Disusun Oleh :
Preceptor Clinik
A. Tujuan
Tujuan Umum
Menyelesaikan masalah pasien yang belum teratasi yaitu pencegahan resiko infeksi
luka paksa post op Craniotomy
Tujuan Khusus
1. Menjastifikasi masalah yang belum teratasi
2. Mendiskusikan penyelesaian masalah dengan perawat primer, tim kesehatan lain
3. Menemukan alasan ilmiah terhadap masalah pasien
4. Merumuskan intervensi keperawatan yang tepat sesuai masalah pasien
B. Sasaran
Pasien Tn.R umur 23 tahun
C. Materi (terlampir)
Materi penyuluhan yang akan disampaikan meliputi :
1. Pengertian Cidera Kepala
2. Penyebab Cidera Kepala
3. Tanda dan Gejala Cidera Kepala
4. Komplikasi Cidera Kepala
5. Pengertian luka post op
6. Perawatan luka post op
7. Perawatan luka dirumah
D. Metode
Diskusi
E. Media
1) Dokumen/status pasien
2) Sarana diskusi : kertas, bullpen
3) Materi yang disampaikan secara lisan
G. Kriteria Evaluasi
1. Struktur
a. Ronde keperawatan dilaksanakan diruang Tc
b. Peserta ronde keperawatan hadir ditempat pelaksanaan ronde keperawatan
c. Persiapan dilakukan sebelumnya
2. Proses
a. Peserta mengikuti kegiatan dari awal hingga akhir
b. Seluruh peserta berperan aktif dalam kegiatan ronde sesuai peran yang telah
ditentukan
3. Hasil
a. Pasien puas dengan hasil kegiatan
b. Masalah pasien dapat teratasi
c. Perawat dapat :
1) Menumbuhkan cara berpikir yang kritis dan sistematis
2) Meningkatkan kemampuan validitas data pasien
3) Meningkatkan kemampuan menentukan diagnose keperawatan,
menumbuhkan pemikiran tentang tindakan keperawatan yang berorientasi
pada masalah pasien
4) Meningkatkan kemampuan memodifikasi rencana asuhan keperawatan
5) Meningkatkan kemampuan jastifikasi
6) Meningkatkan kemampuan menilai hasil kerja
H. Pengorganisasian
1. Kepala ruangan : Vindia Gusti Vinanda
2. PP I : Sinta Gusmi Dahlia
PP II : Rosfika Ira Merliana
3. PA I : Aulia Manda Pratiwi
PA II : Rahmadana Syafli
4. Konselor : Ns. Hidayatul Rahmi, M.Kep
5. Pembimbing : Ns. Revi Neini Ikbal, M.Kep
6. Supervisor : Ns. Lidya, M.Kep, Sp. Kep.MB
SURAT PERSETUJUAN DILAKUKAN RONDE KEPERAWATAN
(………………………..) (………………………..)
suatu kerusakan pada kepala, bukan bersifat kongenital ataupun degeneratif, tetapi
disebabkan oleh serangan atau benturan fisik dari luar, yang dapat mengurangi atau
fungsi fisik. Cedera kepala (trauma capitis) adalah cedera mekanik yang secara
langsung atau tidak langsung megenai kepala yang mengakibatkan luka dikulit
kepala, fraktur tulang tengkorak, robekan selaput otak, dan kerusakan jaringan otak,
Trauma kepala adalah trauma mekanik terhadap kepala baik secara langsung
maupun tidak langsung yang menyebabkan gangguan fungsi neurologis, yaitu fungsi
fisik, kognitif, fungsi psikososial baik temporal maupun permanen (Atmadja, 2018)
Cedera kepala adalah suatu gangguan traumatic dari fungsi otak yang dapat
menyebabkan adanya deformitas berupa penyimpangan bentuk atau garis pada tulang
tengkorak dan disertai atau tanpa disertai perdarahan intertisial dalam subtansi otak
tanpa diikuti terputusnya kongtinuetias otak (Ristanto, Indra, Pueranto, & Styorini,
2017)
trauma pada kulit kepala, tengkorak, dan otak yang terjadi baik secara langsung
ataupun tidak langsung pada kepala yang dapat mengakibatkan terjadinya penurunan
1. Trauma tajam
2. Trauma tumpul
pada otak koma terjadi karena cedera kepala menyebar pada hemisfer cerebral,
desakan benturan.
f) Lokasi benturan.
Gejala-gejala yang ditimbulkan tergantung pada besarnya dan distribusi cedera otak.
cedera.
atau lebih lama setelah konkusio cedera otak akibat trauma ringan.
a) Kelemahan pada salah satu tubuh yang disertai dengan Kebinggungan atau
bahkan koma
pergerakan.
D. Komplikasi
Epilepsi pasca trauma adalah suatu kelainan dimana kejang terjadi beberapa waktu
setelah otak mengalami cedera karena benturan di kepala. Kejang terjadi pada
sekitar 10% penderita yang mengalami cedera hebat tanpa adanya luka tembus di
kepala dan pada sekitar 40% penderita yang memiliki luka tembus di kepala.
2. Afasia
terjadinya cedera pada area bahasa di otak. Penderita tidak mampu memahami
adalah lobus temporalis sebelah kiri dan bagian lobus frontalis di sebelahnya.
3. Apraksia
ingatan atau serangkaian gerakan. Kelainan ini jarang terjadi dan biasanya
4. Amnesi
peristiwa yang baru saja terjadi atau peristiwa yang sudah lama berlalu.
beratnya cedera) dan akan menghilang dengan sendirinya. Pada cedera otak yang
Ditandai oleh trias gejala: eksoftalmus, kemosis, dan bruit orbita, dapat timbul
6. Diabetes Insipidus
Dapat segera terjadi (dalam 24 jam pertama), dini (minggu pertama) atau lanjut
Dapat disebabkan oleh rusaknya leptomeningen dan terjadi pada 2-6 % pasien
dengan cedera kepala tertutup. Kebocoran ini berhenti spontan dengan elevasi
Penyebab paling umum dari peningkatan TIK, Puncak edema terjadi 72 jam
setelah cedera. Perubahan TD, Frekuensi nadi, pernafasan tidak teratur merupakan
2. Membantu homeostasis
5. Menghilangkan sekresi yang terakumulasi dan jaringan mati dari luka atau
tempat insisi
1. Cuci tangan dengan sabun atau anti septik sebelum merawat luka
3. Bersihkan luka dengan larutan Natrium Florida atau Nacl 0,9% atau
4. Lalu keringkan
Ganti balutan dilakukan sebaiknya sehari sekali atau 3 hari sekali apabila
1. Terjadinya infeksi
STANDAR
PROSEDUR
OPERASIONAL
(SPO)
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, S. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik Edisi. Jakarta: Rineka Cipta;
2016.
Anief, Ilmu Meracik Obat, Gadjah Mada, University Press, Yogyakarta, 2015;
Aswandi, Teknik prosedural keperawatan: Konsep dan aplikasi kebutuhan dasar klien.
Batros M, Kozody LL, Orsted HL. Preventative Foot Care. Wound Care Canada Volume 6
Number, 2018;
Carville, K. Wound Care Manual. 3rd Edition. Western Australia: Silver Chain Foundation,
2007;
Carville. Wound Care Manual. (6th ed). Western Australia: Silver Chain Foundatio, 2012;
Carries Susan dan Barbara. M. Bates - Jensen Wound care a collaborative practice manual for