Anda di halaman 1dari 13

FISIOLOGI NEUROTRANSMITTER YANG BERHUBUNGAN DENGAN DEPRESI

DAN BIPOLAR

A. Neurotransmitter
- Sinaps kimia yang terletak banyak di sistem saraf manusia melibatkan taut antara
terminal akson sebuah neuron (neuron prasinaps) dan dendrit atau badan sel neuron
lain (neuron pascasinaps)
- Terminal akson pada neuron prasinaps, yang menghantarkan potensial aksinya
menuju sinaps, berakhir di sebuah tonjolan kecil, synaptic knob.
- Synaptic knob mengandung vesikel sinaps, yang menyimpan zat kimia perantara
spesifik, yakni neurotransmiter yang telah disintesis dan dikemas oleh neuron
prasinaps.
- Synaptic knob terletak dekat, tetapi tidak bersentuhan, dengan neuron pascasinaps,
yang potensial aksinya menjalar menjauhi sinaps.
- Ruang antara neuron prasinaps dan pascasinaps disebut celah sinaps.
- Celah sinaps terlampau lebar untuk penyebaran langsung arus dari satu sel ke sel
lainnya sehingga potensial aksi secara kelistrikan tidak dapat melalui di antara
kedua neuron. Alternatifnya, potensial aksi di neuron prasinaps mengubah
potensial neuron pascasinaps melalui cara-cara kimiawi.
- Sinaps hanya bekerja satu arah yaitu neuron prasinaps menyebabkan perubahan
potensial membran neuronpascasinaps, tetapi neuron pascasinaps tidak secara
langsung memengaruhi potensial neuron prasinaps.

Langkah neurotransmiter menyeberangi sinaps:

1. Potensial aksi di neuron prasinaps yang menjalar ke terminal akson memicu


terbukanya kanal ion kaisium (Ca2+) berpintu-listrik/voltage-gated-channel di
synaptic knob.
2. Karena Ca2+ lebih banyak terkonsentrasi di CES, ion ini mengalir ke dalam
synaptic knob melalui kanal-kanal yang terbuka.
3. Ion kalsium memicu pelepasan neurotransmiter dari sebagian vesikel sinaps ke dalam
celah sinaps.
4. Pelepasan neurotransmiter ini berlangsung melalui eksositosis (lihat h. 30).
Neurotransmiter yang dilepaskan berdifusi menyeberangi celah dan berikatan
dengan reseptor spesifik di membran subsinaps, bagian membran pascasinaps
yang tepat di bawah synaptic knob (sub berarti "di bawah"). Reseptor-reseptor ini
merupakan bagian integral kanal ion spesifik. Kombinasi unit reseptor dan kanal
tersebut tepatnya dikenal sebagai kanal reseptor.
5. Terikatnya neurotransmiter ke kanal-reseptor menyebabkan kanal membuka,
mengubah permeabilitas ion pada neuron pascasinaps. Kanal ini berupa kanal
berpintu kimiawi, berbeda dengan kanal berpintu-listrik yang bertanggung jawab
atas potensial aksi dan influks Ca2+ ke synaptic knob. Karena terminal prasinaps
melepaskan neurotransmiter dan membran subsinaps pada neuron pascasinaps
memiliki kanal-reseptor untuk neurotransmiter tersebut, sinaps hanya dapat bekerja
satu arah, dari neuron prasinaps ke neuron pascasinaps.

Terdapat 2 jenis sinaps bergantung pada perubahan permeabilitas yang


ditimbulkan:

1) Sinaps Eksitatorik/Excitatory Postsynaptic Potential (EPSP)


- Ketika potensial aksi sampai ke terminal akson, neurotansmiter eksitatorik akan
dikeluarkan (contoh glutamate).
- Glutamate akan membuka non selectively permeable sodium potassium channel.
Karena sodium/Na+ lebih banyak di CES, maka Na+ akan masuk melalui
channel tersebut sehingga potensial membran akan berkurang kenegatifannya.
Contoh, awalnya postsynaptic neuron masih dalam resting membrane potential -
70 mV, setelah glutamate dikeluarkan dan Na+ masuk ke postsynaps, potensial
membran akan naik misal menjadi -60 mV. Selisih 10 mV inilah yang disebut
Excitatory Postsynaptic Potential (EPSP)
2) Sinaps Inhibitorik/Inhibitory Postsynaptic Potential (IPSP)
- Neurotransmiter inhibitorik yang akan dikeluarkan contohnya adalah GABA.
- GABA akan mengaktifkan reseptornya di membran postsynapstic dan membuka
chloride ligand gated channel. Karena potensial membran postsynaptic adalah -
70 mv, sedangkan equilibrium potential untuk klorida adalah -90 mV, klorida
akan masuk ke dalam postsynaptic membrane.
- Influks klorida akan menyebabkan penurunan membran potensial postsynaptic
sehingga terjadi hiperpolarisasi.
- Perubahan potensial tersebut disebut Inhibitory Postsynaptic Potential (IPSIP)
- Hal ini menyebabkan penurunan eksitabilitas dari neuron postsynaptic tersebut

Pembersihan Neurotransmiter
- Selama neurotransmiter masih terikat ke kanal-reseptornya, perubahan permeabilitas
membran yang bertanggung jawab atas EPSP atau IPSP terus berlangsung.
- Agar neuron pascasinaps siap menerima pesan berikutnya dari masukan prasinaps
yang sama atau lain, neurotransmiter harus diinaktifkan atau dibersihkan dulu dari
celah sinaps usai menimbulkan respons yang sesuai di neuron pascasinaps Dengan
begitu, setelah berikatan dengan kanal-reseptor pascasinaps, neurotransmiter
dibersihkan dan respons terhenti.
- Beberapa mekanisme dapat membersihkan neurotransmiter:
 Diinaktifikan oleh enzim spesifik pada membran subsinaps
 Masuk kembali secara aktif (reuptake) ke terminal akson melalui mekanisme
transpor di membran prasinaps.
- Begitu masuk lagi, neurotransmiter dapat disimpan dan dibebaskan di lain waktu
(didaur ulang) sebagai respons terhadap potensial aksi berikutnya atau
dihancurkan oleh enzim-enzim di dalam synaptic knob. Metode yang digunakan
bergantung pada masing-masing sinaps.

B. Jenis Neurotransmitter
- Lebih dari 50 substansi kimia telah dibuktikan atau dinyatakan berfungsi sebagai
transmiter sinaptik. Banyak dari substansi tersebut dicantumkan dalam Tabel 45-1
dan 45-2, yang terbagi dalam dua kelompok transmiter sinaptik. Satu kelompok
merupakan transmiter molekul-kecil yang bekerja cepat. Kelompok yang lain
terdiri atas banyak neuropeptida yang memiliki ukuran molekul jauh lebih besar
dan biasanya bekerja jauh lebih lambat.
- Transmiter molekul kecil yang bekerja cepat adalah transmiter yang
menyebabkan sebagian besar respons cepat dari sistem saraf, seperti pengiriman
sinyal sensorik ke otak dan sinyal motorik kembali ke otot.
- Neuropeptida, sebaliknya, biasanya menyebabkan kerja yang lebih lambat, seperti
perubahan jangka panjang pada jumlah reseptor, pembukaan atau penutupan jangka
panjang kanal ion tertentu, dan mungkin bahkan perubahan jangka panjang jumlah
sinaps atau ukuran sinaps.
C. Neurotransmiter yang Berhubungan dengan Bipolar dan Depresi
- Mekanisme neurofisiologis mendasar yang berperan dalam observasi psikologis
emosi dan perilaku termotivasi sebagian besar masih belum diketahui, meskipun
neurotransmiter norepinefrin, dopamin, dan serotonin diperkirakan berperan.
- Depresi dan bipolar adalah salah satu gangguan mental yang berkaitan dengan
gangguan di neurotransmiter sistem limbik. (Sebagai perbedaan, kelainan psikiatrik
melibatkan aktivitas yang abnormal pada jalur neurotransmiter spesifik tanpa
adanya lesi otak, sedangkan kelainan neurologik berkaitan dengan lesi spesifik di
otak dan mungkin disertai oleh kelainan neurotransmisi. Contoh kelainan
neurologik antara lain adalah PP dan penyakit Alzheimer.)
- Defisiensi fungsional serotonin, norepinefrin, atau keduanya diperkirakan berperan
dalam depresi, suatu penyakit yang ditandai oleh suasana hati yang negatif disertai
oleh hilangnya minat, ketidakmampuan merasakan kesenangan, dan kecenderungan
bunuh-diri.
- Semua obat antidepresan yang efektif meningkatkan ketersediaan berbagai
neurotransmiter ini di SSP.
- Prozac, obat yang paling banyak diresepkan oleh psikiater di Amerika Serikat,
merupakan contohnya. Obat ini menghambat penyerapan kembali serotonin yang
telah dilepaskan sehingga aktivitas serotonin di sinaps memanjang.
- Serotonin dan norepinefrin adalah caraka sinaps di daerah limbik otak yang
terlibat dalam kesenangan dan motivasi, yang mengisyaratkan bahwa kesedihan
yang berlebihan dan hilangnya minat (tidak ada motivasi) pada pasien depresi
berkaitan paling sedikit dengan gangguan daerah ini oleh defisiensi atau penurunan
efektivitas neurotransmiter-neurotransmiter ini.
- Peristiwa-peristiwa yang dirasakan penuh stres dapat memicu depresi tetapi
hubungan yang mendasarinya belum diketahui.

Dopamine

- Dopamin disekresi oleh neuron-neuron yang berasal dari substansia nigra. Neuron-
neuron ini terutama berakhir pada regio striata ganglia basalis. Pengaruh dopamin
biasanya bersifat inhibisi.
- Pathway dopamin:
 Jalur nigrostriatal berawal dari substansia nigra (midbrain, zona compacta) dan
berlanjut ke striatum dorsal pada basal ganglia.
 Jalur mesolimbic dan mesocortical berawal dari ventral tegmental area
(midbrain) dan berprojeksi baik ke striata ventral dan area pada korteks
prefrontal.
 Sistem tuberoinfundibular berprojeksi dari hipotalamus ke glandula pituitari.

- Pembersihan dopamin dari celah sinaps dilakukan dengan cara reuptake ke dalam
neuron presinaptik melalui dopamine transporter (DAT). Ketika sudah di dalam sel,
dopamin dapat didegradasi oleh enzim monoamine oxidase (MAO) atau catechol-O-
methyltransferase (COMT); atau dapat dikemas kembali ke dalam vesikel.
Norepinefrin

- Norepinefrin disekresi oleh ujung neuron-neuron yang badan selnya terletak dalam
batang otak dan hipotalamus.
- Secara khas, neuron-neuron penyekresi norepinefrin yang terletak di dalam lokus
seruleus di pons mengirimkan serabut-serabut saraf ke daerah yang luas di dalam
otak dan membantu mengatur keseluruhan aktivitas dan suasana pikiran (mood),
seperti peningkatan kesadaran.
- Pada sebagian besar daerah ini, norepinefrin mungkin mengaktivasi reseptor
eksitatorik, namun pada daerah yang lain mengaktivasi reseptor inhibitorik.
- Norepinefrin juga disekresi oleh sebagian besar neuron postganglion sistem saraf
simpatik, yang merangsang beberapa organ tetapi menghambat organ yang
lain.
- Norepinefrin memiliki pathway yang sama dengan dopamin. Reuptake dilakukan
dengan norepinephrine transporter (NET) atau dapat didegradasi oleh enzim
monoamine oxidase (MAO) atau catechol-O-methyltransferase (COMT); atau
dapat dikemas kembali ke dalam vesikel.

Serotonin
- Serotonin disekresi oleh nukleus yang berasal dari rafe median batang otak dan
berproyeksi ke berbagai daerah otak dan medula spinalis, khususnya yang menuju
radiks dorsalis medula spinalis dan menuju hipotalamus.

- Serotonin periferal disintesis di sel enterochromaffin pada GIT.


- Prekusor: asam amino esensial L-tryptophan yang harus didapatkan dari makanan.
- Nilai jumlah serotonin dapat dilihat pada otak, dan berbagai cairan tubuh termasuk
serum/plasma, platelet, dan cairan serebrospinal.
- Reseptor serotonin dibagi ke dalam 7 kelompok: 5-HT1, 5-HT2, 5-HT3, 5-HT4, 5-
HT5, 5-HT6, 5-HT7, dan berbagai subtipe lain. Reseptor ini terdistribusi di neuron
presinaptik dan postsinaptik pada SSP dan di berbagai sel periferal dan organ.

- Serotonin bekerja dalam berbagai proses fisiologis (suhu tubuh, irama sirkadian,
tidur, muntah, seksualitas, nafsu makan), sikap (agresi, mood), dan kognitif
(learning, memory)
- Serotonin bekerja sebagai penghambat jaras rasa sakit dalam medula spinalis,
dan kerjanya sebagai penghambat di daerah sistem saraf yang lebih tinggi diduga
untuk membantu pengaturan suasana hati seseorang.
- Timbulnya depresi dihubungkan dengan peran beberapa neurotransmiter aminergik.
Neurotransmiter yang paling banyak diteliti pada depresi ialah serotonin. Konduksi
impuls dapat terganggu apabila terjadi kelebihan atau kekurangan neurotransmiter
di celah sinaps atau adanya gangguan sensitivitas pada reseptor neurotransmiter
tersebut di post sinaps sistem saraf pusat. Pada depresi telah di identifikasi 2 sub tipe
reseptor utama serotonin yaitu reseptor 5HT1A dan 5HT2A.
- Serotonin juga memiliki peran penting di perifer, yaitu pada vaskular yang berperan
dalam kontrol resistensi vaskular, tekanan darah, hemostasis, dan fungsi platelet.
Salah satunya adalah untuk agregasi platelet dan pembekuan darah

- Pembersihan serotonin dari celah sinaps dilakukan dengan reuptake kembali ke


presynaptic terminal dengan serotonin transporter (SERT). Selain itu, serotonin dapat
didegradasi dengan enzim monoamine oxidase (MAO) atau dikemas kembali ke
vesikel sinaptik.

Referensi:

Klein, M. O., Battagello, D. S., Cardoso, A. R., Hauser, D. N., Bittencourt, J. C., & Correa,
R. G. (2019). Dopamine: functions, signaling, and association with neurological
diseases. Cellular and molecular neurobiology, 39(1), 31-59.
Bari, B. A., Chokshi, V., & Schmidt, K. (2020). Locus coeruleus-norepinephrine: basic
functions and insights into Parkinson’s disease. Neural regeneration research, 15(6), 1006.

MÜCK-ŠELER, D. O. R. O. T. E. A., & Pivac, N. (2011). Serotonin. Periodicum


biologorum, 113(1), 29-41.

https://openbooks.lib.msu.edu/neuroscience/chapter/neurotransmitter-clearance/

Anda mungkin juga menyukai