Anda di halaman 1dari 6

Apa itu neurotransmitter?

Neurotransmitter adalah senyawa kimiawi dalam tubuh yang bertugas


untuk menyampaikan pesan antara satu sel saraf (neuron) ke sel saraf
target. Sel-sel target ini dapat berada di otot, berbagai kelenjar, dan
bagian lain dalam tubuh.Neurotransmiter memainkan peran yang
sangat penting untuk otak dalam mengatur kinerja berbagai sistem
tubuh. Sistem tubuh tersebut termasuk:
 Detak jantung
 Pernapasan
 Siklus pengaturan tidur
 Pencernaan
 Suasana hati
 Konsentrasi
 Nafsu makan
 Gerakan otot

Apa saja jenis-jenis neurotransmitter?


Berikut tipe-tipe neurotransmitter berdasarkan cara kerjanya:
1. Neurotransmitter eksitasi (excitatory)
Neurotransmitter eksitasi bekerja dengan mendorong neuron target
untuk melakukan sebuah aksi. Beberapa contoh neurotransmitter
eksitasi yang terkenal adalah epinephrine dan norepinephrine.
2. Neurotransmitter inhibisi (inhibitory)
Neurotransmiter ini dapat menghambat aktivitas neuron, sehingga
berkebalikan dengan cara kerja neurotransmitter eksitasi. Salah
contoh neurotransmitter inhibisi adalah serotonin.Beberapa
neurotransmitter dapat bekerja sebagai eksitasi maupun inhibisi.
Contoh dari neurotransmitter ini yaitu dopamin dan asetilkolin.
3. Neurotransmitter modulator
Neurotransmitter modulator, atau sering disebut sebagai
neuromodulator, merupakan neurotransmitter yang dapat
memengaruhi neuron dalam jumlah besar pada satu waktu. Selain itu,
neurotransmitter modulator juga dapat berkomunikasi dengan
neurotransmitter lainnya.
Beberapa neurotransmitter yang terkenal
Sebagian neurotransmitter sudah akrab di telinga kita. Di antara yang
terkenal tersebut, termasuk:
1. Asetilkolin
Asetilkolin adalah neurotransmitter yang berperan dalam kontraksi
otot, merangsang aktivitas beberapa hormon, serta mengendalikan
detak jantung. Selain itu, neurotransmitter ini berkontribusi dalam
fungsi otak dan daya ingat. Asetilkolin merupakan salah satu contoh
neurotransmitter eksitasi.Kadar asetilkolin yang rendah telah
dikaitkan dengan beragam gangguan medis, seperti Alzheimer. Hanya
saja, level asetilkolin yang terlalu tinggi juga menimbulkan masalah
berupa kontraksi otot berlebihan.
2. Dopamin
Dikenal sebagai neurotransmitter rasa senang, dopamin memainkan
peran penting untuk daya ingat, perilaku, mempelajari sesuatu, hingga
koordinasi gerak tubuh. Selain itu, neurotransmitter ini juga berfungsi
dalam pergerakan otot.Apabila tubuh kekurangan dopamin,
risiko penyakit Parkinson pun dapat terjadi. Anda dapat menjaga
kadar dopamin dengan berolahraga secara teratur.
3. Endorfin
Endorfin bekerja dengan menghambat sinyal rasa sakit dan
menciptakan suasana diri yang berenergi dan perasaan euforia. Selain
itu, neurotransmitter ini juga dikenal sebagai pereda nyeri alami
tubuh.Beberapa cara yang bisa Anda lakukan untuk menjaga kadar
endorfin adalah dengan mencari aktivitas yang memancing tawa, serta
melakukan latihan aerobik, seperti bersepeda dan jalan santai. Hal ini
penting dilakukan karena kadar endorfin yang rendah berkaitan
dengan beberapa jenis sakit kepala serta fibromyalgia (nyeri pada
tulang dan otot).
4. Epinephrine
Neurotransmitter ini mungkin lebih dikenal sebagai adrenalin.
Epinephrine memainkan fungsi sebagai neurotransmitter sekaligus
hormon. Epinephrine dilepaskan tubuh saat Anda stres dan ketakutan,
sehingga memengaruhi detak jantung serta laju pernapasan. Tak
hanya itu, epinephrine memengaruhi otak untuk segera membuat
keputusan.
5. Serotonin
Serotonin berperan dalam mengatur suasana hati seseorang. Selain
itu, serotonin juga mengatur pembekuan darah, nafsu makan, aktivitas
tidur, serta ritme sirkadian.Serotonin erat kaitannya dengan
antidepresan untuk penanganan depresi. Salah satu golongan
antidepresan, selective serotonin reuptake inhibitors (SSRIs), dapat
meredakan gejala depresi dengan meningkatkan kadar serotonin di
otak.Bisakah kadar neurotransmitter serotonin ditingkatkan secara
alami? Menurut penelitian ilmiah, jawabannya bisa. Beberapa
aktivitas yang dapat meningkatkan kadar neurotransmitter ini, yaitu:
 Terpapar cahaya, terutama cahaya matahari. Anda bisa
mendapatkan paparan sinar mentari dengan berjemur selama 20-
30 menit saat pagi hari.
 Beraktivitas fisik.

6. Oksitosin
Oksitosin dihasilkan dalam hipotalamus pada otak dan menjalankan
fungsi neurotransmitter maupun hormon sekaligus. Oksitosin
memainkan sejumlah peranan penting, seperti dalam mengenali
lingkungan sosial, menjalin ikatan batin, serta reproduksi
seksual.Oksitosin juga telah dipromosikan dalam penanganan
berbagai kondisi psikologis, seperti depresi pascamelahirkan, fobia
sosial, dan autisme.
Catatan dari SehatQ
Neurotransmitter adalah senyawa organik yang membawa sinyal di
antara neuron. Menjadi bagian tubuh yang krusial untuk hidup,
neurotransmitter perlu dijaga keseimbangannya. Pada beberapa kasus,
gaya hidup sehat dapat dilakukan untuk menurunkan risiko
ketidakseimbangan neurotransmitter.

SINAPS
Struktur Sinaps
Sinaps berfungsi sebagai suatu dioda yang mentransmisikan potensial
aksi dari membran pre-sinaps menuju ke memran post-sinaps
melewati suatu celah sinaps. Membran pre-sinaps mengandung
vesikel-vesikel yang berisi neurotransmiter serta memiliki mekanisme
pompa re-uptake untuk
mengembalikan neurotransmiter ke dalam aksoplasma pre-sinaps.
Membran presinaps juga mengandung voltage-gated ion channels.
Transmisi sinyal apda sinaps dimulai ketika potensial aksi mencapai
voltage-gated ion channels ini.
Depolarisasi menimbulkan masuknya ion kalsium melewati
saluran ionnya. Ion kalsium ini akan berikatan dengan suatu protein
khusus yang disebut release apparatus pada akson dan vesikel di
membran pre-sinaps. Kalsium akan memicu terjadinya fusi vesikel ke
dalam membran dan pelepasan neurotransmiter pada celah sinaps
melalui proses eksositosis. Kalsium yang terdapat pada cairan
ekstraseluler merupakan suatu syarat penting dalam proses pelepasan
neurotransmiter sebagai respon adanya suatu potensial aksi. Efek
kerja kalsium dapat dihambat oleh magnesium.
Neurotransmiter pada celah sinaps akan berikatan dengan
reseptor yang ada pada membran post-sinaps. Area pengikatan ini
merupakan bagian eferen dari suatu potensial aksi yang selanjutnya
akan diteruskan ke sel neuron lainnya. Pada membran post-sinaps
terdapat berbagai jenis reseptor dan protein struktural yang berperan
dalam mempertahankan homeostasis sinaps.
Terdapat beberapa mikrokonsep mengenai bagaimana suatu
sinap tersebut. Pertama, sinaps dikatakan terdiri atas dua struktur yang
saling berhubungan membentuk sinaps. Seringkali, neuron pre-sinaps
berupa pelebaran dari akson akibat adanya suatu vesikel-vesikel yang
mengandung neurotransmiter pada struktur ini. Kedua, sinaps
biasanya terlihat sebagai suatu celah yang melebar. Akan tetapi,
sinaps biasanya cukup sempit, berukuran tidak lebih dari 20 nm.
Ketika vesikel melepaskan isinya ke dalam celah sinaps, konsentrasi
neurotransmiter akan meningkat cukup tinggi pada waktu yang
singkat. Terakhir, baik dendrit ataupun akson memiliki penjalaran
yang meluas. Penjalaran-penjalaran ini dapat berhubungan dengan
milyaran sel-sel otak membentuk suatu sirkuit yang sangat kompleks.
Modulasi Sinaps
Resting transmembrane potential dari suatu neuron pada sistem saraf
pusat berkisar antara -70 mV, serta kurang dari -90 mV pada saraf
perifer dan otot skeletal. Potensial ini penting dalam mengatur
responsifitas dari suatu neuron dan dipengaruhi oleh reseptor-reseptor
pompa Na-K ekstrasinaps. Inhibisi serta eksitasi dari potensial post-
sinaps dimodulasi oleh sinyal-sinyal tertentu yang akan menetukan
apakah akan terjadi depolarisasi ataupun tidak terhadap adanya suatu
stimulus.
Delay Sinaptik
Delay pada sinaps terjadi selama 0,3 – 0,5 millisecond. Hal ini
diperlukan untuk menyediakan waktu transmisi impuls menuju ke
neuron post-sinaps. Waktu delay ini merupakan waktu yang
digunakan untuk pelepasan neurotransmiter, waktu untuk
neurotransmiter tersebut berdifusi pada reseptor post-sinaps serta
waktu untuk mengubah permeabilitas membran post-sinaps sebagai
respon terhadap ion tertentu.
Kelelahan Sinaps
Kelelahan sinaps merupakan penurunan impuls listrik pada membran
postsinaps ketika suatu sinaps terus-menerus mengalami stimulasi.
Contohnya:
kelelahan sinaps berupa penurunan eksitabilitias otak terjadi setelah
seseorang mengalami kejang. Hal ini merupakan suatu mekanisme
protektif untuk melindungi neuron dari stimulasi yang terus-menerus.
Mekanisme terjadinya kelelahan sinaps ini kemungkinan karena
habisnya neurotransmiter yang disimpan pada vesikel pre-sinaps.
Fasilitasi Post-Tetanik
Fasilitasi post-tetanik merupakan suatu peningkatan respon neuron
postsinaps terhadap stimulus. Hal ini terjadi akibat adanya suatu
periode istirahat setelah suatu neuron mengalami stimulasi dan
eksitasi yang berkelanjutan. Fenomena ini dihasilkan akibat
peningkatan konsentrasi kalsium intraseluler yang akan memicu
pelepasan neurotransmiter. Fasilitasi post-tetanik ini merupakan
mekanisme adanya suatu memori jangka pendek. Faktor yang
Mempengaruhi Respon Neuronal Neuron sangat sensitif terhadap
perubahan pH dari cairan interstisial di sekitarnya. Contohnya,
kondisi alkalosis akan meningkatkan eksitabilitas suatu neuron.
Hiperventilasi dapat memicu terjadinya kejang pada seorang individu
yang suseptibel. Sebaliknya, asidosis dapat menurunkan eksitabilitas
suatu neuron. Dimana penurunan pH arteri hingga 7,0 berpotensi
untuk menimbulkan koma. Hipoksia dapat menyebabkan berhentinya
kerja neuron secara total dalam waktu 3-5 menit. Hal ini tercermin
dari terjadinya penurunan kesadaran secara tiba-tiba setelah adanya
penurunan aliran darah ke otak.

Anda mungkin juga menyukai