Anda di halaman 1dari 12

Gangguan Komunikasi antar Sel Pada Periodik Paralisis Hipokalemia

Natalie Deskla Pattiasina (102015017)


Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana
Jl. TerusanArjuna No. 6 KebonJeruk, Jakarta Barat

Abstrak
Sistem saraf manusia adalah suatu jalinan-jalinan saraf yang kompleks, sangat khusus dan saling berhubungan
satu dengan yang lain. Komunikasi antar sel berperan penting untuk pengaturan dan pengendalian kegiatan sel.
Sel saraf berfungsi sebagai pengirim pesan atau impuls balik berupa rangsangan maupun tanggapan.
Kekurangan kalium dapat menghambat proses komunikasi antara sel dan sistem saraf sehingga dapat
menyababkan seseorang tiba-tiba tidak bias menggerakan tubuhnya yang di sebut Periodik paralisis
Hipokalemi.
Kata kunci : sel saraf , komunikasi antara sel , sistem saraf.

Abstract
The human nervous system is a braid nerve complex, highly specialized and interconnected to one another.
Communication between cells play an important role for the regulation and control of cell activity. Nerve cells
function as a messenger or impulse behind in the form of stimulus and response. Potassium deficiency can
hinder the process of communication between the cells and the nervous system that can menyababkan someone
suddenly does not bias the moving body called hypokalemic periodic paralysis.

Keywords: nerve cells, communication between cells, the nervous system

Pendahuluan

Sistem saraf manusia adalah suatu jalinan-jalinan saraf yang kompleks, sangat khusus dan saling
berhubungan satu dengan yang lain. Sistem saraf mengkoordinasi, menafsirkan dan mengontrol
interaksi antara individu dengan lingkungan sekitarnya. Sistem tubuh yang penting ini juga mengatur
kebanyakan aktivitas sistem-sistem tubuh lainnya. Karena pengaturan saraf tersebut maka terjalin
komunikasi antara berbagai sistem tubuh hingga menyebabkan tubuh berfungsi sebagai unit yang
harmonis. Dalam sistem inilah berasal kesadaran, pikiran, ingatan, bahasa, sensasi dan gerakan. Jadi
kemampuan untuk dapat memahami, belajar dan memberi respon terhadap suatu rangsangan
merupakan hasil kerja integrasi dari sistem saraf yang puncaknya dalam bentuk kepribadian dan
tingkah laku individu. Tubuh manusia terdiri atas organ-organ tubuh yang masing-masing mempunyai
fungsi tertentu.

Skenario 8 Seorang anak laki-laki berusia 10 tahun dating dibawa orang tuanya ke IGD rumah
sakit dengan keluhan terbangun dari tidurnya tidak dapat mengerakkan kedua kaki dan
tangannya, dokter lalu melakukan pemeriksaan lengkap dan mendiagnosis periodic paralisis
hipokalemi.

1
1) Identifikasi istilah yang tidak diketahui Periodik : Peroide tertentu dan berkala Paralisis :
Hilangnya fungsi otot untuk satu atau lebih otot Hipokalami : Suatu keadaan dimana
konsentrasi kalium dalam darah kurang dari 3.8 mEq/L darah.
2) Rumusan masalah:
– Seorang anak laki-laki yang tidak dapat mengerakkan kedua kaki dan tangannya.

3) Hipotesis: Hipokalemia menyebabkan kelumpuhan akibat gangguan komunikasi sel saraf.

A. Sel Saraf
Sel saraf adalah sel yang mengantarkan impuls (rangsangan) dari reseptor (panca indera) ke otak dan
sebaliknya. Sel saraf juga bertanggung jawab atas gerak refleks. Sel-sel saraf disebut neuron. Neuron-
neuron tersebut membentuk suatu sistem saraf pada manusia. Sel saraf berbeda dengan sel-sel pada
umumnya karena terdapat akson (neurit) sehingga sel saraf terlihat seperti memiliki ekor. Satu sel saraf
tersusun dari badan sel, dendrit, dan akson.1
B. Komunikasi sel saraf
Komunikasi antar sel berperan penting untuk pengaturan dan pengendalian kegiatan sel, jaringan,
organ tubuh, dan untuk mempertahankan homeostasis. Dalam tubuh manusia terdapat dua jenis
komunikasi antar sel, yaitu: wired system (komunikasi melalui saraf atau listrik) dan non-wired system
(komunikasi kimiawi). Sedangkan komunikasi intra sel adalah komunikasi yang terjadi di dalam sel.
Komunikasi intra sel merupakan proses pengubahan sinyal di dalam sel itu sendiri. Dalam
berkomunikasi, Di dalam tubuh terdapat tiga metode komunikasi antar sel, yaitu:1,2
1. Komunikasi langsung, adalah komunikasi antar sel yang sangat berdekatan. Komunikasi ini terjadi
dengan mentransfer sinyal listrik (ion-ion) atau sinyal kimia melalui hubungan yang sangat erat antara
sel satu dengan lainnya. Gap junction merupakan protein saluran khusus yang dibentuk oleh protein
connexin. Gap junction memungkinkan terjadinya aliran ion-ion (sinyal listrik) dan molekul-molekul
kecil (sinyal kimia), seperti asam amino, ATP, cAMP dalam sitoplasma kedua sel yang berhubungan.
2. Komunikasi lokal, adalah komunikasi yang terjadi melalui zat kimia yang dilepaskan ke cairan
ekstrasel (interstitial) untuk berkomunikasi dengan sel lain yang berdekatan (sinyal parakrin) atau sel
itu sendiri (sinyal autokrin).
3. Komunikasi jarak jauh: adalah komunikasi antar sel yang mempunyai jarak cukup jauh. Komunikasi
ini berlangsung melalui sinyal listrik yang dihantarkan sel saraf dan atau dengan sinyal kimia (hormon
atau neurohormon) yang dialirkan melalui darah.

2
C. Pontensial Sel saraf dan sel otot memanfaatkan adanya pontensial membrane istirahat untuk
komunikasi dengan cara mengubah permeabilitas membrane terhadap ion-ion menjadi sinyal listrik.
Sinyal listrik di bagi menjadi 2 yaitu : 3
1) Potensial berjenjang potensial berjenjang yang berfungsi sebagai sinyal jarak dekat yang cepat
menghilang dalam rentang jarak yang pendek dari bagian membran tempat potensial tersebut dimulai.
Potensial berjenjang adalah perubahan lokal potensial membran yang terjadi dalam berbagai drajat
atau tingkat kekuatan.besarnya potensial berjenjang berkait dengan potensial pencetus,yaitu semakin
kuat kejadian pencetusnya,semakin besar potensial jenjang yang terjadi.kejadian pencetus dapat
barupa:
1. Stimulus
2. intraksi suatu zat perantara kimiawi dengan reseptor permukaan pada membrane sel saraf atau otot.
3. Perubahan spontan potensial akibat ketidak seimbangan siklus pengeluaran pemasukan.
2) Potensial aksi. Potensial aksi adalah pontensial jarak jauh, peristiwa listrik yang terlokalisir yaitu
depolarisasi membran pada titik perangsangan yang spesifik. Potensial aksi tidak bergantung pada
kekuatan stimulus pendepolarisasi. Semakin besar diameter akson semakin cepat penghantaran
potensial aksi karena tahanan arus listrik berbanding terbalik dengan luas penampang penghantar arus
tersebut. Potensial aksi dibangkitkan ketika ion Natrium mengalir ke dalam melintasi membran.
Depolarisasi potensial pertama telah menyebar ke wilayah bersebelahan pada membran tersebut,
mendepolarisasi wilayah ini dan memulai potensial aksi kedua. Pada lokasi potensial aksi pertama
membran mengalami repolarisasi ketika K+ mengalir keluar. Potensial aksi ketiga merambat secara
berurutan saat repolarisasi berlangsung. Melalui mekanisme ini aliran ion lokal menembus membran
plasma dan menghasilkan impuls saraf yang merambat sepanjang akson tersebut.Saluran ion yang
pembukaan gerbangnya diatur oleh voltase yang menghasilkan potensial aksi hanya berkonsentrasi di
sekitar nodus Ranvier. Cairan ekstraseluler juga berhubungan dengan membran akson namun
melompat dari satu nodus ke nodus lain melewati daerah yang berinsulasi myelin pada membran di
antara nodus itu. Mekanisme ini disebut penghantaran bersalto salvatory conduction. Dalam potensial
aksi, faktor-faktor yang mempengaruhi dan terkait diantaranya kanal Na+, pompa Na-K, ion Na+, ion
K+, kanal K+, dan faktor-faktor yang lain. Setiap jenis kanal tersebut memiliki fungsi spesifik dalam
aktifitas elektrik saraf. Kanal-kanal ion tersebut berfungsi menjaga potensial sel.4 Karena aliran arus
pasif yang menyertai potensial berjenjang cepat menghilangkan sewaktu arus tersebut bergerak
menjauhi tempat pembentukan.harus terdapat mekanisme lain untuk menyampaikan sinyal listrik
kejarak yang jauh.agar kekuatan sinyal tetap dipertahankan selama sinyal untuk menjauhi tempat
pembentukannya.untuk memahami proses yang terjadi selama potensial aksi mengenal istilah-istilah
berikut:5

3
1. Polarisasi, memiliki membran potensial;pemisahan muatan yang berlawanan
2. Depolarisasi, Potensial membrane mengalami penurunandari potensial istrahat
3. Hiperpolarisasi , potensial lebih besar dari pada potensial istrahat.
D. Hubungan antara sel saraf
Sel saraf merupakan unit terkecil dari sistem saraf. Sel saraf berfungsi sebagai pengirim pesan atau
impuls balik berupa rangsangan maupun tanggapan. Sel di sistem saraf terdiri dari 2 jenis yaitu :5,6
1. Sel saraf ( Neuron) Neuron merupakan sel fungsional pada sistem saraf, yang bekerja dengan cara
menghasilkan potensi aksi dan menjalarkan impuls dari satu sel ke sel berikutnya. Pembentukan
potensi aksi merupakan cara yang dilakukan sel saraf dalam memindahkan informasi. Pembentukan
potensial aksi juga merupakan cara yang dilakukan oleh sistem saraf dalam melaksanakan fungsi
kendali dan koordinasi tubuh.Dalam menyelenggarakan fungsi tersebut, sel saraf di dukung oleh sel
glia. Ditinjau dari fungsinya, neuron dapat dibedakan menjadi tiga macam yaitu a. Neuron sensorik
sel saraf yang berfungsi menerima rangsangan dari reseptor yaitu alat indera. b. Neuron motorik Sel
saraf yang berfungsi mengantarkan rangsangan ke efektor yaitu otot dan kelenjar. Rangsangan yang
diantarkan berasal atau diterima dari otak dan sumsum tulang belakang.. c. Interneuron atau saraf
penghubung Sel saraf yang terdapat di pusat saraf, yang menjadi penghubung antara neuron sensorik
dan motorik
2. Sel glia sel glia merupakan sel yang berkaitan erat dengan neuron, yang berfungsi sebagai
pendukung struktur dan fungsi neuron, namun tidak terlibat dalam fungsi penjalaran impuls. Dalam
otak manusia, jumlah sel glia jauh lebih besar daripada junlah neuron. Perbandingan antara jumlah sel
glia dan neuron ialah 10;1. Sel glia berfungsi utuk menjamin agar kondisi lingkungan ionic disekitar
neuron dapat selalu tepat. Selain itu, sel glia juga berfungsi untuk membuang zat-zat sisa dari sekitar
neuron.Salah satu sel glia yang sangat dikenal ialah sel schwan. Sel schwan merupakan salah satu jenis
sel glia yang berungsi sebagai pembungkus akson, membentuk selubung yang disebut selubung
mielin.7
E. Sinyal Sinaps Reseptor
1. Impuls (Sinyal)
Secara umum, fungsi sel saraf adalah menerima rangsang dan dapat menanggapi rangsang tersebut.
Seperti sudah dijelaskan sebelumnya, bahwa sistem saraf merupakan jaringan komunikasi yang
kompleks. Sebagai jaringan komunikasi, tentunya saraf memiliki mekanisme khusus tentang cara
meneruskan impuls. Ada dua mekanisme jalannya impuls saraf, yaitu sebagai berikut : 8
· Impuls Dihantarkan Melalui Sel Saraf Impuls dapat diteruskan dan mengalir melalui sel saraf yang
disebabkan adanya perbedaan potensial listrik yang disebut dengan polarisasi. Muatan listrik di luar
membran sel saraf adalah positif sedang muatan yang di luar adalah negatif. Apabila sel saraf diberi

4
rangsangan akan mengakibatkan polarisasi membran berubah, sehingga polarisasi akan mengalami
pembalikan. Proses pembalikan akan diulang yang menyebabkan rantai reaksi.
· Impuls Dihantarkan Lewat Sinaps. Apabila impuls mengenai tombol sinaps, maka permeabilitas
membran prasinapsis terhadap ion kalsium menjadi meningkat. Ion kalsium kemudian akan masuk,
sedangkan gelembung sinaps akan melepaskan neutransmitter ke celah sinaps. Gelembung sinaps
melebur dengan membran prasinaps. Impuls sampai ke membran postsinaps karena dibawa oleh
neurotransmitter, kemudian neurotransmitter dihidrolisis oleh enzim yang dihasilkan oleh membran
postsinaps.
2. Sinaps
Sinaps berasal dari bahasa Yunani synapsis yang artinya penyatuan adalah tempat neuron-neuron
saling berkontak atau antara neuron dan sel efektor lainnya (otot dan sel kelenjar). Sebuah sinaps
adalah persimpangan yang memungkinkan neuron untuk lulus sinyal listrik atau bahan kimia ke sel
lain (neural atau sebaliknya).7
Dalam ilmu saraf, potensi postsynaptic rangsang (EPSP) adalah depolarisasi sementara
potensimembran postsynaptic disebabkan oleh aliran ion bermuatan positif ke dalam sel
postsynaptic.Mereka adalah kebalikan dari inhibitory post synaptic potential (IPSPs), yang biasanya
diakibatkanoleh aliran ion negatif ke dalam sel. Sebuah potensi postsynaptic didefinisikan sebagai
rangsang jika memudahkan neuron untuk menembakkan potensial aksi. EPSPs juga dapat disebabkan
olehpenurunan muatan positif keluar, sementara IPSPs kadang-kadang disebabkan oleh
peningkatanaliran muatan positif. Aliran ion yang menyebabkan EPSP adalah postsynaptic arus
rangsang (EPSC).8
Inhibitory Postsynaptic Potential (biasa disingkat IPSP) adalah perubahan tegangan membran
neuronpostsynaptic yang merupakan hasil dari aktivasi sinaptik penghambatan reseptor
neurotransmitter.Neurotransmiter penghambat yang paling umum dalam sistem saraf GABA dan
glisin.8 Setiap neuron memiliki tugas untuk menghitung keluaran ke banyak sel lain dari serangkaian
masukan prasinaps, suatu neuron dapat bereaksi dengan cara :
1) Melepaskan potensial aksi di sepanjang akson,
2) Tetap berada dalam keadaan istirahat dan tidak meneruskan sinyal
3) Mengalami penurunan eksitabilitas.
Apabila aktivitas dominan berada pada masukan eksitatorik, sel pascasinaps kemungkinan akan
terbawa ke ambang dan mengalami potensial aksi. Hal ini dapat terjadi melalui penjumlahan temporal
(EPSP-EPSP dari sebuah masukan prasinaps yang terus-menerus datang dalam waktu yang hampir
bersamaan sehingga saling memperkuat) atau penjumlahan spatial (menambahkan EPSP-EPSP yang
timbul secara simultan dari beberapa masukan prasinaps yang berbeda). Karena memiliki ambang

5
terendah, potensial aksi tercetus di sini. Frekuensi potensial aksi mencerminkan besarnya penjumlahan
EPSP. 3. Reseptor Reseptor adalah sel yang menerima rangsangan, baik itu rangsangan berupa
sentuhan, suara, bebauan maupun rasa. Dan reseptor yang dimaksud di sini (reseptor manusia) adalah
tidak lain yaitu alat indera (hidung, telinga, mata, kulit, dan lidah). Efektor adalah bagian tubuh yang
melaksanakan respon terhadap rangsangan. Contoh saat kita melihat harimau, kemudian setelah
reseptor (mata) menyampaikan informasinya kepada saraf pusat ada harimau, kaki kita tergerak untuk
lari secepat mungkin. Dalam contoh ini , efektornya adalah otot kaki kita.6
F. Siklus Hodgkin
Pada waktu sel saraf mendapat rangsangan ,baik rangsang kimia,mekanik atau rangsang lain,kanal ion
Natrium (voltaged-gated Na Channels) akan membuka sehingga ion Natrium akan masuk kedalam sel
dengan membawa muatannya. Muatan positif ion Natrium akan menetralkan sebagian muatan negative
didalam sel sehingga sel mengalami depolarisasi. Depolarisasi berarti berkurangnya selisih potensial
antara intrasel dan ekstrasel. Depolarisasi ini terus memicu pembukaan voltaged-gated Na
Channels,sehingga semakin banyak Natrium masuk ke dalam sel dan pada akhirnya akan semakin
memperbesar depolarisasi.Makin besar depolarisasi akan semakin memperbanyak pembukaan
voltaged-gated Na channels dan seterusnya. Hal ini merupakan siklus umpan balik positif yang dikenal
dengan Siklus Hodgkin.7
Kesimpulan
Hipotesis diterima dan Sel saraf dan sel otot memanfaatkan adanya potensial membran istirahat untuk
komunikasi. Pada hiperpolarisasi dapat menimbulkan keadaan hipokalemia. Selain dikarenakan
perubahan potensial membran, faktor genetik juga dapat berpengaruh terhadap hipokalemia. Familial
hypokalemic periodic paralysis (paralisis periodik hipokalemik familial, PPHF) merupakan kelainan
yang diturunkan secara autosomal dominan, ditandai dengan kelemahan otot atau paralisis flaksid
akibat hipokalemia karena proses perpindahan kalium ke ruang intraselular otot rangka.

Daftar Pustaka
1. Gibson J. Fisiologi dan anatomi modern untuk perawat.Sugiarto B .Jakarta : EGC ; 2003.
2. Guy Ton, Arthur C, Hall. Buku ajar fisiologi kedokteran edisi 11. Jakarta : EGC ; 2007
3. Junqueira,C Luiz; Carneiro,J .Histologi dasar teks dan atlas edisi 10. Jakarta:EGC ; 2007 : Hal 170
-171.
4. Gayton , Hall. Buku ajar fisiologi kedokteran edisi.11.Jakarta: EGC ; 2010 : Hal 221-224.
5. Ganong, William F. Fisiologi Kedokteran. Jakarta: Buku Kedokteran EGC; 2008.

6
6. Richard,Behrman , kliegman, Arvin M. Ilmu kesehatan anak Nelson ed 15. Jakarta : EGC ; 1999 :
Hal 244-46.
7. Reece Campbell, Mitchell. Biologi. Jakarata : Erlangga ; 2004 : Hal 209-10.
8. Sherwood L.Fisiologi manusia dari sel ke system.Jakarta : EGC ; 2001.
9. Yatim, W.Genetika untuk mahasiswa edisi 4. Bandung : Penerbit Tarsito ; 1991. 9

7
0
1
2

Anda mungkin juga menyukai