Anda di halaman 1dari 11

143

GENERAL ANASTESI FACE MASK (GA FM)


PADA PASIEN COMBUTIO GRADE II A

I Dewa Gede Oka Darsana


Fakultas Kedokteran Universitas Islam Al-Azhar
Rumah Sakit Umum Daerah Bangli

ABSTRAK
Teknik general anestesi inhalasi yang dilakukan dengan jalan memberikan kombinasi obat
anestesi inhalasi yang berupa gas dan atau cairan yang mudah menguap melalui alat atau mesin anestesi
langsung ke udara inspirasi. Pada pasien combutio yang dilakukan tindakan debridement yang singkat
(0,5 jam – 1 jam) tanpa membuka rongga perut, keadaan umum pasien cukup baik (status fisik ASA I
atau ASA II) dengan jenis operasi meliputi operasi kecil dan waktu pasien akan kembali sadar penuh
dalam waktu 15 menit dan tidak sadar yang berlangsung diatas 15 menit dianggap prolonged.
Tujuan dari laporan kasus ini adalah mendiskusikan penatalaksanaan anastesi dengan
menggunakan Face Mask (Sungkup Muka). Face Mask dapat membantu mengubah kondisi pasien yang
tidak bisa diventilasi menjadi bisa diventilasi.
Pasien seorang anak laki-laki usia 3 tahun datang sadar ke RSU Bangli oleh orangtua pasien
dengan keluhan nyeri pada luka bakar sejak 4 hari yang lalu. Pasien dibawa ke rumah sakit pada tanggal
26 juli 2019. Pasien memilikiDiagnosis pre operatif Combutio grade II A, dengan status operatif ASA
I.

Kata Kunci : General Anastesi, Face Mask, Combutio.

PENDAHULUAN tanpa membuka rongga perut, keadaan


Nestesiologi adalah cabang ilmu umum pasien cukup baik (status fisik ASA I
kedokteran yang mendasari berbagai atau ASA II) dengan jenis operasi meliputi
tindakan meliputi pemberian anestesi, operasi kecil dan waktu pasien akan kembali
penjagaan keselamatan penderita yang sadar penuh dalam waktu 15 menit dan tidak
mengalami pembedahan, pemberian bantuan sadar yang berlangsung diatas 15 menit
hidup dasar, pengobatan intensif pasien dianggap prolonged. (Rosari, Bella. 2016).
gawat, terapi inhalasi dan penanggulangan Pemilihan jenis anestesi untuk
nyeri. (dorland, 2006). debridement ditentukan berdasarkan usia
Teknik general anestesi inhalasi yang pasien, kondisi kesehatan dan keadaan
dilakukan dengan jalan memberikan umum, sarana prasarana serta keterampilan
kombinasi obat anestesi inhalasi yang dokter bedah, dokter anestesi dan perawat
berupa gas dan atau cairan yang mudah anestesi. Di Indonesia, debridement
menguap melalui alat atau mesin anestesi dilakukan di bawah anestesi umum.
langsung ke udara inspirasi. Pada pasien Mengingat debridement merupakan
combutio yang dilakukan tindakan tindakan bedah yang dilakukan dengan
debridement yang singkat (0,5 jam – 1 jam) anestesi umum, komplikasi yang

Jurnal Kedokteran p-ISSN 2460-9749


Vol. 05 No.01 Desember 2019 e-ISSN 2620-5890
144

ditimbulkannya merupakan gabungan Berat Badan : 15 kg


komplikasi tindakan bedah dan anestesi. (de Nadi : 82x/menit
Jong. 2012). Respirasi : 20x/menit
Tujuan dari laporan kasus ini adalah Suhu : 36.0oC
mendiskusikan penatalaksanaan anastesi NRS : 4
dengan menggunakan Face Mask (Sungkup B1 (Brain) : E4 V5 M6
Muka). Face Mask dapat membantu o Kepala : Normocephal
mengubah kondisi pasien yang tidak bisa o Mata : Konjungtiva tidak anemis,
diventilasi menjadi bisa diventilasi. sclera tidak ikterik, kedua pupil isokor.
B2 (Breath) :
INVESTIGASI o Inspeksi : Bentuk simetris, gerak
Anamesis pernafasan statis dan dinamis.
Pasien seorang anak laki-laki usia 3 o Simetris, tetraksi sela iga (-).
tahun datang sadar ke RSU Bangli oleh o Palpasi : Fremitus vocal dan taktil
orangtua pasien dengan keluhan nyeri pada simetris kanan dan kiri, tidak .
luka bakar sejak 4 hari yang lalu. Pasien o Teraba massa, krepitasi (-).
dibawa ke rumah sakit pada tanggal 26 juli o Perkusi : Sonor diseluruh lapang
2019. Menurut ibu pasien awal dirasakan paru.
setelah kedua telapak tangan terkena api saat o Auskultasi : Suara nafas vesikuler,
pasien dan ayah pasien membakar sampah ronkhi -/-, wheezing -/-.
disekitar rumah pasien. Nyeri dirasakan B3 (Blood) :
terus menerus, pada telapak tangan tampak o Inspeksi : Iktus kordis tidak terlihat
terbakar sehingga menyebabkan pasien tidak o Palpasi : Pulsasi iktus kordis teraba
bisa beraktivitas dan sulit untuk tidur. sela iga kelima linea
Keluhan mual, muntah disangkal pasien. o Midklavikuka sinistra
Pasien tidak pernah mengalami keluhan o Perkusi : Batas jantung kiri sela
seperti ini sebelumnya. Riwayat pengobatan iga V line midklavikula sinistra,
sebelumnya disangkal pasien, pasien o Batas jantung kanan sela iga V linea
dibawah ke IGD RSU 2 hari yang lalu dan parasternal dextra,
mendapatkan penanganan. Riwayat demam o Batas pinggang jantung sela iga II linea
(-), BAB (+) dan BAK (+) lancar. parastelnal Sinistra.
Pemeriksaan Fisik o Auskultas : Bunyi jantung I – II
Keadaan Umum : Baik reguler, tidak ditemukan gallop maupun

Jurnal Kedokteran p-ISSN 2460-9749


Vol. 05 No.01 Desember 2019 e-ISSN 2620-5890
145

murmur. • Jenis anestesi : General Anastesi


B4 (Blader) : Urine Spontan Face Mask.
B5 (Bowel) :
o Inspeksi : Perut simetris kanan dan TATALAKSANA
kiri, datar, tidak ada ditemukan Saat pasien berada di ruangan pre-
o Sikatrik dan Massa. operasi, pasien diberikan obat-obatan
o Auskultasi : Bising usus (+) 8x/menit premedikasi, yaitu :
menurun. Sedative : Midazolam 0,05-0,1
o Palpasi : Nyeri tekan (+) Mc mg/KgBB → 1 mg
Burney. Turgor kulit baik hepar tidak (IV)
teraba mebesar. Analgetik : Antrain 8-16 mg/KgBB
o Perkusi : Terdengar timpani pada → 150 mg (IV)
seluruh lapang abdomen Antiemetik : Ondancentron 0,05-0,1
B6 (Bone) : Akral hangat, fraktur (-). mg/KgBB → 1 mg
(IV)
PEMERIKSAAN LABORATORIUM Ranitidine 1-2 mg/KgBB → 15 mg (IV)
Darah Lengkap (Tanggal 29 Juli 2019) • Pasien dibaringkan di meja operasi
• WBC : 9,4 • Pemberian obat-obatan induksi :
• RBC : 4,40 Fentanyl 1-2 µg/KgBB → 15 µg (IV)
• HGB : 11,6 Propofol 2-2,5mg/KgBB → 30 mg (IV)
• HCT : 34,9 • Oksigenasi dengan O2 6-10 liter/menit.
• PLT : 348 • Memompa nafas pasien sesuai dengan
• BT : 3’00” frekuensi nafas normal (± 14-18 kali per
• CT : 8’30” menit).
Berdasarkan anamnesis, pemeriksaan • Maintenance dengan sevoflurance 2%,
fisik dan pemeriksaan penunjang, maka N20 70%, dan O2 30%.
didapatkan : • Setelah operasi selesai, melakukan
• Diagnosis pre operatif : Combutio pembersihan jalan nafas dari sekret
grade II A. dengan menggunakan suction.
• Status operatif : Status Fisik ASA • Ekstubasi ET setelah os bernafas spontan
I. Pemantauan Selama Anestesi
• Jenis operasi : Debridement.

Jurnal Kedokteran p-ISSN 2460-9749


Vol. 05 No.01 Desember 2019 e-ISSN 2620-5890
146

Melakukan monitoring secara laki 3 tahun datang ke ruang operasi untuk


kontinue tentang keadaan pasien yaitu reaksi menjalani operasi debridement pada tanggal
pasien terhadap pemberian obat anestesi 30 Juli 2019 dengan diagnosis Combutio
khususnya terhadap fungsi pernapasan dan grade II A.
jantung. Kerusakan hampir seluruh bagian
Kardiovaskular : Nadi dan tekanan darah dermis. Apendises kulit seperti folikel
setiap 5 menit. rambut, kelenjar keringat, kelenjar sebasea
Respirasi : Inspeksi pernapasan sebagian masih utuh. Penyembuhan terjadi
spontan & saturasi oksigen. lebih lama, tergantung apendises kulit yang
Cairan : Monitoring input cairan. tersisa. Biasanya penyembuhan terjadi
Terapi Cairan dalam waktu lebih dari satu bulan.
1. Cairan pengganti puasa : Pasien (Moenajat, 2006)
puasa sejak pukul 24.00 WITA Luka bakar merupakan suatu keadaan
Maintenance (M) - 10 kg I : yang sangat jauh berbeda dengan penyakit
4 cc/kgBB/jam atau kelainan yang ada. Kompleksitas
- 10 kg II : 2 cc/kgBB/jam permasalahan yang ada pada setiap fase
- 10 kg III menyebabkan kesulitan dalam menyusun
: 1 cc/kgBB/jam suatu bentuk standar pelayanan baku,
= 10 kg I sehingga memerlukan beberapa alternatif.
: 4cc/kgBB/jam x 10 kg = 40 cc Sebagai jalan keluar untuk mengatasi
= 10 kg II permasalahan standar pelayanan ini, maka
: 2cc/kgBB/jam x 5 kg = 10 cc penyusunan standar kembali mengacu pada
Total evidence-based medicine yang terdiri dari
= 50 cc/jam = 17 tpm beberapa kategori; menghasilkan beberapa
Instruksi Post Operasi kelas rekomendasi. (Cushieri A, 2008.)
- Bila kesakitan : Paracetamol 3 x 150 mg Persiapan operasi dilakukan pada
- Infus : RL 12 tpm tanggal 29 Juli 2019. Dari anamnesis
- Minum/Makan : Belum boleh terdapat keluhan nyeri pada luka bakar sejak
Pembahasan dan Diskusi 4 hari yang lalu. Menurut ibu pasien awal
Dari hasil kunjungan pra anestesi baik dirasakan setelah kedua telapak tangan
dari anamnesis, pemeriksaan fisik akan terkena api saat pasien dan ayah pasien
dibahas masalah yang timbul, baik dari segi membakar sampah disekitar rumah pasien.
medis, bedah maupun anestesi. Pasien Laki- Nyeri dirasakan terus menerus, pada telapak

Jurnal Kedokteran p-ISSN 2460-9749


Vol. 05 No.01 Desember 2019 e-ISSN 2620-5890
147

tangan terasa seperti terbakar sehingga paru diupayakan menjadi lebih sedikit.
menyebabkan pasien tidak bisa beraktivitas Timbulnya reaksi akibat aspirasi asam dapat
dan sulit untuk tidur. Keluhan mual, muntah terlihat segera setelah kejadian atau gejala
disangkal pasien. Pasien tidak pernah yang timbulnya lambat. Aspirasi asam
mengalami keluhan seperti ini sebelumnya. lambung terjadi 2 fase yaitu trauma pada
Riwayat pengobatan sebelumnya disangkal jaringan dan reaksi keradangan. Dalam
pasien, pasien dibawah ke IGD RSU 2 hari waktu 5 detik, asam akan bereaksi dengan
yang lalu dan mendapatkan penanganan. mukosa trakhea dan alveoli, dan dalam
Riwayat demam (-), BAB (+) dan BAK (+) waktu 15 detik telah terjadi netralisasi.
lancar. Pemeriksaan fisik dari tanda vital Enam jam kemudian akan kehilangan
didapatkan; tekanan darah tidak dilakukan, lapisan sel superfisial yang bersilia dan yang
nadi 82x/menit; respirasi 22x/menit; suhu tidak bersilia. Regenerasi terjadi dalam
O
36,0 C, VAS 4. Dari pemeriksaan waktu 3 hari, dan dalam waktu 7 hari terjadi
laboratorium yang dilakukan tanggal 29 Juli regenerasi yang sempurna pada sel yang
2019 dalam batas normal. Dari hasil mengalami kerusakan. Sel alveolar tipe II
anamnesis, pemeriksaan fisik dan sangat peka terhadap asam hidroklorid dan
pemeriksaan penunjang disimpulkan bahwa mengalami kerusakan dalam waktu 4 jam
pasien masuk dalam ASA I yaitu penyakit setelah terjadinya aspirasi. Peningkatan
bedah tanpa disertai penyakit sistemik. lisophophosphatidyle choline yang cepat
Sebelum dilakukan operasi pasien dalam 4 jam setelah aspirasi asam
dipuasakan selama 8 jam. Tujuan puasa mengakibatkan peningkatan permiabilitas
untuk mencegah terjadinya aspirasi isi alveolar dan cairan paru (lung water).
lambung karena regurgitasi. Aspirasi isi Peningkatan cairan paru mengakibatkan
lambung, penyebab, akibat dan gejalanya menurunkan compliance paru, menurunkan
dapat dibedakan oleh 3 bahan aspirat yaitu kemampuan perfusi-ventilasi paru. Pada
berupa asam, partikel (sisa makanan) dan fase kedua, ditandai dengan pelepasan
bakteri. Secara umum aspirasi dapat dicegah sitokin sitokin inflamasi yag terangsang
dengan mencegah isi lambung agar tidak dengan adanya zat asam seperti TNFα dan
masuk ke faring, aspirasi yang di faring interleukin-8. Hal ini akan merangsang
dijaga tidak masuk trakhea dan paru. ekspresi sel adhesion molecule L-selectin
Selain bahan aspirat, volume isi dan beta-2 integrins pada neutrofil, and
lambung menentukan keparahan akibat intercellular adhesion molecules (ICAM)
aspirasi sehingga jumlah yang cairan masuk pada endothel paru yang selanjutnya

Jurnal Kedokteran p-ISSN 2460-9749


Vol. 05 No.01 Desember 2019 e-ISSN 2620-5890
148

merangsang reaksi peradangan (neutrophilic Kuman gram negatif yang dijumpai


inflammatory response). (Ting, H. Paul. pada pemakaian ventilator, 34% berasal dari
2002). aspirasi isi lambung dan sekret orofaring,
Akibatnya memicu reaksi peradangan dan diduga merupakan penyebab kematian
yang menyeluruh yang memungkinan pneumonia pasca bedah. Penggantian puasa
terjadinya kegagalan kardiopulmoner. juga harus dihitung dalam terapi. (Moore
Aspirasi isi lambung secara bersamaan KL. 2002).
menyebabkan terjadi fokus peradangan dan Pemilihan teknik anestesi pada pasien
reaksi tubuh terhadap benda asing dengan adalah anastesi umum dengan pemasangan
kerusakan jaringan secara menyeluruh sungkup muka. Alasan pemilihan teknik
akibat asam. Partikel dan asam lambung anestesi ini berdasarkan indikasi sebagai
bekerja sama secara sinergis menyebabkan berikut :
kebocoran kapiler alveolar. Aspirasi partikel - Untuk tindakan yang singkat (0,5 jam – 1
besar dari isi lambung, akan menimbulkan jam) tanpa membuka rongga perut.
gejala obstruksi jalan napas, dan dalam - Keadaan umum pasien cukup baik (status
waktu pendek dapat terjadi kematian pasien, fisik ASA I atau ASA II).
oleh karena itu partikel tersebut harus segera - Lambung harus kosong.
dikeluarkan, dan dilakukan oksigenasi dan Pasien masuk ke ruang operasi pada
ventilasi untuk menghindari hipoksia, dan pukul 10.00 WITA dilakukan pemasangan
segera dilakukan intubasi untuk mencegah monitoring, nadi, saturasi, dengan hasil nadi
aspirasi selanjutnya. Isi lambung tidak steril 93x/menit, dan SpO2 100%. Pada pasien ini,
sehingga aspirasi yang terjadi dapat disertai urutan tindakan anastesi dimulai dari
bakteri. 60-100% terdiri dari kuman preoperatif, intraoperatif, dan postoperatif.
anaerob. Gabungan kuman aerob dan Pada pasien diberikan antibiotik
anaerob sering dijumpai pada aspirasi untuk pencegahan infeksi yaitu cefotaxime 1
pneumoni yang terjadi di rumah sakit. gr. Cefotaxime merupakan antibiotik
Pseudomonas aeroginosa, Klebsiella dan spektrum luas yang dapat digunakan
Escheresia colli merupakan kuman gram terhadap berbagai kuman gram-positif
negatif yang banyak dijumpai sebagai maupun negatif. Obat ini merupakan
penyebab pneumonia nosokomial. golongan sefalosporin generasi ketiga.
Staphylococcus aureus merupakan kuman (goodmann, 1985).
gram positif yang patogen. (Ting, H Paul. Pasien diberikan obat – obat
2002). premedikasi bertujuan untuk menimbulkan

Jurnal Kedokteran p-ISSN 2460-9749


Vol. 05 No.01 Desember 2019 e-ISSN 2620-5890
149

rasa nyaman bagi pasien, mengurangi (IV) Konsentrasi 10 mg/ml dalam dalam
sekresi kelenjar dan menekan refleks vagus, 1 flash 100ml.
memperlancar induksi, mengurangi dosis Diberikan secara intravena.
obat anestesia, mengurangi rasa sakit dan Paracetamol tersedia sebagai obat tunggal,
gelisah paska bedah, menimbulkan amnesia berbentuk tablet 500 mg atau sirup yang
retrograde pada pasien ini, obat-obatan yang mengandung 120mg/5ml. Selain itu
dipilih adalah sebagai berikut : Parasetamol terdapat sebagai sediaan
a. Premedikasi kombinasi tetap, dalam bentuk tablet
- Sedatif : Midazolam injeksi maupun flash. Dosis Parasetamol untuk
5 mg (IV) Konsentrasi 5 mg/ ml dalam 1 dewasa 300mg-1g per kali, dengan
ampul 1 ml. maksimum 4g per hari, untuk anak 6-12
Diberikan secara intravena. tahun: 150-300 mg/kali, dengan maksimum
Berdasarkan teori premedikasi pasien 1,2g/hari. Untuk anak 1-6 tahun: 60mg/kali,
diberikan obat golongan sedatif yaitu pada keduanya diberikan maksimum 6 kali
midazolam dengan dosis 0,05-0,1 mg/KgBB sehari. (Goodman and Gilman’s. 1985).
dengan tujuan untuk mendapatkan efek Parasetamol cepat diabsorbsi dari
sedatif dari obat tersebut sehingga pasien saluran pencernaan, dengan kadar serum
akan merasa nyaman dan tidak takut saat puncak dicapai dalam 30-60 menit. Waktu
berada di ruang operasi, dimana juga untuk paruh kira-kira 2 jam. Metabolisme di hati,
mencapai tujuan dari premedikasi tersebut. sekitar 3 % diekskresi dalam bentuk tidak
Pemberian sedatif ini perlu diberikan pada berubah melalui urin dan 80-90 %
pasien yang akan dilakukan tindakan dikonjugasi dengan asam glukoronik atau
anastesi mengalami kecemasan atau asam sulfurik kemudian diekskresi melalui
ketakutan akan mempengaruhi tekanan urin dalam satu hari pertama; sebagian
darah, nadi, dan proses anastesi yang akan dihidroksilasi menjadi N asetil benzokuinon
dilakukan. Pada pasien ini diberikan yang sangat reaktif dan berpotensi menjadi
midazolam 1 mg IV untuk medapatkan efek metabolit berbahaya. Pada dosis normal
sedasi yang terkandung dalam midazolam bereaksi dengan gugus sulfhidril dari
sehingga menmbuat pasien tertidur dan tidak glutation menjadi substansi nontoksik. Pada
merasakan cemas akibat tindakan operasi. dosis besar akan berikatan dengan sulfhidril
(Dachlan M, R. 2009). dari protein hati.7
-
Analgesik : Paracetamol flash 1000 mg - Antiemetik : Ondancentron injeksi 4 mg

Jurnal Kedokteran p-ISSN 2460-9749


Vol. 05 No.01 Desember 2019 e-ISSN 2620-5890
150

(IV) Konsentrasi 4 mg/2ml dalam 1 pasien ini diberikan ranitidine injeksi 15 mg


Ampul 2 ml, dosis 0,05-01 mg/kgBB (IV) untuk mendapatkan mencegah agar
Ondansentron, sebagai anti emetik, tidak terjadinya aspirasi ke paru-paru.
suatu antagonis selektif 5-HT3, menghambat (Goodman and Gilman’s. 1985).
serotonin dan bekerja berdasarkan b. Induksi
mekanisme sentral dan perifer. Mekanisme - Fentanyl injeksi 100 mcg (IV)
sentral dengan mempertinggi ambang Konsentrasi 0,05 mg/ml dalam 1 ampul 2
rangsang muntah di chemoreceptor trigger ml, dosis 12mcg/kgBB.
zone. Mekanisme perifer dengan Fentanyl, merupakan golongan obat
menurunkan kepekaan saraf vagus opioid analgetik poten yang terutama
terminalis di visceral yang menghantar bekerja sentral pada sistem saraf pusat,
impuls eferen dari saluran cerna ke pusat sehingga mengakibatkan meningkatnya
muntah.Onset 30 menit, dengan durasi 3 ambang batas nyeri, mengurangi persepsi
jam. Pada pasien ini diberikan ondancentron nyeri menghambat serabut saraf nyeri
1 mg (IV) untuk mendapatkan efek emetik ascending, menyebabkan depresi nafas dan
sehingga pasien tidak merasakan mual sedasi.Pada dosis lazim kesadaran pasien
ataupun muntah saat dilakukan induksi menurun dan khasiat analgetiknya yang
operatif ataupun pasca operatif. kuat. Onset 30-120 detik dengan durasi 30-
(Goodman and Gilman’s. 1985). 60 menit. Dosis 1-2 mcg/kgBB IV. Tujuan
-
Ranitidine injeksi 50 mg (IV) dari pemberian fentanyl adalah untuk
Konsentrasi 50 mg/2 ml dalam 1 ampul 2 meningkatkan kualitas analgesia
ml, dosis 1-2 mg/kgBB. intraoperative dan dapat menghasilkan
Efek pada Gastrointestinal, ranitidine onset 1 sampai 2 menit dan dari analgesia
bekerja dengan menghambat secara berdurasi 30 menit sampai 1 jam. Pada
kompetitif reseptor histamin H2 pasien ini diberikan fentanyl injeksi
menghambat kerja histamin secara 15 µg (IV).
kompetitif pada reseptor H2 dan mengurangi - Propofol injeksi 30 mg (IV) Konsentrasi
sekresi asam lambung.Dosis intravena 10 mg/ml dalam 1 ampul berisi 20 ml,
intermiten atau intramuskular pada dewasa dosis pemberian 2-2,5mg/kg/BB.
adalah 50 mg setiap 6-8 jam.Jika perlu dosis Propofol dianggap memiliki efek
dapat dapat ditingkatkan dengan sedative hipnotik melalui interaksinya
meningkatkan frekuensi pemberian, namun dengan reseptor GABA dengan cara
tidak boleh melebihi 400 mg perhari. Pada meningkatkan GABA. Pada pemberian

Jurnal Kedokteran p-ISSN 2460-9749


Vol. 05 No.01 Desember 2019 e-ISSN 2620-5890
151

dosis induksi (2 mg/kgBB), pemulihan Pada pasien ini diberikan


kesadaran berlangsung cepat, pasien akan maintanance O2 : N2O : sevofluran = 40 : 60
bangun 4-5 menit tanpa disertai efek : 2 vol % secara inhalasi dalam kasus ini
samping. Khasiat farmakologinya adalah yaitu face mask dengan tujuannya yaitu
hipnotik murni, tidak mempunyai efek untuk memperpanjang durasi obat induksi.
analgetik maupun relaksasi otot. Walaupun Selama operasi keadaan pasien stabil.
terjadi penurunan tonus otot rangka, hal ini Setelah tindakan oprasi selesai, gas O2
disebabkan oleh efek sentralnya Induksi dihentikan dan observasi dilanjutkan pada
anestesia 2,0-2,5 mg/kgBB. Pada bayi dan pasien di recovery room, dimana dilakukan
lansia dosis disesuaikan.Pasien tua pemantauan tanda vital meliputi tekanan
memerlukan dosis induksi lebih rendah 25% darah, nadi, respirasi dan saturasi oksigen
- 50% dari dosis lazim. Pada pasien ini dan menghitung aldrete score. (Ting, H.
diberikan propopol injeksi 30 mg (IV). Paul, 2002).
Induksi fentanyl 15 mcg, propofol 30 Masalah yang timbul pada Pasien dan
mg intravena pada pasien di atas bertujuan Penanganannya :
untuk mendapatkan efek berupa hipnotik 1. Pre-Operatif
dan analgesia, sedangkan pada pasien ini a. Nyeri
tidak diberikan obat pelumpuh otot karena Nyeri didapatkan sebelum operasi pada
tidak ada indikasi pemberian. pasien ini NRS 3, sehinnga di ruangan
Selama operasi berlangsung diberikan analgetik paracetamol flash.
dilakukan pemantauan tanda vital berupa b. Rehidrasi
tekanan darah, nadi , dan saturasi oksigen Pada pasien luka bakar derajat IIA,
setiap 5 menit secara efisien dan terus maka sesuai rumus baxter penggantian
menerus, dan pemberian cairan intravena cairan pada pasien ini adalah :
berupa RL. Cairan yang diberikan adalah RL Rumus Baxter : 1-3 tahun
(Ringer Laktat) karena merupakan kristaloid = BB X 75 CC
dengan komposisinya yang lengkap (Na+, = 15 X 75 cc
+ - ++
K , Cl , Ca , dan laktat) yang mengandung = 1.125 cc/ hari
elektrolit untuk menggantikan kehilangan ½ Jumlah cairan diberikan dalam 8
cairan selama operasi, juga untuk mencegah jam pertama = 560 cc.
efek hipotensi akibat pemberian obat-obatan Cairan yang diberikan pada Anak :
intravena dan gas inhalasi yang mempunyai RL : DEXTRAN = 17 : 3
efek vasodilatasi. (Murray MJ. 2006). = 480 : 80

Jurnal Kedokteran p-ISSN 2460-9749


Vol. 05 No.01 Desember 2019 e-ISSN 2620-5890
152

Infus yang digunakan adalah RL dan Terapi cairan pasien saat operasi
Dextrose 5 % dengan perbandingan diatas. sesuai dengan rumus maintenance dan
Tetesan infus yang digunakan tetes makro stress operasi disesuaikan dengan
sebagai berikut : rumus Baxter diatas.
= (Kebutuhan cairan X faktor tetes 3. Post Operatif
makro)/waktu (jam)/waktu (menit). a. Nyeri
= (560 X 20)/ 8/60 Nyeri pada pasien post op ini
= 1400/60 diberikan obat analgetik paracetamol
= 24/ menit disesuaikan dengan berap badan
Yang artinya dalam satu menit, pasien dosis 3x 150 mg.
jumlah tetesan infus sebanyak 28 tetes, ½ b. Terapi Cairan
Diberikan 16 jam berikutnya= 560 cc Terapi cairan dilanjutkan dengan
dengan rincian sebagai berikut : rumus Baxter.
Infus yang digunakan adalah RL dan
Dextrose 5 % dengan perbandingan diatas. KESIMPULAN
Tetesan infus yang digunakan tetes makro Anestesi umum (General anesthesia)
sebagai berikut: disebut juga tindakan meniadakan nyeri
= (Kebutuhan cairan X faktor tetes secara sentral disertai hilangnya kesadaran
makro)/waktu (jam)/waktu (menit) dan bersifat reversible berdasarkan trias
= (560 X 20)/ 16/60 anesthesia yang ingin diperoleh yaitu
= 700/60 hipnotik, analgesia, dan relaksasi otot.
= 12/ menit Prosedur anastesi umum dan monitoring
Yang artinya dalam satu menit, jumlah pasien tidak hanya dilakukan pada saat
tetesan infus sebanyak 12 tetes. operasi tetapi juga mencakap persiapan pra
2. Intra Operatif anastesia (kunjungan dan premedikasi) dan
a. Nyeri pasca anastesia. Pemilihan teknik intubasi
Analgetik yang diberikan pada pasien pada anastesi umum didasarkan pada jenis
ini saat operasi adalah paracetamol operasi yang akan dilakukan, usia, jenis
dengan dosis 10 mg/kgBB. kelamin, status fisik pasien, keterampilan
Dosis = BB X 10 pelaksana anastesi, ketersediaan alat, serta
= 15 X 10 permintaan pasien.
= 150 mg Pada kasus di atas, pasien laki-laki,
b. Terapi cairan usia 3 tahun dengan berat badan 15 kg

Jurnal Kedokteran p-ISSN 2460-9749


Vol. 05 No.01 Desember 2019 e-ISSN 2620-5890
153

datang dengan keluhan nyeri pada kedua Rosari, Bella. 2016. General Anestesi
dengan Face Mask.
telapak tangan karena luka bakar. Tindakan
Ting, H. Paul. Intravenous Anesthetic.
yang dilakukan pada pasien yaitu
Available at :
debridement. Pemilihan tindakan anestesi http://anesthesiologyinfo.com/articles
/01072002.php. Accesed : 20 Juli
pada pasien ini adalah General Anestesi
2019.
Face Mask (Sungkup Muka) dan hasil Syamsuhidayat R & Wim de Jong. 2012.
pemeriksaan didapatkan status fisik ASA I. Buku Ajar Ilmu Bedah Edisi Revisi.
Dasar pemilihan tindakan anastesi pada
pasien tersebut adalah lokasi, durasi,
manipulasi dari pembedahan, dan posisi.

DAFTAR PUSTAKA
Cushieri A, Grace PA, Darzi A, Borley N,
Rowley DI. Clinical surgery.
Blackwell publishing. 2008.
Dorland, Newman W., 2012, Kamus Saku
Kedokteran Dorland Edisi 28, EGC:
Jakarta.
Goodman and Gilman’s. 1985. The
pharmacological bases of
th
therapeutics. 7 edition. New York :
Mac Millian Publishing Co. Inc.
Latief S, A., Suryadi K, A., Dachlan M, R.
2009. Petunjuk Praktis Anestesiologi
Edisi Kedua. Penerbit Bagian
Anestesiologi dan Terapi Intensif
FKUI: Jakarta.
Moenadjat, Y., 2005 Petunjuk Praktise
Penatalaksanaan Luka Bakar.
Asosiasi Luka Bakar Indonesia
Diterbitkan oleh Komite Medik
Asosiasi Luka Bakar Indonesia.
Moore KL. 2002. Anatomi klinis dasar.
Dalam. Jakarta: EGC.
Morgan GE, Mikhail MS, Murray MJ. 2006.
Patient monitors. In : Lange Medical
Books Clinical Anesthesiology. 4th
eds. New York.

Jurnal Kedokteran p-ISSN 2460-9749


Vol. 05 No.01 Desember 2019 e-ISSN 2620-5890

Anda mungkin juga menyukai