Dosen Pembimbing
dr. Yosephin Sri Sutanti, Sp. OK
dr. Erdy Techrisna Satyadi, MARS, MKK
Fakultas Kedokteran
Universitas Kristen Krida Wacana
JAKARTA
2018
Daftar Nama Kelompok
KATA PENGANTAR
2
Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan yang Maha Esa yang telah memberikan kami
hikmat serta kasih karunaNya sehingga kami dapat menyusun laporan kunjungan industri
rumah tangga ini.
Laporan ini kami susun dalam rangka memenuhi tugas blok 28 mengenai Kesehatan dan
Keselamatan Kerja Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana. Kepada dosen
pembimbing, kami mengucapkan terimakasih atas bimbingan dan dukungannya mulai dari
saat kunjungan ke UKK Makmur Pengrajin Emping dan juga dalam pembuatan laporan
kunjungan ini. Kepada segenap pengurus UKK Makmur Pengrajin Emping, kami ucapkan
terima kasih atas segala keterbukaan serta dukungan dengan menerima kami untuk
berkunjung dalam rangka melakukan observasi khususnya terhadap bidang kesehatan dan
keselamatan kerja.
Tidak lepas dari kekurangan kami dalam wawasan dan pengetahuan, kami ingin meminta
maaf atas segala kekurangan ataupun kesalahan dalam penyusunan laporan kunjungan ini
baik dari tata cara bahasa, analisis maupun isinya. Selain itu, kritik dan saran dari pembaca,
kami sangat harapkan, guna untuk menyempurnakan laporan kami dan memperbaiki kami
untuk kedepannya.
Kami sangat berharap laporan kunjungan ini dapat memberikan banyak manfaat bagi
para pembaca, khususnya untuk menambah wawasan dan pengetahuan yang berguna untuk
memperbaiki sistem kesehatan kerja di Indonesia.
Penulis
3
DAFTAR ISI
Halaman Sampul…………………………………………………………………….... 1
Daftar Nama Kelompok……………………………………………………………… 2
Kata Pengantar………………………………………………………………………... 3
Daftar Isi……………………………………………………………………………… 4
BAB I Pendahuluan…………………………………………………………………… 5
BAB II Landasan Teori……………………………………………………………… 7
BAB III Profil Perusahaan…………………………………………………………… 18
BAB IV Pembahasan…………………………………………………………………… 21
BAB V Kesimpulan…………………………………………………………………… 40
Daftar Pustaka………………………………………………………………………… 41
Galeri…………………………………………………………………………………… 44
Lampiran……………………………………………………………………………… 42
4
BAB 1
PENDAHULUAN
Selalu ada risiko kegagalan (risk of failures) pada setiap aktivitas pekerjaan. Dan saat
kecelakaan kerja terjadi, seberapapun kecilnya, akan menimbulkan efek kerugian. Karena itu
sebisa mungkin hal-hal yang dapat menyebabkan terjadinya kecelakaan kerja harus
diminimalisasi sedini mungkin. Potensi kecelakaan kerja harus dicegah atausetidak –
tidaknya dikurangi dampaknya. Penangan keselematan dan kesehatan kerja tidak hanya
diterapkan di pabrik-pabrik besar saja, namun usaha kecil seperti UKK (unit kesehatan kerja)
juga memiliki potensi terjadinya kecelakaan kerja. Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)
adalah suatu bentuk upaya untuk menciptakan tempat kerja yang aman, sehat, bebas dari
pencemaran lingkungan, sehingga dapat terbebas dari kecelakaan kerja dan pada akhirnya
akan meningkatkan efisiensi dan produktivitas kerja.
Visi pembangunanan kesehatan di Indonesia yang dilaksanakan adalah Indonesia Sehat
2010 dimana penduduk Indonesia hidup dalam perilaku sehat, mampu memperoleh layanan
kesehatan yang bermutu secara adil dan merata, serta memiliki derajat kesehatan yang
setinggi-tingginya (Depkes RI,2002).1 Kecelakaan kerja tidak hanya menimbulkan korban
jiwa saja tapi berdampak pada kerugian materi juga. Kesehatan kerja dapat tercapai secara
optimal jika tiga komponen berupa kapasitas kerja, beban kerja, dan lingkungan kerja dapat
berinteraksi dengan serasi. Kondisi kerja yang buruk berpotensi menyebabkan kecelakaan
kerja, mudah sakit, stress, sulit berkonsentrasi sehingga menurunnya produktifitas kerja.
Kondisi kerja meliputi pajanan-pajanan yang bisa mengganggu keselamatan kerja seperti
pajanan fisik yang meliputi suhu, penerangan, bising, kurangnya sirkulasi udara, paparan
radiasi, dan lain-lain. Pajanan kimia dimana salah satu pabrik menggunakan bahan dasar
bahan kimia yang dapat berdampak buruk pada kesehatan bila pekerja menghirup atau
terpapar tanpa adanya APD (Alat Pelindung Diri). Pajanan biologi dimana penyebabnya
berasal dari faktor alam seperti bakteri atau terkena gigitan binatang atau zoonis. Posisi
bekerja juga mempengaruhi keselamatan dan kesehatan para perkerja dimana pada UKK
yang kita datangi sebagian besar masalah dikarenakan posisi ergonomi yang tidak benar.
Pajanan terakhir adalah pajanan psikososial yang bisa berpengaruh pada kesehatan jiwa dari
pekerja dimana hal ini juga dapat menimbulkan efek fisik dan kinerja kerja yang menurun
karena faktor stress. Dalam penjelasan undang-undang no.23 tahun 1992 setiap tempat kerja
5
harus melaksanakan upaya kesehatan kerja, agar tidak terjadi gangguan kesehatan pada
pekerja, keluarga, masyarakat dan linkungan sekitarnya.
Rumusan masalah dari hasil kunjungan ke UKK Makmur Pengrajin Emping adalah sebagai
berikut :
Adapun tujuan dan manfaat dari penulisan makalah ini adalah sebagai berikut :
6
BAB II
LANDASAN TEORI
Bahan – bahan kimia digunakan untuk berbagai keperluan di tempat kerja. Bahan –
bahan kimia tersebut dapat berupa suatu produk akhir atau bagian bentuk bahan baku yang
digunakan untuk membuat suatu produk. Juga dapat digunakan sebagai pelumas, untuk
pembersih, bahan bakar untuk energi proses atau produk samping. Banyak bahan kimia yang
digunakan di tempat kerja mempengaruhi kesehatan kita dengan cara – cara yang tidak
diketahui. Dampak kesehatan dari beberapa bahan kimia bisa secara perlahan atau mungkin
membutuhkan waktu bertahun – tahun untuk berkembang.1
Pajanan Kimia adalah paparan substansi bahan kimiawi yang didapat selama proses
pengerjaan terkait dimana ia dapat menimbulkan atau menjadi pencetus terjadinya gangguan
atau kesakitan yang mempengaruhi kesehatan tubuh dari yang terpajan. Dimana bahan atau
hasil kimiawi yang ada dalam proses kerja atau dalam lingkungan kerja dapat saja berupa
debu, uap, gas, larutan, awan ataupun kabut2,3.
Asap umumnya adalah hasil dari pembakaran tidak sempurna dari suatu benda atau
sumbernya, dalam hal ini adalah kayu bakar sebagaimana merupakan salah satu bahan yang
masih sering digunakan dalam pembuatan kerajinan usaha masyarakat. Kayu bakar itu sendiri
merupakan kumpulan sumber energi atau seluruh dari kayu kasar yang digunakan dalam
proses pembakaran, umumnya penggunaan kayu bakar dikarenakan upaya untuk menghemat
atau memangkas pengeluaran biaya berlebih oleh pengrajin mengingat pembakaran yang
sering dilakukan digunakan dalam waktu jangka panjang.2,3
Paru merupakan sumber pemaparan yang umum, tetapi tidak seperti kulit, jaringan
paru bukan merupakan barier yang sangat protektif terhadap paparan zat kimia. Fungsi utama
paru adalah pertukaran antara oksigen dari udara ke dalam darah dengan karbon dioksida dari
darah ke udara. Akibatnya, jaringan paru yang sangat tipis memungkinkan aliran langsung
bukan saja oksigen tetapi berbagai jenis zat kimia lain ke dalam darah. Selain kerusakan
sistemik, zat kimia yang berhasil melewati permukaan paru juga dapat mencederai jaringan
paru dan mengganggu fungsi vitalnya sebagai pemasok oksigen. 2
Risiko kesehatan timbul dari pajanan berbagai bahan kimia. Banyak bahan kimia yang
memiliki sifat beracun dapat memasuki aliran darah dan menyebabkan kerusakan pada sistem
tubuh dan organ lainnya. Bahan kimia berbahaya dapat berbentuk padat, cairan, uap, gas,
debu, asap atau kabut dan dapat masuk ke dalam tubuh melalui tiga cara utama antara lain:2
7
1) Inhalasi (menghirup): Dengan bernapas melalui mulut atau hidung, zatberacun dapat
masuk ke dalam paru-paru. Seorang dewasa saat istirahat menghirup sekitar lima liter
udara per menit yang mengandung debu, asap, gas atau uap. Beberapa zat, seperti
fiber/serat, dapat langsung melukai paru – paru. Lainnya diserap ke dalam aliran
darah dan mengalir ke bagian lain daritubuh.
2) Pencernaan (menelan): Bahan kimia dapat memasuki tubuh jika makan makanan yang
terkontaminasi, makan dengan tangan yang terkontaminasiatau makan di lingkungan
yang terkontaminasi. Zat di udara juga dapattertelan saat dihirup, karena bercampur
dengan lendir dari mulut, hidung atautenggorokan. Zat beracun mengikuti rute yang
sama sebagai makananbergerak melalui usus menuju perut.
3) Penyerapan ke dalam kulit atau kontak invasif: Beberapa di antaranyaadalah zat
melewati kulit dan masuk ke pembuluh darah, biasanya melaluitangan dan wajah.
Kadang-kadang, zat-zat juga masuk melalui lukadan lecet atau suntikan (misalnya
kecelakaan medis).
Guna mengantisipasi dampak negatif yang mungkin terjadi di lingkungan kerja akibat
bahaya faktor kimia maka perlu dilakukan pengendalian lingkungan kerja secara
teknis sehingga kadar bahan-bahan kimia di udara lingkungan kerja tidak melampaui
nilai ambang batas (NAB).
Pada pajanan biologis penyakit – penyakit yang sering terjadi berupa penyakit infeksi,
infestasi binatang / parasit, penyakit alergi, keracunan bahan toksin dari gigitan binatang.
Pada lingkup masalah kesehatan berupa penyakit kulit, penyakit saluran napas, zoonosis dan
penyakit parasit. 4
8
Berdasarkan definisi biological agent, bahaya faktor biologi dapat diklasifikasikan
menjadi agen infeksius , tumbuhan dan produknya , serta hewan dan produknya. Pengetahuan
tentang bagaimana biohazard menular sangat penting untuk memutus rantai infeksi.
Berdasarkan prosesnya, transmisi dari biohazard dapat dibedakan menjadi langsung dan tidak
langsung. Langsung, dimana infkesi terjadi akibat kontak fisik dengan orang yang terinfeksi.
Tidak langsung, dimana infeksi terjadi akibat kontak dengan bahan atau benda yang
terkontaminasi (e.g. permukaan, makanan, udara).5
Para pekerja dapat mengalami kontak dengan biohazard dalam beberapa macam
keadaan:6
Intrinsik pada pekerjaan tertentu; e.g. pekerja konstruksi pada fasilitas
pengolahan limbah beresiko terpapar infeksi bakteri)
Insidental pada saat bekerja (bukan bagian dari aktivitas pekerjaan); e.g.
pekerja yang menderita penyakit akibat mengkonsumsi makanan yang
terkontaminasi.
Terjadi pada bagian tertentu dari pekerjaan; e.g. pekerja yang berpergian dari
atau ke tempat endemic penyakit tertentu
Tidak spesifik untuk pekerjaan; e.g. bakteri Legionella dapat tersebar dengan
mudah di air dan tanah sehingga dapat menginfeksi beberapa macam
pekerjaan, seperti petugas maintenance sistem pengairan dan pekerja kantoran
dengan air-conditioner.
Ada beberapa tipe pekerjaan yang beresiko tinggi terpapar biohazard , yaitu pekerja
lapangan (outdoor), pekerja yang pekerjaannya berhubungan dengan hewan, pekerja yang
terpapar darah atau cairan tubuh manusia, dan pekerja yang bekerja di lingkungan kerja
tertentu.6
9
sumber radiasi yang dapat dikenail di sekitar kehidupan, contohnya adalah televisi, lampu
penerangan, alat pemanas makanan (microwave oven), komputer, dan lain-lain. Selain benda-
benda tersebut ada sumber-sumber radiasi yang bersifat unsur alamiah dan berada di udara, di
dalam air atau berada di dalam lapisan bumi. Beberapa di antaranya adalah Uranium dan
Thorium di dalam lapisan bumi; Karbon dan Radon di udara serta Tritium dan Deuterium
yang ada di dalam air.7
b) Kebisingan
Bising adalah campuran dari berbagai suara yang tidak dikehendaki ataupun yang
merusak kesehatan, saat ini kebisingan merupakan salah satu penyebab penyakit lingkungan
Sedangkan kebisingan sering digunakan sebagai istilah untuk menyatakan suara yang tidak
diinginkan yang disebabkan oleh kegiatan manusia atau aktifitas- aktifitas alam. Kebisingan
dapat diartikan sebagai segala bunyi yang tidak dikehendaki yang dapat memberi pengaruh
negatif terhadap kesehatan dan kesejahteraan seseorang maupun suatu populasi.8
Dari ukuran-ukuran ini dapat diklasifikasikan seberapa jauh bunyi-bunyi di sekitar
kita dapat diterima / dikehendaki atau tidak dikehendaki / bising.8
Tabel 1. Skala Intensitas Bising
Skala Intensitas Desibel Batas
Jenis Bunyi Dengar Tertinggi
Halilintar 120 DB
Meriam 110 DB
Mesin uap 100 DB
Jalan yang ramai 90 DB
Pluit 80 DB
Kantor gaduh 70 DB
Radio 60 Db
Rumah gaduh 50 DB
Kantor pada umumnya 40 DB
Rumah tenang 30 DB
Kantor perorangan 20 DB
Sangat tenang , Suara daun jatuh, Tetesan air 10 DB
c) Penerangan / Pencahayaan ( Illuminasi )
Penerangan yang kurang di lingkungan kerja bukan saja akan menambah beban kerja
karena mengganggu pelaksanaan pekerjaan tetapi juga menimbulkan kesan kotor. Oleh
karena itu penerangan dalam lingkungan kerja harus cukup untuk menimbulkan kesan yang
higienis. Disamping itu cahaya yang cukup akan memungkinkan pekerja dapat melihat objek
yang dikerjakan dengan jelas dan menghindarkan dari kesalahan kerja.9
d) Getaran
10
Getaran mempunyai parameter yang hampir sama dengan bising seperti: frekuensi,
amplitudo, lama pajanan dan apakah sifat getaran terus menerus atau intermitten. Metode
kerja dan ketrampilan memegang peranan penting dalam memberikan efek yang berbahaya.
Pekerjaan manual menggunakan “powered tool” berasosiasi dengan gejala gangguan
peredaran darah yang dikenal sebagai ” Raynaud’s phenomenon ” atau ” vibration-induced
white fingers”(VWF).8
Peralatan yang menimbulkan getaran juga dapat memberi efek negatif pada sistem
saraf dan sistem musculo-skeletal dengan mengurangi kekuatan cengkram dan sakit tulang
belakang. Contoh : Loaders, forklift truck, pneumatic tools, chain saw. Efek getaran terhadap
tubuh tergantung besar kecilnya frekuensi yang mengenai tubuh sebagai berikut8
3 . 9 Hz : Akan timbul resonansi pada dada dan perut.
6 . 10 Hz : Dengan intensitas 0,6 gram, tekanan darah, denyut jantung,
pemakaian O2 dan volume perdenyut sedikit berubah. Pada intensitas 1,2
gram terlihat banyak perubahan sistem peredaran darah.
10 Hz : Leher, kepala, pinggul, kesatuan otot dan tulang akan beresonansi.
13 . 15 Hz : Tenggorokan akan mengalami resonansi.
< 20 Hz : Tonus otot akan meningkat, akibat kontraksi statis ini otot menjadi
lemah, rasa tidak enak dan kurang ada perhatian.
e) Panas (Heat)
Lingkungan kerja adalah segala sesuatu yang ada disekitar pekerja dan yang dapat
mempengaruhi dirinya dalam menjalankan tugas-tugas yang dibebankan. Lingkungan kerja
yang tidak nyaman seperti temperatur yang melebihi nilai ambang batas
(NAB) mengakibatkan panas yang dapat mempengaruhi performansi kerja dan juga
kesehatan tubuh pekerja. Berdasarkan hasil penelitian Sarwono (1995) menyebutkan bahwa
temperature ruang kerja yang terlampau panas akan mengakibatkan cepat timbulnya
kelelahan tubuh dan dalam bekerja cenderung membuat banyak kesalahan sehingga bisa
menurunkan prestasi kerja. Temperatur dalam ruangan kerja sangat mempengaruhi
produktivitas dan kesehatan kerja. Temperatur yang tinggi dalam ruangan kerja bisa
ditimbulkan oleh kondisi ruangan, mesin-mesin ataupun alat yang mengeluarkan panas serta
panas yang bersumber dari sinar matahari yang memanasi atap pabrik yang kemudian
menimbulkan radiasi kedalam ruangan kerja produksi.7-10
Suhu tubuh manusia yang dapat kita rasa / raba tidak hanya didapat dari
metabolisme tetapi juga dipengaruhi oleh panas lingkungan, makin tinggi panas lingkungan
11
makin besar pula pengaruhnya terhadap suhu tubuh, sebaliknya semakin rendah suhu
lingkungan makin banyak pula panas tubuh yang hilang.7-10
Tekanan panas yang berlebihan akan menjadi beban tambahan bagi pekerjasehingga
perlu diperhatikan sebab beban tambahan seperti panas dilingkungan kerja dapat
menyebabkan timbulnya beban fisiologi misanya kerja jantung bertambah.7
Adapun tempat kerja dengan kegiatan yang dapat menyebabkan terjadinya
peningkatan panas pada lingkungan kerja misalnya pada peleburan baja, pabrik timah, pabrik
kaca, pabrik botol dan pabrik peleburan perak. Pekerjaan yang dilakukan ditempat terbuka
tidak jarang menyebabkan panas misalnya pada latihan militer, kuli bangunan, petani,
nelayan yang melakukan pada aktivitasnya diterik matahari.7,8
Seorang pekerja yang melakukan aktivitas dilingkungan kerja panas maka tubuh
pekerja akan berinteraksi dengan kondisi / panas yang terdiri dari7
Suhu udara
Tubuh pekerja dapat kehilangan panas bila terjadi kontak langsung dengan benda
yang suhunya lebih rendah dari suhu tubuh / kulit. Pengantar panas dengan cara ini
disebut konduksi. Besarnya panas yang hilang tergantung pada besarnya perbedaan
antara suhu kulit dan media penghantar misalnya air adalah konduktor yang lebih baik
dari udara, jadi tubuh lebih cepat kehilangan panas dalam air dingin dari pada dalam
udara yang sama Namun kehilangan panas dengan cara konduksi sangat sedikit
pengaruh panas lingkungan pada tubuh lebih banyak melalui radiasi. Suatu kenyataan
bahwa tiap benda panas termasuk tubuh manusia mengeluarkan gelombang –
gelombang elektromagnetik, radiasi dapat terjadi tampa melalui media penghantar dan
dengan cara ini maka bumi mendapatkan panas matahari
Kelembapan udara
Salah satu cara penurunan tubuh adalah dengan cara evaporasi / penguapan yaitu
proses perubahan sifat dari bentuk air menjadi gas / uap. Pada tubuh manusia
penguapan terjadi melalui pernapasan / paru – paru dan keringat / kulit. Proses
evaporasi yang terbanyak pada manusia adalah melalui kulit. Keringat yang keluar
akan cepat menguap bila kelembaban udara rendah, penguapan ini terjadi dengan cara
mengambil panas tubuh, jadi berkeringat dapat menurunkan suhu tubuh namun hanya
terjadi bila ada penguapan pada lingkungan dengan kelembaban tinggi seorang dapat
berkeringat tidak mengap tetapi menetes.
Gerakan atau aliran udara
12
Gerakan atau aliran udara adalah sangat penting dalam mebantu penurunan suhu
badan, adanya aliran udara yang menyebabkan udara yang terdapat didekat lapisan
kulit dapat diganti dengan udara yang suhunya rendah dan lebih kering. Proses
pertukaran panas antar tubuh dengan lingkungan dengan cara seperti ini
disebut konveksi. Media penghantar pada konveksi biasanya udara atau air.
Kecepatan alran udara / media mempengaruhi proses pertukaran panas. Bekerja
dengan tidak melindungi kulit dengan pakaian akan berhubungan langsung dengan
udara dan pertukaran panas yang mungkin lebih cepat terjadi, sementara pada bagian
tubuh yang tertutup pakaian terdapat lapisan udara yang tidak bergerak. Yang juga
merupakan penghalang terjadinya sentuhan dengan udara yang bergerak. Gerakan
udara juga akan memperlancar terjadinya pelepasan panas tubuh yang lebih panas dan
lembab yang berada dipermukaan kulit diganti dengan udara yang suhunya lebih
dingin. Prinsip konveksi jelas tampak pada efek pendinginan dengan kipas angin.
Untuk mengetahui besarnya pengaruh panas lingkungan pada tubuh, maka para ahli
berusaha mencari metode pengukuran sederhana yang dapat mencakup dari keempat factor
diatas tadi yang dinyatakan dalam bentuk skala atau indeks. Disini dapat disebutkan beberapa
indeks antara lain Predictived Four Sweat Rate (F4SR), Heat stress indekas (HIS), dan Wet
Blub Globe Temperatur Indeks (Index WBGT). Skala predicted four sweat rate dirancang
secara empiris berdasarkan pengamatan banyaknya keringat pada seorang pekerja yang
berada dilingkungan panas selama 4 jam. Pengamatan dilakukan dalam berbagai variasi
lingkungan permukaan enersi (perbedaan aktivitas) juga perbedaan pakaian (memakai
pakaian lengkap / tidak) sebagai obyek pengamatan adalah orang muda. Sehat dan telah
beraklimatisasi.8
Untuk pengukuran iheat stress indekas ini diperoleh dari koefisien pertukaran panas
lingkungan melalui radiasi dan konveksi (R + C) dan produksi panas hasil metabolisme ( M )
yang bersama – sama menghasilkan sejumlah panas yang harus disalurkan melalui evaporasi
( E) untuk menjaga keseimbangan suhu tubuh. Pengukuran menjadi kurang tepat karena
perhitungan orang telah diobservasi masih memakai pakaian (walaupun minimal) dan ini
mengurangi proses pertukaran panas melalui R, C dan E.8
Alat yang dipakai disebut Wet Blub Globe Termometer Index yang merupakan suatu
alat yang kompak yang secara sendiri – sendiri diukur dry blub, wet blub dan globe
thermometer dan kecepatan gerakan udara. Lalu variable yang diperoleh menghasilkan suatu
nilai yang disebut indeks WBGT.7-10
13
Terdapat berbagai macam gejalan yang disebabkan oleh tekanan panas. Heat
stress adalah gejala akibat tubuh tidak mampu menyesuaikan panas dengan keadaan
lingkungan sekitar. Ketika panas bersamaan dengan stres akibat tekanan kerja, kekurangan
cairan, kondisi medis lainnya, kondisi ini akan menimbulkan penyakit dan dapat
mengakibatkan kematian. Ada beberapa dampak terhadap kesehatan yang ditimbulkan oleh
Heat Stress, yaitu sebagai berikut :8
Heat rash (ruam panas)
Ruam panas disebut juga dengan biang keringat yang diakibatkan olehlingkungan
panas. Keringat yang dihasilkan tidak dapat menguap karena udaralembab sehingga
menimbulkan ruam panas. Gejala yang ditimbulkan adalah adanya iritasi di permukaan kulit
berupa benjolan merah dan biasanya gatal. Penanganan yang dapat dilakukan adalah menjaga
kebersihan pakaian, menghindari panas lingkungan, membilas kulit dengan air
dingin. Pencegahan yang dapat dilakukan adalah secara teratur menjaga kulit agar tetap
bersih dan kering.
Heat cramps (kram panas)
Kram panas adalah kram berupa kejang otot (lelah otot). Kram panasdisebabkan oleh
beban aktivitas yang berat dan mengakibatkan tubuh kehilangan banyak garam maupun air.
Gejala yang ditimbulkan kram otot biasanya pada lengan, kaki, atau perut. Penanganan yang
dapat dilakukan adalah pindah ke tempat yang sejuk, melonggarkan pakaian, lembut pijat dan
peregangan. Pencegahan yang dapat dilakukan adalah mengurangi tingkat aktivitas dan / atau
paparan panas, minum secara teratur.
Fainting (pingsan)
Pingsan adalah kehilangan kesadaran yang bersifat sementara dan disebabkan oleh
kurangnya aliran darah dan oksigen ke otak. Gejala pingsan yaitu sebagai berikut kehilangan
kesadaran, berkeringat, temperatur tubuh normal, penglihatan menjadi gelap, dan pusing.
Penanganan yang dapat dilakukan adalah berbaring di tempat yang lebih sejuk, melonggarkan
pakaian, jika telah sadar dari pingsan segera berikan seteguk air. Pencegahan yang dapat
dilakukan adalah mengurangi tingkat aktivitas dan paparan terhadap panas, minum secara
teratur, menghindari berdiri di satu tempat terlalu lama.
Heat exhausting
Heat exhausting adalah masalah kesehatan ketika seseorang yang memiliki banyak
aktivitas mengeluarkan banyak keringat dan merasa kelelahan. Gejala yang ditimbulkan
adalah berkeringat, lemah dan merasa lelah, pusing dan mual, kelihatan lebh pucat, kulit
berwarna kemerahan. Penanganan yang dapat dilakukan adalah istirahat di tempat yang lebih
14
sejuk, meminum larutan. Pencegahan yang dapat dilakukan adalah mengurangi aktivitas,
mengurangi paparan terhadap panas, minum cairan secara teratur
Heat stroke
Heat stroke adalah gangguan medis yang disebabkan oleh kegagalan
dalam pengaturan panas tubuh. Gejala yang ditimbulkan pingsan atau kejang, kulit badan
sangat tinggi, kulit berwarna kemerahan dan kebiruan. Penanganan yang dapat dilakukan
adalah penanganan medis. Pencegahan yang dapat dilakukan adalah mengurangi aktivitas,
mengurangi paparan terhadap panas, minum cairan secara teratur.
17
18
BAB III
PROFIL PERUSAHAAN
19
bagaimana cara menggunakan sarung tangan masker serta pertolongan pertama bilaterjdi
kecelakaan pada saat bekerja serta kebersihan dengan melakukan penyuluhan berupa PHBS
dan cuci tangan yang baik dan benar setelah bekerja dan hendak makan agar terhindar dari
bakteri-bakteri yang ada di tempat kerja. Para pekerja juga melakukan beberapa kegiatan
untuk menghibur diri dengan cara melakukan acara kumpul-kumpul selagi arisan guna
menciptakan hubungan yang baik antara sesame pengrajin emping ini dibantu oleh fungsi dan
struktur dari bendara UKK Makmur.
Penyakit-penyakit dan kecelakaan kerja yang ditemukan, dicatat, dan dilaporkan di daerah
kerja seperti:
Sakit mata dikarenakan asap yang mengenai mata pekerja emping saat salah satu
proses pembuatan emping
Sakit pinggang karena posisi bangku
Struktur dan fungsi organisasi :
Ketua
Wakil Ketua
Anggota
Proses pembuatan emping dimulai dengan mengumpulkan bahan baku berupa buah
melinjau yang sudah tua dan berwarna merah, yang dapat diambil dari kebun sendiri atau
gunung di sekitar tempat tinggal pengrajin. Buah melinjau diambil oleh laki-laki pada pagi
20
hari di musim panen melinjau, yakni pada musim penghujan. Pada musim kemarau jumlah
biji melinjau yang didapat kurang lebih sebesar 10 kg. Buah melinjau kemudian dikupas
kulitnya, yang juga dapat dijual sebagai bahan masakan.
Biji melinjau kemudian disangrai dengan menggunakan pasir laut bersih yang ditaruh
pada kompor yang terbuat dari tembikar di atas tungku yang ada di luar rumah. Bahan bakar
untuk yang digunakan adalah kayu, kulit kelapa, dan bensin bekas. Tungku dan bahan bakar
yang digunakan saat ini sudah melalui pertimbangan sehingga asap yang dihasilkan saat biji
melinjau disangrai tidak terlalu banyak. Biji melinjau disangrai selama kurang lebih 3 sampai
5 menit. Setelah itu biji dipindahkan ke alas dan dikelupas kulitnya dengan menggunakan
ulekan yang terbuat dari batu saat masih panas agar emping yang dihasilkan dapat “mekar”
dengan baik.
Biji yang sudah dikelupas kulitnya kemudian ditumbuk dengan menggunakan palu
khusus. Tergantung seberapa halus biji melinjau dipukul, emping yang dihasilkan dapat
berupa ceplis (biji ditumbuk tidak sampai halus dan ukurannya lebih kecil), dan emping biasa
(biji ditumbuk halus dan terdiri dari 10 biji melinjau yang ditumbuk menjadi satu sehingga
ukurannya menjadi lebih besar). Hasil tumbukkan kemudian dipindahkan ke alas lain untuk
dijemur selama 2-3 jam untuk setiap sisi agar menjadi kering. Hasil tumbukkan ini dapat
langsung dijual, atau kemudian digoreng menggunakan mentega oleh pengrajin untuk dijual
secara langsung atau melalui saudagar.
Kegiatan ini dilakukan dari jam delapan pagi sampai jam empat sore setiap harinya,
dengan interval waktu kerja 2 jam yang diselingkan dengan istirahat selama setengah sampai
satu jam, yang dapat digunakan untuk mengerjakan pekerjaan rumah. Para pengrajin hampir
seluruhnya berjenis kelamin perempuan, dan satu atau dua orang laki-laki, yang bekerja
dengan menggunakan alat pelindung diri (APD) berupa topi, masker, sarung tangan, dan
celemek. Pengrajin mengakui bahwa penggunaan APD terkadang tidak digunakan,
khususnya pada musim kemarau dimana bahan baku produksi emping berkurang.
21
BAB IV
PEMBAHASAN
22
udara segar yang masuk serta buruknya distribusi dan pertukaran udara sehingga kualitas
udara buruk dan dapat memberi pengaruh negatif bagi kesehatan.
23
Mesinah bukan akibat dari pajanan kimia di tempat kerja, melainkan kemungkinan besar
karena faktor diabetes mellitus yang ia derita.23,24
Alat pelindung diri (APD) yang diberikan oleh Puskesmas adalah sarung tangan karet,
masker, dan apron. Sedangkan kacamata untuk melindungi bagian mata belum diberikan.
Namun, APD yang sudah diberikan tidak mereka kenakan ketika sedang bekerja karena
mereka merasa kurang nyaman dan tidak terbiasa jika harus bekerja menggunakan sarung
tangan. Selain itu, jika menggunakan masker mereka menjadi kesulitan bernafas. Pengobatan
dan penyuluhan dilakukan setiap bulannya oleh pihak Puskesmas dalam upaya mengontrol
dan memastikan pencegahan dapat berlangsung terus menerus.
Menghirup asap hasil pembakaran dalam waktu singkat dapat menyebabkan efek
langsung (akut). Asap dapat mengiritasi mata, hidung, dan tenggorokan atau bau yang
mungkin mengganggu. Penelitian telah menunjukkan bahwa beberapa orang terkena asap
tebal memiliki perubahan sementara dalam fungsi paru-paru, yang membuat bernapas lebih
sulit. Dua dari agen utama dalam asap yang dapat menyebabkan efek kesehatan yaitu gas
karbon monoksida (CO) dan partikel yang sangat kecil (partikel halus atau PM 2,5).18,25
Menghirup gas CO dapat mengurangi pasokan oksigen tubuh, mengingat karbon
monoksida lebih mudah terikat dibandingkan oksigen. Hal inilah yang dapat menyebabkan
sakit kepala, berkurangnya kewaspadaan, dan memperburuk kondisi sistemik hingga jantung
yang dikenal sebagai angina. Partikel halus juga dapat melakukan perjalanan jauh ke dalam
saluran pernapasan hingga mencapai paru-paru. Menghirup partikel halus dapat
menyebabkan berbagai efek kesehatan, termasuk iritasi pernapasan dan sesak napas, dan
dapat memperburuk kondisi medis seperti asma dan penyakit jantung. Selama meningkat
tenaga fisik, efek kardiovaskular dapat diperburuk oleh paparan karbon monoksida dan
partikel. Setelah paparan berhenti, gejala dari menghirup karbon monoksida atau partikel
halus umumnya berkurang, namun dapat berlangsung selama beberapa hari tergantung dari
tingkat konsentrasinya.19,25
Paparan jangka panjang untuk udara yang mengandung partikel halus ambien telah
dikaitkan dengan peningkatan penyakit kardiovaskular dan kematian pada penduduk yang
tinggal di daerah dengan polusi udara partikulat halus yang lebih tinggi.25
IV. 1.2 Saran
Melihat adanya potensi gangguan kesehatan yang berasal dari proses sangrai (asap
pembakaran) baik bagi ibu-ibu pembuat emping maupun bagi orang lain di sekitar tempat
pembuatan emping, maka diperlukan upaya pencegahan dan pengendalian kesehatan dan
keselamatan kerja khususnya untuk pajanan kimia. Rata-rata para pekerja sudah menjadi
24
pembuat emping selama 10 tahun. Mereka melakukan pekerjaan ini secara peorangandan
dikerjakan di sekitar rumah mereka. Namun, lingkungan tempat kerja dan alat yang
digunakan masih tradisional. Akan sulit untuk menyediakan satu lahan khusus untuk para
pengrajin emping, maka untuk itu kami menyarankan
1. Rekayasa teknik berupa pembuatan design baru untuk tempat kerja mereka. Seperti
dibuatkan cerobong asap dari tungku pembakaran agar asap tidak mengarah langsung
ke pekerja sehingga dapat mengurangi risiko gangguan mata perih dan sesak napas.
2. Administratif kontrol diperlukan adanya pembagian kerja, dalam arti jika satu
rumah pengrajin emping terdiri atas ibu dan anak, maka yang bertugas untuk proses
sangrai dapat dikerjakan oleh si ibu pada sesi pagi (pukul 8-12) dan dikerjakan oleh si
anak pada sesi siang (pukul 2-4). Kemudian apabila kondisi fisik sedang tidak fit,
maka lebih baik untuk tidak bekerja dahulu. Bentuk administratif kontrol lainnya bisa
juga berupa inovasi dari ketua UKK mengenai cara lain dalam proses pembuatan
emping.
3. APD lebih baik dilakukan penyuluhan lebih sering mengenai kapan saja harus
menggunakan APD, manfaat penggunaan APD terlebih pada pengunaan masker,
sarung tangan, dan kacamata kerja. Pemberian kaca mata kerja perlu diutamakan,
untuk mengurangi seringnya mengucek mata akibat mata perih. Selain itu bisa juga,
ibu-ibu pengurus UKK memberikan contoh penggunaan APD saat bekerja.
Penggunaan APD mungkin agak sulit terealisasikan karena ini berhubungan dengan
peubahan perilaku seseorang.
4. Kami tidak menyarankan untuk mengeliminasi kayu bakar atau mensubtitusinya
menjadi kompor gas dikarenakanpekerjaan ini dilakukan perorangan dengan modal
sendiri. Selain itu penghasilan yang didapat tidak pasti jumlahnya sebab, kerjanya
berdasarkan ketersediaan bahan baku (biji melinjo) di pasar. Dan juga rata-rata ibu
pembuat emping ini tidak memiliki suami dan hanya mengandalkan hasil dari
penjualan emping untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.
Kami menyarankan jika penggunaan kayu bakar masih ingin terus dilanjutkan maka perlunya
dilakukan rekayasa teknik yaitu membuat cerobong asap agar paparan asap pembakaran kayu
tidak secara langsung terhirup oleh pembuat emping.
25
IV.2 Pajanan Biologi
IV.2.1 Hasil Kunjungan
Melalui observasi yang dilakukan pada saat kunjungan pada hari Kamis, 25 Oktober
2018 terdapat beberapa pajanan biologis yang dapat berpengaruh pada kesehatan karyawan
pembuat emping yaitu:
26
Alat- alat seperti batu/landasan kayu dan kuali yang digunakan untuk
menggoreng bahan baku jarang dicuci dan dibersihkan agar alat-alat tersebut
tetap kering dan dapat digunakan setiap hari. Alat-alat yang digunakan hanya
ditutup dengan kantong plastik atau kain pada saat tidak digunakan.
IV.2.2Pembahasan
2. Tinea versicolor
Penyakit ini terutama terdapat pada orang dewasa muda, dan disebabkan oleh
ragi Malassezia, yang merupakan komensal kulit normal pada folikel pilosebaseus. Ini
merupakan kelainan yang biasa didapatkan di daerah beriklim sedang, bahkan sering
terdapat di daerah berikilm tropis.27
27
Penyebab penyakit ini adalah Malassezia furfur. Pada kulit terdapat flora
normal yang berhubungan dengan timbulnya ptiriasis versikolor ialah Pityrosporum
orbiculare yang berbentuk bulat atau pityrosporum ovale yang berbentuk oval.
Keduanya merupakan organisme yang sama, dapat berubah sesuai dengan
lingkungannya, misalnya suhu, media, dan kelembapan.27
Tinea versikolor timbul bila M.furfur berubah bentuk menjadi bentuk miselia
karena adanya fak-tor predisposisi baik eksogen maupun endogen. Faktor eksogen
meliputi panas dan kelembaban. Hal ini merupakan penyebab sehingga pityriasis
versikolor banyak dijumpai di daerah tropis dan pada musim panas di daerah
subtropis. Faktor eksogen lain adalah penutupan kulit oleh pakaian atau kosmetik
dimana mengakibatkan peningkatan konsenterasi CO2, mikroflora, dan pH.27
Dapat dilihat pada pengerjaan pembuatan emping, emping yang sudah selesai
dan masih basah di jemur di anyaman kayu, dan anyaman kayu tersebuk diletakkan
begitu saja di tanah. Hal ini tentu tidak baik dalam segi kebersihan karena berkontak
langsung dengan tanah/semen, sehingga beresiko bagi kesehatan.
28
IV.2.3 Saran
1. Perlu pemakaian APD pada pekerja pada saat pengambilan kayu seperti menggunakan
sarung tangan agar terhindar dari tertusuk serpihan kayu atau kesusupan tersebut.
2. Penyuluhan dan edukasi para pekerja pembuat emping jika sudah berkeringat banyak
segera di lap, dan mandi dan juga rutin mengganti pakaian
3. Pada pos makmur (rumah ibu Zubaedah selaku ketua UKK Makmur) sudah terdapat
foto cara mencuci tangan yang benar, tapi mungkin agak terlalu kecil sehingga tidak
begitu jelas. sebaiknya dilakukan penyuluhan dan pelatihan cuci tangan dengan benar
dengan cara 6 langkah dengan air yang mengalir, dan juga edukasi sehingga para
peerja pembuat emping paham dan mengerti cara mencuci tangan yang benar dan
yang terjadi jika tidak mencuci tangan.
4. Seharusnya diberikan penyuluhan tentang cara merawat dan membersihkan alat-alat
yang digunakan. tetapi karena jika dicuci atau dibersihkan dapat merusak emping
tersebut, diharapkan alat tesebut dapat diganti dengan yang baru secara berkala agar
menghindari kerusakan juga menghasilkan emping yang kualitasnya lebih baik dari
segi kebersihan. untuk palu disarankan bisa dicuci dan dikeringkan sampai kering.
5. Lebih baik jika emping yang sudah selesai dan di taruh di anyaman kayu tersebut di
taruh di atas meja atau kursi yang bersih dibandingkan di taruh di tanah.
29
Demikian juga disampaikan oleh pekerja mengenai keluhan-keluhan yang sering
dialaminya selama kurang lebih 20 tahun lebih bekerja sebagai pembuat emping. Keluhan
yang terutama adalah keluhan sakit mata hingga keluar air mata oleh karena asap yang keluar
dari pemanas tenaga kayu bakar yang digunakan. Keluhan kedua adalah sakit kaki dan
kesemutan akibat posisi duduk yang jongkok dan tempat kerja yang sesak selama berjam-jam
dalam sehari. Dari pemeriksaan fisik yang kita lihat, hal yang paling menonjol adalah jari-jari
pekerja sudah kebal terhadap panas olehkarena setiap hari memegang biji melinjo yang
sangat panas. Keluhan yang mungkin bisa terjadi pada pekerja dan terutama anak-anak
disekitar pabrik adalah gangguan nafas hingga infeksi saluran nafas. Namun pada pekerja
yang kita kunjungi tidak memiliki keluhan.
Standar dan persyaratan kesehatan lingkungan kerja industri di Indonesia telah diatur
oleh pemerintah melalui PERMENKES No.70 tahun 2016. Dalam PERMENKES tersebut
dibahas 3 faktor utama yaitu: faktor fisik, faktor biologi, dan faktor penanganan beban
manual. Terutama pada pajanan fisik meliputi iklim kerja, kebisingan, getaran, radiasi non-
ionisasi, dan pencahayaan.28
Dari hasil pengamatn kelompok kami sehubung dengan pajanan fisik, kondisi
lingkungan sangat panas dan ventilasi tidak baik sehingga suhu kerja meningkat.
Pencahayaan dalam pabrik juga gelap karena tidak ada penerangan selain daripada cahaya
matahari yang masuk melalui celah-celah atap. Apabila tidak ada matahari maka akan sangat
gelap dan proses produksi juga terhambat karena tidak dapat mengeringkan emping. Dari segi
kebisingan, getaran, dan radiasi tidak ada pada pabrik ini. Selanjutnya adalah pengangkatan
30
beban manual, pekerja harus mengangkat emping yang yang telah siap dijemur, sekali
pengangkatan sekitar 5-10 kg dan masih dalam nilai ambang normal. Keluhan sakit
punggung belakang bawah tidak akan terjadi atau bisa dihindari apabila pengangkatan
mengikutin arahan yang benar, dengan tidak membungkuk ketika hendak mengangkat namun
jongkok perlahan ambil lalu berdiri.
1. Iklim kerja: panas, akibat pembakaran menggunakan kayu bakar dan ventilasi sangat
buruk, biji melinjo yang diguanakan juga sangat panas namun pekerja tidak ada yang
menggunakan APD berupa sarung tangan.
2. Kebisingan: tidak bising
3. Getaran: tidak ada getaran
4. Radiasi Non-Pengion: tidak ada radiasi
Bagi pekerja
31
Iklim lingkungan kerja merupakan masalah utama dari faktor fisik sedangkan suhu
biji sudah menjadi kebiasaan bagi pekerja sehingga tidak ada masalah lagi dalam hal tersebut.
Satu-satunya cara untuk menanggulangi masalah iklim merupakan relokasi tempat produksi
ke tempat yang lebih layak dari segi ventilasi dan kesejukkan udara. Relokasi tempat dan
penggunaan APD
Bagi Puskesmas
Jumlah pekerja tidak terlalu banyak, hanya ada sekitar 50 pekerja pembuat emping
didesa tersebut. Penyuluhan tetap harus dilakukan setiap bulan namun pengawasan yang lebih
khusus bagi masing-masing pekerja dalam penggunaan APD harus dilakukan sehingga
kesehatan dan kesejahteraan para pekerja baik. Pekerja banyak mengeluh akibat mahalnya
harga bahan baku mengakibatkan pendapatan kecil hanya sekitar Rp.20.000 per hari. Namun
mereka tidak dapat produktif apabila sakit oleh karena hal-hal yang sebenarnya bisa
dihindari.
Pada salah satu stasion(checkpoint) proses pembuatan emping, terdapat 2 orang ibu
yang sedang mengerjakan proses-proses di atas. Dari anamnesis kita bisa mengetahui bahawa
kedua-dua ibu bekerja 10 jam sehari sepanjang tahun. Mereka tidur pada pukul 10 malam dan
bangun pada pukul 4 pagi. Setelah membersihkan rumah dan menyelesaikan urusan rumah,
mereka mula kerja pada pukul 7 pagi sampai pukul 5 sore. Walaupun ada waktu istirahat
pada pukul 12 hingga pukul 1 siang, waktu kerja mereka sudah melebihi kapasitas kerja
manusia biasa yaitu 8 jam sehari. Pada kasus ini, kedua-dua ibu bekerja 10 jam sehari dan ini
berarti mereka bekerja sebanyak 2 jam dengan beban melebihi kapasitas mereka. Sekiranya
32
mereka bekerja 5 hari seminggu berari dalam satu tahun mereka bekerja 480 jam tambahan
sehingga menyebabkan perbagai dampak negatif pada kesehatan mereka.
Pada pukul 12 siang (waktu istirahat), pekerja tersebut membalik semua empiang
yang sedang dijemur. Setiap hari kedua-dua ibu membeli sendiri biji melinjo dari pasar
sebanyak 20 kg yang hanya akan menghasilkan 10 kg emping. Proses dengan rasio 2:1 ini
diawali dengan sangrai biji melinjo tersebut menggunakan pasir laut kemudian ditumbuk saat
masih panas supaya bisa mengembang bijinya. Setelah emping dijemur dan dikering, mereka
akan mengumpulkan semua hasil produksi mereka ke kolektor untuk dijual dengan harga 7
ribu per kg. Setelah itu, kolektor akan menjual emping ke pasar dengan harga 15 ribu per kg
dan pasar akan menjual ke konsumen dengan harga 50 ribu per kg.
Ketika menyanyakan riwayat keluarga mereka, kita dapat informasi bahwa suami
salah seorang ibu sebenarnya bekerja di Castrol dan dia melakukan pekerjaan pengrajin
emping untuk mengisi waktu luang dan uang yang dihasilkan bisa menambah uang jalannya.
Antara keluhan yang didapati pada kedua-dua ibu tersebut adalah mata suka berair dan perih
karena asap dan panas, sakit tangan dan punggung bawah (low back pain). Keluhan tersebut
tidak diobati dan menurut ibu sakitnya berkurang waktu tidur dan keesokan harinya bisa
bekerja lagi seperti biasa.
Sebenarnya puskesmas wilayah kerja pabrik emping ini sangat prihatin terhadap
masyarakat setempat. Mereka telah menyediakan berbagai APD berupa masker, sarung
tangan, celemek dan juga diberi sepatu boot kepada pekerja pabrik emping ini. Namun dalam
pengerjaannya kedua-dua ibu ini lebih memilih untuk tidak menggunakan APD terutama
sarung tangan karena menurut mereka, sarung tangan menyebabkan pekerjaan mereka tidak
efisyen karena sulit memegang palu serta waktu kerja mereka menjadi sangat lama. Salah
seorang ibu juga bercerita bahwa UKK setempat juga sering mengajarkan cara memegang
palu yang benar ketika mengetuk melinjo namun kata ibu cara tersebut rasanya tidak nyaman
dan membuat pekerjaan menjadi lama. Ibu tersebut juga mengeluh bahwa terkadang ibu
meminta obat tetes mata di Puskesmas setempat dan seringkali dokter Puskesmas tidak
memberikan obat tersebut karena obta tetes mata sudah habis dalm belum datang lagi
stoknya.
Dari pemeriksaan fisik didapat kedua-dua tangan mereka sudah tidak ada sidik jari
akibat terlalu sering memegang biji melinjo yang panas tanpa menggunakan sarung tangan.
Salah seorang ibu tersebut pula memiliki riwayat rheumatik atritis sehingga ia mengeluhkan
33
kerjanya butuh waktu lebih lama untuk menghasilkan 1 keranjang emping karena dia
mengalami kesulitan saat menggunaka palu dan ketika menumbuk terlalu lama (power-grip
dan repetitive movement) dan tangan ibu merasa keram serta timbul rasa nyeri saat dikepal
tangannya. Keluhan rheumatik atritis sudah ibu tersebut mengalami sejak 2 tahun yang lalu
dan sudah meminum obat dari Puskesmas.
IV.4.2 Pembahasan
Aplikasi kesehatan kerja dalam kasus ini dapa dibagi menjadi 2 yaitu posisi kerja dan
proses kerja. Posisi kerja terdiri dari posisi duduk dan berdiri. Waktu duduk kaki tidak harus
terbebani dengan berat tubuh dan posis berdiri hasur perkatikan tulang belakang yang vertikal
dan berat barat tertumpu secara seimbang pada kedua-dua kaki. Di samping itu, proses kerja
merangkumi semua aspek kerja dan dalam konteks kita semua tahapan kerja memproduksi
emping seperti menyangrai biji, pengupasan kulit, penipisan biji dan penjemuran termasuk di
sini.
Hasil dari pengamatan kami, posisi kerja di pabrik emping cikuasa kurang baik.
Ketika kita melihat dari konteks hazard ergonomi terdapat 5 dari 6 hazard pada pabrik
cikuasa tersebut. Yang pertama adalah forceful exertion. Didapati pekerja pabrik
menggunakan kekuatan otot yang berlebihan ketika mengetok biji melinjo. Yang kedua
adalah repetitive movement. Hal ini dilihat ketika pekerja melakukan aktivitas yang berulang
secara ritmik yang bisa dilihat sepanjang proses memproduksi emping dari sangrai sampailah
penjemuran. Kombinasi hazard 1 (power grip) dengan hazard 2 sangat berbahaya sehingga
bisa menyebabkan Carpal Tunnel Syndrome dan ketika anamnessi sudah etrdapat beberapa
petanda yang mengarah ke CTS. Hazard ketiga adalah awkard position. Hal ini dapat diamati
apabila pekerja duduknya sangat sempit sehingga kemungkinan untuk meregangkan badan
pun sulit. Tidak ada bantalan pada tempat duduk dan bangku kerja mereka tidak ada bagian
sandaran apapun. Pekerjaan yang dilakukan dengan duduk membungkuk tanpa support
mechanism yang baik akan menyebabkan pungung dan leher rasa sakit dan keluhan seperti
hernia nucleus pulposus dan low back pain sering terjadi. Manual handling dengan
pergerakkan angkat, angkut, tarik dan dorong juga bisa dilihat sepanjang kerja membuat
epming dilakukan.29
34
sehingga lapisan tersebut akan terdorong ke luaruga menjadi etiologi dari keluhan ini.
Keluhan ini tidak terlepas dari proses degenerasi annulus yang telah berkembang sebelumnya
tetapi ada juga kasus HNP yang terjadi pada usia muda. Secara umumnya, sekiranya terdapat
rasa baal atau kesemutan pada daerah ekstremitas bawah, kita bisa mencurigai adanya HNP.
Disc degeneration, prolaps, extrusion dan sequestration merupakan antara fase dari keluhan
ini. (Gambar 3)29
Menurut artikel Rumah Sakit Jakarta, posisi duduk sangat penting karena gerakan
duduk yang salah dapat menimbulkan penyakit pada tulang belakang yang apabila tidak
ditangani sedini mungkin efek sampingnya baru akan terasa di masa yang akan datang. Salah
posisi duduk bisa menyebabkan tubuh jadi sakit semua, atau juga punggung yang nyeri. Dan
apabila Anda membiasakan diri duduk di posisi membungkuk, tubuh juga jadi tidak tegap
dan postur tubuh berubah. Terdapat 6 perkara yang harus dilakuin untuk menjaga posisi
duduk kita. Antaranya termasuk:32
35
1. Duduk tegak dengan punggung lurus dan bahu ke belakang
Jika bokong telah menyentuh bagian belakang kursi, misalnya kursi kantor, tandanya Anda
telah duduk dengan benar. Normalnya, lengkungan pada tulang belakang akan tampak saat
kita duduk. Letakan bantal kecil sebagai penyanggah untuk membuat posisi lengkungan
tulang belakang Anda normal.
36
8 jam kerja dalam 1 hari atau 40 jam kerja dalam 1 minggu untuk 5 hari kerja dalam 1
minggu.
Pada kedua sistem jam kerja tersebut juga diberikan batasan jam kerja yaitu 40 (empat puluh)
jam dalam 1 (satu) minggu. Apabila melebihi dari ketentuan waktu kerja tersebut, maka
waktu kerja biasa dianggap masuk sebagai waktu kerja lembur sehingga pekerja/buruh
berhak atas upah lembur.33
IV.4.3 Saran
Bagi UKK:
37
Tabel 1. Farmakologi dan Intervvensi Non Medis untuk Low Back Pain34
Pencegahan jenis sekunder juga boleh dilakukan. Hal ini difokuskkan pada pihak
perusahan. Batas beban kerja seorang adalah 8 jam per hari 5 hari seminggu. Pasien
kita pula bekerja 10 jam sehari 5 hari seminggu. Ini menunjukkan pasien kita bekerja
sebanyak 2 jam lebih dari batas kapasitas kerjanya dalam seminggu dan 10 jam dalam
sebulan serta 120 jam dalam setahun. Hal ini harus diperbaiki oleh UKK dengan
memberikan penyuluhan
Pencegahan tersier dengan medical check-up harus dilakukan untuk memonitor
perkembangan keluhan. Contohnya, seorang ibu yang dianamnesis mempunyai
keluhan rheumatik atritis dan penyakit degenratif ini harus dimonitor
Bagi Puskesmas:
Memastikan obat-obat sentiasa ada stok lebih. Memastikan proses order dan
menerima obat serta barang kesehatan lebih efisien
38
Saat istirahat, pukuk 12-1 siang jangan melakukan aktivitas apapun dan tidur atau
berbaing agar anggota badan dapat releks dalam posisi ekstensi lurus
Melakukan kerja di tempat terbuka agar supaya asap pembakaran kayu tidak
terkumpul
Melakukan olahraga dan pemanasan sebelum memulakan kerja
IV.5.1 Pembahasan
39
Pada saat melakukan kunjungan ke lokasi pembuatan emping yang di kawasan
Cikuasa, Cilegon, para pengrajin emping ditemui tidak mengalami beban secara psikososial
dalam melakukan pekerjaannya karena mereka menikmati pekerjaan membuat emping yang
sudah dilakukan sejak masa mudanya, juga pekerjaan ini dilakukan untuk mengisi waktu
luang penduduk setelah menyelesaikan pekerjaan rumah sehingga waktu bekerja dapat
disesuaikan dengan kondisi pekerja dan kesulitan yang ada dalam pekerjaan ini tidak menjadi
beban yang utama dalam keseharian pekerja. Lingkungan tempat tinggal mereka merupakan
lingkungan pengrajinan emping sehingga tidak terjadi kesenjangan antar pekerja. Lokasi
pembuatan emping berada di sebelah luar rumah, sehingga tidak mengganggu anggota
keluarga yang ada di dalam rumah secara langsung. Pos UKK yang menaungi mereka juga
secara rutin memberikan penyuluhan dan pemeriksaan kesehatan kepada para pengrajin
setiap bulan, serta mengadakan beberapa kegiatan seperti olahraga bersama dan jalan-jalan
bersama sehingga para pengrajin dapat bekerja dengan nyaman.
IV.5.2 Saran
Untuk menghindari kejenuhan dan stres pada pengrajin apabila terjadi kesulitan saat
memperoleh bahan baku pembuatan emping, sebaiknya mencoba kegiatan baru seperti
membuat kerajinan makanan lain yang bahannya mudah diperoleh di sekitar tempat tinggal
pengrajin. Hal ini dikarenakan terdapat beberapa bahan baku lain seperti mangga, pisang, dan
kelapa, yang letak pohonnya tidak jauh dari lokasi pohon melinjau.
40
BAB V
KESIMPULAN
Dari data yang kami ambil, kami dapat mengalanalisis pajanan yang dialami para
pekerja emping pada setiap proses pembuatannya dalam bentuk sebuah tabel (Tabel 2).
Dibandingkan dengan standar data yang ada, kami merumuskan 3 prioritas permasalah yang
ada di UKK Makmur. Prioritas masalah utama adalah pajanan ergonomi. Akibat pajanan
ergonomi tidak baik ini para pengrajin emping di UKK Makmur Kabupaten Cilegon sering
mengeluh sakit punggung. Hal ini disebabkan posisi duduk yang tidak baik dan pengangkatan
beban berat berupa kayu bakar yang dapat menyebabkan cedera punggung. Meski telah ada
poster berupa cara pengangkatan barang, namun para pekerja belum mempraktekkan cara
pengangkatan beban dengan baik. Untuk itu kami merekomendasikan untuk diadakannya
penyuluhan dan pelatihan berkala mengenai cara pengangkutan barang dan juga mengenai
cara duduk saat melakukan proses pengempingan.
Prioritas masalah kedua adalah pajanan kimia berupa asap yang mengandung karbon
monoksida, karbon dioksida dan partikulat (PM atau jelaga), serta berbagai macam zat kimia
yang berpotensi bahaya lainnya. Menghirup asap dapat menyebabkan berbagai macam reaksi
dari akut sampai kronis. PAK yang sering dialami oleh para tenaga kerja adalah iritasi mata
dan sesak napas akibat pajanan asap. Untuk itu kami menyarankan agar menghindari paparan
asap dengan cara mengubah posisi pipa akhir tungku pembakaran dan juga memakai APD
seperti goggle dan masker.
Prioritas masalah ketiga adalah pajanan fisik berupa panas yang disebabkan
oleh proses pembakaran kayu bakar. Panas yang diakibatkan proses pembakaran ini dapat
menyebabkan berbagai macam gejala seperti dehidrasi dan gejala akibat paparan panas
seperti heat fatigue. Untuk itu kami menyarankan disediakannya selalu air mineral disekitar
lingkungan kerja agar pekerja tidak kekurangan asupan air. Kami juga menyarankan
disediakannya alat pendingin ruangan seperti kipas angin yang diarahkan ke para pekerja.
Selain dapat mengakomodir panas yang dirasakan, ketersediaan kipas angin dapat
menjauhkan asap hasil pembakaran kayu bakar ke arah pekerja.
41
Tabel 2. Faktor Risiko 5 Pajanan Setiap Proses Pembuatan Emping
42
DAFTAR PUSTAKA
43
16. Aust B, Ducki A. Comprehensive health promotion interventions at the workplace:
experiences with health circles in Germany. Journal of Occupational Health
Psychology 2004; 9: 258 – 270.
17. Bakker AB, Demerouti E. The job demands resources model: state of the art . Journal
of Managerial Psychology 2007; 22: 309 – 328.
18. Siegrist J. Adverse health effects of high/low reward conditions. Journal of
Occupational Health Psychology 1996; 8: 27 – 41.
19. International Labour Organization. Keselamatan dan kesehatan kerja di tempat kerja:
sarana untuk produktivitas. Edisi Bahasa Indonesia. Jakarta: ILO; 2013.h.6-9.
20. Zakiya Z. Asap rumah tangga lebih berbahaya dari rokok. Published June 2012.
http://nationalgeographic.co.id/berita/2012/06/asap-rumah-tangga-lebih-berbahaya-
dari-rokok.)
21. Prasasti CI, Mukono J, Sudarmaji. Pengaruh kualitas udara terhadap gangguan
kesehatan. Jurnal Kesehatan Lingkungan 2005:1(2);160-9
22. Augustine R, Setyandriana Y. Hubungan paparan asap pembakaran terhadap sindrom
mata kering. Diunduh dari www.umy.ac.id, 27 Oktober 2018
23. Wong TY, Loon SC. Saw SM. The epidemiology of age related eye diseases in Asia.
British Youmal of Ophthalmology. 2006;90:506-5.
24. Hadini MA, Eso A, dan Wicaksono S. Analisis faktor resiko yang berhubungan
dengan kejadian katarak senilis di RSU Bahteramas tahun 2016. 2016:3(2);256-66.
25. Widyastuti P. Bahaya bahan kimia pada kesehatan manusia dan lingkungan.
Jakarta:Penerbit Buku Kedokteran EGC;2006:42-7.
26. Partosuwiryo S, danukusumo HAT. Pititriasis versikolor. Dalam: Diagnosis dan
penatalaksanaan dermatomikosis. Balai penerbit FKUI. Jakarta. 1992: 65-9.
27. Klenk AS, Martin AG, Hefferman MP. Yeast Infection: Candidiasis, Pityriasis
(Tinea) Versicolor. Dalam: Freedberg IM, Eisen AZ, Wolff K, dkk.editor.
Fitzpatrick’s Dermatology in general medicine Sixth edition. Mc Graw-Hill. New
York. 2003: 2014-6
28. Mentri kesehatan. Standar dan Persyaratan Kesehatan Lingkungan Kerja Industri.
PERMENKES N0.70 Tahun 2016.
29. Yassierli. Peningkatan kinerja K3 dan ergonomic. Diunduh dari
http://www.ergoinstitute.com/artikel/26-artikel-dari-narasumber/24-artikel-
2.html. Diunduh pada 27 Oktober 2018
44
30. Herniated disc: Difinition, progression and diagnosis. Diunduh dari
https://www.spineuniverse.com/conditions/herniated-disc/herniated-discs- definition-
progression-diagnosis. Diunduh pada 27 Oktober 2018
31. Longo, Fauci, Kasper, Hauser, Jameson, Loscalzo. Harrison’s principles of
internal medicine. 18th ed. Vol 1. New York. Mc Graw Hill; 2012
32. Posisi duduk yang benar agar tulang belakang yang sehat. Rumah Sakit Jakarta.
Diunduh dari http://rsjakarta.co.id/2015/04/20/posisi-duduk-yang-benar-agar-
tulang-belakang-sehat/. Diunduh pada 28 Oktober 2018
33. Pertanyaan mengenai jam kerja di Indonesia. Diundh dari
https://gajimu.com/pekerjaan-yanglayak/kompensasi/jam-kerja. Diunduh pada 28
Oktober 2018
34. Low back pain. AAFP. Diunduh dari
https://www.aafp.org/afp/2008/0601/p1607.html. Diunduh pada 28 Oktober
2018
35. Sutanti YS, Handoko Y. Prevalensi bahay potensial kesehatan dan keselamatan kerja
pada pengrajin emping dan keripik di Kota Cilegon Banten [pdf]. Jakarta: Fakultas
Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana; 2017 [diakses 27 Oktober 2018].
Tersedia di: https://idslide.net/view-doc.html?utm_source=prevalensi-bahaya-
potensial-kesehatan-dan-keselamatan-kerja-pada-pengrajin-emping-dan-keripik-di-
kota-cilegon-banten.
45
GALERI
46
Gambar 7. Proses Pembuatan Emping Gambar 8. Pengelupasan Kulit Melinjo
48