Anda di halaman 1dari 6

Gangguan Komunikasi antar Sel pada Paralisis Periodik Hipokalemia

Vandy Irianto
Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana

Alamat korespondensi: Jl. Arjuna Utara No. 6 Jakarta 11510

vandyirianto@yahoo.co.id

Abstrak

Sistem komunikasi yang dilakukan sel berperan sangat penting terhadap respon seluler yang
akan dilakukan oleh sel. Dimana dengan adanya komunikasi antar sel maka dapat terjadi
pengaturan dan pengendalian kegiatan sel, jaringan, organ tubuh, dan untuk mempertahankan
homeostasis. Komunikasi antar sel memiliki cara dasar dalam berkomunikasi. Sel saraf dan sel
otot memanfaatkan adanya potensial membran istirahat untuk komunikasi. Terdapat perubahan
potensial membran yang sering terjadi yaitu depolarisasi, repolarisasi, dan hiperpolarisasi. Pada
hiperpolarisasi dapat menimbulkan keadaan hipokalemia. Selain dikarenakan perubahan
potensial membran, faktor genetik juga dapat berpengaruh terhadap hipokalemia.
Kata kunci: paralisis periodik hipokalemia, hiperpolarisasi, potensial membran

Abstract

Communication systems do play a very important cells against cellular responses that will be
done by the cell. Wherein the communication between cells, it can happen settings and control
the activities of cells, tissues, organs, and to maintain homeostasis. Communication between
cells has a basic way of communicating. Nerve cells and muscle cells utilize their resting
membrane potential for communication. There are changes in membrane potential
depolarization often happens that, repolarization, and hyperpolarization. In hyperpolarization
can cause hypokalemia circumstances. In addition due to changes in membrane potential,
genetic factors may also affect the hypokalemia.
Keywords: hypokalemic periodic paralysis, hyperpolarization, membrane potential

1
Pendahuluan

Sel merupakan unit terkecil dari organisme. Sel tidak akan mampu bekerja dan membentuk
sebuah jaringan bila tidak ada koordinasi antara satu dengan yang lain. Miliaran sel penyusun
setiap makhluk hidup harus berkomunikasi untuk mengkoordinasikan aktivitasnya sedemikian
rupa sehingga memungkinkan organisme itu untuk berkembang. Mulai dari sel yang
berkomunikasi terbentuk jaringan kemudian organ dan sistem yang menjalankan organisme
untuk hidup. Salah satu ciri organisme yang sedikit sekali diungkap adalah kemampuannya untuk
berkomunikasi. Pada tubuh manusia terdiri dari sel-sel yang terus melakukan komunikasi antara
satu sel dengan sel lainnya.

Komunikasi Antar Sel

Tujuan dari komunikasi sel itu sendiri adalah menghasilkan, mengenali, dan menginterpretasikan
dan bereaksi terhadap isyarat yang ada di lingkungan sel serta memastikan suatu pesan dapat
dikonversi dari satu bentuk ke bentuk lainnya selama perjalanannya dan masih mempertahankan
isi pesan (sinyal transduksi).1

Cara Komunikasi Antar Sel

1. komunikasi melalui kontak langsung

Komunikasi ini terjadi dengan mentransfer sinyal berupa ion-ion, molekul-molekul kecil
atau sinyal kimia (seperti asam amino, ATP, cAMP), selama sinyal-sinyal tersebut dapat
melewati gap junction.

Fungsi dari gap junction ini yaitu untuk memungkinkan sel yang saling berdekatan dalam
jaringan untuk berbagi lingkungan sistolik yang sama guna pertumbuhan dan pematangan sel
yang seimbang. Sinyal listrik sering ditransfer melalui gap junction.

2
Suatu contoh hantaran sinyal jenis ini terjadi pada apa yang disebut sebagai sinapsis
listrik (electrical synapsis) dimana akson dari suatu hubungan prasinaptik berhubungan dengan
neuron pasca sinaptik melalui hubungan celah. Ion yang mengalir melalui celah tersebut
memungkinkan depolarisasi membran beralih dari neuron pra sinaptik ke neuron pasca sinaptik.2

2. Contact dependent signals


Komunikasi sel jenis ini biasa juga disebut sebagai komunikasi juxtacrine (juxtacrine
communication). Juxtacrine merupakan komunikasi antar sel melalui kontak langsung membrane
plasma. Transmembran protein dan fosfolipid merupakan dua tipe molekul membrane sel yang
disalurkan melalui kontak langsung. Juxtacrine memungkinkan sel untuk membatasi sebuah
sinyal hanya untuk sel dengan kontak langsung.

Persinyalan juxtacrine ini merupakan komunikasi antar sel yang dimana suatu sel menyediakan
ligan (molekul) sementara sel lainnya menyediakan reseptor pada permukaan yang saling
berdekatan. Respon akan terjadi ketika molekul dan reseptor saling menempel.3

3. Local communication
Komunikasi lokal yang dilakukan sel ini terjadi dalam bentuk komunikasi autokrin dan parakrin.
Keduanya bekerja diperantarai sekret molekul. Autokrin terjadi ketika molekul yang dihasilkan
suatu sel ditangkap oleh sel itu sendiri dan menghasilkan respon internal bagi sel itu sendiri.
Umumnya mekanisme ini terjadi pada sinyal berupa faktor pertumbuhan.

Sementara parakrin terjadi ketika molekul yang dihasilkan suatu sel ditangkap oleh sel-sel
tetangga (sel-sel lain yang berada di daerah sekitarnya). Faktor pertumbuhan, diferensiasi dan
metabolisme umumnya dikoordinasikan melalui komunikasi parakrin.2,3

4. Long distance communication


Komunikasi jarak jauh ini terjadi melalui sistem saraf dan endokrin. Pada sistem endokrin sinyal
yang digunakan berupa hormon yang dihasilkan oleh kelenjar endokrin. Hormon mensinyal sel
target pada jarak yang lebih jauh. Hormon yang dihasilkan kemudian akan diedarkan melalui
darah sehingga dapat menjangkau semua sel di tubuh, yang mana hanya sel target spesifik yang
mengenali dan merespons sinyal kimiawi yang diberikan.2,3

3
Potensial aksi

Potensial aksi ditimbulkan oleh adanya sensasi atau rangsangan yang dirasakan oleh
tubuh. Sense berarti otak mendapatkan informasi tentang keadaan lingkungan sekitar dan tubuh.
Sejarahnya, Terdapat 5 rasa yang dapat kita terima yaitu bau, suara, rasa, sentuhan, dan cahaya.
Pada dasarnya rangsangan atau sense pada potensial aksi ada dua yaitu general sense dan
sepesial sense. Pada general sense, reseptor tersebar luas di dalam tubuh. Sense atau rangsnagan
ini di bagi jadi dua yaitu somatic sense, Menyediakan informasi sensorik tentang tubuh dan
lingkungan sekitar, yang termasuk dalamnya adalah sentuhan, tekanan, suhu, propriosepsi, dan
nyeri, dan visceral sense, Menyediakan informasi tentang keadaan organ internal, yang
terutamanya nyeri dan tekanan. Pada special sense, lebih mengkhusus pada struktur maupun
penempatan pada organ tubuh. Yang termasuk dalam special sense adalah bau, rasa, suara,
cahaya, keseimbangan.

Tahapan pda potensial aksi yaitu, tahap istirahat, tahap depolarisasi, tahap
repolarisasi. Pada tahap istirahat, potensial membran istirahat yang ada sebelum terjadinya
potensial aksi. Pada saat ini, membran dapat dikatakan “terpolarisasi”, karena selama tahap ini
berlangsung, potensial membrannya bersifat negative. Pada tahap depolarisasi, terbukanya kanal
ion Na+ sehingga ion ini masuk dan mengurangi kenegatifan di dalam sel saraf. Pada tahap
repolarisasi, kanal ion natrium tertutup, namun kanal ion kalium terbuka.4

Siklus hodgkin

Siklus Hodgkin merupakan siklus yang menjelaskan bagaimana proses terjadinya respon
dalam bentuk feedback positif serta negatif. Di siklus ini dijelaskan bahwa untuk mencapai
respon dalam bentuk feedback positif, potensial aksi harus terjadi. Potensial aksi ini akan berjala
ketika adanya ion Na+ yang masuk, shingga potensial membrane akan berkurang kenegatifanya.
Maka terjadilah potensial berjenjang.5

Umpan balik negatif dapat didefinisikan sebagai suatu prubahan sebuah variabel yang
dilawan oleh suatu respon yang cenderung berkebalikan dengan perubahan tersebut. Sebagai
contoh, pada burung dan mamalia yang harus menjaga suhu tubuhnya, peningkatan suhu tubuh

4
akan menghasilkan respon-respon spesifik yang akan mengembalikan suhu tubuh ke keadaan
normal. Jadi, umpan balik negatif berperan dalam menjaga stabilitas fisiologis tubuh. Pada
umpan balik negatif ini juga terjadi ambang letup. Namun kanal io Na+ tertutup sehingga yang
aka masuk yaitu ion K+.6

Peristiwa sinaps

Tempat di mana terminal akson bertemu sel lain


disebut sinapsis. Terminal akson dan sel lainnya
dipisahkan oleh ruang sempit yang dikenal sebagai celah
sinaptik (lihat Gambar 1). Ketika potensial aksi mencapai
terminal akson, terminal akson melepaskan molekul
kimia yang disebut neurotransmitter. Molekul-molekul
neurotransmitter melakukan perjalanan melintasi celah
sinapsis dan mengikat ke reseptor pada membran sel
lainnya. Jika sel lain adalah neuron, ini dimulai potensial
aksi pada sel lain.7 Gambar 1. sinaps
(https://books.google.co.id/sinapsis)

Kelainan Genetik

Kelemahan otot terjadi karena kegagalan otot rangka dalam menjaga potensial istirahat
(resting potential) akibat adanya mutasi gen CACNL1A3, SCN4A, dan KCNE3 yakni gen yang
mengontrol gerbang kanal ion (voltagegated ion channel) natrium, kalsium, dan kalium pada
membran sel otot. Kadar kalium plasma adalah hasil keseimbangan antara asupan kalium dari
luar, ekskresi kalium, dan distribusi kalium di ruang intra- dan ekstraselular. Sekitar 98% kalium
total tubuh berada di ruang intraselular, terutama di sel otot rangka. Secara fisiologis, kadar
kalium intrasel dipertahankan dalam rentang nilai 120-140 mEq/L melalui kerja enzim Na+-K+-
ATPase.

Kanal ion di membran sel otot berfungsi sebagai pori tempat keluar-masuknya ion dari/ke
sel otot. Dalam keadaan depolarisasi, gerbang kanal ion akan menutup dan bersifat impermeabel
terhadap ion Na+ dan K+, sedangkan dalam keadaan repolarisasi (istirahat), gerbang kanal ion

5
akan membuka, memungkinkan keluar-masuknya ion natrium dan kalium serta menjaganya
dalam keadaan seimbang. Mutasi gen yang mengontrol kanal ion ini akan menyebabkan influks
K+ berlebihan ke dalam sel otot rangka dan turunnya influks kalsium ke dalam sel otot rangka
sehingga sel otot tidak dapat tereksitasi secara elektrik, menimbulkan kelemahan sampai
paralisis.7

Kesimpulan

Komunikasi antar sel sangat berperan penting dalam tubuh, maka tiap organ akan bekerja sesuai
dengan fungsinya. Ada kalanya sel-sel tubuh terganggu dalam hal komunikasi. Sel saraf dan sel
otot memanfaatkan adanya potensial membran istirahat untuk komunikasi. Terdapat perubahan
potensial membran yang sering terjadi yaitu depolarisasi, repolarisasi, dan hiperpolarisasi. Pada
hiperpolarisasi dapat menimbulkan keadaan hipokalemia

Daftar Pustaka

1. Benyamin L. Dasar-dasar fisiologi tumbuhan. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada; 2001: h.34-
5

2. Seifter J, Sloane D, Ratner A. Concepts in medical physiology. Philadelphia: Lippincott


Williams & Willkins; 2005: h.24-8.

3. Meyers RA. Systems biology. Weinheim : Wiley-Blackwell; 2012: h.39-41.


4. Sherwood L. Fisiologi manusia dari sel ke sistem. Jakarta: EGC; 2008.h.78-100.

5. Maulia Z. Sistem Kontrol Homeostatik Umpan Balik. 2013, 12 oktober. Di unduh dari:
zahrotulmaulia.co.id/2013/10/sistem-kontrol-homeostatik-umpan-balik.html

6. Academic. Hodgkin cycle. Diunduh dari http://medicine.academic.ru/115265/Hodgkin_cycle, diakses


pada tanggal 14 Januari 2016.

7. Pardede SO, Fahriani R. Paralisis periodic hipokalemik familial. Continuing Medical


Education 2012; 39(10): 727-30

Anda mungkin juga menyukai