7.Prosedur
1. Menyiapkan alat (alat disiapkan secara ergonomis dengan lengkap)
2. Jelaskan prosedur yang akan dilakukan ( pastikan pasien siap dan mengerti dengan apa
yang akan dilakukan )
3. Cuci tangan ( mencuci tangan dengan metode 6 langkah dan bersih)
4.Atur posisi pasien ( pastikan pasien dalam keadaan dorsal
recumbent) 5.Pasang pengalas di bawah bokong pasien
6. Pasang handscoen
7. Lakukan vulva hygiene dengan tangan kiri membuka vulva dan tangan kanan menyiram
vulva dengan larutan desinfektan
8. Ambil kapas sublimat lalu bersihkan vulva ( bersihkan vulva dari atas ke bawah dan buang
kapas kotor ke bengkok)
9. Setelah selesai ,ambil pispot dan atur posisi pasien (pispot berguna untuk menampung urine
jika pasien ingin berkemih)
10. Cuci tangan setelah prosedur dilakukan.
B. Penis Hygiene
1. Pengertian Penis Hygiene
Membersihkan daerah genital danperineal pada pasien pria yang tidak bisa melakukannya
sendiri.
5.Prosedur
1. Lakukan cuci tangan;
2. Siapkan alat ke dekat pasien;
3. Ucapkan salam;
4. Lakukan identifikasi pasien dengan benar;
5. Jelaskan tujuan dan prosedur tindakan;
6. Tanyakan kesiapan pasien atau keluarga;
7. Jaga privasi pasien dengan menutup tirai/mengunci pintu kamar
pasien;
8. Ajak pasien/keluarga membaca basmalah bersama-sama;
9. Pakai sarung tangan;
10. Ganti selimut pasien dengan selimut mandi, dengan 1 ujung selimut
diantara kedua tungkai pasien, 2 ujung lainnya Mengarah kemasingmasing sisi tempat tidur
dan 1 ujung lain pada dada pasien. Jika
selimut mandi terlalu besar maka selimut mandi digunakan seperti
biasa;
11. Atur pasien dorsal recumbent dan lepaskan pakaian bawah pasien
12. Lilitkan ujung selimut kesekeliling tungkai pasien dengan
menarik ujung selimut mandi dan melipatnya dibawah panggung
13. Perlahan-lahan angkat penis dan meletakkan handuk dibawahnya.
Dengan perlahan pegang ujung penis, bila pasien tidak disircumsisi
retraksikan kulup. Tunda prosedur jika pasien mengalami ereksi.
14. Bersihkan ujung penis pada meatus uretra, melakukan
gerakan memutar dari meatus kearah keluar. Jangan biarkan
sabun masuk kedalam meatus.
15. Kembalikan meatus pada posisi semula
16. Basuh dan mengeringkan penis secara menyeluruh
17. Minta pasien untuk meregangkan sedikit kakinya, dengan
perlahan membersihkna scrotum.
18. Angkat testis dengan hati-hati dan mencuci lipatan kulit
dibawahnya. basuh dengan washlap dan keringkan.
19. Lipat selimut mandi kebelakang perineum dan membantu
pasien untik miring
20. Bersihkan daerah anal dengan mengusap dari arah perineum ke
anus dengan satu gosokan, ulangi dengan washlap sampai bersih
21. Keringkan dengan handuk kecil atau tissue
22. Bantu pasien untuk terlentang
23. Lepas handscoon
24. Bantu pasien untuk memakai pakaian bawahnya
25. Rapikan pasien dan Mengevaluasi tindakan yang dilakukan
26. Rapikan lingkungan
27. Ajak pasien atau keluarga membaca hamdalah
28. Pamitan dengan pasien
29. Bereskan dan mengembalikan alat ke tempat semula
30. Lakukan cuci tangan
31. Catata kegiatan dalam lembar catatan keperawatan
LAPORAN PENDAHULUAN PEMASANGAN NGT
A. Pengertian Pemasangan NGT
Memberikan makan cair melalui selang lambung (enteral) adalah proses memberikan
melalui saluran cerna dengan menggunakan selang NGT ke arah lambung.
B. Tujuan
1. Untuk memberikan makanan dan minumak pada pasien yang tidak dapat makan, menelan,
atau atau pasien yang tidak sadar
2. Untuk memenuhi nutrisi pada pasien yang mengalami gangguan pada sistem pencernaan
3. Pasien yang terus-menerus tidak mau makan sehingga membahayakan jiwanya, misalnya
pasien psikiatri (kelainan kejiwaan)
4. Pasien yang muntah terus-menerus
5. Bayi yang berat badan lahir rendah (BBLR), premature, atau dismature
C. Indikasi
1. Klien yang tidak dapat makan/menelan atau klien tidak sadar
2. Klien yang terus-menerus tidak mau makan sehingga membahayakan jiwanya, misalnya
klien dengan gangguan jiwa.
3. Klien yang muntah terus-menerus
4. Klien yang tidak dapat mempertahankan nutrisi oral adekuat
5. Bayi dengan Berat Badan Lahir Rendah (BBLR), Premature,
dismature 6.Perdarahan GI (Gastrointestinal)
7.Trauma multiple, pada dada dan abdomen
8.Pemberian Obat-obatan, cairan makanan
9.Pencegahan aspirasi penderita dengan intubasi jangka panjang. Operasi abdomen
10.Obstruksi saluran cerna
D. Kontra Indikasi
TIPE-TIPE LUKA
1. Luka Insisi
Luka yang terjadi karena benda tajam, dapat disengaja mauapun tidak, misalnya karena
pembedahan atau kecelakaan.
2. Luka Contusio
Luka tertutup, terjadi karena suatu goresan benda/ alat tumpul, keadaan kulit ekimosis,
disebabkan karena keluranya darah menuju ke jaringan yang berasal dari pembuluh darah
yang rusak. Biasanya tidak disengaja.
3. Luka Abrasi
Luka terbuka, terjadi akibat gesekan, seperti goresan jari/telapak kaki pada permukaan jalan.
Dapat juga terjadi secara disengaja, misalnya abrasi pada permukaan kulit untuk
pengangkatan keropeng.
4. Luka Tusuk
Luka terbuka akibat suatu benda tajam yang merusak kulit dan jaringan dibawahnya.
5. Luka Laserasi
Terjadi dimana jaringan tersobek, menimbulkan tepi luka tidak teratur. Biasanya tidak
disengaja.
6. Luka Tembus
Suatu benda yang menembus lebih dalam menuju jaringan melalui kulit atau membran mukosa.
C. Indikasi
Perdarahan dari luka tidak dapat dihentikan dengan bebat tekan atau memposisikan
lebih tinggi daerah yang mengalami luka
Luka yang dialami disebabkan oleh trauma berat
Luka terbuka yang membutuhkan jahitan
Luka akibat gigitan hewan atau membutuhkan imunisasi rabies
Luka kotor dan sulit untuk dibersihkan
Terdapat tanda-tanda infeksi pada luka seperti kemerahan, bengkak, nyeri, dan
munculnya nanah
Status vaksinasi tetanus belum diperbaharui atau membutuhkan pencegahan tetanus
D.Kontraindikasi
1. Luka bersih
Pada luka dengan ditandai adanya pus, necrose dan serum
balutan tidak kotor dan tidak ada rembesan atau eksudat.
2. Luka kotor
Pasien yang tidak mengalami decubitus
Pada pasien yang mobilisas.
E Tujuan
1) Mencegah infeksi silang dan mempercepat proses penyembuhan
2) Memberikan lingkungan yang memadai untuk penyembuhan
3) Meningkatkan hemostatis dengan menekan dressing
4) Memberikan rasa nyaman baik fisik maupun mental.
F.Diagnosa Keperawatan
1.Hambatan Mobilitas fisik
2.defisit perawtan diri
3.Gangguan Rasa Nyaman/nyeri
4.Intolerasi aktivitas
H.Prosedur
a.Jelaskan prosedur yang akan dilaksanakan, cuci tangan
b.Gunakan sarung tangan steril
c.Plester dan balutan dibuka dengan menggunakan pinset apabila luka tertutup oleh balutan.
d.Lakukan membersihkan luka dimulai dengan :
Kaji status luka ,apakah luka bersih atau kotor serta jenisnya.
Perawatan luka kotor .
Gunakan kasa steril yang dipegang dengan pinset , dicelupkan / diberi larutan savlon , dan
lakukan pembersihan pada luka. ( bila ada jaringan yang mati dan sulit diangkat ) . Lanjutkan
pembersihan dengan Beer Water ( BWC ) hingga bersih.
Perawatan luka bersih
Gunakan kasa steril yang dipegang dengan pinset . Celupkan / diberi larutan Nacl 0,9 % atau
BWC . Kemudian bersihkan luka sampai bersih dan lanjutkan dengan pengobatan luka
menggunakan betadine atau sejenisnya.
e. Cuci tangan setelah prosedur dilakukan
f. Catat tindakan , respon pasien , dan kondisi luka.
LAPORAN PENDAHULUAN LUKA DEKUBITUS
A. Pengertian Dekubitus
Dekubitus adalah kerusakan/ kematian kulit sampai jaringan dibawah kulit, bahkan
menembus otot sampai mengenai tulang akibat adanya penekanan pada suatu area secara
terus menerus sehingga mengakibatkan gangguan sirkulasi darah setempat. Apabila ini
berlangsung lama, hal ini dapat menyebabkan insufisiensi aliran darah, anoreksia atau
iskemik jaringan dan akhirnya dapat mengakibatkan kematian sel.
Dekubitus adalah kerusakan/kematian kulit sampai jaringan dibawah kulit, bahkan
menembus otot sampai mengenai tulang akibat adanya penekanan pada suatu area secara
terus menerus sehingga mengakibatkan gangguan sirkulasi darah setempat. Usia lanjut
mempunyai potensi besar untuk terjadi dekubitus karena perubahan kulit berkaitan dengan
bertambahnya usia antara lain:
1. Berkurangnya jaringan lemak subkutan
2. Berkurangnya jaringan kolagen dan elastin
3. Menurunnya efesiensi kolateral kapiler pada kulit sehingga kulit menjadi lebih tipis
dan rapuh.
C. Tujuan
1. Mencegah infeksi dari masuknya mikroorganisme ke dalam kulit membrane mukosa
2. Mencegah bertambahnya kerusakan jaringan
3. Mempercepat penyembuhan
4. Membersihkan luka dari benda asing atau debris
5. Drainase untuk memudahkan pengeluaran eksudat
6. Mencegah penyebaran luka
7. Mencegah pendarahan
8. Mencegah excoriasi sekitar kulit drain
D.Diagnosa Keperawatan
a.Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan gangguan
keseimbangan insulin, makan, dan aktivitas jasmani
b.Resiko infeksi berhubungan dengan destruksi jaringan (pada luka dekubitus)
c.Kerusakan integritas kulit
d.Kerusakan integritas jaringan berhubungan dengan menurunnya sirkulasi darah ke jaringan
faktor mekanik (tekanan eksterna dan gaya tarikan)
e.Nyeri akut berhubungan dengan destruksi jaringan (luka dekubitus)
f.Gangguan citra tubuh berhubungan dengan proses penyakit (luka dekubitus)
g.Gangguan rasa nyaman berhubungan dengan gejala terkait penyakit (tidak nyaman terhadap
luka dekubitus)
h.Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan penurunan kekuatan otot, nyeri pada luka
dikubitus
E. Persiapan Alat dan Bahan
a. Set steril terdiri atas :
1) Kapas alcohol
2) Kasa steril
3) kom untuk larutan NaCl 0,9%
4) Pinset anatomi
5) Pinset chirurgi
6) Lidi kapas yang steril
b. Derian tule atau cutimed sorbad/salep obat topikal
c. Gunting plester
d. Plester/perekat atau hipafix
e. Alkohol 70 %
f. Larutan NaCl 0.9 %
g. Handscoon bersih
h. Handscoon steril
i. Penggaris millimeter disposable
j. Pencahayaan yang adekuat
F. Prosedur
1. Jelaskan prosedur pada klien
2. Tutup ruangan atau pasang sampiran
3. Cuci tangan
4. Pakai handscoon bersih
5. Buka balutan dengan menggunakan kapas alcohol dan buang pada tempat sampah atau
kantong plastic yang telah disediakan
6. Observasi luka, ukur panjang, lebar dan kedalaman luka dengan menggunakan
Penggaris millimeter disposable. Kemudian lihat juga keadaan luka, warna luka, warna
sekitar tepi luka, derajat luka dan ada cairan atau tidak. Catat semua hasil
observasi
7. Buka set steril
8. Kasa digulungkan keujung pinset chirurgi kemudian tangan yang satu
memegang pinset anatomi
9. Bersihkan luka dengan menggunakan kasa steril yang telah diberi NaCl 0,9 % dengan
cara dari dalam keluar (pergerakan melingkar) sambil memencet luka
untuk mengeluarkan eksudat
10. Kasa hanya dipakai satu kali dan diganti lagi
11. Ulangi pembersihan sampai semua luka bersih dan cairan eksudat keluar
12. Buang handscoon bersih
13. Pakai handscoon steril
14. Pakai cutimed sorbad untuk luka yang banyak mengandung eksudat
15. Balut luka dengan menggunakan kasa steril. Jika luka masih basah atau banyak
mengeluarkan cairan maka balut luka dengan kasa sampai 7 lapisan. Dan jika luka
sudah mulai kering maka 3 lapis kasa saja. 16. Fiksasi dengan menggunakan plester atau
hipafix
17. Buang handscoon dan kasa ditepat yang telah disediakan
18. Bantu pasien dalam pemberian posisi yang nyaman
19. Aangkat peralatan dan kantong plastic yang berisi balutan dan handscoon kotor.
Bersihkan alat dan buang samapah dengan baik
20. Cuci tangan
21. Laporkan adanya perubahan pada luka kepada perawat yang bertanggung jawab.
Catat penggantian balutan, kaji keadaan luka da respon pasien.
LAPORAN PENDAHULUAN MEMANDIKAN PASIEN
A.Pengertian
Memandikan pasien merupakan tindakan keperawatanyang di lakukan pada pasien
yang tidak mampu mandisecara mandiri atau memerlukan bantuan. Dengan caramebersihkan
pasien dengan air dan sabun.
C. Tujuan
1. Meberikan rasa segar dan nyaman
2. Tercapai kinerja efektif dan efisien dalammemandikan pasien
3. Menghilangkan segala kotoran yang melekat padatubuh, menghilangkan bau badan dan
mencegahinfeksi kulit
D. Indikasi
1. Pasien dengan tirah baring lama
2. Pasien CVA
3. Pasien baru yang akan dipindahkan ke ruangan tertentu
E. Kontraindikasi
1. Penderita demam dengan suhu tubuh lebih dari 37ºC
2. Penderita dalam keadaan bed rest
F.Persiapan Alat dan bahan
1. Pakaian bersih 1 stel
2. Baskom mandi 2 buah
3. Air panas dan dingin
4. Waslap 2 buah
5. Perlak dan handuk kecil 1 buah
6. Handuk besar 2 buah
7. Selimut mandi/kain penutup
8. Celemek plastic
9. Tempat tertutup untuk pakaian kotor
10. Sabun mandi
11. Bedak
12. Sarung tangan bersih
13. Pispot/urinal dan pengalas
14. Botol cebok
F.Prosedur
1. Cuci tangan
2. Identifikasi pasien dengan benar
3. Siapkan dan mendekatkan alat ke dekat pasien
4. Ucapkan salam
5. Jelaskan tujuan dan prosedur pelaksanaan
6. Tanyakan kesiapan dan meminta kerjasama pasien
7. jaga privacy pasien
8. Ajak pasien membaca Basmalah dan berdoa
9. Ganti selimut pasien dengan selimut mandi
10. Lepas pakaian atas
pasien MEMBASUH
MUKA
11. Bentangkan perlak kecil dan handuk kecil di bawah kepala
12. Tawarkan pasien menggunakan sabun atau tidak
13. Bersihkan muka, telinga dengan waslap lembab lalu di keringkan
14. Gulung perlak dan handuk
MEMBASUH LENGAN
15. Turunkan selimut mandi kebagian perut klien
16. Pasang handuk besar diatas dada pasien secara melintang dan keduatangan pasien
diletakkan diatas handuk
17. Basahi tangan pasien dengan waslap air bersih, disabun, kemudian dibilas dengan air
hangat (lakukan mulai dari ekstremitas terjauh pasien)
MEMBASUH DADA DAN PERUT
18. Lepas pakaian bawah pasien dan menurunkan selimut hingga perut bagian bawah,
keduatang anda diletakkan diatas bagiankepala, membentangkan handuk pada sisi pasien
19. Basuh ketiak dan dada serta perut dengan waslap basah, disabun, kemudian dibilas
dengan air hangat dan dikeringkan, kemudian menutup dengan handuk
MEMBASUH PUNGGUNG
20. Miringkan pasien kearah perawat
21. Bentangkan handuk di belakang punggung hingga bokong
22. Basahi punggung hingga bokong dengan waslap, disabun, kemudian dibilas dengan air
hangat dan dikeringkan
23. Beri bedak pada punggung
24. Kembalikan keposisi terlentang, kemudian membantu pasien mengenakan pakaian
MEMBASUH KAKI
25. Keluarkan kaki pasien dari selimut mandi dengan benar
26. Bentangkan handuk dibawah kaki tersebut, menekuk lutut
27. Basahi kaki mulai dari pergelangan sampai pangkal paha, disabun, dibilas dengan air
bersih, kemudian dikeringkan
28. Lakukan tindakan yang sama untuk kaki yang lain
MEMBASUH DAERAH LIPAT PAHA DAN GENITAL
29. Bentangkan handuk dibawah bokong, kemudian selimut mandi bagianbawah dibuka
30. Basahi daerah lipat paha dan genital dengan air, disabun, dibilas,kemudian dikeringkan
31. Angkat handuk, bantu kenakan pakaian bawah pasien
32. Rapikan pasien, ganti selimut mandi dengan selimut tidur
33. Lakukan evaluasi tindakan yang dilakukan
34. Rapikan pasien dan lingkungan
35. Ajak pasien membaca hamdalah bersama
36. Berpamitan dengan pasien
37. Bereskan dan kembalikan alat ke tempat semula
38. Cuci tangan
39. Catat kegiatan dalam lembar catatan keperawatan
LAPORAN PENDAHULUAN GANTI BALUTAN
A. Pengertian Mengganti Balutan
Melakukan perawatan pada luka dengan cara mamantau keadaan luka, melakukan penggatian
balutan (ganti verban) dan mencegah terjadinya infeksi,yiatu dengan cara mengganti balutan
yang kotor dengan balutan yang bersih.
CTujuan
a.Meningkatkan penyembuhan luka dengan mengabsorbsi cairan dan dapat menjaga
kebersihan luka
b.Melindungi luka dari kontaminasi
c.Dapat menolong hemostatis ( bila menggunakan elastis
verband ) d.Membantu menutupnya tepi luka secara sempurna
e.Menurunkan pergerakan dan trauma
f.Menutupi keadaan luka yang tidak menyenangkan
D. Indikasi
Pada balutan yang sudah kotor
E. KontraIndikasi
a.Pembalut dapat menimbulkan situasi gelap, hangat dan lembab sehingga mikroorganisme
dapat hidup
b.Pembalut dapat menyebabkan iritasi pada luka melalui gesekan – gesekan pembalut.
G. Prosedur
a.Jelaskan kepada pasien tentang tindakan yang akan dilakukan
b.Dekatkan alat-alat ke pasien
c.Pasang sampiran
d.Perawat cuci tangan
e.Pasang masker dan sarung tangan yang tidak steril
f.Atur posisi pasien sesuai dengan kebutuhan
g.Letakkan pengalas dibawah area luka
h.Letakkan nierbeken didekat pasien
i.Buka balutan lama (hati-hati jangan sampai menyentuh luka) dengan menggunakan pinset
anatomi, buang balutan bekas kedalam nierbeken.
Jika menggunakan plester lepaskan plester dengan cara melepaskan ujungnya dan menahan
kulit dibawahnya, setelah itu tarik secara perlahan sejajar dengan kulit dan kearah balutan.
j.Bila balutan melekat pada jaringan dibawah, jangan dibasahi, tapi angkat balutan dengan
berlahan
k.Letakkan balutan kotor ke neirbeken lalu buang kekantong plastic, hindari kontaminasi
dengan permukaan luar wadah
l.Kaji lokasi, tipe, jumlah jahitan atau bau dari luka
m.Membuka set balutan steril dan menyiapkan larutan pencuci luka dan obat luka dengan
memperhatikan tehnik aseptic
n.Buka sarung tangan ganti dengan sarung tangan steril
o.Membersihkan luka dengan sabun anti septic atau NaCl 9 %
p.Memberikan obat atau antikbiotik pada area luka (disesuaikan dengan terapi)
q.Menutup luka dengan cara:
1) Balutan kering
a.lapisan pertama kassa kering steril untuk menutupi daerah insisi dan bagian sekeliling kulit
b.lapisan kedua adalah kassa kering steril yang dapat menyerap
c.lapisan ketiga kassa steril yang tebal pada bagian luar
2) Balutan basah – kering
Indikasi: untuk membersihkan kotoran atau luka terinfeksi. Biarkan pembalut mengering dan
ketika balutan diangkat akan ikut menarik kotoran. Bila balutan lengket dapat dilembabkan
untuk mempermudah pengangkatan balutan. Dapat lebih sering pada luka yang memerlukan
debridemen, sedikit lebih jarang pada luka bersih. Jika luka sudah bersih, ganti teknik balutan
menjadi basah ke basah atau salep antibiotik
a.lapisan pertama kassa steril yang telah diberi cairan steril atau untuk menutupi area luka
b.lapisan kedua kasa steril yang lembab yang sifatnya menyerap
c.lapisan ketiga kassa steril yang tebal pada bagian luar
d.Frekuensi: 3-4 kali per hari.
3) Balutan basah – basah
Indikasi: untuk menjaga luka bersih tetap bersih dan mencegah pembentukan eksudat
a.lapisan pertama kassa steril yang telah diberi dengan cairan fisiologik dan peras hingga
tidak terlalu basah untuk menutupi luka
b.lapisan kedua kassa kering steril yang bersifat menyerap
c.lapisan ketiga (paling luar) kassa steril yang sudah dilembabkan dengan cairan
fisiologik/larutan salin
d.Frekuensi: idealnya 2-3 kali per hari
4Salep Antibiotik
Indikasi: Salep antibiotik digunakan untuk menjaga luka bersih tetap bersih dan mempercepat
penyembuhan.
a.Oleskan salep ke luka - tipis-tipis saja. Tutup dengan kasa kering.
b.Frekuensi: 1-2 kali per hari.
r.Plester dengan rapi
s.Buka sarung tangan dan masukan kedalam nierbeken
t.Lepaskan masker
u.Atur dan rapikan posisi pasien
v.Buka sampiran
w.Evaluasi keadaan umum pasien
x.Rapikan peralatan dan kembalikan ketempatnya dalam keadaan bersih, kering dan rapi
y.perawat cuci tangan
z.Dokumentasikan tindakan dalam catatan keperawat
LAPORAN PENDAHULUAN PEMASANGAN INFUS
A. Pengertian Pemasangan Infus
Pemasangan infuse adalah pemberian cairan ke dalam tubuh melalui jarum melalui pembulu
vena uantuk menggantikan cairan atau zat-zat makanan dari tubuh.
• Kapan dipasang infuse?
Ketika pasien memerlukan masukan cairan melalui intravena yang mengalami pengeluaran
cairan atau nurisi yang berat, dehidrasi, dan syok.
• Apa tujuannya?
a.Mengganti dan mempertahankan cairan tubuh yang mengandung air, elektrolit,
vitamin,protein lemak, dan kalori yang tidak dapat dipertahankan secara adekuat melalui oral.
b.Memperbaiki keseimbangan asam basa
c.Memperbaiki volume komponen-komponen darah
Memberikan nutrisi pada saat gastrointestinal diistirahtkan
Tipe-tipe cairan
1. Cairan/larutan yang digunakan dalam terapi intravena berdasarkan osmolalitasnya dibagi
menjadi:
a. Isotonik
Suatu cairan/larutan yang memiliki osmolalitas sama atau mendekati osmolalitas plasma.
Cairan isotonik digunakan untuk mengganti volume ekstrasel, misalnya kelebihan cairan
setelah muntah yang berlangsung lama. Cairan ini akan meningkatkan volume ekstraseluler.
Satu liter cairan isotonik akan menambah CES 1 liter. Tiga liter cairan isotonik diperlukan
untuk mengganti 1 liter darah yang hilang.
Contoh: NaCl 0,9 %, Ringer Laktat, Komponen-komponen darah (Alabumin 5 %, plasma),
Dextrose 5 % dalam air (D5W)
b. Hipotonik
Suatu cairan/larutan yang memiliki osmolalitas lebih kecil daripada osmolalitas plasma.
Tujuan cairan hipotonik adalah untuk menggantikan cairan seluler, dan menyediakan air
bebas untuk ekskresi sampah tubuh. Pemberian cairan ini umumnya menyebabkan dilusi
konsentrasi larutan plasma dan mendorong air masuk ke dalam sel untuk memperbaiki
keseimbangan di intrasel dan ekstrasel, sel tersebut akan membesar atau membengkak.
Perpindahan cairan terjadi dari kompartemen intravaskuler ke dalam sel. Cairan ini
dikontraindikasikan untuk pasien dengan risiko peningkatan TIK.
Pemberian cairan hipotonik yang berlebihan akan mengakibatkan:
- Deplesi cairan intravaskuler
- Penurunan tekanan darah
- Edema seluler
- Kerusakan sel
Contoh: dextrose 2,5 % dalam NaCl 0,45 %, NaCl 0,45 %, NaCl 0,2 %
c.Hipertonik
Suatu cairan/larutan yang memiliki osmolalitas lebih tinggi daripada osmolaritas plasma.
Pemberian larutan hipertonik yang cepat dapat menyebabkan kelebihan dalam sirkulasi dan
dehidrasi. Perpindahan cairan dari sel ke intravaskuler, sehingga menyebabkan sel-selnya
mengkerut. Cairan ini dikontraindikasikan untuk pasien dengan penyakit ginjal dan jantung
serta pasien dengan dehidrasi.
Contoh: D 5% dalam saline 0,9 %, D 5 % dalam RL, Dextrose 10 % dalam air, Dextrose 20
% dalam air, Albumin 25
F. Tujuan
1. Sebagai tindakan pengobatan.
2. Mencukupi kebutuhan tubuh akan cairan dan elektrolit.
H. Prosedur
1. Cek kebutuhan pasien.
2. Jelaskan tindakan yang akan dilakukan para pasien : tujuan dan
prosedur. 3.Persiapan alat-alat sesuai kebutuhan.
4. Alat-alat didekatkan ke pasien.
5. Botol cairan digantung pada standar infus.
6. Pasang pengalas dibawah daerah yang akan dilakukan penusukkan dan dekat bengkok
disisi penusukkan.
7. Perawat cuci tangan kemudian memakai sarung
tangan. 8.Tutup botol cairan di desinfeksi.
9.Infuset dibuka, keluarkan selang udara lalu tusukkan ke botol infus.
10.Udara dalam selang dikeluarkan dengan mengalirkan cairannya
11. Alirkan cairan sehingga mengisi setengah bagian tabung pengatur tetesan dan selang terisi
cairan, perhatikan jarum jangan sampai alat penetes terendam.
12. Selang di klem.
13. Daerah yang akan ditusuk dipasang tourniquet sehingga vena akan jelas terlihat (± 10 cm
diatas lokasi yang akan diinfus).
14. Daerah yang akan ditusuk di desinfeksi dengan kapas alkohol.
15. Tusukkan jarum infus kedalam vena yang dimaksud. Darah yang dihisap sedikit untuk
memastikan apakah jarum infus telah masuk kedalam vena dengan cepat.
16. Lepaskan tourniquet, setelah jarum infus dipastikan masuk kedalam vena, daerah ujung
jarum ditekan dan pangkal jarum dihubungkan dengan ujung selang.
17. Periksa lagi lancar tidaknya tetesan, terjadi pembengkakan atau tidak. Apabila tidak terjadi
jarum dipertahankan letaknya dengan kasa betadin dan plester.
18. Atur tetesan sesuai dengan kebutuhan.
19. Beritahukan kepada pasien bahwa tindakan telah selesai
dilakukan. 20.Rapihkan alat-alat, lepas sarung tangan.
21. Cuci tangan setelah melakukan tindakan.
22. Dokumentasikan tindakan yang telah dilakukan : jam pemasangan, jenis cairan, jumlah
tetesan/ menit, nama dan paraf perawat yang memasang.
LAPORAN PENDAHULUAN PEMASANGAN KATETER
A. Pengertian Kateter
PengertianKateter adalah suatu selang untuk memasukkan dan mengeluarkan
cairan.Katerisasi urinarius adalah memasukkan kateter melalui uretra kedalam kandung
kemihdengan tujuan untuk mengeluarkan urine.
2. Kateter balon/kateter Folley, Kateter Indwelling/ Kateter Tetap adalah kateter yang
digunakan untuk mengeluarkan urin dalam sistem tertutup dan bebas hama, dapat digunakan
untuk waktu lebih lama ( 5 hari). Kateter ini terbuat dari karet atau plastik yang mempunyai
cabang dua atau tiga dan terdapat satu balon yang dapat mengembang oleh air atau udara
untuk
mengamankan/ menahan ujung kateter dalam kandung kemih. Kateter dengan dua cabang,
satu cabang untuk memasukkan spuit, cabang lainnya digunakan untuk mengalirkan urin dari
kandung kemih dan dapat disambung dengan tabung tertutup dari kantung urin, sedangkan
kateter dengan tiga cabang, kedua cabang mempunyai fungsi sama dengan kateter diatas,
sementara cabang ketiga berfungsi untuk disambungkan ke irigasi, sehingga cairan irigasi
yang steril dapat masuk ke kandung kemih, tercampur dengan urin, kemudian akan keluar
lagi. Pemasangan kateter jenis ini bisa melalui uretra atau suprapubik. (Senat mahasiswa
Universitas Gadjah Mada, 1988; Tim Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, no
date)
3. Kateter suprapubik dengan bungkus Silver alloy, merupakan kateter paling baru yang
dibungkus dengan perak bagian luar maupun bagian dalamnya. Perak mengandung
antimikroba yang efektif, tetapi karena penggunaan perak sebagai terapi antimikroba belum
sistematik, maka penggunaan jenis kateter inipun masih terbatas dan belum jelas
keakuratannya. Pemasangan kateter, sementara ini baru dapat dilakukan oleh dokter urologi
dalam kamar operasi sebagai tindakan bedah minor (Saint, no date)
Macam-Macam Jenis Kateter
1. Kateter plastik, karet.
2. Kateter logam.
3. Kateter sutera yang ditenun (untuk pria).
4. Kateter nelaton.
5. Kateter silicon.
Pemakaian Ukuran Kateter
1. Untuk wanita dewasa No 14, 16
2. Untuk pria dewasa No 18, 20,
3. Untuk anak-anak No 6, 8,10
4. Untuk irigasi kandung kemih continue No. 6, 12, 20, 22, 2
E. Pemasangan Kateter
1. PEMASANGAN KATETER PADA WANITA
a. Persiapan Alat
1) Bak instrument steril berisi :
a) Pinset anatomis
b) Duk
2) Kateter sesuai ukuran
3) Sarung tangan /handscoen steril 2 pasang
4) Desinfektan dalam tempatnya
5) Aquadest
6) Spuit 20 cc
7) Pelumas
8) Kapas
9) Urine bag
10) Plester dan gunting
11) Selimut mandi
12) Perlak dan pengalas
13) Bak berisi air hangat / NaCl
14) Waslap, sabun, handuk
15) Bengkok
16) Pispot
2).Prosedur
a) Memasang sampiran / menjaga privacy pasien.
b) Mengajak pasien membaca basmalah dan berdoa kepada Allah.
c) Mengatur posisi dorsal recumbent dan melepas pakaianbawah (bila pasien tidak dapat
mengabduksikan tungkainya pada sendi panggul mis, artritis sendi, baringkan pasien pada
posisi miring (sim’s) dengan tungkai atas fleksi pada lutut danpanggul).
d) Mengganti selimut pasien dengan selimut mandi (letakkanselimut dalam bentuk intan di
atas tubuh pasien, satu ujung pada setiap kaki dan ujung lain di atas perineum).
e) Memasang perlak dan pengalas.
f) Memasang pispot di bawah bokong pasien.
g) Memakai sarung tangan/ handscoen.
h) Mencuci area perineal dengan sabun dan air hangat denganmenggunakan waslap
sesuaidengan kebutuhan lalukeringkan dengan handuk
i) Mengangkat pispot dari bokong pasien.
j) Melepas sarung tangan dan mencuci tangan.
k) Membuka kantung kateter sesuai petunjuk, jaga agar bagian dasar wadah tetap steril.
l) Memakai sarung tangan (handscoen) steril.
m) Memasang duk steril. Letakkan duk diatas tempat tidur diantara paha klien, sisipkan tepi
duk tepat di bawah bokong pasien, perhatikan untuk tidak menyentuh
permukaanterkontaminasi dengan tangan yang telah mengenakan sarung tangan steril. Pasang
duk steril fanestrated (dukdengan lubang di tengahnya) di atas perineum.
n) Memberi pelumas 2,5 - 5 cm pada ujung kateter.
o) Meregangkan labia sedemikian sehingga meatus uretra terlihat dengan sempurna.
p) Mengambil kapas dengan pinset, membersihkan perineum dengan air hangat/ NaCl dengan
cara mengusap dari depan ke belakang dari klitoris ke arah anus. Gunakan bola kapasbersih
baru untuk tiap usapan, sepanjang dekat lipatan labia dan sepanjang area yang jauh dari
lipatan labia dan pada meatus.
q) Memasukkan kateter 5 – 7,5 cm atau sampai keluar urine, minta pasien untuk tidak
mengejan dengan cara menarik nafas panjang.
r) Menampung urine pada bengkok, biarkan sampai kandungkemih kosong (jika diperlukan
urine steril untuk dilakukanpemeriksaan maka urine dialirkan ke botol steril setelah urine
yang pertama dialirkan ke bengkok terlebih dahulu).
s) Mengisi balon dengan aquadest sesuai ukuran.
t) Menyambungkan kateter dengan urine bag dan menggantungnya di sisi tempat tidur.
u) Menarik perlahan kateter untuk memastikan katetertertahan.
v) Memfiksasi kateter ke arah paha, biarkan mengendur agar saat paha bergerak kateter tidak
teregang.
w) Melepas duk, pengalas dan sarung tangan.
3.Tujuan
Pemberian obat melalui intramuskular memungkinkan penyerapan yang lebih cepat daripada
injeksi subkutan serta obat akan dilepas secara berkala dalam bentuk depot obat.
4.Indikasi
Indikasi pemberian obat secara intramuskular biasa dilakukan pada pasien yang tidak sadar
dan tidak mau bekerja sama karena tidak memungkinkan untuk diberika obat secara oral,
bebas dari infeksi, lesi kulit, jaringan parut, benjolan tulang, otot atau saraf besar
dibawahnya. Pemeberian obat secara intramuskular harus dilakukan atas perintah dokter.
5.Kontraindikasi
Kontra indikasi dalam pemberian obat secara intramuskular yaitu:
1. infeksi,
2. lesi kulit,
3. jaringan parut,
4. benjolan tulang,
5. benjolan otot, atau
6. benjola saraf besar dibawahnya.
2. Tujuan
a. Untuk memperoleh reaksi obat yang cepat diabsorbsi daripada dengan injeksi
parenteral lain.
b. Untuk menghindari terjadinya kerusakan jaringan
c. Untuk memasukkan obat dalam jumlah yang lebih besar
3. Indikasi
a. Pada seorang dengan penyakit berat
b. Obat seorang tersebut bioval labilitas orang yang terbatas
c. Pasien tidak dapet minum karen muntah
d. Kesadaran menurun dan merisiko terjadi aspirasi
e. Kadar puncak obat dalam darah perlu segera dicapai
4. Kontra indikasi
a. Inflamasi dan infeksi
b. Daerah lengan bawah pasien gagal ginjal
c. Obat-obatan yang berpotensiintan terhadaap pembuluh darah vena
2. Indikasi :
bisa dilkakukan pada pasien yang tidak sadar, tidak mau bekerja sama karena tidak
memungkinkan untuk diberikan obat secara oral, tidak alergi.
Lokasinya yang ideal adalah lengan bawah dalam dan pungguang bagian atas.
3.Kontra Indikasi :
luka, berbulu, alergi, infeksi kulit
4.Tujuan
l Memberiksn pengobatan
2.Memberikan valzin
6.Prosedur
1. Berika:r kesempatan pasien bertanya
sebelum kegiatan dilakukan.
2. Menanyakan keiuhan utzna
3. Jaga privacy pssien
4- Cunakan sarung tangan
5.Menyiapkan obat sesuai orderan
7. Pilih lempar penusukan pada lengan aras atauaddomenjika kedua tempat rersebut tidak
memungkinksn pilih tempat altemative lainnya Bantu klien untuk meridapa&an posrsr yang
nyaman sesuai tempat yang dipilih
8. Leraklan alas di bawah bagian rubuh yang akan olta{utiai tempr sutrcutaneous
9 Bersihkan.lempal yang alan digirnaxan oengan Kapas alcohol
10. Buka tutup jarum
I l. Tadk kulit dan jaringan lemak denga! ibu jafi dan jari tangan non dominant
12. Deng& tangan yang dominant, masukkan jarum dengan sudur 45 derajar dan unru-k
orang gemuk dengan sudut 90 derajal
13. Tarik jarum dengan sudut yang sama saal penusukan
I4. Usap d.an bersihkar tempal p€nusuka, de;gan kEpas alcohol Iain
15. Tempatkan jarum pada Safery box, jangar di rekaplng
16. Buang p€ralatan yang sudah tidal diperlukar, ajatalat dirspiksn
2. Tujuan
a.Agar obat dapat menyebar dan diserap secara perlahan-lahan
b.Pasien mendapatkan pengobatan sesuai program pengobatan dokter
c.Memperlancar proses pengobatan dan menghindari pemberian obat
d.Membantu menentukan diagnosaterhadappenyakit tertentu misalnya (tuberculin test)
e.Menghindarkan pasin dari efek alergi obat (dengan skin test)
f.Digunakan untuk test tuberculin atau test alergi terhadap obat-obatan
g.Pemberian vaksinasi.
6. Prosedur
a.Cuci tangan
b.Berdiri di sebelah kanan pasien
c.Bebaskan daerah yang akan disuntik. Bila menggunakan baju lengan panjang , buka dan
naikan
d.Pasang perlak/pengalas di bawah bagian yang di suntik
e.Buka obat dengan cara :
f.Flakon/Vial : buka tutup metal, lakukan disinfeksi tutup karet dengan kapas alkohol.
Apabila sediaan obat dalam flakon masih berupa bubuk larutkan dengan aquabidest sebanyak
yang tercantum pada petunjuk penggunaan obat
g.Flakon/vial : isap udara sebanyak cairan yang diperlukan. Tusuk jarum dengan posisi bavel
tegak. Suntikkan udara kedalam flakon. Balik flakon, dengan tangan kiri memegang flakon
dengan ibu jari dan jari tengah. sedangkan tangan kanan memegang ujung barrel dan plugger.
Jaga ujung jarum dibawah cairan. Biarkan tekanan udara membantu mengisi obat dalam
keadaan spuit. Setelah selesai, tarik jarum dari flakon.
h.Ampul : ketuk obat yang ada di ujung ampul, patahkan leher ampul dengan tangan
menggunakan kain kasa.
i.Ampul : masukkan jarum kedalam ampul. Isap obat. Jaga ujung jarum berada di bawah
cairan setelah selesai tarik jarum dari ampul
j.Buang udara dalam spuit,tutup kembali kemudian masukkan ke dalam bak injeksi.
k.Desinfeksi dengan kapas akohol pada daerah yang akan disuntik
l.Tegangkan daerah yang akan disuntik dengan tangan kiri
m.Lakukan penusukan dengan lubang menghadap keatas yang sudutnya 15-20º terhadap
permukaan kulit
n.Semprotkan obat hingga menjadi gelembung
o.Tarik spuit dan tidak boleh dilakuan massage
p.Setelah penyuntikan area penyuntikan tidak boleh didesinfeksi.
qRapikan pasien.
r.Rapikan alat.
s.Cuci tangan
t.Dokumentasikan tindakan. (Sigalingging, 2012)
u.Bila injeksi intrakutan dilakukan untuk test antibiotik, lakukan penandaan pada area
penyutikan dengan melingkari area penyuntikan dengan diameter kira kira 1inchi atau
diameter 2,5 cm. Penilaian reaksi dilakukan 15 menit setelah penyuntikan. Nilai positif jika
terdapat tanda tanda rubor, dolor, kalor melebihi daerah yang sudah ditandai, artinya pasien
alergi dengan antibiotik tersebut.
v.Bila injeksi ditujukan untuk mantoux test tuberkulin test, dapat dinilai hasilnya dalam 2
sampai 3 kali 24 jam, positif bila terdapat rubor dolor kalor melebihi diameter 1 cm pada area
penyuntikan.
w.Catat reaksi pemberian, hasil pemberian obat/tes obat, tanggal, waktu, dan jenis
obat. x.Evaluasi respon klien terhadap obat (15 s.d 30 menit)
LAPORAN PENDAHULUAN HUKNAH
A. Pengertian
Enema/huknah/klisma adalah suatu tindakan memasukkan cairan secaraperlahan-lahan
kedalam rektum dan kolon sigmoid melalui anus denganmenggunakan kanul rektal. Terdapat
tiga jenis enema; enema rendah, enema tinggi,dan enema gliserin. Enema rendah adalah
memasukkan cairan melalui anus sampaike kolon desenden. Enema tinggi adalah
memasukkan cairan melalui anus (rektum)sampai ke kolon asenden. Enema gliserin adalah
memasukkan cairan melalui anus kedalam kolon sigmoid dengan menggunakan spuit
gliserin.
C. Tujuan
1. Merangsang peristaltik usus dan defekasi untuk mengatasi konstipasi daimpaksi.
2. Membersihkan kolon untuk persiapan operasi atau pemeriksaan diagnostic.
3. Melunakkan feses yang telah mengeras atau mengosongkan rectum dan kolonbawah untuk
prosedur diagnostic atau pembedahan.
4. Membantu defekasi yang normal sebagai bagian dari program latihan defekasi(bowel
training program)
5. Memberikan terapi seperti: mengurangi kadar kalium yang tinggi dengaenema Natrium
Polystyrene Sulfonate (Kayexalate) dan mengurangi bakteri kolon dengan enema Neomycin.
D. Indikasi
a. Klien yang mengalami konstipasi.
b. Klien yang mengalami impaksi.
c. Pemeriksaan radiologi seperti kolonoskopi, endoskopi membutuhkan
pengosongan usus supaya hasil pembacaan yang diperoleh maksimal.
d. Anastesia umum (GA) dalam pembedahan bisa diberikan melalui enema
dengan tujuan untuk mengurangi efek muntah selama dan setelah operasi,
juga mencegah terjadinya aspirasi.
E. Kontraindikasi
a. Klien yang mengalami dehidrasi dan bayi yang masih muda, bila
diberikan enema dengan tipe larutan hipertonik.
b. Keadaan patologi klinis pada rektum dan kolon seperti hemoroid
bagian dalam atau hemoroid besar.
c. Tumor rektum dan kolon.
d. Pasien dengan gangguan fungsi jantung atau gagal ginjal.
e. Pasien post operasi.