Anda di halaman 1dari 31

Sinapsis

Akhir tahun 1800an, Ramon y Cajal secara anatomi berhasil


memeragakan sebuah celah sempit yang memisahkan satu neuron
dengan neuron lain. Secara fisiologis, Charles Scott Sherrington
memeragakan bahwa komunikasi antar neuron berbeda dengan
komunikasi di sepanjang sebuah akson. Sherrington menyimpulkan
adanya celah antar neuron, kemudian istilah Sinaps digunakan untuk
merujuk pada celah tersebut.
Proses khusus yang terjadi pada sinapsis:
• Kecepatan refleks lebih lambat daripada konduksi impuls yang
terjadi di sepanjang akson

• Beberapa stimulus lemah yang diberikan dalam jeda waktu


singkat atau pada lokasi yang berdekatan akan menghasilkan
refleks yang lebih kuat daripada satu stimulus

• Jika salah satu kelompok otot tereksitasi maka akan ada


kelompok lain yang berelaksasi
Sifat-sifat sinapsis
Sherrington melakukan riset
pada gerak refleks yaitu sebuah respon
otomatis terhadap rangsangan. Pada
refleks lutut, neuron sensorik
meneksitasi (merangsang) neuron
kedua, neuron tersebut kemudian juga
akan mengeksitasi neuron motorik,
yang akhirnya mengeksitasi otot.
Urutan yang dimulai dari neuron
sensorik hingga ke respon otot disebut
dengan busur refleks (reflex arc).
Sumasi Temporal
Penelitian Sherrington terhadap busur refleks menunjukkan bahwa pemberian
stimulus berulang dalam jeda singkat dapat menghasilkan efek kumulatif.
Sherrington menyebut fenomena tersebut sebagai sumasi temporal. Cubitan
lemah pada kaki anjing tidak akan menimbulkan refleks, tetapi ketika
Sherrington mengasumsikan bahwa cubitan lemah akan menghasilkan transmisi
sinaptik yang terlalu lemah untuk mencapai ambang batas, sehingga tidak
dihasilkan potensial aksi pada neuron postsinaptik, yaitu neuron yang
menerima informasi (sedangkan neuron yang mengirimkan informasi disebut
dengan neuron prasinaptik).
• Potensial berperingkat dikenal dengan potensial
eksitasi postsinaptik (excitatory postsynaptic
potential/ EPSP) dimulai ketika ada ion natrium
yang masuk ke dalam neuron. Walaupun dalam
sebagian besar kasus, transmisi pada satu
sinapsis tidak cukup untuk membuka seluruh
kanal-kanal ion natrium, sehingga transmisi tidak
akan mencapai ambang batas.

• EPSP berbeda dengan potensial aksi karena


intensitas EPSP akan berkurang seiring
pertambahan waktu dan jarak, pengurangan
tersebut terjadi sangat cepat.
Sumasi Spasial
Sumasi spasial adalah gabungan efek beberapa input sinaptik yang
berasal dari lokasi berbeda pada satu neuron. Sherrington melakukan
percobaan dengan menggunakan cubitan lemah. Sherrington
mencubit dua lokasi pada saat bersamaan. Sherrington menyimpulkan
bahwa satu cubitan lemah tidak menghasilkan respon tetapi dua
cubitan di lokasi berbeda pada saat yang bersamaan telah
menghasilkan respon.
Sinapsis Inhibitor
Pada sinapsis inhibitor, input yang berasal dari akson
menyebabkan neuron postsinaptik mengalami hiperpolarisasi. Artinya,
input tersebut menyebabkan muatan negatif di dalam neuron semakin
meningkat dan nilai muatan tersebut semakin menjauh dari ambang
batas sehingga potensial aksi akan semakin sulit dihasilkan. Peristiwa
hiperpolarisasi membran secara sementara yang disebut sebagai
potensial inhibisi postsinaptik (inhibitory postsynaptic potential/ IPSP)
memiliki banyak kesamaan karakteristik dengan EPSP.
IPSP timbul ketika input pada sinapsis
secara efektif membuka kanal-kanal ion
kalium sehingga ion kalium keluar dari
neuron (membawa muatan positif
keluar dari neuron) atau ketika input
pada sinapsis secara selektif membuka
kanal-kanal ion klorida sehingga ion
klorida masuk ke dalam neuron
(membawa muatan negatif masuk ke
dalam neuron).
Sumasi temporal-Sumasi Spasial
EPSP-IPSP
Hubungan antara EPSP, IPSP, dan Potensial Aksi
Jumlah sinaps yang ada pada neuron kisarannya dari beberapa hingga
ribuan, sinapsis tersebut ada yang merupakan sinapsis eksitator dan
ada yang merupakan sinapsis inhibitor. Jumlah dan jenis sinaps tertentu
dapat menjadi aktif dalam satu waktu lalu mengasilkan sumasi
temporal dan spasial. Kemungkinan terbentuknya potensial aksi
tergantung pada perbandingan antara EPSP dan IPSP.
Sebagian besar neuron memiliki sebuah laju penembakan spontan yaitu
periode pembentukan potensial aksi bahkan tanpa adanya input sinaptik.
Pada neuron-neuron tersebut, EPSP akan meningkatkan frekuensi potensial
aksi, sehingga melampaui laju penembakan spontan, sementara IPSP akan
menurunkan potensial aksi dibawah laju penembakan spontan.
Urutan peristiwa kimiawi pada Sinaps
1. Neuron menyintesis zat kimia yang akan
berfungsi sebagai neurotransmitter. Neuron
menyintesis neurotransmitter yang berukuran
lebih kecil pada ujung-ujung akson dan
menyintesis neurotransmitter yang berukuran
lebih besar (peptida) pada badan sel.
2. Neuron mentransportasi neurotransmitter
peptida ke arah ujung-ujung akson.
3. Potensial aksi berkonduksi di sepanjang akson.
Potensial aksi pada terminal postsinaptik
menyebabkan ion kalium dapat memasuki
neuron. Ion kalsium melepaskan
neurotransmitter dari termial postsinaptik ke
celah sinaptik. Celah sinaptik adalah rongga
antara neuron prasinaptik dan neuron
postsinaptik.
4. Molekul neurotramsmitter yang telah dilepaskan, berdifusi lalu
melekat dengan reseptor sehingga mengubah aktivitas neuron
postsinaptik.

5. Selanjutnya, neurotransmiter melepaskan diri dari reseptor.


Neurotransmiter dapat diubah menjadi zat kimia yang tidak aktif
tergantung pada zat kimia penyusunnya.

6. Molekul neurotranmiter dapat dibawa kembali ke neuron prasinaptik


untuk didaur ulang atau dapat berdifusi dan hilang.
Tipe-tipe neurotransmiter

• Asam amino : asam yang mengandung gugus amina (NH2)

Contoh: Glutamat, ABA, glisin, aspartat, dan mungkin asam amino lain

• Peptida: rantai asam amino (rantai asam amino yang panjang disebut
dengan polipeptoda, apabila banyak polipeptida berabung disebut dengan
protein. Tidak ada pembeda yang jelas antara peptida, polipeptida dan
protein).

Contoh: Endorfin, substansi P, neuropeptida Y


• Monoamina neurotransmiter yang memiliki satu gugus amina (NH2)
terbentuk dari hasi metabolisme asam amino tertentu
Contoh: Indoleamina: serotinin dan katekolamina: dopamin,
norefinerin, epinefrin
• Purin sebuah kelompok zat kimia yang terdiri dai adenosin dan
beberapa turunannya
Contoh: ATP, adenosin, dan mungkin purin ain
• Gas-gas nitrit oksida dan gas-gas lain yang mungkin
• Reseptor neurotransmiter adalah sebuah protein yang tertanam di
membran neuron. Jika neurotransmiter melekat dengan sisi aktif
reseptor, maka reseptor dapat secara langsung membuka kanal.
Pembukaan kanal secara langsung oleh reseptor disebut dengan efek
ionotropik sedangkan efek metabotopik adalah efek yang lambat
tetapi berlangsung lama.
• Hormon adalah suatu zat kimia yang pada umumnya disekresikan
oleh kelenjar dan sel-sel lain, hormon ditransportasikan oleh darah
menuju organ target. Hormon berguna untuk mengatur perubahan
jangka panjang pada beberapa bagian tubuh sekaligus. Diantara
beragam tipe hormon, terdapat hormon protein dan hormon peptida.
• Hormon protein dan peptida melekat dengan reseptor pada
membran sel yang menyebabkan aktivasi penyampai pesan kedua di
dalam sel tersebut. Proses yang melibatkan penyampai pesan kedua
ini sama persis dengan yang terjadi pada sinapsis metabotropik. Pada
kenyataannya, banyak zat kimia yang berperan sebagai hormon dan
juga neurotransmiter contohnya epinefrin, norepinefrin, insulin dan
oksitosin.
Obat-obatan dan Sinapsis
• Obat-obatan dapat menstimulasi atau menginhibisi sinapsis. Obat
yang menghambat efek neurotransmiter disebut dengan antagonis
sedangkan obat yang meningkatkan efek neurotransmiter disebut
dengan agonis. Efek obat adalah campuran dari agonis dan antaonis.
Obat dapat agonis untuk suatu perilaku tertentu dan antagonis untuk
perilaku yang lain. Obat memengaruhi aktivitas sinapsis dengan
beragam cara.
• Sebuah obat dapat memberikan pengaruh-pengaruh seperti
peningkatan atau penurunan sintesis neurotransmiter, pengeluaran
neurotransmiter dari vesikelnya, peningkatan pelepasan
neurotransmiter, penurunan proses pengambilan kembali,
penghalangan dipecahnya neurotransmiter menjadi zat kimia inaktif
serta pemberian stimulasi atau inhibisi pada neuron postsinaptik
secara langsung.
Obat-obatan umum dan efek sinaptik
Obat-obatan stimulan

Obat-obatan stimulan akan meningkatkan kegembiraan, kewaspadaan, aktivitas motorik,


sekaigus mengubah suasana hati.

1. Amfetamin

Akan menstimulasi sinapsis dopamin dengan cara meningkatkan pelepasan dopamin dari
terminal prasinaptik. Pada umumnya terminal prasinaptik akan menyerap kembali
dopamin yang telah dilepaskan melalui sebuah protein transporter yang disebut dengan
transporter dopamin. Amfetamin menyebabkan berbaliknya fungsi transporter sehingga
menyebabkan neuron melepaskan dopamin dan bukan menyerapnya kembali.
2. Kokain

Menghalangi penyerapan kembali dopamin, norepinefrin, dan


serotonin. Oleh karena itu, efek dari neurotransmiter tersebut akan
diperpanjang.

3. Nikotin

Adalah senyawa yang ditemukan dalam tembakau. Nikotin dapat


menstimulasi satu tipe reseptor asetilkolin yang dikenal luas dengan
nama reseptor nikotin. Reseptor tersebut banyak ditemukan pada
sistem saraf pusat dan di pertemuan antara tulang-tulang rangka.
Reseptor nikotin banyak terdapat pada neuron-neuron yang
melepaskan dopamin di akumbens nukleus sehingga pada neuron-
neuron tersebut nikotin meningkatkan pelepasan dopamin.
4. Opiat

Opiat yang dikenal antara lain: morfin, heroin,


dan metadon. Pengguna opiat mengalami rasa
tenang, penurunan perhatian dan penurunan
sensitivitas terhadap rasa sakit.

5. Mariyuana

Pengaruh penggunaan mariyuana antara lain


peningkatan intensitas indra dan ilusi seolah-
olah waktu berjalan lebih lambat.
Obat-obatan halusinogenik

Obat yang dapat mengubah persepsi

disebut dengan obat halusinogenik. Terdapat

banyak obat halusinogenik yang senyawa

kimianya serupa dengan serotonin,

contohnya lysergic acid diethylamide (LSD).


Nama obat Pengaruh terhadap perilaku Pengaruh terhadap sinapsik

Amfetamin Meningkatkan kewaspadaan, Meningkatkan pelepasan dopamin dan


kegembiraan, mengubah suasana hati beberapa neurotransmiter lain
dan mengurangi kelelahan

Kokain Meningkatkan kewaspadaan, Menghalangi proses pengambilan kembali


kegembiraan, mengubah suasana hati dopamin dan beberapa neurotransmiter
dan mengurangi kelelahan lain

Metilfenidat Meningkatkan konsentrasi Secara bertahap menghalangi proses


(Ritalin) pengambilan kembali dopamin dan
beberapa neurotransmiter lain
Nama obat Pengaruh terhadap perilaku Pengaruh terhadap sinapsik
MDMA Dosis rendah: stimulan Melepaskan dopamin
(ekstasi) Dosis tinggi: terganggunya indra Melepaskan serotonin dan merusak
akson yang melepaskan serotonin
Nikotin Sebagian besar berupa pengaruh Menstimulasi reseptor
stimulan asetilkolintipe nikotin,
meningkatkan pelepasan dopamin
pada akumbens nukleus

Opiat Relaksasi, pengucilan diri, Menstimulasi reseptor endorfin


penurunan rasa sakit
Nama obat Pengaruh terhadap perilaku Pengaruh terhadap sinapsik

Mariyuana Ganguan pengindraan, Mengeksitasi reseptor umpan


penurunan rasa sakit dan balik pada neuron prasinaptik
mual, peningkatan nafsu
makan

Halusinogenik Terganggunya sensasi yang Menstimulasi reseptor serotonin


(misal: LSD) dirasakan tipe 2A (5-HT2A)

Anda mungkin juga menyukai