Anda di halaman 1dari 17

SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP) RONDE KEPERAWATAN

“Perawatan Luka Pada Pasien Post Craniotomy”

Disusun Oleh :

1. Aulia Manda Pratiwi, S.Kep (2114901001)


2. Muhammad Havisd P, S.Kep (2114901026)
3. Jhody Okta Saputra, S.Kep (2114901020)
4. Necha Dwitama, S.Kep (2114901028)
5. Rahmadana Syafli, S.Kep (2114901033)
6. Rosfika Ira Merliana, S.Kep (2114901039)
7. Sinta Gusmi Dahlia, S.Kep (2114901045)
8. Vindia Gusti Vinanda, S.Kep (2114901051)

Preceptor Akademik Preceptor Klinik

(Ns. Revi Neini Ikbal, M.Kep)) (Ns. Hidayatul Rahmi, M.Kep)

Preceptor Clinik

( Ns. Lidya, M.Kep, Sp. Kep.MB)

PRAKTEK PROFESI NERS KEPERAWATAN


STIKES ALIFAH PADANG
2022
RENCANA STRATEGI RONDE KEPERAWATAN
PERAWATAN LUKA PADA PASIEN POST CRANIOTOMY

Topik                           :Asuhan Keperawatan Luka Pada Pasien dengan Post Craniotomy


Sasaran                        : Pasien Tn. R
Hari/Tanggal : Kamis/ 03 februari 2022
Waktu : 60 menit

A. Tujuan
 Tujuan Umum
Menyelesaikan masalah pasien yang belum teratasi yaitu pencegahan resiko infeksi
luka paksa post op Craniotomy
 Tujuan Khusus
1. Menjastifikasi masalah yang belum teratasi
2. Mendiskusikan penyelesaian masalah dengan perawat primer, tim kesehatan lain
3. Menemukan alasan ilmiah terhadap masalah pasien
4. Merumuskan intervensi keperawatan yang tepat sesuai masalah pasien

B. Sasaran
Pasien Tn.R umur 23 tahun

C. Materi (terlampir)
Materi penyuluhan yang akan disampaikan meliputi :
1. Pengertian Cidera Kepala
2. Penyebab Cidera Kepala
3. Tanda dan Gejala Cidera Kepala
4. Komplikasi Cidera Kepala
5. Pengertian luka post op
6. Perawatan luka post op
7. Perawatan luka dirumah
D. Metode
Diskusi

E. Media
1) Dokumen/status pasien
2) Sarana diskusi : kertas, bullpen
3) Materi yang disampaikan secara lisan

F. Kegiatan Ronde Keperawatan

Waktu Tahap Kegiatan Pelaksana Kegiatan Tempat


pasien
1 hari Praronde Praronde Penanggung Ruangan TC
sebelum 1. Menentukan kasus jawab:
ronde dan topic
2. Menentukan tim
ronde
3. Menentukan
literature
4. Membuat proposal
5. Mempersiapkan
pasien
6. Diskusi
pelaksanan
5 menit Ronde Pembukaan Kepala ruangan Nurse Station
1. Salam pembuka (KARU)
2. Memperkenalkan
tim ronde
3. Menyampaikan
identitas dan
masalah pasien
4. Menjelaskan
tujuan ronde
30 menit Penyajian masalah Perawat Mendengarkan
1. Memberi salam pelaksana
dan (PP)
memperkenalkan
pasien dan
keluarga pada tim
ronde
2. Menjelaskan
riwayat penyakit
pasien
3. Menjelaskan
masalah pasien
dan rencana
tindakan yang
telah dilaksanakan
dan serta
menetapkan
prioritas yang
perlu dilakukan.
Validasi data Karu, PP, Memberikan Ruang perawatan
4. Mencocokan dan Perawat respon dan
menjelaskan Konselor menjawab
kembali data yang pertanyaan
telah disampaikan
5. Diskusi antara
anggota tim dan
pasien tentang
masalah
keperawatan
tersebut
6. Pemberian
justifikasi oleh
perawat primer
atau konselor atau
kepala ruangan
tentang masalah
pasien serta
rencana tindakan
yang akan
dilakukan
7. Menentukan
tindakan
keperawatan pada
masalah prioritas
yang telah
ditetapkan.
8. Melakukan
mobilisasi Rom
10 menit Pasca 1. Evaluasi dan Karu, Nurse Station
Ronde rekomendasi Supervisor,
intervensi Perawat
keperawatan Konselor,
2. Penutup Pembimbing

G. Kriteria Evaluasi
1. Struktur
a. Ronde keperawatan dilaksanakan diruang Tc
b. Peserta ronde keperawatan hadir ditempat pelaksanaan ronde keperawatan
c. Persiapan dilakukan sebelumnya
2. Proses
a. Peserta mengikuti kegiatan dari awal hingga akhir
b. Seluruh peserta berperan aktif dalam kegiatan ronde sesuai peran yang telah
ditentukan
3. Hasil
a. Pasien puas dengan hasil kegiatan
b. Masalah pasien dapat teratasi
c. Perawat dapat :
1) Menumbuhkan cara berpikir yang kritis dan sistematis
2) Meningkatkan kemampuan validitas data pasien
3) Meningkatkan kemampuan menentukan diagnose keperawatan,
menumbuhkan pemikiran tentang tindakan keperawatan yang berorientasi
pada masalah pasien
4) Meningkatkan kemampuan memodifikasi rencana asuhan keperawatan
5) Meningkatkan kemampuan jastifikasi
6) Meningkatkan kemampuan menilai hasil kerja

H. Pengorganisasian
1. Kepala ruangan : Vindia Gusti Vinanda
2. PP I : Sinta Gusmi Dahlia
PP II : Rosfika Ira Merliana
3. PA I : Aulia Manda Pratiwi
PA II : Rahmadana Syafli
4. Konselor : Ns. Hidayatul Rahmi, M.Kep
5. Pembimbing : Ns. Revi Neini Ikbal, M.Kep
6. Supervisor : Ns. Lidya, M.Kep, Sp. Kep.MB
SURAT PERSETUJUAN DILAKUKAN RONDE KEPERAWATAN

Yang bertanda tangan dibawah ini :


Nama :
Umur :
Alamat :

Adalah suami/istri/orang tua/anak dari pasien :


Nama :
Umur :
Alamat :

Perawat yang menerangkan Padang,


Penanggung jawab

(………………………..) (………………………..)

Saksi saksi : Tanda tangan


1. (………………….)
2. (………………….)
Lampiran 1

PERAWATAN LUKA POST OP CRANIOTOMY

A. Pengertian Cidera Kepala

Menurut Brain Injury Assosiation of America (2019), cedera kepala adalah

suatu kerusakan pada kepala, bukan bersifat kongenital ataupun degeneratif, tetapi

disebabkan oleh serangan atau benturan fisik dari luar, yang dapat mengurangi atau

mengubah kesadaran yang mana menimbulkan kerusakan kemampuan kognitif dan

fungsi fisik. Cedera kepala (trauma capitis) adalah cedera mekanik yang secara

langsung atau tidak langsung megenai kepala yang mengakibatkan luka dikulit

kepala, fraktur tulang tengkorak, robekan selaput otak, dan kerusakan jaringan otak,

serta mengakibatkan gangguan neurologis (Putri, Rahayu, & Sidharta, 2018).

Trauma kepala adalah trauma mekanik terhadap kepala baik secara langsung

maupun tidak langsung yang menyebabkan gangguan fungsi neurologis, yaitu fungsi

fisik, kognitif, fungsi psikososial baik temporal maupun permanen (Atmadja, 2018)

Cedera kepala adalah suatu gangguan traumatic dari fungsi otak yang dapat

menyebabkan adanya deformitas berupa penyimpangan bentuk atau garis pada tulang

tengkorak dan disertai atau tanpa disertai perdarahan intertisial dalam subtansi otak

tanpa diikuti terputusnya kongtinuetias otak (Ristanto, Indra, Pueranto, & Styorini,

2017)

Beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan, bahwa cedera kepala adalah

trauma pada kulit kepala, tengkorak, dan otak yang terjadi baik secara langsung

ataupun tidak langsung pada kepala yang dapat mengakibatkan terjadinya penurunan

kesadaran bahkan dapat menyebabkan kematian.).


B. Penyebab Cidera Kepala

1. Trauma tajam

Trauma oleh benda tajam: menyebabkan cedera setempat dan

menimbulkan cedera lokal. Kerusakan local meliputi Contusio serebral,

hematoma serebral, kerusakan otak sekunder yang disebabkan perluasan masa

lesi, pergeseran otak atau hernia.

2. Trauma tumpul

Trauma oleh benda tumpul&menyebabkan cedera menyeluruh (difusi):

Kerusakannya menyebar secara luas&terjadi dalam 4 bentuk : cedera akson,

keruskan otak hipoksia, pembengkakan otak menyebar, hemoragi kecil multiple

pada otak koma terjadi karena cedera kepala menyebar pada hemisfer cerebral,

batang otak atau kedua- duanya.

3. Akibat Trauma Tergantung Pada :

a) Kekuatan benturan menyebabkan parahnya kerusakan.

b) Akselerasi dan decelerasi.

c) Cup dan kontra cup

d) Cedera cup menyebabkan kerusakan pada daerah dekat yang terbentur

e) Cedera kontra cup menyebabkan kerusakan cedera berlawanan pada sisi

desakan benturan.

f) Lokasi benturan.

g) Rotasi merupakan pengubahan posisi rotasi pada kepala menyebabkan

trauma regangan dan robekan substansia alba dan batangotak.

h) Depresi fraktur merupakan kekuatan yang mendorong fragmen tulang turun

menekan otak lebih dalam. Akibatnya CSS mengalir keluar ke hidung,

kuman masuk ke telinga berkontaminasi dengan GCS menyebabkan infeksi


dan kejang.

C. Tanda dan Gejala

Gejala-gejala yang ditimbulkan tergantung pada besarnya dan distribusi cedera otak.

1. Cedera kepala ringan

a) Kebingungan saat kejadian dan kebinggungan terus menetap setelah

cedera.

b) Pusing menetap dan sakit kepala, gangguan tidur, perasaan cemas.

c) Kesulitan berkonsentrasi, pelupa, gangguan bicara, masalah tingkah laku

d) Gejala-gejala ini dapat menetap selama beberapa hari, beberapa minggu

atau lebih lama setelah konkusio cedera otak akibat trauma ringan.

2. Cedera kepala sedang

a) Kelemahan pada salah satu tubuh yang disertai dengan Kebinggungan atau

bahkan koma

b) Gangguan kesedaran, abnormalitas pupil, awitan tiba-tiba Defisit

neurologik, perubahan TTV, gangguan penglihatan dan pendengaran,

disfungsi sensorik, kejang otot, sakit kepala, vertigo dan gangguan

pergerakan.

3. Cedera kepala berat

a) Amnesia tidak dapat mengingat peristiwa sesaat sebelum dan sesudah

terjadinya penurunan kesehatan.

b) Pupil tidak aktual, pemeriksaan motoric tidak aktual, adanya Cedera

terbuka, fraktur tengkorak dan penurunan neurologik.

c) Nyeri, menetap atau setempat, biasanya menunjukan fraktur.

d) Fraktur pada kubah kranial menyebabkan pembengkakan pada area


tersebut.

D. Komplikasi

1. Epilepsi Pasca Trauma

Epilepsi pasca trauma adalah suatu kelainan dimana kejang terjadi beberapa waktu

setelah otak mengalami cedera karena benturan di kepala. Kejang terjadi pada

sekitar 10% penderita yang mengalami cedera hebat tanpa adanya luka tembus di

kepala dan pada sekitar 40% penderita yang memiliki luka tembus di kepala.

Obat-obat anti kejang (misalnya feniton, karbamazepinatau valproate) biasanya

dapat mengatasi kejang pasca trauma.

2. Afasia

Afasia adalah hilangnya kemampuan untuk menggunakan bahasa karena

terjadinya cedera pada area bahasa di otak. Penderita tidak mampu memahami

atau mengekspresikan kata-kata. Bagian otak yang mengendalikan fungsi bahasa

adalah lobus temporalis sebelah kiri dan bagian lobus frontalis di sebelahnya.

3. Apraksia

Apraksia adalah ketidakmampuan untuk melakukan tugas yang memerlukan

ingatan atau serangkaian gerakan. Kelainan ini jarang terjadi dan biasanya

disebabkan oleh kerusakan pada lobus parietalis ataulobus frontalis.

4. Amnesi

Amnesia adalah hilangnya sebagian atau seluruh kemampuan untuk mengingat

peristiwa yang baru saja terjadi atau peristiwa yang sudah lama berlalu.

Penyebabnya masih belum dapat sepenuhnya dimengerti. Amnesia hanya

berlangsung selama beberapa menit sampai beberapa jam (tergantung kepada

beratnya cedera) dan akan menghilang dengan sendirinya. Pada cedera otak yang

hebat, amnesia bias bersifat menetap.


5. Fistel Karotis-kavernosus

Ditandai oleh trias gejala: eksoftalmus, kemosis, dan bruit orbita, dapat timbul

segera atau beberapa hari setelah cedera.

6. Diabetes Insipidus

Disebabkan oleh kerusakan traumatic pada tangkai hipofisis, menyebabkan

penghentian sekresi hormone antidiuretik.

7. Kejang pasca trauma

Dapat segera terjadi (dalam 24 jam pertama), dini (minggu pertama) atau lanjut

(setelah satu minggu).

8. Kebocoran cairan serebrospinal

Dapat disebabkan oleh rusaknya leptomeningen dan terjadi pada 2-6 % pasien

dengan cedera kepala tertutup. Kebocoran ini berhenti spontan dengan elevasi

kepala setelah beberapa hari pada 85 % pasien.

9. Edema serebral & herniasi

Penyebab paling umum dari peningkatan TIK, Puncak edema terjadi 72 jam

setelah cedera. Perubahan TD, Frekuensi nadi, pernafasan tidak teratur merupakan

gejala klinis adanya peningkatan TIK

10. Defisit Neurologis & Psikologis

Tanda awal penurunan fungsi neurologis :perubahan TK kesadaran, Nyeri kepala

hebat, Mual atau Muntah proyektil (tanda dari peningkatan TIK).


E. Pengertian Perawatan Luka

Perawatan luka adalah luka setelah prosedur pembedahan/operatif yang

dilakukan oleh dokter.

F. Tujuan Petawatan Luka

1. Melindungi luka dari kontaminasi mikroorganisme

2. Membantu homeostasis

3. Mempercepat proses penyembuhan

4. Menjaga kelembaban luka baik luka bersih maupun kotor

5. Menghilangkan sekresi yang terakumulasi dan jaringan mati dari luka atau

tempat insisi

6. Menurunkan pertumbuhan mikroorganisme pada luka atau tempat insisi

G. Cara Perawatan Luka

1. Cuci tangan dengan sabun atau anti septik sebelum merawat luka

2. Buka balutan dengan hati - hati

3. Bersihkan luka dengan larutan Natrium Florida atau Nacl 0,9% atau

menggunakan air matang

4. Lalu keringkan

5. Beri salf atau bethadine sesuai instruksi dokter

6. Tutup luka dengan kasa steril

H. Berapa kali sehari ganti balutan

Ganti balutan dilakukan sebaiknya sehari sekali atau 3 hari sekali apabila

verban tidak ada rembesan atau pun kotor.


I. Komplikasi yang terjadi bila perawatan tidak baik

1. Terjadinya infeksi

2. Luka lama sembuh

3. Klien menjadi demam


TINDAKAN PERAWATAN LUKA

STANDAR
PROSEDUR
OPERASIONAL
(SPO)

Perawatan luka: suatu tindakan keperawatan dengan memberikan


PENGERTIAN luka dan membuang kontaminasi yang mungkin menjadi sumber infeksi

1. Melindungi luka dari kontaminasi mikroorganisme


2. Membantu homeostasis
3. Mempercepat proses penyembuhan
TUJUAN 4. Menjaga kelembaban luka baik luka bersih maupun kotor
5. Menghilangkan sekresi yang terakumulasi dan jaringan mati dari luka
atau tempat insisi
6. Menurunkan pertumbuhan mikroorganisme pada luka atau
tempat insisi
1. Undang-Undang No.38 tahun 2014 tentang Keperawatan
2. Peraturan Menteri Kesehatan RI No 17 tahun 2013 Perubahan atas
KEBIJAKAN Peraturan Menteri Kesehatan tentang izin dan penyelenggaraan
praktek perawat
3. Keputusan Menteri Kesehatan RI No 1239 tahun 2001 tentang
Registrasi dan Praktek Perawat
Persiapan Pasien
1. Pasien / keluarga diberitahu akan lakukan perawatan luka
2. Pasien / keluarga dijelaskan maksud / tujuan tindakan
Persiapan Alat antara lain
1. Alat yang steril
PROSEDUR a. Pinset anatomi : 1 buah
b. Pinset chirrughis : 1 buah
c. Arteri klem : 1 buah
d. Bengkok 1 buah
e. Kom kecil : 2 buah
f. Kassa kecil : 10 lembar
g. Kassa besar : 5 lembar
h. Handscond steril : 1 pasang

2. Alat-alat yang tidak steril


a. Pengalas
b. Gunting verband
c. Plester
d. Pinset chirrurgis
e. Betadin secukupnya
f. Cairan salin (NaCI 0.9%)
g. Handscoon 1 pasang
h. Baju dressing dan masker
Cara Kerja :
1. Jelaskan prosedur yang akan dilaksanakan
2. Perawat mencuci tangan menggunakan tehnik 6 langkah
3. Tutup sampiran / gordyn
4. Gunakan baju dressing dan masker
5. Alat-alat di dekatkan, atur posisi pasien
6. Buka bagian yang akat dibalut/ diobati
7. Pasang pengalas, gunakan sarung tangan
8. Buka balutan luka, balutan bagian dalam jangan diangkat dulu
9. Lepaskan sarung tangan yang tidak steril, buka dressing pack siapkan
cairan NaCI 0.9% pada kom yang telah disiapkan
10. Siapkan betadin 1 cc ditambah NaCI 0.9% sebanyak 9cc
11. Pasang sarung tangan steril, letakkan bengkok dekat pasien
12. Buka balutan bagian dalam dengan menggunakan pinset dan buang ke
bengkok
13. Cuci luka dengan NaCI 0.9% dari dalam keluar
14. Kompres dengan betadin NaCI 0.9, tutup dengan kassa
kemudian plester dengan cara window
15. Rapihkan kembali peralatan dan perawat cuci tangan
16. Dokumentasikan dalam lembar catatan keperawatan : kondisi luka ,
tanggal , jam, nama perawat.
Sikap perawat :
1. Hati-hati, cermat dan sopan
2. Memperhatikan kondisi pasien dan luka
3. Komunikasi selama tindakan
4. Menjaga privacy pasien
1. Rawat map
2. Rawat Jalan
UNIT TERKAIT
3. Instalasi Gawat Darurat
4. HCU.

DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, S. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik Edisi. Jakarta: Rineka Cipta;

2016.

Ansel, H, C. Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi, Ed 4, UI Press, Jakarta, 2015;

Anief, Ilmu Meracik Obat, Gadjah Mada, University Press, Yogyakarta, 2015;

Aswandi, Teknik prosedural keperawatan: Konsep dan aplikasi kebutuhan dasar klien.

Jakarta; Salemba, Medika, 2018;

Azwar, S. Metodologi penelitian. Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2019;

Batros M, Kozody LL, Orsted HL. Preventative Foot Care. Wound Care Canada Volume 6

Number, 2018;

Carville, K. Wound Care Manual. 3rd Edition. Western Australia: Silver Chain Foundation,

2007;

Carville. Wound Care Manual. (6th ed). Western Australia: Silver Chain Foundatio, 2012;

Carries Susan dan Barbara. M. Bates - Jensen Wound care a collaborative practice manual for

health professionals, 2012;

Anda mungkin juga menyukai