ABSTRAK
Teknik general anestesi inhalasi yang dilakukan dengan jalan memberikan kombinasi obat
anestesi inhalasi yang berupa gas dan atau cairan yang mudah menguap melalui alat atau mesin anestesi
langsung ke udara inspirasi. Pada pasien combutio yang dilakukan tindakan debridement yang singkat
(0,5 jam – 1 jam) tanpa membuka rongga perut, keadaan umum pasien cukup baik (status fisik ASA I
atau ASA II) dengan jenis operasi meliputi operasi kecil dan waktu pasien akan kembali sadar penuh
dalam waktu 15 menit dan tidak sadar yang berlangsung diatas 15 menit dianggap prolonged.
Tujuan dari laporan kasus ini adalah mendiskusikan penatalaksanaan anastesi dengan
menggunakan Face Mask (Sungkup Muka). Face Mask dapat membantu mengubah kondisi pasien yang
tidak bisa diventilasi menjadi bisa diventilasi.
Pasien seorang anak laki-laki usia 3 tahun datang sadar ke RSU Bangli oleh orangtua pasien
dengan keluhan nyeri pada luka bakar sejak 4 hari yang lalu. Pasien dibawa ke rumah sakit pada tanggal
26 juli 2019. Pasien memilikiDiagnosis pre operatif Combutio grade II A, dengan status operatif ASA
I.
tangan terasa seperti terbakar sehingga paru diupayakan menjadi lebih sedikit.
menyebabkan pasien tidak bisa beraktivitas Timbulnya reaksi akibat aspirasi asam dapat
dan sulit untuk tidur. Keluhan mual, muntah terlihat segera setelah kejadian atau gejala
disangkal pasien. Pasien tidak pernah yang timbulnya lambat. Aspirasi asam
mengalami keluhan seperti ini sebelumnya. lambung terjadi 2 fase yaitu trauma pada
Riwayat pengobatan sebelumnya disangkal jaringan dan reaksi keradangan. Dalam
pasien, pasien dibawah ke IGD RSU 2 hari waktu 5 detik, asam akan bereaksi dengan
yang lalu dan mendapatkan penanganan. mukosa trakhea dan alveoli, dan dalam
Riwayat demam (-), BAB (+) dan BAK (+) waktu 15 detik telah terjadi netralisasi.
lancar. Pemeriksaan fisik dari tanda vital Enam jam kemudian akan kehilangan
didapatkan; tekanan darah tidak dilakukan, lapisan sel superfisial yang bersilia dan yang
nadi 82x/menit; respirasi 22x/menit; suhu tidak bersilia. Regenerasi terjadi dalam
O
36,0 C, VAS 4. Dari pemeriksaan waktu 3 hari, dan dalam waktu 7 hari terjadi
laboratorium yang dilakukan tanggal 29 Juli regenerasi yang sempurna pada sel yang
2019 dalam batas normal. Dari hasil mengalami kerusakan. Sel alveolar tipe II
anamnesis, pemeriksaan fisik dan sangat peka terhadap asam hidroklorid dan
pemeriksaan penunjang disimpulkan bahwa mengalami kerusakan dalam waktu 4 jam
pasien masuk dalam ASA I yaitu penyakit setelah terjadinya aspirasi. Peningkatan
bedah tanpa disertai penyakit sistemik. lisophophosphatidyle choline yang cepat
Sebelum dilakukan operasi pasien dalam 4 jam setelah aspirasi asam
dipuasakan selama 8 jam. Tujuan puasa mengakibatkan peningkatan permiabilitas
untuk mencegah terjadinya aspirasi isi alveolar dan cairan paru (lung water).
lambung karena regurgitasi. Aspirasi isi Peningkatan cairan paru mengakibatkan
lambung, penyebab, akibat dan gejalanya menurunkan compliance paru, menurunkan
dapat dibedakan oleh 3 bahan aspirat yaitu kemampuan perfusi-ventilasi paru. Pada
berupa asam, partikel (sisa makanan) dan fase kedua, ditandai dengan pelepasan
bakteri. Secara umum aspirasi dapat dicegah sitokin sitokin inflamasi yag terangsang
dengan mencegah isi lambung agar tidak dengan adanya zat asam seperti TNFα dan
masuk ke faring, aspirasi yang di faring interleukin-8. Hal ini akan merangsang
dijaga tidak masuk trakhea dan paru. ekspresi sel adhesion molecule L-selectin
Selain bahan aspirat, volume isi dan beta-2 integrins pada neutrofil, and
lambung menentukan keparahan akibat intercellular adhesion molecules (ICAM)
aspirasi sehingga jumlah yang cairan masuk pada endothel paru yang selanjutnya
rasa nyaman bagi pasien, mengurangi (IV) Konsentrasi 10 mg/ml dalam dalam
sekresi kelenjar dan menekan refleks vagus, 1 flash 100ml.
memperlancar induksi, mengurangi dosis Diberikan secara intravena.
obat anestesia, mengurangi rasa sakit dan Paracetamol tersedia sebagai obat tunggal,
gelisah paska bedah, menimbulkan amnesia berbentuk tablet 500 mg atau sirup yang
retrograde pada pasien ini, obat-obatan yang mengandung 120mg/5ml. Selain itu
dipilih adalah sebagai berikut : Parasetamol terdapat sebagai sediaan
a. Premedikasi kombinasi tetap, dalam bentuk tablet
- Sedatif : Midazolam injeksi maupun flash. Dosis Parasetamol untuk
5 mg (IV) Konsentrasi 5 mg/ ml dalam 1 dewasa 300mg-1g per kali, dengan
ampul 1 ml. maksimum 4g per hari, untuk anak 6-12
Diberikan secara intravena. tahun: 150-300 mg/kali, dengan maksimum
Berdasarkan teori premedikasi pasien 1,2g/hari. Untuk anak 1-6 tahun: 60mg/kali,
diberikan obat golongan sedatif yaitu pada keduanya diberikan maksimum 6 kali
midazolam dengan dosis 0,05-0,1 mg/KgBB sehari. (Goodman and Gilman’s. 1985).
dengan tujuan untuk mendapatkan efek Parasetamol cepat diabsorbsi dari
sedatif dari obat tersebut sehingga pasien saluran pencernaan, dengan kadar serum
akan merasa nyaman dan tidak takut saat puncak dicapai dalam 30-60 menit. Waktu
berada di ruang operasi, dimana juga untuk paruh kira-kira 2 jam. Metabolisme di hati,
mencapai tujuan dari premedikasi tersebut. sekitar 3 % diekskresi dalam bentuk tidak
Pemberian sedatif ini perlu diberikan pada berubah melalui urin dan 80-90 %
pasien yang akan dilakukan tindakan dikonjugasi dengan asam glukoronik atau
anastesi mengalami kecemasan atau asam sulfurik kemudian diekskresi melalui
ketakutan akan mempengaruhi tekanan urin dalam satu hari pertama; sebagian
darah, nadi, dan proses anastesi yang akan dihidroksilasi menjadi N asetil benzokuinon
dilakukan. Pada pasien ini diberikan yang sangat reaktif dan berpotensi menjadi
midazolam 1 mg IV untuk medapatkan efek metabolit berbahaya. Pada dosis normal
sedasi yang terkandung dalam midazolam bereaksi dengan gugus sulfhidril dari
sehingga menmbuat pasien tertidur dan tidak glutation menjadi substansi nontoksik. Pada
merasakan cemas akibat tindakan operasi. dosis besar akan berikatan dengan sulfhidril
(Dachlan M, R. 2009). dari protein hati.7
-
Analgesik : Paracetamol flash 1000 mg - Antiemetik : Ondancentron injeksi 4 mg
Infus yang digunakan adalah RL dan Terapi cairan pasien saat operasi
Dextrose 5 % dengan perbandingan diatas. sesuai dengan rumus maintenance dan
Tetesan infus yang digunakan tetes makro stress operasi disesuaikan dengan
sebagai berikut : rumus Baxter diatas.
= (Kebutuhan cairan X faktor tetes 3. Post Operatif
makro)/waktu (jam)/waktu (menit). a. Nyeri
= (560 X 20)/ 8/60 Nyeri pada pasien post op ini
= 1400/60 diberikan obat analgetik paracetamol
= 24/ menit disesuaikan dengan berap badan
Yang artinya dalam satu menit, pasien dosis 3x 150 mg.
jumlah tetesan infus sebanyak 28 tetes, ½ b. Terapi Cairan
Diberikan 16 jam berikutnya= 560 cc Terapi cairan dilanjutkan dengan
dengan rincian sebagai berikut : rumus Baxter.
Infus yang digunakan adalah RL dan
Dextrose 5 % dengan perbandingan diatas. KESIMPULAN
Tetesan infus yang digunakan tetes makro Anestesi umum (General anesthesia)
sebagai berikut: disebut juga tindakan meniadakan nyeri
= (Kebutuhan cairan X faktor tetes secara sentral disertai hilangnya kesadaran
makro)/waktu (jam)/waktu (menit) dan bersifat reversible berdasarkan trias
= (560 X 20)/ 16/60 anesthesia yang ingin diperoleh yaitu
= 700/60 hipnotik, analgesia, dan relaksasi otot.
= 12/ menit Prosedur anastesi umum dan monitoring
Yang artinya dalam satu menit, jumlah pasien tidak hanya dilakukan pada saat
tetesan infus sebanyak 12 tetes. operasi tetapi juga mencakap persiapan pra
2. Intra Operatif anastesia (kunjungan dan premedikasi) dan
a. Nyeri pasca anastesia. Pemilihan teknik intubasi
Analgetik yang diberikan pada pasien pada anastesi umum didasarkan pada jenis
ini saat operasi adalah paracetamol operasi yang akan dilakukan, usia, jenis
dengan dosis 10 mg/kgBB. kelamin, status fisik pasien, keterampilan
Dosis = BB X 10 pelaksana anastesi, ketersediaan alat, serta
= 15 X 10 permintaan pasien.
= 150 mg Pada kasus di atas, pasien laki-laki,
b. Terapi cairan usia 3 tahun dengan berat badan 15 kg
datang dengan keluhan nyeri pada kedua Rosari, Bella. 2016. General Anestesi
dengan Face Mask.
telapak tangan karena luka bakar. Tindakan
Ting, H. Paul. Intravenous Anesthetic.
yang dilakukan pada pasien yaitu
Available at :
debridement. Pemilihan tindakan anestesi http://anesthesiologyinfo.com/articles
/01072002.php. Accesed : 20 Juli
pada pasien ini adalah General Anestesi
2019.
Face Mask (Sungkup Muka) dan hasil Syamsuhidayat R & Wim de Jong. 2012.
pemeriksaan didapatkan status fisik ASA I. Buku Ajar Ilmu Bedah Edisi Revisi.
Dasar pemilihan tindakan anastesi pada
pasien tersebut adalah lokasi, durasi,
manipulasi dari pembedahan, dan posisi.
DAFTAR PUSTAKA
Cushieri A, Grace PA, Darzi A, Borley N,
Rowley DI. Clinical surgery.
Blackwell publishing. 2008.
Dorland, Newman W., 2012, Kamus Saku
Kedokteran Dorland Edisi 28, EGC:
Jakarta.
Goodman and Gilman’s. 1985. The
pharmacological bases of
th
therapeutics. 7 edition. New York :
Mac Millian Publishing Co. Inc.
Latief S, A., Suryadi K, A., Dachlan M, R.
2009. Petunjuk Praktis Anestesiologi
Edisi Kedua. Penerbit Bagian
Anestesiologi dan Terapi Intensif
FKUI: Jakarta.
Moenadjat, Y., 2005 Petunjuk Praktise
Penatalaksanaan Luka Bakar.
Asosiasi Luka Bakar Indonesia
Diterbitkan oleh Komite Medik
Asosiasi Luka Bakar Indonesia.
Moore KL. 2002. Anatomi klinis dasar.
Dalam. Jakarta: EGC.
Morgan GE, Mikhail MS, Murray MJ. 2006.
Patient monitors. In : Lange Medical
Books Clinical Anesthesiology. 4th
eds. New York.