Anda di halaman 1dari 165

PROPOSAL

HUBUNGAN SIKAP MASYARAKAT DENGAN PERILAKU


PERTOLONGAN PERTAMA PADA KORBAN KECELAKAAN LALU
LINTAS DI DESA ROGOJAMPI KECAMATAN ROGOJAMPI
KABUPATEN BANYUWANGI TAHUN 2021

OLEH :
NAMA : INTAN NOVIA INDRIA DARNA
NIM : 2017.02.065

PROGRAM STUDI SI KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BANYUWANGI
BANYUWANGI
2021
PROPOSAL

HUBUNGAN SIKAP MASYARAKAT DENGAN PERILAKU


PERTOLONGAN PERTAMA PADA KORBAN KECELAKAAN LALU
LINTAS DI DESA ROGOJAMPI KECAMATAN ROGOJAMPI
KABUPATEN BANYUWANGI TAHUN 2021

Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Keperawatan (S.Kep)


Pada Program Studi S1 Keperawatan STIKes Banyuwangi

OLEH :
NAMA : INTAN NOVIA INDRIA DARNA
NIM : 2017.02.065

PROGRAM STUDI SI KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BANYUWANGI
BANYUWANGI
2021

i
PERNYATAAN TENTANG ORISINALITAS

Proposal ini adalah hasil karya tulis ilmiah saya sendiri, dan asaya tidak

melakukan kegiatan plagiat dalam penulisan proposal skripai saya yang berudul :

“HUBUNGAN SIKAP MASYARAKAT DENGAN PERILAKU

PERTOLONGAN PERTAMA PADA KORBAN KECELAKAAN LALU

LINTAS DI DESA ROGOJAMPI KECAMATAN ROGOJAMPI

KABUPATEN BANYUWANGI”

Apabila suatu saat terbukti saya melakukan tindakan plagiat, maka saya akan

menerima sanksi yang telah di tetapkan.

Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sebenar – benarnya.

Banyuwangi , Maret 2021


Yang bmembuat pernyataan,

Materai

6000

Intan Novia Indria Darna


201702065

ii
LEMBAR PERSETU.JUAN
Proposal Skripsi Dengan Judul •

Hubungnn Sikap Masyarakat Dengan Perilaku Pertolongan Pertama Pada

Korban Kecelakaan Lalu Lintas Di Desa Rogojampi Kecamatan Rogojampi

Kabupaten Banyuwangi Tahun 2021

Diajukan Oleh

INTAN NOVIA INDRIA DARNA

2017.02.065

Proposal skripsi telah disetujui pada tanggal, Maret

2021

Oleh
Pembimbing I

NS. ANITA DWI ARIYANI. M. Kep.


NIDN: 0725118502
Pembimbing Il

ALI

NIK: 06.0810414

Keperawatan

NIDN 0725118502
:
LEMBAR PENGESAHAN PANITIA PENGUJI

iii
LEMBAR PENGESAHAN PANITIA PENGUJI

Skripsi Dengan Judul :

“Hubungan Sikap Masyarakat Dengan Perilaku Pertolongan Pertama Pada Korban

Kecelakaan Lalu lintas Di Desa Rogojampi Kecamatan Rogojampi Kabupaten

Banyuwangi Tahun 2021”

Diajukan oleh:

INTAN NOVIA INDRIA DARNA


2017.02.065

Telah diuji dihadapan tim penguji proposal penelitian pada Program Studi S1
Keperawatan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Banyuwangi
Pada Tanggal, Maret 2021

TIM PENGUJI

Penguji I : H. Hariadji, SKM., MM .....................

Penguji II : Novita Surya P., S.kep.,Ns., M.Kep .....................

Penguji III : Ali Syahbana, S.kep.,Ns., M.Kes .......................

Mengetahui
Ketua
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Banyuwangi

DR. H. Soekardjo
NUP. 9907159603

iv
UCAPAN TERIMAKASIH

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas semua berkat dan

hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Proposal Penelitian yang

berjudul “Hubungan Sikap Masyarakat Dengan Perilaku Pertolongan

Pertama Pada Korban Kecelakaan Lalu Lintas Di Desa Rogojampi

Kecamatan Rogojampi Kabupaten Banyuwangi Tahun 2021”, sebagai salah

satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Keperawatan (S.Kep.) pada program

Studi S1 Keperawatan STIKes Banyuwangi.

Dalam hal ini penulis banyak mendapatkan bantuan dari berbagai pihak,

karena itu pada kesempatan kali ini penulis mengucapkan banyak terimakasih

kepada:

1. DR. H. Soekardjo selaku Ketua STIKes Banyuwangi yang telah

memeberi kesempatan dan fasilitas kepada kami untuk mengikuti dan

menyelesaikan pendidikan program studi Ilmu Keperawatan di STIKes

Banyuwangi

2. Ns.Muhammad Al-Amin, M.Kes selaku Wakil Ketua 1 STIKes

Banyuwangi bidang akademik yang telah memberi kesempatan dan

fasilitas akademik sehingga ilmu yang kami dapatkan, bisa membantu

kami dalam menyelesaikan pendidikan program studi Ilmu Keperawatan

di STIKes Banyuwangi.

3. Erik Toga, S.TP., M.Kes. selaku wakil ketua 2 STIKes Banyuwangi

bidang sarana prasarana yang telah memberi kesempatan dan dan

fasilitas bagii kami dalam membantu menyelesaikan pendidikan

program studi Ilmu Keperawatan di STIKes Banyuwangi.

v
4. Ivan Rachmawan, M.Kom selaku wakil ketua 3 STIKes Banyuwangi

bidang kemahasiswaan yang telah mendidik dan memberi nasihat

kepada kami untuk bersemangat menyelesaikan pendidikan program

studi Ilmu Keperawatan STIKes Banyuwangi.

5. Ns.Sholihin, S.Kep, M.Kep, selaku Ketua Program Studi S1

Keperawatan yang telah memberikan kesempatan dan dorongan kepada

kami untuk menyelesaikan perkuliahan di Program Studi S1

Keperawatan

6. Ns. Anita Dwi Ariyani, S.Kep., M.Kep selaku pembimbing proposal

skripsi 1 yang sangat telah banyak memberikan masukan dan

pengarahan kepada penulis.

7. Ns. Ali Syahbana, S.Kep, M.Kep, selaku pembimbing proposal skripsi 2

yang sangat telah banyak memberikan pengarahan dan masukan

kepadaka penulis.

8. Kedua orang tua dan keluarga besar terutama ayahku Sudarsono dan

Ibuku Dwi Suharyanik yang banyak memberikan dukungan baik

material maupun non material sehingga memotivasi untuk segera

menyelesaaikan proposal penelitian ini agar dapat terselesaikan sesuai

waktu yang ditentukan.

9. Sahabat saya Izka, Luvia, Silvia, Savira, Nila, Ega, Ocha, dan

pendamping saya KelvinYudistira yang selalu memberi dukungan dan

semangat serta menemani dalam penyusunan skripsi ini.

vi
10. Rekan – rekan mahasiswa STIkes Banyuwangi yang telah bekerja sama

dalam pembuatan proposal skripsi dan semua pihak yang telah

membantu dalam penyususnan skripsi ini.

Semoga Tuhan Yang Maha Esa selalu memberikan kelancaran disetiap

langkah kita dan membalas segala kebaikan yang telah diberikan. Penulis

menyadari bahwa proposal penelitian ini masih banyak kekurangan dalam

penulisan, penyusunan ataupun penyajian materi. Untuk itu penulis mengharapkan

kritik dan saran dari pembaca sebagai bahan penyempurna penyususnan laporan

berikutnya dan semoga proposal penlitian ini bermanfaat bagi semua pihak.

Banyuwangi, Maret 2021


Penulis

Intan Novia Indria Darna


2017.02.065

vii
ABSTRAK

HUBUNGAN SIKAP MASYAKARAT DENGAN PERILAKU


PERTOLONGAN PERTAMA PADA KORBAN KECELAKAAN LALU
LINTAS DI DESA ROGOJAMPI KECAMATAN ROGOJAMPI
KABUPATEN BANYUWANGI TAHUN 2021

Oleh : Intan Novia Indria Darna


Nim : 2017.02.065

Kecelakaan lalu lintas merupakan salah satu masalah kesehatan


masyarakat yang mempengaruhi semua sektor kehidupan. Saat terjadi kecelakaan
lalu lintas sikap masyarakat terkadang tidak langsung memberikan pertolongan
pertama karena berbagai faktor mulai dari adanya tuntutan hukum sampai dengan
kurangnya pengetahuan. Sikap sangat erat kaitannya dengan pembentukan
perilaku. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui hubungan sikap masyakarat
dengan perilaku pertolongan pertama pada korban kecelakaan lalu lintas di Ds.
Rogojampi Kec. Rogojampi Kb. Banyuwangi Tahun 2021
Penelitian ini menggunakan Cross Sectional DosignI jumlah 40 responden
dengan menggunakan teknik purposive sampling. Alat ukur menggunakan
kuesioner. Pengolahan dan Analisa Data mengunakan Editing, Coding, Scoring,
Tabulasi dan dianalisis dengan uji statistik korelasi spearman rank SPSS 25 for
windows 7 dengan tingkat kemaknaan α = 0,05.
Hasil penelitian menunjukkan Sikap masyarakat negatif sebagian besar
yaitu 23 (58%) dan positif 17 (42%), sedangkan perilaku pertolongan pertama
pada korban kecelakan lalu lintas sebagian besar negatif 24 (60%) dan positif 16
(40%), sedangkan hubungan sikap dengan perilaku didapatkan ρ = 0,01 < α = 0,05
yang artinya jika nilai ρ ≤ 0,05 maka H1 diterima yang artinya ada hubungan yang
signifikan antara sikap masyarakat dengan perilaku pertolongan pertama korban
kecelakaan lalu lintas di Desa Rogojampi Kecamatan Rogojampi Kabupaten
Banyuwangi Tahun 2021.
Masyarakat yang memiliki sikap negatif sebagian besar memiliki perilaku
yang negatif juga terhadap pertolongan pertama pada korban kecelakaan lalu
lintas, sama hal nya dengan masyarakat yang bersikap positif sebagian besar juga
memiliki perilaku yang positif. Masyarakat yang bersifat negatif tidak memiliki
pandangan atau pengetahuan tentang pertolongan pertama pada korban
kecelakaan lalu lintas. Masyarakat tidak pernah mendapatkan pendidikan
kesehatan tentang pertolongan pertama pada korban kecelakaan lalu lintas oleh
petugas kesehatan.

Kata Kunci : Sikap, Perilaku, Pertolongan Pertama

viii
ABSTRACT

THE RELATIONSHIP OF COMMUNITY ATTITUDE WITH FIRST AID


BEHAVIOR IN TRAFFIC ACCIDENT VICTIMS IN ROGOJAMPI
VILLAGE, ROGOJAMPI DISTRICT, BANYUWANGI REGENCY IN 2021

By :
Intan Novia Indria Darna
2017.02.065

Traffic accidents are one of the public health problems that affect all
sectors of life. When there is a traffic accidentPeople's attitudes sometimes do not
immediately provide first aid due to various factors ranging from lawsuits to lack
of knowledge. Attitude is closely related to the formation of behavior. The purpose
of this study was to determine the relationship between community attitudes and
first aid behavior for traffic accident victims in Ds. Rogojampi district. Rogojampi
Kb. Banyuwangi Year 2021
This research uses Cross Sectional DosignIthe number of 40 respondents
using purposive sampling technique. Measuring tools using a questionnaire.
Processing and analyzing data using Editing, Coding, Scoring, Tabulation and
analyzed by statistical test Spearman rank SPSS 25 correlation for windows 7
with a significance level of = 0.05.
The results showed that the negative community attitudes were mostly 23
(58%) and positive 17 (42%), while the first aid behavior for traffic accident
victims was mostly negative 24 (60%) and positive 16 (40%), while the
relationship between with behavior obtained = 0.01 < = 0.05, which means if the
value of 0.05 then H1 is accepted, which means that there is a significant
relationship between community attitudes and the behavior of first aid victims of
traffic accidents in Rogojampi Village, Rogojampi District, Banyuwangi Regency.
2021 year.
People who have a negative attitude mostly have negative behavior
towards first aid for traffic accident victims, the same thing with people who have
a positive attitude, most of them also have positive behavior. People who are
negative have no views or knowledge about first aid for traffic accident
victims.The community has never received health education about first aid for
victims of traffic accidents by health workers.

Keywords :Attitude, Behavior, First Aid

ix
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL
HALAMAN JUDUL DALAM ..................................................................... i
PERNYATAAN ORISINALITAS ............................................................... ii
LEMBAR PERSETUJUAN ......................................................................... iii
LEMBAR PENGESAHAN PANITIA PENGUJI ...................................... iv
UCAPAN TERIMAKASIH .......................................................................... v
ABSTRAK ..................................................................................................... viii
DAFTAR ISI .................................................................................................. x
DAFTAR TABEL .......................................................................................... xii
DAFTAR BAGAN ......................................................................................... xiii
DAFTAR DIAGRAM ................................................................................... xvi
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................. xvii
DAFTAR SINGKATAN ............................................................................... xviii

DAFTAR LAMBANG .................................................................................. xix


BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ............................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah ........................................................................ 5
1.3 Tujuan Penelitian .......................................................................... 5
1.3.1 Tujuan Umum ..................................................................... 6
1.3.2 Tujuan Khusus .................................................................... 6
1.4 Manfaat Penelitian ....................................................................... 6
1.4.1 Teoritis ................................................................................ 6
1.4.2 Praktis ................................................................................. 7
BAB 2 TINJAUAN TEORI
2.1 Konsep Dasar Sikap ..................................................................... 8
2.1.1 Pengertian Sikap ................................................................. 8
2.1.2 Komponen Sikap ................................................................. 9
2.1.3 Tingkatan Sikap .................................................................. 10

x
2.1.4 Ciri – ciri Sikap ................................................................... 11
2.1.5 Faktor – faktor Yang Mempengaruhi sikap ........................ 12
2.1.6 Cara Pengukuran Sikap ....................................................... 13
2.2 Konsep Dasar Perilaku ................................................................. 15
2.2.1 Pengertian Perilaku ............................................................. 15
2.2.2 Bentuk – bentuk Perilaku .................................................... 15
2.2.3 Jenis – jenis Perilaku ........................................................... 16
2.2.4 Teori Perilaku Lawrence W. Green .................................... 16
2.2.5 Faktor – faktor Yang Mempengaruhi Perilaku ................... 18
2.2.6 Cara Pengukuran Perilaku .................................................. 19
2.3 Konsep Dasar Pertolongan Pertama ............................................. 20
2.3.1 Pengertian Pertolongan Pertama ......................................... 20
2.3.2 Tujuan Pertolongan Pertama ............................................... 21
2.3.3 Sikap Dan Kewajiban Dalam Pertolongan Pertama ........... 22
2.3.4 Prinsip – prinsip Pertolongan Pertama ................................ 23
2.3.5 Tahapan Pertolongan Pertama ............................................ 24
2.3.6 Penatalaksanaan Masalah – masalah
Pertolongan Pertama .......................................................... 26
2.4 Hubungan Sikap Dengan Perilaku Pertolongan Pertama ............. 58
2.1 Tabel Sintesis ............................................................................... 60
BAB 3 KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESIS PENELITIAN
3.1 Kerangka Konseptual ................................................................... 63
3.2 Hipotesis Penelitian ...................................................................... 64
BAB 4 METODELOGI PENELITIAN
4.1 Jenis dan Desain Penelitian .......................................................... 65
4.2 Kerangka Kerja ............................................................................ 66
4.3 Populasi, Sampel dan Sampling ................................................... 67
4.3.1 Populasi ............................................................................... 67
4.3.2 Sampel Penelitian ............................................................... 67
4.3.3 Besar Sampel ...................................................................... 68
4.3.4 Teknik Sampling ................................................................. 69
4.4 Identifikasi Variabel ..................................................................... 70

xi
4.4.1 Variabel Independen ........................................................... 70
4.4.2 Variabel Dependen ............................................................. 70
4.5 Definisi Oprasional ...................................................................... 70
4.6 Waktu dan Tempat Penelitian ...................................................... 72
4.7 Pengumpulan dan Pengolahan Data ............................................. 72
4.7.1 Instrumen penelitian ........................................................... 72
4.7.2 Prosedur Pengumpulan Data ............................................... 72
4.7.3 Analisa Data dan Pengumpulan Data ................................. 73
4.8 Etika Penelitian ............................................................................ 77
4.8.1 Justice (Keadilan Bagi Seluruh Subjek Penelitian) ............ 77
4.8.2 Inform Concent
(Lembar Persetujuan Menjadi Responden) ......................... 78
4.8.3 Anonimity (Tanpa Nama) .................................................... 78
4.8.4 Confidentially (Kerahasiaan) .............................................. 78
4.8.5 Veracity (Kejujuran) ........................................................... 78
4.8.6 Non Maleficence (Tidak Merugikan) .................................. 79
4.8.7 Respect for Person (Menghormati Harkat dan Martabat
Manusia) ............................................................................. 79
4.9 Keterbatasan Penelitian ................................................................ 79
BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1 Hasil Penelitian ................................................................................. 80
5.1.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian..................................... 80
5.1.2 Data Umum........................................................................... 80
5.1.3 Data Khusus .......................................................................... 83
5.2 Pembahasan ...................................................................................... 86
5.2.1 Sikap Masyarakat di Dsn. Rogojampi Utara, RT 02 RW 02
Ds. Rogojampi, Kec Rogojampi, Kab. Banyuwangi ........... 86
5.2.2 Perilaku Pertolongan Pertama Pada Korban Kecelakaan
Lalu Lintas ............................................................................. 89
5.2.3 Hubungan Sikap Masyarakat dengan Perilaku Pertolongan
Pertama Pada Korban Kecelakaan Lalu Lintas ...................... 92

xii
BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan............................................................................................ 96
6.2 Saran ..................................................................................................... 96
6.2.1 Bagi Responden ........................................................................ 96
6.2.2 Bagi Tenaga Kesehatan ............................................................ 97
1.2.3 Bagi Peneliti Selanjutnya .......................................................... 97

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN – LAMPIRAN

xiii
DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Sintesis ...................................................................................... 60

Tabel 4.1 Definisi Oprasional ................................................................... 71

Tabel 4.2 Uji Rank Spearman ................................................................... 76

Tabel 4.3 Uji Rank Spearman manual ...................................................... 77

xiv
DAFTAR BAGAN

Bagan 3.1 Kerangka Konseptual ..................................................................... 63

Bagan 4.1 Kerangka Kerja .............................................................................. 66

xv
DAFTAR DIAGRAM
Diagram 5.1 Distribusi frekuensi berdasarkan jenis kelamin anggota
Masyarakat yang berumur 15 – 65 tahun di Dsn Rogojampi Utara,
RT 02 RW 02 Ds. Rogojampi Kec. Rogojampi Kab. Banyuwangi
Tahun 2021. ................................................................................................. 81
Diagram 5.2 Distribusi frekuensi berdasarkan usia anggota masyarakat
yang berumur 15 – 65 tahun di Dsn Rogojampi Utara, RT 02
RW 02 Ds. Rogojampi Kec. Rogojampi Kab. Banyuwangi
Tahun 2021................................................................................................. 81
Diagram 5.3 Distribusi frekuensi berdasarkan pendidikan anggota
masyarakat yang berumur 15 – 65 tahun di Dsn Rogojampi Utara,
RT 02 RW 02 Ds. Rogojampi Kec. Rogojampi Kab. Banyuwangi
Tahun 2021. ............................................................................................... 82
Diagram 5.4 Distribusi frekuensi berdasarkan bekerja atau tidak bekerja
anggota masyarakat yang berumur 15 – 65 tahun di Dsn Rogojampi Utara,
RT 02 RW 02 Ds. Rogojampi Kec. Rogojampi Kab. Banyuwangi
Tahun 2021. ............................................................................................... 82
Gambar 5.5 Distribusi frekuensi sikap masyarakat di Dsn Rogojampi Utara,
RT 02 RW 02 Ds. Rogojampi Kec. Rogojampi Kab. Banyuwangi
Tahun 2021. ............................................................................................... 83
Diagram 5.6 Distribusi frekuensi perilaku pertolongan pertama pada
korban kecelakaan lalu lintas di Dsn Rogojampi Utara, RT 02
RW 02 Ds. Rogojampi Kec. Rogojampi Kab. Banyuwangi
Tahun 2021. ............................................................................................... 84

xvi
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Matrik Rencana Penelitian ........................................................... 100


Lampiran 2 Lembar perizinan dari PPPM STIKes Banyuwangi ..................... 101
Lampiran 3 Surat ijin pengambilan data awal di Satlantas
Polresta Banyuwangi ................................................................... 102
Lampiran 4 Surat ijin pengambilan data awal di Desa Rogojampi ................. 103
Lampiran 5 Surat Ijin rekomendasi penelitian di Desa Rogojampi ................ 104
Lampiran 6 Surat Etik ..................................................................................... 105
Lampiran 7 Surat Ijin Penelitian ..................................................................... 106
Lampiran 8 Surat Permohonan menjadi responden ........................................ 107
Lampiran 9 Persetujuan menjadi responden ................................................. 109
Lampiran 10 lembar koesioner......................................................................... 94
Lampiran 11 lembar koeisoner sikap .............................................................. 96
Lampiran 12 Lembar kuesioner perilaku ........................................................ 97
Lampiran 13 Kisi kisi koesioner ..................................................................... 100
Lampiran 14 uji validitas sikap ........................................................................ 103
Lampiran 15 uji validitas perilaku ................................................................... 104
Lampiran 16 Ijin Koesioner ............................................................................. 110

xvii
DAFTAR SINGKATAN

SPSS : Statistical Package for the Social Sciences

WHO : World Health Organization

AHA : American Heart Association


SNI : Standar Nasional Indonesia

xviii
DAFTAR LAMBANG

≤ = Kurang dari sama dengan

< = Kurang dari

> = Lebih dari

= = Sama dengan

+ = Tambah

- = Kurang

() = Dalam kurung

Ʃ = Jumlah

Α = Alfa

. = Kali

= Bagi

N = Sampel

U = Peringkat

R = Ranking

xix
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kecelakaan lalu lintas merupakan salah satu masalah kesehatan

masyarakat yang mempengaruhi semua sektor kehidupan. Kecelakaan lalu

lintas di Indonesia oleh World Health Organisation (WHO) dinilai menjadi

pembunuh terbesar ketiga setelah penyakit jantung dan tuberculosis (TBC)

(Widodo, Isma, & Sarwono, 2015). Pada saat terjadi kecelakan lalu lintas kita

sering melihat banyak masyarakat berkumpul di jalan, ada yang hanya

menonton dan ada juga yang ikut terlibat dalam pemberian pertolongan

pertama. Pertolongan pertama adalah perawatan yang diberikan segera pada

orang yang cidera atau mendadak sakit (Thygerson, 2011). Sikap dan perilaku

inilah yang sering kita jumpai di masyarakat, dimana masyarakat akan lebih

memilih diam dan menunggu pihak kepolisian (Torano & Parante, 2019) .

Sikap adalah reaksi seseorang terhadap suatu stimulus yang sudah

melibatkan pikiran, perasaan, perhatian, faktor pendapat, dan emosi. Sikap

merupakan kesiapan atau kesediaan untuk bertindak, tetapi belum dilakukan,

jadi masih merupakan predisposisi perilaku (Torano & Parante, 2019).

Perilaku pertolongan pertama pada kecelakaan adalah tindakan yang

dilakukan oleh seseorang untuk menyelamatkan korban kecelakaan dengan

prinsip pemberian pertolongan diantaranya menilai situasi, mengamankan

tempat kejadian dan memberikan pertolongan pada korban dengan didasari

pengetahuan pertolongan pertama pada kecelakaan yang baik serta sikap

mereka dalam melakukan tindakan pertolongan pertama pada kecelakaan

1
2

dengan sikap postif (Herlinawati & Azhari, 2018). Saat terjadi kecelakaan

lalu lintas perilaku pertolongan pertama yang dilakukan oleh masyarakat

sering tidak tepat (Hanifah, 2019).

Kecelakaan lalu lintas merupakan masalah kesehatan utama yang

sering terabaikan oleh lembaga pemerintah. Menurut Disability-adjusted life

year pada tahun 2020 kecelakaan lalu lintas akan menjadi penyebab

kecacatan nomer 3 didunia (Torano & Parante, 2019). Melalui data yang

dikutip dari situs Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) tercatat 1,35 juta orang

meninggal dunia setiap tahun karena insiden kecelakaan pengendara motor

dan mobil di seluruh dunia (Carsome, 2020). Di Indonesia sendiri, menurut

data dari Kepolisian Negara Republik Indonesia jumlah kecelakaan pada

tahun 2019 kemarin mencapai 107.500 dengan korban meninggal dunia

sebanyak 23.530 orang (Carsome, 2020).

Angka kecelakaan lalu lintas di Jawa Timur tergolong masih tinggi.

Sepanjang bulan Januari hingga Febuari 2019, berdasarkan data Dirlantas

Polda Jawa Timur, tercatat ada 1.735 total kejadian, 357 korban meninggal,

54 luka berat, 2.316 luka ringan (Andriansyah, 2019). Pada awal tahun

hingga Oktober tahun 2017 Kabupaten Banyuwangi berada pada urutan ke

empat Kabupaten yang tingi angka kecelakaan lalu lintas (Ratri, 2017). Pada

tahun 2019 data yang di dapat dari Kanit Laka Lantas Polresta Banyuwangi

angka kecelakaan lalu lintas yang terjadi di Banyuwangi sebanyak 898. Salah

satu wilayah yang rawan kecelakaan berada di wilayah kecamatan

Rogojampi , hal ini dibuktikan dengan banyaknya daerah rawan kecelakaan


3

disini. Pada tahun 2019 ada 65 kasus kecelakaan lalu lintas di daerah

Rogojampi (Satlantas Polresta Banyuwangi, 2020).

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Indra Hermawan (2017) tentang

Gambaran Sikap Dan Perilaku Masyarakat Tentang P3K (Pertolongan

Pertama Pada Kecelakaan) Lalu Lintas Desa Juwet RT 11 RW 04 Arteri

Porong Sidoarjo menunjukkan sebagian besar (55,8%) responden memiliki

sikap negatif dan sebagian besar (65,4%) responden memiliki perilaku cukup.

Sedangkan dari penelitian yang dilakukan oleh Siti Kasriyatun (2017) tentang

Analisis Faktor Yang Mempengaruhi Perilaku Pertolongan Pertama Akibat

Terkena Benda Tajam Di wilaya Kerja Puskesmas Kesongo Kecamatan

Kedungadem Kabupaten Bojonegoro menunjukan bahwa sebagian besar

pasien memiliki sikap negatif terhadap pertolongan pertama akibat terkena

benda tajam yaitu sebanyak 22 orang (73,33%) dan kurang dari sebagian

memiliki sikap positif yaitu sebanyak 8 orang (26,67%) . Saat terjadi

kecelakaan banyak masyarakat yang berhenti, namun sibuk

mendokumentasikan dan enggan terlibat dalam proses penyelamatan.

Menurut pengamat media sosial, Nukman Luthfie, memandang fenomena ini

menggambarkan perubahan perilaku masyarakat dalam mengaktualisasikan

diri di media sosial (Bbc news, 2018).

Kecelakaan lalu lintas dipengaruhi oleh berbagai faktor salah satunya

human error, seperti kondisi kendaraan yang tidak SNI (Standar Nasional

Indonesia), tidak tertib berlalu lintas, dan kondisi jalan yang berlubang (Djaja

et al.,2016). Tingginya angka kecelakaan lalu lintas berdampak diperlukannya

pertolongan yang cepat dan tepat di tempat kejadian demi mencegah


4

terjadinya morbiditas dan mortalitas pada korban kecelakaan lalu lintas

(Elmqvist, et al 2010). Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan adalah usaha

pertolongan segera kepada penderita sakit atau cedera di tempat kerja dengan

penanganan medis dasar. Medis dasar adalah tindakan perawatan berdasarkan

ilmu kedokteran yang dapat dimiliki oleh awam atau awam yang terlatih

secara khusus (Anggrain, et al., 2018).

Salah satu pihak yang terlibat dalam pertolongan pertama adalah

masyarakat. Masyarakat merupakan orang pertama yang selalu ada di lokasi

kecelakan lalu lintas pertama kali. Walaupun demikian sikap masyarakat

terkadang tidak langsung memberikan pertolongan pertama karena berbagai

faktor mulai dari adanya tuntutan hukum sampai dengan kurangnya

pengetahuan (Djaja et al. 2016). Sikap masyarakat pada korban kecelakaan

yaitu tidak segera menolong bahkan masyarakat takut untuk menolong

korban sehingga hanya membiarkan dan hanya sekedar melihat korban

kecelakaan tersebut sehingga keadaan korban menjadi fatal bahkan

meninggal dunia (Hermawan, 2017). Sikap masyarakat cenderung menonton

dan jika melakukan pertolongan hanya memindahkan korban tanpa

mengetahui kondisi korban ke pinggir jalan (Triwibowo & Setyawan, 2015)

Sikap sangat erat kaitannya dengan pembentukan perilaku. Sikap yang

seharusnya dilakukan oleh masyarakat adalah tanggap pada pertolongan

kecelakaan diupayakan dengan mendahulukan pengetahuan pada kecelakaan

dengan segera melihat keadaan korban dan tidak panik (Hermawan, 2017).

Meningkatkan sikap dalam memberikan pertolongan pertama, perlu dengan

adanya sosilisasi dan pelatihan. Perawat dapat meningkatkan strategi


5

penyuluhan mengenai bagaimana pemberian pertolongan pertama pada

kecelakaan lalu lintas sebelum korban dibawa ke rumah sakit, khususnya

masyarakat yaitu pada usia dewasa serta lansia, tingkat pendidikan rendah,

dan masyarakat yang memiliki peluang besar didalam memberikan

pertolongan pada korban kecelakaan (Jayanti, 2015). Semakin banyaknya

pengetahuan yang dimiliki akan mempengaruhi perkembangan sikap

(Mubarak, 2010). Sikap positif akan membentuk perilaku yang positif,

sedangkan bila sikap negatif akan membentuk prilaku yang negatif. Saat

masyarakat dapat memahami bagaimana bersikap positif maka masyarakat

juga dapat berperilaku yang positif sehingga masyarakat akan lebih aktif

terlibat pada pertolongan pertama korban kecelakaan lalu lintas. Berdasarkan

uraian diatas peneliti tertarik melakukan penelitian tentang hubungan sikap

masyarakat dengan perilaku pertolongan pertama pada korban kecelakaan

lalu lintas di Desa Rogojampi Kecamatan Rogojampi Kabupaten Banyuwangi

Tahun 2021.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian di atas maka dapat dirumuskan rumusan

masalahnya adalah sebagai berikut “Apakah ada hubungan sikap masyarakat

dengan perilaku pertolongan pertama pada korban kecelakaan lalu lintas di

Desa Rogojampi Kecamatan Rogojampi Kabupaten Banyuwangi Tahun 2021

?”
6

1.3 Tujuan

1.3.1 Tujuan Umum

Diketahui hubungan sikap masyarakat dengan perilaku

pertolongan pertama pada korban kecelakaan lalu lintas di Desa

Rogojampi Kecamatan Rogojampi Kabupaten Banyuwangi Tahun

2021.

1.3.2 Tujuan Khusus

1. Teridentifikasinya sikap masyarakat di Desa Rogojampi

Kecamatan Rogojampi Kababupaten Banyuwangi Tahun 2021.

2. Teridentifikasinya perilaku pertolongan pertama pada korban

kecelakaan lalu lintas di Desa Rogojampi Kecamatan

Rogojampi Kabupaten Banyuwangi Tahun 2021.

3. Teranalisisnya hubungan sikap masyarakat dengan perilaku

pertolongan pertama pada korban kecelakaan lalu lintas di Desa

Rogojampi Kecamatan Rogojampi Kabupaten Banyuwangi

Tahun 2021.

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Manfaat Teoritis

Sebagai salah satu sarana untuk meningkatkan dan

mengembangkan ilmu pengetahuan khususnya bidang keperawatan.

Mendapat informasi tentang hubungan sikap masyarakat dengan

perilaku pertolongan pertama pada korban kecelakaan lalu lintas.


7

1.4.2 Praktis

1. Bagi Responden

Hasil penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan kesadaran

tentang pentingnya mengetahui pertolongan pertama pada

korban kecelakaan lalu lintas.

2. Bagi Profesi Keperawatan

Memberikan pengetahuan bagi perkembangan ilmu kesehatan

terutama tentang pertolongan pertama pada korban kecelakaan

lalu lintas.

3. Bagi Institusi Pendidikan

Dapat digunakan sebagai tambahan informasi ke perpustakaan

dan pengetahuan tentang hubungan sikap masyarakat dengan

perilaku pertolongan pertama pada korban kecelakaan lalu

lintas ketika mahasiswa melakukan praktek keperawatan di

masyarakat.

4. Bagi Peneliti

Menambah wawasan tentang sikap masyarakat dengan perilaku

pertolongan pertama pada korban kecelakaan lalu lintas.


BAB 2

TINJAUAN TEORI

2.1 Konsep Dasar Sikap

2.1.1 Pengertian Sikap

Sikap adalah reaksi seseorang terhadap suatu stimulus yang

sudah melibatkan pikiran, perasaan, perhatian, faktor pendapat, dan

emosi. Sikap merupakan kesiapan atau kesediaan untuk bertindak,

tetapi belum dilakukan, jadi masih merupakan predisposisi perilaku

(Torano & Parante, 2019). Sikap adalah juga respons tertutup

seseorang terhadap stimulus atau objek tertentu, yang sudah

melibatkan faktor pendapat dan emosi yang bersangkutan (senang-

tidak senang, setuju-tidak setuju, baik-tidak baik, dan sebagainya)

(Notoatmodjo 2014).

Sikap dikatakan sebagai respon yang hanya timbul bila

individu dihadapkan pada suatu stimulus. Sikap seseorang terhadap

sesuatu objek adalah perasaan mendukung atau memihak

(favorable) maupun perasaan tidak mendukung atau tidak memihak

(unfavorable) pada objek tertentu (Notoatmodjo, 2012). Sikap

merupakan persiapan untuk bereaksi terhadap objek dilingkungan

tertentu sebagai suatu penghayatan terhadap objek.

Dari pengertian diatas dapat disimpulakan bahwa sikap

merupakan tanggapan reaksi seseorang terhadap objek tertentu

yang bersifat positif atau negatif yang biasanya diwujudkan dalam

8
9

bentuk rasa suka atau tidak suka, setuju atau tidak setuju terhadap

suatu objek tertentu.

2.1.2 Komponen Sikap

Sikap yang ditunjukan seorang individu terhadap objek,

mempunyai struktur yang terdiri dari beberapa komponen. Saifudin

Azwar (2010: 23-28) menjelaskan komponen dalam struktur sikap

yaitu:

1. Komponen Kognitif: Komponen kognitif berisi kepercayaan

streotipe seseorang mengenaiapa yang berlaku atau apa yang

benar bagi objek sikap. Seringkali komponen ini dapat

disamakan dengan pandangan (opini), terutama apabila

menyangkit masalah isu atau problem yang kontroversial.

2. Komponen Afektif: Komponen afektif merupakan perasaan

individu terhadap objek sikap dan menyangkut masalah emosi.

Masalah emosional inilah yang biasanya berakar paling

bertahan terhadap perubahan-perubahan yang mungkin akan

mengubah sikap seseorang.

3. Komponen Prilaku/Konatif: Komponen prilaku atau konatif

dalam struktur sikap menunjukkan bagaimana perilaku atau

kecenderungan berperilaku yang ada dalam diri seseorang

berkaitan dengan objek sikap yang dihadapinya.

Melalui tindakan dan belajar seseorang akan mendapatkan

kepercayaan dan sikap yang pada akhirnya akan mempengaruhi


10

perilakunya. Kepercayaan merupakan suatu pemikiran deskriptif

yang dimiliki seseorang tentang sesuatu yang didasari atas

pengetahuan, pendapat dan keyakinan nyata. Sikap

menempatkan seseorang dalam pikiran untuk menyukai atau

tidak menyukai. Melalui pengalaman baik dari diri sendiri

maupun orang lain akan menjadi bahan pertimbangan dan

evaluasi untuk kedepannya.

Respon kognitif, afektif dan perilaku erat kaitannya dengan

tahap pengambilan keputusan seseorang. Respon kognitif

seseorang berbeda dalam tahap mempelajari yaitu tahapan

mengenal masalah dan tahapan mencari informasi yang

dibutuhkan untuk mengatasi masalah tersebut.

Tahapan ini disebut dengan tahapan afektif. Setelah

alternative dipilih orang itu akan menggunakan pilihan tersebut

untuk bertindak jika tindakannya sesuai dengan apa yang

dikehendaki maka ia akan menggunakan cara ini untuk kejadian

berikutnya atau sebaliknya akan memilih alternative lainnya jika

tindakannnya tidak sesuai dengan apa yang dikehendakinya.

2.1.3 Tingkatan Sikap

Menurut Notoadmodjo (2012) sikap terdiri dari berbagai

tingkatan yaitu:
11

1. Menerima (receiving)

Menerima diartikan bahwa orang (subyek) mau dan

memperhatikan stimulus yang diberikan (obyek).

2. Merespon (responding)

Memberikan jawaban apabila memberikan jawaban apabila

ditanya, mengerjakan tugas yang diberikan adalah suatu indikasi

sikap karena dengan suatu usaha untuk menjawab pertanyaan atau

mengerjakan tugas yang diberikan. Terlepas dari pekerjaan itu

benar atau salah adalah berarti orang tersebut menerima ide itu.

3. Menghargai (valuing)

Mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan

dengan orang lain terhadap suatu masalah adalah suatu indikasi

sikap tingkat tiga.

4. Bertanggung jawab (responsible)

Bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah dipilihnya

dengan segala resiko adalah mempunyai sikap yang paling tinggi.

2.1.4 Ciri –Ciri Sikap

Menurut Sunaryo (2013) sikap mempunyai ciri – ciri sebagai

berikut :

1. Sikap tidak dibawa sejak lahir, namun dipelajari (learnability)

dan dibentuk berdasarkan pengalaman dan latihan sepanjang

perkembangan individu dalam hubungan dengan objek.

2. Sikap dapat berubah-ubah dalam situasi yang memenuhi syarat

untuk itu sehingga dapat dipelajari.


12

3. Sikap tidak berdiri sendiri, namun selalu berhubungan dengan

objek sikap.

4. Sikap dapat tertuju pada satu objek ataupun dapat tertuju pada

sekumpulan atau banyak objek.

5. Sikap dapat berlangsung lama atau sebenta.

6. Sikap mengandung faktor perasaan dan motivasi sehingga

berbeda dengan pengetahuan.

2.1.5 Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Sikap

Menurut Azwar (2011) sikap terbentuk karena berbagai

faktor, faktor-faktor yang mempengaruhi sikap yaitu:

1. Pengalaman pribadi

Pengalaman pribadi dapat menjadi dasar pembentukan sikap

apabila pengalaman tersebut meninggalkan kesan yang kuat.

Sikap akan lebih mudah terbentuk apabila pengalaman pribadi

tersebut terjadi dalam situasi yang melibatkan faktor emosional.

2. Pengaruh orang lain yang dianggap penting

Individu pada umumnya cenderung untuk memiliki sikap yang

konformis atau searah dengan sikap seseorang yang dianggap

penting. Kecenderungan ini antara lain dimotivasi oleh

keinginan untuk berafiliasi dan untuk menghindari konflik

dengan orang yang dianggap penting tersebut.

3. Pengaruh kebudayaan

Kebudayaan dapat memberi corak pengalaman individu-

individu masyarakat asuhannya. Sebagai akibatnya, tanpa


13

disadari kebudayaan telah menanamkan garis pengaruh sikap

kita terhadap berbagai masalah.

4. Media massa

Pemberitaan surat kabar maupun radio atau media komunikasi

lainnya, berita yang seharusnya faktual disampaikan secara

obyektif berpengaruh terhadap sikap konsumennya.

5. Lembaga pendidikan dan lembaga agama

Konsep moral dan ajaran dari lembaga pendidikan dan lembaga

agama sangat menentukan sistem kepercayaan. Tidaklah

mengherankan apabila pada gilirannya konsep tersebut

mempengaruhi sikap.

6. Faktor emosional

Kadang kala, suatu bentuk sikap merupakan pernyataan yang

didasari emosi yang berfungsi sebagai sebagai semacam

penyaluran frustasi atau pengalihan bentuk mekanisme

pertahanan ego.

2.1.6 Cara Pengukuran Sikap

Menurut Riduwan (2013) dari tipe-tipe skala pengukuran

perlu instrumen penelitian yang menekannkan pada pengukuran

sikap yang menggunkan skala sikap. Salah satu skala sikap yang

yang sering digunakan, adalah skala likert. Skala likert digunakan

untuk mengukur sikap, pendapat, dan persepsi seseorang atau

sekelompok tentang kejadian gejala sosial. Penggunaan skala likert

adalah variabel yang akan diukur dijabarkan menjadi dimensi,


14

dimensi dijabarkan menjadi sub variabel kemudian sub variabel

dijabarkan menjadi indikator-indikator yang dapat diukur. Akhirnya

indikator- indikator yang terukur ini dapat dijadikan titik tolak untuk

membuat item intrumen yang berupa pertanyaan atau pernyataan

yang perlu dijawab oleh responden.

Sikap diukur dengan berbagai item pertanyaan yang

dinyatakan dalam kategori respon dengan metode Likert. Untuk

mengetahui sikap responden digunakan lima alternatif jawaban yang

kemudian diberikan skor untuk dapat dihitung. Menurut Arikunto

(2013) skor dihitung dan dikelompokkan ke dalam dua kategori

positif dan negatif.

Skala likert yang mana untuk pertanyaan favorable (positif)

angka tertinggi 4 diberikan kepada jawaban “sangat setuju” dan

angka terendah 1 diberikan bagi jawaban “sangat tidak setuju” dan

sebaliknya pada pernyataan unfavourable (negatif) jawaban “sangat

setuju” mendapat angka terendah 1 dan jawaban “sangat tidak

setuju” mendapat angka tertinggi 4 (Azwar, 2011).

Cara menentukan variabel sikap positif dan negatif dilakukan

dengan skor T menurut Azwar (2013) dengan rumus :

𝑥1− 𝑥̅
Skor T : 5+10{ }
𝑆𝐷

Keterangan :

𝑥1 : skor responden yang hendak diubah menjadi skor T

𝑥̅ : mean skor kelompok


15

𝑆𝐷 : deviasi standar skor kelompok (Ridwidikdo,2010)

(𝑋1− ̅̅̅̅̅̅
𝑋)2
𝑆𝐷 : √∑ 𝑛−1

N : banyak data yang diambil

2.2 Konsep Dasar Perilaku

2.2.1 Pengertian Perilaku

Perilaku merupakan seperangkat perbuatan atau tindakan

seseorang dalam melalukan respon terhadap sesuatu dan kemudian

dijadikan kebiasaan karena adanya nilai yang diyakini. Perilaku

manusia pada hakekatnya adalah tindakan atau aktivitas dari

manusia baik yang diamati maupun tidak dapat diamati oleh

interaksi manusia dengan lingungannya yang terwujud dalam bentuk

pengetahuan, sikap, dan tindakan. Perilaku secara lebih rasional

dapat diartikan sebagai respon organisme atau seseorang terhadap

rangsangan dari luar subyek tersebut. Respon ini terbentuk dua

macam yakni bentuk pasif dan bentuk aktif dimana bentuk pasif

adalah respon internal yaitu yang terjadi dalam diri manusia dan

tidak secara langsung dapat dilihat dari orang lain sedangkan bentuk

aktif yaitu apabila perilaku itu dapat diobservasi secara langsung

(Triwibowo, 2015).

2.2.2 Bentuk-bentuk perilaku

Menurut Notoatmodjo (2011), dilihat dari bentuk respons

terhadap stimulus, maka perilaku dapat dibedakan menjadi dua.


16

1. Bentuk pasif /Perilaku tertutup (covert behavior)


Respons seseorang terhadap stimulus dalam bentuk

terselubung atau tertutup. Respons atau reaksi terhadap

stimulus ini masih terbatas pada perhatian, persepsi,

pengetahuan atau kesadaran dan sikap yang terjadi pada

seseorang yang menerima stimulus tersebut, dan belum

dapat diamati secara jelas oleh orang lain.

2. Perilaku terbuka (overt behavior)


Respons terhadap stimulus tersebut sudah jelas dalam

bentuk tindakan atau praktik, yang dengan mudah dapat

diamati atau dilihat orang lain.

2.2.3 Jenis - Jenis Perilaku

Jenis-jenis perilaku individu menurut Okviana (2015):

1. Perilaku sadar, perilaku yang melalui kerja otak dan pusat

susunan saraf.

2. Perilaku tak sadar, perilaku yang spontan atau instingtif.

3. Perilaku tampak dan tidak tampak.

4. Perilaku sederhana dan kompleks.

5. Perilaku kognitif, afektif, konatif, dan psikomotor.

2.2.4 Teori Perilaku Berdasarkan Lawrence W. Green

Lawrence Green mencoba menganalisis perilaku manusia

dari tingkat kesehatan. Kesehatan seseorang atau masyarakat

dipengaruhi oleh dua faktor pokok, yaitu faktor perilaku (behavior


17

causes) dan faktor lingkungan (nonbehavior couses). Untuk

mewujudkan suatu perilaku kesehatan, diperlukan pengelolaan

manajemen program melalui tahap pengkajian, perencanaan,

intervensi, sampai dengan penilaian dan evaluasi (Nursalam, 2014).

Selanjutnya dalam program promosi kesehatan dikenal

adanya model pengkajian dan penndaklanjutan (precede-preced

model) yang diadaptasi dari konsep Lawrence Green. Model ini

mengkaji masalah perilaku manusia dan faktor – faktor yang

mempengaruhinya, meningkatkan perilaku tersebut ke arah yang

lebih positif. Proses pengkajian atau pada tahap precede dan proses

penindaklanjutan pada tahap proceed. Dengan demikian suatu

program untuk memperbaiki perilaku kesehatan adalah penerapan

keempat proses pada umumnya ke dalam model pengkajian dan

penindaklanjutan (Nursalam, 2014).

1. Kualitas hidup adalah sasaran utama yang ingin dicapai di

bidang pembangunan sehingga kulitas hidup ini semakin

sejalan dengan tingkat sejahtera. Semakin sejahtera maka

kualitas hidup semakin tinggi, kualitas hidup ini salah satunya

dipengaruhi oleh derajat kesehatan. Semakin tinggi derajat

kesehatan seseorang maka kualitas hidup juga semakin tinggi.

2. Derajat kesehatan adalah sesuatu yang ingin dicapai dalam

bidang kesehatan, dengan adanya derajat kesehatan akan

tergambarkan masalah kesehatan yang sedang dihadapi.


18

Pengaruh yang paling besar terhadap derajat kesehatan

seseorang adalah faktor perilaku dan faktor lingkungan.

3. Faktor lingkungan adalah faktor fisik, biologis, dan sosial

budaya yang langsung / tidak mempengaruhi derajat kesehatan.

4. Faktor perilaku dan gaya hidup adalah suatu faktor yang timbul

karena adanya aksi dan reaksi seseorang atau organisme

terhadap lingkungannya. Faktor perilaku akan terjadi apabila

ada rangsangan, sedangkan gaya hidup merupakan pola

kebiasaan seseorang atau kelompok orang yang dilakukan

karena jenis pekerjaannya mengikuti tren yang dilakukan

karena jenis pekerjaannya mengikuti tren yang berlaku dalam

kelompok sebayanya, ataupun hanya untuk meniru dari tokoh

idolanya.

Dengan demikian suatu rangsangan tertentu akan menghasilkan

reaksi atau perilaku tertentu. Selanjutnya perilaku itu sendiri

ditentukan atau terbentuk dsri tiga faktor.

2.2.5 Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Perilaku

Menurut Triwibowo (2015) perilaku dipengaruhi oleh

beberapa faktor diantaranya adalah :

1. Faktor predisposisi

Faktor predisposisi merupakan faktor positif yang

mempermudah terwujudnya praktek, maka sering disebut

sebagai faktor pemudah. Adapun yang termasuk faktor


19

predisposisi, yaitu : sikap, kepercayaan, keyakinan, pendidikan,

motivasi, persepsi, pengetahuan.

2. Faktor pendukung

Faktor pendukung terwujud dalam lingkungan fisik, tersedia

atau tidaknya fasilitas-fasilitas atau sarana-sarana kesehatan.

Fasilitas ini pada hakikatnya mendukung atau memungkinkan

terwujudnya perilaku, sehingga disebut faktor pendukung atau

pemungkin.

3. Faktor pendorong

Faktor pendorong terwujud dalam sikap dan perilaku petugas

kesehatan atau petugas lainnya, yang merukapan kelompok

referensi dari perilaku masyarakat. Perilaku orang lebih banyak

dipengaruhi oleh orang-orang penting.

2.2.6 Cara Pengukuran Perilaku

Skala likert adalah metode sederhana dibandingkan dengan

skala Thurstone. Skala Thurstone yang terdiri dari 11 poin

disederhanakan menjadi 2 kelompok yaitu favorable dan

unfavoruble sedangkan item yang netral tidak disertakan. Untuk

mengatasi hilangnya netral tersebut, likert menggunakan teknik

konstruksi test 31 yang lain. Masing-masing responden diminta

melakukan agreement dan disagreement untuk masing-masing item

dalam skala yang terdiri dari 4 poin (selalu, sering, kadang-kadang,

tidak pernah). Semua item yang favorable kemudian diubah nilainya

dalam angka selalu adalah 4, sering adalah 3, kadang-kadang adalah


20

1. Sedangkan unfavorable kemudian diubah nilainya dalam angka

selalu adalah 1, sering adalah 2, kadang-kadang 3, tidak pernah 4.

(Wawan dan Dewi, 2010:39-40).

2.3 Pertolongan Pertama

2.3.1 Pengertian Pertolongan Pertama

Pertolongan pertama merupakan perawatan pertama yang

dilakukan oleh penolong kepada orang yang mendapat kecelakaan

atau sakit yang tiba - tiba datang sebelum mendapatkan pertolongan

dari tenaga medis (Tilong, 2014). Pertolongan Pertama merupakan

upaya pertolongan serta perawatan sementara kepada korban

kecelakaan sebelum mendapat pertolongan yang lebih sempurna dari

dokter ataupun paramedik. Yang berarti pertolongan ini bukan

sebagai pengobatan atau penanganan yang sempurna, tetapi hanyalah

berupa pertolongan sementara yang dilakukan oleh petugas (petugas

medik atau orang awam) yang pertama kali melihat korban (Suharni,

2011).

Pertolongan pertama yang diterapkan secara tepat dapat

memberi perbedaan antara hidup dan mati, antara pemulihan yang

cepat dan rawat inap di rumah sakit yang lama, atau antara kecacatan

temporer dan kecacatan permanen. Pertolongan pertama lebih

banyak melakukan tindakan untuk orang lain, pertolongan pertama

juga termasuk melakukan tindakan yang dapat dilakukan orang


21

dalam suatu kedaruratan diri mereka sendiri (Thygerson, A., Gulli, B

& Krohmer, 2011).

2.3.2 Tujuan Pertolongan Pertama

Menurut Tilong (2014) secara umum, pertolongan pertama

dilakukan berdasarkan tujuan-tujan berikut :

1. Menyelamatkan jiwa penderita adalah dasar utama yang harus

dilakukan dalam melakukan pertolongan pertama. Pertolongan

pertama ditujukan agar kondisi korban tidak menjadi semakin

parah yang bisa berujung pada kematian. Karena pertolongan

pertama yang lambat seperti pada serangan jantung, luka bakar,

overdosis, kesetrum, dan lain lain, sangat berpotensi untuk

mengakibatkan kematian.

2. Pertolongan pertama juga bertujuan untuk mencegah atau

meminimalisir terjadinya kecacatan pada korban seperti pada

kasus kecelakaan, luka, gigitan binatang, dan lain-lain. Sehingga,

pertolongan pertama yang dilakukan dengan cepat diharapkan

bisa mencegah kondisi korban menjadi semakin parah.

3. Selain itu, pertolongan pertama dapat memberikan rasa nyaman

pada korban atau penderita. Karena pertolongan yang diberikan

oleh penolong akan sangat membantu dalam meringankan

penderitaan korban.

4. Pertolongan pertama juga dimaksudkan untuk membentuk

proses penyembuhan pada korban. Pada hakekatnya pertolongan

pertama yang diberikan, tidak hanya memberikan rasa nyaman


22

pada penderita atau korban tapi juga menjadi salah satu media

agar penderita atau korban bisa sembuh dengan lebih cepat.

Setidaknya, pertolongan pertama bisa membantu untuk

mencegah bertambah perahnya kondisi korban (Tilong, 2014).

2.3.3 Sikap dan Kewajiban dalam Pertolongan Pertama

Menurut Susilowati (2015) sikap dan Kewajiba dalam

pertolongan pertama adalah sebagai berikut :

1. Sikap penolong

1) Tidak panik, cekatan, tenang dan tidak terpengaruh keluhan

korban dan tidak menganggap enteng luka yang diderita

korban.

2) Melihat pernapasan korban jika perlu diberikan napas

buatan.

3) Hentikan Perdarahan, terutama luka luar yang lebar.

4) Perhatikan tanda-tanda syok.

5) Jangan buru-buru memindahkan korban, sebelum dapat

menentukan jenis dan keparahan luka yang dialami oleh

korban.

2. Kewajiban penolong

1) Perhatikan keadaan sekitar tempat kecelakaan.

2) Perhatikan keadaan penderita.

3) Merencanakan dalam hati cara-cara pertolongan yang akan

dilakukan.
23

4) Jika korban meninggal beritahu polisi atau bwa korban ke

rumah sakit.

2.3.4 Prinsip Pertolongan Pertama

Menurut Susilowati (2015) prinsip - prinsip dasar

pertolongan pertama pada kecelakaan yang harus diperhatikan

adalah :

1. Pastikan anda bukan menjadi korban berikutnya. Pastikan

keamanannya, sesuai AHA ( American Heart Association)

(2015) prinsip aman dijabarkan menjadi 3A yaitu :

1) Aman korban : Prinsip Aman korban adalah prinsip yang

wajib diterapkan untuk menghindari terjadinya bahaya

selanjutnya yang dapat memperburuk kondisi korban,

dengan cara memindahkan korban ke tempat yang lebih

aman.

2) Aman penolong : sebagai penolong sangat dianjurkan untuk

menjaga keamanan penolong jangan sampai terjadi korban

selanjutnya.

3) Aman lingkungan : amankan kondisi lingkungan sekitar

supaya memberikan rasa aman penolong ketika melakukann

tindakan pertolongan serta aman untuk korban.

2. Pakailah metode pertolongan yang cepat, mudah, dan efisien.

Jangan terburu – buru dan panik dalam memberikan

pertolongan. Pergunakan sumber daya yang ada baik alat,

manusia, maupun sarana pendukung lainnya. Bila bekerja dalam


24

tim, buat perencanaan yang matang dan dipahami seluruh

anggota.

3. Biasakan membuat catatan mengenai usaha-usaha pertolongan

yang telah dilakukan, identitas korban, tempat dan waktu

kejadian, dsb.

2.3.5 Tahapan Pertolongan Pertama

Tahapan – tahapan pertolongan pertama menurut Tilong (2014)

adalah sebagai berikut :

1. Jangan panik

Sebagai penolong, jangan pernah panik. Segera berikan

pertolongan dengan cekatan dan tenang agar korban tidak

mengalami hal yang lebih buruk. Jika misalnya terjadi kecelakaan

yang bersifat massal, pertolongan harus diutamakan kepada korban

yang kondisinya lebih parah terlebih dahulu.

2. Pastikan keadaan aman untuk menolong

Pastikan sebelum menolong korban, lokasi benar-benar aman bagi

penolong, orang-orang sekitar lokasi kejadian, dan korban itu

sendiri. Periksalah segala sesuatu yang dapat mengancam

keselamatan orang banyak. Gunakan pelindung diri yang ada,

seperti sarung tangan dan masker untuk mencegah faktor resiko

infeksi menular. Sebagai penolong jangan mengambil resiko untuk

menjadi korban berikutnya.

3. Jauhkan korban dari kecelakaan berikutnya

Jauhkan korban dari sumber kecelakaan, untuk mencegah


25

terjadinya kecelakaan ulang yang akan memperparah kondisi

korban.

4. Pastikan kondisi kesadaran korban

Periksa kesadaran korban dengan cara memanggil namanya jika

kenal atau teriak agak keras di dekat telinga korban. Jika tidak ada

respon juga, tepuk pundak korban perlahan namun tegas. Berikan

rangsangan nyeri misalnya mencubit bagian telinga korban. Jika

korban masih tidak ada respon, segera panggil bantuan medis dan

lakukan tahap selanjutnya, karena masih mempunyai waktu untuk

menunggu bantuan medis datang

5. Hentikan pendarahan

Pendarahan yang keluar dari pembuluh darah besar dapat

membawa kematian hanya dalam waktu 3 sampai 5 menit. Untuk

itu, jika ada luka dengan intensitas darah yang sangat deras, segera

tutup luka dengan menggunakan sapu tangan atau kain bersih.

Kalau lokasi luka memungkinkan, letakan bagian pendarahan lebih

tinggi dari pada bagian tubuh.

6. Perhatikan tanda-tanda shock

Korban ditelentangkan dengan bagian kepala diletakan lebih

rendah dari anggota tubuh yang lain. Jika korban muntah-muntah

dalam keadaan setengah sadar telungkupkan dengan letak kepala

lebih rendah dari bagian tubuh lainnya. Cara ini juga dilakukan

untuk korban-korban yang dikhawatirkan akan tersedak muntahan,

darah dan air ke dalam paru-parunya. Apabila penderita mengalami


26

Cidera didada dan penderita mengalami sesak nafas, Tetapi masih

sadar letakan pada posisi setengah duduk.

7. Jangan memindahkan korban terburu-buru

Korban tidak boleh dipindahkan dari tempat kejadian sebelum dapat

di pastikan jenis dan tingkat cedera yang dialaminya, kecuali jika

tempat kecelakaan yang tidak memungkinkan bagi korban untuk

dibiarkan di tempat tersebut. Apabila korban hendak diusung

terlebih dahulu ke tempat lain, pendarahan harus dihentikan serta

tulang-tulang yang patah dibidai. Ketika mengusung korban,

usahakan supaya kepala korban tetap terlindung dan jangan sampai

saluran pernapasan tersumbat oleh kotoran, lidah atau muntahan.

8. Segera bawa korban ke Rumah Sakit

Setelah dilakukan pertolongan pertama, mungkin pertolongan

medis segera datang. Jika tidak, segera bawa korban ke sentral

pengobatan, puskesmas, atau rumah sakit. Serahkan keputusan

selanjutnya kepada dokter atau tenaga medis yang kompeten.

2.3.6 Penatalaksanaan Masalah - Masalah Pertolongan Pertama

Menurut Thygerson (2011) penatalaksanaan pertolongan

pertama yaitu:

1. Perdarahan

a. Perdarahan ekternal

1) Melindungi diri sendiri dengan menggunakan alat

perlindungan diri dari paparan penyakit, bisa

menggunakan sarung tangan medis, lapis kasa,


27

pakaian bersih, kantong plastik, atau bahan-bahan

kedap air.

2) Membuka area luka dengan melepaskan atau

memotong pakaian untuk menemukan perdarahan.

3) Tempatkan pembalut, seperti kassa steril atau kain

bersih pada luka dan tekan langsung dengan tangan

anda. Tindakan ini menghentikan sebagian besar

perdarahan.

4) Jika korban berdarah dari lengan atau tungkai,

tinggikan area cidera diatas tingginya jantung untuk

mengurangi aliran darah sambil anda terus menekan.

5) Agar anda dapat menangani cidera lain, gunakan

pembalut tekan untuk menahan pembalut pada luka.

6) Jika darah merembes melalui kassa dan perban,

jangan mengangkat perban dan pembalut. Gunakan

pembalut tambahan dan tekan di atas yang lama

7) Jika pendarahan masih tidak bisa terkontrol, berikan

tekanan pada tekanan sambil menjaga tekanan pada

luka.

b. Perdarahan internal

Ikuti langkah – langkah prosedur RICE.

1) Istirahatkan area yang cidera.

2) Kompres cedera dengan es atau kantong dingin

(cold pack).
28

3) Tekan area luka yang cidera dengan menggunkan

perban elastik.

4) Tinggikan tungkai atau lengan yang cidera, jika

tidak patah.

2. Syok

Syok terjadi karena darah tidak menerima cukup darah

yang mengandung oksigen, penanganan syok meliputi:

a. Tempatkan korban pada posisi telentang.

b. Tinggikan tungkai 15 sampai 30 cm untuk mengalirkan

darah dari tungkai kembali ke jantung.

c. Beri selimut dibawah dan diatas korban untuk menjaga agar

korban tetap hangat.

3. Cidera kepala

a. Luka kepala

1) Tempelkan kassa steril atau bersih dan beri tekanan

langsung untuk mengontrol perdarahan.

2) Pertahankan kepala dan bahu korban agak tinggi

untuk membantu mengontrol perdarahan jika tidak

ada kecurigaan terjadi cedera spinal.

3) Cari pertolongan medis.

b. Fraktur tulang tengkorak

1) Pantau pernafasan dan berikan perawatan yang

diperlukan

2) Kontrol perdarahan dengan menggunakan kasa


29

steril atau bersih dan berikan tekanan disekitar

pinggir luka, jangan langsung pada luka.

3) Stabilkan kepala dan leher untuk mencegah

gerakan.

4) Cari pertolongan pertama.

c. Cidera otak

1) Pantau pernafasan dan berikan perawatan yang

diperlukan.

2) Stabilkan kepala dan leher untuk mencegah

gerakan.

3) Kontrol perdarahan dengan menggunakan kasa

steril atau bersih dan berikan tekanan disekitar

pinggir luka, jangan langsung pada luka.

4) Jika korban muntah, miringkan korban agar jalan

nafasnya bersih.

5) Cari pertolongan pertama.

4. Cidera dada, abdomen, dan pelvis

a. Luka dada

1) Tutup luka dengan plastik atau alumunium foil

untuk menghentikan udara agar tidak masuk kealam

rongga dada. Rekatkan plastik atau foil, gunakan

sarung tangan anda. Penanganan ini mencegah

udara masuk ke dada tetapi memungkinkan udara

untuk keluar.
30

2) Jika korban mengalami kesulitan bernafas atau

tampak memburuk, angkat penutup atau tangan

anda untuk membiarkan udara keluar, kemudian

ditempelkan lagi.

3) Baringkan korban pada sisi yang alami cedera.

4) Telpon layanan 118 atau layanan medis darurat

setempat.

b. Cidera abdomen

1) Tempatkan korban dalam posisi nyaman dengan

tungkai ditarik keatas ke arah abdomen.

2) Lakukan perawatan syok.

3) Cari pertolongan pertama.

c. Fraktur pelvis

1) Jaga agar korban tetap tenang.

2) Lakukan perawatan untuk syok.

3) Telpon 118 atau layanan medis darurat setempat

5. Cedera tulang , sendi, dan otot

a. Cedera tulang

1) Buka dan periksa area tempat cedera

2) Stabilkan bagian yang cedera untuk mencegah

gerakan dengan bidai

3) Jika cedera adalah fraktur terbuka, jangan

mendorong tulang yang protusi.Tutup luka dan

dorong tulang yang terpajan dengan kassa,


31

tempelkan gulungan kassa dsekitar tulang, dan

perban cedera tanpa menekan tulang.

4) Kompres dengan es atau kantong dingin (cold pack)

jika membantu mengurangi pembengkakan dan

nyeri.

5) Cari pertolongan medis.

b. Cidera sendi

1) Jika anda curiga terjadi dislokasi, pasang bidai.

Berikan perawatan seperti fraktur.

2) Jika anda mencurigai terjadi keseleo terapkan

prosedur RICE.

3) Cari pertolongan madis

c. Cidera otot

1) Tenangkan korban dan berikan prosedur RICE.

6. Pertolongan Pertama Pada Patah Tulang

Kemungkinan patah tulang harus selalu dipikirkan

pada setiap kecelakaan akibat dari benturan yang keras. Patah

tulang terdapat dalam beberapa bentuk, yaitu patah tulang terbuka

dan patah tulang tertutup. Patah tulang terbuka yaitu tulang yang

patah mencuat keluar melalui luka terbuka. Oleh karena itu,

tindakan pertolongan harus lebih hati-hati. Karena selain bahaya

infeksi, gerakan tulang yang patah dapat melukai pembuluh darah

di sekitar sehingga terjadi perdarahan. Pada patah tulang tertutup,

tidak terjadi robekan kulit di sekitar tulang yang patah.


32

Menurut Junaidi (2010) & Muhamad (2005) membagi

jenis- jenis patah tulang yang sering dialami :

a. Patah Tulang Kepala (Tengkorak)

Bahaya terbesar dari tulang kepala yang retak atau pecah

adalah efeknya terhadap otak. Patah tulang kepala dapat

bersifat tertutup, yaitu tanpa disertai luka dikulit atau

bersifat terbuka, yang ditandai dengan luka robek dikulit

kepala. Patah tulang terbuka mudah diketahui karena tulang

yang patah dapat dilihat dari luar, kadang-kadang nampak

juga jaringan otaknya. Patah tulang tertutup lebih sulit

dikenali, karena kulit tetap utuh. Untuk mengetahuinya

kepala diperiksa dengan meraba-raba, biasanya terasa ada

cekungan pada bagian tulang yang patah atau terdapat

perdarahan lewat hidung dan telinga.

Tindakan pertolongan pada patah tulang kepala

yaitu :

1) Korban tidak boleh terlalu sering diangkat-angkat

atau dipindahkan sebab gerakan kasar dapat

memperparah keadaannya. Bersihkan mulut,

hidung, dan tenggorokan dari darah, lendir, atau

muntahan yang dapat mengganggu jalan napasnya.

2) Baringkan korban dengan kedudukan miring atau

kepala di telungkupkan untuk memudahkan aliran

muntah atau lendir yang dapat menghalangi jalan


33

napas.

3) Apabila tidak ada tanda-tanda patah tulang

belakang, baringkan korban dengan posisi kepala

lebih rendah dari tubuhnya. Bersihkan luka dari

kotoran yang melekat dan setiap perdarahan yang

besar harus dihentikan secepat mungkin.

4) Pada patah tulang yang terbuka, jangan sekali-kali

mencuci lukanya dengan cairan apa pun. Bekuan

darah atau benda-benda yang masuk ke dalam luka

(pada patah tulang terbuka) tidak boleh

disingkirkan.

5) Tutuplah lukanya dengan kasa steril dan balutlah

dengan balutan yang tidak menekan. Korban segera

dibawa ke rumah sakit yang terdekat.

6) Korban yang masih sadar, dilarang membuang

ingus atau kotoran dari hidungnya dengan

mengendus atau bersin.

b. Patah Tulang Rahang

Patah tuang rahang biasanya mudah diketahui, dimana akan

terlihat bentuknya tidak lagi lurus atau simetris, nyeri kalau

menggerakkannya dan ada pembengkakan

Tindakan pertolongan yang harus dilakukan

pada patah tulang rahang adalah :

1) Untuk mengurangi rasa sakit dan menghambat


34

pembengkakan kompres rahangnya dengan es lalu

dibalut.

2) Cara membalut rahangnya yang patah dengan

menggunakan pembalut segitiga. Balutlah

rahangnya dengan pembalut segitiga yang dilipat

miring (dibelah) sudut sudutnya atau pembalut

biasa.

3) Untuk mengurangi rasa sakit dapat diberikan obat

rasa sakit. Kemudian bawa korban ke rumah sakit.

4) Sementara itu tidak boleh menggerakkan rahangnya

kecuali untuk minum dengan menggunakan sedotan.

c. Patah Tulang Leher

Tulang leher merupakan rangkaian bagian dari

rangkaian tulang belakang. Apabila terjadi patah, keadaan

ini digolongkan sebagai luka berat. Bila sumsum tulang

belakang yang dilindungnya ikut rusak, akibatnya bisa fatal

karena saraf sarap dari otot pernapasan keluar dari daerah

leher. Tanda-tandanya adalah leher tengadah secara

berlebihan, tangan dan lengan jadi baal/ kehilangan rasa

(tidak bereaksi ketika dirangsang). Bila korban masih sadar,

ia tidak dapat menggerakkan tangannya karena terjadi

kelumpuhan akibat syaraf terjepit.

Tindakan pertolongan pada patah tulang leher adalah :

1) Apabila ada kemungkinan patah tulang leher atau


35

punggung, tindakan untuk memindahkan korban

harus dilakukan dengan sangat hati-hati. Usahakan

untuk tidak mengubah posisinya.

2) Jika keadaan memaksa dan korban harus

dipindahkan maka lakukan tanpa menekuk leher

atau punggung.

3) Jika terjadi pendarahan di daerah leher harus segera

diatasi karena pembuluh-pembuluh darah didaerah

ini cukup besar dan alirannya kuat, sehingga jika

tidak cepat ditolong korban akan cepat kehilangan

darah dan terjadi shock.

4) Cara menolongnya, tekanlah pembuluh darah

tersebut pada pangkalnya. Periksa juga mungkin ada

perdarahan di dalam tenggorokan. Jalan napas harus

segera dibersihkan agar tidak menghalangi

pernapasan.

5) Bila perlu berikan pernapasan buatan tanpa

mengubah kedudukan leher seperti pada kecelakaan

lain. Caranya cukup dengan membuka mulut

penderita setelah di bawah lehernya diberi bantal,

dan kemudian memberikan pernapasan buatan dari

mulut ke mulut.

6) Setelah pendarahan diatas dan luka dibersihkan,

leher diberi bantal untuk membatasi gerakannya.


36

Kemudian angkatlah ke atas usungan yang beralas

kayu. Di bawah dan sekeliling leher diberi bantal.

Segera bawa korban ke rumah sakit.

d. Patah Tulang Selangka

Tulang selangka adalah tulang yang menghubungkan

pangkal tulang dada dengan tulang bahu. Tulang ini terletak

dangkal di bawah kulit. Sehingga mudah diraba. Pada orang

yang kurus bahkan tulang ini nampak membayang di bawah

kulit. Apabila tulang selangka patah, bahu di sisi itu akan

condong keluar. Selain itu daerah yang patah akan terasa

nyeri. Dekat di bawah tulang selangka, terdapat pembuluh-

pembuluh darah yang cukup besar sehingga apabila tulang

itu patah harus diperkirakan adanya bahaya pembuluh-

pembuluh tersebut terlukai oleh tulang yang patah.

Tindakan pertolongan pada patah tulang selangka

adalah:

1) Tindakan pertolongan yang pertama adalah kenakan

balutan “ransel” kepada korban.

2) Caranya adalah dari pundak kiri pembalut

disilangkan melalui punggung ke ketiak kanan.

Selanjutnya dari bawah ketiak kanan ke depan dan

ke atas pundak kanan. Dan pundak kanan

disilangkan lagi ke ketiak kiri lalu ke pundak kanan.

3) Demikian seterusnya, dan akhirnya dengan sebuah


37

peniti atau penjepit ujung pembalut dikaitkan ke

pembalut di bawahnya setelah itu lengan di gantung

ke leher.

4) Sebaiknya di bawah ketiak diberi alas kain agar

pembalut tidak melukai kulitnya kemudian bawa

penderita ke rumah sakit.

e. Patah Tulang Lengan Atas

Patah lengan atas hanya ada satu buah dan berbentuk

tulang panjang (tulang pipa). Tanda-tanda patah pada

tulang pipa ialah nyeri tekan pada tempat yang patah dan

terdapat nyeri tekan sumbu (rasa nyeri akan timbul bila

tulang di tekan di kedua ujungnya).

Patah tulang lengan atas dan bawah memerlukan

waktu untuk sembuh sekitar 2 bulan, yaitu satu bulan

digunakan untuk gips dan satu bulan berikutnya proses

penyempurnaan penyambungan tulang. Oleh karena itu,

penderita dilarang mengangkat beban yang berat.

Tindakan pertolongan pada patah tulang lengan atas

adalah :

1) Pasanglah bidai di sepanjang lengan atas dan

berikan balutan untuk mengikatnya. Kemudian

dengan siku terlipat dan lengan bawah merapat ke

dada, lengan digantungkan ke leher.

2) Apabila patah tulang terjadi didekat sendi siku,


38

biasanya siku tidak bisa dilipat.

3) Dalam hal ini, pasanglah bidai yang juga meliputi

lengan bawah. Lalu biarkan lengan dalam keadaan

lurus tanpa perlu digantungkan di leher.

f. Patah Tulang Lengan Bawah

Lengan bawah memiliki dua batang tulang panjang,

satu yang searah dengan ibu jari dan sebatang lainnya di sisi

yang searah dengan kelingking. Apabila salah satu ada

yang patah yang lain akan bertindak sebagai bidai sehingga

tulang uang patah itu tidak pindah dari tempatnya.

Meskipun demikian, tanda-tanda patah tulang tetap ada.

Apabila cedera terjadi didekat pergelangan tangan maka

bidainya kedua- duanya akan patah.

Tindakan pertolongan pada patah tulang lengan bawah

adalah :

1) Pasangkan sepasang bidai di sepanjang lengan

bawah.

Bidai ini dapat dibuat dari dua bilah papan atau dapat

pula bahan lain misanya tumpukan kertas atau

kertas koran. Apabila menggunakan 2 papan maka

sebilah dipasang di sisi luar lengan dan sebilahnya

lagi di sisi dalamnya. Ikat bidai-bidai itu dengan

pembalut, lalu gantungkan lengan yang patah itu ke

leher. Selanjutnya bawa penderita ke rumah sakit.


39

g. Patah Tulang Pergelangan/ Telapak Tangan

Sendi pergelangan tangan tersusun oleh beberapa

tulang yang kecil-kecil. Jika ada satu saja yang patah maka

pergelangan tangan akan sakit bila digerakkan. Kadang-

kadang patah tulang pergelangan tangan juga diikuti oleh

patah ujung kedua tulang lengan bawah.

Lamanya penyembuhan patah tulang ditentukan oleh

keadaan tulang yang patah dan usia korban. Semakin parah

patah tulangnya dan semakin lanjut usia penderita akan

membutuhkan waktu yang cukup lama untuk menyambung

dan sembuh kembali. Pada anak-anak proses penyembuhan

tulang biasanya lebih cepat sedangkan orang tua lebih lama

bahkan terkadang tidak menyambung utuh kembali.

Tindakan pertolongan pada patah tulang

pergelangan/telapak tangan adalah :

1) Karena patah tulang pergelangan tangan dapat

menyebabkan kaku sendi maka korban harus segera

dibawa ke rumah sakit. Pertolongan pertama tidak

berbeda dengan patah tulang lengan bawa, hanya saja

bidai-bidai diperpanjang hingga telapak tangan.

2) Tulang telapak tangan dapat patah apabila terkena

pukulan langsung yang keras, misalnya pada petinju.

3) Sebelum korban dibawa ke rumah sakit, lanjutkan


40

pertolongan dengan menarik tangan korban kuat-kuat

dan pertahankan tarikan selama 5-10 menit agar patahan

tulang saling menjauh.

4) Lalu minta orang lain mempertahankan tarikan ini dan

penolong lain meluruskan tangan yang patah lalu

perlahan-lahan tarikan dikendurkan sehingga ujung

kedua tulang saling bertemu.

5) Setelah itu, telapak tangan dibidai dalam kedudukan jari-

jari melengkung.

6) Antara bidai dan telapak tangan diberi bantalan lembut

padat. Bidai dipasang lurus dan meliputi ujung tengah

bawah.

h. Patah Tulang Jari Tangan

Tindakkan pertolongan yang dapat dilakukan pada

patah tulang jari tangan adalah :

1) Patah tulang jari tangan dapat dibidai dengan benda-

benda yang mudah di dapat di sekitar kita, seperti

bambu, sendok kayu es krim, atau kawat tusuk

konde.

2) Apabila memungkinkan (tidak terasa sakit bila

membengkokkan jari). Sebaiknya jari dibidai dalam

kedudukan setengah melengkung.

i. Patah Tulang Rusuk

Tanda-tanda patah tulang iga ialah dada terasa sakit


41

saat bernapas, batuk, atau bersin. Nyeri terutama akan terasa

bila bagian tulang yang patah ditekan. Nyeri sumbu juga

terdapat pada patah tulang iga. Nyeri sumbu yaitu iga yang

patah akan terasa sakit apabila di tekan dari arah tulang

punggung dan tulang dada iga yang patah dapat berbahaya

bagi paru-paru karena paru-paru dapat tertusuk bagian tulang

yang patah. Untuk memastikannya, sebaiknya korban

dibawa ke dokter setelah ditolong.

Tindakan pertolongan yang dapat dilakukan pada

patah tulang rusuk adalah:

1) Iga yang patah di fiksasi (yaitu ditopang agar tidak

bergerak) dengan mempergunakan plester biasa,

jangan memakai bidai atau pengikat dada kaku.

2) Cara pembidaian langsung dengan plester ini

disebut strapping.

3) Kadang-kadang sulit memastikan iga-iga mana saja

yang patah karena maka strapping dilakukan pada

seluruh iga.

4) Untuk mengurangi nyeri dapat diberikan obat

pereda nyeri.

Tindakan pertama saat menolong, dada

korban dibersihkan dengan air atau alkohol. Setelah

itu dikeringkan, baru plester dipasang. Caranya

dengan minta korban menarik napas dalam dan


42

kemudian perlahan dikeluarkan lagi sampai habis.

Pada saat napasnya berhenti sesudah dikeluarkan,

disitulah plester dipasang. Plester dipasang sejajar

iga mulai dari ruas tulang belakang hingga ketulang

dada. Strapping dimulai dari iga terbawah terus ke

atas. Plester yang terakhir dipasang menindih yang

pertama dan seterusnya. Apabila patah tulang iga

disertai batuk darah, menandakan kemungkinan

organ paru tertusuk tulang yang patah. Korban

segera dibawa ke rumah sakit.

j. Patah Tulang Belakang

Pada patah tulang belakang dapat merusak sumsum

tulang belakang yang terlindung oleh “cincin” tulang.

Sumsum tulang belakang tersambung langsung dengan

bagian dari susunan saraf pusat yang berisi serabut-serabut

saraf yang membawa pesan dan perintah dari dan ke otak.

Apabila sumsum tulang-tulang belakang rusak, hubungan

antara alat-alat tubuh dan orak terputus, yang bisa

menyebabkan kelumpuhan. Ruas tulang belakang dapat

patah karena pukulan langsung pada tulang belakang

tersebut. Patah tulang belakang yang tidak disertai kerusakan

sumsum tulang belakang mempunyai tanda-tanda nyeri yang

menjalar sampai ke paha atau betis. Atau nyeri hanya di

tempat patah saja, melalui penekanan maupun dengan


43

menggerakkan pinggang. Rasa nyeri menjalar sampai paha

dan betis.

Tindakan pertolongan yang dapat dilakukan pada

patah tulang belakang adalah :

1) Biarkan korban dalam keadaan terbaring dan jangan

merubah posisinya. Duduk juga dilarang.

2) Siapkan usungan yang beralas keras, misalnya

dengan mempergunakan papan. Lalu dengan hati-

hati angkat korban ke usungan tersebut.

3) Beri bantalan di bawah pinggangnya untuk

mengurangi rasa sakit dan agar tidak bergerak

ketika di usung.

k. Patah Tulang Pinggul

Tanda-tanda Patah tulang pinggul adalah korban

merasa nyeri di daerah atas kemaluan ketika ia duduk atau

berdiri. Terkadang sulit menggerakkan kakinya. Apabila

kandung kencing ikut rusak maka biasanya darah akan

mengalir bersama air kencing.

Tindakan pertolongan pada patah tuang pinggul

adalah:

1) Saat periksaan korban, jangan menekan daerah

pinggul yang terluka karena akan merusak jaringan

orang yang ada di dalam rongga pinggul.

2) Korban harus dibawa dengan usungan, dimana


44

kedua kaki dan lututnya diikat menjadi satu.

3) Di bawah lutut diberikan bantalan yang lunak.

Bantalan juga dipasang di bawah pinggul, samping

kiri, dan kanan. Saat memasang bantalan tersebut,

jangan sampai memiringkan tubuh korban ke

samping.

l. Patah Tulang Paha

Seperti juga tulang lengan atas, paha juga hanya

memiliki satu tulang pipa. Gejala dan tanda patah tulang

paha sama seperti patah tulang lengan atas

Tindakan pertolongan yang dapat dilajukan pada

patah tulang paha adalah:

1) Bidai dipasang memanjang dari pinggul hingga ke kaki.

Harus dipastikan bidai telah terpasang sebelum korban

dipindahkan atau diusung ke tempat lain.

m. Tempurung Lutut Pecah

Gejala dan tandanya adalah korban tidak mampu

meluruskan kakinya dan nyeri pada lutut sangat hebat

terkadang teraba tempat kosong atau cekungan di tempat

tempurung lutut. Jika ada perdarahan di dalam lutut, akan

timbul pembengkakan yang terjadi dengan cepat.

Tindakan pertolongan pertama pada tempurung lutut

yang pecah adalah:

1) Berikan balutan menekan di atas lutut untuk


45

menghambat/ mengurangi pembengkakan. Kompres

es/air dingin untuk mengurangi nyerinya.

2) Kemudian dengan posisi lutut sedikit terlipat,

pasang bidai di bawahnya. Di bawah lutut dan

pergelangan kaki diberi bantalan yang lunak.

3) Sementara menunggu untuk diusung, lutut yang

cedera diletakan lebih tinggi dari pada tubuh

lainnya.

n. Patah Tulang Tungkai

Tungkai bawah memiliki dua buah tulang panjang,

yaitu tulang kering dan tulang betis. Karena letaknya tidak

begitu terlindung, membuat tulang kering lebih mudah patah

jika terbentur benda keras. Jika salah satu patah maka tulang

yang satunya berfungsi sebagai bidai sehingga sepintas

terlihat utuh/ tidak ada yang patah.

Jika terjadi kecelakaan atau terkilir di pergelangan

kaki, perlu dipikirkan juga karena biasanya disertai patah

tulang. Gejala dan tandanya adalah nyeri bila ditekan di

tempat yang patah, nyeri sumbu, dan nyeri saat kaki

digerakkan. Nyeri tekan di sini dapat pula diperiksa dengan

menekan betis dari arah depan dan belakang secara

bersamaan.

Tindakan pertolongan yang dapat dilakukan pada

patah tulang tungkai adalah:


46

1) Tungkai dibidai dengan dua buah bidai yang

dipasang mulai dari mata kaki sampai beberapa jari

diatas lutut. Papan bidai dibungkus dengan kain atau

selimut pada bagian yang menempel betis. Di

bawah lutut dan mata kaki diberi bantalan.

2) Tungkai yang patah harus di gips atau dibidai

sekitar 2 bulan lama. Kaki diletakan lebih tinggi dari

pada bagian tubuh lainnya. Hal tersebut berguna

menghambat pembengkakan dan mengurangi rasa

sakit.

3) Apabila tulang yang patah terdapat di atas

pergelangan kaki, pembidaian berlapis bantal

dipasangkan dari lutut hingga menutupi telapak

kaki.

o. Patah Tulang Telapak Kaki

Pergelangan kaki dan telapak kaki memiliki sejumlah

tulang-tulang kecil yang pendek. Patah tulang dapat terjadi

terutama jika tertimpa benda yang sangat berat atau menahan

sepeda motor yang jatuh dengan satu kakinya. Gejala dan

tandanya antara lain timbul pembengkakan dan nyeri sumbu.

Tindakan pertolongan pada patah tulang telapak kaki

adalah:

1) Berikan balutan yang menekan dan pasang bidai di

bawah telapak kaki serta letakan bantalan kain di


47

belakang tumitnya.

7. Teknik Melepas Helm Untuk Dugaan Patah Tulang Leher

Helm dengan bagian muka terbuka mungkin tidak ada

masalah untu membukanya, tetapi jenis helm yang tertutup

seluruhnya, seperti yang sering dipakai pengendara sepeda motor

perlu cara khusus untuk membukanya.

a. Indikasi helm dibuka

1) Mengganggu pemeriksaan dan pertolongan pada

jalan nafas dan pernafasan.

2) Helm tidak dipasang dengan rapat atau benar

sehingga kepala dapat bergerak dengan leluasa.

3) Helm mengganggu imobilisasi

4) Cardiac arrest

b. Indikasi helm dibiarkan

1) Helm sangat erat melekat, kepala hampir tidak dapat

bergerak di dalam helm

2) Tidak ada gangguan jalan nafas dan pernafasan

3) Melepas malah membuat cedera

4) Stabilisasi spinal dapat dilakukan dengan adanya

helm

5) Tidak mengganggu penilaian ABC

c. Cara membuka helm sebagai berikut :

1) Satu penolong di atas korban kedua tangan

memegang tepi bawah helm dan ujung jari


48

memfiksasi rahang bawah korban.

2) Penolong kedua membuka pengikat helm dari

bawah.

3) Penolong kedua setelah membuka pengikat helm,

tangan kiri memegang mandibula korban sedangkan

tangan kanan memegang leher belakang dan

menstabilkan daerah oksipitalis.

4) Penolong kedua tetap mempertahankan kepala dan

leher korban dan setelah helm keluar di ambil alih

oleh penolong pertama (Kemenkes RI, 2009)

8. Evakuasi Korban Trauma

Pada korban traum ada beberapa hal yang perlu diperhatikan

diantaranya:

a. Keadaan umum

Perdarahan luar dapat diketahui dengan jelas, pada

ekstremitas, genangan darah pada lantai, balutan yang penuh

derah serta perdarahan yang terjadi selama perjalanan ke

Rumah Sakit.

1) Luka terbuka yang mungkin sudah tidak berdarah,

tetapi mungkin terdapat saraf ataupun fraktur

terbuka.

2) Deformitas atau perubahan bentuk pada ekstremitas

menunjukan adanya fraktur atau trauma sendi. Jenis


49

trauma seperti ini harus dilakukan pemasangan bidai

dahulu sebelum penderita dievakuasi.

3) Warna ekstremitas perlu diperiksa adanya memar

menunjukan adanya trauma otot atau jaringan lunak

diatas tulang atau sendi. Perubahan ini bisa disertai

bengkak atau hematoma. Gangguan vaskular mula-

mula akan ditandai dengan pucat pada ekstremitas

distal.

4) Paralisis pada ekstremitas dari korban yang sadar

kemungkinan besar ada cedera pada servical. Juga

rasa nyeri pada vertebrata kemungkinan ada cedera

tulang belakang.

5) Penderita dengan nafas cepat dan sesak, pehatikan

dada kanan atau kiri yang teringgal, kemungkinan

Tension Pneumotoraks, bila gerakan nafas dari

abdominal, kemungkinan ada cedera spinal.

6) Perhatikan suara nafas tambahan, lakukan

pembebasan jalan napas.

b. Periksa dada

1) Diperiksa gerakan dada, ada krepitasi pada bagian

dada yang tertinggal, gerakan paradoksal.

2) Palpasi pelvis anterior posterior, kompresi distraksi

lakukan sekali saja karena dapat menimbullan

perdarahan baru.
50

3) Pulsasi ekstremitas, perbedaan kwalitas kiri dan

kanan, pengisian kapiler.

4) Kompartemen otot seluruh ekstremitas, ditekan

dengan lembut apakah ada nyeri keras dan tegang.

5) Stabilitas sendi, krepitasi pada daerah yang

deformitas.

6) Pemeriksaan neurogist untuk mengetahui cedera

yang mengenai saraf atau spinal.

7) Jangan lupa memeriksa punggung.

c. Perhatikan prinsip imobilisasi

1) Periksa ABCDE dan berikan terapi untuk keaadaan

jiwa yang mengancam jiwa terlebih dahulu.

2) Buka seluruh pakaian, termasuk ekstremitas,

lepaskan jam, cincin, kalung yang dapat menjepit,

hati-hati hipotermi.

3) Periksa neurovaskular sebelum memasang bidai.

Periksa pulsasi, perdarahan eksternal yang harus

dihentikan, sensorik dan motorik ekstremitas.

4) Tutup luka dengan tekanan dan balut steril.

5) Pilih jenis dan ukuran yang sesuai dengan

ekstremitas yang mengalami trauma. Bidai harus

mencakup sendi diatas dan dibawah ekstremitas

yang trauma

6) Potong bantalan diatas tonjolan tulang.


51

7) Bidai dipasang pada ekstremitas yang cedera yang

pulsasi distalnya ada, jika pulsasi distal tidak teraba,

coba luruskan dengan melakukan traksi secara hati-

hati, pertahankan posisi ini sampai bidai dipasang.

8) Bidai dipasang pada ekstremitas yang sudah lurus,

jika belum lurus, diluruskan terlebih dahulu. Jika

mengalami kesulitan, jangan dipaksa, pasang bidai

pada pada posisi yang ada.

9. Tenik Memindahkan Korban

Beberapa aturan dalam penanganan dan pemindahan korban

a. Pemindahan korban dilakukan apabila diperlukan betul dan

tidak membahayakan penolong.

b. Terangkan secara jelas pada korban apa yang akan

dilakukan agar korban dapat kooperatif.

c. Libatkan penolong lain. Yakinlah penolong lain mengerti

apa yang akan dikerjakan.

d. Pertolongan memindahkan korban dibawah satu komando

agar dapat dikerjakan secara bersamaan

e. Pakailah cara mengangkat korban dengan teknik yang

benar agar tidak membuat cedera punggung penolong dan

korban.

Beberapa cara memindahkan korban dengan jumlah penolong :

a. Penolong Satu Orang

1) Mengangkat yang aman


52

Sering perlu digunakannya otot-otot yang

kuat antara lain: otot-otot paha, otot-otot pinggul

dan otot bahu. Ikuti cara-cara berikut ini :

a) Pikirkan dengan baik sebelum

mengangkat/ konsentrasi.

b) Berdiri sedekat mungkin dengan korban

atau alat-alat yang digunakan untuk

angkat.

c) Pusatkan kekuatan pada lutut

d) Atar punggung tegak namun tidak kaku

e) Gunakan kaki untuk menopang tenaga

yang diperlukan

f) Selanjutnya bergeraklah secara halus,

tahanlah korban atau alat angkut dekat ke

arah penolong.

2) Cara Human crutch

Human crutch : dipapah dengan dirangkul

dari samping, bila dimungkinkan beri alat

bantu jalan sebagai penopang atau penguat

(alat bantu ekstra).

a) Berdiri di samping korban di sisi yang

cedera atau yang lemah, rangkulah satu

lengan korban pada leher penolong dan

gaitlah tangan korban atau


53

pergelangannya.

b) Rangkulkan tangan penolong yang lain

dari arah belakang menggait pinggang

korban. Tahan kaki penolong yang

berdekatan dengan korban untuk

mendampingi korban, sedang kaki

penolong yang jauh dari korban maju

setapak demi setapak.

c) Bergeraklah secara perlahan-lahan

d) Selanjutnya tarik perlahan-lahan

gulungan yang ada di arah kepala agar

terbuka mengalasi korban bagian atas

sedang gulungan yang ada di arah kaki

tarik kebawah agar terbuka mengalasi

tubuh korban bagian bawah.

e) Selanjutnya sisipkan kedua tongkat

masing- masing dikiri dan di kanan tepi

kanfas yang sudah dilipat dan dijahit.

f) Angkat dan angkut korban secara

berhati-hati.

3) Cara Drug (drag =diseret)

a) Jongkoklah dibelakang korban bantu

korban sedikit/ setengah duduk. Atur


54

kedua lengan korban menyilang

dadanya.

b) Susupkan kedua lengan penolong

dibawah ketiak kiri dan kanan korban

dan gapai serta pegang kedua

pergelangan tangan korban.

c) Secara hati-hati tarik/seret tubuh korban

kebelakang sembari penolong berjalan

jongkok ke belakang.

d) Bila kebetulan korban memakai jaket

buka semua kancingnya, balik bagian

belakang jaketnya, tarik dan seret hati-

hati bagian belakang.

Perhatian : cara-cara ini tidak digunakan

pada korban dengan cedera pundak, kepala,

dan leher

b. Penolong Satu Orang dengan Membopong

1) Cara cradle

a) Jongkoklah dibelakang korban letakan

satu lengan penolong dengan

merangkul dibawah punggung korban

sedikit diatas pinggang

b) Letakan lengan yang lain di bawah

paha korban tepat berlipatan lutut.


55

c) Berdirilah pelan-pelan dan bersamaan

mengangkat korban.

2) Cara pick up back

(digendong, “ngamplok di punggung”)

a) Jongkoklah didepan korban dengan

punggung menghadap korban. Anjurkan

korban meletakan kedua lengannya

merangkul diatas pundak penolong. Bila

dimungkinkan kedua tangannya saling

berpegangan di depan pada penolong.

b) Gapai dan peganglah paha korban,

pelan-pelan angkat ke atas menempel

pada punggung penolong.

c. Tenaga Penolong Dua Orang

Dengan kedua lengan penolong/ tanpa kursi

1) Cara the two handed seat

(the two handed seat = ditandu dengan kedua

lengan penolong) Korban didudukan

a) Kedua penolong jongkok dan saking

berhadapan di samping kiri dan kanan

korban lengan kanan penolong dan

lengan kiri penolong kanan saling

menyilang dibelakang punggung korban.

Menggapai dan menarik ikat pinggang


56

korban.

b) Kedua lengan penolong yang menerobos

dibawah pelipatan lutut korban, saling

bergandengan dan mengait dengan cara

saling memegang pergelangan tangan.

c) Makin mendekatlah para penolong

d) Tahan dan atur punggung penolong

tegap

e) Angkat korban pelan-pelan bergerah

keatas.

2) Cara the fore and aft carry

Jongkoklah dibelakang korban

a) Dudukan korban. Kedua lengan

menyilang didepan dada. Rangkul dari

belakang dengan menyusupkan kedua

lengan penolong dibawah ketiak korban

setinggi dada korban.

b) Pegang pergelangan tangan kiri korban

oleh tangan kanan penolong. Dan

pergelangan tangan kanan korban oleh

tangan kiri penolong.

c) Penolong yang lain jongkok disamping

korban setinggi lutut korban dan


57

mencoba mengangkat kedua paha

korban.

d) Bekerjalah secara koordinatif

e) Pertahankanlah punggung tegap

f) Angkat pelan-pelan.

d. Tenaga Penolong 4 Orang

1) Dengan memakai tandu/stretcher

Peraturan umum membawa korban dengan

usungan kepala korban diarah belakang kecuali

pada hal-hal tertentu:

a) Korban dengan kerusakan tungkai berat,

hipotermia, menuruni tangga atau bukit.

b) Pada korban stroke, trauma kepala, letak

kepala harus lebih tinggi dari kaki.

c) Setiap pengangkat siap pada keempat

sudut. Apabila hanya ada tiga

pengangkat, maka 2 pengangkat

dibagian kepala sedang yang satu di

bagian kaki.Masing-masing pengangkat

jongkok dan menggapai masing-masing

pegangan yang kokoh.\

d) Di bawah komando salah satu

pengangkat di bagian kepala, keempat

pengangkat bersamaan berdiri sambil


58

mengangkat stretcher.

e) Dengan komando berikutnya pengangkat

bergerak maju perlahan-lahan. Dengan

posisi tubuh dekat dengan usungan.

f) Selanjutnya untuk menurunkan strecher

dengan satu komando keempat

pengangkat berhenti dan selanjutnya

bersamaan merunduk sambil

menurunkan stretcher

2.4 Hubungan sikap dengan perilaku pertolongan pertama

Sikap merupakan reaksi seseorang terhadap suatu stimulus yang sudah

melibatkan pikiran, perasaan, perhatian, faktor pendapat, dan emosi. Sikap

merupakan kesiapan atau kesediaan untuk bertindak, tetapi belum dilakukan,

jadi masih merupakan predisposisi perilaku (Torano & Parante, 2019). Sikap

sangat erat kaitannya dengan pembentukan perilaku. Sikap positif akan

membentuk perilaku yang positif, sedangkan bila sikap negatif akan

membentuk prilaku yang negatif.

Perilaku pertolongan pertama pada kecelakaan adalah tindakan yang

dilakukan oleh seseorang untuk menyelamatkan korban kecelakaan dengan

prinsip pemberian pertolongan diantaranya menilai situasi, mengamankan

tempat kejadian dan memberikan pertolongan pada korban dengan didasari

pengetahuan pertolongan pertama pada kecelakaan yang baik serta sikap

mereka dalam melakukan tindakan pertolongan pertama pada kecelakaan


59

dengan sikap postif (Herlinawati & Azhari, 2018).

Penelitian yang dilakukan oleh Siti Kasriyatun tahun 2017 tentang Analisa

Faktor yang Mempengaruhi Perilaku Pertolongan Pertama Akibat Benda

Tajam Di Wilayah Kerja Puskesmas Kesongo Kecamatan Kedungadem

Kabupaten Bojonegoro memiliki hasil dari 30 responden sebagian besar

pasien memiliki sikap negatif terhadap pertolongan pertama akibat terkena

benda tajam yaitu sebanyak 22 orang (73,33%) dan kurang dari sebagian

memiliki sikap positif yaitu sebanyak 8 orang (26,67%). Dari data perilaku

sebagian besar mempunyai perilaku yang tidak baik terhadap pertolongan

pertama akibat terkena benda tajam yaitu sebanyak 23 orang (76,67%), dan

kurang dari sebagian mempunyai perilaku yang baik yaitu sebanyak 7 orang

(23,33%).

Hubungan antara sikap dengan perilaku pertolongan pertama terkena

benda tajam. Mayoritas pasien yang mempunyai sikap negative berperilaku

tidak baik terhadap pertolongan pertama akibat terkena benda tajam yaitu 20

pasien (90,9%), dan lebih dari sebagian pasien yang mempunyai sikap baik,

berperilaku baik terhadap pertolongan pertama akibat terkena benda tajam

yaitu sebanyak 5 Pasien (62,5%). Dari kedua variabel tersebut setelah diuji

statistik dengan menggunakan uji spearman’s rho dengan nilai = 0,05,

didapatkan nilai signifikasi P = 0,001 <  (0,05), dengan nilai Correlation

Coeffisient = 0,558, yang berarti ada hubungan antara sikap dengan perilaku

pertolongan pertama akibat terkena benda tajam di Wilayah Kerja Puskesmas

Kesongo Kecamatan Kedungadem Kabupaten Bojonegoro tahun 2017,

dengan tingkat keeratan hubungan yang sedan.


60

2.1 Tabel Sintesis

No. Penulis dan Desain Analisi Variabel dan Hasil Kesimpulan


Judul Penelitian Data Alat Ukur
dan
Sampel
1. Fazryani Penelitian Analisis variabel Hasil Berdasarkan
Maita ini data independen : menunjukkan 47 hasil
Torano1, mengguna menggun pengetahuan responden, penelitian di
Masni kan akan: dan sikap terdapat 4 orang dapatkan
Parante metode deskriptif masyarakat (9%) yang bahwa
(2019) penelitian tentang pernah gambaran
Judul : survey pertolongan mendapat tingkat
Gambaran deskriptif pertama informasi pengetahuan
Pengetahuan dengan pada tentang cara masyarakat
dan Sikap Teknik kecelakaan pertolongan tentang.
Masyarrakat pengambil lalu lintas pertama pada pertolongan
Pada an sampel Alat ukur : kecelakaan dan pertama pada
Pertolongan mengguna Lembar sebanyak 57% kecelakaan
Pertama kan Kuesioner memiliki sikap lalu lintas di
Pada Accidental baik dan 43% kota jayapura
Kecelakaan Sampling. memiliki sikap masih banyak
Lalu Lintas Jumlah cukup. yang kurang
di Kota sample : namun
Jayapura 47 masyarakat
responden menunjukkan
sikap yang
baik dalam
pertolongan
pertama pada
kecelakaan
lalu lintas di
kota Jayapura.
2. Herlisa Desain Analisis Variabel Hasil penelitian Ada
Dayman,Sri penelitian data independen didapatkan hubungan
Winarni, mengguna menggun adalah 24responden positif rendah
Etik Lusiani kan studi akan tingkat (67%) memiliki antara tingkat
(2019) korelasi analisa pengetahuan tingkat pengetahuan
Judul : dengan statistik ibu dan pengetahuan dengan sikap
Pengetahuan pendekatan korelasi variabel yang cukupdan ibu tentang
Dan Sikap cross Spearma dependen 19 responden pertolongan
Ibu Tentang sectional. n Rho adalah sikap (52,78%) pertama
pertolongan dengan ibu. memiliki sikap kejang
Pertama teknik Alat ukur : yang negatif. demam pada
Kejang simple Lembar Hasil uji Rank anak
Demam random kuesioner Spearman di rumah.
Pada Anak sampling. menggunakan
Besar program SPSS
sampel : 21, p = 0,045 (
36 = 0,05) dimana
Responden p < berarti H1
diterima dengan
Correlation
Coefficient
0,336
61

3. Nuning Penelitian Analisis Variabel Hasil penelitian Kesimpulan


Sisca ini data independen : menunjukkan bahwa ada
Idriyawati, mengguna menggun Pengetahuan bahwa hubungan
Swito kan desain akan mahasiswa responden antara
Prastiwi, Ani korelasion analisa Variabel dengan tingkat pengetahuan
Sutriningsih al dengan statistik dependen : yang dan sikap
(2016). pendekatan korelasi sikap pengetahuan responden
Judul : cross Spearma mahasiswa cukup memiliki dalam
Hubungan sectional. n Rho Alat Ukur : presentase memberikan
Pengetahuan pengambil Lembar tertinggi darurat
dengan an sampel Kuesioner 72,41%. Untuk pertama
Sikap dalam responden pertolongan
Mahasiswa penelitian dengan kategori (PPGD)
PSIKUNITR ini sikap yang baik dalam kasus
I dalam mengguna memiliki kardiovaskula
Memberikan kan Total presentase r dan
Tindakan Sampling tertinggi pernapasan.
Pertolongan Jumlah 60,35%. Uji
Pertama sampel : statistik dalam
Gawat 58 penelitian ini
Darurat responden menggunakan
(PPGD) Spearman Rho
Pada Kasus dengan SPSS 17
Kardiovasku p-value (0,000)
ler dan <α (0,05) dan r
Respirasi = 0,491.
4. Mulyono Penelitian Analisis Variabel Hasil Terdapat
Notosiswoyo mengguna data independen : menunjukkan hubungan
(2014) kan desain dilakuka pengetahuan bahwa yang
Judul : potong n dengan , sikap dan pengetahuan signifikan
Pengetahuan lintang uji Chi- perilaku. berhubungan antara
, Sikap dan (cross square Varibel searah dengan pengetahuan
Perilaku sectional ) dependen : perilaku dengan
Siswa SLTA Besar pencegahan pecegahan perilaku dan
Dalam sampel : kecelakaan kecelakaan lalu antara sikap
Pencegahan 250 sepeda lintas (p=0,018) dengan
Kecelakaan responden motor dan sikap perilaku
Sepeda Alat ukur : berhubungan pencegahan
Motor di wawancara terbalik dengan kecelakaan
Kota Bekasi. menggunaka perilaku sepeda motor.
n lembar pecegahan
kuesioner kecelakaan lalu
dan Fokus lintas (p=0,21).
Group
Diskusi
62

5. Ode Irman Penelitian Analisis Variabel Hasil penelitian Kesimpulan


(2019) mengguna data independen : menunjukkan ada hubungan
Judul : kan jenis dilakuka sikap dalam sebanyak sikap dengan
Sikap penelitian n dengan memberikan sebanyak 35 motivasi
Dengan analitik uji rank pertolongan responden dalam
Motivasi korelasi spearma pertama (100%) yang memberikan
Dalam dengan nt kasus memiliki sikap pertolongan
Memberikan pendekatan kecelakaan positif dan pertama kasus
Pertolongan (cross lalu lintas motivasi tinggi kecelakaan
Pertama sectional ), Variabel dan terdapat 33 lalu lintas di
Kasus dengan dependen : responden SMKN 1
Kecelakaan mengguna motivasi (82,5%) yang Maumere.
Lalu Lintas kan teknik dalam memiliki sikap
Pada Siswa sampling memberikan negatif dan
Siswi SMK simple pertolongan motivasi tinggi.
Negri random pertama Hasil uji
Maumere sampling. kasus statistik
Besar kecelakaan diperoleh
sampel : lalu lintas p(0,034) <
75 Alat ukur : (0,05) maka Ho
responden Kuesioner ditolak dan Ha
diterima
sehingga dapat
disimpulakan
bahwa ada
hubungan sikap
dengan motivasi
dalam
memberikan
pertolongan
pertama kasus
kecelakaan lalu
lintas pada
siswa siswi
SMKN 1
Maumere
dengan
kekuatan
hubungan yaitu
dalam kategori
lemah (0,10-
0,29)
BAB 3

KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESIS PENELITIAN

3.1 Kerangka konseptual


Faktor yang mempengaruhi
perilaku Lingkungan (Kondisi
Faktor Predesposisi Hidup)
1. Pengetahuan
2. Keyakinan
3. Nilai – nilai
4. Sikap
5. Kepercayaan

Faktor Pendukung
1. ketersediaan sumber daya
kesehatan
2. aksesibilitas sumber daya
kesehatan Specific behavior by Perilaku
3. Hukum pemerintahan individuals or by Pertolongan
komunitas terhadap organization Pertama
kesehatan
4. keterampilan yang
berhubungan dengan
kesehatan.
Faktor pendorong
1. Keluarga (Bagan 3.1 Kerangka Konseptual diadopsi dari Teori Lawrence W. Green dalam buku
2. Teman sebaya
3. Guru Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan (Nursalam,2020) )
4. Penyedia kesehatan
5. Pemimpin Komunitas
6. Pembuat keputusan

63
64

Keterangan :
: yang diteliti
: yang tidak diteliti

Gambar 3.1 : Kerangka Konseptual Penelitian Hubungan Sikap Masyarakat dengan


Perilaku Pertolongan Pertama Pada Korban Kecelakaan Lalu Lintas Di
Desa Rogojampi Kecamatan Rogojampi Kabupaten Banyuwangi Tahun
2021.

3.2 Hipotesis Penelitian

Hipotesis adalah suatu jawaban sementara dari rumusan masalah atau

pertanyaan penelitian. Hasil suatu penelitian pada hakikatnya yaitu suatu

jawaban atas pertanyaan penelitian yang telah dirumuskan dalam

perencanaan penelitian. Untuk mengarahkan kepada hasil penelitian ini

maka dalam perencanaan perlu dirumuskan jawaban sementara dari

penelitian ini. Jadi, hipotesis didalam penelitian berarti jawaban sementara

penelitian, patokan, atau dalil sementara yang kebenaranya akan dibuktikan

pada penelitian tersebut. Setelah melalui pembuktian dari hasil penelitian

maka hipotesis ini dapat benar atau salah, dapat diterima atau ditolak (

Notoatmojo, 2010).

Dari uraian diatas maka hipotesis dalam penelitian ini adalah ada

hubungan yang signifikans antara sikap masyarakat dengan perilaku

pertolongan pertama pada korban kecelakaan lalu lintas Di Desa Rogojampi

Kecamatan Rogojampi Kabupaten Banyuwangi Tahun 2021.


BAB 4

METODE PENELITIAN

4.1 Jenis dan Desain Penelitian

Rancangan penelitian adalah sesuatu yang sangat penting dalam

penelitian, yang memungkinkan pemaksimalan kontrol beberapa faktor yang

dapat mempengaruhi akurasi suatu hasil. Rancangan penelitian merupakan

hasil akhir dari suatu tahap keputusan yang dibuat oleh peneliti berhubungan

dengan bagaimana suatu penelitian bisa diterapkan (Nursalam, 2016).

Desain penelitian merupakan sesuatu yang vital dalam penelitian,

yang memungkinkan memaksimalkan suatu kontrol beberapa faktor yang bisa

mempengaruhi validitas suatu hasil (Nursalam, 2016). Jenis penelitian yang

digunakan adalah desain analitik corelasional (hubungan) yang bertujuan

mengungkapkan hubungan korelatif antar variabel dengan survey cross

sectional yaitu peneliti melakukan observasi atau pengukuran variabel

dependen dan independen hanya satu kali pada suatu saat dilakukan pada saat

pemeriksaan atau pengkajian data, jadi tidak ada tindak lanjut sehingga akan

diperoleh efek variabel independen dihubungkan dengan penyebab variabel

dependen (Nursalam, 2016).

65
66

4.2 Kerangka Kerja

Kerangka kerja merupakan tahapan suatu penelitian yang disajikan dalam

alur penelitian (Nursalam, 2016). Adapun kerangka kerja pada penelitian ini

adalah sebagai berikut :

Populasi : Warga Dusun Rogojampi Utara RT 02 RW 02 Desa Rogojampi


Kecamatan Rogjampi Kabupaten Banyuwangi yang berumur 15-64 tahun, N = 44

Sampling : purposive sampling

Sampel : Sebagian Warga Dusun Rogojampi Utara RT 02 RW 02 Desa


Rogojampi Kecamatan Rogojampi Kabupaten Banyuwangi yang berumur 15 – 64
tahun, n = 40

Desain Penelitian :Cross Sectional

Pengumpulan Data : Lembar Kuesioner

Pengolahan Data dan Analisa Data : Editing, Coding, Scoring, tabulasi, dan Uji
Rank Spearman.

Hasil Penelitian

Laporan Penelitian

Kesimpulan

Bagan 4.1 Kerangka Kerja : Hubungan sikap masyarakat dengan perilaku pertolongan
pertama pada korban kecelakaan lalu lintas di Desa
Rogojampi Kecamatan Rogojampi Kabupaten Banyuwangi
Tahun 2021
67

4.3 Populasi,Sampel dan sampling

4.3.1 Populasi

Populasi adalah subyek (misalnya manusia) didalam sebuah

penelitian yang akan diteliti dengan memenuhi kriteria yang sudah

ditetapkan (Nursalam, 2016). Populasi terbagi menjadi dua bagian

yakni populasi target dan populasi terjangkau. Populasi target yaitu

populasi yang telah memenuhi kriteria sampling dan menjadi sasaran

didalam akhir penelitian, sedangkan populasi terjangkau adalah

populasi yang telah memenuhi kriteria penelitian dan dapat dijangkau

oleh peneliti (Nursalam, 2016).

Populasi ini adalah semua orang yang berumur 15 – 64 tahun di

Dsn. Rogojampi Utara RT 02 RW 02 Ds. Rojgojampi Kec. Rogojampi

Kab. Banyuwangi sebanyak 44 orang.

4.3.2 Sampel Penelitian

Sampel adalah bagian dari populasi terjangkau yang dapat

dipergunakan sebagai subjek penelitian melalui sampling (Nursalam,

2013). Sampel penelitian ini adalah sebagian anggota orang yang

berumur 15 – 64 tahun di Dsn. Rogojampi Utara RT 02 RW 02 Ds.

Rojgojampi Kec. Rogojampi Kab. Banyuwangi sebanyak 40 orang.

Dalam penelitian ini, kriteria sampel adalah :

1. Kriteria Inklusi

Kriteria inklusi adalah karakteristik umum subjek

penelitian dari suatu populasi target yang terjangkau yang akan

diteliti ( Nursalam, 2016).


68

1) Masyarakat yang tinggal di Dsn. Rogojampi Utara RT 02

RW 02 Ds. Rogojampi Kec. Rogojampi Kab. Banyuwangi.

2) Masyarakat yang tidak terganggu mobilisasi

3) Masyarakat yang ber usia produktif 15 – 64 tahun

(Tjiptoherijanto,2001).

4) Masyarakat yang bersedia mengikuti penelitian dengan

menandatangani persetujuan ikut serta dalam penelitian.

5) Masyarakat kooperatif.

2. Kriteria Eksklusi

Menghilangkan atau mengeluarkan subjek yang

memenuhi kriteria inklusi dari studi karena berbagai sebab

terdapat keadaan yang mengganggu pengukuran maupun

interprestasi hasil ( Nursalam, 2016).

1) Masyarakat yang tidak hadir saat penelitian

2) Masyarakat yang mengundurkan diri saat diberi instrumen

penelitian.

4.3.3 Besar Sampel

Besar kecilnya sampel sangat dipengaruhi oleh rancangan dan

ketersediaan subjek dari penelitian itu sendiri (Nursalam, 2016).

Peneliti menentukan besar sample yang diteliti adalah sebagian anggota

orang yang berumur 15 – 64 tahun di Dsn. Rogojampi Utara RT 02 RW

02 Ds. Rojgojampi Kec. Rogojampi Kab. Banyuwangi sebanyak 40

orang.
69

Untuk menetukan besar sampel, peneliti mengambil sampel

dengan cara menggunakan rumus sebagai berikut :

𝑁
n = 1+𝑁 (𝑑)2

Keterangan :

n : Jumlah sampel

N : Jumlah populasi

d : Tingkat kesalahan yang di pilih (0,05)

(Nursalam, 2013)

44
n = 1+44 (0,05)2

44
= 1+44(0,0025)

44
= 1,11

= 39, 6 responden, dibulatkan menjadi 40 responden

4.3.4 Teknik Sampling

Teknik sampling merupakan cara – cara yang ditempuh dalam

pengambilan sampel, agar memperoleh sampel yang benar – benar

sesuai dengan keseluruhan subjek penelitian (Nursalam, 2013).

Pengambilan sampel metode purposive sampling merupakan suatu


70

metode dimana sebagian dari anggota populasi menjadi sampel

penelitian sehingga sampel yang diikut sertakan dalam penelitian

tersebut berdasarkan pada pertimbangan peneliti sendiri yang mana

pada awalnya telah diidentifikasi berdasarkan karakteristik populasi

secara keseluruhan (Notoatmodjo, 2010)

4.4 Identifikasi Variabel

Variabel adalah suatu yang digunakan sebagai ciri, sifat, atau ukuran

yang dimiliki/ didapatkan oleh suatu penelitian tentang suatu konsep

pengertian tertentu (Notoatmojo, 2010).

4.4.1 Variabel Independen ( Variabel Bebas )

Varibel independen adalah variabel bebas yang nilainya

menentukan variabel lain kegiatan stimulus yang dimanipulasi, diamati,

dan diukur untuk diketahui hubungan atau pengaruhnya terhadap

variabel lain (Nursalam, 2011). Pada penelitian ini variabel independen

adalah sikap masyarakat.

4.4.2 Variabel Dependen ( Variabel Terikat )

Variabel dependen adalah variabel yang nilainya ditentukan

oleh variabel lain dan muncul sebagai akibat dari variabel – variabel

lain (Nursalam, 2011).

Pada penelitian ini variabel dependennya adalah perilaku

pertolongan pertama pada korban kecelakaan lalu lintas.

4.5 Definisi Oprasional

Definisi berdasarkan karakteristik yang diamati dari sesuatu

yang didefinisikan tersebut (Nursalam, 2013)


71

Tabel 4.1 Definisi Oprasional :

Variabel Definisi Indikator Alat Ukur Skala Skor


Oprasional

Variabel Kecenderungan 1. komponen Kuesioner Ordinal Menggunakan


Independen: baik yang kognitif (Awalnya skala Likert.
Sikap menyenangkan Rasio)
masyarakat maupun tidak 2. komponen Dengan Kriteria :
menyenangkan afektif
terhadap objek, -Sikap positif :
individu atau 3. komponen
konatif Jika T skor ≥ 50
peristiwa
terkait -Sikap negatif
kecelakaan lalu
lintas Jika T skor < 50

(Azwar, 2011)

(Total Skor Sesuai


lampiran 9 sikap)

Variabel Segala aktifitas Penatalaksanaan Kuesioner Ordinal ( Menggunakan


dependen : yang dilakukan Pertolongan awalnya skala Likert
untuk pertama. Rasio)
Perilaku menolong, Dengan Kriteria :
pertolongan menyelamatkan -pastikan
pertama dan mencegah keadaan aman -Perilaku positif :
pada korban kecacatan di untuk penolong
kecelakaan Jika T skor ≥ 50
lokasi kejadian
lalu lintas kecelakaan lalu -jauhkan korban
dari kecelakaan -Perilaku negatif
lintas
berikutnya Jika T skor < 50
-patikan kondisi (Azwar, 2011)
kesadaran
korban (Total Skor sesuai
lampiran 10
-hentikan perilaku)
perdarahan

-perhatikan
tanda – tanda
shock jangan
memindahkan
korban terburu
– buru

-segera bawa
korban ke
rumah sakit.
72

4.6 Waktu Dan Tempat penelitian

Penelitian ini dilakukan pada bulan April 2021. Tempat penelitian di

Desa Rogojampi Kecamatan Rogojampi Kabupaten Banyuwangi

4.7 Pengumpulan Dan Pengolahan Data

Pengumpulan data adalah suatu proses pendekatan kepada subjek dan

pengumpulan karakteristik subjek yang diperlukan dalam suatu penelitian (

Nursalam, 2013).

4.7.1 Instrumen Penelitian

Instrumen adalah alat yang digunakan untuk pengumpulan data

sesui dengan tujuan dari penelitian (Notoatmodjo, 2010). Instrumen

yang digunakan untuk pengumpulan data yaitu dengan menggunakan

lembar kuesioner untuk variabel independen maupun dependen.

Instrumen sikap masyarakat dan perilaku tentang pertolongan

pertama pada kecelakaan lalu lintas ini menggunakan kuesioner

berdasarkan penelitian yang telah dilakukan oleh Aji (2017). Kuesioner

tersebut sudah dilakukan uji validitas dan reabilitas oleh peneliti.

4.7.2 Prosedur Pengumpulan Data

Pengumpulan data adalah suatu proses pendekatan kepada

subjek dan proses pengumpulan karateristik subjek yang diperlukan

dalam suatu penelitian (Nursalam, 2013).

1. Birokrasi Perijinan

Peneliti menyerahkan surat studi pendahuluan kepada

Kepala Desa Rogojampi untuk mendapatkan ijin studi

pendahuluan.
73

2. Cara Pengumpulan Data

1) Peneliti memberikan Inform consent

2) Melakukan penelitian dengan membagikan kuesioner ke

masyarakat Dsn. Rogojampi Utara RT RW Ds. Rogojampi

Kec. Rogojampi Kab. Rogojampi terkait hubungan sikap

masyarakat dengan perilaku pertolongan pertama korban

kecelakaan lalu lintas.

3) Setelah data terkumpul, peneliti melakukan analisa data.

4) Melakukan penyusunan laporan hasil penelitian.

4.7.3 Analisa Data Dan Pengolahan Data

Analisa data yang digunakan yaitu anallisa data bervariabel yang

dilakukan terhadap dua variabel yang diduga berhubungan atau berkorelasi

(Notoatmodjo, 2010).

Sebelum melakukan analisa data, secara berurutan data yang berhasil

dikumpulkan akan mengalami proses editing yaitu dilakukan coding,

scoring, dan tabulating.

1. Seleksi Data (Editing)

Editing merupakan kegiatan untuk mengecek atau

perbaikan isi formulir atau kuesioner tersebuat (Notoatdmodjo, 2012).

Penelitian ini akan dilakukan editing untuk mencermati kelengkapan dan

kejelasan jawaban didalam kuesioner yang diisi responden agar dapat di

edit dengan baik.

2. Pemberian Kode ( Coding )

Coding adalah mengubah data berbentuk kalimat atau huruf


74

menjadi angka atau bilangan. Setelah semua kuesioner diedit atau

disunting, selanjutnya dilakukan pengkodean atau coding (Notoatmodjo,

2012).

1) Skala Sikap

Positif =1

Negatif =2

2) Skala Perilaku

Positif =1

Negatif = 2

3. Scoring

Scoring adalah penentuan jumlah skor. Penelitian ini

menggunakan skala ordinal. Scoring untuk mengukur sikap dan

perilaku dengan menggunakan hasil kuesioner.

1) Scoring umtuk Sikap Masyarakat tentang pertolongan pertama.

Menurut skala likert yaitu,

a) Sikap positif jika T skor ≥ 50

b) Sikap negatif jika T skor < 50

2) Scoring untuk Perilaku Pertolongan Pertama Pada korban

Kecalakaan Lalu lintas

a) Sikap positif jika T skor ≥ 50

b) Sikap negatif jika T skor < 50

4. Tabulating

Tabulating adalah membuat tabel- tabel data, sesuai dengan

tujuan penelitian atau yang diinginkan peneliti (Notoatmodjo, 2012).


75

5. Pengolahan Data

1) Uji Rank Spearmant

Pada penelitian ini data yang sudah terkumpul diuji

menggunakan Software SPSS 25 for windows 7 dengan hasil

kesimpulan sebagai berikut :

a) Bila P < 0,05 Ho ditolak Ha Ditererima, berarti ada

hubungan yang bermakna antara dua variabel yang di ukur

yaitu ada hubungan sikap masyarakat dengan perilaku

pertolongan pertama pada kelakaan lalu lintas di Desa

Rogojampi Kecamatan Rogojampi Kabupaten Banyuwangi

Tahun 2020

b) Bila P > 0,05 maka Ho diterima Ha ditolak berarti tidak ada

hubungan yang bermakna antara dua variabel yang diukur

yaitu tidak ada hubungan sikap masyarakat dengan perilaku

pertolongan pertama pada korban kecelakaan lalu lintas di

Desa Rogojampi Kecamatan Rogojampi Kabupaten

Banyuwangi Tahun 2020.


76

Tabel 4.2 Tabel Uji Rank Spearmant

Variable x Variable y

Spearmen’s rho Variable x Corelation Coefficient

Sig. (2-tailed)

Variable y Corelation Coefficient

Sig. (2-tailed)

*. Correlation is significant at the 0,05 level (2-tailed) for SPSS


**. Corelation is significant at the 0,01 level (2-tailed) for SPSS

Untuk melihat keeratan hubungan antara dua variabel

dengan melihat nilai rs antara -1 sampai +1, artinya :

1) Bila rs = 0 atau mendekati 1, maka hubungan antara kedua

variabel sangat lemah atau tidak terdapat hubungan sama

sekali.

2) Bila rs 1 = atau mendekati 1, maka hubungan antara kedua

varibel dikatakan sangat kuat dan searah, artinya kenaikan

atau penurunan nilai X akan terjadi bersama dengan

kenaikan atau penurunan.

3) Bila rs = -1 atau mendekati -1 maka hubungan antara kedua


variabel dikatakan sangat kuat dan berlawanan arah, artinya
kenaikan nilai X akan terjadi bersama – sama dengan
penurunan nilai Y atau sebaliknya.
77

Tabel 4.3 Tabel Uji Rank Sprearmant Manual

No. Responden Sikap Perilaku Pertolongan Rank 1 Rank 2 b 𝒃𝟐

Masyarakat X Pertama Y

JUMLAH

Rumus :

6 ∑ 𝐵 𝐼2
P=1-
𝑛 (𝑛2 −1)

4.8 Etika Penelitian

Menurut Aziz Alimul (2010), masalah etika dalam penelitian keperawatan

merupakan masalah yang sangat penting mengingat akan berhubungan

langsung dengan manusia, maka segi etik dalam penelitian harus diperhatikan

karena manusia mempunyai hak asasi dalam kegiatan penelitian.

4.8.1. Inform Concent (Lembar Persetujuan Menjadi Responden)

Inform Concent adalah informasi yang harus diberikan pada

subjek secara lengkap tentang tujuan penelitian yang akan

dilaksanakan dan responden memiliki hak untuk berpartisipasi atau

menolak menjadi responden (Nursalam, 2013). Inform Concent

diberikan sebelum penelitian dilaksanakan, subjek diberi tahu

tentang maksud dan tujuan peneliti. Jika responden bersedia, mereka


78

menandatangani lembar persetujuan sehingga peneliti bebas dari

tanggung gugat.

4.8.2. Anonimity (Tanpa Nama)

Umtuk menjadi keharmonisan maka responden tidak perlu

mencantumkan namanya pada lembar pengumpulan data, cukup

menuliskan nomor kode dan inisial saja. Apabila sifat peneliti

memang menuntut untuk mengetahui identitas subjek, ia harus

memperoleh persetujuanterlebih dahulu serta mengambil langkah –

langkah dalam menjaga kerahasiaan dan melindungi jawaban

tersebut (Wasis, 2018)

4.8.3. Confidentially (Kerahasiaan)

Kerahasiaan informasi responden dijamin oleh peneliti

dengan cara tidak menulis nama di daftar kuesioner serta

memusnahkakn lembar kuesioner stelah peneliti mentabulasi data-

data yang digunakan dalam penelitian dan hanya kelompok data

tertentu saja yang akan disajikan atau di laporkan sebagai hasil

penelitian.

4.8.4. Veracity (Kejujuran)

Jujur saat pengumpulan data, pustaka, metode, prosedur

penelitian, hingga publikasi hasil. Jujur pada kekurangan atau

kegagalan proses penelitian. Tidak mengakui pekerjaan yang bukan

pekerjaannya.
79

4.8.5. Non Maleficence (Tidak Merugikan)

Non malaficense adalah suatu prinsip yang mempunyai arti

bahwa setiap tindakan yang dilakukan seseorang tidak

menimbulkan kerugian secara fisik maupun mental (Abrori,

2016).

4.8.6. Respect for Person (Menghormati Harkat dan Martabat

Manusi)

Menghormati atau menghargai orang ada dua hal yang

perlu diperhatikan, yaitu peneliti harus mempertimbangkan secara

mendalam terhadap kemungkinan bahaya dan penyalahgunaan

penelitian dan melalukan perlindungan kepada responden yang

rentan terhadap bahaya penelitian.

4.9 Keterbatasan Penelitian

Keterbatasan dalam penelitian ini adalah

a) Pengumpulan data menggunakan kuesioner cenderung bersifat

subyetif sehingga responden menentukan kebenaran data yang

diberikan.

b) Penelitian dilakukan saat pandemi covid -19 dimana peneliti tidak

dapat mengumpulkan responden dalam jumlah banyak ehingga harus

door to door kerumah reponden.


BAB 5

HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1 Hasil Penelitian

Pada bab ini akan dijelaskan hasil penelitian tentang hubungan sikap

mayarakat dengan perilaku pertolongan pertama pada korban kecelakaan lalu

lintas di Desa Rogojampi Kecamatan Rogojampi Kabupaten Banyuwangi

tahun 2021 terdiri dari gambaran umum lokasi penelitian, karakteristik

responden dan analisa data.

5.1.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian berada di Dsn. Rogojampi Utara RT 02 RW 02

Dsa. Rogojampi Kec. Rogojampi, Kab. Banyuwangi, Jawa Timur

68462. Daerah ini adalah salah satu daerah yang letaknya ada di dekat

jalan poros dan Pasar Rogojampi.

Berdasarkan studi pendahuluan lokasi Di Dsn. Rogojampi RT 02

RW 02 Ds. Rogojampi Kec. Rogojampi , dari Januari 2020– Januari

2020 ada 44 masyarakat yang berusia 15 – 64 thn, yang nantinya akan

menjadi populasi untuk peneliti.

5.1.2 Data Umum

Karakteristik responden penelitian ini antara lain : jenis kelamin,

usia, pendidikan terakhir dan pekerjaan. Untuk lebih jelasnya akan

disajikan sebagai berikut.

80
81

1. Karakteristik Berdasarkan Jenis Kelamin

22 Responden
jenis Kelamin

45%
55% Laki - Laki
Perempuan

18 Responden

Diagram 5.1 Distribusi frekuensi berdasarkan jenis kelamin


anggota masyarakat yang berumur 15 – 65 tahun di
Dsn Rogojampi Utara, RT 02 RW 02 Ds.
Rogojampi Kec. Rogojampi Kab. Banyuwangi
Tahun 2021.

Berdasarkan diagram 5.1 di atas diketahui bahwa hampir

sebagian responden berjenis kelamin perempuan yaitu 24

responden 55%

2. Karakteristik Berdasarkan Usia

4 Responden
USIA
12
6 Responden 10%
30% 15 - 25 tahun
15%
26 - 35 tahun

12% 36 - 45 tahun
33%
46 - 55 tahun
56 - 65 tahun
13 Responden
5 Responden

Diagram 5.2 Distribusi frekuensi berdasarkan usia anggota


masyarakat yang berumur 15 – 65 tahun di Dsn
Rogojampi Utara, RT 02 RW 02 Ds. Rogojampi
Kec. Rogojampi Kab. Banyuwangi Tahun 2021.
82

Berdasarkan diagaram 5.2 di atas sebagian besar responden

berusia 36 – 45 tahun sebanyak 13 responden (33%)

3. Karakteristik Berdasarkan Pendidikan

PENDIDIKAN
1 Responden 5 Responden
3%12%
7 Responden
17% SD
68% SMP
SMA
27 Responden Pendidikan Tinggi

Diagram 5.3 Distribusi frekuensi berdasarkan pendidikan


anggota masyarakat yang berumur 15 – 65 tahun di
Dsn Rogojampi Utara, RT 02 RW 02 Ds. Rogojampi
Kec. Rogojampi Kab. Banyuwangi Tahun 2021.

Berdasarkan diagram 5.3 diatas menjukkan bahwa sebagian

besar berpendidikan terakhir SMA sebanyak 27 responden (68%).

4. Karakteristik Berdasarkan Status Pekerjaan

Pekerjaan
10 Responden 8 Responden
1 Responden
25% 20% 0%
2% Pelajar / Mahasiswa
Petani
53% PNS
Wirausaha
Tidak Bekerja
21 Responden

Diagram 5.4 Distribusi frekuensi berdasarkan bekerja atau tidak


bekerja anggota masyarakat yang berumur 15 – 65
tahun di Dsn Rogojampi Utara, RT 02 RW 02 Ds.
Rogojampi Kec. Rogojampi Kab. Banyuwangi
Tahun 2021.
83

Berdasarkan diagram 5.4 diatas menjukkan bahwa sebagian

besar status pekerjaan sebanyak 21 responden (52,5%) bekerja sebagai

wirausaha.

5.1.3 Data Khusus

Data khusus terdiri dari data variabel sikap masyarakat , variabel

perilaku pertolongan pertama pada korban kecelakaan lalu lintas dan

hubungan sikap masyarakat dengan perilaku pertolongan pertama pada

korban kecelakaan lalu lintas. Untuk mengetahui data tersebut diketahui

sebagai berikut :

1. Karakteristik Berdasarkan Sikap Masyarakat

SIKAP
23 Responden
17 Responden

42%
Positif
58%
Negatif

Gambar 5.5 Distribusi frekuensi sikap masyarakat di Dsn


Rogojampi Utara, RT 02 RW 02 Ds. Rogojampi
Kec. Rogojampi Kab. Banyuwangi Tahun 2021.

Berdasarkan diagram 5.5 diatas menunjukkan bahwa dari

40 responden sebagian besar responden yaitu 23 responden

memiliki sikap negatif (58%)


84

2. Karakteristik Berdasarkan Perilaku Pertolongan Pertama Pada

Kecelakaan Lalu Lintas

PERILAKU
24 Responden
16 Responden

40%
Positif
60%
Negatif

Diagram 5.6 Distribusi frekuensi perilaku pertolongan pertama


pada korban kecelakaan lalu lintas di Dsn Rogojampi
Utara, RT 02 RW 02 Ds. Rogojampi Kec. Rogojampi
Kab. Banyuwangi Tahun 2021.

Berdasarkan diagram 5.6 diatas menunjukkan bahwa dari 40

responden sebagian besar responden yaitu 24 responden memiliki perilaku

negatif (60%)

3. Hasil Analisa Data Hubungan Sikap Masyarakat Dengan Perilaku

Pertolongan Pertama Pada Korban Kecelakaan Lalu Lintas.

Tabel 5.1 Crosstabulasi hubungan sikap masyarakat dengan perilaku pertolongan


pertama pada korban kecelakaan lalu lintas di Dsn Rogojampi Utara, RT 02
RW 02 Ds. Rogojampi Kec. Rogojampi Kab. Banyuwangi Tahun 2021
sikap * perilaku Crosstabulation
perilaku
Negatif Positif Total
sikap Negatif Count 21 2 23

% of Total 52,5% 5,0% 57,5%

Positif Count 3 14 17

% of Total 7,5% 35,0% 42,5%

Total Count 24 16 40
% of Total 60,0% 40,0% 100,0%
85

Berdasarkan tabel 5.1 menunjukkan mayoritas responden yang

mempunyai sikap negatif memiliki perilaku negatif terhadap pertolongan

pertama pada korbankecelakaan lalu lintas yaitu 21 responden (52,5%),

dan responden yang mempunyai sikap positif, berperilaku positif terhadap

pertolongan pertama pada korban kecelakaan lalu lintas yaitu sebanyak 14

responden (35,5%).

Tabel 5.2 Uji Rank Spearman hubungan sikap masyarakat dengan perilaku
pertolongan pertama pada korban kecelakaan lalu lintas di Dsn
Rogojampi Utara, RT 02 RW 02 Ds. Rogojampi Kec.
Rogojampi Kab. Banyuwangi Tahun 2021
Correlations
Sikap Perilaku
Spearman's rho Sikap Correlation Coefficient 1,000 ,798**

Sig. (2-tailed) . ,000


N 40 40
Perilaku Correlation Coefficient ,798** 1,000
Sig. (2-tailed) ,000 .
N 40 40
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
Setelah dilakukan uji korelasi Rank Spearmen dengan

menggunakan perangkat lunak SPSS (Statidtic Programe for

Social Scient) versi 25 for windows 7 diperoleh hasil penelitian

Correlation Coeficient 0,798 Significance (2-tailed) 0,01<0,05

maka Ho ditolak Ha diterima yang berarti ada hubungan yang

signifikan antara dua variabel yag diukur yaitu sikap masyarakat

dengan perilaku pertolongan pertama pada korban kecelakaan lalu

lintas di Dsn. Rogojampi Utara, RT 02 RW 02 Ds. Rogojampi,

Kec. Rogojampi, Kab. Banyuwangi Tahun 2021. Kekuatan


86

hubungan antara 2 variabel yang diteliti menunjukkan kekuatan

dalam rentang kuat yaitu 0,798.

5.2 Pembahasan

5.2.1 Sikap Masyarakat di Dsn. Rogojampi Utara, RT 02 RW 02 Ds.

Rogojampi, Kec Rogojampi, Kab. Banyuwangi

Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 40

responden sebagian besar responden yaitu 24 responden memiliki

sikap negatif (60%). Sikap terdiri dari komponen kognitif, afektif dan

konatif, dalam penelitian ketiga komponen ini menunjukkan bahwa

masyarakat memiliki sikap yang negatif.

Sikap adalah reaksi seseorang terhadap suatu stimulus yang

sudah melibatkan pikiran, perasaan, perhatian, faktor pendapat, dan

emosi. Sikap merupakan kesiapan atau kesediaan untuk bertindak,

tetapi belum dilakukan, jadi masih merupakan predisposisi perilaku

(Torano & Parante, 2019). Sikap adalah kesiapan untuk merespon

suatu rangsangan dengan cara tertentu yang tertutup dan tidak bisa

dilihat secara langsung. Sikap ialah konsep pada psikologis sosial

yang dibahas unsur sikap yang baik atau buruk sebagai individu

maupun kelompok (Notoatmojo, 2010) .

Menurut peneliti komponen afektif atau komponen emosional

memegang peranan penting dalam pembentukan sikap dengan kondisi

emosional yang baik akan mewujudkan sikap yang baik atau positif.

Tetapi pada penelitian ini responden memiliki komponen sikap

negatif. Contohnya pada pertanyaan nomer 6 pertanyaan negatif


87

tentang perencanaan pertolongan pertama dimana masih ada 13

responden yang menjawab setuju untuk tidak melakukan perencanaan

saat menolong korban kecelakaan lalu lintas.

Menurut peneliti komponen konatif atau komponen perilaku pada

penelitian ini memiliki nilai rata-rata paling kecil dari pada komponen

afektif ataupun kognitif. Masyarakat memiliki kecenderungan untuk

tidak bertindak bila ada kecelakaan lalu lintas, hal ini dapat dilihat

dari jawaban pernyataan nomer 10 terkait tidak perlunya

memperhatikan kondisi sekitar saat memberikan pertolongan pertama

masih ada 10 responden yang menjawab setuju bila tidak

memperhatikan kondisi sekitar saat memberikan pertolongan pertama.

Menurut Mohammad (2015) penolong dalam memberikan pertama

perlu memperhatikan keadaan sekitar tempat kecelakaan. Komponen

konatif berhubungan dengan kecenderungan bertindak terhadap objek

sikap. Komponen ini menunjukkan intensitas sikap, yaitu

menunjukkan besar kecilnya kecenderungan bertindak atau

berperilaku seseorang terhadap objek sikap.

Sikap timbul juga dari berbagai faktor salah satunya pendidikan

dan juga usia. Berdasarkan Diagram 5.3 menjukkan bahwa sebagian

besar responden berpendidikan terakhir SMA sebanyak 27 responden

(68%). Menurut teori Notoatmodjo bahwa pendidikan adalah proses

seseorang mengembangkan kemampuan, sikap, dan bentuk-bentuk

tingkah laku lainnya dalam masyarakat tempat ia hidup .


88

Menurut peneliti berpendidikan tinggi belum tentu menentukan

seseorang bisa bersikap positif. Hal ini dapat dilihat dari pernyataan

Aji (2017) bahwa dalam hidup belajar lebih banyak ditentukan oleh

diri sendiri dari pada di bangku sekolah. Namun demikian, sudah

menjadi kewajiban bagi sekolah untuk menumbuhkan sikap dasar

yang bermanfaat. Sikap negatif yang ditunjukkan masyarakat ini

menunjukkan bahwa masyarakat belum mengetahui atau mempelajari

hal – hal terkait pertolongan pertama pada kecelakaan lalu lintas di

Sekolah.

Faktor kedua yang dapat mempengaruhi sikap masyarakat adalah

usia. Berdasarkan diagaram 5.2 sebagian besar responden berusia 36 –

45 tahun sebanyak 13 responden (33%). 13 responden 7 diantaranya

memiliki sikap negatif. Ini tidak sesuai dengan penelitian yang

dilakukan Aji (2017) yang mengatakan semakin tua dan dewasa

seseorang semakin matang sikap. Dewasa mempengaruhi seseorang

untuk berfikir dan bertindak. Menurut peneliti pendidikan dan usia

tidak terlalu berpengaruh terhadap sikap pada masyarakat tentang

pertolongan pertama pada korban kecelakaan lalu lintas karena pada

pembentukan sikap seseorang juga dapat dipengaruhi oleh bergai hal

seperti yang di kemukakan oleh Azwar (2013) bahwa pembentukan

sikap sesorang dapat dipengaruhi oleh kebudayaan, pengalaman

pribadi, media massa, orang lain yang dianggap penting, lembaga

pendidikan dan lembaga agama, serta dapat juga dipengaruhi oleh

emosi dari dalam diri.


89

5.2.2 Perilaku Pertolongan Pertama Pada Korban Kecelakaan Lalu

Lintas

Berdasarkan diagram 5.6 menunjukkan bahwa dari 40

responden sebagian besar responden yaitu 24 responden memiliki

perilaku negatif (60%). Menurut peneliti hasil penelitian tentang

pelaksanaan pertolongan pertama menunjukkan bahwa saat

masyarakat menemui kecelakaan lalu lintas di jalan, masyarakat tidak

langsung melakukan tindakan pertolongan dan tidak dapat melakukan

pertolongan pertama dengan baik dan benar.

Perilaku pertolongan pertama merupakan sebuah perlakuan

pada korban kecelakaan sebelum ditangani oleh petugas medis dengan

tujuan menghindarkan korban dari cidera yang lebih parah. Tujuan

dilakukannya perilaku atau penanganan awal kondisi gawat darurat

untuk menyelamatkan kehidupan, mencegah keadaan menjadi lebih

buruk dan mempercepat kesembuhan pada korban. Upaya Pertolongan

terhadap penderita gawat darurat harus dipandang sebagai satu sistem

yang terpadu dan tidak terpecahpecah, mulai dari pre hospital stage,

hospital stage dan rehabilitation stage, sehingga mampu mengurangi

resiko kematian dan kecacatan fisik (Khoirul, 2013).

Pada jawaban pernyataan nomor 8 terkait tindakan

memiringkan kepala saat korban muntah masih banyak responden

yang belum mengetahui cara yang benar. Pada jawaban pertanyaan

nomor 6 penolong saat memotong pakaian korban juga banyak yang

tidak tau, ini menunjukkan bahwa mayarakat tidak mengerti


90

bagaimana cara penatalaksanaan petolongan pertama yang benar

Menurut Andryawan (2003) Tindakan pertolongan pertama yang

dilakukan dengan benar akan mengurangi cacat atau penderitaan dan

bahkan menyelamatkan korban dari kematian, tetapi bila tindakan

Pertolongan pertama dilakukan tidak baik malah bisa memperburuk

akibat kecelakaan bahkan menimbulkan kematian.

Terbentuknya perilaku baru didahului dengan adanya

pengetahuan dan selanjutnya menjadi sebuah sikap yang akhirnya

terwujud menjadi suatu perilaku positif maupun negatif. Dari hasil

penelitian ini menunjukkan sikap yang negatif kemudian dapat

disimpulkan dapat mempengaruhi perilaku yang negatif juga.

Faktor – faktor yang mempengaruhi perilaku salah satunya

adalah pendidikan dan usia. Berdasarkan diagram 5.3 diatas

menjukkan bahwa sebagian besar berpendidikan terakhir SMA

sebanyak 27 responden (68%). Pada umumnya semakin tinggi tingkat

pendidikan seseorang semakin mudah menerima informasi sehingga

semakin banyak pengetahuan yang dimiliki sebaliknya pendidikan

yang kurang akan menghambat perkembangan pengetahuan

seseorang. Semakin tinggi pengetahuan seseorang akan lebih matang

dalam berpikir dan bertindak (Wawan & Dewi, 2010). Namun dalam

penelitian ini meskipun sebagian besar responden berpendidikan

terakhir SMA responden menunjukkan perilaku yang negatif. Selain

itu hal tersebut mungkin karena di dalam proses pembentukan dan

atau perubahan, perilaku dipengaruhi oleh beberapa faktor yang


91

berasal dari dalam dan luar individu itu sendiri diantaranya adalah

keluarga untuk mendapatkan informasi.

Usia juga merupakan faktor yang mempengaruhi perilaku.

Pada diagaram 5.2 menunjukkan sebagian besar responden berusia 36

– 45 tahun sebanyak 13 responden (33%) dimana 7 orang bersifat

positif dan 6 orang bersifat negatif. Dari data tabulasi silang (lampiran

hal. ) didapatkan pada usia 15 – 25 tahun 9 dari 12 responden

memiliki perilaku negatif 22,5%. Usia merupakan lamanya hidup

seseorang dalam tahun yang dihitung sejak dilahirkan. Semakin tinggi

usia seseorang, maka akan semakin bijaksana seseorang tersebut

dalam memutuskan tindakan atau semakin baik pula perilakunya

(Notoatmodjo, 2011) Menurut Suryabudhi (2010) seseorang yang

menjalani hidup secara normal dapat diasumsikan bahwa semakin

lama hidup maka pengalaman semakin banyak, pengetahuan semakin

luas, keahliannya semakin mendalam dan kearifannya semakin baik

dalam pengambilan keputusan tindakannya.

Dalam penelitian ini menunjukan bahwa responden yang

berusia muda lebih banyak yang bersikap negatif dibandingkan

dengan responden berusia tua, sesuai dengan teori tersebut diatas

bahwa umur merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi

perilaku pasien terhadap pertolongan pertama pada kecelakaan lalu

lintas.

Penelitian ini sejalan dengan dengan penelitian yang dilakukan

oleh Siti Karsriatun (217) tentang perilaku pertolongan pertama


92

terkena benda tajam yang menunjukkan hasil sebagian besar pasien

yang berumur 20-34 tahun berperilaku tidak baik terhadap

pertolongan pertama akibat terkena benda tajam yaitu 20 pasien

(95,2%), dan lebih dari sebagian pasien yang berumur 35-49 tahun

berperilaku baik terhadap pertolongan pertama akibat terkena benda

tajam yaitu sebanyak 6 pasien (66,7%).

5.2.3 Hubungan Sikap Masyarakat dengan Perilaku Pertolongan

Pertama Pada Korban Kecelakaan Lalu Lintas

Setelah dilakukan uji korelasi Rank Spearmen dengan

menggunakan perangkat lunak SPSS (Statidtic Programe for Social

Scient) versi 25 for windows 7 diperoleh hasil penelitian Correlation

Coeficient 0,798 Significance (2-tailed) 0,01<0,05 maka Ho ditolak

Ha diterima yang berarti ada hubungan yang signifikan antara sikap

masyarakat dengan perilaku pertolongan pertama pada korban

kecelakaan lalu lintas.

Penelitian ini menunjukkan bahwa masyarakat di RT 02 RW

02 Dsn. Rogojampi Utara Ds. Rogojampi Kec. Rogojampi Kab.

Banyuwanngi memiliki hubungan yang signifikan antara sikap

masyarakat dengan perilaku pertolongan pertama pada korban

kecelakaan lalu lintas. Hubungan ini termasuk negatif karena sikap

yang muncul adalah sikap yang negatif dan perilaku yang muncul juga

perilaku negatif.

Sikap sangat terpengaruh terhadap penilaian seseorang

terhadap sesuatu. Jika seseorang pernah mendapatkan suatu masalah


93

yang sama sebelumnya, maka dia akan menjadikan masalah terdahulu

sebagai acuan dalam mengambil sikap terhadap masalah sekarang

(Notoatmodjo, 2014). Semakin banyak aspek positif yang diketahui

maka akan menumbuhkan sikap positif terhadap objek dan perilaku

seseorang terhadap yang positif akan bersikap langgeng. Faktor ini

lebih bersifat dari dalam diri individu tersebut (Notoatmodjo, 2011).

Sikap positif akan terbentuk apabila rangsangan yang datang

pada seseorang memberi pengalaman yang menyenangkan.

Sebaliknya sikap negatif akan timbul, bila rangsangan yang datang

memberi pengalaman yang tidak menyenangkan. Perbedaan sikap

berhubungan dengan derajat kesukaan atau ketidaksukaan seseorang

terhadap obyek yang dihadapi, atau dengan kata lain sikap

menyangkut kesiapan individu untuk bereaksi terhadap obyek tertentu

berdasarkan konsep penilaian positif-negatif. Oleh karena itu, sikap

merupakan pernyataan evaluatif, baik yang menguntungkan maupun

tidak menguntungkan mengenai obyek, orang atau peristiwa (Azwar,

2013).

Menurut peneliti sikap negatif yang timbul di masyarakaat saat

terjadi kecelakaan lalu lintas mempengaruhi perilaku negatif. Saat

masyarakat tidak memiliki sikap yang baik terhadap komponen

kognitif, komponen afektif dan komponen konatif yang bernilai positif

maka sikap yang terbentuk adalah sikap negatif. Masyarakat tidak

memiliki pandangan tentang pertolongan pertama. Penyebab sikap

negative dan berperilaku yang negatif terhadap pertolongan pertama


94

adalah pendidikan kesehatan, masyarakat tidak pernah mendapatkan

pendidikan kesehatan tentang pertolongan pertama pada korban

kecelakaan lalu lintas oleh petugas kesehatan.

Penelitian yang dilakukan oleh Dr. Yayat Suharyat, M.Pd

(2011) mengatakan bahwa Sikap spesifik yang dapat mempengaruhi

perilaku adalah sikap sosial yang dinyatakan dengan cara berulang-

ulang pada kegiatan yang sama atau lebih lazimnya disebut kebiasaan,

motif merupakan dorongan, keinginan dan hasrat yang berasal dari

dalam diri, nilai-nilai merupakan norma-norma subjektif sedangkan

kekuatan pendorong dan kekuatan penahan adalah berupa nasihat atau

penyuluhan dan informasi.

Penelitian ini selaras dengan penelitian yang dilakukan oleh

Siti Karsiyatun (2017) yang menunjukkan bahwa ada hubungan antara

sikap dengan perilaku pertolongan pertama pada benda tajam denga

dengan menggunakan uji spearman’s rho dengan nilai  = 0,05,

didapatkan nilai signifikasi P = 0,001 <  (0,05), dengan nilai

Correlation Coeffisient = 0,558.

Sikap sangat erat kaitannya dengan pembentukan perilaku.

Sikap positif akan membentuk perilaku yamg positif, sedangkan bila

sikap negatif akan membentuk perilaku yang negatif juga. Menurut

Suharyat (2009) dalam penelitian “hubungan sikap, minat dan

perilaku manusia” sikap mempengaruhi perilaku lewat suatu proses

pengambilan keputus yang teliti, beralasan, dan berdampak sebagai

berikut : perilaku tidak banyak ditentukan oleh sikap umum tapi oleh
95

sikap yang spesifik terhadap sesuatu, Perilaku dipengaruhi tidak hanya

oleh sikap tetapi juga oleh norma- norma subjektif yaitu keyakinan

kita mengenai apa yang orang lain inginkan agar kita perbuat, Sikap

terhadap suatu perilaku bersama norma subjektif membentuk suatu

intensi atau niat untuk berperilaku tertentu.


96

BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian Hubungan Sikap Masyarakat dengan

Perilaku Pertolongan Pertama Pada Korban Kecelakaan Lalu Lintas Di Desa

Rogojampi Kecamatan Rogojampi Kabupaten Banyuwangi Pada Tahun 2021

dapat disimpulkan bahwa :

6.1.1 Sikap masyarakat di Desa Rogojampi Kecamatan Rogojampi

Kabupaten Banyuwangi Pada Tahun 2021 adalah sebagian besar

responden 23 responden (53%) bersikap negatif.

6.1.2 Perilaku Pertolongan Pertama Pada Korban Kecelakaan Lalu Lintas di

Desa Rogojampi Kecamatan Rogoampi Kabupaten Banyuwangi

Tahun 2021 adalah sebagian besar responden 24 responden (60%)

bersifat negatif.

6.1.3 Setelah dilakukan analisis dengan uji rank spearmen dengan hasil

Significance (2-tailed) 0,01<0,05 maka Ho ditolak Ha diterima yang

berarti ada hubungan yang signifikan antara Sikap Masyarakat dengan

Perilaku Pertolongan Pertama Pada Koeban Kecelakaan Lalu Lintas di

Desa Rogojampi Kecamatan Rogojampi Kabupaten Banyuwangi

Tahun 20221

6.2 Saran

6.2.1 Bagi Responden

Dengan adanya penelitian ini diharapkan responden dapat

meningkatkan sikap dan perilaku pertolongan pertama pada korban

96
97

kecelakaan lalu lintas, dengan melakukan atau mengikuti pendidikan

kesehatan yang diadakan oleh lembaga kesehatan setempat saat ada

perkumpulan RT atau pengajian.

6.2.2 Bagi Tenaga Kesehatan

Tenaga kesehatan diharapkan dapat memberikan penyuluhan,

pelatihan dan pendampingan agar dapat meningkatkan sikap dengan

perilaku perolongan pertama pada korban kecelakaan lalu lintas.

6.2.3 Bagi Peneliti Selanjutnya

Diharapkan peneliti selanjutnya dapat melakukan penelitian

tentang pertolongan pertama korban kecelakaan dengan variabel yang

berbeda
98

DAFTAR PUSTAKA

Aji, A. (2017). Sikap Dengan Perilaku Mayararakat Tentang Pertolongan Pertama


Korban Kecelakaan Lalu Lintas. Insan Cendekia Medika.

Andriansyah, M. (2019, Maret 21). Angka Kecelakaan di Jatim Tinggi, Terbanyak


di Jombang dan Surabaya. Retrieved November 05, 2020, from
merdeka.com: https://www.merdeka.com/peristiwa/angka-kecelakaan-di-
jatim-tinggi-terbanyak-di-jombang-dan-surabaya.html

Anggrain et al, N. A. (2018). Pendidikan Kesehatan Pertolongan Pertama pada


Kecelakaan pada Masyarakat di Kelurahan Dandangan. Journal of
Community Engagement in Health, 1(2), 21 - 24.

Azwar. (2011). Sikap Manusia : Teori Dan Pengukuran. Jakarta: Pustaka Belajar.

Carsome. (2020, Februari 18). Kalahkan Corona, Ini Jumlah Korban Kecelakaan
Lalu Lintas Tiap Tahunnya. Retrieved November 26, 2020, from
carsome.id: https://www.carsome.id/news/item/jumlah-korban-akibat-
kecelakaan-lalu-
lintas#:~:text=Melalui%20data%20yang%20dikutip%20dari,dan%20mobi
l%20di%20seluruh%20dunia.&text=Sekitar%2073%25%20dari%20semu
a%20kasus,di%20bawah%20usia%2025%20tahun.

Dayman, H., Winarni, S., & Lusiani, E. (2019). Pengetahuan Dan Sikap Ibu
Tentang Pertolongan Pertama Kejang Demam Pada Anak. Jurnal
Penelitian Kesehatan, 7(1), 44 - 49.

Djaja Et. Al. (2016). Gambaran Kecelakaan Lalu Lintas Di Indonesia Tahun 2014
- 2014. Jurnal Ekologi Kesehatan.

Herlinawati, & Azhari, T. (2018). Hubungan Pengetahuan Dan Sikap Dengan


Perilaku Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan (P3K) Pada Kariawan
Gedung E Bagian Benang. Jurnal Kesehatan, 9(1), 1-8.

Hermawan, I. (2017). Gambaran Sikap Dan Perilaku Masyarakat Tentang P3K


(Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan) Lalu Lintas Desa Jurwet RT 11
RW 04 Arteri Porong Sidoarjo. Undergraduate Thesis.

Idriyawati, N. S., Prastiwi, S., & Sutriningsih, A. (2016). Hubungan Pengetauan


Dengan Sikap Mahasiswa PSIK-UNITRI Dalam Memberikan Tindakan
Pertolongan Pertama Gawat Darrurat (PPGD) Pada Kasus Kardiovakuler
Dan Respirasi. Nursing News, 1(2), 204-209.
99

Notoatmodjo, S. (2012). Promosi Kesehatan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta:


Rineka Cipta.

Notoatmodjo, S. (2014). Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta: Rineka


Copta.

Notosiswoyo, M. (2014). Pengetahuan, Sikap Dan Perilaku Siswa SLTA Dalam


Pencegahan Kecelakaan Sepeda Motor Di Kota Bekasi. Jurnal Ekologi
Kesehatan, 13(1), 1 - 9.

Nursalam. (2016). Konsep & Penerapan Metodelogi Penelitian Ilmu


Keperawatan Pedoman Skripsi, Tesis, Dan Instrument Penelitian
Keperawatan. Bandung: Salemba Medika.

Nursalam. (2020). Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan. Jakarta: Salemba


Medika.

Satlantas Polresta Banyuwangi. (2019). Angka Kecelakaan Lalu Lintas Kabupaten


Banyuwangi.

Thygerson, A. (2011). First Aid : Pertolongan Pertama. Jakarta: Penerbit


Erlangga.

Tilong, A. (2014). Buku Lengkap Pertolongan Pertama Pada Berbagai Penyakit.


Yogyakarta: Flash Boks.

Torano, F. M., & Parante, M. (2019). Gambaran Pengetahuan dan Sikap


Masyarakat Pada Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan Lalu Lintas di
Kota Jayapura. Healthy Papua-Jurnal keperawatan dan Kesehatan, 2(1),
28 - 32.

Triwibowo, H., & Setyawan, O. E. (2015). Gambaran Tentang Persepsi


Masyarakat Terhadap Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan Lalu Lintas
Di Desa Sawo Kecamatan Jetis Kabupaten Mojokerto .
100

Lampiran 1
101

Lampiran 2
102

Lampiran 3
103

Lampiran 4

Lampiran 5
104

Lampiran 5
105

Lampiran 6
106

Lampiran 7
107

Lampiran 8

SURAT PERMOHONAN MENJADI RESPONDEN

(Informed Consent)

Kepada Yth.
Bpk/Ibu Responden
Di Wilayah Dsn Rogojampi Utara
RT 02 RW 02 Desa Rogojampi
Kecamatan Rogojampi

Sebagai syarat akhir mahasiswa program S1 Keperawatan STIKES


BANYUWANGI, saya akan melakukan penelitian dengan Judul “Hubungan
Sikap Masyarakat Dengan Perilaku Pertolongan Pertama Pada Korban
Kecelakaan Lalu Lintas Di Desa Rogojampi Kecamatan Rogojampi Kabupaten
Banyuwangi Tahun 2021”.

Adapun penjelasan dari penelitian ini diantaranya adalah:

1. Tujuan
Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui hubungan sikap masyarakat
dengan perilaku pertolongan pertama pada korban kecelakaan lalu lintas.
2. Perlakuan yang diterapkan pada subjek
Jenis penelitian ini adalah Cross Sectional dengan satu kali pertemuan dan
akan dilakukan selama 5 jam. Penelitian ini menggunakan sampel sebanyak 41
responden dengan kriteria khusus
3. Manfaat
Setelah penelitian ini, dapat menambah pengetahuan tentang pertolongan
pertama pada korban kecelakaan dan dapat ber sikap positif dan berperilaku
positif untuk menolong korban kecelakaan lalu lintas.
4. Kerugian
Tidak ada kerugian yang diakibatkan oleh penelitian ini.
108

5. Kerahasian data
Hasil pengisian lembar kuesioner akan ditulis dengan menggunakan tanpa
nama dan disimpan dilokasi yang aman dan disimpan selama 3 tahun setelah
penelitian selesai.
6. Kompensasi
Tidak adanya intensif berupa uang yang akan diberikan kepada responden
karena keikutsertaan subyek yang bersifat sukarela. Tetapi akan ada bingkisan
bagi responden yang bersedia ikut dalam penelitian ini.
7. Hak untuk diri
Keikutsertaan Responden dalam penelitian ini bersifat sukarela dan berhak
mengundurkan diri kapanpun, tanpa menimbulkan konsekuensi yang
merugikan bagi responden.

Demikian atas bantuan dan partisipasinya disampaikan terima kasih.

Banyuwangi, 2021

Intan Novia Indria Darna


NIM.2017.02.065
109

Lampiran 9

SURAT PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN

(Informed Consent)

Saya yang bertanda tangan dibawah ini :

Nama :

Umur :

Jenis Kelamin :

Alamat :

Adapun penjelasan dari penelitian ini diantaranya adalah:

1. Tujuan
Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui hubungan sikap masyarakat
dengan perilaku pertolongan pertama pada korban kecelakaan lalu lintas.
2. Perlakuan yang diterapkan pada subjek
Jenis penelitian ini adalah Cross Sectional dengan satu kali pertemuan dan
akan dilakukan selama 5 jam. Penelitian ini menggunakan sampel sebanyak 41
responden dengan kriteria khusus
3. Manfaat
Setelah penelitian ini, dapat menambah pengetahuan tentang pertolongan
pertama pada korban kecelakaan dan dapat ber sikap positif dan berperilaku
positif untuk menolong korban kecelakaan lalu lintas.
4. Kerugian
Tidak ada kerugian yang diakibatkan oleh penelitian ini.
5. Kerahasian data
Hasil pengisian lembar kuesioner akan ditulis dengan menggunakan tanpa
nama dan disimpan dilokasi yang aman dan disimpan selama 3 tahun setelah
penelitian selesai.
110

6. Kompensasi
Tidak adanya intensif berupa uang yang akan diberikan kepada responden
karena keikutsertaan subyek yang bersifat sukarela. Tetapi akan ada bingkisan
bagi responden yang bersedia ikut dalam penelitian ini.
7. Hak untuk diri
Keikutsertaan Responden dalam penelitian ini bersifat sukarela dan berhak
mengundurkan diri kapanpun, tanpa menimbulkan konsekuensi yang
merugikan bagi responden.

Setelah mendapatkan penjelasan serta mengetahui tujuan dan manfaat


penelitian yang berjudul “Hubungan Sikap Masyarakat Dengan Perilaku
Pertolongan Pertama Pada Korban Kecelakaan Lalu Lintas Di Desa
Rogojampi Kecamatan Rogojampi Kabupaten Banyuwangi Tahun 2021”

Menyatakan (setuju / tidak setuju)* diikutsertakan dalam penelitian


dengan catatan sewaktu-waktu jika merasa dirugikan dalam bentuk apapun berhak
membatalkan persetujuan ini. Saya percayakan apa yang saya responkan dijamin
kerahasiaannya.

Banyuwangi, ____________________

Peneliti Responden

Lampiran 7
(Intan Novia Indria Darna) (_____________________)

*coret yang tidak perlu


111

Lampiran 10

KUESIONER

Sikap Masyarakat Dengan Perilaku Pertolongan Pertama Pada Korban


Kecelakaan Lalu Lintas.

Petunjuk Pengesian

a. Umur : ( ) 15 – 25 tahun
( ) 26 – 35 tahun
( ) 36 – 45 tahun
( ) 46 – 55 tahun
( ) 56 – 65 tahun

b. Jenis Kelamin : ( ) Laki – laki


( ) Perempuan

c. Pendidikan : ( ) SD
( ) SMP
( ) SMA
( ) Pendidikan Tinggi

d. Pekerjaan : ( ) Bekerja
1. Pelajar / Mahasiswa ( )
2. Petani ( )
3. PNS
( )
4. Wirausaha ( )
5. Lain – lain ( )

( ) Tidak Bekerja
112

Lampiran 11

KUESIONER

SIKAP MASYARAKAT TENTANG PERTOLONGAN PERTAMA PADA


KORBAN KECELAKAAN LALU LINTAS

Petunjuk pengisian :

1. Berikan tanda (√) pada kolom bapak / ibu / saudara pilih sesuai dengan
keadaan yang sebenarnya.
2. Ada alternatif 4 jawaban
SS = Sangat Setuju
S = Setuju
TS = Tidak Setuju
STS = Sangat Tidak Setuju

No. PERNYATAAN SIKAP ALTERNATIF


JAWABAN
SS S TS STS
(1) (2) (3) (4)
1. Pertolongan pertama yang dilakukan denga n
benar akan menyelamatkan korban dari
kematian.

2. Pertolongan pertama dilokasi kecelakaan


dapat menggantikan perawatan medis
dirumah sakit.

3. Korban kecelakaan lalu lintas yang cidera dan


mendadak sakit perlu mendapat pertolongan
pertama.

4. Pertolongan pertama dapat dilakukan tanpa


perlu tenaga medis.

5. Pertolongan pada korban kecelakaan lalu


113

lintas harus dilakukan dengan tenang.

6. Pertolongan pertama pada korban kecelakan

lalu lintas dilakukan tanpa perlu perencanaan


dari penolong.

7. Penolong harus cekatan dalam memberikan


pertolongan pertama agar dapat
menyelamatkan nyawa.

8. Memberikan pertolongan pertama pada


korban kecelakaan lalu lintas dilakukan
penolong dengan tidak tanggap.

9. Tindakan pertolongan pertama yang


dilakukan penolong perlu memperhatikan
kondisi korban.

10. Memberikan pertolongan pertama pada


korban kecelakaan lalu lintas tidak perlu
memperhatikan kondisi sekitar.

11. Bila menemukan korban kecelakaan lalu


lintas penolong perlu memberitahukan polisi

12. Tempat kejadian keelakaan lalu lintas tidak


perlu ditandai penolong saat memberikan
pertolongan pertama.

JUMLAH

TOTAL SKOR = JUMLAH (1+2+3+4)


114

Lampiran 12

KUESIONER

PERILAKU PERTOLONGAN PERTAMA PADA KORBAN


KECELAKAAN LALU LINTAS

Petunjuk pengesian :

1. Berikan tanda (√) pada kolom bapak / ibu / saudara pilih sesuai keadaan
yang sebenarnya.

NO. PERNYATAAN PERILAKU ALTERNATIF


JAWABAN
Selalu Sering Kadang Tidak
(1) (2) -kadang Pernah
(3) (4)
1. Penolong harus melindungi diri sendiri
saat melakukan pertolongan pertama
pada korban kecelakaan.

2. Pemberian pertolongan pertama pada


korban kecelakan tidak perlu
memperhatikan keamanan korban.

3. Penolong harus teliti dalam memberikan


pertolongan pertama kepada korban
kecelakaan lalu lintas.

4. Dalam menolong korban kecelakaan


penolong tidak perlu memeriksa
kesadaran korban.
5. Korban kecelakaan lalu lintas yang
pingsan perlu dilihat pernafasannya
sebelum diberikan pertolongan pertama
oleh penolong.

6. Penolong tidak perlu melepas atau


memotong pakaian untuk menemuan
pendarahan pada korban kecelakaan.
115

7. Pada kejadian kecelakaan lalu lintas yang


mengalami perdarahan harus dilakukan
penekanan dengan kain bersih agar dapat
menghentikan pendarahan.

8. Korban yang mengalami muntah tidak


perlu dimiringkan kepalanya.

9. Menelpon Layanan gawat darurat


diperlukan setelah memberika
pertolongan pertama pada korba
kecelakaan lalu lintas yang cidera.

10. Apa bila menjumpai korban patah tulang


atau luka bagian punggung, Penolong
perlu memindahkan korban tanpa
menggunakan tandu

JUMLAH

TOTAL SKOR = JUMLAH (1+2+3+4)


116

Lampiran 13

KISI KISI KUESIONER

Sikap Masyarakat Dengan Perilaku Pertolongan Pertama Pada Korban


Kecelakaan Lalu Lintas.

No. Variabel Indikator Item soal

Positif Negatif
1. Sikap masyarakat 1.Komponen kognitif 1, 3 2, 4
2.Komponen afektif 5, 7 6, 8
3.Komponen konoatif 9, 11 10, 12

2. Perilaku pertolongan Penatalaksanaan 1,3,5,7,9 2,4,6,8,10


pertama pada korban pertolongan pertama
kecelakaan lalu lintas.
117

Lampiran 14

UJI VALIDITAS DAN REABILITAS KUESIONER SIKAP


Correlations

P1 P2 P3 P4 P5 P6 P7 P8 P9 P10 P11 P1 TOT


2 AL
*
Correla 1.00 .42 .65 .53 1.00 1.00 .42 1.00 1.00 1.00 1.00 .65 .820
* *
tion 0 9 5 5 0** 0** 9 0** 0** 0** 0** 5 *
Coeffici
P1 ent
Sig. (2- . .21 .04 .11 . . .21 . . . . .04 .004
tailed) 7 0 1 7 0
N 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10
*
Correla .429 1.0 .21 .35 .429 .429 .52 .429 .429 .429 .429 .65 .664
tion 00 8 6 4 5*
Coeffici
P2 ent
Sig. (2- .217 . .54 .31 .217 .217 .12 .217 .217 .217 .217 .04 .036
tailed) 5 2 0 0
N 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10
*
Correla .655 .21 1.0 .81 .655 .655 .65 .655 .655 .655 .655 .20 .824
*
tion * 8 00 6** * * 5 * * * * 0 *
Coeffici
Spearm
P3 ent
an's rho
Sig. (2- .040 .54 . .00 .040 .040 .04 .040 .040 .040 .040 .58 .003
tailed) 5 4 0 0
N 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10
*
Correla .535 .35 .81 1.0 .535 .535 .35 .535 .535 .535 .535 .00 .658
tion 6 6** 00 6 0
Coeffici
P4 ent
Sig. (2- .111 .31 .00 . .111 .111 .31 .111 .111 .111 .111 1.0 .039
tailed) 2 4 2 00
N 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10
*
Correla 1.00 .42 .65 .53 1.00 1.00 .42 1.00 1.00 1.00 1.00 .65 .820
* *
tion 0** 9 5 5 0 0** 9 0** 0** 0** 0** 5 *
Coeffici
P5 ent
Sig. (2- . .21 .04 .11 . . .21 . . . . .04 .004
tailed) 7 0 1 7 0
N 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10
118

*
Correla 1.00 .42 .65 .53 1.00 1.00 .42 1.00 1.00 1.00 1.00 .65 .820
tion 0** 9 5* 5 0** 0 9 0** 0** 0** 0** 5* *
Coeffici
P6 ent
Sig. (2- . .21 .04 .11 . . .21 . . . . .04 .004
tailed) 7 0 1 7 0
N 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10
*
Correla .429 .52 .65 .35 .429 .429 1.0 .429 .429 .429 .429 .65 .820
* *
tion 4 5 6 00 5 *

Coeffici
P7 ent
Sig. (2- .217 .12 .04 .31 .217 .217 . .217 .217 .217 .217 .04 .004
tailed) 0 0 2 0
N 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10
*
Correla 1.00 .42 .65 .53 1.00 1.00 .42 1.00 1.00 1.00 1.00 .65 .820
* *
tion 0** 9 5 5 0** 0** 9 0 0** 0** 0** 5 *
Coeffici
P8 ent
Sig. (2- . .21 .04 .11 . . .21 . . . . .04 .004
tailed) 7 0 1 7 0
N 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10
*
Correla 1.00 .42 .65 .53 1.00 1.00 .42 1.00 1.00 1.00 1.00 .65 .820
* *
tion 0** 9 5 5 0** 0** 9 0** 0 0** 0** 5 *
Coeffici
P9 ent
Sig. (2- . .21 .04 .11 . . .21 . . . . .04 .004
tailed) 7 0 1 7 0
N 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10
*
Correla 1.00 .42 .65 .53 1.00 1.00 .42 1.00 1.00 1.00 1.00 .65 .820
tion 0** 9 5* 5 0** 0** 9 0** 0** 0 0** 5* *
Coeffici
P10 ent
Sig. (2- . .21 .04 .11 . . .21 . . . . .04 .004
tailed) 7 0 1 7 0
N 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10
*
Correla 1.00 .42 .65 .53 1.00 1.00 .42 1.00 1.00 1.00 1.00 .65 .820
* *
P11 tion 0** 9 5 5 0** 0** 9 0** 0** 0** 0 5 *
Coeffici
ent
119

Sig. (2- . .21 .04 .11 . . .21 . . . . .04 .004


tailed) 7 0 1 7 0

N 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10
*
Correla .655 .65 .20 .00 .655 .655 .65 .655 .655 .655 .655 1.0 .680
* *
tion * 5 0 0 * * 5 * * * * 00
Coeffici

P12 ent
Sig. (2- .040 .04 .58 1.0 .040 .040 .04 .040 .040 .040 .040 . .030
tailed) 0 0 00 0

N 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10

Correla .820 .66 .82 .65 .820 .820 .82 .820 .820 .820 .820 .68 1.00

tion ** 4* 4** 8* ** ** 0** ** ** ** ** 0* 0


Coeffici
TOT ent
AL
Sig. (2- .004 .03 .00 .03 .004 .004 .00 .004 .004 .004 .004 .03 .
tailed) 6 3 9 4 0
N 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10

Cronbach's N of Items
Alpha
.780 13
120

Lampiran 15

Uji validitas dan reliabilitas koesioner Perilaku


Correlations

P1 P2 P3 P4 P5 P6 P7 P8 P9 P10 TOT
AL
*
Correlati 1.00 .500 1.00 .612 1.00 1.00 .612 .500 1.00 .327 .705

on 0 0** 0** 0** 0**


Coefficie
P1 nt
Sig. (2- . .141 . .060 . . .060 .141 . .356 .023
tailed)
N 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10
**
Correlati .500 1.00 .500 .408 .500 .500 .408 .600 .500 .655 .775
*
on 0
Coefficie
P2 nt
Sig. (2- .141 . .141 .242 .141 .141 .242 .067 .141 .040 .008
tailed)
N 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10
*
Correlati 1.00 .500 1.00 .612 1.00 1.00 .612 .500 1.00 .327 .705

on 0** 0 0** 0** 0**


Coefficie
Spearm
a
P3 nt
n's rho
Sig. (2- . .141 . .060 . . .060 .141 . .356 .023
tailed)
N 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10
**
Correlati .612 .408 .612 1.00 .612 .612 1.00 .408 .612 .535 .827
on 0 0**
Coefficie
P4 nt
Sig. (2- .060 .242 .060 . .060 .060 . .242 .060 .111 .003
tailed)
N 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10
*
Correlati 1.00 .500 1.00 .612 1.00 1.00 .612 .500 1.00 .327 .705

on 0** 0** 0 0** 0**


Coefficie
P5 nt
Sig. (2- . .141 . .060 . . .060 .141 . .356 .023
tailed)
N 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10
121

*
Correlati 1.00 .500 1.00 .612 1.00 1.00 .612 .500 1.00 .327 .705

on 0** 0** 0** 0 0**


Coefficie

P6 nt
Sig. (2- . .141 . .060 . . .060 .141 . .356 .023
tailed)

N 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10
**
Correlati .612 .408 .612 1.00 .612 .612 1.00 .408 .612 .535 .827

on 0** 0
Coefficie

P7 nt
Sig. (2- .060 .242 .060 . .060 .060 . .242 .060 .111 .003
tailed)

N 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10
*
Correlati .500 .600 .500 .408 .500 .500 .408 1.00 .500 .218 .670
on 0
Coefficie

P8 nt
Sig. (2- .141 .067 .141 .242 .141 .141 .242 . .141 .545 .034
tailed)

N 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10
*
Correlati 1.00 .500 1.00 .612 1.00 1.00 .612 .500 1.00 .327 .705

on 0** 0** 0** 0** 0


Coefficie

P9 nt
Sig. (2- . .141 . .060 . . .060 .141 . .356 .023
tailed)

N 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10
**
Correlati .327 .655 .327 .535 .327 .327 .535 .218 .327 1.00 .769
*
on 0
Coefficie

P10 nt
Sig. (2- .356 .040 .356 .111 .356 .356 .111 .545 .356 . .009
tailed)

N 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10
* * * * * * *
Correlati .705 .775 .705 .827 .705 .705 .827 .670 .705 .769 1.000
** * * * **
TOT on
AL Coefficie
nt
122

Sig. (2- .023 .008 .023 .003 .023 .023 .003 .034 .023 .009 .
tailed)
N 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).

*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).

Cronbach's N of Items
Alpha

.782 11
123

Lampiran 16
124

Lampiran 17

Data Umum

Responden Jenis Usia Pendidikan Bekerja Sikap Perilaku


kelamin
1 2 1 2 1 Negatif Negatif
2 2 5 1 2 Negatif Negatif
3 2 3 3 1 Positif Positif
4 2 1 4 1 Positif Positif
5 1 3 3 1 Negatif Negatif
6 1 4 3 1 Positif Positif
7 1 1 3 1 Negatif Negatif
8 1 2 2 1 Negatif Negatif
9 1 4 3 1 Positif Positif
10 2 1 3 2 Negatif Negatif
11 1 4 3 1 Positif Negatif
12 2 2 3 2 Positif Negatif
13 1 1 3 1 Negatif Negatif
14 2 3 3 1 Negatif Positif
15 2 2 3 2 Negatif Negatif
16 2 1 3 1 Negatif Negatif
17 1 3 3 1 Positif Positif
18 2 4 2 2 Positif Positif
19 2 2 1 1 Negatif Negatif
20 1 2 3 1 Positif Positif
21 2 3 1 1 Negatif Negatif
22 1 4 3 1 Positif Positif
23 2 1 3 1 Negatif Negatif
24 1 3 2 1 Positif Positif
25 2 4 2 2 Negatif Negatif
26 1 1 3 1 Negatif Negatif
27 1 3 3 1 Positif Positif
28 1 5 2 1 Positif Negatif
29 2 3 3 2 Negatif Negatif
30 2 3 3 2 Positif Positif
31 1 5 2 1 Negatif Negatif
32 2 3 1 1 Negatif Negatif
33 1 3 3 1 Negatif Negatif
34 1 1 3 1 Negatif Negatif
35 2 1 3 1 Positif Positif
36 1 1 3 1 Positif Positif
37 2 3 3 1 Negatif Negatif
38 2 1 3 1 Negatif Negatif
39 2 5 1 2 Negatif Positif
40 2 3 3 2 Positif Positif
125

Lampiran 18

Tabulasi Sikap Masyarakat

Responden Pernyataan Total T Sikap


Kognitif Afektif konaktif Skor
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
1 4 2 4 3 3 3 3 4 3 3 4 3 39 48,5 Negatif
2 4 2 4 3 3 3 4 3 3 3 3 3 38 46,2 Negatif
3 4 4 4 3 3 4 3 4 4 3 3 4 43 57,6 Positif
4 3 4 4 4 3 4 4 4 3 4 4 4 45 62,2 Positif
5 4 3 3 2 4 3 4 3 4 4 3 2 39 48,5 Negatif
6 4 4 4 4 3 3 4 4 4 4 3 4 45 62,2 Positif
7 4 3 3 3 4 1 4 3 4 4 3 2 38 46,2 Negatif
8 3 2 4 3 4 3 4 3 4 2 4 2 39 48,5 Negatif
9 4 3 4 3 3 4 4 3 4 4 4 4 44 59,9 Positif
10 3 3 3 4 3 3 4 4 3 4 3 4 41 53,0 Negatif
11 4 3 4 4 3 3 4 3 4 4 4 3 43 57,6 Positif
12 4 4 3 3 4 2 4 3 3 3 4 4 41 53,0 Positif
13 3 4 3 3 4 2 4 3 3 3 3 1 36 41,6 Negatif
14 4 3 4 3 4 2 3 4 3 3 4 2 39 48,5 Negatif
15 3 1 4 2 4 2 4 3 2 3 3 4 35 39,3 Negatif
16 4 2 4 2 4 2 4 2 4 2 3 3 36 41,6 Negatif
17 4 4 3 4 4 4 3 4 4 4 3 4 45 62,2 Positif
18 4 4 4 4 4 3 4 3 4 4 4 3 45 62,2 Positif
19 4 2 4 2 4 2 4 4 3 2 3 2 36 41,6 Negatif
20 4 3 4 3 4 4 4 4 3 4 4 4 45 62,2 Positif
21 4 1 4 3 3 3 4 2 4 2 3 2 35 39,3 Negatif
22 3 3 4 4 4 4 3 4 4 4 4 4 45 62,2 Positif
23 4 2 4 3 3 2 4 4 3 2 3 2 36 41,6 Negatif
24 4 4 4 4 4 3 4 3 4 4 4 3 45 62,2 Positif
25 4 2 4 3 3 2 4 2 3 2 2 2 33 34,7 Negatif
26 4 3 3 2 3 3 4 3 3 3 4 2 37 43,9 Negatif
27 3 2 4 4 3 3 3 3 4 2 3 2 36 41,6 Positif
28 4 3 3 4 4 3 4 3 3 4 4 3 42 55,3 Positif
29 3 3 3 4 3 3 3 3 3 2 3 2 32 32,5 Negatif
30 4 2 4 2 3 2 4 3 4 2 3 2 35 39,3 Positif
31 4 3 4 3 4 4 3 4 3 4 2 4 46 64,5 Negatif
32 4 2 4 2 4 2 4 4 3 2 3 2 36 41,6 Negatif
33 3 4 4 3 3 3 3 3 2 3 4 3 38 46,2 Negatif
34 3 2 4 2 3 3 3 3 3 3 2 2 33 34,7 Negatif
35 4 4 4 3 4 4 4 3 4 3 4 4 45 62,2 Positif
36 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 46 64,5 Positif
37 4 1 3 4 4 2 4 3 3 3 4 3 36 41,6 Negatif
38 4 2 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 35 39,3 Negatif
39 4 2 4 3 4 2 4 3 3 3 3 3 38 46,2 Negatif
40 4 4 4 3 4 4 4 4 4 3 4 4 46 64,5 Positif
126

Tabulasi Perilaku Pertolongan Pertama Pada korban Kecelakaan

Responden Pernyataan Total Total Perilaku


Penatalaksanaan pertolongan pertama Skor
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
1 4 2 4 4 2 3 2 3 3 4 31 44,39 Negatif
2 4 4 4 3 3 3 3 2 3 2 31 44,39 Negatif
3 4 3 4 3 4 3 4 3 4 3 35 62,35 Positif
4 4 3 4 2 3 4 3 4 4 3 34 57,86 Positif
5 4 4 3 4 3 3 3 2 1 3 31 44,39 Negatif
6 4 3 4 2 3 4 4 3 4 4 35 62,35 Positif
7 3 4 3 4 3 3 4 2 4 2 32 48,88 Negatif
8 4 3 4 3 2 3 4 3 2 4 32 48,88 Negatif
9 4 3 4 4 3 4 3 4 3 4 36 66,84 Positif
10 4 4 4 4 3 4 3 2 4 2 34 57,86 Negatif
11 4 4 3 3 4 2 4 2 3 1 30 39,90 Negatif
12 4 2 4 4 3 3 3 2 4 1 30 39,90 Negatif
13 2 2 4 3 2 4 3 3 4 4 31 44,39 Negatif
14 4 3 4 4 3 3 4 3 4 2 34 57,86 Positif
15 2 4 2 4 4 2 4 1 4 4 31 44,39 Negatif
16 3 4 4 3 4 4 4 3 2 2 33 53,37 Negatif
17 3 4 3 4 3 2 4 4 3 4 34 57,86 Positif
18 4 3 4 3 4 4 3 4 2 4 35 62,35 Positif
19 2 3 4 3 3 3 3 1 4 4 30 39,90 Negatif
20 4 4 3 4 4 3 4 2 4 3 35 62,35 Positif
21 4 4 3 2 3 2 3 4 3 2 30 39,90 Negatif
22 4 3 4 4 3 3 4 3 3 4 35 62,35 Positif
23 2 3 3 2 4 4 2 4 3 3 30 39,90 Negatif
24 3 4 3 3 4 3 4 4 3 4 35 62,35 Positif
25 4 3 4 4 4 2 3 2 3 1 30 39,90 Negatif
26 3 3 4 2 4 3 3 3 2 3 30 39,90 Negatif
27 3 4 4 3 3 4 3 4 4 1 33 53,37 Positif
28 4 3 3 3 2 3 4 3 3 3 31 44,39 Negatif
29 3 3 2 3 2 4 3 2 4 3 29 35,41 Negatif
30 4 3 4 1 4 2 3 2 4 3 30 39,90 Positif
31 4 4 3 4 2 3 4 3 4 3 34 57,86 Negatif
32 3 3 4 3 1 2 4 1 4 4 29 35,41 Negatif
33 3 3 3 3 3 4 3 4 3 3 32 48,88 Negatif
34 3 3 3 3 3 4 3 3 2 1 28 30,92 Negatif
35 3 4 2 3 4 3 4 4 4 4 35 62,35 Positif
36 3 4 4 4 4 3 2 3 4 4 35 62,35 Positif
37 3 4 4 2 3 3 4 4 2 3 32 48,88 Negatif
38 3 3 4 3 3 2 3 4 2 3 30 39,90 Negatif
39 4 4 3 4 3 3 4 2 3 3 33 53,37 Positif
40 4 3 4 3 4 4 3 4 2 4 35 62,35 Positif
127

Lampiran 19

Rank Spearmen Manual

No. Responden X Y Rank 1 Rank 2 d d2


1 1 39 31 19,5 25,5 -6 36
2 2 38 31 23,5 25,5 -2 4
3 3 43 35 13,5 6 7,5 56,25
4 4 45 34 7,5 13 -5,5 30,25
5 5 39 31 19,5 25,5 -6 36
6 6 45 35 7,5 6 1,5 2,25
7 7 38 32 23,5 20,5 3 9
8 8 39 32 19,5 20,5 -1 1
9 9 44 36 12 1 11 121
10 10 41 34 16,5 13 3,5 12,25
11 11 43 30 13,5 33 -19,5 380,25
12 12 41 30 16,5 33 -16,5 272,25
13 13 36 31 30 25,5 4,5 20,25
14 14 39 34 19,5 13 6,5 42,25
15 15 35 31 35,5 25,5 10 100
16 16 36 33 30 17 13 169
17 17 45 34 7,5 13 -5,5 30,25
18 18 45 35 7,5 6 1,5 2,25
19 19 36 30 30 33 -3 9
20 20 45 35 7,5 6 1,5 2,25
21 21 35 30 35,5 33 2,5 6,25
22 22 45 35 7,5 6 1,5 2,25
23 23 36 30 30 33 -3 9
24 24 45 35 7,5 6 1,5 2,25
25 25 33 30 38,5 33 5,5 30,25
26 26 37 30 26 33 -7 49
27 27 36 33 30 17 13 169
28 28 42 31 15 25,5 -10,5 110,25
29 29 32 29 40 38,5 1,5 2,25
30 30 35 30 35,5 33 2,5 6,25
31 31 46 34 2 13 -11 121
32 32 36 29 30 38,5 -8,5 72,25
33 33 38 32 23,5 20,5 3 9
34 34 33 28 38.5 40 -1,5 2,25
35 35 45 35 7,5 6 1,5 2,25
36 36 46 35 2 6 -4 16
37 37 36 32 30 20,5 9,5 90,25
38 38 35 30 35,5 33 2,5 6,25
39 39 38 33 23,5 17 6,5 42,25
40 40 46 35 2 6 -4 16
∑ 1587 1290 2100
128

6∑𝑑𝑖2
𝜌=1−
𝑛 (𝑛2 − 1)

6 𝑥 2100
𝜌 =1−
40 ( 402 − 1 )

12600
𝜌=1−
40 𝑥 (1600 − 1)

12600
𝜌=1−
40 𝑥 1599

12600
𝜌=1−
63960

𝜌 = 1 − 0,196

𝜌 = 0,804
129

Lampiran 20

Crosstabulasi Sikap dengan Data Demografi

Jenis Kelamin * sikap Crosstabulation


sikap
Negatif Positif Total
JK Laki - Laki Count 8 10 18
% of Total 20,0% 25,0% 45,0%
Perempuan Count 15 7 22
% of Total 37,5% 17,5% 55,0%
Total Count 23 17 40
% of Total 57,5% 42,5% 100,0%

Usia * sikap Crosstabulation

sikap

Negatif Positif Total

Usia 15 - 25 Tahun Count 9 3 12

% of Total 22,5% 7,5% 30,0%

25 - 35 Tahun Count 3 2 5

% of Total 7,5% 5,0% 12,5%

36 - 45 Tahun Count 7 6 13

% of Total 17,5% 15,0% 32,5%

46 - 55 Tahun Count 1 5 6

% of Total 2,5% 12,5% 15,0%

56 - 65 Tahun Count 3 1 4

% of Total 7,5% 2,5% 10,0%

Total Count 23 17 40

% of Total 57,5% 42,5% 100,0%


130

Pendidikan * sikap Crosstabulation

sikap

Negatif Positif Total

Pendidikan SD Count 5 0 5

% of Total 12,5% 0,0% 12,5%

SMP Count 4 3 7

% of Total 10,0% 7,5% 17,5%

SMA Count 14 13 27

% of Total 35,0% 32,5% 67,5%

Perguruan Tinggi Count 0 1 1

% of Total 0,0% 2,5% 2,5%

Total Count 23 17 40

% of Total 57,5% 42,5% 100,0%

Pekerjaan * Sikap Crosstabulation


Sikap
Negatif Positif Total
Pekerjaan Pelajar / mahasiswa Count 5 3 8
% of Total 12,5% 7,5% 20,0%
PNS Count 0 1 1
% of Total 0,0% 2,5% 2,5%
Wirausaha Count 13 8 21
% of Total 32,5% 20,0% 52,5%
Tidak bekerja Count 5 5 10
% of Total 12,5% 12,5% 25,0%
Total Count 23 17 40
% of Total 57,5% 42,5% 100,0%
131

Crosstabulasi Perilaku Dengan Data Demografi

Jenis Kelamin * perilaku Crosstabulation

perilaku

Negatif Positif Total

JK Laki - Laki Count 10 8 18

% of Total 25,0% 20,0% 45,0%

Perempuan Count 14 8 22

% of Total 35,0% 20,0% 55,0%

Total Count 24 16 40

% of Total 60,0% 40,0% 100,0%

Usia * perilaku Crosstabulation

perilaku

Negatif Positif Total

Usia 15 - 25 Tahun Count 9 3 12

% of Total 22,5% 7,5% 30,0%

25 - 35 Tahun Count 4 1 5

% of Total 10,0% 2,5% 12,5%

36 - 45 Tahun Count 6 7 13

% of Total 15,0% 17,5% 32,5%

46 - 55 Tahun Count 2 4 6

% of Total 5,0% 10,0% 15,0%

56 - 65 Tahun Count 3 1 4

% of Total 7,5% 2,5% 10,0%

Total Count 24 16 40

% of Total 60,0% 40,0% 100,0%


132

Pendidikan * perilaku Crosstabulation

perilaku

Negatif Positif Total

Pendidikan SD Count 4 1 5

% of Total 10,0% 2,5% 12,5%

SMP Count 5 2 7

% of Total 12,5% 5,0% 17,5%

SMA Count 15 12 27

% of Total 37,5% 30,0% 67,5%

Perguruan Tinggi Count 0 1 1

% of Total 0,0% 2,5% 2,5%

Total Count 24 16 40

% of Total 60,0% 40,0% 100,0%

Pekerjaan * Perilaku Crosstabulation


Perilaku
Negatif Positif Total
Pekerjaan Pelajar / mahasiswa Count 5 3 8
% of Total 12,5% 7,5% 20,0%
PNS Count 0 1 1
% of Total 0,0% 2,5% 2,5%
Wirausaha Count 14 7 21
% of Total 35,0% 17,5% 52,5%
Tidak bekerja Count 5 5 10
% of Total 12,5% 12,5% 25,0%
Total Count 24 16 40
% of Total 60,0% 40,0% 100,0%
133

sikap * perilaku Crosstabulation

perilaku

Negatif Positif Total

sikap Negatif Count 21 2 23

% of Total 52,5% 5,0% 57,5%

Positif Count 3 14 17

% of Total 7,5% 35,0% 42,5%

Total Count 24 16 40

% of Total 60,0% 40,0% 100,0%


134

Lampiran 21
135
136
137
138
139
140
141
142
143

LEMBAR REVISI

IlarifTanggal Ujian Jum'at, 5 Maret 2021


Nałna . Intan Novia Indria Darna
NIM : 201702065
Dosen Penguji I H. Hariadji Sugito, SKM., MM
No. Tanggal BAB Re visian Paraf

(--eą—tv•.—..

5021
( 1 1. llariadji S giono, SKM., MM )
144
145

Dokumentasi

Anda mungkin juga menyukai