Anda di halaman 1dari 54

LAPORAN PENDAHULUAN PRATIKUM VULVA HYGIENE

DAN PENIS HYGIENE


A. Vulva Hygiene
1. Pengertian Vulva Hygiene
Hygiene berasal dari bahasa Yunani yang berarti sehat.Vulva adalah organ ekternal
genetinal wanita yang terdiri dari mons veneris, labia mayora, labia minora, klitoris, dan
vestibulum (introitus vagina, urethra, ductus bartolini, ductus scene kiri dan kanan).
Vulva hygiene adalah membersihkan vulva dan daerah sekitarnya pada pasien wanita
yang sedang nifas atau tidak dapat melakukannya sendiri. Pasien yang harus istirahat di
tempat tidur (misalnya, karena hipertensi, pemberian infus, section caesarea) harus
dimandikan setiap hari dengan pencucian daerah perineum yang dilakukan dua kali sehari dan
pada waktu sesudah selesai membuang hajat. Meskipun ibu yang akan bersalin biasanya
masih muda dan sehat, daerah daerah yang tertekan tetap memerlukan perhatian serta
perawatan protektif. Vulva hygieneuga merupakan serangkaian tindakan yang dilakukan
dalam prosedur asuhan kebidanan seperti, pemeriksaan dalam pada masa inpartu,
pengambilan secret vagina dan lain lain.
Setelah ibu mampu mandi sendiri (idealnya, dua kali sehari), biasanya daerah
perineum dicuci sendiri dengan menggunakan air dalam botol atau wadah lain yang
disediakan khusus untuk keperluan tersebut. Penggantian tampon harus sering dilakukan,
sedikitnya sesudah pencucian perineum dan setiap kali sehabis ke belakang atau sehabis
menggunakan pispot.

2. Tujuan Vulvva Hygiene


1.Mencegah infeksi di daerah vulva, perineum, mauun uterus.
2.Membantu penyembuhan luka perineum/jahitan pada perineum.
3.Untuk kebersihan perineum dan vulva.
4.Memberikan rasa nyaman pada pasien.
3. Indikasi
Dikhususkan pada area genital yang terkeena edema.
4. Kontraindikasi
Berikan perhatian pada Wanita yang mengalami menstruasi.
5. Diagnosa Keperawatan
-Resiko terjadi infeksi berhubungan dengan klurangnya perawatan atau kebersihan pada
daerah vulva.

6. Persiapan alat dan bahan


1. Kapas basah / sublimat untuk desinfektan
2. Desinfektan sesuai dengan
kebutuhan 3.Handuk besar: 2 buah
4. Air hangat dan dingin dalam baskom

5. Tempat membersihkan (cebok) berisi larutan


desinfektan 6.Waslap: 2 buah
7.Pinset
8.Bengkok
9.Pengalas glutea
10.Pispot
11.Sarung tangan

7.Prosedur
1. Menyiapkan alat (alat disiapkan secara ergonomis dengan lengkap)
2. Jelaskan prosedur yang akan dilakukan ( pastikan pasien siap dan mengerti dengan apa
yang akan dilakukan )
3. Cuci tangan ( mencuci tangan dengan metode 6 langkah dan bersih)
4.Atur posisi pasien ( pastikan pasien dalam keadaan dorsal
recumbent) 5.Pasang pengalas di bawah bokong pasien
6. Pasang handscoen
7. Lakukan vulva hygiene dengan tangan kiri membuka vulva dan tangan kanan menyiram
vulva dengan larutan desinfektan
8. Ambil kapas sublimat lalu bersihkan vulva ( bersihkan vulva dari atas ke bawah dan buang
kapas kotor ke bengkok)
9. Setelah selesai ,ambil pispot dan atur posisi pasien (pispot berguna untuk menampung urine
jika pasien ingin berkemih)
10. Cuci tangan setelah prosedur dilakukan.

B. Penis Hygiene
1. Pengertian Penis Hygiene
Membersihkan daerah genital danperineal pada pasien pria yang tidak bisa melakukannya
sendiri.

2. Tujuan Penis Hygiene


-Mencegah terjadinya Infeksi
-Mempertahankan Kebersihan genetalia
-Meningkatkan kenyamanan serta menjaga kebersihan tubuh

3. Indikasi Penis Hygiene


-Pasien tirah baring yang lama
-Pasien dengan kebutuhan yang dibantu penuh
-Sebelum Pemasangan Kateter
-Pasien yang memakai kateter tetap.

4. Persiapan Alat dan Bahan


1. Baskom mandi / botol cebok berisikan air hangat;
2. Selimut mandi;
3. Sabun;
4. Washlap 2 buah;
5. Handuk ukuran kecil/sedang;
6. Bengkok;
7. Handscoon;
8. Tissue/handuk kecil;
9. Kapas air hangat pada tempatnya.

5.Prosedur
1. Lakukan cuci tangan;
2. Siapkan alat ke dekat pasien;
3. Ucapkan salam;
4. Lakukan identifikasi pasien dengan benar;
5. Jelaskan tujuan dan prosedur tindakan;
6. Tanyakan kesiapan pasien atau keluarga;
7. Jaga privasi pasien dengan menutup tirai/mengunci pintu kamar
pasien;
8. Ajak pasien/keluarga membaca basmalah bersama-sama;
9. Pakai sarung tangan;
10. Ganti selimut pasien dengan selimut mandi, dengan 1 ujung selimut
diantara kedua tungkai pasien, 2 ujung lainnya Mengarah kemasingmasing sisi tempat tidur
dan 1 ujung lain pada dada pasien. Jika
selimut mandi terlalu besar maka selimut mandi digunakan seperti
biasa;
11. Atur pasien dorsal recumbent dan lepaskan pakaian bawah pasien
12. Lilitkan ujung selimut kesekeliling tungkai pasien dengan
menarik ujung selimut mandi dan melipatnya dibawah panggung
13. Perlahan-lahan angkat penis dan meletakkan handuk dibawahnya.
Dengan perlahan pegang ujung penis, bila pasien tidak disircumsisi
retraksikan kulup. Tunda prosedur jika pasien mengalami ereksi.
14. Bersihkan ujung penis pada meatus uretra, melakukan
gerakan memutar dari meatus kearah keluar. Jangan biarkan
sabun masuk kedalam meatus.
15. Kembalikan meatus pada posisi semula
16. Basuh dan mengeringkan penis secara menyeluruh
17. Minta pasien untuk meregangkan sedikit kakinya, dengan
perlahan membersihkna scrotum.
18. Angkat testis dengan hati-hati dan mencuci lipatan kulit
dibawahnya. basuh dengan washlap dan keringkan.
19. Lipat selimut mandi kebelakang perineum dan membantu
pasien untik miring
20. Bersihkan daerah anal dengan mengusap dari arah perineum ke
anus dengan satu gosokan, ulangi dengan washlap sampai bersih
21. Keringkan dengan handuk kecil atau tissue
22. Bantu pasien untuk terlentang
23. Lepas handscoon
24. Bantu pasien untuk memakai pakaian bawahnya
25. Rapikan pasien dan Mengevaluasi tindakan yang dilakukan
26. Rapikan lingkungan
27. Ajak pasien atau keluarga membaca hamdalah
28. Pamitan dengan pasien
29. Bereskan dan mengembalikan alat ke tempat semula
30. Lakukan cuci tangan
31. Catata kegiatan dalam lembar catatan keperawatan
LAPORAN PENDAHULUAN PEMASANGAN NGT
A. Pengertian Pemasangan NGT
Memberikan makan cair melalui selang lambung (enteral) adalah proses memberikan
melalui saluran cerna dengan menggunakan selang NGT ke arah lambung.

B. Tujuan
1. Untuk memberikan makanan dan minumak pada pasien yang tidak dapat makan, menelan,
atau atau pasien yang tidak sadar
2. Untuk memenuhi nutrisi pada pasien yang mengalami gangguan pada sistem pencernaan
3. Pasien yang terus-menerus tidak mau makan sehingga membahayakan jiwanya, misalnya
pasien psikiatri (kelainan kejiwaan)
4. Pasien yang muntah terus-menerus
5. Bayi yang berat badan lahir rendah (BBLR), premature, atau dismature

C. Indikasi
1. Klien yang tidak dapat makan/menelan atau klien tidak sadar
2. Klien yang terus-menerus tidak mau makan sehingga membahayakan jiwanya, misalnya
klien dengan gangguan jiwa.
3. Klien yang muntah terus-menerus
4. Klien yang tidak dapat mempertahankan nutrisi oral adekuat
5. Bayi dengan Berat Badan Lahir Rendah (BBLR), Premature,
dismature 6.Perdarahan GI (Gastrointestinal)
7.Trauma multiple, pada dada dan abdomen
8.Pemberian Obat-obatan, cairan makanan
9.Pencegahan aspirasi penderita dengan intubasi jangka panjang. Operasi abdomen
10.Obstruksi saluran cerna
D. Kontra Indikasi

1. Fraktur tulang-tulang wajah dan dasar tengkorak


2. Penderita operasi esofagus dan lambung (sebaiknya NGT dipasang saat operasi)
E. Persiapan alat dan bahan
1. Selang lambung (NGT – Ukuran disesuaikan dengan usia)
2. Jelly
3. Stetoscope
4. Spuit 10cc
5. Bengkok
6. Handuk
7. Penutup selang lambung
8. Plester dan gunting
9. Spatel lidah
10. Tisu
F. Prosedur
1. Jelaskan prosedur tindakan yang akan dilakukan pada pasien
dan keluarga
2. Atur posisi tidur
3. Cuci tangan
4. Dekatkan alat
5. Letakan handuk dibawah kepala pasien
6. Ukur panjang selang lambung dengan cara mengukurnya
dari pangkal hidung ke telinga pasien lalu ke prosesus
xipoideus
7. Beri batas panjang selang lambung yang telah diukur dengan plester
8. Beri jelly pada selang lambung sepanjang 7-10cm
9. Masukan selang lambun ke salah satu lubang hidung dengan :
a. Posisi kepala ekstensi, bila selang sudah sampai orofaring posisi kepala fleksi
b. Bila pasien batuk, berhenti memasukan selang lambung dan anjurkan pasien
nafas dalam
c. Setelah relaks dilanjutkan dengan memasukan Kembali selang lambung
10. Cek apakah selang lambung sudah masuk lambung dengan caramenghisap cairan lambung
/ masukan udara 5-10cc melalui spuit
10cc dan dengarkan menggunakan stetoscope pada perut kiri kuadranatas
11. Jika terdengar suara udara di lambung, plester selang lambung keujung hidung
12. Tutup selang lambung/ sambungkan selang lambung dengan plasticpenampung
13. Rapikan alat, pasien dan lingkungannya
14. Bereskan alat dan cuci tangan
15. Dokumentasikan prosesur di status pasien yang meliputi jampemasangan, jumlah dan
warna cairan lambung
LAPORAN PENDAHULUAN PRATIKUM PERAWATAN LUKA
A. Pngertian Perawatan Luka
Luka adalah rusaknya kesatuan/ komponen jaringan, dimana secara spesifik terdapat
substansi jaringan yang rusak atau hilang.
Luka tubuh dapat disengaja dan tidak disengaja. Trauma disengaja terjadi selama terapi,
misalnya: Operasi, Vena fungsi, Radiasi. Luka tidak sengaja dapat terjadi karena kecelakaan,
maka jaringan trauma tanpa diserta dengan kerusakan kulit disebut" LUKA TERTUTUP",
sedangkan "LUKA TERBUKA" pada saat kulit atau membran mukosa rusak.

B.Anatomi dan Fisiologi


MACAM-MACAM LUKA
1. Luka Bersih
Luka yang tidak mengalami infeksi, dimana tidak berhubungan dengan saluran nafas, cerna,
genitalia dan urinaria. Luka bersih umumnya luka tertutup..
2. Luka Bersih Terkontaminasi
Luka pembedahan yang berhubungan dengan saluran nafas, cerna dan genitalia atau saluran
kemih, tetapi tidak ada tanda-tanda infeksi.
3. Luka Kontaminasi
Meliputi luka terbuka, baru, luka kecelakaan, luka pembedahan karena tidak memperhatikan
tehnik steril atau terkontaminasi dengan saluran cerna, tidak menunjukkan tanda-tanda
peradangan.
4. Luka Kotor/Infeksi
Meliputi: Luka lama, luka kecelakaan dengan jaringan mati, adanya tanda-tanda klinik
infeksi seperti cairan.

TIPE-TIPE LUKA
1. Luka Insisi
Luka yang terjadi karena benda tajam, dapat disengaja mauapun tidak, misalnya karena
pembedahan atau kecelakaan.
2. Luka Contusio
Luka tertutup, terjadi karena suatu goresan benda/ alat tumpul, keadaan kulit ekimosis,
disebabkan karena keluranya darah menuju ke jaringan yang berasal dari pembuluh darah
yang rusak. Biasanya tidak disengaja.
3. Luka Abrasi
Luka terbuka, terjadi akibat gesekan, seperti goresan jari/telapak kaki pada permukaan jalan.
Dapat juga terjadi secara disengaja, misalnya abrasi pada permukaan kulit untuk
pengangkatan keropeng.
4. Luka Tusuk
Luka terbuka akibat suatu benda tajam yang merusak kulit dan jaringan dibawahnya.
5. Luka Laserasi
Terjadi dimana jaringan tersobek, menimbulkan tepi luka tidak teratur. Biasanya tidak
disengaja.
6. Luka Tembus
Suatu benda yang menembus lebih dalam menuju jaringan melalui kulit atau membran mukosa.

C. Indikasi
 Perdarahan dari luka tidak dapat dihentikan dengan bebat tekan atau memposisikan
lebih tinggi daerah yang mengalami luka
 Luka yang dialami disebabkan oleh trauma berat
 Luka terbuka yang membutuhkan jahitan
 Luka akibat gigitan hewan atau membutuhkan imunisasi rabies
 Luka kotor dan sulit untuk dibersihkan
 Terdapat tanda-tanda infeksi pada luka seperti kemerahan, bengkak, nyeri, dan
munculnya nanah
 Status vaksinasi tetanus belum diperbaharui atau membutuhkan pencegahan tetanus

D.Kontraindikasi
1. Luka bersih
 Pada luka dengan ditandai adanya pus, necrose dan serum
 balutan tidak kotor dan tidak ada rembesan atau eksudat.
2. Luka kotor
 Pasien yang tidak mengalami decubitus
 Pada pasien yang mobilisas.

E Tujuan
1) Mencegah infeksi silang dan mempercepat proses penyembuhan
2) Memberikan lingkungan yang memadai untuk penyembuhan
3) Meningkatkan hemostatis dengan menekan dressing
4) Memberikan rasa nyaman baik fisik maupun mental.

F.Diagnosa Keperawatan
1.Hambatan Mobilitas fisik
2.defisit perawtan diri
3.Gangguan Rasa Nyaman/nyeri
4.Intolerasi aktivitas

G.Persiapan Alat dan bahan


a.Peralatan steril
 Pinset anatomi, pinset chirurgic
 Gunting lurus / gunting jaringan bengkok
 Mangkok kecil, kasa steri
 Sarung tangan , lidi kapas
 10-15 lembar kassa steril
 5 Buah Depper
 2 kom steril
b.Peralatan tidak
steril
 Gunting verban , plester kecil secukupnya
 Kapas Bensin / alcohol, bengkok
 Pengalas dan perlak
c.Bahan
 Larutan Nacl 0,9 %
 Larutan Boor Water ( BWC )
 Larutan savlon, betadin
 Zalf Dermazia
 Kantong plastic
 1 pasang hanscond bersih

H.Prosedur
a.Jelaskan prosedur yang akan dilaksanakan, cuci tangan
b.Gunakan sarung tangan steril
c.Plester dan balutan dibuka dengan menggunakan pinset apabila luka tertutup oleh balutan.
d.Lakukan membersihkan luka dimulai dengan :
 Kaji status luka ,apakah luka bersih atau kotor serta jenisnya.
 Perawatan luka kotor .
Gunakan kasa steril yang dipegang dengan pinset , dicelupkan / diberi larutan savlon , dan
lakukan pembersihan pada luka. ( bila ada jaringan yang mati dan sulit diangkat ) . Lanjutkan
pembersihan dengan Beer Water ( BWC ) hingga bersih.
 Perawatan luka bersih
Gunakan kasa steril yang dipegang dengan pinset . Celupkan / diberi larutan Nacl 0,9 % atau
BWC . Kemudian bersihkan luka sampai bersih dan lanjutkan dengan pengobatan luka
menggunakan betadine atau sejenisnya.
e. Cuci tangan setelah prosedur dilakukan
f. Catat tindakan , respon pasien , dan kondisi luka.
LAPORAN PENDAHULUAN LUKA DEKUBITUS
A. Pengertian Dekubitus
Dekubitus adalah kerusakan/ kematian kulit sampai jaringan dibawah kulit, bahkan
menembus otot sampai mengenai tulang akibat adanya penekanan pada suatu area secara
terus menerus sehingga mengakibatkan gangguan sirkulasi darah setempat. Apabila ini
berlangsung lama, hal ini dapat menyebabkan insufisiensi aliran darah, anoreksia atau
iskemik jaringan dan akhirnya dapat mengakibatkan kematian sel.
Dekubitus adalah kerusakan/kematian kulit sampai jaringan dibawah kulit, bahkan
menembus otot sampai mengenai tulang akibat adanya penekanan pada suatu area secara
terus menerus sehingga mengakibatkan gangguan sirkulasi darah setempat. Usia lanjut
mempunyai potensi besar untuk terjadi dekubitus karena perubahan kulit berkaitan dengan
bertambahnya usia antara lain:
1. Berkurangnya jaringan lemak subkutan
2. Berkurangnya jaringan kolagen dan elastin
3. Menurunnya efesiensi kolateral kapiler pada kulit sehingga kulit menjadi lebih tipis
dan rapuh.

B. Anatomi dan Fisiologi


LOKASI ULKUS
1.Tuberositas ulkus
Akibat tekanan pada keadaan duduk karena foodrest pada kurs roda terlalu tinggi sehingga
BB tertumpu pada daerah ischium.
2.Sacrum
Terjadi bila berbaring terlentang, tidak mengubah posisi. Secara teratur salah posisi waktu
duduk di kursi roda juga saat penderita merosot kew tempat tidur dengan sandaran miring.
3.Lutut
Terjadi bila pasien lama berbaring telungkup sedangkan sisi lateral lutut terkena karena lama
berbaring pada satu sisi.
4.Siku
Sering dipakai sebagai penekan tubuh atau pembantu mengubah posisi.
5.Jari kaki
Dapat terkena pada posisi telungkup, sepatu yang terlalu sempit.

6.Scapula dan Processus spinous vertebrae


Dapat terkena akibat terlalu lama terlentang dan gesekan yang sering.
STADIUM DEKUBITUS
Derajat luka dekubitus antara lain :
1. Derajat I Reaksi peradangan masih terbatas pada epidermis, tampaksebagai daerah
kemerahan/eritema indurasi atau lecet.
2. Derajat II Reaksi yang lebih dalam lagi sampai mencapai seluruhdermis hingga lapisan
lemah subkutan, tampak sebagai ulkus yang dangkal, degan tepi yang jelas dan perubahan
warna pigmen kulit.
3. Derajat III Ulkus menjadi lebih dalam, meliputi jaringan lemak subkutan, berbatasan
dengan fascia dari otot-otot. Sudah mulai didapat infeksi dengan jaringan nekrotik yang
berbau.
4. Derajat IV Perluasan ulkus menembus otot, hingga tampak tulang didasar ulkus yang dapat
mengakibatkan infeksi pada tulangatau sendi.

C. Tujuan
1. Mencegah infeksi dari masuknya mikroorganisme ke dalam kulit membrane mukosa
2. Mencegah bertambahnya kerusakan jaringan
3. Mempercepat penyembuhan
4. Membersihkan luka dari benda asing atau debris
5. Drainase untuk memudahkan pengeluaran eksudat
6. Mencegah penyebaran luka
7. Mencegah pendarahan
8. Mencegah excoriasi sekitar kulit drain

D.Diagnosa Keperawatan
a.Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan gangguan
keseimbangan insulin, makan, dan aktivitas jasmani
b.Resiko infeksi berhubungan dengan destruksi jaringan (pada luka dekubitus)
c.Kerusakan integritas kulit
d.Kerusakan integritas jaringan berhubungan dengan menurunnya sirkulasi darah ke jaringan
faktor mekanik (tekanan eksterna dan gaya tarikan)
e.Nyeri akut berhubungan dengan destruksi jaringan (luka dekubitus)
f.Gangguan citra tubuh berhubungan dengan proses penyakit (luka dekubitus)
g.Gangguan rasa nyaman berhubungan dengan gejala terkait penyakit (tidak nyaman terhadap
luka dekubitus)
h.Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan penurunan kekuatan otot, nyeri pada luka
dikubitus
E. Persiapan Alat dan Bahan
a. Set steril terdiri atas :
1) Kapas alcohol
2) Kasa steril
3) kom untuk larutan NaCl 0,9%
4) Pinset anatomi
5) Pinset chirurgi
6) Lidi kapas yang steril
b. Derian tule atau cutimed sorbad/salep obat topikal
c. Gunting plester
d. Plester/perekat atau hipafix
e. Alkohol 70 %
f. Larutan NaCl 0.9 %
g. Handscoon bersih
h. Handscoon steril
i. Penggaris millimeter disposable
j. Pencahayaan yang adekuat

F. Prosedur
1. Jelaskan prosedur pada klien
2. Tutup ruangan atau pasang sampiran
3. Cuci tangan
4. Pakai handscoon bersih
5. Buka balutan dengan menggunakan kapas alcohol dan buang pada tempat sampah atau
kantong plastic yang telah disediakan
6. Observasi luka, ukur panjang, lebar dan kedalaman luka dengan menggunakan
Penggaris millimeter disposable. Kemudian lihat juga keadaan luka, warna luka, warna
sekitar tepi luka, derajat luka dan ada cairan atau tidak. Catat semua hasil
observasi
7. Buka set steril
8. Kasa digulungkan keujung pinset chirurgi kemudian tangan yang satu
memegang pinset anatomi
9. Bersihkan luka dengan menggunakan kasa steril yang telah diberi NaCl 0,9 % dengan
cara dari dalam keluar (pergerakan melingkar) sambil memencet luka
untuk mengeluarkan eksudat
10. Kasa hanya dipakai satu kali dan diganti lagi
11. Ulangi pembersihan sampai semua luka bersih dan cairan eksudat keluar
12. Buang handscoon bersih
13. Pakai handscoon steril
14. Pakai cutimed sorbad untuk luka yang banyak mengandung eksudat
15. Balut luka dengan menggunakan kasa steril. Jika luka masih basah atau banyak
mengeluarkan cairan maka balut luka dengan kasa sampai 7 lapisan. Dan jika luka
sudah mulai kering maka 3 lapis kasa saja. 16. Fiksasi dengan menggunakan plester atau
hipafix
17. Buang handscoon dan kasa ditepat yang telah disediakan
18. Bantu pasien dalam pemberian posisi yang nyaman
19. Aangkat peralatan dan kantong plastic yang berisi balutan dan handscoon kotor.
Bersihkan alat dan buang samapah dengan baik
20. Cuci tangan
21. Laporkan adanya perubahan pada luka kepada perawat yang bertanggung jawab.
Catat penggantian balutan, kaji keadaan luka da respon pasien.
LAPORAN PENDAHULUAN MEMANDIKAN PASIEN
A.Pengertian
Memandikan pasien merupakan tindakan keperawatanyang di lakukan pada pasien
yang tidak mampu mandisecara mandiri atau memerlukan bantuan. Dengan caramebersihkan
pasien dengan air dan sabun.

BAnatomi dan Fisiologi


1.Kulit
Yaitu sebagai pelindung regulasi temperature dan kulit mempunyai 3 bagian lapisan, yaitu
: a.Epidermis : lapisan kulit luar.
b.Dermis : lapisan kulit yang paling tebal.
c.Subcutan : lapisan kulit yang terdiri dari pembuluh darah danjaringan ikat
2.Kaki, Tangan dan Kuku
Yaitu suatu bagian untuk member perhatian yang khusus untuk mencegah infeksi. Kuku
adalah jaringan yang tumbuh dari akar nail baal yang teletak di kulit.
a.Rongga Mulut
Rongga mulut dibatasi oleh membrane mukosa yang berhubungan dengan kulit. Rongga
mulut terdiri dari bibir dan disekitar mulut yang terbuka. Pipi berada disekitar rongga lidah
dan ototnya.
Gigi adalah organ mengunyah untuk memotong, merobek, dan mematahkan makanan
sehingga dapat tercampur dengan saliva dan ditelan.
b.Rambut
Pertumbuhan rambut distribusi dan pola dapat mengidentifikasi status kesehatan orang
seecara umum, perubahan hormon, emosional, stress fisik, umur dan penyakit tertentu dapat
memengaruhi karakteristik rambut.
c.Mata, Telinga dan Hidung
Mata merupakan indera pengelihatan yang berfungsi untuk melihat secara jelas. Telinga
merupakan indera pendengaran yang berfungsi untuk mendengarkan apa saja yang dapat
didengar.
Hidung merupakan indera pencium yang berfungsi untuk mencium bau apapun yang dapat
tertangkap oleh hidung.

C. Tujuan
1. Meberikan rasa segar dan nyaman
2. Tercapai kinerja efektif dan efisien dalammemandikan pasien
3. Menghilangkan segala kotoran yang melekat padatubuh, menghilangkan bau badan dan
mencegahinfeksi kulit

D. Indikasi
1. Pasien dengan tirah baring lama
2. Pasien CVA
3. Pasien baru yang akan dipindahkan ke ruangan tertentu

E. Kontraindikasi
1. Penderita demam dengan suhu tubuh lebih dari 37ºC
2. Penderita dalam keadaan bed rest
F.Persiapan Alat dan bahan
1. Pakaian bersih 1 stel
2. Baskom mandi 2 buah
3. Air panas dan dingin
4. Waslap 2 buah
5. Perlak dan handuk kecil 1 buah
6. Handuk besar 2 buah
7. Selimut mandi/kain penutup
8. Celemek plastic
9. Tempat tertutup untuk pakaian kotor
10. Sabun mandi
11. Bedak
12. Sarung tangan bersih
13. Pispot/urinal dan pengalas
14. Botol cebok
F.Prosedur
1. Cuci tangan
2. Identifikasi pasien dengan benar
3. Siapkan dan mendekatkan alat ke dekat pasien
4. Ucapkan salam
5. Jelaskan tujuan dan prosedur pelaksanaan
6. Tanyakan kesiapan dan meminta kerjasama pasien
7. jaga privacy pasien
8. Ajak pasien membaca Basmalah dan berdoa
9. Ganti selimut pasien dengan selimut mandi
10. Lepas pakaian atas
pasien MEMBASUH
MUKA
11. Bentangkan perlak kecil dan handuk kecil di bawah kepala
12. Tawarkan pasien menggunakan sabun atau tidak
13. Bersihkan muka, telinga dengan waslap lembab lalu di keringkan
14. Gulung perlak dan handuk
MEMBASUH LENGAN
15. Turunkan selimut mandi kebagian perut klien
16. Pasang handuk besar diatas dada pasien secara melintang dan keduatangan pasien
diletakkan diatas handuk
17. Basahi tangan pasien dengan waslap air bersih, disabun, kemudian dibilas dengan air
hangat (lakukan mulai dari ekstremitas terjauh pasien)
MEMBASUH DADA DAN PERUT
18. Lepas pakaian bawah pasien dan menurunkan selimut hingga perut bagian bawah,
keduatang anda diletakkan diatas bagiankepala, membentangkan handuk pada sisi pasien
19. Basuh ketiak dan dada serta perut dengan waslap basah, disabun, kemudian dibilas
dengan air hangat dan dikeringkan, kemudian menutup dengan handuk
MEMBASUH PUNGGUNG
20. Miringkan pasien kearah perawat
21. Bentangkan handuk di belakang punggung hingga bokong
22. Basahi punggung hingga bokong dengan waslap, disabun, kemudian dibilas dengan air
hangat dan dikeringkan
23. Beri bedak pada punggung
24. Kembalikan keposisi terlentang, kemudian membantu pasien mengenakan pakaian
MEMBASUH KAKI
25. Keluarkan kaki pasien dari selimut mandi dengan benar
26. Bentangkan handuk dibawah kaki tersebut, menekuk lutut
27. Basahi kaki mulai dari pergelangan sampai pangkal paha, disabun, dibilas dengan air
bersih, kemudian dikeringkan
28. Lakukan tindakan yang sama untuk kaki yang lain
MEMBASUH DAERAH LIPAT PAHA DAN GENITAL
29. Bentangkan handuk dibawah bokong, kemudian selimut mandi bagianbawah dibuka
30. Basahi daerah lipat paha dan genital dengan air, disabun, dibilas,kemudian dikeringkan
31. Angkat handuk, bantu kenakan pakaian bawah pasien
32. Rapikan pasien, ganti selimut mandi dengan selimut tidur
33. Lakukan evaluasi tindakan yang dilakukan
34. Rapikan pasien dan lingkungan
35. Ajak pasien membaca hamdalah bersama
36. Berpamitan dengan pasien
37. Bereskan dan kembalikan alat ke tempat semula
38. Cuci tangan
39. Catat kegiatan dalam lembar catatan keperawatan
LAPORAN PENDAHULUAN GANTI BALUTAN
A. Pengertian Mengganti Balutan
Melakukan perawatan pada luka dengan cara mamantau keadaan luka, melakukan penggatian
balutan (ganti verban) dan mencegah terjadinya infeksi,yiatu dengan cara mengganti balutan
yang kotor dengan balutan yang bersih.

B. Anatomi dan Fisiologi


Bahan yang digunakan dalam perawatan
luka a.Sodium Klorida 0,9 %
Sodium klorida adalah larutan fisiologis yang ada di seluruh tubuh karena antikseptik ini ini
tidak ada reaksi hipersensitivitas dari sodium klorida. Normal saline aman digunakan muntuk
kondisi apapun (Lilley & Aucker, 1999). Sodium klorida atau natrium klorida mempunyai Na
dan Cl yang sama seperti plasma. Larutan ini tidak mempengaruhi sel darah merah
(Handerson, 1992). Sodium klorida tersedia dalam beberapa konsentrasi, yang paling sering
adalah sodium klorida 0,9 %. Ini adalah konsentrasi normal dari sodium klorida dan untuk
antiseptik ini sodium klorida disebut juga normal saline (Lilley & Aucker, 1999). Merupakan
larutan isotonis aman untuk tubuh, tidak iritan, melindungi granulasi jaringan dari kondisi
kering, menjaga kelembaban sekitar luka dan membantu luka menjalani proses penyembuhan
serta mudah didapat dan harga antiseptik lebih murah
b.Larutan povodine-iodine.
Iodine adalah element non metalik yang tersedia dalam bentuk garam yang dikombinasi
dengan bahan lain Walaupun iodine bahan non metalik iodine berwarna hitam kebiru-biruan,
kilau metalik dan bau yang khas. Iodine hanya larut sedikit di air, tetapi dapat larut secara
keseluruhan dalam antiseptik dan larutan sodium iodide encer. Iodide antiseptik dan solution
keduanya aktif melawan spora tergantung konsentrasi dan waktu pelaksanaan (Lilley &
Aucker, 1999). Larutan ini akan melepaskan iodium anorganik bila kontak dengan kulit atau
selaput Antiseptik sehingga cocok untuk luka kotor dan terinfeksi bakteri gram positif dan
antiseptik, spora, jamur, dan protozoa. Bahan ini agak iritan dan antiseptik serta
meninggalkan residu (Sodikin, 2002). Studi menunjukan bahwa antiseptic seperti povodine
iodine toxic terhadap sel (Thompson. J, 2000). Iodine dengan konsentrasi > 3 % dapat
memberi rasa panas pada kulit. Rasa terbakar akan nampak dengan iodine ketika daerah yang
dirawat ditutup dengan balutan oklusif kulit dapat ternoda dan menyebabkan iritasi dan nyeri
pada sisi luka. (Lilley & Aucker, 1999).

CTujuan
a.Meningkatkan penyembuhan luka dengan mengabsorbsi cairan dan dapat menjaga
kebersihan luka
b.Melindungi luka dari kontaminasi
c.Dapat menolong hemostatis ( bila menggunakan elastis
verband ) d.Membantu menutupnya tepi luka secara sempurna
e.Menurunkan pergerakan dan trauma
f.Menutupi keadaan luka yang tidak menyenangkan

D. Indikasi
Pada balutan yang sudah kotor

E. KontraIndikasi
a.Pembalut dapat menimbulkan situasi gelap, hangat dan lembab sehingga mikroorganisme
dapat hidup
b.Pembalut dapat menyebabkan iritasi pada luka melalui gesekan – gesekan pembalut.

F. Persiapan Alat dan bahan


a.Alat-alat steril
1) Pinset anatomis 1 buah
2)Pinset sirugis 1 buah
3)Gunting bedah/jaringan 1
buah
4)Kassa kering dalam kom tertutup secukupnya
5)Kassa desinfektan dalam kom tertutup
6)sarung tangan 1 pasang
7)korentang/
forcep b.Alat-alat tidak
steril
1)Gunting verban 1 buah
2)Plester
3) Pengalas

4) Kom kecil 2 buah (bila


dibutuhkan) 5)Nierbeken 2 buah
6)Kapas alkohol
7)Sabun cair anti septik
8)NaCl 9 %
9)Cairan antiseptic (bila dibutuhkan)
10)Sarung tangan 1 pasang
11)Masker
12) Air hangat (bila dibutuhkan)
13) Kantong plastic/baskom untuk tempat sampah

G. Prosedur
a.Jelaskan kepada pasien tentang tindakan yang akan dilakukan
b.Dekatkan alat-alat ke pasien
c.Pasang sampiran
d.Perawat cuci tangan
e.Pasang masker dan sarung tangan yang tidak steril
f.Atur posisi pasien sesuai dengan kebutuhan
g.Letakkan pengalas dibawah area luka
h.Letakkan nierbeken didekat pasien
i.Buka balutan lama (hati-hati jangan sampai menyentuh luka) dengan menggunakan pinset
anatomi, buang balutan bekas kedalam nierbeken.
Jika menggunakan plester lepaskan plester dengan cara melepaskan ujungnya dan menahan
kulit dibawahnya, setelah itu tarik secara perlahan sejajar dengan kulit dan kearah balutan.
j.Bila balutan melekat pada jaringan dibawah, jangan dibasahi, tapi angkat balutan dengan
berlahan
k.Letakkan balutan kotor ke neirbeken lalu buang kekantong plastic, hindari kontaminasi
dengan permukaan luar wadah
l.Kaji lokasi, tipe, jumlah jahitan atau bau dari luka
m.Membuka set balutan steril dan menyiapkan larutan pencuci luka dan obat luka dengan
memperhatikan tehnik aseptic
n.Buka sarung tangan ganti dengan sarung tangan steril
o.Membersihkan luka dengan sabun anti septic atau NaCl 9 %
p.Memberikan obat atau antikbiotik pada area luka (disesuaikan dengan terapi)
q.Menutup luka dengan cara:
1) Balutan kering
a.lapisan pertama kassa kering steril untuk menutupi daerah insisi dan bagian sekeliling kulit
b.lapisan kedua adalah kassa kering steril yang dapat menyerap
c.lapisan ketiga kassa steril yang tebal pada bagian luar
2) Balutan basah – kering
Indikasi: untuk membersihkan kotoran atau luka terinfeksi. Biarkan pembalut mengering dan
ketika balutan diangkat akan ikut menarik kotoran. Bila balutan lengket dapat dilembabkan
untuk mempermudah pengangkatan balutan. Dapat lebih sering pada luka yang memerlukan
debridemen, sedikit lebih jarang pada luka bersih. Jika luka sudah bersih, ganti teknik balutan
menjadi basah ke basah atau salep antibiotik
a.lapisan pertama kassa steril yang telah diberi cairan steril atau untuk menutupi area luka
b.lapisan kedua kasa steril yang lembab yang sifatnya menyerap
c.lapisan ketiga kassa steril yang tebal pada bagian luar
d.Frekuensi: 3-4 kali per hari.
3) Balutan basah – basah
Indikasi: untuk menjaga luka bersih tetap bersih dan mencegah pembentukan eksudat
a.lapisan pertama kassa steril yang telah diberi dengan cairan fisiologik dan peras hingga
tidak terlalu basah untuk menutupi luka
b.lapisan kedua kassa kering steril yang bersifat menyerap
c.lapisan ketiga (paling luar) kassa steril yang sudah dilembabkan dengan cairan
fisiologik/larutan salin
d.Frekuensi: idealnya 2-3 kali per hari
4Salep Antibiotik
Indikasi: Salep antibiotik digunakan untuk menjaga luka bersih tetap bersih dan mempercepat
penyembuhan.
a.Oleskan salep ke luka - tipis-tipis saja. Tutup dengan kasa kering.
b.Frekuensi: 1-2 kali per hari.
r.Plester dengan rapi
s.Buka sarung tangan dan masukan kedalam nierbeken
t.Lepaskan masker
u.Atur dan rapikan posisi pasien
v.Buka sampiran
w.Evaluasi keadaan umum pasien
x.Rapikan peralatan dan kembalikan ketempatnya dalam keadaan bersih, kering dan rapi
y.perawat cuci tangan
z.Dokumentasikan tindakan dalam catatan keperawat
LAPORAN PENDAHULUAN PEMASANGAN INFUS
A. Pengertian Pemasangan Infus
Pemasangan infuse adalah pemberian cairan ke dalam tubuh melalui jarum melalui pembulu
vena uantuk menggantikan cairan atau zat-zat makanan dari tubuh.
• Kapan dipasang infuse?
Ketika pasien memerlukan masukan cairan melalui intravena yang mengalami pengeluaran
cairan atau nurisi yang berat, dehidrasi, dan syok.
• Apa tujuannya?
a.Mengganti dan mempertahankan cairan tubuh yang mengandung air, elektrolit,
vitamin,protein lemak, dan kalori yang tidak dapat dipertahankan secara adekuat melalui oral.
b.Memperbaiki keseimbangan asam basa
c.Memperbaiki volume komponen-komponen darah
Memberikan nutrisi pada saat gastrointestinal diistirahtkan

B. Anatomi dan Fisiologi


 1Organ apa saja yang mengatur kebutuhan cairan dalam
tubuh? 1.Ginjal
Fungsi ginjal adalah mengatur konsentrasi garam dalam darah, pengatur air, pengatur
keseimbangan asam basa darah, pengatur ekskresi bahan buangan. Setiap 1 L darah
mengandung 500 cc plasma yang mengalir melalui glomelurus, 10% disaring keluar. Jumlah
urin yang diproduksi dipengaruhi oleh hormone ADH dan aldosteron dengan rata-rata 1
ml/kg/bb/jam.
2. Kulit
Fungsi kulit adalah pengaturan cairan yang yang terkait dengan proses pengaturan
panas, sekresi aktif dari keringat yang di bawah pengendali saraf simpatis.
3. Paru-paru
Berperan dalam pengeluaran yang menghasilkan insensible water loss ±400 cc/hari.
4.Gastrointestinal
Fungsinya mengeluarkan cairan melalui proses penyerapan dan pengeluaran air
(feses), cairan yang hilang dalam kondisi normal sekitar 100-200 ml/hari.

 Apa saja hormone yang mengontrol rasa haus?


1.ADH = meningkatkan reabsorpsi air, dibentuk oleh hipotalamus dengen
meningkatkan osmolaritas dan menurunkan cairan ekstrasel.
2.Aldosteron = absorpsi natrium.
3.Prostaglandin = merespon radang, pengendalian tekanan darah, kontraksi uterus,
dan pengaturan pergerakan gastrointestinal.
4.Glukokortikoid = reabsorpsi natrium dan air, menyebabkan darah mneingkat
sehingga terjadi retensi urin.
 Factor apa saja yang mempengaruhi cairan dan elektrolit tubuh?
a.Usia
-Bbl 75% - Dewasa tua 45%
-Wanita dewasa 55% - Pria dewasa 57%
b.Lemak
Lemak dalam tubuh sedikit maka cairan dalam tubuh banyak begitupun sebaliknya.
c.Jenis kelamin
Wanita dewasa mempunyai jumlah cairan tubuh lebih sedikit dibanding pada pria karena
jumlah lemaknya lebih banyak.
d.Diet
Apabila tubuh kekurangan gizi maka tubuh akan memecah cadangan makanan yang
menyebabkan pergerakan cairan dari intertisial ke inteeseluler.
e.Stress
Meningkatkan produksi ADH meningkatkan metabolism sehingga terjadi glikolisis otot
dan menimbulkan retensi natrium dan air.
f.Sakit
Pada keadaan sakit banyak sel yang mengalami kerusakan sehingga untuk memperbaikinya
membutuhkan prosese kebutuhan cairan.

 Tipe-tipe cairan
1. Cairan/larutan yang digunakan dalam terapi intravena berdasarkan osmolalitasnya dibagi
menjadi:
a. Isotonik
Suatu cairan/larutan yang memiliki osmolalitas sama atau mendekati osmolalitas plasma.
Cairan isotonik digunakan untuk mengganti volume ekstrasel, misalnya kelebihan cairan
setelah muntah yang berlangsung lama. Cairan ini akan meningkatkan volume ekstraseluler.
Satu liter cairan isotonik akan menambah CES 1 liter. Tiga liter cairan isotonik diperlukan
untuk mengganti 1 liter darah yang hilang.
Contoh: NaCl 0,9 %, Ringer Laktat, Komponen-komponen darah (Alabumin 5 %, plasma),
Dextrose 5 % dalam air (D5W)
b. Hipotonik
Suatu cairan/larutan yang memiliki osmolalitas lebih kecil daripada osmolalitas plasma.
Tujuan cairan hipotonik adalah untuk menggantikan cairan seluler, dan menyediakan air
bebas untuk ekskresi sampah tubuh. Pemberian cairan ini umumnya menyebabkan dilusi
konsentrasi larutan plasma dan mendorong air masuk ke dalam sel untuk memperbaiki
keseimbangan di intrasel dan ekstrasel, sel tersebut akan membesar atau membengkak.
Perpindahan cairan terjadi dari kompartemen intravaskuler ke dalam sel. Cairan ini
dikontraindikasikan untuk pasien dengan risiko peningkatan TIK.
Pemberian cairan hipotonik yang berlebihan akan mengakibatkan:
- Deplesi cairan intravaskuler
- Penurunan tekanan darah
- Edema seluler
- Kerusakan sel
Contoh: dextrose 2,5 % dalam NaCl 0,45 %, NaCl 0,45 %, NaCl 0,2 %
c.Hipertonik
Suatu cairan/larutan yang memiliki osmolalitas lebih tinggi daripada osmolaritas plasma.
Pemberian larutan hipertonik yang cepat dapat menyebabkan kelebihan dalam sirkulasi dan
dehidrasi. Perpindahan cairan dari sel ke intravaskuler, sehingga menyebabkan sel-selnya
mengkerut. Cairan ini dikontraindikasikan untuk pasien dengan penyakit ginjal dan jantung
serta pasien dengan dehidrasi.
Contoh: D 5% dalam saline 0,9 %, D 5 % dalam RL, Dextrose 10 % dalam air, Dextrose 20
% dalam air, Albumin 25

2. Pembagian cairan/larutan berdasarkan tujuan penggunaannya:


a.Nutrient solution
Berisi karbohidrat ( dekstrose, glukosa, levulosa) dan air. Air untuk menyuplai kebutuhan air,
sedangkan karbohidrat untuk kebutuhan kalori dan energi. Larutan ini diindikasikan untuk
pencegahan dehidrasi dan ketosis.
Contoh: Dekstrose 5 % dalam 0,45 % sodium chloride
b.Electrolyte solution
Berisi elekrolit, kation dan anion. Larutan ini sering digunakan untuk larutan hidrasi,
mencegah dehidrasi dan koreksi ketidakseimbangan cairan dan elektrolit.
Contoh: Normal Saline (NS), Larutan ringer (sodium, Cl, potassium dan kalsium), Ringer
Laktat /RL (sodium, Cl, Potassium, Kalsium dan laktat)
c.Alkalizing solution
Untuk menetralkan asidosis metabolic
Contoh : Ringer Laktat /RL
d.Acidifying solution
Untuk menetralkan alkalosis metabolic
Contoh : Dekstrose 5 % dalam NaCl 0,45 %, NaCl 0,9 %
e.Blood volume expanders
Digunakan untuk meningkatkan volume darah karena kehilangan darah/plasma dalam jumlah
besar. (misal: hemoragi, luka baker berat)
Contoh : Dekstran, Plasma, Human Serum Albumin
 Pasien seperti apa yang harus dilakukan pemasangan infus?
a.Keadaan emergency (misal pada tindakan RJP), yang memungkinkan pemberian obat
langsung ke dalam Intra Vena
b.Untuk memberikan respon yang cepat terhadap pemberian obat (seperti furosemid, digoxin)
c.Pasien yang mendapat terapi obat dalam dosis besar secara terus-menerus melalui Intra
vena d.Pasien yang membutuhkan pencegahan gangguan cairan dan elektrolit
e.Pasien yang mendapatkan tranfusi darah
f.Upaya profilaksis (tindakan pencegahan) sebelum prosedur (misalnya pada operasi besar
dengan risiko perdarahan, dipasang jalur infus intravena untuk persiapan jika terjadi syok,
juga untuk memudahkan pemberian obat)
g.Upaya profilaksis pada pasien-pasien yang tidak stabil, misalnya risiko dehidrasi
(kekurangan cairan) dan syok (mengancam nyawa), sebelum pembuluh darah kolaps (tidak
teraba), sehingga tidak dapat dipasang jalur infus.
h.Untuk menurunkan ketidaknyamanan pasien dengan mengurangi kebutuhan dengan injeksi
intramuskuler.
 Vena bagian mana saja yang boleh dipasang
infus? aVena lengan : vena sefalika dan vena cubiti
b. Vena tungkai : vena savena
c. Vena tangan : vena metacarpal
d. Vena kepala pada anak umur <2 tahun : vena temporalis dan vena frontalis (khusus utuk
anak- anak dan bayi).
 Factor yang mempengaruhi tetesan infus
a.Posisi lengan
b.Posisi lengan klien terkadang bisa menurunkan aliran infus. Sedikit pronasi, supinasi,
ekstensi atau elevasi lengan dengan bantal dapat meningkatkan aliran.
c.Posisi dan kepatenan selang infus (aliran berbanding langsung dengan diameter selang)
d.Aliran akan lebih cepat melalui kanula dengan diameter besar, berlawanan dengan kanul
kecil.
e.Posisi botol infus
f.Menaikkan ketinggian wadah infus dapat memperbaiki aliran yang tersendat-sendat (aliran
berbanding langsung dengan ketinggian bejana cairan).
g.Larutan/cairan yang dialirkan (aliran berbanding terbalik dengan viskositas cairan)
h.Larutan intravena yang kental, seperti darah, membutuhkan kanula yang lebih besar
dibandingkan dengan air atau larutan salin.
i. Panjang selang (aliran berbanding terbalik dengan panjang selang).
 Ukuran Jarum Infus

Ukuran jarum infus


1.Ukuran 16
Penggunaan : dewasa, bedah mayor, trauma, apabila sejumlah besar cairan perlu diinfuskan
Pertimbangan perawat : sakit saat insersi, butuh vena besar.
2. Ukuran 18
Penggunaan : anak dan dewasa, untuk darah, komponen darah dan infus kental lainnya
Pertimbangan perawat : sakit saat insersi butuh vena besar.
3. Ukuran 20
Penggunaan : anak dan dewasa, sesuai untuk kebanyakan cairan infus, darah, komponen
darah dan infus kental lainnya.
4. Ukuran 22
Penggunaan : bayi, anak dan dewasa (terutama usia lanjut), cocok untuk sebagian besar
cairan infus. Pertimbangan perawat : lebih mudah menginsersi ke vena yang kecil, tipis dan
rapuh, sulit insersi melalui kulit yagn keras.
5. Ukuran 24, 26
Penggunaan : neonates, bayi, ank, dewasa (terutama usia lanjut), sesuai untuk sebagian cairan
infus tetapi kecepatan tetesannya lebih lambat. Pertimbangan perawat : untuk vena yang
sangat kecil, sulit insersi melalui kulit keras.

C. Tujuan Pemasangan Infus


1. Mempertahankan/mengantikan cairan tubuh yang mengandung air, elektrolit, vitamin,
protein, lemak dan kalori yang tdak dapat dipertahankan secara adekuat melalui oral.
2. Memperbaiki keseimbangan asam basa.
3. Memperbaiki keseimnagan volume komponen-komponen darah.
4.Memberikan jalan masuk untuk pemberian obat-obatan kedalam tubuh.
5.Memonitor tekan vena central (CVP).
6.Memberikan nutrisi pada saat system pencernaan diistirahatkan
D. Indikasi Pemasangan Infus
1.P.asien dengan keadaan emergency (misalnya pada tindakan RJP), yang memungkinkan
pemberian obat langsung ke dalam intravena.
2.Untuk memberikan respon yang cepat terhadap pemberian obat (sperti furosemid, digoxin)
3.Pasien yang mendapat terapi obat dalam dosis besar terus menerus melalui intravena
4.Pasien yang membutuhkan pencegahan gangguan cairan dan elektrolit.
5. Pasien yang mendapatkan transfuse darah.
6. Upaya profilaksis (tindakan pencegahan) sebelum prosedur (misalnya pada operasi besar
dengan risiko perdarahan, dipasang jalur infus intravena untuk persiapan jika terjadi syok,
juga untuk memudahkan pemberian obat).
7. Upaya profilaksis pada pasien-pasien yang tidak stabil, mialnya risiko dehodrasi
(kekurangan cairan) dan syok (mengancam nyawa), sebelum pembuluh darah kolabs (tidak
teraba), sehingga tidak dapat dipasang jalur infus.

E. Kontraindikasi dan Pertimbangan pada Pemasangan Infus


1. Inflamasi (bengkak, nyeri, demam) dan infeksi dilokasi pemasangan infuse.
2. Daerah pada lengan bawah pada pasien gagal ginjal, karena lokasi ini akan digunakan
untuk pemasangan A-V shut pada tindakan hemodialisa.
3. Obat-obatan yang berpotensi iritan terhadap pembuluh vean kecil yang aliran darahnya
lambat (misalnya pembuluh vena ditungkai dan kaki).

F. Tujuan
1. Sebagai tindakan pengobatan.
2. Mencukupi kebutuhan tubuh akan cairan dan elektrolit.

G. Persiapan Alat dan Bahan


1. Seperangkat infust steril.
2. Cairan infus yang diperlukan (Asering, RL, Dektrose 5%, Nacl
0,9%) 3.Jarum infus steril sesuai ukuran yang dibutuhkan.
4.Kapas alkohol dalam tempatnya.
5.Kain kassa steril dalam tempatnya.
6.Tourniquet.
7. Pengalas/
perlak.
8. Bengkok.
9. Standar infus.
10. Sarung tangan
steril.
11. Betadin.
12. Plester dan gunting perban.
13.Spalk dan kasa gulung bila perlu.
14.Tempat cuci tangan
15.Alat tulis

H. Prosedur
1. Cek kebutuhan pasien.
2. Jelaskan tindakan yang akan dilakukan para pasien : tujuan dan
prosedur. 3.Persiapan alat-alat sesuai kebutuhan.
4. Alat-alat didekatkan ke pasien.
5. Botol cairan digantung pada standar infus.
6. Pasang pengalas dibawah daerah yang akan dilakukan penusukkan dan dekat bengkok
disisi penusukkan.
7. Perawat cuci tangan kemudian memakai sarung
tangan. 8.Tutup botol cairan di desinfeksi.
9.Infuset dibuka, keluarkan selang udara lalu tusukkan ke botol infus.
10.Udara dalam selang dikeluarkan dengan mengalirkan cairannya
11. Alirkan cairan sehingga mengisi setengah bagian tabung pengatur tetesan dan selang terisi
cairan, perhatikan jarum jangan sampai alat penetes terendam.
12. Selang di klem.
13. Daerah yang akan ditusuk dipasang tourniquet sehingga vena akan jelas terlihat (± 10 cm
diatas lokasi yang akan diinfus).
14. Daerah yang akan ditusuk di desinfeksi dengan kapas alkohol.
15. Tusukkan jarum infus kedalam vena yang dimaksud. Darah yang dihisap sedikit untuk
memastikan apakah jarum infus telah masuk kedalam vena dengan cepat.
16. Lepaskan tourniquet, setelah jarum infus dipastikan masuk kedalam vena, daerah ujung
jarum ditekan dan pangkal jarum dihubungkan dengan ujung selang.
17. Periksa lagi lancar tidaknya tetesan, terjadi pembengkakan atau tidak. Apabila tidak terjadi
jarum dipertahankan letaknya dengan kasa betadin dan plester.
18. Atur tetesan sesuai dengan kebutuhan.
19. Beritahukan kepada pasien bahwa tindakan telah selesai
dilakukan. 20.Rapihkan alat-alat, lepas sarung tangan.
21. Cuci tangan setelah melakukan tindakan.
22. Dokumentasikan tindakan yang telah dilakukan : jam pemasangan, jenis cairan, jumlah
tetesan/ menit, nama dan paraf perawat yang memasang.
LAPORAN PENDAHULUAN PEMASANGAN KATETER
A. Pengertian Kateter
PengertianKateter adalah suatu selang untuk memasukkan dan mengeluarkan
cairan.Katerisasi urinarius adalah memasukkan kateter melalui uretra kedalam kandung
kemihdengan tujuan untuk mengeluarkan urine.

B. Anatomi dan Fisiologi


Sistem urinaria terdiri dari bermacam-macam struktur dengan masing-masing fungsinya.
Struktur ini bekerja selaras untuk mengatur keseimbangan cairan tubuh, elektrolit dan asam
basa dengan cara menyaring darah yang melalui ginjal, reabsorbsi selektif air, elektrolit dan
non elektrolit serta mengekskresi kelebihannya sebagai kemih. Ginjal juga mengeluarkan
sampah metabolisme (seperti urea, kreatinin dan asam urat) dan zat kimia asing. Selain fungsi
regulasi dan ekskresi, ginjal juga mensekkresi renin, bentuk aktif vitamin D dan eritropoetin.
(Hall, 2003; Price and Wilson, 1995)

Struktur yang membangun sistem urinaria terdiri dari:


1. Ginjal
2. Ureter
3. Kandung kemih
4. Urethra
Ginjal merupakan organ yang berbentuk seperti kacang, terletak di kedua sisi kolumna
vertebralis. Ginjal kanan sedikit lebih rendah dibandingkan dengan ginjal kiri karena tertekan
ke bawah oleh hati. Kutup atasnya terletak setinggi kosta keduabelas, sedangkan kutup atas
ginjal kiri terletak setinggi kosta sebelas.

Ginjal terdiri dari komponen-komponen di bawah ini:


 Kapsul ginjal yaitu lapisan jaringan ikat yang kuat mengelilingi ginjal
 Korteks ginjal, terletak dibawah kapsul ginjal dan terdiri dari tubulus ginjal sebagai sistem
filtrasi.
Nefron
Nefron merupakan unit fungsional ginjal . Setiap ginjal terdiri dari satu juta nefron yang
pada dasarnya mempunyai struktur dan fungsi sama, dengan demikian pekerjaan ginjal dapat
dianggap sebagai jumlah total dari fungsi semua nefron tersebut. Setiap nefron tersusun dari
kapsula bowman yang mengitari rumbai kapiler glomerulus, tubulus kontortus proksimal,
lengkung Henle dan tubulus kontortus distal yang berlanjut sebagai duktus pengumpul.
Struktur inilah yang membuang sisa hasil metabolisme dari darah dan membentuk urin untuk
dikeluarkan. Tiga fungsi utama nefron dapat disebutkan sebagai berikut:
1. Mengontrol cairan tubuh melalui proses sekresi dan reabsorbsi cairan.
2. Ikut mengatur pH darah.
3. Membuang sisa metabolisme darah.
Medula ginjal
Medula ginjal terbagi-bagi menjadi baji segitiga yang disebut piramid, tampak bercorak
karena tersusun dari segmen-segmen tubulus dan duktus pengumpul nefron. Piramid-piramid
tersebut diselingi oleh bagian korteks yang disebut kolom bertini.
Papila ginjal
Papila (apeks) dari tiap piramid membentuk duktus papilaris Bellini yang terbentuk dari
persatuan bagian terminal dari banyak duktus pengumpul.
Kaliks
Setiap duktus papilaris masuk ke dalam suatu perluasan ujung pelvis ginjal berbentuk
seperti cawan yang disebut kaliks minor. Beberapa kaliks minor bersatu membentuk kaliks
mayor yang selanjutnya bersatu menjadi pelvis ginjal. Pelvis ginjal merupakan reservoir
utama sistem pengumpul ginjal. Ureter menghubungkan pelvis ginjal dengan kandung kemih.
Ureter
Kedua ureter merupakan saluran yang panjangnya 10-12 inci, terbentang dari ginjal
sampai kandung kemih. Fungsi satu-satunya adalah menyalurkan kemih ke kandung kemih.
Urin mengalir melalui ureter karena adanya gerakan peristaltik ureter. Sebuah membrane
yang terletak pada sambungan ureter dan kandung kemih berfungsi sebagai katup untuk
mencegah aliran balik urin.
Kandung kemih
Kandung kemih adalah satu kantung berotot yang dapat mengempis, terletak di
belakang simfisis pubis. Kandung kemih mempunyai tiga muara: dua muara ureter dan satu
muara uretra. Dua fungsi kandung kemih adalah : (1) sebagai tempat penyimpanan kemih
sebelum meninggalkan tubuh dan (2) dibantu oleh uretra, kandung kemih berfungsi
mendorong kemih keluar tubuh. Kandung kemih dapat menampung sampai dengan 1000 ml
urin. Ketika mencapai 250 ml urin dalam kandung kemih, pesan berkemih terkirim melalui
corda spinal, sehingga seseorang merasakan ingin berkemih. Pengeluaran urin dikontrol oleh
spingter interna dan eksterna.
Urethra
Urethra adalah saluran kecil yang dapat mengembang, berjalan dari kandung kemih
sampai keluar tubuh. Panjangnya pada wanita 3-5 cm mulai dari dinding anterior vagina dan
keluar diantara klitoris dan ostium vagina. Pada pria panjangnya sekitar 18-20 cm, melewati
prostate sampai glands penis. Muara uretra keluar tubuh disebut meatus urinarius. (Hall,
2003
; Price and Wilson, 1995)
Pengosongan Kandung kemih
Urin yang terbentuk di ginjal mencapai kandung kemih oleh peristaltik ureter. Setelah
terkumpul urin akan dikeluarkan melalui proses miksi yang dikoordinasi oleh reflek miksi.
Proses miksi awali oleh oleh timbulnya potensial aksi akibat rangsangan pada Stretch
receptor di dinding kandung kemih yang telah terisi urin. Potensial aksi dikirim ke medulla
spinalis sakralis melalui saraf aferen. Medulla spinalis sakralis mengirim impuls ke saraf
parasimpatis sakral dan ke interneuron. Interneuron meneruskan inpuls ke talamus. Talamus
menyebarkan impuls ke kortek serebri. Timbulah kesadaran adanya kandung kemih yang
penuh urin.

 Jenis-jenis kateter urin:


Jenis-jenis kateter urin yang dikenal antara lain:
1. Kateter Nelathon/ kateter straight/ kateter sementara adalah kateter urin yang berguna untuk
mengeluarkan urin sementara atau sesaat. Kateter jenis ini mempunyai bermacam-macam
ukuran, semakin besar ukurannya semakin besar diameternya. Pemasangan melalui uretra.

2. Kateter balon/kateter Folley, Kateter Indwelling/ Kateter Tetap adalah kateter yang
digunakan untuk mengeluarkan urin dalam sistem tertutup dan bebas hama, dapat digunakan
untuk waktu lebih lama ( 5 hari). Kateter ini terbuat dari karet atau plastik yang mempunyai
cabang dua atau tiga dan terdapat satu balon yang dapat mengembang oleh air atau udara
untuk
mengamankan/ menahan ujung kateter dalam kandung kemih. Kateter dengan dua cabang,
satu cabang untuk memasukkan spuit, cabang lainnya digunakan untuk mengalirkan urin dari
kandung kemih dan dapat disambung dengan tabung tertutup dari kantung urin, sedangkan
kateter dengan tiga cabang, kedua cabang mempunyai fungsi sama dengan kateter diatas,
sementara cabang ketiga berfungsi untuk disambungkan ke irigasi, sehingga cairan irigasi
yang steril dapat masuk ke kandung kemih, tercampur dengan urin, kemudian akan keluar
lagi. Pemasangan kateter jenis ini bisa melalui uretra atau suprapubik. (Senat mahasiswa
Universitas Gadjah Mada, 1988; Tim Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, no
date)

3. Kateter suprapubik dengan bungkus Silver alloy, merupakan kateter paling baru yang
dibungkus dengan perak bagian luar maupun bagian dalamnya. Perak mengandung
antimikroba yang efektif, tetapi karena penggunaan perak sebagai terapi antimikroba belum
sistematik, maka penggunaan jenis kateter inipun masih terbatas dan belum jelas
keakuratannya. Pemasangan kateter, sementara ini baru dapat dilakukan oleh dokter urologi
dalam kamar operasi sebagai tindakan bedah minor (Saint, no date)
 Macam-Macam Jenis Kateter
1. Kateter plastik, karet.
2. Kateter logam.
3. Kateter sutera yang ditenun (untuk pria).
4. Kateter nelaton.
5. Kateter silicon.
 Pemakaian Ukuran Kateter
1. Untuk wanita dewasa No 14, 16
2. Untuk pria dewasa No 18, 20,
3. Untuk anak-anak No 6, 8,10
4. Untuk irigasi kandung kemih continue No. 6, 12, 20, 22, 2

C. Tujuan Pemasangan Kateter


1. Membantu memenuhi kebutuhan pasien untuk mengosongkan kandung kemih, terutama
pada pasien yang mengalami penyakit akut, akan operasi, sakit hebat, terbatas pergerakannya
atau pasien dengan penurunan kesadaran.
2. Menjaga agar kandung kemih tetap kosong, penyembuhan luka, pengobatan beberapa
infeksi dan operasi suatu organ dari sistem urin dimana kandung kemih tidak boleh tegang
sehingga menekan unsur lain.
3. Menjaga agar pasien dengan keluhan inkontinensia urin ( urin terkumpul di kandung kemih
karena tidak dapat dikeluarkan) tetap kering bagian perineumnya , sehingga kulit tetap utuh
dan tidak terinfeksi.
4. Mengukur jumlah produksi urin oleh ginjal secara akurat.
5. Membantu melatih kembali atau memulihkan pengendalian kandung kemih secara normal.
D. Kontra Indikasi Pemasangan Kateter
1. Striktur urethra
2.Ruptura urethra
3.Infeksi uretra
(relatif)

E. Pemasangan Kateter
1. PEMASANGAN KATETER PADA WANITA
a. Persiapan Alat
1) Bak instrument steril berisi :
a) Pinset anatomis
b) Duk
2) Kateter sesuai ukuran
3) Sarung tangan /handscoen steril 2 pasang
4) Desinfektan dalam tempatnya
5) Aquadest
6) Spuit 20 cc
7) Pelumas
8) Kapas
9) Urine bag
10) Plester dan gunting
11) Selimut mandi
12) Perlak dan pengalas
13) Bak berisi air hangat / NaCl
14) Waslap, sabun, handuk
15) Bengkok
16) Pispot
2).Prosedur
a) Memasang sampiran / menjaga privacy pasien.
b) Mengajak pasien membaca basmalah dan berdoa kepada Allah.
c) Mengatur posisi dorsal recumbent dan melepas pakaianbawah (bila pasien tidak dapat
mengabduksikan tungkainya pada sendi panggul mis, artritis sendi, baringkan pasien pada
posisi miring (sim’s) dengan tungkai atas fleksi pada lutut danpanggul).
d) Mengganti selimut pasien dengan selimut mandi (letakkanselimut dalam bentuk intan di
atas tubuh pasien, satu ujung pada setiap kaki dan ujung lain di atas perineum).
e) Memasang perlak dan pengalas.
f) Memasang pispot di bawah bokong pasien.
g) Memakai sarung tangan/ handscoen.
h) Mencuci area perineal dengan sabun dan air hangat denganmenggunakan waslap
sesuaidengan kebutuhan lalukeringkan dengan handuk
i) Mengangkat pispot dari bokong pasien.
j) Melepas sarung tangan dan mencuci tangan.
k) Membuka kantung kateter sesuai petunjuk, jaga agar bagian dasar wadah tetap steril.
l) Memakai sarung tangan (handscoen) steril.
m) Memasang duk steril. Letakkan duk diatas tempat tidur diantara paha klien, sisipkan tepi
duk tepat di bawah bokong pasien, perhatikan untuk tidak menyentuh
permukaanterkontaminasi dengan tangan yang telah mengenakan sarung tangan steril. Pasang
duk steril fanestrated (dukdengan lubang di tengahnya) di atas perineum.
n) Memberi pelumas 2,5 - 5 cm pada ujung kateter.
o) Meregangkan labia sedemikian sehingga meatus uretra terlihat dengan sempurna.
p) Mengambil kapas dengan pinset, membersihkan perineum dengan air hangat/ NaCl dengan
cara mengusap dari depan ke belakang dari klitoris ke arah anus. Gunakan bola kapasbersih
baru untuk tiap usapan, sepanjang dekat lipatan labia dan sepanjang area yang jauh dari
lipatan labia dan pada meatus.
q) Memasukkan kateter 5 – 7,5 cm atau sampai keluar urine, minta pasien untuk tidak
mengejan dengan cara menarik nafas panjang.
r) Menampung urine pada bengkok, biarkan sampai kandungkemih kosong (jika diperlukan
urine steril untuk dilakukanpemeriksaan maka urine dialirkan ke botol steril setelah urine
yang pertama dialirkan ke bengkok terlebih dahulu).
s) Mengisi balon dengan aquadest sesuai ukuran.
t) Menyambungkan kateter dengan urine bag dan menggantungnya di sisi tempat tidur.
u) Menarik perlahan kateter untuk memastikan katetertertahan.
v) Memfiksasi kateter ke arah paha, biarkan mengendur agar saat paha bergerak kateter tidak
teregang.
w) Melepas duk, pengalas dan sarung tangan.

2. PEMASANGAN KATETER PADA PRIA


a. Persiapan Alat
1) Bak Instrumen steril berisi :
a) Pinset anatomis
b) Duk steril
2) Kateter sesuai ukuran
3) Sarung tangan(handscoen) steril 2 pasang
4) Desinfektan dalam tempatnya
5) Aquadest
6) Spuit 20 cc
7) Pelumas
8) Urine Bag
9) Plester dan gunting
10) Selimut mandi
11) Perlak dan Pengalas
12) Bak berisi air hangat, waslap, sabun, handuk
13) Bengkok
14) Pispot
b. Prosedur
a) Memasang sampiran/menjaga privacy.
b) Mengajak pasien membaca basmalah dan berdoa kepada Allah.
c) Menyiapkan pasien dengan posisi dorsal recumbent danmelepaskan pakaian bawah.
d) Menyelimuti tubuh atas pasien dengan selimut mandi dantutup ejstremitas bawah dengan
selimut tidur (hanyamemajankan bagian genetalia).
e) Memasang perlak, pengalas, dan pispot.
f) Memakai sarung tangan.
g) Membersihkan genetalia dengan sabun dan air hangat,(pada pria yang tidak di sirkumsisi
yakinkan untukmeretraksi (menarik prepisium untuk membersihkan meatusuretra).
h) Mengangkat pispot.
i) Melepas sarung tangan dan mencuci tangan.
j) Membuka kantong kateter, pertahankan tetap steril.
k) Memakai sarung tangan steril, memasang duk steril.
l) Memberi pelumas pada ujung kateter.
m) Memegang penis pada batang tepat di bawah glans dan regangkan meatus uretra.
Regangkan preputium pria yang tidak disirkumsisi.
n) Mengambil kapas dengan pinset dan membersihkan penis dengan air hangat dengan
gerakan melingkar dari meatus bawah ke arah glans. Ulangi dua kali menggunakan kapas
yang bersih.
o) Mengarahkan penis tegak ke atas.
p) Meminta pasien untuk tidak mengejan dengan cara menarik nafas panjang.
q) Memasukkan kateter perlahan-lahan sedalam 15-23 cmatau hingga urine keluar.
r) Menampung urine pada bengkok, biarkan sampai kandung kemih kosong (jika diperlukan
urine steril untuk dilakukan pemeriksaan maka urine dialirkan ke botol steril setelah urine
yang pertama dialirkan ke bengkok terlebih dahulu).
s) Mengisi balon dengan aquadest sesuai ukuran.
t) Menyambungkan kateter dengan urine bag dan menggantungnya di pinggir tempat tidur.
u) Menarik keteter parlahan, pastikan kateter tertahan.
v) Memfiksasi kateter ke arah perut.
w) Melepas duk, pengalas dan sarung tangan.
x) Mengganti selimut mandi dengan selimut pasien.
LAPORAN PENDAHULUAN PEMBERIAN OBAT
A.PEMBERIAN OBAT INTRAMUSKULAR (IM)
1. Pengertian
Injeksi intramuskular ( IM ) adalah injeksi ke dalam otot tubuh baik untuk pemberian obat
ataupun cairan yang bertujuan agar obat/cairan lebih cepat diserap atau diabsorbsi
dikarenakan jaringan otot memiliki suplai darah yang lebih besar daripada jaringan yang
berada dibawah kulit serta jaringan otot dapat menampung lebih banyak obat daripada
jaringan subkutan.
Orang dewasa dengan perkembangan otot yang baik biasanya dapat menoleransi dengan
aman hingga 4 ml obat pada otot gluteus medius dan otot gluteus maksimus. Volume
sebanyak 1-2 ml biasanya dianjurkan untuk klien dewasa yang ototnya kurang berkembang.
Pada otot deltoid, dianjurkan volume obat 0.5-7 ml.
Lokasi penyuntikan dapat dilakukan pada daerah paha (vastus lateralis) dengan posisi
ventrogluteal (posisi berbaring), dorsogluteal (posisi tengkurap), atau pada lengan atas
(deltoid), paha bagian depan (Rectus Femoris), dan daerah ventro gluteal (M. Gluteus
Medius).

2.Anatomi dan Fisiologi


Macam-macam obat Intramuskular
a.Matolac
Untuk penggunaan jangka pendek untuk nyeri akut sedang sampai dengan berat.
Dosis: 10-30 mg tiap 4-6 jam. Maksimal 90 mg, lama teapi maksimal (pemberian IM/IV)
tidak boleh dari 5 hari. Km: 5 amp 10 mg.
b.Fentanyl
Untuk depresi pernafasan, cedera kepala, alkhoholisme akut, serangan asma akut, intolerensi
hamil, laktasi.
Dosis: pramedikasi, 100 mcg ser IM 30-60 sebelum operasi.
c.Dolgesik
Untuk pengobatan nyeri akut dan kronik yang berat, nyeri pasca operasi.
Dosis: dosis tunggal untuk dewasa dan anak-anak > 12 thn : 1 amp (100mg) IM disuntikan
perlahan-lahan. Maksimal 4 amp, anak-anak : 1 thn : 1-2 mg/kg.

3.Tujuan
Pemberian obat melalui intramuskular memungkinkan penyerapan yang lebih cepat daripada
injeksi subkutan serta obat akan dilepas secara berkala dalam bentuk depot obat.

4.Indikasi
Indikasi pemberian obat secara intramuskular biasa dilakukan pada pasien yang tidak sadar
dan tidak mau bekerja sama karena tidak memungkinkan untuk diberika obat secara oral,
bebas dari infeksi, lesi kulit, jaringan parut, benjolan tulang, otot atau saraf besar
dibawahnya. Pemeberian obat secara intramuskular harus dilakukan atas perintah dokter.

5.Kontraindikasi
Kontra indikasi dalam pemberian obat secara intramuskular yaitu:

1. infeksi,
2. lesi kulit,
3. jaringan parut,
4. benjolan tulang,
5. benjolan otot, atau
6. benjola saraf besar dibawahnya.

6.Lokasi Penyuntikan / Injeksi Intramuskular


1. Pada daerah paha (vastus lateralis) dengan cara anjurkan pasien untuk berbaring
telentang dengan lutut sedikit fleksi.
2. Pada daerah ventrogluteal dengan cara anjurkan pasien untuk miring, tengkurap atau
telentang dengan lutut atau panggul miring dengan tempat yang diinjeksi fleksi. Area
ini paling banyak dipilih untuk injeksi muscular karena pada area ini tidak terdapat
pembuluh darah dan saraf besar.
3. Pada daerah dorsogluteal dengan cara anjurkan pasien untuk tengkurap dengan lutut
diputar kearah dalam atau miring dengan lutut bagian atas dan pinggul fleksi dan
diletakkan di depan tungkai bawah.
4. Pada daerah deltoid (lengan atas) dengan cara anjurkan pasien untuk duduk atau
berbaring mendatar lengan atas fleksi.
7.Persiapan Alat dan Bahan
1. Daftar buku obat/catatan dan jadwal pemberian obat
2. Obat yang dibutuhkan (obat dalam tempatnya)
3. Spuit dan jarum suntik sesuai dengan ukuran. Untuk orang dewasa panjangnnya 2,5-3
cm dan untuk anak-anak panjangnya 1,25-2,5 cm.
4. Kapas alkohol
5. Cairan pelarut/aquabidest steril
6. Bak instrument/ bak injeksi
7. Pemotong ampul (bila diperlukan)
8. Nierbekken
9. Handscoon 1 pasang

8.Prosedur Kerja Pemberian Obat Secara Intramuskular


1. Mencuci tangan
2. Jelaskan prosedur yang akan dilakukan
3. Ambil obat dan masukkan ke dalam spuit sesuai dengan dosisnya. Setelah itu letakkan
dalam bak injeksi.
4. Periksa tempat yang akan dilakukan penyuntikan (perhatikan lokasi penyuntikan)
5. Desinfekasi dengan kapas alkohol pada tempat yang akan dilakukan injeksi.
6. Lakukan penyuntikan:
7. Pada daerah paha (vastus lateralis) dengan cara anjurkan pasien untuk berbaring
telentang dengan lutut sedikit fleksi.
8. Pada daerah ventrogluteal dengan cara anjurkan pasien untuk miring, tengkurap atau
telentang dengan lutut atau panggul miring dengan tempat yang diinjeksi fleksi. Area
ini paling banyak dipilih untuk injeksi muscular karena pada area ini tidak terdapat
pembuluh darah dan saraf besar.
9. Pada daerah dorsogluteal dengan cara anjurkan pasien untuk tengkurap dengan lutut
diputar kearah dalam atau miring dengan lutut bagian atas dan pinggul fleksi dan
diletakkan di depan tungkai bawah.
10. Pada daerah deltoid (lengan atas) dengan cara anjurkan pasien untuk duduk atau
berbaring mendatar lengan atas fleksi.
11. Lakukan penusukan dengan posisi jarum tegak lurus.
12. Setelah jarum masuk lakukan inspirasi spuit,bila tidak ada darah yang tertarik dalam
spuit maka tekanlah spuit hingga obat masuk secara berlahan-lahanhingga habis.
13. Setelsh selesai tarik spuit dan tekan sambil dimasase penyuntikan dengan kapas
alcohol, kemudian spuit yang telah di gunakan letakkan dalam bengkok.
14. Catat reaksi pemberian jumlah dosis dan waktu pemberian
15. Cuci tangan

B.PEMBEERIAN OBAT INTRAVENA


1. Pengertian
Obat diinjeksikan langsung ke dalam vena sehingga menghasilkan efek tercepat, dalam
waktu 18 detik (yaitu waktu untuk satu kali peredaran darah) obat sudah tersebar ke
seluruh jaringan. Obat yang disuntikkan secara intravena misalnya bermacam-macam
antibiotika. Di antara ketiga cara pertama, perbedaan teknik berada pada besar sudut
insersi jarum terhadap permukaan kulit

2. Tujuan
a. Untuk memperoleh reaksi obat yang cepat diabsorbsi daripada dengan injeksi
parenteral lain.
b. Untuk menghindari terjadinya kerusakan jaringan
c. Untuk memasukkan obat dalam jumlah yang lebih besar
3. Indikasi
a. Pada seorang dengan penyakit berat
b. Obat seorang tersebut bioval labilitas orang yang terbatas
c. Pasien tidak dapet minum karen muntah
d. Kesadaran menurun dan merisiko terjadi aspirasi
e. Kadar puncak obat dalam darah perlu segera dicapai
4. Kontra indikasi
a. Inflamasi dan infeksi
b. Daerah lengan bawah pasien gagal ginjal
c. Obat-obatan yang berpotensiintan terhadaap pembuluh darah vena

5..Persiapan alat dan bahan


a. Sarung tangan bersih
b. Obat IV sesuai order
c. Alcohol swab
d. Spuit sesuai kebutuhan
e. Cairan pelarut jika perlu
f. Torniket
g. Pengalas
h. Bengkok
i. Safety box

6. Prosedur Injeksi Intravena


a. Cuci tangan, klik untuk lebih tahu SOP Mencuci Tangan Pakai Sabun
b. Bawa obat yang telah dipersiapkan untuk diberikan langsung kepada klien. Jangan
meninggalkan obat tanpa pengawasan
c. Bandingkan nama yang tertera di buku obat atau pada gelang nama yang
terpasang pada klien
d. Dekatkan alat-alat ke klien
e. Beritahu kembali klien akan prosedur tindakan yang akan dilakukan.
f. Pasang pengalas di area yang akan dilakukan penyuntikan
g. Pasang sarung tangan
h. Jika Suntikan Langsung pada Vena
i. Tentukan dan cari vena perifer besar sebagai tempat penusukan. Lokasi
penusukan yang sering digunakan biasanya vena basilica dan sefalika
j. Jika pilihan lokasi penyuntikan di vena area lengan, singsingkan lengan baju yang
menutupi vena, jika sudah ditemukan, atur lengan lurus dan pasang torniket
sampai vena benar-benar dapat dilihat dan diraba. Jika perlu, anjurkan klien
mengepalkan tangannya.
k. Kemudian bersihkan dengan kapas alkohol/alkohol swab dengan cara melingkar
dari pusat ke arah luar atau satu usapan dari titik penyuntikan ke arah proksimal,
buang kapas alkohol ke bengkok, tunggu sampai tempat injeksi mengering.
l. Siapkan spuit yang telah berisi obat. Jika dalam tabung spuit masih terdapat udara,
maka udara harus dikeluarkan terlebih dahulu.
m. Perlahan-lahan tusukkan jarum ke dalam vena dengan posisi jarum sejajar dengan
vena dan lubang jarum mengarah ke atas. Untuk mencegah vena tidak bergeser,
tangan yang tidak memegang spuit dapat digunakan untuk menahan vena sampai
jarum masuk kedalam vena.
n. Lakukan aspirasi dengan cara menarik plunger spuit. Bila darah terhisap, lepaskan
torniket dan dorong obat perlahan-lahan ke dalam vena.
o. Amati respon pasien.
Jika Terpasang Port Vena
1. Cari tempat penusukan IV pada alat yang terpasang, biasanya terletak dekat
dengan tempat penusukan alat IV
2. Bersihkan tempat penusukan IV dengan alkohol swab, biarkan sesaat agar
mengering (jangan ditiup)
3. Siapkan spuit yang telah berisi obat. Jika dalam tabung spuit masih terdapat udara,
maka udara harus dikeluarkan terlebih dahulu.
4. Lepaskan jarum spuit, buka port IV, masukkan spuit ke dalam port IV
5. Tahan port IV diatas tempat penusukan dengan memegangnya, secara perlahan
aspirasi sampai darah tampak. Jika tempat penusukan IV mengalami kemacetan,
pindahkan terlebih dahulu. Ganti dan pindahkan alat IV.
6. Secara perlahan, suntikkan obat ke dalam port IV. Gunakan jam untuk kecepatan
pemberian obat.
7. Setelah pemberian, masukkan 1 ml cairan aquadest serta lepaskan tahanan.
Jika Terpasang Infus
1. Cari tempat penusukan suntikan, biasanya dekat dengan IV line (abocath)
2. Bersihkan tempat penusukan dengan alkohol swab dan biarkan sesaat sampai
mengering (jangan ditiup)
3. Matikan aliran cairan infus ke vena klien.
4. Siapkan spuit yang telah berisi obat. Jika dalam tabung spuit masih terdapat udara,
maka udara harus dikeluarkan terlebih dahulu.
5. Masukkan jarum spuit ke tempat penusukkan
6. Secara perlahan, suntikkan obat ke dalam selang infus. Sesuaikan waktu
pemberian dengan jenis obat.
7. Setelah obat masuk semua, segera cabut spuit, tutup jarum dengan teknik one
hand, lalu buang ke tempat sampah medis alat tajam habis pakai.
8. Setelah obat masuk semua, buka kembali aliran cairan infus ke vena atur kembali
tetesan sesuai program.
9. Amati kelancaran tetesan infus.
10. Lepaskan sarung tangan
11. Rapikan alat-alat dan bantu klien dalam posisi nyaman.
12. Evaluasi respon klien setelah pemberian obat intravena (IV) dan rencana tindak
lanjut
13. Sampaikan salam terminasi
14. Cuci tangan
15. Dokumentasi hasil tindakan pemberian obat IV
C.PEMBERIAN OBAT SUBKUTAN
1.Pengertian
Memasukkar sejumlah obat ke blwai kulit dengan tujuantertentu dergan menggunak n spuit
Pemberian obat subkutan adalah pemberian obat melalui suntikan ke area bawah kulit yaitu
pada jaringan konektif atau lemak di bawah dermis (Aziz,2006). Tehnik ini digunakan
apabila kita ingin obat yang disuntikanakan diabsorbsi oleh tubuh dengan pelan dan berdurasi
panjang (slow and sustained absorption).
Pemberian obat yang dilakukan dengan suntikan dibawah kulit dapat dilakukan pada :
1. Daerah lengan atas sebelah luar atau 1/3 bagian dari
bahu
2. Paha sebelah luar
3. Daerah sekitar umbilikus (abdomen).
4. Area scapula
5. Area ventrogluteal
6. Area dorsogluteal
Pemberian obat melalui subkutan ini umumnya dilakukan dalam program pemberian insulin
yang digunakan untuk mengontrol kadar gula darah.

2. Indikasi :
bisa dilkakukan pada pasien yang tidak sadar, tidak mau bekerja sama karena tidak
memungkinkan untuk diberikan obat secara oral, tidak alergi.
Lokasinya yang ideal adalah lengan bawah dalam dan pungguang bagian atas.

3.Kontra Indikasi :
luka, berbulu, alergi, infeksi kulit

4.Tujuan
l Memberiksn pengobatan
2.Memberikan valzin

5.Persiapan alat dan bahan


a. C)bat sesuai order
b. Aquadcst jik-a diperiukan
c. Spuil sesuai yang dibutuhkan.
d. Alkohol swab
e. Bengkok atau tempat sampah medis
f. Sarung tsngan tidak steril
g. Safety box
h. Bakvnampan/troly
i, Uoit dispensing dose (UDD)

6.Prosedur
1. Berika:r kesempatan pasien bertanya
sebelum kegiatan dilakukan.
2. Menanyakan keiuhan utzna
3. Jaga privacy pssien
4- Cunakan sarung tangan
5.Menyiapkan obat sesuai orderan
7. Pilih lempar penusukan pada lengan aras atauaddomenjika kedua tempat rersebut tidak
memungkinksn pilih tempat altemative lainnya Bantu klien untuk meridapa&an posrsr yang
nyaman sesuai tempat yang dipilih
8. Leraklan alas di bawah bagian rubuh yang akan olta{utiai tempr sutrcutaneous
9 Bersihkan.lempal yang alan digirnaxan oengan Kapas alcohol
10. Buka tutup jarum
I l. Tadk kulit dan jaringan lemak denga! ibu jafi dan jari tangan non dominant
12. Deng& tangan yang dominant, masukkan jarum dengan sudur 45 derajar dan unru-k
orang gemuk dengan sudut 90 derajal
13. Tarik jarum dengan sudut yang sama saal penusukan
I4. Usap d.an bersihkar tempal p€nusuka, de;gan kEpas alcohol Iain
15. Tempatkan jarum pada Safery box, jangar di rekaplng
16. Buang p€ralatan yang sudah tidal diperlukar, ajatalat dirspiksn

D.PEMBERIAN OBAT INTRAKUTAN (IC)


1. Pengertian
Memberikan obat melalui suntikan ke dalam jaringan kulit,yang di lakukan pada lengan
bawah bagian dalam atau di tempat lain yang di anggap perlu.
Memberikan obat melalui suntikan intracutan dan intrademal adalah suatu tindakan
membantu proses penyembuhan melalui suntikan kedalam jaringan kulit atau indra dermis.
Istilah intradermal (ID) berasal dari kata “ intra” yang berarti lapis dan “dermis “ yang berarti
sensitif, lapisan pembuluh darah dalam kulit ketika sisi anatominya mempunyai derajat
pembuluh darah tinggi pembuluh darah betul-betul kecil, makanya penyerapan dari injeksi
disini lambat dan dibatasi dengan efek sistemik yang dapat dibandingkan karena absorsinya
terbatas, maka penggunaannya biasa untuk aksi lokal dalam kulit untuk obat yang sensitif
atau untuk menentukan sensitifitas terhadap organisme.
Injeksi intracutan dimasukan langsung ke lapisan epidermis tepat dibawah
startumkorneum.
Lokasi penyuntikan:
a.Lengan bawah bagian atas
b.Dada bagian atas
c.Punggung bagian atas di bawah scapula
d.Lokasinya yang ideal adalah lengan bawah dalam, dan pungguang bagian atas

2. Tujuan
a.Agar obat dapat menyebar dan diserap secara perlahan-lahan
b.Pasien mendapatkan pengobatan sesuai program pengobatan dokter
c.Memperlancar proses pengobatan dan menghindari pemberian obat
d.Membantu menentukan diagnosaterhadappenyakit tertentu misalnya (tuberculin test)
e.Menghindarkan pasin dari efek alergi obat (dengan skin test)
f.Digunakan untuk test tuberculin atau test alergi terhadap obat-obatan
g.Pemberian vaksinasi.

3. Indikasi injeksi IC(intracutan)


a.Pasien yang membutuhkan test alergi ( mantoux test )
b.Pasien yang akan melakukan vaksinasi
c.Mengalihkan diagnosa penyakit
d.Sebelum memasukkan obat
e.pasien yang tidak sadar

4. Kontraindikasi injeksi IC(intracutan)


a.Pasien yang mengalami infeksi pada kulit
b.Pasien dengan kulit terluka
c.Pasien yang sudah dilakukan skin test
d.Pasien yang alergi
5. Persiapan Alat Dan Bahan

a.Daftar buku obat/catatan, jadwal pemberian obat


b.Obat daam tempatnya
c.Spuit 1 cc/spuit insuin/sesuai kebutuhan
d.Kapas akohol dalam tempatnya
eCairan pelarut
f.Bak steril diapisi kasa steril (tempat spuit)
gJarum sesuai kebutuhan
h.Perlak dan alas dan nierbeken/bengkok
i.Handschoen

6. Prosedur
a.Cuci tangan
b.Berdiri di sebelah kanan pasien
c.Bebaskan daerah yang akan disuntik. Bila menggunakan baju lengan panjang , buka dan
naikan
d.Pasang perlak/pengalas di bawah bagian yang di suntik
e.Buka obat dengan cara :
f.Flakon/Vial : buka tutup metal, lakukan disinfeksi tutup karet dengan kapas alkohol.
Apabila sediaan obat dalam flakon masih berupa bubuk larutkan dengan aquabidest sebanyak
yang tercantum pada petunjuk penggunaan obat
g.Flakon/vial : isap udara sebanyak cairan yang diperlukan. Tusuk jarum dengan posisi bavel
tegak. Suntikkan udara kedalam flakon. Balik flakon, dengan tangan kiri memegang flakon
dengan ibu jari dan jari tengah. sedangkan tangan kanan memegang ujung barrel dan plugger.
Jaga ujung jarum dibawah cairan. Biarkan tekanan udara membantu mengisi obat dalam
keadaan spuit. Setelah selesai, tarik jarum dari flakon.
h.Ampul : ketuk obat yang ada di ujung ampul, patahkan leher ampul dengan tangan
menggunakan kain kasa.
i.Ampul : masukkan jarum kedalam ampul. Isap obat. Jaga ujung jarum berada di bawah
cairan setelah selesai tarik jarum dari ampul
j.Buang udara dalam spuit,tutup kembali kemudian masukkan ke dalam bak injeksi.
k.Desinfeksi dengan kapas akohol pada daerah yang akan disuntik
l.Tegangkan daerah yang akan disuntik dengan tangan kiri
m.Lakukan penusukan dengan lubang menghadap keatas yang sudutnya 15-20º terhadap
permukaan kulit
n.Semprotkan obat hingga menjadi gelembung
o.Tarik spuit dan tidak boleh dilakuan massage
p.Setelah penyuntikan area penyuntikan tidak boleh didesinfeksi.
qRapikan pasien.
r.Rapikan alat.
s.Cuci tangan
t.Dokumentasikan tindakan. (Sigalingging, 2012)
u.Bila injeksi intrakutan dilakukan untuk test antibiotik, lakukan penandaan pada area
penyutikan dengan melingkari area penyuntikan dengan diameter kira kira 1inchi atau
diameter 2,5 cm. Penilaian reaksi dilakukan 15 menit setelah penyuntikan. Nilai positif jika
terdapat tanda tanda rubor, dolor, kalor melebihi daerah yang sudah ditandai, artinya pasien
alergi dengan antibiotik tersebut.
v.Bila injeksi ditujukan untuk mantoux test tuberkulin test, dapat dinilai hasilnya dalam 2
sampai 3 kali 24 jam, positif bila terdapat rubor dolor kalor melebihi diameter 1 cm pada area
penyuntikan.
w.Catat reaksi pemberian, hasil pemberian obat/tes obat, tanggal, waktu, dan jenis
obat. x.Evaluasi respon klien terhadap obat (15 s.d 30 menit)
LAPORAN PENDAHULUAN HUKNAH
A. Pengertian
Enema/huknah/klisma adalah suatu tindakan memasukkan cairan secaraperlahan-lahan
kedalam rektum dan kolon sigmoid melalui anus denganmenggunakan kanul rektal. Terdapat
tiga jenis enema; enema rendah, enema tinggi,dan enema gliserin. Enema rendah adalah
memasukkan cairan melalui anus sampaike kolon desenden. Enema tinggi adalah
memasukkan cairan melalui anus (rektum)sampai ke kolon asenden. Enema gliserin adalah
memasukkan cairan melalui anus kedalam kolon sigmoid dengan menggunakan spuit
gliserin.

B. Anatomi dan Fisiologi


Kolon merupakan usus yang memiliki diameter lebih besar dari usus halus.Memiliki panjang
1,5 meter dan penampang 5-6 cm. Usus besar mempunyai struktursebagai berikut:
1. Sekum: Kantong lebar yang terletak pada fossa iliaka dekstra. Pada bagianbawah sekum
terdapat apendiks vermiformis yang kita sebut umbai cacing yangmempunyai panjang 6 cm.
Sekum seluruhnya ditutupi oleh peritoneum agarmudah bergerak dan dapat diraba melalui
dinding abdomen.
2. Kolon asendens: Bagian yang memanjang dari sekum ke fossa iliaka kanansampai kanan
abdomen. Panjangnya 13 cm terletak di bawah abdomen sebelahkanan. Lengkung ini disebut
fleksura hepatika.
3. Kolon transversum: Panjangnya 38 cm membujur dari kolon asendens sampai kekolon
desendens. Berada di bawah abdomen sebelah kanan tepat pada lekukanyang disebut fleksura
lienalis.
4. Kolon sigmoid: Bagian ini merupakan kelanjutan dari kolon desendens, terletakmiring
dalam rongga pelvis. Panjangnya 40 cm dalam rongga pelvis sebelah kiriyang berujung pada
rektum. Kolon sigmoid ditunjang oleh mesentrium yangdisebut mesokolon sigmoideum.
Rektum adalah bagian saluran pencernaan dengan panjang 12-13 cm. Rektumberfungsi
sebagai tempat penyimpanan sementara feses. Rektum dibangun olehlipatan-lipatan jaringan
vertikal yang berisi sebuah arteri dan lebih dari satu vena.Apabila vena menjadi distensi
akibat tekanan selama mengedan, maka terbentukhemoroid, yang dapat membuat proses
defekasi terasa nyeri. Biasanya rektum inikosong karena tinja disimpan di tempat yang lebih
tinggi, yaitu pada kolondesendens. Dalam kondisi normal, rektum tidak berisi feses sampai
defekasi. Ketikagas atau masa feses bergerak ke dalam rektum untuk membuat
dindingnyaberdistensi, maka proses defekasi dimulai. Saat rektum mengalami distensi,
sarafsensorik distimulasi dan membawa impuls-impuls sehingga menyebabkan
relaksasisfingter interna, memungkinkan lebih banyak feses yang masuk ke rektum. Pada
saatyang sama, impuls bergerak ke otak untuk menciptakan suatu kesadaran bahwaindividu
perlu melakukan defekasi. Pada saat defekasi, sfingter eksterna berelaksasi.
Tekanan untuk mengeluarkan feses dapat dilakukan dengan meningkatkan tekananintra
abdomen atau melakukan Valsava Manufer. Valsava Manufer adalah kontraksivolunteer otot-
otot abdomen saat individu mengeluarkan napas secara paksa,sementara glotis menutup
(menahan napas saat mengedan).Rektum berakhir pada saluran anal dan membuka ke
eksterior di anus. Mukos saluran anal tersusun dari kolumna rektal (anal), yaitu lipatan-
lipatan vertikal yangmasing-masing berisi arteri dan vena. Sfingter anal internal otot polos
(involunter)dan
sfingter anal eksternal otot rangka (volunter) mengitari anus. Anus merupakalubang di ujung
saluran pencernaan, dimana bahan limbah keluar dari tubuh.Pembukaan dan penutupan anus
diatur oleh otot sfingter. Feses dibuang dari tubuhmelalui proses defekasi (buang air besar
BAB), yang merupakan fungsi utama anus.

C. Tujuan
1. Merangsang peristaltik usus dan defekasi untuk mengatasi konstipasi daimpaksi.
2. Membersihkan kolon untuk persiapan operasi atau pemeriksaan diagnostic.
3. Melunakkan feses yang telah mengeras atau mengosongkan rectum dan kolonbawah untuk
prosedur diagnostic atau pembedahan.
4. Membantu defekasi yang normal sebagai bagian dari program latihan defekasi(bowel
training program)
5. Memberikan terapi seperti: mengurangi kadar kalium yang tinggi dengaenema Natrium
Polystyrene Sulfonate (Kayexalate) dan mengurangi bakteri kolon dengan enema Neomycin.

D. Indikasi
a. Klien yang mengalami konstipasi.
b. Klien yang mengalami impaksi.
c. Pemeriksaan radiologi seperti kolonoskopi, endoskopi membutuhkan
pengosongan usus supaya hasil pembacaan yang diperoleh maksimal.
d. Anastesia umum (GA) dalam pembedahan bisa diberikan melalui enema
dengan tujuan untuk mengurangi efek muntah selama dan setelah operasi,
juga mencegah terjadinya aspirasi.

E. Kontraindikasi
a. Klien yang mengalami dehidrasi dan bayi yang masih muda, bila
diberikan enema dengan tipe larutan hipertonik.
b. Keadaan patologi klinis pada rektum dan kolon seperti hemoroid
bagian dalam atau hemoroid besar.
c. Tumor rektum dan kolon.
d. Pasien dengan gangguan fungsi jantung atau gagal ginjal.
e. Pasien post operasi.

Anda mungkin juga menyukai