluarga yang terdiri dari
wanita dan pria yang menikah lebih dari satu kali dan merupakan
satu keluarga inti
 Keluarga duda/janda (single family) yaitu rumah tangga yang
terdiri dari satu orang tua dengan anak kandung atau anak angkat
yang disebabkan karena perceraian atau kematian
 Keluarga berkomposisi yaitu keluarga yang perkawinaAnya
berpoligami dan hidup secara bersama-sama
 Keluarga kabitas yaitu keluarga yang terbentuk tanpa pernikahan
c. Fungsi keluarga
Fungsi keluarga merupakan hasil atau konsekuensi dan struktur keluarga atau
sesuatu tentang apa yang dilakukan oleh keluarga. Terdapat beberapa fungsi
keluarga menurut Friedman (1998); Setiawati & Dermawan (2005) yaitu
1. Fungsi afektif
Merupakan fungsi keluarga dalam memenihi kebutuhan pemeliharaan
kepribadian dari anggota keluarga. Merupakan respon dari keluarga terhadap
kondisi dan situasi yang dialami tiap anggota keluarga mengekspresikan
kasih sayang.
2. Fungsi sosialisasi
Tercermin dalam melakukan pembinaan sosialisasi pada anak, membentuk
nilai dan norma yang diyakini anak, memberikan batasan-batasan perilaku
yang boleh dan tidak boleh pada anak, meneruskan nilai2 budaya keluarga.
3. Fungsi perawatan kesehatan
Merupakan fungsi keluarga dalam melindungi keamanan dan kesehatan
seluruh anggota keluarga serta menjamin pemenuhan kebutuhan
perkembangan fisk, mental, spiritual dengan cara memelihara dan merawat
anggota keluarga serta mengenali kondisi sakit tiap anggota keluarga.
4. Fungsi ekonomi
Fungsi ekonomi untuk memenuhi kebutuhan keluarga seperti sandang,
pangan, papan dn kebutuhan laiAnya melalui keefektifan sumber dana
keluarga.Mencari sumber2 penghasilan guna memenuhi kebutuhan keluarga,
pengaturan penghasilan keluarga, menabung untuk memenuhi kebutuhan-
kebutuhan yang akan datang (pendidikan anak dan jaminan hari tua).
5. Fungsi biologis
Fungsi biologis bukan hanya ditunjukan untuk meneruskan keturunan tetapi
untuk memelihara dan membebaskan anak untuk kelanjutan generasi.
6. Fungsi psikologis
Fungsi psikologis terlihat bagaimana keluarga memberikan kasih sayang dan
rasa aman, memberikan perhatian diantara anggota keluarga, membina
pendewasaan kepribadian anggota keluarga, memberikan identitas keluarga.
7. Fungsi Pendidikan
Diberikan keluarga dalam rangka memberikan pengetahuan, keterampilan,
membentuk perilaku anak, mempersiapkan anak untuk kehidupan dewasa,
mendidik anak sesuai dengan tingkat perkembangaAnya

d. Tugas keluarga
Tugas keluarga merupakan pengumpulan data yang berkaitan dengan
ketidakmampuan keluarga dalam menghadapi masalah kesehatan.Lima tugas
keluarga yang dimaksud :
1) Ketidakmampuan keluarga mengenal masalah kesehatan
2) Ketidakmampuan keluarga mengambil keputusan
3) Ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga yang sakit
4) Ketidakmampuan keluarga memodifikasi lingkungan
5) Ketidakmampuan keluarga memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan
e. Tingkat kemandirian keluarga
Keberhasilan asuhan keperawatan keluarga yang dilakukan perawat
keluarga dapat dimulai dari seberapa tingkat kemandirian keluarga dengan
mengetahui kriteria atau ciri-ciri yang menjadi ketentuan tingkatan mulai dari
tingkat kemandirian I sampai tingkat kemandirian IV, menurut Dep-Kes (2006)
sebagai berikut :
1. Tingkat kemandirian I (keluarga mandiri tingkat I /KM I)
a) Menerima petugas perawatan kesehatan masyarakat
b) Menerima pelayanan keperawatan yang diberikan sesuai dengan rencana
keperawatan
2. Tingkat kemandirian II (keluarga mandiri tingkat II /KM II)
a) Menerima petugas perawatan kesehatan masyarakat
b) Menerima pelayanan keperawatan yang diberikan sesuai dengan rencana
keperawatan
c) Tahu dan dapat mengungkapkan masalah kesehatan secara benar
d) Melakukan tindakan keperawatan sederhana sesuai yang dianjurkan
e) Memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan secara aktif
3. Tingkat kemandirian III (keluarga mandiri tingkat III /KM III)
a) Menerima petugas perawatan kesehatan masyarakat
b) Menerima pelayanan keperawatan yang diberikan sesuai dengan rencana
keperawatan
c) Tahu dan dapat mengungkapkan masalah kesehatan secara benar
d) Melakukan tindakan keperawatan sederhana sesuai yang dianjurkan
e) Memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan secara aktif
f) Melaksanakan tindakan pencegahan sesuai anjuran
4. Tingkat kemandirian IV (keluarga mandiri tingkat IV /KM IV)
a) Menerima petugas perawatan kesehatan masyarakat
b) Menerima pelayanan keperawatan yang diberikan sesuai dengan rencana
keperawatan
c) Tahu dan dapat mengungkapkan masalah kesehatan secara benar
d) Melakukan tindakan keperawatan sederhana sesuai yang dianjurkan
e) Memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan secara aktif
f) Melaksanakan tindakan pencegahan sesuai anjuran
g) Melakukan tindakan promotif secara aktif
f. Tahapan dan Tugas Perkembangan Keluarga
1) Tahap I, Pasangan pemula/baru menikah
Tugas :
 Saling memuaskan antar pasangan
 Beradaptasi dengan keluarga besar dari masing-masing pihak
 Merencanakan dengan matang jumlah anak
 Memperjelas peran masing-masing pasangan
2) Tahap II, Keluarga dengan menunggu kelahiran anak
Tugas:
 Mempersiapkan biaya persalinan
 Mempersiapkan mental calon orang tua
 Mempersiapkan berbagai kebutuhan anak
3) Tahap III, Keluarga dengan mempunyai bayi
Tugas:
 Memberikan ASI sebagai kebutuhan dasar bayi (ASI ekslusif 6
bln)
 Memberikan kasih sayang
 Mulai mensosialisasikan dengan lingkungan keluarga besar
masing-masing pasangan
 Pasangan kembali melakukan adaptasi karena kehadiran anggota
keluarga baru termasuk siklus hubungan sex
 Mempertahankan hubungan dalam rangka memuaskan pasangan
4) Tahap IV, Keluarga dengan anak prasekolah
Tugas:
 Menanamkan nilai-nilai dan norma kehidupan
 Mulai menanamkan keyakinan beragama
 Mengenalkan kultur keluarga
 Memenuhi kebutuhan bermain anak
 Membantu anak dalam sosialisasi dengan lingkungan sekitar
 Menanamkan tanggung jawab dalam lingkup kecil
 Memberikan stimulus bagi pertumbuhan dan perkembangan anak
5) Tahap V, Keluarga dengan anak usia sekolah
Tugas:
 Memenuhi kebutuhan sekolah anak baik alat-alat sekolah maupun
biaya sekolah
 Membiasakan belajar teratur
 Memperhatikan anak saat menyelesaikan tugas sekolahnya
 Memberikan pengertian pada anak bahwa pendidikan sangat
penting untuk masa depan anak
 Membantu anak dalam bersosialisasi lebih luas dengan
lingkungan sekitarnya

6) Tahap VI, Keluarga dengan anak remaja


Tugas:
 Memberikan perhatian lebih pada anak remaja
 Bersama-sama mendiskusikan tentang rencana sekolah/kegiatan di
luar sekolah
 Memberikan kebebasan dalam batasan yang bertanggung jawab
 Mempertahankan komunikasi dua arah
7) Tahap VII, Keluarga dengan melepas anak ke masyarakat
Tugas:
 Mempertahankan keintiman pasangan
 Membantu anak untuk mandiri
 Mempertahankan komunikasi
 Memperluas hubungan keluarga antara orang tua dengan menantu
 Menata kembali peran dan fungsi keluarga setelah ditinggal anak
8) Tahap VIII, Keluarga dengan tahap berdua kembali
Tugas:
 Menjaga keintiman pasangan
 Merencanakan kegiatan yang akan datang
 Tetap menjaga komunikasi dengan anak dan cucu
 Memperhatikan kesehatan masing-masing pasangan
9) Tahap IX, Keluarga dengan tahap masa tua
Tugas:
 Saling memberikan perhatian yang menyenangkan antar pasangan
 Memperhatikan kesehatan masing-masing pasangan
 Merencanakan kegiatan untuk mengisi waktu tua seperti dengan
berolahraga, berkebun, mengasuh cucu
 Pada masa tua pasangan saling mengingatkan akan adanya
kehidupan yang kekal setelah kehidupan ini

g. Level Pencegahan Perawatan keluarga


Pencegahan keperawatan keluarga, berfokus pada tiga level prevensi yaitu
1) Pencegahan primer (primary prevention)
2) Pencegahan sekunder (secondary prevention)
3) Pencegahan tersier (tertiary prevention)

II. Konsep Teori Ispa


1. Definsi
Infeksi saluran pernapasan akut ( ISPA) adalah radang akut saluran
pernapasan atas maupun bawah yang disebabkan oleh infeksi jasad renik atau
bakteria, virus maupun reketsia tanpa atau disertai denagan radang parenkim paru.
(Sari Kartika Wijayaningsih, 2013)

2. Etiologi

Etiologi ISPA lebih dari 300 jenis bakteri, virus, dan jamur.
Bakteri penyebabnya antara lain dari genus streptokokus,
stafilokokus, pnemokokus, hemofilus, bordetella dan
korinebacterium. Virus penyebabnyaantara laingolongan
mikovirus,koronavirus, picornavirus, mikoplasma, herpesvirus,
bakteri dan virus yang paling sering menjadi penyebabnya ISPA
diantara bakteri stafilokokus dan strapteplokokus serta virus
influenza yang di udara bebas akan masuk dan menempel pada
saluran pernapasan bagian atas yaitu tenggorokan dan hidung. Tabel
6. Dalam klinik dikenal 6 kelompok besar virus pernapasan sebagai
penyebab ISPA (alsagaff dan mukti, 2010)
GROUP VIRUS SUB GROUP TIPE
A
Orthmyxovirus Influenza virus

B
C
Paramyxovirus Para influenza virus 1-4
Metamyxovirus Respiratory syncytial
Virus (RS- virus )
Adenovirus 1-31
Picornavirus Rhinovirus 1-55
Coxsackie virus A 1-21
Coxsackie virus B 1- 6
Echovirus 1-32
Coronavirus
3. PATWHAY

Bakteri (Streptococcus) Virus (Mikrovirus,adnovirus) Jamur

ISPA

Reaksi antibody,antigen Permukaan saluran pernafasan bergerak ke atas

Radang pada saluran pernafasan virus masuk ke faring

Infeksi Produksi mukus

Merusak lapisan epitel dan mukosa saluran nafas


Bersihan jalan nafas tidak
Tubuh mengigil demam
efektif
Iritasi
Peningkatan suhu tubuh

Sakit saat mengunyah Peradangan

Anoreksia Kering

Nyeri akut
GG, Nutrisi kurang dari kebutuhan
4. PATOFISIOLOGI

Respirasi adalah peristiwa menghirup udara dari luar yang

mengandung oksigen ke dalam tubuh serta menghembuskan udara yang

banyak mengandung karbondioksida sebagai sisa oksidasi dari dalam

tubuh. Virus, bakteri dan mikoplasma terinspirasi melalui hidung

menyertai, yang dalam 1 – 2 hari, menjadi polimorfonuklear perubahan

struktural dan fungsional silia mengakibatkan pembersihan mukus

terganggu. Pada infeksi sedang sampai berat epitel superfisial

mengelupas. Ada produksi mukus yang banyak sekali, mula – mula encer,

kemudian mengental dan berupa purulen. Dapat juga ada keterlibatan

anatomis saluran pernapasan atas, termasuk oklusi dan kelainan rongga

sinus. Sebagian besar infeksi saluran nafas akut disebabkan oleh virus,

walaupun bakteri juga dapat terlibat, baik sejak awal atau yang bersifat

sekunder terhadap infeksi virus. Virus atau bakteri tersebut dapat masuk

melalui perantara lingkungan seperti udara, debu, dan air ke dalam saluran

nafas mulai dari hidung atau mulut sampai ke paru-paru. Infeksi tersebut

mengaktifkan respon imun dan peradangan sehingga terjadi

pembengkakan dan edema jaringan yang terinfeksi. Reaksi peradangan

menyebabkan peningkatan pembentukan mukus yang berperan

menimbulkan gejala-gejala infeksi saluran nafas yaitu hidung tersumbat,

sputum berlebihan dan pilek. Nyeri kepala, demam ringan dan malaise

juga timbul akibat reaksi peradangan (Corwin, 2000).


5. Klasifikasi
Program pemberatasan ISPA (P2 ISPA) mengklarifikasi ISPA sebagai berikut:
a. Pneumonia berat, yang di tandai dengan: tidak minum/
menyusu, tarikan dinding dada kealam, kejang, dan
napas berbunyi.
b. Pneumonia, ditandai dengan napas cepat, bila:
i. Usia 2-11 bulan -> 50x/menit
ii. Usia 1- 5 tahhun -> 40x/menit
c. Bukan pneumonia ditandai dengan batuk, pilek, disertai demam

Klasifikasi penyakit ISPA menurut ( Wong, 2008: 935) digolongkan menjadi 3


yaitu:
a. Nasofaringitis
Nasofaringitis akut (sama dengan flu pada umumnya)
disebabkan oleh berbagai jenis virus yang berbeda,
biasanya rinovirus, RSV, virus influenza, atau virus pada
influenza. Gejala gejala nasofaringitis lebih berat pada
bayi dan anak anak dibandingkan dengan

orang dewasa. Demam merupakan gejala yang paling


banyak terjadi, terutama pada anak anak kecil. Tanda
tanda fisik yang terjadi adalah edema dan vasodilatasi
mukosa. Manifestasi lainnya yang terjadi pada:

1) Anak yang lebih kecil: demam, iribilitas, gelisah, bersin, muntah


dan/ atau diare.
2) Anak yang lebih besar: hidung dan
tenggorokan kering dan iritasi, bersin, rasa
pedas, nyeri otot, batuk kadang kadang.
b. Faringitis
infeksi streptokokus hemolitik group A pada jalan napas
atas ( streptokokus tenggorokan) itu sendiri bukan
merupakan penyakit serius, namaun anak anak yang
terserang berisiko mengalami rentang penyakit serius:
demam rematik akut, penyakit inflamasi jantung, sendi ,
dan system saraf pusat, dan glomerulonefritis akut yang
merupakann infeksi gejala akut. Kerusakan permanen
dapat terjadi akibat rentang penyakit ini, terutama deman
rematik akut. Manifestasi yang dapat terjadi pada:

1) Anak yang lebih kecil: demam, malaise,


umum, anoreksia, sakit tenggorokan sedang,
sakit kepala.
0
2) Anak yang lebih besar: demam ( mencapai 40 C ), sakit kepala,
Anoreksia,
disfagia, nyeri abdomen dan muntah.

c. Tonsilitis
Tonsilitis sering terjadi bersamaan dengan faringitis,
karena banyaknya jaringan limfoid dan sering terjadinya
ISPA. pada saat tonsil palatin membesar karena edema,
keduanya dapat bertemu di garis tengah (kissing tonsils)
yang menyambut jalan napas atau makan. Anak
mengalami kesulitan menelan dan bernapas. Jika terjadi
pembesaran adenoid, ruang di belakang lubang hidung
posterior menjadi tersumbat, sehingga mempersulit atau
bahkan tidak memungkin udara mengalir dari hidung ke
tenggorokan. Akibatnya, anak bernapas melalui mulut.

d. Influenza
Penyakit ini disebarkan dari satu orang ke orang lain
melalui kontak langsung ( infeksi droplet besar ) atau
melalui benda benda yang terkontaminasi secret
nasofaring. Tidak ada kelompok usia yang spesifik, namun
serangan terbanyak terjadi pada anak kecil yang

sebelumnya belum pernah kontak dengan jenis virus


tersebut. Influenza lebih banyak terjadi pada musim
dingin. Penyakit ini memiliki inkubasi 1 sampai 3 hari, dan
orang yang terkena penyakit ini sangat infeksius selama 24
jam sebelum dan sesudah awitan gejala. Sebagian besar
pasien mengalami kekeringan tenggorokan dan mukosa
hidung, batuk kering, dan kecenderungan mengalami suara
sesak.
6. Komplikasi
Komplikasi yang sering terjadi antara lain adalah:
a. otitis media
b. sinusitis
c. bronchitis
d. bronkopneumonia
e. pleuritis ( Alsagaff & Mukty, 2010)

7. Penatalaksanaan

Untuk penanganan ISPA di rumah adalah


f. istirahat yang cukup minimal 8 jam perhari

g. beri makanan yang bergizi tinggi, sedikit tetapi sering

h. berikan anak asupan cairan ( air putih hangat, air buah dan sebagainya)

i. dianjurkan memberi obat tradisional yaitu dengan


jeruk nipis ½ sendok teh dicampur dengan kecap
atau madu ½ sendok the diberikan tiga kali sehari

j. menutup mulut dan hidung bila batuk/ bersin, cuci


tangan dengan sabun setelah batuk / bersin gunakan
masker

8. MANISFESTASI KLINIS
Menurut Wong (2000), pada Infeksi Saluran Pernafasan Akut

bagian Atas tanda gejala klinis yang dapat muncul:

i. Pilek (common cold; nasofaringitis; selesma)

Pilek dapat menyebabkan demam, discharge hidung dapat

menyebabkan sumbatan pada hidung dan kesulitan bernafas.

Discharge hidung sering dimulai sebagai discharge yang jernih

kemudian menjadi kental, berwarna kuning dan terlihat purulen.


Kemudian bisa muncul batuk sebagai reflek fisiologis dari sumbatan

discharge pada saluran nafas.

a. Otitis media akut

Gendang telinga berwarna kemerahan (diteliti dengan otoskop),

penurunan mobilitas, juga terdapat demam. Bisa keluar discharge dari

telinga selama kurang dari 2 minggu, atau terdapat nyeri telinga yang

mendadak.

b. Faringitis (faringotonsilitis, nyeri tenggorok)

Pada anak di bawah 5 tahun terdapat pembesaran kelenjar limfe leher

yang lunak, eksudat faring berwarna putih.Pada dewasa terdapat

nyeri tenggorokan.

Pada Infeksi Saluran Pernafasan Akut bagian Bawah terdapat tanda

klinis:

1). Epiglotitis, laringitis, laringotrakeitis bisa muncul stridor atau bunyi

nafas kasar, dan croup (sputum purulen, tarikan dinding dada

berlebihan saat bernafas dan stridor).

2). Bronkitis dan bronkiolitis

Batuk produktif tanpa sianosis, penarikan dinding dada, mengi, atau

pernafasan cepat.

3). Pneumonia

Pneumonia pada anak usia 2 bulan hingga 5 tahun dibagi menurut

berat tidaknya penyakit.

a). Pneumonia sangat berat, tanda klinisnya batuk atau kesulitan

bernafas yang disertai dengan sianosis sentral, tidak dapat minum


dan penarikan dinding dada.

b).Pneumonia berat, tanda klinisnya batuk atau kesulitan bernafas

dan penarikan dinding dada.

c). Bukan penumonia, ditandai dengan batuk, tanpa pernafasan cepat

atau penarikan dinding dada. Pernafasan kurang dari 50 x/menit

pada anak usia 2 bulan hingga 12 bulan, dan kurang dari 40

x/menit pada anak usia 12 bulan hingga 5 tahun.

Penyakit ini biasanya dimanifestasikan dalam bentuk adanya

demam, adanya obstruksi hisung dengan sekret yang encer sampai

dengan membuntu saluran pernafasan, bayi menjadi gelisah dan susah

atau bahkan sama sekali tidak mau minum.

Tanda dan Gejala Anak Terserang ISPA :

a. Batuk, merupakan tanda umum dari tejadinya infeksi saluran

pernafasan, mungkin tanda ini merupakan tanda akut dari terjadinya

infeksi saluran pernafasan.

b. Kesulitan bernafas.

c. Sakit tenggorokan

d. Pilek, demam

e. Sakit telinga, anak rewel.

f. Kehilangan nafsu makan

g. Diare (mild transient diare), seringkali terjadi mengiringi infeksi

saluran pernafasan akibat infeksi virus Abdominal pain, nyeri pada

abdomen mungkin disebabkan karena adanya lymphadenitis

mesenteric.
h. Sumbatan pada jalan nafas/ Nasal, pada saluran nafas yang sempit

akan lebih mudah tersumbat oleh karena banyaknya secret.

9. Pemeriksaan Penunjang

Laboratorium dan test diagnostik ISPA menurut (Betz dan Souwden

(2000):

a. Pemeriksaan Radiologi ( foto torak ) adalah untuk mengetahui

penyebab dan mendiagnosa secara tepat

b. Pemeriksaan RSV yaitu untuk mendiagnosis RSV (Respiratori

Sinitial Virus)

c. Gas darah Arteri yaitu untuk mengkaji perubahan yang terjadi

pada sistem pernapasan kandungan Oksigen dalam darah.

d. Jumlah sel darah putih normal atau meningkat.


DAFTAR PUSTAKA

Ali, Z, ( 2009 ). Pengatar keperawatan keluarga. Jakarta : EGC

Alsagaff & mukti (2010), Dasar dasar ilmu penyakit paru. Surabaya :
Airlangga Unuversitas Press

Andarmoyo, S, (2012). Keperawatan keluarga : Konsepteori, proses, dan


praktik keperawatan. Edisi 1.Yogyakarta : Graha Ilmu

Chayatin, N, (2012). Ilmu keperawatan Komunitas Konsep dan aplikasi.


Jakarta : salemba medika

Ekasari,f. ( 2008 ). Keperawatan komunitas .Jakarta : trans info media.

Kemenkes RI (2012), Pedoman Pengendalian Infeksi Saluran Pernapasan


Akut, Jakarta : Direktorat Jenderal Pengedalian penyakit dan
pepenyehatan lingkungan http://www.pppl.depkes.go.id

Laporan Nasional RISKESDAS (2012). Prevelensi ISPA. http://www.depkes.go.id

Potter, P. A, Buku Ajar Fundamental Keperawatan Konsep, Proses, dan


Praktik edisi volume 2. Jakarta

Sari, K. W. (2013) Asuhan keperawatan anak. Jakarta : kramat jati


kesehatan Setiadi ( 2008). Konsep dan proses keperawatan keluarga.
Edisi 10. Jakarta : EGC

Susanto, (2012), Buku Ajar Keperawatan Keluarga Aplikasi pada praktik asuhan.
jakarta

: TIM

Wong, D.L dkk. ( 2008 ). Buku ajar keperawatan pediatric. Volume 2. Jakarta : EG

Asuhan keperawatan keluarga


1. Pada sub Bab ini penulis akan menguraikan mengenai konsep keluarga, dan
konsep proses keperawatan keluarga secara tertilis. konsep keluarga
a. Pengertian
Istilah keluarga didefinisikan berbeda bedda tergantung
dari orientasi teoritis yang digunakan. Beberapa definisi
keluarga sering menggunakan teori interaksi system atau
tradisional. Secara tradisional keluarga didefinisikan
sebagai berikut:

WHO (1969)
Keluarga adalah kumpulan anggota rumah tangga
yang saling berhubungan melalui pertalian darah,
adopsi atau perkawinan (dalam andarmoyo, 2012)

Bergess (1962)
Keluarga terdiri dari atau kelompok orang yang
mempunyai iakatan perkawinan, keturunan sedarah atau
hasil adopsi dalam anggota tinggal bersama dalam satu
rumah, anggota berinteraksi dan berkomunikasi dalam
peran sosial serta mempunyai kebiasaan/ kebudayaan yang
berasal dari masyarakat, tetapi mempunyai keunikan
sendiri (dalam Chayatin nurul 2012)

Depkes RI ( 1988)
Keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri
dari kepala keluarga dan beberapa orang yang terkumpul
dan tinggal di suatu tempat di bawah satu atap dan
keadaan saling ketergantungan ( dalam Andarmoyo, 2012)

Allender dan spradley (2001)


Keluarga adalah satu atau lebih individu yang tinggal
bersama, sehingga mempunyai ikatan emosional, dan
menge mbangkan dalam interaksi social, peran dan tugas
(dalam Susanto, 2012)

b. Type/ fungsi keluarga

keluarga memerlukan pelayanan kesehatan berasal dari


berbgai macam pola kehidupan. Tipe keluarga
berkembang mengikuti sesuai dengan perkembangan
sosial. Menurut friedman, bowden, & jones tahun 2003
(dalam chayatin nurul, 2012)

1. keluarga tradisional
a. Keluarga inti (nuclear family)
Keluarga yang terdiri dari ayah, ibu, dan anak anak.
Yang tinggal dalam satu rumah ditetapkan oleh sanksi
sanksi legal dalam suatu ikatan perkawinan,
satu/keduanya dapat bekerja diluar rumah

b. Reconstituted nuclear, pembentukan baru dari


keluarga inti melalui perkawinan kembali suami/istri,
tinggal dalam pembentukan satu rumah dengan anak
anaknya. Baik itu bawaan dari perkawinan lama
maupun hasil perkawinan yang baru. Satu atau
keduanya dapat bekerja diluar rumah
c. The extended family
Keluarga inti di tambah dengan sanak saudara,
seperti nenek, kakek, keponakan, paman, bibi
dan sebagainya.

d. Middle age
Suami sebagai pencari uang, istri dirumah/ kedua
duanya bekerja di rumah, anak anak sudah
meninggalkan rumah karena sekolah/ perkawianan
meniti karir

e. Dyadic nuclear
Suami istri yang sudah berumur dan tidak
mempunyai anak, keduanya/ salah satu bekerja
diluar rumah

f. The single parent family


Keluarga yang terdiri dari satu orang tua (ayah atau
ibu) dengan anak, hal ini terjadi biasanya melalui
proses perceraian, kematian atau karena ditinggalkan
(menyalahi hokum perkawianan)

g. Dual carier
Keluarga dengan suami istri atau keduanya berkarier dan tanpa anak

a. Commuter married
Suami/istri kedaunya orang karier dan tinggal
terpisah pada jarak tertentu, keduanya saling menacri
pada waktu waktu tertentu.

b. Multigenerational family
Keluarga dengan beberapa generasi atau kelompok
umur yang tinggal bersama dalam satu rumah

c. Institutional
Anak anak atau orang orang dewasa tinggal dalam suatu panti
d. The single adult living alone
Keluarga yang terdiri dari orang dewasa yang hidup
sendiri karena pilihannya atau perpisahan (seperasi)
seperti: perceraian atau ditinggal mati.

2. Non tradisional
a. The unmarried teenage mother
Keluarga yang terdiri dari orang tua (terutama
ibu) dengan anak dari hubungan tanpa anak

b. Th
e
ste
pp
are
nt
fa
mil
y
Ke
lua
rga
de
ng
an
ora
ng
tua
tiri
c. Commune family
Beberapa pasangan keluarga (dengan anaknya)
yang tidak ada hubungan saudara yang hidup
bersama dalam satu rumah, sumber dan fasilitas
yang sama, sosialisasi anak dengan melalui
aktivitas kelompok / membesarkan anak bersama.

d. The nonmarital heterosexual cohabiting family


Keluarga yang hidup bersama berganti ganti pasangan tanpa
melalui pernikahan.
e. Cohabiting family
Orang dewasa yang hidup bersama diluar
ikatan perkawinan karena beberapa alasan
tertentu.

f. Group marriage family

Beberapa orang dewasa yang menggunakan alat


alat rumah tangga bersama, yang saling merasa
saling menikah dengan satu dengan yang lainnya,
berbagai sesuatu termasuk sexual dan
membesarkan anaknya.

g. Group network family


Keluarga inti yang dibatasi oleh setaturan / nilai-
nilai, hidup berdekatan satu sama lain dan saling
menggunakan barang barang rumah tangga
bersama, pelayanan dan bertanggung jawab
membesarkan anaknya

h. Foster family
Keluarga menerima yang tidak ada hubungan
keluarga / saudara di dalam waktu sementara, pada
saat orang tua anak tersebut perlu mendapatkan
bantuan untuk menyatukan kembali keluarga yang
aslinya.

i. Homeless family
Keluarga yang terbentuk dan tidak mempunyai
perlindungan yang permanen karena krisis personal
yang dihubungkan denga keadaan ekonomi dan
atau problem kesehatan mental.

j. Gang
Sebuah bentuk keluarga yang destruktif dari orang-
orang muda yang mencari ikatan emosional ndan
keluarga yang mempunyai perhatian tetapi
berkembang dalam kekerasaan dalam kriminal
dalam kehidupannya.

C. Struktur keluarga

Menurut dermawan, A C, (2008) adapun struktur keluarga diantarannya


yaitu:
1. Berdasarkan jalur hubungan darah
a. Patrineal, keluarga yang disusun melalui jalur garis
ayah suku suku di Indonesia rata rata menggunakan
struktur keluarga patrineal.
b. Matrineal, keluarga yang disusun melalui jalur garis ibu.
2. Dominasi keberadaan tempat tinggal
a. Patrilokal, satu keluarga yang tinggal sedarah dari pihak suami
b. Matrilokal, satu keluarga yang tinggal sedarah dari pihak istri
3. Dominasi pengambil keputusan
a. Patriakal, pengambilan keputusan ada pada pihak suami

b. Matriakal, pengambilan keputusan ada pada pihak istri

d. Peran keluarga

Peran keluarga menggambarkan masing masing anggota


keluarga baik di dalam keluarga di lingkungan masyrakat,
diantarannya yaitu Ayah sebagai suami dan pemimpin
keluarga dan mempunyai peran sebagai pencari nafkah,
pendidik atau pengayom, selalu menjaga dan melindungi
keluarga, dan sebagai anggota kelompok masyarakat. Ibu
sebagai istri dan pengatur atau pengurus rumah tangga,
pengasuh anak anak, pendidik, menjaga dan melindungi
anak anak dan keluarga. Ibu juga sebagai pencari nafkah
tambahan anak berperan melaksanakan tugas
perkembangan dan pertumbuhan fisik, psikis, dan sosia.
Kakek/nenek dalam keluarga adalah semata mata hadir
dalam keluarga, menjaga dan melindungi anak, cucu, dan
sebagai orang tua ( setiawati, santun 2008 & andarmoyo,
S, 2012).

e. Fungsi keluarga
Fungsi keluarga Menurut friedman (1986) dalam citrs,
dermawan A, (2008) adapun fngsi keluarga sebagai
berikut:

1. Fungsi Afektif, fungsi internal keluarga sebagai dasar


kekuatan keluarga. Terkait dengan saling mengasihi,
mensaling mendukung, dan saling menghargai antar
anggota keluarga.
2. Funsi sosialisasi, mengembangkan proses interaksi
dalam keluarga. Di mulai sejak lahir dan keluarga
merupakan tempat individu untuk belajar dan
bersosialisasi.
3. Fungsi reproduksi, keluarga untuk meneruskan
kelangsungan keturunan dan menambah sumber daya
manusia.
4. Fungsi ekonomi, untuk memenuhi kebutuhan
seluruh anggota keluargannya yaitu: sandang,
pangan dan papan.
5. Fungsi perawatan kesehatan, untuk mencegah terjadinya
masalah kesehatan dan merawat anggota keluarga yang
mengalami masalah kesehatan.

2. Fungsi keluarga (PP No. 21 thn. 1994 dan UU No. tahun 1992)

a) Fungsi keagamaan
Keluarga adalah wahana utama dan pertama menciptakan
seluruh anggota keluarga menjadi insan yang takwa
kepada Tuhan Yang Maha Esa. Tugas dan fungsi
keagamaan adalah:

1) Membina norma / ajaran agama sebagai


dasar tujuan hidup seluruh anggota keluarga
2) Menerjemahkan ajaran / norma agama ke dalam
tingkah laku hidup sehari – hari seluruh anggota
masyarakat.
3) Memberikan contoh konkrit pengalaman ajaran agama dalam
hidup sehari hari.
4) Melengkapi dan menambah proses kegiatan
belajar anak tentang keagamaan yang tidak atau
kurang diperolehnya di sekolah atau masyarakat.
5) Membina rasa, sikap dan praktik kehidupan
keluarga beragama sebagai fondasi menuju
keluarga kecil bahagia dan sejahtera.

b) Fungsi sosial budaya


Keluarga berfungsi untuk menggali, mengembangkan
dan melestarikan sosial budaya Indonesia, dengan cara :

1) Membina tugas tugas keluarga sebagai


lembaga untuk meneruskan norma dan budaya
masyarakat dan bangsa yang ingin
dipertahankan.
2) Membina tugas tugas keluarga sebagai lembaga
untuk menyaring norma budaya asing yang tidak
sesuai
3) Membina tugas tugas keluarga sebagai lembaga
dimana anggotanya mengadakan kompromi /
adaptasi dari praktik / globalisasi dunia
4) Membina budaya keluarga yang sesuai,
selaras dan seimbang dengan budaya
masyarakat / bangsa untuk terwujudnya
keluarga kecil bahagia dan sejahtera.
c) Fungsi kasih sayang
Keluarga berfungsi mengembangkan rasa cinta dan kasih
sayng setiap anggota keluarga, antarkerabat, antargenrasi.
Termasuk dalam fungsi ini adalah:

1) Menumbuhkembangkan potensi kasih sayang


yang telah ada diantara anggota keluarga kedalam
symbol symbol nyata/ ucapan dan perilaku secara
optimal dan terus menerus. Membina tingkah laku
saling menyayangi baik antara anggota keluarga
yang satu dengan yang lainnya secara kuantitatif
dan kualitatif.
2) Membina praktik kecintaan terhadap
kehidupan duniami dan ikhromi dalam
keluarga secara serasi, selaras dan seimbang
3) Membina rasa, sikap dan praktik hidup keluarga
yang mampu memberikan dan menerima kasih
sayang sebagai pola hidup ideal menuju keluarga
bahagia sejahtera.
d) Fungsi perlindungan
Adalah fungsi untuk memberikan rasa aman secara lahir
dan batin kepada setiap anggota keluarga. Fungsi Ini
menyangkut:

1) Memenuhi kebutuhan rasa aman anggota keluarga


baik dari rasa tidak aman yang timbul dari dalam
maupun dari luar kegiatan
2) Membina keamanan keluarga baik fisik,
psikis, maupun dari berbgai bentuk ancaman
dan tantangan datang dari luar.
3) Membina dan menjadikan stabilitas dan
keamanan keluarga sebagai modal menuju
keluarga bahagia sejahtera.

e) Fungsi reproduksi
Memberikan keturunan yang berkualitas melalui :
pengaturan dan perencanaan yang sehat dan menjadi
insan pembangunan yang handal, dengan cara:

1) Membina kehidupan keluarga sebagai wahana


pendidikan reproduksi sehat bagi anggota
keluarga maupun bagi keluarga sekitarnya.
2) Memberikan contoh pengalaman kaidah kaidah
pembentukan keluarga dengan hal usia,
pendewasaan fisik maupun mental.
3) Mengamalkan kaidah reproduksi sehat
baik yang berkaitan dengan waktu
melahirkan, jarak dan jumlah ideal anak
yang diinginkan dalam keluarga.
4) Mengembangkan kehidupan reproduksi
sehat sebagai modal yang kondusif menuju
keluarga bahagia sejahtera.

f) Fungsi pendidikan dan sosialisasi


Keluarga merupakan tempat pendidikan utama dan
pertama dari anggota keluarga yang berfungsi untuk
meningkatkan fisik, mental, sosial dan spiritual secara
selaras dan seimbang. Fungsi ini adalah:

1) Menyadari, merencanakan dan menciptakan


lingkungan keluarga sebagai wahana pendidikan
dan sosialisasi anak yang pertama dan utama.
2) Menyadari, merencanakan dan menciptakan
kehidupan keluarga sebagai pusat dimana anak
dapat mencari pemecahan msalah dari konflik yang
dijumpainya, baik dilingkungan sekolah maupun
dengan masyarakat.
3) Membina proses pendidikan dan sosialisasi anak
tentang hal hal yanhg diperlukannya untuk
meningkatkan kematangan dan kedewasaan fisik
dan mental, yang tidak/kurang diberikan oleh
lingkungan sekolah maupun masyarakat
4) Membina proses pendidikan dan sosialisasi yang
terjadi dalam keluarga sehingga tidak saja dapat
bermanfaat positif bagi anak, tetapi juga bagi orang
tua dalam rangka perkembangan dan kematangan
hidup bersama menuju keluarga bahagia sejahtera.

g) Fungsi ekonomi
Keluarga meningkatkan keterampilan dalam usaha
ekonomis produktif agar pendapatan keluarga meningkat
dan tercapai kesejahteraan.

1) Melakukan kegiatan ekonomi baik di luar


maupun didalam lingkungam keluarga dalam
rangka menopang kelangsungan dan
perkembangan kehidpan keluarga.
2) Mengatrur waktu sehingga kegiatan orang tua
di luar rumah dan perhatiannya terhadap
anggota keluarga berjalan serasi, selaras dan
seimbang.
3) Membina kegiatan dan hasil ekonomi
keluarga sebagai modal mewujudkan
keluarga bahagia sejahtera.
h) Fungsi pembinaan lingkungan
Meningkatkan diri dalam lingkungan sosial budaya dan
lingkungan alam sehingga tercipta lingkungan yang
serasi selaras dan seimbang.

1) Membina kesadaran, sikap dan praktik


pelestarian lingkungan hidup interen
keluarga.
2) Membina kesadaran, sikap dan praktik
pelestarian lingkungan hidup ekstern
keluarga
3) Membina kesadaran, sikap dan praktik pelestarian
lingkungan hidup yang serasi, selaras, dan
seimbang antara lingkungan keluarga dengan
lingkungan hidup masyarakat sekitarnya.
4) Membina kesadaran, sikap dan praktik pelestarian
lingkungan hidup sebagai pola hidup keluarga
menuju keluarga bahagia sejahtera.
Meskipun banyak fungsi keluarga seperti disebutkan
diatas, pelaksanaan fungsi keluarga di Indonesia secara
singkat dapat disebutkan sebagai berikut:

Asih: memberi kasih sayang, perhatian, rasa aman,


hangat kepada seluruh anggota keluarga sehingga dapat
berkembang sesuai usia dan kebutuhan.

Asah: memenuhi pendidikan anak sehingga siap menajdi


manusia dewasa, mandiri dan dapat memenuhi
kebutuhan masa depan.

Asuh: memelihara dan merawat anggota keluarga agar


tercapai kondisi yang sehat fisik, mental, sosial, dan
spiritual.

F.Tahapan dan tugas perkembangan keluarga

Tahap siklus perkembangan keluarga yang adaptasi


menurut Duval dan miller (1985) dalam setiawati, santun
(2008) & Andarmoyo, sulistyo, (2012) diantarannya
sebagai berikut:

1. pasangan pemula atau pasangan baru menikah


Tahapan ini di mulai saat dua insan dewasa
mengikat janji melalui pernikahan dengan landasan
cinta dan kasih sayang tugas tahapan
perkembangan keluarga pemula antara lain saling
memuaskan antara pasangan, beradaptasi dengan
keluarga besar dari masing masing pihak secara
harmonis, merencanakan dengan matang jumlah
anak dan memperjelas peran masing masing.

2. Keluarga dengan” child bearing” (kelahiran anak pertama)

Tahapan ini dimulai sejak ibu hamil sampai dengan


kelahiran anak pertama sampai dengan anak
tersebut berumur 30 bulan atau 2,5 tahun.
Kehadiran bayi pertama akan menimbulkan suatu
perubahan yang besar dalah kehidupan berumah
tangga tahapan tugas keluarga yaitu:
mempersiapkan biaya persalinan, mempersiapkan
mental calon orang tua dan mempersiapkan
berbagai kebutuhan anak. Apabila anak sudah lahir
tugas keluarga antara lain: memberikan ASI
sebagai kebutuhan pertama bayi (minimal 6 bulan),
memberikan kasih saying mulai mensosialisasikan
dengan lingkungan keluarga besar besar masing
masing pasangan, pasang kembali melakukan
adaptasi karena kehadiran anggota keluarga
termasuk sirkulasi hubungan seks dan
mempertahankan hubungan perkawinan yang
memuaskan.

3. keluarga dengan anak prasekolah


Dimulai ketika anak berusia 30 bulan atau 2,5
tahun dan berakhir ketika berusia 5 tahun. Tugas
yang dimiliki pada keluarga yaitu : menanamkan
nilai nilai dan norma kehidupan mulai
menanamkan keyakinan beragama, mengenalkan
kultur keluarga memenuhi kebutuhan bermain anal,
membantu anak dalam bersosialisasi dengan
lingkungan sekitar, menanamkan tanggung jawab
dalam lingkup kecil memperhatikan dan
memberikan stimulasi bagi pertumbuhan dan
perkembangan anak.

4. keluarga dengan anak usia sekolah


Dimulai ketikan anak pertama telah berusia 6 tahun
dan mulai masuk sekoklah dasar dan berakhir pada
usia 13 tahun, awal dari masa remaja tugas yang
dimiliki keluarga lebih do tekankan pada
pemenuhan tugas perkembangan anak antara lain
memenuhi kebutuhan sekolah anak baik alat alat
sekolah maupun biaya sekolah. Membiasakan
belajar teratur memperhatikan anak saat
menyelasaikan tugas tugas sekolahnya.
Mensosialisasikan anak anak termasuk
meningkatkan prestasi sekolah dan
mengembangkan hubungan dengan temann sebaya.

5. keluarga dengan anak remaja


Dimulai ketika anak pertama melewati usia 13
tahun. Tahap ini berlangsung selama 6 hingga 7
tahun, dan berakhir saat anak berusia 19 tahun 20
tahun keluarga dengan remaja berada dalam posisi
dilemma mengingat anak sudah

mulai menurun perhatiannya terhadap orang tua di


bandingkan dengan teman sebaya. Tugas keluarga
tahapan ini antara lain: memberikan perhatian lebih
pada remaja bersama sama mendiskusikan tentang
rencana .

6. keluarga dengan melepaskan anak usia muda ke masyarakat


Remaja yang akan beranjak dewasa harus siap
meninggalkan kedua orang tuanya untuk mulai
hidup baru, bekerja dan berkeluarga. Tugas
keluarga yaitu: mempertahankan keintiman
pasangan, membantu anak pertama dalam
melepaskan diri, dan membantu anak yang kecil
untuk mandiri, memperluas hubungan keluarga
antara orang tua dan menentu, dan menata kembali
peran, fungsi keluarga setelah ditinggalkan anak-
anaknya.

7. keluarga dengan tahapan berdua kembali


Tahap dari siklus kehidupan keluarga setelah
dimulai terakhir anak anak meninggalkan rumah
dan mulai kehidupan baru antara lain: menjaga
keintiman pasangan, membantu anak mandiri,
mempertahankan komunikasi dengan anak anak
dan cucu, dan mempertahankan dan meningkatkan
kesehatan

8. keluarga dengan Tahapan masa tua


Masa tua dihinggapi perasaan kesepian, tidak
berdaya, sehingga tugas keluarga pada
menyenangkan antara pasangan, merencanakan
kegiatan untuk mengisi waktu tua dengan
berolahraga, berkebun, mengasuh cucu, pada masa
tua pasangan saling mengingatkan akan adanya
kehidupan yang kekal setelah kehidupan ini.

f. Tugas keluarga dalam bidang kesehatan

menurut friedman (1981) menjadi 5 tugas keluarga


dalam bidang kesehatan yang harus dilakukan, yaitu:

1) mengenal masalah kesehatan setiap anggotanya


2) mengambil keputusan untuk melakukan tindakan yang tepat bagi
keluarga
3) memberikan keperawatan anggotanya yang sakit
4) memodifikasi lingkungan
5) memanfaatkan failitas pelayan kesehatan

2. Konsep Proses Asuhan Keperawatan Keluarga

Proses keperawatan keluarga disesuaikan dengan fokus


keperawatan. Jika ia melihat keluarga sebagai latar belakang atau
konteks dari keluarga maka keluarga merupakan focus utama
tetapi jika ia melihat di dalam keluarga individu yang rawat, maka
anggota keluarga secara individu merupakan focus utama (setiadi,
2008)

A. Pengkajian Keperawatan Keluarga


Tahap pengkajian ini merupakan proses yang sistematis
dalam pengumpulan data dari berbagai sumber untuk
mengevaluasi dan mengidentifikasi status kesehatan keluarga
(lyer et al, (1996) dalam setiadi, (2008). Dasar pemikiran dan
pengkajian adalah suatu perbandingan, ukuran atau penilaian
mengenai keadaan keluarga dengan menggunakan norma,
nilai, prinsip, aturan, harapan, teori dan konsep yang berkaitan
dengan permasalahan

Cara pengumpulan pengkajian data tentang keluarga


yang dapat dilakukan antara lain dengan:

1) Wawancara
Wawancara yaitu menanyakan atau Tanya jawab atau yang
berhubungan dengan masalah yang dihadapi keluarga
dengan merupakan suatu komunikasi yang direncanakan.
Tujuan wawancara adalah:

a) Mendapatkan informasi yang diperlukan


b) Meningkatkan hubungan perawat- keluarga dalam komunikasi
c) Membantu keluarga untuk memperoleh informasi yang
dibutuhkan
Wawancara dengan keluarga dikaitkan dalam hubungan
dengan kejadian-kejadian pada waktu lalu dan sekarang.

2) Pengamatan
Pengamatan dilakukan yang berkaitan dengan hal hal
yang tidak perlu ditanyakan (ventilasi, penerangan,
kebersihan).

3) Studi dokumentasi
Yang biasa dijadikan acuan anatara lain adalah KMS,
kartu keluarga dan catatan kesehatan lainnya misalnya
informasi - informasi tertulis maupun lisan dari tujukan
dari berbagai lembaga yang menangani keluarga dan dari
anggota tim lainnya.

4) Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik hanya dilakukan pada anggota
keluarga yang mempunyai masalah kesehatan

Pada awal pengkajian perawat harus membina hubungan yang


baik dengan keluarga dengan cara:
1) Diawali perawat memperkenalkan diri dengan sopan dan ramah
2) Menjelaskan tujuan kunjungan
3) Meyakinkan keluarga bahwa kehadiran perawat
adalah untuk membantu keluarga menyelesaikan
masalah kesehatan yang ada di keluarga
4) Menjelaskan luas kesanggupan bantuan perawat yang dilakukan
5) Menjelaskan kepada keluarga siapa tim kesehatan lain yang menjadi
jaringan perawat.

Dalam pengkajian keluarga terdapat tahap tahap pengkajian


yang disebut sebagai penajajakan untuk mempermudah proses
pengkajian.

1) Penjajakan I
Data data yang dikumpulkan pada penjajakan I antara lain
a) Data umum
b) Riwayat dan tahap perkembangan
c) Lingkungan
d) Struktur keluarga
e) Fungsi keluarga
f) Stress dan koping keluarga
g) Harapan keluarga
h) Data tambahan
i) Pemeriksaan fisik
2) Penjajakan II
Pengkajian yang tergolong dalam penjajakan II
diantaranya pengumpulan data data yang berkaitan dengan
ketidakmampuan keluarga dalam menghadapi masalah
kesehatan sehingga dapat ditegakkan diagnosa
keperawatan keluarga. Adapun ketidakmampuan keluarga
dalam menghadapi masalah diantaranya:

a) Ketidakmampuan keluarga mengenal masalah kesehatan


b) Ketidakmampuan keluarga mengambil keputusan
c) Ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga
d) Ketidakmampuan keluarga memodifikasi lingkungan
e) Ketidakmampuan keluarga memanfaatkan fasilitas kesehatan
B. Diangnosa Keperawatan Keluarga

Diagnosa keperawatan adalah keputusan tentang respon


keluarga tentang masalah kesehatan aktual atau potensial, sebagai
dasar seleksi intervensi keperawatan untuk mencapai tujuan
asuhan keperawatan keluarga sesuai dengan kewenangan perawat.
Tahap dalam diagnosa keperawatan keluarga antara lain.:

Analisa data
Setelah data terkumpul maka selanjutnya dilakukan analisa data,
yaitu mengaitkan data dan menghubungkan dengan konsep teori
dan prinsip yang relevan untuk membuat kesimpulan dalam
menentukan masalah kesehatan dan keperawatan keluarga. Cara
menganalisa data adalah:

a) Validasi data, yaitu meniliti kembali data yang terkumpul dalam format
pengkajian
b) Mengelompokkan data berdasarkan kebutuhan bio-psiko-sosial dan
spiritual
c) Mengembangkan standar
d) Membuat kesimpulan tentang kesenjangan yang diketemukan.

Ada 3 norma yang perlu diperhatikan dalam melihat


perkembangan kesehatan keluarga untuk melakukan analisa
data, yaitu:

a) Keadaan kesehatan yang normal bagi setiap anggota keluarga, yang


meliputi:


Keadaan kesehatan fisik, mental dan sosial anggota keluarga
 Keadaan pertumbuhan dan perkembangan anggota keluarga
 Keadaan gizi anggota keluarga

Status imunisasi anggota keluarga
 Kehamilan dan KB

b) Keadaan rumah dan sanitasi lingkungan, yang meliputi:


Rumah yang meliputi ventilasi, penerangan, kebersihan,
kontruksi luas rumah dan sebagainya.


Sumber air minum
 Jamban keluarga
 Tempat pembuangan air limbah
 Pemanfaatan pekerangan yang ada dan sebagainya.

c) Karakteristik keluarga yang meliputi:


Sifat sifat keluarga
 Dinamika dalam keluarga
 Komunikasi dalam keluarga
 Interaksi antar anggota keluarga
 Kesanggupan keluarga dalam membawa perkembangan anggota
keluarga
 Kebiasaan dan nilai nilai yang berlaku dalam keluarga

Dalam proses analisa data dikelompokan menjadi 2 yaitu data subjektif dan
objektif

No. DATA ETIOLOGI MASALAH


Data Subjektif:

Data Objektif

2) perumusan masalah
Perumusan masalah keperawatan keluarga dapat diarahkan
kepada sasaran individu dan atau keluarga. Komponen
diagnosis keperawatan keluarga meliputi problem, etiologi dan
sign/simpton.

Masalah (problem)

Tujuan penulisan pernyataan masalah adalah menjelaskan


status kesehatan atau masalah kesehatan secara jelas dan
sesingkat mungkin. Daftar diagnosa keperawatan keluarga
berdasarkan NANDA (1995) dalam setiadi (2008) adalah
sebagai berikut:


Aktual (terjadi deficit / gangguan kesehatan)
Masalah ini memberikan gambaran
berupa tanda dan gejala yang jelas
mendukung bahwa benar benar terjadi.

Ketidakefek
tifan
bersihan
jalan napas

Ketidakefek
tifan pola
napas

G
a
n
g
g
u
a
n

p
e
r
t
u
k
a
r
a
n

g
a
s

N
y
e
r
i

a
k
u
t

Gangguan tumbuh kembang


Resiko (ancaman kesehatan)
Masalah ini sudah ditunjang dengan data yang
akan mengarah pada timbulnya masalah kesehatan
bila tidak segera ditangani
Resiko terjadi infeksi
Resiko peningkatan suhu tubuh

Resiko nutrisi
kurang dari
kebutuhan tubuh
Resiko
kurang volume
cairan dan
elektrolit


Potensial/sejahtera
Status kesehatan berada pada kopndisi
sehat dan ingin meningkat lebih optimal

Potensial
peningkatan
pemeliharaan
kesehatan

Potensial
peningkatan proses
keluarga

Potensi peningkatan koping keluarga


Resiko terhadap tindakan kekerasaan


Sindrom
Diagnosa yang terdiri dari kelompok diagnosa aktual dan resiko
tinggi yang diperkirakan akan muncul karena suatu kejadian/
situasi tertentu.

Menurut NANDA ada 2

diagnosa keperawatan

sindrom, yaitu:
Syndrom trauma

pemerkosaan

Pada kelompok ini menunjukkan adanya tanda dan gejala, seperti


cemas, takut, sedih, gangguan istirahat tidur dan lain lain.

Resiko sindrom penyalahgunaan


Misalnya resiko gangguan proses pikir, resiko gangguan gambaran diri dan lain
lain.
B) Penyebab (etiologi)
Dikeperawatan keluarga etiologi ini mengacu kepada 5 tugas keluarga yaitu:
a) Mengenal masalah kesehatan setiap anggotannya
b) Mengambil keputusan untuk melakukan tindakan yang tepat
c) Memberikan keperawatan anggotannya yang sakit
atau yang tidak dapat membantu dirinya sendiri
karena cacat atau usianya yang terlalu muda
d) Mempertahankan suasana dirumah yang
mengutungkan kesehatan dan perkembangan
keperibadian anggota keluarga
e) Mempertahankan hubungan timbal balik antara
keluarga dan lembaga kesehatan (memanfaatkan
fasilitas kesehatan yang ada.
C. Tanda (sign)
Tanda dan gejala adalah sekumpulan data subjektif dan
objektif yang diperoleh perawat dari keluarga yang mendukung
masalah dan penyebab. Tanda dan gejala dihubungkan dengan
kata- kata “yang dimanifestasikan dengan”Prioritas masalah

Untuk menemukan prioritas terhadap diagnose keperawatan


keluarga yang ditemukan dihitung dengan menggunakan skala
prioritas ( skala baylon dan maglaya) sebagai berikut:

a) Tentukan skor untuk tiap kriteria


b) Skor dibagi dengan angka tertinggi dan kalikan dengan bobot
c) Jumlahkan ekor untuk semua kriteria
d) Skor tinggi adalah 5 dan sama untuk seluruh bobot.
No KRITERIA NILAI BABOT
1. Sifat masalah
a) Tidak/kurang sehat 3
b) Ancaman kesehatan 2 1
c) Keadaan sejahtera 1
2. Kemungkinan masalah dapat diubah
a) Mudah 2
b) Sebagian 1 2
c) Tidak dapat 0
3. Potensial masalah untuk dicegah
a) Tinggi 3
b) Cukup 2 1
c) Rendah 1

4. Menonjolnya masalah
a) masalah berat baru segera ditangani 2
b) ada masalh tetapi tidak perlu segera 1 1
Ditangani 0
c) masalah tidak dirasakan

Penentuan prioritas sesuai dengan kriteria skala:


Kriteria I: yaitu sifat masalah untuk mengetahui sifat msalah ini mengacu pada
etiologi
masalah kesehatan yang terdiri dari 3 kelompok besar, yaitu
Ancaman kesehatan
Keadaan yang disebut dalam ancaman kesehatan antara lain:
o Penyakit keturunan (asma, DM, dan lain lain.)
o Anggota keluarga ada yang menderita penyakit menular
(TBC, gonore hepatitis, dan lain lain)
o Jumlah anggota keluarga terlalu besar dan tidak sesuai
dengan kemampuan sumber daya keluarga
o Resiko terjadi kecelakaan (lingkungan rumah tidak aman )
o Kekurangan atau kelebihan gizi dari masing masing anggota keluarga
o Keadaan yang
menimbulka
n stress,
antara lain.:
Hubungan
keluarga
tidak
harmonis
Hubungan
orang tua dan
anak yang
tegang

Orang tua
yang tidak
dewasa

o Sanitasi
lingkunga
n yang
buruk,
diantarany
a:

Ventilasi
kurang
baik
Sumber air
minum tidak
memenuhi
syarat

Polusi
udara

Tempat pembuangan sampah yang tidak sesuai syarat


Tempat pembuangan tinja yang mencemari sumber air minum
Yaitu kegagalan dalam menetapkan kesehatan seperti
keadaan sakit (sesudah atau sebelum didiagnosa ) dan
gagal dalam pertumbuhan dan perkembangan yang tidak
sesuai dengan pertumbuhan normal.

 Situasi krisis (keadaan sejahtera)


P
e
r
k
a
w
i
n
a
n

K
e
h
a
m
i
l
a
n

P
e
r
s
a
l
i
n
a
n

M
a
s
a

n
i
f
a
s

Menjadi orang tua


Penamb
ahan
anggota
keluarg
a (bayi)
Abortus

A
n
a
k

m
a
s
a

s
e
k
o
l
a
h

A
n
a
k

r
e
m
a
j
a

K
e
h
i
l
a
n
g
a
n

p
e
k
e
r
j
a
a
n

Kematian anggota keluarga


Pindah rumah
Kriteria II, yaitu kemungkinan masalah dapat diubah
Pengetahuan yang ada sekarang, teknologi dan
tindakan untuk menangani masalah
Sumber daya keluarga dalam bentuk fisik, keuangan dan tenaga
Sumber daya masyarakat dalam bentuk fasilitas, organisasi
dalam masyarakat dan songkongan masyarakat
Kriteria III, yaitu potensial masalah dapat dicegah, faktor
faktor yang perlu diperhatikan adalah:
Kepelikan dari masalah yang berhubungan
dengan penyakit/masalah
 Lamanya masalah yang berhubungan dengan jangka waktu
masalah
Tindakan yang sedang di jalankan adalah
tindakan tindakan yang tepat dalam
memperbaiki masalah
Adanya kelompok “High Risk” atau kelompok
yang sangat peka menambah potensi untuk
mencegah masalah
Kriteria IV, yaitu menonjolnya masalah
Prioritas didasarkan pada diagnosa keperawatan yang
mempunyai skor tertinggi dan disusun sampai skor
terendah.

C. Perencanaan Keperawatan

1. Definisi
Perencanaan adalah bagian dari fase pengorganisasian dalam
proses keperawatan keluarga yang meliputi :

Penetapan tujuan
Ada beberapa tingkat tujuan dapat disusun dalam jangka pendek
(khusus) danm jangka panjang (umum). Tingkatan ini digunakan
untuk membedakan masalah yang dapat diselsaikan sendiri oleh
keluarga dan masalah yang harus diserahkan pada tim
keperawatan atau kolektif. Tujuan khusu/ jangka pendek sifatnya
spesifik, dapat diukur, dapat dimotivasi/memberi kepercayaan
pada keluarga bahwa kemajuan sedang dalam proses dan
membimbing keluarga kearah tujuan jamngka panjang/umum.
Tujuan jangka umum merupakan tujuan akhir yang pencapaian
pada waktu yang telah ditentukan sebelumnya.

Penetapan Kriteria dan Standar


Merupakan standar evaluasi yang menggambarkan tentang faktor-
faktor yang dapat member petunjuk bahwa tujuan telah tercapai
dan digunakan dalam pertimbangan. Bentuk dan kriteria ini adalah
:

No Kriteria Standar
1. Pengetahuan a. Keluarga mampu menyatakan pengertian ISPA secar
umum
b. Keluarga mampu menyebutkan akibat dari infeksi
saluran pernapasan atas
c. Keluarga mampu melakukan pemeriksaan

2. Sikap a. Keluarga mampu memutuskan untuk membuat renc


kontrol kepuskesmas
b. Keluarga mampu membuat rencana agar tidak terjad
infeksi saluran pernapasan atas
3. Psikomotor a. Keluarga mampu menciptakan lingkungan yang ber
dan sehat

D. Pelaksanaan keperawatan

Implementasi atau tindakan adalah pengelolaan dan untuk


perwujudan dari rencana keperawatan yang telah disusun pada
tahap perencanaan ada 3 tahap dalam tindakan keperawatan
keluarga yaitu : (setiadi, 2008. )

1) Tahap I : Persiapan
Persiapan ini meliputi kegiatan – kegiatan :
a) Kontrak dengan keluarga
b) Mempersiapkan peralatan yang diperlukan
c) Mempersiapkan lingkungan yang kondusif
d) Mengidentifikasi aspek – aspek hukum dan etik
Kegiatan ini bertujuan agar keluarga dan perawat
mempunyai kesiapan dan psikis pada saat implementasi.

2) Tahap II : Intervensi
Tindakan keperawatan keluarga berdasarkan
kewenangan dan tanggung jawab perawat secara
professional adalah :

a) Independent
Adalah suatu kegiatan yang dilakukan oleh perawat
sesuai dengan kompetensi tanpa petunjuk dan
perintah dari tenaga kesehatan lsinnys. Lingkup
tindakan independent ini adalah :

1) Mengkaji terhadap klien dan keluarga


melalui riwayat keperawatan dan
pemeriksaan fisik.
2) Merumuskan diagnose keperawatan
3) Mengidentifikasi tindakan keperawatan
4) Melaksanakan rencana pengukuran
5) Merujuk kepada tenaga kesehatan lain
6) Mengevaluasi respon klien
7) Partisipasi dengan consumer atau tenaga kesehatan lainnya.

Tipe Tindakan independent keperawatan dapat dikategorikan menjadi 4 yaitu:


1) Tindakan diagnosa
a) Wawancara
b) Observasi dan pemeriksaan fisik
c) Melakukan pemeriksaan laboratorium sederhana (Hb) dan
membaca hasil dari pemeriksaan laboratorium
2) Tindakan terapeutik
Tindakan untuk mencegah, megurangi, dan mengatasi masalah klien
3) Tindakan edukatif
Tindakan untuk merubah perilaku klien melalui promosi kesehatan dan
pendidikan kesehatan kepada klien

4) Tindakan merujuk
Tindakan kerjasama dengan tim kesehatan lainnya.
b) Independent
Yaitu suatu kegiatan yang memerlukan suatu kerjasama dengan tenaga kesehatan
lainnya.

3) Tahap III : Dokumentasi


Pelaksanaan tindakan keperawatan harus diikuti oleh pencatatab yang lengkap dan akuran
terhadap suatu keadaan dalam proses keperawatan

E. Evaluasi Keperawatan

penulis akan memaparkan proses keperawatan yang terakhir yaitu: evaluasi keperawatan
merupakan proses berkesinambungan yang terjadi setiap kali seorang perawat melakukan
rencana asuhan keperawatan adapun pencapaian faktor yang perlu di evaluasi dalam asuhan
keperawatan, meliputi beberapa ranah, yaitu:

1. Ranah Kognitif ( pengetahuan ), evaluasi pada ranah ini memiliki tingkat pada pengetahuan
dan pemahaman keluarga tentang penyakit, tanda dan gejala, pengebotan, pencegahan, dan
upaya meminimalkan komplikasi

2. Ranah Afektif (emosional ), dilihat ketika perawat melakukan wawancara dengan


pasien, dalam hal ini mengamati ekspresi wajah, nada suara dan isi pesan yang di
sampaikan.

3. Ranah Psikomotor, dilakukan dengan , melihat bagaimana keluarga merupakan tindakan yang
sudah direncanakan apakah sesuai atau sebaliknya (Andarmoyo, sulistyo, 2012)

Anda mungkin juga menyukai